PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR …
Transcript of PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR …
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Disusun Oleh :
DEWI NURWULAN
NIM: 1110011000123
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Prestasi Belajar
Siswa, jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Isam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 07 Mei 2015
Yang mengesahkan
Pembimbing
Tanenji, MA
NIP. 19720712 199803 1 004
ABSTRAK
Dewi Nurwulan. Pengaruh budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa.
Skripsi. Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama
Islam. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya sekolah terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di SMP IT
Almaka.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi dengan pendekatan
kuantitatif. Dalam penelitian ini pupulasi siswa SMP Islam Terpadu (IT) Almaka
sebanyak 189 siswa. Dan sampel yang diambil hanya 40 orang dari keseluruhan
siswa. Untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh budaya sekolah terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI dihitung menggunakan rumus korelasi
product moment dimana tahap pertama peneliti menghitung terlebih dahulu jumlah
rata-rata dari seluruh hasil belajar sampel siswa mata pelajaran pendidikan agama
Islam kemudian menghitung skor hasil dari angket yang sudah disebar terkait dengan
budaya sekolah, barulah setelah itu digabungkan keduanya dalam rumus korelasi
product moment.
Hasil penelitian menunnjukkan bahwa korelasi sangat lemah antara pengaruh
budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP IT
Almaka sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel
X dan Y).
Hasil penelitian diperoleh besarnya rxy yaitu 0,30 dan tabel nilai “r” product
moment pada taraf signifikansi 5 % diperoleh nilai rtab = 0,320, sedangkan pada
taraf signifikansi 1 % = 0,413 karena rtab pada signifikansi 5% maupun 1 % lebih
besar dari rxy maka pada taraf signikansi 5% maupun 1% hipotesis alternatif ditolak,
karena tidak teruji kebenarannya yang berati bahwa pada taraf signikansi 5% maupun
1% itu tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel
Y.
ABSTRACT
Dewi Nurwulan. The Effect of School Culture on Student Achievement. Thesis.
Jakarta. Tarbiyah Science Faculty and Islamic Higher Education Major.
This study aims to determine the effect of school culture on student achievement
in the subject of Islamic Education (PAI) at IslamTerpadu (IT) Almaka Junior High
School.
This study uses correlation research methodwitha quantitative approach. The
student populationon Islam Terpadu (IT) Almaka Junior High School numbered189
students, and this samples are taken only 40 of the total students.
This sample aims to know how much influence school culture on student
achievement in the Islamic religious education subject (PAI), calculated using by the
product moment correlation formula. The first stage the researcher calculate in
advance the amount ofthe average of all learning out comesa student sample subjects
Islamic religious education then calculate the score result of the question naire have
been deployed related to the culture of the school, after that incorporated both in
product moment correlation formula.
The results showed that very weak correlation between the influence of school
culture on student achievement in the subjects Islamic religious education (PAI) at IT
Almaka junior high school, so that the correlation was ignored (considered to be no
correlation between the variables X and Y).
The results obtained by the magnitude of rxy is 0,30 and the values table "r"
product moment at the 5% significance values level obtained rtab = 0,320, while at
the significance level of 1% = 0,413 because rtab the significance 5% and 1% greater
than rxy then at level significance of 5% and 1% of the alternative hypothesis is
rejected, because it is not verified, which means that the significance level of 5% and
1% there are no significant positive correlation between the variable X and Y
variable.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan dapat diajukan serta
dipertanggungjawabkan. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program bidang
studi pendidikan agama Islam.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-
kekurangan tersebut terutama disebabkan oleh kelemahan dan keterbatasan
pengetahuan serta kemampuan penulis sendiri. Hanya dengan kearifan dan
bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan teguran, saran dan kritik yang
konstruktif, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil sehingga skripsi ini
akan memberikan manfaat yang maksimal.
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA
2. Dr. H. Abdul Majid khon, M. Ag dan Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku ketua
dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Dr. Zaimudin, MA selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Tanenji, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh
kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Mama dan ayah, terima kasih atas cinta kasih yang tak pernah putus. Adik-
adik tercinta, Erivia, tempat penulis berbagi cerita cita-cita dan banyak
cerita rahasia tentang penghuni hati kami. Abang Fakhrul, Syifa, de Zahra
dan de Reza, yang selalu membuat gemas sekaligus rindu.
6. Sahabat-sahabat tersayang, Tami, Gilang, Ittaqi, Kiki, Anisa, Moudiya,
Henti, Iis, Deblo, Indah, Dine, Dian, Nur, Mumun, Enjep, Fani, Amel,
Ahmad, Fauzi, Faris, Ridwan, Naufal, Rizky, Teguh, Makki, dan sahabat-
ii
sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih, masa-
masa bersama kalian tidak akan pernah terlupakan, penulis berharap di
masa depan kita masih memiliki waktu untuk mengulang kembali masa-
masa itu tanpa merasa tua.
7. Keluarga besar Kahfi Bagus Brain Communication (BBC) Motivator
School. Terlebih pada guru sehat, Bapak Tubagus Wahyudi. Terima kasih
atas kesempatan besar ini. Penulis bahagia menjadi bagian dari keluarga
besar Kahfi.
8. Seluruh pihak dari SMP IT Almaka yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah selama 4 bulan lamanya.
9. Serta pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhirmya, sekecil apa pun sumbangan yang mungkin dapat diberikan, mudah-
mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan diridlai Allah. Amin.
Jakarta, 07 Mei 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian..................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik .................................................................... 8
1. Budaya Sekolah ................................................................. 8
a. Pengertian Budaya....................................................... 8
b. Unsur-unsur Budaya .................................................... 10
c. Budaya Organisasi....................................................... 11
d. Fungsi Budaya Organisasi ........................................... 13
e. Pengertian Budaya Sekolah ......................................... 14
f. Unsur-unsur Budaya Sekolah ...................................... 18
2. Prestasi Belajar .................................................................. 19
a. Pengertian Prestasi Belajar .......................................... 19
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .. 20
c. Indikator Prestasi Belajar ............................................ 22
d. Prinsip-prinsip Belajar................................................. 24
e. Pengukuran Prestasi Belajar ........................................ 27
iv
3. Pendidikan Agama Islam .................................................. 30
a. Pengertian pendidikan Agama Islam........................... 30
b. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ............. 31
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam ................................ 33
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................ 35
B. Hasil penelitian yang Relevan ................................................. 36
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 37
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 40
B. Metode Penelitian .................................................................... 40
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 40
D. Variable Penelitian ................................................................. 42
E. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................... 42
F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data .................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ......................................................................... 49
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ....... 56
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 86
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 90
B. Saran ........................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Matrik populasi ........................................................................... 41
Tabel 3.2 Matrik Sampel ............................................................................. 41
Tabel 3.3 Skala Penilaian Pernyataan Positif ............................................. 44
Tabel 3.4 Skala Penilaian Pernyataan Negatif ............................................ 44
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................... 46
Tabel 4.1 Ruangan dalam Bangunan SMP IT Almaka ............................... 51
Tabel 4.2 Kegiatan Pembiasaan .................................................................. 52
Tabel 4.3 Data Peserta Didik SMP IT Almaka Tahun Pelajaran
2014-2015 ................................................................................... 54
Tabel 4.4 Kegiatan Ekstrakurikuler ............................................................ 54
Tabel 4.5 Seragam Sekolah ......................................................................... 55
Tabel 4.6 Penafsiran Persentase .................................................................. 57
Tabel 4.7 Membaca Doa Secara Bersama-sama sebelum Memulai
Pelajaran ...................................................................................... 57
Tabel 4.8 Menyapa dan Mengucapkan Salam Ketika Bertemu dengan
Guru ............................................................................................ 58
Tabel 4.9 Menggunakan Bahasa yang Sopan saat Berbicara dengan
Guru ............................................................................................ 58
Tabel 4.10 Menggunakan Bahasa yang Sopan Saat Berbicara dengan
Orang Tua ................................................................................... 59
Tabel 4.11 Guru dan Kepala Sekolah akan Memberikan Penghargaan
bagi Siswa yang Berprestasi ....................................................... 59
Tabel 4.12 Sekolah Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk
Menunjang Belajar Siswa ........................................................... 60
Tabel 4.13 Sekolah Menciptakan Suasana yang Nyaman dan Aman
untuk Belajar ............................................................................... 60
Tabel 4.14 Sekolah Mewajibkan Siswa Memakai Atribut Sekolah
dengan Lengkap .......................................................................... 61
Tabel 4.15 Setiap Ruangan di Sekolah Ini Diatur dengan Rapih dan
vi
Bersih, sehingga Menciptakan Rasa Nyaman ............................. 61
Tabel 4.16 Sekolah Menyediakan Tempat Sampah di Setiap Kelas ............ 62
Tabel 4.17 Setiap Siswa Ikut Bertanggung Jawab terhadap Kebersihan
dan Keamanan Sekolah ............................................................... 62
Tabel 4.18 Guru akan Menegur Siswa Yang tidak Mengikuti
Kegiatan Pembelajaran Pai tanpa Keterangan ............................ 63
Tabel 4.19 Antusias dan Semangat dalam Mengikuti Setiap Kegiatan
Sekolah ........................................................................................ 63
Tabel 4.20 Menjaga Nama Baik Sekolah dengan Berperilaku Baik
dalam Kehidupan Sehari-hari ..................................................... 64
Tabel 4.21 Kondisi Setiap Bangunan di Sekolah Terawat dengan Baik,
sehingga Merasa Aman dan Nyaman Menggunakannya ............ 64
Tabel 4.22 Di Setiap Kelas Terpampang Tata Tertib Siswa dengan
Penataan yang Mudah Dilihat ..................................................... 65
Tabel 4.23 Percaya dan Meyakini Bahwa Setiap Kegiatan Sekolah
Adalah Bermanfaat Bagi Kehidupan ......................................... 65
Tabel 4.24 Membaca Al-Quran dan Melaksanakan Sholat Berjamaah,
Baik Ketika Berada Di Sekolah Maupun di Rumah ................... 66
Tabel 4.25 Aktif dan Antusias dalam Mengikuti Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kelas .................................... 66
Tabel 4.26 Mencari Berbagai Sumber Belajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) .................................................. 67
Tabel 4.27 Keindahan Sekolah Terjaga dengan Baik ................................... 67
Tabel 4.28 Kebersihan Sekolah Mendukung Proses Belajar dengan Baik .. 68
Tabel 4.29 Sekolah adalah Tempat Yang Menyenangkan ............................ 68
Tabel 4.30 Senang dan Bersemangat dalam Mengikuti Kegiatan Sekolah .. 69
Tabel 4.31 Ikut Berpartisipasi dalam Mengikuti Kegiatan Sekolah ............. 69
Tabel 4.32 Memahami Apa yang Telah Dipelajari Di Sekolah .................... 70
Tabel 4.33 Belajar Sesuatu di Luar Sekolah untuk Menambah
Pengetahuan ................................................................................ 70
Tabel 4.34 Taat terhadap Peraturan Sekolah ................................................ 71
vii
Tabel 4.35 Kepala Sekolah dan Guru akan Memberikan Sanksi yang Tegas
bagi Siswa yang Melanggar Peraturan Sekolah .......................... 71
Tabel 4.36 Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah Salah Satu Mata
Pelajaran ...................................................................................... 72
Tabel 4.37 Perhitungan Variabel X (Budaya Sekolah)
................................................. 81
Tabel 4.43 Mencari Korelasi antara Variabel X dengan Variabel Y ............ 82
................................ 76
Tabel 4.39 Klasifikasi Skor Angket
................................. 73
Tabel 4.38 Variabel X (Skor Angket Budaya Sekolah)
.... 80
Tabel 4.42 Skor Variabel X dan Variabel Y
.............................................................. 78
Tabel 4.40 Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI) ........... 78
Tabel 4.41 Klasifikasi Prestasi Belajar Murid Pada Mata Pelajaran PAI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha
masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah
proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga
proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses
pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan
penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera,
serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Seperti yang tertuang dalam Undang-undang No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Pendidikan merupakan faktor penting dan menentukan dalam
kehidupan suatu bangsa yang berbudaya. Kemajuan suatu bangsa sangat
tergantung pada tingkat pendidikan yang diperolehnya. Sistem pendidikan
nasional dilaksanakan untuk meningkatkan kehidupan bangsa yang bermutu,
1 UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta, Sinar Grafika, 2003), cet.
Ke-1, hal. 5-6.
2
baik dalam arti moral-spiritual maupun intelektual. Pendidikan agama dalam
hal ini memiliki peran dan kontribusi yang besar dalam mewujudkan bangsa
yang bermutu.
Kedudukan pendidikan agama sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Azra sebagai mana yang dikutip oleh Abdul Majid bahwa
kedudukan pendidikan agama (pendidikan agama Islam) dalam berbagai
tingkatnya mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem pendidikan
nasional untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertakwa serta berakhlak
mulia.2
Pendidikan agama merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional yang memiliki kontribusi besar dalam penanaman nilai-nilai moral-
spiritual. Penanaman nilai-nilai ini sangat diprioritaskan dalam pembelajaran
pendidikan agama, karena penting dalam pembentukan sikap dan perilaku
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan pendidikan agama Islam merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Hal ini ditegaskan
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (pasal
5-11) tentang hak dan kewajiban warga Negara, orang tua, masyarakat, dan
pemerintah dalam pendidikan.3
Pendidikan agama mengalami beberapa kendala, di antaranya
menyangkut sempitnya waktu yang tersedia untuk mengurai materi (bahan
ajar) yang sangat padat. Dalam prosesnya materi tersebut juga lebih terfokus
pada pengayaan pengetahuan dan minim dalam pembentukan sikap dan
pembiasaan, belum lagi menyangkut ketersediaan sarana dan prasarana yang
memadai.
Masalah mendasar yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan
agama di sekolah adalah hasil pelaksanaan pendidikan agama yang kurang
optimal karena pendidikan agama dirasakan sebagai pengajaran yang kurang
2 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 164. 3 Ibid., h. 164.
3
menyentuh aspek sikap, perilaku, dan pembiasaan. Kurang optimalnya
pendidikan agama sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kualitas
sumber daya manusia (SDM), keterbatasan waktu, dan budaya sekolah yang
dikembangkan.
Hal ini juga dijelaskan oleh Muhaimin dan kawan-kawan bahwa
memang terdapat kritik tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam yang
sedang berlangsung. Ia mengutip dari Mochtar Bukchori yang menilai bahwa
kegagalan pendidikan agama disebabkan karena praktik pendidikannya hanya
memperhatikan aspek kognitif semata, sehingga kurang diperhatikan atau
mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan dan
tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Yang pada akhirnya
mengakibatkan adanya kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan
dalam kehidupan nilai agama. Mochtar Bukchori juga menyatakan bahwa
kegiatan agama yang berlangsung selama ini kebanyakan kurang berinteraksi
dengan kegiatan pendidikan lainnya. Hal ini dinilai kurang efektif.
Seyogyanya para guru agama harus bisa bekerja sama dengan guru-guru non-
agama dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Telah dikatakan juga oleh
Soedjatmoko bahwa harus berusaha mengintegrasikan dan
mengsinkronisasikan antara pendidikan agama dengan program-proogram
pendidikan lainnya agar terdapat relevansi terhadap perubahan sosial yang
terjadi di masyarakat.4
Disamping itu juga masih terdapatnya keluhan masyarakat terhadap
kurang berhasilnya pengajaran pendidikan agama di sekolah, seperti tawuran
antar pelajar, penyalahgunaan obat-obat terlarang, dan lainnya. Meskipun
diakui bahwa kurang berhasilnya pendidikan agama Islam di sekolah bukan
semata-mata disebabkan oleh guru pendidikan agama, akan tetapi juga oleh
aspek lain, seperti sarana dan prasarana yang tersedia, kurikulum yang kurang
tepat, kepala sekolah yang kurang professional, dan juga lingkungan yang
kurang kondusif.
4 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan
Tinggi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 23.
4
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, tentunya pendidikan
agama Islam di sekolah memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena
itu, Pendidikan agama Islam di Indonesia dimasukkan ke dalam kurikulum
nasional dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan
agama Islam dinilai sangat penting, dengannya guru berusaha secara sadar
mendidik siswa untuk diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani
sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan
ajaran agama. Demi mewujudkan harapan setiap guru yaitu membantu
terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam harus
diberikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia perlu pembinaan secara
terus menerus dan berkelanjutan di luar jam pelajaran pendidikan agama, baik
di dalam maupun di luar kelas, atau di luar jam sekolah. Bahkan diperlukan
pula kerja sama yang harmonis dan interaktif di antara pihak sekolah yang ada
di dalamnya.
Agar tidak terpengaruh dengan budaya-budaya tidak baik, maka perlu
adanya pembenahan budaya yang ada di sekitar dengan menyaring dan
merubah budaya yang tidak baik, yaitu yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku menjadi budaya yang baik melalui pengembangan budaya
sekolah demi meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama Islam. Hal ini
merupakan kewajiban bagi setiap masyarakat terlebih lagi bagi lembaga
pendidikan yang dituntut untuk mampu membawa, melatih, mengarahkan, dan
mendidik siswa ke arah yang lebih baik dan menjadikan mereka insan yang
berbudi pekerti baik, berakhlak mulia, dan berintelektual tinggi.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang wajib
mengupayakan agar siswa dapat mengalami kemajuan setelah melalui proses
pembelajaran.5 Sekolah juga merupakan suatu organisasi yang memiliki
budaya tersendiri yang membentuk corak dari sistem yang utuh dan khas.
5Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan,
(Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h. 142.
5
Pelaksananaan pendidikan agama di sekolah tidak hanya dilihat semata-mata
menjadi tanggung jawab guru pendidikan agama. Namun, sepatutnya
dilaksanakan secara sistemik. Artinya, semua komponen sekolah terlibat
melaksanakan pembinaan dan pengembangan moral dan akhlak terpuji siswa.
Sekolah juga dapat mengkondisikan suasana yang mendukung
pencapaian tujuan pendidikan agama Islam, yang dalam hal ini sebagai budaya
sekolah yang mempengaruhi dan mengikat semua komponen sekolah,
termasuk siswa sebagai sasaran utamanya. Maka sekolah perlu
mengembangkan budaya sekolah yang berupa nilai-nilai disiplin, rasa
tanggung jawab, kejujuran, berfikir rasional, etos belajar, dan sebagainya.
Penulis mengutip sebuah kesimpulan yang disampaikan oleh Suprapto,
yaitu budaya sekolah akan menumbuhkan motivasi belajar siswa menjadi
lebih optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif, memupuk rasa tanggung
jawab, dan rasa kebersamaan siswa. Dan pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam.
Dari penjabaran di atas penulis tertarik untuk membahas hal tersebut
dalam rangka untuk ikut membantu mengembangkan budaya sekolah dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa, yang tertuang dalam judul skripsi
“Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran PAI”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan yang akan diteliti yakni sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah masih kurang
optimal.
2. Kualitas sumber daya manusia (SDM) di sekolah masih rendah.
3. Pembelajaran PAI bukan diarahkan pada pencapaian dan penguasaan
kompetensi, akan tetapi terfokus pada aspek kognitif, sehingga
pembelajaran identik dengan hafalan dan ceramah.
6
4. Alokasi waktu yang tersedia pada mata pelajaran PAI sangat sedikit
sedangkan materinya sangat padat.
5. Penilaian yang dilakukan cenderung hanya kepada satu aspek saja
(kognitif).
6. Keterbatasan waktu dan budaya sekolah yang dikembangkan.
7. Lingkungan yang kurang mendukung terhadap pembalajaran PAI
(terbatasnya sarana dan prasarana).
8. Budaya sekolah yang belum direalisasikan secara optimal.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan mudah untuk
dipahami, maka penulis memberikan batasan-batasan permasalahan sebagai
berikut:
1. Budaya sekolah yang dimaksud adalah budaya sekolah yang terkait
langsung dengan siswa, yaitu berupa peraturan atau tata tertib sekolah.
Tata tertib sekolah dimaksudkan sebagai rambu-rambu bagi siswa dalam
bertingkah laku dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari di sekolah yang
dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif. Tata tertib dibuat
berdasarkan nilai-nilai yang dianut sekolah dan masyarakat sekitar yang
meliputi nilai ketakwaan, sopan santun, kedisiplinan, ketertiban,
kebersihan, kesehatan, kerapihan, keamanan dan nilai-nilai yang
mendukung kegiatan pembelajaran yang efektif.
2. Prestasi belajar adalah segala yang dicapai siswa, baik yang berhubungan
dengan pengetahuan (kognitf), sikap (afektif), dan pengamalan ajaran
agama Islam (keterampilan/keterampilan) dalam kurun waktu tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Hal tersebut dibatasi pada prestasi
belajar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang diambil
dari rapor semester genap siswa kelas VII dan VIII di SMP IT Almaka
Jakarta tahun ajaran 2013-2014.
7
D. Perumusan Masalah
Dalam upaya membahas judul di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh budaya sekolah tehadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam?
2. Apa kendala atau faktor penghambat dan pendukung guru dalam
menerapkan tata tertib sekolah terhadap siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penelitian, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana pengaruh budaya sekolah terhadap prestasi belajar
pendidikan agama Islam di SMP IT Almaka Jakarta.
2. Mengetahui kendala atau faktor penghambat dan pendukung guru dalam
menerapkan tata tertib sekolah.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi berbagai
pihak dalam mengembangkan budaya sekolah di antaranya adalah:
1. Bagi lembaga pendidikan pada umumnya, penelitian ini dapat berguna
untuk bahan evaluasi dan perbandingan bagi lembaga-lembaga pendidikan
di Indonesia menuju civitas akademika yang berkarakter mulia.
2. Bagi dunia keilmuan, penelitian ini bisa menjadi bahan wacana dan
diskusi hangat yang turut memberi sumbangsih untuk memperkaya
khazanah intelektual dan keilmuan yang terkait dengan pengembangan
budaya sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi siswa.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Budaya Sekolah
a. Pengertian Budaya
Berdasarkan etimologi, budaya adalah pikiran, akal budi, adat
istiadat, atau sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang.1
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu budhayah yaitu budi
yang artinya akal atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal
pikiran manusia.2 Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya
yang berarti cinta, karsa, dan rasa. 3 Demikian juga dengan istilah yang
artinya sama, yaitu kultur. Dalam bahasa Inggris kata budaya berasal
dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata
cultuur, dalam bahasa Latin berasal dari kata colere. Colere berarti
megolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah
(bertani).4 Maka secara etimologi, budaya atau kultur dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran manusia
untuk mengolah atau mengerjakan sesuatu.
Menurut Gibson sebagaimana dikutip oleh Triatna mengartikan
kultur sebagai berikut:
“Kultur mengandung pola eksplisit maupun implisit dari dan
untuk perilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan dalam simbol,
menunjukkan hasil kelompok manusia secara berbeda, termasuk
benda-benda hasil ciptaan manusia. Inti semua dari kultur terdiri dari
ide-ide tradisional (turun-temurun dan terseleksi) dan terutama pada
nilai yang menjajah (historisitas).”5
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Ed.
IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 214. 2 Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta:
Bumi aksara, 2005), cet. I, h. 96. 3 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Ed. 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), cet. 3, h. 27 4 Abu ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), cet. 1, h. 58
5 Triatna, loc.cit., h. 96.
9
Budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh
suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara berpikir, perilaku,
sikap, nilai yang tercermin baik wujud fisik maupun abstrak.6 Budaya
dapat dilihat sebagai perilaku, nilai-nilai, sikap hidup dan cara hidup
untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, sekaligus untuk
memandang persoalan dan memecahkannya. Oleh karena itu, suatu
budaya secara alami akan diwariskan oleh satu generasi ke generasi
berikutnya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan budaya dalam
dua pandangan, yaitu pertama, hasil kegiatan dan penciptaan batin
(akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat;
kedua, menggunakan pendekatan antropologi, yaitu keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami lingkungan serta pengalaman dan yang menjadi pedoman
tingkah lakunya.7
Kebudayaan dapat tampak dalam bentuk perilaku masyarakat,
hasil dari pemikiran yang direfleksikan dalam sikap dan tindakan. Ciri
yang menonjolnya antara lain adanya nilai-nilai yang dipersepsi,
dirasakan, dan dilakukan. Hal tersebut dikukuhkan oleh pendapat
Tasmara sebagaimana dikutip oleh Triatna yang mengatakan tentang
kandungan utama yang menjadi esensi budaya, yaitu sebagai berikut:
1) Budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai dan
lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan hidup yang
akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku (The total way of life a
people).
2) Adanya pola nilai, sikap, tingkah laku (termasuk bahasa), hasil
karsa dan karya, termasuk segala instrumennya, sistem kerja, dan
ternologin (a way thinking, feeling, and beleieving).
6 Choirul Fuad Yusuf, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pena
Citasatria, 2008), Cet. Ke-I, h. 17. 7 Departemen Pendidikan Nasional. Loc. cit.
10
3) Budaya merupakan hasil pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan,
dan proses seleksi (menerima atau menolak) norma-norma yang
ada dalam cara dirinya berinteraksi sosial atau menempatkan
dirinya di tengah-tengah lingkungan tertentu.
4) Dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan
ketergantungan (interdependensi) baik sosial maupun lingkungan
nasional.8
Kesimpulannya adalah bahwa budaya merupakan pandangan hidup
yang dapat berupa nilai-nilai, norma, kebiasaan, hasil karya, pengalaman,
dan tradisi yang mengakar di suatu masyarakat serta mempengaruhi sikap
dan perilaku masyarakat tersebut.
b. Unsur-unsur Budaya
Budaya memiliki unsur yang universal yang merupakan unsur
yang ada dari semua budaya yang pasti bisa ditemukan di dunia ini.
Adapun unsur-unsur budaya yang universal tersebut terdiri dari tujuh
unsur berikut:
1) Sistem religi dan upacara keagamaan
2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan
3) Sistem pengetahuan
4) Bahasa
5) Kesenian
6) Sistem mata pencaharian hidup
7) Sistem teknologi dan peralatan9
Jika dilihat dari susunan tata urut dari unsur-unsur budaya yang
universal yang telah disebutkan di atas, maka unsur-unsur yang
terletak pada deretan paling atas merupakan unsur yang lebih sukar
diubah atau mudah terpengaruh oleh budaya lain, dari pada unsur-
unsur yang terletak di deretan setelahnya. Karena sistem religi
memang biasanya mengalami perubahan lebih lambat dibandingkan
8 Triatna, op.cit., h. 97.
9 Koentjaraningrat, Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2.
11
dengan misalnya sistem teknologi atau suatu peralatan bercocok tanam
tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa ketujuh unsur tersebut merupakan
unsur yang ada pada semua budaya yang pasti bisa ditemukan di dunia
ini yang dapat dilihat tingkat kesukaran perubahannya sesuai dengan
urutannya yaitu sistem religi dan upacara keagamaan lebih lambat
perubahannya dibandingkan dengan unsur-unsur budaya yang lain.
c. Budaya Organisasi
Budaya organisasi terdiri dari kata budaya dan organisasi.
Definisi budaya telah diuraikan sebelumnya, definisi selanjutnya ialah
organisasi. Organisasi adalah pengaturan personil guna memudahkan
pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi
fungsi dan tanggung jawab. Organisasi juga diartikan sebagai kerja
sama antar dua orang atau lebih, suatu sistem aktivitas-aktivitas atau
kekuatan-kekuatan yang dikoordinasikan secara sadar.10
Menurut para ilmuwan sebagaimana dikutip oleh Triatna,
budaya organisasi dapat diartikan sebagai berikut:
1) Menurut Robbins, budaya organisasi: “Organization
culturs refers to a system of shared meaning held by
members that distingulshes the organization from other
organizations.” Yang berarti bahwa budaya organisasi
merupakan sistem nilai dan kepercayaan yang dianut
bersama oleh anggota organisasi yang membedakan antara
organisasi satu dengan organisasi yang lainnya.
2) Menurut Hodge and Anthony, budaya organisasi
merupakan perpaduan nillai-nilai, keyakinan, asumsi-
asumsi, pemahaman dan harapan yang diyakini oleh
anggota organisasi atau kelompok serta dijadikan
10
Suprapto, Ed., Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan (Pengaruh Budaya Sekolah dan
Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam), (Jakarta: PT Pena Citrasatria, 2008),
cet.1, h.15.
12
pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah yang
mereka hadapai.11
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi adalah merupakan pandangan berupa nilai, norma,
keyakinan, asumsi-asumsi dari sekelompok orang dalam suatu
organisasi yang dijadikan sebagai pedoman bagi perilaku anggota
organisasi serta sebagai pembeda antara organisasi yang satu dengan
organisasi yang lain.
Dalam suatu organisasi ada dua aspek yang harus ada, yaitu
aspek fisik atau aspek hard yang tampak dalam struktur, kebijakan,
peraturan-peraturan, teknologi, dan keuangan yang pengukurannya
mudah dikuantifikasikan serta dikontrol secara kasat mata. Aspek
kedua adalah aspek yang bersifat psikolgi atau aspek soft yang
menyangkut sisi manusiawi dari organisasi (The human side of
organization) seperti nilai-nilai, kepercayaan, keyakinan, budaya, dan
norma-norma perilaku adalah aspek yang tidak mudah untuk
mengukurnya, tetapi sangat berperan dalam memacu organisasi
menuju arah yang ingin dicapai. Kedua aspek ini sangat diperlukan
dalam suatu organisasi agar dapat tercapai apa yang diinginkan.12
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang tidak
terlihat, tetapi dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan orang
yang bekerja dalam suatu organisasi. Seperti halnya pribadi seseorang,
organisasi selalu unik dan ingin tampil khas, masing-masing organisasi
memiliki budayanya sendiri-sendiri, hal ini karena dipengaruhi oleh
visi dan misi serta tujuan yang dimiliki. Betapa penting dan kuatnya
budaya organisasi tersebut terhadap perilaku semua individu yang ada
di dalamnya, maka sudah menjadi kewajiban suatu organisasi
11
Triatna, op.cit., h. 101. 12
Triatna, op.cit., h. 99.
13
membangun arah dan strategi yang membentuk budaya yang kuat yang
dipatuhi oleh semua anggotanya.13
Dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan
pandangan berupa nilai, norma, keyakinan, asumsi-asumsi dari
sekelompok orang yang ada dalam suatu organisasi serta sebagai
pembeda antara organisasi yang satu dengan yang lain. Budaya
organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku semua
individu yang berada di dalamnya. Maka sudah menjadi kewajiban
suatu organisasi membangun arah dan strategi yang membentuk
budaya yang kuat yang dipatuhi oleh semua anggotanya agar
organisasi dapat mencapai apa yang diinginkannya.
d. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi yang kuat akan memberikan dampak positif
pada kinerja instuisi secara umum, sebab budaya organisasi akan
mengarahkan perilaku para pegawai dan manajemen organisasi.
Triatna mengutip pendapat Siagian bahwa terdapat lima fungsi penting
budaya organisasi, yaitu:
1) Sebagai penentu batas-batas perilaku dalam arti menentukan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, apa yang dipandang baik
dan dipandang tidak baik, dan menentukan yang benar dan salah;
2) Menumbuhkan jati diri organisasi dan para anggotanya;
3) Menumbuhkan komitmen terhadap kepentingan bersama di atas
kepentingan individual atau kelompok sendiri;
4) Sebagai tali pengikat bagi semua anggota organisasi;
5) Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang
bersangkutan.14
Budaya organisasi dalam peranannya sebagai pembatas yang
membedakan satu organisasi dengan organisasi lain serta memberikan
identitas pada anggota organisasi. Budaya organisasi yang meresap
13
Ibid., h. 98. 14
Ibid., h.110.
14
pada diri anggotanya akan menumbuhkan suatu komitmen. Komitmen
yang diartikan sebagai suatu kondisi ketika anggota organisasi
memberikan segenap kemampuannya dan loyaitas tertinggi terhadap
organisasi, di mana dengan cara itu mereka memperoleh kepuasan.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya organisasi adalah
untuk menunjukkan mekanisme kontrol terhadap norma dan perilaku,
sebagai identitas, dan meningkatkan komitmen bersama setiap anggota
organisasi untuk mendapatkan kepuasan tersendiri dalam
berorganisasi.
e. Budaya Sekolah
Definisi budaya sekolah menurut Deal and Peterson adalah
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah,
guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar. Budaya
sekolah merupakan semangat, sikap, dan perilaku pihak-pihak yang
terkait dengan pihak sekolah, atau pola perilaku serta kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan oleh pihak sekolah secara koonsisten dalam
menyelesaikan berbagai masalah.15
Sedangkan menurut pendapat yang lain, budaya sekolah adalah
keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim
sekolah yang secara produktif mampu memberikan pengalaman baik
bagi brtumbuhkembangnya kecerdasan, keterampilan, dan aktivitas
siswa. Budaya sekolah dapat ditampilkan dalam bentuk hubungan
kepala sekolah, guru, karyawan, kedisipinan, rasa tanggung jawab,
berpikir rasional, motivasi belajar, dan kebiasaan memecahkan
masalah secara rasional.16
Budaya sekolah dirumuskan oleh Philips sebagai “The beliefs,
attitudes, and behaviors wich characterize a school” yakni keyakinan,
15
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Mengurai Benai Kusut Dunia
Pendidikan), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 133. 16
Suprapto, op.cit., h. 17.
15
perilaku, dan kebiasaan yang menjadi karakter sekolah.17
Sedangkan
MC.Brien dan R.S Brandt mendefinisikan budaya sekolah sebagai
berikut: “Definition of School Culture: the sum of the values, cultures,
practices, and organizational of structures within a school that cause
it to function and react with particular ways” yang bermakna, budaya
sekolah adalah sejumlah nilai-nilai, budaya-budaya, penerapan-
penerapan, dan struktur organisasi yang ada dalam sebuah sekolah
yang memfungsikan serta mengarahkan ke arah-arah tertentu.
