PENGARUH INTENSITAS MODAL, LEVERAGE, INTENSITAS …repository.umrah.ac.id/413/1/JURNAL EBOL.pdf ·...
Transcript of PENGARUH INTENSITAS MODAL, LEVERAGE, INTENSITAS …repository.umrah.ac.id/413/1/JURNAL EBOL.pdf ·...
PENGARUH INTENSITAS MODAL, LEVERAGE, INTENSITAS PERSEDIAAN,
TRANSAKSI PERUSAHAAN AFILIASI, DAN TRANSFER PRICING TERHADAP
TARIF PAJAK EFEKTIF PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016
KARTIKA PERTIWI, TUMPAL MANIK, ASMAUL HUSNA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas modal, leverage,
intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi, dan transfer pricing terhadap tarif pajak
efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling dan didapatkan 37 sampel
yang memenuhi kriteria dari 148 perusahaan yang menjadi data observasi. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dan hasil dalam penelitian ini
mendapatkan bahwa intensitas modal, leverage, intensitas persediaan dan transaksi perusahaan
afiliasi berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Dan transfer pricing tidak berpengaruh terhadap
tarif pajak efektif.
Kata kunci : Tarif pajak efektif, intensitas modal, leverage, intensitas persediaan,
transaksi perusahaan afiliasi, transfer pricing
PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak
memberikan sumbangan terbesar bagi penerimaan negara dibandingkan dengan penerimaan
bukan pajak seperti: penerimaan sumber daya alam, bagian laba BUMN, penerimaan bukan
pajak lainnya dan pendapatan badan layanan umum serta hibah.
Berdasarkan website resmi Dirjen Pajak pada tahun 2016, Pemerintah mencatat bahwa
realisasi penerimaan pajak dari PPh Non Migas sampai dengan 31 Oktober 2016 mencapai Rp.
870,594 triliun atau 64,27% dari target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-2016
sebesar Rp. 1.355,203 triliun. Angka ini lebih tinggi 13,30% dibandingkan periode yang sama
ditahun 2015 yang mana total realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar Rp. 768,691 triliun.
Perbedaan sebesar Rp. 484,609 triliun tersebut menunjukkan bahwa penerimaan dan target
penerimaan dari sektor pajak tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah banyaknya perusahaan yang ingin menekan
kewajiban perpajakannya sehingga menyebabkan adanya perbedaan perhitungan beban pajak
yang ditetapkan dengan tarif pada undang-undang yang dilaporkan dalam laporan keuangan
perusahaan. Kemudian masih banyaknya perusahaan yang tidak mematuhi pembayaran pajak
hingga melakukan upaya penghindaran pajak untuk memperkecil jumlah pajak yang dibayar dan
tarif pajak efektif perusahaan. Ada beberapa faktor yang berkemungkinan berpengaruh dan dapat
dimaksimalkan oleh perusahaan untuk kegiatan manajemen pajaknya antara lain intensitas
modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh intensitas
modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing terhadap
tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2016 baik secara parsial maupun simultan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh intensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi
perusahaan afiliasi dan transfer pricing terhadap tarif pajak efektif.
TINJAUAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tarif pajak efektif adalah besaran persentase tarif pajak yang ditanggung oleh
perusahaan. Tarif pajak menunjukkan efektivitas manajemen pajak dan menunjukkan respon
serta dampak intensif pajak terhadap suatu perusahaan Tarif pajak efektif dapat dihitung dengan
membagi beban pajak tehadap laba sebelum pajak dan tidak membedakan antara beban pajak
kini dan beban pajak tangguhan (Amelia, 2016). Adapun rumusnya sebagai berikut:
Intensitas modal menggambarkan seberapa besar aset perusahaan yang diinvestasikan
dalam bentuk aset tetap yang dirumuskan, dengan :
Intensitas modal menggambarkan seberapa besar aset perusahaan yang diinvestasikan
dalam bentuk aset tetap yang dirumuskan, dengan :
Intensitas persediaan merupakan cerminan dari seberapa besar perusahaan berinvestasi
terhadap persediaan yang ada dalam perusahaan (Halim, 2016). Intensitas persediaan
menggunakan proxy rasio intensitas persediaan. Rasio intensitas persediaan dapat dihitung
dengan cara membagi nilai persediaan yang ada dalam perusahaan dengan total aset perusahaan,
seperti yang dirumuskan oleh Halim (2016). Adapun rumusnya sebagai berikut:
Pengungkapan pihak-pihak berelasi sangat penting karena hubungan antara pihak-pihak
berelasi dapat berpengaruh terhadap laba rugi dan posisi keuangan perusahaan. Pihak berelasi
dapat menyepakati transaksi dimana pihak-pihak yang tidak berelasi dapat melakukannya (PSAK
No. 7 (Revisi 2010) paragraf 6). Transaksi afiliasi menggunakan rasio piutang hubungan
istimewa
Transfer pricing adalah harga yang terkandung pada setiap produk atau jasa dari satu
divisi yang di transfer ke divisi yang lain dalam perusahaan yang sama atau antar perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa.
