PENGARUH BAGI HASIL, BI RATE, INFLASI, DAN PENDAPATAN...
Transcript of PENGARUH BAGI HASIL, BI RATE, INFLASI, DAN PENDAPATAN...
PENGARUH BAGI HASIL, BI RATE, INFLASI, DAN PENDAPATAN
NASIONAL TERHADAP JUMLAH DANA DEPOSITO MUDHARABAH
BERJANGKA BANK SYARIAH DI INDONESIA
(Periode Januari 2011 – Desember 2016)
Oleh
Ahmad Zacky Siddiq
NIM. 1112086000026
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Nama : Ahmad Zacky Siddiq
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat & tgl lahir : Tangerang, 18 Februari 1995
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Oscar Raya No. 25 Rt002/02 Bambu Apus Pamulang
Agama : Islam
Email : [email protected]
No. Telp : 0856-9776-8737
Pendidikan
1999 – 2000 : TK Albarokah
2000 – 2006 : MI Al Ihsan
2006 – 2009 : MTsN Tangerang II Pamulang
2009 – 2012 : MAN 4 Jakarta
2012 - 2018 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan ( HMJ ) Ekonomi Syariah Divisi
Eksternal Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Periode 2012-2014.
2. Kepala Bidang Kewirahusahaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2014-2015.
3. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Pengalaman Kerja
1. Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pemilihan
DPR/DPRD Republik Indonesia tahun 201
2. Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pemilihan
Presiden/Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2015
3. Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara pemilihan (KPPS) Walikota
dan Wakil Walikota Tangerang Selatan tahun 2015
4. Petugas Sensus Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang Selatan tahun
2016
5. Relawan Ramadhan Komunikasi Lemabaga Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) divisi Komunikasi Lembaga tahun 2016
6. Relawan Komunikasi Lembaga Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk
Festival Filantropi Indonesia tahun 2016
7. Relawan Peresmian Asrama Putri Ahbabullah Center BAZNAS tahun 2016
vii
8. Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pemilihan
Gubernur Banten tahun 2017
9. Relawan Ramadhan Komunikasi Lemabaga Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) divisi Komunikasi Lembaga tahun 2017
viii
ABSTRACT
This research aims to analyze the effect of revenue sharing, BI Rate, inflation,
and national income (GDP) on the amount of mudharabah time deposit funds Syariah
Bank in Indonesia The data used in this study is monthly data from January 2011 to
September 2016. Data processing methods the researcher used is regression of panel
data with fixed effect model. This study uses computer program Eviews version 9. and
Microsoft Excel 2010.
The result of the research shows that based on F test result, it can be concluded
that the profit sharing, inflation, BI rate, and national income simultaneously influence
the amount of mudharabah time deposit fund of Syariah Bank in Indonesia from January
2011 to September 2016. The results also show that partially Profit Sharing significantly
influences the amount of mudharabah time deposit funds of Bank Syariah in Indonesia,
BI Rate has significant effect on total mudharabah time deposit of Syariah Bank in
Indonesia, and National Income significant effect negative on the amount of deposits of
mudharabah term Islami Bank in Indonesia. while Inflation has no significant effect on
the amount of mudharabah time deposits Sharia Bank in Indonesia.
Keywords : Regression of Panel Data, Profit Sharing, BI Rate, Inflation, National
Income (GDP), Amount of Mudharabah Time Deposit
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bagi hasil, BI Rate, inflasi,
dan pendapatan nasional (PDB) terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka
Bank Syariah di Indonesia Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan
Januari 2011 sampai dengan September 2016. Metode pengolahan data yang digunakan
peneliti adalah regresi data panel dengan pendekatan fixed effect. Penelitian ini
menggunakan program computer Eviews versi 9. dan Microsoft Excel 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bagi
hasil, inflasi, BI rate, dan pendapatan nasional secara bersama-sama berpengaruh
signifikan simultan terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka Bank Syariah
di Indonesia periode Januari 2011-September 2016. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa secara parsial Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana deposito
mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia, BI Rate berpengaruh signifikan
terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia, dan
Pendapatan Nasional berpengaruh signifikan secara negatif terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia. Sedangkan Inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka Bank
Syariah di Indonesia.
Kata kunci : Regresi Data Panel, Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi, Pendapatan
Nasional (PDB), Jumlah Dana Deposito Mudharabah Berjangka.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mellimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi
ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “PENGARUH BAGI HASIL, BI RATE, INFLASI, DAN
PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP JUMLAH DANA DEPOSITO
MUDHARABAH BERJANGKA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Periode
Januari 2011–September 2016)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada
semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak H. Agus Suhandi dan Ibu Alina yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, memberikan
motivasi tanpa henti dan selalu mendoakan secara ikhlas dengan penuh rasa kasih
sayang.
2. My beloved, Nadia Ayu Tasya dan Queenzhalika Zihlik Razanah yang selalu
memberikan motivasi dan semangat hidup selama ini hingga terselesaikanya skripsi
ini.
xi
3. Brother and Sister, Muhammad Badruzzaman dan Eka Novianti yang selalu
mendoakan yang terbaik.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc,M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr.Amilin, SE.,
Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan
Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil Dekan II Bid Administrasi Umum dan Bapak Dr.
Desmadi Saharuddin M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah
memberikan jalan bagi saya dalam mengerjakan skripsi ini.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama Pratama, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
dan Ibu Tini Anggraeni, M. Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.
6. Bapak Drs. Burhanuddin Yusuf, MM., MA dan Ibu Tini Anggraeni, M. Si selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan pengarahan, ilmu yang bermanfaat, serta masukan yang
sangat berarti selama penyelesain skripsi ini. Maafkan anak didikmu ini yang selalu
mencuri waktumu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu
dengan rizki yang melimpah dan selalu diberi kesehatan dan panjang umur selalu
amin.
7. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin selaku pembimbig akademik.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani
mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan Ilmu
yang bermanfaat semasa perkuliahan.
xii
10. Keluarga besar FF (Ulfa Rianti , Suci Nuraini, Fitriyni, Iriane Sakinah, Anisa Daud,
Ulul Albab, Ari Pramana, Anggardito, Aditya Mulawarman, Mubasir Jamili,
Dorojati) yang telah memberikan motivasi dan doanya sehingga skripsi ini selesai
11. Teman-teman seperjuangan WCN (Windu, Iqbal, Robby, Zulfadli, Albab, Pikri, Toni,
dan Hafsah) yang selalu mendukung serta kebersamaan dan wacananya selama ini.
12. Teman Kecil M. Deni Malik yang selalu memberikan semangat dan menemani
nonton bola ke stadion.
13. Kelompok KKN BRIGHT, yang telah menghabiskan waktu hidup satu bulan bersama
dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup yang sangat berguna.
14. Terimakasih teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2012 dan adik-adik Ekonomi
Syariah angkatan 2013 – 2017 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas
semangat, do’a dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan keterbatasan,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya
dalam bidang pembiayaan Perbankan Syariah.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 20 Maret 2018
Ahmad Zacky Siddiq
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..1
B. Pembatasan Masalah .............................................................................. 12
C. Perumusan Masalah .............................................................................. 13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 17
A. Landasan Teori ....................................................................................... 17
1. Perbankan Syariah ............................................................................ 17
a. Definisi Perbank Syariah............................................................ 17
b. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah ....................................... 19
xiii
c. Produk Dan Jasa Perbankan Syariah .......................................... 23
2. Bagi Hasil ......................................................................................... 29
a. Teori Bagi Hasil Konvensional .................................................. 29
b. Teori Bagi Hasil Syariah ............................................................ 29
c. Faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil ..................................... 31
d. Perhitungan Bagi Hasil .............................................................. 33
3. Suku Bunga (BI Rate) ...................................................................... 35
4. Inflasi................................................................................................ 39
a. Definisi Inflasi ............................................................................ 39
b. Teori Inflasi Islam ...................................................................... 41
c. Jenis Inflasi dan Sebabnya ......................................................... 42
d. Efek Buruk Inflasi ...................................................................... 48
e. Macam-macam Ukuran Inflasi ................................................... 50
5. Pendapatan Nasional (PDB) ............................................................. 50
a. Pengertian Pendapatan Nasional ................................................ 50
b. Perhitungan Pendapatan Nasional .............................................. 51
B. Keterkaitan Variabel Terdahulu ............................................................. 53
C. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 56
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 70
A. Ruang Lingkup Penellitian ..................................................................... 70
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 70
C. Teknik Analisis Data .............................................................................. 72
1. Uji Dasar Asumsi Klasik .................................................................. 72
2. Regresi data Panel ............................................................................ 76
3. Tahap Analisi Data ........................................................................... 80
4. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 82
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 86
xiii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................... 89
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 89
1. Sejarah Berdirinya Perbankan Syariah ............................................. 87
2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia .............................. 90
a. Perkembangan Jumlah Dana Deposito mudharabah ....................... 91
b. Perkembangan Bagi Hasil Bank Syariah ......................................... 96
c. Perkembangan BI Rate ..................................................................... 98
d. Perkembangan Inflasi ....................................................................... 100
e. Perkembangan Pendapatan Nasional ............................................... 102
B. Analisis Data dan Pembahasan .............................................................. 104
1. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 104
a. Uji Normalitas ............................................................................ 104
b. Uji Multikolonieritas .................................................................. 106
c. Uji Heterokedastisitas ................................................................ 107
d. Uji Autokorelasi ......................................................................... 108
2. Pemilihan Model Regresi Data Panel .............................................. 110
a. Hasil Regresi Data Panel Common Effect .................................. 111
b. Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect ....................................... 111
c. Uji Chow .................................................................................... 113
d. Hasil Regresi Data Panel Random Effect ................................... 114
e. Uji Hausman............................................................................... 115
3. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 116
a. Uji Signifikan dengan Fixed Effect ............................................ 116
b. Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian...................................... 118
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t).................................................... 121
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................................... 123
e. Uji Adjusted R2 ..........................................................................
124
C. Interpretasi Hasil Penelitian ................................................................... 124
xiii
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 129
A. Kesimpulan ............................................................................................ 129
B. Saran ....................................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136
LAMPIRAN ....................................................................................................... 141
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan
1.1
1.2
Jaringan kantor Perbankan Syariah Periode Januari 2011 -
Desember 2016........................................................................... 4
Laporan Perkembangan Deposito Mudharabah, Bagi Hasil, BI
11 Rate, Inflasi, dan Pendapatan Nasional Tahun 2011-2016 .......
2.1 Perhitungan Bagi Hasil ………………….................................. 34
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………................... 56
4.1 Uji Multikolinieritas.................................................................... 106
4.2 Uji Heteroskedastisitas………................................................... 107
4.3 Uji Autokorelasi......................................................................... 108
4.4 Hasil Uji Breusch-Godfrey setelah di diferensiasi..................... 109
4.5 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model...................... 111
4.6 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model………………… 111
4.7 Hasil Uji Chow……………………………………………….. 113
4.8 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model……………… 114
4.9 Hasil Uji Hausman……………………………………………. 115
4.10 Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model…………… 116
4.11 Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian………………… 118
4.12 Uji t…………………………………………………………… 121
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan
3.1 Kerangka pemikiran................................................................... 86
Grafik Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Periode
4.1 90 Januari 2011 – Desember 2016....................................................
Grafik perkembangan jumlah dana deposito mudharabah
4.2 berjangka pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 92
periode januari 2011 - Desember 2016……………….…...........
4.3
Grafik perkembangan bagi hasil periode januari 2011 -
97 Desember 2016............................................................................
4.4 Grafik perkembangan BI Rate periode Januari 2011 - Desember 2016.............................................................................................
4.5 Grafik perkembangan inflasi periode Januari 2011 - Desember 2016…………………………………………………………..
4.6 Grafik perkembangan pendapatan nasional (PDB) periode Januari 2011 – Desember 2016……………………
99
101
103
4.7 Uji Normalitas………………………………………………… 105
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Variabel Penelitian ............................................................................ 141
2 Uji Normalitas ........................................................................................... 158
3 Uji Multikolinieritas .................................................................................. 158
4 Uji Heteroskedastisitas .............................................................................. 159
5 Uji Autokorelasi ..........................................................................................159
6 Uji Breusch-Godfrey .................................................................................. 159
7 Common Effect .......................................................................................... 160
8 F i x e d E f f e c t .......................................................................................... 160
9 Uji Chow… ................................................................................................ 161
10 Random Effect ............................................................................................ 161
11 Uji Hausman…............................................................................................ 162
12 Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian…...................................................162
13 Uji t ............................................................................................................. 163
14 Tabel Presentase Distribusi F ..................................................................... 164
15 Tabel t…......................................................................................................165
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,
perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai
mitra dalam mengembangkan usahanya (Ismail, 2011:12). Tidaklah
mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus menerus
melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan dan
peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif
pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank yang mempunyai peranan
yang strategis dalam membangun suatu perekonomian negara (Muhammad,
2005:1).
Sejak tahun 1992, Indonesia memperkenalkan dual banking sistem
(sistem perbankan ganda), yaitu suatu sistem ketika Bank Konvensional dan
Bank Syariah diizinkan beroperasi berdampingan. Pada tahun yang sama,
berdiri Bank Syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Namun
demikian, sistem perbankan ganda baru benar-benar diterapkan sejak 1998 pada
saat dikeluarkannya perubahan Undang-Undang Perbankan dengan UU No.
10/1998. Undang-Undang ini selain memberikan kesempatan bagi investor
untuk mendirikan Bank Syariah baru maupun membuka Unit Usaha Syariah
bagi Bank Konvensional. Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan
2
komitmen besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan
Bank Syariah.
Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, Bank Syariah diposisikan
sebagai Bank Umum (commercial bank) atau Bank Perkreditan Rakyat (BPRS)
(rural bank). Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang 3
merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dipertegas
bahwa: pertama, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan
usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kedua, Bank
Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Bank Syariah, atau
yang biasa disebut Islamic Banking di Negara lain, berbeda dengan Bank
Konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang
digunakan. Bank Konvensional beroperasi berlandaskan bunga, Bank Syariah
beroperasi berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa.
(Veithzal Rivai dkk, 2007:733).
3
Keberadaan Bank Syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem
Perbankan Indonesia secara umum. Perbankan Syariah mulai dikenal pada
tahun 1992 setelah diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992 yang memungkinkan
Bank Syariah menjalankan operasionalnya berdasarkan asas bagi hasil. Secara
perlahan, Bank Syariah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang
menginginkan sistem perbankan yang berlandaskan pada syariat Islam. Namun
demikian, Perbankan Syariah belum mendapatkan landasan hukum yang kuat.
Hal ini terlihat dari UU No. 7 tahun 1992, dimana Perbankan Syariah dikenal
hanya sebagai bank yang berprinsip pada bagi hasil yang selebihnya harus
tunduk pada peraturan Bank Konvensional.
Oleh karena itu, diperlukan UU Perbankan Syariah tersendiri untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan Perbankan Syariah. Maka
muncul UU No. 21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah. Di dalam UU
tersebut Perbankan Syariah dimungkinkan untuk memperluas kegiatan usaha
atau menerbitkan produk. Dengan munculnya UU tersebut maka Perbankan
Syariah akan mempunyai ruang lingkup kerja yang jelas dan dapat menjaring
pasar lebih luas.
Sampai dengan bulan Desember 2016, industri Perbankan Syariah telah
mempunyai jaringan sebanyak 13 Bank Umum Syariah (BUS), 21 Unit
UsahaSyariah (UUS), dengan total jaringan kantor BUS dan UUS mencapai
2.201 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara. Total asset
4
Table 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
(Islamic Banking Network)
Kelompok
Bank
2011
2012
2013
2014
2015
2016
BUS 11 11 11 12 12 13
UUS 24 24 23 22 22 21
s.d Desember 2016 Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah
Cara pengoperasian antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional
memiliki perbedaan yang signifikan, dimana pada Bank Konvensional
menggunakan sistem bunga, sedangkan pada Bank Syariah sistem yang
digunakan adalah sistem bagi hasil (profit sharing). Pada sistem bagi hasil,
kinerja Bank Syariah akan menjadi transparan kepada nasabah, sehingga
nasabah bisa memonitor kerja Bank Syariah atas jumlah bagi hasil yang
diperoleh.
Bagi keuntungan/bagi hasil merupakan ciri utama bagi lembaga keuangan
tanpa bunga/Bank Islam. Dinamakan lembaga keuangan bagi hasil oleh karena
sesungguhnya lembaga ini memperoleh keuntungan dari apa yang dihasilkan
dari upayanya mengelola dana pihak ketiga. Nisbah bagi hasil merupakan
faktor penting dalam menentukan bagi hasil di Bank Syariah. Sebab aspek
nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak
yang melakukan transaksi. (Muhammad, 2004:123).
5
Dalam hal melakukan pengelolaan dana milik nasabah Deposito, Dewan
Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa
deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Dimana Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola
dana) sedangkan nasabah Bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana)
dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkanya, termasuk melakukan akad mudharabah pada dana dari
pihak ketiga nisbah (Purnamasari dan Suswinarno, 2011:31).
Dalam menginvestasikan dana depositonya pada Bank Syariah, nasabah
memiliki beragam motif dan tujuan. Seperti untuk berjaga-jaga terhadap ketidak
pastian yang akan datang, untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi di
masa depan, ataupun untuk mengakumulasikan kekayaannya.
Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan menyebutkan bahwa
selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bank itu sendiri, Perbankan
Syariah juga dipengaruhi oleh indikator-indikator moneter dan finansial lainnya
(2006:71). Meskipun secara teoritis, Bank Syariah dan Bank Konvensional
dalam sistem dual banking diatur oleh yayasan filsafat yang berbeda, namun
tidak bisa dihindari bahwa kedua sistem dapat berinteraksi mengingat bahwa
mereka beroperasi dalam lingkungan ekonomi makro yang umum. Meskipun
Bank Syariah beroperasi dalam kerangka bebas bunga, lingkungan makro
ekonomi dalam dual banking menghadapkan mereka untuk masalah yang
6
terkait dengan risiko suku bunga yang dihadapi oleh Bank Konvensional
(Rosylin Mohd Yusof dkk, 2008:3).
Dilihat dari penjelasan tersebut bahwa perkembangan dana pihak ketiga
pada Bank Syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang
mendasarinya. Salah satu bentuk dana pihak ketiga pada Bank Syariah adalah
deposito mudharabah, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi deposito mudharabah baik secara positif dan negatif. Terdapat
beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap deposito mudharabah, yaitu
bagi hasil, BI Rate, inflasi dan pendapatan nasional.
Dana deposito memiliki peranan penting dalam mengelola pembiayaan,
karena pembiayaan merupakan bagian terbesar dari pendapatan bank dan
tentunya pula berpengaruh terhadap bagi hasil yang diterima nasabah pemilik
dana. Apabila Bank Syariah tidak mampu menyalurkan pembiayaannya,
sementara dana yang terhimpun dari shahibul maal (dana pihak ke tiga) terus
bertambah, maka akan terdapat banyak dana idle (menganggur), yang dapat
berpengaruh terhadap pendapatan dari margin bagi hasil. Hal ini pula yang akan
menyebabkan penurunan dana pihak ke tiga (DPK) pada Bank Syariah.
Dari hasil pembiayaan, Bank Syariah akan membagihasilkan kepada
pemilik dana atau pemilik deposito sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
dan telah dituangkan dalam akad pembukuan rekening. Pada Bank Syariah tidak
berorientasi pada keuntungan bunga namun berorientasi pada konsep bagi hasil.
Bagi hasil atau profit loss sharing adalah prinsip pembagian laba yang
7
diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana porsi bagi hasil ditentukan pada saat
akad kerja sama. Jika usaha mendapatkan keuntungan, porsi bagi hasil adalah
sesuai kesepakatan namun jika terjadi kerugian maka porsi bagi hasil
disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Dasar yang
gunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa laba bersih usaha setelah
dikurangi dengan biaya operasional (Sudarsono, 2003:46).
Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi
karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang
disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode krisis
moneter, Bank Syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan lembaga Perbankan Konvensional (Banowo dan
Hermana, 2005:134).
Bayu Ayom Gumelar (2013) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa
bagi hasil inflasi dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap deposito
mudharabah. Ani dan Wasilah (2010) dalam penelitiannya mendapat hasil
bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah.
Suharyanti (2010) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa bagi hasil
berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah. Nisa dan Tatik (2015)
dalam penelitiannya mendapakan hasil bahwa bagi hasil memiliki pengaruh
signifikan terhadap deposito mudharabah di Bank Syariah mandiri. Afif
Rudiansyah (2014) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa bagi hasil
8
berpengaruh secara signifikan terhadap deposito mudharabah di Bank Syariah
di Indonesia. Suratman (2013) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa
bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah.
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut sebagai inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan
kenaikan harga pada barang lainnya. Target atau sasaran inflasi merupakan
tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan
Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank
Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara
Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun
kedepan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) (www.bi.go.id).
Industri Perbankan Syariah Indonesia, diharapkan terus bertumbuh untuk
mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan karakteristik
Perbankan Syariah yang memiliki hubungan sangat erat dengan sektor ekonomi
riil produktif, secara konseptual perkembangan Perbankan Syariah akan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian nasional, yang pada
gilirannya akan berpengaruh pada Perbankan Syariah. Kecenderungan
penurunan inflasi mendorong peningkatan aset Perbankan Syariah begitu pula
sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan asset Perbankan Syariah
(www.bi.go.id).
9
Pergerakan tingkat suku bunga berkorelasi negatif dengan tingkat
pertumbuhan DPK Perbankan Syariah dimana kenaikan tingkat suku bunga
dapat menjelaskan penurunan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah dan
sebaliknya (www.bi.go.id).
Tahun 1998, seluruh sektor dalam perekonomian (kecuali sektor listrik,
gas, dan air bersih) mengalami kontraksi. Sektor konstruksi mengalami
kontraksi terbesar yaitu 36,4%. Disusul kemudian sektor keuangan sebesar
26,6%. Inflasi sebenarnya mencerminkan kestabilan nilai sebuah mata uang.
Stabilitas tersebut tercermin dari stabilitas tingkat harga yang kemudian
berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tujuan pembangunan ekonomi suatu
negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi pendapatan
dan kekayaan, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas ekonomi.
Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor ekonomi seperti inflasi dan
PDB. Pengaruh inflasi terhadap jumlah dana deposito mudharabah juga
menggunakan perbandingan dengan simpanan konvensional yaitu apabila laju
inflasi naik, sementara tingkat suku bunga simpanan bank tetap, akan
mengakibatkan turunnya tingkan bunga riil perbankan. Para deposan akan
cenderung mengurangi simpanannya di bank dan digunakan untuk melakukan
pembelian barang dan jasa atau diinvestasikan dalam bentuk asset lain. Dengan
demikian meningkatnya laju inflasi, dengan tidak diikuti kenaikan bunga akan
dapat mengakibatkan menurunnya simpanan masyarakat pada lembaga
perbankan (Arwansyah 2003:2).
