PENERAPAN TEHNIK HALAQAH DALAM UPAYA …
Transcript of PENERAPAN TEHNIK HALAQAH DALAM UPAYA …
PENERAPAN TEHNIK HALAQAH
DALAM UPAYA MENINGKATKANHASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DI MADRASAH TSANAWIYAH TARBIYATUS SIBYAN BEKASI
(Penelitian Quasi Eksperiment)
Oleh:
MUHAMMAD ALVIN SUDINATA
NIM: 1110011000109
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Muhammad Alvin Sudinata (1110011000109). Penerapan Tehnik Halaqah
dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MTS Tarbiyatus Sibyan. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa Penerapan Tehnik Halaqah
dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTS Tarbiyatus Sibyan tentang Perkembangan Sejarah dan
Kebudayaan Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode quasi eksperimen. Dalam penelitian ini yang menjadi
subyek penelitian adalah siswa kelas VII-A dan kelas VII-B. Kelas VII-A sebagai
kelas Eksperimen dengan menggunakan tehnik halaqah dan siswa kelas VII-B
sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah. Instrument yang
digunakan adalah tes hasil belajar. Soal tes hasil belajar yang digunakan sebanyak
30 soal berbentuk pilihan ganda dan setelah melalui uji validitas, terdapat 21 soal
yang termasuk ke dalam kategori valid dengan reliabilitas 0,87 dan termasuk
kategori tinggi atau dengan kata lain instrument ini layak digunakan dalam
penelitian. Teknik analisis data menggunakan uji t (uji beda), untuk menguji
hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf
signifikansi 0,05%.
Temuan hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan tehnik
halaqah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. Hal ini ditunjukkan
dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh ˃
(3,80 ˃ 2,042) dengan taraf signifikansi 0,05%. Selain itu dilihat dari hasil
perhitungan post-test kelas eksperimen yang menggunakan tehnik halaqah (nilai
rata-rata 86) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol yang menggunakan metode ceramah (niai rata-rata 78). Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa metode mengajar halaqah berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran SKI.
Kata kunci: Tehnik Halaqah, Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
i
ABSTRACT
Muhammad Alvin Sudinata (1110011000109). The Implementation of Halaqa
Tehnical to Improve Student Learning Out Comes The Course of Islamic
Culture History at MTS Tarbiyatus Sibyan. Thesis. Department of Islamic
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training University of state
Islamic Syarif hidayatullah. 2017.
The Purpose of this research is to analyze the effect of Halaqa type
stategy to the study result of student in Islamic Culture History lesson at MTS
Tarbiyatus Sibyan Bekasi. Research method was used is quasi eksperimen
method. Subject of this research are student of VII A class and VII B class.
Student in VII A class as the eksperiment class used Halaqa method and student in
VII B class as the control used speach method. Instrument was used is test result
of study. The test used 30 problems of multiple choice and after the validity test
showed that 21 problems were valid with the reliability 0,87 and include the high
category this conclude that this instrument is suitable to used in research. The
data analyst by “t” test (differential test), is to test the hypothesis of experiment
uring t distribution at 0,05% signification.
Invention of this research is there are The Implementation of Halaqa
Tehnical to Improve Student Learning Out Comes The Course of Islamic Culture
History at MTS Tarbiyatus Sibyan. This thing showed from the result of
hypothesis test used “t” test are tcount ˃ t table ie 3,80 ˃ 2,042 with a
significance level of 0,05% in addition, in view of the result of post-test
calculations using the experimental class were Halaqa Tehnical (average 86)
showed higher values than control class that used speech method (average 78).
From this research can be concluded that the method of teaching in halaqa efeect
on student learning outcome Islamic Culture History
Keyword: Halaqa Tehnical, Islamic Culture History
i
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيم
Puji serta Syukur kita curahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan jalan yang lurus kepada hamba Nya, sehingga dalam kesempatan ini
dengan kehendak Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul
“Penerapan Metode Halaqah Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTS Tarbiyatus Sibyan
Bekasi”.
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang memberikan petunjuk dari zaman jahiliyah hingga zaman
terang menderang ini dan memberikan pula suatu pengajaran serta suri tauladan
kepada para umatnya melalui sunah-sunahnya yang luar biasa sehingga
menjadikan kami umat paling tinggi derajatnya dari umat lain di muka bumi ini.
Juga kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya yang selalu membantu
perjuangan dalam menegakkan agama Islam di dunia ini.
Dalam skripsi ini, pastinya mengalami berbagai rintangan dan kesulitan.
Namun alhamdulillah dengan tekad yang kuat skripsi ini akhirnya bisa selesai
juga. Oleh karena itu, apa yang telah disampaikan dalam skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Namun, meskipun besar harapan, skripsi ini dapat menjadi
sumbangsih tersendiri yang melengkapi pustaka tentang khazanah ilmu
pendidikan di Indonesia. Sehingga dapat bermanfaat dan nantinya memberi
referensi kepada para peneliti lainnya untuk meneliti tentang pendidikan di
Indonesia lebih lanjut sesuai denngan berjalannya zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penulisan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan, bimbingan, do’a, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan kesadaran hati penulis sampaikan jazakumullah khairan katsira
kepada:
ii
1. Orang tua tercinta, Sudin Sidik, SE dan Tri Martatik, SE dan Keluarga
Besar H. Achyani atas segala do’a, nasehat, kesabaran, luapan kasih
sayang, pengorbanan dorongan moral maupun material, dan spritual yang
senantiasa selalu diberikan kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Drs. H. Masan AF, M. Pd. Selaku dosen pembimbing akademik dan
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan saran, motivasi,
kritik kepada penulis dari semester awal hingga selesainya tugas penulisan
skripsi ini.
5. Wahdi Sayuti, MA Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan saran, motivasi, kritik kepada penulis dari
semester awal hingga selesainya tugas penulisan skripsi ini.
6. Marhamah Saleh, M.Pd. Lc selaku sekertaris jurusan PAI yang juga selalu
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, dan
Perpustakaan FITK serta perpustakaan lainnya di Jakarta, yang telah
membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan.
8. Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis,
semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
9. Ketua Yayasan Pendidikan Islam El-Hurriyah Bpk. Dr. H. Endang
Hidayat, MM, Kepala SDIT El-Hurriyah Ibu DR. Hj. Neneng Hulliyah,
MM, M.Pd, Wakil Kepala Sekolah SDIT EL-Hurriyah Bpk. Dede
Sulaeman, S.Pd.I beserta keluarga besar dan segenap dewan guru di
Yayasan Pendidikan Islam di El-Hurriyah yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
iii
10. Ketua Yayasan Pendidikan Islam Tarbiyatus Sibyan Bpk. Drs. H Adang
Maryadi, Bpk Bada, S.Pd.I dan Bpk Rokib, S.Pd.I selaku pembimbing
dalam melalukan penelitian dan penulisan skripsi.
11. Semua Sahabat MOLOSE angkatan 2010 Jurusan Pendidikan Agama
Islam, yang telah menemani penulis dari awal kuliah hingga sekarang dan
terima kasih atas segala masukan, motivasi dan dukungan kalian semua.
12. Sahabat dekat yang tidak pernah bosan memberikan, menemani,
menghibur dan memberikan kritik dan sarannya, Chairul Anwar, S.Pd.I,
Marjuki, M. Rizka Saomi, M.Pd.I, Afwillah, M.Pd.I, dan Muhammad
Rasis Najwan, M.Pd Terima Kasih atas dukungannya.
Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT, mudah-
mudahan dapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis bagi siapa yang membacanya untuk menambah khazanah
ilmu pengetahuan. Aamiin.
Jakarta, 22 Juni 2017
Muhammad Alvin Sudinata
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK …………………………………………………………… i
ABSTRACT………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………….…………… vi
DAFTAR TABEL …………………………………..……………….. ix
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………….. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………... 9
C. Pembatasan Masalah ……………………………………….. 9
D. Perumusan Masalah ………………… …………………….. 10
E. Tujuan Penelitian …………………………………………… 10
F. Manfaat Penelitian ……………………………………….... 11
BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teoritik
1. Halaqah
a. Pengertian Metode Halaqah …………………………… 12
b. Gambararan Metode Halaqah………………………...... 13
c. Sejarah Penerapan Metode Halaqah…………………… 15
1) Penerapan Metode Halaqah pada Masa Rasulullah
SAW…………………………………………………… 15
2) Penerapan Metode Halaqah pada Masa Khulafa
ar-Rasyidin……………………………………………. 18
3) Penerapan Metode Halaqah pada Masa Daulah
vii
Bani Abbasiyyah…………………………………..….... 18
4) Penerapan Metode Halaqah di Pesantren………….. .. 19
2. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar …………………………………. .. 23
b. Ciri-ciri Belajar ……………………………………... 24
c. Prinsip Belajar ………………………………………. 25
d. Pengertian Hasil Belajar …………………………….. 27
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar ……………………………………………….. 28
B. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam …………………… 32
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam……………………….. 34
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ………………………. 35
C. Hasil Penelitian yang Relevan ………………………………. 36
D. Kerangka Berpikir …………………………………………… 37
E. Hipotesis Penelitian …………………………………………. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………. 40
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian …………….…….. 40
C. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………. 41
D. Variabel Penelitian ………………………,………………… 41
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………… ………… 42
F. Intrumen Penelitian ………………………………………….. 43
G. Uji Coba Instrumen ………………………………………….. 46
1. Uji Validitas ……………………………………………... 47
2. Uji Reliabilitas ………………………………………….. 47
3. Uji Taraf Kesukaran Soal ……………………………….. 48
4. Daya Pembeda ………………………………………….. 49
H. Teknik Analisis Data ………………………………………… 49
1. Uji Normalitas …………………………………………… 50
2. Uji Homogenitas ………………………………………… 50
viii
3. Uji Hipotesis …………………………………………….. 51
I. Hipotesis Statistik …………………………………………… 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil MTS Tarbiyatus Sibyan Kabupaten Bekasi
1. Sejarah Singkat Sekolah …….…………………………. 53
2. Visi, Misi dan Tujuan …………….……………………. 53
3. Kegiatan Belajar……………..………………………….. 53
4. Kegiatan Ekstrakulikuler..……………………………… 54
5. Sarana dan Prasarana……………………………………. 54
B. Hasil Uji Coba Instrumen ………………………………..… 56
1. Uji Validitas …………………………………………….. 56
2. Uji Reliabilitas …………………………………………. 56
3. Uji Tingkat Kesukaran Soal ……………………………. 56
4. Uji Daya Pembeda ………………………………………. 56
C. Deskriftip Data ……………………………………………… 57
1. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pada
Kelas Eksperimen Metode halaqah……………………. 57
2. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pada Kelas
Kontrol Metode Ceramah ……………………………… 58
3. Data Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Siswa ………….. ………………………………………. 58
a. Hasil Pre-test Kelas Eksperimen (halaqah) dan
Pre-test Kelas Kontrol (Ceramah)……………………. 58
b. Perkembangan hasil belajar siswa selama empat
(4) kali pertemuan sejak pemberian soal Pre-test……… 61
c. Hasil Perkembangan Kelas Eksperimen (halaqah)
dalam empat kali Pertemuan………………………….. 68
d. Hasil Post-test Kelas Eksperimen (halaqah) dan
Post-test Kelas Kontrol (Ceramah)………………… … 72
e. Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ………….…………… 72
ix
D. Pengujian Persyaratan Analisis …………………………… … 76
1. Uji Normalitas ………………………………………….. 76
2. Uji Homogenitas …………………………..…………… 77
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ……………………... ... 77
1. Uji Hipotesis Penelitian ………………………………… 78
2. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………... 79
F. Keterbatasan Penelitian …………………………………….. 79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 80
B. Implikasi ……………………………………………………... 81
C. Saran …………………………………………………………. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Instrumen SKI………………………………............. 43
Tabel 3.2 Kriteria Reabilitas Soal……………………………………………... 48
Tabel 4.1 Tingkat Kesukaran Soal…………………………………………….. 56
Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Daya Pembeda…………………………………. 57
Tabel 4.3 Nilai pre-test Kelas Eksperimen VII-A…………………………….. 59
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil pre-test Kelas Eksperimen…………….. 61
Tabel 4.5 Nilai pre-test Kelas Kontrol VII-B………………………………… 61
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil pre-test Kelas Kontrol………………… 61
Tabel 4.7 Perkembangan Hasil Belajar siswa pada pertemuan Pertama……… 61
Tabel 4.8 Perkembangan Hasil Belajar siswa pada pertemuan Ke dua………. 62
Tabel 4.9 Perkembangan Hasil Belajar siswa pada pertemuan Ke tiga …….. 64
Tabel 4.10 Perkembangan Hasil Belajar siswa pada pertemuan Ke empat…. 67
Tabel 4.11 Nilai post-test Kelas Eksperimen………………………………….. 68
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil post-test Kelas Eksperimen…………… 70
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil post-test Kelas Kontrol……………….. 72
Tabel 4.14 Keterangan Diagram Hasil Pre-test Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol………………………………………………………………… 73
Tabel 4.15 Keterangan Diagram Hasil post-test Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol………………………………………………………………... 74
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol.... 76
Table 4.17 Hasil Uji Normalitas Post-test Kelas Kontrol dan Eksperimen…. 76
Table 4.18 Hasil Uji Homogenitas Pretest…………………………………… 77
Table 4.19 Uji Homogenitas Post-test……………………………………….. 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen……………. 60
Gambar 4.2 Diagram Frekuensi Nilai Pre-Test Kelas Kontrol………………… 63
Gambar 4.3 Diagram Frekuensi Nilai Post-Test Pada kelas Eksperimen……… 64
Gambar 4.4 Diagram frekuensi nilai posttest kelas kontrol……………………. 66
Gambar 4.5 Hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas control………………… 67
Gambar 4.6 Hasil post-test kelas eksperimen dan kelas control……………….. 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala puji bagi Allah SWT yang memberikan segala nikmat Iman, Islam dan
Ihsan serta nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Dan juga yang telah
menciptakan segala sesuatu dalam bentuk yang sangat sempurna. Shalawat serta
salam kita kita tujukan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang merupakan
rahmat bagi seluruh alam. Allahlah yang menciptakan segala yang ada. Termasuk
Manusia, sejak Adam dan Hawa hingga Keturunannya-kita semua. Allah
menciptakan semua itu dengan kekuasaan-Nya yang tiada terbatas. Mengikuti
cara-cara dan mekanisme yang ditentukan-Nya sendiri. Tanpa campur tangan
kekuatan lain, selain diri-Nya, selain tangan-Nya dan selain kekuasaan-Nya.1
Ilmu menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Penekanan kepada
Ilmu dalam ajaran Islam sangat jelas terlihat dalam Al-Qur’an, Sunnah Nabi
SAW, dan ajaran semua tokoh Islam dari dulu sampai sekarang. Diantara yang
paling utama adalah Al-Qur’an Surat al-Alaq: 1-5 yang memberikan tekanan pada
pembacaan segbagai wahana penting dalam keilmuan, dan pegukuhan kedudukan
Allah SWT sebagai sumber tertinggi ilmu pengetahuan manusia.2
Sebagaimana yang dikutip oleh Ardian Husaini, Ibnu katsir menulis “dalam
ayat-ayat ini terdapat peringatan bahwasanya manusia diciptakan dari segumpal
darah. Dan diantara bentuk anugerah Allah Ta’ala adalah mengajarkan manusia
apa yang semula tidak diketahuinya. Maka kemuliaan dan keagungan manusia
terletak pada ilmu. Dan inilah kemampuan yang membuat bapak manusia, Adam
lebih istimewa kepada Malaikat”.3
Ilmu pengetahuan dapat mengarahkan cara berpikir seseorang dalam
mengambil suatu keputusan untuk bertindak, yaitu mengarahkan manusia untuk
membedakan hal-hal yang baik dan tidak baik. Pendidikan sangat penting dan
1 Agus Mustofa, Adam Tak Diusir dari Surga, ( Jakarta: Padma Press. Tahun 2007). h. 26
2 Ardian Husaini, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, (Depok: Gema Insani, Tahun
2013). h. 51
3 Ibid,. h. 51-52
2
merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Bahkan pendidikan
dapat menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang dan juga mutu pendidikan yang
baik, berkualitas dan terjamin merupakan tolak ukur majunya suatu bangsa dalam
memintarkan warga negaranya.4
Pendidikan dalam maknanya yang luas tidak hanya dibatasi oleh formalitas
dalam bentuk transfer ilmu pengetahuan dalam ruang kelas yang diakukan guru
kepada murid tetapi termanifestasi dalam beragam aktivitas, beragam metode,
beragam media. Dalam konteks ini, segala hal yang memberikan manfaat dan
makna hidup dapat dikategorikan sebagai kegiatan pendidikan. 5
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian anak yang
didik yang kuat jasmani, rohani, dan nafsani/jiwa, yakni kepribadian yang dewasa.
Sesuai dengan pengertian Pengertian Agama Islam itu sendiri yaitu bimbingan
atau pertolongan secara sadar yang dilakukan oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik kearah kedewasaan menuju
terbentuknya kepribadian Muslim.6
Bahkan secara khusus Al-Qur’an mengingatkan mendidik anak keturunan
masa depan yang kuat dan berkualitas. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
Pentingnya pendidikan dan pembelajaran agama Islam tertuang dalam firman
Allah SWT, dalam surat An-Nisa: 9
م فليتقا ا علي ية ضعافا خاف م رس ا مه خلف تشك ليخش الزيه ل
لا سذيذا ا ق ل ليق .الله
Yang artinya: “Dan hendakalah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (QS: An-Nisa:9)”.7
4 Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi, (Jakarta:Kencana Media Group. Tahun 2012). Hal 167
5 Asril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Tahun
2011). h. 26
6 Abdul Majid Khon. Op. Cit. h. 167
7 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur‟an Terjemahan, (Jakarta: Al-Huda, 2002). h. 344
3
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa umat Islam, kita hendaknya tidak
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah atau anak-anak yang
tidak mempunyai dasar pendidikan Islam, pendidikan tersebut diharapkan menjadi
bekal atau dasar seorang pribadi muslim yang taat dan bertaqwa kepada Allah
SWT.
Menurut Slameto Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Yang termasuk faktor-faktor intern adalah:
1. Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan, dan cacat tubuh.
2. Faktor psikologis meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
3. Faktor kelelahan.
Sedangkan yang termasuk faktor-faktor ekstern adalah:
1. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, dan latar belakang kebudayaan.
2. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
3. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.8
Kurikulum harus dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidkan dan pengajaran.
Merencanakan kurikulum yang baik hanya bias dilakukan apabila didasarkan pada
kebutuhan anak juga kebutuhan masyarakat. Anak harus dipandang dalam
hubungan masyarakatnya, dan membimbing anak menjadi makhluk social,
manusia yang cakap, dan warga Negara yang demokratis adalah fungsi sekolah
yang sangat penting. Manusia tidak hidup dalan vacum tanpa arti karena karena ia
8 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), Cet. V, h. 54-72.
4
adalah hasil masa lalu yang sedang menuju masa yang akan datang. Ini
mengandung arti bahwa masyarakat bersifat dinamis.9
Kompetensi Guru dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan
tugas-tugas ditempat kerja sesuain dengan standar yang ditetapkan meliputi
kemampuan profesi, sosial dan individu. Selain itu kemampuan untuk
melaksanakan tugas tersebut disesuaikan degan standar yang ditetapkan dengan
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang meliputi
kemampuan khusus, sosial dan individu.10
Tugas guru tidak hanya menyampaikan
informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih sebagai fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate or learning) kepada seluruh
peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menenangkan,
gembira, penuh semmangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat
secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi.11
Dalam menghadapi
berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh dengan
berbagai tantangan.12
Ibnu Sina sebagaimana yang telah dikutip oleh Najib Sulhan lebih memberikan
penekanan khusus sebagai kriteria guru yang baik. Menurutnya, guru yang baik
itu memiliki kompetensi atau kecakapan dalam mengajar, memiliki kepribadian
yang baik. Dengan kompetensi itu, seorang guru akan dapat mencerdaskan anak
didiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan dengan kepribadian yang baik, ia
dapat membina mental dan akhlak anak.13
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap seperti yang
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Tidak berlebihan dalam mempertahankan pendapat dan keyakinannya,
atau kurang terbuka.
9 Ismanjah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional,
Tahun ). h 118
10
Armai Arief. Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press. Tahun 2005). h. 33
11 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya tahun
2004)h. 25
12
Ibid.,h. 25-26
13 Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaring Pena Tahun 2011). h. 5
5
2. Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi aspirasi
dan perasaannya.
3. Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif,
bahkan yang sulit sekalipun.
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungannya dengan peserta
didik, seperti halnya terhadap bahan pembelajaran.
5. Dapat menerima balikan/feed back, baik yang sifatnya positif maupun
negative, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap
diri dan perilakunya.
6. Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama peroses
pembelajaran.
7. Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu
prestasi yang dicapainya.14
Untuk memahami betapa beratnya profesi guru, bahwa guru harus memiliki
keahlian ganda berupa keahlian dalam bidang pendidikan dan keahlian dalam
bidang studi yang diajarkannya, berbeda dari profesi lainnya yang hanya menuntut
satu keahlian dibidangnya.15
Berapa hal yang harus dipahami guru dari peserta
didik antara lain: kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan,
catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya disekolah. Agar
implemetasi Kurikulum 2004 berhasil memperhatikan perbedaan individual
peserta didik guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Mengurangi metode ceramah.
2. Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik.
3. Mengelompokkan peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
4. Memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran.
5. Menghubungi spesialis bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan.
6. Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dalam
laporan.
14 Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya tahun 2004)
,h. 25-26
15 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta. Tahun
2013). h. 57
6
7. Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang
sama.
8. Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja
dengan kemampuannya masing-masing pada setiap pelajaran
9. Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.16
Berdasarkan Hasil Observasi yang peneliti laksanakan di MTS Tarbiyatus
Sibyan pada tanggal 16 sampai 18 Januari 2017, diketahui bahwa Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam kurang menarik perhatian siswa, sehingga hasil belajar
Sejarah Kebudayaan Islam siswa sebagian kurang maksimal. Banyak faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa di MTS Tarbiyatus Sibyan Beberapa faktor
yang mempengaruhi dari hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa tersebut
diantaranya kemampuan berpikir siswa yang rendah. Kemampuan berpikir siswa
merupakan faktor internal siswa. Faktor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
intelegensi otak atau kemampuan kognitif siswa. Kemampuan ini bisa
ditingkatkan dengan meningkatkan proses belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
daftar nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester yang belum sesuai
dengan harapan guru dan siswa, sedangkan KKM yang ditetapkan untuk mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah 70.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa MTS Tarbiyatus Sibyan
yaitu metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar
mengajar masih monoton. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan
oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa yang
akan dipelajari dalam proses belajar mengajar di kelas. Antusias atau tidaknya
siswa dalam mengikuti pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dipengaruhi oleh
metode yang digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar tersebut.
Oleh karena itu, salah satu pembelajaran yang bisa diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode Halaqah.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi hasil belajar siswa di MTS Tarbiyatus
Sibyan adalah sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Salah satunya
16 Mulyasa, Op Cit ., h. 25-26
7
penyediaan LCD atau proyektor disetiap kelas belum ada sebagai media untuk
guru bisa menggunakan media audio visual.
Sejarah Kebudayaan Islam dianggap sulit dipahami siswa dikarenakan
kurangnya variasi guru dalam menyajikan materi sehingga bersifat monoton.
Selain itu siswa menjadi kurang berpartisipasi dalam belajar. Penerapan strategi,
model dan media pembelajaran kurang memotivasi siswa untuk belajar Sejarah
Kebudayaan Islam, sehingga suasana pembelajaran semakin membosankan dan
siswa kurang gembira dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam. Oleh karena itu,
untuk menarik minat siswa dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam, guru harus
mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif, menarik dan menyenangkan.
Berdasarkan hasil analisa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sulitnya Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran yang membutuhkan
daya ingat, dan daya ingat itu berkaitan dengan minat baca siswa.
2. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran yang berisikan cerita-
cerita dan peristiwa penting dalam perkembangan kebudayaan Islam.
Tentu banyak sekali materi yang harus dingat oleh siswsa, sedangkan
kekuatan daya ingat siswa sangat berbeda.
3. Sangat sulit mengingat tahun, bulan, tanggal bahkan hari dalam pelajaran
Sejarah Kebudayaan Siswa.
4. Tidak banyak tersedianya media pembelajaran seperti baik visual dan
audio visual .
