PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN ...
Transcript of PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR DI KAWASAN ...
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
6 6
PENENTUAN LOKASI POTENSIAL FASILITAS PARKIR
DI KAWASAN KOTA LAMA MAKASSAR MENGGUNAKAN
ANALISIS SPASIAL BERBASIS GIS
Arifuddin Akil*, Ananto Yudono, Ghaly Ashari
Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km.6, Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92171
*E-mail: [email protected]
Abstrak
Perkembangan penduduk di perkotaan secara umum menimbulkan permasalahan yang patut
dicermati. Salah satu akar permasalahan tentang lalu lintas di kota Makassar adalah
kecenderungan masyarakat kota memilih mobil pribadi dengan alasan lebih bebas
menjangkau origin dan destination, dilain pihak kondisi angkutan umum masih tergolong
kurang lancar, aman, dan nyaman. Hal tersebut selanjutnya berdampak pada kebutuhan
ruas jalan untuk kegiatan lalu lintas dan parkir. Ketidakseimbangan antara jumlah
kendaraan dengan lebar dan panjang jalan berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas
terutama di pusat kota. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi ruang parkir yang
secara potensial dapat memenuhi kebutuhan penduduk sekaligus mengurangi kemacetan lalu
lintas di kawasan kota lama Makassar. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan
wawancara terhadap beberapa pelaku transportasi khususnya di kawasan penelitian.
Pengambilan data berdasar pada peta grid berbasis GIS, kemudian dianalisis berdasarkan
parameter yang dinilai berupa kepadatan bangunan, pusat-pusat kegiatan dan karakteristik
jalan. Hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik ruang parkir di kawasan kota lama
dominan berupa parkir on street yang sangat berdampak terhadap kemacetan lalu lintas.
Lokasi parkir yang sangat potensial ditemukan di kawasan sepanjang jalan utama seperti
beberapa lokasi di jalan Jenderal Sudirman, jalan A. Yani, dan sekitar taman Macan jalan
Sultan Hasanuddin. Jenis ruang parkir pada lokasi potensial tersebut diarahkan semaksimal
mungkin menerapkan jenis off street baik berupa kantong parkir maupun bangunan vertikal.
Kata kunci: fasilitas parkir, lokasi potensial, kemacetan lalu lintas, GIS
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan penduduk di perkotaan berdampak langsung terhadap berbagai elemen kegiatan
masyarakat kota seperti perumahan, perdagangan, pemerintahan dan fasilitas sosial. Fungsi-fungsi fasilitas
tersebut akan menjadi penarik dan sekaligus menjadi bangkitan lalu lintas. Kegiatan transportasi di perkotaan
semakin berkembang dan akhirnya menjadi penyebab tidak efisien dan tidak nyamannya berlalu lintas. Kondisi
angkutan umum yang kurang layak dalam jangkauan pelayanan, jadwal perjalanan, kelancaran, keamanan dan
kenyamanan, menjadi faktor pendorong pilihan penggunaan mobil pribadi karena lebih bebas dan dapat
menjangkau seluruh origin dan destination (Cervero, Rober, et al., 1997; Cervero, 2007; Cervero dan Guerra,
2013). Menurut Cervero (2007) penyebab sarana angkutan umum massal tidak berkembang yaitu
kecenderungan membesarnya volume mobil pribadi, pembangunan infrasruktur yang lebih menghargai
kelancaran dan kemudahan penggunaan mobil pribadi, dan tingginya biaya sosial dan lingkungan.
Kecenderungan memiliki mobil pribadi saat ini juga didukung oleh kemudahan dalam membeli mobil pribadi
dan belum adanya kebijakan pemerintah tentang pembatasan kepemilikannya. Manfaat penggunaan angkutan
umum dapat menurunkan volume lalu lintas kendaraan yang berarti juga menurunkan tingkat kemacetan
lalulintas dan mengurangi polusi gas buang kendaraan (Jin, Shuxin, et.al. 2013).
Beberapa fenomena terkait tingginya pemilikan kendaraan pribadi antara lain meningkatnya permintaan ruas
jalan untuk berlalu lintas, kompleksnya pengguna jalan, serta perilaku memarkir kendaran secara tidak teratur
yang berdampak pada kemacetan lalu lintas. Meningkatnya jumlah kendaraan tersebut menyebabkan
ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dengan panjang dan lebar jalan yang selanjutnya berdampak pada
bertambahnya waktu tempuh kendaraan dan pemborosan energi. Bertambahnya waktu tempuh menurut Marco,
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
6 7
S.F. (2017) akan memperlambat kegiatan ekonomi dan dapat mengurangi beberapa manfaat aglomerasi yang
menjadi ciri kawasan pusat kota. Ketidakseimbangan tersebut juga berdampak pada penggunaan badan jalan
sebagai tempat parkir kendaraan, yang secara langsung juga akan menimbulkan dampak kemacetan lalu lintas.
Selanjutnya penggunaan badan jalan sebagai area parkir juga dapat menghalangi akses untuk layanan
emergency seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran. Demikian pula penggunaan jalur pejalan kaki
sebagai area parkir, mengakibatkan gangguan kenyamanan dan keamanan bagi para pejalan kaki.