10
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi deposito mudharabah, yaitu
Produk Domestik Bruto (PDB). Variabel PDB digunakan untuk mewakili
besarnya pendapatan atau kegiatan ekonomi. Kenaikan nilai PDB menunjukkan
naiknya jumlah output yang diproduksi oleh suatu perekonomian. Pertumbuhan
PDB tersebut juga mencerminkan naiknya pendapatan yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang digunakan diperekonomian tersebut. Dalam kaitan
antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan diketahui bahwa tidak semua
pendapatan yang diterima akan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian
akan disimpan. Jadi, tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi
dalam periode tertentu. Suatu kenaikan dalam pendapatan akan meningkatkan
konsumsi dan tabungan. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara
pendapatan dan simpanan (Case dan Fair 2002:6).
Penelitian Suharyanti (2010) mendapatkan hasil bahwa Pendapatan
Nasional/PDB berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen
(Deposito Mudharabah). Afif Rudiansyah (2014) mendapatkan hasil bahwa
Pendapatan Nasional/PDB berpengaruh secara simultan signifikan terhadap
deposito mudharabah.
11
Tabel 1.2
Laporan Perkembangan Deposito Mudharabah, Bagi Hasil, BI Rate,
Inflasi, dan Pendapatan Nasional Tahun 2011-2016
Tahun
Deposito
Mudharabah
(Miliar)
Bagi Hasil
(%)
BI Rate
(%)
Inflasi
(%)
Pendapatan
Nasional
(Miliar)
2011 70.806 16.05 6,00 3,79 7.287.635,3
2012 84.732 14.90 5,57 4,30 7.727.083,4
2013 107.812 14.40 7,50 8,38 8.156.479,8
2014 135.629 20.69 7,75 8,36 8.564.866,6
2015 140.228 11.52 7,50 3,35 8.982.511,3
2016 166,174 11.27 4,75 3,02 9.433.034,4
Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah
Badan Pusat Statistik
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat peningkatan deposito mudharabah dari tahun
2011-2016 mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Pada tahun 2016 jumlah
deposito mudharabah sebesar 166,174 Miliar, jumlah Pendapatan Nasional
menalami kenaikan sebesar 9.433.034,4 Miliar, Inflasi mengalami penurunan
sebesar 3.02%, BI Rate mengalami penurunan menjadi 4,75% dan Bagi Hasil
sebesar 11.27% ini dikarenakan nasabah banyak yang mendepositokan uangnya
di Bank Syariah dikarenakan Pendapatan Nasional yang tinggi akan
mengakibatkan tabungan masyarakat juga tinggi dan melihat dari Bagi Hasil
yang diberikan oleh Bank Syariah sebesar 11.27% lebih besar dari pada suku
12
bunga (BI Rate) bank konvensional sebesar 4.75% yang mengakibatkan
nasabah lebih memilih untuk mendepositokan uangnya di Bank Syariah karena
tingkat Bagi Hasil yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan variabel Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi, dan
Pendapatan Nasional untuk melihat pengaruhnya terhadap jumlah deposito
mudharabah dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan
menggunakan data yang terbaru Januari 2011 – Desember 2016 hasil yang
didapatkan akan lebih menggambarkan situasi Perbankan Syariah pada saat ini.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud
untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH BAGI HASIL, BI
RATE, INFLASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP
JUMLAH DANA DEPOSITO MUDHARABAH BERJANGKA BANK
SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER
2016)”.
B. Pembatasan Masalah
untuk memfokuskan penulisan dalam menganalisis, penulis menyampaikan
batasan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Objek penelitian dilakukan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah
b. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan
pendapatan nasional.
13
c. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah deposito
mudharabah berjangka pada Bank Syariah di Indonesia.
d. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan
periode Januari 2011 – Desember 2016 berdasarkan laporan Statistik
Perbankan Syariah (SPS), dan Badan Pusat Statistik (BPS), Bank
Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
e. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
data panel.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh variable bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan pendapatan
nasional secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah berjangka
pada Bank Syariah di Indonesia.
b. Bagaimana pengaruh variabel bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan pendapatan
nasional secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah berjangka
pada Bank Syariah di Indonesia.
c. Variabel mana yang paling dominan mempengaruhi jumlah dana deposito
mudharabah berjangka pada Bank Syariah di Indonesia.
d. Seberapa besar pengaruh variabel bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan
pendapatan nasional dalam menjelaskan jumlah dana deposito
mudharabah berjangka pada Bank Syariah di Indonesia.
14
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan
pendapatan nasional secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah
berjangka pada Bank Syariah di Indonesia.
b. Untuk menganalisis pengaruh variabel bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan
pendapatan nasional secara simultan terhadap jumlah deposito
mudharabah berjangka pada Bank Syariah di Indonesia.
c. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi
jumlah dana deposito mudharabah berjangka pada Bank Syariah di
Indonesia.
d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bagi hasil, BI Rate,
inflasi, dan pendapatan nasional dalam menjelaskan jumlah dana deposito
mudharabah berjangka pada Bank Syariah di Indonesia.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang penulis peroleh dari
bangku kuliah pada program S1 Jurusan Ekonomi Syariah. Penelitian ini
15
juga memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang
pengaruh bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan pendapatan nasional terhadap
jumlah deposito mudharabah berjangka khususnya pada Bank Syariah di
Indonesia.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan dibidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan tentang Perbankan Syariah. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri
maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertaarik untuk meneliti tentang
Perbankan Syariah..
c. Bagi Perbankan Syariah
Pengaruh bagi hasil, BI Rate, inflasi dan pendapatan nasional terhadap
jumlah dana deposito mudharabah berjangka menjaadi topik yang dapat
dibahas lebih lanjut. Kajian penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi
perkembangan sistem Perbankan Syariah mengenai Dana Pihak Ketiga
(DPK) yaitu deposito mudharabah.
d. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah Bank Syariah
terutama terkait dengan produk deposito mudharabah.
16
e. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan bidang
manajemen perbankan. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan refrensi untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1) Perbankan Syariah
a. Definisi Perbankan Syariah
Bank syariah atau Bank Islam adalah badan usaha yang fungsinya
sebagai penghimpunan dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada
masyarakat, yang system dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan
hukum islam sebagaimana yang diatur dalam Al-Qur’an dan Hadist
(Rahmadi Usman, 2002:11).
Menurut Karnaen A.Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio,
(1992:2), adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah islam yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengikuti suruhan
dan larangan yang tercantum dalam Al-Quran Dan Al-Hadist, yaitu
menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan mengikuti
praktek-praktek usaha yang dilakukan Zaman Rosulullah SAW.
Menurut Sudarsono (2003:22), bank syariah adalah suatu lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit-kredit dan jasa-jasa
lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang sistem
operasinya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah islam.
18
Bank Islam atau di Indonesia disebut dengan Bank Syariah
merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme
ekonomi disektor riil melalui akttivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli,
atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian
berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun
mikro (Ascarya, 2007:30).
Menurut Surat keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia
No 792 Tahun 1990 yaitu lembaga keuangan adalah semua badan yag
memiliki kegiatan di bidang keuangan berupa pengumpulan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi
perusahaan. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan. mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk lainnya dalarn rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah bab 1 pasal 1 bank adalah badan usaha
yang yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkanya kepada masayrakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
19
Menurut Karnaen A.Perwataatmadja (2007:75), Konsep dasar
bank syariah dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung
risiko usaha dan berbagi hasil usaha antara: pemilik dana (shahibul mall ),
yang menyimpan uangnya di bank dengan bank selaku pengelola dana
(mudharib), dan disisi lain bank selaku pemilik dana dengan masyarakat
yang mebutuhkan dana baik yang berstatus pemakai dana maupun
pengelola dana (mudharib).
Sehingga dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberi pembiayaan dan jasa-jasa dalam melakukan pinjaman maupun
penghimpunan dana dengan cara lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang operasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam,
yaitu mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan pengertian
muamalat adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya, baik hubungan pribadi maupun hubungan
perorangan dengan masyarakat (Muhammad Sadi Is, 2015:39).
b. Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah
Menurut Ahmad Rodoni (2009:121) Tujuan bank syariah didirikan
yaitu untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-
prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip dasar yang diikuti oleh
bank Islam itu adalah:
20
1. Larangan riba dalam transaksi.
2. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan.
3. Memberikan zakat.
Menurut Sudarsono (2003:43), bank syariah memiliki beberapa
tujuan di antaranya sebagai berikut:
a) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara
islam, khususnya muamalah yang berhubungann dengan perbankan,
agar terhindar dari praktik-praktir riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharah (tipuan),
dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat.
b) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana.
c) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju teriptanya
kemandirian usaha.
21
d) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam pengentasan kemiskinan ini
berupa pembinaan nasabah seperti: program pembinaan pengusaha
produsen, program pembinaan pedagang perantara, program
pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan
program pengembangan usaha bersama.
e) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas
perbankan syariah yang akan mampu menghindari pemanasan
ekonomi yang diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari
persaingan usaha yang tidak sehat antara lembaga-lembaga keuangan.
Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank
non-syariah.
Menurut Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 4 ayat (1),
(2), (3) dan (4) memberikan beberapa fungsi dalam bank syariah sebagai
berikut :
a) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
b) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat menjalankan fungsi
sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat (Penjelasan :
22
yang dimaksud dengan “dana sosial lainnya”, antara lain adalah
penerimaan Bank yang berasal dari pengenaan sanksi terhadap
Nasabah (ta’zir).
c) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat menghimpun dana sosial
yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola
wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
d) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (4) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari penjelasan diatas, tujuan dan fungsi bank syariah tersebut
terdapat beberapa garis besar yang dapat disimpulkan yaitu asas-asas
dalam bank syariah berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan
prinsip kehati-hatian. Tujuan bank syariah yakni menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sedangkan fungsi
bank syariah dapat disimpulkan yakni sebagai penghimpun dana
masyarakat untuk dikelola dan disalurkan dalam bentuk investasi dan
memberikan pelayanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
serta menjadi pengemban fungsi sosial.
23
c. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Pada dasarnya perbankan syariah dapat dibagi menjadi beberapa
bagian besar yaitu: (Ascarya, 2007: 111-119).
1) Produk Penyaluran Dana (Financing)
a) Prinsip Jual Beli
Bai’al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga
pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal
ini penjual harus terlebih dahulu memberitahukan harga pokok
yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Bai’as-Salam artinnya pembelian barang yang diserahkan
kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Prinsip
yang harus dianut adalah harus terlebih dulu diketahui jenis.
Kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus
dalam bentuk uang.
Bai’al-Isthisna merupakan bentuk khusus dari akan bai’as-salam,
oleh karena itu ketentuan dalam bai’al-isthisna adalah kontrak
penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat-barang).
Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih
dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga
dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat
dilakukan dimuka atau secara angsuran per bulan atau dibelakang.
24
a) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah ditandai dengan adannya pemindahan manfaat.
Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan jual beli, tapi memiliki
perbedaan terletak pada objek transaksinya. Pada jual beli transaksinya
dalah barang sedangkan pada ijarah adalah jasa. Pada masa akhir
sewa, bank dapat menjual barang yang disewakanya kepada nasabah
dan barang tersebut dapat dimiliki oleh nasabah dalam perbankan
syariah dikenal dengan ijarah mumtahiyah bit-tamlik (sewa yang
diikuti dengan pemindahan kepemilikan).
b) Prinsip Bagi Hasil (syirkah)
Produk pembiayaan bagi hasil didasarkan pada prinsip-prinsip
yaitu sebagai berikut:
Pembiayaan al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan
dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko
akan ditanggung bersama-sama sesuai dengan kesepakatan. Al-
musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal
pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank
sama-sama menyiapkan dana untuk melaksanakan proyek tersebut.
Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank
25
setelah terlebih dahulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah al-
musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada
model keuangan model ventura.
Pembiayaan Al-Mudharabah
Al-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, dimana
pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi
pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam bentuk kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola.
Apabila kerugian diakibatkan oleh pengelola, maka pengelola yang
bertanggung jawab. Ada dua jenis murabahah yaitu 1). Mudharabah
mutlaqah merupakan kerjasama antara pihak pertama dan pihak lain
yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu,
spesifikasi usaha dan daerah bisnis. 2). Mudharabah muqayyadah
merupakan kebalikan dari mudharabah mutlaqah dimana pihak lain
dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan al-mudharabah biasanya diaplikasian
pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal
kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan
tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana
26
juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang
dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.
c) Akad Pelengkap
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,
tetapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, seperti
akad-akad dibawah ini:
Al-Wakalah (amanat) atau wakalah artinya penyerahan atau
pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada
pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang
disepakati oleh si pemberi mandat.
Al-Kafalah (garansi) merupakan jaminan yang diberikan
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai
pengalihan tanggung jawab dari satu pihak ke pihak yang lain.
Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan
dengan jaminan seseorang.
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang
berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau
dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak ke
pihak yang lain. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal
dengan anak piutang atau faktoring.
27
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.
2) Produk Penghimpun Dana (Funding)
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dana yang dihimpun
dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito. Prinsip
operasional bank syariah yang telah ditetapkan secara luas adalah
wadi’ah dan mudharabah.
a) Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada
prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang
dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang
dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan
sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut (Adiwarman
Karim, 2006:108).
b) Prinsip mudharabah penyimpan atau deposan bertindak sebagai
shahibul mall (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
28
(pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan suatu
usaha. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah
yang disepakati.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh penyimpan dana,
prinsip mudharabah terbagi menjadi dua yaitu:
a) Mudharabah Mutlaqah/URIA (Unrestricted invesment account)
bahwa tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana
yang dihimpun, nasabah tidak memberikan persyaratan apapun
kepada bank mengenai bisnis yang dilakukan.
b) Mudharabah Muqayyadah/RIA (Restricted Invesment Account)
bahwa pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang
harus dipatuhi oleh bank mengenai bisnis akan yang dijalankan.
3) Produk Jasa (Service)
Produk jasa perbankan syariah adalah sebagai berikut:
a) Sharf (Jual Beli Valute Asing), pada prinsipnya jual beli valute
asing sejalan dengan jual beli mata uang yang tidak sejenis dan
penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama.
b) Ijarah (Sewa), jenis kegiatan ijarah ini seperti; penyewaan kotak
simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi
29
dokumen (custodian) dan bank mendapat imbalan sewa dari jasa
tersebut
2. Bagi Hasil
a) Teori Bagi Hasil Secara Konvensional
Bagi hasil adalah suatu prinsip pembagian laba (keuntungan) yang
diterapkan dalam kemitraan kerja dimana porsi bagi hasil ditentukan pada
saat akan kerjasama. Jika laba (keuntungan) tersebut porsi bagi hasilnya
sesuai dengan konstribusi modal masing-masing dan sesuai yang telah
disepakati bersama. Jadi tingkat suku bunga menurut teori Klasik adalah
sebagai balas jasa yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya
(Mankiw, 2003:58).
b) Teori Bagi Hasil Secara Syariah
Sistem ekonomi Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan
pembagian hasil usaha, harus ditentukan pada awal terjadinya kontrak
kerja sama (akad), sesuai porsi masing-masing pihak, misalkan 20:80
yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan
sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul maal) dan 80% bagi pengelola
dana (mudharib).
Bagi hasil menurut istilah adalah suatu system yang meliiputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana. Menurut
terminologi asing (inggris) bagi hasil dikenal dengan profit sharing. Profit
sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian lama (Edy Setiadi,
30
2013:83). Hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang
didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau
dapat berbentuk pembayaran mingguan/bulanan (Muhamad, 2005:18).
Menurut Agustianto (2005:56), bagi hasil adalah keuntungan atau
hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun
transaksi jual beli yang diberikan nasabah. Perhitungan bagi hasil
disepakati menggunakan pendekatan atau pola:
(1) Revenue Sharing
Perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan
yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Revenue Sharing
mengandung kelemahan, karena apabila tingkat pendapatan bank
sedemikian rendah maka bagian bank, setelah pendapatan
didistribusikan oleh bank, tidak mampu mempunyai kebutuhan
operasionalnya (yang lebih besar daripada pendapatan fee) sehingga
merupakan kerugian bank dan membebani para pemegang saham
sebagai penanggung kerugian (Arifin, 2009:70).
(2) Profit & Loss Sharing
Adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada seluruh
pendapatan, baik hasil investasi dana maupun pendapatan fee atas jasa-
jasa yang diberikan bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional
bank.
31
Pada saat akad terjadi, wajib disepakati sistem bagi hasil yang
digunakan, apakah Revenue Sharing, Profit & Loss Sharing, atau
Gross Profit. Jika tidak disepakati, akad itu menjadi gharar.
Pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan (pemilik dana)
dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan
yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana
mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil usaha
yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang
besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang
sangat kecil.
Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak
yang diuntungkan sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik
dana dan pengelola dana sehingga besarnya benefit yang diperlukan
deposan sangat tergantung kepada kemampuan bank dalam
menginvestasikan dana-dana yang diamanahkan kepadanya (Wiroso,
2005:88).
c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Menurut Antonio (2001:139) ada dua faktor yang mempengaruhi
bagi hasil, yaitu:
1) Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung (direct factor) yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut:
32
a) Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment
rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana
dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan
jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode ini:
1) Rata-rata saldo minimum bulanan
2) Rata-rata saldo harian
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia
untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual
yang digunakan.
c) Nisbah (Profit Sharing Ratio)
1) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
2) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda.
3) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu
bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan.
4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account
lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
33
2). Faktor Tidak Langsung
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan
merupakan pendapatan yang akan diterima dikurangi
biayabiaya.
2) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue
sharing.
b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan
pengakuan pendapatan dan biaya.
d) Perhitungan Bagi Hasil
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk
ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang
akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini
tidak dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi
menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Yaya dkk, 2009:370).
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan
profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil
bank syariah dan yang di praktekkan selama ini adalah pendapatan
dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa
34
Bagi Hasil = Presentase Nisbah x Laba Kotor
Bagi Hasil = Presentase Nisbah x Laba Rugi Bersih
dinamakan dengan gross profit (Yaya dkk, 2009:371). Prinsip
perhitungan bagi hasil dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Table 2.1
Perhitungan Bagi Hasil
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan Xx
Harga Pokok
Penjualan
(xx)
Laba Kotor Xx Gross Profit Sharing
Beban (xx)
Laba/Rugi Bersih Xx Profit Sharing
(Sumber: Yaya dkk, 2009:371)
Rumus gross profit sharing:
Rumus profit sharing:
35
3. Suku Bunga (BI Rate)
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:190) suku bunga adalah
jumlah uang yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai
presentase dari jumlah yang dipinjamkan. Sementara BI rate menurut
Bank Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka
pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target
inflasi.
BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar
terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan
mempengaruhi PUAB, suku bunga pinjaman, dan suku bunga lainnya
dalam jangka panjang. (Pohan, 2008). BI rate diumumkan oleh Dewan
Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia
melalui pengelolaanlikuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter (www.bi.go.id)
Tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bisa
juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu
tertentu seperti halnya dengan barang-barang lain. Pada bank umum
kebijakan bunga akan sangat tergantung dengan kebijakan bunga dari
36
Bank Sentral (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Apabila tingkat suku
bunga pada bank konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, maka tidak menutup
kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank syariah akan
beralih menjadi nasabah bank konvensional. Sebaliknya, jika tingkat bagi
hasil yang ditawarkan bank syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat suku
bunga di bank konvensional, maka tidak menutup kemungkinan nasabah
yang semula merupakan nasabah bank konvensional akan beralih menjadi
nasabah bank syariah (Natalia dkk., 2014).
Oleh karena itu naik turunnya BI Rate secara umum tidak akan
berimbas pada naikya atau turunnya nilai riil bagi hasil yang diterima
masyarakat saat menempatkan dananya di Bank Syariah. Maka nasabah
Bank Syariah tidak akan merespon secara berlebihan ketika BI Rate
dinaikkan atau diturunkan oleh pemerintah sehingga tidak mempengaruhi
deposito mudharabah. (Nisa dkk, 2015).
Level BI-Rate ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG)
triwulanan yang berlaku selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan
berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama. Bank Indonesia
secara periodik untuk jangka waktu tertentu mengumumkan BI-Rate
kepada publik segera setelah ditetapkan dalam RDG sebagai sinyal stance
kebijakan moneter yang lebih tegas dalam merespon prospek pencapaian
sasaran inflasi ke depan.
37
Sebagai pemegang otoritas moneter tertinggi, BI mempunyai tugas
menjaga stabilitas ekonomi, diantaranya ada dua aspek penting yaitu BI-
rate yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan inflasi dan
stabilitas nilai tukar rupiah. Suatu perekonomian dapat dikatakan stabil
apabila kedua indikator ini dapat dikendalikan dalam sistem yang
moderat.
Sasaran operasional kebijakan moneter tersebut dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Pergerakan
di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di
suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke
depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya
Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan dengan
berdasarkan tujuan awal dari kebijakan moneter. Selain inflasi sasaran
bagi Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter melalui suku
bunga adalah kestabilan nilai tukar rupiah dan kestabilan perekonomian
yang terjadi.
Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank
Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian
suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan
38
oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). Dalam tataran
operasional, BI Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek
(PUAB) yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter. Agar
pergerakan suku bunga PUAB tidak terlalu melebar (BI Rate), Bank
Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan
likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang
wajar dan stabil melalui pelaksanaan operasi moneter. Operasi Moneter
adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Standing
Facilities. Operasi Pasar Terbuka merupakan kegiatan transaksi di pasar
uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka
mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga PUAB. Sementara
instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending
facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah
(deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka membentuk
koridor suku bunga di PUAB. Operasi pasar terbuka dilakukan atas
inisiatif Bank Indonesia, sementara Standing Facilities dilakukan atas
inisiatif bank.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI-Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI-Rate apabila
39
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah
ditetapkan. Suku bunga adalah biaya untuk meminjam uang dan diukur
dalam dolar per tahun untuk setiap satu dolar yang dipinjamnya, jika
diterapakan dalam kondisi Indonesia maka suku bunga merupakan jasa
peminjaman uang dari bank kepada nasabah (Samuelson, Paul A dan
William D Nordhaus 2004:197).
