PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP...
Transcript of PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP...
i
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP
KINERJA KEUANGAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED
REPORTING SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode 2014,
2015, 2016, dan 2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh :
Mutiara
NIM : 1150820000013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Mutiara
2. Tempat, Tanggal, Lahir : Jakarta, 05 Juni 1998
3. Alamat : Villa Mutiara, Jl. Mirah Raya Blok V
No.11 Sawah Baru, Ciputat,
Tangerang Selatan
4. No. Telp. : 085691688346 / 089630866256
5. Alamat e-Mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. Tahun 2002-2003 : TK Islam Al – Arif
2. Tahun 2003 – 2009 : MI Nurul Falah
3. Tahun 2009 – 2012 : SMP Wijaya Kusuma Pratama
4. Tahun 2012 – 2015 : SMA Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan
5. Tahun 2015 – 2019 : S1 Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Mochammad Damis Patopoy
2. Ibu : Siti Aminah
3. Anak Ke : 9
vii
THE EFFECT OF AUDIT COMMITTEE EFFECTIVENESS ON
FINANCIAL PERFORMANCE WITH INTEGRATED REPORTING
QUALITY AS AN INTERVENING VARIABLE
(Empirical Study of Company Reports in Japan Period 2014, 2015, 2016, and
2017)
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of audit committee effectiveness on
financial performance with integrated reporting quality as an intervening variable.
The independent variable in this study is the audit committee effectiveness as
measured by the characteristics of the audit committee. The dependent variable in
this study is financial performance measured by Return On Asset (ROA). While,
integrated reporting quality is used as an intervening variable measured by content
elements in the integrated reporting framwork published by The International
Integrated Reporting Council (IIRC).
The population in this study is a company listed on the Tokyo Stock
Exchange (TSE) in Japan that has issued integrated reporting. this research uses
quantitative methods with panel data. Data for financial performance are taken
from the data stream, while data for audit committee effectiveness variables and
integrated reporting quality are taken from the company’s annual reports which
are accessed through the official website of each company and on TSE. Data
analysis and hypothesis testing in this study were conducted using Structural
Equation Modeling (SEM) with the help of Stata Version 13 software.
The result of this study found that the audit committee efectiveness has no
effect on financial performance. The audit committee effectiveness has a positive
and significant effect on integrated reporting quality. The integrated reporting
quality has a positive and significant effect on financial performance. And the audit
committe effectiveness has a positive and significant effect on financial
performance through integrated reporting quality.
Keyword: audit committee effectiveness, integrated reporting quality, and financial
performance.
viii
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP KINERJA
KEUANGAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED REPORTING
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode 2014, 2015, 2016, dan
2017)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektivitas komite audit
terhadap kinerja keuangan dengan kualitas integrated reporting sebagai variabel
intervening. Variabel independen dalam penelitian ini adalah efektivitas komite
audit yang diukur dengan karakteristik komite audit. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA),
sedangkan kualitas integrated reporting digunakan sebagai variabel intervening
yang diukur dengan elemen-elemen konten dalam kerangka integrated reporting
yang diterbitkan oleh The International Integrated Reporting Council (IIRC).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Tokyo
Stock Exchange (TSE) yang menerbitkan integrated reporting. penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan data panel. Data untuk variabel kinerja
keuangan diambil dari datastream, sedangkan data untuk variabel efektivitas
komite audit dan kualitas integrated reporting diambil dari laporan tahunan
perusahaan yang diakses melalui situs resmi perusahaan masing-masing. Analisis
data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan software Stata Versi 13.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas komite audit tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan, efektivitas komite audit berpengaruh
positif terhadap kualitas integrated reporting, kualitas integrated reporting
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, dan komite audit berpengaruh
terhadap kinerja keuangan melalui kualitas integrated reporting.
Kata kunci: efektivitas komite audit, kualitas integrated reporting, dan kinerja
keuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahiim,
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul: “Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Dengan Kualitas Integrated Reporting Sebagai Variabel Intervening (Studi
Empiris Laporan Peruahaan di Jepang Periode 2014, 2015, 2016, dan 2107)”.
Tak lupa shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan mungkin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan
tema yang sama. Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat berjalan dengan lancar
tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Mamah dan Bapak yang selalu memberikan cinta dan kasihnya, doa, serta
dukungan. Semoga mereka selalu dalam lidungan Allah SWT.
2. Ardy dan Eka Purnamasari, kakak yang tidak hanya mendukung tetapi
selalu mengontrol kehidupan penulis agar menjadi pribadi yang baik. Serta
kakak-kakak lainnya.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E, M.Si, Ak., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., AK., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., AK., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakart
x
6. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarah penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Fitri Damayanti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.
8. Rifqoh Maulidiah, Ansya Auladina, Ibalgis, Ahmad Sofi Masna Ali, dan
Febi Rachman yang telah memberikan keceriaan setiap hari di kampus.
9. Nadya Maharani, Rahma Dwi Syukrini, Aqifa Azhar, Anies Khumaidah,
Elfa Julia, Gita Putri Utami, Nabila Mochtan, Mega Eka, Aqiila Puterkami,
Ridha Azzahra dan Mochammad Facrhrul Rizaldy yang telah menampung
keluh kesah dalam penyusunan skripsi ini.
10. Anisa Alhasani dan Naifah Ledhiyanti Arsyad, sebagai teman seperjuangan
dalam penyusunan skripsi ini.
11. Ka Tiara, Ka Fifi, dan Ka Laras kakak-kakak senior yang selalu memberi
dukungan dan motivasi bagi penulis.
12. Teman-teman Akuntansi kelas A angkatan 2015 yang telah memberikan
dukungan dalam menyusun skripsi ini.
13. Ayu Anggraini, Annisa Putri Rahma, Pascal Fadillah, Panglima, dan adik-
adik lainnya yang telah memberikan dukungan serta doa dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna dkarenakan terbatasnya pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun diberbagai pihak.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Tangerang Selatan, Desember 2018
Penulis,
Mutiara
xi
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.....................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF........................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.......................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 15
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 15
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 15
1. Kontribusi Pengembangan Ilmu ............................................................. 16
2. Kontribusi Pemecahan Masalah ............................................................. 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 18
A. Landasan Teori ................................................................................................... 18
xii
1. Teori Agensi ........................................................................................... 18
2. Strategic Management Accounting (SMA) ............................................ 20
3. Integrated Reporting .............................................................................. 30
4. Komite Audit .......................................................................................... 52
5. Kinerja Keuangan ................................................................................... 55
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................... 57
C. Pengembangan Hipotesis .................................................................................. 64
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan ........... 64
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated
Reporting ................................................................................................. 66
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Kinerja Keuangan ... 67
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan Melalui
kualitas Integrated Reporting .................................................................. 69
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 73
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 73
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................................ 73
C. Metode pengumpulan data ................................................................................ 74
D. Operasional Variabel Penelitian ....................................................................... 74
1. Varibel Dependen .................................................................................... 75
2. Variabel Independen ................................................................................ 76
3. Variabel Intervening ................................................................................ 77
4. Variabel Kontrol ...................................................................................... 78
E. Metode Analisis Data ......................................................................................... 81
1. Statistik Deskriptif ................................................................................... 81
xiii
2. Uji Reliabilitas ......................................................................................... 81
3. Structural Equation Model (SEM) .......................................................... 82
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 97
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 97
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................................... 98
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 98
2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 101
3. Structural Equation Model (SEM) ....................................................... 102
C. Interpretasi Hasil .............................................................................................. 107
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan ......... 107
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated
Reporting ............................................................................................... 109
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Kinerja Keuangan . 110
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Melalui
Kualitas Integrated Reporting ............................................................... 112
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 116
A. Simpulan ............................................................................................................ 116
B. Implikasi ............................................................................................................ 118
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 120
D. Saran ................................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122
LAMPIRAN ........................................................................................................ 127
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Perbandingan Komite Audit di Indonesia dan Jepang ...................... 55
Tabel 2. 2 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 58
Tabel 3. 1 Operasional Variabel ......................................................................... 79
Tabel 3. 2 Keterangan Variabel Penelitian ......................................................... 92
Tabel 4. 2 Hasil Uji Statistik Deskritif ............................................................... 98
Tabel 4. 3 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 101
Tabel 4. 4 Hasil Uji Multikolineritas ............................................................... 102
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan 3 .................................................. 103
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Hipotesis 2 ............................................................ 105
Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Hipotesis 4 ............................................................ 106
Tabel 4. 8 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis .......................................... 107
xv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. 1 Presentase Pengungkapan KPI pada Highlight Section .................... 1
Diagram 2. 3 Tingkat Pengungkapan Risiko dan Peluang dalam IR ..................... 49
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 Pengungkapan Kinerja Keuangan dalam Highlight Section .............. 2
Grafik 1. 2 Angka Penerbitan Integrated Reporting pada Perusahaan Jepang ..... 7
Grafik 2. 1 Pengungkapan Proses Penciptaan Nilai dalam IR .......................... 47
Grafik 2. 2 Pengungkapan Keterhubungan Antara Tata Kelola dengan
Strategi ............................................................................................................... 48
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 1 Evolusi Laporan Perusahaan .......................................................... 30
Gambar 2 2 Kerangka Integrated Reporting ..................................................... 37
Gambar 2 3 Skema Kerangka Pemikiran...........................................................71
Gambar 3 1 Model Struktural Variabel Penelitian ............................................. 84
Gambar 3 2 Sub Struktur Pertama ...................................................................... 87
Gambar 3 3 Sub Struktural Kedua ..................................................................... 91
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabel Kelengkapan Data Penelitian ............................................. 127
Lampiran 2 : Ceklis Kualitas Integrated Reporting ........................................... 131
Lampiran 3 : Ceklis Efektivitas Komite Audit .................................................. 133
Lampiran 4 : Contoh Integrated Reporting ........................................................ 135
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era perekonomian modern yang berorientasi pada uang, keuangan
dianggap sebagai dasar dalam menjalankan segala jenis aktivitas ekonomi.
Perusahaan menggunakan kinerja keuangan sebagai alat untuk menilai
efektivitas manajemen dalam menjalankan tugasnya. Manajemen
menghubungkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan
menggunakan cara-cara yang strategis untuk mencapai kinerja keuangan dan
berlanjut pada pencapaian keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Manajemen menggunakan kinerja keuangan dan non keuangan untuk mengukur
kesejahteraan perusahaan. Namun, kinerja keuangan dianggap paling
memberikan manfaat yang nyata bagi manajemen (M dan Zhengge, 2016).
Diagram 1. 1
Presentase Pengungkapan KPI pada highlight section
Sumber: KPMG 2018
64%
36%
financial KPI Non Financial KPI
2
Hasil survei KPMG menjelaskan bahwa dari 270 perusahaan Jepang
menjelaskan Key Performance Indikator (KPI) pada highlight section.
Terdapat 2 macam kinerja yang dijelaskan, yaitu kinerja keuangan dan non
keuangan. Dari 270 perusahaan, 64% menjelaskan financial KPI dan 36%
menjelaskan non financial KPI. KPI menggambarkan hasil dari proses
peciptaan nilai perusahaan yang menghubungkan antara strategi dengan target
kinerja. Maka dapat disimpulkan bahwa Jepang menggunakan kinerja
keuangan sebagai bentuk pencapaian hasil proses bisnis perusahaan.
Grafik 1. 1
Pengungkapan Kinerja Keuangan dalam Highlight Section
Sumber: KPMG 2018
Grafik diatas menjelaskan 10 financial KPI yang sering dijelaskan
dalam highlight section. 86% perusahaan menjelaskan kinerja penjualan dan
ekuitas. Penjualan merupakan aspek penting dalam meningkatkan omset
perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja penjualan.
Sales
Equity
operating Income (Loss)
Net income (Loss)
Return On Equity
Per share information
Assets
Capital Ratio
Operating Margin
Return On Asset
Ordinary Income (Loss)
Dividend Payout Ratio
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Top 10 Financial KPI's disclosed in the hightlight section
3
Selain itu, 77% menjelaskan operating income (loss) dan net income (loss),
ROE 76%, per share information 69%, assets 64%, capital ratio 62%,
operating margin 48%, ROA 34%, ordinary income (loss) 31%, dividend
payout ratio dan depreciation and amortization sebanyak 29%. Kinerja
keuangan tersebut dijelaskan sebagai bukti komitmen manajemen terhadap
value creation. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan menggunakan
kinerja keuangan sebagai bentuk pencapaian efektivitas manajemen dalam
mengelola bisnis.
Kinerja keuangan memberikan implikasi pada kesehatan perusahaan
(Kipkoech, 2016) . Manajemen berusaha untuk menentukan strategi yang tepat
dalam mencapai kinerja keuangan yang diharapkan. Salah satunya adalah
dengan praktek akuntansi manajemen strategis. Akuntansi manajemen strategis
merupakan konsep yang digunakan perusahaan dalam menentukan target
kinerja perusahaan. Teknik ini akan membantu manajemen dalam menentukan
keputusan yang tepat dan mendukung strategi yang akan dijalankan. Namun
dalam praktik akuntansi manajemen strategis membutuhkan data keuangan dan
non keuangan perusahaan. Sehingga manajemen membutuhkan sumber
informasi yang lengkap.
Laporan perusahaan merupakan sarana yang menyediakan informasi
bagi manajemen dalam menentukan strategi untuk meningkatkan dan
mengevaluasi kinerja perusahaan. Sehingga dibutuhkan pengembangan
laporan perusahaan yang dapat digunakan dalam menentukan strategi
pencapaian kinerja perusahaan. Profesi akuntan ditantang untuk
mengembangkan traditional reporting menjadi laporan yang tidak hanya fokus
4
pada penyajian informasi mengenai hal-hal yang telah terjadi dalam
perusahaan, tetapi juga mengenai apa saja yang akan terjadi pada perusahaan
dimasa depan. Sehingga dibutuhkan pengembangan laporan yang dapat
digunakan dalam menentukan strategi pencapaian kinerja (Flower, 2015).
Telah terjadi banyak perkembangan literatur akademik tentang sistem
akuntansi dan akuntabilitas serta pelaporan kinerja keaungan dan nonkeuangan
(de Villers et al., 2014). Terdapat empat kerangka kerja yang muncul untuk
memenuhi kebutuhan informasi perusahaan, yakni balanced scorecard, triple
bottom line, sustainability reporting, dan integrated reporting. Balance
scorecard menjelaskan tentang pengukuran kinerja internal dan mekanisme
control management yang terintegrasi dengan kinerja keuangan dan non
keuangan. Balanced scorecard fokus terhadap aspek strategis dan operasional
manajemen dalam meningkatkan kinerjanya (Awadallah dan Allam, 2015).
Strategi dan operasional yang dijelaskan dalam laporan ini tidak mencakup
sosial, lingkungan, dan isu keberlanjutan (sustainability issues). Sehingga
muncullah triple bottom line untuk melengkapi laporan perusahaan.
Triple bottom line muncul untuk melengkapi kebutuhan informasi.
Triple bottom line menyarankan untuk mengungkapkan informasi mengenai
pertumbuhan profit, pertumbuhan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat
(Jackson et al., 2011). Dengan triple bottom line perusahaan mengungkapkan
kegiatan sosial dan lingkungan disekitar tempat perusahaan beroperasi.
Perusahaan membuat laporan sosial dan lingkungan dalam dokumen yang
terpisah dari laporan tahunan. Praktik pelaporan sosial dan lingkungan semakin
berkembang. Hal ini membuat asosiasi-asosiasi seperti Global Reporting
5
Initiative (GRI) membuat standar untuk mengembangkan laporan tersebut
sehingga menjadi laporan yang dikhususkan untuk mengungkapkan informasi
sosial dan lingkungan dan menjadi sebuah keberlanjutan.
Pengembangan ini menciptakan laporan yang dinamakan sustainability
reporting. Saat ini, perusahaan publik telah mengungkapkan informasi
perusahaan dengan menerbitkan laporan keuangan dan sustainability
reporting. Namun kedua laporan ini disajikan secara terpisah, dan tidak
dijelaskan keterhubungan diantara keduanya. Hal ini membuat kedua laporan
tersebut belum bisa digunakan oleh manajemen dan pemangku kepentingan
lainnya dalam mengambil keputusan, mengawasi perusahaan, membuat
perencanaan dan melakukan perikatan dalam menentukan stategi bisnis untuk
mencapai kinerja yang diharapkan.
Pemahaman terhadap siklus informasi perusahaan sangat dibutuhkan
dalam penetapan strategi. Berdasarkan konsep Strategic Management
Accounting (SMA), dibutuhkan data perusahaan untuk menentukan strategi
dalam membuat proyeksi perusahaan dimasa yang akan datang. Data dapat
dikatakan sebagai informasi apabila sesuai dengan konteks dan masuk akal.
Informasi adalah hal yang perlu di ketahui dan dipelajari. Informasi sangat
berhubungan dengan pengambilan keputusan. Informasi harus disajikan secara
terintegrasi dengan model bisnis perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
maka muncullah integrated reporting yang dapat menyediakan data dan
menghubungkan setiap data yang ada.
Informasi keuangan, pernyataan manajemen, sistem tata kelola dan
remunerasi, keberlanjutan, serta hubungan diantara aspek tersebut merupakan
6
unsur yang dianggap material dalam laporan perusahaan (Abeysekera, 2013).
Integrated reporting menunjukkan apakah unsur-unsur tersebut dapat
mempengaruhi strategi. Selain itu, perusahaan juga diminta untuk memenuhi
persyaratan moral karena peningkatan dampak sosial dari perusahaan, baik
dalam ekonomi maupun masyarakat dimana perusahaan itu beroperasi atau
yang disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) serta membuat
laporannya (Schutte, 2017). Integrated reporting juga menjelaskan bagaimana
organisasi menunjukkan penatalayanan dan bagaimana menciptakan dan
mempertahankan nilai dengan model bisnis perusahaan.
Model bisnis merupakan metode yang digunakan oleh perusahaan
untuk menghasilkan laba dalam kondisi lingkungan bisnis terkini. IIRC (2013)
mendefinisikan model bisnis sebagai sistem yang dipilih oleh perusahaan untuk
menciptakan nilai. Model bisnis dijelaskan dalam kerangka integrated
reporting dalam bentuk input – process – output – outcome. IIRC
mengembangkan kerangka tersebut berdasarkan hasil studi literatur dan
pelaporan praktik model bisnis. Kerangka tersebut menggambarkan faktor
internal dan eksternal yang di proses dengan strategi untuk mencapai kinerja
yang diharapkan. Jika pencapaian kinerja tidak sesuai yang diharapkan, maka
perusahaan dapat menjadikan hal tersebut sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan kinerja.
Praktik IR di Asia masih bersifat voluntary. Salah satu negara voluntary
yang menerbitkan IR adalah Jepang. The Ministry of Economy, Trade and
Industry (METI) menyarankan perusahaan-perusahaan di Jepang yang telah
terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) untuk merilis integrated reporting
7
yang dapat memudahkan komunikasi antara perusahaan dengan investor serta
dapat menciptakan nilai perusahaan dalam jangka waktu pendek, menengah,
maupun jangka panjang bersama. Dengan adanya perintah tersebut, perusahaan
di Jepang menerbitkan integrated reporting. Sejak tahun 2010 Jepang mulai
mempraktikkan integrated reporting. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei
yang dilakukan oleh KPMG sebagai berikut.
Grafik 1. 2
Angka Penerbitan Integrated Reporting Perusahaan Jepang
Sumber: KPMG 2018
Berdasarkan hasil survei penerapan integrated reporting yang
dilakukan oleh KPMG (2018) menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang
menerbitkan IR di Jepang mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Peningkatan tersebut terjadi setiap tahun mulai dari tahun 2010 sampai dengan
survei ini dilakukan, peningkatan terbesar terjadi di tahun 2015 yang mengalami
peningkatan dari 141 perusahaan di tahun 2014 menjadi 220 perusahaan di
tahun 2015 yang menerbitkan IR (atau meningkat sebesar 56%). Jumlah
tersebut juga mengalami peningkat di tahun 2016, yaitu menjadi 279
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
8
perusahaan jepang yang menerbitkan IR (atau meningkat sebesar 27%) dan
pada tahun 2017 terdapat 341 perusahaan yang telah menerbitkan IR.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor misalnya adanya
perspektif manajemen yang fokus pada kinerja jangka panjang yang menjadi
ciri khas perusahaan di Jepang, dan budaya perusahaan yang menjadikan
kontribusi kepada pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat sebagai bagian dari
motto perusahaan membuat banyak perusahaan memutuskan untuk
menerbitkan IR karena termotivasi oleh rekan-rekan industrinya. Namun,
perintah untuk menerbitkan integrated reporting di Jepang belum bersifat
mandatory sehingga masih banyak perusahaan di Jepang yang belum
menerbitkan integrated reporting dan perusahaan-perusahaan yang telah
menerbitkan integrated reporting pun hanya mengungkapkan pada tingkat
minimal. Hal ini menyebabkan kualitas integrated reporting berbeda setiap
perusahaan.
Salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas IR adalah tata
kelola perusahaan (Velte dan Stawinoga, 2017). Komite audit merupakan
salah satu komponen penting dari tata kelola perusahaan. Menurut Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 komite audit adalah dewan
yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi dewan komisaris. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa
komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dengan minimal berjumlah 3
orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan dari eksternal.
Komite audit harus memiliki minimal satu anggota yang memiliki kompetensi
dalam bidang akuntansi dan keuangan.
9
Komite audit di Indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab yang
meliputi menganalisis informasi keuangan yang akan diberikan kepada pihak
yang berkepentingan, mengawasi ketaatan perusahaan terhadap peraturan
yang berlaku, dan aktivitas manajemen resiko, memberikan pendapat
independen jika terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dengan auditor
eksternal, memberikan rekomendasi akuntan kepada dewan komisaris dengan
sudut pandang yang independen, melakukan penelaahan atas proses audit
internal dan eksternal, mengamati terjadinya benturan kepentingan antar pihak
didalam perusahaan dan melaporkannya kepada dewan komisaris, serta
menjaga kerahasiaan perusahaan.
Berbeda dengan Jepang, dalam Japan's Corporate Code (2018) terdapat
istilah kansayaku dan kansayaku board. Kansayaku board merupakan sistem
unik yang dianut oleh Jepang dalam tata kelola perusahaan. Dalam sistem ini
kansayaku mengaudit kinerja dewan direksi dan manajemen. Kansayaku juga
memiliki tugas untuk menunjuk, mengawasi, memberhentikan, serta
menentukan remunerasi auditor eksternal. Tidak kurang dari setengah anggota
kansayaku yang ditunjuk pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dan berasal dari pihak luar (outside). Dalam sistem ini, minimal ada satu
anggota kansayaku yang full time mengamati dan mengawasi perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk memperkuat fungsi pengawasan dari kansayaku.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat kelemahan dari komite audit di
Indonesia bahwa anggota komite audit sering bergantung atau mengandalkan
pada pihak manajemen dalam mendapatkan informasi tentang perkembangan
perusahaan. Oleh karena itu, mereka kurang banyak mengetahui tentang
10
perusahaan. Tidak seperti kansayaku yang memiliki anggota yang harus
bekerja penuh waktu mengamati perusahaan sehingga mereka lebih banyak
mengetahui tentang perusahaan dan dapat mengambil keputusan berdasarkan
hasil pengamatannya sendiri secara objektif dan independen. Maka dari itu,
tugas pengawasan yang dilakukan komite audit akan lebih efektif jika terdapat
anggota yang penuh waktu mengamati perusahaan.
Sebaliknya, komite audit di Indonesia juga memiliki kekuatan yaitu
dengan adanya peran komisaris independen yang memegang kekuasaan suara
pada komite audit dan memiliki hubungan langsung dengan auditor internal
dan eksternal memungkinkan mereka dapat memiliki masukan dan
mengambil keputusan sejajar dengan direktur eksekutif dan non eksekutif. Hal
ini jelas dapat menawaran potensi hasil yang lebih kuat dan dapat memastikan
masalah pada pelaporan keuangan dan internal control cepat terselesaikan.
