PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR ...repository.umrah.ac.id/2266/1/JURNAL.pdfdicatatkan...
Transcript of PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR ...repository.umrah.ac.id/2266/1/JURNAL.pdfdicatatkan...
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR),
KEPEMILIKAN
MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SUB
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016
Neli Yanti1, Tumpal Manik
2
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang
Email : [email protected]
ABSTRACK
This study aims to determine the effect of corporate social responsibility
(CSR), managerial ownership and institutional ownership on firm value. The
value of the company in this study is proxied by the Price Book Value. The
population in this study were all Consumer Goods Industry Sub-Sector
Companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2013-2016. The sampling
technique used in this study was purposive sampling. The results of this study
indicate that corporate social responsibility (CSR) affects the value of the
company while managerial and institutional ownership does not affect the value
of the company. While simultaneously all variables affect the value of the
Company.
Keywords: company value, corporate social responsibility, management
ownership and institutional ownership.
PENDAHULUAN
Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan memiliki tujuan yang jelas,
yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan
merupakan sebuah prestasi bagi para pemegang saham, karena dengan
meningkatnya nilai perusahaan, kesejahteraan pemililk juga akan meningkat.
Tingginya nilai perusahaan dapat ditandai dengan semakin meningkatnya harga
saham. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka
panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar
sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui
pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk
perusahaan yang sudah melakukan go public.
Indonesia tergolong negara dengan jumlah penduduk sangat banyak.
Seiring dengan jumlah penduduk yang besar, tingkat konsumsi masyarakat pun
ikut meningkat. Besarnya jumlah penduduk dan tingkat konsumsi masyarakat
menjadikan Indonesia dikenal dunia sebagai target pasar potensial. Berbagai
macam produk laku laris manis ketika dijual di Indonesia. Mulai dari otomotif,
elektronik, gaya hidup, dan juga barang-barang konsumtif lainnya. Melihat besarnya tingkat konsumsi masyarakat, Indonesia bukan hanya menjadi
target pasar produk-produk luar negeri yang potensial, tetapi juga sebagai target
investasi para investor. Berdasarkan kabar terakhir, sebuah private equity asal
Amerika (KKR) baru saja mengakuisisi 10% kepemilikan di Tiga Pilar Sejahtera,
salah satu perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi (consumer goods). Beberapa tahun sebelumnya, perusahaan – perusahaan sektor konsumsi Indonesia
dikenal tahan terhadap krisis yang sempat terjadi. Pada saat krisis, kinerja dan
pergerakan sahamnya memang ikut turun, tapi tidak begitu signifikan. Setelah itu,
kinerja perusahaan consumer goods ini bisa dapat pulih dengan begitu cepatnya.
Sehingga, di masa harga komoditas perkebunan dan pertambangan belum
membaik, investor pun mulai memperhitungkan consumer goods sebagai
alternatif investasinya. Sepanjang tahun 2014 kinerja penjualan emiten-emiten
sub sektor makanan dan minuman masih mencatatkan kenaikan Rata-rata
pertumbuhan penjualan emiten-emiten ini masih cukup tinggi. seperti penjualan
Tiga Pilar Sejahtera yang tercatat tumbuh 37%. Atau Tri Bayan Tirta yang
mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 47%. Besarnya beban operasional
perusahaan menyebabkan banyak emiten sub sektor makanan dan minuman
mengalami pencatatan laba bersih yang turun signifikan. Misalnya saja Ultrajaya
Milk (ULTJ). Penjualan selama semester pertama tahun 2014 masih tumbuh 13%.
Namun, beban operasional yang meningkat signifikan menjadikan laba bersihnya
tergerus minus 44%. Laba bersihnya menjadi 123 miliar hingga semester pertama
tahun 2014. Padahal, laba bersih ULTJ di semester pertama tahun 2013 mampu
dicatatkan sebesar 219 miliar. Perusahaan Ultrajaya Milk, Mayora Indah (MYOR)
juga ikut mencatatkan pertumbuhan laba bersih negatif. Laba bersih MYOR
menjadi 308 miliar, turun 33% dari 460 miliar pada periode yang sama di tahun
sebelumnya. Meskipun beberapa perusahaan mencatatkan pertumbuhan laba
negatif, namun perusahaan seperti AISA, DLTA, INDF, ROTI, SKLT, dan STTP
masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih positif. (www.idx.co.id).
