Pengantar Kerangka Berpikir Ilmiah_2
-
Upload
basri-b-djmocasares -
Category
Documents
-
view
136 -
download
15
description
Transcript of Pengantar Kerangka Berpikir Ilmiah_2
Pengantar Kerangka Berpikir Ilmiah
(disusun oleh: cilie’)
Pengantar Kerangka Berpikir Ilmiah
A. Tinjauan Teori
1. Arti Pikiran dan Berpikir
a. Arti Pikiran
Manusia bukanlah wujud spiritual murni, tetapi merupakan perpaduan antara wujud
jasmani dan rohani. Karena itu ia memerlukan sarana material untuk dapat
menangkap pikiran. Kita tidak mungkin dapat memahami pikiran seseorang jika
tidak diwujudkan dalam bentuk ucapan, tulisan, dan isyarat. Isyarat adalah
perkataan yang dipadatkan, karena itu isyarat adalah perkataan jugai.
Perkataan merupakan susunan kata yang mewakili maksud tertentu yang lengkapii.
Sehingga pikiran merupakan hasil berpikir; ingatan; akal; gagasan; angan-angan;
niat; maksudiii.
b. Arti Berpikir
Dalam Psychology and life bahwa berpikir merupakan manipulasi atau organisasi
unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak
perlu langsung melakukan kegiatan yang tampakiv. Menurut Taylor bahwa Thinking
is a inferring processv. Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti
berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan internalvi.
c. Tujuan Berpikir
Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka: (1) mengambil
keputusan, (2) memecahkan masalah, dan (3) menghasilkan yang baru (creativity)vii.
d. Cara Berpikir dan jenis-jenis pemikiran
Secara garis besar ada 2 (dua) macam berpikir, yakni: (1) berpikir autistic, dan (2)
berpikir realisticviii. Menurut Floyd L. Ruch bahwa untuk jenis berpikir realistic
terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu: (1) berpikir deduktif, (2) berpikir induktif, dan (3)
berpikir evaluative.
Dengan berpikir autistic, orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup
sebagai gambar-gambar fantastic. Sedangkan berpikir realistic atau disebut juga
nalar, ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Berpikir deduktif/deduksi merupakan cara berpikir dari pernyataan yang bersifat
umum, menuju kesimpulan yang bersifat khususix.
Berpikir induktif/induksi merupakan cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individualx.
Berpikir evaluative ialah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya
suatu gagasan. Hal ini berarti berpikir evaluative dilakukan menurut kriteria
tertentuxi.
Berpikir inferensial adalah …
Berpikir kreatif adalah think which produce new methods, new concepts, new
understanding, new invention, new work of art (James C. Coleman & Coustance L.
Hammen. 1974: 254)xii. Berpikir kreatif setidaknya harus memenuhi 3 syarat, yaitu
(1) kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru; (2) memecahkan
persoalan secara realistis; (3) adanya usaha untuk mempertahankan insight yang
orisinil, menilai, dan mengembangkannya sebaik mungkin (MacKinno).
Jenis-jenis pemikiran terbagi atas beberap macam, yaitu:
1) Intuitive mind
Intuitive mind merupakan gaya pemikiran yang mengutamakan pendekatan
coba-coba dalam menguji berbagai pemecahan masalah.
2) Systematic mind
Systematic mind merupakan pemikiran yang menyukai pemecahan masalah
dengan menstrukturkannya ke dalam pengertian beberapa metode atau
pendekatan, yang apabila diikuti secara menyeluruh akan mengarah pada
pemecahan yang dapat diterima.
3) Perceptive mind
Perceptive mind adalah pemikiran yang cenderung memusatkan perhatian pada
hubungan antar unsur data di dalam memperoleh dan memproses informasi, dan
yang selalu berupaya menangkap “gambaran besar” dari masalah.
4) Receptive mind
Perceptive mind merupakan pemikiran yang cenderung tenggelam di dalam rinci
data, dan kemudian mencoba mencari pemecahan masalah dengan
menggunakan sejumlah besar informasi rinci.
e. Akal dan Hati Nurani (Qalbu)
1) Akal
Menurut KBBI (2005: 18) bahwa akal merupakan daya pikir/upaya (untuk
memahami sesuatu). Hal ini berarti bahwa akal berfungsi untuk menguraikan
informasi yang diterimanya, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan kembali
informasi tersebut, serta berbagai fungsi lainnya sehubungan dengan struktur
otak. System komunikasi interpersonal yang meliputi sensasi, persepsi, memori,
dan berpikir, merupakan sebagian kecil fungsi yang dimiliki oleh otak (alat
berdayaupaya) manusia, sehingga potensi akal manusia akan berbanding lurus
dengan fungsi yang dimiliki otak tersebut berdasarkan bagian-bagian pada otak
manusia.
