PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL TERHADAP …
Transcript of PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL TERHADAP …
55
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik
Vol 15 No.1 Januari 2020 : 55 - 70 ISSN : 2685-6441 (Online)
Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v15i1.6273 ISSN : 1907-7769 (Print)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL TERHADAP
DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR
1Mellisa Arviana 1Yvonne Augustine
1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti
Abstract
Dysfunctional audit behavior is any action taken in the implementation of the auditor's
audit program that can reduce or degrade the quality of audits, either directly or
indirectly. Auditor’s personal characteristics that affect the acceptance of dysfunctional
audit behavior is the locus of control, organizational commitment, and turnover
intentions. The purpose of this research was to determine the influence of auditors’
personal characteristics on acceptance of dysfunctional audit behavior. Data for this
research is the primary data obtained through the process of filling out the questionnaire.
The population for this research is the external auditors who work at various public
accounting firm and internal auditors who work in various companies in Indonesia.. The
hypothesis is tested by the multiple regression method using SPSS statistical tool version
22, the result of this research indicate that the locus of control has significant positive
effect to the acceptance of dysfunctional audit behavior, organization commitment has
negative effect to the acceptance of dysfunctional audit behavior, and organizational
commitment has positive impact on behavior audit dysfunction with mediation turnover
intention.
Keywords : Dysfunctional Audit Behavior; Locus of Control; Organizational
Commitment; Turnover Intention.
JEL Classification : D23, M42
Submission date : January 13, 2020 Accepted date : January 17, 2020
J I P A K 2 0 2 0 | 56
1. PENDAHULUAN
Proses audit yang baik sangat dibutuhkan para pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan. Auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan yang
diperiksanya berdasarkan bukti yang berhasil mereka temukan. Auditor akan menentukan
dan menyatakan apakah laporan keaungan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku. Kepercayaan para pengguna laporan keuangan yang telah diaudit terhadap
profesi auditor sangat bergantung pada kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Audit
yang berkualitas dapat menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang
terjadi dalam laporan keuangan yang diaudit hal ini didasarkan atas kemampuan teknis
auditor, independensi, dan perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit (De
Angelo, 1981). Auditor mengumpulkan bukti dengan melaksanakan serangkaian
prosedur audit untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan
yang material atau salah saji lainnya.
Isu kualitas audit dan tuntutan adanya efektivitas audit sejak AICPA board (2000).
Dalam diskusi panel dikumpulkan peer review dari internal dan external auditor serta
financial executives, dinyatakan bahwa dysfunctional audit behavior merupakan salah
satu yang dipertimbangkan oleh profesi auditor, sebaliknya dysfunctional audit behavior
dapat mempengaruhi kemampuan dari CPA firm untuk menghasilkan pendapatan,
kualitas profesi secara penuh dan tepat waktu serta mengevaluasi kinerja karyawan atau
auditor. Di samping itu, isu terkini mengenai banyaknya perusahaan perusahaan
khususnya di Indonesia yang masih melakukan tindakan kecurangan dalam usaha
memanipulasi laporan keuangan, menjadikan semakin tingginya peran para auditor untuk
membantu para pemangku kepentingan laporan keuangan dalam mengambil keputusan
yang tepat.
Dysfunctional audit behavior dan pergantian staf memiliki keterkaitan dengan
penurunan kualitas audit (Public Oversight Board, 2000). Dysfunctional audit behavior
merupakan setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan kualitas audit (Kelley
dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996).
Locus of Control (LOC) atau biasa disebut sebagai lokus kendali menjelaskan
perilaku pengendalian pribadi manusia dalam menghasilkan sesuatu yang diinginkannya.
Locus of control terdiri dari yang berdampak baik maupun buruk. Menurut Donnelly et
al (2003) individu dengan internal LOC cenderung percaya diri dengan keputusannya
pribadi apakah itu sesuatu yang baik atau buruk dan bertanggung jawab terhadap
konsekuensi prilakunya, sebaliknya eksternal LOC perilaku individu akan tergantung
keberhasilannya dari tekanan luar atau eksternal. Sahanak dan Taher (2012)
menyebutkan bahwa locus of control banyak dipengaruhi oleh berbagai kondisi pribadi
maupun lingkungan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh
Donnelly et al. (2003), Srimindarti et al.(2015), Hartanto (2016), serta Sunyoto &
Sulistyo (2019) yang meneliti pengaruh faktor karakteristik personal auditor terhadap
J I P A K 2 0 2 0 | 57
dysfunctional audit behavior. Karakteristik personal auditor yang mempengaruhi
penerimaan perilaku dysfunctional adalah locus of control (Donnelly et al., 2003;
Hidayat, 2012; Hartanto 2016, Alkautsar, 2014), komitmen organisasional (1996b;
Alkautsar, 2014; Mindarti dan Puspitasari, 2014), dan keinginan auditor untuk berpindah
kerja (Donnelly et al., 2003; Mindarti dan Puspitasari, 2014). Perbedaan penelitian ini
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terletak pada populasi penelitian yang
menggabungkan antara auditor eksternal dan auditor internal, serta untuk mengetahu
faktor Turnover Intention sebagai mediasi antara komitmen Organisasi terhadap
Dysfunctional Audit Behavior
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penerimaan perilaku
dysfunctional audit, di mana karakteristik personal auditor akan diukur locus of control,
komitmen organisasional, dan keinginan auditor untuk berpindah kerja. Hasil penelitian
ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu, terutama dalam bidang akuntansi
keperilakuan dan audit, mengenai variabel-variabel yang signifikan menjelaskan
penerimaan Perilaku disfungsional audit serta diharapkan akan dapat memberikan
kontribusi praktis, yaitu bagi profesi auditor, baik auditor eksternal maupun auditor
internal, untuk merencanakan program profesional dan praktik manajemen untuk
mendorong pekerjaan audit yang berkualitas.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu, karakteristik personal auditor
yang mempengaruhi penerimaan perilaku dysfunctional adalah locus of control,
komitmen organisasional, kinerja auditor, dan keinginan auditor untuk berpindah kerja.
