PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA …€¦ · LEMBAR PENGBSAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI...
Transcript of PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA …€¦ · LEMBAR PENGBSAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI...
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA
PERPUSTAKAAN: STUDI KASUS PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH
KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh :
ICHSAN MAULANA
NIM : 109025000027
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MAI{USIAPERPUSTAKAAN: STUDI KASUS PERPUSTAKAAN UMUM DABRAH
KABUPATEN BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Meplperoleh Gelar Sarjana ilmu perpustakaan (S.Ip)
Oleh:
Ichsan Maulana
NIM: 109025000027
Dibawah Bimbingan
Drs. Rosa Widvawan, M.A
NIM: 1957061019843 1 001
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
F'AKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR
PENGBSAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Ichsan Maulana
109025000027
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Ferpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
30 Oktober 2014
Skripsi tersebut sudah diperbaharui sesuai saran dan komentar Tim penguji sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Ferpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakafia,30 Oktober 2014
Tanda Tangan Tanggal
1. Ketua Sidang Pungki Purnomo" MLIS
NIP. 196412rs 199903 t 00s
Mukmin Suprayogi, M.Si
Nama
NIM
Judul Skripsi
Ujian Skripsi
2. Sekretaris Sidang
3. Pembimbing
4. Penguji 1
NrP" 19620301 199903 I 001
Drs. Rosa Widyawan. MA
NrP. 19570610 19843 1 001
Ida Farida. MLS
NIP" 19700407 20A00 32 003
Mukmin Supravosi. M.Si
ffr
q& ''f,,lrq5. Penguji 2
NrP. 19620301 199903 1 001
LEMBAR PENYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3i Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau
I
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta'
Jakarta, Oktober 2014
Ichsan Maulana
i
ABSTRAK
Ichsan Maulana
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan sumber daya manusia dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia serta cara mengatasi
kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan
sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia perpustakaan. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
metode kualitatif dengan narasumber yaitu Kepala Kantor Arsip dan
Perpustakaan, Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan, dan 4 staf perpustakaan.
Hasil penelitian yang diketahui bahwa Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor merencanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
berupa seminar dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan, berkoordinasi dengan
semua staf perpustakaan dan dengan Lembaga Induk serta memberikan fasilitas
berupa transportasi, akomodasi dan konsumsi kepada pustakawan yang mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Sedangkan usaha pustakawan yaitu melakukan
kegiatan formal, non-formal dan informal mengenai bidang perpustakaan.
Kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu
kurangnya pengembangan potensi diri pustakawan yang diatasi dengan
memberikan kompensasi dan tunjangan, kebijakan Lembaga Induk dalam
pemberian kepada satu pustakawan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan dapat diatasi dengan menghimbau pustakawan agar mempresentasikan
hasil kegiatan kepada pustakawan lainnya serta ketidaksesuaian tema dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan, kendala belum teratasi
karena kurangnya informasi mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Kendala bagi pustakawan yaitu usia, waktu, biaya dalam kegiatan pendidikan dan
pelatihan secara formal serta kemampuan dalam bahasa asing dalam kegiatan
pengolahan koleksi. Hanya biaya yang tidak dapat teratasi oleh pustakawan dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal, selebihnya dapat diatasi dengan
cara melakukan tanya jawab atau diskusi kepada teman sejawat.
Kata Kunci: Pelatihan, Pendidikan dan Pustakawan
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya serta hidayah-Nya yang tiada henti dalam memelihara dan
membimbing penulis pada proses penyusunan skripsi ini yang berjudul
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”. Meskipun terdapat hambatan
namun hal tersebut merupakan proses pembelajaran. Alhamdulillah ya Rabbil
‘Alamin. Shalawat teriring salam senantisa kita sanjungkan kepada pemimpin
besar dunia yang mereformasi kehidupan jahiliyyah menuju manusia yang
berakhakul karimah yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat
dan kita selaku umat yang insya Allah yang selalu taat kepadaNya.
Skripsi disusun dengan tujuan utama sebagai proses penyatuan dan
pembelajaran mengenai ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan dan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) .
Dalam proses dan penyusunan skripsi ini, banyak sekali pihak-pihak yang turut
membantu baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya penulisan skripsi ini yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M. Hum. Selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Rosa Widyawan, MA, selaku dosen pembimbing dalam penulisan
skripsi ini, yang telah meluangkan waktu dan kesabarannya dalam
memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi
ini.
5. Ibu Ida Farida, MLS dan Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku dosen
penguji ujian sidang skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya dalam
menguji skripsi ini dan kesabarannya dalam memberikan masukan dan
bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segala pengetahuan dan
ilmu kepada mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan.
7. Bapak Drs. Ferry Adnan, M.Si, selaku Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
Daerah Kabupaten Bogor serta Ibu Dra. Dewi selaku Kepala Seksi
Pengelolaan Perpustakaan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih atas kerja samanya.
iv
8. Andri Wijayanto, S.Sos, Ade M. Sa’ban, A.Md, Rini Naritha, A.Md, Joko
Rianto, S.IP, Lutfi Hikmawan, SE selaku staf Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor yang dengan senang hati membantu dan memudahkan
penulis dalam melakukan wawancara dan dokumentasi. Penulis mengucapkan
terima kasih atas kerja samanya.
9. Kepada kedua orang tua Bapak Muhammad Sukarya Sahari, SAP dan Ibunda
Siti Mahromi Zein yang teramat berjasa dalam kehidupan penulis, semoga
Allah memberikan kasih dan sayang-Nya kepadamu. Terima kasih atas segala
do’a dengan tulus ikhlas kepada penulis, skripsi ini didedikasikan untuk
kalian.
10. Adikku Fikri Maghfiroh dan Kaila Zahra Saida, terima kasih telah
memberikan segala do’a, bantuan, motivasi dan keceriaannya dalam
kehidupan penulis.
11. Semua Keluarga Besar (alm) H. Asmawi Zein dan (alm) Sahari, terima kasih
telah memberikan segala do’a, bantuan, motivasi dan keceriaannya dalam
kehidupan penulis. Skripsi ini didedikasikan untuk kalian semua.
12. Semua teman-teman Jipers UIN khususnya angkatan 2009 yang selalu
memberikan kebahagiaan, senyuman, motivasi dan semangat setiap hari dan
setiap saat.
13. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua. Terima
kasih atas bantuan, dukungan dan do’anya.
v
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan
juga para pembaca lainnya. Amin.
Jakarta, Oktober 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………............. v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….……. ..ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………..................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………... 7
D. Metode Penelitian………………………………………………….............. 8
E. Sistematika Penulisan………………………………………………………. 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum………………………………………………………... 12
B. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan……………..................................... 16
1. Pengertian Pustakawan……………………………………………….... 17
2. Tugas dan Kewajiban Pustakawan……………….................................. 20
C. Standar Kompetensi Pustakawan…………………………………………... 23
1. Jenis Standar Kompetensi Pustakawan………………………………... 25
2. Tujuan Kompetensi Pustakawan………………………………………. 27
D. Pendidikan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan……………………….. 29
1. Pendidikan Formal……………………………………………………...29
2. Pendidikan Non-Formal……………………………………………….. 29
3. Pendidikan Informal…………………………………………………… 30
E. Pelatihan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan…..................................... 31
1. Pengertian Pelatihan…………………………………………………… 31
2. Program Pelatihan………………………………………………………32
vii
3. Tujuan Pelatihan……………………………………………………….. 34
F. Pelatihan untuk Pustakawan………………………………………………... 35
G. Penelitian Terdahulu………………………………………………………... 40
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN UMUM
DAERAH KABUPATEN BOGOR
A. Sejarah Singkat……………………………………………………………... 45
B. Visi dan Misi Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor…………………………………………………... 46
C. Struktur Organisasi…………………………………………………………. 47
D. Personalia……………………………………………………………............48
E. Pendidikan yang Dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan
Umum Daerah Kabupaten Bogor……………………………………………49
F. Pelatihan yang Dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor…………………………………………………... 52
G. Pelatihan untuk Pustakawan Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor ………………………………………………….. 55
H. Tata Tertib……………………………………………………………...........60
I. Pelayanan…………………………………………………………………… 63
J. Koleksi…………………………………………………………………........ 63
K. Fasilitas……………………………………………………………………... 64
J. Gedung dan Ruang………………………………………………………… 65
K. Jaringan Kelembagaan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor……65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………....................66
viii
B. Hasil Penelitian
1. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk
meningkatkan kualifikasi SDM…………………………………………..68
2. Upaya Sumber Daya Manusia Dalam Kegiatan
Pendidikan dan Pelatihan yang dilakukan
untuk meningkatkan kualifikasi
SDM………………………....................................................................... 74
3. Kendala dan Cara Mengatasinya Dalam
Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya
Manusia…………………………………………………………………..80
C. Pembahasan………………………………………………………………… 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 90
B. Saran……………………………………………………………………....... 92
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….... 94
LAMPIRAN……………………………………………………………………. 96
Daftar Riwayat Hidup
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara
Lampiran 2 Tabel Kategori Wawancara
Lampiran 3 Framework Penelitian
Lampiran 4 Foto Ruang Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Lampiran 5 Surat Tugas Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya
Manusia
Lampiran 6 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
Lampiran 7 Surat Penguji Skripsi
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila kita berbicara mengenai sumber daya yang dimiliki oleh sebuah
organisasi, maka kita tidak akan dapat melepaskan begitu saja keberadaan sumber
daya manusia yang ada di samping sumber daya modal dan sarana serta prasarana
kerja. Sumber daya manusia merupaka aset utama dalam sebuah organisasi,
bahkan kinerja organisasi sangat tergantung kepada kualitas sumber daya manusia
yang dimilikinya. Sumber daya manusia merupakan ujung tombak dalam sebuah
organisasi, sedangkan sumber daya lainnya sebagai pendukung. Apabila ujung
tombak tajam dan runcing, maka ia akan mudah menembus sasaran yang
diinginkan. Kebutuhan akan staf yang memiliki kemampuan dan kualitas yang
baik dalam melaksanakan pekerjaannya merupakan suatu hal yang sudah tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Staf yang berkualitas sangat diperlukan untuk
menghasilkan produk-produk yang berkualitas pula, baik produk berupa materi
maupun produk jasa. Dengan memiliki staf yang berkualitas, maka efisiensi dan
efektivitas organisasi akan dapat terwujud bahkan ditingkatkan.
Pada era globalisasi seperti saat ini, kebutuhan informasi yang akurat dan
tepat dibutuhkan oleh masyarakat dalam mendukung aktivitas sehari-hari.
Terbentuk pasar global membuat persaingan yang harus dihadapi oleh setiap
anggota masyarakat semakin besar. Mereka tidak hanya bersaing dengan orang-
2
orang dalam negeri saja, tetapi juga harus mampu berkompetisi dengan mereka
yang berasal dari luar indonesia. Agar masyarakat benar-benar bisa berkompetisi
dan bertahan hidup (survive) pada era global ini, maka dibutuhkan lembaga yang
mampu memberikan informasi yang cukup mengenai perkembangan dan
perubahan-perubahan terjadi kepada mereka. Perkembangan dan perubahan terus
terjadi saat ini, sehingga hanya mereka yang mampu bertahan mengikuti
perkembangan lah yang akhirnya dapat memiliki kemampuan berkompetisi untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Salah satu lembaga yang potensial dalam
menyebarkan dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat adalah
perpustakaan umum.
Perpustakaan umum sebagaimana yang dikatakan Guidelines for public
library adalah sebuah perpustakaan yang didirikan oleh pemerintah lokal atau
pemerintah pusat atau organisasi lainnya yang diberikan kuasa untuk
menjalankan, tanpa adanya diskirminasi bagi orang yang menggunakannya1.
Selanjutnya pusat pembinaan perpustakaan dalam buku pedoman
penyelenggaraan perpustakaan umum menyatakan tujuan perpustakaan umum
adalah “untuk membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar
sebagai suatu proses yang bersinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani
dan rohani masyarakat yang berada jangkauan pelayanannya, sehingga dengan
demikian berkembang daya kreativitas dan inovatif bagi peningkatan martabat dan
produktivitas setiap warga masyarakat menyeluruh2.”
Sebagai lembaga jasa, perpustakaan umum haruslah berupaya memberikan
layanan sebaik-baiknya ke pemakai. Dalam hal ini tanggung jawab yang
1 IFLA, Guidelines for public library. Edisi 3. (Muenchen: IFLA, 1986), h. 1
2 Perpustakaan Nasional. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum. (Jakarta:
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992), h. 2
3
“diemban” staf perpustakaan umum sangatlah berat, karena kesuksesan sebuah
perpustakaan umum di mata masyarakat sangat tergantung kepada staf
perpustakaan umum tersebut dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Perpustakaan umum sebagai sebuah organisasi juga harus terus aktif
berupaya meningkatkan kualitas kerja para stafnya apabila tidak ingin tertinggal
pesatnya kemajuan yang terjadi segala bidang saat ini. Staf yang “melempem”
tidak kreatif dan inovatif pada akhirnya melahirkan mutu layanan yang
“melempem” pula, berjalan ditempat tanpa upaya peningkatan yang lebih baik
lagi. Perpustakaan yang demikian lambat alun akan ditinggalkan oleh
pemustakanya, dan perpustakaan tidak berarti apapun tanpa pemustakanya. Staf
perpustakaan berperan banyak dalam memberikan layanan terbaik pada
pemustakanya, dan hanya staf yang memiliki kualitas baiklah yang mampu
melakukan hal tersebut. Menurut Maurnice B. Line seperti dikutip
Pringgoadisurjo bahwa perubahan-perubahan pesat terjadi pada bidang
perpustakaan dokumentasi informasi, oleh karena itu diperlukan tenaga kerja
(staf) dengan kemampuan imajinasi dan visi, yaitu melihat kemungkinan-
kemungkinan yang baru dama bidang sosial, teknis, atau konseptual juga
diperlukan kemampuan melihat kedepan, mengenal masalah jangka pendek
maupun jangka menengah3.
Untuk mencapai kualitas pelayanan yang baik, maka kulitas staf
perpustakaan pun harus senantisa mendapat perhatian dari para pengelola
perpustakaan.Menurut Ratna U. Widodo “agar mampu menghasilkan jasa
perpustakaan sesuai tuntutan pemustaka, kualitas unsur-unsur perpustakaan,
3 Luwarsih Pringgoadisurjo. Sumber Tenaga Pustakawan: Rekaman Pengalaman dan
Pendapat dalam Kepustakawan Indonesia. (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 102
4
khususnya kualitas pustakawan harus ditingkatkan. Alasan lain mengapa kualitas
pustakawan perlu ditingkatkan adalah kemajuan teknologi informasi, perubahan
peran, dan tanggung jawab pustakawan karena informasi yang dibutuhkan
pemustaka berkembang menjadi sangat spesifik.”4 Selayaknya untuk memilih
seseorang untuk menduduki sebagai staf perpustakaan umum pun perlu
diperhatikan kemampuan kerja, pengetahuan di bidang perpustakaan dan latar
belakang pendidikannya. Mungkin pada saat ini masih banyak kalangan yang
mengganggap mengurus perpustakaan umum adalah hal yang mudah, bagi
mereka staf perpustakaan tidak lebih sekedar penjaga buku. Apabila kita melihat
lebih jauh tugas staf perpustakaan maka kita akan dapat mengatakan bahwa tugas
tersebut bukanlah tugas yang mudah dan ditangani oleh sembarang orang yang
„mungkin‟sama sekali tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
kerja di bidang perpustakaan. Staf perpustakaan sudah seharuskan memiliki
pengetahuan yang luas dan kreatif.
Seiring dengan kebutuhan akan staf yang mempunyai kemampuan dan
kualitas kerja yang baik, maka perpustakaan umum perlu menyelenggarakan
program pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia bagi para stafnya.
Pendidikan sangat diperlukan berdasarkan anggapan bahwa tidak seorang pun
yang sempurna sesuai kebutuhan organisasi pada waktu masuk didalamnya.
Dengan kata lain ada kesenjangan antara kebutuhan organisasi dengan
kemampuan yang dimiliki oleh staf atau karyawan. Pendidikan dan Pelatihan yang
dilakukan secara tepat juga dapat membantu memastikan bahwa sebuah organisasi
memiliki staf yang cukup berkualitas untuk mencapai tujuan organisasi.
4 Ratna U. Widodo. Strategi Peningkatan Kualitas Pustakawan. (Jakarta: PB IPI, 1995), h. 294
5
Pendidikan dan Pelatihan sumber daya manusia merupakan investasi yang tidak
ternilai harganya apabila dibandingkan dengan kesalahan dan keefisienan yang
ada timbul tanpa adanya program pendidikan dan pelatihan University of East
Anglia disebutkan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada staf untuk
memperluas pengalaman dan menambah pengetahuan, berarti kita telah
membantu mereka untuk mengubah motivasinya dan meningkatkan kepuasan
kerjanya, karena pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan yang sifatnya
pengembangan atau aktualisasi diri.5 Masalah pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia di perpustakaan umum menjadi sangat menarik untuk dibahas
mengingat pentingnya program tersebut bagi perpustakaan umum, sebagai sebuah
lembaga yang potensial dalam memperdayakan masyarakat, dan senantisa untuk
memberikan layanan terbaik kepada para pemustakanya.
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor merupakan perpustakaan
pemerintah daerah yang diselenggarakan untuk melayani anak, remaja, dewasa
masyarakat umum. Pada perpustakaan memiliki 7 orang staf. Wawancara awal
hanya 3 orang staf mempunyai latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan, 4
orang staf lainnya tidak memiliki latar belakang pendidikan Ilmu perpustakaan,
sehingga menimbulkan kendala dalam kinerja pelayanan perpustakaan.
Kajian tentang pendidikan dan pelatihan khususnya untuk SDM yang tidak
memiliki latar belakang pendidikan Ilmu perpustakaan diperlukan karena sebagai
indikator yang menunjukkan sejauh SDM yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan Ilmu perpustakaan guna menunjang pekerjaan mereka di
perpustakaan.
5 Maurice B. Line. Academic Library Management. (London: Library Association, 1990), h.
176
6
Dari keterangan di atas terdapat permasalahan dalam pendidikan dan
pelatihan SDM Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yang tidak
memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan, oleh karena itu penulis
tertarik untuk meneliti tentang “Pendidikan dan Pelatihan SDM Perpustakaan:
Studi Kasus Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar batasan dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu luas, maka penulis
membatasi penelitian sebagai berikut:
a. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam
pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan
kualifikasi SDM
b. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan SDM dalam
mengatasi berbagai kendala untuk meningkatkan kualifikasi SDM
2. Perumusan Masalah
Proses perumusan maasalah merupakan tahapan penting dalam proses
penelitian. Permasalah yang akan dicapai dalam penelitian menjadi lebih jelas
dan fokus. Dengan demikian hasil yang di capai menjadi maksimal. Adapun
perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
7
1. Sejauh mana upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan
SDM dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan
kualifikasi SDM?
2. Sejauh mana upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dan
SDM dalam mengatasi berbagai kendala untuk meningkatkan kualifikasi
SDM?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai , yaitu :
a. Untuk mengetahui upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor dan SDM dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
untuk meningkatkan kualifikasi SDM.
b. Untuk mengetahui upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor dan SDM dalam mengatasi berbagai kendala untuk
meningkatkan kualifikasi SDM.
2. Manfaat Penelitian
Secara garis besar, ada 2 (dua) manfaat yang bisa diambil dari
dilakukannya penelitian ini, yaitu :
a. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan sangat bermanfaat
secara langsung bagi perpustakaan umum yang dijadikan sebagai
tempat penelitian, maupun bagi perpustakaan lain dalam
melaksanakan program pendidikan dan pelatihan sumber daya
8
manusia sebagai upaya meningkatkan kualitas kerja yang dimiliki
para stafnya.
b. Selanjutnya hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi
pengembangan ilmu perpustakaan dan kemajuan dunia
perpustakaan.
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu
metode yang digunakan untuk mencari fakta status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa
sekarang degan interprestasi yang tepat.6
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif. Pendekatan
kulaitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pada suatu konten khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang berasal dari narasumber yang ditemui
langsung di lapangan (Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor)
yakni sumber daya manusia perpustakaan.
6Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. (Bandung: Mandar Maju,
2002), h. 33 7 Lexy J . Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 13.
9
2. Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun rapi dalam arsip yang
dipublikasikan atau tidak dipublikasikan.
3. Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian.8 Penentuan informan ditentukan
dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian. Informan
dalam penelitian ini yaitu Kepala kantor, pustakawan, staf. Kepada pustakawan
yang mengelola perpustakaan itu untuk mendapatkan informasi tentang
pendidikan dan pelatihan SDM perpustakaan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
1) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.9 Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang telah peneliti
siapkan kepada informan, lalu dijawab oleh pemberi data dengan bebas terbuka.
2) Dokumentasi
Dokumentasi, dilakukan untuk mencari data berupa surat tugas, sertifikat,
8 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 90.
9 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135.
10
catatan, agenda dan sebagainya.10
3) Teknik Analisa Data
Data akan di analisa melalui tiga tahapan yaitu :
a. Reduksi data
Data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan dokumentasi dicatat
dengan rinci, mengelompokkan dan memfokuskan pada hal penting dengan
demikian data yang didapat bisa memberikan gambaran yang jelas.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks
bersifat naratif.
c. Penarikan kesimpulan
Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif penulis
buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
E. Sistematika Penulisan
Agar bahasan bab demi bab terjalin secara sistematis, maka dalam skripsi
ini penulis membaginya dalam lima bab, adapun urutannya adalah sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini dikemukakan latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian serta sistematika penelitian.
10
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta,
1992), h. 200
11
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian kepustakaan
yang berkaitan dengan penelitian mengenai sumber daya manusia,
pustakawan, tugas dan fungsi pustakawan. Standar kompetensi
pustakawan, pendidikan sumber daya manusia di perpustakaan
serta penelitian terdahulu mengenai pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia.
Bab III Gambaran Umum Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor
Bab ini memuat gambaran umum mengenai Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor yang meliputi sejarah singkat, visi dan
misi, struktur organisasi, personalia, pendidikan yang dilaksanakan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor, pelatihan yang
dilaksanakan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor,
pelatihan untuk pustakawan, tata tertib, pelayanan, koleksi,
fasilitas, gedung dan ruang serta jaringan kelembagaan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari
pendidikan dan pelatihan SDM Perpustakaan dan upaya mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi pustakawan.
Bab V Penutup
Berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran dari penulis.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum
1. Pengertian dan Tujuan Perpustakaan Umum
Menurut Hermawan dan Zulfikar menyatakan bahwa Perpustakaan umum
merupakan perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa
membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan
sebagainya. Konsep dasar perpustakaan umum adalah didirikan oleh masyarakat,
untuk masyarakat, dan didanai dengan dana masyarakat11
. Sementara Sutarno
menyatakan bahwa Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang
demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang
dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta
perbedaan lainnya12
.
Menurut Sulistyo Basuki Perpustakaan umum adalah perpustakaan umum
adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta
rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum, tanpa membedakan latar
belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya. Perpustakaan ini
11
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung Seto,
2006), h. 3.
