PENERBITAN BUKU REFERENS ISLAM DI INDONESIA (Tinjauan ...
Transcript of PENERBITAN BUKU REFERENS ISLAM DI INDONESIA (Tinjauan ...
0
Laporan Penelitian Berbasis Publikasi Nasional
PENERBITAN BUKU REFERENS ISLAM
DI INDONESIA
(Tinjauan Terhadap Aspek Bisnis dan Non Bisnis)
Disusun oleh:
Siti Maryam, S.Ag, M.Hum
Nuryudi, S.Ag, MLIS.
Pusat Penelitian dan Penerbitan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
telah mengesahkan penelitian dengan judul:
Penerbitan Buku Referensi Islam di Indonesia
(Tinjauan Terhadap Aspek Bisnis dan Non Bisnis)
Oleh
Siti Maryam, M.Hum
Nuryudi, MLIS
Mengesahkan:
A/N. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan
----------------------------------------------------------
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
Laporan Penelitian Berbasis Publikasi Nasional
PENERBITAN BUKU REFERENS ISLAM
DI INDONESIA
(Tinjauan Terhadap Aspek Bisnis dan Non Bisnis)
Oleh
Siti Maryam, M.Hum
Nuryudi, MLIS
dibawah bimbingan/reviewer
Dr. Muhammad Zuhdi, Phd
NIP. 19720704 199703 1 002
PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
i
Penelitian tentang penerbitan buku referens Islam di Indonesia ini merupakan
penelitian deskripstif analitis dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi dan menjelaskan dua aspek dalam penerbian buku referens Islam
yaitu aspek bisnis (ekonomi) dan aspek non bisnis. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara mendalam dengan empat informan dari penerbit yang khusus menerbitkan
buku-buku referens bidang kajian Islam, yaitu: Ichtiar Baru van Hoeve, Lentera Abadi,
Pustaka Kamil, dan Penerbit Almahira.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sisi bisnis dapat dinyatakan bahwa
penerbitan di bidang keIslaman saat ini sangat menjanjikan dan semakin berkembang
cukup pesat. Ada beberapa faktor yang berpengaruh, diantaranya adalah pertumbuhan
ekonomi, strategi, ideologi dan juga kreatifitas serta keahlian para penerbit buku Islam
tersebut dalam aktifitas bisnisnya. Dari aspek bisnis para penerbit buku referens Islam
tersebut memiliki kreativitas dan beberapa strategi diantaranya: 1) melakukan analisis
kebutuhan untuk menciptakan produk yang lebih diterima oleh masyarakat luas, misalnya
dengan proses edit pra-cetak yang sangat ketat; 2) memilih untuk menerbitkan produk
premium atau edidi lux yang didesain secara khusus format dan isinya, dan ditujukan
untuk segmen kelas menengah ke atas; 3) mengedepankan kelengkapan format dan
ketuntasan konsep tema. Selain itu bisnis buku referens Islam juga membutuhkan
keahlian diantaranya keahlian untuk menganalisa kebutuhan pasar sehingga para penerbit
tersebut mengetahui tema-tema apa yang dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan
mengetahui nama-nama penulis yang dapat diterima oleh masyarakat luas, juga keahlian
atau penguasaan tentang isi dari buku yang diterbitkan itu sendiri.
Disamping aspek bisnis, aspek non bisnis juga cukup berpengaruh terhadap
kelangsungan dan perkembangan penerbitan buku referens Islam di Indonesia. Diantara
faktor non bisnis ini adalah: 1) cita-cita atau keinginan para penerbit untuk
menyumbangkan sesuatu yang berharga dan bermanfaat untuk kemajuan masyarakat
yang beradab, turut mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia khususnya umat Islam,
yaitu dengan menyediakan sumber-sumber bacaan ke-Islaman yang otoritatif dan
berkualitas, 2) Ghirah kegamaan, dalam hal ini penerbit menjalankan usaha penerbitan
buku Islam sebagai ibadah, bukan sebagai bisnis semata-mata, karenanya para penerbit
tidak semata-mata menghitung dan mengejar keuntungan dalam menerbitkan buku
referens tersebut. 3) Adanya keinginan penerbit untuk mengisi kekosongan atau
minimnya buku referens Islam di Indonesia, sehingga meskipun memerlukan biaya
produksi yang besar mereka tetap berupaya menerbitkan buku referens tersebut sebagai
upaya untuk memenuhi kekosongan tersebut; 4) Keinginan untuk meningkatkan minat
baca dan memperbaiki citra buku Islam. Beberapa waktu lalu, ada anggapan bahwa
buku-buku Islam itu tidak berkualitas, tipis, tidak menarik dan murah harganya, sehingga
orang malas membacanya. Karena itu penerbit kemudian menerbitkan buku-buku
referens Islam yang jauh lebih bagus dan berkualitas baik format, isi, dan kemasannya
sehingga masyarakat tertarik untuk membeli dan membacanya, bahkan merasa bangga
memiliki buku tersebut. Dengan demikian diharapkan minat baca masyarakat meningkat.
Pemilihan tema-tema buku referens Islam yang dapat diterima oleh semua
kalangan muslim Indonesia juga merupakan hal penting yang memperngaruhi
perkembangan penerbitan buku referens Islam di Indonesia. Maka dapat disimpulkan
bahwa aspek bisnis maupun non bisnis merupakan dua faktor yang mendorong
perkembangan penerbitan buku referens Islam di Indonesia.
ii
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahil Rabbil ‘Alamiin, rasa syukur penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan „inayah-Nya, maka
penelitian dengan judul “Penerbitan Buku Referens Islam di Indonesia” ini
dengan segala keterbatasan dan kekurangannya telah dapat terselesaikan.
Selanjutnya penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
terlaksananya penelitian ini, khususnya kepada Ketua Lemlit UIN Jakarta beserta
seluruh jajarannya yang telah memfasilitasi terlaksananya penelitian ini.
Rasa terima kasih yang tak terhingga juga penulis khusus sampaikan untuk Dr.
Muhammad Zuhdi, Phd selaku reviewer yang telah memberikan begitu banyak
masukan yang sangat berharga bagi penelitian ini. Selanjutnya ungkapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada para narasumber atau
informan yang telah bersedia dan meluangkan waktunya untuk peneliti melakukan
wawancara dalam rangka pengambilan data untuk penelitian ini yaitu:
1) Bpk Abdul Ghafar dari penerbit Almahira,
2) Ibu Starlita, dari Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve,
3) Bapak Muhammad Kosim dari PT. Kamil Pustaka, dan
4) Bpk. Budi Sudarmono dari Penerbit Lentera Abadi
Tanpa bantuan Bapak dan Ibu narasumber penelitian ini tidak mungkin dapat
terselesaikan. Sekali lagi kami sampaikan terima kasih atas kerjasamanya.
Terakhir, penulis menyadari benar bahwa dengan keterbatasan yang ada maka
laporan penelitian ini masih diwarnai dengan banyak kekurangan dan kelemahan
di sana sini, karenanya kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat
kami diharapkan. Akhirul kalam, penulis berharap laporan ini akan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.
iii
Kata Pengantar ..…………………………………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………………. ii
Bab I PENDAHULUAN ………………………….………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………. 1
B. Masalah Penelitian ………….………………………… 2
C. Tujuan Penelitian …………………………………… 3
D. Siginikansi dan Manfaat penelitian ………………..… 3
E. Kerangka Konseptual …………………………… 4
E. Sistematika Laporan …………………………… 4
Bab II TINJAUN LITERATUR …………………………………… 7
A. Sekilas tentang Buku ………………………………… 7
B. Buku Referens ………….…………………………… 9
C. Industri Penerbitan Buku …………………………… 16
D. Sekilas Tentang Penerbitan Buku Islam di Indonesia… 21
E. Faktor Penerbitan Buku Referens …………................ 26
F. Penelitian Terdahulu …………………………… 33
Bab III METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 35
A. Jenis Penelitian …………………………………… 35
B. Teknik Pengambilan Data …………………………… 35
C. Informan ……………………………………………… 36
D. Teknik Analisa Data …………………….…………… 36
E. Subjek Penelitian(Profil Penerbit) ………………….… 38
F. Waktu Penelitian …………………………………….. 47
Bab IV ASPEK BISNIS PENERBITAN BUKU REFRENS ISLAM 49
A. Aspek Bisnis ..............................................................… 50
B. Strategi Bisnis .................................…………………… 51
C. Aktifitas Bisnis.............………………………………… 59
D. Dinamika Perkembangan Bisnis...…………………….. 74
E. Kendala dan Tantangan……………………………….... 77
iv
Bab V ASPEK NON BISNIS PENERBITAN BUKU REFRENS
ISLAM ……………………………………………………. 82
A. Pendahuluan ……….…………………………… 82
B. Aspek Non Bisnis ……………………..…………….... 83
1. Visi dan Misi Penerbit ……………………. 86
2. Semangat Keagamaan……………………………….. 89
3. Perbaikan Citra Buku Islam ……………………….. 92
4. Kebijakan Tema Produk ……………………. 94
5. Aspek Lain ……………………………………. 97
Bab VI PENUTUP ……………………………………………. 99
A. Kesimpulan ……………………………………………. 99
B. Rekomendasi ……..…………………………………… 101
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENELITI
LAMPIRAN
- 1 - Pendahuluan
- 1 -
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerbitan buku Islam di Indonesia beberapa dekade terakhir menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Buku Islam dengan bermacam tema setiap
tahun terbit dengan jumlah yang semakin meningkat. Salah satu bentuk buku yang
turut mewarnai penerbitan buku Islam ini adalah buku referens Islam. Buku
referens adalah buku-buku yang memiliki karakteristik tersendiri berbeda dengan
buku teks atau monograf pada umumnya. Diantara karakteristik buku referens
adalah tidak harus dibaca secara komprehensif, tetapi hanya digunakan secara
parsial (hanya dibaca bagian yang diperlukan saja). Ciri lainnya ialah bahwa
buku referens umumnya diterbitkan secara bervolume atau berjilid dan dengan
ukuran besar dan tebal. Diantara bentuk buku referens adalah ensiklopedi, kamus,
direktori, bibliografi, sumber biografi dan sumber geografi, indeks, dan juga
bentuk buku referens lainnya.
Berbicara tentang penerbitan buku tentu saja tidak bisa lepas dari
pembicaraan mengenai aspek bisnis dari suatu penerbitan itu sendiri. Seperti
diketahui bahwa pada umumnya suatu penerbit bersedia menerbitkan suatu buku
karena memang untuk tujuan komersial, dan setiap penerbit biasanya melakukan
seleksi yang cukup ketat mengenai buku yang akan diterbitkannya terutama dari
aspek penjualannya. Apabila suatu buku diprediksi tidak akan laris di pasaran
maka kemungkinan penerbit tidak akan bersedia menerbitkannya, kecuali dalam
jumlah terbatas dan untuk kepentimgan tertentu saja.
Terkait dengan hal tersebut maka cukup menarik bila kita membahas tentang
penerbitan buku referens, mengapa? Karena seperti telah diutarakan bahwa pada
umumnya buku referens diterbitkan dengan jumlah halaman yang sangat tebal
bahkan seringkali bervolume atau berjilid-jilid, tentu saja hal ini membutuhkan
biaya cetak yang tidak sedikit. Di samping itu buku referens biasanya melibatkan
banyak pengarang (contributor), dan sekali lagi tentu menambah besaran biaya
yang diperlukan. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk menerbitkan buku referens
- 2 - Pendahuluan
- 2 -
dibutuhkan biaya produksi yang lebih besar bila dibandingkan dengan buku teks
atau monograf biasa.
Di sisi lain buku referens karena tebal dan atau berjilid maka harganya pun
menjadi sangat mahal, dan karenanya orang jarang membeli buku referens. Hal
lain yang juga membuat tingkat penjualan buku referens tidak seperti buku teks
atau monograf pada umumnya adalah karena memang buku referens hanya
digunakan atau hanya dibaca bagian tertentu saja manakala diperlukan. Dan
biasanya buku referens tidak dijual di toko-toku buku melainkan dijual secara
direct seling di mana para marketing langsung menawarkannya kepada para
calon pembeli, tentunya hal ini akan menambah lagi biaya.
Dari uraian di atas kita dapat menangkap sepertinya terjadi suatu kontradiksi
dalam penerbitan buku referens di mana biaya produksi tinggi sementara tingkat
penjualan tidak tinggi. Namun demikian pada kenyataannya penerbitan buku
referens ke-Islaman di Indonesia terus saja berjalan bahkan dari tahun ke tahun
jumlahnya meningkat. Maka penulis tertarik untuk melakukan suatu kajian atau
penelitian mengenai apa yang terjadi di balik penerbitan buku referens ke-Islaman
tersebut, terutama dari aspek motivasinya, baik motif ekonomi (bisnis) maupun
aspek lainnya seperti aspek ideologis misalnya.
Dari latar belakang itulah maka penulis ingin melakukan penelitian dengan
judul Penerbitan Buku Referens Islam di Indonesia: Tinjauan terhadap Aspek
Bisnis dan Non Bisnis .
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka beberapa masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Aktifitas bisnis dalam penerbitan buku referens Islam di Indonesia
2. Aspek non bisnis dalam penerbitan buku referens Islam di Indonesia
3. Dinamika perkembangan dalam penerbitan buku referens Islam di
Indonesia
- 3 - Pendahuluan
- 3 -
4. Kendala dan tantangan dalam penerbitan buku referens Islam di Indonesia
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data atau informasi
mengenai berbagai faktor yang mendorong penerbian buku referens ke-Islaman di
Indonesia, dan mengetahui faktor mana yang paling dominan. Tujuan lain dari
penelitan ini adalah untuk memperoleh gambaran konkrit mengenai dinamika
penerbitan buku referens ke-Islaman di Indonesia. Secara rinci tujuan penelitian
ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan fenomena tentang aspek bisnis dalam penerbitan buku
referens Islam di Indonesia
2. Mendeskripsikan fenomena tentang aspek-aspek non bisnis dalam
penerbitan buku referens Islam di Indonesia
3. Mendeskripsikan fenomena mengenai dinamika perkembangan buku
referens Islam di Indonesia meliputi (tema-tema dan trend pemasaran buku
referens ke-Islaman)
4. Mendeskripsikan berbagai kendala dan tantangan dalam penerbitan buku
referens Islam di Indonesia
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini perlu dan penting dilakukan karena hasil yang diperoleh akan
bermanfaat antara lain sebagai berikut:
1. Bagi penulis menambah wawasan mengenai dunia penerbitan buku ke-
Islaman di Indonesia khususnya buku referens
2. Menambah khazanah (literatur) bidang ilmu perpustakaan terutama
tentang dunia penerbitan dan lebih spesifik lagi adalah mengenai
penerbitan buku referens Islam di Indonesia.
- 4 - Pendahuluan
- 4 -
3. Diperoleh informasi mengenai dinamika perkembangan buku referens
Islam di Indonesia meliputi (tema-tema dan trend pemasaran buku referens
ke-Islaman)
4. Memperoleh informasi mengenai berbagai kendala yang terjadi dalam
penerbitan buku referens Islam di Indonesia.
E. Kerangka Konseptual
Seperti diketahui bahwa penerbitan suatu buku tentu dipengaruhi atau
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ekonomi atau
bisnis. Saat ini penerbitan merupakan bisnis yang besar dan berkembang
terus-menerus. Tetapi bisnis bukan merupakan satu-satunya faktor bagi
penerbitan tersebut, ada faktor lain yang bisa jadi lebih berperan terutama
terkait dengan penerbitan buku referens mengingat jenis buku ini memerlukan
biaya produksi yang tinggi tetapi tingkat penjualan yang relatif berbeda
dengan monograf. Hal inilah yang hendak diteliti lebih jauh. Karena itu maka
kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan secara sederhana
pada desain grafis sebagai berikut:
Dari gambar desain penelitian tersebut diatas direncanakan bahwa
penelitian ini diarahkan pada upaya pengungkapan fenomena dinamika
Penerbitan Buku Referens Islam secara up-to-date dan komprehensif di
Indonesia. Aspek-aspek pendekatan tersebut diatas (terutama factor ideologis,
Penerbitan
Buku Referens
Islam
Dinamika
?
Aspek
Non Bisnis
Aspek
Bisnis
- 5 - Pendahuluan
- 5 -
ekonomi-bisnis dan factor-faktor lain) akan diteliti dan dibahas secara
mendalam.
Aspek ekonomi-bisnis sudah menjadi alasan utama dan lazim berkaitan
dengan perkembangan dan kemajuan eksistensi penerbitan beragam koleksi
buku yang boleh jadi termasuk koleksi referensi ke-Islaman. Sedangkan
aspek ideologis juga dapat menjadi alasan utama para penerbit untuk
menerbitkan koleksi referensi Islam. Sudut pandang ini dapat berupa prinsip-
prinsip atau keyakinan yang dijadikan pedoman dalam setiap upaya penerbitan
koleksi referens oleh para penerbit yang bersangkutan. Boleh jadi prinsip
tersebut berakar dan berwujud seperti semangat keagamaan – dimana gagasan,
sikap dan corak karya merukapan bagian cita-cita dan amal perbuatan sesuai
dengan keyakinannya; semangat kebangsaan (nasionalisme)-dimana penertbit
merasa ikut bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa; atau
alasan idealism yang lain.
Namun demikian, masih juga terdapat aspek-aspek atau faktor-faktor lain
yang menjadi pendorong kemajuan dan kemunduran penerbitan jenis koleksi
terkait. Upaya pengungkapan fenomena ini dapat dilakukan dengan penelitian
kualitatatif untuk mengetahui motif perkembangan penerbitan koleksi
referensi ke-Islaman yang sebenarnya terjadi dengan mencari dan menemukan
data yang relevan, valid dan realiable dari sumber-sumber yang ditentukan.
F. Sistematika Laporan
Hasil penelitian ini akan dilaporkan dalam lima bab dan akan ditambah
dengan berbagai lampiran yang diperlukan. Adapun sistematika laporan
tersebut adalah sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi
penelitian, literatur review, dan sistematika laporan.
Bab II berisi landasan teoritis yang akan membahas tentang buku referens,
penerbitan, aspek bisnis dalam penerbitan, dan aspek lain dalam
penerbitan.
- 6 - Pendahuluan
- 6 -
Bab III berisi uraian mengenai metodologi yang digunakan alam penelitian
ini
Bab IV menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor bisnis dalam
penerbitan buku referens Islam di Indonesia
Bab V Membahas hasil penelitian mengenai aspek atau faktor-non bisnis
dalam penerbitan buku refrens Islam di Indonesia
Bab VI Kesimpulan hasil penelitian.
- 7 - Tinjauan Literatur
- 7 -
Bab II
TINJAUAN LITERATUR
A. SEKILAS TENTANG BUKU
Buku merupakan bahan bacaan yang sudah banyak dikenal secara luas
oleh masyarakat, yang umumnya berbentuk tercetak. Secara bahasa buku dartikan
sebagai lembar kertas yg berjilid, berisi tulisan atau kosong.1 Buku memiliki
beberapa kelebihan dari media lain dalam beberapa hal, diantaranya adalah dalam
hal kedalaman cakupannya, bentuknya yang permanen, ketersediaannya mudah
diketahui, aksesnya mudah dilakukan, dan modelnya secara fisik unik dan
menarik serta sudah dikenal masyarakat luas. Demikian pula harganya yang relatif
murah dan terjangkau.
Buku merupakan media yang keberadaannya dalam masyarakat memiliki
daya tahan yang kuat dimana di dalamnya berbagai macam ide gagasan dan
pengetahuan dapat dikomunikasikan dengan sistematis, serta keadaan sosial
budaya masyarakat dapat digambarkan dengan jelas, ilmu pengetahuan dan
teknologi dikembangkan terus-menerus juga melalui buku. Dengan demikian
maka tidak salah bila buku merupakan sumber informasi utama bagi berbagai
kalangan untuk menggali pengetahuan dan informasi baru seperti bagi para
peneliti, pelajar, mahasiswa, pembaca pada umumnya dan para penggiat media
yang lain. Karenanya, buku merupakan sarana yang tepat untuk menumbuhkan
nilai-nilai kebaikan, seperti moral, demokrasi, rasa kebersamaan dan sebagainya
di kalangan masyarakat luas.
Buku memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, budaya, seni, dan juga teknologi. Ignas Kleden menulis bahwa
dilihat dari segi budaya buku memiliki tiga fungsi yang berbeda tetapi saling
berkaitan, yaitu buku sebagai produk budaya (cultural product), buku sebagai
tingkah laku budaya (cultural behavior), dan buku sebagai proses produksi
1 http://kamusbahasaindonesia.org/
- 8 - Tinjauan Literatur
- 8 -
budaya. 2 Ignas lebih jauh menjelaskan bahwa sebagai sebagai produk budaya
buku adalah benda yang menjadi perwujudan fisik dari pikiran, perasaan, dan
pengalaman manusia. Sebagai kebudayaan fisik dan dalam kedudukannya sebagai
artifak buku merupakan benda fisik yang telah berdiri sendiri. Buku merupakan
suatu karya yang selesai, obyektif dan fixed. Ia tidak lagi tergantung pada
pengarangnya, dan ia telah membuka diri untuk digunakan oleh orang lain yang
mungkin saja memiliki pengertian dan maksud yang berbeda bahkan bertentangan
dengan maksud si penulis buku tersebut. Dan sebagai tingkah laku budaya buku
dilihat baik dari sudut pembaca maupun penulisnya, dalam hal ini pembaca akan
mencari informasi atau menambah pengetahuan ataupun mencari hiburan dengan
cara membaca buku. Sebagai proses produksi budaya, maka menulis buku berarti
membekukan dan membakukan pikiran dan perasaan secara fisik dalam aksara.
Dengan menulis buku melalui fiksasi fisik oleh aksara maka wacana lisan dibuat
tidak lagi berubah, apa yang sudah tertulis tidak akan hilang lagi. Berkat tulisan
maka karya-karya bahasa menjadi sama mandirinya dengan sebuah hasil pahatan.3
Jika dilihat dari format atau bentuk fisiknya maka buku pada mulanya
terbit dalam bentuk tercetak (printed) tetapi pada perkembangannya kemudian ada
buku yang terbit dalam format lain misalnya dalam bentuk mikro dan ada juga
dalam bentuk elektronik. Buku dalam format tercetak sudah mulai berkembang
pesat sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guternburgh yakni sekitar tahun
1450 M. Selama berpuluh-puluh tahun buku cetak ini menjadi bentuk buku yang
paling banyak diproduksi bahkan hingga saat ini ketika teknologi informasi sudah
sedemikian canggih dan industri penerbitan banyak beralih ke bentuk digital,
bentuk buku cetak tetap masih banyak terbit dan diminati oleh masyarakat
pembaca. Hal ini disebabkan oleh karakteristik dan kelebihan dari buku cetak itu
sendiri, diantranya ia tidak lagi membutuhkan energi listrik untuk dimanfaatkan
atau dibaca; tidak lagi perlu layanan purna jual seperti pemeliharaan koneksi
jaringan akses internet, seperti yang terjadi pada buku elekttronik (e-book).
2 Ignas Kleden, Buku di Indonbesia: Perspektif Ekonomi Politik tentang Kebudayaan,
dalam Buku dalam Indonesia Baru. Jakarta: Yayasan Obor 1999: 22
3 Ibid, Kleden, hal. 23-68
- 9 - Tinjauan Literatur
- 9 -
Adapun jika dilihat dari segi isi atau konten informasinya serta sistematika
penyajiannya maka buku dapat dikategorikan menjadi monograf, buku referens,
dan buku seri. Monograf adalah buku yang terbit tunggal, dan ia membahas satu
topik khusus bidang ilmu pengetahuan secara tuntas. Yang tergolong jenis buku
ini diantaranya adalah buku teks (textbook). Adapun buku seri adalah buku yang
membahas suatu bidang ilmu tertentu tetapi diterbitkan secara berseri di mana
antara satu seri dan seri yang lain berkaitan. Buku seri ini biasanya memiliki satu
judul kumulatif dan tiap seri memiliki judul masing-masing.
B. Buku Referens
Bentuk buku bermacam-macam ada yang dinamakan monograf, ada yang
dinamakan seri monograf, dan ada buku referens, masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda. Berikut akan dibahas seputar buku refrens.
1. Pengertian Referens
Disamping buku monograf dan buku seri, masih ada satu lagi jenis buku
yaitu yang dikenal sebagai buku referens. Secara lughawi banyak kata-kata
bermiripan yang menjadi arti dari istilah referens. Istilah referens ini berasal dari
bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja (verb), „refer [+ to]‟, yang berarti
menunjuk, berkenaan, mengenai, atau mengarahkan.4 Sumber lain menerangkan
dengan arti „menyebutkan‟, „mengarahkan dengan menyebutkan‟, „memiliki
sumber informasi, atau untuk dikonsultasikan‟. „to direct attention to something
by mentioning it‟, ... to have resoruce to some thing; to consult it‟5 . Sementara
istilah referensi adalah bentuk kata benda (noun). Seperti kata kerjanya, Istilah
referensi juga memiliki beberapa penjelasan arti yang bervariasi dan bermiripan,
yang salah satunya lebih tepat dalam bahasan ini adalah sebagai sumber informasi
4 John M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia,
1975. Hal. 472. 5 Robert Allen (ed). The New Penguin English Dictionary. New York: Penguin Books,
p. 1174.
- 10 - Tinjauan Literatur
- 10 -
dimana pencari informasi dapat merujuk kepadanya, „ a source of information, e.g.
a book or passage, to which a reader or inquirer is referred.‟6.
Jadi buku referens adalah buku yang memiliki karakteristik berbeda
dengan buku teks (monograf) maupun buku seri. Diantara karakteristik tersebut
adalah:
a. Buku referens secara umum dibuat bukan untuk dibaca secara keseluruhan,
hanya tetapi digunakan atau dibaca bagian-bagian tertentu saja sesuai
kebutuhan si pembaca
b. Susunan buku referens biasanya alfabetis atau susunan lain yang berbeda
dengan susunan monograf ataupun buku seri
c. Buku referens terutama ensiklopedi umumnya disusun oleh lebih dari satu
orang pengarang. Biasanya satu artikel atau satu pembahasan di dalam
sebuah esniklopedi ditulis oleh satu orang, sehingga semakin banyak
artikel semakin banyak penulisnya.
d. Buku referens biasanya dicetak dalam format tebal bahkan seringkali
berjilid.
2. Jenis Buku Referens
Koleksi referens merupakan sekumpulan sumber informasi baik berbentuk
tercetak maupun elektronik. Dalam bahasan ini lebih diutamakan penjelasan
tentang koleksi referensi dalam bentuk tercetak. Koleksi referensi merupakan
bahan-bahan pustaka yang biasanya dimiliki oleh perpustakaan ataupun di luar
perpustakaan yang secara intelektual disusun dalam berbagai bentuk. Koleksi ini
dipergunakan sebagai sumber tuntuk memperoleh informasi tertentu secara
spesifik, tidak untuk dibaca secara keseluruhan, tetapi hanya dirujuk dan dibaca
pada bagian-bagian (halaman) tertentu saja. Di dalam perpustakaan koleksi ini
biasanya hanya boleh dibaca di tempat, tidak untuk dipinjamkan dibawa pulang.
Terdapat beberapa jenis koleksi referens, yakni:
1) Ensiklopedi
2) Kamus
6 Ibid. Robert Allen. p. 1174.
- 11 - Tinjauan Literatur
- 11 -
3) Buku tahunan/ almanak
4) Buku direktori / petunjuk
5) Buku pegangan dan buku pedoman
6) Bibliografi
7) Indeks dan abstrak
8) Sumber-sumber ilmu bumi
9) Penerbitan pemerintah, dan
10) Sumber biografi. 7
Beragam jenis koleksi referens tersebut di atas memilki pengertian dan fungsi
masing-masing yang bersifat khas, sebagai berikut:
1) Buku Ensiklopedia merupakan salah satu jenis koleksi referens yang di
dalamnya terdiri dari himpunan ringkasan-ringkasan dari ilmu pengetahuan
yang penting untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Setiap entri
ringkasan ilmu pengetahuan tersebut disusun secara sistematis, baik secara
alphabetis maupun dengan cara lain sehingga mudah unuk ditelusuri.
Umumnya, koleksi ensiklopedia berfungsi untuk menjawab pertanyaan
informasi apa, bagaimana, dimana dan mengapa, serta pertanyaan-
pertanyaan lain yang relevan.
2) Buku kamus merupakan salah satu jenis koleksi referens yang berisi daftar
kata-kata atau istilah-istilah (terminologi) dalam suatu bahasa atau suatu
subject tertentu yang disusun secara sistematis, biasanya secara alphabetis.
Kamus biasanya memberikan definisi atau keterangan arti setiap istilah yang
didaftar di dalamnya dan juga memberikan kerangan bagaimana penggunaan
setiap istilah / kata tersebut.
3) Buku direktori (petunjuk) adalah merupakan salah satu jenis koleksi referens
yang biasanya berisi daftar informasi secara lengkap tentang nama-nama,
alamat, nomor kontak dsb. dari para tokoh masyarakat, badan-badan usaha,
lembaga-lembaga, atau berbagai unit profesi lain.
7 Amin Abdullah. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan. UIN SUKA FAH IPI, 2007. Hal.
227.
- 12 - Tinjauan Literatur
- 12 -
4) Buku pedoman (manual) atau buku pegangan (handbook), merupakan salah
satu jenis terbitan koleksi referens yang pada umumnya memuat informasi
berupa keterangan-keterangan tentang suatu bidang tertentu atau beberapa
bidang, yang disajikan secara ringkas dalam bentuk yang praktis dan padat.
Kedua model buku ini serupa tetapi ada sedikit perbedaan, terkadang orang
sulit menemukan hal-hal yang membedakannya. Buku pegangan merupakan
sumber referensi singkat, isinya meliputi berbagai macam data, sedangkan
buku pedoman memuat petunjuk mengenai bagaimana melakukan sesuatu,
kemana dan apa yang harus dikerjakan. 8 Handbook memberikan informasi
tentang nasehat-nasehat atau instruksi-instruksi berkenaan dengan bagaimana
mengerjakan tugas-tugas yang bersifat praktis. Sementara manual merupakan
sebuah buku yang membicarakan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu
atau bagaimana suatu [alat] bekerja dalam sistem kerja mesin. Bisa juga
berupa instruksi-instruksi. 9
5) Buku bibliografi merupakan salah satu jenis koleksi referens yang biasanya
berisi suatu daftar terbitan bahan pustaka baik dalam bentuk buku maupaun
dalam bentuk yang lain. menurut macamnya bibliografi dapat memuat daftar
terbitan dalam berbagai subject atau terbatas dalam satu subject tertentu.