Untuk melihat keberadaan penjualan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
maka penelitian ini menggunakan variabel dummy yang mana apabila perusahaan yang
melakukan penjualan diatas 10% kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa diberi nilai
1 (satu) dan yang tidak diberi nilai 0 (nol).
Berdasarkan landasan teori yang dijelaskan diatas, maka dibuat kerangka pemikiran
sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
H5
H6
1. Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Tarif pajak Efektif
Intensitas modal menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan yang
diinvestasikan dalam bentuk aset tetap. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016),
intensitas modal terbukti berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Semakin besar intensitas
modal, maka akan meningkatkan tarif pajak efektif dan semakin kecil intensitas modal akan
menurunkan tarif pajak efektif. Maka hipotesis penelitian dalam variabel ini yaitu :
H1 : Diduga Intensitas Modal Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif
2. Pengaruh Leverage Terhadap Tarif Pajak Efektif
Leverage menggambarkan tingkat risiko dari perusahaan yang diukur dengan
membandingkan total hutang perusahaan dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Menurut Omelia (2016), penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional
perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Biaya bunga dapat dikurangkan dari
pajak, sehingga penggunaan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara
langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Biaya bunga hutang yang timbul akan
digunakan sebagai pengurang pajak sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Semakin
besar tingkat hutang akan menurunkan tarif pajak efektif. Maka hipotesis penelitian dalam
variabel ini yaitu :
Intensitas Modal (X1)
Leverage (X2)
Intensitas Persediaan (X3)
Transaksi Perusahaan Afiliasi
(X4)
Transfer Pricing (X5)
Tarif Pajak Efektif (Y)
H2 : Diduga Leverage Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif
3. Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Tarif Pajak Efektif
Intensitas persediaan menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan
kekayaannya pada persediaan. Menurut Putri (2016), tingkat persediaan yang tinggi juga
dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar perusahaan. Hal ini karena timbulnya beban-
beban bagi perusahaan akibat dari adanya persediaan. Beban-beban tersebut akan
mengurangi laba bersih perusahaan dan mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan. Maka hipotesis penelitian dalam variabel ini yaitu :
H3 : Diduga Intensitas Persediaan Berpengaruh Terhadap Tarif Pajak Efektif
4. Pengaruh Transaksi Perusahaan Afiliasi Terhadap Tarif Pajak Efektif
Untuk menguji apakah transaksi perusahaan istimewa berpengaruh terhadap tarif pajak
efektif perusahaan dipergunakan kriteria hubungan istimewa menurut PSAK No. 7 Revisi
2010. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014), membuktikan bahwa transaksi
perusahaan afiliasi berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif. Semakin tinggi
transaksi afiliasi maka tarif pajak efektif akan semakin kecil. Maka hipotesis penelitian
dalam variabel ini yaitu :
H4 : Diduga Piutang Hubungan Istimewa Berpengaruh terhadap Tarif Pajak Efektif
5. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Tarif Pajak Efektif
Dalam transfer pricing, perusahaan multinasional cenderung menggeser kewajiban
perpajakannya dari negara-negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries)
ke negara-negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries) yang dilakukan
dengan cara memperkecil harga jual antara perusahaan dalam satu grup.
Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2015), menyebutkan bahwa transfer pricing
berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang diukur menggunakan proxy tarif pajak
efektif. Oleh karena itu, beban pajak yang besar memicu perusahaan untuk melakukan
transfer pricing dengan harapan dapat menekan beban tersebut. Maka hipotesis penelitian
dalam variabel ini yaitu :
H5 : Diduga Transfer Pricing Berpengaruh terhadap Tarif Pajak Efektif
METODOLOGI PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik. Sedangkan statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
JENIS dan SUMBER DATA
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2016. Penelitian ini
menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 203-2016. Data diambil
dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan di www.idx.co.id serta
sumber-sumber lainnya.
