PENERAPAN METODE KISAH UNTUK...
Transcript of PENERAPAN METODE KISAH UNTUK...
1
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR PAI MATERI AKHLAK TERPUJI
DI RA MUSLIMAT NU KETUNGGENG MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalamIlmu Pendidikan Agama Islam
Oleh:
SRI MAHMUDAH
NIM : 093111302
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Mahmudah
NIM : 093111302
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Mei 2011
Saya yang menyatakan,
Sri Mahmudah
NIM :093111302
iii
KEMENTRIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul : Penerapan Metode Kisah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PAI Materi Akhlak Terpuji di RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama : Sri Mahmudah NIM : 093111302
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, Mei 2011
DEWAN PENGUJI Ketua,
MUFIDAH, M.Pd
Penguji I,
SUGENG RISTIANTO, M.Ag
Sekretaris,
AMIN FARID, M.Ag
Penguji II,
ALIS ASIKIN, M.A
Pembimbing I,
Hj. NUR ASIYAH, M.Si
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, Mei 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo diSemarang Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Penerapan Metode Kisah untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar PAI Materi Akhlak Terpuji di RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama : Sri Mahmudah NIM : 093111302 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing I,
Hj. Nur Asyiah, M.Si NIP :19710926 199803 2 002
v
ABSTRAK
Judul : Penerapan Metode Kisah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PAI Materi Akhlak Terpuji di RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011
Penulis : Sri Mahmudah NIM : 093111302
Skripsi ini membahas penerapan metode kisah untuk meningkatkan prestasi belajar PAI materi akhlak terpuji di RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang.Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan; (1) Bagaimana penerapan metode kisah dalam pembelajaran PAI materi akhlak terpuji di kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang? (2) Apakah metode kisah dapat meningkatkan prestasi belajar PAI materi akhlak terpuji di kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan dengan penelitian tindakan kelas.Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.Subyek penelitian adalah siswa kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang, karena prestasi belajar PAIsiswa kelompok A masih rendah dibandingkan siswa kelompok B, sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkannya. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan wawancara dan observasi.Semua data dianalisis dalam bentuk data kuantitatif.
Kajian ini menunjukkan bahwa:(1) Perhatian anak didik kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang tahun pelajaran 2010/2011 saat proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji pada tahap prasiklus sebanyak 9 siswa dengan tingakt keakfitan 45,45 %, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji perhatian anak didik menjadi sebanyak 15 siswa dengan tingkat keaktifan 60,61 % dan pada siklus II yang dilakukan dengan tetap menerapkan metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji perhatian anak didik menjadi 19 siswa dengan tingkat keaktifan 77,27 %. (2) Setelah digunakan metode kisah dalam proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji, prestasi belajar anak didik kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Prestasi belajar anak didik pada tahap prasiklus nilai rata-rata kelas PAI materi akhlak terpuji sebesar 64,14, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji prestasi belajar anak didik nilai rata-rata kelasnya menjadi 68,41, dan pada siklus II yang tetap menggunakan penerapan metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji prestasi belajar anak didik menjadi 78,64.
vi
MOTTO
ô‰s)s9 šχ% x.’Îû öΝÎηÅÁ |Á s%×οu�ö9 Ïã’Í<'ρT[{ É=≈ t6 ø9 F{$#3$ tΒ tβ% x.$ZVƒ ωtn 2”u�tIø�ムÅ6≈s9 uρt,ƒ ωóÁ s?“ Ï%©!$#t
÷t/ϵ ÷ƒ y‰tƒ Ÿ≅‹ÅÁø�s?uρÈe≅ à2& ó x«“Y‰èδ uρZπ uΗ÷qu‘uρ5Θ öθ s)Ïj9 tβθ ãΖÏΒ ÷σãƒ∩⊇⊇⊇∪
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf 12: 111).
vii
PERSEMHAN
Tiada sesuatupun yang dapat memberikan rasa bahagia melainkan senyum manis
penuh bangga dengan penuh dara bakti, cinta dan kasih saying dan dengan segala
kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini untuk:
• Ayahanda Sumarto dan Ibudan Siti Mukaromah tercinta yang telah mendidik
dan membesarkan serta mencurahkan kasih saying.
• Keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan doa yang tulus.
• Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
• Dan tak lupa pembaca budiman sekalian.
Semoga amal dan baik mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah
Yang Maha Kuasa
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
karunia-Nya serta limpahan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya, shalawat serta
salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Mumammad SAW. Peneliti menyusun
skripsi dengan judul “Penerapan Metode Kisah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PAI Materi Akhlak Terpuji di RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang Tahun
Pelajaran 2010/2011”, yang merupakan salah satu prasyarat untuk memenuhi
sebagian tugas dan syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam
Ilmu Pendidikan Agama Islam.
Pada kesempatan ini peneliti dengan tulus hati mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Suja’i, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta
staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik selama masa
penelitian.
2. Hj. Nur Asyiah, M.Si. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
membimbing penulis selama studi.
3. Siti Fatimah, A.Maselaku Kepala RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelangbeserta guru dan stafnya yang membantu kelancaran selama penelitian.
4. Suamiku tercinta Darmadi, ananda Iga Erlangga yang telah mencurahkan kasih
saying dan dukungannya serta do’a sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi.
5. Bapak dan Ibuku tercinta.
6. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.Akhirnya peneliti
berharap skripsi ini berguna bagi semuanya.
Magelang, Mei 2011 Peneliti Sri Mahmudah
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii PENGESAHAN .................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................ v MOTTO ................................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Penegasan Istilah ......................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ............................................................................ 7 1. Pengertian Metode Kisah ..................................................... 7 2. Tujuan dan Fungsi Metode Kisah ........................................ 8 3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Metode Kisah ................... 10 4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah .......................... 17 5. Pelaksanaan Metode Kisah .................................................. 18 6. Akhak ................................................................................... 19 7. Akhlak Terpuji ..................................................................... 21 8. Kebutuhan Pembinaan Akhlak Bagi Anak .......................... 22 9. Cara Pembelajaran Akhlak Bagi Anak ................................ 24 10. Sarana dan Metode Pendidikan Akhlak ............................... 27
B. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 29
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 30 B. Setting atau Lokasi Penelitian ..................................................... 30 C. Subyek Penelitian ........................................................................ 31 D. Kolaborator ................................................................................. 31 E. Data dan Cara Pengumpulan Data .............................................. 31
x
F. Prosedur Penelitian...................................................................... 33 G. Instrumen Penelitian.................................................................... 37 H. Metode Analisis Data .................................................................. 38 I. Indikator Keberhasilan ................................................................ 39
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 40 1. Prasiklus ............................................................................... 40 2. Siklus I ................................................................................. 41
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ..................................... 41 b. Pelaksanaan Tindakan ................................................... 42 c. Observasi ....................................................................... 44 d. Refleksi ......................................................................... 44
3. Siklus II ................................................................................ 45 a. Perencanaan Tindakan Siklus II .................................... 45 b. Pelaksanaan Tindakan ................................................... 47 c. Observasi ....................................................................... 49 d. Refleksi ......................................................................... 49
B. Pembahasan ................................................................................. 50
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 53 B. Saran ............................................................................................ 53
Daftar Pustaka Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap
manusiamembutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia
berada.Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia
sekarangtidak akan berbeda dengan generasi manusia masa lampau, bahkan
mungkin jugamalah lebih rendah, lebih jelek kualitasnya. Oleh karena itu, dapat
dikatakanbahwa maju-mundurnya atau baik buruknya peradaban masyarakat
suatu bangsaakan ditentukan oleh pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat
tersebut.
Menuntut ilmu dalam agama Islam wajib bagi setiap umat, baik laki-
lakimaupun perempuan, karena pendidikan berusaha membentuk pribadi
berkualitas,baik jasmani maupun rohani.Dengan demikian pendidikan
mempunyai peranstrategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia
berkualitas, tidak sajaberkualitas dalam segi kognitif, afektif, psikomotorik tetapi
juga aspek spiritual.Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar
dalam mengarahkananak didik untuk mengembangkan diri berdasarkan bakat
dan potensinya.Melaluipendidikan, memungkinkan anak menjadi pribadi shalih,
pribadi berkualitassecara skill, kognitif, dan spiritual.
Setiap makhluk Allah yang dilengkapi dengan akal wajib untuk
menuntutilmu apa saja, yang pada intinya semua ilmu itu adalah baik. Hanya
karena ulahmanusialah yang menyebabkan ada golongan ilmu yang tidak
baik.Itu semuatergantung dari manusia sendiri dalam mempergunakannya,
apakah untuk halkebaikan ataupun untuk hal kejahatan.
Perkembangan agama sejak usia dini anak-anak memerlukan dorongan
dan rangsangan sebagaimana pohon memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita-
cita anak perlu ditumbuh kembangkan ke arah yang baik dan terpuji melalui
pendidikan.Cara memberikan pendidikan atau pengajaran agama haruslah sesuai
dengan perkembangan psikologis anak didik.Oleh karena itu, dibutuhkan
2
pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala gerak-geriknya
menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya.1
Tingkat usia kanak-kanak merupakan kesempatan pertama yang sangat
baik bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan
masa depan mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaikya dilaksanakan kepada
anak pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan
memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik
dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan
dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah SWT.
Anak didik pada usia Taman Kanak-kanak masih sangat terbatas
kemampuannya. Pada umur ini kepribadiannya mulai terbentuk dan ia sangat
peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Pendidikan agama
diperlukan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik misalnya membaca doa
tiap kali memulai pekerjaan seperti doa mau makan dan minum, doa naik
kendaraan, doa mau pulang, dan lain-lain yang biasa diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari. Di samping itu memperkenalkan Tuhan yang Maha
Esa secara sederhana, sesuai dengan kemampuannya.2
Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada
anak tentu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal
ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai
berikut: “Anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar
agama mempunyai arti bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara
lebih konkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatik
saja”.3
Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-
muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya.Suatu
kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan
1 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, ( Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001) Cet ke -23,
hlm. 127. 2 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, ( Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001) Cet ke -23,
hlm. 127. 3Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-16, hlm.41.
3
sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
cerita.4
Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang
terbatas dan pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan
alam yang nyata, mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindra,
mereka belum dapat memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan
hukum-hukum umum.
Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah
terpengaruh. Berkenaan dengan pendidikan agama yang akan diberikan dan
ditanamkan ke dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan kondisi
anak di dalam mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Orang tua juga sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan memperhatikan
tahapan-tahapan di dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya.
Menurut Zakiyah Darajat: “Anak pada usia pra-sekolah tertarik kepada
cerita-cerita pendek seperti cerpen yang berkisah tentang peristiwa yang sering
dialaminya atau dekat dengan kehidupannya, terlebih lagi cenderung akan
memilih suatu permainan yang bertujuan mendorong anak untuk tertarik dan
kagum kepada agama Islam”.5
Dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan
penyesuaian diri seorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan
jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan
simbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada di sekitarnya, seperti melalui
kata-kata sanjungan atau pujian. Guru yang mampu memberikan cerita akan
menimbulkan semangat dan pemahaman kepada anak terhadap pelajaran yang
diterima dari cerita tersebut.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode kisah
merupakan salah satu teknik penyampaian yang digunakan dalam proses
pendidikandi Taman Kanak-kanak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dengan teknikyang bervariasi dalam penyampaian materi pelajaran
4 Soekanto, Seni Cerita Islami, (Jakarta: Bumi Mitra Press, 2001) Cet. ke-2, hlm. 9. 5Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama,
1995), Cet.ke-2, hlm. 78.
4
akanmembantu guru dalammelaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu,
metode bercerita adalah salah satupemberian pengalaman belajar bagi anak
Taman Kanak-kanak dengan membawakancerita kepada anak secara lisan.6
Salah satu cara untuk merangsang anak agar tertarik melakukan kegiatan
dengan metode kisah. Penulis mencoba untuk mengetahui lebih jauh tentang
pelaksanaan metode kisah yang diterapkan di RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang melalui penelitian dengan judul “Penerapan Metode Kisah untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Materi Akhlak Terpujidi RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang”.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah untuk menghindari kesalahpahaman pengertian serta
memberi gambaran mengenai ruang lingkup dalam penelitian.
1. Penerapan Metode Kisah
Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan, sedangkan
metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melakukan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan, dan kisah adalah cerita tentang kejadian dalam
kehidupan seseorang; kejadian.7 Metode kisah yang dimaksud adalah cara
guru RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang dalam memberikan
pembelajaran PAI materi akhlak terpuji melalui cerita.
Jadi maksud dari penerapan metode kisah pada penelitian ini
adalahmemberikan pembelajaran PAI materi akhlak terpuji kelompok A RA
Muslimat NU Ketunggeng Magelang dengan menuturkan atau
menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik sehingga dengan cerita
tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Metode kisah
merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan
6 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya,
2004), Cet ke-2, hlm. 157 7http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ (Diakses Tanggal 6 Januari 2011).
5
atau materi pelajaran PAI materi akhlak terpuji yang disesuaikan dengan
kondisi anak didik.
2. Meningkatkan Prestasi Belajar
Meningkatkan berarti menaikkan, sedangkan prestasi belajar berarti
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.8
Meningkatkan prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah menaikkan penguasaan dan nilai mata pelajaran PAI materi akhlak
terpuji peserta didik kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang
ketika menggunakan metode kisah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan metode kisah dalam pembelajaran PAI materi akhlak
terpuji di kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang?