Budaya menurut perspektif Islam adalah sekumpulan nilai-nilai
dan norma-norma yang dianut serta diterapkan dalam tradisi kehidupan
umat Islam yang terikat dengan aqidah, syariat, dan akhlak Islam yang
terkandung dalam al-Quran dan sunah Nabi sebagai prinsip pokok
yang dianut dan senantiasa disosialisasikan serta dikembangkan dalam
kehidupan sehari-hari.18
Hal ini mencerminkan bahwa sekolah berfungsi untuk
mewariskan ajaran-ajaran Islam dengan berbagai nilai-nilai
kebudayaan ke dalam kehidupan siswa, yang senantiasa tumbuh dan
berkembang sebagai nilai-nilai dan simbol-simbol tingkah laku dan
menjadi panutan sebagai pola-pola kebudayaan dalam kehidupan
sehari-hari. Pepatah arab mengatakan:
عليه ب شا شيئ على شب من
"Barangsiapa yang membiasakan sesuatu (di hari mudanya),
maka ia akan terbiasa olehnya (di hari tuanya)".
Mencermati beberapa definisi sekolah yang telah dipaparkan di
atas dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah keseluruhan
nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
17
Triatna, loc.cit., h. 101. 18
Sunardin, S, Revitalisasi Budaya dan Tradisi dalam Islam dan Pendidikan Agama
Islam, 2013, (http://sunardins.blogspot.com).
16
pihak sekolah secara konsisten dalam menyelesaikan berbagai masalah
yang terdapat di sekolah sehingga menjadi karakter suatu sekolah.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk
pengajaran siswa di bawah pengawasan guru agar mengalami
kemajuan setelah melalui proses pembelajaran.19
Sekolah merupakan
contoh organisasi formal. Sebagai suatu organisasi, sekolah memiliki
budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai,
persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan
perilaku orang-orang yang ada di dalamnya. Sebagai selayaknya
organisasi, maka sekolah memiliki tujuan, program, kegiatan, dan
aturan-aturan yang disepakati. 20
Budaya yang ada di sekolah dikatakan sebagai budaya sekolah.
Budaya sekolah merupakan bagian dari budaya korporasi, yaitu budaya
yang dibangun pada instuisi atau lembaga yang memiliki kakarteristik
tertentu.21
Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari
pertemuan antara niali-nilai (values) yang dianut oleh kepala sekolah
sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru serta
para karyawan yang ada di dalam sekolah. Nilai-nilai tersebut
dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada di dalamnya. Jika
pikiran-pikiran orang yang ada dalam organisasi tersebut tidak baik,
maka akan menghasilkan nilai-nilai organisasi yang tidak baik pula.
Namun sebaliknya, jika pikiran-pikiran orang yang ada di dalam
organisasi tersebut baik, maka akan menghasilkan nilai-nilai organisasi
yang baik dan kuat.
Nilai-nilai akan mempengaruhi cara bertindak seseorang.
Apabila nilai-nilai diimplementasikan oleh keseluruhan atau sebagian
besar orang-orang yang ada di dalam organisasi, maka tentu akan
19
Abdullah Idi, Sosiolgi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 142. 20
Suprapto, loc.cit., h. 17. 21
Muhaimin, “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah, Madrasah, Ed. 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 47.
17
mempengaruhi perilaku pelaku organisasi tersebut, termasuk
produktivitas organisasi. Nlai-nilai yang menjadi pilar budaya sekolah
dapat diprioritaskan pada nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai yang
diprioritaskan meliputi: disiplin, adil, jujur, hubungan yang sederhana
bersama antara pihak sekolah, kebersamaan, tanggung jawab, saling
pengertian, taat, dan sebagainya.
Setiap sekolah akan menunjukkan ciri khasnya masing-masing
sesuai dengan core bussiness yang dijalankan. Budaya sekolah
seharusnya dapat menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan
tuntutan pembelajaran yaitu menumbuhkankembangkan siswa sesuai
dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Pada suatu sekolah harus
dikembangkan nilai-nilai yang relevan dengan semangat visi sekolah
terutama keberpihakan terhadap proses pembelajaran sebagai misi
utama sekolah. Nilai-nilai inti sekolah harus diarahkan pada pemberian
pelayanan belajar yang optimal bagi siswa sehingga siswa dapat
mengembangkan potensinya secara optimal.22
Budaya sekolah yang diharapkan tumbuh di sekolah adalah
yang mampu memberikan karakteristik utama pada perlakuan sekolah
terhadap siswa agar dapat mencintai pelajaran sehingga mereka
memiliki dorongan untuk terus belajar. Budaya sekolah dipandang
sebagai eksistensi suatu sekolah yang terbentuk dari saling
mempengaruhi antara tiga faktor, yaitu sikap dan kepercayaan orang
yang berada di sekolah dan lingkungan luar sekolah, norma-norma
budaya sekolah, dan hubungan antara individu di dalam sekolah. Jika
ketiga faktor tersebut berjalan secara sinergi, maka akan diperoleh
program-program yang dapat diimplementasikan berdasarkan nilai-
nilai kemanusiaan, profesionalisme, dan pemberdayaan. Dengan
demikian, akan muncul kepuasan satu sama lain karena adanya
penghargaan kerja yang proporsional.23
22
Triatna, op.cit., h. 107. 23
Ibid., h. 122-123.
18
f. Unsur-unsur Budaya Sekolah
Prinsip terpenting dari budaya sekolah adalah unsur-unsur yang
terdapat di dalam budaya sekolah yang dapat dipelihara demi
memperbaiki kualitas secara terus menerus, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Letak lingkungan dan prasarana didik sekolah (gedung sekolah
dan perlengkapan yang lain);
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-
fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan;
3) Pribadi-pribadi yang merupakan pihak sekolah yang terdiri dari
siswa, guru, non-teaching specialist, dan tenaga administrasi;
4) Nilai-nilai, norma, sistem peraturan dan iklim kehidupan
sekolah.24
Menurut Arizona Departement of Education sebagaimana
dikutip oleh Triatna merincikan unsur-unsur budaya sekolah sebagai
berikut:
1) Karakteristik fasilitas sekolah (School facility characteristic);
2) Keamanan dan kenyamanan lingkungan (Safe and orderly
environment);
3) Pemberian kesempatan bagi siswa untk ikut berpartisipasi
(Oppurtuniy for student participation);
4) Pemberian penghargaan dan hadiah (Use of reward and praise);
5) Ekspektasi yang tinggi (High expectation);
6) Proses organisasi berdasarkan asas kolega (Collegial
organizational processes);
7) Hubungan antar siswa dan karyawan (Student-staff cohesion);
8) Hubungan antar karyawan (Staff relationship);
9) Kerjasama pihak orang tua dan sekolah (Home-school
cooperation);
10) Partisipasi siwa dan moral (Student participation and morals);
11) Sesuai dengan norma-norma yang berlaku (Productive norms);
12) Adanya instruksi kepemimpinan dan pembelajaran yang efektif
(Instruction leadership and effective teaching).25
24
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. 1, h. 64. 25
Triatna, loc.cit., h. 122.
19
Unsur-unsur yang terdapat dalam budaya sekolah harus
dipelihara dan diperbaiki kualitasnya secara terus menerus agar unsur-
unsur budaya sekolah tersebut tetap ada. Diperlukan pula sinergi di
antara unsur-unsur tersebut untuk mencapai target-target yang telah
ditetapkan sekolah. Budaya sekolah tersebut tumbuh dan berkembang
secara sistemik yang kemudian budaya sekolah tersebut akan tumbuh
dan berkembang dengan sendirinya mengikuti sistem sekolah.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, ada dua pendekatan
dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah, yaitu pendekatan proses
belajar dan yang menekankan hasil belajar.26
Tetapi sesungguhnya
antara kedua pendekatan tersebut tidak ada perbedaan yang prinsipil,
karena suatu hasil belajar yang baik diperoleh dari proses yang baik,
begitupun sebaliknya, dari suatu proses belajar yang baik akan
diperoleh hasil yang baik pula.
Menurut Djamarah, hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun
kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak
melakukan sesuatu.27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah “Hasil yang telah dicapai atau penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru”.28
Prestasi yang dimaksud adalah suatu pencapaian yang
26
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke- V, h. 178. 27
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), h. 106. 28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Ed.
Ke-IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101.
20
diperoleh siswa melalui serangkaian kegiatan pembelajaran berupa tes,
ulangan harian, atau evaluasi akhir.
Muhibbin Syah menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan
taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.29
Menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Reni Akbar,
prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses belajar yang
dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang
pengetahuan, pemahaman, daya analisis, sintesis, dan evaluasi.30
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan
kemampuan para peserta didik. Setiap usaha yang dilakuakan dalam
kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun oleh
peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang
setinggi-tingginya.
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
mengalami proses belajar. Prestasi belajar bermacam-macam, yaitu
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiganya sebagai
satu kesatuan.31
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa di sekolah, secara garis besar dapat
dibagi kepada tiga bagian, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni
keadaan/ kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang
termasuk ke dalam faktor-faktor internal antara lain adalah:
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 16-17. 30
Reni Akbar, Hawadi, Akselerasi, (Jakarta: PT Grasindo: 2004), h. 68. 31
Sukmadinata, op.cit, h. 49.
21
a) Faktor fisiologis
Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan
menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik.
Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada
siswa dalam keadaan belajarnya.
b) Faktor psikologis
Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
(1) Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency
Question (IQ) seseorang.
(2) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan
menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
(3) Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(4) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
(5) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi
lingkungan sekitar peserta didik. adapun yang termasuk faktor-
faktor ini antara lain, yaitu:
a) Faktor sosial, yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
b) Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung
sekolah, keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga,
alat-alat dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik di
sekolah.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode
22
yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efesiensi
proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian
rupa untuk memecahkan masalah atau pencapain tujuan belajar
tertentu.32
c. Indikator Prestasi Belajar
Pencapaian belajar siswa merujuk kepada aspek-aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut juga
harus menjadi indicator prestasi belajar. Untuk memudahkan
mengetahui indikator apa saja yang berkaitan dengan ketiga aspek
tersebut, akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini.
Indikator Prestasi Belajar
Ranah/Jenis Prestasi Indikator
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
4. Penerapan
5. Analisis (pemeriksaan dan
pemilahan secara teliti)
a. menunjukkan
b. membandingkan
c. menghubungkan
a. menyebutkan
b. menunjukkan kembali
a. menjelaskan
b. mendefinisikan dengan lisan
a. memberikan contoh
b. menggunakan secara tepat
a. menguraikan
b. mengklasifikasikan
32
Muhibbin Syah, op. cit., h. 132-139.
23
6. Sintesis (membuat paduan baru
dan utuh)
a. menghubungkan
b. menyimpulkan
c. mengklasifikasikan/
menggeneralisasikan (membuat
prinsip umum)
A. Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Apresiasi (sikap menghargai)
4. Internalisasi (pendalaman)
5. Karakterisasi (penghayatan)
a. Menunjukkan sikap menerima
b. Menunjukkan sikap menolak
a. Kesediaan berpartisipasi atau
terlibat
b. Kesediaan memanfaatkan
a. Menganggap penting dan
bermanfaat
b. Menganggap indah dan harmonis
c. Mengagumi
a. Mengakui dan meyakini
b. Mengingkari
a. Melembagakan atau meniadakan
b. Menjelmakan dalam pribadi dan
perilaku sehari-hari
B. Ranah Psikomotorik
1. Keterampilan bergerak dan
bertindak
a. Mengkoordinasikan gerak mata,
tangan, kaki, dan anggota tubuh
24
2. Kecakapan ekspresi verbal dan
nonverbal
a. Mengucapkan
b. Membuat mimik dan gerakan
jasmani33
Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam pencapaian belajar,
ketiga aspek di atas perlu diperhatikan karena ketiga aspek tersebut
tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpissahkan. Bahkan membentuk hubungan hirarki dalam pencapaian
belajar siswa yang optimal.
Oleh karena itu untuk mencapai perubahan seperti yang
diharapkan, baik perubahan pada ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotorik, maka dalam proses belajar seyogyanya memperhatikan
beberapa prinsip yang dapat mendukung ketercapaian prestasi belajar
yang diharapkan.
d. Prinsip-prinsip Belajar
Pencapaian tujuan belajar merupakan muara dari seluruh
aktivitas pembelajaran. Agar tujuan belajar dapat tercapai sebagai
mana yang diharapkan, maka guru harus memperhatikan secara cermat
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi atau menentukan tujuan
belajar sehingga semua potensi yang ada dapat didayakan secara
optimal untuk mendukung pencapaian tujuan.
Faktor lain yang harus diperhatikan guru adalah yang
berkenaan dengan prinsip-prinsip belajar. Pemahaman dan
keterampilan dalam menerapakan prinsip-prinsip belajar akan
membantu guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara
tepat, sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan yang telah
dirumuskan.
Menurut Slameto, prinsip-prinsip belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
33
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan
Kompetensi), Ed. Revisi,(Jakarta: RajaGrafindo Persada,2005), h. 156.
25
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar;
2. Sesuai hakikat belajar;
3. Sesuai materi yang harus dipelajari;
4. Syarat keberhasilan belajar34
Adapun penjelasan mengenai prinsip-prinsip belajar tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang, di mana siswa dapat
mengembangkan kemampuannya untuk bereksplorasi dan
belajar dengan efektif.
d) Belajar perlu adanya interaksi antara siswa dengan
lingkungannya.
2. Sesuai hakikat belajar
a) Belajar merupakan proses continue, maka perkembangannya
pun harus bertahap.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan
discovery.
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara
pengertian satu dengan pengertian yang lain) sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang
diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
34
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 27.
26
3. Sesuai materi yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehngga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.
4. Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang memadai, sehingga siswa
dapat belajar dengan tenang.
b) Repitisi, dalam proses belajar perlu diulang berkali-kali agar
pengertian, keterampilan, atau pun sikap yang diharapkan
mendalam pada diri siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
prinsip belajar merujuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan
guru agar terjadi proses belajar siswa, sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip
belajar juga memberikan arahan tentang apa saja yang harus guru
perhatikan dan lakukan agar siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
Adapun prinsip belajar dalam pandangan Islam adalah
serangkaian aktivitas yang mnyangkut tiga ranah (kognisi, afeksi, dan
psikomotor) berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Dalam Islam belajar
merupakan kewajiban bagi setiap muslim (baik laki-laki maupun
perempuan). Dan hasil belajar harus diamalkan baik untuk diri sendiri
maupun bagi orang lain. Pengalaman ilmu harus dilandasi dengan
iman dan nilai-nilai moral. Oleh sebab itu, dalam konsep Islam, belajar
memiliki dimensi tauhid, yaitu dimensi dialektika horizontal maupun
ketundukan vertikal. 35
35
Zainudin, Konsep Belajar dalam Islam, 2013, (http://zainuddin.lecturer.uin-
malang.ac.id).
27
Dalam dimensi dialektika horizontal, belajar dalam Islam tidak
berbeda dengan belajar pada umumnya, yang tidak terpisahkan dengan
pengembangan sains dan teknologi (menggali, memahami dan
mengembangkan) intelektual ke arah pengenalan dan pendekatan diri
pada Tuhan Yang Maha Agung (divine unity). Ini juga berarti, bahwa
belajar dalam Islam bertujan untuk memperoleh kesejahteraan umat
manusia dan lingkungan dengan motivasi ibadah (ad-Dzariyat: 6).
Oleh karena itu segala aktivitas yang berkaitaan dengan illmu dan
pengembangannya harus dipertanggungjaawabkan secara moral
kepada Allah SWT. (Q.S. al-Baqarah: 286).36
Karena pendidikan dan belajar dalam Islam bertujuan untuk
mengembangkan ilmu dan mengabdi pada Allah, maka sistem
moralnya pun harus dibangun dan bersumber dari norma-norma Islam
(al-Quran dan sunnah).
e. Pengukuran Prestasi Belajar
Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan
di sekolah adalah tes. Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan
dan cara memberikan jawaban, dalam tes ini dapat dibedakan sebagai
berikut:
1) Pengukuran Ranah Kognitif
a) Tes Objektif
(1) Tes Benar Salah (True False)
Tes benar salah (true false), soal-soalnya berupa
pernyataan-penyataan (statement). Pernyataan tersebut ada
yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya
bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu.
Jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya, maka orang
tersebut melingkari atau memberi tanda silang pada pada
huruf B dan S jika pernyataan itu salah menurut
pendapatnya.
36
Ibid,.
28
(2) Tes Pilihan Ganda (Mulitiple Choice)
Tes ini terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk
melengkapinya harus memilih salah satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang
benar, yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh
(distractor).
(3) Tes Menjodohkan (Matching Test)
Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu
seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.
(4) Tes Isian (Completion Test)
Completion test biasa disebut dengan istilah tes isian,
tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test
terdiri atas kalimat-kalimat yang ada pada bagian-
bagiannya yang dhiliangkan. Bagian yang ihilangkan atau
yang harus diisi oleh siswa ini adalah merupakan
pengertian yang diminta siswa.
b) Tes Subjektif
Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian).
Tes bentuk esai adalah tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal-
soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat
mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan atau
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
2) Pengukuran Ranah Afktif
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur
ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan
setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan
tingkah laku siswa dapat berubah sewatu-waktu. Pengubahan sikap
29
seseorang memerlukan waktu yang relative lama. Yang menjadi
sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku siswa, bukan
pengetahuannya. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar
atau salah, tetapi jawaban yang khsusus tentang drinya mengenai
minat, sikap, dan internalisasi nilai.