POPULASI dan SAMPEL
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 138
perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan
sampel. Adapun kriterianya yaitu :
1. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan secara lengkap selama
periode 2013-2016
2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah (Rp)
selama periode 2013-2016
3. Perusahaan manufaktur yang mengalami laba selama periode 2013-2016
4. Perusahaan yang memiliki piutang hubungan istimewa selama periode 2013-2016
Berdasarkan kriteria sampel yang digunakan, maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 37 perusahaan.
METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Dengan
bantuan SPSS 20.0. dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji
normalitas, multikoliniearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi), dan uji hipotesis (uji t, uji f
dan koefisien determinasi). Metode ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel
terikat dengan variabel-variabel bebas. Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh inensitas modal, leverage, intensitas persediaan, transaksi
perusahaan afiliasi dan transfer pricing padaperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2016. Hasil dan pembahasan dalam pengujian statistik penelitian ini
adalah sebagai berikut:
DATA OUTLIER
1. Uji Statistik Deskriptif dan Uji Frekuensi
Menurut Ghozali (2013:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar devaisi, maksimum,
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data intensitas modal memiliki minimum sebesar
0,0804, nilai maksimum 0,6975, nilai rata-rata 0,354405 dan standar deviasi sebesar 0,1582625,
leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,0244, nilai maksimum 2,6939, nilai rata-rata
0,732834, dan standar deviasi sebesar 0,5639573, intensitas persediaan memiliki nilai minimum
sebesar 0,0160, nilai maksimum 0,4581, nilai rata-rata sebesar 0,180680 dan standar deviasi
sebesar 0,0953338, transaksi perusahaan afiliasi memiliki nilai minimum 0,0000, nilai
maksimum 0,2191, nilai rata-rata 0,41644 dan standar deviasi sebesar 0,0586159.
Untuk variabel transfer pricing menggunakan uji frekuensi dimana dari 129 sampel
penelitian, terdapat 69 perusahaan yang melakukan penjualan daiatas 10% kepada pihak berelasi
atau sekitar 46,6% dan sisanya 60 perusahaan tidak melakukan penjualan diatas 10% kepada
pihak berelasi atau sekitar 40,5%.
2. Uji Asumsi Klasik
2.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Dan jika asumsi ini
dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid. Untuk melihat residual berdistribusi normal
atau tidak, dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogrov-
Smirnov, besarnya nilai Kolmogrov- Smirnov adalah 1,255 dan signifikan pada 0,086 yang
nilainya lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
telah terdistribusi dengan normal.
2.2 Uji Multikoliniearitas
Menurut Ghozali (2013:105) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas
didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation
factor (VIF). Nilai umum yang dipakai untuk menunjukkan tidak adanya masalah
multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.
Berdasarkan hasil uji multikoliniearitas menggunakan VIF terlihat bahwa variabel
intensitas modal (CAPINT) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,792 dan variance inflation
factor (VIF) sebesar 1,262, variabel leverage (LEV) memiliki nilai tolerance (T) sebesar
0,891 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,123, variabel intensitas modal (INVINT)
memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,886 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,128,
variabel transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC) memiliki nilai tolerance (T) sebesar
0,782 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,374, serta variabel transfer pricing (TP)
memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,722 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,386.
Sehingga dapat disimpulkan masing-masing variabel independen yaitu intensitas modal,
leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi, dan transfer pricing yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai variance
inflation factor (VIF) dibawah 10 sehingga model persamaan regresi dalam penelitian ini
tidak terdapat masalah pada uji multikoliniearitas dan model persamaan regresi dapat
digunakan dalam penelitian ini.
2.3 Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi
autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan
uji Durbin-Watson (DW).
Durbin-Watson diatas diketahui bahwa nilai Durbin-Watson hitung sebesar 2,009.
Apabila dibandingkan dengan nilai Durbin-Watson tabel pada tingkat signifikan 5%, dengan
k=6 dan n=129 maka diperoleh dL = 1,6165 dan dU = 1,8107 , maka nilai 4-dU = 2,1893
dan nilai 4-dL = 2,3835. Hasil dari Durbin-Watson hitung sebesar 2,009 dan nilai ini berada
diposisi antara dU dengan 4-dU, yaitu antara 1,8107 dan 2,1893, yang artinya bahwa tidak
adanya gejala autokorelasi dalam model regresi ini.
2.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamtan yang lain jika sama
disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang
baik tidak mengandung heterokedastisitas.
Nilai sig untuk variabel intensitas modal (CAPINT) sebesar 0,256, nilai sig untuk
variabel leverage (LEV) sebesar 0,283, nilai sig untuk variabel intensitas persediaan
(INVINT) 0,395, nilai sig untuk variabel transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC) 0,603
dan nilai sig untuk variabel transfer pricing (TP) sebesar 0,811, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua variabel mempunyai nilai sig > 0,05, maka dapat dipastikan model tidak
mengandung heterokedastisitas.
3. Analisis Regresi Berganda
ETR = 0,138 + 0,130CAPINTit + 0.046LEVit + 0,301INVINTit – 0.455SPEC_RECit +
0,16TP + ℮
Dari persamaan model regresi linear tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Konstanta (α)
Nilai konstanta (α) sebesar 0,138 menyatakan bahwa jika variabel intensitas modal,
leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi, dan transfer pricing
dianggap konstan, maka nilai tarif pajak efektif sebesar 0,138.
2. Koefisien β1 untuk variabel intensitas modal
Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar 0,130. Nilai β1 yang positif menunjukkan
bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel intensitas modal, dengan asumsi variabel
lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,130
3. Koefisien β2 untuk variabel leverage
Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar 0,046. Nilai β2 yang positif menunjukkan
bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel leverage, dengan asumsi variabel lain
tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,046.
4. Koefisien β3 untuk variabel intensitas persediaan
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar 0,301. Nilai β3 yang positif menunjukkan
bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel intensitas persediaan, dengan asumsi
variabel lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,301.
5.Koefisien β4 untuk variabel transaksi perusahaan afiliasi
Besarnya nilai koefisien regresi (β4) sebesar -0,4555. Nilai β4 yang negatif menunjukkan
bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel transaksi perusahaan afiliasi, dengan
asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan tarif pajak efektif sebesar 0,455.
6.Koefisien β5 untuk variabel transfer pricing
Besarnya nilai koefisien regresi (β5) sebesar 0,016. Nilai β5 yang positif menunjukkan
bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel transfer pricing, dengan asumsi variabel
lain tetap maka akan menaikkan tarif pajak efektif sebesar 0,016
4. Uji Hipotesis
4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
1. Variabel intensitas modal (CAPINT) memiliki tingkat signifikansi 0,025 < 0,05. Variabel
intensitas modal ini juga memiliki nilai thitung sebesar 2,265 > 1,97960 (ttabel α = 0,05, df =
(129-6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti
variabel intensitas modal secara parsial berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
2. Variabel leverage (LEV) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,003 < 0,05. Variabel
leverage ini juga memiliki nilai thitung sebesar 3,028 > 1,97960 (ttabel α = 0,05, df = (129-6-1)
= 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H2 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel
leverage secara parsial berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
3.Variabel intensitas persediaan (INVINT) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,001 < 0,05.
Variabel intensitas persediaan juga memiliki nilai thitung sebesar 3,341 > 1,97960 (ttabel α =
0,05, df = (129-6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H3 diterima dan H0 ditolak,
yang berarti variabel intensitas persediaan secara parsial berpengaruh terhadap tarif pajak
efektif.
4.Variabel transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC) memiliki nilai tingkat signifikansi
0,006 < 0,05. Variabel transaksi perusahaan afiliasi juga memiliki nilai tabel thitung sebesar -
2,816 < -1,97960 (ttabel α = 0,05, df = (129-6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H4
diterma dan H0 ditolak, yang berarti transaksi perusahaan afiliasi secara parsial berepengaruh
terhadap tarif pajak efektif.
5.Variabel transfer pricing (TP) memiliki nilai tingkat signifikansi 0,389 > 0,05. Variabel
transfer pricing juga memiliki nilai thitung sebesar 0,865 < 1,97960 (ttabel α = 0,05, df = (129-
6-1) = 122). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak dan H0 diterima, yang berarti
transfer pricing secara parsial tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
4.2. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Hasil uji signifikasi simultan (uji statistik F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa tingkat
signifikansi yaitu 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.
