PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS … IRFAN... · 2018. 9. 26. · PENERAPAN ASUHAN...
Transcript of PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS … IRFAN... · 2018. 9. 26. · PENERAPAN ASUHAN...
-
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS
DEMAM TIFOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA KENDARI
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Salah Satu Persayaratan Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
MUH. IRFAN SAPUTRA
NIM: P0032015036
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
-
ii
-
iii
-
iv
MOTTO
Setiap orang punya
Jatah gagal
Habiskan jatah
Gagal mu saat muda
karya tulis ini kupersembahkan untuk
alamaterku
bangsa dan negaraku
kedua orang tuaku,dan saudara-saudaraku
doa, nasehat dan keikhlasan kalian
menunjang keberhasilanku
-
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama : Muhammad Irfan Saputra
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari/ 20 Mei 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Suku/ Bangsa : Moronene/ Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jln. Chairil Anwar Lrg. Durian No.43 Kel. Wua-
Wua
II. JENJANG PENDIDIKAN
1. SD Negeri 5 Baruga, Tamat tahun 2009
2. SMP Negeri 12 kendari, Tamat tahun 2012
3. SMK Tunas Husada Kendari, Tamat tahun 2015
4. Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan, Tamat tahun 2018
-
vi
ABSTRAK
Demam tifoid merupakan penyakit yang masih endemik di indonesia, di
wilayah kerja RSUD Kota Kendari masih banyak terdapat penderita demam
tifoid dan korban banyak di derita oleh anak-anak. Berdasarkan data yang
diperoleh RSUD Kota Kendari didapatkan pada tahun 2015 tercatat data
penderita tifoid dan paratifoid sejumlah 206 kasus, di tahun 2016 data
penderita tifoid dan paratifoid sebanyak 198 kasus, sedangkan di tahun 2017
tercatat jumlah penderita tifoid dan paratifoid meningkat dengan jumlah
penderita sebanyak 273 kasus dan diantaranya terdapat 73 penderita dengan
usai 5-14 tahun Tanda dan gejala pada penderita demam tifoid umumnya
terjadi demam, gangguan saluran pencernaan seperti mual muntah, hilangnya
nafsu makan serta pada lidah nampak selaput putih yang menutupi
permukaan lidah. Masalah dalam penelitian ini adalam bagaimana mengatasi
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dengan penyakit demam
tifoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efektivitas dari terapi
oral care dalam peningkatan nafsu makan anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi akibat dari penyakit tifoid. Subjuek studi kasus
ini yakni anak usia sekolah (6-12 tahun) yang menderita demam tifoid
dengan gejala mual muntah dan penurunan nafsu makan. Hasil studi kasus
diperoleh dengan diberikannya terapi oral care 2 kali sehari selama 3 hari
ditemukan hasil bahwa terjadi peningkatan nafsu makan pada anak secara
perlahan-lahan, hal ini dikarenakan kebersihan mulut yang terjaga sehingga
adanya rangsangan untuk makan dan merasakan makanan lebih baik
sehingga asupan menjadi meningkat. Bagi perawat pemberian teapi oral care
dapa dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan di mana perawat
terlibat secara aktif dan mandiri dalam kegiatannya.
Kata kunci : Demam Tifoid, Nutrisi, Asuhan Keperawatan Anak, dan Oral
Care
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
limpahan Rahmat dan Hidayah-nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus
Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisidi Rumah Sakit
Umum Daerahkota Kendari Tahun 2018” dapat terselesaikan.
Proses penyusunan Proposal penelitian ini telah melewati perjalanan
panjang dalam penyusunanya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril
dan materil dari pihak lain. Karena itu sepertinya penulis dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Hj. Nurjannah, BSc, SPd,M.Kes, selaku pembimbing I dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan membimbing penuh dan membantu penulis sehinggah
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Reni Deviyanti U, M.Kep,Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah
bersedia mengorbankan waktunya dalam memberikan bimbingan dan saran
kepada penulis.
5. Ibu Hj. St. Rachmi Misbah, SKp, M.Kes selaku penguji I, H. Taamu,
A.Kep,SPd,M.Kes selaku penguji II, Lena Atoy, SST,MPH selaku penguji III
yang telah memberikan kritik dan saran dalam karya tulis ilmiah ini serta
seluruh dosen dan staff yang telah mendidik dan membantu penulis selama
menjalani pendidikan jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari.
-
viii
6. Kepada kedua orang tua saya, ayah saya Joni Rege. ST dan ibu saya Munaisa
S.Pdi yang selalu menjadi pendorong bagi penulis untuk menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini serta yang selalu mendoakan penulis dan saudara-saudaraku
7. Spesial untuk Gita S Bahar yang telah memberi dukungan, motivasi dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
8. Teman-teman saya Arfan Salelu, Eky Pratama, Arif Hasanuddin, Hilya
Mahzura, Muh.Irfan, Dery Abdi Pratama, Astawan dan teman-teman angkatan
2015 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas
dorongan dan motivasinya
Akhirnya penulis menyadari bahawa Proposal penelitan ini Masih
jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan penulis sangat harapkan atas saran dan
kritirk, penulis ucapkan banyak terima kasih.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi Pembaca. Amin
Kendari, Agustus 2018
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ..........ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............. ............................................................. .iv
MOTTO .................................................. ............................................................. ..v
ABSTRAK .............................................. ............................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................ ............................................................. vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 5
C. TUJUAN SUDI KASUS 5
D. MANFAAT STUDI KASUS 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR DEMAM TIFOID
1. Pengertian 7
2. Etilogi 7
3. Patofisologi 8
4. Gejala klinis ........................................ ............................................................. 9
5. Pemeriksaan Penunjang 12
6. Penatalaksanaan 13
B. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEBUTUHAN NUTRISI
1. Pengakjian kebutuhan nutrisi 14
2. Diagnosa kebutuhan nutrisi 17
3. Perencanaan kebutuhan nutrisi 20
4. Pelaksanaan kebutuhan nutrisi 21
5. Evaluasi kebutuhan nutrisi 23
C. ORAL CARE
1. Pengertian................................................................................................ .... ... 24
2. Tujuan Oral Care ................................ ................................. .................. ........ 24
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral Care ..................... .................. ........ 25
4. Akibat Tidak Dilakukannya Oral Care ................................ .................. ........ 26
5. Waktu menyikat gigi .......................... ................................. .................. ........ 27
6. Indikasi ............................................... ................................. .................. ........ 27
7. Kontraindikasi .................................... ................................. .................. ........ 28
-
x
8. Prosedur Tindakan ............................. ................................. .................. ........ 28
D. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID
1. Pengkajian 29
2. Diagnosa keperawatan 33
3. Intervensi keperawatan 33
4. Implementasi keperawatan 34
5. Evaluasi 35
BAB III METODE STUDI KASUS
A. DESAIN PENELITIAN 36
B. SUBYEK STUDI KASUS 36
C. FOKUS STUDI 37
D. DEFINISI OPERASIONAL 37
E. TEMPAT DAN WAKTU 40
F. METODE PENGUMPULAN DATA 41
G. ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA 42
H. ETIKA STUDI KASUS 43
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari ......................................................... ...45
2. Sarana Gedung ................................................................................................. ...46
3. Ketenagaan ....................................................................................................... ...47
4. Visi ................................................................................................................... ...47
5. Misi .................................................................................................................. ...47
B. HASIL STUDI KASUS
1. Pengkajian ........................................................................................................ ...48
2. Diagnosa keperawatan ..................................................................................... ...56
3. Intervensi keperawatan .................................................................................... ...56
4. Implementasi keperawatan ............................................................................... ...57
5. Evaluasi keperawatan ....................................................................................... ...58
C. PEMBAHASAN .................................................................................................... ...60
BAB V KESIMPULAN
1. Kesimpulan .................................................................................................... ...63
2. Saran .............................................................................................................. ...64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 pathway demam tifoid ........................................................................ 9
Gambar 4.1 genogram keluarga ............................................................................. 49
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 intervensi keperawatan .......................................................................... 31
Tabel 4.1 indetitas saudara kandung ...................................................................... 49
Tabel 4.2 konsumsi makan sebelum sakit .............................................................. 52
Tabel 4.3 konsumsi makan selama sakit ................................................................ 53
Tabel 4.4 analisi data ............................................................................................. 55
Tabel 4.5 implementasi keperawatan ..................................................................... 57
Tabel 4.6 master tabel evaluasi .............................................................................. 59
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid adalah infeksi yang mengancam jiwa yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella Thypi. Hal ini biasanya menyebar melalui makanan dan
air yang terkonataminasi. Demam tifoid dapat diobati dengan antibiotik meski
meningkatkan resistensi terhadap berbagai jenis antibiotik yang membuat
perawatan menjadi lebih rumit. Bahkan sesorang yang pernah menderita
penyakit ini mungkin masih membawa bakteri tifoid, yang berarti mereka bisa
menyebarkannya ke orang lain melalui kotorannya. Diperkirakan 11-20 juta
orang sakit karena tifoid dan 128.000 sampai 161.000 orang meninggal dunia
setiap tahunnya akibat menderita tifoid. Masyarakat miskin dan kelompok
rentan termasuk anak-anak beresiko tinggi terserang penyakit tifoid.
