Penelitian Skripsi Tb

84
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. 1 Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Sejak tahun 1993, penyakit ini telah dideklarasikan sebagai Global Health Emergency oleh World Health Organization (WHO). Berdasarkan laporan terbaru dari WHO pada tahun 2011, insiden kasus TB di dunia telah mencapai 8,3 – 9 juta atau 125 kasus dalam 100.000 populasi, prevalensi mencapai 10 – 13 juta atau 170 kasus dalam 100.000 populasi, dan angka kematian mencapai 1,4 – 1,6 juta dengan kasus TB disertai HIV positif berkisar antara 1

description

penelitian TB

Transcript of Penelitian Skripsi Tb

Page 1: Penelitian Skripsi Tb

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru,

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.1

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama

menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Sejak tahun 1993, penyakit ini telah

dideklarasikan sebagai Global Health Emergency oleh World Health Organization

(WHO). Berdasarkan laporan terbaru dari WHO pada tahun 2011, insiden kasus TB

di dunia telah mencapai 8,3 – 9 juta atau 125 kasus dalam 100.000 populasi,

prevalensi mencapai 10 – 13 juta atau 170 kasus dalam 100.000 populasi, dan angka

kematian mencapai 1,4 – 1,6 juta dengan kasus TB disertai HIV positif berkisar

antara 400.000 – 460.000 dan kasus TB HIV negatif berkisar 840.000 – 1,1 juta

kematian.1

WHO telah menetapkan 22 negara yang dianggap sebagai high-burden

countries dalam permasalahan TB untuk mendapatkan perhatian yang lebih intensif

dalam hal penanggulangannya. Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk di

dalamnya. 1

1

Page 2: Penelitian Skripsi Tb

B. RUMUSAN MASALAH

Mengingat akan jumlah penderita tuberkulosis paru yang terus meningkat

maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Karakteristik penderita tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah

Pangkep, periode Januari - Maret 2015.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum :

Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita tuberkulosis

paru di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, periode Januari - Maret 2015.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien tuberkulosis paru rawat jalan

berdasarkan karakteristik demografi yaitu jenis kelamin dan umur

b. Untuk mengetahui karakteristik pasien tuberkulosis paru rawat jalan

berdasarkan kriteria diagnostik yaitu keluhan utama, hasil foto toraks, hasil

pewarnaan basil tahan asam (BTA)

c. Untuk mengetahui karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan

perjalanan penyakit penyerta (komorbid/ komplikasi)

d. Untuk mengetahui karakteristik pasien tuberkulosis paru rawat jalan

berdasarkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang didapatkan.

2

Page 3: Penelitian Skripsi Tb

e. Untuk mengetahui karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan

diagnosis saat kunjungan pertama di poliklinik Rumah Sakit.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penulis berharap agar sekiranya hasil penelitian ini dapat memberikan

kontribusi yang bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain:

1. Masyarakat umum, untuk memberikan gambaran umum kepada

masyarakat tentang karakteristik penderita tuberkulosis paru, yang

mungkin dapat mencegah terjadinya penyebaran dikemudian hari.

2. Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, diharapkan agar hasil penelitian ini

dapat memberi masukan yang berarti bagi penanganan pasien tuberkulosis

paru.

3. Instansi kesehatan lainnya, sebagai suatu bahan masukan demi

meningkatkan mutu pelayanan serta perbaikan program penanganan pasien

tuberkulosis.

4. Penelitian ini juga semoga dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan, acuan,

ataupun perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

5. Bagi peneliti sendiri pada khususnya, semoga penelitian ini dapat menjadi

pembelajaran yang berharga terutama untuk perkembangan keilmuan

peneliti.

3

Page 4: Penelitian Skripsi Tb

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

basil aerob yang tahan asam, Mycobacterium tuberculosis atau spesies lain seperti

Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis biasanya

menyerang paru-paru tetapi dapat pula menyerang susunan saraf pusat, sistem

limfatik, sistem genitourinaria, tulang, persendian, dan kulit.2

B. ETIOLOGI

Bakteri utama penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium

tuberculosis. Berikut ini adalah taksonomi dari M. tuberculosis:

Tabel 2.1 Taksonomi M. tuberculosis

Kingdom Bacteria

Phylum Actinobacteria

Class Actinobacteria

Subclass Actinobacteridae

Order Actinomycetales

Suborder Corynebacterineae

Family Mycobactericeae

4

Page 5: Penelitian Skripsi Tb

Genus Mycobacterium (unique genus)

Species Mycobacterium tuberculosis

C.

Sumber: National Center for Biotechnology Information (NCBI)

Mycobacterium tuberculosis berbentuk basil ramping lurus yang berukuran

antara 0,2 – 0,4 x 2-10 um dan termasuk gram positif. Pada medium kultur, bakteri

ini berbentuk kokus dan filamen (lembaran). Identifikasi terhadap bakteri ini dapat

dilakukan melalui pewarnaan tahan asam metode Ziehl-Neelsen (ZN) maupun Tanzil,

yang tampak sebagai basil berwarna merah di bawah mikroskop.2,6,8

Pada umumnya, genus mycobacterium kaya akan lipid, mencakup asam

mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfatida. Lipid dalam batas-

batas tertentu bertanggung jawab terhadap sifat tahan asam bakteri. Selain lipid,

mycobacterium juga mengandung beberapa protein yang dapat memicu reaksi

tuberkulin dan mengandung berbagai polisakarida.6,8

Mycobacterium tidak menghasilkan toksin, tetapi termasuk organisme yang

virulen sehingga bila masuk dan menetap dalam jaringan tubuh manusia dapat

menimbulkan penyakit. Bakteri ini terutama akan tinggal secara intrasel dalam

monosit, sel retikuloendotelial, dan sel-sel raksasa.6,8

C. KLASIFIKASI

5

Page 6: Penelitian Skripsi Tb

Tuberkulosis diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu Tuberkulosis Paru

dan Tuberkulosis Ekstra Paru

1. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk

pleura.

A . Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru terbagi atas :

a. Tuberkulosis Paru BTA (+) adalah :

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

- Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif

- Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b. Tuberkulosis paru BTA (-) adalah :

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative, gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative dan biakan

Mycobacterium tuberculosis positif

B. Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada

beberapa tipe pasien yaitu :

a. Kasus baru

6

Page 7: Penelitian Skripsi Tb

Adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan dengan OAT

atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

b. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapatkan

pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan

lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak

BTA positif atau biakan positif

c. Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai.

d. Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau

akhir pengobatan.

e. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik.

f. Kasus bekas TB

Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto

7

Page 8: Penelitian Skripsi Tb

serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT

adekuat akan lebih mendukung

2. Tuberkulosis Ekstraparu

Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain

selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran

kencing dan lain-lain.

Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari

tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan specimen

maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.

D. EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di

dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

tuberculosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan

bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberculosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah

kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

kuman tuberculosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di

Asia tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia, tetapi bila dilihat dari jumlah

penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih

besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta

setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar

8

Page 9: Penelitian Skripsi Tb

kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang atau angka

mortality tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV

yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.

Indonesia masih menempati urutan ke-3 di dunia untuk jumlah kasus TB

setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar

140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberculosis adalah pembunuh nomor satu

diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.

E. PATOFISIOLOGI

Terdapat 4 stadium infeksi TB saat mikroba tersebut mulai masuk ke dalam

alveolus, yaitu:

1. Stadium 1

Makrofag akan memfagosit basil tuberkel dan membawanya ke kelenjar limfe

regional (hilus dan mediastinum). Basil ini kemudian akan berkembang biak,

dihambat atau dihancurkan, tergantung tingkat virulensi organisme dan pertahanan

alamiah dalam hal ini kemampuan mikrobisidal makrofag. Makrofag yang terinfeksi

mengeluarkan komplemen C5a yang memanggil monosit ke area infeksi. Makrofag

yang mengandung basil yang bermultiplikasi dapat mati dan memanggil lebih banyak

monosit.11,12

9

Page 10: Penelitian Skripsi Tb

2. Stadium 2

Terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-21, basil tetap akan memperbanyak diri

sementara sistem imun spesifik belum teraktivasi dan monosit masih terus bermigrasi

ke area infeksi.11,12

3. Stadium 3

Terjadi setelah 3 minggu, ditandai oleh permulaan imunitas selular. Makrofag

alveolar yang pada saat itu telah menjadi limfokin yang diaktivasi oleh limfosit T,

menunjukkan peningkatan kemampuan untuk membunuh basil tuberkel intraselular.

Proses ini menghasilkan kompleks ghon dan nekrosis kaseosa yang dapat

terbentuk.11,12

4. Stadium 4

Menunjukkan reaktivasi (sekunder atau post primer) stadium tuberkulosis.

Pada stadium terakhir ini, basil akan lebih memperbanyak diri secara ekstraselular.

Basil tuberkel akan menyebar ke peredaran darah secara hematogen. Basil tuberkel

biasanya tetap dalam kondisi stabil sebagai dorman, sepanjang sistem imun pejamu

masih intak.11,12

Sekitar 10% individu yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit

tuberkulosis pada waktu tertentu dalam hidupnya. Resiko ini lebih tinggi pada

individu dengan penyakit defisiensi imun seperti HIV/AIDS, pengguna obat-obatan

terlarang, dan usia lanjut. Faktor lainnya seperti kurang gizi, kemiskinan, individu

alkoholik, juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit tuberkulosis.13

10

Page 11: Penelitian Skripsi Tb

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Anamnesis

Keluhan utama yang dialami pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak

selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu

dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan

fisik, dan demam subfebris lebih dari satu bulan.14

Gejala-gejala di atas dapat juga ditemukan pada penyakit paru selain

tuberkulosis, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi tuberkulosis di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap

orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut di atas,

dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien tuberkulosis dan perlu dilakukan

pemeriksaan sputum secara mikroskopik langsung.14

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam (subfebris), badan kurus

atau berat badan menurun, konjungtiva anemis, dan kulit pucat. Pada tuberkulosis

paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot

interkostal.14,15

Selain itu, dapat ditemukan perkusi yang redup dan suara napas bronkial

yang menandakan infiltrat yang luas. Dan juga akan ditemukan suara napas tambahan

berupa ronki basah kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrat diliputi oleh penebalan

pleura, maka suara napasnya menjadi vesikuler yang lemah. Bila terdapat kavitas

11

Page 12: Penelitian Skripsi Tb

cukup besar, maka perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi

memberikan suara amforik.14,15

Dalam penampilan klinis, tuberkulosis paru sering asimtomatik dan penyakit

baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dari foto toraks atau uji

tuberkulin yang positif.15

G. DIAGNOSIS

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, hasil

radiologi dan bakteriologi.

Tuberkulosis paru paling sering terjadi pada orang dewasa dan dikenali

sebagai post-primary pulmonary tuberculosis. Merupakan bentuk infeksius dan

epidemiologinya signifikan besar.

Gejala dan simptom seperti batuk lama lebih dari 2 minggu, batuk berdarah,

kurang nafsu makan, penurunan berat badan, demam, dyspnoe, keringat dingin di

malam hari, sesak napas merupakan gejala yang mengarah ke arah diagnosa

tuberkulosis paru. Pasien tersebut harus dilakukan pemeriksaan lanjut seperti

pemeriksaan laboratorium dan radiologis untuk mendiagnosa tuberculosis.

12

Page 13: Penelitian Skripsi Tb

Table 2.2. Klasifikasi Tuberkulosis Berdasarkan BTA

Klasifikasi

Tuberkulosis paruTuberkulosis merangkumi parenkim

paru

Tuberkulosis paru, BTA (+)

i) Tuberkulosis pada pasien dengan

minimal 2x positif smear pada

pemeriksaan sputum BTA.

ii) Tuberkulosis pada pasien dengan 1x

positif smear pada pemeriksaan sputum

BTA dan tuberculosis paru aktif

didapatkan pada foto toraks.

iii) Tuberkulosis pada pasien dengan

1x positif smear pada pemeriksaan

sputum BTA dan positif kultur sputum

dengan M.tuberculosis.

Tuberkulosis paru, BTA (-) i)Tuberkulosis pada pasien dengan 3x

negatif smear pada pemeriksaan

sputum BTA dan didapatkan kelainan

radiologi dengan tuberkulosis paru.

ii) Tuberkulosis pada pasien dengan

13

Page 14: Penelitian Skripsi Tb

awalnya didapatkan negatif smear pada

pemeriksaan sputum BTA kemudian

positif kultur sputum dengan

M.tuberculosis.

Sumber : WHO treatment guidelines

Table 2.3: Klasifikasi Tuberkulosis Berdasarkan Foto Toraks

Klasifikasi

Minimal

Lesi cavitas di satu atau kedua paru.

Total lesi tidak melebihi volume

sebelah atas chondrosternal junction

kedua dan 4th atau 5th

Thoracic vertebra.

Moderate

Satu atau kedua paru terlibat tetapi lesi

tidak melebihi:

i) total volume satu atau kedua paru

ii) 1/3 volume sebelah paru

iii) total diameter kavitas, jika ada

kurang dari 4cm.