2. Apakah metode kisah dapat meningkatkan prestasi belajar PAI materi
akhlak terpuji di kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode kisah dalam pembelajaran PAI materi
akhlak terpuji di kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang?
2. Untuk mengetahui dapat tidaknya metode kisah dalam meningkatan prestasi
belajar PAI materi akhlak terpuji siswa di kelompok A RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang.
8http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ (Diakses Tanggal 6 Januari 2011).
6
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran PAI, khususnya materi akhlak terpuji di RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang.
2. Pedoman dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalan proses
belajar mengajar di RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang.
3. Peningkatan prestasi belajar terutama pada pembelajaran PAI sehingga
memperkecil kesulitan yang dihadapi oleh guru dan siswa khususnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Metode Kisah
Ketika anak duduk di bangku sekolah dasar tahun pertama atu ketika
duduk di Taman Kanak-kanak, dalam usia tersebut ia masih belum mampu
untuk membaca dan mencerna pelajaran. Maka dalam hal ini, seorang guru
dapat mempresentasikan sebuah kisah (cerita) pada anak didiknya sebagi
ganti dari usahanya agar membuat anak bisa membaca.9
Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode adalah carayang
palingtepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.10Menurut Sukanto
“Kisahadalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-
muridnya, ayah kepadaanak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya.
Suatu kegiatan yang bersifat senikarena erat kaitannya dengan keindahan
dan bersandar kepada kekuatan kata-katayang dipergunakan untuk mencapai
tujuan cerita”.11
Metode kisah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan
di Taman Kanak-kanak.Sebagai suatu metode bercerita mengundang
perhatian anakterhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi
cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Taman Kanak kanak, maka
mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya
dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.12
Menurut Abuddin Nata: “Metode kisah adalah suatu metode yang
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari
sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar
9 Syarif Hade Masyah, dkk, Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah, (Jakarta:
Mustaqiim,), 2003, Edisi Revisi, hlm. 17. 10Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), Cet ke-7, hlm. 9. 11 Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), Cet. ke-2, hlm. 9. 12 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Rineka Cipta: 2004),
hlm.157.
8
terhadap perasaan.Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik
pendidikan”.13
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan
keluarga, sekolah, dan luar sekolah.Kegiatan bercerita harus diusahakan
menjadi pengalaman bagi anak di Taman Kanak-kanak yang bersifat unik
dan menarik yang menggetarkan perasaan anak dan memotivasi anak untuk
mengikuti cerita sampai tuntas.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode kisah adalah menuturkan atau menyampaikan
cerita secara lisan kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat
disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar
mengajar, maka metode kisah merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan
dengan kondisi anak didik.
2. Tujuan dan Fungsi Metode Kisah
a. Tujuan Metode Kisah
Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan metode kisah dalam
pendidikan anak adalah:“menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan
keTuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat
menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga
dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari”.14
Menurut Hapinudin dan Winda Gunarti, tujuan metode kisah
adalah sebagai berikut:
1) Melatih daya tangkap dan daya berpikir
2) Melatih daya konsentrasi
3) Membantu perkembangan fantasi
4) Menciptakan suasana menyenagkan di kelas.15
13 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. ke-4,
hlm. 97 14 Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet. Ke-2, hlm.34 15Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman
Kanak-kanak,(Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996), hlm. 62.
9
Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode kisah adalah sebagai
berikut:
1) Menghibur anak dan menyenakan mereka dengan bercerita yang
baik
2) Membantu pengetahuan siswa secara umum
3) Mengembangkan imajinasi
4) Mendidik akhlak
5) Mengasah rasa.16
Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode
kisah adalah “salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi
pengalaman belajar agar anakmemperoleh penguasaan isi cerita yang
disampaikan lebih baik. Melalui metodekisah maka anak akan
menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatanbercerita.
Penuturan kisah yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati
anakdan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”.17
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk
mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita dari guru,
dengan jelas metode kisah disajikan kepada anak didik bertujuan agar
mereka memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-
Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak-
anakkepada Allah, Rasul dan Al-Qur.an.
b. Fungsi Metode Kisah
Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang
sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan
tersebut. Fungsi metode kisah antara lain:
1) Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik
Melalui metode kisah ini sedikit demi sedikit dapat ditanamkan
hal-hal yang baik kepada anak didik, dapat berupa cerita para
16 Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet.
ke1, hlm. 6. 17 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi
Mahasatya, 2004), Cet ke-2, hlm.170.
10
Rasulatau umat-umat terdahulu yang memiliki kepatuhan dan
keteladanan.Cerita hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pelajaran.
2) Dapat mengembangkan imajinasi anak
Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu
anak didik alam mengembangkan imajinasi mereka.Dengan hasil
imajinasinya diharapkan mereka mampu bertindak seperti tokoh-
tokoh dalam cerita yang disajikan oleh guru.
3) Membangkitkan rasa ingin tahu
Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah kisah
sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya
memahami isi kisah. Isi kisah yang dipahami tentu saja akan
membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan
sikapnya.18
Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga
merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-
sasaran atau target pendidikan. Metode kisah dapat menjadikan suasana
belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan
dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat
dengan mudah diberikan.Menurut Bahroin, metode kisah memiliki
fungsi memahami konsep ajaran Islam secara emosional. Cerita yang
bersumber dari Al-Qur.an dan kisah-kisah keluarga
muslimdiperdengarkan melalui cerita diharapkan anak didik tergerak
hatinya untukmengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya
terdorong untuk beramaldi jalan lurus.19
3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Metode Kisah
a. Aspek-aspek Kisah
Salah satu unsur penting dalam seluruh rangkaian dalam
efektivitas yang ditempuh dalam upaya pembentukan moral anak
18 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Askara, 1999), Cet ke-1, hlm. 61. 19Bahroin S. Mendidik anak Saleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita
danMenyanyi, (Jakarta: t.pn. 1995), Cet-ke-1, hlm. 24.
11
melalui cerita adalah memilih tema cerita yang baik untuk disampaikan
kepada anak.Tema-tema yang terdapat di dalam cerita banyak dikenal
oleh masyarakat dan tidak semuanya baik untuk diceritakan kepada
anak-anak.Dan untuk dewasa ini sudah banyak cerita yang
diterbitkan.Di antara yang banyak itu pilih cerita yang baik dan
berguna.Banyak tema cerita yang diterbitkan yang tidak memiliki
pendidikan dan moral.Kisah-kisah yang ditulis hanya untuk
merangsang emosi-emosi yang rendah.Tema cerita seperti ini, bukanlah
patut disisikan dalam memilih tema.Secara teoritis ada beberapa aspek
yang harus dipertimbangkan dalam memilih tema cerita. Aspek-aspek
tersebut di antaranya adalah
1) Aspek Religius (Agama)
Dalam memilih tema cerita yang baik, aspek agama ini
tidak dapat diabaikan mengingat tema cerita yang dipilih
merupakan sarana pembentukan moral. Jika aspek agama ini
kurang diperhatikan keberadaanya, maka dikhawatirkan anak akan
memperoleh informasi-informasi yang temanya tidak baik, bahkan
ada kemungkinan cerita yang demikian dapat merusak moral anak
yang sudah baik.
Bagi kalangan keluarga muslim tema cerita yang dipilih
tidak hanya karena gaya ceritanya saja, melainkan harus sarat
dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kini upaya menenggelamkan
pengaruh cerita yang temanya tidak baik dan dapat merusak aqidah
dan akhlak anak.20
2) Aspek Pedagogis (Pendidikan).
Pertimbangan aspek pendidikan dalam memilih tema cerita
juga penting, sehingga dari tema cerita diperoleh dua keuntungan,
yaitu menghibur dan mendidik anak dalam waktu yang
bersamaan.Disinilah letak peran pencerita untuk dapat memilih
tema cerita dan menyampaikan pesan-pesan didaktis dalam
20 J. Abdullah, Memilih Dongeng Islami Pada Anak, (Jakarta : Amanah, 1997), hlm.2
12
cerita.Unsur mendidik, baik secara langsung ataupun tidak
langsung terimplisit dalam temadongeng.21
3) Aspek Psikologis
Mempertimbangkan aspek psikologis dalam memilih tema
cerita sangatmembantu perkembangan jiwa anak.Mengingat anak
adalah manusia yang sedangberkembang.Maka secara kejiwaan
tema ceritapun disesuaikan dengan kemampuanberfikir, kestabilan
emosi, kemampuan berbahasa serta tahap
perkembanganpengetahuan anak dalam mengahayati cerita
tersebut.Cerita yang baik dapatmempengaruhi perkembangan anak.
b. Teknik-teknik Berkisah
Suatu kisah sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka
kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan
setelah guru selesai bercerita. Cerita akan lebih bermanfaat jika
dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuahan anak.22
Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara
lain dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari
buku, gambar, menggunakan papan flanel, menggunakan boneka,
bermain peran dalam suatu cerita.
1) Membaca Langsung Dari Buku Cerita
Teknik bercerita dengan membacakan langsung itu sangat
bagus bila guru mempunyai puisi atau prosa itu di bacakan kepada
anak TK. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama
ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat
ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan perbuatan ini
benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu,
kejadian itu menarik, dan sebagainya.
21Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Cet.ke-1, hlm.
35 22 Achmad Hidayat dan Arief Imron, Paduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak, (Jakarta:
Insida Lantabora, 2004), Cet ke-1, hlm. 35.
13
2) Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku
Bila cerita yang disampaikan kepada anak TK selalu
panjanng dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari
buku yang dapat menarik perhatian anak,maka teknik bercerita ini
akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi
gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar
dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku
bergambar.Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan
baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan.Penggunaan
ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas
pesan-pesan yang dituturkan, dan untuk mengikat perhatian anak
pada jalannya cerita.
3) Menceritakan Dongeng
Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling
lama. Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya
dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat
dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada
anak.Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari
kehidupan anak.Banyak buku-buku dongeng yang bagus dapat
dibeli di pasaran, tetapi guru TK yang kreatif dapat mencipta
dongeng dari negara Antah Beratah yang sarat dengan nilai-nilai
kebajikan.
4) Bercerita Dengan Menggunakan Papan Flanel
Guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas
papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna
abu-abu. Gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam
ceritanya digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis
dengan kertas goso yang paling halus untuk menempelkan pada
papan flanel supaya dapat melekat.Gambar foto-foto itu dapat
dibeli di pasaran atau dikreasi oleh guru, sesuai dengan tema dan
pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui bercerita.
14
5) Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka
Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan
tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu
terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, nenek,
kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka
yang dibuat itu masing-masing menjukkan perwatakan pemegang
peran tertentu.Misalnya, ayah yang penyabar, ibu yang cerewet,
anak laki-laki yang pemberani, anak perempuan yang manja, dan
sebagainya.
6) Dramatisasi Suatu Cerita
Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh
dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik
yang bersifat universal. Cerita anak-anak yang disukai seperti
Timun Mas, si Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya.
7) Bercerita Sambil Memainkan Jari-jari Tangan
Bercerita sambil memainkan jari tangan seperti dengan
menggunakan sepuluh jari tangan, tangan tersembunyi,
mengatupkan jari tangan yang satu dengan yang lain, mengangkat
jari tangan, menurunkan jari tangan, menyilangkan jari tangan dan
lain-lain.23
Adapun teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode
bercerita tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bercerita dengan alat peraga
Dalam melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk
memberikan kepada anak didik suatu tanggapan yang tepat
mengenai hal-hal yang didengar dalam suatucerita :
a) Bercerita dengan alat peraga langsung
23 Moeslichatoen R. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak(Jakarta: Rieneka Cipta),2004,
hlm. 157-166
15
Alat peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis
hewan atau bendabendayang sebenarnya bukan tiruan atau
berupa gambar-gambar. Penggunaan alatperaga langsung
untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang
tepatmengenai hal-hal yang didengar dalam cerita..Dalam
bentuk cerita ini guru sebaiknyamenggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih
dahulu pada anak didik.
(2) Guru menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab
dengan mengenalkan objek yang akan diceritakan.
(3) Alat peraga kemudian disimpan sebelum guru bercerita
dan mengatur posisi duduk anak didik.
b) Bercerita dengan gambar
Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan
tahap perkembangan anak, isinya menarik, mudah dimengerti
dan membawa pesan, baik dalam hal pembentukan prilaku
positif maupun pengembangan kemampuan dasar. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam bercerita dengan gambar
adalah:
(1) Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil.
(2) Guru memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus
terlihat
(3) Gambar-gambar yang digunakan harus menarik.
(4) Gambar yang ditutup setiap kali guru memulai kembali.24
c) Bercerita dengan menggunakan buku cerita
Bercerita dengan buku dilakukan dengan membacakan
cerita dari sebuah buku cerita bergambar.Dalam buku cerita
bergambar biasanya terdapat tulisan kalimat-kalimat pendek
yang menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan
24 Eddy Supriadi, Srategi Belajar Mengajar, (Jakarta: LPGTK Tadika Puri, 2003), hlm. 13.
16
membacakan cerita ini dilakukan karena kebanyakan anak usia
pra-sekolah gemar akan cerita yang dibacakan oleh guru atau
orang dewasa lainya. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh
guru dalam membacakan cerita, seperti :
(1) Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dilihat
semua anak.