Sama seperti komite audit di Indonesia, kansayaku bertugas untuk
mengamati laporan keuangan perusahaan. Dengan adanya tugas tersebut,
maka diharuskan minimal satu dari anggota dewan kansayaku memiliki
kompetensi dalam bidang akuntansi dan keuangan. Selain itu, kansayaku juga
harus terlibat dalam kegiatan pengawasan untuk memastikan pengungkapan
informasi yang tepat waktu dan akurat, dan harus menetapkan sistem
pengendalian internal dan manajemen risiko yang tepat. Sehingga hal ini dapat
memicu pengambilan keputusan yang tepat dalam menentukan startegi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Inilah alasan mengapa minimal harus satu
anggota komite audit memiliki pengetahuan dibidang akuntansi dan
keuangan.
11
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa komite audit
bertugas dan betanggung jawab untuk membantu dewan komisaris dan
memberikan pendapat secara independen dan objektif terkait dengan laporan
direksi yang diberikan kepada dewan komisaris serta melaksanakan tugas
lainnya yang berkaitan dengan dewan komisaris. Untuk menjalankan
tanggung jawabnya, komite audit harus melakukan pengawasan atas
penugasan auditor eksternal serta menelaah informasi yang berkaitan dengan
keuangan perusahaan yang akan di terbitkan. Komite audit juga harus
melakukan pengawasan dan pengevaluasian terhadap auditor internal dalam
melaksakan tugasnya.
Komite audit melakukan penelaahan terhadap bentuk dan pelaksanaan
kebijakan dan prosedur untuk memperoleh keyakinan yang memadai
mengenai efektivitas pengendalian internal agar salah saji material laporan
keuangan, penyalahgunaan aktiva dan perbuatan pelanggaran peraturan dapat
dicegah serta pengamanan aset dan pemenuhan kewajiban perusahaan dapat
ditingkatkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa komite audit bertugas dalam
memantau atau memastikan terdapat pengendalian internal yang memadai
bahwa aktivitas perusahaan dijalankan dengan mematuhi peraturan dan
kebijakan yang berlaku.
Dalam menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, komite audit
berkordinasi dengan komite manajemen risiko dan auditor internal dalam
memantau risiko dan mitigasi terutama dalam penyusunan laporan keuangan
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dan
pelaksanaan pengendalian internal memadai dalam pengamanan aset dan
12
pencatatan kewajiban secara tepat sehingga dapat menghindari risiko materil
penyajian laporan keuangan. Selain itu, dalam audit internal, komite audit
bertugas untuk mengawasi proses audit, dan menelaah temuan auditor internal
yang akan ditindak lanjuti oleh direktur.
Komite audit juga bertugas dalam mengawasi proses pelaporan
keuangan dan proses audit eksternal. Komite audit bertanggung jawab untuk
memilih, mengawasi, menentukan biaya, dan memberhentikan auditor
ekternal. Komite audit berperan sebagai penengah yang objektif ketika adanya
perbedaan pendapat antara manajemen dan auditor ekternal. Laporan
keuangan yang telah di audit, komite audit bertanggung jawab untuk
mereview laporan keuangan sebelum dibawa ke Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Jika komite audit melaksanakan peran dan fungsinya, maka
jelas hal ini dapat mempengaruhi kualitas integrated repoting.
IR memiliki peran penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan
(Abeysekera, 2013). IR memfasilitasi board of company untuk berfikir dan
menghubungkan antara risiko dan peluang yang ada dalam pengambilan
keputusan dan pengembangan bisnis untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
IR mengungkapkan informasi-informasi yang mengintegrasi faktor ESG
(Environment, Social, dan Governance) terhadap strategi, pengukuran output,
dan penilaian risiko serta peluang perusahaan dalam memaksimalkan
penciptan nilai jangka panjang (Steyn, 2014). Kinerja sosial yang tinggi bisa
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kinerja keuangan yaitu
arus kas dan pengurangan biaya modal (Plumlee et al., 2015).
13
Kinerja sosial perusahaan atau faktor ESG dapat menurunkan risiko
yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin baik kualitas IR menunjukkan faktor
ESG telah diintegrasikan dengan baik. Oleh karena itu, diharapkan kualitas IR
yang baik ini juga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.Sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tariq et al., (2018) yang menguji
masing-masing indikator IR terhadap kinerja keuangan. Namun berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Eccles (2014) yang menyatakan bahwa
tidak ada pengaruh signifikan antara integrated reporting dengan kinerja
keuangan perusahaan, kecuali pada industri kesehatan dan teknologi. Suttipun
(2017) meneliti pengaruh IR terhadap kinerja keuangan, namun tidak menguji
peran komite audit. Penelitian ini menguji pengaruh komite audit terhadap
kinerja keuangan dengan dimediasi oleh kualitas IR.
Lebih lanjut, peran tata kelola perusahaan dan manajemen risiko telah
menjadi sorotan regulator seperti The Financial Reporting Council (FRC) dan
Sarbanes-Oxley Act (Sarbox). Setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan perusahaan setiap tahunnya. Laporan berisi
balance sheet, profit and loss, sumber dan alokasi pendanaan, nilai tambah
perusahaan, dan ringkasan kinerja perusahaan selama lima tahun terakhir.
Dengan adanya fungsi pengawasan, maka laporan keuangan perlu di periksa
oleh auditor eksternal. Komite audit memiliki peran penting dalam hal ini.
Komite audit memiliki peran untuk memilih, mengawasi, memberhentikan,
dan menentukan biaya audit eksternal.
Zabojnikova (2016) meneliti peran komite audit berdasarkan
karakteristik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif
14
komite audit terhadap kinerja perusahaan. Salah satu karakteristiknya adalah
ukuran komite audit yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Jika komite
audit lebih dari 3 anggota maka akan semakin baik karena skill yang dimiliki
dalam komite audit tersebut semakin kuat. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Chou dan Buchdadi (2017). Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Alqatamin (2018) yang menjelaskan bahwa pengalaman
dan skill komite audit dalam bidang akuntansi dan keuangan serta jumlah
pertemuan yang dilakukan komite tidak mempengaruhi kinerja perusahaan.
Sehingga efektivitas komite tidak dapat dijadikan tolok ukur dalam
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, efektivitas komite audit
diharapkan dapat mempengaruhi kualitas integrated reporting. Selanjutnya
integrated reporting yang berkualitas diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber informasi untuk menentukan strategi dalam meningkatkan kinerja
keuangan. Sedangkan di sisi lain, efektivitas komite audit juga diharapkan
dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan baik secara langsung
maupun melalui peningkatan kualitas integrated reporting. Namun, sampai
saat ini belum ada penelitian yang secara khusus menguji efektivitas komite
audit dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan melalui kualitas
integrated reporting. Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh efektivitas komite audit terhadap kinerja keuangan dengan
kualitas integrated reporting sebagai variabel intervening. Sehingga, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Efektivitas
Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Kualitas Integrated
15
Reporting Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Laporan
Perusahaan Di Jepang Periode 2014, 2015, 2016, dan 2017)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap kinerja
keuangan?
2. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap kualitas
integrated reporting?
3. Seberapa besar pengaruh kualitas integrated reporting terhadap kinerja
keuangan?
4. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap kinerja keuangan
dengan kualitas integrated reporting sebagai variabel intervening?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini
bertujuan untuk membuktikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh efektivitas komite audit terhadap kualitas integrated reporing.
2. Pengaruh efektivitas komite audit terhadap kinerja keuangan.
3. Pengaruh kualitas integrated reporting terhadap kinerja keuangan.
4. Pengaruh efektivitas komite audit terhadap kinerja keuangan melalui
kualitas integrated reporting.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mampu memberikan manfaat:
16
1. Kontribusi Pengembangan Ilmu
Integrated reporting dengan kualitas yang baik akan menyajikan
data-data keuangan maupun non keuangan dengan lengkap. Hal ini sangat
berguna bagi perusahaan dalam merancang strategi manajemen untu
meningkatkan kinerja. Integrated reporting menyajikan model bisnis yang
dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam menciptakan nilai. Untuk
mengungkapkan informasi perusahaan dengan lengkap, maka dibutuhkan
peran komite audit yang mengawasi seluruh aktivitas perusahaan hingga
tahap pelaporan. Dengan adanya efektivitas peran komite audit dalam
mengawasi perusahaan secara independen, maka perusahaan dapat
menjalankan model bisnis dengan baik hingga tercapai kinerja yang
diharapkan dan menghasilkan integrated reporting yang berkualitas
sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perusahaan dalam
menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan nilai perusahaan.
2. Kontribusi Pemecahan Masalah
Kinerja keuangan keuangan merupakan bentuk pencapaian
manajemen dalam mengelola perusahaan. Dalam pencapaikan kinerja
keuangan, manajer harus mentapkan startegi. Strategic Manajemen
Accounting (SMA) digunakan oleh manajemen dalam menentukan startegi
dan memproyeksikan kinerja dimasa yang akan datang. Untuk menentukan
strategi, perusahaan membutuhkan laporan yang lengkap. Integrated
reporting digunakan sebagai sumber informasi perusahaan dalam
menentukan strategi. Integrated reporting yang dapat digunakan adalah
17
yang memiliki kualitas baik yaitu menyajikan seluruh elemen integrated
reporting yang telah dirancang oleh The International Integrated Reporting
Council (IIRC).
Untuk memastikan bahwa integrated reporting berkualitas, maka
dibutuhkan peran pengawasan. Komite audit bertanggung jawab untuk
mengawasi audit internal dan eksternal. Komite audit harus memastikan
bahwa fungsi pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik
sehingga tidak terjadi risiko salah saji yang materil. Selain itu, komite audit
bertugas mengawasi auditor eksternal serta berdiskusi dengan auditor
eksternal mengenai laporan keuangan perusahaan. Komite audit juga
berfungsi untuk mereview laporan keuangan sebelum laporan tersebut
digunakan dalam penentuan strategi perusahaan dalam mencapai target
kinerja keuangan yang diharapkan.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Teori agensi merupakan teori yang membahas tentang hubungan
kontraktual antara agent (manajer) dan principal (pemilik) (Jensen dan
Meckling, 1976). Teori agensi dapat membantu mekanisme tata kelola
dalam mengawasi aktivitas dan perilaku agen. Jensen & Mecling (1976)
menggambarkan perusahaan sebagai “black box” myang beroperasi
memaksimalkan value dan profitability. Memaksimalkan kekayaan dapat
dilakukan melalui kordinasi dan kerja sama yang layak diantara pihak-pihak
yang terlibat didalam perusahaan. Manajer merupakan pihak yang dianggap
memiliki seluruh informasi mengenai perusahaan. dalam hubungan ini,
manajer dituntut untuk mengelola perusahaan dengan baik hingga mencapai
kinerja yang diharapkan pemilik perusahaan.
Kinerja merupakan bentuk pencapaian manajemen dalam
menjalankan proses bisnis (M dan Zhengge, 2016). Kinerja yang dicapai
berupa kinerja keuangan dan non keuangan. Kedua kinerja tersebut saling
berhubungan. Kinerja non keuangan menjanjikan tercapainya target kinerja
keuangan. Manajer merupakan pihak yang diberikan kepercayaan dalam
mencapai kinerja keuangan. Manajer sebagai pihak yang menjalankan
proses bisnis dianggap memiliki informasi lengkap perusahaan.
Manajemen menghubungkan sumber daya manusia dan sumber daya
19
lainnya dengan menggunakan cara-cara yang strategis untuk mencapai
kinerja keuangan dan berlanjut pada pencapaian keunggulan kompetitif
yang berkelanjutan.
Manajemen meningkatkan kinerja keuangan dengan menggunakan
konsep akuntansi manajemen. Sebagai pihak yang diberikan kewenangan
dalam pengambilan keputusan, manajer mengambil tindakan dengan
menentukan strategi dan memproyeksikan kinerja menggunakan model
bisnis. Model bisnis yang digunakan sebagai dasar pengembangan
akuntansi manajemen berupa input – process – output. Model bisnis ini
menghubungkan aspek eksternal yaitu multiple capital yang diformulasikan
dengan strategi dan di implementasikan (process) sehingga kinerja yang
diharapkan dapat tercapai. The International Integrated Reporting Council
(IIRC) mengembangkan kerangka model bisnis menjadi input – process –
output - outcome. Dalam kerangka ini, manajemen mengambil tindakan
tidak hanya demi pencapaian kinerja masa kini, namun juga
memproyeksikan kinerja jangka panjang (outcome).
Kerangka model bisnis yang dikembangkan dalam integrated
reporting sesuai dengan harapan investor yaitu adanya proyeksi kinerja
jangka panjang. Sehingga model bisnis tersebut dapat digunakan dalam
pengambilan tindakan peningkatan kinerja. Integrated reporting juga
dianggap sebagai sarana informasi mengenai kinerja perusahaan bagi
investor. Untuk menghindarkan asimetri informasi antara investor dengan
manajemen maka dibutuhkan peran pengawasan dalam penyajian
integrated reporting yang dilakukan oleh komite audit.
20
Komite audit berperan dalam pengawasan pelaporan keuangan
perusahaan. Dalam peran ini, komite audit bertanggung jawab untuk
mengawasi auditor eksernal dalam mengaudit laporan keuangan
perusahaan. Komite audit juga bertugas untuk mereview laporan keuangan
perusahaan. Sehingga kualitas laporan perusahaan dapat disajikan secara
lengkap, tepat, dan akurat. Selain itu, komite audit juga harus berdiskusi
dengan manajemen maupun auditor ekternal mengenai proyeksi atau
estimasi kinerja keuangan yang akan digunakan oleh manajemen dalam
menentukan strategi pencapaian target kinerja.
Komite audit berhubungan dengan direksi dan manajemen. Komite
audit harus melakukan pertemuan dengan manajemen untuk membahas
mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu,
komite audit juga berperan untuk mengawasi audit internal untuk
memastikan apakah internal control perusahaan telah dijalankan oleh
manajemen sehingga risiko-risiko yang dapat menghalangi pencapaian
kinerja perusahaan dapat ditangani. Sehingga dengan adanya peran
pengawasan komite audit, maka pelaporan informasi perusahaan yang
digunakan untuk mengambil keputusan memiliki kualitas yang baik.
2. Strategic Management Accounting (SMA)
a. Definisi Strategic Management Accounting (SMA)
Konsep Strategic Management Accounting (SMA)
diperkenalkan dalam literatur akuntansi manajemen oleh Simmonds
pada tahun 1981 (Simmonds, 2012). Simmonds mendefinisikan
strategic management accounting sebagai penyediaan dan analisis yang
21
fokus terhadap informasi tentang pesaing, dan penggunanya dalam
mengembangkan dan memantau strategi bisnis dalam mencapai kinerja.
SMA berorientasi pada sumber daya internal dan kemampuan
organisasi untuk mendukung basis kompetitif eksternal. SMA
merupakan pengembangan dari akuntansi manajemen yang
bekerjasama dan memberikan informasi strategis kepada manajemen
strategis, pemasaran, dan fungsi manajerial lainnya (Smith, 2017).
Untuk menentukan strategi akuntansi manajemen, maka
perusahaan membutuhkan informasi yang lengkap. Data, sustainability,
dan tata kelola perusahaan adalah beberapa aspek yang di fokuskan oleh
profesi akuntan. Selain itu, informasi mengenai multiple capital juga
diperlukan dalam menentukan strategi. Konsep dari multiple capital
model menyediakan kerangka kerja kuantitatif untuk memvalidasi dan
mendukung strategi. Hal tersebut terangkum dalam konsep inovatif
integrated reporting. Integrated reporting menyediakan informasi
secara keseluruhan mengenai kinerja. Rangkuman bagaimana
perusahaan mencapai kinerja secara aktual dijelaskan. Dalam kerangka
kerja integrated reporting dijelaskan bahwa multiple capital terdiri dari
financial, manufactured, intellectual, intellectual , human, social, dan
natural capital.
Aspek mengenai sustainability, tata kelola, dan manajemen
risiko harus dihubungkan dalam membentuk sebuah strategi. Integrated
reporting menggabungkan hal tersebut dengan aktivitas operasional
perusahaan. Integrated reporting juga menghubungkan efisiensi
22
operasi perusahaan dengan peluang yang ada. Tata kelola perusahaan,
harus terhubung bersama dengan sistem informasi yang sama, yang
menyertai data keuangan, ketaatan, dan operasional . Dalam hal ini,
akuntan harus menghubungkan tugasnya dengan sistem informasi dan
teknologi informasi.
Strategi dan pemikiran strategis melibatkan penilaian. Key
Performance Indicator (KPI) merupakan kunci yang sering digunakan
oleh manajemen dalam perencanaan strategis (Smith, 2017).
Pengembangan dan pelaporan KPI sangat penting untuk melihat
lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat. Penting bagi manajemen
untuk memiliki informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi dan memastikan apakah informasi yang
disajikan komparatif, bermanfaat, dan bisa dimengerti. Tata kelola dan
sustainability issue telah menjadi pendorong kinerja keuangan. Selain
itu, dalam menghadapi persaingan, bisnis harus mampu bereaksi secara
cepat dan tepat. Bisnis membutuhkan pemikiran dan kepemimpinan
yang strategis seiring dengan meningkatnya globalisasi dan persaingan,
dan akuntan harus mampu mengarah kepada SMA dan membantu
dalam memimpin organisasi mengarah kedepan.
IIRC (2013) menjelaskan mengenai tujuan dibentuknya
integrated reporting. Salah satunya adalah mendukung integrated
thinking dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang berfokus
pada penciptaan nilai perusahaan baik jangka pendek, menengah
maupun panjang. Dengan tujuan ini, integrated reporting menyajikan
23
informasi yang menarik mengenai model bisnis perusahaan dan
bagaimana model tersebut diimplementasikan hingga akhirnya
mencapai kinerja yang diharapkan. Selain itu, integrated reporting juga
berisi informasi ESG (Environmental, Social, Gevernance) dan
memastikan bahwa penyedia data melaporkan informasi non keuangan
secara akurat.
The Ministry of Economic, Trade, and Industry (METI)
merekomendasikan seluruh perusahaan yang terdaftar di Tokyo Stock
Exchange (TSE) merilis integrated reporting dalam rangka
mengungkapkan seluruh informasi perusahaan baik keuangan maupun
non keuangan. Laporan ini merekomendasikan peningkatan informasi
yang diperlukan bagi investor untuk mengevaluasi nilai perusahaan.
Selain itu, laporan ini juga bermanfaat memberikan pemahaman secara
menyeluruh tentang bisnis perusahaan, kebijakan manajemen, strategi,
tata kelola, status keuangan, dan penciptaan nilai perusahaan yang
berkelanjutan. Laporan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi manajemen dalam perencanaan dan informasi tetang
lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.
Sejak tahun 2014 praktik integrated reporting di Jepang
semakin meningkat. Lebih dari 341 perusahaan menerbitkan integrated
reporting. Perusahaan menyajikan data keuangan dan nonkeuangan
dalam laporan tersebut. Perusahaan juga menyajikan informasi
mengenai environmental, social, dan governance dan
menghubungkannya dengan bisnis model. Integrated reporting
24
menjadi sarana untuk meningkatkan penciptaan nilai, sebagai hasil dari
pemahaman yang lebih baik oleh perusahaan dan pemangku
kepentingan mengenai informasi penting perusahaan. Dialog yang
dilakukan antara perusahaan dan pemangku kepentingan melalui
kerangka kerja integrated reporting akan mendukung pertumbuhan
berkelanjutan bagi perusahaan di Jepang.
b. Teknik Strategic Management Accounting
Perubahan lingkungan bisnis yang signifikan membuat pesaing
berusaha untuk menentukan strategi dalam menghadapi kompetisi.
Strategi merupakan hal yang direncanakan oleh perusahaan untuk
memperlihatkan kepada para konsumen bahwa mereka lebih baik dan
menarik dari para pesaingnya (Novianty, 2015). Dengan terjadinya
hal ini, perusahaan semakin mengembangkan strategi dan teknologi
serta muncul hubungan antara aspek keuangan dan aspek non
keuangan. Strategic management accounting menghubungkan antara
management strategic dengan management accounting. Dengan
terkoneksinya aspek tersebut, maka perusahaan dapat lebih relevan
dalam menentukan strategi.
Pengembangan dan penggunaan teknik SMA berhubungan
dengan kebutuhan informasi pihak eksternal dan untuk mendukungan
keputusan strategi (Cinquini dan Tenucci, 2007). Menurut Cinquini
dan Tenucci (2007) terdapat empat belas teknik yang dapat
teridentifikasi dalam konsep strategic management accounting, yaitu
sebagai berikut:
25
1) Activity Based Costing/Management (ABC/ABM). Teknik ABC
mengarah pada aktivitas manajemen. Dalam hal ini, perusahaan
dapat mengidentifikasi aktivitas tidak langsung yang terjadi dalam
aktivitas bisnis. Strategi ini berfokus pada aktivitas manajemen
dalam meraih keunggulan kompetitif (competitive advantage).
2) Attribute Costing. Pada strategi ini, atribut produk dapat dipandang
sebagai objek biaya. Atribut produk dan selera konsumen
ditentukan pada pangsa pasar. Sehingga strategi ini berorientasi
pada keinginan pasar.
3) Benchmarking. Teknik ini mengidentifikasikan best practice dan
membandingkannnya dengan kinerja perusahaan serta tujuannya.
Teknik dalam strategi ini berfokus pada pesaing.
4) Competitve Position Monitoring. Teknik ini didasarkan pada
ketentuan informasi pesaing termasuk pangsa pasar, volume, dan
biaya. Dengan informasi yang didapat, perusahaan dapat
menentukan sendiri dimana posisinya diantara para pesaing serta
menentukan strategi dalam bersaing.
5) Competitor Cost Assessment. Teknik ini fokus terhadap struktur
biaya pesaing. Hal ini diamati melalu banyak sumber, baik secara
langsung maupun tidak langsung seperti pengamatan fisik atau
pemantauan terhadap mantan karyawan pesaing.
6) Competitor Cost Performance Appraisal Based On Public
Financial Statement. Teknik ini bersumber pada informasi
keuangan pesaing. Dalam hal ini perusahaan menentukan dimana
26
letak kekuatan mereka jika dibandingkan dengan pesaing.
Berdasarkan perbandingan tersebut, perusahaan menentukan
strategi dalam menghadapi pesaing.
7) Customer Accounting. Teknik ini mempertimbangkan konsumen
sebagai unit analisis akuntansi. Customer accounting mencakup
seluruh praktik yang diarahkan dalam penilaian laba, penjualan
maupun biaya yang berasal dari konsumen.
8) Integrated Performance Measurement. Teknik ini menggabungkan
aspek keuangan dan aspek non keuangan. Balanced scorecard
dapat menjadi bagian dari teknik ini. Balance scorecard berperan
dalam implementasi SMA dengan analisis empat perspektifnya
yaitu perspektif keuangan, persperktif pelanggan, persepektif
aktivitas internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
9) Life Cycle Costing. Teknik ini mengklasifikasikan biaya
berdasarkan tahapan-tahapan produksi. Namun teknik ini
cengderung hanya berorientasi pada kinerja jangka pendek.
10) Lifetime Customer Profitability analysis. Teknik ini menganalisis
laba tahunan yang dihasilkan dan akan dijadikan bahan
pertimbangan dalam memproyeksi keuntungan dimasa yang akan
datang yang dihasilkan dari hubungan perdagangan dengan para
pelanggan.
11) Quality Costing. Pada teknik ini, perusahaan memnentukan biaya
pencegahan, appraisal, kegagalan internal, dan kegagalan
eksternal. Teknik ini dilakukan untuk memberikan kualitas produk
27
yang baik terhadap pelanggan sehingga muncullah loyalitas
pelanggan terhadap produk perusahan.