Fenomena di atas secara langsung dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan jika perusahaan
memperhatikan dimensi ekonomi, social dan lingkungan hidup karena
keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan
ekonomi, lingkungan dan masyarakat.
Dalam skala makro, perusahaan merupakan salah satu penggerak roda
perekonomian suatu negara. Hal ini dilandasi pada kegiatan perusahaan yang
memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri dan secara ekonomis bagi
negara. Namun, disamping memberikan manfaat, perusahaan juga memiliki
dampak yang negatif bagi lingkungan sekitar perusahaan. Dampak tersebut
bisa secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya saja pada perusahaan manufaktur industri barang konsumsi
memberikan dampak berupa polusi baik air, tanah, udara maupun suara pada saat
atau setelah proses produksi berjalan. Populasi juga dapat ditemukan dari limbah
yang tidak dikelola dengan baik. Tentu saja hal ini mengganggu kenyamanan dan
keamanan lingkungan sekitar.
Karena dampak negatif dari hadirnya sebuah perusahaan bukan hal yang
pantas dipandang sebelah mata, maka muncul suatu gagasan untuk memberikan
kompensasi dari perusahaan untuk lingkungan sekitarnya. Gagasan ini yang
disebut dengan Corporate social responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan. Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak terlepas
dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan hubungan
timbal balik antara masyarakat dan perusahaan. perusahaan membutuhkan suatu
respon yang positif dari masyarakat yang diperoleh melalui apa yang dilakukan
oleh perusahaan kepada para stakeholder sebagai etika dalam berbisnis.
Maksudnya bahwa perusahaan tidak hanya berkewajiban terhadap shareholder
saja namun lebih dari itu yakni terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar
sebagai steakholder (Primady dan Wahyudi ,2015).
Corporate social responsibility (CSR) merupakan wujud
pertanggungjawaban dari kegiatan perusahaan yang diatur dalam Undang -
Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang
disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang - Undang Perseroan Terbatas
menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3)
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (www.hukumonline.com). Dengan
adanya peraturan ini, perusahaan khususnya perseroaan terbatas yang bergerak
di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan
tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.
Peraturan mengenai tanggungjawab sosial tersebut dilatar belakangi oleh
kepeduliaan masyarakat global yang semakin besar terhadap produk-produk
ramah lingkungan tetapi tidak diimbangi oleh pelaksanaan corporate social
responsibility (CSR) yang belum dijalankan oleh perusahaan dengan baik. Untuk
itu perusahaan diwajibkan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan
lingkungan, dan bukan hanya mementingkan kepentingan internal perusahaan itu
sendiri. Banyak penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa jumlah
perusahaan yang mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial
(Corporate Social Responsibility) dalam laporan tahunannya semakin bertambah.
Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR
sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Menurut penelitian Lestari dan Fidiana
(2015), Latupono dan Andayani (2015) serta penelitian menurut Primady dan
Wahyudi (2015), menunjukkan bahwa corporate Social Responsibility
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. sedangkan penelitian menurut Dian dan
Lidyah (2014) menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, ada beberapa pihak yang
berperan dalam menentukan kebijakan, seperti manajerial dan institusional. Pihak
manajerial adalah manajer atau direksi, sedangkan pihak institusional adalah
pemegang saham, yang pada umumnya adalah institusional. Pemegang saham
sebagai pemilik perusahaan memberi mandat kepada manajer untuk mengelola
perusahaan yang ia miliki. Manajer sebagai pengelola perusahaan berkewajiban
untuk membuat keputusan terbaik bagi pemegang saham. Menurut penelitian
Afiantoro (2016), serta menurut Latupono dan Andayani (2015) menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. sedangkan
penelitian menurut Primady dan Wahyudi (2015), Dian dan Lidyah (2014) serta
Wibowo (2015) menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
Kepemilikan saham institusional dapat membantu untuk melakukan
pengawasan perusahaan. Dengan demikian, semakin tingginya kepemilikan oleh
institusi akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Hal ini
kemungkinan akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang
dilakukan oleh pihak manajer. Pengawasan oleh institusi diharapkan dapat
mendorong manajer untuk meningkatkan kinerjanya sebagai pengelola
perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi
merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan
tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap
perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang
ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Menurut
penelitian Wibowo (2016) serta Dian dan Lidyah (2014) menunjukkan bahwa
Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. sedangkan
menurut penelitian Afiantoro (2016) menunjukkan bahwa Kepemilikan
Institusional tidak berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dengan adanya perbedaan pendapat dari hasil
penelitian terdahulu maka penulis tertarik ingin mengangkat judul tentang
“Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sub
Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2016.”