Adakalanya bibliografi juga menunjukkan atau memberikan uraian singkat
mengenai informasi sumbject terkait.
6) Buku tahunan adalah salah satu jenis koleksi referens yang sifatnya terbit
secara tahunan. Koleksi ini sering juga disebut dengan almanak. Karena
sifatnya yang demikian buku ini biasanya mengulas kejadian-kejadian atau
perkembangan peristiwa yang terjadi dalam satu tahun yang bersangkutan.
Pada umumnya data dan informasi yang dibahas di dalamnya disusun dan
disajikan dalam bentuk laporan dengan tampilan model statistik sehingga data
di dalamnya mudah untuk ditelusur dan diidentifikasi.
8 Ibid. Amin Abdullah hal 231.
9 Harper Collin. Collin Cobuild Student‟s Dictionary. Harper Collin Publisher: 2002. p.
315 dan 422.
- 13 - Tinjauan Literatur
- 13 -
7) Buku biografi, adalah merupakan salah satu jenis koleksi referens yang secara
khusus berbicara tentang seseorang sebagai tokoh [agama, negara atau
mayarakat] atau beberapa orang terkenal dari suatu profesi tertentu yang
informasinya berguna untuk menjawab berbagai pertanyaan berkenaan dengan
hal-hal bersifat personal dan hal-hal lain terkait, seperti tanggal lahir, profesi,
hoby, karya-karya yang dihasilkan, anggota keluarga dan sebagainya.
8) Buku indeks dan abstract merupakan salah satu jenis koleksi referens yang di
dalamnya memuat tentang deskripsi informasi terkait dengan sebuah karya
ilmiah atau dokumen tertentu. Indeks memberikan keterangan yang dapat
menunjukkan dimana informasi yang dibutuhkan dapat ditemukan dari sumber
dokumen terkait. Sementara abstract merupakan perluasan dan
pengembangan dari indeks yang dapat memberikan data informatif secara
lebih mendalam berupa sari karangan karya yang terindeks yang secara khusus
menunjukkan dan menegaskan kandungan isi menurut subjectnya.
9) Sumber geografi merupakan salah satu jenis koleksi referens yang di
dalamnya memuat berbagai informasi berkenaan dengan ilmu bumi yang
dapat memberikan keterangan mengenai lokasi tempat (e.g. jalan raya, gunung,
sungai, laut), batas-batas wilayah atau negara, dan sebagainya. Koleksi ini
juga dapat berisi informasi menurut pembatasan bidang tertentu terkait dengan
ragam peristiwa atau potensi wilayah secara ekonomi, perdagangan, politiks
dan sebagainya. Sumber geografi saat ini juga sudah banyak tersedia dalam
bentuk elektronik.
10) Terbitan pemerintah, merupakan karya terbitan yang dibiayai dan dihasilkan
oleh lembaga-lembaga negara atau badan-badan pemerintah baik diterbitkan
secara mandiri maupun bekerjasama dengan lembaga swasta. Melihat dari
sifatnya biasanya koleksi yang bersangkutan memuat aturan-aturan atau
urusan-urusan berkenaan dengan persoalan pemerintahan, sumber-sumber
hukum dan administrasi formal. Sebagian terbitan pemerintah juga berisi
tentang informasi berkaitan dengan sumber-sumber data dalam bentuk statistik.
- 14 - Tinjauan Literatur
- 14 -
3. Menilai Buku Referens
Buku-buku referens yang akan diterbitkan hendaknya memperhatikan
faktor-faktor terkait agar koleksi tersebut dapat lebih berkualitas dalam memenuhi
kebutuhan informasi pengguna, memberikan kemudahan dalam penggunaan dan
menarik minat pembaca. Kualitas koleksi referens juga akan berpengaruh
terhadap harga atau nilai jual buku yang bersangkutan. Adapun faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam menilai koleksi referens adalah sebagai berikut:
1. Otoritas. Perlu ditinjau apakah pengarang buku itu seorang yang ahli
dalam bidangnya (yang dicakup dalam buku itu); dan apakah ia seorang
yang sudah berpengalaman. Selain pengarangnya, penerbit buku itu
apakah mempunyai reputasi yang baik karena hal itu berkaitan dengan
mutu terbitan.
2. Ruang lingkup (cakupan). Cakupan buku perlu mendapat perhatian,
sampai sejauh mana ruang lingkup subject yang dicakup dalam buku itu
dan apakah masih up to date.
3. Ditujukan untuk siapa. Buku itu disusun (dibuat) untuk siapa, tingkat
pendidikan yang bagaimana, untuk golongan usia berapa, dan sebagainya.
4. Bentuk fisik dan susunan buku. Perlu diperhatikan bagaimana kualitas
kertasnya dan penjilidannya yang akan mempengaruhi daya tahan fisik
buku. Diperhatikan juga mengenai perwajahan atau ata letak buku (lay
out): apakah disusun berabjad atau menurut topik subjeck tertentu, apakah
dilengkapi dengan indeks atau tidak, serta bagimana susunan indeksnya. 10
Pendapat yang lain menambahkan bahwa evaluasi koleksi referens terdiri dari
dua tahap. Tahap pertama adalah evaluasi bahan-bahan sumber referns yang
bersangkutan dan yang kedua adalah evaluasi koleksi referens secara keseluruhan.
Tahap pertama mencakup evaluasi sumber yang berkaitan dengan:
a. Format : print/microform/electronic, phisical makeup, illustations.
b. Scope: purpose, coverage, currency,
c. Relation to similar works: uniqueness, spinoffs, new editions.
d. Authority: authorship, publisher/sponsor, sources of information,
e. Treatment: accuracy, objectivity, style/audiences,
f. Arrangements: sequences and indexing
g. Special fitures,
h. Cost: price, licensing conditions. 11
10
Ibid. Amin Abdullah. 232. 11
Richard E. Bopp. Reference and Information Services: an I introduction, 3ed.
Colorado: Libraries unlimited. 2001, p. 313.
- 15 - Tinjauan Literatur
- 15 -
Sedangkan tahap kedua adalah evaluasi yang sifatnya berlangsung secara reguler
dan berkelanjutan untuk menciptakan koleksi referens tetap dalam kondisi lebih
berkualalitas. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat beberapa faktor, yakni:
a) apakah sumber-sumber yang tersedia up to date;
b) apakah bahan-bahan referens yang ada bermanfaat; dan
c) apakah sumber-sumber tersebut terdapat dalam standar daftar
bibliografi referens. 12
Bila demikian, maka evaluasi pada tahap ini dapat dilakukan pada saat seleksi
dan deseleksi koleksi referens.
4. Koleksi Referens Ke-Islaman
Mengacu pada pembahasan tersebut di atas tentang jenis-jenis koleksi
referens, maka yang dimaksud buku referens bidang kajian ke-Islaman adalah
buku-buku referens yang memang berisi informasi mengenai subjek-subjek atau
topik-topik pembahasan kajian bidang ke-Islaman mulai dari kajian Islam (secara
umum), kajian Al-Qur‟an dan Hadis, topic terkait bidang akidah dan ilmu kalam,
kajian hukun Islam, kajian sejarah Islam, hingga kajian-kajian lain yang terkait
dengan tema ke-Islaman.
Mengacu pada klasifikasi ilmu-ilmu bidang kajian Islam yang termaktub
dalam Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC Seksi Islam yang
diterbitkan oleh Puslitbang Lektur Keagamaan Departemen Agama RI tahun ,
maka yang dimaksud dengan buku-buku Islam adalah buku-buku yang berisi
tentang subjek-subjek ke-Islaman yang terdiri dari sepuluh kelas besar berikut:
a). Studi Islam (umum),
b). Al-Qur‟an, tafsir, dan ilmu yang berkaitan,
c). Hadits dan ilmu yang berkaitan,
d). Aqaid dan Ilmu Kalam (Teologi Islam),
e). Fikih dan Hukum Islam,
f). Akhlak dan Tasawuf,
12
Ibid. Richard. P. 249.
- 16 - Tinjauan Literatur
- 16 -
g). Sosial dan Budaya Islam,
h). Filsafat dan Perkembangan
i). Aliran dan Sekte Islam,
j). Sejarah Islam dan Biografi.
Dengan demikian maka yang dimaksud dengan buku referens Islam adalah
buku-buku referens yang mengandung satu dianatar tema-tema tersebut diatas
atau paduan dari dua tema atau lebih.
Adapaun dari segi bentuk atau formatnya maka buku referens Islam tersebut
bisa meliputi seluruh bentuk buku referens, apakah ensiklopedi (misalnya:
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam), kamus (misalnya: Kamus Al-Qur‟an), buku
tahunan/almanak, buku direktori/petunjuk, buku pegangan dan buku pedoman,
bibliografi, indeks dan abstrak (missal: Indeks Ayat-ayat Al-Qur‟an), sumber-
sumber ilmu bumi, dan, Sumber biografi (misalnya: Para Penulis Hadis Nabi),
atlas (misalnya: Atlas Perjalanan Rasul), dan lain sebagainya.
C. Industri Penerbitan Buku
Secara umum Giles Clark (1995) membagi dua macam penerbitan buku
yaitu consumer book publishing dan non-cunsomer book publishing.
Dalam dunia bisnis, menerbitkan buku berbeda dengan menerbitkan koran
dan majalah, karena penerbitan buku lebih bersifat komersil untuk mencari laba
dan mendapatkan keuntungan dari proses penciptaan dan pemasaran setiap hasil
karya tersebut. “to publish‟ is commonly defined as „to make public‟. Here we are
concerned predominanly with the work of commercial book publishing as distinct
from that of news paper and magazine‟. 13
Penerbitan buku, sebagai industri jangka panjang, memiliki sistem
jaringan distribusi yang mana setiap produk karyanya dapat disalurkan, dijual dan
diawasi. Namun demikian penerbitan buku dihadapkan pada tantangan yang lain
yang menyita banyak perhatian masyarakat seperti industri hiburan, beragam
13
Giles Clark,. Inside Book Publishing,2nd ed. New York: Routledge, 1996. h. 2
- 17 - Tinjauan Literatur
- 17 -
sumber informasi dan sumber belajar [online] yang telah mengambil peran besar
sekarang ini dalam bentuk multimedia. Karena itu, penebit termasuk mereka yang
bergelut dalam penerbitan buku referens Islam perlu tetap memilki sikap optimis.
1. Sikap Optimis
Dalam bisnis penertbitan selalu ada resiko yang harus diambil atau
dihadapi. Disamping menghadapi beberapa kemungkinan kegagalan atau
kesalahan-kesalahan, penerbit semestinya selalu bersikap optimis untuk selalu
mencari peluang dan berupaya menemukan cara-cara tertentu untuk memperoleh
kesuksesan. Karenanya keuntungan di waktu-waktu mendatang akan selalu
diharapkan memberi hasil lebih baik daripada mengingat dan melewati kerugian
atau kegagalan di masa-masa lalu. Terlebih lagi bila memperhatikan kehidupan
busnis penerbitan dalam berbgai subjectnya senantiasa dihadapkan pada kompetisi
yang ketat baik dalam proses penciptaan dan pemasaran dari beragam product
koleksi buku tercetak, tentunya termasuk buku-buku yang tergolong pada koleksi
referensi keislaman. 14
Penerbitan melibatkan banyak orang dengan beragam keahlian. Penerbitan
memberikan kesempatan kepada para individu atau pribadi-pribadi untuk
berkreatifitas dan berkarya secara ilmiah dan bertanggung jawab untuk
masyarakat luas. Tugas-tugas kerja penerbitan mengalir secara sistematis. Namun
ada saja kemungkinan berubah rencana dan tugas-tugas terkait di awal-awal
proses penerbitan. Bisa saja suatu cakupan kerja cabang penerbitan berubah dan
berkembang dari free-lance menjadi semi perusahaan kecil atau bahkan dapat
menjadi perusahaan penerbitan besar yang selah-oleh seperti kerajaan, karena
karena banyaknya divisi dan keterlibatan kerja di dalamnya. Pekerjaan seperti itu
membutuhkan keahlian dan ketrampilan manajemen yang tidak sederhana yang
selalu berusuran dengan biaya-biaya dan ciri-ciri khusus model atau bentuk
produk yang dihasilkan. Keterampilan, ide-ide pikiran dan gagasan segar selalu
dikomunikasikan secara efektif pada organisasi semacam itu.
14
Giles Clark,. Inside Book Publishing,2nd ed. New York: Routledge, 1996. h. 1
- 18 - Tinjauan Literatur
- 18 -
2. Prospect
Karyawan Bekerja di dunia penerbitan hampir selalu diawali dnegan
pembayaran yang relatif rendah. Para setaff karyawan bekerja lebih giat dengan
jam kerja yang panjang. Sementara itu karyawan senior memperoleh penghasilan
atau gaji besar yang lebih menarik dan lebih modis. Bahkan di beberapa
perusahaan semacam itu terasa agak kurang aman untuk dapat bekerja dalam
jangka panjang dan nyaman. Hal ini karena terdapat kompetisi yang ketat dan
intensif di antara mereka untuk mengamankan posisinya bahkan bagi para
karyawan junior sekalipun. Sehingga selama masa kerja banyak karyawan yang
terpaksa menikmati bekerja hanya pada satu jenis pekerjaan saja yang terus
menerus digelutinya. Hal-hal yang menarik untuk ditekuni dn dilanjutkan
diantaranya terletak pada kesukaan atau kesenangan untuk dapat memberikan
pelyanan hiburan kepada masyarakat, dapat memberikan kebutuhan pendidikan
dan informasi serta kadang-kadang dapt memberikan pengaruh yang signifikan
pada perubahan-perubahan karakter dan keahlian individu di masa mendatang,
seperti membentuk dan menciptakan bakat keahlian penulis yang bermanfaat
dalam meciptakan product karya untuk sasaran pasar yang baru. Oleh karena itu,
penerbit selalu terus menerus berurusan dengan penciptaan karya-karya baru yang
masing-masing diarahkan yang membawa tantangan dalam penciptaan dan
pemasaranya kepada audien segmen tertentu. Semua tugas-tugasnya meliputi
kegiatan rutin dan bahkan juga pekerjaan-pekerjaan yang membosankan. Setiap
penciptaan buku membawa problemnya masing-masing untuk dapat diselesaikan.
Maka untuk berhasil dengan baik melewati proses tersebut sangat tergantung
kepada hubungan personal antar berbagai peran yang terlibat, meliputi para
pengarang, para penyumbang gambar (ilustrator), para pencetak, para kolega dan
juga para pelanggan (customer) sebagai pengguna potensial karya-karya yang
akan diterbitkan.
Penerbitan buku telah menarik minat para penulis / pengarang dari
berbagai keahlian yang ingin mengkomunikasikan ide-ide gagasan mereka
disamping untuk tujuan agar mereka juga dikenal dengan terbitnya karya-karya
yang bersangkutan. Dalam hal ini penerbit tidak saja berperan sebagai
- 19 - Tinjauan Literatur
- 19 -
penghubung antara penulis dan pembaca, tetapi mereka juga membayar atau
memberi komisi para pengarang tersebut. memberikan otoritasnya dan
memberikan nilai tambah pada setiap karya yang dihasilkan. Penerbit juga
mendanai semua biaya duplikasi karya tersebut, mempromosikan dan juga
menjualnya kemana saja yang mungkin dapat dilakukan. Dengan melakukan
penerbitan atau pencetakan untuk mencapai tujuan tersebut penerbit melakukan
banyak hal diantaranya adalah :
a. Melakukan penelitian pemasaran, sehingga dengan penelitian itu dapat
dibangun sepesialisasi dan beragam komunikasi sosial.
b. Mencari pengarang yang berbbakat, kadang-kadang mereka juga
diperebutkan oleh para penerbit yang lain.
c. Mennyelaraskan ide-ide gagasan yang bisa dijual dengan pengarang ahli
yang berkapasitas untuk menyelesaikan gagasan-gagasan tersebut.
d. Menilai dan mempertimbangkan kualitas karya pengarang, biaya produksi
dan prospek penjualan karya yang bersangkutan.
e. Menentukan seberapa besar resiko yang akan terjadi dari proyek
pencetakan suatu produk atau pencetakan naskah pengarang tertentu
terhadap dana yang telah diinvestasikan.
f. Melakukan editing dan desain buku-buku yang akan diterbitkan sehingga
sesuai dengan keinginan pengarang atau kebutuhan pasar.
g. Mengidentifikasi, mereview dan membiayai setiap unit pekerjaan penyedia
percetakaan yang telah ikut menyelesaikan dan menyempurnakan produk
buku.
h. Membangun jaringan penjualan di tingkat nasional dan internasional.
i. Memproosikan dan mempubliksikan buku-buku yang telah diterbitkan
kepada para pengguna atau pembaca yang ditelah dituju, kepada media,
dan untuk menghubungkannya dengan para penjual 9baik besar maupun
kecil, baik di dalam maupun oleh perusahaan luar negeri) yang dapat
menyalurkan penjualan produk buku dimaksud.
j. Menjual atau mendistribusikan produk buku yang telah diterbitkan secara
langsung kepada para penghubung (distributor).
k. Menjaga ppersediaan judul-judul koleksi baru dengan jumlah banyak
untuk antisipasi kecukupan kebutuhan para pelanggan.
l. Memenuhi permintaan order, mendistibusikan produk buku yang
dimaksud, dan mengumpulkan uang penjualan, membayar royalti kepada
para pengarang atas karya yang telah terjual. 15
15
Ibid. p. 3
- 20 - Tinjauan Literatur
- 20 -
3. Sub Kontrak
Dalam penerbitan sebuah naskah, ada kalanya penerbit kecil mengambil
inisiatif untuk mendapatkan pekerjaan dari penerbit berskala besar. Pengambil-
alihan pekerjaan ini tidak semuanya selalu berjalan lancar dan memuaskan semua
pihak. Ada kalanya mereka juga menghadapi resiko dampak negatif yang tidak
bisa dihindarkan pada program kerjasama tersebut, antara lain bisa berupa
pembatalan kontrak dengan pengarang, menumpuknya tugas kerja staff di
penerbit yang bersangkutan dan dalam beberapa hal dapat terjadi hambatan pada
program pencetakan naskah yang bersifat berkelanjutan. Pada sisi yang lain
perusahaan penerbitan berskala kecil yang mengambil inisiatif sub kontrak dapat
mengambil manfaat dari kolaboari tersebut, yang diantanya adalah kesempatan
mereka untuk mendapatkan seluruh biaya proses penerbitan, supervisi manajemen
dan jaringan pemasaran secara luas yang difasilitasi oleh perusahaan yang lebih
besar. Beberapa pengarang juga bisa mendapat kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan yang meningkat dan royalti yang lebih tinggi sebagai hasil dari
penjualan yang lebih luas berskala internasioal. Berbeda dengan perkembangan
perusahaan industri pada umumnya dimana mereka lahir berawal dari sebuah
perusahaan baru, perusahaan penerbitan dapat saja tumbuh berawal dengan modal
investasi yang relatif kecil, seperti hanya dilengkapi dengan sebuah komputer.
Pada umumnya, perushaan penerbitan cenderung berkembang menjadi
lebih besar. Karenanya, penerbit bersekala kecil selalu mengambil kesempatan
untuk melakukan inovasi, berimajinasi dan bertindak secara interprenership.
Sehingga, mereka dapat saja bergerak semakin cepat dibandingkan perusahaan
yang lebih besar yang sering terbebani dengan urusan birokrasi dan berbagai
kendala lain yang kadang menjadi penghambat mereka untuk selalu responsif
terhadap inovasi dan perubahan pasar yang semakin cepat. Penerbit-penerbit
kecil cenderung berorientasi secara lebih spesifik terhadap buku-buku yang
mereka ciptakan. Dengan sumber daya yang terbatas dan kesalahan margin yang
relatif kecil, mereka bekerja keras untuk memilih, memproduksi dan memasarkan
judul-judul karya yang mereka produksi secara berhati-hati terutama berkenaan
- 21 - Tinjauan Literatur
- 21 -
dengan pengarang-pengarang yang sedang berkembang. Mereka dapat
memberikan pelayanan lebih secara individual kepada para pengarang tersebut.
16 Biasanya, penerbit memberikan sebagian besar perhatian mereka kepada buku-
buku baru yang dianggap paling penting, khususnya koleksi baru yang utamanya
ditujukan pada upaya –upaya penjualan dan pemasaran. Bisa jadi karangan buku
yang dirangking rendah pada daftar terbitan penerbit berskala besar, mungkin
akan lebih diutamakan bagi penerbit kecil.
4. Penerbitan Buku Referens
Karya-karya rujukan, seperti peta, biografi, ensiklopedi dsb., dijual oleh
berbagai macam penerbit baik mereka dari kelompok penyedia buku-buku yang
bersifat umum maupun buku-buku yang bersifat profesional. Walaupun seringnya
bersifat sementara, tetapi penerbitan buku referen biasanya untuk tujuan jangka
panjang. Banyak karya refren seperti kamus membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk mengumpulkan keseluruhan entri informasi yang disajikannya dan dapat
melibatkan investasi yang sangat besar. Penerbitan referen paling mudah dalam
penerapan teknologi baru dalam hal fasilitas pengembangan produk yang
bersangkutan dan penerbitan sekelompok produk yang sama dalam format yang
berbeda, misalnya dalam bentuk tercetak atau dalam bentuk CD-ROM dengan
ukuran yang berbeda dan harga yang bervariasi di pasaran.
D. Sekilas Tentang Penerbitan Buku Islam Di Indonesia
Di Indonesia penerbitan buku-buku bernuansa Islam telah dimulai sejak
lama, ditandai dengan munculnya penerbit yang menerbitkan buku ke-Islaman.
Sebagai contoh, pada tahun 1949 misalnya seorang imigran dari Hadrami bernama
Baharthah telah mendirikan Penerbit Al-Ma‟arif, dengan Al-Qur‟an sebagai
terbitan utamanya. Kemudian pada tahun 1951 berdiri pula Penerbit Bulan
Bintang. Buku pertama yang diterbitkan oleh Bulan Bintang adalah berjudul Islam
dan Sosialisme karya HOS. Tjokroaminoto. Bulan Bintang didirikan oleh Abdul
Manaf Zamzami (beliau lebih dikenal sebagai Amelz). Pada perkembangannya
16
Ibid. p. 5
- 22 - Tinjauan Literatur
- 22 -
penerbit Bulan Bintang ini banyak menerbitkan buku-buku terjemahan dan juga
menerbitkan karya-karya tokoh Islam nasional seperti Hasbi As-Shiddieqy, A.
Hasjmy, Hamka, Syafruddin Prawiranegara, dll. Dalam perjalanannya, Bulan
Bintang sempat menjadi penerbit Islam paling penting pada tahun 1960-an hingga
1970-an, tetapi kemudian pamornya mulai menurun pada tahun 1980-an.17
Penerbitan buku atau literatur ke-Islaman mulai menggeliat dan benar-
benar bangkit kembali pada tahun 1980 an, diindikasikan dengan maraknya
pertumbuhan penerbit buku-buku bidang ke-Islaman. Diantara faktor
pendorongnya adalah adanya kegairahan terhadap suasana ke Islaman yang tengah
tumbuh subur di Indonesia pada masa itu. Gairah tersebut muncul antara lain
dipicu oleh adanya isu kebangkitan Islam dan revolusi Islam Iran yang merupakan
isu global umat Islam waktu itu. Kegairahan tersebut tampak jelas pada dinamika
umat Islam Indonesia yang diwarnai oleh meningkatnya aktivitas generasi muda
di masjid-masjid kampus seperti di Masjid Salman (ITB), Masjid Arief Rahman
Hakim (UI), Masjid Al-Ghifari (IPB) dan Jemaah Shalahuddin (IPB). Maka pada
periode ini sejumlah penerbit buku Islam lahir dalam rangka memenuhi kebutuhan
bacaan bagi generasi baru Islam tersebut. Diantara sekian banyak penerbit Islam
yang ada, empat diantaranya lahir dari sana, yaitu Pustaka Salman (1980),
Shalahuddin Press (1983), Mizan (1983), dan Gema Insani Press (1986). 18
Dengan adanya penerbit-penerbit buku Islam tersebut maka kemudian
terbitlah berbagai buku Islam dengan topik-topik yang jauh lebih bervariasi
seperti buku pemikiran dan politik Islam, ekonomi Islam, seni dan budaya Islam,
filsafat Islam, dan sebagainya. Mizan adalah salah satu contoh dari penerbit yang
memiliki ciri khas dalam penerbitan mengenai pemikiran-pemikiran Islam
tersebut. Disamping itu terjadi juga kemajuan dalam hal penyajian informasi
(content) maupun artistiknya. Beberapa penulis yang muncul pada tahun-tahun
tersebut diantaranya adalah M. Amin Rais, Nurcholis Madjid, AM. Saefuddin,
Jalaluddin Rahmat, Kuntowijoyo, Harun Nasution, M. Dawam Rahardjo, serta M.
17
Putut Wijanarko. Kebangkitan Generasi Baru: Penerbitan Buku Islam dan Masyarakat Islam
Indonesia dalam “20 Tahun Madzhab Mizan 1983-2003”. Bandung: Mizan,2003, h. 20-
21.
18 Ibid, Wijanarko, h. 20.
- 23 - Tinjauan Literatur
- 23 -
Quraish Shihab, dan lain-lain. Maka pada dekade 1980 an ini toko-toko buku
seperti Gramedia dan Gunung Agung menyediakan tempat yang cukup besar bagi
buku-buku Islam.
Pada perkembangan selanjutnya Mizan dan Gema Insani Press berhasil
menjadi dua penerbit buku Islam yang besar. Sementara Pustaka Salman yang
telah menerjemahkan berbagai karya penting Fazlur Rahman (tokoh neomodernis
Islam asal Pakistan), dan karya Edward Said “Orientalisme”, kondisinya telah
merosot sejak tahun 1990an. Bahkan Shalahuddin Press yang diprakarsai oleh
para mahasiswa UGM yang sangat aktif dan dinamis, telah berhenti menerbitkan
buku pada tahun 1988-1989 diperkirakan akibat masalah manajerial.19
Berbicara tentang penerbitan buku-buku ke-Islaman di Indonesia tentu
tidak bisa lepas dari bahasan mengenai kondisi penerbitan di Indonesia pada
umumnya. Seperti diketahui bahwa buku merupakan produk penerbitan yang
paling luas dikenal. Buku memiliki posisi strategis dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Alfons Taryadi (1999: 97) mengemukakan bahwa penerbitan
buku di Indonesia sudah dikenal sejak awal abad 19 tetapi produksi buku secara
nasional di Indonesia rata-rata hanya sekitar 4.000 judul baru pertahun. Jumlah
tersebut bila dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih
dari 200 juta tentu saja sangat tidak memadai.
Peta lokasi persebaran penerbitan buku di Indonesia tersebut di atas juga
tidak merata, paling banyak berada di Jawa (92,96%) dan itupun terkonsentrasi di
Jakarta (51,26%). Selanjutnya 7,07% berada di Sumatera, 5.6% di Kalimantan,
dan sisanya tersebar di beberapa daerah seperti Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jika dilihat dari jenis produknya diketahui
bahwa sebagian besar anggota IKAPI (40%) menerbitkan buku-buku teks, 20%
buku anak, 10% menerbitkan buku sekolah dan anak, sisanya 30% menerbitkan
segala jenis terbitan bacaan dewasa.20
19
Ibid. Wijanarko,h.23
20 Sitepu, 1996, h.33
- 24 - Tinjauan Literatur
- 24 -
Kehadiran siaran televisi menjadi pesaing yang semakin memperrburuk
kondisi perbukuan di Indonesia karena membuat masyarakat semakin lebih gemar
menonton daripada membaca. Selain adanya pesaing tersebut problema yang
dihadapi oleh dunia penerbitan Indonesia menurut sejumlah pengamat adalah
kekurangan modal, kertas, staf professional, naskah, distribusi, promosi, informasi
tentang buku, serta profesionalisme di segala bidang pekerjaan penerbitan.
Disamping itu harga buku juga mahal dan fluktuatif, sementara pembajakan buku
juga merajalela. Krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi sejak 1997
juga menyebabkan penerbitan Indonesia merosot tajam diperkirakan hingga 40%.
Dalam konggres IKAPI XIV pada September 1998 dilaporkan bahwa 90%
anggota IKAPI mengurangi produksinya secara drastis atau bahkan berhenti
berproduksi sama sekali. Penyebabnya adalah naiknya harga bahan baku seperti
kertas, film dan plate yang harganya melonjak tajam hingga di atas puluhan kali
lipat.21
Di tengah kondisi yang seperti itu ternyata penerbitan buku-buku ke-
Islaman tetap berjalan, bahkan memasuki tahun 1990-an penerbitan buku Islam
terus mengalami peningkatan, hal tersebut dibuktikan dengan semakin
meningkatnya jumlah buku Islam secara signifikan dalam pameran-pameran buku
yang diselenggarakan di Indonesia. Bahkan pada tahun 2000 hingga 2003 telah
diselenggarakan pameran khusus buku Islam, yaitu Pameran Buku Islam yang
digelar oleh Ikatan Penerbit Indonesia Cabang Jakarta (IKAPI Jaya) dan Pameran
Buku Plus yang diadakan IKAPI Jawa Barat pada Oktober 2003. Pada pameran
tahun 2002 diikuti oleh 24 penerbit yang memproduksi buku-buku Islam, dan
pada Gelar akbar 2nd
Islamic Book Fair 1424/2003 di Istora Gelora Bung Karno
Senayan Jakarta pada 7-16 Maret 2003 jumlah pesertanya meningkat dua kali lipat
hingga mencapai 48 penerbit. Bukti lain ialah data IKAPI periode 2000 hingga
2003 yang mencatat bahwa lebih dari 20 penerbit buku Islam baru yang tergabung
menjadi anggota IKAPI, sedangkan pada periode 1981 hingga 1989 yang hanya
21
Alfon Taryadi. Buku Dalam Indonesia Baru. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia dan Japan
Foundataion, 1999, hal.103
- 25 - Tinjauan Literatur
- 25 -
enam penerbit saja. Jumlah tersebut belum termasuk penerbit yang tidak menjadi
anggota IKAPI22
Islam IKAPI Cabang DKI Jakarta, disebutkan bahwa pada akhir 2002,
anggota IKAPI mencapai 515 penerbit: 80% adalah penerbit lama yang akhirnya
tahan dari krisis dan 20% adalah penerbit baru. Di tahun ini pula (2003) tercatat
perkembangan yang cukup menarik dari anggota IKAPI, yakni mayoritas dari
anggota (48%) adalah penerbit buku agama dan umum, 21% penerbit buku anak
dan remaja, 7% penerbit buku perguruan tinggi, dan 24% penerbit buku
pelajaran.23
Peningkatan jumlah penerbit buk Islam tentu telah berperan dalam
memperkaya literatur ke-Islaman di Indonesia.baik berupa buku-buku terjemahan
maupun karya-karya asli para penulis Indonesia sendiri. Dengan demikian maka
khazanah intelektual muslim khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya
pun mengalami peningkatan yang signifikan.
