Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)
-
Upload
japar-sadiq-assaqaf -
Category
Documents
-
view
595 -
download
39
Transcript of Pendekatan Kognitif Kompleks (Psikologi Pendidikan)
PENDEKATAN KOGNITIF KOMPLEKS(Psikologi Pendidikan)
MAKALAH
Disampaikan dalam Forum Seminar Mata Kuliah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Semester II Tahun Akademik 2013
Oleh;
ISMAYANTINIM. 80100212178
Dosen Pemandu:
Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd.Dr. H. Muh. Tamar, M.Psi.
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
M A K A S S A R
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah Swt dengan sebaik-baik bentuk
sebagaimana dijelaskan Allah dalam Surat al-Tiin ayat 4 : “Sungguh
kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”, sekaligus menjadikan manusia sebagai makhluk hidup
yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan mkhluk-mkhluk
hidup lain. Sebagai akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-
perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologi maupun
perubahan-perubahan dalam segi psikologi.1
Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi
informasi dalam memori. Ini sering dilakukanuntuk membentuk konsep, bernalar dan
berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Siswa
dapat berpikir tentang hal-hal yang konkret, seperti liburan ke pantai atau cara
menang dalam permainan video game, atau apabila mreka sudah di usia sekolah
menengah, mereka bisa berfikir tentang hal-hal yang lebih abstrak, seperti makna
kebebasanatau identitas. Mereka dapat berpikir tentang masa lalu (seperti apa yang
terjadi pada mereka bulan lalu), dan masa depan (seperti apa kehidupan mereka nanti
di tahun 2020). Mereka dapat memikirkan realitas (seperti bgaimana ujian besok
1Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Cet, II; Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 195.
2
dengan lebih baik) dan rantasi (seperti apa rasanya menjadi Ayu Tingting, Dian
Sastro, atau tokoh politik seperti Jusuf Kalla atau naik pesawat luar angkasa ke Mars)
Proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan ke-terlibatan
aktif pemikirnya. Produk berpikir seperti pikiran, pengetahuan, alasan, serta proses
yang lebih tinggi seperti penilaian dapat juga dihasil-kan. Kaitan kompleks
dikembangkan melalui berpikir ketika digunakan sebagai bukti dari waktu ke waktu.
Kaitan ini dapat dihubungkan pada struktur yang terorganisasi dan diekspresikan oleh
pemikir dalam beragam cara. Jadi definisi ini menunjukkan bahwa berpikir
merupakan suatu upa-ya kompleks dan reflektif dan juga pengalaman kreatif.
Kemampuan berpikir inilah yang merupakan faktor penting dalam proses
pembelajaran siswa. Kemampuan berpikir seseorang dapat dikem-bangkan melalui
belajar, bertanya terus pada diri sendiri, memiliki ke-inginan untuk menghasilkan
sesuatu yang baru, berkemauan memanfa-atkan sesuatu yang ada di sekitar, sehingga
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Kemampuan berpikir ini dimungkinkan untuk berkembang karena manusia memiliki
rasa ingin ta-hu yang selalu terus berkembang. Berarti keterampilan berpikir setiap
orang akan selalu berkembang dan dapat dipelajari. Depdiknas (2003a) menegaskan
salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembang-kan melalui proses
pendidikan adalah keterampilan berpikir. Berarti hal ini menunjukkan bahwa
seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupan-nya antara lain ditentukan oleh
keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan masalah kehidupan
yang dihadapinya.
3
Literatur baru tentang berpikir menyajikan daftar ganda tentang proses kognitif
yang dapat dipertimbangkan sebagai keterampilan berpi-kir. Beyer menekankan
pentingnya mendefinisikan keterampilan secara akurat dan menyarankan untuk mere-
view kerja para peneliti seperti Blo-om, Guilford, dan Feuerstein untuk menemukan
definisi yang bermakna tentang berpikir. Agar tidak bingung membedakan proses
seperti inkuiri dan mengingat sederhana. Beyer konsisten dengan para peneliti
sebelum-nya tentang proses kognitif, untuk membedakan keterampilan berpikir
tingkat rendah, dan keterampilan berpikir kompleks. Sebagai contoh, ada perbedaan
besar antara mendapatkan contoh identik dari insekta tertentu dengan menemukan
perbedaan dari insekta yang sama. Tugas yang perta-ma melibatkan proses dasar
mengidentifikasi dan membandingkan. Se-dangkan tugas satunya lagi memerlukan
tahap yang kompleks, canggih, berulang dan berurutan dari pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dalam makalah ini secara spesifik
akan membahas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pendekatan kognitif kompleks yang dirumuskan dalam beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana membentuk pemahaman konseptual ?
