PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

50
PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING DENGAN MEDIA FLIP CHART TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan DADAN RAMDAN AWAN S NPM. AK. 2.16.050 PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2018

Transcript of PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

Page 1: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE

KONSELING DENGAN MEDIA FLIP CHART

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

PENDERITA TUBERKULOSIS DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KESEHATAN KERJA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Keperawatan

DADAN RAMDAN AWAN S

NPM. AK. 2.16.050

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2018

Page 2: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …
Page 3: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …
Page 4: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …
Page 5: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh

dunia. Lebih dari 95% kematian TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah Edukasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan

dan sikap pasien TB. Salah satu media yang digunakan dalam edukasi tersebut

adalah dengan media flip chart (lembar balik).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Edukasi Menggunakan

Metode Konseling Dengan Media Flip Chart Terhadap Pengetahuan Dan Sikap

Penderita Tuberkulosis Paru Di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah preeksperimen dengan

pendekatan one group pretest-postest dengan populasi 36 orang, menggunakan

tekhnik total sampling. Analisa yang digunakan adalah univariat dan bivariate

dengan Wilcoxon Signed Ranks Test.

Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh edukasi menggunakan metode

konseling dengan media flip chart terhadap pengetahuan dan sikap penderita

tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja dengan nilai

( P- value = 0.001) untuk pengetahuan serta ( P- value = 0.001) untuk sikap.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bahan untuk pembuatan

standar prosedur operasional dalam penatalaksanaan tuberkulosis paru.

Kata Kunci: Edukasi, Konseling, Pengetahuan, Sikap, Tuberkulosis

Daftar Pustaka: 16 Buku (2002-2018)

6 Website (1999-2018)

Page 6: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is one of 10 diseases cause death in the world. More than

95% of TB occur in low- and middle-income countries. Education is one of the

way to improve knowledge and TB patients attitude. One of the media used in the

education is by flip chart media.

The aims of this reseach were to know the influence of education by using

counseling methods with flip chart media to the knowledge and lung tuberculosis

patients attitude at Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

The type of this research in this study was pre-experiment with one group

pretest-posttest approach with a population of 36 population, used total sampling

technique. Analysis used were univariate and bivariate with the Wilcoxon Signed

Ranks Test.

The research results showed that there was influence of education by using

counseling method with flip chart media toward the knowledge and lung

tuberculosis patients attitudes at Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja

eith th scoreof (P-value = 0.001) for knowledge also (P-value = 0.001) for

attitude. Hopefully this research result able to become the source of materialtu

make operational sgandart prosedures in managing lung tuberculosiss

Keywords: Education, Counseling, Knowledge, Attitude, Tuberculosis

Bibliography: 16 Books (2002-2018)

6 Website (1999-2018)

Page 7: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan judul

“Pengaruh Edukasi Menggunakan Metode Counseling Dengan Media Flip Chart Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Terhadap Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Di

Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja ” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bhakti Kencana Bandung.

Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan

Proposal Penelitian ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. H. Mulyana, S.H., M.Pd., MHKes Selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana Bandung.

2. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti

Kencana Bandung.

3. Yuyun Sarinengsih, S.Kep, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ners STIKes

Bhakti Kencana Bandung.

4. Ibu Lia Nurlianawati, S.Kep,Ners, M.Kep, sebagai pembimbing kesatu.

5. Nur Intan Hayati H.K, S.Kep, Ners, M.Kep sebagai pembimbing kedua

6. Seluruh karyawan RSUD Kesehatan Kerja yang telah meluangkan waktu dan memberi

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh staff dosen keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana

Bandung.

8. Responden yang telah bersedia menjadi partisipan dan membantu penulis dalam

pemberian informasi yang dibutuhkan.

9. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan moril dan materil serta doa kepada

penulis

Page 8: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

10. Istri dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan kepada

penulis selama penyusunan skripsi

11. Rekan-rekan seperjuanngan kelas ekstensi angkatan 2016 yang telah bersama-sama

berjuang menempuh perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana

Bandung dan selalu memberi masukan serta motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi maupun

susunannya. Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi

para pembaca.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

Page 9: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..... .............................................................................. 10

2.1 Konsep edukasi .............................................................................. 10

2.2 Konsep pengetahuan .............................................................................. 15

2.3 Konsep Sikap ............................................................................................ 18

2.4 Konsep Konseling ...................................................................................... 20

2.5 Konsep Tuberkulosis Paru…………………………………… 22

2.6 Konsep penatalaksanaan tuberkulosis ......................................................... 27

2.7 Kerangka konsep ........................................................................................ 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 39

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 39

3.2 Paradigma penelitian ................................................................................... 39

3.3 .. Hipotesa Penelitian .................................................................................... 42

3.4 Variabel Penelitian ...................................................................................... 42

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ............................................. 43

Page 10: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

3.6 Populasi dan Sampel ................................................................................... 50

3.7 Pengumpulan Data ........................................................................................ 50

3.8 Langkah-langkah Penelitian ........................................................................... 54

3.9 Pengolahan dan Analisa Data ......................................................................... 56

3.10 Etika penelitian ............................................................................................ 60

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 62

4.1 Hasil penelitian .............................................................................................. 62

4.2 Pembahasan ................................................................................................... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 76

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 76

5.2 Saran ...... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini Pertama ............................................ 28

Tabel 2.2 Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini Kedua ............................................... 29

Tabel 2.3 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 (2(HRZE)/4(HR ....................................... 30

Tabel 2.4 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 {2(HRZE)S/(HRZE))/

5(HRE)} ... 31

Tabel 2.5 OAT yang dipakai dan dosisnya ....................................................................... 31

Tabel 2.6 Paduan OAT pada anak ........................................................................................ 32

Tabel 4.1 Pengetahuan penderita tuberkulosis sebelum pemberian edukasi

menggunakan metode konseling dengan media flipchart ................................... 64