Pada awalnya penerbitan buku ke-Islaman di Indonesia lebih didominasi
buku-buku monograf, tetapi kemudian pada perkembangannya muncul pula
penerbitan buku-buku referens baik berupa ensiklopedi, indeks, kamus, maupun
bentuk buku referens lainnya. Salah satu penerbit yang sangat terkenal sebagai
penghasil buku referens adalah Ikhtiar Baru Van Hoeve. Pada awalnya Ichtiar
Baru van Hoeve menerbitkan buku-buku referens bidang kajian ilmu umum yang
tidak berkaitan dengan nuansa ke-Islaman. Namun pada tahun 90 an penerbit ini
mulai menerbitkan buku referens bernuansa Islami. Buku Ensiklopedi Islam
adalah ensiklopedi bidang ke-Islaman yang pertama diterbitkannya. Kemudian
terbit pula Ensiklopedi Hukum Islam, lalu terbit pula Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam. Buku-buku tersebut menjadi buku-buku referens yang booming di pasaran
dan sempat naik cetak berulangkali.
Pada periode berikutnya tidak hanya Ichtiar Baru Van Hoeve saja yang
menerbitkan buku referens, tetapi lahir beberapa penerbit yang menerbitkan buku
referens Islam di Indonesia dan jumlah buku referens yang diterbitkan juga
22
Kompas, 2003: 15 Nopember, hal. 40 23
Lihat “Kata Pengantar” dari Buku Panduan 2nd
Islamic Book Fair 1424/2003 yang diterbitkan
Pokja Buku Islam IKAPI Cabang Jakarta.
- 26 - Tinjauan Literatur
- 26 -
meningkat dan dengan tema yang lebih bervariasi. Diantara penerbit-penerbit
tersebut adalah Almahira (berdiri resmi pada tahun 2006), Lentera Abadi, Kamil
Pustaka (berdiri pada akhir tahun 2012), Kharismu Ilmu dan lain sebagainya.
Dilihat dari buku-buku yang diterbitkannya, penerbit Almahira merupakan
penerbit yang dapat dikatakan benar-benar konsisten menerbitkan buku Islam
dalam format referens, dan kebanyakan buku tersebut merupakan karya
terjemahan dari buku asli berbahasa Arab. Adapun Lentera Abadi sebenarnya
lebih banyak menerbitkan buku-buku referens dalam bidang ilmu umum bahkan
banyak diantaranya adalah karya terejemahan, tetapi penerbit ini juga tertarik dan
telah menerbitkan tidak kurang dari sepuluh judul buku referens Islam. Dan Kamil
Pustaka dapat dikatakan sebagai penerbit termuda karena usianya baru menginjak
dua tahun, yang berusaha turut berkiprah dalam syiar Islam melalui penerbitan
buku-buku referens ke-Islaman khususnya buku referens yang terkait dengan Al-
Qur‟an dan Hadis. Penerbit Kamil Pustaka baru menerbitkan dua judul, yaitu
pertama, Ensiklopedi Pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadis, dan yang kedua adalah
Tafsir Tematik (sebenarnya ini terbitan Kementrian Agama), sedangkan yang
sudah direncanakan akan terbit adalah Ensiklopedi Sains Islami.
E. Faktor Pendorong Penerbitan Buku Referens
Seperti diketahui bahwa penerbitan suatu buku tentu dipengaruhi atau
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ekonomi atau
bisnis. Saat ini penerbitan merupakan bisnis yang besar dan berkembang terus-
menerus. Tetapi bisnis bukan merupakan satu-satunya faktor bagi penerbitan
tersebut, ada faktor lain yang bisa jadi lebih berperan terutama terkait dengan
penerbitan buku referens mengingat jenis buku ini memerlukan biaya produksi
yang tinggi tetapi tingkat penjualan yang relatif berbeda dengan monograf.
Aspek ekonomi-bisnis sudah menjadi alasan utama dan lazim berkaitan
dengan perkembangan dan kemajuan eksistensi penerbitan beragam koleksi buku
yang boleh jadi termasuk koleksi referensi ke-Islaman. Sedangkan aspek ideologis
juga dapat menjadi alasan utama para penerbit untuk menerbitkan koleksi
referensi Islam. Sudut pandang ini dapat berupa prinsip-prinsip atau keyakinan
- 27 - Tinjauan Literatur
- 27 -
yang dijadikan pedoman dalam setiap upaya penerbitan koleksi referens oleh para
penerbit yang bersangkutan. Boleh jadi prinsip tersebut berakar dan berwujud
seperti semangat keagamaan – dimana gagasan, sikap dan corak karya merukapan
bagian cita-cita dan amal perbuatan sesuai dengan keyakinannya; semangat
kebangsaan (nasionalisme)-dimana penertbit merasa ikut bertanggung jawab
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa; atau alasan idealism yang lain.
Halid mengemukakan bahwa ada banyak motif yang melatari lahirnya
sebuah penerbitan buku, antara lain: motivasi keilmuan, bisnis, pengurangan
angka pengangguran karena di dalamnya menyerap tenaga kerja, jalinan
persahabatan dengan khayalak, dan sebagainya. Khusus untuk penerbit buku-buku
keislaman, motif itu juga perlu ditambah dengan upaya penyebaran dakwah dan
transformasi nilai-nilai dan ajaran-ajaran keagamaan (Islam) di tengah-tengah
masyarakat (khususnya komunitas Muslim).24
Namun demikian, masih juga terdapat aspek-aspek atau faktor-faktor lain
yang menjadi pendorong kemajuan dan kemunduran penerbitan jenis koleksi
terkait. Upaya pengungkapan fenomena ini dapat dilakukan dengan penelitian
kualitatif untuk mengetahui motif perkembangan penerbitan koleksi referensi ke-
Islaman yang sebenarnya terjadi dengan mencari dan menemukan data yang
relevan, valid dan realiable dari sumber-sumber yang ditentukan.
1. Ekonomi
Menerbitkan buku merupakan usaha penanaman investasi dalam bisnis
perbukuan yang membutuhkan perhitungan yang matang yang dilakukan oleh
para penerbit. Mereka adalah orang yang mengeluarkan dana untuk membiayasi
semua proses dan tahapan dalam kegiatan pendjilidan. Penerbit membiayai
pengarang atau penterjemah yang telah berkontribusi terhadap keberadaan dan
kesiapan naskah. Mereka juga membayar para penyunting atau editor yang telah
berusaha menyemprnakan dari kekurangan-dan kesaahan stiap naskah yang akan
24
Halid dan Zubair, Peranan Penerbit dalam Transformasi Intelektualisme Islam: Survei
Terhadap Beberapa Penerbit Buku-Buku Islam Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Laporan
Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian UIN Jakarta, 2003, h. 18
- 28 - Tinjauan Literatur
- 28 -
diterbitkan. Penerbit juga tentunya membiayai proses pencetakan, termasuk
membeli kertas dan tinta yang merupakan bahan utama habis pakai yang
diperlukan dalam setiap penerbitan/pencetakan.
Disamping mengeluarkan biaya produksi, penerbit juga membiayai proses
distribusi, biaya promosi dan pemasaran kepada masyarakat pembaca. Penerbit
selalu berharap mendapatkan uang lebih sebagai laba atau keuntungan dari
penjualan melebihi ongkos yang dikeluarkan untuk biaya produksi dan
pemasarannya tersebut.
Kegiatan penerbitan terjalin sangat erat dengan perhatian dan kepentingan
masyarakat. Dengan koleksi yang tersedia, karya-karya buku dapat menyentuh
setiap aspek pengetahuan dalam masyarakat dan sering mampu menjangkau
pemasaran yang luas secara nasional dan internasional. Tetapi seringnya penerbit-
penerbit tersebut hanya mengkhususkan diri pada pemasaran beberapa jenis buku
tertentu saja, sebagai sektor utamanya. Penerbit dan pengarang dapat memperoleh
tambahan pendapatan dengan cara mengambil manfaat dari beragam hak jual
yang memungkinan perusahaan-perusahaan di dalam maupun di luar negeri dapat
memberdayakan karya tersebut dengan beragam cara, media dan bahasa yang
berbeda-beda.
Pada dasarnya keuntungan penerbitan terletak pada hak cipta (copyright)
dan kreatifitas para pengarang. Penerbit menguasai aspek-aspek bisnis penerbitan
tersebut dari kontrak dengan pengarang sampai dengan penyediaan gerai
penjualan karya yang telah dihasilkan. Penerbit sangat memperhatikan pentingnya
hak cipta tersebut dan dan mempertimbangkan setiap klausul hubungan yang
terikat kontrak antara penerbit dan pengarang. Kebanyakan penerbit tidak menjual
produk mereka secara langsung kepada para pembaca. Maka, para pelanggan
utama penerbit adalah para distributor atau para penjual buku dan agen-agen lain
yang berada pada sistem rantai penyediaan barang.
Betapapun besarnya usaha penerbitan, kekuatannya terutama terletak pada
para karyawan yang berkualitas. Mereka merupakan sekelompok individu yang
bergabung dan secara ideal berbagi satu sama lain untuk mencapai tujuan dan
nilai-nilai bersama. Mereka memiliki kommitment untuk menjadikan diri mereka
- 29 - Tinjauan Literatur
- 29 -
sebagai unsur pokok pada bisnis penerbitan dan penjualan karya-karya buku dan
informasi. Merekalah menciptakan stabilitas kepengarangan dan menjaga
kekuatan kreatifitas yang berkembang semakin kuat dan semakin besar dari tahun
ke tahun. Kerananya, dalam dunia bisnis penerbitan merupakan peran yang
kompleks yang mengandalkan kreatifitas para penulis dan kontributor pada satu
sisi dan terjalin dengan aspek ekonomi pada sisi yang lain. Dan karena
kompleksitas kegiatannya, pelaksanaan penerbitan sebuah buku selalu menantang
adanya gagasan-gagasan baru pada setiap tahapnya. Penerbitan membutuhkan
fleksibilitas kerja dan perhatian serius pada hal-hal yang bersifat detail, disamping
juga memerlukan banyak karyawan dan staff khusus baik pada tahap kegiatan
editorial sampai dengan penjualan dan distribusi. Idealnya karyawan yang ada,
secara keahlian mampu melakukan semua tugas-tugas yang telah dideskripsikan
tetapi sangat jarang terdapat staff individu yang ahli dalam segala hal kegiatan
dalam dunia penerbitan.
2. Over Production
Ada kalanya dalam mencetak judul buku baru penerbit mengalami over
produksi. Hal ini kadang juga dikeluhkan oleh karyawan dimana akibatnya
banyak buku baru baik dari judul yang sama maupun dari judul-judul lain
memerlukan ruang penyimpanan yang cukup besar. Setiap buku baru juga
memerlukan ruang untuk iklan dan reklame baik yang bersifat fisik maupun
virtual. Setiap judul buku baru juga menghendaki adanya ruang-ruang display di
toko-toko buku (show room) yang tersedia. Padahal menerbitkan buku meskipun
tidak terlalu banyak jumlah judulnya, kalau didesain dan disusun dengan lebih
baik akan lebih menghasilkan pula. Sehinggga kreatifitas yang lebih berkualitas
pada setiap karya penulisan buku akan berdampak pada perbaikan dan kemajuan
ekonomi para pengarang dan penerbit yang bersangkutan. Untuk itu, penerbit
dapat saja meminta editor untuk mengurangi jumlah judul naskah baru yang akan
diterbitkan dengan catatan bahwa judul-judul yang bersangkutan telah direview
secara kritis dan telah memperoleh pertimbangan matang berkenaan dengan
kualitasnya secara keseluruhan sehingga kesalahan seminimal mungkin dapat
- 30 - Tinjauan Literatur
- 30 -
dikurangi. Jika demikian, penerbit akan mempunyai peluang yang lebih besar
untuk meningkatkan rating penjualannya sekaligus menaikkan reputasinya dengan
cara secara kritis mengurangi volume daftar judul naskah yang hendak diterbitkan
setiap tahun. Tetapi boleh jadi selama dalam masa krisis beberapa penerbit
mengurangi daftar terbitannya, dan mengklaim bahwa mereka sedang menaikkan
tingkat penjuallannya. Sementara itu yang lain juga sebaliknya juga mengelurakan
pernyataan yang kontroversial, dimana mereka terus memperluas judul-judl baru
yang dihasilkan dan juga mengklaim bahwa mereka juga sedang meningkatkan
share penjualan di pasar. Bagaimanapun, penerbit selalu berusaha untuk
mendapatkan judul-judul baru, dan menemukan hal-hal apa yang menjadi minat
utama dan kesukaan masyarakat, dan juga menjadi perhatian khusus secara
profesional bagi para pembaca. Karena itu sering terjadi kompetisi atau
persaingan antar penerbit pada setiap bidang keilmuan, sehingga dapat diyakini
bahwa, produk karya judul-judul baru dan pilihan-pilihan pembaca akan terus
meningkat setiap waktu.
3. Tantangan Penjualan
Dalam memasarkan produk-produk barunya, masing-masing penerbit
setiap tahun melakukan launching sejumlah besar judul-judul baru yang belum
pernah diuji-cobakan atau ditestkan kepada masyarakat pelanggan pembaca.
Hanya sedikit saja judul-judl buku baru yang telah melewati proses survey
pemasaran ini di lapangan. Jadi, penerbitan itu sering menjadi sebuah keputusan
kegiatan yang sangat beresiko. Seperti juga komoditas barang pada umumnya,
setiap buku juga memerlukan persepsi dan pemahaman yang jelas tentang siapa
masyarakat pembelinya dan apa keunggulan dan kebaikan produk karya tersebut
sehingga tehnik pemasaran dapat mempertemukan keduanya. Namun juga
berbeda dengan komoditas barang pada umumnya, tehnik penjualan barang pada
umumnya tidak bisa sepenuhnya sesuai untuk pemasaran buku. Buku bukan
merupakan kebutuhan pokok hidup seseorang seperti halnya sandang dan pangan.
Pembaca biasanya membeli buku hanya dengan satu eksemplar saja, hanya sekali
saja dan tidak berulang-ulang. Pembaca juga dihadapkan pada banyaknya pilihan
- 31 - Tinjauan Literatur
- 31 -
yang harus dipertimbangkan untuk memperoleh satu item yang dinilainya sesuai
benar dengan keinginan dan kebutuhan informasinya. Sementara itu buku dapat
dipinjam secara gratis dari perpustakaan atau dari tempat-tempat lain. dan
disinilah perpustakaan juga dikenal sebagai pembeli buku yang sangat aktif.
4. Proses Produksi
Biasanya dibutuhkan waktu yang panjang untuk menerbitkan sebuah buku
yang baik. Unqtuk menghasilkan buku melewati proses yang panjang dari
evaluasi manuskript sampai dengan tercetaknya kopi duplikasi dari judul yang
sama diperlukan kurang lebih 4 sampai 12 bulan atau lebih. Disamping itu masih
diperlukan pula waktu yang cukup selanjutnya untuk melakukan promosi dan
penjualan secara luas kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri.
Dengan begini dapat diartikan bahwa sebenarnya biaya (modal uang) penerbit
sementara itu tertanam atau masih tersangkut pada stok kopian duplikasi karya
baru tersebut [sampai penjualan berhasi dilakukan.] Pada umumnya kembalinya
modal penerbit dalam penyediaan stok produksi judul buku baru akan dapat
terpenuhi setelah lebih dari satu tahun. Typically 20% of the titles account for
80 % of the revenue but the uncertainties of estimating demand make the success
such a books intially difficult to determine. Secara khusus, 20 % [penjualan] judul
buku baru tersebut merupakan 80 % keuntungan yang akan diperoleh dari
penjualan buku-buku yang bersangkutan. Tetapi ketidak-pastian permintaan pasar
yang tidak mudah diperkirakan menjadi hambatan untuk menentukan seberapa
besar kesuksesan penerbitan dan penjualan buku baru dimaksud.25
Penerbit-penerbit yang dapat bertahan dan sejahtera pada saat-saat
keadaan ekonomi membaik maupun pada saat-saat krisis adalah mereka yang
dapat mengembangkan dan memelihara sekelompok judul-judul utama terbitan
mereka yang dapat bertahan lama dan dapat memberikan keuntungan lumayan.
Penerbit-penerbit ini tidak berlebihan percaya diri tetapi lebih berfokus pada
penciptaan buku-buku yang berkualitas dan yang terbaik pada jenis bidangnya.
25
Ibid. Giles Clark. p. 8
- 32 - Tinjauan Literatur
- 32 -
Bagi mereka kualitas tersebut harus menjadi acuan setiap proses tahap penerbitan
yang direfleksikan pada konsep, kandungan-isi (konten) dan proses produksinya.
Setelah itu, mereka mengupayakan koleksi baru tersebut dapat disediakan pada
saat dan dengan harga yang tepat, yang ditujukan kepada masyarakat pembaca
yang telah ditetapkan. Kebanyakan buku baru yang bagus, menarik dan sukses
adalah buku-buku yang tampil dengan perbedaan (exceptional) yang tidak berupa
karya yang meniru-niru buku lain yang sudah ada.
5. Royalty
Sebagian penerbit ada juga yang menggantungkan kehidupan ekonominya
pada eksport, seperti misalnya mereka yang memperoleh tambahan royalti dari
edisi terbitan dengan lisensi di luar negeri. Namun demikian, sering terjadi
plagiasi hak cipta dan hak ekonomi pada terbitan karya buku, seperti karena
duplikasi yang dilakukan dengan fotokopi dll. “third world piracy is a
considerable threat and is the enemy of ... publishers, legitimate indeginous
publishers, and author alike. The growth of the bulk photocopying industry,
especially in the Midle East, and far east, hinder exports.26
Pada umumnya
royalty untuk pengarang dibayar hanya sekitar 10 % dari harga unit kopi yang
telah diterbitkan atau lebih rendah dari itu. Padahal untuk menyelesaikan satu
naskah karya tersebut memerlukan waktu yang sangat panjang. Hal ini dilakukan
karena, karena apabila rolayti pengrang dibayarkan berdasarkan pada jem kerja
yang digunakan pada penyusunan naskah tersebut penjualan judl buku baru akan
sangat mahal. Dan pendapatan pengarang hanya dapat diberikan lewat penjualan
setiap item unit kopi yang terjual, seperti halnya untuk penerbit.
Proses yang dapat membuat buku menjadi tersedia di masyarakat terletak
pada adanya jalinan interaksi dari berbagai perusahaan yang mempekerjakan para
karyawan mereka dan mencoba untuk dapat menghasilkan keuntungan. Bagian
besar dari irisan harga buku yang diterbitkan diperoleh pada bagian penjual ritail,
sebagai pelanggan utama penerbit. Untuk memfasilitasi penjualan mereka
26
Ibid. Giles Clark. p. 9
- 33 - Tinjauan Literatur
- 33 -
menerima potongan discount harga buku dari 20 % sampai 50%. Sementara itu
penerbit membayar para pencetak, para penyedia kertas dan biaya penyelesaian
buku tersebut yang berkisar antara 12% - 20% dari harga penjualan oleh penerbit.
Penerbit juga membayar royalti untuk para pengarang, gaji untuk para kontributor
ilustrasi, dst., dan sisanya digunakan untuk membayar karyawan sendiri serta
biaya operasionalnya. Disamping itu, penerbit sendiri juga mengambil resiko
bilamana ada kekeliruan finansial pada setiap proyek penerbitan terkait.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dengan tema yang sejenis atau setidaknya berkaitan
dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Peranan Penerbit dalam Transformasi Intelektualisme Islam : Survei
terhadap Beberapa Penerbit Buku-Buku Islam. Penelitian ini dilakukan
oleh Khalid dan Zubair pada tahun 2003. Penelitian ini lebih
memfokuskan pada peran penerbit dalam melakukan transformasi
intelektual Islam di Indonesia. Adapun aspek yang diteliti diantaranya
adalah faktor eksternal penerbitan buku Islam, kebijakan internal penerbit
mengenai kriteria buku yang diterbitkannya. Penelitian hanya dilakukan
pada penerbit yang ada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia: Studi tentang
Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004. Penelitian
ini merupakan disertasi penulis di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta yang ditulis Dr. Abdul Munip. Penelitian ini
membahas tentang pertumbuhan ilmu-ilmu ke-Islaman di Indonesia yang
sangat dipengaruhi oleh kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab ke
Bahasa Indonesia, dimana sebgaian besar buku berbahasa Arab yang
diterjemahkan tersebut berkisar pada tema-tema tentang ke-Islaman.
Penelitian ini menghasilkan satu kesimpulan penting bahwa kitab-kitab
berbahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia telah
- 34 - Tinjauan Literatur
- 34 -
berpengaruh besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam dan
bahkan keberislaman di Indonesia.27
3. Korelasi antara Sikap Penerbit Buku Islam terhadap UU Deposit dan
Pengawasan Bibliografi Buku Islam di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
oleh Siti Maryam (tesis program Pasca Sarjana Ilmu Perpustakaan
Universitas Indonesia, 2007). Penelitian ini memfokuskan pada kajian
mengenai sikap penerbit buku Islam terhadap adanya kewajiban setiap
penerbit untuk menyerahkan buku yang diterbitkannya ke Perpustakaan
Nasional sebagai koleksi deposit, kemudian sikap tersebut dikorelasikan
dengan data buku Islam dalam Bibliografi Nasional Indonesia, yang
merupakan media untuk mennginformasikan semua buku yang telah
didepositkan di Perpustakaan Nasional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buku Islam di Indonesia
cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik dari segi
tema, format dan kualitas cetakan, maupun dari segi lainnya, dan pada
umumnya para penerbit buku Islam telah memenuhi kewajibannya
menyerahkan buku yang diterbitkannya ke Perpustakaan Nasional sebagai
koleksi deposit.
Yang menjadi perbedaan antara penelitian tersebut di atas dengan
penelitian ini adalah pada fokus penelitian. Pada penelitian tersebut
peneliti hanya akan focus pada penerbitan buku referens Islam yang
berebntuk monograf, sedangkan pada penelitian ini peneliti focus pada
penerbitan buku Islam dalam format buku refrens yang dari berbagai aspek
tentu berbeda dengan penerbitan buku monograf.
27
Sudarnoto Abdul Hakim, Dari Kitab Menuju Indonesia Modern (pengantar buku Transmisi
Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia) h. xiv
- 35 - Metodologi Penelitian
- 35 -
Bab III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini akan diarahkan untuk memperoleh temuan-temuan
secara deskriptif terhadap bebagai fenomena yang timbul di sekitar dinamika
penerbitan buku referens ke-Islaman di Indonesia. Tujuan utama penelitian ini
adalah untuk memperoleh informasi dan mendeskripsikan tentang fenomena
tersebut sebagai bagian dari perkembangan penerbitan di Indonesia,
khususnya koleksi ke-Islaman. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat
diperoleh uraian yang menyeluruh dan akurat tentang pemetaan dan orientasi
penerbitan referens ke-Islaman dan masalah-masalah atau kendala-kendala
dalam penyelenggaraan penerbitan koleksi tersebut. Penelitian deskriptif
memberikan gambaran yang sangat detail tentang situasi, lingkungan sosial
atau sebuah hubungan, menjelaskan secara rinci macam-macam kegiatan
sosial, menggali isu-isu baru atau menerangkan mengapa sesuatu terjadi
(Neuman, p. 29-30).
B. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yang utama adalah dengan
melalui wawancara mendalam (depth interview), dan ini untuk memperoleh
data primer. Informan dalam penelitian ini adalah para pengelola penerbitan
buku-buku referens ke-Islaman di Indonesia, seperti: pimpinan redaksi, bagian
pemasaran, bagian produksi, dan pihak lain yang dianggap memiliki
kontribusi penting dalam penerbitan buku referens tersebut. Adapun data
sekunder akan diperoleh melalui kajian dokumentasi, dalam hal ini yaitu
mengidentifikasi judul-judul buku referens yang telah diterbitkan selama
kurun waktu kurang lebih 13 tahun terakhir (2000-2013). Dari hasil
- 36 - Metodologi Penelitian
- 36 -
dokumentasi tersebut selanjutnya dibuat suatu pemetaan mengenai tema-tema
buku-buku referens bidang ke-Islaman yang terbit tersebut.
C. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah para pengelola penerbitan buku-buku
referens ke-Islaman di Indonesia, seperti: pimpinan redaksi, bagian pemasaran,
bagian produksi, dan pihak lain yang dianggap memiliki kontribusi penting
dalam penerbitan buku referens tersebut. Sampel informan ditentukan secara
purposif untuk memperoleh data yang komprehensif dan up todate.
D. Teknik Analisa data
Analisa data dari hasil penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa
tahap kegiatan sebagai berikut:
a) Transkripsi hasil wawancara
Pada tahap pertama, data hasil wawancara mendalam dengan para
informan baik berupa file rekaman media ataupun catatan-catatan
dikumpulkan, diorganisir dan ditandai menurut kronologi waktu dan
lokasinya. Data tersebut seluruhnya ditranskripsi apa adanya kedalam
sebuah teks naratif untuk dapat dipaparkan dengan jelas tema-tema
pembicaraan atau pokok-pokok pembahasan yang diutarakan.
Transkripsi ini kemudian akan disertakan pada lampiran laporan
penelitian.
b) Reduksi
Data yang relevan diutamakan, data yang tidak relevan ditinggalkan.
Data yang overlap disisihkan, dan data yang berlebihan dikurangi
untuk dapat diambil substansi atau tema-tema terpilih yang erat
berkaitan dengan pokok persoalan penelitian.
c) Kategorisasi dan Coding
- 37 - Metodologi Penelitian
- 37 -
Data yang telah terurai dari transkripsi yang sudah terpilih dengan kata
dan bahasa yang efisien kemudian dipastikan relevansinya dengan
setiap persoalan yang sedang dikaji. Kemudian dilakukan kategorisasi
subject atau tema-tema sesuai dengan masing-masing persoalan dalam
penelitian. Untuk memudahkan pengelompokan berbagai tema pada
data temuan yang ada maka tehnik katagorisasi dilakukan dengan
menggunakan koding atau pengkodean dengan istilah-istilah tertentu.
d) Interpretasi, Pembahasan dan Penyajian Data.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode ini
diharapkan peneliti dapat mengungkap makna dari data yang diperoleh
yang bersifat naratif-kualitatif. Analisa dilakukan dengan menjabarkan
tema-tema dan bukti-bukti dari data yang diperoleh yang sudah
dikategorisasikan. Data tersebut diberikan pembahasan dan interpretasi
dengan membandingkan dan mencocokan dengan teori yang ada dan
pendapat para ahli, hasil penelitian sebelumnya dan juga kemampuan
akademik peneliti pada bidang tersebut sehingga diperoleh gambaran
yang kohesif, koheren dan konsisten pada hubungan data yang
dijabarkan. Dengan demikian, penyajian data dapat dilakukan secara
naratif yang memungkinkan atau dapat memudahkan upaya
menyusunan kesimpulan.
e) Kesimpulan
Setelah dijabarkan dan diinterpretasikan dengan menggunakan teori
keilmuan yang relevan, maka pada temuan hasil penelitian kemudian
dibuatkan kesimpulan untuk menjawab persoalan yang sedang dikaji.
Semua kesimpulan yang dirumuskan akan diarahkan pada jawaban
yang tuntas pada setiap rumusan persoalan tersebut, sehingga tidak ada
permasalahan yang tercakup dalam penelitian akan tertinggal.
- 38 - Metodologi Penelitian
- 38 -
E. Subjek Penelitian
Telah dikemukakan di atas bahwa informan yang menjadi narasumber dalam
penelitian ini adalah pihak-pihak yang dianggap memiliki kontribusi atau peran
penting dalam perusahaan penerbitan buku-buku referens ke-Islaman di Indonesia
seperti direkur, para manajer, dan lain sebagainya.
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah empat penerbit
buku referens yang ada di Indonesia yang bersedia menjadi narasumber untuk
penelitian ini. Keempat penerbit tersebut adalah PT. Almahira, PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, PT. Lentera Abadi, dan PT. Kamil Pustaka. Untuk memberi
gambaran mengenai penerbit tersebut maka akan kami tampilkan profil singkat
dari keempat penerbit tersebut. Aspek yang ditampilkan dalam hal ini meliputi
latar belakang atau dasar pemikiran berdirinya, visi, misi, dan tujuan, serta produk
atau buku-buku yang telah dterbitkannya.
1. Almahira
Almahira dapat dikatakan sebagai penerbit yang benar-benar fokus pada
penerbitan buku-buku referens bidang ilmu ke-Islaman. Bila dibandingkan dengan
penerbit lainnya Almahira merupakan salah satu penerbit buku referens bidang
ke-Islaman yang masih berumur relatife muda, namun penerbit ini sudah cukup
banyak menerbitkan buku referens berupa atlas, ensiklopedi, dan lain sebagainya.
Sebagai penerbit baru Almahira cukup menguasi pasar buku referens Islam di
Indonesia karena memiliki kekhasan dalam format buku yang diterbitkannya dan
juga memiliki kantor-kantor perwakilan yang tersebar cukup luas di Indonesia.
a. Dasar Berdirinya Almahira
Salah satu hal yang menjadi dasar pemikiran atau latar belakang berdirinya adalah
semangat dari pendirinya untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu
pengetahuan. Beliau terinspirasi dengan pernyataan Ali bin Abi Thalib ketika
ditanya mengenai perbedaan harta dengan ilmu pengetahun, secara spontan beliau
menjawab, bahwa salah satu perbedaannya: ‟harta akan berkurang dan bahkan
- 39 - Metodologi Penelitian
- 39 -
habis jika dipergunakan, sedangkan ilmu pengetahuan justru akan terus
bertambah jika digunakan‟.
Jauh sebelum itu, konon Nabi Sulaiman „alaihissalam juga pernah
dihadapkan pada tiga pilihan oleh Allah, yaitu: kekayaan, kekuasaan, dan ilmu
pengetahuan, lalu Nabi Sulaiman memilih ilmu pengetahuan, dan dengan
pilihannya itu, beliau menjadi orang yang paling berkuasa di muka bumi kala itu,
dengan jumlah kekayaan hampir mencapai sepertiga bagian dunia.
Dua kisah di atas menunjukkan betapa penting dan bernilainya ilmu
pengetahuan, dan Islam menjadikan ilmu pengetahuan sebagai salah satu dasar
agama, atau, lebih jelasnya, dasar seseorang dalam menjalankan hukum-hukum
Allah di muka bumi. Rasulullah saw. pernah bersabda: ‟Tidak sempurna agama
seseorang bila tidak menggunakan akalnya. Hadits tersebut bisa diartikan, bahwa
tanpa ilmu pengetahuan, seseorang tidak dapat melakukan apa pun, karena dasar
pekerjaan adalah ilmu pengetahuan. Di samping itu, al-Qur‟an juga banyak
memberi penghargaan kepada orang-orang berilmu dan senantiasa menggunakan
akalnya.
