PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS...
Transcript of PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS...
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS
TERHADAP RESILIENSI PADA PETUGAS PEMADAM
KEBAKARAN DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Meggy Octaryani
NIM: 1111070000051
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Oktober 2017
C) Meggy Octaryani
D) Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap resiliensi pada petugas
pemadam kebakaran DKI Jakarta
E) xvi + 122 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh dukungan sosial dan
religiusitas terhadap resiliensi pada petugas pemadam kebakaran DKI
Jakarta. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel dukungan
sosial khususnya reassurance of worth, attachment, social integration,
opportunity for nurturance, reliable alliance, guidance dan variabel
religiusitas khususnya (daily spiritual experience, meaning, values, belief,
forgiveness, private religious practice, religious/spiritual coping, religious
support, religious/spiritual history, commitment, organizational
religiousness, religious preferences).
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 200 orang
laki-laki petugas pemadam kebakaran di DKI Jakarta dengan teknik non
probability sampling. Dalam penelitian ini, penulis membuat pernyataan-
pernyataan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Connor dan
Davidson (2003) untuk mengukur resiliensi, penulis mengembangkan
skala ukur Cutrona dan Russel (1987) untuk mengukur dukungan sosial
dan mengembangkan skala ukur Fetzer (1999) untuk mengukur
religiusitas. Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan CFA
(Confirmatory Factor Analysis) dan selanjutnya Multiple Regression
Analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dan
religiusitas memiliki pengaruh terhadap resiliensi pada petugas pemadam
kebakaran DKI Jakarta. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa
guidance, value & belief, dan religious preferences memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap resiliensi. Hasil penelitian juga menunjukkan
proporsi varians dari resiliensi yang dijelaskan oleh seluruh variabel
independen adalah 38.4%, sedangkan 61.6% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan terhadap instansi pemadam kebakaran, sehingga Dinas
Pemadam Kebakaran dapat mengevaluasi kebutuhan karyawan baik secara
dukungan sosial atau religiusitas.
G) Bahan bacaan: 45; buku: 4 + skripsi: 6 + jurnal: 28 + artikel online: 6 +
lainnya: 1
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) October 2017
C) Meggy Octaryani
D) The influence of social support and religiosity on resilience to firefighters
in DKI Jakarta
E) xvi + 122 pages + appendix
F) This study was conducted to measure the effect of social support and
religiosity on resilience to firefighters in DKI Jakarta. In this study, the
authors use social support variables, especially (reassurance of worth,
attachment, social integration, opportunity for nurturance, reliable alliance,
guidance) and religious variables in particular (daily spiritual experience,
meaning, values, belief, forgiveness, private religious practice,
religious/spiritual coping, religious support, religious/spiritual history,
commitment, organizational religiousness, religious preferences).
Subjects used in this study amounted to 200 men of firefighters in
Jakarta with non probability sampling technique. In this study, the authors
made the theoretical statements developed by Connor and Davidson
(2003) to measure resilience, the authors developed the Cutrona and
Russell (1987) measurements to measure social support and developed the
Fetzer (1999) measurement scale for measuring religiosity. Test the
validity of measuring instruments in this study using CFA (Confirmatory
Factor Analysis) and then Multiple Regression Analysis is used to test the
research hypothesis.
The results show that social support and religiosity have an effect
on resilience to firefighters in DKI Jakarta. The results of the minor
hypothesis test show that guidance, value & belief, and religious
preferences have a significant influence on resilience. The results also
show the proportion of variance of resilience described by all independent
variables is 38.4%, while the remaining 61.6% is influenced by other
variables outside this study. The results of this study are expected to
provide input to fire departments, so the Fire Department can evaluate the
needs of employees either with social support or religiosity. G) Reading materials: 45; books: 4 + essay: 6 + journal: 28 + online articles:
6 + others: 1
vii
MOTTO
“If you believe very strongly in something,
stand up and fight for it.”
-Roy T. Bennett
“Success is not final, failure is not fatal: it is
the courage to continue that counts.”
- Winston S. Churchill
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadap
Resiliensi pada Petugas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta.”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
dengan rendah hati menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh wakil dekan dan
jajaran dekanat lainnya.
2. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan, masukan, kritik dan motivasi dalam penyelesaian
skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesabaran yang
telah diberikan selama ini.
3. Ibu Nia Tresniasari, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik kelas B tahun
2011 yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran pada
ix
penulis serta seluruh Staf Bagian Umum, Akademik, Keuangan, dan
Perpustakaan Psikologi UIN Jakarta yang telah membantu saya selama proses
perkuliahan.
5. Seluruh petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta yang bertugas di sektor KH.
Zainul Arifin, sektor Tebet, sektor Lebak Bulus, sektor Pasar Minggu, Sektor
Matraman, Sektor Tanjung Duren yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk membantu penulis dalam pengambilan data dalam skripsi ini.
6. Kedua orang tua saya, Papa (Suhandana, S.H.) dan Mama (Puji Yuliasih), adik
saya Sylvia Rhamadiana dan Anabella Syahla Putri Yuliandana, serta keluarga
besar. Terima kasih atas doa, kasih sayang, motivasi, perhatian, dukungan baik
materi maupun moril sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
kalian selalu diberikan kesehatan dan selalu berada dalam lindungan Allah
SWT.
7. Yogi Ramadhan Yuda, terimakasih atas segala dukungan, bantuan, nasihat,
kritik, perhatian, pengertian, dan waktu yang selalu diberikan kepada penulis.
Semoga apa yang diharapkan dapat berjalan dengan baik dan selalu berada
dalam lindungan Allah SWT.
8. Untuk sahabat saya, Kamilia, Fitria, Dini, May, Annisya, Siescha, Intan,
Tsurraya Shafwah, Ade Hendrik, Kurniawan, Rahman, Pupung, Samsi dan
Fuji, terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi, arahan dan waktu yang
diberikan kepada penulis, semoga persahabatan kita tetap terjalin kedepannya.
x
9. Sahabat-sahabat Psikologi kelas B tahun 2011, terima kasih atas doa,
keceriaan dan kebersamaan yang telah diberikan selama perkuliahan. Semoga
kita tidak saling melupakan dan silatuhrami tetap berjalan dengan baik.
10. Untuk keluarga besar TAJAN dan VIENMOUR, terima kasih atas waktu,
canda tawa, dukungan dan kebersamaan semenjak SMA sampai saat ini.
Semoga pertemanan kita tetap terjaga dengan baik.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu, terima kasih atas bantuan dan
kontribusi yang diberikan dalam penelitian ini.
Akhir kata, semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Penulis menyadari segala bentuk kesalahan dan kekurangan baik
yang disengaja maupun tidak disengaja akan dijadikan bahan pelajaran untuk
menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca
dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan ilmu baru bagi yang
membacanya.
Jakarta, Oktober 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 – 9
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah........................................................................ 7
1.2.2 Perumusan masalah ......................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................................. 8
1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................................... 8
BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................... 10 - 41
2.1 Resiliensi
2.1.1 Definisi Resiliensi ......................................................................... 10
2.1.2 Aspek-aspek Resiliensi ................................................................. 12
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi .............................. 15
2.1.4 Pengukuran Resiliensi ................................................................... 19
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial ............................................................. 21
2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial ............................................................. 23
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial ....................................................... 26
2.3 Religiusitas
2.3.1 Pengertian Religiusitas .................................................................. 27
2.3.2 Dimensi Religiusitas ..................................................................... 28
2.3.3 Sumber Religiusitas ...................................................................... 34
2.3.4 Pengukuran Religiusitas ................................................................ 35
2.4 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 35
2.5 Hipotesis Penelitian
2.5.1 Hipotesis Mayor ............................................................................ 39
2.5.2 Hipotesis Minor ............................................................................. 39
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 41 - 81
3.1 Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 42
3.2 Variabel Penelitian ...................................................................................... 43
3.3 Pengumpulan Data
xii
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 47
3.3.2 Instrumen Penelitian ........................................................................... 48
3.4 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
3.4.1 Uji Validitas Skala Resiliensi............................................................... 54
3.4.2 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial
3.4.2.1 Uji Validitas Skala Reassurance of Worth .................................. 55
3.4.2.2 Uji Validitas Skala Attachment.......................................................... 57
3.4.2.3 Uji Validitas Skala Social Integration ............................................... 58
3.4.2.4 Uji Validitas Skala Opportunity for Nurturance ............................... 59
3.4.2.5 Uji Validitas Skala Reliable Alliance ................................................ 60
3.4.2.6 Uji Validitas Skala Guidance ............................................................ 62
3.4.3 Uji Validitas Skala Religiusitas
3.4.3.1 Uji Validitas Skala Daily Spiritual Experience ................................. 63
3.4.3.2 Uji Validitas Skala Meaning.............................................................. 65
3.4.3.3 Uji Validitas Skala Value & Belief .................................................... 66
3.4.3.4 Uji Validitas Skala Forgiveness ........................................................ 67
3.4.3.5 Uji Validitas Skala Private Religious Practice ................................. 69
3.4.3.6 Uji Validitas Skala Religious/Spiritual Coping ................................. 70
3.4.3.7 Uji Validitas Skala Religious Support ............................................... 71
3.4.3.8 Uji Validitas Skala Religious/Spiritual History................................. 73
3.4.3.9 Uji Validitas Skala Commitment ....................................................... 74
3.4.3.10 Uji Validitas Skala Organizational Religiousness .............................. 75
3.4.3.11 Uji Validitas Skala Religious Preferences........................................... 76
3.5 Teknik Analisa Data .................................................................................. 78
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................... 82 - 102
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ......................................................... 82
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ........................................................................... 83
4.2.1 Kategorisasi Variabel ..................................................................... 85
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ............................................................................ 88
4.4 Pengujian Proporsi Varian Variabel.......................................................... 98
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ................................ 103 - 118
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 103
5.2 Diskusi .................................................................................................... 104
5.3 Saran
5.3.1 Saran Teoritis .............................................................................. 115
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 119
LAMPIRAN ..................................................................................................... 123
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Skala Likert .................................................................................. 48
Tabel 3.2 Blue Print Skala Resiliensi ................................................................... 49
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ........................................................ 50
Tabel 3.4 Blue Print Skala Religiusitas ............................................................... 51
Tabel 3.6 Muatan Faktor Reassurance of Worth .................................................. 56
Tabel 3.7 Muatan Faktor Attachment ................................................................... 57
Tabel 3.8 Muatan Faktor Social Integration ........................................................ 59
Tabel 3.9 Muatan Faktor Opportunity for Nurturance ......................................... 60
Tabel 3.10 Muatan Faktor Reliable Alliance ........................................................ 61
Tabel 3.11 Muatan Faktor Guidance .................................................................... 62
Tabel 3.12 Muatan Faktor Daily Spiritual Experience ......................................... 64
Tabel 3.13 Muatan Faktor Meaning ...................................................................... 66
Tabel 3.14 Muatan Faktor Value & Belief ............................................................ 67
Tabel 3.15 Muatan Faktor Forgiveness ................................................................ 68
Tabel 3.16 Muatan Faktor Private Religious Practice ......................................... 69
Tabel 3.17 Muatan Faktor Religious/Spiritual Coping ......................................... 71
Tabel 3.18 Muatan Faktor Religious Support ....................................................... 72
Tabel 3.19 Muatan Faktor Religious/Spiritual History ......................................... 73
Tabel 3.20 Muatan Faktor Commitment................................................................ 75
Tabel 3.21 Muatan Faktor Organizational Religiousness..................................... 76
Tabel 3.22 Muatan Faktor Religious Preferences ................................................. 77
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..................................................... 82
Tabel 4.2 Skor Minimum, Maximu, Mean dan Std.Deviasi Variabel .................. 85
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................... 86
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................... 86
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ......................................................... 88
Tabel 4.6 Tabel Anova Pengaruh Seluruh IV terhadap DV ................................. 90
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi ........................................................................ 92
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians IV terhadap DV ............................. 98
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................. 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 3.5 Muatan Faktor Resiliensi ...................................................................... 124
Lampiran Surat Izin Penelitian.............................................................................. 125
Lampiran Kuesioner Penelitian ............................................................................. 127
Lampiran Sintax Mplus dan Path Diagram ........................................................... 139
Lampiran Regresi .................................................................................................. 160
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebakaran merupakan peristiwa yang seringkali terjadi akibat kelalaian
manusia. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI
Jakarta melaporkan bahwa pada tahun 2015 telah terjadi kebakaran sebanyak
1.481 kasus (jakartafire.net/statistic, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh
tersebut banyak sekali penyebab terjadinya kebakaran, diantaranya disebabkan
oleh arus listrik, kompor, rokok dan lain-lain. Dinas Penanggulangan Kebakaran
dan Penyelamatan Bencana Provinsi DKI Jakarta merupakan unsur pelaksana
pemerintah daerah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas
penanganan masalah kebakaran. Dibentuknya organisasi ini adalah bentuk
perwujudan tanggung jawab pemda DKI Jakarta dalam rangka memberikan
perlindungan kepada warganya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana
lainnya. Sesuai dengan SK Gubernur Nomor 9 tahun 2002, tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta,
bahwa Dinas Pemadam Kebakaran memiliki tiga tugas pokok, yaitu (1)
pencegahan kebakaran; (2) pemadaman kebakaran; dan (3) penyelamatan jiwa
dan ancaman kebakaran dan bahaya lainnya (jakartafire.net/profile, 2016).
Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa pemadam kebakaran, PMK, atau
damkar adalah petugas atau dinas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi
kebakaran. Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk menyelamatkan
korban dari kebakaran, juga dilatih untuk menyelamatkan korban kecelakaan lalu
2
lintas, gedung runtuh, dll. Para petugas pemadam kebakaran tersebut sebelumnya
sudah mendapatkan pelatihan secara teknis dan mental agar mampu menjalani
tanggung jawab yang dimiliki.
Menjadi petugas pemadam kebakaran merupakan hal yang tidak mudah dan
dapat menimbulkan tekanan pekerjaan, karena mereka dituntut untuk siaga 24 jam
dan harus tiba di lokasi kebakaran secepatnya. Petugas pemadam kebakaran
termasuk ke dalam pekerjaan yang memiliki resiko tinggi. Pada saat mereka
mengeluarkan kendaraan pemadam menuju lokasi kebakaran, petugas pemadam
kebakaran harus mengendarai mobil dengan cepat walaupun terjadi kemacetan di
jalan raya. Hal ini sangat beresiko dan dapat mengakibatkan kecelakaan lalu
lintas. Selain itu, asap yang muncul pada saat pemadaman api dapat mengganggu
kesehatan petugas pemadam kebakaran, karena asap tersebut jika dalam jangka
waktu yang panjang akan mengganggu sistem pernapasan dan sistem penglihatan.
Telah terjadi beberapa peristiwa yang menyebabkan kematian pada petugas
pemadam kebakaran saat menjalankan tugas, diantaranya Subandi yang menjabat
sebagai Kepala Sektor Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan tewas pada saat
bertugas memadamkan api di kawasan Blok M tahun 2005 (Kisah Subandi, 2015),
Trisna Supriatna petugas harian lepas DKPB Kota Bandung tewas pada saat
bertugas memadamkan api dalam insiden kebakaran di salah satu pabrik tekstil di
Jalan A.H. Nasution, Bandung, Senin (11/9/2017) sekitar pukul 01.35 WIB
(Ramdhani, Kronologi Tewasnya Pemadam Kebakaran, 2017). Tidak hanya
meninggal karena sedang memadamkan api, tetapi ada kejadian lain seperti yang
terjadi di wilayah Aceh Utara pada 25 April 2016, petugas pemadam kebakaran
3
dihakimi oleh warga karena terlambat datang ke lokasi kejadian dan menyebabkan
seorang petugas pemadam kebakaran bernama Pasdar tewas karena terlindas
mobil pemadam saat terjatuh akibat di tarik oleh warga yang menghakimi (Brutal,
Pemadam Kebakaran Dihakimi Massa, 2016).
Peristiwa yang terjadi mengakibatkan tekanan pekerjaan yang dapat
mengganggu kestabilan psikologis dari petugas pemadam kebakaran sehingga
dibutuhkan ketahanan untuk mengatasi tekanan pekerjaan dan menghilangkan
trauma yang disebut resiliensi. Resiliensi dalam Smith et al. (2008) adalah
ketahanan individu untuk mampu bangkit dalam lingkungan yang stress dan
menekan, tidak menjadi sakit dan tidak tertekan walaupun mendapatkan kesulitan
yang signifikan dan dapat tetap memiliki fungsi normal secara psikologis. Connor
dan Davidson (2003) menjelaskan resiliensi adalah kemampuan individu dalam
menangani stres atau tekanan, serta dalam mengatasi kecemasan, depresi dan
reaksi stres.
Reivich dan Shatte (dalam Abidin, 2011) mengemukakan bahwa resiliensi
merupakan kapasitas untuk merespons sesuatu dengan cara yang sehat dan
produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma,
terutama untuk mengendalikan tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi merupakan
mind-set yang mampu meningkatkan seseorang untuk mencari pengalaman baru
dan memandang kehidupan sebagai proses yang meningkat. Resiliensi dapat
menciptakan dan memelihara sikap positif untuk mengeksplorasi, sehingga
seseorang menjadi percaya diri berhubungan dengan orang lain, serta lebih berani
mengambil risiko atas tindakannya.
4
Penelitian yang dilakukan oleh Ryan dan Caltabiano (2009) menyimpulkan
bahwa resiliensi adalah kekuatan atau kemampuan untuk beradaptasi secara
positif atau kembali pada fungsinya setelah melewati masalah hidup yang sulit.
Hasil penelitian LaFromboise dkk (dalam Mula, 2013) menemukan bahwa orang
yang resilien mampu beradaptasi menjadi lebih kuat dengan belajar keterampilan
baru, mengembangkan cara-cara dalam mengatasi tantangan hidup. Ryan dan
Caltabiano (2009) menyimpulkan bahwa banyak faktor internal yang terkait
dengan resiliensi yaitu self-efficacy, ketekunan, locus of control internal, coping,
dan keterampilan beradaptasi sedangkan faktor eksternal yang terkait dengan
resiliensi adalah coping dalam keluarga dan dukungan sosial. Penelitian Ridle dan
Romans (2012) menyimpulkan bahwa dibutuhkan eksplorasi terhadap peran
budaya, self esteem, subjective well-being, dan dukungan sosial dalam
menentukan faktor resiliensi pada remaja perkotaan American Indian. Fayombo
(2010) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa ada hubungan yang signifikan
antara the big five personality traits dan resiliensi pada remaja Karibia.
Untuk meningkatkan resiliensi pada petugas pemadam kebakaran,
dibutuhkan dukungan sosial dari lingkungan dan keluarga. Sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum (2014) menunjukkan bahwa
dukungan sosial emosional dan dukungan sosial instrument secara konsisten
mempengaruhi resiliensi pada remaja yang mengalami kemiskinan. Penelitian
yang dilakukan Mula (2013) menyimpulkan bahwa aspek reassurance of worth
dalam dimensi dukungan sosial secara positif memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi pada Anggota Brimob Kelapa Dua Depok.
5
Penelitian Ridle dan Romans (2012) menunjukkan bahwa dukungan sosial dari
teman memberikan pengaruh positif terhadap resiliensi. Dukungan sosial menurut
Uchino (dalam Sarafino, 2011) mengacu pada kenyamanan, kepedulian, harga diri
atau bantuan yang tersedia untuk seseorang dari orang lain atau kelompok.
Petugas pemadam kebakaran yang mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan
maupun keluarga, dapat mengatasi tekanan pekerjaan yang dialami dan mampu
untuk menjalani masalah dalam kehidupan.
Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi resiliensi adalah
religiusitas. Penelitian yang dilakukan oleh Riza dan Herdiana (2012)
menunjukkan bahwa faktor yang dapat mendukung terbentuknya resiliensi pada
narapidana adalah religiusitas. Individu yang memiliki religiusitas tinggi
cenderung pasrah dan menyerahkan segala situasi yang dialaminya adalah
kehendak dari Tuhan yang akan membawa manfaat dikemudian hari. Menurut
Cahyaningrum (2014) religiusitas dapat mempengaruhi manusia dalam bertindak
dan bertingkah laku, semakin kuat religiusitas seseorang, maka semakin kuat pula
seseorang tersebut dalam mengontrol setiap tindakan dan tingkah lakunya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bogar dan Killacky (dalam
Cahyaningrum, 2014) tentang peran religiusitas terhadap resiliensi dengan
mengidentifikasikan lima determinan dari resiliensi diantaranya yaitu religiusitas
merupakan komponen penting bagi resiliensi seseorang. Religiusitas dianggap
penting untuk mengembangkan resiliensi pada petugas pemadam kebakaran agar
mampu untuk mengatasi tekanan pekerjaan yang dihadapi dan menjalani masalah
dalam kehidupan.
6
Dalam penelitian Suryaman et al. (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh
positif dari aspek religious/spiritual coping dalam religiusitas terhadap resiliensi
pada pasien rehabilitasi Yayasan Rumah Damai Semarang. Penelitian yang
dilakukan oleh Aisha (2014) menunjukkan bahwa berdasarkan aspek pengetahuan
agama, keyakinan, praktek agama, pengalaman dan konsekuensi yang digunakan
dalam mengukur tingkat religiusitas terhadap resiliensi pada remaja di Panti
Asuhan Keluarga Muhammadiyah Surakarta menghasilkan hubungan positif yang
signifikan. Pertiwi (2011) menyimpulkan bahwa dimensi thankfulness dalam
variabel religiusitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi
pada residen BNN Lido. Dengan demikian, dukungan sosial dan religiusitas
dibutuhkan oleh petugas pemadam kebakaran untuk tetap resilien. Petugas
pemadam kebakaran membutuhkan resiliensi agar mampu beradaptasi secara
positif atas perubahan yang terjadi akibat kesulitan kebakaran membutuhkan
resiliensi agar mampu beradaptasi secara positif atas perubahan yang terjadi
akibat kesulitan yang dialami dalam kehidupan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
merasa perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan resiliensi. Penulis
menggunakan dukungan sosial dan religiusitas sebagai independen variable
karena penulis ingin mengetahui bagaimana faktor instrinsik dan ekstrinsik
mempengaruhi resiliensi pada petugas pemadam kebakaran dan penulis ingin
mengetahui aspek-aspek dukungan sosial dan religiusitas yang mempengaruhi
resiliensi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan petugas pemadam
kebakaran sebagai sampel. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian dengan
7
judul “Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap resiliensi petugas
pemadam kebakaran”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi untuk meneliti
pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap resiliensi pada petugas
pemadam kebakaran.
Adapun untuk pembatasan variabel resiliensi, dukungan sosial dan
religiusitas akan dibatasi:
1. Resiliensi sebagaimana dikemukakan oleh Connor dan Davidson (2003) adalah
kemampuan individu dalam menangani stres atau tekanan, serta dalam
mengatasi kecemasan dan depresi.
2. Dukungan sosial sebagaimana dikemukakan oleh Weiss (dalam Cutrona dan
Russel, 1987) adalah kebutuhan individu untuk mendapatkan kenyamanan,
kepedulian dan dorongan dari orang lain yang dapat membantu individu
mengatasi kesulitan dalam hidupnya.
3. Religiusitas sebagaimana dikemukakan oleh Fetzer (1999) adalah keyakinan
terhadap agama yang berfokus pada masalah perilaku, sosial, ajaran dan
karakteristik keagamaan karena melibatkan ibadah dan ajaran secara bersamaan
dalam suatu kelompok.
4. Sampel dalam penelitian ini adalah petugas pemadam kebakaran yang
berlokasi di DKI Jakarta.
8
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan religiusitas
terhadap resiliensi?
2. Berapa jumlah kontribusi masing-masing variabel dukungan sosial dan
religiusitas terhadap resiliensi pada petugas pemadam kebakaran?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui secara empirik pengaruh dukungan sosial dan religiusitas
terhadap resiliensi pada petugas pemadam kebakaran.
2. Untuk mengetahui jumlah kontribusi pada variabel dukungan sosial dan
religiusitas yang berpengaruh terhadap resiliensi pada petugas pemadam
kebakaran.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan
para pembaca dan memberikan kontribusi pengetahuan yang bisa dijadikan
literatur dalam bidang psikologi dengan memberikan bukti empiris pada
9
penelitian ini. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi teoritis dan empiris atau
masukan bagi peneliti lain yang meneliti tentang resiliensi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai masukan dan pedoman
bagi tenaga kerja beresiko seperti petugas pemadam kebakaran dan dapat
memahami bagaimana seharusnya mengatasi tekanan dengan menjadi individu
yang resilien.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Resiliensi
Dalam pembahasan resiliensi petugas pemadam kebakaran penulis menguraikan
mengenai definisi resiliensi, definisi petugas pemadam kebakaran, faktor-faktor
yang mempengaruhi resiliensi, aspek-aspek resiliensi dan pengukuran resiliensi.
2.1.1 Definisi Resiliensi
Reivich dan Shatte (dalam Brooks dan Goldstein, 2005) mengatakan bahwa
“semua orang membutuhkan resiliensi”, karena resiliensi adalah kemampuan
untuk merespon dengan cara yang sehat dan produktif ketika dihadapkan dengan
kesulitan dan trauma. Sangat penting untuk mengelola tekanan yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari. Resiliensi digambarkan sebagai kapasitas individu
untuk pemeliharaan, pemulihan atau peningkatan kesehatan mental serta mampu
beradaptasi terhadap tantangan hidup yang penuh tekanan dan kemampuan
individu untuk melakukan perubahan dan transformasi dari tekanan hidup yang
sulit (Neill & Dias, 2001). Luthans, Youssef dan Avolio (2007) menjelaskan
bahwa resiliensi adalah kapasitas untuk bangkit kembali dari keterpurukan,
konflik, kegagalan, atau bahkan persitiwa positif, kemajuan, dan tanggung jawab
meningkat.
Masten dan Reed (dalam Luthans, Youssef dan Avolio, 2007)
menganggap resiliensi sebagai fenomena yang ditandai dengan pola adaptasi yang
positif dalam konteks menghadapi kesulitan atau resiko yang signifikan.
Resiliensi telah didefinisikan dalam berbagai cara, termasuk kemampuan untuk
11
bangkit kembali atau pulih dari tekanan, untuk beradaptasi dengan keadaan stres,
tidak menjadi sakit meskipun mengalami kesulitan yang signifikan dan berfungsi
agar terlepas dari stres atau kesulitan (Carver, Tusaie dan Dyer, dalam Smith, et
al. 2008). Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi adalah kemampuan
individu dalam menangani stres atau tekanan, serta dalam mengatasi kecemasan
dan depresi. Richardson (dalam Green et.al, 2014) resiliensi merupakan proses
yang dinamis dan multidimensi dengan faktor biologis, psikologis dan spiritual
yang mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi tekanan atau stres.
