pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance
Transcript of pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
TAX AVOIDANCE
(STUDI PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2008)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
NURALIFMIDA AYU ANNISA
NIM.F0307108
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
TAX AVOIDANCE
(STUDI PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2008)
Surakarta, 25 Februari 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
(Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak.)
NIP. 19800530 200501 2 016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, 29 Maret 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Drs. Yacob Suparno, M.Si., Ak. ( .................................. ) NIP. 19521011 198003 1 002 Ketua
2. Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak. ( .................................. ) NIP. 19800530 200501 2 016 Pembimbing
3. Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak. ( .................................. ) NIP. 19720305 199702 1 001 Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku
dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan (Yasin : 22).
Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka
itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah,
(yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid
dan orang-orang saleh. Maka itulah teman yang sebaik-baiknya.
(An-Nisa : 69)
"Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang kita miliki, tetapi selalu menyesali apa yang belum kita capai"
(Schopenhauer)
Kita sering berpura-pura menemui kesulitan dalam mencapai cita-cita.
Padahal sebenarnya, sangat suit menghindar dari kesempatan yang
datang silih berganti. (Julia Cameron)
Seberapa lamapun aku hidup, tidak akan pernah ada masa yang
membosankan. (Harriet Doerr)
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Aku persembahkan karya kecilku ini untuk:
^^Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya--
^^Papa , Mama, dan keluargaku--
^^My LitSist Sheila--
^^My Boo Looneeto”--
^^All My Friends --
^^Almamaterku-UNS--
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP TAX AVOIDANCE.
Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan
dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Ibu Lulus Kurniasih, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Yacob Suparno, M.Si., Ak. dan Bapak Sri Suranta, S.E., M.Si.,
Ak. selaku tim penguji skripsi.
5. Papa dan Mama tercinta, terima kasih buat doa dan kepercayaan yang telah
diberikan, Ayu akan berusaha melakukan yang terbaik untuk membahagiakan
kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Eyang putri yang selalu mendoakan Ayu dan mengingatkan sholat sehingga
bisa jadi manusia yang soleha dan bertakwa kepada Allah SWT..
7. Adikku tercinta, Sheila terima kasih karena selalu menemani berkeluh kesah,
jalan-jalan, nonton film korea, belanja buat refreshing biar gak jenuh
menjalani rutinitas.
8. Someone Spc, Tomi, terima kasih atas pengertian, perhatian dan curahan
kasih sayang hingga aku bisa seperti sekarang -18.07.06- .
9. Dewi, Wulan, Nia, Katrin, Lidya, dll sahabatku dimasa sekolah, yang telah
membantu menghilangkan penatku dan segalanya sehingga aku bisa selesai
kuliah sampai saat ini..
10. Irla, Nhani, dan Anis sahabatku semoga kita sukses bersama, terima kasih
buat bantuannya selama ini, tanpa ada kalian bertiga, mungkin aku ga akan
bisa seperti ini..
11. Peka, Angga, Adhi, Rudi, dan Handoko (KTB-ers) terima kasih atas canda
tawa dan kebersamaannya..
12. Kakak-kakakuu Cece Putcy, Coco Denny, dll yang udah minjemin buku, share
data dan gak bosen aku tanyain, terima kasih atas bantuan kalian dan semoga
sukses menggapai masa depan..
13. Teman-teman jauhku Achie dan Maria yang selalu nemenin ngobrol saat
menunggu lama untuk men-download data.
14. Teman-teman Accounting Society Agen 007 yang tak pernah bisa kulupakan,
tetap semangat dan jangan lupakan slogan kita semua “Who is the Best?”
15. Semua sobat-sobatku yang selalu bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran
dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
16. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ...................................................................................................... i
PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................ iii
MOTTO .................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xiv
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
D. Motivasi Penelitian ........................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian…...................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan……………………………………………. 10
II. TELAAH LITERATUR
A. Pengertian Corporate Governance............................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
B. Pengertian Tax Avoidance.............................................................. 15
C. Pengukuran Corporate Governance............................................... 20
1. Kepemilikan Institusional......................................................... 21
2. Struktur Dewan Komisaris........................................................ 23
3. Komite Audit............................................................................. 25
4. Kualitas Audit............................................................................ 27
D. Pengukuran Tax Avoidance............................................................. 30
1. Book Tax Gap............................................................................ 30
2. Akuntansi Pajak Penghasilan di Indonesia dan PSAK No. 46.. 31
E. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis.......... 32
III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 41
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data........................... 41
C. Jenis dan Sumber Data..................... ............................................... 43
D. Definisi Variabel dan Pengukurannya............................................. 44
1. Variabel Independen................................................................... 44
a. Kepemilikan Institusional..................................................... 44
b. Struktur Dewan Komisaris................................................... 45
c. Komite Audit....................................................................... 45
d. Kualitas Audit...................................................................... 46
2. Variabel Dependen.................................................................... 46
E. Metode Analisis Data .................................................................... 47
1. Statistik Deskriptif.................................................................... 47
2. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................ 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a) Pengujian Normalitas .................................................... 47
b) Pengujian Multikolinearitas .......................................... 47
c) Pengujian Autokorelasi ................................................. 48
d) Pengujian Heteroskedastisitas ....................................... 49
3. Uji Hipotesis............................................................................. 50
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data……….. ................................................................ 51
1. Seleksi Sampel.................................................................... 51
2. Statistik Deskriptif.............................................................. 53
B. Uji Asusmsi Klasik ....................................................................... 55
1) Uji Normalitas ........................................................................ 55
2) Uji Multikolinearitas ………………………………….....…. 57
3) Uji Autokorelasi …………………………………….……… 57
4) Uji Heteroskedastisitas ……………………………………… 59
C. Uji Hipotesis ................................................................................. 59
1) Uji Ketepatan Perkiraan (R2)................................................... 59
2) Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F) .................................. 60
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t ) …………..….. 61
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 67
B. Keterbatasan ................................................................................ 68
C. Rekomendasi................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
IV.1 Seleksi Pemilihan Sampel ......................................................... 52
IV.2 Statistik Deskriptif ................................................................... 53
IV.3 Hasil Uji Normalitas Data ........................................................ 56
IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................... 57
IV.5 Hasil Uji Autokorelasi................................................................ 58
IV.6 Hasil Ketepatan Perkiraan (Uji R2)............................................ 60
IV.7 Hasil Uji Signifikansi-F ............................................................. 61
IV.8 Hasil Uji Signifikansi-t .............................................................. 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1 Kerangka Teoritis Hubungan Antar Variabel............................ 39
IV.1 Uji Heteroskedasitas (Skatterplot) ............................................. 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Tahun 2008
Lampiran 2 Hasil Uji Analisis Regresi SPSS 16.0
Lampiran 3 Book Tax Gap (Tax Avoidance)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
NURALIFMIDA AYU ANNISA
NIM. F0307108
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE
(STUDI PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2008)
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari corporate governance terhadap aktivitas tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008. Sampel penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 sebanyak 200 perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis data dan analisis regresi dari elemen-elemen corporate governance dan tax avoidance.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa elemen corporate governance yang terdiri dari kualitas audit dan komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas tax avoidance yang diproksikan dengan book tax gap. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa aktivitas tax avoidance tidak dipengaruhi secara signifikan oleh kepemilikan institusional dan dewan komisaris. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak mengunakan variabel jenis industri sebagai variabel control sehingga tidak dapat mengidentifikasi pengaruh langsung jenis industri terhadap tax avoidance. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah penggunaan proksi corporate governance secara terpisah sehingga tidak dapat menangkap pengaruh corporate governance secara utuh.
Kata kunci : corporate governance, tax avoidance, book tax gap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
NURALIFMIDA AYU ANNISA
NIM. F0307108
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE ON TAX AVOIDANCE
(STUDIES ON COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2008)
This study aims to find out how the influence of the corporate governance of tax avoidance activity in companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2008. The samples are publicly traded company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008 as many as 200 companies. This study uses data analysis and regression analysis of the elements of corporate governance and tax avoidance.
The results of this study show that the elements of corporate governance that consist of audit quality and audit committee significantly influence the activity of tax avoidance as measured using proxy book tax gap. Other results show that the tax avoidance activity as measured with proxy book tax gap are not affected significantly by institutional ownership and board of commissioners. Limitation of this study is not to use each type of industries as control variable so can’t identify the direct effect from type of industry on tax avoidance. Another limitation of this study is use corporate governance’s proxy separately, so it can’t capture the full effect of corporate governance.
Key words : corporate governance, tax avoidance, book tax gap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua sektor mengalami perubahan yang signifikan di era globalisasi
sekarang ini terutama adalah sektor ekonomi dan bisnis. Beberapa perubahan
yang terjadi menuntut perusahaan-perusahaan berusaha untuk memperbaiki
dan meningkatan kinerjanya. Sulistyanto & Lidyah (2002) dalam artikelnya
memaparkan bahwa dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia
dan International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan konsep good
corporate governance (GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat.
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang
menentukan arah kinerja perusahaan (Haruman, 2008). Isu mengenai
corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun
1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak
yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh
sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di
Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan
perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance.
Secara definisi corporate governance merupakan suatu sistem yang dapat
meningkatkan nilai tambah (value added) bagi para pemegang saham. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengindikasikan bahwa semakin baik mekanisme corporate governance
yang dilakukan perusahaan maka nilai tambahnya semakin besar. Indonesia
mulai menerapkan corporate governance setelah menandatangani Letter of
Intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah
pencatuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di
Indonesia (YPPMI & SC, 2002). Sejalan dengan hal tersebut, Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk
menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional.
Sebuah perusahaan merupakan Wajib Pajak sehingga kenyataannya bahwa
suatu aturan struktur corporate governance mempengaruhi cara sebuah
perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya, tetapi di sisi lain
perencanaan pajak tergantung pada dinamika corporate governance dalam
suatu perusahaan (Friese, Link dan Mayer, 2006).
Mengukur penghindaran pajak sulit dilakukan dan data untuk pembayaran
pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak sulit didapat untuk itu perlu
pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya dibayar perusahaan
kepada pemerintah, oleh karena itu dalam penelitian mereka mengadopsi
pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen penghindaran
pajak yaitu dengan memulai menghitung perbedaan laba akuntansi dengan
penghasilan / laba kena pajak (gap between financial and taxable income),
perbedaan yang dilaporkan ke pemegang saham atau investor menggunakan
GAAP/SAK, sedangkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perpajakan, perbedan ini terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai dan
Dharmaphala, 2007).
Menurut prinsip-prinsip Organization for Economic Cooperation and
Development atau OECD (2004) 31, IC Annotations state
“Corporate governance requirements and practices are typically influenced by an array of legal domains, such as company law, securities regulation, accounting and auditing standards, insolvency law, contract law, labor law and tax law. Under these circum-stances, there is a risk that the variety of legal influences may cause unintentional overlaps and even conflicts, which may frustrate the ability to pursue key corporate governance objectives. It is important that policy-makers are aware of this risk and take measures to limit it."