Locus of control merupakan konsep yang dikembangkan oleh Julian B. Rotter (1966)
yang menyatakan bahwa individu mengembangkan ekspektasi mengenai kesuksesan
mereka bergantung pada perilaku personal mereka atau dikontrol oleh pihak di luar
mereka. Individu yang memiliki external locus of control meyakini bahwa mereka tidak
dapat mengontrol kejadian atau hasil yang akan mereka terima, sementara itu, individu
yang memiliki internal locus of control memiliki kecenderungan untuk mengkaitkan
hasil dengan pekerjaan yang telah mereka lakukan sebelumnya atau dengan kata lain,
mereka meyakini bahwa hasil adalah sesuatu yang dapat mereka kendalikan. Komitmen
organisasional didefinisikan sebagai penerimaan atas tujuan organisasi dan kemauan
untuk berusaha demi perusahaan serta berkaitan erat dengan perilaku positif, seperti
prestasi kerja dan kehadiran (Porter et al., 1974). Kinerja merupakan suatu keberhasilan
individu atau kelompok atas pencapaian yang diharapkan atas tugasnya selama periode
tertentu, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Keinginan seseorang untuk berpindah kerja
(turnover intention) merupakan tindakan ataupun sikap untuk mengundurkan diri dari
organisasi.
J I P A K 2 0 2 0 | 58
Rumusan Hipotesis
Locus of Control dengan Penerimaan Dysfunctional Audit Behavior
Menurut Rotter(1966) definisi dari Locus of control meliputi adanya kepercayaan
dari individu apakah mereka akan mengendalikan outcome mereka yang disebut sebagai
internal Locus of control atau outcome yang dikendalikan oleh factor keberuntungan,
orang lain yang disebut sebagai external locus of control. Indicator dari Rotter’s terdiri
dari of 29 items untuk mengukur locus of control yang lebih bersifat umum, seperti
pendidikan, politik, Pemerintah dan lainnya. Indicator ini dirasa kurang tepat untuk
mengukur locus of control di tempat kerja. Berdasarkan pertimbangan tersebut digunakan
indicator dari Spector(1982) yang hanya memiliki 16 indikator yang lebih cocok untuk
mengukur locus of control ditempat kerja.
Locus of control dari Spector penting digunakan untuk mengukur perilaku di
tempat kerja (Whitney & Cooper, 1989; Hofstede & Mannheim, 1999), selanjutnya
beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara LOC dengan job
satisfaction( Spector, 1982 dan Peterson,1985) serta organizational commitment yang
diteliti oleh Luthans et al,1987; Kinicki & Vecchio, 1994 serta Furnham et al,. (1994).
Menurut mereka hasil penelitian menunjukkan bahwa LOC internal banyak berhubungan
dengan job satisfaction dan organizational commitment dibandingkan dengan eksternal
LOC.
Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan
positif antara external locus of control individual dengan suatu keinginan-keinginan atau
maksud-maksud untuk menggunakan penipuan atau manipulasi untuk memperoleh
tujuan-tujuan personil (Gable dan Dangello, 1994; Comer, 1985; Solar dan Bruehl,
1971). Dalam situasi-situasi dimana external locus of control tidak dapat memperoleh
penguatan atau dukungan-dukungan yang diperlukan untuk berkembang maupun
bertahan, mereka memandang manipulasi terhadap pihak lain adalah suatu pertahanan
yang perlu dan penting (Solar dan Bruehl, 1971). Perilaku ini sangat mungkin
diwujudkan dalam bentuk perilaku disfungsional. Febriana et al, juga menyebutkan
bahwa karakteristik personal auditor dapat berpengaruh terhadap penerimaan
dysfunctional audit behavior. Perilaku-perilaku auditor adalah alat bagi auditor untuk
memanipulasi proses audit dengan maksud untuk memperoleh tujuan-tujuan kinerja
individu. Pengurangan kualitas audit bisa dihasilkan sebagai pengorbanan yang harus
dilakukan auditor untuk bertahan di lingkungan audit. Perilaku ini akan terjadi pada
individu yang memiliki external locus of control, demikian pula disebutkan oleh Paino
et al. (2012), dan Sunyoto & Sulistyo (2019) terdapat pengaruh positif antara locus of
control terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior. Demikian pula penelitian
yang dilakukan oleh Hartanto (2016) serta Srimindarti et al. (2015) menghasilkan bukti
yang sama.
H1 : Locus of control berpengaruh positif terhadap penerimaan dysfunctional
audit behavior
J I P A K 2 0 2 0 | 59
Keinginan Auditor untuk Berpindah Kerja (Turnover Intention) dengan
Penerimaan Dysfunctional Audit Behavior
Organizational commitment didefinisikan sebagai identifikasi kemampuan seorang
individu dan keterlibatannya dalam berkarya di perusahaan (Mowday et al, 1974). Selain
itu dijelaskan bahwa karyawan juga bisa di identifikasi kemampuannya untuk mengikuti
nilai dan tujuan perusahaan. Dalam penelitian mereka digunakan 15 item indikator untuk
mengukur organizational commitment, namun demikian hanya merupakan satu dimensi
saja yang merupakan attitudinal commitment (Mowday et al,1974), sedangkan
Commitment tidak hanya dilihat dari sikap dan prilaku, tetapi bisa juga dengan
memperhatikan faktor lain seperti memotivasi dan untuk mempertahankan karyawan
diperusahaan. Hal ini muncul pada kondisi perusahaan yang makin besar dan makin
kompleks. Melihat alasan tersebut, maka Meyer et al (1991) mengembangkan
organizational commitment menjadi multidimensi yaitu Normative commitment,
Continuance Commitment dan Affective Commitment.
Dalam suatu penelitian terhadap determinan-determinan kinerja auditor, Ferris dan
Larcker (1983) menjelaskan bahwa kinerja auditor sebagian merupakan suatu fungsi dari
komitmen organisasi. Nouri dan Parker (1998) juga telah menemukan bahwa komitmen
organisasional mempengaruhi kinerja karyawan secara positif. Hasil-hasil analisis yang
telah dilakukan oleh Randall (1990) menunjukkan bahwa komitmen organisasional
memiliki hubungan yang positif dengan kinerja karyawan, akan tetapi, hubungan ini tidak
signifikan. Diperkirakan bahwa tujuan dari dysfunctional behavior adalah untuk
memanipulasi pengukuran kinerja dan untuk mempersulit perolehan indikator kinerja
sesungguhnya, namun, terdapat bukti teoritis yang mendukung bahwa dysfunctional
behavior akan lebih sering terjadi dalam situasi di mana persepsi seseorang terhadap
sebuah kinerja bernilai rendah (Donelly et al., 2003; Sunyoto & Sulistiyo, 2019 ).
H2 : Keinginan auditor untuk berpindah kerja berpengaruh positif terhadap
penerimaan dysfunctional audit behavior
Komitmen Organisasi terhadap Dysfunctional Audit Behavior dengan mediasi
keinginan Berpindah Kerja (Turnover Intention)
Beberapa penelitian telah menemukan suatu hubungan yang signifikan antara
internal locus of control dan masa jabatan pekerjaan yang menunjukkan bahwa auditor
dengan internal locus of control cenderung lebih sedikit untuk mengundurkan diri
daripada external locus of control (Andrisani dan Nestle, 1976). Komitmen
organisasional sering dan selalu digunakan sebagai anteseden dalam penelitian-penelitian
yang memprediksi perilaku-perilaku pengunduran diri atau penarikan diri. Mowday et al.
(1974) telah memprediksi dan telah menemukan bahwa yang terkuat dan yang sangat
dapat diprediksi tentang konsekuensi perilaku komitmen organisasional adalah dasar-
dasar turnover yang lebih rendah, nmun demikian Sunyoto & Sulistiyo(2019)
menemukan bahwa organizational commitment tidak memediasi hubungan antara locus
of control dengan dysfunctional audit behavior.
J I P A K 2 0 2 0 | 60
Hasil analisis dari Mathieu dan Zajac (1990) bahwa komitmen organisasional
memiliki pengaruh positif terhadap kehadiran serta berpengaruh negatif terhadap
keadaan yang sudah lewat dan turnover. Hasil-hasil dari beberapa studi yang telah
dibentuk dan telah dilakukan oleh McEvoy dan Cascio (1987) menemukan bahwa
turnover sangat rendah di antara para karyawan yang berkinerja sangat baik. Hasil
penelitian ini didukung oleh Rizqa et al.(2018) yang menyatakan bahwa LOC eksternal
akan berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior yang dimediasi dengan
turnover intention. Dalam penelitian Hartanto (2016), menyebutkan bahwa para auditor
memiliki komitment professional dalam melaksanakan profesinya, sehingga perilaku
ini mempengaruhi dysfunctional audit. Berdasarkan temuan-temuan ini, diharapkan
bahwa kinerja akan berhubungan secara terbalik dengan turnover intention. Rizqa et
al.(2018) menyatakan bahwa para auditor yang bertujuan atau bermaksud untuk
meninggalkan perusahaan bisa jadi lebih mau untuk ikut turut serta melakukan DAB
dengan tujuan menurunkan atau mengurangi kekhawatiran atau rasa takut akan
kemungkinan penghentian atau pemecatan jika perilaku mereka tersebut terdeteksi.