Akal memiliki keterbatasan (kemampuan), setidaknya hal ini dapat
ditinjau dari potensi yang dimiliki akal –dapat dilihat dari struktur otak manusia,
dimana tiap bagiannya memiliki fungsinya masing-masing-, yang mampu saling
berhubungan satu sama lain. Untuk aspek memori, sebagaimana John Griffith,
ahli matematika, menyatakan bahwa kemampuan memori manusia secara rata-
rata sebesar 1011. Sedangkan menurut John Von Neuman, ahli teori informasi,
berdasarkan hasil perhitungannya menyatakan bahwa kemampuan memori
manusia secara rata-rata sebesar 2,8 x 1020 (280 kuintiliun) bit.
Pada aspek berpikir, manusia memiliki keterbatasan dalam berpikir. Hal ini
termaktub dalam kitab Al-Quran, yang tertulis bahwa”
“dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" QS. Al Israa’ ayat (85).
Berdasarkan keterangan di atas, maka diketahui bahwa akal manusia tidak
mampu memikirkan tentang Zat-Nya, sehingga berimplikasi pada
ketidakmampuan manusia menghadirkan sensasi maupun persepsi secara
konkret tentang Zat-Nya.
2) Hati Nurani (Qalbu)
Di dalam jiwa manusia dirasakan ada suatu kekuatan yang berfungsi untuk
memperingatkan, mencegah dari perbuatan yang buruk. Atau sebaliknya
kekuatan tersebut mendorong terhadap perbuatan yang baik. Ada perasaan tidak
senang apabila sedang mengerjakan sesuatu karena tidak tunduk kepada
kekuatan. Apabila telah menyelesaikan perbuatan jelek/buruk/menyimpang,
mulailah kekuatan tersebut memarahinya dan merasa menyesal atas perbuatan
itu.
Hati nurani yang kita rasakan memerintahkan kepada kita supaya melakukan
kewajiban dan memperingatkan kita agar jangan sampai menyalahinya. Hati
nurani yang memerintahkan agar menetapi kewajiban, bukan karena balasan
dan siksaan kecuali ganjaran dirinya dengan merasa gembira dan siksaan dirinya
karena merasa tercela dan menyesalxiii.
Pada hati nurani, terdapat potensi yang dimilikinya, yaitu keimanan,
kesadaran, kecerdasan, perasaan, dan iradah/kehendak.
Dalam hati nurani terdapat istilah yang biasa dikenal dengan nama insting atau
naluri, dimana naluri merupakan respon tertentu yang ditimbulkan oleh situasi
tertentu.
Ciri-ciri dari naluri, yaitu: (1) seketika dan sempurna, tidak berubah, dapat
diperkirakan; (2) bersifat tetap, terbatas, tidak dapat disesuaikan dengan situasi
yang lain.
2. Arti Kata dan Bahasa
a. Arti kata
Dalam pandangan logika, “kata” memiliki beberapa pengertian, yaitu:
1) Positif, negative, dan privative
2) Universal, particular, singular, dan kolektif
3) Konkret dan abstrak
4) Mutlak dan relative
5) Univok, equivok, dan analog
6) Bermakna dan tak berbermakna
b. Arti kalimat
Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang memiliki
sekurang-kurangnya subjek (S) dan predikat (P), jika tidak mempunyai S dan P,
pernyataan itu bukanlah kalimat, melainkan frase. Kalimat bagi seorang pembaca
ialah kesatuan kata yang mengadung makna/pikiran, sedangkan bagi seorang
penulis, kalimat adalah satu kesatuan pikiran/makna yang diungkapkan dalam
kesatuan kataxiv.
Kalimat efektif, yaitu kalimat yang menimbulkan daya khayal pada pembaca,
minimal mendekati apa yang dipikirkan penulis. Syarat kalimat efektif, yaitu:
1) Penekanan adalah upaya memberi tekanan pada kalimat merupakan upaya
menonjolkan/mementingkan pikiran pokok.
2) Kesejajaran ialah menempatkan gagasan yang sama penting dan fungsinya ke
dalam struktur kebahasaan yang sama.