(2) Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan
gerakan-gerakan seperti bercerita tanpa alat peraga,
intonasi dan nada serta mimik gurulah yang berperan di
samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku
untuk membantu fantasi anak.
2) Bercerita tanpa alat peraga
Kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak dapat
dilaksanakan denganmenggunakan metode jika tidak ada alat
peraga yang kongkrit. Dalam kegiatanbercerita yang berperan
adalah guru dengan cara bercerita melalui ekspresi yangtepat.
Dalam menggunakan metode ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Guru harus menunjukan mimik muka, gerakan-gerakan tangan
dan kaki sertasuara sebagai pencerminan dan penghayatan
secara sungguh-sungguhterhadap isi dan alur cerita.
b) Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas,
komunikasi danmudah dimengerti anak.
c) Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak dan guru.
d) Selama bercerita hindari teguran pada anak.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik
yang dipergunakan guru dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk
cerita yang akan disajikan. Cerita yang membekas pada diri anak akan
sangat berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya. Sebagaimana
Mahmud Yunus mengemukakan bahwa “Pengaruh cerita lebih besar
17
dari pada memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau
menyuruh dan melarang kepada anak didik.”25
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah
Dalam proses belajar mengajar, cerita merupakan salah satu metode
yang terbaik. Dengan adanya metode bercerita diharapkan mampu
menyentu jiwa jika didasari dengan ketulusan hati yang mendalam. Metode
bercerita ini diisyaratkan dalam Al-Qur.an:
ßøtwΥ �È à)tΡy7 ø‹ n=tãz |¡ôm r& ÄÈ |Ás)ø9 $# !$ yϑÎ/!$ uΖø‹ ym ÷ρr&y7 ø‹ s9Î)# x‹≈yδ tβ#u ö�à)ø9 $#βÎ)uρ|MΨà2ÏΒ
Ï& Î#ö7s%z Ïϑs9 š Î=Ï�≈ tóø9 $#∩⊂∪
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum
(kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.” (QS. Yusuf 12: 3)
¨βÎ)# x‹≈yδ uθ ßγ s9 ßÈ|Á s)ø9 $# ‘,ys ø9 $#4$ tΒ uρôÏΒ >µ≈s9 Î)āω Î)ª!$#4āχ Î)uρ©!$#uθ ßγ s9 Ⓝ Í“yè ø9 $#ÞΟŠÅ3ys ø9 $#∩∉⊄∪
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran 3: 62)
a. Kelebihan Metode Kisah
1) Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak
didik. Karena anak didik akan senatiasa merenungkan makna dan
mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh
oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
2) Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu
kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita.
3) Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti
peristiwanya dan merenungkan maknanya.
25Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1983),
Cet. Ke-11, hlm. 19-24.
18
4) Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela,
senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan
cerita.26
5) Dapat menumbuh kembangkan gaya bicara (ta’biir) yang baik.
Apabila dibumbui dengan cerita akan dapat meningkatkan daya
hafalannya, dimana di dalamnya terdapat penggambaran hidup
yang baru, lebih-lebih ditambah nilai seni dalam pembawaannya,
sehingga seorang pendengar merasa menikmati dan
menghayatinya.27
b. Kekurangan Metode Kisah
1) Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah
terakumulasi oleh masalah lain.
2) Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik.
3) Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang
dimaksud sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.28
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan
penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis
terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau bersifat fiktif semata. Metode
bercerita ini dalam pendidikan agama menggunakan pradigma Al-Qur.an
dan Hadits Nabi Muhammad, sehingga memiliki substansi cerita yang valid
tanpa diragukan lagi keabsahannya.
5. Pelaksanaan Metode Kisah
Sesuai dengan tema dan tujuan langkah pelaksanaan dalam bercerita
yaitu:
a. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan anak.
b. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan intonasi yang
jelas.
26 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
Cet. Ke-1, hlm.159-162. 27 Syarif Hade Masyah, Dkk, Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah, (Jakarta:
Mustaqiim), 2003, Edisi Revisi, hlm. 17. 28 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
Cet. Ke-1, hlm. 163.
19
c. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman
anak sesuai dengan tema cerita.
d. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan
menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan
perasaan anak.
e. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan isi cerita.29
6. Akhlak
Dalam masyarakat Barat kata akhlak sering diidentikkan
denganetika.Akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku, perangai atau
tabiatsedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan
tentangbaik dan buruk, mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan
akhirdari usaha dan pekerjaan.30
Dari sudut kebiasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim
masdar (bentuk infenitif) dari kata “akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
sesuaidengan timbangan (wazan) tsulasi mazid af’ala, yuf’ilu if’alan yang
berartial-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (Kelakuan, tabi’at, watak asar) al-
‘adat(kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din
(agama).31
Dalam segi istilah (terminologi) khulq (budi pekerti) atau akhlak
ialahsuatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan
menjadikepribadian hingga dari sana timbullah berbagai macam perbuatan
dengancara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukanpemikiran.32
Imam Ghazali telah mengungkapkan dalam kitabnya “Ihya’
Ulumiddin” sebagaimana dikutip oleh Husaeri yaitu: “Al-Khulq ialah sifat
atau suatu keadaan yang tertanamdalam hati atau jiwa yang menimbulkan
29 Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004), Cet ke-2, hlm. 179. 30Abuddin Nata, Akhlak Tasauf, (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2000), Cet. III, hlm.10 31Abuddin Nata, Akhlak Tasauf, (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2000), Cet. III, hlm. 1. 32Asmaran A. S, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), cet. II,
hlm. 3
20
bermacam-macam perilaku atauperbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbanganterlebih dahulu”.33
Ulama’ Akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan
sifat para nabi dan orang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk
merupakan sifat syetan dan orang-orang yang tercela.34
Dan pada dasarnya akhlak itu ada dua jenis:
a. Akhlak baik atau terpuji (al-akhlaqul mahmudah); yaitu perbuatan baik
terhadap Tuhan (misalnya bertaubat, bersabar, bersyukur, bertawakkal,
ikhlas, takut berbuat dosa). Dan berbuat baik terhadap sesama manusia
(misalnya punya rasa belas kasihan dan saying, adanya rasa
persaudaraan, saling memberi nasihat, tolong-menolong, menahan
amarah, sopan santun dan saling memaafkan).
Usaha mendidik dan membiasakan kebajikan sangat dianjurkan,
bahkan diperintahkan dalam agama, walaupun mungkin tadinya kurang
rasa tertarik, tetapi apabila terus menerus dibiasakan, maka kebiasaan
ini akan mempengaruhi sikap batinnya juga. Oleh karena itu kebiasaan-
kebiasaan berbuat baik seharusnya harus dibiasakan sejak kecil,
terutama dalam menanamkan akidah dan keimanan.
b. Akhlak buruk atau tercela (Al-akhlakul Madzmuumah); yaitu perbuatan
buruk terhadap Tuhan (misalnya takabbur, musyrik, murtad, munafik,
riya’, boros dengan berfoya-foya, rakus atau tamak). Dan kedua
perbuatan buruk terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya
(misalnya mudah marah atau ghadab, iri, hati atau dengki, an-Namimah
atau mengadu-adu, mengumpat, bersikap, congkak, kikir atau bakhil,
berbuat aniaya).35
7. Akhlak Terpuji
33Abdulloh Husaeri.(Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur.An (Kajian Tafsir Surat Al-
Hujurat Ayat 11-13)), Jurusan Pendidikan Agama IslamFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN), Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
34Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf. (Kalam Mulia: Jakarta), 1991, hlm 9. 35Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf. (Kalam Mulia: Jakarta), 1991, hlm 16.
21
Akhlaq terpuji merupakan salah satu tanda bagi kesempurnaan iman
seseorang. Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddinseperti yang dikutip
oleh Zainuddin dan Jamharibagian rubu’ munjiyat menerangkan bahwa
gejala-gejala hati yang sehat merupakan cermin dari akhlaq terpuji
diantaranya:36
a. Takut dan berharap kepada Allah
Takut maksudnya bahwa segala perbuatan manusia itu nantinya
akan dimintai pertanggungjawabannya, maka dengan pengetahuan
itulah seseorang takut kepada Allah, bukan berarti menjauh tetapi
sebaliknya, harus berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
b. Taubat dan Nadam
Yaitu kembali ke jalan kebenaran atas dosa-dosa yang telah
dilaksanakan dan menyesali atas segala dosa-dosanya itu.
Ada beberapa syarat bagi orang yang bertaubat:
1) Menghentikan perbuatan maksiat.
2) Menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan.
3) Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi
4) Jika bersalah pada orang lain, maka harus minta maaf terlebih
dahulu kepada yang bersangkutan.
5) Memperbanyak amal kebaikan.37
c. Sabar dan syukur
Sabar yaitu tabah dalam menghadapi segala sesuatu dari Allah.
Sabar ada 3 macam:
1) Sabar karena taat kepada Allah yaitu sabar dalam melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan meningkatkan
takwa.
2) Sabar karena maksiat yaitu bersabar diri untuk tidak melakukan
perbuatan yang dilarang agama (sabar menahan hawa nafsu)
36 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlaq, (Bandung: CV. Pustaka Setia), 1998, hlm. 64. 37Mazan Alfat,dkk.,Aqidah Akhlak, (Semarang: Toha Putra, 1994), hlm. 74.
22
3) Sabar karena musibah yaitu sabar tatkala ditimpa kemalangan dan
ujian, serta cobaan dari Allah.
Sedangkan syukur adalah mengakui kebaikan terhadap apa yang
terjadi atau diterima seseorang.Syukur terdiri atas 3 perkara:
1) Ilmu
2) Keadaan
3) Amal
8. Kebutuhan Pembinaan Akhlak Bagi Anak
Begitu pentingnya pengawasan akan perkembangan anak serta
menanamkan kebiasaan yang baik guna mencapai akhlak mulia anak.
Penanaman akhlak sangat dipentingkan dalam pendidikan akhlak, sifat malu
yang kelihatan pada anak merupakan langkah pertama menuju ke arah
kesempurnaan dan berfikir.
Pada masa sekarang, ketika sisi material telah mengalahkan sisi
spiritual, para pendidik dan pembina Barat terpaksa harus membahas dan
memperbincangkan masalah pembinaan akhlak, dan mereka dengan tegas
menyatakan bahwa pendidikan dan pembinaan minus spiritual moral sama
sekali tidak akan mendatangkan hasil. Bahkan Negara Islam yang ada
diberbagai belahan bumi, sekarang memiliki kondisi yang mirip dengan
kondisi dunia Barat, mereka juga sangat membutuhkan adanya pembinaan
akhlak.
Dalam Islam pembinaan akhlak memiliki posisi dan kedudukan
tinggi dan mulia. Oleh karena itu para cendekiawan muslim senantiasa
menyertakan pendidikan agama dengan pendidikan akhlak. Dengan
demikian tugas terpenting bagi seorang guru atau pendidik terhadap anak
adalah senantiasa menasehati dan membina akhlak mereka, serta
membimbing agar tujuan utama mereka dalam menuntut ilmu adalah
mendekatkan diri kepada Allah.Sebagaimana shalat tidak sah tanpa adanya
kesucian dari hadas (najis spiritual) dan khabas (najis material), maka
ibadah hati (menuntut ilmu dan pengetahuan) juga tidak dapat dibenarkan
melainkan setelah penyucian jiwadari berbagai akhlak dan sifat tercela.Ilmu
23
itu sendiri tidak didapatkan dengan banyak membaca dan mengkaji, namun
ilmu merupakan cahaya yang dipancarkan Allah ke dalam hati.Jadi,
pendidikan akhlak merupakan hal yang memiliki kedudukan sangat tinggi
dan sangat penting dalam pendidikan dan pembinaan Islam.Hal ini sesuai
dengan tujuan Rasul sebagai guru dan pendidik manusia yang amat agung
dan mulia yakni untuk mendidik dan membina akhlak manusia
(menyempurnakan akhlak manusia).38
Syarat pertama dalam mengubah dan membina akhlak anak adalah
ketika ia masih dalam usia kanak-kanak. Sebab, anak yang masih kecil
dapat dengan mudah mematuhi dan menjalankan perintah orang tua dan
para pembinanya. Pada usia ini, anak belum memiliki kebiasaan untuk
menentang dan melanggar perintah. Dan juga masih belum memiliki
keinginan yang kuat untuk menentang dan melanggar.
Oleh karena itu, jika seorang anak, ketika dimasa kanak-kanak telah
terbiasa dengan suatu perkara yang baik ataupun buruk maka kebiasaan ini
tidak akan mudah dihilangkan. Jika dimasa kanak-kanaknya seorang anak
memiliki kebiasaan yang baik dan terpuji, maka kebiasaan ini akan
senantiasa melekat pada dirinya bahkan akan senantiasa bertambah kuat.
Dan jika kita membiarkan begitu saja anak pada masa ini kita biasakan ia
hidup tanpa aturan dan tata tertib dimana hal semacam ini tidak diinginkan
oleh fitrahnya lalu kita mulai semacam ini tidak diinginkan oleh fitrahnya
lalu kita mulai pembinaan dan penyucian, setelah kebiasaan tersebut
melekat kuat dalamdirinya, maka para pendidik dan pembina akan
mengalami kesulitan untuk mengubah kebiasaan ini menjadi kebiasaan lain.
Sebab, sebagian besar manusia senantiasa terkenang dan cenderung
mengulangi kebiasaan buruk yang pernah mereka lakukan pada masa kanak-
kanaknya.39
38 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,(Pustaka Pelajar: Jogjakarta), 2005, hlm
287-289. 39Muhammad Baqir Hujjati, Mendidik Anak sejak Kandungan. (Cahaya: Jakarta), 2008, hlm
243-245
24
Dari keterangan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk
membiasakan seseorang dengan akhlak dan kepribadian terpuji, maka itu
harus dilakukan melalui pendidikan, pembinaan, doktrin.Salah satu
kesalahan besar adalah sebagian orang yang mengatakan bahwa anak-anak
harus dibiarkan begitu saja, sehingga mereka bebas dan tidak terikat oleh
apapun, mereka harus dididik dan dibina berdasarkan dan kemerdekaan.
9. Cara Pembelajaran Akhlak Bagi Anak
Cara mengajarkan akhlak dapat dilakukan dengan taqdim al takhalli
dan al-akhlaq al-mazmumah suma tahalli bi al-akhlaq al-mahmudah, yakni
membawakan ajaran moral atau al-akhlaq al-mahmudah adalah jalan
takhalli(mengosongkan atau meninggalkan) al-akhlaq al-mazmumah
(akhlak tercela), kemudian tahalli (mengisi atau melaksanakan) al-akhlaq
al-mahmudah (akhlaq yang terpuji).Akhlak yang tercela antara lain hasad,
mengambil harta orang lain, batil, makan riba, makan harta anak yatim.Al-
akhlak al-mazmumah yang lain adalah khianat, tidak menyampaikan
amanat, su’uzan. Dalam membawakan ajaran moral itu dapat dilakukan juga
dengan memberikan nasehat dan berdo’a: bismillah al-rahman al-rahim al-
hamdu lillahi al-lazi hadana ila makarim akhlaq. Dalam pengajaran akhlak
itu haruslah menjadikan iman sebagai fondasi dan sumbernya.Iman itu
sebagai nikmat besar yang menjadikan manusia bisa meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat.40
Adapun cara mensyukurinya adalah dengan melaksanakan amal
shalih (al-akhlaq al-mahmudah) dan meninggalkan maksiat. Landasan
pokok dari akhlak Islam ada Iman, yaitu Iman kepada Allah, sehingga
memiliki moral force (kekuatan moral) yang sangat kuat.Iman inilah
merupakan batu fondasi bagi berdirinya bangunan akhlak Islam. Dapat
dikatakan bahwa cara yang ditempuh dalam membawakan ajaran-ajaran
akhlak adalah sebagai berikut:41
40 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,(Pustaka Pelajar: Jogjakarta), 2005, hlm
251-252. 41 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,(Pustaka Pelajar: Jogjakarta), 2005, hlm
258-265.
25
a. Dengan cara langsung
Nabi Muhammad SAW itu sebagai muallim al-nas al-khair
yakni sebagai guru yang terbaik.Oleh karena itu dalam menyampaikan
materi ajaran-ajarannya dibidang akhlak secara langsung dapat dengan
menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist tentang akhlak dari
Nabi Muhammad. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis tentang
akhlak cara langsungitu ditempuh oleh Islam untuk membawakan
ajaran-ajaran akhlaknya. Maka wajib atas tiap makhluk mengikuti
perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Nabi Muhammad telah banyak memberikan contoh tentang
moral atau akhlak. Berdusta misalnya adalah perbuatan yang amat
dibenci oleh nabi Muhammad, sedangkan kejujuran adalah norma yang
sangat dihargai, sehingga beliau mengatakan bahwa kejujuran itu pintu
gerbang masuksurga (dapat membawa seseorang ke jalan surga) dan
kedustaan pintu gerbang masuk neraka.
b. Dengan Cara Tidak Langsung
Dalam menyampaikan ajaran-ajaran akhlaknya, juga dapat
menggunakan cara yang tidak langsung yaitu:
1) Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak
Anak suka mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah
yang diberikan oleh orang tuanya. Kisah-kisah yang banyak
mengandung nilai-nilai akhlak banyak dikemukakan dalam ajaran
Islam antara lain kisah Nabi-nabi dan ummat mereka masing-
masing, kisah yang terjadi di kalangan Bani Israil, kisah pemuda-
pemuda penghuni gua (ashabul kahfi), kisah perjalanan Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad dan lain-lain. Hikmah dari Isra’ Mi’raj yaitu
adanya perintah shalat lima lima puluh kali menjadi lima kali
sehari. Kisah, mempunyai kedudukan dan peranan yang besar
dalam mempengaruhi kehidupan manusia.
Sejak zaman dahulu, tiap bangsa dimuka bumi ini
mempunyai kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai moral yang
26
dipakai untuk mendidik anak cucu atau generasi mudanya.Karena
sangat pentingnya kedudukan kisah dalam kehidupan manusia,
agama Islam memakai kisah-kisah untuk secara tidak langsung
membawakan ajaran-ajarannya dibidang akhlak, keimanan dan
lain-lain. Kisah-kisah itu mendapat tempat yang tidak sedikit dari
seluruh ayat-ayat Al-qur’an bahkan ada surat Al-qur’an
yangdikhususkan untuk kisah-kisah semata-mata, seperti surat
Yusuf, Al-Anbiya’, Al-Qashas dan Nuh.
2) Kebiasaan atau latihan-latihan peribadatan
Peribadatan seperti shalat, puasa, zakat, haji perlu
dibiasakan atau diadakan latihan. Apabila latihan-latihan
peribadatan ini betul-betul dikerjakan dan ditaati, akan lahirlah
akhlak Islam pada diri orang yang mengerjakannya sehingga orang
itu menjadi orang Islam yang berbudi luhur. Contoh, ibadah shalat,
tampaknya shalat adalah cara paling efektif untuk membawa
manusia kepada Allah yang luhur. Dengan shalat manusia
berhadapan langsung dengan Allah, dan berdialog secara langsung
kepada Allah. Ketika itu ia melakukan hal seperti, memuji-muji
Tuhan, berserah diri kepada Tuhan, memohon perlindungan dari
godaan syetan, memohon ampunan, memohon petunjuk kepada
jalan yang benar dan dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan yang
tidak baik.
Karena shalat lima waktu itu menjadi tiang agama Islam
yang diumpamakan sebagai kepala dalam satu badan. Telah
diperintahkan oleh Allah didalam ayat-ayat Al-qur’an agar
melakukan shalat, sebgaimana hadist Nabi Muhammad yang
artinya” Shalat lima waktu itu adalah tiang agama, barangsiapa
mendirikan shalat maka ia berarti mendirikan agama dan barang
siapa meninggalkan shalat ia berarti merobohkan agama. Shalat ini
wajib dikerjakan lima kali dalam sehari semalam. Kalau orang
membiasakan atau melatih diri lima kali sehari semalam dengan
27
sadar memohon kesucian dirinya dan ia memang berusaha kearah
yangdemikian, tentulah pribadinya akan suci bersih dan ia akan
akan dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dengan
kebiasaan dan latihan-latihan ibadah semacam inilah, pribadi
muslim terus terbina, sehingga menjadi manusia muslim yang
tangguh, tahan uji dan berakhlak mulia.42
10. Sarana dan Metode Pendidikan Akhlak
Ada 3 sarana dan metode dalam pendidikan akhlak yaitu:
a. Bermain
Bermain bagi orang dewasa mungkin hanya untuk sekedar
mengisi waktu luang saja. Akan tetapi lain halnya dengan anak-anak,
bermain bagi mereka adalah satu kegiatan yang penting. Ketika dirinya
tenggelam dalam permainannya, pada saat itu sedang terjadi perpaduan
antara beberapa proses; proses berfikir, gerak tubuh, bersosialisasi,
menggunakan emosinya, yang seluruhnya menjadi satu proses yang
integral. Karenanya bermain bisa menjadi sarana, sekaligus metode
yang paling jitu dalam pendidikan akhlak.
Semakin kita bisa mencari permainan yang bermanfaat dan
menarik untuk anak maka kesempatan kita untuk menanamkan akhlak
pada dirinya semakin besar.Baik itu permainan yang bersifat individu
maupun kelompok, mainan yang dibeli ataupun yang kita buat sendiri
bersama anak.
Diantara permainan yang bermanfaat bagi anak contohnya
adalah sepak bola. Sepak bola bisa mengajarkan kepada anak
pentingnya arti tolong-menolong dan bekerja sama. Anak juga
mengetahui bahwa kemenangan tidakhanya bisa diraih dengan
mencetak gol saja, tetapi juga memerlukan pertahanan yang kuat,
penjaga gawang yang cekatan, dan operan bola yang cepat diantara para
pemain. Kemenangan tidak hanya ditentukan oleh seorang pemain yang
42 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,(Pustaka Pelajar: Jogjakarta), 2005, hlm
258-265.
28
jagoan karena jika ia bermain hanya sendirian, tidak mungkin ia akan
memenangkan pertandingan.
Sepak bola juga menanamkan akhlak mengutamakan
kepentingan orang lain, yaitu ketika terjadinya pergantian pemain, si
anak harus keluar, dan membiarkan teman yang lain untuk bermain.
Atau ketika ia harus mengoper bola kepada temannya agar bisa
mencetak gol. Sepak bola juga mengajarkan kesabaran ketika ia harus
menahan marah saat wasit mengeluarkan keputusan yang tidak adil,
atau saat dicelakai lawan.
b. Cerita dan kisah
Membacakan cerita memiliki peran besar dalam menarik
perhatian anak dan kesadaran otaknya, karena didalam cerita ada
kesenangan sehingga cerita bisa menjadi salah satu media sekaligus
metode yang penting bagi pendidikan akhlak.Baik itu yang berbentuk
buku, kaset ataupun film.Semua itu bisa dijadikan sarana untuk
menanamkan akhlak mulia bagi anak.
Para ahli psikologi anak sering menganjurkan para ibu untuk
bercerita sebelum tidur kepada anak.Karena bercerita sebelum tidur
membuat ingatan anak menjadi kuat, cerita tersebut terekam kuat dalam
memorinya, dan tertanam disana saat anak sedang tidur.
Pernyataan ini semakin membuktikan bahwa membacakan cerita
bisa dijadikan sarana dan metode dalam pendidikan akhlak.
Satu hal yang harus diperhatikan, yaitu dalam memilih cerita
yang tepat yang sesuai dengan usia anak, dan waktu saat
diceritakannya. Tinggalkan cerita-cerita yang tidak mengandung
manfaat.Buku cerita bergambar sangat berpengaruh pada jiwa anak,
bahkan lebih berpengaruh dari pada buku cerita tanpa gambar.Begitu
29
juga dengan fabel (cerita tentang hewan yang bisa berbicara) lebih
disenangi anak-anak.43
c. Lagu-lagu dan nyanyian
Sudah menjadi fitrah anak-anak, senang mendengarkan suara-
suara yang indah dan nyanyian-nyanyian yang manis. Karena itu
membuat anak senang, dan bahagia sekaligus juga mengembangkan
potensi bakat seni dan sastra yang ada pada diri mereka.
Selain lagu-lagu penting untuk anak-anak, lagu-lagu pun penting
untuk para pendidik sebagai media, dan metode untuk menanamkan
akhlak yang baik pada anak. Misalnya dengan cara memutarkan kaset
lagu anak-anak, atau menyuruhnya menghafalkan lagu-lagu anak yang
disenanginya, dan sering menyanyikannya.44
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah penerapan metode kisah dapat
meningkatkan prestasi belajar PAI materi akhlak terpuji di kelompok A RA
Muslimat NU Ketunggeng Magelang.
43Mahmud Al-Khal’awi, Muhammad Said Mursi, Mendidik Anak dengan Cerdas; Panduan
bagi Orang Tua dan para Pendidik dalam membentuk Pribadi dan Akhlak Anak.(Insan Kamil: Solo), 2007 hlm. 214-215.
44Mahmud Al-Khal’awi, Muhammad Said Mursi, Mendidik Anak dengan Cerdas; Panduan bagi Orang Tua dan para Pendidik dalam membentuk Pribadi dan Akhlak Anak.(Insan Kamil: Solo), 2007 hlm. 238.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses
yang memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berpikir reflektif,
diskusi, penentuan keputusan dan tindakan orang-orang biasa yang berpartisipasi
dalam penelitian untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam
kegiatannya.45
Menurut Ebbut sebagaimana dikutip oleh Wiriatmadja, Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan
praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan
tersebut.46
B. Setting atau Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang
didasarkan atas:
1. RA Muslimat NU Ketunggeng merupakan salah satu pendidikan pra sekolah
yang sangat memperhatikan perkembangan pengetahuan agama pada
peserta didiknya.
2. Penanaman nilai keagamaan khususnya akhlak terpuji pada peserta didik
merupakan salah satu pengembangan kurikulum di RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang.
3. Peneliti ingin mengetahui bagaimana RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang menerapkan metode untuk menanamkan akhlak terpuji terhadap
anak didik.
45 Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005), h. 142 46 Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),
hlm. 12
31
C. Subyek Penelitian
RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok A dan kelompok B. Yang menjadi subyek dalam penelitian adalah
semua siswa kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang.Peneliti
memilih siswa kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang, karena
prestasi belajar PAIsiswa kelompok A masih rendah dibandingkan siswa
kelompok B, sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkannya.