Menurut kutipan diatas maka Friese, Link dan Mayer (2006) menjelaskan
bahwa betapa pentingnya untuk menganalisis interaksi antara corporate
governance dengan sistem pajak. Secara spesifik, yang ingin diketahui antara
lain pengaruh corporate governance terhadap strategi perpajakan yang
dilakukan oleh perusahaan.
Aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan
dalam upaya semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak perusahaan
(Khurana dan Moser, 2009). Tax avoidance merupakan suatu strategi pajak
yang agresif yang dilakukan oleh perusahaan dalam memimalkan beban pajak,
sehingga kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda
dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik. Dilakukannya tax avoidance
oleh Friese, Link dan Mayer (2006) sebagai suatu kesalahan alokasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadi di dunia nyata, kemerosotan etika bisnis, hilangnya independensi
auditor dan interferensi dengan suatu sistem kendali.
Kegiatan tax avoidance ini akhir-akhir ini diperkirakan akan menjadi hal
penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Menurut Desai dan
Dharmapala (2007) pertanyaan terkait kegiatan tax avoidance kini antara lain
apakah kegiatan ini menarik minat para pemegang saham atau tidak, jika
aktivitas tax avoidance ini meningkatkan biaya, maka pertanyaan yang relevan
adalah apakah ada transfer nilai dari perusahaan ke pemegang saham. Hal ini
memunculkan anggapan luasnya literatur terkait dengan efek corporate
governance terkait penghindaran pajak ini terhadap pengambilan keputusan
keuangan.
Corporate governance memiliki karakteristik meliputi beberapa disiplin
ilmu antara lain : ilmu keuangan, ekonomi, akuntansi dan manajemen. Dalam
beberapa analisanya corporate governance dibagi menjadi dua yaitu corporate
governance internal dan eksternal (Sartori, 2010). Internal corporate
governance mengacu pada interaksi dari perusahaan dengan para dewan
direksi, manajemen senior dan auditor eksternal. Eksternal corporate
governance berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dengan para
pemegang saham.
Penelitian terhadap hubungan langsung antara corporate governance
dengan tax avoidance masih jarang dijumpai di Indonesia karena keterbatasan
data mengenai pajak badan usaha (corporate tax) yang dibayar perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dilaporkan pada laporan keuangan khususnya laporan arus kas belum
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, karena laporan arus kas untuk
pembayaran pajak bercampur dengan pajak-pajak yang lain yang menjadi
kewajiban perusahaan seperti pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan
bangunan, denda dan sangsi pajak (Pohan, 2008). Dalam tulisan ini penulis
berusaha menginvestigasi sejauh mana aktivitas corporate governance
mempengaruhi perilaku perusahaan dalam menentukan strategi perpajakannya
melalui kegiatan tax avoidance dengan sampel perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008.
Penelitian Desai dan Dharmapala (2007) menjelaskan bahwa dari segi
tradisional, mekanisme tax avoidance harus meningkatkan nilai pemegang
saham dan sebuah perspektif agency menyatakan bahwa tax avoidance
menyediakan prediksi yang berbeda. Secara spesifik corporate governance
menjadi determinan yang penting dari penilaian yang dimaksudkan untuk
penghematan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Sartori (2010) terkait
pengaruh strategi perpajakan terhadap corporate governance menjelaskan
bahwa apabila suatu perusahaan memiliki suatu mekanisme corporate
governance yang terstruktur dengan baik maka akan berbanding lurus dengan
kepatuhan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pajak tidak hanya mempengaruhi corporate governance, ada juga efeknya
yang mengacu ke arah yang lain. Sistem corporate governace dan budaya
perusahaan memiliki efek pada cara perusahaan menangani urusan pajaknya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terutama pengaruh pendekatan perusahaan terkait perencanaan pajak dan
kepatuhan terhadap pajak (Sartori, 2010).
Dilihat perspektif ekonomi makro menurut Friese, Link dan Mayer (2006)
menginginkan agen ekonomi melakukan segala sesuatunya sesuai dengan
hukum, jika tidak sesuai dengan hukum, maka pemerintah tidak mampu
memberikan dasar yang stabil bagi pasar untuk dapat beroperasi sebagaimana
mestinya. Adanya celah dari suatu hukum pajak yang dianggap ambigu
membuat perusahaan secara tidak langsung memanfaatkan celah yang
dihasilkan oleh ambiguitas tersebut, terlepas dari paham atau tidaknya Wajib
Pajak yang telah melakukan pelanggaran hukum dengan menggunakan celah
dari peraturan perpajakan untuk meminimalkan beban pajaknya.
Dalam beberapa tahun terakhir otoritas pajak tampaknya telah berusaha
dengan semaksimal mungkin tidak hanya menegakkan batas yang jelas antara
penghindaran pajak dan penggelapan pajak dalam upaya perencanaan pajak,
tetapi juga untuk mencegah Wajib Pajak masuk kedalam celah ambiguitas
yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan (Bovi, 2005). Tujuannya untuk
mencegah Wajib Pajak menggunakan struktur penilaian terhadap status
hukum yang tampak ambigu tersebut sehingga dapat diterima sebagai upaya
perencanaan pajak tetapi ternyata malah melanggar peraturan itu sendiri.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut maka dilakukan berbagai macam
tindakan antara lain diadakannya audit intensif, tekanan prosedural, publisitas
yang mempengaruhi reputasi, dll. Untuk mencegah tax payer tidak
memanfaatkan peluang perencanaan dari hukum pajak, maka kekuasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
otoritas pajak yang menentukan sudut pandang perilaku pajak yang dapat
diterima. Otoritas pajak mendasarkan definisi tersebut pada interpretasi
mereka terhadap hukum pajak yang ada. Menggunakan cara ini otoritas pajak
mengambil alih kompetensi pengadilan yang menentukan interperetasi
otoritatif dari hukum pajak yang dapat menghalangi Wajib Pajak dari
penyimpangan interpretasi dari otoritas pajak.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian terkait dengan
pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance. Menggunakan
referensi penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hal ini
dilakukan mengingat minimnya penelitian terkait dengan corporate
governance dan tax avoidance yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti
yang ada di luar negeri dan di dalam negeri yaitu di Indonesia maka masalah
yang hendak dijawab melalui penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan
kepemilikan institusional terhadap tindakan tax avoidance?
2. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan
prosentase dewan komisaris independen terhadap tindakan tax avoidance?
3. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan
jumlah dewan komisaris terhadap tindakan tax avoidance?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan
komite audit terhadap tindakan tax avoidance?
5. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan
kualitas audit terhadap tindakan tax avoidance?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah ingin mengetahui
bagaimana pengaruh dari corporate governance terhadap aktivitas tax
avoidance pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008.
D. Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan motivasi karena beberapa penelitian
mengenai pengaruh dari corporate governance terhadap kegiatan tax
avoidance masih minim dilakukan di Indonesia. Saat ini isu mengenai
corporate governance dan tax avoidance masih merupakan isu menarik untuk
diperbincangkan, karena Indonesia menerapkan self assessment system dalam
pembayaran pajaknya, yaitu Wajib Pajak berkewajiban untuk menghitung
sendiri, membayar sendiri dan melaporkan sendiri pajaknya, sehingga ada
kemungkinan bahwa Wajib Pajak menyimpulkan sendiri arti atau interpretasi
dari peraturan pajak yang ada, sehingga secara sengaja atau tidak, ada
kemungkinan bahwa Wajib Pajak dapat memanfaatkan celah dari peraturan
perpajakan kedalam tindakan perencanaan pajak. Ternyata menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
interpretasi oleh otoritas pajak merupakan tindakan penghindaran pajak atau
penggelapan pajak. Resiko yang ditimbulkan dapat merugikan dari segi
financial karena besarnya denda bisa lebih besar dari besarnya beban pajak
yang seharusnya dibayarkan dan membuat citra buruk perusahaan di mata
khalayak apabila dipublikasikan.
Motivasi lain dalam melaksanakan penelitian ini adalah memberikan suatu
gambaran baru terkait pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance
di Indonesia. Mengingat sulit diperolehnya referensi terkait pengaruh
corporate governance terhadap tax avoidance, menunjukkan masih sedikit
pengkajian yang dilakukan oleh peneliti yang ada di Indonesia terkait
pengaruh corporate governance terhadap aktivitas tax avoidance.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian mengenai corporate governance dan tax avoidance ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Dapat menjadi tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian
selanjutnya terkait pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance
di Indonesia.
2. Bagi manajemen perusahaan di Indonesia dapat menjadi masukan dan
dorongan bahwa betapa pentingnya pengaruh penerapan corporate
governance terhadap kegiatan tax avoidance dalam kegiatan operasional
perusahaan, sehingga dapat mencegah perusahaan terjerumus dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lingkar ambiguitas yang terdapat dalam peraturan perpajakan antara
kegiatan yang legal maupun ilegal dalam perencanaan pajaknya. Hal ini
dapat meminimalkan resiko yang diterima oleh perusahaan terkait hal
tersebut, jadi manajemen dapat merancang suatu mekanisme corporate
governance yang sesuai dengan perusahaannya dan dapat terhindar dari
penyimpangan hukum pajak dalam kegiatan menetukan besarnya pajak
yang harus dibayarkan pada negara.
3. Bagi investor di Indonesia dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
menilai bagaimana kecenderungan tax avoidance dilihat dari sisi
corporate governance dari suatu perusahaan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun secara teratur dalam bab per bab yang mana
masing-masing bab telah terbagi menjadi beberapa subbab, tujuannya untuk
mempermudah pembahasan dan pembaca dalam memahami garis besar
penelitian ini. Isi dan pembahasan ini disajikan dalam bentuk sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan, motivasi dan manfaat penelitian.
BAB II TELAAH LITERATUR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bab ini menguraikan kerangka teori yang digunakan sebagai landasan
untuk memecahkan masalah yang dibahas dan perumusan hipotesis
dalam penyusunan skripsi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan landasan metodologi penelitian, yang merupakan
acuan analisis ilmiah dalam mewujudkan hasil penelitian yang
mencakup pemilihan sampel, sumber data, variabel penelitian, metode
analisis data dan pengujian hipotesis.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis menganalisis pengaruh corporate governance
terhadap tax avoidance berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan
dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini penulis memberikan kesimpulan dari seluruh bahasan
penulisan, keterbatasan dan juga rekomendasi yang dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TELAAH LITERATUR
A. Pengertian Corporate Governance
Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi
pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu
negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan
iklim usaha yang kondusif (Sulistyanto dan Lidyah, 2002). Oleh karena itu
diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting
untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang
berkesinambungan. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan
good corporate governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan
pemerintah yang bersih dan berwibawa (Sulistyanto dan Lidyah, 2002).