12) Strategic Costing Or Strategic Cost Management. Teknik ini
menggunakan data biaya sebagai alat dalam pengambilan
keputusan. Data mengenai biaya digunakan dalam perumusan
strategi manajemen.
13) Target Costing. Pada teknik ini, manajemen mengestimasi volume
produksi, harga, dan profit yang akan didapatkan.
14) Value Chain Costing. Teknik ini mempertimbangkan semua
kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan produksi hingga
distribusi produk. Strategi ini untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas hubungan antara perusahaan dengan pemasok.
c. Praktik Strategic Management Accounting di Jepang
Jepang menggunakan akuntansi manajemen sebagai teknik
untuk menentukan strategi guna meningkatkan kinerja dan menghadapi
persaingan global. Jepang menggunakan target costing sebagai alat
yang digunakan dalam praktik akuntansi manajemen strategis. Target
costing merupakan sebuah teknik yang dilakukan dengan melihat
adanya hubungan antara aktual dengan strategi yang telah ditentukan.
Hal ini bertujuan untuk merencanakan profit yang akan diraih oleh
perusahaan. Jepang menggunakan target costing sebagai alat SMA
yang sesuai dengan sosial dan budaya yang dimiliki oleh negara Jepang
yang dimana mereka memikirkan kinerja dimasa yang akan datang.
28
Setelah terjadinya perang dunia ke dua, perusahaan Jepang
mulai membangun kembali kinerja perusahaan. salah satunya adalah
dengan mempraktikkan strategic management accounting (SMA).
Toyota Motor Corporation merupakan perusahaan yang pertama kali
mempraktikkan SMA (Okano dan Suzuki, 2007). Toyota melakukan
SMA dengan tiga tahap yaitu target costing, cost maintenance, dan
Kaizen costing. Kaizen costing bertujuan untuk menghapus aktivitas
yang tidak efisien didalam proses produksi. Ini dilakukan dengan
mengadopsi konsep value engineering dan value analysis. Sehingga
biaya produksi dapat berkurang tanpa mengurangi kualitas produk.
Toyota berusaha untuk menghubungkan target costing dengan
kaizen costing. Toyota fokus dalam melakukan kaizen costing sebagai
langkah paling penting dalam target costing . Kerangka dasar target
costing adalah dengan melakukan pengaturan terhadap harga jual dan
biaya, serta penetapan pengurangan biaya terhadap aktivitas yang tidak
efisien. Toyota mempraktikkan hal ini berdasarkan konsep
pengembangan dan promosi produk. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Toyota Motor Corporation menggunakan target costing sebagai
alat untuk menentukan target kinerja yang berfokus pada pengurangan
biaya produksi tanpa mengurangi kualitas produk dan mendapatkan
laba yang diharapkan.
d. Praktik Strategic Management Accounting di Indonesia
Strategic management accounting telah diterapkan di Indonesia
untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Salah satu industri yang
29
mengimplementasikan SMA adalah industri fashion di Malang,
Indonesia (Zuhroh dan Sunardi, 2019). Menurut Zuhroh dan Sunardi
(2019) sistem akuntansi manajemen dapat mendukung industri fashion
dalam meningkatkan keunggulan kompetitif. Dalam menentuan strategi
manajemen, diperlukan informasi keuangan dan keuangan. Sistem
akuntansi manajemen dianggap dapat berperan dalam mewujudkan
strategi yang dipilih oleh manajemen melalui penyediaan informasi
keuangan dan non keuangan yang berguna dalam merencanakan,
mengarahkan, dan mendorong tercapainya tujuan perusahaan.
Perusahaan perlu respon yang cepat terhadap selera dan kepuasan
pelanggan. Hal ini menyebabkan perusahaan memerlukan informasi
keuangan dan non keuangan serta mengimplementasikan strategic
manajemen accounting dalam menentukan strategi. Sehingga dengan
melaksanakan implementasi SMA, maka industri fashion di Malang,
Inodnesia dapat menentukan startegi low cost tanpa mengurangi
kualitas yang diinginkan pelanggan.
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunarni
(2013) terhadap praktik management accounting pada industri
perhotelan di Yogyakarta, menyatakan bahwa perusahaan lebih sering
melakukan penganggaran terhadap biaya. Praktik akuntansi manajemen
yang digunakan adalah standard costing. Teknik ini dianggap paling
membantu manajemen dalam menjalankan fungsinya serta menentukan
strategi dalam menghadapi kompetisi dalam industri perhotelan.
30
3. Integrated Reporting
a. Definisi Integrated Reporting
Dalam menentukan strategi bisnis, dibutuhkan informasi
perusahaan secara lengkap. Laporan perusahaan dianggap sebagai alat
yang menyediakan informasi perusahaan. Telah terjadi banyak
perkembangan literatur akademik tentang sistem akuntansi dan
akuntabilitas serta pelaporan kinerja keaungan dan nonkeuangan (de
Villers et al., 2014). Terdapat empat kerangka kerja yang muncul untuk
memenuhi kebutuhan informasi perusahaan, yakni balanced scorecard,
triple bottom line, sustainability reporting, dan integrated reporting. ke
empat laporan tersebut menyajikan informasi tentang aktivitas
perusahaan serta pencapaian kinerja.
Gambar 2 .1
Evolusi Laporan Perusahaan
Konsep balanced scorecard dikembangkan oleh Robert S.
Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992. Balanced scorecard
fokus terhadap aspek strategis dan operasional manajemen dalam
meningkatkan kinerjanya (Awadallah dan Allam, 2015). Dalam konsep
balanced scorecard, untuk mengukur kinerja perusahaan diperlukan
pengukuran komprehensif mengenai 4 perspektif yaitu perspektif
Balanced Scorecard
Tripple Bottom
Line
Sustainability Reporting
Integrated Reporting
31
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Balanced scorecard memperluas perencanaan strategis
yang tidak hanya menjelaskan faktor keuangan namun juga meluas
kepada perspektif non keuangan yaitu perspektif pelanggan, proses
bisnis internal, dan pembelajaran pertumbuhan.
Kinerja keuangan dapat diukur dari rasio keuangan seperti ROA
dan ROE. Hal ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari pengelolaan aset dan ekuitas
yang dimiliki perusahaan. Perspektif pelanggan dilihat dari bagaimana
perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan sehingga tejadinya
peningkatan loyalitas pelanggan terhadap produk dari perusahaan.
Perspektif proses bisnis internal dilihat dari kinerja karyawan dalam
menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Sedangkan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dilihat dari bagaimana perusahan
mengembangkan kemampuan karyawan dalam menjalankan aktivitas
bisnis.
Dari empat perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan dan nonkeuangan saling berhubungan. Untuk mencapai
kinerja keuangan, dibutuhkan dukungan kinerja non keuangan. Namun,
laporan balanced scorecard hanya fokus pada aspek kinerja perusahaan.
Strategi dan operasional yang dijelaskan dalam laporan ini tidak
mencakup sosial, lingkungan, dan isu keberlanjutan (sustainability
issues). Sehingga muncullah triple bottom line untuk melengkapi
laporan perusahaan.
32
Triple Bottom Line (TBL) pertama kali diperkenalkan oleh
Elkington pada tahun 1994. Konsep TBL menjelaskan bahwa
perusahaan harus memenuhi kebutuhan stakeholder. Kebutuhan ini
dirangkum dalam tiga bagian yaitu profit, people, dan planet. Profit
berbicara mengenai keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dari
hasil aktivitas bisnis. People berbicara mengenai pemberdayaan
manusia didalam perusahaan. Dan planet berbicara mengenai
pemeliharaan lingkungan sekitar seperti pengurangan limbah industri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa TBL menyarankan untuk
mengungkapkan informasi mengenai pertumbuhan profit, pertumbuhan
lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat (Jackson et al., 2011).
Dengan triple bottom line perusahaan mengungkapkan kegiatan sosial
dan lingkungan disekitar tempat perusahaan beroperasi.
Namun terdapat beberapa kekurangan pada laporan TBL,
seperti sifat dari laporan TBL bersifat naratif yang dibuat oleh
perusahaan untuk menceritakan aktivitas perusahaan mengenai
tanggung jawab sosial sehingga TBL hanya dianggap sebagai sarana
peningkatan citra perusahaan dihadapan pulik (Hubbard, 2009). TBL
juga tidak berbeda jauh dengan traditional reporting yang masih
mendominasikan laporan keuangan serta memisahkannya dengan aspek
lingkungan. TBL memisahkan antara aspek bisnis dan sosial
lingkungan. Sehingga TBL tidak menganggap bahwa ketiga laporan
tersebut merupakan satu kesatuan.
33
Untuk mengatasi masalah pelaporan TBL maka Global
Reporting Initiative (GRI) membuat standar untuk mengembangkan
laporan tersebut. GRI mengusulkan adanya keseimbangan antara ketiga
aspek dalam TBL dengan mengusulkan adanya indikator yang dapat
menghubungkan ketiga aspek tersebut. Dibutuhkan pengawasan dan
pencatatan mengenai sejauh mana perusahaan melakukan tindakan yang
sustainable. Memberikan dukungan terhadap sistem pelaporan
keuangan seperti full cost accounting yang dimana aspek lingkungan
sosial dan lingkungan dapat diperhitungkan juga. Serta adanya batasan
pelaporan yang jelas bagi laporan TBL. Pengembangan ini menciptakan
laporan yang dinamakan sustainability reporting.
Pelaporan sustainability berasal dari praktik akuntansi
tradisional yang dimana praktik akuntansi manajemen terlibat dalam
praktek internal organisasi yang membantu pengelolaan sebuah
organisasi dan pelaporan sustainability mencakup komponen internal
yang mengharuskan pengelolaan atas permasalahan sustainability
(Lodhia dan Hess, 2014). Namun sustainability report yang terpisah
dari laporan keuangan cenderung hanya untuk mempercantik laporan
perusahaan dan bukan merupakan hal substantif dilakukan perusahaan
sehingga tidak dapat mempengaruhi keputusan alokasi sumber daya
perusahaan. Dengan demikian, untuk mengatasi masalah tersebut, maka
dikembangkanlah kerangka integrated reporting yang dapat
menghubungkan aspek keuangan dan nonkeuangan dalam perusahaan.
34
The International Integrated Reporting Council (IIRC) (2013)
mendefinisikan integrated reporting sebagai bentuk komunikasi singkat
tentang bagaimana strategi organisasi, tata kelola, kinerja dan prospek
yang mengarah terhadap penciptaan nilai organisasi baik jangka pendek,
menengah, maupun panjang. Integrated reporting muncul untuk
menunjukkan bagaimana bisnis beroperasi dan berinteraksi dengan
lingkungan (Smith, 2014). Integrated reporting berisi ringkasan
mengenai aktivitas perusahaan dalam menciptakan nilai dan bagaimana
perusahaan tersebut menjelaskan tentang nilai tersebut kepada seluruh
pemegang kepentingan (Abeysekera, 2013). Selain menyajikan
informasi tentang apa yang telah dicapai oleh perusahaan, IR juga
menyajikan mengenai apa yang akan dicapai perusahaan di masa yang
akan datang.
Kerangka integrated repoting dibuat dengan tujuan untuk
menyajikan informasi mengenai strategi, tata kelola, kinerja dan potensi
perusahaan secara bersama-sama yang menggambarkan sisi komersial,
sosial, dan lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi. Laporan
tersebut mempresentasikan secara singkat dan jelas tentang bagaimana
perusahaan bisa bernilai dimasa sekarang dan yang akan datang.
Integrated reporting menggabungkan secara komprehensif elemen-
elemen informasi dan menunjukkan hubungan diantara elemen tersebut
dalam satu dokumen. Menjelaskan bagaimana elemen tersebut dapat
mempengaruhi kemampuan organisasi dalam menciptakan dan
35
mempertahankan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang
(IIRC, 2013).
b. Tujuan Integrated Reporting
IIRC (2013) menjelaskan beberapa tujuan dibentuknya
integrated reporting yaitu:
1. Menyediakan informasi bagi penyedia modal keuangan untuk
memungkinkan alokasi modal yang lebih efisien dan produktif.
2. Mempromosikan pendekatan yang lebih terpadu dan efisien untuk
pelaporan perusahaan yang mengacu pada kerangka yang berbeda
dan mengkomunikasikan informasi yang material yang
mempengaruhi kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dari
waktu ke waktu.
3. Meningkatkan akuntabilitas mengenai modal perusahaan yaitu
financial capital, manufactured capital, human capital, social and
relationship capital, dan natural capital serta menjelaskan bahwa
modal-modal tersebut saling berhubungan dengan faktor-faktor
organisasi lainnya.
4. Mendukung integrated thinking dalam pengambilan keputusan dan
tindakan yang berfokus pada penciptaan nilai perusahaan baik
jangka pendek, menengah maupun panjang.
c. Peran dan Fungsi Integrated Reporting
Integrated Reporting menyediakan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan investor, keakuratan informasi non-keuangan yang lebih
baik, tingkat kepercayaan yang lebih tinggi untuk key users, keputusan
36
mengenai alokasi sumber daya yang lebih baik, termasuk pengurangan
biaya atau peningkatan manajemen risiko perusahaan, identifikasi
peluang yang lebih baik, komitmen yang lebih besar kepada investor
dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk karyawan saat ini dan
masa depan, sehingga dapat memfasilitasi daya tarik keterampilan dan
retensi, peningkatan citra publik, biaya modal yang lebih rendah, dan
akses yang lebih baik. IR memiliki tiga macam manfaat yaitu:
1. Manfaat internal, termasuk keputusan alokasi sumber daya internal
yang lebih baik, keterlibatan yang lebih besar dengan shareholders
dan stakeholders, dan risiko reputasi yang lebih rendah
2. Manfaat pasar eksternal, termasuk terpenuhinya kebutuhan investor
yang menginginkan informasi ESG dan memastikan bahwa
penyedia data melaporkan informasi non keuangan secara akurat
3. Pengelolaan risiko regulasi, termasuk persiapan akan adanya
perubahan regulasi secara global dan memenuhi persyaratan pasar
modal.
d. Komponen Integrated Reporting
Integrated reporting menyajikan informasi yang menarik
mengenai model bisnis perusahaan dan bagaimana model tersebut
diimplementasikan hingga akhirnya mencapai kinerja yang diharapkan.
Belum ada guidence formal mengenai integrated reporting sampai
akhirnya IIRC mempublikasikan kerangka kerja integrated reporting
pada tahun 2013 (Eccles dan Serafeim, 2015). Integrated reporting
bertujuan untuk menyajikan informasi tentang bagaimana perusahaan
37
menciptakan nilai. IIRC mengembangkan kerangka input – proces –
output – outcome berdasarkan hasil studi literatur dan pelaporan praktik
model bisnis. Model bisnis dalam kerangka input –process – output –
outcome digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 2
Kerangka Integrated Reporting
Sumber: The International Integrated Reporting Council (2013)
Kerangka integrated reporting menggambarkan faktor
lingkungan eksternal. Perusahaan harus mempertimbangkan faktor
lingkungan eksternal dan memformulasikan serta
mengimplementasikan strategi. Penggabungan seluruh faktor internal
perusahaan diharapkan dapat menjadi dasar untuk menetapkan strategi.
Output yang dihasilkan merupakan bentuk pencapaian target
perusahaan. Integrated reporting juga fokus terhadap outcome yang
merupakan kinerja dimasa yang akan datang (jangka panjang).
38
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa integrated
reporting menggabungkan aspek eksternal yang berupa aspek keuangan
dan non keuangan. Integrated reporting menggabungkan kedua aspek
tersebut dan memformulasikanya menjadi sebuah strategi. Strategi
dibentuk atas dasar pertimbangan aspek internal. Proses bisnis
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan kinerja yang
diharapkan (output). Selain output, integrated reporting juga fokus
terhadap kinerja jangka panjang (outcome). Maka dapat diketahui
bahwa kerangka integrated reporting menjelaskan model bisnis
perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation) jangka pendek dan
jangka panjang.
Lebih lanjut, dalam kerangka kerja integrated reporting
diuraikan bahwa terdapat tujuh prinsip dalam penyusunan integrated
reporting. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1. Strategic focus dan future orientation
Integrated reporting yang disiapkan oleh perusahaan harus
berisi wawasan mengenai strategi dan menggambarkan secara jelas
bagaimana kaitan strategi dengan kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai baik jangka pendek, menengah, maupun panjang,
serta menggambarkan penggunaan dan dampaknya terhadap modal.
2. Connectivity of information
Prinsip ini mengatur bahwa integrated reporting harus
memberikan gambaran secara holistik mengenai kombinasi,
keterkaitan, dan ketergantungan antara faktor-faktor yang
39
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai
dari waktu ke waktu.
3. Stakeholder relationships
Prinsip ini mengharuskan integrated reporting untuk
memberikan wawasan mengenai sifat dan kualitas hubungan
perusahaan dengan para pemangku kepentingan utamanya,
termasuk bagaimana dan sejauh mana perusahaan memahami,
mempertimbangkan dan menanggapi kebutuhan dan kepentingan
stakeholder lainnya.
4. Materiality
Dalam prinsip ini diatur bahwa integrated reporting harus
mengungkapkan informasi mengenai semua hal yang secara
substantif dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
menciptakan nilai.
5. Conciseness
Prinsip ini mewajibkan integrated reporting harus disajikan
secara ringkas sehingga menarik bagi para pengguna laporan.
6. Reliability and completeness
Prinsip ini mengatur bahwa integrated reporting harus
mencakup semua hal yang material baik yang positif maupun negatif
dan diungkapkan dengan cara yang benar dan tanpa kesalahan
material.
40
7. Consistency and comparability
Prinsip terakhir mengatur bahwa semua informasi yang
terdapat dalam IR harus disajikan atas dasar yang konsisten dari
waktu ke waktu dan dengan cara yang memungkinkan untuk adanya
perbandingan dengan perusahaan lainnya.
e. Elemen Integrated Reporting
Selain adanya 7 prinsip integrated reporting , integrated reporting
mencakup delapan elemen yang saling berkaitan. Elemen tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Organizational overview and operating context
Elemen ini menjelaskan mengani apa yang dilakukan
perusahaan dan bagaimana kondisi lingkungan perusahaan dalam
menjalankan operasi. Indikator dalam elemen ini yaitu batas
pelaporan yang menjelaskan ruang lingkup dari pelaporan ini, visi
misi perusahaan, tinjauan bisnis, konteks operasi, dan summary
statistic yang menjelaskan mengenai pencapaian kinerja
perusahaan.
2. Governance
Elemen ini menjelaskan bagaimana struktur tata kelola
perusahaan, dan bagaimana tata kelola perusahaan mendukung
kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan.
Indikator dalam elemen in yaitu struktur organisasi, keterkaitan tata
kelola dengan strategi perusahaan dan dengan variabel lainnya.
41
3. Opportunities and risks
Elemen ini menjelaskan peluang dan risiko apa yang
dihadapi perusahaan. Indikator dalam elemen ini adalah peluang dan
risiko.
4. Strategy and resouce allocation plan
Elemen ini menjelaskan tujuan perusahaan dan bagaimana
peruasaan mencapai tujuannya tersebut. Indikator dalam elemen ini
yaitu strategic objective yang menjelaskan tentang tujuan strategis
perusahaan, links between strategy and other elements yang
menjelaskan keterkaitan strategi dengan elemen-elemen lain yang
dimiliki perusahaan, competitive advantage, dan stakeholders
consultations.
5. Busniness model
Elemen ini menjelaskan tentang input, process, output, dan
outcome dalam menciptakan nilai perusahaan. Indikator dalam
elemen ini yaitu business model descriptions yang menjelaskan
tentang bisnis model yang dimiliki perusahaan, links between
business model and other yang menjelaskan tentang keterkaitan
model bisnis dengan elemen-elemen lain yang dimiliki perusahaan,
serta stakeholders dependencies yang menjelaskan ketergantungan
bisnis model dengan pemangku kepentingan.
6. Performance and outcomes
Elemen ini menjelaskaan sejauh mana perusahaan mencapai
tujuan strategis untuk periode bersangkutan dan apakah hasil
42
tersebut dapat maempengaruhi modal. Indikator dalam elemen ini
terdiri dari : KPI’s againts strategy, Explanation of KPI’s,
stakeholders relationship, past,current, and future performance,
financial implications of other capital, supply chain performance,
dan the quality of quantitative indicators.
7. Future outlook
Elemen ini berisi mengenai apa saja tantangan dan
ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam mencapai
strateginya dan menjelaskan apa implikasinya untuk model bisnis
dan kinerja perusahaan di masa depan. Indikator dalam elemen ini
terdiri dari anticiptated changes, potential implication, dan
estimates.
8. Other elements
Elemen terakhir berisi penjelasan mengenai bagaimana
perusahaan menentukan hal-hal penting yang harus diungkapkan
dalam IR dan bagaimana hal-hal tersebut diukur atau dievaluasi.
Dimensi dalam elemen ini terdiri dari conciseness and links,
materiality determination process, the board sign-off.
f. Regulasi Integrated Reporting
Sebagai reaksi akibat adanya ketidakpuasan pada model
pelaporan perusahaan yang ada saat ini, Global Reporting Initiative
(GRI) dan The Prince of Wales Accounting for Sustainability Project
membentuk The International Integrated reporting Council (IIRC) pada
bulan Agustus 2010 (de Villiers et al., 2016). IIRC adalah organisasi
43
nirlaba yang secara global tergabung di Inggris dan Wales. IIRC
merupakan koalisi dari seluruh dunia yang memiliki misi untuk
mengutamakan pemikiran terintegrasi dan untuk mengubah sistem
pelaporan perusahaan dengan menjadikan integrated reporting sebagai
norma pelaporan secara global. Koalisi-koalisi tersebut terdiri dari
bisnis dan entitas pelaporan lainnya, penyedia modal keuangan,
pembuat kebijakan, regulator dan pasar modal, profesi akuntansi,
reporting framework developers and standard setters, masyarakat sipil,
dan akademisi.
Tujuan IIRC adalah mengembangkan kerangka integrated
reporting yang dapat diterima secara global untuk menciptakan
landasan bagi model pelaporan yang baru sehingga memungkinkan
perusahaan untuk menyediakan komunikasi secara ringkas mengenai
bagaimana perusahaan dapat menciptakan nilai dari waktu ke waktu,
dan untuk mewujudkan kepentingan seluruh koalisi global dalam
meningkatkan komunikasi tentang penciptaan nilai, memajukan evolusi
pelaporan perusahaan, serta berkontribusi terhadap stabilitas keuangan
dan pembangunan berkelanjutan (IIRC, 2013).
Dalam Japan's Corporate Code (2018) dijelaskan bahwa
perusahaan harus bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder,
menjelaskan menganai pertumbuhan perusahaan dan penciptaan nilai
jangka pendek menengah, dan panjang serta mengajak seluruh
pemangku kepentingan untuk berkontribusi aktif dalam perusahaan.
Dalam hal ini, board dan manajemen harus selalu meningkatkan jiwa
44
kepemimpinan mereka dalam membangun budaya perusahaan dan
menjalin hubungan yang baik dengan sleuruh pemangku kepentingan.
Dalam menggapai hal tersebut perusahaan dituntut untuk
mengungkapkan seluruh informasi keuangan dan non keuangan seperti
strategi bisnis, tata kelola, dan risiko yang dihadapi perusahaan.
Dalam rangka transparansi informasi perusahaan, board harus
mengungkapan seluruh informasi perusahaan dan menjadikan hal
tersebut sebagai wadah untuk berinteraksi dengan shareholder dan
stakeholders. Board bertanggung jawab kepada seluruh pemangku
kepentingan dalam mempromosikan pertumbuhan berkelanjutan
perusahan dan menambhakan serta mempertahankan nilai perusahaan.