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMILIRAN DAN HIPOTESIS
Nilai perusahaan
Menurut Harmono, (2009:50) Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai
harga saham di pasar berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar,
yang merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara
riil. Dikatakan secara rill karena terbentuknya harga di pasar merupakan
bertemunya titik-titik kestabilan kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan
kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga
di pasar modal antara para penjual (emiten) Dan para investor, atau sering disebut
sebagai ekuilibrium pasar. Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar modal
harga saham di pasar disebut sebagai konsep nilai perusahaan.
Harmono, (2009:56) Penilaian surat berharga saham dapat dirinci kedalam
beberapa macam jenis nilai saham, sebagai berikut:
1. Nilai nominal (par value ) adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk
tiap lembar saham.
2. Agio saham (additional paid in capital atau excess of par value adalah
selisih yang dibayar dengan nilai nominalnya.
3. Nilai modal disetor (paid in capital) adalah total yang dibayar oleh
pemegang saham kepada emiten untuk ditukarkan dengan saham biasa
atau preferen.
4. Laba tahan (retained earning) adalah sebagai laba yang tidak dibagikan
kepada pemegang saham untuk ditanamkan kembali ke perusahaan.
5. Nilai buku adalah menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki pemegang
saham dengan memilki satu lembar saham.
6. Nilai pasar adalah harga yang ditentukan oleh pasar pada saat tertentu.
7. Nilai intrinsik atau nilai fundamental adalah nilai saham yang sebenarnya.
Penentuan nilai fundamental ini ada dua pendekatan yang umum
digunakan yaitu analisis fundamental menggunakan data keuangan
perusahaan, misalnya laba, dividen, penjualan, dan sebagainya, Sedangkan
analisis teknikal menggunakan data pasar.
Corporate Social Responsibility
Menurut The World Business Council for Sustainable Devolepment
(WBCSD), Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bisnis untuk
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja
sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,
komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk
pembangunan. Pada dasarnya, CSR merupakan sebuah konsep tentang perlunya
sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan
stakeholder lainnya. Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung
jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdernya, terutama komunitas
atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. CSR berusaha
memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya
(Lestari dan Fidiana, 2015). Pengungkapan tanggung jawab sosial diukur dengan
proksi Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) berdasarkan indikator
Global Reporting Initiative (GRI). CSRI dinilai dengan membandingkan jumlah
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah pengungkapan
yang disyaratkan dalam GRI G3 yang meliputi 79 item pengungkapan.
Kepemilikan Manajerial
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat dipengaruhi
oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan
besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang sekaligus
sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak bertindak sebagai pemegang
saham. Kepemilikan manajerial akan menjadikan manajer ikut merasakan semua
dampak dari pengambilan keputusan yang mereka lakukan,baik merasakan
keuntungan dari pengambilan keputusan yang benar maupun merasakan kerugian
sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Tetapi kepemilikan
saham manajerial akan dapat memicu konflik kepentingan ketika porsi saham
yang dimiliki manajer berlebihan. Untuk menjaga fungsi keseimbangan terhadap
kepemilikan saham maka kepemilikan oleh manajer harus dibatasi dalam jumlah
maksimalnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya kepemilikan
mayoritas oleh manajer yang dapat mempersulit pengawasan tindakan manajer.
Kepemilikan Manajerial diukur dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki
manajer, direksi, komisaris, maupun pihak lain yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputu san perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat dihitung
dengan membagi saham yang dimiliki manajemen dengan seluruh jumlah saham
perusahaan (Latupono dan Andayani, 2015).