(WHO,2017)
Saat ini penyakit demam tifoid dapat di jumpai pada negara yang
sedang berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi, serta kesehatan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Berdasarkan survei kesehatan rumah
tangga tahun 1985/1986 menunjukkan penderita demam tifoid sebesar 1200 per
105 penduduk/tahun. Umur penderita penyakit ini di indonesia dilaporkan antara
3-19 tahun. Angka kejadian pada penyakit ini tidak berbeda antara anak laki-laki
dan anak prempuan. (T.H. Rampengan, 2008)
Demam tifoid merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia
yang pada umumnya menyerang anak-anak usia dini dan remaja. Menurut data
tahun 2010 profil kesehatan Indonesia tifoid masih menjadi masalah kesehatan
-
2
di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak di rumah sakit
rawat inap tifoid menduduki peringkat ke- 3 setelah penyakit diare, dengan
jumlah penderita. Total kasus demam tifoid mencapai 41.081 penderita
yaitu 19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 permpuan 274 penderita
meninggal dunia. Case fatality rate (CFR) demam tifoid pada tahun 2010
sebesar 0,6%. Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid diperkirakan
terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahunnya. (Depkes RI,
2010)
Angka kejadian kasus demam thypoid di Indonesia diperkirakan rata-
rata 900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 jumlah kejadian demam tifoid dan
paratifoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap
dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2012
penderita demam thypoid dan parathypoid sejumlah 41.081 kasus pada
penderita rawat inap dan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 276 jiwa.
(Rois Kurnia Saputra, 2017)
Pasien di rumah sakit hampir selalu beresiko mengalami kekurangan
nutrisi karena penyakit yang diderita. Faktor langsung yang mempengaruhi
terjadinya penurunan status gizi adalah konsusmsi (asupan) makanan dan
penyakit infeksi. (Erlin Kurnia, 2016; Espasari, 2010).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan
salah satu masalah yang di alami pada penderita typhoid karena S.Typhi masuk
ke saluran pencernaan lewat minuman dan makanan yang terinfeksi,
-
3
meningkatkan asam lambung sehingga terjadi anoreksia (Nurarif & Kusuma,
2015).
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan merupakan suatu
keadaan ketika induvidu yang tidak puasa, mengalami atau beresiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat
atau metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan metaboli
(Carpenito, 2009).
Tugas perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien yakni
dengan cara memberikan HE (health education), memberikan terapi diet dan
intervensi perawatan dalam hal ini melakukan perawatan mulut (oral care), yang
bertujuan untuk mempertahankan kebersihan mulut, memberikan rasa nyaman
serta meningkatkan nafsu makan klien.
Usia sekolah (usia 6 sampai 12 tahun), merupakan salah satu masa
yang mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pada usia ini aktifitas fisik terus
meningkat. Asupan gizi yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas
diperlukan agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Pemberian gizi pada usia
ini biasanya tidak berjalan secara sempurna, karena faktor lingkungan yang
sangat mempengaruhi prilaku makannya (Nuryanto,2014 dalam Dimas,2017).
Berdasarkan data laporan tahunan di Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2014 jumlah kejadian demam tifoid adalah 3.828
kasus sedangkan pada tahun 2015 jumlah kejadian demam tifoid ini adalah
1.867 kasus, walaupun pada tahun 2015 terjadi penurunan kasus tetapi demam
tifoid ini masih termasuk penyakit yang sangat tinggi walaupun prevalensi tifoid
-
4
tahun 2015 turun angka namun kejadian demam tifoid termasuk dalam 10
penyakit terbesar di dua tahun terakhir. (Yunita Lestari, 2017)
Berdasarkan data yang diperoleh RSUD Kota Kendari didapatkan pada
tahun 2015 tercatat data penderita tifoid dan paratifoid sejumlah 206 kasus, di
tahun 2016 data penderita tifoid dan paratifoid sebanyak 198 kasus, sedangkan
di tahun 2017 tercatat jumlah penderita tifoid dan paratifoid meningkat dengan
jumlah penderita sebanyak 273 kasus dan diantaranya terdapat 73 penderita
dengan usai 5-14 tahun.(Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari)
Tifoid salah satu penyakit infeksi akut yang menyerang sistem
pencernaai disebabkan oleh bakteri salmonella thyphosa. Pada penderita demam
typhoid tanda dan gejala yang muncul adalah demam lebih dari 7 hari, sakit
kepala, mual, muntah, kembang, nyeri perut serta disertai pemeriksaan
penunjang seperti. Masalah tersebut akan menyebabkan penurunan nafsu makan
sehingga asupan nutrisi tidak adekuat(Lestari, 2016).
Berdasarkan data-data yang di peroleh di atas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Kasus Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di RSUD
Kota Kendari”.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai latar belakang yang di kemukakan diatas maka masalah dalam
penelitian ini adalah “Penerapan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus
Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”
-
5
C. TUJUAN
a. Tujuan umum
1. Melaksankan asuhan keperawatan anak dengan kasus demam
tifoid dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
pada anak dengan kasus demam tifoid
2. Menegakkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
pada anak dengan kasus demam tifoid
3. Menerapkan intervensi (tindakan) keperawatan pemeberian oral
care sbelum makan pada anak dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
4. Melakukan implementasi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
pada anak dengan kasus demam tifoid
5. Melakukan evaluasi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi pada
anak dengan kasus demam tifoid
D. MANFAAT STUDI KASUS
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti tentang asuhan keperawatan anak pada klien demam tifoid dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi di ruang mawar RSUD Kota Kendari.
2. Bagi pelayanan kesehatan
-
6
Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pelayanan
kesehatan pada anakyang mengalami demam tifoid.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
khususnya kepada orang tua anak tentang bahaya demam tifoid apabila
tidak ditangani dengan baik.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai data dasar atau pembanding bagi peneliti lain untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TEORI DEMAM TIFOID
1. Pengertian
Thyphoid abdominalis merupakan penyakit endemis di asia. Thypoid fever
(demam tifoid) adalah infeksi sistemik yang disebakan salmonella enterica,
khususnya turunannya yaitu salmonella thypi yang biasanya menyerang saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1 minggu.(Suratun, 2010)
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang terjadi pada saluran
pencernaan manusia terutama usus halus yang disebabkan oleh bakteri
salmonella thypi.