Tabel 4.2 Pengetahuan penderita tuberkulosis sesudah pemberian edukasi

menggunakan metode konseling dengan media flipchart ................................... 64

Tabel 4.3 Sikap penderita tuberkulosis sebelum pemberian edukasi

menggunakan metode konseling dengan media flipchart ................................... 65

Tabel 4.4 Sikap penderita tuberkulosis sesudah pemberian edukasi

menggunakan metode konseling dengan media flipchart ................................... 66

Tabel 4.5 Pengaruh edukasi menggunakan metode konseling dengan media Flip chart

terhadap pengetahuan penderita tuberkulosis sesudah

pemberian edukasi menggunakan metode konseling dengan

media flipchart .................................................................................................. 67

Tabel 4.5 Pengaruh edukasi menggunakan metode konseling dengan media Flip chart

terhadap sikap penderita tuberkulosis sesudah

pemberian edukasi menggunakan metode konseling dengan

Page 12: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

media flipchart .................................................................................................. 67

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Kisi-kisi Instrumen

Instrumen Penelitian

Permohonan kesediaan responden

Karakteristik pasien Tuberkulosis paru

Hasil Uji Validitas & Reabilitas

Rekapitulasi data hasil penelitian

Surat Ijin penelitian

Surat Ijin uji validitas

Formulir pendaftaran sidang skripsi

Lembar oponen

Kegiatan bimbingan skripsi

Page 13: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh

dunia. Lebih dari 95% kematian TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Sekitar seperempat dari populasi dunia memiliki TB laten, yang berarti

orang telah terinfeksi oleh bakteri TB tetapi tidak (belum) sakit dengan penyakit

dan tidak dapat menularkan penyakit. Pada tahun 2016, ditemukan 10,4 juta orang

jatuh sakit dengan TB, dan 1,7 juta meninggal karena penyakit (termasuk 0,4 juta

di antara orang dengan HIV)(WHO, 2018).

Di Indonesia setiap tahunnya kasus tuberkulosis paru bertambah. Pada tahun

2016 ada total 156.723 kasus. Sedangkan jumlah di Provinsi Jawa Barat terdapat

23.774 kasus, untuk laki-laki 13.950 kasus dan perempuan 9.824 kasus. (Sumber:

Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017). Sedangkan di Kabupaten Bandung di tahun

2016 terdapat 6.626 kasus penderita TB ( Dinkes Kabupaten Bandung, 2017).

Penderita TB 75% adalah kelompok usia yang paling produktif secara

ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan

kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut

mengakibattkan pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-

30%. Jika seseorang meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya

sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan

dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat

Page 14: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

2

( Depkes, 2014). Penanganan TB yang dilakukan atas rekomendasi WHO adalah

dengan strategi DOTS.

DOTS (Directly Observed Treatment Short- course) sebagai strategi dalam

pengendalian TB sejak tahun 1995. Strategi ini akan memutuskan penularan TB

dan secara langsung menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan

menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan

penularanTB. (Depkes, 2014)

Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB antara lain: 1)

Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan karena masih

kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil kebijakan, dan pendanaan

untuk operasional, bahan serta sarana prasarana, 2) Belum memadainya tata

laksana TB terutama di fasyankes yang belum menerapkan layanan TB sesuai

dengan standar pedoman nasional dan tidak baku nya penemuan kasus/diagnosis,

paduan obat, pemantauan pengobatan, pencatatan dan pelaporan, dan standar

dalam penemuan kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan pengobatan,

pencatatan dan pelaporan, 3) Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan

lintas sektor dalam penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan

(Depkes, 2014).

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB

adalah 1) Faktor lingkungan terdiri dari ventilasi, kepadatan dalam ruangan,

konsentrasi kuman lama kontak, 2) Faktor Perilaku, 3) Infeksi penyakit HIV, 4)

Malnutrisi (Depkes, 2014).

Page 15: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

3

Pencegahan TB dapat dilakukan dengan cara peningkatan pengetahuan dan

sikap penderita. Cara peningkatan tersebut adalah dengan edukasi. Edukasi

dengan metode Konseling bersifat dua arah sehingga informasi didapatkan lebih

mantap dan mendalam. Flip Chart merupakan salah satu media edukasi yang

sederhana, mudah diperoleh, dan dipergunakan di berbagai tempat (Notoatmodjo,

2014).

Berdasarkan penelitian Umammi (2016) tentang pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap penderita tentang

tuberculosis paru di Puskesmas Simo, Kabupaten Boyolali didapatkan hasil bahwa

p value lebih kecil dibanding dengan nilai taraf signifikansi yaitu 0,0050

(<0,0050) pada variabel pengetahuan. Untuk variabel sikap didapatkan hasil yaitu

p value lebih kecil dibanding dengan nilai taraf signifikansi yaitu 0,0050 (p value

<0,0050). Sehingga kesimpulannya adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap perubahan pengetahuan dan sikap penderita tentang pencegahan

penularan tuberculosis paru di Puskesmas Simo, Kabupaten Boyolali.

Herryanto (1999) tentang Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan

Penderita Tb Paru di Kabupaten Tangerang mendapatkan hasil penelitian yaitu chi

square test pengetahuan penderita TB paru sebelum diberikan penyuluhan dan

setelah diberikan penyuluhan cukup berbeda bermakna (p=0,0000, pada α < 0,05).

Sehingga dapat disimpulkan yaitu ada Pengaruh Penyuluhan Terhadap

Pengetahuan Penderita Tb Paru di Kabupaten Tangerang.

Buang (2015) tentang Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Audio Visual

Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Hidup Sehat Keluarga Tentang Pencegahan

Page 16: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

4

PenularanTuberkulosis Paru mendapatkan hasil Perbedaan post test pengetahuan

keluarga antara kelompok eksprimen dan kelompok kontrol berdasarkan hasil uji

statistik t independent didapatkan p value 0,000 < α (0,05). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan audio visual efektif terhadap

pengetahuan keluarga tentang pencegahan penularan tuberkulosis paru.