Melihat kondisi tersebut, hendaknya guru menerapkan metode pembelajaran
yang lebih variatif dan menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar untuk meningkatkan hasilnya. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah metode halaqah Nabi Muhammad SAW bersabda:
جا لس سلم بيىما ل الله صل الله علي اقذ الليشي أن سس عه أبي
الىاس مع ا ل الله صل في المسجذ ر أقبل ثلثة وفش فأقبل اثىان ال سس
سلم ل الله صل الله علي قف عل سس احذ قال ف رب سلم الله علي
8
ا أحذما فشأ فشجة في الحلقة فجلس في ا الا خش فجلس خلفم فأم أم ا
سلم قال ألا ل الله صل الله علي ا فشغ سس با فلم ا الثالث فأدبش را أم
أم ال الله فأاي الله ا أحذم فأ ا الا خش أخبشكم عه الىفش الثلثة أم
ا الا خش فأعشض فأعشض الله عى أم فاستحيا فاستحيا الله مى
Yang artinya: “Dari Abu Waqid al-Laitsiy (al-Harits bin „Awf) r.a.
bahwasanya Rasulullah SAW pada suatu ketika duduk bersama para
sahabat di dalam masjid. Tiba-tiba datang tiga orang, dua diantaranya
menuju Rasulullah SAW dan yang seorang lagi pergi begitusaja. Kedua
orang itu berhenti di hadapan Rasulullah SAW, salah satu dari mereka
melihat tempat kosong di majelis halaqah (majelis membentuk melingkar
dari depan), yang lain duduk dibelakang mereka dan yang ketiga berpaling
pergi meninggalkan majelis tersebut. Setelah selesai majelis Rasulullah
SAW bersabda: “ maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang
tersebut? Adapun salah satu diantara mereka berlindung (mendekat)
kepada Allah, maka Allah akan memberikan tempat kepadanya. Adapun
yang kedua merasa malu, maka Allah pun menghargai malunya dan yang
lain berpaling, maka Allah akan berpaling daripadanya.” (HR. Muttafaq
Alayh)17
Metode pengajaran yang dilakukan Nabi dalam Hadist adalah halakah
(lingkaran) Jemaah berbentuk melingkar. Ternyata beberapa temuan psikolog
mutakhir menunjukkan bahwa cara ini sangat efektif kalau digunakan membahas
topik seperti kita lihat dalam konferensi-konferensi, seminar, stadion olahraga.
Sebab dengan bentuk halakah setiap peserta merasa setara dengan peserta lain dan
semua peserta dapat saling memandang tanpa adanya penghalang.18
Mengingat motivasi dan minat merupakan salah satu faktor keberhasilan
belajar maka dengan penerapan Halaqah dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam itu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam
siswa pula.
Oleh karena itulah dari latar belakang diatas, penulis melakukan penelitian mengenai
Penerapan Metode Halaqah dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
17 Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi, (Jakarta:Kencana Media Group. Tahun 2012)h. 100-
101. Liat jugaHR Bukhari; Muslim, no. 2176
18 Ibid., h. 102
9
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTS Tarbiyatus Sibyan
Kabupaten Bekasi.
Dengan demikian penulis mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk penulisan
Skripsi dengan judul Penerapan Metode Halaqah dalam Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MTS Tarbiyatus Sibyan Kabupaten Bekasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagian
besar masih rendah karena belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70.
2. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam bersifat monoton. yakni kurang bervariasi hanya terpaku
pada metode ceramah, dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
3. Tidak adanya media pembelajaran yang cukup dalam proses belajar
mengajar. Media yang tersedia hanyalah buku pegangan guru dan juga
pegangan siswa.
4. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luas dan banyaknya permasalahan. maka penelitian ini di
batasi pada masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagian
besar masih rendah karena belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70.
2. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam bersifat monoton. yakni kurang bervariasi hanya terpaku
pada metode ceramah, dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
3. Tidak adanya media pembelajaran yang cukup dalam proses belajar
mengajar. Media yang tersedia hanyalah buku pegangan guru dan juga
pegangan siswa.
10
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam?
2. Bagaimana penerapan tehnik halaqah dalam pembelajaran mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam?
3. Bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran tehnik halaqah dalam
peningkatan hasil belajar siswa di MTS Tarbiyatus Sibyan Kebupaten
Bekasi pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tentang Penerapan Halaqah dalam Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk
menganalisis pengaruh penggunaan metode halaqah terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTS Tarbiyatus Sibyan.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang
bermanfaat dalam dunia pendidikan, terutama pada metode pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat menjadi informasi awal mengenai pentingnya
penggunaan halaqah dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam.
b. Bagi Guru
1) hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam perumusan
perencanaan pembelajaran selanjutnya.
11
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan dalam rangka
perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu pembelajaran,
khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
c. Bagi Peneliti.
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah dapat dijadikan informasi
data atau informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya.
12
BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teoritik
1. Halaqah
a. Pengertian Halaqah
Halaqah atau halaqah artinya lingkaran. Kalimat halqah min al-nas
artinya kumpulan orang yang duduk (حلقة من الناس)1. Halaqah atau halaqah
dapat diartikan sebagai putaran, bulatan, lingkaran.2 Menurut istilah
halaqah diberi definisi sebagai berikut:
1) Sebagaimana yang dikutip oleh Zuhraini, Hanun Ashrohah
menyatakan bahwa “Halaqah adalah proses belajar mengajar yang
dilaksanakan murid-murid dengan melingkari guru yang
bersangkutan. Biasanya duduk dilantai serta berlangsung secara
kontinu untuk mendengarkan seorang guru membacakan dan
menerangkan kitab karangannya atau memberi komentar atas karya
orang lain”.3
2) Halaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan
yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan ramai.4
3) Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (Tarbiyah
Islamiyyah) istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk
menggambarkan sekelompok Kecil Muslim yang secara Rutin
mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta mereka dalam kelompok kecil
tersebut berkisar antara 3-12 orang.5
1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif. Tahun 1997), cet ke-14. h. 290
2 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Tahun 1996). h. 791
3 Zuhraini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara/Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam. Tahun 1997. Cet ke lima). h. 100
4 Ibid., h. 100
5 Ibid., h. 100
13
b. Gambaran Halaqah
Halaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang
didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan ramai.6 Halaqah adalah
seorang syaikh yang sambil duduk memimpin sebuah pertemuan dan
murid-murid yang duduk dilantai setengah lingkaran disekitarnya, murid-
murid itu mendengarkan dengan baik apa yang dibaca dari tulisannya
maupun komentar terhadap terhadap catatan-catatan orang lain.7
Dalam sistem pembelajaran halaqah para pelajar yang lebih tua, lebih
dewasa dan berbakat, mengambil posisi yang semakin mendekat dengan
seorang guru dan menerima perhatian yang lebih besar dari forum diskusi
dan pertemuan pribadi. Para murid menyalin kembali catatan yang telah
dibacakan oleh pembimbing dihadapan mereka, mencatat ucapan dan
komentar mereka disisi salinan manuskrip itu.8
Secara garis besar sistem pengajaran yang dilaksanakan di pesantren,
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, salah satunya yang akan dibahas
adalah Sistem Bandungan. Ini sering disebut dengan halaqah, dimana dalam
pengajian, kitab yang dioleh kiai hanya satu. Sedangkan para santri
membawa kitab yang sama., lalu santri mendengarkan dan menyimak
bacaan kiai.9
Adapun yang menjadi peserta kajian di lembaga pendidikan masjid
tersebut, menurut Fazlur Rahman adalah orang dewasa karena diberikan
kepada orang banyak, yang tujuannya terutama untuk mengajarkan tentang
Al-qur-an dan ajaran agama, bukan keterampilan baca tulis. Dari jenis
pendidikan ini tumbuh sekolah-sekolah tinggi yang muncul melalui
6 Zuhraini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara/Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam. Tahun 1997. Cet ke lima). h. 100
7 Charles Michael Stantom, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, (Jakarta: PT. Logos Publishing
House. Tahun 1994). h. 156
8 Ibid., h. 157
9 Hasbullah, Kapita selekta Pendidikan Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tahun
1996). Cet ke-1. h. 50-51
14
halaqah-halaqah (kelompok murid yang berkumpul mengelilingi seorang
guru/syaikh tertentu).10
Sebagaimana yang dikutip oleh Badaruddin, Seperti
yang dinyatakan oleh azyumardi Azra, bahwa pendidikan tinggi di dunia
Islam di mulai dari halaqah-halaqah.
”Halaqah disebut juga lingkaran studi yang ada dirumah-rumah para
ilmuan dengan berbagai bidang ilmu telah menjadi lembaga tersendiri dalam
mentransmisikan ”ilmu-ilmu non agama”. Para penuntut ilmu belajar
dengan guru senior dalam forum diskusi atau dalam pertemuan pribadi. Para
peserta didik menyalin kembali catatan yang telah yang telah dibacakan oleh
pembimbing dihadapan mereka, mencatat ucapan dan komentarnya.11
yang
berlangsung dimasjid adalah pendidikan yang unik karena memakai system
halaqah (lingkaran). Sang Syekh biasanya duduk didekat dinding atau pilar
masjid, sementara siswa duduk didepannya membentuk lingkaran, dan lutut
para peserta didik bersentuhan. Bila ditinjau lebih lanjut bahwa system
Halaqah seperti demikian adalah bentuk pendidikan yang tidak hanya
meyentuh perkembangan dimensi intelektual akan tetapi lebih menyentuh
dimensi emosional dan spiritual peserta didik.12
Adalah merupakan kebiasaan dalam halaqah bahwa siswa yang lebih
tinggi pengetahuannya duduk didekat Syekh. Siswa yang lebih rendah
pengetahuannya akan duduk lebih jauh, sementara berjuang lebih keras agar
dapat mengubah posisinya dalamkonfigurasi halaqah. Sebab dengan
sendirinya posisi dalam halaqah menjadi sangat signifikan meskipun tidak
ada batasan resmi, sebuah halaqah terdiri dari 20 orang siswa.13
Meskipun tidak terorganisir kelompok belajar yang disebut halaqah ini
sering kali menjadi formal. Pada awalnya seseorang menjadi syaikh halaqah
10
Badaruddin,. Umiarso, Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam, (Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya. Tahun 2011). Cet ke-1. Hal…..215
11
Ibid., h. 215-216 12
Ibid., h. 216
13
Ibid., h. 216.
15
secara alami dan statusnya ditentukan olah muridnya sendiri dan belakangan
seorang syaikh bisa diangkat menjadi pengurus masjid.14
c. Sejarah Penerapan Halaqah
1) Penerapan Halaqah Pada Masa Rasulullah SAW
a) Dakwah Rasulullah Saw Secara Sembunyi-Sembunyi
Setelah Surat Al-Mudatsir diturunkan, Nabi Muhammad SAW
mulai berdakwah. Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya
dengan mengajak orang-orang terdekat yang beliau kenal dan mereka
pun mengenal beliau.15
Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah
kepada keluarga dan teman dekat beliau. Mereka adalah Istrinya (Siti
Khadijah), Zaid bin Haritsah, saudara sepupunya yang masih kecil
(Ali bin Abi Thalib), dan sahabat dekat beliau (Abu Bakar). Mereka
semua langsung masuk Islam.16
Ketika jumlah pengikut Nabi Muhamamd SAW mencapai sekitar
tiga puluh orang, Nabi SAW memilih kediaman Arqam bin Abil
Arqam, yang juga telah memeluk Islam, sebagai tempat pertemuan
guna memperoleh bimbingan beliau dan juga tempat bagi mereka
yang berminat memeluk Islam untuk menyampaikan niatnya kepada
Nabi Nabi SAW.17
Rumah Al-Arqam bin Abil Arqam berada di balik
bukit Shafa.18
Nabi Muhmamad SAW juga menjadikan Rumah al-Arqam sebagai
tempat mengajarkan Al-Qur’’an kepada para sahabatnya serta
menyampaikan wahyu-wahyu yang turun kepadanya. Selanjutnya,
ketika Malaikat Jibril mengajarkan kepada beliau tata cara berwudhu
14 Badaruddin, Umiarso, Sri Minarti,op. cit. h. 216
15
Qasim. A dkk, Sejarah Islam. (Jakarta: Penerbit Zaman. Tahun 2014) cet. Ke-4. h. 26
16
Tim Diyaunna Djib, Kreatif Belajar Sejarah Kebudayan Islam. (Jakarta: Penerbit Duta.
Tahun 2015). h. 3
17
M. Quraish Shihab, Membaca Shirah Nabi Muhamad SAW. ( Tangerang: Lentera Hati.
Tahun 2011). Cet ke-1. h. 338
18 Tim Diyaunna Djib, Kreatif Belajar Sejarah Kebudayan Islam. (Jakarta: Penerbit Duta.
Tahun 2015). h. 3
16
dan shalat, para sahabat juga memfungsikan rumah ini19
sebagai
masjid. Dengan berbagai fungsi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pada masa-masa awal dakwah, rumah al-Arqam merupakan
sentra pengajaran segala sesuatu yang berkenaan dengan Islam.20
b) Masjid dan Majlis Rasulullah SAW
Secara historis, kemunculan masjid sebagai “lembaga pendidikan”
disamping fungsi utama sebagai tempt beribadah telah ada sejak masa
Rasulullah SAW. Bahkan masjid pada saat itu berfungsi sebagai pusat
kegiatan sosial dan politik umat Islam. Rasulullah SAW menjadikan
Masjid Nabawi sebagai tempat belajar mengenai urusan dunia dan
agama disamping beribadah. Situasi dimasjid menjadikannya lebih
bebas dan sesuai sebagai tempat belajar daripada dirumah, karena
dimasjid seseorang tidak perlu meminta izin untuk memasukinya.21
Rasulullah SAW bersabda:
نما ىو جا عن أب واقد الليشي أن رسول الله صلى الله عليو وسلم ب ي لس ف المسجد والناس معو اذ أق بل ثلثة ن فر فأق بل اث نان الى رسول
الله صلى الله عليو وسلم وذىب واحد قال ف وقف على رسول الله صلى ا ال ها وأم ا أحدها ف رأى ف رجة ف اللقة فجلس في الله عليو وسلم فأما ف رغ رسول الله صلى ا الثالث فأدب ر ذاىبا ف لم خر فجلس خلفهم وأم
ا أحدىم فأوى الى فر الثلثة أم الله عليو وسلم قال أل أخبكم عن الن
19
Rumah yang dimaksud adalah rumah Arqam bin Abil Arqam. Baca juga Hanafi
Muhallawi, Tempat-tempat Bersejarah dalam Kehidupan Rasulullah. ( Jakarta: Gema Insani Press.
Tahun 2005). h. 136
20 Hanafi Muhallawi, Tempat-tempat Bersejarah dalam Kehidupan Rasulullah. ( Jakarta:
Gema Insani Press. Tahun 2005). h. 136
21 Abdullah Syukri Zarkasyi. Gontor dan Pebaharuan pendidikan Pesantren. ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. Tahun 2005). h. 38-39
17
ا ال خر فاستحيا فاستحيا الله منو وأم ا ال خر فأعرض الله فأواه الله وأم فأعرض الله عنو
Yang artinya: “Dari Abu Waqid al-Laitsiy (al-Harits bin „Awf) r.a.
bahwasanya Rasulullah SAW pada suatu ketika duduk bersama para
sahabat di dalam masjid. Tiba-tiba datang tiga orang, dua diantaranya
menuju Rasulullah SAW dan yang seorang lagi pergi begitusaja. Kedua
orang itu berhenti di hadapan Rasulullah SAW, salah satu dari mereka
melihat tempat kosong di majelis halaqah (majelis membentuk
melingkar dari depan), yang lain duduk dibelakang mereka dan yang
ketiga berpaling pergi meninggalkan majelis tersebut. Setelah selesai
majelis Rasulullah SAW bersabda: “ maukah kalian aku beritahu
tentang ketiga orang tersebut? Adapun salah satu diantara mereka
berlindung (mendekat) kepada Allah, maka Allah akan memberikan
fgrtempat kepadanya. Adapun yang kedua merasa malu, maka Allah
pun menghargai malunya dan yang lain berpaling, maka Allah akan
berpaling daripadanya.” (HR. Muttafaq Alayh)22
Pada hadist tersebut mejelaskan bahwa Rasulullah mempunyai
halaqah atau majelis di Masjid Nabawi untuk menyampaikan ilmu.
Majelis Beliau berbentuk halakah, yakni majelis yang berbentuk
melingkar seperti lingkaran yang kosong tengahnya, perkembangan
bentuk majelis halakah ini ternyata sangat relevan pada era Modern
sekarang. Bentuk majelis yang berhalakah disukai banyak orang karena
sesuai dengan fitrah manusia yang mencintai berhadap hadapan dalam
berkomunikasi. Lihatlah bentuk kelas yang menerapakan active
learning, ruang siding, ruang diskusi, ruang mudzakarah, stadion
olahraga, dan lain-lain semua perkembangannya berbentuk halaqah.23
22 Abdul Majid Khon, , Hadist Tarbawi, (Jakarta:Kencana Media Group. Tahun 2012)h. 100-
101. Liat juga HR Bukhari; Muslim, no. 2176
23
Ibid., h. 101-102
18
Metode pengajaran yang dilakukan Nabi dalam Hadist adalah metode
halaqah (lingkaran) Jemaah berbentuk melingkar. Ternyata beberapa
temuan psikolog mutakhir menunjukkan bahwa cara ini sangat efektif
kalau digunakan membahas topic seperti kita lihat dalam konferensi-
konferensi, seminar, stadion olahraga. Sebab dengan bentuk halakah
setiap peserta merasa setara dengan peserta lain dan semua peserta
dapat saling memandang tanpa adanya penghalang.24
2) Penerapan Halaqah pada Masa Khulafa ar-Rasyidin
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab telah ada sejumlah tenaga
pengajar yang secara resmi telah diangkat oleh khalifah untuk mengajar
dimasjid-masjid Kufah, Basrah, dan Damaskus. Fakta ini setidaknya
mengindikasikan bahwa fungsi akademis masjid sudah berkembang pada
masa awal-awal Islam. Pada masa ini pendidikan dimasjid terbatas pada Al-
Qur’am dan Hadis. Namun perkembangan selanjutnya memberagam
mencakup Tafsir, Fiqh, Kalam, Bahasa Arab, Sastra, Astronomi dan Ilmu
Kedokteran. 25
3) Penerapan Halaqah Pada Masa Daulah Bani Abbasiyyah
Dimasa Kekhilafahan Abbasiyyah di Baghdad tersebar majlis-majlis
ta’lim yang diadakan dirumah-rumah, gedung-gedung pemerintahan,
masjid-masjid yang diisi oleh para ulama yang senantiasa mendiskusikan
ilmu pengetahuan. Bahkan Khalifah dan dan pejabat tinggi Negara
senantiasa mengadakan dan hadir dalam kegiatan-kegiatan tersebut.26
Pada Masa Bani Abbas dan perkembangan kebudayaan Islam, Masjid-
masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya diperlengkapi
dengan berbagai maacam sarana dan fasilitas untuk pendidikan. Tempat
24
Abdul Majid Khon, , Hadist Tarbawi, (Jakarta:Kencana Media Group. Tahun 2012) h. 102
25
Abdullah Syukri Zarkasyi. Gontor dan Pebaharuan pendidikan Pesantren. ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. Tahun 2005). h. 39-40 26
Abdurrhaman al-Baghdadi, Sistem Pendidikan Islam di Masa Khilafah Islam. ( Bangil: al-
Izzah. Tahun 1996). h. 75
19
pendidikan kelompok-kelompok, tempat berdiskusi dan bermunazarah
dalam berbagai ilmun pengetahuan. Dan juga dilengkapi perpustakaan
dengan berbagai buku-buku dari berbagai macam ilmu pengetahuan yang
cukup banyak.27
Pada permulaan masa Daulah Bani Abbasiyyah dimana Ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam sudah tumbuh, berkembang dan dan
diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
maka berdirilah took-toko kitab. Dengan demikian took kitab tersebut telah
berkembang fungsinya bukan hanya saja sebagai tempat berjual beli kitab-
kitab saja, tetapi juga tempat berkumpulnya para Ulama, pujangga, dan ahli
pengetahuan lainnya, untuk berdiskusi, berdebat, dan bertukar pikiran dalam
berbagai masalah ilmiah.28
4) Penerapan Halaqah/Bandungan Di Pesantren
adapun halaqah yang berasal dari bahasa Arab yang berarti lingkaran-
adalah metode kolektif. Dalam metode ini dasarnya adalah metode kuliah,
para santri duduk melingkar mengelilingi kiainya yang sedang memberikan
pengajaran.29
Halaqah adalah “kerumunan para pendengar yang duduk
memutar mengelilingi seorang guru pada sebuah masjid. Istilah ini pada
umumnya dipahami sebagai para sahabat yang hadir dalam pengajaran Nabi
Muhammad SAW. Kata halaqah juga sering diartikan sebagai kumpulan
penonton yang sedang menyaksikan pertunjukan atau sedang mendengarkan
pembawa cerita.30
Secara garis besar sistem pengajaran yang dilaksanakan di pesantren,
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, salah satunya yang akan dibahas
adalah Sistem Bandungan. Ini sering disebut dengan halaqah, dimana dalam
27 Zuhraini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara/Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam. Tahun 1997. Cet ke lima). h. 98
28 Ibid., h. 94-95
29
Disusun oleh Tim Penulis IAIN SYARIF HIDAYATULLAH/ Harun Nasution (Jakarta:
Djambatan tahun 1992). Hal 290-291
30
Cryil Glasse/ Huston Smith Ensiklopedia Islam Ringkas (Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.
Tahun 1996). h 123
20
pengajian, kitab yang dioleh kiai hanya satu. Sedangkan para santri
membawa kitab yang sama., lalu santri mendengarkan dan menyimak
bacaan kiai.
Adapun penerapan dan gambaran sistem penerapan Halaqah-Bandungan
di Pesantren yaitu:
1) Teknik Pembelajaran
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, Kiai atau Ustadz
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Santri yang mengikuti kegiatan pembelajaran adalah santri yang
sudah bisa membaca.
b) Penentuan mata pelajaran, kitab, bab, bagian dan topic yang
dipelajari disesuaikan dengan urutan dan jadwal yang telah
ditentukan serta tetap memperhatikan tingkat kemampuan santri.
c) Walaupun yang lebih aktif dalam pembelajaran adalah kyai atau
ustadz, tetapi santri juga dilibatkan dengan berbagai macam cara,
seperti Tanya jawab dan lain sebagainya.
d) Untuk membantu pemahaman santri, kyai atau ustadz dapat
mempergunakan alat peraga, alat bantu, atau media pengajaran
seperti, papan tulis, pengeras suara, peta dan lainnya.31
2) Tahap Persiapan
Sebelum pelajaran berjalan kyai atau ustadz mempersiapkan hal
yang diperlukan sesuai dengan pemilihan metode pembelajaran,
yaitu:
a) Memiliki gambaran mengenai tingkat kemempuan santri guna
menyesuaikan dengan bahasa dan penjelasan yang akan
disampaikan.
b) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari kitab, dan tujuan padaa
setiap pertemuan.
31
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, ( Tangerang: Media Nusantara. Tahun
2006). Cet ke-1. h. 61-62
21
c) Menetapkan waktu untuk pembacaan dan penjelasan, memberikan
kesempatan kepada santri bertanya, dan waktu untuk evaluasi pada
setiap kali pertemuan.
d) Mempersiapkan alat bantu atau alat peraga yang diperlukan.
e) Mempersiapkan catatan-catatan khusus tentang batas-batas materi
yang akan disajikannya dan tentang penilaian kepada santri.
f) Mempersiapkan bahan yang dapat digunakan untuk perluasan
pembahasan atau penambahan wawasan santri.
g) Melakukan persiapan fisik yang memadai. 32
3) Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran bandongan
mengikuti langkah-langkah berikut:
a) Kyai atau ustadz menciptakan situasi yang baik dengan santri.
b) Memperhatikan situasi dan kondisi serta sikap santri apakah sudah
siap untuk belajar atau belum.
c) Kyai atau ustadz dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
penjelasan dan keterangan-keterangan atau dengan menunjuk santri
secara bergiliran untuk membaca dan menerangkan suatu teks
tertentu. Disini kyai atau ustadz berperan sebagai pembimbing yang
membetulkan kesalahan dan menjelaskan bila ada hal-hal yang
dipandang santri sebagai sesuatun yang sulit untuk dipahami.
d) Setelah menyelesaikan penjelasan pada batasan tertentu, kyai atau
ustadz memberi kesempatan kepada santri untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas. Kyai atau ustadz dapat memberikan jawaban
langsung, atau dapat juga memberi kesempatan terlebih dahulu
kepada santri yang lain untuk menjawabnya.