3) Pengukuran Ranah Psikomotorik
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap prestasi
belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya
pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran
ranah kognitif sekaligus instrument yang digunakan untuk
mengukur keterampilan biasanya berupa matriks ke bawah
menyatakan perincian aspek (bagian keterampilan) yang akan
diukur, dan ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dicapai.
Adapun pengukurann prestasi belajar pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang digunakan adalah beberapa tes yang
telah disebutkan sebelumnya untuk ranah kognitif. Dan untuk
ranah afektif dan psikomotorik menggunakan penilaian dan
pengamatan guru, khususnya guru agama terkait dengan akhlak
dan tingkah laku keseharian siswa.37
Dalam mata pelajaran agama Islam aspek yang dinilai
bukan hanya hapalan surat-surat pendek, hapalan rukun shalat, dan
seterusnya, tetapi apakah shalatnya rajin atau tidak. Ketika akan
melakukan pengukuran keberhasilan belajar, maka yang
dipertimbangkan lebih dahulu adalah masalah apa yang akan
diukur. Ada beberapa model evaluasi pemeljaran pendidikan
agama Islam (PAI), yaitu sebagai berikut:
a) Jika yang akan diukur adalah kemampuan dasar (aptitude),
maka digunakan evaluasi acuan norma/kelompok (Norm/
Group Referenced Evaluation).
37
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), cet.1, h. 181-198.
30
b) Jika yang akan diukur adalah prestasi belajar (achievment),
maka digunakan evaluasi acuan patokan (Criterian Referenced
Evaluation).
c) Jika yang akan diukur adalah kepribadian (personality), maka
digunkan evaluasi acuan etik. 38
Keberhasilan pendiidkan agama Islam dalam mencapai
tujuannya dapat diukur dari adanya indikator sebagai berikut:
a) Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agamanya.
b) Siswa meyakini ajaran agamanya dengan menghormati orang
yang lain yang berlainan agama.
c) Siswa bergairah ibadah.
d) Siswa mampu membaca al-Quran.
e) Siswa berbudi pekerti yang luhur.
f) Siswa giat belajar, rajin belajar, dan gemar berbuat baik.
g) Siswa mampu mensyukuri nikmat.39
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.40
Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu mengahayati serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 41
Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
38
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 53. 39
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Islam terhadap Pemecahan Problema
Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 52. 40
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Komptensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130 41
Ibid.
31
kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir
pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.42
Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya
transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada
generasi muda. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam,
maka akan mencakup dua hal, (a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b) mendidik siswa untuk
mempelajari materi ajaran Islam, yaitu subjek berupa pengetahuan tentang
ajaran Islam.43
Materi pendidikan agama Islam secara keseluruhan melingkupi al-
Qura’an, al-Hadist, keimanan, akhlak, fiqh/ ibadah, dan sejarah, sealigus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungannya
(hablun minallah wa hablun minannas).44
Jadi, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Umat Islam diperintahkan agar melakukan amar ma’ruf nahi
munkar. Hal ini erat kaitannya dengan pendidikan agama Islam. Seperti
firman Allah dalam surat an-Nahl:125.
42
Ibid. 43
Ibid., h. 131 44
Ibid.
32
هي بالتي وجادلهم الحسنـة والموعظـــة بالحكمة ربك سبيـــل الـى ادع
احسـن قلى بالمهتـــــدين اعلم وهو سبيـــله عن ضل بمن اعلم هو ربك ان
﴿١٢٥ ﴾
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-
Nahl:125).
Dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang tertuang dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 yang
berbunyi sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”45
Sebagaimana telah tercantum dalam UU tentang Sisdiknas No 20
tahun 2003, nilai-nilai dan aspek-aspek tujuan pendidikan nasional
tersebut, sepenuhnya adalah nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, tidak ada
yang bertentangan dengan nilai ajaran agama Islam. Oleh karena itu, peran
pendidikan agama Islam menentukan dalam keberhasilan dalam
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pada Pasal 30 ayat (2) yang menyatakan bahwa pendidikan
keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan / atau menjadi ahli ilmu agama. Dan dalam Pasal 37 ayat
45
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Ed. Revisi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1999), h. 307.
33
(1) dan (2) dinyatakan bahwa dalam isi kurikulum pada setiap jenis dan
jalur serta jenjang pendidikan (dari pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi) wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
dan bahasa.46
Dalam kaitan ini dijelaskan bahwa pendidikan keagamaan
(termasuk pendidikan agama Islam) merupakan bagian dari dasar dan inti
kurikulum pendidikan nasional.
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan
fungsinya sebagai instrument penyiapan generasi bangsa yang berkualitas,
kedua, peran serta fungsi sebagai instrument transfer nilai. Fungsi pertama
menyiratkan bahwa pendidikan memiliki peran artikulasi dalam
membekali seseorang atau sekelompok orang dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan, yang berfungsi sebagai alat untuk
menjalani hidup yang penuh dengan dinamika, kompetisi, dan perubahan.
Fungsi kedua menyiratkan peran dan fungsi pendidikan sebagai instrument
tranformasi nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi berikutnya.47
Kedua fungsi tersebut secara eksplisit menandai bahwa pendidikan
mengandung makna bagi pengembangan sains dan teknologi serta
pengembangan etika, moral, dan nilai-nilai spiritual kepada masyarakat
agar tumbuh dan berkembang menjadi warga Negara yang memiliki
kepribadian yang utuh sesuai dengan fitrahnya, warga Negara yang
beradab dan bermartabat, terampil, demokratis, dan memiliki keunggulan.
Sesuai dengan fungsi pendidikan yang telah dipaparkan di atas,
maka pendidikan agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi sebagai
berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang tela ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
46
Ibid. h. 175. 47
Rois Mahfud, Al-Islam (Pendidikan Agama Islam), (Bandung: Erlangga, 2011), h. 147.
34
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan
agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
di dunia dan d akhirat kelak.
3) Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
aik fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan
kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan
pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia yang berkarakter mulia.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang
lain.48
Pendidikan agama Islam yang dikembangkan sebagai budaya
sekolah yang erat dengan nilai-nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman, dan
harapan yang dipahami oleh warga sekolah dan dijadikan sebagai
pedoman dalam perilaku dan pemecahan masalah yang dihadapi. Strategi
penanaman budaya sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah,
yaitu; pertama, pengenalan nilai-nilai agama secara kognitif. Kedua,
memahami dan menghayati nilai-nilai agama secara efektif, dan ketiga,
membentuk semangat secara kolektif. Allah berfirman dalam al-Quran
surat al-Imran ayat:104.
ة منكم ولتكن وينهون بالمعروف ويأمرون الخير إلى يدعون أم
المفلحون هم وأولئك المنكر عن
48
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 133.
35
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. Q.S. Al-Imran: 104.
Dengan demikian pendidikan khususnya pendidikan agama Islam
harus mampu meletakkan landasan moral, etika, dan spiritual yang kukuh
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasioanal.
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam
pendidikan, seperti ungkapan Breiter, bahwa “Pendidikan adalah persoalan
tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar
mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.”
Pendidikan agama Islam di sekolah/ madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan benegara,
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(Kurikulum PAI: 2002).49
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun
2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL),
yaitu standar kompetensi kelompok mata pelajaran (SK-KMP)
dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/ atau kegiatan
setiap kelompok mata pelajaran, yakni kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan
49
Ibid.
36
agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.50
Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses
pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah
dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk
selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi
ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan
meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti
penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh
pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam.
Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam
diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam
(tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya.
Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman,
bertakwa dan berakhlak mulia.
Berbicara tentang pendidikan agama Islam (PAI), baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.
Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup
(hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu
membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Selain melakukan penelitian secara langsung, penulis juga
menggunakan hasil penelitian lain, yaitu sebagai berikut:
1. Muthia Zahra Amalia (2012) yang berjudul “Pengaruh Budaya Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam” dari data kuantitatif
dapat diketahui bahwa budaya sekolah berpengaruh dengan tingkat
50
CTLD, Hand out Peraturan Menteri No 22, 23, dan 24 serta Permenag, (Jakarta:
2014).
37
hubungan yang sangat lemah untuk SMPN 248 SSN Jakarta dan tingkat
lemah untuk MTsN 36 Jakarta dan menunjukkan hubungan yang searah.
Akan tetapi walaupun data kuantitatif yang diperoleh hasilnya sangat
lemah, hal ini menunjukkan bahwa budaya sekolah jika direalisasikan
dengan baik, maka prestasi belajar pendidikan agama Islam akan baik
pula. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang
terdahulu lebih terfokus pada komparasi antara SMPN 248 SSN dengan
MTsN 36 Jakarta. Berbeda dengan penulis yang hanya melakukan
penelitian di satu tempat, yaitu SMP IT Almaka Jakarta. Jumlah populasi
dan sampel yang diambil pun berbeda.
2. Dede Munandar (2012) yang berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam
Membina Budaya Disiplin Siswa di SMK Darusalam Ciputat”
menyimpulkan bahwa peran kepala sekolah sebagai motivator dalam
membina budaya disiplin siswa adalah dengan menanamkan kepercayaan
diri kepada pribadi siswa dengan berperan secara langsung, seperti
memberikan suri tauladan, pengarahan, nasehat, dan perhatian. Namun
peran orang tua juga sangat penting dalam membina budaya disiplin siswa.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah Dede Munandar lebih
terfokus pada peran kepala sekolah dalam membina budaya disiplin siswa
di SMK Darussalam Ciputat. Jelas berbeda dengan penulis yang lebih
memfokuskan penelitian terhadap pengaruh budaya sekolah yang terkait
langsung dengan siswa yaitu berupa tata tertib sekolah di SMP IT Almaka
Jakarta.
C. Kerangka Berpikir
Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh
sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur
dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara
melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang
dianut oleh sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta
38
dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk
oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama di antara semua
unsur dan personal sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika
perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang wajib
mengupayakan siswa agar dapat mengalami kemajuan setelah melalui proses
pembelajaran. Sekolah dapat menciptakan suasana atau lingkungan yang
kondusif bagi ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Salah satu
upayanya adalah dengan menciptakan budaya sekolah yang positif, karena
budaya sekolah akan menumbuhkan motivasi belajar siswa menjadi lebih
optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif, memupuk rasa tanggung jawab,
dan rasa kebersamaan siswa. Dan pada akhirnya diharapkan akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
Dalam rangka membantu mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
yaitu mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, maka pendidikan agama Islam merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan nasional yang memiliki kontribusi besar dalam
penanaman nilai-nilai moral-spiritual. Penanaman nilai-nilai ini sangat
diprioritaskan dalam pembelajaran pendidikan agama, karena pendidikan
agama berperan penting dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan itu, maka sekolah harus mampu menciptakan
budaya sekolah yang mendukung terciptanya tujuan pendidikan tersebut,
misalnya dengan meciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
hubungan interpersonal yang baik antar warga sekolah serta menciptakan
suasana yang religious di sekolah, seperti pembiasaan tadarus sebelum
pembelajaran dimulai, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, dan lain
sebagainya.
39
Dari penjabaran di atas, dapat diprediksikan bahwa budaya sekolah
akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yang akhirnya akan
berpengaruh juga terhadap prestasi belajar siswa, khususnya pada pelajaran
pendidikan agama Islam ( PAI).
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap suatu masalah
sampai terbukti kebenarannya oleh data atau fakta yang dikumpulkan dari
lapangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara yang kebenarannnya
belum dapat dipastikan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Maka
hipotesis pada penelitian ini adalah “Budaya Sekolah Berpengaruh terhadap
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)”.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Nopember 2014, bertempat di
SMP IT Almaka, yang berlokasi di Jl. Peta Selatan No. 2 Rt. 010/03Kalideres
Jakarta Barat 11840.
B. Metode Penelitian
Dalam rangka memperoleh penganalisaan yang cermat, objektif,
dansistematik, maka perlu adanya upaya untuk mencari data yang dapat diakui
dan dipercaya sehubungan dengan permasalahan yang tengah dibahas.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
survey dengan pendekatan kuantitatif. Dalam memperoleh data yang memadai
tentang penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, sebagai
berikut:
1. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu dengan membaca
referensi-referensi yang relevan dengan data yang sedang diteliti.
2. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian dengan cara
terjun langsung ke objek penelitian, yaitu di SMP IT Almaka
Jakarta dengan menyebarkan angket dan wawancara, dimaksudkan
untuk memperoleh fakta, data, dan informasi secara objektif dan
akurat.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang menjadi perhatian
kita dalam satur uang dan waktu yang kita tentukan. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP IT Almaka yang berjumlah 59 siswa,
63 siswa dari kelas VIII, dan 67 siswa dari kelas IX, jadi jumlah keseluruhan
siswa SMP IT Almaka adalah sebanyak 189 siswa.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili
populasi. Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data,
41
Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik acak sederhana (simple random
sampling), yaitu cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi itu karena anggota populasi dianggap homogen.
Dengan mengacu pendapat Suharismi Arikunto, yaitu apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutya jika jumlah subyeknya lebih besar
dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil21% sampel dari jumlah
populasi yang ada yaitu sebanyak 40 siswa.Pengambilan sampel yang
digunakan adalah stratified random sampling atau pengambilan acak
berdasarkan lapisan, yaitu merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi
menurut lapisan-lapisan tertentu. Dalam penelitian ini dibagi menurut
grade/kelas masing-masing dan masing-masing lapisan memiliki jumlah
sampel yang sama.
Tabel 3.1
Matrik Populasi
No. Kelas Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. VII 43 16 59
2. VIII 36 27 63
3. IX 38 29 67
Jumlah 189
Matrik Sampel
No. Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. VIII 10 10 20
2. IX 10 10 20
Jumlah 40
42
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas atau independent (X) yaitu: pengaruh budaya
sekolah.
2. Variabel terikat atau dependent (Y) yaitu: Hasil prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Untu kmemperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
digunakan beberapa teknik, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah suatu penelitian yang dijalankan secara sistematik
dan sengaja diadakan dengan menggunkan alat indera (terutama
mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada
waktu kejadian itu terjadi.1
Untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat sesuai dengan
fenomena atau variable yang akan diteliti, maka penulis melakukan
observasi (pengamatan) langsung di SMP IT Almaka Jakarta.
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu tehnik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik.
Studi dokumentasi ini dilakukan untuk mengeahui prestasi belajar
siswa dengan melihat rapor siswa kelas VII dan VIII pada semester
genap di SMP IT Almaka Jakarta tahun ajaran 2013-2014.
1Sugiyono, metodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 203.
43
3. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara.2
Pengambilan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang
terstruktur kepada objek yang diteliti, yaitu kepala sekolah dan
guru PAI SMP IT Almaka Jakarta.
4. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.3
Angket yang dibuat merupakan angket tertutup, yang artinya
semua pertanyaan dalam angket sudah tersedia jawabannya,
sehingga responden hanya memilih jawaban yang sesuai dengan
keadaannya. Angket yang dibuat terdiri dari 30 item pertanyaan
dengan menggunakan skala likert.
Dalam pemberian bobot nilai, penulis menggunakan pengukuran
skala likert, bobot yang diberikan untuk pernyataan positif, Selalu
= 5, Sering = 4, Kadang-kadang = 3, Hampir Tidak Pernah = 2,
Tidak Pernah = 1. Sedangkan untuk pernyataan negative, bobot
yang diberikan yaitu, Selalu = 1, Sering = 2, Kadang-kadang = 3,
Hampir Tidak Pernah = 1, Tidak Pernah = 5.4
2DepartemenPendidikanNasional, KamusBesarBahasa Indonesia PusatBahasa, Ed.Ke-
IV, (Jakarta: PT GramediaPustakaUtama, 2008), h. 1559. 3SuharsimiArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanParktik, (Jakarta: RinekaCipta,
2006), h. 151. 4Sugiyono, op. cit., h. 135.
44
F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil angket selanjutnya akan diolah dan
dianalisa melalui tahap editing, tabulating, scoring dan persentase.
1. Editing, adalah memeriksa instrument yang telah diisi tentang
kebenaran dan kelengkapannya, kemudian dikelompokkan sesuai
denganisinya.
2. Scoring, yaitu suatu proses pengubahan jawaban instrument
menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu
jawaban terhadap item dalam instrument. Jadi, scoring merupakan
kuantifikasi terhadap jawaban instrument. Item-item diberi skor
berdasarkan jawaban yang responden pilih. Setiap jawaban
memiliki angka kode sendiri. Untuk menghitung data pada
penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan
skor pada setiap point pernyataan positif, yakni:
Tabel 3.3
Pernyataan Alternatif jawaban Nilai
Positif A. Selalu 5
B. Sering 4
C. Kadang-kadang 3
D. Hampir tidak pernah 2
E. Tidak pernah 1
Tabel 3.4
Pernyataan Alternatif jawaban Nilai
Negatif E. Selalu 1
F. Sering 2
G. Kadang-kadang 3
H. Hampir tidak pernah 4
E. Tidak pernah 5
45
3. Tabulating, adalah membuat tabel-tabel untuk memasukkan
jawaban-jawaban responden yang kemudian dicari persentasenya
untuk dianalisa. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh budaya sekolah (variable X) terhadap prestasi belajar
siswa (variable Y), penulis menggunakan rumus product moment
dari Carl Pearson sebagai teknik analisanya. Dalam penelitian ini
digunakan beberapa tahapanan alisis berikut:
a. Analisis Distribusi Frekuensi
Adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagai mana adanya dengan
perhitungan prosentase.5Data ini diambil dari angket yang
telah dijawab oleh siswa. Rumus yang digunakan adalah:
P= F x 100 %
N
Keterangan:
P = Angka presentase
f = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya.