2. Etiologi
Thypus abdominalis disebabkan oleh salmonella thypi(S.thypi), paratyphi A,
parathypi B dan parathypi C. Salmonella thypi merupakan basil gram negative,
berflagel dan tidak berspora, anaerob fakultatif, masuk dalam keluarga
enterobacterisceae, panjang 1-3 um, dan lebar 0.5-0.7um, berbentuk batang
single atau berpasangan. Salmonella hidup dengan baik pada suhu 37℃ dan
dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut, dan sebu
selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang
terkontaminasi dan tiram beku. Parasit ini dapat dimatikan pada suhu 60℃
selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.
S.thypi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic berupa kompleks
-
8
polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam
tifoid akan terbentuk antibody terhadap ketiga macam antigen tersebut.
3. Patofisologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan/minuman yang tercemar
oleh salmonella thypi, sebagian kuman dapat dimusnahkan oeleh HCL lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa
usus kurang baik maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel dan
selanjutnya ke lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid dan
kelenjar getah bening mesenterika sehingga kelenjar ini akan mengalami
hipertropi. Basil tersebut masuk kedalam aliran darah melalui duktus thoracicus
dan menyebar ke seluruh organ retikuleondotelial tubuh terutama hati, sumsum
tulang belakang dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. Hati membesar
(hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit plasma dan sel mononuclear, serta
terdapat nekrosis fokal dan pembesaran limpa (splenomegali). Di organ ini
kuman S.thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi mengakibatkan
bakteremia kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise,
mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental dan
koagulasi), pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses
patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus dan
mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel
endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ lainnya. Pada
minggu pertama penyakit terjadi hyperplasia (pembesaran sel-sel plak peyeri,
-
9
disusul minggu kedua terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga ulserasi plak
peyeri dan selanjutnya dalam minggu keempat penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Gambar 2.1 pathway demam tifoid
4. Gejala klinis
Gejala klinis demam tifoid seringkali tidak khas dan sangat bervariasi yang
sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid tidak
khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai
diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik
-
10
berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau
timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini
mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja (Sudoyo
A.W., 2010).
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa
inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan,
lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
Gejala- gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai
dengan berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai
komplikasi hingga kematian
(Sudoyo A.W., 2010).
Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada
semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2
hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septikemia oleh karena
Streptococcus atau Pneumococcus daripada S.typhi. Gejala menggigil tidak
biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang hidup di daerah
endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh malaria (Sudoyo
A.W., 2010).
Demam tifoid dan malaria dapat timbul secara bersamaan pada satu
penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai
gejala meningitis, di sisi lain S.typhi juga dapat menembus sawar darah otak dan
menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi
-
11
gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut kadang
tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Penderita pada tahap lanjut dapat
muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus (Sudoyo A.W, 2010).
Gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkatsetiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,
penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu
tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa 19
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (Sudoyo, A.
W., 2010)
-
12
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi
1) Eritrosit: kemungkinan tendapat anemia terjadi gangguan absorbsi Fe
di usus halus adanya inflamasi, hambatan pembentukan eritrosit dalam
sumsum tulang atau adanya perforasi usus
2) Leucopenia polimorfonuklear (PMN dengan jumlah leukosit antara
3000 - 4000/𝑚𝑚3, dan jarang terjadi kadar < 3000/𝑚𝑚3. Leukopenia
terjadi sebagai akibat penghancuran lekosit oleh endtoksin dan
hilangnya eosinofil dari darah tepi. Namun dapat terjadi lekositosis,
limfositosis relatif pada hari ke sepuluh demam, peningkatan laju
endap darah
3) Trombositopenia, biasanya terjadi pada minggu pertama (depresi
fungsi sumsum tulang dan limpa).
b. Pemeriksaan urin, didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) dan lekosit
dalam urine.
c. Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena terjadi
perdarahan usus dan perforasi. Biakan tinja untuk menemukan salmonella
dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada minggu
ketiga dan keempat.
d. pemeriksaan pada bakteriologis, diagnosis pasti bila dijumpai kuman
salmonella pada tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
-
13
e. pemeriksaan serologis yakni aglutinasi antara antigen dan antibodi test widal
teaksi mulai positif pada. Selain itu tes widal meningkat sampai ke sepuluh
dan titer akan semakin berakhirnya penyakit.
f. pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada
kelainan atau komplikasi akibat demam typhoid.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pendertia tifoid adalah sebagai berikut :
a. Bed rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Minimal 7 hari bebas demam/ ± 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien. Tingkatkan personal hygiene, kebersihan tempat
pakaian, dan peralatan oleh pasien. Ubah posisi minimal tiap 2 jam untuk
menurunkan risiko terjadi dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan
buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang terjadi obstipasi dan
retensi urin, isolasi penderita dari desinfeksi pakaian dan ekskreta pasien.
b. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan
dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap dari mulai bubur saring,
bubur kasar hingga rasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus
sehingga risiko perforasi usus lebih tinggi.
c. Pemberian antibiotikum, anti radang anti inflamasi, dan anti piretik
1) Pemberian antibiotika
a) Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari.
b) Kotrimoksazol 6 mg/kgbb/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10
hari.
c) Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari
-
14
d) Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari
e) Untuk anak usia dini pilihan antibiotika yang utama adalah
kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi
pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat.
2) Anti radang (antiinflamas). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat
dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV, dibagi
3 dosis hingga kesadaran membaik.
3) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol.
4) Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.
B. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEBUTUHAN NUTRISI
1. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi
Pengkajian nutrisi merupakan bagian penting dari penilaian kesehatan
lengkap. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi status nutrisi anak-status
keseimbangan antara masukan nutrien pada penggunaan atau kebutuhan nutrien.
Pengkajian nutrisi yang menyeluruh mancakup informasi tentang masukan diet,
pengkajian klinis terhadap status diet, pengkajian klinis terhadap status nutrisi,
dan status biokimia. Pengkajian nutrisi merupakan langkah awal yang penting
dalam asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan preventif. Pengkajian
nutrisi membantu dalam mengidentifikasi kebiasaaan makan, kesalahpahaman,
dan gejala-gejala yang dapat memberi petunjuk adanya masalah nutrisi. Pada
pengkajian nutrisi ada beberapa hal yang perlu di perhatiakan adalah sebagai
berikut
a. Pengukuran berat badan
-
15
Pengukuran berat badan dipetakan pada grafik pertumbuhan. Berat badan
normal tetap dalam persentil yang sama dari pengukuran ke pengukuran
selanjutnya. Peningkatan atau penurunan berat badan yang tiba-tiba harus
diperhatikan.
b. Pengukuran tinggi badan
Pengukuran tiinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu
kurva/grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya.
c. Riwayat makanan
Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe makanan
yang dihindari ataupun diabaikan, makan yang lebih disukai yang dapat
digunakan untuk membantu merencanakan jenis makan untuk sekarang, dan
rencana makanan untuk masa selanjutnya.
d. Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain
kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang
lain.
e. Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah
penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
f. Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik atau pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang
dimulai selama wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau
observasi. Selama pemeriksaaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi,
-
16
palpasi auskultasi ditambahkan untuk menempatkan dan menyaring
pengkajian sistem tubuh. Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Inspeksi: adalah sederhana, tetapi merupakan tehnik yang
memerlukan keterampilan terlatih. Inspeksi melibatkan penggunaan
penglihatan, pendengaran, dan penghidup dalam pengkajian yang
sistematik pada bayi dan anak.
2) Palpasi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan jari dan telapak
tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur, bentuk, gerakanj,
dan area nyeri tekan.
3) Perkusi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan ketukan untuk
menghasilkan gelombang bunyi, yang ditandai dengan intensitas,
nada, durasi, dan kualitas.
4) Auskultasi: merupakan proses mendengarkan bunyi tubuh.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunkan stetoskop. Stetoskop
digunakan untuk bunyi dengan nada rendah (sebagai contoh, bunyi
kardiovaskular), dan diafragma (bagian datar) untuk bunyi dengan
nada tinggi (sebagai contoh gangguan pada paru-paru dan usus).
Pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut: rambut yang sehat
berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan
karena faktor usia, ; daerah diatas kedua pipih dan bawah kedua mata tidak
berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan
pemebuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun
mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna
merah terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak,
-
17
tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat
tidak tertarik ke bawah sampai di bawah permukaan gigi; gigi tidak
berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul
bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari
kuat dan berwarna kemerahan.
g. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb,
glukosa, elektrolit, dan lain-lain.
2. Diagnosa Kebutuhan Nutrisi
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial)
dari individu atau kelompok tempat anda secara legal mengidentifikasi dan anda
dapat memberikam intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk
mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi,
meliputi:
a. Perubahan nutrsi : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi:
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana intakenutrien seseorang kurang untuk mencukupi kebutuhan
metabolisme.
Berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan untuk menelan dan mencerna makanan;
-
18
2) Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien;
3) Peningkatan kebutuhan tubuh karena faktor biologi (nyeri, infeksi
rongga mulut,kelemahan otot menelan, nyeri mulut karena
patologi), psikologi (kurang tertarikuntuk makan, cepat kenyang
setelah makan, ketidakmampuan mencernamakanan), atau faktor
ekonomi (pendukung kurang makanan);
4) Kurang informasi, misinformasi, miskonsepsi tentang nutrisi;
5) Beberapa kondisi: kanker, trauma termal, sepsis, peningkatan
kebutuhan tubuh.
Ditandai dengan:
1) Kehilangan berat badan dengan intake makanan adekuat;
2) Kehilangan berat badan dengan intake kurang dari yang
dibutuhkan;
3) Catatan: berat badan ≥ 20% di bawah ideal memungkinkan
konsekuensinyaterhadap fungsi tubuh.
b. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
Definisi:
Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana intakenutrien seseorang melebihi kebutuhan metabolisme.
Berhubungan dengan:
1) Intake berlebihan berhubungan dengan kebutuhan metabolik
yang menghasilkan peningkatan berat badan;
2) Gaya hidup yang menetap yang menurunkan metabolik;
3) Hipotiroidisme juga menurunkan metabolisme;
-
19
4) Intake berlebihan dihubungkan dengan disfungsi pola makan;
5) Pola makan yang mendukung kenaikan berat badan (pasangan
makanan sama, konsentrasi intake makanan di malam hari;
6) Makan di luar (situasi waktu dan sosial), banyak makan karena
distress emosi.
Ditandai dengan:
1) Berat badan 10 – 20% lebih dari ideal;
2) Trisep skinfold > 15 mm pada laki-laki, dan 25 mm pada wanita.
c. Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh
Definisi:
Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh terjadi jika
seseorang berisikomengalami intake nutrien yang melebihi kebutuhan
metabolisme.
Berhubungan dengan:
1) Pengunaan makanan solid sebelum usia 4 – 6 bulan;
2) Penggunaan makanan untuk kenyamanan atau hadiah;
3) Pasangan makanan yang sama;
4) Konsentrasi intake di malam hari;
5) Makan di luar, atau banyak makan.
Ditandai dengan:
1) Obesitas satu atau kedua orang tua;
2) Transisi pertumbuhan bayi dan anak yang cepat;
3) Disfungsi pola makan.
-
20
d. Kerusakan/gangguan menelan
Definisi:
Kerusakan/gangguan menelan adalah mekanisme fungsi menelan
abnormalberhubungan dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring,
atau esofagus.
Berhubungan dengan:
1) Kerusakan neuromuskular: menurun atau tidak adanya gag
refleks, kekuatan ototmengunyah menurun, kerusakan persepsi,
paralisis fasial;
2) Obstruksi mekanik: edema, trakheostomi tube, tumor;
3) Fatigue;
4) Kurang semangat;
5) Rongga oroparing kemerahan akibat infeksi;
6) Kesadaran berkurang.
Ditandai dengan:
1) Sulit menelan (stasis makanan di rongga mulut, batuk, atau
tercekik;
2) Aspirasi.
3. Perencanaan Kebutuhan Nutrisi
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda
mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah efektif dan efisien.
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan yang
-
21
membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan, di antaranya
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dari pasien, nilai dan kepercayaan
pasien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,
kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis
tujuan, serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam
memilih tujuan, menulis instruksi keperawatan, dan bekerja sama dengan tingkat
kesehatan lain.
Tujuan merupakan hasil yang ingin diicapai untuk mengatasi masalah
diagnosi keperawatan. Tujuan yang ditetapkan merupakan perubahan perilaku
pasien yang diharapkan setelah tindakan keperawatan berhasil dilakukan.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang
merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa
tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan. Kriteria hasil
merupakan batasan karakteristik atau indikator keberhasilan dari tujuann yang
telah ditetapka. Selain itu, kriteria hasil berorientasi pada masalah dan
kemungkinan penyebab dan merujuk pada simtom dan meliputi empat aspek
yaitu kognitif( pengetahuan), afektif (perubahan status fungsi), psikomotor
(perilaku), dan perubahan fungsi tubuh.
Rencana tindakan dilaksanakan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil
dengan menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dalam mengatasi
masalah pasien dan merupakan desain spesifik untuk membantu pasien dalam
mencapai tujuan dan kriteria hasil.
Gangguan kebutuhan nutrisi pada anak yang menderita demam tifoid ini
dapat disebabkan oleh menurunnya nafsu makan akibat adanya perasaan mual.
-
22
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada beberapa hal yang dilakukan dalam
penentuan perencanaan, tujuan dan kriteria hasil serta rencana tindakan asuhan
keperawatan. Seperti meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang salah
satunya dengan mempertahankan kebersihan mulut (oral hygiene).
4. Pelaksanaan Kebutuhan Nutrisi
Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap pelaksanaan
merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan.
Dalam pelaksanaan kebutuhan nutrisi ada beberapa tindakan keperawatan
yang perlu diketahui yaitu pemberian nutrisi melalui oral, pemberian nutrisi
melalui pipa penduga/lambung, dan pemberian nutrisi melalui parenteral.
a. Pemberian nutrisi melalui oral
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara dengan cara membantu
memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada pasien.
b. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu
menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa
penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien.
-
23
c. Pemberian nutrisi melalui parenteral
Merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi
parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial).
Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada psien yang tidak
bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan tujuan untuk
menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan
nutrisi harian.
5. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir
proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil. Tahap evaluasi terdiri atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama proses
perawatan berlangsung atau menilai respon pasien, sedangkan Evaluasi hasil
adalah evaluasi yang dilakukan atas target tujuan yang diharapkan.
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai
dengan adanya kemampuan dalam
-
24
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukan dengan adanya kemampuan
dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang
dari kebutuhan,
b. Terpenuhnya kebutuhan nutrisi ditujukan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditujukan dengan
adanya proses pencernaan makan yang adekuat.
C. ORAL CARE
1. pengertian
Oral care dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting masalah mulut
dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah
terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur. Oral care menupakan
tindakan untuk membensihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi. Oral care
bertujuan untuk : 1) mencegah penyakit gigi dan mulut;, 2) mencegah penyakit
yang penularannya melalui mulun, 3) mempertinggi daya tahan tubuh , dan 4)
memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafu makan(Clark, 2005)
2. Tujuan Oral care
a. Agar mulut tetap bersih /'tidak berbau
b. Mencegah infeksi mulut, bibir dan lidah pecah-pecah stomatitis
Membantu merangsang nafsu makan
c. Meningkatkan daya tahan tutuh
d. Melaksanakan kebenihan perorangan
e. Merupakan suatu usaha pengobatan.
-
25
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral care
a. Status Sosial Ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan
klien menyediakan bahan-bahan yang penting seperti pasta gigi.
b. Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat
mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak. anak-
anak mendapatkan praktik oral care dari orang tua mereka.
c. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang dapat membuat orang enggan memenuhi kebutuhan
hygiene pribadi. Pengetahuan tentang oral care dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik oral care. Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk
melakukan oral hygiene.
d. Status Kesehatan
Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada tangan mengalami penurunan
kekuatan tangan atau keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
hygiene mulut
e. Cacat Jasmani / Mental Bawaan
Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri.
4. Akibat Tidak Dilakukannya Oral care
-
26
a. Masalah umum
1) Karries gigi
Karries gigi merupakan masalah umum pada orang muda, perkembangan
lubang merupakan proses patologi yang mellibatkan kerusakan email
gigi dikarenakan kekurangan kalsium.
2) Penyakit periodontal
Adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran pe-
riodontal.
3) Plak
Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala
gigi pada margin gusi.
4) Halitosis
Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga
mulutakibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau proses
infeksi. Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali
penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes
5) Keilosis
Merupakan gangguan bibir retak, tenatama pada sudut mulut. Defisiensi
vitamin, nafas mulut, dan salivasi yang berlebihan dapat menyebabkan
keilosis
b. Masalah mulut lain
1) Stomatitis
Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi,
defisiensi obat kemoterapi.
-
27
2) Glosisitis
Peradangan lidah hasil karena infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau
gigitan.
3) Gingivitis
Peradangan gusi biasanya akibat hygiene vitamin, atau diabetes mellitus.
Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki
masalah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan
mudah mengarah kepada malnutrisi
5. Waktu menyikat gigi
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya dua kali sehari (setelah makan dan waktu
tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif.
6. Indikasi
a. Pada pasien lumpuh
b. Pada pasien sakit berat
c. Pada pasien apatis
d. Pada pasien stomatitis
e. Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulutPada pasien yang tidak
mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri.
7. Kontraindikasi
a. Perhatikan perawatan mulut pada pasien yang menderita penyakit diabetes
dapat beresiko stomatitis ( penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi,
radiasi dan itubasi selang nase gratik)
b. Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya.
-
28
8. Prosedur tindakan
a. Kapas lidi
b. Sikat gigi dan pasta gigi
c. Handuk dan tissu
d. Kom kecil
e. Bengkok
f. Gelas dengan air
g. Perlak
h. Sarung tangan sekali pakai
i. masker
Langkah-langkah tindakan yang dilakukan :
a. Mengucapkan salam
b. Memberitahu pasien
c. Menyiapkan posisi pasien
d. Mencuci tangan
e. Menyiapkan alat (alat alat didekatkan)
f. Memakai sarung tangan dan masker
g. Meletakkan perlak di bawah dagu pasien
h. Meletakkan handuk diatas perlak
i. Meletakkan bengkok di dekat kepaia pasien (mendekati daerah
j. Menyiapkan sikat gigi dan memberi pasta gigi
k. Memberikan air kumur kepada pasien
l. Menyikat gigi pasien mulai dari bagian depan gigi bagian atas lalu bagian
bawah
-
29
m. Menyikat gigi samping kanan (bagian sisi atas dan bawah, bagian dalam
atas dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah )
n. Menyikat gigi samping kiri (bagian sisi atas dan bawah, bagian dalam atas
dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah)
o. Menyikat bagian dalam gigi depan atas dan bawah sampai pada langit-langit
p. Memberikan air kumur pada pasien sampai bersih
q. Membersihkan bibir dan mulu pesien dengan tissu dan handuk
r. Mengevaluasi pasien
s. Membereskan alat-alat
t. Mengucapkan salam
u. Mencuci tangan
v. Mendokumentasikan kegiatan pada catatan perawatan
D. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID
1. Pengkajian
Pengkajian klien dengan typhoid adalah sebagai berikut
a. Keluhan utama
Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan kurang
bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
b. Suhu tubuh.
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
-
30
kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam.Pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
c. Kesadaran.
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun hanya dalam kondisi
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali
bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).Disamping
gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama
demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada
anak besar.
d. Aktivitas istirahat
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia akibat diare.
Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas terkait efek proses
penyakit.
e. Sirkulasi
respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyer),
kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K) hipotensi, membrane
mukosa kering, turgor kulit menurun, lidah pecah pecah (akibat kekurangan
cairan)
f. Integritas ego
1) Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tidak berdaya/tidak ada
harapan, stress terkait dengan pekerjaan atau biaya pengobatan yang
mahal.
-
31
2) Menolak, perhatian menyempit, depresi.
g. Eliminasi
1) Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair.
Diare berdarah dapat ditemukan, tidak dapat dikontrol atau kram
(tenesmus). Defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.
2) Menurunnya bising usus, bunyi peristaltik kadang tidak terdengar,
oliguria.
h. Makanan/cairan
1) Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, intoleransi terhadap
makanan/minuman seperti buah segar/sayur, produk susu makan dan
berlemak
2) Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat dan inflamasi rongga
mulut.
i. Nyeri/kenyamanan
1) Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, nyeri mata, foto-fobia.
2) Nyeri tekan abdomen, distensi abdomen.
j. Keamanan
1) Anemia, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut.
penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk susu.
2) lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uvetis, konjungtivitis,
iritis.
k. interaksi sosial
-
32
Gangguan hubungan atau peran terkait hospitalisasi, ketidakmampuan
aktif dalam kegiatan sosial.
l. hygiene
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.
m. Pemeriksaan fisik
1) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan
tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.
2) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
3) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
n. Pemeriksaan laboratorium:
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,
limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit.
2) Darah untuk kultur dan widal.
3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering
ditemukan dalam urin dan feses
4) Pemeriksaan widal untuk membuat diagnosa, pemeriksaan yang
diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai
1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.
2. Diagnosa Demam Tifoid Pada Anak
Diagnosa prioritas yang biasa muncul pada penderita deman tifoid ialah:
-
33
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake
makanan tidak ade kuat
3. Intervensi keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi keperawatan pada diagnosa
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil
(NOC)
Intervensi
Keperawatan
(NIC)
Rasional
Ketidak
seimbangan nutris
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake
makanan yang
tidak adekuat
karena klien tidak
nafsu makan
Status nutrisi
Tujuan:
Pemenuhan
kebutuhan
nutrisi yang
adekuat
Kriteria hasil:
1. Tidak ada
mual
2. Nafsu
makan
meningkat
3. Makanan
habis 1
porsi
4. Berat badan
Manajemen
nutrisi:
1. Kaji pola
makan dan
status nutrisi
klien
2. Berikan
makanan lunak
selama fase
akut
3. Berikan
makanan porsi
kecil tapi
sering
4. Jelaskan
pentingnya
1. Sebagai dasar
untuk menentukan
intervensi
2. Mencegah iritasi
usus dan abdomen
3. Mencegah
rasangan mual/
muntah.
4. Agar klien
kooperatif dalam
pemenuhan
nutrisi.
5. meningkatkan
nafsu makan.
-
34
meningkat/
normal
intake nutrisi
yang adekuat
Bantuan
perawatan diri
(NIC):
5. Lakukan
perawatan
mulut (oral
care) secara
teratur dan
sering
Aktivitas
kolaboratif
6. Berikan terapi
antimetik
sesuai program
6. untuk mengontrol
mual dan muntah
sehingga dapat
meningkatkan
asupan makanan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam
kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan melakukan
observasi pada klien sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
-
35
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan
perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat.
Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data atau keluhan
pasien atau keluarga pasien dengan melakukan observasi sebelum
melakukan tindakan dan setelah melakukan tindakan apakah mengalami
perubahan atau tidak.
-
36
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran bagaimana
penerapan asuhan keperawatan anak pada klien demam tifoid dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi di ruang Mawar RSUD Kota Kendari.