32 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, ( Tangerang: Media Nusantara. Tahun
2006). Cet ke-1. h. 62-63
22
e) Sebagai penutup, kyai atau ustadz menyebutkan kesimpulan-
kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan pembelajaran yang
telah berlangsung.33
Terkait dengan bentuk lingkaran dalam kegiatan pembelajaran
dengan metode bandongan, itu bersifat variatif. Ada yang membentuk
lingkaran penuh seperti huruf O, membentuk setengah lingkaran
seperti huruf U, atau berjejer lurus dan berbanjar ke belakang
menghadap berlawanan arah dengan dengan kyai atau ustadz. Dari
beragam bentuk ini yang tetap adalah posisi santri dengan duduk
bersila mengelilingi kyai ayau ustadz.34
4) Evaluasi
Untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan metode
bandongan dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu: Pertama, pada
setiap tatap muka atau pada tatap muka tertentu; Kedua, pada saat
telah dikhatamkannya pengkajian sebuah kitab. Dalam kaitan ini,
kyai atau ustadz menilai berbagai aspek yang ada pada santri, baik
aspek penguasaan materi pada kitab, prilaku yang mesti ditunjukkan
dari pengkajian materi kitab, ataupun keterampilan/praktiktertentu
yang diajarkan dalam kitab.
a) Aspek pengetahuan (kognitif) dilakukan dengan menilai
kemampuan santri dalam membaca, dan menjelaskan materi kitab.
b) Aspek sikap (afektif) dapat dilihat dari sikap dan kepribadian
santri dalam kehidupan keseharian.
c) Aspek keterampilan (skill) yang dikuasai oleh para santri dapat
dilihat melalui praktik kehidupan sehari-hari dalam bidang ibada,
33
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, ( Tangerang: Media Nusantara.
Tahun 2006). Cet ke-1. h. 63-64
34
Ibid,. h. 63
23
Akhlakul karimah dan praktik kegiatan keterampilan bermata
pencaharian.35
Untuk lebih memudahkan kegiatan penilaian, kyai atau ustadz
membuat catan- catatan khusus atau perhatian khusus sehingga santri
menuntut ilmu secara bersungguh-sungguh karena merasa diawasi dan
dimonitor perkembangaan kemampuannya.36
B. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Belajar merupakan berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu.37
Menurut pengertian psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku.38
Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang
berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar.39
Menurut psikologi pengajaran, belajar merupakan proses perubahan dari
belum mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi dalam
waktu tertentu.40
Menurut Brown sebagaimana yang dikutip oleh M. Thobroni merinci
karakteristik pembelajaran sebagai berikut:
1) Belajar adalah menguasai atau memperoleh.
2) Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
3) Proses mengingat-ingat melibatkan system penyimpanan, memori,
dan organisai kognitif.
35 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, ( Tangerang: Media Nusantara. Tahun
2006). Cet ke-1h. 64-65
36
Ibid., h. 65
37
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, Tahun 2008), cet ke-8. h. 23
38 Slameto, belajar dan factor-faktor mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tahun
2010).. hal . 2
39
Mulyono Abdurrohman, Anak Berkesulitan Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012). h.
19
40 W.S Winkell, Psikologi Pengajaran, (Jakarta:PT Gramedia, 1989). Hal.34
24
4) Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut
peristiwa-peristiwa di luar serta didalam organisme.
5) Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.
6) Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang
di topang dengan imbalan dan hokum.
7) Belajar adalah suatu perubahan prilaku.41
Menurut Slameto menyatakan bahwa:
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperolehsuatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan”.42
Menurut Gagne, Berliner dan Hilgard sebagaimana yang dikutip oleh
Slameto menyatakan bahwa“ belajar adalah suatu proses perubahan
prilaku yang muncul karena pengalaman.43
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disebutkan diatas, menurut
Slameto dapat disimpulkan bahwa:
pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang
dan menyebabkan adanya prubahan prilaku yang disadari dan
cenderung bersifat tetap.44
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa, perubahan
tingkah laku karena adanya pengalaman dan latihan-latihan. Perubahan
tingkah laku tersebut berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap,
pengetahuan, pemahaman, dan apersepsi.
b. Ciri-ciri Belajar
Terdapat ciri-ciri dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:
1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu
perkembangan tertentu.
41 Muhammad Thobroni, Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011). H 18-19
42
Slameto, belajar dan factor-faktor mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tahun
2010). h. 7
43
Ibid,. h. 7
44
Thobroni, Arif Mustofa, op. cit. h. 21
25
2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah metode dan teknik
yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik, adanya aktivitas
anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegitan
belajar mengajar.
4) Aktor guru yang cermat dan tepat.
5) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi
masing-masing.
6) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.45
c. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Slameto prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
intruksional.
b) Belajar harus menimbulkan renforcement dan motivasi yang kuat
untuk mencapai tujuan intruksional.
c) Belajar perlu lingkunngan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif
d) Belajar perlu adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery.
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan
respose yang diharapkan.
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
45 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007).hal 11.
26
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
2) Repetisi, dalam proses belajar perlu berulang kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.46
Menurut Nanang Hanafiah, dan Cucu Suhana, menjelaskan bahwa,
belajar sebagai kegiatan sistematis dan kontinu memiliki prinsip-prinsip
sebagai berikut:Belajar berlangsung seumur hidup
a) Belajar adalah kompleks, tetapi terorganisir
b) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
c) Belajar dari yang factual menuju konseptual
d) Belajar dari yang kongkret menuju abstrak
e) Belajar merupakan bagian dari perkembangan
f) Keberhasilan belajar diperoleh oleh factor bawaan.
g) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
h) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
i) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
j) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang
tinggi.
k) Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang
lain.47
d. Pengertian Hasil Belajar
Dalam buku Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu
yang diadakan. hasil merupakan akibat, kesudahan, pendapatan, perolehan,
buah. 48
Menurut Suprijono sebagaimana yang dikutip oleh Ananda Santoso,
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk kepada pemikiran Gagne
sebagaimana yang dikutip oleh M. Thobroni, hasil belajar berupa hal-hal
berikut:
46 Slameto, belajar dan factor-faktor mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tahun
2010).. h. 27-28
47 Nanang Hanafiah, dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2009). h. 18-19
48 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, Tahun 2008), cet ke-8. h. 23 lihat juga Ananda Santoso, A.R.AL Hanif, Kamus
Lengkap bahasa Indonesia, (Jakarta: Alumni). h. 172
27
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah
maupun penetapan aturan.
2) Keterampilan intelaktual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari keterampilan
kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis sintetis, fakta
konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelaktual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif
bersifat khas.
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep
dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
meninternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku49
.
Menurut Romiszowski sebagaimana yang dikutip oleh Mulyono
Abdurrahman, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah
terjadi, dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam saja
yaitu pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan terdiri dari empat
kategori, yaitu:
a. Pengetahuan tentang fakta.
b. Pengetahuan tentang prosedur.
49
Muhammad Thobroni, Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011). h. 22-23
28
c. Pengetahuan tentang konsep.
d. Pengetahuan tentang prinsip
Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu:
a. Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif.
b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik.
c. Kemampuan bereaksi atau bersikap, dan
d. Keterampilan berinteraksi.50
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
1. Faktor Intern
a. Faktor jasmaniah
1) Faktor kesehatan
Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing mengantuk jika badannya lemah kurang darah
ataupun ada gangguan-gangguan kelainan-kelainan fungsi alat
inderanya serta tubuhnya.
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurag baik atau
kurang sempurnanya mengenai tubuh/badan.
b. Faktor Psikologis
a) Inteligensi
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat
inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang memiliki
tingkat inteligensi rendah.
b) Perhatian
50
Mulyono Abdurrohman, Anak Berkesulitan Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012).
h. 26-27
29
Untuk mendapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah
kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya.
d) Motif
Dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak atau pendorongnya.
e) Bakat
Bakat itu mempengruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih
giat lagi dalam belajarnya itu.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak
melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu
diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau
bereaksi.51
c. Faktor Kelelahan
51
Slameto, belajar dan factor-faktor mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tahun 2010).. h. . 54-58
30
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang.52
2. Faktor Ekstern
a. Faktor keluarga
1) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anaknya. Hal ini jelas oleh Sutjipto Wirowidjojo
sebagaimana yang telah dikutip oleh Slameto, dengan
pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertma dan utama.
2) Suasana Rumah
Suasana juga merupakan faktor yang penting yang tidak
termasuk faktor yang disengaja. Suasana yang gaduh/ramai dan
semerawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang
belajar.
3) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan
lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, alat penerangan, alat tulis-menulis, buku-
buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya terpenuhi jika
keluarga mempunyai cukup uang.
4) Latar belakang Kebudayaan
52
Ibid., h. 59
31
Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak
untuk belajar.53
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.54
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya
siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan dalam
tahap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagia
dalam kegiatan masyarakat terlalu banyak, misalnya berorganisasi,
kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan
terganggu, lebih-lebih tidak bijaksana dalam mengatur
waktunya.55
B. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Berbicara tentang pendidikan agama Islam tidak ubahnya ketika
berbicara tentang pendidikan secara umum, yakin adanya proses transfer
nilai dan pengetahuan. Hanya saja pendidikan agama Islam mendasarkan
pendidikanya pada konsep-konsep dasar agama Islam dan bertujuan untuk
53 Slameto, belajar dan factor-faktor mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tahun
2010).. h. 60-64
54 Ibid., h. 64
55
Slameto, belajar dan factor-faktor mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tahun
2010).. h. 69-70
32
membentuk karakteristik manusia lebih bersifat islami. Hal ini sejalan
dengan apa yang ditetapkan oleh Ahmad D. Marimba bahwa Pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani, rohoni berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam. Dalam arti menciptakan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama
Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islma
dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.56
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk menegenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya, yaitu kitab suci Al-Quran dan
Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, serta
penggunaan pengalaman.57
Istilah Pendidikan Agama Islam berarti “upaya membimbing,
mengarahkan, membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan
terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama dengan nilai-nilai
ajaran Islam”58
.
Menurut A. Tafsir sebagaimana yang telah dikutip oleh Abul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam adalah “bimbingan yang diberikan
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam”.59
HAMKA sebagaimana yang telah dikutip oleh Samsul Nizar,
berpendapat bahwa pendidikan agama Islam adalah “serangkaian upaya
yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi akhlak,
dan kepribadian peserta didik, sehingga ia tahu membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk”.60
56 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’rifat, 1962),
h.23
57
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2012), Cet. 2, h. 250
58 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 340
59
Abul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agma Islam berbasis Kompetensi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet 3, h. 130
60
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 11
33
Muhaimin sebagaimana yang telah dikutip oleh m Abul Majid dan Dian
Andayani, menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah “sistem
pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat
untuk mengejewantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam kegiatan
pendidikannya”.61
Mengenai pengertian pendidikan Islam menyatakan bahwa:
proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, ususlan) oleh subyek didik
terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, keamanan, intuisi, dan
sebagainya) dan raga obyek didik dengan materi-materi tertentu, dan dengan
alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai
evaluasi sesuai dengan ajaran islam”.
Dari beberapa paparan diatas, jika diamati secara cermat, maka dapat
diambil suatu pemahaman tentang pendidikan Islam yang memandang
bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi (fitrah) untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik yang
dikaruniai Tuhan. Dengan berbagai potensi semacam itu, manusia dapat
menyempurnakan kemanusiannya sehingga menjadi pribadi yang dekat
dengan Tuhan.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Armai Arief
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:
a. Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
b. Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagian hidup, baik
di dunia maupun di akhirat.62
Menurut. Hasan Langgulung Sebagaimana yang telah dikutip oleh
Armai Arief, tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan agama Islam,
yaitu:
61 Abul Majid dan Dian Andayani, Op Cit,. h.132
62
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 26
34
a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan
tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini
berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat itu sendiri.
b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan
kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan
hidup masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai
keutuhan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik
yang pada akhirnya akan kesudahan dengan kehancuran masyarakat
itu sendiri.63
Dari beberapa pendapat diatas mengenai tujuan pendidikan Islam,
dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam, Sehingga menjadi manusia muslim yang
berkembang.
Sementara itu penulis menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama
Islam adalah menanamkan, menumbuhkan serta meningkatkan keimanan
dan keislaman melalui pemberian pengetahuan, penghayatan, serta
pemberian pengalaman mengenai agama Islam.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Di dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, menjelaskan
beberapa fungsi dari Pendidikan Agama Islam:
a. Pengembangan; yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan
lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajran dan
63 Ibid, 71
35
pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai; sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental; yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Perbaikan; yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan; yaitu untuk menangkal hal-hal negative dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran; yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan non nyata) system dan fungsional
g. Penyaluran; yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan bagi
orang lain.64
Jadi pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai peneneman,
pengajaran penyesuaian mental dan Pengembangan dalam meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT, yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga, serta perbaikan dan pencegahan
untuk menangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari budaya
lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya, dan juga sebagai
Penyaluran untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di
bidang Agama Islam.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini membahas mengenai Penerapan Metode Halaqah Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MTS Tarbiyatus Sibyan Kabupaten Bekasi. dan berdasarkan hasil
64 Abul Majid dan Dian Andayani, Op.Cit. h. 134-135.
36
kajian pustaka yang dilakukan peneliti didapatkan hasil penelitian yang relevan
dengan beberapa guru di beberapa sekolah yang menerapkan metode halaqah
yaitu yang dilakukan oleh:
1. Lu’lu Shohibah
Lu’lu Shohibah dalam Skripsinya yang berjudul Penerapan Metode
Halaqah dalam pembelajaran Fiqh di Pondok Pesantren Ell-Firdaus Tambak
Sari Cilacap. Program Studi Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto Tahun 2014. Menyimpulkan bahwa
dengan metode halaqah kegiatan belajar mengajar jadi lebih efisien, siswa
pun lebih terpantau, “siswa juga lebih termotivasi”.
2. Zulfikri
Zulfikri dalam Skripsinya yang berjudul Penarapan Metode Halaqah
dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantran Nurul Huda Al-
Islami Pekanbaru. Program Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Tahun 2012. Zulfikri menyimpulkan bahwa penerapan metode halaqah
dalam pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren al-Huda sangat
cocok diterapkan. Karena kebanyakan pembelajaran kitab kuning di
pesantren menggunakan metode halaqah.
3. Didi Sumardi
Didi Sumardi dalam Skripsinya yang berjudul Implemenrasi Penerapan
Metode Halaqah dalam Pembelajaran PAI di SMAN 11 Surabaya Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Surabaya tahun 2010 , menyimpulkan bahwa“ metode
halaqah yang saya terapkan di SMAN 11 Surabaya, SMP 3 Cikarang Utara
dan di SDIT El-Hurriyah sangat simple diterapkan, selain siswa lebih
terfokus pada kegiatan belajar-mengajar, interaksi antara guru dengan siswa
terhubung dengan baik.
37
Persamaan antara Penelitian dan penulisan Skripsi yang dilakukan dengan
beberapa Skripsi diatas diantaranya:
a. Terdapat persamaan penggunaan metode dalam penelitian ini dengan skripsi
yang telah ditulis oleh Lu’lu’ Shohibah, Zulfikri dan Didi Sumardi. Yakni
penggunaan metode halaqah dalam proses pembelajaran.
b. Persamaan yang signifikan antara skripsi ini dengan Skripsi Zulfikri adalah
memposisikan peserta didik dalam lingkaran besar. Sedangkan perbedaanya
terletak pada mata pelajaran. Dalam skripsinya halaqah diterapkan pada
pembelajaran Kitab Kuning, sedangkan dalam penulisan Skripsi ini halaqah
diterapkan pada pelajaran SKI
c. Perbedaan antara penulisan Skripsi ini dengan Skripsi Lu’lu Shohibah
adalah pada mata pelajaran. Lu’lu’ Shohibah menggunakan metode halaqah
pada mata pelajaran Fiqh. Sedangkan dalam penulisan Skripsi ini palajaran
yang diajarkan menggunakan metode halaqah adalah pelajaran SKI.
d. Perbedaan lainnya antara penelitian penulisan skripsi ini dengan skripsi
Lu’lu Shohibah, Zulfikri dan Didi Sumardi adalah dalam penerapan metode
halaqah dalam penelitian ini adalah penggunaan alat bantu seperti media
gambar atau media visual dan media audio visual.
D. Kerangka Berfikir
Upaya meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam. Proses pembelajaran harus bisa mengupayakan siswa untuk berfikir kreatif,
aktif, mampu memecahkan permasalahan dan memungkinkan siswa untuk
mengorganisasikan belajarnya sendiri, sehingga pada akhirnya siswa dapat
memahami konsep Sejarah Kebudayaan Islam secara benar dan utuh, serta dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pengajaran di kelas, cara seorang guru menyampaikan materi
pelajaran sangat mempengaruhi proses pengajaran tersebut. Untuk itu guru
dituntut kreatif dan inofatif agar tercipta suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu metode
38
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana tersebut adalah metode halaqah.
Dalam pembelajaran ini siswa belajar bersama-sama dalam kelompok kecil dan
saling membantu satu sama lain aktif untuk mengemukakan pendapat dan
mengembangkan pemikirannya.
Metode pembelajaran halaqah yang diterapkan, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa secara aktif dan efektif. Karena pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa kelebihan dalam mengembangkan potensi siswa,
seperti terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan
semangat kerja kelompok, serta memupuk komunikasi yang efektif dan kompetisi
yang sehat antara anggota kelompok. Atas dasar inilah metode halaqah diajukan
sebagai permasalahan penelitian untuk diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran
dengan tujuan kejenuhan siswa dalam belajar ke arah pembelajaran yang interaktif
dan menyenangkan. Di mana siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar,
tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran. Dengan
demikian siswa dapat terdorong minat dan motivasinya untuk belajar yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan tujuan pembelajaran akan
tercapai.
Sedangkan pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol adalah metode
ceramah. Metode ini seakan menjadi favorit guru-guru di sekolah dalam proses
belajar mengajar. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bukan hanya
mempelajari konsep-konsep semata yang mengharuskan siswa untuk
mendengarkan dan melihat keterangan guru di papan tulis selama 40 menit atau
bahkan 80 menit.
Dari sini kita dapat mengetahui adanya perbandingan antara metode halaqah
pada kelas eksperimen dengan metode ceramah pada kelas kontrol, antara lain:
1. Terjadinya interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
2. Suasana pembelajaran lebih efektif.
3. Metode halaqah lebih mendorong motivasi belajar siswa yang
berdampak pada hasil belajar siswa.
39
Setelah mengkaji teori-teori metode halaqah dan hasil belajar serta
keterkaitan teoritis keduanya, peneliti berasumsi bahwa “diduga terdapat
perbedaan hasil belajar antara pembelajaran yang menggunakan metode
halaqah dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”.
E. Hipotesis tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap suatu masalah sampai
terbukti kebenarannya oleh data atau fakta yang dikumpulkan dari lapangan.65
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa hipotesis merupakan pernyataan
atau jawaban sementara yang kebenarannya belum dapat dipastikan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Maka hipotesis yang didapat dari penelitian yaitu
adanya pengaruh penggunaan metode halaqah terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaranSejarah Kebudayaan Islam di MTS Tarbiyatus Sibyan di Sukatani
Bekasi.
65 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), h. 71.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran
2016-2017, yaitu dimulai dari Selasa, 12 Januari 2017 sampai dengan Selasa, 22
Maret 2017. sedangkan untuk tempat penelitian yaitu Madrasah Tsanawiyah
(MTS) Tarbiyatus Sibyan yang beralamat di Jl. Pilar Utama, Desa Sukaraya,
Kecamatan Sukatani. Kabupten Bekasi.
B. Metode dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam peneliatian ini adalah jenis penelitian
Kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen. Metode ini
dilaksanakan dengan memberikan perlakuan kepada subyek penelitian kemudian
memberikan tes pada subyek penelitian. Desain ini mempunyai kelompok kontrol
tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Desain penellitian yang digunakan adalah salah satu kelompok eksperimen
dengan pre-test dan post test (pretest-postest control group design). Pada desain
ini, menggunakan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen mendapatkan pre-test, perlakuan (treatment) dengan
pembelajaran dan setelah itu diberi pos test. Kelompok kontrol diberikan pre-test,
perlakuan (treatment) dengan pembelajaran yang berbeda dengan kelas
eksperimen dan setelah itu diberi post test.
Desain penelitian pre-test dan post test control group design
Keterangan:
: pre-test (tes hasil belajar sebelum mendapat perlakuan)
: post test (tes hasil belajar sesudah mendapat perlakuan)
: treatment (perlakuan) pada kelas eksperimen yaitu penggunaan metode
Halaqah dalam proses pembelajaran
: treatment (perlakuan) pada kelas kontrol yaitu menggunakan metode
ceramah dalam proses pembelajaran
41
C. Populasi dan Pengambilan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi juga dibedakan antara
populasi target dengan populasi terukur atau “accessible population”.1
Populasi seluruh siswa MTS Tarbiyatus Sibyan yang berjumlah 188 anak.
Dengan komposisi data penelitian ini adalah 109 anak laki-laki dan 79 anak
perempuan, sedangkan populasi terukurnya adalah siswa MTS Tarbiyatus Sibyan
Kelas VII A yang berjumlah 30 siswa , terdiri dari 17 anak laki-laki dan 13 anak
perempuan. Kelas VII B terdiri dari 30 Siswa yang terdiri dari 19 anak laki-laki
dan 11 anak perempuan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk pengambilan sampel penelitian ini ditentukan dengan
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan dengan
tujuan penelitian.2 Dan yang menjadi sampel untuk kelas kontrol adalah kelas VII
A yang berjumlah 30 siswa , terdiri dari 11 anak laki-laki dan 19 anak perempuan
dan kelas eksperimen adalah kelas Kelas VII B terdiri dari 30 Siswa yang terdiri
dari 12 anak laki-laki dan 17 anak perempuan.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya.3
Ada dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel metode
Halaqah sebagai variabel bebas yang dilambangkan dengan (X) dan variabel hasil
belajar siswa sebagai variabel terikat yang dilambangkan dengan (Y).
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), cet VII,h. 251
2 Ibid., h.254
3 Ibid., h.254
42
berikut ini table variabel beserta lambangnya:
-
Keterangan:
: metode halaqah
: Hasil belajar siswa
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pemberian Tes
Tes diberikan pada kedua kelompok sampel dengan pemberian tes yang
sama, yang dilakukan pada awal (pre-test) dan akhir (post test) pokok
bahasan materi yang telah dipelajari dan disusun berdasarkan silabus.
Bentuk soal dapat berupa pilihan ganda dan uraian yang memuat aspek-
aspek kemampuan siswa. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda. Untuk
mengetahui kualitas pelaksanaan metode digunakan teknik observasi.
2. Wawancara
Wawancara digunakan untuk menambah dan melengkapi data penelitian.
.Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terbuka, yaitu wawancara yang dilakukan peneliti yang tidak dibatasi
jawabannya. Artinya pertanyaan yang mengundang jawaban terbuka4
Berikut yang menjadi sumber informasi wawacara dalam penelitian ini
adalah:
a. Siswa
Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan metode halaqah pada mata pelajaran Sejarah Kebudyaan
Islam.
b. Guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudaayaan Islam.
4. Ezmir Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: P.T Grafindo Raja Persada. Tahun 2011
43
Wawancara dilakukan untuk mengetahui komentar mengenai
penerapan metode halaqah pada mata pelajaran Sejarah Kebudyaan
Islam.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Sejarah
Kebudayaan Islam. Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pemahaman materi peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Bentuk tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes obyektif yang berupa pilihan ganda. Masing-masing item
pada soal pilihan ganda terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan satu jawaban yang
benar. Soal yang digunakan dalam penelitian berjumlah 30 soal.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrument penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsep berdasarkan kurikulum satuan pendidikan untuk tingkat
MTS.
2. Membuat soal-soal instrument sesuai dengan kisi-kisi instrument.
3. Melaksanakan uji coba Instrumen penelitian.
4. Analisis validitas dan reabilitas.
5. Melakukan wawancara secara acak kepada siswa mengenai penerapan
metode Halaqah pada mata pelajaran SKI di MTS Tarbiyatus Sibyan.
Tes hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam. diberikan setelah seluruh peserta
didik mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam. menggunakan metode
halaqah dengan kisi-kisi tes terlampir.
G. Uji Penilaian Instrumen
Sebelum diberikan kepada subyek penelitian, soal terlebih dahulu diujicobakan
pada peserta didik kelas MTS Tarbiyatus Sibyan Uji coba ini bertujuan untuk
mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan seperti validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya beda.
44
1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata valid yang artinya cocok atau sah, atau benar.5
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti.6 Untuk mengetahui
setiap item soal memiliki validitas yang baik, maka setiap item dihitung
validitasnya. Untuk mengukur validitas tes obyektif dalam pilihan ganda,
yaitu dengan menggunakan rumus korelasi poin biseral:7
=
√
= Angka indeks korelasi poin biseral
= Mean (Nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai pada mata
pelajaran SKI oleh peserta tes (testee) yang menjawab betul, yang
sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
= Deviasi standar total (Deviasi standar dari skor total).