Dalam arikelnya Sartori (2010) meringkas prinsip-prinsip corporate
governance yang baik adalah sebagai berikut :
1. Kerangka corporate governance harus menggambarkan pasar yang
transparan dan efisien, konsisten dengan aturan hukum dan dengan jelas
menggambarkan pembagian tanggung jawab antara otoritas pengawas,
pembuat peraturan dan penegak hukum;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kerangka corporate governance harus melindungi dan memfasilitasi
pelaksanaan hak-hak pemegang saham;
3. Kerangka corporate governance harus menjamin perlakuan yang sama
dari semua pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan
asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk
mendapatkan ganti rugi yang sesuai atas pelanggaran hak-hak mereka;
4. Kerangka corporate governance harus mengakui hak-hak stockholder
yang ditetapkan oleh hukum atau melalui kesepakatan bersama dan
mendorong kerjasama aktif antara perusahaan dan stockholder dalam
menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan kelanjutan keuangan
perusahaan;
5. Kerangka corporate governance harus memastikan bahwa pengungkapan
tepat waktu dan akurat dibuat tentang semua hal menyangkut korporasi,
termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola
perusahaan;
6. Kerangka corporate governance harus memastikan pedoman strategis
perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen oleh dewan dan
akuntabilitas dewan terhadap perusahaan serta para pemegang saham.
Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stockholder (Desai dan Dharmapala, 2007). Secara
singkat, ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good
corporate governance ini, yaitu fairness, transparancy, accountability, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip
good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan
kualitas laporan keuangan (Beasly, 1996 dalam Sulistyanto dan Wibisono,
2003).
Dengan adanya penerapan corporate governance yang baik dalam suatu
perusahaan menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu :
1. Meningkatkan kinerja perusahaan;
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan sehingga meningkatkan
nilai perusahaan;
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia;
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan.
Kehadiran suatu corporate governance yang baik bagi suatu perusahaan
akan menunjang aktivitas operasional perusahaan (Haruman, 2008), selain itu
mekanisme pelaksanaan corporate governance suatu perusahaan harus
menjadi perhatian utama perusahaan demi kelancaran kegiatan dalam
perusahaan. Mekanisme corporate governance yang baik memiliki keterkaitan
dengan kemakmuran perusahaan dan para pemegang saham, sehingga
penerapannya diharapkan memberikan kontribusi positif bagi perusahaan
secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini yang akan dikaji terkait corporate governance
antara lain struktur kepemilikan, transparansi informasi dan struktur dewan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mana akan dikaji sejauh mana keberadaannya berpengaruh terhadap kebijakan
perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan.
B. Pengertian Tax Avoidance (TA)
Dalam bukunya Hukum Pajak (2007), Illyas dan Burton menyebutkan
definisi pajak dari berbagai sumber. Pajak menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets
adalah prestasi kepada pihak pemerintah yang terhutang melaui norma-norma
umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang
dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,
S.H. pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa (kontra-prestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Berdasarkan pengertian pajak di atas maka Illyas dan Burton
menyimpulkan bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak,
yaitu :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
2. Sifatnya dapat dipaksakan;
3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak;
4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat
maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta); dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah
(rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,
mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai
dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak
secara eufimisme sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning).
Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan
transaksi Wajib Pajak (WP) supaya utang pajak berada dalam jumlah minimal
tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan (Suandy, 2008).
Dalam bukunya Perencanaan Pajak (2008) Suandy memaparkan
beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak untuk melakukan penghematan
pajak dengan ilegal, antara lain :
1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus
dibayar oleh Wajib Pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar,
semakin besar pula kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan
pelanggaran;
2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran;
3. Kemungkinan untuk terdeteksi, semakin kecil kemungkinan suatu
pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak
untuk melakukan pelanggaran; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran,
maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan
pelanggaran.
Dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan
melalui manajemen pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan
maupun yang melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering digunakan
adalah tax evasion dan tax avoidance. Sophar Lumbantoruan dalam bukunya
akuntansi pajak ( 1996: 489 ) memaparkan definisi terkait dua istilah tersebut.
Tax evasion (penggelapan pajak) adalah penghindaran pajak dengan
melanggar ketentuan peraturan perpajakan. Tax avoidance (penghindaran
pajak) adalah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada.
Zain (2005) dalam bukunya Manajemen Perpajakan, mengutip beberapa
defenisi dari para ahli tentang penyelundupan pajak dan penghindaran pajak.
Penggelapan pajak adalah usaha yang dilakukan Wajib Pajak apakah berhasil
atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang
berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-
undangan perpajakan. Penghindaran pajak merupakan usaha yang sama, yang
tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan (Harry Graham
Balter). Penggelapan pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan
berkenaan dengan kegiatan Wajib Pajak untuk lari atau menghindar diri dari
dari pengenaan pajak (Ernest R.Mortenson). Penghindaran Pajak berkenaan
dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimumkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya
akibat-akibat yang ditimbulkan, oleh karena itu penghindaran pajak tidak
merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik
tidak dianggap salah dalam rangka usaha Wajib Pajak untuk mengurangi,
menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara–cara
yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak (Pohan, 2008).
Penghindaran pajak merupakan rekayasa tax affairs yang masih berada
dalam bingkai ketentuan perpajakan. Penghindaran pajak dapat terjadi di
dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-undang dan berada dalam jiwa
dari undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-
undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang (Suandy, 2008).
Strategi-strategi atau cara-cara yang legal sesuai dengan aturan undang-
undang yang berlaku, biasanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang
sifatnya ambigu dalam undang-undang sehingga dalam hal ini Wajib Pajak
memanfaatkan celah-celah yang ditimbulkan oleh adanya ambiguitas dalam
undang-undang perpajakan (Suandy, 2008). Strategi penghematan pajak
tersebut disebut juga sebagai suatu strategi pajak yang agresif (Crocker dan
Slemrod, 2003). Strategi pajak seperti ini terkadang kurang disukai oleh para
pemegang saham dan investor karena dianggap memiliki resiko yang relatif
tinggi tetapi tidak dapat diungkapkan (Khurana dan Moser, 2009). Hal ini
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Desai dan Dharmapala
(2007), yang hasilnya menunjukkan tidak adanya transfer nilai dari kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut kepada pemegang saham dan juga adanya respons negatif dari para
investor terkait kebijakan pajak tersebut.
Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) menyebutkan tiga karakter penghindaran pajak :
1. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat
di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor
pajak;
2. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang
atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal
bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang;
3. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini di mana umumnya para
konsultan menunjukan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak
dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin (Council of
Executive Secretaries of Tax Organization, 1991).
Pertumbuhan aktivitas tax avoidance diharapkan melahirkan dua
perspektif alternatif mengenai motivasi dan efek dari aktivitas ini, beberapa
studi perusahaan tentang tax avoidance sebagai perluasan dari kegiatan
penghematan pajak (Graham dan Tucker, 2006 dalam Desai dan Dharmapala,
2007). Dalam penelitiannya Friese, Link dan Mayer (2006) meyebutkan
beberapa resiko yan ditimbulkan oleh kegiatan tax avoidance antara lain :
denda, publisitas dan reputasi.
Sebuah pendekatan teoritis menekankan interaksi dari aktivitas tax
avoidance dan problem agensi yang merekat pada perusahaan go public
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(Sartori, 2010), oleh karena itu aktivitas tax avoidance dapat menciptakan
suatu alternatif pilihan dalam perencanaan pajak yang bisa menghemat
besarnya pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Sekat yang membatasi legal
dan ilegalnya suatu tindakan penghematan pajak dalam upaya tax planning
masih sulit untuk dibedakan (Bovi, 2005), sehingga diharapkan perusahaan
lebih baik mematuhi peraturan perpajakan dan tidak memanfaatkan
ambiguitas dari peraturan perpajakan untuk kebaikan perusahaan di masa yang
akan datang, karena dengan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan kepada
negara akan digunakan untuk memfasilitasi masyarakat sehingga dapat
menaikan derajat kehidupan masyarakat Indonesia.
C. Pengukuran Corporate Governace
Di Indonesia Corporate Governance Index telah dikembangkan oleh
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Pemeringkatan
corporate governance oleh IICG tersebut tidak dilakukan untuk semua
perusahaan yang terdaftar di BEI, sehingga sampel penelitian hanya terbatas
(Kurniasih dan Siregar, 2007). Adanya keterbatasan Corporate Governance
Index, dalam berbagai penelitian seringkali terkait corporate governance akan
menggunakan proksi sebagai alat ukur (Arifin, 2003; Khomsiyah, 2003).
Variabel yang digunakan sebagai proksi corporate governance dalam
beberapa penelitian, adalah struktur kepemilikan institusional (Midiastuty dan
Machfoedz, 2003; Boediono, 2006). Proksi yang digunakan untuk mengukur
struktur dewan digunakan jumlah dewan komisaris dan prosentase dewan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
komisaris independen, jumlah komite audit, sedangkan untuk transparansi
informasi adalah kualitas audit (Mayangsari, 2003).
1. Kepemilikan Institusional
Beberapa praktisi, akademisi dan regulator menyaksikan peningkatan
dramatis selama 20 tahun terakhir terkait perbedaan antara laba komersial
dengan laba kena pajak yang dilaporkan kepada pemerintah (Khurana dan
Moser, 2009). Hal ini membuktikan adanya peningkatan agresifitas
terhadap strategi perpajakan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Shleifer dan Vishney (1986) menyatakan
bahwa pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau,
mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer. Mereka berpendapat bahwa
seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan hak suara yang
dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi
dan menghindari peluang untuk perilaku mementingkan diri sendiri.
Adanya tanggung jawab perusahaan kepada fidusia, maka pemilik
institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen
perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham.
Agresifitas pajak mengarah pada penghematan pajak, itu juga
menyebabkan sebuah perusahaan potensial dikenakan sanksi oleh IRS
terkait biaya pelaksanaan dan biaya agency (Chen er al. 2008). Fokus pada
pengungkapan suka rela menemukan bahwa perusahaan dengan
kepemilikan institusional yang lebih besar lebih memungkinkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengeluarkan, meramalkan dan memperkirakan sesuatu lebih spesifik,
akurat dan optimis (Ajinkya 2005 dalam Khurana dan Moser, 2009)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khurana dan Moser ( 2009)
adalah besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin
besarnya konsentrasi short-term shareholder institusional akan
meningkatkan kebijakan pajak agresif, tetapi semakin besar konsentrasi
kepemilikan long-term shareholder maka akan semakin mengurangi
tindakan kebijakan pajak yang agresif.
