Penelitian OMA
description
Transcript of Penelitian OMA
PROFIL OTITIS MEDIA
MULTI CENTER STUDY DI INDONESIA TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Otitis media merupakan peradangan mukosa telinga tengah yang terdiri atas otitis media non
supuratif dan supuratif. Berdasarkan durasi waktu otitis media dibagi menjadi bentuk akut
dan kronis. Selain itu terdapat sistem klasifikasi lain yang membagi otitis media, yaitu otitis
media akut, otitis media efusi, otitis media supuratif kronik dan otitis media akut rekuren.1
Insiden otitis media sangat bervariasi di berbagai Negara. Pada anak usia 1 tahun 19-26% di
antaranya minimal pernah megalami 1 episode OMA. Pada anak usia 3 tahun 50-84% pernah
mengalami OMA minimal 1 episode. Puncak insiden OMA terjadi pada usia kurang dari 1
tahun. Insiden OMA akan menurun pada usia 7 tahun. Otitis media berulang (Recurrent otitis
media) adalah terjadinya > 3 episode OMA dalam satutahun. Hal ini terjadi pada 10-19%
anak-anak.2
Prevalensi OMA di Thailand pada anak berumur kurang dari 16 tahun tahun 1986 sampai
1991 menurut Prasansuk3 (dikutip dari Bermen) sebesar 0,8%, sedangkan prevalensi OME
pada tahun 1995 sebesar 9,6%. Berdasarkan survei kesehatan indra di 7 provinsi di Indonesia
yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan tahun 1996, prevalensi OMSK sebesar
3,1%. Sedangkan menurut WHO berdas angka proyeksi pada tahun 2007, prevalensi OMSK
di Indonesia sebesar 5,4%.4,5
Beberapa faktor yang mendasari penyakit ini antara lain usia, anatomi, status gizi, faktor-
faktor demografi dan lingkungan serta penyakit-penyakit yang dapat mendasari misalnya
infeksi saluran napas atas, celah langit-langit, sistem imun dan alergi.6-10
Faktor lingkungan juga berpengaruh antara lain kepadatan tempat tinggal, fasilitas kesehatan
dan lingkungan perokok, baik perokok aktif maupun pasif. Pajanan asap rokok merupakan
faktor penting yang mempengaruhi pathogenesis otitis media baik akut maupun kronis. Hal
ini disebabkan karena pajanan asap rokok dapat menyebabkan kerusakan silia dan
1
mengganggu system mukosiliar di saluran napas atas. Gangguan ini menyebabkan gangguan
fungsi tuba Eustachius, yang memegang peran penting dalan patogenesis otitis media.6-10
Iversen12 dalam penelitiannya mendapatkan bahwa 60% anak-anak yang didiagnosis OME
berada dalam lingkungan perokok. Sedangkan Etzel13 dalam penelitiannya mendapatkan
bahwa sepertiga anak OME usia 6-7 tahun berada di lingkungan perokok. Durasi OME
bertambah 1,5 kali lebih lama pada OME dengan lingkungan perokok.11
Di sisi lain berdasarkan Susenas 200714 prevalensi perokok pasif pada anak-anak berusia 0-14
tahun sebesar 58,8%. Sedangkan prevalensi perokok pasif di lingkungan rumah di populasi
sebesar 40,5%. Berdasarkan kedua hal tersebut dapat dilihat bahwa peran perokok pasif
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi prevalensi OME.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan Sakina tahun 201436 didapatkan prevalensi OMA
pada anak-anak di kotamadya Jakarta Timur sebesar 5,38 %, dan prevalensi tertinggi terjadi
pada kelompok usia 2-5 tahun. Hubungan faktor risiko yang bermakna secara statistik
terhadap kejadian OMA adalah usia, jenis kelamin, riwayat ISPA dan lingkungan tempat
tinggal. Faktor usia dan ISPA memiliki hubungan paling bermakna dan dominan terhadap
kejadian OMA.
Akhir-akhir ini banyak kepustakaan yang menuliskan peran refluks laringofaring sebagai
faktor predisposisi terjadinya OME. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
kadar pepsin/ pepsinogen pada cairan efusi pasien OME. Tasker15 mendapatkan kadar pepsin
pada cairan efusi telinga tengah 1000 kali lebih tinggi disbanding dengan kadar pada serum.
Hal ini terjadi pada 91% percontoh. Sadangkan Keles16 mendapatkan 64% anak-anak OME
yang menderita refluks laringofaring.
Penggunaan susu botol dalam hal posisi minum susu botol dan penggunaan ASI juga
berpengaruh terhadap kejadian otitis media. Pada otitis media efusi pada anak merupakan
salah satu bentuk otitis media kronik, seringkali tidak terdiagnosis oleh karena anak belum
dapat menyampaikan keluhannya. 17
Otitis media akut
Otitis media akut merupakan peradangan akut mukosa telinga tengah yang meliputu sel-sel
kavum timpani, kavum mastoid dan tuba Eustachius. Selain gejala lokal akut seperti otalgia,
2
OMA dapat disertai dengan gejala sistemik berupa demam, malaise, diare hingga gejala-
gejala toksik.6
Otitis media efusi (OME)
OME merupakan keadaan terdapat cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh,
tanpa adanya gejala-gejala peradangan akut. OME pada anak seringkali tidak terdeteksi
secara dini, karena anak-anak belum dapat menyampakan keluhannya. 18,19
Otitis media supuratif kronik
Otitis media supuratif kronik merupakan peradangan kronis telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan keluar cairan dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang
timbul. Cairan yang keluar dapat bersifat serosa, mukoid ataupun mukopurulen.20
Komplikasi Otitis Media
Otitis media dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik komplikasi intratemporal maupun
ekstratemporal. Komplikasi intratemporal yang paling sering terjadi adalah gangguan
pendengaran yang dapat bersifat tuli konduktif, tuli campur dan sensorineural. Selain itu
dapat terjadi paresis nervus fasialis dan labirinitis. Komplikasi ekstratemporal atau
komplikasi intrakranial dapat terjadi terutama pada OMSK tipe bahaya. Komplikasi
intracranial yang dapat terjadi adalah meningitis, abses otak, trombosis sinus lateralis, dan
hidrosefalus otikus.6,20
Gangguan pendengaran merupakan komplikasi OME yang paling awal terjadi terutama
gangguan pendengaran konduktif. Hal ini terjadi karena gangguan konduksi suara yang
dihantarkan di telinga tengah. Gangguan pendengaran akibat otitis media terutama otitis
media kronik pada anak-anak seringkali tidak terdeteksi karena proses gangguan berjalan
secara perlahan-lahan. Selain itu anak-anak kadangkala belum dapat menyampaikan
keluhannya. Untuk menghindari komplikasi gangguan pendengaran pada anak tersebut
diperlukan deteksi dini berupa pemeriksaan pendengaran yang sederhana pada anak-anak.6,21
3
Masalah Penelitian
Otitis media merupakan peradangan telinga tengah yang sering terjadi di masyarakat salah
satunya adalah gangguan dengan berbagai komplikasi, sehingga diperlukan data profil otitis
media di masyarakat untuk dapat dibuat program deteksi dini dan tatalaksana komprehensif.