D. Kolaborator
Kolabolator adalah suatu kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait
seperti atasa, sejawat, atau kolega. Kolabolator ini diharapkan dapat dijadikan
sumber data, karena pada hakekatnya kedudukan peneliti pada penelitian
tindakan kelas ini merupakan bagian dari situasi dan kondisi daru suatu latar
yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga terlibat
langsung dalam proses situasi dan kondisi.47 Kerja sama ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan kontribusi yang baik sehingga dapat tercapai tujuan
dari penelitian ini. Yang menjadi kolaborator di sini adalah guru di RA Muslimat
NU Ketunggeng Magelang.
E. Data dan Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, antara lain:
1. Metode Observasi
Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.48Metode observasi diartikan
47Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Penelitian
Tindakan Kelas, (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003), hlm. 13. 48 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 203.
32
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada obyek penelitian.49
Dalam kegiatan ini yang diobservasi secara langsung adalah kegiatan
tindakan penerapan metode kisah dalam pembelajaran PAI materi akhlak
terpuji di kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang, dengan
berdasarkan pedoman lembar observasi siswa.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit.50Metode ini digunakan untuk merefleksi setiap tindakan yang telah
dilakukan peneliti dengan melakukan diskusi dengan kolabolator tentang
kekurangan dan perbaikan terhadap tindakan yang dilakukan.
3. Metode Tes
Metode tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.51Metode ini
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelompok A RA Muslimat
NU Ketunggeng Magelang pada pembelajaran PAI materi akhlak terpuji.
4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.52Metode ini digunakan untuk
memperoleh data yang terkait dengan penerapan metode kisah dalam
pembelajaran PAI materi akhlak terpuji di kelompok A RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang seperti RPP, data siswa, nilai siswa, nilai keaktifan
siswa dan lain-lain.
49 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. 4, hlm.
158. 50Sugiono, op, cit, hlm. 194 51 S. Margono, op. cit., hlm. 170 52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet, 13, h. 206
33
F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dipiling dengan menggunakan spiral dari
Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya
“Penelitian Tindakan Kelas” yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan pada
siklus sebelumnya.Dalam setiap siklusnya terdiri dari empat elemen penting,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart53
Dst.
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran. Media yang
digunakan dalam penelitian ini adalah buku kisah 25 nabi. Tema
yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang “kisah
kesombongan yang berujung kehancuran”.
2) Mempersiapkan waktu pembelajaran. Waktu keseluruhan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran berkisah cerita ini direncanakan
kurang lebih 30 menit.
53 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet, 13, h. 16
Permasalahan Rencana Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I
Siklus I Refleksi I Observasi I
Permasalahan Rencana Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II
Siklus II Refleksi II Observasi II
34
3) Setting kelas pembelajaran penerapan metode kisah. Setting kelas
dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran dimana
peneliti sebagai pencerita dan guru RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang sebagai pendamping yang bertugas membantu
mengamati. Aktivitas anak selama proses pembelajaran.
4) Membuat rencana pembelajaran
5) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan berdasarkan perencanaan. Dalam
penelitian direncanakan akan melalui dua silkus. Siklus pertama
meliputi dua pertemuan.Pada siklus pertama kisah cerita dengan tema
“Kisah kesombongan yang berujung kehancuran”.Tindakan tidak
mutlak dikendalikan oleh rencana, hal ini mengandung risiko karena
terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus
bersifat tentantif dan sementera, fleksibel dan suap diubah sesuai
dengan kondisi yang ada sebagai usaha ke arah perbaikan.Adapun
proses tindakannya meliputi:
1) Peneliti mensetting kelas membentuk satu lingkaran besar.
2) Peneliti membuka kegiatan dengan doa dan salam.
3) Peneliti menginformasikan keapda anak-anak kalau bu guru akan
berkisah/bercerita.
4) Peneliti menyebutkan tema yang akan dipakai untuk berkisah.
5) Peneliti memulai berkisah.
6) Peneliti mengulas tentang isi kisah cerita.
7) Peneliti mengulas ulang isi kisah cerita untuk mengetahui sejauh
mana anak merespon isi cerita.
8) Di akhir kegaiatan penelitian ini, peneliti melakukan review
kegiatan anak selama proses kegiatan berkisah berlangsung.
Peneliti melakukan Tanya jawab dengan mengobservasi kreativitas
anak yang dibantu guru RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang.
35
c. Observasi
Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktekprofesional
melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaantindakan yang
lebih kritis.Pada tahap ini peneliti melakukanpengamatan dan mencatat
semua hal yang diperlukan dan terjadi selamapelaksanaan tindakan
berlangsung.Kegiatan ini dilakukan penelitidengan dibekali lembar
pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi,waktu pelaksanaan,
pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukanpeneliti, tingkah laku
anak serta kelemahan dan kelebihan yangditemukan.
d. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara
menyeluruhtindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul,kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakanberikutnya.Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian
tehadaphasil observasi atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat
masalahdari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang
melaluisiklus berikutnya. Kegiatanrefleksi ini dilakukan setiap akhir
pembelajaran dengan penerapan metode kisah.
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran. Tema yang
diangkat dalam siklus II ini adalah tentang “Adikku Fazza”.
2) Mempersiapkan waktu pembelajaran. Waktu keseluruhan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran berkisah cerita ini direncanakan
kurang lebih 30 menit.
3) Setting kelas pembelajaran penerapan metode kisah. Setting kelas
dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran dimana
peneliti sebagai pencerita dan guru RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang sebagai pendamping yang bertugas membantu
mengamati. Aktivitas anak selama proses pembelajaran.
4) Membuat rencana pembelajaran
36
5) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pelaksanaan berdasarkan perencanaan.Siklus kedua
meliputi dua pertemuan.Pada siklus kedua kisah cerita dengan tema
“Adikku Fazza”.Tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana, hal
ini mengandung risiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena
itu rencana tindakan harus bersifat tentantif dan sementera, fleksibel
dan suap diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah
perbaikan. Adapun proses tindakannya meliputi:
1) Peneliti mensetting kelas membentuk satu lingkaran besar.
2) Peneliti membuka kegiatan dengan doa dan salam.
3) Peneliti menginformasikan keapda anak-anak kalau bu guru akan
berkisah/bercerita.
4) Peneliti menyebutkan tema yang akan dipakai untuk berkisah.
5) Peneliti memulai berkisah.
6) Peneliti mengulas tentang isi kisah cerita.
7) Peneliti mengulas ulang isi kisah cerita untuk mengetahui sejauh
mana anak merespon isi cerita.
8) Di akhir kegaiatan penelitian ini, peneliti melakukan review
kegiatan anak selama proses kegiatan berkisah berlangsung.
Peneliti melakukan Tanya jawab dengan mengobservasi kreativitas
anak yang dibantu guru RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang.
c. Observasi
Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktekprofesional
melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaantindakan yang
lebih kritis.Pada tahap ini peneliti melakukanpengamatan dan mencatat
semua hal yang diperlukan dan terjadi selamapelaksanaan tindakan
berlangsung.Kegiatan ini dilakukan penelitidengan dibekali lembar
pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi,waktu pelaksanaan,
pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukanpeneliti, tingkah laku
anak serta kelemahan dan kelebihan yangditemukan.
37
d. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara
menyeluruhtindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul,kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakanberikutnya.Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian
tehadaphasil observasi atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat
masalahdari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang
melaluisiklus berikutnya. Kegiatanrefleksi ini dilakukan setiap akhir
pembelajaran dengan penerapan metode kisah.
G. Instrumen Penelitian
1. Data Keaktifan Peserta Didik
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar, analisis ini dilakukan pada instrumen
lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase.
Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan
pengamatan peneliti diantaranya:
A. Peserta didik mendengarkan dengan seksama penjelasan guru.
B. Keaktifan bertanya.
Tabel 1 Contoh Tabel Lembar Observasi
No. Nama Aspek Pengamatan Jumlah
Aktivitas A B 1. 2.
Jumlah
2. Data Hasil Belajar PAI
Untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta didik dalam belajar,
dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai ketuntasan belajar secara
klasikal.Adapun tingkat acuan penilaian prestasi belajar siswa disajikan
dalam tabel 2.
38
Tabel 2 Acuan Penilaian Prestasi Belajar
Angka Huruf Keterangan 80-100 A Baik sekali 66-79 B Baik 56-65 C Cukup 40-55 D Kurang
H. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.
Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes
atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis
deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator
keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan kegiatan
penerapan metode kisah dalam pembelajaran PAI materi akhlak terpuji di
kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang. Data penelitian dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merekapitulasi jumlah skor perolehan.
2. Menghitung nilai rata-rata klasikal
x adalah nilai rata-rata, ∑x adalah jumlah nilai seluruh anak, N adalah
banyaknya anak.54
3. Menghitung persentase ketuntasan belajar.55
% = %100×N
n
54 Sudjana, Metode Penelitian, (Bandung: Tarsito, 2003), hlm. 67. 55 Ali, M, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (BandungL Sinar Baru Algesindo, 2002),
hlm. 184.
39
I. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila:
1. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran PAI materi
akhlak terpuji di kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang
setelah melakukan tindakan dengan menggunakan metode kisah pada
kategori baik dan baik sekali yang mencapai 75%.
2. Meningkatnya hasil belajar pembelajaran PAI materi akhlak terpuji di
kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang setelah melakukan
tindakan dengan menggunakan metode kisah yang ditandai rata-rata nilai
lebih dari 75 dan rata-rata siswa yang mendapatkan nilai tersebut adalah
75%.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari prasiklus, siklus I dan
siklus II.Hasil prasiklus, siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk data
kuantitatif.
1. Prasiklus
Hasil observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan awal keaktifan siswa dalam proses belajar dan prestasi belajar
siswa RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang. Hasil observasi perhatian
dan keaktifan siswa disajikan secara lengkap pada lampiran hasil observasi
perhatian dan keaktifan siswa.Dari 22 siswa kelompok A RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang, siswa yang memiliki respon perhatian dalam proses
pembelajaran hanya 9 siswa, sedangkan tingkat keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran rata-rata hanya sebesar 10.
Hasil belajar siswa disajikan secara lengkap pada lampiran.Hasil
belajar siswa kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang belum
memuaskan, nilai rata-rata kelas sebesar 64,14, berarti prestasi belajar siswa
masih tergolong cukup dan masih ada nilai yang di bawah KKM yaitu 15
siswa, sedangkan KKM-nya 75.
Hasil obervasi prasiklus dapat diketahui bahwa perhatian dan
keaktifan siswa masih kurang.Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa
rendah.Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti dan gurumerasa
perlu untuk meningkatkan perhatian dan keaktifan agar prestasi belajar anak
didik.Untuk itu peneliti berdiskusi untuk menentukan langkah
selanjutnya.Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan pada
hari Senin,tanggal 7Maret 2011.
41
2. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1
Maret 2011 di RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang. Pada
kesempatan tersebut penulis berdiskusi kepada guru RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang terutama hal-hal yang akan dilakukan pada
kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. hal-hal yang didiskusikan antara
lain: (1)peneliti menyamakan persepsi dengan guru kelasmengenai
penelitian yang akan dilakukan, (2) peneliti mengusulkanpenggunaan
media buku cerita dengan menggunakan penerapan metode kisah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa khususuna PAI materi akhlak
terpuji, (3) peneliti mengusulkan perencanaanpembelajaran dan
gurumenyetujui, (4) peneliti mengusulkan observasi sebagai
instrumenpokok penilaian peningkatan prestasi belajar, (5) menentukan
jadwalpelaksanaan tindakan. Pada waktu diskusi disepakati bahwa
penelitisebagai pelaksana tindakan dan guru RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelangmembantu selama proses pembelajaran dan
sebagai observator.Alokasi waktu di setiap pertemuan selama 30 menit.
Adapun tindakan dalam siklus pertama kana dilaksanakan dalam 2
pertemuan, dimana pertemuan pertama hari Senin tanggal 7 Maret 2011
dan pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2011.
Ada beberapa hal yang direncanakan pada siklus I, yaitu:
1) Peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH).
2) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang akandigunakan
yaitu buku cerita dengan tema “kisah kesombongan berujung
kehancuran”.
3) Peneliti mengkondisikan atau mensetting kelas menjadi
lingkaranbesar. Dimana peneliti sebagai pencerita dan guru kelas
sebagai pendamping dan observator.
4) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, berbaris dan
berdo’a.
42
5) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi
selamakegiatan bercerita.
6) Peneliti memulai cerita dengan media buku cerita. Dalam kegiatan
ini penelitidibantu oleh guru kelas mengamati aktivitasanak selama
mengikuti kegiatan bercerita terutama rentangperhatian anak dalam
mendengarkan cerita dan kemudianmencatatnya dalam pedoman
observasi.
7) Peneliti mengulas isi cerita pada buku cerita dengan
tema“kesombongan yang berujung kehancuran”. Dalam kegiatan
ini peneliti memberikesempatan pada anak untuk bereksplorasi.
Peneliti mencobamerangsang anak dengan pertanyaan seperti siapa
yang masih ingatapa tadi judul ceritanya ya...? siapa saja tokoh-
tokoh yang adadalam cerita, dan karakter tokoh yang ada dalam
cerita.
8) Kegiatan penutup berupa reveiw/mengulang kembali isi kisah
cerita.
9) Peneliti menutup pembelajaran dengan bernyanyi kemudian
berdoa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan
padasiklus I dimulai pada hari Senin tanggal 31 Mei 2010.Pembelajaran
ini berlangsung selama 30 menit yaitu dari pukul 07.30 – 08.00 dan
berada didalam maupun luar kelas RA Muslimat NU Ketunggeng.Pada
pertemuan pertama peneliti masuk ke dalam kelas A yaitu kelastampat
anak-anak belajar. Peneliti membuka kegiatan dengan salam, kemudian
berbaris dan berdo’a. Adapun gambarandialog yang terjadi antara anak
dan peneliti adalah sebagai berikut:
Peneliti : Assalamu’alaikum wr. wb
Anak-anak : Wa’alaikumsalam wr.wb
Peneliti : Nah, teman-teman hari ini bu guru mau bercerita.
Siapa yang mau mendengarkan cerita bu guru?
43
Anak-anak : Saya…saya…saya, bu guru.
Peneliti : Iya, teman-teman hebat semua, tapi ingat kalau
mendengarkan cerita bu guru boleh tidaknya
ramai sendiri?
Anak-anak : Tidak bu guru.
Peneliti : Berarti nanti teman-teman harus anteng dan tidak
boleh ramai sendiri. Sudah siap?
Anak-anak : Sudah bu….
Setelah memberikan penjelasan di kelas, peneliti yang
didampingiguru kelas mengkondisikan tempat duduk anak
menjadilingkaran besar dimana peneliti sebagai pusat lingkaran.Hal ini
bertujuanuntuk menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman
serta terjalinkomunikasi multiarah dan anak-anak bisa melihat buku
cerita tanpa merasaterhalang.
Sebagai pembuka peneliti yang bertindak sebagai guru
membukakegiatan dengan salam, bernyanyi, dan berdo’a. Sebelum
bercerita penelitimenyebutkan identitas buku cerita seperti judul dan
tokoh-tokoh yang adadalam cerita.Selanjutnya peneliti memulai
bercerita dengan media bukucerita dengan menerapkan metode
kisah.Setelah guru selesai membacakan cerita, guru mengulasisi cerita
yang telah disampaikan.
Dalam kegiatan mengulas ini, peneliti memberi kebebasan
terhadapanak untuk berekspresi mengungkapkan idenya dalam
menanggapi isicerita.Dari kegiatan ini peneliti, kepala sekolah dan guru
kelas dapatmelihat kreativitas anak yang ditunjukan dalam sikap
kreatifnya.
Diakhir pembelajaran penelitimelakukan reveiw, mengajukan
pertanyaan seputar isi cerita seperti namatokoh dan karakter yang
dimiliki dalam setiap tokoh. Hal ini bertujuanuntuk mengetahui sejauh
mana pemahaman anak terhadap cerita yangdisampaikan peneliti atau
guru. Dalam proses tersebut kolaborator kepalasekolah dan guru kelas
44
mencatat kreativitas anak seperti yang ditunjukandalam ciri-ciri anak
kreatif selama mengikuti kegiatan bercerita.
Paparan tersebut di atas merupakan proses pembelajaran pada
siklus Ipertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan,
secara garisbesar proses pembelajaran seperti yang telah disebutkan di
atas. Pada setiappertemuan peneliti dan guru sepakat untuk memberikan
variasi agar anak-anaktidak merasa bosan dan suasana kelas lebih
menyenangkan.Padapertemuan kedua yakni dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 9 Maret 2011,peneliti mencoba memvariasikan suasana
kelas dengan melakukan kegiatanbercerita diluar kelas atau alam
terbuka.Anak-anak sangat antusiasmengikuti kegiatan bercerita diluar
kelas atau alam terbuka. Suasanapembelajaran menjadi lebih kondusif,
anak lebih aktif dalam menjawabpertanyaan dari peneliti, keaktifan
anakpun juga mengalami peningkatandari 45,45 % mencapai 60,61 %.
c. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan anak didik selama proses belajar dan prestasi belajar siswa RA
Muslimat NU Ketunggeng Magelang. Berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa tingkat perhatian dan keaktifan siswa setelah
penerapan metode kisah dalam proses pembelajaran PAI materi akhlak
terpuji sudah mengalami peningkatan, sehingga hasil belajar siswa juga
mengalami peningkatan, namun hasilnya belum memuaskan, nilai rata-
rata kelas sebesar 68,41, berarti prestasi belajar siswa sudah tergolong
baik, namun masih ada nilai yang di bawah KKM yaitu 15 siswa,
sedangkan KKM-nya 75.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru
melakukananalisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan
keaktifan anak didik. Analisis ini dilakukan oleh guru kelas dan
penelitidengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang
telahdilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu
45
guru dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasipeningkatan
keaktifandan prestasi belajar anak melalui pedoman observasi.
Adapun hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa: (1) adanya
reaksiyang menunjukan kebosanan pada anak karena penggunaan
media denganjudul yang sama, (2) adanya penurunan konsentrasi
karena tidak adanyamotivasi atau rewads dari peneliti atas keaktifan
dan kreativitasnya, (3) sudah adapeningkatan keaktifan anak jika
dibandingkan dengan keaktifan sebelumtindakan, akan tetapi hasil
tersebut belum maksimal dan memuaskan, ituberarti bahwa peneliti dan
guru perlu memperbaiki proses pembelajaran, (4)keaktifan anak didik
dalam satu kelas masih belum merata, ada anak yangmempunyai
keaktifan lebih akan tetapi ada yang juga yang masih rendah.Dari hasil
analisis tersebut peneliti dan guru merasa bahwa hasil penelitianini
belum maksimal.Oleh sebab itu peneliti dan guru membuat
perencanaanuntuk tindakan pada siklus berikutnya.
3. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Proses peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PAI materi
akhlak terpuji dengan penerapan metode kisah yang dilakukan pada
siklus I pada umumnya sudah cukup baik,tetapi belum
memuaskan.Masih ada anak yang kurang memperhatikandan kurang
aktif serta hasil prestasi belajarnya peningkatan kreativitas juga kurang
memuaskan. Untuk mengatasikekurangan pada siklus I, maka pada hari
Sabtu tanggal 19 Maret 2011peneliti dan guru merencanakan tindakan
pada siklusII. Siklus II ini direncanakan dilakukan dalam 2 pertemuan
yaitupertemuan pertama pada hari Senin tanggal 21Maret 2011,
danpertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 23Maret 2011.
Setelah melakukan diskusi, akhirnya penelitidan guru kelas
menyepakati beberapa hal yang sebaiknya dilakukandalam
meningkatkan keaktifan anak didikdengan metode kisah dengan
bercerita. Hal-haltersebut yaitu: (1) peneliti memaksimalkan tindakan
46
yaitu lebihberinteraksi dengan anak didik, memberikan motivasi dan
memberipenguatan berupa rewads seperti bagus sekali, (2) untuk
mengatasikebosanan anak, maka peneliti dan guru berencana untuk
mengganti tema“Adikku Faza”, (3) peneliti memberi tambahan alokasi
waktu agar anakmempunyai banyak waktu untuk bereksplorasi.
Adapun urutan tindakan yang direncanakan diterapkan pada
siklus IIsebagai berikut:
1) Peneliti membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang akandigunakan
yaitu buku cerita dengan tema “Adikku Faza”.
3) Peneliti mengkondisikan atau mensetting kelas menjadi
lingkaranbesar. Dimana peneliti sebagai pencerita dan guru kelas
sebagai pendamping dan observator.
4) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, berbaris dan
berdo’a kemudian bernyanyi.
5) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi
selamakegiatan bercerita.
6) Peneliti memulai cerita dengan media buku cerita. Dalam kegiatan
ini penelitidibantu oleh guru kelas mengamati aktivitasanak selama
mengikuti kegiatan bercerita terutama rentangperhatian anak dalam
mendengarkan cerita dan kemudianmencatatnya dalam pedoman
observasi.
7) Peneliti mengulas isi cerita pada buku cerita dengan tema“Adikku
Faza”. Dalam kegiatan ini peneliti memberikesempatan pada anak
untuk bereksplorasi. Peneliti mencobamerangsang anak dengan
pertanyaan seperti siapa yang masih ingatapa tadi judul ceritanya
ya...? siapa saja tokoh-tokoh yang adadalam cerita, dan karakter
tokoh yang ada dalam cerita.
8) Kegiatan penutup berupa reveiw/mengulang kembali isi kisah
cerita.
47
9) Peneliti menutup pembelajaran dengan bernyanyi
kemudianberdo’a.
Secara umum prosedur pembelajaran pada siklus II seperti tersebut
di atas sama seperti proses pembelajaran pada siklus I, setiap pertemuan
pada siklus II ini juga diberi sedikit variasi agar anak tidak mengalami
kebosanan dan suasana lebih menyenangkan. Adapun variasi setiap
pertemuan yaitu kegiatan dilakukan di luar dan dalam kelas, mengganti
buku cerita bergambar, memberi motivasi / rewads pada anak agar dapat
mengembangkan kreativitasnya, konsentrasi atau rentang perhatian anak
terhadap cerita menjadi lebih lama, merangsang anak dengan pertanyan-
pertanyaan seputar cerita sehingga anak dapat menemukan kosakata baru
yang didapat dari jawaban-jawabannya, dan berkembang imajinasinya
sehingga dapat menghasilkan cerita yang alami serta kepercayaan diri anak
makin kuat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka peneliti dan
guru kelas melaksanakan siklus II.Pelaksanaan tindakan pada siklus II
dimulai pada hari Senin21Maret 2011 di luar kelas RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang.Pembelajaranberlangsung selama 45 menit yaitu
pukul 07.30-08.15 dandilaksanakan diluar kelas.
Pada pertemuan pertama peneliti mengajak anak-anak
kealamterbuka yaitu halaman RA Muslimat NU Ketunggeng.
Penelitimembuka kegiatan dengan salam, kemudian berbaris, berdoa
dan dilanjutkan dengan bernyanyi. Adapun gambaran dialog antara
peneliti dengan anakadalah sebagai berikut:
Peneliti : Assalamu’alaikum wr. wb
Anak-anak : Wa’alaikumsalam wr.wb……
Peneliti : Hari ini bu guru akan bercerita. Nah, kira-kira
berceritaapa ya,,,?
Anak-anak : Kucing bu guru..?, adik bu guru..?
48
Peneliti : Oke, sekarang siapa yang mau dengarkan cerita
buguru?
Anak : Saya…saya….saya…
Peneliti : Duduklah yang anteng.
Setelah memberikan penjelasan di luar kelas, peneliti
yangdidampingi guru kelas mengkondisikan tempatduduk anak
membentuk lingkaran dimana peneliti sebagai pusatlingkaran.Hal ini
bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yangaman dan nyaman
serta terjalin komunikasi multiarah dan anak-anakbisa melihat buku
cerita tanpa merasa terhalang sehingga isi cerita dapatdidengar anak
secara keseluruhan.
Sebagai pembuka peneliti yang bertindak sebagai guru
membukakegiatan dengan salam, berbaris, dan berdo’a kemudian
bernanyi. Sebelum berceritapeneliti menyebutkan judul dan tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita.Selanjutnya peneliti memulai bercerita
dengan media buku cerita. Setelah guru selesai membacakan cerita,
guru mengulas isicerita seperti nama tokoh, sifat-sifat tokoh sambil
mengamati reaksianak dalam menanggapi isi cerita.
Pada pertemuan pertama kegiatan bercerita dilakukan
diluarkelas.Pada pertemuan pertama peneliti menggunakan media
bukucerita dengan tema“Adikku Faza”.Antusias anak terhadap cerita
sangat baik.Anak-anak sangat aktifmerespon pertanyaan dari peneliti
dan sekali terjadi kelucuandidalamnya seperti bu guru, bu guru minta
coklatnya dong?”rayu Azizah”.Bu guru, bu guru kemarin aku makam
permen tapi gigikutidak sakit,”cerita Nazwa”.Pada pertemuan kedua
kegiatan dilakukandidalam kelas. Pada pertemuan kedua peneliti
menggunakan mediayang sama yaitu buku cerita bergambar dengan
tema “Adikku Faza”. Antusias anak terhadap isi cerita masih sangat
baik,anak makin lebih antusias untuk tampil didepan kelas sambil
berceritasesuai dengan gaya yang mereka miliki. Antusias anak
makinbertamabah ketika peneliti menggunakan rewadsbagus sekali,
49
anakmakin terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Konsetrasi
anakterhadap cerita makin bertambah, perbendaharaan kata yang
dimilikianak semakin banyak, imajinasi anak makin berkembang,
keberanianuntuk tampil didepan kelas tidak lagi menunggu perintah
peneliti,kemampuan anak dalam berceritapun semakin mahir. Anak-
anakberlomba-lomba untuk mendapat rewads dari peneliti.
c. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan anak didik selama proses belajar dan prestasi belajar siswa RA
Muslimat NU Ketunggeng Magelang. Berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa tingkat perhatian pada siklus II ini mengalami
peningkatan dan sudah dalam kategori baik sekali.Hal ini diikuti dengan
peningkatan hasil belajar yang sudah memuaskan dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 78,64, berarti prestasi belajar siswa sudah tergolong baik
dengan nilai rata-rata di atas 75.
d. Refleksi
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah
baik.Kelemahan yang ada pada siklus I dapat teratasi dengan baik.Hal
inimenunjukan keaktifan dan kreativitas anak didik dalam pembelajaran
PAI materi akhlak terpuji mengalamipeningkatan. Peningkatan
keaktifan ini terlihat dari tercapainyaindikator yang ditetapkan, seperti
peningkatan keaktifan anak didik yangmencapai 77,27 %, antusiasme
anak yang meningkat serta perhatiandan konsentrasi anak dalam
pembelajaranpun membaik. Penelitidengan dibantu kolaborator telah
berhasil meningkatkan keaktifananak serta perhatian dan konsentrasi
anak dalam proses pembelajaran.
