Tata Cara Pendirian Koperasi Dan Prosedur Pendirian Koperasi
Pendirian Representative Office Lembaga Penyiaran Asing
Transcript of Pendirian Representative Office Lembaga Penyiaran Asing
Prosedur Perizinan Pendirian Representative Office Lembaga Penyiaran Asingdi Indonesia
Berdasarkan hasil research di Biro Perizinan Departemen Komunikasi dan Informatika,
dapat dilaporkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
Nomor: 42/PER/M.KOMINFO/10/2009 tentang Tata Cara Memperoleh Izin bagi
Lembaga Penyiaran Asing yang melakukan kegiatan peliputan di Indonesia yang
mulai berlaku pada tanggal 19 Oktober 2009, Lembaga Penyiaran Asing dilarang
didirikan di Indonesia (Pasal 2). Lembaga Penyiaran Asing hanya dapat
menyelenggarakan kegiatan peliputan di Indonesia, yang meliputi: kegiatan siaran
secara tidak tetap; dan/atau kegiatan jurnalistik (Pasal 3). Lembaga Penyiaran
Asing yang menyelenggarakan kegiatan jurnalistik di Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dapat: menempatkan koreponden untuk melakukan
kegiatan jurnalistik; atau membuka kantor penyiaran asing untuk mendukung
bidang administratif (Pasal 4 ayat 2). Dalam membuka kantor penyiaran asing
untuk mendukung bidang administratif, Lembaga Penyiaran Asing wajib
memnuhi ketentuan sebagai berikut:
a. kantor penyiaran asing tersebut bukan merupakan stasiun penyiaran; dan
b. kantor penyiaran asing tersebut berlokasi di ibukota Negara dan berada di
wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia. (Pasal 9).
2. Berdasarkan isi Peraturan Menteri yang dijelaskan di atas dan menurut penjelasan
Biro Perizinan Depkominfo, maka Peraturan Menteri tersebut juga berlaku untuk
perizinan pendirian representative office Production House asing di Indonesia
juga, karena Production House termasuk dalam kategori Lembaga Penyiaran
Asing yang melakukan peliputan. Hal ini disebabkan karena Production House
melakukan kegiatan jurnalistik, yang menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor: 42/PER/M.KOMINFO/10/2009, jurnalistik
adalah kegiatan yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya
yang akan dimuat di media penyiaran.
3. Sebelum berlakunya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia Nomor: 42/PER/M.KOMINFO/10/2009, seluruh permohonan perizinan
bagi Lembaga Penyiaran Asing ditujukan ke Kementerian Luar Negeri.
4. Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga
saat ini masih menyusun mengenai aturan teknis prosedur permohonan pendirian
representative office Lembaga Penyiaran Asing di Indonesia. Rapat pertama kali
baru diselenggarakan pada Kamis, 11 Februari 2010 antara clearing house
Kementerian Luar Negeri dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Rapat tersebut baru menghasilkan Flow Chart perizinan Lembaga Penyiaran
Asing yang melakukan kegiatan peliputan di Indonesia (terlampir).
5. Berdasarkan Flow Chart tersebut, maka prosedur perizinan Lembaga Penyiaran
Asing ialah sebagai berikut:
a. Lembaga Penyiaran Asing (dalam hal ini Pemohon) mengajukan Permohonan
dengan disertai Rekomendasi dari Perwakilan RI di Negara asalnya kepada
Menkominfo.
b. Menkominfo melanjutkan permohonan tersebut kepada clearing house (CH)
untuk selanjutnya dievaluasi oleh CH.
c. Setelah proses evaluasi selesai, CH memberikan rekomendasi kepada
Menkominfo, yang akan ditindaklanjuti oleh Menkominfo dengan
memberikan keputusan persetujuan.
d. Keputusan Persetujuan tersebut diberikan kepada Kemenlu, yang selanjutnya
oleh Kemenlu diberikan kembali kepada Pemohon yang disertai dengan
keterangan untuk melengkapi syarat-syarat Pemohon.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur perizinan pendirian
representative office Lembaga Penyiaran Asing di Indonesia masih dalam tahap
perumusan oleh Kemenlu dan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan masih
banyak permohonan pendirian representative office Lembaga Penyiaran Asing yang
belum diproses oleh Kementerian Laur Negeri dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika karena belum diterbitkannya aturan teknis mengenai prosedur perizinan
tersebut.