Kepentingan ilmu pengetahuan akan lebih terasa pada masa-masa
sekarang, masa globalisasi, ketika ilmu pengetahuan memegang kendali kekuatan
suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang dapat mengolah teori-teori
ilmu pengetahuan menjadi karya nyata untuk dihadirkan di tengah-tengah
masyarakatnya. bahkan masyarakat internasional. Kemampuan untuk
memproduksi suatu karya diawali oleh kegemaran mencari tahu segala sesuatu
yang belum terkuasai. Proses pencarian itu dilakukan dengan membaca segala
bentuk fenomena, baik yang tertuang dalam bentuk tulisan maupun tercipta dalam
karya nyata lain. Buku adalah salah satu rekaman pengetahuan yang menjadi
bahan kajian orang-orang yang selalu ingin tahu.
Dasar pemikiran tersebut akhirnya menjadi landasan Almahira untuk
membantu para pencari pengetahuan dengan berupaya menghadirkan buku-buku
rujukan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kajian ke-Islaman, ke tengah-
tengah masyarakat yang membutuhkan dasar pengetahuan untuk melakukan suatu
amal perbuatan secara baik dan benar dengan berlandaskan pada al-Quran dan as-
- 40 - Metodologi Penelitian
- 40 -
Sunnah. Maka kemudian didirikanlah Penerbit Almahira yang berasal dari bahasa
Arab „mahir‟ yang secara harfiah berarti „pintar‟.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa cikal-bakal penerbit Almahira
sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2001, tetapi berdiri secara resmi pada tahun
2007. Saat ini penerbit Almahira memiliki kantor yang cukup besar dan megah
berlokasi di Komplek KODAM (Kalimalang) Jl. Manunggal 2 No. 8C, Cipinang
Melayu, Makasar Kota, Jakarta Timur 13620 Telp. (021) 68300123 Fax
(021) 86616179. Penerbit Almahira memiliki situs dengan alamat
www.almahira.com. Dan untuk mempermudah komunikasi penerbit Almahira
menyediakan layanan SMS pada nomor 0817151522, dan alamat
email: [email protected].
b. Visi, Misi dan Tujuan
Penerbit Almahira memiliki visi : „menjadi penerbit buku-buku rujukan
masyarakat di berbagai bidang ilmu pengetahuan‟, dan misi yang diembannya
adalah menghadirkan buku-buku rujukan pengetahuan berkualitas, khususnya di
bidang keislaman, ke tengah-tengah masyarakat Indonesia khususnya, dan
masyarakat internasional pada umum-nya.
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai penerbit Almahira ini adalah
sebagai berikut:
a. Mendidik masyarakat untuk menggemari bacaan-bacaan Islami dan ilmiah
b. Mendidik masyarakat untuk mencintai ilmu pengetahuan
c. Menghadirkan kesejahteraan bagi semua yang terlibat dalam penjalanan
perusahaan (baik secara langsung maupun tidak langsung) yang
berdampak pada kesejahteraan masyarakat sekitar
d. Menjalankan syiar dan dakwah di tengah-tengah masyarakat global.
Sementara pangsa pasar atau segmentasi masyarakat yang ingin disasar atau
dibidik dengan buku-buku Almahira adalah meliputi:
1). Kaum cendekiawan,
- 41 - Metodologi Penelitian
- 41 -
2). Kaum peneliti,
3). Dosen dan pengajar,
4). Pelajar dan mahasiswa,
5). Masyarakat luas pada umumnya.
Untuk mencapai visi, misi dan tujuannya tersebut maka Penerbit Almahira
bekerja dengan satu moto : „Mewarnai Dunia dengan Ilmu."
c. Produk Almahira
Dari sejak berdirinya hingga saat ini telah banyak buku referens bidang ke-
Islaman yang sukses diterbitkan oleh Penerbit Almahira ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Atlas Agama Islam karya Sami‟ bin Abdullah al-Maghlouts
2) Atlas Agama-agama karya Sami‟ bin Abdullah al-Maghlouts
3) Atlas Al-Qur‟an karya DR. Syauqi Abu Khalil
4) Atlas Hadis karya DR. Syauqi Abu Khalil
5) Atlas Haji dan Umrah karya Sami‟ bin Abdullah al-Maghlouts
6) Atlas Haji karya Wahbah Zuhaili
7) Atlas Penyebaran Islam karya DR. Syauqi Abu Khalil
8) Atlas Perang Salib karya Sami bin Abdullah al-Maghloush
9) Atlas Perjalanan Hidup Nabi Muhammad karya Sami bin Abdullah al-
Maghlouth
10) Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul karya Sami‟ bin Abdullah al-Maghlouts
11) Pedoman Salat
12) Jejak Para Khulafaur Rasyidin
Bila diperhatikan maka tampak jelas bahwa buku-buku tersebut di atas
merupakan buku atau karya-karya terjemahan dari ulama Timur Tengah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Almahira diketahui bahwa buku-buku
tersebut cukup laku di pasar buku Indonesia.
- 42 - Metodologi Penelitian
- 42 -
2. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
PT. Ichtiar Baru van Hoeve adalah sebuah penerbit khusus buku referens
terutama dalam format ensiklopedi yang berdiri resmi sejak tahun 1980, dan
perusahaan ini merupakan penerbit pertama Ensiklopedi Indonesia. Maka dapat
dikatakan bahwa pelopor dalam bidang penerbitan ensiklopedi adalah penerbit
Ichtiar Baru van Hoeve ini. Dalam perjalanannya sejak berdiri hingga pada tahun
2007, perusahaan ini telah menerbitkan tidak kurang dari 10 (sepuluh) judul
ensiklopedi baik ensiklopedi dalam bidang ilmu-ilmu umum maupun ensiklopedi
dalam bidang kajian ilmu agama Islam. Buku-buku tersebut telah banyak
digunakan sebagai rujukan utama bagi para penulis di Indonesia dan sebagai
acuan informasi di Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dari penerbit tersebut (Ibu
Starlita) diketahui bahwa sesunguhnya cikal bakal berdirinya penerbit ini sudah
dirintis sejak tahun 1950, yaitu ketika seorang berkebangsaan Belanda bernama
van Hoeve menerbitkan „ensiklopedi Indonesia‟ untuk yang pertama kalinya.
Kemudian menjelang tahun 1980 seorang yang juga warga negara Belanda
bernama Pashmant datang ke Indonesia melacak keberadaan ensiklopedi tersebut,
dan kemudian menerbitkannya kembali dengan mendirikan penerbit yang baru
bernama Ichtiar Baru van Hoeve (IBVH). Nama van Hoeve beliau berikan sebagai
bentuk penghargaan terhadap van Hoeve yang dulu mempelopori penerbitan
„Ensiklopedi Indonesia‟ tersebut.
Sejak tahun 1980 itulah kemudian PT. Ichtiar Baru van Hoeve secara terus-
menerus dan konsisten menerbitkan berbagai buku referens terutama ensiklopedi
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Di luar ensliklopedi, PT. Ichtiar Baru
van Hoeve juga menerbitkan buku-buku bermutu di bidang hukum seperti
„Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI menurut Sistem Engelbrecht‟ dan
„Studi Notariat dan Serba-serbi Praktek Notaris‟. Produk-produk ini
mencerminkan bahwa PT. Ichtiar Baru van Hoeve serius untuk memberi andil
dalam memperkaya dunia perbukuan Indonesia sekaligus sebagai upaya untuk
mencerdaskan anak-anak bangsa. Hal tersebut sesuai dengan mottonya yaitu
“menyebarkan pengetahuan melalui karya yang berkualitas dan otoritatif‟. Berikut
- 43 - Metodologi Penelitian
- 43 -
adalah judul-judul ensiklopedi yang telah diterbitkan oleh PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve:
a. Ensiklopedi bidang ilmu umum:
1. Ensiklopedi Indonesia (10 jilid),
2. Ensiklopedi Fauna (6 jilid),
3. Ensiklopedi Geografi (6 jilid + 1 atlas),
4. Ensiklopedi Populer Anak (6 jilid),
5. Ensiklopedi Umum untuk Pelajar (13 jilid). Untuk ensiklopedi ini
disediakan juga situs pendidikan dengan alamat eup.ibvh.com).
b. Ensiklopedi bidang kajian Islam:
6. Ensiklopedi Islam (8 jilid + CD),
7. Ensiklopedi Hukum Islam (5 jilid),
8. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar (6 jilid),
9. Aku Tahu Islam, ensiklopedi untuk anak SD kelas 2–4 (20 jilid)
10. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (7 jilid),
PT Ichtiar Baru Van Hoeve juga menerbitkan buku “Haji dan Umrah:
Ibadah, Ziarah, Wisata, Doa” yang mendapat apresiasi khusus dari Pemerintah
Kerajaan Arab Saudi sebagai buku referensi yang dapat diandalkan mengenai haji
dan umrah. Dan pada tahun 2013, atas kerjasama dengan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve menerbitkan buku “Indonesia
Dalam Arus Sejarah”, sebuah karya monumental arkeolog dan sejarawan
Indonesia. Buku ini menjadi buku referensi terlengkap mengenai perjalanan
sejarah bangsa Indonesia mulai dari zaman prasejarah hingga reformasi. Buku
tersebut disusun secara faktual dan objektif, dan karenanya buku ini digunakan
sebagai buku referensi utama mengenai sejarah Indonesia bagi sekolah atau
lembaga penidikan di Indonsia.
PT. Ichtiar Baru van Hoeve berdasarkan hasil wawancara merupakan
penerbit pertama di Indonesia yang bergerak dalam penerbitan buku referens baik
buku referens Islam maupun buku referens umum.
- 44 - Metodologi Penelitian
- 44 -
3. PT. Lentera Abadi
PT. Lentera Abadi (LA) didirikan dengan tujuan utama memajukan dunia
pendidikan di negara kita, Indonesia. Tujuan pencerdasan bangsa ini dilakukan
dengan cara menerbitkan buku-buku bermutu yang sangat dibutuhkan terutama
oleh para pelajar, kalangan pendidik, serta kalanagn umum. Pilihan utama buku
bermutu yang diterbitkan oleh LA adalah seri buku ensiklopedia. Buku-buku
ensiklopedia yang diterbitkannya menyajikan dunia ilmu pengetahuan yang
mendasar karena memuat prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang paling penting
diketahui oleh para peserta didik, lengkap, menarik, dan mudah dipahami.
PT. Lentera Abadai menginginkan agar koleksi ensiklopedia yang
diterbitkannya menjadi sarana belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Beragam informasi dan pengetahuan dikemas dalam format penuh warna yang
akan menarik minat baca anak atau pelajar, sekaligus mempermudah orang tua
dalam memberikan pendidikan berkualitas sejak dini.
a. Produk
Seperti halnya PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, PT Lentara Abadi juga
merupakan penerbit yang fokus pada penerbitan buku referens dalam format
ensiklopedi. Terbitan ensiklopedi tersebut meliputi hampir semua bidang ilmu
pengetahuan, seperti IPA, Ilmu Pemerintahan, Olah Raga, Sosial Budaya, Sains
dan Teknologi, Matematika, Bahasa, Geografi, dan lain sebagainya, termasuk
ensiklopedi dalam bidang kajian ke-Islaman. PT. Lentera Abadi telah begitu
banyak menerbitkan buku-buku referens khususnya ensiklopedia baik dalam
format cetak (printed) maupun dalam format elektronik (seperti CD). Berikut
adalah judul-judul buku referens yang telah diterbitkan oleh PT Lentera Abadi:
a) Bidang Ilmu Umum
1. Ensiklopedia IPA
2. Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan
3. Ensiklopedia Sepak Bola
4. Ensiklopedia Jakarta
5. Ensiklopedia Jawa Barat
6. Ensiklopedia Sejarah dan Budaya
- 45 - Metodologi Penelitian
- 45 -
7. Ensiklopedia Mengenal Sains
8. Ensiklopedia Pengetahuan Populer
9. Ensiklopedia Geografi
10. Ensiklopedia Sains & Teknologi
11. Ensiklopedia IPTEK
12. Ensiklopedia Biologi Dunia Hewan
13. Seri Anak Pintar
14. Profil 33 Provinsi Indonesia
15. Ensiklopedia Bagus Untuk Anak
16. Ensiklopedia Matematika
17. Ensiklopedia Kimia
18. Ensiklopedia Sains Spektakuler
19. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan
20. CD Geografi Dunia
21. CD Bahasa inggris
22. CD Matematika
23. CD IPA
24. CD Software Multimedia Pembelajaran Interaktif
25. Ensiklopedi Pramuka
26. Ensiklopedi Korp Marinir Indonesia
27. dan lain sebagainya
b) Bidang Kajian Ke-Islaman:
1. Ensiklopedia Mukjizat & Khasiat Al-Qur'an
2. Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW
3. Ensiklopedia Mukjizat Ilmiah Alqur "an dan Hadist
4. Al-Quran Dan Tafsirnya
5. Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia
6. Ensiklopedia Rukun Islam
7. Pedoman Haji dan Umroh (buku + DVD)
Sebagai bentuk keseriusan PT. Lentera Abadi dalam menerbitkan buku-buku
referens Islam maka didirikanlah anak perusahaan akan secara khusus
- 46 - Metodologi Penelitian
- 46 -
menangani penerbitan tersebut dengan nama Borobudur. Disamping buku
referens Islam dan umum seperti tersebut di atas PT. Lentara Abadi juga
menerbitkan buku-buku special berupa buku-buku terjemahan dari buku-buku
berbahasa Inggris, yang semuanya juga merupakan bentuk buku referens.
Buku-buku special tersebut adalah sebagai berikut:
1. Compton's by Britanica 2010
2. Webster's New Explorer Encyclopedic Dictionary
3. Encyclopedia Britanica 2010
4. Ensiklopedia Britanica World Atlas
5. Britannica Visual Dictionary
6. Great Book of the Western World
7. Britanica discovery library
8. Britanica global edition
9. Illustrated Family Encyclopedia
10. Rourke's World of Science
11. Britanica Illustrated Science Library
12. Britanica Student Encyclopedia
13. The New International Standard Medical & Health Encyclopedia
Dengan melihat begitu banyaknya judul buku referens yang telah
diterbitkan di atas maka dapat dikatakan bahwa meskipun PT. Lentera Abadi
bukan penerbit tertua tetapi merupakan penerbit yang paling banyak menerbitkan
buku referens di Indonesia. Dan diantara sejumlah buku tersebut penerbit ini juga
turut andil dengan menerbitkan setidaknya enam judul buku referens ke-Islaman,
bahkan ke depan sepertinya penerbit ini akan lebih serius menangani penerbitan
buku referens Islam ini yaitu dengan mendirikan anak perusahaan aatau Divisi
Borobudur.
4. PT. Kamil Pustaka
PT. Kamil Pustaka dapat dikatakan sebagai penerbit buku referens Islam
yang paling muda usianya dibanding penerbit lainnya. Perusahaan ini baru
didirikan pada akhir tahun 2012, dengan demikian pada saat penelitian ini
- 47 - Metodologi Penelitian
- 47 -
berlangsung usia penerbit ini baru berjalan dua tahun. Berbeda dengan penerbit
lainnya yang juga menerbitkan buku-buku referens Islam, sebagai penerbit baru
Kamil Pustaka ingin tampil dengan cita-cita untuk melaksanakan syiar Islam
sekaligus mengembangkan bisnis Islami. Sebagai buktinya maka penerbit ini
sangat sedang berupaya sepenuh hati mengebangkan perusahaan dengan sangat
mengutamakan peran para marketing (pemasar) dan merangkul mereka dengan
penuh kekeluargaan.
Dengan usianya yang masih sangat muda memang belum banyak hal yang
ditulis mengenai penerbit ini, bahkan jumlah buku yang diterbitkannya juga baru
dua judul yaitu pertama, Ensiklopedi Pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadis, dan
buku ini merupakan judul perdana dari buku yang diterbitkannya, yang kedua
adalah Tafsir Al-Qur‟an Tematik, judul yang kedua ini sebenarnya penyusunnya
murni dari Kementrian Agama, PT. Kamil Pustaka hanya diberi hak untuk
mencetak, memperbanyak dan mendistribusikannya.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa PT. Kamil Pustaka menerbitkan tafsir
tersebut dengan cover yang lebih elegan dan dengan ukuran yang lebih besar dari
buku aslinya yang diterbitkan oleh Kementrian Agama. Namun perlu dicatat
bahwa di usianya yang masih sangat muda perusahaan penerbitan ini telah
memiliki dua kantor cabang bertempat di Bandung, berdasar hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa buku yang diterbitkannya cukup laris terjual di
beberapa kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Surabaya, Medan, Makasar
dan juga Yogyakarta.
F. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian rencananya akan dilakukan selama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak
bulan Maret hingga bulan Nopember 2014, dengan jadwal sebagai berikut:
N
o Langkah Penelitian
Waktu
Maret Apri
l Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop
1 Penyusunan Proposal
- 48 - Metodologi Penelitian
- 48 -
2 Pengumpulan data
3
Pengolahan dan
Analisa Data
4 Penyusunan Laporan
5
6 Penyusunan Artikel
Dari keempat penerbit inilah peneliti memperoleh data-data yang diperlukan
untuk menyelesaikan penelitian ini.
- 49 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 49 -
BAB IV
ASPEK BISNIS DALAM PENERBITAN
BUKU REFERENS ISLAM DI INDONESIA
Seperti telah diungkap pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini dilaksanakan
dengan pendekatan kualitatif dan data utama diperoleh melalui wawancara dengan
para informan. Bab ini akan mendeskripsikan hasil reduksi atas hasil wawancara
dengan informan tersebut. Secara garis besar deskripsi hasil penelitian ini akan
terbagi menjadi dua sub bahasan besar, yaitu pertama, bahasan tentang faktor atau
aspek bisnis dari penerbitan buku referens Islam di Indonesia, dan kedua adala faktor
atau aspek non bisnis dalam penerbitan buku referens Islam di Indonesia. Deskripsi
terdiri dari reduksi hasil wawancara sekaligus interpretasi dari peneliti.
Mengingat yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah empat penerbit (empat
orang), maka dalam deskripsi ini setiap aspek atau kategori merupakan hasil
wawancara dari semua informan, selama informan tersebut memberi penjelasan pada
aspek tersebut. Keempat orang informan (narasumber) tersebut adalah:
Informan I (I-1) : Bapak Abdul Ghafar (Penerbit Almahira)
Informan II (I-2) : Ibu Starlita (Penerbit Ikhtiar Baru Van Hoeve (IBVH)
Informan III (I-3) : Bapak Budi Sudarmono (Penerbit Lentera Abadi)
Informan IV (I-4) : Bapak Muhammad Kosim (PT.Penerbit Kamil Pustaka)
Keempat informan merupakan perwakilan dari penerbit yang paling tua usianya
(IBVH), penerbit paling muda usianya (Kamil Pustaka), penerbit yang benar-benar
fokus pada penerbitan buku referens Islam (Almahira), dan satu lagi penerbit yang
menerbitkan buku referens bidang ilmu umum tetapi juga menerbitkan buku referens
Islam sebagai bagian dari keseluruhan buku-buku referens yang diterbitkannya (PT.
Lentera Abadi). Selanjutnya dalam analisis dan penjabaran data pada bagian ini, dari
pada menggunakan nama nara sumber yang sebenarnya maka nama penerbit dan
- 50 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 50 -
istilah akronim inisial penerbit digunakan sebagai ganti dari nama nara sumber dari
ke-empat subject penelitian tersebut, masing-masing : ALM (Almahira), LA (Lentera
Abadi), IBV (Ichtiar Baru Van Hoeve) dan KP (Kamil Pustaka).
A. Aspek Bisnis
Yang dimaksud dengan aspek bisnis dalam penelitian ini adalah aspek-aspek
pokok berkenaan dengan aktifitas ekonomi-bisnis pada penerbitan buku referns Islam
di Indonesia. Disamping itu juga berkenaan dengan isu-isu pokok tentang dinamika
perkembangan serta kendala dan tantangan dalam dunia bisnis penerbitan buku
referens Islam terebut.
Pada bagian ini dibahas tentang perkembangan penerbitan buku-buku referensi
Islam yang ditinjau dari aspek bisnis. Maka, laporan penelitian ini secara khusus
mengungkapkan berbagai fenomena bisnis tersebut. Namun demikian, aspek-aspek
lain juga ikut diperbincangkan sebagai bahasan pendukung terhadap tema utama.
Intinya, seperti telah dinyatakan pada rumusan masalah proposal disini hal-hal yang
menjadi persoalan yang ingin dijawab, yakni: 1) Aktifitas bisnis dalam penerbitan
buku referens Islam di Indonesia; 2) Dinamika perkembangan penerbitan buku
referens Islam di Indonesia; dan 3) Kendala dan tantangan dalam penerbitan buku
referens Islam di Indonesia.
Untuk memahami lebih menyeluruh tentang hasil penelitian ini dapat dilihat
pada penjabaran berikut, dimana pokok-pokok bahasannya mengacu pada rumusan
persoalan yang sudah dikemukakan diatas. Beragam fenomena terkait bisnis
penerbitan ini dibahas secara komprehensif dan gambaran deskriptifnya dapat
disimak pada laporan penelitian ini.
- 51 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 51 -
B. Strategi Bisnis
b.1. Istiqomah
Bila dilihat dari misi dan pedoman yang sering menjadi landasan aktifitasnya dalam
usaha penerbitan, nampaknya Almahira berusaha keras untuk melakukan upaya-
upaya purifikasi ajaran Islam lewat karya-karya penerbitan. Kadang juga dalam
bentuk klarifikasi pemikiran-pemkiran yang bertentangan. “Kita menyampaikan
informasi yang ada kaitannya dengan haq wal bathil, maksudnya menyampaikan
sebuah kebenaran dan e… gampangannya yang benar mana yang salah mana,
sehingga itu penting banget.”(ALM) Kalau boleh dikatakan kegiatan klarifikasi tadi
sebagai bagian dari purifikasi, maka upaya-upaya pembenaran terhadap pandangan-
pandangan yang berkembang menyimpang dalam masyarakat sesungguhnya adalah
bagian dari misi melakukan pelurusan dan pemurnian ajaran Islam itu sendiri oleh
pernerbit.
Untuk upaya-upaya tersebut penerbit Almahira melakukannya dengan menyuguhkan
terbitan buku-buku yang dipaparkan berdasarkan sumber-sumber yang shahih,
autentik dan terpercaya, contohnya Tafsir Imam Syafi‟i. Kekhasan terbitan pada tema
ini juga memperoleh perhatian dan minat pembaca yang cukup signifikan. Dalam hal
ini dapat dikemukakan bahwa faktor ideologi berpengaruh besar terhadap sukses
bisnis. Mereka yang mampu berlaku istiqomah dalam aqidah, ternyata mereka sukses.
Bisa saja, salah satu bentuk upaya furifikasi adalah diantaranya tidak memihak satu
mahzab. Pelurusan bidang akidah lebih ditekankan lagi. Menghindarkan tahayul.
Perbedaan dan dinamika pada pemikiran malah dianjurkan, karena dapat mendorong
pekembangan atau inovasi-inovasi. Almahira malah mendorong khilafiah kalau pada
ranah pemikiran-pemikiran asalkan bukan pada pemikiran-pemikiran yang
menciderai Qur‟an dan Hadits, dan sifatnya temporer, tidak menyangkut akidah, tidak
menyangkut ibadah itu bagus, malah itu yang kita butuhkan untuk inovasi.
- 52 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 52 -
Almahira malah memanfaatkan adanya khilafiyah tersebut menjadi peluang untuk
dapat menyuguhkan informasi dan pengetahuan terkait secara proporsiaonal dan
seimbang. Ia meyakini peluang adanya kesempatan untuk memberikan jalan yang
memungkinkan berbagai ragam perbedaan tadi dapat memanfaatkan terbitan referensi
yang dapat berlaku untuk semua golongan dan kelompok-kelompok yang berbeda.
Ideologi keyakinan tentang harapan minat berbagai kelompok yang berbeda mazhab
tadi untuk memanfaatkan bersama koleksi terbitan referensi, senantiasa dilandaskan
pada qur‟an dan sunnah semata. Penerbit turut serta melakukan upaya purifikasi
ajaran Islam lewat terbitan-terbitan referens sepertinya berhasil memperoleh minat
besar oleh berbagai kelompok mazhab (organisasi masyarakat muslim) yang ditandai
dengan penjualannya yang terus meningkat; Dan ternyata membawa keberkahan,
masyarakat menyambut dengan antusias. P: Pernah terjadi Pak ada buku yang
diterbitkan kurang laku? ; I : Di kita Alhamdulillah semua bagus, karena memang
itu, saya benar-benar memilah, menyeleksi buku ini kan ga mudah, ya yang tidak
bermadzhab tadi, karena kalau sudah bermadzhab maka akan susah. (ALM).
Bagaimana sikap terhadap perbedaan kelompok tersebut dapat dilihat pula pada
kutipan hasil wawancara berikut.
“Dengan kita garis bawahi semua apa yang kita terbitkan itu tidak
bermadzhab, artinya tidak mengarah pada satu pemahaman, kita selalu garis
bawahi bahwa buku yang kita terbitkan selalu berdasarkan pada al-Qur‟an
dan As-sunnah, gitu, e… sehingga kita tidak memihak salah satu pihak,
katakanlah pada NU misalnya atau Muhammadiyah, sehingga orang NU
bisa membaca buku kita dan Muhammadiyah pun demikian, buku kita tidak
parsial, artinya semua yang kita sajikan itu murni untuk memberikan
informasi pengetahuan kepada e… umat Islam Indonesia, ini lho pemahaman
Islam yang yg sebenarnya berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, gitu”. (ALM)
Diakui dari pernyataan Almahira, “karena kalau sudah bermadzhab maka akan
susah‟. Memberikan pendapatnya bahwa bila sudah bermahzab dalam penerbitan itu
- 53 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 53 -
sulit berkembang, terutama dalam melayani umat muslim yang di dalamnya terdapat
banyak kelompok dan golongan mahzab. Bertahan pada satu keyakinan mahzab
dengan secara fanatik menerbitkan hanya pada faham kelompoknya saja maka akan
tidak memperoleh dukungan minat masyarakat secara luas.
P: Tapi kalau kita lihat Pak banyak penerbit yang menerbitkan buku
berangkat dari situ (pemahaman terhadap madzhab tertentu) Pa?
I : Betul, tapi saya (Almahira) tidak bermadzhab, makanya saya bilang
semua warga NU, warga Muhammadiyah, PERSIS, bahkan ISIS pun bisa
membaca buku kita, gitu. ee. kita tidak membatasi untuk itu, gitu. Sehingga
kalau toh kita punya (menerbitkan) buku Tafsir Imam Syafii itu bukan karena
kita bermadzhab pada Imam Syafii, tapi karena kita ingin kasih tahu ke
masyarakat, banyak orang mengklaim madzhabnya Imam Syafii tetapi
sebenarnya mereka tidak tahu Imam Syafii itu madzhabnya kaya apa, Imam
Syafii pernah mengajari qunut subuh atau ga kan mereka tidak tahu, begitu.
(ALM)
Pengakuan adanya penjualan yang terus bagus dari buku-buku keIslaman
menunjukan adanya peningkatan minat masyarakat muslim terhadap buku-buku
Islam yang belakangan beredar di pasaran. Tetapi hal ini bukan tanpa usaha keras
penerbit menemukan peluang pasar, karena mereka telah bekerja keras untuk
memastikan aktifitas editorial mereka cermat dan akurat sehingga mudah diterima
pasar. Keinginan penerbit sejalan dengan keinginan pasar. Penerbit berikutnya
sederhana sekali melakukan upaya penelusuran inspirasi tema-tema buku baru
mereka. Dengan menggunakan dua frase singkat pada aspek iman dan Islam akan
kemudian terkuak berbagai judul baru yang juga begitu diterima masyarakat,
meskipun tema-tema tersbut bukan sama sekali baru di masyarakat. Seperti
contohnya, “P: dan tema-temanya pa ? I: kita galinya dari rukun Islam dan rukun
iman. Gitu aja” (LA). Jawaban tersebut simple tetapi sangat mendasar. Bahwa selama
ini untuk tema-tema Islam penerbit ini tidak kehabisan sumber tema, dan cukup
dengan merenungkan rukun iman dan rukun Islam serta melihat kebutukan
- 54 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 54 -
masyarakat muslim, maka lahirlah tema-tema baru. Tetapi tidak sesederhana itu.
Tentunya untuk buku-buku referens tidak terlalu banyak judul bisa terbit per tahun,
mengingat sifat kontennya yang komprehensif, disusun secara sistematis dan
umumnya didesain tampak mewah. Penerbit yang satu lagi masih tergolong baru,
karena berusia 2 tahun, tetapi bisa eksis dan bertahan hanya dengan dua judul buku
referens yang ia punyai.
Para penerbit ini umumnya menghindari sikap pengkotak-kotakan ini. Seperti juga
diakui oleh nara sumber dari penerbit Lentera Abadi. Lentera selalu berusaha untuk
tidak membatasi pasar, dengan cara tidak menerbitkan naskah yang bernada keras,
meskipun menurut komunitas tertentu dianggap bagus, alasannya ini mempersempit
wilayah penjualan dan mempersempit diri sendiri. “karena kalau kita sudah
menerbitkan yang mengkotak-kotakkan diri kita maka sesungguhnya kita
mengkotakkan atau mempersempit diri kita sendiri“. Keputusan ini didasarkan pada
pertimbangan yang matang dari tim pembaca ahli, makanya diperlukan tim pembaca
ahli.
b.2. Kekhususan
Almahira menyadari bahwa profesi penerbitan juga perlu kekhususan agar lebih
konsentrasi dan lebih mudah dijalankan. Mudah diidentifikasi kelompook mana
mengerjakan apa. Almahira mengkhususkan diri pada penerbitan keIslaman saja
selama ini. Berpindah atau menambah pada aspek-aspek bidang umum bisa justru
tidak maksimal dan tidak efisien. Tetapi bila fokus kelompok pembacanya jelas
almahira bisa juga berusaha untuk menerbitkan. ”Jadi fokus dan pembacanya jelas.
