PENETAPAN KADAR MULTIVITAMIN DALAM SEDIAAN SIRUP …
Transcript of PENETAPAN KADAR MULTIVITAMIN DALAM SEDIAAN SIRUP …
PENETAPAN KADAR MULTIVITAMIN DALAM SEDIAAN
SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
DENGAN METODE KEMOMETRIK MULTIVARIAT
SKRIPSI
OLEH:
SRI AKBITA TAMPUBOLON
NIM 161501046
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
ii
PENETAPAN KADAR MULTIVITAMIN DALAM SEDIAAN
SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
DENGAN METODE KEMOMETRIK MULTIVARIAT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SRI AKBITA TAMPUBOLON
NIM 161501046
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penetapan Kadar Multivitamin Dalam Sediaan Sirup Secara Spektrofotometri
Ultraviolet Dengan Metode Kemometrik Multivariat”, serta shalawat
bertangkaikan salam keharibaan junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW
Yang kita sebagi umatnya menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam
kehidupan. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar
Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Selama peyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu,sebagai
wujud kerendahan hati penulis dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada: Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung
SH., M.Hum., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
menyelesaikan program Sarjana Farmasi. Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. apt. Masfria, M.S., dan Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara, Ibu Dr. apt. Poppy Anjelisa Zaitun
Hasibuan, M.Si., atas fasilitas dan sarana yang telah diberikan kepada penulis.
Bapak Prof. Dr. apt. Muchlisyam, M.Si., selaku Pembimbing yang sangat baik
kepada penulis yang tidak hentinya selalu memberikan motivasi, arahan,
kemudahan dan penuh perhatian selama penulis menjalani pendidikan, penelitian
dan penyelesaian skripsi ini. Bapak Prof. Dr.rer.nat. apt. Effendy De Lux Putra,
SU., dan Ibu apt. Yade Metri Permata, S.Farm., M.Si. sebagai penguji yang telah
Universitas Sumatera Utara
v
memberikan saran demi semakin baiknya skripsi ini. Ibu Dr. apt. Sumaiyah,
M.Si., selaku Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama
menjalani masa perkuliahan serta bapak dan ibu dosen fakultas farmasi USU yang
telah mendidik selama perkuliahan
Teruntuk Orang tua tercinta Umak Tiurnida pardede dan ayahanda
Wajannna Tampubolon memberikan segalanya yang tak terhingga maknanya
dengan penuh perhatian dan sayang kepada penulis. Kakanda Tercinta Juhari
Tampubolon, Adi Syaputra Tampubolon, Lilly Tampubolon, Ronni Tampubolon,
serta adikku tercinta Pinita Tampubolon yang telah memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan
baik. Penulis juga tidak lupa berterima kasih dengan orang-orang terdekat dan
semua teman-teman yang ikut serta membantu dan memberi dukungan kepada
penulis selama penelitian dan penulisan bahan skripsi ini terutama Ukmi Ath-
Thibb, stambuk 2016 STF dan FKK, KOS SULTAN, ASBO MANTUL, KAM
RABBANI FF USU, PEMA FF, KPU USU, INCOMPHASCO serta teman-teman
TEKAD 3. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT Serta semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi
Medan, September 2020
Penulis,
Sri Akbita Tampubolon
NIM 161501046
Universitas Sumatera Utara
vi
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:
Nama : Sri Akbita Tampubolon
Nomor Induk Mahasiswa : 161501046
Program Studi : Sarjana Farmasi
Judul Skripsi : Penetapan Kadar Multivitamin Dalam
Sediaan Sirup Secara Spektroftometri Ultraviolet
Dengan Metode Kemometrik Multivariat
Dengan ini menyebutkan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya saya
sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya
tersebut plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun
oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan, September 2020
Sri Akbita Tampubolon
NIM 161501046
Universitas Sumatera Utara
vii
PENETAPAN KADAR MULTIVITAMIN DALAM SEDIAAN SIRUP
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DENGAN METODE
KEMOMETRIK MULTIVARIAT
ABSTRAK
Latar Belakang: Campuran vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida merupakan
salah satu jenis kombinasi dalam sediaan sirup multivitamin yang perlu untuk
diuji konsentrasi kadarnya untuk keperluan kebutuhan manusia.
Tujuan : Untuk menguji validasi metode spektrofotometri kemometrik yang
dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat partial least square (PLS) dan
menetapkan kadar campuran vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dalam sediaan
sirup.
Metode : Dilakukan pembuatan model kalibrasi dan validasi secara kemometrik
masing-masing 5 konsentrasi yang diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 210-280 nm dengan interval 2 nm. Kemudian dievaluasi hasil R2,
PRESS, dan RMSCEV.
Hasil : Metode yang digunakan dinyatakan valid dengan parameter presisi dengan
Simpangan Baku Relatif (SBR) untuk vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida
1,498 %,; 1,3286 %; 1,6318 %; dan 1,5257 % dan parameter akurasi dengan
persen perolehan kembali 100,21%; 100,26%; 99,56%; 99,73%. Pada kalibrasi
multivariat PLS vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dengan masing-masing
dengan nilai RMSECV 0,1750; 0,11; 0,0366; 0,04753 dengan nilai PRESS
1,1028; 0,4377; 0,04836; 0,0814 dengan nilai R2
0,99967; 0,9998; 0,9999;
0,9998. Sehingga, kemampuan prediksi masih dapat diterima dan baik digunakan
untuk penetapan kadar. Hasil penetapan kadar vitamin B1, B2, B6, dan
nikotinamida masing-masing yaitu 96,24% ; 97,43%; 102,47%; dan 97,49%.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
penetapan kadar vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dengan metode
kemometrik multivariat PLS memenuhi persyaratan kadar untuk sediaan sirup
menurut USP XXII (1989) dan Farmakope Edisi IV (1995).
Kata kunci: Vitamin B1, B2, B6, dan Nikotinamida, Kemometrik, PLS
Universitas Sumatera Utara
viii
DETERMINATION OF MULTIVITAMIN IN THE SYRUP
FORMULATION BY ULTRAVIOLET SPECTROFOTOMETRY USING
THE MULTIVARIATE CHEMOMETRIC METHOD
ABSTRACT
Background: Combination vitamin B1, B2, B6, and nicotinamide are one type of
combination in multivitamin syrup preparations that need to be tested for
concentration levels for human needs.
Objective : To validate of chemometric spectrophotometric method that
combined with multivariate partial least square (PLS) calibration and determining
levels of combination vitamin B1, B2, B6, and nicotinamide in syrup.
Method: Calibration model and chemometric validation are made 5
concentrations, the absorbance measured using 210-280 nm wavelength with 2 nm
intervals. Then the results of R2, PRESS, and RMSCEV were evaluated..
Results: The method used was valid with precision parameter as Relative
Standard Deviation (RSD) for vitamin B1, B2, B6, and nicotinamide 1.498%;
1.3286%; 1.6318%; and 1.5257% and accuracy parameter as recovery percentage
100.21%; 100.26%; 99.56%; 99.73%. In the multivariate calibration of PLS
Vitamin B1, B2, B6, and nicotinamide such as RMSECV value are 0.1750; .11;
0.0366; 0.04753, PRESS value are 1.1028; 0.4377; 0.04836; 0.0814, and R2 value
are 0.99967; 0.9998; .9999; 0,9998. Prediction ability is still acceptable and good
for determination. The results for determining the levels of vitamins B1, B2, B6,
and nicotinamide were 96.24% and 97.43%; 102.47%; dan 97.49%.
Conclusion: Based on the results from discussion can be concluded that
determination level of vitamin B1, B2, B6, and nicotinamide by multivariate PLS
chemometric method of requirements for syrup preparations according to USP
XXII (1989) and Pharmacopoeia IV edition (1995).
Key words: vitamins B1, B2, B6, Nicotinamide, Chemometric, PLS
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………. .................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………. .................................. iii
KATA PENGANTAR ……………………………. ............................................. iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………. ............. vi
ABSTRAK ……………………………. .............................................................. vii
ABSTRACT ……………………………. ............................................................. viii
DAFTAR ISI ……………………………. ............................................................ ix
DAFTAR TABEL ……………………………. ................................................... xii
DAFTAR GAMBAR …………………………. ................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………. .......................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................ ……………………………1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.4 Hipotesis ............................................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1 Uraian Bahan ..................................................................................................... 4
2.1.1 Vitamin B1 ...................................................................................................... 4
2.1.2 Vitamin B2 ...................................................................................................... 6
2.1.3 Vitamin B6 ...................................................................................................... 7
2.1.4 Nikotinamida ................................................................................................... 9
2.2 Sirup ................................................................................................................ 11
2.3 Spektrofotometri ............................................................................................ 11
2.3.1 Defenisi ......................................................................................................... 11
2.3.2 Klasifikasi Spektrofotometri ......................................................................... 12
2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri .......................................................................... 15
2.3.4 Komponen Spektrofotometer ....................................................................... 15
2.3.5 Hukum Lambert-Beer ................................................................................... 18
2.4. Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet ..................... 19
2.5 Spektrum Ultraviolet Vitamin B1, B2, B6 dan Nikotinamida ......................... 21
2.6 Kemometrika ................................................................................................... 21
2.6.1 Pengertian Kemometrika .............................................................................. 21
2.6.2 Komponen Statistika pada PLS ..................................................................... 23
2.7 Validasi Metode ............................................................................................... 24
2.7.1 Presisi (Keseksamaan) ................................................................................. 24
2.7.2 Akurasi ........................................................................................................ 25
2.7.3 Selektivitas ................................................................................................... 26
2.7.4 Spesifitas ...................................................................................................... 26
2.7.5 Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi .............................................................. 26
2.7.6 Linearitas ...................................................................................................... 27
2.7.7 Rentang ......................................................................................................... 27
2.7.8 Kekuatan dan Ketahanan .............................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 29
Universitas Sumatera Utara
x
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 29
3.2 Alat ................................................................................................................... 29
3.3 Bahan .............................................................................................................. 29
3.4 Pengambilan Sampel ....................................................................................... 29
3.5 Prosedur Penelitian........................................................................................... 30
3.5.1 Pembuatan Pereaksi ..................................................................................... 30
3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku ................................................................... 30
3.5.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin B1 ............................................ 30
3.5.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku vitamin B2 ............................................. 30
3.5.2.3 Pembuatan Larutan Induk Baku vitamin B6 ............................................. 30
3.5.2.4 Pembuatan Larutan Induk Baku Nikotinamida .......................................... 31
3.5.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum .................................................. 31
3.5.3.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B1 ............................ 31
3.5.3.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B2 ............................ 32
3.5.3.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B6............................. 32
3.5.3.4 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Nikotinamida ......................... 32
3.5.4 Pembuatan Spektrum Serapan Baku ............................................................. 33
3.5.4.1 Pembuatan Spektrum Serapan Baku vitamin B1 ....................................... 33
3.5.4.2 Pembuatan Spektrum Serapan Baku vitamin B2 ....................................... 33
3.5.4.3 Pembuatan Spektrum Serapan Baku vitamin B6 ....................................... 33
3.5.4.4 Pembuatan Spektrum Serapan Baku Nikotinamida ................................... 34
3.5.4.5 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Campuran Maksimum
Vitamin B1, B2, B6, Nikotinamida ........................................................... 34
3.5.5 Pembuatan Spektrum Serapan Secara Kemometrik ..................................... 35
3.5.5.1 Pembuatan Spektrum Serapan vitamin B1 Secara Kemometrik .............. 35
3.5.5.2 Pembuatan Spektrum Serapan vitamin B2 Secara Kemometrik ............... 35
3.5.5.3 Pembuatan Spektrum Serapan vitamin B6 Secara Kemometrik ............... 35
3.5.5.4 Pembuatan Spektrum Serapan Nikotinamida Secara Kemometrik .......... 36
3.5.6. Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Kemometrik ....................................... 36
3.5.6.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin B1 Secara Kemometrik ................ 36
3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin B2 Secara Kemometrik ................. 36
3.5.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin B2 Secara Kemometrik ................. 36
3.5.6.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Nikotinamida Secara Kemometrik ............. 37
3.5.7 Validasi Metode ............................................................................................ 37
3.5.7.1 Uji Akurasi ................................................................................................ 37
3.5.7.2 Presisi ........................................................................................................ 37
3.5.7.3 Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi ........................................................... 38
3.5.7.4 Analisis Data Statistik ................................................................................ 38
3.5.8 Penentuan Kadar vitamin B1, B2, B6, Nikotinamida dalam Sediaan
Sirup .............................................................................................................. 39
3.5.8.1 Penentuan Kadar Vitamin B1..................................................................... 39
3.5.8.2 Penentuan Kadar Vitamin B2..................................................................... 40
3.5.8.3 Penentuan Kadar Vitamin B6..................................................................... 40
3.5.8.4 Penentuan Kadar Nikotinamida ................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 43
4.1 Penentuan Spektrum serapan maksimum........................................................ 43
4.2 Penentuan Spektrum Serapan Vitamin B1, B2, B6, Dan Nicotinamida Pada
Berbagai Konsentrasi ...................................................................................... 46
Universitas Sumatera Utara
xi
4.3 Hasil spectrum Campuran Baku Serapan Vitamin B1, B2, B6, dan
Nikotinamida ................................................................................................... 49
4.4 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Partial Least Squares (PLS) .......... 52
4.5 Hasil Validasi Metode ..................................................................................... 58
4.6 Hasil Penetapan Kadar Vitamin B1, B2, B6, dan Nikotinamida Dalam
sediaan sirup .................................................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 61
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 61
5.2 Saran ................................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR TABEL
4.1 pH vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida ................................................... 52
4.2 Analisis kalibrasi vitamin B1 dengan persamaan PLS ................................. 53
4.3 Data hasil validasi silang antara konsentrasi dan absorbansi
vitamin B1 dengan metode kemometrik (Partial Least Squares)
pada panjang gelombang 210-280 nm .......................................................... 54
4.4 Analisis kalibrasi vitamin B2 dengan persamaan PLS ................................. 54
4.5 Data hasil validasi silang antara konsentrasi dan absorbansi
vitamin B2 dengan metode kemometrik (Partial Least Squares)
pada panjang gelombang 210-280 nm .......................................................... 55
4.6 Analisis kalibrasi vitamin B6 dengan persamaan PLS ................................ 56
4.7 Data hasil validasi silang antara konsentrasi dan absorbansi
vitamin B6 dengan metode kemometrik (Partial Least Squares)
pada panjang gelombang 210-280 nm .......................................................... 57
4.8 Analisis kalibrasi nikotinamida dengan persamaan PLS .............................. 57
4.9 Data hasil validasi silang antara konsentrasi dan absorbansi
nikotinamida dengan metode kemometrik (Partial Least Squares)
pada panjang gelombang 210-280 nm .......................................................... 58
4.10 Nilai linearitas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ untuk vitamin B1, B2,
B6 dan nikotinamida ..................................................................................... 59
4.11 Nilai , PRESS, RMSCEV untuk vitamin B1, B2, B6 dan nikotinamida . 60
4.12 Kadar dan standar deviasi vitamin B1,B2, B6, dan nikorinamida pada
sirup sampel produksi lokal ......................................................................... 60
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Struktur Vitamin B1 ......................................................................................... 4
2.2 Spektrum Serapan Vitamin B1......................................................................... 5
2.3 Spektrum Serapan Vitamin B1......................................................................... 5
2.4 Struktur Vitamin B2 ......................................................................................... 6
2.5 Spektrum Serapan Vitamin B2......................................................................... 7
2.6 Spektrum Serapan Vitamin B2......................................................................... 7
2.7 Struktur Vitamin B6 ......................................................................................... 8
2.8 Spektrum Serapan Vitamin B6......................................................................... 8
2.9 Spektrum Serapan Vitamin B6......................................................................... 9
2.10 Struktur Nikotinamida ...................................................................................... 9
2.11 Spektrum Serapan Nikotinamida ................................................................... 10
2.12 Spektrum Serapan Nikotinamida ................................................................... 10
2.13 Spektra Serapan Senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih) .................... 19
2.14 Spektra Serapan Senyawa X dan Y (tumpang tindih satu arah) .................... 20
2.15 Spektra Serapan Senyawa X dan Y (tumpang tindih dua arah) ..................... 20
2.16 Tumpang tindih spektrum vitamin a. B1; b.B2; c.B6 dan d. nikotinamida
dalam pelarut air deionisasi ........................................................................... 21
4.1 Spektrum Serapan Vitamin B1....................................................................... 43
4.2 Spektrum Serapan Vitamin B2....................................................................... 44
4.3 Spektrum Serapan Vitamin B6....................................................................... 45
4.4 Spektrum Serapan Nikotinamida ................................................................... 45
4.5 Spektrum tumpang tindih serapan maksimum vitamin B1, B2, B6,
Dan Nikotinamida .......................................................................................... 46
4.6 Spektrum Serapan Vitamin B1 pada Berbagai Konsentrasi .......................... 47
4.7 Spektrum Serapan Vitamin B2 pada Berbagai Konsentrasi .......................... 47
4.8 Spektrum Serapan Vitamin B6 pada Berbagai Konsentrasi .......................... 48
4.9 Spektrum Serapan Nikotinamida pada Berbagai Konsentrasi ....................... 48
4.10 Spektrum Serapan Nikotinamida pada Berbagai Konsentrasi ....................... 49
4.11 Spektrum Serapan Tumpang Tindih Campuran Baku Vitamin B1, B2,
B6, Dan Nikotinamida Dan Syrup X ............................................................ 50
4.12 Spektrum Campuran Baku Sirup, Sirup X Dan Vitamin C .......................... 51
4.13 Spektrum Vitamin C ..................................................................................... 51
4.14 Kurva hubungan antara kadar vitamin B1 sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation .......................................... 53
4.15 Kurva hubungan antara kadar vitamin B2 sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation .......................................... 55
4.16 Kurva hubungan antara kadar vitamin B6 sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation .......................................... 56
4.17 Kurva hubungan antara kadar nikotinamida sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation .......................................... 57
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Bagan alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum vitamin B1 .................................................................................... 64
2. Bagan alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum vitamin B2 .................................................................................... 65
3. Bagan alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum vitamin B6 .................................................................................... 66
4. Bagan alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Nikotinamida ................................................................................ 67
5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)
Dan Serapan Maksimum Vitamin B1 ............................................................. 68
6. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)
Dan Serapan Maksimum Vitamin B2 ............................................................. 69
7. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)
Dan Serapan Maksimum Vitamin B6 ............................................................. 70
8. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)
Dan Serapan Maksimum Nikotinamida .......................................................... 71
9. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku campuran
Vitamin B1, B2, B6, Nikotinamida ................................................................. 72
10. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B1
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 73
11. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B2
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 74
12. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B6
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 75
13. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Nikotinamida
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 76
14. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum Vitamin B1
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 77
15. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum Vitamin B2
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 78
16. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum Vitamin B6
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 79
17. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum Nikotinamida
Secara Kemometrik (Partial Least Squares) ................................................... 80
18. Bagan Alir Penentuan Penetapan Kadar Vitamin B1
Dalam Sirup X ................................................................................................ 81
19. Bagan Alir Penentuan Penetapan Kadar Vitamin B2
Dalam Sirup X ................................................................................................ 82
20. Bagan Alir Penentuan Penetapan Kadar Vitamin B6
Dalam Sirup X ................................................................................................ 83
21. Bagan Alir Penentuan Penetapan Kadar Nikotinamida
Dalam Sirup X ................................................................................................ 84
22. Bagan Alir Prosedur Penelitian secara Keseluruhan ....................................... 85
23. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Vitamin B1 ....................................................................................... 86
Universitas Sumatera Utara
xv
24. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Vitamin B2 ..................................................................................... 87
25. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Vitamin B6 ..................................................................................... 88
26. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Nikotinamida .................................................................................. 89
27. Perhitungan Penetapan Kadar Vitamin B1, B2, B6,
Dan Nikotinamida ......................................................................................... 90
28. Hasil Validasi Kemometrik dan Koefisien PLS ........................................... 99
29. Data Kadar Vitamin B1, B2, B6, Nikotinamida Dalam
Sediaan Sirup Sampel Produksi Lokal ....................................................... 101
30. Perhitungan Kadar Vitamin B1, B2, B6, dan Nikotinamida secara
Statistik pada Sediaan Sirup Produksi Lokal .............................................. 103
31. Perhitungan persentase perolehan kembali (% recovery) ........................... 107
32. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B1 pada Sirup
Sampel Produksi Lokal ............................................................................... 116
33. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B1
Secara Statistik............................................................................................ 117
34. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi(LOD) Sirup
Dan Batas Kuantitasi (LOQ) Vitamin B1 ................................................... 118
35. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B2 pada Sirup
Sampel Produksi Lokal ............................................................................... 119
36. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B2
Secara Statistik............................................................................................ 120
37. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi(LOD) Sirup
Dan Batas Kuantitasi (LOQ) Vitamin B2 ................................................... 121
38. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B6 pada Sirup
Sampel Produksi Lokal ............................................................................... 122
39. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B6
Secara Statistik............................................................................................ 123
40. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi(LOD) Sirup
Dan Batas Kuantitasi (LOQ) Vitamin B6 ................................................... 124
41. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Nikotinamida pada Sirup
Sampel Produksi Lokal ............................................................................... 125
42. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Nikotinamida
Secara Statistik............................................................................................ 126
43. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi(LOD) Sirup
Dan Batas Kuantitasi (LOQ) Nikotinamida ............................................... 127
44. Gambar Spektrum PLS Vitamin B1 Berbagai Konsentrasi ........................ 128
45. Gambar Spektrum PLS Vitamin B2 Berbagai Konsentrasi ........................ 131
46. Gambar Spektrum PLS Vitamin B6 Berbagai Konsentrasi ........................ 134
47. Gambar Spektrum PLS Nikotinamida Berbagai Konsentrasi .................... 137
48. Tabel Distribusi T ....................................................................................... 140
49. Sertifikat Analisis Vitamin B1, B2, B6,dan Nikotinamida ........................ 141
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya menjadi dua bagian
yaitu: vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin B dan
C). Sistem klasifikasi ini menunjukkan fungsi vitamin yang mempengaruhi
distribusi dan peran fisiologisnya (Ball, 1994).
Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan.
Prosedur pengujian dan penetapan kadar pengujian diberikan untuk menetapkan
kesesuaian dengan persyaratan kadar, mutu, dan kemurnian yang tertera pada
Farmakope (Ditjen POM, 1995).
Metode analitik yang cepat dan akurat untuk penentuan kuantitatif vitamin
dalam makanan meningkat karena peningkatan konsumsi makanan olahan dan
ketersediaan data gizi yang menurun. Metode seperti ini juga diperlukan untuk
kontrol kualitas proses pembuatan dan menyelidiki tingkat penurunan kadar
vitamin selama penanganan, pemrosesan, dan penyimpanan. Metode yang
digunakan perlu dikembangkan untuk mengetahui stabilitas vitamin dalam
sediaan (Ball, 1994).
Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang
berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan.
Prosedur pengujian dan penetapan kadar pengujian diberikan untuk menetapkan
Universitas Sumatera Utara
2
kesesuaian dengan persyaratan kadar, mutu, dan kemurnian yang tertera pada
Farmakope (Ditjen POM, 1995).
Persyaratan kadar untuk sediaan sirup tunggal B1, B2, B6, dan nikotinamida
menurut USP XXII NF XVII yaitu 90 - 110% vitamin B1 dan nikotinamida serta
90-115% untuk vitamin B2 dan B6.
Pengembangan metode spektrofotometri UV salah satunya adalah metode
kemometrik yang merupakan kombinasi antara metode spektrofotometri dengan
kalibrasi multivariat yang dapat menganalisis senyawa multikomponen yang
memiliki spektra UV overlapping (Danzer dkk, 2004).
Metode kemometrik yang paling sering dikombinasikan dengan
spektrofotometri UV adalah metode kalibrasi multivariat partial least square
(PLS). Kalibrasi multivariat PLS merupakan metode yang menggunakan suatu
kombinasi linier dari variabel prediktor daripada menggunakan variabel biasa.
Pemilihan metode kalibrasi multivariat partial least square (PLS) didasarkan pada
kelebihan metode ini yang mampu memprediksi dengan cara yang lebih baik
ketika terdapat spektra yang tumpang tindih satu sama lain (Sohrabi dkk, 2009).
Adapun pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara
metanol : air (1:1). Pelarut metanol: air (1:1) dipilih sebagai pelarut karena
didasarkan pada kelarutan vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida yang larut dalam
metanol dan air untuk memudahkan proses melarutkan vitamin B1, B2, B6, dan
nikotinamida.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penetapan
kadar terhadap campuran vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dalam sediaan
sirup dengan metode spektrofotometri ultraviolet secara kemometrik.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah penetapan kadar dengan spektrofotometri ultraviolet metode
kemometrik multivariat pada multivitamin B1, B2, B6 dan nikotinamida
dapat memenuhi persyaratan validasi pada sirup ?
b. Apakah vitamin B1. B2, B6, dan nikotinamida dalam sediaan sirup
memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan dalan USP XXII ?
1.3 Hipotesis
a. Diduga penetapan kadar dengan spektrofotometri ultraviolet metode
kemometrik multivariat pada multivitamin B1, B2, B6 dan nikotinamida
dapat memenuhi persyaratan validasi pada sirup ?
b. Diduga vitamin B1, B2, B3, dan B6 dalam sediaan sirup memenuhi
persyaratan kadar yang ditetapkan pada USP XXII ?
1.4 Tujuan Penelitian
a. Metode spektrofotometri ultraviolet secara kemometrik memenuhi
persyaratan validasi sehingga dapat digunakan dalam penetapan kadar
vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dalam sediaan sirup.
b. Penetapan kadar vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dalam sediaan
sirup yang ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet secara
kemometrik memenuhi persyaratan USP XXII
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan adalah sebagai informasi bahwa
aplikasi metode spektrofotometri ultraviolet secara kemometrik valid dan dapat
digunakan dalam penetapan kadar campuran vitamin B1, B2, B6, dan
nikotinamida dalam sediaan sirup.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan
2.1.1 Vitamin B1
Menurut Ditjen POM RI (1979) dan Moffat dkk., 2011. Monografi Vitamin
B1 adalah sebagai berikut.
Rumus struktur vitamin B1 dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1 Struktur vitamin B1 (Moffat dkk., 2011)
Nama Kimia : 3-[(4-amino-2-metil-5-pirimidin)-metil]-5-(2 hidroksietil)4-
metil-tiazolium-klorida.hidroklorida
Rumus molekul : C12H17ClN4OS.HCl
Berat molekul : 337,27
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur;putih;bau khas lemah mirip
ragi rasa pahit
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam eter P, dan dalam benzen P; larut
dalam gliserol P
Universitas Sumatera Utara
5
Gambar. 2.2 Spektrum vitamin B1 dalam larutan buffer fosfat 0,1 M (Ball,1994)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 menunjukkan spektrum UV vitamin
B1 pada larutan buffer fosfat 0,1 M pada a. pH 2,9 (solid line) dan b. pH 5,5
(broken line) mempunyai panjang gelombang maksimum pada peak A = 246 nm;
B = 234 nm; C = 264 nm (Ball, 1994).
Gambar 2.3 Spektrum vitamin B1 dalam HCl 0,1 N (Moffat dkk.,
2011)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 menunjukkan spektrum UV vitamin
B1 pada larutan asam (HCl 0,1 N) mempunyai panjang gelombang maksimal di
sekitar 246 nm dengan nilai = 450a dan pada larutan alkali 232 nm (
= 566b) (Moffat dkk., 2011).
Universitas Sumatera Utara
6
2.1.2 Vitamin B2
Menurut Ditjen POM RI (1979) dan Moffat dkk., 2011. Monografi vitamin B2
adalah sebagai berikut.
Rumus struktur vitamin B2 dapat dilihat pada Gambar 2.4 sebagai berikut:
Gambar 2.4 Struktur vitamin B2 ( Moffat dkk., 2011)
Nama Kimia : 7,8-dimetil-10-(D-ribid-1-il)-iso alokzazina
Rumus molekul : C17H20N4O6
Berat molekul : 376, 37
Pemerian : Serbuk hablur; kuning sampai kuning jingga; bau lemah;
rasa agak pahit
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, dalam etanol(95%) P, dan
dalam larutan natrium klorida; isotonis. Praktis tidak
larut dalam kloroform P, eter P, sangat mudah larut
dalam larutan alkali encer.
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar 2.5 Spektrum vitamin B2 dalam akuades (Ball, 1994)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 menunjukkan spektrum UV vitamin
B2 pada larutan akuades pada pH 7,4 mempunyai panjang gelombang pada peak
A = 223 nm; B = 266 nm; C = 373 nm; D = 444 nm (Ball, 1994).
Gambar 2.6 Spektrum vitamin B2 dalam HCl 0,1 N
(Moffat dkk., 2011)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.6 menunjukkan spektrum UV vitamin
B2 pada larutan asam (HCl 0, 1 N) mempunyai panjang gelombang maksimal di
sekitar 267 nm dengan nilai = 820a dan pada larutan alkali 270 nm
(Moffat dkk., 2011).
2.1.3 Vitamin B6
Menurut Ditjen POM RI (1995) dan Moffat dkk., 2011. Monografi vitamin
B6 adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
8
Rumus struktur vitamin B6 dapat dilihat pada Gambar 2.7 sebagai berikut:
Gambar 2.7 Struktur vitamin B6 ( Moffat dkk., 2011)
Nama Kimia : piridoksol hidroklorida (58-56-0)
Rumus molekul : C5H11NO3.HCl
Berat molekul : 205,64
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih, stabil di
udara, secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya
matahari.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam eter. Larutan mempunyai pH lebih kurang 3.
Gambar 2.8 Spektrum vitamin B6 dalam larutan buffer fosfat 0,1 M (Ball, 1994)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.8 menunjukkan spektrum UV vitamin
B6 pada larutan buffer fosfat 0,1 M pada a. pH 1,8 (solid line), b. pH 4,5 (broken
Universitas Sumatera Utara
9
line), dan c. pH 7,0 (discontinuous line) mempunyai panjang gelombang pada
peak A = 290 nm; B = 324 nm; C = 253 nm (Ball, 1994).
Gambar 2.9 Spektrum Vitamin B6 (Moffat dkk., 2011)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.9 menunjukkan spektrum UV vitamin
B6 pada larutan asam (HCl 0,1 N). mempunyai panjang gelombang maksimal
berada disekitar 290 nm dengan nilai = 253a dan pada larutan buffer fosfat
(pH 6.88) 254 nm ( = 219a) (Moffat dkk., 2011).
2.1.4 Nikotinamida
Menurut Ditjen POM RI (1995) dan Moffat dkk., 2011. Monografi
nikotinamida adalah sebagai berikut.
Rumus struktur nikotinamida dapat dilihat pada Gambar 2.10 sebagai
berikut:
Gambar 2.10 Struktur nikotinamida (Moffat dkk., 2011)
Universitas Sumatera Utara
10
Nama Kimia : piridina-3-karboksamida (98-92-0)
Rumus molekul : C6H6N2O
Berat molekul : 122, 1
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berwarna atau putih;
berbau lemah dan khas
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, dalam 1,5 bagian etanol; sukar larut
dalam kloroform dan dalam eter
Gambar 2.11 Spektrum serapan nikotinamida dalam buffer fosfat 0,1 M (Ball,
1994)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.11 menunjukkan spektrum UV
nikotinamida pada larutan buffer fosfat 0,1 M pada a. pH 7,0 (solid line), dan b.
pH 2,0 (broken line) mempunyai panjang gelombang pada peak A = 261 nm
(Ball, 1994).
Gambar 2.12 Spektrum nikotinamida dakam HCl 0,1 N
(Moffat dkk., 2011)
Universitas Sumatera Utara
11
Seperti yang dilihat pada Gambar 2.12 menunjukkan spektrum UV
nikotinamida pada larutan asam (HCl 0,1 N) mempunyai panjang gelombang
maksimal di sekitar 261 nm dengan nilai = 451a (Moffat dkk., 2011).
2.2 Sirup
Sirup adalah larutan oral yang merupakan sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung sukrosa (tidak kurang dari 64,0 % dan tidak lebih
dari 66,0 %) atau gula lain kadar tinggi dengan atau tanpa bahan pengaroma, atau
pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air (Ditjen POM RI, 1979
dan Ditjen POM RI, 1995).
Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat-zat
obat (bahan aktif) dinamakan pembawa. Sirup dimaksudkan pembawa yang
memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan kemudian, baik dalam
peracikan resep atau dalam pembuatan formula standar. Sedangkan sirup obat
adalah sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat (Ansel, 1989).
Kandungan sakarosa dalam sirup terletak antara 50 sampai 65 %, akan tetapi
umumnya terletak antara 60 sampai 65 %. Dalam larutan gula yang jenuh (kira-
kira 66%) tidak memungkinkan pembentukan jamur karena dengan larutan
berkonsentrasi tinggi, air yang penting untuk perkembangan jamur ditarik melalui
osmosis. Atas dasar ini sediaan dengan sukrosa berkonsentrasi tinggi dinilai lebih
baik. Meskipun demikian harus diperhatikan, bahwa dengan meningkatnya
kandungan gula dari sirup dapat menyebabkan berkurangnya kelarutan bahan obat
tertentu (Voight, 1995).
Universitas Sumatera Utara
12
2.3 Spektrofotometri
2.3.1 Definisi
Teknik spektroskopik adalah salah satu teknis analisis fisiko-kimia yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik
(REM). Pada prinsipnya interaksi REM dengan molekul akan menghasilkan satu
atau dua macam dari tiga kejadian yang mungkin terjadi. Ketiga macam kejadian
yang mungkin terjadi sebagai akibat interaksi atom molekul dengan REM adalah
hamburan (scattering), absorpsi (absorption), dan emisi (emision) REM oleh atom
atau molekul yang diamati (Mulja dan Suherman, 1995).
2.3.2 Klasifikasi Spektrofotometri
a. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380 - 780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Suatu
molekul yang sederhana apabila dikenakan radiasi elektromagnetik akan
mengabsorbsi radiasi elektromaknetik yang energinya sesuai. Interaksi tersebut
akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan eksitasi.
Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada
satu macam gugus, maka akan terjadi satu absorbsi yang merupakan garis
spektrum (Mulja dan Suherman, 1995).
Spektrofotometri adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri merupakan
penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrofotometer yang
menghasilkan sinar dari spektrum dari panjang gelombang tertentu dan
Universitas Sumatera Utara
13
fototometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorbsi. Jika suatu molekul sederhana dikarenakan radiasi
elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik
ini akan meningkatkan energi (Rohman, 2007).
Spektrofotometri UV-Visibel dapat digunakan untuk penentuan terhadap
sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada umumnya sampel harus diubah
menjadi suatu larutan yang jernih untuk sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain: 1. Harus
melarutkan sampel dengan sempurna; 2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung
ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak
boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel); 3. Tidak terjadi interaksi
dengan molekul senyawa yang dianalisis; ;4. Kemurniannya harus tinggi
(Suhartati, 2017).
b. Spektrofotometri Infra Merah
Konsep radiasi infra merah diajukan kali pertama oleh Sir William Herschel
(tahun 1800) melalui percobaannya mendispersikan radiasi matahari dengan
prisma. Ternyata pada daerah sesudah sinar merah menunjukkan adanya kenaikan
temperatur tertinggi yang berarti pada daerah panjang gelombang radiasi tersebut
banyak kalori (energi tinggi). Daerah spektrum tersebut selanjutnya disebut
infrared (IR, di seberang atau di luar merah) (Mulja dan Suherman, 1995).
c. Fotoluminesensi
Fotoluminesensi merupakan suatu metode kolektif dari tiga macam metode
analisi yaitu flouresensi (pendar flour), fosforesensi (pendar fosfor) dan
luminesensi kimia. Ketiga metode fisikokimia tersebut mempunyai kesamaan
Universitas Sumatera Utara
14
pada dasar analisisnya, yaitu membicarakan tentang pendar molekul (emisi)
setelah dikenakan radiasi elektromagnetik ataupun pendar setelah terjadi reaksi
kimia (Mulja dan Suherman, 1995).
d. Spektroskopi Raman
Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM) dengan atom atau molekul yang
berada dalam media transparan, maka sebagian dari radiasi tersebut akan di
percikkan oleh atom atau molekul tersebut. Percikan radiasi oleh atom atau
molekul tersebut menuju ke segala arah dengan panjang gelombang dan intensitas
yang dipengaruhi ukuran partikel molekul (Mulja dan Suherman, 1995).
e. Spektrofotometri emisi nyala dan spektrofotometri absorbsi atom
Spektrofotometri Emisi Nyala (SEN) dikenal dengan FES (Flame Emission
Spectrophotometry). Dasar pemikiran metode ini adalah reaksi nyala untuk unsur
unsur logam pada penentuan kualitatif. Setiap unsur akan memberikan nyala pada
gas pembakar. Energi panas gas pembakar akan mengeksitasi elektron atom
logam pada kulit yang terluar ke tingkat eksitasi. Kembalinya elektron elektron
logam yang tereksitasi ke tingkat yang lebih rendah (asas) akan teremisi radiasi
yang sesuai dengan beda energi untuk eksitasi (Mulja dan Suherman, 1995).
Perbedaan prinsip Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan
spektofotometri emisi atom menyangkut metode dan instrumentasi. Pada SSA
terjadi penyerapan sumber radiasi (diluar nyala) oleh atom-atom netral dalam
keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral
dalam keadaan gas tadi biasanya radiasi sinar tampak atau ultraviolet. Jadi seolah-
olah nyala api gas pembakar dan molekul atom-atom netral di dalamnya adalah
kuvet pada spektrofotometri UV-Vis (Mulja dan Suherman, 1995).
Universitas Sumatera Utara
15
f. Spektrometri Resonansi Magnet Inti (RMI)
Spektrometri RMI sangat penting dalam analisis kualitatif, khususnya dalam
penentuan struktur molekul zat organik. Spektrum RMI akan mampu menjawab
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan inti atom yang spesifik. Hasil
spektrometri RMI seringkali merupakan penegasan urutan gugus atau susunan
atom dalam satu molekul yang menyeluruh (Mulja dan Suherman, 1995).
2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri
Didalam analisis kualitatif, spektrofotometri terbatas pada konfirmasi
identitas senyawa, dengan menyamakan panjang absorpsi maksimumnya,
absorptivitas, absorptivitas molar dalam pelarut pH tertentu (Satiadarma, dkk.,
2004). Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa obat dalam jumlah yang cukup banyak. Spektrofotometer yang
digunakan harus telah dikalibrasi dengan benar jika menggunakan nilai A. Nilai A
merupakan absorbansi suatu senyawa yang diukur pada konsentrasi 1% b/v
(1g/100mL), diukur dengan kuvet yang mempunyai ketebalan 1 cm pada panjang
gelombang dan pelarut tertentu (Rohman, 2007).
2.3.4 Komponen Spektrofotometer
Menurut Day dan Underwood (1998) baik spektrofotometer berkas tunggal
maupun berkas rangkap, dan instrumen yang beroperasi dalam berbagai daerah
spektrum, semuanya mempunyai komponen-komponen seperti berikut:
a. Sumber Energi
Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak dari spektrum itu
maupun daerah ultraviolet adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut
terbuat dari wolfram. Energi yang dipancarkan oleh kawat yang dipanaskan itu
Universitas Sumatera Utara
16
beraneka sekali menurut panjang gelombangnya. Kenaikan temperatur operasi
menaikkan keluaran energi total dan menggeser puncak ke panjang gelombang
yang lebih pendek. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk
spektrofotometer UV mengunakan lampu deuterium (200-400 nm),
spektrofotometer sinar tampak menggunakan lampu wolfram (400-800), IR
menggunakan sinar inframerah, NMR menggunakan sinar gelombang radio.
b. Monokromator
Monokromator adalah piranti optis untuk memencilkan suatu berkas radiasi
dari suatu sumber berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian
spektral yang tinggi dengan panjang gelombang apa saja yang diinginkan.
Komponen yang penting dari sebuah monokromator adalah suatu sistem celah dan
suatu unsur dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian
disejajarkan oleh sebuah lensa sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke unsur
pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi. Dengan memutar prisma
atau kisi itu secara mekanis, aneka porsi spektrum yang dihasilkan oleh unsur
dispersi dipusatkan pada celah keluar, dari situ lewat jalan optis lebih jauh, porsi
itu menjumpai sampel.
Kemurnian spektral dari radiasi yang keluar dari dalam monokromator itu
bergantung pada daya dispersi prisma dan lebar celah keluar. Dengan
monokromator prisma, lebar celah tertentu tidak menghasilkan derajat
kemonokromatikan yang sama sepanjang spektrum itu. Ketergantungan panjang
gelombang dari dispersi suatu prisma adalah sedemikian rupa sehingga panjang
gelombang dalam spektrum itu tidak seragam penyebarannya. Dispersi besar
Universitas Sumatera Utara
17
untuk panjang gelombang yang lebih pendek, dan karenanya celah yang lebih
lebar disini akan mencapai derajat kemurnian spektral yang sama seperti celah
yang lebih sempit pada panjang gelombang yang lebih panjang.
c. Wadah Sampel
Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan, dan karenanya kebanyakan
wadah sampel adalah kuvet untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya
spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi cahaya ke dalam daerah
spektral yang diminati. Haruslah diingat bahwa kuvet, bila ditaruh dalam
posisinya, itu menjadi bagian dari jalan optis spektrofotometer, dan sifat-sifat
optisnya menjadi penting.
Penting bahwa kuvet semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan
membubuhkan tanda pada satu sisi kuvet dan tanda itu selalu tetap arahnya tiap
kali ditaruh dalam instrumen. Umumnya kuvet ditahan posisinya dengan desain
kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan
bahwa posisi kuvet dalam ruang sel instrumen itu reprodusibel. Kuvet tersebut
memiliki ukuran 1 cm.
d. Detektor
Detektor adalah input transducer, yaitu alat yang menerima sinyal dalam
bentuk radiasi elektromagnetik, mengubah dan meneruskannya dalam bentuk
sinyal listrik ke rangkaian sistem penguat elektronika. Dengan demikian sinyal
radiasi yang terdeteksi itu dapat diukur kekuatannya (Satiadarma dkk., 2004).
Detektor digunakan untuk mendapatkan kepekaan yang tinggi dalam daerah
spektral yang diminati, respon yang linier terhadap daya radiasi, waktu respons
yang cepat, dapat digandakan, dan kestabilan tinggi. Detektor yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
18
berupa detektor foto atau detektor panas atau detektor dioda foto, berfungsi
menangkap cahaya dan diteruskan kedalam bentuk listrik.
Detektor fotoemisif bekerja berdasarkan emisi elektron dari fotokatode,
apabila katode dikenai radiasi; makin kuat radiasi yang mengenainya makin
banyak elektron yang dilepaskan. Elektron tersebut tertarik dan dikumpulkan pada
anode dengan jalan memberikan perbedaan potensial listrik antara katode dan
anode. Apabila lapisan peka pada foton pada katode berkurang, kepekaan detektor
juga menurun dan masa pemakaian detektor habis. Menurunnya kinerja detektor
dapat terdeteksi dari berkurangnya kemampuan mendeteksi radiasi (Satiadarma
dkk., 2004).