Individu-individu yang sedang bermaksud meninggalkan perusahaan berhubungan
dengan lebih besar untuk menerima dysfunctional audit behavior untuk penilaian kinerja
dan promosi.
H3 : Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit
behavior dengan mediasi turnover intention
3. METODOLOGI
Jenis penelitian ini merupakan exploratory causal relationship research , yaitu
untuk menguji hubungan sebab akibat antar variabel, untuk membuktikan pengaruh
Locus Of Control terhadap dysfunctional audit behavior, terjadinya mediasi atau tidak
dari mediasi kinerja auditor dan organizational commitment terhadap hubungan antara
Locus Of Control dan dysfunctional audit behavior.
Jenis dan Data Penelitian
Pada dasarnya, jenis penelitian ini berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti
adalah explanatory causal-comparative research, yaitu penelitian untuk menguji
hipotesis yang menjelaskan hubungan sebab-akibat antara variabel independen dengan
variabel dependen (Augustine dan Kristaung, 2013). Data untuk penelitian ini merupakan
data primer yang diperoleh melalui proses pengisian kuesioner. Kuesioner bersumber
dari penelitian yang dilakukan oleh Donnelly et al. (2003). Data yang diperoleh melalui
pengisian kuesioner berskala interval. Populasi untuk penelitian ini adalah auditor
eksternal yang bekerja di berbagai Kantor Akuntan Publik dan auditor internal yang
bekerja di berbagai perusahaan di Indonesia.
Sampel yang digunakan merupakan akuntan, internal auditor dan eksternal auditor.
Sampel untuk penelitian ini dipilih dengan metode simple random sampling, di mana
J I P A K 2 0 2 0 | 61
responden adalah auditor eksternal yang bekerja di berbagai kantor akuntan publik dan
auditor internal serta akuntan yang bekerja di berbagai perusahaan di Indonesia.
Operasional Variabel dan Pengukuran
Variabel independen dalam penelitian ini adalah locus of control, komitmen
organisasi, kinerja auditor, keinginan auditor untuk berpindah kerja, sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah dysfunctional audit behavior. Locus of control
diukur dengan menggunakan 16 instrumen survey dari Spector(1982), komitmen
organisasional diukur dengan menggunakan 9 (Sembilan) instrumen survey (Mowday,
1979), kinerja auditor diukur dengan menggunakan 9 (Sembilan) instrumen survey
(Donnelly, 2003), keinginan auditor untuk berpindah kerja diukur dengan menggunakan
3 (tiga) instrumen survei, sedangkan penerimaan dysfunctional audit behavior yang
diukur dengan menggunakan 12 instrumen survei. Seluruh variabel diukur dengan
dengan menggunakan 6 (enam) skala likert. Pemilihan 6 (enam) skala Likert dalam
kuesioner penelitian ini, yang berbeda dengan penelitian Donnelly et al. (2003) sebagai
sumber kuesioner yang menggunakan 7 (tujuh) skala likert, dilakukan untuk mencegah
adanya kecenderungan responden untuk menjawab di posisi netral dan untuk
memudahkan proses perhitungan. Skala 1 (satu) menunjukkan tanda sangat tidak setuju
hingga skala 6 (enam) menunjukkan tanda sangat setuju, kecuali untuk variabel kinerja
auditor, skala 1 (satu) menunjukkan tanda sangat buruk hingga skala 6 (enam)
menunjukkan tanda sangat baik. Seluruh instrumen survei dalam variabel keinginan
auditor untuk berpindah kerja dinilai terbalik (reverse scored) dan beberapa instrumen
survei dalam variabel locus of control juga dinilai terbalik (reverse scored), yakni
instrumen 1, 2, 3, 4, 7, 11, 14, dan 15.
Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap pengujian. Pengujian tahap
pertama yaitu pengujian statistik deskriptif. Pengujian berikutnya adalah pengujian
instrumen penelitian. Pengujian instrumen penelitian terdiri dari 2 jenis pengujian, yakni
uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk menunjukan tingkat
kecermatan pengukuran alat tes sesuai sasaran yang akan diukur, sedangkan uji
reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas kesalahan
atau error free) dan karena itu, menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan
lintas beragam item dalam instrumen. Pengujian hipotesis menggunakan uji regresi
berganda dengan alat statistk SPSS.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Penelitian
Dari sebanyak 110 kuesioner bentuk fisik dan 55 kuesioner bentuk softcopy yang
disebar ke berbagai kantor akuntan publik dan perusahaan di Indonesia, dikumpulkan
J I P A K 2 0 2 0 | 62
data sebanyak 106 kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan. Gambaran umum
mengenai demografi responden dapat dilihat dalam tabel 1. dibawah ini
Tabel 1
Demografi Responden
No. Keterangan Klasifikasi Jumlah Persentase
1 Jenis Auditor Auditor Eksternal 52 49,06%
Auditor Internal 54 50,94%
Total 106 100,00%
2 Jenis Kelamin Pria 55 51,89%
Wanita 51 48,11%
Total 106 100,00%
3 Usia < 21 tahun 1 0,94%
21-30 tahun 71 66,98%
31-40 tahun 19 17,92%
41-50 tahun 14 13,21%
> 50 tahun 1 0,94%
Total 106 100,00%
4 Pengalaman Kerja 1-3 tahun 54 50,94%
4-6 tahun 23 21,70%
7-10 tahun 12 11,32%
> 10 tahun 17 16,04%
Total 106 100,00%
5 Pendidikan Terakhir Diploma 3 (D3) 7 6,60%
Strata 1 (S1) 90 84,91%
Strata 2 (S2) 9 8,49%
Strata 3 (S3) 0 0,00%
Lainnya 0 0,00%
Total 106 100,00%
6 Posisi Junior Auditor 65 61,32%
Senior Auditor 35 33,02%
Manajer Audit 4 3,77%
Partner/Executive 2 1,89%
Total 106 100,00%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan informasi diatas dapat terlihat bahwa rata-rata para respondesn
penelitian ini terdiri dari auditor internal dan auditor eksternal dan sebagian besar adalah
junior auditor, yang memiliki usia paling banyak berkisar 20 hingga 30 tahun, latar
belakang pendidikan mayoritas strata 1 (S1), serta masa kerja rata-rata belum terlalu
lama.
J I P A K 2 0 2 0 | 63
Uji Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen penelitian terdiri dari 2 (dua) jenis pengujian, yakni uji
validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan menggunakan metode Korelasi
Pearson dan diolah menggunakan perangkat lunak SPSS Statistics 22, sedangkan uji
reliabilitas menggunakan adalah metode konsistensi antarbutir (inter-item consistency)
dengan indikator keandalan yang digunakan adalah koefisien alpha cronbach. Hasil uji
tersebut menunjukan bahwa kelima indicator dalam penelitian ini telah memenuhi
kriteria validitas dan realibilitas.
Pengujian Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka dilakukan terlebih dahulu uji asumsi
klasik. Seluruh uji asumsi klasik dapat dilampaui sehingga tahapan berikutknya dalah
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukian mulitple
regression dengan alat SPSS, pengambilan keputusan dengan tingkat signifikansi p <
0,05.
Tabel 2
Hasil Uji Hipotesis
Estimate SE. P Keputusan 5%
Locus of Control terhadap
Dysfunctional audit ,485 ,099 0.000 Signifikan
Komitmen Organisasional terhadap
Turnover Intention -,875 ,219 0.000 Signifikan
Turnover Intention terhadap
Dysfunctional audit -,320 ,128 ,012 Signifikan
Sumber: Data diolah SPSS 22, 2018
Hasil dan Pembahasan
Locus Of Control Berpengaruh Positif Terhadap Dysfunctional Audit Behaviour
Hasil estimasi yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan nilai p = 0,000, di bawah
tingkat signifikansi 5%. Nilai SE yang positif menunjukkan pengaruh positif locus of
control terhadap dysfunctional audit behavior. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima, yang artinya locus of control terbukti berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior. Hal ini konsisten dengan
penelitian Donnelly et al. (2003), Paino et al. (2012), dan Sunyoto & Sulistyo (2019)
Srimindarti et al.(2015), serta Hartanto (2016). Hasil penelitian ini mengindikasikan
seorang auditor cenderung menerima dysfunctional auditor behaviour (perilaku
disfungsional audit) manakala dirinya menghadapi tekanan dalam melakukan
pekerjaannya. Tekanan tersebut bisa berasal dari waktu dan dari atasannya, supervisor
atau manajer audit. Penurunan kualitas audit yang dapat timbul akibat dysfunctional audit
J I P A K 2 0 2 0 | 64
behavior dipandang sebagai suatu tekanan dari pihak eksternal. Hal ini perlu diteliti lebih
lanjut yang berkaitan dengan waktu dan leadership termasuk mana yang lebih dominan.