Board harus menjelaskan mengenai strategi perusahaan, membangun
lingkungan yang sesuai dengan pengambilan risiko yang didukung oleh
manajemen, serta melaksanakan efektivitas director, tim manajemen,
dan komite audit yang objektif dan independen.
Berdasarkan regulasi tersebut, The Ministry of Economi, Trade
and Industry (METI) merekomendasikan integrated reporting sebagai
laporan yang mengungkapkan informasi yang diperlukan dalam dialog
antara stakeholder dengan perusahaan dan dalam rangka meningkatkan
penciptaan nilai perusahaan (IIRC,2015). Sejak adanya regulasi
tersebut, perusahaan di Jepang yang terdaftar Tokyo Stock Exchange
(TSE) mulai mempraktikkan integrated reporting. Setiap tahun
perusahaan yang merilis integrated reporting semakin bertambah.
45
Berdasarkan survei yang dilakukan KPMG (2018) terdapat 341
perusahaan yang telah merilis integrated reporting pada tahun 2017.
g. Praktik Integrated Reporting di Jepang
Pada tahun 2014, The Ministry of Economy, Trade and Industry
(METI) mengumumkan bahwa seluruh perusahaan yang terdaftar di
Tokyo Stock Exchange (TSE) merilis laporan yang dapat digunakan
sebagai wadah komunikasi antara perusahaan dengan investor. Laporan
tersebut berisi informasi mengenai penciptaan nilai perusahaan,
corporate governance, sustainability, dan informasi lainnya menggenai
perusahaan serta keterhubungannya dan dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan. Hal ini di jelaskan dalam Japan's Corporate
Code (2018). METI merekomendasikan integrated reporting sebagai
sarana pengungkapan informasi yang diperlukan tersebut.
Jepang menjadi salah satu negara voluntary yang mempraktikkan
integrated reporting. sejak tahun 2014, KPMG Japan Integrated
Reporting Center of Excelent (CoE) melakukan survei mengenai tren
perusahaan Jepang mengenai praktik integrated reporting (KPMG,
2018). Survei dilakukan dengan meneliti setiap elemen yang terdapat
dalam kerangka kerja integrated reporting. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh KPMG pada tahun 2018, pada tahun 2017 terdapat 341
perusahaan yang terdaftar di Tokyo Stock Exchange telah merilis
integrated reporting. Walaupun masih banyak perusahaan yang tidak
memberikan judul “integrated reporting” namun konten dari laporan
tersebut sesuai dengan kerangka kerja integrated reporting.
46
Dalam survei ini dilakukan pengecekkan pada setiap elemen yang
terdapat di dalam integrated reporting yang dsajikan oleh perusahaan.
Terdapat beberapa yang dijadikan fokus dalam survei ini, antara lain
penjelasan mengenai long-term orientation, value creation, governance,
materiality, risk opportunities, dan key performance elemen. Karena
fitur terpenting dari integrated reporting adalah dapat menjelaskan
tentang bagaimana perusahaan menjelaskan strategi dalam menciptakan
nilai perusahaan untuk jangka waktu pendek, menengah, maupun
panjang dan menghubungkan antara aspek keuangan dan non keuangan.
Dalam integrated reporting, top management harus menjelaskan
mengenai value creation untuk mengkomunikasikan peluang apa yang
harus diraih dan risiko apa yang harus di kesampingkan, serta apa yang
harus dilakukan dalam mencapai visi perusahaan. Berdasarkan hasil
survey KPMG, dari 341 perusahaan hanya 50% yang menjelaskan
tentang visi jangka panjang, 60% menjelaskan cerita mengenai proses
penciptaan nilai dengan strategi keuangan, dan 13% menjelaskan
bagaimana mengembangkan penciptaan nilai dalam perspektif jangka
panjang, 8% menjelaskan risiko dan peluang yang dihadapi, dan 1%
perusahaan menjelaskan mengenai materialitas.
47
Grafik 2 1
Pengungkapan Proses Penciptaan Nilai dalam IR
Sumber: Survei KPMG 2018
Selain itu, terdapat peningkatan yang cukup baik dalam
menyajikan proses penciptaan nilai dari 2016, yaitu dari 123 perusahaan
menjadi 195 perusahaan pada tahun 2017. Pengungkapan diagram
model bisnis dari 135 perusahaan menjadi 222 perusahaan yang
menyajikan diagram. Dari 222 perusahaan itu sebanyak 70% atau 156
perusahaan menjelaskan model yang digunakan dalam proses
penciptaan nilai. Dan kebanyakan dari mereka menyebutkan bahwa
mereka menggunakan human capital dan intellectual capital dalam
mencapai nilai perusahaan. Selain itu social & relationship capital juga
penting bagi mereka dalam proses penciptaan nilai.
Dalam proses penciptaan nilai perusahaan, sistem tata kelola
perusahaan berperan penting. Dalam integrated reporting, sebanyak 26
perusahaan mengungkapkan terdapat internal director, dan 120
perusahaan memiliki external director. Perlu juga adanya evaluasi
0
50
100
150
200
250
value creationprocess
business modeldiagram
2016 2017
48
terhadap board of company. 123 perusahaan mengungkapkan evaluasi
board of company, dan 76 perusahaan menjelaskan mengenai komitmen
terhadap action plan serta sebanyak 201 perusahaan mengungkapkan
remunerasi. Selain itu, harus ada hubungan antara informasi tata kelola
dengan strategi perusahaan.
Grafik 2.2
Pengungkapan Keterhubungan Antara Tata Kelola dengan Strategi
Sumber: Survei KPMG (2018)
Integrated reporting menjelaskan mengenai hubungan antara tata
kelola perusahaan dengan strategi perusahaan. Terdapat 12 perusahaan
menjelaskan struktur tata kelola, skala, dan dan keragaman, 5
perusahaan menjelaskan alasan penunjukkan jabatan sebagai board, dan
32 perusahaan menjelaskan remunerasi. Namun, saat membahas
mengenai sistem tata kelola dan kebijakannya, pihak yang bertanggung
jawab atas hal tersebut harus menjelaskan mengenai persepsinya dalam
kondisi saat ini dan kesadarannya akan masalah yang terjadi baik dalam
0 5 10 15 20 25 30 35
governance stuctur, scale, anddiversity
Reasons for appointingdirectors
Remuneration
2017
49
jangka panjang maupun jangka pendek. Namun, hanya 11% atau 36
perusahaan yang menyajikan hal ini dalam integrated reporting.
Diagram 2. 1
Tingkat Pengungkapan Risiko dan Peluang dalam IR
Sumber: KPMG (2018)
Lebih lanjut, penting bagi perusahaan untuk mengungkapkan
peluang apa yang ada dan risiko apa yang harus di hadapi. Terdapat 77%
atau 271 perusahaan yang menjelaskan hal tersebut. Risiko yang sering
di ungkapkan dalam integrated reporting adalah mengenai risiko
operasional. Perusahaan juga harus mengungkapkan hubungan diantara
peluang dan risiko. Sebanyak 33 perusahaan yang menjelaskan hal
tersebut. Selain itu perusahaan juga perlu untuk mengungkapkan key
performance indicator. Dari 270 perusahaan, 64% dari mereka
menjelaskan financial KPI dan 36% menjelaskan non financial KPI.
Dari 36% tersebut, 15% menjelaskan human, 10% nature, 3%
manufactured, social, dan intellectual, dan 2% faktor lain. Mereka
mengungkapkan KPI dalam highlights section dan kebanyakan dari
mereka menjadikan sales dan equity sebagai KPI.
77%
23%Risk
Risk andOpportunity
50
Dari penjelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa di Jepang,
berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh KPMG (2018)
menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang menerbitkan integrated
reporting di Jepang mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Peningkatan tersebut terjadi setiap tahun mulai dari tahun 2010 sampai
dengan survei ini dilakukan. Sudah lebih dari setengah dari total
perusahaan yang menerbitkan integrated reporting menjelaskan value
creation serta peluang dan risiko yang dihadapi perusahaan dan sistem
tata kelola perusahaan yang dapat memepengaruhi strategi perusahan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor misalnya adanya perspektif
manajemen yang fokus pada kinerja jangka panjang yang menjadi ciri
khas perusahaan Jepang, dan budaya perusahaan yang menjadikan
kontribusi kepada pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat sebagai
bagian dari motto perusahaan membuat banyak perusahaan
memutuskan untuk menerbitkan integrated reporting karena termotivasi
oleh rekan-rekan industrinya.
h. Praktik Integrated Reporting di Indonesia
Sama seperti Jepang, Indonesia merupakan negara voluntary
yang dengan suka rela menyajikan integrated reporting. Walaupun
mereka masih menggunakan judul “annual reporting” namun mereka
telah memasukkan elemen-elemen integrated reporting seperti value
creation, corporate gopvernance, dan menggabungkan laporan
sustainability dalam annual reporting. Perusahaan yang telah
memasukkan elemen integrated reporting dalam annual reporting
51
mereka seperti PT Adaro Energy Tbk, PT Golden Eagle Energy Tbk.,
PT Vale Indonesia Tbk, PT Resource Alam Indonesia Tbk., PT Perdana
Karya Perkasa Tbk., dan lain-lain.
Salah satu perusahaan Indonesia yang telah memasukkan
elemen integrated reporting dalam annual reporting adalah PT Vale
Indonesia. Berdasarkan annual reporting tahun 2017, perusahaan
tersebut menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan serta strategi apa yang akan mereka gunakan dalam
menghadapi tantangan tersebut. PT Vale Indonesia juga menyajikan
kinerja keuangan dan non keuangan yang telah dicapai dan meramalkan
kinerja yang akan mereka raih ditahun berikutnya dengan strategi yang
telah ditentukan. Selain itu, yang terpenting mereka juga menyajikan
mengenai manajemen risiko serta kepedulian mereka terhadap
lingkungan disekitar perusahan beoperasi. Namun, perusahan ini belum
menjelaskan mengenai value creation.
Sama seperti PT Vale Indonesia, PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk. juga telah menggabungkan annual reporting dengan
sustainability reporting serta memasukkan elemen-elemen integrated
reporting dalam annual reporting. Berdasarkan pernyataan direktur
utama PT Semen Indonesia dalam annual reporting, tujuan perusahaan
dalam menyajikan integrated reporting adalah untuk membantu
menghubungkan aspek sustainability perusahaan terhadap strategi
operasional bisnis serta meningkatkan relasi dengan pemegang
kepentingan perusahaan.
52
Berdasarkan contoh tersebut, dapat dilihat bahwa
perusahaan yang terdaftar di Indonesian Stock Exchange (IDX) telah
memasukkan elemen integrated reporting dalam laporan tahunan
walaupun masih belum lengkap. Hal ini dikarenakan penerapan
integrated reporting di Indonesia masih bersifat sukarela sehingga
belum ada standar kualitas integrated reporting bagi negara ini. Maka,
dapat dikatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di BEI telah berusaha
untuk menyajikan beberapa informasi yang disyaratkan dalam
penyajian integrated reporting.
4. Komite Audit
Komite audit merupakan dewan yang diberikan wewenang untuk
melaksanakan tanggung jawab tata kelola perusahaan termasuk mengawasi
dan memantau pelaporan keuangan, pengungkapan, audit internal dan
eksternal perusahaan, pengendalian internal, kepatuhan terhadap peraturan,
dan manajemen risiko (Al-baidhani, 2014). Menurut Hermawan (2011)
komite audit merupakan salah satu komponen penting dari struktur tata
kelola yang dapat mendorong akuntabilitas dan transparansi pelaporan
melalui penyediaan laporan keuangan yang berkualitas. Untuk memastikan
bahwa laporan keuangan yang diterbitkan berkualitas, komite audit dituntut
untuk memiliki karakteristik tertentu yang dapat menunjang mereka dalam
melaksanakan perannya secara efektif.
Komite audit di Indonesia diangkat oleh dewan komisaris dan/atau
komite nominasi. Komite audit terdiri dari minimal 3 orang dengan anggota
yang berasal dari pihak independen (outside). Komite audit melakukan
53
pertemuan minimal 1 kali dalam jangka waktu 3 bulan. minimal salah satu
anggota komite audit harus memiliki latar belakang dalam bidang akuntansi
dan keuangan karena komite audit bertugas melakukan analisis teradap
laporan keuangan yang akan dirilis ke publik. Dalam penunjukkan auditor
ekternal, komite audit bertugas untuk merekomendasikan kepada dewan
komisaris dan mengawasi independensi auditor dan ruang lingkup
pekerjaannya serta menentukan imbalan. Jika ada perbedaaan pendapat
antara manajemen dengan auditor eksternal, komite audit harus menjadi
penengah yang objektif adan independen.
Selain bertugas dalam mengawasi auditor eksternal juga bertugas
untuk mengawasi auditor internal. Dalam hal ini, komite audit mengevaluasi
pengendalian internal yang memadai kegiatan operasional perusahaan agar
tidak terjadi kesalahan salah saji laporan keuangan, pengambilan keputusan,
penyalah gunaaan aktiva, dan masalah internal lainnya. Jika terjadi masalah,
komite audit bertugas untuk mengawasi proses audit internal dan
mengevaluasi hasil temuan audit internal. Selain itu, komite audit harus
mengawasi pelakasaan tindak lanjut yang dilakukan oleh manajemen dan
direktur atas rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal. Dalam
menjalankan tugasnya komite audit juga beroordinasi dengan komite
manajemen risiko.
Berbeda dengan Jepang yang memiliki sistem unik yang dijelaskan
dalam Japan’s Corporate Code (2018) yaitu terdapat kansayaku board yang
bertugas mengawasi aktivitas perusahaan. Kansayaku board merupakan
dewan yang ditunjuk oleh perusahaan atau pemegang saham pada saat
54
Rapat Umum Pemengang Saham (RUPS). Kansayaku tidak boleh kurang
dari setengah angotanya berasal dari luar (outsider). Keanggotaan
kansayaku minimal 3 orang dan harus ada penunjukkan minimal 1 orang
yang akan bekerja penuh waktu dalam mengawasi aktivitas perusahaan.
Dan minimal anggotanya memiliki latar belakang dibidang akuntansi dan
keuangan. Kansayaku harus melakukan pertemuan setiap bulan.
Kansayaku bertugas untuk memastikan bahwa kualitas laporan
keuangan. Dalam hal ini kansayaku menunjuk auditor eksternal, mengawasi
independensi serta ruang lingkup audit dan menentukan honor auditor
eksternal. Kansayaku jugas bertugas dalam mengawasi internal control
perusahaan, manajemen risiko, dan ketaatan perusahaan terhadap peraturan
yang berlaku. Dalam menjalanlan tugasnya, kansayaku harus terus
berkoordinasi dengan auditor internal dan direktur. Selain itu, kansayaku
juga bertugas dalam untuk mengaudit kinerja direktur dan manajemen
secara objektif dan independen.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat beberapa perbedaan
antara komite audit di Indonesia dengan Jepang, yaitu dijelaskan dalam
tabel berikut.
55
Tabel 2. 1
Perbandingan Komite Audit di Indonesia dan Jepang
Perbedaan Indonesia Jepang
Independensi Seluruh anggota komite
audit harus berasal dari
luar (outsider)
Anggota yang berasal
dari luar (outsider) tidak
boleh kurang dari
setengah
Penuh waktu Tidak Minimal 1 anggota
Jumlah
pertemuan
Minimal 1 kali dalam 3
bulan
Minimal 1 kali dalam 1
bulan
Koordinasi Risk Management,
Internal Auditor,
director.
Internal auditor,
director, outside
director, Risk
Management.
Audit kinerja
direktur dan
manajemen
Tidak Ya
Sumber: data yang diolah
5. Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan merupakan gambaran kondisi keuangan
perusahaan. Perusahaan sering menggunakan kinerja keuangan sebagai alat
pengukur kesuksesan. Banyak cara untuk mengukur kinerja keuangan
seperti dengan menggunakan Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), dan Return On Investment (ROI). Menurut Zabojnikova (2016)
teknik pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang paling baik adalah
dengan menggunakan ROE, karena dengan menggunakan ROE, perusahaan
dapat mengetahui seberapa besar mereka mampu mengembalikan dana
kepada shareholder. Namun, ROE berpotensi menimbulkan masalah.
Perusahaan dapat menggunakan strategi keuangan untuk mempertahankan
ROE yang sehat secara artifisial dan dengan menyembunyikan kinerja yang
56
memburuk. Sedangkan, ROA menghindari potensi distorsi yang diciptakan
dalam strategi keuangan yang menyesatkan.
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan
presentase laba perusahaan yang diperoleh dari sumber daya yang dimiliki
perusahaan secara keseluruhan. ROA bisa dilihat dengan membandingkan
pendapatan bersih terhadap total aset. ROA memberikan ide tentang
bagaimana manajemen yang efisien menggunakan asetnya dalam
memperoleh pendapatan (Syazlinda, 2017). ROA mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba pada tahun periode yang kemudian
digunakan untuk memproyeksikan kinerja dimasa yang akan datang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ROA adalah pengukuran perbandingan
laba bersih setelah pajak terhadap total aset yang dimiliki perusahaan untuk
melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan. ROA dapat diukur
dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini menggunakan Return
On Asset (ROA) sebagai elemen pengukuran kinerja keuangan. hal ini
dikarenakan beberapa keunggulan penggunaan ROA yaitu mudah dihitung
dan dipahami, dengan ROA manajemen dapat memfokuskan perhatiannya
terhadap perolehan laba dan pemanfaatan aset perusahaan, mendorong
tercapainya tujuan perusahan, dan menjadi alat evaluasi penerapan
kebijakan manajemen. Namun terdapat beberapa kekurangan ROA yaitu
kurang mendorong manajemen dalam penambahan aset jika ROA
menunjukkan angka yang tinggi.
57
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu dengan topik yang
berkaitan dengan penelitian ini.
58
Tabel 2. 2
Hasil Penelitian Terdahulu
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1 Suttipun (2017)
“The Effect Of
Integrated Reporting
On Corporate
Financial
Performance:
Evidance From
Thailand “
Independen :
Integrated Reporting
Dependen :
Financial Performance
Variabel: kualitas
integrated reporting
terhadap kinerja
keuangan
Penelitian terdahulu
Populasi:
Laporan tahunan
perusahaan yang
terdaftar di Stock
Exchange of Thailand
(SET) yang
menerbitkan IR
Penelitian Sekarang
Populasi:
Laporan tahunan
perusahaan yang
terdaftar di Tokyo
Stock Exchange (TSE)
yang menerbitkan IR
Pelaporan CSR dan
manufactured capital
berdampak positif
terhadap kinerja
keuangan, sedangkan
kinerja keuangan
berhubungan negatif
dengan environmental
capital.
2 Chou dan Buchdadi
(2017)
Independen:
Independent Board, Board
meeting, Board-Executive
Meeting, Board Meeting
Attendance, Board-
Executive Meeting
Variabel:
Komite audit terhadap
kinerja keuangan yang
diukur dengan ROA
Penelitian Terdahulu:
Sampel:
Bank di Indonesia
Dewan independen
memiliki dampak
positif pada margin
bunga bersih di antara
bank skala besar.
Namun, di antara bank
59
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
“Independent Board,
Audit Committee, Risk
Committee, The
Meeting Attendance
Level And Its Impact
On The Performance:
A Study Of Listed
Banks In Indonesia.”
Attendance, Audit
Committee, Audit
Committee Meeting, Audit
Committee Meeting
Attendance, Risk
Committee, Risk Committee
Meeting, Risk Committee
Meeting Attendance, Non-
Performing Loan,
Operational Expense ratio
Dependen:
Return on Assets (ROA),
Net Interest Margin (NIM),
Tobin’s Q
Penelitian Sekarang:
Sampel:
Perusahaan non
keuangan di Jepang
skala kecil dewan
direksi independen
memiliki dampak
positif pada nilai pasar,
tetapi mereka akan
memiliki kekurangan
informasi yang dapat
menghambat laba
akuntansi berbasis
bank. Selain itu,
temuan penelitian ini
juga menjelaskan
peran penting dari
kehadiran pertemuan
untuk akuntansi
berdasarkan
profitabilitas bank.
Penelitian ini juga
menemukan peran
penting komite audit
dalam industri
perbankan.
60
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
3 Zabojnikova (2016)
“The Audit Committee
Characteristics and
Firm Performance:
Evidance from the
UK”
Independen:
The Audit Committee
Characteristics
Dependen:
Firm Performance
Variabel :
Karakteristik komite
audit terhadap kinerja
keuangan
Penelitian terdahulu:
Sampel:
perusahaan di United
Kingdom
Penelitian sekarang:
Sampel :
perusahaan di Jepang
Terdapat hubungan
yang signifikan positif
antara ukuran komite
audit, jumlah
pertemuan, dan
pengalaman bidang
keuangan komite audit
dengan kinerja
keuangan perusahaan.
Namun terhadapat
hubungan yang negatif
antara independensi
komite audit dengan
kinerja perusahaan.
4 Marx dan Watt,
(2011)
“Sustainability And
Integrated reporting:
An Analysis Of The
Audit Committee’s
Oversight Role”
Independen:
Komite audit
Dependen :
Sustainability reporting dan
integrated reporting
Variabel:
Komite audit dan
integrated reporting
Penelitian terdahulu:
Pengumpulan data :
Kuisioner dan laporan
tahunan
Penelitian sekarang:
Pengumpulan data :
Laporan tahunan dan
datastream
Perusahaan harus
mengadopsi
sustainability
reporting dan
integrated reporting
dan komite audit
bertanggung jawab
atas pelaporan ini.
61
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
5 Haji dan Anifowose
(2016)
“ Audit Committee
and Integrated
reporting Practice:
Does Internal
Assurance Matter?”
Independen:
Komite Audit
Dependen:
Integrated Reporting
Variabel:
komite audit dan
integrated reporting
PenetilianTerdahulu:
Populasi :
Perusahaan besar di
Afrika Selatan
Penelitian Sekarang:
Populasi:
Perusahaan yang
terdaftar di Tokyo
Stock Exchange (TSE).
Efektivitas komite
audit berpengaruh
signifikan positif
terhadap kualitas IR.
Independensi dan
kemampuan dibidan
keuanganan komite
audit berpengaruh
terhadap kualitas IR.
6 Alqatamin, (2018)
“Audit Committee
Effectiveness and
Company
Performance:
Evidance from
Jordan”
Independen:
Efektivitas komite audit
Dependen:
Kinerja Perusahaan (
keuangan dan non
keuangan)
Variabel : Efektivitas
komite audit terhadap
kinerja perusahaan
Penelitian Terdahulu:
Pengukuran Variabel
Independen:
Mengukur efektivitas
komite audit
berdasarkan masing-
masing karakteristik.
Penelitian Sekarang:
Pengukuran Variabel
Independen:
Mengukur efektivitas
komite audit
berdasarkan
karakteristik secara
keseluruhan
Ukuran, independensi,
dan jenis kelamin
anggota komite audit
memiliki hubungan
yang positif signifikan
terhadap kinerja
perusahaan.
Sedangkan banyaknya
pertemuan dan
pengalaman tidak
memiliki hubungan
yang signifikan.
62
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
7. Tariq et al., (2018)
“Integrated Reporting
and Financial
Performance:
Empirical Evidance
from Bahraini Listed
Insurance
Companies”
Independen:
Integrated Reporting
Dependen :
Financial Performance
Variabel:
Integrated reporting
terhadap kinerja
keuangan
Peneltian terdahulu:
Pengujian variabel:
Menguji masing-
masing elemen
integrated reporting
terhadap kinerja
keuangan.