Penelitian ini merupakan penelitian tahap pertama tentang Profil Otitis Media yang dilakukan
oleh kelompok studi (Kodi) Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah
Kepala Leher Indonesia (Perhati-KL) seluruh cabang di Indonesia yang terdiri dari 20 cabang
dan merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Sakina Umar36.
Pada penelitian tahap pertama ini akan dilakukan pendataan Profil Otitis Media di 20 cabang
Perhati-KL. Diharapkan adanya penelitian ini, didapatkan data Nasional yang terbaru. Untuk
selanjutnya tahap kedua akan dibuat program pendataan secara elektronik yang dapat diinput
dan diakses secara mudah,cepat dan didapatkan data terbaru.
Pada tahap pertama penelitian ini akan diteliti 5 penelitian (5 topik) dengan masing-masing
proposal terlampir. Penelitian ini akan dilakukan di populasi terpilih untuk mengetahui profil
dan karakteristik otitis media yang meliputi faktor lingkungan dan demografi, faktor risiko,
keluhan, gejala, kalainan pemeriksaan otoskopi, dan status pendengaran. Penelitian akan
dilakukan secara serentak dan data yang diperoleh dipilah menjadi beberapa penelitian, yaitu:
Prevalensi dan gambaran karakteristik faktor-faktor risiko otitis media akut pada
anak-anak di Seluruh Indonesia.
Prevalensi otitis media supuratif kronik dan gambaran karakteristik faktor risiko di
Seluruh Indonesia.
Prevalensi otitis media efusi dan gangguan pendengaran pada anak usia 5-18 tahun
di Seluruh Indonesia.
Refluks laringofaring sebagai faktor risiko OME pada anak usia 5-18 tahun di
Seluruh Indonesia.
Prevalensi otitis media efusi dengan risiko pajanan asap rokok tembakau pada anak
usia 0-14 tahun berdasarkan kadar kotinin urin di Seluruh Indonesia.
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendapatkan data terbaru profil otitis media di
masyarakat dan diharapkan dapat menjadi surveilance data nasional
4
Tujuan Khusus.
Tujuan khusus penelitian tahap pertama adalah
Sistem pendataan yang dapat digunakan untuk mendapatkan data nasional yang selalu
dapat diperbarui.
Mengetahui prevalensi otitis media akut, otitis media efusi, dan otitis media supuratif
kronik.
Mengetahui profil otitis media akut, otitis media efusi, dan otitis media supuratif
kronik.
Mengetahui status pendengaran pasien otitis media efusi dan otitis media supuratif
kronik.
Manfaat penelitian
Sebagai data epidemiologi profil penyakit otitis media, yang meiputi data demografi,
karakteristik otitis media akut, otitis media efusi, otitis media supuratif kronik di
Seluruh Indonesia.
Data nasional surveilance otitis media
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis media (OM) merupakan peradangan mukosa telinga tengah, tuba Eustachius dan
kavum mastoid. Berdasarkan waktu kejadian, OM diklasifikasikan menjadi otitis media akut
dan otitis media kronik. Batasa otitis media akut adalah durasi kuarang dari 2 minggu,
sedangkan yang kroni adalah lebih dari 8 minggu. Durasi antara 2 -8 minggu dikenal sebagai
bentuk subakut. Sedangkan berdasarkan adanya cairan di rongga telinga tengah, OM dibagi
menjadi OM supuratif dan non supuratif (serosa). Pada OM supuratif yang akut disebut
sebagai OMA (otitis media akut) dan OM kronik disebut sebagai otitis media supuratif kronik
(OMSK). Pada OM yang non supuratif bentuk akut sebagai contoh barotrauma, sedangkan
yang bentuk kronis disebut sebagai otitis media efusi (OME).6,22
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya otitis media antara lain faktor anatomi, usia,
status ekonomi, status gizi, infeksi saluran napas atas, status imunitas, alergi dan adanya
celah langit-langit. Selain itu factor lingkungan juga turut berperan yaitu kepadatan tempat
tinggal, lingkungan perokok, dan fasilitas kesehatan. Pengguanaan ASI dan susu botol berupa
posisi menggunakan susu botol juga merupakan faktor yang mempengaruhi otitis media. 18,22
Anatomi dan fisiologi
Rongga telinga tengah merupakan suatu ruangan yang mempunyai batas-batas yaitu di bagian
lateral dibatasi oleh membran timpani, sedangkan batas medial adalah bagian lateral telinga
dalam. Pada batas medial terdapat promontoriumyang merupakan tonjolan putaran basal
koklea. Di bagian medial juga terdapat tingkap lonjong dan tingkap bundar. Pada
promontorium terdapat N, Jacobson yang merupakan bagian sensorik N. IX.23,24
Pada bagian anterior kavum timpani terdapat tuba Eustachius di bagian superior dan arteri
carotis di bagian inferior. Sedangkan di bagian posterior terdapat aditus ad antrum yang
menghubungkan telinga tengah dengan rongga mastoid. Aditus ad antrum merupakan bagian
yang krusial dalam patogenesis otitis media, karena bagian ini sangat sempit dan merupakan
akses ventilasi dari kavum timpani ke rongga mastoid.