Keinginan Auditor Untuk Berpindah Kerja Berpengaruh Positif Terhadap
Penerimaan Dysfunctional Audit Behaviour
Hasil estimasi yang terlihat pada tabel 2 menunjukkan nilai p = 0,012, di bawah
tingkat signifikansi 5%. Nilai estimasi yang negatif menunjukkan pengaruh negatif
keinginan auditor untuk berpindah kerja terhadap penerimaan dysfunctional audit
behavior. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak, yang artinya
keinginan auditor untuk berpindah kerja berpengaruh negatif dan signifikan pada tingkat
signifikansi 5% terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior. Hal ini konsisten
dengan penelitian Paino et al. (2012), namun inkonsisten dengan penelitian Donnelly et
al. (2003), dan Wijayanti (2009). Penyebaran demografi responden yang tidak merata
menjadi faktor utama yang mengakibatkan hasil penelitian sampai pada konklusi ini.
Berdasarkan tabel 1 Demografi Responden, terlihat bahwa mayoritas responden berusia
antara 21 sampai 30 tahun (66,98%), mayoritas memiliki pengalaman kerja hanya 1-3
tahun (50,94%), mayoritas pendidikan terakhir Strata 1 (84,91%), dan mayoritas posisi
auditor hanyalah junior auditor (61,32%). Data demografi responden tersebut
menunjukkan bahwa responden penelitian ini sebagian besar masih berusia muda dan
baru saja menyelesaikan proses pendidikannya sehingga bisa dikatakan masih dalam
proses pencarian jati diri dan pekerjaan yang layak bagi masa depan mereka. Tingkat
turnover auditor yang berada di rentang usia seperti itu akan menjadi sangat tinggi dan
komitmen mereka pada satu perusahaan atau kantor akuntan publik tempat mereka
bernaung akan menjadi sangat rendah.
Komitmen Organisasi Berpengaruh Positif Terhadap Dysfunctional Audit Behavior
Dengan Mediasi Turnover Intention
Gambar 1.
Turnover Intention Sebagai Variabel Mediasi
Sumber : Data diolah
Komitmen
Organisasi
Turnover
Intention
Dysfunctional
Audit Behavior
-0,875 -0,320
-0,875 x- 0,320 = 0,28
J I P A K 2 0 2 0 | 65
Hasil pengujian regresi analisis jalur menunjukkan bahwa nilai beta indirect effect
sebesar 0,28 hal tersebut menjelaskan bahwa komitmen organisasi terhadap dysfunctional
audit behaviour melalui turnover intention berpengaruh secara positif. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa H3 diterima, artinya variabel turnover intention terbukti
berpengaruh sebagai variabel mediasi dalam hubungan antara komitmen organisasi dan
penerimaan dsyfunctional audit behavior. Hal ini konsisten dengan penelitian Paino et
al. (2012).
Penyebaran demografi responden yang tidak merata menjadi faktor utama yang
mengakibatkan hasil penelitian sampai pada konklusi ini. Berdasarkan Tabel 1
Demografi Responden, terlihat bahwa mayoritas responden berusia antara 21 sampai 30
tahun (66,98%), mayoritas memiliki pengalaman kerja hanya 1-3 tahun (50,94%),
mayoritas pendidikan terakhir Strata 1 (84,91%), dan mayoritas posisi auditor hanyalah
junior auditor (61,32%). Data demografi responden tersebut menunjukkan bahwa
responden penelitian ini sebagian besar masih berusia muda dan baru saja menyelesaikan
proses pendidikannya sehingga bisa dikatakan masih dalam proses pencarian jati diri dan
pekerjaan yang layak bagi masa depan mereka. Sebagai pemain baru di bidang audit,
pemahaman mereka akan dsyfunctional audit behavior dan pengaruhnya masih rendah
sehingga mereka akan cenderung menerima terjadinya dsyfunctional audit behavior
tanpa benar-benar memahami betul dampak negatif yang akan timbul.
5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa locus of control terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan dsyfunctional audit behavior. Di
lain hal, keinginan auditor untuk berpindah kerja terbukti berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap penerimaan dsyfunctional audit behavior, dan komitmen organisasi
terhadap dysfunctional audit behaviour melalui turnover intention berpengaruh secara
positif.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa karakteristik personal auditor
berpengaruh terhadap penerimaan auditor atas dsyfunctional audit behavior, dimana
variabel locus of control memiliki hubungan yang dominan terhadap penerimaan
dsyfunctional audit behavior, oleh karena itu disarankan bagi kantor akuntan publik dan
perusahaan agar perlu mengetahui karakteristik personal auditor yang dapat menunjang
kesuksesan personal dan membawa kesuksesan bagi organisasi yang bisa dilakukan pada
saat merekrut pegawai atau dapat melalui training dan development, serta mereka juga
perlu menekankan pada auditornya untuk memberikan prioritas yang tinggi terhadap
kualitas audit.
J I P A K 2 0 2 0 | 66
Implikasi
Untuk penelitian berikutnya bisa menggunakan variabel lainnya seperti task
complextity, time budget pressure, client importance dan independensi auditor untuk
membuktikan pengaruhnya terhadap dysfunctional audit behavior.
Saran
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum memisahkan antara internal dan
eksternal LOC dan apabila menggabungkannya dengan level of auditor akan lebih
memberikan kontribusi bagi CPA firm, sehingga perlu adanya pertimbangan untuk
bagaimana mengendalikan dysfunctional audit behavior, training dan memperketat
prosedur audit.
Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan dengan sebaran demografi responden
yang lebih merata sehingga hasil penelitian dapat lebih konklusif. Selain itu perlu
menambah jumlah responden agar hasil penelitian lebih dapat digeneralisir, selanjutnya
penelitian dengan mempertimbangkan level auditor dari junior dan senior perlu dilakukan
untuk mengetahui di level mana yang lebih menerima dysfunctional audit behavior.
Selain itu perlu pula diteliti dengan menggunakan tingkatan posisi auditor sebagai junior
auditor, senior maupun supervisor untuk melihat analisis lebih mendalam dimana DAB
lebih sering terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Alkautsar, M. (2014). Locus of Control, Commitment Profesional and Dysfunctional
Audit Behaviour. International Journal of Humanities and Management Sciences
(IJHMS), 2(1), 35–38.
Andrisani, PJ and Nestle, G. (1976), Internal-external control as a contributor to and
outcome of work experience, Journal of Applied Psychology, Vol. 61 No. 1, pp.
156-65.
Augustine, Yvonne & Robert Kristaung. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis dan
Akuntansi. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Comer, J. M. (1985). Machiavellianism and Inner vs Outer Directedness: A Study of
Sales Managers. Psychological Reports, 56(1), 81–82.
https://doi.org/10.2466/pr0.1985.56.1.81
De Angelo, L. E. (1981). Auditor Size And Audit Quality. Journal of Accounting and
Economics, 3, 183–199.
Donnelly, D. P., Quirin, J. J., & O’Bryan, D. (2003). Attitudes Toward Dysfunctional
Audit Behavior: The Effects Of Locus Of Control, Organizational Commitment,
and Position. The Journal of Applied Business Research, 19(1), 95–108.
https://doi.org/10.19030/jabr.v19i1.2151
Ferris, K. R., & Larcker, D. F. (1983). Explanatory Variables Of Auditor Performance In
A Large Public Accounting firm. Accounting, Organizations and Society, 8(1),
1–11. https://doi.org/10.1016/0361-3682(83)90011-9
Furnham, A., Brewin, C. R., & O;Kelly, H. (1994). Cognitive Style And attitudes to
Work. Human Relation, 47(12), 1509–1521.
https://doi.org/10.1177/07399863870092005
J I P A K 2 0 2 0 | 67
Gable, M., & Dangello, F. (1994). Locus of Control, Machiavellianism, and Managerial
Job Performance. The Journal of Psychology: Interdisciplinary and Applied,
128(5), 599–608. https://doi.org/10.1080/00223980.1994.9914917
Hartanto, O. (2016). Pengaruh Locus of Control, Tekanan Anggaran Waktu Komitmen
Profesional, Terhadap Perilaku Dysfunctional Auditor. Ekuitas: Jurnal Ekonomi
Dan Keuangan, 20(4), 473–490.
https://doi.org/10.24034/j25485024.y2016.v20.i4.1826
Hidayat, Widi .(2012). ESQ dan Locus of Control sebagai Anteseden Hubungan Kinerja
Pegawai dan Penerimaan Perilaku disfungsional audit pada Badan Pengawas
Daerah (BAWASDA) Jawa Timur. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis
Volume 3: 50-74. Surabaya: Ikatan Doktor Ekonomi Indonesia.
Hoffi-Hofstede, H., & Mannheim, B. (1999). Managers’ coping resources, perceived
organizational patterns, and responses during organizational recovery from
decline. Journal of Organizational Behavior, 20(5), 665–685.
https://doi.org/10.1002/(SICI)1099-1379(199909)20:5<665::AID-
JOB920>3.0.CO;2-V
Kelley, T. & L. Margheim. (1990). The Impact of Time Budget Pressure, Personality,
and Leadership Variabel on Dysfunctional Behavior. Auditing: A Journal of
Practice and Theory Volume 9: 21-41. Sarasota: American Accounting
Association.
Kinicki, A. J., & Vecchio, R. P. (1994). Influences on the Quality of Supervisor- Subrhte
Relations: The Role of Time- Pressure, Organizational Commitment, and Locus of
Control. Journal of Organizational Behavior, 15(1), 75–82.
https://doi.org/10.1002/job.4030150108
Luthans, F., Baack, D., & Taylor, L. (1987). Organizational Commitment: Analysis Of
antecedents. Human Relatiions, 40(1), 219–235.
https://doi.org/10.1177/07399863870092005
Mathieu, J. E., & Zajac, D. M. (1990). A Review and Meta-Analysis of the Antecedents,
Correlates, and Consequences of Organizational Commitment. Psychological
Bulletin, 108(2), 171–194.
McEvoy, G. M. & W. F. Cascio. (1987). Do Good Performers Leave? A Meta-Analysis
of The Relationship Between Performance and Turnover. Academy of
Management Journal Volume 30: 744-762. New York: Academy of Management.