= Proporsi siswa yang menjawab benar
= Proporsi siswa yang menjawab salah
Adapun criteria pengujiannya ialah:
Antara 0,800 samSKI dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 samSKI dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,200 samSKI dengan 0,400 : rendah
Antara 0,00 samSKI dengan 0,200 : sangat rendah8
5 Harianto dan Ismet Basuki, Asesmen Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
cet I, h. 23.
6 Sugiyono, Op. cit., h.267.
7 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014),
XXIII h. 258.
8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h.89
45
2. Uji Reliabilitas
Untuk memperoleh data yang dipercaya, instrument penelitian yang
digunakan harus reliabel. Reliabilitas adalah instrument cukup dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena data tersebut sudah
baik. Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah rumus K-R 20
sebagai berikut:
=
Keterangan:
= Reliabilitas soal secara keseluruhan (reliabilitas instrumen)
= Banyaknya butiran pertanyaan
= Varians total
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butiran pertanyaan
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butiran pertanyaan
Adapun criteria pengujiannya adalah:9
Tabel 3.2
Kriteria Reabilitas Soal
Reabilitas Kriteria
0,90-1,00 Sangat tinggi
0,70-0,90 Tinggi
0,40-0,70 Sedang
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
3. Uji Taraf Kesukaran Soal
Untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah,
sedang, atau sukar, maka digunakan rumus sebagai berikut:10
9 Sugiyono, op.cit., h.102
10
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 223
46
P =
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : Jumlah skor maksimal siswa yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria indeks tingkat kesulitan adalah sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 samSKI 0,30 adalah sukar
Soal dengan P 0,31 samSKI 0,70 adalah sedang
Soal dengan P 0,71 samSKI 1,00 adalah mudah
4. Daya Pembeda
Menurut Suharsimi daya pembeda soal adalah “kemampuan soal untuk
membedakan antara peserta didik yang berkemampuan rendah dan peserta
didik yang berkemampuan tinggi”. Rumus yang digunakan untuk daya
pembeda adalah:11
=
D : Daya pembeda
: jumlah skor maksimal kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
: Jumlah skor maksimal kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
: jumlah skor maksimal kelompok atas
: Jumlah skor maksimal kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda:
D : 0,00 ˂ D ≤ 0,020 = jelek (poor)
D : 0,20 ˂ D ≤ 0,040 = cukup (satisfactory)
D : 0,40 ˂ D ≤ 0,070 = baik (good)
D : 0,70 ˂ D ≤ 1,00 = baik sekali (excellent)
11 Ibid, h. 226
47
H. Teknik Analisis data
Setelah data terkumpul, data dianalisa dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
yaitu uji kai kuadrat (chi square). Adapun prosedur pengujian adalah
sebagai berikut:
a. Perumusan hipotesis
b. Menentukan rata-rata
c. Menentukan standar deviasi
d. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi
1) Rumus Banyak Kelas
1 + 3,3 log (n), dengan n adalah banyaknya kelas
2) Rentang (R)= skor terbesar – skor terkecil
3) Panjang kelas (P) =
4) Cari hitung dengan menggunakan rumus:
12
∑( )
Keterangan:
: Harga kai kuadrat (chi square)
: Frekuensi observasi
: Frekuensi ekspektasi
5) Cari dengan derajat kebebasan (dk) = banyak kelas (K) –
3 dan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi (ɑ) = 5%
6) Kriteria pengujian:
Jika ≤ , maka diterima.
Jika ≤ , maka ditolak dan diterima.
12 Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama,
2010), h. 190
48
2. Uji Homogenitas
Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi
dengan varians yang homogen.13
Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji Fhiser, menurut Sugiyono rumus uji Fhiser adalah sebagai
berikut:
;
Keterangan:
= Homogenitas.
= Varians terbesar.
= Varians terkecil.14
Langkah-langkah pengujian homogenitas adalah sebagai berikut:
a. Mencari statistik hitung
b. Mencari statistik table
c. Membandingkan statistik hitung dengan statistik table
Jika ˂ : maka diterima
Jika ˃ : maka diterima
Hipotesis uji homogenitas:
= kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen
= kedua kelompok tidak berasal dari populasi yang homogen
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan
uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan uji t. Rumus uji “t” yang digunakan ada lah:15
13 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: PT Tarsito Bandung, 2005), h. 249
14
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: CV ALFABETA, 2007), h. 140. 15
Ibid., h. 238-239
49
√
dengan S = √( ) ( )
( )
Kriteria pengujian tolak jika ˃ dan diterima jika
˂
Keterangan:
= rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
= rata-rata hasil belajar kelas control
= jumlah siswa kelas eksperimen
= jumlah siswa kelas control
= varians kelas eksprimen
= varians kelas control
Setelah diperoleh nilai statistik hitung, kemudian nilai dalam statistik
tabel dengan taraf signifikansi ɑ = 0,05. Selanjutnya membandingkan
statistik hitung dengan statistik tabel. Jika t hitung lebih besar daripada t
tabel maka ditolak dan diterima. Jika t hitung lebih kecil daripada
t tabel maka diterima dan ditolak.16
I. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
:
:
= tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar Sejarah
Kebudayaan Islam siswa dengan menggunakan metode Halaqah
= terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar Sejarah
Kebudayaan Islam siswa dengan menggunakan Halaqah.
Keterangan:
= nilai rata-rata hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam yang telah
diajarkan dengan metode halaqah.
16 Husaini, usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), h. 141-142.
50
= nilai rata-rata hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan
dengan metode ceramah
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah MTS Tarbiyatus Sibyan
1. Sejarah Singkat Sekolah
Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Sibyan didirikan oleh Drs. H. Adang
Maryadi pada tahun 1985. Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Sibyan
berlokasi di Jl. Pilar-Sukatani. Desa Sukaraya. Kecamatan Karang
Bahagia. Kabupaten Bekasi. No. Telp (021) 8910 7176.
Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Sibyan diselenggarakan dan dikelola
oleh sebuah yayasan besar bernama Yayasan Tarbiyatus Sibyan yang
memiliki beberapa jenjang pendidikan seperti Raudhatul Athfal (RA)
Tarbiyatus Sibyan, Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatus Sibyan , Madrasah
Tsanawiyah Tarbiyatus Sibyan dan SMA Islam Karang Bahagia.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Unggul dalam Prestasi IMTAQ dan IPTEK
b. Misi
1) Membentuk Insan yang berilmu dan berwawasan luas.
2) Membentuk generasi bangsa yang unggul dalam prestasi akademis.
3) Membsentuk peserta didik yang berakhlah mulia.
4) Mendorong siswa dalam menguasai teknologi Informatika.
5) Mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kegiatan Belajar
Sesuai dengan visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Sibyan
yaitu “unggul dalam prestasi IMTAQ dan IPTEK”, kami terus-menerus
mengembangkan Model Pembelajaran yang dinamis dengan didukung
oleh materi-materi Muatan Lokal yang disesuaikan dengan Lembaga-
lembaga setingkat.
52
4. Kegiatan Ekstrakulikuler
a. School’s Band
b. Pramuka
c. Marawis, dan
d. Leadership
5. Sarana dan Prasarana
Suasana yang jauh dari kebisingan membuat siswa dalam proses
pembelajaran menjadi lebih tenang dan nyaman serta didukung sarana dan
prasarana sebagai berikut:
a. Gedung dua lantai
b. Sarana ibadah
c. Laboraturium komputer dan multimedia
d. Sarana olahraga
e. Lokal area network atau hotspot area
f. Lapangan futsal, basket dan voli
B. Hasil Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
Berdasarkan hasil anates butir soal dengan menggunakan program
ANATES, dari 30 butir soal yang diujikan kepada siswa, terdapat 21 soal
yang valid yakni nomor 1, 2, 3, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22,
23, 25, 27, 28, 29, dan 30.Sedangkan untuk nomor soal yang tidak valid
terdapat 9 butir soal, yaitu nomor 4, 7, 9, 10, 15, 17, 21, 24, dan 26.
Berikut beberapa soal yang tidak valid diantaranya:
2. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan ANATES, diperoleh hasil bahwa niai
reliabilitas instrument tes adalah 0,87. Nilai ini sudah termasuk kategori
tinggi atau dengan kata lain instrument ini termasuk kategori layak
digunakan dalam penelitian.
53
3. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Berdasarkan perhitungan melalui program ANATES, dapat dilihat
tingkat kesukaran soal-soal instrument pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
K
4. Uji Daya Pembeda
Berdasarkan perhitungan menggunakan program ANATES, dapat
dilihat daya pembeda pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Klasifikasi Tingkat Daya Pembeda
Kategori Nomor Soal Jumlah
Soal
Jelek 2,3,5,8,9,11,12,13,17,18,22,23,27,29 14
Cukup 7,16,20,30 4
Baik 4,6,10,19,21,25,28 7
Kategori
Nomor Soal
Jumlah
Soal
Sangat Sukar - -
Sukar 5 1
Sedang 2,3,8,9,11,12,13,18,19,20,21,26,29 13
Mudah 1,6,10,16,17,22,23,24,27,28,30 12
Sangat
Mudah
4,7,14,25 4
Jumlah item 30
54
Baik Sekali 1,14,15,24,26 5
Jumlah item 30
C. Deskriptif Data
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Sibyan pada kelas
VII yang terdiri dari tiga kelas yaitu VII-A dan VII-B,. VII-A sebagai kelas
eksperimen yang diajarkan dengan metode poster halaqah dan kelas VII-B
sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan metode Ceramah.
Materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan pada penelitian ini
adalah Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Daulah Bani Umayah
dengan dua kali treatment. Untuk mengetahui hasil belajar kedua kelompok,
setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol lalu kedua kelompok tersebut diberikan tes berupa post-test.
Sebelum tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada kelas VII-A. Setelah
dilakukan uji coba dan dilakukan uji validitas dari 30 butir soal pilihan ganda
yang diberikan terdapat 21 soal yang valid dan 9 soal yang tidak valid.
1. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen
Metode Halaqah.
Untuk kelas eksperimen yang menggunakan metode halaqah peneliti
mengambil kelas VII-A yang jumlah siswanya 30 siswa, terdiri dari 19
siswa dan 11 siswi. Tingkat kecerdasan kelas ini cukup merata, ini
dibuktikan dengan nilai individu siswa hasil pre-test atau tes di awal
pertemuan sebelum diberikannya materi. Hasil tersebut dapat dilihat pada
diagram frekuensi 4.1.
Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode halaqah Guru
mengatur posisi tempat duduk seperti halaqah, kemudian melaksanakan
kegiatan pembelajaran, Guru menerangkan materi pembelajaran SKI dan
siswa menyimak keterangan-keterangan yang disampaikan doleh guru.
Guru juga memerintahkan siswa untuk mencatat beberapa keterangan-
keterangan yang dianggap penting.
55
Alat peraga berupa media gambar digunakan. Kemudian siswa
diberikan kesempatan untuk bertanya dan terakhir siswa dibagi ke dalam
kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa yang ditugaskan untuk
mengomentari maksud dari gambar-gambar yang telah ditampilkan tadi
dalam proses pembelajaran.
2. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pada Kelas Kontrol Metode
Ceramah
Untuk kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah, peneliti
menunjuk kelas VII-B yang jumlah siswanya 30 anak, terdiri dari 17
siswa dan 13 siswi. Tingkat kecerdasan siswa-siswi di kelas ini dapat
dikatakan cukup merata, hal ini dapat dibuktikan melalui nilai
individu masing-masing siswa hasil pre-test atau tes di awal
pertemuan sebelum diberikan materi. Data hasil pre-test bisa dilihat di
lampiran.
Pada kelas kontrol, guru menyampaikan seluruh materi melalui
metode ceramah. Dimana seluruh siswa mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan yang guru berikan.
3. Data Hasil Belajar SKI siswa
a. Hasil Pre-test Kelas Eksperimen (halaqah) dan Pre-test Kelas
Kontrol (Ceramah)
Hasil nilai yang diperoleh siswa dari pre-test yang dilakukan
pada kelas eksperimen (halaqah) dan pre-test kelas control
(ceramah) dapat ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut:
56
Tabel 4.3
Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen (VII-A)
No. Nama Nilai
1. Ade Fahmi Rijal 30
2. Aditya Surya Hartawan 50
3. Al Fatthah 40
4. Angga Maulia Putra 70
5. Ari Bahari 45
6. Bunga Novianti 50
7. Dea Siti Khumaeroh 40
8. Dewi Safira 65
9. Dierul Hasanah 55
10. Fajar Eka Saputra 60
11. Faris Abiyyu Akram 70
12. Gilang Ramadhan 60
13. Hasbiyallah 70
14. Ines Julianti 65
15. Luthfiyah khaisah nasution 80
16. Marsella Zalianti 35
17. Muhammad Abdul Hafid 80
18. Nur Arif 70
19. Nursalsabillah maulina Farid 70
20. Pajar Maulana 55
21. Popon Nuramaliyah 75
22. Rabiah Fajriah 75
23. Rahma Dita Octari 80
57
1
3
1
7
8
10
0
2
4
6
8
10
12
30-38 39-47 48-56 57-65 66-74 75-83
Nilai yang diperoleh siswa dari Pre-test yang dilakukan pada kelas
eksperimen (halaqah) dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 4.1
Diagram Frekuensi Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen
24. Raja Pangestu 75
25. Rendi Setiawan 80
26. Ridho Fadil Mubarok 65
27. Ripki Febrian 80
28. Rizky wijaya 75
29. Sabila Dwi Istiqomah 80
30. Siti Annisa Herawati 60
58
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Pre-Test Kelas Eksperimen
No. Kelas Interval Nilai tengah f f kum
1. 30-38 34 1 1
2. 39-47 43 3 4
3. 48-56 52 1 5
4. 57-65 61 7 12
5. 66-74 70 8 20
6. 75-83 79 10 30
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa ada 1 orang siswa yang
berkemampuan rendah, memperoleh nilai dengan interval 30-38. Sedangkan siswa
yang berkemampuan sedang yang mendapatkan rentang nilai 57-65 berjumlah 7
siswa.Dan siswa yang berkemampuan tinggi ada 10 siswa yaitu memperoleh
rentang nilai 75-83.
Tabel 4.5
Nilai Pre-test Kelas Kontrol
No. Nama Nilai
1. Adelia Marcheli Nur Saa'dah 45
2. Alvin Prayoga Ihsan 30
3. Anggoro Dwi Darsono 35
4. Arifah Rahmah 35
5. Arkhan Radia 30
6. Azam Fauzan 45
7. Bimo Nara Fadilah 40
8. Bunga Nada Afifah 45
59
Nilai yang diperoleh siswa dari pre-test yang dilakukan pada kelas kontrol
dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
9. Cinta Jolista Putri 45
10. Dirgariegza Ibnu Zaky Annasar 50
11. Diva Meiza Luna Sevilla 45
12. Fachri zaki Nur Ihsan 50
13. Haidir Ali 75
14. Haykal Masyhuri Al Muharammi 45
15. Hurriyah Rahmawati 75
16. Ibnu Al Hiksun 50
17. Kaisar Ali 70
18. Khanza Dhobithoh Azzahra 65
19. Mahesa Dzakwan 70
20. Mochammad Dzaki Rizki R 70
21. Muhammad Dzulqaida Ba'lawi 60
22. Muhammad Rizal 70
23. Nadya Halwa Muchlis 75
24. Naya Arsal 70
25. Panji Armansyah 70
26. Putri Arasy aprilia 75
27. Raffi Atalla zaki 55
28. Rifqi Adrian Adinata 75
29. Rifqi Putra 50
30. Rifqi Rizalah 70
60
Gambar 4.2
Diagram Frekuensi Nilai Pre-Test Kelas Kontrol
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hasil Pre-test Kelas Kontrol
No. Kelas interval Nilai tengah f f kum
1. 30-37 33,5 3 3
2. 38-45 41,5 4 7
3. 46-53 49,5 2 9
4. 54-61 57,5 5 14
5. 62-69 65,5 7 21
6. 70-77 73,5 9 30
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
berkemampuan sedang berjumlah 5 siswa, memperoleh nilai interval 54-
61. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah berjumlah 3 siswa,
memperoleh nilali pada interval 30-37. Dan siswa yang berkemampuan
tinggi berjumlah 9 siswa, memperoleh nilai interval 70-77.
3 4
2
5
7
9
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
30-37 38-45 46-53 54-61 62-69 70-77
61
b. Perkembangan hasil belajar siswa selama empat (4) kali pertemuan
sejak pemberian soal Pre-tset .
Tabel 4.7
Perkembangan Nilai Kelas Eksperimen (VII-A)
Pada Pertemuan Pertama
No. Nama Nilai
1. Ade Fahmi Rijal 40
2. Aditya Surya Hartawan 55
3. Al Fatthah 45
4. Angga Maulia Putra 74
5. Ari Bahari 48
6. Bunga Novianti 55
7. Dea Siti Khumaeroh 45
8. Dewi Safira 68
9. Dierul Hasanah 50
10. Fajar Eka Saputra 65
11. Faris Abiyyu Akram 75
12. Gilang Ramadhan 65
13. Hasbiyallah 75
14. Ines Julianti 65
15. Luthfiyah khaisah nasution 85
16. Marsella Zalianti 45
17. Muhammad Abdul Hafid 80
18. Nur Arif 73
19. Nursalsabillah maulina Farid 72
20. Pajar Maulana 60
62
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
H
Terdapat peningkatan pada rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen yang sebelumnya nilai rata-ratanya 61 menjadi 64.
Tabel 4.8
Perkembangan Nilai Kelas Eksperimen (VII-A)
Pada Pertemuan ke-2
21. Popon Nuramaliyah 75
22. Rabiah Fajriah 75
23. Rahma Dita Octari 80
24. Raja Pangestu 75
25. Rendi Setiawan 80
26. Ridho Fadil Mubarok 65
27. Ripki Febrian 80
28. Rizky wijaya 75
29. Sabila Dwi Istiqomah 80
30. Siti Annisa Herawati 60
No. Nama Nilai
1. Ade Fahmi Rijal 55
2. Aditya Surya Hartawan 60
3. Al Fatthah 60
4. Angga Maulia Putra 75
5. Ari Bahari 60
6. Bunga Novianti 60
7. Dea Siti Khumaeroh 65
8. Dewi Safira 70
63
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan kedua yang
sebelumnya nilai rata-rata 64 menjadi 68
9. Dierul Hasanah 55
10. Fajar Eka Saputra 75
11. Faris Abiyyu Akram 75
12. Gilang Ramadhan 70
13. Hasbiyallah 75
14. Ines Julianti 70
15. Luthfiyah khaisah nasution 85
16. Marsella Zalianti 60
17. Muhammad Abdul Hafid 80
18. Nur Arif 73
19. Nursalsabillah maulina Farid 72
20. Pajar Maulana 65
21. Popon Nuramaliyah 75
22. Rabiah Fajriah 75
23. Rahma Dita Octari 80
24. Raja Pangestu 75
25. Rendi Setiawan 80
26. Ridho Fadil Mubarok 70
27. Ripki Febrian 80
28. Rizky wijaya 75
29. Sabila Dwi Istiqomah 80
30. Siti Annisa Herawati 60
64
Tabel 4.9
Perkembangan Nilai Kelas Eksperimen (VII-A)
Pada Pertemuan ke-3
No. Nama Nilai
1. Ade Fahmi Rijal 68
2. Aditya Surya Hartawan 70
3. Al Fatthah 65
4. Angga Maulia Putra 75
5. Ari Bahari 70
6. Bunga Novianti 70
7. Dea Siti Khumaeroh 75
8. Dewi Safira 75
9. Dierul Hasanah 65
10. Fajar Eka Saputra 80
11. Faris Abiyyu Akram 77
12. Gilang Ramadhan 78
13. Hasbiyallah 80
14. Ines Julianti 75
15. Luthfiyah khaisah nasution 85
16. Marsella Zalianti 65
17. Muhammad Abdul Hafid 85
18. Nur Arif 75
19. Nursalsabillah maulina Farid 75
20. Pajar Maulana 75
21. Popon Nuramaliyah 75
22. Rabiah Fajriah 85
65
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan kedua yang
sebelumnya nilai rata-rata 68 menjadi 72.
Tabel 4.10
Perkembangan Nilai Kelas Eksperimen (VII-A)
Pada Pertemuan ke-3
23. Rahma Dita Octari 85
24. Raja Pangestu 80
25. Rendi Setiawan 80
26. Ridho Fadil Mubarok 70
27. Ripki Febrian 80
28. Rizky wijaya 75
29. Sabila Dwi Istiqomah 80
30. Siti Annisa Herawati 65
No. Nama Nilai
1. Ade Fahmi Rijal 55
2. Aditya Surya Hartawan 60
3. Al Fatthah 60
4. Angga Maulia Putra 75
5. Ari Bahari 60
6. Bunga Novianti 60
7. Dea Siti Khumaeroh 65
8. Dewi Safira 70
9. Dierul Hasanah 55
10. Fajar Eka Saputra 75
66
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan kedua yang
sebelumnya nilai rata-rata 64 menjadi 68
11. Faris Abiyyu Akram 75
12. Gilang Ramadhan 70
13. Hasbiyallah 75
14. Ines Julianti 70
15. Luthfiyah khaisah nasution 85
16. Marsella Zalianti 60
17. Muhammad Abdul Hafid 80
18. Nur Arif 73
19. Nursalsabillah maulina Farid 72
20. Pajar Maulana 65
21. Popon Nuramaliyah 75
22. Rabiah Fajriah 75
23. Rahma Dita Octari 80
24. Raja Pangestu 75
25. Rendi Setiawan 80
26. Ridho Fadil Mubarok 70
27. Ripki Febrian 80
28. Rizky wijaya 75
29. Sabila Dwi Istiqomah 80
30. Siti Annisa Herawati 60
67
Tabel 4.10
Perkembangan Nilai Kelas Eksperimen (VII-A)
Pada Pertemuan ke-4
No. Nama Nilai
1. Ade Fahmi Rijal 78
2. Aditya Surya Hartawan 80
3. Al Fatthah 78
4. Angga Maulia Putra 80
5. Ari Bahari 75
6. Bunga Novianti 75
7. Dea Siti Khumaeroh 85
8. Dewi Safira 85
9. Dierul Hasanah 75
10. Fajar Eka Saputra 85
11. Faris Abiyyu Akram 80
12. Gilang Ramadhan 85
13. Hasbiyallah 85
14. Ines Julianti 80
15. Luthfiyah khaisah nasution 85
16. Marsella Zalianti 78
17. Muhammad Abdul Hafid 85
18. Nur Arif 85
19. Nursalsabillah maulina Farid 88
20. Pajar Maulana 88
21. Popon Nuramaliyah 85
22. Rabiah Fajriah 90
68
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pertemuan kedua yang
sebelumnya nilai rata-rata 72 menjadi 80
c. hasil Post-test Kelas Eksperimen (halaqah) dan Post-test Kelas
Kontrol (Ceramah)
Hasil nilai yang diperoleh siswa dari Post-Test yang dilakukan pada
kelas eksperimen dan Post-Test kelas kontrol dapat ditunjukkan pada tabel
dan gambar berikut:
Tabel 4.11
Niai Post-Test Kelas Eksperimen
No. Nama Nilai
1. Ade Fahmi Rijal 95
2. Aditya Surya Hartawan 75
3. Al Fatthah 90
4. Angga Maulia Putra 85
5. Ari Bahari 75
6. Bunga Novianti 60
7. Dea Siti Khumaeroh 90
23. Rahma Dita Octari 90
24. Raja Pangestu 85
25. Rendi Setiawan 85
26. Ridho Fadil Mubarok 75
27. Ripki Febrian 85
28. Rizky wijaya 80
29. Sabila Dwi Istiqomah 85
30. Siti Annisa Herawati 75
69
8. Dewi Safira 80
9. Dierul Hasanah 85
10. Fajar Eka Saputra 95
11. Faris Abiyyu Akram 100
12. Gilang Ramadhan 85
13. Hasbiyallah 85
14. Ines Julianti 70
15. Luthfiyah khaisah nasution 90
16. Marsella Zalianti 80
17. Muhammad Abdul Hafid 65
18. Nur Arif 95
19. Nursalsabillah maulina Farid 100
20. Pajar Maulana 95
21. Popon Nuramaliyah 60
22. Rabiah Fajriah 95
23. Rahma Dita Octari 95
24. Raja Pangestu 85
25. Rendi Setiawan 100
26. Ridho Fadil Mubarok 95
27. Ripki Febrian 85
28. Rizky wijaya 100
29. Sabila Dwi Istiqomah 95
30. Siti Annisa Herawati 95
Nilai yang diperoleh siswa dari Post-Test yang dilakukan pada kelas
eksperimen dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
70
Gambar 4.3
Diagram Frekuensi Nilai Post-Test Pada kelas Eksperimen
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test Kelas Eksperimen
No. Kelas Interval Nilai Tengah f f.kum
1. 60-66 62 2 2
2. 67-73 69 2 4
3. 74-80 76 4 8
4. 81-87 83 6 14
5. 88-94 90 3 17
6. 94-100 97 13 30
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, dapat diketahui
bahwa siswa yang berkemampuan sedang, yaitu 6 orang siswa yang
memperoleh nilai interval 81-87. Sedangkan siswa yang berkemampuan
rendah ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai pada interval 60-66.
