PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
-
Upload
dinas-perikanan-dan-kelautan-provinsi-jawa-barat -
Category
Documents
-
view
609 -
download
12
Transcript of PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH
(Mystacoleucus padangensis)
Dosen Penanggung Jawab
Dr. Hesti Wahyuningsih, S. Pi, M.Si
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si
Ir.Nurmatias, M,Si
Oleh
Tiur Natalia Manalu
120302028
II / B
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan endemik yang
hidup di Danau Singkarak, Sumatera Utara. Introduksi ikan bilih ke Danau Toba,
Sumatera Utara dilakukan setelah ahli peneliti perikanan mempertimbangkan hasil
kajian ikan bilih di habitat aslinya, Danau Singkarak dan hasil kajian yang
dilakukan di Danau Toba sebagai kandidat perairan untuk introduksi ikan bilih.
Walaupun telah dilakukan kajian tentang bioekologi termasuk kesesuaian untuk
pemakanan, pemijahan, asuhan dan pembesaran ikan bilih sampai dengan
kemungkinan dampaknya terhadap populasi ikan asli dan hasil tangkapan tetapi
umumnya masyarakat mempertanyakan keberadaan dan pertumbuhan ikan bilih
yang sangat cepat apakah dapat merusak ekosistem perairan Danau Toba
mengingat ikan bilih bukan spesies ikan asli perairan Danau Toba. Pertanyaan
tersebut muncul akibat sangat terbatasnya informasi bioekologi ikan yang hidup di
perairan Danau Toba. Kajian bioekologi ikan bilih perlu dilakukan agar tercapai
pengelolaannya yang berkelanjutan di perairan Danau Toba (Panjaitan, 2010).
Bentuk badan ikan bilih sangat mirip dengan ikan genggehek (Jawa Barat)
atau wader (Jawa Tengah dan Timur), yaitu Mystacoleucus merginatus yang
banyak terdapat di perairan umum Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Juga mirip
dengan ikan wader cakul (Jawa Tengah dan Timur), beunteur (Jawa Barat) atau
pora-pora (Sumatera Utara), yaitu Pontius binotatus. Karena ikan pora-pora di
Danau Toba tidak pernah tertangkap lagi sejak tahun 1990-an, maka masyarakat
sekitar danau tersebut menyebut ikan bilih sebagai ikan pora-pora. Nama pora-
pora yang sebenarnya adalah ikan bilih terus melekat dan populer sampai
sekarang. Harga ikan bilih yang ekonomis tinggi menjadikan ikan ini sebagai
komoditas ekspor dalam bentuk kering ke negara jiran, Malaysia dan Singapura.
Ikan bilih melakukan reproduksi atau pemijahan dengan mengikuti aliran air di
sungai yang bermuara di danau. Induk jantan dan betina beruaya ke arah sungai
dengan kecepatan arus berkisar antara 0,3-0,6 m/detik dan kedalaman antara 10-
20 cm. Habitat pemijahan adalah perairan sungai yang jernih, dengan suhu air
3
relatif rendah, berkisar 24.0-26.0°C, dasar sungai yang berbatu kerikil dan atau
pasir (Antoni, 2010).
Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab penurunan kepadatan
populasi ikan bilih adalah tingginya tingkat eksploitasi. Tingkat eksploitasi ikan
bilih telah mencapai 77,84% atau 416,90 ton dari stok ikan bilih yaitu 542,46 ton,
batas maksimum eksploitasi 60%. Tingginya tingkat eksploitasi ikan di perairan
dapat dilihat dari ukuran individu ikan yang tertangkap, terutama yang telah ma-
tang gonad, dimana ukurannya semakin kecil dari tahun ke tahun. Semakin tinggi
frekuensi dan intensitas penangkapan ikan betina dalam kondisi matang gonad
atau bertelur, maka penambahan individu baru ke dalam perairan semakin
berkurang. Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan nelayan, juga
menentukan kepadatan populasi ikan di perairan. Jenis alat tangkap yang dominan
digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan adalah jaring insang atau jaring
langli. Ukuran mata jaring yang digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan
ikan bilih terlalu kecil sehingga ikan bilih banyak tertangkap dalam kondisi
bertelur dan pada ukuran ikan pertama kali matang gonad (Panjaitan, 2010).