4. Inflasi
a. Defnisi Inflasi
Menurut Fahmi (2012:186) inflasi adalah suatu kejadian yang
menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami
kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan, dan jika ini
terjadi secara terus menerus maka akan mengakibatkan memburuknya
kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang
tatanan stabilitas politik suatu negara. Inflasi adalah kecenderungan
harga-harga barang dan jasa termasuk faktor-faktor produksi, diukur
dengan satuan mata uang yang semakin menaik secara umum dan
terus-menerus. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa inflasi
merupakan faktor yang membahayakan bagi perekonomian suatu
negara. Dalam perekonomian suatu negara yang sedang berkembang,
inflasi yang rendah tingkatnya dinamakan deflasi, menujukan sampai
buruknya masalah ekonomi yang dihadapi.
40
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008:40), inflasi adalah proses
kenaikan harga barang secara umum dan terus-menerus dalam waktu
periode yang diukur dengan menggunakan metode indeks harga.
Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai
rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan
tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi
antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur
biaya-biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kehidupan
sehari-hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ke tahun. (b)
indeks perdangangan besar, merupakan usaha yang minitikberatkan
pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti
harga barang mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks
harga, dan (c) groos net product (GNP) deflator, merupakan suatu
jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas
yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah
perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks
diatas.
Menurut adiwarman karim (2008:135), Secara umum inflasi
berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan
jasa selama satu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai
fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan
41
moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, Jika yang terjadi
adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-
barang/komoditas dan jasa di definisikan sebagai deflasi ( Deflation ).
b. Teori Inflasi Islam
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena (Karim, 2007 : 139):
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terhadap fungsi
tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran di muka, dan
funsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari
uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi
juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan
kata lain “self feeding inflation”.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal
Propensity to Consume).
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah
42
produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi,
dan lainnya.
c. Jenis Inflasi dan Sebabnya
Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat di golongkan menurut
tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman Karim,
2008:137):
a) Moderate Inflation
Karateristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat.
Umumnya di sebut sebagai “inflasi satu digit”. Pada tingkat inflasi
seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang uang dan
menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk
aset rill.
b) Galopping Inflation
Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan
200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau
memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan di simpan
dalam betuk aset-aset rill. Orang akan menumpuk barang-barang,
membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan
dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara dari selain tingkat
bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan
tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang
mengalami tingkat inflasi seperti ini tetap berhasil ‘selamat’ walaupun
43
sistem harganya berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini
cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada
perekonomian karena orang-orang akan cenderung mengirimkan
dananya untuk berinvestasi diluar negeri daripada berinvestasi didalam
negeri (capitaloutflow)
c) Hyper Inflation
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu
jutaan sampai triliunan persen per tahun. Walaupun banyak
pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi
galloping inflation, akan tetapi tidak ada pemerintahan yang dapat
bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat ‘mematikan’ ini.
Menurut Sadono Sukirno (2016:333), berdasarkan kepada sumber
atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya
dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Infasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan
ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang
berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Inflasi tarikan
permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau
44
ketidakstabilan politik yang terus menerus. Dalam masa seperti
ini pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang
dipungutnya.
Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut
pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank
sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebih tersebut
menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan
ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan
ini akan mewujudkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya ( Cost Push Inflation )
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian
berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat
rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi
permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan
produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih
tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan
tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
c. Inflasi Diimpor ( Imported Inflation )
Inflasi juga dapat bersumber dari kenaikkan harga-harga
barang yang diimpor. Inflasi ini akan terwujud apabila barang-
45
barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai
peranan penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluran
perusahaan.
Menurut manurung et, al. (2004:164-166), Ada beberapa indikator
ekonomi makro yang digunakan untuk megetahui laju inflasi selama
satu periode tertentu, yaitu sebagai berikut:
a) Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang
menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli
konsumen dalam satu periode tertentu. IHK dihitung
berdasarkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga
barang dan jasa tersebut di beri bobot (weighted) berdasarkan
tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling
penting diberi bobot yang paling besar.
Di Indonesia perhitungan, perhitungan IHK dilakukan
dengan meempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas
pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya,
perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan
regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-
kota besar, terutama ibu kota propinsi-propinsi diindonesia.
46
Inflasi = IHPBt – IHPBt-1 X 100%
IHPBt-1
Angka inflasi diperoleh dengan menggunakan rumus
perhitungan di bawah ini.
Keterangan:
IHKt = Indeks Harga Konsumen Pada Periode t
IHKt-1 = Indeks harga Konsumen Pada Periode Sebelum t
b) Indeks Harga Perdagangan Besar ( Wholescale Price Indeks )
Indeks Harga Perdagangan Besar Berbeda dengan metode
perhitungan IHK yang melihat inflasi dari segi konsumen,
indeks harga perdagangan besar (IHPB) melihat inflasi dari
segi produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima
produsen pada berbagai tingkat produksi Menghitung inflasi
berdasarkan data IHPB adalah:
Keterangan:
IHPBt = Indeks Harga Perdagangan Besar Pada Periode t
IHPBt-1 = Indeks Harga Perdangan Besar Sebelum Periode t
Inflasi = ( IHKt - IHKt-1 )
IHKt-1
47
Inflasi = IHIt – IHIt-1 X 100%
IHIt-1
c) Indeks Harga Implisit ( GDP Deflator )
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan
gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari
metode perhitunganya, kedua indikator tersebut hanya
melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang
dan jasa, dibeberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan,
jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam
suatu perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu
bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga
terjadi tidak hanya dibeberapa kota saja, melainkan seluruh
pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang
paling mewakili keadaan yang sebenarnya, ekonom
menggunakan indeks harga implisit ( GDP Deflator ),
disingkat IHI. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya,
penghitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan
menghitung perubahan angka indeks.
Keterangan:
IHIt = Indeks Harga Implisit Pada Periode t
IHIt-1 = Indeks Harga Implisit Pada Periode Sebelum t
48
d. Efek Buruk Inflasi
Menurut Sukirno (2004:338), Efek buruk dari inflasi yaitu sebagai
berikut:
1) Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menghambat
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya
untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih
banyak pengangguran akan terwujud. Kenaikan harga-harga juga
menimbulkan efek buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat bersaing
dipasaran internasional, selanjutnya ekspor akan menurun.
Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin
tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor
relatif murah, maka lebih banyak impor yang dilakukan. Ekspor
yang menurun dan diikuti oleh impor yang bertambah
menyebabkan ketidak seimbangan dalam aliran mata uang asing.
Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
2) Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi
49
Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu
dan masyarakat.
3) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-
individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat
juga akan menurun.
4) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang.
Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-
institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai
riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku
5) Memperburuk pembagian kekayaan
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam
nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi
menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan
berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
50
e. Macam-macam Ukuran Inflasi
Macam-macam ukuran inflasi adalah sebagi berikut: (Sukirno,
2004:337)
1) Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada dibawah 10%
dalam setahun.
2) Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada diantara 10-30%
dalam setahun.
3) Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berkisar antara 30%-100%
dalam setahun.
4) Inflasi tinggi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang berkisar
lebih dari 100% dalam setahun.
5. Pendapatan Nasional (PDB)
a. Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun.
Istilah lain pendapatan nasional antara lain: produk domestik bruto
(Gross Domestic Product/GDP atau Product Domestic Bruto/PDB),
produk nasional bruto (Gross National Product/GNP ) serta produk
nasional netto (Net National Product/NNP) ( Huda dkk., 2007:21).
Angka total pendapatan atau produk nasional bruto (GNP)
merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Sedangkan
51
produk domestik bruto (GDP) adalah nilai total atas segenap output
akhir yang dihasilkan oleh perekonomian (baik itu dilakukan oleh
penduduk warga negara maupun penduduk warga negara asing yang
bermukim dinegara yang bersangkutan). Jadi GNP sama dengan
GDP/PDB ditambah pendapatan milik penduduk domestik yang
dikirimkan dari negara lain berkat kepemilikan mereka atas
faktorfaktor produksi (modal dan tenaga kerja) (Todaro, 2006:46).
b. Perhitungan Pendapatan Nasional
Ada beberapa pendekatan dalam menghitungan pendapatan
nasional adalah sebagai berikut: (Huda dkk., 2008:22-25)
1) Pendekatan Produksi(GDP/PDB) adalah nilai pasar semua barang
dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun
waktu tertentu. Penghitungan pendapatan dengan menjumlahkan
nilai tambah bruto (gross value added) dari semua sektor produksi
seperti; sektor produksi pertanian, sektor produksi pertambangan
dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor industri listrik,
gas, dan air minum, sektor produksi bangunan, sektor produksi
perdagangan, hotel dan restoran dan lain-lain. Penghitungan
pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan agar terhidar
dari penghitungan ganda (double-count).
Deflator GDP GDP Nominal
GDP Riil
52
Y = C + I + G (X –M)
GDP nominal (nominal GDP) adalah nilai barang dan jasa yang
diukur dengan harga yang berlaku, sedangkan GDP riil (real GDP)
adalah nilai dari barang dan jasa yang dihitung dari harga konstan.
2) Pendekatan Pengeluaran(PNB/GNP) adalah penghitungan
pendapatan nasional dengan melakukan penjumlahan permintaan
akhir unit-unit ekonomi, yaitu: rumah tangga berupa konsumsi
(consumption/C), perusahaan berupa Investasi (investment/),
pengeluaran pemerintah (government /G), pengeluaran ekspor dan
impor (export-import/X-M). Penghitungan pendapatan nasional
umumnya ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
Dimana, Y = Pendapatan, C = Konsumsi, I = Investasi, G =
Pengeluaran Pemerintah, dan X – M = Eksport Netto.
GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam negeri,
sedangkan GNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam
negeri dan di luar negeri.
GDP Nominal = GDP Riil x Deflator GDP
53
3) Pendekatan Pendapatan (NNI/NNP) adalah GNP yang dikurangi
dengan penyusutan dari stock modal yang ada selama periode
tertentu. Penyusutan modal adalah biaya dari memproduksi output
perekonomian.
B. Keterkaitan Variabel Terdahulu
1. Hubungan Bagi hasil dengan Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Suratman (2013), Ifa Marifat
(2016), Bayu (2013), dan Rizqa (2010) menyimpulkan bagi hasil
deposito mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap deposito
mudharabah dikarenakan para nasabah dalam menempatkan dananya
di bank syariah masih dipengaruhi oleh motif untuk mencari profit
sehingga jika tingkat bagi hasil bank semakin besar maka akan
semakin besar pula dana pihak ketiga khususnya deposito yang
disimpan bank.
2. Hubungan Suku Bunga (BI Rate) terhadap Deposito Mudharabah
Tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau
bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka
waktu tertentu seperti halnya dengan barang-barang lain. Pada bank
umum kebijakan bunga akan sangat tergantung dengan kebijakan
bunga dari Bank Sentral (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Apabila
tingkat suku bunga pada bank konvensional lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, maka tidak
54
menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank
syariah akan beralih menjadi nasabah bank konvensional. Sebaliknya,
jika tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah lebih tinggi
dibandingkan tingkat suku bunga di bank konvensional, maka tidak
menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank
konvensional akan beralih menjadi nasabah bank syariah (Natalia dkk.,
2014). Hal ini sesuai dengan penelitian Haron dan Nursofiza (2008)
yang memperlihatkan hasil bahwa tingkat suku bunga berpengaruh
negatif terhadap simpanan mudharabah di bank syariah.
3. Hubungan Inflasi dengan Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Nursofiza (2005), inflasi
berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini
disebabkan ketika inflasi mengalami kenaikan, maka para nasabah
akan mencairkan dananya untuk mempertahankan tingkat
konsumsinya. Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa (2011) dalam
penelitiannya mendapat hasil bahwa inflasi memiliki dampak negatif
terhadap Deposito Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh
Ani dan Wasilah (2010) tingkat inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan deposito Mudharabah berjangka 1
bulan. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena dapat melemahkan semangat menabung dan
sikap terhadap menabung dari masyarakat serta menimbulkan
55
gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan
(nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit
perhitungan (Adiwarman Karim, 2008 : 139).
4. Hubungan Pendapatan Nasional (PDB) dengan Deposito Mudharabah
PDB (Produk Domestik Bruto) merupakan ukuran nilai pasar dari
barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada
dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Menurut pandangan modern yaitu setelah masa klasik, tabungan
tergantung kepada pendapatan nasional. Pada tingkat pendapatan
nasional yang rendah tabungan adalah negatif, yaitu konsumsi
masyarakat lebih tinggi dari pendapatan nasional. Semakin tinggi
pendapatan nasional, semakin tinggi tabungan masyarakat (Wulandari,
2013:5).
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek, periode, waktu dan alat
analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak
sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi.
Berikut beberapa ringkasan penelitian terdahulu:
56
Table 2.2
Penelitian Terdahulu
No Penulis dan
Tahun
Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
1. JURNAL Pengaruh Inflasi (X1), Regresi Hasil
Afif Inflasi, BI BI Rate Linier penelitian
Rudiansyah/2014 Rate, PDB, (X2), PDB Multiple menunjukkan
Nilai Tukar (X3), Nilai variabel
Rupiah Tukar inflasi, BI
Terhadap Rupiah rate, PDB,
Simpanan (X4), dan dan nilai
Mudharabah Simpanan tukar secara
pada Bank Mudharabah simultan
Syariah di (Y) berpengaruh
Indonesia signifikan
terhadap
deposito
mudharabah
pada bank
syariah di
Indonesia.
Sementara
sebagian
PDB
menunjukkan
efek positif
pada
57
deposito
mudharabah
di bank
syariah.
Sementara
inflasi, suku
bunga bank
sentral dan
rupiah tidak
berpengaruh
terhadap
deposito
mudharabah
di bank
syariah di
Indonesia.
2. JURNAL
Abdullah Syakur
Novianto dan
Djumilah
Hadiwidjojo
Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Penghimpunan
Deposito
Mudharabah
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Produk
Domestik
Bruto (X1),
Inflasi (X2),
Tingkat
Bagi Hasil
(X3),
Jumlah
Kantor (X4),
dan
Deposito
Vector
Auto
Regression
(VAR)
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
produk
domestik
bruto (PDB)
dan jumlah
kantor
berpengaruh
signifikan
58
Mudharabah terhadap
(Y) deposito
mudharabah,
sedangkan
tingkat
onflasi dan
tingkat bagi
hasil tidak
berpengaruh
terhadap
deposito
mudharabah.
3. JURNAL Analisis Inflasi (X1), Regresi Variabel
Nisa Lidya dan Pengaruh Kurs (X2), Linier inflasi tidak
Tatik Inflasi, Kurs, Suku Bunga Multiple berpengaruh
Maryati/2015 Suku Bunga, (X3), Bagi signifikan
dan Bagi Hasil Hasil (X4), dan positif
Terhadap Deposito terhadap
Deposito paba Bank deposito
PT. Bank Syariah mudharabah.
Syariah Mandiri (Y) Variabel
Mandiri 2007- nilai tukar
2012 memiliki
efek negatif
yang
signifikan
terhadap
deposito
59
mudharabah.
Variabel BI
Rate
berpengaruh
signifikan
terhadap
deposito
mudharabah.
Sedangkan
variabel bagi
hasil yang
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
deposito
mudharabah.
4. TESIS
Zamzami/2017
Analisis
Pengaruh Bagi
Hasil, Inflasi,
SWBI dan BI
Rate Terhadap
Tabungan
Mudharabah
pada
Perbankan
Syariah
Bagi Hasil
(X1), Inflasi
(X2), SWBI
(X3), BI
Rate (X4),
dan
Tabungan
Mudharabah
(Y)
Analisis
VAR
(Vector
Auto
Regressive)
Bahwa
variabel bagi
hasil, inflasi,
SWBI, dan
BI Rate
berpengaruh
terhadap
tabungan
mudharabah.
Dalam
60
Periode 2010- jangka
2014 pendek atau
periode awal
pengamatan
SWBI
memiliki
pengaruh
yang paling
dominan
diantara
variabel lain
terhadap
tabungan
mudharabah.
5. TESIS Analisis Tingkat Analisis Bahwa
Asmawarna Pengaruh Suku Bunga VAR variabel
Sinaga/2017 Tingkat Suku (X1), Bagi (Vector tingkat suku
Bunga (BI Hasil (X2), Auto bunga (BI
Rate), Bagi Inflasi (X3), regressive) Rate), bagi
Hasil, Inflasi, Harga Emas hasil, inflasi,
dan Harga (X4), dan dan harga
Emas Jumlah emas
Terhadap Deposito berpengaruh
Jumlah Mudharabah terhadap
Deposito (Y) jumlah
Mudharabah deposito
Perbankan mudharabah.
61
Syariah Dalam
Periode 2010- jangka
2015 pendek atau
periode awal
pengamatan,
bagi hasil
memiliki
pengaruh
yang paling
dominan
diantara
variabel lain
terhadap
deposito
mudharabah.
Sedangkan
dalam jangka
panjang atau
periode akhir
pengamatan,
inflasi
memiliki
pengaruh
yang paling
dominan
diantara
variabel lain
terhadap
62
jumlah
deposito
mudharabah.
6. SKRIPSI Analisi Tingkat Regresi Bahwa
Ifat Marifat/2016 Pengaruh Bagi Hasil Data Panel tingkat bagi
Tingkat Bagi (X1), hasil
Hasil Deposito Jumlah deposito
Mudharabah, Kantor mudharabah,
Jumlah Kantor layanan jumlah
Layanan, (X2), Inflasi kantor
Inflasi, dan (X3), PDB layanan,
PDB Teradap (X4), dan inflasi dan
Jumlah Jumlah PDB
Deposito Deposito berpengaruh
Mudharabah Mudharabah signifikan
Pada Bank (Y) terhadap
Umum Syariah jumlah
(BUS) di deposito
Indonesia mudharabah
secara
simultan.
Namun
secara parsial
hanya tingkat
bagi hasil
deposito
mudharabah
63
berpengaruh
signifikan
secara
negatif
terhadap
jumlah
deposito
mudharabah,
sedangkan
inflasi dan
PDB secara
parsial tidak
berpengaruh
dan tidak
signifikan
terhadap
jumlah
deposito
mudharabah.
7. SKRIPSI
Suratman/2013
Pengaruh
Jumlah Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah,
Tingkat Imbal
SBIS, Suku
Bunga
Simpanan
Jumlah Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
(X1),
Tingkat
Imbal SBIS
(X2), Suku
Analisi
Regresi
Linier
Berganda
Kemampuan
prediksi dari
keempat
variabel
tersebut
terhadap
jumlah
deposito
64
Berjangka 1 Bunga mudharabah
Bulan, dan Simpanan adalah
Inflasi Berjangka 1 68,8%.
Terhadap Bulan (X3), sebagaimana
Jumlah Inflasi (X4), ditunjukkan
Deposito Jumlah oleh
Mudharabah Deposito besarnya
(Studi Kasus Mudharabah adjusted R
PT. Bank Bank square,
Syariah Syariah sedangkan
Mandiri Tahun Mandiri (Y) sisanya
2007-2011) 31,2%
dipengaruhi
oleh faktor
lain yang
tidak
dimasukkan
ke dalam
variabel
penelitian
ini.
8. SKRIPSI Penagruh Inflasi (X1), Analisi Variabel
Bayu Ayom Inflasi, Tingkat Regresi Indepeden
Gumelar/2013 Tingkat Suku Suku Bunga Linier (inflasi,
Bunga Deposito Berganda tingak suku
Deposito, dan (X2), bunga
Jumlah Bagi Jumlah Bagi deposito, dan
65
Hasil Deposito Hasil jumlah bagi
Terhadap Deposito hasil
Jumlah (X3), dan deposito)
Deposito Jumlah signifikan
Mudharabah Deposito berpengaruh
(Studi Kasus Mudharabah terhadap
PT. Bank Bank jumlah
Syariah Syariah deposito
Mandiri Tahun Mandiri (Y) mudharabah.
2008-2012) Secara
parsial
variabel
inflasi
mempunyai
pengaruh
yang
negative
terhadap
jumlah
deposito
mudharabah,
variabel
tingkat suku
bunga
deposito
mempunyai
pengaruh
yang negatif
66
terhadap
jumlah
deposito
mudharabah,
sedangkan
variabel
jumlah bagi
hasil
deposito
mempunyai
pengaruh
yang positif
terhdap
jumlah
deposito
mudharabah.
9. SKRIPSI
Rizqa
Rizqiana/2010
Pengaruh Bagi
Hasil
Terhadap
Jumlah
Deposito
Syariah
Mudharabah
yang ada pada
Bank Syariah
Mandiri
Bagi Hasil
(X1), dan
Jumlah
Deposito
Syariah
Mudharabah
(Y)
Uji Regresi
Sederhana
Variabel bagi
hasil
berpengaruh
signifikan
sebesar
89,7%
terhadap
jumlah dana
deposito,
sedangkan
sisanya
10,3%
67
dipengaruhi
oleh faktor
lain.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut (Hendri Tanjung & Abrista Devi, 2013:97), Hipotesis adalah
dugaan sementara dari permasalahan yang akan dibuktikan dengan data
empiris. Data empiris ini penting sebagai bukti dari hipotesis yang
diberikan dalam penelitian. Melalui data empiris juga,dapat di ambil
keunikan dari penelitian atau kajian syariah terhadap suatu problem
ekonomi, tetapi kalau diberikan data empiris yang mendukungnya,
kelihatan jarang. Oleh karena itu, sangat baik sekali jika data empiris
dikumpulkan untuk menjawab permasalah penelitian yang dibuat.
Menurut (Suharsimi Arikunto, 2002:68), hipotesis adalah suatu
korelasi yang sifatnya masih sementara atau pernyataan berdasarkan pada
pengetahuan tertentu yang masih lemah dan harus dibuktikan
kebenarannya. Dengan demikian hipotesa merupakan dugaan sementara
yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui analisa
data. Adapun Hipotesis yang diajukan peneliti ini adalah sebagai berikut:
68
1. Variabel Bagi Hasil (X1)
H0.1 : Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap jumlah dana deposito
mudharabah berjangka bank Syariah di Indonesia.
Ha.1 : Bagi Hasil berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
dana deposito mudharabah berjangka bank Syariah di
Indonesia.
2. Variabel BI Rate (X2)
H0.2 : BI rate tidak berpengaruh terhadap jumlag dana deposito
mudharabah berjangka bank Syariah di Indonesia.
Ha.2 : BI rate berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah dana
deposito mudharabah bank Syariah di Indonesia.
3. Variabel Inflasi (X3)
H0.3 : Inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah dana deposito
mudharabah berjangka bank Syariah di Indonesia.
Ha.3 : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka bank Syariah di Indonesia.
4. Variabel Pendapatan Nasional (PDB) / (X4)
H0.4 : Pendapatan Nasional (PDB) tidak berpengaruh terhadap
jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank Syariah di
Indonesia.
69
Ha.4 : Pendapatan Nasional (PDB) berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank
Syariah di Indonesia.
5. Variabel bagi hasil (X1), BI rate (X2), inflasi (X3), pendapatan
nasional (PDB)/(X4)
H0.5 : bagi hasil (X1), BI rate (X2), inflasi (X3), pendapatan
nasional (PDB)/(X4) tidak berpengaruh secara simultan
terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank
Syariah di Indonesia.
Ha.5 : bagi hasil (X1), BI rate (X2), inflasi (X3), pendapatan
nasional (PDB)/(X4) berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap terhadap jumlah dana deposito mudharabah
berjangka bank Syariah di Indonesia.
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian diperlukan adanya penekanan batasan
lokasi, waktu atau sektor dan variabel-variabel yang dibahas (Hamid,
2010). Secara umum penelitian ini menganalisis tentang pengaruh bagi
hasil, BI rate, inflasi, pendapatan nasional (PDB) terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia periode Januari
2011 – Desember 2016. Adapun variabel yang digunakan terdiri dari lima
variabel. Jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank syariah di
Indonesia merupakan variabel terikat (dependent) dalam penulisan ini.
Kemudian yang menjadi variabel bebasnya (independent) yaitu bagi hasil,
BI rate, inflasi, dan pendapatan nasional (PDB) sebagai representasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dana deposito
mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia.
B. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan didalam
penelitian, karena dengan pengumpulan data kita dapat memperoleh hasil
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat pengaruh variabel bagi hasil, BI rate, Inflasi, dan pendapatan
nasional (PDB) terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka
71
pada bank syariah di Indonesia. Agar tujuan penellitian ini terpenuhi,
maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang
menerbitkan dan bersifat pakai. Adapun data sekunder yang dimaksud
didapat melalui website resmi, berupa data berbasis bulanan periode
Januari 2011 – Desember 2016 yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Data Jumlah Dana Deposito Mudharabah Berjangka 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, 12, bulan, dan ≥ 12 bulan dalam miliar rupiah yang
diperoleh dari statistik Perbankan Syariah (SPS).
2. Data Bagi Hasil dalam equivalent vate yang diperoleh dari
Statistik Perbankan Syariah (SPS).
3. Data BI rate dalam presentase yang diperoleh dari Bank Indonesia
(BI) www.bi,go.id.
4. Data inflasi dalam presentase yang diperoleh dari Bank Indonesia
(BI) www.bi,go.id.
5. Data Pendapatan Nasional (PDB) atas harga konstan dalam miliar
rupiah yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Selain metode pengumpulan data sekunder melalui website, dalam
penelitian ini juga menggunakan refrensi pendukung lainnya, yaitu
melalui kajian studi pustaka, terutama terkait dengan teori-teori yang
bersangkutan dengan variabel penelitian.
72
C. Teknik Analisis Data
1. Uji Dasar Asumsi Klasik
Uji dasar asumsi klasik ini dilakukan sebagai parameter untuk
mengukur apakah data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak.
Untuk mendapatkan hasil memenuhi sifat tersebut perlu dilakukan
pengujian asumsi klasik yang meliputi: uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai
residual yang telah terstandarisasi pada model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal
jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati
nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya
disebabkan karena distribusi data tidak normal, karena terdapat
nilai ekstrem pada data yang diambil (Suliyanto, 2011:69).
Menurut Winarno (2011:539) untuk mendeteksi normalitas
data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan
probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung.
Ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka
data berdistribusi normal.
73
2. Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α
(5%), maka data berdistribusi normal (hipotesis nolnya
adalah data berdistribusi normal). Dalam perangkat Eviews
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, normalitas
dapat diketahui dengan melihat kepada histogram dan uji
Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika nilai JB < X2
tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan
berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di
antara variabel bebas (Suliyanto, 2011:82). Multikolinieritas
adalah hubungan linier antar variabel independen didalam regresi
berganda. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Menurut Agus Widarjono (2010:75)
jika ada multikolinieritas antar variabel independen, estimasi
dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) masih
menghasilkan estimator yang tidak bias, linier dan mempunyai
varian yang minimum (BLUE) karena estimator yang BLUE tidak
memerlukan asumsi terbebas dari masalah multikolinieritas.
Metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah
multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
74
korelasi parsial antar variabel independen. Sebagai aturan kasar
(rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85
maka kita duga multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika
koefisien korelasi kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak
mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu
kehatihatian terutama pada data time series seringkai menunjukan
korelasi antara variabel independen yang cukup tinggi. Korelasi
tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukan
unsur trend, yaitu data bergerak naik dan turun secara bersamaan
(Widarjono, 2010:77).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana varians dari setiap
gangguan tidak konstan. Dampak adanya hal tersebut adalah tidak
efesiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri
tetap konsisten dan tidak “reliable” atau tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Jika varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Supranto, 2004:19).
Data yang baik adalah data yang homokedastisitas.
Homokedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi
memiliki nilai yang sama atau konstan (Suliyanto, 2011:95).
75
Heteroskedastisitas berarti varians variabel gangguan yang tidak
konstan. Masalah heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering
muncul pada cross section daripada time series. Jika varian dari
residual suatu pengamatan kepengamatan lainnya tetap, maka
disebut heteroskedastisitas.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode
Park. Uji park dilakukan dengan melakukan regresi fungsi-fungsi
residual. Jika variabel independen tidak signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa model yang terbentuk dalam persamaan
regresi tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah hubungan yang muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan satu
sama lain. Masalah autokorelasi bisa ditemukan jika menggunakan
data time series (Kuncoro, 2007:83). Dalam mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Jika nilai
probabilitas pada Obs*R-square lebih besar dari taraf nyata (α)
model asrtinya tidak ditemukan gejala autokorelasi pada model
begitupun sebaliknya.
76
2. Regresi Data Panel
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan
dari data cross section dan data time series. Kombinasi dari gabungan
kedua data tersebut adalah data panel. Data time series merupakan data
yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu,
sedangkan data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam suatu
waktu terhadap banyak individu. Data panel (pool) yakni data yang
merupakan gabungan antara runtun waktu (time series) dengan seksi
silang (cross section). Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan
karakteristik keduanya yaitu data yang terdiri dari beberapa objek dan
meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011:91).
Data cross section dalam penelitian ini adalah 5 jangka waktu deposito
mudharabah pada bank syariah di Indonesia yang telah memenuhi kriteria
untuk pemilihan sampel yaitu deposito mudharabah 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, 12 bulan, dan ≥ 12 bulan . Sedangkan data time series dalam
penelitian ini memiliki 72 waktu pengamatan yaitu selama 6 tahun
(Januari 2011 – Desember 2016) dengam menggunakan laporan bulanan.
Sehungga jumlah pengamatan (observation) sebanyak 360 pengamatan (5
x 72 = 360).
Teknik analisis yang dipakai adalah dengan analisis regresi data panel
dengan menggunakan Eviews 9.0 sebagai program pengolah datanya.
Selain itu juga digunakan software Ms. Excel sebagai software pembantu
77
dalam mengkonversi data dalam bentuk yang lebih representative untuk
digunakan pada software utama diatas
Menurut Agus Widarjono (2009:229) ada beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan data panel. Pertama, data panel yang
merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu
menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan Degree
Of Freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data
time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika
ada masalah penghilangan variabel (omitted variable).
Model Regresi Panel Menurut Agus Widarjono:
Yit = α + b1X1it+ b2X2it+ b3X3it+ b4X4it + e
Dimana:
Y = Variabel dependen
α = Kostanta
X = Variabel independen
b = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
t = Waktu
i = Perusahaan
e = Error term
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
78
1) Model Common Effect
Model Common Effect atau Pooled Regression Model adalah
motode estimasi yang menggabungkan (pooled) seluruh data time
series dan cross section dengan menggunakan pendekatan OLS
(Ordinary Least Square) untuk melakukan estimasi parameternya.
Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun
waktu sehingga perilaku data antara perusahaan diasumsikan sama
dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect
sama seperti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data
yang digunakan bukan time series atau data cross section saja
melainkan data panel yang diterapkan data bentuk pooled. Bentuk
umum untuk model Ordianry Least Square adalah:
Yit = b0 + b1Xit+ b2Xit+ εit untuk i=1,2,…,n dan t=1,2,…,t
Ordinary Least Square merupakan metode paling sederhana
dalam pengolahan data panel. Pendekatan ini biasa digunakan untuk
mengolah data berbentuk pool. Kelemahan yang dimiliki Ordinary
Least Square ini adalah tidak memperlihatkan perbedaan, baik antar
individu maupun antar waktu (Nachrowi, 2006:312).
79
2) Model Fixed Effect
Pendekatan ini menggunakan variabel boneka yang dikenal
dengan sebutan model efek tetat (fixed effect) atau Least Square
Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model.
Pada metode fixed effect, estimasi dapat dilakukan dengan
tanpa pembobotan (no wight) atau Least Square Dummy variabel
(LSDV) dan dengan pembobotan (Cross Section Weight) atau General
Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan adalah untuk
mengurangi heterogenitas atau unit cross section (Damodar,
2004:106).
Persamaan pada estimasi dengan menggunakan fixed effect
model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
Yit = b0 + b1Xit+ b2Xit+ b3D1i+ b4D2i+……+ εit
i = 1,2,....,n t = 1,2,....t D = dummy
3) Model Random Effect
Random Effect Model adalah model etimasi regresi panel
dengan asumsi koefisien dan intersep berbeda antara individu dan
antar waktu (Random Effect). Dimasukannya variabel dummy di dalam
Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang
model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
80
akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi
dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal
dengan Random Effect. Model ini akan mengestimasi data panel
dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu
dan antar individu.
Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random
Effect adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya,
karena dapat meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum
untuk Random Effect Model adalah:
Yit = α1 + bjXjit+ εit dengan εit = ui + vt + wit
Dimana :
ui ~ N ( 0, δu2) = komponen cross section error
vt ~ N ( 0, δv2 ) = komponen time series error
wit ~ N ( 0, δw2 ) = komponen eror kombinasi
3. Tahap Analisis Data
Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam
mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan.
a) Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk membandingkan apakah model fixed
effect atau model common effect yang lebih sesuai untuk digunakan
dalam penelitian ini (Winarno, 2011:17).
81
Hipotesis Uji Chow adalah:
HO : Common Effect Model atau Pooled OLS
H1 : Fixed Effect Model
Pengujian Uji Chow menggunakan software Eviews adalah dengan
menggunakan uji likelihood ratio, lalu yang menjadi dasar penolakan
dalam hipotesis diatas adalah dengan membandingkan nilai
probabilitasnya dengan α = 5%. Perbandingan yang dimaksud adalah
apabila nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan
terima H1 sehingga dalam penelitian ini menggunakan fixed effect dan
perlu melakukan Hausman test. Namun sebaliknya jika nilai
probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak
H1 sehingga model yang tepat digunakan adalah common effect dan
tidak perlu dilakukan uji Hausman.
b) Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah
model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat digunakan
dalam regresi data panel. Uji ini di kembangkan oleh Hausman dengan
didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam model Fixed Effect dan
GLS adalah efisien sedangkan model OLS adalah tidak efisien, di lain
pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena
itu uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda
82
sehingga Uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi
tersebut.
Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Statistik uji hausman ini dengan melihat nilai probabilitas. Jika
nilai probabilitasn < 0,05 (untuk ditingkat signifikani = 0,05) maka Ho
ditolak dan menerima H1 dan model yang lebih tepat digunakan adalah
fixed effect model, begitupun sebaliknya. Bila nilai probabilitasnya >
0,05 (untuk ditingkat signifikasinya = 0,05) maka Ho diterima dan
menolak H1 dan model yang lebih tepat digunakan adalah random
effect model.
4. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji
diterima atau ditolaknya (secara statistik) hasil hipotesa (H0) dari sampel.
Keputusan untuk mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai uji statistic yang
diperoleh dari data yang ada (Gujarati, 2003:120).
a) Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap
variabel bebas lainnya adalah konstan (Gujarati, 2003:125).
83
Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
1. Jika t hitung < t table, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang
artinya variabel penjelas secara parsial tidak mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2. Jika t hitung > t table, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang
artinya variabel penjelas secara parsial mempengaruhi variabel
yang dijelaskan secara signifikan.
b) Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen secara keseluruhan terdapat variabel dependen. Pengujian
ini dilakukan dengan membandingan F hitung dengan F tabel.
Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel
tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan
terhadap variabel tegantung, maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh
secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok
atau not fit.
Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
84
1. Jika F hitung < F table, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang
artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2. Jika F hitung > F table, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang
artinya variabel penjelas secara serentak dan bersama-sama
mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
c) Uji Koefesien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa
baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).
Koefisien determinasi ini mengukur presentase total varian variabel
dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis
regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilain R² mempunyai interval
antara 0 sampai 1 (0 < R² < 1). Semakin besar R² (mendekati 1),
semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin
mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat
menjelaskan variabel dependen.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana
setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah penagamatan dalam
model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukan
tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka
85
digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R
Square (R2 adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti
bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R-Square)
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau
turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto,
2011:59).
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan
gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau
alternative solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka
pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskriptif kualitatif,
dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid, 2010:15).
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
86
Interpretasi
Uji Chow
Pengaruh Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi, Pendapatan
Nasional, terhadap Jumlah Dana Deposito Mudharabah
Berjangka Bank Syariah di Indonesia
Pendapatan Nasional (X4) Inflasi (X3) BI Rate (X2) Bagi Hasil (X1)
Statistik Perbankan
Syariah (SPS) dan
Badan Pusat
Statistik (BPS)
Jumlah Dana Deposito
Mudharabah Berjangka
1 Bulan, 3 Bulan, 6
Bulan, 12 Bulan, ≥ 12
Bulan
Kesimpulan
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
Common Effect Model Fixed Effect Model Random Effect Model
Uji Parsial (Uji T) Uji Simultan Adjusted R2
Pemilihan Model
Uji Hausman
Jumlah Dana Deposito
Mudharabah Berjangka (Y)
Metode Estimasi Data Panel
Uji Asumsi Klasik
87
Dilihat dari kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini
menggunakan varibel Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi, dan Pendapatan Nasional untuk
menguji pengaruhnyan terhadap Deposito Mudharabah berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, 12 bulan, dan >12 bulan. Data diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah,
Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik.
Langkah selanjutnya adalah Uji Asumsi Klasik, uji ini dilakukan sebagai
parameter untuk mengukur apakah data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Untuk mendapatkan hasil memenuhi sifat
tersebut perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji: uji normalitas, uji
multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Selanjutnya metode estimasi data panel , yaitu data yang merupakan gabungan
antara time series dengan cross section. Oleh karenanya, data panel memiliki
gabungan karakteristik keduanya yaitu data yang terdiri dari beberapa objek dan
meliputi beberapa waktu. Metode estimasi data panel dapat dilakukan melalui tiga
tahap, antara lain: Model Common Effect, Model Fixed Effect, dan Model Random
Effect
Untuk memilih model yang tepat digunakan dalam mengelola data panel,
terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain: Uji Chow dan Uji
Hausman. Uji Chow digunakan untuk membandingkan apakah model common effect
atau model fixed effect yang lebih sesuai digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya
Uji Hausman dalah pengujian statistik untuk memilih apakah model fixed effect atau
model Random effect yang lebih tepat digunakan dalam penelitian ini.
88
Setelah mendapatkan pemilihan model apakah memilih model fixed effect atau
model Random effect yang lebih tepat digunakan selanjutnya adalah pengujian
hipotesis untuk menguji diterima atau ditolaknya hasil hipotesa dari sampel penelitian
ini. Uji Parsial (Uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap veriabel bebas
lainnya adalah konstan. Uji Simultan (Uji F) dilakukan untuk mellihat pengaruh
variabel-veriabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Uji
Koefesien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi
sesuai dengan data aktualnya atau untuk mengukur presentase total varian variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi.
Setelah mendapatkan hasil langkah selanjutnya ialah interpretasi hasil
penelitian, hubungan dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen dan
kesimpulan dari penelitian ini.
89
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah
Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama, yaitu penerimaan simpanan uang, meminjamkan uang, dan
memberikan jasa pengiriman uang. Hampir dapat dipastikan bahwa
pengelolaan dana bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah sudah
dikenal sejak pra-Islam. Di Timur Tengah, kemitraan bisnis dengan tehnik
mudharabah dapat dijadikan pengganti tingkat suku bunga sebagai cara
untuk membiayai aktivitas ekonomi. Islam datang, transaksi keuangan
yang berbasis bunga dilarang dan semua dana yang dikelola harus dengan
sistem bagi hasil.
Di dunia Arab, sistem perbankan modern yang pertama didirikan oleh
Mit Ghamr di Mesir pada tahun 1963 yaitu dengan memadukan sistem
bank tabungan Jerman dengan prinsip perbankan koperasi pedesaan
menurut kerangka permodalan Islam guna melayani masyarakat yang
enggan mengunakan jasa Bank Konvensional karena alasan agama. Bank-
bank yang tidak menarik untuk membayar bunga, yang kebanyakan
dihidupi oleh aktivitas perdagangan dan industri baik secara langsung oleh
bank maupun bermitra dengan pihak lain. Politik Perbankan Syariah tidak
90
hanya terjadi di Mesir, tetapi juga dibeberapa belahan dunia Islam lainnya
seperti Turki dan Indonesia. Tetapi kedua negara tersebut masih terlambat
dalam mempromosikan gagasan tentang Perbankan Syariah. Sedangkan
Pakistan lebih dapat maju secara perlahan untuk menciptakan sistem
perekonomian tanpa system bunga (riba) (Ghafur Ansori, 2007:24).
2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Sampai dengan bulan Desember 2016, industri Perbankan Syariah
telah mempunyai jaringan sebanyak 13 Bank Umum Syariah (BUS), 21
Unit UsahaSyariah (UUS), dengan total jaringan kantor BUS dan UUS
mencapai 2.201 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara.
Total aset BUS & UUS Rp 365,504 miliar rupiah per Desember 2016
(www.bi.go.id).
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Grafik 4.1 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia tahun 2011 – 2016
2016 2015 2014 2013 2012 2011
10
5
0
BUS
UUS
30
25
20
15
91
Perkembankan Bank Syariah di Indonesia dalam 6 tahun
terakhir terjadi kenaikan dalam Bank Umum Syariah (BUS) dari 11
Bank Umum Syariah (BUS) di tahun 2011 – 2013 bertambah menjadi
12 Bank Umum Syariah (BUS) di tahun 2014 – 2015, dan di bulan
Desember 2016 bertambah menjadi 13 Bank Umum Syariah (BUS).
Sedangkan terjadi penurunan untuk Unit Usaha Syariah (UUS) dimana
di tahun 2011 - 2012 terdapat 24 Unit Usaha Syariah (UUS), di tahun
2013 terjadi penurunan menjadi 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan di
tahun 2014 – 2015 terjadi penurunan menjadi 22 Unit Usaha Syariah
(UUS), pada Desember 2016 terjadi penurunan menjadi 21 Unit Usaha
Syariah (UUS).
a. Perkembangan Jumlah dana Deposito Mudharabah berjangka pada
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Dalam hal melakukan pengelolaan dana milik nasabah deposito,
Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Dimana Bank Syariah bertindak sebagai
mudharib (pengelola dana) sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul
maal (pemilik dana) dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah
dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah serta mengembangkanya, termasuk melakukan akad
92
mudharabah pada dana dari pihak ketiga (Purnamasari dan Suswinarno,
2011:31).
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Grafik 4.2 Perkembangan jumlah dana deposito mudharabah berjangka Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah periode Januari 2011 – Desember 2016
Perkembangan Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 1 bulan
pada Perbankan Syariah selama 1 tahun terakhir tahun 2011 mengalami
kenaikan sebesar 50,336 Miliar rupiah. Kegiatan penghimpunan jumlah
dana deposito mudharabah berjangka 1 bulan selama tahun 2012
mengalami perubahan yang signifikat naik dan turunnya jumlah dana
deposito mudharabah, dimana pada bulan Januari sebesar 50,522 Miliar,
sedangkan di bulan Februari turun menjadi 49,208 Miliar, di bulan Maret
naik sebesar 51,048 Miliar, dan di bulan April turun menjadi 46,209
Miliar, dan di bulan Oktober - Desember naik sebesar 53,700 Miliar.
20000.00
0.00
≥ 12
Bulan
40000.00
12 Bulan 60000.00
6 Bulan 80000.00
3 Bulan 100000.00
1 Bulan 120000.00 M
ilia
r R
upia
h
JAN
UA
RI
20
11
JUN
I 20
11
NO
VE
MB
ER
20
11
AP
RIL
20
12
SE
PT
EM
BE
R 2
012
FE
BR
UA
RI 2
01
3
JUL
I 2
01
3
DE
SE
MB
ER
201
3
ME
I 2
01
4
OK
TO
BE
R 2
01
4
MA
RE
T 2
01
5
AG
US
TU
S 2
01
5
JAN
UA
RI
20
16
JUN
I 20
16
NO
VE
MB
ER
20
16
93
Perkembangan jumlah dana deposito mudharabah berjangka 1 bulan
selama tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar
21,180 Miliar. Perkembangan jumlah dana depsosito mudharabah
berjangka 1 bulan pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun sebelumnya, total jumlah dana deposito mudharabah
berjangka 1 bulan sampai bulan Desember sebesar 103,100 Miliar, tetapi
pada bulan Maret mengalami penurunan sebesar 468 Miliar yang sangat
signifikan dari bulan Maret tahun sebelumnya sebesar 63,343 Miliar
penyebab penurunan pertumbuhan data historis menunjukkan bahwa
deposito mudharabah menurun karena kemampuan ekspansi jaringan
kantor dab perkembangan suku bunga simpanan.
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 1 bulan pada tahun 2015
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dimana pada Desember
tahun 2014 sebesar 103,100 Miliar tetapi di bulan Januari 2015 turun
menjadi 99,543 Miliar sampai di bulan Desember turun menjadi 95,816
Miliar.
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 1 bulan pada Januari –
Desember 2016 mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari tahun
yang sebelumnya sebesar 13,601 Miliar. Ini dikarenakan nasabah lebih
menempatkan uangnya untuk menempatkan uangnya di bank untuk
deposito ketimbang untuk konsumsi, dan bagi hasil yang kecil yang
didapatkan oleh nasabah berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
94
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 3 bulan pada tahun
2011 mengalami kenaikan setiap bulannya, ini terbukti pada Maret sebesar
70,14 Miliar, sedangkan pada bulan April bertambah sebesar 75,64 Miliar,
dan pada akhir bulan Desember naik menjadi 106,29 Miliar. Jumlah dana
deposito mudharabah berjangka 3 bulan pada tahun 2012 mengalami
kenaikan yang sangat signifikan yaitu sebesar 70,23 Miliar dari tahun
sebelumnya.
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 3 bulan pada tahun 2013
mengalami naik dan turun setiap bulannya, pada bulan Maret kenaiakan
sebesar 203,33 Miliar, tetapi pada bulan September turun menjadi 195,81
Miliar, dan di akhir bulan Desember turun sebesar 182,02 Miliar. Jumlah
dana deposito mudharabah berjangka 3 bulan pada tahun 2014 mengalami
naik dan turun secara signifikan, dimana pada bulan Agustus mengalami
penurunan sebesar 131,77 Miliar, dan di akhir pada bulan Desember
mengalami kenaikan sebesar 206,15 Miliar.
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 3 bulan pada tahun 2015
mengalami naik dan turun setiap bulannya, dimana pada bulan Januari
mengalami penurunan sebesar 199,08 Miliar, turun dari bulan Desember
tahun sebelumnya, dan di bulan Juli naik menjadi 202,56 Miliar, dan turun
di bulan Agustus – November sekitar 2%, tetapi di bulan Desember naik
menjadi 233,83 Miliar. Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 3
95
bulan pada Januari – Desember 2016 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan.
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 6 bulan selama 5 tahun
dari tahun 2011-2015 mengalami naik dan turun secara signifikan dimana
pada tahun 2011 sebesar 41,86 Miliar, dan di tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar 64,21 Miliar, di tahun 2013 naik sebesar 66,01 Miliar, di
tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 64,02 Miliar, dan di tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 60,98 Miliar. Jumlah dana deposito
mudharabah berjangka 6 bulan pada Januari – Desember 2016 mengalami
kenaikan yang sangat signifikan.
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 12 bulan selama 5 tahun
dari tahun 2011-2015 mengalami naik dan turun secara signifikan, dimana
pada tahun 2011 sebesar 56,09 Miliar, tahun 2012 mengalami kenaikan
sebesar 69,53 Miliar, tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 72,85
Miliar, tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 54,86 Miliar, dan tahun
2015 mengalami penurunan sebesar 53,54 Miliar. Jumlah dana deposito
mudharabah berjangka 12 bulan di tahun 2016 mengalami kenaikan yang
signifikan sebesar 65,88 Miliar.
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka ≥ 12 bulan selama 6
tahun terakhir periode Januari 2011 – Desember 2016 mengalami naik dan
turun secara signifikan, dimana pada tahun 2011 sebesar 4,5 Miliar. Pada
tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 5 Miliar. Pada tahun 2014
96
mengalami penurunan sebesar 2,5 Miliar. Pada tahun 2015 mengalami
kenaikan sebesar 9,6 Miliar. Pada Desember 2016 mengalami penurunan
sebesar 1,5 Miliar. Ini dikarenakan nasabah lebih memilih deposito
mudharabah berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan ketimbang
yang ≥ 12 bulan.
b. Perkembanga Bagi Hasil Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah
Pembiayaan memiliki peranan penting dalam mengelola dana
deposito, karena pembiayaan merupakan bagian terbesar dari pendapatan
bank dan tentunya pula berpengaruh terhadap bagi hasil yang diterima
nasabah pemilik dana. Apabila Bank Syariah tidak mampu menyalurkan
pembiayaannya, sementara dana yang terhimpun dari shahibul maal (dana
pihak ke tiga) terus bertambah, maka akan terdapat banyak dana
menganggur, yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan dari margin
bagi hasil. Hal ini pula yang akan menyebabkan penurunan dana pihak ke
tiga (DPK) pada Bank Syariah.
97
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
Grafik 4.3 Perkembangan Bagi Hasil periode Januari 2011 – Desember 2016
Bagi Hasil pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 16,05%
dimana pada bulan Januari sebesar 17,19%, ini dikarenakan kompetisi yang
ketat dengan Bank konvensional memaksa Bank Syariah harus menyediakan
pembiayaan alternative yang beresiko lebih kecil, dan Bank Syariah belum
dapat menanggung resiko besar, karena belum memiliki keahlian yang
dibutuhkan untuk memproses, memonitor, dan mengaudit berbagai proyek
bagi resiko.
Bagi Hasil pada tahun 2012 mengalami penurunan sebsar 14,90%
dimana pada bulan Januari sebesar 15,99%, ini dikarenakan sebagian nasabah
adalah nasabah yang mengedepankan motif keuntungan, sehingga dapat
berpindah ketika suku bunga simpanan di bank konvensional lebih
menguntungkan.
Bagi Hasil
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Bagi Hasil
JA
NU
AR
I 2
01
1
ME
I 2
01
1
SE
PTE
MB
ER
…
JA
NU
AR
I 2
01
2
ME
I 2
01
2
SE
PTE
MB
ER
…
JA
NU
AR
I 2
01
3
ME
I 2
01
3
SE
PTE
MB
ER
…
JA
NU
AR
I 2
01
4
ME
I 2
01
4
SE
PTE
MB
ER
…
JAN
UA
RI
20
15
ME
I 2
01
5
SE
PTE
MB
ER
…
JA
NU
AR
I 2
01
6
ME
I 2
01
6
SE
PTE
MB
ER
…
98
Bagi Hasil pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 14,40%
dimana pada bulan Januari sebesar 16,10%, ini dikarenakan Bank Syariah
tidak dapat membiayai proyek jangka pendek, karena tingginya resiko yang
akan di dapatkan oleh Bank Syariah, dan keterbatasan peran bank sebagai
investor dalam hal pembiayaan mudharabah.
Bagi Hasil pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 20,69%
dimana pada Januari sebesar 14,42%, seiring dengan peningkatan suku bunga
pada Perbankan Konvensional tahun 2014. Terjadi peningkatan signifikan
tersebut sebagai dampak dari kebijakan BI untuk meningkatkan suku bunga
acuan.
Bagi Hasil pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 11,52%
dimana pada Januari sebesar 12,36%, ini terjadi karena hak kepemilikan yang
belum jelas, karena pembiayaan bagi hasil memerlukan adanya hak
kepemilikan yang jelas dan berlaku efisien.
Bagi Hasil pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 11,27%
dimana pada bulan Januari sebesar 12,00%, ini dikarenakan bank syariah
belum mengembangkan produk-produknya, sehingga produknya masih sangat
terbatas dibanding dengan produk bank konvensional.
c. Perkembangan BI Rate
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:190) suku bunga adalah jumlah
uang yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai presentase dari
jumlah yang dipinjamkan. Sementara BI rate menurut Bank Indonesia adalah
99
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang
diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.4 Perkembangan BI Rate periode Januari 2011 – Desember 2016
Perkembangan BI Rate dalam periode januari 2011 – Desember 2016
mengalami naik dan turun secara signifikan, keputusan Bank Indonesia
menurunkan acuan suku bunga (BI Rate) dengan harapan seluruhnya bunga
acuan ini diikuti dengan pengurangan suku bunga kredit perbankan serta
likuiditas menyebar ke sektor riil guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kenaikan BI Rate, akan menjadikan suku bunga di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan suku bunga di luar negeri. Kondisi ini akan mendorong
BI Rate
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
BI Rate
JAN
UA
RI
20
11
ME
I 2
01
1
SE
PT
EM
BE
R 2
011
JAN
UA
RI
20
12
ME
I 2
01
2
SE
PT
EM
BE
R 2
012
JAN
UA
RI
20
13
ME
I 2
01
3
SE
PT
EM
BE
R 2
013
JAN
UA
RI
20
14
ME
I 2
01
4
SE
PT
EM
BE
R 2
014
JAN
UA
RI
20
15
ME
I 2
01
5
SE
PT
EM
BE
R 2
015
JAN
UA
RI
20
16
ME
I 2
01
6
SE
PT
EM
BE
R 2
016
100
investor asing untuk menanamkan modal dengan membeli surat-surat
berharga kedalam instrumen-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI
karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Upaya Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate dengan harapan agar suku
bunga kredit turun dan pada gilirannya akan menggairahkan investasi
merupakan hal yang diperlukan.
d. Perkembangan Inflasi
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut sebagai inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan
kenaikan harga pada barang lainnya. Target atau sasaran inflasi merupakan
tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan
Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank
Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara
Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Keuangan (PMK).
101
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.5 Perkembangan Inflasi periode Januari 2011 – Desember 2016
Pekembangan inflasi periode Januari 2011 – Desember 2016 mengalami
naik dan turun, ini dikarenakan kenaikan harga-harga kerena perayaan-
perayaan Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Selain itu juga banjir yang terjadi
menyebabkan gangguan jalur-jalur distribusi di beberapa daerah dan kota,
dank arena menyebabkan biaya logistic yang lebih tinggi. Peningkatan yang
signifikan bisa dideteksi dalam belanja makanan dan barang-barang
konsumen lain diikuti dengan tindakan para retailer yang menaikkan harga.
Pada tahun 2011 tercatat sebesar 3,79%, pada tahun 2012 inflasi tahun
kalender tercatat sebesar 4,3%, dan pada tahun 2013 inflasi tahun
kalendernya sebesar 8,38% iini dikarenakan suku bunga acuan ditetapkan
pada level terendah. Pada tahun 2014 inflasi tahun kalender tercatat sebesar
Inflasi
10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
Inflasi
JAN
UA
RI
20
11
ME
I 2
01
1
SE
PT
EM
BE
R 2
011
JAN
UA
RI
20
12
ME
I 2
01
2
SE
PT
EM
BE
R 2
012
JAN
UA
RI
20
13
ME
I 2
01
3
SE
PT
EM
BE
R 2
013
JAN
UA
RI
20
14
ME
I 2
01
4
SE
PT
EM
BE
R 2
014
JAN
UA
RI
20
15
ME
I 2
01
5
SE
PT
EM
BE
R 2
015
JAN
UA
RI
20
16
ME
I 2
01
6
SE
PT
EM
BE
R 2
016
102
8,36%. Sehingga inflasi 2015 yang sebesar 3,35% ini masuk dalam batas
bawah target pemerintah yang sebesar 4 plus minus 1 persen. Pada tahun
2015 tercatat sebesar 3,35%, pada bulan desember inflasi bahan makanan
paling tinggi dari semua kelompok pengeluaran. Pada periode Desember
2016 tercatat sebesar 3.02% dimana pada tahun ini harga pangan cenderung
stabil. Namun penyebab terjadinya inflasi di Desember adalah adanya
kenaikan tariff transportasi karena adaa momentum natal dan tahun baru.
e. Perkembangan Pendapatan Nasional (PDB)
Salah satu target dari trilogi pembangunan adalah meningkatkan
pendapatan nasional yang tinggi yaitu dilihat dari perkembangan dana
Produk Domestik Bruto (PDB) baik atas dasar harga konstan maupun harga
yang berlaku, PDB adalah nilai total atas segenap output akhir yang
dihasilkan oleh perekonomian (baik itu dilakukan oleh penduduk warga
negara maupun penduduk warga negara asing yang bermukim di negara yang
bersangkutan). Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun, yang pada
umumnya mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan aktivitas
perekonomian.
103
Sumber: Badan Pusat Statistik (data yang diolah)
Grafik 4.6 Perkembangan Pendapatan Nasional (PDB) periode Januari 2011
– Desember 2016
PDB Indonesia pada periode Januari 2011 – Desember 2016
mengalami peningkatan yang terjadi pada semua sektor, dimana
pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan, Pertambangan
dan Penggalian, Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, dan kontruksi. Bila
diamati PDB triwulanan atas dasar harga konstan yang memperlihatkan
struktur ekonomi suatu wilayah, maka dalam kurun waktu 2012 ‐ 2016
struktur perekonomian menurut lapangan usaha dari triwulan ke triwulan
tidak berubah secara signifikan. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
memberikan kontribusi terbesar di setiap triwulan dengan rata‐rata kontribusi
PDB
900000.00
800000.00
700000.00
600000.00
500000.00
400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
PDB
JAN
UA
RI
20
11
ME
I 2
01
1
SE
PT
EM
BE
R 2
011
JAN
UA
RI
20
12
ME
I 2
01
2
SE
PT
EM
BE
R 2
012
JAN
UA
RI
20
13
ME
I 2
01
3
SE
PT
EM
BE
R 2
013
JAN
UA
RI
20
14
ME
I 2
01
4
SE
PT
EM
BE
R 2
014
JAN
UA
RI
20
15
ME
I 2
01
5
SE
PT
EM
BE
R 2
015
JAN
UA
RI
20
16
ME
I 2
01
6
SE
PT
EM
BE
R 2
016
104
sebesar 21,06 persen. Selanjutnya setiap triwulan I, triwulan II dan triwulan
III, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memberikan
kontribusi terbesar kedua dan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
Eceran, Reperasi Mobil dan Sepeda Motor memberikan kontribusi terbesar
ketiga serta diikuti oleh lapangan usaha lainnya. Sementara setiap triwulan
IV terjadi sedikit pergeseran struktur ekonomi, dimana kontribusi terbesar
kedua dicapai oleh Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran,
Reperasi Mobil dan Sepeda Motor. Sementara kontribusi terbesar ketiga
dicapai oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan atau
Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam pengujian ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini akan menggunakan metode J-B Test,
apabila nilai J-B hitung lebih kecil dari X2 tabel atau nilai probabilitas
J-B test lebih besar dari nilai taraf nyata 0,05, maka data tersebut
berdistirbusi normal.
105
Gambar 4.1
Uji Normalitas
100
80
60
40
20
0
-20000 0 20000 40000 60000 80000
Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak
dengan membandingkan nilai Jarque Bera dengan X2 tabel, yaitu:
1). Jika nilai JB > X2 tabel, maka residualnya berdistribusi tidak
normal.
2). Jika nilai JB < X2 tabel, maka residualnya berdistribusi normal.
Hasil dari output pada gambar 4.1, bahwa nilai JB (304,5755)
> X2 tabel (9.488) dan dengan melihat probability (0,000000) < dari
α=5%, maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi tidak
normal artinya asumsi kenormalan tidak terpenuhi. Meskipun hasil
output menunjukkan residual tidak terdistribusi normal, tetapi dengan
bepedoman pada teorema limit sentral penelitian ini layak dilanjutkan
ke tahapan berikutnya karena data telah lebih dari 30 observasi
(Gujarati, 2006: 77).
Series: Residuals Sample 2011M01 2040M12 Observations 360
Mean -6.47e-12 Median -8777.358
Maximum 84131.94 Minimum -30852.08 Std. Dev. 26017.51
Skewness 1.869425 Kurtosis 5.515163
Jarque-Bera 304.5755 Probability 0.000000
106
b. Uji Multikolinieritas
Masalah multikolinieritas adalah situasi dimana adanya
korelasi antara variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Untu
mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas digunakan uji
correlation dengan menggunakan matriks korelasi. Jika koefisien
korelasi pada output menunjukkan hasil diatas 0,8 maka diduga terjadi
multikolinieritas. Sebaliknya jika koefisien korelasi rendah dibawah
0,8 maka diduga model tidak mengandung multikolinieritas.
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas yang dilakukan dengan Eviews
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1
Uji Multikolinieritas
DEPOSITO
_MDHRBH
BAGI_HASIL
BI_RATE
INFLASI
PDB
DEPOSITO_
MDHRBH
1.000000
0.063987
0.081275
0.127825
0.106192
BAGI_HASIL
0.063987
1.000000
0.127531
0.160872
-0.265048
BI_RATE
0.081275
0.127531
1.000000
0.619957
-0.452416
INFLASI
0.127825
0.160872
0.619957
1.000000
-0.276215
PDB
0.106192
-0.265048
-0.452416
-0.276215
1.000000
107
Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas pada table di atas, dapat dilihat
bahwa korelasi jumlah dana Deposito Mudharabah berjangka dengan Bagi Hasil
sebesar 0.063987; jumlah dana Deposito Mudharabah berjangka dengan BI Rate
sebesar 0.081275; jumlah dana Deposito Mudharabah berjangka dengan Inflasi
sebesar 0.127825; jumlah dana Deposito Mudharabah berjangka dengan PDB
sebesar 0.106192. sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat variabel yang
memiliki nilai korelasi diatas 0.8, dengan demikian bahwa model regresi yang
dipakai tidak terdapat masalah multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uij heteroskedaastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi.
Dala penelitian ini digunakan uji White, uji dapat menjelaskan apabila
nilai probability Obs*R_square lebih kecil dari alfa (0.05) maka data bersifat
tidak ada heteroskedastisitas atau data sudah bersifat homogen.
Table 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 3.183916 Prob. F(14,345) 0.0001
Obs*R-squared 41.19089 Prob. Chi-Square(14) 0.0002 H
108
asil output pada table menunjukkan nilai prob * R-square adalah sebesar
0,0002 < α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini tidak
ada heteroskedastisitas atau data yang sudah bersifat homogen.
d. Uij Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pata data runtun
waktu (time series) karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang
dipengaruhi oleh data pada masa sebelumnya.
Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah
autokorelasi adalah metode Bruesch_Godfey atau yang lebih dikenal dengan
uji Langrange Multiplier (LM-Test) dengan mellihat nilai probability
Chi_square > α (0,05) maka data tidak mengalami masalah autokorelasi.
Deteksi autokorelasi dengan menggunakan metode LM Test dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 899.6869 Prob. F(2,353) 0.0000
Obs*R-squared 300.9582 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
109
Tabel menunjukkan nilai probability Chi-Square(2) adalah sebesar
0,0000 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05),
karena nilai probability Chi-Square = 0,0000 < 0,05 berarti model tersebut
mengandung masalah autokorelasi.
Untuk mengatasi masalah autokorelasi tersebut, maka perlu dilakukan
peningkatan standar diferensiasi dari tingkat dasar menjadi tingkat 1.
Persamaan juga harus diestimasi dengan diferensiasi tingkat 1. Setelah
persamaan diestimasi dari standar diferensiasi tingkat dasar menjadi tingkat 1,
maka diperoleh hasil pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Breusch-Godfrey setelah di diferensiasi
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH
Method: Least Squares
Date: 04/06/18 Time: 20:41
Sample (adjusted): 2011M02 2016M12
Included observations: 359 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4233.410 6436.185 -0.657751 0.5111
DEPOSITO_MUDHARABAH(-1) 0.901563 0.022327 40.37973 0.0000
BAGI_HASIL 188.7166 208.3774 0.905648 0.3657
BI_RATE 34.62696 948.4693 0.036508 0.9709
INFLASI 186.4853 452.4719 0.412148 0.6805
PENDAPATAN_NASIONAL 0.001729 0.000466 3.708945 0.0002
Tabel menunjukkan nilai probability adalah sebesar 0,5111 setelah
diestimasi, yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari α (0,05), karena
110
nilai probability = 0,5111 > dari 0,05 berarti model tersebut tidak
mengandung masalah autokorelasi.
2. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi data
panel. Data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang terdiri atas
beberapa objek dan runtutan waktu (Winarno, 2011). Data semacam ini
memiliki keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa
tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas. Di samping itu,
dengan perlakuan tertentu struktur data seperti ini dapat diharapkan untuk
memberikan informasi yang lebih banyak (high informational content)
(Ariefianto, 2012).
Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu pooled
effect, fixed effect, dan random effect. Masing-masing model memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan model tergantung
pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat pengolahan
data statistik yang benar, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara
statistik. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memiliki model yang tepat dari ketiga model yang tersedia.
111
Tabel 4.5
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/07/18 Time: 12:09
Sample: 2011M01 2016M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 360
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 6.134286 -1.430127 0.1536
BAGI_HASIL? 0.248121 0.059701 4.156061 0.0000
BI_RATE? -0.338209 0.259934 -1.301133 0.1941
INFLASI? 0.543254 0.127000 4.277574 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL? 0.868352 0.379574 2.287703 0.0227
R-squared 0.105083 Mean dependent var
7.435968
Adjusted R-squared 0.094999 S.D. dependent var 3.285684
S.E. of regression 3.125721 Akaike info criterion 5.130998
Sum squared resid 3468.397 Schwarz criterion 5.184972
Log likelihood -918.5797 Hannan-Quinn criter. 5.152459
F-statistic 10.42121 Durbin-Watson stat 0.181652
Prob(F-statistic) 0.000000
Tabel 4.6
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/07/18 Time: 12:10
Sample: 2011M01 2016M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 360
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 3.505822 -2.502355 0.0128
BAGI_HASIL? 0.248121 0.034120 7.272037 0.0000
BI_RATE? -0.338209 0.148556 -2.276648 0.0234
INFLASI? 0.543254 0.072582 7.484654 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL?
Fixed Effects (Cross)
0.868352 0.216931 4.002891 0.0001
112
_1 BULAN—C 2.769986
_3 BULAN—C 1.364790
_6 BULAN—C 0.300594
_12 BULAN—C 0.346790
_>12 BULAN—C -4.782160
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.710990 Mean dependent var 7.435968
Adjusted R-squared 0.704403 S.D. dependent var 3.285684
S.E. of regression 1.786389 Akaike info criterion 4.022952
Sum squared resid 1120.106 Schwarz criterion 4.120104
Log likelihood -715.1313 Hannan-Quinn criter. 4.061581
F-statistic 107.9362 Durbin-Watson stat 0.562482
Prob(F-statistic) 0.000000
Setelah hasil regresi dengan menggunakan model common effect dan
fixed effect didapat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji untuk
mentukan model estimasi mana yang lebih tepat antara model common effect
dan fixed effect. Dalam menentukan diantara kedua model tersebut maka
digunakan uji chow sebagai uji pemilihan model regresi data panel. Uji chow
merupakan salah satu tahap yang perlu dilakukan untuk menentukan model
regresi data yang paling tepat digunakan dalam penelitian.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji Chow adalah
melakukan regresi dengan menggunakan model common effect dan fixed
effect. Setelah hasil dari common effect dan fixed effect diperoleh maka
selanjutnya dilakukan uji Chow dengan melakukan uji likelihood ratio
menggunakan Eviews. Hasil dari uji likelihood ratio atau uji Chow dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
113
Tabel 4.7
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 183.966920 (4,351) 0.0000
Cross-section Chi-square 406.896813 4 0.0000
Uji Chow dilakukan dengan membandingkan antara common effect
model dan fixed effect model. Hipotesis dalam uji Chow adalah:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000
untuk cross section F, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut
menunjukan bahwa H0 ditolak dan terima H1, maka dapat dikatakan bahwa
fixed effect model lebih tepat digunakan daripada common effect model.
Karena hasil Uji Chow menunjukkan hasil model yang lebih tepat
untuk digunakan adalah fixed effect model, maka diperlukan Uji Hausman
untuk menguji model yang lebih tepat untuk digunakan antara fixed effect
model dan random effect model. Sebelum melakukan Uji Hausman, dilakukan
terlebih dahulu regresi random effect model.
114
Tabel 4.8
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/07/18 Time: 12:17
Sample: 2011M01 2016M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 360
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C
8.772809 3.729970 -2.351978 0.0192
BAGI_HASIL? 0.248121 0.034120 7.272037 0.0000
BI_RATE? -0.338209 0.148556 -2.276648 0.0234
INFLASI? 0.543254 0.072582 7.484654 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL? 0.868352 0.216931 4.002891 0.0001
Random Effects (Cross)
_1 BULAN--C
2.754929
_3 BULAN--C 1.357371
_6 BULAN--C 0.298960
_12 BULAN--C 0.344905
_>12 BULAN--C -4.756165
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random
2.847712 0.7176
Idiosyncratic random 1.786389 0.2824
Weighted Statistics
R-squared 0.264435 Mean dependent var 0.548236
Adjusted R-squared 0.256147 S.D. dependent var 2.071250
S.E. of regression 1.786389 Sum squared resid 1132.871
F-statistic 31.90556 Durbin-Watson stat 0.556144
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.105083 Mean dependent var 7.435968
Sum squared resid 3468.397 Durbin-Watson stat 0.181652
115
Dalam melakukan Uji Hausman, hipotesis yang digunakan yaitu:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Apabila nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 artinya H0 diterima dan
menolak H1, yang berarti model regresi yang paling tepat digunakan adalah
random effect model. Namun jika probabilitas Chi-Square < 0,05 artinya H0
ditolak dan menerima H1, yang berarti model regresi yang paling tepat
digunakan adalah fixed effect model.
Tabel 4.9
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 4 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Hasil output diatas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 1,0000
untuk cross section random, yang berarti nilainya > 0,05. Karena hasil
tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa
random effect model lebih tepat digunakan daripada fixed effect model.
Namun menurut (Kristanto dan Sumani 2015:534) apabila nilai p-value dari
F-Statistic 1,0000 berarti random effect yang lebih tepat digunakan, tetapi ada
peringatan yang menunjukkan bahwa variance pada Hausman Test ini tidak
116
valid sehingga hasil pengujian Hausman Test juga menjadi tidak valid. Maka
kesimpulan dari Hausman Test yang tidak valid membuat penelitian ini harus
kembali menggunakan hasil sebelumnya, yaitu menggunakan fixed effect
model. Berarti dapat disimpulkan model yang tepat dalam penelitian ini
adalah fixed effect model
3. Pengujian Hipotests
a. Model Penelitian
Berdasarkan estimasi model regresi data panel yang telah dilakukan
sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan fixed effect model
yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikasi dengan Fixed Effect Model
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/07/18 Time: 12:10
Sample: 2011M01 2016M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 360
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 3.505822 -2.502355 0.0128
BAGI_HASIL? 0.248121 0.034120 7.272037 0.0000
BI_RATE? -0.338209 0.148556 -2.276648 0.0234
INFLASI? 0.543254 0.072582 7.484654 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL? 0.868352 0.216931 4.002891 0.0001
Fixed Effects (Cross) _1 BULAN—C
2.769986
_3 BULAN—C 1.364790 _6 BULAN—C 0.300594
_12 BULAN—C 0.346790
_>12 BULAN—C -4.782160
Effects Specification
117
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.710990 Mean dependent var 7.435968
Adjusted R-squared 0.704403 S.D. dependent var 3.285684
S.E. of regression 1.786389 Akaike info criterion 4.022952
Sum squared resid 1120.106 Schwarz criterion 4.120104
Log likelihood -715.1313 Hannan-Quinn criter. 4.061581
F-statistic 107.9362 Durbin-Watson stat 0.562482
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan tabel, maka ditemukan hasil dari perhitugan BAGI_HASIL,
INFLASI, BI_RATE, dan PENDAPATAN_NASIONAL terhadap
DEPOSITO_MUDHARABAH Bank Unit Usaha Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia sebagai berikut:
Deposito Mudharabah = 8.772809 + 0.248121 Bagi Hasil + -0.338209
Inflasi + 0.543254 BI Rate + 0.868352 Pendapatan Nasional
Dari model diatas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar 8.772809 menunjukkan bahwa jika variabel independen
(BAGI HASIL, BI RATE, INFLASI, PENDAPATAN NASIONAL)
adalah nol, maka jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank
syariah adalah sebesar 8.772809.
2) Nilai koefisien regresi bagi hasil sebesar 0.248121 yang berarti setiap
kenaikan bagi hasil naik 1 maka jumlah dana deposito mudharabah
berjangka bank syariah mengalami kenaikan sebesar 0.248121.
118
3) Nilai koefisien regresi BI Rate sebesar -0.338209 yang berarti setiap
penurunan BI Rate turun 1 maka jumlah dana deposito mudharabah
berjangka bank syariah mengalami penurunan sebesar -0.338209.
4) Nilai koefisien regresi inflasi sebesar 0.543254 yang berarti setiap
kenaikan inflasi naik 1 maka jumlah dana deposito mudharabah berjangka
bank syariah mengalami kenaikan sebesar 0.543254.
5) Nilai koefisien regresi pendapatan nasional sebesar 0.868352 yang berarti
setiap kenaikan pendapatan nasional naik 1 maka jumlah dana deposito
mudharabah berjangka bank syariah mengalami kenaikan sebesar
0.543254.
Table 4.11
Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian
Fixed Effects (Cross) Coefficient
_1 BULAN—C 2.769986
_3 BULAN—C 1.364790
_6 BULAN—C 0.300594
_12 BULAN—C 0.346790
_≥12 BULAN—C -4.782160
Berdasarkan table 4.11, maka didapat persamaan model regresi tiap bulan jumlah
dana deposito mudharabah bank syariah sebagai berikut:
1) Persamaan model regresi 1 bulan
119
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 1 bulan = 2.769986 +
0.248121 Bagi Hasil + -0338209 BI Rate + 0.543254 Inflasi + 0.868352
Pendapatan Nasional
Konstanta sebesar 2.769986 menunjukan bahwa jika variabel independen
(BAGI HASIL, INFLASI, BI RATE, PENDAPATAN NASIONAL) adalah
konstan atau tidak mengalami perubahan yang cukup berarti atau mendekati
nol, maka jumlah dana deposito mudharabah berjangka 1 bulan adalah
sebesar 2.769986.
2) Persamaan model regresi 3 bulan
umlah dana deposito mudharabah berjangka 3 bulan = 1.364790 + 0.248121
Bagi Hasil + -0338209 BI Rate + 0.543254 Inflasi + 0.868352 Pendapatan
Nasional
Konstanta sebesar 1.364790 menunjukan bahwa jika variabel independen
(BAGI HASIL, INFLASI, BI RATE, PENDAPATAN NASIONAL) adalah
konstan atau tidak mengalami perubahan yang cukup berarti atau mendekati
nol, maka jumlah dana deposito mudharabah berjangka 3 bulan adalah
sebesar 1.364790.
3) Persamaan model regresi 6 bulan
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 6 bulan = 0.300594 +
0.248121 Bagi Hasil + -0338209 BI Rate + 0.543254 Inflasi + 0.868352
Pendapatan Nasional
120
Konstanta sebesar 0.300594 menunjukan bahwa jika variabel independen
(BAGI HASIL, INFLASI, BI RATE, PENDAPATAN NASIONAL) adalah
konstan atau tidak mengalami perubahan yang cukup berarti atau mendekati
nol, maka jumlah dana deposito mudharabah berjangka 6 bulan adalah
sebesar 0.300594.
4) Persamaan model regresi 12 bulan
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka 12 bulan = 0.346790 +
0.248121 Bagi Hasil + -0338209 BI Rate + 0.543254 Inflasi + 0.868352
Pendapatan Nasional
Konstanta sebesar 0.346790 menunjukan bahwa jika variabel
independen (BAGI HASIL, INFLASI, BI RATE, PENDAPATAN
NASIONAL) adalah konstan atau tidak mengalami perubahan yang cukup
berarti atau mendekati nol, maka jumlah dana deposito mudharabah
berjangka 12 bulan adalah sebesar 0.346790.
5) Persamaan model regresi > 12 bulan
Jumlah dana deposito mudharabah berjangka >12 bulan = -4.782160 +
0.248121 Bagi Hasil + -0338209 BI Rate + 0.543254 Inflasi + 0.868352
Pendapatan Nasional
Konstanta sebesar -4.782160 menunjukan bahwa jika variabel independen
(BAGI HASIL, INFLASI, BI RATE, PENDAPATAN NASIONAL) adalah
konstan atau tidak mengalami perubahan yang cukup berarti atau mendekati
121
nol, maka jumlah dana deposito mudharabah berjangka ≥ 12 bulan adalah
sebesar -4.782160.
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu bagi
hasil, inflasi, BI Rate, dan pendapatan nasional terhadap variabel dependen yaitu
jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank syariah.
Table 4.12
Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 3.505822 -2.502355 0.0128
BAGI_HASIL 0.248121 0.034120 7.272037 0.0000
BI_RATE -0.338209 0.148556 -2.276648 0.0234
INFLASI 0.543254 0.072582 7.484654 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL 0.868352 0.216931 4.002891 0.0001
Table 4.12 merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu bagi
hasil, inflasi, BI rate, dan pendapatan nasional terhadap jumlah dana deposito
mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia secara parsial.
1) Uji t terhadap variabel bagi hasil
Hasil yang didapat dari table 4.12 variabel bagi hasil secara statistik menunjukkan
hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,0000 < 0,05). Sedangkan nilai
t hitung X1 7.272037 dan t tabel sebesar 1.66792 (df (n-k) 72-5 = 67, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (7.272037 > 1.66792). Maka H0 ditolak sehingga
122
dapat disimpulkan bahwa variabel bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap
jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia.
2) Uji t tehadap variabel BI Rate
Hasil yang didapat pada tabel 4.12 variabel BI Rate secara statistik menunjukkan
hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0.0234 < 0,05). Sedangkan nilai
t hitung X2 2.276648 dan t tabel sebesar 1.66792 (df (n-k) 72-5 = 67, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (2.276648 > 1.66792). Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel BI Rate berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana deposito
mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia
3) Uji t terhadap variabel inflasi
Hasil yang didapat pada tabel 4.12 variabel inflasi secara statistik menunjukkan
hasil yang signifikan pada nilai lebih besar kecil α (0.0000 > 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X3 7.484654 dan t tabel sebesar 1.66792 (df (n-k) 72-5 = 67, α =
0,05), sehingga t hitung > t tabel (7.484654 > 1.66792). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia
4) Uji t terhadap variabel pendapatan nasional (PDB)
Hasil yang didapat pada tabel 4.12 variabel PDB secara statistik menunjukkan
hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0.0001 < 0,05). Sedangkan nilai
t hitung X4 4.002891 dan t tabel sebesar 1.66792 (df (n-k) 72-5 = 67, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (4.002891 > 1.66792). Maka dapat disimpulkan bahwa
123
variabel pendapatan nasional berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia.
c. Uji signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen. Pedoman yang digunakan dalam pengambilan
kesimpulan uji F adalah sebagai berikut:
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Selain itu, dapat pula dilihat dari probabilitas F statistik. Apabila probabilitas
(signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh vaariabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan pendapatan nasional tidak berpengaruh
terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia
secara simultan.
H1: bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan pendapatan nasional berpengaruh terhadap
jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia secara
simultan.
Berdasarkan tabel 4.10, diperoleh hasil F-statistik atau F hirtung sebesar
107.9362 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000000. nilai probabilitas tersebut
lebih kecil dari α = 5%. Selain itu dengan n = 72 dan k = 5, nilai F tabel diperoleh
124
nilai 2,50 dengan df1 (k-1) dan df2 (n-k) sebesar 4 dan 71 dengan nilai
probabilitas 5%. Karena F hitung > F tabel (107.9362 > 2.50) maka H0 ditolak,
artinya dapat disimpulkan bahwa variabel bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan
pendapatan nasional berpengaruh signifikan secara simultan terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia.
d. Uji Adjusted R2
Uji Adjusted R2 ditunjukan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini, koefisien yang
digunakan adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R2.
Hal ini dikarenakan adjusted R2 merupakan koefisiensi yang telah dikoreksi
sehingga dapat naik atau turun seiring penambahan variabel baru dalam model.
Berdasarkan hasil regresi dengan fixed effect model sebagaimana yang tertera
pada tabel, diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0.704403. hal ini
menunjukkan bahwa variasi variabel dependen (jumlah dana deposito
mudharabah bank syariah) secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel
independen (bagi hasil, BI Rate, inflasi, dan pendapatan nasional) sebesar 70.44%
sedangkan sisanya 29.56% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel dalam
penelitian ini.
e. Interpretasi Hasil Penelitian
1) Hubungan bagi hasil terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka
bank syariah
125
Hasil estimasi pada tabel menjelaskan variabel bagi hasil mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap jumlah dana deposito mudharabah
berjangka bank syariah di Indonesia, dimana setiap kenaikan bagi hasil
sebesar 1 akan menaikkan jumlah dana deposito mudharabah bank syariah
sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.248121.
Jumlah dana deposito mudharabah adalah total simpanan berdasarkan
prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertenstu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dana dengan bank. Bagi
hasil pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat
bersedia mendepositkan uangnya. Jumlah deposito akan ditentukan oleh
tingginya bagi hasil. Bila melihat praktik yang terjadi perbankan syariah,
semakin tinggi bagi hasil deposito, maka akan semakin tinggi pula minat
masyarakat untuk deposito, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kehendak
masyarakat untuk deposito di bank syariah didasari oleh motif untuk
mendapatkan return berupa bagi hasil.
2) Hubungan BI Rate terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka
bank syariah di Indonesia
Variabel BI Rate berpengaruh signifikan negatif terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia, dimana setiap
penurunan BI Rate sebesar 1 akan menurunkan jumlah dana deposito
mudharabah bank syariah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu -0.338209.
126
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel BI Rate
berpengaruh signifikan negatif terhadap jumlah dana deposito mudharabah
berjangka bank syariah. Hal ini berarti mengindikasikan bahwa kenaikan atau
penurunan suku bunga acuan BI Rate akan mempengaruhin nasabah untuk
mendepositkan uangnya di bank syariah hal ini menunjukkan bahwa sifat
nasabah untuk mendepositkan dananya di bank syariah karena untuk
keuntungan semata, ini disebabkan karena nasabah bank syariah juga melihat
suku bunga yang terdapat di bank konvensional jika diasumsikan lebih
menguntungkan dari bagi hasil yang diberikan bank syariah maka nasabah
beralih untuk menyimpan dananya. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bayu Ayom Gumelar (2013) yang dalam
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa suku bunga berpengaruh negatif
terhadap deposito mudharabah.
3) Hubungan Inflasi terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank
syariah
Variabel Inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana deposito
mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia, dimana setiap kenaikan
Inflasi sebesar 1 akan menaikkan jumlah dana deposito mudharabah bank
syariah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.543254.
Berpengaruhnya Inflasi terhadap jumlah dana deposito mudharabah
berjangka bank syariah dikarenakan selama Inflasi di Indonesia masih
tergolong Inflasi ringan atau sedang maka itu berdampak positif terhadap
127
perekonomian seperti meningkatnya investasi dalam perekonomian. Tetapi
apabila Inflasi tergolong hyperinflasi maka justru akan berdampak negative
terhadap perekonomian seperti menurunnya semangat menabung,
menurunnya investasi dalam perekonomian. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh ST. Suharyanti (2010) bahwa variabel
Inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana deposito mudharabah
bank syariah di Indonesia.
4) Hubungan Pendapatan Nasional (PDB) terhadap jumlah dana deposito
mudharabah berjangka Bank Syariah
Variabel Pendapatan Nasional berpengaruh signifikan terhadap jumlah
dana deposito mudharabah berjangka bank syariah, dimana setiap kenaikan
PDB sebesar 1 akan menaikkan jumlah dana deposito mudharabah sebesar
nilai koefesien regresinya yaitu 0.868352.
Pendapatan nasional/PDB berpengaruh terhadap tabungan disebabkan
karena kuatnya kinerja investasi pada sektor riil sehingga mengakibatkan
peningkatan PDB. Dengan dorongan permintaan baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor
pengangkutan menjadi motor pertumbuhan dengan sumbangan terhadap
pertumbuhan PDB. Ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami
peningkatan maka hal tersebut berdampak pada kenaikan pendapatan nasional
yang pada akhirnya mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan
untuk pengeluaran konsumsi dan tabungan. Jika konsumsi turun, maka tabungan
128
masyarakat akan mengalami kenaikan. Tetapi jika tingkat konsumsi naik maka
tabungan akan turun.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa tingkat
Pendapatan akan mempengaruhi tingkat Tabungan dengan fungsi Tabungan S=Y-
C atau S=I, S= Tabungan, Y= Pendapatan, C= Konsumsi penawaran dana
pinjaman tergantung pada Pendapatan dan kebijakan fiskal (kenaikan konsumsi
dan penurunan pajak. Ketika pendapatan naik maka tabungan (S) sama dengan Y-
C. Naiknya penawaran dana pinjaman menyebabkan turunya tingkat bunga. Hal
ini menjadikan hubungan pendapatan yang lebih tinggi menujukkan tabungan
yang lebih tinggi juga yang pada akhirnya tingkat bunga ekuilibriun lebih rendah
dan kurva IS miring ke bawah (Mankiw, 2003:264). Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh ST. Suharyanti (2010) bahwa
variabel Inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana deposito
mudharabah bank syariah di Indonesia.
129
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh antara
bagi hasil, inflasi, BI rate, dan pendapatan nasional terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah periode Januari 2011 - Desember 2016.
Berdasarkan penemuan dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagi hasil berpengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia periode
Januari 2011 - Desember 2016. Dimana setiap peningkatan bagi hasil
sebesar 1 akan menaikkan jumlah dana deposito mudharabah berjangkan
Bank Syariah sebesar 0.248121. itu artinya ketika bagi hasil naik maka
jumlah dana deposito mudharabah berjangkan Bank Syariah juga akan
naik, begitupun sebaliknya jika bagi hasil menurun maka jumlah dana
deposito mudharabah berjangkan Bank Syariah akan menurun.
BI Rate berpengaruh signifikan negative secara parsial terhadap jumlah
dana deposito mudharabah berjangka bank syariah di Indonesia periode
Januari 2011 - Desember 2016. Dimana setiap penurunan BI rate sebesar 1
akan menurunkan jumlah dana deposito mudharabah Bank Syariah
130
sebesar nilai koefisien regresinya yaitu -0.338209. Hal ini berarti
mengindikasikan bahwa kenaikan atau penurunan suku bunga acuan BI
rate akan mempengaruhi nasabah untuk mendepositkan uangnya di Bank
Syariah hal ini menunjukkan bahwa sifat nasabah untuk mendepositkan
dananya di Bank Syariah karena untuk keuntungan semata, ini disebabkan
karena nasabah bank syariah juga melihat suku bunga yang terdapat di
bank konvensional jika diasumsikan lebih menguntungkan dari bagi hasil
yang diberikan bank syariah maka nasabah beralih untuk menyimpan
dananya.
Inflasi mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah
dana deposito mudharabah berjangkan Bank Syariah periode Januari 2011
- Desember 2016. Dimana setiap kenaikan inflasi sebesar 1 akan
menaikkan jumlah dana deposito mudharabah berjangkan Bank Syariah
sebesar nilia koefisien regresinya yaitu 0.543254. Berpengaruhnya Inflasi
terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka bank syariah
dikarenakan selama Inflasi di Indonesia masih tergolong Inflasi ringan
atau sedang maka itu berdampak positif terhadap perekonomian seperti
meningkatnya investasi dalam perekonomian. Tetapi apabila Inflasi
tergolong hyperinflasi maka justru akan berdampak negatif terhadap
perekonomian seperti menurunnya semangat menabung, menurunnya
investasi dalam perekonomian.
131
Pendapatan Nasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
jumlah dana deposito mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia
periode Januari 2011 - Desember 2016. Dimana setiap kenaikan PDB
sebesar 1 akan menaikkan jumlah dana deposito mudharabah sebesar
nilai koefesien regresinya yaitu 0.868352. Pendapatan nasional/PDB
berpengaruh terhadap tabungan disebabkan karena kuatnya kinerja investasi
pada sektor riil sehingga mengakibatkan peningkatan PDB. Dengan dorongan
permintaan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan menjadi motor
pertumbuhan dengan sumbangan terhadap pertumbuhan PDB. Ketika
pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami peningkatan maka hal
tersebut berdampak pada kenaikan pendapatan nasional yang pada akhirnya
mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan untuk pengeluaran
konsumsi dan tabungan. Jika konsumsi turun, maka tabungan masyarakat
akan mengalami kenaikan. Tetapi jika tingkat konsumsi naik maka tabungan
akan turun. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes
bahwa tingkat Pendapatan akan mempengaruhi tingkat Tabungan dengan
fungsi Tabungan S=Y-C atau S=I, S= Tabungan, Y= Pendapatan, C=
Konsumsi penawaran dana pinjaman tergantung pada Pendapatan dan
kebijakan fiskal (kenaikan konsumsi dan penurunan pajak. Ketika pendapatan
naik maka tabungan (S) sama dengan Y-C. Naiknya penawaran dana
pinjaman menyebabkan turunya tingkat bunga. Hal ini menjadikan hubungan
132
pendapatan yang lebih tinggi menujukkan tabungan yang lebih tinggi juga
yang pada akhirnya tingkat bunga ekuilibriun lebih rendah dan kurva IS
miring ke bawah
b. Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bahwa bagi hasil, BI Rate,
inflasi, dan pendapatan nasional secara bersama-sama berpengaruh
signifikan simultan terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka
Bank Syariah di Indonesia periode Januari 2011-September 2016.
c. Variabel yang paling dominan mempengaruhi jumlah dana deposito
mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia periode Januari 2011 -
Desember 2016 adalah variabel bagi hasil karena, ketika bagi hasil naik
maka jumlah dana deposito mudharabah berjangkan Bank Syariah juga
akan naik, begitupun sebaliknya jika bagi hasil menurun maka jumlah
dana deposito mudharabah berjangkan Bank Syariah akan menurun.
d. Pengaruh Bagi Hasil dengan deposito mudharabah berjangka Bank
Syariah di Indonesia. Jumlah deposito akan ditentukan oleh tingginya bagi
hasil. Bila melihat praktik yang terjadi Perbankan Syariah, semakin tinggi
bagi hasil deposito, maka akan semakin tinggi pula minat masyarakat
untuk deposito, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kehendak masyarakat
untuk deposito di Bank Syariah didasari oleh motif untuk mendapatkan
return berupa bagi hasil.
e. Pengaruh BI Rate dengan deposito mudharabah berjangka Bank Syariah
di Indonesia. Kenaikan atau penurunan suku bunga acuan BI Rate akan
133
mempengaruhin nasabah untuk mendepositkan uangnya di Bank Syariah
hal ini menunjukkan bahwa sifat nasabah untuk mendepositkan dananya
di Bank Syariah karena untuk keuntungan semata.
Pengaruhn Inflasi terhadap jumlah dana deposito mudharabah berjangka
bank syariah dikarenakan selama Inflasi di Indonesia masih tergolong
Inflasi ringan atau sedang maka itu berdampak positif terhadap
perekonomian seperti meningkatnya investasi dalam perekonomian.
Tetapi apabila Inflasi tergolong hyperinflasi maka justru akan berdampak
negative terhadap perekonomian seperti menurunnya semangat menabung,
menurunnya investasi dalam perekonomian.
Pengaruh Pendapatan nasional dengan deposito mudharabah berjangka
Bank Syariah di Indonesia. karena kuatnya kinerja investasi pada sektor riil
sehingga mengakibatkan peningkatan PDB. Dengan dorongan permintaan
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan dan sektor pengangkutan menjadi motor pertumbuhan
dengan sumbangan terhadap pertumbuhan PDB. Ketika pertumbuhan
ekonomi suatu negara mengalami peningkatan maka hal tersebut berdampak
pada kenaikan pendapatan nasional yang pada akhirnya mempengaruhi
masyarakat dalam mengambil keputusan untuk pengeluaran konsumsi dan
tabungan. Jika konsumsi turun, maka tabungan masyarakat akan mengalami
kenaikan. Tetapi jika tingkat konsumsi naik maka tabungan akan turun.
134
B. Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perbankan Syariah
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan
sistem Perbankan Syariah agar tahan tehadap goncangan krisis dan
dampak makro ekonomi yang dapat terjadi kapanpun di Indonesia
khususnya pada produk deposito mudharabah dan sistem bagi hasilnya.
Hal yang dapat dilakukan antara lain penguatan modal, memiliki langkah
antisipasi menghadapi dampak krisis, adanya sumber daya insani dan
manajemen yang handal, serta meningkatkan pelayanan (jasa-jasa)
sehingga masyarakat lebih tertarik untuk menabung di Perbankan Syariah,
dan dapat lebih mensosialisasi mengenai Perbankan Syariah kepada
masyarakat khususnya yang ada di pelosok-pelosok daerah.
2. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan akan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi nasabah Bank Syariah
terutama terkait dengan produk deposito mudharabah. Sehingga dapat
dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi
dalam bentuk deposito mudharabah.
3. Bagi akademis
135
Memiliki keterbatasan diantaranya periode pengamatan sehingga
masih diperlukan data untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Peneliti
juga menyarankan pada penelitian yang akan datang agar menambah
variabel baru dengan maksud untuk mengetahui secara pasti variabel atau
hal apa saja yang memiliki pengaruh lebih kuat terhadap jumlah dana
deposito mudharabah berjangka Bank Syariah di Indonesia.
136
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Rudiansyah. “Pengaruh Inflasi, BI Rate, PDB, Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia”
Surabaya, Jurnal. Ilmu Manajemen, Vol 2, nomor 2, 2014.
Agustianto. “Penentuan Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah”.
www.iaei-pusat.net.
Antonio, Muhammad Syafi’I. “Bank Syariah dan Teori ke Praktik”. Jakarta,
Gema Insani, 2001.
Anshori, Abdul Ghofur. “Perbankan Syariah di Indonesia”. Yogyakarta,
Gajah Mada University Press, 2007.
Arwansyah. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tabungan
Masyarakat”. Jakarta, Media Ekonomi, 2003.
Ascarya. “Akad dan Produk Bank Syariah”. Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Asmawarna, Sinaga. “Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga (BI Rate), Bagi
Hasil, Inflasi, dan Harga Emas Terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah Perbankan Syariah Periode 2010-2015”. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
2017.
Banowo, Emilianshah dan Hermana, Budi. “Hubungan Equivalent Rate
Simpanan Mudharabah dengan Sertifikat Wadiah dan Sertifikat
Bank Indonesia”. Proceeding Seminar Nasional PESAT,
Auditorium Universitas Gunadarma Jakarta, 2005.
Bayu, Ayom Gumelar. “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan
Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Syariah Mandiri
Tahun 2008-2012”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Damodar Gujarati. “Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid Edisi Ketiga”, Jakarta
Erlangga,, 2004.
----------------------. “Ekonometri Dasar”. Erlangga, Jakarta, 2003.
Fahmi, Irham, Hadi Dan Yovi Yulianti. “Pengantar Manajemen
Perkreditan”. Bandung, Alfabeta, 2010.
Fatwa Dewan Syariah Nasional, No. 03/DSN-MUI/IV/2000.
137
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta,
FEB UIN, 2010.
Hasibuan, Malayu S.P. “Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan Kelima”. Jakarta,
Bumi Aksara, 2006.
Haron, Sudin dan Nursofiza. “Determinant of Islamic and Conventional
Deposits in the Malaysian Banking System”. Emerald Group
Publishing Limited. 2008.
---------------------. “Measuring Depositors’ of Malaysian Islamic Banking
System, A Co-integration Approach”. International Conference On
Islamic Economic and Finance Vol.2, 2005.
Huda, Nurul, dkk. “Investasi Pada Pasar Modal Syariah”. Jakarta, Kencana,
2007.
-----------------------. “Ekonomi makro Islam, Pendekatan Teoritis”. Jakarta,
Kencana, 2008.
Ifat, Marifat. “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah,
Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB Terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah di Indonesia”. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2016.
Ismail. ”Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah”. Edisi pertama,
cetakan ke-2, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011.
J. Supranto. “Ekonometrika”. Jakarta, Ghalia, 2004.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islam Edisi Kedua”, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
----------------------. “Ekonomi Makro Islam”. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
----------------------. “Ekonomi Makro Islam. 2nd
Edition”. Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Kasmir. “Dasar-Dasar Perbankan”, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003.
Kasmir dan Jakfar. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2008.
Khalwaty, Tajul. “Inflasi Dan Solusinya”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,
2000.
138
Kuncoro, Mudrajat. “Metode Riset Untuk Bisnis Ekonomi”, Jakarta,
Erlangga, 2003.
----------------------. “Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi”.
Yogyakarta, BPFE, 2007.
Mankiw, N. Gaogery. “Teori Makroekonomi. Ed. 5”. Jakarta, Erlangga,
2003.
Manurung, Mandala dan Raharja, Pratama. “Uang, Perbankan dan ekonomi
Moneter”. Jakarta, FEUI, 2004.
Muhammad. “Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di
Indonesia”. Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005.
----------------------. “Manajemen Dana Bank Syariah“, Yogyakarta:
Ekonesia, 2004.
Muhammad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”. Jakarta, Rajawali
Pers, 2008.
Nachrowi Djalal dan Hardius Usman. “Ekonometrika”, Jakarta, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2006.
Natalia, dkk. “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah
dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan
Deposito Mudharabah”. Jurnal Administrasi Bisnis, 2014.
Nisa, Lidya dan Tatik Maryati. “Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs, Suku
Bunga, dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Bank Syariah Mandiri
2007-2012”. Jurnal. Seminar Nasional Cendekiawan. 2015.
Perwataatmadja, Karnaen dan M. Syafi’I Antonio. “Apa dan Bagaimana
Bank Islam”. Solo, Amanah Bunda Sejahtera, 1999.
Perwataatmadja, Karnaen. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”. Jakarta,
Kencana dan Fakultas Hukum UI, 2006.
Pohan, Aulia. “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di
Indonesia”. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Rivai, Veithzal. dkk. “Bank and Financial Instituation Management
Conventional And Sharia System”. Jakarta, 1st edition, PT Raja
Gafindo Persada, 2007.
139
Rizqa, Rizqiana. “Pengaruh Bagi Hasil Terhadap Jumlah Deposito Syariah
Mudharabah Bank Syariah Mandiri”. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. 2010.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Jakarta, Lembaga Penelitian UIN
Jakarta. 2009.
Sadi Is, Muhammad. “Konsep Hukum Perbankan Syariah”. Malang, Setara
Press, 2015.
Samuelson dan Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi. Edisi 17”. Jakarta, PT.
Media Global Edukasi, 2004.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan
Ilustrasi)”. Yogyakarta, Ekonisia, 2003.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Ekonomi Makro”. Jakarta, Raja Grafindo,
2004.
--------------------. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”. Jakarta,
Raja Grafindo, 2006.
Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Menggunakan SPSS”. Yogyakarta,
Andi, 2004.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.
Yogyakarta, Penerbit Andi, 2011.
Suratman. “Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat
Imbal SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi
Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Bank Syariah Mandiri
Tahun 2007-2011”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. 2013
Syakur, Novianto Abdullah dan Hadiwidjojo, Djumilah. “Analisis Faktor-
faktor Mempengaruhi Penghimpunan Deposito Mudharabah
Perbankan Syariah di Indonesia”. Malang, Jurnal Aplikasi
Manajemen, Vol. 11, No. 4. 2013.
Tanjung, Hendri, Devi Abrista. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”.
Jakarta, Gramata Publishing, 2013.
Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008, Jakarta, Direktorat Hukum Bank
Indonesia, 2010.
140
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, Jakarta, Direktorat Hukum Bank
Indonesia, 2009.
Usman, Rachmadi. “Hukum Perbankan Islam di Indonesia”. Bandung, Citra
Aditya Bakti, 2002.
Widarjono, Agus. “Analisis Multivariat Terapan”. Yogyakarta, Unit Penerbit
dan Percetakan STIM YKPN, 2010.
--------------------------. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”.
Yogyakarta, Ekonisia FE UII, 2009.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan
Eviews”. Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
2009.
--------------------------. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
EViews”. Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan STIM
YKPN, 2011.
Wiroso. “Penghimpun Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah”.
Jakarta, Gramedia, 2005.
Yaya, Rizal, dkk. “Akuntansi Perbankan Syariah”. Jakarta, Salemba Empat,
2009.
Yusof, Rosylin Mohd. Dkk. 2008. “Monetary Policy Shocks and Islamic
Banks’ Deposits in a Dual Banking System: a Comparative Analysis
Between Malaysia and Bahrain.” 8th Global Conference on
Business & Economics: h. 1-19, 2008.
Zamzami. “Analisis Pengaruh Bagi Hasil, Inflasi, SWBI dan BI Rate
Terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah Periode
2010-2014”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara. 2017.
www.ojk.go.id
www.bi.go.id
www.bps.co.id
www.google.com
141
Lampiran
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Bagi Hasil
BULAN/TAHUN BAGI HASIL
JANUARI 2011 17.19
FEBRUARI 2011 17.14
MARET 2011 16.93
APRIL 2011 16.99
MEI 2011 16.75
JUNI 2011 16.45
JULI 2011 16.15
AGUSTUS 2011 16.24
SEPTEMBER 2011 16.61
OKTOBER 2011 16.25
NOVEMBER 2011 16.16
DESEMBER 2011 16.05
JANUARI 2012 15.99
FEBRRUARI 2012 16.06
MARET 2012 16.03
APRIL 2012 15.88
MEI 2012 15.82
JUNI 2012 16.02
JULI 2012 15.76
AGUSTUS 2012 16.08
SEPTEMBER 2012 15.94
OKTOBER 2012 15.95
NOVEMBER 2012 15.72
DESEMBER 2012 14.90
JANUARI 2013 16.10
FEBRUARI 2013 15.78
MARET 2013 15.77
APRIL 2013 15.61
MEI 2013 15.49
JUNI 2013 14.93
JULI 2013 16.03
AGUSTUS 2013 15.35
SEPTEMBER 2013 15.04
OKTOBER 2013 15.19
NOVEMBER 2013 14.55
DESEMBER 2013 14.40
JANUARI 2014 14.42
FEBRUARI 2014 14.35
142
MARET 2014 14.29
APRIL 2014 14.13
MEI 2014 21.32
JUNI 2014 21.87
JULI 2014 18.23
AGUSTUS 2014 21.37
SEPTEMBER 2014 20.75
OKTOBER 2014 22.11
NOVEMBER 2014 21.18
DESEMBER 2014 20.69
JANUARI 2015 12.36
FEBRUARI 2015 12.38
MARET 2015 12.09
APRIL 2015 11.97
MEI 2015 11.66
JUNI 2015 11.88
JULI 2015 11.63
AGUSTUS 2015 11.77
SEPTEMBER 2015 11.77
OKTOBER 2015 11.43
NOVEMBER 2015 11.40
DESEMBER 2015 11.52
JANUARI 2016 12.00
FEBRUARI 2016 11.49
MARET 2016 11.82
APRIL 2016 11.80
MEI 2016 11.01
JUNI 2016 10.88
JULI 2016 11.13
AGUSTUS 2016 11.24
SEPTEMBER 2016 11.21
OKTOBER 2016 11.71
NOVEMBER 2016 11.53
DESEMBER 2016 11.27
Sumber: Statistik BI dan OJK yang telah diolah
b. BI Rate
BULAN/TAHUN BI RATE
JANUARI 2011 6.50
FEBRUARI 2011 6.75
MARET 2011 6.75
APRIL 2011 6.75
MEI 2011 6.75
JUNI 2011 6.75
JULI 2011 6.75
143
AGUSTUS 2011 6.75
SEPTEMBER 2011 6.75
OKTOBER 2011 6.50
NOVEMBER 2011 6.00
DESEMBER 2011 6.00
JANUARI 2012 6.00
FEBRRUARI 2012 5.75
MARET 2012 5.75
APRIL 2012 5.75
MEI 2012 5.75
JUNI 2012 5.75
JULI 2012 5.75
AGUSTUS 2012 5.75
SEPTEMBER 2012 5.75
OKTOBER 2012 5.75
NOVEMBER 2012 5.75
DESEMBER 2012 5.75
JANUARI 2013 5.75
FEBRUARI 2013 5.75
MARET 2013 5.75
APRIL 2013 5.75
MEI 2013 5.75
JUNI 2013 6.00
JULI 2013 6.50
AGUSTUS 2013 7.00
SEPTEMBER 2013 7.25
OKTOBER 2013 7.25
NOVEMBER 2013 7.50
DESEMBER 2013 7.50
JANUARI 2014 7.50
FEBRUARI 2014 7.50
MARET 2014 7.50
APRIL 2014 7.50
MEI 2014 7.50
JUNI 2014 7.50
JULI 2014 7.50
AGUSTUS 2014 7.50
SEPTEMBER 2014 7.50
OKTOBER 2014 7.50
144
NOVEMBER 2014 7.75
DESEMBER 2014 7.75
JANUARI 2015 7.75
FEBRUARI 2015 7.50
MARET 2015 7.50
APRIL 2015 7.50
MEI 2015 7.50
JUNI 2015 7.50
JULI 2015 7.50
AGUSTUS 2015 7.50
SEPTEMBER 2015 7.50
OKTOBER 2015 7.50
NOVEMBER 2015 7.50
DESEMBER 2015 7.50
JANUARI 2016 7.25
FEBRUARI 2016 7.00
MARET 2016 6.75
APRIL 2016 6.75
MEI 2016 6.75
JUNI 2016 6.50
JULI 2016 6.50
AGUSTUS 2016 5.25
SEPTEMBER 2016 5.00
OKTOBER 2016 4.75
NOVEMBER 2016 4.75
DESEMBER 2016 4.75
Sumber: Statistik BI dan OJK yang telah diolah
c. Inflasi
BULAN/TAHUN INFLASI
JANUARI 2011 7.02
FEBRUARI 2011 6.84
MARET 2011 6.65
APRIL 2011 6.16
MEI 2011 5.98
JUNI 2011 5.54
JULI 2011 4.61
AGUSTUS 2011 4.79
145
SEPTEMBER 2011 4.61
OKTOBER 2011 4.42
NOVEMBER 2011 4.15
DESEMBER 2011 3.79
JANUARI 2012 3.65
FEBRRUARI 2012 3.56
MARET 2012 3.97
APRIL 2012 4.50
MEI 2012 4.45
JUNI 2012 4.53
JULI 2012 4.56
AGUSTUS 2012 4.58
SEPTEMBER 2012 4.31
OKTOBER 2012 4.61
NOVEMBER 2012 4.32
DESEMBER 2012 4.30
JANUARI 2013 4.57
FEBRUARI 2013 5.31
MARET 2013 5.90
APRIL 2013 5.57
MEI 2013 5.47
JUNI 2013 5.90
JULI 2013 8.61
AGUSTUS 2013 8.79
SEPTEMBER 2013 8.40
OKTOBER 2013 8.32
NOVEMBER 2013 8.37
DESEMBER 2013 8.38
JANUARI 2014 8.22
FEBRUARI 2014 7.75
MARET 2014 7.32
APRIL 2014 7.25
MEI 2014 7.32
JUNI 2014 6.70
JULI 2014 4.53
AGUSTUS 2014 3.99
SEPTEMBER 2014 4.53
OKTOBER 2014 4.83
NOVEMBER 2014 6.23
146
DESEMBER 2014 8.36
JANUARI 2015 6.96
FEBRUARI 2015 6.29
MARET 2015 6.38
APRIL 2015 6.79
MEI 2015 7.15
JUNI 2015 7.26
JULI 2015 7.26
AGUSTUS 2015 7.18
SEPTEMBER 2015 6.83
OKTOBER 2015 6.25
NOVEMBER 2015 4.89
DESEMBER 2015 3.35
JANUARI 2016 4.14
FEBRUARI 2016 4.42
MARET 2016 4.45
APRIL 2016 3.60
MEI 2016 3.33
JUNI 2016 3.45
JULI 2016 3.21
AGUSTUS 2016 2.79
SEPTEMBER 2016 3.07
OKTOBER 2016 3.31
NOVEMBER 2016 3.58
DESEMBER 2016 3.02
Sumber: Statistik BI dan OJK yang telah diolah
d. Pendapatan Nasional (PDB)
BULAN/TAHUN PENDAPATAN NASIONAL
JANUARI 2011 575285.58
FEBRUARI 2011 582934.54
MARET 2011 590511.08
APRIL 2011 598015.19
MEI 2011 605446.88
JUNI 2011 612806.13
JULI 2011 625262.82
AGUSTUS 2011 628599.84
SEPTEMBER 2011 627987.04
147
OKTOBER 2011 615399.62
NOVEMBER 2011 612905.80
DESEMBER 2011 612480.78
JANUARI 2012 613986.93
FEBRRUARI 2012 617802.73
MARET 2012 623790.54
APRIL 2012 635282.20
MEI 2012 643115.18
JUNI 2012 650621.32
JULI 2012 662766.97
AGUSTUS 2012 665894.64
SEPTEMBER 2012 664970.69
OKTOBER 2012 651846.47
NOVEMBER 2012 648930.78
DESEMBER 2012 648074.96
JANUARI 2013 648746.80
FEBRUARI 2013 652409.89
MARET 2013 658532.01
APRIL 2013 670925.91
MEI 2013 679106.54
JUNI 2013 686886.65
JULI 2013 699238.44
AGUSTUS 2013 702488.36
SEPTEMBER 2013 701608.60
OKTOBER 2013 688830.26
NOVEMBER 2013 685517.83
DESEMBER 2013 683902.41
JANUARI 2014 682392.19
FEBRUARI 2014 685364.62
MARET 2014 691227.90
APRIL 2014 704253.90
MEI 2014 712694.98
JUNI 2014 720823.01
JULI 2014 734000.03
AGUSTUS 2014 737480.43
SEPTEMBER 2014 736626.25
OKTOBER 2014 723595.83
NOVEMBER 2014 719953.74
DESEMBER 2014 717858.32
148
JANUARI 2015 715130.65
FEBRUARI 2015 717762.75
MARET 2015 723575.70
APRIL 2015 737090.39
MEI 2015 745874.37
JUNI 2015 754448.54
JULI 2015 768341.30
AGUSTUS 2015 772349.54
SEPTEMBER 2015 772001.66
OKTOBER 2015 759779.95
NOVEMBER 2015 756358.14
DESEMBER 2015 754218.51
JANUARI 2016 750217.41
FEBRUARI 2016 752999.86
MARET 2016 759422.23
APRIL 2016 775081.45
MEI 2016 784585.93
JUNI 2016 793532.62
JULI 2016 801921.51
AGUSTUS 2016 809752.60
SEPTEMBER 2016 817025.90
OKTOBER 2016 7982414.00
NOVEMBER 2016 7947604.00
DESEMBER 2016 7925753.00
Sumber: (www.bps.co.id) data yang telah diolah
2. Variabel Dependen
a. Deposito Mudharabah Berjangka
JANGKA WAKTU BULAN/TAHUN DEPOSITO
MUDHARABAH
1 BULAN JANUARI 2011 32013.00
1 BULAN FEBRUARI 2011 33128.00
1 BULAN MARET 2011 33834.00
1 BULAN APRIL 2011 33587.00
1 BULAN MEI 2011 35958.00
1 BULAN JUNI 2011 37987.00
1 BULAN JULI 2011 37579.00
1 BULAN AGUSTUS 2011 39501.00
1 BULAN SEPTEMBER 2011 43442.00
149
1 BULAN OKTOBER 2011 42836.00
1 BULAN NOVEMBER 2011 44169.00
1 BULAN DESEMBER 2011 50336.00
1 BULAN JANUARI 2012 50522.00
1 BULAN FEBRRUARI 2012 49208.00
1 BULAN MARET 2012 51048.00
1 BULAN APRIL 2012 46209.00
1 BULAN MEI 2012 46979.00
1 BULAN JUNI 2012 48224.00
1 BULAN JULI 2012 47728.00
1 BULAN AGUSTUS 2012 48306.00
1 BULAN SEPTEMBER 2012 47890.00
1 BULAN OKTOBER 2012 51016.00
1 BULAN NOVEMBER 2012 53335.00
1 BULAN DESEMBER 2012 53700.00
1 BULAN JANUARI 2013 55495.00
1 BULAN FEBRUARI 2013 58560.00
1 BULAN MARET 2013 63343.00
1 BULAN APRIL 2013 61529.00
1 BULAN MEI 2013 64071.00
1 BULAN JUNI 2013 63787.00
1 BULAN JULI 2013 63583.00
1 BULAN AGUSTUS 2013 66903.00
1 BULAN SEPTEMBER 2013 69106.00
1 BULAN OKTOBER 2013 68957.00
1 BULAN NOVEMBER 2013 72773.00
1 BULAN DESEMBER 2013 74880.00
1 BULAN JANUARI 2014 74880.00
1 BULAN FEBRUARI 2014 74711.00
1 BULAN MARET 2014 468.00
1 BULAN APRIL 2014 81064.00
1 BULAN MEI 2014 95304.00
1 BULAN JUNI 2014 93407.00
1 BULAN JULI 2014 94333.00
1 BULAN AGUSTUS 2014 99936.00
1 BULAN SEPTEMBER 2014 94681.00
1 BULAN OKTOBER 2014 101648.00
1 BULAN NOVEMBER 2014 99898.00
1 BULAN DESEMBER 2014 103100.00
150
1 BULAN JANUARI 2015 99543.00
1 BULAN FEBRUARI 2015 92513.00
1 BULAN MARET 2015 90984.00
1 BULAN APRIL 2015 91527.00
1 BULAN MEI 2015 91803.00
1 BULAN JUNI 2015 88725.00
1 BULAN JULI 2015 90051.00
1 BULAN AGUSTUS 2015 92682.00
1 BULAN SEPTEMBER 2015 92409.00
1 BULAN OKTOBER 2015 94840.00
1 BULAN NOVEMBER 2015 95044.00
1 BULAN DESEMBER 2015 95816.00
1 BULAN JANUARI 2016 102.66
1 BULAN FEBRUARI 2016 101.66
1 BULAN MARET 2016 98.57
1 BULAN APRIL 2016 100.54
1 BULAN MEI 2016 100.50
1 BULAN JUNI 2016 98.46
1 BULAN JULI 2016 102.02
1 BULAN AGUSTUS 2016 102.35
1 BULAN SEPTEMBER 2016 103.80
1 BULAN OKTOBER 2016 112101.00
1 BULAN NOVEMBER 2016 109442.00
1 BULAN DESEMBER 2016 109417.00
3 BULAN JANUARI 2011 5927.00
3 BULAN FEBRUARI 2011 5695.00
3 BULAN MARET 2011 7014.00
3 BULAN APRIL 2011 7564.00
3 BULAN MEI 2011 7071.00
3 BULAN JUNI 2011 6948.00
3 BULAN JULI 2011 7889.00
3 BULAN AGUSTUS 2011 7500.00
3 BULAN SEPTEMBER 2011 8248.00
3 BULAN OKTOBER 2011 9803.00
3 BULAN NOVEMBER 2011 10630.00
3 BULAN DESEMBER 2011 10629.00
3 BULAN JANUARI 2012 10983.00
3 BULAN FEBRRUARI 2012 10536.00
3 BULAN MARET 2012 10441.00
151
3 BULAN APRIL 2012 10104.00
3 BULAN MEI 2012 10645.00
3 BULAN JUNI 2012 10797.00
3 BULAN JULI 2012 11991.00
3 BULAN AGUSTUS 2012 12029.00
3 BULAN SEPTEMBER 2012 13533.00
3 BULAN OKTOBER 2012 14642.00
3 BULAN NOVEMBER 2012 15788.00
3 BULAN DESEMBER 2012 17653.00
3 BULAN JANUARI 2013 18747.00
3 BULAN FEBRUARI 2013 19078.00
3 BULAN MARET 2013 20333.00
3 BULAN APRIL 2013 20647.00
3 BULAN MEI 2013 23233.00
3 BULAN JUNI 2013 22635.00
3 BULAN JULI 2013 22121.00
3 BULAN AGUSTUS 2013 20959.00
3 BULAN SEPTEMBER 2013 19581.00
3 BULAN OKTOBER 2013 20601.00
3 BULAN NOVEMBER 2013 19657.00
3 BULAN DESEMBER 2013 18202.00
3 BULAN JANUARI 2014 18202.00
3 BULAN FEBRUARI 2014 19418.00
3 BULAN MARET 2014 20252.00
3 BULAN APRIL 2014 20887.00
3 BULAN MEI 2014 13334.00
3 BULAN JUNI 2014 15247.00
3 BULAN JULI 2014 14759.00
3 BULAN AGUSTUS 2014 13177.00
3 BULAN SEPTEMBER 2014 17320.00
3 BULAN OKTOBER 2014 19933.00
3 BULAN NOVEMBER 2014 20417.00
3 BULAN DESEMBER 2014 20615.00
3 BULAN JANUARI 2015 19908.00
3 BULAN FEBRUARI 2015 17568.00
3 BULAN MARET 2015 18947.00
3 BULAN APRIL 2015 18530.00
3 BULAN MEI 2015 15624.00
3 BULAN JUNI 2015 19335.00
152
3 BULAN JULI 2015 20256.00
3 BULAN AGUSTUS 2015 18481.00
3 BULAN SEPTEMBER 2015 19534.00
3 BULAN OKTOBER 2015 18516.00
3 BULAN NOVEMBER 2015 19138.00
3 BULAN DESEMBER 2015 23383.00
3 BULAN JANUARI 2016 18.59
3 BULAN FEBRUARI 2016 19.55
3 BULAN MARET 2016 22.05
3 BULAN APRIL 2016 20.52
3 BULAN MEI 2016 23.70
3 BULAN JUNI 2016 26.37
3 BULAN JULI 2016 22.89
3 BULAN AGUSTUS 2016 24.37
3 BULAN SEPTEMBER 2016 27.19
3 BULAN OKTOBER 2016 23628.00
3 BULAN NOVEMBER 2016 25945.00
3 BULAN DESEMBER 2016 30095.00
6 BULAN JANUARI 2011 2340.00
6 BULAN FEBRUARI 2011 2157.00
6 BULAN MARET 2011 2966.00
6 BULAN APRIL 2011 3078.00
6 BULAN MEI 2011 3304.00
6 BULAN JUNI 2011 3558.00
6 BULAN JULI 2011 4368.00
6 BULAN AGUSTUS 2011 4961.00
6 BULAN SEPTEMBER 2011 3549.00
6 BULAN OKTOBER 2011 5070.00
6 BULAN NOVEMBER 2011 5721.00
6 BULAN DESEMBER 2011 4186.00
6 BULAN JANUARI 2012 4094.00
6 BULAN FEBRRUARI 2012 4565.00
6 BULAN MARET 2012 4435.00
6 BULAN APRIL 2012 4883.00
6 BULAN MEI 2012 3815.00
6 BULAN JUNI 2012 3800.00
6 BULAN JULI 2012 4013.00
6 BULAN AGUSTUS 2012 4304.00
6 BULAN SEPTEMBER 2012 5029.00
153
6 BULAN OKTOBER 2012 5549.00
6 BULAN NOVEMBER 2012 5968.00
6 BULAN DESEMBER 2012 6421.00
6 BULAN JANUARI 2013 6288.00
6 BULAN FEBRUARI 2013 6379.00
6 BULAN MARET 2013 6127.00
6 BULAN APRIL 2013 6261.00
6 BULAN MEI 2013 6423.00
6 BULAN JUNI 2013 6229.00
6 BULAN JULI 2013 6184.00
6 BULAN AGUSTUS 2013 7315.00
6 BULAN SEPTEMBER 2013 7948.00
6 BULAN OKTOBER 2013 8120.00
6 BULAN NOVEMBER 2013 6424.00
6 BULAN DESEMBER 2013 6601.00
6 BULAN JANUARI 2014 6601.00
6 BULAN FEBRUARI 2014 5794.00
6 BULAN MARET 2014 5751.00
6 BULAN APRIL 2014 4845.00
6 BULAN MEI 2014 4745.00
6 BULAN JUNI 2014 5034.00
6 BULAN JULI 2014 5052.00
6 BULAN AGUSTUS 2014 4043.00
6 BULAN SEPTEMBER 2014 5564.00
6 BULAN OKTOBER 2014 6355.00
6 BULAN NOVEMBER 2014 7835.00
6 BULAN DESEMBER 2014 6402.00
6 BULAN JANUARI 2015 5189.00
6 BULAN FEBRUARI 2015 4532.00
6 BULAN MARET 2015 5764.00
6 BULAN APRIL 2015 6539.00
6 BULAN MEI 2015 5758.00
6 BULAN JUNI 2015 5358.00
6 BULAN JULI 2015 4877.00
6 BULAN AGUSTUS 2015 4719.00
6 BULAN SEPTEMBER 2015 5791.00
6 BULAN OKTOBER 2015 6308.00
6 BULAN NOVEMBER 2015 6332.00
6 BULAN DESEMBER 2015 6098.00
154
6 BULAN JANUARI 2106 5.90
6 BULAN FEBRUARI 2016 6.96
6 BULAN MARET 2016 6.70
6 BULAN APRIL 2016 7.43
6 BULAN MEI 2016 6.92
6 BULAN JUNI 2016 7.02
6 BULAN JULI 2016 6.79
6 BULAN AGUSTUS 2016 6.42
6 BULAN SEPTEMBER 2016 8.88
6 BULAN OKTOBER 2016 7554.00
6 BULAN NOVEMBER 2016 8711.00
6 BULAN DESEMBER 2016 9531.00
12 BULAN JANUARI 2011 3883.00
12 BULAN FEBRUARI 2011 3514.00
12 BULAN MARET 2011 3585.00
12 BULAN APRIL 2011 3562.00
12 BULAN MEI 2011 3515.00
12 BULAN JUNI 2011 3561.00
12 BULAN JULI 2011 4000.00
12 BULAN AGUSTUS 2011 3772.00
12 BULAN SEPTEMBER 2011 4065.00
12 BULAN OKTOBER 2011 4430.00
12 BULAN NOVEMBER 2011 4772.00
12 BULAN DESEMBER 2011 5609.00
12 BULAN JANUARI 2012 5898.00
12 BULAN FEBRRUARI 2012 6292.00
12 BULAN MARET 2012 6109.00
12 BULAN APRIL 2012 6673.00
12 BULAN MEI 2012 6226.00
12 BULAN JUNI 2012 6001.00
12 BULAN JULI 2012 5987.00
12 BULAN AGUSTUS 2012 7116.00
12 BULAN SEPTEMBER 2012 7053.00
12 BULAN OKTOBER 2012 7269.00
12 BULAN NOVEMBER 2012 7296.00
12 BULAN DESEMBER 2012 6953.00
12 BULAN JANUARI 2013 6749.00
12 BULAN FEBRUARI 2013 6545.00
12 BULAN MARET 2013 6615.00
155
12 BULAN APRIL 2013 6839.00
12 BULAN MEI 2013 7014.00
12 BULAN JUNI 2013 7020.00
12 BULAN JULI 2013 7472.00
12 BULAN AGUSTUS 2013 7211.00
12 BULAN SEPTEMBER 2013 7158.00
12 BULAN OKTOBER 2013 7320.00
12 BULAN NOVEMBER 2013 7643.00
12 BULAN DESEMBER 2013 7285.00
12 BULAN JANUARI 2014 7285.00
12 BULAN FEBRUARI 2014 7615.00
12 BULAN MARET 2014 10228.00
12 BULAN APRIL 2014 8927.00
12 BULAN MEI 2014 5752.00
12 BULAN JUNI 2014 5348.00
12 BULAN JULI 2014 5209.00
12 BULAN AGUSTUS 2014 4945.00
12 BULAN SEPTEMBER 2014 4529.00
12 BULAN OKTOBER 2014 4081.00
12 BULAN NOVEMBER 2014 5280.00
12 BULAN DESEMBER 2014 5486.00
12 BULAN JANUARI 2015 5683.00
12 BULAN FEBRUARI 2015 5345.00
12 BULAN MARET 2015 5288.00
12 BULAN APRIL 2015 5203.00
12 BULAN MEI 2015 4686.00
12 BULAN JUNI 2015 5292.00
12 BULAN JULI 2015 5209.00
12 BULAN AGUSTUS 2015 5224.00
12 BULAN SEPTEMBER 2015 5180.00
12 BULAN OKTOBER 2015 5225.00
12 BULAN NOVEMBER 2015 5408.00
12 BULAN DESEMBER 2015 5354.00
12 BULAN JANUARI 2016 5.44
12 BULAN FEBRUARI 2016 5.29
12 BULAN MARET 2016 5.68
12 BULAN APRIL 2016 5.84
12 BULAN MEI 2016 5.79
12 BULAN JUNI 2016 5.88
156
12 BULAN JULI 2016 5.97
12 BULAN AGUSTUS 2016 6.20
12 BULAN SEPTEMBER 2016 6.50
12 BULAN OKTOBER 2016 4824.00
12 BULAN NOVEMBER 2016 6337.00
12 BULAN DESEMBER 2016 6588.00
> 12 BULAN JANUARI 2011 28.00
> 12 BULAN FEBRUARI 2011 2.00
> 12 BULAN MARET 2011 36.00
> 12 BULAN APRIL 2011 33.00
> 12 BULAN MEI 2011 3.00
> 12 BULAN JUNI 2011 31.00
> 12 BULAN JULI 2011 32.00
> 12 BULAN AGUSTUS 2011 34.00
> 12 BULAN SEPTEMBER 2011 46.00
> 12 BULAN OKTOBER 2011 45.00
> 12 BULAN NOVEMBER 2011 45.00
> 12 BULAN DESEMBER 2011 45.00
> 12 BULAN JANUARI 2012 50.00
> 12 BULAN FEBRUARI 2012 52.00
> 12 BULAN MARET 2012 48.00
> 12 BULAN APRIL 2012 50.00
> 12 BULAN MEI 2012 47.00
> 12 BULAN JUNI 2012 66.00
> 12 BULAN JULI 2012 1.00
> 12 BULAN AGUSTUS 2012 1.00
> 12 BULAN SEPTEMBER 2012 1.00
> 12 BULAN OKTOBER 2012 1.00
> 12 BULAN NOVEMBER 2012 85.00
> 12 BULAN DESEMBER 2012 5.00
> 12 BULAN JANUARI 2013 5.00
> 12 BULAN FEBRUARI 2013 6.00
> 12 BULAN MARET 2013 5.00
> 12 BULAN APRIL 2013 76.00
> 12 BULAN MEI 2013 5.00
> 12 BULAN JUNI 2013 6.00
> 12 BULAN JULI 2013 6.00
> 12 BULAN AGUSTUS 2013 6.00
> 12 BULAN SEPTEMBER 2013 6.00
157
> 12 BULAN OKTOBER 2013 101.00
> 12 BULAN NOVEMBER 2013 6.00
> 12 BULAN DESEMBER 2013 5.00
> 12 BULAN JANUARI 2014 5.00
> 12 BULAN FEBRUARI 2014 6.00
> 12 BULAN MARET 2014 5.00
> 12 BULAN APRIL 2014 5.00
> 12 BULAN MEI 2014 1.00
> 12 BULAN JUNI 2014 7.00
> 12 BULAN JULI 2014 4.00
> 12 BULAN AGUSTUS 2014 5.00
> 12 BULAN SEPTEMBER 2014 11.00
> 12 BULAN OKTOBER 2014 26.00
> 12 BULAN NOVEMBER 2014 13.00
> 12 BULAN DESEMBER 2014 25.00
> 12 BULAN JANUARI 2015 30.00
> 12 BULAN FEBRUARI 2015 23.00
> 12 BULAN MARET 2015 24.00
> 12 BULAN APRIL 2015 42.00
> 12 BULAN MEI 2015 20.00
> 12 BULAN JUNI 2015 24.00
> 12 BULAN JULI 2015 28.00
> 12 BULAN AGUSTUS 2015 27.00
> 12 BULAN SEPTEMBER 2015 15.00
> 12 BULAN OKTOBER 2015 13.00
> 12 BULAN NOVEMBER 2015 13.00
> 12 BULAN DESEMBER 2015 96.00
> 12 BULAN JANUARI 2016 100.00
> 12 BULAN FEBRUARI 2016 96.00
> 12 BULAN MARET 2016 10.00
> 12 BULAN APRIL 2016 19.00
> 12 BULAN MEI 2016 10.00
> 12 BULAN JUNI 2016 15.00
> 12 BULAN JULI 2016 10.00
> 12 BULAN AGUSTUS 2016 17.00
> 12 BULAN SEPTEMBER 2016 17.00
> 12 BULAN OKTOBER 2016 13.00
> 12 BULAN NOVEMBER 2016 20.00
> 12 BULAN DESEMBER 2016 15.00
158
Lampiran 2 : Uji Normalitas
Uji Normalitas
100
80
60
40
20
0
-20000 0 20000 40000 60000 80000
Lampiran 3 : Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas
DEPOSITO
_MDHRBH
BAGI_HASIL
BI_RATE
INFLASI
PDB
DEPOSITO_
MDHRBH
1.000000
0.063987
0.081275
0.127825
0.106192
BAGI_HASIL
0.063987
1.000000
0.127531
0.160872
-0.265048
BI_RATE
0.081275
0.127531
1.000000
0.619957
-0.452416
INFLASI
0.127825
0.160872
0.619957
1.000000
-0.276215
PDB
0.106192
-0.265048
-0.452416
-0.276215
1.000000
Series: Residuals
Sample 2011M01 2040M12 Observations 360
Mean -6.47e-12
Median -8777.358 Maximum 84131.94
Minimum -30852.08
Std. Dev. 26017.51
Skewness 1.869425 Kurtosis 5.515163
Jarque-Bera 304.5755
Probability 0.000000
159
Lampiran 4 : Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
3.183916 Prob. F(14,345)
0.0001
Obs*R-squared 41.19089 Prob. Chi-Square(14) 0.0002
Lampiran 5 : Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 899.6869 Prob. F(2,353) 0.0000
Obs*R-squared 300.9582 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Lampiran 6 : Uji Breusch-Godfrey setelah di diferensiasi
Hasil Uji Breusch-Godfrey setelah di diferensiasi
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH
Method: Least Squares
Date: 04/06/18 Time: 20:41
Sample (adjusted): 2011M02 2016M12
Included observations: 359 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4233.410 6436.185 -0.657751 0.5111
DEPOSITO_MUDHARABAH(-1) 0.901563 0.022327 40.37973 0.0000
BAGI_HASIL 188.7166 208.3774 0.905648 0.3657
BI_RATE 34.62696 948.4693 0.036508 0.9709
INFLASI 186.4853 452.4719 0.412148 0.6805
PENDAPATAN_NASIONAL 0.001729 0.000466 3.708945 0.0002
160
Lampiran 7 : Common Effect
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/07/18 Time: 12:09
Sample: 2011M01 2016M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 360
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 6.134286 -1.430127 0.1536
BAGI_HASIL? 0.248121 0.059701 4.156061 0.0000
BI_RATE? -0.338209 0.259934 -1.301133 0.1941
INFLASI? 0.543254 0.127000 4.277574 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL? 0.868352 0.379574 2.287703 0.0227
R-squared 0.105083 Mean dependent var
7.435968
Adjusted R-squared 0.094999 S.D. dependent var 3.285684
S.E. of regression 3.125721 Akaike info criterion 5.130998
Sum squared resid 3468.397 Schwarz criterion 5.184972
Log likelihood -918.5797 Hannan-Quinn criter. 5.152459
F-statistic 10.42121 Durbin-Watson stat 0.181652
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 8 : Fixed Effect Model
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH?
Method: Pooled Least Squares
Date: 04/07/18 Time: 12:10
Sample: 2011M01 2016M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 360
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 3.505822 -2.502355 0.0128
BAGI_HASIL? 0.248121 0.034120 7.272037 0.0000
BI_RATE? -0.338209 0.148556 -2.276648 0.0234
INFLASI? 0.543254 0.072582 7.484654 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL? 0.868352 0.216931 4.002891 0.0001
Fixed Effects (Cross) _1 BULAN—C 2.769986 _3 BULAN—C 1.364790 _6 BULAN—C 0.300594
_12 BULAN—C 0.346790
_>12 BULAN—C -4.782160
161
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.710990 Mean dependent var 7.435968
Adjusted R-squared 0.704403 S.D. dependent var 3.285684
S.E. of regression 1.786389 Akaike info criterion 4.022952
Sum squared resid 1120.106 Schwarz criterion 4.120104
Log likelihood -715.1313 Hannan-Quinn criter. 4.061581
F-statistic 107.9362 Durbin-Watson stat 0.562482
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 9 : Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 183.966920 (4,351) 0.0000
Cross-section Chi-square 406.896813 4 0.0000
Lampiran 10 : Random Effect Model
Dependent Variable: DEPOSITO_MUDHARABAH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/07/18 Time: 12:17
Sample: 2011M01 2016M12
Included observations: 72
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 360
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 3.729970 -2.351978 0.0192
BAGI_HASIL? 0.248121 0.034120 7.272037 0.0000
BI_RATE? -0.338209 0.148556 -2.276648 0.0234
INFLASI? 0.543254 0.072582 7.484654 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL? 0.868352 0.216931 4.002891 0.0001
Random Effects (Cross) _1 BULAN--C
2.754929
_3 BULAN--C 1.357371 _6 BULAN--C 0.298960
_12 BULAN--C 0.344905
_>12 BULAN--C -4.756165
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 2.847712 0.7176
162
Idiosyncratic random 1.786389 0.2824
Weighted Statistics
R-squared 0.264435 Mean dependent var 0.548236
Adjusted R-squared 0.256147 S.D. dependent var 2.071250
S.E. of regression 1.786389 Sum squared resid 1132.871
F-statistic 31.90556 Durbin-Watson stat 0.556144
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.105083 Mean dependent var 7.435968
Sum squared resid 3468.397 Durbin-Watson stat 0.181652
Lampiran 11 : Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 4 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Lapiran 12 : Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian
Fixed Effects (Cross) Coefficient
_1 BULAN—C 2.769986
_3 BULAN—C 1.364790
_6 BULAN—C 0.300594
_12 BULAN—C 0.346790
_≥12 BULAN—C -4.782160
163
Lampiran 13 : Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.772809 3.505822 -2.502355 0.0128
BAGI_HASIL 0.248121 0.034120 7.272037 0.0000
BI_RATE -0.338209 0.148556 -2.276648 0.0234
INFLASI 0.543254 0.072582 7.484654 0.0000
PENDAPATAN_NASIONAL 0.868352 0.216931 4.002891 0.0001
164
Lampiran 14 : Tabel Presentase Distribusi F untuk α = 0,05
165
Lampiran 15 : Tabel t