Perilaku parkir yang tidak teratur di lingkungan perkotaan serta belum adanya kebijakan pemerintah yang
mengatur tentang jumlah kendaraan yang diperbolehkan untuk beroperasi dan parkir akan berujung pada
timbulnya kemacetan lalu lintas. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir telah dipublikasikan beberapa
makalah tentang parkir, namun teori-teori spesifik tentang kebijakan parkir masih kurang (Barter, 2010;
Mingardo, G, 2015). Perumus kebijakan parkir umumnya masih berfokus pada pengaturan tarif ruang parkir
pada tiap pusat kegiatan (Shoup, 1999). Menurut Young, W. and Miles (2014) ketersediaan parkir merupakan
alat kebijakan utama dan sangat terkait dengan pengembangan perkotaan. Menurut Gilled, D. (1978) kebijakan
parkir akan menjadi obat mujarab untuk menyelesaikan kemacetan lali luntas karena sedikit penambahan biaya
parkir dapat menggeser ke penggunaan angkutan umum. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada kasus kota
Melbeurne terdapat empat kebijakan parkir yang perlu ditangani yaitu ketrsediaan, lokasi, durasi, dan biaya
parkir (Young, W. and Miles (2014). Berdasarkan pandangan tersebut maka untuk mengontrol masalah parkir
di kawasan pusat kota Makassar khususnya pada pusat-pusat kegiatan seperti fasilitas sosial-ekonomi, dapat
difokuskan pada penerapan kebijakan parkir berupa penentuan lokasi dan jumlah parkir di samping kebijakan
tentang durasi dan biaya parkir. Namun demikian kebijakan tentang pembatasan penggunaan kendaraan mobil
tetap perlu diupayakan saat ini terutama di pusat kota. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan transportasi
melalui pelebaran ruas jalan tidak dapat mengurangi kemacetan dan kebutuhan akan fasilitas parkir. Sekalipun
hanya beberapa kendaraan yang diparkir sepanjang ruas jalan, kendaraan-kendaraan itu secara efektif
mengurangi lebar jalan dan hal itu berarti mengurangi kemampuan tampung arus lalu lintas (Wells, 1993).
Penyediaan fasilitas parkir berupa gedung parkir dan taman parkir dapat berfungsi sebagai alat pengendali lalu
lintas. Namun demikian UU Nomor 22/2009 tentang lalu lintas dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2013 tentang jaringan lalu lintas dan angkutan jalan bahwa pemanfaatan milik jalan nasional/provinsi dijadikan
lokasi parkir dinilai tidak efektif, kecuali jika dibarengi dengan sanksi. Oleh karena itu diperlukan arahan
pengembangan berupa sistem perparkiran yang efektif yang mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan
dan kelancaran. Salah satu arahan parkir yang perlu ditetapkan adalah penentuan lokasi parkir. Faktor lokasi
sangat berpengaruh sebagai penentu jenis dan cara parkir. Kawasan kota dengan lalu lintas yang padat akan
membutuhkan pemecahan tersendiri dibanding dengan jenis dan cara parkir di kawasan kota dengan lalu lintas
kurang padat. Menurut Szumilas, A dan Pawel, P. (2017) bahwa lokasi tempat parkir yang tepat yaitu sebuah
tempat yang akan memudahkan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Permasalahan di atas akan
dianalisis lebih jauh sesuai kondisi lahan dan kegiatan transportasi di kawasan kota lama Makassar khususnya
di Kecamatan Ujung Pandang dengan fungsi kawasan berupa CBD (central buisniss district) dan jasa sosial.
Fungsi lahan tersebut sangat berpeluang menciptakan tarikan lalu lintas terutama pada jam puncak dan di lain
pihak lahannya sangat terbatas. Dengan fungsi ruang yang kompleks, nilai tanah yang tinggi, serta ruang
terbuka yang terbatas mendorong penentuan lokasi dan jenis parkir yang efektif dalam rangka menyelesaikan
kemacetan dan keamanan lalu lintas di kawasan tersebut.
Konsep Parkir
Fasilitas parkir didefinisikan sebagai tempat pemberhentian kendaraan di lokasi tertentu baik di tepi jalan
umum, gedung, pelataran atau bangunan umum (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 73 tahun 1999). Tujuan
utama fasilitas parkir adalah mengatur permintaan untuk memfasilitasi penggunaan mobil (Mingardo, G. et al.
2015). Jangka waktu parkir adalah lama parkir suatu kendaraan untuk satu ruang parkir (Edward,1992).
Penempatan parkir menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1998) dapat diklasifikasikan berupa parkir
di jalan (on street) dan parkir di luar jalan (off street). Parkir on street yaitu jenis parkir yang penempatannya di
sepanjang tepi badan jalan ini sangat menguntungkan untuk memarkir kendaraan dekat tempat tujuan. Tempat
parkir seperti ini dapat ditemui di kawasan pemukiman berkepadatan tinggi serta pada kawasan pusat
perdagangan dan perkantoran yang umumnya tidak siap untuk menampung perkembangan jumlah kendaraan.
Kerugian jenis parkir ini dapat mengurangi kapasitas jalur lalu lintas pada badan jalan (Direktorat Jendral
Perhubungan Darat,1998). Cats, O. et al, (2016) mengungkapkan bahwa parkir on street dapat membatasi
kapasitas jalan, menghalangi jalur jalan atau menciptakan kemacetan lalu lintas. Sedangkan parkir off street
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya hambatan akibat parkir kendaraan di jalan. Terdapat dua jenis
parkir di luar jalan, yaitu: 1) pelataran parkir pada pinggir jalan yang berbentuk kantong parkir, dan 2) gedung
parkir vertikal dengan jumlah lantai maksimal 5 lantai dengan kapasitas sekitar 500-700 mobil. Jenis parkir
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
6 8
bertikal berupa gedung parkir yang dimanfaatkan untuk tempat parkir yang dikelola oleh pemerintah atau pihak
ketiga yang telah mendapat ijin dari pemerintah. Selanjutnya hasil penelitian Shaaban, K. dan Pande, A. (2015)
menyarankan bahwa untuk invertasi penggunaan parkir masa depan sebaiknya menerapkan teknologi parkir
cerdas yang memiliki fasilitas deteksi.
Kebijakan Penyediaan Parkir di Perkotaan
Kawasan pusat kota yang berperan sebagai distribusi pusat-pusat kegiatan perkotaan membutuhkan fasilitas
parkir yang lebih luas dari pada kawasan-kawasan lain yang tidak terlalu padat seperti kawasan perumahan.