Penelitian Sekrang:
Pengujian variabel:
Menguji kualitas IR
secara keseluruhan
terhadap kinerja
keuangan
Seluruh elemen
integrated reporting
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
8. Wen dan Heong
(2017)
“Integrated Reporting
and Financial
Performance:
Evidance From
Malaysia”
Independen:
8 elemen integrated
reporting
Dependen:
Financial performance
Variabel:
Integrated reporting
terhadap kinerja
keuangan
Penelitian terdahulu:
Pengukuran:
Menguji masing-
masing elemen
integrated reporting
terhadap kinerja
keuangan
Penyajian elemen tata
kelola, model bisnis,
risiko dan peluang ,
serta pengungkapan
kinerja perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
63
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
Penelitian sekarang:
Pengukuran:
Menguji seara
keseluruhan elemen
integrated reporting
terhadap kinerja
keuangan
9. Bansal dan Sharm,
(2016)
“Audit Committee ,
Corporate
Governance and Firm
Performance :
Empirical Evidence
from India”
Independen:
Audit Committee,
Corporate Governance
Dependen:
Firm performance
Variabel:
Komite audit terhadap
kinerja keuangan
Penelitian terdahulu:
Populasi penelitian: India
Penelitian sekarang:
Populasi penelitian:
Jepang
Hasil mengungkapkan
hubungan positif yang
signifikan dari ukuran
dewan dan peran
ganda CEO-Ketua
dengan kinerja
perusahaan. Namun,
temuan tidak
mengungkapkan efek
tambahan
independensi komite
audit dan frekuensi
pertemuannya pada
kinerja keuangan
perusahaan India.
64
Bedasarkan tabel penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa
efektivitas peran komite audit dapat mempengaruhi kualitas integrated
reporting yang diterbitkan oleh perusahaan. Integrated reporting dengan
kualitas yang baik akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Selain
itu, efektivitas komite audit juga dapat mempengaruhi kinerja keuangan.
namun ada pula penelitian yang menyatakan bahwa efektivitas komite audit
yang diuji berdasarkan masing-masing karakteristik tidak berpengaruhi
signifikan terhadap kinerja keuangan. penelitian ini merupakan penelitian
kuatitatif yang menggunakan data sekunder. Metode analisis dalam
penelitian ini menggunakan Structural Equation Method (SEM). Jurnal
yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah Chou dan Buchdadi
(2017), Haji & Anifowose (2016), dan Suttipun (2017).
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Komite audit merupakan dewan yang membantu dewan komisaris
dalam mengawasi perusahaan. Salah satu tugas komite audit adalah
mengawasi pengendalian internal perusahaan agar aktivitas perusahaan
berjalan semestinya dalam mencapai kinerja yang diharapkan. Dalam
menjalankan tugasnya, komite audit harus memiliki pengalaman atau
keahlian di bidang akuntansi dan keuangan, minimal satu orang dari seluruh
anggota komite audit. Hal ini dikarenakan tugas komite audit yang lainnya
adalah menelaah informasi keuangan perusahaan untuk memastikan bahwa
informasi keuangan telah disusun secara akurat dan tepat dalam
65
mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan. Maka dengan demikian,
keberadaan komite audit dalam mengawasi internal perusahaan akan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
efektivitas dan efisiensi aktivitas perusahaan. kinerja keuangan adalah salah
satu cara yang dilakukan untuk melihat apakah perusahaan telah
melaksanakan model bisnis yang telah ditentukan dalam menciptakan nilai
perusahaan. Dengan informasi keuangan yang ada, perusahaan bisa
mengetahui mengenai kondisi keuangan dan dapat melakukan evaluasi
dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan. Disinilah komite audit
berperan dalam memastikan bahwa perusahaan telah menjalankan fungsi
pengendalian dengan baik sehingga aktivitas perusahaan berjalan lancar dan
telah mengungkapkan informasi keuangan dengan tepat dan jelas sehingga
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja
keuangan.
Menurut Chou dan Buchdadi (2017) komite audit berperan dalam
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Menurutnya jumlah anggota
komite audit dan jumlah pertemuan yang dilakukan oleh komite audit
memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan yang di ukur dengan
menggunakan tingkat ROA (Return on Asset). Hasil penelitian Zabojnikova
(2016) menyatakan bahwa ukuran komite audit mempengaruhi kinerja
keuangan. Sehingga jika komite audit lebih dari 3 anggota maka akan
semakin baik karena skill yang dimiliki dalam komite audit tersebut
semakin kuat. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alqatamin
66
(2018) yang menjelaskan bahwa pengalaman dan skill komite audit dalam
bidang akuntansi dan keuangan serta jumlah pertemuan yang dilakukan
komite tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Sehingga efektivitas
komite tidak dapat dijadikan tolok ukur dalam meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1: efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated
Reporting
Japan's Corporate Governance Code (2018) menjelaskan bahwa
perusahaan harus membuat pengungkapan informasi secara tepat sesuai
dengan peraturan yang relevan. Informasi yang dimaksud adalah informasi
yang berisi tentang keuangan seperti status keuangan dan hasil operasi, serta
informasi keuangan seperti strategi bisnis, risiko bisnis, dan tata kelola.
Dewan perusahaan harus memastikan bahwa informasi yang diungkapkan
akan berfungsi sebagai dasar untuk berdialog dengan pemangku
kepentingan. Komite audit bertugas untuk mengawasi proses pelaporan
perusahaan agar tidak terjadi kecurangan. Dalam hal ini, komite audit
bertugas untuk mengawasi pelaporan informasi perusahaan, menunjuk dan
mengawasi auditor eksternal, mengawasi internal control agar tidak terjadi
salah saji material dan penyalahgunaan aset.
Integrated reporting merupakan laporan yang berisi mengenai
informasi keuangan dan non keuangan perusahaan dan terdapat keterkaitan
diantaranya (Abeysekera, 2013). Dalam integrated reporting perusahaan
67
mengungkapkan kondisi aktual perusahaan. Integrated reporting
menjelaskan bagaimana perusahaan menciptakan nilai perusahaan. Komite
audit bertanggung jawab atas penerbitan IR (Marx dan Watt, 2011). Komite
audit harus memastikan bahwa manajemen telah menyajikan informasi
keuangan dan non keuangan serta kinerja perusahaan baik jangka pendek,
menengah, dan panjang. Meskipun komite audit memiliki tanggung jawab
yang beragam, namun tugas terpenting komite audit adalah melakukan
pengawasan untuk memastikan pelaporan perusahaan yang akurat dan dapat
dipercaya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Marx dan Watt (2010)
menunjukkan bahwa perusahaan harus menerbitkan integrated reporting
dan penerbitan tersebut harus dalam pengawasan komite audit. Haji dan
Anifowose (2016) menyatakan bahwa komite audit secara keseluruhan
berpengaruh terhadap kualitas integrated reporting. Sehingga apabila
komite audit melakukan tugasnya dengan efektif maka perusahaan akan
menghasilkan kualitas integrated reporting yang baik. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas
integrated reporting.
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Kinerja Keuangan
Integrated reporting menyajikan semua informasi tentang kinerja
keuangan perusahaan serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
kinerja keuangan. Menurut Abeysekera (2013) integrated reporting dapat
mengubah kinerja sebuah perusahaan, karena didalamnya terdapat
68
informasi perusahan secara lengkap sehingga IR dapat memberikan bahan
pertimbangan yang sangat baik bagi board of company dalam pengambilan
keputusan untuk mengembangkan perusahaan. Hal ini dikarenakan
integrated reporting menyajikan informasi mengenai model bisnis dalam
bentuk kerangka input, process dan output serta outcome.
Input, process, output dijadikan sebagai sarana untuk mengalokasi
sumber daya struktur organisasi yang menjadi tata kelola perusahaan.
integrated reporting menggambarkan hubungan antara aspek eksternal
dengan internal. Perusahaan harus mempertimbangkan aspek lingkungan
sebagai input dalam membuat strategi. Setelah itu, strategi harus dapat
diimplementasikan dalam perusahaan (proses). Penggabungan seluruh
aspek organisasional dalam proses untuk mengimplementasikan strategi
diharapkan dapat menjadi dasar untuk merevisi strategi. Alokasi sumber
daya ini diharapkan dapat digunakan untuk mencapai strategic objectives
dalam bentuk pencapaian kinerja. Apa bila kinerja tidak tercapai, maka
laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk menentukan
kinerja dimasa yang akan datang.
Selain mengungkapkan informasi kinerja keuangan, perusahaan
harus mengungkapkan informasi-informasi yang mengintegrasi faktor ESG
(Environment, Social, dan Governance) terhadap strategi, pengukuran
output, dan penilaian resiko serta peluang perusahaan dalam
memaksimalkan penciptan nilai jangka panjang (Steyn, 2014). Kinerja
sosial yang tinggi bisa meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kinerja keuangan yaitu arus kas dan pengurangan biaya modal (Plumlee et
69
al., 2015). Sedangkan menurut Appiagyei dan Djajadikerta (2017) dengan
kualitas integrated reporting yang baik, maka perusahaan akan lebih mudah
dalam mempromosikan bisnisnya, sehingga banyak investor yang tertarik
untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan sehingga dapat
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Dalam penelitian Suttipun (2017) IR berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan IR menyajikan banyak informasi
mengenai aktivitas perusahaan yang dapat menarik simpati para stakeholder
seperti informasi tentang CSR. Dengan menyajikan laporan CSR, maka
pemangku kepentingan dapat mengetahui bahwa perusahaan tidak hanya
menghargai para shareholder, tetapi perusahaan menghargai lingkungan
dan sosial disekitarnya. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Eccles (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan
antara integrated reporting dengan kinerja keuangan perusahaan, kecuali
pada industri kesehatan dan teknologi. Hal ini dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H3: kualitas integrated reporting berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan
Melalui kualitas Integrated Reporting
Komite audit merupakan dewan yang mengawasi operasional
perusahaan. Salah satu peran dan tanggung jawab komite audit adalah
mereview laporan perusahaan. Komite audit berperan dalam mengawasi
70
proses penyajian integrated reporting dan mengawasi serta efektivitas
auditor eksternal dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Sehingga,
semakin efektif peran komite audit dalam mengawasi dan mereview
integrated reporting maka semakin baik kualitas integrated reporting.
Integrated reporting yang berkualitas adalah yang mencakup semua elemen
yang telah ditentukan oleh IIRC.
Integrated reporting menyajikan seluruh laporan perusahaan.
Dalam integrated reporting framwork menjelaskan mengenai proses value
creation input, process, output, dan outcome dijelaskan sebagai mbentuk
pencapaian kinerja perusahaan. jika output tidak sesuai yang diharapkan,
maka laporan tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi perusahaan untuk
mencapai kinerja keuangan dan non keuangan dimasa yang akan datang.
Dengan adanya integrated reporting yang menjelaskan informasi aktivitas
dan pencapaian perusahaan secara lengkap, maka integrated reporting dapat
digunakan oleh board of company dan pemangku kepentingan untuk
mengambil keputusan dalam penciptaan nilai perusahaan dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang (Hoque, 2017). Sehinga dengan
pengambilan keputusahan melalui IR, diharapkan board of company dan
pemangku kepentingan dapat mengambil keputusan yang baik dalam
mengembangkan bisnis dan berdampak kepada kinerja perusahaan
khususnya pada kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut,
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H4: efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
melalui kualitas integrated reporting.
71
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hipotesis yang telah diuraikan diatas, maka kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
72
Gambar 2. 3 Skema Kerangka Pemikiran
`
Kinerja keuangan merupakan bentuk pencapaian manajemen dalam
pelaksanaan model bisnis perusahaan. Untuk mencapai kinerja keuangan
yang diharapkan maka dibutuhkan strategi. Integrated reporting
menyajikan informasi keuangan dan non keuangan secara lengkap dan
menghubungkan kedua aspek tersebut. Sehingga integrated reporting
dianggap dapat memenuhi kebutuhan manajemen. Agar data dalam IR
tepat dan akurat maka dibutuhkan peran komite audit yang melakukan
pengawasan terhadap audit internal dan eksternal serta mereview laporan
perusahaan yang telah diaudit. Sehingga integrated reporting terjamin
kualitasnya dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
manajemen.
Structural Equation Model (SEM)
Hasil Pengujian dan Analisis Pembahasan
Simpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Efektivitas
komite audit
(X)
Kualitas
integrated
reporting
(Y)
Kinerja
keuangan
(Z)
H2 H3
H1
H4
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel
independen yaitu efektivitas komite audit terhadap variabel dependen yaitu
kinerja keuangan secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel
intervening yaitu integrated reporting. Populasi penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) yang
menerbitkan integrated reporting. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan data sekunder.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah perusahaan
Jepang yang terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) yang telah
menerbitkan integrated reporting. Sampai tahun 2017, terdapat 341
perusahaan yang terdaftar di TSE yang telah menerbitkan integrated
reporting. Sedangkan sampel yang diambil adalah perusahaan yang
menerbitkan integrated reporting mulai tahun 2014 sampai 2017. Alasan
memilih sampel perusahaan Jepang adalah karena menurut IIRC (2015)
Jepang merupakan salah satu negara voluntary di Asia yang mempraktikkan
integrated reporting dengan baik dan setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan jumlah perusahaan yang menerbitkan integrated reporting.
74
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yang artinya sampel dipilih sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria sampel yaitu sebagai berikut:
a. Perusahaan terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) yang telah
menerbitkan integrated reporting hingga tahun 2017.
b. Perusahaan dengan data tersedia dan dapat diakses.
c. Perusahaan tidak termasuk industri keuangan karena memiliki
karakteristik yang berbeda.
d. Perusahaan dengan data yang lengkap sehingga memiliki seluruh data
yang dibutuhkan.
C. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengumpulan data sekunder. Data efektivitas komite audit dan IR
didapatkan dari laporan tahunan yang diakses dari situs resmi perusahaan
dan Tokyo Stock Exchange (TSE). Sedangkan data keuangan yang
digunakan untuk mengukur variabel kinerja keuangan yaitu Return On Asset
(ROA) serta variabel kontrol lainnya diperoleh dari datastearm.
D. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan dalam penelitian.
75
1. Varibel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan.
Kinerja merupakan sebuah pencapaian dari proses penciptaan nilai.
Kinerja dapat dilihat dari kinerja non keuangan dan kinerja keuangan.
Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel
dependen. Kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio keuangan seperti
Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt To Equity Ratio
(DER), Return On Investment (ROI), Current Ratio, dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan ROA sebagai pengukuran kinerja keuangan
perusahaan.
Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas di
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimiliki. Kinerja
keuangan diukur dengan menggunakan tingkat Return on Aset (ROA)
yang dimiliki perusahaan dengan rumus laba bersih dibagi total aset
yang dimiliki perusahaan (Haji dan Anifowose, 2016). Dalam hal ini,
memaksimalkan ROA adalah tujuan perusahaan dan kesadaran
perusahaan bahwa ROA dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas serta
efektivitas dan efiensi yang mengarah pada pengembangan sistem
perencanaan dan kontrol dalam pengambilan keputusan operasi
perusahaan (Mubin, et al., 2014). Dalam penelitian ini, data ROA
didapatkan dari datastream.
76
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah efektivitas
komite audit. Komite audit merupakan dewan yang bertugas dan
bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Komite audit dibentuk
untuk mengawasi aktivitas tata kelola perusahaan khususnya terhadap
transparansi informasi. Menurut Alqatamin (2018) komite audit
berperan penting dalam mengawasi aktivitas manajemen di dalam
perusahaan secara independen.
Efektivitas komite audit diukur dengan menggunakan ceklis
pertanyaan berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh komite audit
yaitu independensi, aktivitas, ukuran, dan kompetensi. ceklis tersebut
dikembangkan oleh Hermawan (2011). Yang terdiri dari 11 pertanyaan
untuk komite audit. Karakteristik tersebut terdiri dari 5 pertanyaan
mengenai tanggung jawab komite audit yaitu mengevaluasi internal
control, menunjuk auditor eksternal, mereview laporan keuangan,
mengevaluasi ketaatan hukum, dan membuat laporan komite audit.
Kemudian karakteristik lainnya yaitu jumlah pertemuan komite audit,
attendance performance, evaluasi auditor eksternal. Ukuran komite
audit, skill bidang akuntansi dan, keuangan, serta rata-rata umur anggota
komite audit.
Terdapat 3 kemungkinanan penilaian untuk setiap pertanyaan
yaitu Good dengan skor 3, Fair dengan skor 2, dan Poor dengan skor 1.
Jadi,skor yang diperoleh adalah maksimal 33 dan minimal 11.
77
3. Variabel Intervening
Variabel intervening dalam peneltian ini adalah kualitas
integrated reporting. menurut IIRC (2013) integrated reporting adalah
laporan yang mengungkapkan informasi perusahaan antara aspek
keuangan dan nonkeuangan secara terintegrasi. Dalam integrated
reporting dijelaskan tentang model bisnis perusahan yang menjelaskan
bagaimana cara perusahaan menciptakan nilai. Hal tersebut dijelaskan
dalam bentuk diagram berupa input, process, output, dan outcome. Input
yang dimaksud disini adalah modal yang dimiliki perusahaan, process
menjelaskan mengenai strategi yang digunakan perusahaan dalam
mencapai kinerja yang diharapkan yaitu output. Sedangkan apabila
output tidak sesuai yang diharapkan, maka laporan ini akan dijadikan
sebagai bahan evaluasi (outcome) dalam meningkatkan kinerja di masa
yang akan datang.
Integrated reporting yang berkualitas sangat berperan dalam
praktik Strategic Management Accounting (SMA). Hal ini dikarenakan
SMA sangat membutuhkan data perusahaan untuk mengambil
keputusan dalam menentukan strategi. Sehingga apabila integrated
reporting berkualitas dengan baik, maka hal ini dapat digunakan
perusahaan dalam meningkatkan kinerja baik kinerja keuangan maupun
non keuangan.
Penelitian ini menggunakan ceklis yang dikembangkan oleh Zhou
et al. (2017). Terdapat 31 pertanyaan dalam ceklis yang digunakan yaitu
5 pertanyaan organizational overview and operating contexnnt, 4
78
pertanyaan governance, 2 pertanyaan opportunities and risks, 4
pertanyaan tentang strategy and resource allocation plans, 3
pertanyaan business model, 7 pertanyaan performance and outcomes, 3
pertanyaan future outlook, dan 3 pertanyaan other elements. Masing-
masing pertanyaan mendapat minimum skor 0 dan maksimum skor 1.
Jadi, skor yang diperoleh adalah maksimal 31 dan minimal 0.
4. Variabel Kontrol
Variabel independen dan dependen dalam penelitian dapat saling
berkaitan. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol untuk
mengendalikan variabel lain dalam mempengaruhi variabel dependen
(Atinc dan Simmering, 2012). Berikut beberaoa variabel kontrol yang
digunakan dalam penelitian ini:
a. Leverage
Leverage atau tingkat hutang diukur dengan menggunakan
total liabilitas diagi total aset perusahan (Haji dan Anifowose, 2016).
Variabel leverage digunakan untuk variabel kualitas integrated
reporting dan kinerja keuangan (Zabojnikova, 2016)
b. Size
Size atau ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
logaritma natural total aset (Zabojnikova ,2016) . Variabel ukuran
perusahaan digunakan untuk kualitas integrated reporting dan
kinerja keuangan.
79
c. Growth
Growth atau pertumbuhan perusahaan diukur dengan
menggunakan rasio market-to-book yaitu nilai pasar ekuitas
perusahaan dibagi dengan nilai buku ekuitas. Variabel pertumbuhan
perusahaan digunakan untuk kualitas integrated reporting dan
kinerja keuangan (Frías-aceituno, et al., 2013, Lee dan Yeo 2016,
dan Gracia-Sanchez dan Noguera-gámez, 2017)
d. ROA Lagged
ROA Lagged merupakan ROA tahun sebelumnya. Variabel
ini digunakan untuk kinerja keuangan (Hawn dan Kang 2018).
e. Jenis Industri dan Tahun
Jenis industri dan tahun merupakan dummy variable, diberi
nilai 1 sampai 10. Variabel ini digunakan untuk kualitas integrated
reporting dan kinerja keuangan (Haji dan Anifowose, 2016).
Tabel 3 .1
Operasional Variabel
No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber
1. Kinerja
keuangan
Tingkat
profitabilitas
Return On
Asset (ROA)
Rasio Haji dan
Anifowose
(2016)
2. Efektivitas
Komite
Audit
1. Aktivitas
komite audit
2. Ukuran
komite audit
3. Kompetensi
dan keahlian
komite audit
1. Good diberi
skor 3
2. Fair diberi
skor 2
3. Poor diberi
skor 1
interval Hermawan
(2011)
3. Kualitas
Integrated
Reporting
1. Overview
organisasi dan
operasi
2. Tata kelola
Jika elemen
disajikan
medapat skor
1, jika tidak
Rasio Zhou, et al.
(2017).
80
No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber
3. Peluang dan
risiko
4. Strategi dan
perencanaan
alokasi
sumber daya
5. Model bisnis
6. Kinerja dan
hasil
7. Prospek masa
depan
8. Elemen lain
menyajikan
mendapat
skor 0.
4. Leverage - Total
liabilitas
dibagi
dengan total
aset
Rasio Zabojnikova
(2016),
Frías-
aceituno, et
al., (2013)
5. Size - Logaritma
natural dari
total aset
Rasio Zabojnikova
(2016),
Frías-
aceituno, et
al., (2013)
6. Growth - Rasio
market-to-
book value of
equity yaitu
nilai pasar
ekuitas
perusahaan
dibagi nilai
buku ekuitas
Rasio Frías-
aceituno, et
al., (2013),
Lee danYeo
(2016), dan
Gracia-
Sanchez dan
Noguera-
gámez,
(2017)
7. ROA
Lagged
- ROA tahun n
dikurang
tahun
sebelumnya
Rasio (Hawn dan
Kang 2018)
8. Jenis
Industri
- Diberi nilai 1
sampai 9
untuk
industri yang
sejenis
Nominal Haji dan
Anifowose,
(2016),
Frías-
aceituno, et
al., (2013)
9. Tahun - Diberikan
nilai 1
sampai 4
Nominal Frías-
aceituno, et
al., (2013)
81
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini mengunakan software STATA 13. STATA merupakan
software pengujian data yang dapat memanajemen data yang intuitif.
Software ini memiliki kemampuan dalam pembuatan variabel dan sub-
pengaturan data yang sederhana dan mudah. Berbagai macam prosedur
statistik dapat dilakukan dengan metode point-and-click. Namun, software
ini sulit dalam menangani dataset yang terlalu besar. Uji yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Teknis analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam
penelitian ini bertujuan untuk melihat sebaran data masing-masing
variabel penelitian (Ghozali, 2013:19). Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi mengenai suatu data yang dapat berupa
misalnya nilai rata-rata, nilai maksimal, nilai minimal, dan nilai standar
deviasi. Selain itu, statistik deskriptif dalam penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat tingkat pengungkapan integrated reporting yang
dilakukan perusahaan di berbagai negara yang dijadikan sampel
penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji kepercayaan terhadap pengukuran. Uji
reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa konsisten hasil
82
pengukuran yang dilakukan. Untuk mengetahui reliabilitas suatu
pengukuran, dapat dilakukan dengan mengetahui nilai cronbach alpha.
Menurut Mohajan (2017) koefisien reliabilitas ada diantara 0 sampai
1, dengan reliabilitas yang sempurna memiliki nilai 1 dan yang tidak
sempurna memiliki nilai nol. Semakin reliabilitas sebuah pengukuran,
maka semakin baik hasil pengujian yang akan dilakukan.
3. Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Model (SEM) adalah model regresi multiple-
equation yang mana variabel respon dalam satu persamaan regresi dapat
menjadi variabel penjelas dalam persamaan lainnya dan dapat saling
mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung (Fox,
2008). Penelitian ini menggunakan analisis SEM dengan beberapa
langkah pengujian yang dilakukan, yaitu:
1) Pengujian Model Penelitian
Pengujian model penelitian dilakukan untuk menguji apakah model
penelitian dalam penelitian ini telah fit (cocok). Pengujian ini dilakukan
dengan melihat nilai prob>chi2. Sebelum melakukam pengujian model,
maka peneliti harus mengembangkan model sebagai berikut. Berikut
adalah langkah-langkah pemodelan SEM menurut Ferdinand (2014:46):
a. Langkah pengembangan teoritis
Pemodelan SEM harus memiliki model yang memiliki dasar
teori yang kuat. Hal ini di karenakan SEM bukan digunakan untuk
menghasilkan model penelitian, namun model penelitian yang telah
83
dibentuk dari sebuah dasar teori yang dikonfirmasi secara empirik
dengan menggunakan SEM. Sehingga dalam penelitian SEM,
dibutuhkan eksplorasi teoritis melalui pustaka yang intens.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonfimasi secara empiris
mengenai hubungan efektivitas komite audit sebagai variabel
independen, kinerja keuangan sebagai variabel dependen, dan
kualitas integrated reporting sebagai variabel intervening.
Hubungan variabel-variabel tersebut memiliki dasar teori dan hasil
penelitian terdahulu.
b. Langkah pengembangan diagram alur (path)
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, terdapat
empat hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini yang
dijelaskan dalam bab 2.
Berdasarkan hipotesi-hipotesis tersebut model penelitian
empiris dikembangkan dalam gambar sebagai berikut.
84
Gambar 3 1
Model Struktural Variabel Penelitian
Keterangan:
KA : efektivitas komite audit
IRQ : kualitas integrated reporting
ROA : kinerja keuangan
LEV : tingkat utang (leverage)
SIZE : ukuran perusahaan
GROWTH : pertumbuhan perusahaan
IND : jenis industri
KA IRQ ROA
LEV SIZE GROWT
H
IND ROAt-1
αROAit IRQit αIRQit KAit
YEAR
αROAit KAit
αIRQit INDit
αROAit ROAt-1it
αIRQit LEVit
αIRQit GROWTHit
ε1
ε2
85
YEAR : tahun peneltian
ROA1-t : ROA tahun sebelumnya (ROALagged)
Α : koefisien jalur
ε1 : variabel lain yang mempengaruhi kualitas
integrated reporting
ε2 : variabel lain yang mempengaruhi kinerja
keuangan
Berdasarkan gambar diatas, dapat dibedakan bahwa terdapat
2 variabel laten dalam model tersebut yaitu variabel laten eksogen
dan variabel laten endogen. Variabel laten eksogen merupakan
variabel yang mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel laten
endogen merupakan varibel yang dipengaruh variabel laten eksogen
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitian ini, efektivitas komite audit digunakan
sebagai variabel laten eksogen karena komite audit mempengaruhi
variabel kinerja keuangan secara langsung maupun tidak langsung
melalui variabel kualitas integrated reporting. Kemudian, dalam
penelitian ini menambahkan variabel kontrol yang masuk kedalam
kategori variabel laten eksogen yang mempengaruh kualitas
integrated reporting dan kinerja keuangan yaitu tingkat utang
(leverage), ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan
(growth), ROA tahun sebelumnya (ROAlagged), jenis industri
86
(industry), dan tahun penelitian (year). Sedangkan kualitas
integrated reporting dan kinerja keaungan merupakan variabel laten
endogen yang dipengaruhi efektivitas komite audit.
c. Langkah konversi diagram alur ke dalam persamaan
Berdasarkan model teoritis dikembangkan dan digambarkan
dalam diagram alur terdapat empat hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini. Berdasarkan model struktural penelitian, maka
struktur hubungan antar variabel laten dapat dibagi menjadi dua sub
struktural, yaitu sebagai berikut.
a) Sub Struktur Pertama
Hubungan antar variabel pada hipotesis 1, 3, dan 4
menyatakan adanya pengaruh efektivitas komite audit (KAit)
terhadap kinerja keuangan (ROAit), pengaruh kualitas integrated
reporting (IRQit) terhadap kinerja keuangan (ROAit), dan
pengaruh efektivitas komite audit(Kait) terhadap kinerja
keuangan (ROAit) melalui kualitas integrated reporting yang
digambarkan sebagai berikut:
87
Gambar 3 2
Sub Struktur Pertama
Sub struktural diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh
variabel KA, IRQ, IND, YEAR, ROAt-1, SIZE, LEV, dan
GROWTH terhadap variabel ROA. Koefisien jalur αROAitKAit
menunjukkan pengaruh langsung variabel KA terhadap ROA.
Koefisien jalur αROAitIRQit menunjukkuan pengaruh langsung
variabel IRQ terhadap ROA. Variabel αROAitLEVit,
αROAitGROWTHit, αROAitINDit, αROAitYEARit, dan
αROAitROAt-1it menunjukkan pengaruh langsung variabel
kontrol terhadap ROA. Sedangkan koefisien jalur
αROAitKAit.αROAitIRQit menunjukkan pengaruh tidak
KA IRQ ROA
LEV SIZE GROWT
H
IND ROAt-1
αROAit IRQit αIRQit KAit
YEAR
αROAit KAit
αROAit ROAt-1it
ε2
88
langsung variabel KA terhadap variabel ROA melalui variabel
IRQ.
Besarnya pengaruh Variabel KA, IRQ, dan Variabel kontrol
terhadap ROA dapat dihitung sebagai berikut:
1) Pengaruh variabel KA terhadap variabel ROA secara parsial:
Pengaruh
langsung KA
terhadap ROA
αROAitKAit . αROAitKAit = (αROAitKAit)2= α11
Pengaruh tidak
langsung
melalui IRQ
αROAitKAit . αROAit Kait . αROAitIRQ=α12
Total pengaruh
variabel KA
terhadap ROA
α11 + α12 = α1
2) Pengaruh variabel IRQ terhadap Variabel ROA secara
parsial
Pengaruh
langsung IRQ
terhadap ROA
αROAitIRQit . αROAitIRQit = (αROAitIRQit)2 = α2
3) Pengaruh variabel LEV sebagai variabel kontrol terhadap
ROA secara parsial
Pengaruh
langsung LEV
terhadap ROA
αROAitLEVit . αROAitLEVit. = (αROAitLEVit)2= α3
4) Pengaruh variabel SIZE sebagai variabel kontrol terhadap
ROA secara Parsial
Pengaruh
langsung SIZE
terhadap ROA
αROAitSIZEit . αROAitSIZEit. = (αROAitSIZEit)2= α4
5) Pengaruh variabel GROWTH sebagai variabel kontrol
terhadap ROA secara parsial
89
Pengaruh
langsung
GROWTH
terhadap ROA
αROAitGROWTHit . αROAitGROWTHit. =
(αROAitGROWTHit)2= α5
6) Pengaruh variabel IND sebagai vaiabel kontrol terhadap
ROA secara parsial
Pengaruh
langsung
terhadap ROA
αROAitLEVit . αROAitLEVit. = (αROAitLEVit)2= α6
7) Pengaruh variabel YEAR sebagai kontrol terhadap ROA
secara parsial
Pengaruh
langsung
YEAR
terhadap ROA
αROAitYEARit . αROAitYEARit. = (αROAitYEARit)2=
α7
8) Pengaruh variabel ROAt-1 terhadap ROA secara parsial
Pengaruh
langsung LEV
terhadap ROA
αROAitROAt-1it . αROAitROAt-1it. = (αROAitROAt-
1it)2= α8
9) Pengaruh variabel KA, ROA, LEV, SIZE, GROWTH, IND,
YEAR, dan ROAt-1 terhadap ROA secara simultan
R2αROAitIRQitKAitLEVitSIZEitGROWTHitINDitYEARitROAt-1it = α1 + α2+
α3 + α4 + α5 + α6 + α7 + α8
10) Pengaruh variabel selain KA, ROA, LEV, SIZE, GROWTH,
IND, YEAR, dan ROAt-1 terhadap ROA yaitu:
R2αROAε2 = √1 − 𝑅2
𝑅𝑂𝐴𝐼𝑅𝑄𝐾𝐴𝐿𝐸𝑉𝑆𝐼𝑍𝐸𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝐼𝑁𝐷𝑌𝐸𝐴𝑅𝑅𝑂𝐴𝑡−1 = ε2
90
Sehingga persamaan sub struktural pertama adalah sebagai
berikut:
ROA = α0 + α1KAit + α2IRQit+ α3LEVit + α4SIZEit +
α5GROWTHit + α6INDit + α7YEARit + α8ROAt-1+
ε2it...................................................................................... (1)
b) Sub Struktural Kedua
Hubungan antar variabel pada hipotesis 2 menyatakan adanya
pengaruh efektivitas komite audit (Kait) terhadap kualitas
integrated reporting (IRQit) yang digambarkan sebagai berikut:
91
Gambar 3 3
Sub Struktural Kedua
Sub struktural ini menunjukkan adanya pengaruh variabel
KA terhadap IRQ. Selain itu juga terhadap pengaruh variabel
kontrol yaitu LEV, SIZE, GROWTH, IND, dan YEAR terhadap
variabel IRQ. Koefisien jalur αIRQitKAit menunjukkan
pengaruh langsung variabel KA terhadap ROA. Koefisien jalur
αIRQitLEVit , αIRQitSIZEit , αIRQitGROWTHit,
αIRQitINDit, dan αIRQitYEARit menunjukkan pengaruh
langsung variabel kontrol terhadap variabel IRQ.
Besarnya pengaruh variabel KA, LEV, SIZE, GROWTH, IND,
dan YEAR terhadap IRQ dihitung sebagai berikut:
KA IRQ
LEV SIZE GROWT
H
IND
αIRQit KAit
YEAR
αIRQit INDit
αIRQit LEVit
αIRQit GROWTHit
ε1
92
1) Pengaruh variabel KA terhadap variabel IRQ secara parsial:
Pengaruh langsung
KA terhadap IRQ αIRQitKAit . αIRQitKAit. = (αIRQitKAit)
2= α9
2) Pengaruh variabel LEV sebagai variabel kontrol terhadap
IRQ
Pengaruh langsung
LEV terhadap IRQ αIRQitLEVit . αIRQitLEVit. = (αIRQitLEVit)
2= α10
3) Pengaruh variabel SIZE terhadap IRQ secara parsial
Pengaruh langsung
SIZE terhadap IRQ αIRQitSIZEit . αIRQitSIZEit. = (αIRQitSIZEit)
2=
α11
4) Pengaruh variabel GROWTH terhadap IRQ secara parsial
Pengaruh langsung
GROWTH terhadap
IRQ
αIRQitGROWTHit . αIRQitGROWTHit =
(αIRQitGROWTHit)2= α12
5) Pengaruh variabel IND terhadap IRQ secara parsial
Pengaruh langsung
IND terhadap IRQ αIRQitINDit . αIRQitINDit. = (αIRQitINDit)
2= α13
6) Pengaruh variabel YEAR terhadap IRQ secara parsial
Pengaruh langsung
YEAR terhadap IRQ αIRQitYEARit . αIRQitYEARit. =
(αIRQitYEARit)2= α14
7) Pengaruh variabel KA, LEV, SIZE, GROWTH, IND, YEAR
terhadap IRQ secara Simultan
R2IRQKALEVSIZEGROWTHINDYEAR = α9 + α10 + α11+ α12 + α13
+ α14
93
8) Pengaruh variabel selain KA, LEV, SIZE, GROWTH, IND,
YEAR terhadap IRQ secara simultan
R2αIRQε1 = √1 − 𝑅2
𝐾𝐴𝐿𝐸𝑉𝑆𝐼𝑍𝐸𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝐼𝑁𝐷𝑌𝐸𝐴𝑅 = ε1
Sehingga persamaan strutural kedua dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
IRQ = α0 + α9KAit + α10LEVit + α11SIZEit+ α12GROWTHit
+ α13INDit + α14YEARit +
ε1it..................................................................................(2)
d. Langkah memilih matriks input dan estimasi model kovarians atau
korelasi
Dalam estimasi yang dilakukan dalam pemodelan, SEM
hanya menggunakan matriks varians/kovarians atau matriks
korelasi. Estimasi dilakukan setelah model dikembangkan dan input
data telah dipilih. Berbagai aplikasi atau program statistik yang
dapat digunakan untuk mengestimasi model ini. Penelitian ini
menggunakan software STATA dalam mengestimasi model.
Penelitian ini menggunakan metode estimasi Maximum Likelihood
Estimation (MLE) atau three-stage least squares (3SLS) yang
merupakan metode untuk melakukan estimasi pada semua
parameter yang ada di dalam model pesamaan struktural secara
bersamaan termasuk error variance dan covariance.
e. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Masalah identifikasi merupakan hal yang mendasar dalam
model struktural. Masalah identifikasi memberikan jawaban apakah
94
model telah diselesaikan dengan baik atau tidak dapat diselesaikan
dengan baik. Apabila model telah terselesaikan dengan baik, maka
model dapat digunakan untuk analisa lebih lanjut.
f. Evaluasi kriteria goodness-of-fit
Pada langkah ini, dilakukan tevaluasi terhadap model
penelitian berdasarkan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Asumsi-
asumsi SEM adalah sebagai berikut:
a) Ukuran sampel
Metode sampling dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dengan kriteria-kriteria yang telah
disesuaikan dengan penelitian sehingga dapat memberikan
jawaban atas permasalahan.
b) Asumsi normalitas data
Normalitas dalam penelitian bertujuan untuk melihat sebaran
data yang diobservasi. Metode Maximum Likelihood Estimation
yang digunakan dalam model SEM ini memiliki kelebihan yaitu
data yang diestimasi telah diasumsikan terdistribusi dengan
normal untuk setiap variabel yang digunakan. Apabila data yang
melanggar asumsi (tidak terdistribusi dengan normal), ML tetap
dapat memberikan hasil yang konsisten (Williams, Allison, dan
Moral-benito, 2018).
c) Asumsi multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
95
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Menurut Garson (2012)
interkorelasi terjadi diantara variabel independen ketika nilai
berada diatas 0,8. Multikolonieritas terjadi karena adanya nilai
R-square yang tinggi dan pengujian model yang tidak signifikan.
d) Penilaian model penelitian
Penilaian model penelitian pada software STATA
dilakukan dengan cara memilih menu statistic kemudian SEM
(Structural Equation Model) dan klik model building and
estimation dan pilih estimate. STATA melakukan pengujian
model penelitian dengan memberikan nilai prob>chi2. Model
penelitian dapat dikatakan fit jika nilai prob>chi2 kurang dari
0,05.
2) Pengujian Pengaruh Langsung
Pengujian pengaruh langsung dalam penelitian ini bertujuan
untuk melihat 1. pengaruh efektivitas komite audit terhadap
kinerja keuangan, 2. pengaruh efektivitas komite audit terhadap
kualitas integrated reporting dan 3. pengaruh kualitas IR
terhadap kinerja keuangan. Pengujian ini dilakukan dengan
melihat nilai P>|z|, jika nilai P>|z| kurang dari α, maka hipotesis
penelitian dapat diterima.
96
3) Pengujian Pengaruh Tidak Langsung
Pengujian pengaruh tidak langsung dalam penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh efektivitas komite audit
terhadap kinerja keuangan melalui kualitas integrated
reporting. Pengujian ini juga dilakukan dengan melihat nilai
P>|z|, jika nilai P>|z| kurang dari α, maka hipotesis penelitian
dapat diterima.
97
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang terdaftar di
Tokyo Stock Exchange (TSE) Jepang dengan tahun penelitian dari 2014 sampai
dengan 2017. Variabel efektivitas komite audit dan kualitas integrated reporting
menggunakan data yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang diakses
dari situs resmi perusahaan masing-masing. Sedangkan variable kinerja
keuangan dan varibel kontrol diperoleh dari data-data keuangan pada data
stream. Kemudian perusahaan sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan pada bab 3 dalam penelitian ini. Kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE)
sampai 2017 yang menerbitkan IR 341
Perusahaan dengan data tidak tersedia (108)
Perusahaan yang termasuk industri keuangan (23)
Perusahaan dengan data tidak lengkap (50)
Jumlah Perusahaan Sampel 160
Tahun Penelitian 4
Jumlah Observasi (Perusahaan-Tahun) 640
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa jumlah perusahaan Jepang yang
menerbitkan IR hingga tahun 2017 sebanyak 341 perusahan. Kemudian
mengeluarkan perusahaan dengan data tidak tersedia sebanyak 108 perusahaan.
98
Lalu purposive sampling dilakukan dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Kriteria pertama adalah mengeluarkan perusahaan yang termasuk
industri keuangan karena industri keuangan memiliki karakteristik yang
berbeda dengan industri-industri lainnya yaitu berjumlah 23 perusahaan,
selanjutnya mengeluarkan perusahaan dengan data tidak lengkap yaitu
berjumlah 50 perusahaan. Dengan mengeluarkan perusahaan
berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah perusahaan sampel sebanyak
160 perusahaan, kemudian penelitian ini menggunakan 4 tahun pengamatan
yaitu dari 2014 sampai 2017. Sehingga, jumlah sampel akhir adalah sebanyak
640 Perusahaan-Tahun (160 perusahaan dikali 4 tahun pengamatan).
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi
mengenai suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi, maksimum
dan minimum. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
efektivitas komite audit sebagai variabel independen, kinerja keuangan
sebagai variabel dependen, dan kualitas integrated reporting sebagai variabel
intervening.
99
Tabel 4. 2 Hasil Uji Statistik Deskritif
Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji statistik deskriptif yang diperoleh dari
data sebanyak 640 yang di peroleh dari jumlah sampel sebanyak 160
perusahaan dengan 4 tahun penelitian dari tahun 2014 sampai tahun 2017.
Tabel 4.2 menjelaskan mengenai statistik deskriptif untuk variabel
independen, dependen, intervening, dan variabel kontrol.
Hasil deskripsi terhadap variabel independen yaitu efektivitas komite
audit yang diukur dengan ceklis Hermawan (2011) menunjukkan nilai
minimum sebesar 11 dan maksimum sebesar 33 dengan rata-rata (mean)
Variabel Mean St. Dev Min Max
KA 22,0875 5,3840 11 33
IRQ 23,2359 4.9380 2 31
ROA 0,0390 0,2001 -1,6078 2,3621
LEV 0,1968 0,1484 0 0,6818
SIZE 27,4132 1,2919 23,4674 31,5177
GROWTH 1,8820 1,2719 -3,7383 9,9623
ROALag~d 0,0338 0,1749 -1,6078 2,3621
Dummy
industry
4,4563 2,1979 1 9
Dummy
year
2,5 1,1189 1 4
Keterangan:
KA : efektivitas komite audit
IRQ : kualitas integrated reporting
ROA : kinerja keuangan
LEV : Leverage (tingkat utang)
GROWTH : pertumbuhan perusahaan
ROALag~d : ROA Lagged (ROA tahun sebelumnya)
Dummy Industy: Jenis Industri yang diukur dengan variabel
dummy
Dummy Year: Tahun penelitian yang diukur dengan variabel
dummy.
100
sebesar 22,0875 dan nilai standar deviasi sebesar 5,3840. Nilai minimum
pada variabel independen terjadi pada perusahaan Sumitomo Mitsui
Conctruction pada tahun 2014 sampai 2017. Perusahaan Ajinomoto juga
mendapatkan nilai minimum hanya pada tahun 2014. Perusahaan Ajinomoto
mengalami peningkatan nilai efektifitas setiap tahunnya .Hal ini
menunjukkan bahwa komite audit pada perusahaan Sumitomo Mitsui
Conctruction belum berjalan dengan efektif dibandingkan dengan perusahaan
lain yang mengalami peningkatan maupun mempertahankan efektivitas
komite audit.
Hasil deskriptif terhadap variabel intervening yaitu kualitas integrated
reporting yang diukur menggunakan ceklis Zhou et al. (2017) menunjukkan
nilai minimum sebesar 2, nilai maksimum sebesar 31, Rata-rata (mean)
sebesar 23,2359, dan standar deviasi sebesar 4,9380. Nilai minimum pada
variabel kualitas integrated reporting juga terjadi pada perusahaan Sumitomo
Mitsui Conctruction. Hal ni menunjukkan bahwa hanya 2 elemen integrated
reporting yang dimasukkan dalam laporan perusahaan Sumitomo Mitsui
Conctruction. Sehingga kualitas integrated reporting pada perusahaan
Sumitomo Mitsui Conctruction masih dianggap rendah.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen yaitu kinerja
keuangan yang diukur dengan rasio Return On Asset (ROA) menunjukkan
nilai minimum sebesar -1,6078 , nilai maksimum sebesar 2,3621, rata-rata
(mean) sebesar 0,0390, dan standar deviasi sebesar 0,2001. Nilai minimum
dalam variabel kinerja keuangan terjadi pada perusahaan Hitachi Zosen. Hal
ini menunjukkan bahwa laba bersih yang diperoleh dari hasil pemanfaatan
101
atau pengelolaa aset perusahaan hanya sebesar -1,6078. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perusahaan Hitachi Zosen belum maksimal dalam
mengelola aset yang dimiliki perusahaan. Sedangkan nilai maksimum terjadi
pada perusahaan Sanwa Holdings Corporation.
2. Uji Reliabilitas
Efektivitas komite audit dan kualitas integrated reporting diukur
dengan menggunakan ceklis manual pada laporan tahunan perusahaan. Oleh
karena itu, diperlukan untuk menguji reliabilitas pertanyaan yang digunkaan
dalam ceklis efektivitas komite audit (Hermawan, 2011) dan kualitas
interated reporting (Zhou, 2017) . Untuk menguji hal tersebut, penelitian ini
menggunakan cronbach alpha. Hasilnya disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4. 3
Hasil Uji Reliabilitas
Variable Cronbach Alpha
IR 0.7243
KA 0.7488
Keterangan
IR =Kualitas Integrated reporting
KA = Efektivitas Komite Audit
Sumber: output STATA
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor cronbach alpha pada variabel
kualitas integrated reporting dan efektivitas komite audit masing-masing
sebesar 0.7243 dan 0.7488. Menurut Mohajan (2017) koefisien reliabilitas
ada diantara 0 sampai 1, dengan reliabilitas yang sempurna memiliki nilai 1
dan yang tidak sempurna memiliki nilai nol. Hal ini menunjukkan bahwa
102
variabel kualitas integrated reporting dan efektivitas komite audit yang
digunakan dalam penelitian ini dianggap valid.
3. Structural Equation Model (SEM)
1) Pengujian Model Penelitian
Langkah satu hingga langkah 5 telah terpenuhi dalam
pengembangan pemodelan SEM. Selanjutnya adalah langkah ke enam
untuk melihat hasil evaluasi kriteria goodness of fit sebagai berikut:
a. Uji Multikolonieritas
Tabel 4. 4
Hasil Uji Multikolonieritas
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil uji
multikolonieritas tidak melebihi 0,8. Menurut Garson (2012)
interkorelasi terjadi diantara variabel independen ketika nilai berada
diatas 0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi
korelasi antar variabel independen.
b. Penilaian model
Penialian model dilakukan untuk mengetahui apakah model yang
digunakan dalam penelitian ini telah fit dan dapat dilakukan analisis lebih
AC IRQ ROA LEV SIZE GRO
WTH
ROAt-
1
AC 1.0000
IRQ 0.4375 1.0000
ROA -0.0175 0.0965 1.0000
LEV -0.0272 0.0703 -0.0717 1.0000
SIZE 0.2260 0.1773 -0.1808 0.3912 1.0000
GRO
WTH
-0.0572 0.0280 0.0306 -0.3054 -0.2824 1.0000
ROA
t-1
0.0123 0.0804 0.6242 -0.0696 -0.1440 0.0591 1.0000
Sumber: output STATA
103
lanjut. Pengujian ini dilakukan dengan menganalisis nilai Prob > chi2,
jika nilai Prob > chi2 kurang dari 0,05 maka model penelitian fit dan
dapat dilakukan analisis selanjutnya. Berdasarkan hasil pengujian
menunjukkan bahwa nilai Prob>chi2 sebesar 0,0064 lebih kecil dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam
penelitian telah fit dan dapat dilakukan analisis selanjutnya. Pembahasan
selanjutnya adalah menjelaskan mengenai pengujian pengaruh langsung
dan pengaruh tidak langsung variabel yang digunakan dalam penelitian
ini.
