PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN ... fileIPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri...
Transcript of PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN ... fileIPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri...
i
PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN IPA KOMPETENSI
DASAR MENDESKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GEDONGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
PUGUH TRI SUTOYO
K7108201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
iii
PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN IPA KOMPETENSI
DASAR MENDESKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GEDONGAN TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan
Ilmu Pendidikan
Oleh :
PUGUH TRI SUTOYO
K7108201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iv
v
vi
ABSTRAK
Puguh Tri Sutoyo. PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN IPA
KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GEDONGAN TAHUN AJARAN
2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan
pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA
konsep dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01
Gedongan, Colomadu tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) berisi alur
penelitian meliputi empat tahap dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitian ini
berlangsung dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisi data yang
digunakan adalah model analisis interaktif, dengan langkah-langkah antara lain
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses
pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Tahun Pelajaran
2011/2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya penguasaan keterampilan
proses dari sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakan tindakan. Pada saat pra
tindakan keterampilan proses belum dilaksanakan secara maksimal oleh guru,
pada siklus 1 presentase ketuntasan siswa yang menguasai keterampilan proses
meningkat menjadi 16 siswa atau 61% dari jumlah keseluruhan 26 siswa. Pada
siklus II presentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan yaitu sebesar
24% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa atau 61% pada saat siklus I,
meningkat menjadi 22 siswa atau 85% pada siklus II dari jumlah keseluruhan 26
siswa. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan
proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD
Negeri 01 Gedongan Colomadu Karangayar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan poendekatan inkuiri dapat
meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat
cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci : pendekatan inkuiri, keterampilan proses
vii
ABSTRACT
Puguh Tri Sutoyo. THE APPLICATION OF INQUIRY APPROACH TO
IMPROVE THE SCIENCE LEARNING PROCESS IN BASE
COMPETENCE TO DESCRIBE LIGHT CHARACTERISTICS SUBJECT
MATTER IN THE V GRADERS OF SD NEGERI GEDONGAN 01 IN THE
SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty of Sebelas Maret University, June 2012.
The objective of research is to find out whether or not the application of
inquiry approach can improve the Science learning process in base competence to
describe light characteristics subject matter in the V Graders of SD Negeri (Public
Elementary School) 01 Gedongan in the school year of 2011/2012.
This study was a classroom action research containing a research plot
encompassing four stages from planning, acting, observing, to reflecting. Those
four stages formed cycle. This research was carried out in two cycle. Techniques
of collecting data used in this research were interview, observation, test, and
documentation. Technique of analyzing data used was an interactive model of
analysis, with such steps as data reduction, data display, and conclusion drawing
or verification.
The application of inquiry approach could improve Science learning
process skill in the V graders of SD Negeri 01 Gedongan in the School Year of
2011/2012. It could be seen from the improved process skill mastery from before
to after action. During pre-cycle, the process skill had not been implemented
maximally by the teacher, in cycle I the percentage students passing who master
the process skill increased to 16 students or 61% out of 26 students. In cycle II, it
increased again by 24% from 16 students or 61% in cycle I to 22 students or 85%
out of 26 students in cycle II. Thus it was recommended that Science learning by
applying the inquiry approach could improve the Science learning process in light
characteristics subject matter in the V Graders of SD Negeri Gedongan in the
school year of 2011/2012.
The conclusion of research was that the application of the inquiry
approach could improve the Science learning process in light characteristics
subject matter in the V Graders of SD Negeri Gedongan in the school year of
2011/2012.
Keywords: inquiry approach, process skill
viii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. AL-INSYIRAH : 6)
Mintalah pertolongan (kepada ALLOH) dengan sikap sabar dan mengerjakan
sholat, sesungguhnya ALLOH beserta orang-orang sabar.
(QS. AL BAQOROH : 153)
Bila kesulitan menghadang, hadapi dengan senyuman, pantang lemah dan keluh
kesah, bulatkan tekad untuk terus berjuang.
Bila sukses telah diraih, jaga diri tetap rendah hati, sujudlah untuk mensyukuri,
karena semua nikmat Illahi.
(Aa’Gym)
ix
PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun dengan ketulusan dan kesungguhan hati ini kupersembahkan
kepada :
“Bapak dan Almarhum Ibuku”
Terima kasih atas curahan kasih sayang, doa dan pengorbanan yang tak
terbatas yang telah diberikan kepadaku. Semoga Ibu Bapak dapat
tersenyum bahagia.
“Keluarga Besar”
Terima kasih telah memberikanku dukungan dalam menimba ilmu, baik
secara mental maupun spiritual.
Madahera Wuri Prahesti”
Terima kasih telah senantiasa memberi semangat dan dorongan untuk
setiap langkahku dengan perhatian, pengertian dan doa.
“Rekan-rekan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ’08”
Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya.
“Almamater”
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ”Penerapan
Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Pembelajaran Ipa
Kompetensi Dasar Sifat-Sifat Cahaya Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01
Gedongan Tahun Ajaran 2011/2012”.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. Jenny IS Poerwanti, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
6. Joko Daryanto, M.Sn. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
xi
7. Bapak Masruri, S.Pd selaku Kepala SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu,
Karanganyar yang telah memberikan ijin dan tempat penelitian.
8. Ibu Siti Khotijah, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan,
Colomadu, Karanganyar yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian.
9. Bapak dan Ibu dosen S1 PGSD FKIP UNS Surakarta yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan.
10. Semua pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan skripsi ini, sehingga hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya serta pembaca pada
umumnya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACT ........................................................................................... vii
MOTTO ................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN .................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................... 5
1. Hakikat Pendekatan Inkuiri ..................................... 5
a. Pengertian Pendekatan Inkuiri .......................... 5
b. Peranan Guru dalam Pembelajaran Inkuiri ....... 7
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran
Inkuiri ................................................................ 8
d. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ............ 9
e. Pembelajaran IPA SD dengan Pendekatan
Inkuiri ................................................................ 11
xiii
2. Hakikat Keterampilan Proses Pembelajaran IPA ... 13
a. Pengertian Keterampilan Proses ....................... 13
b. Pentingnya Pengembangan Keterampilan
Proses ................................................................ 14
c. Jenis-jenis Keterampilan Proses ........................ 15
d. Keterampilan Proses yang Akan Ditingkatkan
dalam Pembelajaran IPA ................................... 15
e. Pengertian IPA .................................................. 17
f. Pengertian Pembelajaran IPA ........................... 18
g. Fungsi Pembelajaran IPA .................................. 21
h. Tujuan Pembelajaran IPA ................................. 22
i. Pengertian Cahaya ............................................. 23
j. Pengertian Sifat-sifat Cahaya ............................ 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................... 26
C. Kerangka Berpikir ........................................................ 27
D. Hipotesis ....................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 30
B. Subjek Penelitian .......................................................... 31
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................... 31
D. Sumber Data ................................................................. 32
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 32
F. Validitas Data ............................................................... 34
G. Teknik Analisis Data .................................................... 35
H. Indikator Kinerja .......................................................... 36
I. Prosedur Penelitian ....................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Pratindakan .................................................. 43
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .......................... 47
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus .................... 79
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
xiv
A. Simpulan ...................................................................... 83
B. Implikasi ....................................................................... 83
C. Saran .............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 89
LAMPIRAN ....................................................................................... 90
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas ................ 29
Gambar 3.1. Komponen-Komponen Analisis Data ............................. 35
Gambar 3.2. Model PTK ....................................................................... 37
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Pra
Siklus .............................................................................. 46
Gambar 4.2. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Pertemuan ke-1 ................................................................ 58
Gambar 4.3. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Pertemuan II .................................................................... 59
Gambar 4.4. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I .. 61
Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
pertemuan I ..................................................................... 74
Gambar 4.6. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
Pertemuan ke-2 ................................................................ 75
Gambar 4.7. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II. 77
Gambar 4.8. Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Keterampilan
Proses ............................................................................... 81
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ............................. 10
Tabel 2.2. Langkah-langkah Pembelajaran IPA SD dengan
Menerapkan Pendekatan Inkuiri ........................................ 12
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................ 31
Tabel 3.2. Indikator Kinerja ................................................................ 36
Tabel 4.1. Data Penilaian Keterampilan Proses Pra Siklus ................ 45
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Pra Siklus ........... 45
Tabel 4.3. Data Penilai Keterampilan Proses Pertemuan ke-1............ 57
Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Pertemuan I ........................................................................ 57
Tabel 4.5. Data Penilaian Keterampilan Proses Pertemuan ke-2 ........ 58
Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Pertemuan II ....................................................................... 59
Tabel 4.7. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses
Siklus I ............................................................................... 60
Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I ............... 61
Tabel 4.9. Data Penilaian Keterampilan Proses siklus II
Pertemuan ke-1 .................................................................. 73
Tabel 4.10. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada Siklus II
Pertemuan I ........................................................................ 73
Tabel 4.11. Data Penilaian Keterampilan Proses siklus II
Pertemuan ke-2 .................................................................. 74
Tabel 4.12. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada Siklus II
Pertemuan II ....................................................................... 75
Tabel 4.13. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses
Siklus II .............................................................................. 76
Tabel 4.14. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II .............. 77
Tabel 4.15. Peningkatan Kemampuan Guru (Peneliti) dalam
Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II .......................... 80
Tabel 4.16. nilai Penguasaan Keterampilan Proses pada Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II ......................................................... 80
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum Menerapkan
Pendekatan Inkuiri ........................................................... 90
Lampiran 2 Pedoman Wawancara untuk Siswa Kelas V Sebelum
Diterapkan Pendekstsn Inkuiri ........................................ 92
Lampiran 3 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Pra Siklus..... 94
Lampiran 4 Silabus Kelas V Semester II Mendeskripsikan
Sifat-sifat Cahaya ............................................................ 95
Lampiran 5 RPP Siklus I Pertemuan I ................................................ 97
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ..................... 104
Lampiran 7 Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan I ..................... 107
Lampiran 8 Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan I ............................ 109
Lampiran 9 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan I .. 112
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Pertemuan I ...................................................................... 114
Lampiran 11 RPP Siklus I Pertemuan II .............................................. 115
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II .................... 123
Lampiran 13 Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan II .................... 127
Lampiran 14 Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan II ........................... 129
Lampiran 15 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan II . 132
Lampiran 16 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Pertemuan II .................................................................... 135
Lampiran 17 RPP Siklus II Pertemuan Ke-1 ........................................ 136
Lampiran 18 Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I ..................... 143
Lampiran 19 Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan I ..................... 146
Lampiran 20 Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan I ........................... 148
Lampiran 21 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus Pertemuan I ..... 151
Lampiran 22 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
Pertemuan I ...................................................................... 153
Lampiran 23 RPP Siklus 2 Pertemuan II .............................................. 154
Lampiran 24 LKS Siklus II Pertemuan II ............................................. 162
xviii
Lampiran 25 Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan II.................... 166
Lampiran 26 Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan II ......................... 168
Lampiran 27 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan II 172
Lampiran 28 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
Pertemuan I ...................................................................... 175
Lampiran 29 Lembar Observasi Pembelajaran Guru ............................ 176
Lampiran 30 Pedoman Observasi Guru ................................................ 180
Lampiran 31 Hasil Rekapitulasi Observasi Guru Siklus I dan II .......... 190
Lampiran 32 Lembar Wawancara dengan Guru Sesudah
Menerapkan Pendekatan Inkuiri ...................................... 193
Lampiran 33 Pedoman Wawancara untuk Siswa Kelas V Setelah
Diterapkan Pendekatan Inkuiri ........................................ 195
Lampiran 34 Presensi Kehadiran Siswa Kelas V SD Negeri 01
Gedongan ......................................................................... 197
Lampiran 35 Karya Siswa Kelas V SD Negeri 01 Gedongan .............. 199
Lampiran 36 Foto Sekolah dan Kegiatan Pembelajaran ....................... 251
Lampiran 37 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ....................... 256
Lampiran 38 Surat Keputusa Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan ....................................................................... 257
Lampiran 39 Surat Permohonan ijin Research untuk Rektor ............... 258
Lampiran 40 Surat Permohonan ijin Research untuk Kepala Sekolah .
Lampiran 41 Surat Permohonan ijin Observasi .................................... 259
Lampiran 42 Surat Keterangan telah Melaksanakan Research dari
Kepala Sekolah ................................................................ 260
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap pembelajaran harus menggunakan strategi dan pendekatan
pembelajaran yang tepat agar hasil dari pembelajaran itu sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting
dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah
merupakan suatu proses yang melibatkan pendidik dan siswa atau peserta didik.
Proses belajar mengajar (PBM) yang bermutu adalah PBM yang berorientasi
kepada keaktifan, kreativitas, dan kemandirian siswa. Siswa melakukan
pengamatan, merumuskan dugaan awal, melakukan percobaan, menarik
kesimpulan dari percobaannya, melaporkan hasil temuannya secara langsung
dengan bimbingan guru yang bertindak sebagai fasilitator dan motivator. PBM
yang seperti ini seharusnya diterapkan pada semua mata pelajaran khususnya
dalam pembelajaran IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang
diberikan dari tingkat pendidikan terendah sampai tingkat pendidikan tertinggi.
Srini M. Iskandar (2001 : 2) IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-
peritiwa yang terjadi di alam. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
2
Salah satu pokok bahasan pembelajaran IPA yang dipelajari di Sekolah
Dasar yaitu Sifat-sifat cahaya. Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Benda-
benda yang ada di sekitar bisa terlihat karena adanya cahaya yang mengenai
benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke
mata sehingga benda tersebut bisa terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya,
baik sumber cahaya alami atau sumber cahaya buatan. Oleh sebab itu, begitu
pentingnya cahaya bagi kehidupan maka sifat-sifat cahaya harus diajarkan kepada
siswa dengan pembelajaran yang berkualitas supaya siswa mampu menguasai
sifat-sifat cahaya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi awal hal yang ditemukan dalam pembelajaran IPA
pokok bahasan sifat-sifat cahaya yaitu pembelajaran selalu disajikan secara verbal
melalui kegiatan ceramah dengan keterlibatan siswa yang minim, kurang menarik
perhatian siswa dan membosankan. Guru jarang menggunakan alat peraga atau
media pembelajaran IPA sekalipun di sekolah tersedia KIT IPA serta tidak
terbiasa melibatkan siswa dalam melakukan kegiatan percobaan. Dalam
membahas materi tidak terlihat upaya guru untuk mengembangkan diskusi
kelompok maupun kegiatan kelas, target keberhasilan pengajaran IPA yang
diterapkan guru cenderung lebih mengarahkan agar siswa terampil mengerjakan
soal-soal ujian. Akibatnya keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa tidak
tumbuh dan hasil belajar siswa rendah. Temuan lainnya adalah selama ini metode
pembelajaran yang digunakan kurang menekankan penguasaan Keterampilan
Proses IPA sebagai target pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang harus
dikuasai.