Menurut Mingardo, G. et al. (2015) Kebijakan parkir yang dikembangkan di kota-kota besar seperti di Inggris
dan Belanda pada dasarnya memiliki empat tujuan utama yaitu untuk: 1) berkontribusi pada aksesibilitas yang
lebih baik dan mobilitas daerah perkotaan, 2) berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik di kota
(terutama kualitas udara yang lebih baik dan kualitas lingkungan hidup), 3) mendukung ekonomi lokal, dan 4)
meningkatkan pendapatan kota. Faktor lokasi sangat berpengaruh terhadap jenis dan cara parkir. Menurut
Young, W. and Miles (2014) faktor ketersediaan, lokasi, durasi, dan harga parkir sangat mempengaruhi setiap
kawasan di suatu kota. Dalam hal ini keberadaan lokasi parkir dilihat dari harga, pasokan, permintaan dan
penggunaan parkir perlu dipahami agar terjadi hubungan antara parkir pola perkotaan (Young, W and Miles,
2014). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi parkir (O’Flaherty, 1997): 1) lokasi
parkir tidak terlalu jauh dari tempat tujuan karena dapat menciptakan rasa tidak aman atau keadaan lain; 2)
jarak dari tempat parkir ke tempat tujuan sangat terkait dengan tujuan perjalanan dan lama waktu parkir; 3)
lokasi dan ukuran tempat parkir sebaiknya dihubungkan dengan kondisi jalan di sekitarnya untuk memberikan
keamanan dan efisiensi manufer kendaraan. Di kawasan pusat-pusat kegiatan kebutuhan akan fasilitas parkir off
street cukup besar. Nilai tanah yang tinggi dan daya tampung yang terbatas menyebabkan parkir secara
horizontal sangat tidak ekonomis. Karena itu, pemilihan bangunan parkir bertingkat sangat sesuai di kawasan
pusat kota. Selanjutnya cara parkir kendaraan di lokasi parkir diatur berdasarkan sudut parkir. Parkir sejajar
digunakan pada jalan dengan kecepatan tinggi, sedang parkir bersudut diperbolehkan pada jalan-jalan kolektor
dan lokal yang lebar kapasitasnya mencukupi. Berdasarkan Direktorat Jenderal Perhubungan (1996) ditetapkan
ukuran satuan parkir kendaraan mobil penumpang seluas 2,5 m x5,0 m, kendaraan bus seluas 3,4 m x 12,5 m,
dan motor seluas 0,75 m x 2,0 m.
Kependudukan dan Kebijakan Tata Ruang Kota Makassar
Jumlah penduduk Kota Makassar menurut BPS Kota Makassar tahun 2016 sebanyak 1.469.601 jiwa dengan
pertumbuhan 1,4% per tahun dan pepadatan penduduk sebanyak 8.361 jiwa/km2. Jumlah penduduk khusus di
Kecamatan Ujung Pandang tahun 2016 sebanyak 28.497 jiwa dengan kepadatan penduduk yang tergolong
tinggi yaitu 122.231 jiwa/km2. Secara fisik dan historis, pusat kota ditunjukkan dalam dua wilayah kecamatan
yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Kecamatan Wajo, dimana keduanya juga disebut pusat kota lama.
Berdasarkan RTRW Kota Makassar 2010-2030 secara garis besar struktur ruang Kota Makassar ditetapkan
pada pembagian peran dan fungsi dari 13 kawasan terpadu yang terdiri atas 7 kawasan khusus dan 1 kawasan
prioritas dengan mempertimbangkan 9 aspek utama yaitu: pengembangan pola persebaran penduduk,
pengembangan kawasan hijau, pengembangan kawasan permukiman, pengembangan kawasan bangunan
umum, pengembangan kawasan industri, pengembangan kawasan pergudangan, pengembangan sistem pusat
kegiatan, pengembangan sistem prasarana dan pengembangan pola intensitas ruang. Kawasan pengembangan
tersebut secara umum terpusat pada kawasan kota lama Makassar.
Gambar 1. Peta administrasi Kota Makassar
Gambar 2. Peta administrasi Kec. Ujung Pandang
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
6 9
METODOLOGI
Target penelitian ini berupaya memenuhi kebutuhan atas fasilitas parkir dan meminimalkan kemacetan lalu
lintas di kawasan kota lama Makassar. Penelitian ini menggunakan metode pengolahan data secara kuantitatif
dan kualitatif dengan melakukan survei lapangan dan analisis berbasis komputer. Penelitian ini dilakukan
dengan metode observasi spasial dan wawancara di kawasan pusat kota khususnya di Kecamatan Ujung
Pandang Kota Makassar. Sebelum observasi dilakukan penelusuran kepustakaan dan mereview teori yang
terkair dengan penentuan lokasi fasilitas parkir kendaraan di perkotaan. Penelitian ini dominan menerapkan
program Geographic Information System (GIS) sebagai basis analisis, sehingga program tersebut telah
dikoneksikan dengan lokasi kawasan yang diobservasi dalam bentuk coordinate. Kawasan penelitian
selanjutnya dibagi berdasarkan peta grid, dan selanjutnya dianalisis berdasarkan parameter yang dinilai berupa
fungsi bangunan dan karakteristik jaringan jalan. Potensi grid utama dan grid tetangga dibuat dengan ukuran
rata yaitu 50x50 m2. GIS adalah sofware data base yang mutahir yang digunakan untuk menganalisis data
lokasi menggunakan data statistik. Data spasial yang diperoleh dari hasil survei, dianalisis menggunakan
mixture analysis GIS-based. Parameter yang dinilai merupakan hasil identifikasi kajian pustaka tentang
berbagai pendekatan, teori, prinsip-prinsip, dan konsep yang diterapkan terkait kebijakan dalam penentuan
fasilitas parkir kendaraan di perkotaan sesuai dengan dengan tujuan penelitian. Hal ini diperoleh dari berbagai
sumber seperti buku, artikel, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan.
Adapun prosedur yang dilakukan untuk menganalisis dan menetapkan titik lokasi potensial fasilitas parkir pada
kawasan pusat kota Makassar adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Penentuan variabel penelitian berdasarkan teori, prinsip-prinsip, dan konsep terkait penentuan
lokasi fasilitas parkir.
Langkah 2. Variable tersebut di atas diurai menjadi beberapa unit-unit analisis berdasarkan konsep penelitian.
Selanjutnya unit-unit analisis diurai menjadi beberapa parameter, baik parameter penghambat,
maupun parameter pendukung. Setiap parameter tersebut ditentukan dasar penilaiannya sesuai
atribut yang dinilai, dengan mengacu pada teori.