3) Kehematan berarti penghematan kata, frase, atas struktur lain yang dianggap
tidak perlu dalam kalimat. Kehematan dapat dilakukan dengan cara:
penghematan subjek, penghilangan hiponimi, penghilangan kata depan dari dan
daripada, penyingkatan kata, penyingkatan ungkapan, penyingkatan kalimat.
4) Keterbacaan ialah derajat kemudahan sebuah tulisan untuk mudah dipahami
maksudnya. Semakin tinggi keterbacaan akan semakin mudah tulisa dipahami.
c. Arti bahasa
Bahasa adalah bentuk lahiriah dari pikiran. Menurut Ernest Cassirer menyatakan
bahwa selain merupakan wadah-wadah pikiran kita, bahasa juga dapat membentuk
pikiran itu. Selain sebagai alat control pikiran, bahasa juga merupakan sumber
mengenai isi pikiran dan cara kita berpikir.
Bahasa senantiasa mengandaikan adanya pengertian.
1) Fungsi bahasa
Adapun fungsi bahasa, yaitu: (1) untuk mengkomunikasikan informasi (fungsi
informative); (2) untuk mengekspresikan perasaan-perasaan atau
membangkitkan perasaan-perasaan tertentu (fungsi ekspresif); (3) untuk
menyebabkan terjadinya suatu tindakan yang baik dan mencegah terjadinya
suatu tindakan yang jahat (fungsi direktif).
2)
d. Relasi bahasa dan pikiran
3. Arti pengertian dan definisi
a. Arti pengertian
b. Arti definisi
Kata definisi berasal dari bahasa latin definition, yang berarti pembatasan. Definisi
mempunyai tugas khusus, yaitu menjelaskan arti kata-kata atau term-term. Jika
demikian, definisi dapat dijelaskan sebagai susunan kata yang digunakan untuk
menetapkan arti bagi suatu kata atau bagi suatu grup kata.
Pada dasarnya setiap definisi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu definiendum dan
definies. Definiendum adalah kata atau grup kata yang didefinisikan. Definiens
adalah kata atau susunan kata yang mendefinisikan.
Adapun beberapa macam definisi yang umumnya telah diketahui, yaitu:
1) Beberapa Macam definisi
a) Definisi stipulatif
Suatu definisi stipulatif menetapkan arti untuk suatu kata baru. Ini
mencakup penciptaan suatu kata baru atau pemberian suatu arti baru untuk
suatu kata yang lama. Biasanya, tujuan suatu definisi stipulatif ialah
menggantikan suatu ungkapan yang lebih kompleks dengan suatu ungkapan
yang lebih sederhana.xv
b) Definisi leksikal
Suatu definisi leksika dipakai untuk melaporkan arti yang sudah dimiliki oleh
suatu kata dalam suatu bahasa. Definisi-definisi diksioner atau yang terdapat
dalam kamus merupakan contoh-contoh definisi leksikal.
c) Definisi yang tepat/yg menegaskan
Tujuan dari suatu definisi yang tepat adalah mengurangi ketidakjelasan arti
suatu kata. Suatu definisi yang tepat berbeda dengan suatu definisi stipulatif
dalam hal bahwa definisi stipulatif mencakup suatu penetapan arti yang
secara murni arbiter, sedangkan penetapan arti dalam suatu definisi yang
tepat tidak arbitrer.
Definisi ini dimaksudkan untuk memperjelas muatan makna sebuah konsep
tertentu. Jadi, definisi ini menghilangkan kekaburan, mempertegas dan
menjelaskan batas dari muatan-makna.
d) Definisi teoritis/analitik
Suatu definisi teoritis menetapkan arti bagi suatu kata dengan mengusulkan
suatu teori yang memberikan suatu ciri tertentu bagi suatu entitas yang
ditunjuk oleh kata itu. Suatu definisi teoritis memberikan kita cara untuk
memandang atau mengerti suatu entitas dengan konsekuensi-konsekuensi
deduktif, merangsang penelitian lebih jauh yang dihasilkan berdasarkan
penerimaan suatu teori yang menetukan entitas-entitas itu.
Definisi jenis ini dibuat dengan maksud untuk mengungkapkan ciri-ciri yang
secara teoritis memadai dari sebuah objek tertentu.