Munculnya permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA, sehingga
diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat
meningkatkan keaktifan siswa, keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah
sekaligus meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Salah satu alternatif model
pembelajran IPA yang diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses dan
memberikan penguatan terhadap kualitas pembelajaran IPA di SD sebagai sarana
penelitian adalah pendekatan inkuiri.
3
Pendekatan inkuiri dirancang untuk mendorong siswa melakukan
penyelidikan, berpikir kritis, mengembangkan berbagai keterampilan dan
melakukan penerapan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara inkuiri dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD
harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pengembangan keterampilan proses IPA diperlukan pada proses
pembelajaran yang menitik beratkan pada aktifitas dan kreativitas siswa
diantaranya melalui pengamatan, melaksanakan penelitian, membuat kesimpulan
penelitian sampai mengkomunikasikan hasil penelitian. Jika keterampilan-
keterampilan tesebut telah terlatih dan berkembang dengan baik pada diri siswa,
keterampilan tersebut akan sangat berharga baginya untuk mempelajari hal-hal
yang berguna bagi kehidupannya khususnya mempelajari IPA. Suatu
pembelajaran yang proses pembelajarannya sudah berjalan dengan baik maka
hasil belajarnyapun bisa diharapkan akan baik. Berdasarkan pemaparan di atas,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul
“Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dalam
Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya Di
Kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah
yang akan penulis teliti adalah “Apakah penerapan pendekatan inkuiri dapat
meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA kompetensi dasar
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan
Colomadu Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?”
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bahwa penerapan
pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA
kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD
Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan tentang
penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses
pembelajaran IPA.
b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatnya keterampilan siswa dalam pembelajaran IPA
2) Meningkatknya penguasaan siswa tentang materi sifat-sifat cayaha
dalam pembelajaran IPA.
3) Melatih siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan untuk berfikir kritis,
sistematis, dan ilmiah
b. Manfaat bagi guru
1) Memberikan gambaran kepada guru tentang pentingnya penerapan
pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses
pembelajaran IPA.
2) Bahan refleksi guru sebagai salah satu alternatif pendekatan
pembelajaran dengan menerapkan keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA
3) Meningkatnya kinerja guru melalui perbaikan kualitas pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Meningkatnya prestasi belajar sekolah
2) Meningkatnya kualitas kompetensi lulusan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pendekatan Inkuiri
a. Pengertian Pendekatan Inkuiri
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pendekatan
pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan
materi mata pelajaran yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah
dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam
tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang
terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan
pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru
memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi para siswa
untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai
subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru hanya
sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator. Dengan
demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk
kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
“Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha
meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini
mengembangkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kekreatifan dalam memecahkan masalah” (Sudjana, 2000:154)
6
Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inquiry, berarti pertanyaan atau
pemeriksaan, penyelidikan. “Inkuiri sebagai suatu proses umum yang
dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi” (Trianto,
2011:166). Sedangkan Hamalik (2001: 219) berpendapat bahwa
“Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri, sebab seorang siswa
harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya”.
Dalam inkuiri, seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan, melakukan
eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinkuiri.
Mengenai pengertian pembelajaran inkuiri ini Anitah (2010:57)
berpendapat bahawa “Belajar inkuiri dasarnya adalah pemecahan masalah”.
Inkuiri lebih menekankan pada proses investigasi masalah. Pendekatan
inkuiri adalah suatu bentuk model pembelajaran yang dikembangkan oleh J.
Richard Suchman. Model pembelajaran ini melatih siswa melakukan suatu
proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan suatu fenomena, model
pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti
para ilmuan dalam usaha untuk mengorganisasi pengetahuan dan membuat
prinsip-prinsip.
Agostinho. (2004). dalam Naturalistic inquiry in e-learning research
“A strategy of inquiry comprises a bundle of skills, assumptions, and
practices that the researcher employs as he or she moves from paradigm to
the empirical world. Strategies of inquiry put paradigms of interpretation
into motion”. Inkuiri adalah sebuah strategi penyelidikan yang terdiri dari
seikat keterampilan, asumsi, dan praktik yang mempekerjakan peneliti
karena ia bergerak dari paradigma ke dunia empiris. Strategi inkuiri
menempatkan paradigma tafsiran menjadi gerak.
Selanjutnya Eva Krugly-Smolska and Peter C. Taylor, Section
Editors, 2003 dalam inquiry in science education : international
perpectives. “Inquiry as ends” (or inquiry about science) refers to inquiry
as an instructional outcome: Students learn to do inquiry in the context of
science content and develop epistemological understandings about NOS and
the development of scientific knowledge, as well as relevant inquiry skills
7
“Inkuiri sebagai tujuan” ( penyelidikan tentang ilmu pengetahuan) mengacu
pada penyelidikan sebagai hasil pembelajaran : siswa belajar untuk
melakukan penyelidikan dalam konteks isi ilmu pengetahuan dan
megembengkan pemahaman epistemologis tentang ilmu pengetahuan alam
dan pengembangan pengetahuan ilmiah, serta keterampilan inkuiri.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas tentang pendekatan inkuiri,
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan yang menjadikan siswa sebagai
subjek dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dalam pendekatan inkuiri
guru memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan sehingga siswa
dapat menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Pembelajaran
inkuiri juga mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para
ilmuan dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
b. Peranan Guru dalam Pembelajaran Inkuiri
Trianto (2011:166) menyebutkan bahwa peranan utama guru dalam
menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah:
1) Motivator, yaitu guru yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif
dan gairah berpikir.
2) Fasilitator, yaitu guru yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan
dalam proses berpikir siswa.
3) Penanya, yaitu guru bertugas untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan
yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri.
4) Administrator, yaitu guru sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap
seluruh kegiatan di dalam kelas.
5) Pengarah, yaitu guru yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada
tujuan yang diharapkan.
6) Manajer, yaitu guru yang mengelola sumber belajar, waktu, dan
organisasi kelas.
7) Rewarder, yaitu guru yang memberi penghargaan pada prestasi yang
dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
8
Dari pendapat diatas disebutkan bahwa peran utama guru dalam
pembelajaran inkuiri yaitu sebagai motivator, fasilitator, penanya,
administrator, pengarah, manajer, dan rewarder atau pemberi penghargaan.
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
Keunggulan dan kelemahan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan
oleh Sanjaya (2010:208) adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan dari pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
a) Strategi pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
b) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar siswa.
c) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
d) Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang
memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
2) Kelemahan dari pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
9
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran
inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Pembelajaran inkuiri seperti pembelajaran yang lainnya yaitu
memiliki kelebihan dan kekurangan kelebihan. Kelebihan dari pembelajaran
inkuiri diantaranya yaitu pembelajaran inkuiri menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang dan
kelemahan dari pembelajaran inkuiri diantaranyai yaitu sulit untuk
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Sanjaya (2010:201) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran
inkuiri adalah sebagai berikut: 1) Orientasi; 2) Merumuskan masalah; 3)
Mengajukan hipotesis; 4) Mengumpulkan data; 5) Menguji hipotesis; 6)
Merumuskan kesimpulan
Sedangkan Sudjana (2000:155) menyatakan, ada lima tahapan yang
ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu :
1) Perumusan masalah untuk dipecahkan oleh siswa
2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis
3) Siswa mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan/hipotesis
4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisai
5) Mengaplikasikan kesimpulan.
Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2011:172) tahap-tahap
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran inkuiri
10
Fase Perilaku Guru
1. Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah
dan masalah dituliskan di papan tulis, guru membagi
siswa dalam kelompok
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
3. Merancang
percobaan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakaukan. Guru membimbing
siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan
percobaan untuk
memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
melalui percobaan.
5. Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul.
6. Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan
berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha
mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran
sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.
11
e. Pembelajaran IPA SD dengan Pendekatan Inkuiri
Untuk murid-murid SD guru membimbing penuh langkah demi
langkah menuju kesimpulan. Pertanyaan-pertanyaan guru memegang
peranan penting dalam pendekatan inkuiri, karena itu dianjurkan agar guru
mengajukan yang meminta murid berfikir tingkat tinggi. Dalam kelas,
pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Setiap cara
mempunyai lima karakteristik yaitu : 1) Situasi yang menyediakan stimulasi
untuk inkuiri; 2) Masalah yang akan dicari pemecahannya; 3) Perumusan
masalah; 4) Pencarian pemecahan masalah; 5) Kesimpulan yang diperoleh
sebagai hasil penyelidikan (Dahar dan Liliasari dalam Srini M. Iskandandar,
2001:71).
Jenis pendekatan Inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran IPA SD
yaitu inkuiri terbimbing. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
terbimbing sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru
menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada
siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk
yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh
guru.
Amien (1987: 136) menguraikan tujuh jenis model pembelajaran
inkuiri, diantaranya Inkuiri terbimbing (guide inquiry), yaitu guru
menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar
perencanaannya dibuat guru dimana siswa melakukan kegiatan percobaan/
penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan guru.
Pendapat lainnya menyebutkan bahwa Inkuiri terbimbing merupakan
salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan
permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya
sendirir untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan
mendororng siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan
yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.
12
Langkah-langkah pembelajaran IPA SD dengan menerapkan
pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Langkah-langkah pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya
dengan menerapkan pendekatan inkuiri.
Fase Perilaku Guru
1. Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi sumber-
sumber cahaya dan masalah tentang sifat-sifat cahaya
kemudian dituliskan di papan tulis, guru membagi
siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
3. Merancang
percobaan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakaukan. Guru membimbing
siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan untuk
menemukan sifat-sifat cahaya.
4. Melakukan
percobaan.
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
tentang sifat-sifat cahaya melalui percobaan.
5. Mengumpulkan
dan menganalisis
data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul melalui percobaan tentang sifat-sifat
cahaya.
6. Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan.
13
2. Hakikat Keterampilan Proses Pembelajaran IPA
a. Pengertian Keterampilan Proses
Iskandar, (2001:5) menyebutkan keterampilan proses IPA adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah:
mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel,
merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi
operasional, dan melakukan eksperimen.
Sedangkan Semiawan, dkk (1992 : 17) mengemukakan bahwa
keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
menemukan sesuatu yang baru.
Pendapat lainnya yaitu Abimanyu, dkk (2009 : 5-10) keterampilan
proses adalah keterampilan mendasar yang dipergunakan para ilmuwan
untuk menghasilkan penemuan penting dalam ilmu pengetahuan. Lebih
lanjut Indrawati (1999: 3) mengemukakan bahawa “Keterampilan Proses
merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif
maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep
atau prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan (falsifikasi).
Bersarkan pendapat di atas Keterampilan Proses Sains adalah
kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan Proses
Sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan
metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh
pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki
(Dahar, 1985: 11).
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan proses adalah suatu keterampilan yang mendasar yang dimiliki
oleh para ilmuwan untuk menghasilkan penemuan penting dalam ilmu
14
pengetahuan yang diataranya ialah mengamati, mengukur, menarik
kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat
grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan
eksperimen.
b. Pentingnya Pengembangan Keterampilan Proses
Pengembangan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di
sekolah dasar memiliki peranan yang sangat penting dengan alasan :
1) Adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat. Tidak
mungkin semuanya dipelajari disekolah bersama guru. Siswa harus
dibekali keterampilan untuk memperoleh informasi dan dilatih
bagaimana mereka belajar (to learn how to learn).
2) IPA merupakan produk dan proses. IPA sebagai proses terkait erat
dengan metode ilmiah.
3) Dengan keterampilan proses merupakan keterampilan belajar sepanjang
hayat, universal dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran keterampilan proses menjadi salah satu alternatif untuk
melibatkan aspek jasmani dan aktivitas mental siswa dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan pemahaman secara utuh tentang
suatu objek. Keterampilan proses bukan merupakan kepingan-kepingan
pengetahuan seperti halnya kumpulan fakta-fakta, tetapi merupakan
keterampilan yang akan dimilikinya seumur hidup. Pengembangan
keterampilan proses IPA dalam diri murid-murid adalah yang paling tepat di
dalam pembelajaran IPA. Keterampilan-keterampilan proses IPA dapat
ditransfer ke dalam disiplin ilmu yang lain dan keterampilan-keterampilan
itu tidak mudah dilupakan.
c. Jenis-jenis Keterampilan Proses
Menurut Funk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 140)
menyebutkan ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses,
keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan
15
dasar (basic skill) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated
skill).
Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan,
yakni : 1) Mengobservasi; 2) Mengklasifikasi; 3) Memprediksi; 4)
Mengukur; 5) Menyimpulkan; 6) Mengkomunikasikan
Sedangkang keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari :
1) Mengidentifikasi variabel; 2) Membuat tabulasi data; 3) Menyajikan data
dalam bentuk grafik; 4) Menggambarkan hubungan antar-variabel;
5) Mengumpulkan dan mengolah data; 6) Menganalisa penelitian;
7) Menyusun hipotesis; 8) Mendefinisikan variabel secara operasional;
9) Merancang penelitian; 10) Melaksanakan eksperimen.
Keterampilan-keterampilan dalam keterampilan proses saling
bergantung, masing-masing menitik beratkan pada pengembangan suatu
area keterampilan khusus. Keterampilan-keterampilan proses suatu saat
dapat dikembangkan secara terintegrasi satu dengan yang lain.
Keterampilan-keterampilan proses yang perlu dikembangkan, tidak
dapat dikembangkan pada semua bidang studi untuk semua keterampilan
yang ada. Hal ini menuntut adanya kemampuan guru mengenal karakteristik
bidang studi dan pemahaman terhadap masing-masing keterampilan proses.
d. Keterampilan Proses yang Akan Ditingkatkan dalam Pembelajaran
IPA
Berikut adalah keterampilan-keterampilan proses yang akan
ditingkatkan dalam pembelajaran IPA di kelas V materi sifat-sifat cahaya
yaitu sebagai berikut :
1) Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan yang
mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat.
Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana
yang penting dari yang kurang penting atau tidak penting. Di dalam
observasi tercakup berbagai kegiatan seperti menghitung, mengukur,
16
klasifikasi, maupun mencari hubungan antara ruang dan waktu
(Semiawan dkk, 1992 :19)
Iskandar (2001 : 54) pengamatan ilmiah adalah proses
pengumpulan informasi dengan mempergunakan semua indera atau
memakai alat untuk membantu panca indera, misalnya kaca pembesar
untuk membantu penglihatan.