B. Subyek studi kasus
Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah (6 tahun–
12 tahun) yang mengalami gangguan kesehatan dengan diagnosa medis demam
tifoid atau typhoid abdominalis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang subyek penelitiannya mewakili
seluruh subyek penelitian yang memenuhi syarat. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah :
a. Pasien yang mendapatkan perawatan dengan demam tifod yang memiliki
masalah keperawatan ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh di RSUD Kota Kendari
b. Pasien dalam kesadaran baik (compos mentis)
c. Nadi dan suhu tubuh anak dalam batas normal
d. Orang tua pasien bersedia untuk menjadi responden
-
37
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,
Dalam pemberian oral care, kriteria eksklusi ini adalah:
a. Anak diluar usia sekolah
b. Orang tua pasien yang tidak menyetujui untuk jadi responden.
C. Fokus studi
1. Pemenuhan kebetuhan nutrisi pada anak dengan kasus klien demam tifoid.
2. Penerapan perawatan mulut (oral care) secara teratur dan sering pada anak
dengan demam tifoid
D. Definisi operasional
1. Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan salmonella
thypi, yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini menular melalui
makanan, feses, lalat, dan instrument kesehatan.
2. Kebutuhan nutrisi adalah proses masuknya makanan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan untuk menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh.
3. Asuhan keperawatan merupakan proses pemberian pelaksaan keperawatan
secara langsung yang terdiri dari :
a. Pengkajian yang menyeluruh mencakup informasi tentang masukan diet,
pengakajian klinis terhadap status diet, pengkajian nutrisi merupakan
langkah awal yang pentong dalam asuhan keperawatan dan pelayanan
kesehatan preventif. pengkajian nutrisi membantu dalam
-
38
mengidentifikasi kebiasaan makan, kesalahpahaman, dan gejala-gejala
yang dapat memberi petunjuk adanya masalah nutrisi.
b. Diagnosa keperawatan merupakan suatau pertanyaan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat anda
secara legal mengidentifikasi dan anda dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
Dalam penilitian ini peniliti memfokuskan pada diagnosa keperawatan,
perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Definis :
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana intake nutrien seseorang kurang untuk mencukupi kebutuhan
metabolisme.
Ditandai dengan : kehilangan berat badan dengan intake kurang dari
yang dibutuhkan
c. Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, dan
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda
mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah efektif dan efisien.
d. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam
kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan
-
39
melakukan observasi pada klien sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
e. Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan
perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
dibat. Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data
keluhan pasien dilakukan observasi sebelum dan setelah melakukan
tindakan apakah mengalami perubahan atau tidak
4. Oral care dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting masalah mulut
dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Manfaat dilakukannya oral care yakni untuk memperbaiki fungsi mulut
untuk meningkatkan nafu makan, oral care efektif dilakukan 2 kali dalam
sehari
5. Dalam penilitian ini peniliti akan melakukan tindakan perawatan mulut (oral
care). Tindakan ini akan peniliti lakukan sebanyak 2 kali dalam sehari
selama 3 hari perawatan, untuk satu kali tindakan peniliti akan melakukanya
kurang lebih 10 sampai 15 menit dengan kriteria hasil Nafsu Makan :
a. Hasrat/ keinginan untuk makan: Tidak terganggu (5)
b. Intake makanan: Tidak terganggu (5)
c. Merasakan makanan: Tidak terganggu (5)
d. Rangsangan untuk makan: Tidak terganggu (5)
Dalam melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi dibutuhkan alat ukur
untuk melihat bagaiman intensitas yang dirasakan klien dan tingkat
keberhasilan suatu intervensi terhadap masalah yang dialami klien,
dengan menggunakan kriteria objektif:
-
40
a. Sangat terganggu (1)
b. Banyak terganggu (2)
c. Cukup terganggu (3)
d. Sedikit terganggu (4)
e. Tidak terganggu (5)
NIC: manajemen nutrisi : bantuan perawatan diri pemberian makan
a. Berikan kebersihan mulut (oral care) sebelum makan
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan
nutrisi yang tidak mencukupi unutk memenuhi kebutuhan. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan batasan karakteristik nafsu makan untun
mendukung diagnosa tersebut, adapun cara rumus pengukurannya sebagai
berikut.
Jumlah skor X 100
Total skor
Dengan kriteria :
Indeks 0% – 19,99% : Sangat terganggu
Indeks 20% – 39,99% : Banyak terganggu
Indeks 40% – 59,99% : Cukup terganggu
Indeks 60% – 79,99% : Sedikit terganggu
Indeks 80% – 100% : Tidak terganggu
E. Tempat dan waktu
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Mawar Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari dan dilaksanakan pada 17 Juli - 20 Juli 2018.
-
41
F. Metode pengumpulan data
Sumber data yang di gunakan dalam studi kasus ini adalah data primer dan
data sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian atau
wawancara terhadap responden (klien maupun keluarga klien). Sedangkan data
sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini di peroleh dari status klien
dan rekam medis di RSUD Kota Kendari.
1. Data primer
Adalah data yang secara langsung diambil dari subyek penelitian oleh
perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh dari.
a. Wawancara yaitu motede yang digunakan untuk mengumpulkan
data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian
secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau
bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut(face to
face).
b. Observasi Adalah suatu prosedur terencana antara lain meliputi:
melihat, mencatat jumlah data, syarat-syarat aktivitas tertentu
yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti.
c. Pemeriksaan fisik Pengkajian fisik atau pemeriksaan fisik adalah
proses berkelanjutan yang dimulai selama wawancara, terutama
dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama
pemeriksaaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi, palpasi
auskultasi ditambahkan untuk menempatkan dan menyaring
pengkajian sistem tubuh.
-
42
2. Data sekunder
Data sekunder adalah yang didapatkan tidak secara langsung dari objek
penelitian. Data sekunder didapat dari, meliputi:
a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada obyek penelitian, namum melalui
dokumen.
b. Kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data yang di peroleh
atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian
memanfaatkan teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil
penelitian lain untuk kepentingan penelitian.
G. Analisis dan penyajian data
Setelah berhasil mengumpulkan data dari informan, maka peneliti
melakukan proses pengolahan data dengan cara content analysis (analisis isi)
yang mengkaji dokumen berupa kategori umum dari makna data yang di
kumpulkan dan hasil wawancara serta diskusi yang telah dilakukan peneliti
dengan informan. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan tiga alur, sebagai berikut.
1. Reduksi data
Analisis pada tahap ini merupakan proses pemulihan, pemutusan,
penyerdehanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang ditemukan
di lapangan, dengan kata lain pada tahap ini dilakukan analisis untuk reduksi
data yang tidak perlu, dan di lakukan secara terus menerus selama
pengumpulan data berlangsung.
-
43
2. Penyajian data
Penyajian data adalah menyajikan data yang telah di reduksi pada alur
pertama dan kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan uraian penjelasan
data dari informan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam pengumpulan data yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi data yang dapat menjawab sumusan masalah yang sudah
dirumuskan sejak awal.
H. Etika studi kasus
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin
kepada institusi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Kota Kendari.
Pertimbangan etik dalam peneltitian ini dilaksanakan dengan memenuhi prinsip-
prinsip The Five Right Of Human Subjects In Research (Macne, 2004).
1. Informent concent (lembar persetujuan menjadi responden)
Informent concent di berikan kepada responden yang akan diteliti
disertai judul penelitian, apabila responden menerima atau menolak, maka
peneliti harus mampu menerima keputusan rsponden.
2. Aninimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama
responden tetapi akan mengganti menjadi inisial atau kode responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
-
44
4. Beneficience
Penelitian melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan
ketidaknyamanan fisik.
5. Full disclosure
Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat keputusan
secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan keputusan
tersebut tidak dapat di buat tanpa memberikan penjelasan selengkap-
lengkapnya.
