PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM …digilib.unila.ac.id/26887/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... ·...
Transcript of PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM …digilib.unila.ac.id/26887/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... ·...
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAMMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR
PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
FITRI INDRIANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAMMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Oleh
FITRI INDRIANI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepraktisan, keefektivan, dan
ukuran pengaruh model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan
berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 6 Metro yang berjumlah 196 siswa
dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 dan X.3 sebagai kelas
eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah poor experimental design
dengan desain One Group Pretest-Posttest Design. Hasil penelitian menunjukkan
model discovery learning praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar
pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan dengan rata-rata
persentase keterlaksanaan RPP dan respon siswa berkategori “tinggi”. Model
discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada
materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan melalui aktivitas siswa
yang relevan dalam pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran berkategori “tinggi”, serta peningkatan nilai pretes-postes (n-Gain)
Fitri Indriani
iii
pada kelas X.1 dan X.3 yang tidak jauh berbeda yaitu memenuhi kriteria
“sedang”. Model discovery learning memiliki ukuran pengaruh yang “besar”
dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit
dan non elektrolit. Berdasarkan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa
model discovery learning praktis, efektif, dan memiliki ukuran pengaruh yang
besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit.
Kata kunci: discovery learning, kemampuan berpikir lancar, larutan elektrolit dan
non elektrolit,
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAMMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR
PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
Oleh
FITRI INDRIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2017
Judul Skripsi : PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNINGDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUANBERFIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Nama Mahasiswa : Fitri Indriani
Nomor Pokok Mahasiswa : 1313023031
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ratu Betta Rudibyani,M.SiNIP 19570201 198103 2 001
Drs. Tasviri Efkar, M.S.NIP 19581004 198703 1 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Drs. Caswita, M.Si.NIP 19671004 199303 1 004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si ______________
Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ______________
PengujiBukan Pembimbing : Dr. Sunyono, M.Si. ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum.NIP. 19590722 198603 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 29 Mei 2017
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
nama : FitriIndriani
NPM : 1313023031
fakultas/jurusan : KIP/Pendidikan MIPA
program studi : Pendidikan Kimia
alamat : Dusun V Sukadamai, RT 015/RW 05, DesaSukadamai,
KecamatanNatar, Lampung Selatan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.
Sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya maka
saya akan bertanggung jawab sesuai peraturan yang berlaku.
Bandar Lampung, 2017Yang Menyatakan,
Fitri IndrianiNPM 1313023031
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukadamai,Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
pada 03 Maret 1995 sebagai anak keempat dari empat bersaudara buah hati
BapakSuroso dan Ibu Sukini.
Pendidikan formal di awali SD Negeri 3 Kibang diselesaikan tahun 2007, SMP N
1 Kibang diselesaikan tahun 2010, dan SMA N 1 Kibang diselesaikan tahun
2013.Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa FKIP Universitas
Lampung Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi Himasakta FKIP
Unila, dan Fosmaki Pendidikan Kimia. Tahun 2016, penulis mengikuti Kuliah
Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Bandar Agung, Kecamatan
Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Selatan, dan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Negri 1Terusan Nunyai.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama ALLAH yang selalu memberikan sesuatu yang terbaik
untuk hambaNya, kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuknIbu Sukini
dan Bapak Suroso yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang. Beliau yang tak pernah berhenti mendo’akanku, menaruh harapan,
memberikan kepercayaan dan senyuman yang menjadi penyemangatku, demi
keberhasilan dan kebahagian penulis.
Kakak-kakakku tersayang (Sugianto, Suprianto dan Tri Wahyuni) yang selalu
memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan menantikan keberhasilan penulis.
Teman-teman, keluarga besar dan Almamater tercinta
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya
sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Lancar pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit” sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta
umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Kimia sekaligus pembimbing I yang telah berkenan memberikan
bimbingan, kesabaran, dan motivasinya untuk menyelesaikan penyusunan
skripsi ini;
4. Bapak Drs. Tasviri Efkar M.S. selaku Pembimbing II, atas kesediaannya
memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
xi
5. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembahas, atas kesediaannya memberi
bimbingan, motivasi, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi;
6. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi
Pendidikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;
7. Ibu Sugiyanti, S.pd selaku guru kimia atas izin yang diberikan untuk
melaksanakan penelitian dan seluruh serta siswa-siswi SMA Negeri 6 Metro;
8. Ayahanda dan Ibunda, Suroso dan Sukini serta keluarga tercinta, yang
dimuliakan Allah SWT, atas kasih sayang, dukungan, restu dan doa yang selalu
diberikan untuk kelancaran penelitian dan keberhasilan mengenyam studi ini;
9. Rekan seperjuangan skripsi Ade Dwi Santika, dan Elya Rosa Kartika yang
telah saling membantu, melengkapi, menasehati, menginspirasi, memotivasi
dan pantang menyerah.
10. Para sahabat pendidikan kimia kelas A Verlia Santi , Yolanda Haryono,
Diara, Nisa Ul Fitri, Haritrah Ulya, Antika Atsna Rafalesia, Nur Rohmah,
Galuh Oktriana, dan semua rekan pendidikan kimia angkatan 2013, yang tak
bisa saya sebutkan satu persatu, kalian luar biasa. Terimakasih untuk sahabat
tercinta Yunita Damayanti, Siti Nur Fadilah, Dini Arrum Putri, Selvina Anis
Fajriani,yang setiap hari tanpa bosan selalu menghubungi saya, memberikan
perhatian, pengertian, nasehat, bantuan, inspirasi, motivasi, kebahagiaan dan
keceriaan, dan ketulusan yang luar biasa.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak
xii
kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya
selanjutnya.