Pertumbuhan dapat di defenisikan sebagai perubahan ukuran panjang,
berat dan volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya
ditunjukkan dari penambahan panjang dan berat yang biasanya bertujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan ikan di alam. Pola pertumbuhan
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam penentuan
selektivitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran
layak tangkap. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, analisa hubungan
panjang-berat dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang
tertentu dari ikan secara individual atau kelompok individu sebagai suatu petunjuk
tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya. Tampilan
pertumbuhan diperoleh berdasarkan nilai „b‟ yang merupakan slope regresi antara
logaritma hubungan panjang dan berat (Nofrita, dkk., 2013).
Agar kelestarian populasi ikan Bilih tetap terjamin maka dibutuhkan
pengelolaannya. Aspek penting untuk kelestarian populasi ikan Bilih adalah aspek
reproduksi yang merupakan aspek dasar biologi ikan. Keberhasilan reproduksi
ikan akan menunjukkan kelangsungan populasi ikan tersebut dalam lingkungan
4
ikan tersebut. Pengetahuan fekunditas dan indeks gonad somatik (IGS) merupakan
salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana
fekunditas berkaitan erat dengan studi dinamika populasi, produksi serta stock
recruitment, sedangkan nilai IGS digunakan untuk memprediksi kapan ikan
tersebut akan siap dilakukannya pemijahan. Nilai IGS tersebut akan mencapai
batas kisaran maksimum pada saat akan terjadinya pemijahan. Pemijahan sebagai
salah satu bagian dari reproduksi merupakan mata rantai daur hidup yang
menentukan kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung
pada keberhasilan. Ikan Bilih perlu dilestarikan melalui pengelolaan habitat serta
pemanfaatan yang memperhatikan reproduksi ikan Bilih (Patrioni, dkk., 2010).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui secara langsung bagian-bagian (struktur) gonad ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis).
2. Mampu mengamati dan mengidentifikasi telur secara histologi menggunakan
mikroskop.
3. Untuk mengetahui TKG (Tingkat Kematangan Gonad) ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis) berdasarkan hasil identifikasi.
4. Mampu menjelaskan perbedaan ciri dan morfologi gonad ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis) dari tahap awal perkembangan hingga
menjelang pemijahan.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti
praktikum Fisiologi Hewan Air serta sebagai sumber informasi bagi yang
membutuhkan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis)
Menurut Antoni (2010), ciri-ciri morfologi ikan bilih adalah: sirip
punggung mempunyai jari-jari keras (berduri) yang rebah ke muka, kadang
kadang duri ini tertutup oleh sisik sehingga tidak kelihatan jika tidak diraba. Sirip
dubur tidak mempunyai jari-jari keras, hanya terdapat 8-9 jari-jari lemah. Badan
bulat panjang dan pipih, tinggi badan 2-3 cm, panjang badan maksimum 11.6 cm,
sisiknya kecil-kecil dan tipis, terdapat 37-39 baris antara tengah-tengah dasar sirip
punggung dan gurat sisi (lateral line). Tubuh ditutupi oleh sisik yang berwarna
keperak-perakan. Punggung dan ekor bagian sebelah sirip berwarna kehitam-
hitaman. Secara sistematik ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) termasuk ke
dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Mystacoleucus
Species : Mystacoleucus padangensis
Panjang ikan Bilih dewasa berkisar antara 58.00-107.00 mm dengan
panjang rata-rata 89.00 mm. Berat badan ikan bilih sekitar 3.00-10.50 gr dengan
rata-rata 6.80 gr. Tinggi badan rata-rata 18.50 mm dan ekor bertipe “homocercal”.
Jari-jari pada sirip punggung, dada, dan perut masing-masing terdiri dari jari-jari
keras 1 buah dan jari-jari lemah 8-9 buah. Pada garis sisi (linea literalis) terdapat
sisi yang bersifat sikloid sebanyak 35 buah dan di atas garis sisi sebanyak 5 buah.
Sisik daerah perut sampai ekor bagian bawah berwarna putih keperakan.
Sedangkan sisik diatas garis sisi atau bagian punggung berwarna agak gelap
(kecoklatan) (Yanti, 2012).