12 Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Sagung Seto,
2003), h. 32
13
dibiayai oleh dana umum serta jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat
cuma-cuma.13
Dalam Online Dictionary for Library and Information Science menyatakan
bahwa perpustakaan umum adalah Sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan
yang menyediakan akses tidak terbatas ke sumber daya perpustakaan dan layanan
gratis bagi semua warga suatu masyarakat, kabupaten, atau wilayah geografis,
didukung seluruhnya atau sebagian oleh dana publik.14
Selanjutnya dalam Guidelines for Public Library disebutkan bahwa
perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan yang didirikan oleh pemerintah
lokal atau pemerintah pusat atau organisasi lainnya yang diberikan kuasa untuk
menjalankan, tanpa adanya diskirminasi bagi orang yang menggunakannya.
Berdasarkan 2 (dua) definisi mengenai perpustakaan umum tersebutkan dapat
dikatakan bahwa perpustakaan umum dibiayai dengan dana umum dan layanan
yang diselenggarakannya pun terbuka untuk umum tanpa memandangan
perbedaan agama, ras, suku bangsa, usia, maupun jenis kelamin. Sementara dalam
UNESCO Public Library Manifesto disebutkan bahwa perpustakaan umum
merupakan pusat informasi lokal yang bertujuan agar semua jenis pengetahuan
dan informasi mudah di akses dan digunakan oleh pemakai.
Perpustakaan umum mempunyai tugas untuk mengumpulkan, menyimpan,
memelihara, mengatur, dan mendayagunakan bahan pustaka untuk kepentingan
pendidikan, penerangan, penelitian, pelestarian, serta pengembangan kebudayaan
dan rekreasi bagi seluruh anggota masyarakat.
13 Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 1991), h. 46
14 Joan M Reitz. Online Dictionary of Library and Information Science. Artikel diakses pada
23 Mei 2014 dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/searchODLIS.aspx
14
2. Fungsi Perpustakaan Umum
Fungsi perpustakaan umum sebagaimana di muat dalam buku Panduan
penyelenggaraan Perpustakaan Umum, adalah sebagai pusat untuk:
a. Menyediakan bahan pendidikan (edukatif),
b. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi (informatif),
c. Menyediakan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai rekreasi
(rekreasi), dan
d. Menyediakan petunjuk, pedoman, dan bahan-bahan rujukan bagi anggota
masyarakat (referensi).15
Fungsi perpustakaan umum sebagaimana di muat dalam buku Pengantar
Ilmu Perpustakaan, ada empat fungsi yaitu:
a. Sebagai sarana simpan karya manusia
b. Pendidikan
c. Informasi
d. Kebudayaan
e. Rekreasi16
3. Tujuan Perpustakaan Umum
Selanjutnya di dalam buku Panduan penyelenggaraan Perpustakaan
Umum juga disebutkan bahwa tujuan perpustakaan umum, yaitu membina dan
mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang
15
Perpustakaan Nasional Indonesia. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum.
(Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992), h. 5-6 16 Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 1991), h. 46
15
berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat
yang berada dalam jangkauan layanannya, sehingga berkembang daya kreasi dan
inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas masyarakat secara
menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional. 17
Tujuan perpustakaan menurut Muchyidin dkk adalah untuk membantu
masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dengan dorongan
melelui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka:
a. Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan
b. Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan,
kehidupan sosial dan politik
c. Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi
anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik
d. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan
dapat menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni
dan budaya manusia
e. Dapat meningkatkan tarap kehidupan sehari-hari dan lapangan
pekerjaannya
f. Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara
aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina saling pengertian
antar bangsa
17
Perpustakaan Nasional Indonesia. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum.
(Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992), h. 6
16
g. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi
kehidupan pribadi dan sosial.18
Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO seperti dikutip oleh Sulistyo-
Basuki selanjutnya menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 (empat)
tujuan utama, yaitu:
a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka
yang membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih
baik.
b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi
masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi
mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
c. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya.
d. Bertindak sebagai agen cultural artinya perpustakaan umum
merupakan pusat utama kehidupan bagi masyarakat sekitarnya. 19
B. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan
Menurut Saha dkk sumber daya manusia adalah semua orang yang bekerja
dalam sebuah organisasi, perusahaan atau institusi20
. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
pada pasal 1 ayat 15 yang berbunyi sumber daya perpustakaan adalah semua
18
Muchyidin, Suherlan. Mihardja, Iwa D Sasmita. Perpustakaan (Bandung: PT Puri
Pustaka 2008) hlm 41,42 19
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 1991) 20
Nimai Chand Saha. training & development of library professionals for IT application
in university libraries: an overview. Artikel diakses pada 7 Juni 2012 dari ir.inflibnet.ac.id.in
17
tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang dimiliki dan/ atau dikuasai oleh
perpustakaan. Jadi sumber daya manusia di perpustakaan disebut dengan
pustakawan. Pustakawan pun sebagai salah satu faktor pendukung bagi
perpustakaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyedia
informasi bagi masyarakat. Zainuddin menambahkan bahwa pustakawan
hendaknya mampu mengatasi setiap persoalan dalam bidang kepustakawanan
serta dapat mengikuti perkembangan pelayanan secara terus menerus21
.
Kedudukan pustakawan pun telah ditetapkan sebagai tenaga kerja di
perpustakaan. Penetapan pustakawan sebagai tenaga kerja perpustakaan terdapat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan pada pasal 29 ayat 1 yang berbunyi tenaga perpustakaan terdiri
atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Dengan penjelasan pustakawan
sebagai tenaga kerja di perpustakaan, maka bab ini penulis akan lebih
menjelaskan mengenai pustakawan, tugas, dan kewajiban serta standar
kompetensi pustakawan.
1. Pengertian Pustakawan
Dalam Online Dictionary for Library and Information Science menyatakan
bahwa pustakawan adalah Seseorang yang terlatih secara profesional bertanggung
jawab untuk mengurus perpustakaan dan isinya, termasuk pemilihan, pengolahan,
dan organisasi bahan dan penyampaian informasi, instruksi, dan layanan pinjaman
untuk memenuhi kebutuhan penggunanya (untuk melihat contoh-contoh, mencoba
pencarian kata kunci pada istilah di Google Images). Dalam online, peran
21
Zaslina Zannudin. Kebutuhan Pustakawan Profesional di Propinsi Sumatra Utara.
Artikel diakses pada 6 Februari 2014 dari http://eprints.rclis.org/
18
pustakawan adalah untuk mengelola dan menyedia akses ke informasi dalam
bentuk elektronik.22
Menurut Eileen Abels dkk secara luas pustakawan termasuk kedalam
information professional. information professional adalah orang yang
menggunakan informasi dalam membantu lembaga induk dalam mencapai
tujuannya. Pekerjaan yang dilakukan yaitu pengembangan, penyebaran dan
pengelolaan serta pelayan informasi.23
Menurut Sutarno NS dalam buku Manajemen Perpustakaan: suatu
pendekatan praktik, pustakawan diartikan sebagai semua tenaga kerja yang berada
dan bekerja di perpustakaan, baik sebagai pemimpin, staf maupun pelaksana
teknis operasional.24
Lebih jauh Sudarsono menjelaskan pustakawan adalah PNS
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit
perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit
tertentu lainnya. Sehingga jabatan seorang pustakawan PNS adalah jabatan
fungsional25
. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
22
Joan M Reitz. Online Dictionary of Library and Information Science. Artikel diakses
pada 23 Mei 2014 dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/searchODLIS.aspx 23
Eileen Abels dkk. Compentencies for information professionals of the 21st Century.
Revised edition, June 2003. Artikel diakses pada 7 Februari 2014 dari
http://www.sla.org/content/learn/members/competencies/index.cfim 24
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 76 25
Blasius Sudarsono. Pustakawan Cinta dan Teknologi. (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h.
76
19
Negara (BAKN) No. 53469/MPK/1988 dan No. 15/SE/1988 tentang Angka
Kredit bagi Jabatan Pustakawan.26
Pengertian pustakawan di atas berbeda menurut Ikatan Pustakawan
Indonesia (IPI) yang menyatakan bahwa pustakawan adalah seorang professional
yang berkarya di bidang perpustakaan dan dokumentasi dan tidak membedakan
status PNS atau Non PNS. Sedangkan dalam Kode Etik Pustakawan Indonesia
menjelaskan bahwa pustakawan adalah seoarang yang melaksanakan kegiatan
perpustakaan dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
tugas lembaga induknya didasari dengan pengetahuan kepustakawanan yang
dimilikinya melalui pendidikan.27
Pengetahuan tentang kepustakawanan itu sendiri menurut Sudarsono adalah
ilmu dan profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.28
Orang
yang melaksanakan profesinya disebut professional. Jadi, bila pustakawan
tersebut menjalankan tugasnya di bidang ini disebut professional.29
Dreher mengartikan pustakawan yang professional yaitu pustakawan yang
melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan memiliki banyak
kemampuan yang meliputi kemampuan dalam kognitif, afektif dan
psikomotorik.30
26
Soetminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. (Yogyakarta: Kanisius,
1992), h. 161-162 27
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 50-53 28
Blasius Sudarsono. Pustakawan Cinta dan Teknologi. (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h.
86 29
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.(Jakarta: Gramedia, 2010), h. 39 30
Aziz, Safrudin. Strategi Peningkatan Mutu pada Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Artikel diakses pada 6 Maret 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline .
20
Sehingga bagi penulis, seorang pustakawan adalah orang yang bekerja di
perpustakaan dengan pengetahuan tentang kepustakawanan yang dimilikinya,
tanpa melihat status sebagai PNS atau Non PNS, serta mampu bekerja secara
professional.
2. Tugas dan Kewajiban Pustakawan
a. Tugas Pustakawan
Sebagai pustakawan tentu memiliki tugas dalam melakukan pekerjaannya.
Tugas tersebut adalah tugas kepustakawanan yang wajib dilakukan oleh setiap
pustakawan. Tugas pokok pustakawan yaitu melakukan kegiatan teknis
perpustakaan seperti pengadaan dan pengolahan bahan pustaka serta pelayanan
perpustakaan, menyimpan dan melestarikan serta menyebar informasi,
memberikan penyuluhan tentang manfaat perpustakaan kepada masyarakat dan
melakukan pameran tentang hasil dari kegiatan perpustakaan kepada masyarakat
dan kemampuan sumber informasi perpustakaan.31
Sebagai seorang professional, pustakawan hendaknya dapat melakukan
pembinaan dan pengembangan program dan sistem informasi secara tepat guna
yang dapat memenuhi kebutuhan pemustaka. Pustakawan professional ini dibantu
oleh seorang teknisi perpustakaan dalam memperoleh dan mempersiapkan materi
dan membantu pemustaka dalam menemukan informasi.32
31
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 50-53 32
Zannudin. Kebutuhan Pustakawan Profesional di Propinsi Sumatra Utara. Artikel
diakses pada 6 Maret 2014 dari http://eprints.rclis.org/
21
Menurut Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, tugas pustakawan ditinjau dari segi jabatannya adalah
pustakawan, asisten pustakawan, tenaga fungsional dan tenaga administrasi.
Seorang pustakawan dengan pendidikan Strata 1 bidang perpustakaan atau bidang
lain yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan bertugas
melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan. Asisten pustakawan
dengan pendidikan diploma memiliki tugas sebagai penunjang keprofesian dalam
bidang perpustakaan. Tenaga fungsional dengan pendidikan kejuruan atau
keahlian tingkat kesarjanaan dengan tugas melaksanakan pekerjaan penunjang
keprofesian seperti pranata komputer dan kearsipan. Sedangkan tenaga
administrasi melaksanakan tugas kegiatan kepegawaian, keuangan,
kerumahtanggaan, perlengkapan, penjilidan, pelistrikan dan lain-lain. Tenaga
tersebut diartikan sebagai pelengkap tugas kepustakawanan.33
Sesuai dengan penjelasan di atas, secara singkat tugas pustakawan
meliputi: kegiatan manajerial maupun teknis perpustakaan. Pembagian tugas juga
dilihat dari segi kemampuan dan tingkat atau jabatan pustakawan itu sendiri.
33
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 25-26
22
b. Kewajiban Pustakawan
Kewajiban pustakawan telah dituangkan dalam Kode Etik Pustakawan
Indonesia. Kewajiban tersebut meliputi: kewajiban umum, kewajiban kepada
organisasi dan profesi, kewajiban antar sesama pustakawan dan diri sendiri.34
Kewajiban umum pustakawan meliputi: mengemban tugas pendidikan dan
penelitian serta mengamalkan ilmu pengetahuannya kepada masyarakat, menjaga
martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian pada bangsa dan Negara,
menghargai dan mencintai kepribadian dan kebudayaan Indonesia serta menjaga
kerahasiaan informasi yang diperoleh dari masyarakat yang dilayani. Kewajiban
kepada organisasi dan profesi yaitu memanfaatkan Ikatan Pustakawan Indonesia
sebagai sarana kerjasama, konsultasi dalam pengembangan profesi, memberikan
kontribusi seperti tenaga, pikiran, dan dana kepada organisasi untuk kepentingan
pengembangan ilmu dan perpustakaan di Indonesia serta menjaga nama baik
Ikatan Pustakawan Indonesia. Kewajiban antar sesama pustakawan yaitu menjalin
hubungan baik, saling membantu, menasehati dan menghargai pendapat dan sikap
antar sesama pustakawan. Kewajiban terhadap diri sendiri yaitu selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpustakaan, menjaga
tingkah laku dan kesehatan serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Mengacu kepada kewajiban pustakawan terhadap diri sendiri di atas,
Santoso (2001) menambahkan bahwan kewajiban pustakawan meliputi: menjaga
tingkah laku dari perbuatan curang, merugikan dan membahayakan dalam bekerja,
34
Basyral Hamidy Harahap dkk. Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan
Pustakawan Indonesia 1973-1998. (Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia, 1998),
h. 1-3
23
memelihara hubungan baik dengan pemustaka dan sesama pustakawan serta
berpegang teguh pada peraturan kerja.
C. Standar Kompetensi Pustakawan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan pasal 1 ayat 8 menerangkan bahwa pustakawan adalah seseorang
yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan
kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Saiful-Haq dkk menambahkan bahwa
dalam penyusunan dan pengelolaan tenaga kerja perpustakaan dibutuhkan sebuah
kompetensi.35
Kompetensi yang diartikan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam
Rekomendasi Komisi I: program pengembangan karir pustakawan berbasis
kompetensi yaitu kemampuan seseorang yang mecakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.36
Menurut Ernawati kompetensi adalah pencapaian standar kinerja oleh
pustakawan dengan cara pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki
oleh pustakawan yang disesuaikan dengan lembaga induk sebagai tempat bekerja
35
Rizal Saiful Haq. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. (Jakarta: Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 45 36
Perpustakaan Nasional RI. “Rekomendasi Komisi I: Program pengembangan karir
pustakawan berbasis kompetensi”. Artikel diakses pada 16 Mei 2012 dari
http//pustakawan.pnri.go.id.
24
yang terkait dengan budaya organisasi, nilai dan norma, strategis bisnis dan
lingkungan kerja.37
Dalam Online Dictionary of Library and Information Science kompetensi
yaitu suatu kemampuan yang diharapkan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan
setelah selesai melakukan pendidikan. Dalam kepustakawanan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman diperlukan untuk menangani tanggung jawab
professional secara efektif dalam spesialisasi dan bukan sebagai satu set standar
minimum.38
Sedangkan menurut Hermawan dan Zen, standar kompetensi adalah
sesuatu yang menyangkut norma, teknis dan pengakuan untuk melakukan jasa
profesi serta sebagai tolak ukur keberhasilan dan pembeda tanggung jawab serta
sarana untuk melindungi konsumen, berperan sebagai alat pembinaan bagi
anggota profesi dan alat untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat
pengguna jasa. Sehingga standar kompetensi pustakawan adalah suatu kriteria
minimal kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi yang
di dalamnya berisi norma-norma, teknis kemampuan dan pembakuan dalam upaya
peningkatan kualitas layanan. Lebih lanjut standar kompetensi pustakawan adalah
tolak ukur yang digunakan untuk acuan penilaian kualitas pustakawan dalam
bentuk formulasi dari komitmen atau janji pustakawan kepada masyarakat.
Dengan standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang pustakawan
tentunya akan berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola
37
Endang Ernawati. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapreneurship Pustakawan dalam
Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 1 April 2014 dari
http://eprints.rclis.org/ 38
Joan M Reitz. Online Dictionary of Library and Information Science.2002
25
perpustakaan dan kegiatan perpustakaan lainnya. Standar kompetensi tidak hanya
penting bagi seorang pustakawan tetapi penting juga untuk pemustaka.
Hubungannya yaitu seorang pemustaka akan mendapatkan pelayanan yang
berkualitas dari pustakawan yang berkompeten di bidang perpustakaan.
1. Jenis Standar Kompetensi Pustakawan
Menurut Rumani, standar kompetensi bagi pustakawan khususnya di
Indonesia belum memiliki pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan39
.
Dengan hal ini penulis akan meninjau standar kompetensi pustakawan dari
beberapa sumber. Salah satunya yaitu menurut Departemen Pendidikan Nasional
RI Direktorat Pendidikan Tinggi dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan
Tinggi. Di dalam pedoman tersebut, kompetensi pustakawan terbagi menjadi dua
jenis, yaitu kompetensi professional dan individu.40
Kompetensi professional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang
sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta kemampuan
dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk pelayanan perpustakaan.
Wicaksono menambahkan kemampuan dalam manajemen informasi meliputi
pencarian, penggunaan, pembuatan, pengorganisasian dan penyebaran informasi.
Dalam hal teknologi informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat
teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunak, serta pemrograman,
pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik serta desain dan
39
Sri Rumani. Kompetensi pustakawan dan teknologi informasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 2 April 2014 dari
www.pnri.go.id/MajalahOnline 40
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 27-28
26
manajemen database. Kemampuan manajemen meliputi kepemimpinan yang
menonjol, pembuatan administrasi perpustakaan, mampu dalam manajemen
sumberdaya manusia, waktu dan perubahan, mampu membangun hubungan kerja
yang baik secara manajemen, mampu menganalisis kinerja pustakawan, mampu
dalam merencanakan program yang sesuai serta implementasinya dan mampu
berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait.41
Sedangkan kompetensi individu meliputi komitmen dalam memberikan
pelayanan yang terbaik, terampil dalam berkomunikasi, berpandangan luas dan
memiliki sifat positif terhadap perkembangan, bekerja dalam tim dan menciptakan
suasana kerja yang sehat serta mampu mencari mitra kerja, memiliki sifat
kepemimpinan dan dapat dapat memcahkan masalah pada suatu hal yang kritis.
Menurut Sheila Slauter dan Lary L. Laslie kemampuan di atas disebut dengan
sikap entrepreneur.42
Rumani juga menambahkan bahwan seorang pustakawan hendaknya
memiliki keahlian dalam melobi, koordinasi dan komunikasi khususnya
komunikasi dalam bahasa asing serta kemampuan dalam menggunakan teknologi
informasi.43
Selain kompetensi pustakawan di atas, menurut Widijanto kompetensi
pustakawan hendaknya memiliki kompetensi sosial-budaya. National Association
41
Hendro Wicaksono. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi
Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel di akses pada 6 April 2014 dari
www.pnri.go.id/MajalahOnline. 42
Aziz, Safrudin. Strategi Peningkatan Mutu pada Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Artikel diakses pada 6 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline 43
Sri Rumani. Kompetensi pustakawan dan teknologi informasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 6 April 2014 dari
www.pnri.go.id/MajalahOnline
27
of Social Workers dalam artikel Diversity Standars: Cultural Competency for
Academic Libraries menjelaskan bahwa kemampuan sosial-budaya adalah sebuah
perilaku, sikap dan kebijakan yang memungkinkan seseorang atau kelompok
untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya, proses dimana individu
merespon dengan hormat dan efektif kepada orang-orang dari semua budaya,
bahasa, kelas, ras, latar belakang, etnis, agama, dan faktor keberagaman lainnya
dengan cara mengakui, menegaskan, dan menghargai nilai individu, keluarga, dan
masyarakat, dan melindungi serta menjaga martabat masing-masing.
Dari berbagai kompetensi mengenai pustakawan di atas dapat dikatakan
secara singkat bahwa sebuah kompetensi pustakawan merupakan suatu acuan
dalam kegiatan manajerial maupun teknis yang hendaknya dimiliki oleh seorang
pustakawan sesuai dengan tingkat atau jabatannya. Kompetensi tersebut tidak
hanya dari sudut pandang kegiatan pustakawan tetapi dari sudut pandang sebagai
seorang professional dan individu pustakawan. Standar kompetensi pustakawan
pun hendaknya disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Tujuan Kompetensi Pustakawan
Suatu kompetensi bagi pustakawan pasti memiliki suatu tujuan. Hal
tersebut dijelaskan oleh Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat
Pendidikan Tinggi, tujuan kompetensi pustakawan adalah menciptakan kerangka
kerja yang efektif dan efisien dalam mendayagunakan sumber daya manusia yang
terbatas. Lebih lanjut tujuan dari kompetensi pustakawan yaitu memungkinkan
28
setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, tepat waktu, sasaran dan
sebanding dengan biaya dan hasil yang diperoleh.44
Hermawan dan Zen menjelaskan bahwa tujuan kompetensi pustakawan
yaitu memberikan jaminan kepada masyarakat, pengelola dan Pembina
perpustakaan bahwa pustakawan dapat memberikan layanan optimal kepada
masyarakat di bidang layanan bahan pustaka dan informasi sesuai dengan
kualifikasi dan memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa kebutuhan
hidupnya yang bersifat primer dan esensial baik jasmani maupun rohani serta
menjamin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya.45
Menurut Widijanto perpustakaan mampu memberikan pelayanan yang
professional untuk masyarakat. Baik yang bersifat pelayanan referensi, penyedia
informasi dan pemberian bimbingan pada pembaca. Ernawati menambahkan
bahwa kemandirian pustakawan merupakan tujuan dari kompetensi pustakawan
itu sendiri.46
Kemandirian ini mampu menjadikan pustakawan yang mampu
berkreasi dan berinovasi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Sehingga dapat digarisbawahi bahwa tujuan kompetensi pustakawan tidak
hanya membantu pustakawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tetapi
berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan baik manajerial maupun teknis di
perpustakaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan.
44
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 27 45
Hermawan S, Rachman dan Zulfikar Zen . Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung
Seto, 2006), 155-156 46
Endang Ernawati. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapreneurship Pustakawan dalam
Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 1 April 2014 dari
http://eprints.rclis.org/
29
D. Pendidikan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan sarana bagi Pustakawan atau calon
pustakawan mempersiapkan diri menjadi professional. Pendidikan formal dapat
dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana
dan magister di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga
pendidikan dalam maupun luar negeri yang menyelenggarakan program bidang
ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
Penyelenggara perpustakaan dalam pendidikan formal hendaknya
mengacu kepada Keputusan Presiden No. 12/1961. Acuan tersebut yaitu dengan
cara membuat kontrak kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau peraturan lembaga pendidikan setempat. Rumus kontrak kerja
biasanya adalah P=2n+1, dengan pengertian bahwa n = lama pendidikan dan P =
pengabdian kerja. Apabila pustakawan telah melakukan pendidikan dan tidak
kembali bekerja di tempat semula maka pustakawan tersebut mengembalikan
minimal tiga kali jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara
perpustakaan.47
2. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan
dan pelatihan (diklat), penataran (up grading), symposium, seminar, lokakarya,
kursus, magang (on the job training), studi banding dan lain sebagainya yang
47
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 32
30
tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah
satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan
formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan.48
Dalam artikel Libraries, Archives, Records and Information Management
Services menyatakan bahwa kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat
dibutuhkan oleh pustakawan. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk
melanjutkan pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan
pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik.
Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat
menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi,
asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior
perpustakaan, coordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.49
3. Pendidikan Informal
Selain pendidikan formal dan non formal bagi pustakawan, pendidikan
informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan.
Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi
pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri
serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama
pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan
48
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 158 49
Libraries, Archives, Records and information Management Services. Artikel di akses
pada 24 Maret 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/types-of-Apprenticeships/Health-
Public-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IM-Services.aspx)
31
informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung
mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan.50
Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan
dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antar pustakawan
dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi
pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang
telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan
diharapkan mampu mengambil manfaat dan dapat mengembangkan
pengetahuannya.51
(Nusantari, 2009)
E. Pelatihan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan
1. Pengertian Pelatihan
Pengertian pelatihan menurut Olaniyan, “training is a systematic
development of the knowledge, skills and attitudes required by employees that:
perform adequately on a given task or job”. Dari pengertian yang dikemukakan
oleh Olaniyan bahwa pelatihan merupakan upaya pengembangan yang sistematis
dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh pegawai untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang diberikan.52
Hal ini diamati pula oleh Adeniyi seperti dikutip oleh Olaniyan dan Ojo,
mengungkapkan “staff training and development is a work activity that can make
50
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 159-160 51
Anita Nusantari. Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Meningkatkan Kinerja
Perpustakaan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Juni 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline 52
Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for
organizational effectiveness. European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3. diakses pada
6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf
32
a very siginificant contribution to the overall effectiveness and profitability of an
organization”.53
Pelatihan merupakan media untuk membangun sumber daya manusia
dalam menghadapi persaingan dan meningkatkan kinerja yang dihasilkan dalam
pekerjaan. Upaya pelatihan memungkinkan sumber daya manusia untuk
memperluas kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.
2. Program Pelatihan
Program pelatihan sangat penting bagi sumber daya manusia baru maupun
sumber daya manusia lama. Sumber daya manusia baru sering tidak mengetahui
secara pasti apa peranan dan tanggung jawab mereka. Maka program orientasi dan
pelatihan perlu diberikan kepada mereka agar mengetahui program kerja
perusahaan dan mengetahui peranan dan tanggung jawabnya. Sedangkan sumber
daya manusia lama perlu diberikan pendidikan dan pelatihan untuk lebih
memahirkan bidang kerjanya dan mempersiapkan tanggung jawab mereka di masa
mendatang.
Menurut Sondang Siagian, ada tujuh langkah utama dalam program
pelatihan yang efektif, yaitu:
1. Analisis kebutuhan dan sasaran pelatihan. Pelatihan yang direncanakan
untuk diselenggarakan karena ada kebutuhan nyata untuk itu dan harus jelas
sasaran yang ingin dicapai.
53
Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital
tool for organizational effectiveness. (European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3.
diakses pada 6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf
33
2. Seleksi peserta pelatihan. Para peserta pelatihan merupakan masukan yang
paling penting karena mereka itulah yang menjadi sasaran pelatihan. Seleksi
pelatihan akan menentukan berbagai hal seperti materi pelatihan dan teknik
serta metode belajar-mengajar.
3. Penentuan materi pelatihan yang diharapkan memutakhirkan pengetahuan
dan keterampilan karyawan serta meningkatkan kemampuan kerjanya.
4. Seleksi instruktur. Keberhasilan suatu program pelatihan sangat tergantung
pada mutu dan kualifikasi pada instruktur yang terlibat.
5. Efektivitas pelatihan akan meningkat apabila berbagai prinsip pelatihan
dipahami dan diterapkan dengan tepat.
6. Metode dan teknik belajar-mengajar.
7. Evaluasi. Untuk mengetahui efektif tidaknya suatu program pelatihan,
evaluasi perlu dilakukan. Maksudnya ialah untuk mengetahui reaksi para
peserta, keterampilan baru apa yang diperoleh mereka, perbaikan apa yang
dapat dilakukan mereka, dan perubahan apa yang terjadi baik dalam diri
peserta bersangkutan maupun dalam diri para manajer yang menggunakan
tenaga kerja yang baru selesai mengikuti pelatihan tersebut.54
Program pelatihan harus mempunyai kegiatan terarah dan mempunyai
sasaran yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai dalam melaksanakan
kegiatannya. Hasil yang dicapai harus dirumuskan dengan jelas agar langkah
54
Sondang Siagian. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h. 161-163
34
langkah persiapan dan pelaksanaan dapat diarahkan untuk mencapai sasaran yang
ditentukan.
Kegiatan pelatihan dapat memberikan keuntungan bagi Lembaga Induk dan
sumber daya manusia, berupa keahlian dan keterampilan yang selanjutnya akan
menjadi aset yang berharga bagi Lembaga Induk. Sedangkan bagi sumber daya
manusia sebagai peningkatan karir di masa mendatang.
3. Tujuan Pelatihan
Menurut Veithzal Rivai, tujuan dari pelatihan adalah sebagai berikut: (a)
meningkatkan kuantitas output; (b) meningkatkan kualitas output; (c) untuk
menurunkan biaya limbah dan perawatan; (d) menurunkan jumlah dan biaya
terjadinya kecelakaan; (e) menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta
meningkatkan kepuasan kerja; (f) mencegah timbulnya antipati sumber daya
manusia.55
Kegiatan pelatihan pada dasarnya bertujuan untuk melaksanakan
perubahan tingkah laku berupa meningkatnya kemampuan mengambil keputusan,
penerapan ilmu dan keterampilan yang baru dimiliki, motivasi untuk berkembang
yang semakin besar, perubahan sikap dan perilaku sumber daya manusia,
kemajuan dalam meniti karir, peningkatan penghasilan dan peningkatan kepuasan
kerja.
55
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke
praktik. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 299
35
F. Pelatihan untuk Pustakawan
“Training is often used to refer to learning that is associated with the
development of very specific skills and behaviours that are required in the
workplace. Training may take place through a wide range of activities including
the development of specific skills in the workplace, eg through instruction,
coaching, and on-job-training, and also learning by attending specific training
events”.56
Dari pernyataan Barbara Allan tersebut pelatihan sebagai sarana untuk
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan
khusus yang dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan. Pengembangan keahlian
khusus tersebut didapat dalam pengajaran, on-job-training dan juga dapat
dipelajari dengan menghadiri pelatihan dan seminar yang spesifik sesuai dengan
pekerjaan.
Menurut Barbara Allan di dalam menentukan suatu pelatihan terdapat
proses pelatihan yang digambarkan melalui empat tahap siklus pelatihan (training
cycle), yaitu : (1) Training needs analysis ; (2) Design ; (3) Delivery ; (4)
Evaluation. Training needs analysis atau analisis kebutuhan pelatihan
memfokuskan kepada kebutuhan dari individu atau kelompok dalam melakukan
kegiatannya di perpustakaan. Proses pelatihan bertujuan meningkatkan
pertumbuhan motivasi dari para staf perpustakaan dan manager dalam lingkungan
pekerjaan. Menurut Barbara Allan (2000, p.5-6) proses training needs analysis
56
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 4
36
didasari atas 3 bagian yang masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi
yakni :
a. Kebutuhan yang relevan dari suatu organisasi/unit/personal (relevant to the
needs of the organization/unit/individual)
b. Penyajian dan penyampaian materi pelatihan (appropriately designed and
delivered)
c. Evaluasi untuk mendukung peningkatan keahlian yang berkesinambungan
(evaluated to ensure continuous improvement) 57
Ward seperti dikutip oleh Barbara Allan menyatakan : “The information
explosion continuous in size, complexity and diversity. Information overload is
a recognized stress stimulus and our business is in managing, organizing and
enabling the exploitation of information, so that we have control and contain the
explosion on behalf of organizations and individuals who need or demand not
overload but filtered, validated and authoritative information”.58
Menurut Margery Hyde seperti dikutip oleh Ray Prytherch faktor utama
dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari pustakawan lebih spesifik pada
kebutuhan para pustakawan perusahaan yang akan membuat perbedaan dalam
penyajian pelayanan informasi kepada pemustakanya. Identifikasi kebutuhan
tersebut didasari pada faktor-faktor berikut: peningkatan pendapatan (revenue),
57
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 5-6 58
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 9
37
pengembangan karir, pemustaka, teknologi informasi, dan manajemen
informasi.59
Pelatihan tingkat dasar dalam suatu industri perpustakaan selalu didasari
pada on-job-training yang meliputi penyusunan di rak (shelving), file kartu (card
filing), memasukkan data (input data), inventori (inventories), kegiatan
peminjaman (circulation activities), serials check in, dan kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan rutin otomasi (activities related to automated
outines).60
Berikut adalah kebutuhan pelatihan untuk pustakawan menurut Michael G.
Williamson seperti dikutip oleh Barbara Allan, yaitu :
a. Asisten Pustakawan :
1. Umum, meliputi : perpustakaan, layanan informasi, perusahaan.
2. Tugas Khusus, meliputi : penggunaan sistem komputer, otomasi
perkantoran, pengelolaan rumah tangga perpustakaan (library
housekeeping), layanan pelanggan.
3. Peran Khusus, meliputi : pendahuluan sampai pekerjaan informasi,
referensi, dan perannya di dalam masyarakat.
b. Pustakawan Profesional Junior.
Pelatihan yang diperuntukkan untuk tingkatan ini berdasarkan pada
orientasi subyek untuk mengembangkan keterampilan profesional yang lebih
59
Ray Prytherch. Handbook of library training practice. (England: Gower Publishing, 1990), h.
212
38
spesifik, yaitu : manajemen arsip atau pembuatan thesaurus (records management
or thesaurus construction) atau berdasarkan topik khusus (based on a particular
topic), yaitu informasi perusahaan, publikasi resmi, atau statistik bisnis (company
information, official publications or business statistics). 61
Patricia Layzell Ward seperti dikutip oleh Barbara Allan,
mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan untuk manager informasi (information
manager), yaitu :
a. Keterampilan interpersonal dapat dikembangkan melalui :
-Hubungan dengan kolega (relationship with colleagues)
-Komunikasi dengan semua level (communication at all levels)
-Keterampilan diagnostik (diagnostic skills)
-Menangani perubahan dan konflik (handling change and conflict)
b. Keterampilan teknik dapat dikembangkan melalui :
-Pembuatan indeks dan tesaurus (indexing and thesauri construction)
-Menangani informasi dan teknologi dari yang sederhana sampai yang
kompleks (information handling and technology from the simple to
the complex)
-Keterampilan mengajar (teaching skills)
-Mengefektifkan biaya (costing and assesment of cost-effectiveness)
61
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 214
39
-Bahasa (languages)
Menurut Michael G. Williamson saperai dikutip oleh Barbara Allan pada
umumnya pelatihan dapat dipisahkan dalam lima kategori, yaitu :
1. Pengetahuan: akuisisi fakta (the acquisition of facts), informasi
(information) dan prinsip-prinsip (principles).
2. Pelatihan keterampilan: menjadi mahir pada tindakan fisik yang khusus
(becoming adept in particular physical actions), contohnya
mengoperasikan komputer.
3. Teknik: menerapkan pengetahuan dan keterampilan pada situasi kehidupan
yang nyata melibatkan pendapat dan membuat keputusan (the application
of knowledge and skill in a real-life situation involving judgement and
decision making).
4. Sikap pelatihan (Attitude training) : Mencoba merubah sikap dasar
merupakan hal sulit bagi pengajar tetapi bisa menjadi esensial di banyak
aspek kerja (attempting to change basic attitudes can be filled with
difficulty for the trainer but can be essential in many aspects of our work),
contohnya Health and Safety Training.
5. Pengalaman (Experience) : Kebiasaan dari bentuk sebelumnya di atas
merupakan satu periode waktu dan dalam suatu jenis situasi (regular
40
practice of all the previous forms over a period of time and in a variety of
situations).62
G. Penelitian Terdahulu
Dalam sub-bab ini, penulis memberikan beberapa penelitian terdahulu
mengenai pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan.
Penyantuman penelitian di bawah ini bertujuan agar penelitian yang penulis
lakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan Wening Kurniati Dewi Lakhsmi dengan judul
“Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Perpustakaan
Umum Kotamadya dan Perpustakaan Umum Soemantri Brodjonegoro
Pemerintah DKI Jakarta” pada tahun 2008. Tujuan penelitian tersebut yaitu
untuk memperoleh gambaran tentang (1) kondisi sumber daya manusia di
perpustakaan umum yang digambarkan oleh responden, (2) pelaksanaan program
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang telah dilakukan, (3)
upaya yang telah dilakukan oleh staf perpustakaan umum untuk mengembangkan
wawasan dan keterampilan serta (4) program pelatihan dan pengembangan yang
telah diikuti oleh para staf dapat membantu dalam melaksanakan pekerjaan.
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode survai.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan, bahwa secara umum
program dan jumlah pelaksanaan pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia di perpustakaan umum masih belum memuaskan serta belum dapat
mencakup keseluruhan staf yang ada.
62
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 227
41
Sebagian besar staf perpustakaan umum merupakan lulusan SLTA dan
belum memperoleh pendidikan formal dalam bidang perpustakaan. Meskipun
demikian, staf perpustakaan memiliki keinginan untuk maju yang cukup tinggi
dan bersedia untuk mengikuti program pelatihan dan pengembangan. Selain
program pelatihan di luar dam seminar, perpustakaan umum mengadakan
pelatihan di dalam dan rotasi kerja untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Kendala yang dihadapi adalah hal dana dan minimnya pendidikan yang
dimiliki oleh para staf sebagai salah satu syarat untuk mengikuti acara pelatihan.
Materi yang pernah diterima yaitu materi kepustakawanan tradisional dan materi
yang mangacu pada ilmu-ilmu komputer, komunikasi, dan linguistik. Sedangkan
pengetahuan dan kehalian yang dibutuhkan staf adalah pengetahuan komunikasi,
komputer dan teknologi informasi, pengadaan, manajemen perpustakaan,
pembuatan deskripsi bibliografi dan nomor kalsifikasi, bahasa inggris, dang
pengetahuan dalam pembuatan indeks.
Perbedaan pada penelitian penulis yaitu terletak pada objek yang
memfokuskan kepada sumber daya manusia yang memiliki pendidikan latar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan dan tidak pendidikan latar belakang
pendidikan ilmu perpustakaan, tujuan penelitian yaitu mengetahui upaya dan
kendala yang dihadapi oleh penyelenggara perpustakaan dan sumber daya
manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Metode
penelitian dalam penelitian yang penulis lakukan pun berbeda, yaitu
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
42
Penelitian yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia
Perpustakaan: studi kasus di Perpustakaan RSUP Fatmawati” oleh Cintia
Septiani, tahun 2008 yang bertujuan untuk memahami manajemen sumber daya
manusia yang meliputi penerapan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning,
organizing, actuating dan controlling serta hambatan yang dihadapi di dalam
manajemen sumber daya manusia Perpustakaan RSUP Fatmawati.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen sumber daya
manusia di Perpustakaan RSUP Fatmawati telah dilakukan secara konsisten.
Dalam mengelola sumber daya manusia yang ada, perpustakaan menerapkan
fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling.
Hanya saja fungsi-fungsi manajemen tersebut tidak berdasarkan pada teori ilmu
manajemen, tetapi berdasarkan kebutuhan dan pengalaman yang ada di
perpustakaan. Hambatan yang dihadapi adalah perencanaan pengembangan yang
terkadang tidak semua dapat terlaksana, keterbatasan sumber daya manusia yang
ada di perpustakaan serta adanya kendala yang terkadang dihadapi oleh pimpinan
perpustakaan di dalam mengarahkan dan mengerakkan staffnya. Perbedaan pada
penelitian yang penulis lakukan tidak meneliti mengenai manajemen sumber daya
manusia di perpustakaan sesuai dengan teori manajemen di atas. Penelitian yang
penulis lakukan lebih mengarah kepada pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia ditinjau dari segi upaya dan kendala yang dihadapi SDM dan
penyelenggara perpustakaan dan sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia.
43
Sedangkan penelitian yang berjudul Efektivitas Pola Pembinaan Sumber
Daya Perpustakaan oleh Heryati Suryantini, Tuti Sri Sundari, dan Suni Triani
yang diterbitkan oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian,
Jurnal Pertanian Vol. 16, Nomor 1 Tahun 2007 bertujuan untuk mengetahui
kemampuan sumber daya perpustakaan lingkup Departemen Pertanian, materi
pembinaan yang telah diberikan dan aplikasinya di masing-masing perpustakaan,
serta mengevaluasi efektivitas pola pembinaan.
Tipe penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode survai.
Hasil yang didapat yaitu lebih dari separuh responden (55,56) telah dibina kurang
dari 4 kali durasi 1-2 hari. Materi pembinaan yang diterima meliputi pengolahan
bahan pustaka, pelayanan perpustakaan, dan pengembangan pangkalan data.
Materi pembinaan yang telah diaplikasikan (lebih dari 75%) meliputi pengeolahan
bahan pustaka, pelayanan informasi secara manual dan elektronis, dan penataan
koleksi, sedangkan materi pengembangan jaringan baru sedikit diaplikasikan.
Materi pembinaan yang paling dibutuhkan adalah pengembangan pangkalan data,
penyebaran informasi terbaru, dan pengembangan situs/web. Sebagian besar
responden (85,19%) menyatakan pembinaan dengan cara magang di PUSTAKA
paling efektif. Hambatan utama yang dialami responden dalam mengaplikasikan
hasil pembinaan adalah ketersediaan fasilitas.
Secara garis besar, penelitian di atas yaitu meneliti mengenai efek dari
kegiatan pembinaan sumber daya manusia di perpustakaan yang telah sebelumnya
oleh SDM di perpustakaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis
adalah pendidikan dan pelatihan sumber daya perpustakaan sebelum melakukan
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Lebih lanjut penulis menitikberatkan kepada
44
upaya dan kendala penyelenggara perpustakaan dalam kegiatan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan.
Penelitian yang berjudul Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Bukan Sarjana Ilmu Perpustakaan sebagai Pustakawan di Perpustakaan
UHAMKA Jakarta oleh Budi Kurniawan pada tahun 2012 yang bertujuan untuk
mengetahui usaha yang dilakukan oleh Perpustakaan UHAMKA dan sumber daya
manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dalam kegiatan
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia serta cara mengatasi kendala
yang dihadapi oleh UHAMKA dan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu
perpustakaan sebagai pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perpustakaan UHAMKA
telah merencanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia berupa seminar dan pelatihan. Kendala bagi pustakawan adalah biaya,
usia, waktu serta kemaampuan dalam bahasa asing dalam pengolahan koleksi.
Secara garis besar, penelitian di atas yaitu meneliti pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis adalah pendidikan dan
pelatihan sumber daya perpustakaan sebelum melakukan kegiatan pendidikan dan
pelatihan. Lebih lanjut penulis menitikberatkan kepada upaya dan kendala
penyelenggara perpustakaan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia di perpustakaan.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH KABUPATEN
BOGOR
A. Sejarah Singkat Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Perpustakaan Daerah terbentuk dari penggabungan Kantor Arsip Daerah
dengan UPTD Perpustakaan.Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kab.Bogor
dibentuk berdasarkan Perda.Kab. Bogor No. 35 Tahun 2004 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah
Kabupaten Bogor yang kini telah disempurnakan dengan Perda Kab.Bogor No. 12
tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah.
Pengelolaan arsip pada awalnya merupakan salah satu tugas dari sub bagian
arsip dan ekspedisi pada Bagian Umum di SETDA sejak tahun 1977, namun
disebabkan urgensinya sebagai lembaga yang secara khusus menangani kearsipan
dan mempunyai otoritas dalam pelaksanaan tugas kearsipan baik di tingkat pusat
maupun di daerah maka dibentuklah lembaga kearsipan yang bernama Kantor
Arsip Daerah Kab. Bogor berdasarkan Perda.Kab.DT.II Bogor No. 07 Th. 1994
tentang Pembentukan Kantor Arsip Daerah Kabupaten DT.II Bogor yang
disempurnakan dengan Perda.Kab. Bogor No. 25 Th. 2000 tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten serta Perda Kabupaten Bogor No. 4 Th.
2001 tentang Struktur Organisasi Badan dan Kantor.
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Perpustakaan pada Dinas Pendidikan
dibentuk pada Tahun 2002 berdasarkan SK. Bupati No. 11.D. tentang
46
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas)
Perpustakaan pada Dinas Pendidikan.
B. Visi dan Misi Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
1. Visi
”Terwujudnya Profesionalisme Bidang Kearsipan dan Perpustakaan”
2. Misi
a. Menjadikan KAPD Sebagai pusat Arsip Daerah dalam menunjang
akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor.
b. Mengembangkan minat dan budaya baca masyarakat.
c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Kearsipan dan
Perpustakaan yang profesional dan mandiri.
d. Meningkatkan kinerja kearsipan dan perpustakaan yang berbasis
teknologi informasi.
e. Meningkatkan kinerja kantor dalam penyelenggaraan kearsipan dan
perpustakaan.
47
C. Struktur Organisasi
Di Perpustakaan ada 3 orang di Kelompok Jabatan Fungsional
Perpustakaan yaitu:
1) Nama Lengkap : Andri Wijayanto,Sos
Pendidikan : Strata 1 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
2) Nama Lengkap : Ade M. Sa‟ban, Amd
Pendidikan : D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
48
3) Nama Lengkap : Rini Naritha
Pendidikan : D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
D. Personalia
1) Nama Lengkap : Drs. H. Ferry Adnan, M.Si
Pendidikan : Strata 2
Jabatan : Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
2) Nama Lengkap : Dra. Dewi
Pendidikan : Strata 1 Ilmu Pemerintahan
Jabatan : Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
3) Nama Lengkap : Andri Wijayanto,Sos
Pendidikan : Strata 1 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
4) Nama Lengkap : Ade M. Sa‟ban, Amd
Pendidikan : D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
5) Nama Lengkap : Rini Naritha
Pendidikan : D3 Ilmu Perpustakaan
Jabatan : Pustakawan
6) Nama Lengkap : Joko Rianto, S.IP
Pendidikan : S1 Ilmu Pemerintahan
49
Jabatan : Staf sirkulasi
7) Nama Lengkap : Lutfi Hikmawan, SE
Pendidikan : S1 Manajemen
Jabatan : Staf pengolahan
E. Pendidikan yang dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan sarana bagi Pustakawan atau calon
pustakawan mempersiapkan diri menjadi professional. Pendidikan formal dapat
dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana
dan magister di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga
pendidikan dalam maupun luar negeri yang menyelenggarakan program bidang
ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
Penyelenggara perpustakaan dalam pendidikan formal hendaknya
mengacu kepada Keputusan Presiden No. 12/1961. Acuan tersebut yaitu dengan
cara membuat kontrak kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau peraturan lembaga pendidikan setempat. Rumus kontrak kerja
biasanya adalah P=2n+1, dengan pengertian bahwa n = lama pendidikan dan P =
pengabdian kerja. Apabila pustakawan telah melakukan pendidikan dan tidak
kembali bekerja di tempat semula maka pustakawan tersebut mengembalikan
50
minimal tiga kali jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara
perpustakaan.63
b. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan
dan pelatihan (diklat), penataran (up grading), symposium, seminar, lokakarya,
kursus, magang (on the job training), studi banding dan lain sebagainya yang
tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah
satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan
formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan.64
Dalam artikel Libraries, Archives, Records and Information Management
Services menyatakan bahwa kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat
dibutuhkan oleh pustakawan. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk
melanjutkan pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan
pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik.
Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat
menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi,
asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior
perpustakaan, coordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan.65
63
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ed. 3. (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005), h. 32 64
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 158 65
Libraries, Archives, Records and information Management Services. Artikel di akses
pada 24 Maret 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/types-of-Apprenticeships/Health-
Public-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IM-Services.aspx)
51
c. Pendidikan Informal
Selain pendidikan formal dan non formal bagi pustakawan, pendidikan
informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan.
Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi
pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri
serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama
pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan
informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung
mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan.66
Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan
dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antar pustakawan
dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi
pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang
telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan
diharapkan mampu mengambil manfaat dan dapat mengembangkan
pengetahuannya.67
(Nusantari, 2009)
66
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan.(Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 159-160 67
Anita Nusantari. Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Meningkatkan Kinerja
Perpustakaan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Juni 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline
52
F. Pelatihan yang dilaksanakan Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor
1. Pengertian Pelatihan
Pengertian pelatihan menurut Olaniyan, “training is a systematic
development of the knowledge, skills and attitudes required by employees that:
perform adequately on a given task or job”. Dari pengertian yang dikemukakan
oleh Olaniyan bahwa pelatihan merupakan upaya pengembangan yang sistematis
dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh pegawai untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang diberikan.68
Hal ini diamati pula oleh Adeniyi seperti dikutip oleh Olaniyan dan Ojo,
mengungkapkan “staff training and development is a work activity that can make
a very siginificant contribution to the overall effectiveness and profitability of an
organization”.69
Pelatihan merupakan media untuk membangun sumber daya manusia
dalam menghadapi persaingan dan meningkatkan kinerja yang dihasilkan dalam
pekerjaan. Upaya pelatihan memungkinkan sumber daya manusia untuk
memperluas kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.
68
Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for
organizational effectiveness. European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3. diakses pada
6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf 69
Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital
tool for organizational effectiveness. (European Journal of Scientific Research, Vol.24, No.3.
diakses pada 6 Juni 2014 dari http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf
53
2. Program Pelatihan
Program pelatihan sangat penting bagi sumber daya manusia baru maupun
sumber daya manusia lama. Sumber daya manusia baru sering tidak mengetahui
secara pasti apa peranan dan tanggung jawab mereka. Maka program orientasi dan
pelatihan perlu diberikan kepada mereka agar mengetahui program kerja
perusahaan dan mengetahui peranan dan tanggung jawabnya. Sedangkan sumber
daya manusia lama perlu diberikan pelatihan dan pengembangan untuk lebih
memahirkan bidang kerjanya dan mempersiapkan tanggung jawab mereka di masa
mendatang.
Menurut Sondang Siagian, ada tujuh langkah utama dalam program
pelatihan yang efektif, yaitu:
1. Analisis kebutuhan dan sasaran pelatihan. Pelatihan yang direncanakan
untuk diselenggarakan karena ada kebutuhan nyata untuk itu dan harus jelas
sasaran yang ingin dicapai.
2. Seleksi peserta pelatihan. Para peserta pelatihan merupakan masukan yang
paling penting karena mereka itulah yang menjadi sasaran pelatihan. Seleksi
pelatihan akan menentukan berbagai hal seperti materi pelatihan dan teknik
serta metode belajar-mengajar.
3. Penentuan materi pelatihan yang diharapkan memutakhirkan pengetahuan
dan keterampilan karyawan serta meningkatkan kemampuan kerjanya.
4. Seleksi instruktur. Keberhasilan suatu program pelatihan sangat tergantung
pada mutu dan kualifikasi pada instruktur yang terlibat.
54
5. Efektivitas pelatihan akan meningkat apabila berbagai prinsip pelatihan
dipahami dan diterapkan dengan tepat.
6. Metode dan teknik belajar-mengajar.
7. Evaluasi. Untuk mengetahui efektif tidaknya suatu program pelatihan,
evaluasi perlu dilakukan. Maksudnya ialah untuk mengetahui reaksi para
peserta, keterampilan baru apa yang diperoleh mereka, perbaikan apa yang
dapat dilakukan mereka, dan perubahan apa yang terjadi baik dalam diri
peserta bersangkutan maupun dalam diri para manajer yang menggunakan
tenaga kerja yang baru selesai mengikuti pelatihan tersebut.70
Program pelatihan harus mempunyai kegiatan terarah dan mempunyai
sasaran yang jelas, memuat hasil yang ingin dicapai dalam melaksanakan
kegiatannya. Hasil yang dicapai harus dirumuskan dengan jelas agar langkah
langkah persiapan dan pelaksanaan dapat diarahkan untuk mencapai sasaran yang
ditentukan.
Kegiatan pelatihan dapat memberikan keuntungan bagi Lembaga Induk dan
sumber daya manusia, berupa keahlian dan keterampilan yang selanjutnya akan
menjadi aset yang berharga bagi Lembaga Induk. Sedangkan bagi sumber daya
manusia sebagai peningkatan karir di masa mendatang.
3. Tujuan Pelatihan
Menurut Veithzal Rivai, tujuan dari pelatihan adalah sebagai berikut: (a)
meningkatkan kuantitas output; (b) meningkatkan kualitas output; (c) untuk
70
Sondang Siagian. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h. 161-163
55
menurunkan biaya limbah dan perawatan; (d) menurunkan jumlah dan biaya
terjadinya kecelakaan; (e) menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta
meningkatkan kepuasan kerja; (f) mencegah timbulnya antipati karyawan.71
Kegiatan pelatihan pada dasarnya bertujuan untuk melaksanakan
perubahan tingkah laku berupa meningkatnya kemampuan mengambil keputusan,
penerapan ilmu dan keterampilan yang baru dimiliki, motivasi untuk berkembang
yang semakin besar, perubahan sikap dan perilaku sumber daya manusia,
kemajuan dalam meniti karir, peningkatan penghasilan dan peningkatan kepuasan
kerja.
G. Pelatihan untuk Pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor
“Training is often used to refer to learning that is associated with the
development of very specific skills and behaviours that are required in the
workplace. Training may take place through a wide range of activities including
the development of specific skills in the workplace, eg through instruction,
coaching, and on-job-training, and also learning by attending specific training
events”.72
Dari pernyataan Barbara Allan tersebut pelatihan sebagai sarana untuk
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan
khusus yang dibutuhkan dalam lingkungan pekerjaan. Pengembangan keahlian
khusus tersebut didapat dalam pengajaran, on-job-training dan juga dapat
71
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke
praktik. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 299 72
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 4
56
dipelajari dengan menghadiri pelatihan dan seminar yang spesifik sesuai dengan
pekerjaan.
Menurut Barbara Allan di dalam menentukan suatu pelatihan terdapat
proses pelatihan yang digambarkan melalui empat tahap siklus pelatihan (training
cycle), yaitu : (1) Training needs analysis ; (2) Design ; (3) Delivery ; (4)
Evaluation. Training needs analysis atau analisis kebutuhan pelatihan
memfokuskan kepada kebutuhan dari individu atau kelompok dalam melakukan
kegiatannya di perpustakaan. Proses pelatihan bertujuan meningkatkan
pertumbuhan motivasi dari para staf perpustakaan dan manager dalam lingkungan
pekerjaan. Menurut Barbara Allan (2000, p.5-6) proses training needs analysis
didasari atas 3 bagian yang masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi
yakni :
a. Kebutuhan yang relevan dari suatu organisasi/unit/personal (relevant to the
needs of the organization/unit/individual)
b. Penyajian dan penyampaian materi pelatihan (appropriately designed and
delivered)
c. Evaluasi untuk mendukung peningkatan keahlian yang berkesinambungan
(evaluated to ensure continuous improvement) 73
Ward seperti dikutip oleh Barbara Allan menyatakan : “The information
explosion continuous in size, complexity and diversity. Information overload is
a recognized stress stimulus and our business is in managing, organizing and
73
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 5-6
57
enabling the exploitation of information, so that we have control and contain the
explosion on behalf of organizations and individuals who need or demand not
overload but filtered, validated and authoritative information”.74
Menurut Margery Hyde seperti dikutip oleh Ray Prytherch faktor utama
dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari pustakawan lebih spesifik pada
kebutuhan para pustakawan perusahaan yang akan membuat perbedaan dalam
penyajian pelayanan informasi kepada pemustakanya. Identifikasi kebutuhan
tersebut didasari pada faktor-faktor berikut: peningkatan pendapatan (revenue),
pengembangan karir, pemustaka, teknologi informasi, dan manajemen
informasi.75
Pelatihan tingkat dasar dalam suatu industri perpustakaan selalu didasari
pada on-job-training yang meliputi penyusunan di rak (shelving), file kartu (card
filing), memasukkan data (input data), inventori (inventories), kegiatan
peminjaman (circulation activities), serials check in, dan kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan rutin otomasi (activities related to automated
outines).76
Berikut adalah kebutuhan pelatihan untuk pustakawan menurut Michael G.
Williamson seperti dikutip oleh Barbara Allan, yaitu :
a. Asisten Pustakawan :
1. Umum, meliputi : perpustakaan, layanan informasi, perusahaan.
74
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 9 75
Ray Prytherch. Handbook of library training practice. (England: Gower Publishing, 1990), h.
212
58
2. Tugas Khusus, meliputi : penggunaan sistem komputer, otomasi
perkantoran, pengelolaan rumah tangga perpustakaan (library
housekeeping), layanan pelanggan.
3. Peran Khusus, meliputi : pendahuluan sampai pekerjaan informasi,
referensi, dan perannya di dalam masyarakat.
b. Pustakawan Profesional Junior.
Pelatihan yang diperuntukkan untuk tingkatan ini berdasarkan pada
orientasi subyek untuk mengembangkan keterampilan profesional yang lebih
spesifik, yaitu : manajemen arsip atau pembuatan thesaurus (records management
or thesaurus construction) atau berdasarkan topik khusus (based on a particular
topic), yaitu informasi perusahaan, publikasi resmi, atau statistik bisnis (company
information, official publications or business statistics). 77
Patricia Layzell Ward seperti dikutip oleh Barbara Allan,
mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan untuk manager informasi (information
manager), yaitu :
a. Keterampilan interpersonal dapat dikembangkan melalui :
-Hubungan dengan kolega (relationship with colleagues)
-Komunikasi dengan semua level (communication at all levels)
-Keterampilan diagnostik (diagnostic skills)
-Menangani perubahan dan konflik (handling change and conflict)
77
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 214
59
b. Keterampilan teknik dapat dikembangkan melalui :
-Pembuatan indeks dan tesaurus (indexing and thesauri construction)
-Menangani informasi dan teknologi dari yang sederhana sampai yang
kompleks (information handling and technology from the simple to the
complex)
-Keterampilan mengajar (teaching skills)
-Mengefektifkan biaya (costing and assesment of cost-effectiveness)
-Bahasa (languages)
Menurut Michael G. Williamson saperai dikutip oleh Barbara Allan pada
umumnya pelatihan dapat dipisahkan dalam lima kategori, yaitu :
1. Pengetahuan: akuisisi fakta (the acquisition of facts), informasi
(information) dan prinsip-prinsip (principles).
2. Pelatihan keterampilan: menjadi mahir pada tindakan fisik yang khusus
(becoming adept in particular physical actions), contohnya
mengoperasikan komputer.
3. Teknik: menerapkan pengetahuan dan keterampilan pada situasi kehidupan
yang nyata melibatkan pendapat dan membuat keputusan (the application
of knowledge and skill in a real-life situation involving judgement and
decision making).
4. Sikap pelatihan (Attitude training) : Mencoba merubah sikap dasar
merupakan hal sulit bagi pengajar tetapi bisa menjadi esensial di banyak
60
aspek kerja (attempting to change basic attitudes can be filled with
difficulty for the trainer but can be essential in many aspects of our work),
contohnya Health and Safety Training.
5. Pengalaman (Experience) : Kebiasaan dari bentuk sebelumnya di atas
merupakan satu periode waktu dan dalam suatu jenis situasi (regular
practice of all the previous forms over a period of time and in a variety of
situations).78
H. Tata Tertib
1. Jam Buka Perpustakaan
Hari Jam Buka
Senin-Kamis : 08.00-12.00 dan 13.00-15.00 WIB
Jum‟at : 08.00-11.30 dan 13.30-15.00 WIB
Sabtu : 08.00-12.00 WIB
Minggu dan Hari Libur Nasional : Tutup/libur
2. Tata Tertib Pengunjung
Setiap pengunjung Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor wajib:
a. Mengisi daftar pengunjung yang telah disediakan dengan sistem
otomasi/barcode (khusus tamu menunjukkan kartu identitas kepada
petugas)
b. Setiap pengunjung Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten diminta
untuk turut menjaga ketenangan, ketertiban dan kebersihan ruang
perpustakaan dengan:
78
Barbara Allan. Training skills for information and library staff. (British :
Library Association Publishing, 2000), h. 227
61
1) Tidak membuat keributan, bercanda, berteriak, mengobrol dan
tindakan lain yang mengganggu sesama pengunjung
2) Tidak makan, minum dan merokok di ruang perpustakaan
3) Tidak mencoret-coret meja dan peralatan lain di dalam ruang
perpustakaan
4) Tidak memindahkan meja dan kursi yang telah ditata
5) Membuang sampah di tempat yang telah disediakan
c. Tidak diperkenankan berdiskusi di dalam ruang koleksi dan referensi
d. Pengunjung wajib berpakaian rapi dan sopan
e. Tidak diperkenankan membawa keluar buku/majalah/bahan pustaka
lainnya milik perpustakaan tanpa dicatat dahulu di bagian peminjaman
f. Pencurian dan penyobekan bahan pustaka merupakan pelanggaran yang
dapat dikenakan sanksi administrasi dan pencabutan sebagai anggota
perpustakaan
g. Staf/petugas perpustakaan berhak untuk menegur dan meminta kepada
pengunjung yang dianggap mengganggu ketenangan suasana untuk
meninggalkan ruang perpustakaan.
h. Tata tertib ini berlaku bagi semua pengunjung Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor
i. Sanksi dapat dikenakan kepada setiap anggota atau pemakai
perpustakaan yang tidak mentaati tata tertib
3. Peraturan Peminjaman
1. Buku hanya dipinjamkan kepada anggota perpustakaan.
2. Setiap anggota dapat meminjam 2 buku untuk jangka waktu 1 minggu.
62
3. Buku yang boleh dipinjam hanya buku teks.
4. Majalah, Prosiding, Bahan Referens, tidak boleh dipinjam.
5. Peminjam yang membaca ditempat tidak boleh mengembalikkan sendiri
bahan pustaka ke rak. Bahan pustaka harus ditinggalkan dimeja baca.
6. Setiap ada keterlambatan akan dikenakan denda sebesar Rp 500/judul/hari.
Pengguna yang merusak atau menghilangkan sebagian atau seluruh buku
wajib menggantinya dengan buku yang sama atau uang sebesar harga buku
sekarang
4. Sanksi dan Biaya Administrasi
1. Jika terlambat mengembalikan buku. Hukumannya dikenakan denda Rp
250/hari untuk anak-anak, Rp 500/hari untuk dewasa.
2. Jika merusak buku, anggota tersebut diminta untuk mengganti biaya
perbaikan atau memperbaiki sendiri. Bila rusak berat anggota yang
bersangkutan diminta untuk mengganti dengan buku yang sama atau buku
lain dengan harga yang sama ditambah biaya pengolahan
3. Jika menghilangkan buku, anggota tersebut dapat diminta mengganti dengan
buku yang sama atau seharga buku ditambah biaya pengolahan
4. Pencurian dan penyobekan bahan pustaka merupakan pelanggaran. Untuk
pelanggar dapat dicabut keanggotaannya atau dikenakan sanksi adminstrasi.
63
I. Pelayanan
1. Sistem Layanan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor menggunakan sistem
terbuka. Sistem layanan terbuka diberlakukan kepada pemustaka dalam pencarian
koleksi berupa buku teks.
2. Jenis Layanan
Jenis Layanan yang terdapat di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor berupa layanan Sirkulasi, layanan Penelusuran Artikel/Informasi Layanan
Referens Layanan Baca Anak,Layanan Baca Remaja,Layanan Internet dan Hot
Spot ( Wi –Fi ),Layanan Audio Visual, Layanan Perpustakaan Keliling.
J. Koleksi
Pada dasarnya koleksi yang terdapat di Perpustakaan Daerah Kabupaten
Bogor sama dengan koleksi di perpustakaan lainnya. Terdapat buku teks yang
disusun berdasarkan kelas masing-masing, seperti kelas Agama, Ilmu Sosial,
Bahasa, Kesusastraan, Geografi dan Sejarah, dll.Lainnya seperti koleksi yang
berupa CD, VCD,DVD, Majalah, Koran, Peta, dll.
1. Buku
No Jenis Bahan
Perpustakaan
Judul Eksemplar
1 000 Karya Umum 568 2869
2 100 Filsafat dan
Psikologi
417 1659
3 200 Agama 839 2666
4 300 Ilmu Sosial 1067 3935
5 400 Bahasa 506 1795
6 500 Ilmu Murni 539 2173
64
7 600 Ilmu terapan 1039 3168
8 700 Kesenian dan
Olahraga
466 1650
9 800 Kesusastraan 1041 3369
10 900 Geografi dan
Sejarah
531 1805
Jumlah 7862 28033
2. Multimedia
Kaset : 0 buah
CD/VCD/DVD : 80 buah
3. Serial
Majalah : 7 judul
Koran/tabloid : 6 judul
Jurnal : 2 judul
4. Kartografi
Peta : 5 judul (tambahan dlm bentuk CD 5 judul:
bogor tempo dulu)
Atlas : 10 judul
Globe : 1 buah
Foto : 2 buah (dalam bentuk CD 10 judul)
Lukisan : 14 buah (dalam bentuk CD 5 judul)
K. Fasilitas
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memiliki fasilitas, antara
lain: ruang baca dewasa, ruang baca anak, internet, audio visual, hospot area,
OPAC, loker/penyimpangan tas dan papan pengumuman
65
L. Gedung dan Ruang
Perpustakaan Umum memiliki 1 (satu) gedung. Gedung perpustakaan
memiliki ruang sirkulasi, ruang pengolahan, ruang kepala seksi pengelolaan
perpustakaan, ruang baca dewasa dan anak, ruang koleksi dewasa dan anak, ruang
referensi, ruang tandon buku dan ruang penitipan barang/tas.
M. Jaringan Kelembagaan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah dan staf perpustakaan
melakukan rapat koordinasi sebanyak 2 kali setiap bulannya. Kegiatan teknis
seperti pengadaan, pengolahan dan pelayanan dilakukan oleh masing-masing staf.
Tetapi dalam kegiatan manajemen perpustakaan dipusatkan kepada Kepala Kantor
Arsip dan Perpustakaan Daerah dan Kepala Seksi Pengolahan Perpustakaan.
Sistem otomasi yang digunakan oleh Perpustakaan yaitu sistem otomasi
SIMAP (Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan).
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor mengenai pendidikan dan
pelatihan SDM Perpustakaan. Hasil penelitian berupa wawancara dan
dokumentasi dengan informan yang berhubungan kegiatan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia perpustakaan. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 7 orang. Penulis memlilih informan beberapa kriteria. Kriteria tersebut
adalah informan yang menjabat sebagai Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
dan pustakawan serta sumber daya manusia yang tidak memiliki latar belakang
ilmu perpustakaan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
Kriteria Informan
Nama Inisial Jabatan Kriteria
Ferry Adnan (FA) Kepala Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah
Kabupaten Bogor
Penanggung jawab
perpustakaan,
pustakawan dan SDM
Meriyani Dewi (MD) Kepala Seksi Pengelolaan
Perpustakaan
Penanggung jawab
pengelolaan perpustakaan
Andri Wijayanto (AW) Pustakawan Pustakawan pelaksana
pendidikan dan pelatihan
Rini Naritha (RH) Pustakawan Pustakawan pelaksana
pendidikan dan pelatihan
Ade M. Sa‟ban (AM) Pustakawan Pustakawan pelaksana
pendidikan dan pelatihan
Joko Rianto (JR) Staf Sumber daya manusia
tidak memiliki latar
belakang ilmu
perpustakaan
67
TB. Lutfi Hikmawan
(LH)
Staf Sumber daya manusia
tidak memiliki latar
belakang ilmu
perpustakaan
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik wawancara,
data-data informasi yang penulis butuhkan yaitu mengenai upaya pendidikan dan
pelatihan yang dilakukan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan jumlah pertanyaan wawancara
berjumlah 3 pertanyaan. Sedangkan mengenai upaya yang dilakukan oleh sumber
daya manusia dalam pencapaian sesuai standar nasional sebagai pustakawan
dengan jumlah pertanyaan wawancara berjumlah 4 pertanyaan. Selanjutnya
mengenai cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh penyelenggara perpustakaan
dan sumber daya manusia dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia di perpustakaan berjumlah 2 pertanyaan. Dalam hal penelitian
dokumentasi, peneliti melakukan peninjauan dengan surat tugas dan sertifikasi
pustakawan dalam pendidikan dan pelatihan.
68
B. Hasil Penelitian
1. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam
Pendidikan dan Pelatihan yang Dilakukan untuk Meningkatkan
Kualifikasi SDM
Upaya Perpustakaan dalam penelitian ini adalah upaya Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor dalam mengelola kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia tingkat kabupaten, kecamatan, desa, dan taman bacaan
masyarakat umum. Upaya Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
memberikan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia perpustakaan secara
formal, non-formal dan informal kepada sumber daya manusia perpustakaan
tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan taman bacaan masyarakat umum. Upaya
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memberikan kesempatan kepada
sumber daya manusia perpustakaan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan secara formal, non-formal dan informal dalam menunjang pekerjaannya
di perpustakaan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2001 tentang
perpustakaan pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia di perpustakaan merupakan tanggung jawab penyelenggara
perpustakaan. Selanjutnya pada ayat 2, tanggung jawab tersebut berupa pemberian
pendidikan dengan cara formal atau non-formal kepada pustakawan. Hermawan
dan Zen menambahkan bahwa kegiatan informal dapat diberikan oleh pustakawan
dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan.
69
Dalam penelitian ini, penulis menentukan kepala kantor arsip dan
perpustakaan dan pustakawan sebagai penyelenggara perpustakaan yang
bertanggung jawab dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia di perpustakaan. Informan penyelenggara perpustakaan yaitu FA sebagai
Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan, AW sebagai pustakawan.
a. Perencanaa kegiatan pendidikan dan pelatihan
Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia telah direncanakan
sebelum dalam rencana kerja. Kegiatan tersebut memiliki anggaran sendiri dalam
periode tersendiri dalam setiap periode rencana kerja Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor. Sesuai dengan hasil wawancara dengan FA bahwa kegiatan
yang direncanakan meliputi kegiatan seminar, pelatihan bahkan studi banding di
perpustakaan lain bagi pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor.