Durnev dan Kim (2003) dalam Darmawati (2006) menyatakan bahwa
dengan besarnya kepemilikan yang dimiliki oleh pemegang saham
pengendali, maka hal tersebut akan meningkatkan kualitas corporate
governance. Darmawati (2006) dalam jurnalnya juga menjelaskan bahwa,
Drobetz dkk. (2004) menyatakan terdapat dua dampak utama dari
besarnya saham yang dimiliki oleh pihak tertentu. Pertama, dengan
meningkatnya hak atas aliran kas dari pemegang saham terbesar, maka
akan menimbulkan dampak positif, dengan memiliki pemeringkatan
corporate governance yang baik, maka pasar akan mengapresiasi,
sehingga nilai perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan
berdampak positif pada nilai saham yang mereka miliki (pemegang saham
terbesar). Pemegang saham tersebut akan memiliki insentif dalam
meningkatkan kualitas corporate governance perusahaan yang
bersangkutan. Pandangan kedua, merupakan kebalikan dari pandangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertama, jadi semakin terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan, maka
pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai perusahaan dan
semakin dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
2. Struktur Dewan Komisaris
Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak
terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak
memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta
tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan
perusahaan pemilik menurut peraturan yang dikelurkan oleh BEI, jumlah
komisaris independen proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki
oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali dengan
ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya tiga puluh
persen (30%) dari seluruh anggota komisaris, disamping hal itu komisaris
independen memahami undang-undang dan peraturan tentang pasar modal
serta diusulkan oleh pemegang saham yang bukan merupakan pemegang
saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Pohan, 2008).
Menurut Kurniasih dan Siregar (2007) ukuran dan komposisi dewan
memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Ukuran dan komposisi
dewan mempengaruhi efektifitas aktifitas monitoring. Peneliti lain
memiliki pendapat yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Yermack
(1996) dalam Kurniasih dan Siregar (2007), menemukan bahwa
perusahaan yang memiliki jumlah anggota dewan sedikit mendapat
penilaian yang lebih positif dari pasar, selain itu, kinerja keuangan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih baik dijumpai pada beberapa perusahaan yang memiliki jumlah
anggota dewan komisaris yang jumlahnya sedikit.
Di Indonesia, penelitian yang menggunakan struktur dewan sebagai
cermin mekanisme corporate governance diantaranya dilakukan oleh
Setyaningrum (2005) dalam Kurniasih dan Siregar (2007). Dalam
penelitiannya, struktur dewan diproksikan dengan jumlah dewan komisaris
dan presentase komisaris independen. Hasil penelitian ditemukan bahwa
jumlah dewan komisaris dan proporsi komisaris independen tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat surat utang.
Proksi lain yang digunakan adalah prosentase dewan komisaris
independen. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan
dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan
terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
terkait. Dengan demikian keberadaan komite audit dan komisaris
independen pada suatu perusahaan diharapkan dapat meningkatkan
integritas laporan keuangan (Mayangsari, 2003).
Vafeas (2000) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) mengatakan
bahwa selain konsentrasi kepemilikan, peranan dewan komisaris juga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat
manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan.
Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh
jumlah atau ukuran dewan komisaris, sehingga dalam penelitiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siallagan dan Machfoedz menggunakan proksi komposisi dewan
komisaris untuk mengukur corporate governance.
3. Komite Audit
Daniri (2006) dalam Pohan (2008) menyebutkan sejak
direkomendasikan GCG di Bursa Efek Indonesia tahun 2000, komite audit
telah menjadi komponen umum dalam struktur corporate governance
perusahaan publik. Pada umumnya, komite ini berfungsi sebagai pengawas
proses pembuatan laporan keuangan dan pengawasan internal, karena BEI
mengharuskan semua emiten untuk untuk membentuk dan memiliki
komite audit yang diketuai oleh komisaris independen.
Mayangsari (2003) menjelaskan bahwa komite audit berfungsi untuk
memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan
dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Tujuan
pembentukan komite audit adalah:
a. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan
dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum;
b. Memastikan bahwa kontrol internalnya memadai;
c. Tindak lanjut terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material
dibidang keuangan dan implikasi hukumnya;
d. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
Pohan (2008) dalam penelitiannya memaparkan bahwa dewan
komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan sekurang-
kurangnya tiga orang anggota, diangkat dan diberhentikan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Komite audit yang
beranggotakan sedikit, cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun
juga memililki kelemahan, yakni minimnya ragam pengalaman anggota,
sehingga anggota komite audit seharusnya memiliki pemahaman memadai
tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan
internal. Kualifikasi terpenting dari anggota komite audit terletak
pada common sense, kecerdasan dan suatu pandangan yang independen.
Siallagan dan Machfoez (2006) menjelaskan komite audit
meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui:
a. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian
internal;
b. Penggunaan prinsip akuntansi berterima umum; dan
c. Mengawasi proses audit secara keseluruhan.
Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya komite audit memiliki
konsekuensi pada laporan keuangan yaitu:
a. Berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat;
b. Berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat; dan
c. Berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan
ilegal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Kualitas Audit
Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah
transparansi. Transparansi mensyaratkan adanya pengungkapan yang
akurat. Salah satu bentuk monitoring yang dapat menurunkan biaya agensi
adalah audit (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Kurniasih dan Siregar,
2007). Transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan
melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan
para pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang
saham dalam hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (Sartori,
2010). Alasannya adalah adanya asumsi bahwa implikasi dari perilaku
pajak yang agresif, pemegang saham tidak ingin perusahaan mereka
mengambil posisi agresif dalam hal pajak dan akan mencegah tindakan
tersebut jika mereka tahu sebelumnya.
Deis dan Giroux (2002) dalam Suartana (2007) memaparkan hal-hal
yang berhubungan dengan kualitas audit antara lain :
a. Lamanya auditor / umur audit, semakin lama maka semakin rendah
kualitas auditnya.
b. Jumlah klien, semakin banyak maka semakin baik kualitas
auditnya.
c. Kesehatan keuangan klien, makin sehat ada kecenderungan kien
menekan auditor untuk mengikuti standar yang berlaku.
d. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit semakin tinggi apabila
direview oleh pihak ketiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kualitas audit juga dapat diukur dengan menggunakan proksi
ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), apakah KAP tersebut masuk dalam
KAP The Big Four atau tidak (Susiana dan Herawaty, 2007). Craswell
(1995) dalam Praptitorini dan Januarti (2007) menggunakan spesialisasi
industri untuk mengukur kualitas audit yaitu dengan prosentase jumlah
perusahaan yang diaudit oleh sebuah KAP dalam satu jenis industri.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mayangsari (2003) dan hasilnya
tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Salah satu prinsip utama yang disarankan oleh OECD untuk pembuat
kebijakan corporate governance adalah didasarkan pada keterbukaan dan
transparansi. Beberapa literatur telah membuktikan bahwa tingkat pajak
yang tinggi akan diikuti dengan meningkatnya tingkat penghindaran dan
penggelapan pajak. Seperti telah diungkapkan bahwa strategi penghematan
pajak mendorong manajer untuk mengaburkan beberapa transaksi atau
keperluan dari beberapa transaksi tersebut (Chai dan Liu, 2010). Dalam
artikelnya Sartori (2010) mengungkapkan bahwa tindakan manajemen
tersebut berdampak buruk pada keakuratan pengungkapan, karena para
manajer dipaksa untuk memanipulasi hasil keuangan dan operasional
dalam rangka untuk mengaburkan transaksi tertentu, selain itu strategi
penghematan pajak yang agresif menimbulkan resiko yang tidak dapat
diungkapkan (Khurana dan Moser, 2009).
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar lebih independen karena
lebih dapat bertahan dari tekanan manajer untuk tidak melaporkan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelanggaran (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Kurniasih dan Siregar,
2007), sehingga mengindikasikan bahwa kualitas audit meningkat dengan
ukuran KAP.
Selama bertahun-tahun penelitian-penelitian yang ingin menguji
apakah kualitas audit berhubungan dengan variabel dependen tertentu,
para peneliti menggunakan ukuran walau bukan satu-satunya, yaitu ukuran
dari kantor akuntan publik sebagai proksi dari variabel kualitas audit
(Widiastuty dan Febrianto, 2010).
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four
menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga
menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga
perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four (PriceWaterhouseCooper
- PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y)
memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big Four.
KAP The Big Four adalah oligopoly industry akuntansi dan jasa
profesional karena mereka menguasai sebagian besar pasar, yaitu
perusahaan go public (terdaftar di pasar modal) di seluruh dunia, dan
perusahaan privat besar lainnya.
D. Pengukuran Tax Avoidance
1. Book Tax Gap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peneitian terkait tax avoidance sebelumnya telah dilakukan oleh Desai
dan Dharmapala (2007); Sartori (2010); Friese, Link dan Mayer (2006);
Chen dan Chu (2010); Bovi (2005); Chai dan Liu (2010); Kim, Li dan Li*
(2010); Crocker dan Slemrod (2003); dll. Pengukuran terkait tax
avoidance dilakukan dengan menggunakan proksi book tax gap sebagai
alat ukur. Book tax gap merupakan kesenjangan atau perbedaan antara
laba komersial yang dilaporkan dalam laporan laba rugi menurut peraturan
akuntansi dengan laba fiskal atau laba yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi untuk kepentingan perpajakan yang disusun berdasarkan peraturan
perpajakan negara yang bersangkutan Bovi (2005).
Metode pengukuran ini menarik minat para peneliti untuk
mendalaminya dan telah menjadi proksi untuk mengukur tax avoidance
karena pajak yang dibayar ke pemerintah tidak dapat diketahui secara
langsung maka diperlukan suatu taksiran dengan pendekatan “grossup”
(Manzon dan Plesko, 2002) yang juga dilakukan oleh Desai dan
Dharmapala (2007), metode ini mengrossup beban pajak (tax expense)
atau utang pajak (tax liability) dengan memakai tarif pajak. Selanjutnya
untuk mencari estimasi book tax gap, dilakukan dengan cara
mengurangkan penghasilan kena pajak (taxable income) dari laba sebelum
pajak yang di laporkan di laporan laba rugi (pretax financial income).
Perbedaan antara laporan keuangan dan fiskal disebabkan karena
dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi
akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan pajak.
2. Akuntansi Pajak Penghasilan di Indonesia dan PSAK No. 46
Dikutip dari penelitian Pohan (2008), di Indonesia dengan
dikeluarkannya PSAK No.46 mengenai Akuntansi Pajak Penghasilan
yang mulai berlaku 1 Januari 1999 telah membawa perubahan yang berarti
tentang tata cara penyajian pajak pada laporan keuangan. Pada tahun-tahun
sebelumnya pajak yang dilaporkan adalah pajak yang dibayar dimuka
sampai dikeluarkan SKP Rampung oleh Kantor Pelayanan Pajak, oleh
karena itu laba sebelum pajak selalu menjadi bottom line laporan laba rugi.
Harnanto (2003) dalam Pohan (2008), menyatakan perubahan sistem
pemungutan pajak dari sistem MPS-MPO menjadi self assessment pada
tahun 1984, mendorong praktek pelaporan keuangan untuk mulai
menyajikan beban PPh dalam laporan laba rugi tetapi dengan jumlah yang
ditaksir, diikuti dengan pelaporan taksiran utang PPh di neraca. Praktik
pelaporan Pajak Penghasilan tersebut terus dilakukan hingga PSAK No.16
diterbitkan (khususnya paragraf 77). PSAK No.16 paragraf 77
memberikan kebebasan perusahaan untuk melaporkan beban pajak
penghasilan dalam laporan laba rugi : (a) sebesar jumlah yang dihitung
berdasarkan laba fiskal (tanpa alokasi pajak antar periode), atau (b)
sebesar jumlah yang dihitung berdasarkan laba akuntansi (Pohan 2008).