Langkah 3. Berdasar pada parameter yang telah ditentukan selanjutnya dibuatkan struktur kerja penilaian
dengan menstrukturkan setiap parameter berdasarkan tingkat prioritasnya dalam menentukan
lokasi fasilitas parkir kendaraan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada skema berikut.
Kepadatan bangunan sedang (NB=6), rendah (NB=9) Lainnya
Lajur 2 (NB=3), lajur 4 (NB=6), lajur 6 (NB=9) Lainnya
Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya
Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya
Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya
Jarak > 100 m (NB=3), Jarak 50-100 m (NB=6), < 50 m (NB = 9) Lainnya
Rule 5. Keterkaitan dengan pusat perkantoran
Rule 6. Keterkaitan dengan sarana pendidikan/sekolah
Rule 7. Keterkaitan dengan sarana kesehatan/rumah sakit
Rule 1. Keterbatasan luas lahan untuk pengembangan fasilitas parkir
LainnyaKepadatan sangat tinggi (NB=2)
Rule 2. Ketersediaan luas lahan untuk pengembangan fasilitas parkir
Rule 4. Keterkaitan dengan pusat perdagangan dan jasa
Rule 3. Ketersediaan jaringan jalan untuk aksesibilitas
Direkomendasikan menjadi lokasi fasilitas parkir off-street / on street
Tidak direkomendasikan menjadi lokasi fasilitas parkir
Gambar 3. Skema struktur kerja analisis spasial berbasis pengetahuan
Langkah 4. Setiap parameter yang dinilai dibuatkan peta tematik untuk memudahkan analisis. Peta tematik
mengacu pada tiap parameter yang dinilai yaitu: kepadatan bangunan, lajur jalan dan klas jalan,
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 0
pusat kegiatan fasilitas pendidikan, pusat kegiatan fasilitas kesehatan, pusat kegiatan fasilitas
perdagangan dan jasa, pusat kegiatan fasilitas perkantoran.
Langkah 5. Penilaian kawasan penelitian berdasarkan peta grid, baik menggunakan kertas kerja (layar
computer), maupun pengecekan melalui observasi langsung. Penilaian terhadap masing-masing
atribut tersebut terdiri atas nilai 3 = kurang, nilai 6 = sedang, dan nilai 9 = tinggi.
Langkah 6. Data-data hasil informasi di atas, selanjutnya dimasukkan ke setiap grid sebagai atribut yang akan
dianalisis menggunakan analisis spasial berbasis GIS (menggunakan program komputer). Dalam
hal ini komputer melakukan scanning seluruh grid pada tiap parameter dengan menilai tingkatan
skoring dari yang terendah sampai ke yang tertinggi. Skoring dari nilai tiap grid tersebut secara
matematis menghasilkan tingkat kesesuaian atau potensi setiap grid yang potensial menjadi
fasilitas parkir. Dari data tersebut diperoleh beberapa hasil analisis berupa peta grid lokasi
potensial fasilitas parkir terhadap masing-masing parameter yang dinilai.
Langkah 7. Membangun analisis spasial melalui teknik overlay peta yang terdiri dari beberapa peta grid
lokasi potensial fasilitas parkir terhadap masing-masing parameter (aturan) yang dinilai.
Dalam hal ini komputer melakukan scanning seluruh grid untuk memindai masing-masing peta grid berbasis
parameter. Skoring tiap grid dari masing-masing peta grid tersebut secara matematis menghasilkan tingkat
kesesuaian setiap grid yang potensial dikembangkan menjadi fasilitas parkir. Hasil overlay peta ini diharapkan
memberikan gambaran secara visual mengenai lokasi potensial fasilitas parkir pada kawasan penelitian. Hasil
analisis tersebut merupakan hasil analisis final berupa identifikasi peta grid potensial pengembangan fasilitas
parkir di kawasan kota lama Makassar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepadatan Bangunan di Kota Lama Makassar
Berdasarkan data observasi lapangan yang dilakukan di kawasan kota lama Makassar (Kecamatan Unjung
Pandang) diketahui bahwa beberapa fungsi lahan yang secara dominan terbentuk di kawasan kota lama
Makassar seperti: permukiman/perumahan, pemerintahan, perkantoran, fasilitas peribadahan, kesehatan dan
pendidikan. Fungsi ruang lain yang berkembang pada bagian inti kota lama selain pusat pemerintahan adalah
fungsi perkantoran, perdagangan/jasa, fasilitas kesehatan, pelabuhan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadahan,
dan perumahan. Pusat permukiman yang terbentuk relatif sangat berkembang dibandingkan dengan fisik kota
abad 20 bahkan pada saat ini mulai berkembang bangunan berlantai banyak seperti hotel dan perkantoan. Kota
lama Makassar sebagai pusat pelayanan semakin mengembangkan perannya terutama sebagai pusat
perdagangan dan jasa, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan baik darat, serta menjadi pusat
pelayanan sosial. Kepadatan kawasan kota lama Makassar seperti terlihat pada Gambar berikut.
Gambar 4. Peta Kepadatan Bangunan di Kawasan Kota Lama Makassar, Tahun 2018
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 1
Sektor perdagangan di kota lama Makassar terdiri atas pasar sampai bangunan komersil modern. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran di kota Makassar menyumbang penerimaan terbesar yaitu 27,96%, sektor
pengangkutan 12,36%, dan sektor jasa-jasa 13,56% (BPS Kota Makassar 2016). Peran kota Makassar tersebut
secara umum terakumulasi di kawasan kota lama Makassar yang menunjukkan bahwa peran kota lama saat ini
cenderung berperan aktif dalam menarik para pendatang melalui ketersediaan lapangan kerja. Demikian halnya
dengan daerah-daerah pemukiman tumbuh seiring dengan laju pertumbuhan kota disertai proses urbanisasi yang
semakin meningkat.
Analisis Spasial Lokasi Fasilitas Parkir Berdasarkan Tiap Parameter
Aturan-aturan (Rules) penilaian fasilitas parkir meliputi 6 klasifikasi aturan, yang kemudian diuraikan secara
rinci menjadi 18 aturan. Aturan-aturan tersebut merupakan implementasi dari hasil akuisisi pengetahuan yang
digambarkan dalam bentuk tabulasi dan matriks seperti tabel berikut:
Tabel 1. Aturan Penentuan Lokasi Ruang Parkir di Kawasan Kota Lama Berbasis Pustaka
No. Aturan Nilai
Bobot Kriteria
1. Kepadatan bangunan
sangat tinggi 2
Kepadatan bangunan sangat tinggi adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan
gedung dengan luas lahan perpetakan atau sesuai teori KDB
(Permen PU No.29/PRT/M/2006). Kepadatan bangunan yang
sangat tinggi adalah kepadatan bangunan gedung dengan
nilai persentase >70% dari petak grid yang digunakan.
2. Kepadatan bangunan
tinggi 6
Kepadatan bangunan yang tinggi adalah kepadatan
bangunan gedung dengan nilai persentase 30%-70% dari
petak grid yang digunakan.
3. Kepadatan bangunan
rendah 9
Kepadatan bangunan yang rendah adalah kepadatan
bangunan gedung dengan nilai persentase <30% dari petak
grid yang digunakan.
4. Tersedia jaringan jalan 2
lajur 3
Jika pada lokasi tersebut dilalui oleh jaringan jalan 2 lajur
dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan.
5. Tersedia jaringan jalan 4
lajur 6
Jika pada lokasi tersebut dilalui oleh jaringan jalan 4 lajur,
dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan
6. Tersedia jaringan jalan 6
lajur 9
Jika pada lokasi tersebut dilalui oleh jaringan jalan 6 lajur
dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan.
7.
Terkait dengan pusat
perdagangan (jarak > 100
m)
3
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan
seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak
> 100 m.
8.
Terkait dengan pusat
perdagangan (jarak 50-100
m)
6
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan
seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak
50-100 m.
9.
Terkait dengan pusat
perdagangan (jarak < 50
m)
9
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan
seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak
<50 m.
10.
Terkait dengan pusat
perkantoran (jarak > 150
m)
3
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perkantoran
seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada
jarak > 150 m.
11.
Terkait dengan pusat
perkantoran (jarak 100-150
m)
6
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perkantoran
seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada
jarak 100-150 m.
12. Terkait dengan pusat
perkantoran (jarak < 50 m) 9
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit perkantoran
seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada
jarak < 50 m.
13.
Terkait dengan
sekolah/sarana pendidikan
(jarak > 100 m)
3 Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit sekolah pada
jarak > 100 m.
14.
Terkait dengan
sekolah/sarana pendidikan
(jarak 50-100 m)
6 Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit sekolah pada
jarak 50-100 m.
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 2
No. Aturan Nilai
Bobot Kriteria
15.
Terkait dengan
sekolah/sarana pendidikan
(jarak < 50 m)
9 Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit sekolah pada
jarak < 50 m.
16. Terkait dengan rumah sakit
(jarak > 150 m) 3
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit rumah sakit
pada jarak > 150 m.
17. Terkait dengan rumah sakit
(jarak 100-150 m) 6
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit rumah sakit
pada jarak 100-150 m.
18. Terkait dengan rumah sakit
(jarak < 50 m) 9
Jika pada lokasi tersebut telah tersedia unit rumah sakit
pada jarak < 50 m.
Sumber : Hasil analisis peneliti, 2018
Penentuan lokasi potensial fasilitas parkir di kawasan kota lama Makassar diawali dengan pembentukan grid-
grid dasar dengan menggunakan GIS grid-based. Penentuan grid tersebut disesuaikan dengan wilayah
penelitian yaitu wilayah kawasan kota lama Makassar. Jumlah grid yang tersaji yaitu sebanyak 1198 unit grid
dimana setiap unit grid berukuran 50x50 meter atau tiap unit grid mempunyai luasan sebesar 2500 m2.
Selanjutnya dilakukan persiapan peta tematik sesuai dengan kebutuhan data. Selanjutnya data-data yang
terdapat dalam peta tematik dilakukan penginputan data ke dalam peta grid berdasarkan aturan tiap parameter
yang telah ditentukan sebelumnya.
Tabel 2. Hasil Input data penilaian tiap parameter sebanyak 1198 grid
No.
Grid
Fasilitas
Kesehatan
Fasilitas
Pendidikan
Fasilitas Perda-
gangan dan
jasa
Kepadatan
bangunan
Fasilitas
Perkantoran
Jaringan
Jalan
Nilai
Skor
1 6 3 3 3 3 0 18
2 6 3 3 3 3 0 18
3 9 3 3 3 3 0 21
4 9 3 3 3 3 0 21
5 9 3 3 3 3 0 21
6 9 3 3 3 3 0 21
7 9 3 3 3 3 0 21
8 9 3 3 3 3 0 21
9 9 3 3 3 3 0 21
10 9 3 6 3 6 0 27
11 9 3 9 3 6 0 30
12 9 3 6 3 6 0 27
13 9 3 3 3 3 0 21
14 9 3 3 3 3 0 21
15 9 3 3 3 3 0 21
dst 9 3 6 3 3 0 24
1198 6 3 3 3 3 3 21
Sumber: Hasil analisis peneliti, 2018
Analisis Potensi Kepadatan Bangunan
Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 5 difokuskan pada analisis kepadatan bangunan di
kawasan kota lama Makassar yang dikaitkan dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada
Gambar 5 terlihat bahwa kepadatan bangunan yang sangat tinggi yaitu yang diberi notasi warna merah,
merupakan kawasan dengan kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase >70% dari petak grid yang
digunakan. Sedangkan untuk kepadatan rendah yaitu yang diberi notasi warna hijau, merupakan kawasan
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 3
dengan kepadatan bangunan gedung dengan nilai persentase <30% dari petak grid yang digunakan. Dalam hal
ini kriteria yang sangat memenuhi syarat untuk pengembangan fasilitas parkir adalah kawasan dengan
kepadatan rendah. Pada Gambar 5 terlihat bahwa kawasan yang potensial dikembangkan fasilitas parkir
terdapat di beberapa lokasi seperti kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekitar SMP 6 dan pinggir pantai;
kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman terutama sekitar Karebosi-Link, monumen Mandala, taman Macan,
gedung IMMIM, gedung Mulo, dan sekitar jalan Lompobattang; demikian pula di kawasan sepanjang pesisir
pantai mulai dari jalan Penghibur bagian selatan sampai jalan Ujung Pandang bagian utara, kecuali di daerah
bangunan komersil seperti hotel yang terbangun di tepi pantai.
Analisis Potensi Lajur Jalan
Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 6 difokuskan pada analisis potensi lajur jalan di
kawasan kota lama Makassar yang dikaitkan dengan dukungan aksesibilitas untuk pengadaan fasilitas parkir.
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jalur jalan yang diberi notasi warna hijau dan kuning, masing-masing merupakan
kawasan yang dilalui oleh jaringan jalan 6 lajur dan 4 lajur dengan kualitas memenuhi standar jalan perkotaan.
Sedangkan untuk daerah yang berwarna abu-abu merupakan kawasan yang tidak memiliki akses. Dalam hal ini
kriteria yang sangat memenuhi syarat untuk pengembangan fasilitas parkir adalah kawasan yang aksesnya
tinggi atau memiliki banyak jumlah lajur seperti kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman mulai dari arah
selatan ke arah utara. Adapun kawasan yang cukup tinggi aksesnya yaitu dilewati jalan 4 lajur meliputi
sepanjang jalan A. Yani, jalan sepanjang pesisir pantai mulai dari jalan Penghibur sampai jalan Ujung Pandang,
jalan Sultan Hasanuddin, jalan Monginsidi, jalan Bawakaraeng, jalan Sungai Saddang, dan jalan Bulukunyi.
Gambar 5. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir
terhadap Kepadatan Bangunan Tahun 2018
Gambar 6. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir
terhadap ketersediaan Lajur Jalan Tahun 2018
Analisis Potensi Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 7 difokuskan pada analisis potensi fasilitas
perdagangan jasa yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan
dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 7 terlihat bahwa distribusi pusat
kegiatan perdagangan dan jasa yang sangat tinggi yaitu diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada
lokasi tersebut telah tersedia unit perdagangan seperti pertokoan/pasar swalayan/pasar umum pada jarak <50
meter. Sedangkan untuk distribusi pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang sangat rendah yaitu diberi notasi
warna merah, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut tersedia unit perdagangan seperti pertokoan/pasar
swalayan/pasar umum pada jarak >100 meter. Berdasarkan parameter tersebut maka kawasan yang potensial
untuk pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi fasilitas perdagangan dan jasa seperti pada
Gambar 7 antara lain kawasan Karebosi Link/MTC, sepanjang jalan Sombaopu, jalan Pattimura, jalan Maipa,
jalan Bulusaraung, jalan Gunung Merapi, jalan Sungai Saddang, dan jalan Penghibur.
Analisis Potensi Fasilitas Perkantoran
Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 8 difokuskan pada analisis potensi fasilitas
perkantoran yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan
dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 8 terlihat bahwa distribusi pusat
kegiatan perkantoran yang sangat tinggi yaitu diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut
telah tersedia unit perkantoran seperti kantor pelayanan umum dan bukan umum pada jarak <50 meter.
Sedangkan untuk distribusi pusat kegiatan perkantoran yang sangat rendah yaitu diberi notasi warna merah,
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 4
menunjukan bahwa pada lokasi tersebut tersedia unit perkantoran seperti kantor pelayanan umum dan bukan
umum pada jarak >150 meter. Berdasarkan parameter tersebut maka kawasan yang potensial untuk
pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi fasilitas perkantoran seperti pada Gambar 8 antara
lain kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama kawasan kantor Gubernur dan sekitar Karebosi, sepanjang jalan
Jend. Sudirman, jalan Balaikota, jalan Penghibur, jalan Sungai Saddang, dan jalan Monginsidi.
Gambar 7. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir
terhadap Fasilitas Perdagangan dan Jasa, Tahun 2018
Gambar 8. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir
terhadap Fasilitas Perkantoran, Tahun 2018
Analisis Potensi Fasilitas Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 9 difokuskan pada analisis potensi fasilitas
pendidikan yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan
dengan ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 9 terlihat bahwa distribusi pusat
kegiatan pendidikan yang sangat tinggi yaitu diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut
telah tersedia unit fasilitas pendidikan berupa unit sekolah pada jarak <50 meter. Sedangkan untuk distribusi
pusat kegiatan pendidikan yang sangat rendah yaitu diberi notasi warna merah, menunjukan bahwa pada lokasi
tersebut tersedia unit fasilitas pendidikan berupa unit sekolah pada jarak >100 meter. Berdasarkan parameter
tersebut maka kawasan yang potensial untuk pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi
fasilitas pendidikan seperti pada Gambar 9 antara lain kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekolah SMP
6, Jalan Jend. Sudirman terutama SD Sudirman, jalan Bontolempangan terutama SD Mangkura, Jalan
Balaikota, jalan Arif Rate, jalan Sungai Saddang, dan jalan Monginsidi.
Analisis Potensi Fasilitas Kesehatan
Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS, pada Gambar 10 difokuskan pada analisis potensi fasilitas
kesehatan yang berpeluang menciptakan tarikan pengunjung di kawasan kota lama Makassar, dikaitkan dengan
ketersediaan ruang untuk pengadaan fasilitas parkir. Pada Gambar 10 terlihat bahwa distribusi pusat fasilitas
kesehatan yang sangat tinggi diberi notasi warna hijau, menunjukan bahwa pada lokasi tersebut telah tersedia
unit fasilitas kesehatan berupa unit rumah sakit pada jarak <50 meter. Sedangkan untuk distribusi pusat
kegiatan kesehatan yang sangat rendah yaitu diberi notasi warna merah, menunjukan bahwa pada lokasi
tersebut tersedia unit fasilitas kesehatan berupa unit rumah sakit pada jarak >150 meter. Berdasarkan parameter
tersebut maka kawasan yang potensial untuk pengembangan fasilitas parkir berdasarkan kriteria distribusi
fasilitas kesehatan seperti pada Gambar 10 antara lain kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman terutama
Rumah Sakit Plamonia, jalan Penghibur terutama sekitar Rumah Sakit Stella Maris, Jalan Yoseph Latumahina,
dan jalan Sungai Saddang.
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 5
Gambar 9. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir
terhadap Fasilitas Pendidikan, Tahun 2018
Gambar 10. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir
terhadap Fasilitas Kesehatan, Tahun 2018
Analisis Spasial Lokasi Fasilitas Parkir di Kawasan Kota Lama
Berdasarkan hasil analisis spasial berbasi GIS terhadap tiap parameter yang telah dilakukan terhadap kondisi
lapangan di atas, diperoleh beberapa temuan yang bersifat parsial tentang kesesuaian lokasi parkir berdasarkan
pada masing-masing parameter yang dinilai. Beberapa parameter yang akan dianalisis secara terpadu dengan
menggunakan pendekatan data spasial sebagai berikut:
- Peta grid lokasi potensial kepadatan bangunan
- Peta grid lokasi potensial jumlah lajur jalan dan kelas jalan
- Peta grid lokasi potensial fasilitas perdagangan dan jasa
- Peta grid lokasi potensial fasilitas perkantoran
- Peta grid lokasi potensial fasilitas pendidikan
- Peta grid lokasi potensial fasilitas kesehatan
Selanjutnya setiap peta grid dari masing-masing parameter tersebut dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
teknik analisis overlay peta, dan hasilnya dapat terlihat pada Gambar 11 di bawah. Pada Gambar tersebut
menunjukkan beberapa lokasi potensial fasilitas parkir di kawasan kota lama Makassar. Oleh karena analisis
spasial ini berbasis pada sistem grid, sehingga orientasi pemilihan lokasi lebih relevan menunjukkan pada lokasi
potensial fasilitas parkir jenis off street yang tentu saja dengan berbagai macam metode atau jenis parkir.
Namun demikian sejumlah grid yang teridentifikasi sebagai lokasi yang sangan potensial atau hanya potensial
menjadi lokasi parkir, juga dapat menjadi dasar pertimbangan pengembangan jenis parkir on street. Untuk
jelasnya hasil akhir dari analisis spasial penentuan lokasi parkir potensial tersebut dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Gambar 11. Peta Grid Lokasi Potensial Fasilitas Parkir di Kawasan Kota Lama, Tahun 2018
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 6
Pada Gambar 11 di atas menunjukkan bahwa grid warna merah, menunjukkan titik-titik lokasi pengembangan
fasilitas parkir dengan kategori sangat potensial. Selanjutnya grid warna biru, coklat dan silver, masing-masing
menunjukkan titik-titik lokasi pengembangan fasilitas parkir dengan kategori potensial, cukup ptensial, dan
kurang potensial. Dalam hal ini lokasi yang dianggap memungkinkan untuk dikembangkan menjadi lokasi
fasilitas parkir, akan dipilih jenis grid yang berwarna merah dan biru. Adapun grid berwarna coklat, dinilai
tidak perlu dikembangkan menjadi fasilitas parkir. Untuk lebih jelasnya tentang okasi fasilitas parkir yang yang
sangat potensial dan potensial di kawasan kota lama Makassar antara lain ditunjukkan pada tabel 2 di bawah.
Lokasi-lokasi parkir yang sangat potensial dan potensial tersebut selanjutnya dianalisis untuk menentukan
arahan penerapan jenis parkir yang digunakan. Berdasarkan penyesuaian atau hasil sintesa antara lokasi grid
parkir potensial dengan kondisi lapangan pusat kota lama Makassar, selanjutnya dapat dikemukakan alternatif
arahan penggunaan jenis masing-masing lokasi parkir seperti terlihat pada tabel 2 di bawah.
Tabel 3. Arahan lokasi pengembangan fasilitas parkir di kawasan kota lama Makassar berdasarkan ketegori
No Kategori Lokasi Fasilitas Parkir Arahan Jenis Parkir
Kategori Lokasi Sangat Potensial (warna merah)
1 Kawasan sepanjang jalan Jend. Sudirman bagian utara yaitu antara
perempatan jalan A. Yani dan monumen Mandala
off street (kantong parkir dan
bangunan vertikal)
2 Kawasan jalan Jend. Sudirman terutama sekitar gedung IMMIM on street dan off street
3 Kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekitar sekolah SMP 6 off street (bangunan vertikal)
4 Kawasan sekitar Taman Macan off street (bangunan vertikal)
Kategori Lokasi Potensial (warna biru)
1 Kawasan sepanjang jalan A. Yani terutama sekitar Sarinah off street (bangunan vertikal)
2 Kawasan Taman Macan off street (bangunan vertikal)
3 Kawasan depan benteng Rotterdam off street (kantong parkir)
4 Kawasan jalan Lompobattang dan Bawakaraeng off street (bangunan vertikal)
5 Kawasan Rumah Sakit Plamonia hingga ke lapangan Hasanuddin off street dan on Street
6 Kawasan jalan Jend. Sudirman terutama di sekitar gubernuran off street dan on Street
7 Kawasan jalan Arif Rate off street (kantong parkir)
8 Kawasan jalan Penghibur terutama sekitar Hotel Aryaduta off street (bangunan vertikal)
9 Kawasan jalan Penghibur terutama sekitar Rumah Sakit Stella Maris off street (bangunan vertikal)
Sumber: Hasil analisis peneliti, 2018
Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa distribusi dari setiap lokasi potensial fasilitas ruang parkir yang
direkomendasikan secara umum terdistribusi pada beberapa daerah di sepanjang jaringan jalan utama di
kawasan kota lama Makassar (Kecamatan Ujung Pandang). Hasil analisis spasial tersebut menunjukkan bahwa
lokasi potensial ruang parkir yang direkomendasikan penelitian ini ternyata sesuai dengan kecenderungan
penduduk dalam pemanfaatan ruang parkir on street selama ini di kawasan kota lama. Karena arahan jenis
parkir yang direkomendasikan pada beberapa lokasi secara umum berupa jenis off street (parkir di luar jalan),
maka beberapa kebijakan yang perlu dilakukan antara lain: mencari lahan kosong di sisi jalan untuk
dimanfaatkan menjadi ruang kantong parkir, jika ruang parkir off street tidak terlalu luas maka dapat
digabungkan dengan jenis parkir on street khususnya pada jalur jalan yang memiliki 4 lajur atau lebih,
mengidentifikasi beberapa bangunan lama yang dapat dialihfungsi menjadi bangunan parkir vertikal
berdasarkan pertimbangan efisiensi dan studi kelayakan.
KESIMPULAN
Pada saat ini karakteristik penerapan jenis fasilitas ruang parkir di kawasan kota lama Makassar dominan
berupa parkir on street yaitu berupa parkir kendaraan di badan jalan. Hal tersebut sangat berdampak terhadap
terjadinya kemacetan lalu lintas terutama pada jam puncak. Lokasi parkir potensial dan sangat potensial
ditemukan di beberapa lokasi sepanjang jalan utama yang secara faktual berlokasi pada jalur jalan yang selama
ini menjadi pilihan lokasi parkir on street dan sangat berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas. Hasil
penelitian ini memberikan rekomendasi lokasi ruang parkir di kawasan kota lama dan sekaligus arahan
penerapanya. Beberapa lokasi parkir prioritas (sangat potensial) yang ditemukan antara lain: kawasan sepanjang
jalan Jend. Sudirman bagian utara sekitar lapangan Karebosi dan monumen Mandala serta bagian selatan sekitar
gedung IMMIM, kawasan sepanjang jalan Ahmad Yani terutama sekitar fasilitas pendidikan SMP 6, dan
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 7
kawasan sekitar Taman Macan. Di samping itu penelitian ini juga merekomendasikan beberapa lokasi potensial
lainnya yang tersebar pada beberapa lokasi di kawasan kota lama Makassar seperti tertera pada Tabel 2. Arahan
pengembangan fasilitas parkir ke depan secara umum direkomendasikan menggunakan jenis off street baik
berupa kantong parkir maupun berupa bangunan parkir vertikal yang dinilai dapat mendukung terciptanya lalu
lintas yang aman, lancar, dan nyaman. Temuan penelitian ini selanjutnya akan dikembangkan untuk
menentukan lokasi potensial fasilitas ruang parkir pada kawasan lain di perkotaan seperti kawasan perumahan
atau kawasan pinggiran kota.
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis berterima kasih kepada Dekan Fakultas Teknik Unhas dengan adanya kebijakan memfasilitasi
penelitian Laboratory based Education (LBE) dalam lingkungan Fakultas Teknik Unhas pada tahun 2018 ini.
Para penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah mendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Barter, P., 2012, Off-Street Parking Policy Surprises in Asian Cities, Journal of Cities Vol. 29. p23–31.
Cats, O. et al., 2016, Survey Methodology for Measuring Parking Occupancy: Impacts of an on-Street Parking
Pricing Scheme in an Urban Center, Journal of Transport Policy, Vol. 47, p55-63.
https://doi.org/10.1016/j.tranpol.2015.12.008
Cervero, Rober, et al., 1997, Travel demand and the 3Ds: Density, Diversity, and Design. Transportation
Research Part D: Transport and Environment, 2(3), 199-219. doi: http://dx.doi.org/10.1016/S1361-
9209(97)00009-6
Cervero, R., 2007, The Transit Metropolis: A Global Inquiry 4 th Edition. Environment and Planning A 2007,
39 (Transit Oriented Development, and Public Polices), 2068-2085, http://doi.org/10.1068/a38377
Cervero, R., & Guerra, E., 2013, “Is a Half-Mile the Right Standard for TODs? Access 42, -(Design,
Development and Housing, Tools of the Trade: Practice, Measuring, and Models”, 1-6.
Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota, 1998, Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas
Parkir, Republik Indonesia.
Franco, S.F., 2017, Downtown Parking Supply, Work-Trip Mode Choice and Urban Spatial Structure, Journal
of Transportation Research, Sciencedirect-Elsevier, Vol. 101, p107-p122.
Gilled, D. 1978. Parking Policy, Parking Location Decisions And The Distribution Of Congestion, Journal of
Transportation, Elsevier, Vol. 7, p69-85
Jin, Shuxin, et al., 2013, The Study in Diamond Interchange Traffic Organization. DElsevier ScienceDirect
Procedia - Social and Behavioral Sciences Vol. 96, P591-598. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.
2013.08.069
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 73 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Perparkiran Daerah
Mingardo, G. et al., 2015, Urban Parking Policy in Europe: A Conceptualization of Past and Possible, Journal
of Transportation Research Part A 74, p268-281, https://doi.org/10.1016/j.tra.2015.02.005
O’Flaherty, 1997, “Transport Planning and Traffic Engineering”, Elsevier Butter Worth Heinemann
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Shaaban, K dan Pande, A., 2015, Classification Tree analysis of Factors Affecting Parking Choices in Qatar,
Journal of Case Studies on Transport Policy, https://doi.org/10.1016/j.tra.2015.02.005
Shoup, D., 1999, “The trouble with Minimum Parking Requirements”, Transp. Res. 33A, 549-574.
Szumilas, A dan Pawel, P., 2017, Review of Parking Policies in the Case of Medium-Sized Polish Cities,
Procedia Engineering, Sciencedirect-Elsevier, Vol 192, p863-868, https://doi.org/10.1016/j.proeng.
2017.06.149
PROS ID ING SE M IN AR I LM IAH NAS ION AL S A INS D AN T EKN OL OG I KE - 4 T AHUN 2 018
Volume 4 : November 2018
7 8
Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Wells, G.R., 1993, “Rekayasa Lalu Lintas”, Jakarta: Bhratara.
Young, W and Miles, 2014, A Spatial Study of Parking Policy and Usage in Melbourne, Australia, Journal of
Case Studies on Transport Policy, Elsevier, http://dx.doi.org/10.1016/j.cstp.2014. 07.003