Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Economic Value Added, Dan Resik Sistematik Terhadap...
-
Upload
anita-mislica -
Category
Documents
-
view
121 -
download
0
Transcript of Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Economic Value Added, Dan Resik Sistematik Terhadap...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut
nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat dana
perusahaan (Fahmi dan Yovi, 2009:41). Pasar modal sangat berperan penting terhadap
pembangunan ekonomi, yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan eksternal bagi
dunia usaha dan wahana investasi masyarakat, serta salah satu tempat bagi para
investor untuk menginvestasikan modal dengan harapan memperoleh imbalan berupa
return atas investasinya. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.
Return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected
return). Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual
ataupun keutungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada
tingkat pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang
signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi (Linda, 2005). Namun
fenomena yang terjadi masih banyak perusahaan real estate dan property yang tidak
memperoleh tingakat return yang paling optimal seperti yang diharapkan para
investor. Pergerakan return saham pada perusahaan real estate dan property secara
garis besar mengalami fluktuasi selama kurun waktu 2007-2009. Berdasarkan survei
literatur ada beberapa faktor yang berkaitan dengan return saham diantaranya earning
per share (EPS) (Purnomo, 1998; Resmi, 2002; Sulistyo, 2004; Widodo, 2001; dan
Christanty, 2009) hasilnya menunjukkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap
return saham. Price earning ratio (PER) (Tinneke, 2007 dan Wijaya, 2008) hasilnya
menunjukkan bahwa PER berpengaruh negatif terhadap return saham. Economi value
added (EVA) (Bacidore, 1997; Resmi, 2002; Worthington dan West, 2001; Tinneke,
2007; Husniawati, 2008 dan Christanty, 2009) hasilnya menunjukkan bahwa EVA
berpengaruh positif terhadap return saham. Risiko sistematik (β) (Utomo, 2007;
Husniawati, 2008; dan Yuningsih & Rizky, 2007) hasilnya menunjukkan bahwa risiko
sistematik berpengaruh positif terhadap return saham.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Earning Per share (EPS) berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
2. Apakah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
4. Apakah resiko sistematik berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarakan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh earning per share, price earning ratio, economic value added,
dan risiko sistematik terhadap return saham pada perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik secara bersama-sama maupun secara
parsial.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Return Saham
Menurut Brigham et al., (1999: 192), pengertian dari return adalah ìmeasure
the financial performance of an investmentî. Pada penelitian ini, return digunakan
pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan. Horne dan
Wachoviz (1998: 26) mendefinisikan return sebagai:ìreturn as benefit which related
with owner that includes cash dividend last year which is paid, together with market
cost appreciation or capital gain which is realization in the end of the yearî. Menurut
Jones (2000: 124) ìreturn is yield dan capital gain (loss)î. (1) Yield, yaitu cash flow
yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam bentuk dividen), (2)
Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga
saham pada saat penjualan. Hal tersebut diperkuat oleh Corrado dan Jordan (2000: 5)
yang menyatakan bahwa ìreturn from investment security is cash flow and capital
gain/lossî. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan
return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas
investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain/loss.
Return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return sesungguhnya
(realized return) dan return yang diharapkan atau return ekspektasi. Return
sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung dari selisih harga
sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Sedang return ekspektasi adalah return
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Return
tersebut memiliki dua komponen yaitu current income dan capital gain (Wahyudi,
2003). Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui
pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental
perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih
antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan
positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya.
Menurut Jogiyanto (2003: 109) saham dibedakan menjadi dua: (1) return
realisasi merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi merupakan return
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang
B. Earnings Per Share (EPS)
Merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan yang menggunakan
konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering
digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio)
dalam lingkaran keuangan (Fabozzi, 1999: 359).
Menurut Dictionary of Accounting (Abdultah, 1994:77)laba bersih per saham
adalah Pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan jumlah rata-rata
lembar saham yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi
dengan saham preferen yang diperhitungkan untuk tahun tersebut.
Menurut Baridwan (1992:333), laba bersih per saham adalah Jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar,
dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang
akan dibagikan.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap
lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang
saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar.
Menurut Gibson (1996:429) earnings per share adalah rasio yang menunjukan
pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Sedangkan menurut Weygandt et. al.
(1996:805-806) dan Elliot dan Elliot (1993:250) earnings per share menilai
pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Salah satu alasan
investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham
kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka
dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share
tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per
share yang rendah cenderung membuat harga saham turun.
Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS. Rasio –
rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva/
kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio – rasio ini
menguraikan EPS ke dalam penentu – penentu dasarnya dalam rangka menilai faktor
– faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio – rasio ini membantu dalam
melakukan penilaian kecukupan laba historis dan memproyeksikan laba di masa
depan melalui pemahaman yang lebih baik terhadap sebab – sebab terjadinya laba.
Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih
badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini
dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabelnya. Setiap perubahan laba bersih
maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan
laba per saham (EPS).
Faktor Penyebab Kenaikan dan penurunan Laba Per Saham :
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah
lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
daripada persentase penurunan laba bersih.
Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
daripada persentase kenaikan laba bersih.
C. Price Earning Ratios (PER)
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila
persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah
lembar saham biasa yang beredar. (Weston dan Eugene, 1993 : 23-25) Price earning
ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Ang (1997: 24), “Price
earning ratio merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan earning
per share (EPS) dari saham yang bersangkutan”. Price earning ratio merupakan
hubungan antara pasar saham dengan earning per share saat ini yang digunakan secara
luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham (Garrison,
1998:788). Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia
untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan.
Berdasarkan pendapat diatas pengertian price earning ratio yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar
saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham.
Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio
menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin
besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal
terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan
investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa
yang akan datang (Prastowo, 2002:96).
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai
price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar
mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang
rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau
murah harganya untuk diinvestasikan. price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa
karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih
perusahaan. Jadi semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham
tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam
menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan
mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut.
D. Economic Value Added (EVA)
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis
keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Model EVA
menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya
modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana
beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal
ini juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan ivestor atas
sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Hasil perhitungan EVA yang
positif merefleksikan tingkat return yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal.
Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah
Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba
ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat
tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya
modal (Tunggal,2001).
Ada beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut,
menurut Utomo (1999:36), EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan
perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA
memberikan sistem pengukuran yang baik dalam menilai kinerja dan prestasi
keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai
pasar suatu perusahaan.
Menurut Anjar V. Thakor (dalam Tunggal 2001:1), Economic Value (also economic
Value Added) – Revenue - Direct Cost (Including taxes)-Opportunity cost of using
capital = After tax profit – Opportunity cost of using capital Glen Arnold (dalam
Tunggal 2001:2) juga berpendapat Economic Value Added (EVA) was trademarked
by Stern Stewart & Co. is a variant of economic profit, which is the modern term for
residual income. Economic profit for a period is a the amount earned by business after
deducting all operating expenses and a charge for the opportunity cost of capital
employed. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value
added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan.
Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating
Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital). Laba operasi
perusahaan dapat ditingkatkan tanpa penambahan modal, berarti manajemen dapat
menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang
optimal. Selain itu dengan berinvestasi pada proyek-proyek yang memberikan return
yang lebih besar dari biaya modal (cost of capital) berarti perusahaan hanya menerima
proyek yang bermutu dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. EVA juga
mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang
menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau kegiatan yang tidak menambah
nilai. Perhitungan EVA pada suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan
terpadu karena perusahaan harus menentukan biaya modalnya terlebih dahulu.
E. Resiko Sistematik
Pada umumnya dalam setiap alternatif investasi baik investasi besar maupun
kecil mempunyai risiko. Risiko sendiri menggambarkan tingkat pendapatan yang
diharapkan dari investasi tersebut. Menurut Husnan (2009:50) dalam melakukan suatu
investasi, tingkat keuntungan yang diperoleh tidaklah pasti. Dalam keadaan seperti itu
para pemodal hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan
tertetu (expected return).
Menurut Jones (2004:142) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang
diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan dengan
pendapatan yang diharapkan (expected return). Dalam teori portofolio, risiko
dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan yang diterima menyimpang dari yang
diharapkan. Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil
yang diharapkan, maka semakin besar risiko yang akan ditanggung. Berdasarkan
definisi tadi maka seorang investor haruslah dapat mengukur besarnya risiko suatu
investasi yang dilakukan agar dapat mengurangi kerugian.
Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko
tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan risiko
yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis.
Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total (Husnan,
2009:161).