6
Adanya jaringan patologis di daerah ini misal jaringan granulasi, kolesteatoma, polip ataupun
mukosa yang edematous dapat menyebabkan gangguan ventilasi dan drainase sistem telinga
tengah. 23,24
Di bagian superior telinga tengah berbatasan dengan tegmen timpani yang merupakan bagian
dari fosa media serebri, sedangkan di bagian inferior terdapat bulbus jugularis. Di telinga
tengah terdapat rangkaian tulang pendengaran yang terdiri atas maleus, inkus dan stapes. Ke
tiga tulang ini berfungsi sebagai penghantar bunyi yang diterima oleh membran timpani.
Getaran pada membrane timpani menyebabkan gerak pada ketiga tulang ini yang
menyebabkan energi mekanik cukupkuat di daerah tingkap lonjong. Pada sistem hantaran
energy mekanik di telinga tengah terdapat mekanisme amplifikasi yaitu pembesaran energi
yang diterima oleh tingkaplonjong sebesar 22 kali. Amplifikasi ini disebabkan oleh bentuk
kerucut membran timpani, daya ungkit oleh persendian tulang maleus dan inkus, serta
perbedaan diameter membrane timpani dan tingkap lonjong. 23,24
Otitis media akut
OMA terutama dialami oleh bayi dan anak-anak. Berbagai studi epidemiologi di Amerika
Serikat (AS), dilaporkan prevalensi terjadinya OMA sekitar 17-20% pada 2 tahun kehidupan.
Prevalensi otitis media di negara-negara maju lainnya hampir sama dengan di AS. Studi
epidemiologi untuk OMA di negara-negara berkembang sangat jarang. Di Thailand,
Prasansuk (dikutip dari Bermen3) melaporkan bahwa prevalensi OMA pada anak yang
berumur kurang dari 16 tahun pada tahun 1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. 17
Secara klinis OMA terdiri atas 5 stadium, yaitu stadium oklusi tuba, stadium hiperemis,
stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi. Pada stadium supurasi, apabila
secret di rongga telinga tengah cukup banyak dapat meyebabkan membran timpani menonjol
ke lateral (bulging) dan dapat terjadi perforasi spontan. Apabila perforasi menetap hingga
lebih dari 8 minggu disebut sebagai OMSK.25
Berdasarkan berat ringannya penyakit OMA terdiri atas OMA risiko rendah dan OMA risiko
tinggi. Pembagian ini terutama membedakan tatalaksana OMA. Kriteria OMA risiko tinggi
adalah usia kurang dari 2 bulan, episode pertama kali mendapat OMA pada usia 6 bulan, 1
bulan terakhir menderita OMA, gizi buruk dan OMA berulang. 26
7
Diagnosis OMA dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan otoskopi atau
otomikroskopi. Pada anamnesis terdapat gejala demam, riwayat infeksi saluran napas atas,
letargi, dan gejala-gejala toksik. Kadang dapat disertai demam yang tidak membaik dan diare.
Pada bayi dan anak seringkali disertai gerak memegang telinga (tugging). Pada telinga dapat
dikeluhkan nyeri telinga (otalgia), gangguan pendengaran dan rasa penuh di telinga.27,28
Gambaran otoskopi OMA sesuai dengan stadium penyakit. Sacara otoskopi Stadium oklusi
tuba menunjukkan membran timpani (MT) yang suram, stadium hiperemis memiliki
gambaran MT hiperemis karena peningkatan dan pelebaran vaskularisasi akibat proses
radang akut. Pada stadium supurasi dapat terlibat MT bulging,sedangkan pada stadium
perforasi terdapat perforasi MT dan keluar cairan dari telinga (otorea). Pada stadium resolusi
MT dapat menutup kembali. Selain gambaran spesifik pada MT, pada OMA setingkali
terdapat gejala sistemik berupa demam, dan kadang-kadang menunjukkan gejala toksik. 27,28
OMA dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus, walaupun studi terakhir menunjukan virus
sebagai faktor kausatif utama pada OMA. Bakteri penyebab OMA terbanyak adalah
Streptococcus pneumonia sebanyak 30-40%, Haemophilus influenza 20%, serta Moraxella
catarrhalis 7-20%. Duapuluh persen OMA disebabkan oleh virus, terutama virus RSV dan
rinovirus. Virus lainnya yang juga ditemukan ialah parainfluenza, influenza, enterovirus, dan
adenovirus. Pasien OMA yang patogennya virus dan bakteri memiliki konsentrasi mediator
inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang patogennya bakteri saja, sehingga
klinisnya lebih buruk.27-30
Otitis Media Efusi (OME)
OME adalah peradangan di telinga tengah disertatai akumulasi cairan di belakan membran
timpani yang utuh dan tidak terdapat gejala-gejala peradangan akut. Dari anamnesis pasien
dapat mengeluh telinga terasa penuh dan gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan otoskopi
membran timpani dapat berwarna kekuningan, suram dan refleks cahaya berkurang atau tidak
ada. Warna MT dapat kekuningan, keabuan atau keruk. Di belakan MT dapat terlihat
bayangan batas cairan udara (air fluid level) atau gambaran gelembung udara (air bubble).6,18
8
Untuk mengetahui kondisi telinga tengah dapat dilakukan pemeriksaan timpanometri yang
dapat memberikan gambaran kelenturan membran timpani (compliance), refleks akustik, dan
tekanan di telinga tengah (pressure). Gambaran timpanogram tipe B (flat) menunjukkan
adanya cairan di telinga tengah. 31,32
Pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan penala, audiometri nada
murni, sedangkan untuk anak-anak yang belum kooperatif pemeriksaan pendengaran dapat
dilakukan dengan pemeriksaan yang obyektif yaitu brainstem evoked responseaudiometry
(BERA). Pada OME gangguan pendengaran yang ditimbulkan biasanya bersifat gangguan
pendengaran konduktif, tetapi tidak menutup kemungkinan gangguan saraf pendengaran
(sensorineural hearing loss) atau gangguan pendengaran campur.33-35
Otitis media supuratif kronik
OMSK adalah peradangan kronis telinga tengah dengan gajala keluar cairan dari telinga
(otore) yang bersifat menetap atau hilang timbul, dengan durasi lebih dari 8 minggu. Cairan
yang keluar dapat berupa serous, mukoid, atau purulen. 20
OMSK terdiri dari 2 tipe yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya. Kedua tipe tersebut
dapat bersifat aktif atau tenang. Disebut sebagai OMSK tipe bahaya karena dapat
menyebabkan berbagai komplikasi berupa gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan,
paresis fasialis, hingga komplikasi intracranial bahkan kematian.6
Diagnosis OMSK berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan otoskopi. Pada
OMSK tipe aman biasanya perforasi letak sentral, sedangkan pada OMSK tipe bahaya
perforasi dapat di attik atau perforasi marginal. Di telinga tengah dapat terlihat jaringan
granulasi, polip atau kolesteatoma. Tipe OMSK aman dan bahaya dibedakan berdasarkan ada
tidaknya kolesteatoma. Diagnosis gangguan pendengaran dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan pendengaran yang subyektif (audiometri) maupun pemeriksaan pendengaran
yang obyektif missal BERA dan ASSR.6,20
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan radiologi baik radiologi konvensional
maupun tomografi komputer. Pemeriksaan foto polos Sculler dapat memberikan gambaran
telinga tengah yang cukup baik. Adanya kolesteatoma dapat terlihat sebagai gambaran
radiolusen berbatas tegas. Tomografi computer dapat menjelaskan lebih detail tentang osikel,
struktur-struktur penting seperti labirin, kanalis fasialis, dan destruksi. 33
9
Untuk mengetahui etiologi kuman penyebab dapat dilakukan pemeriksaan kultur dan tes
resistensi cairan telinga. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada OMSK tipe bahaya yang
bersifat hilang timbul dan menimbulkan resistensi kuman. Pada OMSK kuman yang tersering
ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphilococcus aureus. 38
Tatalaksana OMSK tipe aman adalah pengobatan secara konservatif dengan obat pencusi
telinga, antibiotika topikal yang tidak bersifat ototoksik dan antibiotika oral. Penyakit-
penyakit penyerta missal alergi, sinusitis, atau fokal infeksi di gigi juga perlu ditangani.