Perkembangan populasi ikan bilih yang cepat selain didukung oleh
tersedianya makanan alami terutama fitoplankton dan dentritus juga tersedianya
6
daerah pemijahan yang banyak tersebar di muara-muara sungai yang masuk ke
danau. Sesudah masa larva berakhir bentuk ikan hampir serupa dengan induk.
Beberapa bagian tubuhnya meneruskan pertumbuhannya. Pada umumnya
perubahan tadi hanya merupakan perubahan kecil saja seperti panjang sirip dan
kemontokan ikan. Selain itu terdapat pula perubahan yang bersifat sementara
misalnya perubahan yang berhubungan dengan kematangan gonad. Perubahan-
perubahan itu dinamakan pertumbuhan allometrik atau heterogenik. Apabila pada
ikan terdapat perubahan terus menerus secara proporsionil dalam tubuhnya
dinamakan pertumbuhan isometrik atau isogenik (Antoni, 2010).
2.2 Histologi Gonad Ikan Bilih
Histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur dari hewan secara
terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel dan jaringan serta
fungsi-fungsi yang mereka lakukan. Cara pembuatan preparat histologis disebut
mikroteknik. Pembuatan preparat dari suatu jaringan dimulai dengan operasi,
biopsi atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksasi yang
akan menjaga agar preparat tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau
rusak). Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol
(alkohol) bertingkat untuk menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi).
Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol
(dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel
jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang
berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi
keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan
dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer.
Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai (Rafael, 2011).
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya
mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan memiliki
ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya.
Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai
konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang
7
memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar dan kadang-kadang
memerlukan perawatan dari induknya. Perkembangan gonad yang semakin
matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan.
Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad.
Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan vitellogenesis yaitu
terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap individu-individu telur. Hal ini
menyebabkan perubahan-perubahan pada gonad. Umumnya pertambahan berat
gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan
sebesar 5-10% (Antoni, 2010).
Tingkat kematangan gonad adalah tahapan perkembangan gonad sebelum
dan sesudah ikan memijah. Informasi mengenai tingkat kematangan gonad
diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan yang matang gonad dengan ikan
yang belum matang gonad dari stok ikan di perairan, selain itu dapat mengetahui
waktu pemijahan, lama pemijahan dalam setahun, frekuensi pemijahan dan umur
atau ukuran ikan pertama kali matang gonad. Ukuran matang gonad tiap spesies
ikan berbeda-beda dan juga pada spesies yang sama jika tersebar pada lintang
yang berbeda lebih dari lima derajat akan mengalami perbedaan ukuran dan umur
pertama kali matang gonad. Faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan
matang gonad ada dua yaitu faktor luar seperti suhu dan arus serta faktor dalam
seperti umur, jenis kelamin, perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat fisiologis
ikan seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan (Sheima, 2011).
Dalam Biologi Perikanan pencatatan perubahan atau tahap-tahap
kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang
akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan
gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
gonadnya menjadi masak ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri
dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan
menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau
belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali
pemijahannya dalam satu tahun dan sebagainya. Umumnya pertambahan berat
8
gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan
sebesar 5-10% (Yanti, 2012).
Semakin tinggi tingkat perkembangan gonad telur yang terkandung di
dalamnya semakin membesar sebagai hasil dari akumulasi kuning telur, hidrasi,
dan pembentukan butir-butir minyak yang berjalan secara bertahap. Secara garis
besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya
adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai dari ikan menetas
hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai
dewasa dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan
normal. Pada saat menjelang ovulasi akan terjadi peningkatan diameter oosit
karena diisi oleh massa kuning telur yang homogen akibat adanya peningkatan
kadar estrogen dan vitelogenin. Ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan
hidup ikan. Benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai
daya hidup yang lebih tinggi daripada benih ikan yang berasal dari telur yang
berukuran kecil. Hal ini terjadi karena kandungan kuning telur yang berukuran
besar lebih banyak sehingga larva yang dihasilkan mempunyai persediaan
makanan yang cukup untuk membuat daya tahan tubuh yang lebih tinggi
dibanding dengan telur-telur yang berukuran kecil (Sinjali, 2010).
Menurut Diana (2007), pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan membuat irisan gonad dan diamati
struktur histologisnya, melihat morfologi gonad secara visual. Pengamatan
morfologi gonad pada ikan betina berupa: bentuk ovarium, besar-kecilnya
ovarium, pengisian ovarium dalam rongga tubuh, warna ovarium, halus-tidaknya
ovarium, secara umum ukuran telur dalam ovarium, kejelasan bentuk dan warna
telur dengan bagian bagiannya, ukuran (garis tengah) telur, dan warna telur.
Sedangkan untuk ikan jantan yang diamati berupa: bentuk testis, besar-kecilnya
testis, pengisian testis dalam rongga tubuh, warna testis, keluar-tidaknya cairan
dari testis (dalam keadaan segar). Tingkat kematangan gonad (TKG) secara umum
adalah sebagai berikut: TKG I (immature), TKG II (maturing), TKG III (maturing
ripe), TKG IV (ripe), dan TKG V (spent) dengan deskripsi:
9
TKG Tahapan Visual Mikroskopis
I Immature Ovari kecil dan testis 1/3 dari
rongga badan, bentuk telur oval.
Warna ovari merah muda,
transparan, testis keputihan.
Telur kecil, tidak
nampak oleh mata
telanjang, diameter
telur 1-16 µm,
transparan.
II Maturing Ovari kecil dan testis 1/2 dari
rongga badan, memanjang.
Warna ovari merah muda,
transparan, testis keputihan agak
simetris.
Telur tidak tampak
oleh mata telanjang,
telur jernih, ukuran
diameter10-21 µm.
III Maturing Ripe Ovari kecil dan testis 1/2-2/3
dari rongga badan, kanan dan
kiri gonad tidak simetris. Warna
ovari kuning, tampak granula
dan pembuluh darah di
permukaan, testis warna
keputihan.
Telur dapat tampak
buram dan tidak
transparan, ukuran
diameternya antara
29-52 µm.
IV Ripe Ovari dan testis 2/3 sampai
penuh dalam rongga badan,
warna orange-merah muda,
pembuluh darah di permukaan,
testis abu-abu dan lembut.
Telur masak semi
transparan, ukuran
diameternya antara
45-70 µm.
V Spent Ovari dan testis 2/3 sampai
penuh dalam rongga badan,
warna orange-merah muda,
pembuluh darah di permukaan,
testis abu-abu dan lembut.
Telur masak semi
transparan, ukuran
diameternya antara
51- 93 µm.
10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari Senin, 20 Mei
2014, pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Fisiologi Hewan
Air Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah mikroskop
sebagai alat untuk mengamati gonad ikan bilih, objek gelas dan cover gelas
sebagai media sampel gonad, kamera digital sebagai dokumentasi foto hasil
pengamatan mikroskop, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, dan kain
lap/tissue untuk membersihkan peralatan yang dipakai.
Bahan yang digunakan adalah preparat histologi gonad ikan bilih yang
akan diamati.
3.3 Prosedur Praktikum
1. Diambil preparat histologi gonad contoh ikan bilih yang akan diamati dan
diletakkan diatas objek gelas kemudian ditutup dengan cover gelas yang
diberi pewarna.
2. Diberi tanda pada masing-masing preparat untuk membedakan antara gonad
jantan dan betina.
3. Diindentifikasi preparat dengan mata pada lensa okuler mikroskop dan mulai
diamati bentuk gonad contoh tersebut.
4. Diambil foto hasil pengamatan gonad yang ada dimikroskop dengan
menggunakan kamera digital untuk dokumentasi.