2) Pengujian Pengaruh Langsung
a) Pengaruh Efektivitas Komite Audit dan Kualitas Integrated
Reporting Terhadap Kinerja Keuangan
Tabel 4. 5
Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan 3
Model Penelitian:
ROA = α0 + α1KAit + α2IRQit+ α3LEVit + α4SIZEit + α5GROWTHit +
α6INDit + α7YEARit + α8ROAt-1it +
ε2it...................................................................................... (1)
Prediction Coef. Sig.
Constant 0.4534 0.002
KA + -0.0015 0.115
IRQ + 0.0039 0.004
LEV - -0.0097 0.417
SIZE + -0.0170 0.001
GROWTH - -0.0067 0.101
ROA-1 + 0.6897 0.000
IND Yes
YEAR Yes
Adjusted R-Square 0.2854
Prob (F-Statistics) 0.0064
Sumber: Output STATA
104
Hasil pengujian pengaruh langsung disajikan pada Tabel 4.5.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat terlihat pengaruh langsung efektivitas
komita audit, dan kualitas IR terhadap kinerja keuangan. Efektivitas
komite audit memiliki koefisien negatif dan signifikansi sebesar 0,115
yang berarti bahwa efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan, peran komite audit yang efektif tidak dapat secara
langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Hipotesis 1
ditolak). Kualitas IR memiliki nilai signifikansi 0.004, sehingga kualitas
IR berpengaruh kinerja keuangan (Hipotesis 3 tidak dapat diterima).
Untuk variabel kontrol, ukuran perusahaan dan ROA tahun lalu
berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan pertubuhan
perusahaan dan tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
105
b) Pengujian Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas
Integrated Reporting
Tabel 4. 6
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Model Penelitian:
IRQ = α0 + α9KAit + α10LEVit + α11SIZEit+ α12GROWTHit +
α13INDit + α14YEARit + ε1it.....................................................(2)
Prediction Coef. Sig.
Constant 3.3541 0.000
KA + 0,3568 0,000
LEV + 2,7022 0,0155
SIZE + 0,2723 0,03
GROWTH + 0,2774 0,0235
Adjusted R-squared 0,3995
Prob(F-Statistics) 0,0064
Sumber: Ouput STATA
Pada bagian ini diuraikan mengenai hasil atas pengujian pengaruh
langsung efektivitas komite audit terhadap kualitas integrated reporting.
Hasilnya disajikan pada tabel 4.6 . Berdasarkan tabel 4.6 . dapat terlihat
pengaruh langsung efektivitas komite audit terhadap kualitas integrated
reporting. Efektivitas komite audit memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 dengan koefisien positif. Hal ini berarti bahwa efektivitas komite
audit berpengaruh terhadap kualitas integrated reporting. Peran komite
audit yang efektif dapat meningkatkan kualitas integrated reporting
(Hipotesis 2 diterima).
106
3) Pengujian Pengaruh Tidak Langsung
Tabel 4. 7
Hasil Pengujian Hipotesis 4
Variabel Independen Kinerja Keuangan
Model Penelitian:
ROA = α0 + α1KAit + α2IRQit+ α3LEVit + α4SIZEit +
α5GROWTHit + α6INDit + α7YEARit + α8ROAt-1it +
ε2it...................................................................................... (1)
Coef. Sig.
KA
0,0014
0,005***
Prob F 0,0064
Sumber: Output STATA
Tujuan penelitian ini selain menguji pengaruh langsung efektivitas
komite audit terhadap kinerja keuangan, penelitian ini juga menguji
pengaruh tidak langsung efektivitas komite audit terhadap kinerja
keuangan melalui kualitas integrated reporting.Tabel 4.7 menunjukkan
pengaruh tidak langsung efektivitas komite audit terhadap kinerja
keuangan melalui kualitas integrated reporting. Efektivitas komite audit
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005. Hal ini berarti bahwa
efektivitas komite audit dapat berpengaruh terhadap kinerja keaungan
melalui kualitas IR atau dengan kata lain kualitas IR dapat memediasi
pengaruh efektivitas komite audit terhadap kinerja keuangan (Hipotesis
4 diterima).
107
Tabel 4. 8 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis
Sumber: data sekunder yang diolah
C. Interpretasi Hasil
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Pengaruh efektivitas komite audit yang diproksikan dengan
karakteristik komite audit berdasakan tabel 4.5 memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0.115. hal tersebut menunjukkan tidak signifikan karena lebih dari
0.05. Dengan demikian, H1 ditolak, yang berarti bahwa variabel efektivitas
komite audit tidak berpengaruih terhadap kinerja keuangan.
Kinerja keuangan merupakan hasil pencapaian manajemen dalam
pengelolaan perusahaan. Dengan kata lain kinerja keuangan adalah alat untuk
No. Hipotesis Uji
Statistik
Keputusan
Ha
Simpulan
1. Efektvitas komite
audit berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
H0:
pz ≥ 0,05
H1:
pz < 0,05
H1 ditolak Tidak
berpengaruh
2. Efektivitas
Komite Audit
berpengaruh
positif terhadap
kualitas
integrated
reporting
H0:
pz ≥ 0,05
H1:
pz < 0,05
H2 diterima Berpengaruh
3. Kualitas
integrated
reporting
berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
H0:
pz ≥ 0,05
H1:
pz < 0,05
H3 diterima Berpengaruh
4. Efektivitas komite
audit berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan melalui
kualitas
integrated
reporting
H0:
pz ≥ 0,05
H1:
pz < 0,05
H4 diterima Berpengaruh
108
menilai efektivitas manajemen dalam menjalankan tugasnya (M dan
Zhengge, 2016). Manajer sebagai pengelola perusahaan, berwewenang untuk
menentukan tindakan guna meningkatkan kinerja keuangan yang diharapkan.
Manajemen berusaha untuk menentukan strategi yang tepat dalam mencapai
kinerja keuangan yang diharapkan. Salah satunya adalah dengan melakukan
praktik akuntansi manajemen strategis. Sehingga dapat dilihat bahwa kinerja
keuangan ditentukan oleh manajemen. Manajemen berwewenang untuk
memilih tindakan pencapaian target kinerja keuangan. Sedangkan komite
audit hanya mengawasi kinerja manajemen dalam menjalankan tugasnya.
Japan’s Corporate Code (2018) menjelaskan bahwa komite audit
bertugas dalam mengawasi jalannya internal control perusahaan, mengawasi
dan mengevaluasi kinerja manajemen, dan mereview kinerja perusahaan.
Komite audit tidak memiliki wewenang dalam menentukan tindakan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. sehingga dapat disimpulkan bahwa komite
audit tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan karena yang berhak untuk
menentukan strategi terhadap pencapaian kinerja keuangan adalah
manajemen, komite audit hanya bertugas untuk mengawasi.
Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Alqatamin, 2018) yang menyatakan bahwa kemampuan komite audit dalam
bidang akuntansi dan keuangan serta jumlah pertemuan komite audit tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Komite audit diharuskan memiliki
keahlian dibidang akuntansi dan keuangan bertujuan agar dapat menjalankan
perannya dalam mereview laporan keuangan perusahaan. Sedangkan jumlah
pertemuan yang dilakukan komite audit secara garis besar adalah untuk
109
berdiskusi mengenai hasil pengawasan komite audit terhadap aktivitas
perusahaan. Sehingga hal ini tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
karena komite audit tidak bertugas untuk menentukan strategi dalam
peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated
Reporting
Pengaruh efektivitas komite audit yang diproksikan dengan
karakteristik komite audit berdasakan tabel 4.6 memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan signifikan karena kurang dari
0.05. Dengan demikian, H2 diterima, yang berarti bahwa variabel
efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas integrated
reporting.
Japan’s Corporate Code (2018) menjelaskan bahwa perusahaan
publik di Jepang harus membuat pengungkapan informasi secara relevan.
Informasi yang dimaksud adalah informasi yang berisi tentang status
keuangan perusahaan, hasil operasi, strategi perusahaan, tata kelola,
sustainability, seta sosial dan lingkungan. Perusahaan harus menentukan
bahwa informasi yang digunakan relevan untuk digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan dan menjadi alat komunikasi dengan pemegang
kepentingan khususnya pemegang saham. Sehingga dibutuhkan dewan yang
berperan dalam mengawasi pelaporan informasi perusahaan. Maka
ditunjuklah komite audit sebagai dewan yang bertugas dalam mengawasi
proses pelaporan informasi perusahaan dan mereview laporan perusahaan.
Integarated reporting merupakan laporan yang berisi tentang aspek
keuangan dan non keuangan perusahaan serta mengintegratesikan kedua
110
aspek tersebut. Dalam integrated reporting, perusahaan menyajikan
informasi kinerja perusahaan secara aktual dalam jangka waktu panjang,
menengah, dan pendek (Abeysekera, 2013). Integrated reporting juga
menjelaskan bagaimana perusahaan menciptakan nilai. Komite audit
berperan dalam mengawasi penyajian integarted reporting. Dalam hal ini,
komite audit bertugas untuk mengawasi audit internal dan audit eksternal.
Pengawasan terhadap audit internal bertujuan untuk memastikan tidak ada
salah saji yang material dalam menyusun pelaporan perusahaan. Sedangkan
pengawasn terhadap audit ekternal dilakukan dengan memilih, mengawasi,
menentukan biaya audit, dan memberhentikan penugasan audit ekternal.
Komite audit juga bertugas dalam mereview hasil kerja dari audit
internal dan audit eksternal. Selain itu, komite audit juga bertugas dalam
mereview laporan perusahaan. Sehingga apabila komite audit menjalankan
tugasnya dengan efektif maka dapat berpengaruh terhadap kualitas
integrated reporting. Sehingga kualitas integrated reporting yang dijadikan
sebagai alat komunikasi perusahaan dengan stakeholder serta dasar
pengembangan strategi dapat terjamin baik. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Haji dan Anifowose (2016) yang menyatakan bahwa
karakteristik komite audit secara keseluruhan berpengaruh terhadap kualitas
integarated reporting. Sehingga apabila komite audit menjalankan perannya
secara efektif maka kualitas IR yang dihasilkan perusahaan akan baik.
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Kinerja Keuangan
Integrated reporting menyajikan semua informasi perusahaan
tentang pencapaian kinerja keuangan maupun non keuangan. Penyajian
111
informasi secara lengkap dapat memberikan informasi yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Abeysekera,
2013). Integrated reporting menyajikan data sustainability dan
mengintegrasikannya ke dalam strategi perusahaan. Integrated reporting
menyajikan model bisnis yang berorientasi pada kinerja masa kini dan masa
berupa model bisnis input – output – process - output. Kerangka model
bisnis yang disajikan dalam integrated reporting dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan manajer dalam mengambil tindakan serta
mengevaluasi kinerja perusahaan.
Integrated reporting menjelaskan model penciptaan nilai yang unik
dan menjelaskan bagaimana perusahaan menciptalan nilai, untuk siapa nilai
diciptakan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja masa depan.
Kerangka integrated reporting menjelaskan bahwa perusahaan
mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal dengan
mengintegrasikannya terhadap faktor-fator linkungan perusahaan yang
menjadi elemen dasar integrated reporting. Dengan mengintegratesikan
kedua hal tersebut, maka perusahaan dapat membentuk strategi yang
sustainable yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja perusahaan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
Integrated reporting menjelaskan kinerja keuangan dan non keuangan.
Kedua kinerja tersebut dihubungkan. Kinerja non keuangan dicapai agar
dapat mendukung tercapainya target kinerja keuangan. Misalnya kinerja
sosial, dengan adanya kepedulian perusahaan terhadap sosial maka citra
perusahaan dihadapan seluruh stakeholder akan baik sehingga kepercayaan
112
stakeholder akan meningkat. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan misalnya seperti kepercayaan investasi maupun permintaan
produk kepada perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas
integrated reporting yang menyajikan dan mengintegrasikan aspek
keuangan dan nonkeuangan dapat mempengaruhi kinerja keuangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Plumlee
et al., (2015) yang meyatakan bahwa pengungkapan kinerja sosial yang
tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan peningkatan kinerja
perusahaan. Selain itu, Appiagyei dan Djajadikerta (2017) menyatakan
bahwa dengan kualitas integrated reporting yang baik maka pengungkapan
informasi perusahaan semakin lengkap. Hal ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan investor untuk menginvestasikan dananya kepada
perusahaan sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Sehingga dapat disimpulakan bahwa, integrated reporting yang berkualitas
dapat menjelaskan mengenai bagaimana perusahaan menciptakan nilai
dengan mengintegrasikan faktor lingkungan eksternal dan internal
perusahaan sehingga terbentuknya strategi yang dapat meningkatkan kinerja
perusahaan jangka pendek, menengah, dan panjang.
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Melalui Kualitas Integrated Reporting
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Structural
Equation Model (SEM), variabel efektivitas komite audit dapat berpengaruh
terhadap kinerja keuangan melalui kualitas integrated reporting. Variabel
efektivitas komite audit memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap
113
kinerja keuangan yang dapat dilihat dari total pengaruhi yang menunjukkan
angka sebesar 0,005.
Komite audit bertugas dalam membantu dewan komisaris mengawasi
aktivitas perusahaan secara independen. Komite audit berperan dalam
mengawasi audit internal dan eksternal. Sebagaimana yang diuraikan dalam
Japan’s Corporate Code (2018), komite audit harus memastikan bahwa
mereka memahami kebijakan akuntansi serta proyeksi dan estimasi yang
dibuat perusahaan. Oleh karena itu, pemahaman dan kemampuan komite
audit terhadap ilmu akuntansi dan keuangan sangat penting bagi komite
audit. Komite audit harus memastikan bahwa manajemen telah melaporkan
informasi perusahaan secara tepat dan akurat yang didukung oleh sistem
pengendalian internal yang efektif. Dalam hal ini, komite audit bertugas
mengawasi proses audit ekternal.
Pengawasan terhadap auditor ekternal dilakukan untuk memastikan
bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan tepat. Komite audit
berdiskusi dengan auditor eksternal dan manajemen mengenai laporan
keuangan. Komite audit menganalisi laporan manajemen dan menganalisis
estimasi atau proyeksi yang digunakan dalam laporan keuangan. Selain itu
komite audit juga bertugas untuk memastikan apakan laporan perusahaan
telah disajikan dengan wajar, lengkap, dan terintegrasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya peran komite audit dalam mengawasi
pelaporan perusahaan maka integrated reporting akan berkualitas. Karena
perusahaan harus menerbitkan integrated reporting harus dalam
pengawasan komite audit (Marx dan Watt, 2011).
114
Integrated reporting yang berkualitas akan menyajikan informasi
secara lengkap mengenai kinerja keuangan maupun non keuangan dan
menghubungkan keduanya. Kerangka integrated reporting yang berkualitas
akan menyajikan model bisnis perusahaan yang menghubungkan faktor
lingkungan eksternal dengan faktor internal dan menggabungkan keduanya
sehingga manajemen dapat membentuk strategi yang sustainable. Penyajian
informasi yang lengkap akan bermanfaat bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan strategi pencapaian kinerja keuangan. Selain itu,
dalam model bisnis integrated reporting, manajemen mengintegrasikan
faktor sosial dan lingkungan ke dalam strategi bisnis yang akan
memaksimalkan penciptaan nilai jangka panjang (Steyn, 2014). Sehingga
kinerja sosial yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
(Plumlee et al., 2015). Maka dapat disimpulkan bahwa kualitas integrated
reporting yang baik akan berimbas pada kinerja keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Haji dan
Anifowose (2015) yang menyatakan bahwa efektivitas komite audit yang
diukur dari karakteristik secara keseluruhan berpengaruh terhadap kualitas
komite audit. Hal ini menandakan bahwa semakin efektif komite audit
menjalankan perannya, maka semakin baik kualitas integrated reporting
sehingga informasi yang diungkapkan lengkap dan terintegrasi. Ada pula
penelitian yang dilakukan oleh Suttipun (2017) yang menyatakan bahwa
kualitas integrated reporting yang mengungkapkan kinerja sosial melalui
informasi CSR akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini
115
menunjukkan bahwa integrated reporting memformulasikan aspek non
keuangan dalam strategi penciptaan nilai jangka panjang khusunya terhadap
kinerja keuangan.
116
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diuraikan pada bab
IV, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Kinerja keuangan merupakan bentuk pencapaian manajemen
dalam menjalankan tugasnya. Manajemen memiliki kewenangan dalam
menentukan tindakan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Sedangkan komite audit hanya berperan dalam mereview kinerja
manajemen dan perusahaan. Komite audit tidak memiliki kewenangan
dalam penentuan tindakan peningkatan kinerja keuangan. Sehingga
efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
2. Efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas
integrated reporting.
Efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas
integrated reporting. Komite audit memiliki tugas dalam mengawasi
proses audit internal dan eksternal. Komite audit memastikan bahwa
sistem dan pelaksanaan pengendalian internal memadai dalam
pengamanan aset dan pencatatan kewajiban secara tepat sehingga dapat
menghindari risiko materil penyajian laporan keuangan. Komite audit
juga bertugas dalam mengawasi proses pelaporan keuangan dan proses
117
audit eksternal. Komite audit bertanggung jawab untuk memilih,
mengawasi, menentukan biaya, dan memberhentikan auditor ekternal.
Komite audit juga bertanggung jawab untuk mereview laporan keuangan
yang telah diaudit. Jika komite audit melaksanakan peran dan fungsinya,
maka jelas hal ini dapat mempengaruhi kualitas integrated repoting.
3. Kualitas integrated reporting berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan.
Kualitas integrated reporting berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan. Integrated reporting menyajikan kerangka model
bisnis dengan mengintegrasikan faktor lingkungan internal yaitu
multiple capital yang berupa financial, social, manufactured,
intellectual, natural, social and relationship capital terhadap faktor
lingkungan eksternal yang menjadi elemen integrated reporting. Kedua
faktor tersebut diintegrasikan sehingga membentuk strategi yang
sustainable untuk mencapai target kinerja keuangan yang diharapkan.
Sehingga integrated reporting yang berkualitas akan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
4. Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui
kualitas integrated reporting.
Efektivitas komite audit memiliki pengaruh tidak langsung
terhadap kinerja keaungan melalui kualitas integrated reporting.
Dengan adanya efektivitas peran komite audit dalam mengawasi
pelaporan keuangan, audit eksternal, dan audit ekternal serta dengan
kemampuannya dibidang akuntansi dan keuangan akan mempengaruhi
118
kualitas integrated reporting. Sehingga integrated reporting yang
berkualitas akan menyajikan informasi yang lengkap dan terintegrasi
sehingga dapat digunakan oleh manajemen dalam pengambilan
keputusan untuk meningkatkan kinerja keuangan jangka pendek,
menengah, maupun panjang.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, implikasi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Efektivitas komite audit dalam menjalankan perannya tidak dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan
peran komite audit yang hanya sebatas mengawasi menjadi penengah
antara manajemen dengan auditor, manajemen dengan direksi, dan
manajemen dengan pemegang saham. Pengambilan keputusan tindakan
peningkatan kinerja keuangan merupakan wewenang manajemen. Hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan
peran komite audit dalam mengawasi dan menjadi penengah dalam
perusahaan. Peningkatan wewenang dan tanggung jawab komite audit
diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengambil tindakan
peningkatan kinerja keuangan perusahaan baik jangka pendek,
menengah, maupun panjang.
2. Efektivitas komite audit dalam menjalankan perannya dapat
meningkatkan kualitas integrated reporting. Hal ini terjadi karena
komite audit berperan dalam mengawasi pelaporan perusahaan. komite
audit berperan mengawasi auditor internal dan ekternal serta mereview
119
laporan keuangan perusahaan. Sehingga dengan adanya peran komite
audit maka integrated reporting yang disajikan perusahaan dapat
memiliki kualitas yang baik. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi
bahan evaluasi peningkatan kinerja komite audit di Indonesia, Jepang
dan negara-negara lainnya dalam mengawasi pelaporan perusahaan,
khususnya integrated reporting, sehingga informasi yang disajikan
bersifat relevan dan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
3. Kualitas integrated reporting dapat mempengaruhi kinerja keuangan.
hal ini terjadi karen kerangka integrated reporting menyajikan model
bisnis yang menghubungkan aspek keuangan dan non keuangan yang
diintegrasikan dengan faktor organisasi dan memformulasikan strategi
untuk mencapai kinerja non keuangan dan keuangan dan
memproyeksikan kinerja dimasa yang akan datang. Sehingga penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan regulator di Indonesia
untuk membuat regulasi penerapan intergrated reporting dan bagi
regulator negara Jepang untuk menjadikan jepang sebagai negara yang
menerapkan integrated reporting secara mandatory.
4. Efektivitas komite audit dalam mengawasi pelaporan perusahaan dapat
meningkatkan kualitas integrated reporting yang baik. Sehingga hal ini
dapat meningkatkan kepercayaan para pengguna laporan dalam
pengambilan keputusan. Integrated reporting yang berkualitas dapat
menyajikan informasi lengkap sehingga dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan dalam meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. sehingga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
120
pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan efektivitas peran
komite audit dan memasukkan elemen integrated reporting dalam
laporan tahunan perusahaan.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran komite audit berdasarkan karakteristik secara keseluruhan,
sehingga masing-masing karakteristik tidak dapat teridentifikasi.
2. IR terdiri dari 8 elemen konten, namun dalam melakukan pengolahan
data penelitian ini menggabungkan seluruh elemen. Sehingga, hasil dari
masing-masing elemen konten tidak dapat dianalisis.
3. Kinerja yang diteliti dalam penelitian ini hanyalah kinerja keuagan. Dan
kinerja keaungan hanya diukur dari sisi pemanfaatan aset perusahaan
(ROA).
4. Penelitian dilakukan pada negara voluntary sehingga kualitas
integrated reporting berbeda-beda. Sehingga skor kualitas IR yang
diperoleh tidak tinggi.
D. Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka penelitian ini memiliki
beberapa saran, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian terhadap masing-
masing karakteristik komite audit seperti tugas, skill, jumlah pertemuan,
dan lain-lain sehingga pengaruh efektivitas komite audit dapat lebih
jelas teridentifikasi.
121
2. Penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian terhadap masing-
masing elemen integrated reporting.
3. Penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian dengan proxy lain
seperti Return On Equity (ROE) serta melakukan pengujian terhadap
kinerja non keuangan yang dapat berimplikasi pada kinerja keuangan.
4. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada negara yang bersifat
mandatory dalam penerapan integrated reporting sehingga kualitas IR
yang di uji lebih efektif.
122
DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, Indra. "A Template For Integrated Reporting". Journal of Intellectual
Capital. Vol. 14, No. 2, hal. 227-245.2013.
Al-baidhani, Ahamed Mohsen. "The Role of Audit Committee in Corporate
Governance : Descriptive Study." Vol.1, No.25.2014
Alqatamin, Rateb Mohammad. "Audit Committee Effectiveness and Company
Performance : Evidence from Jordan". Accounting and Finance Reseasrch,
Vol.7, No.2. 2018.
Appiagyei, K., dan Hadrian G. Djajadikerta. "Integrated Reporting and Firm
Performance : A Research Framework " (October).2017.
Atinc, G., dan Marcia J. Simmering. “Control Variable Use and Reporting in
Macro and Micro Management Research".Organizational Research.
Oraganizational Research Methods. 2012.