2. Bagaimana proses berfikir ?
3. Apa langkah-langkah pemecahan problem ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kognitif.
Istilah “kognitif” berasal dari kata cognition, padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan
penggunaan pengetahuan.2 Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi
populer sebagai salah satu ranah psikologi manusia yang meliputi setiap prilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.
Kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia termasuk kejiwaan yang berpusat di otak yang berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Dengan
perkataan lain, psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang
ditangkap oleh indera diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam
kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.3 Menurut teori ini, reaksi
terhadap rangsang tidak selalu ke luar berupa tingkah laku yang nyata (respons yang
2Neisser dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet.XVI; Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2010)., h. 65
3Sarlito Wirawan Sarwoto. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Cet.III;Jakarta:Bulan Bintang,1991), h. 147
5
overt) akan tetapi juga bisa mengendap berupa ingatan atau diproses menjadi gejolak
perasaan (gelisah, kepuasan, kekecewaan dan sebagainya), ataupun dapat berupa
sikap suka atau tidak suka.
Teori kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Winkel, bahwa ;
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.4 Perubahan ini bersifat secara
relatif dan berbekas, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah
dibangunnya ilmu pengetahuan dalam diri seorang individu melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema
(kerangka kognitif atau kerangka referensi). Skema adalah konsep atau kerangka
yang eksis didalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan informasi, dapat berupa skema yang sederhana (seperti skema
sebuah mobil) sampai skema kompleks (seperti skema tentang apa yang membentuk
alam semesta).5
A. Pemahaman Konseptual
Pemahaman konseptual adalah aspek kunci dari pembelajaran.
Salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah membantu murid
memahami konsep utama dalam suatu subjek, bukan sekedar
mengingat fakta yang terpisah-pisah. Dalam banyak kasus,
4Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. (Cet.III;Jakarta:PT.Gramedia, 1991)., h. 53
5John W. Santrock, Educational Psychology, dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B. S., (Ed. II, Cet. II ; Jakarta : Kencana, 2008), h. 46.
6
pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat
membantu murid mengeksplorasi topik secara mendalam dan
memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.
Konsep adalah bagian utama dari pemikiran
Konsep adalah kategiri-kategori yang mengelompokkan objek
kejadian, dan karakterisitik berdasarkan propertin umum. Konsep
juga membantu membnatu proses mengingat membuatnya lebih
efisien. Ketika murid mengelompokkan objek untuk membentuk
konsep, mereka bias mengingat konsep tersebut kemudian
mengambil karakteristik konsep itu.
Dalam sejumlah hal, guru bisa membantu murid untuk
mengenali dan membentuk konsep yang efektif, prosesnya dimulai
dengan mengenali ciri-ciridari suatu konsep tertentu. Aspek penting
dari pembentukan atau formasi konsep adalah mempelajari ciri
utamanya, atributnya atau karakteristik.
Salah satu aspek penting dari pengajaran konsep adalah
mendefinisikan secara jelas dan memberi contoh yang cermat.
Tennyson dan Chocciarella membagi strategi contoh aturan konsep
kedalam empat langkah:
1. Mendefinisakan konsep. Menghubungkan konsep dengan konsep
super ordinat dan sebutkan ciri-ciri utamanya
2. Jelaskan istilah-istilah dalam defenisi konsep. Pastikan bahwa
ciri atau karakteristik utama bias dipahami dengan baik
7
3. Beri contoh untuk mengilustrasikan ciri utamanya berkenaan
dengan contoh konsep kita dapat memberikan contoh dan
deskripsi tipe-tipe dari jenis yang berbeda.
4. Memberi contoh tambahan. Yaitu memberikan contoh dari jenis
konsep yang berbeda.
Langkah-langkah memban tu murid membentuk konsep:
1. Gunakan strategi contoh aturan
2. Bantu murid bukan hanya mempelajri suatu konsep, tetapi juga
yang bukan termasuk konsep itu
3. Buat konsep sejelas mungkin dan beri contoh konhkrit
4. Bantu murid menghubungkan konsep baru dengan konsep yang
sudah mereka kenal
5. Dorong murid menciptakan peta konseep
6. Suruh murid membuat hipotesis tentang suatu konsep
7. Beri murid pengalaman dan penyesuian proto tipe
8. Cek pemahaman murid atas suatu konsep dan motifasilah
mereka untuk mengaplikasikan konsep tersebut pada kontekks
lain.6
B. Berfikir
Berfikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi
informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep,
bernalar dan berfikir secara kritis, membuat keputusan, berfikir kreatif dan
memecahkan masalah.6 Ibid, h. 356
8
1. Penalaran
Penalaran (Reasoning) adalah pemikiran logis yang menggunakan
logika induksi dan deduksi untuk menghasilkan kesimpulan. Penalaran terbagi
atas dua yaitu Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif
Penalaran Induktif adalah penalaran dari hal-hal spesifik ke Umum.