Apabila dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan dalam hal otore hilang timbul atau
memerlukan rekonstruksi pendengaran, dapat dilakukan tindakan operatif yaitu timpanoplasti
dinding utuh. Pada OMSK tipe bahaya tatalaksana pilihan adalah operasi yang bertujuan
untuk mengatasi infeksi, mencegah komplikasi lebih lanjut dan memperbaiki pendengaran.33
10
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
11
Faktor Sosiodemografi Lingkungan tempat
tinggal Pendapatan
Faktor Lingkungan Penggunaan dot Pajanan asap rokok Pengguna susu botol Posisi saat minum
susu
Akut Kronik
OMA OME
OMSKSembuh
Transudasi - Eksudasi
Membran Timpani Perforasi
Tekanan Negatif (-) di Telinga tengah
Gangguan Fungsi Tuba
Membran Timpani Utuh
Efusi Cairan di Telinga Tengah
Faktor Agen
Faktor Pejamu Usia Jenis kelamin Riwayat ASI ISPA Rinitis alergi Palatoskizis Status gizi Imunisasi Refluks laringofaring Hipertrofi adenoid Neoplasma
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan survey di populasi yang bersifat deskriptif potong lintang untuk
mengetahui prevalensi dan karakteristik subyek otitis media, yang terdiri atas otitis media
akut, otitis media efusi dan otitis media supuratif kronis di Seluruh Indonesia.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di 20 cabang Perhati-KL, terdiri dari :
No Cabang1 Kalimantan Selatan Tengah
(Banjarmasin)2 Riau (Pekanbaru)3 Sulawesi Utara Tengah4 Sumatera Barat5 Kepulauan Riau (Batam)6 Jawa Tengah Utara
(Semarang)7 Sumatera Utara8 Kalimantan Barat (Pontianak)9 Jakarta10 Sulwasi Selatan Tenggara
(Makassar)11 Jawa Timur Utara (Surabaya)12 Sumatera Selatan13 Jambi14 Solo15 Jawa Tengah Selatan (Jogja)16 Aceh17 Banten18 Bali-Nusa19 Jawa Timur Selatan (Malang)20 Jawa Barat
dilaksanakan setelah mendapat izin dari wilayah setempat dan Panitia Tetap Etik Kedokteran/
Kesehatan FKUI-RSCM.
4.3. Alat dan Bahan Penelitian
Kuesioner penelitian
Alat pemeriksaan tinggi/ panjang badan dan timbangan berat badan
13
Alat-alat pemeriksaan THT: lampu kepala, otoskop, alat pembersih serumen,
spekulum hidung, spatula lidah
Dokumentasi: video endoskopi Storz
Audiometer NSA -100S
Timpanometer Interacoustic AT-235H
4.4. Populasi Penelitian
Populasi target adalah penduduk wilayah pada 7 sentra penelitian yang telah
disebutkan.
4.5. Kriteria Inklusi
Otitis Media Akut
Responden penduduk yang terpilih menjadi responden pada pemilihan sampel
Anak usia < 18 tahun terdapat gejala menderita peradangan akut telinga tengah sesuai
dengan kriteria diagnosis (anamnesis dan otoskopi) serta definisi operasional
Bersedia dan dapat mengikuti prosedur penelitian
Otitis Media Efusi
Responden penduduk yang terpilih menjadi responden pada pemilihan sampel
Pada pemeriksaan otoskopi memenuhi kriteria diagnosis OME dan sesuai definisi
operasional
Bersedia dan dapat mengikuti prosedur penelitian (pemeriksaan THT, pemeriksaan
pendengaran dengan audiometri dan pemeriksaan RFL)
Otitis Media Supuratif Kronik
Responden penduduk yang terpilih menjadi responden pada pemilihan sampel
Pada pemeriksaan otoskopi memenuhi kriteria diagnosis OMSK dan sesuai definisi
operasional
Bersedia dan dapat mengikuti prosedur penelitian
14
Kriteria Eksklusi
Membran timpani tidak dapat dievaluasi misal pada stenosis liang telinga, atresia
telinga, dan serumen liang telinga yang tidak dapat diekstraksi sebelum pemeriksaan
Responden tidak kooperatif
4.6. Cara Pemilihan sampel
Pemilihan sampel dilakukan secara stratified random sampling mulai dari kecamatan.
Selanjutnya dilakukan multi stage random sampling untuk memilih kelurahan, kemudian
sampel di kelurahan dipilih secara spatial random sampling.