Adapun masih ditemukannya dua atau tiga anak yang
kurangmemperhatikan penelititidak menjadi masalah dalam
prosespembelajaran, karena kita tahu bahwa karakteristik, kemampuan,
dandaya tangkap anak didik itu beraneka ragam. Perhatian anak didik
padakelompok ARA Muslima NU Ketunggeng Magelang semester II
50
tahunpelajaran 2010/2011 telah mengalami peningkatan sebesar 86,36
%atau 19 anak dari 22 anak, sedangkan keaktifan anak didik dalam
proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 77,27 %,
sedangkan dilihat dari hasil belajar anak didik kelompok A RA
Muslimat NU Ketunggeng Magelang juga telah mengalami
peningkatan. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil belajar prasiklus nilai
rata-rata kelas sebesar 64,14, kemudian setelah penerapan metode kisah
pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji pada siklus I nilai
rata-rata kelas menjadi 68,41, dan pada siklus II nilai rata-rata
meningkat menjadi 78,64. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil tindakan
kelas dengan penerapan metode kisah untuk meningkatkan prestasi
belajar PAI materi akhlak terpuji di RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang sudah berhasil.
B. Pembahasan
Sebelum pembahasan hasil penelitian, adapun hasilpenelitian secara
keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1 Perhatian
Tahap Jumlah Persentase Persentase Perubahan
Prasiklus 9 40,91 % Siklus I 15 68,18 % 66,66 % Siklus II 19 86,36 % 111,10 %
Jumlah perhatian siswa
22 65,15%
Perhatian anak didik pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji
dengan penerapan metode kisah di RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang,
pada tahap prasiklus atau keadaan awal perhatian anak didik dalam proses
belajar sebelum penerapan pembelajaran dengan metode kisah, jumlah perhatian
anak didik sebanyak 9 siswa, sedangkan pada siklus I dimana proses
pembelajaran PAI materi akhlak terpuji dengan penerapan metode kisah, jumlah
perhatian anak didik pada proses pembelajaran menjadi 15 siswa. Proses
51
pembelajaran PAI materi akhlak terpuji dengan penerapan metode kisah pada
siklus II, perhatian anak didik terhadap materi pembelajaran menjadi 19 siswa.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode kisah dalam proses
pembelajaran PAI materi akhlak terpuji dapat meningkatkan perhatian anak
didik.
Tabel 2 Keaktifan
Tahap Persentase Persentase Perubahan
I 45,45 % II 60,61 % 33,33 % III 77,27 % 70,00 %
Rata-rata 61,11 %
Keakfitan anak didik pada proses pembelajaran PAI materi akhlak
terpuji, dengan penerapan metode kisah di RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang, pada tahap prasiklus atau keadaan awal keaktifan anak didik dalam
proses belajar sebelum penerapan pembelajaran dengan metode kisah, persentase
keaktifan anak didik dalam proses pembelajaran sebesar 45,45 %, sedangkan
pada siklus I dimana proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji dengan
penerapan metode kisah, persentase keaktifan anak didik pada proses
pembelajaran menjadi 60,61 % atau mengalami peningkatan sebesar 33,33 %
setelah penerapan metode kisah dalam pembelajaran PAI materi akhlak terpuji.
Proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji dengan penerapan metode kisah
pada siklus II, keaktifan anak didik terhadap materi pembelajaran menjadi 77,27
% atau mengalami peningkatan sebesar 70,00 %. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa penerapan metode kisah dalam proses pembelajaran PAI materi akhlak
terpuji dapat meningkatkan keaktifan anak didik sebesar 70,00 %.
52
Tabel 3 Hasil Belajar
Tahap Jumlah Rata-rata Persentase Perubahan
Prasiklus 1411 64,14 Siklus I 1505 68,41 6,66 % Siklus II 1730 78,64 22,61 %
Rata-rata 1548,67 70,39
Hasil belajar anak didik kelompok A di RA Muslimat NU Ketunggeng
Magelang, hasil observasi pada tahap prasiklus atau sebelum penerapan metode
kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji nilai rata-rata kelas
64,14 dan termasuk dalam kategori kurang. Pada siklus I, setelah penerapan
metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji nilai rata-rata
kelas mengalami peningkatan sebesar 68,41 dan termasuk dalam kategori baik,
namun hasilnya masih KKM yaitu 75. Pada siklus II, masih dengan penerapan
metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji nilai rata-rata
kelas mengalami peningkatan sebesar 78,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji
dapat meningkatkan prestasi belajar anak didik.
53
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perhatian anak didik kelompok A RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang
Tahun Pelajaran 2010/2011 saat proses pembelajaran PAI materi akhlak
terpuji pada tahap prasiklus sebanyak 9 siswa dengan tingkat keaktifan
45,45 %, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah pada
proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji perhatian anak didik menjadi
sebanyak 15 siswa dengan tingkat keaktifan 60,61 %, dan pada siklus II
yang dilakukan dengan tetap menerapkan metode kisah pada proses
pembelajaran PAI materi akhlak terpuji perhatian anak didik menjadi 19
siswa dengan tingkat keaktifan 77,27 %.
2. Setelah digunakan metode kisah dalam proses pembelajaran PAI materi
akhlak terpuji, prestasi belajar anak didik kelompok A RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Pada tahap prasiklus
nilai rata-rata kelas PAI materi akhlak terpuji sebesar 64,14, sedangkan pada
siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran PAI
materi akhlak terpuji prestasi belajar anak didik nilai rata-rata kelasnya
menjadi 68,41, dan pada siklus II yang tetap menggunakan penerapan
metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji prestasi
belajar anak didik menjadi 78,64.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diajukan sejumlah saran sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
a. Sebaiknya kepala sekolah menjadi motor penggerak dalam perbaikan
terhadap proses pembelajaran. Kepala sekolah sebaiknya menjaga
hubungan baik antara kepala sekolah dan guru melalui kerja kolaborasi.
54
b. Pihak sekolah sebaiknya dapat menciptakan kondisi belajar yang
memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah
yang menunjukang dalam pembelajaran khususnya pembelajaran
dengan metode kisah, seperti penyediaan media, buku kisah/cerita dan
alat-alat pembelajaran yang lain.
2. Guru Kelas
a. Sebaiknya guru kelas mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan media buku kisah/cerita yang menarik, menyenangkan
dan bervariasi agar dapat membuat anak didik berminat dan antusias
terhadap proses pembelajaran.
b. Sebaiknya guru kelas dalam memberikan materi kepada anak didik
sesuai dengan konteks kehidupan anak, kisah/cerita yang menarik bila
perlu disertai gambar yang menarik, dengan kata-kata yang sederhana,
penyampaian yang jelas sehingga akan merangsang anak untuk ikut
hanyut dalam kisah cerita.
3. Peneliti berikutnya
Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa
denganpenelitian ini, tetapi dalam materi dan pendekatan yang berbeda.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Abdul Aziz, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-1.
Abdullah, J., Memilih Dongeng Islami Pada Anak, Jakarta : Amanah, 1997.
Al-Khal’awi, Muhammad Said Mursi, Mendidik Anak dengan Cerdas; Panduan bagi Orang Tua dan para Pendidik dalam membentuk Pribadi dan Akhlak Anak. Insan Kamil: Solo, 2007.
Alfat,Mazan.,dkk., Aqidah Akhlak, Semarang: Toha Putra, 1994.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1.
Arifin, H. M., Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Askara, 1999, Cet ke-1.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet, 13.
Asmaran A. S, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, Cet. II.
Bahroin S. Mendidik anak Saleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita dan Menyanyi, Jakarta: t.pn. 1995, Cet-ke-1.
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, Cet. Ke-16.
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001, Cet ke -23.
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV. Ruhama, 1995, Cet. Ke-2.
Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003.
Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak,Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996.
Hidayat, Achmad dan Arief Imron, Paduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Insida Lantabora, 2004), Cet ke-1.
Hujjati, Muhammad Baqir, Mendidik Anak sejak Kandungan, Cahaya: Jakarta, 2008.
56
Husaeri, Abdulloh.Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur.An (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13), Jurusan Pendidikan Agama IslamFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN), Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Ilyas, Asnelli, Mendambakan Anak Soleh, Bandung: Al-Bayan, 1997, Cet. Ke-2.
Mansur,Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 4.
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 1991.
Nata, Abuddin,Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. III.
, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, Cet. ke-4.
Soekanto, Seni Cerita Islami, Jakarta: Bumi Mitra Press, 2001, Cet. Ke-2.
Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, Jakarta : Pustaka Pelajar,1996, Cet.ke-1.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2007.
Sukmadinata, Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Supriadi, Eddy, Srategi Belajar Mengajar, Jakarta: LPGTK Tadika Puri, 2003.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet ke-7.
Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hida Karya Agung, 1983, Cet. Ke-11.
Zainuddin, A. dan Muhammad Jamhari, S.Ag. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlaq, (Bandung: CV. Pustaka Setia), 1998.
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ (Diakses Tanggal 6 Januari 2011)
57
58
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan SemarangTelp. 024-7601295 Fax. 7615387
Nomor : In.06.3/D1/TL.00/552/2011 Semarang, 27Januari 2011 Lamp. : 1 (Satu) Proposal Hal : Mohon Izin Riset
A.n : SRI MAHMUDAH NIM : 093111302
Kepada yth. : Kepala RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang Di Magelang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Diberitahukan dengan hormat, bahwa mahasiswa kami bernama SRI MAHMUDAH
NIM :093111302 sangat membutuhkan data sehubungan dengan penulisan skripsi
berjudul : PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR PAI MATERI AKHLAK TERPUJI DI RA MUSLIMAT NU
KETUNGGENG MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Di bawah bimbingan Saudara Hj. Nur Asyiah, M.Si.
Untuk itu kami mohon agar mahasiswa tersebut diberi izin untuk melaksanakan
penelitian di RA Muslimat NU Ketunggeng Magelang selamat 30 hari.
Atas izin yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
An. Dekan, Pembantu Dekan I Dra. H. Ruswan, MA
NIP. 19680424 199303 1 004 Tembusan : Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
59
Semarang, 25 Mei 2011
Hal : Nilai Bimbingan Skripsi
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bersama ini saya kirimkan naskah skripsi :
Judul : Penerapan Metode Kisah untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar PAI Materi Akhlak Terpuji di RA Muslimat NU
Ketunggeng Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama : Sri Mahmudah
NIM : 093111302
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan bimbingan dan arahan dan koreksi atas naskah tersebut, maka nilai
bimbingan adalah ……… (……………………………………………………).
Kemudian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing, Hj. Nur Asyiah, M.Si
NIP. 19710926 199803 2 002
60
DAFTAR NAMA ANAK DIDIK KELOMPOK A
RA MUSLIMAT NU KETUNGGENG MAGELANG
No. No. Induk Nama Anak Didik Jenis Kelamin
1 365 Azis L 2 366 Azizah P
3 367 Binta P 4 368 Fitri P 5 369 Hanisa P 6 370 Inu L 7 371 Iwan L 8 372 Laila P
9 373 Latif L 10 374 Masud L 11 375 Naban L 12 376 Nazil L 13 377 Nazwa P 14 378 Novi P
15 379 Rengga L 16 380 Rifki L 17 381 Romadoni L 18 382 Taman L 19 383 Tito L 20 384 Udin L
21 385 Ulil P 22 386 Zaki L
61
Rencana Kegiatan Harian (RKH)
Siklus I
Pengembangan : Kreativitas
Tema : Kisah Kesombongan yang Berujung
Kehancuran
Kelompok : A
Semester : II
Tanggal : 7 Maret, 9 Maret 2011
1. Kompetensi Dasar
Anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memilikiperbendaharaan kata dan mengenal simbol yang melambangkannya untukpersiapan membaca dan menulis.
2. Hasil belajar
Anak dapat mengembangkan kreativitasnya.
3. Indikator
a. Baris, berdoa, menyanyi b. PAI- mengenal riwayat dan sifat Nabi Muhammad SAW c. Bahasa - membacakan buku cerita yang memiliki kalimat sederhana dan
menceritakan isi buku d. Seni - membuat gambar dengan teknik kolase dengan berbagai media. e. Kog. - mengerjakan Maze (mencari jejak yang lebih kompleks) f. A.p. - menunjukkan perbuatan yang salah dan benar. g. F.M. - menirukan gerakan angina/hewan/tanaman.
4. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1) Baris, berdoa, menyanyi 2) Mengenal riwayat dan sifat Nabi Muhammad SAW 3) Membacakan buku cerita tentang kesombongan yang berujung
kehancuran b. Kegiatan Inti
1) Membuat Kolase Tora (kura-kura) 2) Maze Tora menolong kala 3) Memberi warna gambar binatang yang tidak sombong
c. Istirahat
Cuci tangan, doa, makan, istirahat d. Kegiatan Akhir
1) Menirukan gerakan Tora dan Kala 2) Diskusi 3) Kesimpulan 4) Doa, salam, pulang
62
5. Alat/Sumber Belajar
a. Buku kisah 25 Nabi b. Kertas, gambar, lim, pensil, crayon c. Air, serbet, bekal.