Smith et al. (2008) mendefinisikan resiliensi sebagai perlawanan terhadap
penyakit, adaptasi dan berkembang, kemampuan untuk bangkit kembali atau pulih
dari stres dan tekanan. Kata resiliensi dalam bahasa Inggris “resilience” berasal
dari kata “resile” yang artinya bangkit kembali. Resiliensi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk bangkit kembali atau pulih dari stres yang dinilai penting untuk
diri sendiri. Kemampuan ini juga penting bagi individu yang sedang sakit atau
dihadapkan dengan tekanan yang berkelanjutan berkaitan dengan kesehatan
individu sendiri. Resiliensi sering diartikan sebagai proses dinamis yang
mencakup kedua manifestasi psikologis perilaku dan adaptasi positif dalam
konteks masalah yang signifikan (Todd dan Worell, dalam Fujikawa, 2013).
Rutter (dalam Wagnild dan Young, 1993) mendefinisikan resiliensi
sebagai faktor penyangga yang melindungi individu dari gangguan psikotik dan
menggambarkan individu tangguh yang memiliki harga diri, kepercayaan dalam
keberhasilan diri sendiri, kemampuan pemecahan masalah dan hubungan
interpersonal yang memuaskan. Menurut Drugg dan Douglas (dalam Wagnild dan
12
Young, 1993) individu yang resilien memiliki keberanian yang tidak biasa dan
optimism dalam menghadapi kematian, penyakit dan cacat bawaan. Resiliensi
adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan, konflik, kegagalan atau
bahkan peristiwa positif, kemajuan dan peningkatan tanggung jawab (Luthans,
dalam Avey et.al, 2011).
Berdasarkan pengertian beberapa ahli tersebut penulis menyimpulkan
bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk bangkit kembali setelah
mengalami tekanan atau stres dalam hidupnya. Kesimpulan tersebut sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Connor dan Davidson (2003) bahwa resiliensi
adalah kemampuan individu dalam menangani stres atau tekanan, serta dalam
mengatasi kecemasan dan depresi.
2.1.2 Aspek-aspek Resiliensi
Wagnild dan Young (1993) mengemukakan lima aspek resiliensi, yaitu
equanimity; perseverance; self-reliance; meaningfulness dan existential aloneness
yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Equanimity atau ketenangan merupakan perspektif yang seimbang dari
kehidupan dan pengalaman seseorang. Ketenangan ini berarti kemampuan
untuk mempertimbangkan masalah secara lebih luas sehingga dapat
menemukan solusi untuk setiap masalah. Individu yang resilien mampu
memanipulasi kesulitan dengan sikap yang tenang sehingga individu
cenderung berhati-hati dalam menemukan solusi atas kesulitan yang dimiliki.
2. Perseverance atau ketekunan adalah sikap yang tekun walaupun sedang
mengalami kesulitan atau keputusasaan. Ketekunan berarti keinginan untuk
13
melanjutkan perjuangan hidup individu dan tetap terlibat dalam disiplin diri.
Individu yang resilien mampu bersikap positif walaupun menemukan
beberapa hambatan dan mampu untuk menyelesaikan kesulitan dengan
mencapai tujuan hidup.
3. Self-reliance atau kemandirian adalah kepercayaan diri dan kemampuan
individu untuk membela diri serta mengenal pribadi individu dan keterbatasan
yang dimiliki individu. Individu mampu untuk mengenal kekurangan dan
kelebihan yang ada dalam diri sehingga individu yang resilien mampu untuk
mengatasi kesulitan berdasarkan pengalaman hidup sebelumnya yang
kemudian dapat meyakinkan individu akan kemampuan dalam dirinya.
4. Meaningfulness atau kebermaknaan adalah kesadaran bahwa hidup memiliki
tujuan. Kebermaknaan menyampaikan rasa syukur atas segala yang telah
dimiliki individu. Individu yang resilien akan tetap bersikap positif untuk
mencapai tujuan hidup walaupun dalam keadaan yang sulit.
5. Existential aloneness atau eksistensial kesendirian adalah kesadaran bahwa
setiap hidup individu merupakan hal yang unik, sementara beberapa
pengalaman bersama, masih ada orang lain yang harus dihadapi sendiri.
Eksistensi kesendirian memberikan rasa kebebasan dan keunikan. Individu
yang existential alones berarti mampu untuk menerima apa adanya diri dengan
semua kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Individu yang resilien tidak
akan mudah dipengaruhi oleh orang lain karena individu mampu untuk
menyelesaikan sendiri kesulitan yang dihadapi.
14
Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi terdiri atas lima aspek, yaitu
personal competence; trust in one’s instincts; positive acceptance of change and
secure relationships; control and factor dan spiritual influences yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Personal competence; high standard and tenacity
Aspek ini menjelaskan tentang kompetensi personal individu dimana individu
merasa sebagai orang yang mampu untuk mencapai tujuan walaupun dalam situasi
kemunduran atau kegagalan. Individu ketika mengalami tekanan atau stres
cenderung merasa ragu akan berhasil dalam mencapai tujuan sehingga dibutuhkan
standar yang tinggi dan keuletan dalam diri individu tersebut. Indikator dalam
aspek ini adalah mampu menjadi individu yang kompeten; mampu menjadi
individu yang ulet; dan memiliki standar yang tinggi.
2. Trust in one’s instincts; tolerance of negative affect; strengthening effect of
stress
Aspek ini berhubungan dengan ketenangan dalam bertindak. Individu yang tenang
cenderung berhati-hati dalam mengambil sikap atas masalah yang dihadapi.
Individu juga mampu melakukan coping terhadap stres dengan cepat serta tetap
fokus pada tujuan walaupun sedang mengalami tekanan atau masalah. Indikator
dalam aspek ini adalah percaya pada naluri; toleran pada hal buruk; dan mampu
mengatasi akibat dari stres.
3. Positive acceptance of change and secure relationships
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan menerima kesulitan secara positif
serta jika berada dalam kesulitan mampu untuk berhubungan aman dengan orang
15
lain. Individu menunjukkan kemampuan untuk menerima masalah secara positif
sehingga tidak mempengaruhi kehidupan sosial individu dengan orang lain.
Indikator dalam aspek ini adalah dapat menerima perubahan secara positif dan
dapat menjaga hubungan baik dengan orang lain.
4. Control and factor
Aspek ini merupakan kemampuan untuk mengontrol diri dan mencapai tujuan.
Individu memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri dalam mencapai tujuan serta
memiliki kemampuan untuk meminta dan mendapatkan dukungan sosial dari
orang lain ketika mengalami suatu masalah. Indikator dalam aspek ini adalah
mampu mengontrol diri sendiri; mampu mengendalikan diri sendiri.
5. Spiritual influences
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan untuk selalu berjuang karena
keyakinannya pada Tuhan dan takdir. Individu yang percaya kepada Tuhan akan
menganggap bahwa masalah yang ada merupakan takdir dari Tuhan dan harus
dilalui dengan perasaan yang positif sehingga individu harus tetap berjuang dalam
mencapai tujuan. Indikator pada aspek ini adalah individu percaya kepada Tuhan
dan individu percaya pada takdir.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi
Menurut Resnick, Gwyther dan Roberto (2011) ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi resiliensi, yaitu self-esteem; social support; spirituality dan
positive emotions yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga diri (self esteem)
16
Self-esteem pada individu yang menghadapi kesulitan mengalami sedikit
penurunan. Teori psikologis resiliensi pada individu lanjut usia menggabungkan
berbagai konstruksi terkait harga diri dan kontrol diri. Individu yang memiliki
self-esteem pada usia lanjut dapat membantunya dalam menghadapi kesulitan.
2. Dukungan sosial (social support)
Dukungan sosial sering dihubungkan dengan resiliensi. Penelitian lain
menunjukkan bahwa resiliensi dan dukungan emosional (bukan dukungan
instrumen) menghasilkan kualitas hidup yang lebih tinggi pada individu usia
lanjut.
3. Spiritualitas (spirituality)
Faktor lain yang dapat mempengaruhi resiliensi dalam menghadapi tekanan dan
kesulitan adalah ketabahan (hardiness) dan keberagamaan (religiousness) serta
spiritualitas (spirituality). Spiritualitas membutuhkan suatu pencarian di alam
semesta, suatu pandangan bahwa dunia lebih luas daripada diri sendiri,
spiritualitas juga berarti ketaatan pada suatu ajaran (agama) yang spesifik.
4. Emosi positif (positive emotions)
Emosi positif dapat menjadi cara yang efektif dalam mengatasi respon terhadap
stres. Emosi positif juga dapat menjadi pelindung dalam menghadapi ancaman
terhadap ego. Teori ini dikembangkan oleh Fredrickson (dalam Resnick et al.
2011) yang menyatakan bahwa sebagai manusia yang berkembang, emosi positif
dapat membantu dalam beradaptasi pada situasi-situasi yang penuh tekanan.
17
Sedangkan menurut Lee et al. (2013) bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi resiliensi, yaitu risk factor dan protective factor yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Risk factor
Risk factor dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang akan mempengaruhi
ketidakseimbangan psikologis pada individu. Risk factor digunakan untuk
meningkatkan kemungkinan terjadinya maladaptasi. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk meneliti hubungan antara resiliensi dengan risk factor, misalnya
individu yang memiliki gejala depresi yang berhubungan dengan kecemasan
memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah.
2. Protective factor
Protective factor adalah faktor yang mengacu pada karakteristik individu dimana
karakteristik tersebut dapat meningkatkan kemampuan adaptasi psikologis dalam
dirinya. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara resiliensi
dengan protective factor.
Reivich dan Shatte (dalam Jackson dan Watkin, 2004) menjelaskan tujuh
faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi, diantaranya emotional regulation;
impulse control; causal analysis; self-efficacy; realistic optimism; empathy dan
reaching out yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaturan emosional (emotional regulation)
Kemampuan untuk mengelola dunia internal individu agar tetap efektif di bawah
tekanan. Individu yang resilien menggunakan kemampuannya dengan baik untuk
membantu dirinya mengontrol emosi, perhatian dan perilaku. Individu yang tidak
18
mampu untuk mengatur emosi mengalami kesulitan dalam membangun dan
menjaga hubungan dengan orang lain karena emosi yang dirasakan cenderung
berpengaruh terhadap orang lain.
2. Kontrol terhadap impuls (impulse control)
Kontrol terhadap impuls berkorelasi dengan pengaturan emosi. Kemampuan
untuk mengelola perilaku dari pikiran emosional individu, serta kemampuan
untuk menunda kepuasan. Individu mampu untuk mengelola pikiran emosional
sebelum melakukan tindakan dalam menghadapi masalah.
3. Kemampuan menganalisis masalah (causal analysis)
Kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab tekanan secara akurat. Individu
yang resilien mampu untuk mengidentifikasi penyebab dari masalah yang
dihadapi sehingga individu dapat menemukan solusi yang lebih potensial.
4. Self efficacy
Self efficacy berarti keyakinan bahwa individu mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dan berhasil mengatasinya. Individu yang ulet dan percaya diri berhasil
membangun kepercayaan orang lain pada diri individu sehingga individu
memiliki lebih banyak kesempatan dalam memecahkan masalah.
5. Optimis realistis (realistic optimisme)
Kemampuan agar tetap positif mengenai perencanaan masa depan yang belum
terjadi. Hal ini berkaitan dengan harga diri tetapi hubungan sebab-akibat lebih
berkaitan dengan self-efficacy dan melibatkan akurasi dan realisme. Individu yang
optimis percaya bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik sehingga individu
19
memiliki kepercayaan diri untuk mampu mengatasi kesulitan dimasa yang akan
datang.
6. Empati (empathy)
Kemampuan untuk merasakan perilaku dan keadaan emosional orang lain
sehingga dapat membangun hubungan yang lebih baik. Individu yang resilien
mampu membaca isyarat nonverbal orang lain untuk membantu membangun
hubungan yang lebih baik.
7. Pencapaian (reaching out)
Kemampuan untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dari kehidupan dan
mengambil kesempatan baru dalam hidup. Kemampuan ini menjangkau perilaku
yang terhambat akibat rasa malu, perfeksionisme dan self-handicapping.
Pencapaian dalam hal ini adalah kemampuan untuk meningkatkan aspek positif yang
mencakup keberanian individu untuk mengatasi kesulitan dalam hidup.
Berdasarkan faktor-faktor yang telah dijelaskan oleh para ahli, maka penulis
menggunakan dukungan sosial dan religiusitas sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini.
2.1.4 Pengukuran Resiliensi
Ada beberapa alat ukur yang digunakan oleh para ahli untuk mengukur resiliensi,
diantaranya:
1. The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang dikembangkan oleh
Connor dan Davidson (2003). Alat ukur ini terdiri dari 25 item berdasarkan
lima aspek resiliensi yang dikembangkan oleh Connor dan Davidson, yaitu (1)
personal competence; high standard and tenacity; (2) trust in one’s instinct;
20
tolerance of negative affect; strengthening effect of stress, (3) positive
acceptance of change and secure realitonships, (4) control and factor dan (5)
spiritual influences. Alat ukur ini menggunakan Skala Likert dengan lima
pilihan jawaban sebagai berikut: (0) tidak benar sama sekali; (1) jarang; (2)
kadang-kadang; (3) sering; (4) sangat sering; dengan total skor 0 – 100 dimana
skor yang paling tinggi mencerminkan resiliensi yang tinggi.
2. The Brief Resilience Scale (BRS) yang dikembangkan oleh Smith et al. (2008)
mengukur resiliensi secara utuh dan hasil dari alat ukur ini dapat memprediksi
resiliensi yang berhubungan dengan karakteristik personal, hubungan sosial,
coping stress, dan kesehatan pada individu. Alat ukur ini terdiri dari enam
item dengan tiga item favourable dan tiga item unfavourable dan alat ukur ini
juga menggunakan Skala Likert dengan lima pilihan jawaban sebagai berikut:
(1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4) Setuju; dan (5)
Sangat Setuju.
3. The Resilience Factor Inventory (RFI) yang dikembangkan oleh Reivich dan
Shatte (2002) terdiri dari 60 item yang mengukur resiliensi berdasarkan tujuh
faktor, yaitu (1) emotional regulation; (2) impulse control; (3) causal
analysis; (4) self-efficacy; (5) realistic optimisme; (6) empathy; dan (7)
reaching out.
4. The Resilience Scale (RS) yang dikembangkan oleh Wagnild dan Young
(1990) terdiri dari 25 item untuk mengukur resiliensi berdasarkan lima
komponen, yaitu (1) equanimity; (2) perseverance; (3) self-reliance; (4)
meaningfulness; dan (5) existential aloneness.
21
Berdasarkan ketiga alat ukur di atas, maka dalam penelitian ini digunakan
alat ukur yang dikembangkan oleh Connor dan Davidson (2003) yaitu The
Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) untuk mengukur resiliensi pada
petugas pemadam kebakaran.
2.2 Dukungan Sosial
Dalam pembahasan ini penulis menguraikan mengenai definisi dukungan sosial,
dimensi dukungan sosial dan pengukuran dukungan sosial.
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman dinyatakan sebagai komponen
yang penting dan kuat untuk meningkatkan kepercayaan diri dan meningkatkan
akademik individu (Mohamed, et al. 2012). Menurut Gurung (dalam Mohamed et
al. 2012) dukungan sosial mengacu pada pengalaman individu yang merasa
dihormati, dihargai dan dicintai oleh orang-orang di sekitar. Sarason (1983)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai ketersediaan atau keberadaan orang lain
yang dapat diandalkan, dan memberikan keyakinan perasaan kepada individu
sehingga merasa dipedulikan, dihargai dan dicintai.
Menurut Uchino (dalam Sarafino dan Smith, 2011) dukungan sosial
mengacu terhadap kenyamanan, kepedulian, harga diri atau bantuan yang tersedia
untuk individu dari orang lain atau kelompok. Dukungan tersebut berasal dari
berbagai sumber, diantaranya pasangan hidup, keluarga, teman, dokter atau
komunitas. Dukungan sosial dapat meringankan individu yang sedang mengalami
tekanan atau kesulitan. Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987) menyatakan
bahwa dukungan sosial merupakan kebutuhan individu untuk mendapatkan
22
kenyamanan, kepedulian dan dorongan dari orang lain yang dapat membantu
individu mengatasi kesulitan dalam hidupnya. House dan Khan (dalam Cohen,
2004) menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah pemberian sumber psikologis
dan materi dari lingkungan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam
mengatasi tekanan atau kesulitan.
Untuk menjelaskan mengenai konsep dukungan sosial, Barrera (1986)
membaginya menjadi tiga kategori, yang pertama adalah social embeddedness,
konsep dukungan sosial dalam hal ini mengacu pada hubungan atau interaksi yang
signifikan pada individu terhadap lingkungan sosial. Kedua, perceived social
support¸ dukungan sosial dalam konsep ini muncul ketika sejauh mana individu
dapat menilai secara subjektif terhadap dukungan yang diterimanya dari orang
lain. Dan ketiga, enacted support, konsep dukungan sosial ini melihat hasil dari
dukungan yang diberikan, membandingkan kuantitas dan kualitas dukungan
dengan ukuran stres. Menurut Gottlieb (dalam Bernal et al. 2002) dukungan sosial
berkaitan dengan stres, depresi dan masalah kesehatan mental individu.
McCubbin et.al (dalam Vartak, 2015) menjelaskan bahwa dukungan sosial
biasanya didefinisikan sebagai keberadaan orang yang dapat kita andalkan, orang
yang memberi tahu kita bahwa mereka peduli, menghargai, dan mencintai kita.
Definisi luas dukungan sosial adalah "sumber daya yang disediakan oleh orang
lain".
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas,
penulis menyimpulkan bahwa dukungan sosial adalah bentuk interaksi yang
positif sehingga membantu individu dalam mengatasi kesulitan dengan
23
memberikan dorongan, kepedulian dan kenyamanan pada individu yang
membutuhkan. Kesimpulan tersebut sesuai dengan teori dukungan sosial yang
digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Weiss
(dalam Cutrona dan Russel, 1987) bahwa dukungan sosial merupakan kebutuhan
individu untuk mendapatkan kenyamanan, kepedulian dan dorongan dari orang
lain yang dapat membantu individu mengatasi kesulitan dalam hidupnya.
2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial
Cutrona, Gardner dan Uchino (dalam Sarafino dan Smith, 2011) membagi
dukungan sosial menjadi empat dimensi, yaitu emotional or esteem support;
tangible or instrumental support; informational support dan companionship
support yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Emotional or esteem support mencakup rasa empati, kepedulian, perhatian,
hal-hal positif yang memberikan kenyamanan dan kepastian dengan rasa
memiliki dan dicintai pada saat menghadapi tekanan, misalnya keluarga tetap
menerima individu walaupun sedang mengalami kesulitan.
2. Tangible or instrumental support melibatkan orang lain secara langsung,
misalkan individu memberikan pinjaman uang kepada temannya yang
membutuhkan, membantu menyelesaikan permasalahan orang lain saat
mengalami kesulitan, serta membantu orang lain untuk mendapatkan
pekerjaan.
3. Informational support dapat dilakukan dengan memberikan saran, nasihat atau
solusi untuk memecahkan kesulitan tersebut. Misalnya, individu yang sedang
24
sakit pergi ke dokter, lalu dokter memberikan solusi berupa obat untuk
mengatasi penyakit tersebut.
4. Companionship support mengacu kepada ketersediaan individu untuk
menghabiskan waktu dengan orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
Menurut Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987) ada enam dimensi dalam
dukungan sosial, yaitu reassurance of worth (adanya pengakuan); attachment
(kelekatan); social integration (integrasi sosial); opportunity for nurturance
(kesempatan untuk merasa dibutuhkan); reliable alliance (ketergantungan untuk
dapat diandalkan); dan guidance (bimbingan) yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Reassurance of worth (adanya pengakuan)
Dalam dukungan ini individu mendapat pengakuan atas kemampuan dan
keahliannya serta mendapatkan penghargaan dari orang lain atau lembaga. Pada
petugas pemadam kebakaran, dukungan ini dapat berupa pemberian penghargaan
atas prestasi kerja yang telah dilakukan. Indikator dalam dimensi ini adalah
mendapat pengakuan dari orang lain atas keahlian yang dimiliki; dan merasa
dihargai atas apa yang sudah dilakukan pada orang lain.
2. Attachment (kelekatan)
Dukungan sosial semacam ini memungkinkan individu memperoleh kelekatan
emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Individu yang
menerima dukungan sosial ini akan merasa aman, damai dan tentram yang
ditunjukkan dengan sikap yang tenang dan bahagia. Dukungan sosial ini
bersumber dari pasangan hidup, anggota keluarga, teman dan lingkungan.
25
Indikator dalam dimensi ini adalah merasa aman dengan orang lain; dan merasa
nyaman dengan orang lain.
3. Social integration (integrasi sosial)
Jenis dukungan sosial ini memungkinkan individu untuk memperoleh perasaan
memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat,
perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama
dan dapat menghilangkan perasaan kecemasan walaupun sesaat. Misalnya,
petugas pemadam kebakaran dapat melaksanakan acara gathering atau vokasional
lainnya. Indikator dalam dimensi ini adalah bergabung dalam kelompok
peminatan yang sama dan mampu berbagi kegiatan dengan orang lain.
4. Opportunity for nurturance (kesempatan untuk merasa dibutuhkan)
Dukungan ini melibatkan kedekatan hubungan interpersonal akan perasaan
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan ini memungkinkan individu untuk
memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh
kesejahteraan. Misalnya pada petugas pemadam kebakaran, mereka akan merasa
dibutuhkan oleh korban kebakaran pada saat terjadi kebakaran. Indikator dalam
dimensi ini adalah merasa dibutuhkan orang lain.
5. Reliable alliance (ketergantungan untuk dapat diandalkan)
Dukungan ini memungkinkan individu dalam mendapatkan dukungan berupa
jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan untuk membantunya ketika
sedang mengalami kesulitan. Misalnya pada petugas pemadam kebakaran akan
saling tolong-menolong dengan rekan kerja pada saat mengalami kesulitan dalam
26
bertugas. Indikator dalam dimensi ini adalah merasa ada orang lain yang dapat
diandalkan.
6. Guidance (bimbingan)
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun
hubungan sosial yang memungkinkan orang mendapatkan informasi, saran, atau
nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan
yang dihadapi. Indikator dalam dimensi ini adalah mendapat nasihat dari orang
lain untuk menyelesaikan masalah.
Berdasarkan beberapa dimensi di atas, penulis menggunakan dimensi
dukungan sosial dari Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987) dalam melakukan
penelitian ini, yang menjelaskan enam dimensi dukungan sosial, yaitu
reassurance of worth (adanya pengakuan); social integration (integrasi sosial);
attachment (kelekatan); opportunity for nurturance (kesempatan untuk merasa
dibutuhkan); reliable alliance (ketergantungan untuk dapat diandalkan); dan
guidance (bimbingan).
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur The Social Provision
Scale yang dikembangkan oleh Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987)
menggunakan metode test-retest yang terdiri dari 24 item dimana masing-masing
dimensi dukungan sosial diukur dengan empat item. Adapun komponen-
komponen tersebut adalah adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan
(attachment), integrasi sosial (social integration), kesempatan untuk merasa
dibutuhkan (opportunity for nurturance), ketergantungan untuk dapat diandalkan
27
(reliable alliance) dan bimbingan (guidance). Pengukuran menggunakan skala
Likert yang terdiri dari empat skala, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS); Tidak
Setuju (TS); Setuju (S); dan Sangat Setuju (SS).
2.3 Religiusitas
Dalam pembahasan religiusitas penulis menguraikan mengenai definisi
religiusitas, dimensi religiusitas dan pengukuran religiusitas.
2.3.1 Definisi Religiusitas
Secara bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata benda
religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan ligare artinya menghubungkan
kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali tali hubungan antara
Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya (Mahmuddah, dalam
Subhan 2011). Religiusitas dapat didefinisikan sebagai keyakinan, perasaan dan
praktik yang terkait dengan agama (Ho dan Ho, dalam Chuin dan Choo 2009).
Menurut Fetzer (1999) religiusitas adalah sesuatu yang menitikberatkan pada
masalah perilaku, sosial, ajaran dan karakteristik keagamaan karena melibatkan
ibadah dan ajaran secara bersamaan dalam suatu kelompok. Religiusitas
merupakan konsep yang rumit dan sulit untuk dijelaskan. Roget Thesaurus (dalam
Holdcroft, 2006) mengatakan bahwa religiusitas identik dengan istilah-istilah
seperti ortodoks, iman, keyakinan, kesalehan, pengabdian dan kekudusan.
Religiusitas adalah salah satu konsep yang berkaitan dengan pengampunan.
Religiusitas berarti “komitmen agama” sehingga dapat mempengaruhi sikap,
kecenderungan dan tindakan (Shojai, dalam Amini et al., 2014). Dengan kata lain,
religiusitas adalah memahami akan keyakinan dan keesaan Tuhan, Nabi-nabi,
28
akhirat dan adanya kedekatan kepada Tuhan dan komitmen untuk menjalankan
ibadah (Khoda Yarid Fard, dalam Amini et al., 2014). Religiusitas adalah sistem
simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlambangkan
yang semuanya berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling
maknawi (ultimate meaning) (Glock dan Stark, dalam Subhan, 2011).
Religiusitas dalam arti luas adalah istilah sosiologis yang komprehensif
yang digunakan untuk merujuk berbagai aspek kegiatan keagamaan, dedikasi, dan
keyakinan (doktrin agama), dimana agama memiliki pengaruh pada setiap aspek
kehidupan (Azam, et al., 2011). Religiusitas mencakup aspek perasaan, motivasi,
dan aspek batiniah manusia. Tingkat religiusitas individu dapat diketahui melalui
pengetahuan dan pemahaman subyek terhadap agamanya dan usaha individu
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama (Nurhayati, 2009).
Berdasarkan pengertian beberapa ahli tersebut penulis mengambil
kesimpulan bahwa religiusitas adalah suatu keyakinan, perilaku, perasaan dan
pemikiran yang berkaitan dengan nilai-nilai agama. Kesimpulan tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Fetzer (1999) bahwa religiusitas adalah
keyakinan terhadap agama yang berfokus pada masalah perilaku, sosial, ajaran
dan karakteristik keagamaan karena melibatkan ibadah dan ajaran secara
bersamaan dalam suatu kelompok.
2.3.2 Dimensi Religiusitas
Glock dan Stark (dalam Holdcroft, 2006) mengidentifikasikan lima dimensi
religiusitas, diantaranya yaitu experiental; ritualistic; ideologic; intellectual dan
consequential yang akan dijelaskan sebagai berikut:
29
1. Experiental, dimensi experiental berfokus kepada pengalaman keimanan diri
individu, berdoa serta mendekatkan diri pada Tuhan.
2. Ritualistic, dimensi ini meliputi kegiatan ibadah dalam komunitas.
3. Ideologic, didasari oleh harapan bahwa agama akan berpegang pada keyakinan
tertentu.
4. Intellectual, dimensi ini dilakukan dengan harapan bahwa orang beragama
akan diinformasikan dan memiliki pengetahuan tentang prinsip dasar iman dan
kitab suci, misalnya sejarah, sakramen, moralitas.
5. Consequential, dimensi ini memiliki kaitan erat dengan dimensi intelektual,
karena pengetahuan dan penerimaan diperlukan dalam religiusitas. Akan tetapi,
religiusitas tidak selalu berasal dari pengetahuan dan tidak semua pengetahuan
agama mengiringi religiusitas.
Fukuyama (dalam Holdcroft, 2006) meneliti empat dimensi religiusitas,
yaitu cognitivel cultic; creedal dan devotional yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Cognitive, dimensi kognitif ini berkaitan dengan apa yang individu tahu
tentang agama, yaitu pengetahuan agama.
2. Cultic, dimensi ibadah mereferensikan individu ke praktek keagamaan, yaitu
perilaku ritualistik.
3. Creedal, dimensi pengakuan iman ini berkaitan dengan religiusitas diri pribadi.
4. Devotional, dimensi kesalehan ini mengacu pada perasaan dan pengalaman
agama individu, yaitu dimensi experiental.
30
Allport dan Ross (dalam Holdcroft, 2006) mengidentifikasikan dua dimensi
religiusitas, yaitu ekstrinsik dan instrinsik. Religiusitas ekstrinsik yaitu melayani
diri sendiri dan pandangan berfaedah tentang agama yang memberikan
kenyamanan dan keselamatan individu. Sedangkan religiusitas instrinsik adalah
menginternalisasi seluruh akidah dan keimanan, dan dengan sekedar hadir di
tempat ibadah.
Dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh John E. Fetzer
Institute (1999) yang berjudul Multidimensional Measurement of Religiousness,
Spirituality for Use in Health Research menjelaskan 12 dimensi religiusitas,
diantaranya daily spiritual experiences, meaning, values, beliefs, forgiveness,
private religious practices, religious/spiritual coping, religious support,
religious/spiritual history, commitment, organizational religiousness, religious
preference. Satu persatu dijelaskan sebagai berikut:
1. Daily spiritual experiences (dalam Fetzer, 1999) menjelaskan bahwa dimensi
ini untuk mengukur persepsi individu terhadap Tuhan dan keterlibatan serta
interaksi Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dan pengalaman spiritual
sehari-hari ini berusaha untuk mengukur pengalaman daripada kognitif.
Indikator dalam dimensi ini adalah hubungan individu dengan Tuhan;
mendapat kekuatan dan kenyamanan spiritual; merasakan kasih sayang Tuhan;
menjadikan agama sebagai inspirasi kehidupan; merasa utuh dan memiliki
integrasi internal; takjub akan ciptaan Tuhan; bersyukur atas apa yang telah
dimiliki; peduli terhadap orang lain; rasa iba terhadap penderitaan orang lain;
dan menginginkan lebih dekat dengan Tuhan.
31
2. Pragment (dalam Fetzer, 1999) menjelaskan bahwa konsep kebermaknaan
(meaning) dalam hal religiusitas sama dengan konsep meaning yang
dijelaskan oleh Fiktor Vrankl mengenai kebermaknaan hidup. Meaning yang
dimaksud pada dimensi ini adalah yang berkaitan dengan religiusitas atau
disebut religion-meaning yang berarti persepsi individu terhadap agama yang
dapat menjadi tujuan hidupnya. Indikator dalam dimensi ini adalah
menjadikan agama sebagai tujuan hidup dan menemukan makna hidup.
3. Berdasarkan pendekatan Merton (dalam Fetzer, 1999) nilai-nilai (value)
menggambarkan nilai-nilai sebagai tujuan dan norma-norma sebagai sarana
untuk tujuan tersebut. Williams dan Kluckhohn (dalam Fetzer, 1999) melihat
value sebagai kriteria yang digunakan individu untuk memilih dan
membenarkan tindakan. Value mencoba menilai individu yang bersikap
normatif untuk mencerminkan ekspresi kepercayaan atau agamanya sebagai
nilai akhir. Indikator dalam dimensi ini adalah bersikap sesuai dengan norma
agama.
4. Secara definisi, Idler menjelaskan bahwa konsep kepercayaan (belief) dari tiap
agama berbeda satu sama lain dan belief merupakan sentral dari religiusitas
(dalam Fetzer, 1999). Indikator dalam dimensi ini adalah percaya pada agama
yang dianut.
5. Konsep memaafkan (forgiveness) menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) ini
mencakup lima dimensi, yaitu pengakuan dosa (confession); merasa diampuni
oleh Tuhan (feeling forgiven by God); merasa dimaafkan oleh orang lain
(feeling forgiven by others); memaafkan orang lain (forgiving others); dan
32
memaafkan diri sendiri (forgiving one self). Indikator dalam dimensi ini
adalah mengakui kesalahan diri sendiri; merasa dimaafkan oleh Tuhan; merasa
dimaafkan oleh orang lain; mampu memaafkan orang lain; dan mampu
memaafkan diri sendiri.
6. Pengalaman agama pribadi (private religious practice) menurut Levin (dalam
Fetzer, 1999) adalah perilaku beragama dalam praktek agama meliputi ibadah,
mempelajari kitab suci dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan nilai
keagamaannya. Indikator dalam dimensi ini adalah berkontribusi dalam
kegiatan kegamaan.
7. Penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping) menurut Pragament
(dalam Fetzer, 1999) merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan
metode religi. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk menghilangkan stres
dan sebagainya. Pragment (dalam Fetzer, 1999) menjelaskan ada tiga jenis
coping secara religi, yaitu:
- Deffering style, yaitu meminta penyelesaian masalah hanya kepada Tuhan
dengan cara berdoa dan berserah diri kepada-Nya.
- Colaborative style, yaitu meminta solusi kepada Tuhan dan hambanya
senantiasa berusaha untuk melakukan coping.
- Self-directing style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam
menjalankan coping.
Indikator dalam dimensi ini adalah menangani masalah secara positif dan
menangani masalah secara negatif.
33
8. Konsep dukungan agama (religious support) menurut Krause (dalam Fetzer,
1999) adalah aspek dalam hubungan sosial antara individu dengan pemeluk
agama sesamanya. Indikator dalam dimensi ini adalah menerima dukungan
emosional dari orang lain; memberikan dukungan emosional pada orang lain;
memiliki interaksi yang negatif; dan memiliki dukungan antisipasi.
9. Konsep riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history) menurut George
(dalam Fetzer, 1999) adalah bagaimana individu berpartisipasi untuk
agamanya selama hidupnya dan bagaimana agama dapat mempengaruhi
hidupnya. Indikator dalam dimensi ini adalah pengaruh agama pada
kehidupan.
10. Konsep komitmen (commitment) menurut Williams (dalam Fetzer, 1999)
adalah bagaimana individu mementingkan agamanya, komitmen, serta
berkontribusi terhadap agamanya. Indikator dalam dimensi ini adalah
komitmen terhadap agama yang dianut.
11. Konsep organisasi keagamaan (organizational religiousness) menurut Idler
(dalam Fetzer, 1999) mengukur kontribusi individu untuk ikut serta dalam
organisasi keagamaan seperti gereja, masjid serta rumah ibadah lainnya.
Indikator dalam dimensi ini adalah kehadiran dalam kegiatan keagamaan;
kesesuaian individu dengan agama yang dianut; berkontribusi dalam kegiatan
keagamaan.
12. Konsep preferensi agama (religious preference) menurut Ellison (dalam
Fetzer, 1999) adalah persepsi individu terhadap keyakinan agama yang telah
34
dipilihnya. Indikator dalam dimensi ini adalah yakin dengan agama yang
dianut.
Dari beberapa ahli yang menjelaskan dimensi-dimensi religiusitas, maka
dalam penelitian ini penulis menggunakan 12 dimensi religiusitas yang dijelaskan
oleh John. E. Fetzer (1999) dikarenakan teori Fetzer lebih banyak dimensinya
dalam meneliti pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap resiliensi pada
petugas pemadam kebakaran.
2.3.3 Sumber Religiusitas
Melalui teori The Four Wishes yang dikutip oleh Jalaludin (dalam Nurhayati,
2009) mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama meliputi
empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia yaitu:
1. Keinginan untuk keselamatan adalah keinginan untuk memperoleh
perlindungan atau penyelamatan dirinya baik secara fisik maupun psikis
2. Keinginan untuk mendapat penghargaan merupakan dorongan yang
menyebabkan manusia mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal
orang lain
3. Keinginan untuk ditanggapi menimbulkan rasa ingin mencintai dan dicintai
dalam pergaulan
4. Keinginan akan pengetahuan dan pengalaman baru menyebabkan manusia
mengeksplorasi dirinya, serta selalu ingin mencari pengetahuan dan
pengalaman baru yang belum diketahui.
35
2.3.4 Pengukuran Religiusitas
Ada beberapa alat ukur berdasarkan para ahli untuk mengukur religiusitas,
diantaranya yaitu:
1. Kuesioner yang dikembangkan dengan menggunakan kerangka 5-D
Religiusitas dari Glock dan Stark (dalam Azam, et.al., 2011). Kuesioner
terdiri dari 36 item yang menggunakan Skala Likert dengan lima pilihan
jawaban yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Netral; (4)
Setuju; (5) Sangat Setuju.
2. Brief Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality (BMMRS) dari
John E. Fetzer Institute (1999) dalam laporan penelitian yang berjudul
Multidimensional Measurement of Religiousness, Spirituality for Use in
Health Research. Alat ukur ini terdiri dari 38 item berupa self-report dalam
skala Likert.
Dalam penelitian ini penulis mengukur religiusitas dengan skala yang sudah
diadaptasi dari peneliti sebelumnya berupa alat ukur BMMRS dari John E. Fetzer
Institute (1999) sesuai dengan teori religiusitas yang akan dimodifikasi oleh
penulis.
2.4 Kerangka Berpikir
Setiap individu akan mengalami tekanan atau kesulitan dalam menjalani hidup.
Kesulitan yang dihadapi bersumber dari internal maupun eksternal. Untuk dapat
mengatasi kesulitan atau tekanan yang sedang dihadapi, individu membutuhkan
resiliensi agar mampu mengatasinya secara positif. Petugas pemadam kebakaran
memiliki berbagai tekanan dalam pekerjaan, seperti misalnya setiap pegawai
36
harus selalu siap 24 jam apabila terjadi kebakaran atau keadaan darurat, petugas
pemadam kebakaran harus berani memadamkan api walaupun keadaan tersebut
mengancam keselamatan diri. Hal-hal demikian yang dapat menimbulkan tekanan
pada petugas pemadam kebakaran, sehingga mereka membutuhkan resiliensi
untuk mengatasi tekanan secara positif agar dapat menghasilkan kinerja yang
lebih baik.
Resiliensi menurut Connor dan Davidson (2003) adalah kemampuan individu
dalam menangani stres atau tekanan, serta dalam mengatasi kecemasan dan
depresi. Resiliensi pada petugas pemadam kebakaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya dukungan sosial dan religiusitas dari masing-masing individu.
Hasil penelitian oleh Cahyaningrum (2014) menunjukkan bahwa dukungan
sosial secara konsisten mempengaruhi resiliensi. Dukungan sosial menurut Weiss
(dalam Cutrona dan Russel, 1987) merupakan kebutuhan individu untuk
mendapatkan kenyamanan, kepedulian dan dorongan dari orang lain yang dapat
membantu individu mengatasi kesulitan dalam hidupnya. Petugas pemadam
kebakaran yang memiliki dukungan sosial dari pasangan hidup, anggota keluarga,
teman dan lingkungan akan mengalami tingkat resiliensi yang tinggi. Dengan
adanya dukungan sosial, petugas pemadam kebakaran akan merasa telah
mendapatkan kepedulian dari orang lain, dicintai dan dihargai sehingga memiliki
dukungan untuk mengatasi tekanan atau kesulitan secara positif.
Selain dukungan sosial, faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi adalah
religiusitas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryaman et al.
(2013) bahwa terdapat pengaruh positif dari religiusitas terhadap resiliensi.
37
Menurut Fetzer (1999) religiusitas adalah keyakinan terhadap agama yang
berfokus pada masalah perilaku, sosial, ajaran dan karakteristik keagamaan karena
melibatkan ibadah dan ajaran secara bersamaan dalam suatu kelompok.
Religiusitas adalah kemampuan individu meyakini bahwa dirinya dekat dengan
Tuhan, sehingga individu selalu memandang positif dari kesulitan yang dihadapi
dan berusaha mengambil makna dari setiap kesulitan.
Petugas pemadam kebakaran yang memiliki religiusitas, akan lebih sabar dan
percaya kepada Tuhan akan resiko pekerjaan yang dilakukan, sehingga petugas
pemadam kebakaran memiliki resiliensi yang tinggi dalam menangani tekanan
pekerjaan. Religiusitas juga dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku dan
bertindak, apabila petugas pemadam kebakaran memiliki religiusitas yang tinggi,
maka petugas pemadam kebakaran akan mampu mengontrol setiap tindakan dan
tingkah lakunya agar menjadi individu yang resilien.
Dengan tingginya religiusitas dan adanya dukungan sosial yang didapatkan,
maka akan membuat petugas pemadam kebakaran memiliki resiliensi untuk
mengatasi tekanan atau kesulitan pekerjaan sehingga petugas pemadam kebakaran
mampu untuk beradaptasi secara positif dan bangkit dari rasa trauma. Secara
singkat, kerangka berpikir ini akan diilustrasikan menjadi bagan atau gambar
seperti berikut:
38
Religiusitas
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Dukungan Sosial
Daily spiritual experiences
Meaning
Values
Beliefs
Forgiveness
Private religious practices
Religious/spiritual coping
Religious support
Religious/spiritual history
Commitment
Organizational religiousness
Religious preferences
Attachment
Reassurance of worth
Social integration
Opportunity for nurturance
Reliable alliance
RESILIENSI
Guidance
39
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial (reassurance of worth,
attachment, social integration, opportunity for nurturance, reliable alliance,
guidance) dan religiusitas (daily spiritual experience, meaning, value, belief,
forgiveness, private religious practice, religious/spiritual coping, religious
support, religious/spiritual history, commitment, organizational religiousness,
religious preference) terhadap resiliensi.
2.5.2 Hipotesis Minor
H1: Ada pengaruh yang signifikan adanya pengakuan (reassurance of worth)
pada variabel dukungan sosial terhadap resiliensi.
H2: Ada pengaruh yang signifikan kelekatan (attachment) pada variabel
dukungan sosial terhadap resiliensi.
H3: Ada pengaruh yang signifikan integrasi sosial (social integration) pada
variabel dukungan sosial terhadap resiliensi.
H4: Ada pengaruh yang signifikan kesempatan untuk merasa dibutuhkan
(opportunity for nurturance) pada variabel dukungan sosial terhadap
resiliensi.
H5: Ada pengaruh yang signifikan ketergantungan untuk dapat diandalkan
(reliable alliance) pada variabel dukungan sosial terhadap resiliensi.
H6: Ada pengaruh yang signifikan bimbingan (guidance) pada variabel
dukungan sosial terhadap resiliensi.
40
H7: Ada pengaruh yang signifikan pengalaman spiritual sehari-hari (daily
spiritual experiences) pada variabel religiusitas terhadap resiliensi.
H8: Ada pengaruh yang signifikan kebermaknaan (meaning) pada variabel
religiusitas terhadap resiliensi.
H9: Ada pengaruh yang signifikan nilai-nilai (values) pada variabel religiusitas
terhadap resiliensi.
H10: Ada pengaruh yang signifikan kepercayaan (beliefs) pada variabel
religiusitas terhadap resiliensi.
H11: Ada pengaruh yang signifikan memaafkan (forgiveness) pada variabel
religiusitas terhadap resiliensi.
H12: Ada pengaruh yang signifikan pengalaman agama pribadi (private religious
practices) pada variabel religiusitas terhadap resiliensi.
H13: Ada pengaruh yang signifikan penangan agama/spiritual (religious/spiritual
coping) pada variabel religiusitas terhadap resiliensi.
H14: Ada pengaruh yang signifikan dukungan agama (religious support) pada
variabel religiusitas terhadap resiliensi.
H15: Ada pengaruh yang signifikan riwayat agama/spiritual (religious/spiritual
history) pada variabel religiusitas terhadap resiliensi.
H16: Ada pengaruh yang signifikan komitmen (commitment) pada variabel
religiusitas terhadap resiliensi.
H17: Ada pengaruh yang signifikan organisasi keagamaan (organizational
religiousness) pada variabel religiusitas terhadap resiliensi.
41
H18: Ada pengaruh yang signifikan preferensi agama (religious preferences)
pada variabel religiusitas terhadap resiliensi.
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Petugas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta
sebanyak 2.351 orang yang bertugas sebagai operasional bidang pemadaman api
(jakartafire.net/profile, 2016). Ukuran sampel dalam penelitian ini berdasarkan
rumus yang dibuat oleh Roscoe (dalam Amirullah, 2015) yaitu 10 kali jumlah
variabel penelitian karena faktor yang digunakan dalam penelitian sangat banyak.
Variabel dalam penelitian ini sebanyak 18 variabel sehingga jumlah sampel
minimal adalah 180 orang. Penulis berhasil mengumpulkan data dari 200 orang
responden yang artinya jumlah sampel dalam penelitian ini telah lebih dari jumlah
minimal.
Sampel penelitian ini yaitu anggota petugas pemadam kebakaran wilayah
DKI Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non-
probability sampling dengan teknik accidental sampling. Teknik ini dipilih karena
populasi dalam penelitian ini secara geografis tersebar luas dan tidak semua
populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian, karena
jumlah kantor pemadam kebakaran sebanyak 50 kantor yang tersebar di lima kota
DKI Jakarta, sehingga dibagi menjadi lima wilayah yang masing-masing wilayah
dibutuhkan 40 orang responden. Adapun kantor pemadam kebakaran yang
dikunjungi antara lain Sektor KH. Zainul Arifin, Sektor Tebet, Sektor Lebak
Bulus, Sektor Pasar Minggu, Sektor Matraman dan Sektor Tanjung Duren.
43
3.2 Variabel Penelitian
Dalam variabel penelitian akan dijelaskan mengenai variabel terikat dan variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian. Variabel terikat (dependent variable)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah resiliensi (Y). Adapun definisi
operasional variabel resiliensi yang sebagaimana dikemukakan oleh Connor dan
Davidson (2003) adalah kemampuan individu dalam menangani stres atau
tekanan, serta dalam mengatasi kecemasan dan depresi. Resiliensi diukur dengan
menggunakan skala pengukuran oleh Connor dan Davidson (2003) yaitu The
Connor and Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Dimensi resiliensi yang
digunakan dalam penelitian ini ada enam yaitu personal competence; trust in
one’s insticnts; positive acceptance of change and secure relationships; control
and factor; dan spiritual influences yang indikatornya akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Personal competence; high standard and tenacity dengan tiga indikator, yaitu:
(1) mampu menjadi individu yang kompeten; (2) mampu menjadi individu
yang ulet; dan (3) memiliki standar yang tinggi.
2. Trust in one’s instincts; tolerance of negative affect; strengthening effect of
stress dengan tiga indikator, yaitu: (1) percaya pada naluri; (2) toleran pada
hal buruk; dan (3) mampu menangani akibat dari stres.
3. Positive acceptance of change and secure relationships dengan dua indikator,
yaitu: (1) dapat menerima perubahan secara positif dan (2) dapat menjaga
hubungan baik dengan orang lain.
44
4. Control and factor dengan dua indikator, yaitu: (1) mampu mengontrol diri
sendiri dan (2) mampu mengendalikan diri sendiri.
5. Spiritual influences dengan dua indikator, yaitu: (1) individu percaya kepada
Tuhan dan (2) individu percaya pada takdir.
Variabel bebas (independent variable) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dukungan sosial dan religiusitas (X). Definisi operasional dukungan
sosial yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Weiss (dalam Cutrona dan Russel,
1987) adalah kebutuhan individu untuk mendapatkan kenyamanan, kepedulian
dan dorongan dari orang lain yang dapat membantu individu mengatasi kesulitan
dalam hidupnya. Dukungan sosial diukur menggunakan skala pengukuran yang
dikembangkan oleh Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987) yaitu The Social
Provision Scale dengan mengukur enam dimensi, diantaranya adanya pengakuan
(reassurance of worth); kelekatan (attachment); integrasi sosial (social
integration); kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance);
kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance); dan bimbingan (guidance)
yang indikatornya akan dijelaskan sebagai berikut:
- Adanya pengakuan (reassurance of worth) dengan dua indikator, yaitu: (1)
mendapat pengakuan dari orang lain atas keahlian yang dimiliki; dan (2)
merasa dihargai atas apa yang sudah dilakukan pada orang lain.
- Kelekatan (attachment) dengan dua indikator, yaitu: (1) merasa aman dengan
orang lain dan (2) merasa nyaman dengan orang lain.
45
- Integrasi sosial (social integration) dengan dua indikator, yaitu: (1) bergabung
dalam kelompok peminatan yang sama dan (2) mampu berbagi kegiatan
dengan orang lain.
- Kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance) dengan
indikator yaitu merasa dibutuhkan orang lain.
- Kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance) dengan indikator yaitu
merasa ada orang lain yang dapat diandalkan.
Bimbingan (guidance) dengan indikator yaitu mendapat nasihat dari orang
lain untuk menyelesaikan masalah.
Variabel bebas (independent variable) selanjutnya yaitu religiusitas.
Adapun definisi operasional variabel religiusitas yaitu sebagaimana dikemukakan
oleh Fetzer (1999) adalah keyakinan terhadap agama yang berfokus pada masalah
perilaku, sosial, ajaran dan karakteristik keagamaan karena melibatkan ibadah dan
ajaran secara bersamaan dalam suatu kelompok. Religiusitas diukur menggunakan
skala pengukuran religiusitas oleh Fetzer (1999) yang terdiri dari 12 dimensi,
yaitu pengalaman spiritual sehari-hari (daily spiritual experience); kebermaknaan
(meaning); nilai-nilai (values); kepercayaan (belief); memaafkan (forgiveness);
pengalaman agama pribadi (private religious practice); penanganan
agama/spiritual (religious/spiritual coping); dukungan agama (religious support);
riwayat agama (religious/spiritual history); komitmen beragama (commitment);
organisasi keagamaan (organizational religiousness); dan preferensi agama
(religious preferences) yang indikatornya akan dijelaskan sebagai berikut:
46
- Pengalaman spiritual sehari-hari (daily spiritual experience) dengan 10
indikator yaitu: (1) hubungan individu dengan Tuhan; (2) mendapat kekuatan
dan kenyamanan spiritual; (3) merasakan kasih sayang Tuhan; (4) menjadikan
agama sebagai inspirasi kehidupan; (5) merasa utuh dan memiliki integrasi
internal; (6) takjub akan ciptaan Tuhan; (7) bersyukur atas apa yang telah
dimiliki; (8) peduli terhadap orang lain; (9) rasa iba terhadap penderitaan
orang lain; dan (10) ingin lebih dekat dengan Tuhan.
- Kebermaknaan (meaning) dengan dua indikator yaitu: (1) menjadikan agama
sebagai tujuan hidup dan (2) menemukan makna hidup.
- Nilai-nilai (value) dengan indikator yaitu bersikap sesuai dengan norma
agama.
- Kepercayaan (belief) dengan indikator yaitu percaya pada agama yang dianut.
- Memaafkan (forgiveness) dengan lima indikator yaitu: (1) mengakui
kesalahan diri sendiri; (2) merasa dimaafkan oleh Tuhan; (3) merasa
dimaafkan oleh orang lain; (4) mampu memaafkan orang lain; dan (5) mampu
memaafkan diri sendiri.
- Pengalaman agama pribadi (private religious practice) dengan indikator
berkontribusi dalam kegiatan kegamaan.
- Penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping) dengan dua indikator
yaitu: (1) menangani masalah secara positif dan (2) menangani masalah secara
negatif.
- Dukungan agama (religious support) dengan empat indikator yaitu: (1)
menerima dukungan emosional dari orang lain; (2) memberikan dukungan
47
emosional pada orang lain; (3) memiliki interaksi yang negatif; dan (4)
memiliki dukungan antisipasi.
- Riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history) dengan indikator yaitu
pengaruh agama pada kehidupan.
- Komitmen beragama (commitment) dengan indikator yaitu komitmen terhadap
agama yang dianut.
- Organisasi keagamaan (organizational religiousness) dengan tiga indikator
yaitu: (1) kehadiran dalam kegiatan keagamaan; (2) kesesuaian individu
dengan agama yang dianut; (3) berkontribusi dalam kegiatan keagamaan.
Preferensi agama (religious preferences) dengan indikator yaitu yakin dengan
agama yang dianut.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yatu dengan menggunakan skala
sebagai alat ukur pengumpulan data. Skala yang digunakan yaitu model yang
diadaptasi dari model Skala Likert yaitu pernyataan berupa pendapat yang
disajikan kepada responden dengan memberikan indikasi pernyataan dari
penyataan sangat setuju hingga pernyataan sangat tidak setuju. Ada pun subyek
memberikan jawaban terhadap model yang diadaptasi dari skala Likert dengan
memberikan tanda check list (√) pada salah satu alternatif jawaban. Setiap item
diukur melalui empat kategori alternatif jawaban, yaitu “Sangat Setuju (SS)”,
“Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Penulis
48
hanya menggunakan empat kategori agar menghindarkan respon yang bersifat
netral (central tendency).