2 2
4
6
3
13
0
2
4
6
8
10
12
14
60-66 67-73 74-80 81-87 88-94 94-100
71
Dan siswa yang berkemampuan tinggi ada 13 orang siswa yaitu
memperoleh niali interval 95-100.
Gambar 4.4
Diagram frekuensi nilai posttest kelas kontrol
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test Kelas Kontrol
No. Kelas Interval Nilai Tengah f f.kum
1. 50-58 53,5 2 2
2. 59-67 62,5 3 5
3. 68-76 71,5 5 10
4. 77-85 80,5 4 14
5. 86-94 89,5 10 24
6. 95-103 98,5 6 30
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah siswa yang
berkemampuan sedang ada 4 siswa dengan nilai interval 76-84.
Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah ada 2 orang siswa
2
3
5 4
10
6
0
2
4
6
8
10
12
50-58 59-67 68-76 77-85 86-94 95-103
72
dengan nilai interval 50-58. Dan siswa yang berkemampuan tinggi ada
6 orang, dengan nilai interval 94-103.
d. Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
1) Hasil Pre-test pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil skor pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat diperoleh rekapitulasi hasil skor pre-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada gambar berikut:
Gambar 4.5
Hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas control
Garis vertikal menunjukkan jumlah nilai dan garis
horizontal menunjukkan siswa, yaitu dengan rincian sebagai
berikut:
Keterangan:
Garis vertikal menunjukkan jumlah nilai dan garis
horizontal menunjukkan siswa, yaitu dengan rincian sebagai
berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
eksperimen kontrol
73
Tabel 4.14
Keterangan Diagram Hasil pre-test
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Pre Test Eksperimen Pre Test Kontrol
5-10 - -
11-20 - -
21-30 1 2
31-40 3 3
41-50 3 10
51-60 5 2
61-70 8 8
71-80 10 5
Jumlah 30 30
Dari diagram diatas, terlihat bahwa nilai pre-test sebagian besar
siswa kelas eksperimen memperoleh nilai antara 71-80 sebanyak 10
siswa atau sebesar 33%, begitu juga pada kelas control sebagian
besar siswa memperoleh nilai antara 41-50 sebanyak 10 siswa atau
sebesar 33%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan sebagian
besar nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh
berbeda.
2) Hasil Post-test pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil skor post-test kelas eksperimen dan kelas
control dapat diperoleh rekapitulasi hasil skor post-test kelas
ekperimen dan kelas kontrol pada gambar berikut
74
Gambar 4.6
Hasil post-test kelas eksperimen dan kelas control
Keterangan:
Garis vertikal menunjukkan jumlah nilai dan garis
horizontal menunjukkan siswa, yaitu dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 4.14
Keterangan Diagram Hasil Post-Test
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Post-test Eksperimen Post-test
Kontrol
40-60 2 5
60-80 6 10
80-100 22 15
Jumlah 30 30
Dari diagram di atas, terlihat bahwa nilai post-test sebagian
besar siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai antara 80-
60 60 65
70 75 75
80 80 85 85 85 85 85 85
90 90 90 95 95 95 95 95 95 95 95 95
100 100 100 100
50 50 55 55
60 65 65
70 70 70 70 75 75 75
80 85 85 85 85 85 85
90 90 90 90 95 95 95
100 100
0
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
eksperimen kontrol
75
100, sebanyak 22 siswa atau sebesar 66%. Untuk kelas kontrol
sebagian besar siswa memperoleh nilai antara 60-80 sebanyak 10
siswa atau sebesar 45%. Berdasarkan hasil analisis distribusi
frekuensi nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan distribusi frekuensi nilai post-test kelas
kontrol.
3) Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu responden di
MTS Tarbiyatus Sibyan mengungkapkan bahwa “penerapan
metode halaqah memberikan suasana baru dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di kelas. Tak hanya itu dalam proses
kegiatan belajar mengajar berlangsung, terdapat media
pembelajaran berupa gambar-gambar yang menarik mengenai
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi Perkembangan
Kebudayaan Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah”.
Responden lain mengungkapkan “saya bersemangat sekali
dengan adanya penerapan metode halaqah. Apalagi dalam proses
belajar mengajar ditampilkan gambar-gambar yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran sebelumnya
hanya mengandalkan pemahaman dari metode ceramah.”
D. Pengajuan Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengukur tingkat normalnya suatu data
dalam penelitian. Adapun data yang dianggap normal adalah L hitung < L
tabel. Pada penelitian ini, uji normalitas akan diproses menggunakan chi-
square sehingga hasilnya dapat dilihat sebagai berikut:
76
Tabel 4.15
Hasil Uji Normalitas Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Variabel Jumlah
Sampel
Taraf
Signifikan
Lhitung
( )
Ltabel
(L t)
Keterangan
Pre-test
Eksperimen
30 0,05 9,78 15,1 Normal
Pre-test
Kontrol
30 0,05 12,1 15,1 Normal
Tabel 4.16
Hasil Uji Normalitas Post-test Kelas Kontrol dan Eksperimen
Variabel Jumlah
Sampel
Taraf
Signifikan
Lhitung
( )
Ltabel
(L t)
Keterangan
Post-test
Eksperimen
30 0,05 7,51 15,1 Normal
Post-test
Kontrol
30 0,05 13,7 15,1 Normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji fisher. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai varians pre-test kelas eksperimen adalah 12,69 dan varians
pre-test kelas kontrol adalah 12,06. Sehingga diperoleh F hitung: 1,05
dengan taraf signifikan ɑ = 0,05 untuk dk 30 dan dk penyebut = 30, maka
didapat F tabel: 1,84 karena F hitung pretest kelas eksperimen dan control
lebih kecil dari F tabel, 1,05 < 1,84, maka Ho diterima, dimana kedua
distribusi populasi adalah Homogen. Sedangkan varians posttest untuk kelas
kontrol adalah 14,71 dan varians posttest kelas eksperimen adalah 1,60,
dengan taraf signifikan ɑ = 0,05 untuk dk 30 dan dk 30 maka didapat F tabel
77
1,84, maka karena F hitung posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen 1,60
< 1,84 dari F tabel, maka Ho diterima. Jadi kedua distribusi populasi adalah
mempunyai varians yang sama atau Homogen.
Tabel 4.17
Hasil Uji Homogenitas Pretest
Varians Taraf
Signifikan
F
hitung
F
tabel
Keterangan
Eksperimen Kontrol
0,05
1,05
1,84
Homogen 12,69 12,06
Tabel 4.18
Uji Homogenitas Post-test
Varians Taraf
Signifikan
F hitung F tabel Keterangan
Eksperimen Kontrol
0,05
1,60
1,84
Homogen 11,62 14,71
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Uji Hipotesis Penelitian
Setelah uji prasyarat dilakukan dan diketahui bahwa dua kelas
berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian selanjutnya adalah
pengujian hipotesis dengan uji-t. Dari data hasil penelitian diperoleh nilai
rata-rata posttest kelas eksperimen 1 = 86,7 dengan varians ² = 12,
sedangkan untuk kelas varians kontrol diperoleh nilai rata-rata 2 = 78
dengan varians ² = 15. Ho menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara metode dengan hasil belajar dengan menggunakan uji t.
78
Berdasrkan pengujian nilai rata-rata hasil belajar SKI dengan
menggunakan uji-t, diperoleh harga t hitung = 10,23. Dengan taraf signifikan
ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (db=60) diperoleh nilai t tabel=2,042.
Sehingga t hitung berada diluar penerimaan Ho atau dengan kata lain Ho
ditolak. Dengan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode
pembelajaran halaqah lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan
metode ceramah.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan sebelumnya diperoleh
bahwa Ho ditolak. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan hasil belajar SKI siswa yang diajarkan dengan menggunakan
metode pembelajaran halaqah lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran ceramah pada taraf signifikan 0,05.
Artinya, pembelajaran terfokus hanya pada guru saja sebelum diterapkan
metode pembelajaran halaqah Setelah diterapkannya metode halaqah untuk
kelas eksperimen proses belajar-mengajar menjadi lebih aktif dibandingkan
dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Dimana siswa
lebih aktif dan bersemangat dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil diatas, Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap hasil belajar SKI dengan menggunakan metode
halaqah dengan metode ceramah pada materi Sejarah Perkembangan Islam
pada Masa Daulah Bani Umayyah.
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, karena
peneliti mempunyai beberapa keterbatasan, yakni:
1. Penelitian ini hanya ditujukan pada mata pelajaran SKI pada pokok
bahasan Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Daulah
Bani Umayyah.
2. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan persiapan dan
pengaturan yang baik.
79
3. Hasil penelitian ini tidak dapat menampilkan proses pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung, karena peneliti tidak menggunakan alat
perekam dan hanya menggunakan foto untuk mengabadikan proses
tersebut.
80
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (Tarbiyah
Islamiyyah) istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk
menggambarkan sekelompok Kecil Muslim yang secara Rutin mengkaji
ajaran Islam. Jumlah peserta mereka dalam kelompok kecil tersebut
berkisar antara 3-12 orang.
2. Berdasarkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam bahwa, penggunaan metode halaqah berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil perolehan pengujian
hipotesis menggunakan uji t, diperoleh harga t hitung = 10,23 dan t tabel
= 2,042. Dengan demikian, karena t hitung (10,23) ˃ t tabel (2,042),
maka ditolak. Selain itu dilihat dari hasil perhitungan posttest kelas
eksperimen yang menggunakan metode halaqah (rata-rata 87),
menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol
yang menggunakan metode ceramah (rata-rata 78), dengan demikian nilai
rata-rata hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa yang diajar
dengan metode halaqah secara signifikan lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan menggunakan metode ceramah.
3. Terdapat pengaruh signifikan hasil belajar antara kelompok yang
diajarkan dengan metode halaqah dengan kelompok siswa yang
diajarkan dengan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam materi Perkembangan peradaban Islam pada Masa
Daulah Bani Umayyah. Dapat dilihat dari hasil perhitungan posttest kelas
eksperimen yang menggunakan halaqah (rata-rata 87), menunjukkan
nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah (rata-rata 78).
81
B. Implikasi
Secara keseluruhan metode halaqah memberikan pengaruh lebih besar
dari pada pembelajaran dengan metode ceramah. Oleh karena pentingnya
metode halaqah sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar, maka
diharapkan dalam pelaksanaan metode halaqah dapat dijadikan rujukan
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah selain mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Berdasarkan kesimpulan di atas yang menyatakan bahwa
nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai
rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Dan mempunyai implikasi sebagai
berikut. Pertama, bahwa keterampilan seorang guru dalam menggunakan
metode ketika proses pembelajaran perlu dikembanngkan tidak hanya pada
mata pelajaran umum akan tetapi juga pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Kedua, sarana dan prasarana yang sudah disiapkan oleh
sekolah seharusnya dimanfaatkan secara optimal agar penerapan metode
dalam proses pembelajaran dapat terlaksana dengan mudah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dan dalam proses belajar mengajar yang
terjadi selama penelitian, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Adanya kerjasama dalam hal perizinan pembelajaran halaqah, dan
adanya buku sumber untuk menunjang proses pembelajaran, adanya
fasilitas untuk dokumentasi, dan disediakan fasilitas media
pembelajaran baik media audio, visual dan audio visual untuk
mempermudah guru menjelaskan materi kepada siswa.
2. Bagi Guru
Guru harus lebih bisa mengkondisikan kelas, informasi tentang
pembelajaran halaqah harus lebih jelas dan guru harus lebih
memperhatikan kondisi kelas.
82
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih mengerti etika dan disiplin dalam pembelajaran
metode halaqah, ketika melakukan tugas kelompok tidak saling
mengandalkan satu sama lain.
4. Bagi Peneliti Lain
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode
halaqah dalam indikator yang berbeda. Misalnya dikaitkan antara
tehnik pembelajaran halaqah terhadap motivasi belajar siswa atau
terhadap peubahan perilaku siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Marimba, D Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’rifat,
1962.
Al-Baghdadi, Abdurrahman. Sistem Pendidikan Islam di Masa Khilafah Islam.
Bangil: al- Izzah. Tahun 1996.
Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. 1996.
Alipandie, Ismanjah. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha
Nasional. 1994.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press. 2002.
Susetyo, Budi. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika
Aditama. 2010.
Beni, Ahmad Saebani dan Hendra, Akhdiyat. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:
CV. Pustaka Setia. 2012.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
2013.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka. 1988.
-----. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1996.
-----, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, .
2008. Cet ke-8.
Ezmir. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: P.T Grafindo Raja Persada. 2011
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
2007.
Hanafiah, Nanang, dan Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
PT. Refika Aditama. 2009.
Hasbullah. Kapita selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
1996.
Husaini, usman dan Purnomo. Setiady Akbar. Pengantar Statistika. Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2008.
Husaini, Ardian. Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. Depok: Gema Insani.
2013.
Kamarulzaman dan Dahlan, M. Y. Albarry. Kamus Ilmiah Serapan. 2004
Majid, Abul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agma Islam berbasis Kompetensi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004.
Madjid, Abdul Khon. Hadist Tarbawi Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2012.
Mahmud. Model-Model Pembelajaran di Pesantren. Tangerang: Media
Nusantara. 2006. Muhallawi Muhallawi, Tempat-tempat Bersejarah dalam
Kehidupan Rasulullah. Jakarta: Gema Insani Press. 2005.
Muhajir, Asril. Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2011.
Mustofa, Agus. Adam Tak Diusir dari Surga, Jakarta: Padma Press. 2007.
Michael, Charles Stantom. Pendidikan Tinggi Dalam Islam. Jakarta: PT. Logos
Publishing House. 1994.
Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
2004.
Mulyono, Abdurrohman. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2012.
Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Nasution. Asas-Asas Kurikulum. Bumi Aksara: Jakarta. 1994.
Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka
tentang Pendidikan Islam.Jakarta: Kencana, 2008.
Qasim, A dan dkk, Sejarah Islam. Jakarta: Penerbit Zaman. 2014.
Quraish, M. Shihab, Membaca Shirah Nabi Muhamad SAW. Tangerang: Lentera
Hati. 2011.
Redja, Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
2012.
S. W. Winkell. Psikologi Pengajaran. Jakarta:PT Gramedia. 1989.
Saefuddin, Endang Anshari. Pokok-pokok Pikiran tentang Islam. Jakarta: Usaha
Interprise. 1976.
Sanjaya,Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2008.
Slameto. belajar dan factor-faktor mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
2010.
Suharsimi, Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2012.
Santoso, Ananda dan Hanif, A.R.AL. Kamus Lengkap bahasa Indonesia.
Jakarta: Alumni. 2011
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. 2009.
Syaodih, Nana Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2011.
Syukri, Abdullah Zarkasyi. Gontor dan Pebaharuan pendidikan Pesantren.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media. 2011.
Tim Bina Karya Guru. Syaein, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah
Ibtidaiyyah Kelas VI. Jakarta: Erlangga. 2008.
Tim Diyaunna Djib. Kreatif Belajar Sejarah Kebudayan Islam. Jakarta: Penerbit
Duta. 2015.
Warson, Ahmad Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progressif. 1997.
Zuhraini, dan dkk, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi
Aksara/Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 1997.
Lampiran 1
Data Siswa Kelas VII-A dan VII-B di Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Sibyan
a. Data Siswa Kelas VII-A
No. Nama Jenis Kelamin
1. Ade Fahmi Rijal Laki-laki
2. Aditya Surya Hartawan Laki-laki
3. Al Fatthah Laki-laki
4. Angga Maulia Putra Laki-laki
5. Ari Bahari Laki-laki
6. Bunga Novianti Perempuan
7. Dea Siti Khumaeroh Perempuan
8. Dewi Safira Perempuan
9. Dierul Hasanah Perempuan
10. Fajar Eka Saputra Laki-laki
11. Faris Abiyyu Akram Laki-laki
12. Gilang Ramadhan Laki-laki
13. Hasbiyallah Laki-laki
14. Ines Julianti Perempuan
15. Luthfiyah khaisah nasution Perempuan
16. Marsella Zalianti Perempuan
17. Muhammad Abdul Hafid Laki-laki
18. Nur Arif Laki-laki
19. Nursalsabillah maulina Farid Perempuan
20. Pajar Maulana Laki-laki
21. Popon Nuramaliyah Perempuan
b. Data Siswa Kelas VII-B
22. Rabiah Fajriah Perempuan
23. Rahma Dita Octari Perempuan
24. Raja Pangestu Laki-laki
25. Rendi Setiawan Laki-laki
26. Ridho Fadil Mubarok Laki-laki
27. Ripki Febrian Laki-laki
28. Rizky wijaya Laki-laki
29. Sabila Dwi Istiqomah Perempuan
30. Siti Annisa Herawati Perempuan
No. Nama Nilai
1. Adelia Marcheli Nur Saa'dah Perempuan
2. Alvin Prayoga Ihsan Laki-laki
3. Anggoro Dwi Darsono Laki-laki
4. Arifah Rahmah Perempuan
5. Arkhan Radia Perempuan
6. Azam Fauzan Laki-laki
7. Bimo Nara Fadilah Laki-laki
8. Bunga Nada Afifah Perempuan
9. Cinta Jolista Putri Perempuan
10. Dirgariegza Ibnu Zaky Annasar Laki-laki
11. Diva Meiza Luna Sevilla Perempuan
12. Fachri zaki Nur Ihsan Laki-laki
13. Haidir Ali Laki-laki
14. Haykal Masyhuri Al Muharammi Laki-laki
15. Hurriyah Rahmawati Perempuan
16. Ibnu Al Hiksun Laki-laki
17. Kaisar Ali Laki-laki
18. Khanza Dhobithoh Azzahra Perempuan
19. Mahesa Dzakwan Laki-laki
20. Mochammad Dzaki Rizki R Laki-laki
21. Muhammad Dzulqaida Ba'lawi Laki-laki
22. Muhammad Rizal Laki-laki
23. Nadya Halwa Muchlis Perempuan
24. Naya Arsal Perempuan
25. Panji Armansyah Laki-laki
26. Putri Arasy aprilia Perempuan
27. Raffi Atalla zaki Laki-laki
28. Rifqi Adrian Adinata Laki-laki
29. Rifqi Putra Laki-laki
30. Rifqi Rizalah Laki-laki
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Terhadap Siswa
(Pra Tindakan)
1. Bagaimana antusiasme anda terhadap pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
2. Kesulitan-kesulitan apa saja yang anda temui ketika belajar?
3. Menurut anda sudah cukupkah media dan alat bantu yang tersedia dalam proses
mengajar sejarah kebudayaan Islam?
4. Berikan komentar mengenai bagaimana penerapan metode halaqah terhadap
pembelajaran mata pelajaran SKI di kelas anda?
Lampiran 3
Kisi-Kisi Instrumen Soal SKI
No. Kompetensi
Dasar
Materi Indikator No. Butir Soal
1. Menceritakan
Sejarah
berdirinya
Daulah Bani
Umayyah
Perkembangan
Kebudayaan/Peradaban
Islam Pada Masa
Daulah Bani Umayyah
1. Siswa mampu
Menjelaskan Sejarah
berdirinya Daulah Bani
Umayyah
1,2,3
2. Siswa mampu
Menyebutkan Tokoh-
tokoh yang Berperan
Penting dalam Proses
berdirinya Daulah Bani
Umayyah
4,5
2. Menjelaskan
sistem
Pemerintahan
Daulah Bani
Umayyah
Perkembangan
Kebudayaan/Peradaban
Islam Pada Masa
Daulah Bani Umayyah
1. Siswa mampu
Menjelaskan Sistem
pemerintahan Daulah
Bani Umayyah
6,7,8,9
3. Menjelaskan
prestasi yang
dicapai pada
Kekhalifahan
Daulah Bani
Umayyah
Perkembangan
Kebudayaan/Peradaban
Islam Pada Masa
Daulah Bani Umayyah
1. Siswa mampu
menyebutkan prestasi
yang dicapai pada
Kekhalifahan Daulah
Bani Umayyah
10,11,12,13,14,
15,16,17,18
2. Siswa mampu
mengambil pelajaran
dari prestasi yang
dicapai pada
Kekhalifahan Daulah
Bani Umayyah
19,20
4 Menjelaskan
faktor-faktor
yang menjadi
penyebab
kemunduran
Daulah Bani
Umayyah
Perkembangan
Kebudayaan/Peradaban
Islam Pada Masa
Daulah Bani Umayyah
1. Siswa mampu
Menjelaskan faktor-
faktor yang menjadi
penyebab
kemunduran Daulah
Bani Umayyah
21,22,
23,24,25,
2. Siswa mampu
menngambil pelajaran
berharga dari
peristiwa kemunduran
Daulah Bani
Umayyah
5
Meneladani
kesederhanaan
dan keshalehan
Umar bin Abdul
Aziz
Kisah kesederhanaan
dan keshalehan Umar
bin Abdul Aziz
1. Siswa mampu
menceritakan kisah
kesederhanaan
Khalifah Umar bin
Abdu Aziz
26,27,28,29.30
2. Siswa mampu
menceritakan
keshalehan Khalifah
Umar bin Abdul Aziz
3. Siswa mampu
mengambil pelajaran
yang berharga dari
Kisah kesederhanaan
dan keshalehan Umar
bin Abdul Aziz
4. Siswa mampu
mengaitkan Kisah
kesederhanaan dan
keshalehan Umar bin
Abdul Aziz dengan
kehidupan sehari-hari
Lampiran 4
SOAL INSTRUMEN SKI
MADRASAH TSANAWIYAH : TARBIYATUS SIBYAN No. Absen: ….…………………
KECAMATAN : SUKATANI N a m a : …….…..……..…..
ULANGAN HARIAN MADRASAH TSANAWIYAH
Tahun Pelajaran 2016/2017
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas : VII(TUJUH) ……
Hari/Tanggal : ………………, …… ,…………….., 2017
Waktu : 60 menit
Berilah Tanda Silang (X) Pada Huruf a, b, c, atau d yang Merupakan Jawaban
yang Paling Tepat.