Alokasi pajak antar periode menurut PSAK No.46 diawali dengan
adanya keharusan bagi perusahaan untuk mengakui aktiva dan kewajiban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pajak tangguhan yang harus dilaporkan di neraca. Konsekuensi pajak di
masa mendatang atas efek kumulatif perbedaan temporer pengakuan
penghasilan dan beban untuk tujuan akuntansi dan tujuan fiskal adalah
dengan pengakuan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan. Efek perubahan
perubahan temporer yang terefleksi pada kenaikan atau penurunan aktiva
dan kewajiban pajak tangguhan harus diperlakukan sebagai beban pajak
tangguhan (deferred tax expenses) atau penghasilan pajak tangguhan
(deferred tax income) dan dilaporkan dalam laporan laba-rugi tahun
berjalan bersama-sama beban pajak kini (current tax expenses), dengan
penyajian secara terpisah (Pohan, 2008). Berdasarkan PSAK No.46, Pajak
Penghasilan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi akan menunjukkan :
a. Beban pajak kini ditambah beban pajak tangguhan, atau
b. Beban pajak kini dikurangi penghasilan pajak tangguhan.
E. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Sejumlah penelitian telah dilakukan tentang pengaruh corporate
governance terhadap tax avoidance kesimpulannya yang sangat meyakinkan.
Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Sartori (2010); Friese, Link dan
Mayer (2006); Chen dan Chu (2010); Bovi (2005); Chai dan Liu; Kim, Li dan
Li* (2010); Crocker dan Slemrod (2003); Khurana dan Moser (2009); Ralf
dan Chatelain(2010); dll. Beberapa diantaranya menyimpulkan bahwa ada
hubungan negatif antara corporate governance dan tax avoidance. Sesekali
lain menyimpulkan bahwa hubungan yang ada antara corporate governance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan tax avoidance adalah positif jika dan hanya jika diikuti dengan rendahnya
biaya agensi dan biaya transaksi (Sartori, 2010). Sejumlah penelitian yang
dilakukan di luar negeri telah menunjukkan bahwa dampak corporate
governance yang efektif negatif pada aktivitas tax avoidance.
Tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan
di Indonesia dimaksudkan bukan untuk menggelapkan pajak, tapi lebih pada
tujuan penghematan besarnya beban pajak yang dibayar oleh perusahaan
dengan cara memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang ada di
Indonesia (Suandy 2008). Beberapa negara termasuk Indonesia, celah antara
legal dan ilegalnya suatu tindakan penghematan pajak ini masih ambigu,
sehingga tidak disarankan bagi Wajib Pajak untuk menarik kesimpulan sendiri
terkait dengan undang-undang perpajakan. Lebih baik jika Wajib Pajak
melakukan crossceck terkait pemahaman undang-undang dengan otoritas
perpajakan (Khurana dan Moser, 2009). Sehingga meminimalkan
kemungkinan Wajib Pajak terjerumus dalam lingkaran ambiguitas yang
merugikan di masa yang akan datang.
Corporate governance secara komperhensif (bersama-sama) biasanya
diukur menggunakan proksi Corporate Governance Indeks (CGI) seperti yang
dilakukan oleh Arifin (2003) dan Khomsiyah (2003). Menurut Shen dkk
(2006) dalam Kurniasih dan Siregar (2007) menyebutkan bahwa corporate
governance dibagi dalam tiga area, yaitu : struktur kepemilikan, transparansi
informasi dan struktur dewan. Banyak penelitian terkait corporate governance
diantaranya dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003); Boediono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2006), variabel yang digunakan sebagai proksi corporate governance secara
partial (terpisah) untuk struktur kepemilikan yaitu kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajerial untuk struktur dewan digunakan jumlah dewan
komisaris. Fala, (2007) juga menggunakan proksi yang sama terkait struktur
dewan. Jumlah komite audit juga digunakan sebagai proksi corporate
governance mengacu pada penelitian yang dilakukan Mayangsari (2003).
Transparansi informasi dapat diukur dengan kualitas audit. Dalam
penelitiannya Mayangsari (2003) mengungkapkan bahwa pengukuran kualitas
audit dapat dilakukan dengan menggunakan proksi spesialisasi industri dan
ukuran KAP. Tax avoidance diukur dengan menyimpulkan perbedaan terkait
laba yang dilaporkan ke pasar modal atau laba komersial dengan laba yang
dilaporkan dalam otoritas perpajakan atau laba fiskal atau book tax gap
(Desai dan Dharmapala, 2007; Bovi 2005; Chai dan Liu, 2010; Kim, Li dan
Li*, 2010).
Pengukuran ini menjadi hal yang sulit ketika data-data terkait proksi
corporate governance dan tax avoidance tidak disediakan oleh perusahaan.
Data-data yang dibutuhkan untuk mengukur corporate governance diperoleh
dari laporan tahunan perusahaan (annual report) yang terdaftar di BEI tahun
2008, apabila datanya tidak terdapat dalam website resmi BEI (www.idx.co.id)
maka dapat mencarinya di website resmi perusahaan terkait. Data laba fiskal
perusahaan diperoleh dari informasi yang terdapat pada laporan keuangannya,
sehingga seharusnya tidak ditemui kesulitan yang berarti terkait dengan laba
fiskal. Data yang harus dikumpulkan antara lain laporan keuangan (financial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
report) perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008 yang dapat di download
melalui website resmi BEI (www.idx.co.id) atau website resmi perusahaan
terkait, jika keduanya tidak menyajikan data tersebut maka dapat mencari data
tersebut di Indonesian Captial Market Directory (ICMD) untuk tahun 2008.
Penelitian terkait corporate governance telah banyak dilakukan di
Indonesia, antara lain dilakukan oleh Arifin (2003); Khomsiyah (2003);
Midiastuty dan Machfoedz (2003); Boediono (2006), menunjukkan betapa
pentingnya aktivitas ini dalam suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya
ketertarikan terhadap pemahaman terkait corporate governance sudah mulai
berkembang. Dalam artikelnya Sulistyanto dan Wibisono (2003) tentang
mekanisme corporate governance di Indonesia, mengkaji tentang berhasilkah
mekanisme good corporate governance ini apabila diterapkan di Indonesia
dan secara signifikan apakah akan mengurangi upaya rekayasa keuangan yang
dilakukan manajemen. Dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan
dugaan tersebut, karena dari hasil uji beda terbukti tidak adanya perbedaan
tingkat rekayasa antara sebelum dan sesudah kewajiban penerapan prinsip
tersebut, sehingga bisa disimpulkan bahwa corporate governance yang baik
belum berhasil diterapkan di Indonesia. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh
Haruman (2008) yang mengkaji terkait pengaruh struktur kepemilikan
terhadap keputusan keuangan dan nilai perusahaan, tetapi analisis keterkaitan
antara mekanisme corporate governance terhadap kebijakan strategi
perpajakan agresif melalui tax avoidance belum banyak dikaji. Dibuktikan
dengan sulitnya mencari referensi dari Indonesia terkait interaksi dua variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk mengkaji interaksi antara
kedua variabel tersebut melalui penelitian ini.
Penelitian terkait corporate governance dan tax avoidance telah banyak
dilakukan di luar negeri. Penelitian yang dilakukan oleh Sartori (2010) tentang
Effects of Strategic Tax Behaviors on Corporate Governance menunjukkan
hasil yang signifikan bahwa strategi pajak strategis memiliki dampak yang
negatif terhadap corporate governance, karena cenderung meningkatkan biaya
agensi, biaya transaksi dan memiliki dampak negatif terhadap transparansi,
oleh karena itu tindakan anti tax avoidance memiliki dampak yang positif
terhadap corporate governance itu sendiri. Penelitian lain dilakukan oleh
Friese, Link dan Mayer (2006) mengenai Taxation and Corporate Governace.
Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa corporate governance berinteraksi
dengan perpajakan melalui bebagai cara. Hukum perpajakan mempengaruhi
struktur corporate governance suatu perusahaan dengan menawarkan hak
istimewa atas pajak. Di sisi lain struktur corporate governance memiliki
dampak pada cara suatu perusahaan mengelola urusan pajak mereka (Khurana
dan Moser, 2009). Hingga saat ini tidak ada analisis yang komprehensif
dilakukan terkait hal ini. Hasil dari penelitian ini yaitu peraturan pajak
cenderung untuk mendorong kompleksitas dan mengurangi transparansi.
Penelitian di Indonesia terkait pengaruh corporate governance terhadap
tax avoidance dilakukan oleh Pohan (2008). Dalam penelitiannya, variabel
tobin’s q dan perataan laba juga ikut disertakan. Penelitian ini mengkaji
pengaruh komponen corporate governance, tobin’s q dan perataan laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terhadap tax avoidance secara partial (terpisah) dan komperhensif (bersama-
sama).
Penelitian terkait tax avoidance masih sangat minim dilakukan di
Indonesia. Di luar negeri beberapa penelitian terkait tax avoidance adalah
terkait dengan etika tax avoidance dari sisi hukum, agama, ataupun
akuntansinya telah dilakukan. Penelitian terkait tax avoidance yang dilakukan
di luar negeri antara lain dilakukan Mc. Gee (2006 dan 2009). Dalam beberapa
jurnalnya Mc. Gee memaparkan tentang etika tax avoidance dari beberapa
sudut pandang, misalnya praktisi, perusahaan, mahasiswa hukum dan
ekonomi. Penelitian terkait pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan
dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2007). Dalam penelitiannya mereka
mengkaji sejauh mana pengaruh tax avoidance mempengaruhi tidakan dan
nilai dari investor dan pemegang saham. Hasilnya menunjukkan tidak
ditemukannya transfer nilai dari kegiatan tersebut terhadap para pemegang
saham. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada respons yang baik dari para
pemegang saham terkait dengan kegiatan tersebut, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa tindakan tax avoidance tersebut tidak disukai oleh para
pemegang saham.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa corporate governance
adalah proses di mana pelaksanaan perusahaan dikendalikan dan diawasi.
Ketika diskusi pelaksanaan usaha, maka perlu untuk memiliki sebuah gagasan
tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan utama perusahaan.
Dalam diskusi umum tentang corporate governance beberapa pertanyaan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
muncul terkait apakah pemegang saham hanya harus menjadi patokan utama
dalam melakukan usaha atau apakah kepentingan stockholder harus
diperhitungkan juga.
Sebuah aspek khusus dari pertanyaan adalah apakah Wajib Pajak ini tahu
bahwa telah melanggar hukum pajak adalah salah satu pendapat yang sering
dikemukakan oleh para profesional pajak (Sartori, 2010). Chen dan Chu
(2010) juga menjelaskan bahwa tindakan tax avoidance akan membawa resiko
tersendiri bagi perusahaan yang mengakibatkan manajer harus bertanggung
jawab terhadap resiko tersebut, sehingga untuk meminimalkan resiko yang
ditimbukan oleh ketidaktahuan Wajib Pajak terkait tindakan tax avoidance
yang dilakukan maka analisis ini dilakukan. Menganalisis mekanisme struktur
corporate governance terkait tax avoidance dilakukan untuk meminimalisasi
ketidaktahuan tersebut, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip corporate
governance yang sesuai. Secara khusus, corporate governance menjadi faktor
denominator penting dalam penilaian yang mengharapkan adanya
penghematan pajak (Desai dan Dharmapala, 2007).
Sesuai dengan telaah literatur yang telah dikemukakan di atas dan dengan
melihat hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh corporate
governance terhadap tax avoidance, maka penulis mengembangkan kerangka
teoritis terkait penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap tax
avoidance sebagai dasar penentuan hipotesis, dalam bentuk diagram
sistematik melalui bagan yang digambarkan sebagai berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar II. 1 Kerangka Teoritis Hubungan antar Variabel
Variable Independen Variabel Dependen
Berdasarkan kerangka teoritis hubungan antar variabel di atas, maka
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari konsentrasi kepemilikan
institusional terhadap aktivitas tax avoidance;
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari prosentase dewan
komisaris independen terhadap tax avoidance;
Corporate Governance :
1. Kepemilikan Institusional
2. Dewan Komisaris
· Prosentase Dewan Komisaris
Independen
· Jumlah Dewan Komisaris
3. Kualitas Audit
4. Komite Audit
Tax Avoidance
(Book Tax Gap)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah dewan komisaris
terhadap tax avoidance;
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah komite audit
terhadap tax avoidance;
H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas audit terhadap
aktivitas tax avoidance.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing study)
yaitu menjelaskan sifat dari hubungan tertentu atau juga bisa menetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perbedaan antara dua faktor independen atau lebih dalam sebuah situasi
(Sekaran, 2006). Pengujian ini mencoba menjelaskan pengaruh corporate
governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, komite audit,
kualitas audit dan dewan komisaris terhadap tax avoidance yang diproksikan
dengan book tax gap yaitu beda antara laba komersial yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi komersial terhadap laba fiskal yaitu laba yang dilaporkan
dalam laporan laba rugi untuk tujuan perpajakan.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal
minat yang ingin diinvestigasi oleh peneliti (Sekaran, 2006). Populasi
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2008. Seluruh data yang digunakan dalam
penelitian merupakan data sekunder dan diambil dari laporan keuangan
(financial report), dan laporan tahunan (annual report) perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008.
Sampel adalah sebagian dari populasi (Mustafa, 2000), artinya tidak
akan ada sampel jika tidak ada populasi. Ukuran sampel yang digunakan
dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendapat Slovin dalam hal jumlah
sampel (Suliyanto, 2006).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
disproportionate stratified random sampling, karena unsur populasi
berkarakteristik heterogen dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel dengan stratified random sampling (Mustafa, 2000). Disproportionate
stratified random sampling merupakan teknik yang digunakan jika populasi
memiliki strata, tetapi anggota setiap strata memiliki jumlah yang tidak
proporsional (Suliyanto, 2006), oleh karena itu perwakilan setiap strata dalam
sampel secara proporsional akan mengakibatkan strata dengan jumlah yang
terlalu kecil tidak dapat terwakili.
Penelitian ini menggunakan data semua jenis perusahaan untuk tahun
2008 karena alasan agar penelitian ini dapat mewakili semua karakteristik
industri pada hasil penelitiannya, selain itu semua jenis perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pasti melakukan kegiatan perpajakan,
sehingga memungkinkan dapat diperoleh jumlah sampel yang representative
dan hasil penelitian yang baik dalam aspek statistiknya. Penelitian ini
menggunakan variabel independen corporate governance dan variabel
dependennya adalah tax avoidance, oleh karena itu 2008 dipilih sebagai tahun
yang digunakan dalam penelitian ini karena melihat kelengkapan data yang
tersedia dalam website masing-masing perusahaan maupun website resmi
Bursa Efek Indonesia atau BEI (www.idx.co.id).
C. Jenis dan Sumber Data
Data penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder (Cooper dan Schindler, 2006). Data primer adalah merupakan data
yang berasal langsung dari responden terkait bisa dilakukan dengan kuisioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ataupun wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung dari responden yaitu berdasarkan informasi yang tersedia. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan cara mencatat
data yang tersedia dalam laporan-laporan, catatan dan arsip yang diperoleh
dari beberapa sumber seperti perpustakaan FE UNS, internet dan sumber-
sumber lain yang berkaitan. Data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2008. Data berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan
keuangan (financial report) diperoleh dari website resmi BEI yaitu
www.idx.co.id dan dari website resmi masing-masing perusahaan apabila
data tidak tersedia di website resmi BEI .
2. Data non-keuangan terkait dengan corporate governance diperoleh dari
annual report yang diperoleh dari hasil download pada website resmi
Bursa Efek Indonesia atau BEI (www.idx.co.id) dan website resmi
masing-masing perusahaan. Data keuangan untuk keperluan penghitungan
book tax gap diperoleh dari laporan keuangan (financial report)
perusahaan yang di download dari website resmi Bursa Efek Indonesia
atau BEI (www.idx.co.id) dan website resmi masing-masing perusahaan.
D. Definisi Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
corporate governance. Pengukuran corporate governance menggunakan
proksi antara lain kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit
dan dewan komisaris. Pengukuran terhadap corporate governace dalam
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Kepemilikan Institusional
Besar kecilnya pengaruh variabel kepemilikan institusional sebagai
proksi corporate governance dalam penelitian ini akan diukur
menggunakan prosentase kepemilikan institusional terhadap
perusahaan secara keseluruhan. Menurut Khurana dan Moser (2009)
besar kecilnya kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi
kebijakan agresif yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian
ini kepemilikan institusional diukur menggunakan prosentase
kepemilikan institusional dan akan dilambangkan dengan INSTit.
b. Struktur Dewan Komisaris
Keberadaan variabel dewan komisaris yang menunjang kinerja
perusahaan dan meningkatkan efektifitas aktifitas monitoring diukur
dengan menggunakan jumlah dewan komisaris yang ada dalam suatu
perusahaan (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Data terkait jumlah
dewan komisaris dapat ditemukan dalam laporan tahunan (annual
report) perusahaan yang diperoleh melalui download pada situs resmi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bursa Efek Indonesia atau BEI (www.idx.co.id) dan website resmi
masing-masing perusahaan. Dalam penelitian ini jumlah dewan
komisaris dilambangkan dengan DKit.
Dalam penelitian ini variabel struktur dewan komisaris juga
diproksikan dengan prosentase keberadaan dewan komisaris
independen dalam suatu perusahaan terhadap jumlah total dewan
komisaris sebagai proksi corporate governance (Mayangsari, 2003).
Dalam penelitian ini variabel dewan komisaris independen
dilambangkan dengan INDPit.
c. Komite Audit
Kehadiran komite audit diharapkan dapat memberikan pandangan
mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan
keuangan, akuntansi dan pengendalian intern (Mayangsari, 2003).
Dalam penelitian ini digunakan jumlah komite audit dalam suatu
perusahaan sebagai alat ukur dan dilambangkan dengan KOMITEit.
d. Kualitas Audit
Kualitas audit biasa diukur berdasarkan besar kecilnya ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit pada suatu
perusahaan (Widiastuty dan Febrianto), jika perusahaan diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Four, maka akan lebih
independen karena lebih dapat bertahan dari tekanan manajer untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melaporkan adanya pelanggaran (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam
Kurniasih dan Siregar, 2007).
Untuk penelitian ini perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) The Big Four yaitu PriceWaterhouseCooper-PWC,
Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y akan diberi
nilai 1, dan apabila tidak diaudit oleh keempat Kantor Akuntan Publik
(KAP) di bawah lisensi KAP The Big Four akan diberi nilai 0. Dalam
penelitian ini kualitas audit dilambangkan dengan AUDITit.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan penelitian ini adalah tax
avoidance. Pengukuran aktivitas tax avoidance diukur dengan
menggunakan proksi kesenjangan atau beda dari laba akuntansi dan laba
fiskal (book tax gap). Dalam menghitung book tax gap digunakan
perhitungan matematis sederhana dari laba sebelum pajak dalam laporan
laba rugi komersial terhadap laba fiskal perusahaan. BTGit digunakan
dalam penelitian ini untuk melambangkan proksi book tax gap.
Book Tax Gap = EBIT – Laba Kena Pajak
E. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai
mean, minimum, maksimum dan standar deviasi dari variabel-variabel
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas Data
Tujuan dari uji normalitas data adalah untuk menguji
kenormalan distribusi data dalam model regresi pada variabel
penganggu atau variabel residual (Ghozali, 2009). Pengujian ini
bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen
dan independen memiliki distribusi normal.
Pengujian terhadap normalitas data menggunakan uji
Kolmogrov Smirnov, dengan membandingkan nilai p value dengan
tingkat signifikansi 5%. Jika p value > 5% maka data berdistribusi
normal.
b. Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan uji yang digunakan dengan tujuan
menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel
independen (Ghozali, 2009). Tidak adanya korelasi antar variabel
independen menunjukkan model regresi yang baik. Problem
multikolinieritas terjadi ketika ada hubungan korelasi antar
variabel independen.
Untuk membantu penghitungannya maka digunakan SPSS 16
sebagai alat bantu penilaian tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Pengukuran terhadap variabilitas variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
indepenen lainnya menggunakan fungsi tolerance. Nilai tolerance
yang rendah maka sama dengan nilai VIF tinggi karena nilai
tolerance berbanding terbalik terhadap VIF (VIF = 1/tolerance).
Nilai cutoff yang digunakan adalah nilai tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai VIF > 10. Variabel independen yang memiliki
nilai tolerance kurang dari 0.10, dan ada variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10, maka terjadi problem
multikolinieritas begitu juga sebaliknya.
c. Autokorelasi
Pengujian autokorelasi menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Pengujian ada tidaknya autokorelasi, menggunakan uji Durbin-
Watson. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
adanya autokorelasi (Ghozali, 2009).
Alat bantu SPSS 16 digunakan oleh peneliti untu melakukan uji
Durbin-Watson, dengan buku Ghozali (2009) sebagai acuannya,
ketentuannya bahwa sebuah model regresi telah terbebas dari
autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berada lebih dari nilai dU
dan lebih kecil dari nilai 4 – dU.
dU < Durbin-Watson < 4 - dU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas digunakan untuk melihat apakah
spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak sehingga
diperoleh informasi apakah fungsi yang digunakan sebaiknya
memiliki bentuk linier, kuadrat atau kubik. Pengujian yang
digunakan adalah menggunakan grafik scatterplot. Grafik
scatterplot ini dihasilkan dengan menggunakan program aplikasi
SPSS 16. Pola tertentu pada grafik scatterplot marupakan alat
deteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas, jika ada pola tertentu
seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur
maka hal itu mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas, jika
tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas atau
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedasitas.
3. Uji Hipotesis
Sesuai dengan kerangka teoritis serta hipotesis yang sudah
dijelaskan sebelumnya, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan metode analisis regresi linier sederhana. Program
aplikasi SPSS 16 digunakan sebagai alat bantu dalam pengujian ini.
Koefisien korelasi diperoleh dari hasil regresi yang ditunjukkan oleh
output yang disebut coefficient atau nilai beta. Pengaruh variabel
independen terhadap variabel depenen dapat dijelaskan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
koefisien tiap regresi. Besarnya koefisien regresi diperoleh dari
persamaan regresi sebagai berikut :
BTGit = a0 + a1INSTit + a2INDPit + a3DKit + a4KOMITEit + a5AUDITit + ε
Di mana :
BTG = Book tax gap.
INST = Kepemilikan institusional.
INDP = Prosentase dewan komisaris independen.
DK = Jumlah dewan komisaris.
KOMITE = Jumlah komite audit.
AUDIT = Kualitas audit
ε = Error term
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate
governance terhadap tax avoidance pada semua jenis perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Pengujian dilakukan dengan menguji
pengaruh nilai corporate governance sebagai variabel independen yang
diproksikan dengan kepemilikan institusional, dewan komisaris, komite audit dan
kualitas audit terhadap variabel dependen yang diproksikan dengan book tax gap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ukuran sampel menggunakan ukuran sampel menurut pendapat Slovin. Teknik
sampling menggunakan metode disproportionate stratified random sampling.
Pada bab ini akan diuraikan deskripsi data, pengujian hipotesis dan
pembahasannya. Pengujian data dengan model analisis regression menggunakan
software SPSS 16.
A. Deskripsi Data
Deskripsi mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
seleksi sampel dan analisis deskriptif.
1. Seleksi Sampel
Populasi penelitian merupakan semua jenis perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008. Penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan (financial report)
dan laporan tahunan (annual report) untuk tahun 2008 yang
dipublikasikan oleh website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)
www.idx.co.id dan atau website resmi masing-masing perusahaan. Ada
393 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008.
Ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan pendapat Slovin
(Suliyanto, 2006) sebagai patokan dengan perhitungan jumlah sampel.
Perhitungannya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 198. Dalam penelitian
ini dilakukan pembulatan, sehingga menggunakan 200 sampel perusahaan.
Seleksi pemilihan sampel menggunakan metode disproportionate
stratified random sampling.
TABEL IV.1
Seleksi Pemiihan Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan di BEI
Jumlah Sampel
o Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008
o Sampel dikeluarkan karena menggunakan satuan selain Rupiah
o Jenis Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008 : 1. Agriculture, forestry and fishing 2. Animal feed and husbandry 3. Mining and mining service 4. Constructions 5. Manufacturing 6. Transportation service 7. Telecommunication 8. Whole sale and retail trade 9. Banking
10. Credit, agencies other than bank 11. Securities 12. Insurance 13. Real estate and property 14. Hotel and travel service 15. Holding and other investment
companies 16. Other
Total Sampel
393
(11)
282 10 6 14 9
149 12 6 23 30 16 15 10 46 10 5 20
393
6 4 8 7 62 8 5 13 16 9 8 6 26 7 3 12 200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Statistik Deskriptif
Descriptive statistic yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
nilai mean, maksimum, minimum dan standar deviasi dari variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, seperti ditunjukkan dalam
tabel di bawah ini.
TABEL IV.2 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BTG 200 -7.243E12 1.0875E13 1.963E11 1.48512E12
INST 200 .00 .99 .6815 .20802
INDP 200 .26 .54 .3877 .07380
DK 200 2.00 10.00 6.0150 2.19519
KOMITE 200 .00 8.00 3.2300 .80019
AUDIT 200 .00 1.00 .4500 .49874
Valid N (listwise) 200
Dari hasil statistik deskriptif di atas, dapat dilihat bahwa untuk
variabel dependen book tax gap (BTGit) rata-rata perusahaan memiliki
nilai BTGit sebesar 1.963E11. Perusahaan yang memiliki nilai BTGit
terbesar adalah PT. Yulie Sekurindo Tbk., yaitu sebesar 1.0875E13.
Perusahaan yang memiliki nilai BTGit terendah adalah PT. Bank Mandiri
Tbk. yaitu sebesar -7.243E12. Nilai BTGit merupakan taksiran besar
kecilnya kebijakan pajak agresif yang dilakukan perusahan (Pohan, 2008).
Variabel independen pertama kepemilikan institusional (INSTit)
nilai paling besar dimiliki oleh PT. Courts Indonesia Tbk., yaitu sebesar
99%. Nilai INSTit yang paling rendah dimiliki oleh PT. Bank Eksekutif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Internasional Tbk. sebesar 0 %. Rata-rata nilai INSTit yang dimiliki oleh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008
adalah sebesar 68,15 %.
Nilai prosentase keberadaan dewan komisaris independen (INDPit)
paling tinggi dimiliki oleh PT. Bakrie Telkom Tbk, yaitu sebesar 54 %.
Nilai INDPit yang paling rendah dimiliki oleh Bank Eksekutif
Internasional Tbk. sebesar 26 %, sedangkan rata-rata nilai INDPit yang
dimiliki oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2008 adalah sebesar 38,77 %.
Variabel jumlah dewan komisaris (DKit) yang paling tinggi antara
lain dimiliki oleh PT. International Nickel,PT. Astra Internasional, PT.
Indofood Sukses Makmur, PT. Exelcomindo, PT. Indosat, PT. Singer
Indonesia, PT. Bank Agro Niaga, PT. Asuransi Bintang, dan PT. Island
Concept, yaitu sebanyak 10. PT. Median Nusantara, PT. Anta Express and
Travel, PT. Lippo Karawaci, PT. Bhuwanatala Indah Permai, PT. Panca
Global Securities, PT. Bank UOB Buana, PT. Bank Artha Graha
Internasional, PT. Pelayaran Emas Tempuran, PT. Humpuss Intermoda
Transport, PT. Titan Kimia Nusantara, PT. Intikeramik Alamsari
Industry,dan PT. Asahimas Flat Glass memiliki nilai DKit paling rendah,
yaitu hanya sebanyak 2. Nilai rata-rata (mean) untuk DKit yang dimiliki
oleh perusahaan yang terdaftar di BEI adalah sebesar 6,0150.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah komite audit (KOMITEit) paling besar yaitu sebesar 8.
Sementara nilai KOMITEit yang paling rendah sebesar 0. Untuk rata-rata
nilai KOMITEit yang dimiliki oleh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun
2008 adalah 3,23.
Variabel independen terakhir adalah kualitas audit (AUDITit),
variabel ini merupakan variabel dummy yang nilainya hanya 1 dan atau 0,
sehingga nilai maksimumnya adalah 1 dan minimumnya adalah 0.
Perusahaan yang di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big
Four adalah sebesar 45% dan sisanya sebanyak 65% diaudit oleh KAP
selain The Big Four.
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui alat uji analisis yang
digunakan untuk melakukan uji coba (parametric atau non parametric)
disebut uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Pengujian ini memiliki
tujuan untuk menguji suatu model regresi apakah dalam model tersebut
variabel dependen dan independen telah memiliki distribusi normal. Uji
normalitas tersebut ditunjukan pada tabel berikut.
TABEL IV.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 200
Normal Parametersa Mean .0000000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Std. Deviation 4.65443155
Most Extreme Differences
Absolute .079
Positive .079
Negative -.049
Kolmogorov-Smirnov Z 1.120
Asymp. Sig. (2-tailed) .163
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel IV.3 dapat dilihat besarnya nilai statistik Kolmogorov-
Smirnov untuk variabel book tax gap (BTGit) adalah KS = 1.120 dengan p
= 0,163. Jika digunakan tingkat signifikansi α = 5% atau 0,05; ternyata
nilai p untuk variabel BTGit yaitu (0,163) adalah lebih besar dari α (0,05);
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BTGit memiliki distribusi
normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan
menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2009:95). Berdasarkan hasil analisis regresi dengan program
SPSS 16 diperoleh nilai Tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel
bebas sebagai berikut.
Tabel IV.4
Tabel Uji Multikolineritas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model
Collinierity Statistic
Tolerance VIF
INST .938 1.066 INPD .937 1.067 DK .955 1.048 KOMITE .883 1.133 AUDIT .857 1.167
Melalui tabel uji multikolinieritas (Tabel IV.4) dapat dilihat bahwa,
Tolerance variabel bebas > 0,10 dan VIF variabel bebas < 10, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak saling berkorelasi secara
signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa, data yang dianalisis
memenuhi asumsi multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Ghozali (2009) menjelaskan bahwa tujuan uji autokorelasi adalah
untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Hasil uji autokorelasi terhadap model regresi, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
TABEL IV.5 Tabel Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .393a .154 .133 4.037E11 1.956
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .393a .154 .133 4.037E11 1.956
a. Predictors: (Constant), AUDIT, INPD, DK, INST, KOMITE
b. Dependent Variable: BTG
Tabel uji IV.5 menunjukkan besarnya nilai Durbin-Watson hasil
uji autokorelasi untuk variabel BTGit adalah (1.956). Menggunakan lima
proksi variabel independen dan sampel berjumlah 200, maka didapatkan
nilai dL = 1,623 dan nilai dU = 1,725. Nilai dw yang berada pada daerah dU
< dw < 4-dU dapat disimpulkan model regresi terbebas dari problem
autokorelasi dan layak digunakan. Dalam penelitian ini, nilai Durbin-
Watson harus berada diantara 1,725 (dU) dan 2,275 (4-dU), agar tidak
mengalami masalah autokorelasi. Hasil analisis menunjukkan nilai
Durbin-Watson untuk variabel dependen BTGit telah berada diantara 1,725
(dU) dan 2,275 (4-dU), sehingga dapat disimpulkan model regresi terbebas
dari problem autokorelasi dan layak digunakan.
4. Uji Heteroskedasitas
Model regresi dikatakan baik jika homokedastisitas yaitu varian
residual satu pengamatan ke pengamatan lain jumlahnya tetap (Ghozali,
2009). Asumsi ini diuji menggunakan grafik Scatterplot. Grafik
Scatterplot menunjukkan tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan
tidak terjadi heterokedastisitas.
GAMBAR IV.1
Gambar IV.1 memperlihatkan grafik-grafik scatterplot dari
variabel dependen yaitu BTGit. Dari grafik scatterplot tersebut dapat
dilihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, hal ini berarti bahwa model penelitian ini telah terbebas dari
heteroskedastisitas.
C. Uji Hipotesis
1. Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R2)
Untuk mengukur besarnya prosentase sumbangan variabel-variabel
independen (INSTit, INDPit, DKit, KOMITEit, AUDITit) terhadap naik
turunnya variabel dependen book tax gap (BTGit) digunakan nilai
koefisien Adjusted R2. Dari hasil uji menggunakan SPSS 16.0 yang
diperlihatkan oleh tabel dibawah ini, dapat dilihat besarnya nilai Adjusted
R2 adalah 0,133 hal ini berarti variabel-variabel independen dapat
menjelaskan variasi variabel book tax gap (BTGit) sebesar 13%. Sisanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebesar 87% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain di luar model
regresi.