Ya sudah direncanakan seminar-seminar, pelatihan juga, ada juga saya
merencanakan studi banding di perpustakaan lain. 79
Sekarang ini hanya kegiatan seminar atau pelatihan yang telah berjalan dari
rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan
lain seperti magang atau studi banding belum terlaksana dan dalam tahap
perencanaan. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia sudah direncanakan satu tahun sebelum direncanakan sebelum kegiatan
pendidikan dan pelatihan dilaksanakan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan
MD sebagai berikut:
79
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
70
Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia.80
Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah
direncanakan satu tahun dilaksanakan tingkat pusat (perpusnas maupun daerah
(provinsi, kabupaten). Sesuai dengan hasil wawancara dengan AW sebagai
berikut:
Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
sudah direncanakan satu tahun sebelumnya baik di tingkat pusat (perpusnas
maupun daerah (provinsi, kabupaten).81
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor merencanakan kegiatan
pembinaan dan pengembangan Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa.
Dengan cara monitoring dan evaluasi (MOEV) mengenai Perpustakaan Sekolah
dan Perpustakaan Desa. Kegiatan tersebut di ikuti oleh pustakawan dan staf
Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa selama 1 hari. Bapusida
menyelenggarakan 3 hari bimbingan teknis (Bintek) mengenai pengelolaan
Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa. Sesuai dengan hasil wawancara
dengan JR sebagai berikut:
Ada melalui rencana, misalnya pembinaan dan pengembangan
perpustakaan sekolah dan desa. Monitoring dan evaluasi (MOEV)
mengenai perpustakaan sekolah dan desa.82
Di dalam perpustakaan, 1 hari kegiatan. Di Bapusida menyelenggarakan 3
hari Bintek mengenai pengelolaan perpustakaan sekolah dan perpustakaan
desa.83
Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia memiliki anggaran
sendiri dalam periode tersendiri dalam setiap periode rencana kerja Perpustakaan
80
Wawancara pribadi dengan Meriyani Dewi. 07 Mei 2014 81
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 82
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 83
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014
71
Umum Daerah Kabupaten Bogor. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia di tingkat pusat menggunakan dana APBN, sedangkan di tingkat daerah
menggunakan dana APBD. Sesuai dengan hasil wawancara dengan FA sebagai
berikut:
Dana kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di tingkat
Pusat menggunakan dana APBN dari Negara, sedangkan Dana kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di tingkat Daerah
menggunakan dana APBD dari Daerah.84
Dilihat dari sumber dananya, di danai oleh APBN, SDM di tingkat daerah
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusat
(Perpustakaan Nasional). Sedangkan di danai oleh APBD, Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor merencanakan secara matang dalam segi kebutuhan
pesertanya yang akan mengikuti pendidikan dan pelatihan. Sesuai dengan hasil
wawancara dengan AW sebagai berikut:
Tergantung dana kegiatannya, apabila di danai oleh APBN maka SDM di
tingkat daerah, tinggal mengikuti dan menyesuaikan, anggaran APBD
harus direncanakan secara matang baik dari sisi kebutuhan pesertanya
yang akan diberikan materi diklat karena kemampuan SDM di daerah
berbeda-beda.85
Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia direncanakan
bertujuan untuk sumber daya manusia yang belum memiliki kompetensi atau
pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan dan belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan. Sesuai
dengan hasil wawancara dengan FA sebagai berikut:
84
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 85
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014
72
Kegiatan terus direncanakan untuk SDM belum memiliki kompetensi dan
belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.86
Jadi dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor dalam perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sudah merencanakan
kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal, non-formal dan informal selama
satu tahun. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di tingkat
pusat menggunakan dana APBN, sedangkan di tingkat daerah menggunakan dana
APBD. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia direncanakan
bertujuan untuk sumber daya manusia yang belum memiliki kompetensi atau
pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan dan belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu perpustakaan.
b. Koordinasi dengan lembaga induk
Bentuk koordinasi di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu
dengan cara rapat koordinasi, berkomunikasi melalui telepon dan surat-menyurat.
Hal tersebut tercermin dari hasil wawancara dengan FA berikut ini:
Kita juga ada rapat koordinasi ya, satu bulan sebanyak 2 dua kali. Terus
juga surat-menyurat atau via telepon juga.87
Sedangkan koordinasi dengan lembaga induk dilakukan mengajukan
proposal atau mengajukan surat untuk pustakawan yang mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan. Hal ini juga disampaikan oleh FA yaitu sebagai berikut:
Saya paling membuat proposal ke lembaga induk atau saya mengajukan
surat ke pimpinan untuk menunjukkan staff untuk mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan gitu ya.88
86
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 87
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 88
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
73
c. Pemilihan pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia pihak
penyelenggara perpustakaan akan mengutus pustakawan untuk mengikuti suatu
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Pengutusan tersebut dapat mengacu kepada
suatu ketentuan khusus. Menurut penulis acuan tersebut dapat berupa jabatan atau
posisi pustakawan disesuaikan dengan tema kegiatan pendidikan dan pelatihan
tersebut. Dengan acuan seperti itu hasil dari kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia akan lebih efektif dan efisien dalam mengelola
perpustakaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutarno NS.
Dalam penelitian yang penulis lakukan di Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor. Penunjukkan pustakawan dalam mengikuti sebuah kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dilakukan dengan cara menunjuk
pustakawan yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Hal
tersebut bermaksud agar semua pustakawan yang ada di Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor memiliki kemampuan yang sama. Hal diatas
disampaikan oleh FA.
Pustakawan yang ditunjuk yaitu dengan ketentuan yang belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.89
Jadi dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor dalam memilih pustakawan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia dilakukan dengan cara pemerataan kepada
pustakawan bukan dari segi kebutuhan yang berkaitan dengan keefektifan dan
keefisienan dalam mengelola perpustakaan sesuai dengan pendapat Sutarno NS.
89
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
74
d. Fasilitas bagi pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor bertanggung jawab atas
berjalannya kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di
perpustakaan. Tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari pemberian kesempatan
sumber daya manusia yang ada di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dalam rangka penunjang
kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor pun memberikan beberapa fasilitas berupa uang
transport, uang saku serta surat tugas kepada pustakawan yang mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan. Penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan
memberikan fasilitas penginapan, apabila kegiatan pendidikan dan pelatihan
dilaksanakan lebih dari satu hari, dapat sertifikat. Sesuai dengan hasil wawancara
dengan AW sebagai berikut:
Dari kantor dapat transport, penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar
materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat
sertifikat.90
2. Upaya Sumber Daya Manusia Dalam Kegiatan Pendidikan dan
Pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi SDM
Upaya sumber daya manusia adalah upaya untuk mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan secara formal, non-formal dan informal dalam
menunjang pekerjaan. Merujuk kepada Undang-Undang Republik Indonesia No.
43 tahun 2001 tentang Perpustakaan pasal 1 ayat 8 bahwa pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi dalam mengelola perpustakaan. Kompetensi
90
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014
75
tersebut dapat diperoleh dari formal, non-formal maupun informal. Hermawan dan
Zen menjelaskan bahwa kegiatan formal meliputi kuliah di bidang ilmu
perpustakaan. Kegiatan non-formal meliputi kegiatan seminar, pelatihan, magang
dan lain sebagainya. Kegiatan informal merupakan kegiatan yang berasal dari
keinginan diri sendiri untuk mengembangkan kompetensi atau kemampuan diri
sendiri di bidang ilmu perpustakaan. Dalam penelitian ini, penulis akan
menjelaskan ketiga kegiatan tersebut yang dilakukan oleh pustakawan dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor.
a. Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal
Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia secara formal dapat
dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia
untuk mengikuti kuliah di bidang yang terkait. Dalam penelitian ini, tentunya
pemberian kesempatan kepada pustakawan dalam hal pendidikan dan pelatihan
berupa kuliah di bidang ilmu perpustakaan.
Dalam penelitian ini terdapat 4 pustakawan di Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor yang tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang ilmu
perpustakaan dan tidak pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dengan
cara mengikuti kuliah di bidang ilmu perpustakaan. Akan tetapi Lembaga Induk
telah memberikan sebuah kesempatan bagi pustakawan yang ingin kuliah di
bidang ilmu perpustakaan. Pemberian kuliah tidak hanya bidang ilmu
perpustakaan tetapi terdapat pula bidang lain. Hal tersebut disampaikan oleh AW
dalam wawancara dengan penulis
76
Ada, gk cuma bidang perpustakaan saja, bidang lain juga boleh, silahkan.91
Sedangkan terdapat 3 informan yang menyatakan ingin kuliah di bidang
ilmu perpustakaan yaitu AW, D, FA, RN. Keinginan untuk kuliah di bidang ilmu
perpustakaan pun memiliki kendala tersendiri. Kendala tersebut berupa waktu,
biaya serta alasan telah berkeluarga. Dengan kendala tersebut, pustakawan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yang memiliki keinginan untuk
kuliah tidak tercapai. Sehingga kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dengan cara pemberian
kegiatan formal kepada para pustakawan belum terlaksana.
b. Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal
Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal yang dilakukan
pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu dengan cara
mengikuti seminar, pelatihan, kursus dan workshop mengenai bidang ilmu
perpustakaan. Semua pustakawan pernah mendapatkan kegiatan pendidikan dan
pelatihan secara non-formal. Berikut hasil wawancara dengan FA :
Semua pustakawan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
pernah mendapatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal,
seperti seminar, pelatihan, kursus dan workshop mengenai bidang ilmu
perpustakaan dari tingkat kabupaten, propinsi dan nasional.92
Selain informan pernah mendapatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan
secara non-formal terdapat pula informan yang menyatakan bahwa kegiatan
pendidikan dan pelatihan yang didapatkan sesuai dengan pekerjaan masing-
91
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 92
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
77
masing informan. Informan tersebut yaitu LH sebagai staf pengolahan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Kegiatan yang didapatkan yaitu
berupa workshop dengan tema pengolahan bahan pustaka. Berikut hasil
wawancara dengan LH:
Pernah saya mengikuti seminar tentang workshop bahan pengolahan bahan
pustaka perpustakaan.93
Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan secara non-formal ini sudah
terlaksana dengan baik, karena semua pustakawan pernah mengikuti seminar,
pelatihan, kursus dan workshop mengenai bidang ilmu perpustakaan dan tema
pendidikan dan pelatihan secara non-formal sudah sesuai dengan pekerjaan
masing-masing pustakawan.
c. Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara informal
Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia secara informal
merupakan inisiatif manusia itu sendiri. Lebih lanjut Rizal Saiful-Haq menyatakan
setiap kompetensi sikap dibutuhkan dalam diri pustakawan yaitu sikap senang
terhadap buku, berkomunikasi, senang terhadap tantangan dan teknologi baru
serta mampu memecahkan masalah. Sedangkan menurut Hendro Wicaksono sikap
ini disebut dengan jiwa entrepreneurship.
Dalam penelitian ini kegiatan informal yang dilakukan oleh pustakawan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Cara yang dilakukan yaitu dengan
cara berdiskusi atau bertanya kepada teman sejawat mengenai ilmu perpustakaan,
membaca buku tentang ilmu perpustakaan serta berkunjung ke perpustakaan lain
93
Wawancara pribadi dengan Lutfi Hikmawan. 07 Mei 2014
78
dengan maksud melakukan penelitian sederhana dan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.
Dalam hal diskusi atau bertanya kepada teman sejawat, pustakawan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor sering melakukan kegiatan
tersebut. Tema yang sering didiskusikan atau ditanyakan mengenai tentang
pelayanan teknis, peraturan perpustakaan serta arahan dari atasan ke bawahan.
Dengan cara seperti ini pustakawan mendapatkan pengetahuan mengenai bidang
ilmu perpustakaan.
Kegiatan informan lainnya yaitu dengan cara membaca buku mengenai
bidang ilmu perpustakaan. Kegiatan ini dilakukan pustakawan Perpustakaan
Umum Daerah Kabupaten Bogor apabila terdapat waktu luang. Sehingga
pustakawan jarang melakukan kegiatan informal dalam bentuk membaca buku
untuk meningkatkan pengetahuan di bidang ilmu perpustakaan.
Dalam kegiatan berkunjung ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian
sederhana hanya beberapa pustakawan yang melakukan kegiatan tersebut yaitu
FA, MD dan AW. Selebihnya, pustakawan melakukan kegiatan seperti ini jika
terdapat surat tugas serta terdapat waktu luang untuk berkunjung ke perpustakaan.
Berikut hasil wawancara dengan informan yang menyatakan belum melakukan
kegiatan tersebut yaitu sebagai berikut:
Belum pernah tapi kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor
pernah, waktu itu ke Perpustakaan Umum Daerah Surabaya, Yogyakarta,
Bandung dan Perpustakaan Nasional.94
94
Wawancara pribadi dengan Ade M. Sa‟ban. 07 Mei 2014
79
Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten Bogor,
waktu itu ke Perpustakaan Propinvi Jawa Barat dan Perpustakaan Provinsi
Yogyakarta.95
Kegiatan informal lainnya yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia di perpustakaan yaitu pengajuan diri untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kepada penyelenggara
perpustakaan. Dalam hal ini pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor tidak banyak melakukan kegiatan ini. Faktor yang mempengaruhinya
adalah ketidaktahuan terhadap informasi mengenai kegiatan berupa seminar atau
pelatihan di bidang ilmu perpustakaan. Pernyataan tersebut adalah hasil
wawancara penulis dengan JR sebagai berikut:
Nggak pernah, kalau saya kan nggak tau kalau ada informasi seminar yang
ada di luar kecuali ada undangan dari lembaga induk baru kita respon.96
Sedangkan informan yang pernah mengajukan diri untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia berupa seminar atau pelatihan
yaitu FA, MD dan AW.
Pernah, waktu itu sih di kasih tapi nggak tau juga kalau pemimpin yang
kedepannya. Itu juga nggak boleh banyak-banyak, satu-satu.97
Pernah juga, kadang-kadang saya mengikuti di Bapusipda Bapusipda
Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional.98
Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan di Bapusipda Bapusipda Provinsi
Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional.99
Dalam kegiatan informal yang dilakukan oleh pustakawan Perpustakaan
Umum Daerah Kabupaten Bogor terbilang baik. Tidak sedikit pustakawan yang
berinisiatif untuk membaca buku mengenai bidang ilmu perpustakaan, diskusi
95
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 96
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 97
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 98
Wawancara pribadi dengan Meriyani Dewi. 07 Mei 2014 99
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014
80
kepada teman sejawat, berkunjung ke perpustakaan lain dalam rangka melakukan
penelitian sederhana dan mengajukan diri untuk mengikuti seminar atau pelatihan
tanpa tawaran dari Lembaga Induk.
3. Kendala dan Cara Mengatasinya Dalam Kegiatan Pendidikan dan
Pelatihan Sumber Daya Manusia
Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kendala
tersebut berasal dari dalam dan luar diri sumber daya manusia itu sendiri. Dalam
penelitian ini dijelaskan mengenai kendala serta cara mengatasi kendala tersebut
yang dilakukan oleh penyelenggara perpustakaan dan pustakawan.
a. Kendala dan Cara Mengatasinya oleh Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor
Pihak penyelenggara perpustakaan merencanakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia tidak terlepas suatu kendala. Dalam penelitian ini
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor dalam kegiatan tersebut memiliki
kendala berupa SDM yang kurang mengembangkan diri dalam mengikuti seminar
atau pelatihan di bidang ilmu perpustakaan.
Kendala berupa SDM yang dinilai kurang mengembangkan diri ini terjadi
karena adanya rasa ketidaksukaan SDM menjadi pustakawan serta ketidakinginan
mengikuti pelatihan seorang diri. Kendala seperti ini tidak sesuai dengan pendapat
Rizal Saiful-Haq dan Hendro Wicaksono mengenai kompetensi sikap bagi
pustakawan. Sedangkan cara yang dilakukan penyelenggara perpustakaan untuk
mengatasi kendala yaitu memberikan motivasi berupa kompensasi kedisiplinan
dan tunjangan. Berikut hasil wawancara dengan FA:
81
Saya rasa ada staf yang kurang untuk mengembangkan diri juga, saya
juga kurang tau alasannya mereka itu apa, saya juga sudah berusaha
memberikan mereka kesempatan buat pelatihan tapi mereka pengennya
bareng-bareng berdua bertiga padahal dari lembaga induknya sendiri
hanya memberikan untuk satu orang. Saya coba memberikan suatu
motivasi berupa kopensasi dan tunjangan.100
Hal lain yang dianggap sebagai kendala kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor adalah
kebijakan lembaga induk dalam pengutusan pustakawan dalam mengikuti
kegiatan seminar atau pelatihan. Kebijakan lembaga induk hanya memberikan
satu orang dalam satu kegiatan seminar atau pelatihan yang diadakan oleh pihak
luar. Kebijakan lembaga induk ini juga mengacu kepada kurangnya sumber daya
manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor sehingga hanya satu
orang yang akan diutus untuk mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan dan
kegiatan perpustakaan dapat berjalan.
Penyelenggara perpustakaan mengatasi kendala ini dengan menghimbau
bagi SDM yang telah mengikuti seminar atau pelatihan diharapkan untuk
memberikan informasi atau dipresentasikan kepada teman sejawat mengenai hasil
seminar atau pelatihan yang dilakukannya. Dengan cara seperti ini SDM yang
tidak mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan akan mendapatkan informasi atau
pelajaran dari seminar atau pelatihan tersebut. Hal tersebut disampaikan AW
dalam wawancara sebagai berikut:
Ya paling kalau ada seminar atau pelatihan ya tidak boleh ikut semua,
karena disini juga kan orangnya cuma sedikit, kalau ikut semua kan
takutnya perpustakaan tidak berjalan. Ketika ada seseorang yang
mengikuti pelatihan, kita juga kan mengharapkan setelah pelatihan itu
memberikan informasi, presentasi kepada teman-teman apa saja yang
didapatkan dari sana. Itu salah satunya menjadi terwakili ketika ada
100
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014
82
pelatihan, ya ditularkan lah kepada teman-teman, mungkin dengan
materinya yang dibawa, pengalaman yang didapat dan lain-lain ya.101
Kegiatan pendidikan dan pelatihan di Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor sering dilakukan dengan cara mengikuti seminar atau pelatihan
kepada pustakawan. Kegiatan seminar atau pelatihan ini terkadang menimbulkan
kendala bagi penyelenggara perpustakaan. Kendala yang dimaksud adalah
pembahasan tema yang terlalu luas dalam suatu seminar. Hal ini dijelaskan oleh
AM yang menyatakan terkadang tema dalam suatu seminar tersebut ditentukan
oleh peserta seminar tersebut. Sehingga pihak penyelenggara perpustakaan belum
bisa mengatasi kendala ini karena ketidaktahuan akan informasi mengenai
kegiatan seperti seminar dengan pembahasan tema yang lebih khusus. Berikut
hasil wawancara dengan AM:
Kendalanya terkadang pihak penyelenggara seminar atau workshop itu
bukan dibawah lembaga negara jadi mereka mengumpulkan pustakawan
seluruh Indonesia dan tema itu dilemparkan ke peserta seminar itu juga.
Jarang belum pernah ada tema yang secara khusus.102
Dengan kendala yang dialami oleh Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
penulis berpendapat bahwa hampir semua kendala dapat teratasi. Hanya kendala
mengenai tema seminar atau pelatihan yang belum dapat diatasi. Sedangkan
penyelesaian masalah berupa pemberian kompensasi kepada pustakawan belum
dianggap penyelesaian masalah yang baik karena akan menimbulkan masalah
lain. Faktor ini juga menyangkut kebijakan Lembaga Induk di masa yang akan
datang.
101
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 102
Wawancara pribadi dengan Ade M. Sa‟ban. 07 Mei 2014
83
b. Kendala dan Cara Mengatasinya oleh Pustakawan
Terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pustakawan dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa yang dialami oleh
pustakawan. Kendala tersebut berupa usia, biaya, waktu dan kemampuan dalam
bahasa asing .
Salah satu informan yaitu JR memiliki kendala berupa biaya dan waktu
untuk mengikuti kuliah. Dalam mengatasi kendala ini, informan tidak dapat
mengatasi kendala yang dialaminya. Berikut adalah pernyataan JR:
Ya kalau kendala saya sendiri dalam pengembangan karir paling biayanya
untuk kuliah terus waktu juga. Kalau kita kuliah kan waktu kerja kita kan
dari pagi sampai sore jadi sudah waktu kita sudah habis buat kerja.103
Kendala waktu juga dialami oleh RN. berbeda dengan JR, waktu yang
dimaksud oleh RN adalah kurangnya waktu untuk kegiatan diskusi atau bertanya
kepada teman sejawat. Informan mengatasi kendala waktu untuk diskusi atau
bertanya kepada teman sejawat dengan cara menggunakan jam istirahat untuk
melakukan kegiatan diskusi atau bertanya kepada teman sejawat. Hal tersebut
tercermin dalam wawancara dengan RN yaitu sebagai berikut:
Ya mungkin kendalanya itu keterbatasan waktu. Kita kan kadang-kadang
sudah capek dengan tugas kita, jadi kadang-kadang menyita waktu.104
Kendala waktu dan penyampaian presentasi pendidikan dan pelatihan lebih
banyak teorinya daripada praktek dialami oleh AW. Informan menyarankan pihak
penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan harus mengatasi dengan cara
103
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014 104
Wawancara pribadi dengan Rini Naritha. 07 Mei 2014
84
memperpanjangkan waktu dan penyampaian materi itu harus seimbang dalam
penyampaian materi pendidikan dan pelatihan. Berikut hasil wawancara dengan
AW:
Presentasi teori dengan praktek lebih banyak teorinya, biasanya karena
materi dipadatkan dalam waktu singkat sehingga kurangnya daya tangkap
peserta terhadap materi, sehingga setelah proses diklat selesai, hasil diklat
tidak mampu di aplikasikan di dalam pekerjaaan.105
Selain kendala waktu ada pula kendala lain yaitu usia. Dalam penelitian ini
terdapat informan yang memiliki kendala tersebut yaitu MD. Dengan kendala
seperti ini, informan sudah berumur 52 tahun dan merasa lupa mengingat suatu
hal. Usia menjadi kendala karena SDM mengalami lupa pada ingatan yang
diperoleh dari kegiatan pendidikan dan pelatihan. Sehingga informan mengatasi
kendala tersebut dengan bertanya kepada pustakawan yang lebih muda usianya.
Sedangkan JR juga menemukan kendala SDM yang lanjut usia kurang mampu
menangkap materi yg diberikan. Berikut pernyataan D dan JR dalam wawancara
dengan penulis:
Dulu kan belum pake komputer sekarang sudah pakai komputer, ya dapat
pengarahan dari pimpinan, kalau nggak ngerti ya bertanya sama yang
muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering blank gtu, sering lupa-lupa
juga.106
Saya juga banyak menemukan SDM yg sudah lanjut usia kurang mampu
menangkap materi yg diberikan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan di
Bandung.107
Sedangkan kendala dalam kemampuan berbahasa asing dialami oleh LH.
Informan tersebut memiliki kendala dalam mengklasifikasikan bahan pustaka
berbahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Dengan kendala seperti itu, informan
105
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014 106
Wawancara pribadi dengan Meriyani Dewi. 07 Mei 2014 107
Wawancara pribadi dengan Joko Rianto. 07 Mei 2014
85
mengatasinya dengan melakukan pencarian informasi bahan pustaka tersebut
dengan bantuan katalog online dan apabila tidak ditemukan maka informan
menyerahkan kepada Koordinator Perpustakaan untuk mengklasifikasikan bahan
pustaka tersebut. Kemampuan berbahasa asing memang menjadi salah satu
kompetensi bagi pustakawan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sri Rumani.
Berikut hasil wawancara dengan LH:
Ya masalah klasifikasi doang, apalagi kalau judulnya Bahasa Inggris, kalau
disini (OPAC) gk ada ya gk berani. Kalau Bahasa Inggris kan harus
diartiin dulu ya, ini tentang apa. Bagaimana ini kalau di klasifikasi di kelas
400 ya takut salah. Ya udah biarin aja lah, biar bapaknya aja yg ngerjain.
Pokoknya disini kerja sebisanya lah. Kalau gk ya nyari-nyari di catalog
online kalau gk ada juga ya nyerah aja.108
Dari keterangan diatas mengenai kendala yang dialami penyelenggara
perpustakaan dan pustakawan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor
dianggap bukan menjadi suatu penghalang khususnya dalam kegiatan pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan. Dengan kata lain pustakawan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor telah memiliki kemampuan
bekerja sama dan membangun hubungan baik dengan pihak lain. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Tjahjono Widijanto. Selanjutnya ditambah oleh FA dan
AW yang menyatakan bahwa masalah atau kendala di Perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor tidak terlalu berat. Hal ini dikarenakan pustakawan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor memiliki sikap terbuka dan saling
menolong terhadap sesama.
Masalah kayaknya belum tau apa, paling masalah-masalah yang nggak
terlalu berat-berat banget. Kalau dari lembaga mendukung ya, dari
pandangan mereka juga terbuka juga, sudah tahu perpustakaan harus
108
Wawancara pribadi dengan Lutfi Hikmawan. 07 Mei 2014
86
bagaimana. Kalau dana untuk itu nggak ada kendala ya juga, ya mungkin
tergantung kedepannya juga ya, tergantung pimpinan juga ya.109
Orang-orangnya saling terbuka dan saling sharing dalam mengatasi
kendala dan permasalahan yang ada di kantor terutama permasalahan
kegiatan pendidikan dan pelatihan.110
C. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan secara singkat analisis dari hasil
penelitian penulis pada bab 4. Hasil penelitian upaya penyelenggara perpustakaan
dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan
Umum Daerah Kabupaten Bogor yaitu Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor telah merencanakan kegiatan ini dalam setiap periode kerja. Kegiatan yang
telah direncanakan dan sudah berlangsung yaitu kegiatan seminar serta pelatihan
di bidang ilmu perpustakaan. Sedangkan kegiatan magang dan studi banding
masih dalam tahap perencanaan dan belum berjalan.
Kegiatan ini merujuk kepada ketetapan Lembaga Induk yaitu memberikan
kepada satu pustakawan secara bergilir atau pemerataan dalam setiap kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor. Sehingga perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor diatur
secara terpusat. Dengan sistem terpusat ini, Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor melakukan koordinasi. Bentuk koordinasi berupa rapat
koordinasi, surat menyurat serta komunikasi melalui telepon. Lembaga Induk
memberikan fasilitas berupa akomodasi, transportasi dan konsumsi kepada
109
Wawancara pribadi dengan Ferry Adnan. 07 Mei 2014 110
Wawancara pribadi dengan Andri Wijayanto. 07 Mei 2014
87
pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kebijakan
Lembaga Induk pun menjadi suatu masalah bagi rencana yang dibuat oleh
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor. Masalah tersebut berupa kurang
tepatnya rencana kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia yang telah di buat oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor.
Upaya pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan ditinjau dari
segi kegiatan formal, non-formal dan informal. Dalam kegiatan formal terdapat 4
orang pustakawan yang tidak melakukan kegiatan ini. Tetapi 4 orang pustakawan
tidak beringinan melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan secara formal atau
kuliah di bidang ilmu perpustakaan, karena faktor yang mempengaruhi yaitu
waktu, biaya, usia serta malas dalam mengikuti pendidikan formal dalam bidang
ilmu perpustakaan. Dalam segi non-formal, semua pustakawan sudah
melaksanakan kegiatan ini dalam tingkat Kabupaten, Provinsi serta nasional.
Kegiatan non-formal ini berupa seminar, pelatihan, workshop serta lokakarya.
Kegiatan mencakup tentang pemerintahan pada umumnya, bidang perpustakaan
umum, sampai tema yang sesuai dengan kerja masing-masing staf perpustakaan.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi staf perpustakaan dalam pengetahuan
mengelola perpustakaan umum. Sedangkan dalam kegiatan informal, pustakawan
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor melakukan kegiatan berupa
membaca buku, berdiskusi kepada teman sejawat dan mengajukan diri dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan tanpa adanya tawaran dari penyelenggara
perpustakaan serta melakukan kunjungan ke perpustakaan lain yang bertujuan
melakukan penelitian sederhana.
88
Kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dirasakan oleh pihak penyelenggara perpustakaan dan pustakawan Perpustakaan
Umum Daerah Kabupaten Bogor. Bagi penyelenggara perpustakaan, kendala
tersebut yaitu masih adanya pustakawan yang kurang dalam mengembangkan
potensi diri. Penyelenggara perpustakaan mengatasi kendala tersebut dengan cara
memberikan kompensasi kedisplinan dan tunjangan. Kendala lain berupa
kebijakan Lembaga Induk yang hanya memberikan kepada satu orang pustakawan
dalam setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dengan kendala seperti itu,
penyelenggara perpustakaan mengatasinya dengan cara menghimbau kepada
pustakawan untuk melakukan presentasi kepada teman sejawat mengenai kegiatan
pendidikan dan pelatihan yang telah dilakukan. Sedangkan kendala dalam tema
yang tidak sesuai dalam suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan belum dapat
teratasi karena kurangnya informasi mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan
yang akan dilakukan, misalkan dalam kegiatan seminar atau pelatihan.
Bagi pustakawan kendala tersebut adalah usia, biaya, keterbatasan waktu
dalam berdiskusi kepada teman sejawat, dan kemampuan dalam bahasa asing.
Pustakawan mengatasi kendala usia dengan cara bertanya kepada pustakawan
yang lebih muda usianya dan mempunyai daya ingat yang kuat. Mengatasi
kendala waktu dengan cara waktu untuk diskusi atau bertanya kepada teman
sejawat dengan cara menggunakan jam istirahat untuk melakukan kegiatan diskusi
atau bertanya kepada teman sejawat. Mengatasi kendala kemampuan dalam
berbahasa asing dengan cara bantuan katalog online, mempelajari bahasa asing
secara mendalam serta bertanya kepada teman sejawat yang lebih mengerti bahasa
asing. Sedangkan kendala biaya belum dapat teratasi karena kurangnya biaya yang
89
dimiliki pustakawan tersebut dan kurangnya informasi dalam pengajuan beasiswa
yang dilakukan oleh pemerintah. Kendala terbatasan waktu dalam penyampaian
materi pendidikan dan pelatihan. Kendala tersebut diatasi dengan memperpanjang
waktu dalam penyampaian materi pendidikan dan pelatihan, berupaya pustakawan
agar mengerti apa yang dipelajarinya. Kendala Presentasi pendidikan dan
pelatihan dengan lebih banyak teorinya daripada praktek, cara mengatasinya pihak
penyelenggara kegiatan pendidikan dan pelatihan harus mengatasi dengan cara
penyampaian materi itu harus seimbang dalam penyampaian materi pendidikan
dan pelatihan. Kendala SDM yang lanjut usia kurang mampu menangkap materi
yg diberikan, seharus pihak penyelenggara harus mengatasi kendala tersebut
dengan pemberian kesempatan SDM yang usianya muda dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat menerima dan mengingat materi dengan
baik.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di Perpustakaan
Umum Daerah Kabupaten Bogor telah direncanakan kegiatan berupa
seminar, pelatihan, studi banding dan magang di perpustakaan lain.
Perencanaan ini dilakukan dengan cara saling berkoordinasi melalui rapat
koordinasi, surat menyurat, pengajuan proposal kepada Lembaga Induk dan
via telepon. Pemilihan pustakawan untuk mengikuti kegiatan pendidikan
dan pelatihan mengacu kepada kebijakan Lembaga Induk dan dengan sistem
pemerataan atau bergilir dengan kualifikasi pustakawan yang mendapatkan
kegiatan pendidikan dan pelatihan. Fasilitas yang diberikan oleh
penyelenggara perpustakaan untuk setiap pustakawan yang mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia yaitu transportasi,
akomodasi dan konsumsi.
2. Upaya pustakawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia ditinjau dari segi kegiatan formal, non-formal dan informal. Dalam
kegiatan formal hanya 4 pustakawan yang tidak melakukan kegiatan
tersebut karena faktor biaya, waktu, usia dan malas dalam mengikuti
pendidikan formal dalam bidang ilmu perpustakaan. Dalam kegiatan non-
formal semua pustakawan sudah melaksanakan kegiatan ini dalam tingkat
Kabupaten, Provinsi serta nasional. Kegiatan non-formal ini berupa seminar,
91
pelatihan, workshop serta lokakarya. Kegiatan mencakup tentang
pemerintahan pada umumnya, bidang perpustakaan umum, sampai tema
yang sesuai dengan kerja masing-masing staf perpustakaan. Sedangkan
dalam kegiatan informal, pustakawan Perpustakaan Umum Daerah
Kabupaten Bogor melakukan kegiatan berupa membaca buku, berdiskusi
kepada teman sejawat dan mengajukan diri dalam kegiatan pendidikan dan
pelatihan tanpa adanya tawaran dari penyelenggara perpustakaan serta
melakukan kunjungan ke perpustakaan lain yang bertujuan melakukan
penelitian sederhana.
3. Kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
ditinjau dari penyelenggara perpustakaan serta pustakawan dalam
melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.
Terdapat 3 kendala yang dialami oleh pihak penyelenggara perpustakaan.
Kendala tersebut yaitu adanya pustakawan yang kurang dalam
mengembangkan potensi diri, ketidaksesuaian tema dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dan kebijakan Lembaga
Induk dalam pemberian kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada
pustakawan. Dari ketiga kendala tersebut kendala ketidaksesuaian tema
dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia yang belum
dapat diselesaikan oleh pihak penyelenggara perpustakaan. Hal tersebut
disebabkan kurangnya informasi mengenai kegiatan pendidikan dan
pelatihan yang dilakukan oleh pihak luar yang didapat oleh penyelenggara
perpustakaan. Kendala juga dialami oleh pustakawan. Kendala tersebut
yaitu berupa usia, waktu, penyampaian presentasi pendidikan dan pelatihan
92
lebih banyak teorinya daripada praktek, biaya dalam kegiatan pendidikan
dan pelatihan secara formal serta kemampuan dalam bahasa asing dalam
kegiatan pengolahan koleksi.
B. SARAN
1. Dalam tahap perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor lebih
memperhatikan kualifikasi pustakawan yang akan mengikuti kegiatan
tersebut. Kualifikasi tersebut yaitu kesesuaian antara pekerjaan dengan tema
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
2. Berikan kesempatan kepada SDM untuk melakukan kegiatan pendidikan dan
pelatihan secara formal yaitu kuliah di bidang ilmu perpustakaan. Baik
tingkat diploma, sarjana, maupun magister. Dalam bentuk non-formal, SDM
harus lebih banyak mengikuti dalam pendidikan dan pelatihan seperti
seminar, workshop, lokakarya. Supaya dapat dikembangkan di lingkungan
kerja. Sedangkan dalam bentuk informal, pustakawan hendaknya lebih
meningkatkan pengembangan kualitas diri sebagai pustakawan, berdiskusi
dengan teman sejawat, melakukan kunjungan ke perpustakaan lain.
3. Pihak penyelenggara perpustakaan lebih giat dalam mencari informasi
mengenai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak atau
instansi luar. Dengan cara ini penyelenggara perpustakaan akan
mendapatkan informasi yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di perpustakaan.
Bagi pustakawan hendaknya lebih menciptakan suasana kerja dan kerja
93
sama dengan SDM yang lebih baik, agar kegiatan pendidikan dan pelatihan
secara informal dapat berjalan lebih baik.
94
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Libraries, Archives, Records and information Management Services
diakses pada 24 Maret 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/types-of-
Apprenticeships/Health-Public-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IM-
Services.aspx.
Abels, Eileen dkk Compentencies for information professionals of the 21st
Century. Revised edition, June 2003. Artikel diakses pada 7 Februari 2014
dari http://www.sla.org/content/learn/members/competencies/index.cfim
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 1992
Aziz, Safrudin. Strategi Peningkatan Mutu pada Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Artikel diakses pada 6 April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline.
Allan, Barbara. Training skills for information and library staff. British: Library
Association Publishing, 2000
Cahayani, Ati. Strategi dan Kebijakan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks,
2005
Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman ed. 3. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2005
Devi, Aramban Hileima, dkk. Human Resources Development for Digital
Environtment: a Case Study of The Libraries of Manipur. Artikel diakses
pada 7 Maret 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in.
Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapreneurship Pustakawan dalam
Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 1 April 2014 dari
http://eprints.rclis.org/.
Gomes, Faustico Cardoso. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Offset, 1997
Harahap, Basyral Hamidy, dkk. Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan
Pustakawan Indonesia 1973-1998. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan
Indonesia, 1998.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara,
2001
IFLA, Guidelines for public library. Edisi 3. Muenchen: IFLA, 1986
95
Indonesia. Perpustakaan Nasional. Panduan Penyelenggara Perpustakaan Umum.
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 1992
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA – LAN Press.,
1999.
Line, Maurice B. Academic Library Management. London: Library Association,
1990
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009
National Association of Social Workers. Diversity Standars: Cultural Competency for
academic libraries (2012). Artikel diakses pada 24 Desember 2012 dari
http//www.ala.org/acrl/standars/diversity.
Nusantari, Anita. Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk Meningkatkan
Kinerja Perpustakaan Tinggi. Artikel diakses pada 6 Juni 2014 dari
www.pnri.go.id/MajalahOnline
Olaniyan D.A. and Lucas B. Ojo. Staff training and development: a vital tool for
organizational effectiveness. European Journal of Scientific Research, Vol.24,
No.3. diakses pada 6 Juni 2014 dari
http://www.eurojournals.com/ejsr_24_3_01.pdf
Pringgoadisurjo, Luwarsih. Sumber Tenaga Pustakawan: Rekaman Pengalaman
dan Pendapat dalam Kepustakawan Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc, 1992
Perpustakaan Nasional RI. Rekomendasi Komisi I: Program pengembangan karir
pustakawan berbasis kompetensi. Diakses pada 16 Mei 2012 dari
http//pustakawan.pnri.go.id.
Prytherch, Ray. Handbook of library training practice. England: Gower
Publishing, 1990
Rachman Hermawan S, dan Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan. Jakarta: Sagung Seto,
2006
Reitz, Joan M. Online Dictionary of Library and Information Science.2002
Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke
praktik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2005
Rumani, Sri. Kompetensi pustakawan dan teknologi informasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 6 Juni 2012 dari
www.pnri.go.id/MajalahOnline.
Sastradipoera, Komaruddin. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: raja
Grafindo Persada, 1994
96
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar
Maju, 2002.
Saha, nimai chand, dkk. Training & development of library professionals for IT
application in university libraries: an overview. Artikel diakses 7 Juni 2012 dari
ir.inflibnet.ac.id.in.
Saiful-Haq, Rizal, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta:
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006.
Santoso, Joko. Manajemen Perpustakaan Berbasiskan Pengetahuan: Melihat
Peranan Pustakawan ke Depan. Artikel diakses pada 6 Maret 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline.
Siagian, Sondang. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta : Rineka Cipta,
2002.
Soetminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius, 1992.
Sudarsono, Blasius. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta: Sagung Seto,
2009.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1991.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Samitra Media Utama, 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Wicaksono, Hendro. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam
Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 6
April 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline.
Widodo, Ratna U. Strategi Peningkatan Kualitas Pustakawan. Jakarta: PB IPI,
1995.
Zannudin, Zaslina. Kebutuhan Pustakawan Profesional di Propinsi Sumatra Utara.
Artikel diakses pada 6 Maret 2014 dari http://eprints.rclis.org/
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Drs. Ferry Adnan, M.Si
Jabatan : Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah
direncanakan atau belum pak? Ya sudah direncanakan seminar-seminar,
pelatihan juga, ada juga saya merencanakan studi banding ke perpustakaan lain.
b. Kalau kegiatan tersebut sudah direncanakan terus bagaimana pak? Kegiatan
terus direncanakan untuk SDM belum memiliki kompetensi dan belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
2. Koordinasi dengan lembaga induk
a. Bagaimana cara kepala kantor berkoordinasi dengan lembaga induk dan SDM
Perpustakaan dalam hal kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia? Saya paling membuat proposal ke lembaga induk atau saya
mengajukan surat ke pimpinan untuk menunjukkan staff untuk mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan gitu ya. Kita juga berkoordinasi dengan
SDM perpustakaan dengan cara adanya rapat koordinasi, satu bulan sebanyak 2
dua kali. Terus juga surat-menyurat atau via telepon juga.
b. Respon dari Kabupaten Bogor juga terhitung baik ya pak? Iya respon terhitung
baik sekali kalau masalah pendidikan dan pelatihan SDM
3. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Kalau ada seminar atau pelatihan, pustakawan yang mengikuti kegiatan tersebut
ditunjuk atau diberikan kepada yang bersedia pak? Pustakawan yang ditunjuk
yaitu dengan ketentuan yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan.
4. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Fasilitas apa yang didapatkan dari lembaga induk bagi pustakawan dalam
mengikuti seminar atau pelatihan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat
tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari
satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
5. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan
a. Apa saja yang menjadi kendala dalam melakukan kegiatan pendidikan dan
pelatihan SDM? Saya rasa ada staf yang kurang untuk mengembangkan diri
juga, saya juga kurang tau alasannya mereka itu apa, saya juga sudah berusaha
memberikan mereka kesempatan buat pelatihan tapi mereka pengennya bareng-
bareng berdua bertiga padahal dari lembaga induknya sendiri hanya
memberikan untuk satu orang.
b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut pak? Saya coba memberikan suatu
motivasi berupa kompensasi dan tunjangan.
6. Lain-lain
a. Apakah SDM yang ada di perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor itu
tanggung jawab kepala kantor arsip dan perpustakaan dalam masalah
pendidikan dan pelatihan? Ya semua SDM yang ada di perpustakaan Umum
Daerah Kabupaten Bogor itu merupakan tanggung jawab saya dalam masalah
pendidikan dan pelatihan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Drs. Ferry Adnan, M.Si
NIP. 195803261989031002
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Drs. Ferry Adnan, M.Si
Jabatan : Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
1. Latar belakang pendidikan Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
a. Apa latar belakang pendidikan ? S2 Pemerintahan
b. Apa jabatan di perpustakaan? Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan
c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 10 tahun
d. Apa tugas sebagai Kepala Kantor Arsip dan perpustakaan? membuat SOP
pekerjaan, menentukan prioritas pekerjaan, membantu bupati di bidang
kearsipan dan pengelolaan perpustakaan, menyusun agenda kegiatan arsip dan
perpustakaan selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan arsip dan
perpustakaan
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di
bidang ilmu perpustakaan
a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga
induk? Tidak pernah, hanya ikut pelatihan Kearsipan di Arsip Nasional Bogor
dan di Bapusipda Bandung
b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah kuliah pemerintahan
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa
seminar atau pelatihan
a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah
b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan
inisiatif diri sendiri
a. Apakah sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada
teman-teman saat melakukan rapat koordinasi
b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan
penelitian sederhana? pernah, waktu itu ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat,
Perpustakaan Provinsi Yogyakarta, Perpustakaan Provinsi Jawa Timur
Perpustakaan Nasional Belanda dan Perpustakaan Nasional Jerman
b. Inisiatif sendiri atau bagaimana? Inisiatif sendiri dan dapat surat tugas dari
Kabupaten Bogor
c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah
d. Berarti bapak sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten
bogor? Belum mengerti tentang perpustakaan
f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini?
Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan
perpustakaan Umum dan pengelolaan kearsipan
g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan
inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan
perpustakaan di Bapusipda Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan
Nasional. Saya juga pernah mengikuti pelatihan kearsipan di Arsip Nasional
Jakarta dan Bogor
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan
a. Adakah keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan? Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pustakawan
a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Dana, SDM yang kurang mengembangkan diri, waktu pelatihan terlalu
singkat, kadang-kadang penunjukan peserta diklat tidak sesuai dengan
kompetensi
b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Kalau masalah dana bisa diatasi
dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan
7. Lain-lain
a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum,
karena kemampuan saya bukan bidang perpustakaan, melainkan pemerintahan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Drs. Ferry Adnan, M.Si
NIP. 195803261989031002
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Hj. Meriyani Dewi, SH
Jabatan : Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah
direncanakan atau belum? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti
kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana bu?
Ketentuan yaitu SDM yang belum memiliki kompetensi dan yang belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat
tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari
satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh SDM
a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Ada kendala
saya yaitu usia dan penggunaan komputer. Dulu kan belum pake komputer
sekarang sudah pakai komputer, ya dapat pengarahan dari pimpinan. kalau
nggak ngerti ya bertanya sama yang muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering
blank gtu, sering lupa-lupa juga
b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut bu? kalau nggak ngerti ya bertanya
sama yang muda-muda. Saya juga udah tua jadi sering blank gtu, sering lupa-
lupa juga.
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Hj. Meriyani Dewi, SH
NIP. 196212201996032001
Pedoman Wawancara Untuk Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Hj. Meriyani Dewi, SH
Jabatan : Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
1. Latar belakang pendidikan Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
a. Apa latar belakang pendidikan bu ? S1 Hukum
b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan
c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 17 tahun
d. Apa tugas sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Perpustakaan? membuat SOP
pekerjaan, menentukan prioritas pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang
pengelolaan perpustakaan, menyusun agenda kegiatan arsip dan perpustakaan
selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan perpustakaan
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di
bidang ilmu perpustakaan
a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga
induk? Tidak pernah, hanya ikut pelatihan perpustakaan di Perpustakaan
Nasional dan di Bapusipda Bandung
b. Kalau kuliah secara formal belum? Sudah kuliah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa
seminar atau pelatihan
a. Apakah bu pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar
pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda
Bandung
b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan
inisiatif diri sendiri
a. Apakah ibu sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada
teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan istirahat
b. Apakah ibu pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian
sederhana? Pernah juga, kadang-kadang saya mengikuti di Bapusipda Provinsi
Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional
b. Inisiatif sendiri atau bagaimana bu? Inisiatif sendiri dan dapat surat tugas dari
Kabupaten Bogor
c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah
d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten
bogor? Belum mengerti tentang perpustakaan
f. Apakah ibu sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini?
Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan
perpustakaan Umum dan pemerintahan
g. Apakah ibu pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif
atau mengajukan diri sendiri? Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan
perpustakaan di Bapusipda Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional.