5. Ditentukan kematangan Gonad ikan bilih melalui hasil pengamatan.
6. Dicatat perbedaan dari setiap perkembangan gonad yang diperoleh dan
digambarkan.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1. Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis)
Klasifikasi ikan bilih adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Mystacoleucus
Species : Mystacoleucus padangensis
Tabel 1. Gonad Jantan ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
No Gambar Keterangan
1 TKG I
- Sperma masih tampak bening dan
bertekstur halus
- Selnya belum berdiferensiasi
- Pinggiran selnya berbentuk gerigi
12
2 TKG II
- Sel-sel sperma mulai tampak dan
membesar
- Lebih jelas dari TKG I, namun inti
belum tampak jelas
3 TKG III
- Inti sel mulai membesar dan terlihat
dengan jelas
- Mulai terlihat alur-alur di bagaian
dalam sel
4 TKG IV
- Ukuran sel tampak besar
- Alur-alur pada testis semakin jelas dan
nyata
- Ukuran mencapai maksimal
13
Tabel 2. Gonad Betina ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
No Gambar Keterangan
1 TKG 1
- Ovarium masih terlihat polos tanpa inti
- Ukuran gonad kecil
- Berbentuk seperti cairan
2 TKG II
- Ukuran gonad mulai membesar
- Lebih jelas dari TKG I
- Bentuk sel mulai terlihat dan tersusun
3 TKG III
- Inti sel pada gonad sudah terlihat dan
ada yang mulai matang namun
jumlahnya sedikit
- Ukuran belum mencapai maksimal
4 TKG IV
- Gonad membesar mencapai ukuran
maksimal
- Inti sel sudah terlihat jelas dan banyak
yang terlihat matang
- Mulai terlihat rongga-rongga tempat
pelepasan telur
14
4.2 Pembahasan
Pada saat praktikum, pengamatan sampel gonad ikan yang digunakan
adalah sampel gonad ikan bilih yang berasal dari perairan tawar. Untuk
mengetahui tingkat kematangan gonad ikan bilih dilakukan dengan
mengidentifikasi preparat histologi gonadnya dibawah mikroskop. Menurut
literatur Rafael (2011), yang menjelaskan bahwa cara pembuatan preparat
histologis disebut mikroteknik. Pembuatan preparat dari suatu jaringan dimulai
dengan operasi, biopsi atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses
dengan fiksasi yang akan menjaga agar preparat tidak akan rusak (bergeser
posisinya, membusuk, atau rusak). Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam
dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk menghilangkan air dalam jaringan
(dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk
menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah
memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi
jaringan. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai
(Rafael, 2011).
Pengamatan histologi pada saat praktikum menggunakan sampel preparat
gonad ikan bilih karena dalam gonad ikan bilih terjadi perkembangan-
perkembangan sel. Tahap-tahap perkembangan dari setiap sel gonad itu juga yang
akan mempengaruhi fungsi reproduksi ikan bilih dan berpengaruh terhadap
kondisi tubuh ikan. Menurut literatur Antoni (2010), yang menjelaskan bahwa
gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur
pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai
sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan memiliki ukuran dan
jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan
memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari
kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur
sedikit, ukuran butirnya besar dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari
induknya (Antoni, 2010).
Dari hasil pengamatan preparat histologi gonad ikan bilih berasal dari
empat individu jantan dan betina yang terdiri atas tahap perkembangan gonad
awal atau pertama sampai yang terakhir atau yang keempat. Pada gonad ikan bilih
15
yang diamati dibawah mikroskop memiliki bentuk serta ukuran yang berbeda.
Menurut literatur Sheima (2011), yang menyatakan bahwa ukuran matang gonad
tiap spesies ikan berbeda-beda dan juga pada spesies yang sama jika tersebar pada
lintang yang berbeda lebih dari lima derajat akan mengalami perbedaan ukuran
dan umur pertama kali matang gonad. Faktor yang mempengaruhi saat pertama
kali ikan matang gonad ada dua yaitu faktor luar seperti suhu dan arus serta faktor
dalam seperti umur, jenis kelamin, perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat
fisiologis ikan seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Dari hasil pengamatan praktikum juga dapat dilihat perkembangan gonad
ikan bilih berada dalam TKG I, II, III dan IV. Gonad ikan bilih jantan pada tahap
awal atau TKG I memiliki bentuk sperma yang masih tampak bening dan selnya
belum berdiferensiasi dan pada TKG IV ukuran sel telah mencapai maksimal dan
alur-alur pada testis terlihat jelas. Sementara gonad ikan bilih betina pada TKG I
memiliki ovarium yang masih terlihat polos tanpa inti, ukuran gonad kecil serta
berbentuk seperti cairan dan pada TKG IV gonad telah membesar, kebanyakan
telah terlihat matang serta tampak rongga-rongga tempat pelepasan gonad.
