PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL...
-
Upload
vuongnguyet -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL...
PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP
VOLUME PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
EKARINA KATMAS
NIM. 1110046100075
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1435 H/ 2014 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu pesyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahawa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 April 2012
Ekarina Katmas
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujan untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan internal yang
mempengaruhi volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia Periode Januari
2009- September 2013 agar ditemukannya suatu rekomendasi yang perlu dilakukan
bank syariah untuk meningkatkan volume pembiayaan. faktor-faktor tersebut terdiri
dari Faktor eksternal Inflasi, BI rate, kurs dan faktor Internal yang terdiri dari CAR,
ROA, NPF, FDR, BOPO.
Metode yang digunakan dalm penelitian ini adalah model dinamis Error Corection
Model yang dipopulerkan oleh Engle dan Granger. ECM memilki beberapa
keunggulan baik dari segi nilainya dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka
pendek maupun jangka panjang sertamencari pemecahan terhadap masalh variabel
time series yang tidak stasioner dan regresi lancung.
Hasil estimasi Error Correction Model yang telah diperoleh menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek Inflasi, CAR, ROA, NPF, dan BOPO memiliki pengaruh
terhadap volume pembiayaan perbankan syariah. Dalam jangka panjang Variabel
Inflasi, BI Rate, CAR, ROA, NPF, FDR dan BOPO memiliki Pengaruh terhadap
Volume Pembiayaan Pebankan syariah di Indonesia. Sedangkan variabel Kurs tidak
berpengaruh terhadap Volume Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
Kata Kunci: Pembiayaan, Inflasi, BIrate, Kurs, CAR,ROA,NPF,FDR,BOPO, ECM
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Agung yang
selalu mencurahkan cinta-Nya dalam kehidupan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Faktor Eksternal dan
Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah”. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
keluarganya dan para sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.
Penulis mengucapakan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam penyusunan skripsi baik secara lansung maupun tidak
langsung . oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak H. JM. Muslimin, MA, Ph.D Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag, Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mu’min Rauf, MA, selaku sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta.
4. Bapak Ali Rama, SE.,M.Ec, Dosen Pembimbimbing Skripsi yang selalu
berkenan meluangkan waktu, mencurahkan segenap perhatian untuk
iv
memberikan pencerahan dan pengarahan yang begitu berharga bagi penulis,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Nurul Handayani,M.Pd selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan perhatian dan bimbingan yang berharga selama masa kuliah.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dengan Ikhlas telah memberikan ilmunya untuk penulis selama
masa kuliah.
7. Staf Karyawan Perputakaan fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan
Utama yang telah berbaik hati memberikan referensi dan kemudahan dalam
surat menyurat.
8. Keluarga saya, orang tua tercinta yang sangat berjasa dalam hidup saya yaitu
Bapak H. Abu Bakar Katmas dan Ibu Purwati, kedua wanita istimewa
Tanteku tersayang zuleha katmas dan Onco Ata, terimakasih atas segalanya
yang tidak pernah henti-hentinya mencurahkan cinta dan doa terbaik untuk
penulis dalam menuntaskan studi demi meraih cita-cita.
9. Keluarga Kece( Ka’ ana, Ka’icha, de’ ela, Dede yani, Dede In, de mina,
de’Ija, de Pit & put, dan De Audi) terimaksih atas dukungan dan kasih tulus
selama berada di An-nur.
10. Sahabat-Sahabat Brave tersayang( Ty Sharty, Shanty, Uny, dan Sari) sudah
menjadi penyemangat bagi penulis.
11. Saudaraku yang tersayang Ka’ Ines, Dewi, Zachro, yani, abang Eran yang
telah memberikan doa terbaik buat penulis dalam menyelesaikan studinya.
v
12. Teman-teman terbaik Ika, che-che, ayu, ela, Nirmala cuy, fazlur, am, ai,
anggun dan semua yang tidak sempat untuk disebutkan, terimaksih telah
memberikan dukungan bagi penulis selama masa perkuliahan.
13. Teman-teman seperjuangan PS B 2010, Teman-teman LISENSI, HIQMA,
WINNING, yang telah memberikan motivasi dan bantuan bagi penulis dalam
menyelesaikan sripsi ini.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
banyak atas bantuanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Namun
penulis berharap sripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ekonomi Islam.
Jakarta 25 April 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………….. ……. . i
ABSTRAK………………………………………………………………………… .. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… …x
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………………..xi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………………….1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah………………………..10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………...11
D. Penelitian Terdahulu…………………………………………………..12
E. Kerangka Teoritis……………………………………………………...15
F. Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………………...20
G. Sistematika Penulisan………………………………………………….22
BAB II LANDASAN TEORI
vii
A. Pembiayaan Perbankan Syariah………………………………………24
1. Pengertian Pembiayaan…………………………………………...24
2. Unsur-Unsur Pembiayaan……………………………………….. 25
3. Fungsi Pembiayaan……………………………………………….26
B. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Bank Syariah…………………………...26
1. Pembiayaan Murabahah…………………………………………..26
2. Pembiayaan Istishna………………………………………………27
3. Pembiayaan Salam………………………………………………..27
4. Ijarah dan Ijarah Muntahiyabittamlik…………………………….28
5. Pembiayaan Mudharabah…………………………………………29
6. Pembiayaan Musyarakah………………………………………….29
7. Qardhaul Hasan…………………………………………………...30
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan
Syariah...................................................................................................31
1. Capital Adequacy Ratio(CAR)……………………………………32
2. Return On Asset(ROA)…………………………………………...33
3. Non Performing Finance(NPF)…………………………………...34
4. Financing Deposit Ratio(FDR)…………………………………...35
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional(BOPO)…...37
6. Inflasi…………………….……………………………………….38
7. BI Rate…………………………………………………………….41
8. Kurs atau Nilai Tukar……………………………………………..42
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………….........................45
B. Sumber dan Jenis Data……………………………………..................45
C. Metode Pengumpulan Data………………………………...................46
D. Teknik Penulisan Skripsi…………………………………...................46
E. Teknik Analisis Data………………………………….........................46
1. Uji Stasioner………………………………………………...........47
2. Uji Derajat Integrasi………………………………………………48
3. Uji kointegrasi…………………………………………….............50
4. Error Corection Model(ECM)………………………………….....51
F. Definisi Operasional Variabel………………………………………..54
G. Hipotesis Penelitian…………………………………………………...59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif…………………………………………………….62
B. Analisis Pengujian Estimasi Error Corection Model…………………72
C. Pengujian Hipotesis…………………………………………………...83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………95
B. Saran…………………………………………………………………..97
ix
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan, CAR, ROA, NPF, FDR, dan BOPO Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah……………………………...5
Tabel 2.1 Tabel Inflasi, BIrate, dan Kurs di Indonesia Periode 2009-2013……..7
Tabel 4.1 Hasil Estimasi Akar-Akar Unit Pada Level Philip Peroon(PP) dan
Augmented Dickey Fuller(ADF)…………………………………….73
Tabel 4.2 Hasil Estimasi Akar-Akar Unit Pada Derajat Integrasi Pertama Philip
Peroon(PP) dan Augmented Dickey Fuller(ADF)…………………...75
Tabel 4.3 Uji Kointegrasi Johansen…………………………………………….77
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Persamaan Jangka Panjang…………………………80
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Persamaan Jangka Pendek………………………….81
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Pembiayaan Pada Perbankan Syariah………………………………..62
Grafik 4.2 Tingkat Inflasi di Indonesia………………………………………….63
Grafik 4.3 Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia(BIrate)………………………..64
Grafik 4.4 Data Kurs ……………………………………………………………65
Grafik 4.5 Data Capital Adequacy Ratio( CAR)………………………………..67
Grafik 4.6 Data Return On Asset(ROA)………………………………………...68
Grafik 4.7 Data Non Performing Finance(NPF)………………………………...69
Grafik 4.8. Data Financind Deposit Ratio(FDR)………………………………...70
Grafik 4.9 Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional………….71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan suatu lembaga intermediasi antara pihak yang surplus
dana dengan pihak yag defisit dana. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun
2008 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank syariah pertamakali beroperasi di Indonsia pada tahun 1992 ditandai
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Perbankan syariah hingga saat
ini terus berkembang dan akan terus berkembang. Berdasarkan data statistik
perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia menunjukkan
hingga September 2013 terdapat 11 bank umum syariah, 23 unit usaha Syariah,
dan jumlah bank Pembiayaan Syariah (BPRS) 160 buah.1
Bank syariah, dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai
lembaga intermediasi (financial intermediay) yaitu lembaga keuangan yang
1 www. Bi.go.Id : Data Statistik Perbankan Syariah, diakses pada tanggal 2 Februari 2014
2
berfungsi sebagai perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana. Dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah, pasal 4 dijelaskan fungsi Bank Syariah sebagai berikut:
Bank Syariah dan
UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat.
Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari dana
wakaf uang dan menyalurkanya kepada pengelola wakaf (nadzir) sesuai
degan kehendak pemberi wakaf (wakif).2
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Fungsi intermediasi bank
terdiri dari dua yaitu, pertama menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk tabungan, Giro, dan Deposito. Kedua adalah menyalurkan dana
kepada masyarakat( Pembiayaan) dalam bentuk Murabahah, salam,
istishna, ijarah, ijarah Muntahiyah bittamik, mudhrabah, musyarakah, dan
Qardh.
2 Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
3
Dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi Bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Taransaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiyah bittamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Karena perbankan syariah merupakan lembaga intermediasi, Pembiayaan
merupakan fungsi utama dari perbankan syariah, sehingga perlu mendapat
perhatian khusus, karena pembiayaan yang lancar dapat meningkatkan
perekonomian. Dalam menyalurkan pembiayaan ada banyak faktor yang
mempengaruhinya baik internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam bank sendiri sedangkan faktor eksternal adalah faktor
diluar perbankan.
Dari sisi internal, untuk menyalurkan pembiayaan tentu bank perlu
memperhatikan kesehatan bank, karena bank yang sehat lebih berpeluang
menyalurkan pembiayaan dengan baik dbandingkan dengan bank tidak sehat.
untuk melihat apakah suatu bank sehat atau tidak dapat diukur melalui kinerja
4
keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Dalam Surat Edaran BI No.
9/24/DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi faktor
CAMELS( Capital, Assets Quality, Manajement, Earning, Liquidity, dan
Sensitivity). Aspek Capital meliputi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum(
KPMM) atau Capital Adequacy Ratio ( CAR), aspek Assets meliputi Non
Prforming Finance (NPF), aspek Earning meliputi Return On Equity (ROE),
Return On Asset, dan Operational Efficiensy Ratio (BOPO), dan aspek
Liquidity meliputi Financing To Deposite Ratio ( FDR).
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan, CAR, NPF, ROA, FDR, dan BOPO Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009- 2013
Periode CAR ROA NPF FDR BOPO Pembiayaan
Maret-09 33,74 2,65 8,41 128,83 83,10 39,308
Juni-09 28,15 2,98 7,91 130,21 73,20 42,195
Sep-09 30,27 3,10 8,12 131,55 72,91 44,523
Maret-10 31,35 3,57 7,37 129,05 76,18 50,206
Juni-10 29,64 3,71 6,92 135,20 75,20 55,801
Sep-10 29,10 3,47 7,43 135,82 76,93 60,970
maret-11 16,57 1,97 3,60 93,22 77,63 74,258
5
juni-11 15,92 1,84 3,55 94,93 78,13 82,618
Sep-11 16,83 1,80 3,50 94,97 77,54 82,839
Maret-12 15,33 1,83 2,76 87,13 77,77 204,239
Juni-12 16,12 2,05 2,88 98,59 75,74 117,592
Sep-12 14,98 2,07 2,74 102,10 75,44 130,357
maret-13 14,30 2,39 2,75 102,62 72,95 161,081
juni-13 14,30 2,10 2,64 1 14,43 76,18 171,227
Sep-13 14,19 2,04 2,80 103,27 77,75 177,320
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, data diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio keuangan CAR, ROA, NPF, FDR,
dan BOPO mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. CAR terendah terjadi pada
September 2013 sebesar 14,19% dan tertinggi pada Maret 2009 sebesar
33,74%. Sementara ROA tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar 3,71% dan
terendah pada September 2011 sebesar 1,80%. NPF tertinggi terjadi pada Maret
sebesar 8,41% dan terendah pada bulan juni 2013 sebesar 2,64%. FDR
tertinggi pada September 2009 sebesar 131,55% dan terendah pada maret 2012
sebesar 87,13. BOPO tertinggi terjadi Maret 2009 sebesar 83,10% dan terendah
September 2010 sebesar 72,91%. Sementara pembiayaan terus mengalami
peningkatan, peningkatan tertinggi terjadi ada September 2012 sebesar 204,239
Miliar Rupiah.
6
Rasio keuangan mengalami fluktuasi sementara pembiayaan terus
mengalami peningkatan meskipun sempat mengalami perlambatan pada kuartal
tiga 2013 akibat perlambatan ekonomi Indonesi yang terkena dampak krisis
keuangan global. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa rasio
keuangan bank berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah.
Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh aal Hendri dkk( 2011) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada
perbankankan syariah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan Dana pihak
ketiga, Financing deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap
volume pembiayaan.
Sementara dari sisi eksternal, Bank syariah sebagai lembaga keuangan
tentu pertumbuhannya dapat di pengaruhi oleh kondisi ekonomi makro seperti
kenaikan dan penurunan inflasi, BI rate, dan Kurs secara umum sangat
dimungkinkan sekali juga akan berpengaruh pada kemampuan nasabah untuk
meningkatkan dana pihak ketiga dalam industri perbankan syariah. Kondisi
makro ekonomi ini tentu berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank yaitu
pembiayaan.
7
Tabel 2.1
Grafik Inflasi, BI Rate, dan Kurs di Indonesia Periode 2009-2013
Periode Inflasi(%) BI rate(%) Kurs(Rp)
Januari 2009 9.17 3.72 11.080.50
Januari 2010 7.36 9.17 9.275.45
Januari 2011 6.26 7.36 9.037.38
Januari 2012 6.26 6.26 9.109.14
januari 2013 7.32 17.92 9.687.33
Sumber: Bank Indonesia, Data Diolah
Grafik diatas menjelaskan tentang fluktuasi inflasi, BI Rate, dan Inflasi
periode lima tahun terakhir yaitu 2009-2013. Dari dari grafik dapat dilihat
inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 9,17 %, angka yang
cukup tinggi ini disebabkan dampak krisis ekonomi amerika subprime
morthage tahun 2008. Sementara BI rate juga paling tinggi pada tahun tahun
2013 sebesar 17,92%. Dan pada 2009 terjadi kemerosotan nilai rupiah hingga
mnencapai 11.808 per US$ akibat ketidakseimbangan neraca perdagangan, atau
jumlah impor melebihi ekspor.