1. Nama Dinasti Bani Umayyah diambil dari Nama….
a. Umayyah bin Abdi Manaf bin Abdi Syams
b. Umar bin Hisyam bin Abdi Manaf
c. Abbas bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib
d. Abu Bakar as-Shiddiq bin Abu Quhafah
2. Bani Umayyah Masuk Islam pada peristiwa….
a. Kenabian Nabi Muhammad SAW c. Perjanjian Hudaibiyah
b. Perang Badar d. Fathul Makkah
3. Puncak dari pertikaian dalam tubuh umat Islam adalah terjadinya peristiwa….
a. Munculnya kelompok Khawarij c. Munculnya Nabi palsu
b. Perekonomian memburuk d. Terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib
4. Jabatan yang diterima Mu’awiyah bin Abi Sufyan ketika masa pemeritahan Khalifah
Umar bin Khattab adalah…
a. Hakim c. Sekertaris Negara
b. Gubernur Syam d. Ketua penulisan Al-Qut’an
5. Pendiri dari kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah….
a. Mu’awiyah bin Abi Sufyan c. Abu Sufyan bin Harb
b. Marwan bin al-Hakam d. Abdul Malik bin Marwan
6. Khalifah pertama dalam Kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah….
a. Yazid bin Mu’awiyah c. Mu’awiyah bin Abi Sufyan
b. Utsman bin Affan d. Al-Walid
7. Dua departemen yang dibentuk oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan ialah….
a. Diwanul Khatam dan Diwanul Barid c. Diwanul Amd dan Baitul Mal
b. Diwanul Ahkam dan Diwanul al-Din d. Diwanul Ahkam dan Wazir
8. Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan mengganti sistem pemerintahan yang sebelumnya
bersifat demokrasi menjadi….
a. Sistem multi partai c. Sistem Monarki atau Kerajaan
b. Sistem Eksekutif dan Legislatif d. Sistem Oligarki atau golongan
9. Putra yang ditunjuk oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan untuk menjadi penerusnya kelak
adalah….
a. Abdul Malik bin Marwan c. Marwan bin Hakam
b. Hisyam bin Abdul Malik d. Yazid bin Mu’awiyah
10. Mu’awiyah lahir di kota….
a. Madinah c. Thaif
b. Mekah d. Hudaibiyah
11. Nama ayah Mu’awiyah adalah….
a. Abu Jahal c. Abu Lahah
b. Abu Sufyan d. Abu Muslim
12. Salah satu kebijakan Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah….
a. Membentuk dua Departemen dalam pemerintahan
b. Membangun hubungan diplomasi dengan kerajaan Romawi dan Persia
c. Membangun sekolah sekolah militer
d. Membangun akses jalan dan fasilitas Komunikasi surat-menyurat
13. Salah satu prestasi yang dicapai oleh Khalifah Yazib bin Mu’awiyah adalah….
a. Merebut Pulau Siprus sebagai batu pijakan untuk menyerang Byzantium
b. Membuat perjanjian damai dengan kerajaan Romawi-Byzantium
c. Membuka hubungan dagang dengan kerajaan Romawi
d. Mengundang para delegasi Negara-negara sekitar untuk bernegoisasi
14. Perselisihan antara Khalifah Marwan bin Hakam dengan Abdullah bin Zubair
menyebabkan terjadinya perang….
a. Badar c. Marju Rahith
b. Riddah dan Yamamah d. Hunain
15. Kebijakan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dalam bidang Ekonomi adalah….
a. Mengganti standar mata uang Kerajaan Romawi dan Persia dengan mata Uang
kerajaan Bani Umayyah
b. Memperindah kota Damaskus, dan membangun perpustakaan-perpustakaan
c. Merapikan sistem administrasi dalam perbendaharaan pemerintahan
d. Mengangkat pejabat penting dalam bidang pemerintahan dari golongan Arab saja
16. Peristiwa besar yang dicapai oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik adalah….
a. Kemajuan industry dan perekonomian c. Perluasan Dakwah Islam ke Andalusia
b. Penemuan rute ke tanah Asia Timur d. Membangun Jalur Sutera
17. Dua panglima pasukan kaum Muslimin yang berperan penting dalam penaklukan
penyebaran agama Islam di Spanyol ialah….
a. Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair c. Zaid bin Tsabit dan Abdurrahman
b. Abdurrahman dan Abu Muslim d. Abdul Malik dan Musa bin Umar
18. Khalifah terakhir dalam Kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah Terbunuh di….
a. Al fayyun c. Damaskus
b. Irak d. Iran
19. Pelajaran yang dapat kita ambil dari sosok Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan
adalah….
a. Kecerdikannya dalam bernegosiasi c. Strategi dalam perang
b. Mengatur administrasi Negara d. Mengelola ekonomi Negara
20. Alasan Hasan bin Hasan bin Ali menyerahkan jabatan Khalifah kepada Mu’awiyah bin
Abi Sufyan adalah….
a. Tidak ingin adanya perpecahan dalam Umat Islam
b. Keluarga Hasan bin Ali merasa keselamatannya terancam
c. Merasa Hasan lebih lemah dan Tidak ingin adanya lagi jatuh korban di kedua belah
pihak
d. Semangat juang kaum Mawalli menurun
21. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemunduran Daulah Bani Umayyah adalah….
a. Perang yang berkepanjangan dengan kerajaan Romawi
b. Perpecahan dalam keluarga kerajaan
c. Banyaknya pemberontakan dan protes dari Mawalli
d. Terputusnya silsilah keluarga Bani Umayyah
22. Yang menjadi Alasan tidak puasnya kaum Mawalli terhadap pemerintahan Daulah Bani
Umayyah adalah….
a. Merasa di nomorduakan karena kaum Mawalli tidak memperoleh hak yang sama
dengan warga asli keturunan Arab
b. Tidak terpantaunya daerah di Irak karena letaknya dari ibu kota terlalu jauh
c. Kaum Mawalli dibebani pajak yang sangat tinggi
d. Kurangnya dukungan pemerintah terhadap warga Irak dan Persia
23. Berikut dibawah ini yang merupakan gerakan-gerakan oposisi yang muncul ketika masa
Akhir pemerintahan Daulah Bani Umayyah ialah….
a. Kaum Syi’ah dan Khawarij c. Kaum Mawalli dan Bani Abbas
b. Kaum Muhajirin dan Anshar d. Golongan Riddah dan Munafiqin
24. Sesuatu yang baru dalam kehidupan umat Muslim disebut….
a. Haram c. Makruh
b. Bid’ah d. Subhat
25. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang di pelopori oleh keturunan….
a. Bani Abbas dan Bani Hasyim c. Bani Asad dan Bani Tamimi
b. Bani Amar dan Bani Yasir d. Bani Buwaihiyah dan Bani Qainuqa
26. Khalifah Umar bin Abdul Aziz terkenal karena….
a. Kesederhanaannya c. Ketegasannya
b. Keberaniannya d. Kecerdasannya
27. Salah satu upaya Khalifah Umar bin Abdul Aziz agar menyelesaikan Perselisihan orang
Arab dengan Kaum Mawalli adalah….
a. Menyamakan status sosial antara Golongan Arab dan Kaum Mawalli
b. Memecat semua pejabat dan menggantinya dari kaum Mawalli
c. Menghapus pajak dan menggratiskan pendidikan
d. Memindahkan ibu kota ke Kufah
28. Salah satu kebijakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam bidang agama adalah….
a. Menghidupkan kembali Baitul Mal c. Memperindah Masjid
b. Membentuk seni kaligrafi d. Mengubah Geraja-geraja menjadi Masjid
29. Bukti dari kecintaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz terhadap Rasulullah SAW dan Ilmu
pengetahuan adalah….
a. Mengumpulkan Hadist c. Meneliti daerah terpencil
b. Membangun tempat pelatihan d. Membuka buku percetakan
30. Bukti kesederhanaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khalifah-khalifah dari Bani
Umayyah sebelumnya adalah….
a. Menolak semua fasilitas yang diberikan untuk seorang Khalifah
b. Menyerahkan semua tunjangan-tunjangan Khalifah kepada fakir miskin
c. Menghapus sistem pengawalan ketat Khalifah agar dekat dengan rakyat
d. Hidup biasa-biasa saja
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : MTS Tarbiyatus Sibyan
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan ke : Ke-1
Alokasi Waktu : 2X40 Menit
Standar Kompetensi : Memahami Perkembangan Kebudayaan Islam
Pada Masa Daulah Bani Umayyah
A. Kompetensi Dasar
1. Menceritakan sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah
B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
1. Menjelaskan Sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah
2. Menyebutkan Tokoh-tokoh yang Berperan Penting dalam Proses
berdirinya Daulah Bani Umayyah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa diharapkan dapat memahami sejarah berdirinya Daulah Bani
Umayyah.
2. Siswa diharapkan dapat mengetahui tokoh-tokoh dibalik sejarah
berdirinya Daulah Bani Umayyah.
3. Siswa diharapkan dapat mengambil ibrah dan pelajaran berharga dari
peristiwa proses berdirinya Daulah Bani Umayyah.
D. Materi Pembelajaran
A. Sejarah Dinasti Umayyah
Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin
„Abdul Syams bin Abdul Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah
Quraisy pada zaman jahiliyah. Bani Umayyah baru masuk agama Islam pada
fathul Makkah. Memasuki tahun ke 40 H/660 M, Pertikaian politik terjadi
dikalangan umat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali
bin Abi Thalib. Setelah khalifah terbunuh, umat Islam di wilayah Iraq
mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara
itu Mu‟awiyah bin Abi Sufyan sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus)
juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu‟awiyah bin Abi
Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya
kepada Mu‟awiyyah bin Abi Sufyan. Mu'awiyah merupakan pendiri dinasti
Bani Umayyah. Karier politik Mu'awiyah mulai meningkat pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab. Setelah kematian Yazid bin Abu Sufyan
pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah diangkat menjadi kepala di sebuah kota
di Syria. Karena sukses memimpinya, menjadi gubernur Syria oleh khalifah
Umar. Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat melancarkan
perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah kekuasaan
Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah
terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya
sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu Mu'awiyah mulai berambisi untuk
menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti Umayyah. Setelah menurunkan
Hasan Ibn Ali, Mu'awiyah menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan
menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama
masa kekuasaannya.
E. Metode Pembelajaran
1. Metode Halaqah
2. Metode Tanya Jawab
3. Metode Diskusi Kelompok
4. Penugasan
F. Pelaksanaan Pembeajaran
1. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru membimbing
siswa berdoa dan
Mengabsen siswa
Siswa berdoa dengan
seksama dan Siswa
menyatakan bahwa
dirinya hadir dalam
proses pembelajaran
1. Disiplin
2. Religius
Mengulas sedikit
materi yang telah
dipelajari
sebelumnya
“Khulafaur
Rasyidin-Khalifah
Ali bin Abi Thalib”
dengan memberikan
beberapa pertanyaan
yang berkaitan
dengan topic
bahasan tersebut
1. Siswa menyimak
2. Siswa menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang
diberikan oleh guru
1. Kreatif
2. Mandiri
3. Kegiatan inti
a) Eksplorasi (30 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menjelaskan topik
materi yang akan
dipelajari
1. Disiplin
2. Kreaatif
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
mengenai Sejarah
berdirinya Daulah
Bani Umayyah
Siswa menyimak dan
mencatat hal-hal yang
penting terkait dengan
materi sejarah Proses
berdirinya Daulah Bani
Umayyah
Guru menjelaskan
materi “Sejarah
berdirinya Daulah
Bani Umayyah”
menampilkan peta
Timur Tengah dan
Silsilah Mu‟awiyah
bin Abi Sufyan
b) Elaborasi (20 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menanyakan
kepada siswa
mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
Siswa bertanya kepada
guru mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
5. Bertanggung jawab
Membuat diskusi
kelompok siswa
yang terdiri dari 5-6
siswa/kelompok
Siswa berdiskusi
mengenai Sejarah
berdirinya Daulah Bani
Umayyah dan diberikan
kesempatan untuk
memberikan satu
pertanyaan kepada
kelompok lainnya. Jika
kelompok yang tertuju
tidak dapat memberikan
jawaban, maka
pertanyaan tersebut
dapat di jawab oleh
kelompok lain.
c) Konfirmasi (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru meluruskan
kesalahpahaman
hasil diskusi dan
tanya jawab siswa
Siswa menyimak
d) Penutup(10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
menyimpulkan
materi yang telah
diajarkan
Siswa menyimak dan
mencatat kesimpulan
yang diberikan oleh guru
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
Memberikan sedikit
gambaran mengenai
tema bahasan
berikutnya
Memberikan
motivasi betapa
pentingnya belajar
dan meningkatkan
minat baca pada
siswa
4. Alat dan Sumber Belajar
a. Buku sejarah Kebudayaan Islam KTSP
b. Buku Sejarah Kebudayaan Islam K-13
c. Buku Pegangan Siswa
d. Peta Timur Tengah
G. Evaluasi Pembelajaran
a. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Nomor Soal
Skoring
Menceritakan
Proses
Berdirinya
Daulah Bani
Umayyah
1. Pre-test awal
pembelajaran
2. Postest Akhir
Pembelajaran
PG
1,2,3,4,5,6,7,8,9
10
10
Jumlah 10 100
Keterangan:
1) Nilai maksimal merupakan nilai tertinggi yang di peroleh oleh
siswa
2) Nilai perolehan merupakan nilai yang didaapat oleh siswa setiap
menjawab dengan benar 1 dari 10 soal SKI. Dan setiap 1 soal
mendapat skor 10
a. Analisis Butir Soal
Nomor
Soal
Bentuk
Soal
Point Soal Tingkat
Kesukaran
1 PG Pendiri Dinasti Bani Umayyah
adala…
Sedang
2 PG Nama Daulah Bani Umayyah
diambil dari Nama…
Sedang
3 PG Bani Umayyah masuk Agama
Islam ketika peristiwa…
Mudah
4 PG Karir politik Mu‟awiyah bin Abi
Sufyan meningkat pada masa
pemerintahan…
Mudah
5 PG Jabatan yang dipegang oleh
Mu‟awiyah bin Abu Sufyan pada
Masa Khalifah Umar bin Khattab
adalah…
Mudah
6 PG Prestasi yang diperoleh Mu‟awiyah
ketika menjabat Gubernur Syria
adalah…
Mudah
7 PG Perselisihan dalam tubuh Umat
Islam terjadi ketika masa
pemerintahan Khalifah…
Mudah
8 PG Perselisihan antara golongan Ali
dan golongan Mu‟awiyah
menyebabkan pecahnya perang
yang disebut
Sedang
9 PG Setelah terbunuhnya Ali bin abi
Thalib, warga Irak mengangkat
Putranya yang tertua untuk menjadi
Sedang
Khalifah bernama
10 PG Alasan Hasan bin Ali menyerahkan
kekuasaan kepada Mu‟awiyah bin
Abu Sufyan Adalah
Sulit
Guru Mata Pelajaran SKI Mengetahui: Kepala Sekolah MTS
Tarbiyatus Sibyan
Muhammad Alvin Sudinata Drs. H. Adang Maryadi
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Nama Sekolah : MTS Tarbiyatus Sibyan
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan ke : Ke-1
Alokasi Waktu : 2X40 Menit
Standar Kompetensi : Memahami Perkembangan Kebudayaan Islam
Pada Masa Daulah Bani Umayyah
A. Kompetensi Dasar
1. Menceritakan Sejarah Berdirinya Daulah Bani Umayyah
B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
1. Menjelaskan Sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah
2. Menyebutkan Tokoh-tokoh yang Berperan Penting dalam Sejarah
berdirinya Daulah Bani Umayyah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa diharapkan dapat memahami Sejarah berdirinya Daulah Bani
Umayyah.
2. Siswa diharapkan dapat mengetahui tokoh-tokoh dibalik Sejarah
berdirinya Daulah Bani Umayyah.
3. Siswa diharapkan dapat mengambil ibrah dan pelajaran berharga dari
peristiwa Sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah.
D. Materi Pembelajaran
A. Sejarah Dinasti Umayyah
Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin
„Abdul Syams bin Abdul Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah
Quraisy pada zaman jahiliyah. Bani Umayyah baru masuk agama Islam pada
fathul Makkah. Memasuki tahun ke 40 H/660 M, Pertikaian politik terjadi
dikalangan umat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali
bin Abi Thalib. Setelah khalifah terbunuh, umat Islam di wilayah Iraq
mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara
itu Mu‟awiyah bin Abi Sufyan sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus)
juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu‟awiyah bin Abi
Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya
kepada Mu‟awiyyah bin Abi Sufyan. Mu'awiyah merupakan pendiri dinasti
Bani Umayyah. Karier politik Mu'awiyah mulai meningkat pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab. Setelah kematian Yazid bin Abu Sufyan
pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah diangkat menjadi kepala di sebuah kota
di Syria. Karena sukses memimpinya, menjadi gubernur Syria oleh khalifah
Umar. Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat melancarkan
perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah kekuasaan
Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah
terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya
sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu Mu'awiyah mulai berambisi untuk
menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti Umayyah. Setelah menurunkan
Hasan Ibn Ali, Mu'awiyah menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan
menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama
masa kekuasaannya.
E. Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
2. Metode Tanya Jawab
3. Penugasan
F. Pelaksanaan Pembeajaran
1. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru membimbing
siswa berdoa dan
Mengabsen siswa
Siswa berdoa dengan
seksama dan Siswa
menyatakan bahwa
dirinya hadir dalam
proses pembelajaran
1. Disiplin
2. Religius
Mengulas sedikit
materi yang telah
dipelajari
sebelumnya
“Khulafaur
Rasyidin-Khalifah
Ali bin Abi Thalib”
dengan memberikan
beberapa pertanyaan
yang berkaitan
dengan topic
bahasan tersebut
5. Siswa menyimak
6. Siswa menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang
diberikan oleh guru
1. Kreatif
2. Mandiri
7. Kegiatan inti
e) Eksplorasi (50 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menjelaskan topik
materi yang akan
dipelajari
1. Disiplin
2. Kreaatif
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
mengenai Sejarah
berdirinya Daulah
Bani Umayyah
Siswa menyimak dan
mencatat hal-hal yang
penting terkait dengan
materi sejarah Sejarah
berdirinya Daulah Bani
Umayyah
Guru menjelaskan
materi “ Sejarah
berdirinya Daulah
Bani Umayyah”
menampilkan peta
Timur Tengah dan
Silsilah Mu‟awiyah
bin Abi Sufyan
f) Konfirmasi (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru meluruskan
kesalahpahaman
tanya jawab siswa
Siswa menyimak
g) Penutup(10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
menyimpulkan
materi yang telah
diajarkan
Siswa menyimak dan
mencatat kesimpulan
yang diberikan oleh guru
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
Memberikan sedikit
gambaran mengenai
tema bahasan
berikutnya
Memberikan
motivasi betapa
pentingnya belajar
dan meningkatkan
minat baca pada
siswa
8. Alat dan Sumber Belajar
a. Buku sejarah Kebudayaan Islam KTSP
b. Buku Pegangan Siswa
c. Peta Timur Tengah
G. Evaluasi Pembelajaran
A. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Nomor Soal
Skoring
Menceritakan
Proses
Berdirinya
Daulah Bani
Umayyah
1. Pre-test awal
pembelajaran
2. Postest Akhir
Pembelajaran
PG
1,2,3,4,5,6,7,8,9
10
10
Jumlah 10 100
Keterangan:
3) Nilai maksimal merupakan nilai tertinggi yang di peroleh oleh
siswa
4) Nilai perolehan merupakan nilai yang didaapat oleh siswa setiap
menjawab dengan benar 1 dari 10 soal SKI. Dan setiap 1 soal
mendapat skor 10
b. Analisis Butir Soal
Nomor
Soal
Bentuk
Soal
Point Soal Tingkat
Kesukaran
1 PG Pendiri Dinasti Bani Umayyah
adalah…
Sedang
2 PG Nama Daulah Bani Umayyah
diambil dari Nama…
Sedang
3 PG Bani Umayyah masuk Agama
Islam ketika peristiwa…
Mudah
4 PG Karir politik Mu‟awiyah bin Abi
Sufyan meningkat pada masa
pemerintahan…
Mudah
5 PG Jabatan yang dipegang oleh
Mu‟awiyah bin Abu Sufyan pada
Masa Khalifah Umar bin Khattab
adalah…
Mudah
6 PG Prestasi yang diperoleh Mu‟awiyah
ketika menjabat Gubernur Syria
adalah…
Mudah
7 PG Perselisihan dalam tubuh Umat
Islam terjadi ketika masa
pemerintahan Khalifah…
Mudah
8 PG Perselisihan antara golongan Ali
dan golongan Mu‟awiyah
menyebabkan pecahnya perang
yang disebut
Sedang
9 PG Setelah terbunuhnya Ali bin abi
Thalib, warga Irak mengangkat
Putranya yang tertua untuk menjadi
Khalifah bernama
Sedang
10 PG Alasan Hasan bin Ali menyerahkan
kekuasaan kepada Mu‟awiyah bin
Abu Sufyan Adalah
Sulit
Guru Mata Pelajaran SKI Mengetahui: Kepala Sekolah MTS
Tarbiyatus Sibyan
Muhammad Alvin Sudinata Drs. H. Adang Maryadi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : MTS Tarbiyatus Sibyan
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan ke : Ke-2
Alokasi Waktu : 2X40 Menit
Standar Kompetensi : Memahami Perkembangan Kebudayaan Islam
pada Masa Daulah Bani Umayyah
A. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan Sejarah Berdirinya Daulah Bani Umayyah
B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
1. Menjelaskan Sistem pemerintahan Daulah Bani Umayyah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa diharapkan dapat memahami proses berdirinya Daulah Bani
Umayyah.
2. Siswa diharapkan dapat mengetahui Sistem pemerintahan Daulah Bani
Umayyah.
3. Siswa diharapkan dapat mengambil ibrah dan pelajaran berharga dari
Sistem pemerintahan Daulah Bani Umayyah.
D. Materi Pembelajaran
B. Sistem Pemerintahan Dinasti Umayyah
Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi khalifah pertama dinasti Bani
Umayah setelah Hasan bin Ali bin Abu Thalib menyerahkan kekhalifahannya
kepada Muawiyah. Sebelumnya, Muawiyah menjabat sebagai gubernur syiria.
Selama berkuasa di Syiria, Muawiyah mengandalkan orang-orang Syiria
dalam mempeluas batas wilayah Islam. Ia mampu membentuk pasukan Syria
menjadi satu kekuatan militer Islam yang terorganisir dan berdisiplin tinggi.
ia membangun sebuah Negara yang stabil dan terorganisir.
Dalam pengelolaan pemerintahan, Muawiyah mendirikan du departemen
yaitu pertama, diwanulkhatam yang fungsinya adalah mencatat semua
peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah. Kedua, diwanulbarid yang
fungsinya adalah memberi tahu pemerintah pusat tentang perkembangan yang
terjadi di semua provinsi.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat
Monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai
diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Pada 679 M,
Mu‟awiyah menunjuk puteranya Yazid untuk menjadi penerusnya. Muawiyah
bin Abu Sufyan menerapkan sistem monarki dipengaruhi oleh sistem monarki
yang ada di Persia dan Bizantium. Dalam perkembangan selanjutnya, setiap
Khalifah menobatkan salah seorang anak atau kerabat sukunya yang
dipandang sesuai untuk menjadi penerusnya. Sistem yang diterapkan
Mu‟awiyah mengakhiri bentuk demokrasi. Kekhalifahan menjadi monarchi
heridetis (kerajaan turun temurun), yang di peroleh tidak dengan pemilihan
atau suara terbanyak..
E. Metode Pembelajaran
1. Metode Halaqah
2. Metode Tanya Jawab
3. Mengomentari gambar-gambar yang berkaitan
4. Metode Diskusi Kelompok
F. Pelaksanaan Pembeajaran
1. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru Siswa berdoa 1. Disiplin
membimbing
siswa berdoa
dan Mengabsen
siswa
dengan seksama
dan Siswa
menyatakan
bahwa dirinya
hadir dalam proses
pembelajaran
1. Religius
Mengulas
sedikit materi
yang telah
dipelajari
sebelumnya
“Sejarah
Berdirinya
Daulah Bani
Umayyah”
dengan
memberikan
beberapa
pertanyaan yang
berkaitan
dengan topic
bahasan tersebut
9. Siswa
menyimak
10. Siswa
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan
yang diberikan
oleh guru
1. Kreatif
2. Mandiri
2. Kegiatan inti
a) Eksplorasi (30 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menjelaskan topik
materi yang akan
1. Disiplin
2. Kreaatif
dipelajari
Siswa menyimak dan
mencatat hal-hal yang
penting terkait dengan
materi sejarah Proses
berdirinya Daulah Bani
Umayyah
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
mengenai system
pemerintahan
Daulah Bani
Umayyah
Guru menjelaskan
materi “ Sistem
Pemerintahan
Daulah Bani
Umayah”
menampilkan peta
Timur Tengah dan
Peta konsep Siklus
Pemerintahan
b) Elaborasi (20 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menanyakan
kepada siswa
mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
Siswa bertanya kepada
guru mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
5. Bertanggung jawab
Menugaskan Siswa
untuk
mengomentari
bentuk
Siswa langsung
menjawab pertanyaan
tersebut dan
membacakan hasil
pemerintahan yang
diterapkan oleh
Daulah Bani
Umayyah dan
membandingkannya
dengan sistem
pemerintahan di
Indonesia
analisanya di depan
teman-temannya.
c) Konfirmasi (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru meluruskan
kesalahpahaman
hasil diskusi dan
tanya jawab siswa
Siswa menyimak
d) Penutup(10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
menyimpulkan
materi yang telah
diajarkan
Siswa menyimak dan
mencatat kesimpulan
yang diberikan oleh guru
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
Memberikan sedikit
gambaran mengenai
tema bahasan
berikutnya
Memberikan
motivasi betapa
pentingnya belajar
dan meningkatkan
minat baca pada
siswa
3. Alat dan Sumber Belajar
a. Buku Sejarah Kebudayaan pegangan guru
b. Buku Pegangan Siswa
c. Peta Timur Tengah
d. Peta konsep Siklus Sistem Pemerintahan
G. Evaluasi Pembelajaran
B. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Nomor Soal
Skoring
Menceritakan
Proses
Berdirinya
Daulah Bani
Umayyah
1. Pre-test awal
pembelajaran
2. Postest Akhir
Pembelajaran
Essay
Jumlah 10 100
Keterangan:
1) Nilai maksimal merupakan nilai tertinggi yang di peroleh oleh
siswa
2) Nilai perolehan merupakan nilai yang didaapat oleh siswa setiap
menjawab dengan benar 1 dari 10 soal SKI. Dan setiap 1 soal
mendapat skor 10
Guru Mata Pelajaran SKI Mengetahui: Kepala Sekolah MTS
Tarbiyatus Sibyan
Muhammad Alvin Sudinata Drs. H. Adang Maryadi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : MTS Tarbiyatus Sibyan
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan ke : Ke-3
Alokasi Waktu : 2X40 Menit
Standar Kompetensi : Memahami perkembangan masyarakat Islam
pada masa Daulah Bani Umayyah
A. Kompetensi Dasar
1. Mendeskripsikan Prestasi-prestasi yang dicapai Kekhalifahan Daulah Bani
Umayyah
B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
1. Menyebutkan Khalifah dalam pemerintahan Daulah Bani Umayyah
2. Menjelaskan kebijakan-kebijakan Khalifah dalam pemerintahan Daulah
Bani Umayyah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa diharapkan dapat mengetahui Khalifah dalam pemerintahan Daulah
Bani Umayyah
2. Diharapkan siswa dapat menjelaskan kebijakan-kebijakan Khalifah dalam
Pemerintahan Daulah Bani Umayah
3. Siswa diharapkan dapat mengambil ibrah dan pelajaran berharga dari
Khalifah dalam pemerintahan Daulah Bani Umayyah.