Perolehan skor dari item-item dalam alat ukur ini sesuai dengan jenis
pernyataan yakni dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif
(unfavorable). Dalam pernyataan favorable, skor tertingi diberikan pada jawaban
sangat setuju dan skor jawaban terendah pada pilihan jawaban sangat tidak setuju.
Sedangkan untuk pernyataan unfavorable, skor tertinggi diberikan pada jawaban
sangat tidak setuju dan skor jawaban terendah diberikan pada pilihan jawaban
sangat setuju.
Tabel 3.1
Skor Skala Likert
Skala Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
3.3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu:
1. Skala Resiliensi
Untuk mengukur resiliensi dalam penelitian ini menggunakan skala berdasarkan
skala baku oleh Connor dan Davidson (2003) yaitu The Connor-Davidson
Resilience Scale (CD-RISC). Penulis menambahkan item/pernyataan dalam skala
menggunakan model yang dikembangkan dari adaptasi skala Likert dengan empat
alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Skala ini terdiri dari 48 butir item pernyataan yang
mengukur reiliensi.
49
Tabel 3.2
Blue Print Resiliensi
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Personal competence - mampu menjadi individu yang
kompeten
- mampu menjadi individu yang ulet
- memiliki standard yang tinggi
1, 3
5, 7
9, 11
2, 4
6, 8
10, 12
4
4
4
2 Trust in one’s instinct - percaya pada naluri
- toleran pada hal buruk
- mampu menangani akibat dari stres
13, 15
17, 19
21, 23
14, 16
18, 20
22, 24
4
4
4
3 Positive acceptance of
change and secure
relationships
- dapat menerima perubahan secara
positif
- dapat menjaga hubungan baik
dengan orang lain
25, 27
29, 31
26, 28
30, 32
4
4
4 Control and factor - mampu mengontrol diri sendiri
- mampu mengendalikan diri sendiri
33, 35
37, 39
34, 36
38, 40
4
4
5 Spiritual influences - individu percaya kepada Tuhan
- individu percaya pada takdir
41, 43
45, 47
42, 44
46, 48
4
4
Jumlah 48
2. Skala Dukungan Sosial
Untuk mengukur dukungan sosial dalam penelitian ini menggunakan alat ukur
dukungan sosial yang didapatkan dari adaptasi skala oleh Cutrona dan Russel
(1987) yang mengukur dukungan sosial melalui enam komponen yang diberi
nama The Social Provision Scale. Alat ukur yang digunakan mencakup enam
dimensi, yaitu adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment),
integrasi sosial (social integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan
(opportunity for nurturance), kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable
alliance) dan bimbingan (guidance). Penulis menambahkan item/pernyataan
dalam skala menggunakan model yang dikembangkan dari adaptasi skala Likert
dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala ini terdiri dari 42 butir item
pernyataan yang mengukur dukungan sosial.
50
Tabel 3.3
Blue Print Dukungan Sosial
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Adanya pengakuan
(reassurance of
worth)
- mendapat pengakuan dari orang lain
atas keahlian yang dimiliki
- merasa dihargai atas apa yang sudah
dilakukan pada orang lain
1, 3
5, 7
2, 4
6, 8
4
4
2 Kelekatan
(attachment)
- merasa aman dengan orang lain
- merasa nyaman dengan orang lain
9, 11
13, 15
10, 12
14, 16
4
4
3 Integrasi sosial
(social integration)
- bergabung dalam kelompok
peminatan yang sama
- mampu berbagi kegiatan dengan
orang lain
17, 19
21, 23
18, 20
22, 24
4
4
4 Kesempatan untuk
merasa dibutuhkan
(opportunity for
nurturance)
- merasa dibutuhkan orang lain 25,
27, 29
26, 28,
30
6
5 Kebutuhan untuk
dapat diandalkan
(reliable alliance)
- merasa ada orang lain yang dapat
diandalkan
31,
33, 35
32, 34,
36
6
6 Bimbingan
(guidance)
- memperoleh nasihat dari orang lain
untuk menyelesaikan masalah
37,
39, 41
38, 40,
42
6
Jumlah 42
3. Skala Religiusitas
Untuk mengukur religiusitas dalam penelitian ini menggunakan skala berdasarkan
skala baku BMMRS dari John E. Fetzer Institute (1999). Alat ukur yang
digunakan mencakup aspek daily spiritual experience, meaning, value, belief,
forgiveness, private religious practice, religious/spiritual coping, religious
support, religious/spiritual history, commitment, organizational religiousness, dan
religious preference. Penulis menambahkan item/pernyataan dalam skala
menggunakan model yang dikembangkan dari adaptasi skala Likert dengan empat
alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Skala ini terdiri dari 136 butir item pernyataan yang
mengukur religiusitas.
51
Tabel 3.4
Blue Print Religiusitas
No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Pengalaman agama sehari-
hari (daily spiritual
experiences)
- hubungan individu dengan Tuhan
- mendapat kekuatan dan kenyamanan
spiritual
- merasakan kasih sayang Tuhan
- menjadikan agama sebagai inspirasi
kehidupan
- merasa utuh dan memiliki integrasi
internal
- takjub akan ciptaan Tuhan
- bersyukur atas apa yang telah dimiliki
- peduli terhadap orang lain
- rasa iba terhadap penderitaan orang lain
- menginginkan lebih dekat dengan Tuhan
1, 3
5, 7
9, 11
13, 15
17, 19
21, 23
25, 27
29, 31
33, 35
37, 39
2, 4
6, 8
10, 12
14, 16
18, 20
22, 24
26, 28
30, 32
34, 36
38, 40
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2 Kebermaknaan (meaning) - menjadikan agama sebagai tujuan hidup
- menemukan makna hidup
41, 43
45, 47
42, 44
46, 48
4
4
3 Nilai-nilai (value) &
Kepercayaan (belief)
- bersikap sesuai dengan norma agama
- percaya pada agama yang dianut
49, 51
53, 55
50, 52
54, 56
4
4
4 Memaafkan (forgiveness) - mengakui kesalahan diri sendiri
- merasa dimaafkan oleh Tuhan
- merasa dimaafkan oleh orang lain
- mampu memaafkan orang lain
- mampu memaafkan diri sendiri
57, 59
61, 63
65, 67
69, 71
73, 75
58, 60
62, 64
66, 68
70, 72
74, 76
4
4
4
4
4
5 Pengalaman agama pribadi
(private religious practices)
- berkontribusi dalam kegiatan keagamaan 77, 79, 81 78, 80, 82 6
6 Penanganan agama/spiritual
(religious/spiritual coping)
- menangani masalah secara positif
- menangani masalah secara negatif
83, 85
87, 89
84, 86
88, 90
4
4
7 Dukungan agama (religious
support)
- menerima dukungan emosional dari
orang lain
- memberikan dukungan emosional pada
orang lain
- memiliki interaksi yang negatif
- memiliki dukungan antisipasi
91, 93
95, 97
99, 101
103, 105
92, 94
96, 98
100, 102
104, 106
4
4
4
4
8 Riwayat agama/spiritual
(religious/spiritual history)
- pengaruh agama pada kehidupan 107, 109,
111
108, 110,
112
6
9 Komitmen beragama
(commitment)
- komitmen terhadap agama yang dianut 113, 115,
117
114, 116,
118
6
10 Organisasi keagamaan
(organizational
religiousness)
- kehadiran dalam kegiatan keagamaan
- kesesuaian individu dengan agama yang
dianut
- berkontribusi dalam kegiatan keagamaan
119, 121
123, 125
127, 129
120, 122
124, 126
128, 130
4
4
4
11 Preferensi agama (religious
preference)
- yakin dengan agama yang dianut 131, 133,
135
132, 134,
136
6
Jumlah 136
3.4 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, penulis melakukan uji validitas
konstruk alat ukur menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk
52
menguji validitas alat ukur yaitu skala resiliensi, dukungan sosial dan religiusitas.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang
baik adalah:
1. Dibuat atau disusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang
hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item
sebagai indikatornya.
2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah valid
mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan (hipotesis)
bahwa hanya ada satu faktor yang diukur yaitu konstruk yang didefinisikan
(model unidimensional).
3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar
item, yang disebut matriks S.
4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi yang
seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan. Jika teori/hipotesis
pada butir dua adalah benar, maka semestinya semua item hanya mengukur
satu faktor saja (unidimensional).
5. Ada pun langkah-langkahnya adalah:
- Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang dalam hal ini
terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran
(residual)
- Setelah nilai parameter diperoleh kemudian di estimasi (dihitung) korelasi
antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item berdasarkan
hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).
53
6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=Σ atau
dapat dituliskan Ho: S - Σ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan
menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak signifikan (p>0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) tidak ditolak. Artinya,
teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu konstruk saja
terbukti sesuai (fit) dengan data.
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka
dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan tiga kriteria,
yaitu:
- Item yang koefisien muatan faktornya tidak signifikan di drop karena tidak
memberikan informasi yang secara statistik bermakna.
- Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga didrop karena
mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan. Namun
demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang pernyataannya
unfavorable atau negatif sudah disesuaikan (di reverse) skornya sehingga
menjadi positif. Hal ini berlaku khusus untuk item dimana tidak ada jawaban
yang benar ataupun salah (misalnya, alat ukur resiliensi, dukungan sosial dan
religiusitas).
- Item dapat juga di drop jika residualnya (kesalahan pengukuran) berkorelasi
dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini berarti bahwa item
tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk yang hendak diukur.
Jika langkah di atas telah dilakukan, maka diperoleh item yang valid untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, penulis tidak
54
menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Item inilah
yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian
perbedaan kemampuan setiap item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut
menentukan dalam menghitung faktor skor (True score). True score inilah yang
dianalisis dalam penelitian ini.
Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis
mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi
T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak
ada responden yang mendapat skor negatif. Rumus T score adalah:
Rumus 3.1
T score = (10 x skor faktor) + 50 …………………………...............................(1)
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software
LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Skala Resiliensi
Penulis menguji apakah 48 item yang ada bersifat unidimensional mengukur satu
variabel yaitu resiliensi. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit dengan chi-square = 4133.28, df = 1080, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.119. Namun, penulis melakukan modifikasi sebanyak 337 kali
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan chi-square = 805.85, df =
746, P-value = 0.06339, RMSEA = 0.020. Nilai chi-square menghasilkan P-value
55
> 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel saja
yaitu resiliensi.
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item resiliensi dapat
dilihat pada tabel 3.5 dalam lampiran halaman 120.
Berdasarkan tabel 3.5 yang menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien
muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui
bahwa terdapat 13 item yang tidak signifikan antara lain item nomor 4, 6, 10, 15,
18, 20, 28, 30, 32, 34, 42, 44 dan 48. Dengan demikian, secara keseluruhan item
yang akan di drop adalah 13 item yang artinya item tidak diikutkan dalam analisis
perhitungan skor faktor.
3.4.2 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial
3.4.2.1 Uji Validitas Adanya Pengakuan (Reassurance of Worth)
Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu adanya pengakuan (reassurance of worth). Dari hasil CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square =
196.39, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.211. Namun, penulis melakukan
modifikasi sebanyak Sembilan kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga
diperoleh model fit dengan chi-square = 11.70, df = 11, P-value = 0.38663,
56
RMSEA = 0.018. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya
model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi adanya
pengakuan (reassurance of worth).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item adanya
pengakuan (reassurance of worth) dapat dilihat pada table 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Reassurance of Worth
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0.42 (0.07) 6.22 √
2 0.95 (0.06) 14.88 √
3 0.08 (0.07) 1.09 X
4 0.61 (0.07) 9.06 √
5 0.08 (0.07) 1.06 X
6 0.58 (0.07) 8.66 √
7 0.61 (0.09) 6.66 √
8 0.70 (0.07) 10.60 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6 yang menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien
muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui
bahwa terdapat dua item yang tidak signifikan antara lain item nomor 3 dan 5.
Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di drop adalah dua item
yang artinya item tidak diikutkan dalam analisis perhitungan skor faktor.
57
3.4.2.2 Uji Validitas Skala Kelekatan (Attachment)
Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu kelekatan (attachment). Dari hasil CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square = 183.07, df = 20,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.202. Namun, penulis melakukan modifikasi
sebanyak delapan kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan
chi-square = 17.08, df = 12, P-value = 0.14658, RMSEA = 0.046. Nilai chi-
square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa
item mengukur satu variabel dimensi kelekatan (attachment).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item kelekatan
(attachment) dapat dilihat pada table 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Attachment
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
9 0.51 (0.07) 7.52 √
10 0.46 (0.07) 7.04 √
11 0.65 (0.08) 7.75 √
12 0.64 (0.08) 8.19 √
13 0.66 (0.08) 8.09 √
14 0.55 (0.08) 7.12 √
15 0.41 (0.07) 6.11 √
16 0.44 (0.08) 5.24 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
58
Berdasarkan tabel 3.7 yang menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien
muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui
bahwa semua item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah
valid mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.2.3 Uji Validitas Skala Integrasi Sosial (Social Integration)
Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu integrasi sosial (social integration). Dari hasil CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square = 251.34,
df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.241. Namun, penulis melakukan
modifikasi sebanyak sembilan kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit
dengan chi-square = 11.42, df = 11, P-value = 0.40880, RMSEA = 0.014. Nilai
chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima
bahwa item mengukur satu variabel dimensi integrasi sosial (social integration).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item integrasi sosial
(social integration) dapat dilihat pada table 3.8 berikut:
59
Tabel 3.8
Muatan Faktor Social Integration
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
17 0.61 (0.08) 7.51 √
18 0.23 (0.06) 3.81 √
19 0.19 (0.06) 3.39 √
20 0.28 (0.07) 4.09 √
21 1.57 (0.39) 4.05 √
22 -0.18 (0.09) -2.12 X
23 0.76 (0.09) 8.34 √
24 0.39 (0.08) 4.97 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 yang menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien
muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui
bahwa terdapat satu item yang tidak signifikan antara lain item nomor 22. Dengan
demikian, secara keseluruhan item yang akan di drop adalah satu item yang
artinya item tidak diikutkan dalam analisis perhitungan skor faktor.
3.4.2.4 Uji Validitas Skala Kesempatan untuk Merasa Dibutuhkan
(Opportunity for Nurturance)
Penulis menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for
nurturance). Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan chi-square = 132.25, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.262.
Namun, penulis melakukan modifikasi sebanyak empat kali terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan chi-square = 6.66, df = 5, P-value =
0.24732, RMSEA = 0.041. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang
60
artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi
kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item kesempatan untuk
merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance) dapat dilihat pada table 3.9
berikut:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Opportunity for Nurturance
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
25 0.35 (0.07) 4.72 √
26 0.55 (0.08) 6.63 √
27 0.36 (0.07) 4.85 √
28 1.06 (0.11) 9.32 √
29 0.48 (0.10) 4.87 √
30 0.51 (0.08) 6.28 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.9 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan factor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa semua
item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah valid mengukur
apa yang hendak diukur.
3.5.2.5 Uji Validitas Skala Kebutuhan untuk Dapat Diandalkan (Reliable
Alliance)
Penulis menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance). Dari
61
hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-
square = 82.53, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.203. Namun, penulis
melakukan modifikasi sebanyak empat kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga
diperoleh model fit dengan chi-square = 3.97, df = 5, P-value = 0.55422, RMSEA
= 0.000. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat
diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi kebutuhan untuk dapat
diandalkan (reliable alliance).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item kebutuhan untuk
dapat diandalkan (reliable alliance) dapat dilihat pada table 3.10 berikut:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Reliable Alliance
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
31 0.59 (0.07) 7.96 √
32 0.44 (0.10) 4.44 √
33 0.46 (0.07) 6.26 √
34 0.45 (0.07) 6.08 √
35 0.94 (0.08) 11.66 √
36 0.32 (0.07) 4.33 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 yang menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien
muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui
bahwa semua item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah
valid mengukur apa yang hendak diukur.
62
3.4.2.6 Uji Validitas Skala Bimbingan (Guidance)
Penulis menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu bimbingan (guidance). Dari hasil CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square = 137.60, df = 9, P-
value = 0.00000, RMSEA = 0.268. Namun, penulis melakukan modifikasi
sebanyak lima kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan
chi-square = 3.14, df = 4, P-value = 0.53438, RMSEA = 0.000. Nilai chi-square
menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item
mengukur satu variabel dimensi bimbingan (guidance).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item bimbingan
(guidance) dapat dilihat pada table 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Skala Guidance
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
37 0.82 (0.07) 12.23 √
38 0.50 (0.07) 6.07 √
39 0.58 (0.07) 8.42 √
40 0.61 (0.07) 8.16 √
41 0.83 (0.07) 12.22 √
42 0.55 (0.08) 7.26 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.11 yang menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien
muatan faktor keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui
63
bahwa semua item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah
valid mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.3 Uji Validitas Skala Religiusitas
3.4.3.1 Uji Validitas Skala Pengalaman Agama Sehari-hari (Daily Spiritual
Experiences)
Penulis menguji apakah 40 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual
experiences). Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan chi-square = 1170.65, df = 740, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.054. Namun, penulis melakukan modifikasi sebanyak 29 kali terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan chi-square = 769.88, df = 711, P-
value = 0.06203, RMSEA = 0.020. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05
yang artinya model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi
pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual experiences).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengalaman
agama sehari-hari (daily spiritual experiences) dapat dilihat pada table 3.12
berikut:
64
Tabel 3.12
Muatan Faktor Daily Spiritual Experiences
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0.55 (0.10) 5.36 √
2 0.72 (0.10) 7.16 √
3 0.46 (0.10) 4.43 √
4 0.14 (0.11) 1.26 X
5 -0.02 (0.11) -0.15 X
6 0.54 (0.10) 5.24 √
7 0.22 (0.11) 2.04 √
8 0.75 (0.10) 7.60 √
9 0.52 (0.10) 5.04 √
10 0.78 (0.10) 7.88 √
11 0.11 (0.11) 0.99 X
12 0.54 (0.10) 5.23 √
13 0.38 (0.11) 3.63 √
14 0.78 (0.10) 7.88 √
15 0.45 (0.10) 4.33 √
16 0.90 (0.10) 9.38 √
17 0.25 (0.11) 2.36 √
18 0.39 (0.11) 3.66 √
19 0.35 (0.11) 3.26 √
20 0.47 (0.10) 4.46 √
21 0.57 (0.10) 5.53 √
22 0.69 (0.10) 6.83 √
23 0.59 (0.10) 5.77 √
24 0.27 (0.11) 2.51 √
25 0.63 (0.10) 6.13 √
26 0.56 (0.10) 5.39 √
27 0.46 (0.10) 4.35 √
28 0.10 (0.11) 0.94 X
29 0.11 (0.11) 1.08 X
30 0.34 (0.11) 3.18 √
31 0.29 (0.11) 2.76 √
32 0.73 (0.10) 7.35 √
33 0.04 (0.11) 0.41 X
34 0.16 (0.11) 1.46 X
35 0.47 (0.10) 4.45 √
36 0.47 (0.10) 4.47 √
37 0.49 (0.10) 4.75 √
38 0.20 (0.11) 1.93 X
39 0.62 (0.10) 6.11 √
40 0.59 (0.10) 5.72 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.12 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa terdapat
delapan item yang tidak signifikan antara lain item nomor 4, 5, 11, 28, 29, 33, 34
dan 38. Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di drop adalah
65
delapan item yang artinya item tidak diikutkan dalam analisis perhitungan skor
faktor.
3.4.3.2 Uji Validitas Skala Kebermaknaan (Meaning)
Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu kebermaknaan (meaning). Dari hasil CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square = 111.66, df = 20,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.152. Namun, penulis melakukan modifikasi
enam kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan chi-square =
15.60, df = 14, P-value = 0.33835, RMSEA = 0.024. Nilai chi-square
menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa item
mengukur satu variabel dimensi kebermaknaan (meaning).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item kebermaknaan
(meaning) dapat dilihat pada table 3.13.
Dari tabel 3.13 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa semua
item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah valid mengukur
apa yang hendak diukur.
66
Tabel 3.13
Muatan Faktor Meaning
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
41 0.66 (0.07) 9.93 √
42 0.55 (0.07) 8.01 √
43 0.91 (0.06) 15.59 √
44 0.65 (0.07) 9.77 √
45 0.73 (0.06) 11.34 √
46 0.20 (0.07) 2.72 √
47 0.59 (0.07) 8.75 √
48 0.34 (0.08) 4.31 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
3.4.3.3 Uji Validitas Skala Nilai-nilai (Value) & Kepercayaan (Belief)
Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu nilai-nilai (value) dan kepercayaan (belief). Dari hasil CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square =
111.03, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.151. Namun, penulis melakukan
modifikasi sebanyak enam kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit
dengan chi-square = 17.50, df = 14, P-value = 0.23074, RMSEA = 0.035. Nilai
chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima
bahwa item mengukur satu variabel dimensi nilai-nilai (value) dan kepercayaan
(belief).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
67
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item nilai-nilai (value)
dan kepercayaan (belief) dapat dilihat pada table 3.14 berikut:
Tabel 3.14
Muatan Faktor Value & Belief
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
49 0.65 (0.07) 9.82 √
50 0.47 (0.07) 6.61 √
51 0.75 (0.07) 11.35 √
52 0.64 (0.07) 9.34 √
53 0.74 (0.06) 11.48 √
54 0.72 (0.07) 10.69 √
55 0.63 (0.07) 9.42 √
56 0.54 (0.07) 7.84 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.14 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa semua
item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah valid mengukur
apa yang hendak diukur.
3.4.3.4 Uji Validitas Skala Memaafkan (Forgiveness)
Penulis menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu memaafkan (forgiveness). Dari hasil CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square = 821.58, df = 170,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.139. Namun, penulis melakukan modifikasi
sebanyak 57 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit dengan
chi-square = 138.41, df = 113, P-value = 0.05243, RMSEA = 0.034. Nilai chi-
square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa
item mengukur satu variabel dimensi memaafkan (forgiveness).
68
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item memaafkan
(forgiveness) dapat dilihat pada table 3.15 berikut:
Tabel 3.15
Muatan Faktor Forgiveness
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
57 0.57 (0.07) 7.72 √
58 0.40 (0.07) 5.31 √
59 0.36 (0.07) 5.06 √
60 0.39 (0.07) 5.65 √
61 0.06 (0.07) 0.80 X
62 0.14 (0.07) 1.90 X
63 0.47 (0.08) 6.15 √
64 0.35 (0.08) 4.63 √
65 0.45 (0.08) 5.47 √
66 0.49 (0.07) 7.32 √
67 0.10 (0.07) 1.35 X
68 0.42 (0.07) 6.13 √
69 0.21 (0.07) 3.01 √
70 0.57 (0.07) 8.32 √
71 0.42 (0.07) 6.04 √
72 0.75 (0.07) 10.60 √
73 0.29 (0.07) 4.12 √
74 0.07 (0.08) 0.84 X
75 0.31 (0.08) 4.06 √
76 0.39 (0.07) 5.50 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.15 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa terdapat
empat item yang tidak signifikan antara lain item nomor 61, 62, 67 dan 74.
Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di drop adalah empat item
yang artinya item tidak diikutkan dalam analisis perhitungan skor faktor.
69
3.4.3.5 Uji Validitas Skala Pengalaman Agama Pribadi (Private Religious
Practices)
Penulis menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu pengalaman agama pribadi (private religious practices).
Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
chi-square = 79.56, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.198. Namun, penulis
melakukan modifikasi sebanyak empat kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga
diperoleh model fit dengan chi-square = 4.65, df = 5, P-value = 0.46053, RMSEA
= 0.000. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat
diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi pengalaman agama pribadi
(private religious practices).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengalaman
agama pribadi (private religious practices) dapat dilihat pada table 3.16 berikut:
Tabel 3.16
Muatan Faktor Private Religious Practices
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
77 0.36 (0.07) 4.96 √
78 1.02 (0.11) 9.34 √
79 0.33 (0.07) 4.42 √
80 0.51 (0.08) 6.37 √
81 0.75 (0.10) 7.37 √
82 0.53 (0.08) 6.55 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
70
Dari tabel 3.16 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa semua
item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah valid mengukur
apa yang hendak diukur.
3.4.3.6 Uji Validitas Skala Penanganan Agama/Spiritual (Religious/Spiritual
Coping)
Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping).
Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
chi-square = 325.73, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.277. Namun,
penulis melakukan modifikasi sebanyak 12 kali terhadap model, dimana
kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
sehingga diperoleh model fit dengan chi-square = 8.03, df = 8, P-value = 0.43032,
RMSEA = 0.005. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya
model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi penanganan
agama/spiritual (religious/spiritual coping).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item penanganan
agama/spiritual (religious/spiritual coping) dapat dilihat pada table 3.17 berikut:
71
Tabel 3.17
Muatan Faktor Religious/Spiritual Coping
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
83 0.60 (0.10) 6.10 √
84 0.07 (0.14) 0.50 √
85 0.14 (0.05) 2.75 √
86 0.66 (0.11) 6.09 √
87 -0.34 (0.07) -4.68 X
88 -1.53 (0.27) -5.73 X
89 -0.42 (0.08) -4.98 X
90 0.03 (0.10) 0.33 X
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.17 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa terdapat
empat item yang tidak signifikan antara lain item nomor 87, 88, 89 dan 90.
Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di drop adalah empat item
yang artinya item tidak diikutkan dalam analisis perhitungan skor faktor.
3.4.3.7 Uji Validitas Skala Dukungan Agama (Religious Support)
Penulis menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu dukungan agama (religious support). Dari hasil CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square =
1027.70, df = 104, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.211. Namun, penulis
melakukan modifikasi sebanyak 46 kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga
diperoleh model fit dengan chi-square = 75.30, df = 58, P-value = 0.06302,
RMSEA = 0.039. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya
model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi dukungan
agama (religious support).
72
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item dukungan agama
(religious support) dapat dilihat pada table 3.18 berikut:
Tabel 3.18
Muatan Faktor Religious Support
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
91 0.08 (0.07) 1.05 X
92 0.82 (0.06) 13.54 √
93 0.01 (0.08) 0.07 X
94 0.66 (0.07) 9.90 √
95 0.15 (0.07) 2.13 √
96 0.77 (0.06) 12.22 √
97 0.14 (0.07) 2.03 √
98 0.74 (0.06) 11.51 √
99 -0.19 (0.07) -2.60 X
100 -0.12 (0.07) -1.60 X
101 -0.01 (0.07) -0.13 X
102 0.04 (0.07) 0.51 X
103 0.38 (0.07) 5.29 √
104 0.63 (0.06) 9.73 √
105 0.34 (0.08) 4.49 √
106 0.49 (0.07) 7.26 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.18 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa terdapat
enam item yang tidak signifikan antara lain item nomor 91, 93, 99, 100, 101 dan
102. Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di drop adalah enam
item yang artinya item tidak diikutkan dalam analisis perhitungan skor faktor.