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu
dihadapi setiap negara. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi
didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu
perekonomian. sedangkan menurut Rahardja dan Mandala Manurung
8
mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.3 Kenaikan ini harga
barang akan berakibat pada menurunya daya beli mayarakat kemudian
menimbulkan penurunan nilai uang yang mengakibatkan masyarakat enggan
untuk menabung. Hal ini akan berakibat pada permodalan bank sehinga akan
berdampak pada pembiayaan. Sebagimana dijelaska oleh Prtama Maharja dan
Manurung Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin rendah.
Penelitian yang dilkukan oleh Bani Pamungkas 2012 menemukan bahwa
inflasi dalam jangka penjang berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil pada
perbankan syariah periode 2005-2011. Dan penelitian yang dilakukan oleh
chorida (2010) , menemukan bahwa inflasi berpengaruh terhadap alokasi
pembiayaan usaha kecil dan menegah.
Faktor eksternal yang mempengaruhi Pembiayaan adalah BI Rate. BI
Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank
Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagi acuan
dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil
operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI
diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga
3 Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI,
2004, h. 155
9
lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten
dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.4
Penelitian yang dilakukan oleh Fandy Ardianto( 2011) dengan judul
pengaruh DPK, Modal Inti, Inflasi dan BI rate terhadap pembiayaan dan
implikasinya terhadap ROA. Penelitian ini menemukan bahwa BI rate
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.
Kurs atau nilai tukar rupiah juga berpengaruh terhadap pembiayaan.
Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan
untuk membeli satu US$ (US Dollar). Nilai tukar tersebut ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya mekanisme pasar.5
Bank syariah sebagaimana bank konvensional akan terpengaruh oleh
gejolak mata uang sejauh peranan mata uang tersebut dalam transaksi bank dan
sebanyak deposit dalam mata uang asing yang dimilki oleh bank tersebut. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Maya Fitriyani menemukan bahwa Kurs
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Berdasarkan konsep dan teori
yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan
kurs berpengaruh terhadap pembiayaan di perbankan syariah.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas serta penelitian
terdahulu, maka penelitian ini penting dan menarik untuk diteliti lebih lanjut.
4 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali
Press, Jakarta. 2008, h. 225 5 Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, ( Yogyakarta: BPFE UGM, 2008) h.
10
Penelitian ini akan mengambil judul “ Pengaruh Faktor Eksternal dan
Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang
sesuai dengan dengan tujuan yang ditetapkan agara masalah yang diteliti tidak
terlalu meluas. Membahas tentang Perbankan Syariah di Indonesia tentu sangat
luas jika harus dibahas secara luas, sehingga penulis membatasi batasan
masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu:
1. Pembiayaan yang dibahas dalam skripsi ini adalah total pembiayaan
perbankan syariah meliputi pembiayaan mudharabah, musyarakah,
murabahah,ijarah,istishna,salam dan Qardh.
2. Faktor eksternal yang di ambil adalah indikator makro ekonomi yang
berkaitan dengan moneter yaitu, Inflasi, BI rate, dan kurs. Sedangakan
faktor internal yang digunakan adalah rasio keuangan bank yaitu, ROA,
BOPO, NPF,FDR, dan CAR.
3. Objek penelitian ini adalah Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
periode 2009-2013
b. Perumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan dapat dirumuskan permasalah sebagai
berikut:
11
1. Apakah variabel ekstenal inflasi, BI rate, dan Kurs berpengaruh
terhadap volume pembiayaan perbankan syariah?
2. Apakah variabel internal CAR, NPF, ROA FDR, BOPO berpengaruh
terhadap volume pembiayaan perbankan syariah?
3. Sejauh mana variabel CAR, NPF, ROA, FDR, BOPO, Inflasi, BI Rate,
dan Kurs berpengaruh terhadap volume pembiayaan pada perbankan
syariah?
4. Kebijakan apa yang dilakukan bank untuk meningkatkan volume
pembiayaan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel internal berupa ROA, CAR, NPF,
FDR, BOPO, terhadap volume pembiayaan perbankan syariah.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel eksternal berupa Inflasi, BI rate, dan
Kurs terhadap volume pembiayaan.
3. Untuk mengetahui apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap volume
pembiayaan pada perbankan syariah dalam jangka pendek maupun
panjang.
b. Manfaat Penelitian
12
1. Bagi penulis, sebagai bahan pembelajaran dalam menganlisis faktor
eksternal dan internal yang mempengaruhi pembiayaan perbankan
syariahdi Indonesia dengan pendekatan Error Corection Model.
2. Bagi akademisi, sebagai pengembangan keilmuan, dan tambahan
referansi khususnya tentang Pembiayaan perbankan syariah
3. Bagi bank syariah, dapat memberikan informasi sebagai bahan
pertimbangan bagi bank dalam menjalankan operasionalnya.
D. Penelitian Terdahulu
1. Penilitian aal Hendri dkk( 2011) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada
perbankankan syariah di Indonesia. Metode penelitian menggunakan
analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan Dana pihak
ketiga, Financing Deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume pembiayaan, sementara non performing finance tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap volume pembiayaan. Perbedaan
penelitian ini dengan penlitian yang akan dilakuan adalah variabel
dependen penelitian ini adalah pembiayaan bagi hasil mudharabah,
musyarakah saja, sementara variabel dependen dalam penelitian yang
akan dilakukan meliputi semua pembiayaan pada perbankan syariah.
Perbedaan lain adalah metode anlisis data dimana penelitian diatas
menggunakan metode anlisis resgresi berganda sementara penelitian yang
13
akan dilakukan menggunakan metode analisis Error Corection
Model(ECM).
2. Pratin dan Akhyar (2005) tengan pengaruh DPK, Modal sendiri, NPL,
dan presentasi bagi hasil dan markup keuntungan terhadap pembiayaan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa simpanan (DPK) mempunyai
hubungan positif signifikan, modal sendiri dan NPL mempunyai
hubungan positif tidak signifikan. Sedangkan secara parsial prosentase
bagi hasil dan markup keuntungan mempunyai hubungan negatif tidak
signifikan terhadap pembiayaan. Perbedaan penelitian ini terletak pada
variabel independen serta metode analisis data.
3. Khodijah Hadiyyatul Maula (2009) tentang pengaruh DPK, modal
sendiri, margin keuntungan, NPF terhadap pembiayaan murabahah. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa variabel simpanan
(DPK)berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah. Untuk
Modal sendiri dan marjin keuntungan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembiayaan murabahah. Untuk NPF berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Perbedaan terletak
variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan variabel
pembiayaan murabaha saja, sementara penelitian yang akan dilakukan
menggunakan semua jenis pembiyaan atau total pembiayaan perbankan
syariah sebagai variabel dependenya. Metode alisis data pun berbeda,
14
penelitian diatas menggunakan metode anlisis regresi berganda sementara
penelitian yang dilakukan menggunakan anlisis Error Corection Model.
4. Menurut penelitian Wuri Arianti dan Harjum Muharam (2011),
meneneliti tentang pengaruh DPK, CAR, NPF, ROAberpengaruh
terhadap pembiayaan. Penelitian ini menemukan bahwa DPK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan, CAR,NPF,ROA
tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan digunakan adalah terletak pada metode analisis data
yang menggunakan erroe corection model
5. Skripsi Luluk chorida (2010)pengaruh jumlah dana pihak ketiga, inflasi,
tingkat margin terhadap alokasi pembiayaan usaha kecil dan menegah.
Hasil penelitian adalah Dana Pihak ketiga dan inflasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pembiayaan usaha kecil menengah.
6. Bani Pamungkas (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pembiayaan bagi hasil perbankan syariah di Indonesia. Meneliti tentang
variabel DPK financing rate bagi hasil, pembiayaan bagi, lending rate
bank konvensional, jumlah kantor bank syariah, NPF, SBIS, inflasi, dan
ideks produksi. Metode yang digunakan adalah model dinamis eror
corectio model (ECM). Hasilnya menunjukan dalam jangka pendek,
DPK, Jumlah Kantor, inflasi, dan indeks Produksi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah.
Sedangkan financing rate pembiayaan bagi hasil, lending rate
15
konvensional, indeks produksi industry memiliki pengaruh yang
signifikan dalam jangka panjang.
7. Penelitian Fandi Ardianto( 2011) Analisis Pengaruh DPK, Modal Inti,
Inflasi, dan BI Rate Terhadap Kinerja Pembiayaan serta Implikasinya
pada Return On Asser( ROA) di Bank Syariah Mandiri Periode 2004-
2010. Metode yang digunakan adalah metode analisis jalur. Hasil
penelitian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel DPK, BI Rate
berpengaruh terhadap pembiayaan. Pada uji substruktur II menunjukkan
bahwa variabel , modal inti, Inflasi, BI rate dan pembiayaan berpengaruh
terhadap Return On Aset(ROA).Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah terletak pada metode penelitian, variabel
yang digunakan serta periode data penelitian.
E. Kerangka Teoritis
1. Hubungan Capital Adequacy Ratio( CAR) dengan Pembiayaan
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-
sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-
lain.
16
Secara Matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
berdasarkan rumus diatas, jika CAR meningkat maka modal
yang dimiliki bank lebih banyak disalurkan untuk melindungi Aktiva
bank yang mengandung resiko sehingga modal yang digunakan utuk
pembiayaan akan berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan terjadi
hubungan antara CAR dan pembiayaan. Penelitian Wuri Arianti dan
Harjum Muharam (2011) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh
terhadap pembiayaan.
2. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia
kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar,
diragukan dan macet. Menurut Syafi’i Antonio (2001) yang dikutip oleh
Bani Pamungkas “pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap
kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat
kebijakan kredit)maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank, dan sebaliknya”. Penelitian yang dilakukan oleh
Khodijah Hadiyyatul Maula (2009),NPF berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
17
3. Hubungan Return On Assets (ROA) dengan Pembiayaan
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika
ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank
tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan.
Rumus ROA
semakin tinggi nilai ROA semakin tinggi profitabilitas suatu bank dan
ketika tingkat profitabilitas bank tinggi maka pembiayaan yang disalurkan
semakin meningkat.
4. Hubungan Financing Deposite Ratio( FDR) dengan Pembiayaan
Financing Deposito Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum 110%. 6
6 Kasmir,Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers( Jakarta: 2009)
18
berdasarkan rumus diatas maka semakin tinggi FDR makan semakin tinggi
pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat. dengan demikian FDR
memiliki pengaruh terhadap pembiayaan.
5. Hubungan BOPO dengan Pembiayaaan.
Bopo merupakan rasio antara biaya operasioanal terhadap
pendapatan operasional( Dendhawijaya 2003:125). Biaya opersional
adala biaya yang dikeluarkan oleh bank dala rangka menjalankan
aktivitas usaha pokoknya.Semakin tinggi BOPO maka kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah.
Rumus BOPO
Biaya operasional yang tinggi tentu akan menyebabkan
masalah bagi suatu perusahaan tidak terkecuali perbankan. semakin
tinggi BOPO semakin rendah pembiayaan yang diberikan. dengan
demikian terdapat hubungan negatif antara rasio BOPO dengan
pembiayaan.
6. Hubungan Inflasi dengan Pembiayaan.
19
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat
harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. 7kenaikan
harga barang akan menyebabkan turunya daya beli masyarakat sehingga
terjadi kelesuan ekonomi. selain itu dampak dari inflasi akan
menyebabkan orang akan enggan menabung karena nilai mata uang yang
ditabung semakin menurun, bila orang enggan menabung , maka dana
pihak ketiga di bank akan menurun. menurunya dana dari masyarakat
akan berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan. penelitian Bani
pamungkas( 2012) inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
bagi hasil pada perbankan syariah. dengan demikian terdapat hubungan
negatif antara inflasi dengan tingkat pembiayaan.
7. Hubungan BI Rate dengan Pembiayaan.
BI rate adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia yang diberikan
kepada bank yang menyimpan dana di Bank Indonesia. ketika BI Rate
meningkat maka bank lebih suka menyimpan dananya di Bank Indonesia
daripada menyalurkan kepada masyarakat. hal ini menyebabkan tingkat
pembiyaan menjadi rendah, dengan demikian terjadi hubungan negatif
antara BI rate dengan Pembiayaan.
8. Hubungan Kurs mata uang dengan pembiayaan
Kurs valuta asing atau kurs uang menunjukkan harga atau nilai
mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
7 Ekonomika Makro. Asfia Murni. PT. Refika Aditama ( Bandung: 2006)
20
kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domistik
yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing.8 Perbankan syariah sebagai
lembaga yang bergerak dalam bidang industri keuangan tentu tepengaruh
oleh fluktuasi nilai tukar. apabila kurs mata uang asing meningkat maka
segala transaksi perbankan yang berkaitan dengan valuta asing akan
mengalami perubahan. perubahan berakibat pada naik turunya modal
bank. Hal ini tentu berakibat pada penyaluran pembiayaan. Hasil
penelitian Maya Fitriyani (2010) kurs berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran pembiayaan.
F. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank syariah megalami pertumbuhan setiap tahunya seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Pertumbuhan perbankan syariah yang positif
menjadikan pembiyaan pada perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan pembiayaan ini diduga dipengaruhi oleh faktor internal bank yang
di ukur dengan rasio keuangan Bank yaitu CAR, NPF, ROA, FDR, dan BOPO.
Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yangg diduga berpengaruh
terhadap pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah, yaitu Inflasi, BI Rate,
dan Kurs.
Dalam beberapa penelitian terdahulu segaimana telah dijelaskan
sebelumya ada bebrapa variabel yang berpengaruh terhadap pembiayaan. Oleh
8 Sadono Sukirno. Makroekonomi: teori Pengantar. PT. Raja Grafindo (Jakarta: 2004)
21
karena itu, untuk membuktikan kembali dan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek dan
jangka panjang maka dilakukan pengujian Error Corection Model(ECM).
Berdasarkan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap
variabel terikat seperti dijelaskan diatas kemudian dilakukan uji-uji awal
sebelum pada akhirnya diperoleh hasil sesuai tujuan penelitian. Uji yang
pertama dilakukan adalah uji akar-akar unit yang terdiri dari uji stasioneritas
sebagai bagian pertama dilakukan, namun jika uji stisioner gagal mendapatkan
hasil yang memenuhi persyaratan terdapat satu uji alternatif yaitu uji derajat
integrasi. Apabila data lolos uji stasioneritas, uji dilanjutkan kepada uji
kointegrasi. Apabila ada variabel yang tidak lolos uji stasioner maupun derajat
integrasi, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari penelitian.
Langkah selanjutnya setelah pengujian awal selesai dilakukan adalah
dilanjutkan dengan pengujian untuk menghasilkan hasil dari penelitian, untuk
melihat ada atau tidaknya pengaruh jangka pendek dan jangka panjang sesuai
dengan metode yang diambil Error Corection Model (ECM). Pendekatan ECM
adalah langkah terakhir yang dilakukan yang kemudian akan menghasilkan
nilai yang membuktikan apakah penelitian yang dilakukan memperoleh hasil
yang signifikan dan apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang. Setelah hasil yang diharapkan diperoleh, hasil tersebut diinterpretasi
melalui proses analisa dan pembahasan sehingga dapat dirumuskan kesimpulan
dan implikasi sebagai hasil akhir dari penelitian yang dapat bermanfaat.
22
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi penjelasan secara teori mengenaipembiayaan, jenis
pembiayaaan, pengertian rasio keuangan bank dan indikator
pertumbuhan ekonomi. Serta penelitian empiris tentang pembiayaan
perbankan syariah.
BAB III : Metodologi Penelitian
Bagian ini merupakan penjabaran secara keseluruhan metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian yang meliputu jenis
penelitian, jenis dan sumber data, definisi opersional variabel,
hipotesis penelitian dan teknik analisis data.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
23
Bagian ini meliputi hasil analisis penelitian yang berisi Deskriptsif
data rasio keuangan bank yaitu ROA, CAR, NPF, FDR, BOPO, Inflasi
, BI rate, Kurs dan analisis estimasi eror correction model.
BAB V : Penutup
Bab ini berisi penarikan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan
pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang sekiranya dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam kontribusi pemikiran dan
penelitian selanjutnya.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Perbankan Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana
kepada pihak lain berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan yang diberikan oleh
pemilik dana kepda pengguna dana.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit
yang diberikan oleh bank. Dalam perbankan syariah, return atas pembiayaan
tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-
akad yang disediakan di bank syariah. Dalam Undang-Undang No 21 Tahun
2008 tentang perbankan syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi Bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Taransaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiyah bittamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
25
2. Unsur-Unsur Pembiayaan
a. Bank Syariah
Merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak lain
yang membutuhkan.
b. Mitra Usaha/ Patner
Merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, atau
pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.
c. Kepercayaan
Bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima
pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk mengembalikan
dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan.
d. Akad
Akad merupakan kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan
antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra.
e. Risiko
Setiap dana yang disalurkan/ diinvestasikan oleh bank syariah selalu
mengandung risiko tidak kembalinya dana. Risiko pembiayaan merupakan
kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak
dapat kembali.
f. Jangka waktu
Merupakan periode waktu yang diperrlukan oleh nasabah untuk
membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank syariah.
26
Jangkan waktu dapat bervariasi antara lain jangka waktu pendek, jangka
menengah, dan jang jangka panjang
g. Balas Jasa
Sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah, maka
nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai akad yang telah disepakati
antara bank dan nasabah.
3. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya.
Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha, dan
lain-lain yang membutuhkan dana. secara terperinci pembiayaan memiliki
fungsi antara lain:
a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.
b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle
fund.
c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga
B. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Bank Syariah
1. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual
kepada pihak pembeli dengan menyebutkan keuntungan yang diharapkan
sesuai dengan harga jual. Dalam akad murabahah, penjual menjual
27
barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual.
Selisih antara harga beli dan harga jual disebut margin keuntungan.
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan(margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Akad ini termasuk bentuk natural certainly contracts,
karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya(
keuntungan yang ingin diperoleh.9
2. Pembiayaan Istishna
Al-Istishna merupakan akad kontrak jual beli barang antara dua pihak
berdasarkan pesanan dari pihak lain, dan barang pesanan akan diproduksi
sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya dengan
harga dan cara pembayaran yang disetujui terlebih dahulu.
Dalam kontrak Istisna, pembuat barang menerima pesanan dari
pembeli. Pembayaran atas transaksi jual beli dengan akad istishna dapat
dilaksanakan dimuka,dengan cara angsuran, dan/atau ditangguhkan sampai
jangka waktu pada masa yang akan datang. 10
3. Pembiayaan Salam
Salam secara etimologi artinya pendahuluan, dan secara muamalat adalah
penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual
9 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan(PT Raja Grafiindo
Persada,Jakarta: 2011), h. 113 10
Ibid, h. 125-131
28
beli dan barang yang dibeli masih dalam tanggungan penjual, di mana
syaratnya ialah mendahulukan pembayaran pada waktu akad.
Bank Syariah dapat mengalami kerugian pada saat harga jual ketik barang
diterima lebih rendah dibanding harga beli pada saat akad. Sebaliknya, bank
syariah akan memperoleh keuntungan pada saat harga jual barang yang
diterima lebih tinggi dibanding harga beli ketika dilakukan pembayaran pada
saat awal akad pembiyaan salam.11
4. Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah merupakan kontrak antara bank syariah sebagai pihak yang
menyewakan barang dan nasabah sebagai penyewa. Barang-barang yang
dapat disewakan pada umumnya yaitu aset tetap, seperti gedung, mesin dan
peralatan, kendaraan, danasettetaplainya. Dalamtransaksiperbankan, bank
membeli aset tetap dari supplier kemudian disewakan kepada nasabah dengan
biaya sewa yang tetap hingga jangka waktu tertentu.
Pemilik aset tetap (objek sewa) adalah lembaga keuangan yang
bertanggung jawab atas biaya pemeliharaan aset tetap yang disewakan selama
masa sewa. Pada saat perjanjian sewa berakhir, maka pihak yang menyewakan
aset tetap akan mengambil kembali objek sewa dan dapat menyewakan
kembali pada pihak lain atau memperpanjang sewa lagi dengan perjanjian
baru.
IjarahMuntahiyyahBittamlik
11
Ibid, h. 161
29
Ijarah Muntahiyah Bittamlik disebut juga dengan ijarah waiqtina
adalah perjanjian sewa antara pihak pemilik aset tetap dan penyewa, atas
barang yang disewakan, penyewa mendapat hak opsi untuk membeli objek
sewa pada saat masa sewa berakhir. Ijarah Muntahiyah bittamlik dalam
perbankan dikenal dengan financial lease, yaitu gabungan antara transaksi
sewa dan jual beli, karena pada akhir masa sewa, penyewa diberi hak opsi
untuk membeli objek sewa.
5. PembiayaanMudharabah
Pembiayaan mudharabah merupakan akad pembiayaan antara bank
syariah sebagai shahibulmaal dan nasabah sebagai mudharib untuk
melaksanakan kegiatan usaha, dimana bank syariah memberikan modal
sebanyak 100% dan nasabah menjalankan usahanya. Hasil usaha atas
pembiayaan mudharabah akan dibagi antara bank syariah dan nasabah dengan
nisbah bagi hasil yang telah disepakati dalam akad.
Bank syariah memberikan pembiayaan mudharabah kepada nasabah atas
dasar kepercayaan. Bank syariah percaya penuh kepada nasabah untuk
menjalankan usaha. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam
transaksi pembiayaan mudharabah, bank syariah tidak ikut campur dalam
menjalankan proyek usaha nasabah yang telah diberi modal 100%. Bank
syariah hanya dapat memberikan saran tertentu kepada mudharib dalam
menjalankan usahanya untuk memperoleh hasil usaha yang optimal.
6. Pembiayaan Musyarakah
30
Al-Musyarakah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak atau
lebih dalam menjalankan usaha, dimana masing-masing pihak menyertakan
modalnya sesuai dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha bersama
diberikan sesuai dengan kontribusi dana atau sesuai kesepakatan bersama.
Musyarakah disebut juga syirkah. Dalam syirkah, dua orang atau lebih mitra
menyumbang untuk memberikan modal guna menjalankan usaha atau
melakukan investasi untuk suatu usaha. Hasil usaha atas mitra usaha dalam
syirkah akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati oleh pihak-
pihak yang berserikat.
7. Qordhul Hasn
Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya( hanya wajib
membayar sebesar pokok utangnya), pinjamn uang seperti inilah yang sesuai
dengan ketentuan syariah ( tidak ada riba).
Pinjaman qardh bertujuan untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan
atau tidak memilki kemampuan financial, untuk tujuan sosial dan
kemanusiaan. Cara pelunasan dan waktu pelunasan pinjaman ditetapkan
bersama antara pemberi dan menerima pinjaman.
Biaya administrasi dalam jumlah terbatas, diperkenankan untuk dibebankan
kepada peminjam. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena
kelalaianya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman.
Sumberdana qarhdul hasan dapat berasal dari dari eksternal maupun internal.
Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima entitas bisnis dari
31
pihak lain( misalnya dari sumbangan , infak, shadqah, dan sebagainya),
sedangkan contoh sumber dana Qordh yang disediakan para pemilik entitas
bisnis, hasil pendapatan non halal dan denda dan lain sebagainya.12
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
1. Capital Adequacy Ratio(CAR)
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan
usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka
semakin kuat kemampuan bank tersebut menanggung resiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi( sesuai ketentuan
BI 8 %) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
meguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi profitabilitas.13
Dengan Keuntungan yang sangat besar itu akan
memberikan kontribusi bagi pembiyaan sehinggan pembiayaan semakin
meningkat. Dalam menelaah CAR bank syariah, terlebih dahulu harus
mempertimbangkan, bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas:
a. Aktiva yang di danai oleh modal sendiri/kewajiban atau hutang( wadiah
atau qard dan sejenisnya)
b. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil.
Rumus CAR:
12
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, ( Salemba Empat, Jakarta: 2011)
h.257 13
Mudrajat kuncoro dan Suharjo, manajemen Perbankan: teori dan Aplikasi, (penerbit BPFE
Yogyakarta; 2002) h. 573
32
Berdasarkan rumus diats dapat kita simpulakan secara teoritis, bahwa
pencapaian sasaran CAR 8% dapat dikelola:
- Pada sisi pembilang, atau
- Pada sisi penyebutnya saja, atau
- Skaligus kedua sisi.
Untuk menjelaskan kesimpulan teoritis diatas, apabila kemampuan
meningkatkan modal cukup, maka yang dikelola adalah sisi pembilang, yaitu
peningkatan aktiva dapat dilakukan sesuai dengan peningkatan modalnya.
Pembanginya melalui penurunan. Sebaliknya apabila kemampuan
meningkatkan modal kurang atau kecil, maka yang dikelola adalah
pembaginya melalui penurunan ATMR atau tetap mempertahankan ATMR
yang telah ada.14
Sesuai dengan Konsep dan teori yang telah dijelaskan diatas Penelitian
yang dilakukan oleh Wuri Arianti dan Harjum Muharam (2011)
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh terhadap pembiayaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa Rasio CAR berpengaruh terhadap volume
Pembiayaan.
14
Herman Darmawi. Manajemen Perbankan, bumi Aksara , Jakrta, 2011, h. 98
33
2. Return On Asset( ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan
manajemen bankdalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika
ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank tersebut dari segi
pengamanan asset. yang diperhitungkan. (Dendawijaya, 2000).
Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam meghasilkan pendapatan dari pengeloan
aset.15
Rasio profitabiltas menggambarkan seberapa efektif perusahaan
beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan dari penjualan
dan pendapatan investasi.
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aset perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba dengan rata-rata aset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Rumus ROA yaitu:
Sumber : Kasmir ( 2010: 115)
15
Kasmir, pengantar manajemen keuangan, Kencana, jakrta ,2010, h. 115
34
Semakin tinggi ROA berarti semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan
aset yang menghasilkan laba bersih setelah pajak. Semakin tinggi nilai ROA
semakin tinggi profitabilitas suatu bank dan ketika tingkat profitabilitas bank
tinggi maka pembiayaan yang disalurkan semakin meningkat.
3. Non Performing Financing( NPF)
NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban atas
pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada lembaga keuangan
syariah. Atau dengan kata lain NPF adalah persentase pembiayaan
bermasalah. Bank Indonesia mengkategorikan NPF dalam beberapa level
yaitu pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan
macet.
Banyaknya penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran angsuran
akan akan membawa dampak pendapatan yang diikuti aliran masuk (cash
basis) sedikit maka pendapatan yang dibagi antara bank syariah dan shahibul
maal juga sedikit yang akhirnya membawa dampak kecilnya pendapatan
yang diterima oleh pemilik dana( shahibul maal). Begitu sebalikanya,
penyaluran dana yang tidak besar namun dilakukan dengan efektif dan
efisien, produktif serta kualitas penyaluran dana yang baik akan
menyebabkan banyak debitur akan melakukan pembayaran angsuran dan
akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan dibagi antara bank syariah
35
dan pemilik dana juga besar yang mengakibatkan pendapatan yang diterimah
cukup besar. 16
NPF yang terus meningkat akan menyebabkan turunya profitabilitas serta
kepercayaan nasabah kepada bank syariah yang pada akhirnya nasabah
enggan untuk menaruh dananya dibank syariah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa peningkatan pembiayaan bermasalah( Non Performing
Finance) akan meyebabkan turunya jumlah pembiayaan yang akan
disalurkan. Sebaliknya penurunan non performing finance akan
meningkatkan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syaraiah. Sejalan
dengan konsep dan teori diatas penelitian terdahulu.
Sejalan dengan konsep dan teori yang telah dijelaskan diatas penelitian
yang dilakukan oleh Fikry kurniadi menunjukkan bahwa NPF berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah. Kemudian
Penelitian yang dilakukan oleh Khodijah Hadiyyatul Maula (2009),NPF
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
4. Financing Deposit Ratio( FDR)
Financing Deposit Rasio (FDR) adalah rasio antara keseluruahan jumlah
kredit/ pembiayaan dengan dana yang diterima bank.17
Kebutuhan likuiditas
16 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah ( Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005) h.5
36
setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha
bank, besarnya bank dan sebagainya.
Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian pembiayaan kepda nasabah
dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi deposan
yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank
untuk pembiayaan.
Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit semakin besar.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa FDR
berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.
37
5. BOPO ( Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur
efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur
membandingkan satu terhadap lainya. Rasio biaya operasional adalah
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan opereasional. Rasio
biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.
Semakin rendah BOPO bearti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yan diperoleh bank akan semakin besar.
Rumus BOPO adalah sebagai berikut:
BOPO juga merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko
operasional. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila
terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya
operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan
produk-produk yang ditawarkan.
Semakin rendah rasio BOPO semakin kecil biaya opersional,
rendahnya biaya opersional akhirnya pendapatan bank mangalami kenaikan.
Kenaikan pendapatan bank tentu berpengaruh terhadap penyaluran
38
pembiyaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasio BOPO
berpengaruh terhadap pembiyaan.
6. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang
selalu dihadapi setiap negara. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa
inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus
dari suatu perekonomian. sedangkan menurut Rahardja dan Mandala
Manurung mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-
barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.18
Sementara menurut Sukirno inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan
jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah besar dibandingkan
dengan penawaran barang dipasar.19
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa
inflasi merupakan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
atau dengan kata lain jumlah uang yang beredar lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah barang dan jasa.
18
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI,
2004, h. 155 1919
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, h. 333
39
Inflasi Memiliki beberapa dampak buruk terhadap individu dan
masyarakat, menurut Pratama Raharja dan Manurung sebagaimana dikutip
oleh Nur Rioanto arif20
yaitu:
1. Menurunya tingkat kesejahteraan masyarakat
Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang atau
malah semakin rendah, apalagi bagi orang-orang yang
berpendapatan tetap. Kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga-
harga, maka inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu
yang berpendapatan tetap, seperti pegawai negeri sipilataupun
karyawan.
2. Memperburuk distribusi pendapatan.
Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan nilai riil dari pendapatanya dan pemilik kekayaan akan
mengalami penurunan juga. Akan tetapi kekayaan tetap seperti
tanah atau bangunan dapat mempertahankan atau justru menambah
nilai riil kekayaan. Dengan demikian inflasi akan menyebabkan
pembagian pendapatan diantara golongan yang berpendapatan tetap
dengan para pemilik kekayaan tetap akan semakin tidak merata.
3. Terganggunya Stabilitas Ekonomi
Inlasi menganggu stabilitas ekonomi dengan merusak
perkiraan atas kondisi di masa depan (ekspetasi) para pelaku
20
Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam, Bandung, Alfabeta, 2010, h. 92-93
40
ekonomi. Sehingga hal ini akan mengacaukan stabilitas dalam
perekonomian suatu negara, karena akan memunculkan perilaku
spekulasi dari masyarakat.
Selain dampak21
pak diatas, dampak lainnya dirasakan pula oleh para
penabung, oleh kreditur atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi
para penabung ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai
mata uang yang ditabung semakin rendah.
Selain itu, menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, teruama
funsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi
dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga mengarahkan investasi
pada hal-hal non produktif yaitu penumpukan kekayaan ( hoarding) seperti:
tanah, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah
produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainya.22
Kondisi tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap pembiayaan.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa kenaikan dan penurunan
inflasi akan berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan perbankan syaria.
Sejalan dengan konsep dan teori diatas penelitian yang dilakukan oleh Bani
Pamungkas 2012 menemukan bahwa inflasi dalam jangka penjang
21
Ibid, h. 107 22
Adwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)h.
139
41
berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah periode
2005-2011. Dan penelitian yang dilakukan oleh chorida (2010) , menemukan
bahwa inflasi berpengaruh terhadap alokasi pembiayaan usaha kecil dan
menegah.
7. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik.BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter.23
BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di
inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate
digunakan sebagi acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar
suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate.
Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga
simpanan, dan suku bunga lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate
23
Laporan kebijakan Moneter Indonesia. Diaskses pada tanggal 15 Maret 2014 di www.bi.go.di
42
dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis
points.24
Suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan akan menjadi acuan
dunia kredit dengan pengertian jika sebuah lembaga pembiayaan
menggunakan dana /modal dari bank Indonesia, maka suku bunga Bank
Indonesia menjadi dasar perhitungan jasa kredit yang akan dibebankan
kepada debitur atau konsumen. Suku bunga ini akan disetarakan sebagai
biaya modal pokok pengadaan dana dan akan ditambahkan dengan rentang
bunga tambahan sebagai biaya operasional usaha dan resiko yang
terkandung dalam pembiyaan kredit.25
Penelitian yang dilakukan oleh Fandy Ardianto( 2011) dengan judul
pengaruh DPK, Modal Inti, Inflasi dan BI rate terhadap pembiayaan dan
implikasinya terhadap ROA. Penelitian ini menemukan bahwa BI rate
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaa
8. Kurs atau Nilai Tukar
Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang
diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar). Nilai tukar tersebut
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya
24
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali
Press, Jakarta. 2008, h. 225 25
“aplikasi suku Bunga Bank Indonesia” diakses pada tanggal 12 maret 2013 dari
http://www.kredit-ku.com/suku bunga bank indonesia.html
43
mekanisme pasar.26
Jika harga rupiah terhadap dollar melemah, maka
sebaliknya permintaan terhadap mata uang dollar akan meningkat. Hal ini
disebabkan karena investor cenderung akan melepas rupiah dan akan
membeli dollar.
Menurut Douglas Greenwald(1982:430) yang dikutip oleh Adiwarman
Karim,27
exchange rates adalah (nilai tukar uang) atau yang lebih popular
disebut dengan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari
mata uang asing( foreign currency) dalam harga mata uang domistik(
dimestic curreny) atau harga mata uang domistik dalamvaluta asing.
Nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu
mata uang ke mata uang lainya dan digunakan dalam berbagai transaksi,
antara lain transaksi perdagangan internasional,turisme, investasi
internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang
melewati batas-batas geografis maupun batas-battas hukum.
Penentuan kurs valuta asing dapat dibedakan kepada dua sistem: kurs
tetap dan kurs fleksibel. Yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem
penetuan nilai mata uang asing di mana bank sentral menetapkan harga
berbagai mata uang asing tersebut dan harga tersebut tidak diubah dalam
jangka masa yang lama. Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah nilai mata
26
Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, ( Yogyakarta: BPFE UGM, 2008) h. 27
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)h.157
44
uang asing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan
penawaran di pasaran valuta asing dari hari ke hari.28
Bank syariah sebagaimana bank konvensional akan terpengaruh oleh
gejolak mata uang sejauh peranan mata uang tersebut dalam transaksi bank
dan sebanyak deposit dalam mata uang asing yang dimilki oleh bank
tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maya Fitriyani menemukan
bahwa Kurs berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Berdasarkan
konsep dan teori yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan atau penurunan kurs berpengaruh terhadap pembiayaan di
perbankan syariah.
28
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern, Jakarta, PT, RajaGrafindo Persada, 2000, h. 197
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pertumbuhan pembiayaan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun, meskipun sempat mengalami perlambatan pada
kuartal ketiga pada tahun 2013 dan dengan kondisi rasio keuang perbankan syariah
yang meunjukkan angka yang fluktuatif dari tahun ke tahun demikian juga dengan
kondisi perekonomian makro terus mengalami pergolakkan. Perbankan syariah
sebagai industri jasa keuangan sudah tentu dapat terpengaruh dengan kondisi
makro ekonomi yang bergejolak.
Peneitian ini mencoba mengindikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
volume pembiayaan di perbankan syariah Indonesia dengan variabel dependen
berupa total volume pembiayaan murabahah, salam, istisna, ijarah, mudhrabah,
musyarakah, dan qard perbankan syariah dan variabel independen berupa CAR,
NPF, FDR, ROA, BOPO, Inflasi, BI Rate dan Kurs. Penelitian ini menggunakan
analisis kuantitatif dengan pendekatan Error Correction Model(ECM), selain itu
dilakukan juga studi kepustakaan untuk melengkapi proses penelitaian.
B. Sumber Data dan Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif bersumber dari data
sekunder yang berupa data Statistik Perbankan Syariah Indonesia, laporan
46
kebijakan Moneter Indonesia time series 2009-2013 yang dipublikasikan secara
bulanan oleh Bank Indonesia melalui website resmi bank Indonesia www.bi.go.id.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk logaritma(log).
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi dokumentasi
yaitu teknik pengumpulan data dengan meneliti dokumen-dokumen. Berupa
laporan statistik perbankan syariah dan laporan kebijakan moneter Indonesia
periode 2009-2013
D. Teknik Penulisan Sripsi
Adapun teknik Penulisan skripsi ini berdasarkan buku” Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah
Jakarta 2012”
E. Teknik Analis Data
Tahapan pengolahan data pada penelitian ini adalah proses yang saling
berkaitan dan berurutan sehingga jika pengujian A belum dilakukan maka tidak
dapat melakukan pengujian B. ECM digunakan untuk melihat adanya indikasi
keseimbangan jangka pendek. Pengujian ini baru dapat dilakukan bila terbukti
adanya indikasi keseimbangan jangka panjang antar variabel yang di uji. Indikasi
adanya keseimbangan jangka panjang ini dapat diketahui melalui uji kointergrasi.
Sementara itu, variabel-variabel yang diuji dapat dikatakan memiliki hubungan
atau terkointerasi apabila stasioner pada ordo yang sama. Oleh karena itu, tahap
47
pertama dalam pengujian ini adalah melakukan uji stasioner untuk mengetahui
pada orde berapa variabel-variabel yang diuji stsioner.
1. Uji stasioner
Masalah model regresi yang melibatkan data deret berkala kadang
memberikan hasil-hasil yang semu, atau bernilai meragukan, permukaan
hasilnya terlihat baik tapi setelah diteliti lebih lanjut terlihat mencurigakan.
Masalah yang ditemukan dalam time series adalah masalah stsioneritas data.
Masalah stasioneritas ini menjadi penting mengingat regresi yang dilakukan
dalam kondisi yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi lancung (
spurious regression).29
Indikasi dari regresi lancung ini dapat dilihat dari R-squared yang
tinggi dan t-statistik yang kelihatan signifikasn namun tidak memiliki arti jika
dikaitkan dengan teori ekonomi. Tujuan uji stasioner ini adalah agar mean-nya
stabil dan random errornya=0(nol) sehingga model regresi yang diperoleh
mempunyai kemampuan prediksi yang andal dan tidak spurious.
Jadi, jika kita menggunakan data deret berkala, kita harus memastikan
bahwa deret berkala individualnya bersifat stasioner atau terintegrasi bersama.30
Dalam melakukan uji stasioner ada dua tahap analisis yaitu:
29
Agus Widarjono, ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, ( yogyakarta: Ekonisia Fakultas
Ekonomi UII Yogyakarta,2009) h. 315 30
Damondar N. gujarati, Dasar-Dasar Ekonometrika, ( Penerbit Erlangga, Edisi ketiga, 2006)
h.171
48
a. Uji akar-akar unit ( unit Root test)
Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata varians dan
kovariansnya konstan sepanjang periode waktu. Metode yang akhir-akhir ini
banyak digunakan oleh ahli ekonometrika untuk menguji stasioneritas data
adalah uji akar-akar unit( unit root test).
Uji akar-akar unit ini pertama kali dikembangkan oleh Dickey-
Fuller.31
Uji akar-akar unit dapat dipandang sebagai uji stasionaritas, karena
pada intinya uji tersebut untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari
model otoregresif mempunyai nilai satu atau tidak.
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model
pengujian Philip peron(PP) yang diperkenalkan oleh Philips Peron(1988)
dan Augmented Dicky Fuller(ADF) yang diperkenalkan oleh Dickey
Fuller(1979). Adapun model ADF tes adalah( Gujarat):
∆Y t = δβ1+ β2t + βt-1 + et
Adapun β1 dan β2t adalah parameter, t adalah waktu dan tren variabel,
δ menunjukkan drift et adalah murni noise error term.
Jika hipotesis nol(Ho) δ=0 makan terdapat unit root, berarti data time
series tidak stasioner, atau jika nilai statistic ADF secara absolute lebih besar
daripada nilai kritis MacKinnon maka hipotesis Ho ditolak, artinya time series
stasioner.
31
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, (UPP STIM
YKPN, Edisi ketiga, 2011),h. 7.5
49
Adapun PP tes berbeda dengan ADF tes, PP focus pada serial korelasi
dan hetoroskedasticity pada error term. Model PP adalah:
∆Zt = ? + θt + ʎ t-1+μt
Hipotesis nol (H0) adalah ʎ = 0, artinya Z tidak stasioner, sedangkan
hipotesis Ha adalah jika nilai PP lebih besar dari nilai kritis, artinya data
stasioner. Apabila nilai hitung mutlak ADF dan PP masing-masing variabel
dengan derajat keyakinan 5% masih belum stasioner pada tingkat ordo nol
maka perlu dilanjutkan uji derajat intergrasi pertama.
b. Uji Derajat Integrasi ( Degree on Integration)
Apabila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stasioner,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji
dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapakah data yang
diamati stasioner. Uji intergarsi ini mirip dengan uji akar-akar unit. Seperti
akar-akar unit sebelumnya, keputusan pada derajat keberapa suatu data
akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik
ADF dan PP dengan nilai kritis distribusi statistik. Jika nilai absolute dari
statistik ADF dan PP lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi pertama,
maka data dapat dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika
50
nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada
diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.32
2. Uji Kointegrasi ( Cointegration Test)
Setelah melalui uji integrasi, maka dapatlah diketahui pada derajat
keberapakah data tersebut stasioner. Uji kointegrasi merupakan kelanjutan
dari akar-akar unit dan derajat integrasi. Uji kointegrasi dapat dipandang
sebagai uji keberadaan hubungan jangka panjang, seperti yang dikehendaki
oleh teori ekonomi. Tujuan utama ujikointegrasi ini adalah untuk mengetahui
apakah variabel-variabel yang ada berkointegrasi. Variabel yang
terkointegrasi menunjukkan adanya hubungan antar variabel atau kestabilan
dalam jangka panjang dan sebaliknya.
Alternatife uji kointegrasi yang sekarang banyak digunakan adalah uji
kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen.33
Uji yang dikembangkan
Johansen ini dapat digunakan untuk menentukan kointegrasi sejumlah
variabel( Vektor).
Adapun rumus Kointegrasi adalah sebagai berikut:
Yt = θ1Yt-1 + θ Yt-2 +…..+θYt-1 = βXt nt, t=….,T
Dimana: Yt = vector variabel endogen
Θt = parameter matriks
32
Shocrul R. ajija,dkk, Cara Cerdas Manguasai Eview, ( Jakarta: Salembah Empat, 2011) h.
147 33
Agus Widarjono, Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, ( YogYakarta: Ekonosia
Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2009) h. 328
51
βXt = d-vektor dari deterministic variabel
nt = vector innovation
Uji kointegrasi dalam penelitian ini akan dilakukan uji test kointegrasi
johansen pada derajat kepercayaan sebesar 5% dengan cara membandingkan
nilai max eigen statictic dengan Critical value dengan ketentuan, apabila max
eigen statistic lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan
sebaliknya.
Jika terdapat hubungan jangka panjang atau semua variabel
terkontegrasi maka uji dapat diuji ECM, namun jika variabel tidak terdapat
hubungan integrasi maka digunakan model unrestricted VAR.
3. Error Corection Model ( ECM)
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan pendekatan ECM (Error Eorrection Model). ECM juga sering disebut
model koreksi kesalahan. Model ECM pertamakali dikembangkan oleh Prof.
dennis Sargan(1978) dengan konsep the general to specific approach dan
akhirnya dipopulerkan oleh Engle-Granger.34
ECM digunakan karena
mekanisme ECM memiliki keunggulan salah satunya yaitu menghindari regresi
lancung35
Atau regresi semu yang menghasilkan kesimpulan menyesatkan.
34
Agus widorjono, pengantar dan Aplikasinya, yogjakarta, ekonomsia Faku;tas Ekonomi UII
Yogyakarta,2009, h.330 35
Ibid, h. 315
52
Adanya kointegrasi antara variabel nantinya akan menunjukkan adanya
hubungan ataupun keseimbabgan antara variabel-variabel tersebut. Dalam
jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan (disequilibirium).
Ketidakseimbangan inilah yang sering ditemui dalam perilaku ekonomi artinya,
bahwa apa yang diinginkan perilaku ekonomi belum tentu sama dengan apa
yang terjadi sebenarnya. Adanya perbedaan apa yang diinginkan pelaku
ekonomi dan apa yang terjadi maka diperlukan adanya penyesuaian
(adjustment). Model yang memasukkan penyesuaian untuk melakukan koreksi
bagi ketidakseimbangan disebut model koreksi kesalahan(error correction
model).
Perumusan regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
LnPBS=β0+β1LnCARt+β2LnROAt+β3LnNPFt+β4LnFDRt+β5LnBOPOt+β6
LnInf1+β7 LnBIrt+ β8Ln Kurst+et
Dimana:
LnPBS=Pembiayaan Bank Syariah
Β0= Intercept
Β1….8= slope
LnCAR= Capital Adequacy Ratio
LnROA= Return On Aset
LnNPF= Non Performing Finance
LnFDR= Financing Deposit Ratio
53
LnBOPO= Beban Operasional danPendapatan Operasional
Ln inf= Inflasi
Ln Bir= BI rate
Ln Kurs= Kurs
et= error term
Persamaan Error Corection Model
ΔLnPBS=β0+β1ΔLnCARt+β2ΔLnROAt-1+β3ΔLnNPFt-1+β4ΔLnFDRt-
1+β5ΔLnBOPOt-1+β6ΔLnInft-1+β7Δ LnBIrt-1+ β8Δ LnKurst-1+ECT
Dimana:
ΔLnPBS= Perubahan Pembiayaan Bank Syariah(logaritma natural)
Β0= Intercept
Β1….8= slope
ΔLnCAR= Perubahan Capital Adequacy Ratio (logaritma natural)
ΔLnROA= Perubahan Return On Aset
ΔLnNPF= Perubahan Non Performing Finance
ΔLnFDR= Perubahan Financing Deposit Ratio
ΔLnBOPO= Perubahan Beban Operasional danPendapatan Operasional
ΔLnInf= Perubahan Inflasi
ΔLnBir= Perubahan BI rate
ΔLnKurs= Perubahan Kurs
54
ECT= Error Corection Term (Angka yang menunjukkan besarnya Koreksi
kesalahan)
F. Definisi operasional Variabel
1. Pembiayaan (Variabel Dependen)
Menurut Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi Bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Taransaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,
istishnaTransaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
d. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Data pembiayaan yang digunakan dalam peelitian ini adalah total
pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan
januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik
Perbankan Syariah pada situs www.bi.go.id.
2. Inflasi ( Variabel X1)
Inflasi menurut Rahardja dan Mandala Manurung mengatakan bahwa
inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
55
berlangsung secara terus menerus.36
Sementara menurut Sukirno inflasi yaitu
kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar
bertambah besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar.37
Data inflasi yang digunakan dalam peelitian ini adalah data periode bulan
januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Laporan
Kebijakan Moneter Indonesi pada situs www.bi.go.id.
3. BI Rate ( Variabel X2)
BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan
Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagi
acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan
hasil operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI
diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga
lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten
dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.38
Data BI Rateyang digunakan dalam peelitian ini adalah data periode bulan
januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Laporan Kebijakan
Moneter Indonesi pada situs www.bi.go.id.
36
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI,
2004, h. 155 3737
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, h. 333 38
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali
Press, Jakarta. 2008, h.225
56
4. Kurs( Variabel X3)
Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang
diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar). Nilai tukar tersebut
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya
mekanisme pasar.39
Data Kurs yang digunakan dalam peelitian ini adalah data periode bulan
januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Laporan Kebijakan
Moneter Indonesi pada situs www.bi.go.id
5. Capital Adequacy Ratio ( Variabel X4)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruhaktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada banklain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana darisumber-sumber diluar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain(Dendawijaya, 2003)
Data CAR yang digunakan dalam peelitian ini adalah data CAR Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September
2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs
www.bi.go.id.
6. Return On Asset( variabel X5)
39
Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, ( Yogyakarta: BPFE UGM, 2008) h.
57
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan
manajemen bankdalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA
suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank tersebut dari segi
pengamanan asset. yang diperhitungkan. (Dendawijaya, 2000).
Data ROA yang digunakan dalam peelitian ini adalah data ROA Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September
2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs
www.bi.go.id.
7. Non Performing Financing (variabel X6)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan
yangbermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Berdasarkan kriteriayang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang
termasuk dalam NPF adalahpembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
Menurut Syafi’i Antonio (2001) pengendalian biaya mempunyai hubungan
terhadapkinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL
(ketat kebijakan kredit)maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank, dan sebaliknya.
Data NPF yang digunakan dalam peelitian ini adalah data NPF Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September
58
2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs
www.bi.go.id.
8. Financing Deposito Rati(variabel X7)
Financing Deposito Ratio(FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan
jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya LDR
menurut peraturan pemerintah maksimum 110%. 40
Data FDR yang digunakan dalam peelitian ini adalah data FDR Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September
2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs
www.bi.go.id.
9. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional( variabel X8)
BOPO merupakan rasio antara biaya operasioanal terhadap pendapatan
operasional( Dendhawijaya 2003:125). Biaya opersional adala biaya yang
dikeluarkan oleh bank dala rangka menjalankan aktivitas usaha
pokoknya.Semakin tinggi BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah.
Data BOPO yang digunakan dalam peelitian ini adalah data BOPO Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September
40
Kasmir,Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers( Jakarta: 2009)
59
2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs
www.bi.go.id.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih
perlu dibuktikan kebenaranya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat diuji.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Inflasi (X1)
Ho: Diduga Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha: Diduga Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan
syariah di Indonesia Periode 2009-2013
2. Variabel BI Rate (X2)
Ho: Diduga BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2005-2013
Ha: Diduga BI Rate berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan
syariah di Indonesia Periode 2005-2013
3. Variabel Kurs (X3)
60
Ho: Diduga Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan
syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha: Diduga Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan
syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
4. Variabel Capital Adequacy Ratio (X4)
Ho: Diduga Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh secara signifikan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume
pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha: Diduga Capital Adequacy Ratio berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
5. Variabel Return On Aset (X5
Ho: Diduga Return On asset tidak berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013
Ha: Diduga Return On Asset berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
6. Variabel Non Performing Finance (X6)
61
Ho: Diduga Non Performing Finance tidak berpengaruh secara signifikan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume
pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha: Diduga Non Performing Finance berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
7. Variabel Financing Deposit Ratio(X7)
Ho: Diduga Financing Deposit Ratio tidak berpengaruh secara signifikan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume
pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha: Diduga financing Deposit Ratio berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
8. Variabel Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (X8)
Ho: Diduga BOPO tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013
Ha: Diduga BOPO berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan
syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
62
BAB IV
ANALIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Hasil
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara elektronik
dengan menggunakan Microsoft Exel Windows 2007 dan Eviews 7 untuk
mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang
diteliti yaitu pembiayaan perbankan syariah( variabel dependen) dengan
variabel Inflasi, BI rate, kurs, CAR, ROA, NPF, FDR, dan BOPO( variabel
Independent). Penjelasan lebih lengkap masing-masing variabel adalah:
1. Pembiayaan Pada perbankan Syariah
Grafik. 4.1
Pembiayaan Perbankan Syariah di Indenesia Periode Januari 2009-
September 2013 dalam Miliar Rupiah
S
umber: Bank Indonesia, Data di olah
63
Grafik diatas mengambarkan pertumbuhan pembiayaan perbankan
syariah periode 2009-2013. Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa
secara umum pembiayaan yang disalurkan bank umum syariah dan unit
usaha syariah di Indonesia periode 2009-2013 terus mengalami
peningkatan. Mulai dari januari 2009 sebesar 38,75 miliar kemudian
sekitar 80 Miliar Juli 2009 dan bergerak turun lagi hingga Peningkatan
signifikan terjadi pada Maret 2012 sebesar 204,293 miliar rupiah. Hal ini
ini menandakan bahwa perbankan syariah terus mampu menyalurkan
pembiayaan dengan baik sehingga tidak terlajadi penurun volume
pembiayaan yang signifikan.
2. Tingkat Inflasi di Indonesia
Grafik 4.2
Inflasi di Indonesia Periode Januari 2009 – September 2013 dalam
Persen(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
64
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pergerakan Inflasi
fluktuatif tinggi pada awal 2009 dan kemudian turun lagi Desember 2009
kemudian meningkat lagi. Peningkatan tertinggi terjadi pada periode juli
2010 yaitu sebesar 11,90% dengan angka penurunan tertinggi sebesar juni
2012 sebesar 0,57%. Pergerakan inflasi yang cenderung fluktuatif
mengikuti kondisi perekonomian Indonesia yang terkena imbas krisis
keuangan yang melanda eropa. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok
masyarakat mendorong kenikan tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini
berimbas pada tigkat pembiayaan perbankan sayariah yang mengalami
sedikit penurunan pada tahun 2010. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kenaikan dan penurunan inflasi berpengaruh terhadap Volume
pembiayaan perbankan syariah diIndonesi.
3. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia( BI Rate)
Grafik 4.3
BI rate Periode Januari 2009- September 2013 dalam Persen(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
65
Grafik diatas diatas menggambarkan pergerakan BIrate dari
periode 2009-2013. Dapat dilihat Bahwa pergerakan BI rate yang
mengalami fluktuasi, mulai dari januari 2009 sebesar 3,75%
kemudian meningkat pada januari 2010 turun lagi pada setember
2011 dan kemudian turun lagi pada periode 2012 dan mengalami
pergerakan tidak terlalu tinggi pada periode maret 2013 sebesar
15,54% dan angka terendah periode Januari 2010 sebesar 3,7%.
Pergerakan BI rate ini akan berpengaruh terhadap naik dan turunya
tingkat pembiayaan pada perbankan syariah dibuktikan dengan
peningkatan pembiayaan yang terjadi pada 2012 saat tingkat suku
bunga mengalami peningkatan.
4. Data Kurs(Echange Rate)
Grafik 4.4
Nilai Tukar Rupiah( Kurs) Periode Januari 2009 – September 2013
dalam Rupiah(Rp)
Sumber Bank Indonesia, data diolah
66
Grafik diatas berbentuk hampir mirim piramida terbalik yang
menandakan rupiah melemah periode awal 2009 dan kemudian terus
menguat hingga periode 2011 dan kemudia mengalami penurunan lagi
hingga 2013. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahawa nilai tukar
Rupiah terhadap Dollas Amerika Serikat sangat fluktuatif mengikuti
harga pasar valuta asing. Namun ada kenaikan yang cukup tajam yang
terjadi pada periode Januari 2009 dimana nilai tukar Rupiah terhadap
US$ melemah signifikan hingga menyentuh level Rp 11.080 per Dollar
Amerika serikat. Lemahnya nilai rupiah ini disebabkan pada tidak
seimbangnya neraca perdagangan. Fluktuasi kurs ini akan berpengaruh
terhadap arus investasi yang masuk ke Indonesia sehingga akan
berdampak pula terhadap pembiayaan pada perbankan syariah.
67
5. Data Capital Adequacy Ratio(CAR
Grafik 4.5
Capital Adequacy Ratio( CAR) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Periode januari 2009- September 2013 (%)
Su
mber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa CAR mengalami
fluktuasi, CAR mengalami kenaikan dan penurunan selama periode
penelitian, kenaikan paling signifikan terjadi pada periode November
2009 sebesar 34,57%. CAR yang meningkat mengindikasikan bahwa
modal meningkat. Hal ini jika dikaitkan dengan pembiayaan maka
terlihat bahwa pembiayaan mengalami peningkatan pada periode
dimana CAR mengalam penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa
kenaikan dan penurunan CAR berpengaruhh terhadap pembiayaan
perbankan syariah.
68
6. Data Return On asset( ROA)
Grafik 4.6
Return On Asset( ROA) bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik diatas menggambarkan perkembangan ROA perbankan
Syariah di Indonesia. Berdasarka grafik dapat dilihat bahwa ROA
mengalami fluktuasi. Return On Asset(ROA) perbankan syariah tertinggi
pada periodeMei 2010 sebesar 3,97%. Tingginya ROA ini menandakan
bahwa perbankan syariah mengalami peningkatan return yang akan
berimplikasi pada pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.jika
dikaitkan dengan pembiayaan, terlihat bahwa pembiayaan juga
mengalami peningkatan disaat ROA meningkat, sehingga dapat dikatakan
bahwa kenaikan dan penurunan ROA berpengaruh terhadap pembiayaan
Perbankan syariah di Indonesia.
69
7. Data Non Performing Finance (NPF)
Grafik 4.6
Non Performing Finance(NPF) bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan grafik diats dapat dilihat bahwa NPF mengalami
fluktuasi selama periode penelitian, pertumbuhan tertinggi terjadi pada
periode maret 2009 sebesar 8,41 % dan angka terendah terjadi pada
periode Desember 2012 sebesar 2,22%. Jika dikaitkan dengan
Pembiaayaan perbankan syariah, pembiayaan justru meningkat saat NPF
menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa naik turunya NPF berpengaruh
terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
70
8. Data Financing Deposit Ratio(FDR)
Grafik 4.7
Financing Deposit Ratio (FDR) bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, Data diolah
Grafik diatas menggambarkan tingkat pertumbuhan FDR yang
juga mengalami fluktuasi dari satu periode ke periode lainya. Berdasarkan
grafik terlihat bahwa FDR tertinggi pada periode April 2009 sebesar
139,88% dan terendah pada periode januari 2012 sebesar 87,27% . jika
dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa maka FDR adalah
banyaknya pembiayaan yang disalurkan disbanding dengan total dana
pihak ketiga, sehingga rasio ini tinggi menandakan tingkat pembiayaan
yang tinggi.
71
9. Data Beban Operasional Beban Operasional(BOPO)
Grafik.4.8
Biaya Operasional Beban Operasional ( BOPO) bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik diatas menggambarkan pertumbuhan BOPO perbankan
Syariah periode penelitian. Pergerakan BOPO mengalamai fluktiasi.
Tinggi pada periode januari 2009 dan kemudian sangat rendah pada
Desember 2009 dan kemudian meningkat lagi dan seterusnya
berfluktuatif. Fluktuasi BOPO disebabkan karena perubahan biaya
operasional dan beban opersional. Rasio BOPO yang tinggi
mengindikasikan bahwa bahwa biaya operasional yang terlalu tinggi. Hal
ini akan berdampak pada penurunan tingkat pembiayaan perbankan
syariah. Jika dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa
72
pertumbuhan terlihat bahwa pembiayaan meningkat ketika BOPO
menurun, sehingga dapat dikatkan bahwa naik dan turunya BOPO
berpengaruh terhadap Pembiayaan perbankan syraiah di Indonesia.
B. Analisis Pengujian Statistik Estimasi Error Correction Model.
1. Uji Akar-akar Unit( Unit Root Test)
Masalah yang sering ditemukan dalam time series adalah masalah
stasioneritas data. Masalah ini menjadi penting mengingat regresi yang
dilakukan dalam kondisi yang yang mengandung akar unit (tidak stasioner)
akan menghasilkan regresi lancung( spurious resression) yaitu kondisi
dimana hasil regresinya menunjukkan nilai koefisiensi determinasi yang
tinggi, dan t statistik yang signifikan, tetapi secara teori tidak memiliki
hubungan yang berarti.
Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata varians dan
kovariansnya konstan sepanjang periode waktu. Metode yang akhir-akhir ini
banyak digunakan oleh ahli ekonometrika untuk menguji stasioneritas data
adalah uji akar-akar unit( unit root test).
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model
pengujian Philip peron(PP) yang dipernalkan oleh Philips Peron(1988) dan
Augmented Dicky Fuller(ADF) yang diperkenalkan oleh Dickey
Fuller(1979).
73
Analisis tahap pertama bertujuan untuk menguji ada unit root(akar unit)
pada variabel-variabel penelitian dengan menggunakan tes Augmented
Dickey Fuller (ADF) dan Phlilips Peron (PP).
Hasil pengujian akar-akar unit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Hasil Estimasi Akar-akar unit pada level
Philips Peron(PP) dan Augmented Dickey-Fuller (ADF)
Variabel PP Nilai kritis ADF Nilai Kritis
LNInflasi 2.279861 2.914517 1.756416 2.914517
LNBIrate 7.408730 2.914517 3.008923 2.914517
LNKurs 1.229196 2.914517 0.833791 2.914517
LNCAR 2.743672 2.914517 1.456682 2.914517
LNROA 2.465939 2.914517 1.930795 2.914517
LNNPF 3.361926 2.914517 1.681674 2.914517
LNFDR 2.577839 2.914517 2.636161 2.914517
LNBOPO 3.586749 2.914517 3.669343 2.914517
Sumber: Data diolah
Tabel-tabel diatas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan
menggunakan Philips Peron(PP) dan Augmented Dickey Fuller (ADF). Melihat
nilai t- statistik dan nilai kritis PP dan ADF masing-masing variabel dapat
diketahui bahwa pada derajat 5% hanya ada sebagian variabel yang stasioner
74
pada uji PP dan ADF tersebut yaitu variabel BIrate, NPF dan BOPO. Variabel
tersebut stasioner karena t-statistik PP dan ADF lebih besar dibandingkan
dengan nilai kritis statistik PP dan ADF pada tabel. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa sebagian variabel tidak stasioner sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel belum stasioner pada orde yang sama dan masih mengalami
persoalan pada akar-akar unit yaitu memiliki unit root oleh karena itu perlu
dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.
2. Uji Derajat Integrasi( Degree on Integration Test)
jika data pada level tidak stasioner maka data tersebut harus diuji
derajat integrasi ( Integration test) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
pada derajat atau orde keberapa data yang diteliti akan stasioner. Pengujian
ini dilakukan pada akar-akar unit diatas, jika ternyata data tersebut tidak
stasioner pada derajat pertama. Seperti pada uji akar-akar unit sebelumnya,
keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat
dilihat dengan membandingkan nilai t-statistik PP dan ADF yang diperoleh
dari koefisien regresi dengan nilai kritis distribusi statistik. Jika nilai t-
statistik PP dan ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi pertama,
maka data dikatakan stsioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya
lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang
lebih tingggi sehingga diperoleh data yang stsioner. Hasil dari pengujian
derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
75
Tabel 4.2
Hasil Estimasi Akar-Akar Unit pada Derajat Integrasi Pertama
Philips Peron (PP) dan Augmented dickey Fuller(ADF)
Variabel t-statistik
PP
Nilai kritis t-statistik
ADF
Nilai Kritis
LNInflasi 5.795910 2.915522 5.722214 2.9165522
LNBIrate 54.041837 2.915522 3.238522 2.915522
LNKurs 4.605251 2.915522 4.042903 2.915522
LNCAR 14.71693 2.915522 7.498750 2.915522
LNROA 15.19813 2.915522 9.634041 2.915522
LNNPF 18.23244 2.915522 2.988336 2.915522
LNFDR 14.48177 2.915522 6.752918 2.916566
LNBOPO 9.341213 2.915522 7.303436 2.916566
Sumber: Data diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai t-staistik PP dan ADF
masing-masing variabel dengan derajat keyakinan 5% telah stasioner pada
integrasi pertama( fist diffirence). Hal ini dapat dilihat dari nilai t-staistik PP
dan ADF variabel Inflasi, Birate, Kurs, CAR, ROA, NPF, FDR, BOPO lebih
besar dari nilai PP dan ADF tabelnya, hasil uji stasioneritas tersebut
menunjukkan bahwa semua variabel sudah stasioner pada orde yang sama,
yaitu pada derajat integrasi pertama. Data diatas telah stasioner pada deferensi
76
pertama maka diasumsikan akan terjadi kointegrasi atau hubungan jangka
panjang. Dengan demikian pengujian selanjutnya dapat dilanjutkan ke uji
kointegrasi.
3. Uji kointegrasi ( cointegrtaion test)
Uji kointergrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit dan
derajat Integrasi. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui
apakah variabel-variabel yang ada berkointegrasi. Variabel yang terintegrasi
menunjukkan adanya hubungan antar variabel atau kestabilan dalam jangka
panjang dan sebaliknya.
Untuk menguji secara empiris hubungan jangka panjang antara
Pembiayaan perbankan Syariah dengan variabel ekstenal dan internal
perbankan syariah, Maka Penelitian ini menggunakan model pengujian yang
oleh Johansen. Uji dapat digunakan untuk menentukan kointegrasi sejumlah
variabel(Vektor).
Uji kointegrasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji test
kointegrasi johansen pada derajat kepercayaan sebesar 5% dengan cara
membandingkan trace statistic dengan critical value yang apabila trace
statistic lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan
sebaliknya atau dapat pula digunakan pengujian dengan membandingkan
nilai max eigen value dengan critical value yang apabila max eigen value
77
lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan sebaliknya. Hasil
dari uji kointegrasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Uji kointegrasi Johansen
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.937106 428.8998 197.3709 0.0000
At most 1 * 0.780240 279.5192 159.5297 0.0000
At most 2 * 0.688743 197.6973 125.6154 0.0000
At most 3 * 0.589863 134.6719 95.75366 0.0000
At most 4 * 0.481152 86.54358 69.81889 0.0013
At most 5 * 0.318750 51.11181 47.85613 0.0239
At most 6 * 0.265686 30.38522 29.79707 0.0427
At most 7* 0.204941 17.70903 15.49471 0.0913
At most 8 0.024233 1.324707 3.841466 0.2497
Trace test indicates 8 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
78
None * 0.937106 149.3806 58.43354 0.0000
At most 1 * 0.780240 81.82186 52.36261 0.0000
At most 2 * 0.688743 63.02544 46.23142 0.0004
At most 3 * 0.589863 48.12830 40.07757 0.0051
At most 4 * 0.481152 35.43177 33.87687 0.0324
At most 5* 0.318750 29.72659 27.58434 0.0293
At most 6* 0.265686 23.67618 21.13162 0.0187
At most 7* 0.204941 16.38433 14.26460 0.0970
At most 8 0.024233 1.324707 3.841466 0.2497
Hasil uji kointegrasi johansen diatas menunjukkan bahwa variabel
dependen pembiayaan perbankan syariah dengan variabel independen lain
memiliki kointegrasi dalam 7 vektor yang dapat dibuktikan dengan hasil
perhitungan nilai trace statistik sebesar 428.8998 yang lebih besar dari nilai
critical value 0,05 sebesar 197.3709 dengan tingkat probilitas yang lebih
kecil dari α 5% sebesar 0,0000, pada vektor pertama trace statistik sebesar
279.5192 yang lebih besar dari nilai critical value 0,05 sebesar 159.5297
dengan tingkat probabilitas sebesar 0,0000. Nilai trace statistic sebesar
179.6973 yang lebih besar daripada critical value sebesar 125.6154 dengan
tingkat probabilitas sebesar 0.0000 pada vektor kedua. Pada vektor ketiga,
nilai trace statistik sebesar 134.6719 yang lebih besar dari critical value
sebesar 95.75366 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,000 seterusnya
hingga vektor ketujuh. Hal yang sama juga terlihat pada nilai max
79
eigenvalue sebesar 149.3806 yang lebih besar dari critcal value sebesar
58,43354 dengan tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,0000.
Pada vektor pertama nilai max eigenvalue sebesar 81.82186 yang lebih besar
dari critical value sebesar 52,36261 dengan tingkat probabilitas sebesa ketiga
0,0000. pada vektor kedua, nilai max eigenvalue sebesar 63.02544 yang
lebih besar dari critical value sebesar 46,23142 dengan tingkkat probabilitas
0,0004 pada vektor keenam. Berdasarkan uji kointegrasi maka variabel dapat
dikatakan terintegrasi( memiliki hubungan jangka panjang). Sehingga
pengujian dapat dilanjutkan ke uji Error Corection Model(ECM)
4. Anlisisis Error Corection Model( ECM)
Adanya kointegrasi variabel menunjukkan adanya hubungan ataupun
keseimbangan antara variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang.
Dalam jangka pendek ada kemungkinan terjadi ketidakseimbangan
(disekuilibrium). Karena adanya ketidakseimbangan ini maka diperlukan
adanya koreksi dengan model koreksi kesalahan (Erreo Corection Model).
a. Persamaan jangka panjang
LnPMB=β0+β1LnINFt+β2LnBIRATEt+β3LnKURSt+β4LnCARt+β5L
nROAt+β6LnNPFt+β7LnFDRt+β8LnBOPOt+e
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Persamaan Jangka Panjang
80
Dependent Variable: LNPEMBIAYAAN
Method: Least Squares
Date: 04/29/14 Time: 09:49
Sample: 2009M01 2013M09
Included observations: 57
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.080570 0.041039 3.382456 0.0014
LNINFLASI 0.421228 0.129750 3.246457 0.0021
LNBIRATE 0.034408 0.036988 2.930232 0.0035
LNKURS 0.007452 0.414619 1.843917 0.0614
LNCAR -0.049660 0.287165 -3.655253 0.0006
LNROA 0.087256 0.303238 3.272283 0.0296
LNNPF -0.276547 0.176290 -1.868707 0.0233
LNFDR -0.122071 0.413419 -2.295131 0.0492
LNBOPO -0.066965 1.218688 -2.190600 0.0334
R-squared 0.858546 Mean dependent var 11.33851
Adjusted R-squared 0.834971 S.D. dependent var 0.508724
S.E. of regression 0.206663 Akaike info criterion -0.171515
Sum squared resid 2.050061 Schwarz criterion 0.151072
Log likelihood 13.88818 Hannan-Quinn criter. -0.046147
F-statistic 36.41666 Durbin-Watson stat 1.185841
Prob(F-statistic) 0.000000
Hasil estimasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
81
LnPMB=9,080570+0,421228LnINFt+0,034408LnBiratet+0,007452Ln
KURSt-0,049660LnCAR+0,087256LnROAt-
0,276547LnNPFt-0,122071lnFDRt-0,066965LnBOPOt+e
b. Persmaan Jangka pendek Error Corectin Model
ΔLnPMBS=β0+β1ΔInInft-1+β2ΔLnBIrate-1+β3ΔlnKurst-
1+β4ΔLnCARt+β5ΔlnROAt-1+β6ΔlnNPFt-1+β7ΔlnFDRt-
1+β8ΔlnBOPOt1+ ECT
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Persamaan Jangka pendek Error corection Model
Dependent Variable: D(LNPEMBIAYAAN)
Method: Least Squares
Date: 04/29/14 Time: 09:54
Sample (adjusted): 2009M02 2013M09
Included observations: 56 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.014209 0.020603 6.689649 0.0000
D(LNINFLASI) 0.028531 0.163593 2.132760 0.0022
D(LNBIRATE) 0.006682 0.023122 0.288992 0.0739
D(LNKURS) 0.007275 1.027090 1.525936 0.6339
D(LNCAR) -0.032447 0.216885 -2.455092 0.0001
82
Langkah pertama dalam model ECM adalah untuk melihat signifikansi
koefisien ECT dari model yang telah dihasilkan. Koefisien ECT ini harus
bernilai negatif dan berada diantara 0-1. Berdasarkan hasil anlisis yang
dilakukan diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien ECT sebesar
0,448856 dengan tingkat probilitas 0,0000 yang signifikan pada α 0.05, nilai
koefisien ini negatif dan cenderung mendekati 0. Nilai koefisien ECT
menggambarkan kecepatan untuk menyesuaikan(speed of adjustment)
diantara variable menuju keseimbangan jangka panjang dalam periode
tertentu ketika terjadi ketidakseimbangan dalam jangka pendek. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sekitar 45% keseimbangan dapat dikoreksi
dalam jangka pendek.
D(LNROA) 0.038557 0.241614 0.768077 0.0464
D(LNNPF) -0.081977 0.114495 -2.715984 0.0276
D(LNFDR) -0.006997 0.299678 -2.233473 0.0164
D(LNBOPO) -0.027182 0.919175 -2.957320 0.0049
ECT(-1) -0.448856 0.121607 -3.691029 0.0006
R-squared 0.727582 Mean dependent var 0.028536
Adjusted R-squared 0.615587 S.D. dependent var 0.183952
S.E. of regression 0.152182 Akaike info criterion -0.767043
Sum squared resid 1.065334 Schwarz criterion -0.405373
Log likelihood 31.47721 Hannan-Quinn criter. -0.626825
F-statistic 3.817868 Durbin-Watson stat 1.571483
Prob(F-statistic) 0.001161
83
Berdasarkan hasil Regresi diatas dapat diperoleh estimasi persamaan
regresi sebagai berikut:
DLnPMB=0,014209+0,028531LnFt+0,006682LnBiratet+0,007275LnKU
RSt-0,032447LnCARt+0,038557LnROAt-0,081977LnNPFt-
0,006997LnFDRt-0,0,027182LnBOPOt-0,448856
C. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan serangkaian pengujian dalam analisis yang meliputi
uji stasioner, uji kointegrasi dan error Corectian Model. Hasil Analis data
tersebut menemukan adanya hubungan jangka panjang dan jangka pendek
antara variabel yang digunakan dalam penelitian. Pengujian terhadap faktor –
faktor yang mempengaruhi volume pembiayaan Pada Perbankan Syariah di
Indonesia akan dilakukan dengan menguji Hipotesis yang merujuk pada
persamaan Jangka panjang dan jangka pendek.
1. Pengujian Hipotesis variabel Inflasi
Ho: variabel Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan syariah.
Ha: variabel Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
84
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun
jangka panjang variabel Inflasi memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang
dibuktikan dengan tingkat koefisien 0,028531 dan tingkat probabilitas
sebesar 0,0022 yang lebih kecil dari tingkat α 5% dalam jangka pendek, dan
dalam jangka panjang koefisensi sebesar 0,421228, dengan tingkat
probabilitas 0,0021 yang lebih kecil dari tingkat α 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha ditolak.
Pengaruh positif signifikan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek
kenaikan inflasi 1% akan menaikan volume pembiayaan perbankan syariah
sebesar 2,8%. Sedangkan dalam jangka panjang kenaikan 1% inflasi akan
menaikan pembiayaan sebesar 42%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bani Pamungkas yang menemukan bahwa
inflasi memliliki pengaruh signifikan terhadapa pemnbiayaan dalam jangka
panjang, hal yang sama juga terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh
Luluk Chorida menemukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat pembiayaan.
Penjelasan lebih rincinya adalah ketika terjadi inflasi, akan mengaanggu
fungsi tabungan, orang akan enggan untuk menabung karena nilai mata uang
menjadi turun. Pada akhirnya mereka akan beralih memilih pembiayaan
perbankan syariah sebab semua produk perbankan syariah tidak terpengaruh
oleh inflasi.
85
2. Pengujian Hipotesis variabel suku Bunga (BI rate)
Ho: variabel BI rate tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan syariah.
Ha: variabel BI rate berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel
BI rate memiliki pengaruh tapi tidak signifikan terhadap volume
Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan
tingkat koefisien 0,006682 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0739 yang
lebih besar dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak
Ho diterima. Sedangkan dalam jangka panjang variabel BI rate memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap volume pembiayaan perbankan syariah
di Indonesia, hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat koefisensi 0,034408
dengan tingkat probabilitas 0,0035 yang lebih kecil dari tingkat α 5%
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima.
Pengaruh positif menunjukkan bahwa kenaikan BI rate 1% akan
menaikan volume pembiayaan perbankan syariah 3,4% dalam jangka
panjang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilkukan oleh
86
Fandi Arianto menemukan bahwa BI rate berpengaruh terhadap pembiayaan
perbankan syariah.
Kenaikan BI rate akan menaikan pembiayaan pada perbankan syariah,
hal ini disebabkan ketika terjadi kenaikan BI rate, perbankan konvensional
tentu akan menaikan tingkat suku bunganya, hal ini akan mengakibatkan
masyarakat enggan untuk mengajukan kredit pada perbankan konvensional
dikarenakan beban bunga yang terlalu tinggi, sehingga mesyarakat beralih
memilih perbankan syariah dengan produk yang bervariasi termasuk
didalamnya terdapat produk bagi hasil yang tidak menetapkan berapa
jumalah bagih hasil akan tetapi berdasarkan kondisi ekonomi. Hal ini
mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia masih profit oriented
sehingga mereka akan memilih produk yang menguntungkan dan
meningglakan produk yang tidak menguntungkan.
3. Pengujian Hipotesis Kurs
Ho : variabel Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Ha: variabel Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kurs atau nilai mata uang rupiah
tidak berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang
87
terhadap volume pembiayaan pada perbankan syariah yang dibuktikan
dengan tingkat koefisien 0,007275, dan tingkat probabilitas sebesar 0,6339
yang lebih besar dari tingkat α 5%, dan dalam jangka panjang tingkat
koefisensi 0,007452 dengan tingkat probabilitas 0,0614 yang lebih besar
dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak Ho
diterima.
Kurs tidak berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah
disebabkan transaksi perbankan syariah masih didomoinasi oleh transaksi
lokal dan jarang bersentuhan dengan mata uang asing, sehingga kenaikan
dan penurunan kurs tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah.
4. Pengujian Hipotesis variabel CAR
Ho: variabel CAR tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah
Ha: variabel CAR tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun
jangka panjang variabel CAR berpengaruh negative signifikan terhadap
88
volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan
dengan tingkat koefisien 0,032447 jangka pendek dengan tingkat
probabilitas sebesar 0,0001yang lebih kecil dari tingkat α 5%, dan dalam
jangka panjang tingkat koefisensi 0,024960 dengan tingkat probabilitas
0,0006 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian penurunan 1% CAR akan
menaikan Pembiayaan 3,2% dalam jangka pendek dan 24% dalam jangka
panjang.
Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa Capital Adequacy Ratio adalah
adalah rasio yang yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang yang mengandung resiko ( kredit,penyertaan modal, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri.41
Artinya
ketika bank mengalokasikan Modalnya lebih banyak untuk melindungi
Aktiva yang mengandung resiko maka porsi untuk pembiayaan akan
menurun, dan sebaliknya ketika Cadangan untuk ATMR nya tidak terlalu
banyak maka porsi yang digunakan pembiayaan akan bayak. Dalam periode
penelitian ini modal yang di gunakan untuk ATMR sedikit sehingga porsi
untuk pembiayaan lebih banyak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wuri Arianti dan Hanum(2011) yang menunjukkan
bahwa CAR berpengaruh terhadap pembiayaan.
41
Herman Darmawi.manajemen Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, h. 99
89
5. Pengujian Hipotesis variabel ROA
Ho: variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Ha: variabel ROA berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun
panjang variabel ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap volume
Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan
tingkat koefisien 0,003857 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0464 yang
lebih besar dari tingkat α 5%, dan dalam jangka pendek tingkat koefisensi
0,087256 dengan tingkat probabilitas 0,0296 yang lebih kecil dari tingkat α
5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima.
Pengaruh positif signifikan dengan tingkat koefisiensi 0,8256
mengindikasikan kenaikan 1% ROA akan menaikan pembiayaan perbankan
syariah sebesar 3,8 dalam jangka pendek % dan 8,7% dalam jangka panjang.
Hubungan ini dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut ROA
merupakan rasio profitabilitas dimana rasio ini menunjukkan kemampuan
manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengolaan aset.42
Artinya
ketika ROA meningkat maka tingkat profitabilitas bank juga meningkat.
42
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana Jakarta,2010, h.115
90
Profitabilitas yang tinggi merupakan kesempatan bank untuk meningkatkan
pembiayaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maya
Fitriyani( 2011) bahwa rofitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan perbankan syariah.
6. Pengujian Hipotesis NPF
Ho: variabel NPF tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Ha: variabel NPF berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun
jangka panjang variabel NPF memiliki pengaruh negative signifikan
terhadap volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang
dibuktikan dengan tingkat koefisien -0,081977 dan tingkat probabilitas
sebesar 0,0076 yang lebih kecil dari tingkat α 5%, dan dalam jangka panjang
dibuktikan dengan tingkat koefisensi 0,276547 dengan tingkat probabilitas
0,0023 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak Ha diterima.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenaikan 1% NPF akan
menurunkan pembiayaan sebesar 8,1% dalam jangka panjang dan 27%.
91
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukanoleh Bani
Pamungkas yang menemukan bahwa variabel NPF tidak berpengaruh
terhadap tingkat pembiayaan bagi hasil.
Rasio NPF yang tinggi akan menurunkan tingkat pembiayaan, hal ini
disebabkan karena ketika terjadi banyak pembiayaan bermasalah, bank perlu
berhati-hati dan selekstif dalam menyalurkan pembiayaan sehingga
pembiayaan yang diberikan harus melalui proses seleksi yang panjang, hal
ini berakibat penyaluran pembiayaan menjadi sedikit.
Banyaknya penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran
angsuran akan berdampak pada pendapatan yang dibagi antara bank yang
dan shahibulmaal juga sedikit yang akhirnya menurunkan pendapatan bank
dan shohibulmaal.43
artinya semakin sedikit pendapatan bank diakibatkan
banyak pembiayaan yang bermasalah sehingga bedampak pada pembiayaan
yang menurun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khodijah
Fikry Kurniadi(2009) yang menunjukkan bahwa NPF berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan perbankan bagi hasil perbankan syariah.
7. Pengujian Hipotesis FDR
43
Wiroso, penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta,PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, h.5
92
Ho: variabel FDR tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Ha: variabel FDR berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel FDR dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang memiliki pengaruh negatif namun
tidak signifikan dalam jangka pendek dibuktikan dengan hasil perhitungan
jangka pendek yaitu tingkat koefisien -0,00697 dan tingkat probabilitas
sebesar 0,0164 yang lebih kecil dari tingkat 0,05. Dan perhitungan jangka
panjang yaitu koefisien sebesar -0,122071, dan tingkat probabilitas sebesar
0,0233 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak Ha diterima. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aal hendri dkk yang menemukan bahwa financing deposit
Ratio(FDR) berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan perbankan
syariah di Indonesia.
FDR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pembiayaan
yang disalurkan mampu membayar kembali dana pihan ketiga yang ada
dibank tersebut. Semakin tinggi rasio ini menandakan bank mampu
membayar kembali penarikan kembali DPK masyarakat. Dalam penelitian
93
ini naik dan turunya FDR berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan
syariah.
8. Pengujian Hipotesis variabel BOPO
Ho: variabel BOPO tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan syariah.
Ha: variabel BOPO berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan
syariah.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun
jangka panjang variabel BOPO memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang
dibuktikan dengan tingkat koefisien -0,027182, dan tingkat probabilitas
sebesar 0,0049 yang lebih besar dari tingkat α 5%, dan dalam jangka panjang
tingkat koefisensi -0,066965 dengan tingkat probabilitas 0,0334 yang lebih
kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha
diterima.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenaikan 1% BOPO
menurunkan pembiayaan sebesar 2,7% dalam jangka pendek dan 6,7%
dalam jangka panjang.
94
Tingginya rasio BOPO menandakan tingginya biaya opresional, biaya
operasional yang tinggi ini menandakan tidak efisienya perbankan tersebut.
Dikarenakan tidak efisien maka pembiayaan juga mengalami penurunan.
Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan besar. Keuntungan yang besar akan
memungkinkan bank untuk menyalurkan pembiayaan lebih ba
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Penelitian ini mencoba mengindikasi faktor eksternal dan internal yang
mempengaruhi volume pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia
dengan menguji variabel-variabel dari sisi ekskternal maupun internal.
Brdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa:
1. Variabel-variabel dalam penelitian ini telah stasioner pada tingkat
pertama( first differencing) Philips Peron Test dan Aumented Dickey-
Fuller Test dan terkointegrasi dalam 7 vektor kintegrasi Johansen(
Johansen Cointegration)
2. Koefisien ECT yang diperoleh adalah sebesar -0,448856 dengan tingkat
probabilitas 0,0006 yang signifikan pada tingkat 0,05%, nilai koefisien
yang negative dan cenderung mendekati 0 menunjukkan bahwa adanya
fenomena yang mengindikasikan keseimbangan jangka pendek dan jangka
panjang dengan speed of adjustmen keseimbangan jangka pendek menuju
jangka panjang relative cepat.
3. Variabel eksternal Inflasi dalam jangka pendek memiliki pengaruh positif
terhadap volume pembiayaan pada perbakan syariah dalam jangka
panjang kedua variabe eksternal Inflasi dan BIrate berpangaruh positif dan
signifikan pada Volume Pembiayaan pada perbankan syariah. Sementara
96
variabel eksternal kurs tidak berpengaruh terhadap pembiayaan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Variabel internal ROA dalam jangka pendek maupun panjang
berpengaruh positif signifikan terhadp pembiayaan perbankan Syariah,
sementara variabel CAR, NPF, FDR dan BOPO dalam jangka pendek dan
jangka panjang berpengaruh negatif signifikan terhadap Volume
pembiayaan perbankan syariah.
2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian yang diperoleh,
penulis menyimpulakan beberapa saran yang kiranya dapat direkomendasikan
dalam mendorong petumbuhan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia serta
penelitian lanjutan yang diperlukan. Saran-saran tersebut antara lain:
1. Hasil penelitian menunjukkan adanya kenaikan inflasi dan BIrate akan
meningkatkan pembiayaan perbakan syariah, hal ini dapat menjadi peluang
bagi perbakan syariah dengan pengelolaan manajemen dengan baik selama
kondisi tersebut.
2. Return On Asset yang meningkat akan meningkatkan pembiayaan perbankan
syariah, sehingga bank syariah harus selalu memperhatikan rasio ini agar
tetap meningkat. Hal ini bisa dilakukan dengan manajeman yang bagus.
3. Non Performing Finance yang meningkat akan menurunkan tingkat
pembiyaan, sehingga perbankan harus memperhatikan kondisi ini.
97
Manajemen pembiyaan yang baik diperlukan untuk mengatasi pembiayaan
yang bermasalah.
4. Alokasi Dana yang cukup besar untuk mengatasi Aktiva yang mengandung
Resiko akan menurunkan tingkat pembiayaan sehingga bank perlu
memperhatikan Rasio ini agar selalu sesuai dengan ketentuan, dengan Cara
mengurangi ATMR atau menaikan Modal.
5. Penelitian yang akan datang disarankan untuk menambah variabel internal
yang lain serta periode penelitian yang lebih panjang.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mauludi, Statistik 1 : Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakrta: PT
Prima Heza lestari, 2006
Agus, Widarjono, Ekonometrika : Pengantar dan aplikasinya, ed.3,cet.1.
Yogyakarta: Ekonisia,2009
aplikasi suku Bunga Bank Indonesia” diakses pada tanggal 12 maret 2013 dari
http://www.kredit-ku.com/suku bunga bank indonesia.html
Darmawi,Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara , 2011
Kuncoro, Mundrajat Ekonomi makro. Yogyakarta: BPFE UGM, 2008.
kuncoro, Mundrajat dan Suharjo. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Penerbit BPFE 2002
Kasmir,Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.
Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:PT
Raja Grafiindo Persada,2011
Laporan kebijakan Moneter Indonesia. Diaskses pada tanggal 15 Maret 2014
di www.bi.go.di
Murni, Asfia. Ekonomika Makro. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006
Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam. Bandung: Alfabeta2009
99
Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Raharja, Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Makro ekonomi.
Jakarta: LPPE-UI, 2004.
Press,2002)
Sukirno, Sadono. Makroekonomi: teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2004
Shocrul R. ajija,dkk, Cara Cerdas Manguasai Eview. Jakarta: Salembah
Empat, 201
“ suku Bunga” diakses pada tanggal 12 maret 2013 dari http:
//www.suciidisini.blogspot.com/2013/12/suku-bunga 19.html.
Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis bagi Peneliti Muda.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Edisi ketiga, 2011
www. Bi.go.Id : Data Statistik Perbankan Syariah, diakses pada tanggal 2
Februari 2014
widorjono, Agus. pengantar dan Aplikasinya Ekonomi. Yogjakarta: Fakultas
Ekonomi UII Yogyakarta,2009
100
Wasilah,Sri Nurhayati Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat. 2011
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005
Widarjono, Agus. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, ( YogYakarta:
Ekonosia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2009) h. 328
Data yang digunakan dalam Penelitian
Periode inflasi Birate Kurs CAR ROA NPF FDR BOPO pembiayaan
Jan-09 9,17 3,72 11.080.50 32,7 1,8 8,13 128,97 84,3 35,872
Feb-09 8,6 3,81 11.852.75 27,7 2,8 8,39 128,72 84,1 37,765
Mar-09 7,92 3,43 11.849.55 33,74 2,65 8,41 128,83 83,10 39,308
Apr-09 7,31 3,91 11.025.10 31,8 2,9 8,21 139,88 78,7 40,281
May-09 6,04 4,16 10.392.65 29,8 2,8 8,21 130,11 74,7 41,432
Jun-09 3,65 5,05 10.206.64 28,15 2,98 7,91 130,21 73,20 42,195
Jul-09 2,71 6,22 10.111.33 15,9 1,9 3,75 94,18 77,1 84,668
Aug-09 2,75 6,44 9.977.60 15,8 1,8 3,53 98,39 77,7 80,54
Sep-09 2,83 5,8 9.900.72 30,27 3,10 8,12 131,55 72,91 44,523
Oct-09 2,57 5,67 9.482.73 33,46 3,42 7,74 128,73 65,02 45,246
nov-09 2,41 6,33 9.469.95 34,57 3,46 8,36 128,31 65,37 45,726
Dec-09 2,78 6,96 9.457.75 16,6 1,8 2,52 88,94 78,4 46,655
Jan-10 7,36 9,17 9.275.45 30,80 3,55 7,36 123,61 76,30 47,479
Feb-10 7,4 8,6 9.348.21 33,25 3,45 7,48 126,23 76,8 48,479
Mar-20 8,17 7,92 9.173.73 31,4 3,57 7,37 129,05 76,18 50,206
Apr-10 8,96 7,31 9.027.33 30,70 3,67 3,19 130,51 75,35 51,651
May-10 10,38 6,04 9.183.21 29,60 3,97 7,13 131,17 75,34 53,223
Jun-10 11,03 3,65 9.148.36 29,64 3,71 6,92 135,20 75,20 55,801
Jul-10 11,9 2,71 9.049.45 29,20 3,68 7,16 135,74 75,61 57,633
Aug-10 11,85 2,75 8.971.76 27,17 3,52 7,18 139,96 76,49 60,275
Sep-10 12,14 2,83 8.973.50 29,1 3,47 7,43 135,82 76,93 60,97
Oct-10 11,77 2,57 8.927.90 26,3 3,61 7,48 133,36 77,18 62,995
nov-10 11,68 2,41 8.938.38 28,7 3,59 7,53 134,5 76,24 65,942
Dec-10 11,06 2,78 9.022.62 27,46 3,49 6,50 128,47 78,08 68,181
Jan-11 6,26 7,36 9.037.38 20,23 2,26 3,28 91,97 75,75 88,724
Feb-11 6,3 7,4 8.912.56 15,17 1,81 3,66 96,16 79,56 71,448
Mar-11 6,52 8,17 8.761.48 16,57 1,97 3,60 93,22 77,63 74,258
Apr-11 6,29 8,96 8.651.30 19,85 1,90 3,79 95,17 78,78 76,728
May-11 6,01 10.38 8.555.80 19,58 1,84 3,76 94,88 79,05 78,818
Jun-11 5,77 11 8.564.00 15,92 1,84 3,55 94,93 78,13 82,618
Jul-11 6,06 11,9 8.533.24 15,9 1,85 3,75 94,18 77,13 84,668
Aug-11 6,51 11,9 8.532.00 15,83 1,81 3,53 98,39 77,65 80,540
Sep-11 6,95 12,1 8.765.50 16,83 1,80 3,50 94,97 77,54 82,839
Oct-11 6,88 11,8 8.895.24 15,3 1,8 3,11 95,24 78 96,805
nov-11 6,71 11,7 9.015.18 14,9 1,8 2,74 94,44 77,9 99,427
Dec-11 6,59 11,1 9.088.48 16,6 1,8 2,52 88,94 78,4 101,655
Jan-12 6,26 6,26 9.109.14 16,27 1,36 2,68 87,27 86,22 101,689
Feb-12 6,3 6,3 9.025.76 15,91 1,79 2,82 90,47 78,39 203,713
periode inflasi BIrate Kurs CAR ROA NPF FDR BOPO Pembiayaan
Mar-12 6,52 6,52 9.165.33 15,33 1,83 2,76 87,13 77,77 204,239
Apr-12 6,29 6,29 9.175.50 14,97 1,8 2,85 95,39 77,77 108,763
May-12 6,01 6,01 9.290.24 13,40 1,99 2,93 97,95 76,24 112,844
Jun-12 5,77 5,77 9.451.14 16,12 2,05 2,88 98,59 75,74 117,592
Jul-12 6,06 6,06 9.456.59 16,12 2,05 2,92 99,91 75,9 120,910
Aug-12 6,51 6,51 9.499.84 15,63 2,04 2,78 101,03 75,89 124,945
Sep-12 6,95 6,95 9.566.35 14,98 2,07 2,74 102,10 75,44 130,357
Oct-12 6,88 6,88 9.597.14 14,54 2,11 2,58 100,48 75 135,581
nov-12 6,71 6,71 9.627.95 14,8 2,1 2,5 101,19 75,3 140,318
Dec-12 6,59 6,59 9.645.89 14,1 2,1 2,22 100 75 147,505
Jan-13 7,32 17 9.687.33 15,3 2,5 2,49 100,63 70,4 149,672
Feb-13 7,15 17,9 9.686.65 15,2 2,3 2,72 102,17 72,1 154,072
Mar-13 8,81 15,7 9.709.42 14,3 2,4 2,75 102,62 73 161,081
Apr-13 8,12 15,4 9.724.04 14,7 2,3 2,85 103,08 74 163,407
May-13 7,4 15,6 9.760.91 14,3 2,1 2,92 102,08 76,9 167,259
Jun-13 7,42 15,5 9.881.53 14,3 2,1 2,64 104,43 76,2 171,227
Jul-13 7,84 15,2 10.073.39 15,3 2 2,75 104,83 76,1 174,486
Aug-13 8,33 14,9 10.572.50 15,3 2 3,01 102,53 77,9 174,537
Sep-13 9,06 14,6 11.346.24 14,2 2 2,8 103,27 77,8 177,32
Uji Akar-unit Phllip Peron
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.279861 0.1819
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 1.140526
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.994420
Null Hypothesis: BIRATE has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 0 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -7.408730 0.0000
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KURS has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.229196 0.6557
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.465939 0.1292
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.465939 0.1292
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.465939 0.1292
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.465939 0.1292
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NPF has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 21 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Null Hypothesis: CAR has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 18 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.743572 0.0732
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.361925 0.0166
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: Constant Bandwidth: 9 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.577839 0.1035
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: BOPO has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 8 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.586749 0.0091
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Augmented Fuller pada level
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.756416 0.3979
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KURS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.008923 0.0402
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: CAR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.456682 0.5476
Test critical values: 1% level -3.560019 5% level -2.917650 10% level -2.596689 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.930795 0.3161
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NPF has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.681674 0.4346
Test critical values: 1% level -3.560019 5% level -2.917650 10% level -2.596689 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: FDR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.636161 0.0919
Test critical values: 1% level -3.552666 5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: BIRATE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.833791 0.9937
Test critical values: 1% level -3.568308 5% level -2.921175 10% level -2.598551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: BOPO has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.669343 0.0072
Test critical values: 1% level -3.552666
5% level -2.914517 10% level -2.595033 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Derajat Integrasi
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -5.705910 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) 1.165651
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.142526
Null Hypothesis: D(BIRATE) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 54 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -54.47391 0.0001
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.605251 0.0004
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 18 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -14.71693 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 29 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -15.19813 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 16 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -18.23244 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522
Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 31 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -9.341213 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.722214 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.634041 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522
10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ROA,2) Method: Least Squares Date: 04/24/14 Time: 13:37 Sample (adjusted): 2009M03 2013M09 Included observations: 55 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ROA(-1)) -1.229976 0.127670 -9.634041 0.0000
Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 8 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.888336 0.0543
Test critical values: 1% level -3.577723 5% level -2.925169 10% level -2.600658 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.752918 0.0000
Test critical values: 1% level -3.557472 5% level -2.916566 10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.303436 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 54 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -14.48177 0.0000
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.042903 0.0025
Test critical values: 1% level -3.555023 5% level -2.915522 10% level -2.595565 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji kointegrasi Johansen
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.937106 428.8998 197.3709 0.0000
At most 1 * 0.780240 279.5192 159.5297 0.0000
At most 2 * 0.688743 197.6973 125.6154 0.0000
At most 3 * 0.589863 134.6719 95.75366 0.0000
At most 4 * 0.481152 86.54358 69.81889 0.0013
At most 5 * 0.318750 51.11181 47.85613 0.0239
At most 6 * 0.265686 30.38522 29.79707 0.0427
At most 7* 0.204941 17.70903 15.49471 0.0913
At most 8 0.024233 1.324707 3.841466 0.2497
Trace test indicates 8 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.937106 149.3806 58.43354 0.0000
At most 1 * 0.780240 81.82186 52.36261 0.0000
At most 2 * 0.688743 63.02544 46.23142 0.0004
At most 3 * 0.589863 48.12830 40.07757 0.0051
At most 4 * 0.481152 35.43177 33.87687 0.0324
At most 5* 0.318750 29.72659 27.58434 0.0293
At most 6* 0.265686 23.67618 21.13162 0.0187
At most 7* 0.204941 16.38433 14.26460 0.0970
At most 8 0.024233 1.324707 3.841466 0.2497
UJI Error Corection Model jangka Panjang
Dependent Variable: LNPEMBIAYAAN
Method: Least Squares
Date: 04/29/14 Time: 09:49
Sample: 2009M01 2013M09
Included observations: 57
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.080570 0.041039 3.382456 0.0014
LNINFLASI 0.421228 0.129750 3.246457 0.0021
LNBIRATE 0.034408 0.036988 2.930232 0.0035
LNKURS 0.007452 0.414619 1.843917 0.0614
LNCAR -0.049660 0.287165 -3.655253 0.0006
LNROA 0.087256 0.303238 3.272283 0.0296
LNNPF -0.276547 0.176290 -1.868707 0.0233
LNFDR -0.122071 0.413419 -2.295131 0.0492
LNBOPO -0.066965 1.218688 -2.190600 0.0334
R-squared 0.858546 Mean dependent var 11.33851
Adjusted R-squared 0.834971 S.D. dependent var 0.508724
S.E. of regression 0.206663 Akaike info criterion -0.171515
Sum squared resid 2.050061 Schwarz criterion 0.151072
Log likelihood 13.88818 Hannan-Quinn criter. -0.046147
F-statistic 36.41666 Durbin-Watson stat 1.185841
Prob(F-statistic) 0.000000
UJI Error Corection Model jangka Pendek
Dependent Variable: D(LNPEMBIAYAAN)
Method: Least Squares
Date: 04/29/14 Time: 09:54
Sample (adjusted): 2009M02 2013M09
Included observations: 56 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.014209 0.020603 6.689649 0.0000
D(LNINFLASI) 0.028531 0.163593 2.132760 0.0022
D(LNBIRATE) 0.006682 0.023122 0.288992 0.0739
D(LNKURS) 0.007275 1.027090 1.525936 0.6339
D(LNCAR) -0.032447 0.216885 -2.455092 0.0001
D(LNROA) 0.038557 0.241614 0.768077 0.0464
D(LNNPF) -0.081977 0.114495 -2.715984 0.0276
D(LNFDR) -0.006997 0.299678 -2.233473 0.0164
D(LNBOPO) -0.027182 0.919175 -2.957320 0.0049
ECT(-1) -0.448856 0.121607 -3.691029 0.0006
R-squared 0.727582 Mean dependent var 0.028536
Adjusted R-squared 0.615587 S.D. dependent var 0.183952
S.E. of regression 0.152182 Akaike info criterion -0.767043
Sum squared resid 1.065334 Schwarz criterion -0.405373
Log likelihood 31.47721 Hannan-Quinn criter. -0.626825
F-statistic 3.817868 Durbin-Watson stat 1.571483
Prob(F-statistic) 0.001161