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki
oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi, dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki
peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi
antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap
mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan
yang diambil oleh manajer. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan
semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi tersebut untuk
mengawasi manajemen. Akibatnya, akan memberikan dorongan yang lebih besar
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan
meningkat Wibowo (2016). Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara
lain :
1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat
menguji keandalan informasi
2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat
atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
Kerangka Pemikiran
Corporate Social
Responsibility (CSR) (X1)
Kepemilikan Manajerial (X2)
Kepemilikan Institusional (X3)
Nilai Perusahaan (Y)
H1
H2
H3
H4
Pengembangan Hipotesis
H1: Diduga Corporate social responsibility (CSR) berpengaruh terhadap
Nilai perusahaan
Menurut Primady dan Wahyudi (2015) Tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi,
sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan
antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dimensi
tersebut terdapat di dalam penerapan CSR yang dilakukan perusahaan sebagai
bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar
perusahaan. Pelaksanaan corporate social responsibility akan meningkatkan nilai
perusahaan dilihat dari harga saham dan laba perusahaan (earning) sebagai akibat
dari para investor yang menanamkan saham di perusahaan.
H2 : Diduga Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
Menurut Wibowo (2016) Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana
manajer memiliki daham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut
sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. dalam laporan keuangan, keadaan
ini ditunjukkan dengan besarnya presentase kepemilikan saham oleh manajer.
H3 : Diduga Kepemilikan Institusional Berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan Menurut Apiantoro (2016) Kepemilikan institusional adalah saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, dana pensiun,
pemerintah, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain. Kepemilikan
institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan
adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal. Kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Semakin tinggi kepemilikan
institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak
eksternal terhadap perusahaan,sehingga semakin berkurang agency cost yang
terjadi di dalam perusahaan maka akan meningkatkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar
berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan
refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Nilai
perusahaan dapat rumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009:50). Nilai
perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dan
ekuitasnya. Selain itu, dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total
modal perusahaan agar nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan (Primady
dan wahyudi, 2015). Penelitian ini menggunakan price book value untuk
mengukur nilai perusahaan.
Adapun rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :
(Arifin, 2007:89), Nilai buku dihitung dengan :
Variabel Independen
Corporate Social Responsibility (CSR) CSR dalam sustainability report. Pengungkapan tanggung jawab sosial
diukur dengan proksi Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) berdasarkan
indikator Global Reporting Initiative (GRI). CSRI dinilai dengan membandingkan
jumlah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah
pengungkapan yang disyaratkan dalam GRI G3 yang meliputi 79 item
pengungkapan. GRI terbagi dalam beberapa kategori pengungkapan yang meliputi
ekonomi, lingkungan, praktik kerja, hak asasi manusia, sosial dan tanggung jawab
terhadap produk (Lestari dan Fidiana, 2015). Metode perhitungan CSRI
menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrumen
penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan dan diberi nilai 0 jika tidak
diungkapkan. Langkah selanjutnya setelah pemberian skor adalah menjumlahkan
setiap item yang diungkapkan oleh perusahaan dan membaginya dengan jumlah
pengungkapan menurut GRI. Perhitungan CSRI dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
CSRIj = Nilai CSR perusahaan j
Ʃnj = jumlah item pengungkapan pada perusahaan j (79 item)
k = jumlah skor maksimal,jika di ungkapkan diberi nilai 1, jika tidak d
ungkapkan diberi nilai 0.
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti
dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan (Apiantoro,
2016). Variabel kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan rumus :
𝑃𝐵𝑉 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
𝐶𝑆𝑅𝐼𝑗 =Ʃnj
𝑘
𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang
saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme
monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer
(wibowo, 2016).
Variabel kepemilikan Institusional diukur dengan menggunakan rumus :
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 37 perusahaan Industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 sampai 2016.
Sampel Penelitian
Menurut Ghozali (2008:73) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode penentuan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purpose sampling adalah
pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan
pertimbangan tertentu umum nya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun
kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan Sub Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2013-2016.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan tahunan 2013-2016.
3. Perusahaan memiliki data secara lengkap pada tahun 2013-2016 berkaitan
dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu Corporate
Social Responsbility, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional
selama tahun 2013-2016.
Berdasarkan Kreteria diatas, maka didapat jumlah sampel sebanyak 48
perusahaanselama tahun 2013-2016 yang memenuhi kriteria yang ditepatkan
penulis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Statistik Deskriptif
b. Uji Asumsi Klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser. Dan uji Autokorelasi
c. Untuk mengetahui pengaruh setiap variabel yaitu Corporate Social
Responsbility, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
terhadap Nilai Perusahaan dapat digunakan metode analisis regresi
berganda dengan persamaan regresi sebagai berikut :
= b1x1 + b2x2 + b3x3 + e........