Abimanyu dkk (2009 : 5-10) mengobservasi atau mengamati
adalah penggunaan semua alat indra (untuk melihat, mendengar, meraba,
mencium, dan mengecap) dengan seksama untuk memilah-milah sesuatu
yagn penting dari yang kurang /tidak penting.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam
pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya
sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati
dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas
mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati,
karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam
tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar
melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan
tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
2) Melakukan percobaan
Keterampilan melakukan percobaan yaitu keterampilan untuk
mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta,
konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga diperoleh informasi yang
menerima atau menolak ide-ide itu.
3) Menyimpulkan
Dengan mengamati kita akan mendapat hasil pengamatan. Namun
hasil pengamatan tersebut tidak berarti apa-apa apabila kita tidak bisa
memaknai hasil tersebut. Menyimpulkan merupakan suatu kemampuan
untuk menarik kesimpulan dengan berdasarkan pada pengolahan data.
Menyimpulkan dapat juga diartikan sebagai suatu keterampilan untuk
memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,
17
konsep, dan prinsip yang diketahui. Beberapa indikator yang terkait
dengan keterampilan menarik kesimpulan antara lain yaitu
menggabungkan berbagai informasi yang terpisah menjadi sebuah
pernyataan yang bermakna, menemukan pola atau keteraturan dari
informasi yang berserakan dan mengidentifikasi hubungan antar variabel
yang ada.
4) Keterampilan Berkomunikasi
Pengkomunikasian berarti mencatat data yang didapat sebagai hasil
eksperimen dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang-orang ( Srini
M Iskandar, 2001 : 60). Sedangkan Abimanyu, dkk (2009 : 5-15)
berpendapat bahwa “Ketrampilan berkomunikasi selalu dipergunakan
para ilmuwan untuk menyampaikan gagasan, hasil penelitian, penemuan,
dll kepada orang lain, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya
dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk gambar, model, tabel,
grafik, diagram, dan sebagainya yang akan memudahkan orang lain
utnuk memahami apa yang dikomunikasikan itu”.
Jadi keterampilan komukasi ini adalah menyampaikan perolehan
atau hasil belajar kepada orang lain.
e. Pengertian IPA
Kata IPA merupakan singkatan dari Imu Pengetahuan Alam. Kata-
kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa
Inggris „Natural Science‟ secara singkat disebut „Science‟. Natural artinya
alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam.
Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Iskandar, 2001 : 2)
Direktorat Ketenagaan (dalam Wardani,dkk. 2009:8.15) menyebutkan
bahwa IPA adalah pengetahuan tentang gejala alam yang dapat
didefinisikan sebagai : cara berpikir untuk memahami alam semesta, cara
18
melakukan investigasi, dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari
penyelidikan.
Sutrisno, Krisnady, dan Kartono (2007:19) berpendapat bahwa “IPA
merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat (corect) pada sasaran, serta menggunakan prosedur
yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran sahih (valid) sehingga
dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi IPA mengandung 3 hal yaitu :
proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan
yang tepat dan prosedurnya benar) dan produk (kesimpulan lainnya betul)”.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja
ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang
dirinya dan alam sekitar.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
sekitar, baik biotik maupun abiotik dengan cara mengadakan pengamatan
langsung dari berbagai jenis lingkungan untuk mengembangkan
keterampilan proses.
f. Pengertian Pembelajaran IPA
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau
Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap
orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua
masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit,
dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai
seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya
memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih
banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga
karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan
19
sains secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal
sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Iskandar (2001:18-19) pelajaran IPA lebih mementingkan kemampuan
berpikir daripada kemampuan menghafal. Disamping itu dipentingkan juga
kemampuan mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan prinsip,
memecahkan percobaan sederhana, menyusun data, mengemukakan dugaan.
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu
mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga
pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa
dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru
berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat
IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran
IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Asy‟ari, Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip
pembelajaran IPA di SD sebagai berikut :
1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning
to do, learning to be, learning to live together.
Learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi siswa
dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu
membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya.
Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa
sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu
untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari
hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun
rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to
live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan
berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan
toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama.
20
2) Prinsip Inkuiri
Prinsip inkuiri perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena
pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam
sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa
ingin tahu lebih banyak.
3) Prinsip Konstruktivisme
Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak
memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun
oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka
miliki dengan struktur kognitifnya.
4) Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat).
IPA memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk
pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu
penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.
5) Prinsip pemecahan masalah.
Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu
berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah satu alat
ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya
memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu
menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu
masalah.
6) Prinsip pembelajaran bermuatan nilai.
Masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang
terpelihara dan perlu dihargai. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan
masyarakat sekitar.
7) Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang
berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir
maupun kegiatan yang bersifat motorik.
21
Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA
yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih
bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang
diperoleh siswa maksimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA
tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal,
namun juga merupakan kegiatan berupa pertanyaan, penyelidikan alam
semesta, penemuan, dan pengungkapan dalam mempelajari rahasia gejala
alam.
g. Fungsi Pembelajaran IPA
Kurikulum Pendidikan Dasar (1994) disebutkan bahwa mata pelajaran
IPA berfungsi untuk:
1) Memberikan pengetahuan tentang pelbagau jenis dan perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan keterampilan proses.
3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa
untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4) Mengemnagkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang
saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan
keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari
maupun untuk melanjutkannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi
(hal. 73)
22
h. Tujuan Pembelajaran IPA
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006 : 13-14) mata pelajaran
IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Kurikulum Pendidikan Dasar (1994) disebutkan bahwa pelajaran IPA
bertujuan agar siswa:
1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari.
2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan,
gagasan tentang alam sekitar.
3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta
kejadian di lingkungan sekitar.
4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung
jawab, bekerja sama, dan mandiri.
23
5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-
gejala alam dan mencegah suatu masalah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari.
7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebersamaan dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa (hal.
73-74)
i. Pengertian Cahaya
Cahaya memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
cahaya manusia tidak dapat melihat benda-benda yang ada disekitarnya. Ini
berarti bahwa tanpa cahaya manusia tidak dapat menikmati keindahan dunia
dan alam semesta. Cahaya yang disebut energi radiasi merupakan bentuk
energi yang merambat dalam gelombang (Kaligis dan Hendro D, 1992 :
162)
Christian Huygens (dalam Darmodjo, 1993 : 283) cahaya adalah
gelombang yang merambat dengan cepat. Sedangkan menurut Sir Isaac
Newton (dalam Hendro Darmodjo 1993 : 283) cahaya adalah partikel-
partikel yang sangat kecil sangat ringan dan bergerak dengan sangat cepat
yang dipancarkan dari sumbernya ke segala arah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya adalah
suatu bentuk energi yang memiliki sifat sebagai partikel maupun gelombang
dimana partikel-partikel yang kecil dan ringan merambat dengan cepat yang
dipancarkan dari sumbernya ke segala arah.
Cahaya memberi kehidupan kepada dunia. Semua benda yang
mengeluarkan cahaya disebut sumber cahaya. Sumber cahaya di bumi ada
dua , yaitu :
24
1) Sumber Cahaya Alami
Sumber cahaya alami yaitu sumber cahaya yang berasal dari alam.
Yang termasuk dalam sumber cahaya alami adalah : matahari, bintang,
kunang-kunang, ubur-ubur, aurora.
2) Sumber Cahaya Buatan
Sumber cahaya buatan adalah sumber cahaya yang dibuat oleh
manusia. Yang termasuk sumber cahaya buatan yaitu : lampu listrik,
senter, lilin yang dinyalakan, sepotong logam yang dipanaskan hingga
pijar, lampu minyak, api, lampu badai dan senter.
Sumber cahaya yang berasal dari alam maupun yang dibuat oleh
manusia sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan denagn adanya
cahaya, dunia menjadi terang dan dapat melihat benda-benda yang ada
disekitarnya.
j. Pengertian Sifat-sifat Cahaya
Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Cahaya membuat dunia ini
terang. Cahaya membuat kita dapat melihat benda-benda di sekitar kita. S.
Rositawati dan Aris Muharam (2008 : 99-105), cahaya memiliki beberapa
sifat yaitu : merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan
dan dapat dibiaskan.
1) Cahaya Merambat Lurus
Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda
dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda
sumber cahaya dapat memancarkan cahaya. Berdasarkan dapat tidaknya
meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tembus cahaya dan
benda tidak tembus cahaya.
2) Cahaya Menembus Benda Bening
Kaca yang bening dapat ditembus oleh sinar matahari. Apabila
kaca jendela rumah ditutup dengan menggunakan karton maka cahaya
tidak dapat masuk ke dalam rumah. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya
dapat menembus benda bening.
25
3) Cahaya Dapat Dipantulkan
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur dan
pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai
permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini sinar pantul
arahnya tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika
cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Pada
pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur.
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin
lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan
cermin cekung.
a) Cermin Datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya
datar dan tidak melengkung ( Choiril A, dkk. 2008 : 112). Menurut
Heri Sulistyo dan Edy Wiyono (2008: 127) cermin datar adalah
cermin yang permukaan pantulnya datar. Sifat-sifat bayangan pada
cermin datar adalah sebagai berikut :
(1) Besar dan tinggi bayangan sama dengan besar dan tinggi benda
sebenarnya.
(2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan benda ke cermin.
(3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda.
(4) Bayangan tegak seperti bendanya.
(5) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat
dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.
b) Cermin Cembung
Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan pantulnya
melengkung kearah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk
spion kendaraan bermotor. Bayangan cermin cembung bersifat maya,
tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang sesungguhnya.
26
c) Cermin Cekung
Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung
ke arah dalam. Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflektor pada
lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk
oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap
cermin.
(1) Jika dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak,
lebih besar, dan semu (maya)
(2) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat
nyata (sejati) dan terbalik.
4) Cahaya Dapat Dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya
berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah
rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda
disebut pembiasan.
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang
lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya
cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat
dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan
menjahui garis normal, misalnya merambat ke udara.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Warsiti, tahun 2006 dengan judul
Pemanfaatan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Penguasaan
Keterampilan Proses dan Konsep Sains Dalam Rangka Pelaksanaan
Kurikulum 2004 di SD Negeri 3 dan 5 Panjer Kebumen. Dari penelitian
disimpulkan bahwa media gambar dapat meningkatkan penguasaan
keterampilan proses dan konsep sain. Penelitian ini relevan karena persamaan
objek kajiannya yaitu meningkatkan keterampilan proses.
2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Yudi Prasetyo, tahun 2010 dengan judul
Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran Gaya untuk
27
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Badak. Dari
penelitian ini disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas V. Penelitian ini relevan karena persamaan objek
kajiannya yaitu penerapan pendekatan inkuiri.
3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Rumanto, tahun 2011 dengan judul
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya Melalui
Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Jerukan, Juwangi,
Boyolali. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kemampuan
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dapat ditingkatkan melalui metode
eksperimen. Penelitian ini relevan karena persamaan objek kajiannya yaitu
pokok bahasan sifat-sifat cahaya.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri
01 Gedongan selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dengan
keterlibatan siswa yang minim, kurang menarik perhatian siswa dan
membosankan. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang menekankan penguasaan
Keterampilan Proses IPA sebagai target pencapaian tujuan pembelajaran IPA
yang harus dikuasai. Akibatnya keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa tidak
tumbuh padahal salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam
sekitar.
Mengacu dari permasalahan tersebut maka pembelajaran diupayakan dapat
meningkatkan proses pembelajaran dengan melibatkan siswa lebih aktif dan
mengupayakan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Dalam hal ini proses pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses
pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya. Pendekatan inkuiri dirancang untuk
mendorong siswa melakukan penyelidikan, berpikir kritis, mengembangkan
berbagai keterampilan dan melakukan penerapan atau mengaplikasikannya dalam
28
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara inkuiri dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah. Melalui pendekatan inkuiri keterlibatan siswa dalam proses kegiatan
belajar akan maksimal dan kegiatan pembelajaran akan terarah secara logis dan
sistematis serta mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri. Sedangkan keterampilan proses memberikan
siswa suatu pengalaman langsung dan akan dimilikinya seumur hidup. Pendekatan
inkuiri akan diterapkan dengan menggunakan Siklus I dan Siklus II yang melalui
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I memiliki
indikator siswa aktif dan keterampilan proses meningkat dan siklus II memiliki
indikator siswa aktif dan keterampilan proses meningkat 80%. Jika pada siklus ke
II indikator siswa aktif dan keterampilan proses belum meningkat 80% maka
penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya sampai target tercapai.
Pada akhirnya, dengan pembelajaran yang menerapkan pendekatan inkuiri
dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaraan IPA kompetensi dasar
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu,
Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
Sehingga dari hal-hal tersebut maka penulis menyusun kerangka pemikiran
sebagai berikut :
29
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di
atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian kelas bahwa: “Penerapan pendekatan
inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA kompetensi
dasar sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu
tahun ajaran 2011/2012”
Kondisi awal
Kondisi akhir
Tindakan Siklus 2 keterampilan
proses meningkat 80%
Pemberian tindakan
dengan menerapkan
pendekatan inkuiri
Siklus 1 keterampilan
proses meningkat
Keterampilan proses
IPA rendah
Guru belum
menerapkan pendekatan
inkuiri dalam
pembelajaran IPA
Dengan menerapkan
pendekatan inkuiri
dapat meningkatkan
keterampilan proses
pembelajaran IPA
kompetensi dasar sifat-
sifat cahaya pada siswa
kelas V SDN 01
Gedongan
Siklus ke n
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu.
Penelitian ini khususnya dilaksanakan di kelas V. Pemilihan SD Negeri 01
Gedongan sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
1) Sekolah tersebut mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian dan
bersedia memberikan data yang diperlukan peneliti.
2) Keterampilan proses pembelajaran IPA khususnya pada siswa kelas V masih
perlu ditingkatkan.
3) Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai tempat penelitian,
sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar
bagi sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012,
selama 5 bulan. Adapun waktu dan jenis penelitian dapat dilihat pada tabel 3 di
bawah ini.
31
Tabel.3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan dan
pengajuan proposal
2. Mengurus izin
penelitian
3. Persiapan penelitian
4.