Bandar Lampung, 2017Penulis,
Fitri Indriani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7
A. Pembelajaran Konstruktivisme ................................................................ 7
B. Discovery Learning ................................................................................. 9
C. Keterampilan berpikir kreatif .................................................................. 13
D. Kepraktisan ............................................................................................... 16
E. Efektivitas ................................................................................................. 16
F. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 18
G. Anggapan Dasar........................................................................................ 19
H. Hipotesis ................................................................................................... 19
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 21
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 21
xiv
B. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 21
C. Desain dan Metode Penelitian .............................................................. 21
D. Instrumen Penelitian.............................................................................. 22
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 23
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ..................................... 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 36
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 36
1. Validitas dan reliabilitas instrumen ................................................... 34
2. Kepraktisan model discovery learning .............................................. 37
3. Keefektivan model discovery learning.............................................. 41
4. Pengujian hipotesis dan ukuran pengaruh (effect size) ...................... 46
B. Pembahasan ........................................................................................... 49
V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 57
A. Simpulan ................................................................................................ 57
B. Saran ...................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 59
LAMPIRAN....................................................................................................... 60
1. Analisis SKL-KI-KD..................................................................................... 632. Analisis konsep ............................................................................................. 673. Silabus ........................................................................................................... 704. RPP................................................................................................................ 765. Lembar kerja siswa....................................................................................... 896. Kisi-kisi soal pretes-postes ............................................................................ 1117. Soal pretes-postes .......................................................................................... 1168. Rubrik Soal Pretes–Postes............................................................................. 1219. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ......................................... 12910. Angket Respon Siswa ............................................................................ 13211. .Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa................................ ................ 13412. Lembar Observasi Kemampuan Guru.......................................................... 13713. Lembar Penilaian Keterampilan Praktikum................................................. 14514. Data hasill validitas dan reliabilitas .............................................................. 146
xv
15. Data hasil keterlaksanaan model discovery learning ................................... 15216. Data hasil respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran discovery
learning ........................................................................................................ 158
17. Data hasil aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung ...................... 16518. Data Keterampilan Praktikum...................................................................... 17219. Data hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran...................... 17820. Data hasil kemampuan berpikir lancar......................................................... 19321. Data hasil uji normalitas nilai pretes dan postes kelas X.1 dan X.3 ........... 20022. Data hasil uji normalitas nilai postes kelas X.1 dan X.3.............................. 20423. Data hasil uji homogenitas nilai pretes dan postes kelas X.1 dan X.3........ 20524. Data hasil perhitungan nilai t dan effect size pada kelas X.1 dan X.3.......... 206
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ciri-ciri berpikir kreatif (aptitude) ............................................................. 14
2. Desain penelitian ........................................................................................ 22
3. Kriteria tingkat keterlaksanaan ................................................................... 28
4. Data hasil perbandingan r hitung dan rtabel validitas butir soal ....................... 36
5. Data hasil perbandingan rhitung dan rtabel reliabilitas butir soal...................... 37
6. Data hasil keterlaksanaan model discovery learning ................................... 37
7. Data hasil respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran discoverylearning ........................................................................................................ 38
8. Data hasil aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung ...................... 41
9. Data hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran...................... 43
10. Data hasil kemampuan berpikir lancar......................................................... 45
11. Data hasil uji normalitas nilai pretes kelas X.1 dan X.3 .............................. 46
12. Data hasil uji normalitas nilai postes kelas X.1 dan X.3.............................. 47
13. Data hasil uji homogenitas nilai pretes dan postes kelas X.1 dan X.3........ 47
14. Data hasil perhitungan nilai t pada kelas X.1 dan X.3 ................................. 48
15. Data hasil perhitungan effect size pada kelas X.1 dan X.3 .......................... 48
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur penelitian ................................................................................................. 25
2. Rata-rata nilai pretes dan postes kemampuan berpikir lancar .......................... 45
3. Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir lancar .......................................... 46
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi,
struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran (Tim penyusun, 2014). Kimia pada hakikatnya
mencakup dua karakteristik, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai
proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas
fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Kimia sebagai proses berkaitan
dengan bagaimana ditemukannya konsep tersebut (Ozgelen, 2012).. Kedua
karakteristik di atas merupakan hal pokok dalam pembelajaran kimia dan
penilaian hasil belajar kimia, dengan demikian pembelajaran kimia hendaknya
memperhatikan karakteristik tersebut, sehingga siswa terlibat secara aktif, dan
dapat dapat melatih kreativitas siswa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 6 Metro dengan
guru bidang studi kimia dan observasi dikelas, diperoleh data bahwa selama
pembelajaran materi elektrolit dan non elektrolit siswa hanya mendengarkan dan
mencatat informasi yang diberikan oleh guru, siswa hanya bermain hand phone,
mengobrol dengan teman, akibatnya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif, tidak
2
mampu mengajukan banyak pertanyaan, tidak mampu mengemukakan banyak
gagasan, dan lambat dalam bekerja.