Menurut literatur Diana (2007), yang menyatakan bahwa pada TKG I disebut
sebagai tahap immature, dimana jika dilihat pegamatan secara visualis maka akan
tampak ovari kecil dan testis 1/3 dari rongga badan, bentuk telur oval. Sementara
pada TKG IV disebut sebagai tahap Ripe dimana vari dan testis 2/3 sampai penuh
dalam rongga badan, warna orange-merah muda, pembuluh darah di permukaan,
testis abu-abu dan lembut
Hasil pengamatan gonad ikan bilih di laboratorium selain digunakan
sebagai penentu untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan bilih diperairan
juga sebagai menduga biologi reproduksinya. Hal ini sesuai dengan literatur
Natalia (2008), yang menyatakan bahwa pencatatan perubahan atau tahap-tahap
kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang
akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan
gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
gonadnya menjadi masak ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri
dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengamatan histologi pada saat praktikum menggunakan sampel preparat
gonad ikan bilih karena dalam gonad ikan bilih terjadi perkembangan-
perkembangan sel yang akan mempengaruhi fungsi reproduksi ikan bilih dan
berpengaruh terhadap kondisi tubuh.
2. Faktor yang mempengaruhi ikan pertama kali matang gonad yaitu faktor luar
seperti suhu dan arus serta faktor dalam seperti umur, jenis kelamin,
perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat fisiologis ikan seperti kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan.
3. Gonad ikan bilih jantan pada tahap perkembangan awal atau TKG I memiliki
bentuk sperma yang masih tampak bening dan selnya belum berdiferensiasi
dan pada TKG IV ukuran sel telah mencapai maksimal dan alur-alur pada
testis terlihat jelas.
4. Gonad ikan bilih betina pada TKG I memiliki ovarium yang masih terlihat
polos tanpa inti, ukuran gonad kecil serta berbentuk seperti cairan dan pada
TKG IV gonad telah membesar, kebanyakan telah terlihat matang serta
tampak rongga-rongga tempat pelepasan gonad.
5. Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk
mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan
yang tidak dan dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan
didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah atau
sudah selesai memijah.
5.2 Saran
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah
terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar
proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
17
DAFTAR PUSTAKA
Antoni, B. 2010. Biologi Reproduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis).
[Skripsi] Jurusan Biologi Universitas Gunadarma, Bandung.
Diana, E. 2007. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora Argyrotaenia)
Di Sekitar Mata Air Ponggok Klaten Jawa Tengah. [Skripsi] Jurusan
Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Junaidi, E., Enggar, P dan Fifi, S. 2009. Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih
(Mystacoleucus Padangensis Blkr.) yang Masuk ke Muara Sungai
Sekitar Danau Singkarak. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Sriwijaya, Palembang.
Nofrita, H. S., Dahelmi dan H. T., Djong. 2013. Hubungan Tampilan
Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis Blekeer). FMIPA Jurusan Biologi Universitas Bung Hatta,
Padang.
Panjaitan, P. 2010. Kajian Bio-Ekologi Populasi Ikan Bilih di Perairan Danau
Toba. [Jurnal] Visi. Volume XVIII, nomor 2 : 254-261. Fakultas Ilmu
Perikanan dan Kelautan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Pattimura, Ambon.
Patriono, E., Endri, J dan Fifi, S. 2010. Fekunditas Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis Blkr.) di Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurnal
Penelitian Sains. Volume XIII, nomor 3: 55-58. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Rafael, A. 2011. Laporan Akhir Praktikum Histopatologi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu kelautan. Universitas Padjadjaran, Makassar.
Sheima, I. A. P. 2011. Laju Eksploitasi dan Variasi Temporal Keragaan
Reproduksi Ikan Banban (Engraulis Grayi) Betina di Pantai Utara Jawa
Pada Bulan April – September. [Skripsi]. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sinjali, H. J. 2010. Biologi Reproduksi Ikan. [Modul] Program Pascasarjana
Universitas Andalas, Padang.
Yanti, K. 2012. Hubungan Bobot Tubuh dan panjang total Ikan Bilih
(Mystacoleucus padangensis). [Skripsi] Jurusan Biologi Universitas
Gunadarma, Bandung.