Pelaksanaan
tindakan dan analisis
data
5. Penyusunan laporan
6. Ujian skripsi
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan,
Colomadu semester II tahun ajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 26 siswa
yang terdiri dari 10 siswa laki–laki dan 16 siswa perempuan dengan Siti Khotijah,
S.Pd bertindak sebagai guru kelas V. Di kelas tersebut kondisi siswa heterogen
(berbeda – beda kemampuannya), kondisi fisik dan mental siswa normal (tidak
ada anak berkebutuhan khusus).
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CAR) dimaksudkan untuk memperbaiki,
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, dan memecahkan atau
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas.
32
2. Strategi Penelitian
Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan, maka strategi
penelitian yang akan digunakan berupa strategi model siklus, yang di dalamnya
terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, refleksi.
D. Sumber Data Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010: 189) mengatakan bahwa sumber data adalah
subjek penelitian di mana data menempel. Sumber dapat berupa benda, gerak,
manusia, dan tempat. Sumber data atau informasi tersebut antara lain:
1) Informasi data yang diperoleh berasal dari nara sumber yang terdiri atas
siswa kelas V Semester II SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 26 siswa dan guru kelas V SD
Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar.
2) Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu,
Karanganyar.
3) Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan dan dokumen berupa data
nilai mata pelajaran IPA, khususnya tentang materi sifat-sifat cahaya yang
digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa kelas V SD Negeri 01
Gedongan, Colomadu, Karanganyar.
4) Informasi lain tentang kondisi SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu,
Karanganyar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Wawancara
Tujuannya untuk mengumpulkan data dari informan terkait proses dan
hasil pembelajaran keterampilan proses IPA sebelum, selama, dan sesudah
tindakan. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung yaitu
33
percakapan dan tanya jawab kepada siswa dan kepada guru secara langsung
tanpa perantara. Nara sumbernya adalah Ibu Siti Khotijah (guru kelas V) dan
beberapa siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan. Wawancara yang dilakukan
yaitu wawancara tidak terstruktur.
2) Observasi
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur atau
menilai aktivitas guru dan siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, serta
penerapan pendekatan inkuiri saat pembelajaran berlangsung. Observasi
yang peneliti lakukan adalah observasi partisipasi. Peneliti bertindak sebagai
guru dan melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi pembelajaran yang
sedang berlangsung, sedangkan guru kelas V sebagai pengamat pasif
terhadap proses pembelajaran agar lebih leluasa dalam mengamati jalannya
pembelajaran.
Observasi terhadap siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan difokuskan
pada pengamatan aspek keterampilan proses yaitu meliputi observasi,
melakukan percobaan, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan dengan
berpedoman pada lembar pengamatan penilaian keterampilan proses.
Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakan
pembelajaran sifat-sifat cahya dengan pendekatan inkuiri. Alat penilaian yang
digunakan untuk mengobservasi guru, yaitu dengan menggunakan Alat
Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
Selanjutnya, hasil pengamatan yang telah dilakukan didiskusikan
untuk dianalisis bersama untuk menemukan berbagai kelemahan proses
pembelajaran dan untuk mencari solusi kelemahan tersebut agar dapat
dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
3) Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja. Penilaian
keterampilan proses dilaksanakan berdasarkan lembar penilaian keterampilan
proses.
34
4) Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan dan mengkaji data-data yang sudah tersedia seperti RPP guru,
materi pelajaran, arsip nilai yang diberikan oleh guru, daftar nama siswa.
Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang
berupa foto dan video.
F. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dapat dijadikan
dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, tehnik yang digunakan untuk
memeriksa validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan
triangulasi metode.
1) Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji
kebenaran data yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain.
Data yang sama atau sejenis, akan lebih valid kebenarannya bila digali dan
dikomparasikan dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal ini,
kegiatan yang dilakukan peneliti adalah membandingkan data/informasi
tentang keterampilan proses pembelajaran IPA yang diperoleh dari sumber
data yaitu guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan dan siswa kelas V SD
Negeri 01 Gedongan. Selain itu Selain itu sumber data peneliti juga dapat
diperkuat lagi dari informasi yang berasal dari kepala sekolah.
2) Triangulasi metode.
Peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode/
teknik pengumpulan data yang berbeda, kemudian membandingkannya.
Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari teknik observasi,
wawancara, tes, dan dokumentasi, kemudian ditarik simpulan sehingga data
benar – benar mendekati kevalidan.
35
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis model interaktif. Komponen-komponen dalam analisis model interaktif
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
Langkah-langkah analisis model interaktif yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi data mentah menjadi data yang bermakna. Data yang diseleksi untuk
digunakan dan mendukung dalam penelitian ini adalah hasil observasi
keterampilan proses sebelum tindakan, hasil wawancara dengan guru dan
siswa, dan hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa serta hasil
keterampilan proses setelah siklus I dan siklus II.
2) Penyajian Data
Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian dikelompokkan
dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data supaya rnakna peristiwanya
menjadi lebih jelas dipahami. Sajian data dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk paparan naratif, tabel, dan grafik.
3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi data dan
penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
36
intisari dan penyajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk
pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian
yang luas.
H. Indikator Kinerja
Hal yang dijadikan sebagai indikator ketercapaian dalam penelitian ini
adalah meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA pada siswa kelas V
SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu melalui penerapan pendekatan inkuiri. Untuk
mengukur ketercapaian tujuan penelitian, dirumuskan indikator-indikator sebagai
berikut :
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Penelitian
Aspek Target Cara Mengukur
Keterampilan proses
meliputi observasi,
melakukan percobaan,
menyimpulkan,
mengkomunikasikan.
80% dari jumlah
siswa menguasai
keterampilan
proses
Diamati saat
pembelajaran dengan
menggunakan lembar
pengamatan penilaian
keterampilan proses.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
37
Gambar 3.2 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2008: 74)
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa keempat tahap dalam
penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, satu
siklus merupakan satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah
semula. Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) penyusunan RPP
sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menerapkan pendekatan inkuiri,
Pengamatan/
pengumpulan
data I Refleksi I
Pelaksanaan
tindakan II
Perencanaan
tindakan II
Pengamatan/
pengumpulan
data II
Refleksi II
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Permasalaha
n baru hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Siklus I
Siklus II
Permasalahan Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
38
(2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan
media pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes keterampilan proses, (4)
mempersiapkan lembar observasi/pengamatan siswa dan guru.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Guru (peneliti) melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam
skenario pembelajaran pada siklus I yaitu guru melaksanakan pembelajaran
IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Eggen dan Kauchak (dalam
Trianto, 2011:172) tahap-tahap pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
1) menyajikan pertanyaan atau masalah; 2) membuat hipotesis; 3) merancang
percobaan; 4) melakukan percobaan untuk memperoleh informasi; 5)
mengumpulkan dan menganalisis data; 6) membuat kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan
pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam tahap ini guru mengadakan tiga kegiatan yaitu apersepsi,
orientasi, dan motivasi. Dalam apersepsi guru mengaitkan materi yang
sudah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari (tentang sumber
cahaya). Dalam orientasi guru menyampaikan pentingnya mempelajari
materi sifat-sifat cahaya serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
Sedangkan dalam motivasi guru menyampaikan manfaat mempelajari
sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang benda-benda sekitar
yang tembus cahaya dan tidak tembus cahaya dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
b) Jika anak masih ada yang mengalami kesulitan maka diarahkan untuk
melakukan percobaan.
c) Siswa membentuk kelompok dan mempersiapkan peralatan percobaan
yang telah difasilitasi oleh guru.
d) Tiap kelompok mempelajari LKS yang dibagikan oleh guru serta
melakukan percobaan sesuai petunjuk LKS.
39
e) Siswa mendiskusikan hasil percobaannya dan menuliskan hasil
diskusi kelompok.
f) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi yang diwakili
oleh salah satu anggota kelompok, kelompok yang lain memberi
tanggapan.
g) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan hasil
pembelajaran.
h) Siswa mencatat hasil kesimpulan pada buku catatan masing-masing.
3) Kegiatan Penutup
Guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan/observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap
pelaksanaan tindakan oleh peneliti dalam pembelajaran IPA dengan
menerapkan pendekatan inkuiri. Pada tahap pengamatan dilakukan beberapa
hal, diantaranya sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan terhadap sikap siswa dan kerja guru (peneliti) di
dalam proses pembelajaran IPA di kelas dengan berpedoman pada lembar
penilaian keterampilan proses dan lembar penilaian aktivitas guru.
2) Melakukan penilaian keterampilan proses dengan berpedoman pada
lembar penilaian keterampilan proses.
d. Tahap Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis
penguasaan keterampilan proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
Jika siswa yang mengalami peningkatan keterampilan proses secara klasikal
belum mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 80%, maka proses
pembelajaran dengan penerapan pendekatan inkuiri tersebut perlu diperbaiki
lagi dan disempurnakan pada siklus II. Hasil dari siklus I yaitu siswa yang
menguasai keterampilan proses sebanyak 16 siswa atau hanya 61% dari
banyak siswa kelas V yaitu 26. Dengan demikian pembelajaran dilanjutkan
40
ke siklus berikutnya yaitu siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran
dan penyempurnaan pendekatan inkuiri yang didasarkan pada hasil refleksi
pada siklus I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Peneliti merencanakan tindakan, meliputi:
(1) penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menerapkan
pendekatan inkuiri, (2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas,
materi, sumber, dan media pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes
keterampilan proses, (4) mempersiapkan lembar observasi/pengamatan siswa
dan guru.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan tindakan perbaikan sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2011:172) tahap-tahap
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : 1) menyajikan pertanyaan atau
masalah; 2) membuat hipotesis; 3) merancang percobaan; 4) melakukan
percobaan untuk memperoleh informasi; 5) mengumpulkan dan menganalisis
data; 6) membuat kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan
pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru melakukan apersepsi, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa
mengingatkan kembali materi sifat-sifat cahaya yang sudah dipelajari.
Mengajak siswa menyanyikan lagu pelangi. Dalam orientasi guru
menyampaikan pentingnya mempelajari materi sifat-sifat cahaya serta
menyampaikan tujuan pembelajaran. Sedangkan dalam motivasi guru
menyampaikan manfaat mempelajari sifat-sifat cahaya dalam kehidupan
sehari-hari.
41
2) Kegiatan Inti
a) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang benda-benda sekitar
yang tembus cahaya dan tidak tembus cahaya.
b) Jika anak masih ada yang mengalami kesulitan maka diarahkan untuk
melakukan percobaan.
c) Siswa membentuk kelompok dan mempersiapkan peralatan percobaan
yang telah difasilitasi oleh guru.
d) Tiap kelompok mempelajari LKS yang dibagikan oleh guru serta
melakukan percobaan sesaui petunjuk LKS.
e) Siswa mendiskusikan hasil percobaannya dan menuliskan hasil
diskusi kelompok.
f) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi yang diwakili
oleh salah satu anggota kelompok, kelompok yang lain memberi
tanggapan.
g) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan hasil
pembelajaran.
h) Siswa mencatat hasil kesimpulan pada buku catatan masing-masing.
3) Kegiatan Penutup
Guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan/observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap
pelaksanaan tindakan oleh peneliti dalam pembelajaran IPA dengan
menerapkan pendekatan inkuiri. Pada tahap pengamatan dilakukan beberapa
hal, diantaranya sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan terhadap sikap siswa dan kerja guru (peneliti) di
dalam proses pembelajaran IPA di kelas dengan berpedoman pada lembar
penilaian keterampilan proses dan lembar penilaian aktivitas guru.
2) Melakukan penilaian keterampilan proses dengan berpedoman pada
lembar penilaian keterampilan proses
42
d. Tahap Refleksi
Peneliti bersama guru kelas V membuat refleksi atas tindakan
pada siklus II. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap
proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus II tentang keterampilan proses
dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Peneliti juga berdiskusi dengan
kolaborator untuk menemukan temuan-temuan pada siklus II. Jika target
belum dipenuhi maka dilanjutkan dengan siklus selanjutnya, namun
apabila target telah tercapai tindakan dihentikan. Hasil dari siklus II yaitu
siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 22 siswa atau 85% dari
banyak siswa kelas V yaitu 26. Hal ini sudah mencapai indikator kinerja
yang hanya 80% siswa menguasai keterampilan proses sehingga penelitian
ini tidak dilanjutkan karena sudah mencapai target.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pengamatan kondisi awal pratindakan dilakukan untuk mengetahui
keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses
penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan
guru dan siswa serta pengamatan proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri
01 Gedongan Colomadu Karanganyar.
1. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa
Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Sabtu, 11
Februari 2012. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan Ibu Siti Khotijah,
S.Pd (guru kelas V) dan siswa kelas V sebagai narasumber. Wawancara
terhadap guru kelas V dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman
wawancara sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis
secara ringkas pada kolom jawaban. Setting wawancara bertempat di ruang
kelas V pada waktu istirahat pukul 09.00 WIB. Hal yang peneliti tanyakan
kepada guru yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran dan penguasaa
keterampilan proses pembelajaran IPA yang pernah diterapkan oleh guru
pada waktu sebelumnya. Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan dari hasil
wawancara kepada guru dan sebagai deskripsinya dapat dilihat pada lampiran
1.
Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi permasalahan
dalam pembelajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan
Colomadu Karangayar. Menurut guru, keterampilan proses masih sulit untuk
dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap
pelajaran IPA dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai metode
inovatif yang mendukung keterampilan proses sehingga berakibat pada
rendahnya penguasaan keterampilan proses pembelajaran IPA.
44
Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan siswa
kelas V mengenai penguasaan keterampilan proses pada pembelajaran IPA.
Pelaksanaan wawancara kepada siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua
pukul 11.00 WIB di ruang kelas V. Wawancara terhadap siswa dilakukan
secara terstruktur yaitu dengan mempersiapkan pedoman wawancara dan
pertanyaan diberikan sesuai kemampuan atau pemahaman peneliti. Siswa
yang menjadi narasumber adalah Dea. Siswa tersebut menyatakan kurang
berminat terhadap pelajaran IPA. Pada umumnya mereka menyatakan kurang
suka mengikuti pembelajaran IPA di kelas karena guru dalam menyampaikan
pelajaran hanya dengan ceramah dan belum pernah diadakan suatu penelitian
atau percobaan. Mereka juga sering merasa bosan di dalam kelas karena
mereka hanya duduk sambil mendengarkan ceramah dari guru dan mereka
juga jarang dilibatkan aktif dalam pembelajaran.