Advance Lesi melebihi moderate

Sumber : WHO treatment guideline

14

Page 15: Penelitian Skripsi Tb

H. PENATALAKSANAAN

Skema 2.1 Kategori terapi berdasarkan WHO3

Sumber : WHO treatment guidelines

Tabel 2.4 Jenis dan Sifat Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan Dosis yang

Direkomendasikan sesuai dengan Berat Badan

Jenis OAT Sifat

Dosis yang Direkomendasikan(mg/kgBB)

Dosis HarianDosis 2x

seminggu

mg/kgMax(mg)

mg/kgMax(mg)

Isoniazid (H) Bakterisid 5-8 300 15-20 1200Rifampicin (R) Bakterisid 10-15 600 15-20 600Pyrazinamid (Z) Bakterisid 20-40 1500 50 3000Streptomycin (S) Bakterisid 15-20 1000 15-20 1000Ethambutol (E) Bakteriostatik 15-25 1200 50 2000

Sumber: Treatment of Tuberculosis Guidelines, 4th ed – WHO

15

Katergori terapi

Kategori 1

Kasus baru

Kategori 2

Kambuh

Gagal pengobata

n

Putus berobat

Kategori 3

Kasus kronik

Page 16: Penelitian Skripsi Tb

Pengobatan tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan

lanjutan.

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan

tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak

menular dalam jangka waktu 2 minggu.6

Sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih

sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk

membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.6 Obat

diberikan setiap 2 bulan kemudian pemeriksaan BTA dilakukan untuk mengobservasi

hasil pengobatan.

Terdapat beberapa tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya, yaitu:13,17

1. Kasus baru: Penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT < 4 minggu.

2. Kambuh (relaps): Penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

kemudian didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

3. Putus berobat (default): Penderita yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan

atau lebih dengan BTA positif.

16

Page 17: Penelitian Skripsi Tb

4. Gagal (failure): Penderita yang hasil pemeriksaan sputumnya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5. Kronik: Penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai

pengobatan ulangan.

Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:

TB paru (kasus baru)

BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas. Paduan obat yang dianjurkan   : 

2 RHZE / 4 RH atau : 2 RHZE/ 6HE  atau 2 RHZE / 4R3H3

Paduan ini dianjurkan untuk :

a. TB paru BTA (+), kasus baru 

b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru)

Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan

hasil uji resistensi TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal.

Paduan obat yang dianjurkan :  2 RHZE / 4 RH atau :  6 RHE atau 2 RHZE/ 4R3H3

TB paru kasus kambuh

Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan  2 RHZES / 1 RHZE. Fase

lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji  resistensi dapat

diberikan obat RHE selama 5 bulan.

TB Paru kasus gagal pengobatan

Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan  obat lini 2 (contoh

paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18

bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada

17

Page 18: Penelitian Skripsi Tb

fase awal dapat diberikan  2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji

resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji  resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5

bulan.

Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang

optimal

Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter spesialis paru

TB Paru kasus putus berobat

Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai

dengan kriteria sebagai berikut :

a.   Berobat   >  4 bulan

1)  BTA saat ini negatif

Klinis dan  radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka pengobatan

OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut

untuk memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan

penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan

paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.

2)  BTA saat ini positif

Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan

jangka waktu pengobatan yang lebih lama.

b.    Berobat < 4 bulan

18

Page 19: Penelitian Skripsi Tb

1)  Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih

kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.

2)  Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif pengobatan diteruskan

jika memungkinkan seharusnya diperiksa uji resistensi terhadap OAT.

TB Paru kasus kronik

Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan

RHZES.

Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi

(minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif) ditambah dengan obat

lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18

bulan.

Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.

Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan

penyembuhan.

Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru

I. MULTI DRUG RESISTANCE (MDR)

Resistensi ganda menunjukkan Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap

rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya

Secara umum resistensi terhadap obat tuberculosis dibagi menjadi :

- Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan TB

19

Page 20: Penelitian Skripsi Tb

- Resistensi inisial adalah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasiennya sudah

pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak.

- Resistensi sekunder adalah apabila pasien telah punya riwayat pengobatan

sebelumnya.

Laporan pertama tentang resistensi ganda dating dari Amerika Serikat,

khususnya pada pasien TB dan AIDS yang menimbulkan angka kematian 70 – 90

% dalam waktu hanya 4 sampai 16 minggu. Laporan WHO tentang TB tahun

2004 menyatakan bahwa sampai 50 juta orang telah terinfeksi oleh kuman

tuberculosis yang resisten terhadap obat anti tuberculosis. TB paru kronik sering

disebabkan oleh MDR.

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberculosis yaitu :

- Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberculosis

- Penggunaan panduan obat yang tidak adekuat, yaitu jenis obatnya yang

kurang atau di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi

terhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan INH saja

pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obta tersebut sudah cukup

tinggi.

- Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau tiga

minggu lalu stop, setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah dokter dan

mendapatkan obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu stop lagi, demikian

seterusnya.

20

Page 21: Penelitian Skripsi Tb

- Fenomena addition syndrome yaitu suatu obat yang ditambahkan dalam suatu

panduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu terjadi karena

kuman TB telah resisten pada paduan yang pertama, maka penambahan satu

macam obat hanya akan menambah panjang daftar obat yang resisten

- Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik, sehingga menganggu biovailabiliti obat

- Penyediaan obat yang tidak regular, kadang obat datang kesuatu daerah

kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-bulan

- Pemakaian obat antituberkulosis cukup lama, sehingga menimbulkan

kejemuan

- Pengetahuan pasien kurang tentang penyakit TB

- Kasus MDR-TB rujuk ke dokter spesialis paru

J. DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS)

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan

program penanggulangan tuberculosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS,

yuang juga telah dianut oleh Negara kita. Oleh karena ituu pemahaman tentang

DOTS merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan

baik.

Strategi DOTS mempunyai 5 elemen penting untuk memastikan keberhasilan

pengobatan tuberkulosis paru:

1. Pemerintah mengikuti Program Kontrol Tuberkulosis Nasional

21

Page 22: Penelitian Skripsi Tb

2. Deteksi kasus melalui pemeriksaan sputum BTA pada pasien suspek

tuberkulosis di Rumah Sakit.

3. Terapi tuberkulosis diobservasi selama 6 bulan oleh Pengawas Menelan Obat

untuk memastikan kepatuhan pasien menelan obat

4. Memastikan obat tidak diambil bersamaan dengan obat anti-tuberkulosis.

5. Mengobservasi dan melaporkan untuk mengevaluasi hasil pengobatan pada

setiap pasien tuberkulosis paru

Kelebihan DOTS adalah:

1. DOTS dapat menghasilan tingkat penyebuhan lebih dari 95% walaupun di

negara miskin.

2. Strategi ini berhasil dengan adanya pelayanan kesehatan primer

3. Deteksi kasus dengan BTA lebih murah, mudah dan mampu

4. Pengawas Menelan Obat dapat mengobservasi hasil terapi

5. DOTS tidak memerlukan rawat inap atau isolasi, pasien boleh bersama

keluarga di rumah.

6. DOTS membantu mengatasi masalah resistensi obat

BAB III

KERANGKA KONSEP

22

Page 23: Penelitian Skripsi Tb

A. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

Pada setiap individu yang merupakan anggota dari suatu populasi memiliki

karakteristik yang berbeda-beda untuk setiap penyakit tertentu. Berdasarkan tinjauan

pustaka yang telah dipaparkan sebelumnya terdapat berbagai macam karakteristik

pasien TB paru dengan status rawat jalan seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status gizi, riwayat merokok, penyakit penyerta, keluhan utama, hasil pemeriksaan

BTA, hasil foto toraks, paduan OAT yang didapatkan dan diagnosis pertama kali

masuk. Di antara berbagai karakteristik tersebut, maka variabel independen pasien

TB paru dengan status rawat jalan yang akan diteliti dibatasi pada umur, jenis

kelamin, pekerjaan, status gizi, riwayat merokok, penyakit menyerta, keluhan utama,

hasil pemeriksaan BTA, hasil foto toraks, paduan OAT yang didapatkan dan

diagnosis pertama kali masuk. Penentuan variabel ini didasarkan pada ketersediaan

data dari rekam medik pasien tuberkulosis paru rawat jalan di Rumah Sakit Umum

Daerah Pangkep.

Oleh karena keterbatasan waktu dan tempat penelitian, maka penelitian ini

dikhususkan pada pasien TB paru dengan status rawat jalan di Rumah Sakit Umum

Daerah Pangkep, periode Januari - Maret 2015.

B. KERANGKA KONSEP

23

Page 24: Penelitian Skripsi Tb

Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan di atas, maka disusunlah

pola variabel sebagai berikut.

Skema 3.1 Kerangka Konsep

C. DEFINISI OPERASIONAL

24

Tuberkulosis Paru

Demografi

Diagnostik

Kondisi Kesehatan

Panduan Obat OAT

Diagnosis Masuk

Umur

Jenis Kelamin

Hasil BTA

Hasil Foto Thoraks

Penyakit Penyerta

Pekerjaan

Page 25: Penelitian Skripsi Tb

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan, dapat disusun definisi

operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Dependen

1) Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan

a. Definisi : Pasien tuberkulosis yang datang ke Rumah Sakit Umum Daerah

Pangkep.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan memperhatikan dan mencatat daftar pasien tuberkulosis

dengan status rawat jalan yang diperoleh dari data rekam medik.

d. Hasil ukur : Data pasien tuberkulosis rawat jalan.

2. Variabel Independen

1) Umur

a. Definisi : Lamanya seseorang hidup mulai saat pertama dilahirkan sampai usianya

pada saat masuk rumah sakit untuk pertama kali yang dinyatakan dalam satuan

tahun.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel umur sesuai dengan yang tercantum pada

rekam medik.

d. Hasil ukur : Sesuai data pada rekam medik yang dinyatakan dalam satuan tahun.

2) Jenis Kelamin

25

Page 26: Penelitian Skripsi Tb

a. Definisi : Perbedaan seksual yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel jenis kelamin sesuai dengan yang tercantum

pada rekam medik.

d. Hasil ukur :

1. Laki-laki

2. Perempuan

3) Pekerjaan

a. Definisi : Pekerjaan pasien selama hidup adakah terpapar dengan sumber infeksi.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel pekerjaan pasien sesuai dengan yang

tercantum pada rekam medik.

d. Hasil ukur : Sesuai data pada rekam medik

4) Diagnosis Masuk

a. Definisi : Kasus pasien TB sesuai dengan saat pertama kali didiagnosis TB pada

kunjungan pertama di poliklinik.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan menggolongkan, lalu mencatat tipe pasien TB berdasarkan

diagnosis yang tercantum pada rekam medik.

d. Hasil ukur :

26

Page 27: Penelitian Skripsi Tb

1. Kasus baru : Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT < 4 minggu.

2. Dalam masa pengobatan (TB on treatment) : Pasien yang sedang menjalani terapi

OAT, yang terbagi dalam ketgori 1, kategori 2, atau kategori sisipan.

3. Kambuh (relaps) : Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

namun didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan BTA positif (apusan atau

kultur).

4. Putus berobat (default) : Pasien yang telah berobat dan putus berobat selama 2

bulan atau lebih dengan hasil pemeriksaan BTA positif.

5. Gagal (failure) : Pasien yang hasil pemeriksaan sputumnya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

6. Kronik : Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulangan.

5) Penyakit Penyerta

a. Definisi : Sesuai dengan penyakit selain tuberkulosis yang diderita pasien, yang

dapat memperberat kondisi pasien.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel penyakit penyerta sesuai dengan yang

tercantum pada rekam medik.

d. Hasil ukur :

27

Page 28: Penelitian Skripsi Tb

1. Ada penyakit penyerta, yaitu bila pasien mengalami salah satu dari penyakit yang

dapat meningkatkan kerentanan menderita TB (komorbid) seperti penyakit

immunodefisiensi HIV/AIDS, diabetes mellitus, malnutrisi, asma, dan penyakit

paru obstruksi kronik (PPOK), atau penyakit komplikasi dari TB antara lain:

anemia, pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, TB miliar, sindrom

obstruksi pasca tuberkulosis (SOPT), fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis,

karsinoma paru, dan sindrom gagal napas (ARDS), atau penyakit penyerta yang

tidak berkaitan dengan tuberkulosis.

2. Tidak ada penyakit penyerta

6) Hasil Pemeriksaan BTA

a. Definisi : Hasil pemeriksaan basil tahan asam dari spesimen sputum pada pasien

dewasa atau bilas lambung pada pasien anak pada saat diagnosis TB ditegakkan.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel hasil pemeriksaan BTA sesuai dengan yang

tercantum pada rekam medik.

d. Hasil ukur :

1. BTA (+)

4. BTA (-)

7) Hasil Pemeriksaan Foto Toraks

a. Definisi : Hasil superfisi foto toraks oleh radiologi pada saat diagnosis TB

ditegakkan oleh dokter yang merawat pasien.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

28

Page 29: Penelitian Skripsi Tb

c. Cara ukur : Dengan menggolongkan, lalu mencatat variabel foto toraks sesuai

dengan yang tercantum pada rekam medik.

d. Hasil ukur :

1. Mendukung diagnosis TB

2. Tidak mendukung diagnosis TB

8) Paduan OAT yang Didapatkan

a. Definisi : Paduan OAT yang didapatkan setelah didiagnosis TB pada saat

kunjungan pertama kali di poliklinik.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat paduan OAT yang didapatkan berdasarkan instruksi

terapi dokter pada lembar kunjungan poliklinik yang tercantum pada data rekam

medik.

d. Hasil ukur :

1). Kategori 1 : 2(RHZE)/ 4 (RH)3

2). Kategori 2 : 2(RHZE)S/ (RHZE)/ 5(RH)3 E3

METODE PENELITIAN

29

Page 30: Penelitian Skripsi Tb

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan

pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk memaparkan

prevelensi dan karakteristik penderita tuberkulosis paru berdasarkan fakta yang

terdapat di lapangan. Penentuan variabel ini didasarkan pada ketersediaan data dari

rekam medik pasien, dengan tetap mengingat kepentingan keterkaitan variabel

tersebut dengan kasus tuberkulosis paru.

B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan selama 2 (dua) minggu mulai tanggal 27

Apri l- 8 Mei 2015 (Jadwal penelitian terlampir).

Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Pangkep.

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi Target

Populasi target adalah penderita Tuberkulosis paru rawat jalan di Rumah Sakit

Umum Daerah Pangkep periode Januari- Maret 2015

Populasi Terjangkau

30

Page 31: Penelitian Skripsi Tb

Populasi terjangkau adalah penderita Tuberkulosis paru rawat jalan di Rumah

Sakit Umum Daerah Pangkep periode Januari- Maret 2015

Sampel

Sampel yang diambil adalah pasien Tuberkulosis paru rawat jalan di Rumah

Sakit Umum Daerah Pangkep periode Januari- Maret 2015

Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode total

sampling yaitu mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau

persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau

didapatkan.

Kriteria Inklusi

Pasien yang terdiagnosis tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah

Pangkep, periode Januari - Maret 2015.

Kriteria Eksklusi

Pasien yang Rekam Mediknya tidak terbaca dan pasien yang Rekam

Mediknya mengandung kurang dari 50% variable yang dibutuhkan.

D. JENIS DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui

rekam medik subjek penelitian.

Instrumen penelitian

31

Page 32: Penelitian Skripsi Tb

Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam

penelitian ini terdiri dari lembar pengisian data dengan tabel-tabel tertentu

untuk mencatat data yang dibutuhkan dari rekam medik. Microsoft Word dan

Microsoft Excel sebagai tempat untuk mengolah hasil penelitian.

E. MANAJEMEN PENELITIAN

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pemerintah dan

kepala Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep. Kemudian nomor rekam medik

pasien tuberkulosis paru dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan di

Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep. Setelah itu dilakukan pengamatan dan

pencatatan langsung ke dalam tabel yang telah disediakan.

Pengolahan dan Analisa data

Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data dari rekam medik yang

dibutuhkan ke dalam tabel check list dengan menggunakan komputer yaitu

dengan menggunakan perangkat Microsoft Office Excel 2010 untuk

memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.

Penyajian data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk

menggambarkan prevalensi dan karakteristik penderita tuberkulosis paru di

Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep.

32

Page 33: Penelitian Skripsi Tb

F. ETIKA PENELITIAN

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah dan

kepala Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep sebagai permohonan izin

untuk melakukan penelitian.

2. Menjaga kerahasiaan data pasien yang terdapat pada rekam medik,

sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian

yang dilakukan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak

yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan

sebelumnya.

33

Page 34: Penelitian Skripsi Tb

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian tentang “Karakteristik penderita tuberkulosis paru

di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, periode Januari - Maret 2015”. Penelitian ini

dilakukan dengan mengambil data dari data sekunder yang diperoleh dari rekam

medik di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, periode Januari - Maret 2015.

Penelitian dilakukan dengan metode pengambilan sampel yaitu total sampling yaitu

mengambil seluruh pasien yang terdiagnosa dengan tuberkulosis paru yang berobat

rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, periode Januari - Maret 2015.

Jumlah pasien tuberkulosis paru yang berobat rawat jalan di Rumah Sakit

Umum Daerah Pangkep, periode Januari - Maret 2015, didapatkan sampel sebanyak

75 orang. Penelitian dilakukan dengan mencatat data sekunder dari rekam medik.

Data yang diambil adalah nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, penyakit menyerta,

hasil pemeriksaan BTA, hasil foto toraks, paduan OAT yang didapatkan dan

diagnosis pertama kali masuk. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan

program Microsoft Office Excel 2010.

Berdasarkan data yang diperoleh setelah diteliti data rekam medik yang

diambil. Maka hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

34

Page 35: Penelitian Skripsi Tb

5.1 Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Golongan Umur

Tabel 5.1. Distribusi Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Umur Periode Jan – Mar 2015

UMUR NOMINAL (n) PERSENTASE (%)

<30 TAHUN30-39 TAHUN40-49 TAHUN50-59 TAHUN60-69 TAHUN>70 TAHUN

1410211893

18.6713.33

2824124

TOTAL 75 100

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

Berdasarkan table 5.1 distribusi pasien TB paru di Rumah Sakit Umum

Daerah Pangkep Periode Januari - Maret 2015 berdasarkan umur menunjukkan

bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 40-49 tahun dengan jumlah kasus

21 atau sebesar 28 % diikuti oleh rentang umur 50-59 sebanyak 18 kasus atau sebesar

24 % selanjutnya umur <30 tahun sebanyak 14 kasus atau sebesar 18.67 %, lalu 30-

39 tahun sebanyak 10 kasus atau sebesar 13.33%, lalu diikuti umur 60-69 tahun

sebanyak 9 kasus atau 12 % serta >70 Tahun sebanyak 3 kasus atau 4 %.

35

Page 36: Penelitian Skripsi Tb

5.2 Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Jenis

Kelamin

JENIS KELAMIN NOMINAL (n) PERSENTASE (%)

LAKI-LAKIPEREMPUAN

3738

49.3350.67

TOTAL 75 100

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

Berdasarkan table 5.2 distribusi pasien TB paru Januari – Maret 2015

didapatkan pada jenis kelamin, menunjukkan bahwa insiden antara laki-laki dan

Perempuan memiliki jumlah yang hampir sama yaitu pada laki-laki 37 kasus atau

sebesar 49.33 % diikuti perempuan dengan jumlah 38 kasus atau sebesar 50.67 %.

36

Page 37: Penelitian Skripsi Tb

Laki-Laki49%

Perempuan51%

Diagram 2 Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar 2015

Menurut Kelompok Jenis Kelamin

5.3 Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Pekerjaan

Table 5.3 Distribusi Pasien TB paru Periode Jan- Mar 2015 Berdasarkan

Pekerjaan

PEKERJAAN NOMINAL(n) PERSENTASE(%)

IBU RUMAH TANGGAPEGAWAI NEGERI SIPIL

PETANINELAYAN

WIRASWASTAPELAJAR

TIDAK BERKERJA

2471051694

329.3313.336.6721.33

125.34

TOTAL 75 100

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

37

Page 38: Penelitian Skripsi Tb

Berdasarkan table 5.3 distribusi pasien TB paru berdasarkan perkerjaan

menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada Ibu rumah tangga dengan jumlah

24 kasus atau sebesar 32 % diikuti Wiraswasta dengan jumlah 16 kasus atau sebesar

21.33 %, selanjutnya petani dengan jumlah 10 kasus atau 9.33 %, selanjutnya Pelajar

dengan jumlah 9 kasus atau 12 %, selanjutnya Pegawai negeri Sipil dengan jumlah 7

kasus atau 9.33 %, selanjutnya nelayan dengan jumlah 5 orang atau 6.67 % dan tidak

bekerja dengan jumlah 4 kasus atau 5.34 %.

IRT

PNS

PETANI

NELAYAN

WIR

ASWASTA

PELAJAR

TIDAK B

EK...0

5

10

15

20

25

30

35

Diagram 3:Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar 2015

Menurut Kelompok Pekerjaan

Pekerjaan

Pers

enta

se %

38

Page 39: Penelitian Skripsi Tb

5.4 Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Diagnosa

pertama kali masuk

Tabel 5.4 Distribusi Pasien TB paru periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Diagnosa

Masuk

DIAGNOSA NOMINAL (n) PERSENTASE (%)

Kasus baruKambuh

5421

72 %28 %

TOTAL 75 100

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

Berdasarkan table 5.4 distribusi pasien TB paru berdasarkan diagnosa masuk

menunjukkan bahwa kebanyakkan pasien merupakan kasus baru dengan jumlah 54

kasus yaitu 72 % dan beberapa kasus kambuh berjumlah 21 kasus atau 28 %.

39

Page 40: Penelitian Skripsi Tb

5.5

Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Penyakit Penyerta

Table 5.5 Distribusi Pasien TB paru periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Penyakit

penyerta

PENYAKIT PENYERTA NOMINAL (n) PERSENTASE (%)

AdaTidak Ada

2847

37.33 %62.67 %

TOTAL 75 100

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tidak adanya penyakit penyerta yang

diderita pada pasien TB paru sebanyak 47 orang atau 62.67 %, sedangkan adanya

penyakit penyerta yang diderita pada pasien TB paru sebanyak 28 orang atau 37.33%.

40

Kasus Baru72%

Kasus Kambuh28%

Diagram 4Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar

2015Berdasarkan Diagnosa Masuk

Page 41: Penelitian Skripsi Tb

Ada37%

Tidak Ada63%

Diagram 5:Distribusi Pasien TB Paru

Periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Penyakit Penyerta

5.6 Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Hasil BTA

Table 5.6 Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Hasil

BTA

HASIL BTA NOMINAL (n) PERSENTASE (%)

BTA (+)BTA (-)

4728

62.67 %37.33 %

TOTAL 75 100

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

Berdasarkan table 5.6 distribusi pasien TB paru berdasarkan hasil BTA

menunjukkan bahwa pada semua sampel pasien TB paru di Rumah Sakit Umum

Daerah Pangkep Periode Januari-Maret 2015 sebanyak 75 orang pasien, didapatkan

41

Page 42: Penelitian Skripsi Tb

47 orang pasien dengan BTA positif manakala 28 orang pasien lagi BTA negatif pada

pemeriksaan pertama BTA dengan masing-masing 62.67 % dan 37.33 %.

BTA (+)63%

BTA (-)37%

Diagram 6Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar 2015

Berdasarkan Hasil BTA

5.7 Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Hasil Foto Toraks

Table 5.7 Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Hasil Foto

Toraks

HASIL FOTO TORAKS NOMINAL (n) PERSENTASE (%)

MENDUKUNG DIAGNOSATIDAK MENDUKUNG

714

94.67 %5.33 %

TOTAL 75 100

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

Berdasarkan table 5.7 distribusi pasien TB paru berdasarkan hasil foto toraks

menunjukkan bahwa pada semua sampel pasien TB paru di Rumah Sakit Umum

42

Page 43: Penelitian Skripsi Tb

Daerah Pangkep Periode Januari-Maret 2015 sebanyak 75 orang pasien, didapatkan

71 orang pasien dengan hasil foto toraks yang mendukung diagnosa TB paru

manakala 4 orang pasien lagi dengan hasil foto toraks yang tidak mendukung

diagnosa TB paru dengan masing-masing 94.67 % dan 5.33 %.

Foto Thorax (+)95%

Foto Thorax (-)5%

Diagram 7Distribusi Pasien TB Paru Periode Jan-Mar 2015

Berdasarkan Hasil Radiologi

5.8 Karakteristik Pasien TB Paru Rawat Jalan Berdasarkan Panduan OAT

yang diberikan

Table 5.8 Distribusi Pasien TB paru Periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Panduan

OAT yang diberikan

PADUAN OAT NOMINAL (n) PERSENTASE (%)

Katergori 1Kategori 2

5421

72 %28 %

TOTAL 75 100

43

Page 44: Penelitian Skripsi Tb

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015

Berdasarkan table 5.8 distribusi pasien TB paru berdasarkan paduan OAT

yang diberikan, menunjukkan bahwa kebanyakan pasien mendapat paduan OAT

kategori pertama dengan jumlah 53 kasus yaitu 70.67 % berbanding kategori dua

dengan jumlah 22 kasus saja yaitu 29.33 %.

Kate-gori 172 %

Kategori 228%

Diagram 8:Distribusi Pasien TB Paru

Periode Jan-Mar 2015 Berdasarkan Panduan OAT yang diberikan

44

Page 45: Penelitian Skripsi Tb

BAB VI

PEMBAHASAN.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai karakteristik pasien

tuberculosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah periode Januari-Maret 2015, maka akan

dibahas sesuai dengan variable yang diteliti.

A. Karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh insiden tuberkulosis paru

berdasarkan faktor umur menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang

umur 40-49 tahun dengan jumlah kasus 21 atau sebesar 28 % diikuti oleh rentang

umur 50-59 sebanyak 18 kasus atau sebesar 24 % selanjutnya umur <30 tahun

sebanyak 14 kasus atau sebesar 18.67 %, lalu 30-39 tahun sebanyak 10 kasus atau

sebesar 13.33%, lalu diikuti umur 60-69 tahun sebanyak 9 kasus atau 12 % serta >70

Tahun sebanyak 3 kasus atau 4 %

Karakteristik umur dapat mempengaruhi kejadian tuberkulosis paru karena

semakin tua umur seseorang maka semakin rentan terkena penyakit tuberkulosis paru.

Angka kejadian tertinggi pada rentang umur 40-49 tahun di mana pada usia ini

kebanyakan pasien mempunyai daya tahan tubuh yang semakin menurun sehingga

jika terjadi kontak dengan pasien tuberkulosis yang aktif dapat terjadinya penularan

45

Page 46: Penelitian Skripsi Tb

penyakit ini. Selain itu, pada usia ini kebanyakan pasien mempunyai penyakit

penyerta yang lain seperti diabetes mellitus yang menyebabkan rentan terhadap

penyakit.

B. Karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi pasien tuberkulosis

paru menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa insiden antara laki-laki dan

Perempuan memiliki jumlah yang hampir sama yaitu pada laki-laki 37 kasus atau

sebesar 49.33 % diikuti perempuan dengan jumlah 38 kasus atau sebesar 50.67 %.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan walaupun

dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin dapat juga menyebabkan

terjadinya penyakit tuberkulosis paru. Di mana hal ini di karenakan oleh faktor

kebiasaan merokok pada laki-laki yang hampir dua kali lipat dibandingkan pada

perempuan. Penyakit tuberkulosis paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin

laki-laki dibandingkan perempuan menurut WHO. Pada jenis kelamin laki-laki

penyakit ini lebih tinggi karena merokok dan minum alkohol dapat menurunkan

sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agen penyebab

tuberkulosis paru.

C. Karakteristik pasien tuberkulosis berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi pasien tuberkulosis

paru menurut perkerjaan menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada Ibu

46

Page 47: Penelitian Skripsi Tb

rumah tangga dengan jumlah 24 kasus atau sebesar 32 % diikuti Wiraswasta dengan

jumlah 16 kasus atau sebesar 21.33 %, selanjutnya petani dengan jumlah 10 kasus

atau 9.33 %, selanjutnya Pelajar dengan jumlah 9 kasus atau 12 %, selanjutnya

Pegawai negeri Sipil dengan jumlah 7 kasus atau 9.33 %, selanjutnya nelayan dengan

jumlah 5 orang atau 6.67 % dan tidak bekerja dengan jumlah 4 kasus atau 5.34 %

Perbedaan pekerjaan yang dimiliki seseorang menyebabkan terdapat pula

perbedaan status sosial ekonomi yang dimiliki. Setiap pekerjaan merupakan beban

bagi pelakunya. Beban yang dimaksud yaitu fisik, mental atau sosial pekerja.

Kemampuan pada kerja berbeda dari satu dengan lainnya yakni pada keterampilan,

keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh.

Pada penelitian ini didapatkan kebanyakan insiden tuberkulosis tejadi pada

yang tidak mempunyai pekerjaan.

D. Karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan diagnosa masuk

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi pasien tuberkulosis

paru menurut diagnosa masuk menunjukkan bahwa kebanyakkan pasien merupakan

kasus baru dengan jumlah 54 kasus yaitu 72 % dan beberapa kasus kambuh

berjumlah 21 kasus atau 28 %.

E. Karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan penyakit penyerta

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi pasien tuberkulosis paru

menurut penyakit penyerta yang diderita pada pasien TB paru bahwa tidak adanya

47

Page 48: Penelitian Skripsi Tb

penyakit penyerta yang diderita pada pasien TB paru sebanyak 47 orang atau 62.67

%, sedangkan adanya penyakit penyerta yang diderita pada pasien TB paru sebanyak

28 orang atau 37.33 %

Selain itu, diabetes mellitus yang menyertai penderita TB paru harus

diwaspadai karena juga merupakan faktor komorbid terjadinya TB-MDR. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bashar dkk sebagaimana yang dikutip

oleh Masniari dkk yang menyatakan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan

faktor resiko terjadinya TB-MDR.8

Meskipun dalam jumlah yang sedikit, dalam penelitian ini juga ditemukan

kejadian ko-infeksi HIV/AIDS dengan TB paru. Pada tahun 2007, WHO secara

global mengidentifikasi kejadian infeksi HIV pada 996.000 (16%) penderita TB, dan

diperoleh hasil HIV positif sebesar 30%. Sistem imun yang lemah pada pasien

HIV/AIDS merupakan penyebab utama kerentanan penyakit TB pada kelompok

tersebut.2

F. Karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan hasil BTA

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi pasien tuberkulosis

paru menurut hasil BTA berdasarkan hasil BTA menunjukkan bahwa pada semua

sampel pasien TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep Periode Januari-

Maret 2015 sebanyak 75 orang pasien, didapatkan 47 orang pasien dengan BTA

48

Page 49: Penelitian Skripsi Tb

positif manakala 28 orang pasien lagi BTA negatif pada pemeriksaan pertama BTA

dengan masing-masing 62.67 % dan 37.33 %.

Hasil pewarnaan BTA pasien TB Paru rawat jalan sebagian besar

menunjukkan hasil yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa penegakan diagnosis

pasti TB merujuk secara langsung pada hasil pewarnaan BTA. Namun demikian,

harus diperhatikan bahwa ternyata hasil pewarnaan BTA negatif juga banyak

ditemukan, meskipun jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan BTA positif.

Dari hal tersebut, yang perlu ditekankan adalah pemeriksaan BTA hanya

dapat positif apabila jumlah kuman dalam spesimen >105 dan bila kurang dari jumlah

tersebut hasilnya akan negatif. Dan juga hasil pewarnaan BTA yang negatif dapat

disebabkan oleh sputum yang tidak adekuat dikeluarkan oleh pasien.7,8

G. Karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan hasil foto toraks

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi pasien tuberkulsosis

menurut hasil foto toraks menunjukkan bahwa pada semua sampel pasien TB paru di

Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep Periode Januari-Maret 2015 sebanyak 75 orang

pasien, didapatkan 71 orang pasien dengan hasil foto toraks yang mendukung

diagnosa TB paru manakala 4 orang pasien lagi dengan hasil foto toraks yang tidak

mendukung diagnosa TB paru dengan masing-masing 94.67 % dan 5.33 %.

Hasil foto toraks pasien TB paru sebagian besar mendukung diagnosis TB

Paru. Hal ini menunjukkan bahwa penegakan diagnosis TB juga merujuk pada hasil

49

Page 50: Penelitian Skripsi Tb

foto toraks. Meskipun hasil foto toraks tidak menginformasikan luas lesi secara

eksplisit untuk menggambarkan keadaan pasien TB paru, tetapi dapat menilai tingkat

keparahan penyakit TB paru.

Penelitian yang dilakukan oleh Lessnau et al di New York, menemukan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara foto toraks dengan tiga

kelompok subjek penelitian yakni TB sensitif OAT, TB mono-resisten, dan TB-

MDR. Gambaran radiologi yang ditemukan antara lain berupa kavitas, bercak

berawan pada lobus atas maupun pada lobus bawah paru, limfadenopati, infiltrat yang

difus, efusi pleura, TB miliar, dan terdapat pula gambaran radiologi yang normal.

Dari beberapa gambaran radiologi tersebut, diperoleh bahwa terdapat perbaikan

gambaran radiologi setelah 2 minggu pemberian terapi OAT yang sesuai. Hal ini

menunjukkan bahwa pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto toraks, selain sebagai

salah satu alat diagnostik, juga dapat digunakan sebagai kontrol perjalanan penyakit

dalam masa pengobatan tuberkulosis paru.9

H. Karakteristik pasien tuberkulosis paru berdasarkan Paduan Obat OAT

yang diberikan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi pasien tuberkulosis

paru menurut paduan OAT yang diberikan, menunjukkan bahwa kebanyakan pasien

mendapat paduan OAT kategori pertama dengan jumlah 54 kasus yaitu 72 %

berbanding kategori dua dengan jumlah 21 kasus saja yaitu 28 %.

50

Page 51: Penelitian Skripsi Tb

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai karakteristik pasien

Tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep Periode Januari – Maret

2015, maka akan dibahas sesuai dengan variable yang diteliti.

1. Berdasarkan karakteristik demografi, pasien TB paru berdasarkan faktor umur

menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 40-49 tahun

dengan jumlah kasus 21 atau sebesar 28 % diikuti oleh rentang umur 50-59

sebanyak 18 kasus atau sebesar 24 % selanjutnya umur <30 tahun sebanyak 14

kasus atau sebesar 18.67 %, lalu 30-39 tahun sebanyak 10 kasus atau sebesar

13.33%, lalu diikuti umur 60-69 tahun sebanyak 9 kasus atau 12 % serta >70

Tahun sebanyak 3 kasus atau 4 % serta berdasarkan pekerjaan menunjukkan

bahwa insiden terbanyak terjadi pada yang tidak bekerja dengan jumlah 28 kasus

atau 37.34 %

2. Berdasarkan kriteria diagnostik, pasien TB paru berdasarkan hasil pewarnaan

BTA menunjukkan hasil positif sebanyak 42 atau 62.67 %, berdasarkan hasil

radiologi menunjukkan yang mendukung diagnosa sebanyak 71 atau 94.67 %.

3. Berdasarkan kondisi kesehatan, berdasarkan diagnosa pertama kali masuk

menunjukkan bahwa kebanyakkan pasien merupakan kasus baru dengan jumlah

54 kasus yaitu 72 % meskipun kasus relaps juga cukup tinggi yakni 21 kasus atau

28% sehingga membutuhkan perhatian khusus bagi pihak kesehatan setempat.

Berdasarkan adanya penyakit penyerta didominasi dengan tidak adanya penyakit

51

Page 52: Penelitian Skripsi Tb

penyerta yang berjumlah 47 orang pasien atau sebesar 62.67 %, berdasarkan

panduan OAT yang didapatkan sebagian besar OAT kategori 1 dengan jumlah 54

kasus yaitu 72 %.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut.

A. Pihak dokter dan pasien sebaiknya bekerja sama dengan baik untuk

memastikan agar setiap pasien yang datang, baik suspek maupun definitif TB

(kasus baru ataupun kasus lama) tetap menjalani pemeriksaan diagnostik

sesuai standar.

B. Tingginya angka kejadian pasien TB relaps menjadi perhatian bagi pihak

dokter untuk memastikan bahwa setiap pasien yang datang, baik pasien kasus

baru ataupun pasien yang sudah mendapat pengobatan sebelumnya agar

memiliki pengawas minum obat (PMO) yang selalu memantau dan

mengawasi pengobatan yang telah diberikan agar tepat dan optimal. Hal ini

juga sangat penting dalam menekan angka kejadian TB kasus baru dan TB-

MDR yang sulit diobati.

C. Untuk tindak lanjut penelitian berikutnya, diperlukan penelitian lebih lanjut

dengan desain analitik tetang keterkaitan antara beberapa variabel

karakteristik pasien TB paru rawat jalan dengan tingkat keberhasilan

52

Page 53: Penelitian Skripsi Tb

pengobatan yang diberikan dengan menggunakan hasil penelitian ini sebagai

data primer.

53

Page 54: Penelitian Skripsi Tb

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (1998). The Global toll of tuberculosis in 1997.

2. Annual Report of Tuberculosis, Ministry of Health Indonesia 1999.

3. Barnes PF. Rapid Diagnostic Test fot Tuberculosis. AM J Respir Crit Med. 1997;

V 155: 1497-1498.

4. Iseman MD. A clinician’s Guide to Tuberculosis. Biology and Laboratory

Diagnosis of Tuberculosis 2000: 21-45

5. Alvarez S et al. Extra pulmonary tuberculosis revisited : a review of the

experience at the Boston City Hospital and othe Hospital. Medicine (Baltimore)

1984; V63:25-55.

6. World Health Organization. Treatment of Tuberculosis: Guidelines for National

Programmes, 1997 (Second Edition).

7. NationalnTuberculosis and Respiratory Disease Association, New York.

Diganostic standards and classification of tuberculosis, 1969.

8. East African/ British Medical Research Councils : Controlled clinical trial of four

short-course (6month) regimens of chemotherapy for treatment of pulmonary

tuberculosis. Third report. Lancet 1973/11,1331.

9. Crofton J et al. World Health Organisation. Guidelines for the management of

drug-resistant tuberculosis, 1997.

10. Girling DG. Adverse effects of anti-tuberculosis drug. Bulletin of the

International Union Against Tuberculosis 1984; V59:152-162.

54

Page 55: Penelitian Skripsi Tb

11. Paediatric Tuberculosis. P, Scheimam, L Refabert, C. Delacourt, M. Le

Bourqeois, European Respiratory Monograph 4, July 1997, pg 144-174.

12. Center for Disease Control: Nosocomial transmisiion of multidrug resistant

tuberculosis among HIV-infected persons-Florida and New York, 1988-1991.

13. Davidson PT. Drug resistance and the selection of therapy for tuberculosis. AM

Rev Respir Dis 1987; 136:255-257.

14. American Thoracic Society. Treatment of tuberculosis and tuberculosis infection

in adults and children. Am Rev Respir Dis 1986; 134:355-363.

15. World Health Organisation. Stop TB crisis in the Wester Pacific Region from risk

to oppurtunity 1999.

16. Crofton J, Chaulet P, Maher D, et al; Guidelines for the management of drug

resistant tuberculosis. WHO/TB 196.210 (Rev.1); 1997:26-35.

17. CDC Guideline for the preventing the transmission of mycobacterium

tuberculosis in Helath Care facillities., 1994, MMWR 43 (RR13);1-132

18. Guidelines fo Infection control in Healthcare Personnel, 1998 Infection Control

and Hospital Epidemiology Vol.19-no. 6; 407-462.

19. American College of Occupational and Environment Medicine, guidelines for

Protecting Health Care Workers against tuberculosis. J Occupational and

Environment Medicine 1998, vol 40 no. 9;1-7.

20. Tuberculosis amon Health Workers.NEJM vol 332, no. 2;92-98.

21. Tuberculosis, clinical management and new challenges, chapter 9 pg 145.155.

55

Page 56: Penelitian Skripsi Tb

22. Rosenfeld E A, Hegeman JR, YogenR, Tuberculosis in infancy in the 1990s, Paed

clin N.AM 1993;40: 1087-1103.

23. American Thoracic Society and the center for Disease Control and Prevention.

Treatment of tuberculosis and tuberculosis infection in adults and children. Am.J

Resp.Critcare Med 1994; 149: 1359-1374/

56