Awadallah, E. A., dan Amir Allam. "A Critique of the Balanced Scorecard as a
Performance Measurement Tool Emad A". International Journal of Business
and Social Sicience, Vol. 6, No. 7, hal. 91–99.2012
Bansal, N., dan Sharma, A. K.. "Audit Committee , Corporate Governance and
Firm Performance : Empirical Evidence from India".Vol. 8, No.3, hal. 103–
116. 2016.
Chou, T., dan Agung Darmawan Buchdadi."Independent Board , Audit Committee
, Risk Committee , the Meeting Attendance level and Its Impact on the
Performan .... Independent Board , Audit Committee , Risk Committee , the
Meeting Attendance level and Its Impact on the Performance : A Study of
Listed Banks in Indonesia, (May)". 2017.
Cinquini, L. dan Andrea Tenucci. "Is the Adoption of Strategic Management
Accounting Techniques Really "Strategy-driven"? Evidence From a Survey".
MPRA Paper, No. 11819. 2007.
De Villiers, C., Leonardo Rinaldi., dan Jeffery Unerman." Integrated Reporting :
Insights , Gaps And An Agenda For Future Research".Accounting, Auditing,
and Accountability Journal.Vol. 27, No.4. 2014.
De Villiers, C., Elmar R. Venter, dan Pei-Chi Kelly Hsiao.. "Integrated reporting:
background, measurement issues, approaches and an agenda for future
research".Accounting And Finance. 2016.
Eccles, Robert G. "Integrated Reporting, Quality of Management, and Financial
Performance". Vol. 26, No.1. 2014.
Eccles, R. G., dan George Serafeim. "Corporate and Integrated Reporting : A
Functional Perspective", 1–21. 2015.
123
Ferdinand, Augusty. “Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen
(Edisi 5)”. Seri Pustaka Kunci.2014.
Flower, John. "Critical Perspectives on Accounting The International Integrated
Reporting Council : A story of failure”. Critical Perspectives on Accounting,
Vol.27,No. 1–17. 2015.
Fox, John. An Introduction to Structural Equation Modeling, (November). 2008.
Frías-aceituno, J. V, Rodríguez-ariza, L., dan García-sánchez, I. M. "Is integrated
reporting determined by a country ’ s legal system ? An exploratory study".
Vol.44, 45–55. 2013.
Garson, David. "Testing Statistical Assumptions". Statistical Associates Publishing
1–54. 2012.
Ghozali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21
(Edisi 7".). Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. 2013.
García-Sánchez, Isabel-María dan Ligia Noguera-Gámez."Integrated Reporting
and Stakeholder Engagement: The Effect on Information Asymmetry."
Corporate Social Responsibility and Environmental Management. 2017.
Haji, Abdifatah Ahmed. "The Role Of Audit Committee Attributes In Intellectual
Capital Disclosures". Managerial Auditing Journal, Vol 30 ,No. 8/9, 756–784.
2015.
Haji. A.A, dan Mutalib Anifowose. "Audit Committee And Integrated Reporting
Practice : Does Internal Assurance Matter ?" Manajerial Auditing
Journal.2016.
Hawn, O dan H. G. Kang. "The Effect Of Market And Nonmarket Competition On
Firm And Industry Corporate". 2018.
Hoque, Mohammad Enamul.. "Why Company Should Adopt Integrated
Reporting ?".International Journal of Economics and Financial IssuesVol. 7,
No. 1. 2017.
Hubbard, Graham. "Measuring Organizational Performance : Beyond the Triple
Bottom Line".Business Strategy and Environmental, No. 171-191 (December
2006), 2009.
Hermawan. Ancella Anitawati. "The Influence Of Effective Board Of
Commissioners And Audit Committee On The Informativeness Of Earnings :
Evidence From Indonesian Listed Firms".Asia Pasific Journal of Accounting
and Finance. Vol 21 (December). 2011.
IIRC. The International Integrated Reporting Framwork.
http/integratedreporting.org/integrated-reporting-framwork/. 2013.
IIRC. The International Integrated Reporting Framwork.
http/integratedreporting.org/news/japanesereport-calls-for/.2015.
124
Jacson, A, Boswell,K, dan Davis, D.. "Sustainability and Triple Bottom Line
Reporting – What is it all about ?". International Journal of Business,
Humanities, and Technology, Vol 1, No. 3.2011.
Japan ’ s Corporate Governance Code .2018.
Jensen, M.C dan William H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal Of Financial
Economics. No. 4.1976.
Kipkoech, Samoei Richard. "Audit Committee Size , Experience and Firm
Financial Performance, Evidence Nairobi Securities Exchange ,
Kenya”.Research Journal Finance and Accounting. Vol. 7 , No 15.2016.
KPMG. Survey of Integrated Reports in Japan 2017, (March). 2018.
Laporan Tahunan PT. Semen Indonesia (persero) Tbk. Tahun 2017
Laporan Tahunan PT. Vale Indonesia. Tahun 2017.
Lee, K. W dan Yeo G. H. H. "The Association Between Integrated Reporting and
Firm Valuation". Vol.47.2016.
Lodhia, S., dan Nadia Hess. "Sustainability accounting and reporting in the mining
industry : current literature and directions for future research." Journal of
Cleaner Production, Vol. 84, No. 43–50. 2014.
M, A. S. S., dan Tu Zhengge. "The Impact of Organizational Factors on Financial
Performance : Building a Theoretical Model". International Journal of
Management Science and Business Administration,Vol. No.7. 2016.
Marx, B., dan A Van Der Watt. "Sustainability And Integrated Reporting : An
Analysis Of The Audit Committee ’ S Oversight Role"'. Vol. 9. No. 2. 2011.
Mohajan.Hardhan."Two Criteria For Good Measurement in Research: Validity
and Reliability". MPRA. 2017.
Mubin, M., Arslan Iqbal dan Adnan Hussain . "Determinant of Return on Assets
and Return on Equity and Its Industry Wise Effects : Evidence from KSE (
Karachi Stock Exchange )". Research Journal of Accounting and Finance,
Vol. 5, No. 15. 2014.
Noguera-gámez, Ligia. "Integrated Reporting and Stakeholder Engagement: The
Effect on Information Asymmetry".Corporate Social Responsibility and
Envoronmental Management. 2017.
Okano, H., dan Tomo Suzuki. "A History of Japanese Management Accounting".
Handbook Of MAnagement Accounting Research. 2007
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukkan dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit
125
Plumlee, M., Darrel Brown., R. M. Hayes, dan R. Marshall. S."Voluntary
environmental disclosure quality and firm value: Further evidence". Journal
of Accounting and Public Policy, Vol. 34, No. 4 . 2015.
Schutte, Gina. "Integrated Reporting By South African Companies : A Case Study
Integrated Reporting By South African Companies : A Case Study, (August)".
2017.
Simmonds, Kenneth. "Strategic Management Accounting for Pricing : St rat egic
Management Accounting for Pricing : A Case Example". Accounting and
Business Reasearch , Vol. 37, No.41. 2012.
Smith, Sean Stein. Integrated Reporting , "Corporate Governance , and the Future
of the Accounting Function". International Journal of Business and Social.
Vol.5, No.10. 2014.
Smith, Sean Stein. "Strategic Management Accounting – A Strategic Role for
Accountancy". Internationak Journal of Business and Social. Vol 8, No.
2.2017.
Steyn, Maxi. "Organisational Benefits And Implementation Challenges Of
Mandatory Integrated Reporting". Sustainability Accounting, Management
and Policy Journal, Vol. 5, No. 4. 2014.
Sunarni, Christina Wiwik. "Management Accounting Practices at Hospitality
Business in Yogyakarta, Indonesia". Review of Integrative Business &
Economics Research, Vol.4, No.1.2013.
Suttipun, Muttanachai. "Corporate Governance In Asia Section 3 The Effect Of
Integrated Reporting On Corporate Financial Performance : Evidence From
Thailand". Corporate Ownership And Control, Vol. 15, No. 1. 2017.
Syazlinda, Nor. "Firm Risk and Performance: The Role Of Corporate
Governance". 2012.
Tariq, H., Albetairi, Gagan Kukreja., dan Allam Hamdan. "Integrated Reporting
and Financial Performance : Empirical Evidences from Bahraini Listed
Insurance Companies". Accounting and FInance Research, Vol 7, No. 3.
2018.
Velte, P., dan Martin Stawinoga. "Integrated Reporting : The Current State Of
Empirical Research , Limitations And Future Research Implications". Journal
Of Management Control, Vol. 28, No. 3. 2017.
Wen, L.P. dan Angeline Yap Kiew Heong. "Integratedd Reporting And Financial
Financial Performance". Management and Accounting Review, Vol. 16, No.
2,. 2017
Williams, R., Paul D. Allisondan, dan Enrique Moral-Benito. "Linear Dynamic
Panel Data Estimation Using Maximum Likelihood and Structural Equation
Modeling".The Stata Journal, Vol 18, No. 2. 2018.
126
Yeo, G. H. Dan Kin-Wai Lee. "The Association Between Integrated Reporting And
Firm Valuation". Review of Quantitative Finance and Accounting, Vol 47,
No. 4.2016.
Zabojnikova, Gabriela. "The Audit Committee Characterictics And Firm
Performance: Evidence From The UK. Disertation:U. Porto". 2016.
Zhou, S., Roger Simnett., dan Wendy Green. "Does Integrated Reporting Matter to
the Capital Market". A Journal Of Accounting, Finance, and Business Studies,
Vol.53, No. 1. 2017.
Zuhroh, D dan Sunardi. "The Implementation of Business Strategy and
Management Accounting Practice to Increase Competitive Advantage in
FAshion-BAsed Creative Industr"y. Management Studies, Vol. 7, No.4. 2019.
127
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabel Kelengkapan Data Penelitian
No.
Perusahaan
Komite Audit, Integrated
Reporting, dan ROA
2014 2015 2016 2017
1. Ajinomoto Co Inc ˅ ˅ ˅ ˅
2. Alps Electric Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
3. Ana Holdings Inc ˅ ˅ ˅ ˅
4. Asahi Group Holdings Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
5. Asahi Kasei Corp ˅ ˅ ˅ ˅
6. Astellas Pharma Inc ˅ ˅ ˅ ˅
7. Azbil Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
8. Bandai Namco Holdings Inc ˅ ˅ ˅ ˅
9. Bridgestone Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
10. Capcom Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
11. Chubu Electric Power Co Inc ˅ ˅ ˅ ˅
12. Chugai Pharmaceutical Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
13. Daicel Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
14. Daifuku Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
15. Daiwa House Industry ˅ ˅ ˅ ˅
16. Denka Company Limited ˅ ˅ ˅ ˅
17. Denso Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
18. Dentsu Inc ˅ ˅ ˅ ˅
19. Don Quijote Holdings Co ˅ ˅ ˅ ˅
20. Dynam Japan Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
21. Ebara Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
22. Eisai Cp. Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
23. Electric Power Development ˅ ˅ ˅ ˅
24. Familymart Uny Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
25. Fancl Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
26. Freund Corp ˅ ˅ ˅ ˅
27. Fuji Electric ˅ ˅ ˅ ˅
28. Fujifilm Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
29. Fujikura Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
30. Fujitsu Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
31. Hitachi Chemical ˅ ˅ ˅ ˅
32. Hitachi Ltd Group ˅ ˅ ˅ ˅
33. Hitachi Metals ˅ ˅ ˅ ˅
34. Hitachi Transport System ˅ ˅ ˅ ˅
128
No.
Perusahaan
Komite Audit, Integrated
Reporting, dan ROA
2014 2015 2016 2017
35. Hitachi Zosen ˅ ˅ ˅ ˅
36. Horiba Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
37. Idemitsu Kosan Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
38. Ihi Corp ˅ ˅ ˅ ˅
39. Iino Kaiun ˅ ˅ ˅ ˅
40. Ito En ˅ ˅ ˅ ˅
41. Itochu Corp ˅ ˅ ˅ ˅
42. Itochu Enex ˅ ˅ ˅ ˅
43. Itochu Techo Solution ˅ ˅ ˅ ˅
44. J Front Retailing ˅ ˅ ˅ ˅
45. Japan Airlines ˅ ˅ ˅ ˅
46. Japan Petroleum Exploration Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
47. Jgc Corp ˅ ˅ ˅ ˅
48. Jtekt ˅ ˅ ˅ ˅
49. Jvc Kenwood ˅ ˅ ˅ ˅
50. Jxtg Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
51. Kajima Corp ˅ ˅ ˅ ˅
52. Kaneka Corp ˅ ˅ ˅ ˅
53. Kanematsu Corp ˅ ˅ ˅ ˅
54. Kansai Paint ˅ ˅ ˅ ˅
55. Kawasaki Heavy Industries Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
56 Kawasaki Kisen Kaisha ˅ ˅ ˅ ˅
57. Kddi Corp ˅ ˅ ˅ ˅
58. Kirin Holdings Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
59. Konica Minolta, Inc ˅ ˅ ˅ ˅
60. Kubota Corp ˅ ˅ ˅ ˅
61. Kyowa Exeo Corp ˅ ˅ ˅ ˅
62. Kyowa Hakko Kirin ˅ ˅ ˅ ˅
63. Lawson Corp ˅ ˅ ˅ ˅
64. Lintec Corp ˅ ˅ ˅ ˅
65. Lion Corp ˅ ˅ ˅ ˅
66. Lixil Group ˅ ˅ ˅ ˅
67. Marubeni Corp ˅ ˅ ˅ ˅
68. Medipal Holdings Corp ˅ ˅ ˅ ˅
69 Meiji Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
70. Mitsubishi Corp ˅ ˅ ˅ ˅
71. Mitsubishi Heavy Industries ˅ ˅ ˅ ˅
72. Mitsubishi Paper Mills Limited ˅ ˅ ˅ ˅
73. Mitsui & Co, Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
74. Nagase & Co ˅ ˅ ˅ ˅
129
No.
Perusahaan
Komite Audit, Integrated
Reporting, dan ROA
2014 2015 2016 2017
75. Nec Corp ˅ ˅ ˅ ˅
76. Nec Networks & System Integration ˅ ˅ ˅ ˅
77. Ngk Spark Plug Co ˅ ˅ ˅ ˅
78. Nichicon Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
79. Nichirei Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
80. Nihon Kohden Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
81. Nikon Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
82. Nippon Telegraph And Telephone
Corporation
˅ ˅ ˅ ˅
83. Nippon Yusen Kabushiki ˅ ˅ ˅ ˅
84. Nissan Chemical Industries ˅ ˅ ˅ ˅
85. Nomura Co. Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
86. Nomura Research Institute ˅ ˅ ˅ ˅
87. Ns United Kaiun Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
88. Nsk Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
89. Obayashi Corporate ˅ ˅ ˅ ˅
90. Ohara Inc. ˅ ˅ ˅ ˅
91. Oji Holdings Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
92. Oki Electric Industry ˅ ˅ ˅ ˅
93. Olympus Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
94. Omron Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
95. Ono Pharmaceutical ˅ ˅ ˅ ˅
96. Penta Ocean Construction ˅ ˅ ˅ ˅
97. Pigeon Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
98. Pola Orbis Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
99. Ricoh Company ˅ ˅ ˅ ˅
100. Rohm Company Limited ˅ ˅ ˅ ˅
101. Sanki Engineering ˅ ˅ ˅ ˅
102. Santen Pharmaceutical ˅ ˅ ˅ ˅
103. Sanwa Holdings Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
104. Sato Holdings Co ˅ ˅ ˅ ˅
105. Sawai Pharmaceutical Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
106. Screen Holdings Co ˅ ˅ ˅ ˅
107. Scsk Corp ˅ ˅ ˅ ˅
108. Sega Sammy Corp ˅ ˅ ˅ ˅
109. Seiko Epson ˅ ˅ ˅ ˅
110. Sekisui Chemical ˅ ˅ ˅ ˅
111. Sekisui House ˅ ˅ ˅ ˅
112. Seven & I Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
113. Shikoku Electric Power ˅ ˅ ˅ ˅
130
No.
Perusahaan
Komite Audit, Integrated
Reporting, dan ROA
2014 2015 2016 2017
114. Shimadzu Corp ˅ ˅ ˅ ˅
115. Shimizu Corp ˅ ˅ ˅ ˅
116. Shin-Etsu Chemical ˅ ˅ ˅ ˅
117. Shionogi ˅ ˅ ˅ ˅
118. Shiseido Company Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
119. Showa Denko ˅ ˅ ˅ ˅
120. Showa Sell ˅ ˅ ˅ ˅
121. Sojitz ˅ ˅ ˅ ˅
122. Subaru Corp ˅ ˅ ˅ ˅
123. Sumitomo Chemical ˅ ˅ ˅ ˅
124. Sumitomo Corp ˅ ˅ ˅ ˅
125. Sumitomo Dainippon Pharma ˅ ˅ ˅ ˅
126. Sumitomo Foresty ˅ ˅ ˅ ˅
127. Sumitomo Heavy Industry ˅ ˅ ˅ ˅
128. Sumitomo Metal Mining ˅ ˅ ˅ ˅
129. Sumitomo Mitsui Conctruction ˅ ˅ ˅ ˅
130. Suzuken Co Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
131. Sysmex Corp ˅ ˅ ˅ ˅
132. Taisei Corporation ˅ ˅ ˅ ˅
133. Taisho Pharmaceutical Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
134. Taiyo Nippon Sanso ˅ ˅ ˅ ˅
135. Teijin Limited ˅ ˅ ˅ ˅
136. Terumo Corp ˅ ˅ ˅ ˅
137. T-Gaia ˅ ˅ ˅ ˅
138. Tobishima Corp ˅ ˅ ˅ ˅
139. Toda Corp ˅ ˅ ˅ ˅
140. Tokyo Electric Power Holdings ˅ ˅ ˅ ˅
141. Toppan Forms ˅ ˅ ˅ ˅
142. Toppan Printing ˅ ˅ ˅ ˅
143. Toshiba Corp ˅ ˅ ˅ ˅
144. Toto Ltd ˅ ˅ ˅ ˅
145. Toyo Denki Seizo ˅ ˅ ˅ ˅
146. Toyo Engineering Corp ˅ ˅ ˅ ˅
147. Toyota Boshoku ˅ ˅ ˅ ˅
148. Toyota Industries ˅ ˅ ˅ ˅
149. Toyota Motor ˅ ˅ ˅ ˅
150. Ts Tech ˅ ˅ ˅ ˅
151. Ube Industries ˅ ˅ ˅ ˅
152. Unicarm Corp ˅ ˅ ˅ ˅
153. United Arrows ˅ ˅ ˅ ˅
131
No.
Perusahaan
Komite Audit, Integrated
Reporting, dan ROA
2014 2015 2016 2017
154. Wacoal Holding Group ˅ ˅ ˅ ˅
155. Yahoo Japan ˅ ˅ ˅ ˅
156. Yamada Denki ˅ ˅ ˅ ˅
157. Yamaha Motor ˅ ˅ ˅ ˅
158. Yamato Holding ˅ ˅ ˅ ˅
159. Yaskawa Electric ˅ ˅ ˅ ˅
160. Yokogawa Electric ˅ ˅ ˅ ˅
Lampiran 2 : Ceklis Kualitas Integrated Reporting
Panel A: 31 components included in the coding framework
No dimensions components
Scoring
Scheme
Min
Score
Max
Score
1 organizational overview
and operating context
1.1 Reporting
Boundary 0 1
what does the organization
do and what are the
circumstances under which
it operates
1.2 Mission and value 0 1
1.3 Business overview 0 1
1.4 operating Context 0 1
1.5 Summary Statistic 0 1
2 Governance
2.1 Governance
Structure 0 1
what is the organization's
governance structure, and
how does it support the
organization's ability to
create value in the short,
medium, and long term?
2.2 Governance and
Strategi 0 1
2.3 Remuneration and
strategi 0 1
2.4 Governance and
others 0 1
3 Opportunities and risks 3.1 Risk 0 1
what are the key
opportunities and risks
faced by the organization?
3.2 Opportunities 0 1
4
strategy and resource
allocation plans
4.1 Strategic
Objectives 0 1
where does the organization
want to go and how does it
intend to get there
4.2 Links Between
strategy and other
elements
0 1
4.3 Competitive
advantage 0 1
132
Panel A: 31 components included in the coding framework
No dimensions components
Scoring
Scheme
Min
Score
Max
Score
4.4 Stakeholder
consultations 0 1
5 business model
5.1 Business model
description 0 1
what are the organization's
key inputs, value-adding
activities, and outputs by
which it aims to create
value over the short,
medium, long term?
5.2 Links between
business model and
other
0 1
5.3 stakeholders
dependencies 0 1
6 performance and outcomes
6.1 KPI's againts
strategy 0 1
how has the organization
performed against its
strategic objectives and
related startegies, and what
are the key outcomes
resulting from its activities?
6.2 Explanation of
KPIs 0 1
6.3 Stakeholders
relationship 0 1
6.4 Past, current, and
future performance
0 1
6.5 financial
implications of other
capitals
0 1
0 6.6 Supply Chain
performance 0 1
6.7 the quality of
quantitative indicators
0 1
7 Future outlook
7.1 Anticipated
changes 0 1
what opportunities, risks,
challanges, and
uncertainities is the
organization likely to
encounter potential
implications for its
strategies and future
performance.
7.2 potential
implications 0 1
7.3 Estimates 0 1
0 1
8 other elements
8.1 Conciseness and
links 0 1
what are the other elements
that reflect the guiding
principles of integrated
8.2 Materiality
determination process
0 1
8.3 the board sign-off 0 1
133
Panel A: 31 components included in the coding framework
No dimensions components
Scoring
Scheme
Min
Score
Max
Score
reporting, but are not
specifically mentioned in the
content elements?
Lampiran 3 : Ceklis Efektivitas Komite Audit
No. Description Good Fair Poor
A. Audit Committee Activities
1-5 Assess the responsibilities fulfilled by the
audit committee during the year, include the
following items:
1. Evaluating internal control
2. Propose auditor
3. Financial report review
4. Evaluating legal compliance
5. Prepare a complete audit committee
report for disclosure.
In each category, if the responsibility is
fulfilled, firms will receive a ‘good’ score. If
the responsibility is fulfilled a part, the
company will receive a ‘fair’ score. If the
responsibility is not fulfilled, or no
information, the company will receive a
‘poor’ score.
6 How many meetings were held during the
year?
If the audit committee meets more than six
times, the firm will earn a ‘good’ score. If 4
– 6 meeting, the firm will earn a ’fair’ score,
while less than four time or no information
will be scored as ‘poor’.
7 What is attendance performance of the audit
committee members during the year?
If the overall audit committee attendance for
the year is greater than 80%, the firm earns
a ‘good’ score. If attendance is 70 -80%
receives a ‘fair’ score, and less than 70% or
no information receives a ’poor’ score.
134
No. Description Good Fair Poor
8 Does the audit committee evaluate the scope,
accuracy, cost effectiveness, independency
and objectivity of external auditor?
If the audit committee evaluates all of the
items, the firm has a ‘good’ score, If only
some part of the items was evaluated, the
score will be ‘fair’. And if none of the items
was evaluated, the score will be ‘poor’.
B. Audit Committee Size
9 What is the size of the audit committee?
If there are 3 people in the audit committee
the score will be ‘fair’, and if there is more
than 3 person in the audit committee, the
score will be ‘good’. If there is no
information, the score will be ‘poor’.
C. Audit Committee Expertise and Competence
10 Does the audit committee have an
accounting background?
If the company has more than 1 person with
accounting background, the firm will earn a
‘good’ score. If the company has only 1
person with accounting background, the firm
earns a ‘fair’ score, and if none has
accounting background or no information,
the score will be ‘poor’.
11 What is the average age of the audit
committee?
If the average age of the audit committee is
more than 40 years old, the company will
receive a ‘good’ score. If the average age of
the audit committee is between 30 and 40
years old, the score is ‘fair’, and if the
average age is below 30 years old, the score
will be ‘poor’.
135
Lampiran 4 Contoh Integrated Reporting
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167