PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
-
Upload
dinas-perikanan-dan-kelautan-provinsi-jawa-barat -
Category
Documents
-
view
583 -
download
5
Transcript of PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP
IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Dosen Penanggung Jawab
Dr. Hesti Wahyuningsih, S. Pi, M.Si
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si
Ir.Nurmatias, M,Si
Oleh
Tiur Natalia Manalu
120302028
II/B
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat diselesaikan penulisan laporan yang
berjudul “Pengambilan Hipofisa Ikan Mas (Cyprinus carpio)”. Laporan salah
satu syarat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Program Studi Manajemen
Sumber daya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Indra Lesmana, S.Pi,
M.Si, Hesti Wahyuningsih, S.Pi, M.Si dan Riri Ezranetti, S.Pi, M.Si selaku
dosen pembimbing mata kuliah Fisiologi Hewan Air. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada teman, orang tua dan asisten laboratorium.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kita semua. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) ...................................................... 3
2.2 Kelenjar Hipofisa...................................................................... 5
BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat.................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 9
3.3 Prosedur Praktikum .................................................................. 9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................... 10
4.2 Pembahasan .............................................................................. 11
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 14 5.2 Saran ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan
pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 – 1000 meter, suhu
optimum 25-30 oC, pH perairan berkisar antara 7-8. Ikan mas mempunyai daya
adaptasi dan laju pertumbuhan yang tinggi dengan pemberian pakan buatan yang
sesuai. Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah salah satu ikan perairan tawar yang
hidup di danau, sungai yang perairannya tidak dalam, tidak begitu deras dan berair
hangat. Ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk dalam jenis ikan pemakan hewan
dan tumbuhan (omnivora). Ikan mas (Cyprinus carpio) bersifat pemakan jasad
dasar (bottom feeders), hal ini menyebabkan air keruh dan rusaknya pematang
tanah kolam (Antoni, 2012).
Dalam upaya meningkatkan produksi ikan salah satu hambatan yang
sering ditemui adalah tidak mencukupinya benih yang ada. Untuk mengatasi hal
ini dilakukan upaya dalam meningkatkan produksi benih ikan bawal air tawar
dengan menggunakan Hormon Ovaprin sebelum dilakukan teknik induced
spawning. Proses perkembangan gonad dan ovulasi pada ikan diatur oleh sistem
hormon. Hormon estrogen, terutama estradiol 17β mempengaruhi sintesis
vitelogenin di hati dan hormon gonadotropin berfungsi mempercepat proses
kematangan akhir oosit dalam persiapan ovulasi atau pun spermiasi. Agar supaya
ikan mau memijah, maka dalam prosesnya akan lebih baik jika menggunakan
manipulasi hormon yaitu melalui penyuntikan beberapa macam hormon. Hormon-
hormon yang telah dicoba untuk merangsang pemijahan pada ikan baik betina
maupun jantan (Aryanto, dkk., 2013).
Reproduksi pada ikan, sebagaimana pada ikan-ikan yang lain sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan termasuk feromon
diterima oleh sistem syaraf pusat dan dilanjutkan ke hipotalamus. Sel-sel
neuroendokrin pada hipotalamus mensintesis dan mensekresikan gonadotropin
releasing hormone (GnRH) yang akan mengaktivkan hipofisis untuk mensintesis
dan mensekresikan gonadotropin. Gonadotropin diperlukan untuk aktivitas
gametogenesis dan pembentukan hormone-hormon gonad seperti estradiol,
progesterone testosteron dan 11-ketotestosteron. Pada ikan dikenal adanya tiga
macam GnRH, akan tetapi pada kebanyakan ikan hanya satu GnRH yang berperan
dalam sekresi gonadotropin. Gonadotropin yang disekresikan oleh hipofisis
anterior memacusel-sel theca untuk memproduksi testosteron. Testosteron
berdifusi ke sel-sel granulosa dan diaromatisasi menjadi estradiol-17β. Estradiol-
17β dibawa oleh aliran darah menuju hepar untuk memacu organ tersebut
membentuk vitelogenin yaitu prekursor protein yolk (Wijayanti, dkk., 2009).