Yakni mengambil kesimpulan(membentuk konsep) tentang semua anggota
suatu kategori berdasarkan observasi dari beberapa anggota. Misalnya saat
siswa berpuisi di depan kelas hanya membaca beberapa puisi dan diminta
menarik kesimpulan tentang sifat umum puisinya maka siswa diminta
menggunakan penalaran induktif.
Penalaran Deduktif adalah Penalaran dari Umum ke Spesifik.
Penalaran deduktif hamper selalu pasti dalam pengertian bahwa jika aturan
atau asumsi awalnya benar, maka konklusinya akan mengikuti logika secara
benar. Misalnya Jika anda tahu kaedah umum bahwa anjing menggonggong
dan kucing mengeong (dan jika kaedah ini selalu benar), anda bias
mendeduksi dengan tepat apakah hewan piaraan tetangga anda yang tampak
aneh adalah anjing atau kucing berdasarkan suara yang dikeluarkan hewan itu.
Saat psikolog pendidikan mengembangkan hipotesis dari suatu teori, mereka
menggunakan bentuk penalaran deduktif karena hipotesisadalah spesifik,
eksistensi logis dari teori umum. Jika teori itu benar, maka hipotesisnya juga
akan benar.
2. Pemikiran Kritis
9
Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif, dan
melibatkan evaluasi bukti. Berikut ini beberapa cara yang digunakan guru
untuk memasukkan pemikiran-kritis dalam pengajaran :
a. Jangan hanya tanyakan tentang apa yang terjadi, tapi tanyakan juga
bagaimana dan mengapa?
b. Kaji dugaan fakta untuk mengetahui apakah ada bukti yang
mendukungnya.
c. Berdebatlah secara rasional, bukan emosional
d. Akui bahwa terkadang ada lebih dari satu jawaban yang baik
e. Bandingkan dari berbagai jawaban untuk satu pertanyaan dan nilailah
mana jawaban terbaik.
f. Evaluasi dan kalau mungkin tanyakan apa yang dikatakan orang lain
bukan sekedar menerima begitu saja jawaban sebagai kebenaran
g. Ajukan pertanyaan dan pikiran di luar apa yang sudah kita tahu untuk
menciptakan ide baru dan informasi baru
3. Pembuatan keputusan
Pembuatan keputusan adalah pemikiran dimana individu mengevaluasi
berbagai pilihan dan memutuskan pilihan dari sekian banyak pilihan tersebut.
Dalam penalaran deduktif, orang menggunakan kaidah yang jelas untuk
mengambil kesimpulan. Sebaliknya saat kitya membuat keputusan, kaidahnya
jarang yang jelas dan kita mungkin hanya punya pengetahuan terbatas tentang
konsekuensi dari keputusan itu. Selain itu informasi penting mungkin tidak
10
tersedia dan kita mungkin tidak bisa mempercayaisemua informasi yang kita
punya.
4. Pemikiran Kreatif
Kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara
baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu problem.
Salah satu tujuan penting pengajaran adalah membantu murid ,enjadi lebih
kreatif. Strategi yang bias mengilhami kreatifitas murid adalah ;
Brainstorming, Menyediakan lingkungan yang memicu kreatifitas, tidak
terlalu mengatur murid, mendorong motivasi internal, mendorong pemikiran
yang pleksibel dan menarik, dan memperkenalkan murid dengan orang-orang
kreatif.
C. Pemecahan Problem
Memecahkan masalah melibatkan aktivitas seperti menggunakan proses
berpikir dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu, merakit fakta tentang informasi
tambahan yang diperlukan, memprediksi atau menya-rankan alternatif solusi dan
menguji ketepatannya, mereduksi ke tingkat penjelasan yang lebih sederhana,
mengeliminasi kesenjangan, memberi uji solusi ke arah nilai yang dapat
digeneralisasi. Kemampuan untuk mela-kukan pemecahan masalah adalah
ketrampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam setiap aspek
kehidupannya. Jarang sekali se-seorang tidak menghadapi masalah dalam
kehidupannya sehari-hari kare-na masalah telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan kita, baik kehidupan sosial, maupun kehidupan
profesional kita. Untuk itulah penguasaan atas metode pemecahan masalah menjadi
11
sangat pen-ting, agar kita terhindar dari tindakan jump to conclusion, yaitu proses pe-
narikan kesimpulan terhadap suatu masalah tanpa melalui proses analisa masalah
secara benar, serta didukung oleh bukti atau informasi yang aku-rat. Pemecahan
masalah yang tidak optimal dapat memunculkan masalah baru yang lebih rumit
dibandingkan dengan masalah awal.