2. Pengamatan Proses Pembelajaran di Kelas
Pengamatan awal (prasiklus) proses pembelajaran IPA di kelas V
dilaksanakan pada hari Senin, 16 Oktober 2011 pukul 07.30 WIB sampai
selesai. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas V (Ibu Siti
Khotijah, S.Pd) bertindak sebagai guru/pengajar. Peneliti mengamati Rencana
Pelaksanaan Pembelajaaran (RPP) yang digunakan guru dan proses
pembelajaran IPA yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan
berpedoman pada lembar observasi penilaian proses siswa yang sudah
dipersiapkan. Peneliti mengamati dari posisi tempat duduk paling belakang.
Sedangkan, untuk pengamatan terhadap RPP yang digunakan guru dan proses
pembelajaran dilakukan secara menyeluruh tanpa lembar pengamatan khusus.
Sebagai gambaran awal hasil pengamatan yaitu kegiatan proses
pembelajaran IPA di kelas V masih banyak terdapat kekurangan, antara
lain: (1) guru menggunakan RPP yang sudah ada (lama) tanpa adanya inovasi
RPP sesuai saat ini yakni belum ada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
yang tesusun jelas. (2) Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran karena
guru menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran. Metode
45
konvensional yang dipakai guru adalah ceramah. Siswa cenderung pasif di
dalam pembelajaran dan kurang tertarik dengan pembelajaran dari guru
kelas. Materi yang disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa,
akibatnya selama pembelajaran berlangsung terdapat beberapa siswa yang
tidak memperhatikan. (3) Posisi guru saat mengajar lebih banyak di depan
dan kurang memberikan perhatian kepada siswa yang duduk paling belakang.
(4) Proses pembelajaran IPA kurang efektif dan efisien yang masih bersifat
individu seperti pada umumnya. (5) Keterampilan proses dalam pembelajaran
belum dikembangkan sehingga siswa belum menguasai keterampilan proses.
Padahal dalam fungsi dan tujuan dari pembelajaran IPA yaitu
mengembangkan keterampilan proses.
Berdasarkan observasi awal yang terkait keterampilan proses yaitu:
observasi/pengamatan, melakukan percobaan, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan di dalam pembelajaran IPA diperoleh data penilaian
keterampilan proses prasiklus siswa. Dari hasil observasi awal diperoleh data
nilai keterampilan proses sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data Penilaian Keterampilan Proses
No Jenis Keterampilan Nilai
5 6 7 8 9
1 Mengobservasi 4 18 4 0 0
2 Melakukan Percobaan 8 12 6 0 0
3 Menyimpulkan 3 16 7 0 0
4 Mengkomunikasikan 8 13 5 0 0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat ditarik kesimpulan masih banyak siswa yang
kurang menguasai keterampilan proses. Untuk lebih lengkapnya ada dalam
lampiran 3.
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Pra siklus
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 0 0
2 B (Baik) 3 11
3 C (Cukup) 14 54
4 D (Kurang) 9 35
46
Dari tabel 4.2 dapat disajikan dengan gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus Pra siklus.
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1. dapat dinyatakan bahwa tidak ada
siswa yang mendapat nilai A atau 0%. Siswa yang mendapat nilai B sebanyak
3 orang atau 11%. Siswa yang mendapat C sebanyak 14 siswa atau 54%. Dan
siswa yang mendapat D sebanyak 9 siswa atau 35%.
Bertolak dari data penilaian keterampilan proses pembelajaran IPA
pada siswa kelas V pada kondisi awal (prasiklus) maka dapat diindikasikan
bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA yang diterapkan guru
belum mencapai hasil yang optimal. Untuk itu proses kegiatan pembelajaran
IPA yang dilaksanakan di kelas V perlu diadakan tindakan dalam
pembelajaran selanjutnya untuk mengembangkan keterampilan proses.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti
melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA, sehingga dicapailah kesepakatan bahwa
peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas V
sebagai kolaborator dengan judul ”Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Pembelajaran IPA P Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 01
35%
54%
11%
0%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak siswa
47
Gedongan Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012”. Penerapan
tindakan ini difokuskan pada peningkatan keterampilan proses pembelajaran
IPA.
Melihat penyebab rendahnya keterampilan proses pembelajaran IPA
yang bersumber dari kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, maka
peningkatan keterampilan proses pada penelitian ini difokuskan pada empat
aspek yakni observasi/pengamatan, melakukan percobaan, menyimpulkan
dan mengkomunikasikan.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri
dari 3 jam pelajaran (3x35 menit). Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 9 April
2012 (pertemuan 1) dan Jumat,13 April 2012 (pertemuan 2). Tahapan-tahapan
pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang
akan dilakukan dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil
yang optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah
meningkatnya keterampilan proses pembelajaran IPA tuntas dari hasil tes
unjuk kerja keterampilan proses. Tahap-tahap perencanaan pada siklus I
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V semester
II tahun 2007 materi sifat-sifat cahaya. Perencanaan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi
waktu setiap pertemuan adalah 3x35 menit, sehingga dalam satu siklus
48
terdapat alokasi waktu 6x35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran
yang dibuat mencakup penentuan: identitas RPP, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, pembelajaran,
model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan (skenario)
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan teknik penilaian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I pertemuan ke-1 dapat
dilihat pada lampiran 4 dan pertemuan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 10.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah kelas V yang biasa
digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau
kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi
dengan baik.
b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I menemukan sifat-sifat
cahaya yaitu cahaya merambat lurus, cahaya dapat menembus benda
bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Sebagai hasilnya adalah siswa
dapat mengetahui sifat-sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus,
cahaya dapat menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan
materi pembelajaran terdapat pada lampiran 4. Sedangkan materi pada
pertemuan II yaitu menemukan sifat-sifat cahaya yaitu cahaya dapat di
uraikan dan cahaya dapat dipantulkan. Cahaya dapat dipantulkan
terbagi dalam cahaya yang memantul pada cermin datar, cermin
cekung, dan cermin cembung. Materi pembelajaran siklus I pertemuan
II terdapat pada lampiran 10.
c) Mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang
digunakan adalah media realita yakni karton tebal, penjepit, gunting,
alat tulis, gunting, lilin, korek api, lampu/senter, gelas bening, gelas
berwarna, triplek, karton, plastik hitam, plastik bening, mika, buku, air
jernih, sendok, cermin datar, cermin cekung, cermin cembung, dan
ember.
49
3) Menyiapkan Lembar Observasi, RPP, Lembar Kerja Siswa, Lembar
Evaluasi, Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan Lembar Penilaian
Keterampilan Proses.
Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-
hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar
observasi RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
peneliti oleh guru kelas V. RPP merupakan kerangka prosedural yang
sangat penting dalam perancanaan pembelajaran sehingga perlu dibuat
penilaian. Lembar pengamatan penilaian keterampilan proses untuk
menilai kemampuan mengamati, melakukan percobaan, menyimpulkan,
dan mengkomunikasikan hasil penemuannya dalam proses pelaksanaan
pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Sedangkan lembar observasi
yang dibuat untuk guru lebih diutamakan pada persiapan dan jalannya
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Lembar
observasi ini dapat dilihat pada lampiran 30
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
Peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaian
keterampilan proses. Instrumen tes keterampilan proses dinilai dari
hasil tes unjuk kerja (praktik) menemukan sifat-sifat cahaya siswa sesuai
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk instrumen keterampilan
proses dinilai berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dengan berdasarkan lembar penilaian keterampilan proses pembelajaran
IPA yang meliputi: (a) observasi/pengamatan, (b) melakukan percobaan,
(c) menyimpulkan, dan (d) mengkomunikasikan selama pembelajaran
berlangsung. Lembar penilaian keterampilan proses dapat dilihat pada
lampiran 9 dan lampiran 15.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti bertindak sebagai guru/
pengajar proses kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan
inkuiri, sedangkan guru kelas V (Ibu Siti Khotijah, S.Pd) melakukan observasi
atau pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran. Peneliti bertindak
50
sebagai partisipan aktif yang mengendalikan dan mengamati jalannya
pembelajaran IPA di dalam kelas.
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan ke-1
Pertemuan I dilaksanakan pada Senin, 9 April 2012. Materi yang
dipelajari pada pertemuan pertama yaitu materi sifat-sifat cahaya. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
a) Pendahuluan
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit yang
terdiri dari apersepsi, orientasi dan motivasi. Kegiatan yang guru (peneliti)
lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas supaya siswa siap menerima
pelajaran. Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan
diadakan presensi kehadiran siswa untuk lebih mengenal dan mengetahui
jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu.
Pertemuan pertama, siswa masuk semua sesuai jumlah siswa kelas
V yaitu ada 26 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki
gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu menemukan
sifat cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening serta cahaya
dapat dibiaskan.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu
sekitar 70 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti
pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Tindakan eksplorasi bertujuan agar siswa mampu menggali
pemahaman sumber-sumber cahaya yang ada disekitarnya. Guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
51
- “Anak-anak” siapa yang tau ada berapa sumber cahaya?sebutkan!
- “Anak-anak” siapa yang tau sumber cahaya alami dan sumber
cahaya buatan?sebutkan!
Siswa selanjutnya ditanya tentang manfaat cahaya bagi kehidupan
manusia. Begitu pentingnya cahaya bagi kehidupan maka siswa harus
menguasai sifat-sifat dari cahaya. Untuk mengetahui sifat-sifat cahaya
maka siswa harus menemukan sendiri sifat cahaya itu supaya
pembelajaran lebih bermakna. Kemudian guru membagikan media
pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa untuk menemukan sifat-sifat
cahaya. Sebelum melaksanakan percobaan terlebih dahulu siswa
bersama guru menyusun hipotesis yang akan dibuktikan hasilnya
setelah melaksanakan percobaan.
(2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi ini guru membagi siswa menjadi 5
kelompok secara acak dari 26 siswa jadi tiap kelompoknya terdiri dari 5
dan 6 siswa. Setelah kelompok terbentuk kemudian guru membagikan
LKS serta media pembelajaran.
Pada kegiatan ini siswa melakukan 3 percobaan untuk
menemukan sifat-sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus, cahaya
menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Sebelum
memulai percobaan terlebih dahulu guru dan siswa membuat hipotesis,
setelah hipotesis tersusun kemudian melakasanakan percobaan. Guru
(peneliti) dalam pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing jadi guru
membimbing penuh jalannya pembelajaran yang berlangsung.
Melalui diskusi kelompok siswa melaksanakan percobaan sesuai
petunjuk LKS. Percobaan pertama yaitu menemukan sifat cahaya
merambat lurus, percobaan kedua yaitu menemukan sifat cahaya
menembus benda bening dan yang ketiga adalah menemukan sifat
cahaya yang dapat dibiaskan. Setelah melaksanakan percobaan siswa
menuliskan kesimpulan dari percobaannya serta perwakilan dari
masing-masing kelompok menyapaikan hasil diskusinya didepan kelas.
52
Secara ringkas, isi materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada
bagian RPP Siklus I lampiran 4.
(3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberian reward (penguatan)
kepada siswa dan masing-masing kelompok. Bagi kelompok terbaik
mendapat penghargaan dari guru berupa hadiah yang bertujuan untuk
memberikan semangat atau dorongan untuk siswa lebih aktif lagi dalam
berdiskusi dan mengikuti pembelajaran selanjutnya. Siswa diberikan
kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi selama
pembelajaran berlangsung dan siswa juga dimotivasi agar lebih giat lagi
dalam belajar. Guru membimbing peserta didik untuk menuliskan
kesimpulan dari materi atau kegiatan yang telah dipelajari dan
dilaksanakan.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa
bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi
yang dilakukan guru. Kemudian siswa diberikan tugas evaluasi berupa tes
unjuk kerja untuk mempraktekkan sendiri kegiatan melaksanakan
percobaan. Tes ini dilaksanakan untuk mengukur keterampilan proses
yang terdiri dari kemampuan mengobservasi, kemampuan melakukan
percobaan, kemampuan menyimpulkan dan kemampuan
mengkomunikasikan. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru.
Guru juga menyampaian pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi
untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam kehidupan. Terakhir, guru
menutup proses pembelajaran dengan salam.
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan kedua adalah lanjutan dari pertemuan pertama.
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada Jumat, 13 April 2012. Pertemuan kedua
materinya yaitu menemukan sifat-sifat cahaya yaitu cahaya dapat
dipantulkan dan dapat diuraikan serta mengetahui sifat cahaya yang
mengenai cermin datar, cahaya yang mengenai cermin cekung dan cahaya
53
yang menganai cermin cembung. Tujuan utama pembelajaran yang akan
dicapai pada pertemuan II ini yaitu siswa memahami sifat bayangan pada
cermin datar, memahami sifat bayangan pada cermin cekung dan
memahami sifat bayangan pada cermin cembung dan memahami
penguraian cahaya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup
kegiatan-kegiatan berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10
menit. Kegiatan awal yang guru (peneliti) lakukan tidak berbeda jauh dari
pertemuan I karena dimulai awal masuk sekolah (jam pertama) yakni
membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan
mengkondisikan kelas supaya siswa siap dalam menerima pelajaran.
Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan
presensi kehadiran siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah
siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu.
Jumlah siswa yang hadir lengkap ada 26 siswa. Guru juga
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat
dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas pula hal
yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu
siswa memahami sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung dan
cermin cembung dan memahami penguraian cahaya. Setelah itu, guru
memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
dan menyamakan pandangan tentang materi sifat-sifat cahaya yang akan
dipelajari siswa. Apersepsi diberikan dengan menyayikan pelangi.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu
sekitar 70 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti
pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
54
Siswa mendapat pertanyaan dari guru berkaitan dengan masalah
kontekstual dengan masalah sehari-hari. Guru mengadakan tanya jawab
dengan siswa seperti berikut :
- “Anak-anak” siapa yang sudah pernah melihat pelangi?warna apa
aja yang ada di pelangi?sebutkan!
- Siapa yang pernah melihat cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung?
- Siapa yang bisa menyebutkan kegunaan dari cermin datar, cermin
cekung dan cermin cembung?
Siswa selanjutnya ditanya tentang manfaat cahaya bagi kehidupan
manusia. Begitu pentingnya cahaya bagi kehidupan maka siswa harus
menguasai sifat-sifat dari cahaya. Untuk mengetahui sifat-sifat cahaya
maka siswa harus menemukan sendiri sifat cahaya itu supaya
pembelajaran lebih bermakna. Kemudian guru membagikan media
pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu siswa
menemukan sifat-sifat cahaya. Sebelum melaksanakan percobaan
terlebih dahulu siswa bersama guru menyusun hipotesis yang akan
dibuktikan hasilnya setelah melaksanakan percobaan.