4.7. Besar Sampel
Penelitian ini merupakan cakupan 5 penelitian mengenai profil otitis media di Tujuh
Sentra Penelitian. Besar sampel minimal terbanyak pada bagian penelitian ini sebesar ....
rumah dengan interval kepercayaan 95%.
4.8. Metode Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling pada semua data di tujuh
sentar penelitian. Dan dilakukan stratified sampling dari setiap sentra.
15
4.9. Alur Penelitian
ALUR PENELITIAN
pemeriksaan THT awal
16
Kriteria Inklusi / Eksklusi
Informed Concert
Wawancara Pengisian Koesioner
OMSK
Pemeriksaan THT Otoskopi
Audiometri
Curiga OMEOMA
Video Dokumentasi
Diagnosis
Non OME (matching)OME
Timpanometri
- Audiometri
4.10. Manajemen dan Analisis Data
Definisi Operasional
Otitis media akut
Peradangan akut mukosa telinga tengah
Cara Ukur
Anamnesis
Terdapat keluhan nyeri telinga,tugging (memegang/ menarik telinga pada bayi dan anak),
gangguan pendengaran, keluar cairan telinga. Salah satu keluhan tersebut yang terjadi dalam
kurun waktu <2minggu merupakan gejala OMA, biasanya disertai riwayat batuk pilek.
Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi menggunakan otoskop merk Heine Mini 3000 R
Gambaran membran timpani dapat berupa hiperemis, bulging (menonjol), atau perforasi
Otitis media efusi
Definisi
OME adalah terdapat cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh, tanpa ada
tanda-tanda infeksi akut
Alat Ukur
Timpanometer Interacoustic AT-235H
Cara ukur
Jenis tipanogram yang diperoleh ditentukan bentuk dan tipenya berdasarkan ukuran tekanan
dan kelenturannya. Bila terdapat gambaran tipe B berbentuk datar (kelenturan 0,06-0,81 cc)
dan tekanan < -200 daPa (mmH2O) maka timpanogram tersebut mengindikasikan adanya
cairan pada telinga tengah.
Otitis media supuratif kronik
Cara Ukur
Anamnesis
Terdapat riwayat keluar cairan terus menerus atau hilang timbul dalam kurun waktu lebih
dari 2 bulan
Pemeriksaan Otoskopi
Terdapat perforasi membran timpani, terdapat atau tidak disertai cairan
Alat ukur: otoskop merk Heine Mini 3000
17
Umur
Definisi umur adalah rentang waktu responden dilahirkan hingga penelitian.
Cara ukur : anamnesis dan kalender Masehi
Hasil ukur : tahun, pembulatan ke atas dilakukan apabila kelebihan > 6 bulan dan
pembulatan ke bawah apabila < 6 bulan.
Anak-anak : usia < 18 tahun
Infeksi saluran napas atas (ISNA)
Definsi : kejadian infeksi saluran napas akut (batuk pilek) dengan onset < 2 minggu,
atau berulang (kronik eksaserbasi akut), >4 kali dalam 3 bulan atau >6 bulan
dalam 1 tahun dengan menunjukkan tanda-tanda akut
Alat Ukur : kuesioner
Hasil ukur : Ya, Tidak
Skla Ukur : nominal
Status Gizi
Definisi : Keadaaan gizi percontoh, diperiksa menggunakan indeks massa tubuh
(standar baku antropometri WHO-NCHS)
Alat Ukur : timbangan berat badan, pengukur tinggi badan (mistar)
Hasil ukur : sangat kurus, kurus , normal, gemuk
Skala ukur : nominal
Posisi saat minum susu
Definisi : minum susu dengan posisi duduk atau tidur
Alat ukur : kuesioner (ditanyakan pada responden usia < 5 tahun)
Hasil ukur : minum susu dengan posisi duduk, minum susu dengan posisi tidur
Skala ukur : nominal
Lingkungan tempat tinggal
Definisi : Daerah tempat tinggal yang dikategorikan berdasarkan aspek sosioekonomi
menurut BPS
Alat ukur : Alamat tempat tinggal disesuaikan dengan data BPS
Hasil ukur : daerah kumuh atau daerah tidak kumuh (berdasarkan data dari BPS)
18
Skala ukur : nominal
Pendapatan orang tua
Definisi : Jumlah penghasilan (keluarga) selama sebulan
Alat Ukur : Kuesioner (berdasarkan data dari BPS)
Hasil ukur : < Rp.1.800.000, > Rp.1.800.000
Skala ukur : nominal
Berat Badan
Definisi : Berat badan dalam kilogram (kg) untuk responden usia > 2 tahun dan dalam
gram (gr) untuk responden berusia < 2tahun
Alat ukur : Timbangan bayi (untuk usia < 2 tahun) dan timbangan digital (untuk umur >
2 tahun)
Cara ukur : dilakukan pengukuran berat badan dengan posisi anak tidak boleh bersandar
ataupun berpegangan
Hasil ukur : dikategorikan menjadi berat badan kurang, cukup, obesitas
Skala ukur : nominal
Tinggi Badan
Definisi : Panjang badan dalam sentimeter
ALat ukur : Alat pengukur panjang badan bayi (untuk bayi dan anak yang belum dapat
berdiri), microtoise (untuk anak yang sudah dapat berdiri).
Cara ukur : dilakukan pengukuran tinggi badan dengan posisi anak berdiri atau berbaring
dengan kaki tungkai lurus (betis dan lutut menempel pada sandaran), mata dan
telinga membentuk satu garis dan sudut 90 derajat terhadap sandaran.
