Penerapan Model Belajar Make A Match dengan...
Transcript of Penerapan Model Belajar Make A Match dengan...
2
1. Pendahuluan
Kendala pembelajaran sering ditemui di lingkungan pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara oleh guru dan siswa di SMA N 1
Karanggede pada mata pelajaran TIK, masih terdapat kendala yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemui saat proses
pembelajaran pada penelitian ini adalah proses pembelajaran di sekolah yang
kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK dibawah batas nilai
KKM yaitu 75. Akibat lain yaitu siswa kurang aktif didalam kelas karena
hanya guru yang berperan pada metode konvensional. Faktor-faktor yang
menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik, yaitu model belajar yang
diterapkan adalah model konvensional, sumber belajar yang digunakan kurang
lengkap dan siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan
komputer secara langsung.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka guru dan siswa harus
memanfaatkan fasilitas yang terdapat di sekolah. Adanya internet disekolah
maka siswa dituntut untuk menggunakannya secara optimal dalam
pembelajaran yakni dengan menggunakan aplikasi search engine sebagai salah
satu sumber belajar. Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan
untuk memperluas dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang
dibutuhkan siswa agar proses pembelajaran menjadi menarik dan bermakna.
Selain memanfaatkan fasilitas yang ada, perlu dilakukan perubahan model
belajar untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran TIK kelas X. Model
konvensional berakibat proses belajar kurang menarik maka perlu dilakukan
perubahan model belajar yang membuat proses belajar menjadi menarik dan
bermakna. Model belajar tersebut adalah make a match. Penggunaan model
belajar yang sebelumnya digunakan yaitu model konvensional, pada
pelaksanaannya terdiri dari teori dan praktik, hasil yang diperoleh yaitu nilai
TIK kurang dari batas KKM serta siswa kurang menguasai tes tertulis apabila
tidak menggunakan komputer secara langsung. Konsep dasar yang dicapai
dengan menggunakan model belajar make a match pada pelaksanaannya juga
terdiri dari teori dan praktik, namun hasil yang diperoleh yaitu meningkatnya
hasil belajar siswa serta menjadikan proses belajar bermakna sehingga apabila
siswa melaksakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer bisa mengerjakan
dan hasil yang diperoleh diatas KKM.
Proses belajar yang kurang menarik serta sumber belajar yang digunakan
kurang lengkap dan model belajar yang diterapkan adalah model konvensional
di SMA N 1 Karanggede, faktor tersebut menyebabkan hasil belajar siswa
dibawah KKM. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan
penelitian tentang “Penerapan Model Belajar Make A Match Dengan
Memanfaatkan Aplikasi Search Engine Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK Di SMA Negeri 1 Karanggede”.
Menurut wawancara terhadap siswa dan beberapa warga sekitar, SMA N 1
Karanggede menjadi sekolah unggulan di daerah Karanggede. Teknologi yang
disediakan lebih baik dibanding sekolah-sekolah di sekitar Karanggede.
3
Terdapat LCD proyektor dan kabel LAN (di meja guru) pada setiap ruang
kelas, jaringan internet di lab komputer dan lab IPA.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi Prasetia Ningrum tentang
“Keefektifan Model Make A Match Dalam Belajar Pemahaman Pantun Pada
Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri 2 Karangjati Kabupaten Bajarnegara”.
Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen, menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa materi pemahaman pantun yang
belajarnya menerapkan model make a match dan yang proses belajarnya
menerapkan model konvensional. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai
posttest materi pemahaman pantun di kelas eksperimen yang lebih tinggi dari
pada kelas kontrol. Selain itu model belajar make a match berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa materi pemahaman pantun daripada model belajar
konvensional. Hal ini terbukti dari hasil posttest siswa di kelas eksperimen
yang seluruh siswanya mencapai KKM dan kelas control terdapat 5 anak yang
tidak mencapai KKM. [1]
Penelitian lain juga dilakukan oleh Umi Makromah yang berjudul
“penerapan strategi belajar kooperatif make a match untuk meningkarkan hasil
belajar pendidikan agama islam kompetensi dasar menyebutkan tugas
malaikat siswa kelas IV SDN 2 Karangmalang kangkung Kendal 2010/2011”.
Metode penelitian yang digunakan yaitu PTK - classroom Action research.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan siklus 1 dengan rata-rata nilai 62, siklus 2 dengan rata-rata nilai
68 dan siklus 3 dengan rata-rata 70. [2]
Selain penelitian yang dilakukan oleh Dwi dan Umi, penelitian lain juga
dilakukan oleh Henny Ambarwati yang berjudul “penerapan model belajar
make a match dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah siswa SMA
Kristen Satya Wacana Salatiga semester gasal tahun ajaran 2011/2012”.