Hormon atau zat perangsang yang dapat digunakan untuk merangsang
ovulasi pada ikan adalah Antitestosteron, Gonadotropin Releasing Hormon
(GnRH), Dopamin Antagonis, Gonadotropin, Steroid dan Prostaglandin.
Penggunaan hormon sintetis sebagai pengganti kelenjar hipofisa untuk pemijahan
sudah banyak dilakukan. Dalam hal ini penggunaan hormon sintetis mempunyai
beberapa keuntungan yaitu: 1. Selalu tersedia dalam kemasan mantap dan terukur,
2. Tersimpan dengan baik dan aman, 3. Mencegah pembunuhan ikan sebagai
donor, 4. Mengurangi proses koleksi (penggerusan dalam penggunaan hipofisa
ikan), 5. Biaya, waktu dan tempat dapat lebih hemat (Ernawati, 1990). Oleh
karena itu penelitian tentang pemberian rangsangan hormonal terhadap jenis-jenis
ikan yang bernilai ekonomis tinggi sangat perlu dilakukan untuk memperoleh
benih yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya (Ahlina, 2011).
Pada ikan yang telah dewasa, hormon ini diproduksi lebih banyak daripada
ikan yang masih muda dan jumlahnya meningkat pada saat menjelang musim
pemijahan. Hormon yang telah diproduksi dicurahkan langsung ke dalam
pembuluh darah. Melalui sistem sirkulasi darah inilah akhirnya gonadotropin
sampai ke organ sasarannya (gonad). Di sini gonadotropin memainkan aksinya,
yakni menginduksi jaringan gonad dalam memproduksi steroid-steroid kelamin
seperti androgen, estrogen dan progesteron yang secara langsung berperan
terhadap perkembangan gonad. Melihat kenyataan bahwa hipofisa mengandung
hormon gonadotro- pin, para ahli telah tertarik untuk memanfaatkan kelenjar
tersebut sebagai bahan perangsang pemijahan pada ikan. Beberapa percobaan
telah dilakukan dan terbukti bahwa penyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisa dapat
merangsang pematangan gamet (sel kelamin), ovulasi dan pemijahan. Dengan
berhasilnya pemanfaatan hipofisa sebagai bahan perangsang pemijahan, dewasa
ini kelenjar tersebut banyak digunakan orang dalam industri pembenihan
(Sutomo, 1998).
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar
hipofisa ikan terhadap ikan lain yang ingin dipijahkan. Teknik ini telah dikenal
sejak Houssey pada tahun 1931, yang selanjutnya dikembangkan oleh Von Hering
di Brazilia dan dikenal dengan istilah hipofisasi. Hipofisasi adalah teknik yang
dipakai untuk merangsang ikan yang matang kelamin untuk memijah atau ovulasi
dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Namun teknik hipofisasi memiliki
beberapa kelemahan, antara lain: 1) hilangnya ikan donor karena diambil
hipofisanya, 2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan
untuk induksi ovulasi atau pematangan gonad pada ikan sukar dilakukan, 3) tidak
diketahui dengan pasti hormone mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi
dan kematangan gonad dan 4) penyakit dapat menular dengan mudah dari ikan
donor ke ikan resipien (Ahlina, 2011).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Fisiologi Hewan Air ini adalah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis kelenjar Hipofisa pada ikan beserta fungsinya
2. Untuk mengetahui langsung cara kerja pengambilan Hipofisa ikan mas
(Cyprinus carpio) pada bagian kepala di belakang operculum.
3. Untuk memahami langkah-langkah atau metode yang digunakan dalam
pengawetan Hipofisa ikan.
4. Mengetahui kegunaan kelenjar hipofisis dan mampu mengaplikasikan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Manfaat Praktikum
Sebagai syarat masuk dalam mengikuti praktikum Fisiologi Hewan Air
dan sebagai bahan bacaan bagi kalangan yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Menurut Adliah (2012), ikan mas memiliki tubuh agak memanjang dan
memipih tegak (compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat
disembulkan (protaktil). Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Secara
umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Sisik ikan mas
berukuran relative besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid. Selain itu,
tubuh ikan mas juga dilengkapi dengan sirip, sirip punggung (dorsal) berukuran
relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir, yaitu
sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak permukaan sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) yang
terakhir bergerigi. Linnea lateralis (gurat sisi) terletak di pertengahan tubuh,
melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Pharynreal
teeth (gigi kerongkongan) terdiri dari 3 baris yang berbentuk gigi geraham.