Menurut penelitian Rizana (2016) tentang Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku

Keluarga Dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru mendapatkan hasil

nilai pretest dan post test pengetahuan keluarga antara kelompok intervensi

dibanding kelompok kontrol dengan nilai mean pengetahuan kelompok intervensi

pada pretest (6,62) dan posttest (8,52), sedangkan` nilai mean pengetahuan

kelompok kontrol pada saat pretest (7,81) dan posttest (6,90) dengan (p=0,000).

Sedangkan pada sikap mendapatkan hasil nilai pretest dan posttest sikap antara

kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol dengan nilai mean sikap

kelompok intervensi pada pretest (27,90) dan posttest (29,14), sedangkan nilai

mean sikap kelompok kontrol pada saat pretest (27,76) dan posttest (24,52)

dengan (p=0,000). Untuk hasil perilaku didapatkan hasil nilai mean perilaku

kelompok intervensi pada pretest (3,86) dan posttest (4,48), sedangkan nilai mean

perilaku kelompok kontrol pada saat pretest (4,29) dan posttest (3,76) dengan

(p=0,000). Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam pencegahan penularan

Tb paru.

Infanti (2011) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru pada

Page 17: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

5

Keluarga Di Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya mendapatkan hasil yaitu

Pengetahuan responden tentang pencegahan penularan TB Paru sebelum diberikan

pendidikan kesehatan berpengetahuan baik sebanyak 25,9% dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan meningkat menjadi 88,9%. Sikap responden terhadap

pencegahan penularan TB Paru sebelum diberikan pendidikankesehatan bersikap

positif sebanyak 44,4% dan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat

menjadi 74,1%. Tindakan responden terhadap pencegahan penularan TB Paru

sebelum diberikan pendidikan kesehatan, mempunyai tindakan baik sebanyak

11,1 % dan sesudah pendidikan kesehatan meningkat menjadi 85,2%. Sehingga

dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan

pengetahuan, sikap, dan tindakan penderita TB Paru tentang pencegahan

penularan TB Paru pada keluarga di Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya.

Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja (RSUD KK) merupakan

fasilitas kesehatan yang berada di bawah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Di

RSUD KK terdapat klinik DOTS yang mengelola Program TB. Pasien yang

berobat ke RSUD KK ada 234 kunjungan pasien pada tahun 2017. Data tiga

bulan terakhir yaitu tanggal Januari s.d Maret 2018 adalah ada 35 orang yang

sedang berobat di RSUD KK.

Menurut perawat di klinik DOTS setiap pasien TB yang berobat ke RSUD

Kesehatan Kerja sudah diberikan penatalaksanaan sesuai dengan ketetntuan yang

berlaku dan pedoman penatalaksanaan TB terbaru. Setiap pasien yang dicurigai

TB maka akan disarankan untuk pemeriksaan dahak dan rontgen pada pasien

dewasa. Sedangkan untuk pasien anak akan dilakukan tes tuberkulin dan sistem

Page 18: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

6

skoring. Hasil pemeriksaan tersebut akan dikonsultasikan ke dokter untuk

penegakan diagnosis TB. Untuk edukasi secara individu sudah dilaksanakan

kepada setiap pasien tetapi belum dibuat standar operasional prosedur dan

evaluasi pelaksanaanya untuk tekhnik edukasi tersebut. Sistem

pengadministrasian dan pelaporan sudah dilaksanakan secara online dilaksanakan

oleh perawat dengan panduan dari Dinkes Kabupaten Bandung. Jika ada pasien

yang berhenti berobat tanpa diketahui pemegang program TB belum

ditindaklanjuti. Hal ini dikarenakan RSUD KK yang tidak mempunyai wilayah

binaan dan belum bekerjasama dengan Puskesmas atau Pusat Kesehatan

Masyarakat tempat tinggal pasien. Untuk evaluasi keberhasilan pengobatan TB

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan aplikasi TB secara

online.

Berdasarkan temuan saat studi pendahuluan didapatkan permasalahan

penatalaksanaan TB dengan metode edukasi sudah dilakukan akan tetapi belum

terlaksana dengan baik. Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2018) merumuskan

bahwa perilaku seseorang merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus ( rangsangan dari luar). Pengetahuan dan sikap merupakan bagian dari

perilaku tertutup. Edukasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap pasien TB. Salah satu media yang digunakan dalam

edukasi tersebut adalah dengan media cetak berupa flip chart (lembar balik).

Dengan dilaksanakan edukasi menggunakan metode konseling dengan media flip

chart diharapkan pengetahuan dan sikap penderita TB lebih meningkat.

Page 19: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

7

Berdasarkan kondisi diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Pengaruh Edukasi Menggunakan Metode Konseling Dengan

Media Flip Chart Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis

Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah Pengaruh Edukasi

Menggunakan Metode Konseling Dengan Media Flip Chart Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Di Rumah Sakit Umum Daerah

Kesehatan Kerja

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Edukasi Menggunakan Metode Konseling Dengan

Media Flip Chart Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru

Di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

1.3.2 Tujuan Khusus.

a. Mengidentifikasi pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru sebelum diberikan

edukasi menggunakan metode konseling dengan flip chart di Rumah Sakit

Umum Daerah Kesehatan Kerja.

b. Mengidentifikasi sikap Penderita Tuberkulosis Paru sebelum diberikan

edukasi menggunakan metode konseling dengan flip chart di Rumah Sakit

Umum Daerah Kesehatan Kerja.