2.3.5 Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer di dalam buku Rohman (2007) menyatakan bahwa
intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal
dan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa
pembatasan yaitu:
a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang
sama
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut
d. Tidak terjadi peristiwa fluorisensi atau fosforisensi
e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
Berdasarkan (Triyati, 1985) hukum Lambert-Beer ditulis dalam bentuk
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
19
A= a.b.c
A adalah absorbansi, a adalah absortivitas, b adalah panjang jalan yang ditempuh,
dan c adalah konsentrasi sampel dalam g/100 mL.
2.4 Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometer menjadi berguna hanya setelah sampel itu diolah
sedemikian rupa sehingga pengukuran dapat ditafsirkan secara tak kembar arti.
Misalnya dalam spektrofotometri kadang-kadang mungkin untuk mengukur lebih
dari satu konstituen dalam suatu larutan tunggal. Andaikan suatu larutan
mengandung dua konstituen yang menyerap, X dan Y. Rumit tidaknya situasi
bergantung pada spektra serapan X dan Y (Day dan Underwood, 1998).
a. Kasus 1
Spektra tidak tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan untuk
menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak, serta
panjang gelombang serupa untuk mengukur Y. Situasi ini dapat dilihat pada
Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Spektra Serapan Senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih)
(Day dan Underwood, 1998).
Universitas Sumatera Utara
20
b. Kasus 2
Tumpang tindih pada satu bagian, Y tidak menganggu pengukuran X pada
panjang gelombang 1, tetapi X memang menyerap cukup banyak bersama-sama Y
pada panjang gelombang 2. Situasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.14
Gambar 2.14 Spektra Serapan Senyawa X dan Y (tumpang tindih satu arah)
(Day dan Underwood, 1998).
c. Kasus 3
Tumpang tindih dua bagian, situasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.15
Gambar 2.15 Spektra Serapan Senyawa X dan Y (tumpang tindih dua arah)
(Day dan Underwood, 1998).
Universitas Sumatera Utara
21
2.5 Spektrum Ultraviolet Vitamin B1, B2, B6 dan Nikotinamida
Gambar 2.16 Tumpang tindih spektrum vitamin a. B1; b. B2; c. B6 dan d. nikotinamida dalam pelarut air deionisasi (Alba dkk., 2006)
Pada Gambar 2.16 menunjukkan bahwa spektrum dari keempat zat diatas
saling tumpang tindih, hal ini menyebabkan penetapan kadar keempat zat tersebut
secara simultan membutuhkan persamaan matematika yang cukup rumit jika
hanya menggunakan spektrofotometri classic. Hal ini diperjelas ketika formulasi
vitamin B1, B2, B6 dan nikotinamida dalam satu campuran menjadi campuran
empat, dimana spektrumnya menjadi satu dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain (Alba dkk., 2006).
2.6 Kemometrik
2.6.1 Pengertian Kemometrik
Kemometrik diperkenalkan oleh ilmuwan berkebangsaan Swedia, Swante
World, dan ilmuwan Amerika Serikat, Bruce R. Kowalski. Secara umum,
kemometrik didefinisikan sebagai cabang ilmu matematika yang mengaplikasikan
teori-teori matematika dan statistika untuk mengolah data kimia. Kemometrik
dapat digunakan untuk merancang atau memilih prosedur dan pengujian yang
optimal, serta untuk menarik informasi kimia sebanyak-banyaknya dari suatu data
(Rohman, 2014).
Universitas Sumatera Utara
22
Metode kemometrik telah dikenalkan dan digunakan secara luas dalam
bidang analisis obat seperti kalibrasi multivariat dan analisis pengelompokkan
seperti principle component analysis dan discriminant analysis (Massart dan
Buydens, 1988).. Kalibrasi multivariat merupakan teknik yang paling sering
digunakan terutama untuk analisis multi-komponen (Miller and Miller, 2010).
Diantara jenis kalibrasi multivariat, teknik kalibrasi Classical Least Squares
(CLS), Stepwise Multiple Linear Regression (SMLR), Principle Component
Regression (PCR) dan Partial Least Squares (PLS) merupakan jenis yang paling
sering digunakan. Kalibrasi PCR merupakan analisis faktor yang mana hanya
spektra yang tidak memberi ko-linieritas yang digunakan dalam kalibrasi. PCR
mengaplikasikan teknik multivariat analisis komponen utama atau Principal
Component Analysis (Che Man dkk., 2010). Sementara itu, kalibrasi PLS
merupakan jenis regresi yang dihitung dengan algoritma kuadrat terkecil yang
menghubungkan antara dua matriks, data spektra pada matriks X dan nilai
referens pada matriks Y. PLS sering digunakan dalam spektroskopi untuk
mengekstrak informasi spektra yang mengandung puncak-puncak yang tumpang
tindih, adanya pengganggu, serta adanya derau (noise) dari instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data (Che Man dkk., 2010).
Teknik kalibrasi PCR dan PLS dilakukan dalam 3 tahap yaitu : (1) kalibrasi;
(2) validasi; dan (3) analisis sampel yang tidak diketahui (Osborne dkk., 1997).
Secara umum, kalibrasi multivariat mempunyai tahap kalibrasi yang diikuti
validasi(dengan validasi sampel secara terpisah atau dengan validasi silang tengan
teknik leave one out dan tahap prediksi (sampel baru). Jika hasil tahap kalibrasi
dan validasi yang digunakan memenuhi kriteria (korelasi yang tinggi, kesalahan
Universitas Sumatera Utara
23
yang kecil) maka model yang dikembangkan selanjutnya digunakan untuk
mengestimasi konsentrasi campuran dari sampel yang belum diketahui
konsentrasinya (Che Man dkk., 2010).
Kalibrasi PLS dievaluasi dengan menggunakan root mean square error of
calibration (RMSEC) dan koefisien determinasi ( ). Selanjutnya model PLS
diuji silangkan menggunakan teknik leave one out. Dalam teknik ini, salah satu
sampel kalibrasi dikeluarkan dari model PLS dan sisa sampel yang ada digunakan
untuk pemodelan dengan PLS. Sampel yang dihilangkan selanjutnya dihitung
dengan model PLS baru yang dikembangkan. Prosedur tersebut dilakukan
berulang kali,menghilangkan satu demi satu sampel kalibrasi hingga didapatkan
harga yang sesuai dengan yang diinginkan (Che Man dkk., 2011).
2.6.2 Komponen Statistika pada PLS
a. Variabel
Variabel untuk tiap sampel dapat dibagi kedalam 2 kelompok: variabel respon
dan variabel prediktor. Situasi semacam ini muncul dalam kalibrasi multivariat,
sebagai contoh adalah penentuan konsentrasi komponen dalam suatu campuran
analit berdasarkan pada nilai absorbansi di banyak bilangan gelombang 1200-
1000 . Disini konsentrasi analit adalah variabel prediktor dan absorbansi
pada bilangan gelombang yang berbeda adalah variabel respon (Rohman, 2014).
b. R2
Nilai R2 menunjukkan seberapa besar variansi dari setiap variabel Y
(konsentrasi) yang mampu dijelaskan oleh variabel independen (X) (Rohman,
2014).
Universitas Sumatera Utara
24
c. RMSE
Root Mean Square Error (RMSE) merupakan nilai rata-rata kesalahan yang
didapatkan ketika pemodelan kalibrasi. RMSE digunakan untuk evaluasi
kesesuaian model prediksi (Rohman, 2014).
2.7 Validasi Metode
Validasi metode analisis merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
membuktikan bahwa metode analisis tersebut secara taat asas memberikan hasil
seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan ketelitian yang memadai.
Persoalan analisis era modern ini yaitu sangat kecilnya kadar senyawa yang
dianalisis dan kompleksnya matrik sampel yang dianalisis (Mulja dan Suharman,
1995).
2.7.1 Presisi
Menurut USP 28 (2005), Presisi suatu metode analisis adalah derajat
kesesuaian antara hasil pengukuran ketika metode tersebut diaplikasikan secara
berulang-ulang pada sampel yang homogen. Presisi biasanya ditunjukkan dengan
standar deviasi atau koefisien variasi dari sebuah seri pengukuran.
Presisi dalam USP dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Repeatibility adalah derajat keterulangan metode analisis jika analisis dilakukan
di laboratorium yang sama pada hari yang sama dengan alat yang sama pula.
b. Intermediate presicion adalah derajat keterulangan metode analisis jika analisis
dilakukan pada laboratorium yang sama dengan hari yang berbeda, analisis
berbeda dan atau alat yang berbeda.
c. Reproducibility adalah derajat keterulangan metode analisis jikam analisis
dilakukan pada laboratorium yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
25
Presisi suatu prosedur analisis menunjukkan kedekatan nilai (derajat
penyebaran) antara serangkaian pengukuran yang dilakukan dari proses mutiple
sampling dari sekumpulan sampel homogen dengan kondisi yang telah ditentukan.
Presisi seringkali diekspresikan dengan simpangan baku (SB) atau simpangan
baku relatif (SBR) dari serangkaian data. Menurut Gandjar dan Rohman (2007),
perhitungan RSD menggunakan rumus:
x 100% (1)
Keterangan: SD = simpangan baku serangkaian data
X = rata-rata data
Ketidakpastian kalibrasi dan prediksi kadar yang tidak diketahui dihitung
dengan Standard Error of Calibration (SEC) dan Standard Error of Prediction
(SEP). Parameter lain untuk mengukur presisi kalibrasi multivariat adalah nilai
Predictive Residual Error Sum of Squares (PRESS). PRESS dihitung seperti
menghitung SEP dengan menggunakan sampel validasi (Danzer dkk., 2004).
2.7.2 Akurasi
Dalam USP 28 (2005), akurasi suatu metode analisis merupakan
kedekatan hasil pengukuran yang diperoleh dengan metode tersebut dengan nilai
yang sebenarnya. Akurasi suatu metode analisis sebaiknya disajikan dalam
rentang.
Menurut Danzer dkk., 2004, akurasi dinyatakan sebagai persen kembali analit
yang ditambahkan dan nilai kecermatan dapat dinyatakan dengan persen
perolehan kembali (% recovery). Ada tidaknya suatu kesalahan sistematik dpaat
diketahui dari fungsi recovery. Dalam kalibrasi multivariat kadar yang diprediksi
Universitas Sumatera Utara
26
model (Ĉ) dikorelasikan dengan kadar aktual sampel validasi (c) dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
𝑜
Koefisien regresi ideal jika nilai α = 0 dan β = 1
2.7.3 Selektivitas
Secara umum, selektivitas sistem multikomponen dapat ditetapkan secara
kualitatif dan kuantitatif. Dalam kalibrasi multivariat, selektivitas biasanya
dihitung dengan condition number. Namun condition number tidak
memperhitungkan kadar masing-masing komponen dan hanya memberikan
bahasan besarnya kesalahan yang diperoleh (Danzer dkk., 2004).
2.7.4 Spesifitas
Spesifitas suatu metode analisis adalah kemampuan suatu metode analisis
untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya
komponen-komponen lain dalam matriks sampel, seperti adanya pengganggu,
prekursor sintetik, produk degradasi, komponen matriks. Salah satu pendekatan
praktik unutk menguji spesifitas metode analisis adalah dengan membadingkan
hasil-hasil analisis yang diperoleh dari sampel yang mengandung pengotor
(impurities) dengan sampel-sampel yang tidak mengandung pengotor (Rohman,
2007).
2.7.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi dari suatu metode analisis adalah nilai batas yaitu konsentrasi
analit terendah yang masih dapat terdeteksi. Batas kuantitasi adalah konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
27
analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengna presisi dan akurasi
yang dapat diterima pada kondisi eksperimen yang ditentukan.
LOD dan LOQ dapat dihitung dengan rumus:
LOD = 3 x (SD/S)
LOQ = 10 x (SD/S)
Keterangan:
SD = standar deviasi
S = kemiringan (slope) (Gandjar dan Rohman, 2012)
2.7.6 Linieritas
Linieritas menyatakan kemampuan metode analisis untuk mendapatkan hasil
pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Persamaan garis
yang digunakan pada kurva kalibrasi didapat dari persamaan y = ax + b.
Persamaan tersebut akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi
ini digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis yang digunakan
(Satiadarma dkk., 2004).
2.7.7 Rentang
Rentang adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan terendah analit
yang terbukti ditentukan menggunakan prosedur analisis, dengan presisi, akurasi,
dan linieritas yang baik. Rentang biasanya dinyataakan dalam satuan yang sama
dengan hasil uji (Satiadarma dkk., 2004).
Universitas Sumatera Utara
28
2.7.8 Kekuatan (Ketahanan)
Kekuatan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh
adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan
melakukan variasi parameter-parameter metode seperti; persentase pelarut
organik, pH, kekuatan ionik, suhu, dan sebagainya (Gandjar dan Rohman, 2012).
Universitas Sumatera Utara
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dengan metode
spektrofotometri UV secara kemometrik terhadap analisa campuran vitamin B1,
B2,B6, dan nikotinamida yang terkandung pada sediaan sirup.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah spektrofotometer
ultraviolet (UV-1800 Shimadzu) yang dilengkapi dengan komputer dan software
UV.probe 2.42 dan software Minitab versi 18.2.4.4., neraca analitik (Boeco
Germany), sonikator (Branson 1510), kuvet 1 cm, alat-alat gelas, serta alat-alat
lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel dan larutan.
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah vitamin B1
(BPFI), vitamin B2 (BPFI), vitamin B6 (BPFI), nikotinamida (BPFI), sirup
Univit®, akuades, metanol p.a.
3.4 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena sampel
dianggap homogen (Sudjana, 2005). Sampel sirup dibeli dari PT. Universal
Pharmaceutical Industries di Jalan Kol. Yos Sudarso No. 347 BB, Titi Papan,
Medan Deli, Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
30
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pembuatan Pereaksi
Dicampurkan 100 ml metanol p.a dan 100 ml akuades (dengan perbandingan
(1:1) kedalam labu tentukur, dikocok hingga homogen. Dimasukkan ke dalam
wadah. Pembuatan pereaksi dilakukan berulang kali sampai penelitian telah
selesai digunakan.
3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku
3.5.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin B1
Ditimbang seksama 0,0251 g vitamin B1 (BPFI) , dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml, ditambahkan pelarut ( metanol : akuades dengan perbandingan
1:1), dikocok hingga larut, dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut,
sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1004 µg/ml, larutan ini disebut
larutan induk baku I (LIB I). Dari larutan ini dipipet 2,5 ml,dimasukkan kedalam
labu 25 ml, diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda,dikocok sampai
homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100,4 µg/ml (LIB II).
3.5.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin B2
Ditimbang seksama 0,006 g vitamin B2 (BPFI), dimasukkan kedalam labu
tentukur 100 ml, ditambahkan pelarut ( metanol : akuades dengan perbandingan
1:1), dikocok hingga larut, dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut,
sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 60 µg/ml, larutan ini disebut
larutan induk baku I (LIB I). Dari larutan ini dipipet 25 ml,dimasukkan kedalam
labu 50 ml, diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda,dikocok sampai
homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 30 µg/ml (LIB II).
Universitas Sumatera Utara
31
3.5.2.3 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin B6
Ditimbang seksama 0,0250 g vitamin B6 (BPFI) , dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml, ditambahkan pelarut (metanol : akuades dengan perbandingan
1:1), dikocok hingga larut, dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut,
sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml, larutan ini disebut
larutan induk baku I (LIB I). Dari larutan ini dipipet 2,5 ml,dimasukkan kedalam
labu 25 ml, diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda,dikocok sampai
homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 µg/ml (LIB II).
3.5.2.4 Pembuatan Larutan Induk Baku Nikotinamida
Ditimbang seksama 0,0250 g nikotinamida (BPFI) , dimasukkan kedalam
labu tentukur 25 ml, ditambahkan pelarut (metanol : akuades dengan
perbandingan 1:1), dikocok hingga larut, dicukupkan sampai garis tanda dengan
pelarut, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml, larutan ini
disebut larutan induk baku I (LIB I). Dari larutan ini dipipet 2,5 ml,dimasukkan
kedalam labu 25 ml, diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda,dikocok
sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 µg/ml (LIB
II).
3.5.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum
3.5.3.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B1
Dipipet 3,4 ml larutan induk baku (LIB II) vitamin B1 dimasukkan kedalam
labu ukur 25 ml, kemudian dicukupkan volumenya menggunakan pelarut metanol
: akuades (1:1) sampai garis tanda dengan konsentrasi 13,654 µg/ml, kemudian
diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir pembuatan
Universitas Sumatera Utara
32
Larutan Induk Baku (LIB) dan serapan maksimum vitamin B1 dapat dilihat dalam
lampiran 1.
3.5.3.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B2
Dipipet 2,35 ml larutan induk baku (LIB II) vitamin B2 dengan menggunakan
pipet mikro lalu dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml, kemudian dicukupkan
volumenya menggunakan pelarut metanol : akuades (1:1) sampai garis tanda
dengan konsentrasi 2,82 µg/ml, kemudian diukur serapannya pada panjang
gelombang 200-400 nm. Bagan alir pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan
serapan maksimum vitamin B2 dapat dilihat dalam lampiran 2.
3.5.3.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin B6
Dipipet 2,6 ml larutan induk baku (LIB II) vitamin B6 dimasukkan kedalam
labu ukur 25 ml, kemudian dicukupkan volumenya menggunakan pelarut metanol
: akuades (1:1) sampai garis tanda dengan konsentrasi 10,5 µg/ml, kemudian
diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir pembuatan
Larutan Induk Baku (LIB) dan serapan maksimum vitamin B6 dapat dilihat dalam
lampiran 3.
3.5.3.4 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Nikotinamida
Dipipet 1,75 ml larutan induk baku (LIB II) nikotinamida dengan
menggunakan pipet mikro lalu dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml, kemudian
dicukupkan volumenya menggunakan pelarut metanol : akuades (1:1) sampai
garis tanda dengan konsentrasi 7,0 µg/ml, kemudian diukur serapannya pada
panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir pembuatan Larutan Induk Baku (LIB)
dan serapan maksimum nikotinamida dapat dilihat dalam lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
33
3.5.4 Pembuatan Spektrum Serapan Baku
3.5.4.1 Pembuatan Spektrum Serapan Vitamin B1
Dipipet larutan induk baku (LIB II) vitamin B1 sebanyak 1,4 ml; 2,4 ml; 3,4
ml; 14,4 ml; 5,4 ml. Masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml,
diencerkan dengan pelarut (metanol : akuades dengan perbandingan 1:1) hingga
garis tanda. Dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 5,6224 µg/ml ; 9,6384 µg/ml ; 13,6544 µg/ml ; 17,6704 µg/ml dan
21,6864 µg/ml. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm.
Dapat dilihat bagan alir spektrum serapan baku vitamin B1 pada lampiran 5
3.5.4.2 Pembuatan Spektrum Serapan Vitamin B2
Dipipet larutan induk baku (LIB II) vitamin B2 sebanyak 6,5 ml; 8,5 ml; 10,5
ml; 12,5 ml; 14,5 ml. Masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml,
diencerkan dengan pelarut (metanol : akuades dengan perbandingan 1:1) hingga
garis tanda. Dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 7,8 µg/ml ; 10,2 µg/ml ; 12,6 µg/ml ; 15,0 µg/ml dan 17,4 µg/ml.
Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm. Dapat dilihat
bagan alir spektrum serapan baku vitamin B2 pada lampiran 6.
3.5.4.3 Pembuatan Spektrum Serapan Vitamin B6
Dipipet larutan induk baku (LIB II) vitamin B6 sebanyak 0,6 ml; 1,6 ml; 2,6
ml; 3,6 ml; 4,6 ml. Masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml,
diencerkan dengan pelarut (metanol : akuades dengan perbandingan 1:1) hingga
garis tanda. Dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 2,4 µg/ml ; 6,4 µg/ml ; 10,4 µg/ml ; 14,4 µg/ml dan 18,4 µg/ml.
Universitas Sumatera Utara
34
Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm. Dapat dilihat
bagan alir spektrum serapan baku vitamin B6 pada lampiran 7.
3.5.4.4 Pembuatan Spektrum Serapan Nikotinamida
Dipipet larutan induk baku (LIB II) nikotinamida sebanyak 1,25 ml; 1,75 ml;
2,25 ml; 2,75 ml; 3,25 ml. Masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 25
ml, diencerkan dengan pelarut (metanol : akuades dengan perbandingan 1:1)
hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 5,0 µg/ml ; 7,0 µg/ml ; 9,0 µg/ml ; 11,0 µg/ml dan 13,0 µg/ml.
Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm. Dapat dilihat
bagan alir spektrum serapan baku nikotinamida pada lampiran 8
3.5.4.5 Pembuatan Spektrum Serapan Campuran Baku Vitamin B1, B2, B6
dan Nikotinamida
Ditimbang masing-masing 0,0250 g baku vitamin B1, B2, B6 dan
nikotinamida, dimasukkan masing-masing kedalam labu tentukur 25 ml,
dilarutkan dengan pelarut (metanol : akuades dengan perbandingan 1:1) sampai
garis tanda, dan dihomogenkan. Kemudian dipipet 3,4 ml dari larutan vitamin B1,
2,3 ml dari larutan vitamin B2, 2,6 ml dari larutan vitamin B6, 1,7 ml dari larutan
vitamin nikotinamida . Keempat larutan ini dicampurkan kedalam labu tentukur
25 ml, dicukupkan dengan pelarut (metanol : akuades dengan perbandingan 1:1)
sampai garis tanda, dikocok hingga homogen. Diukur serapan pada panjang
gelombang 200-400 nm. Bagan alir pembuatan spektrum campuran baku vitamin
B1, B2, B6, dan nikotinamida dapat dilihat pada lampiran 9.
Universitas Sumatera Utara
35
3.5.5 Pembuatan Spektrum Serapan Secara Kemometrik
3.5.5.1 Pembuatan Spektrum Serapan Vitamin B1 Secara Kemometrik
Spektrum serapan vitamin B1 pada konsentrasi 13,6544 g/ml dengan
bantuan software UV probe 2.42 untuk memperoleh spektrum dengan cara
menghitung nilai absorbansi pada panjang gelombang 210-280 nm. Kemudian
dilakukan pengolahan data pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir
pembuatan spektrum serapan maksimum secara kemometrik pada vitamin B1
dapat dilihat pada lampiran 10.