Adapun klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Cyprinifarmes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio L.
Garis rusuk (Linea lateralis atau gurat sisi) ikan mas tergolong lengkap,
berada di pertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor. Kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir, tertutup
oleh sisik, sirip dan ekor yang simetris, insang tertutup tutup insang. Warna
tubuhnya bermacam-macam ada yang merah, hijau, biru keperakan, hitam, kuning
muda, coklat keemasan dan berbelang-belang campuran dari beberapa warna.
Sirip Ikan mas (C. carpio) adalah salah satu ikan perairan tawar yang hidup di
danau, sungai yang perairannya tidak dalam, tidak begitu deras dan berair hangat.
Ikan mas (C. carpio) termasuk dalam jenis ikan pemakan hewan dan tumbuhan
(omnivora). Ikan mas (C. carpio) bersifat pemakan jasad dasar (bottom feeders),
hal ini menyebabkan air keruh dan rusaknya pematang tanah kolam. Daerah yang
sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara
150 – 1000 meter, suhu optimum 25-30 oC, pH perairan berkisar antara 7-8. Ikan
mas mempunyai daya adaptasi dan laju pertumbuhan yang tinggi dengan
pemberian pakan buatan yang sesuai (Bagus, 2012).
2.2 Kelenjar Hipofisa
Hipofisa atau kelenjar pituitaria adalah suatu kelenjar endokrin penting
pada semua hewan vertebrata (bertulang belakang). Karena letaknya di bawah
otak, maka kelenjar ini sering disebut sebagai kelenjar bawah otak. Pada ikan,
hipofisa terletak di sebelah belakang "chiasma nervi optici", yakni persilangan
nervus opticus yang menuju ke mata. Bagian adenohipofisa terbagai lagi atas tiga
bagian yaitu proadenohipofisa, mesoadenohipoflsa dan metaadenohipofisa.
Bagian mesoadenohipofisa mampu memproduksi gonadotropin, yakni suatu
hormon yang mempunyai peranan penting dalam sistem reproduksi. Hormon ini
dapat merangsang perkembangan dan pematangan testis dan ovarium. Pada ikan
yang telah dewasa, hormon ini diproduksi lebih banyak daripada ikan yang masih
muda dan jumlahnya meningkat pada saat menjelang musim pemijahan. Hormon
yang telah diproduksi dicurahkan langsung ke dalam pembuluh darah. Melalui
sistem sirkulasi darah inilah akhirnya gonadotropin sampai ke organ sasarannya
(gonad) (Sutomo, 1988).
Kelenjar endokrin sebagai sebuah kelenjar yang tidak memiliki saluran
dan berperan dalam proses sintesa dan kemudian, terhadap stimulasi yang cepat,
melepaskan ke dalam aliran darah sebuah agen kimia atau hormon. Hormon –
hormone yang dihasilkan kelenjar endokrin antara lain: Hipotalamus : untuk
memonitoring dan mengontrol aktivitas tubuh, Pituitary : untuk pertumbuhan dan
menstimulasi tiroid, Tiroid : untuk mengontrol reproduksi, Paratirod : untuk
mengintrol kalsium dan fosfor, Adrenal : untuk merespon stress, Gonad : untuk
mempengaruhi sel kelamin, Pineal : untuk mengontrol rangsangan cahaya,
Pancreas : menghasilkan hormone insulin untuk mensintesa karbohidrat, lemak
dan protein, Timus : untuk kekebalan tubuh. Ikan resipien umum yang digunakan
adalah ikan mas betina yang sudah matang gonad. Tujuan menggunakan ikan mas
karena hipofisa ikan mas bersifat donor universal yang dapat didonorka ke semua
spesies ikan (Ahlina, 2011).
