Pengamatan gunungapi
-
Upload
panjihidayat -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of Pengamatan gunungapi
Tugas ke- 10
TUGAS VULKANOLOGI
“Pengamatan GunungApi”
Panji Hidayat
270110120004
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013/2014
Pendahuluan
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya
cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan
kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu (1) erupsi pusat, erupsi
keluarmelalui kawah utama; dan (2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya; (3)
erupsicelah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa
kilometer; (4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari
kepundan pusat yangmenyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui
kepundan tersendiri.
Indonesia merupakan negara dengan 129 Gunungapi aktif, pengamatan gunung api
merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan dalam upaya pengurangan risiko bencana erupsi
gunungapi.
Definisi Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan
dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan
suatu penelitian. Ilmu pengetahuan biologi dan astronomi mempunyai dasar sejarah dalam
pengamatan oleh amatir. Di dalam penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.
Cara observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan pedoman
observasi/pedoman pengamatan seperti format atau blangko pengamatan. Format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Setelah itu, peneliti sebagai seorang pengamat tinggal memberikan tanda cek pada kolom
yang dikehendaki pada format tersebut. Orang yang melakukan pengamatan disebut
pengamat.
Pemerintah kita melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
sudah membangun pos pengamatan di beberapa gunung api aktif yang ada di seluruh
Indonesia. Petugas di pos pengamatan bertugas untuk mengamati aktifitas gunung api secara
visual dan berdasarkan data pengukuran (seismisitas, thermal, deformasi, densitas batuan,
gas, dll).
Pada gambar 1 di bawah ini bisa dilihat beberapa jenis pengamatan gunung api.
Semua pengamatan ini perlu dilakukan karena ketika gunung api mengalami erupsi maka
akan ada perubahan yang drastis terhadap semua komponen yang diamati. Karena perubahan
tersebut mengindikasi gunung api akan meletus maka pengamatan tersebut mutlak dilakukan
di setiap gunung api yang ada di Indonesia.
Gambar 1. Beberapa pengamatan gunungapi
Jenis – Jenis Pengamatan
1. Pengamatan Seismmisitas
Seismisitas adalah aktivitas seismik dapat digunakan untuk mengartikan geografi
gempabumi, terutamamagnitudo atau energi dan distribusinya di atas permukaan bumi dan di
bawah permukaan bumi.Pada umumnya, geografi distribusi gempabumiterbukti pada awal
perkumpulan F. de Montessus deBallore. Kata seismisitas dihubungkan terutama dengan
pekerjaan Gutenberg dan Richter (1954) yang klasik.
Seismisitas merupakan ukuran untuk membandingkan aktifitas seismik suatu daerah
dengan daerah lain. Untuk mengetahui distribusizona-zona gempa aktif atau pola
aktifitaskegempaan berdasarkan analisis hubunganfrekuensi-magnitudo dapat diperoleh
dengan cara menggambarkan pola sebaran parameter-parameter seismisitas a & b serta
periode ulangnya, dan melakukan pemetaan kegempaan untuk mengklasifikasikan suatu
daerah dengan daerah lain berdasarkan parameter-parameter seismisitas.
Pengamatan seismisitas gunung api pertama sekali diperkenalkan pada akhir tahun
1970-an melalui publikasi Aki et.al pada tahun 1977. Ketika sebuah gunung api akan meletus
maka akan ada aktifitas seismisitas berupa tremor/getaran-getaran kecil/gempa vulkanik yang
biasanya dirasakan oleh masyarakat yang dekat dengan gunung api. Aktifitas seismisitas ini
meningkat karena peningkatan aktifitas dan tekanan di dapur magma. Peningkatan ini
menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan yang menjadi sumber gempa vulkanik.
Sebelum pengamatan seismisitas ini bisa dilakukan, hal pertama yang harus dilakukan
adalah pemasangan seismometer di sekitar gunung api yang akan diamati. Untuk pengamatan
lebih akurat, harus dipasang lebih dari satu seismometer di setiap gunung api. Di Indonesia,
dari 129 gunung api aktif saat ini sudah dilakukan pengamatan sebanyak 69 gunung api
sisanya mudah-mudahan bisa disegera dilakukan pengamatan (PVMBG). Pengamatan
seismisitas akan menyelamatkan banyak jiwa seperti ketika gunung api Pinatubo di Philipina
erupsi pada tahun 1991.
2. Pengamatan Gas & Thermal
Geothermal merupakan energi panas yang dihasilkan dan tersimpan di bawah
permukaan bumi. Energi ini berasal dari asal pembentukan planet, yaitu peluruhan radioaktif
dari mineral dan aktivitas vulkanik. Akibat perbedaan antara pusat dan permukaan maka
terjadilah konduktivitas dimana energi panas ini bergerak dari pusat ke permukaan, yang
disebut gradient geothermal.
Selain peningkatan seismisitas, peningkatan gas dan thermal (suhu) juga terjadi
apabila sebuah gunung api akan erupsi. Beberapa gas keluar ketika gunung api mau dan
sedang erupsi antara lain; Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide
(H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2). Peningkatan suhu juga bisa teramati dari
mulai mengeringnya sungai dan danau serta perpohonan yang mulai mati di sekitar gunung
api.
Pengukuran untuk gas dan thermal bisa dilakukan secara langsung, namun
pengukuran secara langsung sangat berisiko bagi pengukur. Solusi lain adalah dengan cara
memasang alat pengukuran gas dan thermal di lapangan fumaroel dan datanya terekam secara
terus-menerus dan bisa dikirim secara automatis ke pusat pengamatan. Untuk saat ini
pengukuran kandungan gas juga sudah bisa dilakukan melalui pesawat terbang seperti
gambar (USGS) disamping tulisan ini.
3. Pengamatan Deformasi
Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda
[Kuang,1996]. Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan
kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif.
Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan
dikatakan relatif apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi
(absolut atau relatif).
Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat diperlukan suatu survei,
yaitu survei deformasi dan geodinamika. Survei deformasi dan geodinamika sendiri adalah
survei geodetik yang dilakukan untuk mempelajari fenomena-fenomena deformasi dan
geodinamika. Fenomena-fenomena tersebut terbagi atas 2, yaitu fenomena alam seperti
pergerakan lempengtektonik,aktivitas gunung api, dan lain-lain. Fenomena yang lain adalah
fenomena manusia seperti bangunan, jembatan, bendungan, permukaan tanah, dan
sebagainya.
Ketika gunung api akan meletus (erupsi) akan terjadi peningkatan tekanan di dapur
magma. Peningkatan tekanan di dalam dapur magma ini akan menyebabkan deformasi (naik
dan turun) permukaan gunung api. Deformasi ini bisa diamati menggunakan GPS, Tiltmeter,
dan beberapa peralatan lainnya. Pengamatan deformasi ini akan memberikan informasi
apakah gunung api sedang mengembang (mau2 meletus) atau sedang tidak mengembang
(tidur). Saat ini, beberapa gunung api di kepulauan Jawa dan Bali sudah dilakukan
pengamatan deformasi menggunakan GPS Geodetik L1 & L2.
Pengamatan deformasi (perubahan horizontal dan vertikal) terhadap gunung api
dilakukan secara berkala. Gunung api yang diamati yaitu Gunung api Guntur,
Papandayan, Galunggung, Kelud, Bromo, Semeru, Ijen, Batur dan lain-lain. Untuk
Gunung api yang berada di kawasan pulau Sumatra banyak yang belum teramati
deformasinya. Pada gambar 2 ditunjukkan beberapa titik pengamatan deformasi gunung
api Guntur. Penjelasan detail tentang deformasi ini akan saya jelaskan pada tulisan saya
berikutnya.
4. Pengamatan Gravity dan Geomagnet
Gravity dan geomagnet merupakan salah satu metode geofisika eksplorasi.Dengan
metode geomagnet dapat diketahui karakteristik batuan dalam bumi berdasar sifat
kemagnetan batuannya (suseptibilitas).