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan
= Corporate social Responsibility
= Kepemilikan Manajerial
𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= Kepemilikan Institusional
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive
Sampling maka didapat sampel sebanyak 12 perusahaan. Jumlah observasi
adalah sebanyak 48 yang diperoleh dari 12 x 4 (perkalian antara jumlah
perusahaan dengan periode pengamatan).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uji Statistik Deskriptif
Uji Statistik adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standart deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewnes dari variabel-variabel independen dan
dependen yang menggunakan SPSS Versi 20.0
Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LNY 48 -1,26 1,91 ,2793 ,82753 CSR 48 ,02532 ,20250 ,0838572 ,04594642 KM 48 ,00000 ,75547 ,1253964 ,20413804 KI 48 ,00920 ,96090 ,6647396 ,24645237
Valid N (listwise) 48
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation ,73160414
Most Extreme Differences Absolute ,132 Positive ,132 Negative -,101
Kolmogorov-Smirnov Z ,918 Asymp. Sig. (2-tailed) ,369
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarakan tabel 4.4 nilai signifikan > dari 0,05 besarnya nilai
kolmogorove-smirnov adalah 0,918 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,369
hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal
Uji Multikolinieritas
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant ) -,298 ,799 -,373 ,711
CSR 7,436 2,538 ,413 2,931 ,005 ,894 1,118
KM ,807 1,063 ,199 ,760 ,452 ,258 3,870
KI -,223 ,874 -,066 -,255 ,800 ,262 3,813
a. Dependent Variable: LNY
Berdasar tabel diatas, menunjukkan hasil pengujian multikolonieritas
dapat dilihat bahwa Corporate social Responsibility (CSR) memiliki nilai
tolerance sebesar 0.894 > dari 0,10 dan nilai VIF sebesar 1.118 < 10%,
Kepemilikan Manajerial memiliki nilai tolerance sebesar 0.258 > 10% dan nilai
VIF sebesar 3,870 < 10%. Kepemilikan Institusional memiliki nilai tolerance
sebesar 0.262 > 10% dan nilai VIF sebesar 3,813 < 10%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi multikolonieritas dikarenakan
seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance berada diatas 10% VIF
kurang dari 10% maka regresi yang ada layak untuk digunakan.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,854 ,404 2,116 ,040
CSR -1,002 1,283 -,124 -,781 ,439
KM -,274 ,537 -,150 -,510 ,613
KI -,170 ,442 -,112 -,384 ,703
a. Dependent Variable: ABS
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa data yang diuji dengan uji
glejser memmiliki nilai signifikansi untuk semua variabel independen atau
variabel bebas bahwa nilai signifikansinya diatas 5%. Baik pada variabel
Corporate social responsibility (CSR) 0,439 > 0,05, Kepemilikan manajerial
(KM) 0,613 > 0,05, dan Kepemilikan Institusional (KI) 0,703 > 0,05, semuanya
memiliki nilai signifikansi di atas 5% atau 0.05. Maka model penelitian terbebas
dari masalah heteroskedatisitas, dimana setiap variabel independen (Corporate
social responsibility, Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional)
signifikasi lebih dari 0,05.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,467a ,218 ,165 ,75613 1,705
a. Predictors: (Constant), KI, CRS, KM
b. Dependent Variable: LNY
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson 1,705, dimana
nilai Durbin Watson terletak antara. Nilai Du sebesar 1,474. Nilai 4-DU=
2,526.maka DU < D < 4-DU atau 1,474 < 1,705 < 2,526, sehingga persamaan
regresi ini memenuhi syarat bebas dari autokorelasi.Dapat disimpulkan dari
penjelasan diatas bahwa persamaan regresi terbebas dari autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Analisis Regresi Berganda
Model regresi berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya
pengaruh antara dua atau lebih varaiabel independen terhadap satu varaibel
dependen dan memprediksi variabel dependen dengan mengguanakan varaiabel
independen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda
dikarenakan variabel yang digunakan terdiri dari suatu variabel dependen dan tiga
variabel independen.
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,298 ,799 -,373 ,711
CSR 7,439 2,538 ,413 2,931 ,005
KM ,807 1,063 ,199 ,760 ,452
KI -,223 ,874 -,066 -,255 ,800
a. Dependent Variable: LNY
Berdasarkan tabel diatas maka dianalisis model regresi linear berganda sebagai
berikut :
NP = - 0,298 + 7,439CSR +0,807KM - 0,223KI + e
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan :
1. Nilai Konstanta sebesar - 0,298 artinya jika semua variabel independen
adalah nol maka nilai persamaan - 0,298.
2. Koefisien regresi CSR (Corporate social Responsibility) sebesar 7,439
mempunyai hubungan yang tidak searah dengan nilai perusahaan artinya
jika variabel CSR meningkat 1 satuan maka variabel nilai perusahaan
menurun 7,439 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya
konstanta
3. Koefisien Regresi KM (Kepemilikan Manajerial) sebesar 0,807
mempunyai hubungan yang tidak searah dengan nilai perusahaan artinya
jika variabel Kepemilikan manajerial meningkat 1 satuan maka varaibel
nilai perusahaan menurun 0,807 satuan dengan asumsi variabel
independen lainnya konstanta
4. Koefisien Regresi KI (Kepemilikan Manajerial) sebesar - 0,223
mempunyai hubungan yang searah artinya jika variabel kepemilikan
institusional menurun 1 satuan maka variabel nilai perusahaan meningkat
0,223 dengan asumsi variabel lainnya tidak konstanta.
Uji Hipotesis
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,298 ,799 -,373 ,711
CSR 7,439 2,538 ,413 2,931 ,005
KM ,807 1,063 ,199 ,760 ,452
KI -,223 ,874 -,066 -,255 ,800
a. Dependent Variable: LNY
Dari hasil tabel diatas dapat menjelaskan bahwa:
a) Corporate Social Responsibility (CSR) menunjukkan thitung sebesar 2,931 >
ttabel sebesar 2,01063 dan signifikan (p value = 0,005 < α = 0,05), maka
H0 ditolak dan H1 diterima.yang berarti varaibel Corporate Social
Responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
b) Kepemilikan Manajerial (KM) menunjukkan thitung sebesar 0,760 < ttabel
sebesar 2,01063 dan signifikan (p value = 0,452 > α = 0,05), maka H0
diterima dan H1 ditolak. yang berarti variabel Kepemilikan Manajerial
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
c) Kepemilikan Institusional (KI) menunjukkan thitung sebesar – 0,255 > ttabel
– 2,01063 dan signifikan (p value = 0,800 > α = 0,05), maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Yang berarti variabel Kepemilikan Institusional tidak
berpengaruh terrhadap nilai perusahaan.
Uji Sigfikansi Simultan ( Uji - f )
Hasil Uji F atau Uji Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 7,022 3 2,341 4,094 ,012b
Residual 25,156 44 ,572
Total 32,179 47
a. Dependent Variable: LNY
Dari tabel hasil uji f tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
sebesar 0,012 < 0,05 dan fhitung 4,094 > 2,80, maka Ha diterima dan H0 ditolak.
Dengan ini dapat dikatakan bahwa ketiga variabel indepanden yaitu Corporate
Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
secara simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu nilai perusahaan.