Definisi yang analitik harus memenuhi tolak ukur kesetaraan, mampu
menyatakan karakteristik esensial, menjelaskan sifat, rumusan tak berbelit-
belit, rumusan positif, bukan rumusan rakitan.
e) Definisi persuasive
Tujuan dari suatu definisi persuasive adalah menggerakkan sikap
mendukung atau tidak mendukung apa yang ditunjukkan oleh definiendum.
Definisi ini dibuat dengan maksud untuk mempengaruhi sikap terhadap
suatu konsep tertentu.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, dibagian metodologi penelitian terdapat
suatu istilah definisi yang dikenal dengan nama definisi operasaional. Definisi
operasional menetapkan arti suatu kata dengan menentukan prosedur-prosedur
eksperimental tertentu yang menentukan berlaku atau tidaknya kata itu untuk
barang tertentu. Definisi operasional dipakai untuk menjabarkan konsep-konsep
yang telatif abstrak pada dataran realitas empiris. Dengan kata lain, bahwa
definisi operasional “concept” atau “construct” merupakan suatu definisi yang
menyatakan secara jelas dan akurat mengenai bagaimana suatu “concept” atau
“construct” tersebut diukurxvi.
Suatu definisi berdasarkan genus dan differentia specifia menetapkan arti suatu
kata dengan mengidentifikasi suatu term genus dan satu atau lebih kata yang
membedah, yang ketika dikombinasikan, menyampaikan arti kata yang
didefinisikan
Relevansi definisi adalah menetapkan batasan luasan dari muatan makna,
memberi suatu landasan sehingga konsep dapat diukur secara empirik.
Taxonomy definisi bertujuan memberi pemahaman tentang konsep yang lebih
kompleks dengan menggunakan definisi-definisi konsep yang lebih sederhana.
2) Penyusunan definisi
Penyusunanxvii definisi terbagi atas 2 (dua) cara, yaitu:
a) Definisi nominal
Penyusunan defisini nominal dapat dilakukan dengan menggunakan salah
satu dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu: asal usul (etimologis), terjemahan, atau
padanannya.
Suatu definisi etimologis menetapkan arti suatu kata dengan menyingkap
asal usul kata itu, baik dari bahasanya sendiri, maupun dari bahasa lain.
Definisi etimologis mempunya 2 kepentingan khusus, yaitu (1) definisi
etimologis dari suatu kata seringkali menyampaikan arti mendasar dari kata
itu, yang semua arti lain terkait berasal. (2) definisi etimologis
memungkinkan orang memiliki akses pada suatu keseluruhan konstelasi dari
kata-kata yang terkait.
b) Definisi formal
Penyusunan definisi formal berdasarkan per-genus et diferentia, dimana kata
diklasifikasikan ke dalam genus, kemudian ditunjukkan ciri pembedanya.
3) Syarat berdefinisixviii
Agar pembuatan definisi terhindar dari kekeliruan, maka perlu diperhatikan
patokannya, sebagai berikut:
a) Defisi tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi kata yang
didefinisikan
b) Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan
c) Definisi tidak boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan
d) Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif
4. Arti Ilmiah/Keilmuan
a. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni
tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan
terhadapnyaxix. “Ketidakraguan” merupakan syarat mutlak bagi jiwa untuk dapat
dikatakan “mengetahui”. Pengetahuan sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu”
kenyataan sesuatu.
Terdapat macam-macam pengetahuan menurut polanya, yaitu:
1) Tahu bahwa
2) Tahu bagaimana
3) Tahu akan/mengenai
4) Tahu mengapa
Adapun klasifikasi pengetahuan berdasarkan kriteria karakteristiknya, yaitu:
1) Pengetahuan inderawi
2) Pengetahuan akal budi
3) Pengetahuan intuitif
4) Pengetahuan otoritatif
Sebagaimana uraian Inuxx, bahwa yang benar adalah pengetahuan akal itu disebut
ilmu yang kemudian untuk membahasnya disebut logika, pengetahuan budi itu
disebut moral yang kemudian untuk membahasnya disebut etika, pengetahuan
indrawi itu disebut seni yang untuk membahasnya disebut estetika.
Berikut klasifikasi pengetahuan atas dasar jenis pengetahuan yang dibangun,
yaitu:
1) Pengetahuan biasa
2) Pengetahuan ilmiah
3) Pengetahuan filsafat
4) Pengetahuan agama
Klasifikasi pengetahuan berdasarkan sarananya, yaitu:
1) Pengetahuan non-ilmiah merupakan hasil pemahaman manusia tentang sesuatu
dalam kehidupan sehari-hari melalui indera.
2) Pengetahuan ilmiah merupakan hasil pemahaman manusia dengan
menggunakan metode ilmiah (seperti: analitiko-sintesis, non-deduksi, siklus-
empirik, dan linear)
b. Pengalaman
c. Teori
Teori hanyalah model suatu bagian terbatas dari jaga raya dan seperangkat aturan
yang menghubungkan kuantitas dalam model itu dengan menghasilkan pengamatan
yang kita buat.
Syarat teori (jika disebut teori yang baik)xxi, yaitu;
1) Harus memberikan dengan cermat sekolompok besar pengamatan atas dasar
suatu model yang harus mengadung beberapa unsur secara arbitres;
2) Harus membuat ramalan yang pasti mengenai hasil pengamatan di masa depan.
d. Ilmu
Ilmu menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh
pengetahuan. Dengan kata lain bahwa ilmu (science) merupakan akumulasi
pengetahuan yang menjelaskan hubungan (korelasi atau kausalitas) yang tersusun
secara sistematik, rasional, logis, metodik, dan ditemukan secara empiric melalui
penelitian.
Tujuan dari ilmu yaitu adanya pengetahuan (knowledge), hadirnya kebenaran
(truth), adanya pemahaman (understanding, comprehension), adanya penjelasan
(explanation), peramalan (prediction), pengendalian (control), dan penerapan
(application, invention, production).
Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu a
posteriori dan kelompok ilmu a priorixxii.
Ilmu a posteriori adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari pengalaman
inderawi, seperti ilmu meniteni/mengamati. Ilmu meniteni merupakan ilmu yang
mengamati sesuatu dari gejala yang diberikan oleh alam, biasanya berdasarkan
pengalaman yang berulang-ulang. Ilmu ini berangkat dari kejelian orang-orang
dalam mengamati kejadian-kejadian dalam kehidupan maupun peristiwa di alam.
Ilmu a priori adalah ilmu-ilmu yang tidak kita peroleh dari pengalaman dan
percobaan, tetapi bersumber pada akal itu sendiri.
Terdapat beberapa ciri-ciri dari ilmu, yaitu:
1) Empiris (berdasarkan pengamatan)
2) Sistematis (tersusun secara teratur)
3) Objektif (bebas dari prasangka perseorangan)
4) Analitis
5) Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)
6) Faktual (tidak memberikan penilaian baik-buruk)
7) Instrumental (sarana melakukan sesuatu)
e. Paradigma
Paradigma merupakan cara melihat dan memahami realitas. Paradigma merupakan
jendela pemahaman, dimana tercakup berbagai wawasan.
5. Pembelajaran kognitif
Menurut Benjamin S. Bloomxxiii bahwa pembelajaran kognitif dapat diurut sebagai
berikut:
a. Pengetahuan atau pengenalan seperti mengingat informasi, fakta terminology,
rumus (sehingga dengan demikian kita akan mengidentifikasi, memilih, menyebut
nama, dan membuat daftar, sebagai tingkat yang paling rendah)
b. Pemahaman seperti menjelaskan pengetahuan/informasi yang diketahui dengan
kata-kata sendiri (sehingga dengan demikian kita akan membedakan, menjelaskan,
menyimpulkan, merangkum, dan memperkirakan sebagai tingkat selanjutnya)
c. Penerapan seperti penggunaan dan penerapan informasi kedalam situasi konteks
yang baru (sehingga dengan demikian akan menghitung, mengembangkan,
menggunakan, memodifikasi dan mentransfer sebagai tingkat berikutnya)
d. Analisis seperti memisahkan, membedakan komponen-komponen atau elemen-
elemen, suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan kesimpulan (sehingga dengan
demikian akan dibuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan ke
dalam bagian-bagian pada tingkat seterusnya)
e. Sintesis seperti mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam suatu kesatuan
atau struktur yang lebih besar (sehingga dengan demikian akan membentuk,
mendesain, memformulasikan dan membuat prediksi sebagai tingkat yang lebih
tinggi)
f. Evaluasi seperti membuat penilaian dan keputusan tentang suatu ide, gagasan
penemuan dalil, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu
(sehingga dengan demikian kita akan membuat kritik, penilaian, perbandingan dan
evaluasi sebagai tingkat terakhir).
6. Landasan Penelaahan Ilmu
a. Ontologi = tahu
b. Epistemologi = mengerti
1) Istilah lain Epistemologi
Terdapat beberapa istilah lain epistemology, yaitu: kriteriologi, kritika
pengetahuan, gnoseologia, dan logika material.