-
45
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD. Kota Kendari awalnya terletak di kota Kendari, tepatnya di
Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas
bangunan 1.800 M2RSUD. Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung
peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan
telah mengalami beberapa kali perubahan antara lain :
a. Dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1927
b. Dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 –
1945
c. Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 – 1960
d. Menjadi RSU. Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989
e. Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001
f. Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota
Kendari No.17 Tahun 2001
g. Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD. Abunawas Kota Kendari
oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003
h. Pada Tahun 2008 , oleh pemerintah Kota Kendari telah membebaskan
lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit, yang dibangun
secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP, DAK dan
DPPIPD
-
46
i. Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah
Abunawas Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak
di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel Kambu Kec. Kambu Kota
Kendari.
j. Pada tanggal 12 – 14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM
Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ), dan berhasil terakreditasi
penuh sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi & Manajemen, Rekam
Medik, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD )
k. Berdasarkan SK Walikota Kendari no 16 Tahun 2015 tanggal 13 Mei
2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari sesuai PERDA
Kota Kendari No. 17 Tahun 2001
2. Sarana Gedung
` RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sbb :
a. Gedung Anthurium ( Kantor )
b. Gedung Bougenville ( Poliklinik )
c. Gedung ( IGD )
d. Gedung Matahari ( Radiologi )
e. Gedung Crysant ( Kamar Operasi )
f. Gedung Asoka ( ICU )
g. Gedung Teratai ( Obgyn - Ponek )
h. Gedung Lavender ( Rawat inap penyakit dalam
i. Gedung Mawar ( Rawat Inap Anak )
j. Gedung Melati ( Rawat Inap Bedah )
k. Gedung Tulip (Rawat Inap Saraf & THT)
-
47
l. Gedung Anggrek ( Rawat Inap VIP, Kls I dan Kls II )
m. Gedung Instalasi Gizi
n. Gedung Loundry
o. Gedung Laboratorium
p. Gedung Kamar Jenazah
q. Gedung VIP
r. Gedung ICU, Bedah Sentral, IGD, Apotek (Pembangunan Tahun
2016)
s. Gedung PMCC ( Private Medical Care Centre ) dalam proses
pembangunan menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD. Kota Kendari
dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 11
buah mobil operasional dokter spesialis dan 10 buah sepeda motor.
3. Ketenagaan
Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD. Kota Kendari pada tahun 2016
sebanyak 486( 198 PNS dan 288 Non PNS ) ,yang terdiri dari dari :
a. Tenaga medis
b. Tenaga paramedis Perawatan
c. Tenaga paramedis non perawatan
d. Tenaga administrasi
4. Visi
“ RUMAH SAKIT PILIHAN MASYARAKAT "
5. Misi
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan pelayanan
yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh masyarakat.
-
48
b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari
menjadi RS mitra keluarga.
c. Meningkatkan SDM , sarana dan prasarana medis serta non medis
serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman
bagi petugas, pasien dan keluarganya serta masyarakat pada
umumnya.
B. HASIL STUDI KASUS
Nama Mahasiswa :Muhammad Irfan Saputra
Nim : P00320015036
No Rekam Medik :16-45-67
Ruangan/RS : Mawar/ RSUD Kota Kendari
Diagnosa Medis : Thypoid Fever
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
a) Nama /Nama Panggilan : An. S
b) Tempat tanggal lahir : SAWA,01-09-2011
c) Jenis Kelamin : Laki-Laki
d) Agama : Islam
e) Pendidikan : SD
f) Alamat : Jalan Made Sabara no.3
g) Tanggal Masuk : 16 Juli 2018
h) Tanggal Pengkajian : 17 Juli 2018
i) Diagnosa Medis : Thypoid Fever
j) Rencana Terapi : oral care
-
49
2) Identitas Orang Tua
a) Ayah b). Ibu
a) Nama : Tn J a). Nama : Ny R
b) Usia : 29 thn b). Usia : 29 thn
c) Pendidikan: S1 c). Pendidikan : SMS
d) Pekerjaan : swasta d). Pekerjaan : IRT
e) Agama : islam e). Agama : islam
3) Identitas Saudara Kandung
Table 4.1
No Nama Usia hubungan
1 An. A 10 bln Saudara
kandung
4) Genogram keluarga
29 29
8 th 10 bln
-
50
a. Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit
1) Keluhan utama
Klien datang dengan keluhan demam hari ke-4 disertai dengan mual dan
muntah
2) Keluhan saat dilakukan pengkajian
An.S mengatakan ia tidak nafsu makan, ia merasa makanan yang
dimakannya terasa tidak enak serta cepat merasa kenyang. Ny.R ibu dari
klien mengatakan anaknya selama sakit hanya menghabiskan 2 sendok
makan dari porsi yang diberikan
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Ibu klien mengatakan anaknya demam sejak 5 hari pada malam hari
b) Timbulnya secara tiba-tiba
c) Kondisi masih sama dengan sebelumnya,saat ini klien masih sulit untuk
makan
d) Untuk mengatasi demamnya keluarga hanya meberikan obat penurun
panas, paracetamol yang dibeli di warung
2) Riwayat Kesehatan Lalu
Klien sebelumnya tidak pernah menjalani proses operasi ataupun di
rawat di rumah sakit
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit turunan atau penyakit yang menurun kegenerasi berikutnya
c. Riwayat psikososial
-
51
Klien tinggal bersama kedua orang tuanya, klien tinggal di rumah pribadi
milik orang tuanya, klien memiliki beberapa teman di sekitar lingkungan
tempat ia tinggal. Klien memilik hobi bermain game di gadget ataupun
handphone.
d. Reaksi hospitalisasi
1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a) Ibu klien mengatakan anaknya di bawa ke rumah sakit karena demam
yang sudah 3 hari di sertai mual muntah yang tidak kunjung membaik
selama dirawat di rumah.
b) Saat ini kedua orang tua klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan
sehat kembali seperti dulu
c) Selama dirawat di rumah sakit keluarga klien selalu datang berkunjung
d) Selama klien dirawat di rumah sakit ibu klien yang tinggal serta menjaga
klien di rumah sakit
2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
a) An.S mengatakan ia di bawah kerumah sakit karena ia sedang sakit
demam
b) Klien tidak tahu apa yang membuat ia sakit
c) Klien mengatakan ingin cepat pulang kerumahnya
e. Aktivitas sehari – hari
1) Riwayat kebutuhan nutrisi
a) Sebelum sakit
1) Problem pemasukan nutrisi
Nafsu makan : biasa
-
52
Apakah ada gangguan : tidak
Apakah ada kesulitan mengunyah : tidak ada
Jumlah gigi : Atas 10 , Bawah 10
Apakah mengalami kesulitan menelan: tidak
2) Pola dan Kebiasaan makan :
Konsumsi makan :
Table 4.2 konsumsi makanan sebelum sakit
Waktu Jenis Jumlah/Porsi
07.00 - -
11.00
Nasi, dan
sayur, ikan
Porsi sedang
19.00
Nasi, dan
sayur, ikan
Porsi sedang
3) Jenis makanan yang paling disukai : makanan pedas dan daging
4) Jenis makanan yang tidak di sukai : sayur-sayuran
5) Apakah ada alergi terhadap makanan : tidak ada
6) Apakah makanan di batasi : tidak
7) Intake cairan :
Air putih 8 , gelas/hari
Air teh - , gelas/hari
Susu - , gelas/hari
b) Selama sakit
1) Problem pemasukan nutrisi
-
53
Nafsu makan : menurun
Apakah ada gangguan : Ya
Alasan : klien merasa cepat kenyang, dan mengalami mual disertai
muntah.