Tabel 1. Model keterampilan berpikir dasar menurut Bloom dan Guiford
NoKeterampilan Berpikir
DasarProses Dasar
1 Sebab - memantapkan sebab dan akibat,- menguji
Prediksi; Inferensi; Pertimbangan; Evaluasi
2 Transformasi - mengaitkan karakteristik yang sudah dan belum diketahui, menciptakan makna
AnalogiMetafor Induksi logis
3 Relasi- mendeteksi operasi reguler
Fakta dan pola; Analisis dan sintesis; Urutan dan pilihandeduksi logis
4 Klasifikasi- menentukan ciri umum
Persamaan dan perbedaan pengelompokan dan pemilahan perbandingan dan pemisahan
5 Kualifikasi- menentukan karakteristik unik
Unit identitas dasar definisi, fakta-faktapengenalan masalah
Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui dua metode yang ber-beda, yaitu
analitis dan kreatif. Tahapan pemecahan masalah secara anali-tis dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu (1) mendefinisikan masalah; (2) membuat akternatif
pemecahan masalah; (3) evaluasi alter-natif peme-cahan masalah; dan (4) solusi dan
tindak lanjut. Mendefinisikan masalah adalah langkah pertama yang perlu dila-kukan
dalam metode analitis adalah mendefinisikan masalah yang terjadi. Pada tahap ini,
dilakukan diagnosis terhadap sebuah situasi, peristiwa atau kejadian, untuk
memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala yang
12
muncul. Agar dapat memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, dan bukan
pada gejala yang muncul, maka dalam proses mendefiniskan suatu masalah,
diperlukan upaya untuk mencari in-formasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya,
agar masalah dapat dide-finisikan dengan tepat.
Beberapa karakteristik dari pendefinisian masalah yang baik ada-lah (1) Fakta
dipisahkan dari opini atau spekulasi, dan data objektif dipi-sahkan dari persepsi; (2)
Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi; (3) Masalah harus
dinyatakan secara eksplisit/ tegas. Hal ini seringkali dapat menghindarkan kita dari
pembuatan definisi yang tidak jelas; (4) Definisi yang dibuat harus menyatakan
dengan jelas ada-nya ketidaksesuaian antara standar atau harapan yang telah
ditetapkan se-belumnya dan kenyataan yang terjadi; (5) Definisi yang dibuat harus
me-nyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan de-ngan
terjadinya masalah; dan (6) Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang
samar.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah membuat alternatif pe-nyelesaian
masalah. Pada tahap ini, diharapkan dapat menunda untuk me-milih hanya satu
solusi, sebelum alternatif yang ada diusulkan. Penelitian yang pernah dilakukan
dalam kaitannya dengan pemecahan masalah men-dukung pandangan bahwa kualitas
solusi yang dihasilkan akan lebih baik bila mempertimbangkan berbagai alternatif.
Karakteristik dari pembuatan alternatif masalah yang baik adalah (1) Semua
alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan ter-lebih dahulu sebelum
kemudian dilakukannya evaluasi terhadap me-reka; (2) Alternatif yang ada, diusulkan
oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyaknya
13
orang yang mengusulkan al-ternatif, dapat meningkatkan kualitas solusi dan
penerimaaan kelompok; (3) Alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan
atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat baik terhadap proses
orga-nisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan masalah; (4) Alter-natif
yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam jangka
pendek, maupun jangka panjang; (5) Alternatif yang ada sa-ling melengkapi satu
dengan lainnya. Gagasan yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik
bila dikombinasikan dengan gagasan-gagasan lainnya. Contoh: Pengurangan jumlah
tenaga kerja, namun kepa-da karyawan yang terkena dampak diberikan paket
kompensasi yang me-narik; dan (6) Alternatif yang diusulkan harus dapat
menyelesaikan ma-salah yang telah didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya yang
mun-cul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila, tidak secara lang-sung
mempengaruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.