Untuk kriteriologi; menetapkan benar/tidaknya pikiran atau pengetahuan
berdasarkan ukuran tentang kebenaran. Sedangkan untuk kritika
pengetahuan; tinjauan secara mendalam untuk menentukan benar/tidaknya
pengetahuan manusia. Pada gnoseologia merupakan usaha untuk memperoleh
hakikat pengetahuan yang bersifat keilahian. Dan logika material merupakan
usaha menetapkan kebenaran suatu isi pemikiran.
2) Ciri-ciri Epistemologi
a) Bersifat sentral; posisi antara subjektif dan objektif
b) Landasan bagi segenap tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari
c) Dasar bagi pengembangan pemikiran ilmiah
d) Jembatan antara alam keharusan (das sollen) yang bersifat kejiwaan dan
alam empiric (das sein) yang bersifat inderawi.
3) Cara Berpikir rasional
Terdapat beberapa cara dalam berpikir rasional, yaitu:
a) Logis
Berpikir logis berarti mengetahui sistematikanya, yang terdiri dari proposisi,
premis, konklusi, dan silogismenya.
b) Dialektis
c) Taksonomis
d) Simbolis
e) Intuitif; pengetahuan yang bersifat segera.
Karakteristik intuisi, yaitu:
(1) Capat/spontan/tidak direncanakan
(2) Transparan/jernih
(3) Durasi waktu
(4) Akumulasi pengalaman
4) Isme-isme dalam Epistemologi
a) Realism; kebenaran terletak pada objek yang real.
b) Idealism; kebenaran terletak pada pikiran manusia
c) Subjektivisme; pengetahuan ada pada diri subjek.
d) Objektivisme; pengetahuan timbul karena ada objek yang dipersepsi
manusia.
e) Rasionalisme; sumber kebenaran ada pada rasio
f) Empirisme; sumber kebenaran ada pada pemgalaman
c. Aksiologi = paham
B. Ruang Lingkup dan Aliran-aliran Filsafat
C. Sarana Berpikir Ilmiah
1. Bahasa ilmiah
2. Matematika
Matematika adalah ilmu mengenai pola keteraturan dan urutan yang logis. Matematika
mempelajari bilangan, kemungkinan, alogaritma, dan perubahan. Matematika
merupakan ilmu yang berintikan logika, sehingga …
3. Statistika
Penelitian ilmiah merupakan investigasi sistematik, terkendali, bersifat empiric, serta
kritis mengenai fenomena alami yang dibimbing teori dan hipotesis mengenai
hubungan-hubungan yang diduga sebelumnya mengenai fenomena tersebutxxiv.
4. Logika
D. Metode Ilmiah
1. Kefilsafatan (filsafat)
Menurut KBBI (2005: 317) menyatakan bahwa fisalfat adalah pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya. Filsafat juga dikenal dengan asumsi yang mendasari alam pikiran atau suatu
kegiatan. Sehingga filsafat merupakan ilmu yang berintikan logika (teori penyimpulan),
estetika (teori keindahan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), dan epistemology
(teori pengetahuan).
Sebagaimana diketahui bahwa filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani,
philosophia, dimana philos berarti cinta dan sophia berarti kearifan. Sehingga kearifan
atau kebijaksanaan tidak terbatas pada dimensi tertentu dari filsafat. Sedangkan secara
terminologis, filsafat berarti suatu sikap; motode berpikir; kelompok masalah;
kelompok teori; analisis kritis bahasa & pengertian; serta pemahaman yang
komprehensif.
Oleh karena itu, filsafat dulu dipahami sebagai suatu pemikiran yang mencakup apa-apa
yang sekarang kita kenal sebagai ilmu. Jadi filsafat berarti kajian atau penciptaan
tentang teori mengenai hakikat “sesuatu”.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semua yang ada di alam raya ini akan
dapat kita ketahui, sehingga berfilsafat mendorong kita untuk mengetahui apa yang
telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui.
Karakteristik berpikir filsafati, yaitu:
a. Radikal; Mendasar berarti membongkar tempat berpijak secara fundamental
b. Kritis berarti tanggap terhadap persoalan yang berkembang.
c. Rasional berarti sejauh mana dapat dijangkau akal manusia
d. Reflektif berarti mencerminkan pengalaman pribadi
e. Konseptual berarti hasil konstruksi pemikiran
f. Konsisten berarti berpikir lurus/tidak berlawanan
g. Sistematis berarti saling berkaitan
h. Metodis berarti ada cara untuk memperoleh kebenaran
i. Komprehensif; Menyeluruh berarti memandang “sesuatu” dari berbagai dimensi
j. Bebas dan bertanggungjawab.
2. Ilmiah
Berikut jenis-jenis metode ilmiah secara umum, yaitu:
a. Deduksi; menarik kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan ketentuan umum
b. Induksi; menarik kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan pengamatan hal-hal
khusus.
c. Analisis seperti memisahkan, membedakan komponen-komponen atau elemen-
elemen, suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan kesimpulan (sehingga dengan
demikian akan dibuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan ke
dalam bagian-bagian pada tingkat seterusnya)
d. Sintesis seperti mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam suatu kesatuan
atau struktur yang lebih besar (sehingga dengan demikian akan membentuk,
mendesain, memformulasikan dan membuat prediksi sebagai tingkat yang lebih
tinggi)
e. Evaluasi seperti membuat penilaian dan keputusan tentang suatu ide, gagasan
penemuan dalil, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu
(sehingga dengan demikian kita akan membuat kritik, penilaian, perbandingan dan
evaluasi sebagai tingkat terakhir).
Terdapat dua Metode penyelidikan ilmiah, yaitu
a. Metode siklus-empirik (ilmu kealaman)
b. Metode linear (ilmu social)
E. Kebenaran Ilmiah
1. Arti benar (kebenaran)
Benar merupakan persesuaian antara pikiran dan kenyataanxxv.
Ukuran kebenaran terdiri dari: (1) sesuai tidaknya proposisi-proposisi itu dengan
kenyataan sesungguhnya; (2) adanya persesuaian atau tidak adanya pertentangan dalam
dirinya.
Sebagaimana diketahui bahwa penilaian seseorang bersifat nisbih, relative, dan terbatas,
bergantung kepada ketajaman dan kesesuaianNya mengenai sifat dan hakikat,…yang
bersangkutan.
Kita bebas memiliki asumsi, opini, persepsi, atau keyakinan yang berbeda. Tapi sebuah
kebenaran adalah hakiki, tidak dapat berubah ataupun diubah, kita mungkin saja
memiliki berbagai sudut pandang. Namun, kebenaran adalah fakta yang objektif dan
berasal dari sumber yang tak terbatas.
2. Sifat dasar kebenaran ilmiah
a. Struktur yang rasional-logis
Bahwa kebenaran ilmiah selalu dicapai berdasarkan kesimpulan yang logis dan
rasional dari proposisi atau premis-premis tertentu. Proposisi ini dapat saja berupa
teori atau hokum ilmiah yg sudah terbukti benar dan diterima sebagai benar atau
dapat pula mengungkap data atau fakta baru tertentu. Kebenaran ilmiah bersifat
ilmiah, berarti yang dapat menggunakan akal budinya secara baik, bisa memahami
kebenaran ilmiah ini. Atas dasar ini, kebenaran ilmiah kemudian dianggap sebagai
kebenaran yang berlaku universal.
b. Isi empiris
Sifat empiris dari kebenaran ilmiah mau mengatakan bahwa bagaimana pun juga
kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada.
c. Dapat diterapkan (pragmatis)
Sifat pragmatis terutama mau menggabungkan kedua sifat kebenaran di atas. Dalam
arti kalau sebuah pernyataan dianggap benar secara logis dan empiris, pernyataan
tersebut juga harus berguna dalam kehidupan manusia, yaitu berguna untuk
membantu manusia memecahkan berbagai persoalan dalam hidup manusia.
3. Teori Kebenaran
a. Teori Kebenaran Korespondensi
Teori Kebenaran Korespondensi merupakan kebenaran yang sesuai antara
pernyataan dengan fakta di lapanganxxvi.
b. Teori Kebenaran Koherensi
Teori Kebenaran Koherensi adalah kebenaran atas hubungan antara dua
pernyataanxxvii.
c. Teori Kebenaran Pragmatis
Teori Kebenaran Pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi
saja.xxviii
d. Teori Kebenaran Performative
e. Teori Kebenaran Sintaksis
Teori Kebenaran Sintaksis adalah kebenaran yang berangkat dari tata bahasa yang
melekatxxix.
f. Teori Kebenaran Semantic
g. Teori Kebenaran Non-deskripsi
h. Teori Kebenaran logic dan empiris
i. Teori Kebenaran paradigmatic
Teori Kebenaran paradigmatic merupakan kebenaran yang berubah pada berbagai
ruang dan waktu, jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk kategori waktu)
dan pada tempat tertentu ( untuk kategori ruang).
j. Teori Kebenaran proposisi
4. …
F. Sesat Pikir
Sesat pikir (fallacio, Latin atau fallacy, Inggris) adalah kekeliruan penalaran yang
disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan melanggar ketentuan-
ketentuan logika atau susunan dan penggunaan bahasa serta penekanan kata yang secara
sengata atau tidak, telah menyebabkan pertautan atau asosiasi gagasan yang tidak tepatxxx.
Pada umumnya sesat pikir dibagi ke dalam tida jenis, yaitu:
1. Sesat pikir karena bahasa
2. Sesat pikir karena formal
Sesat pikir formal terjadi karena melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi
bentuk (form) penalaran yang sahih
3. Sesat pikir karena material
Sesat pikir material ialah sesat pikir yang terjadi bukan karena bahasa atau bentuk
penalaran yang tidak sahih, melainkan yang terjadi pada meteri atau isi penalaran itu
sendiri.
G. Etika Keilmuan
1. Memiliki tanggung jawab terhadap IPTEK; berarti terjadinya perkembangan dan
senantiasa menghormati martabat manusia.
2. Adanya Sikap ilmiah; berarti bahwa tidak adanya rasa pamrih, bersikap selektif, tidak
puas dan bersikap etis
3. Prostitusi intelektual
H. Penutup
i Drs. H. Mundiri. 2005. Logika. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal. 9. ii Drs. H. Mundiri. 2005. Logika. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal. 9.
iii Departemen Pendidikan Nasional. 2005. KBBI. Edisi ke-3. Balai Pustaka. Jakarta. Hal. 873
iv Jalaluddin Rahmat. 1991. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal.68
v Jalaluddin Rahmat. 1991. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal.68
vi Jalaluddin Rahmat. 1991. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal.68
vii Jalaluddin Rahmat. 1991. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal.68
viii Jalaluddin Rahmat. 1991. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal.69
ix Drs. H. Mundiri. 2005. Logika. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal. 5.
x Drs. H. Mundiri. 2005. Logika. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal. 5.
xi Jalaluddin Rahmat. 1991. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal. ..
xii Jalaluddin Rahmat. 1991. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal. 74
xiii Drs. H.A. Mustofa. 2007. Akhlak tasawuf. Pustaka Setia. Bandung. Hal. 117-118.
xiv Minto rahayu. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Grasindo. Jakarta. Hal. 78-
xv Rafael Raga Maran. Pengantar logika. Grasindo. Hal 35 -
xvi Dr. Asep Hermawan. 2004. Kiat praktis menulis skripsi, tesis. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal. 42
xvii Minto Rahayu. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Hal. 73-73.
xviii Drs. H. Mundiri. 2005. Logika. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal. 39-42
xix Drs. H. Mundiri. 2005. Logika. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal. 5.
xx Inu Kencana Syafiie. 2004. Pengantar Filsafat. PT. Refika Aditama. Bandung. Hal 331-32
xxi Stephen hawking. 1998. Riwayat sang kala. Hal. 11.
xxii Ibid H. Mundiri. Hal. 7.
xxiii
Inu Kencana Syafiie. 2004. Pengantar Filsafat. PT. Refika Aditama. Bandung. Hal 34 xxiv
Dr. Asep Hermawan. 2004. Kiat praktis menulis skripsi, tesis. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal. 6 xxv
Drs. H. Mundiri. 2005. Logika. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal. 10. xxvi
Inu Kencana Syafiie. 2004. Pengantar Filsafat. PT. Refika Aditama. Bandung. Hal 32 xxvii
Inu Kencana Syafiie. 2004. Pengantar Filsafat. PT. Refika Aditama. Bandung. Hal 32 xxviii
Inu Kencana Syafiie. 2004. Pengantar Filsafat. PT. Refika Aditama. Bandung. Hal 33 xxix
Inu Kencana Syafiie. 2004. Pengantar Filsafat. PT. Refika Aditama. Bandung. Hal 33 xxx
Jan hendrik rapar. 1996. Pengantar logika, asas-asas penalaran sistematis. Kanisius. Yogyakarta. Hal 92-95