Page 20: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

8

c. Mengidentifikasi pengetahuan Penderita Tuberkulosis Tuberkulosis Paru

sesudah diberikan edukasi menggunakan metode konseling dengan flip chart

di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

d. Mengidentifikasi sikap Penderita Tuberkulosis Paru sesudah diberikan edukasi

menggunakan metode konseling dengan flip chart di Rumah Sakit Umum

Daerah Kesehatan Kerja.

e. Menganalisa pengaruh pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru sebelum dan

sesudah diberikan edukasi menggunakan metode konseling dengan flip chart

di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

f. Menganalisa pengaruh sikap Penderita Tuberkulosis Paru sebelum dan

sesudah diberikan edukasi menggunakan metode konseling dengan flip chart

di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara objektif

tentang bagaimana Pengaruh Edukasi Menggunakan Metode Konseling Dengan

Media Flip Chart Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru

Di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

Page 21: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

9

b. Bagi pengelola program TB Paru

Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pemikiran bagi

pengelola program TB Paru dalam melakukan upaya pencegahan kegagalan

program dan pencegahan munculnya kasus TB MDR.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini menjadi evidence based practice yang bisa menjadi

operasional posedur bagi penatalaksanaan pasien TB. Sebagai bahan informasi

dan tambahan bahan bacaan bagi rekan-rekan sejawat. Penulis berharap agar

rekan-rekan dapat melakukan penelitian lebih lanjut di kemudian hari.

Page 22: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Edukasi

Menurut Suliha (2002) dalam Maulana (2009), Edukasi dalam keperawatan

merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu

individu, kelompok dan masyarakat, mendapatkan pengetahuan yang diharapkan

dapat menimbulkan perubahan tindakan atau perilaku baru sesuai dengan maksud

dan tujuan edukasi.

Pencapaian edukasi yang optimal dilakukan dengan pertimbangan

diantaranya:

2.1.1 Sasaran edukasi berdasarkan metode pendidikan

a. Metode pendidikan Individual (perorangan)

Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang

yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Metode ini

dikenal dengan counceling. Bersifat individu namun bukan hanya kepada orang

yang bersangkutan tetapi mungkin kepada keluarga lainya. Bentuk pendekatan

dengan metode ini yaitu:

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Bimbingan merupakan suatu bentuk kontak antara klien dengan

petugas kesehatan lebih sering, untuk membimbing dalam penyelesaian

masalah yang dihadapi klien sedangkan penyuluhan adalah terjemahan

dari counceling, yang merupakan pendidikan terpadu dari bimbingan

Page 23: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

11

(Maulana, 2009). Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan

pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan

dan menanamkan keyakinan. Dengan demikian, subjek tidak saja sadar,

tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang

berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 2010).

2) Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali

informasi apakah seseorang sudah menerima perubahan atau belum

menerima. Menerima apakah dia tertarik atau tidak terhadap perubahan.

(Notoatmodjo, 2014)

b. Metode pendidikan kelompok

Sasaran kelompok dibedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil (6-15

Orang) dan kelompok besar (15-50) orang.

1) Kelompok kecil, misalnya diskusi kelompok, metode curah pendapat

(brainstorming), bola salju (snow ball), bermain peran (roleplay),

permaianan simulasi (simulation game), dan lain-lain. Untuk

mengidentifikasi metode ini dibantu dengan alat bantu atau media,

Misalnya: lembar balik (flipchart), alat peraga, slide, dan sebagainya

2) Kelompok besar, misalnya metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti

dengan tanya jawab, seminar, lokakarya, dan sebagainya. Untuk

mempermudah metode ini perlu dibantu pula dengan alat bantu misalnya :

overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya

Page 24: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

12

c. Metode pendidikan massa (public)

Metode pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah:

1) Ceramah umum, (public speaking) misalnya di lapangan terbuka dan

tempat-tempat umum (public place)

2) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televisi. Penyampaian

melalui media ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya sandiwara (drama),

talk show, dialog interaktif, simulasi, dan sebagainya

3) Penggunaan ,media cetak seperti koran, majalah, buku, leaflet, selebaran,

poster, dan sebagainya. Bentuk sajian dala media ini antara lain: artikel,

tanaya jawab, komik, dan sebagainya.

Dalam menentukan media yang akan digunakan dalam edukasi harus

dipertimbangkan berbagai hal. Bila mencakup pengetahuan maka dapat dilakukan

dengan cara penyuluhan individual secara langsung, pemasangan poster, spanduk,

penyebaran leaflet, dan lain-lain.

Sedangkan untuk aspek sikap maka kita harus lebih memberikan contoh yang

kongkret yang dapat menggugah emosi, perasaan, dan sikap sasaran, misalnya

dengan memperlihatkan foto, slide atau pemutaran film atau video (Notoatmodjo,

2014). Untuk memudahkan penyampain pesan maka diperlukan media atau alat

bantu.

Media dibagi menjadi 3, yakni media cetak, media elektronik, dan media

papan.

Page 25: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

13

1) Media Cetak

a) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan dalam bentuk

buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

b) Leaflet, bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

maupun gabar, atau kombinasi.

c) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet tetapi tidak berlipat.

d) Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi

dalam bentuk lembar balik.

e) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan

f) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi

kesehatan, yang biasanya di tempel di tembok, di tempta umum, atau

kendaraan umum.

g) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan

2) Media elektronik

a) Televisi

Bentuk dari media televisi berupa sandiwara, sinetron, forum

diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah),

TV spot, kuis, dan sebagainya.

b) Radio

Page 26: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

14

Bentuk dari media radio berupa obrolan (tanya jawab), sandiwara

radio, ceramah, dan sebagainya.

c) Video

Penyampaian informasi kesehatan dala bentuk video.

d) Slide

Slide juga dapat digunakan untuk penyampaian informasi

kesehatan.

e) Film strip

Film strip juga dapat digunakan untuk penyampaian informasi

kesehatan.

3) Media papan

Papan (billboard) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan

informasi kesehatan. Media papan juga mencakup pesan yang ditulis pada

lembaran seng yang ditulis pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan

taksi).

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang dilakukan oleh manusia terhadap

suatu objek tertentu melalui proses pengindraan yang lebih dominan terjadi

melalui proses pengindraan penglihatan dengan mata dan pendengaran dengan

telinga.

