PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN ...digilib.unila.ac.id/56628/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN ...digilib.unila.ac.id/56628/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA
LINGKUNGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN EMISI KARBON
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2017)
(Skripsi)
Oleh
Teguh Prasetyo
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA
LINGKUNGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN EMISI KARBON (STUDI
EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2017)
Oleh
TEGUH PRASETYO
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan Good Corporate
Governance Dan Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon.
Penelitian ini mengunakan variabel independen yaitu Proporsi Dewan Komite Audit
Independen, Dewan Komisaris Independent dan Kinerja Lingkungan mengunakan
GRI G4 Lingkungan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Pengungkapan Emisi Karbon.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2017. Metode yang digunakan dalam
pemilihan sampel yaitu purposive sampling. Penelitian ini memiliki sampel
sebanyak 38 perusahaan untuk periode 2012-2017. Jenis data yang digunakan
adalah data sekunder. Analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana
dengan mengunakan software SPSS 23.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komite audit independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan emisi karbon, dewan komisaris independent dan
kinerja lingkungan mengunakan GRI G4 Lingkungan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan emisi karbon.
Kata Kunci : Good Corporate Governance, Proporsi Dewan Komite Audit
Independen, Dewan Komisaris Independent, Kinerja Lingkungan, Pengungkapan
Emisi Karbon.
ABSTRACT
THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND
ENVIRONMENTAL PERFORMANCE ON EMISSIONS CARBON
DISCLOSURE (STUDY ON MINING COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2012-2017)
BY
TEGUH PRASETYO
This study aimed to analyze the effect of Good Corporate Governance and
Environmental Performance on Emissions Carbon Disclosure. This study used
independent variables of the Independent Audit Committee, Independent Board of
Commissioners and Environmental Performance using the GRI G4 Environment.
The dependent variable in this study is Emissions Carbon Disclosure.
The population in this study are mining companies listed on the Indonesia Stock
Exchange in 2012-2017. The method used in sample selection is purposive
sampling. This study has a sample of 38 companies for the period 2012-2017. The
type of data used is secondary data. Data analysis using simple linear regression
analysis using SPSS 23 software.
The results of this study indicate that independent audit committees individually
have no significant effect on emissions carbon disclosure, independent
commissioners and environmental performance using GRI G4 Environment has a
positive effect on emissions carbon disclosure.
Keywords: Good Corporate Governance, Independent Audit Committee,
Independent Board of Commissioners, Environmental Performance, emissions
carbon disclosure.
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA
LINGKUNGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN EMISI KARBON
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2017)
Oleh
Teguh Prasetyo
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 November
1996 sebagai putra sulung dari dua bersaudara, pasangan
Bapak Dariyo dan Ibu Supriyati. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Nabang Baru pada
tahun 2002 dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 212 Jakarta sampai dengan tahun 2011. Kemudian menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Negeri 41 Jakarta dan lulus pada
tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur
SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif dibeberapa organisasi internal kampus maupun eksternal
kampus, diantaranya yaitu Himpunan Mahasiswa Akuntansi sebagai anggota aktif
periode 2014/2015. Komunitas Integritas (KOIN UNILA) sebagai anggota aktif
periode 2014/2015. Kelompok Studi Pasar Modal sebagai Anggota aktif periode
2015/2016. Selain itu, penulis juga bergabung dalam Komunitas @JagoAkuntansi
Indonesia dan diamanahkan menjadi Anggota Aktif periode 2016/2017. Pada
periode 2017/2018 penulis diamanahkan menjadi Kepala Seksi Wirausaha
Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia. Kemudian diamanahkan sebagai Staf
Teknologi Informasi di Komunitas @Jagoakuntansi Indonesia periode 2018/2019.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia, berkah dan rahmat yang
begitu besar kepada penulis. Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu
memberi petunjuk dan rencana terbaik bagi setiap hamba-Nya.
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Dariyo dan Ibunda Supriyati.
Terimakasih yang tiada tara atas kasih sayang dan doa yang selalu diberikan,
nasihat yang bermanfaat, kekuatan dan motivasi dalam setiap langkah, dan selalu
memberikan dukungan untuk cita-citaku. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan perlindungan, kasih sayang dan keberkahan di dunia maupun di akhirat
untuk Ayahanda dan Ibunda ku.
Adikku, Intan Nur Aisyah.
Terimakasih atas segala keceriaan, canda dan tawa, serta dukungannya selama ini.
Teruslah berjuang untuk masa depan mu dan jadilah anak yang bisa menjaga nama
baik orang tua, keluarga dan agama.
Seluruh keluarga, sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan
semangat, doa, dan dukungan tiada henti.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah : 6-8)
Kesuksesan bukanlah suatu akhir, kegagalan tidak berakibat fatal, dan keberanianlah
yang akan terus berlanjut.
(Winston Churchill)
Jangan takut untuk selalu bermimpi, karena hidup akan selalu berawal dari mimpi.
Apa bila kau gagal tak mengapa, itu adalah kesuksesan yang tertunda dan
habiskanlah jatah kegagalan mu untuk bekal masa depan mu.
(Teguh Prasetyo)
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Good Corporate Governance Dan Kinerja Lingkungan Terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2017)” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyusunan
dan penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., Akt. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt., CA., selaku Dosen Pembimbing
Utama atas kesediaannya memberikan waktu, bimbingan, saran dan nasihat
yang bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas
kesediaannya memberikan waktu, bimbingan, saran dan nasihat yang
bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si. Akt., selaku Dosen Penguji Utama
yang telah memberikan saran-saran yang membangun mengenai
pengetahuan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Ninuk Dewi K. S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan saran dan nasihat selama penulis menjadi
mahasiswa.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya, serta
pembelajaran selama proses perkuliahan berlangsung.
9. Seluruh karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terima kasih telah memberikan bantuan dan pelayanan terbaik selama
penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
10. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Dariyo dan Ibunda Supriyati yang
telah memberikan kasih sayang, doa yang tiada henti, dukungan, motivasi
serta nasihat dalam pencapaian cita-citaku. Terimakasih untuk segala
kepercayaan yang telah diberikan.
11. Adikku Intan Nur Aisyah, terimakasih untuk kehadiranmu di dunia ini dan
segala kasih sayang, doa, dan canda tawa selama ini. Teruslah berjuang
meraih cita-cita dan jadilah anak yang berbakti serta menjaga nama baik
orang tua, keluarga dan agama.
12. Seluruh keluarga besar, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terimakasih atas doa, dukungan, motivasi, dan nasihat yang telah diberikan.
13. Partner Hidupku, Sri Murniati. Terimakasih atas waktu dan momen yang
kita jalani dalam setiap perjuangan dalam menempuh perkuliahan selama 4
tahun ini. Terimakasih atas dukungan, semangat, motivasi, tenaga,
pengorbanan, pengertian, dan doa yang diberikan selama perkuliahan dan
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
14. Ibu Sumiati dan Bapak Sujari. Orang tua kedua bagiku, terimakasih atas
bimbingan , kasih sayang, motivasi dan doa yang selalu diberikan untukku.
15. Sahabat Kosanku, Adam Jordan, Amin Sobri, Mifta, Rizki. Terimakasih
untuk doa dan arahan, bimbingan , serta canda tawa selama ini, Semoga
silaturahmi kita tetap terjalin sampai kapanpun.
16. Sahabat Seperjuangan ku, Yeremia Christian Lumenta, Aldrian Jihaddillah,
dan Alm. Badria Aflah. Terimakasih atas semangat, doa, canda dan tawa
yang selama ini kita bagi satu sama lain, semoga silaturahmi ini dapat terus
terjalin, sukses selalu untuk kita semua.
17. Sahabat D’Cost, Adam Jordan, Ahmad Aminudin, Amin Sobri, Dani Aulia,
Soni Setiawan, Bipa Arba Arobani, M Rizky, Ghazi Zain, Hafin Wijaya,
Bagus Setiawan, dan Muamar Harry. Terimakasih atas kebahagiaan dan
kekeluargaan selama ini, sukses selalu dimanapun kita berada.
18. Future Accountant, Umi Choirunnisa, Oftika Sari, Faila Suffah, Dewi
Yulyana Hendryani, Dhiyaa Ronaa, Zahrati, Amalia Pratiwi, Ahmad
Aminudin, Agro Niago Utomo, Robert Trisnayandi, Amin Sobri, Ariyanto
dan Micho Zyafutra. Terimakasih atas ribuan canda tawa, dukungan,
motivasi, dan doa yang kalian berikan. Semoga silaturahmi kita tetap terjalin
sampai kapanpun. Sukses selalu untuk kita semua.
19. Seluruh teman-teman angkatanku, S1 Akuntansi 2014 reguler dan pararel,
Faisal Fachrurozi, Ida Bagus Kade W A, Iqbal Saputra, Praneko Adi
Saputra, Renaldo, Dani Aulia, M Rizki Saputra, Aryo Bimo Seto, I Ketut
Adi Lanang, Anggit Hargo Jati, Ilham Arif Wijaya, Rangga Prasetya, Zam
Zam Orlando, Amirul, dicky, Reggi, Cahya, Andi, Indra, Andi Tonang, Rifqi
Idham, Ferri, Intan Crusita, Melinda Debora, Dina, Chatia, Elsa, Gessy,
Yandi Yunita, Kadin, Clara, Nadhia, Kurnia, Siti Sarah, Ajeng Eka Yandini,
Rosa Rahmadini, Sekar Arum, dan teman lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan dan canda tawa
selama masa kuliah. Sukses selalu kawan.
20. Keluarga KKN Desa Fajar Bulan, Ramadhana Tri, Putri Ulfa, Nella, Nita,
Debby Nurlita, Ni’mah, Eko, William Bahagia, Bang Rezi, Bang Dimas,
Bang Rizki. Terimakasih untuk kerja sama dan pengalaman hidup selama 40
hari. Semoga silaturahmi kita tetap terjalin sampai kapanpun.
21. Anggota Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia Chapter Lampung, Dewi,
Umi, Sobri, Faila, Agro, Robert, Amel, Famela, Agnes, Resti, Putri, Paul,
Annisa Nadhila, Okta, Lisa, Atma, Firdo, Ariqsi, Jimi, Meli, Ardita, Rona,
Mba Puput, Rima, Bang Arif, Mba Ruri, Bang Runi, Mba Filo, Mba Mery,
Mba Tria, Mba Riska, Kak Azhar, Bang Adam, Mba Cepe, Mba Fegy, Mba
Fatma dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih
atas kebersamaan, dan momen yang takkan terlupakan. Semoga silaturahmi
ini dapat terus kita jalin, dan sukses selalu dimanapun berada.
22. Anggota Komunitas @Jagoakuntansi Indonesia, Bang Fadly, Mba Mai,
Bang Fadhil, Mas Uki, Bang Cacing, Bang Alvin, Bang Donny, Jasmine,
Azzam, Faisal, Bang Dedi, Bang Efraim Mba Tria, Anissa, Weni, Dian
Tirta, Renol, Sarah, Mba Kartika, dan teman-teman lain yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu, terimakasih atas pelajaran organisasi serta kebahagian
dan kekeluargaannya.
Atas bantuan dan dukungannya, penulis mengucapkan terimakasih, semoga
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam proses penulisan skripsi ini, maka penulis mengharapkan adanya kritik
ataupun saran yang dapat membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Bandar Lampung, 22 April 2019
Penulis,
Teguh Prasetyo
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Signaling..........................................................................................10
2.2 Teori Stakeholder .....................................................................................11
2.3 Pengungkapan Emisi Karbon....................................................................12
2.4 Good Corporate Governance ...................................................................13
2.4.1 Prinsip Dasar Good Corporate Governance...................................14
2.4.2 Proksi Good Corporate Governance...............................................16
2.5 Proporsi Dewan Komite Audit Independen............................................17
2.6 Dewan Komisaris Independen.................................................................18
2.7 Kinerja Lingkungan.................................................................................19
2.8 Penelitian Sebelumnya..........................................................................20
2.9 Hipotesis................................................................................................22
2.9.1 Hubungan antara Proporsi Dewan Komite Audit Independen
terhadap Pengungkapan Emisi Karbon..........................................22
2.9.2 Hubungan antara Dewan Komisaris Independen terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon.........................................................23
2.9.3 Hubungan antara Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Emisi
Karbon............................................................................................24
2.10 Kerangka Konseptual..............................................................................25
ii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian............................................................................27
3.2 Identifikasi Variabel...............................................................................27
3.3 Definisi Operasional Variabel ...............................................................28
3.3.1 Pengungkapan Emisi Karbon..........................................................28
3.3.2 Proporsi Komite Audit Independen.................................................31
3.3.3 Dewan Komisaris Independen.........................................................31
3.3.4 Kinerja Lingkungan.........................................................................32
3.4 Jenis dan Sumber Data ..........................................................................32
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................33
3.6 Teknik Analisis......................................................................................33
3.6.1 Statistik Deskriptif...........................................................................33
3.6.2 Uji Asumsi Klasik...........................................................................33
3.7 Uji Hipotesis.............................................................................................36
3.7.1 Analisis Regresi Berganda..............................................................36
3.7.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)....................................................36
3.7.3 Uji Pengaruh Langsung (Uji t)........................................................37
3.7.4 Koefisien Determinasi.....................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemilihan Sampel..................................................................................38
4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif..........................................................39
4.2.1 Pengungkapan Emisi Karbon..........................................................39
4.2.2 Dewan Komite Audit Independen...................................................40
4.2.3 Dewan Komisaris Independen.........................................................41
4.2.4 Kinerja Lingkungan.........................................................................41
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik........................................................................42
4.3.1 Uji Normalitas.................................................................................42
4.3.2 Uji Multikolinieritas........................................................................43
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas....................................................................44
4.4 Pengujian Hipotesis...............................................................................45
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2).......................................................46
4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f (f-test))...........................47
4.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)....................48
4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data............................................................50
4.5.1 Pengaruh antara Proporsi Dewan Komite Audit Independen terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon.........................................................50
iii
4.5.2 Pengaruh antara Dewan Komisaris Independen terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon.........................................................51
4.5.3 Pengaruh antara Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Emisi
Karbon............................................................................................52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................................54
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................55
5.3 Saran.........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu....................................................................................20
Tabel 3.1 Emission Carbon Disclosure Checklist........................................................29
Tabel 4.1 Rincian pengambilan Sampel.......................................................................38
Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif................................................................39
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas...........................................................................44
Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi..................................................................46
Tabel 4.5 Hasil uji signifikansi simultan (Uji Statistik f (f-test)).................................47
Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t).......................48
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian..............................................................26
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Model Regresi........................................................43
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas....................................................................45
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, informasi menjadi suatu kebutuhan yang harus di
ketahui oleh setiap kalangan baik investor, masyarakat maupun perusahaan dan
menjadi sebuah kebutuhan informasi bagi penggunanya. Saat ini, perubahan iklim
mendapatkan perhatian yang signifikan sebagai isu lingkungan global (Haque dan
Islam, 2012). Salah satunya adalah terkait emisi karbon yang dihasilkan oleh
perusahaan yang menyebabkan timbulnya pemanasan global dan berdampak pada
perubahan iklim yang buruk. Pemanasan global terjadi akibat beberapa penyebab
diantaranya efek rumah kaca, polusi kendaran berbahan bakar bensin dan polusi
metana yang membuat peningkatan gas karbon di udara (Intergovernmental Panel
on Climate Change, 2014). Gas yang paling berperan adalah karbondioksida
(CO2). Penyebab meningkatnya karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar
batubara, pembakaran minyak bumi, pembakaran gas alam. Meningkatnya suhu
global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, dan meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem (Intergovernmental Panel on Climate Change, 2014).
2
Sejak tahun 1988 sampai tahun 2015 secara berturut-turut permukaan bumi terasa
lebih hangat daripada dekade sebelumnya sejak tahun 1850 (Intergovernmental
Panel on Climate Change, 2014). Beberapa perubahan seperti penurunan dan
peningkatan suhu secara ekstrim, peningkatan volume laut serta peningkatan
jumlah peristiwa hujan lebat di sejumlah daerah telah dikaitkan dengan pengaruh
aktivitas manusia (Intergovernmental Panel on Climate Change, 2014). Menurut
Intergovernmental Panel on Climate Change (2014), green house gases (GHG)
atau gas rumah kaca merupakan penyebab utama atas perubahan iklim yang
terjadi. Gas rumah kaca telah meningkat sejak era pra-industri, sebagian besar
didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang saat ini mengalami
peningkatan dari sebelumnya. perubahan iklim telah memberikan dampak dalam
sistem alam dan kehidupan manusia di semua benua dan lautan
(Intergovernmental Panel on Climate Change, 2014).
Gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia berdasarkan CDP Carbon
Majors Report 2017 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah emisi yang
dihasilkan dari gas, minyak dan batubara sejak 1850 sampai tahun 2015
mengalami peningkatan. Lonjakan peningkatan emisi gas rumah kaca terjadi
semenjak 1950 yang mengalami peningkatan yang sangat derastis.
Menurut laporan dari CDP Carbon Majors Report 2017, penyebab kontribusi
terbesar dampak dari emisi karbon adalah perusahaan yang berkontribusi dalam
bidang gas, minyak dan batu bara. Lalu, 71% kontribusi terbesar dari emisi karbon
tersebut berasal dari 100 perusahaan yang tersebar di seluruh dunia. Diantaranya
adalah 41 perusahaan publik, 16 perusahaan non-publik, 36 perusahaan milik
negara, dan 7 produsen negara. Dari 100 perusahaan yang berkontribusi sebesar
3
71% emisi karbon di dunia tersebut, terdapat 7 perusahaan asal Indonesia, baik
milik negara, perusahaan publik dan non publik. Perusahaan asal Indonesia ini
diantaranya adalah PT Pertamina, PT Bumi Resources, PT Adaro Energy, PT
Berau Coal Energy, PT Bukit Asam, PT Indika Energy dan PT Kideco Jaya
Agung. Dari ketujuh perusahaan asal Indonesia ini berkontribusi lebih dari 1%
emisi karbon di dunia.
Dari data di atas, perusahaan di tuntut untuk memberikan informasi maupun
pelaporan yang harus di sampaikan kepada masyarakat atau pemangku
kepentingan lainnya. Menurut Lindrianasari (2014), perusahaan Indonesia
memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan UU No. 17 tahun 2004
tentang meminimalkan emisi karbon yang dihasilkan oleh perusahaan dan
mengungkapkan nya dalam laporan tahunan. Hal ini untuk memberikan gambaran
mengenai segala bentuk informasi terkait hal yang menyebabkan perubahan
lingkungan dan tanggung jawab perusahaan terhadap kondisi pemanasan global
saat ini. Sehingga dibutuhkan pelaporan atau informasi yang harus di sampaikan
oleh perusahaan terkait kegiatan operasi bisnis nya. Cotter (2012) mendefinisikan
pelaporan karbon sebagai kumpulan informasi kuantitatif dan kualitatif yang
berhubungan dengan tingkat emisi karbon di masa lalu serta risiko maupun
peluang yang berdampak kepada implikasi keuangan akibat perubahan iklim serta
untuk mengetahui tindakan masa lalu dan masa depannya karena dampak
perubahan iklim ini.
Berbagai usaha dilakukan perusahaan global agar dapat bertanggung jawab
terhadap stakeholder dan juga lingkungan. Perusahaan global dalam menghadapi
perubahan iklim diharapkan mengungkapkan aktivitas perusahaan yang berperan
4
terhadap peningkatan perubahan iklim dan pertanggungjawaban terhadap investor
maupun pihak yang berkepentingan. Sesuai dengan Berthelot (2012), investor
tentu akan memerlukan pengungkapan dan informasi perusahaan yang berguna
tentang lingkungan. Sesuai dengan teori stakeholder yang dikemukakan oleh
Ghozali dan Chariri (2007) bahwa perusahaan harus memberikan manfaat bagi
stakeholder dengan memberikan informasi-informasi yang diperlukan terkait
kegiatan perusahaan. Dalam pengertian ini, jelas bahwa informasi terkait
lingkungan termasuk emisi karbon atau bisa di artikan Carbon emissions
disclosure adalah komponen penting dan keberlanjutan, sehingga praktik
pelaporan dapat diterapkan untuk masalah karbon (Lodhia & Martin, 2012).
carbon emissions disclosure merupakan salah satu unsur dari corporate social
responsibility, sehingga pengungkapan carbon emissions disclosure di dalam
laporan keuangan masih bersifat sukarela atau voluntary disclosure.
Pengungkapan terbagi menjadi dua berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh
standard dan regulasi, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
sukarela (voluntary disclosure) (Nainggolan, 2012). Standar akuntansi keuangan
di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi
sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan, akibatnya yang terjadi dalam praktik perusahaan akan
mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka
memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial (Nainggolan, 2015). Bila
manfaat yang diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar
dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya, maka
5
perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut (Anggraini,
2006).
Walaupun bersifat sukarela, pengungkapan tentang lingkungan termasuk emisi
karbon memiliki makna yang penting. Pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar kemudian kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan
terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder
merupakan hal yang ditekankan dalam konsep good corporate governance.
Menurut Monks (2003) good corporate governance didefinisikan sebagai sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder. Terdapat beberapa penelitian terkait
dengan karakteristik perusahaan dan carbon emission disclosure. Penelitian yang
dilakukan Trotman (2015) menemukan hasil bahwa komite audit berpengaruh
positif terhadap carbon emission disclosure, hal ini disebabkan karena dalam
pelaporan green house gas merupakan salah satu bentuk jaminan terhadap
lingkungan yang pelaporan melalui penilaian oleh beberapa pemangku
kepentingan di dalam perusahan diantaranya komite audit. Hasil berbeda
ditunjukkan oleh penelitian Permatasari (2010) yang menyatakan bahwa komite
audit tidak berpengaruh pada pengungkapan tambahan tentang informasi
lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Liao (2014) menghasilkan hubungan positif antara
dewan komisaris independen dengan pengungkapan lingkungan. Semakin tinggi
proporsi dewan komisaris maka pengungkapan lingkungan oleh perusahaan
semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2015) menghasilkan
6
hasil yang serupa yaitu terdapat pengaruh positif terhadap pengungkapan
lingkungan. Penelitian ini akan mengkaji kembali membuktikan pengaruh dewan
komisaris independen terhadap pengungkapan emisi karbon di Indonesia dengan
beberapa data sampel yang berbeda seperti yang dilakukan oleh penelitian
sebelumnya.
Publik memberikan perhatian yang besar terhadap kinerja lingkungan perusahaan
dan selalu menuntut agar perusahaan lebih peka terhadap isu lingkungan (Suratno,
2006). Perusahaan harus senantiasa meningkatkan kualitas kinerja lingkungan
termasuk kinerja emisi karbon agar dapat menyesuaikan dengan harapan yang
diberikan publik (Suratno, 2006). Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk
melakukan pengungkapan informasi lingkungan dengan baik. Beberapa penelitian
terkait pengaruh antara kinerja Lingkungan dengan pengungkapan emisi karbon
membuktikan bahwa terdapat Beberapa hasil. Al-Tuwaijri (2004), Clarkson
(2008), Nugraha (2015) menemukan pengaruh kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan lingkungan, sementara Jannah (2014) tidak menemukan pengaruh
kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan. penelitian ini akan
mengkaji atau mengukur kembali terkait kinerja lingkungan di Indonesia apakah
berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon. Peneliti juga mengambil
sampel dari perusahaan pertambangan karena menurut CDP Carbon Majors
Report, penyebab kontribusi terbesar emisi karbon di dunia berasal dari
perusahaan yng bergerak di industri pertambangan, baik batubara, gas bumi dan
minyak.
Maka dari itu, karena adanya beberapa ketidakkonsistenan hasil penelitian yang
terjadi atas penelitian-penelitian sebelumnya, penulis akan meneliti terkait good
7
corporate governance dengan beberapa proksi variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah proporsi komite audit
independen dan dewan komisaris independen serta menguji dampak dari kinerja
lingkungan terhadap variabel dependen berupa pengungkapan emisi karbon.
Berdasarkan uraian di atas maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah
“Pengaruh Good Corporate Governance dan Kinerja Lingkungan terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2017)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apakah proporsi komite audit independen berpengaruh terhadap
pengungkapan emisi karbon pada perusahaan pertambangan di Indonesia?
2. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
pengungkapan emisi karbon pada perusahaan pertambangan di Indonesia?
3. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap pengungkapan emisi
karbon pada perusahaan pertambangan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk menginvestigasi pengaruh proporsi komite audit independen terhadap
pengungkapan emisi karbon pada perusahaan pertambangan di Indonesia.
8
2. Untuk menginvestigasi pengaruh proporsi dewan komisaris independen
terhadap pengungkapan emisi karbon pada perusahaan pertambangan di
Indonesia.
3. Untuk menginvestigasi pengaruh kinerja lingkungan terhadap
pengungkapan emisi karbon pada perusahaan pertambangan di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan
Menjadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan
pengungkapan lingkungan termasuk yang berkaitan dengan emisi karbon
dan untuk terus meningkatkan kualitas perusahaan dan tetap
mengungkapkan emisi karbon dengan lebih baik sebagai bentuk good
corporate governance yang dicapai oleh perusahaan. Serta Memberikan
referensi dan informasi kepada pihak manajemen perusahaan sebagai bahan
kajian untuk membuat kebijakan baru yang tepat guna mengurangi emisi
karbon demi terciptanya pembangunan yang berkelanjutan sebagai bentuk
tanggung jawab terhadap pihak yang berkepentingan.
2. Bagi investor
Memberikan informasi kepada investor mengenai kondisi kinerja emisi
karbon, good corporate governance yang sudah terjadi dan pengaruhnya
terhadap pengungkapan emisi karbondi Indonesia.
9
3. Bagi akademisi dan penelitian selanjutnya
Dapat digunakan sebagai bahan mengembangkan penelitian lain serta
menambah pengetahuan dan pemahaman khususnya di bidang akuntansi
mengenai good corporate governance dan kinerja emisi karbon serta
pengaruhnya terhadap pengungkapan emisi karbon di Indonesia.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Signaling
Menurut Brigham dan Houston (2006), sinyal adalah suatu tindakan yang diambil
oleh manajemen sebuah perusahaan dengan memberikan sinyal atau petunjuk bagi
pemegang saham mengenai bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan tersebut. Keberadaan signaling theory ini berawal karena adanya
asumsi bahwa asimetri informasi terjadi antara pihak manajemen perusahaan
dengan pemegang saham perusahaan tersebut. Signaling theory menjelaskan
mengenai adanya asymmetric information yang pertama kali digagas oleh
Akerlof, Spence, dan Stiglitz dalam risetnya yang dilakukan bersama dan
mendapatkan nobel bidang ekonomi pada tahun 2001. Signalling theory pada
dasarnya membahas adanya ketidaksamaan informasi antara pihak internal dan
eksternal perusahaan (Sunarya, 2013). Teori sinyal dikembangkan dalam ilmu
ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam
(insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan
lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan
dibandingkan dengan investor luar (Husnan, 2005).
11
Kerangka teori ini menjelaskan bahwa perusahaan harus memberikan informasi
sebagai sinyal kepada pihak eksternal, diantaranya investor dan pemegang saham
minoritas. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan adanya asimetri informasi yang
disebabkan karena pihak manajemen memiliki lebih banyak informasi mengenai
prospek perusahaan dibandingkan pihak eksternal. perusahaan berharap informasi
tersebut dapat diinterpretasikan sebagai sinyal positif mengenai kinerja
perusahaan dan mengurangi asimetris informasi. Teori sinyal melandasi
pengungkapan secara sukarela (Shehata, 2014). Jadi sangat penting bagi
perusahaan untuk memberikan informasi setiap account (rekening) pada laporan
keuangan dimana merupakan sebuah sinyal untuk diinformasikan kepada investor
maupun calon investor (Weston dan Copeland, 2010).
2.2 Teori Stakeholder
Konsep stakeholder menjelaskan tingkah laku perusahaan (corporate behaviour)
dan kinerja sosial (Ghomi dan Leung, 2013). Fokus utama dalam teori ini yaitu
bagaimana perusahaan memonitor dan merespon kebutuhan para stakeholder-nya
(Gray, 1995). Teori ini menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaatnya bagi
para stakeholder-nya (Ghozali dan Chariri, 2007). Purnomosidhi (2006)
menyatakan bahwa stakeholder terdiri dari berbagai pihak yakni pemegang
saham, supplier, konsumen, pemerintah dan lainnya.
Ghomi dan Leung (2013) berpendapat bahwa stakeholder memiliki harapan yang
berbeda-beda terhadap perusahaan, untuk mengejar harapan tersebut stakeholder
dapat memberikan tekanan kepada perusahaan secara langsung maupun tidak
12
langsung dalam melakukan pengungkapan lingkungan. Ghozali dan Chariri
(2007) mengatakan bahwa organisasi akan memilih stakeholder yang dipandang
penting, dan mengambil tindakan yang dapat menghasilkan hubungan harmonis
antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Van De Burgwal dan Vieira (2014)
menyatakan bahwa berdasarkan pada teori stakeholder, perusahaan memiliki
tanggung jawab kepada setiap kelompok atau individu yang dapat atau telah
terpengaruh oleh kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan. Deegan dan Unerman
(2011) berpendapat bahwa para stakeholder memiliki kepentingan dan pandangan
yang berbeda tentang bagaimana sebuah organisasi harus melakukan operasinya,
maka berbagai kontrak sosial akan dinegosiasikan dengan stakeholder yang
memiliki kepentingan yang berbeda. Li (1997) meyatakan bahwa perusahaan
lebih mungkin untuk mengungkapkan informasi lingkungan sebagai usaha untuk
meningkatkan pengetahuan stakeholder tentang lingkungan perusahaan.
2.3 Pengungkapan Emisi Karbon
Sesuai dengan teori stakeholder, perusahaan dituntut untuk lebih terbuka terhadap
informasi mengenai perusahaannya kepada para stakeholder. Menurut Ghozali
dan Chariri (2007), informasi yang diungkapkan dikelompokkan menjadi dua
yaitu mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Mandatory disclosure atau
pengungkapan secara wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh
peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh
lembaga yang berwenang. Mandatory disclosure adalah adanya intervensi
pemerintah untuk memaksa perusahaan melakukan pengungkapan yang cukup.
13
Sedangkan voluntary disclosure atau pengungkapan secara sukarela merupakan
pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan.
Pengungkapan mengenai aktivitas sosial dan lingkungan telah diatur oleh regulasi.
Salah satunya yang dibuat oleh IAI yang terutang dalam PSAK No. 1 (revisi
2009) paragraf dua belas yaitu: Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari
laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
(value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan
tersebut diluar lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Carbon emission disclosure merupakan salah satu dari pengungkapan lingkungan
yang merupakan bagian dari laporan tambahan yang telah dinyatakan dalam
PSAK No. 1. Pengungkapan lingkungan mencakup intensitas GHG emission atau
gas rumah kaca dan penggunaan energi, corporate governance, dan strategi
terhadap perubahan iklim, kinerja terhadap target pengurangan emisi gas rumah
kaca, risiko dan peluang terhadap dampak perubahan iklim (Cotter, 2011)
2.4 Good Corporate Governance
Menurut Monks (2003) good corporate governance didefinisikan sebagai sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder.
14
2.4.1 Prinsip Dasar Good Corporate Governance
Organization for Economic Corporation and Development (OECD)
mengembangkan asas good corporate governance dan dapat diterapkan secara
luwes sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi masing-masing negara seperti:
1. Transparency/Disclosure (Transparansi/Keterbukaan)
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya
serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta
pemegang kepentingan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan
oleh peraturan perundang - undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang
efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan
pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
15
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibility (Responsibilitas)
Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam
manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada
perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran
bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang,
menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan
wewenang kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara
bisnis yang sehat.
4. Independency (Independensi)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi
dan tidak dapat diinter-vensi oleh pihak lain. Independen diperlukan untuk
menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para
pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya rentang kekuasaan
antara komposisi komisaris, komite dalam komisaris, dan pihak luar seperti
auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus obyektif tidak
dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu. Prinsip-prinsip transparansi,
keadilan, akuntabilitas, responsibilitas dan independen GCG dalam mengurus
perusahaan, sebaiknya diimbangi dengan good faith (bertindak atas itikad baik)
dan kode etik perusahaan serta pedoman GCG, agar visi dan misi perusahaan yang
berwawasan internasional dapat terwujud.
16
5. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh
pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang
saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Dalam
melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan
asas kewajaran dan kesetaraan (OECD, 2004).
2.4.2 Proksi Good Corporate Governance
Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Di sini, ada dua
faktor yang memegang peranan, faktor eksternal dan internal (Daniri, 2005).
Faktor eksternal yang dimaksud Daniri (2005) adalah faktor yang berasal dari luar
perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG yaitu
Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif. Selanjutnya adalah adanya
dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahaan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government
menuju Good Corporate Governance yang sebenarnya.
Daniri (2005) menyatakan bahwa faktor internal adalah pendorong keberhasilan
pelaksanaan praktik GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor
yang dimaksud antara lain Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture)
yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja
manajemen di perusahaan. Lalu Terdapatnya sistem audit yang efektif didukung
17
dengan adanya komite audit dalam perusahaan. Menurut KNKG (2004),
perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan
daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan,
sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain
dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Dari pernyataan diatas, maka pentingnya
dewan komite audit untuk melaksanakan dan mendukung penerapan GCG.
Menurut KNKG (2004), Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG.
Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil
keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris
termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus
inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif.
2.5 Proporsi Dewan Komite Audit Independen
Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang
ukuran dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit menjelaskan bahwa komite
audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan
komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris.
Anggota komite audit wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan,
18
pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu
berkomunikasi dengan baik.
Komite audit harus berasal dari luar Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan
Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa asuransi,
jasa non-asuransi, jasa penilai atau jasa konsultasi lain kepada perusahaan publik
yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir. Komite audit juga bukan
merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab
untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
perusahan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.
Menurut Permatasari (2010), komite audit independen adalah anggota komite
audit yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya
dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan
lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen
atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
2.6 Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan
bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi
dan Dewan Komisaris, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006). Fungsi
utama dari dewan komisaris adalah untuk membimbing dan memantau
manajemen puncak untuk memastikan mereka bertindak atas nama pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya (FRC, 2012). Dewan komisaris
independen mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku
oportunistik manajemen sehingga dapat menyelaraskan kepentingan pemegang
19
saham dan manajer (Utama dan Afriani, 2005). Secara luas dapat diterima bahwa
jajaran dewan dengan proporsi komisaris independen yang tinggi dapat
memonitor manajemen untuk lebih efektif (Nainggolan ,2015). Hal ini terutama
karena komisaris independen tidak terlibat langsung dalam aktivitas bisnis sehari-
hari (de Villiers ,2011) dan memegang posisi yang tidak resmi dalam organisasi
(Donnelly & Mulcahy, 2008).
2.7 Kinerja Lingkungan
Menurut Lindrianasari (2007), paling tidak terdapat empat indikator kinerja
lingkungan yang saat ini bisa digunakan; AMDAL (uji BOD dan COD air
limbah), PROPER, ISO (yakni ISO 14001 untuk sistem manajemen lingkungan
dan ISO 17025 untuk sertifikasi uji lingkungan dari lembaga independen) dan
GRI (Global Reporting Initiative). GRI mengembangkan beberapa kerangka
sustainability atau kategori pengungkapan diantaranya adalah kategori ekonomi,
kategori lingkungan dan kategori sosial. Dalam penelitian ini, penulis
mengunakan GRI G4 kategori lingkungan untuk menguji seberapa besar kineja
lingkungan perusahaan. Pengungkapan sosial lingkungan dapat dijadikan sebagai
sarana pemberitahuan kinerja lingkungan perusahaan terhadap para stakeholder
terutama kepada investor atau pemilik (Nugraha, 2015). Hal ini karena
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan kinerja lingkungan yang
baik merupakan good news yang dapat memuaskan keinginan dari stakeholder
sehingga hubungan antara perusahaan dengan stakeholder tetap harmonis (
Suratno, 2006).
20
2.8 Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil
1
Internal Audit’s in
GHG Emissions and
Energy Reporting:
Evidance from Audit
Committees, Senior
Accountants and
Internal Auditors
(Trotman dan Ken,
2013)
Independen:
1. Komite Audit
2. Akuntan
3. Auditor Internal
Dependen:
1. Pelaporan Emisi
Gas Rumah Kaca
2. Pelaporan Energi
Dari hasil pengujian
diperoleh hasil bahwa hanya
variabel komite audit
berpengaruh positif dalam
pelaporan emisi rumah kaca
dan pelaporan energi,
Sedangkan akuntan dan
internal auditor tidak
memiliki pengaruh dalam
pelaporan emisi gas rumah
kaca dan pelaporan energi
2
Gender Diversity,
Board Independence,
Environmental
Committee and
Greenhouse Gas
Disclosure (Liao,
dkk., 2014)
Independen:
1. Gender diversity
2. Board
Independence
3. Environmental
Committee
Dependen:
1. Greenhouse Gas
Disclosure
Terdapat hubungan positif
yang signifikan antara
keanekaragaman jenis
kelamin (diukur dengan
presentase direksi perempuan
dalam dewan direksi)
terhadap pegungkapkan
informasi gas rumah kaca.
Selain itu dewan direksi yang
independen atau komite
lingkungan juga
menunjukkan transparansi.
3
Pengaruh Struktur
Corporate
Governance terhadap
Pengungkapan
lingkungan
(Nainggolan, 2015)
Independen:
1. Keragaman
gender
2. Proporsi dewan
komisaris
independen
3. Kepemilikan
institutional
Dependen:
1. Pengungkapan
Lingkungan
Hasil penelitian mennjukkan
bahwa proksi corporate
governance yaitu proporsi
dewan komisaris independen
dan kepemilikan institutional
berpengaruh positif terhadap
pengungkapan lingkungan.
Sedangkan keberagaman
gender dalam dewan direksi
tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan lingkungan.
21
4
An analysis of
australian company
carbon emission
disclosures (Lee dan
Jim, 2013)
Independen:
1. Perusahaan yang
beroperasi dalam
industri intensif
2. Tingkat Emisi
Karbon
3. Ukuran
Perusahaan
4. Profitabilitas
5. Kualitas
Corporate
Gorvernance
Dependen:
1. Carbon Emission
Disclosures
Perusahaan yang beroperasi
dalam industri intensif
(Emissions Intensive
Industries), Tingkat Emisi
Karbon, Ukuran Perusahaan/
Firm Size, Profitabilitas,
Kualitas Corporate
Gorvernance berpengaruh
terhadap Carbon Emission
Disclosure
5
Does Voluntary
Carbon Disclosure
Reflect Underlying
Carbon
Performance? (Luo
dan Qingliang, 2014)
Independen:
1. Kinerja Karbon
Dependen:
1. Pengungkapan
emisi Karbon
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja
emisi karbon berpengaruh
terhadap pengungkapan emsi
karbon.
6
Pengaruh Corporate
Governance, Etnis,
dan Latar Belakang
Pendidikan terhadap
Environmental
Disclosure
(Permatasari, 2009)
Independen:
1. Proporsi dewan
komisaris
independen,
2. Latar belakang
kultur dan etnik
presiden
komisaris,
3. Latar belakang
pendidikan
presiden
komisaris,
4. Jumlah rapat
dewan komisaris,
5. Proporsi komite
audit independen,
6. Jumlah rapat
komite audit
Dependen:
1. Environmental
disclosure
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
proporsi dewan komisaris
independen, dan latar
belakang kultur presiden
komisaris berpengaruh
positif terhadap
environmental disclosure.
Ukuran perusahaan sebagai
variable control juga
mempengaruhi
environmental disclosure.
Sedangkan latar belakang
pendidikan presiden
komisaris, jumlah rapat
dewan komisaris, proporsi
komite audit independen, dan
jumlah rapat komite audit
tidak mempengaruhi
environmental disclosure.
22
7
Stakeholder
Relevance for
Reporting:
Explanatory Factors
of Carbon Disclosure
(Guenther, dkk.,
2015)
Independen:
1. Kinerja Karbon
Dependen:
1. Pengungkapan
emisi Karbon
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja
emisi karbon berpengaruh
terhadap pengungkapan emsi
karbon.
8
Pengaruh ukuran
perusahaan, tipe
industri,
profitabilitas,
leverage, dan kinerja
linkgungan terhadap
environmental
disclosure (Nugraha,
2015)
Independen:
1. Firm Size
2. Tipe industri
3. Profitabilitas
4. Leverage
5. Kinerja
lingkungan
Dependen:
Pengungkapan emisi
Karbon
Didapat bahwa Ukuran
perusahaan, tipe industri
memiliki pengaruh signifikan
Positif terhadap
Environmental Disclosure.
profitabilitas dan leverage
tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap
Environmental Disclosure.
Sedangkan Kinerja
Lingkungan berpengaruh
Positif terhadap
Environmental Disclosure.
2.9 Hipotesis
Berdasarkan dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan
penelitian, landasan teori terkait dan beberapa contoh dari penelitian sebelumnya
yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan
diuraikan di bawah ini:
2.9.1 Hubungan antara Proporsi Dewan Komite Audit Independen
terhadap Pengungkapan Emisi Karbon
Komite audit adalah pihak yang ditunjuk untuk membantu dewan komisaris dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Menurut Forker (1992) menyatakan bahwa
keberadaan anggota independen komite audit meningkatkan kualitas kontrol
perusahaan. Selain itu, Carbon emission disclosure merupakan salah satu dari
pengungkapan lingkungan yang merupakan bagian dari laporan tambahan yang
23
telah dinyatakan dalam PSAK No. 1. Pengungkapan lingkungan, sehingga
perlunya kesadaran dari komite audit mengenai pentingnya pengungkapan
lingkungan termasuk hal yang mengenai emisi karbon walaupun sifatnya masih
secara sukarela. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simon (2001) bahwa
anggota independen komite audit berpengaruh positif terhadap luasnya disclosure.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trotman (2015)
menemukan bukti bahwa komite audit berpengaruh positif dalam pelaporan emisi
rumah kaca, dan pelaporan energi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Proporsi Dewan Komite Audit Independen Berpengaruh Positif
terhadap Pengungkapan Emisi Karbon
2.9.2 Hubungan antara Dewan Komisaris Independen terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon
Fungsi utama dari dewan komisaris adalah untuk membimbing dan memantau
manajemen puncak untuk memastikan mereka bertindak atas nama pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya (FRC, 2012). Bonn (2004) menyatakan
bahwa Independensi dewan komisaris dapat meningkatkan efektivitas dewan serta
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dewan komisaris independen mewakili
mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen
sehingga dapat menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Utama
dan Afriani, 2005). Secara luas dapat diterima bahwa jajaran dewan dengan
proporsi komisaris independen yang tinggi dapat memonitor manajemen untuk
lebih efektif (Nainggolan ,2015)
24
Penelitian Liao (2014) dan Nainggolan (2015) menunjukkan hubungan yang
positif antara dewan komisaris independen dengan pengungkapan emisi karbon.
Semakin tinggi proporsi dewan komisaris independen, maka pengungkapan
lingkungan oleh perusahaan semakin besar. Dengan demikian, kehadiran
komisaris independen secara positif mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan
Emisi Karbon
H2 : Dewan Komisaris Independen Berpengaruh Positif terhadap
Pengungkapan Emisi Karbon
2.9.3 Hubungan antara Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan
Emisi Karbon
Menurut Guenther (2015), stakeholder semakin tertarik mengenai kinerja
Lingkungan dari masing-masing perusahaan mengingat bahwa dampak dari
Lingkungan ini merupakan masalah yang harus segera diselesaikan. oleh karena
itu, perlu nya tanggung jawab perusahaan terhadap permasalahan ini dengan
menilai kinerja Lingkungannya dan perlu diungkapkan kepada para stakeholder
mereka. Menurut Wibisono (2007), hal tersebut dimaksudkan agar selain bisa
digunakan untuk bahan evaluasi, juga menjadi alat komunikasi dengan
stakeholder karena bila dibiarkan, lingkungan secara perlahan tidak akan dapat
mendukung kegiatan operasi perusahaan untuk kedepannya, mengingat kondisi
lingkungan global yakni tingkat gas emisi karbon tiap tahunnya meningkat secara
tajam yang tentu akan mempengaruhi kegiatan perusahaan.
Al-Tuwaijri (2004) menemukan hubungan positif dan signifikan antara kinerja
lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan. Penelitian yang dilakukan
25
oleh Nugraha (2015) juga menghasilkan hubungan positif antara kinerja
lingkungan dengan pengungkapan emisi karbon. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Kinerja Emisi Karbon Berpengaruh Positif terhadap Pengungkapan
Emisi Karbon
2.10 Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance
dengan beberapa proksi variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah proporsi komite audit independen dan dewan komisaris serta
menguji dampak dari kinerja lingkungan terhadap variabel dependen berupa
pengungkapan emisi karbon. Pengukuran dewan komite audit independen dengan
cara mencari proporsi antara jumlah komite audit independen dengan jumlah
seluruh anggota komite audit. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Trotman
(2015) menemukan hasil bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap carbon
emission disclosure.
Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh dewan komisaris independen terhadap
pengungkapan emisi karbon di Indonesia. Penelitian ini pernah di teliti oleh
Penelitian Liao (2014) menunjukkan hubungan yang positif antara dewan
komisaris independen dengan pengungkapan lingkungan. Selain itu, penelitian ini
juga meneliti tentang pengaruh kinerja emisi karbon terhadap pengungkapan emisi
karbon. Penelitian ini pernah di kembangkan oleh Luo & Tang (2014) dan
Guenther (2015) yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif secara
26
signifikan antara kinerja emisi karbon terhadap pengungkapan emisi karbon.
Penelitian ini akan mengkaji atau mengukur kembali terkait kinerja lingkungan di
Indonesia apakah berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon. Secara
sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini di tujukan melalu gambar
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
H3
H2
H1
Dewan Komite Audit Independen
(X1)
Dewan Komisaris Independen
(X2)
Kinerja Lingkungan (X3)
Pengungkapan Emisi Karbon
(Y)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berfokus kepada
pengujian hipotesis yang didukung oleh teori dan fakta. Dalam penelitian
kuantitatif, pengaruh variabel-variabel yang sedang diteliti dijelaskan dengan
penggunaan data-data terukur dan alat analisis statistik sehingga menghasilkan
kesimpulan yang mungkin dapat digeneralisasikan (Anshori & Iswati, 2009).
3.2 Identifikasi Variabel
Terdapat empat variabel dalam penelitan ini yang akan digunakan untuk menguji
hipotesis. Keeempat variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independen variable) yaitu komite audit, dewan komisaris
independen dan kinerja lingkungan dilihat dari pengungkapan GRI G4
Environment.
2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu pengungkapan emisi karbon
28
3.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.3.1 Pengungkapan Emisi Karbon
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan emisi karbon.
Dalam penelitian ini, variabel pengungkapan emisi karbon akan diukur
menggunakan Carbon Emission Disclosure Checklist yang diadopsi dari
penelitian Choi (2013). Dalam mengukur pengungkapan ini, Choi (2013)
mengembangkan checklist berdasarkan lembar permintaan informasi yang
dikembangkan oleh Carbon Disclosure Project. Dalam Choi (2013)
mengelompokkan lima kategori besar yang relevan dengan perubahan iklim dan
emisi karbon diantaranya adalah risiko dan peluang perubahan iklim (CC/Climate
Change), emisi gas rumah kaca (GHG/Green House Gas), konsumsi energi
(EC/Energy Consumption), pengurangan gas rumah kaca dan biaya
(RC/Reduction and Cost) serta akuntabilitas emisi karbon (AEC/Accountability of
Emission Carbon). Dalam lima kategori tersebut, terdapat 18 item yang
diidentifikasi. Berikut adalah daftar checklist pengungkapan emisi karbon (Choi,
2013) :
29
Tabel 3.1
Emission Carbon Disclosure Checklist
Kategori Item
Perubahan Iklim: Risiko dan Peluang CC-1: Penilaian/deskripsi terhadap risiko
(peraturan/regulasi baik khusus maupun
umum) yang berkaitan dengan perubahan
iklim dan tindakan yang diambil untuk
mengelola risiko tersebut.
CC-2: Penilaian/deskripsi saat ini (dan masa
depan) dari implikasi keuangan, bisnis dan
peluang dari perubahan iklim.
Emisi Gas Rumah Kaca (GHG/Green
House Gas)
GHG-1: Deskripsi metodologi yang
digunakan untuk menghitung emisi gas
rumah kaca (missal protocol GRK atau
ISO).
GHG-2: Keberadaan verifikasi eksternal
kuantitas emisi GRK oleh siapa dan atas
dasar apa.
GHG-3: Total emisi gas rumah kaca (metric
ton CO2 yang dihasilkan.)
GHG-4: Pengungkapan lingkup 1 dan 2,
atau 3 emisi GRK langsung.
GHG-5: Pengungkapan emisi GRK
berdasarkan asal atau sumbernya (misalnya:
batu bara, listrik, dll).
GHG-6: Pengungkapan emisi GRK
berdasarkan fasilitas atau level segmen.
GHG-7: Perbandingan emisi GRK dengan
tahun-tahun sebelumnya
Konsumsi Energi (EC/Energy
Consumption)
EC-1: Jumlah energi yang dikonsumsi
(misalnya tera-joule atau PETA-joule).
EC-2: Kuantifikasi energi yang digunakan
dari sumber daya yang dapat diperbaharui.
EC-3: Pengungkapan menurut jenis, fasilitas
atau segmen.
30
Pengurangan Gas Rumah Kaca dan Biaya
(RC/Reduction and Cost)
RC-1: Detail/rincian dari rencana atau
strategi untuk mengurangi emisi GRK
RC-2: Spesifikasi dari target tingkat/level
dan tahun pengurangan emisi GRK.
RC-3: Pengurangan emisi dan biaya atau
tabungan (costs or savings) yang dicapai
saat ini sebagai akibat dari rencana
pengurangan emisi karbon.
RC-4: Biaya emisi masa depan yang
diperhitungkan dalam perencanaan belanja
modal (capital expenditure planning).
Akuntabilitas Emisi Karbon
(AEC/Accountability of Carbon)
AEC-1: Indikasi dimana dewan komite (atau
badan eksekutif lainnya) memiliki tanggung
jawab atas tindakan yang berkaitan dengan
perubahan iklim.
AEC-2: Deskripsi mekanisme dimana
dewan (atau badan eksekutif lainnya)
meninjau kemajuan perusahaan mengenai
perubahan iklim.
Sumber : Choi (2013)
Pengukuran indeks Carbon Emission Disclosure dilakukan dengan melihat dari
annual report dan sustainability report masing-masing perusahaan. Pengukuran
indeks dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memberikan skor pada setiap item pengungkapan dengan skala dikotomi.
2. Skor maksimal adalah 18, sedangkan Skor minimal adalah 0. Setiap item
bernilai 1 sehingga jika perusahaan mengungkapkan semua item pada
informasi di laporannya maka skor perusahaan tersebut 18. Skor pada setiap
perusahaan kemudian dijumlahkan.
31
3.3.2 Proporsi Komite Audit Independen
Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang tidak terafiliasi
dengan manajemen, anggota komisaris lainya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lain nya yang dapat
mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen (Permatasari, 2010).
Variabel ini dilambangkan dengan “KOMDIT” Dalam penelitian ini, indokator
yang digunakan dalam mengukur variabel proporsi komite audit independen
adalah mengacu kepada penelitian yang di lakukan oleh Simon (2001) dan
Permatasari (2010) yaitu dengan cara :
KOMDIT = ∑ Komite Audit Independen x 100%
∑ Komite Audit
3.3.3 Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan
bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi
dan Dewan Komisaris, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006).
Variabel ukuran dewan komisaris independen digunakan untuk menggambarkan
jumlah seluruh anggota dewan komisaris independen yang bertugas dalam
melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan.
Variabel Dewan Komisaris dilambangkan dengan “Dekom” yaitu proporsi dewan
komisaris independen dalam perusahaan. Variabel ini diukur dengan menghitung
jumlah anggota dewan komisaris independen dibagi jumlah seluruh dewan
komisaris yang dapat dilihat dari annual report masing-masing perusahaan (Liao,
2014).
32
DEKOM = Proporsi dewan komisaris independen yang dimiliki perusahaan
3.3.4 Kinerja Lingkungan
Variabel kinerja lingkungan digunakan untuk menggambarkan seberapa baik
perusahaan melakukan pengungkapan secara keseluruhan mengenai lingkungan
nya di dalam laporan keuangan perusahaan. Variabel ini diukur dengan
menggunakan GRI G4 kategori lingkungan (environment) yang terdapat 34 item
pengungkapan mengenai lingkungan hidup. Dari 34 item tersebut, semakin
banyak pengungkapan mengenai lingkungan hidup di dalam laporan keuangan,
maka akan semakin baik kinerja lingkungan yang di hasilkan oleh perusahaan
karena perusahaan bertanggung jawab atas segala bentuk dampak lingkungan
hidup.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif,
sedangkan sumber datanya merupakan data sekunder. Dalam penelitian ini jenis
data yang diperlukan adalah data berupa laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan Pertambangan mulai tahun 2012 sampai 2017 perusahaan
pertambangan yang ada di BEI dan data diambil dari www.idx.co.id serta data
juga diperoleh dari website pribadi perusahaan.
33
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data sekunder adalah data yang digunakan dalam penelitian ini. Metode
pengambilan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu
menggunakan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada.
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah :
1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2017.
2. Perusahaan Pertambangan yang menerbitkan financial report dan annual
report periode 2012-2017.
3.6 Teknik Analisis
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang ada pada
penelitian ini yang terdiri dari dewan komite audit independen,dewan komisaris
independen, kinerja lingkungan dan pengungkapan emisi karbon. pengukuran
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai minimum, nilai maximum, mean
dan standar deviasi.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur dengan menggunakan regresi
berganda. Dalam analisis jalur, pengujian koefisien jalur menggunakan
standardize beta dan diberi symbol P Yi Xi, sedangkan pengaruh tidak langsung
merupakan perkalian antar P Yi Xi. Pengaruh total merupakan penjumlahan dari
34
pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Dalam analisis regresi berganda,
ada beberapa pengujian yang harus dilakukan terebih dahulu terhadap asumsi
klasik yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi data yang normal, jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali 2012).
Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan kolmogorovsmirnov,
dengan cara membandingkan nilai signifikansi dengan level of significant yaitu
0,1. Apabila nilai signifikansi lebih besar daripada 0,1 maka asumsi normalitas
terpenuhi, sedangkan apabila kurang dari 0,1 artinya asumsi normalitas tidak
terpenuhi.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedasitas (Ghozali,
2012). Disebut heterokedastisitas jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda. Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan analisis sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedasitas.
35
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik harusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2012).
Pengujian multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF) nya. Kriteia nilai Variance Inflation Factor (VIF)
yaitu :
a. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10, maka tidak terjadi
multikolineritas.
b. Jika nilai VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10, maka terjadi multikolineritas
dalam model regresi tersebut.
Jika terjadi multikolineritas yang harus dilakukan adalah :
a. Mengeluaran salah satu variabel yang mempunyai korelasi tinggi pada model
regresi
b. Melakukan transformasi variabel dalam bentuk logaritma natural.
36
3.7 Uji Hipotesis
3.7.1 Analisis Regresi Linier Sederhana
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk menjelaskan
pengaruh langsung dan tidak langsung variabel independen terhadap variabel
dependen, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
ECD = a + ß1 KOMDIT + ß2 DEKOM + ß3 GRIG4EN + e
Keterangan :
ECD = Pengungkapan Emisi Karbon
α = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
KOMDIT = Proporsi dewan komite audit
DEKOM = Dewan Komisaris
GRIG4EN = Kinerja Lingkungan
e = Error
3.7.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji signifikansi simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen
(Ghozali, 2012). Pengujian dilakukan dengan level signifikansi 0,1 atau α=10%.
Dalam pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pengujian yaitu:
a. Jika terdapat nilai signifikansi ≤ 0,1 maka koefisien regresi bersifat signifikan
dan simultan variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Jika terdapat nilai signifikansi > 0,1 maka berarti bahwa secara simultan
variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen.
37
3.7.3 Uji Pengaruh Langsung (Uji t)
Menurut Ghozali (2012), uji statistik t di lakukan untuk menunjukan seberapa
jauh pengaruh langsung satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel independen. Kriteria pengambilan keptusan dalam uji t
adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi yaitu : H0 ditolak
jika Sig t < 10% H0 tidak ditolak jika Sig t > 10%
3.7.4 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen yaitu dengan memberikan
proporsi atau presentase total dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh
variabel independen. Artinya, koefisien determinasi ini mampu mengukur
ketelitian dari model regresi. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1.
Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1
berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2012).
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel komite audit independen secara individual tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan emisi karbon. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa komite audit independen tidak dapat menjadi indikator terhadap
pengungkapan emisi karbon.
2. Variabel dewan komisaris independen secara individual berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan emisi karbon. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dewan komisaris independen dapat dijadikan indikator terhadap pengungkapan
emisi karbon.
3. Variabel kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi
karbon. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja lingkungan menggunakan
GRI G4-EN dapat dijadikan indikator terhadap luasnya pengungkapan emisi
karbon.
55
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen proksi good
corporate governance sehingga kemampuan variabel independen yang
mewakili GCG masih relatif terbatas untuk menjelaskan variabel dependen.
2. Penelitian ini menggunakan pengukuran kinerja lingkungan hanya
mengunakan pengungkapan GRI G4 bagian lingkungan saja sehingga
kemampuan variabel independen kinerja lingkungan masih relatif terbatas
untuk menjelaskan variabel dependen.
3. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan pertambangan yang relatif masih
sedikit sampel nya dan belum bisa mewakili pengungkapan emisi karbon di
Indonesia.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disarankan bagi peneliti selanjutnya
yaitu:
1. Menambah variabel independen lain yang berhubungan dan mewakili proksi
Good Corporate Governance untuk dapat mempengaruhi pengungkapan
emisi karbon yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini mengunakan pengukuran kinerja lingkungan dengan GRI G4
bagian lingkungan saja, diharapkan dapat mengunakan pengukuran lain yang
dapat mewakili kinerja lingkungan perusahaan.
56
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel tidak hanya dari
perusahaan sektor pertambangan saja, tetapi mengambil sampel perusahaan
sektor lain sehingga kedepannya dapat mengetahui perkembangan
pengungkapan emisi karbon di sektor lain nya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tuwaijri, Sulaiman A., Theodore E. Christensen, and K.E. Hughes II. 2004. The
Relations Among Environmental Disclosure, Environmental Performance,
and Economic performance: A simultaneous Equations Approach. Journal
of Accounting, Organizations and Society. Vol 29, No. (5/6). pp. 471-477.
Anggraini, F. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa
Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang
Anshori, M., & Iswati, S. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.
Berthelot, Sylvie dan Anne Marie Robert. 2011. Climate Change Disclosures: An
Examination of Canadian Oil and Gas Firm. Social and Environmental
Accounting 5(1): 106-123
Brigham, Eugene F. dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi
kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Burgwal, D., & Vieira, R. J. O. 2014. Environmental disclosure determinants in
Dutch listed companies. Revista Contabilidade & Finanças, 25(64), 60–78.
Choi, Bo Bae. 2013. Analysis of Australian Company Carbon Emission
Disclosures. Pacific Accounting Review, Vol 25 Iss 1 pp. 58 – 79. Newcastle:
University of Newcastle.
Cotter, J, Najah, M. 2012. Institutional investor influence on global climate
change disclosure practices. Australian Journal of Management 37: 169–
187. SAGE Journals, ISI.
Daniri, Mas Ahmad, (2005). Good Corporate Governance : Konsep dan
Penerapannya di Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia.
de Villiers, C., Naiker, V., & Staden, C. v. 2011. The effect of board characteristics
on firm environmental performance. Journal of Management , 37(6),
1636-1663.
Deegan, C. and Unerman, J. 2011. Financial Auditing Theory. McGraw-Hill.
58
Donnelly, R., & Mulcahy, M. 2008. Board structure, ownership, and voluntary
disclosure in Ireland. Corporate Governance: An International Review ,
16(5), 416-429.
Forker, J.J. 1992. Corporate Governance and Disclosure Quality. Accounting and
Business Research, Vol. 22 (86): 111-124.
FRC. 2012. The UK corporate governance code. London. Financial Reporting
Council.
Ghomi, Z. B, dan Leung, P. 2013. An empirical analysis of the determinants of
greenhouse gas voluntary disclosure in Australia. Acc Finance Res 2 (1) : p
110.
Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gray, R., & Lavers, S. 1995. Constructing a research database of social and
environmental reporting by UK companies. Accounting, Auditing, &
Accountability Journal , 19(3), 78101.
Green House Gas Protocol. 2008. GHG Emissions Protocol.
(http://www.ecy.wa.gov/climatechange/2008CATdocs/IWG/sepa/082808_3
c_ghg_emissions_mitigations.pdf, diakses 10 Maret 2018)
Guenther, Edeltraud,Thomas Guenther, Frank Schiemann dan Gabriel Weber.
2015. Stakeholder Relevance for Reporting: Explanatory Factors of Carbon
Disclosure. Journal of Business & Society,1-37.
Haque, Shamima dan M. Azizul Islam. 2012. Stakeholder Pressures and Climate
Change Disclosure: Australian Evidence. Accounting and Finance
Association of Australia and New Zealand (AFAANZ).Melbourne: VIC.
Huse, M. and A. G. Solberg. 2006. Gender Related Boardroom Dynamics: How
Women Make and Can Make Contributions on Corporate Boards Women.
Management Review 21(2), 113-130.
Husnan, Suad & Pudjiastuti, Enny. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPN
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Jakarta:
Salemba Empat.
59
Intergovernmental Panel on Climate Change. 2014. Climate Change 2014
Synthesis Report Summary for Policymakers. (http://www.ipcc.ch, diakses
10 Maret 2018).
Jannah, R. 2014. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Emission Carbon
Disclosure di Indonesia. Journal Of Acounting Universitas Diponegoro.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2016. “Laporan Hasil Penilaian Program
Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 2016.”
Jakarta: Badan Penerbit Kementerian Lingkungan Hidup.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2010. Pedoman Etika Bisnis
Perusahaan. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Li, Y., Richardson, G. D., Thornton, D. B. 1997. Corporate Disclosure of
Environmental Liability Information: Theory and Evidence. Contemporary
Accounting Research 14 (Fall): 435–474.
Liao, lin . 2014. Gender Diversity, Board Independence, Environmental
Committee and Greenhouse Gas Disclosure. The British Accounting Review.
Volume 47, Issue 4, December 2015, Pages 409-424. Chengdu: Southwestern
University of Finance and Economics.
Lindrianasari. 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkpan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan Indonesia.
JAAI, Vol. 11 No. 2. 159-172
Lindrianasari & Asmaranti, Yuztitya. 2014. Comparation of Greenhouse Gas
Emission Disclosure Before and After Enactment of the Indonesia Act No.
17 of 2004. Issues in Social and Environmental Accounting, Vol. 8, No. 4
Pp. 225-234
Lodhia, S., & Martin, N. 2012. Revisiting a corporate sustainability framework in
an integrated reporting era: A diversified resources firm perspective. In
Proceedings of the RMIT accounting for sustainability conference,
Melbourne, Australia.
Luo, Lee dan Qingliang Tang. 2014. Does voluntary carbon disclosure reflect
underlying carbon performance?. Journal of Contemporary Accounting and
Economics 10:191-205.
Monks, R.A.G., and Minow, N. 2003. Corporate Governance 3 edition. Blackwell
Publishing.
Nainggolan, Natasya Elisabeth. 2015. Pengaruh Struktur Corporate Governance
terhadap Pengungkapan Lingkungan. Diponegoro Journal of Accounting.
Vol.4 No.2.
60
Nugraha, Dicko Eka Bimantara dan Agung Juliarto. 2015. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Tipe Industri, Profitabilitas, Leverage, dan Kinerja Lingkungan
Terhadap Environmental Disclosure. Diponegoro Journal of Accounting
Vol.4 No.4.
Organization for Economic Corporation and Development. 2004. OECD
Principles of Corporate Governance.
(http://www.oecd.org/corporate/ca/corporategovernanceprinciples/3155772
4.pdf, diakses 10 Maret 2018)
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 / POJK.04/2005 Tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,
(http.signsmart.menlhk.go.id, diakses 10 Maret 2018)
Permatasari, Novita Dian. 2009. Pengaruh Corcporate Governance, Etnis, dan
Latar Belakang Pendidikan terhadap Environmental Disclosure. Jurnal
Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
Purnomosidhi, B. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada
Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 9: 1.
Saka, Chika dan Tomoki Oshika. 2014. Disclosure Effects, Carbon Emissions and
Corporate Value. Sustainability Accounting, Management and Policy
Journal, 5(1):22-45.
Shehata, Nermeen F. 2014. Theories and Determinants of Voluntary Disclosure.
Accounting and Finance Research, 3(1): 18-26.
Simon, S.M. Ho, dan Wong. 2001. A Study of Relationship Between Corporate
Governance structures and The Extent of Voluntary Disclosure. Journal of
International Accounting Auditing and Taxation, ELSEVIER 139-156.
Sunarya, D. H. 2013. Pengaruh Kebijakan Utang, Profitabilitas dan Likuiditas
terhadap Kebijakan Deviden dengan Size sebagai Variabel Moderasi pada
Sektor Manufaktur Periode 2008-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Volume 2 No 1
Suratno, I.B., Darsono, dan Mutmainah. 2006. Pengaruh Environmental
Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic
Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Simposium Nasional Akuntansi IX
(Padang).
Trotman, Andrew J. & Ken T. Trotman. 2013. Internal Audit’s in GHG Emissions
and Energy Reporting: Evidance from Audit Committees, Senior
Accountants and Internal Auditors. Journal of International Accounting
Research. Vol. 34, No. 1, pp. 199-230. Sydney: Northeastern University.
61
Utama, Sidharta, dan Cynthia Afriani, 2005, “Praktek Corporate Governance dan
Penciptaan Nilai Perusahaan: Studi Empiris di BEJ“, Usahawan, No. 8
Tahun XXXIV
Webb, E. 2004. An Examination of Socially Responsible Firms Board Structure.
Journal of Management and Governance, 8, 3, pp. 255-277.
Weston, Fred J. dan Thomas, E. Copeland. 2010. Manajemen Keuangan Jilid 2.
Jakarta: Binarupa.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social
Responsibility (CSR). Gresik: Fascho Publishing.