N = Number of cases (Jumlah frekuensi/siswa)
b. Analisis Korelasi Product Moment
Analisis korelasi product moment digunakan untuk
mencari korelasi antar dua variable. Dari analisis akan
dapat koefisien korelasi (r).6Jika sampel yang diteliti
merupakan sampel besar (yaitu N=20), maka cara mencari
atau menghitung angka indeks korelasi “r” product moment
dapat digunakan rumus berikut:
5Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2011), h. 208.
6Anas Sudiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009), h. 190.
46
r xy = N ∑ xy − ( ∑ x) (∑ Y )
√n ∑ x2 − ( ∑ x)2 (n ∑ y2 − (∑ y)2)
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of cases
∑ 𝑥𝑦
= Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑ 𝑥 = Jumlah seluruh skor x
∑ 𝑦 = Jumlah seluruh skor y
c. Interpretasi Data
Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” Product
Moment maka dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu
dengan mencocokkan hasil penelitian dengan angka indeks
korelasi “r” Product Moment seperti di bawah ini.
Tabel 3.5
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Interpretasi
0,000-0,199
Antara variabel x dan y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu
sangat lemah atau rendah, sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak
ada korelasi antara variabel x dan y).
0,200-0,399 Antara variabel x dan y terdapatkorelasi
yang lemah atau rendah
0,400-0,699 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang sedang atau cukup
47
0,700-0,899 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi
0,900-1,000 Antaravariabel x dan y terdapatkorelasi
yang sangatkuatdantinggi.7
Setelah ini hasilnya dicocokkan dengan tabel nilai
koefisien korelasi “r” Product moment baik pada taraf
signifikansi 5 % ataupun pada taraf 1%, kemudian dibuat
kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang
signifikansi atau tidak.
Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi
angka indeks korelasi “r” Product Moment, prosedurnya
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesa alternative (ha) dan hipotesa (ho).
2) Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah
diajukan dengan cara membandingkan besarnya “r” Product
Moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai (db)
atau degree of freedom (df). Adapun rumusnya sebagai
berikut:
Df = N – nr
Keterangan:
Df : Degress of freedom
N : Number of cases
Nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan8
Dengan diperolehnya db atau df, maka dapat dicari
besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” Product
Moment, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf
signifikan 1%, maka hipotesis alternatifnya (ha) disetujui
atau diterima atau terbukti kebenarannya. Berarti memang
7Sudiono, op. cit., h. 193.
8Ibid., h. 195.
48
benar antara variable x dan variabel y terdapat korelasi
positif atau korelasi negatif yang signifikan. Sebaliknya,
hipotesis nihil (ho) tidak dapat disetujui atau diterima atau
tidak terbukti kebenarannya. Ini berarti bahwa hipotesis
nihil yang menyatakan tidak adanya korelasi antara variable
x dan variable y.
Analisis Determinasi
Untuk mencari kontribusi variable x terhadap variable y
digunakan rumus sebagai berikut:
KD =𝒓𝟐 x 100 %
KD : Koefisien determination (kontribusi variabel X terhadap Y)
r : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabe Y
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Sekolah
SMP Islam Terpadu Almaka diselenggarakan oleh yayasan Al-
Manshuriyyah Kalideres di bawah pimpinan H. Musa Mansur,
S.Sos.yang berlokasi di Jl. Peta Selatan No. 2 Rt. 010/03 Kalideres,
Jakarta Barat 11840.1
Almaka sendiri merupakan singkatan dari Almanshuriyyah
Kalideres. Almaka berdiri pada tahun 2010 dan telah terakreditasi
dengan nilai A pada tahun 2013 dengan Nomor Akreditasi 145/BAP-
S/M/DKI/2013.2
2. VISI DAN MISI SEKOLAH
Sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan pada umunya,
Almaka juga memiliki visi dalam mendirikan sekolah ini, visinya adalah
“Menjadi sekolah Islam yang terpercaya dalam melahirkan intelektual
muslim yang berakhlak mulia, berkualitas, cerdas dan kreatif serta
mampu berkompetisi secara nasional dan regional”.3
Adapun misi Almaka adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dalam
belajar dan berkreativitas.
b. Mengadakan workshop guru dan pedampingan guru dengan
konsultan pendidikan.
c. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan kurikulum
nasional yang terintegrasi dengan muatan Islam.
d. Menciptakan lingkungan sekolah yang bernuansa islami.
1SMP IT Almaka, Profil Sekolah, (Jakarta: 2014), h. 1.
2Ibid., h. 1.
3SMP IT Almaka, Buku Panduan Orang Tua dan Siswa serta MOPDB (Masa Orientasi
Peserta Didik Baru), (Jakarta: 2013), h. 1.
50
e. Melaksanakan pembelajaran agama Islam yang berkualitas dan
pembinaan kepribadian siswa.
f. Meningkatkan standar kualitas siswa agar menghasilkan output
yang kompeten.
g. Mengembangkan dan membina potensi siswa dalam bidang
bahasa, IPTEK, matematika dan ibadah sehari-hari.
h. Mengadakan latihan seni dan pentas tingkat sekolah.
i. Menyediakan sarana dan prasarana pengembangan bakat.
3. Tujuan Sekolah
a. Memiliki semua perangkat dokumen pedoman pelaksanaan rencana
program kerja sekolah.
b. Memiliki kelengkapan administrasi kesiswaan, pedoman kegiatan
dan pembinaan siswa.
c. Mengembangkan KTSP, pembelajaran, penilaian dan rencana
pembelajaran.
d. Memiliki susunan kalender pendidikan akademik.
e. Mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan.
f. Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana minimal.
g. Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana lainnya.
h. Mengembangkan sistem informasi manajemen sekolah.4
4. SARANA DAN PRASARANA
a. Status Gedung : Milik sendiri
b. Status Tanah : Milik sendiri
c. Luas Tanah : ± 7.000 m2
d. Luas Bangunan : 35 m x 30 m = 1050 m2
e. Ruangan :
4Ibid.
51
Tabel 4.15
No. Jenis Ruang Ukuran (m2) Jumlah
1. Ruang Belajar 8 m x 8 m = 64 m2
2. Ruang Guru 8 m x 8 m = 64 m2
3. Ruang Rapat 5 m x 6 m = 30 m2
4. Ruang Kepsek 2 m x 3 m = 6 m2
5. Ruang Wakasek 2 m x 3 m = 6 m2
6. Ruang TU 2 m x 3 m = 6 m2
7. Ruang Lab IPA 8 m x 8 m = 64 m2
8. Ruang Lab.
Komputer
8 m x 8 m = 64 m2
9. Ruang Lab. Bahasa
8 m x 8 m = 64 m2
10. Ruang Perpustakaan 8 m x 8 m = 64 m2
11. Ruang OSIS 5 m x 3 m = 15 m2
12. Ruang UKS 5 m x 3 m = 15 m2
13. Ruang Gudang 5 m x 3 m = 15 m2
14. Ruang MCK 6 m x 8 m = 48 m2
15. Ruang Mushollah 30 m x 20 m = 600 m2
16. Ruang Aula 30 m x 20 m = 600 m2
5. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu belajar SMP IT Almaka dimulai dari pukul 06.30 pagi
sampai pukul 16.00 sore.Jumlah jam pelajaran setiap harinya adalah 48
Jam/minggu x 40 menit .6
Jumlah Rombongan Belajar SMP IT Almaka adalah sebagai
berikut:
a. Kelas VII : 3 Rombongan Belajar
b. Kelas VIII : 3 Rombongan Belajar
5Almaka, op.cit.,h. 2.
6Ibid.
52
c. Kelas IX : 3 Rombongan Belajar
Adapun masing-masing rombongan belajar (rombel) yaitu
Maksimal 25 siswa.7
6. Budaya Sekolah
Budaya sekolah yang dilakukan guru dan karyawan setiap
harinya adalah sebagai berikut:
a. Doa secara bersama-sama setiap pagi di ruang guru.
b. Briefing dan pembinaan oleh kepala sekolah sebulan sekali.
c. Upacara bendera setiap hari Senin dan hari besar nasional.
Adapun bagi siswa, di antaranya adalah:
a. Sholat Dhuha &yahfidz Juz ‘Amma (menghafal Juz ‘Amma)
sebelum mengawali pelajaran.
b. Doa secara bersama-sama dalam mengawali dan mengakhiri
pelajaran.8
Tabel 4.2
Kegiatan pembiasaan lain, di antaranya adalah:
No. Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
1 Upacara
bendera
Pengembang
an bahasa
Inggris
Pengembang
an bahasa
Inggris
Pengembang
an bahasa
Arab
Tahlil
bersama
guru dan
siswa
(Imtaq)
yaitu
kegiatan
untuk
peningkatan
7Ibid.
8Almaka, op. cit., h. 3.
53
keimanan
dan
ketakwaan
kepada
TuhanYME
dengan
membaca
Surat Yasin/
Asmaul
Husna
dibimbing
oleh guru
2 Pengembang
an bahasa
Arab
3 Sholat
Dhuha,
Dhuhur
dan ashar
berjamaa
h
Sholat
Dhuha,
Dhuhur dan
ashar
berjamaah
Sholat
Dhuha,
Dhuhur dan
ashar
berjamaah
Sholat
Dhuha,
Dhuhur dan
ashar
berjamaah
Sholat
Dhuha,
Dzuhur
(sholat
jum’at) dan
ashar
berjamaah9
7. DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
a. Kepala Sekolah : Puryani, S.Sos.I.
b. Pendidikan Terakhir : Sarjana / S1
c. Jumlah Guru : 20 Orang
Laki-laki : 5 Orang
Perempuan : 15 Orang
9Ibid.
54
d. Pendidikan Terakhir
S1 Kependidikan : 20 Orang
e. Tata Usaha : 2 Orang
f. Petugas Sekolah : 3 Orang10
Adapun data selengkapnya mengenai data guru dan karyawan
penulis lampirkan pada halaman-halaman berikutnya.
8. DATA PESERTA DIDIK
Berikut ini adalah data peserta didik tahun pelajaran 2014-2015.11
Tabel 4.3
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. VII 43 16 59
2. VIII 36 27 63
3. IX 38 29 67
Jumlah 117 72 189
9. EKSTRAKURIKULER
Tabel 4.4
No. Ekstrakurikuler Wajib Ekstrakurikuler
Pilihan
1. Bahasa Inggris Pencak silat
2. Multimedia Hajir marawis
3. Rohis Basket
4. Matematika Futsal
5. Pramuka 12
10
SMP IT Almaka, Profil Sekolah, (Jakarta: 2014), h. 3. 11
Ibid. 12
SMP IT Almaka, Buku Panduan Orang Tua dan Siswa serta MOPDB (Masa Orientasi
Peserta Didik Baru), (Jakarta: 2013),h. 3.
55
10. SERAGAM SEKOLAH
Tabel 4.5
No Hari Putra/Putri
1. Senin Putih + Biru
2. Selasa Batik + Ungu + Kaos Olahraga
3. Rabu Pramuka
4. Kamis Ungu + Ungu
5. Jum’at Putih + Biru13
11. JANJI PELAJAR
Janji pelajar adalah hal yang harus selalu diingat dan ditaati oleh
pelajar SMP IT Almaka, karena ketika mereka melanggar janji-janji
tersebut, maka akan dikenakan sanksi sesuai peraturan atau tata tertib
yang telah dibuat. Berikut janji pelajar sekolah Islam Terpadu Almaka
adalah:
a. Menjunjung tinggi perintah agama Islam.
b. Hormat dan patuh kepada Orang tua dan guru.
c. Sehat jasmani, sehat rohani dan sehat akal pikiran.
d. Rajin belajar, giat ibadah dan ikhlas beramal.
e. Hemat dan rajin bekerja, berguna bagi masyarakat, negara dan
agama.
f. Menjunjung nama baik sekolah Islam Almaka.
12. PRESTASI SEKOLAH
Siswa SMP IT Almaka telah banyak menorehkan prestasi di
berbagai bidang, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Lomba majalah dinding bahasa Inggris tingkat DKI Jakarta
b. Lomba pramuka tingkat kota Tangerang
c. Lomba pencak silat tingkat DKI Jakarta
13
Ibid.
56
d. Lomba futsal tingkat Jakarta Barat
e. Olimpiade matematika tingkat DKI Jakarta14
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, penyebaran angket serta dokumentasi.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengikuti
serangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah SMP IT
Almaka.Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara
terhadap guru PAI dan kepala sekolah terkait dengan budaya
sekolah.Dokumentasi sekolah yang diperoleh oleh peneliti dengan
mengabadikan kegiatan pendidikan di SMP IT Almaka. Ketiga teknik
pengumpulan data yang sudah diperoleh peneliti ini akan dilampirkan
setelah bab empat.
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang keempat yaitu dalam
bentuk angket.Angket ini disusun berdasarkan variabel yang diteliti
yaitu budaya sekolah. Kemudian data yang diperoleh dari penyebaran
angket tersebut diolah dengan cara statistik melalui tabel distribusi
frekuensi relatif. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
P= Angka presentase
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya.
N= Number of case (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)
14
Almaka, op. cit., h. 3
P= F
N x100 %
57
Adapun ketentuan skala persentase dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6
Penafsiran Persentase
No. Persentase Penafsiran
1. 100 % Seluruhnya
2. 90-99% Hampir seluruhnya
3. 60-89% Sebagaian besar
4. 51-59 % Lebih dari setengahnya
5. 50 % Setengahnya
6. 40 – 49 % Hampir setengahnya
7. 10-39 % Sebagian kecil
8. 1-9% Sedikit sekali
9. 0 Tidak ada sama sekali
Tahap selanjutnya adalah perhitungan terhadap skor yang telah
ada, jawaban responden dipindahkan ke dalam tabel-tabel angka dalam
bentuk presentase. Dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Membaca Doa Secara Bersama-sama sebelum Memulai Pelajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
1
Selalu 26 65%
Sering 8 20%
Kadang-kadang 6 15 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (15%) dari
responden menjawab kadang-kadang membaca doa sebelum memulai
58
pelajaran, sebagian kecil lainnya (20%) menjawab sering, dan lebih dari
setengahnya (65%) menjawab selalu.
Tabel 4.8
Menyapa dan Mengucapkan Salam Ketika Bertemu dengan Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
2
Selalu 9 22,5%
Sering 12 30%
Kadang-kadang 17 42,5 %
Hampir Tidak Pernah 1 2,5%
Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hanya 2,5% responden
menjawab hampir dan tidak pernah menyapa dan mengucapkan salam
saat bertemu dengan guru, sebagian kecil (17%) menjawab kadang-
kadang, dan sebagian kecil lainnya (12%) menjawab sering, dan
sebagian lainnya (9%) menjawab selalu.
Tabel 4.9
Menggunakan Bahasa yang Sopan saat Berbicara dengan Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
3
Selalu 27 67%
Sering 11 27,5%
Kadang-kadang 2 5 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
menjawab menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara dengan
59
guru.Hal ini dapat dilihat dari presentasenya yang paling besar yaitu
(67%), sebagian lainnya (27,5%) menjawab sering, dan hanya 2
responden (5%) menjawab kadang-kadang.
Tabel 4.10
Menggunakan Bahasa yang Sopan Saat Berbicara dengan Orang Tua
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
4
Selalu 28 70%
Sering 10 25%
Kadang-kadang 2 5 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
menjawab selalu (70%) menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara
dengan orang tua. Presentase keduanya yaitu (10%) untuk responden
yang menjawab sering dan (5%) responden yang menjawab kadang-
kadang.
Tabel 4.11
Guru dan Kepala Sekolah akan Memberikan Penghargaan bagi Siswa
yang Berprestasi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
5
Selalu 12 30%
Sering 14 35%
Kadang-kadang 11 27,5 %
Hampir Tidak Pernah 2 5%
Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah (N) 40 100%
60
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (12%)
responden menjawab guru dan kepala sekolah akan memberikan
penghargaan bagi siswa yang berprestasi, dan sebagian lainnya (14%)
menjawab sering, sebagian lainnya (27,5%) menjawab kadang-kadang,
dan sisanya (5%) menjawab hampir tidak pernah dan hanya (2,5%)
menjawab tidak pernah.
Tabel 4.12
Sekolah Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk Menunjang
Belajar Siswa
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
6
Selalu 15 37,5%
Sering 15 37,5%
Kadang-kadang 8 20 %
Hampir Tidak Pernah 2 5%
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sekolah menyediakan
sarana dan prasarana untuk menunjang belajar siswa, untuk sebagian
kecil reponden (15%), sama-sama menjawab selalu dan sering, sebagian
lainnya (20%) menjawab kadang-kadang, dan hanya (5%) menjawab
hampir tidak pernah.
Tabel 4.13
Sekolah Menciptakan Suasana yang Nyaman dan Aman untuk
Belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
7
Selalu 11 27,5%
Sering 8 20%
Kadang-kadang 21 52,5 %
Hampir Tidak Pernah - -
61
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (27,5%)
responden menjawab sekolah selalu menciptakan suasana yang nyaman
aman untuk belajar, sebagian kecil lainnya (20%) menjawab sering, dan
sebagian besar lainya (52,5%) menjawab kadang-kadang.
Tabel 4.14
Sekolah Mewajibkan Siswa Memakai Atribut Sekolah dengan
Lengkap
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
8
Selalu 32 80%
Sering 8 20%
Kadang-kadang - -
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas respnden (80%)
menjawab bahwa sekolah mewajibkan siswa untuk memakai atribut
sekolah dengan lengakap, dan sisanya (20%) menjawab sering.
Tabel 4.15
Setiap Ruangan di Sekolah Ini Diatur dengan Rapih dan Bersih,
sehingga Menciptakan Rasa Nyaman
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
9
Selalu 17 42,5%
Sering 13 32,5%
Kadang-kadang 8 20 %
Hampir Tidak Pernah 2 5%
Tidak Pernah - -
62
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya
(42,5%) menjawab setiap ruangan di sekolah ini diatur dengan rapih dan
bersih, sehingga menciptakan rasa nyaman, sebagian lagi (32,5%)
menjawab sering, dan sebagian kecil (20%) menjawab kadang-kadang,
dan hanya sedikit (5%) yang menjawab hampir tidak pernah.
Tabel 4.16
Sekolah Menyediakan Tempat Sampah di Setiap Kelas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
10
Selalu 33 82,5%
Sering 5 12,5%
Kadang-kadang 1 2,5%
Hampir Tidak Pernah 1 2,5%
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas (82,5%)
responden menjawab sekolah menyediakan tempat sampah di setiap
kelas. Dan hanya sebagian kecil (12,5%) menjawab sering, dan hanya
sedikit sekali yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah (2,5%).
Tabel 4.17
Setiap Siswa Ikut Bertanggung Jawab terhadap Kebersihan dan
Keamanan Sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
11
Selalu 18 45%
Sering 11 27,5%
Kadang-kadang 11 27,5 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
63
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian besar
(45%) responden menjawab selalu pada pernyataan setiap siswa ikut
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keamanan sekolah, dan
sebagian lainnya masing-masing hanya (27,5%) menjawab sering dan
kadang-kadang.
Tabel 4.18
Guru akan Menegur Siswa Yang tidak Mengikuti Kegiatan
Pembelajaran Pai tanpa Keterangan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
12
Selalu 24 60%
Sering 12 30%
Kadang-kadang 4 10 %
Hampir Tidak Pernah -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
(60%) menjawab guru akan menegur siswa yang tidak mengikuti
kegiatan pembelajaran PAI tanpa keterangan. Sebagian kecil (30%)
menjawab sering dan hanya 10% menjawab kadang-kadang.
Tabel 4.19
Antusias dan Semangat dalam Mengikuti Setiap Kegiatan Sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
13
Selalu 14 35%
Sering 16 40%
Kadang-kadang 10 25 %
Hampir Tidak Pernah - -
64
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (40%)
antusias dan semangat dalam mengikuti setiap kegiatan sekolah, sebagian
lainnya (30%) mennjawab sering dan hanya sedikit (25%) yang
menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.20
Menjaga Nama Baik Sekolah dengan Berperilaku Baik dalam
Kehidupan Sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
14
Selalu 21 52,5%
Sering 11 27,5%
Kadang-kadang 8 20 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa setengahnya (52,5%) dari
reponden menyatakan menjaga nama baik sekkolah dengan berperilaku
baik dalam kehidupan sehari-hari, sebagian kecil (27,5%) menjawab
sering, dan sebagian kecil (20%) lainnya menjawab kadang-kadang.
Tabel 4.21
Kondisi Setiap Bangunan di Sekolah Terawat dengan Baik, sehingga
Merasa Aman dan Nyaman Menggunakannya
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
15
Selalu 15 37,5%
Sering 14 35%
Kadang-kadang 11 27,5 %
65
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian (37,5%)
responden menyatakan kondisi setiap bangunan di sekolah terawat
dengan baik, sehingga merasa aman dan nyaman menggunakannya,
sebagian lainnya (35%) menyatakan kadang-kadang, dan sebagian kecil
(27,5%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.22
Di Setiap Kelas Terpampang Tata Tertib Siswa dengan Penataan
yang Mudah Dilihat
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
16
Selalu 17 42,5%
Sering 10 25%
Kadang-kadang 13 32,5 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya
(42,5%) responden menyatakan bahwa di setiap kelas terpampang tata
tertib siswa dengan penataan yang mudah dilihat, sebagian kecil (25%)
menyatakan sering dan sebagian lagi (32,5%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.23
Percaya dan Meyakini Bahwa Setiap Kegiatan Sekolah Adalah
Bermanfaat Bagi Kehidupan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
17 Selalu 28 70%
Sering 6 15%
66
Kadang-kadang 6 15 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden (70%)
menyatakan percaya dan meyakini bahwa setiap kegiatan sekkolah adalah
bermanfaat bagi kehidupan, sebagian yang lain masing-masing (15%)
menyatakan sering dan kadang-kadang.
Tabel 4.24
Membaca Al-Quran dan Melaksanakan Sholat Berjamaah, Baik
Ketika Berada Di Sekolah Maupun di Rumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
18
Selalu 25 62,5%
Sering 10 25%
Kadang-kadang 5 12,5 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas (62,5%)
responden menjawab selalu, sebagian lainnya (25%) menjawab sering,
sebagian kecil lainnya (12,5%) menjawab kadang-kadang.
Tabel 4.25
Aktif dan Antusias dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Kelas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
19
Selalu 22 55%
Sering 14 35%
Kadang-kadang 4 10 %
Hampir Tidak Pernah - -
67
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya
responden (55%) menyatakan aktif dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran PAI di kelas, sebagian lainnnya (35%) menytakan sering dan
hanya sedikit (10%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.26
Mencari Berbagai Sumber Belajar Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI)
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
20
Selalu 8 20%
Sering 16 40%
Kadang-kadang 16 40 %
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sedikit
responden (20%) yang menyatakan selalu mencari berbagai sumber
belajar mata pelajaran PAI, sebagian yang lainnya masing-masing (40%)
menyatakan sering dan kadang-kadang.
Tabel 4.27
Keindahan Sekolah Terjaga dengan Baik
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
21
Selalu 14 35%
Sering 12 30%
Kadang-kadang 13 32,5 %
Hampir Tidak Pernah 1 2,5%
68
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil (35%)
yang menyatakan keindahan sekolah selalu terjaga dengan baik,
sebagian lainnya (30%) menyatakan sering, sebagian kecil lagi (32,5%)
menyatakan kadang-kadang dan hanya satu (2,5%) yang menyatakan
hampir tidak pernah.
Tabel 4.28
Kebersihan Sekolah Mendukung Proses Belajar dengan Baik
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
22
Selalu 14 35%
Sering 13 32,5%
Kadang-kadang 12 30 %
Hampir Tidak Pernah 1 2,5%
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil (35%)
yang menyatakan kebersihan lingkungan di sekolah mendukung proses
belajar dengan baik, sebagian lainnya (32,5%) menyatakan sering,
sebagian kecil lagi (30%) menyatakan kadang-kadang dan hanya satu
(2,5%) yang menyatakan hampir tidak pernah.
Tabel 4.29
Sekolah adalah Tempat Yang Menyenangkan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
23
Selalu 16 40%
Sering 13 32,5%
Kadang-kadang 11 27,5 %
69
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (40%) yang
menyatakan bahwasannya sekolah adlah tempat yang menyenangkan,
sebagian lainnya (32,5%) menyatakan sering, sebagian kecil lagi
(27,5%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.30
Senang dan Bersemangat dalam Mengikuti Kegiatan Sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
24
Selalu 17 42,5%
Sering 14 35%
Kadang-kadang 9 22,5%
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (42,5%) yang
menyatakan bahwasannya mereka senang dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan sekolah, sebagian lainnya (35%) menyatakan sering,
dan sebagian kecil lagi (22,5%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.31
Ikut Berpartisipasi dalam Mengikuti Kegiatan Sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
25
Selalu 10 25%
Sering 12 30%
Kadang-kadang 18 45%
Hampir Tidak Pernah - -
70
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil (25%)
yang menyatakan bahwa mereka ikut berpartisipasi dalam mengikuti
kegiatan sekolah, sebagian lainnya (30%) menyatakan sering, dan
sebagian besarnya (45%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.32
Memahami Apa yang Telah Dipelajari Di Sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
26
Selalu 6 15%
Sering 19 47,5%
Kadang-kadang 15 37,5%
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sedikit (15%) yang
menyatakan bahwa mereka selalu memahami apa yang telah dipelajari
di sekolah, sebagian besar (47,5%) menyatakan sering, dan sebagian
lainnya (37,5%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.33
Belajar Sesuatu di Luar Sekolah Untuk Mengambil Pengetahuan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
27
Selalu 12 30%
Sering 12 30%
Kadang-kadang 14 35%
Hampir Tidak Pernah 1 2.5%
Tidak Pernah 1 2,5%
71
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (30%) yang
menyatakan bahwa mereka selalu belajar sesuatu di luar sekolah untuk
mengambil pengetahuan, sebagian lainnya (30%) menyatakan sering,
dan sebagian lainnya (35%) menyatakan kadang-kadang, dan hanya
sedikit sekali (2,5%) yang menyatakan hampir dan tidak pernah.
Tabel 4.34
Taat terhadap Peraturan Sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
28
Selalu 17 42,5%
Sering 12 30%
Kadang-kadang 10 25%
Hampir Tidak Pernah 2 5%
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (42,5%) yang
menyatakan bahwa mereka selalu taat terhadap peraturan sekolah,
sebagian lainnya (30%) menyatakan sering, dan sebagian kecil lainnya
(25%) menyatakan kadang-kadang, dan hanya sedikit sekali (5%) yang
menyatakan hampir tidak pernah.
Tabel 4.35
Kepala Sekolah dan Guru akan Memberikan Sanksi yang Tegas bagi
Siswa yang Melanggar Peraturan Sekolah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
29
Selalu 33 82,5%
Sering 5 12,5%
Kadang-kadang 2 5%
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas (82,5%)
menyatakan bahwa baik kepala sekolah maupun guru akan selalu
memberikan sanksi yang tegas bagi siswa yang melanggar peraturan
sekolah, sebagian lainnya (12,5%) menyatakan sering, dan hanya sedikit
(5%) menyatakan kadang-kadang.
Tabel 4.36
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah Salah Satu Mata Pelajaran
Favorit
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
30
Selalu 18 45%
Sering 13 32,5%
Kadang-kadang 9 22,5%
Hampir Tidak Pernah - -
Tidak Pernah - -
Jumlah (N) 40 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (45%)
menyatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah mata pelajaran
favorit, sebagian lainnya (32,5%) menyatakan sering, dan sebagian
lainnya (22,5%) yang menyatakan kadang-kadang.
72
2. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.37
Tabel Perhitungan Variabel X
(Budaya Sekolah)
No.
Responden
No. Soal Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
10 5 3 4 5 3 4 3 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 3 4 5 3 5 3 120
11 5 3 5 5 1 4 3 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 4 3 3 4 4 4 5 4 124
12 5 3 4 4 5 3 3 4 3 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 110
1 5 3 5 5 4 4 3 5 3 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 3 5 3 110
2 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 140
3 5 3 5 5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 3 5 5 5 5 3 4 3 3 5 4 128
4 5 5 5 5 4 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 3 3 5 5 4 3 3 3 3 4 5 4 5 5 5 124
5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 135
6 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 139
7 5 5 5 5 3 3 3 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 3 3 3 5 5 3 4 3 5 5 5 129
8 5 5 3 3 4 2 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 4 5 5 3 3 4 4 4 5 127
9 4 3 5 5 4 2 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 5 133
13 5 4 5 3 3 5 4 4 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 134
14 3 3 4 5 5 3 4 4 5 4 5 5 3 3 4 3 3 5 5 3 5 3 4 3 3 4 5 4 5 3 145
15 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 145
16 5 3 4 4 5 3 3 5 4 5 4 5 3 3 3 5 5 4 4 4 3 5 3 3 4 3 2 2 5 4 115
17 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 3 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 133
18 5 4 5 4 5 4 3 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4 4 5 4 4 5 4 3 4 3 4 4 5 4 129
19 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 5 125
20 4 4 5 4 4 4 3 4 3 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 3 3 3 4 4 4 4 3 4 5 5 121
21 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 140
22 5 3 4 4 3 3 3 5 2 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 5 3 5 3 103
23 5 3 5 5 4 3 5 5 4 5 5 4 4 3 4 3 5 5 4 3 3 4 5 4 3 3 3 3 5 4 121
24 5 3 5 5 5 5 3 4 3 5 3 5 3 5 5 3 3 5 5 3 3 3 3 5 5 3 5 5 4 3 122
25 5 3 5 5 4 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 4 3 5 5 3 3 5 4 5 5 133
26 5 4 4 4 3 4 5 5 2 3 4 5 4 5 4 3 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 3 5 5 3 127
27 3 2 4 5 3 3 3 5 4 5 3 4 4 5 3 3 4 5 5 5 3 3 3 5 5 3 3 3 3 5 115
28 4 3 5 5 3 5 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 107
29 3 4 4 5 3 5 3 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 3 5 5 5 133
30 5 3 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 5 5 4 5 4 5 5 3 4 4 5 5 4 139
74
31 4 1 5 4 3 5 3 4 4 2 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 2 2 3 4 5 3 1 5 4 5 116
32 3 4 4 5 3 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 3 5 5 5 4 3 4 5 4 131
33 3 4 5 5 2 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 128
34 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 3 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 134
35 5 4 5 5 4 4 3 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 135
36 3 5 4 5 2 4 3 4 5 5 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 129
37 4 3 5 4 5 5 3 5 4 5 3 5 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 5 5 4 120
38 5 4 5 5 4 4 3 5 5 4 3 4 4 5 4 3 5 5 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 5 4 121
39 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 4 4 3 3 3 4 5 5 133
40 5 3 3 5 5 3 3 5 5 5 5 5 3 3 4 4 5 3 4 3 5 5 3 4 3 3 5 3 5 3 120
Jumlah 5073
75
Tabel 4.38
Variabel X
Skor Angket Budaya Sekolah
No Responden Skor
1 110
2 140
3 128
4 124
5 135
6 139
7 129
8 127
9 133
10 120
11 124
12 110
13 134
14 145
15 145
16 115
17 133
18 129
19 125
20 121
21 140
22 103
23 121
24 122
25 133
26 127
76
27 115
28 107
29 133
30 139
31 116
32 131
33 128
34 134
35 135
36 129
37 120
38 121
39 133
40 120
Jumlah 5073
Untuk mengetahui nilai rata-rata budaya sekolah yang terdapat di SMP IT
Almaka, yaitu menggunakan rumus:
M =∑ 𝑥
𝑁
M = 5073
40 = 127
SD = √𝑁 (∑ 𝑥2)−(∑ 𝑥)2
𝑛2
SD =√40 (647357)− 50732
402 =
√25894280−25735329
1600
SD = √158951
1600 = √99,34 = 10
Mean + SD = 127 + 10 = 137 Batas kelompok atas sedang
Mean - SD = 127 – 10 = 117 Batas kelompok bawah sedang
77
Setelah diketahui batas kelompok atas dan bawahn, maka dibuat
intervalnya sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasinya.Berikut dapat dilihat di
bawah ini.
Tabel 4.39
Klasifikasi Skor Angket
No. Klasifikasi Frekuensi Kualifikasi
1. >137 6 Baik
2. 117–137 27 Sedang
3. <117 7 Kurang
Setelah merujuk pada tabel di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 127
yang berada pada klasifikasi 117–137 dapat diketahui bahwa budaya sekolah yang
terdapat di SMP IT Almaka termasuk pada kategori sedang.
Tabel 4.40
Variabel Y
Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI
No. Responden Nilai
1 80
2 85
3 85
4 90
5 83
6 85
7 85
8 80
9 80
10 76
11 83
12 80
78
13 76
14 90
15 90
16 82
17 85
18 80
19 80
20 94
21 85
22 80
23 90
24 85
25 85
26 90
27 90
28 80
29 92
30 80
31 80
32 85
33 90
34 85
35 85
36 85
37 80
38 80
39 85
40 82
79
Data mengenai hasil belajar dapat dilihat pada nilai tertinggi dan terendah
rata-rata dengan menggunakan rumus:
M = ∑ 𝑌
𝑁
M = 3363
40 = 84
SD = √𝑁 (∑ 𝑦2)−(∑ 𝑦)2
𝑛2
SD = √40 (283503)− (3363)2
402 =
√11340120−11309769
1600
SD = √30351
1600 = √19 = 4,35
Mean + SD = 84 + 4,35 = 88,35 Batas kelompok atas sedang
Mean - SD = 84 - 4,35 = 79,65 Batas kelompok bawah sedang
Setelah diketahui batas kelompok atas dan bawahnya, maka dibuat
intervalnya sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasinya.Berikut dapat dilihat di
bawah ini.