Uji Determinasi
Hasil Uji determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,467a ,218 ,165 ,75613
a. Predictors: (Constant), KI, CRS, KM
b. Dependent Variable: LNY
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil nilai koefisien determinan
(adjusted R2
) adalah sebesar 0,165. Hal ini menunjukkan bahwa 16,5% dari nilai
perusahaan dipengaruhi oleh Corporate Sosial Responsibility, Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusi. Dan sisanya 83,2% dipengaruhi variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Nilai
perusahaan
Hipotesis pertama yang diajukan oleh peneliti adalah Corporate Social
Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada perusahaansub
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2016. berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat
diSbuktikan bahwa hipotesis pertama dapat diterima dengan hasil penelitian
bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Primady
dan Wahyudi (2015) menyatakan Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi,
sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan
antara kepentingankepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dimensi
tersebut terdapat di dalam penerapan Corporate Social Responsibility yang
dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian
terhadap lingkungan di sekitar perusahaan. Pelaksanaan corporate social
responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan
laba perusahaan (earning) sebagai akibat dari para investor yang menanamkan
saham di perusahaan., Lestari dan Fidiana (2015) menyatakan Nilai perusahaan
akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan
memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena
keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan
ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dimensi tersebut terdapat di dalam
penerapan CSR yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban
dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar perusahaan, karena besar kecilnya
praktik CSR mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan, serta Latupono dan
Andayani (2015) menyatakan semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang
dilakukan, maka nilai nilai perusahaan akan semakin tinggi. Dengan adanya
pengungkapan CSR, maka stakeholder akan memberikan apresiasi positif yang
ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan
menyebabkan nilai perusahaan meningkat.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis kedua yang diajukan oleh peneliti adalah pengaruh Kepemilikan
Manajerial terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan sub sektor Industri barang
konsumsi yang terdftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016. berdasarkan
dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan bahwa
hipotesis kedua tidak dapat diterima atau ditolak dengan hasil penelitian bahwa
Kepemilikan Manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dian dan Lidyah (2014)
menyatakan Semakin tinggi kepemilikan manajerial suatu perusahaan belum tentu
mampu meningkatkan nilai perusahaan, karena hal tersebut juga menunjukan
bahwa sedikitnya pengaruh dari investor terhadap perusahaan maka perusahaan
sulit untuk berkembang dan meningkatkan nilai perusahaannya. Selain ini dengan
kepemilikan manajerial yang tinggi memungkinkan meningkatnya manajemen
melakukan kecurangan-kecurangan. Dan juga sejalan dengan penelitian Wibowo
(2016) menyatakan jumlah kepemilikan manajerial yang rendah menyebabkan
pihak manajemen lebih mementingkan kepentingannya sendiri dari pada
kepentingan perusahaan. Jumlah kepemilikan saham yang belum signifikan
tersebut menyebabkan manajer lebih mementingkan tujuannya sebagai seorang
manager dari pada sebagai pemegang saham. Karena pihak manjemen mempunyai
jumlah saham yang sedikit sehingga pihak manajemen tidak merasa mempunyai
perusahaan dan mengakibatkan pihak manajemen mementingkan kepentingan
pribadinya, sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap nilai Perusahaan
Hipotesis ketiga diajukan oleh penelin ini adalah Kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada perusahaan sub
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-
2016. berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti dapat
dibuktikan bahwa hipotesis ketiga tidak dapat diterima atau ditolak dengan hasil
penelitian bahwa Kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Afiantoro ( 2016 ) menyatakan belum
sepenuhnya institusi memiliki informasi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga
perusahaan sulit dikendalikan oleh institusional. Jumlah pemegang saham yang
besar, belum tentu efektif dalam memonitor perilaku perusahaan, sehingga
kepemilikan institusional belum mampu menjadi mekanisme untuk menigkatkan
nilai perusahaan.
Pengaruh Corporate Social Responsibility ( CSR ), Kepemilikan Manajerial,
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah Corporate Social
Responsibility (CSR), Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, berdasarkan uji f diperoleh nilai fhitung
sebesar 4,094 dan ftabel 2,20 dengan signifikan sebesar 0,012. Dengan demikian
dapat diketahi fhitung > ftabel (4,094 > 2,20) dengan signifikansi 0,012 < 0,05 yang
menunjukkan varaibel Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial
dan Kepemilikan Institusional secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
PENUTUP DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti pada
bab sebelumnya, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
2. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
3. Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
pada pada perusahaan sub sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
4. Corporate Social Responsibility (CSR), Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional secara bersama – sama berpengaruh terhadap
nilai perusahaan pada pada perusahaan sub sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
Keterbatasan Penelitian
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya menggunakan
4 tahun pengamatan (2013-2016) .
2. Penelitian ini hanya menggunakan CSR, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional sebagai variabel bebas dalam pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan.
Saran
1. Bagi Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode
penelitian untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel penelitian lainnya dengan
pengukuran yang lebih baik agar hasil yang diperoleh akan menjadi lebih
baik.
3. Populasi penelitian selanjutnya tidak hanya perusahaan sub sektor industri
barang konsumsi.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya menggunakan price book
value (PBV) sebagai pengukuran dalam mencari nilai perusahaan, perlu
ditambahkan dengan pengukuran lain.