TABEL IV.6
2. Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F)
Dari uji koefisien regresi simultan (uji F), dapat dilihat pada tabel
anova di bawah bahwa didapatkan nilai F sebesar 8.840 dengan tingkat
probabilitas 0,000 (signifikansi). Nilai p-value lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5%, artinya bahwa variabel-variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
TABEL IV.7
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1714053.960 5 342810.792 8.840 .000a
Residual 7523033.299 194 38778.522
Total 9237087.258 199
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .393a .154 .133 4.037E11 1.956
a. Predictors: (Constant), AUDIT, INPD, DK, INST, KOMITE
b. Dependent Variable: BTG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1714053.960 5 342810.792 8.840 .000a
Residual 7523033.299 194 38778.522
Total 9237087.258 199
a. Predictors: (Constant), AUDIT, INPD, DK, INST, KOMITE
b. Dependent Variable: BTG
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
TABEL IV.8
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 160.381 124.052 1.293 .198
INST -119.244 69.291 -.115 -1.721 .087 .938 1.066
INPD -39.463 195.380 -.014 -.202 .840 .937 1.067
DK 7.507 6.509 .076 1.153 .250 .955 1.048
KOMITE 67.458 18.566 .251 3.633 .000 .883 1.133
AUDIT 119.754 30.235 .277 3.961 .000 .857 1.167
a. Dependent Variable: BTG
Temuan penelitian ini adalah bahwa variabel kepemilikan
institusional (INSTit) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel book
tax gap (BTGit). INSTit memiliki nilai signifikansi (0,008) yaitu INSTit >
5%. Keberadaan pemilik institusional tersebut mengindikasikan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tekanan dari pihak institusional kepada manajemen perusahaan untuk
melakukan kebijakan pajak yang agresif untuk memaksimalkan perolehan
laba untuk investor institusional (Khurana dan Moser, 2009). Hal ini
sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu seperti yang dipaparkan oleh
Pohan (2008) dalam artikelnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya, antara lain penelitian Shleifer dan Vishney (1986),
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemilik institusional memainkan
peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi
manajer. Seharusnya hal ini dapat memaksa manajemen untuk
menghindari perilaku mementingkan diri sendiri, tapi pemilik institusional
ini juga memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen membuat
keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
institusional, karena terkonsentrasinya struktur kepemilikan belum mampu
memberikan kontrol yang baik terhadap tindakan manajemen atas sikap
opportunitiesnya dalam melakukan manajemen laba (Isnanta, 2008). Jasen
dan Meckling (1976) dalam Sujoko (2006) memaparkan bahwa hasil
temuan penelitian ini menjadi tidak mendukung agency theory, karena
berdasarkan agency theory diprediksi terjadi pemisahan dengan fungsi
pengelolaan, tetapi hasil penemuan menunjukkan peranan pendiri
perusahaan sangat dominan dalam menentukan kebijakan perusahaan.
Nilai signifikansi variabel dewan komisaris independen (INDPit)
terhadap book tax gap (BTGit) adalah (0,840), sehingga hipotesis kedua
(H2) ditolak karena INDPit > 5%. Temuan penelitian ini adalah semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
besar prosentase variabel INDPit yang berasal dari luar perusahaan
menuntut manajemen bekerja lebih efektif dalam pengawasan dan
pengendalian pengelolaan perusahaan oleh direksi dan manajer, sehingga
keberadaan mereka tidak hanya menjadi simbol semata. Hasilnya kenaikan
prosentase dewan komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris
secara keseluruhan tidak signifikan mempengaruhi kebijakan tax
avoidance yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Penelitian Antonia
(2008) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen yang
merupakan bagian dari komisaris perseroan tidak melakukan fungsi
pengawasan secara baik terhadap manajemen. Hasil penelitian
Widianingdyah (2002) dalam Antonia (2008) juga yang menyatakan
bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak signifikan
mempengaruhi manajemen laba, sehingga adanya manipulasi dalam
menyajikan laporan keuangan yang mungkin dilakukan manajemen tidak
dapat dikendalikan oleh jumlah anggota dewan komisaris independen
yang semakin besar. Hal ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk
melakukan aktivitas manipulasi laba dan nantinya akan menguntungkan
perusahaan dalam hal perpajakan.
Signifikansi variabel jumlah dewan komisaris (DKit) terhadap book
tax gap (BTGit) adalah (0,250), yaitu DKit > 5%. Hasil pengujian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipotesis ketiga (H3) ditolak. Hasil data statistik
terkait jumlah dewan komisaris adalah tidak signifikan menunjukkan
bahwa banyak sedikitnya jumlah dewan komisaris dalam suatu perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak secara signifikan mempengaruhi penurunan aktivitas tax avoidance.
Berdasarkan 200 sampel yang diteliti, 56% perusahaan yaitu 112
perusahaan, sebagian saham yang beredar dimiliki oleh insider ownership
yaitu dewan komisaris. Dewan komisaris yang berperan sebagai pemegang
saham cenderung menginginkan hasil yang lebih besar, dengan kewajiban
pajak yang lebih kecil. Dalam penelitian Sefiana (2010) jumlah dewan
komisaris pada perusahaan sampel tidak berpengaruh untuk mengurangi
manajemen laba. Hal ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk
melakukan aktivitas manipulasi laba dan nantinya akan menguntungkan
perusahaan dalam hal perpajakan. Penelitian yang dilakukan Nasution dan
Setyawan (2007) dalam Sefiana (2010) memaparkan bahwa kondisi
tersebut dapat disebabkan karena sulitnya koordinasi antar anggota dewan
tersebut dan hal ini menghambat proses pengawasan yang harusnya
menjadi tanggung jawab dewan komisaris. Banyak atau sedikitnya
jumlah dewan komisaris dalam suatu perusahaan bukanlah menjadi
faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen
perusahaan, sehingga dapat ditarik garis merah bahwa efektivitas
mekanisme pengendalian aktivitas tax avoidance tergantung pada nilai,
norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu perusahaan serta
peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian terhadap
manajemen.
Hipotesis keempat (H4) ini diterima karena nilai probabilitas
KOMITEit < 5% yaitu (0,000). BEI mensyaratkan paling sedikit komite
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
audit harus tiga orang, kurang dari tiga orang maka tidak sesuai dengan
peraturan BEI (Pohan, 2008), jadi jika jumlah komite audit dalam suatu
perusahaan tidak sesuai dengan peraturan BEI maka akan meningkatkan
tindakan manajemen dalam melakukan minimalisasi laba untuk
kepentingan pajak (Pohan, 2008). Komite audit berfungsi memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan
kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian internal perusahaan
(Mayangsari, 2003). Sriwedari (2009) dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa keberadaan komite audit yang fungsinya untuk meningkatkan
integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan tidak dapat berjalan dengan
baik apabila tidak ada dukungan dari seluruh elemen dari dalam
perusahaan.
Hipotesis kelima (H5) ini diterima dengan nilai signifikansi 0,000
di mana nilai probabilitas AUDITit < 5%. Hasil dari penelitian ini adalah
signifikan jadi apabila suatu perusahaan diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) The Big Four akan semakin sulit melakukan kebijakan pajak
agresif. Jika nominal pajak yang harus dibayar terlalu tinggi biasanya akan
memaksa perusahaan untuk melakukan penggelapan pajak, maka semakin
berkualitas audit suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung
tidak melakukan manipulasi laba untuk kepentingan perpajakan (Chai dan
Liu, 2010). Penelitian Antonius dalam Luhgiatno (2008) menjelaskan
bahwa kredibilitas pelaporan keuangan eksternal menjadi suatu
permasalahan bagi para pemakai informasi keuangan yang disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh audit failures. Contohnya pada kasus Enron tahun 2000 yang
melaporkan pendapatannya lebih dari yang seharusnya dan dibenarkan
oleh Arthur Andersen sebagai auditor eksternalnya. Adanya manipulasi
pendapatan yang dilakukan nantinya juga dapat menguntungkan
perusahaan dalam hal pajak yang harus dibayar oleh Enron, sehingga tidak
menutup kemungkinan bahwa KAP yang bereputasi baik tidak melakukan
suatu tindak kecurangan. Kasus ini menjadi perhatian karena akibatnya
menjatuhkan reputasi Arthur Anderson (Luhgiatno, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV,
maka pada Bab V ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian,
keterbatasan, dan rekomendasi yang diberikan peneliti.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang dilakukan dalam penelitian
ini, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti
tidak terdapat pengaruh signifikan kepemilikan institusional terhadap tax
avoidance perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan
demikian berarti H1 ditolak.
2. Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti
tidak terdapat pengaruh signifikan komposisi dewan komisaris
independen terhadap tax avoidance perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2008, dengan demikian berarti H2 ditolak.
3. Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik tidak
terbukti terdapat pengaruh signifikan dewan komisaris terhadap tax
avoidance perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan
demikian berarti H3 ditolak.
4. Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti
terdapat pengaruh signifikan komite audit terhadap tax avoidance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan demikian berarti
H4 diterima.
5. Hasil uji analisis regresi menunjukkan bahwa secara statistik terbukti
terdapat pengaruh signifikan kualitas audit terhadap tax avoidance
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, dengan demikian berarti
H5 diterima.
B. Keterbatasan
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan
oleh peneliti berikutnya. Beberapa keterbatasan tersebut adalah sebagai
berikut ini :
1. Penelitian ini tidak menggunakan variabel jenis industri sebagai variabel
kontrol, sehingga tidak dapat mengidentifikasi pengaruh tiap jenis industri
terhadap tax avoidance.
2. Pada penelitian ini pengujian hanya dilakukan dengan menguji pengaruh
tiap-tiap komponen corporate governance secara terpisah (partial)
terhadap tax avoidance sehingga tidak dapat menangkap pengaruh
komponen corporate governance secara utuh.
3. Pengukuran tax avoidance masih bersifat taksiran dan pendekatan, bukan
angka yang sebenarnya karena alasan untuk mendapatkan data pajak yang
dibayar sebenarnya adalah sulit dan pengukuran tersebut dikalangan ahli
masih diperdebatkan serta oleh para peneliti masih dicari kemungkinan
alternatif proksi untuk ukuran tax avoidance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Rekomendasi
Tema pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance merupakan
tema penelitian yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Beberapa
rekomendasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pengaruh
corporate governance terhadap tax avoidance, antara lain:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memasukan variabel jenis industri,
sehingga dapat diketahui pengaruh corporate governance terhadap tax
avoidance pada tiap-tiap jenis industri.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi pengukuran corporate
governance secara comprehensive (bersama-sama) terhadap tax
avoidance, misalnya menggunakan corporate governance indeks, sehingga
dapat dilihat pengaruh corporate governance secara utuh.
3. Penelitian selanjutnya apabila data pajak penghasilan perusahaan
memungkinkan untuk diperoleh, maka data tersebut dapat digunakan
sebagai proksi tax avoidance yang lebih akurat.