Umumnya risiko sistematis berasal dari faktor-faktor yang secara sistematik
mempengaruhi perusahaan seperti kondisi perekonomian dan kondisi politik, baik
nasional maupun internasional yang mempengaruhi semua perusahaan dibursa suatu
negara. Ukuran dari risiko yang sistematis disebut juga dengan koefisien beta (β),
yaitu ukuran yang menujukkan kepekaan tingkat keuntungan individual (individual
return) suatu saham terhadap perubahan tingkat keuntungan indeks pasar (market
return). Risiko tidak sistematis bersangkutan dengan risiko khusus perusahaan seperti
gugatan hukum, pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian lain yang
unik bagi perusahaan. karena kejadian tersebut pada hakikatnya adalah bersifat acak,
maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieliminasi melalui diversifikasi.
Penjumlahan dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik disebut dengan risiko
total (total risk).
Kerangka Berpikir
Hipotesis
Ha1 : EPS berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan Real Estate
dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Ha2 : PER berpengaruh negatif terhadap return saham pada perusahaan Real Estate
dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Ha3 : EVA berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan Real Estate
dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Ha4 : Resiko sistematik berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan
Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Return Saham
Earning Per Share (EPS)
Price Eraning Ratio (PER)
Economic Value Added (EVA)
Resiko Sistematik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 sampai dengan 2009
berdasarkan Indonesian Capital Market Directory yaitu sebanyak 25 perusahaan untuk
3 tahun (75 pengamatan).
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
teknik dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory berupa laporan keuangan perusahaan real estate
dan property periode 2007-2009 dan data harga saham.
C. Variabel Penelitian
Operasionalisasi Variabel
Variable dependen (Y) dalam penelitian ini adalah return saham, yaitu
pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan
investasi dalam saham meliputi keuntungan jual beli saham, di mana jika untung
disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss (Samsul, 2006:291).
Formulasinya dirumuskan
sebagai berikut (Jogiyanto, 2009:200).
Keterangan:
Ri : Return saham
Pt : Harga saham pada periode t
P t-1 : Harga saham pada periode t-1
Variabel Independen (X)
Earning Per Share (X1)
Price Earning Ratio (X2)
Economic Value Added (X3)
Keterangan:
EVA : Economic Value Added
NOPAT : Laba bersih setelah pajak
C* : Biayamodal rata-rata tertimbang
Capital : Modal (ekuitas dan hutang)
Risiko Sistematik (X4)
Keterangan :
Teknik Analisis Data
Secara Matematis model regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Keterangan :
Y : Return saham
α : Koefisien Konstanta
β1,β2,β3,β4 : Koefisien regresi
X1 : Earning Per Share
X2 : Price Earning Ratio
X3 : Economic Value Added
X4 : Resiko Sistematik
ε : Error term
BAB IV
PEMBAHASAN
Analisis regresi digunakan untuk memperoleh nilai-nilai koefisien regresi dan
koefisien determinasi. Koefisien regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun secara
simultan (bersama-sama), sedangkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara bersama-sama (simultan). Untuk mengetahui pengaruh variable lain yan tidak
termasuk dalam penelitian ini (error term / ε) dihitung dengan cara ε = 1- R2
Adapun hasil pengujian hipotesis yang telahdirumuskan dapat dlihat pada table 1
dibawah ini
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
earning per share, price earning ratio, economic value added, dan risiko sistematik
secara simultan berpengaruh terhadap return saham yang ditandai dengan nilai
koefisien regresi pengaruh dari masing-masing variabel independen (earning per
share, price earning ratio, economic value added, dan risiko sistematik) terhadap
return saham adalah sebesar 5,271; -1,666; 4,128; 0,016. Nilai koefisien regresi ini
menunjukkan bahwa koefisien regresi bahwa earning per share, price earning ratio,
economic value added, dan risiko sistematik tidak sama dengan nol (βi ≠ 0, i =
1,2,3,4). Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 88,6%. Koefisien determinasi ini
menunjukkan earning per share, price earning ratio, economic value added, dan risiko
sistematik sebesar 88,6%, selebihnya sebesar 11,4% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Koefisien determinasi 0,886 dekat
dengan 1 (satu). Mengacu pada Arfan (2006:146) bahwa apabila koefisien determinasi
(R2) semakin mendekati 1 (satu), maka semakin besar pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan demikian hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh earning per share, price earning ratio,
economic value added, dan risiko sistematik secara simultan terhadap return saham
adalah besar.
Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
earning per share (EPS) berpengaruh terhadap return saham, ini ditandai dengan
koefisien regresi sebesar 5,271, artinya jika earning per share (EPS) meningkat
sebesar 1 (satu) satuan akan mengakibatkan kenaikan terhadap return saham sebesar
5,271 satuan, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai earning per share (EPS) akan
memberikan kontribusi terhadap perubahan return saham, yaitu kenaikan atau
penurunan nilai earning per share (EPS) akan berdampak pada kenaikan atau
penurunan return saham. Perusahaan dengan nilai earning per share (EPS) yang
semakin tinggi akan menarik investor karena earning per share (EPS) menandakan
laba yang berhak didapatkan pemegang saham atas satu lembar saham yang
dimilikinya, sehingga semakin tinggi earning per share (EPS) suatu perusahaan berarti
semakin tinggi pula return sahamnya. Koefisien regresi earning per share (EPS)
bertanda positif, ini berarti semakin tinggi earning per share (EPS) maka semakin
tinggi return saham.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo
(1998),Resmi (2002), Sulistyo (2004), Sutanto (2007), Widodo (2007), dan Christanty
(2009) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa earning per share (EPS)
berpengaruh positif terhadap return saham.
Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa price
earning ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham dengan koefisien regresi
sebesar -1,666. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya
kenaikan price earning ratio sebesar 1 (satu) satuan akan mengakibatkan penurunan
terhadap return saham sebesar -1,666 satuan, dengan asumsi bahwa variabel lainnya
adalah konstan. Koefisien regresi PER bertanda negatif, ini berarti semakin tinggi
PER maka semakin rendah return saham dan sebaliknya semakin rendah PER
semakin tinggi return saham. Maksudnya, semakin kecil PER maka semakin besar
return yang terjadi. Kondisi ini disebabkan adanya anggapan investor bahwa PER
perusahaan yang rendah justru akan lebih menarik. Investor menilai harga saham
tersebut (yang memiliki PER rendah) murah, apabila dibandingkan dengan EPS yang
diperolehnya (http://dspace.widyatama. Ac.id).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2005),
Tinneke (2007), dan Hasrina (2009) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
PER berpengaruh negatif terhadap return saham.
Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
economic value added (EVA) berpengaruh terhadap return saham, ini ditandai dengan
koefisien regresi sebesar 4,128. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa
setiap adanya kenaikan economic value added sebesar 1 (satu) satuan akan
mengakibatkan kenaikan terhadap return saham sebesar 4,128 satuan, dengan asumsi
bahwa variabel yang lainnya adalah konstan. Penggunaan metode EVA membuat
perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada usaha penciptaan nilai perusahaan.
Pengertian nilai diartikan sebagai nilai daya guna maupun benefit yang dinikmati oleh
stakeholder (karyawan, investor, pemilik, pelanggan). Perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi pemilik modal ditandai dengan nilai EVA yang positif karena
perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya
modal (Harjito, 2009:14). Nilai EVA menunjukkan seberapa besar perusahaan
memberikan nilai lebih pada pemegang saham. Apabila nilai EVA > 0 ini berarti
bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal/tingkat
yang diminta investor atas investasi yang dilakukannya. Keadaan seperti ini yang
menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal
karena telah memaksimalkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Tinneke (2007), Husniawati (1998), Masri (2009), dan Christianty (2009)
dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa EVA berpengaruh positif terhadap
return saham.
Pengaruh Risiko Sistematik terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko
sistematik berpengaruh terhadap return saham, ini ditandai dengan koefisien regresi
sebesar 0,016. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa setiap adanya
kenaikan risiko sistematik sebesar 1 (satu) satuan akan mengakibatkan kenaikan
terhadap return saham sebesar 0,016 satuan, dengan asumsi bahwa variabel yang
lainnya adalah konstan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa, ternyata risiko
sistematik mempunyai pengaruh yang positif terhadap return saham. Hal ini
mengakibatkan semakin besar risiko sistematik maka akan semakin besar pula return
saham yang didapat perusahaan Real Estate dan Property dan hal tersebut akan
menjadi bahan pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya dalam
bentuk saham pada perusahaan Real Estate dan Property.
Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu
investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai
hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar
return yang harus dikompensasikan (Jogianto, 2009 :219). Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2007), Yuningsih dan Rizky
(2007), dan Husniawati (2008) yang membuktikan bahwa risiko sistematik
berpengaruh positif terhadap return saham.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan mengenai pengaruh earning per
share (EPS), price earning ratio (PER), economic value added (EVA), dan risiko
sistematik terhadap return saham dapat diambil kesimpulan Hasil penelitian ini
menunjukkan (1) Earning per share, price earning ratio, economic value added, dan
risiko sistematik secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap return saham.
(2) Secara parsial, price earning ratio berpengaruh negatif terhadap return saham,
sementara earning per share,economic value added, dan risiko sistematik berpengaruh
positif terhadap return saham.