Hasil ukur : dikategorikan menjadi tinggi badan kurang, cukup
Skala ukur : nominal
Hipertrofi adenoid
Definisi : Pembesaran dan multiplikasi jaringan folikel adenoid yang disebabkan oleh
proses alergi atau infeksi
Alat ukur : Rinofaringolaringoskopi serat lentur olympus
Cara ukur : Berdasarkan video nasofaringoskopi serat optik lentur dinilai pembesaran
adenoid dengan menggunakan kriteria dari Cassano
19
Grade 1 Pembesaran adenoid 0-25% dari koana, tanpa keterlibatan
tuba Eustachius
Grade 2 Pembesaran adenoid 25-50 % dari koana, tanpa keterlibatan
tuba Eustachius
Grade 3 Pembesaran adenoid 50-75 % dari koana, dengan keterlibatan
tuba Eustachius
Grade 4 Pembesaran adenoid >75 % dari koana, dengan keterlibatan
tuba Eustachius
Hasil ukur : Hipertrofi adenoid (+) jika termasuk dalam grade III atau IV
Skala : Nominal
Atresia/ stenosis liang telinga
Definisi : kegagalan terbentuknya liang telinga atau terjadi penyempitan liang telinga
Alat ukur : otoskop
Hasil ukur : normal, stenosis, atresia
Satuan : nominal
Audiometri nada murni
Definisi : pemeriksaan dilakukan oleh orang yang telah diltih menggunakan
audimeter. Bagian dari audiometer tombol pengatur intensitas bunyi, tombol
pengatur frekuensi, headphone untuk memeriksa hantaran udara (AC).
Frekuensi yang diperiksa 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz
Alat ukur : audiometer merek NSA-100S
Hasil ukur : gambaran audiogram
Gangguan pendengaran
Definisi : ambang dengar > 20dB pada pemeriksaan audiometri nada murni menurut
ASHA (The American Speech Language Hearing Association), AAA (The
American Academy of Audiology)
Alat ukur : Audiometer merk NSA-100S
Hasil ukur : Penjumlahan nilai konduksi udara pada pemeriksaan audiometri nada murni
dan dibagi dengan banyaknya frekuensi yang diperiksa
Satuan : kategori
20
Risiko Pajanan Asap Tembakau Rokok
Definisi : Risiko timbulnya suatu penyakit pada individu akibat menghirup asap rokok
yang berasal dari lingkungan asap rokok tembakau. Individu dapat seorang
perokok pasif atau perokok aktif.
Alat ukur : Menggunakan alat test kadar kotinin urine (The COT One Step Cotinine Test
Device)
Cara ukur : Mengukur hasil metabolit nikotin di dalam tubuh yaitu kadar kotinin urin
dengan menggunakan teknik lateral flow chromatographic immunoassay.
Hasil ukur : Risiko pajanan asap rokok tembakau positif (kotinin urin >200 ng/ml) atau
negatif (koinin urin <200 ng/ml)
Satuan : Nominal
Perokok Aktif
Definisi : Individu yang melakukan langsung aktivitas merokok dalam arti menghisap
batang rokok yang telah dibakar. Definisi WHO untuk perokok sekarang
adalah mereka yang merokok seiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan
selamanya hidupnya dan masih merokok pada saat penelitian dilakukan.
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Ya atau tidak
Satuan : Nominal
Penjelasan kepada pasien/ orang tua
Bapak/ Ibu yth.
21
Perkumpulan Ahli THT Indonesia Pusat sedang mengadakan penelitian tentang
penyakit peradangan telinga di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
angka kejadian penyakit radang telinga, risiko, penyebab dan sifat-sifat penyakit peradangan
telinga. Prosedur penelitian sebagai berikut, apabila bapak/ ibu/ anak terpilih sebagai
percontoh untuk diteliti, bapak/ ibu/ anak akan diwawancarai oleh petugas terlatih, kemudian
ditimbang dan diukur berat badan serta tinggi badan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
telinga menggunakan senter khusus pada liang telinga (otoskop dan didokumentasikan). Pada
tahap ini diambil kesimpulan apakah telinga bapak/ ibu/ anak tergolong normal atau
menderita radang telinga (akut, kronik, congek).
Selanjutnya apabila bapak/ ibu/ anak menglami peradangan telinga jenis yang kronik
(lama) akan dilakukan pemeriksaan pendengaran. Apabila gendang telinga utuh juga
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi telinga tengah, dengan cara menggunakan
alat lunak yang diletakkan di liang telinga kanan dan kiri secara bergantian. Pemeriksaan ini
memerlukan waktu lebih kurang 5 menit, tanpa menimbulkan rasa nyeri.
Apabila pada telinga tengah anak bapak/ ibu terdapat cairan di telinga tengah dengan
gendang telinga yang utuh, selanjutnya akan dilakukan penampungan cairan telinga untuk
diperiksa.
Penelitian ini bersifat sukarela, bapak / ibu/ anak dapat menolak bila tidak bersedia.
Semua data dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya.
Apabila ada hal-hal yang perlu ditanyakan atau disampaikan dapat menghubungi tim
peneliti.
Tim Peneliti
STATUS PENELITIAN
No. Kuesioner : _ _/_ _ _/_ _ _ _
22
I. IDENTITAS
I.1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ......................................................................................................
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat : ......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
Talepon : ......................................................................................................
Anak ke / dari : ......................................................................................................
Jumlah orang tinggal serumah : ..............................................................................
I.2. IDENTITAS ORANGTUA / WALI (NARASUMBER)Ayah Ibu
Nama
Usia
Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma S1 S2
Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma S1 S2
Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Buruh Wiraswasta Pensiun Tidak Bekerja Lainnya, Sebutkan .......
Pegawai Negeri Pegawai Swasta Buruh Wiraswasta Pensiun Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga Lainnya, Sebutkan .......
Pendapatan/bln ≤ Rp2.500.000,- Rp 2.500.001,- s/d Rp 5.000.000,- > Rp 5.000.000,- Menolak Menjawab
≤ Rp2.500.000,- Rp 2.500.001,- s/d Rp 5.000.000,- > Rp 5.000.000,- Menolak Menjawab
II. ANAMNESIS
No Variabel Kanan Kiri Bilateral1 Rasa sakit di telinga 1. Ya 1. Ya 1. Ya
23
PL
2. Tidak3. NA
2. Tidak3. NA
2. Tidak3. NA
2 Memegang/menarik telinga 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
3 Keluar cairan dari telinga 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
4 Telinga terasa penuh 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
Sejak (hari/bulan/tahun).......
5 Penurunan pendengaran 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
Sejak (hari/bulan/tahun)........
6 Telinga berbunyi 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
Sejak (hari/bulan/tahun)........
7 Nyeri kepala hebat disertai muntah menyemprot
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
Sejak (hari/bulan/tahun)........
8 Gangguan komunikasi 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
Sejak (hari/bulan/tahun)........
9 Bisul belakang telinga 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
Sejak (hari/bulan/tahun)........
10 Muka mencong 1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
1. Ya2. Tidak3. NA
Sejak (hari/bulan/tahun)........
11 Apakah gejala tersebut diatas disertai gejala Demam
1. Ya2. Tidak
Sejak (hari/bulan/tahun).......
24
12 Apakah gejala tersebut diatas disertai gejala Diare
1. Ya2. Tidak
Sejak (hari/bulan/tahun).......
13 Apakah gejala tersebut diatas disertai gejala Batuk pilek
1. Ya2. Tidak
Sejak (hari/bulan/tahun).......
PERTANYAAN UNTUK SUBYEK USIA ≤ 5 TAHUNNo Pertanyaan Jawaban1 Apakah responden pernah mendapat ASI? 1. Ya
2. TidakJika ya, berapa lama? (bulan)
2 Apakah responden menggunakan botol saat minum susu? 1. Ya2. Tidak
3 Posisi responden saat minum susu? 1. Berbaring2. Duduk
4 Apakah responden mengalami batuk pilek berulang?(>4x dalam 3 bulan atau >6x dalam 1 tahun)
1. Ya2. Tidak
5 Apakah responden memiliki riwayat bersin-bersin pagi hari disertai hindung tersumbat dan ingus cair ketika anda tidak sedang mengalami flu?
1. Ya2. Tidak
Keluhan diatas terjadi dalam 12 bulan terakhir? 1. Ya2. Tidak
6 Apakah responden perokok aktif? 1. Ya2. Tidak
7 Apakah ada anggota keluarga responden tinggal serumah yang merokok tembakau di dalam rumah?
1. Ya2. Tidak
8 Jumlah anggota keluarga yang merokok tembakau? 1. ≤12. >1
9 Jika ya, siapa anggota keluarga yang merokok tembakau? 1. Ayah2. Ibu3. Ayah dan Ibu4. Lainnya
10 Apakah responden mendapat imunisasi dasar lengkap? 1. Ya2. Tidak
11 Apakah responden mempunyai suara sengau? 1. Ya2. Tidak
III. PEMERIKSAAN FISIK THT
Berat badan : .................... g / kg
Tinggi badan : .................... cm
25
III.1. TELINGANo Variabel Kanan Kiri1 Liang telinga 1. Lapang
2. Sempit1. Lapang2. Sempit
2 Daun Telinga Luar 1. Normal2. Mikrotia3. Makrotia
1. Normal2. Mikrotia3. Makrotia
3 Kelainan Kongenital Peraurikuler Fistel
1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
4 Sekret 1. Ya2. Tidak
1. Ya2. Tidak
5 Konsistensi 1. Serosa2. Mukoid3. Mukopurulen
1. Serosa2. Mukoid3. Mukopurulen
6 Membran timpani 1. Utuh2. Perforasi
1. Utuh2. Perforasi
Jika utuh, Warna membran timpani
1. Merah (red)2. Biru / abu-abu (blue/grey)3. Putih keabuan (silver)
1. Merah (red)2. Biru / abu-abu (blue/grey)3. Putih keabuan (silver)
7 Kondisi membran timpani 1. Normal2. Retraksi ringan3. Retraksi berat4. Bulging5. Gelembung udara6. Batas cairan-udara
1. Normal2. Retraksi ringan3. Retraksi berat4. Bulging5. Gelembung udara6. Batas cairan-udara
Jika perforasi: Ukuran 1. Total
2. Subtotal3. Sentral
1. Total2. Subtotal3. Sentral
Letak 1. Sentral2. Marginal
1. Sentral2. Marginal
Jaringan granulasi 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
Kolesteatoma 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
8 Retroaurikular Sikatriks 1. Ada
2. Tidak1. Ada2. Tidak
Fistel 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
26
Edema 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
Hiperemis 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
Nyeri tekan 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
Fluktuasi 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
III.2. HIDUNGNo Variabel Kanan Kiri1 Kavum nasi 1. Lapang
2. Sempit1. Lapang2. Sempit
2 Konka 1. Eutrofi2. Hipertrofi3. Edema4. Pucat5.Hiperemis
1. Eutrofi2. Hipertrofi3. Edema4. Pucat5.Hiperemis
3 Sekret 1. Ada2. Tidak ada
1. Ada2. Tidak ada
4 Septum 1. Lurus2. Deviasi
1. Lurus2. Deviasi
5 Polip 1. Ada2. Tidak
1. Ada2. Tidak
III.3. TENGGOROKANNo Variabel1 Faring granuler 1. Ada
2. Tidak
2 Hiperemis 1.Ya2. Tidak
3 Tonsil (ukuran) 1. T12. T23. T34. T45. T0
4 Kripti melebar 1.Ya2. Tidak
27
5 Detritus 1.Ya2. Tidak
6 Celah palatum 1.Ya2. Tidak
Paresis Nervus Fasialis (House Brackman) AD / AS
0 1 2 3 4 5 6
AUDIOMETRI
AC 500 1000 2000 4000 8000
Kanan
Kiri
TIMPANOMETRI
AD AS
Compliance
Pressure
Type
KESIMPULAN Normal / OME / OMSK
REKOMENDASI Reviewer :
Pewawancara :
Tgl wawancara :
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Yates PD, Anari S. Otitis media. In: Current ad. Head and Neck Surgery
Otolaryngology 2nd ed. Lange. McGraw Hill; 2008. P. 655-65.
2. Elden LM. Otitis Media. In: Wetmore RF. Pediatric Otolaryngology : The Requisites
in Pediatrics. 1st ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2007. P.77-94.
3. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July 1995;96(1): 126-30.
4. Departemen Kesehatan RI. Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran. Jakarta : 1998.
5. World health organization (WHO). Chronic Suppurative Otitis Media of Illness and
Management Options. Child and adolescents Health and Development Prevention of
Blindness and Deafness. WHO Geneva, Switzerland 2007.
6. Bluestone CD, Klein JO. Otitis media in infant and children. 4 th ed. Philadelphia: WB
Saunders, 2007: 1-19
7. Rovers MM, Numans ME, Langenbach E, Grobbee DE, Verheij TJM and Schilder
AGM. Is Pacifier use a risk factor for acute otitis media? A dynamic cohort study.
Family Practice. 2008; 25: 233-6
8. Greenberg D, Hoffman S, Leibovitz E, Dagan R. acute otitis media in children:
association with day care centers-antibacterial resistance, treatment, and prevention.
Pediatr Drugs. 2008; 10(2); 75-83
9. Lee KJ. Audiology. In: Lee KJ, editors. Essential otolaryngology : Head and Neck
Surgery 9th ed. United States of America: The McGraw Hill Company; 2008. P.24-69
10. Blackford AL, Yang G, Avila MH, Przewozniak K, et al. Cotinine concentration in
smokers from different countries: relationship with amount smoked and cigarette
type. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2006; 15: 1799-804
11. Jacoby PA, Coates HL, Arumugaswamy A, et al. The effect of passive smoking on
the risk of otitis media in Aboriginal and non-Aboriginal children in the Kalgoorlie-
Boulder region of Western Australia. MJA 2008; 118: 559-603
Badan Pusat Statistik. Survei sosial ekonomi nasional (Susenas), 2007
12. Tasker A, Dettmar Peter W, Panetti M, et al. Reflux of gastric juice and glue ear in
children. Lancet 2002; 359:493.
13. Keles B, Oztruk K, Gunel E, Arbag H, Ozer B. Pharyngeal reflux in children with
chronic otitis media with effusion. Acta otolaryngol 2004; 124:1178-81.
14. Casselbrant ML, Mandel EM. Epidemiology.In: Rosenfeld RM, Bluestone CD,
editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC Decker. 2003:p.147-
62.
29
15. Gultekin E, Develioglu ON, Yener M, Ozdemir I, Kulekci M. Prevalence and risk
factors for persistent otitis media with effusion in primary school children in Istanbul,
Turkey. Auris Nasus Larynx 2010; 37: 145-9
16. Corbee L. what is new in otitis media? Eur J Pediatr 2007; 166: 511-519
17. World health organization (WHO). Chronic Suppurative Otitis Media of Illness and
Management Options. Child and adolescents Health and Development Prevention of
Blindness and Deafness. WHO Geneva, Switzerland 2004.
18. Yousaf M, Inayatullah, Khan AR, ahmad N, Ali S. The presentation pattern of otitis
media with effusion. J Med Sci 2009; 17: 53-5
19. Bluestone CD, Klein JO. Epidemiology. In: Bluestone CD, ed. Otitis Media in infants
and children 4th ed.: BC Decker Inc., 2007: 87-94
20. Bluestone CD. Eustachian tube function and dysfunction. In: Rosenfeld RM,
Bluestone CD, editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC
Decker. 2003:p.163–79.
21. Wright A. Anatomy and ultrastucture of human ear. In: Kerr AG, Booth JB, editors.
Scott-Brown’s Otolaryngology, 6th ed. Oxford: Butterwoth-Heinemann, 1997:
p1/1/1-50.
22. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.hal.64-9.
23. Guideline penyakit tht di Indonesia. 2007:hal.55.
24. American Academy of Pediatrics Subcommittee on Management of Acute Otitis
Media. Diagnosis and management of acute otitis
media. Pediatrics. May 2004;113(5):1451-65.
25. Carlson LH, Carlson RD. Diagnosis. In: Rosenfeld RM, Bluestone CD, editors.
Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC Decker. 2003:p.147-62.
26. Broides A, Dagan R, Greenberg D, Givon-Lavi N, Leibovits E. Acute otitis media
caused by Moraxella catarrhalis: epidemiologic and clinical characteristics. Clin
Infect Dis. Dec 2009; 49(11): 1641-7
27. Tauriainen S et al. Temporal relationship between human parechovirus I infection and
otitis media in Young Children. J Infect Dis. 2008: 198: 35-40
28. Shanks J, Shonet J. Tympanometry in clinical practice. In: handbook of clinical
audiology 6th ed. Lippincott Williams & wilkins ; 2009. P. 157-88
30
29. Gelfand SA. Acoustic immitance assessment. In: Essentials of audiology 2nd ed.
Thieme;2001.p.227-9
30. Rosenfeld RM, Culpepper L, Doyle KJ, Grundfast KM, Hoberman A, Kenna MA, et
al. Clinical practice guideline: otitis media in effusion. Supplement to Otolaryngology
Head and Neck Surgery 2004; 130
31. Gelfand SA. Audiological screening. In: Essentials of audiology 2nd ed.
Thieme;2001.p. 408-17
32. Lee IW, Goh EK, Roh HJ, et al. Histologic changes in the Eustachian tube mucosa of
rats after short-term exposure to cigarette smoke. Otology & Neurotology 2006; 27:
433-40
33. Kotsis George P, Nikolopoulos TP, Yiotakis IE, Papacharalampus GX, Kandiloros
DC. Recurrent acute otitis media and gastroesophageal reflux disease in children, Is
there an association. Int J of Ped Otorhinolaryngol 2009; 73: 1373-80
34. Schreiber S, Garten D, Sudhov H. Pathophysiological mechanics of extraesophageal
reflux in otolaryngeal disorders. Eur Arch Otorhinolaryngol 2009; 266: 17-24
35. Oyeleke, S. B. Screening for bacteria agents responsible for otitis media and their
antibiogram. African J Microbiol Res. 2009; 3; p. 249-52.
36. Umar, Sakina. Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di
Kotamadya Jakarta Timur. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2014
31
JADWAL RISET
Uraian kegiatan yang akan dikerjakan (jangka waktu disesuaikan dengan objektif yang akan
dicapai)
Uraian KegiatanBulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus
Persiapan sosialisasi dan
perizinan wilayah
Pengajuan proposal etik
Pengumpulan data
Analisis data
Pembuatan Laporan dan
publikasi
32
PERKIRAAN PEMBIAYAAN PENELITIANPROFIL OTITIS MEDIA DI INDONESIA
NO ALAT JUMLAH KETERANGAN Jumlah1 Alat Kesehatan Alat dan bahan untuk pemeriksaan Rp 2.500.000
2 ATK Print Audiometri, timpanometri, Kuisioner Rp 7.500.000
3 Kader 2 puskesmas Rp 1.000.0004 Souvenir 400 Rp 20.000.0005 Puskesmas 2 Garpu tala dan otoskop Rp 3.000.0006 Pengolahan data dan program Rp 5.000.0007 Konsumsi sampel Rp 5.000.000
TOTAL Rp 44.000.000
33