Tabel 4.41
Klasifikasi Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI
No. Klasifikasi Frekuensi Kualifikasi
1. >88,35 9 Baik
2. 79,65 – 88,35 29 Sedang
3. <79.65 2 Kurang
Setelah merujuk tabel di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 78,4
yang berada pada klasifikasi 74,2-82,6 dapat diketahui bahwa Hasil Belajar
Peserta didik Pada Mata Pelajaran PAI termasuk pada kategori sedang dan di di
atas KKM yaitu 75 untuk mata pelajaran PAI.
80
Tabel 4.42
Skor Variabel X dan Variabel Y
No Responden Variable X Variabel Y
1 110 80
2 140 85
3 128 85
4 124 90
5 135 83
6 139 85
7 129 85
8 127 80
9 133 80
10 120 76
11 124 83
12 110 80
13 134 76
14 145 90
15 145 90
16 115 82
17 133 85
18 129 80
19 125 80
20 121 94
21 140 85
22 103 80
23 121 90
24 122 85
25 133 85
26 127 90
27 115 90
81
28 107 80
29 133 92
30 139 80
31 116 80
32 131 85
33 128 90
34 134 85
35 135 85
36 129 85
37 120 80
38 121 80
39 133 85
40 120 82
Tabel 4.43
Mencari Korelasi antara Variabel X dengan Variabel Y
No.
Responden X Y XY X² Y²
1 110 80 8800 12100 6400
2 140 85 11900 19600 7225
3 128 85 10880 16384 7225
4 124 90 11160 15376 8100
5 135 83 11205 18225 6889
6 139 85 11815 19321 7225
7 129 85 10965 16641 7225
8 127 80 10160 16129 6400
9 133 80 10640 17689 6400
10 120 76 9120 14400 5776
11 124 83 10292 15376 6889
82
12 110 80 8800 12100 6400
13 134 76 10184 17956 5776
14 145 90 13050 21025 8100
15 145 90 13050 21025 8100
16 115 82 9430 13225 6724
17 133 85 11305 17689 7225
18 129 80 10320 16641 6400
19 125 80 10000 15625 6400
20 121 94 11374 14641 8836
21 140 85 11900 19600 7225
22 103 80 8240 10609 6400
23 121 90 10890 14641 8100
24 122 85 10370 14884 7225
25 133 85 11305 17689 7225
26 127 90 11430 16129 8100
27 115 90 10350 13225 8100
28 107 80 8560 11449 6400
29 133 92 12236 17689 8464
30 139 80 11120 19321 6400
31 116 80 9280 13456 6400
32 131 85 11135 17161 7225
33 128 90 11520 16384 8100
34 134 85 11390 17956 7225
35 135 85 11475 18225 7225
36 129 85 10965 16641 7225
37 120 80 9600 14400 6400
38 121 80 9680 14641 6400
39 133 85 11305 17689 7225
40 120 82 9840 14400 6724
N=40 5073 3363 427041 647357 283503
83
Dari data tersebut, maka dapat dicari koefisien korelasi:
r xy = n ∑ xy−( ∑ x)(∑ Y )
√n ∑ x2− ( ∑ x)2 (n ∑ y2− (∑ y)2) =
r xy= 40 . 427041−(5073)(3363)
√40 . 647357−(5073)2 (40.283503−(3363)2) =
r xy =17081640−17060499
√25894280−25735329 (11340120−11309769) =
r xy = 21141
√158951 (30351)
= 21141
69457,33 = 0,30
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa korelasi antara
pengaruh budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa hanya sebesar
0,30
3. Interpretasi Data
Untuk mengetahui hasil uji korelasi tersebut apakah ha diterima
atau tidak, maka akan diinterpretasikan dengan menguraikan dua cara,
yaitu:
a. Interpretasi Sederhana/kasar
Berdasarkan hasil perhitungan data di atas, didapatkan hasil
angka korelasi antara variabel x dan y bertanda positif, maka di
antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi yang sejalan searah.
Kemudian dengan memperhatikan besarnya rxy yaitu 0,30 berati
korelasi positif variabel x dan variabel Y itu adalah termasuk
korelasisangat lemah atau rendah, sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan Y) positif lemah.
b. Interpretasi dengan Berkonsultan Pada Tabel Nilai “r” Product
Moment
Untuk menguji hipotesis, maka rxy yang didapat dari
perhitungan statistik dikonsultasikan dengan “r” dalam tabel product
moment dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau
84
degress of freedom (df) dengan mengggunakan rumus sebagai
berikut:
DF = N-Nr
= 40 – 2
= 38
Maka angka yang diperoleh:
Df = 38
rxy = 0,30
rtab pada taraf signifikansi 5 % = 0,320
rtab pada taraf signifikansi 1 % = 0,413
Dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata df
sebesar 28 pada taraf signifikansi 5 % diperoleh nilai rtab = 0,320,
sedangkan pada taraf signifikansi 1 % = 0,413 karena rtab pada
signifikansi 5% maupun 1 % lebih besar dari rxy maka pada taraf
signikansi 5% maupun 1% hipotesis alternatif ditolak, karena tidak
teruji kebenarannya yang berati bahwa pada taraf signikansi 5%
maupun 1% itu tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara
variabel X dan variabel Y.
Setelah uji hipotesis dilakukan, untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran PAI, maka digunakan rumus “koefisien determinasi
yang dinyatakan dengan rumus berikut:
KD = 𝑟2 x 100%
= (0,30)2x 100%
= 9 %
Hal ini menunjukkan bahwa Prestasi Belajar Siswa di SMP IT
Amaka Pada Mata Pelajaran PAI dipengaruhi oleh Budaya Sekolah
hanya 9%, sedangkan 91% ditentukan oleh faktor lain.
85
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisa dapat dilihat dari
hasil uji korelasi yang telah diuraikan, bahwa tidak terdapat korelasi antara
variabel X (pengaruh budaya sekolah) dan variabel Y (prestasi Belajar siswa
pada mata pelajaran PAI). Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh budaya
sekolah hanya sebesar 9% saja sedangkan sisanya 91% ditentukan oleh
faktor lain.
Seperti yang telah diuraikan pada bab 2, prestasi belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/ kondisi
jasmani atau rohani siswa. Yang termasuk ke dalam faktor-faktor
internal antara lain adalah:
a. Faktor fisiologis
Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan
menguntungkan dan memberikan prestasi belajar yang baik. Tetapi
keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam
keadaan belajarnya.
b. Faktor psikologis
Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
1) Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Question
(IQ) seseorang.
2) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan
menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
3) Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
4) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
5) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
86
2. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi
lingkungan sekitar peserta didik. adapun yang termasuk faktor-faktor ini
antara lain, yaitu:
a. Faktor sosial, yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
b. Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah,
keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan
sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar peserta didik di sekolah.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan efesiensi proses mempelajari
materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau pencapain tujuan belajar tertentu.15
Dari perolehan skor angket yang telah disebar, dapat dilihat pada
tabel 4.36, yaitu siswa sebanyak 45% menyatakan bahwa mata pelajaran
pendidikan agama Islam adalah salah satu mata pelajaran paforit.
Dengan demikian, siswa memiliki perhatian, minat dan motivasi yang
tinggi dalam mempelajari pendidikan agama Islam, sehingga
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar yang tinggi pula. Terbukti
dari tabel 4.32, sebanyak 47,5% responden sering kali memahami
materi pelajaran yang telah ditempuh.
Dan dapat dilihat juga pada tabel 4.26, responden (siswa) sering
mencari berbagai sumber belajar mata pelajaran PAI sebanyak 40%.
Tabel 4.25 menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden, yaitu
55% menyatakan aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran PAI
di kelas. Sedangkan pada tabel 4.18, hasil perolehan dari angket yang
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 132-139.
87
disebar menunjukkan bahwa mayoritas responden, yaitu 60% menjawab
guru akan menegur siswa yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran
PAI tanpa keterangan.
Dari keterangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam diri siswa),
yang meliputi keadaan jasmani dan psikisnya (tingkat IQ, perhatian,
minat, motivasi, dan bakat) dan faktor ekternal (dari luar diri siswa),
yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta
metode dan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI).
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini antara lain:
1. Penulis hanya melibatkan subyek penelitian dengan jumlah
terbatas, yakni sebanyak 40 siswa dari jumlah populasi 189 siswa,
sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok
subyek dengan jumlah yang besar.
2. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada penerapan budaya
sekolah yang terkait langsung dengan siswa, yaitu berupa tata tertib
sekolah. Sehingga hanya dapat mengungkap permasalahan yang
berkaitan dengan budaya yang dikembangkan di sekolah. Penulis
belum mengungkap bagaimana budaya yang dikembangkan di luar
sekolah. Contohnya adalah budaya siswa di lingkungan keluarga
dan masyarakat.
3. Dalam perspektif penulis, budaya sekolah harus senantiasa
memberikan pengaruh yang baik bagi prestasi belajar siswa,
terlebih pada mata pelajaran PAI. Namun hasil penelitian
membuktikan bahwa pengaruhnya lemah atau rendah. Hal ini dapat
diakibatkan karena beberapa hal, di antaranya adalah pengukuran
prestasi belajar siswa belum dilakukan secara holistik dan
88
kurangnya kemampuan guru dalam melakuakan penilaian yang
efektif.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penellitian yang dilakukan di SMP Islam Terpadu
Almaka, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari data kuantitatif dapat diketahui bahwa budaya sekolah yang
dikembangkan di SMP IT Almaka berpengaruh dengan tingkat
hubungan yang sangat lemah.
2. Dari hasil perhitungan diperoleh rxy SMP IT Almaka Jakarta sebesar
0,30 yang berarti terdapat korelasi positif antara pengaruh budaya
sekolah terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI dengan
korelasi yang lemah atau rendah. Hal in dapat diketahui dengan df
sebesar 38 diperoleh ro yaitu 0,30 adalah jauh lebih lebih kecil dari pada
rt atau rt ≥ ro dilihat baik dari taraf signifikan 5% maupun pada taraf
signifikan 1%. Dengan demikian dapat dikatakan tidak ada korelasi
antara variabel x dan variabel y dengan persentase kontribusinya sebesar
9%.
3. Kendala dalam menerapkan tata tertib di SMP IT Almaka menurut hasil
wawancara peneliti terhadap wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan
guru PAI, diantaranya adalah bahwa siswa SMP IT Almaka yang masih
menginjak usia 12-15 tahun, yaitu usia remaja awal, yang di antara ciri-
cirinya adalah mulai menyukai lawan jenis, lebih tertarik dengan dunia
luar dari pada keluarga, menyukai berkumpul secara berkelompok,
memiliki fokus tinggi pada hal yang disukai, dan menyukai hal-hal baru
yang belum pernah dirasakan pada masa kanak-kanak. Jika orang tua
atau guru lengah dalam melakukan bimbingan atau pembinaan, maka
siswa akan keliru dalam menyikapi keingintahuannya.
4. Faktor pendukung dalam menerapkan tata tertib sekolah adalah
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, kesediaan guru dalam
90
melakukan pembinaan terhadap siswa dengan cinta kasihnya, dan kerja
sama para guru dengan orang tua.
B. Saran
Dengan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran kepada SMP
IT Almaka, di antaranyaadalah:
1. Perlunyaupayapeningkatanpengembangandanpengawasanbudayasekolah
agar dapatmemberikandampak yang lebih
baikterhadapprestasibelajardanakhlaksiswa.
2. Perlunya kerja sama antara semua guru bidang studi, orang tua, dan
masyarakat dalam mengembangkan budaya sekolah, agar budaya
tersebut dapat benar-benar bermanfaat bagi seluruh warga, khususnya
bagi siswa agar dapat mengamalkan apa yang sudah dipelajarinya,
terlebih pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
3. Perlunya pengawasan terhadap pencapaian kompetensi sikap yang
meliputi sikap spiritual dan sosial, kompetensi pengetahuan dan
keterampilan siswa.
4. Kepada siswa-siswi SMP IT Almaka agar senantiasa untuk terus
meningkatkan prestasi belajarnya, khususnya di bidang pendidikan
agama Islam, karena pelajaran agama Islam sangatberguna di dunia dan
akhirat kelak.
5. Perlunya pembinaan akhlak yang kontinuitas, agar siswa memahami
bahwa berakhlak mulia sama pentingnya dengan prestasi belajar (nilai
angka).
91
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. I, 1991.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi. Jakarta:
BumiAksara, Cet.1, 1999.
-------,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Parktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2006.
Bahri Djamarah, Syaifuldan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006.
CTLD, Hand Out: Peraturan Menteri No 22, 23, dan 24 serta Permenag. Jakarta:
2014
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ed.,Suprapto, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan (Pengaruh Budaya Sekolah
dan Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam).Jakarta:
PT Pena Citrasatria, Cet.1, 2008.
Fuad Yusuf, Choirul, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Jakarta: PT. Pena
Citasatria, Cet. Ke-I, 2008.
Hawadi, Reni Akbar, Akselerasi. Jakarta: PT Grasindo: 2004.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Ed. Revisi. Jakarta: PT
RajaGrafindoPersada, 1999.
Idi, Abdullah, Sosiolgi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
Jakarta: RajawaliPers, 2011.
Koentjaraningrat, Bunga Rampai Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Komariah, Aandan Triatna, Cepi, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: Bumiaksara, Cet. I, 2005.
Mahfud, Rois, Al-Islam (Pendidikan Agama Islam). Bandung: Erlangga, 2011.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
92
Muhaimin, “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah, Madrasah, Ed. 1.Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
-------, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Mengurai Benai Kusut Dunia
Pendidikan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
-------, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Nasution, S, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 1995.
Nasir, Sahilun A, Peranan Pendidikan Agama Islam terhadap Pemecahan
Problema Remaja. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Setiadi, Elly M, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Ed. 1.Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, Cet. 3, 2008.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
SMP IT Almaka, Buku Panduan Orang Tua dan Siswa sera MOPDB (Masa
Orientasi Peserta Didik Baru). Jakarta: 2013.
-------, Profil sekolah. Jakarta. 2013.
Sudiono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada,
2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2009.
Sunardin, S, Revitalisasi Budaya dan Tradisi dalam Islam dan Pendidikan Agama
Islam. (http://sunardins.blogspot.com), 2013.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi
dan Kompetensi), Ed. Revisi.Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005.
93
94
Zainudin, Konsep Belajar dalam Islam. (http://zainuddin.lecturer.uin-
malang.ac.id), 2013.
LAMPIRAN DATA PENELITIAN DI SMP IT ALMAKA
Disusun Oleh:
Dewi Nurwulan
Untuk Keperluan Pembuatan Skripsi dengan Judul “Pengaruh Budaya
Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI”
PROFIL SEKOLAH
SMP ISLAM TERPADU ALMAKA
Tahun Pelajaran 2014/2015
I. PENYELENGGARA
Nama Badan : Yayasan Al-Manshuriyyah Kalideres
Alamat Sekretariat : Jl. Peta Selatan No. 1 Rt. 010/03 Kalideres
Jakarta Barat 11840
Nama Pimpinan : H. Musa Mansur, S.Sos.
Akta Notaris : Royanih, SH. No. 1 Tanggal 2 Agustus 2004
II. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SMP ISLAM TERPADU ALMAKA
NIS / NPSN : 200450 / 69758817
Alamat Sekolah : Jl. Peta Selatan No. 2
Kelurahan : Kalideres
Kecamatan : Kalideres
Kab/Kota : Jakarta Barat
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 11840
Telepon Faksimile : (021) 543 77 595 Fax. (021) 545 60 10
E-mail : [email protected]
Status Sekolah : Swasta
Nama Yayasan : Al-Manshuriyyah Kalideres
Tahun Berdiri Sekolah : 2010
Ijin Operasional : 1783/1-851.58 / 2013 Tahun : 2013
Akreditasi Sekolah : A Nomor 145/BAP-S/M/DKI/2013
III. VISI DAN MISI SEKOLAH
Visi SMP IT Almaka: “Menjadi sekolah Islam yang terpercaya
dalam melahirkan intelektual muslim yang berakhlak mulia, berkualitas,
certas dan kreatif serta mampu berkompetensi secara nasional dan
regional”.
Adapun Misi dari SMP IT Almaka adalah:
1. Menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dalam
belajar dan berkreatifitas.
2. Mengadakan workshop guru dan pedampingan guru dengan
konsultan pendidikan.
3. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan kurikulum
nasional yang terintegrasi dengan muatan Islam.
4. Menciptakan lingkungan sekolah yang bernuansa islami.
5. Melaksanakan pembelajaran agama Islam yang berkualitas dan
pembinaan kepribadian siswa.
6. Meningkatkan standar kualitas siswa agar menghasilkan output
yang kompeten.
7. Mengembangkan dan membina potensi siwa dalam bidang bahasa,
IPTEK, matematika dan ibadah sehari-hari.
8. Mengadakan latihan seni dan pentas tingkat sekolah.
9. Menyediakan sarana dan prasarana pengembangan bakat.
TUJUAN SEKOLAH
1. Memiliki semua perangkat dokumen pedoman pelaksanaan rencana
program kerja sekolah.
2. Memiliki kelengkapan administrasi kesiswaan, pedoman kegiatan
dan pembinaan siswa.
3. Mengembangkan KTSP, pembelajaran, penilaian dan rencana
pembelajaran.
4. Memiliki susunan Kalender Pendidikan Akademik.
5. Mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan.
6. Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana minimal.
7. Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana lainnya.
8. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen sekolah.
IV. SARANA DAN PRASARANA
Status Gedung : Milik sendiri
Status Tanah : Milik sendiri
Luas Tanah : ± 7.000 m2
Luas Bangunan : 35 m x 30 m = 1050 m2
Ruangan
Jumlah Ruang Belajar : 13 Ruangan
Luas Ruang Belajar : 8 m x 8 m = 64 m2
Luas Ruang Guru : 8 m x 8 m = 64 m2
Luas Ruang Rapat : 5 m x 6 m = 30 m2
Luas Ruang Kepsek : 2 m x 3 m = 6 m2
Luas Ruang Wakasek : 2 m x 3 m = 6 m2
Luas Ruang TU : 2 m x 3 m = 6 m2
Luas Ruang Lab
Lab. IPA : 8 m x 8 m = 64 m2
Lab. Komputer : 8 m x 8 m = 64 m2
Lab. Bahasa : 8 m x 8 m = 64 m2
Ruang Perpustakaan : 8 m x 8 m = 64 m2
Ruang OSIS : 5 m x 3 m = 15 m2
Ruang UKS : 5 m x 3 m = 15 m2
Ruang Gudang : 5 m x 3 m = 15 m2
Ruang MCK : 6 m x 8 m = 48 m2
Ruang Mushollah : 30 m x 20 m = 600 m2
Ruang Aula : 30 m x 20 m = 600 m2
V. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kurikulum yang digunakan : Kurikulum 2013
Waktu Belajar
Pagi : 06:30 – 16:00
Jumlah Jam Pelajaran : 48 Jam/minggu x 40 menit
Jumlah Rombongan Belajar
Kelas VII : 3 Rombongan Belajar
Kelas VIII : 3 Rombongan Belajar
Kelas IX : 3 Rombongan Belajar
Masing-masing Rombel : Maksimal 25 orang
VI. DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Kepala Sekolah : Puryani, S.Sos.I.
Pendidikan Terakhir : Sarjana / S1
Jumlah Guru : 20 Orang
Laki-laki : 5 Orang
Perempuan : 15 Orang
Pendidikan Terakhir
S1 Kependidikan : 20 Orang
Tata Usaha : 2 Orang
Petugas Sekolah : 3 Orang
VII. DATA PESERTA DIDIK
Kelas VII : 59 Peserta Didik
Laki – laki : 43 Peserta Didik
Perempuan : 16 Peserta Didik
Kelas VIII : 63 Peserta Didik
Laki – laki : 36 Peserta Didik
Perempuan : 27 Peserta Didik
Kelas IX : 67 Peserta Didik
Laki – laki : 38 Peserta Didik
Perempuan : 29 Peserta Didik
Jumlah Peserta Didik
Laki – laki : 117 Peserta Didik
Perempuan : 72 Peserta Didik
Total : 189 Peserta Didik
VIII. PRESTASI SEKOLAH
1. Lomba Majalah Dinding Bahasa Inggris Tingkat DKI Jakarta
2. Lomba Pramuka Tingkat Kota Tangerang
3. Lomba Pencak Silat Tingkat DKI Jakarta
4. Lomba Futsal Tingkat Jakarta Barat
5. Olimpiade Matematika Tingkat DKI Jakarta
Jakarta, 27 September 2014
Kepala SMP Islam Terpadu ALMAKA
( Puryani, S.Sos.I )
Wawancara Penelitian Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SMP IT Almaka
Identitas Responden :
Hari/ Tanggal : Rabu/ 12 Nopember 2014
Nama : Sri Hartati, M. Pd
Tempat : Ruang TU
Usia : 40 Tahun
Latar Belakang Pendidikan : S2
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah
1. Bagaimana spirit dan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan siswa?
2. Bagaimana spirit dan nilai-nilai hubungan antara siswa dengan seluruh
warga sekolah?
3. Bagaimana kebijakan yang dibuat sekolah dalam mensosialisasikan dan
mengimplementasikan budaya sekolah?
4. Apakah kendala dalam menerapkan tata tertib sekolah?
5. Apakah faktor pendukung dalam menerapkan tata tertib sekolah?
6. Apakah budaya sekolah yang berkembang mendukung pengembangan
pembelajaran PAI?
7. Apakah budaya yang berkembang mendukung lahirnya tanggung jawab,
rasa kebersamaan, saling menghargai, dan kedisiplinan siswa?
8. Apakah budaya sekolah yang berkembang mendukung 5K (keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kenyamanan) sekolah?
9. Bagaimana sikap sekolah dalam menanggapi setiap keluhan, baik yang
disampaikan oleh siswa, guru, maupun masyarakat?
10. Apa yang dilakukan sekolah dalam mencapai mutu pendidikan yang baik?
Jawaban Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah SMP IT Almaka
1. Setiap anak berbeda, dengan alasan karena perbedaan latar belakangn
pendidikannya, ada yang sekolah dasarnya di sekolah dasar negeri (SDN)
ada pula yang sekolah dasarnya di MI (madrasah ibtidaiyyah). Oleh
karena itu, kami bina dengan kembali ke awal atau dasar lagi, namun rata-
rata peserta didik di sekolah SMP IT Almaka mempunyai dasar
keagamaannya sekitar 95%.
2. Alhamdulillah, hubungan peserta didik dengan seluruh warga sekolah
berjalan dengan harmonis. Kami (guru) menggunakan pendekatan yang
fleksibel, maksudnya adalah ada saat kami layaknya kawan bagi mereka,
kakak, orang tua, dan guru tentunya, sesuai dengan kondisi mereka pada
saat itu. Yang terpenting adalah komunikasi antara siswa dan seluruh
warga sekolah terjalin dengan baik.
3. Kami membudayakan kedisplinan, kebersihan, seperti menghias kelas,
sholat dzuhur berjamaah, sholat ashar, dan membudayakan sikap-sikap
positif yang dapat membentuk keperibadian siswa yang baik. Kebijakan,
aturan atau tata tertib itu kami sosialisasikan melalui buku penghubung,
begitu kami menyebuutnya. Karena buku ini salah satu media penghubung
kami, siswa dan orang tua. Setiap siswa memiliki buku tersebut. di
dalamnya, salah satunya tercantum tata tertib secara lengkap.
4. Kendala selalu ada, tapi masih dalam keadaan wajar. Salah satunya adalah
faktor usia peserta didik kami yang menginjak masa remaja. Seperti yang
kita ketahui, bahwa pada usia remaja (pubertas), anak selalu ingin
mencoba hal-hal baru, mudah sekali meniru apa saja yang dilihatnya,
mudah terpengaruh oleh lingkungan (pergaulan).
5. Faktor pendukungnya adalah tersedianya sarana dan prasaranan yang
memadai. Kesediaan guru dalam membina anak-anak kami dengan cinta
kasihnya, itu semua memudahkan kami dalam menerapkan tata tertib guna
mencapai tujuan sekolah kami.
6. Tentu iya, karena budaya yang kami kembangkan adalah pembinaan
akhlak, agamanya, bahasa Arab, tahfidz, dan ibadahnya.
7. Alhamdulillah iya, namun mereka harus tetap dibina, karena usia mereka
adalah usia pembentukan karakter agar semakin kuat.
8. Insya Allah.
9. Kami menanggapi semua masukan termasuk keluhan dengan positif. Lalu
kami rapatkan untuk menemukan solulsi yang kami anggap baik sesuai
dengan kesepakatan kami. Kami selalu mengadakan evaluasi dengan cara
rapat rutin setiap mingunya pada hari rabu tepatnya di luar jam
pembelajaran.
10. Untuk mencapai mutu pendidikan yang baik dan semakin baik, selain
diadakannya rapat dalam rangka evaluasi, kami juga selalu mengadakan
pembinaan atau diklat bagi guru-guru di SMP IT Almaka, dan bagi siswa,
untuk memotivasi mereka, kami mengadakan lomba, salah satunya adalah
lomba menghias kelas. Itu salah satu cara kami menstimulus keativitas
siswa.
Wawancara Penelitian Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SMP IT Almaka
Identitas Responden :
Hari/ Tanggal : Rabu/ 12 Nopember 2014
Nama : Bapak Syaeful Bahri, S. Pd. i
Tempat : Ruang Tamu
Usia : 33 Tahun
Latar Belakang Pendidikan : S1
Jabatan : Guru PAI
1. Bagaimana spirit dan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan siswa?
2. Bagaimana spirit dan nilai-nilai hubungan antara siswa dengan seluruh
warga sekolah?
3. Bagaimana kebijakan yang dibuat sekolah dalam mensosialisasikan dan
mengimplementasikan budaya sekolah?
4. Apakah kendala dalam menerapkan tata tertib sekolah?
5. Apakah faktor pendukung dalam menerapkan tata tertib sekolah?
6. Apakah budaya sekolah yang berkembang mendukung pengembangan
pembelajaran PAI?
7. Apakah budaya yang berkembang mendukung lahirnya tanggung jawab,
rasa kebersamaan, saling menghargai, dan kedisiplinan siswa?
8. Apakah budaya sekolah yang berkembang mendukung 5K (keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kenyamanan) sekolah?
9. Bagaimana sikap sekolah dalam menanggapi setiap keluhan, baik yang
disampaikan oleh siswa, guru, maupun masyarakat?
10. Apa yang dilakukan sekolah dalam mencapai mutu pendidikan yang baik?
Jawaban Wawancara dengan Guru PAI SMP IT Almaka
1. Cukup baik, karena kami membiasakan mereka dengan mengikuti sholat
dhuha bersama, tadarus, pengulangan doa-doa, hafalan surat-surat pendek
dan sholat dzuhur dan ashar berjamaah.
2. Hubungan siswa dengan seluruh warga di sekolah harmonis, terbuka dan
terbangun komunikasi yang baik.
3. Budaya sekolah itu kami atur di peraturan atau tata tertib sekolah. Kami
mensosialisasikan budaya sekolah tersebut dengan kontrak studi dan
masing-masing peserta didik memiliki buku penghubung antara kami
dengan orang tua.
4. Tentu saja ada, misalnya sikap siswa yang menginjak remaja, yaitu selalu
ingin menjadi perhatian, namun caranya kurang tepat, misalnya dengan
melanggar aturan dan sebagainya, namun tentu saja itu semua bukan
penghalang bagi kami untuk terus membina mereka.
5. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan kerja sama para guru
dengan orang tua sangat menjadi faktor pendukung dalam menerapkan tata
tertib dan mencapai tujuan bersama.
6. Ya, karena budaya yang kami kembangkan di sini adalah pembiasaan
spiritual yang positif. Secara tidak langsung pembiasaan tersebut
berpengaruh baik terhadap pembelajaran PAI.
7. Insya Allah.
8. Insya Allah, karena budaya sekolah dibuat atau dibudayakan tujuan
akhirnya adalah agar peserta didik memiliki karakter yang kuat, baik
dalam disiplinnya, tanggung jawab, mencintai kebersihan dan keindahan
dan sebagainya.
9. Kami menanggapi semua keluhan baik yang disampaikan oleh siswa, guru,
maupun orang tua atau masyarakat dengan open mind selama itu sesuai
dengan koridor.
10. Untuk mencapai mutu pendidikan, salah satu cara yang kami lakukan
adalah meningkatkan sumber daya manusia (SDM), misalnya dengan
mengikuti diklat, meningkatkan sarana dan prasarana yang lebih baik,
memenuhi kebutuhan masyarakat yang sedang berkembang, melakukan
evaluasi dan sebagainya.
ANGKET PENELITIAN
PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Petunjuk Pengisian:
1. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang pengaruh
budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dimohon untuk mengisi angket
ini dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Pilihlah salah satu pernyataan SL, SR, KD, HTP, dan TP*) yang anda
anggap paling sesuai dengan memberikan tanda check list ()
*) Keterangan:
SL : Selalu HTP : Hampir Tidak
Pernah
SR : Sering TP : Tidak Pernah
KD : Kadang-kadang
IDENTITAS SISWA
Nama :
__________________________________________________________
Kelas :
__________________________________________________________
Jenis Kelamin : L / P (Coret yang tidak perlu)
Budaya Sekolah (Variabel x)
NO PERNYATAAN JAWABAN
SL SR KD HTP TP
1.
Setiap akan memulai pelajaran, siswa
dibiasakan untuk membaca do’a secara
bersama-sama.
2. Saya selalu menyapa dan mengucapkan
salam ketika bertemu dengan guru.
3. Saya bebicara dengan guru
menggunakan bahasa yang sopan.
4.
Saya bebicara dengan orang tua
menggunakan bahasa yang sopan.
5.
Guru dan kepala sekolah akan
memberikan penghargaan bagi siswa
yang berprestasi.
6. Sekolah menyediakan kebutuhan untuk
menunjang belajar saya.
7.
Sekolah menciptakan suasana yang
nyaman dan aman untuk belajar.
8.
Sekolah mewajibkan siswa memakai
atribut sekolah dengan lengkap.
9.
Setiap ruangan di sekolah ini diatur
dengan rapih dan bersih, sehingga
menciptakan rasa nyaman.
10. Sekolah menyediakan tempat sampah
di setiap kelas.
11.
Setiap siswa ikut bertanggung jawab
terhadap kebersihan dan keamanan
sekolah.
12.
Guru akan menegur siswa yang tidak
mengikuti kegiatan pembelajaran PAI
tanpa keterangan.
13. Saya antusias dan semangat dalam
mengikuti setiap kegiatan sekolah.
14.
Saya menjaga nama baik sekolah
dengan berperilaku baik dalam
kehidupan sehari-hari.
15.
Kondisi setiap bangunan di sekolah ini
terawat dengan baik, sehingga saya
merasa aman dan nyaman untuk
menggunakannya.
16.
Di setiap kelas, terpampang tata tertib
siswa dengan penataan yang mudah
dilihat.
17.
Saya percaya dan meyakini bahwa
setiap kegiatan sekolah adalah
bermanfaat bagi kehidupan saya.
18.
Saya membaca al-Qur’an dan
melaksanakan sholat berjamaah, baik
ketika di sekolah maupun di rumah.
19.
Saya aktif dan antusias dalam
mengikuti pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di kelas.
20.
Saya berusaha mencari berbagai
sumber belajar mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI).
21. Keindahan sekolah sangat terjaga
dengan baik.
22.
Kebersihan lingkungan di sekolah
mendukung saya belajar dengan baik.
23. Sekolah adalah tempat yang
menyenangkan bagi saya.
24.
Saya senang dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan sekolah.
25. Saya ikut berpartisipasi dalam setiap
kegiatan sekolah.
26. Saya memahami apa yang telah saya
pelajari di sekolah.
27. Saya belajar sesuatu di luar sekolah
untuk menambah pengetahuan.
28. Saya taat terhadap peraturan sekolah.
29.
Kepala sekolah atau guru akan
memberikan sanksi yang tegas bagi
siswa yang melanggar peraturan
sekolah.
30. Pendidikan agama Islam (PAI) adalah
salah satu mata pelajaran favorit saya.
RUANG BELAJAR SISWA SMP IT ALMAKA
SERAGAM SISWA SMP IT ALMAKA
KEGIATAN BELAJAR SISWA SMP IT ALMAKA
Tulisan-tulisan Motivasi yang Tertera di setiap Anak Tangga
Papan Perizinan (Permission Board) hanya Tersedia Satu pada Masing-
Masing Kelas dan hanya Berlaku untuk Satu Peserta Didik Setiap 2x40
Menit
Kegiatan Tadarus Dibimbing oleh Guru
Kegiatan Sholat Dhuha
SMP IT Almaka Tampak dari Depan
Lapangan SMP IT Almaka
Piala/ Penghargaan yang Diraih oleh Siswa Terpajang di atas Lemari di
Ruang Tamu
No. Buku Refensi/Rujukan
Paraf Dosen Pembimbing
1.
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta, Cet. I, 1991.
2.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, Ed. Revisi. Jakarta: Bumi Aksara,
Cet.1, 1999.
3.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Parktik Ed. Revisi Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
4.
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi
Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
5.
CTLD, Hand out Peraturan Menteri No 22, 23, dan
24 serta Permenag. Jakarta: 2014.
6.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
7.
Fuad Yusuf, Choirul, Budaya Sekolah dan Mutu
Pendidikan. Jakarta: PT. Pena Citasatria, Cet. Ke-I,
2008.
8.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Ed.
Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999.
9.
Idi, Abdullah, Sosiolgi Pendidikan: Individu,
Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
10.
Koentjaraningrat, Bunga Rampai Kebudayaan,
Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
11.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary
Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi
aksara, Cet. I, 2005.
12.
Mahfud, Rois, Al-Islam (Pendidikan Agama Islam).
Bandung: Erlangga, 2011.
13.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
14.
Muhaimin, “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya
dalam Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah, Madrasah, Ed. 1. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010.
15.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam
(Mengurai Benai Kusut Dunia Pendidikan).
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
16.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di
Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005.
17.
Nasution, S, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. 1, 1995.
18.
Setiadi, Elly M, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Ed.
1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. 3,
2008.
19.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
20.
SMP IT Almaka, Buku Panduan Orang Tua dan
Siswa serta MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik
Baru). Jakarta: 2013.
21. SMP IT Almaka, Profile Sekolah. Jakarta: 2013
22.
Sudiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
23.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2012
24.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. V, 2009.
25.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
26.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi),
Ed. Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada,2005.