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan
a. Adakah ibu keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan? Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan (S2) di bidang
perpustakaan
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan
a. Kendala apa saja bu yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Dana, keterbatasan waktu pelatihan, kadang-kadang penunjukan peserta
diklat tidak sesuai dengan kompetensi, merasa kurang dalam kemampuan
mengingat suatu hal
b. Bagaimana mengatasi masalah dana bu? Kalau masalah dana bisa diatasi
dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan
7. Lain-lain
a. Apakah ibu sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum, karena
kemampuan saya bukan bidang perpustakaan, melainkan pemerintahan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Hj. Meriyani Dewi, SH
NIP. 196212201996032001
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Andri Wijayanto, S.Sos
Jabatan : PUSTAKAWAN
1. Latar belakang pendidikan pustakawan
a. Apa latar belakang pendidikan ? S1 Perpustakaan
b. Apa jabatan di perpustakaan? pustakawan
c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 8 tahun
d. Apa tugas sebagai pustakawan ? membuat SOP pekerjaan, menentukan
prioritas pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang pengelolaan
perpustakaan, penyeleksi bahan pustaka, menyusun agenda kegiatan
perpustakaan selama 1 tahun dan melaksanakan kegiatan perpustakaan
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di
bidang ilmu perpustakaan
a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga
induk? Tidak
b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
c. Apakah Pemerintah Kabupaten memberikan kesempatan kepada pegawainya
untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang ilmu perpustakaan? Ada, gk
cuma bidang perpustakaan saja, bidang lain juga boleh, silahkan
d. Adakah kendala pak dalam menngikuti pendidikan formal? Ada kendala
tersebut berupa waktu, biaya serta alasan telah berkeluarga
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa
seminar atau pelatihan
a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Sering
b. Kalau dari kabupaten bogor sendiri pernah? Mengikuti provinsi dan nasional
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan
inisiatif diri sendiri
a. Apakah sering berdiskusi kepada teman-teman atau studi banding ke
perpustakaan lain? Sering berdiskusi dengan teman dan sering kunjungan ke
perpustakaan lain
b. Inisiatif sendiri atau bagaimana? sendiri
c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? sudah
d. Berarti sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten
Bogor? sudah
f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini?
Paling membaca bahan ajar pelatihan dan sharing sesama pustakawan
g. Apakah pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif atau
mengajukan diri sendiri? Pernah, saya pernah mengikuti pelatihan di Bapusipda
Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan Nasional
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan
a. Adakah keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan? Ada keinginan melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi (S2,S3)
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pustakawan
a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Presentasi teori dengan praktek lebih banyak teorinya, biasanya karena
materi dipadatkan dalam waktu singkat sehingga kurangnya daya tangkap
peserta terhadap materi, sehingga setelah proses diklat selesai, hasil diklat tidak
mampu di aplikasikan di dalam pekerjaaan.
b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Di atur dengan cara penyusunan
daftar anggaran untuk mengikuti kegiatan tersebut
c. Bagaimana cara mengatasi kendala dalam penyampaian materi pak? Seharusnya
penyampaian materi itu harus seimbang, maksudnya teori dan praktek dalam
kerja di perpustakaan harus sejalan, tidak lebih banyak teori atau tidak lebih
praktek. Dalam penyampaian materi harus memperpanjangkan waktu, agar
peserta dapat mengerti materi yang disampaikan dalam seminar
d. Bagaimana cara mengatasi pustakawan yg tidak mengikuti dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan ? Ya paling kalau ada seminar atau pelatihan ya tidak
boleh ikut semua, karena disini juga kan orangnya cuma sedikit, kalau ikut
semua kan takutnya perpustakaan tidak berjalan. Ketika ada seseorang yang
mengikuti pelatihan, kita juga kan mengharapkan setelah pelatihan itu
memberikan informasi, presentasi kepada teman-teman apa saja yang
didapatkan dari sana. Itu salah satunya menjadi terwakili ketika ada pelatihan,
ya ditularkan lah kepada teman-teman, mungkin dengan materinya yang
dibawa, pengalaman yang didapat dan lain-lain ya.
e. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dialami semua pustakawan dalam
kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan ? orang-orangnya saling terbuka
dan saling sharing dalam mengatasi kendala dan permasalahan yang ada di
kantor terutama permasalahan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
7. Lain-lain
a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum,
karena dari segi pengalaman dan pendidikan masih belum maksimal, harus
banyak mencari informasi dan pengetahuan.
Bogor, 28 Mei 201
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Andri Wijayanto S.Sos
NIP. 1978021720060410006
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Andri Wijayanto, S.Sos
Jabatan : PUSTAKAWAN
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah
direncanakan atau belum pak? Sudah direncanakan 1 tahun sebelumnya baik di
tingkat pusat (perpusnas) maupun daerah (provinsi, kabupaten)
b. Kalau kegiatan tersebut sudah direncanakan terus bagaimana pak?tergantung
sumber dana kegiatannya, apa bila di danai oleh APBN maka SDM di tingkat
daerah, tinggal mengikuti dan menyesuaikan, anggaran APBD harus
direncanakan secara matang baik dari sisi kebutuhan pesertanya yg akan
diberikan materi diklat karena kemampuan SDM di daerah berbeda-beda
2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Kalau ada seminar atau pelatihan, pustakawan yang mengikuti kegiatan tersebut
ditunjuk atau diberikan kepada yang bersedia pak? Di lihat materi diklatnya,
disesuaikan dengan tugas pokok fungsi di dalam pekerjaan sehari-hari. Di lihat
dari kemampuan dasar pustakawan, belum ahli harus mengikuti
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Apabila ada suatu acara seminar atau pelatihan, apa saja yang didapatkan oleh
pustakawan yang mengikuti kegiatan tersebut? Dari kantor Dapat transport,
penyelenggara diklat, dapat dikta, bahan ajar, materi. Apabila dari satu hari
dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan
a. Kendala apa saja yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM?
Presentasi teori dengan praktek lebih banyak teorinya, biasanya karena materi
dipadatkan dalam waktu singkat sehingga kurangnya daya tangkap peserta
terhadap materi, sehingga setelah proses diklat selesai, hasil diklat tidak mampu
di aplikasikan di dalam pekerjaaan
b. Berarti bapak belum bisa mengatasi kendala tersebut ya pak ? kadang-kadang
iya atau kadang-kadang tidak, tergantung kewenangan
c. kalau kendala-kendala yang lain ada pak? Sulit menentukan tema karena
kemampuan peserta diklat tidak seragam
5. Lain-lain
a. Tema yang sering didapat dari seminar atau pelatihan tentang apa itu pak?
Manajemen perpustakaan, pengelolaan bahan pustaka, otomasi perpustakaan
b. Sedangkan tema yang bapak ingin apa pak ? otomasi perpustakaan
c. Berarti bapak sudah mengerti tentang jaringan? Ngerti, karena jaringan
perpustakaan itu saat ini sedang menjadi sasaran pertama pengembangan
perpust daerah, makanya harus mengerti semua jaringan.
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Andri Wijayanto S.Sos
NIP. 1978021720060410006
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Rini Naritha, A.Md
Jabatan : Pustakawan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah
direncanakan atau belum? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti
kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana bu?
Ketentuan yaitu SDM yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat
tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari
satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pustakawan
a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Ya mungkin
kendalanya itu keterbatasan waktu. Kita kan kadang-kadang sudah capek
dengan tugas kita, jadi kadang-kadang menyita waktu.
b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut bu? Paling kalau jam istirahat kita
baru bisa ngobrol, tanya-tanya juga
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Rini Naritha, A.Md
NIP. 198004232006042007
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Rini Naritha, A.Md
Jabatan : Pustakawan
1. Latar belakang pendidikan Pustakawan
a. Apa latar belakang pendidikan bu ? D3 Perpustakaan
b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Pustakawan
c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 9 tahun
d. Apa tugas sebagai Pustakawan? membuat SOP pekerjaan, menentukan prioritas
pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang pengelolaan perpustakaan,
menyusun agenda kegiatan arsip dan perpustakaan selama 1 tahun dan
melaksanakan kegiatan perpustakaan
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di
bidang ilmu perpustakaan
a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga
induk? Tidak pernah, saya sudah kuliah D3 Perpustakaan sendiri
b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa
seminar atau pelatihan
a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar
pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda
Bandung
b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan
inisiatif diri sendiri
a. Apakah ibu sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada
teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan waktu istirahat
b. Apakah ibu pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan penelitian
sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah Kabupaten
Bogor, waktu itu saya studi banding ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat,
Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional
b. Inisiatif sendiri atau bagaimana bu? Dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor
c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah
d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten
bogor? Sudah mengerti tentang perpustakaan
f. Apakah ibu sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini?
Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan
perpustakaan Umum dan pemerintahan
g. Apakah ibu pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan inisiatif
atau mengajukan diri sendiri? Tidak pernah, kalau ada surat tugasnya saya baru
mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan
a. Adakah ibu keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan? Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan (S1, S2, S3) di
bidang perpustakaan
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan
a. Kendala apa saja bu yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan pelatihan
b. Bagaimana mengatasi masalah dana bu? Kalau masalah dana bisa diatasi
dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan
7. Lain-lain
a. Apakah ibu sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum,
karena kemampuan dan pengalaman masih minim, saya harus mecari informasi
dan pengetahuan tentang ilmu perpustakaan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Rini Naritha, A.Md
NIP. 198004232006042007
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Ade M. Sa’ban, A.Md
Jabatan : Pustakawan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah
direncanakan atau belum? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti
kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana pak?
Ketentuan yaitu SDM yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan dan belum memiliki kompetensi yang cukup dalam bidang
perpustakaan
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat
tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari
satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan
a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Kendalanya
terkadang pihak penyelenggara seminar atau workshop itu bukan dibawah
lembaga negara jadi mereka mengumpulkan pustakawan seluruh Indonesia dan
tema itu dilemparkan ke peserta seminar itu juga. Jarang belum pernah ada
tema yang secara khusus
b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut pak? Seharusnya pihak
penyelenggara seminar atau workshop itu harus menentukan tema yang khusus
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Ade M. Sa’ban, A.Md
NIP. 19810712209021001
Pedoman Wawancara Untuk Pustakawan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Ade M. Sa’ban, A.Md
Jabatan : Pustakawan
1. Latar belakang pendidikan Pustakawan
a. Apa latar belakang pendidikan pak ? D3 Perpustakaan
b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Pustakawan
c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 5 tahun
d. Apa tugas sebagai Kepala pustakawan? membuat SOP pekerjaan, menentukan
prioritas pekerjaan, membantu kepala kantor di bidang pengelolaan
perpustakaan, menyusun agenda kegiatan perpustakaan selama 1 tahun dan
melaksanakan kegiatan perpustakaan
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di
bidang ilmu perpustakaan
a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga
induk? Tidak pernah, saya sudah kuliah D3 Perpustakaan sendiri
b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa
seminar atau pelatihan
a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar
pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda
Bandung
b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan
inisiatif diri sendiri
a. Apakah bapak sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi
kepada teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan istirahat
b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan
penelitian sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah
Kabupaten Bogor, waktu itu saya ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat,
Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional
b. Inisiatif sendiri atau bagaimana pak? Dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor
c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah
d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten
bogor? Sudah mengerti tentang perpustakaan
f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini?
Saya pernah membaca buku tentang perpustakaan mengenai pengelolaan
perpustakaan Umum dan pemerintahan
g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan
inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Tidak pernah, kalau ada surat tugasnya
saya baru mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan
a. Adakah bapak keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan? Ya saya ingin melanjutkan pendidikan lanjutan (S1, S2, S3) di
bidang perpustakaan
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pustakawan
a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan pelatihan, tema yang kurang
khusus dan kurang sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing
b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Kalau masalah dana bisa diatasi
dengan penyusunan daftar anggaran yang diperlukan dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan
7. Lain-lain
a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum,
karena kemampuan dan pengalaman masih minim, saya harus mecari informasi
dan pengetahuan tentang ilmu perpustakaan.
Bogor, 28 Mei 201
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Ade M. Sa’ban, A.Md
NIP. 19810712209021001
Pedoman Wawancara Untuk Staf Perpustakaan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Joko Rianto, S.IP
Jabatan : STAF
1. Latar belakang pendidikan pustakawan
a. Apa latar belakang pendidikan ? S1 Pemerintahan
b. Apa jabatan di perpustakaan? Staf sirkulasi
c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 16 tahun
d. Apa tugas sebagai staf perpustakaan? Sirkulasi
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di
bidang ilmu perpustakaan
a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga
induk? Tidak pernah, hanya ikut bintek 3 hari di Bandung
b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa
seminar atau pelatihan
a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah
b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan
inisiatif diri sendiri
a. Apakah sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi kepada
teman-teman dan studi banding ke perpustakaan Yogyakarta
b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan
penelitian sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah
Kabupaten Bogor, waktu itu ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat dan
Perpustakaan Provinsi Yogyakarta
b. Inisiatif sendiri atau bagaimana? Dapat surat tugas dari kantor
c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah
d. Berarti bapak sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten
bogor? Belum mengerti
f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini?
Tidak pernah
g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan
inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Nggak pernah, kalau saya kan nggak tau
kalau ada informasi seminar yang ada di luar kecuali ada undangan dari
lembaga induk baru kita respon
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan
a. Adakah keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan? Tidak, karena sudah terbentur dengan pekerjaan di kantor, jadi
sulit membagi waktu pekerjaan dengan pendidikan
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pustakawan
a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Ya kalau kendala saya sendiri dalam pendidikan, paling biayanya untuk
kuliah terus waktu juga. Kalau kita kuliah kan waktu kerja kita kan dari pagi
sampai sore jadi sudah waktu kita sudah habis buat kerja
b. Bagaimana mengatasi masalah biaya pak? Masalah dana belum bisa saya atasi
karena kurangnya informasi dalam pengajuan beasiswa yang dilakukan
pemerintah
7. Lain-lain
a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum,
karena kemampuannya bukan bidang perpustakaan, melainkan pemerintahan
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Joko Rianto, S.IP
NIP. 19831021208021005
Pedoman Wawancara Untuk Staf Perpustakaan
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Joko Rianto, S.IP
Jabatan : STAF
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
a. Kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaan di sini khusus untuk pendidikan
dan pelatihan sudah direncanakan atau belum pak? Ada melalui rencana,
misalnya pembinaan dan perpustakaan ke sekolah dan desa. Monitoring dan
evaluasi (MOEV) mengenai perpustakaan sekolah dan desa
b. Kegiatannya apa aja itu pak?pelatihan yg berbentuk para pengelola
perpustakaan sekolah dan desa
c. Berapa kali pak kegiatan tersebut dalam satu periode rencana kerja? Di dalam
perpustakaan, 1 hari satu kegiatan. Di BAPUSIDA menyelenggarakan 3 hari
Bintek mengenai pengelolaan perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa.
2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Kalau ada seminar atau pelatihan, pustakawan ditunjuk sesuai dengan ketentuan
apa? Sesuai dengan kemampuan dan kompetensi pustakawan.
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Fasilitasnya apa saja pak yang didapat dari kabupaten bogor? Dari kantor dapat
transport, uang saku, surat tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar
materi. Apabila lebih dari satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pihak penyelenggara pendidikan dan pelatihan
a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Waktu singkat dalam penyampaian pemberian materi, SDM yg sudah
lanjut usia kurang mampu menangkap materi yg diberikan dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan di Bandung
b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? Mengatasi kendala waktu singkat
dalam penyampaian pemberian materi dengan cara memperpanjang waktu
dalam penyampaian materi pendidikan dan pelatihan, berupaya pustakawan
agar mengerti apa yang dipelajarinya. Mengatasi kendala SDM yg sudah lanjut
usia kurang mampu menangkap materi yg diberikan dengan cara pemberian
kesempatan SDM yang usianya muda dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan,
sehingga dapat menerima dan mengingat materi dengan baik.
c. Kalau kendala lain seperti dana ada pak ? Ada kendala dalam keterbatasan dana.
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana Joko Rianto, S.IP
NIP. 19831021208021005
Pedoman Wawancara Untuk Staf
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : TB. Lutfi Hikmawan, SE
Jabatan : Staf Pengelolaan
1. Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
a. Apakah kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia sudah
direncanakan atau belum pak? Sudah direncanakan 1 tahun sebelum kegiatan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
2. Pemilihan pustakawan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Kalau ada seminar atau pelatihan bagaimana menunjuk SDM untuk mengikuti
kegiatan tersebut, apakah sesuai ketentuan tertentu atau bagaimana pak?
Ketentuan yaitu SDM yang belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan dan belum memiliki kompetensi yang cukup dalam bidang
perpustakaan
3. Fasilitas pustakawan dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
a. Fasilitasnya apa saja bu dapatkan? Dari kantor dapat transport, uang saku, surat
tugas penyelenggara diklat dapat dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih dari
satu hari dapat fasilitas penginapan, dapat sertifikat.
4. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh SDM
a. Adakah kendala dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM? Ya masalah
klasifikasi doang, apalagi kalau judulnya Bahasa Inggris, kalau disini (OPAC)
gk ada ya gk berani. Kalau Bahasa Inggris kan harus diartiin dulu ya, ini
tentang apa. Bagaimana ini kalau di klasifikasi di kelas 400 ya takut salah. Ya
udah biarin aja lah, biar bapaknya aja yg ngerjain. Pokoknya disini kerja
sebisanya lah. Kalau gk ya nyari-nyari di catalog online kalau gk ada juga ya
nyerah aja.
b. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut pak? Dengan bantuan translate
online, katalog online dan apabila tidak ditemukan, saya menyerahkan kepada
Koordinator Perpustakaan untuk mengklasifikasikan bahan pustaka tersebut
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana TB. Lutfi Hikmawan, SE
Pedoman Wawancara Untuk Staf
“Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Bogor”
Oleh Ichsan Maulana
Nama : Lutfi Hikmawan, SE
Jabatan : Staf Pengelolaan
1. Latar belakang pendidikan Pustakawan
a. Apa latar belakang pendidikan pak ? S1 Manajemen
b. Apa jabatan ibu di perpustakaan? Staf pengolahan
c. Sudah berapa lama kerja di Kabupaten Bogor? 5 tahun
d. Apa tugas sebagai Kepala pustakawan? Membuat entri data buku, melakukan
pengolahan bahan pustaka, pemeliharaan bahan pustaka
2. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara formal kuliah di
bidang ilmu perpustakaan
a. Pernahkah mendapatkan kuliah di bidang ilmu perpustakaan dari lembaga
induk? Tidak pernah, saya kuliah S1 Manajemen sendiri
b. Kalau kuliah secara formal blm? Sudah
3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara non-formal berupa
seminar atau pelatihan
a. Apakah pernah mengikuti pelatihan atau seminar? Pernah mengikuti seminar
pengelolaan perpustakaan umum di Perpustakaan Nasional dan di Bapusipda
Bandung
b. Kalau dari Kabupaten Bogor sendiri pernah? Tidak pernah
4. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pustakawan secara informal atau dengan
inisiatif diri sendiri
a. Apakah bapak sering berdiskusi kepada teman-teman ? Pernah berdiskusi
kepada teman-teman saat melakukan rapat koordinasi dan istirahat
b. Apakah bapak pernah studi banding ke perpustakaan lain dengan tujuan
penelitian sederhana? Belum pernah kalau ada surat tugas dari Pemerintah
Kabupaten Bogor, waktu itu saya ke Perpustakaan Provinsi Jawa Barat,
Perpustakaan Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan Nasional
b. Inisiatif sendiri atau bagaimana pak? Dapat surat tugas dari Kabupaten Bogor
c. Itu sudah kerja di kabupaten bogor? Sudah
d. Berarti ibu sudah mengerti tentang perpustakaan sebelum kerja di kabupaten
bogor? tidak mengerti tentang perpustakaan
f. Apakah bapak sering membaca buku tentang perpustakaan untuk sekarang ini?
Saya tidak pernah membaca buku tentang perpustakaan
g. Apakah bapak pernah melakukan pendidikan dan pelatihan SDM dengan
inisiatif atau mengajukan diri sendiri? Tidak pernah, kalau ada surat tugasnya
saya baru mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
5. Keinginan pustakawan untuk kuliah di bidang ilmu perpustakaan
a. Adakah bapak keinginan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan? Saya tidak melanjutkan pendidikan lanjutan di bidang
perpustakaan
6. Kendala dan cara mengatasinya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
oleh pustakawan
a. Kendala apa saja pak yang dialami dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
SDM? Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan pelatihan, keterbatasan dalam
berbahasa asing (Inggris)
b. Bagaimana mengatasi masalah dana pak? Kalau masalah dana bisa diatasi
dengan pengajuan beasiswa yang diselenggarakan oleh pemerintah
7. Lain-lain
a. Apakah bapak sudah merasa cukup dengan kemampuan sekarang ini? Belum,
karena kemampuan saya bukan di perpustakaan, melainkan Manajemen
Bogor, 28 Mei 2014
Pewawancara Informan
Ichsan Maulana TB. Lutfi Hikmawan, SE
Tabel Kategori Wawancara
Perencanaan kegiatan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia
Ya sudah direncanakan seminar-seminar,
pelatihan juga, ada juga saya
merencanakan studi banding ke
perpustakaan lain. (Ferry Adnan/FA)
Sudah direncanakan 1 tahun sebelum
kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia. (Meriyani
Dewi/MD)
Sudah direncanakan 1 tahun sebelumnya
baik di tingkat (perpusnas) maupun
daerah (provinsi, kabupaten). (Andri
Wijayanto/AW)
Sudah direncanakan 1 tahun sebelum
kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia. (Rini Naritha/RN)
Sudah direncanakan 1 tahun sebelum
kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia. (Ade M.
Sa’ban/AM)
Ada melalui rencana, misalnya
pembinaan dan pengembangan
perpustakaan sekolah dan desa.
Monitoring dan evaluasi (MOEV)
mengenai perpustakaan sekolah dan desa.
(Joko Rianto/JR)
Sudah direncanakan 1 tahun sebelum
kegiatan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia. (Lutfi
Hikmawan/LH)
Koordinasi dengan lembaga induk Kita juga ada rapat koordinasi ya, satu
bulan sebanyak 2 dua kali. Terus juga
surat-menyurat atau via telepon juga.
(Ferry Adnan/FA)
Saya paling membuat proposal ke
lembaga induk atau saya mengajukan
surat ke pimpinan untuk menunjukkan
staff untuk mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan gitu ya. (Ferry
Adnan/FA)
Pemilihan pustakawan dalam mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan
Pustakawan yang ditunjuk yaitu dengan
ketentuan yang belum pernah mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan. (Ferry
Adnan/FA)
Ketentuan yaitu SDM yang belum
memiliki kompetensi dan belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan. (Meriyani Dewi/MD)
Di lihat materi diklatnya, disesuaikan
dengan tugas pokok fungsi di dalam
pekerjaan sehari-hari. Di lihat dari
kemampuan dasar pustakawan, belum
ahli harus mengikuti. (Andri
Wijayanto/AW)
Ketentuan yaitu SDM yang belum
memiliki kompetensi dan belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan. (Ade M. Sa’ban/AM)
Ketentuan yaitu SDM yang belum
memiliki kompetensi dan belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan. (Rini Naritha/RH)
Sesuai dengan kemampuan dan
kompetensi pustakawan. (Joko
Rianto/JR)
Ketentuan yaitu SDM yang belum
memiliki kompetensi dan belum pernah
mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan. (Lutfi Hikmawan/LH)
Fasilitas pustakawan dalam mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan
Dari kantor dapat transport, uang saku,
surat tugas penyelenggara diklat dapat
dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih
dari satu hari dapat fasilitas penginapan,
dapat sertifikat. (Ferry Adnan/FA)
Dari kantor dapat transport, uang saku,
surat tugas penyelenggara diklat dapat
dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih
dari satu hari dapat fasilitas penginapan,
dapat sertifikat. (Meriyani Dewi/MD)
Dari kantor dapat transport,
penyelenggara diklat dapat dikta, bahan
ajar materi. Apabila lebih dari satu hari
dapat fasilitas penginapan, dapat
sertifikat. (Andri Wijayanto/AW).