63
Rencana Kegiatan Harian (RKH)
Siklus II
Pengembangan : Kreativitas
Tema : Adikku Faza
Kelompok : A
Semester : II
Tanggal : 21 Maret, 23 Maret 2011
1. Kompetensi Dasar
Anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memilikiperbendaharaan kata dan mengenal simbol yang melambangkannya untukpersiapan membaca dan menulis.
2. Hasil belajar
Anak dapat mengembangkan kreativitasnya.
3. Indikator
a. Baris, berdoa, menyanyi b. PAI- Kalimat Toyibah c. Bahasa - membacakan buku cerita yang memiliki kalimat sederhana dan
menceritakan isi buku d. Kog. - Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri tertentu. e. F.M. - Menjiplak/meniru membuat garis datar, tegak, miring, lengkung dan
lingkaran. f. Seni - Mewarnai bentuk gambar sederhana g. Mengucapkan terima kasih bila menerima sesuatu
4. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1) Baris, berdoa, menyanyi 2) Astaghfirullah hal’adzim - menirukan kalimat tersebut. 3) Bercerita Adikku Faza
b. Kegiatan Inti
1) Memberi warna merah petir hujan 2) Warna biru paying hijau 3) Menjiplak rumah Nada 4) Mewarnai Nada dan Faza
c. Istirahat
Cuci tangan, doa, makan, istirahat d. Kegiatan Akhir
1) Mengucapkan terima kasih bila menerima sesuatu. 2) Kesimpulan. 3) Do’a, salam, pulang
64
5. Alat/Sumber Belajar
a. Buku cerita b. Lember kerja anak. c. Crayon, kertas, gambar rumah. d. Gambar Nada dan Faza
6. Penilaian
Observasi/pengamatan
65
WAWANCARA
Narasumber
Nama : Siti Fatimah, A.Ma
Jabatan : Kepala Sekolah
Waktu wawancara : 1 Maret 2011
Hasil wawancara
Peneliti : Assalamu’alaikum, selamat pagi ibuk?
Kepala Sekolah : Wa’alaikum salam, selamat pagi mbak…
Peneliti : Maaf ibu, boleh saya ngobrol sebentar?
Kepala Sekolah : Iya mbak silahkan, ada apa?
Peneliti : Begini buk, kan selama ini kita jarang menggunakan metode
kisah/bercerita dalam proses pembelajaran kita.
Kepala Sekolah : Iya benar.
Peneliti : Dalam kesempatan ini saya bermaksud ingin menggunakan
metode kisah dalam proses pembelajaran kita. Pada hal melalui
kisah cerita anak bisa mengembangkan imajinasinya serta
mengembangkan kreativitasnya.
Kepala Sekolah : Lha terus nanti model pembelajarannya bagaimana? Kan selama
ini kita tahu, kita dituntut untuk memberikan yangterbaik untuk
memberikan yang terbaik untuk anak didikkita. Bila kita nanti
menambahi proses pembelajaran denganmenggunakan metode
kisah apa tidak menggangguproses pembelajaran yang selama
ini kita gunakan danmembuat anak malah tambah jerewet saja?
Peneliti : Tidak buk, justru kejerewatan anak itulah awalnya anak berpikir
dan mengaitkan ide yang nantinya bisa dipergunakan untuk
membaca, karena denganmendengarkan kisah cerita anak belajar
membaca dari simbol-simbolseperti gambar jadi kita tetap tidak
meninggalkanmodel pembelajaran yang selama ini kita lakukan
malahmodel pembelajaran kita lebih bervariasai dan
66
semangatbelajar anak menjadi meningkatkan saya memilih
bukubergambar selama ini anak hanya belajar membaca
danberhitung saya bermaksud memberi suasana baru
dalamproses pembelajaran supaya anak tidak bosan serta
anaktetap semangat mengikuti proses kegiatan pembelajaran.
Kepala Sekolah : Kalau begitu saya setuju.
Peneliti : Akan tetapi nanti saya nanti minta bantuan guru kelas selama
proses pelaksanaan pembelajaran melalui kisah cerita
Kepala Sekolah : Ok.
67
WAWANCARA
Narasumber
Nama : Muslikah
Status : Guru Kelas Pendamping
Waktu wawancara : 26 Mei 2010
Hasil wawancara
Peneliti : Selamat siang bu …?
Guru : Selamat siang bu. Ada apa buk?
Peneliti : Begini bu, selama ini kan kita hanya mengajarkan pada anak membaca
dan berhitung. Nah, besok itu saya berencana mau bercerita
menggunakan buku kisah 25 Nabi. Melalui kisah cerita saya berharap
anak-anak akan lebih berkonsetrasi pada pembelajaran disamping itu
anak-anak akan memperoleh hal-hal baru dari cerita yang disampaikan
dan anak lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran. Kalau
menurut ibuk bagaimana?
Guru : Saya setuju buk. Selama ini saya merasa anak-anak kurang
memperhatikan apa yang saya sampaikan mereka pada sibuk sendiri
sama alat-alat tulisnya samapi-sampai suara saya menjadi habis. Anak-
anak seolah-olah bosan sama pembelajaran selama ini.
Peneliti : Nah, saya juga berpikir seperti itu, makanya saya berencana untuk
memakai metode kisah agar anak-anak memperoleh
suasanapembelajaran yang baru sehingga anak bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Guru : Nanti bu Fatimah bagaimana?
Peneliti : Kalau bu Fatimah sudah ok.
Guru : Kalau begitu saya juga ok.
68
WAWANCARA
Narasumber
Nama : Azizah
Status : Anak Didik
Waktu wawancara : 27 Mei 2010
Hasil wawancara
Peneliti : Selamat pagi, mbak Azizah?
Anak : Selamat pagi bu Mahmudah.
Peneliti : Mbak Azizah siapa yang mengantar?
Anak : Ibuk
Peneliti : Kalau dirumah ibuk pernah bercerita tidak?
Anak : Pernah bu guru.
Peneliti : Kalau dibacakan cerita mbak Zahra senang tidak?
Anak : Senang banget bu guru
Peneliti : Kalau besok bu guru bercerita mau nggak?
Anak : Mau bu guru
Peneiliti : Kalau begitu besok bu guru mau bercerita yang buagus buanget agar
mbak Zahra ma teman-temansenang. Ok
Anak : Ok.
69
CATATAN LAPANGAN
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PAI MATERI AKHLAK TERPUJI
DI RA MUSLIMAT NU KETUNGGENG
MAGELANG
Hari/Tanggal : Senin, 7 Maret 2011
Siklus : I pertemuan pertama
1. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus pertama, pertemuan pertama
secarakeseluruhan berjalan lancar. Sebelum bercerita guru
memberitahukankegiatan yang akan dilakukan seperti penyampaian judul dan
tokoh-tokohyang ada dalam cerita. Ketertarikan anak pada cerita yang
disampaikan cukupbaik.
2. Ketertarikan anak terhadap proses pembelajaran
Minat anak pada proses pembelajaran bercerita dengan media buku kisah
cerita cukup bagus. Antusias anak terhadap proses pembeajarancukup baik.
Akan tetapi anak masih cukup asing terhadap kegiatan yangdiberikan karena
anak terbiasa dengan buku dan pensil. Perhatian anak belumsepenuhnya terarah
pada cerita yang disampaikan peneliti.
3. Kesimpulan
Berdasarkan catatan proses pembelajaran dan minat anak diatas
dapatdisimpulkan bahwa anak belum terbiasa dengan metode bercerita
dalamproses pembelajaran
Peneliti
70
CATATAN LAPANGAN
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PAI MATERI AKHLAK TERPUJI
DI RA MUSLIMAT NU KETUNGGENG
MAGELANG
Hari/tanggal : Rabu, 9 Maret 2011
Siklus : 1 pertemuan kedua
1. Ketertarikan anak terhadap proses pembelajaran
Pada proses pembelajaran siklus pertama, pertemuan kedua
ketertarikananak terhadap kisah cerita sudah baik. Antusias anak terhadap kisah
cerita sudah baik.Anak mulai aktif merespon isi kisah cerita.
2. Tanggapan anak dalam proses pembelajaran
Antusias anak terhadap kisah cerita sudah baik. Anak-anak mulai
menjawabpertanyaan dari peneliti. Respon anak terhadap kisah cerita mulai
terlihat.“Latif, bu guru aku juga pernah bertemu dengan nenek-nenek. Kemarin
aku waktu bermain bolasama Romadoni bu guru, nenek-nenek itu memberiku
uang untuk beli es, trus saya tidak lupa mengucapkan terima kasih pada nenek-
nenek itu”.
3. Kesimpulan
Berdasarkan ketertarikan dan tanggapan anak diatas dapat
disimpulkanbahwa anak mulai merespon isi cerita serta bermain-main dengan
pikiran danimajinasinya.
Peneliti
71
CATATAN LAPANGAN
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PAI MATERI AKHLAK TERPUJI
DI RA MUSLIMAT NU KETUNGGENG
MAGELANG
Hari/tanggal : Selasa, 8 Juni 2010
Siklus : II pertemuan pertama
1. Ketertarikan anak terhadap proses pembelajaran
Pada proses pembelajaran siklus II, pertemuan pertama antusias
anakterhadap kisah cerita sangat bagus. Anak-anak berlomba-lomba untuk
tampildidepan kelas.
2. Tanggapan anak dalam proses pembelajaran
“Bu guru bu guru aku duluan yang maju”, kata Azis. Habis itu saya
buguru. Fitri: tadi malam saya gosok gigi bu guru”
3. Kesimpulan
Berdasarkan ketertarikan dan tanggapan anak diatas dapat
disimpulkanbahwa antusias anak terhadap kisah cerita sangat bagus dan hal ini
makin terlihatketika peneliti memberikan rewads“bagus sekali”.
Peneliti
72
CATATAN LAPANGAN
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PAI MATERI AKHLAK TERPUJI
DI RA MUSLIMAT NU KETUNGGENG
MAGELANG
Hari/tanggal : jum’at , 11 Juni 2010
Siklus : II pertemuan kedua
1. Ketertarikan anak terhadap proses pembelajaran
Pada proses pembelajaran siklus II pertemuan pertama antusias
anakterhadap kisah cerita masih sangat baik. Keaktifan anak dalam merespon isi
kisah ceritamakin terlihat. Suasana pembelajaran makin kondusif. Perhatian
anakterhadap kisah cerita semakin lama. Anak-anak tidak lagi asyik dengan
buku danpensil.
2. Tanggapan anak dalam proses pembelajaran
Azizah: bu guru aku tidak takut sama dokter. Tadi malam aku
sudahgosok gigi. Bu guru: gimana mbak Azizah kalau gosok gigi? isik-isik, isik-
isik. “jawab Azizah”
3. Kesimpulan
Berdasarkan ketertarikan dan tanggapan anak diatas dapat
disimpulkanbahwa antusias anak terhadap kisah cerita masih sangat bagus.
Anakmengembangkan imajinasinya dn tanpa ragu-ragu anak
mengespresikannyadidepan kelas dari sinilah anak mulai berpikir kreatif untuk
mengembangkankreativitasnya.
Peneliti
73
Hasil Observasi Perhatian dan Keaktifan Siswa
No Nama Siswa Kemunculan Respon Perhatian Siswa
Prasiklus Siklus I Siklus II 1. Azis √ √ √ 2. Azizah √ √ √ 3. Binta - - - 4. Fitri - √ √ 5. Hanisa √ √ √ 6. Inu - √ - 7. Iwan - - √ 8. Laila √ √ √ 9. Latif √ √ √ 10. Masud - √ √ 11. Naban - √ √ 12. Nazil √ √ √ 13. Nazwa - - √ 14. Novi √ √ √ 15. Rengga - - √ 16. Rifki - - √ 17. Romadoni - √ √ 18. Taman √ √ √ 19. Tito - √ √ 20. Udin - - - 21. Ulil √ √ √ 22. Zaki - - √
Jumlah 9 15 19
No. Aspek yang diamati Keaktifan Siswa
Prasiklus Siklus I Siklus II F % F % F % 1. Keaktifan bertanya 13 59.09 15 68.18 18 81.82 2. Mengemukakan pendapat 8 36.36 13 59.09 16 72.73 3. Menajwab pertanyaan 9 40.91 12 54.55 17 77.27
Rata-rata 45.45 60.61 77.27
74
Hasil Belajar
No Nama Siswa Nilai Siswa
Prasiklus Siklus I Siklus II 1. Azis 70 70 75 2. Azizah 75 80 90 3. Binta 55 60 70 4. Fitri 65 65 75 5. Hanisa 70 70 85 6. Inu 55 60 70 7. Iwan 55 60 70 8. Laila 65 70 90 9. Latif 65 70 80 10. Masud 56 60 75 11. Naban 60 60 75 12. Nazil 70 75 85 13. Nazwa 65 70 90 14. Novi 75 75 85 15. Rengga 60 60 75 16. Rifki 65 65 80 17. Romadoni 60 75 85 18. Taman 70 75 75 19. Tito 60 75 80 20. Udin 65 70 65 21. Ulil 70 80 80 22. Zaki 60 60 75
Jumlah 1411 1505 1730
Rata-rata 64.14 68.41 78.64
Tertinggi 75 80 90
Terendah 55 60 65