Metode yang digunakan dalam penelitian Henny adalah PTK dengan 2 siklus.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada pokok
bahasan tradisi sejarah pada masa aksara mengalami peningkatan. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan rata-rata klasikal pada pra siklus 77,4 (tanpa model
belajar make a match) menjadi 77,5 (siklus 1) dan 95,09 (siklus 2) setelah
menggunakan model belajar make a match. Selain meningkatkan pemahaman
siswa, hasil dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan aktifitas dalam
proses belajar mengajar terjadi interaksi yang positif dari hasil observasi
terjadi hasil peningkatan aktifitas belajar siswa, pada siklus 1 kriteria baik
sekali hanya 3,43 menjadi 4 pada siklus 2. [3]
Penelitian-penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan,
terdapat persamaan pada penelitian ini yaitu penerapan model belajar make a
match. Namun terdapat perbedaan yaitu (1) Penelitian yang dilakukan oleh
4
Umi Makromah meneliti hasil belajar Agama, Dwi Prasetia Ningrum meneliti
efektivitas Belajar Pemahaman Pantun dan Henny meneliti hasil belajar
Sejarah, sedangkan penelitian ini meneliti hasil belajar TIK, (2) Penelitian
yang dilakukan oleh kedua sumber diatas tidak menggunakan aplikasi search
engine untuk belajar, sedangkan penelitian ini memanfaatkan aplikasi search
engine untuk belajar.
Model belajar make a match. Menurut Miftahul Huda, model belajar ini
merupakan belajar dengan cara siswa mencari pasangan sambil mempelajari
suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan [4].
Model ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Adapun kelebihan model ini yaitu dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa
(baik secara kognitif maupun fisik), karena ada unsur permainan model ini
menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari, dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, efektif
sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, efektif
melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar). Kekurangan
dari model ini adalah jika tidak dirancang dengan baik maka banyak waktu
terbuang, jika tidak mengarahkan siswa dengan baik saat presentasi banyak
siswa yang kurang memperhatikan) [5].
Hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang
diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan
pengajaran tertentu [6]. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana-mana,
misalnya dilingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari
maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Secara garis besar ada
dua kategori alat penilaian hasil belajar, yaitu tes dan nontes [7]. Pengertian
hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman-
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-
kemampuan tertentu.
Mata pelajaran TIK. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu
lembaga pendidikan menengah perlu membekali siswa dan lulusannya
dengan keterampilan yang memadai termasuk kompetensi TIK. Menurut
kurikulum Tahun 2004 tentang Standar Kompetensi Mata Pelajaran TIK
SMA dan MA, tujuan khusus mempelajari TIK adalah menyadarkan siswa
akan potensi perkembangan TIK yang terus berubah, sehingga siswa
termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari TIK sebagai dasar untuk
belajar sepanjang hayat. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa
beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri. Mengembangkan
kompetensi siswa dalam penggunaan TIK untuk mendukung kegiatan belajar,
bekerja, dan berbagai aktifitas dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sehingga proses belajar dapat lebih optimal, dan terampil dalam
berkomunikasi, mengorganisasi informasi, belajar, dan bekerjasama,
5
mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif
dan bertanggungjawab dalam penggunaan TIK untuk belajar, bekerja, dan
pemecahan masalah [8]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
kurikulum Depdiknas (2007) dalam Naskah Akademik Kajian Kebijakan
Kurikulum Mata Pelajaran TIK menyatakan bahwa visi mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Visi dari mata pelajaran TIK yaitu
agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat TIK secara tepat dan
optimal. Fungsi lain dari mata pelajaran TIK, yaitu untuk mendapatkan dan
memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya
sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif,
mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi
dengan perkembangan baru di lingkungannya. Melalui mata pelajaran TIK
diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang
mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk
teknologi informasi dan komunikasi. Siswa menggunakan perangkat TIK
untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi
secara efisien dan efektif. Menggunakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari
berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan TIK
akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri. Siswa
dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal,
termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang. [9]
Aplikasi search engine. Menurut Sutikno, menyatakan bahwa search
engine adalah suatu fasilitas diinternet yang digunakan untuk mencari
informasi diinternet dengan mengetikkan kata kuncinya. Informasi yang
dicari diinternet dapat berupa berita, tutorial ilmu pengetahuan, teknologi,
soal-soal dan lain-lain. Untuk menggunakan fasilitas search engine ini maka
harus menggunakan website yang menyediakan fasilitas ini. Contoh website
yang menyediakan fasilitas search engine yaitu www.google.com,
www.yahoo.com, www.msn.com, www.altavista.com, www.catcha.com,
searchindonesia.com dan lain-lain [10]. Google menjadi salah satu search
engine nomor satu dan terpopuler dengan hasil persentase Google: 114.7
billion searches, 65.2% share [11], sehingga dipilih search engine yang fokus
pada google sebagai sumber belajar siswa di SMA N 1 Karanggede. Selain
google menduduki posisi teratas dan terpopuler, terdapat beberapa faktor
yang melatarbelakangi penggunaan google sebagai sumber belajar. Menurut
Jcom google menawarkan pencarian informasi secara lengkap dan cepat.