Sementara itu dapat juga dilihat nilai Fhitung dibanding dengan nilai Ftabel. Fhitung memiliki nilai
sebesar 6,446. Nilai Ftabel pada tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = df
pembilang (k-1) ; df penyebut (n-k). Jumlah variabel penelitian (k) berjumlah 6, dan jumlah
sampel (n) sebanyak 129. Jadi df pembilang (6-1) = 5 dan df penyebut (129-6) = 123, sehingga
Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) adalah 2,29. Jadi Fhitung > Ftabel (6,446 > 2,29) dan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0
ditolak artinya intensitas modal (CAPINT), leverage (LEV), intensitas persediaan (INVINT),
transaksi perusahaan afiliasi (SPEC_REC), dan transfer pricing (TP) secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan amnufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi (R2) besarnya nilai adjusted R
2 square adalah 0,175, hal ini
berarti 17,5% variabel tarif pajak efektif dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen,
intensitas modal (CAPINT), leverage (LEV), intensitas persediaan (INVINT), transaksi
perusahaan afiliasi (SPEC_REC), dan transfer pricing (TP). Sedangkan sisanya yaitu 82,5%
(100%-17,5%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model ini.
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2013-2016 dan bertujuan untuk melihat apakah intensitas modal,
leverage, intensitas persediaan, transaksi perusahaan afiliasi dan transfer pricing terhadap tarif
pajak efektif. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 138 perusahaan dan perusahaan
yang menjadi sampel sebanyak 37 perusahaan sehingga data observasi dalam penelitian ini
sebanyak 148 data sebelum dioutlier. Setelah dilakukan outlier berjumlah 129 data.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Intensitas modal berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
2. Leverage berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
3. Intensitas persediaan berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
4. Transaksi perusahaan afiliasi berpengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya juga diharapkan agar dapat menambah periode penelitian
yang tidak hanya empat periode, menambah variabel independen lain yang dapat mempengaruhi
tarif pajak efektif seperti variabel laba sebagai variabel intervening dan juga jumlah tenaga
professional yang dimiliki perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2013. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Amelia, Vicky. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate.
Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ardyansyah, D., & Zulaikha. 2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity
Ratio, dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate (ETR). Diponegoro
Journal Accounting, Volume 3, Nomor 2, Halaman 2-9.
Bursa Efek Indonesia. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Perusahaan diakses dari
www.idx.co.id
Dharma, I Made Surya. 2016. Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan,
dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. E-journal Akuntansi Universitas Udayana,
Volume 15, Halaman 584-613.
Diana, Nur. 2017. Pengaruh Size, Leverage,Profitability, Capital Intensity Ratio, dan Activity
Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR). e-Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, Volume 06,
Nomor 17, Halaman 13-26. ISSN: 2302-706.
Ghozali, Imam. 2013 Aplikasi Analisis Mutivariate dengan SPSS. Edisi Keempat, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunadi,. 2007. Akuntansi Pajak (Edisi Revisi), Jakarta:Grasindo,
Handayani, Desi & Tobi Arfan. 2014. Pengaruh Transaksi Perusahaan Afiliasi Terhadap Tarif
Pajak Efektif. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis, Volume 7 , Halaman 11-19.
Hery. 2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Grasindo.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 Revisi 2010
Tentang Pihak-Pihak Berelasi
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 Tentang
Persediaan Revisi 2008
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 Tentang Aset
Tetap Revisi 2011
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 5. Jakarta: Rajawali Pers.
Kieso, Weygandt, Warfield. 2011. Intermediate Accounting. Volume 1, IFRS Edition. USA:
John Wiley & sons, Inc.
Kieso, Weygandt, Warfield. 2011. Intermediate Accounting. Volume 2, IFRS Edition. USA:
John Wiley & sons, Inc.
Manik, Tumpal. 2015. Pengantar Akuntansi (Accounting Principle). Volume 1. ISBN 978-602-
71992-3-1. UMRAHPRES
Putri, Citra Lestari dan Lautania, Maya Febrianti. 2016. Pengaruh Capital Intensity Ratio,
Inventory Intensity Ratio, Ownership Structure dan Profitability terhadap Effective Tax
Rate. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,Volume 1, Nomor 1, Halaman 101-
119.
Putri, Scania Evana. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return on Asset (ROA), Leverage dan
Intensitas Modal Terhadap Tarif pajak Efektif. JOM Fekon, Volume 3, Nomor 1,
Halaman 1506-1519.
Septi, Imelia.2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Pajak Dengan Indikator
Tarif Pajak Efektif (ETR) pada perusahaan LQ45”.Jom FEKON, Volume 2, Nomor 1,
Halaman 1-15.
Subramnayam dan Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan Financial Statement Analysis Edisi
10. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi 9. Bandung : Mitra
Wacana Media. Alfabeta.
Suprihatin. 2016. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan
yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014. Unissula.
UU No. 28 tahun 2007 tentang Pajak Penghasilan
UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Buku 1, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
www.pajak.go.id