Langkah ketiga dalam proses pemecahan masalah adalah mela-kukan evaluasi
terhadap alternatif yang diusulkan atau tersedia. Dalam ta-hap ini, kita perlu berhati-
hati dalam memberikan bobot terhadap keun-tungan dan kerugian dari masing-
masing alternatif yang ada, sebelum membuat pilihan akhir. Seorang yang terampil
dalam melakukan pemecahan masalah, akan memastikan bahwa dalam memilih
alternatif yang ada dinilai berdasarkan (1) Tingkat kemungkinannya untuk dapat
menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak
diperkirakan sebelum-nya; (2) Tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat di
dalamnya; (3) Tingkat kemungkinan penerapannya; (4) Tingkat kesesuaiannya de-
ngan batasan yang ada di dalam organisasi; misalnya budget, kebijakan perusahaan.
14
Karakteristik dari evaluasi alternatif pemecahan masalah yang baik adalah (1)
Alternatif yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu stan-dar yang optimal, dan
bukan sekedar standar yang memuaskan; (2) Penila-ian terhadap alternatif yang ada
dilakukan secara sistematis, sehingga se-mua alternatif yang diusulkan akan
dipertimbangkan; (3) Alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan
tujuan organisasi dan mempertimbangkan preferensi dari orang-orang yang terlibat
didalamnya; (4) Alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mungkin ditim-
bulkannya, baik secara langsung, maupun tidak langsung; dan (5) Alterna-tif yang
paling dipilih dinyatakan secara eksplisit/tegas.
Langkah terakhir dari metode ini adalah menerapkan dan menin-daklanjuti
solusi yang telah diambil. Dalam upaya menerapkan berbagai solusi terhadap suatu
masalah, perlu lebih sensitif terhadap kemungkinan terjadinya resistensi dari orang
yang mungkin terkena dampak dari pene-rapan tersebut. Hampir pada semua
perubahan, terjadi resistensi. Karena itulah seorang yang piawai dalam melakukan
pemecahan masalah akan secara hati-hati memilih strategi yang akan meningkatkan
kemungkinan penerimaan terhadap solusi pemecahan masalah oleh orang yang
terkena dampak dan kemungkinan penerapan sepenuhnya dari solusi yang ber-
sangkutan (Whetten & Cameron, 2002).
15
BAB III
PENUTUP
Proses kompleks ini secara jelas menggambarkan dan mengelabo-rasi
keterampilan esensial. Beberapa keterampilan esensial tertentu dapat lebih signifikan
terhadap proses kompleks yang lain, namun penelitian terbaru tidak menjelaskan
pemahaman diskrit tentang relasi ini. Yang paling penting adalah bahwa siswa
mengembangkan kompetensi kete-rampilan esensial pada awal tahun pertama sekolah
dan kemudian ketika memasuki sekolah menengah pertama mulailah dikenalkan pada
proses berpikir yang lebih kompleks pada materi tertentu yang spesifik yang sa-ngat
dekat dengan penggunaan beberapa keterampilan. Saat para siswa berada di sekolah
menengah pertama awal merupakan waktu yang tepat untuk mengenalkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau proses ber-pikir kompleks ini. Semakin
dewasa maka terjadi pertumbuhan kemampu-an kognitif yang menantang berpikir
lebih kompleks.
16
Beberapa proses berpikir kompleks memang lebih relevan dengan bidang
studi tertentu daripada dengan bidang studi lainnya. Misalnya ke-terampilan berpikir
memecahkan masalah tampak ideal untuk matematika atau sains. Membuat keputusan
lebih relevan dengan bidang sosial dan kejuruan. Berpikir kritis lebih relevan dengan
bahasa, seni, masalah de-mokrasi. Sedangkan berpikir kreatif dapat memperkaya
semua bidang stu-di. Yang paling penting adalah bahwa tujuan dari proses berpikir
kom-pleks itu harus saling menguatkan dalam belajar.Dari uraian di atas dapat dibuat
simpulan bahwa dengan membuat peta pikiran dapat melatih siswa untuk berpikir
kreatif, yang meliputi: (1) menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang lain atau
orisinil, (2) menghasilkan gagasan yang tidak terbatas atau menghasilkan banyak ide,
(3) mampu berpikir dari yang umum ke hal-hal yang lebih detail, (4) mampu menilai
karya sendiri sehingga selalu ingin memperbaikinya, dan (5) melihat permasalahan
dari berbagai aspek.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Cet III edisi revisi; Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2000)
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Cet, II; Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 195.
Neisser dalam Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet.XVI; Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2010).
Sarlito Wirawan Sarwoto. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Cet.III;Jakarta:Bulan Bintang,1991), h. 147
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. (Cet.III;Jakarta:PT.Gramedia, 1991)
John W. Santrock, Educational Psychology, dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B. S., (Ed. II, Cet. II ; Jakarta : Kencana, 2008)
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Cet III edisi revisi; Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2000)
17