Google mengakses lebih dari 1.3 milyar halaman web sehingga bisa
memberikan hasil pencarian yang relevan kurang dari setengah detik untuk
semua pemakai mesin pencari ini diseluruh dunia. Faktor lain yang
diungkapkan dari buku yang sama yaitu google menyediakan berbagai
macam pilihan bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh para
penggunanya di seluruh dunia, antara lain yang menggunakan bahasa
Indonesia memiliki alamat www.google.co.id [12].
6
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah model penelitian yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan
tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu [13].
Sementara itu jenis eksperimen pada penelitian ini adalah quasi experimental
research. Quasi experimental research adalah penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendali [14]. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized
Control Group Pretest-Posttest Design.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [15]. Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Karanggede pada kelas X yang mengikuti mata
pelajaran TIK. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut [16]. Teknik sampel dilakukan dengan metode
pusposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu dengan memperhatikan rekomendasi dari guru [17].
Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti memilih kelas X-4 untuk
dijadikan kelas kontrol dan X-5 sebagai kelas eksperimen. Sesuai dengan
rekomendasi dari guru pengampu mata pelajaran TIK bahwa kedua kelas
tersebut memiliki rata-rata kelas yang tidak jauh beda.
Terdapat tahapan dalam penelitian, tahapan pertama yaitu mengurus
perijinan, observasi lokasi penelitian, melakukan wawancara, studi
dokumentasi, menentukan materi eksperimen, menentukan kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol dan uji coba instrumen. Uji coba instrumen
tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur [18]. Penelitian ini
menggunakan validitas konstruk. Instrumen akan diuji cobakan sebelum
dilakukan pretes dan postes di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Uji
coba instrumen berupa validitas dan reliabilitas dilakukan di kelas X1 SMA
N 1 Karanggede. Hasil uji validitas butir soal yang valid adalah soal ke- 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 17 ,24 dan 25, sedangkan soal yang tidak valid
soal ke- 8, 9, 11, 16, 18, 19, 20, 21, 22 dan 23. Berdasarkan perhitungan
validitas maka 15 soal yang valid akan dipakai untuk penelitian dan 10 soal
yang tidak valid akan dihapus.
Setelah uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
digunakan untuk mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan
senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan salah satu program penghitung, diperoleh angka reliabel 0,493,
maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel karena lebih tinggi
dari r tabel yaitu 0,367.
7
Selain melakukan uji validitas dan reliabilitas dilakukan pengkajian
tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Berdasarkan hasil uji coba dengan
salah satu program penghitung, maka mendapatkan hasil tingkat kesukaran
soal. Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran
tiap butir soal setiap siswa yang menjawab benar dalam soal yang sama.
Perhitungan menghasilkan informasi berupa jumlah soal yang tergolong
mudah ada 3 soal, soal yang tergolong sedang ada 19 soal dan yang tergolong
sukar ada 3 soal. Uji instrumen yang terakhir yaitu melihat daya pembeda.
Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi /
membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau
belum memahami materi yang diajarkan guru [19]. Berdasarkan perhitungan
daya beda dengan program penghitungan, maka daya pembeda soal yang
dikategorikan baik ada 2 soal, cukup ada 11, jelek ada 7 dan sangat jelek 5.
Tahapan kedua yaitu pemberian pretest, pemberian perlakuan dan
pemberian posttest. Pemberian pretest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan bobot soal yang sama sebelumnya telah ditentukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tahap selanjutnya yaitu pemberian perlakuan,
yakni kelas kontrol menggunakan model belajar konvensional dengan sumber
belajar LKS dan kelas eksperimen menggunakan model belajar make a match
dengan sumber belajar aplikasi search engine. Tahapan perlakuan ini
dilaksanakan dengan pretest, penjelasan tujuan belajar, proses belajar dengan
belajar konvensional kelas kontrol dan belajar make a match kelas
eksperimen dan terakhir diberikan posttest. Berikut rancangan proses belajar.
Tabel 1. Proses Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu pertama penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu kedua penelitian
Pendahuluan
a. Apresepsi
- Kelas/Lab dipersiapkan seperti
perangkat komputer, LCD,
mempersiapkan komputer,
absensi dan kebersihan.
- Peneliti memberi penjelasan
mengenai model belajar yang
akan dilakukan, serta
menjelaskan fungsi search
engine pada saat belajar.
b. Memotivasi
- Guru menjelaskan tujuan belajar
yang akan dilakukan, misal
Pendahuluan
a. Apresepsi
- Kelas/Lab dipersiapkan seperti
perangkat komputer, LCD,
mempersiapkan komputer,
absensi dan kebersihan.
b. Memotivasi
- Peserta didik diberi penjelasan
tentang pokok bahasan yang
akan dipelajari pada pertemuan
ini.
8
menjelaskan kooperatif itu apa?
Make a macth itu apa? Fungsi
search engine pada belajar?
- Menjelaskan mengenai belajar
kelompok, yang menuntut siswa
untuk berinteraksi antar sesama
dan saling bekerja sama untuk
tercapainya tujuan bersama.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
- Guru menjelaskan langkah-
langkah belajar yang akan
dilakukan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
- Siswa diberikan topik mengenai
materi pada pertemuan ini untuk
mencarinya di aplikasi search
engine. Siswa dituntut untuk
belajar mandiri. Belajar
dilakukan di Lab komputer.
- Setelah siswa siap guru
memberikan instruksi bahwa
masing-masing siswa akan
menerima kertas karton kecil
dari guru yang memiliki 2 warna
berbeda. Kertas pertama
berwarna biru muda yang berisi
konsep/teori dan kertas kedua
berwarna kuning yang berisi
jawaban konsep/teori. Dalam
hitungan 3 menit dan diawali
dengan bunyi peluit, siswa harus
mampu mencari pasangan dari
kertas yang mereka pegang
dengan cara mencocokkan
antara kertas yang berisi
konsep/teori dengan kertas yang
berisi jawaban konsep/teori
yang dibawa masing-masing
siswa.
- Siswa yang telah menemukan
pasangannya segera
memisahkan diri dari siswa lain
yang belum menemukan
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
- Siswa diminta untuk
memperhatikan depan.
- Guru menerangkan step by step
cara untuk mengformat ukuran
halaman kertas Folio, Kertas
Kuarto dan A4, beserta batas
marginya dll.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
- Guru memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya mengenai
belajar.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta
didik:
- Menyimpulkan tentang hal-hal
yang belum diketahui.
- Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum diketahui.
9
pasangannya. Setelah waktu
yang ditentukan telah habis,
maka siswa berpasangan dengan
siswa lain yang telah benar
pasangan antara konsep/teori
dengan jawaban konsep/teori.
- Namun permainan belum selesai
karena akan diadakan kegiatan
verifikasi jawaban. Masing-
masing pasangan membacakan
konsep/teori beserta
jawabannya. Siswa yang lain
menjadi juri dari konsep/teori
beserta jawaban yang dibacakan
temannya. Apabila ternyata
antara konsep/teori beserta
jawabannya ternyata salah,
maka nilai untuk pasangan itu
nol sampai pada pasangan yang
terakhir.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Peserta
didik:
- Permainan ini diakhiri dengan
kembalinya siswa ditempat
duduknya masing-masing dan
guru menjelaskan kepada siswa
apa manfaat atau faedah dalam
permainan kali ini.
Kegiatan Akhir
- Guru memberikan simpulan
pertemuan hari ini.
Kegiatan Akhir
- Guru memberikan simpulan
pertemuan hari ini.
Minggu ketiga penelitian
Pemberian posttest Pemberian posttest
Tahap penelitian yang terakhir adalah evaluasi. Hasil pretest dan posttest
dievaluasi untuk dapat mengetahui bagaimana hasil belajar siswa. Tahap
evaluasi terdiri dari : (1) Pemberian skor. (2) Menghitung nilai rata-rata
kelompok dan nilai minimum maksimum. (3) Melakukan uji normalitas. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing
kelompok terdistribusi normal atau tidak. (4) Melakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dari data masing-masing
kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau berbeda. (5) Uji T
10
kesamaan dan perbedaan dua rata-rata dengan statistik Independent sample
T-Test menggunakan equal variances assumed. Dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat kesamaan antara rata-rata nilai antara kelas eksperimen dan
kontrol pretes dan mengetahui apakah terdapat perbedaan antara rata-rata
nilai antara kelas eksperimen dan kontrol postes. (6) Pengujian hipotesis.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan
menghasilkan pembelajaran yang terjadi mengalami kendala yaitu
pembelajaran kurang menarik dengan metode konvensional. Pembelajaran
dengan metode konvensional menjadikan siswa kurang aktif didalam kelas
karena hanya guru yang berperan dalam proses pembelajaran. Akibat lain dari
pembelajaran kurang menarik yaitu siswa kurang mampu menguasai materi
teori yang ditunjukkan dengan nilai TIK dibawah batas KKM. Tidak hanya
metode yang menjadi kendala namun juga sumber belajar yang siswa
gunakan kurang lengkap karena siswa menggunakan LKS sebagai buku
panduan. Untuk itu maka kendala tersebut dijadikan dasar pada penelitian ini.
Pembelajaran yang biasanya hanya ceramah didepan maka pada penelitian ini
tidak hanya guru yang berperan dalam pembelajaran namun juga siswa
dituntut berperan aktif dalam pembelajaran dengan model belajar make a
match. Tidak hanya model belajar yang dirubah namun juga siswa dituntut
untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang ada untuk pembelajaran dengan
menggunakan search engine sebagai sumber belajar. Model belajar make a
match dengan memanfaatkan aplikasi search engine dilakukan di kelas X5
sebagai kelas eksperimen, sementara model ceramah atau metode
konvensional dilakukan di kelas X4 sebagai kelas kontrol.
Penelitian ini berawal dari pemberian pretest atau tes awal kepada siswa
untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa. Pretest dilakukan
pada pertemuan pertama setelah itu memberikan pengarahan terhadap
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah pretest dilaksanakan,
selanjutnya pemberian perlakuan kepada kelas eksperimen pada pertemuan
kedua. Pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir atau posttest setelah
menerima pembelajaran yang telah dilakukan guna mengetahui kemampuan
siswa setelah dilakukan perlakuan. Tes yang diberikan berupa tes tertulis
dengan jenis soal pilihan ganda sebanyak 15 soal. Hasil pretest dan posttest
kemudian dihitung dengan uji statistik.
Proses perlakukan pada penelitian ini dimulai dengan siswa diberikan
tugas untuk mencari dan memahami materi menggunakan aplikasi search
engine yang sudah ditentukan guru sebelumnya selama 30 menit. Pada
pelaksanaan permainan, siswa berada didalam LAB komputer. Setelah siswa
siap guru memberikan instruksi bahwa masing-masing siswa akan menerima
kertas karton kecil dari guru yang memiliki 2 warna berbeda. Kertas pertama
berwarna merah muda yang berisi konsep/teori dan kertas kedua berwarna
kuning yang berisi jawaban konsep/teori. Hitungan 3 menit dan diawali
11
dengan bunyi peluit, siswa harus mampu mencari pasangan dari kertas yang
mereka pegang dengan cara mencocokkan antara kertas yang berisi
konsep/teori dengan kertas yang berisi jawaban konsep/teori yang dibawa
masing-masing siswa. Siswa yang telah menemukan pasangannya segera
memisahkan diri dari siswa lain yang belum menemukan pasangannya.
Setelah waktu yang ditentukan telah habis, maka siswa berpasangan dengan
siswa lain yang telah benar pasangan antara konsep/teori dengan jawaban
konsep/teori. Namun permainan belum selesai karena akan diadakan kegiatan
verifikasi jawaban. Masing-masing pasangan membacakan konsep/teori
beserta jawabannya. Siswa yang lain menjadi juri dari konsep/teori beserta
jawaban yang dibacakan temannya. Apabila ternyata antara konsep/teori
beserta jawabannya ternyata salah, maka nilai untuk pasangan itu nol sampai
pada pasangan yang terakhir. Permainan ini diakhiri dengan kembalinya
siswa ditempat duduknya masing-masing dan guru menjelaskan kepada siswa
apa manfaat atau faedah dalam permainan kali ini.
Perlakuan tersebut ternyata berpengaruh positif terhadap proses
pembelajaran yang menjadi menarik. Hasil observasi menunjukkan bahwa
siswa terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya pada siswa atau guru
apabila tidak paham dengan materi, berusaha mencari berbagai informasi
dengan materi yang ditugaskan, melaksanakan diskusi kelompok dengan
baik, menerapkan apa yang diperoleh dengan mengerjakan tugas yang
diberikan. Selain observasi juga dilakukan wawancara kepada siswa
mengenai ketuntasan nilai pada posttest. Hasil wawancara kepada seluruh
sample pada kelas eksperimen berdasarkan beberapa indikator keberhasilan
perlakukan yaitu berdasarkan dari ketuntasan nilai siswa pada posttest dan
aktifitas siswa didalam kelas. Skor posttest menunjukkan nilai siswa diatas
KKM ada 22 anak (75,86%) dan dibawah KKM ada 7 anak (24,14%).
Berdasarkan hasil ketuntasan KKM kelas eksperimen dapat dikatakan
tercapai karena lebih dari 75% dengan tingkat keberhasilan baik [22].
Simpulan dari nilai ketuntasan siswa yaitu siswa dapat menguasai materi
dengan baik dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat. Wawancara juga
menghasilkan simpulan bahwa pembelajaran make a match sangat menarik
dan menimbulkan antusias siswa pada saat proses pembelajaran. Siswa juga
mengaku bahwa pemahaman materi yang diterima sangat bermakna.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan
mendeskripsikan mengenai nilai rata-rata siswa, nilai minimum dan
maksimum dari data pretes dan postes. Deskripsi data pretest dilakukan untuk
mengukur kemampuan siswa sebelum siswa menerima belajar serta
mengukur kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum menerima
belajar. Data pretest diperoleh dari tes tertulis berupa pilihan ganda sebanyak
15 soal. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat
statistik deskriptif data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai
berikut:
12
Tabel 1. Deskriptif data pretest
N Minimum Maximum Sum Mean
Eksperimen 29 20 80 1340 46,21
Kontrol 29 20 80 1599 55,14
Berdasarkan tabel 1 dapat terlihat bahwa perbedaan nilai rata-rata kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berdeda, yaitu 46,21 untuk kelas
eksperimen dan 55,14 untuk kelas kontrol. Data tersebut mencerminkan
bahwa antara dua kelas memiliki kecenderungan yang sama. Deskriptif data
pretes menunjukkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi memiliki hasil
yang sama, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama memiliki
nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 80.
Deskripsi data posttest berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah mengikuti proses belajar yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi
perlakuan. Soal posttest yang diberikan tidak memiliki perbedaan dengan soal
pretest. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data, maka didapat
statistik deskriptif data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai
berikut:
Tabel 2. Deskriptif data posttest
N Minimum Maximum Sum Mean
Eksperimen 29 53 93 2307 79,55
Kontrol 29 40 73 1638 56,48
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai posttest kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 79,55 untuk kelas
eksperimen dan 56,48 untuk kelas kontrol. Berdasarkan tabel 2 pula
menunjukkan bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi dari masing-masing
kelas, yaitu nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 93 untuk kelas eksperimen
dan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 73 untuk kelas kontrol.
Setelah mendeskripsikan data pretes postes, selanjutnya dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukkannya uji hipotesis. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengujian ini dilakukan
dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program
penghitung. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.
13
Tabel 3. Uji Normalitas pretest
Hasil Pengujian Hasil Belajar
Pretes
(eksperimen)
Hasil Belajar
Pretes(kontrol)
N 29 29
Normal
Parameters
Mean 46,21 55,14
Std.
Devition 17,581 14,429
Nilai | Ft-Fs| terbesar 1,207 0,803
Asymp. Sig (2-
Tailed) 0,108 0,539
Test distribution is
Normal
Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft - Fs |
terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ;
H1 diterima [20]. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretes eksperimen
menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 1,207 dan asymp. Sig (2-
Tailed) bernilai 0,108. Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat
disimpulkan bahwa sebaran data pretes kelas eksperimen tersebut normal
karena nilai | Ft - Fs | terbesar (1,207) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-
Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,108) > 5% (0,05).
Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretes kontrol menunjukkan bahwa
nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 0,803 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,539.
Pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data
pretes kelas kontrol tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,108) >
dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-
Tailed) (0,539) > 5% (0,05).
Setelah mengetahui skor pretes terdistribusi nomal, maka selanjutnya
dilakukan uji homogenitas yang berguna untuk mengetahui kesamaan varian
antara skor pretest. Pada perhitungan ini dilakukan dengan bantuan program
penghitung, maka hasil uji homogenitas pada skor pretest antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P = 0,147. Dengan membandingkan
dengan nilai ∝ = 0.05, karena nilai untuk P(0,147) > ∝(0.05), maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang
sama (homogen).
Diketahui penyebaran skor pretest berdistribusi normal dan homogen,
sehingga untuk pengujian kesamaan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen
dan kontrol digunakan statistik uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik
Independent Sample T-Test menggunakan equal variances assumed. Uji t
(Independent Samples T Test) dilakukan dengan bantuan program
penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik analisis uji-t pretest
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada tahap awal.
14
Tabel 4. Uji Kesamaan Dua rata-rata Pretes
Kelas Df P ∝ thitung ttabel
Eksperimen 56 0,039 0,05 -2,115 2,003
Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung (th) sebesar -2,115. Setelah
dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan Df 56 sebesar 2,003
ternyata thitung lebih kecil dari ttabel (-2,115 < 2,003) yang berarti H1 diterima,
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor pretest kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perbedaan skor tergolong rendah dan dibuktikan dengan uji
gain berikutnya.
Perhitungan analisa data pretes sudah dilakukan, maka selanjutnya
analisa data postes. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-
Smirnov dengan bantuan program penghitung. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Uji Normalitas posttest
Hasil Pengujian Hasil Belajar postes
(eksperimen)
Hasil Belajar
Postes(kontrol)
N 29 29
Normal
Parameters
Mean 79,55 56,48
Std. Devition 12,307 9,113
Nilai | Ft-Fs| terbesar 1,355 1,266
Asymp. Sig (2-Tailed) 0,051 0,081
Test distribution is Normal
Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel
Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft - Fs |
terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ;
H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas postes eksperimen
menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 1,355 dan asymp. Sig (2-
Tailed) bernilai 0,051. Pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat
disimpulkan bahwa sebaran data postes kelas eksperimen tersebut normal
karena nilai | Ft - Fs | terbesar (1,355) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-
Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,051) > 5% (0,05). Hasil
yang sama pada postes kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar
adalah 1,266 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,081. Berdasarkan
pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa
sebaran data postes kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs |
terbesar (1,266) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan
nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,081) > 5% (0,05). Kedua uji normalitas untuk
data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa
data tersebut berdistribusi normal.
15
Analisis data postes terdistribusi secara normal, kemudian dilakukan uji
homogenitas. Pada perhitungan ini dilakukan dengan bantuan program
penghitung, maka pada skor posttest antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh P = 0,262. Kemudian membandingkan dengan nilai ∝ =
0.05, karena nilai untuk P(0,262) > ∝(0.05), maka dapat disimpulkan bahwa
data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada skor posttest
dapat dilihat bahwa data tersebut menunjukkan normal dan homogen,
sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik
parametrik uji T (Independent Samples T Test menggunakan equal variances
assumed) dengan bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil Uji perbedaan dua rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Rumusan hipotesis yang akan diuji:
H0 : Hasil belajar Penerapan model belajar make a match dengan
memanfaatkan aplikasi search engine sama dengan hasil belajar penggunaan
model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X
SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
H1 : Hasil belajar Penerapan model belajar make a match dengan
memanfaatkan aplikasi search engine lebih tinggi dari pada hasil belajar
penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas X SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan
Komputer.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah satu pihak, yaitu untuk menguji
tandingan H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi
yang digunakan dapat sebuah daerah kritis di ujung sebelah kanan yang
besarnya sama dengan α. Kriteria pengujian: tolak H0 jika statistik yang
dihitung berdasarkan sampel tidak kurang dari daerah penolakan. Pengujian
dinamakan uji satu pihak tepatnya pihak kanan. [21]
Hipotesis Statistik:
H0 : μx2 = μy
2
H1 : μx2 > μy
2
Kriteria Uji hipotesis
Independent Sample T Test
1. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜 ditolak, H1 diterima.
2. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜 diterima, H1 ditolak.
Berdasarkan Signifikansi
3. Jika P > ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 diterima, H1 ditolak.
4. Jika P < ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 ditolak, H1 diterima.
16
Tabel 6. Uji perbedaan dua rata-rata posttest
Kelas Df P ∝ thitung ttabel
Eksperimen 56 0,000 0,05 9,211 2,003
Kontrol
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,000.
Karena signifikansi P (0.000) < ∝(0.05), atau thitung adalah 9,211 karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
(9,211) > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,003), maka keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung > ttabel
maka keputusannya adalah tolak H0 dengan kata lain H1 diterima. Berarti
penerapan model belajar make a match dengan memanfaatkan aplikasi search
engine lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Karanggede pada
pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
Hasil Uji-T skor pretest dan posttest menunjukkan bahwa H1 sama-sama
diterima, namun untuk mengetahui seberapa meningkat signifikannya maka
dilakukan uji gain. Berikut hasil perhitungan dan simpulan uji gain;
Tabel 7. Uji Gain
Kelas Pretest Posttest G g Keterangan
Eksperimen 46,21 79,55 33,34 0,62 Sedang
Kontrol 55,14 56,48 1,34 0,03 rendah
Berdasarkan simpulan hasil Uji-T pada skor pretest dan posttest
menunjukkan bahwa H1 sama-sama diterima, namun peningkatan yang lebih
baik ditunjukkan pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen setelah dilakukan
pretest dan posttest mengalami peningkatan sedang sementara pada kelas
kontrol setelah dilakukan pretest dan posttest mengalami peningkatan yang
rendah. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hasil belajar lebih tinggi kelas eksperimen dikarenakan berubahnya
model belajar yang semula konvensional menjadi model belajar make a
match. Kelas kontrol yang tetap menggunakan model konvensional
mengalami peningkatan hasil belajar yang rendah sedangkan kelas
eksperimen yang menggunakan model baru yaitu model belajar make a match
dengan memanfaatkan sumber belajar search engine mengalami peningkatan
hasil belajar yang sedang (lebih baik dari pada kelas kontrol). Model belajar
make a match memiliki beberapa kelebihan, yaitu meningkatkan aktifitas
belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik, karena unsur permainan
maka belajar menjadi menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari dll. Selain faktor yang ada, terdapat pula
faktor lain yang membuat meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen, yaitu sumber belajar yang hanya berpedoman pada LKS dan
17
informasi dari guru, pada kelas eksperimen ditambahkan dengan mencari
informasi materi secara individu dengan sumber belajar yang baru. Sumber
belajar yang dimaksud adalah search engine, dengan ini siswa dituntut untuk
mencari materi dan mendalami materi secara mandiri yang tentunya topik-
topik bahasan ditentukan oleh guru. Siswa tidak hanya mendengarkan guru
berbicara didepan dan mencari informasi pada LKS melainkan siswa dirubah
pola belajarnya menjadi “student centred” yang semula “teacher centred”.
5. Simpulan
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan
pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
hasil belajar siswa kelas eksperimen model belajar make a match dengan
memanfaatkan aplikasi search engine lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol model belajar konvensional. Hasil belajar siswa yang menggunakan
model belajar make a match memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi 79,55
dibandingkan dengan rata-rata nilai 56,48 tanpa menggunakan model make a
match. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih signifikan
dibandingkan dengan kelas kontrol. Proses pembelajaran yang menarik
tenyata dapat mempengaruhi keaktifan siswa didalam kelas serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini yaitu pembelajaran
yang menarik akan meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas,
meningkatkan pemahaman bermakna bagi siswa sehingga siswa dalam
mengerjakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer secara langsung masih
teringat jelas dan hasil belajar siswa dapat meningkatkan karena proses
pembelajaran yang menarik.
Hambatan penggunaan model make a match dengan memanfaatkan
aplikasi search engine adalah pelaksanaan proses perlakuan kurang leluasa
karena pada saat pencarian pasangan dilakukan didalam Lab TIK.
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, untuk
pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat
bermanfaat dan dapat membantu untuk penelitian selanjutnya yaitu
berdasarkan penelitian ini pada pelajaran TIK yang berbasis teknologi
diharapkan penggunaan kartu-kartu (konsep dan jawaban) pada model belajar
make a match dikemas dalam suatu teknologi yang kreatif dan menarik untuk
siswa dan pada penelitian selanjutnya, diharapkan tidak hanya meningkatkan
hasil belajar yang diteliti namun juga meneliti seberapa efektifitaskah
penggunaan model belajar make a match untuk belajar siswa di kelas.
6. Daftar Pustaka
[1] Ningrum, dwi prasetia, 2013, Keefektifan Model Make A Match Dalam
Belajar Pemahaman Pantun Pada Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri 2
Karangjati Kabupaten Bajarnegara, jurnal pendidikan, 94-95.
[2] Makromah, Umi, 2011, Penerapan Strategi Belajar Kooperatif "Make A
Match" Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
18
Kompetensi Dasar Menyebutkan Tugasmalaikat Siswa Kelas Iv Sdn 2
Karangmalang Kangkung Kendal 2010 / 2011, Jurnal pendidikan.
[3] Ambarwati, Heni, 2012, Penerapan Model belajar Make A Match Dalam
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kristen Satya Wacana
Salatiga, jurnal pendidikan.
[4] Huda, Miftahul, 2011, Cooperative learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[5] Huda, Miftahul, 2011, Cooperative learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[6] Ambarwati, Hennny, 2012, Penerapan Model belajar Make A Match
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kristen Satya
Wacana Salatiga, jurnal pendidikan.
[7] Supraktinya, Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes, Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
[8] Ramadhani, Mawar, 2012, Efektifitas Penggunaan Media Belajar E-
learning Berbasis Web Pada Mata Pelajaran TIK Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan, Jurnal pendidikan, 24-27.
[9] Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK.
[10] Sutikno, 2007, teknologi informasi dan komunikasi, Magelang: Ardana
Media.
[11] Sillivan, Danny, 2013, comScore’s Worldwide Search Figures,
http://searchengineland.com/google-worlds-most-popular-search-engine-
148089. diakses tanggal 19 Mei 2014
[12] Jcom, 2009, Jago internet dari nol hingga mahir, Yogyakarta: Multicom.
[13] Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, 2013:
Kencana Predana Media Group.
[14] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.
[15] Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.
[16] Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.
[17] Sugiyono, 1999, statistik untuik penelitian, Bandung: Alfabeta.
[18] Iskandar, 2008, metodologi penelitian pendidikan dan sosial, Jakarta: GP
Press
[19] Yudikaresa, 2014, daya pembeda,
http://www.scribd.com/doc/82022285/Daya-Pembeda, diakses tanggal 19
Mei 2014.
19
[20] kriteria uji normal
[21] Sisworo, Agus, Pengujian Hipotesisi, Jurnal, Diakses pada 19 Mei 2014.