Page 27: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

15

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat menentukan

dalam membentuk kebiasaan atau tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmodjo, 2012)

2.2.2 Tingkatan pengetahuan

Menurut Bloom (1908) dikutip dalam Notoatmodjo, 2012) pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu

a. Tahu (know)/ C1

Kemampuan mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari Tahu

adalah proses mengingat kembali (recall) akan suatu materi yang telah dipelajari.

b. Memahami (comprehension) C2

Kemampuan menjelaskan dan menginterpretasikan objek secara benar.

c. Aplikasi (Application) /C3

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau suatu kondisi yang nyata.

d. Analisis (analysis) /C4

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam

komponen-komponen yang masih berkaitan

e. Sintesis (syntesis) / C5

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian di suatu

organisasi dalam bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) / C6

Kemampuan melakukan justtifikasi.

g. Penyelesaian masalah (problem solving)/ C7

Page 28: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

16

Kemampuan menangani masalah sesuai standar yang berlaku di masyarakat

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:

a. Faktor pendidikan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin mudah

untuk menerima informasi tentang obyek atau yang berkaitan dengan

pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari informasi yang

disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan sangat erat

kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima, serta

mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

b. Faktor pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses

informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

c. Faktor pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak

pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula

pengetahuan seseorang akan hal tersebut. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Page 29: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

17

d. Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara turun-

temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan

keyakinan negatif dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Sosial budaya

Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2.4 Pengukuran pengetahuan

Menurut Nursalam (2008), tingkatan pengetahuan dikategorikan berdasarkan

nilai sebagai berikut:

a. Pengetahuan baik: mempunyai nilai pengetahuan 76%-100%

b. Pengetahuan cukup: mempunyai nilai pengetahuan 56%-75%

c. Pengetahuan kurang: mempunyai nilai pengetahuan < 56%

2.3 Konsep Sikap

2.3.1 Pengertian

Menurut Lapiere dalam Azwar (2010), sikap merupakan suatu perilaku,

kesiapan antisipasi, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,

dengan kata lain sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah

terkondisikan. Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu objek. Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal

(afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Page 30: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

18

2.3.2 Komponen sikap

Azwar ( 2010) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau benar bagi objek sikap.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah

emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum

komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu

c. Komponen perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseoran

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

2.3.3 Tingkatan sikap

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan (Notoamodjo, 2014), yaitu

a. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi

yang diberikan (objek).

b. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai

Page 31: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

19

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang tinggi

2.3.4 Struktur Sikap

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen (Azwar, 2010), yaitu:

a. Komponen Kognitif (A1)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar

bagi objek sikap.

b. Komponen Afektif (A2)

Menyangkut masalah emosi subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap,

secara umum komponen ini di samakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap

sesuatu, namun pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudan

nya bila dikaitkan dengan sikap.

c. Kompunen Konatif (A3)

Komponen Konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku

atau kecendearungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya. Misalnya bagaimana orang berperilaku dalam

situasi tertentu dan terhadap stimulus tersebut.

Page 32: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

20

2.3.5 Pengukur sikap

Salah satu pengukur sikap adalah skala likert (Sugiyono, 2017). Tekhnik ini

hanya menempatkan pilihan terhadap objek sikap yaitu sangat setuju (SS), setuju

(S), Ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS)

2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

a. Pengalaman pribadi

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

c. Pengaruh kebudayaan

d. Media massa

e. Lembaga Pendidikan dan lembaga agama

f. Faktor emosional (Azwar, 2010)

2.4 Konsep Konseling

2.4.1 Pengertian

Suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu

individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang

petugas profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk

membantu agar klien mampu memecahkan kesulitanya. (Willis, 2014)

Konseling Individual mempunyai makna spesifik dalam arti pertemuan

konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang

bernuansa rappor, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk

pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah

yang dihadapinya. (Willis, 2014)

Page 33: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

21

2.4.2 Tekhnik-Tekhnik Konseling

a. Perilaku Attending

b. Empati

c. Refleksi

d. Menangkap pesan utama

e. Bertanya untuk membuka percakapan

f. Bertanya tertutup

g. Dorongan minimal

h. Interpretasi

i. Mengarahkan

j. Menyimpulkan sementara

k. Memimpin

l. Fokus

m. Konfrontasi (Willis: 2014)

2.5 Konsep Tuberculosis Paru

2.5.1 Definisi

Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan

organ lainnya. (Depkes, 2014). Seseorang yang terinfeksi kuman tersebut

merupakan pasien TB

Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan Bakteriologis adalah

seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji

Page 34: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

22

biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau tes diagnostik

cepat yang direkomendasi oleh Kemenkes RI (misalnya: GeneXpert).

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup.

Setelah seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis hampir 90%

penderita secara klinis tidak sakit, hanya didapatkan tes tuberkulin positif dan

10% akan sakit. Penderita yang sakit bila tanpa pengobatan setelah 5 tahun, 50%

penderita TB Paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan

25% menjadi kronik dan infeksius (Jusuf, 2010). Namun ODHA (orang dengan

HIV/AIDS) dengan TB Paru aktif yang tidak diobati lebih mungkin meninggal

dalam waktu yang lebih singkat (Green, 2006).

2.5.2 Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkulosis. Bakteri

TB Paru yang disebut Mycobacterium tuberculosis dapat dikenali karena

berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron tahan

terhadap pewarnaan yang asam sehingga dikenal sebagai bakteri tahan asam

(BTA). Sebagian besar bakteri terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat

lebih tahan asam bisa bertahan hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat

aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen (Achmadi, 2008). Bila dijumpai

BTA atau Mycobacterium tuberculosis dalam dahak orang yang sering batuk-

batuk, maka orang tersebut di diagnosis sebagai penderita TB Paru aktif dan

memiliki potensi yang sangat berbahaya (Achmadi, 2011).

Secara khas bakteri berbentuk granula dalam paru menimbulkan nekrosis atau

kerusakan jaringan. Bakteri Mycobacterium tuberculosis akan cepat mati dengan

Page 35: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

23

sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap

dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat domant, tertidur lama selama bertahun-

tahun (Achmadi, 2008).

2.5.3 Sumber dan Cara Penularan Penyakit TB Paru

Sumber penularan penyakit TB Paru adalah penderita yang pemeriksaan

dahaknya di bawah mikroskop ditemu.kan adanya bakteri Mycobacterium

tuberculosis yang disebut dengan BTA (basi tahan asam). Makin tinggi derajat

hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. (Aditama, 2006)

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak

yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil

pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal

tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam

contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui

pemeriksaan mikroskopis langsung. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih

memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. (Depkes, 2014). Prosentase

tingkat penularan TB BTA positif lebih tinggi.

Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA

negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil

kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.(Depkes, 2014). Kuman TBC

ini kemudian akan menyebabkan infeksi

Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung

percik renik dahak yang infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei /

Page 36: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

24

percik renik). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

(Depkes, 2014)

Bakteri Mycobacterium tuberculosis sangat sensitive terhadap cahaya

matahari. Cahaya matahari berperan besar dalam membunuh bakteri di

lingkungan, dan kemungkinan penularan di bawah terik matahari sangat kecil

karena bahaya penularan terbesar terdapat pada perumahan-perumahan yang padat

penghuni dengan ventilasi yang kurang baik serta cahaya matahari tidak dapat

masuk kedalam rumah (Achmadi, 2008).

2.5.4 Gejala Penyakit TB Paru

Menurut Crofton (2002), gejala yang dirasakan oleh penderita TB Paru dapat

digambarkan sebagai berikut:

a. Permulaan Sakit

Pertumbuhan TB Paru sangat menahun sifatnya tidak berangsur-angsur

memburuk secara teratur, tetapi terjadi secar “melompat-lompat”. Serangan

pertama menyerupai “influenzae” akan segera mereda dan keadaan akan pulih

kembali. Berbulan-bulan kemudian akan timbul kembali serangan “influenzae”.

Tergantung dari daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil, serangan kedua

bisa terjadi setelah 3 bulan 6 bulan, 9 bulan dan seterusnya. Dikatakan sebagai

multiplikasi 3 bulan. Serangan kedua akan bertahan lebih lama dari yang pertama

sebelum orang sakit “sembuh” kembali. Pada serangan ketiga serangan sakit akan

lebih lama dibandingkan serangan kedua. Sebaliknya masa “tidak sakit” menjadi

lebih pendek dari masa antara serangan pertama dan kedua. Seterusnya masa aktif

“influenzae“ makin lama makin panjang sedangkan masa “bebas influenzae”

Page 37: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

25

makin pendek. Salah satu keluhan pertama penderita TB Paru adalah sering

mendapatkan serangan “influenzae”. Setiap kali mendapat serangan dengan suhu

bisa mencapai 40°C-41°C.

b. Malaise

Peradangan ini bersifat sangat kronik akan diikuti tanda-tanda malaise,

anoreksia, badan makin kurus, sakit kepal, badan terasa pegal-pegal, demam

subfebris yang diikuti oleh berkeringat malam dan sebagainya.

c. Batuk

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau

lebih (Depkes, 2014). Mycobacterium tuberculosis mulai berkembang biak dalam

jaringan paru. Selama bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, orang sakit

tidak akan batuk. Batuk pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya

batuk diperlukan untuk membuang produk-produk ekskresi dari peradangan

keluar.

d. Batuk Darah (hemoptoe)

Batuk darah akan terjadi bila ada pembuluh darah yang terkena dan kemudian

pecah. Tergantung dari besarnya pembuluh darah yang pecah maka akan terjadi

batuk darah ringan, sedang, berat tergantung dari berbagai faktor. Satu hal yang

harus diingat adalah tidak semua batuk darah dengan gambaran lesi di paru secara

radiologis adalah TB Paru. Batuk darah juga terjadi pada berbagai penyakit paru

lain seperti penyakit yang namanya bronkiektesi, kanker paru dan lain-lain.

e. Sakit/ Nyeri Dada

Page 38: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

26

f. Keringat Malam

g. Demam

h. Sesak Nafas, dll.

Tidak semua penderita TB Paru punya semua gejala diatas, kadang-kadang

hanya satu atau dua gejala saja. Berat ringannya masing-masing gejala juga sangat

bervariasi (Aditama, 2002).

2.5.5 Klasifikasi pasien TB

Berdasarkan Uji Kepekaan obat

a. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama

saja

b. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama

selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan

c. Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin

(R) secara bersamaan

d. Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga

resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu

dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)

e. Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa

resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes

cepat) atau metode fenotip (konvensional). (Depkes, 2014)

Page 39: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

27

Menurut Sholeh S. Naga (2012), tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi

dua yaitu:

a. Tuberkulosis paru

Penyakit ini merupakan bentuk penyakit yang sering dijumpai, yaitu sekitar

80 % dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini

merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah tertular kepda manusia lain ,

asal kuman bisa keluar dari penderita.

b. Tuberkulosis Ekstra paru

Penyakit ini merupakan bentuk penyakit tuberkulosis yang menyerang organ

lain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang,

saluran kencing, dan susunan saraf pusat.

2.6 Konsep penatalaksanaan tuberkulosis

2.6.1 Penemuan Penderita

Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui

serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, menentukan

diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB. Setelah diagnosis

ditetapkan dilanjutkan pengobatan yang adekuat sampai sembuh, sehingga tidak

menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan

keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga

Page 40: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

28

kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan

keluhan tersebut. (Depkes, 2014)

2.6.2 Panduan Pengobatan TB

Pengobatan TB harus meliputi pengobatan tahap awal dan dan tahap lanjutan

denga maksud:

a. Tahap Awal: pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap

ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada

dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang

mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.

Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama dua

bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya selama

dua minggu.

b. Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting

untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman

persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Tabel 2.1

Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama

Jenis Sifat Efek Samping

Isoniazid (H)

Bakterisidal Neuropati perifer (Gangguan saraf tepi),

psikosis toksik, gangguan fungsi hati, kejang.

Rifampisin (R)

Bakterisidal Flu syndrome(gejala influenza berat),

gangguan gastrointestinal, urine berwarna

merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni,

demam, skin rash, sesak nafas, anemia

hemolitik.

Pirazinamid (Z)

Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi

hati, gout arthritis.

Page 41: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

29

Streptomisin (S)

Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan

keseimbangan dan pendengaran, renjatan

anafilaktik, anemia, agranulositosis,

trombositopeni.

(Depkes: 2014)

Tabel 2.2

Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Kedua

Grup Golongan Jenis Obat

A

B

C

Florokuinolon

OAT suntik lini kedua

OAT oral lini Kedua

Levofloksasin (Lfx)

Moksifloksasin (Mfx)

Gatifloksasin (Gfx)

Kanamisin (Km)

Amikasin (Am)*

Kapreomisin (Cm) Streptomisin (S)**

Etionamid (Eto)/

Protionamid (Pto)

Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)

Clofazimin (Cfz)

Linezolid (Lzd)

D D1

OAT lini pertama

Pirazinamid (Z)

Etambutol (E)

Isoniazid (H) dosis tinggi

D2 OAT baru Bedaquiline (Bdq)

Delamanid (Dlm)*

Pretonamid (PA-824)*

D3 OAT tambahan Asam para aminosalisilat (PAS)

Imipenemsilastatin (Ipm)*

Meropenem (Mpm)*

Amoksilin clavulanat (Amx-

Clv)*

Thioasetazon (T)*

Ket: * Tidak Disediakan oleh program

** Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada kondisi tertentu dan

tidak disediakan oleh program

(Depkes, 2014)

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia Paduan yang digunakan adalah ;

a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR).

b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau (HRZE)S / (HRZE)/ 5(HR)E.

Page 42: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

30

c. Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR.

d. Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu

Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin,

PAS, Bedaquilin, Clofazimin, Linezolid, Delamanid dan obat TB baru lainnya

serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.

Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3. Paduan OAT ini diberikan untuk;

a. Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.

b. Pasien TB paru terdiagnosis klinis

c. Pasien TB ekstra paru

Tabel 2.3

Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 (2(HRZE)/4(HR)

Berat Badan

Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari

RHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16

minggu

RH (150/150) 30 – 37 kg 38 – 54 kg 55 – 70 kg

≥ 71 kg

2 tablet 4KDT

3 tablet 4KDT

4 tablet 4KDT

5 tablet 4KDT

2 tablet 2 KDT

3 tablet 2KDT

4 tablet 2KDT

5 tablet 2 KDT

(Depkes, 2014)

Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3). Paduan OAT ini diberikan

untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang)

diantaranya;

a. Pasien kambuh

b. Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya

Page 43: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

31

c. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up

Tabel 2.4

Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2 {2(HRZE)S/(HRZE)/5(HRE)}

Berat

Badan

Tahap Intensif

tiap hari

RHZE (150/75/400/275) + S

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu

RH (150/150) + E(400)

Selama 56 hari Selama 28

hari selama 20 minggu

30-37 kg

38-54 kg

55-70 kg

≥71 kg

Selama 56 hari Selama 28 Hari

2 tab 2 KDT

+ 2 tab Etambutol

3 tab 2 KDT

+ 3 tab Etambutol

4 tab 2 KDT

+ 4 tab Etambutol

5 tab 2 KDT

+ 5 tab Etambutol

2 tab 4KDT

+ 500 mg Streptomisin inj

3 tab 4KDT

+ 750 mg Streptomisin inj

4 tab 4KDT

+ 1000 mg Streptomisin inj.

5 tab 4KDT

+ 1000mg Streptomisin inj

2 tab 4KDT

3 tab 4KDT

4 tab 4KDT

5 tab 4KDT

(> do maks)

(Depkes, 2014)

Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat

Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi

3 dan 2 jenis obat dalam satu tablet (2HRZ/4HR 3). Dosisnya disesuaikan dengan

berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Tabel 2.5

OAT yang dipakai dan dosisnya

Nama Obat Dosis harian

(mg/kgBB/hari)

Dosis maksimal

(mg /hari)

Efek samping

Isoniazid (H)

10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis

perifer,

hipersensitivitis

Rifampisin (R)

15 (10-20) 600 Gastrointestinal,

reaksi kulit,

hepatitis,

trombositopenia,

peningkatan enzim

hati,

Page 44: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

32

cairan tubuh

berwarna

oranye kemerahan

Pirazinamid (Z)

35 (30-40) - Toksisitas hepar,

artralgia,

gastrointestinal

Etambutol (E)

20 (15–25) - Neuritis optik,

ketajaman mata

berkurang, buta

warna merah hijau,

hipersensitivitas,

gastrointestinal

(Depkes, 2014)

Tabel 2.6

Paduan OAT pada anak

Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan

TB Paru BTA negatif

TB Kelenjar

Efusi pleura TB

2HRZ 4HR

TB Paru BTA positif

TB paru dengan kerusakan

luas

TB ekstraparu (selain TB

Meningitis dan TB

Tulang/sendi)

2HRZE 4HR

TB Tulang/sendi

TB Millier

TB Meningitis

2HRZE 10 HR

(Depkes, 2014)

2.6.3 Pengawasan Menelan Minum Obat

Persyaratan PMO (Pengawas Menelan Obat)

a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.

b. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

Page 45: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

33

d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa,

Perawat,Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada

petugaskesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan,

guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

Tugas seorang PMO

a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan

b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan.

d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai

gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit

Pelayanan Kesehatan.