Proses pembelajaran yang seperti itu tidak sesuai dengan karakteristik ilmu
kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan
siswa memiliki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif serta kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret (Tim Penyusun 2013). Upaya untuk mengatasi
masalah tersebut, salah satunya dengan cara memperbaiki proses pembelajaran.
Perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan model
discovery learning. Melalui model pembelajaran ini, siswa diajak aktif berpikir
dalam kegiatan merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan
untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data serta
membuat kesimpulan yang digunakan untuk menemukan konsep yang dipelajari
sehingga melatih keterampilan berpikir siswa (Sari, 2015).
Keberhasilan model discovery learning dibuktikan dengan hasil penelitian
terdahulu yaitu: (1) penelitian yang dilakukan Azzahra (2014) yang menyatakan
bahwa pembelajaran menggunakan model discovery learning efektif dalam
meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi kesetimbangan
kimia; (2) penelitian yang dilakukan Noviasari (2014) yang menyatakan bahwa
model discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir
lancar siswa pada materi asam-basa; (3) penelitian yang dilakukan Diantini
(2015) yang menyatakan bahwa model discovery learning efektif dalam
meningkatkan kemampuan generating siswa pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit.
3
Salah satu keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir lancar.
Menurut Munandar (2014) indikator kemampuan berpikir lancar yaitu
mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada,
mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, dan dapat bekerja lebih
cepat dari orang lain. Melalui materi larutan elektrolit dan non elektrolit siswa
diajak untuk mengamati fenomena-fenomena yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya larutan aki pada kendaraan bermotor dapat
menghantarkan arus listrik. Proses ini dapat melatihkan keterampilan berpikir
lancar. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilaksanakannya penelitian yang
berjudul “Penerapan Model Discovery Learning dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Lancar pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada
penilitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kepraktisan penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non
elektrolit?
2. Bagaimanakah keefektivan penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non
elektrolit?
3. Bagaimanakah ukuran pengaruh penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non
elektrolit?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mendeskripsikan kepraktisan penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non
elektrolit.
2. Mendeskripsikan keefektivan penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non
elektrolit.
3. Mendeskripsikan ukuran pengaruh penerapan model discovery learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non
elektrolit.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Siswa dapat mempelajari ilmu kimia lainnya dengan mudah menggunakan
model discovery learning karena sudah terlatih kemampuan berpikir lancar
sehingga siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan nilai siswa menjadi lebih baik.
2. Bagi guru dan calon guru
Guru dan calon guru memperoleh pengalaman model yang praktis, efektif , dan
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikirlancar pada materi
kimia khususnya materi elektrolit dan non elektrolit
5
3. Bagi sekolah
Penerapan model discovery learning dalam pembelajaran merupakan alternatif
untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Materi dalam penelitian ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah discovery learning.
3. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model discovery learning yang
digunakan, yaitu stimulasi (stimulation), identifikasi masalah (problem
statement), pengumpulan data (data collection), pengolahan data (data
processing), pembuktian (verification), dan generalisasi (generalization)
(Roestiyah, 2008).
4. Keterampilan yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir lancar, meliputi
kemampuan mengajukan pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai
suatu masalah, dan bekerja lebih cepat serta melakukan lebih banyak dari orang
lain (Munandar, 2014)
5. Kepraktisan model discovery learning diukur berdasarkan lembar observasi
keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran dan kemenarikan model
pembelajaran berdasarkan angket respon siswa (Sunyono, 2012).
6. Keefektivan model discovery learning diukur berdasarkan lembar observasi
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar observasi aktivitas
siswa dan hasil penguasaan konsep di akhir pembelajaran (Sunyono, 2012).
6
7. Ukuran pengaruh (effect size) berkenaan dengan tingkat keberhasilan suatu
perlakuan yang diterapkan dalam suatu pembelajaran (Abujahjouh, 2014).
Ukuran pengaruh dapat ditentukan dengan uji t dan uji effect size terhadap
model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar
siswa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang
lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran.
Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada
peserta didik untuk belajar berfikir inovatif dan mengembangkan potensinya
secara optimal (Suhana, 2014). Menurut Ultanir (2012) konstruktivisme adalah
sebuah teori pengetahuan dan pembelajaran di mana individu menghasilkan
pengetahuannya sendiri, dan membangun pengetahuan dalam proses
menyelesaikan masalah.
Menurut Suhana (2014) karakteristik konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan lama yang
dimiliki peserta didik.
3. Pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam
proses pembelajaran.
4. Melalui proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan
berbagai kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi.
8
5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik
dalam proses pencarian yang alami.
6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di
kalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
7. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu peserta didik
dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.
Menurut Abdi, dkk. (2013), langkah pembelajaran konstruktivisme terbagi
menjadi empat tahapan, yaitu apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep
serta pengembangan dan aplikasi. Pada tahap apersepsi, guru menarik perhatian
siswa dengan mengajukan pertanyaan dan siswa diajak untuk membuat prediksi
pribadi. Tahapan eksplorasi, siswa sudah mempunyai prediksi secara kelompok
kemudian mendiskusikannya. Tahapan diskusi dan penjelasan konsep, siswa
memberikan hasil diskusi dan solusi berdasarkan hasil observasinya. Pada
tahapan inilah siswa dapat dikatakan sudah mengkonstruksi pemikirannya. Pada
tahapan pengembangan dan aplikasi, guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran agar siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya.
Menurut Rufii (2015) konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada
siswa yang didasarkan pada beberapa prinsip: (a) pengetahuan dibangun secara
aktif oleh individu, (b) belajar adalah sebuah proses individu dan sosial,
(c) belajar adalah proses pengaturan diri, (d) belajar adalah suatu proses
pengorganisasian yang memungkinkan seseorang untuk memahami dunia mereka.
Teori belajar konstruktivisme lebih menekankan perkembangan konsep dan
pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat
9
peserta didik. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannnya, meskipun
usianya tua tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan ini berguna untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan atau fenomena yang sesuai (Sunyono, 2015).
B. Discovery Learning
Menurut Richard (dalam Roestiyah, 2008) discovery learning ialah suatu cara
mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar
anak dapat belajar sendiri. Menurut Vahlia (2014) model discovery merupakan
suatu cara untuk mengembangkan belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan diperoleh akan tahan lama dalam
ingatan, tidak mudah dilupakan siswa. Menurut Maarif (2016) discovery learning
adalah salah satu metode mengajar yang progresif dan berfokus pada kegiatan
siswa dalam proses pembelajaran. hal ini menunjukan bahwa, penemuan terjadi
ketika siswa melakukan proses mental, seperti mengamati, mengklasifikasi,
membuat dugaan, mengukur, menjelaskan, menarik kesimpulan, dan sebagainya
untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip-prinsip.
Menurut Suhana (2014), discovery learning memiliki fungsi antara lain: (1)
membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan
dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan
menemukan sesuatu dalam proses pembeajaran, (2) membangun sikap aktif,
kreatif, inovatif, dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
10
pengajaran, (3) membangun sikap percaya diri, dan terbuka terhadap hasil
temuannya.
Menurut Tim Penyusun ( 2014), langkah-langkah dalam mengaplikasikan model
discovery learning di kelas adalah:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama, pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu,
guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. Saat memberikan stimulasi
dapat menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi, dengan demikian seorang guru harus menguasai teknik-
teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa
untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah melakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah
satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
11
pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi
dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi merupakan teknik yang
berguna dalam membangun pemahaman siswa agar terbiasa untuk menemukan
masalah.
3. Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru dari generalisasi tersebut tentang alternatif
jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
12
5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Menurut Roestiyah (2008) kelebihan model discovery learning adalah:
1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan
siswa.
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
13
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat.
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja: membantu bila diperlukan.
Menurut Roestiyah (2008) kelemahan model discovery learning adalah:
1. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui sekitarnya dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
4. Melalui teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa
5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara
kreatif.
C. Keterampilan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir untuk menghasilkan ide-ide baru,
ide-ide yang berguna, dan ide-ide alternatif yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah (Abidin, 2016). Menurut Nggermanto (2013) berpikir
kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respon atau
gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jaraang terjadi. Kedua,
memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha
14
untuk mempertahankan in-sight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya
sebaik mungkin. Menurut Türkmen dan Sertkahya (2015) kreativitas tidak selalu
dimiliki oleh individu yang dianggap pintar, mengetahui setiap subjek secara
mendalam, dan dapat melakukan operasi matematika dengan cepat, namun
kurangnya pengetahuan tentang subjek mungkin membatasi kreativitas ilmiah.
Putra (2012) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif itu meliputi
kemampuan: (1) memahami informasi masalah, yaitu menunjukan apayang
diketahui dan apa yang ditanyakan, (2) menyelesaikan masalah dengan
bermacam-macam jawaban (kefasihan), (3) menyelesaikan masalah dengan satu
cara kemudian dengan cara lain dan siswa memberika penjelasan tentang berbagai
metode penyelesaian itu (keluwesan)., (4) memeriksa jawaban dengan berbagai
metode penyelesaian dan kemudian membuat metode baru yang berbeda
(kebaruan).
Menurut Munandar (2014) menjelaskan ciri-ciri berpikir kreatif seperti terlihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri berpikir kreatif (aptitude)
Pengertian Perilaku
Berpikir lancar (fluency)
1. Mencetuskan banyak gagasan,jawaban, penyelesaian masalah ataujawaban.
2. Memberikan banyak cara atau saranuntuk melakukan berbagai hal.
3. Selalu memikirkan lebih dari satujawaban
a. Mengajukan banyak pertanyaan.b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada.c. Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah.d. Lancar mengungkapkan gagasan-
gagasannya.e. Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari orang lain.
15
Tabel 1 (lanjutan)
Pengertian Perilaku
Berpikir luwes (flexibility)
1. Menghasilkan gagasan, jawaban,atau pertanyaan yang bervariasi.
2. Dapat melihat suatu masalah darisudut pandang yang berbeda.
3. Mencari banyak alternatif atau arahyang berbeda.
4. Mampu mengubah cara pende-katanatau pemikiran.
a. Memberikan bermacam-macampenafsiran terhadap suatu gambar,cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asasdengan cara yang berbeda-beda.
c. Jika diberikan suatu masalahbiasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikan
Berpikir orisinil (originality)
1. Mampu melahirkan ungkapan yangbaru dan unik.
2. Memikirkan cara-cara yang tak lazimuntuk mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
a. Memikirkan masalah-masalah atau halyang tidak terpikirkan orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang lamadan berusaha memikirkan cara-carayang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari padayang lain.
Berpikir elaboratif (elaboration)
1. Mampu memperkaya dan me-ngembangkan suatu gagasan atauproduk.
2. Menambah atau merinci detail-detaildari suatu objek, gagasan atau situasisehingga menjadi lebih menarik.
a. Mencari arti yang lebih mendalamterhadap jawaban atau pemecahanmasalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memper-kayagagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-warna,dan detail-detail (bagian-bagian)terhadap gambaranya sen-diri ataugambar orang lain
Berpikir evaluatif (evaluation)
1. Menentukan kebenaran suatupertanyaan atau kebenaran suatupenyelesaian masalah.
2. Mampu mengambil keputusanterhadap situasi terbuka.
3. Tidak hanya mencetuskan gagasantetapi juga melaksana-kannya
a. Memberi pertimbangan atas dasarsudut pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendirimengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapatdipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan berta-hanterhadapnya.
16
D. Kepraktisan
Nieveen (dalam Sunyono, 2012) menyatakan bahwa kepraktisan suatu model
pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil
penelitian pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung. Menurut Akker ( dalam Fitriyanti, 2015), kepraktisan
mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar lainnya) mempertimbangkan
intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal.
Menurut Nieveen (dalam Sunyono, 2012), menyatakan bahwa suatu model
pembelajaran dikatakan memiliki suatu kepraktisan tinggi, bila pengamat
berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa tingkat keterlaksanaan penerapan
model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk ke dalam kategori
tinggi. Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan pembelajaran dapat ditinjau dari
keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem sosial, dan keterlaksanaan prinsip
reaksi pengelolaan dengan sistem pendukung yang tersedia. Pengukurannya
melalui pengamatan (observasi). Keterlaksanaan model pembelajaran diukur
dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan (observasi) dengan
sistem penskoran yang terdiri dari 5 (lima) kriteria penilaian, yaitu rendah sekali,
rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Tingkat keterlaksanaan ini akan diujikan
pada saat penerapan pembelajaran di kelas.
E. Efektivitas
Nieveen (dalam Sunyono, 2012) menyatakan bahwa keefektivan model
pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran dikatakan efektif bila proses pembelajaran melibatkan siswa secara
17
aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi–informasi
yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru
atau dosen.
Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu
yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada
perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu,
efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan
pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola satu
situasi. Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen &
Kauchak (dalam Warsita, 2008) adalah:
1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan
kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam
pelajaran.
3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta
didik dalam menganalisis informasi.
5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir.
6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan
dan gaya pembelajaran guru.
18
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektivan, kepraktisan, besarnya
ukuran pengaruh penerapan model discovery learning dalam meningkatkan
kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit. Adapun
tahap-tahap pembelajaran dalam model discovery learning adalah stimulasi
(stimulation). Pertama-tama, pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri, tahap selanjutnya
yaitu identifikasi masalah (problem statement), guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Tahap
yang ketiga yaitu pengumpulan data (data collection), pada tahap ini berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Tahap keempat yaitu, pengolahan data (data processing), pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Tahap
kelima yaitu pembuktian (verification), pada tahap ini siswa melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
19
processing dan tahap terakhir yaitu generalisasi (generalization), pada tahap ini
siswa menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi. Model discovery learning memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan berfikir lancar , diantaranya mengajukan
banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai
banyak gagasan mengenai suatu masalah, dan bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari orang lain. Kemampuan-kemampuan ini merupakan aspek-
aspek yang ada dalam kemampuan berpikir lancar. Pada pembelajaran ini mampu
meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa .
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaan nilai n-Gain kemampuan berpikir lancar siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit terjadi karena perbedaan perlakuan dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat ketrampilan berpikir lancar
siswa kelas X1 dan X3 semester genap pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit SMA Negeri 6 Metro tahun pelajaran 2016/2017 diabaikan.
H. Hipotesis
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
1. Model discovery learning praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir
lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit
20
2. Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir
lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit
3. Model discovery learning memiliki ukuran pengaruh dalam meningkatkan
kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sample Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 6 Metro
yang berjumlah 196 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster
random sampling sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini yaitu kelas X.1
dengan jumlah siswa yaitu 27 dan kelas X3 dengan jumlah siswa yaitu 29 sebagai
kelas eksperimen.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa
data hasil tes sebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan hasil tes setelah
penerapan pembelajaran (postes). Selain itu juga menggunakan data sekunder
yang meliputi lembar observasi keterlaksanaan model discovery learning, angket
respon siswa, lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola kelas dan
lembar aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari seluruh siswa kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah poor experimental
design dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel,
22
2012). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada
kelas yang diteliti.
Tabel 2. Desain penelitian
Kelas Pretes Perlakuan PostesX.1 O1 X O2
X.3 O1 X O2
Keterangan:
O1: Kelas perlakuan diberi pretes
X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model discovery learning
O2: Kelas perlakuan diberi postes
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit yang terdiri dari 3 butir soal uraian untuk
mengukur kemampuan berpikir lancar siswa.
2. Lembar penilaian yang digunakan antara lain:
a. Lembar observasi keterlaksanaan model discovery learning, dimodifikasi dari
Pratisa (2016).
b. Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, dimodifikasi dari
Pratisa (2016).
c. Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,
dimodifikasi dari Sunyono (2014).
23
d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
model discovery learning, dimodifikasi dari Diantini (2015).
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap persiapan
a. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di SMA
Negeri 6 Metro.
b. Melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang data
siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana prasarana yang ada di sekolah
yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
d. Membuat perangkat penelitian dan instrumen penelitian. Perangkat penelitian
terdiri dari silabus, analisis konsep, analisis KI-KD, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS). Instrumen penelitian
terdiri dari kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes, rubrikasi
pretes dan postes, lembar keterlaksanaan model discovery learning, angket
respon siswa, lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan model discovery learning, dan lembar aktivitas siswa
selama pembelajaran. Selanjutnya melakukan uji validitas dan reliabilitas
terhadap soal pretes/postes kepada siswa kelas XI yang telah menerima materi
larutan elektrolit dan non elektrolit.
24
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Melakukan pretes pada kedua kelas eksperimen
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit dengan menggunkan model discovery learning pada kedua kelas
eksperimen.
c. Melakukan postes pada kedua kelas eksperimen.
3. Tahap akhir penelitian
a. Melakukan analisis data kepraktisan, keefektivan, dan ukuran pengaruh serta
pengujian hipotesis
b. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
c. Menarik kesimpulan.
25
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
di bawah ini.
Gambar 1.Alur penelitian
Izin penelitian kepada pihak sekolah
Kesimpulan
Pembelajaran dengan menggunakanmodel discovery learning
Analisis data
Pembahasan
Validasitas dan reliabilitas
instrumen
Membuat perangkat dan instrumen pembelajaran
Observasi sekolah
Menentukan populasi dan sample penelitian
Pretes
Postes
26
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Validitas dan reliabilitas instrument tes
Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrumen tes yaitu
soal pretes dan postes yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen tes
ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur kelayakan instrumen sebagai
pengumpul data telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul
data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid
dan reliabel (Arikunto, 2012). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan
diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument tes (Arikunto, 2012). Sebuah instrument dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang
dikemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 17 for Windows. Instrumen tes dalam mengukur kemampuan
berpikir lancar berupa 3 butir soal uraian, diujikan pada satu kelas yang telah
mendapatkan materi larutan elektrolit dan non elektrolit yaitu kelas XI IPA 3
SMA Negeri 6 Metro. Validitas soal ditentukan dari perbandingan nilai r hitung dan
r tabel. Nilai rtabel (product moment) didapatkan dari tabel nilai kritik sebaran r,
dengan n = 20 dan taraf signifikansi 5%.
27
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen
penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi
dikatakan reliabel jika soal diuji pada ruang dan waktu yang berbeda hasilnya
tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat
reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini
analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17 for Windows.
Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:
0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi
0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang
0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel
2. Kepraktisan model discovery learning
Kepraktisan model discovery learning ditentukan dari keterlaksanaan model
discovery learning dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
a. Keterlaksanaan model discovery learning
Keterlaksanaan model discovery learning diukur melalui lembar observasi oleh
dua orang observer, penilaian terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-
unsur model pembelajaran yang meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan
28
prinsip reaksi. Analisis terhadap keterlaksanaan RPP model discovery learning
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamatan, kemudian persentase ketercapaian dihitung dengan rumus
(Sudjana, 2005):
% Ji = (∑Ji / N) x 100%
Keterangan :
% Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan
pada pertemuan ke-i
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat
pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
2) menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan
dari dua orang pengamat
3) menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebagaimana pada tabel berikut
Tabel 3. Kriteria tingkat keterlaksanaan (Ratumanan dalam Sunyono, 2012)
Persentase Kriteria
80,1% - 100,0%
60,1% - 80,0%
40,1% - 60,0%
20,1% - 40,0%
0,0% - 20,0%
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
29
b. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran diukur melalui angket respon
siswa terhadap pelaksanaan model discovery learning. Angket ini diberikan
kepada siswa dari seluruh kelas eksperimen setelah seluruh pembelajaran materi
elektrolit dan nonelektrolit selesai dilaksanakan. Analisis data respon siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning, dilakukan
langkah-langkah berikut:
1) menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif
terhadap pelaksanaan pembelajaran.
2) menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan
negatif
3) menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana
Tabel 3
3. Keefektivan model discovery learning
Ukuran keefektivan model discovery learning dalam penelitian ini ditentukan dari
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, serta ketercapaian dalam meningkatkan kemampuan
berpikir lancar siswa.
a. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan
lembar observasi oleh dua orang observer. Pengukuran aktivitas siswa ini
dilakukan oleh dua observer selama 2 kali pertemuan terhadap 10 orang siswa dari
30
masing-masing kelas eksperimen yang dipilih secara acak. Analisis deskriptif
terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus:
% Pa = x100%
Keterangan:
Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas.
Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.
Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.
2) menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak
relevan untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-ratanya, kemudian
menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana
Tabel 3
3) mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan
persentase setiap aspek aktivitas yang diamati
d. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diukur dengan
lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran oleh dua orang
observer. Analisis deskriptif terhadap kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1) menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan
menggunakan rumus:
31
% Ji= (∑Ji / N) x 100%
Keterangan :
%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada
pertemuan ke-i
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat
pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
2) menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang pengamat.
3) menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru
sebagaimana Tabel 3.
c. Kemampuan berpikir lancar
Nilai pretes dan postes diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Nilai Akhir =∑ Skor yang diperoleh siswa
skor maksimunx 100
Perhitungan rata-rata persentase kemampuan berpikir lancar siswa dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) menghitung jumlah siswa yang mampu berpikir lancar
2) menghitung persentase jumlah siswa yang mampu berpikir lancar dengan
rumus:
% Kemampuan berpikir lancar =∑ siswa yang mampu berpikir lancar
jumlah seluruh siswax 100%
32
Nilai pretes dan postes yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-
Gain yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis. Perhitungan n-Gain
bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas.
Rumus n-Gain menurut Hake (2002) adalah:
Rumus nilai n-Gain = % postes % pretes100 % pretes
Menurut Hake (dalam Sunyono, 2014) terdapat kriteria n-Gain yaitu:
1) pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi” jika n-Gain > 0,7
2) pembelajaran dengan skor n-Gain ”sedang” n-Gain terletak antara
0,3 < n-Gain ≤ 0,7
3) pembelajaran dengan skor n-Gain ”rendah” jika n-Gain ≤ 0,3
4. Pengujian hipotesis dan ukuran pengaruh (effect size)
Analisis terhadap ukuran pengaruh pembelajaran dengan model discovery
learning terhadap peningkatan kemampuan berpikir lancar siswa dilakukan
dengan menggunakan uji t dan uji effect size. Sebelum melakukan uji t terlebih
dahulu uji normalitas dan uji homogenitas, karena syarat uji t adalah data harus
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan Shapiro-Wilk test, langkah-langkah uji normalitas
sebagai berikut:
33
1) Hipotesis
H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
2) Memasukkan data penelitian berupa nilai pretes dan postes ke dalam
program SPSS versi 17.0 for windows dengan menggunakan taraf signifikan
(α) sebesar 0,05.
3) Kriteria Uji: terima H0 jika nilai sig (p) dari Shapiro-Wilk > 0,05.
b. Uji homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dibandingkan
memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Uji homogenitas yang digunakan
dalam percobaan ini adalah levene statistics test, langkah-langkah uji
homogenitas sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0: 22
21 = sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen
H1: 22
21 = sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.
2) Memasukkan data penelitian berupa (pretes dan nilai postes) ke dalam
program SPSS versi 17.0 for windows dengan menggunakan tara signifikan
(α) sebesar 0,05.
3) Kriteria Uji: terima H0 jika nilai sig (p) dari Levene Statistics > 0,05
c. Uji perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes
Menurut Sudjana (2005), jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka
pengujian selanjutnya menggunakan uji statistik parametrik yaitu menggunakan
34
uji t. Uji t dilakukan terhadap perbedaan rerata pretes dan postes. Uji
perbedaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan paired samples t test. Langkah-langkah uji perbedaan rata-rata
nilai pretes dan postes sebagai berikut :
1) Hipotesis:
Ho = nilai pretes sama dengan nilai postes (tidak ada perubahan)
H1 = nilai pretes tidak sama dengan nilai postes (ada perubahan)
2) Memasukkan data penelitian berupa nilai pretes dan postes ke dalam
program SPSS versi 17.0 for windows dengan menggunakan taraf
signifikan (α) sebesar 0,05.
3) Kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig (2-tailed) < 0,05 dan terima H1 jika nilai
sig (2-tailed) > 0,05
d. Ukuran pengaruh (effect size)
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan ukuran pengaruh menurut
Abujahjouh (2014) dengan rumus:
=
Keterangan:µ = effect size
t =t hitung dari uji-t
df = derajat kebebasan
Kriteria menurut Dincer (2015):
µ ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil)
0,15 < µ ≤ 0,40; efek kecil
0,40 < µ ≤ 0,75; efek sedang
35
0,75 < µ ≤ 1,10; efek besar
µ > 1,10 ; efek sangat besar
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian mengenai
penerapan model discovery learning pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit, dapat disimpulkan:
1. Model discovery learning praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir
lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan dengan
rata-rata persentase keterlaksanaan RPP dan respon siswa berkategori “tinggi”.
2. Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir
lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan melalui
aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran berkategori “tinggi”, serta peningkatan nilai pretes-
postes (n-Gain) pada kelas X.1 dan X.3 yang tidak jauh berbeda yaitu
memenuhi kriteria “sedang”.
3. Model discovery learning memiliki ukuran pengaruh yang “besar” dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit.
58
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Pembelajaran menggunakan model discovery learning hendaknya diterapkan
dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit karena terbukti praktis, efektif dan memiliki ukuran pengaruh yang
besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa.
2. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan penerapan
model pembelajaran discovery learning perlu memperhatikan pengelolan
waktu pembelajaran dan suasana belajar di kelas agar proses pembelajaran
yang dilaksanakan maksimal.
3. Bagi calon peneliti lain yang akan mengukur kemampuan berpikir lancar perlu
menggunakan range waktu agar mempermudah peneliti dalam mengukur
kemampuan berpikir lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, J., M. Ikhsan., dan Marwan. 2013. Meningkatkan Kemampuan SiswaSekolah Menengah Atas dalam Menyelesaikan Soal Matematika Setara PisaMelalui Pendekatan Konstruktivisme. Jurnal Peluang. 1(2): 51-62.
Abidin, Y. 2016. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.Refika Aditama. Bandung.
Arikunto, S. 2012. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Azzahra, T. 2014. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia MenggunakanModel Discovery Learning dalam Meningkatkan Keterampilan BerpikirLuwes Siswa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Diantini. 2015. Efektivitas Model Discovery Learning dalam MeningkatkanKemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievementin Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1):99-118.
Fitriyanti, I.R., L. Agung., dan T. Y. E. Siswono. Pengembangan PerangkatPembelajaran Matematika Realistik Topik Luas dan Keliling Bangun DatarKelas III Sekolah Dasar. Jurnal Review Pendidikan Dasar. 1(1): 124-132.
Fraenkel, J. R., N. E. Wallen, dan H. H. Hyun. 2012. How To Design AndEvaluate Research In Education. Mc Graw Hiil. Amerika Serikat.
Hake, R. R. 2002. Relationship of individual Student Normalized Learning Gainsin Mathematics with Gender,High School, Physics, and Pre Test Scores inMathematics and Spatial Visualization. Physics Education ResearchConference. Tersedia pada : http://www.physics.indianaedu/-hake.diaksespada tangga 21 januari 2017.
In’an, A. 2016. Learning Geometry through Discovery Learning Using aScientific
Approach. International Journal of Instruction. 10(1): 55-70.
60
Kuswati, E. 2016. Improving The Learning Activities By Implementing TheScientific Approach Through Discovery Learning Model. EconomicsEducation Studies Journal. 11(1): 34-44.
Maarif, S. 2016. Improving Junior High School Students MathematicalAnalogical Ability Using Discovery Learning Method. InternationalJournal of Research in Education and Science. 2(1): 114-124.
Munandar, U. 2014. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. RinekaCipta.Jakarta.
Murdiandari, W. 2015. Pembelajaran Model Discovery Learning UntukMeningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar Pada Materi Laju Reaksi.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 4(2): 581-592.
Nggermanto, A. 2015. Kecerdasan Quantum Melejitkan IQ, EQ, dan SQ. NuansaCendekia. Bandung.
Noviasari, E. 2014. Penggunaan Model Discovery Learning dalam MeningkatkanKeterampilan Berpikir Lancar Pada Materi Asam Basa. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Putra, T. T., Irwan, dan D. Vionanda. 2012. Meningkatkan Kemampuan BerpikirKreatif Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal PendidikanMatematika. 1(1): 22-26.
Pratisa, E.A. 2016. Efektivitas Model POE dalam Meningkatkan KemampuanBerpikir Lancar pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Rufii. 2015. Developing Module on Constructivist Learning Strategies to PromoteStudents Independence and Performance. International Journal ofEducation. 7(1):19-28.
Ozgelen, S. 2012. Students’ Science Process Skills within a Cognitive DomainFramework. In Eurasia Journal of Mathematics, Science & TechnologyEducation. Tersedia di http://www.enjmse.com/v8n4/EURASIA_v8n4_-Ozgelen.pdf [diakses 3 Desember 2016]
Sari, F. R. 2015. Pembelajaran Model Discovery Learning untuk MeningkatkanKeterampilan Berpikir Luwes Siswa pada Materi Laju Reaksi. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Siska, R. 2014. Penerapan Pendekatan Konstruktivis dengan Metode GuideDiscovery Learning pada Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMPN 4
61
Padang Panjang Tahun Ajaran 2014/2015. Laporan Penelitian. UniversitasMuhammadiyah Sumatera Barat. Padang Panjang.
Sofwan, M. 2016. Meningkatkan Kemampuan Bertanya Dasar Siswa denganMenggunakan Model Discovery Learning di Kelas III B SDN 64/1 MuaraBulian. Jurnal Pendidikan Tematik Dikdas Universitas Jambi. 1(1): 29-36.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Suhana, C. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran (Edisi Revisi). Refika Aditama.Bandung.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung
Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.
Sunyono. 2014. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi dalamMembangun Model Mental Mahasiswa pada Mata Kuliah Kimia Dasar.Disertasi. Program S3 PendidikanSains. Program Pascasarjana UniversitasNegeri Surabaya: tidak dipublikasikan.
Sunyono. 2015. Model Pembelajaran Multipel Representasi; PembelajaranEmpat Fasedengan Li ma Kegiatan: Orientasi, Eksplorasi Imajinatif,Internalisasi, dan Evaluasi. Media Akademi.Yogyakarta.
Tim Penyusun. 2014. Permendikbud No. 59 tahun 2014 Lampiran III TentangPMP Mata Pelajaran Kimia SMA. Kementrian Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.
Tompo, B., A. Ahmad, dan M. Muris. 2016. The Development Of Discovery-Inquiry Learning Model To Reduce The Science Misconceptions Of JuniorHigh School Students. International Journal Of Environmental & ScienceEducation. 11(12): 5676-5686.
Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi danImplementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Bumi Aksara. Jakarta.
Türkmen, H. dan S. Mehmet. 2015. Creative Thinking Skills Analyzes OfVocational High School Students. Journal Of Educational And InstructionalStudies In The World. 1(1): 110-121.
Ultanir, E. 2012. An Epistemological Glance at The Constructivist Approach:Constructivist Learning In Dewey, Piaget, And Montessori. InternationalJournal Of Instruction In Mersin University. 5(2): 195-212.
62
Vahlia, I. 2014. Ekperimentasi Model Pembelajaran Discovery dan GroupInvestigation Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari KreativitasSiswa. Jurnal. 3(2): 43-54.
Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. RinekaKarya. Jakarta.