Meyer, J. P., Bobocel, D. R., & Allen, N. J. (1991). Development of organizational
commit-Ment during the first year of employment: A longitudinal study of pre-
and post-entry Influences. Journal of Management, 17, 717-733.
Mindarti, Ceacilia Sri & Elen Puspitasari. (2014). The Role of Organizational
Commitment on Individual Characteristics that Influence of Auditor Acceptance
of Dysfunctional Audit Behavior. International Journal of Business, Economics
and Law Volume 5: 132-138. Kuala Lumpur: Kuala Lumpur International
Business, Economics and Law Conference.
Mowday, R. T., Porter, L. W., & Dubin, R. (1974). Unit Performance, Situational Factors,
and Employee Attitudes in Spatially Separated Work Units. Organizational
Behavior and Human Performance, 12(2), 231–248.
https://doi.org/10.1016/0030-5073(74)90048-8
Mowday, R. T., Steers, R. M., & Porter, L. W. (1979). The measurement of
organizational commitment. Journal of Vocational Behavior, 14, 224-247.
J I P A K 2 0 2 0 | 68
Nouri, H. & R. J. Parker. (1996). The Effect of Organisational Commitment on The
Relation between Budgetary Participation and Budgetary Slack. Behavioral
Research in Accounting Volume 8: 74-90. Sarasota: American Accounting
Association.
Otley, D. T., & Pierce, B. J. (1996). Auditor Time Budget Pressure: Consequences and
antecedents. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 9(1), 31–58.
https://doi.org/10.1108/09513579610109969
Paino, H., Smith, M., & Ismail, Z. (2012). Auditor Acceptance of Dysfunctional
Behaviour: An Explanatory Model Using Individual Factors. Journal of Applied
Accounting Research, 13(1), 37–55.
https://doi.org/10.1108/09675421211231907
Porter, L. W., Steers, R. M., Mowday, R. T., & Boulian, P. V. (1974). Organizational
Commitment, Job Satisfaction, and Turnover Among Psychiatric Technicians.
Journal of Applied Psychology, 59(5), 603–609.
https://doi.org/10.1037/h0037335
Price, J. L. (1977). The Study of Turnover. Ames: The Iowa State University Press.
Public Oversight Board (2000). The Panel on Audit Effectiveness Report and
Recommendations. Stamford: Public Oversight Board.
Randall, D. M. (1990). The Consequences of Organizational Commitment:
Methodological Investigation. Journal of Organizational Behavior, 11(5), 361–
378. https://doi.org/10.1002/job.4030110504
Rizqa, Anita., Nanda, S. T., Zenita, R., & Abdillah, M. R. (2018). Locus of Control,
Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior dan Intention to Quit.
Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 5(1), 43–54.
https://doi.org/10.24815/jdab.v5i1.8623
Rotter, Julian B. (1966). Generalized Expectancies for Internal versus External Control
of Reinforcement. Psychological Monographs: General and Applied Volume 80:
1-28. Washington: American Psychological Association.
Sahanak dan Taher(2012), Factors affecting Work Locus of Control: An Analytical and
Comparative Study, Journal of Business Administration, Volume 8, No. 2
Solar, D., & Bruehl, D. (1971). Machiavellianism And Locus of Control: Two
Conceptions of Interpersonal Power. Psychological Reports, 29(3), 1079–1082.
https://doi.org/10.2466/pr0.1971.29.3f.1079
Spector, P. E. (1982). Behavior in Organizations as a Function of Employee’s Locus of
Control Paul. Psychological Bulletin, 91(3), 482–497.
https://doi.org/10.1037/0033-2909.91.3.482
Sunyoto, Y., & Sulistiyo, H. (2019). Locus of Control, Dysfunctional Audit Behavior,
and the Mediating Role of Organizational Commitment. Quality - Access to
Success, 20(170), 19–24.
Srimindarti, C., Sunarto, & Widati, L. W. (2015). The Effects of Locus of Control and
Organizational Commitment To Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior
Based On The Theory of Planned Behavior. International Journal of Business,
Economics and Law, 7(1), 27–35.
Waluyo, Minto. (2009). Panduan dan Aplikasi Structural Equation Modelling (Untuk
Aplikasi Model dalam Penelitian Teknik Industri, Psikologi, Sosial, dan
Manajemen). Jakarta: PT Indeks.
J I P A K 2 0 2 0 | 69
Wijayanti, Provita. (2009). Pengaruh Karakteristik Personal Auditor terhadap
Penerimaan Perilaku disfungsional audit (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah
yang Bekerja di BPKP Perwakilan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta). Jurnal Akuntansi Indonesia Volume 5: 251-271. Semarang:
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung.
Withney, M. J., & Cooper, W. H. (1989). Predicting Exit, Voice, Loyalty, and Neglect.
Administrative Science Quarterly, 34(4), 521–539.
https://doi.org/10.2307/2393565
J I P A K 2 0 2 0 | 70