(2) Elaborasi
Tindakan elaborasi yaitu dengan melakukan proses kerjasama
dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam pertemuan kedua ini
kelompok dan anggota kelompok sama seperti kelompok pada
pertemuan pertama yaitu terdiri dari 5 kelompok dari 26 siswa, tiap
kelompok terdiri dari 5 dan 6 siswa. Tiap-tiap kelompok duduk dengan
berdekatan untuk membahas dan mendiskusikan LKS yang telah
dibagikan oleh guru.
Guru membagikan LKS serta media pembelajaran yang berupa
cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Pada pertemuan
kedua ini ada 4 kali percobaan yaitu untuk menemukan sifat bayangan
pada cermin datar, sifat bayangan pada cermin cekung dan sifat
55
bayangan pada cermin cembung serta percobaan yang terakhir adalah
kegiatan percobaan untuk menemukan penguraian cahaya.
Selesai melakukan satu percobaan atau penemuan kemudian
perwakilan dari masing-masing kelompok menuliskan kesimpulan dari
percobaan itu dan perwakilan dari masing-masing kelompok
membacakan hasil diskusinya atau percobaanya didepan kelas. Secara
ringkas, isi materi pada pertemuan kedua ini dapat dilihat pada bagian
RPP siklus I pertemuan ke-2 lampiran 10.
(3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberian reward (penguatan)
kepada masing-masing kelompok. Bagi kelompok terbaik mendapat
penghargaan dari guru berupa hadiah yang bertujuan untuk memberikan
semangat atau dorongan untuk siswa lebih aktif lagi dalam berdiskusi
dan mengikuti pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk
menyatakan kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung
dan siswa juga dimotivasi agar lebih giat lagi dalam belajar. Guru
membimbing peserta didik untuk menuliskan kesimpulan dari materi
atau kegiatan yang telah dipelajari dan dilaksanakan.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa
bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi
yang dilakukan guru. Kemudian siswa diberikan tugas evaluasi berupa tes
unjuk kerja untuk mempraktekkan sendiri kegiatan melaksanakan
percobaan. Tes ini dilaksanakan untuk mengukur keterampilan proses
yang terdiri dari kemampuan mengobservasi, kemampuan melakukan
percobaan, kemampuan menyimpulkan dan kemampuan
mengkomunikasikan. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru.
Guru juga menyampaian pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi
untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam kehidupan. Terakhir, guru
menutup proses pembelajaran dengan salam.
56
c. Observasi
Dalam pelaksanaannya pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru
kelas V SD Negeri 01 Gedongan selama kegiatan pembelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi sebagai pedomannya, sedangkan pendokumentasian
pembelajaran dibantu oleh rekan sejawat. Observasi yang dilakukan oleh guru
kelas V SD Negeri 01 Gedongan ini meliputi observasi pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru, dan penilaian keterampilan proses
pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya.
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja guru
dalam mengajar dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau pengajar dalam
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Observasi keterampilan proses siswa
dibagi menjadi 4 pengamatan, yakni pengamatan terhadap keterampilan
observasi siswa, keterampilan melaksanakan percobaan, keterampilan
menyimpulkan dan keterampilan mengkomunikasikan. Hasil pengamatan atau
observasi keterampilan proses ini selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap
refleksi siklus I. Hasil pengamatan dalam penelitian ini dinyatakan dalam
bentuk persen (%), banyaknya persentase dihitung dari seluruh jumlah siswa
kelas IV SD Negeri 01 Gedongan, yaitu 26 siswa.
Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang
mengendalikan proses pembelajaran. Sementara guru kelas V sebagai
pengamat inti dengan duduk di tempat paling belakang agar bisa mengamati
dan menilai proses pembelajaran yang dipimpin oleh peneliti secara intensif.
Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran dari mata pelajaran IPA
pokok bahasan sifat-sifat cahaya adalah sebagai berikut:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru
Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan
guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur mengajar guru di
dalam kelas. RPP guru (peneliti) dinilai oleh guru kelas V dengan lembar
pengamatan RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus I dapat
57
dilihat pada lampiran 30. RPP yang digunakan oleh peneliti sudah termasuk
kategori baik dengan rata-rata nilai 3,4. Secara garis besar RPP yang disusun
sudah relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada
dengan sistematika yang runtut dan tujuan pembelajaran yang jelas mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Penilaian Keterampilan Proses
Hasil pengamatan terhadap keterampilan proses siswa pada siklus I
dapat dilihat pada lampiran 9 dan15 . Di dalam proses pembelajaran siswa
sudah terlihat lebih aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan
kondisi awal. Secara klasikal keterampilan proses siswa dalam pembelajaran
IPA sudah terdapat peningkatan. Keterampilan proses terdiri dari keterampilan
mengobservasi, keterampilan melaksanakan percobaab, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan. Data penilaian keterampilan proses siswa
pada siklus I dapat dimasukkan ke dalam tabel 8 sebagai berikut :
a) Pertemuan ke-1
Tabel 4.3. Data Penilaian Keterampilan Proses
No Jenis Keterampilan Nilai
5 6 7 8 9
1 Mengobservasi 1 3 15 7 0
2 Melakukan Percobaan 0 2 15 9 0
3 Menyimpulkan 1 6 10 9 0
4 Mengkomunikasikan 0 8 13 5 0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat ditarik kesimpulan masih banyak siswa yang
kurang menguasai keterampilan proses. Untuk lebih lengkapnya ada dalam
lampiran 9.
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan I
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 0 0
2 B (Baik) 17 65
3 C (Cukup) 8 31
4 D (Kurang) 1 4
58
Dari tabel 4.4 dapat disajikan dengan gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan
ke-1
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.2. dapat dinyatakan bahwa tidak ada
siswa yang mendapat A atau 0%. Siswa yang mendapat B sebanyak 17 siswa
atau 69%. Siswa yang mendapat C sebanyak 8 siswa atau 31%. Siswa yang
mendapat D sebanyak 1 siswa atau 4%. Pada siklus I pertemuan ke-2 ini siswa
yang mendapat nilai keterampilan prosesnya baik yaitu 17 siswa atau 65%.
b) Pertemuan ke-2
Tabel 4.5. Data Penilaian Keterampilan Proses
No Jenis Keterampilan Nilai
5 6 7 8 9
1 Mengobservasi 1 7 13 5 0
2 Melakukan Percobaan 2 4 12 8 0
3 Menyimpulkan 2 7 11 6 0
4 Mengkomunikasikan 0 8 13 5 0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak
siswa yang keterampilan prosesnya memperoleh nilai rendah. Untuk lebih
lengkapnya ada pada lampiran 15.
4%
31%
65%
0%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak siswa
59
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan II
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 0 0
2 B (Baik) 15 58
3 C (Cukup) 9 35
4 D (Kurang) 2 7
Dari tabel 4.6 dapat disajikan dengan gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Pertemuan II
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.3 dapat dinyatakan bahwa tidak ada
siswa yang mendapat nilai A atau 0%. Siswa yang mendapat B sebanyak 15
siswa atau 58%. Siswa yang mendapat C sebanyak 9 siswa atau 35%. Siswa
yang mendapat D sebanyak 2 siswa atau 7%. Pada siklus I pertemuan ke-1
siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 15 siswa atau 58% dari
jumlah siswa. Nilai keterampilan proses pada siklus I selengkapnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
7%
35%
58%
0%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak siswa
60
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
kel No Keterampilan Proses
Rata-Rata Kategori Pertemuan 1 Pertemuan 2
I 1 6,25 5,5 5,875 D
2 7,75 7,25 7,5 B
3 6,75 6 6,375 C
4 7,25 7,5 7,375 B
5 7,5 7,5 7,5 B
II 6 7,25 7 7,125 B
7 7 6,75 6,875 C
8 6,75 6,5 6,625 C
9 6,75 6,5 6,625 C
10 7,5 8 7,75 B
11 7,5 7 7,25 B
III 12 8 8 8 B
13 6,75 7,75 7,25 B
14 7,5 7 7,25 B
15 5,5 5,25 5,375 D
16 7 6,25 6,625 C
IV 17 8 8 8 B
18 7 7 7 B
19 7 7 7 B
20 6,25 6 6,125 C
21 6,75 6,5 6,625 C
V 22 6,75 6,5 6,625 C
23 7 6,5 6,75 C
24 7,25 7,25 7,25 B
25 8 8 8 B
26 7,5 7 7,25 B
Rata-Rata Kelas 7 B
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai
keterampilan proses secara klasikal pada siklus I sebesar 7 dalam kategori B
(baik). Dari tabel 4.7 maka dapat dibuat tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
61
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 0 0
2 B (Baik) 16 61
3 C (Cukup) 8 31
4 D (Kurang) 2 8
Dari tabel 4.8 dapat disajikan dengan gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.4 dapat dinyatakan bahwa tidak ada
siswa yang mendapat A atau 0%. Siswa yang mendapat B sebanyak 16 siswa
atau 61%. Siswa yang mendapat C sebanyak 8 siswa atau 31%. Siswa yang
mendapat D sebanyak 2 siswa atau 8%. Jadi pada siklus I ini siswa yang
menguasai keterampilan proses pembelajaran IPA sebanyak 16 siswa atau 61%
dari jumlah siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap guru selama
pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya berlangsung, diperoleh pula
gambaran tentang kinerja guru atau pengajar selama mengajar dapat dilihat
lampiran 30. Dari hasil observasi yang didapat pada pertemuan ke-1 dan ke-2,
8%
31%
61%
0%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak siswa
62
maka diperoleh skor rata-rata kemampuan guru dalam mengajar sebesar 3,47
yang termasuk dalam kategori Memuaskan.
Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru atau
pengajar sudah sangat baik dalam aspek (1) persiapan pembelajaran, (2)
membuka pembelajaran, (3) ketepatan strategi dan pendekatan pembelajaran,
(4) kemampuan menggunakan media, (5) melakukan penilaian/evaluasi, (6)
menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik dan benar, (7)
menutup pembelajaran. Akan tetapi, pengajar masih kurang dalam (1)
kejelasan dan sistematika penyampaian materi pembelajaran, (2) ketepatan dan
daya tarik media, (3) menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme dalam
belajar, (4) memantau kemajuan belajar selama proses. Dalam pembelajaran
masih ditemukan beberapa siswa yang kurang dapat menguasai keterampilan
proses. Meskipun dalam pembelajaran sudah menggunakan media benda nyata
dan melibatkan pengalaman siswa. Akan tetapi siswa masih belum terbiasa dan
kurang beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan, yakni
pendekatan inkuiri.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang
dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi
dengan menganalisis nilai penguasaan keterampilan proses siswa kelas V SD
Negeri 01 Gedongan, kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang
telah ditetapkan.
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Penilaian dari hasil pengamatan penguasaan
keterampilan proses pada pertemuan ke-1 secara klasikal sebesar 7,06 atau
masuk dalam kategori B (baik) dan pada pertemuan ke-2 penguasaan
keterampilan proses secara klasikal sebesar 6,78 atau masuk dalam kategori C
(cukup). Rata-rata nilai keterampilan proses secara klasikal pada siklus I
hanya sebesar 6,90 atau masuk dalam kondisi C (cukup). Jadi, dapat
63
disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari penguasaan keterampilan proses
dikategorikan cukup.
Jika dianalisis dari observasi guru yang menjadi kendala dalam
pembelajaran, antara lain daya tarik media masih kurang maksimal sehingga
siswa belum semuanya mampu memanfaatkan media pembelajaran sehingga
siswa dalam mengamati dan melakukan percobaan masih kurang maksimal.
Keterlibatan siswa dan antusiasme siswa dalam pembelajaran masih kurang.
Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam melaksanakan diskusi atau
percobaan, masih banyak diantara mereka yang bermain sendiri disaat sedang
kegiatan berdiskusi.
Setelah berdiskusi dengan guru kelas V, diperoleh simpulan
mengenai hal-hal yang menjadi kendala dalam pembelajaran antara lain:
1) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan meggunakan
pendekatan inkuiri.
2) Kurangnya kerjasama diantara siswa dalam kelompok sehingga dalam
kegiatan berdiskusi banyak siswa yang kurang aktif.
3) Daya tarik media masih kurang maksimal sehingga siswa belum semuanya
mampu memanfaatkan media pembelajaran sehingga siswa dalam
mengamati dan melakukan percobaan masih kurang maksimal.
4) Sebagian siswa masih kurang terampil menyampaikan hasil diskusinya di
depan kelas.
5) Guru jarang menegur atau memperingatkan siswa yang tidak fokus terhadap
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
6) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena
siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga
mereka kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yakni hasil nilai
penguasaan keterampilan proses pada siklus I sudah meningkat tetapi belum
mencapai indikator kinerja (80%). Pendekatan pembelajaran, yakni Pendekatan
Inkuiri perlu ditingkatkan dan media yang digunakan perlu diperbaiki kembali
64
agar dapat dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Oleh karena itu, peneliti
melanjutkan pembelajaran IPA pada siklus berikutnya, yakni siklus II untuk
memperbaiki kekurangan yang muncul pada siklus I tersebut.
2. Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari 3 jam pelajaran (3x35 menit). Siklus II dilaksanakan pada hari Senin,
16 April 2012 (pertemuan 1) dan Jumat, 20 April 2012 (pertemuan 2). Peneliti
dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan
dalam proses penelitian siklus II. Siklus II ini diharapkan mendapat hasil yang
optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah 80 % siswa
menguasai keterampilan proses. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui sudah
menunjukkan adanya peningkatan nilai penguasaan Keterampilan Proses pada
siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan tahun pelajaran 2011/2012 tetapi belum
sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki guru dalam melaksanakan tindakan pada siklus II ini sebagai upaya
untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, yakni sebagai berikut:
1) Perbaikan media dengan menambah media benda nyata yang digunakan.
Dengan harapan dapat meningkatkan penguasan keterampilan proses
pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya.
2) Perbaikan strategi/pendekatan pembelajaran, antara lain: siswa diberi
kesempatan menggunakan media secara bergiliran, setiap kegiatan
percobaan tiap siswa diberi LKS supaya dalam kegiatan diskusi siswa lebih
aktif karena semua siswa mengerjakan LKS.
3) Melibatkan kontribusi siswa dan kerja sama antarsiswa dalam pembelajaran.