73
3.5.3.8 Uji Validitas Skala Riwayat Agama/Spiritual (Religious/Spiritual
History)
Penulis menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history). Dari
hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-
square = 71.05, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.186. Namun, penulis
melakukan modifikasi sebanyak empat kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga
diperoleh model fit dengan chi-square = 1.26, df = 5, P-value = 0.93861, RMSEA
= 0.000. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat
diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi riwayat agama/spiritual
(religious/spiritual history).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item riwayat
agama/spiritual (religious/spiritual history) dapat dilihat pada table 3.19 berikut:
Tabel 3.19
Muatan Faktor Religious/Spiritual History
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
107 0.64 (0.08) 8.03 √
108 0.26 (0.09) 3.02 √
109 0.60 (0.08) 7.46 √
110 0.70 (0.08) 8.90 √
111 0.66 (0.08) 8.53 √
112 0.39 (0.00) 4.50 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
74
Dari tabel 3.19 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa semua
item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah valid mengukur
apa yang hendak diukur.
3.4.3.9 Uji Validitas Komitmen Beragama (Commitment)
Penulis menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu komitmen beragama (commitment). Dari hasil CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square = 70.66,
df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.186. Namun, penulis melakukan
modifikasi sebanyak empat kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit
dengan chi-square = 6.42, df = 5, P-value = 0.26724, RMSEA = 0.038. Nilai chi-
square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa
item mengukur satu variabel dimensi komitmen beragama (commitment).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item komitmen
beragama (commitment) dapat dilihat pada table 3.20 berikut:
75
Tabel 3.20
Muatan Faktor Commitment
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
113 0.60 (0.07) 8.11 √
114 0.76 (0.07) 10.70 √
115 0.32 (0.08) 3.96 √
116 0.63 (0.07) 8.80 √
117 0.15 (0.09) 1.73 X
118 0.68 (0.07) 9.44 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.20 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa terdapat
satu item yang tidak signifikan antara lain item nomor 117. Dengan demikian,
secara keseluruhan item yang akan di drop adalah satu item yang artinya item
tidak diikutkan dalam analisis perhitungan skor faktor.
3.4.3.10 Uji Validitas Organisasi Keagamaan (Organizational Religiousness)
Penulis menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu organisasi keagamaan (organizational religiousness). Dari
hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-
square = 289.89, df = 54, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.148. Namun, penulis
melakukan modifikasi sebanyak 21 kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga
diperoleh model fit dengan chi-square = 47.91, df = 34, P-value = 0.05726,
RMSEA = 0.045. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya
model dapat diterima bahwa item mengukur satu variabel dimensi organisasi
keagamaan (organizational religiousness).
76
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item organisasi
keagamaan (organizational religiousness) dapat dilihat pada table 3.21 berikut:
Tabel 3.21
Muatan Faktor Organizational Religiousness
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
119 0.44 (0.07) 6.27 √
120 0.68 (0.06) 10.70 √
121 0.82 (0.06) 13.07 √
122 0.62 (0.07) 9.46 √
123 0.64 (0.06) 10.00 √
124 0.48 (0.07) 6.96 √
125 0.74 (0.06) 11.75 √
126 0.36 (0.08) 4.75 √
127 0.70 (0.07) 10.50 √
128 0.35 (0.07) 4.82 √
129 0.50 (0.07) 7.47 √
130 0.47 (0.08) 6.08 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.21 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa semua
item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah valid mengukur
apa yang hendak diukur.
3.5.3.11 Uji Validitas Preferensi Agama (Religious Preference)
Penulis menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional mengukur
variabel dimensi yaitu preferensi agama (religious preference). Dari hasil CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square =
77
146.05, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.277. Namun, penulis melakukan
modifikasi sebanyak tiga kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, sehingga diperoleh model fit
dengan chi-square = 7.86, df = 6, P-value = 0.24859, RMSEA = 0.039. Nilai chi-
square menghasilkan P-value > 0.05 yang artinya model dapat diterima bahwa
item mengukur satu variabel dimensi preferensi agama (religious preference).
Tahap selanjutnya adalah penulis melihat apakah signifikan atau tidaknya
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak maka dilakukan pengujian dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1.96, maka item signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item preferensi agama
(religious preference) dapat dilihat pada table 3.22 berikut:
Tabel 3.22
Muatan Faktor Religious Preference
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
131 0.37 (0.07) 5.00 √
132 0.80 (0.06) 13.14 √
133 0.70 (0.07) 10.39 √
134 0.85 (0.06) 14.31 √
135 0.64 (0.07) 9.55 √
136 0.86 (0.06) 14.39 √
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
Dari tabel 3.22 menunjukkan bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item signifikan jika nilai t > 1.96 sehingga diketahui bahwa semua
item adalah signifikan sehingga secara keseluruhan item adalah valid mengukur
apa yang hendak diukur.
78
3.5 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis
(CFA) untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor
yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik
yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel
menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti.
Melalui analisis faktor akan didapatkan data variabel konstruk (skor faktor)
sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis
statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.
Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari
satu independent variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent
variable. Pada penelitian ini terdapat 18 independent variable dan satu dependent
variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10
+ b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 + b16X16 + b17X17 + b18X18+ e
…………………………………………………………………………………...(2)
Keterangan:
Y = Resiliensi
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1: Adanya pengakuan (reassurance of worth)
X2: Kelekatan (attachment)
X3: Integrasi sosial (social integration)
X4: Kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance)
X5: Kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance)
79
X6: Bimbingan (guidance)
X7: Pengalaman spiritual sehari-hari (daily spiritual experience)
X8: Kebermaknaan (meaning)
X9: Nilai-nilai (values)
X10: Kepercayaan (belief)
X11: Memaafkan (forgiveness)
X12: Pengalaman agama pribadi (private religious practices)
X13: Penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping)
X14: Dukungan agama (religious support)
X15: Riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history)
X16: Komitmen beragama (commitment)
X17: Organisasi keagamaan (organizational religiousness)
X18: Preferensi agama (religious preferences)
e = Residual
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien korelasi
berganda antara resiliensi sebagai DV dengan adanya pengakuan (reassurance of
worth), kelekatan (attachment), integrasi sosial (social integration), kesempatan
untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance), kebutuhan untuk dapat
diandalkan (reliable alliance), bimbingan (guidance), pengalaman spiritual
sehari-hari (daily spiritual experience); kebermaknaan (meaning); nilai-nilai
(values); kepercayaan (belief); memaafkan (forgiveness); pengalaman agama
pribadi (private religious practices); penanganan agama/spiritual
(religious/spiritual coping); dukungan agama (religious support); riwayat
agama/spiritual (religious/spiritual history); komitmen beragama (commitment);
organisasi keagamaan (organizational religiousness); dan preferensi agama
(religious preference) sebagai IV. Besarnya resiliensi yang disebabkan faktor-
faktor yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau
R2.
R2 menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y) disebabkan
independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
80
independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan
perkiraan proporsi varians dari resiliensi yang dijelaskan oleh adanya pengakuan
(reassurance of worth), kelekatan (attachment), integrasi sosial (social
integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance),
kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance), bimbingan (guidance),
pengalaman spiritual sehari-hari (daily spiritual experience); kebermaknaan
(meaning); nilai-nilai (values); kepercayaan (belief); memaafkan (forgiveness);
pengalaman agama pribadi (private religious practices); penanganan
agama/spiritual (religious/spiritual coping); dukungan agama (religious support);
riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history); komitmen beragama
(commitment); organisasi keagamaan (organizational religiousness); dan
preferensi agama (religious preference). Untuk mendapatkan nilai R2, maka
digunakan rumus sebagai berikut:
Rumus 3.2
SSreg
R2 = …………………………………………..(3)
SSy
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada Ftest.
Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah
pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu
sendiri dengan df-nya (dilambangkan “k”), yaitu sejumlah IV yang dianalisis
81
sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah
total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut
sebagai denumerator. Jika dirumuskan, maka:
Rumus 3.3
R2/k
F = ………………………………………..(4)
(1-R2)/(N-k-1)
Keterangan:
R2
= Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV
yang di analisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang
diberikan IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini
digunakan untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi
terhadap DV. Sebelum di dapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai
standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar
MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,
yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Dapat
dirumuskan:
Rumus 3.4
bi
ti =
sbi
Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari bi
82
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Berikut ini akan diuraikan gambaran umum responden pada penelitian ini
sebanyak 200 orang petugas pemadam kebakaran.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden Penelitian (N=200)
Demografis Jumlah Presentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 200 100%
Usia 17 – 21 tahun 5 2.5%
22 – 40 tahun 170 85%
41 – 60 tahun 25 12.5%
Tingkat
Pendidikan
SMA/SMK 142 71%
D3 3 1.5%
S1 55 27.5%
Lama Bertugas 1 – 5 tahun 38 19%
6 – 10 tahun 45 22.5%
11 – 15 tahun 89 44.5%
16 – 20 tahun 8 4%
21 – 25 tahun 11 5.5%
26 – 30 tahun 9 4.5%
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
responden laki-laki berjumlah 200 orang (100%) dan responden perempuan
berjumlah 0 orang (0%). Dengan demikian, responden yang terdapat dalam
penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tabel 4.1
dapat dilihat bahwa responden yang berusia 17 – 21 tahun berjumlah lima orang
(2.5%), responden yang berusia 22 – 40 tahun berjumlah 170 orang (85%) dan
responden yang berusia 41 – 60 tahun berjumlah 25 orang (12.5%). Dengan
demikian, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah responden yang
usianya berkisar antara 22-40 tahun yaitu termasuk dalam usia dewasa awal.
83
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
responden yang memiliki pendidikan akhir SMA/SMK/sederajat berjumlah 142
orang (71%), D3 berjumlah tiga orang (1.5%) dan S1 berjumlah 55 orang
(27.5%). Dengan demikian, mayoritas responden adalah responden yang lulusan
SMA/SMK/sederajat. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat
bahwa responden yang sudah bekerja menjadi petugas damkar dalam kurun waktu
1 – 5 tahun berjumlah 38 orang (19%), 6 – 10 tahun berjumlah 45 orang (22.5%),
11 – 15 tahun berjumlah 89 orang (44.5%), 16 – 20 tahun berjumlah delapan
orang (4%), 21 – 25 tahun berjumlah 11 orang (5.5%) dan 26 – 30 tahun
berjumlah Sembilan orang (4.5%). Dengan demikian, mayoritas responden adalah
responden yang telah bekerja menjadi petugas pemadam kebakaran dengan
kisaran waktu selama 11 – 15 tahun.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor
variabel penelitian.
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai
minimum dari variabel Resiliensi (resilience) adalah 12.71 dengan nilai
maksimum = 77.31, mean = 50.00 dan SD = 9.31442. Variabel adanya pengakuan
(reassurance of worth) memiliki nilai minimum = 16.31, nilai maksimum 72,58,
mean = 50.00 dan SD = 8.81456. Kelekatan (attachment) memiliki nilai minimum
= 23.75 dengan nilai maksimum = 72.80, mean = 50.00 dan SD = 7.76216.
Integrasi sosial (social integration) memiliki nilai minimum = 26.02 dengan nilai
84
maksimum = 72.49, mean = 50.00 dan SD = 7.76946. Kesempatan untuk merasa
dibutuhkan (opportunity for nurturance) memiliki nilai minimum = 22.64 dengan
nilai maksimum = 70.33, mean = 50.00 dan SD = 8.57039. Kebutuhan untuk
dapat diandalkan (reliable alliance) memiliki nilai minimum = 25.22 dengan nilai
maksimum = 69.27, mean = 50.00 dan SD = 8.37862. Bimbingan (guidance)
memiliki nilai minimum = 24.42 dengan nilai maksimum = 72.19, mean = 50.00
dan SD = 8.81612.
Pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual experience) memiliki nilai
minimum = 26.60 dengan nilai maksimum = 64.18, mean = 50.00 dan SD =
9.65424. Kebermaknaan (meaning) memiliki nilai minimum = 23.65 dengan nilai
maksimum = 67.12, mean = 50.00 dan SD = 8.88067. Nilai-nilai (value) &
kepercayaan (belief) memiliki nilai minimum = 26.15 dengan nilai maksimum =
64.38, mean = 50.00 dan SD = 8.84001. Memaafkan (forgiveness) memiliki nilai
minimum = 16.39 dengan nilai maksimum = 74.32, mean = 50.00 dan SD =
8.69586. Pengalaman agama pribadi (private religious practice) memiliki nilai
minimum = 25.94 dengan nilai maksimum = 70.72, mean = 50.00 dan SD =
8.39593.
Penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping) memiliki nilai
minimum = 19.77 dengan nilai maksimum = 65.21, mean = 50.00 dan SD =
7.78111. Dukungan agama (religious support) memiliki nilai minimum = 16.43
dengan nilai maksimum = 72.72, mean = 50.00 dan SD = 8.98841. Riwayat
agama (religious history) memiliki nilai minimum = 29.33 dengan nilai
maksimum = 65.79, mean = 50.00 dan SD = 8.39935. Komitmen beragama
85
(commitment) memiliki nilai minimum = 18.58 dengan nilai maksimum = 63.07,
mean = 50.00 dan SD = 8.37883. Organisasi keagamaan (organizational
religiousness) memiliki nilai minimum = 21.85 dengan nilai maksimum = 70.94,
mean = 50.00 dan SD = 9.19079. Preferensi agama (religious preference)
memiliki nilai minimum = 11.50 dengan nilai maksimum = 58.98, mean = 50.00
dan SD = 9.00388
Tabel 4.2
Skor minimum, maksimum, mean dan standar deviasi variabel
N Min. Max. Mean Std. Deviation
Resiliensi 200 12.71 77.31 50.0000 9.31442
Reassurance of Worth 200 16.31 72.58 50.0000 8.81456
Attachment 200 23.75 72.80 50.0000 7.76216
Social Integration 200 26.02 72.49 50.0000 7.76946
Opportunity for Nurturance 200 22.64 70.33 50.0000 8.57039
Reliable Alliance 200 25.22 69.27 50.0000 8.37862
Guidance 200 24.42 72.19 50.0000 8.81612
Daily Spiritual 200 26.60 64.18 50.0000 9.65424
Meaning 200 23.65 67.12 50.0000 8.88067
Value & Belief 200 26.15 64.38 50.0000 8.84001
Forgiveness 200 16.39 74.32 50.0000 8.69586
Private Religious Practice 200 25.94 70.72 50.0000 8.39593
Religious/Spiritual Coping 200 19.77 65.21 50.0000 7.78111
Religious Support 200 16.43 72.72 50.0000 8.98841
Religious/Spiritual History 200 29.33 65.79 50.0000 8.39935
Commitment 200 18.58 63.07 50.0000 8.37883
Organizational Religiousness 200 21.85 70.94 50.0000 9.19079
Religious Preference 200 11.50 58.98 50.0000 9.00388
Valid N (listwise) 200
4.2.1 Kategorisasi Variabel
Penulis menggunakan data tersebut sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score
tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus T
86
score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Nilai tersebut menjadi batas
penulis untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi dari masing-masing
variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X ≤ Mean
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Resiliensi 108 92 54% 46%
Reassurance of Worth 76 124 38% 62%
Attachment 105 95 52.5% 47.5%
Social Integration 98 102 49% 51%
Opportunity for Nurturance 84 116 42% 58%
Reliable Alliance 95 105 47.5% 52.5%
Guidance 79 121 39.5% 60.5%
Daily Spiritual Experience 77 123 38.5% 61.5%
Meaning 111 89 55.5% 44.5%
Value & Belief 99 101 49.5% 50.5%
Forgiveness 103 97 51.5% 48.5%
Private Religious Practice 93 107 46.5% 53.5%
Religious/Spiritual Coping 110 90 55% 45%
Religious Support 116 84 58% 42%
Religious/Spiritual History 108 92 54% 46%
Commitment 101 99 50.5% 49.5%
Organizational Religiousness 97 103 48.5% 51.5%
Religious Preference 85 115 42.5% 57.5%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 200 jumlah responden
penelitian, terlihat pada variabel resiliensi (resilience) skor rendah sebanyak 54%
dan skor tinggi sebanyak 46%. Pada variabel adanya pengakuan (reassurance of
87
worth) skor rendah sebanyak 38% dan skor tinggi sebanyak 62%. Pada variabel
kelekatan (attachment) skor rendah sebanyak 52.5% dan skor tinggi sebanyak
47.5%. Pada variabel integrasi sosial (social integration) skor rendah sebanyak
49% dan skor tinggi sebanyak 51%. Pada variabel kesempatan untuk merasa
dibutuhkan (opportunity for nurturance) skor rendah sebanyak 42% dan skor
tinggi sebanyak 58%. Pada variabel kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable
alliance) skor rendah sebanyak 47.5% dan skor tinggi sebanyak 42.5%. Pada
variabel bimbingan (guidance) skor rendah sebanyak 39.5% dan skor tinggi
sebanyak 60.5%.
Pada variabel pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual experience)
skor rendah sebanyak 38.5% dan skor tinggi sebanyak 61.5%. Pada variabel
kebermaknaan (meaning) skor rendah sebanyak 55.5% dan skor tinggi sebanyak
44.5 %. Pada variabel nilai-nilai (value) % kepercayaan (belief) skor rendah
sebanyak 49.5% dan skor tinggi sebanyak 50.5%. Pada variabel memaafkan
(forgiveness) skor rendah sebanyak 51.5% dan skor tinggi sebanyak 48.5%. Pada
variabel pengalaman agama pribadi (private religious practice) skor rendah
sebanyak 46.5% dan skor tinggi sebanyak 53.5%. Pada variabel penanganan
agama/spiritual (religious/spiritual coping) skor rendah sebanyak 55% dan skor
tinggi sebanyak 45%.
Pada variabel dukungan agama (religious support) skor rendah sebanyak
58% dan skor tinggi sebanyak 42%. Pada variabel riwayat agama/spiritual
(religious/spiritual history) skor rendah sebanyak 54% dan skor tinggi sebanyak
46%. Pada variabel komitmen beragama (commitment) skor rendah sebanyak
88
50.5% dan skor tinggi sebanyak 49.5%. Pada variabel organisasi keagamaan
(organizational religiousness) skor rendah sebanyak 48.5% dan skor tinggi
sebanyak 51.5%. Pada variabel preferensi agama (religious preference) skor
rendah sebanyak 42.5% dan skor tinggi sebanyak 57.5%.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap
DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan Multiple Regression
Analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari
hasil analisis faktor. Lalu penulis memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi
T score. Dalam melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat
besaran R square, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara
signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing IV. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
beberapa tahapan. Pertama, penulis melihat besaran R2 untuk mengetahui berapa
persen varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel yang berisi
R2, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .620a .384 .326 7.64455
a. Predictors: (Constant), Religious Preference, Social Integration, Reliable Alliance, Daily
Spiritual Experience, Private Religious Practice, Attachment, Reassurance of Worth,
Religious/spiritual Coping, Opportunity for Nurturance, Organizational Religiousness, Religious
Support, Value Belief, Guidance, Forgiveness, Commitment, Religious History, Meaning
89
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diketahui bahwa perolehan R2 sebesar
0.384 atau 38.4%. Artinya proporsi varians dari resiliensi (resilience) yang
dijelaskan oleh adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment),
integrasi sosial (social integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan
(opportunity for nurturance), kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable
alliance), bimbingan (guidance), pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual
experience), kebermaknaan (meaning), nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief),
memaafkan (forgiveness), pengalaman agama pribadi (private religious practice),
penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping), dukungan agama
(religious support), riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history),
komitmen beragama (commitment), organisasi keagamaan (organizational
religiousness) dan preferensi agama (religious preference) dalam penelitian ini
adalah sebesar 38.4 %, sedangkan 61.6% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian ini. Langkah kedua penulis menganalisis dampak dari seluruh
Independent Variable terhadap resiliensi. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada
tabel 4.6 berikut ini:
90
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 6629.005 17 389.941 6.673 .000b
Residual 10635.924 182 58.439
Total 17264.929 199
a. Dependent Variable: Resiliensi
b. Predictors: (Constant), Religious Preference, Social Integration, Reliable Alliance, Daily
Spiritual Experience, Private Religious Practice, Attachment, Reassurance of Worth,
Religious/spiritual Coping, Opportunity for Nurturance, Organizational Religiousness, Religious
Support, Value Belief, Guidance, Forgiveness, Commitment, Religious History, Meaning
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig. <
0.05, maka hipotesis nihil mayor ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan
dari dimensi dukungan sosial antara lain adanya pengakuan (reassurance of
worth), kelekatan (attachment), integrasi sosial (social integration), kesempatan
untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance), kebutuhan untuk dapat
diandalkan (reliable alliance), bimbingan (guidance), dan dimensi religiusitas
antara lain pengalaman spiritual sehari-hari (daily spiritual experience),
kebermaknaan (meaning), nilai-nilai (values) & kepercayaan (belief), memaafkan
(forgiveness), pengalaman agama pribadi (private religious practice), penanganan
agama/spiritual (religious/spiritual coping), dukungan agama (religious support),
riwayat agama (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment),
organisasi keagamaan (organizational religiousness), preferensi agama (religious
preferences) terhadap resiliensi.
91
Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan sosial antara
lain adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan (attachment), integrasi
sosial (social integration), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for
nurturance), kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance), bimbingan
(guidance), dan dimensi religiusitas antara lain pengalaman spiritual sehari-hari
(daily spiritual experience), kebermaknaan (meaning), nilai-nilai (values) &
kepercayaan (belief), memaafkan (forgiveness), pengalaman agama pribadi
(private religious practice), penanganan agama/spiritual (religious/spiritual
coping), dukungan agama (religious support), riwayat agama (religious/spiritual
history), komitmen beragama (commitment), organisasi keagamaan
(organizational religiousness), preferensi agama (religious preferences) terhadap
resiliensi petugas pemadam kebakaran.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV.
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dapat dilihat melalui kolom Sig. (Sig < 0.05). Adapun besarnya koefisien regresi
dari masing-masing IV terhadap resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
92
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 9.011 6.631 1.359 .176
Reassurance of Worth .050 .080 .048 .633 .527
Attachment .126 .089 .105 1.412 .160
Social Integration -.068 .076 -.057 -.898 .370
Opportunity for Nurturance .041 .089 .038 .463 .644
Reliable Alliance -.073 .086 -.066 -.848 .398
Guidance .193 .089 .182 2.155 .032*
Daily Spiritual Experience .046 .065 .048 .720 .472
Meaning .168 .105 .160 1.596 .112
Value & Belief .203 .101 .192 1.999 .047*
Forgiveness -.011 .096 -.010 -.117 .907
Private Religious Practice .026 .083 .023 .308 .759
Religious/Spiritual Coping -.089 .099 -.074 -.893 .373
Religious Support -.007 .087 -.006 -.077 .939
Religious/Spiritual History -.087 .106 -.078 -.816 .416
Commitment -.019 .107 -.017 -.177 .859
Organizational
Religiousness .142 .083 .140 1.701 .091
Religious Preference .179 .082 .173 2.187 .030*
a. Dependent Variable: Resiliensi
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi sebagai
berikut: Resiliensi = 9.011 + 0.050 (reassurance of worth) + 0.126 (attachment) –
0.068 (social integration) + 0.041 (opportunity for nurturance) – 0.073 (reliable
alliance) + 0.193 (guidance) + 0.046 (daily spiritual experience) + 0.168
(meaning) + 0.203 (value & belief) – 0.011 (forgiveness) + 0.026 (private
religious practice) – 0.089 (religious coping) – 0.007 (religious support) – 0.087
(religious history) – 0.019 (commitment) + 0.142 (organizational religiousness) +
0.179 (religious preference).
93
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari tujuh belas
independent variable hanya bimbingan (guidance), nilai-nilai (value) &
kepercayaan (belief) dan preferensi agama (religious preference) yang signifikan.
Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV
adalah sebagai berikut:
1. Nilai koefisien regresi variabel adanya pengakuan (reassurance of worth)
sebesar 0.050 dengan Sig. sebesar 0.527 (Sig. > 0.05), dengan demikian
hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh antara adanya
pengakuan (reassurance of worth) terhadap resiliensi diterima. Artinya, tidak
ada pengaruh variabel adanya pengakuan (reassurance of worth) terhadap
resiliensi.
2. Nilai koefisien regresi variabel kelekatan (attachment) sebesar 0.126 dengan
Sig. sebesar 0.160 (Sig. > 0.05), dengan demikian hipotesis nihil yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh kelekatan (attachment) terhadap
resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel kelekatan
(attachment) terhadap resiliensi.
3. Nilai koefisien regresi variabel integrasi sosial (social integration) sebesar -
0.068 dengan Sig. sebesar 0.370 (Sig. < 0.05), dengan demikian hipotesis nihil
yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh integrasi sosial (social
integration) terhadap resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel
integrasi social (social integration) terhadap resiliensi.
4. Nilai koefisien regresi variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan
(opportunity for nurturance) sebesar 0.041 dengan Sig. sebesar 0.644 (Sig. >
94
0.05), dengan demikian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada
pengaruh kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance)
terhadap resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel kesempatan
untuk merasa dibutuhkan (opportunitiy for nurturance) terhadap resiliensi.
5. Nilai koefisien regresi variabel kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable
alliance) sebesar -0.073 dengan Sig. sebesar 0.398 (Sig. > 0.05), dengan
demikian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh
kebutuhan untuk dapat diandalkan terhadap resiliensi diterima. Artinya, tidak
ada pengaruh variabel kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance)
terhadap resiliensi.
6. Nilai koefisien regresi variabel bimbingan (guidance) sebesar 0.193 dengan
Sig. sebesar 0.032 (Sig. < 0.05), dengan demikian hipotesis nihil yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh bimbingan (guidance) terhadap
resiliensi ditolak. Artinya, ada pengaruh variabel bimbingan (guidance)
terhadap resiliensi. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan arah
hubungan yang positif antara bimbingan (guidance) dan resiliensi. Dari arah
hubungan tersebut dapat diartikan jika skor bimbingan (guidance) seseorang
itu tinggi maka skor resiliensinya akan tinggi ataupun sebaliknya.
7. Nilai koefisien regresi variabel pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual
experience) sebesar 0.046 dengan Sig. sebesar 0.472 (Sig. > 0.05), dengan
demikian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh
pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual experience) terhadap resiliensi
95
diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel pengalaman agama sehari-hari
(daily spiritual experience) terhadap resiliensi.
8. Nilai koefisien regresi variabel kebermaknaan (meaning) sebesar 0.168
dengan Sig. sebesar 0.112 (Sig. < 0.05), dengan demikian hipotesis nihil yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh kebermaknaan (meaning) terhadap
resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel kebermaknaan
(meaning) terhadap resiliensi.
9. Nilai koefisien regresi variabel nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief)
sebesar 0.203 dengan Sig. sebesar 0.047 (Sig. < 0.05), dengan demikian
hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh nilai-nilai (value)
& kepercayaan (belief) terhadap resiliensi ditolak. Artinya, ada pengaruh
variabel nilai-nilai (value) dan kepercayaan (belief) terhadap resiliensi. Nilai
koefisien regresi yang positif menunjukkan arah hubungan yang positif antara
nilai-nilai (value) dan kepercayaan (belief) terhadap resiliensi. Dari arah
hubungan tersebut dapat diartikan jika skor nilai-nilai (value) dan kepercayaan
(belief) seseorang itu tinggi maka skor resiliensinya akan tinggi ataupun
sebaliknya.
10. Nilai koefisien regresi variabel memaafkan (forgiveness) sebesar -.011 dengan
Sig. sebesar 0.907 (Sig. < 0.05), dengan demikian hipotesis nihil yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh memaafkan (forgiveness) terhadap
resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel memaafkan
(forgiveness) terhadap resiliensi.
96
11. Nilai koefisien regresi variabel pengalaman agama pribadi (private religious
practice) sebesar 0.026 dengan Sig. sebesar 0.759 (Sig. > 0.05), dengan
demikian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh
pengalaman agama pribadi (private religious practice) terhadap resiliensi
diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel pengalaman agama pribadi
(private religious practice) terhadap resiliensi.
12. Nilai koefisien regresi variabel penanganan agama/spiritual
(religious/spiritual coping) sebesar -0.089 dengan Sig. sebesar 0.373 (Sig. >
0.05), dengan demikian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada
pengaruh penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping) terhadap
resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel penanganan
agama/spiritual (religious/spiritual coping) terhadap resiliensi.
13. Nilai koefisien regresi variabel dukungan agama (religious support) sebesar -
0.007 dengan Sig. sebesar 0.939 (Sig. > 0.05), dengan demikian hipotesis nihil
yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh dukungan agama (religious
support) terhadap resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel
dukungan agama (religious support) terhadap resiliensi.
14. Nilai koefisien regresi variabel riwayat agama/spiritual (religious/spiritual
history) sebesar -0.087 dengan Sig. sebesar 0.416 (Sig. > 0.05), dengan
demikian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh riwayat
agama/spiritual (religious/spiritual history) terhadap resiliensi diterima.
Artinya, tidak ada pengaruh variabel riwayat agama/spiritual
(religious/spiritual history) terhadap resiliensi.
97
15. Nilai koefisien regresi variabel komitmen beragama (commitment) sebesar -
0.019 dengan Sig. sebesar 0.859 (Sig. > 0.05), dengan demikian hipotesis nihil
yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh komitmen beragama
(commitment) terhadap resiliensi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh
variabel komitmen beragama (commitment) terhadap resiliensi.
16. Nilai koefisien regresi variabel organisasi keagamaan (organizational
religiousness) sebesar 0.142 dengan Sig. sebesar 0.091 (Sig. > 0.05), dengan
demikian hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh
organisasi keagamaan (organizational religiousness) terhadap resiliensi
diterima. Artinya, tidak ada pengaruh variabel organisasi keagamaan
(organizational religiousness) terhadap resiliensi.
17. Nilai koefisien regresi variabel preferensi agama (religious preference)
sebesar 0.179 dengan Sig. sebesar 0.030 (Sig. > 0.05), dengan demikian
hipotesis nihil yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh preferensi agama
(religious preference) terhadap resiliensi ditolak. Artinya, ada pengaruh
variabel preferensi agama (religious preference) terhadap resiliensi. Nilai
koefisien regresi yang positif menunjukkan arah hubungan yang positif antara
preferensi agama (religious preference) terhadap resiliensi. Dari arah
hubungan tersebut dapat diartikan jika skor preferensi agama (religious
preference) seseorang itu tinggi maka skor resiliensinya akan tinggi ataupun
sebaliknya.
98
4.4 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable
Selanjutnya penulis ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap resiliensi. Maka dari itu, penulis
melakukan analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu independent
variable setiap melakukan regresi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians IV terhadap DV
Model R R Square R Square
Change
F Change Sig. F
Change
Reassurance of Worth .306a .094 .094 20.475 .000
Attachment .413b .171 .077 18.332 .000
Social Integration .416c .173 .002 .576 .449
Opportunity for
Nurturance
.443d .196 .023 5.566 .019
Reliable Alliance .448e .201 .004 1.062 .304
Guidance .491f .241 .041 10.381 .001
Daily Spiritual
Experience
.514g .264 .022 5.843 .017
Meaning .574h .329 .066 18.657 .000
Value & Belief .590i .349 .019 5.644 .019
Forgiveness .590j .349 .000 .000 .991
Private Religious
Practice
.592k .350 .002 .525 .470
Religious/Spiritual
Coping
.593l .351 .001 .203 .653
Religious Support .593m .351 .000 .000 .991
Religious/Spiritual
History
.593n .351 .000 .078 .780
Commitment .595o .354 .002 .670 .414
Organizational
Religiousness
.606p .368 .014 4.036 .046
Religious Preference .620q .384 .016 4.782 .030
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai
berikut:
1. Variabel adanya pengakuan (reassurance of worth) memberikan sumbangan
sebesar 9.4% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan
99
dengan F change = 20.475 dan df1 = 1 dan df2 = 198 dengan Sig. F Change =
0.000 (Sig. F Change < 0.05).
2. Variabel kelekatan (attachment) memberikan sumbangan sebesar 7.7%
terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change =
18.332 dan df1 = 1 dan df2 = 197 dengan Sig. F Change = 0.000 (Sig. F
Change < 0.05).
3. Variabel integrasi sosial (social integrarion) memberikan sumbangan sebesar
0.2% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan
F change = 0.576 dan df1 = 1 dan df2 = 196 dengan Sig. F Change = 0.449
(Sig. F Change < 0.05).
4. Variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance)
memberikan sumbangan sebesar 2.3% terhadap varians resiliensi. Sumbangan
tersebut signifikan dengan F change = 5.566 dan df1 = 1 dan df2 = 195
dengan Sig. F Change = 0.019 (Sig. F Change > 0.05).
5. Variabel kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance) memberikan
sumbangan sebesar 0.4% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut
tidak signifikan dengan F change = 1.062 dan df1 = 1 dan df2 = 194 dengan
Sig. F Change = 0.304 (Sig. F Change > 0.05).
6. Variabel bimbingan (guidance) memberikan sumbangan sebesar 4,1%
terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change =
10.381 dan df1 = 1 dan df2 = 193 dengan Sig. F Change = 0.001 (Sig. F
Change < 0.05).
100
7. Variabel pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual experience)
memberikan sumbangan sebesar 2.2% terhadap varians resiliensi. Sumbangan
tersebut signifikan dengan F change = 5.843 dan df1 = 1 dan df2 = 192
dengan Sig. F Change = 0.017 (Sig. F Change < 0.05).
8. Variabel kebermaknaan (meaning) memberikan sumbangan sebesar 6.6%
terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change =
18.657 dan df1 = 1 dan df2 = 191 dengan Sig. F Change = 0.000 (Sig. F
Change < 0.05).
9. Variabel nilai-nilai (value) dan kepercayaan (belief) memberikan sumbangan
sebesar 1.9% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F change = 5.644 dan df1 = 1 dan df2 = 190 dengan Sig. F Change =
0.019 (Sig. F Change > 0.05).
10. Variabel memaafkan (forgiveness) memberikan sumbangan sebesar 0%
terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 0.000 dan df1 = 1 dan df2 = 189 dengan Sig. F Change = 0.991 (Sig.
F Change < 0.05).
11. Variabel pengalaman agama pribadi (private religious practice) memberikan
sumbangan sebesar 0.2% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut
tidak signifikan dengan F change = 0.525 dan df1 = 1 dan df2 = 188 dengan
Sig. F Change = 0.470 (Sig. F Change > 0.05).
12. Variabel penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping) memberikan
sumbangan sebesar 0.1% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut
101
tidak signifikan dengan F change = 0.203 dan df1 = 1 dan df2 = 187 dengan
Sig. F Change = 0.653 (Sig. F Change > 0.05).
13. Variabel dukungan agama (religious support) memberikan sumbangan sebesar
0% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 0.000 dan df1 = 1 dan df2 = 186 dengan Sig. F Change = 0.991 (Sig.
F Change > 0.05).
14. Variabel riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history) memberikan
sumbangan sebesar 0% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F change = 0.525 dan df1 = 1 dan df2 = 185 dengan Sig. F
Change = 0.470 (Sig. F Change > 0.05).
15. Variabel komitmen beragama (commitment) memberikan sumbangan sebesar
0.2% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan
F change = 0.670 dan df1 = 1 dan df2 = 184 dengan Sig. F Change = 0.414
(Sig. F Change > 0.05).
16. Variabel organisasi keagamaan (organizational religiousness) memberikan
sumbangan sebesar 1.4% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut
signifikan dengan F change = 4.036 dan df1 = 1 dan df2 = 183 dengan Sig. F
Change = 0.046 (Sig. F Change > 0.05).
17. Variabel preferensi agama (religious preference) memberikan sumbangan
sebesar 1.6% terhadap varians resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F change = 4.782 dan df1 = 1 dan df2 = 182 dengan Sig. F Change =
0.030 (Sig. F Change > 0.05).
102
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat sembilan variabel
independen yaitu adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan
(attachment), kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance),
bimbingan (guidance), pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual
experiences), kebermaknaan (meaning), nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief),
organisasi keagamaan (organizational religiousness) dan preferensi agama
(religious preference) yang memberikan sumbangan terhadap varians resiliensi
secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2
yang dihasilkan.
103
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari dukungan sosial dan
religiusitas terhadap resiliensi petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta sehingga
dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
dukungan sosial dan religiusitas terhadap resiliensi ditolak. Pengaruh dukungan
sosial dan religiusitas dari hasil proporsi varians memiliki sumbangan keseluruhan
sebesar 38,4%.
Hasil uji hipotesis minor menguji signifikansi koefisien regresi setiap
variabel terhadap resiliensi petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta, diperoleh
tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan, yaitu bimbingan (guidance),
nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief) dan preferensi agama (religious
preference). Artinya ketiga variabel yaitu bimbingan (guidance), nilai-nilai
(value) & kepercayaan (belief) dan preferensi agama (religious preference)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Ketiga variabel yang
berpengaruh secara signifikan memiliki sumbangan masing-masing yaitu variabel
bimbingan (guidance) sebesar 4,1%, variabel nilai-nilai (value) & kepercayaan
(belief) sebesar 1.9% dan variabel preferensi agama (religious preference) sebesar
1.6%.
104
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan variabel dukungan sosial dan religiusitas terhadap
resiliensi petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta.
Variabel dukungan sosial yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
resiliensi memiliki hasil sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Vartak (2015) bahwa ada pengaruh dukungan sosial yang signifikan sebesar 5%
terhadap resiliensi. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Riddle dan Romans (2012) bahwa dukungan sosial memiliki korelasi yang positif
terhadap resiliensi dibandingkan dengan enkulturasi. Artinya petugas pemadam
kebakaran yang memiliki tingkat dukungan sosial yang tinggi, maka tingkat
resiliensinya akan tinggi juga sedangkan petugas pemadam kebakaran yang
memiliki tingkat dukungan sosial yang rendah, maka tingkat resiliensinya akan
rendah juga.
Dari hasil penelitian bahwa pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi
petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta, bila dilihat dari uji regresi hanya satu
aspek yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Aspek tersebut
adalah bimbingan (guidance) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
resiliensi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.193 dengan signifikansi 0.032
(Sig. < 0.05), yang berarti bahwa variabel bimbingan (guidance) signifikan
mempengaruhi resiliensi secara positif.
Pengaruh bimbingan (guidance) bernilai positif artinya petugas pemadam
kebakaran dengan bimbingan (guidance) yang tinggi mempunyai resiliensi tinggi
105
juga. Selain itu, bila dilihat dari uji proporsi varians bimbingan (guidance) juga
memberikan sumbangan sebesar 4.1% terhadap resiliensi. Bimbingan (guidance)
adalah dukungan sosial berupa adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial
yang memungkinkan orang mendapatkan informasi, saran, atau nasihat yang
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Dukungan ini dapat diperoleh dari keluarga, teman atau rekan kerja.
Dalam keseharian menjalani tugas menjadi petugas pemadam kebakaran
membutuhkan bimbingan berupa saran atau nasihat dari sesame rekan kerja untuk
mengatasi tekanan pekerjaan yang ada. Profesi petugas pemadam kebakaran
bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang diri tetapi membutuhkan
sebuah tim atau kelompok untuk dapat menyelesaikan tugas sehingga dukungan
sosial dari rekan kerja dapat meringankan beban pekerjaan yang dihadapi oleh
para petugas pemadam kebakaran.
Variabel lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap resiliensi dalam
penelitian ini adalah religiusitas. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Suryaman, et.al (2013) bahwa ada pengaruh positif antara
religiusitas terhadap resiliensi pada pasien rehabilitasi Yayasan Rumah Damai
Semarang. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pengaruh religiusitas terhadap
resiliensi petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta, bila dilihat dari hasil uji
regresi menunjukkan bahwa ada dua aspek yang memiliki pengaruh signifikan
yaitu nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief) dan preferensi agama (religious
preference).
106
Aspek nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.203 dengan
signifikansi 0.047 (Sig. < 0.05), yang berarti bahwa nilai-nilai (value) &
kepercayaan (belief) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap resiliensi.
Selain itu, bila dilihat dari uji proporsi varians bahwa nilai-nilai (value) &
kepercayaan (belief) memberikan sumbangan sebesar 1.9% terhadap resiliensi.
Artinya, jika memiliki nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief) yang tinggi maka
akan meningkatkan resiliensi petugas pemadam kebakaran.
Nilai-nilai (value) adalah kriteria yang digunakan individu untuk memilih
dan membenarkan tindakan. Aspek ini menentukan bagaimana individu
mengambil tindakan yang akan dilakukannya agar sesuai dengan ajaran norma
agama. Kepercayaan (belief) adalah pusat dari keagamaan. Aspek ini
menunjukkan kepercayaan individu terhadap agama dan Tuhan. Petugas
pemadam kebakaran yang memiliki tingkat nilai-nilai (value) dan kepercayaan
(belief) yang tinggi maka akan bertindak sesuai norma agama dan petugas
pemadam kebakaran menyerahkan kepercayaan pada Tuhan dalam mengatasi
tekanan atau masalah yang dihadapi sehingga tingkat resiliensi petugas pemadam
kebakaran akan meningkat.
Aspek lain dalam variabel religiusitas yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap resiliensi adalah preferensi agama (religious preference). Berdasarkan
hasil uji regresi, preferensi agama (religious preference) memiliki nilai koefisen
regresi sebesar 0.179 dengan signifikansi 0.030 (Sig. < 0.05) sehingga preferensi
agama (religious preference) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
107
resiliensi. Artinya, jika petugas pemadam kebakaran memiliki tingkat preferensi
agama (religious preference) yang tinggi maka akan memiliki tingkat resiliensi
yang tinggi dan jika petugas pemadam kebakaran memiliki tingkat preferensi
agama (religious preference) yang rendah maka akan memiliki tingkat resiliensi
yang rendah. Selain itu, bila dilihat dari uji proporsi varians preferensi agama
(religious preference) memberikan sumbangan sebesar 1.6% terhadap resiliensi
petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta.
Preferensi agama (religious preference) adalah persepsi individu terhadap
keyakinan agama yang telah dipilihnya. Petugas pemadam kebakaran yang
memiliki tingkat preferensi agama (religious preference) yang tinggi merasa
yakin dengan agama yang sudah dianutnya saat ini. Karena keyakinan tersebut
petugas pemadam kebakaran merasa mampu untuk mengatasi tekanan atau
masalah yang dihadapi sehingga akan meningkatkan tingkat resiliensi petugas
pemadam kebakaran. Keyakinan dalam hal ini berupa ketidakinginan petugas
pemadam kebakaran untuk berpindah agama karena petugas pemadam kebakaran
telah merasa bahwa agama yang dianut saat ini adalah agama yang sudah dianut
sejak kecil.
Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan sebelumnya terdapat
variabel lain dalam dukungan sosial yang tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap resiliensi, yaitu adanya pengakuan (reassurance of worth), kelekatan
(attachment), integrasi sosial (social integration), kesempatan untuk merasa
dibutuhkan (opportunity for nurturance) dan kebutuhan untuk dapat diandalkan
(reliable alliance).
108
Variabel adanya pengakuan (reassurance of worth) adalah dukungan yang
didapat oleh individu berupa pengakuan dan penghargaan atas kemampuan yang
dimiliki oleh diri individu (Weiss dalam Cutrona dan Russel, 1987). Variabel
adanya pengakuan (reassurance of worth) memberikan sumbangan terhadap
resiliensi sebesar 9.4% dan memiliki nilai koefisien regresi 0.050 dengan Sig.
sebesar 0.527 (Sig. > 0.05) dengan demikian variabel adanya pengakuan
(reassurance of worth) secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap resiliensi. Artinya, walaupun petugas pemadam kebakaran tidak
mendapatkan pengakuan atau tidak dihargai oleh rekan kerja maka tidak akan
mempengaruhi resilien pada petugas pemadam kebakaran.
Variabel kelekatan (attachment) adalah dukungan yang diperoleh individu
berupa kelekatan emosional sehingga individu merasa aman (Weiss dalam
Cutrona dan Russel, 1987). Variabel kelekatan (attachment) memberikan
sumbangan terhadap resiliensi sebesar 7.7% dan memiliki nilai koefisien regresi
0.126 dengan Sig. sebesar 0.160 (Sig. > 0.05) dengan demikian variabel kelekatan
(attachment) secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
resiliensi. Artinya, rasa aman, nyaman dan damai yang bersumber dari pasangan
hidup, anggota keluarga atau rekan kerja tidak berpengaruh terhadap resiliensi
petugas pemadam kebakaran. Petugas pemadam kebakaran mampu untuk resilien
walaupun tidak mendapatkan dukungan kelekatan dari orang lain.
Variabel integrasi sosial (social integration) adalah dukungan yang
diperoleh individu jika mampu melakukan kegiatan dan membagi minat yang
sama dalam suatu kelompok dan dapat menghilangkan kecemasan sesaat (Weiss,
109
dalam Cutrona dan Russel, 1987). Variabel integrasi sosial (social integration)
memberikan sumbangan terhadap resiliensi sebesar 0.2% dan memiliki nilai
koefisien regresi -0.068 dengan Sig. sebesar 0.370 (Sig. > 0.05) dengan demikian
variabel integrasi sosial (social integration) secara negatif tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Artinya, integrasi sosial yang rendah
pada petugas pemadam kebakaran akan mengakibatkan resiliensi yang rendah.
Petugas pemadam kebakaran yang tidak mendapatkan dukungan dalam kelompok
atau rekan kerja satu tim maka petugas pemadam kebakaran tidak akan mampu
untuk resilien. Tidak adanya pengaruh secara negatif antara integrasi sosial dan
resiliensi dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh kesalahan alat ukur yang
tidak dipahami oleh responden.
Variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for
nurturance) adalah dukungan yang melibatkan kedekatan hubungan interpersonal
akan perasaan dibutuhkan oleh orang lain (Weiss, dalam Cutrona dan Russel,
1987). Variabel kesempatan untuk merasa dibutuhkan memberikan sumbangan
terhadap resiliensi sebesar 2.3% dan memiliki nilai koefisien regresi 0.041 dengan
Sig. sebesar 0.644 (Sig. > 0.05) dengan demikian variabel kesempatan untuk
merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance) secara positif tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Artinya, petugas pemadam
kebakaran tidak perlu merasa dibutuhkan oleh orang lain karena akan tetap
meningkatkan tingkat resiliensi petugas pemadam kebakaran.
Variabel kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable alliance) adalah
dukungan ini berupa jaminan bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan saat
110
dibutuhkan (Weiss, dalam Cutrona dan Russel, 1987). Variabel kebutuhan untuk
dapat diandalkan (reliable alliance) memberikan sumbangan terhadap resiliensi
sebesar 0.4% dan memiliki nilai koefisien regresi -0.073 dengan Sig. sebesar
0.398 (Sig. > 0.05) dengan demikian kebutuhan untuk dapat diandalkan (reliable
alliance) secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
resiliensi. Artinya, semakin rendah tingkat reliable alliance maka akan rendah
juga tingkat resiliensi. Petugas pemadam kebakaran akan tetap resilien walaupun
tidak ada orang lain yang dapat diandalkan saat dibutuhkan. Petugas pemadam
kebakaran mampu untuk menyelesaikan masalah seorang diri tanpa bantuan orang
lain.
Selain itu, dalam variabel religiusitas terdapat beberapa variabel yang
tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap resiliensi yaitu variabel
pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual experience). Variabel pengalaman
agama sehari-hari (daily spiritual experience) adalah persepsi individu terhadap
Tuhan dan keterlibatan serta interaksi dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Variabel pengalaman agama sehari-hari (daily spiritual experience) memberikan
sumbangan terhadap resiliensi sebesar 2.2% dan memiliki nilai koefisien regresi
0.046 dengan Sig. sebesar 0.472 (Sig. < 0.05) dengan demikian pengalaman
agama sehari-hari secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
resiliensi. Artinya, petugas pemadam kebakaran yang memiliki tingkat
pengalaman agama sehari-hari tinggi tidak akan mempengaruhi resiliensi. Hal ini
bertolak belakang secara logika karena petugas pemadam kebakaran yang rajin
111
beribadah akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menangani tekanan
pekerjaan.
Variabel kebermaknaan (meaning) adalah persepsi individu terhadap
agama yang dapat menjadi tujuan hidupnya. Variabel kebermaknaan (meaning)
memberikan sumbangan terhadap resiliensi sebesar 6.6% dan memiliki nilai
koefisien regresi 0.168 dengan Sig. sebesar 0.112 (Sig. < 0.05) dengan demikian
kebermaknaan secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
resiliensi. Artinya, petugas pemadam kebakaran dengan tingkat kebermaknaan
yang tinggi tidak akan mempengaruhi resiliensi dalam mengatasi tekanan
pekerjaan.
Variabel memaafkan (forgiveness) adalah kemampuan manusia dalam
mengakui kesalahan dirinya sendiri, merasa diampuni oleh Tuhan, merasa
dimaafkan oleh orang lain, mampu untuk memaafkan orang lain dan memaafkan
diri sendiri. Variabel memaafkan (forgiveness) memberikan sumbangan terhadap
resiliensi sebesar 0% dan memiliki nilai koefisien regresi -.011 dengan Sig.
sebesar 0.907 (Sig. < 0.05) dengan demikian memaafkan secara negatif tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Artinya, petugas pemadam
kebakaran yang memiliki tingkat memaafkan rendah maka memiliki resiliensi
yang rendah, karena adanya ketidakmampuan petugas pemadam kebakaran untuk
memaafkan diri sendiri maupun orang lain menyebabkan petugas pemadam
kebakaran tidak mampu untuk tetap resilien saat menghadapi kesulitan dalam
hidup dan cenderung menyalahkan diri sendiri atas musibah yang terjadi. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2011)
112
bahwa variabel forgiveness memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
resiliensi.
Variabel pengalaman agama pribadi (private religious practice) adalah
perilaku beragama dalam praktek agama meliputi ibadah, mempelajari kitab suci
dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan nilai keagamaannya. Variabel
pengalaman agama pribadi memberikan sumbangan terhadap resiliensi sebesar
0.2% dan memiliki nilai koefisien regresi 0.026 dengan Sig. 0.759 (Sig. < 0.05)
dengan demikian pengalaman agama pribadi secara positif tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Artinya, petugas pemadam
kebakaran dengan tingkat pengalaman agama pribadi yang tinggi maupun rendah
tidak akan mempengaruhi kemampuannya untuk tetap resilien.
Variabel penanganan agama/spiritual (religious/spiritual coping) adalah
coping stress dengan menggunakan pola dan metode religi. Seperti dengan
berdoa, beribadah untuk menghilangkan stres dan sebagainya. Penanganan
agama/spiritual memberikan sumbangan terhadap resiliensi sebesar 0.1% dan
memiliki nilai koefisien regresi -0.089 dengan Sig. 0.373 (Sig. < 0.05) dengan
demikian penanganan agama/spiritual secara negatif tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap resiliensi. Artinya, petugas pemadam kebakaran yang
memiliki penanganan agama/spiritual yang rendah maka tidak mampu untuk
resilien. Petugas pemadam kebakaran kurang merasakan kebermaknaan atas
agama dalam diri sehingga membuat ibadah kadang-kadang rajin dan kadang lalai
untuk beribadah sehingga resilien petugas pemadam kebakaran tidak dipengaruhi
oleh coping stress secara religi.
113
Variabel dukungan agama (religious support) adalah aspek dalam
hubungan sosial antara individu dengan pemeluk agama sesamanya. Dukungan
agama memberikan sumbangan terhadap resiliensi sebesar 0% dan memiliki nilai
koefisien regresi -0.007 dengan Sig. 0.939 (Sig. < 0.05) dengan demikian
dukungan agama secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
resiliensi. Artinya, petugas pemadam kebakaran yang tidak mendapatkan
dukungan agama dari orang lain maka tidak akan mampu untuk resilien karena
dukungan agama bersumber dari hubungan sosial individu dengan umat lain yang
seagama.
Variabel riwayat agama/spiritual (religious/spiritual history) adalah
bagaimana individu berpartisipasi untuk agama selama hidupnya dan bagaimana
agama dapat mempengaruhi hidupnya. Riwayat agama/spiritual memberikan
sumbangan terhadap resiliensi sebesar 0% dan memiliki nilai koefisien regresi -
0.087 dengan Sig. 0.416 (Sig. < 0.05) dengan demikian riwayat agama/spiritual
secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resliensi.