D. Materi Pembelajaran
Dinasti Bani Umayah berkuasa selama 90 tahun dari tahun 41 H s.d 132
H atau 661 M s.d 750 M. Selama dinasti Bani Umayah terdapat 14 khalifah
antara lain:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (41-60 H / 661-680 M)
Nama lengkapnya Mu‟awiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd
Syams bin Abdul Manaf, biasa dipanggil Abu Abdurrahman. Ia masyhur
dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia lahir di Makkah tahun 20 sebelum
hijrah. Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya adalah hindun binti Utbah. Ia
adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar, berwibawa, cerdas, cerdik,
badanya tinggi besar, dan kulitnya putih. Ia masuk Islam bersama ayah, ibu,
dan saudaranya Yazid pada saat pembukaan kota Makkah tahun 8 H. Ia
pernah ikut perang Hunain dan ia adalah seorang juru tulis Al Qur‟an.
Karir politiknya diawali ketika Umar bin Khattab pernah menugaskan
sebagai gubernur Yordania. Dan pada masa Utsman bin Affan , dia ditugaskan
menjadi gubernur Syiria.
Muawiyah menjadi Khalifah pada tahun 41 H setelah Hasan bin Ali
menyerahkan khilafah kepadanya. Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan
dinasti Bani Umayyah dan sebagai khalifah pertama. Ia memindahkan ibukota
dari Madinah al Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Syiria. Pada
masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam
yang terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia juga
mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh
tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga
menetapkan aturan kiriman pos.
Muawiyah bin Abu Sufyan menerapkan sistem monarchiheridetis
(kepemimpinan secara turun temurun). Ia menunjuk anaknya, Yazid bin
Muawiyah sebagai penerusnya. Ia mengadopsi dari sistem monarki yang ada
di Persia dan Bizantium.
Muawiyah bin Abu Sufyan berkuasa selama 20 tahun. Ia meninggal Dunia
dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman Bab Al-
Shagier.
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 H / 680-683 M)
Nama lengkapnya Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia dilahirkan pada
tanggal 23 Juli 645. Pada masa kekhalifahan ayahnya, beliau menjadi seorang
pangglima yang cukup penting. Pada tahun 668, Khalifah Muawiyah
mengirim pasukan dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah untuk melawan
Kekaisaran Bizantium. Yazid mencapai Chalcedon dan mengambil alih kota
penting Bizantium, Amorion. Meskipun kota tersebut direbut kembali,
pasukan arab kemudian menyerang Chartago dan Sisilia pada tabun 669. Pada
tahun 670, pasukan Arab mencapai Siprus dan mendirikan pertahanan disana
untuk menyerang jantung Bizantium. Armada Yazid menaklukan Smyrna dan
kota pesisisr lainnya pada tahun 672.
Khalifah Muawiyah wafat pada tanggal 6 Mei 680. Yazid bin Muawiyah
menjadi Khalifah selanjutnya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34
tahun. Pengangkatnyan berdasarkan kebijakan Khalifah Muawiyah
menerapkan sistem monarki. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di
Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat
kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk
mengambil sumpah setia kepadanya.
Selama berkuasa, Yazid bin Muawiyah mencoba melanjutkan kebijakan
ayahnya dan menggaji banyak orang yang membantunya. Ia memperkuat
struktur administrasi khilafah dan memperbaiki pertahanan militer Syiria,
basis kekuatan Bani Umayyah. Sistem keuangan diperbaiki. Ia mengurangi
pajak beberapa kelompok Kristen dan menghapuskan konsesi pajak yang
ditanggung orang-orang Samara sebagai hadiah untuk pertolongan yang telah
disumbangkan di hari-hari awal penaklukan Arab. Ia juga membayar
perhatian berarti pada pertanian dan memperbaiki sistem irigasi di oasis
Damaskus.
Ia meninggal pada tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa
pemerintahannya ialah tiga tahun dan enam bulan. Kemudian kekhalifahan
turun kepada anaknya, Muawiyah Bin Yazid.
3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H / 683-683 M)
Nama lengkapnya Muawiyah bin Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia
adalah seorang pemuda yang tampan.Dia disebut juga Abu Abdurrahman, ada
juga yang menyebutnya Abu Yazid dan Abu Laila. Beliau anak Yazid yang
lemah dan sakit-sakitan,disamping itu dia adalah seorang ahli Kimia pada
masa pemerintahan Kakeknya Muawiyah bin Abu Sufyan.
Muawiyah bin Yazid menjadi Khalifah atas dasar wasiat ayahnya pada bulan
Rabiul Awal tahun 64 Hijriah atau berkenaan tahun 683 M. Muawiyah bin
Yazid diangkat menjadi Khalifah pada usia 23 tahun. Dia adalah seorang
pemuda yang shalih. Ketika dia diangkat menjadi khalifah dia sedang
menderita sakit. Sakitnya semakin keras, akhirnya dia meninggal dunia. Dia
bahkan tidak pernah keluar pintu sejak dia diangkat menjadi khalifah. Dia
belum sempat melakukan apa-apa,dan belum pernah menjadi imam sholat
untuk rakyatnya. Ada yang mengatakan bahwa masa kekhalifahannya sekitar
40 hari ada pula yang mengatakan dia menjadi khalifah selama 2 bulan,ada
yang mengatakan juga 3 bulan dan ada juga 6 bulan.
4. Marwan bin Hakam (64-65 H / 684-685 M)
Nama lengkapnya Marwan bin Hakam bin Abul „Ash. Ia merupakan
Khalifah keempat dari Dinasti Bani Umaiyyah setelah Muawiyyah bin Yazid
wafat. menurut silsilah, dia merupakan cucu dari Abul „Ash yang juga
merupakan kakek dari Ustman bin Affan. Setelah terputusnya keturunan
Muawiyyah di kekuasaan Muawiyyah bin Yazid maka kursi kekuasaan
beralih ke Bani Marwan setelah keluarga besar Umayyah mengangkatnya
sebagai khalifah. Karena mereka menganggap Marwan bin Hakam adalah
orang yang tepat untuk mengendalikan kekuasaan karena pengalamanya.
ketika itu kondisi tidak stabil dan banyak terjadi perecahan ditubuh bangsa
Arab.
Pada Masa Khalifah Muawiyyah bin Abu Sufyan, Marwan bin Hakam
diangkat menjadi gubernur di Madinah. Pada masa inilah, Marwan diserahi
jabatan gubernur untuk wilayah Hijaz yang berkedudukan di Madinah. Ketika
penduduk Madinah menyatakan dukungan kepada Abdullah bin Zubair,
Marwan melarikan diri ke Damaskus.
Pertentangan antara pihak Abdullah bin Zubair dan Marwan bin Hakam
mencapai puncaknya pada Perang Marju Rahith yang terjadi pada 65 H. Pada
peperangan ini pasukann Abdullah bin Zubair mengalami kekalahan cukup
telak. Penduduk wilayah Mesir dan Libya yang semula berpihak padanya,
mengangkat baiat atas Marwan. Namun wilayah Hijaz, Irak dan Iran tetap
tunduk kepada Abdullah bin Zubair.
Dengan demikian, pada masa itu wilayah Islam terpecah menjadi dua
khilafah. Daerah Hijaz dan sekitarnya termasuk Makkah dan Madinah tunduk
kepada Abdullah bin Zubair. Sedangkan wilayah Syria berada dalam
kekuasaan Marwan bin Hakam.
Untuk mengukuhkan jabatan khilafahnya itu, Marwan bin Hakam yang
sudah berusia 63 tahun itu mengawini Ummu Khalid, janda Yazid bin
Muawiyah. Perkawinan yang tidak seimbang itu sangat kental aroma politik.
Dengan mengawini janda Yazid, Marwan bermaksud menyingkirkan Khalid,
putra termuda Yazid dari tuntutan khilafah.
Marwan bin Hakam meninggal pada usia 63 tahun. Ia hanya menjabat sebagai
khalifah selama 9 bulan 18 hari.
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H / 685-705 M)
Nama lengkapnya Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul „Ash. Ia
dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685 M.
Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan
dan kemulian. Ia terpandang sebagai Khalifah yang perkasa dan negarawan
yang cakap dan berhasil memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari para
pemberontak.
Dalam ekspansi ke timur ini, khalifah Abdul Malik bin Marwan
melanjutkan peninggalan ayahnya. Ia mengirim tentara menyeberangi sungai
Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia,
Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai
Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan.
Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang
dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang
tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-
pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
Pada masa Abdul Malik bin Marwan, Dinasti bani Umayyah dapat
mencapai puncak kejayaannya. Ia meninggal pada tahun 705 M dalam usia
yang ke-60 tahun. Ia meninggalkan karya-karya terbesar didalam sejarah
Islam. Masa pemerintahannya berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan.
6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H / 705-715 M)
Nama lengkapnya Walid bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin
Abul „Ash. Masa pemerintahan Walid bin Malik adalah masa ketentraman,
kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa
pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah
kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa pada
tahun 711 M. Perluasan ke arah Barat dipimpin oleh panglima Islam, Thariq
bin Ziyad. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad
dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko
(magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat
dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya.
Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul
setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu
kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Kemudian pasukan Islam
dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga berhasil menaklukkan Sidonia,
Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth,
Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk
bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre. Pasukan Islam
memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan
pembangunan besar-besaran selama masa pemerintahannya untuk
kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid bin Abdul Malik meninggalkan nama
yang sangat harum dalam sejarah Dinasti Bani Umayyah dan merupakan
puncak kebesaran Daulah tersebut.
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H / 715-717 M)
Nama lengkapnya Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin
Ash, panggilanya Abu Ayub. Lahir di Madinah pada tahun 54 H. Ia
merupakan saudara dari Walid bin Abdul Malik, khalifah sebelumnya. Dia
diangkat sebagai khalifah pada tahun 96 H pada usia 42 tahun. Menjelang saat
terakhir pemerintahannya, ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar
bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan
memegang jabatan wazir besar.
Ia menunjuk umar bin Abdul Azis sebagai penerusnya. Dan menjadikan
Yazid bin Abdul Malik sebagai khalifah setelah Umar bin abdul azis
Masa pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan.
8. Umar bin Abdul-Aziz (99-101 H / 717-720 M)
Nama lengkapnya Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abul
„Ash. Ia merupakan sepupuh khalifah sebelumnya, Sulaeman bin Abdul
Malik. Ia menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia terkenal adil dan
sederhana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman
khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar meninggalkan semua kemegahan
Dunia yang selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.
Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, ia berhasil menjalin
hubungan baik dengan Syi‟ah. Ia juga memberi kebebasan kepada penganut
agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab) disejajarkan dengan
Muslim Arab. Pemerintahannya membuka suatu pertanda yang
membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi
teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia
meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir
Simon.
9. Yazid bin Abdul-Malik (101-105 H / 720-724 M)
Nama lengkapnya Yazid bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin
Abul „Ash. Ia merupakan sepupu khalifah sebelumnya, Umar bin Abdul Azis.
Ia menjabat khalifah kesembilan Daulah Umayyah pada usia 36 tahun.
Khalifah yang sering dipanggil dengan sebutan Abu Khalid ini lahir pada 71
H. Ia menjabat khalifah atas wasiat saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik. Ia
dilantik pada bulan Rajab 101 H.
Ia mewarisi Dinasti Bani Umayyah dalam keadaan aman dan tenteram.
Pada masa awal pemerintahannya, Yazid bertindak menuruti kebijakan
Khalifah Umar bin Abdul Azis sebelumnya. Namun hal itu tidak berlangsung
lama. Setelah itu terjadi perubahan. Karena banyak penasihat yang tidak
setuju dengan kebijakan positif yang diterapkan Umar bin Abdul Azis.
Sebelum Yazid meninggal, sempat terjadi konflik antara dirinya dan
saudaranya, Hisyam bin Abdul Malik. Namun hubungan keduanya baik
kembali setelah Hisyam lebih banyak mendampingi sang khalifah hingga
wafat. Ia meninggal dunia pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannya hanya
berkisar 4 tahun satu bulan
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H / 724-743 M)
Nama lengkapnya Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin
Abul „Ash. Ia merupakan saudara kandung khalifah sebelumnya, Yazid bin
Abdul Malik. Ia menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35 tahun. Ia
terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada masa
pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat
bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani
Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang
sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu
menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru,
Bani Abbas.
Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan jasa yang
banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua
kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya,
kerana gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah tidak mampu
mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam
kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami
kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743 M, ia
wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 19
tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah yang tampil bukan
hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat
runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.
11. Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126 H / 743-744 M)
Nama lengkap Walid bin Yazid bin Abdul Malik. Ia adalah keponakan
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, khalifah sebelumnya. Ia adalah anak dari
Yazid bin Abdul Malik, Khalifah kesembilan dinasti Bani Umayah. Pada
masa pemerintahnya, Dinasti Umayah menDinasti Umayah mengalami
kemunduran. Ia memiliki prilaku buruk dan suka melanggar norma agama.
Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.
Adapun kebijakan yang paling utama yang dilakukan oleh Walid bin Yazid
ialah melipatkan jumlah bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta
dan orang-orang lanjut usia yang tidak mempunyai famili untuk merawatnya.
Ia menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan tersebut dan menyediakan
perawat untuk masing-masing orang.
Masa pemerintahannya berlangsung selama 1 tahun, 2 bulan. Dia wafat
dalam usia 40 tahun.
12 Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126-127 H/ 744 M)
Nama lengkap Yazid bin Walik bin Abdul Malik, sepupuh dari khalifah
sebelumnya, Walid bin Yazid bin Abdul Malik. Ia adalah anak dari Walid bin
Abdul Malik, Khalifah keenam dinasti Bani Umayah. Pemerintahan Yazid bin
Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat, karena kebijakannya suka
mengurangi anggaran belanja negara. Masa pemerintahannya tidak stabil dan
banyak pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung selama 16 bulan.
Dia wafat dalam usia 46 tahun.
13 Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik (127 H / 744 M)
Nama Lengkap Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik, saudara kandung
Yazid bin Walid bin Abdul Malik, Khalifah sebelumnya. Dia diangkat
menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat di dalam lingkungan keluarga
Bani Umayyah dan rakyatnya. Kerana itu, keadaan negara semakin kacau
dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar
berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka rela
mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat terhadap
Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada
tahun 132 H.
14. Marwan bin Muhammad (127-133 H / 744-750 M)
Nama lengkap Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Ia adalah
cucu dari khalifah keempat bani Umayah, Marwan bin Hakam dan
keponakan Khalifah kelima, Abdul Malik bin Marwan. Beliau seorang ahli
negara yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat
ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah
dengan pendukung yang kuat.
Marwan bin Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus.
Namun Abdullah bin Ali yang ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As
Syaffah selalu mengejarnya. akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di
Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang
yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada
tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian berakhirlah
dinasti Bani Umayyah, dan kekuasaan selanjutnya dipegang oleh Bani
Abbasiyah.
E. Metode Pembelajaran
1. Metode Halaqah
2. Metode Tanya Jawab
3. Mengomentari gambar-gambar yang berkaitan/poster Coment
4. Metode Diskusi Kelompok
F. Pelaksanaan Pembeajaran
a. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru
membimbing
siswa berdoa
dan Mengabsen
siswa
Siswa berdoa dengan
seksama dan Siswa
menyatakan bahwa
dirinya hadir dalam
proses pembelajaran
1. Disiplin
2. Religius
Mengulas
sedikit materi
yang telah
dipelajari
sebelumnya
“Sistem
Pemerintahan
Daulah Bani
Umayyah”
dengan
memberikan
beberapa
pertanyaan yang
berkaitan
dengan topic
1. Siswa menyimak
2. Siswa menjawab
pertanyaan-
pertanyaan yang
diberikan oleh guru
1. Kreatif
2. Mandiri
bahasan tersebut
b. Kegiatan inti
a) Eksplorasi (30 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menjelaskan topik
materi yang akan
dipelajari
Siswa menyimak dan
mencatat hal-hal yang
penting terkait dengan
materi sejarah Proses
berdirinya Daulah Bani
Umayyah
1. Disiplin
2. Kreaatif
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
Guru menjelaskan
materi
menampilkan peta
Timur Tengah,
masjid Umayyah-
Damaskus, gambar-
gambar bentuk
pasukan Romawi
beserta atributnya.
b) Elaborasi (20 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menanyakan
kepada siswa
Siswa bertanya kepada
guru mengenai materi-
1. Disiplin
mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
materi yang belum
dipahami
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
5. Bertanggung jawab
Menugaskan Siswa
untuk
mengomentari
bagaimana menurut
kalian Prestasi-
prestasi yang
dicapai oleh
Khalifah-Khalifah
pada masa Daulah
Bani Umayyahndan
gambar-gambar
yang ditampilkan
Siswa langsung
menjawab pertanyaan
tersebut dan
membacakan hasil
analisanya di depan
teman-temannya.
c) Konfirmasi (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru meluruskan
kesalahpahaman
hasil diskusi dan
tanya jawab siswa
Siswa menyimak
d) Penutup(10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
menyimpulkan
materi yang telah
diajarkan
1. Disiplin
2. Kreatif
Memberikan sedikit
gambaran mengenai
tema bahasan
berikutnya
Siswa menyimak dan
mencatat kesimpulan
yang diberikan oleh guru
3. Komunikatif
4. Mandiri
Memberikan
motivasi betapa
pentingnya belajar
dan meningkatkan
minat baca pada
siswa
c. Alat dan Sumber Belajar
a. Buku sejarah Kebudayaan Islam KTSP
b. Buku Sejarah Kebudayaan Islam K-13
c. Buku Pegangan Siswa
d. Peta Timur Tengah
e. Peta dan Poster yang berkaitan dengan materi pembelajaran
G. Evaluasi Pembelajaran
Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Nomor Soal
Skoring
Menceritakan
Proses
Berdirinya
Daulah Bani
Umayyah
1. Pre-test
awal
pembelajaran
2. Postest Akhir
Pembelajaran
Essay
Jumlah 10 100
Guru Mata Pelajaran SKI Mengetahui: Kepala Sekolah MTS
Tarbiyatus Sibyan
Muhammad Alvin Sudinata Drs. H. Adang Maryadi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : MTS Tarbiyatus Sibyan
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan ke : Ke-4
Alokasi Waktu : 2X40 Menit
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan Perkembangan Kebudayaan
Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah
A. Kompetensi Dasar
1. Proses Kemunduran Daulah Bani Umayyah
B. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
1. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab kemunduran
pemerintahan Daulah Bani Umayyah
2. Dapat mengambil Pelajaran dari peristiwa kemunduran pemerintahan
Daulah Bani Umayyah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa diharapkan dapat memahami faktor-faktor yang menjadi penyebab
kemunduran Daulah Bani Umayyah.
2. Siswa diharapkan dapat menyebutkan faktor-faktor yang menjadi
penyebab pemerintahan Daulah Bani Umayyah.
3. Siswa diharapkan dapat mengambil ibrah dan pelajaran berharga dari
peristiwa kemunduran Daulah Bani Umayyah.
D. Materi Pembelajaran
. Faktor-Faktor Penyebab Mundurnya Dinasti Umayyah
Kebesaran yang dibangun oleh Daulah Bani Umayyah ternyata tidak dapat
menahan kemunduran dinasti yang berkuasa hampir satu abad ini, hal tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor yang kemudian mengantarkan pada titik
kehancuran. Diantara fakto-faktor tersebut adalah:
1. Terjadinya pertentangan keras antara kelompok suku Arab Utara (Irak)
yang disebut Mudariyah dan suku Arab Selatan (Suriah) Himyariyah,
pertentangan antara kedua kelompok tersebut mencapai puncaknya
pada masa Dinasti Umayyah karena para khalifah cenderung berpihak
pada satu etnis kelompok.
2. Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka yang
merupakan pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang
dikalahkan mendapat sebutan “Mawali”, suatu status yang
menggambarakan inferioritas di tengah-tengah keangkuhan orang-
orang Arab yang mendapat fasilitas dari penguasa Umayyah. Mereka
bersama-sama orang Arab mengalami beratnya peperangan dan
bahkan diatas rata-rata orang Arab, tetapi harapan mereka untuk
mendapatkan tunjangan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan.
Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini
jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan
kepada orang Arab.
3. Konfllik-konflik politik yang melatar belakangi terbentuknya Daulah
Umayyah. Kaum syi`ah dan khawarij terus berkembang menjadi
gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam
keutuhan kekuasaan Umayyah. Disamping menguatnya kaum
Abbasiyah pada masa akhir-akhir kekuasaan Bani Umayyah yang
semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat
menggeser kedudukan Bani Umayyah dalam memimpin umat.
4. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu
yang baru (bid‟ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek
senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem
pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak
sehat di kalangan anggota keluarga istana.
5. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh
sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah
tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa
karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang.
6. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan
Abbas bin Abdul Mutholib.. Gerakan ini mendapat dukungan penuh
dari Bani Hasyim dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh
pemerintahan Bani Umayyah.
E. Metode Pembelajaran
1. Metode Halaqah
2. Metode Tanya Jawab
3. Mengomentari gambar-gambar yang berkaitan
4. Metode Diskusi Kelompok
F. Pelaksanaan Pembeajaran
1. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru
membimbing
siswa berdoa
dan Mengabsen
siswa
Siswa berdoa dengan
seksama dan Siswa
menyatakan bahwa dirinya
hadir dalam proses
pembelajaran
1. Disiplin
2. Religius
Mengulas 3. Siswa menyimak 1. Kreatif
sedikit materi
yang telah
dipelajari
sebelumnya
dengan
memberikan
beberapa
pertanyaan yang
berkaitan
dengan topic
bahasan tersebut
1. Siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh
guru
2. Mandiri
2. Kegiatan inti
e) Eksplorasi (30 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menjelaskan topik
materi yang akan
dipelajari
Siswa menyimak dan
mencatat hal-hal yang
penting terkait dengan
materi faktor-faktor yang
menjadi penyebab
Kemunduran
pemerintahan Daulah
1. Disiplin
2. Kreaatif
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
mengenai faktor-
faktor yang menjadi
penyebab
Kemunduran
pemerintahan Daulah
Bani Umayyah
Guru menjelaskan
materi “faktor-faktor
yang menjadi
penyebab
Kemunduran
pemerintahan Daulah
Bani Umayyah
menampilkan peta
Timur Tengah dan
Peta konsep Siklus
Pemerintahan
Bani Umayyah
f) Elaborasi (20 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menanyakan
kepada siswa
mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
Siswa bertanya kepada
guru mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
5. Bertanggung jawab
Menugaskan Siswa
untuk
mengomentari
faktor-faktor yang
menjadi penyebab
Kemunduran
pemerintahan
Daulah Bani
Umayyah
Siswa langsung
menjawab pertanyaan
tersebut dan
membacakan hasil
analisanya di depan
teman-temannya.
g) Konfirmasi (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru meluruskan
kesalahpahaman
hasil diskusi dan
tanya jawab siswa
Siswa menyimak
h) Penutup(10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
menyimpulkan
materi yang telah
diajarkan
Siswa menyimak dan
mencatat kesimpulan
yang diberikan oleh guru
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
Memberikan sedikit
gambaran mengenai
tema bahasan
berikutnya
Memberikan
motivasi betapa
pentingnya belajar
dan meningkatkan
minat baca pada
siswa
3. Alat dan Sumber Belajar
e. Buku Sejarah Kebudayaan pegangan guru
f. Buku Pegangan Siswa
g. Peta Timur Tengah
h. Peta daerah Pendukung Daulah Bani Umayyah dan Peta Para
Pendukung Kekuatan Daulah Bani Abbasiyyah dan Kaum
Mawalli.