Berapa modal yang harus kita keluarkan untuk biaya ini, surveinya, pembiayaan
lapangan, dan dst.”(ALM)
- 55 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 55 -
b.3. Sikap Positif thd Kompetisi dan Keragaman Produk
Almahira menyadari adanya ragam perbedaan dalam faham keIslaman masyarakat
sebagai peluang. Kelapangan hati untuk menerima perbedaan dan persaingan tersebut
terbukti telah membawa kepada keberhasilan usaha karena dari sanalah terdapat
peluang untuk gagasan pengembangan usaha. Dinyatakaan dalam kutipan hasil
wawancara. Kita ini kan mayoritas umat Islam dengan e… ragam yang berbeda,
pemahanan, e…. keIslaman yang berbeda, e… ada garis keras, ada garis kiri, ada
garis kanan, sehingga saya terpanggil secara pribadi untuk memberikan jalan
kepada umat Islam untuk mempelajari apa yang harus mereka tahu. (ALM).
Bahkan pernerbit Lentera Abadi tidak khawatir dengan adanya persaingan yang
semakin ketat. Adanya persaingan telah mendorong banyaknya produk yang terbit
dan dengan sendirinya akan mendorong beragam inovasi-inovasi. Hal ini dapat dilihat
pada uraian berikut.
“Ibarat orang jualan di pasar malam, kalau dia sendirian maka kurang laku
karena ga ramai, tapi kalau yg jualan banyak dan ramai, pembeli pun jadi
ramai juga, semakin banyak yang jualan semakin banyak pembeli. Makin
banyak variasi produk yang dijual makin laku … maka makin ramai dan
makin membuat kita lebih inovatif. Kalau sendirian malah ga laku, jadi
jangan kita merasa nyaman dengan kesendirian, karena makin banyak
produk makin bagus, karena sekali konsumen membeli suatu produk maka dia
tidak akan puas dengan satu produk saja. Persaingan makin banyak semakin
bagus. Mereka tidak membeli bukannya ga punya uang tapi karena tidak tahu
ada produk itu” (LA).
b.4. Mengambil Jalan Tengah
Lentera Abadi berpandangan bahwa umat Islam itu semakin kritis. Kalau diamati
dengan cermat bahwa sekarang ini perkembangan minat kaum muslimin lebih
menyukai kajian Islam yang sedang-sedang saja tetapi berkenaan dengan isu-isu yang
- 56 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 56 -
up to date, solutif dan berbobot, „yang berbobot itu maksudnya mereka ngerti‟ (LA).
Misalnya, Trans Gender Dalam Islam. Demikian juga mereka tidak begitu tertarik
bila diberikan materi terlalu ringan, seperti ”Sahnya wudu adalah..” Dan lebih tidak
tertarik lagi bila yang membawakan dan/atau materinya terlalu keras, “Tapi zaman
sekarang mohon maaf ya, yang ekstrim itu ga di minatin”. (LA)
Maka dari itu, sebaiknya materi kajian Islam itu sekarang jangan terlalu berat, jangan
terlalu sederhana/terlalu ringan. Tetapi bukan berarti tidak mengajarkan doktrin,
akidah misalnya,
“Kita tetap memasukan ajaran yang sifatnya doktrin tersebut tetapi dengan
cara yang lebih halus, lebih lembut, gitu lho supaya orang lebih menerima,
... jangan terlalu memaksa, dan juga kool, jangan meden-medenni. ...Orang-
orang yang masih belum terlalu kuat itu, makin takut mempelajari sesama
Islam, kalau kemudian dibebani yang berat-berat itu, [mereka]ngeri...
semakin tidak bisa didekati dengan bahasa otak mereka , semakin mereka
jauh. Makanya buku-bukunya Gus Mustofa itu laris... Tapi kalau judul buku
aja di depan, sudah ga bisa, tidak ada terjemahnya, mohon maaf, laraang,
ning ora payu.” (LA).
Untuk berbagai persoalan teknis banyak kaum muslim saat ini terdorong untuk
belajar secara mandiri. Hal-hal yang bersifat teknis seperti Ilmu Fikih Islam juga
cukup diminati untuk mereka belajar secara mandiri guna menambah pengantar dan
penguatan pemahanan keIslaman dalam diri mereka. Maka dari itu diperlukan Buku-
buku yang lebih komprehensif, yang komplit dan karenanya format fisiknya jadi
tebal.
Sikap berpendirian dengan mengambil jalan tengah juga ditunjukan oleh Almahira.
Disamping analisis pemasaran yang cermat dan gigih, juga tindakan komitmen
verifikasi pada waktu pra penerbitan merupakan kunci keberhasilan mereka. Kedua
hal ini kemudian akan mengarahkan pada pertimbangan dan tindakan seleksi yang
kritis terhadap judul-judul apa yang lolos dalam pernerbitan naskah. Komitmen
ketidak-berpihakan pada mazhab tertentu menjadi harga mati yang harus dipatuhi
untuk setiap penerbitan. Tinjauan menyeluruh pada setiap naskah dilakukan pada
- 57 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 57 -
semua bagian naskah yang sudah siap terbit pada saat-saat pra cetak agar dapat
dipastikan bahwa tidak terdapat muatan isi yang bernuansa mengikuti mazhab
tertentu karena „kalau sudah bermadzhab maka akan susah‟. (ALM)
b.5. Mengapa Buku Referens
Rangkuman alasan mereka mengapa penrebit mengembangkan usaha penerbitan dan
penjualan buku jenis referens, tergambar pada rangkaian pernyataan berikut yang
telah diakui oleh penerbit Lentera Abadi : “1) orang itu, kalau hanya baca saja ga
ada gambarnya ga mau, sementara yang runut, sistematis, abjatis, itu memang di
ensiklopedi.2) lebih menarik, nyari apa saja kan gampang. [jadi lebih kepada
sistematikanya]. 3) kita ga mau yang murah, untungnya ora okeh. Sederhana nya
begitu. Karena harga buku itu ga bisa ditentuin, kan cuma berapa halaman,
ongkosnya berapa. Kan mengandung intelektual properti right. Orang saya riset .4).
jadi kesadaran sekarang itu, [yang ada] bukan buku, [kalau] dipake tiga kali trus,
mbrodol [rusak parah].”(LA)
b.6. Desain Product Model Premium.
Umumnya para penerbit referens Islam ini membidik kelas yang tidak biasa, yang
sering disebut sebagai kelas premium. „nah saya melihat kelas yang tidak banyak
dilirik oleh penerbit itu, maka saya mengambil untuk kelas premium..., apalagi saat
ini kesadaran mereka untuk mempelajari agama kan besar, nah saya sasar mereka
dengan menghadirkan buku-buku yang berkelas premium gitu ”.( ALM). Bisa
difahami, ternyata bukan hanya karena isinya, tapi penampilan pun mereka butuhkan.
Dalam teori marketing ada dikenal konsep struktur marketing, yang didalamnya
dibahas 1) unsur analisis pemasaran dan 2) bauran pemasaran atau marketing mix.
Berkaitan dengan unsur yang kedua ini meliputi konsep pruduct, price dan distribusi.
Uniknya, penerbit-penerbit ini termsuk Almahira dan lainnya berhasil menciptakan
buku-buku referensi Islam best seller. Sebenarnya bukan pada penekanan pada tema
atau pokok bahasan yang terbaru tetapi pada desain kemasan dan penyusunan buku-
buku referensi yang memiliki keunikan-keunikan tersendiri.
- 58 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 58 -
Istilahnya premium. Istilah ini dapat diahami sebagai sesuatu yang memiliki nilai
tinggi atau melebihi nilai harga normalnya. Almahira menjelaskan hal in sebagai
sesuatu yang unik. Keunikan itu merupakan perpaduan dari konsep: ketuntasan
pembahasan topik-topik, desain fisik yang menarik dan luxs, serta pemilihan sasaran
konsumen pada segmen menengah ke atas. Dengan kesimpulan awal dapat
dinyatakan bahwa koleksi buku referensi Islam yang baru akan dibutuhkan oleh
konsumen potensial maupun aktual bila berhasil memastikan ini kebutuhan mereka.
Dan bila didesain sedemikian, meskipun koleksi serupa sudah ada di pasaran, tapi ini
hadir dengan perwajahan, pembahasan serta pemaparan yang berbeda.
Almahira mengungkapkan, “yang paling penting adalah masyarakat itu pingin apa
ya, mereka bangga membawa ini, gitu lho. Dulu orang membawa buku agama itu,
malu, merasa ga enak, karena memang ga ada yang bisa dibanggakan. Kalau orang
sekarang dia naruk buku, trus bawa buku seperti ini [sambil menunjuk buku yang
disediakan] maka nilainya berbeda, maka buku kita, hampir semua hard cover
semua, karena lebih awet, dan ada juga yang ditulis dengan tinta emas”(ALM).
Maka, desain harus membuat orang seneng melihat buku baru. Meskipun konten dari
buku-buku yang bersangkutan tidak sama sekali baru. Tapi utamakan kemasan yang
baik, baik dari sisi penyajian infomrasi maupun dari sisi rancang bangun penampilan
fisiknya, miskipun kontennya tidak baru. Meskipun demikian, pilihan-pilihan mereka
untuk judul-judul yang baru tetap ketat dan berhati-hati untuk mendapatkan keunikan
koleksi baru mereka ditengah-tengah koleksi buku yang sudah beredar di pasaran.
Memastikan hal tersebut diatas tentu tidak mudah, sudah diakui oleh para penerbit.
Seperti Almahira misalnya, maka bila dilihat keberhasilalannya dengan metode dan
pendekatan tersebut, maka penerbit sejenis ini telah berhasil melakukan analisis
pasar. Sebelum dilakukan produksi maka penerbit telah berhasil melakukan
identifikasi kebutuhan komsumen masyarakat muslim beserta segmen-segmennya,
- 59 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 59 -
baik segmen yang secara aktual menggunakan sumber-sunber referensi maupun
mereka yang sangat potensial akan berminat menggunakan product yang akan
dihasilkan, dan secara ekonomi akan menghasilkan untung. Jadi, bagaimana
mewujudkan ide literasi budaya islami tadi lewat terbitan, yakni dengan melihat
kebutuhannya dan mereka bangga dengan menemukan kebutuhan informasi itu tadi
yang dikemas dengan kemasan yang menarik.
C. Aktifitas Bisnis
Seperti mudah diketahui bahwa bisnis merupakan kagiatan ekonomi yang secara
umum banyak dilakukan orang dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan bidang
keahliannya orang melakukan atau membangun usaha bisnis bisa bermacam-macam
bentuk. Berbagai ragam usaha tersebut pada intinya akan berbentuk salah satu dari
dua hal, ada yang berbentuk usaha produk jasa ada yang berbentuk usaha produk
barang. Penerbitan adalah salah satu bentuk usaha bisnis berupa produk barang
umumnya buku-buku tercetak dan sejenisnya, penerbitan buku-buku referensi Islam.
Menurut beberapa pengertian business dapat diartikan sebagai beberapa klausa
berikut, antarra lain: a) sebuah aktifitas komersiil yang digunakan sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari; b) perdaganan, profesi, dan pekerjaan seseorang yang
dilakukan secara reguler; c) kebiasaan, transaksi dan negosiasi secara ekonomik
(Robert Allen, 2001: 186). Ketiga hal pengertian tersebut tampak memiliki makna yang
sangat dekat dengan pengertian ekonomi, dimana ekonomi diantaranya dipahami
sebagai konteks berikut; “[bagian ilmu sosial] atau sesuatu yang didasarkan pada
produktifitas, distribusi dan konsumsi product barang dan jasa; memiliki kepentingan
praktis dan industrial; mendasarkan pada keuntungan (profitable); bekerja dalam
konteks kepentingan dengan aspek keuangan dan kepraktisan, dan efisiensi.” (Robert
Allen, 2001: 442). Unsur-unsur pemahaman bisnis dan ekonomi ini, termasuk beragam
konteks keilmuan yang relevan, kemudian akan menjadi dasar perbincangan topik
- 60 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 60 -
tersebut pada pembahasan dan pemaparan data yang diperoleh sebagai hasil
penelitian berikut.
Mereka (keempat nara sumber dari penerbit) juga menggambarkan visi-misi masing-
masing yang sekaligus merupakan bagian alasan-alasan prinsip aspek ideologis. Pada
prinsipnya mereka berkeinginan untuk menyumbangkan sesuatu yang berharga dan
bermanfaat untuk kemajuan masyarakat yang beradab, misalnya dengan moto „spread
the knowledge”, disamping untuk tujuan bisnis guna mencari keuntungan. Sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang perbukuan mereka mewujudkan tujuan dan
misinya dengan menerbitkan buku-buku referens, termasuk koleksi referens Islam.
Banyak penerbit referns menerbitkan buku-buku Islam dan juga buku-buku umum.
Sebagian penerbit lain juga menerbitkan buku-buku referns, tetapi tidak secara
khusus.
C.1. Analisa Pasar Dan Kebutuhan Masyarakat
Dalam mencari peluang tema-tema mana yang akan kemudian diterbitkan oleh
penerbit, masing masing mempunyai pendekatan yang berbeda-beda. Para Penerbit
umumnya akan berusaha sumgguh-sungguh dan secara cermat untuk memahami
kebutuhan masyarakat konsumen. Tetapi pada prinsipnya mereka lebih
mengutamakan tema-tema yang belum ada di pasar, kalaupun ada maka mereka akan
meneliti unsur pembedanya apa dan bagaimana sehingga karya yang akan
diterbitkannya akan berbeda dengan yang sudah ada. Mereka sangat hati-hati tema
mana yang akhirnya akan masuk ke pencetakan. Tentu ini memerlukan proses yang
amat panjang, hingga penerbit tersebut telah begitu yakin dengan karya yang akan
dipublikasikan.
1.a. Mengamati Langsung Kebutuhan Masyarakat.
- 61 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 61 -
Nampaknya parea penrbit beradu kelihaian dalam menangkap peluang-peluang pasar.
Ada diantaranya yang melakukan pengamatan langsung kepada kebutuhan
pengetahuan masyarakat, khususnya kaum ibu, tentang persoalan kepribadian kaum
pria, tatkala penerbit hendak menentukan judul mengenai prilaku para suami. Maka,
ditemukan tema „Menyikapi Tingkah Laku Suami‟. Bukan „menyikapi tingkah laku
istri‟. Seperti dikemukakan, “Karena yang bertanya kebanyakan bukan suami.
Karena suami ga pernah beli. „menyikapi tingkah laku istri, gitu, suami ga beli. Tapi
kalau laki-laki beli itu agak berat. [analisis pasarnya tajam?] masing-masing punya
keahliannya ya, artinya menyelami... (ALM).
Dari dialog sederhana tesebut dapat diungkap bahwa Almahira menggunakan istilah
menyelami sebagai konsep dimana setiap orang mempunyai keahlianya dalam
menghayati profesi yang digelutinya. Sehingga setiap orang akan ahli dibidang
profesinya. Termasuk dalam konteks ini adalah keahlian penerbit dalam
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dan informasi baru untuk
menemukan solusi persoalan hidup mereka. Khususnya para ibu yang tinggal di
kawasan urban dan metropolitan yang mungkin merasa berkepentingan untuk
memahami persoalan tersebut. Almahira berusaha menawarkan produk-produk
semacam itu, kritis, urgent dan up to date, yang sangat mungkin akan diterima
masyarakat luas, sehingga tercetuslah judul baru „Menyikapi Tingkah Laku Suami‟.
Buku ini laku keras. Meskipun bukan tentang buku referens, tapi kasus ini menarik.
Memperhatikan pandangan penerbit yang sudah lama mengamati perlilaku sosial
agama kelompok menengah ke atas diketahui bahwa kesadaran keagamaan kalangan
menengah atas dari masyarakat muslim itu saat ini meningkat. Ini kemudian yang
mendasari mengapa mereka, termasuk berbagai penerbit referensi Islam yang lain,
memperhatikan peluang penerbitan buku jenis premium yang ternyata laku keras di
masyarakat. Kemudian setelah penerbit mengamati ia menyimpulkan bahwa selama
ini ada setereotip di masyarakat bahwa “orang kaya tu ga sholat‟ .. lain, mereka itu
justru sekarang kesadaran agamanya tinggi.” (LA) Prinsipnya, apa yang diusahakan
- 62 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 62 -
terbit sudah semestinya merupakan sesuatu yang diperlukan masyarakat. “intinya
harus seimbang antara kebutuhan dan penjualan, jangan sampai tidak laku dan
jangan sampai kita ga buat apa yang dibutuhkan. (LA)
1.b. Mencermati Minimnya Referensi Islam di Indonesia
Hampir semua nara sumber memiliki kemauan keras untuk meneruskan atau
melakukan adanya perubahan dalam penerbitan koleksi keIslaman. Hal ini memiliki
dua alasan yang menjadi tujuan. Yaitu, (1) mensasar segmen tertentu, juga sekaligus
(2) ingin meninggalkan wajah perbukuan Islam di Indonesia yang beberapa dekade
lalu tampak kurang menarik dan agak terabaikan kini tampak semakin berkesan dan
membanggakan. Dan dari fakta di lapangan dikemukakan bahwa semakin terbukti
trend penjualan dan cetak ulang untuk tema-tema referensi Islam terus meningkat dari
banyak penerbit yang menekuni bidang ini. Artinya usaha mereka selama ini tidak
merugi. Salah satu dari mereka mengemukakan tentang kekuranganya buku-buku
referns Islam bahwa, “Nah kalau berkaitan dengan ekonomi itu, sebetulnya saya
berfikirnya sederhana, umat Islam itu masih minim referensinya, buku-buku ke-
Islamannya, sehingga kalau kita kasih atau kita sodori buku-buku referens pasti
mereka akan mau membeli gitu. Mereka tidak membeli itu bukan karena tidak mau
membeli, tapi karena tidak ada yang dibeli, sehinga, saya bismillah menerbitkan
buku-buku referensi.”(ALM). Jadi, keyakinan untuk sukses dalam penerbitan
referensi Islam juga didasari pada observasi penerbit bahwa umat Islam itu masih
minim koleksi referensi. “intinya, saya pantau di toko buku bahasan tentang ini, trus
bukunya tidak ada maka saya akan menyediakannya. Kalau sudah banyak
membludak buat apa...”(ALM)..
1.c. Tergugah Oleh Bagusnya Buku-Buku Traveling
Lain penerbit berbeda cara untuk memperoleh inspirasi dalam mendapatkan judul
baru yang akan mereka terbitkan. Ihtiar Baru Van Hoeve mendapatkan inspirasi
penerbitan buku haji dan umrah dengan cara mengamati buku-buku turis yang dicetak
- 63 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 63 -
dengan desain model yang bagus. Seperti diceritakakan : Jadi idenya,.. Pada saat itu
sekitar tahun 2006 kita melihat ke toko buku yang namanya haji dan umrah ga ada
yang keren, apalagi yang punya departemen itu kan seperti fotokopian. Akhirnya ada
penerbit yang bikin buku-buku traveling yang bagus dan keren tapi ga ada buku
tentang Arabnya. Jadi akhirnya kita terinspirasi untuk bikin buku haji dan umrah
yang bagus, dengan penuh gambar berwarna.” (IBV)
1.d. Merespon Pasar Dengan Kelengkapan Produk.
Berangkat dari keyakinan bahwa keragaman produk memungkinkan pasar malah
semakin ramai, dan semakin banyak orang berminat memilih barang yang tersedia.
Maka Lentera Abadi tidak ragu-ragu untuk mengeluarkan satu product baru, misalnya
tentang haji dan umrah, walau buku semacam itu sudah banyak tersedia di pasar.
Meskipun untuk buku dengan tema yang serupa sudah banyak terbit, bila dipandang
masih terbuka pangsa pasar untuk model atau kemasan baru yang berbeda, penerbit
ini berusaha untuk membuat buku yang lebih unik dan lebih komplit lagi misalnya,
untuk judul yang sama selain didesain dengan lebih menarik, tapi dilengkapi juga
dengan “tiga CD interaktif, kemudian ada buku yang bisa digantung, ada kamusnya,
dst”(LA). Ide kelengkapan buku referens juga bukan hanya dilakukan pada buku
referens Islam, tentang buku referns untuk sekolah demikian juga.
Dalam merespon kebutuhan pelajar akan sumber informasi ekstra-kurikuler Lentera
Abadi telah menerbitkan “[Ensiklopedi] Pramuka” yang menjadi primadona penerbit
tersebut saat ini dalam memenuhi kebutuhan sekolah. Seperti diungkapkan, Best
seller saya sekarang pramuka. Buku pramuka yang dilengkapi dengan DVD, ada
videonya, ada 79 video [berarti mahal itu?] Rp. 2,250 jt (LA). Meskipun mahal
harganya, terlihat buku tersebut menjadi primadona atau best seller perusahaan, dan
nampaknya kelengkapannya sukup banyak yakni sekitar delapan puluh contoh
kegiatan kepramukaan yang berbentuk rekaman video.
- 64 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 64 -
1.e. Mengutamakan Prinsip Ketuntasan
Almahira selalu berusaha untuk menyusun koleksi yang akan diterbitkan dilakukan
secara utuh dan komprehensif (tidak parsial). Hal ini ebagai prinsip yang diambil
dalam menyuguhkan karya baru buku referensi. Hampir selalu buku yang membawa
nuansa diskursus atau perbedaan pendappat pada subjek atau tema tertentu maka pada
tempat yang sama diberikan penjelasan yang tuntas dan komprehensif. Tuntas
dimaksudkan melibatkan berbagai pandangan dan pembahasan yang berimbang dari
semua pihak yang berseberangan atau berbeda pendapat tentang satu topik tertentu
sehingga pertanyaan-pertanyaan terjawab dengan jelas; dan ulasannya dipaparkan
secara komprehensif mencakup detail penelaahan yang terdiri dari argumentasi, fakta
sejarah dan fakta sosial yang valid dan otentik untuk menjawab persoalan terkait.
Misalnya diungkapkan, “kalau nyetak ini tetapi sudah punya gambaran, misalnya
mengerjakan begini [kunut] dinyatakan wajib. Ternyata Rosulullah tidak
mengerjakan, terus dihilangkan. Tapi ini lebih enak, bahwa penulis itu tidak
mengharuskan, tetapi memberikan keterangan A B C D sebagai pilihan,”.(ALM)
1.f. Melihat Prilaku Kehidupan Nabi
Penerbit sering melihat fenomena apa yang ada di masyarakat kemudian
dianalisa. Dalam menganalisis kebutuhan informasi dan pengetahuan muslim,
Almahira selalu mencocokakannya dengan contoh prilaku kehidupan nabi terlebih
dahulu agar apa yang akan didistribusikan nanti kepada masyarakat luas tidak
menimbulkan keresahan yang akhirnya akan merugikan penerbit sendiri juga. Judul-
judul buku yang baru khususnya terkait dengan akhlak dan prilaku kehidupan sehari-
hari selalu diselesaikan dengan merujuk kembali kepada tuntunan kehidupan pada
Sunnah Rasul. Seperti dikemukakan, jadi prinsip kita, masyarakat muslim itu harus
menjalankan Islam sesuai dengan tuntunan alqur‟an dan assunah. Kalau saya
melihat ni, ada materi tentang makan . makan yang benar itu bagaimana , saya
akancari. Muncullah pola makan rosullullah. ( ALM) Sama halnya, kalau ingin
membidik tentang bagaimana gaya kita makan atau pola makanan (kuliner)“Maka
harus ada pandua untuk membantu mereka [dari ajaran Rasullulah].” (ALM).
- 65 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 65 -
C.2. Persiapan Naskah
Terkait dengan aktifitas persiapan naskah, para penerbit menggunakan prinsip-prinsip
tertentu dan berbagai pendekatan yang diberlakukan pada setiap aspek kegiatan
dalam proses pengelolaan naskah dari perolehan hingga pematangan naskah untuk
bisa siap diterbitkan.
2.a. Memperoleh naskah
Untuk penerbit yang sudah lama berdiri dan sudah berpengalaman bagaimana
memperoleh naskah mungkin tidak menjadi masalah. Tetapi sebagian penerbit bisa
merasakan sulitnya memperoleh naskah yang baik dan siap diterbitkan. Bagi lentera
Abadi untuk perolehan naskah ia tidak banyak mengalami kesulitan karena penerbit
ini sudah banyak dikenal masyarakat secara luas. Ada setidaknya dua tehnik
perolehan naskah yang biasa ia jalani, (1) kontributor datang sendiri, karena para
penulis banyak pula yang datang ke penerbit ini untuk menawarkan naskah. Banyak
yang nawarin naskah ke kita. Mungkin ya 20 – 30 presen orang tiba-tiba dateng
memberi naskah. (LA) (2) Lentera Abadi punya tim khusus. Kita sendiri juga punya
Tim. Kan sebenarnya ini kan sesuatu yang kita bisa pelajari, istilahnya orang yang
seneng nulis, kita kasih bahan,(LA).
2.b. Berhati-Hati Dengan Ilustrasi
Buku referensi Islam sering membutuhkan informasi dan pengetahuan dalam
berbagai bentuk seperti teks, gambar (ilustrasi), audio atau dalam bentuk lain.
kandungan isi dalam buku referens sangat bervariatif. Almahira menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam memberikan ilsutrasi. Penerbit yang lain juga demikian, banyak
pertimbangan harus dilakukan. Unsur etika dan desain perlu dijadikan pedoman.
Bukan hanya para ahli yang perlu diminta pertimbangan untuk menentukan rencana
final keputusan penggunaan ilustrasi seperti apa untuk teks bagian-bagian tertentu,
tetapi sering juga diperlukan ilustrasi atau gambar yang orisinil yang harus diperoleh
dari lokasi atau tempat dimana konteks pembahasan membicarakan topik tersebut.
- 66 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 66 -
Almahira mengemukakan, “[ilustrasi] itu kita menyajikannya dari segi etika, dari
segi desain, jadi mengapa begini sebaiknya, jadi bukan tanpa alasan gitu lho. Ada
faktor ekonomi. Sekarang gini cerita khulafaur rasyidin abu bakar sudah lama ada,
tapi kita menyajikannya berbeda. Tapi saat kita membaca abu bakar tinggal dimana,
rumahnya seperti apa, kapan melakukan perjalanan, dimana singgah, beginilah
jadinya” (ALM).
2.c. Berlaku Ketat Terhadap Terjemahan
Berkaisan dengan buku terjemahan terdapat perbedaan pendekatan pada masing-
masing penrbit. Lentera Abadi tidak mengutamakan karya-karya terbitan terjemahan,
tetapi lebih mengutamakan menggarap karya yang asli, kecuali jenis buku tafsir yang
memang sudah banyak tersedia secara lengkap. Sudah banyak tersedia buku bagus di
bidang ini. demikian juga untuk buku-buku umum yang memang sudah tersedia
bagus, juga sering diterbitkan lagi sacara terjemahan, seperti buku-buku di bidang
matematika dan fisika. Terutama buku bagus terbaru di bidang-bidang tersebut.
Sebaliknya Almahira pandai mengamati kebutuhan informasi dan pengetahuan
masyarakat untuk dijadikan peluang pasar produk yang baru. Kepandaian itu
termasuk diantaranya menterjemahkan dan menerbitkan Tafsir Imam Syafi‟i, padahal
ada penerbit bernama Imam Syafi‟i yang secara logis lebih dahulu mengambil
peluang terjemahan tersebut. Terhadap koleksi terjemahan diperlukan kesiapan
naskah dengan benar-benar dilakukan verifikasi data, khususnya menyangkut
sumber-sumber nash atau dalil. Desain terbitan terjemahan yang ideal itu tidak
diterbitkan asal saja, harus ditangani secara profesioanal dalam arti sesedikit mungkin
terjadi kesalahan, kalau bisa jangan pernah ada. Artinya, banyak ditemukan buku-
buku yang sudah beredar itu ada salah-salah. Itulah maka meskipun penerbit
Almahira melakukan banyak terjemahan pada karya terbitannya, tetapi tidak hanya
menerjemahkan apa adanya terutama bila didapatkan „pemikiran -pemikiran yang
menyimpang, atau pemikiran yang membahayakan, artinya membahayakan dari
keyakinan Islam,(ALM) maka pasti tidak digunakan dan penerbit ini tidak
- 67 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 67 -
menerbitkan sama sekali. Almahira dalam menggunakan penerjemah menerapkan
kriteraia yang ketat, salah satu syaratnya dalah terutama dia harus ahli di bidangnya,
selebihnya diceritakan, “Macem-macem sih ya, karena saya besar dari penerjemah.
Mayoritas, pesantren ada, mesir ada, syiria ada, medinah ada, macem-macem sih.
Kita kualifikasinya betul-betul. Jadi ga bisa, oh ada penerjemah trus kita kasih
naskah. ketat.” (ALM).
C.3. Produksi
Terkait dengan aktifitas produksi, para penerbit memperhatikan prinsip-prinsip
tertentu, unsur-unsur kelengkapan dan berbagai pendekatan yang diberlakukan pada
setiap kegiatan dan proses produksi atau percetakan buku referens keislaman.
3.a. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan
Dalam memproduksi buku refensi Islam prinsipnnya “harus seimbang antara
kebutuhan dan penjualan, jangan sampai tidak laku dan jangan sampai kita ga buat
apa yang dibutuhkan, begitu diungkapkan Lentera Abadi (LA). Pada penerbit ini
minimal dilakukan penerbitan buku ensiklopedi 4-5 kali per tahun. Sampai saat ini,
terbitan koleksi referens keIslaman sudah dimiliki sekitar 10 judul. Sementara
berdirinya Lentera Abadi sudah sejak sembilan tahun yang lalu, artinya, setiap tahun
rata-rata terbit Buku Referensi Islam satu judul. Bila melihat catatan ini, terlihat
frekuensi penerbitan buku referns oleh penerbit ini cukup sering, yang dapat diartikan
bahwa ia cukup produktif. Karena pada umumnya menerbitkan buku referens itu
tidak mudah. Penerbit lain membutuhkan waktu banyak untuk menyelesaikan satu
judulnya. Apalagi kalau “dibarengi dengan gambar dan foto, tapi juga tidak
sederhana itu mengerjakannya butuh bertahun-tahun, karena di kita itu ada emon
(edit monitor)” (ALM), seperti diungkapkan Almahira tersebut, meproduksi buku
refens itu lama.
3.b. Proses Editing dan Peran Pembaca Ahli
- 68 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 68 -
Pada proses penerbitan melewati langkah-langkah yang panjang. Namun hampir
semua penerbit memberikan penjelasaan yang relatif sama. Seperti digambarkan
seperti pentahapan berikut. Setelah tersedia naskah, naskah diberikan kepada tim
editor untuk menguji sisi kebahasaan dan materinya. “kita punya tim editor yang kuat
dari sisi kebahasaan dari sisi materi, dari sisi tata tulisnya dari sisi gramer-nya, dan
lainnya.” (LA) Selanjutnya, naskah sebelum diterbitkan harus dibaca oleh pembaca
ahli untuk mencermati dan memamtikan isinya. “Kemudian kalau buku Islam satu
yang harus ada, pembaca ahli. Bunuh diri, kalau tidak ada pembaca ahli. sulit untuk
lolos, kalau sudah sampai ke pembaca ahli.”(LA) Maka dari itu , bila sudah terkait
dengan desain tidak mudah segera diselesaikan karena desain itu tidak gampang, dan
tidak selalu bisa ditarget. Bahkan, bisa lama sekali, bahkan “ada yang sampai tiga
tahun” (ALM). Dan biaya pasti besar.
Secara ringkas Almahira menjelaskan proses pentahapan dalam editorial penerbitan
tersebut meliputi: Emon (Edit Monitor), Proof Editing, Proof Reading, Proof Reading
Akhir (Tim ahli yang memang punya latar belakang keilmuan masing-masing sebagai
pembaca akhir), dan terakhir Murajaah (dibaca). Proses tersebut dapat disaksikan
seperti pada kutipan berikut ini.
“Jadi gini, ... kita bekerja sama dengan penulis. [misalnya, pada penyusunan]
buku „Kerajaan Al-Qur‟an‟, [atau] „Mesin waktu Al-Qur‟an‟, itu kita bener
memang kita check dia utk membuat buku tafsir sebetulnya, tapi ...
membacanya dengan menggunakan kacamata ilmiah, begitu juga dibarengi
dengan gambar dan foto. Tapi juga tidak sederhana itu mengerjakannya,
butuh bertahun-tahun, karena di kita itu ada emon (edit monitor). Jadi dari
edit monitor nanti masuk ke proof editing, dari proof editing nanti masuk ke
proof reading, dari proof reading lalu ke proof reading akhir, dari proof
reading akhir baru dibaca, muraja‟ah. Memang seleksinya agak ketat”
(ALM).
- 69 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 69 -
Untuk prekuensi cetak, pada umumnya masing-masing penerbit pernah mengalami
sebagian produk terbitannya menjadi best seller (laku keras di pasaran). Misalnya,
Almahira pernah mengalami beberapa bukunya pernah naik cetak berulang-ulang
karena tingginya permintaan pasar. “Itu buku ada yang pernah cetak berulang-ulang,
itu sampe puluhan, bahkan sampe sekitar 20 kali cetak.” (ALM)
3.c. Menentukan Volume Cetak
Untuk mencetak naskah yang sudah siap diterbitkan hampir semua penerbit
mengutarakan bahwa mereka menggunakan jasa percetakan dari luar. Kebanyakan
penerbitan tidak mngandalkan unit percetakannya sendiri. “Tapi kalau mau yang
bagus ya kita cetak di luar”.(LA) Biasanya nominal jumlah cetak mencapai seribu,
dua ribu atau tiga ribu eks. Biaya catak semakin banyak akan semakin lebih murah.
Ihtiar Baru Vanhoeve lebih sering mencetak dengan kuantitas tiga ribu eksemplar
karena alasan biayanya lebih murah tersebut dari pada seribu atau dua ribu.
“Biasanya kita itu cetak 3000. Cetak 3000, bisa Cuma 1,7 dari pada 1000”.(IBV)
C.4. Pemasaran dan Penjualan
4.a. Segmen Pasar (Menengah Keatas)
Melihat perkembangan dan pertumbuhan konsumen buku-buku Islam adalah
kelompok menengah keatas sebagaimana disasar oleh para penerbit. Ini menunjukkan
adanya faktor kemapanan ekonomi ikut berpengaruh. Trend kalangan menengah ke
atas tersebut merupakan salah satu dampak dari kemampuannya menikmati
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sehingga mendorong adanya kemampuan
dan kesadaran diri mereka yang mengarahkan minat pada kajian-kajian keIslaman,
termasuk antara lain pembelian buku-buku referensi Islam. Menurut Lentera Abadi,
kalangan menengah ke atas sangat membutuhkan buku-buku keIslaman yang kritis
dan komprehensif.
- 70 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 70 -
Dalam mengupayakan pemasaran Lentera abadi selalu berusaha untuk tidak
membatasi pasar, dengan cara tidak menerbitkan naskah yang bernada keras,
meskipun menurut komunitas tertentu dianggap bagus. Alasannya hal ini bisa
mempersempit wilayah penjualan dan mempersempit diri sendiri. “karena kalau kita
sudah menerbitkan yang mengkotak-kotakkan diri kita maka sesungguhnya kita
mengkotakkan atau mempersempit diri kita sendiri“(LA). Keputusan ini didasarkan
pada pertimbangan yang matang dari tim pembaca ahli, makanya diperlukan tim
pembaca ahli yang cermat. Secara khusus penerbit ini (Lentera Abadi) juga berhasil
menerbitkan buku referen bidang pendidikan untuk keluarga (orang tua) dalam
mengajarkan kepada anak anak mereka dengan menerbitkan Ensiklopedi Pendidikan
Akhlak Mulia. Jadi, sebetulnya buku ensiklopedi ini bagus untuk anak, dan memang
ditujukan untuk orang tua.
Sementara bila ditanyakan kepada Almahira mengapa membidik segmen menengah
ke atas alasanya antara lain adalah bahwa bagi golongan menengah keatas waktu
sangat terbatas untuk beli buku. Boleh dichek dan lacak kepada sekelompok kelas
tersebut apa mereka memiliki koleksi dimaksud di rumah rumah mereka. Tetapi
penerbit ini bersikap positif thingking. Maksudnya, kelompok menengah bukan tidak
mau, atau karena mereka hanya berpandangan dan bergaya hidup hedonistik-
duniawiah, tetapi mereka tidak sempet beli buku termasuk buku keIslaman. ”antar
saja ke rumah, dan mereka ga pernah nawar-nawar discount berapa”(ALM). Oleh
karena itu, Almahira kurang tertarik dengan segmen klas bawah karena mereka
banyak dan cendeerung mereka merusak harga pasar. Buku-buku yang yang kadang
sudah terbukti buming dengan harga yang baik, kemudian dibanjiri oleh buku-buku
serupa yang sama dengan harga-harga yang lebih murah dan dengan konten yang
nampaknya lebih banyak. Dari sisi harga dan karakter terbitan kelihatannya menjadi
rusak dan semrawut. Judul dan isi menjadi tumpang tindih dan harga juga kacau.
4.b. Tehnik Retail
- 71 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 71 -
Hampir terdapat keseragaman tentang tenaga retail pemasaran pada masing-masing
pernerbit refernsi Islam. Ichtia Baru Vanhoeve menerangkan bahwa terdapat
keseragaman antar penerbit. Pada umumnya tenaga pemasar retail tidak mengantor,
atau terikat oleh jam kantor. Tenaga retail mereka lebih banyak beroperasi di luar
untuk mengelola pemasaran. “Persoalanya, bagaimana mereka menentukan target
penjualan dalam kurun waktu tertentu.”(IBV). Dalam penjualan buku-buku referens
penerbit ini tidak menggunakan jasa toko buku, seperti Gramedia tetapi lebih
mengandalkan penjualan retail secara langsung oleh para sales.
Mengapa diperlukan tenaga retail? Hal ini karena para marketer retail inilah yang
dapat menjelaskan kelebihan dan keunggullan produk yang ditawarkan sehingga
difahami oleh para calon pembeli. Maka, menurut Ichtiar baru asaran utama dari
pemasaran adalah lembaga-lembaga lewat para sales, bukan individu; Dan pemasaran
retail dilakukan merata di berbagai daerah. Untuk memasarkan buku-buku yang
harganya relatif rendah dan terjangkau Ichtiar melakukannya di toko-toko buku
seperti Gramedia tetapi tidak menempatkan buku-buku mahal. Sementara untuk
ensiklopedi atau sejenisnya, sistem penjualanannya lebih menggunakan dan
mengandalkan tehnik direct selling.
Bila memperhatikan distribusi pada masing-masing daerah hampir semua penerbit
memiliki perwakilan di berbagai daerah dindonesia khusunya bagi mereka penerbit
yang sudah besar dan berpengalaman. Lntera Abadi merangking wilayah penjualan
sesuai urutan : 1) Jabodetabek, 2) Malang, 3) Palembang, 4) Medan, 5) Makasar,
dst. Tetapi kalau dilihat dari kota-kota perwakilan tersebut, Di Jawa Tengah, di
Malang, di Bandung, di Palembang, di Makasar. dst tetapi “ paling laris /gede itu
Malang, justru”(LA). Jogya minat baca tinggi, tapi daya beli rendah.
Sementara itu Almahira menggunakan metode pemasaran dengan dua cara: regular
dan direct selling. “ Kita ada dua ya pemasarannya ada direct selling ada regular.
Jadi Buku regular itu dipasarkan oleh toko2 Gramedia, dan sama buku-buku
- 72 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 72 -
trasidional. Yang direct selling kita punya tim direct selling yang memasarkan ke
kantor-kantor, institusi-institusi, juga ke perorangan-perorangan.”(ALM). Almahira
juga memiliki perwakilan di seluruh Indonesia, seperti di Bandung, untuk jawa barat,
Yogya untuk Jawa Tengah, Surabaya, Makasar Palembang, serta Medan. Kantor-
kantor perwakilan ini melakukan distribusi dan pemasaran dengan penjualan yang
terus lancer alias laris. Meskipun di luar negeri tidak ada pewakilan, seperti Malaysia
dan Singapura, tetapi banyak pembeli buku-buku penerbit ini dari kedua negeri
tersebut. Malahan mereka datang. Kalau datang ke Indonesia mereka sering beli buku
secara besar-besaran, 3000 atau 5000 eks.
4.c. Kiat Penjualan,
Banyak penerbit yang sukses dengan upaya upaya penjualannya. Keberhasilan itu
terlihat dengan berbagai indikator. Pertama, cukup berfariasi tehnik penawaran dan
promosi produk. Kedua, berpariasi penwaran langsung kepada konsumen. Dengan
tidak meremehkan membedakan penampilan luar sehingga prospek tertutup. “Terus
kita itu juga jangan melihat sesuatu hanya dari penampilan luar saja,itu sudah
menghilangkan peluang, pesantren-pesantren di desa yang kelihatannya miskin itu
lho malah beli bukunya satu set-satu set lengkap cash tanpa nanyain discount,
sementara yang di kota yang megah-megah malah kalau mau beli nanya dulu berapa
discountnya” (LA). Oleh karena itu, untuk menjual produk tidak boleh hanya melihat
penampilan luar. Untuk rekord penjualannya dari buku-buku referns Islam Lentera
Abadi sukses melakukannnya, “perkiraannya yang Islam ya sekitar 40 persen dari
total penjualan (10 milyar per bulan”(LA). Ini bisa diartikan bahwa untuk penjualan
buku-buku Islam minimal per bulan 4 Milyar. Di Lentera Abadi “Tenaga marketing
ada yang tetap ada yang free lance. Bedanya, pada discount saja, kalau karyawan
katakan hanya bisa discount maksimal 10%, kalau free lance bisa sampai 20%.
Kalau yang sudah lama sih malah lebih seneng kalau free lance. Di Lentera,
pimpinan juga melakukan penjualan di lapangan. Pimpinan juga punya target” (LA).
4.d. Chekker.
- 73 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 73 -
Almahira memiliki petugas lapangan yang disebut Checker. Ptugas lapangan ini juga
merupakan bagian dari system pemasaran yang bertugas sebagai pemantau
keberadaan buku-buku yang dipasarkan lewat toko-toko buku di masyarakat. Mislnya
di toko buku Gramedia. Adapun bagi Almahira, direct selling dikelola dengan
manajemen yang terstruktur yang setidaknya terdapat tiga tingkat pimpinan: General
Manajer, Marketing Manajer dan Exsekutif Manajer. Tentunya, struktur terakhir yang
paling bawah adalah sistem downline yang ditempati oleh para pemasar atau sales
marketing di lapangan. Struktur pengelolaan seperti ini memungkinkan terciptanya
system pemasaran yang kokoh untuk melakukan penjualan produk-produk yang harus
dipasarkan. Perusahaan dengan sistem pemasaran yang handal memungkinkan dapat
dengan mudah melakukan penjualan sesuai dengan target-target yang telah
ditentukan. Almahira melakukan berbagai upaya untuk melakukan promosi produk
terbitannya, tetapi tidak banyak mereka lakukan via media TV karena ongkosnya
mahal.
4.e. Profit Moment (Mekanisme Keuntungan Penerbit).
Rata-rata penerbit mengalami pengalaman yang sama tentang bagaimana
memperoleh keuntungan dari produk terbitannya. Penerbit akan mendapat untung bila
sudah melakukan cetak ulang, karena cetak pertama biasanya keuntungnannya habis
untuk menutupi biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Seperti dijelaskan oleh Ikhtiar
baru, “Kita sebagai penerbit, kalau sudah buat buku, cetak, trus biasanya cetakan
pertama itu ga untung gitu lho. Karena kita kan harus banyak bayar biaya, untuk
penulis, biaya cetak segala macem. Nah, biasanya keuntungan itu diperoleh setelah
cetakan kedua dan seterusnya, karena biaya-biaya initial kost yang melekat itu sudah
tidak dikeluarkan lagi”(IBV). Semenara itu, hampir semua penerbit berpendapat sama
tentang besaran margin pada setiap penerbitan yaitu sekitar 10%.
Pada umumnya setiap pengusha akan memberikan apresiasi terhadap para
karyawannya khusunya para pemasar direct selling yang berprestasi. Perusahaan
mempunyai perhatian untuk memberikan apresiasi terhadap karyawan sales, terutama
mereka yang penjualanya lumayan bagus. Berkaitan dengan diskon, tenteu merkea
- 74 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 74 -
berbeda-beda perlakuannya. Almahira termasuk yang ketat dalam memberikan
diskon. „Kita ga, kita itu terkenal pelit discount‟(ALM). Hal ini dikarenakan diskon
besar akan merusak pasar sendiri. Akan tetapi, ada penerbit lain yang berani
memberikan diskon sampai 50%.
D. Dinamika Perkembangan Bisnis
Perkembagan penerbitan buku refernsi Islam saat ini meningkat faktor
pendorongnya adalah karena peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini seperti
dikemukakan Lentera Abadi. “[Pangsa pasarnya semakin tinggi] semakin tinggi, karena
pertumbuhan ekonomi kita 6 persen pertahun,”. Lentera Abadi berpandangan bahwa telah
terjadi meningkatnya penerbitan buku-buku keIslaman, termasuk dalam hal ini juga
buku-buku dalam format referens. Para Penerbit yang berhasil menemukan moment
ini merasakan sukses dalam perkembangan usahanya. Terutama Mizan, meskipun
penerbit ini tidak berposisi sebagai penerbit buku-buku referens secara khusus. Jalan
bisnis penerbitan keIslaman sudah dibuka, termasuk sekarang penerbitan referens
yang juga sedang trend meningkat. Hal ini diakui juga oleh Ichtiar Baru bahwa
pasaran buku referens Islam bagus, bahkan sebagian koleksi yan dimiliki penerbit ini
diterjemahkan oleh negara tetangga Malaysia.
Hal ini juga ditandai oleh hasil pengamatan peneliti di lapangan di toko buku
Gramedia dimana berdasarkan observasi pada saat itu, terbukti tiga judul buku dari
penerbit Almahira pada satu waktu tidak tersedia (out of stock). Penelusuran saat itu
sudah minta dibantu oleh pelayan Gramedia yang sedang bertugas, yang mana toko
buku tersebut telah ditunjuk sebagai agen penjualannya. Tiga judul tersebut adalah:
Qur‟an 7 In One, Pedoman Sholat Lengkap Dan My First Alquran.
Lentera Abadi juga memberikan pernyataan keyakinannya bahwa semakin ke
sini kesadaran masyarakat tentang buku Islam itu semakin tinggi. Kesadaran
masyakarakat akan buku-buku Islam makin tinggi, tetapi minat baca masyarakat
sebenarnya tidak meningkat secara signifikan. Karenanya penerbit berupaya untuk
meningkatkan minat tersebut dengan mendesain buku-buku yang baik dan menarik
- 75 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 75 -
dengan sistem desain esiklopedi dimana gambar-gambar, kelengkapan informasinya
dan sistematika penyusunan buku dengan format tersebut dapat menumbuhkan minat
dan kebanggaan masyarakat terhadap buku-buku Islam.
d.1. Fenomena: Trend yang Laku Justru Buku Yang Mahal.
Lentera Abadi mengamati dan menyimpulkan dari pengalaman penjualan
koleksi buku-buku keIslaman sampai saat ini bahwa trend yang laku adalah justru
buku yang mahal. Dalam pengertian awal, Hal ini dapat dipahami bahwa masyarakat
membeli buku itu dimaksudkan untuk keperluan jangka panjang, bukan sesaat.
Karena buku tercetak bersifat fisik, kokoh dan tahan lama bila tidak mengalami
kerusakan atau memperoleh perlakuan yang tidak ramah. Menyadari ini, mereka
tentunya menghendaki buku-buku tersebut tidak didesain asal-asalan, baik dari segi
isi maupun sari segi format fisik.
Selanjutnya dapat disaksikan dari perkembangan fakta penjualan buku-buku
Islam terlihat trend peningkatan yang terus stabil dan berkelanjutan. Dimana menurut
Lentera Abadi, “Sudah Sembilan tahun lalu gebyar penjualan buku-buku keIslaman
yang dipelopori oleh Gunung Agung, ada Gramedia juga. Tetap saja yang laku
yang mahal. Disambut oleh Mizan dan kemudian sekarang banyak penerbit yang
mengembangkan koleksi keIslaman yang semakin marak”. (LA) Jadi, penjualan buku-
buku Islam terus berkembang. Tetapi terkait dengan buku referens, buku-buku yang
terjual adalah buku-buku bagus yang disajikan secara lebih menarik. Buku-buku
tersebut menarik bagi kalangan muslim yang memiliki kemampuan finansial
sehingga mereka berminat untuk membeli dan memilikinya. Buku-buku tersebut juga
mungkin menarik bagi mereka yang tidak punya uang, tetapi mereka tidak sampai
punya minat untuk membeli karena tidak punya kemampuan finansial untuk membeli
koleksi semacam itu.
d.2. Fenomena: Penjualan Buku Referens Islam Relatif Stabil
Beberapa penerbit terlihat begitu menikmati dengan trend peningkatan
penjualan buku-buku refens Islam untuk sekarang ini. Agak berbeda denan penerbit
- 76 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 76 -
yang lain sebalinya Ichtiar Baru, meskipun bukan organisasi yang berbasis
keIslaman, mengakui bahwa penjualan dan pencetakan buku-buku referensi Islam
relatif stabil. Bahkan sebagian sempat booming. Seperti diutarakan, dekade yang lalu
di Van Hoeve pernah mengalami kejayaan dengan produt best seller, “Ensiklopedi
Islam yang coklat itu yang paling booming.”(IBV)
d.3. Fenomena: buku semakin murah malah semakin ga laku
Banyak penerbit memandang bahwa buku semakin murah malah semakin ga
laku di pasar. Seperti pernyataan ini: “Pasar kita itu orang Indonesia itu aneh kok
semakin murah makin ga laku... Itu yang kami manfaatin,”( LA). Hal ini bisa
mengandung dua kemungkinan : 1) yang beli buku adalah kebanyakan kalangan
menengah yang memiliki budaya baca yang baik. Mereka juga punya cukup dana
untuk membeli bahan-bahan bacaan yang baik yang mereka sukai. Maka, bisa
diartikan mereka yang punya uang dan punya budaya baca mencari buku yang baik.
Inilah sepertinya yang menjadi sasaran kebanyakan para penerbit. 2) sebaliknya,
minat orang miskin membeli buku tidak eridentifikasi oleh kebanyakan penerbit,
karena penrebitan adalah perusahaan yang membutuhkan keuntungan usaha untuk
bertahan hidup. Sementara bagi orang miskin, untuk kebutuhan pokok saja (sandang-
pangan-papan belum terpenuhi) tidak selalu terpenuhi. Apalagi menambah keinginan
untuk beli buku, mereka tidak punya cukup uang, baik buku yang murah maupun
yang mahal seperti ensiklopedi. Namun demikian, tidak ada data dan keterangan yang
komprehensif bahwa kalangan miskin itu tidak memiliki minat baca yang cukup.
Sehingga tidak bisa digenralisasikan bahwa setiap orang miskin pasti tidak baca.
Perlu data kongkrit. Jadi, mereka tetap akan menjadi segmen yang tertinggal dalam
pemerataan literasi informasi berpengatahuan termasuk dalam bidang keIslaman.
d.4. Fenomena: Buku bagus tapi penjualan ga banyak.
Penerbit sekarang ini juga mengahapi tantangan bahwa penjualan mereka juga
tidak selalu lancar untuk semua judul koleksi yang dimilikinya. Ada sebagian
- 77 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 77 -
penerbit yang penjualan buku-buku rujukannya stabil tetapi tidak banyak. Ichtiar
Baru, misalnya, mengungkapkan keterangan tersebut bahwa relatif stabil itu diakui
laku kejual, tetapi maksudnya tidak terlalu banyak, “Paling satu bulan 10 judul
(set)... Laku itu sepuluh set.”( IBV). Hal ini mungkin tidak dialami oleh kebanyakan
penerbit lain. Sehingga bukan merupakan hal yang bersifat umum. Atau boleh jadi
ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Maka, bila dicermati rendahnya
penjualan tersebut mungkin karena buku-buku di sini tidak banyak judul buku baru.
Atau judul buku baru tersebut tidak mampu menarik minat masyarakat luas untuk
membelinya. Atau juga buku-buku tersebut hanya sanggup dikonsumsi atau dibaca
oleh kelompok atau kalangan komunitas tertentu saja. Nah, bila ada buku bagus tapi
penjualan ga banyak, berarti kurang diminati rakyat banyak. Boleh jadi, pertama
dilihat dari sisi kontennya yang mungkin kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
luas, atau ada sebab lain. Boleh jadi fenomena ini selaras dengan perkembangan
masyarakat muslim Indonesia yang semakin moderat, sehingga buku-buku keIslaman
yang bermuatan materi bahasan terlalu berat buktinya malah kurang mendapat minat
dan perhatian dari masyarakat yang lebih luas. Tetapi koleksi semacam ini tetap
memiliki komunitas pembeli/pembaca dari kalangan tertentu. Tetapi tidak banyak.
E. Kendala Dan Tantangan Penerbitan Bri Di Indonesia
e.1. Tantangan
Pada masa yang sama orang akan menghadapi tantangan yang sama tetapi
tidak semua bisa memahami dan mengatasi tantangan tersebut agar menjadi peluang
dan kesempatan. Bagi mereka yang mampu menghadapi dan mengatasinya justru
memperoleh peluang baru yang boleh jadi dapat menguntungkan. Bagi mereka yang
tidak bisa menghadapi akan semakin tertinggal. Jadi, semua harus pandai-pandai
melihat peluang yang berasal dari berbagai tantangan yang dihadapi agar tidak
mengalami kerugian dan kemunduran ditengah kompetisi bisnis yang semakin ketat.
Karena persaingan sejak zaman dulu sudah ada.
- 78 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 78 -
e.2. Lemahnya Budaya Baca Masyarakat
Banyak diakui oleh para ahli masyarakat kita mempunyai budaya baca yang
rendah. Tentu hal ini berpengaruh terhadap dunia penerbitan buku. Bagi mereka yang
sudah memiliki karakter dengan kemampuan yang kuat dalam menghadi dan mencari
solusi terhadap problem berbagai persoalan, tantangan apa saja, termasuk lemahnya
minat baca masyarakat, justru malah menjadi garapan baru yang menjanjikan,
meskipun ia menyadari banyak lembaga atau perusahaan lain serupa dan sejenis yang
menjadi kompetitornya. Mereka merasakan tantangan tersebut, seperti dikemukakan:
“Nah itu rentetannya adalah ke kita, orang sekarang kan males baca, ...Jadi
tantangannya terbesar itu bukan penerbit lain, wong nyatanya kalau kita turun
mereka juga turun.”(LA).
Keadaan terebut diatas juga diperburuk dengan kehadiran internet yang
semakin marak yang dapat dijalankan lewat berbagai media digital, seperti HP.
Internet diakui dapat memperlemah kemampuan baca orang khususnya anak-anak,
sehingga minat baca dan daya baca serta kemauan untuk menghayati bahan-bahan
bacaan khususnya terhadap buku-buku tercetak bisa terpengaruh. Berkenaan dengan
ini dapat disaksikan pada pandangan yang disampaikan oleh Ichtiar Baru berikut.
“Sekarang yang terlihat adalah anak-anak menggunakan HP itu hanya untuk
[informasi] semacam fashion, ... apa sih..., yang sebenarnya tidak membuat
dia untuk mencintai ilmu. Loncatannya itu loncat, tetapi tidak tepat sasaran...
seperti yang direkomendasikan oleh mendiknas, seperti ebook, e-learning ...
segala macem itu masih sangat jauh dari kenyataan. kalau saya sih,
sepertinya loncatan ke internet [e-learning], itu terlalu jauh gitu lho. Karena
dukungan minat baca [juga] masih sangat kurang. .. Kalau saya sih orang
kuno ya berfikir buku cetak itu masih tetap sangat diperlukan. [tetapi]...
Perubahan media itu tidak bisa dihindari. Justru penerbit harus mengikuti
bentuk media yang akan dipakai nanti ke depan. Hanya saja optimisme
bahwa penerbit itu tetap ada adalah dari minat baca yang harus meningkat.”
- 79 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 79 -
(IBV). Media apapun yang dipakai sejauh minat bacanya ada, maka harusnya
penerbit harus tetap ada.
e.3. Internet & Dunia Digital
Dampak kehadiaran dunia internet sangat dirasakan bagi dunia penerbitan
buku, termasuk Ichtiar Baru Vanhoeve. Penrebit lain juga mengakui kehadiran
teknologi menjadi tantangan nomor wahid. Koleksi digital online yang tersedia secara
luas di internet membuat dunia penerbitan buku semakin tertekan, seprti
dikemukakan, „jujur saja industri buku sekarang terpukul sekali ya, dengan ada
beberapa segmen masyarakat sepertinya penggunaan buku online segalanya itu
sudah mendominasi.‟ Tapi untuk dinikmati oleh banyak orang, mereka merasa
bahwa buku itu sudah tidak berarti, kuno teman saya bilang ... keadaan seperti ini,
membuat kami terpukul lah dengan keadaan itu.”(IBV).
Namun demikian, beberapa penerbit sudah mencoba melakukan untuk
mensiasati kendala dunia online. Ichtiar baru sudah pernah mencoba untuk mensiasati
Akses Via Internet untuk memberikan layanan akses informasi sebagai bagian dari
product konten elektronik. Ichtiar baru melakukan hal ini untuk melakukan update
konten (supplement) buku tercetak yang diberikan secara online, seperti buku
Ensiklopedi Umum Untuk Pelajar (EUP) dan Peraturan Perundang-Undangan. Untuk
entri mengenai planet di EUP misalnya. Di buku kita kan pasti planet yang terjauh,
atau terkecil pasti Pluto. Sekarang kan sudah ada planet lain-lain. kalau zaman
dahulu kan kita memberi suplemen ya kalau sekarang kita memberikan link --
[supplemennya online], kita hanya memberikan link-link yang memang si pembaca
bisa gunakan kalau ia ingin mengetahui lebih jauh. Link-link yang kita berikan itu
ialah link-link yang memang secara otoritas di bidang keilmuan bisa dipertanggung
jawabkan, misalnya dari LIPI ke NASA segala macem.” (IBV)
e.4. Mahalnya Harga Buku Referens
Tantangan berikutnya adalah berupa harga buku ensiklopedi yang pada
umumnya mahal dan di luar jangkauan masyarakat menengah ke bawah. Mereka
- 80 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 80 -
yang tidak punya uang yang cukup tidak memiliki minat untuk membelinya
meskipun berminat untuk memiliki. Hal ini tentu saja berpengaruh pada segmen
penjualan yang kemudian hanya terbatas. Dengan sikap optimisme, para penerbit -
termasuk Ichtiar Baru - berpandangan bahwa buku-buku semacam ensiklopedi masih
sangat diperlukan. Jadi, buku-buku jenis ensiklopedi tersebut masih banyak
diperlukan untuk anak-anak Indonesia meskipun mahal.
e.5. Model Konvensional: Volume Tebal
Ichtiar Baru Van hoeve adalah pelopor penerbitan buku ensiklopedi di
Indonesia. Jenis buku ini umumnya bersifat komprehensif serta disusun secara
sistematis dan alphabetis, sehingga hubungan semantik dan hubungan subject mudah
diikuti dan diteusur. Pada prinsipnya Ichtiar Baru menyetujui, seperti Ensiklopedi
Untuk Pelajar, disusun dengan model per tema agar satun jilid atau volume buku
menjadi lebih kecil dan tidak ada kesan terlalu berat bagi user-siswa. Model ini juga
memungkan akses informasi dalam sumber tersebut bisa lebih mudah dilakukan.
Demikian juga penjualannya bisa lebih mudah. Namun diakui oleh penerbit ini,
mengubah dari sesuatu yang sudah lazim itu sulit. Merubah pola penyusunan entri
kandungan buku endiklopedi dari sistem alphabetis ke sistem tematis mengakibatkan
subject-subject besar pokok bahasan dipecah-pecah menjadi subject yang kecil-kecil
sesuai tema. Jadi yang ditonjolkan adalah temanya bukan susunan abjadnya.
Ichtiar Baru juga sudah menyadari bahwa buku-buku ensiklopedi sebaiknya
disusun per tema. Hal ini sudah bisa ia lakukan untuk beberapa judul seprti: „Tematis
Dunia Islam‟ dan „Aku Tahu Islam‟ yang untuk anak-anak, dan Sejarah Indonesia
juga tematis. “Dan sekarang banyak kan di toko, buku-buku yang tematis seperti
itu”(IBV). Tetapi, hal ini juga merupakan persoalan yang cukup kompleks karena
menurut Ichtiar Baru: Pertama, buku yang dibuat dengan 12 jilid bisa berubah
menjadi 40 jilid atau berapa puluh jilid, yang dipecah sesuai dengan topik masing-
masing, seperti bulan, awan dan segala macem secara alphabetis. Nah,“istilahnya
buku semacam ini kemudian isinya sangat dangkal. Sementara disini kan termasuk
yang idealis, jadinya…jadi beda, kalau ensiklopedi itu kan jalin menjalinnya
- 81 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 81 -
[menjadi] ga kelihatan di buku gitu”(IBV). Kedua, kegiatan perubahan itu biayanya
luar biasa besar dan tidak mudah juga mengubah format yang sudah biasa menjadi
bentuk baru lagi dan itu sesuatu yang tidak biasa dilakukan. Ketiga, masih tersedia
stock versi tercetak cukup besar. Kalau mau diborong, masih banyak. kami ga
mungkin untuk invest lagi di tempat yang itu. Tapi model seperti itu terbukti dari
buku kami Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Itu, penjualannya ya terus ada (IBV)..
e.6. Hambatan Birokrasi & Otonomi Daerah
Bagi para penerbit di indonesia tambahan persoalannya adalah adanya
otonomi daerah yang membatasi ruang gerak bisnis para penerbit dan berbagai pihak
yang sudah umumnya banyak berhubungan bisnis dengan para penerbit. Hal in
seperti diutarakan, “keputusan untuk pembelian buku itu tidak lagi di pusat,
keputusanya melalui bupati, kabupaten karena mereka [yang menguasai anggaran].
[sehingga kamipun kesulitan karena mereka tidak pasti membeli buku-buku
kami].”(IBV). Secara politik terkait dengan kebijakan Diknas dimana saat ini dengan
adanya perubahan pada penggunaan “e-book, otonomi, dsb ada penerbit yang
diuntungkan, ada penerbit yang merugi. Beberapa penerbit kita merugi seperti
Erlangga, karena mereka dulu memasukkan buku-buku sekolahnya langsung ke guru
dsb, sekarang kan ga boleh lagi.”(IBV).
Jadi ruang gerak para pihak yang selama ini banyak melakukan komunikasi
bisnis dengan para penerbit semakin terbatas karena sering berhadapan dengan
kendala kebijakan di pemerintah daerah yang menyebabkan rantai komuniksi bisnsi
juga semakin panjang berliku. Disamping itu, terdapat juga kendala sulitnya mencari
tenaga pemasar yang handal dan ulet yang menjadi kendala umum perusahaan
penerbitan. “hampir semua perusahaan [penerbitan] membutuhkan pemasar produk
itu menghadapi kendala yang sama tentang tenaga pemasar tersebut.”(LA).
-----------------------------------------------------------------------------------
- 82 - Aspek Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 82 -
- 82 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 82 -
Bab V
ASPEK NON BISNIS DALAM PENERBITAN
BUKU REFERENS ISLAM DI INDONESIA
A. PENDAHULUAN
Seperti sudah diketahui pada bab sebelumnya bahwa bisnis merupakan
kagiatan ekonomi yang secara umum banyak dilakukan orang dalam kehidupan
sehari-hari. Usaha penerbitan adalah salah satu bentuk usaha bisnis berupa produk
barang umumnya buku-buku tercetak dan sejenisnya. Fenomena yang terkait
dengan bisnis tersebut telah djabarkan secara komprehensif pada bab empat. Pada
bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai fenomena-fenomena lain dalam
penerbitan buku referens Islam yang tidak terkait secara langsung dengan bisnis.
Pada proposal penelitian ini telah dirumuskan hal-hal yang menjadi
persoalan yang ingin digali meliputi: 1) Faktor bisnis dalam penerbitan
penerbitan buku referens Islam di Indonesia; 2) Aspek (faktor) non bisnis dalam
penerbitan buku referens Islam di Indonesia: 3) Dinamika perkembangan buku
referens lslam di Indonesia; 4) Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam
penerbitan buku referens Islam di Indonesia.
Rumusan masalah pertama tentang aspek bisnis sudah dibahas pada bab
empat, dan pada bab ini pembahasan difokuskan pada aspek non bisnis dalam
penerbitan buku referens Islam tersebut. Memang peneliti mengalami kesulitan
untuk memisahkan unsur atau faktor non bisnis sama sekali terpisah dari faktor
bisnis karena pembahasan keduanya selalu terkait satu sama lain. Namun
demikian sebagai upaya untuk menjawab permasalahan yang kedua maka peneliti
berupaya menguraikan faktor non bisnis tersebut semaksimal mungkin –
karenanya bisa saja terjadi suatu faktor dianggap sebagai faktor non bisnis tetapi
dari sudut pandang lain ia sebenarnya bisa dimasukkan sebagai faktor bisnis juga.
Telah dijelaskan pula bahwa penelitian ini telah melibatkan empat perusahaan
penerbitan buku referens sebagai subjek penelitian yaitu PT. Almahira (ALM),
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve (IBVH), PT. Lentera Abadi (LA), dan PT. Kamil
- 83 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 83 -
Pustaka (KP). Keempat penerbit tersebut telah mengutarakan jawaban persoalan
tersenbut diatas seara tuntas dengan memberikan keterangan yang komprehensif
baik mengani faktor bisnis maupun faktor pendukung lainnya seperti visi-misi
yang mereka emban, cita-cita yang ingin dicapainya, yang dapat dikatakan
merupakan bagian alasan-alasan prinsip aspek ideologis. Dalam pembahasan
berikut akan dibahas berbagai aspek non bisnis yang peneliti pahami dari hasil
wawancara dengan keempat narasumber tersebut di atas baik yang terungkap
secara eksplisit maupun yang peneliti pahami secara implisit dari jawaban para
narasumber tersebut.
B. Aspek Non Bisnis
Yang dimaksud dengan aspek non bisnis dalam penelitian ini adalah aspek-
aspek lain di luar aspek yang terkait dengan bisnis. Yang termasuk dalam aspek
ini misalnya adalah faktor cita-cita atau visi dari penerbit, aspek sosial, aspek
keagamaan seperti ghirah atau semangat keagamaan (baca: termasuk faktor
idiologi). Harold H. Titus, mendefinisikan ideologi adalah sebagai suatu istilah
yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita. mengenai berbagai macam
masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosial yang dilaksanakan bagi suatu
rencana sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat. W White, memberikan pengertian bahwa ideologi adalah soal cita-
cita politik atau doktrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakat atau sekelompok
manusia yang dapat dibeda-bedakan. M. Sastraprateja, ideologi adalah sebagai
perangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang
diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.1
1. Visi dan Misi (Aspek Cita-cita)
Dari hasil wawancara dengan para informan diketahui bahwa pada umumnya
mereka memiliki cita-cita yang hampir sama. Menurut Kamus Online Bahasa
Indonesia, cita-cita adalah keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam
1 http://www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-ideologi-menurut-para-ahli.html
- 84 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 84 -
pikiran.2 Sebagai suatu keinginan maka tentu saja seseorang ataupun suatu
organisasi yang memiliki cita-cita akan berusaha untuk mencapainya. Peneliti
melontarkan pertanyaan mengenai hal-hal yang mendorong atau melatar
belakangi para penerbit menerbitkan buku referens Islam, dan mereka
mengemukakan jawaban yang berbeda tetapi substansinya hampir sama. Secara
umum mereka mempunyai cita-cita, keinginan atau visi yang sama terkait
penerbitan buku referens Islam tersebut, yaitu pada prinsipnya mereka
berkeinginan untuk menyumbangkan sesuatu yang berharga dan bermanfaat untuk
kemajuan masyarakat yang beradab, turut mencerdaskan kehidupan umat (bangsa)
dengan menyediakan sumber-sumber bacaan yang otoritatif dan berkualitas,
misalnya dengan moto „spread the knowledge”, disamping untuk tujuan bisnis
guna mencari keuntungan. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
perbukuan mereka mewujudkan tujuan dan misinya dengan menerbitkan buku-
buku referens, termasuk koleksi referens Islam. Namun secara rinci masing-
masing penerbit menyatakan cita-cita atau visinya dengan ungkapan yang
berbeda-beda.
Almahira adalah penerbit yang secara jelas menyatakan cita-citanya tersebut
adalah untuk memberikan sarana atau jalan bagi umat Islam Indonesia untuk
mempelajari ajaran agama mereka melalui sumber yang otoritatif. Karena itu
maka para penerbit tersebut berupaya menerbitkan buku referens Islam yang dapat
dibaca oleh semua kalangan umat Islam Indonesia tanpa memandang apapun
madzhab, aliran ataupun pemahaman yang dianutnya. Hal tersebut diungkapkan
secara sangat gamblang oleh Abdul Ghafar sebagai direktur dari PT. Almahira:
“Kita ini kan mayoritas umat Islam dengan ragam pemahanan
keislaman yang berbeda, ada garis keras, ada garis kiri, ada garis
kanan, sehingga saya terpanggil secara pribadi untuk memberikan jalan
kepada umat Islam untuk mempelajari apa yang harus mereka tahu,
pada saat mereka bertanya tentang solat, kita punya referensi buku
solat. Pada saat mereka bingung bagaimana membayar zakat kita punya
buku referensi tetang zakat, pada saat mereka bingung membagi
2 http://kamusbahasaindonesia.org/cita-cita
- 85 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 85 -
warisan dalam Islam mereka bisa membaca buku refrensi tentang
waris.”3
Realitas akan adanya keragaman corak keagamaan umat Islam di
Indonesia baik dari pemahaman, perbedaan madzhab, dan bermacam aliran ke-
Islaman telah menginspirasi dan mendorong Almahira untuk menerbitkan buku
referens Islam yang dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi semua
kalangan umat Islam Indonesia tersebut. Almahira bercita-cita bahwa buku
referens yang diterbitkannya dapat dibaca oleh semua kalangan atau kelompok
aliran yang beragam tersebut. Lebih jauh secara tegas Abdul Ghafar mengatakan
bahwa buku yang diterbitkannya itu benar-benar tidak berpihak pada pemikiran
atau madzhab tertentu, sehingga semua kalangan diharapkan bisa menggunakan
buku tersebut apakah dari kalangan Muhammadiyah, dari kaum Nahdhatul Ulama,
Persis, ataupun dari kalangan lainnya. Buku yang disajikannya benar-benar ingin
menampilkan informasi mengenai ajaran Islam secara utuh, berdasarkan Al-
Qur‟an dan As-Sunnah dan tidak bersifat parsial, seperti yang dinyatakan secara
gamblang oleh narasumber:
“Dengan kita garis bawahi semua apa yang kita terbitkan itu tidak
bermadzhab, artinya tidak mengarah pada satu pemahaman, buku yang
kita terbitkan selalu berdasarkan pada al-Qur’an dan As-sunnah, kita
tidak memihak pada salah satu pihak, katakanlah NU atau
Muhammadiyah, sehingga orang NU bisa membaca buku kita dan
Muhammadiyah pun demikian, buku kita tidak parsial, artinya semua
yang kita sajikan itu murni untuk memberikan informasi pengetahuan
kepada umat Islam Indonesia, ini lho pemahaman Islam yang
sebenarnya, berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis”. 4
Almahira ingin menyajikan buku referens yang benar-benar otoritatif
berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah tanpa memihak pada salah satu
madzhab atau aliran tertentu. Almahira benar-benar ingin memberikan informasi
kepada umat tentang ajaran Islam yang sebenarnya yang berdasarkan Al-Qur‟an
dan As-Sunnah. Maka dapat dikatakan bahwa harapan minat berbagai kelompok
3 Abdul Ghafar (Direktur Penerbit Almahira), kutipan hasil wawancara
4 Ibid, Abdul Ghafar (Direktur PT. Almahira)
- 86 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 86 -
yang berbeda mazhab tadi untuk memanfaatkan bersama koleksi terbitan
referensi, senantiasa dilandaskan pada Qur‟an dan Sunnah semata. Dan hal itu
bisa dianggap merupakan upaya Almahira dalam turut serta melakukan purifikasi
atas ajaran Islam melalui buku-buku referens Islam yang diterbitkannya.
Karena itu maka buku yang diterbitkan tidak bersifat parsial (hanya
menurut pandangan tertemtu saja). Penyusunan koleksi yang tidak parsial sebagai
sikap yang diambil dalam menyuguhkan karya buku referensi. Hampir selalu buku
yang membawa nuansa diskursus atau perbedaan pendapat pada subjek atau tema
yang bersangkutan maka pada tempat yang sama diberikan penjelasan yang tuntas
dan komprehensif. Tuntas, melibatkan pandangan dan pembahasan dari semua
pihak yang berseberangan atau berbeda pendapatnya tentang topik tertentu, dan
diinformasikan mana diantara pendapat tersebut yang dianggap paling sahih
sehingga pertanyaan-pertanyaan terjawab; dan pemaparan yang komprehensif
mencakup detail penelaahan yang terdiri dari argumentasi, fakta sejarah dan fakta
sosial yang valid untuk menjawab persoalan tersebut.
Dari apa yang diungkap penerbit Almahira memang konsisten pada apa
yang telah digariskannya bahwa buku-bukunya tidak berpihak pada suatu
madzhab, dan itu memang merupakan salah satu rahasia mengapa bukunya laku.
Hal itu berulangkali ditegakan oleh Abdul Ghafar:
“Di kita alhamdulillah semua bagus [laku], karena memang itu, saya
benar-benar memilah, menyeleksi buku ini kan ga mudah, ya yang tidak
bermadzhab tadi, karena kalau sudah bermadzhab maka akan susah. …..
tapi saya [Almahira] tidak bermadzhab, makanya saya bilang semua
warga NU, warga Muhammadiyah, PERSIS, bahkan ISIS pun bisa
membaca buku kita, gitu. Sehingga kalau toh kita punya [menerbitkan]
buku Tafsir Imam Syafii itu bukan karena kita bermadzhab pada Imam
Syafii, tapi karena kita ingin kasih tahu ke masyarakat, banyak orang
mengklaim madzhabnya Imam Syafii tetapi sebenarnya mereka tidak
tahu Imam Syafii itu madzhabnya kaya apa, Imam Syafii pernah
mengajari qunut subuh atau ga kan mereka tidak tahu, begitu.”
Cita-cita untuk menerbitkan buku yang tidak memihak pada satu madzhab
ternyata sangat selaras dengan cita-cita dari PT. Kamil Pustaka. Penerbit ini juga
memiliki cita-cita untuk menerbitkan buku referens Islam yang handal (mungkin
- 87 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 87 -
yang dimaksud adalah buku referens Islam yang bermutu dan otoritatif dari segi
content atau informasinya dan bagus dari format cetakannya). Penerbit ini juga
berkeinginan untuk memproduksi buku-buku referens Islam yang sifatnya tidak
berpihak pada suatu kalangan tertentu, melainkan buku yang dapat dibaca oleh
semua kalangan umat Islam yang ada di Indonesia. Muhammad Kosim dari
perusahaan penerbit ini mengungkapkan:
“........kita ingin menerbitkan buku-buku referensi yang andal terutama
buku referensi Islam. Kita ini memang belum kelihatan karena baru dua
judul, tapi angan-angan dan cita-cita kami ingin menerbitkan buku-buku
referensi Islam yang sifatnya tidak memihak pada satu aliran atau
madzhab tertentu. Kita ingin buku yang kita terbitkan itu dapat diterima
oleh semua kalangan.”5
Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut maka PT. Kamil Pustaka sangat
selektif dalam memilih tim penulis yang menyusun buku yang akan
diterbitkannya. Karenanya itu maka penerbit ini memiliki kebijakan untuk
memilih nama-nama penulis yang benar-benar dapat diterima oleh masyarakat
luas dan tidak melibatkan nama-nama penulis yang dianggapnya mewakili atau
menyuarakan pemikiran kelompok tertentu. Hal tersebut diungkapkan oleh
narasumber yang sama (Muhammad Kosim):
“Kadang-kadang maaf kita juga mempertimbangkan nama-nama
penyusun yang benar-benar diterima masyarakat luas, karena saat ini
kan masyarakat sudah cukup kritis, kalau ada nama penyusun tertentu
yang dianggap mewakili satu kelompok maka konsumen tidak jadi beli
buku kita, begitu.”
Dikemukakannya bahwa masyarakat sudah cukup kritis, bahkan nama
penyusun atau penulis pun sudah menjadi pertimbangan dalam membeli buku.
Narasumber sempat memberi contoh nama salah satu penulis muslim Indonesia
yang sudah sangat terkenal dan berasal dari alumni Timur Tengah tetapi (menurut
narasumber) oleh sebagian masyarakat nama tersebut tidak bisa diterima dengan
alasan bahwa kehidupan sehari-hari keluarganya tidak sesuai dengan apa yang
ditulisnya atau apa yang diucapkannya (untuk menghindari hal yang tidak
5 Muhammad Kosim (PT. Kamil Pustaka), kutipan hasil wawancara.
- 88 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 88 -
diinginkan maka dalam laporan ini peneliti tidak mencantumkan contoh nama
yang tersebut). Jadi menurut Kamil Pustaka jika suatu buku ditulis oleh orang
yang seperti itu maka bukunya tidak akan laku. Menurut peneliti yang dimaksud
tidak laku di sini adalah bukan dalam arti tidak laku sama sekali, tetapi menjadi
terbatas pangsa pasarnya, karena bagaimanapun harus diakui bahwa setiap buku
itu ada pembacanya, dan setiap kaum atau kalangan juga harus ada bukunya.
Adapun cita-cita PT. Ichtiar Baru van Hoeve cita-cita adalah keinginan
dari penerbit ini untuk menyebarkan ilmu pengetahuan secara luas. Berarti
dalam hal ini perusahaan ini ingin menyebarkan pengetahuan, melakukan
diseminas informasi ilmiah dalam semua bidang ilmu pengetahuan kepada
seluruh masyarakat khususnya pada cendekiawan, ilmuwan, para dosen, tenaga
pengajar maupun para mahasiswa dan pelajar. Narasumber (informan) dari Ichtiar
Baru yaitu Ibu Starlita tidak secara spesifik menyebutkan cita-citanya terkait
penerbitan buku referens Islam. Peneliti berpendapat hal tersebut bisa jadi
disebabkan oleh karena pemilik dari perusahaan ini adalah non muslim
(pemiliknya adalah warga Belanda), sehingga perusahaan ini tidak memiliki visi
khusus mengenai penerbitan buku referens Islam. Ia tentu menganggap bahwa
pengetahuan mengenai Islam merupakan bagian dari berbagai pengetahuan yang
harus disebarluaskan melalui macam-macam ensiklopedi yang diterbitkannya.
Sementara Penerbit Lentera Abadi memiliki cita-cita yang agak berbeda
dengan ketiga penerbit di atas. Lentera Abadi dalam hal ini ingin menerbitkan
buku referens Islam dengan alasan karena memang buku referens tersebut
memang diperlukan oleh masyarakat.
“Jadi diluar buku sekolah, secara umum masih diperlukan buku
referensi .. kalau di kita tidak membuat buku pelajaran secara langsung.
Ga pernah bikin .. karena semakin ke sini kesadaran masyarakat
tentang buku Islam itu semakin tinggi... kemenangan kita kenapa kita
memilih ensiklopedi sebenarnya karena minat baca itu kan gak
signifikan amat tapi kalau ditambahin gambar itu kan jadi menarik. ...”6
6 Budi Sudarmono (Manager Pemasaran PT. Lentera Abadi), kutipan hasil wawancara
- 89 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 89 -
Jadi menurut narasumber bahwa kesadaran masyakarakat akan buku-buku
Islam makin tinggi, tetapi minat baca masyarakat sebenarnya tidak meningkat
secara signifikan. Karenanya penerbit berupaya untuk meningkatkan minat
tersebut dengan menerbitkan buku-buku dengan format yang bagus dan menarik
dengan sistem desain esiklopedi. Melalui ensiklopedi suatu informasi dapat
disajikan beserta gambar-gambar, ilustrasi-ilustrasi, dan kelengkapan informasi
lainnya dengan sangat menarik, dan sistematika penyusunan buku dengan format
tersebut dianggap dapat menumbuhkan minat baca dan kebanggaan masyarakat
terhadap buku-buku Islam. Disamping itu melalui buku referens Islam Penerbit
Lentera Abadi ingin memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia
mengenai ajaran-ajaran Islam yang paling mendasar yang kebanyakan belum
dipahami oleh masyarakat Islam umumnya. Hal ini seperti dinyatakan oleh Budi
Sudarmono: “…. kebanyakan orang Indonesia itu sampai yang paling dasarnya
saja tidak tahu…. rukun Islam, seperti shalat, sahadat, zakat dan seterusnya, ..
yang paling dasarkan kalau dibanding dulu ... banyak yang ga tahu.” 7
Melalui penerbitan buku Islam Penerbit Lentera Abadi juga mempunyai
visi untuk turut mewarnai kehidupan Islam yang lebih baik dengan tetap
mempertimbangkan unsur bisnis. Jadi tampak bahwa Lentera Abadi ingin
menyelaraskan dua kepentingan sekaligus yaitu kepentingan keagamaan
(kehidupan Islam yang lebih baik) dengan kepentingan bisnis, keduanya harus
berjalan beriringan. Hal itu diungkapkan secara jelas oleh Budi Sudarmono: “….
kita itu ingin kehidupan Islam yang lebih baik dalam hal apapun, ingin
memberikan manfaat bagi orang banyak, tetapi secara perusahaan tentu kita
juga ingin buku kita laku supaya perusahaan ini bisa jalan, setiap perusahaan
yang menghasilkan suatu produk kan ingin produknya laku, kalau bikin produk
terus ga laku, ngapain.”8
7 Ibid, Budi Sudarmono
8 Ibid, Budi Sudarmono
- 90 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 90 -
2. Penerbitan Sebagai Ibadah
Tujuan utama dari perusahaan penerbitan pada umumnya adalah untuk tujuan
komersial atau bisnis, tetapi ternyata hal itu bukan satu-satunya tujuan. Tujuan
lain yang ingin diraih melalui usaha penerbitan ini antara lain adalah ingin
mengisi kekosongan atau minimnya buku referens Islam yang terbit. Karenanya
meskipun memerlukan biaya produksi yang besar Almahira berupaya menerbitkan
buku referens tersebut sebagai upaya untuk memenuhi kekosongan tersebut:
“Nah kembali kepada buku referensi, itu kan mayoritas dari Timur
Tengah dan mayoritas itu berjilid, sehingga itu, apa namanya, tentunya
butuh dana yang besar untuk memproduksi itu. Nah kalau berkaitan
dengan ekonomi, sebetulnya saya berfikirnya sederhana, umat Islam itu
masih minim referensinya, buku-buku ke-Islamannya, sehingga kalau
kita kasih atau kita sodori buku-buku referensi pasti mereka akan mau
membeli. Mereka tidak membeli itu bukan karena tidak mau membeli,
tapi karena tidak ada yang dibeli, sehinga, saya bismillah menerbitkan
buku-buku referensi tersebut.”9
Lebih lanjut Abdul Ghafar nenekankan bahwa apa yang ia usahakan merupakan
bagian dari amal saleh, bagian dari ibadah, tidak semata-mata mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian dunia saja.
”….di luar dari itu tentunya saya pribadi, e… spekulasinya seperti ini,
kalau toh buku ini tidak laku di pasaran ya inilah menjadi bagian dari
amal saya, yang saya berikan, ya sederhananya seperti itu, untung rugi
barangkali itu yang kedua dan ketiga.”
Pernyataan tersebut secara eksplisit menggambarkan bahwa penerbit
Almahira menjadikan usaha penerbitan sebagai ladang atau investasi amal saleh,
sedangkan tujuan mencari keuntungan atau bisnis itu menjadi tujuan berikutnya
yaitu tujuan kedua bahkan ketiga. Dengan demikian maka jika buku yang
diterbitkannya tidak laku (tidak menguntungkan secara bisnis) penerbit ini tidak
tidak merasa rugi meskipun telah mengeluarkan banyak biaya untuk itu. karena
diyakini betul bahwa upaya yang telah dilakukannya adalah menjadi bagian dari
9 Abdul Ghafar (Penerbit Almahira), kutipan hasil wawancara
- 91 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 91 -
ibadah atau amal saleh yang tentu akan diperoleh balasannya kelak di akhirat. Jadi
dengan kata lain Almahira menjadikan usaha penerbitan sebagai bagian dari
perjalanan menuju akhirat. Tetapi pada kenyataannya menurut narasumber buku-
buku yang diterbitkannya cukup laris di pasaran, berarti secara bisnis perusahaan
ini tidak rugi malah untung. Dengan kata lain ketika suatu keyakinan dijalankan
dengan baik, suatu aktivitas dijalankan dengan ketulusan dan keikhlasan disertai
niat sebagai amal saleh, maka sebenarnya keuntungan akan mengikutinya. Dan
Almahira kembali menegaskan bahwa perusahaannya benar-benar ingin
menjadikan usaha penerbitannya sebagai ladang amal sebagaimana dinyatakan
oleh Abdul Ghafar sebagai berikut:
“…. memang ga gampang, jadi gini, menerbitkan satu buku itu ga satu
atau dua bulan selesai, ada yang sampai tiga tahun, lama, jadi kita
bukan murni pengin pokoknya satu bulan jadi, kalau saya begitu, sudah
banyak judul yg diterbitkan, saya…. ensiklopedi hadis saja itu, tiga
setengah tahun. Kalau dari segi ekonomi sudah banyak, artinya sudah
memakan dana yang besar, gitu, e… tapi saya berfikirnya ini untuk
kepetingan orang banyak, dan satu hal yang saya ingin sampaikan ke
temen-temen disini, ini adalah ladang amal. Kalau kita menyampaikan
sesuatu dan apa yang kita sampaikan adalah benar, dan orang yang
membacanya lalu mengamalkannya dengan benar, maka pahalanya
akan mengalir sepanjang masa, tapi sebaliknya kalau sampai kita
menyampaiksn sesuatu yang salah dan orang mengamalkannya, dosanya
akan mengalir juga ke kita, maka kita harus hati-hati, itu perlu saya
sampaikan ke temen-temen.”
Buku merupakan media untuk menyampaikan suatu kebenaran (ajaran
agama yang benar) dan akan dibaca oleh umat dan akan diamalkan oleh orang
banyak. Maka penerbitan buku dapat menjadi ladang amal yang
konsekuensinya akan diterima sepanjang masa (di dunia maupun di akhirat).
Karena itu maka Almahira sangat berhati-hati dalam menyusun buku yang
akan diterbitkannya, tidak terburu-buru karena harus melalui verifikasi dan
klarifikasi isi agar apa yang disajikan benar-benar valid, tidak mengandung
suatu kesalahan. Sebagai contoh ensiklopedi hadis penyusunannya memerlukan
waktu yang lama hingga mencapai tiga setengah tahun dan tentu saja hal itu
memakan biaya yang besar.
- 92 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 92 -
Meskipun tidak secara eksplisit menyatakannya sebagai amal atau ibadah,,
PT. Lentera Abadi juga sangat hati-hati dalam menerbitkan buku referens Islam.
Karenanya jika suatu naskah sudah selesai maka harus dibaca terlebih dahulu oleh
pembaca ahli. Tentu hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi kesalahan ataupun
kekeliruan dalam buku tersebut. Dengan kata lain untuk menjaga kualitas,
validitas dan tentu saja kebenaran dari apa yang disajikan, agar pembaca
memperoleh informasi yang benar mengenai suatu masalah. Budi Sudarmono
menyatakan sebagai berikut:
“….Setelah tersedia naskah, naskah diberikan kepada tim editor untuk
menguji sisi kebahasaan dan materinya. kita punya tim editor yang kuat
dari sisi kebahasaan dari sisi materi, dari sisi tata tulisnya dari sisi
gramer-nya, dan lainnya. Selanjutnya, naskah sebelum diterbitkan harus
dibaca oleh pembaca ahli untuk mencermati dan memamtikan isinya.
Kemudian kalau buku Islam satu yang harus ada, pembaca ahli. Bunuh
diri, kalau tidak ada pembaca ahli, dan sulit untuk lolos kalau sudah
sampai ke pembaca ahli.”
Tersirat jelas dari kutipan di atas bahwa pembaca ahli memiliki peran
sangat penting dalam menentukan lolos atau tidaknya suatu naskah untuk
diterbitkan. Berarti mereka memiliki kriteria yang ketat untuk penerbitan buku
referens Islam tersebut. Dan ini tentu saja memiliki maksud agar buku yang
diterbitkan memberikan informasi yang benar sehingga pembaca yang akan
mengamalkannya juga berdasarkan pengetahuan yang benar.
3. Perbaikan Citra Buku Islam
Berdasar hasil wawancara diperoleh informasi bahwa selama ini ada
anggapan bahwa buku-buku Islam itu jelek, tidak bagus, tidak berkualitas. Buku-
buku seperti itu harganya murah. Karena itu maka perlu adanya upaya untuk
memperbaiki citra anggapan tersebut. Hal itulah yang dilakukan oleh Lentera
Abadi melalui penerbitan buku referens Islam yang jauh lebih bagus baik dari
kualitas, format, isi, dan kemasannya. Sebelumnya penerbit ini hanya menerbitkan
- 93 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 93 -
buku referens bidang-bidang ilmu lain di luar bidang ke-Islaman, dan saat ditanya
mengapa kemudian juga menerbitkan buku referens Islam, berikut jawaban Budi
Sudarmono :
„Bukan, pertama bukan, tetapi kemudian kita lihat begini, ada satu pasar
yang selama ini, dulu kan buku-buku Islam itu kan jelek, tipis, elek
terbitan penerbit Kauman Semarang, Penerbit al-Ikhlas Surabaya. Buku-
buku kecil kalau dibuka megahi (bikin malas), sementara buku-buku
Kristen bagus-bagus ra karuan [bagus-bagus sekali]. Kita harus terima
kasih itu pertama sekali yang buat kan penerbit Mizan [yang memulai
menerbitkan buku dengan format yang bagus-bagus]. Karena orang
Indonesia dalam tanda petik “suka pamer”. Dan trendnya kesini,
semakin serius isinya itu buku makin ga laku. Buku dari tempat ibu
[UIN Jakarta?] itu berat-berat, gak laku. Kalau untuk bisnis kurang itu.
Ada buku populer berat, seperti buku Atlantis, tapi terjemahanannya
berat gak laku. Makanya sekarang banyak buku Islam populer yang,
misalnya buku kumpulan ceramah Ramadhan, ga ada yang nengok”.
Jadi penerbit Lentera Abadi ingin menerbitkan buku referens Islam dalam
rangka memperbaiki kondisi pasar buku Islam di Indonesia yang menurutnya dulu
itu bukunya jelek- jelek, ukurannya tipis, sama sekali tidak menarik dan membuat
orang malas untuk membuka apalagi membacanya. Dengan adanya buku-buku ke-
Islaman yang bagus, menarik, maka masyarakat tertarik untuk membacanya,
sehingga diharapkan minat baca orang akan meningkat, hal ini sesuai dengan cita-
cita yang diungkap sebelumnya penerbit ini berkeinginan turut berperan dalam
meningkatkan minat baca. Dan satu hal lagi yang menurut beliau juga perlu jadi
pertimbangan bahwa orang Indonesia itu suka pamer, senang memperlihatkan
sesuatu yang bagus atau mahal, orang akan merasa bangga. Maka buku Islam juga
harus dicetak dengan format yang bagus yang dapat dibanggakan oleh
pembelinya.
Hal lain yang dapat dipahami dari kutipan tersebut di atas adalah adanya
fenomena atau kecenderungan di masyarakat yang kurang meminati buku-buku
yang temanya berat, jadi menurutnya semakin serius tema suatu buku maka buku
tersebut tidak laku. Kecenderungan tersebut mungkin terjadi selaras dengan
perkembangan masyarakat muslim perkotaan yang semakin moderat bahwa
buku-buku ke-Islaman yang bermuatan materi atau bahasan yang terlalu berat
- 94 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 94 -
buktinya malah kurang mendapat minat dan perhatian dari masyarakat yang lebih
luas. Tetapi mungkin untuk kalangan tertentu tetap memiliki komunitas pembeli.
4. Kebijakan Tema Produk
Hal lain yang peneliti anggap sebagai aspek non bisnis adalah tentang tema
dari buku yang diterbitkan [meskipun sebenarnya penerbit dalam menentukan
tema ini tidak bisa lepas sama sekali dari pertimbangan bisnis]. Setiap penerbit
telah menentukan garis kebijakan mengenai tema-tema buku yang akan
diterbitkannya. Lentera Abadi misalnya lebih senang dengan tema-tema kekinian
(kontemporer) yang sedang terjadi dan berkembang di masyarakat.
“… misalnya gini ya yang saya mau bikin itu, misalnya pengaruh
Gadget, Trans gender, terus kemudian ekonomi Islam. …. tapi kalau
yang terlalu meden-medeni [menakut-nakuti], trus banyak dongengnya,
gak laku mas. Itu kan dari buku tafsir mimpi yang meden-medeni kuwi
to.”
Jadi seiring pertumbuhan masyarakat Islam kelas menengah atas yang hidup
di kota besar dan tinggal di kompleks perumahan elit mereka memerlukan buku-
buku yang isinya dapat menambah wawasan kekinian, tidak hanya berisi masalah-
masalah ibadah mahdhah seperti tata cara wudlu, salat puasa, dan sebagainya
tetapi sudah membahas isu-isu kontemporer seperti isu trans gender dalam
pandangan Islam, masalah gadget, dan isu-isu mutakhir lainnya yang terjadi dan
berkembang pada masyarakat saat ini, termasuk juga masalah ekonomi Islam.
Disamping itu narasumber ini juga ingin menampilkan Islam yang baik,
yang damai, yang bijak, yang sejuk, yaitu melalui buku-buku yang memuat
informasi mengenai hal-hal yang baik dan mengajak pada kebaikan, hal-hal yang
menambah pengetahuan dan wawasan, bukan informasi atau hal-hal yang
menakut-nakuti pembaca. Saat ini sudah bukan zamannya lagi menerbitkan buku-
buku seperti itu, karena tidak akan diminati oleh masyarakat. Secara tegas
selanjutnya Sudarmono mengatakan:
- 95 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 95 -
“Menurut saya, buku-buku paling bagus yang anak seneng lihat. ..
bahwa orang menengah keatas dengan pemahaman Islam yang
sederhana, itu sangat haus dengan buku agama ... syaratnya, jangan
meden-medeni [jangan nakut-nakuti], jangan ngancem-ngancem, yang
sejuk-sejuk saja .. dan jangan kakean ancaman, karena kalau sudah
diomongkan surga neraka, kamu akan diiris-iris, dibakar di bara api,
semakin tidak bisa didekati dengan bahasa otak mereka , semakin
mereka jauh….”
Menurutnya buku-buku yang membahas tema yang berkaitan dengan ancaman
itu akan dijauhi oleh pembaca. Yang diperlukan saat ini justru buku dengan tema-
tema yang menyejukkan, yang menambah wawasan, karena demikian yang
dituntut oleh masyarakat saat ini.
Dan penentuan tema ini dipegang sepenuhnya oleh pihak penerbit, meskipun
menurut pengakuan narasumber sebenarnya banyak penulis yang menawarkan
naskah. Meskipun naskah yang diterima itu temanya bagus katanya kalau tidak
sesuai garis kebijakan Lentera Abadi maka tidak akan diterima.
“ Iya, mereka menawarkan belum tentu saya terima lo, [meskipun]
menurut dia bagus. Karena bagi kami diatas segala-galanya kan kami
kan harus tetap hidup, ngapain nerbitin buku kalau nggak laku meskipun
judulnya apa gitu.
Sementara PT. Kamil Pustaka juga memiliki kebijakan mengenai tema buku-
buku yang diterbitkannya yaitu buku-buku yang bernuansa Islam yang sesuai
dengan al-Qur‟an dan Hadis, meskipun bukan pembahasan tentang Al-Qur‟an
dan Hadis itu sendiri. Artinya penerbit ini membuka diri untuk menerbitkan tema-
tema apapun sepanjang bernuansa Islam dan berpijak pada Al-Qur‟an dan Hadis.
Hal itu dinyatakan oleh Muhammad Kosim karena usahanya tidak semata
mengejar keuntungan dunia saja, tetapi juga sebagai syiar untuk mendapatkan
akhirat.
“Ini sebagai upaya syiar maka yang kita tekankan adalah buku
bernuansa Islam yang sesuai Al-Qur‟an dan Hadis, meskipun bukan
mengenai Al-Qur‟an dan hadis itu sendiri. …… “Tetap insya Allah
karena kami ingin syiar ya nyari dunia tapi tidak melupakan akhirat.”
- 96 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 96 -
Adapun Almahira sebagai penerbit yang telah menyatakan dirinya bebas
madzhab, tampaknya tidak menentukan tema yang spesifik, bahkan banyak buku-
bukunya merupakan karya terjemahan. Yang penting bagi Almahira apa yang
terkandung dalam buku adalah informasi yang benar dari sumber yang benar,
tidak mengandung pemikiran yang membahayakan ranah akidah.Islam, seperti
dinyatakan oleh Abdul Ghafar berikut:
“Kalau, jadi gini.., kalau itu menyangkut pemikiran yang
membahayakan, artinya membahayakan dari keyakinan islam, maka
kita tidak menerbitkan sama sekali. Kalau ada sisipan, misalnya sisipan
itu ada pemikiran penulis sendiri yang menurut Al-Qur‟an dan Hadits
tidak tepat, gitu ya, kita lihat kontennnya. Artinya gini, dalam
menafsirkan, katakanlah, saya menafsirkan firrijalli, „untuk laki-laki itu
dua, untuk wanita satu‟ dalam hukum waris misalnya, kemudian
dinyatakan bahwa hak waris itu sekarang di dunia ini sudah tidak ada ...
kalau tidak memberikan pendapat-pendapat ulama terdahulu, maka
pendapat seperti itu akan tidak kita lakukan, kita cut. Itu pendapat
penulis sendiri. Dan itukan tidak jelas.”
Jadi meskipun Almahira melakukan banyak terjemahan pada karya
terbitannya, tetapi tidak hanya menerjemahkan apa adanya terutama bila
didapatkan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, atau pemikiran yang
membahayakan, artinya membahayakan dari keyakinan Islam, maka pasti tidak
digunakan dan Almahira tidak akan menerbitkannya sama sekali.
Nampaknya Almahira ingin memberikan kontribusi nyata kepada
masyarakat luas tentang Budaya Literasi Islam yang benar. Artinya, masyarakat
harus mudah memperoleh sumber informasi yang benar dan komprehensif
tentang kebutuhan informasi dan pengetahuan, terutama berkenaan dengan
persoalan-persoalan up to date yang mereka rasakan. Karya-karya terbitan
Almahira, semaksimal mungkin ditujukan untuk memberikan keseimbangan
dalam masyarakat akan ketersediaan bahan-bahan bacaan yang benar dan
diperlukan umat Islam disamping untuk memperkaya khazanah kebudayaan Islam
yang dapat diterima khususnya untuk kalangan menengah ke atas.
- 97 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 97 -
Karena itu maka dalam memberikan kejelasan suatu persoalan pada
sumber referensi yang komprehensif, Almahira berusaha untuk menghadirkan
pembahasan dari berbagai sudut pandang atau pendapat yang berbeda pada kasus
tersebut termasuk kemungkinan infiltrasi pemikiran penulis, sehingga pembaca
memperoleh wawasan yang berimbang. Tetapi bila pendapat penulis dianggap
tidak sesuai atau kurang benar maka tidak akan dimuat. Jadi kalau ada perbedaan
pendapat penulis A, penulis B, penulis C dan seterusnya tentang sesuatu masalah
maka akan dikonfirmasi langsung ke para penulis tersebut. “Kalau memang ada,
kita akan muatkan ke dalamnya, ini menurut a b c d, kita akan muatkan, kita akan
konfirmasi ke penulis.”
5. Aspek Lain
Selain berbagai aspek yang telah diuraikan di atas masih ada hal-hal lain yang
dapat digali dari hasil wawancara dengan para informan. Misalnya tentang syiar,
secara umum hampir semua penerbit kecuali Ikhtiar Baru Van Hoeve, baik secara
eksplisit maupun implisit menganggap bahwa usaha penerbitan buku referens
Islam yang mereka lakukan adalah merupakan syiar Islam. Melalui penerbitan
mereka ingin berkontribusi melakukan syiar dengan cara yang berbeda dari cara-
cara konvensinal lainnya.
Ada juga penerbit yang sangat konsen untuk mengembangkan bisnis Islami
(bisnis berbasis syariah), hal ini dilakukan oleh PT. Kamil Pustaka. Mulai dari
proses produksi hingga pemasaran menurutnya semuanya dijalankan secara Islami
dna sangat menekankan aspek kekeluargaan. Jadi PT Kamil Pustaka berbeda
terutama dalam hal pemasaran dengan cara penerbit lain memasarkan produknya.
Sebagai contoh misalnya mereka menetapkan harga yang sama antara baik pada
penjualan tunai maupun pada penjualan dengan cara angsuran atau cicilan.
Lalu aspek kekeluargaan, sebagai contoh Penerbit Kamil Pustaka tidak pernah
memberhentikan tenaga pemasarnya meskipun mereka tidak berhasil mencapai
target yang telah ditentukan, malah untuk mereka yang mengalami hal demikian
akan semakin diramgkul dan diberi training lebih lanjut. Sementara penerbit yang
lain tidak berlaku demikian.
- 98 - Aspek Non Bisnis Dalam Penerbitan Buku Referens Islam
- 98 -
Hal lain yang juga pantas untuk diangkat adalah tentang kedispilinan. PT.
Almahira sebagai contoh menerapkan disiplin tinggi bagi karyawannya terutama
dalam hal ketepatan melaksanakan salat berjamaah. Pada saat peneliti melakukan
wawancara tiba-tiba terdengar suara adzan dari ruang tengah kantor (yang
ternyata difungsikan sebagai mushala), serta merta seluruh karyawan berkumpul
di mushala tersebut termasuk direkturnya, dan segera mereka melakukan salat
Ashar berjama‟ah. Ketika peneliti menanyakan apakah hal tersebut selalu
dilakukan, Abdul Ghafar menjawab: “Ya, selalu, ini bagian dari cara kami
menegakkan disiplin waktu”. Mungkin hal tersebut terkait erat dengan keyakinan
Almahira bahwa usahanya adalah merupakan ibadah atau amal, maka dalam
ibadah mahdhah mereka juga harus disiplin.
- 99 - Penutup
- 99 -
Bab VI
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada baba empat dan bab lima sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari berbagai indikator yang ditemukan diketahui bahwa faktor ideologis berpengaruh
besar terhadap sukses bisnis penerbitan referensi Islam. Cita-cita dan keinginan untuk
menyebarkan ilmu yang benar dan seluas-luasnya, sikap istiqomah, optimis serta sikap
tawakal dalam menghadapi kompetisi dan berbagai tantangan menjadi bagian dasar
semangat penerbit berinovasi. Tetapi hal ini juga harus diperkuat oleh keahlian dan
kreatifitas dalam melakukan analisis kebutuhan untuk menciptakan produk yang lebih
diterima oleh masyarakat luas. Untuk itu para penerbit melakukan berbagai upaya
misalnya dengan menentukan strategi dan segmen pemasaran, secara langsung
mengamati kebutuhan masyarakat, termasuk proses edit pra-cetak yang sangat ketat.
Keahlian analisis dan kreatifitas produksi karya baru menjadi kunci keberhasilan dan
kesuksesan bisnis referensi Islam di Indonesia. Faktor-faktor ideologis ini sekaligus
menjadi bagian dari strategi bisnis dan pemasaran pada penerbitan buku refernsi Islam.
2. Kebanyakan penerbit mengakui bahwa kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan buku-
buku Islam semakin tinggi, termasuk buku referens. Banyak penerbit buku-buku Islam
berusaha memanfaatkan momentum ini sebaik-baiknya. Meningkatnya produksi dan
pemasaran buku-buku referensi islam ini juga tidak terlepas dari aspek ekonomi-bisnis
yang ditengarai oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dapat
diprediksikan bila keadaan ekonomi ini bertahan dan terus meningkat maka penerbitan
buku referensi islam tetap mampu memperoleh posisi pasar yang signifikan. Peningkatan
- 100 - Penutup
- 100 -
jumlah penerbit buku Islam beserta berbagai produk judul baru yang dihasilkan telah
berjasa dan berperan dalam memperkaya literatur ke-Islaman di Indonesia. Lebih banyak
penerbit menyatakan, prospek bisnis buku referens islam masih terbuka luas.
3. Seperti juga penerbit lain, Lentera Abadi dan Almahira memiliki kemiripan filosofi dan
kebijakan dalam menerapkan strategi dan upaya bisnis penerbitan buku referens Islam.
Keduanya mengalami kemajuan yang pesat, mampu menentukan konsep produksi dan
pemasaran yang strategis, khusunya dalam strategi inklusif tidak membatasi kelompok
konsumen tertentu, merancang product premium untuk segmen kelas menengah atas
dengan pendekatan ketuntasan tema dan kelengkapan product serta tehnik dan jangkauan
pemasaran yang sangat luas. Sebagian penerbit (eg. Almahira dan Kamil Pustaka)
berusaha berlaku istiqomah. Mereka ingin memberikan informasi kepada umat tentang
ajaran Islam yang sebenarnya dengan menyajikan buku referens yang benar-benar
otoritatif berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa memihak salah satu madzhab atau
aliran tertentu. Sementara penerbit lain (eg. Lentra Abadi) disamping mengajarkan
dogma juga ingin menyajikan islam dengan konsep yang lebih santun, inklusif dan lebih
diterima oleh masararakat luas, tidak dibarengi dengan konsep yang tendensius dan
terlalu konseptual atau juga bernada keras.
4. Pada umumnya secara kronologis, sejak pertama kali penerbit menerbitkan buku referens
Islam (PT. Ichtiar Baru Van Hoeve) dan penerbit yang paling akhir / baru berdiri (PT
Kamil Pustaka), kebanyakan jenis koleksi terbitan yang dihasilkan adalah format
ensiklopedi. Ada juga diterbitkan koleksi referens berjenis buku pedoman (handbook),
peta dan biografi. Istilah ensiklopedi saat ini semakin banyak digunakan penerbit sebagai
ganti istilah konsep buku pedoman. Salah satu alasannya, karena menyadari masih
kurangnya minat baca masyarakat maka ensiklopedi dihadirkan dengan perwajahan
dengan gambar dan berbagai macam ilustrasi disamping kandungan isi dan format yang
lengkap. Penerbit sering mengeluarkan buku jenis biografi dengan cetak terbatas (on
demand) dan hampir tidak menangani aktifitas pemasaran jenis buku referens tersebut.
- 101 - Penutup
- 101 -
5. Kendala dan Tantangan
Para penerbit menyadari adanya beberapa kendala dan tantangan dalam menjalankan
upaya bisnis penerbitan refernsi ke-Islaman. Pertama, masyarakat mempunyai budaya
baca yang rendah yang secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap dunia
penerbitan dan percetakan buku. Para penerbit harus pandai menmukan solusi prsoalan
lemahnya minat baca masyarakat. Kedua, kehadiran teknologi fasilitas internet dan
media digital yang semakin marak dimana akses informasi digital dapat dijalankan lewat
berbagai media online. Koleksi digital online yang tersedia secara luas di internet
membuat dunia penerbitan buku semakin tertekan. Padahal, Internet diakui ikut
memperlemah kemampuan baca orang khususnya anak-anak bila minat baca dan literasi
informasi tidak berkembang. Ketiga, harga buku ensiklopedi yang umumnya mahal dan
di luar jangkauan masyarakat menengah ke bawah. Mereka yang tidak punya cukup uang
tidak berminat untuk membeli, meskipun berminat untuk memiliki, sehingga segmen
penjualan terbatas. Keempat, terbatasnya para pemasar yang handal. kelima, bagi para
penerbit di indonesia tambahan persoalannya adalah adanya otonomi daerah yang
membatasi ruang gerak bisnis para penerbit dan berbagai pihak yang sudah banyak
berhubunngan dan beraktifits bisnis dengan para penerbit. Namun demikian, kita patut
bersyukur, meskipun berhadapan dengan kendala dan tantangan sedemikian rupa
penerbitan dan pemasaran buku-buku Islam dari waktu ke waktu tetap meningkat secara
signifikan.
B. REKOMENDASI
1. Penerbit yang mengalami rekord penerbitan dan pemasaran kurang baik disarankan untuk
dapat mengambil pelajaran dari sistem penerbitan dan pemasaran yang dilakukan oleh
Lentera Abadi atau Almahira, atau bahkan PT. Kamil Pustaka.
2. Para penerbit buku refersns Islam perlu terus menggalakkan inovasi-inovasi yang salah
satunya secara serius malakukan antisipasi dan akomodasi terhadap kehadiran koleksi
- 102 - Penutup
- 102 -
digital via internet yang sekarang ini sudah semakin marak dan sudah lazim menjadi
konsumsi informasi masyarakat luas. Pembaca ke depan adalah generasi native digital
yang memang sudah terbiasa dengan teknologi informasi digital yang berkembang saat
ini, mereka adalah pangsa pasar potensial bagi penerbit ke masa depan. Jika tidak
diantisipasi maka bisa saja kesempatan itu akan dimanfaatkan oleh para penyedia
informasi online yang memang sudah berkembang pesat saat ini.
3. Adanya keragaman dan kompetisi bisnis harus dijadikan sebagai penyemangat usaha
tetapi tetap harus mematuhi rambu-rambu hak cipta intelektual dan hak ekonomi
penerbitan serta norma bisnis dan hukum yang berlaku dalam berwirausaha. Pelanggaran
terhadap norma-norma tersebut seperti plagiat dan pembajakan karya penerbit lain akan
menjadi pemicu negatif yang menyurutkan pertumbuhan penerbitan di Indonsia
khususnya penerbitan buku referens Islam.
4. Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik dengan pemerintah, pusat dan daerah, khususnya
dinas pendidikan untuk mendukung sistem pendidikan nasional dalam arti yang seluas-
luasnyanya baik dalam sistem formal, in formal dan non formal khususnya dalam rangka
mendukung sistem pembelajaran seumur hidup masyarakat dengan meningkatkan
pemerataan sumber informsi dan pengetauan yang menarik, berkualitas dan terjangkau.
5. Harga buku-buku referensi Islam seyogyanya dapat terjangkau untuk kalangan
menengah ke bawah agar visi dan misi penerbit dalam ikut meningkatkan kecerdasan
umat dan berperean dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dengan menyediakan sumber
informasi yang berkualitas dapat juga terwujud bagi kalangan tersebut.
----------000----------
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim,Sudarmono (2010), Dari Kitab Menuju Indonesia Modern (pengantar buku
Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia 1950-2004) Jakarta: Puslitbang
Lektur Keagamaan Kementrian Agama RI.
Abdul Munip (2010), Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia: Studi Tentang
Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004. Jakarta: Puslitbang Lektur
Keagamaan Kementrian Agama RI.
Abdullah, Amin (2007). Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan. UIN SUKA FAH IPI.
Allen, Robert, ed. (2001), The new Penguin English Dictionary. Scotland: Penguin Books.
Bopp, Richard E.(2001) Reference and Information Services: an I introduction, 3ed. Colorado:
Libraries Unlimited.
Clark, Giles (1995), Inside Book Publishing, 2nd
ed. London: Routledge
Copra, R.N., ed. (1992), Anmol’s Dictionary of Library Science. New Delhi: Anmol
Publications.
Dahl, Svend (1968), History of the Book. 2nd
. ed. Metuchen: The Scarecrow Press.
Echols, John M. dan Hassan Shadily (1995). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia,
Ensiklopedi Nasional Indonesia (1989), vol.3. Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
Gorman, G.E and Clayton, Peter (1997), Qualitative Pesearch for the Information Professional:
A Practical Handbook. London: Library Association Publishing.
Hakim, M. Baqir (2006), Ulumul Qur’an. Jakarta: Al-Huda.
Halid dan Zubair (2003), Peranan Penerbit dalam Transformasi Intelektualisme Islam: Survei
Terhadap Beberapa Penerbit Buku-Buku Islam di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian UIN Jakarta
Hardjoprakoso, Mastini (2005), Bunga Rampai Kepustakawanan. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI.
Henderson, Bill, ed. (1995), The Art of Literary Publishing. United State: Purchart Press.
Imamuddin, S.M. (1983), Arabic Writing and Arab Libraries. London: Ta Ha Publishers.
Kleden, Ignas (1999), Buku di Indonbesia: Perspektif Ekonomi Politik tentang Kebudayaan,
dalam Buku dalam Indonesia Baru. Jakarta: Yayasan Obor.
Knowlton, Jack (1997), Books, dalam The New Book of Knowledge. Connecticut: Grolier
Incorporated. Vol. 2, hal. 318-322.
Leksono, Karlina (1999), Membaca dan Menulis: Sebuah Pengalaman Eksistensial dalam Buku
dalam Indonesia Baru. Jakarta: Yayasan Obor.
Putut Wijanarko. Kebangkitan Generasi Baru: Penerbitan Buku Islam dan Masyarakat Islam
Indonesia dalam “20 Tahun Madzhab Mizan 1983-2003”. Bandung: Mizan,2003,
Taryadi, Alfons, ed. (1999), Buku Dalam Indonesia Baru. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia dan
Japan Foundataion.
Eryono, Kaylani, ed. (1999). Daftar Tajuk Subjek Islam dan Sistem Klasifikasi Islam Adaptasi
dan Perluasan DDC Seksi Islam. Jakarta: Puslitbang Lektur Agama Departemen Agama
RI.
Prytherch, Ray (1990), Harrold’s Librarian’s Glossary and Refrence Book. 7th
ed. Aldershot:
Gower.
Pederson, J., (1996), Fajar Intelektualisme Islam: Buku Dan Sejarah Penyebaran Informasi Di
Dunia Arab. Bandung: Mizan.
Salim, Agus (2001), Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (pemikiran Norman K. Denzin dan
Egon Guba dan penerapannya). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Widjanarko, Putut (2000), Elegi Gutenberg: Buku di era Cyberspace. Bandung: Mizan.
---------------------- (2003), Kebangkitan Generasi Baru: Penerbitan Buku Islam dan Masyarakat
Islam Indonesia dalam “20 Tahun Madzhab Mizan 1983-2003”. Bandung: Mizan.
INSTRUMEN PENELITIAN
(Panduan Wawancara)
FAKTOR EKONOMI
1) DESAIN, khususnya ensiklopedia, sering sekali disusun dengan desain khusus,
apa tujuan utamanya? Bagaimana pengaruhnya terhadap harga koleksi ?
Bagaimana desain khusus BRI berpengaruh terhadap permintaan dan minat user?
Bagaimana desain khusus berpengaruh terhadap tingkat penjualan?
2) Book to EXIST, Bagaimana menginisiasi sebuah penerbitan? Siapa yang paling
menentukan dalam penerbitan suatu judul KRI, apakah penerbit atau kontributor?
Bagaimana hubungan dan pertimbangan sebuah terbitan dengan karya serupa
yang sudah tersedia? Bagaimana proses penerimaan naskah penerbitan KRI
setiap tahun? Bagaimana strategi perencanaan penerbitan KRI ke depan?
3) MARGIN, Seberapa besar keuntungan penjualan KRI? Biasanya berapa persen
ongkos produksi per eksemplar judul koleksi KRI? Bagaimana biasanya pola
penerbitan on demand, atau cetak public ? judul apakah misalnya?
4) DISTRIBUSI, Bagaimana mengelola Suplay Chain (distribusi) untuk KRI ke
berbagai daerah di Indonesia? Bagaimana mengatur sentra perwakilan atau cabang
penjualan di berbagai daerah?
5) RECORD PENJUALAN, Bagaimana perkembangan pemasaran atau penjualan
produk buku KRI 5 tahun terakhir? Apa ada koleksi cetak KRI yang dominan dan
ada permintanan lebih untuk cetak berkelanjutan dari tahun ke tahun? Apakah
indek penjualan pada statistik jual KRI ada fluktuasi atau stagnan? Tolong
sebutkan tahun penjualan yang ada indikasi seperti itu dan mengapa [hal tersebut]
terjadi? Bagaimana dengan penjualan keluar negeri? Negara mana yng berminat
minat terhadap penerbitan serupa?
6) METODE PEMASARAN dan distribusi, Bagaimana pengalaman, metode dan
tehnik penjualan yang dilakukan selama ini? apakah ada cara-cara khusus?
Bagaimana peran media digunakan dalam upaya pemasaran? Seberapa besar
media online, tercetak (surat kabar dan majalah) diberdayakan? Seberapa sering
tinjauan buku dimuat dalam media tersebut? Bagaimana dengan pameran buku
/book fair berperan dalam penjualan?
7) KONTRIBUTOR. (kontributor konsep dan ilustrasi). Bagaimana upaya
menghimpun konsep-konsep informasi sebagai isi terbitan karya ensiklopedi,
misalnya? Bagaimana prosedure dan ketentuannya? Apakah konsep-konsep yang
akan diuraikan dalam setiap entri selalu membutuhkan ilustrasi? Apakah selalu
diperoleh ilustrasi yang diinginkan? Bagaimana illustrator memperoleh atau
menyediakan ilustrasi ? bagaimana ilustrasi dihargakan dalam setiap penerbitan
koleksi referensi? Siapa yang melakukan edit keselarasan ilustrasi dengan konsep
yang bersangkutan pada setiap entri? KARYA TERJEMAHAN. Bagaimana
memperoleh naskah terbitan koleksi referensi islam hasil terjemahan?
8) Bagaimana peran pemerintah dalam penerbitan KRI? Apakah ada subsidi dan
supervisi pada bagian-bagian penerbitan tersebut? Bagaimana penerapannya?
FACTOR IDEOLOGY
1) Identitas dan Karakateristik Penerbit
Kalau boleh tahu, organisasi apa dalam Islam yang menjadi bagian kehidupan
sosial dan berorganisasi penerbit (misalnya Syi’ah, ahli sunnah wal jama’ah atau
Muhammadiyah, dll. Bagaimana kiprah penerbit ini terkait dengan bidang
penerbitan sebagai bagian pembinaan visi-misi organisasi masyarakat yang
diikuti? Apa saja karya terbitan yang pernah diproduksi oleh penerbit ini ?
bagaimana respon kostumer / masyarakat user terhadap karya-karya terbitan dari
penerbit ini? apakah diantaranya ada yang memperoleh hit penjualan yang baik,
apa factor utamanya?
2) Jenis Segmen, apa saja jenis koleksi referensi islam yang menjadi karya unggulan
dari penerbit ini? (biografi, ensiklopedi, kamus, dst). Dari sisi kandungan isi
terbitannya apa mode terbitan yang sering dihasilkan, apakah fikih, hadist, tafsir
dst? kalangan masyarakat mana yang disasar dan dipandang lebih berpotensi
membeli koleksi referensi islam menurut pemahaman penerbit ? Apakah ada
wilayah-wilayah pavorit penerimaan produk KRI di Indonesia? dimana saja itu
terjadi?
3) Tantangan. Koleksi digital. Koleksi karya referensi islam banyak hadir dalam
versi digital free, seperti pada maktabah tsamilah. Bagaimana mensikapinya?
Seperti apa semangat bertahan dalam menerbitkan KRI bila dihadapkan pada
tantangan kemungkinan /realitas penjualan yang kurang menguntungkan?
Penulis bernama Siti Maryam, lahir di Banyumas, 05 Juli 1970.
Pendidikan pertamanya adalah SD Negeri Krajan I tamat tahun 1983,
lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Pekuncen
yang berlokasi di desa kelahirannya, tamat tahun 1986. Kemudian tahun
1987 melanjutkan pendidikan formal pada Madrasah Aliyah
Muhammadiyah (MAM) Purwokerto dan selesai tahun 1990. Lalu,
penulis melanjutkan studi pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syarif Hidaytullah Jakarta pada Fakultas Ushuluddin, dan selesai pada
tahun 1995.
Pada tahun yang sama (1995) penulis memperoleh kesempatan mengikuti program
beasiswa sarjana ganda (double degree) pada Jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas
Indonesia dan dapat menyelesaikan studinya tepat dalam waktu 2 tahun (1997). Terakhir
penulis menyelesaikan S2 Ilmu Perpustakaan dari universitas yang sama pada tahun 2007.
Mengenai pengalaman kerja, disamping mengajar pada Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga
telah mengabdikan dirinya bekerja di Perpustakaan Utama UIN Jakarta sejak tahun 1997, dan
saat ini diberi tugas sebagai Kordinator Layanan Teknis pada perpustakaan tersebut. Di luar
itu, penulis juga pernah menjadi pustakawan pada Perpustakaan Umum Islam Iman Jama
yang berlokasi di Jakarta Selatan selama kurang lebih 14 tahun (Maret 1997 hingga
Desember 2011).
Penulis mulai aktif melakukan penelitian dalam bidang ilmu perpustakaan dan
kepustakawanan sejak tahun 2009. Disamping itu juga menulis beberapa artikel untuk jurnal
pada bidang yang sama, dan sempat beberapa kali menjadi narasumber pada pelatihan atau
workshop tentang perpustakaan.
Penulis kedua dari penelitan ini adalah Nuryudi, S.Ag, MLIS. Lahir di Trenggalek Jawa
Timur, tanggal 12 September tahun 1967. Menempuh pendidikan strata satu (S1) pada IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam selesai pada tahun 1995, lalu
memperoleh kesempatan mengikuti program pendidikan sarjana ganda (double degree) pada
bidang ilmu perpustakaan di Universitas Indonesia dan selesai pada tahun 1998. Selanjutnya
penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi S2 ke Mc-Gill University Montreal Canada
pada bidang ilmu yang sama dan berhasil memperoleh gelar master (MILS) pada tahun 2005.
Penulis menjadi dosen tetap pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab & Humaniora
sejak tahun 2011, dan sebelumnya aktif sebagai pustakawan bahkan sempat menjadi Kepala
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010-2014. Disamping tugas
utama sebagai pengajar, saat ini penulis juga diberi tugas tambahan sebagai Kepala
Perpustakaan Fakultas Sain dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis terlibat aktif dalam beberapa penelitian mengenai perpustakaan sejak tahun 2008 dan
juga beberapa kali menulis artikel pada bidang yang sama.
1. 3.
Nuryudi