Artinya, petugas pemadam kebakaran yang tidak ikut berpartisipasi untuk
agamanya maka ia tidak akan resilien dan tidak mampu merasakan pengaruh
agama dalam kehidupannya. Petugas pemadam kebakaran yang telah merasakan
adanya perubahan dalam hidup karena agama yang dimiliki maka akan merasa
lebih yakin dan optimis untuk dapat menyelesaikan kesulitan, mereka akan
merasa bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir Tuhan dan selalu ada
jalan untuk dapat menyelesaikannya.
114
Variabel komitmen beragama (commitment) adalah bagaimana individu
mementingkan agamanya, komitmen, serta berkontribusi terhadap agamanya.
Komitmen beragama memberikan sumbangan terhadap resiliensi sebesar 0.2%
dan memiliki nilai koefisien regresi -0.019 dengan Sig. 0.859 (Sig. < 0.05) dengan
demikian komitmen beragama secara negatif tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi. Artinya, apabila petugas pemadam kebakaran
memiliki komitmen beragama yang rendah maka mereka tidak mampu untuk
resilien. Komitmen beragama berupa keyakinan individu untuk tetap yakin
dengan agama yang dianut sejak lahir dan tidak berpindah agama, ketekunan
individu untuk menjalankan ibadah sehingga komitmen beragama tersebut dapat
dijadikan pondasi untuk meningkatkan resiliensi individu.
Variabel organisasi keagamaan (organizational religiousness) adalah
mengukur kontribusi individu untuk ikut serta dalam organisasi keagamaan
seperti gereja, masjid serta rumah ibadah lainnya. Organisasi keagamaan
memberikan sumbangan terhadap resiliensi sebesar 1.4% dan memiliki nilai
koefisien regresi 0.142 dengan Sig. 0.091 (Sig. < 0.05) dengan demikian
organisasi keagamaan secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap resiliensi. Artinya, petugas pemadam kebakaran yang tidak berpartisipasi
dalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di gereja, masjid atau rumah ibadah
lainnya tidak akan mempengaruhi kemampuan individu untuk tetap resilien.
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan pendapat dari
beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai dimensi-dimensi dukungan sosial
dan religiusitas terhadap resiliensi. Penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial
115
dan religiusitas terhadap resiliensi masih sangat sedikit dilakukan. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh dukungan sosial dan
religiusitas terhadap resiliensi agar dapat memberikan gambaran yang lebih
mendalam pada masyarakat, khususnya pada petugas pemadam kebakaran.
5.3 Saran
Pada bagian ini, saran dibagi menjadi dua bagian, yaitu saran teoritis dan saran
praktis. Penulis memberikan saran secara teoritis dengan harapan dapat
memberikan kontribusi untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu,
penulis juga menguraikan saran secara praktis dengan harapan dapat memberikan
informasi tambahan terutama bagi pembaca yang berniat melakukan penelitian.
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis menunjukkan
bahwa variabel dukungan sosial dan religiusitas mempengaruhi resiliensi
terhadap 200 petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta dengan kontribusi
sebesar 38.4%. Variabel bimbingan (guidance) dalam dukungan sosial
mempengaruhi resiliensi dengan nilai koefisien sebesar 0.193 dengan Sig.
0.032 (Sig. < 0.05), variabel nilai (value) & kepercayaan (belief)
mempengaruhi resiliensi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.203 dengan
Sig. 0.047 (Sig. < 0.05) dan variabel preferensi agama (religious preference)
mempengaruhi resiliensi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.179 dengan
116
Sig. 0.030 (Sig. < 0.05). Untuk penelitian selanjutnya, penulis lain yang
tertarik meneliti variabel dependen yang sama disarankan menggunakan
faktor-faktor menarik lainnya yang dapat dijadikan variabel independen untuk
melihat pengaruhnya terhadap resiliensi, karena dari hasil yang didapatkan
hanya 38.4% yang mempengaruhi resiliensi terhadap petugas pemadam
kebakaran, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah petugas pemadam
kebakaran yang semua anggotanya berjenis kelamin laki-laki, sehingga untuk
penelitian selanjutnya, penulis disarankan untuk menggunakan sampel dengan
jenis kelamin perempuan dan dalam jumlah yang lebih banyak agar lebih
seimbang dan mempresentasekan populasi.
Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk mengambil responden
dengan tingkat beresiko yang berbeda, seperti kepolisian, pengendara motor di
jalan, dan lain-lain dengan demografis yang bervariasi.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Terkait dengan bimbingan (guidance) yang memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.193 dengan Sig. 0.032 (Sig. < 0.05) sehingga berpengaruh secara
positif terhadap resiliensi petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta.
Disarankan kepada individu petugas pemadam kebakaran untuk lebih dapat
menerima nasihat atau solusi yang telah diberikan oleh rekan kerja untuk
dapat mengatasi tekanan pekerjaan. Selain itu, diharapkan petugas pemadam
117
kebakaran untuk saling berbagi dalam penyelesaian pekerjaan terutama tugas
yang membutuhkan kerja sama kelompok. Untuk instansi pemadam kebakaran
diharapkan lebih mendekatkan diri dengan karyawan agar dapat mendengar
keluh kesah yang mereka alami dan memberikan solusi penyelesaian secara
bersama-sama demi meningkatkan kinerja yang lebih baik.
2. Nilai-nilai (value) & kepercayaan (belief) yang memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 0.203 dengan Sig. 0.047 (Sig. < 0.05) sehingga berpengaruh
secara positif terhadap resiliensi petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta
diharapkan kepada petugas pemadam kebakaran agar lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan sehingga dapat berperilaku sesuai dengan ajaran norma-norma
agama yang diyakini sehingga dapat meningkatkan resiliensi pada petugas
pemadam kebakaran agar petugas pemadam kebakaran mampu untuk
mengatasi tekanan pekerjaan.
3. Preferensi agama (religious preference) yang memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.179 dengan Sig. 0.030 (Sig. < 0.05) sehingga berpengaruh secara
positif terhadap resiliensi petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta
diharapkan untuk petugas pemadam kebakaran tetap menganut agama yang
telah dipilih sejak lahir. Berdasarkan keyakinan dan pemahaman terhadap
ajaran agama yang dianut, petugas pemadam kebakaran diharap agar tekanan
pekerjaan sebagai petugas pemadam kebakaran.
4. Untuk instansi pemadam kebakaran diharapkan dapat membuat sebuah
program religi agar dapat memberikan wadah bagi petugas pemadam
kebakaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, meningkatkan nilai-
118
nilai keagamaan dalam diri individu dan dapat mempererat silahtuhrami pada
rekan kerja petugas pemadam kebakaran.
119
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. (2011). Pengaruh pelatihan resiliensi terhadap perilaku asertif
pada remaja. Pamator. 4(2), 129 – 136
Aisha, Dita Lutfi. (2014). Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada
remaja di panti asuhan keluarga yatim muhammadiyah surakarta. Skripsi.
Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Amini, F., Doodman, P., Edalati, A., Abbasi, Z., & Redzuans, M. (2014). A study
on the relationship between religiosity and forgiveness among students.
Applied Science Reports. 5(3), 131-134. DOI:
10.15192/PSCP.ASR.2014.1.3.131134
Amirullah. (2015). Populasi dan sampel. Metode Penelitian Manajemen. Malang:
Bayumedia Publishing Malang
Avey, J., Reichard, R., Luthans, F., Mhatre, K. (2011). Meta-analysis of the
impact of positive psychological capital on employee attitudes, behaviors,
and performance. Human Resource Development Quarterly. 22(2), 127-152
DOI: 10.1002/hrdq.20070
Azam, A., Qiang, F., Abdullah, M.I., Abbas, S.A. (2011). Impact of 5-D of
religiosity on diffusion rate of innovation. International Journal of Business
and Social Science. 2(17), 177-185.
Barerra, M. Jr. (1986). Distinctions between social support concepts, measures,
and models. American Journal of Community Psychology. 14:413-445
Bernal, G., Molina, M., Rio, M. (2002). Development of a brief scale for social
support: reliability and valibity in puerto rico. International Journal of
Clinical and Health Psychology. 3(2), 251-264
Brooks, R. B. & Goldstein, S. (2005). Chapter of the power of parenting.
Handbook of Resilience in Children. Springer: New York
Cahyaningrum, S. A. (2014). Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap
resiliensi remaja di desa kutruk, jambe, tangerang. Skripsi. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Chuin, C.L., & Choo, Y.C. (2009). Age, gender, and religiosity as related to death
anxiety. Sunway Academic Journal. (6), 1-16
Cohen, Sheldon. (2004). Social relationships and health. American Psychologist,
676-684. Carneige Mellon University
120
Connor, K. M., & Davidson, J. R.T. (2003). Development of a new resilience
scale: the connor-davidson resilience scale (CD-RISC). Article in
Depression and Anxiety. 18, 76-82. DOI: 10.1002/da.10113
Cutrona, C. E. & Russell, D. W. (1987). The provisions of social relationships and
adaptation to stress. Advances in personal relationships. (1), 37-67.
Dinas Penanggulangan Kebakaran & Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta. Data
Kebakaran Tahun 2014. Dikutip pada 28 Juli 2016 dari
http://www.jakartafire.net/
Fetzer Institute and Nasional Institute on Aging Working Group. (1999).
Multidimensional measurement of religiousness, spiritual for use in health
research. Fetzer Institute in Collaboration with the Nasional Institute on
Aging. Kalamazoo.
Fayombo, Grace. (2010). The relationship between personality traits and
psychological resilience among the caribbean adolescents. International
Journal of Psychological Studies. 2(2), 105-116
Fujikawa, M., Eun-Jeong, L., Fong, C., Denise, C., Celeste, H., Bengston, K., &
Maryam, R. (2013). The connor-davidson resilience scale as a positive
psychology measure for people with spinal cord injuries. Rehabilitation
Research, Policy, and Education. 27(3), 213-222
http://dx.doi.org/10.1891/2168-6653.27.3.213
Green, K., Hayward, L., Williams, A., Dennis, P., Bryan B., & Taber, K. (2014).
Examining the factor structure of the connor-davidson resilience slace (CD-
RISC) in a post-9/11 U.S military veteran sample. Universitas
Massachusetts. DOI: 10.1177/1073191114524014
Holdcroft, B. (2006). What is religiousity?. Catholic Education: A Journal of
Inquiry and Practice. 10(1), 89-103
Husein, Z. (2016). Brutal, pemadam kebakaran dihakimi massa karena telat.
Diunduh pada 21 September 2017 dari
http://www.viva.co.id/berita/nasional/765290-brutal-pemadam-kebakaran-
dihakimi-massa-karena-telat
Ian. (2015). Kisah Subandi, komandan Damkar yang tewas saat selamatkan anak
buah. Diunduh tanggal 21 September 2017 dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-subandi-komandan-damkar-
yang-tewas-saat-selamatkan-anak-buah.html
Jackson, R., & Watkin, C. (2004). The resilience inventory: seven essential skills
for overcoming life’s obstacles and determining happiness. Selection and
Development Review. 20(6), 13-17
121
Kementrian Dalam Negeri. Provinsi DKI Jakarta. Dikutip pada 28 Juli 2016 dari
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/31/dki-
jakarta
Lee, J., Nam, S., Kim, A., Kim, B., Lee, M., & Lee, S. (2013). Resilience: a meta-
analytic approach. Journal of Counseling dan Development. 91, 269-279.
DOI: 10.1002/j.1556-6676.2013.00095.x
Luthans, F., Youssef, C. M., Avolio, B. J. (2007). Psychological capital:
developing the human competitive edge. Oxford University Press
Mula, S. I. (2013). Pengaruh dukungan sosial dan kecerdasan emosi terhadap
resiliensi anggota brimob kelapa dua depok. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Mohamed, H., Khletet, R., Al-Awany, Z. (2012). The moderating effect of social
support on stress and academic performance among nursing students.
Journal of American Science. 8(12), 716-720
Neill, J. T., & Dias, K.L. (2001). Adventure education and resilience: the double-
edged sword. Journal of Adventure Education and Outdoor Learning. 1(2),
35-42
Nurhayati. (2009). Hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual
pada remaja siswa smu adi luhur jakarta timur. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pertiwi, Mahesti. (2011). Dimensi religiusitas dan resiliensi pada residen narkoba
di BNN lido. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ramdhani, D. (2017). Kronologi tewasnya pemadam kebakaran saat padamkan
api di bandung. Diunduh pada 21 September 2017 dari
http://regional.kompas.com/read/2017/09/11/14112641/kronologi-tewasnya-
pemadam-kebakaran-saat-padamkan-api-di-bandung
Resnick, B., Lisa P. Geyther & Karen A. Roberto. (2011). Resilience in aging;
concepts, research, and outcomes. London: Springer Science Business
Media, Inc.
Riddle, G. S., & Romans, J. S. C. (2012). Resilience among urban American
Indian adolescents: exploration into the role of culture, self-esteem,
subjective well-being, and social support. American Indian and Alaska
Native Mental Health Research. 19(2), 1-19
Riza, M., & Herdiana, I. (2012). Resiliensi pada narapidana laki-laki di Lapas
kelas 1 Medaeng. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial. 1(3), 142-147
122
Ryan, L., & Caltabiano, M. L. (2009). Development of a new resilience scale: the
resilience in midlife scale (RIM scale). Asian Social Science. 5(11), 39-51
Sarafino, E. P., Timothy W. S. (2011). Health psychology: biopsychosocial
interactions seventh edition. United States of America: John Wiley & Sons,
Inc.
Sarason, I.G. & Sarason, B.R. (1983). Assessing social support: the social support
questionare. Journal of Personality and Social Psychology. 44(1), 127-139
Smith, B., Dalen, J., Wiggins, K., Tooley, E., Christopher, P. & Bernard, J.
(2008). The brief resilience scale: assessing the ability to bounce back.
International Journal of Behavioral Medicine. 15, 194-200. DOI:
10.1080/10705500802222972
Subhan, T.S. (2011). Pengaruh dimensi-dimensi religiusitas terhadap penerimaan
orang tua anak autis di bekasi barat. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Suryaman. (2013). Pengaruh religiusitas terhadap resiliensi pada pasien
rehabilitasi narkoba yayasan rumah damai semarang. Developmental and
Clinical Psychology. 2(1), 14-18
Vartak, Juhi. (2015). The role of hope and social support on resilience in cancer
patients. Indian Journal of Mental Health. 2(1), 35-42
Wagnild, G.M., Young, H.M. (1993). Development and psychometric evaluation
of the resilience scale. Journal of Nursing Measurement. 1(2), 165-178
Wikipedia. Pemadam Kebakaran. Dikutip pada 28 November 2015 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemadam_kebakaran
123
LAMPIRAN
124
Lampiran Tabel
Tabel 3.5
Tabel Uji Validitas Skala Resiliensi
ITEM LAMDA ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0.32 (0.08) 4.16 √
2 0.25 (0.08) 3.35 √
3 0.38 (0.07) 5.05 √
4 0.09 (0.08) 1.11 X
5 0.48 (0.07) 6.58 √
6 0.12 (0.08) 1.50 X
7 0.51 (0.08) 6.73 √
8 0.19 (0.08) 2.48 √
9 0.30 (0.08) 3.82 √
10 -0.07 (0.08) -0.95 X
11 0.51 (0.07) 7.01 √
12 0.21 (0.08) 2.67 √
13 0.65 (0.07) 9.12 √
14 0.31 (0.08) 4.05 √
15 0.11 (0.08) 1.46 X
16 0.21 (0.07) 2.83 √
17 0.31 (0.08) 4.00 √
18 0.15 (0.08) 1.95 X
19 0.21 (0.08) 2.80 √
20 0.00 (0.08) -0.03 X
21 0.54 (0.07) 7.47 √
22 0.34 (0.08) 4.44 √
23 0.37 (0.08) 4.80 √
24 0.27 (0.07) 3.68 √
25 0.47 (0.07) 6.37 √
26 0.49 (0.07) 7.02 √
27 0.64 (0.07) 9.03 √
28 -0.28 (0.07) -3.80 X
29 0.69 (0.07) 10.14 √
30 -0.03 (0.08) -0.34 X
31 0.71 (0.07) 10.42 √
32 -0.25 (0.08) -3.31 X
33 0.56 (0.07) 7.96 √
34 -0.11 (0.08) -1.42 X
35 0.61 (0.07) 8.61 √
36 0.41 (0.07) 5.50 √
37 0.53 (0.07) 7.20 √
38 0.47 (0.07) 6.41 √
39 0.35 (0.08) 4.56 √
40 0.30 (0.08) 3.94 √
41 0.71 (0.07) 10.49 √
42 -0.42 (0.07) -5.72 X
43 0.55 (0.07) 7.62 √
44 0.15 (0.08) 1.94 X
45 0.67 (0.07) 9.81 √
46 0.41 (0.07) 5.55 √
47 0.57 (0.07) 7.89 √
48 -0.02 (0.08) -0.31 X
Keterangan: tanda (√) = signifikan; tanda X = tidak signifikan
125
126
127
KUESIONER PENELITIAN
DISUSUN OLEH:
MEGGY OCTARYANI
1111070000051
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
128
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum Wr.Wb
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian sebagai syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Psikologi. Maka saya membutuhkan ketersediaan Anda untuk menjadi responden
dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini, terdapat 3 buah skala. Anda diminta untuk memilih pernyataan
yang paling sesuai dengan diri Anda. Dalam mengisi skala, TIDAK ADA JAWABAN
SALAH. Semua jawaban dan identitas Anda AKAN DIJAGA KERAHASIANNYA dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini. Bantuan Anda dalam menjawab
pernyataan pada skala ini sangat penting dan berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas
kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Hormat Saya,
Meggy Octaryani
129
DATA RESPONDEN
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Agama :
Lama bertugas : tahun
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian sebagai responden.
Tanda Tangan
(…………………………….)
130
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih pertanyaan
yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√).
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
CONTOH:
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya adalah individu yang berprestasi √
SKALA 1
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya memiliki tekad yang kuat
2. Saya merasa pendidikan bukan hal penting untuk menjadi
seorang petugas pemadam kebakaran
3. Saya mampu mengukur hasil kinerja dari tugas yang telah
dikerjakan
4. Saya mudah berubah pikiran dalam memutuskan sesuatu
5. Saya tetap berpikir jernih walaupun dalam situasi yang
menegangkan
6. Saya menunda pekerjaan karena sudah merasa jenuh
7. Saya mampu mencapai tujuan hidup
8. Saya membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan
9. Saya berusaha melakukan yang terbaik tidak peduli apapun
yang terjadi
10. Saya merasa cukup walaupun hasil yang didapat kurang
maksimal
11. Saya berusaha mencapai tujuan hidup
12. Saya melakukan sesuatu karena terpaksa
13. Saya memandang sesuatu secara positif
14. Saya sulit mengambil keputusan
15. Saya melakukan sesuatu berdasarkan perasaan
16. Saya mengutamakan prasangka
17. Ketika mengalami kegagalan, saya mencoba dengan cara
lain
18. Saya sering putus asa dalam menjalankan tugas
19. Saya tetap berusaha walaupun peluang berhasilnya kecil
20. Saya menyesali hal buruk yang terjadi dalam hidup
21. Saya mampu menerima resiko apapun dalam pekerjaan
22. Saya merasa jenuh menjadi petugas pemadam kebakaran
23. Saya mampu mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan
131
24. Masalah yang dihadapi memberikan dampak buruk terhadap
kinerja saya
25. Saya mampu beradaptasi dengan lingkungan yang mudah
berubah
26. Saya sering menolak bila ada gagasan atau ide baru dalam
pekerjaan
27. Saya menyukai hal-hal baru dalam pekerjaan
28. Saya lebih menyukai hal-hal yang bersifat rutin
29. Saya memiliki hubungan baik dengan rekan kerja
30. Saya menghindari berurusan dengan orang yang keras
kepala
31. Saya memiliki banyak teman di lingkungan kerja
32. Saya lebih baik jujur walaupun akan menyakiti orang lain
33. Saya mampu mengontrol pola hidup saya
34. Saya mengatur rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan
35. Saya dapat mengendalikan hidup saya
36. Saya sering datang terlambat ke kantor
37. Keberhasilan masa lalu memberikan keyakinan dalam
menghadapi tantangan baru
38. Saya sulit memotivasi diri sendiri
39. Saya melakukan berbagai cara untuk mengatasi kesulitan
40. Saya sulit untuk bangkit kembali ketika mengalami masalah
pekerjaan
41. Saya memahami bagaimana cara berdoa atau beribadah
42. Saya akan berdoa bila mengalami kesulitan
43. Saya selalu berdoa setiap saat atau kapanpun saya
menginginkannya
44. Saya sering meninggalkan sholat atau ibadah saat
menjalankan tugas
45. Saya percaya apapun yang terjadi itulah yang terbaik
menurut Tuhan
46. Saya sulit mengambil hikmah dari masalah yang terjadi
47. Saya percaya sesuatu terjadi karena kehendak Tuhan
48. Keberhasilan dalam tugas murni karena kemampuan yang
dimiliki oleh petugas pemadam kebakaran
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih pertanyaan
yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√).
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
132
CONTOH:
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya adalah individu yang berprestasi √
SKALA 2
No Pernyataan SS S TS STS
1. Rekan kerja mengagumi keterampilan yang saya miliki
2. Rekan kerja mengabaikan keahlian dalam diri saya
3. Rekan kerja percaya bahwa saya mampu menyelesaikan
pekerjaan yang sulit
4. Rekan kerja meragukan keterampilan yang saya miliki
5. Rekan kerja merasa puas setelah saya membantunya dalam
pekerjaan
6. Saya merasa rekan kerja kurang menghargai bantuan yang
saya berikan
7. Saya mendapat ucapan terimakasih setelah membantu
kesulitan yang dialami oleh rekan kerja
8. Meskipun saya sudah berhasil membantu rekan kerja
dengan baik, saya tetap diacuhkan
9. Saya mendapat perlindungan dari rekan kerja
10. Saya merasa khawatir saat bersama dengan rekan kerja
11. Saya akrab dengan rekan kerja setidaknya lebih dari satu
orang
12. Saya merasa ada seseorang yang ingin menyingkirkan saya
dalam pekerjaan
13. Saya merasa nyaman saat bersama rekan kerja
14. Saya memiliki komunikasi yang buruk terhadap orang lain
15. Pasangan hidup mampu memberikan rasa nyaman bagi
saya
16. Saya merasa lebih nyaman melakukan sesuatu seorang diri
17. Saya memiliki komunitas yang sesuai dengan kegemaran
saya
18. Saya merasa sulit bersosialisasi dalam kelompok
19. Rekan kerja senang menghabiskan waktu bersama saya
20. Saya lebih suka bekerja seorang diri
21. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan dengan bekerja
sama
22. Saya merasa diasingkan oleh rekan kerja
23. Saya sering menghabiskan waktu dengan rekan kerja diluar
jam bekerja
24. Ketika jam kerja telah selesai saya langsung kembali ke
133
rumah
25. Rekan kerja sering meminta bantuan pada saya
26. Pimpinan lebih sering meminta bantuan kepada rekan kerja
lain dari pada meminta bantuan ke saya
27. Secara pribadi, saya merasa bertanggung jawab atas
keselamatan korban kebakaran
28. Saya merasa pendapat saya diabaikan pada saat
pengambilan keputusan dalam pekerjaan
29. Menjadi petugas pemadam kebakaran membuat saya
merasa dibutuhkan oleh banyak orang
30. Rekan kerja menganggap saya kurang mampu
menyelesaikan pekerjaan
31. Ada rekan kerja yang dapat saya andalkan saat dibutuhkan
32. Saya merasa sulit untuk mengharap pertolongan dari rekan
kerja
33. Saya memiliki rekan kerja yang dapat membantu saya
dalam kondisi darurat
34. Saat saya mendapatkan kesulitan, saya menyelesaikannya
sendiri
35. Saya memiliki rekan kerja yang dapat membantu secara
finansial
36. Saya merasa diabaikan oleh rekan kerja ketika mengalami
kesulitan
37. Pasangan hidup dapat menjadi teman diskusi ketika saya
harus mengambil keputusan
38. Saya merasa kurang nyaman saat menceritakan masalah
pada rekan kerja
39. Saya mendapat nasihat atau solusi dari rekan kerja
40. Saya merasa kurang membutuhkan bantuan dari rekan kerja
41. Saya percaya rekan kerja mampu menjadi pendengar yang
baik bagi saya ketika mengalami kesulitan
42. Saya merasa nasihat yang diberikan oleh rekan kerja
memperburuk masalah saya
PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan Anda diminta untuk memilih pertanyaan
yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberikan tanda ceklis (√).