G. Evaluasi Pembelajaran
C. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Nomor Soal
Skoring
Menceritakan
Proses
Berdirinya
Daulah Bani
Umayyah
3. Pre-test awal
pembelajaran
4. Postest Akhir
Pembelajaran
Essay
Jumlah 10 100
Keterangan:
3) Nilai maksimal merupakan nilai tertinggi yang di peroleh oleh
siswa
4) Nilai perolehan merupakan nilai yang didaapat oleh siswa setiap
menjawab dengan benar 1 dari 10 soal SKI. Dan setiap 1 soal
mendapat skor 10
Guru Mata Pelajaran SKI Mengetahui: Kepala Sekolah MTS
Tarbiyatus Sibyan
Muhammad Alvin Sudinata Drs. H. Adang Maryadi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : MTS Tarbiyatus Sibyan
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan ke : Ke-4
Alokasi Waktu : 2X40 Menit
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan Perkembangan Kebudayaan
Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah
H. Kompetensi Dasar
2. Proses Kemunduran Daulah Bani Umayyah
I. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
3. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab kemunduran
pemerintahan Daulah Bani Umayyah
4. Dapat mengambil Pelajaran dari peristiwa kemunduran pemerintahan
Daulah Bani Umayyah
J. Tujuan Pembelajaran
4. Siswa diharapkan dapat memahami faktor-faktor yang menjadi penyebab
kemunduran Daulah Bani Umayyah.
5. Siswa diharapkan dapat menyebutkan faktor-faktor yang menjadi
penyebab pemerintahan Daulah Bani Umayyah.
6. Siswa diharapkan dapat mengambil ibrah dan pelajaran berharga dari
peristiwa kemunduran Daulah Bani Umayyah.
K. Materi Pembelajaran
. Faktor-Faktor Penyebab Mundurnya Dinasti Umayyah
Kebesaran yang dibangun oleh Daulah Bani Umayyah ternyata tidak dapat
menahan kemunduran dinasti yang berkuasa hampir satu abad ini, hal tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor yang kemudian mengantarkan pada titik
kehancuran. Diantara fakto-faktor tersebut adalah:
7. Terjadinya pertentangan keras antara kelompok suku Arab Utara (Irak)
yang disebut Mudariyah dan suku Arab Selatan (Suriah) Himyariyah,
pertentangan antara kedua kelompok tersebut mencapai puncaknya
pada masa Dinasti Umayyah karena para khalifah cenderung berpihak
pada satu etnis kelompok.
8. Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka yang
merupakan pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang
dikalahkan mendapat sebutan “Mawali”, suatu status yang
menggambarakan inferioritas di tengah-tengah keangkuhan orang-
orang Arab yang mendapat fasilitas dari penguasa Umayyah. Mereka
bersama-sama orang Arab mengalami beratnya peperangan dan
bahkan diatas rata-rata orang Arab, tetapi harapan mereka untuk
mendapatkan tunjangan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan.
Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini
jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan
kepada orang Arab.
9. Konfllik-konflik politik yang melatar belakangi terbentuknya Daulah
Umayyah. Kaum syi`ah dan khawarij terus berkembang menjadi
gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam
keutuhan kekuasaan Umayyah. Disamping menguatnya kaum
Abbasiyah pada masa akhir-akhir kekuasaan Bani Umayyah yang
semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat
menggeser kedudukan Bani Umayyah dalam memimpin umat.
10. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu
yang baru (bid‟ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek
senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem
pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak
sehat di kalangan anggota keluarga istana.
11. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh
sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah
tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa
karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang.
12. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan
Abbas bin Abdul Mutholib.. Gerakan ini mendapat dukungan penuh
dari Bani Hasyim dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh
pemerintahan Bani Umayyah.
L. Metode Pembelajaran
5. Metode Halaqah
6. Metode Tanya Jawab
7. Mengomentari gambar-gambar yang berkaitan
8. Metode Diskusi Kelompok
M. Pelaksanaan Pembeajaran
4. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru
membimbing
siswa berdoa
dan Mengabsen
siswa
Siswa berdoa dengan
seksama dan Siswa
menyatakan bahwa dirinya
hadir dalam proses
pembelajaran
1. Disipli
2. Religius
Mengulas 4. Siswa menyimak 1. Kreatif
sedikit materi
yang telah
dipelajari
sebelumnya
dengan
memberikan
beberapa
pertanyaan yang
berkaitan
dengan topic
bahasan tersebut
2. Siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh
guru
2. Mandiri
5. Kegiatan inti
i) Eksplorasi (30 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menjelaskan topik
materi yang akan
dipelajari
Siswa menyimak dan
mencatat hal-hal yang
penting terkait dengan
materi faktor-faktor yang
menjadi penyebab
Kemunduran
pemerintahan Daulah
1. Disiplin
2. Kreaatif
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
mengenai faktor-
faktor yang menjadi
penyebab
Kemunduran
pemerintahan Daulah
Bani Umayyah
Guru menjelaskan
materi “faktor-faktor
yang menjadi
penyebab
Kemunduran
pemerintahan Daulah
Bani Umayyah
menampilkan peta
Timur Tengah dan
Peta konsep Siklus
Pemerintahan
Bani Umayyah
j) Elaborasi (20 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Menanyakan
kepada siswa
mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
Siswa bertanya kepada
guru mengenai materi-
materi yang belum
dipahami
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
5. Bertanggung jawab
Menugaskan Siswa
untuk
mengomentari
faktor-faktor yang
menjadi penyebab
Kemunduran
pemerintahan
Daulah Bani
Umayyah
Siswa langsung
menjawab pertanyaan
tersebut dan
membacakan hasil
analisanya di depan
teman-temannya.
k) Konfirmasi (10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Guru meluruskan
kesalahpahaman
hasil diskusi dan
tanya jawab siswa
Siswa menyimak
l) Penutup(10 menit)
Kegiatan guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
menyimpulkan
materi yang telah
diajarkan
Siswa menyimak dan
mencatat kesimpulan
yang diberikan oleh guru
1. Disiplin
2. Kreatif
3. Komunikatif
4. Mandiri
Memberikan sedikit
gambaran mengenai
tema bahasan
berikutnya
Memberikan
motivasi betapa
pentingnya belajar
dan meningkatkan
minat baca pada
siswa
6. Alat dan Sumber Belajar
a. Buku Sejarah Kebudayaan pegangan guru
b. Buku Pegangan Siswa
c. Peta Timur Tengah
d. Peta daerah Pendukung Daulah Bani Umayyah dan Peta Para
Pendukung Kekuatan Daulah Bani Abbasiyyah dan Kaum
Mawalli.
N. Evaluasi Pembelajaran
D. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Nomor Soal
Skoring
Menceritakan
Proses
Berdirinya
Daulah Bani
Umayyah
1. Pre-test awal
pembelajaran
2. Postest Akhir
Pembelajaran
-
Jumlah 10 100
Keterangan:
5) Nilai maksimal merupakan nilai tertinggi yang di peroleh oleh
siswa
6) Nilai perolehan merupakan nilai yang didaapat oleh siswa setiap
menjawab dengan benar 1 dari 10 soal SKI. Dan setiap 1 soal
mendapat skor 10
Lampiran 8
Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Eksperimen (Halaqah)
A. Banyak Data
30 35 40 40 45 50
50 55 55 60 60 60
65 65 65 70 70 70
70 70 75 75 75 75
80 80 80 80 80 80
Modus = 80
n = 30
B. RentangKelas
R = Nilai terbesar – Nilai terkecil
= 80-30
= 50
C. Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87 dibulatkan 6
D. Panjang Kelas
Panjang kelas = R : K
= 50 : 6
= 9
E. Tabel Distribusi Frekuensi
No. Kelas
Interval
Batas
Kelas
Fi fk xi xi² Fi.xi Fi.xi
1 30-38 29,5-38,5 1 1 34 1156 34 1156
2 39-47 38,5-47,5 3 4 43 1849 129 5547
3 48-56 47,5-56,5 1 5 52 2704 52 2704
4 57-65 56,5-65,5 7 12 61 3721 427 26947
5 66-74 65,5-74,5 8 20 70 4900 560 39200
6 75-84 74,5-84,5 10 30 79 6241 790 62410
Mean =
=
= 66
Median = b + p (
)
= 65,5 + 9 (
)
= 65,5 + 9 . 0,34
= 69
Varians =
=
=
=
= 165,4 dibulatkan 165
Simpangan baku = √
= √
= 12,85 dibulatkan 13
Lampiran 9
Distribusi frekuensi Pre-test Kelas Kontrol (Ceramah)
A. Banyak Data
30 30 35 35 40 45
45 45 45 45 45 50
50 50 50 55 60 65
70 70 70 70 70 70
70 75 75 75 75 75
Modus = 70
N = 30
B. Rentang Kelas
Rentang Kelas
R = Nilai terbesar – Nilai terkecil
= 75-30
= 45
C. Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87 dibulatkan 6
D. Panjang Kelas
Panjang kelas = R : K
= 45 : 6
= 7,5dibulatkan 8
E. Tabel data frekuensi
No. Kelas
Interval
Batas
Kelas
fi fk xi xi² Fi.xi Fi.xi
1 30-37 29,5-
37,5
2 2 33,5 1122,25 67 2244,5
2 38-45 37,5-
45,5
3 5 41,5 1722,25 124,5 5166,75
3 46-53 45,5-
53,5
6 11 49,5 2450,25 297 14701,5
4 54-61 53,5-
61,5
6 17 57,5 3306,25 345 19837,5
5 62-69 61,5-
69,5
1 18 65,5 4290,25 65,5 4290,25
6 70-77 69,5-
77,5
12 30 73,5 5402,25 882 64827
Mean =
=
= 59
Median = b + p (
)
= 45,5 + 8 (
)
= 45,5 + 2
= 47,5
Varians =
=
=
=
= 183,9 dibulatkan 184
Simpangan baku = √
= √
= 13,56 dibulatkan 14
Lampiran 9
Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Eksperimen (Halaqah)
A. Banyak data
60 60 65 70 75 75
80 80 85 85 85 85
85 85 90 90 90 95
95 95 95 95 95 95
95 95 100 100 100 100
Modus = 95
N = 30
B. Rentang Kelas
R = Nilai terbesar – Nilai terkecil
= 100-60
= 40
C. Banyak kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87dibulatkan 6
D. Panjang Kelas
Panjang kelas = R : K
= 40 : 6
= 7
E. Tabel data frekuensi
No. Kelas
Interval
Batas
Kelas
fi fk xi xi² Fi.xi Fi.xi
1 60-66 59,5-66,5 5 5 63 3969 315 19845
2 67-73 66,5-73,5 4 9 70 4900 280 19600
3 74-80 73,5-80,5 8 17 77 5929 616 47432
4 81-87 80,5-87,5 6 23 84 7056 504 42336
5 88-94 87,5-94,5 2 25 91 8281 182 16562
6 95-101 94,5-
101,5
5 30 98 9604 490 48020
Mean =
=
= 86
Median = b + p (
)
= 73,5 + 7 (
)
= 73,5 + 5,25
= 79
Varians =
=
=
=
= 130,94 dibulatkan 131
Simpangan baku = √
= √
= 11
Lampiran 10
Distibusi Frekuensi Post-test Kelas Kontrol (Ceramah)
A. Banyak Data
50 50 55 55 60 65
65 70 70 70 70 75
75 75 80 85 85 85
85 85 85 90 90 90
90 95 95 95 100 100
Modus = 85
N = 30
B. Rentang Kelas
R = Nilai terbesar – Nilai terkecil
= 100-50
= 50
C. Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87 dibulatkan 6
D. Panjang Kelas
Panjang kelas = R : K
= 50 : 6
= 8
E. Tabel data frekuensi
No. Kelas
Interval
Batas
Kelas
fi fk Xi xi² Fi.xi Fi.xi
1 50-57 49,5-
57,5
3 3 53,5 2862,25 160,5 8586,75
2 58-66 57,5-
66,5
4 7 62,5 3906,25 250 15625
3 67-75 66,5-
75,5
2 9 71,5 5112,25 143 10224,5
4 76-84 75,5-
84,5
5 14 80,5 6480,25 402,5 32401,25
5 85-93 84,5-
93,5
7 21 89,5 8010,25 626,5 56071,75
6 94-100 93,5-
100,5
9 30 98,5 9702,25 886,5 87320,25
Mean =
=
= 78
Median = b + p (
)
= 66,5 + 8 (
)
= 66,5 + 4
= 71
Varians =
=
=
=
= 242,4 dibulatkan 242
Simpangan baku = √
= √
= 15,57 dibulatkan 16
Lampiran 11
Perhitungan Normalitas Pre-test Kelas Eksperimen (Halaqah)
A. Menentukan Batas Kelas
29,5 38,5 47,5 56,5 65,5 74,5 83,5
B. Mencari Nilai Z-score
Z₁ = -2,8696 Z₄ = -0,76989 Z₇ = 1,32982
Z₂ = -2,1697 Z₅ = -0,06999
Z₃ = -1, 4698 Z₆ = 0,62991
C. Mencari Luas Tiap Kelas Interval
Z₁ Z₂ Z₃ Z₄ Z₅ Z₆ Z₇
Z -2,8696 -2,1697 -
1,4698
-
0,76989
-
0,06999
0,62991 1,32982
0
-
Z
49,79
48,46
42,79
27,64
2,39
23,24
41,92
D. Mencari Luas Kelas Interval
1. 49,79 – 48,46 = 1,33
2. 48,46 – 42,79 = 5,67
3. 42,79 – 27,64 = 15,15
4. 27,64 + 2,39 = 30,03
5. 2,39 + 23,24 = 25,63
6. 23,24 + 41,92 = 65,16
E. Mencari Frekuensi yang Diharapkan (fe)
1. 1,33 x 30 = 0,399
2. 5,67 x 30 = 1,701
3. 15,15 x 30 = 4,545
4. 30,03 x 30 = 9,009
5. 25,63 x 30 = 7,689
6. 65,16 x 30 = 19,548
Tabel Pengujian Normalitas
KelasInterval Fo Fe Fo-fe (fo-fe)² T hitung
30-38 1 0,399 0,601 0,361201 0,905266
39-47 3 1,701 1,299 1,687401 0,992005
48-56 1 4,545 -3,545 12,567025 2,765022
57-65 7 9,009 -2,009 4,036081 0,448005
66-74 8 7,689 0,311 0,096721 0,012579
75-83 10 19,548 -9,548 91,164304 4,663613
Chi kuadrat 9,78649
F. Membandingkan X² hitung dengan X² tabel
Jika ≥ , artinya distribusi data tidak normal
Jika ≤ , artinya distribusi data normal
1. Perhitungan menggunakan kelas interval
Db= k-1 = 5, taraf signifikansi 0,05
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa Jika ≤
yaitu 9,78 ≤ 15,1, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal
2. Perhitungan menggunakan sampel
Untuk ɑ = 0,05dan derajat kebebasan (dk)= n-1= 30-1 = 29
Berdasarkan data diatas didapatkan ≤ yaitu 9,78 ≤
42.557 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi
normal
Lampiran 12
Perhitungan Normalitas Pre-test Kelas Kontrol (Ceramah)
A. Menentukan Batas Kelas
29,5 37,5 45,5 53,5 61,5 69,5 77,5
B. Mencari Nilai Z-score
Z₁ = -2,20191 Z₄ = -0,43252 Z₇ = 1,336874
Z₂ = -1,61211 Z₅ = -0,157279
Z₃ = -1,02232 Z₆ = 0,747077
C. Mencari Luas Tiap Kelas Interval
Z₁ Z₂ Z₃ Z₄ Z₅ Z₆ Z₇
Z -
2,2019
1
-
1,6121
1
-
1,0223
2
-
0,4325
2
-
0,15727
9
0,74707
7
1,33687
4
0
-
Z
48,61
44,63
34,61
16,64
5,96
27,03
40,82
D. Mencari Luas Kelas Interval
1. 48,61 - 44,63 = 3,98
2. 44,63 - 34,6 = 10,02
3. 34,61 – 16,64 = 17,97
4. 16,64 + 5,96 = 22,6
5. 5,96 + 27,03 = 32,99
6. 27,03 + 40,82 = 67,85
E. Mencari Frekuensi yang diharapkan (fe)
1. 3,98 x 30 = 119,4
2. 10,02 x 30 = 300,6
3. 17,97 x 30 = 539,1
4. 22,6 x 30 = 678
5. 32,99 x 30 = 989,7
6. 67,85 x 30 = 2035,5
Tabel Pengujian Normalitas
Kelas
Interval
Fo Fe Fo-fe (fo-fe)² T hitung
30-37 2 1,194 0,806 0,649636 0,544084
38-45 3 3,006 -0,006 0,000036 1,205
46-53 6 5,391 0,609 0,370881 0,068796
54-61 6 6,78 0,78 0,6084 0,089735
62-69 1 9,897 -8,897 79,15661 7,998041
70-77 12 20,355 -8,355 69,80602 3,429429
Chi kuadrat 12,1301
F. Membandingkan X² hitung dengan X² tabel
Jika ≥ , artinya distribusi data tidak normal
Jika ≤ , artinya distribusi data normal
1. Perhitungan menggunakan kelas interval
Db= k-1 = 5, taraf signifikansi 0,05
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa Jika ≤
yaitu 12,1 ≤ 15,1, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal
2. Perhitungan menggunakan sampel
Untuk ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk)= n-1= 30-1 = 29
Berdasarkan data diatas didapatkan ≤ yaitu 12,1 ≤
42,557 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi
normal
Lampiran 13
Perhitungan Normalitas Post-test Kelas Eksperimen
(halaqah)
A. Menentukan Batas Kelas
59,5 66,5 73,5 80,5 87,5 94,5 101,5
B. Mencari Nilai Z-score
Z₁ = -2,359 Z₄ = -0,524 Z₇ = 1,3108
Z₂ = -1,748 Z₅ = 0,0874
Z₃ = -1,136 Z₆ = 0,6991
C. Mencari Luas Tiap Kelas Interval
Z₁ Z₂ Z₃ Z₄ Z₅ Z₆ Z₇
Z -2,359 -1,748 -1,136 -0,524 0,0874 0,6991 1,3108
0
-
Z
49,06
45,91
37,08
19,85
3,19
25,49
38,88
D. Mencari Luas Kelas Interval
1. 49,06 – 45,91 = 3,15
2. 45,91 – 37,08 = 8,83
3. 37,08 – 19,85 = 17,23
4. 19,85 – 3,19 = 16,66
5. 3,19 + 25,49 = 28,68
6. 25,49 + 38,88 = 64,37
E. Mencari Frekuensi yang diharapkan (fe)
1. 3,15 x 30 = 0,945
2. 8,83 x 30 = 2,649
3. 17,23 x 30 = 5,169
4. 16,66 x 30 = 4,998
5. 28,68 x 30 = 8,604
6. 64,37 x 30 = 19,311
Tabel Pengujian Normalitas
Kelas
Interval
Fo Fe Fo-fe (fo-fe)² T hitung
60-66 2 0,945 1,055 1,113025 1,177804
67-73 2 2,649 -0,649 0,421201 0,159004
74-80 4 5,169 -1,169 1,366561 0,264376
81-87 6 4,998 1,002 1,004004 0,200881
88-94 3 8,604 -5,604 31,40482 3,650025
95-100 13 19,311 -6,311 39,82872 2,062489
Chi kuadrat 7,51
F. Membandingkan X² hitung dengan X² tabel
Jika ≥ , artinya distribusi data tidak normal
Jika ≤ , artinya distribusi data normal
1. Perhitungan menggunakan kelas interval
Db= k-1 = 6-1 =5, taraf signifikansi 0,05
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa Jika ≤
yaitu 7,51 ≤ 15,1, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal
2. Perhitungan menggunakan sampel
Untuk ɑ = 0,05danderajat kebebasan (dk)= n-1= 30-1 = 29
Berdasarkan data diatas didapatkan ≤ yaitu 7,78 ≤
42,557 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi
normal
Lampiran 14
Perhitungan Normalitas Pre-test Kelas Eksperimen (Halaqah)
A. Menentukan Batas Kelas
49,5 58,5 67,5 76,5 85,5 94,5 103,5
B. Mencari Nilai Z-score
Z₁ = -2,392 Z₄ = -0,435 Z₇ = 1,5219
Z₂ = -1,739 Z₅ = -0,2174
Z₃ = -1, 087 Z₆ = 0,8697
C. Mencari Luas Tiap Kelas Interval
Z₁ Z₂ Z₃ Z₄ Z₅ Z₆ Z₇
Z -2,392 -1,739 -1,087 -0,435 -0,2174 0,8697 1,5219
0
-
Z
49,16
45,82
35,99
16,64
8,32
30,51
43,57
D. Mencari Luas Kelas Interval
1. 49,16 – 45,82 = 3,34
2. 45,82 – 35,99 = 9,83
3. 35,99 – 16,64 = 19,35
4. 16,64 - 8,32 = 8,32
5. 8,32 + 30,51 = 38,38
6. 30,51 + 43,57 = 65,16
E. Mencari Frekuensi yang diharapkan (fe)
1. 3,34 x 30 = 1,002
2. 9,83 x 30 = 2,949
3. 19,35 x 30 = 5,805
4. 8,32 x 30 = 2,496
5. 38,38 x 30 = 11,65
6. 74,08 x 30 = 22,22
Tabel PengujianNormalitas
Kelas Interval fo Fe Fo-fe (fo-fe)² T hitung
50-58 2 1,002 0,998 0,996 0,994
59-67 3 2,949 0,051 0,0026 0,0009
68-76 5 5,805 -0,805 0,648 0,1116
77-85 4 2,496 1,504 2,262 0,9063
86-94 10 11,65 -1,649 2,7192 0,2334
95-103 6 22,22 -16,224 263,22 11,844
Chi kuadrat 14,009
F. Membandingkan X² hitung dengan X² tabel
Jika ≥ , artinya distribusi data tidak normal
Jika ≤ , artinya distribusi data normal
1. Perhitungan menggunakan kelas interval
Db= k-1 = 5, taraf signifikansi 0,05
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa Jika ≤
yaitu 14,009 ≤ 15,1, maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal
2. Perhitungan menggunakan sampel
Untuk ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk)= n-1= 30-1 = 29
Berdasarkan data diatas didapatkan ≤ yaitu 14,009
≤ 42.557 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi
normal
Lampiran 15
Perhitungan Uji Homogenitas
Uji homogenitas dihitung menggunakan uji Fisher dengan rumus:
,
dimana S² =
Langkah-langkah perhitungannya adalah:
1. Menentukan hipotesis
= data memiliki varians homogen
= data tidak memiliki varians homogen
2. Menentukan kriteria pengujian
diterima apabila ˂
ditolak apabila ˃
3. Menentukan varians terbesar (db pembilang) dan varians terkecil
(db penyebut)
db pembilang = n-1 = 30-1 = 29
db penyebut = n-1 = 30-1 = 29
4. Menentukan F hitung
Berdasarkan tabel persiapan uji homogenitas, diperoleh = 12,06
dan
= 12,67 pada pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Sehinggadiperoleh:
= 1,05
Dan diperoleh = 14,227 dan
= 12,101 pada posttest kelas
kontrol dan eksperimen, sehingga diperoleh:
= 1,176
5. Menetukan F tabel
Dari tabel distribusi F diperoleh nilai F tabel adalah 1,743
Karena tabel ˂ (1,05 ˂ 2,042) untuk hasil pretest
eksperimen dan kontrol, tabel ˂ (1,176 ˂ 2,042) untuk
hasil posttest eksperimen dan kontrol, maka Ho diterima. Untuk itu
dapat disimpulkan bahwa data tersebut memiliki varians yang
homogen.
Lampiran 16
Perhitungan Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis
:
:
= tidak terdapat perbedaan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam
siswa yang diajarkan metode halaqah dengan metode ceramah
= terdapat perbedaan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa
yang diajarkan metode poster comment dengan metode ceramah
Keterangan:
= nilai rata-rata hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam yang telah
diajarkan dengan metode halaqah
= nilai rata-rata hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam yang
diajarkan dengan metode ceramah
2. Menetukan kriteria pengujian
Karena hipotesisnya berbentuk satu ekor maka kriteria pengujiannya:
Terima jika ˂ , untuk sebaliknya ditolak.
3. Menentukan uji statistik
= √
= √
= √
= 13, 16
S = √
= 3,62
Lampiran 17
Perhitungan Uji t
t=
√
=
√
=
√
=
=
= 3,80
Maka nilai adalah 3,80
Untuk mencari karena hipotesisnya 1 ekor, maka menentukan
= t (1-ɑ) (db), dengan (db) (n₁ + n₂-2)= (30 + 30 - 2)= 58. Dan
taraf signifikan ɑ = 0,05. Maka nilai adalah 2,042.
4. Pengambilan Kesimpulan
Karena didapat ˃ ( 3,80 ˃ 2,042) maka ditolak atau
diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan metode halaqah dengan siswa yang diajarkan
menggunakan metode ceramah.