Apa yang menyebabkan gangguan : gejala dari proses perkembangan
penyakit
Apakah ada kesulitan mengunyah : tidak ada
Jumlah gigi : Atas 10, Bawah 10
Apakah mengalami kesulitan menelan: tidak
2) Pola dan Kebiasaan makan :
Konsumsi makan :
Table 4.3 konsumsi makanan selama sakit
Waktu Jenis Jumlah/Porsi
07.00 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan
12.00 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan
17.30 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan
3) Jenis makanan yang paling disukai : makanan pedas dan daging
4) Jenis makanan yang tidak di sukai : sayur-sayuran
5) Apakah ada alergi terhadap makanan : tidak ada
6) Apakah makanan di batasi : tidak
7) Intake cairan :
Air putih 8 , gelas/hari
Air teh - , gelas/hari
Susu - , gelas/hari
-
54
c) Personal Hygiene
Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya belum pernah mandi dan
hanya mengganti pakaian kotor dengan pakaian bersih tanpa melakukan
kebersihan perorangan (personal hygiene) baik itu mandi, menggosok gigi,
dan lain sebagainya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum Klien
Saat ini An.S masih berbaring lemah ditempat tidur,kesadaran
composmentis dengan hasil GCS 15, ekspresi wajah klian nampak murung,
klien berpakain rapi, kebersihan klien nampak buruk salah satunya dapat
dilihat pada kondisi bibir dan rongga mulut klien yang nampak kering,
pecah-pecah dan beraroma tidak sedap
2) Tanda-Tanda Vital
a) Tekana darah : 110/80 mmHg
b) Suhu : 36,4℃
c) Nadi : 89x/menit
d) Pernapasan : 20x/menit
3) Sistem pencernaan
a) Sklera : ikterik (-)
b) Bibir : mukosa bibir nampak kering dan pecah-pecah
c) Mulut : stomatitis (-), bau mulut tidak sedap, kondisi rongga mulut
nampak kotor, kondisi gigik nampak kuning, pada daerah lidah nampak
selaput putih menutupi permukaan lidah, kemampuan menguyah baik,
tidak terdapat adanya gangguan menelan
-
55
d) Gaster : klien merasa kembung
e) Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
f) Anus : ibu klien mengatakan hingga hari ini selama sakit klien hanya
BAB 2 kali
g. Klasifikasi data
1) Data subjektif
a) Ibu klien mengatakan anaknya demam hari ke-4 disertai dengan mual
dan muntah
b) An.S mengatakan ia tidak nafsu makan, merasa makanan yang
dimakannya tidak enak
c) Klien mengatakan cepat merasa kenyang
d) Ibu klien mengatakan klien hanya makan 2 sendok dari porsi yang
diberikan
2) Data objektif
a) Tanda-tanda vital : tekanan darah 110/80mmHg, suhu 36,4℃, nadi
89x/menit, pernafasan 20x/menit
b) klien nampak lemah
c) klien nampak mengalami mual
d) klien nampak tidak menghabiskan porsi makannya
e) kondisi mulut klien nampak kotor ditandai dengan mukosa bibir yang
kering dan pecah-pecah, kondisi gigi nampak kuning, lidah nampak kotor
dan bau mulut klien tidak sedap
-
56
2. Diagnosa keperawatan
a. Analisis data
Table 4.4 analisis data
Data Etiologi Masalah
Ds:
- An.S mengatakan ia tidak nafsu makan,
merasa makanan
yang dimakannya
tidak enak
- Cepat merasa kenyang
- Ibu klien mengatakan klien
hanya makan 2
sendok dari porsi
yang diberikan
Do:
- Tanda-tanda vital : tekanan darah
110/80mmHg, suhu
36,4℃, nadi 89x/menit,
pernafasan
20x/menit
- klien nampak lemah - klien nampak
mengalami mual
- klien nampak tidak menghabiskan porsi
makannya
- kondisi mulut klien nampak kotor
ditandai dengan
mukosa bibir yang
kering dan pecah-
pecah, kondisi gigi
nampak kuning,
lidah nampak kotor
dan bau mulut klien
tidak sedap
Invasi salmonela typhi
Saluran pencernaan
Usus halus
Inflamasi
Mual muntah
Intake nutris tidak adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
-
57
b. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data-data yang diperoleh maka peneliti menegakkan
diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan nutrisi tidak adekuat, mual muntah
3. Intervensi keperawatan
Dalam penelitian ini peneliti mefokuskan pada satu intevernsi keperawatan.
Adapun intervensi keperawatan yang akan diberikan yakni manajemen nutrisi :
bantuan perawatan diri pemberian makan dengan salah satu aktivitasnya ialah
berikan kebersihan mulut (oral care) sebelum makan. Tindakan ini akan peniliti
lakukan sebanyak 2 kali dalam sehari selama 3 hari perawatan, untuk satu kali
tindakan peniliti akan melakukanya kurang lebih 10 sampai 15 menit dengan
kriteria hasil Nafsu Makan :
e. Hasrat/ keinginan untuk makan: normal
f. Intake makanan: normal
g. Merasakan makanan: normal
h. Rangsangan untuk makan: normal
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh
peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan membuat
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien. Implementasi pada
diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, mual muntah dilakukan dari
-
58
tanggal 18 Juli – 20 Juli 2018. Adapun pelaksanaannya dapat dilihat pada table
berikut.
Table 4.5 implementasi keperawatan
Hari/ tanggal Waktu
Evaluasi hasil Pagi sore
Rabu/18/07/2018 06.00 16.30 Ds:
Klien mengatakan merasa segar
setelah mulutnya dibersihkan
Do:
Mulut klien nampak bersih klien
telah diberikan perawatan oral
care
Kamis/19/07/2018 06.00 16.30 Ds:
Klien mengatakan merasa
nyaman dengan terapi yang
diberikan
Do:
klien telah diberikan perawatan
oral care, lidah klien nampak
lebih bersih
Jum’at/20/07/2018 06.00 16.30 Ds:
Klien mengatakan senang saat
diberikan terapi oral care
Ibu klien mengatakan nafsu
makan anaknya membaik selama
diberikan terapi oral care
Do:
Mulut klien nampak bersih,nafas
klien berbau segar,mukosa bibir
nampak tidak kering, klien telah
diberikan perawatan oral care
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan sebanyak 1 sesi dalam satu hari dan dilakukan
selama 3 hari. Dan didapatkan hasil klien mengalami peningkatan dari segi nafsu
makan, adapun hasil perkembangan terapi oral care dari penelitian yang
dilakukan selama 3 hari sejak tanggal 18 Juli-20 Juli 2018 pada An.S dapat
dilihat pada table berikut :
-
59
Table 4.6 Master table evaluasi
Penerapan asuhan keperawatan anak dengan kasus demam tifoid dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di rumah sakit
umum daerah kota kendari
N
o
Perkembangan nafsu makan
Hari
ke-
Hasrat/keinginan
makan Intake makan
Merasakan
makanan
Rangsangan untuk
makan
Nafsu makan
skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria Skor kriteria Nilai
total
Presentase
% Kriteria
1 Hari
ke- 1 2
Banyak
terganggu 1
sangat
terganggu 2
Banyak
terganggu 3
Cukup
terganggu 8 40 %
Cukup
terganggu
2 Hari
ke-2 4 Baik 4
Cukup
terganggu 3
Cukup
terganggu 3
Cukup
terganggu 14 70 %
Sedikit
terganggu
3 Hari
ke-3 4 Baik 4 Baik 4 Baik 4 Baik 16 80 % Tidak terganggu
-
60
C. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 hari dari 18 Juli 2018-20
Juli 2018 pada 1 pasien anak di ruang mawar RSUD Kota Kendari dengan kasus
demam tifoid ditemukan salah satu masalah keperawatan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hal ini di sebabkan karena terjadi karena
bakteri salmonella thyphosa yang menyerang sistem pencernaan yang
mengakibatkan respon tubuh menjadi mual dan muntah sehingga terjadi
penurunan nafsu makan dan asupan nutrisi menjadi tidak adekuat, hal ini di
dukung dalam Lestari, (2016).
Asumsi peneliti tidak jauh berbeda antara teori dan temuan dilapa