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
134
CONTOH:
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya adalah individu yang berprestasi √
SKALA 3
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasakan kehadiran Tuhan
2. Saya merasa diabaikan oleh Tuhan
3. Tuhan selalu ada dalam benak saya
4. Saya sering lalai menjalankan ibadah
5. Saya mendapat kekuatan spiritual dalam mengatasi masalah
6. Saya merasa dapat mengatasi kesulitan walaupun jauh dari Tuhan
7. Saya mendapat kenyamanan spiritual dengan agama yang saya
anut
8. Beribadah kepada Tuhan membuat pikiran dan perasaan saya
menjadi gelisah
9. Saya merasakan keberkahan dari Tuhan secara langsung
10. Saya merasa Tuhan mengabaikan do’a saya
11. Saya merasakan keberkahan dari Tuhan melalui orang lain
12. Tuhan selalu memberikan kesulitan dalam hidup saya
13. Saya berdo’a kepada Tuhan sebelum memulai pekerjaan
14. Saya lebih membutuhkan manusia dari pada Tuhan
15. Saya menjadikan agama sebagai pedoman hidup
16. Agama membuat hidup saya menjadi lebih rumit
17. Saya memiliki kehidupan yang harmonis
18. Hidup saya penuh dengan masalah
19. Saya merasakan kedamaian secara lahir dan batin
20. Saya sulit untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup
21. Saya takjub akan ciptaan Tuhan
22. Saya percaya manusia mampu menciptakan sesuatu yang lebih
baik dari ciptaan Tuhan
23. Saya percaya Tuhan menciptakan manusia sebaik-baiknya
24. Saya menyesali kekurangan dalam diri saya yang diciptakan oleh
Tuhan
25. Saya selalu ingat pada Tuhan ketika berhasil memadamkan api
26. Saya merasa belum puas dengan nikmat yang Tuhan berikan
pada saya
27. Saya bersyukur atas segala sesuatu yang Tuhan berikan untuk
saya
28. Saya merasa kehidupan rekan kerja lebih baik dari pada
kehidupan saya
29. Saya selalu menolong pengendara motor/mobil yang mengalami
kesulitan di jalan raya
30. Saya hanya menolong orang yang saya kenal
135
31. Saya membantu rekan kerja dengan ikhlas
32. Ketika berhasil membantu rekan kerja, saya mengharapkan
imbalan
33. Saya memahami masalah yang dihadapi oleh rekan kerja
34. Saya berusaha untuk menghindari rekan kerja yang selalu
menceritakan kesulitan dalam hidupnya
35. Saya merasakan kesedihan yang dialami oleh korban kebakaran
36. Saya mengabaikan kesulitan yang dialami oleh rekan kerja
37. Saya menginginkan diri saya untuk lebih dekat dengan Tuhan
38. Saya merasa waktu untuk bekerja lebih penting dari pada
beribadah
39. Ketika beribadah, saya percaya Tuhan berada dekat dengan saya
40. Keberadaan Tuhan kurang berpengaruh dalam hidup saya
41. Tujuan hidup saya berkembang berdasarkan pemahaman
terhadap agama
42. Saya merasa Tuhan lalai dalam membantu saya mencapai tujuan
hidup
43. Agama membantu saya menemukan tujuan hidup walaupun
dalam keadaan yang sulit
44. Saya mengambil keputusan dalam hidup dengan
mengesampingkan ajaran agama
45. Agama memberikan makna hidup bagi saya secara suka atau pun
duka
46. Saya tetap dapat menemukan makna dalam kehidupan walaupun
sering lalai menjalankan ibadah
47. Hubungan dengan rekan kerja membantu saya dalam menemukan
makna hidup
48. Saya merasa agama yang saya yakini belum cukup untuk
membantu saya menemukan makna hidup
49. Agama mengajarkan saya hal-hal yang baik dan benar
50. Saya selalu melakukan hal buruk walaupun dilarang oleh agama
51. Saya berpedoman dengan norma agama dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari
52. Saya menyukai hal-hal yang bertentangan dengan norma agama
53. Sumber kenyamanan dan kekuatan terbesar dalam diri saya
berasal dari Tuhan
54. Saya merasa agama memberikan dampak yang buruk bagi
kehidupan
55. Saya percaya dengan hari kiamat
56. Dalam mendidik anak, saya merasa pengetahuan umum lebih
penting dari pada memahami ajaran agama
57. Saya selalu mengakui kesalahan yang telah saya lakukan
58. Saya berusaha menutupi kesalahan dalam diri saya
59. Saya ikhlas menerima hukuman atas kesalahan yang telah saya
lakukan
60. Saya sulit untuk menyadari kesalahan yang telah saya lakukan
136
61. Saya percaya Tuhan telah menghapus dosa-dosa saya
62. Musibah yang terjadi dalam hidup saya adalah hukuman dari
Tuhan atas kesalahan yang telah saya lakukan
63. Saya percaya Tuhan akan mengampuni kesalahan saya
64. Saya merasa ragu bahwa Tuhan akan mengampuni kesalahan
saya
65. Saya percaya rekan kerja dapat memaafkan kesalahan yang telah
saya lakukan
66. Saya merasa dibenci oleh rekan kerja
67. Rekan kerja tetap bersikap baik terhadap saya walaupun saya
telah melakukan kesalahan
68. Saya merasa dihindari oleh rekan kerja karena telah menyakiti
mereka
69. Saya dengan mudah memaafkan kesalahan rekan kerja
70. Saya menyimpan rasa dendam terhadap rekan kerja yang telah
menyakiti saya
71. Saya tetap bersikap dengan baik walaupun rekan kerja telah
melakukan kesalahan pada saya
72. Saya membenci rekan kerja yang telah menyakiti saya
73. Mudah bagi saya untuk memaafkan diri sendiri
74. Ketika ada korban yang meninggal dalam kebakaran, saya
merasa telah gagal dalam bertugas
75. Saya merasa kesalahan yang telah saya lakukan dapat dijadikan
pembelajaran dalam kehidupan
76. Saya membutuhkan waktu yang lama untuk dapat memaafkan
diri sendiri
77. Saya tetap menjalankan ibadah walaupun sedang bertugas
78. Saya merasa pekerjaan lebih penting dari pada beribadah
79. Saya selalu mendengarkan ceramah di televisi dan radio
80. Saya lebih memilih pergi ke mall dari pada mendengarkan
ceramah
81. Saya mengisi waktu luang dengan membaca kitab suci
82. Saya merasa pekerjaan tetap terselesaikan dengan baik walaupun
saya lalai untuk berdo’a
83. Saya memohon kekuatan, dukungan dan bimbingan kepada
Tuhan untuk mengatasi kesulitan
84. Saya sulit untuk menerima masalah yang terjadi dalam hidup
85. Saya berusaha menemukan pelajaran dari setiap masalah yang
terjadi
86. Saya meminum minuman beralkohol untuk melupakan masalah
yang terjadi
87. Saya sulit untuk menceritakan masalah kepada rekan kerja
88. Saya percaya setiap masalah memiliki suatu hikmah yang baik
89. Saya merasa marah kepada Tuhan atas nasib buruk yang terjadi
dalam hidup saya
90. Saya lebih memilih untuk berkumpul bersama rekan kerja agar
137
dapat melupakan masalah
91. Saya merasa dicintai dan dipedulikan oleh rekan kerja yang
seiman dengan saya
92. Saya merasa diabaikan oleh rekan kerja yang seiman dengan saya
93. Saya sering berbagi cerita dengan rekan kerja yang seiman
dengan saya
94. Saya kurang merasa nyaman saat harus bersama rekan kerja di
masjid/gereja
95. Saya mampu membuat rekan kerja yang seiman merasa dicintai
dan dipedulikan
96. Saya mengabaikan keberadaan rekan kerja yang seiman dengan
saya
97. Saya berusaha menjadi pendengar yang baik saat rekan kerja
yang seiman menceritakan masalahnya
98. Saya merasa malas untuk mendengarkan keluh kesah rekan kerja
yang seiman dengan saya
99. Saya merasa dimanfaatkan oleh rekan kerja
100. Rekan kerja mampu menerima kekurangan dalam diri saya
101. Saya selalu mendapat kritikan yang negatif dari rekan kerja
102. Saya diperlakukan dengan baik oleh rekan kerja yang seiman
103. Ketika saya sakit, rekan kerja datang untuk menjenguk
104. Rekan kerja lebih memilih untuk bersenang-senang dari pada
menjenguk saya saat sakit
105. Saat mengalami kesulitan, rekan kerja yang seiman bersedia
untuk menolong saya
106. Rekan kerja yang seiman berusaha menghindari saat saya
membutuhkan pertolongan
107. Agama memberi banyak perubahan dalam hidup saya
108. Saya merasa sulit untuk menerapkan ajaran agama dalam
menjalani kehidupan
109. Saya mempelajari agama sejak kecil
110. Saya percaya tanpa harus menganut suatu agama, hidup akan
tetap berjalan dengan baik
111. Saya menerapkan ajaran agama dalam menjalani kehidupan
112. Sejak kecil, orang tua saya kurang memberikan pemahaman
tentang agama
113. Agama merupakan hal yang sangat penting dalam hidup saya
114. Saya merasa kurang tertarik dengan ajaran-ajaran dalam agama
yang saya anut
115. Saya selalu bersedekah dari pendapatan setiap bulannya
116. Saya pernah berpindah agama/keyakinan
117. Saya selalu beribadah di masjid/gereja
118. Saya merasa ada hal yang lebih penting dari pada beribadah
119. Saya mengikuti kegiatan keagamaan minimal seminggu sekali
120. Saya lebih memilih beristirahat dari pada harus mendengar
ceramah di masjid/gereja
138
121. Saya mengikuti kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan oleh
masjid/gereja
122. Saya merasa malas untuk beribadah di masjid/gereja
123. Saya memiliki banyak teman di masjid/gereja
124. Saya merasa kurang sesuai dengan agama yang saya anut
125. Saya merasa nyaman saat berada di masjid/gereja
126. Saya mencoba mempelajari ajaran dalam agama lain
127. Saya beribadah setiap saat
128. Saya kurang tertarik untuk bergabung dalam organisasi
keagamaan
129. Saya sering berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
130. Saya sering tertidur saat sedang mendengarkan ceramah di
masjid/gereja
131. Saya merasa yakin dengan agama yang saya miliki
132. Saya pernah berpikir untuk pindah ke agama lain
133. Agama saya saat ini merupakan pilihan hidup saya
134. Saya merasa kurang yakin dengan agama yang diberikan oleh
orang tua sejak lahir
135. Saya percaya segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak
Tuhan
136. Saya percaya ada agama lain yang lebih baik dari agama yang
saya anut
TERIMAKASIH
139
SYNTAX DAN PATH DIAGRAM
1. VARIABEL RESILIENSI
SYNTAX RESILIENSI
UJI VALIDITAS RESILIENSI
DA NI=48 NO=200 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20
X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40
X41 X42 X43 X44 X45 X46 X47 X48
PM SY FI=DATARES.COR
MO NX=48 NK=1 LX=FR TD=SY
FR TD 14 12 TD 46 40 TD 31 29 TD 47 45
FR TD 35 33 TD 8 4 TD 20 4 TD 8 6 TD 9 5
FR TD 23 7 TD 38 36 TD 22 18 TD 15 10
FR TD 32 10 TD 34 42 TD 44 42 TD 30 28
FR TD 18 16 TD 32 28 TD 19 17 TD 24 20
FR TD 43 39 TD 33 3 TD 40 26 TD 39 19
FR TD 27 11 TD 37 10 TD 34 32 TD 18 13
FR TD 21 15 TD 32 23 TD 39 35 TD 35 7
FR TD 48 1 TD 38 34 TD 40 26 TD 16 14
FR TD 25 19 TD 36 34 TD 28 15 TD 6 4
FR TD 21 19 TD 46 38 TD 25 22 TD 39 23
FR TD 30 24 TD 40 3 TD 44 34 TD 26 15
FR TD 17 15 TD 26 25 TD 40 38 TD 34 26
FR TD 34 28 TD 41 25 TD 42 28 TD 14 3
FR TD 32 31 TD 23 3 TD 44 28 TD 34 3
FR TD 21 3 TD 47 14 TD 36 19 TD 47 13
FR TD 29 26 TD 35 26 TD 35 32 TD 39 32
FR TD 44 40 TD 39 30 TD 36 1 TD 29 27
FR TD 27 14 TD 2 1 TD 8 7 TD 12 11 TD 24 22
FR TD 16 8 TD 19 18 TD 14 4 TD 22 19 TD 40 37
FR TD 38 37 TD 37 29 TD 42 39 TD 43 34
FR TD 44 39 TD 28 19 TD 43 5 TD 27 22
FR TD 23 20 TD 19 13 TD 32 20 TD 25 20
FR TD 42 32 TD 34 33 TD 25 21 TD 44 20
FR TD 28 4 TD 46 44 TD 43 27 TD 19 3
FR TD 11 7 TD 11 9 TD 34 12 TD 32 20
FR TD 28 20 TD 43 41 TD 13 12 TD 36 24
FR TD 32 15 TD 32 30 TD 42 30 TD 18 12
FR TD 38 24 TD 48 18 TD 47 44 TD 18 17
FR TD 48 28 TD 17 14 TD 33 5 TD 38 30
FR TD 17 16 TD 10 8 TD 20 16 TD 47 46
FR TD 24 16 TD 37 3 TD 34 24 TD 39 3 TD 37 23
FR TD 39 25 TD 43 25 TD 4 1 TD 25 23 TD 13 8
FR TD 32 25 TD 32 24 TD 6 5 TD 22 2 TD 42 23
FR TD 40 27 TD 20 18 TD 34 27 TD 20 10 TD 40 13
FR TD 27 12 TD 24 1 TD 35 25 TD 48 30 TD 32 21
FR TD 38 5 TD 46 45 TD 45 19 TD 42 24 TD 42 20
FR TD 44 25 TD 48 44 TD 41 20 TD 18 5 TD 21 9
FR TD 22 8 TD 18 7 TD 26 7 TD 40 7 TD 20 19
140
FR TD 33 6 TD 28 8 TD 47 39 TD 47 43 TD 29 8
FR TD 8 5 TD 14 13 TD 15 9 TD 27 5 TD 36 31
FR TD 47 31 TD 30 20 TD 13 12 TD 47 29
FR TD 29 9 TD 41 40 TD 36 7 TD 20 17 TD 23 17
FR TD 42 16 TD 23 16 TD 27 17 TD 13 2 TD 14 6
FR TD 39 20 TD 38 11 TD 40 35 TD 44 38 TD 9 6
FR TD 48 5 TD 16 1 TD 48 34 TD 26 17 TD 41 16
FR TD 37 19 TD 42 35 TD 45 20 TD 27 13 TD 35 13
FR TD 23 19 TD 41 32 TD 36 21 TD 46 18 TD 38 26
FR TD 46 7 TD 46 26 TD 45 2 TD 22 1 TD 44 43
FR TD 48 32 TD 21 14 TD 27 4 TD 48 10 TD 44 4
FR TD 44 18 TD 14 1 TD 48 14 TD 28 10 TD 37 12
FR TD 12 1 TD 15 13 TD 13 6 TD 28 18 TD 37 30
FR TD 40 25 TD 32 7 TD 45 7 TD 45 43 TD 34 30
FR TD 14 7 TD 37 1 TD 9 1 TD 11 1 TD 42 10
FR TD 24 4 TD 23 14 TD 26 13 TD 46 22 TD 41 15
FR TD 30 16 TD 22 21 TD 34 20 TD 25 15 TD 40 18
FR TD 48 39 TD 35 16 TD 39 9 TD 44 30 TD 9 3
FR TD 26 24 TD 42 9 TD 44 23 TD 42 36 TD 42 17
FR TD 38 18 TD 4 3 TD 47 5 TD 25 10 TD 45 9
FR TD 19 9 TD 20 5 TD 17 11 TD 28 22 TD 48 25
FR TD 19 16 TD 10 4 TD 42 25 TD 35 8 TD 27 7
FR TD 48 4 TD 27 9 TD 15 4 TD 27 23 TD 14 9
FR TD 28 23 TD 29 14 TD 35 34 TD 28 24 TD 17 3
FR TD 9 8 TD 19 7 TD 34 23 TD 9 2 TD 29 5
FR TD 46 4 TD 45 30 TD 43 8 TD 22 4 TD 14 8
FR TD 12 8 TD 43 13 TD 12 6 TD 28 2 TD 43 22
FR TD 47 12 TD 36 23 TD 25 13 TD 22 16 TD 20 13
FR TD 31 28 TD 39 37 TD 31 15 TD 46 41 TD 38 23
FR TD 35 17 TD 44 10 TD 26 18 TD 11 10 TD 32 13
FR TD 34 10 TD 36 26 TD 38 35 TD 38 33 TD 7 3
FR TD 31 22 TD 29 22 TD 31 19 TD 31 21 TD 44 31
FR TD 39 27 TD 34 5 TD 30 5 TD 42 5 TD 8 1 TD 47 24
FR TD 26 22 TD 22 9 TD 46 13 TD 44 3 TD 7 6
LK
RESILIENSI
PD
OU TV SS MI AD=OFF
141
PATH DIAGRAM RESILIENSI
142
2. VARIABEL DUKUNGAN SOSIAL
SYNTAX REASSURANCE OF WORTH
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
DA NI=8 NO=200 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
PM SY FI=ROW.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ROW
FR TD 7 4 TD 5 3 TD 8 6 TD 4 3 TD 7 2
FR TD 7 5 TD 3 1 TD 5 1 TD 8 1
PD OU SS TV MI AD=OFF
PATH DIAGRAM REASSURANCE OF WORTH
143
SYNTAX ATTACHMENT
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL DA NI=8 NO=200 MA=PM LA X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 PM SY FI=ATTACHMENT.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATTACHMENT FR TD 4 3 TD 6 5 TD 7 5 TD 8 1 TD 8 3 FR TD 6 3 TD 8 5 TD 5 4 PD OU SS TV MI
PATH DIAGRAM ATTACHMENT
144
SYNTAX SOCIAL INTEGRATION
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL DA NI=8 NO=200 MA=PM LA X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 PM SY FI=INTSOS.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SOCIALINTEGRATION FR TD 6 5 TD 8 5 TD 5 1 TD 6 4 FR TD 7 5 TD 6 2 TD 6 3 TD 7 4 FR TD 4 2 PD OU SS TV MI
PATH DIAGRAM SOCIAL INTEGRATION
145
SYNTAX OPPORTUNITY FOR NURTURANCE
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL DA NI=6 NO=200 MA=PM LA X25 X26 X27 X28 X29 X30 PM SY FI=OFN.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK OFN FR TD 5 3 TD 3 1 TD 5 4 TD 6 2 PD OU SS TV MI AD=OFF
PATH DIAGRAM OPPORTUNITY FOR NURTURANCE
146
SYNTAX RELIABLE ALLIANCE
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL DA NI=6 NO=200 MA=PM LA X31 X32 X33 X34 X35 X36 PM SY FI=RELIABLE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK RELIABLE FR TD 6 4 TD 5 2 TD 6 2 TD 4 2 PD OU SS TV MI
PATH DIAGRAM RELIABLE ALLIANCE
147
SYNTAX GUIDANCE
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL DA NI=6 NO=200 MA=PM LA X37 X38 X39 X40 X41 X42 PM SY FI=GUIDANCE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK GUIDANCE FR TD 6 4 TD 6 3 TD 2 1 TD 6 5 FR TD 5 4 PD OU SS TV MI
PATH DIAGRAM GUIDANCE
148
3. VARIABEL RELIGIUSITAS
SYNTAX DAILY SPIRITUAL EXPERIENCE
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS DA NI=40 NO=200 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40 PM SY FI=DSE.COR MO NX=40 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK DSE FR TD 3 1 TD 7 5 TD 38 29 TD 38 28 TD 34 24 FR TD 31 4 TD 30 26 TD 36 29 TD 30 28 TD 31 19 FR TD 35 25 TD 31 22 TD 40 19 TD 38 35 TD 30 23 FR TD 33 29 TD 27 4 TD 13 5 TD 35 13 TD 20 2 TD 15 1 FR TD 38 34 TD 24 13 TD 38 36 TD 31 21 TD 36 32 FR TD 29 6 TD 23 12 TD 25 18 PD OU SS TV MI
149
PATH DIAGRAM DAILY SPIRITUAL EXPERIENCE
150
SYNTAX MEANING
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=8 NO=200 MA=PM
LA
X41 X42 X43 X44 X45 X46 X47 X48
PM SY FI=MEANING.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
MEANING
FR TD 8 4 TD 8 2 TD 4 2 TD 8 6
FR TD 6 4 TD 8 3
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM MEANING
151
SYNTAX VALUE & BELIEF
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=8 NO=200 MA=PM
LA
X49 X50 X51 X52 X53 X54 X55 X56
PM SY FI=VALUE.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
VALUEBELIEF
FR TD 7 2 TD 5 4 TD 7 1 TD 7 5
FR TD 6 3 TD 4 2
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM VALUE & BELIEF
152
SYNTAX FORGIVENESS
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=20 NO=200 MA=PM
LA
X57 X58 X59 X60 X61 X62 X63 X64 X65 X66
X67 X68 X69 X70 X71 X72 X73 X74 X75 X76
PM SY FI=FORGIVENESS.COR
MO NX=20 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
FORGIVENESS
FR TD 15 13 TD 3 1 TD 18 6 TD 6 2
FR TD 16 9 TD 15 8 TD 15 11 TD 7 5
FR TD 3 2 TD 19 15 TD 19 13 TD 20 11
FR TD 4 2 TD 17 12 TD 19 7 TD 19 9
FR TD 9 6 TD 20 18 TD 11 6 TD 13 11
FR TD 19 11 TD 7 4 TD 8 7 TD 13 7 TD 8 1
FR TD 5 1 TD 20 1 TD 19 1 TD 5 3 TD 12 10
FR TD 19 12 TD 17 3 TD 16 1 TD 17 4 TD 18 14
FR TD 14 5 TD 12 3 TD 9 7 TD 16 2 TD 20 4
FR TD 18 16 TD 8 4 TD 11 8 TD 19 8 TD 14 9
FR TD 7 6 TD 18 8 TD 16 7 TD 7 2 TD 20 17
FR TD 8 3 TD 20 12 TD 17 5 TD 18 17 TD 9 8
FR TD 17 13 TD 17 15
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM FORGIVENESS
153
SYNTAX PRIVATE RELIGIOUS PRACTICE
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
X77 X78 X79 X80 X81 X82
PM SY FI=PRP.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PRP
FR TD 5 3 TD 5 2 TD 3 1 TD 6 4
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM PRIVATE RELIGIOUS PRACTICE
154
SYNTAX RELIGIOUS/SPIRITUAL COPING
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=8 NO=200 MA=PM
LA
X83 X84 X85 X86 X87 X88 X89 X90
PM SY FI=RSCOPING.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RELIGIOUSCOPING
FR TD 3 1 TD 8 6 TD 4 2 TD 8 2
FR TD 8 4 TD 6 4 TD 6 2 TD 7 5
FR TD 3 2 TD 4 3 TD 6 1 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM RELIGIOUS/SPIRITUAL COPING
155
SYNTAX RELIGIOUS SUPPORT
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=16 NO=200 MA=PM
LA
X91 X92 X93 X94 X95 X96 X97 X98
X99 X100 X101 X102 X103 X104 X105
X106
PM SY FI=RSUPPORT.COR
MO NX=16 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RSUPPORT
FR TD 7 1 TD 12 10 TD 12 11 TD 10 8
FR TD 13 11 TD 14 12 TD 3 1 TD 15 5
FR TD 12 7 TD 10 6 TD 8 3 TD 7 3 TD 4 3
FR TD 15 4 TD 9 2 TD 14 9 TD 11 9 TD 12 9
FR TD 10 9 TD 11 4 TD 13 8 TD 11 10 TD 15 1
FR TD 5 1 TD 7 5 TD 5 3 TD 15 3 TD 15 7
FR TD 14 3 TD 15 9 TD 9 4 TD 15 2 TD 6 4
FR TD 9 5 TD 6 5 TD 10 7 TD 16 7 TD 13 7
FR TD 16 14 TD 16 12 TD 13 12 TD 15 8 TD 11 8
FR TD 8 7 TD 13 2 TD 13 3
PD
OU SS TV MI AD=OFF
PATH DIAGRAM RELIGIOUS SUPPORT
156
SYNTAX RELIGIOUS HISTORY
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
X107 X108 X109 X110 X111 X112
PM SY FI=RSHISTORY.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RSHISTORY
FR TD 3 1 TD 6 2 TD 4 2 TD 6 4
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM RELIGIOUS HISTORY
157
SYNTAX COMMITMENT
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
X113 X114 X115 X116 X117 X118
PM SY FI=COMMITMENT.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
COMMITMENT
FR TD 5 3 TD 5 2 TD 3 1 TD 5 1
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM COMMITMENT
158
SYNTAX ORGANIZATIONAL RELIGIOUSNESS
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=12 NO=200 MA=PM
LA
X119 X120 X121 X122 X123 X124
X125 X126 X127 X128 X129 X130
PM SY FI=ORG_RELIGIOUS.COR
MO NX=12 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ORG_RELIGIOUS
FR TD 8 6 TD 4 2 TD 10 2 TD 11 10
FR TD 7 1 TD 10 4 TD 6 4 TD 9 3
FR TD 9 8 TD 11 10 TD 12 10 TD 12 7
FR TD 12 9 TD 12 8 TD 6 1 TD 6 3 TD 8 3
FR TD 7 4 TD 5 4 TD 10 8 TD 12 3
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM ORGANIZATIONAL RELIGIOUSNESS
159
SYNTAX RELIGIOUS PREFERENCE
UJI VALIDITAS RELIGIUSITAS
DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
X131 X132 X133 X134 X135 X136
PM SY FI=RELIGIOUS_PREFERENCE.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RPREFERENCE
FR TD 5 3 TD 6 3 TD 6 1
PD
OU SS TV MI
PATH DIAGRAM RELIGIOUS PREFERENCE
160
OUTPUT REGRESI BERGANDA
Regression
[DataSet1] D:\OLAH DATA\REGRESI\DATA REGRESI.sav
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1
R_Preference, Social_Integration, Reliable_Alliance,
DSE, PRP, Attachment, ROW, OFN, Org_Religiousness,
Value_Belief, R_Support, Guidance, R_Coping,
Forgiveness, Commitment, R_History, Meaningb
. Enter
a. Dependent Variable: Resiliensi
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .590a .348 .287 7.82027
a. Predictors: (Constant), R_Preference, Social_Integration, Reliable_Alliance, DSE, PRP, Attachment,
ROW, OFN, Org_Religiousness, Value_Belief, R_Support, Guidance, R_Coping, Forgiveness, Commitment,
R_History, Meaning
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 5940.041 17 349.414 5.713 .000b
Residual 11130.519 182 61.157
Total 17070.560 199
a. Dependent Variable: RESILIENSI
b. Predictors: (Constant), R_Preference, Social_Integration, Reliable_Alliance, DSE, PRP, Attachment,
ROW, OFN, Org_Religiousness, Value_Belief, R_Support, Guidance, R_Coping, Forgiveness, Commitment,
R_History, Meaning
161
KOEFISIEN REGRESI
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 10.432 6.605 1.580 .116
ROW .062 .082 .059 .761 .447
Attachment .125 .091 .105 1.365 .174
Social_Integration -.061 .078 -.051 -.781 .436
OFN .045 .092 .041 .487 .627
Reliable_Alliance -.081 .089 -.074 -.915 .361
Guidance .181 .092 .173 1.965 .051
DSE .049 .065 .051 .753 .453
Meaning .151 .105 .145 1.435 .153
Value_Belief .177 .103 .169 1.716 .088
Forgiveness -.013 .096 -.012 -.131 .896
PRP .018 .084 .016 .215 .830
R_Coping -.029 .105 -.025 -.276 .783
R_Support -.007 .089 -.007 -.084 .933
R_History -.134 .107 -.123 -1.249 .213
Commitment .015 .105 .013 .138 .890
Org_Religiousness .131 .087 .130 1.504 .134
R_Preference .163 .083 .159 1.978 .049
a. Dependent Variable: Resiliensi