Kontribusi siswa dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman sehari-
hari siswa dan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
65
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) IPA selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x
35 menit setiap pertemuannya. Materi yang akan diajarkan sama dengan
materi yang dilaksanakan pada siklus I, yakni sifat-sifat cahaya. Pada
pertemuan ke-1 membahas sifat cahaya dapat merambat lurus, menembus
benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Pada pertemuan ke-2 membahas
tentang sifat cahaya dapat diuraikan dan sifat cahaya mengenai cermin datar
dan cermin lengkung (cekung dan cembung). RPP yang disusun meliputi:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan
penilaian dapat dilihat dalam lampiran 30.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran masih sama dengan fasilitas dan sarana yang digunakan pada
saat siklus I dilaksanakan. Akan tetapi ada tambahan media yang digunakan
pada siklus II yaitu cermin cekung dan cermin cembung. Dalam siklus II
setiap siswa dalam kelompok memperoleh LKS dengan tujuan untuk lebih
mengaktifkan siswa secara keseluruhan dalam berdiskusi.
3) Menyiapkan Lembar Observasi, Lembar Kerja Siswa, Lembar Evaluasi,
Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan Lembar Penilaian Keterampilan
Proses.
Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan
hal-hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan.
Lembar observasi RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran peneliti oleh guru kelas V. RPP merupakan kerangka
prosedural yang sangat penting dalam perancanaan pembelajaran sehingga
perlu dibuat penilaian. Lembar pengamatan penilaian keterampilan proses
untuk menilai kemampuan mengamati, melakukan percobaan,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil penemuannya dalam proses
pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Pengamatan siswa
66
ini berfungsi sebagai hasil penilaian keterampilan proses. Sedangkan
lembar observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan pada
persiapan dan jalannya kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan inkuiri. Lembar observasi ini dapat dilihat pada lampiran 30.
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
Peneliti menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaian
keterampilan proses. Instrumen tes keterampilan proses dinilai dari hasil
tes unjuk kerja (praktik) menemukan sifat-sifat cahaya siswa sesuai
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk instrumen keterampilan
proses dinilai berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dengan berdasarkan lembar penilaian keterampilan proses pembelajaran IPA
yang meliputi: (a) observasi/pengamatan, (b) melakukan percobaan, (c)
menyimpulkan, dan (d) mengkomunikasikan selama pembelajaran
berlangsung. Lembar penilaian keterampilan proses dapat dilihat pada
lampiran 21 dan lampiran 27.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Senin, 16 April 2012 dan pertemuan kedua
pada hari Jumat, 20 April 2012. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di
ruang kelas V SD Negeri 01 Gedongan.
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan ke-1
Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan kepada siswa
kelas V terlebih dahulu adalah mengulang kembali mengenai materi sifat-
sifat cahaya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit.
Kegiatan yang guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran
dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas.
67
Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan
presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa.
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-1 lengkap yaitu 26 siswa.
Setelah itu, pada kegiatan apersepsi, pengajar bertanya jawab dengan
siswa untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa tentang sumber-
sumber cahaya.
Setelah kegiatan apersepsi selanjutnya guru memberikan
motivasi tentang manfaat cahaya bagi kehidupan sehari-hari. Guru juga
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat
dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas pula hal
yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama
yaitu siswa mampu menemukan sifat cahaya merambat lurus, cahaya
menembus benda bening serta cahaya dapat dibiaskan.
Seperti pada siklus I, dalam siklus II peneliti menggunakan
pendekatan inkuiri. Akan tetapi, dalam siklus II peneliti
menyempurnakan kembali dengan mengganti dan menambah media
pembelajaran yang media yang akan digunakan.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan durasi waktu sekitar
70 menit. Metode yang digunakan pada pertemuan kali ini disesuaikan
dengan pendekatan inkuiri yaitu metode tanya jawab, diskusi,
eksperimen, ceramah bervariasi dan penugasan. Kegiatan yang dilakukan
guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan nyata
yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi ini, siswa dapat menyebutkan
masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan cahaya.
Selanjutunya siswa dibentuk menjadi 5 kelompok secara heterogen.
Kelompokknya masih sama seperti pada siklus pertama. Kemudian
tiap kelompok dibagikan media dan LKS sejumlah anggota
kelompoknya. Sebelum melaksanakan eksperimen untuk
68
menemukan sifat-sifat cahaya terlebih dahulu membuat hipotesis.
Selanjutnya guru membimbing siswa cara-cara melakukan
percobaan dari masing-masing lembar kerja dan siswa melaksanakan
percobaan.
(2) Elaborasi
Dalam proses elaborasi, siswa didalam kelompok
mempersiapkan peralatan percobaan yang telah difasilitasi oleh guru.
Setelah peralatan sudah dipersiapkan kemudian tiap-tiap kelompok
melakukan percobaan sesuai petunjuk LKS. Secara berdiskusi siswa
menuliskan hasil percobaan dan tiap siswa menuliskan hasil
diskusinya.
Setelah berdiskusi dengan kelompokknya dan menemukan
jawabannya, perwakilan dari masing-masing kelompok
menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa secara aktif
menyampaikan dan menjelaskan hasil diskusinya kepada teman yang
lain. Dalam menjelaskan siswa dapat menggunakan media yang
tersedia. Selanjutnya kelompok lain sebagai pengamat dan korektor.
(3) Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas
pembelajaran pada hari ini. Kemudian guru memberikan penguatan
kepada siswa dengan cara memberikan pujian kepada siswa yang
aktif dan kelompok yang terbaik selama pembelajaran berlangsung.
Guru memberikan bimbingan kepada siswa sampai benar-benar
menguasai materi yang diajarkan.
c) Kegiatan penutup
Siswa dengan bimbingan dan bersama-sama guru menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa mengerjakan soal
tes individu berupa tes unjuk kerja untuk mengamati penguasaan siswa
tentang keterampilan proses yaitu kemampuan mengamati, melakukan
percobaan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Soal atau tes unjuk
kerja bisa dilihat dalam lampiran 7. Siswa menyimak penjelasan pengajar
69
(guru) tentang materi selanjutnya dan guru juga menyampaikan pesan-
pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar dan
bersikap yang baik dalam kehidupan. Terakhir, guru menutup proses
pembelajaran dengan salam.
2) Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada jumat 20 April 2012. Materi yang
dipelajari pada pertemuan ke-2 yakni tentang menemukan sifat cahaya pada
cermin datar, sifat cahaya pada cermin cekung, sifat cahaya pada cermin
cembung, dan sifat cahaya dapat diuraikan. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengajak siswa berdoa
berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan presensi
kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun
yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang hadir lengkap ada 26
siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran
arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran
yang akan dicapai yaitu siswa memahami sifat bayangan pada cermin
datar, cermin cekung dan cermin cembung dan memahami penguraian
cahaya. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan
tentang materi sifat-sifat cahaya yang akan dipelajari siswa. Apersepsi
diberikan dengan menyanyikan pelangi.
b) Kegiatan Inti
Pada inti pembelajaran kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dengan durasi waktu sekitar 70 menit. Dalam kegiatan inti dilakukan
dengan menggunakan metode eksperimen, ceramah bervariasi, tanya
jawab, diskusi, dan penugasan. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti
pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
70
(1) Eksplorasi
Secara sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan
eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada
pada dirinya. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti
berikut :
- “Anak-anak” siapa yang sudah pernah melihat pelangi?warna apa
aja yang ada di pelangi?sebutkan!
- Siapa yang pernah melihat cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung?
- Siapa yang bisa menyebutkan kegunaan dari cermin datar, cermin
cekung dan cermin cembung?
Sebelum melaksanakan eksperimen terlebih dahulu membuat
hipotesis kemudian melaksanakan eksperimen untuk membuktikan
hipotesis yang telah dibuatnya. Media yang digunakan yaitu cermin
cekung dan cermin cembung berbeda dengan siklus I yaitu dengan
menggunakan sendok. Penggunaan media ini siswa lebih mudah
mengerti dan termotivasi. Dalam pembelajaran guru membimbing
penuh cara-cara melaksanakan eksperimen dari masing-masing lembar
kerja.
(2) Elaborasi
kegiatan elaborasi dengan melakukan proses kerjasama dalam
pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam pertemuan kedua ini
kelompok dan anggota kelompok sama seperti kelompok pada
pertemuan pertama yaitu terdiri dari 5 kelompok dari 26 siswa, tiap
kelompok terdiri dari 5 dan 6 siswa. Tiap-tiap kelompok duduk
dengan berdekatan untuk membahas dan mendiskusikan LKS yang
telah dibagikan oleh guru. Guru membagikan LKS serta media
pembelajaran yang berupa cermin datar, cermin cekung, dan cermin
cembung. Pada pertemuan kedua ini ada 4 kali percobaan untuk
menemukan sifat bayangan pada cermin datar, sifat bayangan pada
cermin cekung dan sifat bayangan pada cermin cembung serta
71
percobaan yang terakhir adalah kegiatan percobaan untuk menemukan
penguraian cahaya.
Tiap selesai melakukan satu percobaan atau penemuan sesuai
dengan petunjuk LKS maka selanjutnya adalah tiap-tiap siswa dari
anggota kelompoknya menuliskan kesimpulan dari percobaan itu dan
perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil
percobaanya didepan kelas. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan
kedua ini dapat dilihat pada bagian RPP siklus I lampiran 4.
(3) Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas
pembelajaran pada hari ini. Kemudian guru memberikan penguatan
kepada siswa dengan cara memberikan pujian kepada siswa yang aktif
dan kelompok yang terbaik selama pembelajaran berlangsung. Guru
memberikan bimbingan kepada siswa sampai benar-benar menguasai
materi yang diajarkan.
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan akhir siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya
siswa mengerjakan soal atau tes individu yang diberikan guru untuk
mengukur keterampilan proses. Soal atau tes individu dapat dilihat
dalam lampiran 7. Soal ini dikerjakan siswa secara individu untuk
mengetahui penguasaan keterampilan proses yaitu kemampuan
mengamati, kemampuan melakukan percobaan, kemampuan
menyimpulkan, dan kemampuan mengkomunikasikan. Setelah itu guru
memberikan refleksi dan tindak lanjut berupa PR.
c. Observasi
Dalam pelaksanaannya pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru
kelas V SD Negeri 01 Gedongan selama kegiatan pembelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya. Pengamatan atu observasi dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi sebagai pedomannya, sedangkan pendokumentasian
pembelajaran dibantu oleh rekan sejawat. Observasi yang dilakukan oleh guru
72
kelas V SD Negeri 01 Gedongan ini meliputi observasi pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru, dan penilaian keterampilan proses
pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya.
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja guru
dalam mengajar dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau pengajar dalam
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Observasi keterampilan proses siswa
dibagi menjadi 4 pengamatan, yakni pengamatan terhadap keterampilan
observasi siswa, keterampilan melaksanakan percobaan, keterampilan
menyimpulkan dan keterampilan mengkomunikasikan. Hasil pengamatan atau
observasi keterampilan proses ini selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap
refleksi siklus II. Hasil pengamatan dalam penelitian ini dinyatakan dalam
bentuk persen (%), banyaknya persentase dihitung dari seluruh jumlah siswa
kelas V SD Negeri 01 Gedongan, yaitu 26 siswa.
Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-
sifat cahaya adalah sebagai berikut:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru
Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang
digunakan guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur
mengajar guru di dalam kelas. RPP guru (peneliti) dinilai oleh guru kelas
V dengan lembar pengamatan RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil
penilaian RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 16 dan lampiran 22.
2) Penilaian Keterampilan Proses
Hasil pengamatan terhadap keterampilan proses siswa pada siklus
II dapat dilihat pada lampiran 21 dan lampiran 27. Di dalam proses
pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan bersungguh-sungguh
dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I. Secara klasikal
keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA sudah terdapat
peningkatan. Keterampilan proses terdiri dari keterampilan
mengobservasi, keterampilan melaksanakan percobaan, menyimpulkan
dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Data penilaian keterampilan
73
proses siswa pada siklus I dapat dimasukkan ke dalam tabel 4.6 sebagai
berikut :
a) Pertemuan ke-1
Tabel 4.9 Data Penilaian Keterampilan Proses
No Jenis Keterampilan Nilai
5 6 7 8 9
1 Mengobservasi 0 1 9 11 5
2 Melakukan Percobaan 0 2 9 11 4
3 Menyimpulkan 0 2 7 13 4
4 Mengkomunikasikan 0 6 10 6 4
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dinyatakan bahwa nilai keterampilan
proses siswa sudah mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya ada pada
lampiran 21.
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada siklus II
pertemuan ke-1
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 5 19
2 B (Baik) 14 54
3 C (Cukup) 7 27
4 D (Kurang) 0 0
Dari tabel 4.10. di atas dapat disajikan dengan gambar 4.5 berikut:
74
Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
pertemuan I
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.5 dapat dinyatakan bahwa siswa
yang mendapat A sebanyak 5 siswa atau 19%. Siswa yang mendapat B
sebanyak 14 siswa atau 54%. Siswa yang mendapat C sebanyak 7 siswa atau
27%. Siswa yang mendapat D tidak ada. Jadi siswa yang menguasai
keterampilan proses sebanyak 19 siswa atau 73% dari jumlah siswa.
b) Pertemua ke-2
Tabel 4.11 Data Penilaian Keterampilan Prose pada Siklus II
Pertemuan II
No Jenis Keterampilan Nilai
5 6 7 8 9
1 Mengobservasi 0 0 10 12 4
2 Melakukan Percobaan 0 1 9 12 4
3 Menyimpulkan 0 2 5 13 6
4 Mengkomunikasikan 0 3 8 12 3
0%
27%
54%
19%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak siswa
75
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dsimpulan bahwa nilai keterampilan
proses siswa sudah mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya ada pada
lampiran 27.
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses siklus II pertemuan ke-2
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 5 19
2 B (Baik) 18 69
3 C (Cukup) 3 12
4 D (Kurang) 0 0
Dari tabel 4.12 dapat disajikan dengan gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
Pertemuan ke-2
Berdasarkan tabel 4.12 dan gambar 4.6 dapat dinyatakan bahwa
siswa yang mendapat A sebanyak 5 siswa atau 19%. Siswa yang mendapat
B sebanyak 18 siswa atau 69%. Siswa yang mendapat C sebanyak 3 siswa
atau 12%. Siswa yang mendapat D tidak ada. Jadi pada siklus II pertemuan
ke-2 siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 23 siswa atau
88% dari jumlah siswa. Nilai keterampilan proses pada siklus II
selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
0%
12%
69%
19%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak siswa
76
Tabel 4.13 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
kel No Keterampilan Proses
Rata-Rata Kategori Pertemuan 1 Pertemuan 2
I 1 6,75 6,75 6,75 C
2 8,25 8 8,125 B
3 6,5 7 6,75 C
4 7,75 8 7.875 B
5 8 8,25 8.125 B
II 6 8,5 8,25 8,375 B
7 7 7,25 7,125 B
8 7,75 7 7,375 B
9 6,75 7,25 7 B
10 8,75 8,5 8,625 A
11 6,75 6,75 6,75 C
III 12 9 8,75 8,875 A
13 7,5 7 7,25 B
14 8 8 8 B
15 6,25 6,25 6,25 C
16 6,75 7,75 7,25 B
IV 17 8,75 9 8,875 A
18 7,5 8,25 7,875 B
19 7,5 8,75 8,125 B
20 6,75 7,25 7 B
21 7,5 7,25 7,375 B
V 22 7 8 7,5 B
23 7,75 8 7,875 B
24 8 7,75 7,875 B
25 8,75 8,75 8,75 B
26 7,5 8 7,75 B
Rata-Rata Kelas 7,673 B
Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai
keterampilan proses pada siklus II secara klasikal yaitu sebesar 7,673 atau
hanya masuk dalam kategori B (Baik). Dari tabel 4.13 maka dapat dibuat
tabel 4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada siklus II
77
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 A (Sangat Baik) 3 12
2 B (Baik) 19 73
3 C (Cukup) 4 15
4 D (Kurang) 0 0
Dari tabel 4.14 dapat disajikan dengan gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II
Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.7 dapat dinyatakan bahwa
siswa yang mendapat A sebanyak 3 siswa atau 12%. Siswa yang mendapat
B sebanyak 19 siswa atau 73%. Siswa yang mendapat C sebanyak 4 siswa
atau 15%. Siswa yang mendapat D tidak ada. Jadi pada siklus II siswa yang
menguasai keterampilan proses sebanyak 22 siswa atau 85% dari jumlah
siswa.
Dari hasil observasi yang didapat pada pertemuan ke-1 dan ke-2,
maka diperoleh skor rata-rata kemampuan guru dalam mengajar sebesar
3,71 yang termasuk dalam kategori Memuaskan. Berdasarkan data hasil
observasi guru dapat dianalisis bahwa guru atau pengajar sudah sangat baik
dalam menumbuhan kontribusi aktif dan antusiasme siswa dalam belajar,
ketepatan dan daya tarik media yang digunakan dalam pembelajaran. Selain
itu, yang tidak kalah pentingnya guru sudah dapat menerapkan strategi atau
0%
15%
73%
12%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
D C B A
Fre
ku
ensi
/ P
erse
nta
se
Kategori Nilai
Banyak siswa
78
pendekatan pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan partisipasi siswa,
sehingga pembelajaran semakin bermakna dan menyenangkan. Sistematika
penyampaian materi sudah lebih baik apabila dibandingkan pada siklus I.
Aspek-aspek yang dinilai kurang pada siklus I sudah meningkat secara
keseluruhan karena telah dilakukan perbaikan. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan siklus, yakni
80% siswa menguasai keterampilan proses dari 26 siswa kelas V SD Negeri
01 Gedongan Colomadu Karanganyar.
d. Refleksi
Selanjutnya data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan atau
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti
melakukan refleksi dengan cara menganalisis nilai penguasaan siswa SD
Negeri 01 Gedongan pada siklus II, kemudian dibandingkan dengan indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja siklus II, yaitu siswa yang
berhasil saat evaluasi sebanyak 20 siswa atau mencapai indikator ketercapaian
kinerja sebesar 80% siswa menguasai keterampilan proses.
Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Guru melaksanakan penilaian dengan hasil
rata–rata klasikal mencapai 7,8 (masuk dalam kategori B) dan siswa yang
menguasai keterampilan proses adalah sebanyak 22 siswa atau 85% dari 26
siswa. Dengan demikian, hasil nilai penguasaan keterampilan proses pada
siswa kelas V pada siklus II sudah mencapai target indikator kinerja peneliti.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II sudah berhasil karena sudah
mencapai target pencapaian atau sesuai dengan indikator kinerja yang telah
ditentukan. Ketercapaian tersebut membuat peneliti tidak perlu lagi
melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya, karena hal tersebut sudah
menunjukkan bahwa penerapan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan
Keterampilan Proses pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan
79
Sifat-sifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu,
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap. Tahap penelitian yang dilaksanakan terdiri atas 1) tahap
perencanaan tindakan; 2) tahap pelaksanaan tindakan; 3) tahap observasi dan 4)
tahap refleksi.
Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, terdapat beberapa temuan dan
pembahasan hasil penelitian tentang penerapan Pendekatan Inkuiri sebagai upaya
untuk meningkatkan Keterampilan Proses Pembelajaran IPA pokok bahasan Sifat-
sifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu,
Karanganyar. Dari hasil pengamatan dan analisis data yang ada dapat dilihat
adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kegiatan guru pada
siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar.
Kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran
mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Guru lebih mampu dalam melakukan persiapan pembelajaran, meliputi
persiapan ruang, media pembelajaran, dan mengkondisikan kesiapan siswa.
2. Guru mampu membuka pembelajaran, yaitu melakukan kegiatan absensi dan
menyampaikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.
3. Guru lebih menguasai materi pembelajaran.
4. Guru mampu melakukan strategi pembelajaran dengan tepat dan lebih baik,
yakni pendekatan inkuiri.
5. Guru mampu meningkatkan daya tarik media dan pemanfaatannya dalam
pembelajaran.
6. Guru mampu menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme siswa.
7. Guru mampu melakukan penilaian dengan baik.
8. Guru mampu menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik,
dan benar.
80
9. Guru mampu menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi dan tindak
lanjut.
Dari data hasil observasi guru dalam lampiran 30 diketahui bahwa terdapat
peningkatan dari siklus I ke siklus II, yakni dari rata-rata nilai siklus I sebesar 3,47
menjadi sebesar 3,71. Kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan
siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,24. Peningkatan kemampuan guru
dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Guru (Peneliti) dalam Pembelajaran pada
Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Pertemuan
1
Pertemuan
2 Rata-Rata
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Rata-
Rata
3,45 3,49 3,47 3,74 3,72 3,71
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat dijelaskan
pula perhitungan nilai rata-rata penguasaan keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01
Gedongan, Colomadu, Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan
atau pra siklus dan setelah tindakan, yaitu siklus I dan siklus II yang masing-
masing terdiri dari 2 pertemuan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel
4.14. berikut:
Tabel 4.16 Nilai Penguasaan Keterampilan Proses pada Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II
Nilai Penguasaan Keterampilan
Proses Persentase (%)
Pra Siklus Siklus I Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus II
5,9 7 7,673 11% 61% 85%
Berdasarkan perhitungan nilai penguasaan keterampilan proses pada tabel
4.16 dapat dinyatakan bahwa siswa menunjukkan adanya peningkatan yang
signifikan. Hal ini merefleksikan bahwa penerapan Pendekatan Inkuiri dalam
81
pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01
Gedongan dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya
peningkatan nilai penguasaan Keterampilan Proses. Adapun peningkatan nilai
keterampilan proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dapat
digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Keterampilan Proses
Dari gambar 4.7 terlihat bahwa perbandingan penguasaan Keterampilan
Proses pra siklus ketuntasan sebesar 11% kemudian pada siklus I ketuntasan
belajar meningkat sebesar 61%, dan pada siklus II ketuntasan belajar meningkat
lagi menjadi sebesar 85%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian hambatan-hambatan yang ditemui pada
masing-masing siklus berbeda-beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada
siklus I yakni daya tarik media masih kurang menyebabkan siswa kurang mampu
memanfaatkan, materi yang masih dirasa membingungkan oleh sebagian siswa,
kurang aktifnya siswa dalam berdiskusi, serta masih barunya pendekatan
pembelajaran yang digunakan, sehingga membuat siswa belum terbiasa dan
kurang maksimal dalam menyerap materi. Upaya untuk mengatasi hambatan yang
ada pada siklus I yang disempurnakan pada siklus II yakni perbaikan media
11%
61%
85%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nil
ai
/ P
erse
nta
se
Pelaksanaan Tindakan
prasiklus Siklus I Siklus II
82
dengan menggunakan media yang lebih nyata berupa cermin cekung dan cermin
cembung sehingga lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, juga
dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri yaitu
dengan memberikan LKS kepada setiap siswa saat melaksanakan percobaan
sehingga siswa akan lebih aktif. Dan dengan memanfaatkan kontribusi siswa,
peran aktif siswa dan kerjasama antarsiswa menjadikan pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan menarik. Hal ini menjadikan pembelajaran pada siklus II
sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti. Dengan dilakukan
perbaikan-perbaikan tersebut ternyata bisa mengatasi kendala yang terjadi pada
siklus I dan dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat
lampiran 1) pembelajaran yang sudah diterapkan sebelum dilaksanakan tindakan
yaitu pembelajaran kurang mengaktifkan siswa serta belum mengembangkan
keterampilan proses. Hal itu dikarenakan guru masih bersifat konvensional dalam
pembelajaran, minimnya peran aktif dan rendahnya pemanfaatan pengalaman
siswa serta kurangnya latihan melakukan percobaan untuk menemukan atau
membuktikan suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan hasil wawancara setelah
menerapkan Pendekatan Inkuiri (lihat lampiran 32) dalam pembelajaran IPA
terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri 01
Gedongan. Hal itu dikarenakan penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa, kontribusi siswa, peran aktif siswa dan memberikan
kemudahan untuk menguasai materi karena siswa dapat menemukan sendiri ilmu
pengetahuannya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Mengingat banyaknya
kelebihan yang dimiliki dalam penerapan pendekatan inkuiri, maka kendala-
kendala dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak begitu berarti.
Dengan demikian, bisa diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 01
Gedongan, Colomadu, Karanganyar, yakni dengan penerapan Pendekatan Inkuiri
melibatkan peran aktif siswa dan siswa memperoleh sendiri Ilmu Pengetahuannya
yang menjadikan pembelajaran semakin bermakna dan menyenangkan.
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
yang tiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan untuk meningkatakan Keterampilan
Proses dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPA pokok
bahasan Sifat-sifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan,
Colomadu, Karanganyar dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan Keterampilan Proses
pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu,
Karanganyar. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai
penguasaan keterampilan proses pada setiap siklus, yaitu pada tindakan prasiklus
siswa belum ada yang menguasai kererampilan proses, siklus I nilai rata-rata
penguasaan siswa sebesar 7 dan siklus II nilai rata-rata penguasaan siswa sebesar
7,6. Tingkat ketuntasan penguasaan keterampilan proses pada pra siklus belum
ada yang mnguasai. Pada siklus I sebanyak 16 siswa atau 61%. Sedangkan pada
siklus II sebanyak 22 siswa atau 85%. Dengan demikian, secara klasikal
pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar yang ditargetkan. Dan hipotesis
yang berbunyi: “Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan
proses pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu tahun ajaran 2011/2012”
terbukti.
B. Implikasi
Prosedur dan pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan
dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPA pokok bahasan
sifat-sifat cahaya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
siklus, dimana model siklus yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Dalam
setiap pelaksanaan siklus ada dua pertemuan yang masing-masing pertemuan
terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum
84
melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan
memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis
perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan
dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.
Pemberian tindakan dari siklus I mendeskripsikan bahwa dari hasil
refleksi masih terdapat kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung.
Namun, kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada
siklus selanjutnya, yakni pada siklus II. Dari tahap perencanaan hingga tahap
refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan,
keterampilan proses pembelajaran IPA dari siklus I hingga siklus II.
Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan
proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi oleh
strategi/pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan.
Faktor dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan dan
menyampaikan materi, keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran, serta kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan media
sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapat dari
penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan Keterampilan Proses
pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD
Negeri 01 Gedongan. Hasil penelitian tersebut dapat ditinjau dari hal-hal
berikut.
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat menerapkan
pendekatan inkuiri dan menggunakan media pembelajaran yang tepat agar
siswa mampu menguasai keterampilan proses pembelajaran IPA materi sifat-
sifat cahaya dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan
85
menerapkan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan penguasaan Keterampilan
proses, karena penerapan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajarannya melatih
siswa melakukan suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan suatu
fenomena, model pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang
serupa seperti para ilmuan dalam usaha untuk mengorganisasi pengetahuan
yang diperolahnya sehingga pembelajaran semakin bermakna dan
menyenangkan, dan aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan.
Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi dan penguatan positif
pada siswa juga sangat penting. Pemberian motivasi dapat merangsang
antusiasme belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keinginan untuk belajar
dan aktif dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang proses pembelajaran.
Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan latihan-latihan,
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan
memberikan penguatan yang positif terhadap keberhasilan siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih strategi atau
pendekatan pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SD
Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi
dalam pembelajaran IPA, salah satunya penyelesainnya adalah dengan
pendekatan pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri. Oleh karena
itu, semua aspek baik dari guru maupun siswa harus diperhatikan agar
mendukung keberhasilan suatu pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA.
86
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan
penguasaan Keterampilan Proses pada pembelajaran IPA, khususnya materi Sifat-
sifat cahaya, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa harus lebih aktif, kreatif, ulet, disiplin dan meningkatkan
kontribusi serta keberanian menyampaikan pendapat dalam proses
pembelajaran untuk menemukan pengetahuan, menambah pengetahuan, dan
penguasaan keterampilan. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu
memanfaatkan realitas/pengalaman sehari-harinya sehingga menjadikan
pembelajaran semakin bermakna dan menyenangkan.
2. Bagi Guru
a. Dalam penyampaian materi guru hendaknya memperhatikan dan
menggunakan strategi/pendekatan pembelajaran yang sesuai, sehingga
siswa dapat menggunakan pengalaman sehari-harinya dengan tujuan
lebih menguasai konsep, dan mampu memberikan pengalaman yang
berbeda dan bervariasi.
b. Guru hendaknya berusaha meningkatkan kompetensi profesionalnya
dalam merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang proses pembelajarannya sudah baik maka
hasilnyapun juga akan baik dan sebaliknya jika proses pembelajarannya
kurang baik maka hasil dari pembelajaran itu bisa dipastikan juga kurang
baik.
c. Guru sebaiknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran
dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Penerapan Pendekatan Inkuiri dapat megembangkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Sehingga
berkembangnya Pendekatan Inkuiri sangatlah diharapkan.
87
3. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan
mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat menerapkan Pendekatan Inkuiri.
Kualitas tenaga pendidik yang lebih baik akan berpengaruh pada kualitas
pembelajaran, karena pastinya akan terdapat inovasi dan variasi dalam
penerapan strategi/pendekatan pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan.