Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

17
PENENTUAN ANAK KANDUNG DARI SEGI FORENSIK Pendahuluan Ilmu kedokteran forensik, juga dikenal dengan nama legal medicine, adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegak hukum serta keadilan. Di masyarakat, kerap terjadi pelangaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat korban, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam ilmu kedokteran forensik. Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran forensik tidak semata-mata bermanfaat dalam urusan penegak hukum dan keadilan di lingkungan pengadilan saja, tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain, misalnya dalam membantu penyelesaian klaim asuransi yang adil, baik bagi pihak yang diasuransi maupun yang mengasuransi, dalam membantu pemecahan masalah paternitas

description

---

Transcript of Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

Page 1: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

PENENTUAN ANAK KANDUNG DARI SEGI FORENSIK

Pendahuluan

            Ilmu kedokteran forensik, juga dikenal dengan nama legal medicine, adalah salah satu

cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran,

yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegak hukum serta

keadilan.

            Di masyarakat, kerap terjadi pelangaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa

manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat

lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai

ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan

yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat korban,

baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan

seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang

menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan membantu dalam proses peradilan ini

akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam ilmu

kedokteran forensik.

            Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran forensik tidak semata-

mata bermanfaat dalam urusan penegak hukum dan keadilan di lingkungan pengadilan saja,

tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain, misalnya dalam membantu

penyelesaian klaim asuransi yang adil, baik bagi pihak yang diasuransi maupun yang

mengasuransi, dalam membantu pemecahan masalah paternitas (penemuan ke-ayah-an),

membantu upaya keselamatan kerja dalam bidang industry dan otomotif dengan pengumpulan

data korban kecelakaan industry maupun kecelakan lalu lintas dan sebagainya.

            Untuk dapat memberi bantuan yang maksimal bagi pelbagai keperluan tersebut diatas,

seorang dokter dituntut untuk dapat memanfaatkan ilmu kedokteran yang dimilikinya secara

optimal.

PENETUAN ANAK KANDUNG ADA TIGA PROSEDUR DASAR, YAITU

pemeriksaan medis berdasarkan ciri Fisik

pemeriksaan golongan darah

pemeriksaan DNA

Page 2: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

 Pemeriksaan Medis

Pemeriksaan identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara baik pemeriksaan fisik

yang melihat ciri – ciri fisik dari orang tuanya, misalnya warna rambut, warna kornea, bentuk

muka dan lainnya. Namun, pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditentukan secara pasti. Oleh

karena itu diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya misalnya

pemeriksaan paternitas.

Ilmu Kedokteran Forensik Molekuler adalah suatu bidang ilmu yang baru berkembang

dalam dua dekade terakhir, merupaKan bagian dari ilmu kedokteran forensik yang

memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkatan molekul atau DNA.

Sebagai suatu bidang cabang ilmu kedokteran forensik yang baru, ilmu ini melengkapi dan

menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi personal pada kasus mayat tak dikenal,

kasus pembunuhan, perkosaan serta berbagai kasus ragu ayah (paternitas).

Jika terdapat kasus yang meragukan untuk pembuktian apakah anak tersebut

merupakan anak hasil hubungan dari pasien atau merupakan anak kandung dari pasien, maka

sebaiknya di lakukan pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaan DNA

 Semakin lama semakin disadari bahwa setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi mengenai asal usul mereka. Pengetahuan mengenai siapa ayah dan ibu kandung dari

seorang anak mempunyai banyak pengaruh bagi para pihak yang terkait. Pertama, informasi

mengenai siapa orangtua biologis dari seorang anak, akan menunjukan pasangan tersebut

sebagai orang pertama yang (seharusnya) merupakan lingkaran terdalam lingkungan anak

tersebut. Kedua, pengetahuan itu memberikan hak tertentu kepada anak tersebut, diantaranya

hak atas pengasuhan, hak untuk mendapat santunan biaya hidup dan hak waris dari

orangtuanya. 

            Kasus paternitas sesungguhnya merupakan sebagian dari kasus sengketa asal-usul.

Sengketa asal-usul berdasarkan objek sengketanya dapat digolongkan menjadi beberapa jenis

kasus yaitu

 Kasus ragu orang tua (disputed parentage) yaitu kasus yang mencari pembuktian

siapa orangtua (ayah dan ibu) dari seorang anak. Yang termasuk dalam kategori ini adalah

kasus imigrasi, kasus pencarian orangtua pada kasus penculikan, bayi tertukar, kasus

terpisahnya keluarga pada masa perang atau bencana dan kasus identifikasi korban tidak

dikenal.

Page 3: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

Kasus ragu ayah (disputed paternity) yaitu kasus yang mencari pembuktian siapa ayah

kandung dari seorang anak. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kasus imigrasi, kasus

klaim keayahan seorang wanita, kasus perselingkuhan dan kasus incest.

Kasus ragu ibu (disputed maternity) yaitu kasus yang mencari pembuktian siapa ibu

kandung dari seorang anak. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kasus bayi tertukar,

kasus pembunuhan anak sendiri dan kasus aborsi.

Kasus ragu kerabat yaitu kasus yang mencari pembuktian apakah dua orang atau lebih

punya hubungan darah (kekerabatan tertentu). Yang termasuk kategori ini adalah

pelacakan silsilah keluarga, kasus pencarian keluarga setelah bencana alam, dsb.

 Sengketa asal usul dalam masyarakat jumlahnya banyak sekali, tetapi biasanya yang muncul

dan menjadi berita hanya sebagian kecilnya saja. Fenomena ini kita kenal sebagai fenomena

gunung es (iceberg fenomenon). Kasus sengketa asal usul yang terbanyak dalam masyarakat

adalah kasus klaim keayahan terhadap seorang pria oleh seorang wanita hamil, dengan janin

dalam rahim yang diklaimnya sebagai anak dari pria tersebut. Kasus semacam ini pada

umumnya diselesaikan secara kekeluargaan dan secara diam-diam, karena dianggap

merupakan aib keluarga, khususnya jika pria tersebut merupakan orang terhormat atau pria

yang sudah beristri. Hal ini dapat dimaklumi, karena kasus ini bukan saja dapat

mengakibatkan hancurnya nama baik dan reputasi pria tersebut, tetapi juga dapat

menyebabkan pecahnya rumah tangga dan hancurnya karir pria tersebut. 

     Kasus sengketa asal-usul merupakan kasus medis, sehingga pemecahannya pun harus

secara medis pula. Setiap manusia dilahirkan dengan membawa sifat gabungan dari ayah dan

ibunya karena ia tercipta dari penyatuan sel sperma ayahnya dan sel telur ibunya pada saat

pembuahan. Dengan demikian, pada diri setiap anak tedapat sifat gabungan dari ayah dan

ibunya yang diturunkan melalui materi keturunan yang kita sebut DNA.

Deoxyribo Nucleic Acid

DNA atau DeoxyriboNucleic Acid merupakan asam nukleat yang menyimpan semua

informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-

sifat khusus dari manusia. DNA ini akan menjadi cetak biru (blue print) ciri khas manusia

yang dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sehingga dalam tubuh seorang anak

komposisi DNA nya sama dengan tipe DNA yang diturunkan dari orang tuanya.  Sedangkan

tes DNA adalah metode untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen dari DNA itu sendiri. Atau

Page 4: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

secara sederhananya adalah metode untuk mengidentifikasi, menghimpun dan

menginventarisir file-file khas karakter tubuh2.

Tes DNA umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu :

1. Tujuan pribadi seperti penentuan perwalian anak atau penentuan orang tua dari anak dan

2. Tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi korban yang telah

hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya diperlukan pencocokan antara DNA korban

dengan terduga keluarga korban ataupun untuk pembuktian kejahatan semisal dalam kasus

pemerkosaan atau pembunuhan.

Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi

yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal

swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau

sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan

sampel tes DNA.

Pada pemeriksaan DNA, ada dua tes yang dilakukan, yaitu : 

Tes paternitas 

Tes ini untuk menentukan apakah seorang pria adalah ayah biologis dari

seorang anak. Tes paternitas membandingkan pola DNA anak dengan terduga ayah untuk

memeriksa bukti pewarisan DNA yang menunjukkan kepastian adanya hubungan biologis.

Tes maternitas 

Tes DNA ini untuk menentukan apakah seorang perempuan adalah ibu

biologis seorang anak. Tes ini bisa dilakukan untuk kasus dugaan bayi tertukar, bayi

tabung, dan anak angkat. Selain di dalam inti sel, DNA juga bisa ditemukan di dalam

mitokondria, yaitu bagian dari sel yang menghasilkan energi. DNA mitokondria hanya

diturunkan dari ibu. Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA ini

dapat digunakan sebagai penanda untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara

maternal/garis ibu.

Untuk tes paternitas yang diperiksa adalah ibu, anak, dan terduga ayah. Bisa saja hanya

ayah dan anak yang diperiksa, jika ibu biologis tidak bersedia ikut tes. Partisipasi ibu pada tes

paternitas dapat membantu separuh DNA anak, sehingga separuhnya lagi dapat dibandingkan

dengan DNA terduga ayah.

Page 5: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA. Mulai dari buccal swab (sel

mukosa di pipi bagian dalam, diambil dengan alat khusus seperti cotton buds yang ujungnya

dilengkapi dengan sisir kecil dari karet), darah, kuku, sampai rambut. Untuk bayi, jaringan

bisa diambil dengan buccal swab atau jarum suntik kecil. Menurut Hera, yang paling efektif

adalah darah karena bisa dapat banyak DNA. Namun, kini teknik pengambilan DNA makin

lama makin sensitif, dalam arti bisa dilakukan dengan mengambil sedikit jaringan, seperti

sidik jari yang menempel di suatu benda dan bekas lipstik.

Tidak ada batasan usia. Bahkan pada janin dan orang yang sudah meninggal. Pada tes

paternitas sebelum anak dilahirkan (prenatal), tes DNA dapat dilakukan dengan sampel dari

jaringan janin, umumnya pada usia kehamilan 10-13 minggu atau dengan cara amniosentesis

(tes prenatal) pada usia kehamilan 14-24 minggu. Untuk pengambilan jaringan janin ini harus

dilakukan oleh ahli kebidanan/kandungan. Ibu yang ingin melakukan tes DNA prenatal harus 

berkonsultasi dengan ahli kebidanan kandungan. 

Tes DNA adalah 100 persen akurat jika dikerjakan dengan benar. Tes DNA ini

memberikan hasil lebih dari 99,99 persen probabilitas paternitas jika DNA terduga ayah dan

DNA anak, cocok (matched). Apabila DNA terduga ayah dan anak tidak cocok (mismatched)

maka terduga ayah yang dites, 100 persen bukanlah merupakan ayah biologis anak itu.  Dulu,

konfirmasi dilakukan dengan mengulang tes terhadap terduga ayah. Kini, begitu ada tes,

dilakukan dua kali dengan dua orang pemeriksa (researcher) Jika hasil dari dua orang itu

berbeda, pasti ada kesalahan. Lalu kami cek lagi. Semua researcher sudah diperiksa DNA-

nya. Sehingga jika ada yang tidak match, jangan-jangan ada kontaminasi. Mungkin terkena

DNA si researcher

Hasil tes DNA selesai dalam waktu 12 hari kerja terhitung dari tanggal diterimanya

sampel. Selain itu, seluruh informasi pasien, mengenai tes, dan hasil tes akan dijamin

kerahasiaannya. Karena pertanyaan mengenai paternitas, sangat sensitif. Hasil tes DNA hanya

akan diberikan kepada individu yang melakukan tes. Tidak Bisa Dipaksakan Tes DNA tidak

bisa dilakukan karena paksaan dari pihak ketiga. Namun, untuk keperluan pengadilan, jaksa

dan polisi bisa meminta. Hasil tes ini hanya dapat digunakan sebagai referensi pribadi, kecuali

jika sampel yang diperiksa diambil melalui prosedur hukum (surat dari polisi atau jaksa),

maka sampel tersebut memiliki kekuatan hukum. 

Page 6: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

PCR

Metode PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode untuk memperbanyak

fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan menggunakan enzim polimerase DNA.

Kelompok Cetus pada tahun 1985 menemukan bahwa DNA yang dicampur dengan

deoksiribonukleotida trifosfat atau dNTP (yang terdiri dari ATP, CTP, TTP dan GTP), enzim

polimerase DNA dan sepasang primer jika dipanaskan, didinginkan lalu dipanaskan lagi akan

memperbanyak diri dua kali lipat. Jika siklus ini diulang sebanyak n kali, maka DNA akan

memperbanyak diri 2n kali lipat.

Yang dimaksud dengan primer adalah fragmen DNA untau tunggal yang sengaja

dibuat dan merupakan komplemen dari bagian ujung DNA yang akan diperbanyak, sehingga

dapat diibaratkan sebagai patok pembatas bagian DNA yang akan diperbanyak.

Siklus proses PCR diawali dengan pemanasan pada suhu tinggi, yang berkisar antara

90-95 derajat Celsius (fase denaturasi). Pada suhu ini DNA untai ganda (double stranded)

akan terlepas menjadi 2 potong DNA untai tunggal (single stranded). Proses ini dilanjutkan

dengan pendinginan pada suhu tertentu (fase penempelan prier atau primer annealing) yang

dihitung dengan rumus Thein dan Walace: Suhu = 4(G + C) + 2(A + T).

G, C, A dan T adalah jumlah basa Guaninm Sitosin, Adenin dan Timin pada primer

yang digunakan. Pada fase ini primer akan menempel pada basa komplemennya pada DNA

untai tunggal tadi. Selanjutnya, siklus diakhiri dengan pemansan kembali antara 70-75 derajat

Celsius (fase ekstensi atau elongasi), yang akan membuat primer memperpanjang diri

membentuk komplemen dari untai tunggal dengan menggunakan bahan dNTP.

Pemeriksaan dengan metode PCR hanya dimungkinkan jika bagian DNA yang ingin

diperbanyak telah diketahui urutan basanya. Tahapan selanjutnya adalah menentukan dan

menyiapkan primer yang merupakan komplemen dari basa pada ujung-ujung bagian yang

akan diperbanyak. Pemeriksaan PCR sendiri merupakan suatu proses pencampuran antara

DNA cetakan (template) yang akan diperbanyak, dNTP, primer, enzim polimerase DNA dan

larutan buffer dalam reaksi 50 ul atau 100 ul. Campuran ini dipaparkan pada 3 suhu secara

berulang sebanyak n buah siklus (biasanya di bawah 35 siklus).

Adanya mesin otomatis untuk proses ini membuat prosedurnya menjadi amat

sederhana. DNA hasil perbanyakan dapat langsung dianalisis dengan melakukan

elektroforesis pada gel agarose atau gel poliakrilamide.

Lokus DNA yang dapat dianalisis dengan mteode PCR, meliputi banyak sekali lokus

VNTR maupun RFLP lainnya, diantaranya lokus D1S58 (dulu disebut D1S80) dan D2S44.

Metode analisis dengan PCR ini begitu banyak disukaisehingga penemuan-penemuan lokus

Page 7: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

DNA polimorfik yang potensial untuk analisis kasus forensik terus terjadi tanpa henti setiap

saat.

Pada masa sebelum berkembangnya teknologi bio-molekuler, identifikasi personal

dilakukan hanya dengan memanfaatkan pemeriksaan polimorfisme protein, seperti golongan

darah, dengan segala keterbatasannya. Keterbatasan pertama, ia hanya dimungkinkan

dilakukan pada bahan yang segar karena protein cepat rusak oleh pembusukan. Keterbatasan

kedua, ia hanya dapat memberikan kesimpulan eksklusi yaitu "pasti bukan" atau "mungkin".

Pada metode konvensional, untuk mempertinggi ketepatan kesimpulan pada kelompok

yang tak terkesklusi, pemeriksaan harus dilakukan terhadap banyak sistim sekaligus.

Penemuan DNA fingerprint yang menawarkan metode eksklusi dengan kemampuan

eksklusi yang amat tinggi membuatnya menjadi metode pelengkap atau bahkan pengganti

yang jauh lebih baik karena ia mempunyai ketepatan yang nyaris seperti sidik jari.

Dengan mulai diterapkannya metode PCR, kemampuan metode ini untuk

memperbanyak DNA jutaan samapi milyaran kalomemungkinkan dianalisisnya sampel

forensik yang jumlahnya amat minim, seperti analisis kerokan kuku (cakaran korban pada

pelaku), bercak mani atau darah yang minim, puntung rokok dsb. Kelebihan lain dari

pemeriksaan dengan PCR adalah kemampuannya untuk menganalisis bahan yang sudah

berdegradasi sebagian. Hal ini penting karena banyak dari sampel forensik merupakan sampe

postmortem yang tak segar lagi.

Pemeriksaan Darah

Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena

merupakan cairan biologic dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia

tertentu. Pemeriksaan darah berguna untuk membantu menyelesaikan kasus-kasus bayi yang

tertukar, penculikan anak, ragu ayah, dan lain-lain.

Dalam kasus yang ada kaitannya dengan factor keturunan, hukum Mendel memainkan

peranan penting. Semua sistem golongan darah diturunkan dari orang tua kepada anaknya

sesuai hukum Mendel.

            Walaupun masih ada kemungkinan penyimpangan hukum tersebut, misalnya pada

peristiwa mutasi, namun karena frekuensinya sangat kecil (1:1.000.000) untuk kasus-kasus

forensik, hal ini dapat diabaikan.

Hukum Mendel untuk sistem golongan darah adalah sebagai berikut:

Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah

satu atau kedua orang tuanya.

Page 8: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya.

Pada manusia dikenal bermacam-macam sistem golongan darah yang antigennya

terletak di permukaan sel darah merah, misalnya sistem ABO, Rhesus, MNS, Kell, Duffy,

Lutheran, Lewis, Kidd, P, Sekretor/nonsekretor, Antigen Limfosit Manusia (HLA), dan lain-

lain. Selain itu dikenal pula antigen-antigen yang terdapat diluar sel darah merah, misalnya

sistem Gm, Gc, Haptoglobin (Hp), serta sistem enzim,misalnya fosfoglukomutase (PGM),

adenilate kinase (AK), pseudokholinesterase (PCE/PKE), adenosin deaminase (ADA),

fosfatase asam eritrosit (EAP), glutamat piruvat transaminase (GPT), 6-fosfo glukonat

dehidrogenase (6PGD), glukose 6 fosfatase dehidrigenase (G6PD), yang terdapat dalam

serum.

            Pada kasus paternitas, bila hanya sistem ABO, MNS dan Rhesus yang diperiksa, maka

kemungkinannya adalah 50-60%, sedangkan bila semua sistem diperiksa maka

kemungkinannya meningkat menjadi 90%.

            Perlu diingat bahwa hukum Mendel tetap berdasarkan kemungkinan (probabilitas),

sehingga penentuan keayahan dari seorang anak tidak dapat dipastikan, namun sebaliknya kita

dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah seorang anak (”singkir ayah”/paternity

exclusion”).

Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan ABO dan

Rhesus (faktor Rh). Selain sistem ABO dan Rh, masih ada lagi macam penggolongan darah

lain yang ditentukan berdasarkan antigen yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia

ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih

jarang dijumpai.

Salah satunya Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan

pribumi Amerika. Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN yang berguna

untuk tes kesuburan. Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika. Sistem Lutherans

mendeskripsikan satu set 21 antigen.

Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis, Landsteiner-Wiener, P, Yt

atau Cartwright, XG, Scianna, Dombrock, Chido/ Rodgers, Kx, Gerbich, Cromer, Knops,

Indian, Ok, Raph dan JMH.

Page 9: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

Sistem ABO

Sistem ABO

Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan

darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa

teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah

merah dengan serum dari para donor.

Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan

golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal

dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah

merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut

golongan O.

Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari

Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB,

kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada

serum tidak ditemukan antibodi.

Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi

atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi

yang berbeda-beda.

Page 10: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

Tabel distribusi golongan darah dan  pewarisan golongan darah kepada anak

Rhesus

Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada

tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset digunakan

darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai

di India dan Cina.

Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B,

sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai

antigen D).

Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh,

maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada

pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+).

Penentuan golongan darah sebagai tes penyaring apa benar seorang anak mempunyai

Page 11: Penentuan Anak Kandung Dari Segi Forensik

golongan darah yang sama dengan orang tuanya. 

Berikut langkah - langkah melakukan pemeriksaan laboratorium untuk penentuan golongan

darah; 

Ambil beberapa tetes darah yang dipisahkan dengan kotak – kotak yang didalamnya

kemudian 

Diberikan antibodi dari masing – masing golongan darah. 

Lihat apakah tes terjadi aglutinasi atau tidak. 

Yang tidak beraglutinasi terhadap anti, itulah golongan darah anak tersebut.

+ : Aglutinasi

- : tidak aglutinasi

Interpretasi hasil

Ragu ayah ada berbagai kasus yang bisa muncul antaranya siapa ayah yang

sebenarnya dari seorang anak, maka berdasarkan hasil di dapatkan,

Keterangan : - Pria I tidak dapat disingkirkan kemungkinan menjadi ayah si anak

                   - pria II dan III pasti bukan ayah anak tersebut.

Kasus yang lain yang biasa muncul adalah ayah curiga bahwa anak bukanlah

anaknya yang sejati