Medan magnet bumi tidak tetap tetapi berubah terhadap waktu sesuai dengan keadaan
di dalam bumi yang kadang-kadang mengalami gangguan. Sedangkan besarnya nilai
kemagnetan bumi di suatu tempat tertentu tergantung pada kondisi kemagnetan di dalam
bumi yang berubah terhadap waktu, pengaruh dari luar bumi, dan pengaruh kemagnetan lokal
(anomali lokal). Besarnya kemagnetan lokal (anomali lokal) suatu tempat yang tidak
terdeteksi secara regional dimana komponen inilah yang dianalisis dan diinterpretasi untuk
menunjukkan sumber dan kecenderungan (trend) penyebaran anomali kemagnetan sehingga
dapat diketahui struktur bawah permukaan suatu daerah (lokal tertentu) melalui nilai
suseptibilitasnya.
Pengamatan berat jenis (graviti) merupakan salah satu pengamatan menggunakan
metode geofisika. Ketika gunung api mau meletus maka akan terjadi perubahan densitas
(berat jenis) di bawah permukaan karena adanya magma yang menuju ke permukaan tanah.
Untuk mengetahui perubahan magma bawah permukaan ini perlu dilakukan pengukuran
metode graviti secara berkala pada sebuah gunung api. Permodelan hasil pengukuran graviti
akan bisa memprediksi volume dapur magma suatu gunung api.
Pengamatan Geomagnet dilakukan untuk mengamati nilai intensitas magnet di atas
gunung api, apabila magma mulai naik ke atas permukaan maka nilai intensitas magnet di
atas gunung api akan rendah karena pengaruh panas magma. Magma yang naik ke atas
permukaan akan memiliki nilai susceptibilitas yang rendah dibandingkan dengan batuan
vulkanik pembentuk gunung api. Hasil akhir dari pengukuran Geomagnet juga untuk
memodelkan volume daripada dapur magma.
5. Pengamatan Remote Sensing
Salah satu tujuan utama penginderaan jauh dalam bidang pemetaan adalah untuk
mengetahui atau mendapatkan gambar suatu obyek tanpa harus ‘mendatangi’ obyek tersebut
secara langsung. Metode ini terkait dengan sensor yang bisa mengamati suatu obyek, yang
analoginya adalah kamera foto. Jika kamera atau sensor ini terletak di pesawat udara, maka
hasilnya adalah foto udara; jika terletak di satelit atau pesawat luar angkasa, maka hasilnya
adalah citra satelit. Sensor merekam semua pantulan radiasi yang dipancarkan oleh obyek di
permukaan bumi. Radiasi yang umum adalah dari pantulan sinar matahari (gelombang
cahaya) yang direkam oleh sensor dan diterjemahkan dalam warna yang berbeda tergantung
panjang gelombangnya. Metode ini dikelompokkan menjadi penginderaan jauh pasif, karena
sensor hanya menerima pantulan panjang gelombang cahaya. Kelemahannya adalah sangat
tergantung kepada sinar matahari, artinya tidak berfungsi di malam hari, dan tidak dapat
menembus awan.
Aplikasi remote sensing bisa digunakan dalam pemetaan topografi, pembuatan model
permukaan (digital elevation model), pemetaan arus laut, pekerjaan hidrologi, aktivitas terkait
dengan seismik, kegiatan terkait dengan deformasi permukaan (penurunan atau kenaikan
permukaan tanah), gunung api, perubahan daerah pesisir serta aplikasi kehutanan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Makalah Magnet Bumi. Melalui:
http://dongengilmiahblogspotcom.blogspot.com/2010/06/makalah-magnet-bumi-
interpretasi.html
Extrasolar. 2010. Deformasi. Melalui: http://bumi-
ilmukebumian.blogspot.com/2010/12/deformasi.html
Hasan, Achmadi. 2014. Pengertian Seismisitas. Melalui:
http://achmadihasan.blogspot.com/2014/03/pengertian-seismisitas.html
Huri, Achmad Z. 2014. Sejarah Letusan dan Pengamatan GunungApi Sinabung. Melalui:
http://geophypalace.blogspot.com/2014/02/sejarah-letusan-dan-pengamatan-gunung.html
Rusydy, Ibnu. 2012. Pengamatan GunungApi. Melalui:
http://www.ibnurusydy.com/pengamatan-gunungapi/
Wikipedia. 2013. Pengamatan. Melalui: http://id.wikipedia.org/wiki/Pengamatan