Dari kantor dapat transport, uang saku,
surat tugas penyelenggara diklat dapat
dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih
dari satu hari dapat fasilitas penginapan,
dapat sertifikat. (Rini Naritha/RN)
Dari kantor dapat transport, uang saku,
surat tugas penyelenggara diklat dapat
dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih
dari satu hari dapat fasilitas penginapan,
dapat sertifikat. (Ade M. Sa’ban/AM)
Dari kantor dapat transport, uang saku,
surat tugas penyelenggara diklat dapat
dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih
dari satu hari dapat fasilitas penginapan,
dapat sertifikat. (Joko Rianto/RH)
Dari kantor dapat transport, uang saku,
surat tugas penyelenggara diklat dapat
dikta, bahan ajar materi. Apabila lebih
dari satu hari dapat fasilitas penginapan,
dapat sertifikat. (Lutfi Hikmawan/LH)
Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara
formal
Tidak pernah, hanya ikut pelatihan
kearsipan di Arsip Nasional Bogor dan di
Bapusipda Bandung. (Ferry Adnan/FA)
Tidak pernah, hanya ikut pelatihan
kearsipan di Arsip Nasional Bogor dan di
Bapusipda Bandung. (Meriyani
Dewi/MD)
Tidak, saya kuliah S1 Ilmu Perpustakaan
Unpad. (Andri Wijayanto/AW)
Tidak pernah, saya sudah kuliah D3
Perpustakaan sendiri. (Rini Naritha/RN)
Tidak pernah, saya sudah kuliah D3
Perpustakaan sendiri. (Ade M.
Sa’ban/AM)
Tidak pernah, hanya ikut bintek 3 hari di
Bandung. (Joko Rianto/JR)
Tidak pernah, saya kuliah S1 Manajemen
sendiri. (Lutfi Hikmawan/LH)
Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara
non-formal
Pernah ikut pelatihan kearsipan di Arsip
Nasional Bogor dan di Bapusipda
Bandung. (Ferry Adnan/FA)
Pernah ikut pelatihan kearsipan di Arsip
Nasional Bogor dan di Bapusipda
Bandung. (Meriyani Dewi/MD)
Sering ikut seminar di tingkat nasional
maupun daerah. (Andri Wijayanto/AW)
Pernah mengikuti seminar pengelolaan
perpustakaan umum di Perpustakaan
Nasional dan di Bapusipda Bandung.
(Rini Naritha/RN)
Pernah mengikuti seminar pengelolaan
perpustakaan umum di Perpustakaan
Nasional dan di Bapusipda Bandung.
(Ade M. Sa’ban/AM)
Pernah mengikuti seminar pengelolaan
perpustakaan umum di Perpustakaan
Nasional dan di Bapusipda Bandung
(Joko Rianto/JR)
Pernah mengikuti seminar pengelolaan
perpustakaan umum di Perpustakaan
Nasional dan di Bapusipda Bandung.
(Lutfi Hikmawan/LH)
Kegiatan pendidikan dan pelatihan secara
informal Pernah, waktu itu ke Perpustakaan
Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan
Provinsi Yogyakarta, Perpustakaan
Provinsi Jawa Timur Perpustakaan
Nasional Belanda dan Perpustakaan
Nasional Jerman. (Ferry Adnan/FA)
Pernah juga, kadang-kadang saya
mengikuti studi banding di Bapusipda
Provinsi Jawa Barat dan Perpustakaan
Nasional. (Meriyani Dewi/MD)
Sering berdiskusi dengan teman dan
sering kunjungan ke perpustakaan lain.
(Andri Wijayanto/AW)
Belum pernah kalau ada surat tugas dari
Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu
saya studi banding ke Perpustakaan
Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan
Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan
Nasional. (Rini Naritha/RN)
Belum pernah kalau ada surat tugas dari
Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu
saya studi banding ke Perpustakaan
Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan
Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan
Nasional. (Ade M. Sa’ban/AM)
Belum pernah kalau ada surat tugas dari
Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu
saya studi banding ke Perpustakaan
Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan
Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan
Nasional. (Joko Rianto/JR)
Belum pernah kalau ada surat tugas dari
Pemerintah Kabupaten Bogor, waktu itu
saya studi banding ke Perpustakaan
Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan
Provinsi Yogyakarta dan Perpustakaan
Nasional. (Lutfi Hikmawan/LH)
Kendala dan Cara Mengatasinya oleh
Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor
Saya rasa ada staf yang kurang untuk
mengembangkan diri juga, saya juga
kurang tau alasannya mereka itu apa,
saya juga sudah berusaha memberikan
mereka kesempatan buat pelatihan tapi
mereka pengennya bareng-bareng berdua
bertiga padahal dari lembaga induknya
sendiri hanya memberikan untuk satu
orang. Saya coba memberikan suatu
motivasi berupa kompensasi dan
tunjangan. (Ferry Adnan/FA)
Ya paling kalau ada seminar atau
pelatihan ya tidak boleh ikut semua,
karena disini juga kan orangnya cuma
sedikit, kalau ikut semua kan takutnya
perpustakaan tidak berjalan. Ketika ada
seseorang yang mengikuti pelatihan, kita
juga kan mengharapkan setelah pelatihan
itu memberikan informasi, presentasi
kepada teman-teman apa saja yang
didapatkan dari sana. Itu salah satunya
menjadi terwakili ketika ada pelatihan, ya
ditularkan lah kepada teman-teman,
mungkin dengan materinya yang dibawa,
pengalaman yang didapat dan lain-lain
ya. (Andri Wijayanto/AW)
Kendalanya terkadang pihak
penyelenggara seminar atau workshop itu
bukan dibawah lembaga negara jadi
mereka mengumpulkan pustakawan
seluruh Indonesia dan tema itu
dilemparkan ke peserta seminar itu juga.
Jarang belum pernah ada tema yang
secara khusus. (Ade M. Sa’ban/AM)
Kendala dan Cara Mengatasinya oleh
pustakawan Ada kendala saya yaitu usia dan
penggunaan komputer. Dulu kan belum
pake komputer sekarang sudah pakai
komputer, ya dapat pengarahan dari
pimpinan. kalau nggak ngerti ya bertanya
sama yang muda-muda. Saya juga udah
tua jadi sering blank gtu, sering lupa-lupa
juga. kalau nggak ngerti ya bertanya
sama yang muda-muda. Saya juga udah
tua jadi sering blank gtu, sering lupa-lupa
juga. (Meriyani Dewi/MD)
Presentasi teori dengan praktek lebih
banyak teorinya, biasanya karena materi
dipadatkan dalam waktu singkat sehingga
kurangnya daya tangkap peserta terhadap
materi, sehingga setelah proses diklat
selesai, hasil diklat tidak mampu di
aplikasikan di dalam pekerjaaan.
Seharusnya penyampaian materi itu harus
seimbang, maksudnya teori dan praktek
dalam kerja di perpustakaan harus
sejalan, tidak lebih banyak teori atau
tidak lebih praktek. Dalam penyampaian
materi harus memperpanjangkan waktu,
agar peserta dapat mengerti materi yang
disampaikan dalam seminar. (Andri
Wijayanto/AW)
Ya mungkin kendalanya itu keterbatasan
waktu. Kita kan kadang-kadang sudah
capek dengan tugas kita, jadi kadang-
kadang menyita waktu. Paling kalau jam
istirahat kita baru bisa ngobrol, tanya-
tanya juga. (Rini Naritha/RN)
Dana, keterbatasan waktu pendidikan dan
pelatihan, tema yang kurang khusus dan
kurang sesuai dengan bidang pekerjaan
masing-masing. Kalau masalah dana bisa
diatasi dengan penyusunan daftar
anggaran yang diperlukan dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan. (Ade M.
Sa’ban/AM)
Ya kalau kendala saya sendiri dalam
pendidikan, paling biayanya untuk kuliah
terus waktu juga. Kalau kita kuliah kan
waktu kerja kita kan dari pagi sampai
sore jadi sudah waktu kita sudah habis
buat kerja. Masalah dana belum bisa saya
atasi karena kurangnya informasi dalam
pengajuan beasiswa yang dilakukan
pemerintah. (Joko Rianto/JR)
Ya masalah klasifikasi doang, apalagi
kalau judulnya Bahasa Inggris, kalau
disini (OPAC) gk ada ya gk berani. Kalau
Bahasa Inggris kan harus diartiin dulu ya,
ini tentang apa. Bagaimana ini kalau di
klasifikasi di kelas 400 ya takut salah. Ya
udah biarin aja lah, biar bapaknya aja yg
ngerjain. Pokoknya disini kerja sebisanya
lah. Kalau gk ya nyari-nyari di catalog
online kalau gk ada juga ya nyerah aja.
Dengan bantuan translate online, katalog
online dan apabila tidak ditemukan, saya
menyerahkan kepada Koordinator
Perpustakaan untuk mengklasifikasikan
bahan pustaka tersebut. (Lutfi
Hikmawan/LH)
Framework Penelitian
Upaya Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Perpustakaan
Perpustakaan Pustakawan
Perencanaan kegiatan
pendidikan dan
pelatihan sumber daya
manusia. Koordinasi
dengan lembaga induk.
Fasilitas pustakawan
dalam mengikuti
kegiatan pendidikan
dan pelatihan.
Mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan
secara formal. Mengikuti
kegiatan pendidikan dan
pelatihan secara non-formal.
Mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan
secara informal.
Kendala Perpustakaan
Pustakawan yang
kurang dalam
mengembangkan
potensi diri.
Ketidaksesuaian tema
dalam kegiatan
pendidikan dan
pelatihan dan kebijakan
Lembaga Induk dalam
pemberian satu
pustakawan atau staf.
Kendala Pustakawan
usia, waktu,
penyampaian presentasi
pendidikan dan
pelatihan lebih banyak
teorinya daripada
praktek, biaya serta
ketidakmampuan dalam
bahasa asing.
Buku Tamu Digital (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Online Public Acecss Catalog (OPAC) (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Pelayanan sirkulasi (dokumentasi pribadi tanggal 30/05/2014)
Tempat penyimpanan katalog pengarang, subyek dan judul (dokumentasi pribadi tanggal
30/05/2014)
Rak buku dewasa (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak Majalah (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Meja baca (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Meja baca dan rak buku anak (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak koleksi referensi (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak koleksi referensi (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak display koleksi buku baru (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Rak display koleksi buku lama (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
Ruang kerja pustakawan (dokumentasi pribadi tanggal 07/05/2014)
PEMERINTAH KABUPATEN BOGORK.*NTOR ARSIP DAN PERPUSiAi<AAN DAERAH,' Bersih Kompreks pemda Terp.: (021) sz%t:::,:zilrurr* ,roru s'.got,*crBrNoNc 16e14Website: http://kapd.bogorkab.go.ld, e_mall: [email protected]
NomorSifatLampiranPerihal
?7I*{;,r-,u
Penyampaian Data dan BerkasUsulan fin Belajar
dan mohon kiranya dapat diproscs izindiatas ( berkas persyaratan terlampir ).
Cibinong 2) September 3013
KepadaYth-, Kepala. padan Kepegawaian,
pendidikan dan pelatihanKabupaten Bogordi_
Cibinong
Dengan ini, kami menyarnpaikan Data dan Berkas pegawai pada KantorArsip dan perpr'61a16*o Daerah kabupaten Bogor, ,*u ,i* meranjutkanPendidikan shata ( SI ) pada universitas Terbuka {.rpBJJ - Bogor, dan diusulkanifin belajarnya adalah sebagai berikut :
Demikian disampaikan, atas
belajarnya atas nama pegawai tersebut
terimakasih.
DAN PERPUSTAKAANATEN BOGOR
Pembina Tingkat INrP. 195803261989031002
Tembusan :
Yth. 1.
Bupati Bogor ( sebagai laporan );2. Sekretaris Daerah Kabupaten eogor.
No. Nama/lrllP Pangkat/Gol Jabatan Ket
1
Rini Narith4 AjAdd - . -NII). I 98004232006042U07
rengatur
'fingkat t/II.d
Pustakawan
Pelaksana./'rus lvlunamaO Sa,ban, A.MdN lt,. I 98 I 07 I 22(10902 I 00 1
Pengatur/II.c Pustakawan-
Pelaksana
PEIVIERINTAH KABUPATEN .BOGORSEITRETARTAT DAERAII
Jl. Tegar Beriman, Telp. (021) g7S452B -g7S4S2g, Fax. g754526Cibinong - Bogor t6gl4
NomorSifatLampiranPerihal
oqS,/ ?(9 -n^ppPenting '
P".*olroo* penerimaanI(unjungan Kerja
Cibinong 29 Novemb er 2013
Kepada,Yth- Kepalaperpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten SlemanDi_
Yogyakarta
Dalam rangka meningkatkan wawasan Kantor Arsip dan perpustakaanDaerah Kabupaten Bogor, akan mengadakan k,njurgan balasan berupa kuqiungankeria ke Kantor Ferpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten sleman yogyakarta.
Adaptur krrqiungan kerja dimaksud akan Kami laksanakan pada :
Hari/tanggal :Kamis,5Desember20l3
Pukul : 09.00 ![ibDemikian disampaikan atas perhatiannya karni ucapkan terima kasih.
NIP. 19600904198903100sTembusan :
Yth- 1. Bupati Bogor ( sebagai laporan ).
Nopember 2013
PEMERINTAH KABUPATEN BOGORSEKRETARTIff DAERAII
JI. Tegar Bcriman, Telp. (021) g7S4S2S -g7S4SZg,Fax. 8254526Ciblrong - Bogor 16914
+!IRAr LERTNTAHr\omor: o9o / )gl - k+fU
Daram ranoka meningkatkan *u.y,:?l rG1to1 Ar:sip dan perpustakaan DaerahKabupaten gogorJ akan me"ngiaurun'iun:ungan baiara; berupa kunJungan kerja keKantor perpustakaan dan nrsiioaerarr iani,paiten sr"run vogyuhfr, dengan ihi :
SEKRETARIS DAERAHI(ABUPATEN BOGOR
MEMERINTAHKAT{
Kepada :
NamaNIPPangkaflGot.'labatan
Drs. Ferry Adnan, M.Si195803261989031002Pemblna Tingkat I/Iy.bKepala Kantor Arsip dan perpustakaanDaerah Kabupaten Bogor.
untuk : Melaksa.nakan. kunjungan kerja. ke Kantor perpustakaan dan Arsip DaerahKabupaten Sreman yogya\arta, yang oila[ianarcan pada tanggat 4Desember 2013 s.d 6 Desember ZOiS.
Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
,r.q
urIo-\
IJ
NrP. 19600904198903100s
(\
.-.-x
\/
.lB i[t,-i ii--,13
Caialirr;Konfri-ma$r ii., hih hfljtJt
Fax. l.{omcr OZiKontak i:erscrr.
.!li l
iJrYapl'a;l,*
:.
:
i:, ,
; i..ll: i,
', i: ;'r
L
,.,!. ,.1lt
ilI,.
,i,i
. :iI..,i
PEMERINTAH KABUPATEN BOGORKANTOR ARSIP DAN PERPU"O*;;- DAERAHn' Bersih Komprcks pemda Terp.: (021) BTgor:6:,szx.z8r,Fax.: (0zr) Bzg[lg6scIBINoNG 15q4Websile: h'p;//kapd.bogorkab.go.id, e_mail: [email protected]
ffiBerdasarkan-:lrgl dari Kepara
?ug:n pemberdaval.l:ru.rpuan
dan Keruarga,5ffi::T? I,omor ooirgi]6-?pA.i#gnir zi
^rti'iiiiili,frr, undansan nJo.ni, rr+
KEPALA KANTOR f_slt DAN pERpusrAKAAN DAERAHKABU'ATEN BoGoR YnE^,rr
MEN,IERIt{TAHKAN
Hj" Merlyani Dewi, SH196212201996032001Penata TK.IfiI.dKepala Seksi pengelolaan perpustakaan
Kepada :
NamaNIPPangkat/Got.labatan
Untuk : - Mengikuti Rakonnls KtA yang dilaksanakan obertempar oi nrn' x. rio,. r"r, ,u n.r-pffi il ffi:a a?:ffl, 33ff.or rr ro- Meraporkan hasir kesiatan ter:sebut airi.r, kepada rcepara- KantorArsip dan perpustakad d.,rh i;;;;*i.ilror.
Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh hnggung jawab.
Dikeluarkan diPada Tanggal
CIBINONGMei2014:30
PIh. KEPAI.A KANTOR-ARSIP DAN PE-RPUSTAKAAN DAERAHKABUPATEN BOGOR --_ - ..r -^I
n.Tb. yuoi ius"u} *maPenata Tinqkat I
NrP. lgsgozzsrsbzoe r oor
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR*f,T.Ip"*"3I?l: ?*ry I_ER-pu
s rAKAaNr D AERAHWebslts: http:/lkapd.bogorkab.go.ld, s-mail: [email protected]
nWBerdasarkan surat sekretaris. D-aerah provinsi Jawa Barat,au22slBapusipda perihar rooioin.ri oun-snr,,oiisuri perencanaanPerpuqekaan dan xugo,pan qili*. a.rtrlnun ?gii;.a;rq1,ni i
KEPAIT KANTOR ARSIP DTTI PERPUSTAKAJTN DAERAHKABUPATEN BOGOR
NomorKegiatan
Kepada :
1. NarnaNIPPangkat/GoLlabatan
2. NamaNIPPangkaVGol.:
'Jabatan
MEM.ERINTATIKAN
Djoko T+ijono1958051B1985031006PenataTingkat IlIILdArsiparis Penyelia
1t9l^Lulylnto, s.Sos S./197802172006041006Penata t4uda TKIIII.bPustakawan pertama
t
Dikeluarkan diPada Tanggal
{
Untuk : - Mengikuti Rapat Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan Kegiatanperpustikaan dan K€arsipan Oi fawa ilrJi *ng dilaksanakan padatanssar 21 s.d 22 Maret igl? didoi'i ii' q,i1.r - b;;i,'Eunorng( .ARRCADITTtr Business a Enterainmefii Hltur ) Jr. Kebon Jati 71 _ 75Bandung.
- Meraporkan hasii teoiatalf3*t{lg,rhr, Kepada Kepara Kantor Arsipctan rerpustataan Daeratr reuopren ffii."'Demikian untuk" diraksanat<an'dengan penuh.€ng'ung jawab.
: CIBINONG: 20 Maret 2013
An.KEPAIAKANToRAqs_l!,-rlAr{*ERArrsrArooANDAERA'ISTBT,PIT€N"BO@R
PEMIERINTAH KABUPATEN BOGORKANTOR ARSIP DAN PERPUSTAI(AAN DAERAH
]1. Bersilr Kompteks pemda Telp.: (021) g79f/1g63,g7ilZgl Fax.: pn) ST(OLSI|CIBINONG 16914Website: http://kapd.bogorkab.go.l( e_mai[ [email protected]
SURAT PERINTAHNonror: 0oo I lUt- fU
Berdasarkal,Y-tlqTi fengurus Pusat Gerakan pemasyarakatan Minat Baca( GPMB ) Nomor 18/GPMB/fiI.2015 perihat u.d;;g;; peserta seminar NasionatPembudayaan Kegemaran Membaca dan hapat r"r;u rrrilionar GPMB, dengan ini :
KEPALA KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAIGAN DAERAHKABUPATEN BOGOR
MEMERINTAHKANKepada :
I
1. NamaNIPPangkat/Gol.Jabatan
2. NamaNIPPangkaflGolJabatan
Hj. Merlyanidewi, SHL962L2?01996032001Penata TK.IA[.OKasi Pengelolaan perpustakaan
Rini Naritha, A.Md198004232006042007PengaturTK.Ufr.dPustakawan Pelaksana
Dikelugrkan diPada Tangga'l
Untuk : - Mengikuti seminar Nasionai Pembudayaan Kegemaran Membaca danRapat Kerja,Nasional GPMB yang dilaksanakai paoa tanggal z+25September 2013 bertempat di Lumire HotetAtrium S"nunl.=liL
- Melaporkan hasil kegiatan lgrsebut diatas, Kepada Kepala Kantor Arsipdan perpustakaan Daerah Kabupaten aogoi.
Demikian untuk diraksanakan dengan penuh tanggung jawab.
KEPAI.A
: CTBINONG: 2-> September 2013
PERPUSTAI$AN DAERAHBOGOR
rptv-ra \ I sr\r.(lJ- \ .r1\tlllttl,.:1
IINTyERSTTAS rSLAM r\EGERT (UIt{)SYARIF IIIDAYATT}LLAH JAKARTA
TAKUITAS AI}AB DA}I HI}MANIORA
Telp. (021) 7443329,Fax. (021) 74933& Jl. h. H. Juanda No. 95, Ciputat ls4l?,Jakarta, Indonesia
Nomor : Un.0L/F2IPP.009. L l?tcil%ALaLamp. : -Hal : Tan Penelitian
Narna
Tempat, Tg1. Lahir
NIM
Jurusan
Semester
Tahun Akademik
Jakarta, 22 Mei20l4
KepadaYth.Kepala Kesatuan Fangsa dan PolitikKabupaten Bogo/DiTempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan, bahwa mahasiswa Fakultas Adabdan Huma:eiora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan IlmuPerpuStakaan yang sedang menJ tsun skripsi berjudul oPendidihndan Pelatihan SDM Perpustakaan: studi hsus PerpustataanUmum Daerah Kabupaten Bogor
Ichsan Maulana
Bogor,2O November 199O
109025000027
Ilmu Perpustakaan
X {Sepuluh}
zorcl2OL4
Matrasiswa tersebut memerlukan data unhrk penulisan skripsi.Oleh sebab itu, kami mohon bapak dapat memberikan irin kepadamahasiswa tersebut untuk melakukan penelitian di lembaga yangbapak/ibu pimpin.
Demikian atas barrtuan dan kerjasarnarrya, kami ucapkanterimakasih.
Wassalamu'a1ailmm Wr. Wb.
Fathurahman, M. Hum199603 1003
&.I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 20
November 1990 dari bapak bernama Muhammad Sukarya
Sahari dan ibu bernama Siti Mahromi Zein. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar Sawangan 1 tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Depok tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Depok tahun
2009. Setelah tamat SMA, penulis diterima di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Penulis pernah
menulis buku penelitian dengan judul Manajemen Arsip Elektronik. Penulis
pernah magang di Perpustakaan MI At-Taqwa, penulis pernah PKL di bagian
pelayanan, pengadaan dan pengolahan di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Bogor, penulis pernah magang di Perpustakaan Kejaksaan Negeri Cibinong,
penulis pernah magang di Perpustakaan Umum Daerah Kota Depok, penulis
pernah bekerja di Perpustakaan Umum Taman Kabupaten Bogor selama 1 tahun.
Penulis menyelesaikan pendidikan S1 selama 5 tahun. Selain kuliah, magang dan
bekerja, penulis aktif olahraga sepakbola dan futsal. Sekarang penulis tinggal di
Sawangan, Depok.