(Depkes, 2014)

2.6.4 Pencegahan penularan tuberkulosis

Ada beberapa cara pencegahan penularan tuberkulosis (Depkes, 2014)

a. Tutup mulut saat batuk agar keluarga dan orang lain di sekitar tidak tertular

b. Jangan meludah di sembarang tempat

Page 46: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

34

c. Gunakan kaleng penutup untuk menampung dahak atau dengan cara

membuang dahak ke WC.

2.6.5 Faktor faktor yang mempengaruhi tuberkulosis

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis diantaranya:

Depkes RI: 2007)

a. Faktor Ekonomi, keadaan sosial yang rendah pada umiumnya berkaitan erat

dengan berbagai masalah karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah

kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan sehat, jelas semua

ini akan mudah menimbulkan penyakit tuberkulosis.

b. Status gizi, merupakan factor yang penting dalam timbulnya penyakit

tuberklosis. Berdasarkan hasil penelitian kejadian tuberkulosis menunjukan bahwa

penyakit yang bergizi normal ditemukan kasus lebih kecil daripada status gizi

kurang atau buruk. Status gizi, kekurangan mempengaruhi daya tahan tubuh

seseorang sehingga rentan terhadap berbagai penyakit termasuk tuberkulosis paru.

Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik

pada orang dewasa maupun anak-anak( Naga, 2012)

c. Status pendidikan, latar belakang pendidikan mempengaruhi penyebaran

penyakit menular khususnya tuberkulosis. Berdasarkan hasil penelitian

mengatakan semakin rendah latar belakang pendidikan kecenderungan terjadi

kasus tuberkulosis, hal ini faktor terpenting dari kejadian TBC.

Page 47: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

35

2.6.6 Pencegahan penyakit tuberkulosis

a. Imunisasi BCG

Salah satu upaya pencegahan penyakit termasuk tuberkulosis adalah dengan

imunisasi. Berdasarkan asal mulanya imunisasi dibagi dalam dua bagian, yaitu

pasif dan aktif. Pasif bila tubuh membentuk kekebalan, tetapi hanya menerima

saja. Sedangkan aktif ialah bila tubuh ikut menyelenggarakan terbentuknya

imunitas. Vaksin BCG merangsang kekebalan, meningkatkan daya tahan tubuh

tanpa menyebabkan kerusakan. Daya pertahanan tubuh yang meningkat akan

mengendalikan atau membunuh kuman-kuman mycobacterium tuberkulosis

tersebut. Perkumpulan Dokter Paru Indonesia, 2006).

b. Lingkungan rumah yang sehat

Menurut Notoatmodjo (2012), rumah adalah salah satu persyaratan pokok

manusia. Rumah adalah tempat dimana sesuatu tidak asing dan tidak berubah,

dimana orang menjaga perasaan memiliki otonomi dan kontrol. Sedangkan rumah

yang sehat adalah tempat berlindung dan tempat istirahat sehingga menimbulkan

kehidupan yang sangat sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial. Salah satu

upaya pencegahan tuberkulosis dapat dilakukan melalui rumah sehat.

c. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Fungsi kedua

untuk membebaskan udara ruangan dari kuman mycobacterium tuberkulosis. Hal

Page 48: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

36

ini terjadi karena perputaran aliran udara terus-menerus. Kurang ventilasi akan

menyebabkan kelembabab udara di dalam ruangan naik karena proses penguapan

cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini merupakan media yang baik

untuk bakteri phatogen seperti mycobacterium tuberculosis.

d. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak. Kurangya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, juga

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-

bibit penyakit seperti mycobacterium tuberculosis.

e. Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya.

Artinya, luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya. Karena apabila tidak sesuai akan menyebabkan kurangnya

konsumsi oksigen, juga apabila salah satu anggota keluarga terkena penyakit

menular, seperti tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga lain.

2.6.7 Penyebab yang mempengaruhi meningkatnya beban TB

a. Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan karena

masih kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil kebijakan, dan

pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana prasarana

b. Belum memadainya tata laksana TB terutama di fasyankes yang belum

menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional dan ISTC

seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak baku,

Page 49: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

37

tidak dilakukan pemantauan pengobatan, tidak dilakukan pencatatan dan

pelaporan yang baku

c. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam

penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan

d. Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di Daerah

Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta daerah risiko tinggi seperti

daerah kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, lokasi permukiman padat seperti

pondok pesantren, asrama, barak dan lapas/rutan.

e. Belum memadainya tatalaksana TB sesuai dengan standar baik dalam

penemuan kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan pengobatan, pencatatan dan

pelaporan.

f. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa berpengaruh terhadap risiko

terjadinya TB secara signifikan seperti HIV, gizi buruk, diabetes mellitus,

merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

g. Meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat (TB-RO) yang akan

meningkatkan pembiayaan program TB

h. Faktor sosial seperti besarnya angka pengangguran, rendahnya tingkat

pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang dan

pangan yang tidak memadai (Depkes, 2014)

Page 50: PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN METODE KONSELING …

38

2.7 Kerangka Konsep

Input Proses Output

Keterangan:

Sumber: modifikasi Notoatmodjo (2014), Nursalam (2008), Willis (2014)

Pengetahuan dan

Sikap Penderta

TB

Metode Edukasi

a. Individu (Konseling)

1) Bimbingan dan Penyuluhan

Metode Penyampaian Edukasi

(a) Flip chart

(b) Booklet (c) Flyer

(d) Rubrik

(e) leaflet

2) Wawancara

b. Kelompok

c. Massa

Pengetahuan

75 – 100 % = Baik

56-74%= Cukup

<56 % = Kurang

Sikap

Mendukung

Tidak Mendukung

: Diteliti

: Tidak Diteliti