Pembenihan secara intensif biasanya dibantu dengan hormon hipofisa
untuk merangsang pematangan gonad agar lebih cepat matang. Pemijahan dengan
menggunakan teknik hipofisasi adalah pemijahan yang dengan cara penyuntikan
ekstrak kelenjar hipofisa ke induk yang akan dipijahkan, penggunaan ekstrak
kelenjar hipofisa ini lebih diutamakan untuk induk betina sedangkan induk jantan
tidak terlalu membutuhkan. Teknik hipofisasi dilakukan jika pemijahan secara
alami sulit dilakukan. Tujuan penggunaan ekstrak hipofisa ini adalah
mempercepat proses pemijahan, memperkecil resiko gagalnya proses pemijahan
dan merancang terjadinya proses pemijahan sesuai waktu yang diinginkan yaitu
pagi, siang, sore atau malam hari. Dosis 1-1,5 ml/kg ikan artinya 1-1,5 ml ekstrak
kelenjar hipofisa untuk 1 kg induk atau setiap 1 kg induk resipien membutuhkan
1-1,5 kg induk donor. Kelenjar hipofisa dapat diperoleh dari hipofisa ikan mas,
namun apabila menginginkan lebih mudah dapat membeli ekstrak kelenjar
hipofisa yang sudah jadi sehingga kita bisa langsung menggunakan.Ekstrak
hipofisa diambil dari ikan sejenis dan tanpa mempertimbangkan jantan dan betina
(Pusluh, 2012).
Untuk mengambil hipofisa kepala ikan donor terlebih dahulu dipotong.
Metode pengambilannya ada dua cara, pertama melalui bagian atas tulang kepala
(tengkorak). 1) potong tulang kepala bagian atas dengan pisau tajam sepanjang
garis yang bertitik, 2) singkapkan seluruh bagian otak dan potong "notocord" (utat
syaraf tulang belakang) sepanjang garis yang bertitik, 3) angkat bagian ujung
notocord yang terpotong maka akan tampak hipofisa tertinggal di dasar tulang
tengkorak yang berupa tulang rawan. Kedua melalui bagian bawah tulang
tengkorak. 1) kepala dibelah melalui lubang mulut sampai ke bagian belakang, 2)
letakkan kepada bagian atas dengan posisi terbalik, 3) gunting dan pindahkan
jaringan yang lunak dan potong tulang "basioccipital" sepanjang garis bertitik, 4)
gunting jaringan yang terdapat di kedua sisi tulang basioccipital. 5) angkatlah
tulang tersebut. untuk menyingkapkan kelenjar hipofisa (Sutomo, 1988).
Selama pelaksanaan hipofisis, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu persyaratan ikan donor hipofisis, ketepatan dosis ekstrak
hipofisis dan kematangan gonad induk resipien. Ikan donor yang digunakan
haruslah ikan yang sehat dan sudah matang kelamin serta tidak habis memijah.
Hal ini perlu diperhatikan agar kadar hormon gonadotropin yang ada di dalam
kelenjar hipofisis mencukupi untuk mengindukasi maturnasi dan pemijahan. Berat
tubuh ikan donor yang digunakan sekurang-kurangnya sama dengan berat tubuh
ikan resipien. Induk yang siap dipijahkan adalah induk yang telah menyelesaikan
tahap vitelogenesis. Evaluasi perkembangan sel telur pada sat seleksi intuk dapat
dilakukan dengan mengambil sampel sel telur menggunakan kanula dan
mengevaluasi posisi inti sel telur menggunakan larutan penjemih dan diamati di
bawah mikroskop. Induk dengan sebagian sel telur telah memiliki inti dengan
posisi migrasi memiliki peluah terinduksi lebih baik disbending indul dengan inti
seluruh sel telur masih berasa di tengah sel (Wijayanti, 2013).
Hipofisa dapat diawetkan baik dalam keadaan utuh, berbentuk tepung
(powder) ataupun dalam bentuk ekstrak. Hipofisa dalam keadaan utuh dapat
diawetkan dengan alkohol absolut atau aceton. Caranya adalah sebagai berikut :
Setelah hipofisa dikeluarkan dari kepala ikan, kelenjar dibersihkan dengan kertas
hisap. Kemudian di masukkan ke dalam botol kecil yang berisi alkohol atau
aceton. Setiap 24 jam sekali larutan dibuang dan diganti dengan larutan yang baru.
Hal ini diulangi sampai tiga kali agar dehidrasi (penghilangan air) dan
"defattening" (penghilangan lemak) telah sempurna. Setelah itu hipofisa
dipindahkah ke dalam botol gelap yang telah berisi cairan alkohol atau aceton
baru dan di simpan dalam lemari es (refrigerator). Cara pengawetan hipofisa
dalam bentuk ekstrak digunakan larutan gliserin. Metodenya yaitu meliputi
ekstraksi kelenjar dengan air suling, kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol
kecil dan di simpan dalam lemari es selama 24 jam – 48 jam (Sutomo, 1988).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 29 April
2014, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium
Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain baki
sebagai tempat ikan mas pada saat pengamatan, alat bedah untuk membedah
bagian tubuh ikan mas, parang tajam untuk memotong bagian kepala ikan mas,
tissue untuk membersihkan lemak-lemak pada otak, tusuk gigi untuk mengorek
otak ikan mas dan kain serbet untuk membersihkan peralatan yang dipakai.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan mas (Cyprinus
carpio) yang akan diambil kelenjar hipofisanya, larutan alcohol untuk pengawetan
basah hipofisa dan larutan aseton sebagai pengawet kelenjar hipofisis dengan
metode kering.
3.3 Prosedur Praktikum
1. Dipotong kepala ikan mas (Cyprinus carpio) di belakang operculum sampai
tulang vertebrae terputus.
2. secara horizontal dan kepala dibelah bagian atas mata sampai kelihatan
otaknya dengan hati-hati.
3. Dibersihkan lemak yang ada pada otak ikan dengan tissue dan diambil
otaknya dengan tusuk gigi dengan menghadapkan ikan ke atas dan jari
telunjuk dimasukkan kedalam mulut ikan untuk memudahkan kerja.
4. Dibersihkan lagi sisa-sisa lemak dengan tissue dan diambil hipofisa dengan
tusuk gigi secara perlahan dan jagan sampai pecah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambar ikan mas (Cyprinus carpio)
4.1.2 Kepala ikan mas (Cyprinus carpio)
4.1.3 Kelenjar Hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio)
4.1.4 Data morfometrik
No Morfometrik Ukuran
1 Panjang Total (TL) 35 cm
2 Berat 850 gram
Keterangan :
1. Kelenjar hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak di dalam sella
tursika yaitu pada lekukan tulang sfenoid.
2. Kelenjar hipofisa berwarna putih kemerahan dan berbentuk menyerupai
segitiga berpasangan.
3. Praktikum ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) karena hipofisa ikan
tersebut bersifat donor universal yang dapat digunakan oleh semua individu
spesies lain.
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum, pengambilan hipofisa ikan mas dilakukan dengan
cara membelah bagian kepalanya. Pembelahan dilakukan dengan hati-hati agar
otak ikan mas tidak mengalami kerusakan akibat terkena bendatajam. Pada saat
praktikum diketahui bahwa pengambilan kelenjar Hipofisis ikan mas memiliki
keunggulan dan sejumlah manfaat dalam kegiatan budidaya maupun dalam
menambah pengetahuan praktikan. Menurut literatur Ahlina (2011), yang
menjelaskan bahwa tujuan menggunakan ikan mas adalah karena hipofisa ikan
mas bersifat donor universal yang dapat didonorkan ke semua spesies ikan.
kelenjar hipofisis sebagai sebuah kelenjar yang tidak memiliki saluran dan
berperan dalam proses sintesa dan kemudian, terhadap stimulasi yang cepat,
melepaskan ke dalam aliran darah sebuah agen kimia atau hormon. Ikan resipien
umum yang digunakan adalah ikan mas betina yang sudah matang gonad.
Kelenjar hipofisis yang diperoleh dari ikan donor (ikan mas) pada saat
praktikum berasal dari induk ikan mas yang telah matang gonad. Panjang total
ikan mas yang digunakan adalah 35 cm dan bobot tubuh 850 gram. Ciri-ciri ikan
mas matang gonad yang digunakan pada saat praktikum seperti ukuran tubuh atau
panjang total yang lebih besar, seiring dengan perubahan tersebut bobot tubuh
ikan mas juga mengalami peningkatan. Perut ikan mas yang digunakan juga
buncit yang menandakan ciri seksual sekunder yang dimiliki ikan betina pada saat
sedang matang gonad. Sesuai dengan literatur Wijaya (2013), yang menjelaskan
bahwa ikan donor yang digunakan haruslah ikan yang sehat dan sudah matang
kelamin serta tidak habis memijah. Hal ini perlu diperhatikan agar kadar hormon
gonadotropin yang ada di dalam kelenjar hipofisis mencukupi untuk
mengindukasi maturnasi dan pemijahan. Berat tubuh ikan donor yang digunakan
sekurang-kurangnya sama dengan berat tubuh ikan resipien. Induk yang siap
dipijahkan adalah induk yang telah menyelesaikan tahap vitelogenesis. Induk
dengan sebagian sel telur telah memiliki inti dengan posisi migrasi memiliki
peluah terinduksi lebih baik disbending indul dengan inti seluruh sel telur masih
berasa di tengah sel.
Pengambilan hipofisa ikan mas pada saat praktikum dilakukan pada tiga
buah ikan mas indukan yang terjamin kualitas dan kesehatannya. Sebelum
mengambil kelenjar hipofisa tersebut praktikan sudah mengetahui terlebih dahulu
bahwa dalam kelenjer hipofisa tersebut terdapat sejumlah hormon yang digunakan
untuk merangsang pemijahan ikan. Kelenjar hipofisa yang diperoleh berukuran
kecil dan menyerupai segitiga, serta berwarna putih kemerahan. Menurut literature
Ahlina (2011), yang menjelaskan bahwa Pemijahan buatan yaitu dengan cara
penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa ikan terhadap ikan lain yang ingin
dipijahkan. Teknik hipofisasi memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1)
hilangnya ikan donor karena diambil hipofisanya, 2) standarisasi ekstrak kelenjar
hipofisa ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi ovulasi atau pematangan
gonad pada ikan sukar dilakukan, 3) tidak diketahui dengan pasti hormone mana
yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad dan 4) penyakit
dapat menular dengan mudah dari ikan donor ke ikan resipien.
Dalam kegiatan praktikum, alasan penggunaan ikan mas untuk diambil
kelenjar hipofisisnya adalah karena ikan mas bersifat donor universal yang dapat
didonorkan kesemua spesies jenis lainnya. Alat-alat yang digunakan pada saat
pembelahan kepala ikan mas harus terjamin kebersihan dan keselamatan kerjanya.
Pengambilan kelenjar hipofisa yang terdapat di bawah otak ikan mas tidaklah sulit
namun membutuhkan ketrampilan dan keahlian yang khusus. Pengambilan
hipofisa dengan menggunakan tusuk gigi untuk mempermudah pengerikan hingga
diperoleh kelenjar hipofisa ikan mas tersebut. Menurut literature Sutomo (1988),
yang menjelaskan bahwa dalam pengambilan hipofisa kepala ikan donor terlebih
dahulu dipotong. Metode pengambilannya ada dua cara, pertama melalui bagian
atas tulang kepala (tengkorak). 1) potong tulang kepala bagian atas dengan pisau
tajam sepanjang garis yang bertitik, 2) singkapkan seluruh bagian otak dan potong
"notocord" (utat syaraf tulang belakang) sepanjang garis yang bertitik, 3) angkat
bagian ujung notocord yang terpotong maka akan tampak hipofisa tertinggal di
dasar tulang tengkorak yang berupa tulang rawan. Kedua melalui bagian bawah
tulang tengkorak. 1) kepala dibelah melalui lubang mulut sampai ke bagian
belakang, 2) letakkan kepada bagian atas dengan posisi terbalik, 3) gunting dan
pindahkan jaringan yang lunak dan potong tulang "basioccipital" sepanjang garis
bertitik, 4) gunting jaringan yang terdapat di kedua sisi tulang basioccipital. 5)
angkatlah tulang tersebut. untuk menyingkapkan kelenjar hipofisa.
Setelah hipofisa ikan mas diperoleh dari hasil praktikum dapat diawetkan
untuk memperpanjang masa simpannya. Pengawetan kelenjar hipofisa ini dapat
diaplikasikan langsung pada ikan yang mempunyai kemampuan reproduksi
rendah atau dalam kegiatan budidaya untuk mempercepat proses pemijahan ikan
tersebut. Ada beberap cara atau teknik yang biasa digunakan untuk mengawetkan
hipofisa tersebut. Sesuai literatur Sutomo (1988), yang menjelaskan bahwa
hipofisa dapat diawetkan baik dalam keadaan utuh, berbentuk tepung (powder)
ataupun dalam bentuk ekstrak. Hipofisa dalam keadaan utuh dapat diawetkan
dengan alkohol absolut atau aceton. Caranya adalah sebagai berikut : Setelah
hipofisa dikeluarkan dari kepala ikan, kelenjar dibersihkan dengan kertas hisap.
Kemudian di masukkan ke dalam botol kecil yang berisi alkohol atau aceton.
Setiap 24 jam sekali larutan dibuang dan diganti dengan larutan yang baru. Hal ini
diulangi sampai tiga kali agar dehidrasi (penghilangan air) dan "defattening"
(penghilangan lemak) telah sempurna. Setelah itu hipofisa dipindahkah ke dalam
botol gelap yang telah berisi cairan alkohol atau aceton baru dan di simpan dalam
lemari es (refrigerator).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah :
1. Hormon-hormon yang terdapat dalam kelenjar Hipofisis adalah : hipotalamus,
pituitary, tiroid , paratirod, adrenal, pineal, pancreas dan timus.
2. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang telah matang gonad pada saat praktikum
mempunyai panjang total (TL) 35 cm dan bobot tubuh 850 gram, dengan ciri
seksual sekunder ikan mas ditandai dengan bagian perut yang membuncit pada
induk betina.
3. Hipofisa yang diperoleh pada saat praktikum merupakan kelenjar endokrin
yang ditemukan terletak di dalam sella tursika yaitu pada lekukan tulang
sphenoid ikan mas (Cyprinus carpio).
4. Kelenjar hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio) yang ditemukan pada saat
praktikum berwarna putih kemerahan dan berbentuk menyerupai segitiga
berpasangan dan mempunyai tekstur halus dan lembab.
5. Praktikum ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) karena hipofisa ikan
tersebut bersifat donor universal yang dapat digunakan oleh semua individu
spesies lain.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya peralatan dan bahan yang
digunakan harus lengkap dan sesuai dengan prosedur kerja agar pelaksanaan
praktikum dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adliah, N. 2012. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Mas (Cyprinus
carpio) Studi Kasus pada Usaha Limbung Mas Indah, Kelurahan
Kalebajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa. [SKRIPSI] Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Ahlina, H. F. 2011. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim Dan
Prostaglandin F2 Α (Pgf2 Α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan
Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok Hypopthalmus). [SKRIPSI]
Universitas Riau, Pekanbaru.
Antoni, A. 2012. Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Laborarium Kimia Fisik.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Aryanto, A..R., Hafrijal, S dan Nawir, M. 2013. Penggunaan Kombinasi Hormon
Ovaprim Dan Ekstrak Hipofisa Ikan Mas Untuk Merangsang Pemijahan
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma pomum). Universitas Bung Hatta,
Surakarta.
Bagus, H. 2012 . Teknik Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) Dalam Skala
terkontrol. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Niboy. 2011. Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas Setia Budi, Jakarta.
Pusluh, M. 2012. Penyuluhan Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Universitas
Sriwijaya, Palembang.
Sutomo. 1988. Peranan Hipofisa Dalam Produksi Benih Ikan. Jurnal Oseana.
Volume XIII, Nomor 3 : 109 – 123. Oseanografi Lembaga Penelitian
Perikanan Indonesia, Jakarta.
Wijayanti, G.E. 2013. Panduan Teknis Pembenihan Ikan Nilem Secara Intensif.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Wijayanti, G. E., Soeminto dan Sorta, B. I. S. 2009. Profil Hormon Reproduksi
dan Gametogenesis Pada Gurame (Osphronemus Gouramy Lac) Betina.
Jurnal Akuakultur Indonesia. Volume VIII, Nomor 11 : 9737-18095.
Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.