3.5.5.2 Pembuatan Spektrum Serapan Vitamin B2 Secara Kemometrik
Spektrum serapan vitamin B2 pada konsentrasi 2,82 g/ml dengan bantuan
software UV probe 2.42 untuk memperoleh spektrum dengan cara menghitung
nilai absorbansi pada panjang gelombang 210-280 nm. Kemudian dilakukan
pengolahan data pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir pembuatan
spektrum serapan maksimum secara kemometrik pada vitamin B2 dapat dilihat
pada lampiran 11.
3.5.5.3 Pembuatan Spektrum Serapan Vitamin B6 Secara Kemometrik
Spektrum serapan vitamin B6 pada konsentrasi 10,5 g/ml dengan bantuan
software UV probe 2.42 untuk memperoleh spektrum dengan cara menghitung
nilai absorbansi pada panjang gelombang 210-280 nm. Kemudian dilakukan
pengolahan data pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir pembuatan
spektrum serapan maksimum secara kemometrik pada vitamin B6 dapat dilihat
pada lampiran 12.
Universitas Sumatera Utara
36
3.5.5.4 Pembuatan Spektrum Serapan Nikotinamida Secara Kemometrik
Spektrum serapan nikotimaida pada konsentrasi 7,0 g/ml dengan bantuan
software UV probe 2.42 untuk memperoleh spektrum dengan cara menghitung
nilai absorbansi pada panjang gelombang 210-280 nm. Kemudian dilakukan
pengolahan data pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir pembuatan
spektrum serapan maksimum secara kemometrik pada nikotinamida dapat dilihat
pada lampiran 13.
3.5.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Kemometrik
3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin B1 Kemometrik
Nilai Partial Least Squares (Kemometrik) dari spektrum vitamin B1 pada
panjang gelombang 210-280 nm diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan
persamaan regresi pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir pembuatan
kurva kalibrasi vitamin B1 kemometrik dapat dilihat pada lampiran 14.
3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin B2 Secara Kemometrik
Nilai Partial Least Squares (Kemometrik) dari spektrum vitamin B2 pada
panjang gelombang 210-280 nm diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan
persamaan regresi pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir pembuatan
kurva kalibrasi vitamin B2 kemometrik dapat dilihat pada lampiran 15.
3.5.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin B6 Secara Kemometrik
Nilai Partial Least Squares (Kemometrik) dari spektrum pada vitamin B6
panjang gelombang 210-280 nm diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan
persamaan regresi pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir pembuatan
kurva kalibrasi vitamin B6 kemometrik dapat dilihat pada lampiran 16.
Universitas Sumatera Utara
37
3.5.6.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Nikotinamida Secara Kemometrik
Nilai Partial Least Squares (Kemometrik) dari spektrum nikotinamida pada
panjang gelombang 210-280 nm diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan
persamaan regresi pada software Minitab versi 18.2.4.4. Bagan alir pembuatan
kurva kalibrasi nikotinamida kemometrik dapat dilihat pada lampiran 17.
3.5.7 Validasi Metode
3.5.7.1 Akurasi
Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku ( Standard Addition
Method), yaitu dengan membuat konsentrasi analit sampel dengan rentang
spesifik 80%, 100%, 120%, dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali
perlakuan. Setiap rentang mengandung 70% analit dan 30% baku pembanding,
kemudian dianalisisi dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar
sampel (Harmita, 2004). Spektrum serapan yang dihasilkan kemudian dibuat
spektrum rasio untuk masing-masing vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida
dibagi dengan pembagi, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan spektrum
kemometrik dan dilakukan penetapan kadar seperti pada sampel. Berikut dibawah
merupakan rumus persen perolehan kembali.
%Perolehan Kembali =
Keterangan :
CF = Konsentrasi sampel setelah penambahan baku
CA = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku
CA* = jumlah baku yang ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
38
3.5.7.2 Presisi
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), presisi suatu analisis sering dinyatakan
sebagai ± simpangan baku relatif (± SBR) dengan rumus:
SBR =
x 100%
Keterangan :
SBR = Simpangan baku relatif
S = Simpangan baku
= Rerata pengukuran
3.5.7.3 Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), absorbansi pada λ analisis dilakukan
pada perhitungan LOD dan LOQ sebagai berikut:
SD = √
LOD = 3 x SB
Slope
LOQ = 10 x SB
slope
3.5.7.4 Analisis Data Statistik
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), data perhitungan kadar vitamin
B1,B2, B6, dan nikotinamida dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji t
tabel distribusi t. Perhtungannya dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 30.
Rumus yang digunakan adalah:
SD = √
T hitung =
Dasar penolakan data jika t hitung ≥ t tabel dan t hitung ≤-t tabel pada interval
kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01.
Universitas Sumatera Utara
39
Keterangan:
= kadar rerata sampel
X = kadar sampel
SD = standard deviation / simpangan baku
N =jumlah pengulangan
= tingkat kepercayaan
3.5.8 Penentuan Kadar vitamin B1, B2, B6, Nikotinamida dalam Sediaan
Sirup
3.5.8.1 Penentuan Kadar vitamin B1
Setiap 5 ml sirup mengandung vitamin B1 3 mg, B2 1,25 mg, B6 1 mg dan
nikotinamida 10 mg. Kemudian diukur seksama sejumlah larutan setara dengan
1,5 mg vitamin B1, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan ditambahkan
pelarut metanol : air (1:1) sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan
dengan sonikator selama 15 menit. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih
kurang 10 ml filtrat ini dibuang kemudian filtrat penyaringan berikutnya
ditampung, dipipet sebanyak 2 ml ke dalam labu 10 ml dan diencerkan dengan
pelarut methanol air (1:1) hingga garis tanda. Diukur serapannya pada panjang
gelombang 200-400 nm, kemudian serapan dipisahkan pada aplikasi UV Probe
2.4.2 dan di buat spektrum partial least squares (kemometrik) vitamin B1 pada
panjang gelombang 210-280 nm dengan interval 2 nm. Bagan alir penentuan
kadar vitamin B1 dapat dilihat pada lampiran 18.
Data absorban dari larutan sampel dengan interval 2 nm pada panjang
gelombang 210-280 nm dikalikan dengan koefisien yang diperoleh dari hasil
validasi, sehingga diperoleh penetapan kadar vitamin B1 dalam sampel sediaan
sirup secara spektrofotometri ultraviolet-kalibrasi multivariat PLS. Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
40
penetapan kadar dapat dilihat pada lampiran 27 dan koefisien PLS vitamin B1
dapat dilihat pada lampiran 28.
3.5.8.2 Penentuan Kadar Vitamin B2
Setiap 5 ml sirup mengandung vitamin B1 3 mg, B2 1,25 mg, B6 1 mg dan
nikotinamida 10 mg. Kemudian diukur seksama sejumlah larutan setara dengan
0,625 mg vitamin B2, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan ditambahkan
pelarut metanol : air 1:1 sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan
dengan sonikator selama 15 menit. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih
kurang 10 ml filtrat ini dibuang kemudian filtrat penyaringan berikutnya
ditampung, dipipet sebanyak 1 ml ke dalam labu 10 ml dan diencerkan dengan
pelarut methanol air (1:1) hingga garis tanda. Diukur serapannya pada panjang
gelombang 200-400 nm. kemudian serapan dipisahkan dalam aplikasi UV Probe
2.4.2, dan di buat spektrum partial least squares (kemometrik)vitamin B2 pada
panjang gelombang 210-280 nm dengan interval 2 nm. Bagan alir penentuan
kadar vitamin B2 dapat dilihat pada lampiran 19.
Data absorban dari larutan sampel dengan interval 2 nm pada panjang
gelombang 210-280 nm dikalikan dengan koefisien yang diperoleh dari hasil
validasi, sehingga diperoleh penetapan kadar vitamin B2 dalam sampel sediaan
sirup secara spektrofotometri ultraviolet-kalibrasi multivariat PLS. Perhitungan
penetapan kadar dapat dilihat pada lampiran 27 dan koefisien PLS vitamin B2
dapat dilihat pada lampiran 28.
3.5.8.3 Penentuan Kadar Vitamin B6
Setiap 5 ml sirup mengandung vitamin B1 3 mg, B2 1,25 mg, B6 1 mg dan
nikotinamida 10 mg. Kemudian diukur seksama sejumlah larutan setara dengan
Universitas Sumatera Utara
41
0,5 mg vitamin B6, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan ditambahkan
pelarut metanol : air (1:1) sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan
dengan sonikator selama 15 menit. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih
kurang 10 ml filtrat ini dibuang kemudian filtrate penyaringan berikutnya
ditampung, dipipet sebanyak 2 mL ke dalam labu 10 ml dan diencerkan dengan
pelarut methanol air (1:1) hingga garis tanda. Diukur serapannya pada panjang
gelombang 200-400 nm, kemudian serapan dipisahkan pada aplikasi UV Probe 2.
4. 2 dan di buat spektrum partial least squares (kemometrik)vitamin B6 pada
panjang gelombang 210-280 nm dengan interval 2 nm. Bagan alir penentuan
kadar vitamin B6 dapat dilihat pada lampiran 20.
Data absorban dari larutan sampel dengan interval 2 nm pada panjang
gelombang 210-280 nm dikalikan dengan koefisien yang diperoleh dari hasil
validasi, sehingga diperoleh penetapan kadar vitamin B6 dalam sampel sediaan
sirup secara spektrofotometri ultraviolet-kalibrasi multivariat PLS. Perhitungan
penetapan kadar dapat dilihat pada lampiran 27 dan koefisien PLS vitamin B6
dapat dilihat pada lampiran 28.
3.5.8.4 Penentuan Kadar Nikotinamida
Setiap 5 ml sirup mengandung vitamin B1 3 mg, B2 1,25 mg, B6 1 mg dan
nikotinamida 10 mg. Kemudian diukur seksama sejumlah larutan setara dengan 5
mg nikotinamida, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan ditambahkan
pelarut metanol : air (1:1) sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan
dengan sonikator selama 15 menit. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih
kurang 10 ml filtrat dibuang, kemudian filtrat penyaringan berikutnya ditampung
dipipet sebanyak 0,5 ml ke dalam labu 10 ml lalu diencerkan dengan pelarut
Universitas Sumatera Utara
42
methanol; air (1:1) hingga garis tanda. Diukur serapanya pada panjang gelombang
200-400 nm. Kemudian serapan dipisahkan dalam aplikasi UV Probe 2.4.2 dan
dibuat spektrum pls vitamin nikotinamida pada panjang gelombang 210-280 nm
dengan interval 2 nm. Bagan alir penentuan kadar nikotinamida dapat dilihat pada
lampiran 21.
Data absorban dari larutan sampel dengan interval 2 nm pada panjang
gelombang 210-280 nm dikalikan dengan koefisien yang diperoleh dari hasil
validasi, sehingga diperoleh penetapan kadar Nikotinamida dalam sampel sediaan
sirup secara spektrofotometri ultraviolet-kalibrasi multivariate PLS. Perhitungan
penetapan kadar dapat dilihat pada lampiran 27 dan koefisien PLS nikotinamida
dapat dilihat pada lampiran 28.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Spektrum Serapan Maksimum
Penentuan spektrum serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang
200 – 400 nm. Penentuan spektrum serapan maksimum vitamin B1 adalah pada
konsentrasi 13,654 µg/ml, vitamin B2 pada konsentrasi 2,82 µg/ml, vitamin B6
pada konsentrasi 10,5 μg/ml, dan nikotinamida pada konsentrasi 7,0 µg/ml .
Panjang gelombang maksimum untuk vitamin B1 dalam pelarut (metanol : air
dengan perbandingan 1:1) adalah 231,6 nm, vitamin B2 dalam pelarut (metanol :
air dengan perbandingan 1:1) adalah 268,6 nm, vitamin B6 dalam pelarut
(metanol : air dengan perbandingan 1:1) adalah 222,8 nm, dan nikotinamida
dalam pelarut (metanol : air dengan perbandingan 1:1) adalah 214,6 nm.
Spektrum serapan maksimum vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida masing –
masing dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3, dan Gambar 4.4.
Gambar 4.1 Spektrum serapan maksimum vitamin B1(13,654 µg/ml)
Pada Gambar 4.1 menunjukkan panjang gelombang yang memberikan
serapan maksimum untuk vitamin B1 adalah 231,60 nm.
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 4.2 Spektrum serapan maksimum vitamin B2 (2,82 µg/ml)
Pada Gambar 4.2 menunjukkan panjang gelombang yang memberikan
serapan maksimum untuk vitamin B2 adalah 268,60 nm.
Menurut Rohman (2007), untuk kalibrasi instrument monograf farmakope
mendasarkan pada nilai standar untuk menghitung kadar suatu obat dalam
formulasi menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer yang digunakan
untuk pengukuran harus dikalibrasi dengan baik terhadap skala panjang
gelombang dan absorbansinya.
Hasil spektrum vitamin B2 yang diukur pada panjang gelombang 200-400
nm diperoleh absorbansi masing-masing -0,00105 dan -0,00099 pada panjang
gelombang 398 dan 396 nm. Nilai minus pada absorbansinya masih diterima
karena masih mendekati nilai nol. Perlakuan baseline yang belum baik pada
instrumen spektrofotometri mengakibatkan hasil absorbansi dibawah garis nol
standar. Menurut Rohman (2007), adanya sesatan sinar yang sampai ke detektor
akan tetapi tidak melewati sampel menyebabkan sampel seolah-olah hanya
menyerap sedikit sinar daripada yang seharusnya. Keadaan seperti menjadi lebih
serius jika suatu sampel mempunyai absorbansi > 2.
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 4.3 Spektrum serapan maksimum vitamin B6 (10,5 µg/ml)
Pada Gambar 4.3 menunjukkan panjang gelombang yang memberikan serapan
maksimum untuk vitamin B6 adalah 222,80 nm.
Gambar 4.4 Spektrum serapan maksimum nikotinamida (7,0 µg/ml)
Pada Gambar 4.4 menunjukkan panjang gelombang yang memberikan
serapan maksimum untuk nikotinamida adalah 214,60 nm.
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 4.5 Spektrum tumpang tindih serapan maksimum vitamin B1, B2, B6,
dan nikotinamida
Pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa spektrum serapan maksimum dari
vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida saling bertumpang tindih satu sama lain,
sehingga tidak dapat dilakukan penetapan kadarnya secara spektrofotometri biasa
karena absorbansi yang dihasilkan sudah merupakan hasil campuran.
4.2. Penentuan Spektrum Serapan Vitamin B1, B2, B6, dan Nikotinamida
Pada Berbagai Konsentrasi
Spektrum serapan vitamin B1 dibuat pada konsentrasi 5,6224 µg/ml ; 9,6384
µg/ml ; 13,6544 µg/ml ; 17,6704 µg/ml dan 21,6864 µg/ml. Spektrum serapan
vitamin B2 dibuat pada konsentrasi 7,8 µg/ml ; 10,2 µg/ml ; 12,6 µg/ml ; 15,0
µg/ml dan 17,4 µg/ml. Spektrum serapan vitamin B6 dibuat pada konsentrasi 2,4
µg/ml ; 6,4 µg/ml ; 10,4 µg/ml ; 14,4 µg/ml dan 18,4 µg/ml. Spektrum serapan
nikotinamida dibuat pada konsentrasi 5,0 µg/ml ; 7,0 µg/ml ; 9,0 µg/ml ; 11,0
µg/ml dan 13,0 µg/ml. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200-
400 nm.
Universitas Sumatera Utara
47
Spektrum serapan vitamin B1 ,B2, B6, dan nikotinamida pada berbagai
konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.6, 4.7, 4.8, dan 4.9.
Gambar 4.6 Spektrum serapan vitamin B1 pada berbagai konsentrasi
Gambar 4.7 Spektrum serapan vitamin B2 pada berbagai konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 4.8 Spektrum serapan vitamin B6 pada berbagai konsentrasi
Gambar 4.9 Spektrum serapan nikotinamida pada berbagai konsentrasi
Hasil spektrum dari setiap vitamin pada berbagai konsentrasi tidak
mengalami perubahan meskipun dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap vitamin yang dilarutkan dengan dengan pelarut
metanol:air (1:1) stabil dan kelarutannya baik. Data spektrum PLS berbagai
Universitas Sumatera Utara
49
konsentrasi vitamin B1, B2, B6 dan nikotinamida dapat dilihat pada lampiran 44-
47.
Gambar 4.10 Tumpang tindih spektrum serapan vitamin B1, B2, B6,
nikotinamida dan spektrum campuran vitamin B1, B2, B6
dan nikotinamida
Dapat dilihat pada gambar 4.10 bahwa setiap spektrum vitamin saling
tumpang tindih satu sama lain dan spektrum obat/campuran memiliki spektrum
yang berbeda dengan spektrum vitamin tunggal karena memiliki konstituen yang
berbeda sehingga penetapan kadar vitamin tidak bisa menggunakan
spektrofotometri biasa. Kemometrik menggunakan metode multivariat yang
menawarkan banyak keuntungan dalam melakukan analisis spektroskopi
kuantitatif berbagai jenis campuran obat (Muchlisyam dan Pardede, 2017).
Sehingga spektrum campuran obat dapat dianalisis secara kuantitatif dan selektif
yang menghasilkan absorbansi setiap vitamin dalam sirup.
4.3 Hasil Spektrum Serapan Campuran Baku Serapan Vitamin B1, B2, B6,
dan Nikotinamida
Spektrum serapan campuran baku serapan vitamin B1, B2, B6, dan
Nikotinamida dibuat dengan konsentrasi 13,6544 µg/ml untuk Vitamin B1,
dengan konsentrasi 2,82 µg/ml untuk vitamin B2, dengan konsentrsi 10,5 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
50
untuk vitamin B6 dengan konsentrsi 7,0 µg/ml untuk nikotinamida. Spektrum
campuran menghasilkan bentuk yang berbeda dengan spectrum Vitamin B1, B2,
B6, dan nikotinamida masing- masing, karena spektrum serapan campuran adalah
kombinasi dari spektrum penyusunnya.
Spektrum serapan campuran baku Vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida
dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Spektrum serapan tumpang tindih campuran baku vitamin B1, B2,
B6, dan nikotinamida serta Sirup X
Sirup yang digunakan sebagai sampel tidak hanya mengandung vitamin
B1,B2,B6, dan nikotinamida melainkan juga zat lain,baik yang tidak dapat larut
dalam air maupun yang larut air seperti vitamin C.
Vitamin C merupakan zat larut dalam air dan memiliki serapan pada
panjang gelombang ultraviolet pada larutan asam dengan λ maksimum 243 nm
(Moffat dkk.,2011) dan pada larutan buffer pH 5,4266 nm (Selimovic
dkk.,2011). Selain itu vitamin C memiliki konsentrasi yang besar didalam
sediaan sirup. Berdasarkan hal tersebut diduga vitamin C dapat mengganggu
spektrum sampel pada daerah 200-300 nm.
Universitas Sumatera Utara
51
Gambar 4.12 Spektrum campuran baku Sirup, Sirup X dan Vitamin C
Hal ini menyebabkan kesulitan pada penetapan kadar khususnya vitamin
B1 yang memiliki panjang gelombang maks yang berdekatan dengan vitamin C
yaitu 231,6 nm (vitamin B1) dan 243 nm (vitamin C), sehingga pada proses
penetapan kadar dilakukan divisor pada vitamin C untuk menghilangkan
pengaruh dari vitamin C.
Gambar 4.13 Spektrum vitamin C (Moffat dkk., 2011)
Stabilitas vitamin adalah masalah penting lainnya ketika mempertimbangkan
nilai gizi suatu makanan. Kehilangan pemrosesan dan penyimpanan tergantung
pada kondisi seperti pH, suhu dan kadar air. Dapat dilihat pada Tabel 4.1
menunjukkan pH sediaan sirup dan masing-masing vitamin memenuhi syarat
yang tertera pada sertifikat pengujian. Sertifikat pengujian vitamin B1, B2, B6,
dan nikotinamida dapat dilihat pada lampiran 49. Niasin dan biotin relatif stabil,
tetapi vitamin-vitamin yang larut dalam air lainnya labil untuk berbagai tingkat
Universitas Sumatera Utara
52
dan dalam kondisi yang berbeda. Riboflavin terkenal rentan terhadap penguraian
oleh cahaya, dan sebanyak 85% kandungan riboflavin susu dalam botol kaca
dapat dihancurkan setelah hanya 2 jam terpapar sinar matahari yang cerah (Ball,
1994).
Tabel 4.1 pH vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida
No Vitamin pH Sirup
1. Vitamin B1 7,1 (sertifikat pengujian)
2. Vitamin B2 4,5-7,0 (USP)
3. Vitamin B6 2,7 (sertifikat pengujian)
4. Nikotinamida 6,39 (sertifikat pengujian)
4.4 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Partial Least Squares (PLS)
Partial Least Squares merupakan salah satu jenis kalibrasi multivariat dari
metode kemometrik yang digunakan untuk melakukan pengolahan data karena
mampu menghasilkan model kalibrasi dengan kemampuan prediksi yang baik
untuk jumlah data yang banyak. Data absorbansi dari 35 set disiapkan sebagai
model kalibrasi diukur pada panjang gelombang 210-280 nm dengan interval
panjang gelombang 2 nm. Rentang panjang gelombang yang dipilih adalah
memberikan hubungan linearitas yang terbaik antara nilai PLS dan konsentrasi
yang ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi (nilai 1 yang mendekati satu).
Analisis kalibrasi vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dapat dilihat pada Tabel
4.2, Tabel 4.4, 4.6, dan Tabel 4.8. Data hasil validasi silang antara konsentrasi
dan absorbansi vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dengan metode kemometrik
(Partial Least Squares) pada panjang gelombang 210-280 nm dapat dilihat pada
Tabel 4.3, 4.5, 4.7, dan 4.9.
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.2 Analisis kalibrasi vitamin B1 dengan persamaan regresi PLS
No Konsentrasi (µg/mL)
(X)
Serapan
(Absorbansi) (Y)
1 0,0000 0,0000
2 5,6224 0,2004
3 9,6384 0,3360
4 13,6544 0,4738
5 17,6704 0,6177
6 21,6864 0,7598
a = 28,6369 b =-0,0166
r = 0,99992
Gambar 4.14 Kurva hubungan antara kadar vitamin B1 sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation
Pada Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa regresi X dan Y secara regresi Partial
Least Squares adalah linear sehingga dapat digunakan untuk perhitungan
konsentrasi dan kadar vitamin B1
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.3 Data hasil validasi antara konsentrasi dan absorbansi vitamin B1
dengan metode kemometrik (Partial Least Squares) pada panjang
gelombang 210-280 nm
Komponen yang terhitung : set
Jumlah komponen yang dihitung : 1
Model seleksi dan validasi untuk x
Komponen : 1 Variansi x : 1 Penyimpangan:
0,460048
R- Sq : 0,998547
Koefisien
X Standarisasi X
Konstanta -0,0166 0,000000
Y 28,6369 0,9992
Tabel 4.4 Analisis kalibrasi vitamin B2 dengan persamaan regresi PLS
No Konsentrasi (µg/mL)
(X)
Serapan
(Absorbansi) (Y)
1 0,0000 0,0000
2 7,8000 0,6184
3 10,2000 0,8112
4 12,6000 1,0132
5 15,0000 1,1942
6 17,4000 1,4051
a = 12,4254 b = 0,0588
r = 0,99980
Dapat dilihat dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai absorbansi diatas
0,8 atau dapat disebut belum sesuai dengan syarat Hukum Lamber-Beer bahwa
syarat absorbansi adalah 0,2-0,8. Hal ini dikarenakan karena karena kelarutan
vitamin B2 yang sulit sehingga dilakukan pengencaran pada konsentrasi yang
lebih besar sehingga menghasilkan absorbansi yang besar juga. Menurut steve
(2001) dikatakan bahwa dalam hal optimasi pembacaan alat, keakuratan analisis
dibutuhkan kisaran absorbansi 0,1 – 0,8 A. pada pembacaan absorbansi rendah,
keakuratan pembacaan terbatas. Namun pada absorbansi tinggi, faktor stary light
(pembiasan cahaya) dapat menyebabkan penyimpangan yang besar dari hukum
Universitas Sumatera Utara
55
Beer. Sensitivitas dicek ulang dengan melakukan pembacaan absorbansi sekitar
0,1.
Gambar 4.15 Kurva hubungan antara kadar vitamin B2 sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation
Pada Gambar 4.15 dapat dilihat bahwa regresi X dan Y secara regresi Partial
Least Squares adalah linear sehingga dapat digunakan untuk perhitungan
konsentrasi dan kadar vitamin B2.
Tabel 4.5 Data hasil validasi silang antara konsentrasi dan absorbansi vitamin B2
dengan metode kemometrik (Partial Least Squares) pada panjang
gelombang 210-280 nm
Komponen yang terhitung : set
Jumlah komponen yang dihitung : 1
Model seleksi dan validasi untuk x
Komponen : 1 Variansi x : 1 Penyimpangan:
0,293104
R- Sq : 0,998457
Koefisien
X Standarisasi x
Konstanta 0,0588 0,000000
Y 12,4254 0,99980
Universitas Sumatera Utara
56
Tabel 4.6 Analisis kalibrasi vitamin B6 dengan persamaan regresi PLS
No Konsentrasi (µg/mL)
(X)
Serapan
(Absorbansi) (Y)
1 0,0000 0,0000
2 2,4000 0,1117
3 6,4000 0,2978
4 10,4000 0,4725
5 14,4000 0,6656
6 18,4000 0,8573
a = 21,5564 b = 0,0269
r = 0,99980
Gambar 4.16 Kurva hubungan antara kadar vitamin B6 sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation
Pada Gambar 4.16 dapat dilihat bahwa regresi X dan Y secara regresi Partial
Least Squares adalah linear sehingga dapat digunakan untuk perhitungan
konsentrasi dan kadar vitamin B6.
Universitas Sumatera Utara
57
Tabel 4.7 Data hasil validasi silang antara konsentrasi dan absorbansi vitamin B6
dengan metode kemometrik (Partial Least Squares) pada panjang
gelombang 210-280 nm
Komponen yang terhitung : set
Jumlah komponen yang dihitung : 1
Model seleksi dan validasi untuk x
Komponen : 1 Variansi x : 1 Penyimpangan:
0,105424
R- Sq : 0,999579
Koefisien
X Standarisasi x
Konstanta 0,0269 0,000000
Y 21,5564 0,99980
Tabel 4.8 Analisis kalibrasi nikotinamida dengan persamaan regresi PLS
No Konsentrasi (µg/mL)
(X)
Serapan
(Absorbansi) (Y)
1 0,0000 0,0000
2 5,0000 0,3311
3 7,0000 0,4671
4 9,0000 0,6049
5 11,0000 0,7323
6 13,0000 0,8640
a = 15,0105 b = -0,0039
r = 0,99992
Gambar 4.17 Kurva hubungan antara kadar nikotinamida sebenarnya (actual
response) dan nilai terhitung (calculated response) menggunakan
spektrofotometri UV-Vis tanpa cross validation
Universitas Sumatera Utara
58
Pada Gambar 4.17 dapat dilihat bahwa regresi X dan Y secara regresi Partial
Least Squares adalah linear sehingga dapat digunakan untuk perhitungan
konsentrasi dan kadar nikotinamida.
Tabel 4.9 Data hasil validasi silang antara konsentrasi dan absorbansi
nikotinamida dengan metode kemometrik (Partial Least Squares) pada
panjang gelombang 210-280 nm
Komponen yang terhitung : set
Jumlah komponen yang dihitung : 1
Model seleksi dan validasi untuk x
Komponen : 1 Variansi x : 1 Penyimpangan:
0,0177973
R- Sq : 0,999834
Koefisien
X Standarisasi x
Konstanta -0,0039 0,000000
Y 15,0105 0,999920
Jadi berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa metode kemometrik
dengan perhitungan secara Partial Least Squares dapat digunakan terhadap
Vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dengan menggunakan pelarut metanol: air
(1:1) karena ketiga zat ini larut dalam pelarut tersebut. Data perhitungan kalibrasi,
persamaan regresi, dan koefisien korelasi semua vitamin dapat dilihat pada
lampiran 24-27 dan Hasil validasi kalibrasi kemometrik dan koefisien PLS semua
vitamin dapat dilihat pada lampiran 29.
4.5 Hasil Validasi Metode
Parameter validasi yang diuji adalah akurasi, presisi, batas deteksi (LOD),dan
batas kuantitasi (LOQ). Akurasi dinyatakan dengan % recovery yang ditentukan
dengan metode adisi standar. Pada penelitian ini dilakukan uji validasi
menggunakan sampel sirup sampel produksi lokal.
Universitas Sumatera Utara
59
Uji akurasi dilakukan dengan membuat tiga konsentrasi sampel dengan
rentang spesifik 80%, 100%, dan 120% dihitung dari kesetaraan penimbangan
pada penetapan kadar sampel, masing-masing rentang spesifik terdiri dari tiga kali
pengulangan yang mengandung 70% analit dan 30% baku. Spektrum PLS uji
perolehan kembali dari vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dapat dilihat pada
Lampiran 33, perhitungan persen recovery dapat dilihat pada lampiran 32.
Persyaratan kadar perolehan kembali (% recovery) ialah 98-102%. Kadar
rata-rata perolehan kembali pada sirup sampel produksi lokal memenuhi
persyaratan. Data hasil persen recovery, persen recovery secara statistik, dan
LOD/LOQ vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dapat dilihat pada lampiran 33-
44. Simpangan baku relatif (SBR) memenuhi persyaratan dengan nilai SBR
kurang dari 2%. Batas deteksi dan batas kuantitasi vitamin B1, B2, B6, dan
nikotinamida dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan memenuhi syarat validasi metode.
Nilai R2
, PRESS, dan RMSECV dari vitamin B1, B2, B6, nikotinamida dapat
dilihat pada Tabel 4.11 dengan spektrofotometri ultraviolet secara kemometrik
dengan perhitungan secara Partial Least Squares telah memenuhi persyaratan
validasi metode.
Tabel 4.10 Nilai linearitas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ untuk vitamin B1,
B2, B6 dan nikotinamida
No. Parameter B1 B2 B6 N
1. Linearitas (r) 0,99992 0,9998 0,9998 0,99992
2. Akurasi 100,2% 100,26% 99,56% 99,74%
3. Presisi (RSD) 1,498% 1,3286% 1,6318% 1,5257%
4. LOD (μg/mL) 1,52368 0,4065 0,48817 0,38296
5. LOQ (μg/mL) 5,0789 1,3551 1,62723 1,7656
Universitas Sumatera Utara
60
Tabel 4.11 Nilai , PRESS, RMSCEV untuk vitamin B1, B2, B6 dan
nikotinamida
No. Parameter B1 B2 B6 N
1. PRESS 1,1028 0,4377 0,04836 0,0814
2. 0,99967 0,9998 0,9999 0,9998
3. RMSCEV 0,1750 0,11 0,0366 0,04753
4.6 Hasil Penetapan Kadar Vitamin B1, B2, B6, dan Nikotinamida dalam
Sediaan Sirup
Perhitungan kadar vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dapat dilihat pada
lampiran 30-31. Kadar dan standar deviasi vitamin B1,B2, B6, nikotinamida
dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Kadar dan standar deviasi vitamin B1,B2, B6, nikotinamida pada
sirup sampel produksi lokal
Vitamin Kadar (%)
B1 96,24±0,921
B2 97,43±0,766
B6 100,47±0,5797
Nikotinamida 97,49±1,066
Rentang kadar vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida pada sirup sampel
produk lokal masing-masing adalah 96,24±0,921; 97,43±0,766%,;
100,47±0,5797%; dan 97,49±1,066%. Kadar tersebut telah memenuhi persyaratan
kadar yang tertera pada USP XXII NF XVII yaitu 90 - 110% vitamin B1 dan
nikotinamida serta 90-115% untuk vitamin B2 dan B6.
Universitas Sumatera Utara
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Metode spektrofotometer ultraviolet secara kemometrik memenuhi
persyaratan validasi sehingga dapat digunakan dalam penetapan kadar
vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dalam sediaan sirup.
b. Kadar vitamin B1, B2, B6, dan nikotinamida dalam sediaan sirup sampel
produksi lokal memenuhi persyaratan USP XXII (1989) yaitu untuk vitamin
B1 dan nikotiamida yaitu 90% - 110% dan 95% - 105% untuk vitamin B2 dan
B6. Rerata kadar yang diperoleh pada sirup sampel produksi lokal masing-
masing untuk vitamin B1, B2, B6, nikotinamida adalah 96,24%; 97,43%; 102,
47%; dan 97,49%.
5.2 Saran
Disarankan pada penelitian selanjutnya agar dilakukan penetapan kadar
campuran menggunakan obat yang lain dengan metode spektrofotometri
ultraviolet secara kemometrik.
Universitas Sumatera Utara
62
DAFTAR PUSTAKA
Alba, P.L., Martinez, L.L., Cerda, V., Hernandez, J.A. (2006). Simultaneous
Determination and Classification of Riboflavin, Thiamine, Nicotinamide
and Pyridoxine in Pharmaceutical Formulations, by UV-visible
Spectrophotometry and Multivariate. J.Braz. Chem. Soc. 17(4): 715-
722.
Anonim. 2005. The United States of Pharmacopeia 28. Vol. II. Rockville, MD:
U.S. Pharmacopeia Convention, Inc. Halaman 2440-2442.
Ansel, C.H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. Halaman 328-3325.
Ball, G.F. 1994 . Water-soluble Vitamin Assays in Human Nutrition. Surrey
:Chapman & Hall. Halaman 2,6-7.
Che Man, Y. B., Syahariza Z. A., Rohman A. 2010. Chapter 1. Fourier Transform
Infrared (FTIR) Spectroscopy: Development, Techniques, and
Application in The Analysis of Fats and Oils. In Fourier Transform
Infrared Spectrocopy Edited by Oliver J. Ress, Nova Science
Pubhlishers. New York: USA. Halaman 1-36.
Danzer, K., Otto, M., Currie, L.A. 2004. Guideline for Calibration in Analytical
Chemistry Part 2. Multispecies Calibration (IUPAC Technical Report).
Pure Appl. Chem. 76(6): Halaman 1215-1225.
Day, R.A., Underwood, A.L. 1998. Quantitative Analysis. Sixth Edition. USA:
Prentice Hall. Alih Bahasa: Sopyan, I. (2001). Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Halaman 397, 402, 412-
414
Ditjen POM RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 649.
Ditjen POM RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 37.
Gandjar, I. G., Rohman, A. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Halaman 456, 465-466, 469-470.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.
Massart, D.L. dan Buydens, L. 1998. Chemometrics In Pharmaceutical Analysis.
Journal Of Pharmaceutical And Biomedical Analysis.
Miller, J.C., Miller, J.N. 2010. Statistic For Chemical Analysis. Bandung: ITB.
Muchlisyam, Pardede, T.R. 2017. Spektrofotometri dan Analisis Multikomponen
Obat. Medan: USU Press. Halaman: 48, 51.
Mulja, M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
Universitay Press. Halaman 1, 6-11, 26-30.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. 2011. Clarke’s Analysis Of Drug
And Poison. Fourth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 974,
1766.
Osborne, S.D., Jordan, R.B., dan Kunnemeyer, R. 1997. Method Of Wavelength
Selection For Partial Least Square. Analysis.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Universitas Sumatera Utara
63
Pustaka Pelajar. Halaman 224-233, 240-243, 254-255, 261-262.
Rohman, A. 2014. Statistika dan Kemometrika Dasar dalam Analisis Faramasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 2102-202.
Rohman, A., Che Man, Y.B. 2011. Analysis of Lard in Cream Cosmetics
Formulation Using FT-IR Spectroscopy and Chemometrics. Middle East:
J.Sci Res. Halaman 726-732.
Satiadarma, K., Mulja, H., M., Tjahjoo, D. H., dan Kartasasmita, R. E. (2004).
Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya:
Airlangga Unversity Press. Halaman 94, 97.
Selimovic, A., Salkic, M., Selimovic, A. (2011). Direct Spectrophotometric
Determination of L Ascorbicacidin Pharmaceutical Preparations using
Sodium Oxalate as a Stabilizer. International Journal of Basic & Applied
Sciences. 11(2):106-109.
Sohrabi, M.R., Fathabadi, M., Nouri, A.H. 2009. Simultaneous
Spectrophotometric Determination of Sulfamethoxazole and Trimethoprim
in Pharmaceutical Preparations by Using Multivariate Calibrasi Methods.
J. App. Chem. Res. 3 (12). Halaman 47-52.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi keenam. Cetak ulang ketiga. Bandung:
Penerbit Tarsito. Halaman 168.
Suhartati, T. 2005. Dasar-Dasar Spektrofotometri Uv-Vis Dan Spektrometri
Massa Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organiik. 1(1). Bandar
Lampung: Aura.
Triyati, E. Spektrofotometer Ultra-Violet Dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya
Dalam Oseanologi. Jurnal Oseana. Vol X (1): Halaman 44
U.S. Phramacopeia. 1989. The United States Pharmacopeia. USP 30/ The
National Formulary, NF XXII. Rockville, MD: U.S Pharmacopeial
Convention, Inc. Halaman 1293.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 1. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum vitamin B1
Baku Vitamin B1
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Dipipet 3,4 ml
Vitamin B1 ( 13,6544 µg/ml)
Dipipet 2,5 ml
LIB I Vitamin B1 (1004 µg/ml)
LIB II Vitamin B1 (100,4 µg/ml)
Dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang 200-
400 nm
Panjang gelombang maksimum
Vitamin B1 = 231,4 nm
Ditimbang 0,0250 mg vitamin B1
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:1) sampai garis tanda
Universitas Sumatera Utara
65
Lampiran 2. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Vitamin B2
Baku Vitamin B2
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis
tanda
Dipipet 2,35 ml
Vitamin B2 (2,28 µg/ml)
Ditimbang sebanyak 0,0060 g
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:1) sampai garis tanda
Dipipet 25 ml
LIB I Vitamin B2 (60 µg/ml)
LIB II Vitamin B2 (50 µg/ml)
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis
tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang
200-400 nm
Panjang gelombang maksimum (λ)
Vitamin B2 = 268,4 nm
Universitas Sumatera Utara
66
Lampiran 3. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Vitamin B6
Baku Vitamin B6
Dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Dipipet 2,6 ml
Vitamin B6 (10,5 µg/ml)
Ditimbang sebanyak 0,0250 g
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:4) sampai garis tanda
Dipipet 2,5 ml
LIB I Vitamin B6 (1000 µg/ml)
LIB II Vitamin B6 (100 µg/ml)
Dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang 200-
400 nm
Panjang gelombang maksimum (λ)
Vitamin B6 = 222,8 nm
Universitas Sumatera Utara
67
Lampiran 4. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Nikotinamida
Baku Nikotinamida
Dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Dipipet 1,75 ml
Nikotinamida (7,0 µg/ml)
Ditimbang sebanyak 0,0250 g
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:1) sampai garis tanda
Dipipet 2,5 ml
LIB I Nikotinamida (1000 µg/ml)
LIB II Nikotinamida (100 µg/ml)
Dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang 200-
400 nm
Panjang gelombang maksimum (λ)
Nikotinamida = 214,6 nm
Universitas Sumatera Utara
68
Lampiran 5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Vitamin B1
LIB II Vitamin B1 (100,4 µg/ml)
Dipipet masing-masing sebanyak 1,4 ml; 2,4 ml; 3,4
ml; 4,4 ml; 5,4 ml
Dimasukkan masing-masing kedalam labu
tentukur 25 ml. Dimasukkan kedalam labu tentukur
25 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut metanol :
air (1:1) sampai garis tanda. Dilarutkan dan
dicukupkan dengan pelarut metanol : air (1:1) sampai
garis tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang
200-400 nm
Larutan Standar Vitamin B1(5,6224 µg/ml; 9,6384 µg/ml; 13,6544
µg/ml; 17,6704 µg/ml; 21,6864 µg/ml)
Spektrum Serapan Vitamin B1
Universitas Sumatera Utara
69
Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Vitamin B2
LIB II Vitamin B2 (50 µg/ml)
Dipipet masing-masing sebanyak 6,5 ml; 8,5
ml; 10,5 ml; 12,5 ml; 14,5 ml
Dimasukkanmasing-masing kedalam labu
tentukur 25 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan
pelarut metanol : air (1:1) sampai garis
tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang
200-400 nm
Larutan Standar Vitamin B2 (7,8 µg/ml; 10,2 µg/ml; 12,6
µg/ml; 15 µg/ml;17,4 µg/ml)
Spektrum Serapan Vitamin B2
Universitas Sumatera Utara
70
Lampiran 7. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Vitamin B6
LIB II Vitamin B6 (100 µg/ml)
Dipipet masing-masing sebanyak 0,6 ml; 1,6
ml; 2,6 ml; 3,6 ml; 4,6 ml
Dimasukkanmasing-masing kedalam labu
tentukur 25 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:1) sampai garis tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang
200-400 nm
Larutan Standar Vitamin B6 (2,4 µg/ml; 6,4µg/ml; 10,4 µg/ml; 14,4
µg/ml; 18,4 µg/ml)
Spektrum Serapan Vitamin B6
Universitas Sumatera Utara
71
Lampiran 8. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan Serapan
Maksimum Nikotinamida
LIB II Nikotinamida (100 µg/ml)
Dipipet masing-masing sebanyak 1,25 ml;
1,75 ml; 2,25 ml; 2,75 ml; 3,25 ml
Dimasukkan masing-masing kedalam labu
tentukur 25 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:1) sampai garis tanda
Diukur serapan pada panjang gelombang
200-400 nm
Larutan Standar Nikotinamida (5,0 µg/ml; 7,0µg/ml; 9,0 µg/ml; 11,0
µg/ml; 13,0 µg/ml)
Spektrum Serapan Nikotinamida
Universitas Sumatera Utara
72
Lampiran 9. Bagan Alir Pembuatan Larutan Baku Campuran vitamin B1, B2,
B6, dan Nikotinamida
Dipipet 1,5 ml, dimasukkan ke
dalam labu tentukur 25 ml dan
dicukupkan dengan pelarut
Dilarutkan vitamin B2 dan
dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:1), dimasukkan
ke dalam labu tentukur 100
ml
vitamin B1, B6, dan nikotinamida = 0,0250 g; B2= 0,0066 g
Larutan vitamin
B1
(1004 µg/ml)
Larutan vitamin
B2
(60 µg/ml)
Larutan Campuran Baku Vitamin B1, B2, B6,
dan Nikotinamida
Vitamin B1 : 13,6544 µg/ml
Vitamin B2 : 2,28 µg/ml
Vitamin B6 : 10,5 µg/ml
Nikotinamida : 7,0 µg/ml
Larutan Vitamin
B6
(1000 µg/ml)
Larutan
Nikotinamida
(1000 µg/ml)
Dipipet pada masing-masing larutan 2,5 ml
Dicampur keempat larutan kedalam labu
tentukur 25 ml dicukupkan sampai garis tanda
dengan pelarut
Diukur serapan pada panjang
gelombang 200-400 nm
Spektrum Serapan Campuran Baku Vitamin B1,
B2, B6, dan Nikotinamida
dimasukkan vitamin B1, B6, dan nikotinamida
ke dalam masing-masing labu tentukur 25 ml
dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut
metanol : air (1:1)
Universitas Sumatera Utara
73
Lampiran 10. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin
B1 secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum serapan maksimum vitamin B1
(13,6554µg/ml)
Diukur masing-masing pada panjang
gelombang 210-280nm.
Spektrum Serapan PLS Vitamin B1 pada
panjang gelombang 210-280 nm.
Universitas Sumatera Utara
74
Lampiran 11. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin
B2 secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum serapan maksimum vitamin B2
(2,28 µg/ml)
Diukur masing-masing pada panjang
gelombang 210-280nm.
Spektrum Serapan PLS Vitamin B2 pada
panjang gelombang 210-280 nm.
Universitas Sumatera Utara
75
Lampiran 12. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Vitamin
B6 secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum serapan maksimum vitamin B6
(10,5 µg/ml)
Diukur masing-masing pada panjang
gelombang 210-280nm.
Spektrum Serapan PLS Vitamin B6 pada
panjang gelombang 210-280 nm.
Universitas Sumatera Utara
76
Lampiran 13. Bagan Alir Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum
Nikotinamida secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum serapan Nikotinamida (7,0
µg/ml)
Diukur masing-masing pada panjang
gelombang 210-280nm.
Spektrum Serapan PLS Nikotinamida pada
panjang gelombang 210-280 nm.
Universitas Sumatera Utara
77
Lampiran 14. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum vitamin B1
secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum Serapan Vitamin B1
Diukur masing-masing area pada panjang
gelombang 210-280 nm.
Diplot nilai PLS dengan konsentrasi
masing-masing serapan
Spektrum Serapan PLS Vitamin B1
Universitas Sumatera Utara
78
Lampiran 15. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum vitamin B2
secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum Serapan Vitamin B2
Diukur masing-masing area pada panjang
gelombang 210-280 nm.
Diplot nilai PLS dengan konsentrasi
masing-masing serapan
Spektrum Serapan PLS Vitamin B2
Universitas Sumatera Utara
79
Lampiran 16. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum vitamin B6
secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum Serapan Vitamin B6
Diukur masing-masing area pada panjang
gelombang 210-280 nm.
Diplot nilai PLS dengan konsentrasi
masing-masing serapan
Spektrum Serapan PLS Vitamin B6
Universitas Sumatera Utara
80
Lampiran 17. Bagan Alir Pembuatan Kurva Kalibrasi Spektrum Nikotinamida
secara Kemometrik (Partial Least Squares)
Spektrum Serapan Nikotinamida
Diukur masing-masing area pada panjang
gelombang 210-280 nm.
Diplot nilai PLS dengan konsentrasi
masing-masing serapan
Spektrum Serapan PLS Nikotinamida
Universitas Sumatera Utara
81
Lampiran 18. Bagan Alir Penentuan Kadar Vitamin B1 Dalam Sediaan Sirup X
Dipipet 2,5 ml sampel setara dengan
1,5 mg vitamin B1 (dilakukan 6 kali
pengulangan)
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dilarutkan dan ditambahkan pelarut
mendekati garis tanda
Dihomogenkan dengan sonikator selama
15 menit
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis
tanda
dipipet 2 ml
dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml
dicukupkan dengan pelarut
diukur serapan pada 200-400 nm
dibuat spektrum PLS
dan dihitung konsentrasinya
SIRUP X
Vitamin B1 = 60 µg/ml
Vitamin B2 = 25 µg/ml Vitamin B6 = 20 µg/ml
Nikotinamida = 200 µg/ml
Vitamin B1 = 12 µg/ml
Vitamin B2 = 5 µg/ml Vitamin B6 = 4 µg/ml
Nikotinamida = 40 µg/ml
Spektrum serapan sampel
Kadar
Universitas Sumatera Utara
82
Lampiran 19. Bagan Alir Penentuan Kadar Vitamin B2 Dalam Sediaan Sirup X
dipipet 2,5 ml sampel setara dengan 0,625 mg
vitamin B2 (dilakukan 6 kali pengulangan)
dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
dilarutkan dan ditambahkan pelarut mendekati garis tanda
dihomogenkan dengan sonikator selama 15 menit
dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Vitamin B1 = 60 µg/ml Vitamin B2 = 25 µg/ml Vitamin B6 = 20 µg/ml Nikotinamida = 200 µg/ml
dipipet 1 ml
dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml
dicukupkan dengan pelarut
Vitamin B1 = 6 µg/ml Vitamin B2 = 2,5 µg/ml Vitamin B6 = 2 µg/ml Nikotinamida = 20 µg/ml
diukur serapan pada 200-400 nm
Spektrum serapan sampel
dibuat spektrum PLS
dan dihitung konsentrasinya
SIRUP X
Kadar
Universitas Sumatera Utara
83
Lampiran 20. Bagan Alir Penentuan Kadar Vitamin B6 Dalam Sediaan Sirup X
Dipipet 2,5 ml sampel setara dengan
1,5 mg vitamin B6 (dilakukan 6 kali
pengulangan)
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dilarutkan dan ditambahkan pelarut
mendekati garis tanda
Dihomogenkan dengan sonikator selama
15 menit
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis
tanda
dipipet 2 ml
dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml
dicukupkan dengan pelarut
diukur serapan pada 200-400 nm
dibuat spektrum PLS
dan dihitung konsentrasinya
SIRUP X
Vitamin B1 = 60 µg/ml
Vitamin B2 = 25 µg/ml Vitamin B6 = 20 µg/ml
Nikotinamida = 200 µg/ml
Vitamin B1 = 12 µg/ml
Vitamin B2 = 5 µg/ml Vitamin B6 = 4 µg/ml
Nikotinamida = 40 µg/ml
Spektrum serapan sampel
Kadar
Universitas Sumatera Utara
84
Lampiran 21. Bagan Alir Penentuan Kadar Nikotinamida Dalam Sediaan Sirup
X
Dipipet 2,5 ml sampel setara dengan
1,5 mg vitamin B1 (dilakukan 6 kali
pengulangan)
Dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml
Dilarutkan dan ditambahkan pelarut
mendekati garis tanda
Dihomogenkan dengan sonikator selama
15 menit
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis
tanda
dipipet 0,5 ml
dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml
dicukupkan dengan pelarut
diukur serapan pada 200-400 nm
dibuat spektrum PLS
dan dihitung konsentrasinya
SIRUP X
Vitamin B1 = 60 µg/ml
Vitamin B2 = 25 µg/ml Vitamin B6 = 20 µg/ml
Nikotinamida = 200 µg/ml
Vitamin B1 = 3 µg/ml
Vitamin B2 = 1,25 µg/ml Vitamin B6 = 1 µg/ml
Nikotinamida = 10 µg/ml
Spektrum serapan sampel
Kadar
Universitas Sumatera Utara
85
Lampiran 22. Bagan Alir Prosedur Penelitian secara Keseluruhan
Pembuatan Larutan Induk
Baku (LIB) vitamin B1,
B2, B6 dan Nikotinamida
Pembuatan dan pengukuran
serapan larutan standar
vitamin B1, B2, B6 dan
Nikotinamida
Pengukuran Spektrum
Serapan Maksimum vitamin
B1, B2, B6 dan Nikotinamida
Pengukuran PLS vitamin
B1, B2, B6 dan
Nikotinamida spektrum
serapan maksimum
Penentuan rentang panjang
gelombang PLS untuk
masing-masing obat melalui
pembuatan kurva kalibrasi
PLS dari pengukuran
serapan larutan standar
Pengukuran spectrum
serapan campuran baku
vitamin B1, B2, B6 dan
Nikotinamida
Diperoleh persamaan untuk
penentuan konsentrasi
masing-masing obat
Pengujian Validasi metode
Penetapan Kadar Sampel
Pengukuran spektrum
serapan campuran baku
vitamin B1, B2, B6 dan
Nikotinamida
Membagi masing-masing
serapan obat dengan cara
double divisor
Universitas Sumatera Utara
86
Lampiran 23. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Vitamin B1
No. Konsentrasi (µg/ml)(X) Serapan (Absorbansi)(Y)
1. 0,0000 0,0000
2. 5,6224 0,2004
3. 9,6384 0,3360
4. 13,6544 0,4738
5. 17,6704 0,6177
6. 21,6864 0,7598
No
.
X Y XY X2
Y2
1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2. 5,6224 0,2004 1,126729 31,61138 0,04016
3. 9,6384 0,3360 3,238502 92,89875 0,11289
6
4. 13,6544 0,4738 6,469455 186,4426 0,22448
6
5. 17,6704 0,6177 10,91501 312,243 0,38155
3
6. 21,6864 0,7598 16,47733 470,2999 0,57729
6
∑X=68,2
72
X= 11,37
∑Y=2,387
7
Y=0,3979
∑XY=38,2270
2
∑X2=1093,
496
∑Y2=
1,33639
2
a = 0.03492 b = 0.00058 r =
0.99992
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0.03492 x + 0.00058
Universitas Sumatera Utara
87
Lampiran 24. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Vitamin B2
No. Konsentrasi (µg/ml)(X) Serapan
(Absorbansi)(Y)
1. 0,0000 0,0000
2. 7,8000 0,6184
3. 10,2000 0,8112
4. 12,6000 1,0132
5. 15,0000 1,1942
6. 17,4000 1,4051
No. X Y XY X2
Y2
1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2. 7,8000 0,6184 4,82352 60,84 0,382419
3. 10,2000 0,8112 8,27424 104,04 0,658045
4. 12,6000 1,0132 12,76632 158,76 1,026574
5. 15,0000 1,1942 17,913 225 1,426114
6. 17,4000 1,4051 24,44874 302,76 1,974306
∑X=63
X=10,5
∑Y=
5,0421
Y=0,84035
∑XY =
68,22582
∑X2=851,4 ∑Y
2=
5,467458
a = 0.08048 b = - 0.00473 r = 0.99980
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0.08048 x - 0.00473
Universitas Sumatera Utara
88
Lampiran 25. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Vitamin B6
No. Konsentrasi (µg/ml)(X) Serapan (Absorbansi)(Y)
1. 2,4000 0,1117
2. 6,4000 0,2978
3. 10,4000 0,4725
4. 14,4000 0,6656
5. 18,4000 0,8573
6. 2,4000 0,1117
No
.
X Y XY X2
Y2
1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2. 2,4000 0,1117 0,26808 5,76 0,012477
3. 6,4000 0,2978 1,90592 40,96 0,088685
4. 10,4000 0,4725 4,914 108,16 0,223256
5. 14,4000 0,6656 9,58464 207,36 0,443023
6. 18,4000 0,8573 15,77432 338,56 0,734963
∑X=52
X=8,667
∑Y=
2,4049
Y=0,4008
17
∑XY =
32,446966
8
∑X2=700,
8
∑Y2=
1,502405
a = 0.04639 b = - 0.00125 r = 0.99980
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0.04639 x - 0.00125
Universitas Sumatera Utara
89
Lampiran 26. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, Dan Koefisien
Korelasi Vitamin Nikotinamida
No. Konsentrasi (µg/ml)(X) Serapan (Absorbansi)(Y)
1. 0,0000 0,0000
2. 5,0000 0,3311
3. 7,0000 0,4671
4. 9,0000 0,6049
5. 11,0000 0,7323
6. 13,0000 0,8640
No. X Y XY X2
Y2
1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2. 5,0000 0,3311 1,6555 25 0,109627
3. 7,0000 0,4671 3,2697 49 0,218182
4. 9,0000 0,6049 5,4441 81 0,365904
5. 11,000
0
0,7323 8,0553 121 0,536263
6. 13,000
0
0,8640 11,232 169 0,746496
∑X=45
X= 7,5
∑Y=2,999
4
Y=0,4999
∑XY
=29,6566
∑X2
=445
∑Y2
= 1,976473
a = 0.06662 b = 0.00026 r = 0.99992
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0.06662 x - 0.00026
Universitas Sumatera Utara
90
Lampiran 27. Perhitungan Penetapan Kadar Vitamin B1, B2, B6, dan
Nikotinamida
Dalam sediaan sirup tiap 5 mL mengandung :
Vitamin B1 = 3 mg
Vitamin B2 = 1,25 mg
Vitamin B6 = 1 mg
Nikotinamida = 10 mg
Dipipet analit setara dengan 1,5 mg vitamin B1, maka Jumlah analit yang dipipet
adalah 1,5 mg
= 1,25 mg × 5 mL
= 2,5 mL
Sampel yang dipipet adalah 2,5 mL sehingga setara dengan:
Vitamin B1 = 1,5 mg
Vitamin B2 = 0,625 mg
Vitamin B6 = 0,5 mg
Nikotinamida = 5 mg
Dilarutkan dengan pelarut metanol : air (1:1) di dalam labu tentukur 25 mL,
Larutan kemudian disonikasi selama 15 menit dan kemudia dicukupkan sampai
garis tanda,
Konsentrasi vitamin B1 = 1,5 mg × 1000 g = 60 µg/mL
Konsentrasi vitamin B2 = 0,625 𝑚𝑔 × 1000 g = 25 µg/mL
Konsentrasi vitamin B6 = 0,5 𝑚𝑔 × 1000 g= 20 µg/mL
Konsentrasi nikotinamida = 5 𝑚𝑔 × 1000 g= 200 µg/mL.
Kemudian dipipet 2 mL dan dimasukkan kedalam labu 10 mL dan diencerkan
dengan pelarut hingga garis tanda,
Konsentrasi vitamin B1 = 60 𝑔/𝑚𝑙 2 𝑚𝑙 = 12 𝑔/𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
Konsentrasi vitamin B2 = 25 𝑔/𝑚𝑙 2 𝑚𝑙 = 5 𝑔/𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
Konsentrasi vitamin B6 = 20 𝑔/𝑚𝑙 2 𝑚𝑙 = 4 𝑔/𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
Konsentrasi nikotinamida = 200 𝑔/𝑚𝑙 2 𝑚𝑙 = 40 𝑔/𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
Universitas Sumatera Utara
91
Lampiran 27.(Lanjutan)
Contoh perhitungan kadar vitamin B1 dalam sirup.
Dengan menggunakan persamaan regresi yang diperoleh dari Minitab ver.18.1
Coefficients
C1 C2 C3 C4 C5
Constant -0,0166 -0,0166 -0,0166 -0,0166 -0,0166
A1 28,6369 0,0000 -0,0000 -0,0000 0,0000
A2 -0,0000 28,6369 -0,0000 0,0000 -0,0000
A3 0,0000 0,0000 28,6369 -0,0000 -0,0000
A4 -0,0000 -0,0000 -0,0000 28,6369 0,0000
A5 0,0000 -0,0000 0,0000 -0,0000 28,6369
Perhitungan absorbansi dilakukan pada setiap rentang panjang gelombang
dan dimasukkan ke persamaan PLS untuk mendapatkan konsentrasi setiap rentang
panjang gelombang. Perhitungan kadar vitamin B1 sebagai berikut:
x = (y*28,6369)-0,0166
x =(0,91*28,6369)-0,0166
x =26,04298
sehingga diperoleh nilai konsentrasi untuk setiap absorbansi kemudian dilakukan
rata-rata pada rentang panjang gelombang sehingga diperoleh konsentrasi praktik
dan dilakukan perhitungan kadar sebagai berikut ini.
C= C praktek/C teori x standart kemurnian baku(%)
C = 18,05/18,706 X 99,6%
C = 96,13%
Universitas Sumatera Utara
92
Lampiran 27.(Lanjutan)
Sehingga diperoleh konsentrasi praktik vitamin B1 sebagai berikut.
WL A1 A2 A3 A4 A5 A6 c1 c2 c3 c4 c5 c6
210 0,91 1,123 0,926 0,82 0,968 0,859 26,04298 32,14264 26,50117 23,46566 27,70392 24,5825
212 0,878 0,983 0,841 0,905 0,824 0,976 25,1266 28,13347 24,06703 25,89979 23,58021 27,93301
214 0,739 0,834 0,723 0,739 0,825 0,812 21,14607 23,86657 20,68788 21,14607 23,60884 23,23656
216 0,71 0,728 0,73 0,738 0,776 0,716 20,3156 20,83106 20,88834 21,11743 22,20563 20,48742
218 0,706 0,73 0,767 0,833 0,705 0,743 20,20105 20,88834 21,9479 23,83794 20,17241 21,26062
220 0,637 0,768 0,697 0,649 0,691 0,643 18,22511 21,97654 19,94332 18,56875 19,7715 18,39693
222 0,65 0,666 0,716 0,687 0,693 0,646 18,59739 19,05558 20,48742 19,65695 19,82877 18,48284
224 0,724 0,629 0,611 0,708 0,612 0,64 20,71652 17,99601 17,48055 20,25833 17,50918 18,31102
226 0,782 0,651 0,745 0,691 0,749 0,725 22,37746 18,62602 21,31789 19,7715 21,43244 20,74515
228 0,819 0,763 0,71 0,684 0,729 0,696 23,43702 21,83335 20,3156 19,57104 20,8597 19,91468
230 0,753 0,75 0,781 0,761 0,775 0,76 21,54699 21,46108 22,34882 21,77608 22,177 21,74744
232 0,852 0,817 0,829 0,782 0,84 0,823 24,38204 23,37975 23,72339 22,37746 24,0384 23,55157
234 0,936 0,892 0,766 0,892 0,823 0,884 26,78754 25,52751 21,91927 25,52751 23,55157 25,29842
236 0,846 0,889 0,905 0,869 0,916 0,927 24,21022 25,4416 25,89979 24,86887 26,2148 26,52981
238 0,799 0,884 0,828 0,814 0,955 0,892 22,86428 25,29842 23,69475 23,29384 27,33164 25,52751
240 0,834 0,849 0,792 0,771 0,791 0,836 23,86657 24,29613 22,66382 22,06245 22,63519 23,92385
242 0,763 0,763 0,745 0,834 0,77 0,833 21,83335 21,83335 21,31789 23,86657 22,03381 23,83794
244 0,665 0,677 0,679 0,654 0,667 0,642 19,02694 19,37058 19,42786 18,71193 19,08421 18,36829
246 0,568 0,561 0,578 0,577 0,585 0,58 16,24916 16,0487 16,53553 16,50689 16,73599 16,5928
248 0,495 0,487 0,489 0,487 0,49 0,492 14,15867 13,92957 13,98684 13,92957 14,01548 14,07275
250 0,502 0,496 0,493 0,497 0,502 0,494 14,35912 14,1873 14,10139 14,21594 14,35912 14,13003
252 0,472 0,475 0,476 0,47 0,48 0,481 13,50002 13,58593 13,61456 13,44274 13,72911 13,75775
254 0,434 0,438 0,436 0,43 0,439 0,436 12,41181 12,52636 12,46909 12,29727 12,555 12,46909
256 0,469 0,464 0,467 0,469 0,466 0,465 13,41411 13,27092 13,35683 13,41411 13,3282 13,29956
258 0,456 0,459 0,459 0,453 0,456 0,455 13,04183 13,12774 13,12774 12,95592 13,04183 13,01319
260 0,476 0,47 0,474 0,469 0,476 0,477 13,61456 13,44274 13,55729 13,41411 13,61456 13,6432
262 0,477 0,471 0,479 0,475 0,472 0,476 13,6432 13,47138 13,70048 13,58593 13,50002 13,61456
264 0,482 0,484 0,49 0,481 0,485 0,482 13,78639 13,84366 14,01548 13,75775 13,8723 13,78639
266 0,476 0,481 0,48 0,476 0,48 0,485 13,61456 13,75775 13,72911 13,61456 13,72911 13,8723
268 0,488 0,482 0,478 0,485 0,491 0,481 13,95821 13,78639 13,67184 13,8723 14,04412 13,75775
270 0,489 0,488 0,488 0,486 0,489 0,484 13,98684 13,95821 13,95821 13,90093 13,98684 13,84366
272 0,49 0,491 0,485 0,49 0,489 0,491 14,01548 14,04412 13,8723 14,01548 13,98684 14,04412
274 0,483 0,482 0,482 0,48 0,481 0,486 13,81502 13,78639 13,78639 13,72911 13,75775 13,90093
276 0,479 0,478 0,481 0,48 0,481 0,479 13,70048 13,67184 13,75775 13,72911 13,75775 13,70048
278 0,483 0,483 0,484 0,482 0,483 0,484 13,81502 13,81502 13,84366 13,78639 13,81502 13,84366
280 0,496 0,498 0,497 0,499 0,499 0,498 14,1873 14,24458 14,21594 14,27321 14,27321 14,24458
Rerata Konsentrasi 18,05487 18,34602 17,88703 17,89499 18,16226 18,1034
Persen Kadar 96,13309 97,68327 95,2394 95,28176 96,70488 96,39145
Universitas Sumatera Utara
93
Lampiran 27.(Lanjutan)
Contoh perhitungan kadar vitamin B2 dalam sirup.
Dengan menggunakan persamaan regresi
Coefficients
C1 C2 C3 C4 C5
Constant 0,0588 0,0588 0,0588 0,0588 0,0588
A1 12,4254 0,0000 -0,0000 0,0000 -0,0000
A2 0,0000 12,4254 0,0000 -0,0000 0,0000
A3 -0,0000 0,0000 12,4254 0,0000 -0,0000
A4 -0,0000 0,0000 0,0000 12,4254 -0,0000
A5 0,0000 -0,0000 -0,0000 -0,0000 12,4254
Perhitungan absorbansi dilakukan pada setiap rentang panjang gelombang dan
dimasukkan ke persamaan PLS untuk mendapatkan konsentrasi setiap rentang
panjang gelombang. Perhitungan kadar vitamin B2 sebagai berikut:
x = (y*12,4254)+0,0588
x =(0,666*12,4254)+0,0588
x = 8,334116
sehingga diperoleh nilai konsentrasi untuk setiap absorbansi kemudian dilakukan
rata-rata pada rentang panjang gelombang sehingga diperoleh konsentrasi praktik
dan dilakukan perhitungan kadar sebagai berikut ini
C= C praktek/C teori x standart kemurnian baku(%)
C = 15,99472/16,15 X 99,3%
C = 98,3%
Universitas Sumatera Utara
94
Lampiran 27.(Lanjutan)
Sehingga diperoleh konsentrasi praktik vitamin B2 sebagai berikut.
WL A1 A2 A3 A4 A5 A6 C1 PLS C2 PLS C3 PLS C4 PLS C5 PLS C6 PLS
210 0,666 0,666 0,897 0,916 0,701 0,79 8,334116 8,334116 11,20438 11,44047 8,769005 9,874866
212 0,787 0,787 0,783 0,841 0,834 0,704 9,83759 9,83759 9,787888 10,50856 10,42158 8,806282
214 0,826 0,826 0,794 0,773 0,753 0,765 10,32218 10,32218 9,924568 9,663634 9,415126 9,564231
216 0,784 0,784 0,644 0,712 0,7 0,758 9,800314 9,800314 8,060758 8,905685 8,75658 9,477253
218 0,722 0,722 0,853 0,772 0,786 0,746 9,029939 9,029939 10,65767 9,651209 9,825164 9,328148
220 0,813 0,813 0,767 0,874 0,732 0,787 10,16065 10,16065 9,589082 10,9186 9,154193 9,83759
222 0,883 0,883 0,828 0,812 0,787 0,845 11,03043 11,03043 10,34703 10,14822 9,83759 10,55826
224 1,006 1,006 0,834 0,817 0,831 0,794 12,55875 12,55875 10,42158 10,21035 10,38431 9,924568
226 0,96 0,96 1,056 0,89 0,992 1,025 11,98718 11,98718 13,18002 11,11741 12,3848 12,79484
228 1,186 1,186 1,041 1,108 1,011 1,058 14,79532 14,79532 12,99364 13,82614 12,62088 13,20487
230 1,187 1,187 1,195 1,177 1,193 1,217 14,80775 14,80775 14,90715 14,6835 14,8823 15,18051
232 1,58 1,58 1,501 1,418 1,428 1,458 19,69093 19,69093 18,70933 17,67802 17,80227 18,17503
234 1,716 1,716 1,794 1,646 1,632 1,52 21,38079 21,38079 22,34997 20,51101 20,33705 18,94541
236 1,857 1,857 1,746 1,909 1,992 1,968 23,13277 23,13277 21,75355 23,77889 24,8102 24,51199
238 2,039 2,039 1,927 1,985 2,002 2,143 25,39419 25,39419 24,00255 24,72322 24,93445 26,68643
240 2,141 2,141 2,128 2,159 2,124 2,012 26,66158 26,66158 26,50005 26,88524 26,45035 25,0587
242 2,308 2,308 2,403 2,061 2,248 2,079 28,73662 28,73662 29,91704 25,66755 27,9911 25,89121
244 1,947 1,947 1,968 2,009 1,904 1,98 24,25105 24,25105 24,51199 25,02143 23,71676 24,66109
246 1,838 1,838 1,845 1,818 1,881 1,895 22,89669 22,89669 22,98366 22,64818 23,43098 23,60493
248 1,728 1,728 1,722 1,706 1,726 1,719 21,52989 21,52989 21,45534 21,25653 21,50504 21,41806
250 1,606 1,606 1,602 1,583 1,577 1,603 20,01399 20,01399 19,96429 19,72821 19,65366 19,97672
252 1,465 1,465 1,479 1,476 1,495 1,49 18,26201 18,26201 18,43597 18,39869 18,63477 18,57265
254 1,391 1,391 1,391 1,397 1,39 1,398 17,34253 17,34253 17,34253 17,41708 17,33011 17,42951
256 1,327 1,327 1,308 1,305 1,309 1,312 16,54731 16,54731 16,31122 16,27395 16,32365 16,36092
258 1,264 1,264 1,27 1,27 1,259 1,26 15,76451 15,76451 15,83906 15,83906 15,70238 15,7148
260 1,236 1,236 1,235 1,215 1,232 1,23 15,41659 15,41659 15,40417 15,15566 15,36689 15,34204
262 1,22 1,22 1,209 1,19 1,202 1,193 15,21779 15,21779 15,08111 14,84503 14,99413 14,8823
264 1,189 1,189 1,179 1,192 1,187 1,195 14,8326 14,8326 14,70835 14,86988 14,80775 14,90715
266 1,184 1,184 1,168 1,177 1,188 1,174 14,77047 14,77047 14,57167 14,6835 14,82018 14,64622
268 1,167 1,167 1,168 1,162 1,159 1,183 14,55924 14,55924 14,57167 14,49711 14,45984 14,75805
270 1,145 1,145 1,14 1,139 1,131 1,142 14,28588 14,28588 14,22376 14,21133 14,11193 14,24861
272 1,109 1,109 1,11 1,112 1,11 1,107 13,83857 13,83857 13,85099 13,87584 13,85099 13,81372
274 1,053 1,053 1,054 1,053 1,062 1,05 13,14275 13,14275 13,15517 13,14275 13,25457 13,10547
276 0,999 0,999 0,997 0,994 0,997 1 12,47177 12,47177 12,44692 12,40965 12,44692 12,4842
278 0,943 0,943 0,945 0,943 0,944 0,942 11,77595 11,77595 11,8008 11,77595 11,78838 11,76353
280 0,899 0,899 0,897 0,896 0,896 0,898 11,22923 11,22923 11,20438 11,19196 11,19196 11,21681
Rereta konsentrasi 15,99472 15,99472 15,89359 15,76554 15,72688 15,74242
Persen kadar 98,30447 98,30447 97,68292 96,89591 96,65833 96,75379
Universitas Sumatera Utara
95
Lampiran 27.(Lanjutan)
Contoh perhitungan kadar vitamin B6 dalam sirup.
Dengan menggunakan persamaan regresi
Coefficients
C1 C2 C3 C4 C5
Constant 0,0269 0,0269 0,0269 0,0269 0,0269
A1 21,5564 -0,0000 -0,0000 -0,0000 -0,0000
A2 -0,0000 21,5564 0,0000 0,0000 0,0000
A3 -0,0000 -0,0000 21,5564 0,0000 0,0000
A4 0,0000 0,0000 -0,0000 21,5564 -0,0000
A5 0,0000 -0,0000 0,0000 0,0000 21,5564
Perhitungan absorbansi dilakukan pada setiap rentang panjang gelombang dan
dimasukkan ke persamaan PLS untuk mendapatkan konsentrasi setiap rentang
panjang gelombang. Perhitungan kadar vitamin B6 adalah sebagai berikut:
x = (y*21,5564)+0,0269
x =(1,067*21,5564)+0,0269
x = 23,02758
sehingga diperoleh nilai konsentrasi untuk setiap absorbansi kemudian dilakukan
rata-rata pada rentang panjang gelombang sehingga diperoleh konsentrasi praktik
dan dilakukan perhitungan kadar sebagai berikut ini
C= C praktek/C teori x standart kemurnian baku(%)
C = 19,4576/19,10 X 99,99%
C = 101,86%
Universitas Sumatera Utara
96
Lampiran 27.(Lanjutan)
Sehingga diperoleh konsentrasi praktik vitamin B6 sebagai berikut.
WL A1 A2 A3 A4 A5 A6 C1 PLS C2 PLS c3 pls c4 pls c5 pls c6 pls
210 1,067 1,107 1,01 1,024 1,217 1,083 23,02758 23,88983 21,79886 22,10065 26,26104 23,37248
212 1,124 1,008 1,212 1,131 0,982 1,159 24,25629 21,75575 26,15326 24,40719 21,19528 25,01077
214 1,125 1,062 1,045 0,999 1,066 1,148 24,27785 22,9198 22,55334 21,56174 23,00602 24,77365
216 0,968 0,999 1,006 1,111 1,004 1 20,8935 21,56174 21,71264 23,97606 21,66953 21,5833
218 0,984 1,192 0,836 1,065 1,059 1,045 21,2384 25,72213 18,04805 22,98447 22,85513 22,55334
220 1,064 0,948 1,086 0,952 1,013 0,946 22,96291 20,46237 23,43715 20,54859 21,86353 20,41925
222 0,945 1,032 1,084 1,058 0,978 1,205 20,3977 22,2731 23,39404 22,83357 21,10906 26,00236
224 0,993 1,035 1,042 1,225 1,073 1,124 21,43241 22,33777 22,48867 26,43349 23,15692 24,25629
226 1,2 1,177 1,153 1,129 1,196 1,154 25,89458 25,39878 24,88143 24,36408 25,80835 24,90299
228 1,198 1,212 1,273 1,248 1,255 1,257 25,85147 26,15326 27,4682 26,92929 27,08018 27,12329
230 1,407 1,333 1,387 1,457 1,29 1,301 30,35675 28,76158 29,92563 31,43457 27,83466 28,07178
232 1,424 1,424 1,401 1,4 1,45 1,461 30,72321 30,72321 30,22742 30,20586 31,28368 31,5208
234 1,467 1,45 1,495 1,492 1,469 1,501 31,65014 31,28368 32,25372 32,18905 31,69325 32,38306
236 1,479 1,53 1,487 1,513 1,509 1,513 31,90882 33,00819 32,08127 32,64173 32,55551 32,64173
238 1,499 1,514 1,512 1,503 1,503 1,529 32,33994 32,66329 32,62018 32,42617 32,42617 32,98664
240 1,453 1,466 1,455 1,471 1,457 1,451 31,34835 31,62858 31,39146 31,73636 31,43457 31,30524
242 1,364 1,362 1,369 1,368 1,37 1,355 29,42983 29,38672 29,53761 29,51606 29,55917 29,23582
244 1,246 1,245 1,244 1,246 1,246 1,237 26,88617 26,86462 26,84306 26,88617 26,88617 26,69217
246 1,116 1,111 1,113 1,117 1,115 1,11 24,08384 23,97606 24,01917 24,1054 24,06229 23,9545
248 0,984 0,983 0,984 0,987 0,984 0,982 21,2384 21,21684 21,2384 21,30307 21,2384 21,19528
250 0,867 0,865 0,863 0,869 0,867 0,863 18,7163 18,67319 18,63007 18,75941 18,7163 18,63007
252 0,769 0,768 0,768 0,773 0,769 0,765 16,60377 16,58222 16,58222 16,69 16,60377 16,51755
254 0,692 0,693 0,692 0,694 0,694 0,69 14,94393 14,96549 14,94393 14,98704 14,98704 14,90082
256 0,629 0,629 0,63 0,63 0,629 0,627 13,58588 13,58588 13,60743 13,60743 13,58588 13,54276
258 0,577 0,576 0,577 0,577 0,577 0,574 12,46494 12,44339 12,46494 12,46494 12,46494 12,40027
260 0,537 0,534 0,535 0,539 0,538 0,534 11,60269 11,53802 11,55957 11,6458 11,62424 11,53802
262 0,503 0,502 0,503 0,505 0,504 0,501 10,86977 10,84821 10,86977 10,91288 10,89133 10,82666
264 0,469 0,47 0,47 0,472 0,47 0,468 10,13685 10,15841 10,15841 10,20152 10,15841 10,1153
266 0,438 0,439 0,439 0,44 0,44 0,439 9,468603 9,49016 9,49016 9,511716 9,511716 9,49016
268 0,42 0,42 0,42 0,42 0,421 0,419 9,080588 9,080588 9,080588 9,080588 9,102144 9,059032
270 0,41 0,409 0,41 0,411 0,411 0,408 8,865024 8,843468 8,865024 8,88658 8,88658 8,821911
272 0,405 0,404 0,405 0,406 0,405 0,403 8,757242 8,735686 8,757242 8,778798 8,757242 8,714129
274 0,397 0,397 0,397 0,398 0,398 0,395 8,584791 8,584791 8,584791 8,606347 8,606347 8,541678
276 0,398 0,398 0,397 0,4 0,398 0,395 8,606347 8,606347 8,584791 8,64946 8,606347 8,541678
278 0,406 0,406 0,406 0,408 0,407 0,404 8,778798 8,778798 8,778798 8,821911 8,800355 8,735686
280 0,426 0,425 0,425 0,427 0,426 0,423 9,209926 9,18837 9,18837 9,231483 9,209926 9,145257
Rerata konsentrasi 19,4576 19,50251 19,5061 19,7061 19,54143 19,70849
Persen kadar 101,8621 102,0972 102,116 103,163 102,3009 103,1755
Universitas Sumatera Utara
97
Lampiran 27.(Lanjutan)
Contoh perhitungan kadar nikotinamida dalam sirup.
Dengan menggunakan persamaan regresi
Coefficients
C1 C2 C3 C4 C5
Constant -0,0039 -0,0039 -0,0039 -0,0039 -0,0039
A1 15,0105 -0,0000 -0,0000 -0,0000 0,0000
A2 0,0000 15,0105 -0,0000 -0,0000 -0,0000
A3 -0,0000 -0,0000 15,0105 0,0000 0,0000
A4 -0,0000 0,0000 0,0000 15,0105 -0,0000
A5 0,0000 -0,0000 -0,0000 0,0000 15,0105
Perhitungan absorbansi dilakukan pada setiap rentang panjang gelombang dan
dimasukkan ke persamaan PLS untuk mendapatkan konsentrasi setiap rentang
panjang gelombang. Perhitungan kadar nikotinamida adalah sebagai berikut:
x = (y*15,0105)-0,0039
x =(1,531*15,0105)-0,0039
x = 22,97718
sehingga diperoleh nilai konsentrasi untuk setiap absorbansi kemudian dilakukan
rata-rata pada rentang panjang gelombang sehingga diperoleh konsentrasi praktik
dan dilakukan perhitungan kadar sebagai berikut ini
C= C praktek/C teori x standart kemurnian baku(%)
C = 20,28/20,55 X 99,47%
C = 98,17458%
Universitas Sumatera Utara
98
Lampiran 27.(Lanjutan)
Sehingga diperoleh konsentrasi praktik nikotinamida sebagai berikut.
WL A1 A2 A3 A4 A5 A6 C1 pls C2 pls C3 pls C4 pls C5 pls C6 pls
210 1,531 1,3 1,403 1,515 1,721 1,405 22,97718 19,50975 21,05583 22,73701 25,82917 21,08585
212 1,501 1,498 1,266 1,564 1,372 1,525 22,52686 22,48183 18,99939 23,47252 20,59051 22,88711
214 1,253 1,458 1,369 1,211 1,224 1,289 18,80426 21,88141 20,54547 18,17382 18,36895 19,34463
216 1,278 1,298 1,237 1,283 1,209 1,371 19,17952 19,47973 18,56409 19,25457 18,14379 20,5755
218 1,178 1,15 1,196 1,228 1,012 1,112 17,67847 17,25818 17,94866 18,42899 15,18673 16,68778
220 1,103 1,007 1,177 1,034 1,244 1,202 16,55268 15,11167 17,66346 15,51696 18,66916 18,03872
222 1,151 1,176 1,101 1,233 1,093 1,138 17,27319 17,64845 16,52266 18,50405 16,40258 17,07805
224 1,214 1,296 1,224 1,184 1,048 1,12 18,21885 19,44971 18,36895 17,76853 15,7271 16,80786
226 1,342 1,284 1,307 1,352 1,31 1,294 20,14019 19,26958 19,61482 20,2903 19,65986 19,41969
228 1,457 1,584 1,381 1,302 1,606 1,255 21,8664 23,77273 20,7256 19,53977 24,10296 18,83428
230 1,683 1,616 1,765 1,588 1,619 1,648 25,25877 24,25307 26,48963 23,83277 24,2981 24,7334
232 1,979 2,005 2,027 2,124 2,142 2,085 29,70188 30,09215 30,42238 31,8784 32,14859 31,29299
234 2,601 2,607 2,114 2,26 2,476 2,542 39,03841 39,12847 31,7283 33,91983 37,1621 38,15279
236 2,76 2,695 2,589 2,701 2,732 2,554 41,42508 40,4494 38,85828 40,53946 41,00479 38,33292
238 2,845 2,933 2,632 2,75 2,852 2,641 42,70097 44,0219 39,50374 41,27498 42,80605 39,63883
240 2,584 2,579 2,609 2,463 2,877 2,609 38,78323 38,70818 39,15849 36,96696 43,18131 39,15849
242 2,348 2,397 2,352 2,347 2,434 2,375 35,24075 35,97627 35,3008 35,22574 36,53166 35,64604
244 2,163 2,149 2,135 2,142 2,16 2,146 32,46381 32,25366 32,04352 32,14859 32,41878 32,20863
246 1,866 1,89 1,887 1,88 1,884 1,858 28,00569 28,36595 28,32091 28,21584 28,27588 27,88561
248 1,644 1,642 1,647 1,646 1,651 1,645 24,67336 24,64334 24,71839 24,70338 24,77844 24,68837
250 1,428 1,437 1,43 1,434 1,451 1,434 21,43109 21,56619 21,46112 21,52116 21,77634 21,52116
252 1,272 1,276 1,271 1,274 1,281 1,279 19,08946 19,1495 19,07445 19,11948 19,22455 19,19453
254 1,153 1,154 1,147 1,148 1,15 1,151 17,30321 17,31822 17,21314 17,22815 17,25818 17,27319
256 1,05 1,05 1,051 1,05 1,058 1,059 15,75713 15,75713 15,77214 15,75713 15,87721 15,89222
258 0,964 0,961 0,957 0,966 0,965 0,966 14,46622 14,42119 14,36115 14,49624 14,48123 14,49624
260 0,897 0,896 0,895 0,896 0,898 0,895 13,46052 13,44551 13,4305 13,44551 13,47553 13,4305
262 0,839 0,848 0,846 0,842 0,843 0,85 12,58991 12,725 12,69498 12,63494 12,64995 12,75503
264 0,784 0,782 0,782 0,778 0,783 0,782 11,76433 11,73431 11,73431 11,67427 11,74932 11,73431
266 0,715 0,719 0,718 0,717 0,72 0,717 10,72861 10,78865 10,77364 10,75863 10,80366 10,75863
268 0,675 0,674 0,671 0,672 0,676 0,673 10,12819 10,11318 10,06815 10,08316 10,1432 10,09817
270 0,64 0,642 0,642 0,646 0,646 0,646 9,60282 9,632841 9,632841 9,692883 9,692883 9,692883
272 0,612 0,614 0,613 0,615 0,614 0,614 9,182526 9,212547 9,197537 9,227558 9,212547 9,212547
274 0,571 0,571 0,569 0,571 0,573 0,572 8,567096 8,567096 8,537075 8,567096 8,597117 8,582106
276 0,539 0,538 0,538 0,539 0,54 0,54 8,08676 8,071749 8,071749 8,08676 8,10177 8,10177
278 0,52 0,519 0,519 0,521 0,52 0,519 7,80156 7,78655 7,78655 7,816571 7,80156 7,78655
280 0,513 0,515 0,512 0,514 0,514 0,513 7,696487 7,726508 7,681476 7,711497 7,711497 7,696487
Rerata konsentrasi 20,28237 20,32699 19,83456 20,00593 20,38453 20,02011
Persen kadar 98,17458 98,39054 96,00699 96,83649 98,66905 96,90511
Universitas Sumatera Utara
99
Lampiran 28. Hasil Validasi Kalibrasi Kemometrik dan Koefisien PLS
Koefisien PLS vitamin B1
Koefisien PLS vitamin B2
Universitas Sumatera Utara
100
Lampiran 28. (lanjutan)
Koefisien PLS vitamin B6
Koefisien PLS vitamin Nikotinamida
Universitas Sumatera Utara
101
Lampiran 29. Data Kadar vitamin B1, B2, B6, Nikotinamida dalam Sediaan
Sirup Sampel Produksi Lokal
Kadar vitamin B1
Pengulangan Vitamin B1
Konsentrasi teori
(µg/ml)
Konsentrasi Praktek
(µg/ml)
Kadar (%)
1 18,706 18,054 96,13
2 18,706 18,346 97,68
3 18,706 17,887 95,28
4 18,706 18,162 96,70
5 18,706 18,103 96,39
6 18,706 17,894 95,24
Kadar= Konsentrasi praktik x Pemurnian baku (tetera di sertifikat pengujian)
Konsentrasi teoritis
Contoh perhitungan pada pengulangan pertama
Kadar Vitamin B1 = 18,054µg/mL x 99,6 % = 96,13 %
18,706µg/ml
Kadar vitamin B2
Pengulangan Vitamin B2
Konsentrasi teori
(µg/ml)
Konsentrasi Praktek
(µg/ml)
Kadar (%)
1 16,1567 15,994 98,3
2 16,1567 15,9994 98,3
3 16,1567 15,89 97,7
4 16,1567 15,765 96,9
5 16,1567 15,726 96,65
6 16,1567 15,742 96,75
Kadar= Konsentrasi praktik x Pemurnian baku (tetera di sertifikat pengujian)
Konsentrasi teoritis
Contoh perhitungan pada pengulangan pertama
Kadar Vitamin B2 = 15,994µg/mL x 99,3 % = 98,3 %
16,1567µg/mL
Universitas Sumatera Utara
102
Lampiran 29.(Lanjutan)
Kadar vitamin B6
Pengulangan Vitamin B6
Konsentrasi teori
(µg/ml)
Konsentrasi Praktek
(µg/ml)
Kadar (%)
1 19,1 19,45 101,9
2 19,1 19,50 102,1
3 19,1 19,50 102,12
4 19,1 19,70 103,23
5 19,1 19,54 102,3
6 19,1 19,70 103,17
Kadar= Konsentrasi praktik x Pemurnian baku (tetera di sertifikat pengujian)
Konsentrasi teoritis
Contoh perhitungan pada pengulangan pertama
Kadar Vitamin B6 = 19,45µg/mL x 99,99 % = 101,9 %
19,10 µg/mL
Kadar Nikotinamida
Pengulangan Vitamin Nicotinamida
Konsentrasi teori
(µg/ml)
Konsentrasi Praktek
(µg/ml)
Kadar (%)
1 20,55 20,28 98,17
2 20,55 20,32 98,39
3 20,55 19,83 96,00
4 20,55 20,00 96,83
5 20,55 20,38 98,66
6 20,55 20,02 96,9
Kadar= Konsentrasi praktik x Pemurnian baku (tetera di sertifikat pengujian)
Konsentrasi teoritis
Contoh perhitungan pada pengulangan pertama
Kadar Nikotinamida= 20,28 µg/mL x 99,47 % = 98,17 %
20,55 µg/mL
Universitas Sumatera Utara
103
Lampiran 30.Perhitungan Kadar Vitamin B1, B2, B6, dan Nikotinamida secara
Statistik pada Sirup Sampel Produksi Lokal
Kadar vitamin B1
SD = √
= √
= 0,921
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01, n= 6; dk=5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel
thitung = [
]
thitung 1 = [
] = [
] = 0,29256 (Data diterima)
thitung 2 = [
] = [
] = 3,8298 (Data diterima)
thitung 3 = [
] = [
] = 2,55326 (Data diterima)
thitung 4 = [
] = [
] = 1,22343 (Data diterima)
thitung 5 = [
] = [
] = 0,3989 (Data diterima)
thitung 6 = [
] = [
] = 2,65965 (Data diterima)
Dari data diatas diperoleh bahwa thitung ≤ ttabel , maka semua data tersebut
diterima sehingga rentang kadar Vitamin B1 yaitu :
µ = X ± t tabel x SD/ 𝑛
µ = 96,24 ± ( x /
µ = (96,24 ± 1,5160) %
No Kadar Akurasi (%) (X) (X- X) (X- X)2
1 96,13 -0,11 0,0121
2 97,68 1,44 2,0736
3 95,28 0,96 0,9216
4 96,70 0,46 0,2116
5 96,39 0,15 0,0225
6 95,24 -1 1
X= 96,240
∑ =
4,2414
Universitas Sumatera Utara
104
Lampiran 30. (Lanjutan)
Kadar vitamin B2
SD = √
= √
= 0,7666
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01, n= 6; dk=5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel
thitung = [
]
thitung 1 = [
] = [
] = 2,7799 (Data diterima)
thitung 2 = [
] = [
] = 2,7799(Data diterima)
thitung 3 = [
] = [
] = 0,86273 (Data diterima)
thitung 4 = [
] = [
] = 1,69351 (Data diterima)
thitung 5 = [
] = [
] = 2,4923(Data diterima)
thitung 6 = [
] = [
] = 2,1728 (Data diterima)
Dari data diatas diperoleh bahwa thitung ≤ ttabel , maka semua data tersebut
diterima sehingga rentang kadar Vitamin B2 yaitu :
µ = X ± t tabel x SD/ 𝑛
µ = 97,43 ± ( x /
µ = (97,43 ± 1,2618) %
No Kadar Akurasi (%) (X) (X- X) (X- X)2
1 98,3 0,87 0,7569
2 98,3 0,87 0,7569
3 97,7 0,27 0,0729
4 96,9 -0,53 0,2809
5 96,65 -0,78 0,6084
6 96,75 -0,68 0,4624
X= 97,43%
∑ =
2,9384
Universitas Sumatera Utara
105
Lampiran 30. (Lanjutan)
Kadar vitamin B6
SD = √
= √
= 0,5797
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01, n= 6; dk=5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel
thitung = [
]
thitung 1 = [
] = [
] = 2,40913 (Data diterima)
thitung 2 = [
] = [
] = 1,5638(Data diterima)
thitung 3 = [
] = [
] = 1,4792 (Data diterima)
thitung 4 = [
] = [
] = 3,21217 (Data diterima)
thitung 5 = [
] = [
] = 0,7185(Data diterima)
thitung 6 = [
] = [
] = 2,9585 (Data diterima)
Dari data diatas diperoleh bahwa thitung ≤ ttabel , maka semua data tersebut
diterima sehingga rentang kadar Vitamin B6 yaitu :
µ = X ± t tabel x SD/ 𝑛
µ = 102,47 ± ( x /
µ = (102,47 ± 0,9539) %
No Kadar Akurasi (%) (X) (X- X) (X- X)2
1 101,9 -0,57 0,3249
2 102,1 -0,37 0,1369
3 102,12 -0,35 0,1225
4 103,23 0,76 0,5776
5 102,3 -0,17 0,0289
6 103,17 0,7 0,49
X= 102,47%
∑ =
1,6808
Universitas Sumatera Utara
106
Lampiran 30. (Lanjutan)
Kadar Nikotinamida
SD = √
= √
= 1,066
Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01, n= 6; dk=5, dari daftar tabel
distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321
Data ditolak jika thitung ≥ ttabel
thitung = [
]
thitung 1 = [
] = [
] = 1,55867 (Data diterima)
thitung 2 = [
] = [
] = 2,064(Data diterima)
thitung 3 = [
] = [
] = 3,4275 (Data diterima)
thitung 4 = [
] = [
] = 1,5203 (Data diterima)
thitung 5 = [
] = [
] = 2,6845(Data diterima)
thitung 6 = [
] = [
] = 1,3595 (Data diterima)
Dari data diatas diperoleh bahwa thitung ≤ ttabel , maka semua data tersebut
diterima sehingga rentang kadar nikotinamida yaitu :
µ = X ± t tabel x SD/ 𝑛
µ = 97,49 ± ( x /
µ = (97,49 ± 1,7547) %
Kadar Akurasi (%) (X) (X- X) (X- X)2
1 98,17 0,6783 0,460136
2 98,39 0,8983 0,807003
3 96,00 -1,491 2,22506
4 96,83 -0,6616 0,4378
5 98,66 1,168 1,36500
6 96,9 -0,5916 0,350069
X= 97,49%
∑ =
5,6450
Universitas Sumatera Utara
107
Lampiran 31. Perhitungan persentase perolehan kembali (% recovery)
Tiap 5 mL sirup mengandung:
Vitamin B1 3 mg
Vitamin B2 1,25 mg
Vitamin B6 1 mg
Nikotinamida 10 mg
Perolehan 80%
Perhitungan untuk penimbangan Vitamin B1 Berat kesetaraan sampel pada
penetapan kadar = 1,5 mg
1,2 mg vitamin B1 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B1
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B1 yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL vitamin B1 adalah
Vitamin B2
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 0,625 mg
0,5 mg vitamin B2 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B2
Universitas Sumatera Utara
108
Lampiran 31. (Lanjutan)
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B2 yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,05 mg/mL vitamin B2 adalah
Vitamin B6 Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 0,5 mg
0,4 mg vitamin B6 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B6
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B6 yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL vitamin B6 adalah
Nikotinamida
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 5 mg
Universitas Sumatera Utara
109
Lampiran 31. (Lanjutan)
4 mg nikotinamida tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku
nikotinamida
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku nikotinamida yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL nikotinamida adalah
Perolehan 100%
Perhitungan untuk penimbangan Vitamin B1
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 1,5 mg
1,5 mg vitamin B1 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B1
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B1 yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL vitamin B1 adalah
Universitas Sumatera Utara
110
Lampiran 31. (Lanjutan)
Vitamin B2
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 0,625 mg
0,625 mg vitamin B2 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku
B2
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B2 yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,05 mg/mL vitamin B2 adalah
Vitamin B6
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 0,5 mg
0,5 mg vitamin B6 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B6
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B2 yang ditambahkan adalah
Universitas Sumatera Utara
111
Lampiran 31. (Lanjutan)
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL vitamin B6 adalah
Nikotinamida
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 5 mg
5 mg nikotinamida tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku
nikotinamida
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku nikotinamida yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL nikotinamida adalah
Perolehan 120%
Perhitungan untuk penimbangan Vitamin B1
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 1,5 mg
1,5 mg vitamin B1 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B1
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Universitas Sumatera Utara
112
Lampiran 31. (Lanjutan)
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B1 yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL vitamin B1 adalah
Vitamin B2
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 0,625 mg
0,75 mg vitamin B2 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B2
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B2 yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,05 mg/mL vitamin B2 adalah
Vitamin B6
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 0,5 mg
0,6 mg vitamin B6 tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku B6
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Universitas Sumatera Utara
113
Lampiran 31. (Lanjutan)
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku vitamin B6 yang ditambahkan adalah 30 = 100
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL vitamin B6 adalah
Nikotinamida
Berat kesetaraan sampel pada penetapan kadar = 5 mg
6 mg nikotinamida tersebut berasal dari 70% sirup dan 30% berasal baku
nikotinamida
Maka sampel yang ditimbang setara dengan
Oleh karena itu sampel yang dipipet adalah
Baku nikotinamida yang ditambahkan adalah
Oleh karena itu baku yang dipipet dari larutan 0,2 mg/mL nikotinamida adalah
Persentase perolehan kembali:
% Recovery =
x 100%
Keterangan:
CF = Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku
Universitas Sumatera Utara
114
Lampiran 31. (Lanjutan)
CA = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku
CA*= Jumlah baku yang ditambahkan (dikali pemurnian baku)
Contoh perhitungan :
Vitamin B2 80 %
Faktor pengenceran
Persamaan regresi y = 12, 4254x + 0,0588 Diperoleh nilai PLS setelah
penambahan baku adalah 0,389 maka konsentrasinya adalah 0,389 = 12, 4254x +
0,0588, konsentrasinya adalah 4,89 µg/mL
Jumlah sampel setelah penambahan baku (Cf)
Jumlah sampel sebelum penambahan baku (Ca)
(Ca) = volume sampel × (𝐵 × )
Keterangan: A = Volume sampel yang akan ditimbang setara 1,4 mL sampel
Vitamin B2 70%
B = Sampel Vitamin B2 70%
C = Kadar rata-rata sampel
Jumlah baku yang ditambahkan (C*a) = D x E
Keterangan:
D = Baku Vitamin B2 30% yang ditambahkan
E = % kadar baku Vitamin B2 dari sertifikat analisis
Universitas Sumatera Utara
115
Lampiran 31. (Lanjutan)
C*a = 0,15 mg x 99,3%
=0,148 mg
𝑜
𝑜
Hal yang sama juga dilakukan terhadap vitamin B1, B6 dan Nikotinamida
Universitas Sumatera Utara
116
Lampiran 32. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B1 pada Sirup
Sampel Produksi Lokal
Rentang
spesifik
(%)
Bobot Volume
sampel
yang
ditambahk
an(mL)
Recover
y(%) Sebelum
penambahan
baku
Sesudah
penambaha
n baku
Baku yang
ditambahka
n
80% 0,80976 26,026 0,249 1,4 101,27
0,80976 25,7 0,249 1,4 99,96
0,80976 25,58 0,249 1,4 99,47
100% 1,7352 33,02 0,31374 1,75 102,02
1,7352 32,802 0,31374 1,75 101,32
1,7352 32,052 0,31374 1,75 98,93
120% 1,7352 54,492 0,53784 2,1 98,09
1,7352 54,846 0,53784 2,1 98,74
1,7352 56,64 0,53784 2,1 102,08
Rata-rata % Recovery 100,21
Standard Deviation(SD) 1,5013
Relative Standard Deviation(RSD) 1,498
Universitas Sumatera Utara
117
Lampiran 33. Perhitungan Kadar Perolehan Kembali Vitamin B1 secara
Statistik
No Kadar Perolehan
Kembali (%) (X)
(Xi- X)
(Xi- X)2
1 101,27 0,7478 0,5592
2 99,96 0,3078 0,0947
3 99,47 -0,0722 0,0052
4 102,02 0,3722 0,1385
5 101,32 0,3978 0,1582
6 98,93 -0,2822 0,0796
7 98,09 -0,4722 0,2230
8 98,74 -0,2122 0,0450
9 102,08 -0,0422 0,0018
X= 100,21
∑ =
18,0325
SD = √
= √
= 1,5013
Universitas Sumatera Utara
118
Lampiran 34. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi (LOD), dan Batas
Kuantitasi (LOQ) Vitamin B1
X(ppm) Y(Abs) Yi Y-Yi Y-Yi)2
0 0 0,0044 -0,0044 0,00001936
5,6224 0,202 0,211031 -0,00903 0,000081557
9,6384 0,335 0,35641 -0,02141 0,00045839
13,6544 0,46 0,501789 -0,04179 0,00174634
17,6704 0,612 0,647168 -0,03517 0,00123682
21,6864 0,753 0,792548 -0,03955 0,00156402
0,00510649
S ⁄ = SB =√
= √
= 0,01869
LOD =
=
= 1,5236 µg/ml
LOQ =
=
= 5,16312 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
119
Lampiran 35. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B2 pada Sirup
Sampel Produksi Lokal
Rentang
spesifik
(%)
Bobot Volume
sampel
yang
ditambahk
an(mL)
Recover
y
(%)
Sebelum
penambaha
n baku
Sesudah
penambahan
baku
Baku yang
ditambahkan
80% 0,341 0,489 0,341 1,4 100,00
0,341 0,489 0,341 1,4 100,00
0,341 0,49 0,341 1,4 100,67
100% 0,426 0,613 0,1861 1,75 100,48
0,426 0,61 0,1861 1,75 98,87
0,426 0,609 0,1861 1,75 98,33
120% 0,512 0,74 0,223 2,1 102,24
0,512 0,74 0,223 2,1 102,2
0,512 0,734 0,223 2,1 99,55
Rata-rata % Recovery 100,26
Standard Deviation(SD) 1,3321
Relative Standard Deviation(RSD) 1,3286
Universitas Sumatera Utara
120
Lampiran 36. Perhitungan Kadar Perolehan Kembali Vitamin B2 secara Statistik
No Kadar Perolehan
Kembali (%) (X)
(Xi- X)
(Xi- X)2
1 101,27 -0,26 0,0676
2 99,96 -0,26 0,0676
3 99,47 0,41 0,1681
4 102,02 0,22 0,0484
5 101,32 -1,39 1,9321
6 98,93 -1,93 3,7249
7 98,09 1,98 3,9204
8 98,74 1,94 3,7636
9 102,08 -0,71 0,5041
X= 100,26 ∑ =
SD = √
= √
= 1,3321
Universitas Sumatera Utara
121
Lampiran 37. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi (LOD), dan Batas
Kuantitasi (LOQ) Vitamin B2
X( ppm) y (abs) Yi Y-Yi Y-Yi)2
0 0 -0,0078 0,0078 0,00006084
7,8 0,273 0,27612 -0,00312 0,0000097344
10,2 0,354 0,36348 -0,00948 0,00008987
12,6 0,444 0,45084 -0,00684 0,000046786
15 0,537 0,5382 -0,0012 0,00000144
17,4 0,639 0,62556 0,01344 0,00018063
∑= 0,0003893
S ⁄ = SB =√
= √
= 0,00493
LOD =
=
= 0,4065 µg/ml
LOQ =
=
= 1,3551 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
122
Lampiran 38. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Vitamin B6 pada Sirup
Sampel Produksi Lokal
Rentang
spesifik
(%)
Bobot Volume
sampel
yang
ditamba
hkan(m
L)
Recover
y(%) Sebelum
penambahan
baku
Sesudah
penambahan
baku
Baku yang
ditambahkan
80% 0,286916 12,102 0,11998 1,4 98,4688
8
0,286916 12,54 0,11998 1,4 102,119
2
0,286916 12,46 0,11998 1,4 101,452
5
100% 0,358645 15,541 0,14988 1,75 101,232
5
0,358645 15,102 0,14988 1,75 98,2988
6
0,358645 15,33 0,14988 1,75 99,8190
2
120% 0,430374 18,168 0,17998 2,1 98,5522
2
0,430374 18,098 0,17998 2,1 98,1632
9
0,430374 18,072 0,17998 2,1 98,0188
4
Rata-rata % Recovery 99,56%
Standard Deviation(SD) 1,6247
Relative Standard Deviation(RSD) 1,6318
Universitas Sumatera Utara
123
Lampiran 39. Perhitungan Kadar Perolehan Kembali Vitamin B2 secara Statistik
No Kadar Perolehan
Kembali (%) (X)
(Xi- X)
(Xi- X)2
1 98,46888 -1,09112 1,190543
2 102,1192 2,5592 6,549505
3 101,4525 1,8925 3,581556
4 101,2325 1,6725 2,797256
5 98,29886 -1,26114 1,590474
6 99,81902 0,25902 0,067091
7 98,55222 -1,00778 1,015621
8 98,16329 -1,39671 1,950799
9 98,01884 -1,54116 2,375174
X= 99,56
∑ = 21,11802
SD = √
= √
= 1,6247
Universitas Sumatera Utara
124
Lampiran 40. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi (LOD), dan Batas
Kuantitasi (LOQ) Vitamin B6
X(ppm) Y(Abs) Yi Y-Yi (Y-Yi)2
0 0 -0,0083 0,0083 0,00006889
2,4 0,106 0,10714 -0,00114 0,0000012996
6,4 0,287 0,29954 -0,01254 0,000157252
10,4 0,494 0,49194 0,00206 0,0000042436
14,4 0,686 0,68434 0,00166 0,0000027556
18,4 0,88 0,87674 0,00326 0,000010627
∑= 0,000245068
S ⁄ = SB =√
= √
= 0,007827
LOD =
=
= 0,48817 µg/ml
LOQ =
=
= 1,62723 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
125
Lampiran 41.Data Hasil Persen Perolehan Kembali Nikotinamida pada Sirup
Sampel Produksi Lokal
Rentang
spesifik
(%)
Bobot Volume sampel
yang
ditambahkan(m
L)
Recover
y (%) Sebelum
penambah
an baku
Sesudah
penambah
an baku
Baku yang
ditambahk
an
80% 2,72972 3,90775 1,19364 1,4 98,6955
4
2,72972 3,9095 1,19364 1,4 98,8421
6
2,72972 3,90775 1,19364 1,4 98,6955
4
100% 3,41215 4,942 1,49205 1,75 102,533
4
3,41215 4,88775 1,49205 1,75 98,8974
9
3,41215 4,89475 1,49205 1,75 99,3666
4
120% 4,09458 5,88525 1,79046 2,1 100,011
7
4,09458 5,922 1,79046 2,1 102,064
3
4,09458 5,859 1,79046 2,1 98,5456
3
Rata-rata % Recovery 99,73%
Standard Deviation(SD) 1,5216
Relative Standard Deviation(RSD) 1,5257
Universitas Sumatera Utara
126
Lampiran 42. Perhitungan Kadar Perolehan Kembali Nikotinamida secara
Statistik
No Kadar Perolehan
Kembali (%) (X)
(Xi- X)
(Xi- X)2
1 98,46888 -1,03446 1,070107
2 102,1192 -0,897 0,804607
3 101,4525 -1,04362 1,089141
4 101,2325 2,794241 7,807782
5 98,29886 -0,84167 0,708407
6 99,81902 -0,37252 0,138771
7 98,55222 0,272541 0,074279
8 98,16329 2,325141 5,40628
9 98,01884 -1,19353 1,424512
X= 99,73
∑ = 18,54
SD = √
= √
= 1,5216
Universitas Sumatera Utara
127
Lampiran 43. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi (LOD), dan Batas
Kuantitasi (LOQ) Nikotinamida
X Y Yi Y-Yi (Y-Yi)2
0 0 0,0078 -0,0078 0,00006084
5 0,278 0,2563 0,0217 0,00047089
7 0,348 0,3557 -0,0077 0,00005929
9 0,447 0,4551 -0,0081 0,0000656
11 0,556 0,5545 0,0015 0,00000225
13 0,653 0,6539 -0,0009 0,00000081
∑= 0,00065969
S ⁄ = SB =√
= √
= 0,006421
LOD =
=
= 0,38759 µg/ml
LOQ =
=
= 1,29197 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
128
Lampiran 44 Spektrum PLS Vitamin B1 Berbagai konsentrasi
Spektrum PLS Vitamin B1 5,6224 µg/ml
Spektrum PLS Vitamin B1 9,6384 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
129
Lampiran 44.(Lanjutan)
Spektrum PLS Vitamin B1 13,6544 µg/ml
Spektrum PLS Vitamin B1 17,6704 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
130
Lampiran 44.(Lanjutan)
Spektrum PLS Vitamin B1 21,6864 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
131
Lampiran 45 Spektrum PLS Vitamin B2 berbagai Konsentrasi
Spektrum PLS Vitamin B2 7,8 µg/ml
Spektrum PLS Vitamin B2 10,2 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
132
Lampiran 45.(Lanjutan)
Spektrum PLS Vitamin B2 12,6 µg/ml
Spektrum PLS Vitamin B2 15,0 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
133
Lampiran 45.(Lanjutan)
Spektrum PLS Vitamin B2 17,4 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
134
Lampiran 46 Spektrum PLS Vitamin B6 berbagai Konsentrasi
Spektrum PLS Vitamin B6 2,4 µg/ml
Spektrum PLS Vitamin B6 6,4 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
135
Lampiran 46 (Lanjutan)
Spektrum PLS Vitamin B6 10,4 µg/ml
Spektrum PLS Vitamin B6 14,4 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
136
Lampiran 46 (Lanjutan)
Spektrum PLS Vitamin B6 18,4 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
137
Lampiran 47 Spektrum PLS Nikotinamida berbagai Konsentrasi
Spektrum PLS Nikotinamida 5,0 µg/ml
Spektrum PLS Nikotinamida 7,0 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
138
Lampiran 47.(Lanjutan)
Spektrum PLS Nikotinamida 9,0 µg/ml
Spektrum PLS Nikotinamida 11,0 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
139
Lampiran 47.(Lanjutan)
Spektrum PLS Nikotinamida 13,0 µg/ml
Universitas Sumatera Utara
140
Lampiran 48 Tabel Distribusi T
Universitas Sumatera Utara
141
Lampiran 49. Sertifikat analisis bahan baku vitamin B1, B2, B6 dan
Nikotinamida
Universitas Sumatera Utara
142
Lampiran 49. (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
143
Lampiran 49. (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
144
Lampiran 49. (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara