PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29422-3407100032-Paper.pdf ·...
Transcript of PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29422-3407100032-Paper.pdf ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
1.1.1 Museum di Indonesia
Berdasar definisi yang disampaikan Direktorat Permuseuman Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, museum merupakan pusat
penikmatan karya seni dan pengenalan kebudayaan antardaerah dan bangsa.
Museum juga menjadi pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah dan menjadi pusat
penyaluran ilmu pengetahuan untuk umum. Sebagai objek wisata, museum
merupakan media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan.
Museum juga termasuk dalam suaka alam dan suaka budaya yang menjadi
cerminan sejarah, manusia, alam, dan kebudayaan. Tak ketinggalan, museum
menjadi sarana untuk bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.1
Museum merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman
dan penanaman nilai - nilai budaya luhur kepada masyarakat. Melalui museum
masyarakat dapat memahami nilai - nilai luhur sejarah bangsa di masa lalu yang
dapat diterapkan di masa sekarang.
1.1.2 Museum Sepuluh Nopember Surabaya
Museum Sepuluh Nopember merupakan museum khusus perjuangan sepuluh
Nopember 1945 yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dalam lingkungan Dinas
Pariwisata Kota Surabaya. Museum Sepuluh Nopember 1945 Surabaya
mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penyajian,
penelitian koleksi dan penerbitan hasilnya serta memberikan Bimbingan Edukatif
Kultural dan penyajian rekreatif benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah
yang bersifat regional.
1 http://www.budpar.go.id/search.php?site=2&l=id&q=museum
2
Museum sepuluh nopember terdiri dari 2 bagian yaitu area dalam yaitu
area yang terdapat didalam bangunan museum yang terdiri dari 2 lantai dimana
lantai 1 digunakan untuk pameran 10 gugus patung yang melambangkan semangat
juang arek – arek Suroboyo serta sosiodiorama pidato Bung Tomo dan ruang
pemutaran film pertempuran 10 Nopember 1945 (diorama elektronik) juga ruang
auditorium. Lantai 2 digunakan sebagai ruang pamer senjata,reproduksi foto-foto
dokumenter, dan pameran koleksi peninggalan Bung Tomo. Selain itu juga
terdapat dua ruang diorama statis yang menyajikan delapan peristiwa yang terjadi
di seputar pertempuran sepuluh nopember 1945 Surabaya, lengkap dengan
narasinya. Sedangkan museum bagian luar yang terdapat di aera tugupahlawan
digunakan untuk memaerkan gerbang bentar, koleksi senjata, gerbang bentar,
patung proklamator dan colonade, lapangan upacara, koleksi patung di areal, tugu
pahlawan, batu prasasti, bidang patung pahlawan tak dikenal, dan koleksi mobil
peninggalan bung tomo.
1.1.3 Museum sepuluh nopember merupakan salah satu dari tujuh Museum yang menandatangani GNCM.
Pada tahun 2010 hingga 2014, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
mencanangkan gerakan nasional cinta museum yang didalamnya terdapat 6
museum utama yang ada di Surabaya, yaitu Museum Kesehatan Dr. Adhyatma,
MPH Surabaya, Museum Trowulan Mojokerto, Museum Loka Jala Carana
Surabaya, Museum Cakraningrat Bangkalan dan Museum Tantular Sidoarjo, dan
tentunya Museum 10 November Surabaya. Tujuan dari dicanangkannya Gerakan
Nasional Cinta Museum (GNCM) adalah bertujuan untuk menaikkan jumlah
pengunjung serta meningkatkan kesadaran, apresiasi dan kepedulian terutama
generasi muda pada warisan budaya bangsa yang dipelajari di museum.
Tetapi untuk mendukung Tahun Kunjungan Museum 2010, hanya tujuh
museum di Indoensia menandatangani kerja sama program Wisata
Museum.Ketujuh Museum itu. Museum Nasional Jakarta, Museum Bank Mandiri
Jakarta, Museum Batik Danar Hadi Surakarta, Museum Geologi Bandung,
Museum Sejarah Jakarta, dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya, serta House
of Sampoerna.
3
Ketujuh museum ini sebenarnya memiliki potensi dan keunikan yang
berbeda-beda sesuai dengan latar belakang masing-masing museum, tetapi jika
dilihat dari segi potensi museum, Museum Sepuluh Nopember Surabaya memiliki
beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh museum-museum lainnya sehingga
menjadikan Museum Sepuluh Nopember Surabaya memiliki keunggulan
tersendiri, menurut kepala pengelola museum sepuluh nopember. Keunggulan
museum sepuluh nopember adalah Museum sepuluh nopember mempunyai
keunikan dari segi koleksinya dikarenakan merupakan satu-satunya museum yang
memamerkan koleksi-koleksi peninggalan dari peristiwa sepuluh nopember yang
terjadi di Surabaya.
1.1.4 Environmental graphic design
Untuk memaksimalkan infrastruktur, service, dan information pada
Museum Sepuluh Nopember, maka pihak pengelolah menginginkan diadakannya
branding fisik yang mencakup dari segi identitas visual, sarana dan prasarana
(papan informasi, papan penunjuk arah), maupun dari segi promosi, hal ini
semakin diperkuat oleh keinginan pemerintah kota untuk memaksimalkan potensi
yang ada pada museum sepuluh nopember sebagai salah satu tempat wisata yang
mengalami peningkatan pengunjung, serta service quality dibanding tempat
wisata lain yang ada di Surabaya, namun sangat dibutuhkan untuk program
pengembangannya.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dimana tanda penunjuk, (signage),
ornament grafis, ataupun papan informasi yang masih kurang sehingga belum
mampu memberikan informasi yang tepat mengenai keberadaan Museum Sepuluh
Nopember Surabaya. Pembenahan sarana fisik pada Museum Sepuluh Nopember
Surabaya hanya diutamakan untuk pembenahan secara fungsional seperti
pengecatan tembok museum dan perawatan koleksi, tanpa menambah sistem
grafis berupa elemen-elemen visual baik papan informasi atau pun environment
design.
Dalam Renja (Rencana Kerja) dinas kebudayaan dan pariwisata kota
Surabaya tahun 2011, disebutkan bahwa upaya mengoptimalkan beberapa obyek
wisata di kawasan tersebut perlu ditingkatkan, terutama untuk perbaikan
4
infrastruktur, penambahan sarana prasarana (papan informasi, koleksi museum
terutama di museum sepuluh nopember), dan pengembangan promosi yang
atraktif.2 Hal tersebut juga didukung oleh pendapat kepala dinas pariwisata
Surabaya, dimana beliau juga menginginkan untuk mengoptimalkan sarana dan
prasarana yang ada, sehingga dapat memudahkan para pengunjung yang datang ke
museum sepuluh nopember.3
Hal tersebut juga didukung oleh pendapat kepala dinas pariwisata Surabaya,
dimana beliau juga menginginkan untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana
yang ada, sehingga dapat memudahkan para pengunjung yang datang ke museum
sepuluh nopember, disamping itu, pihak pemerintah kota telah memaksimalkan
potensi yang ada pada museum sepuluh nopember sebagai salah satu tempat
wisata yang mengalami peningkatan pengunjung, serta service quality dibanding
tempat wisata lain yang ada di Surabaya, namun sangat dibutuhkan untuk program
pengembangannya.4
Museum Sepuluh
Nopember
Environmental Graphic Design
Belum memiliki Environmental Graphic design yang terpadu dapat dilihat dari segi bentuk dan sytem grafis lingkungannya.
Petunjuk Jalan/Wayfinding
Petunjuk arah areal museum dalam
petunjuk arah pada areal luar museum dalam hanya menunjukkan arah museum dalam, toilet dan arah kelur. Tidak terdapat arah menuju koleksi museum, service museum, dan sign map
2 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surabaya halaman 16 3 Hasil wawancara, ibu Wiwiek, Kepala Dinas Pariwisata Surabaya, 29 September 2011, Surabaya 4 Ibid
5
Material Bahan dari akrilik yang ditempel pada sebatang kayu, ketahanan material kayu yang kurang terhadap perubahan cuaca dikarenakan dapat lapuk danter kikis oleh panas dan hujan, disamping itu gambar hanya sekedar ditempel sticker, sehingga mudah terkelupas
Penyampaian Informasi
Menggunakan bahan akrilik, dengan ditempel sticker untuk penulisan informasinya.
keterbacaan Keterbaccan pada petunjuk arah sudah jelas dikarenakan warna yang kontras antara background dengan font.
System grafis Tidak ada keseragaman system grafis antara signage area luar museum dan museum dalam.
Map Sign Tidak ada
Exhibition display
Pembuatan Display pada benda koleksi tidak mendukung suasana perjuangan yang ingin dibangun oleh museum sepuluh nopember. Tetapi beberapa benda seperti koleksi patung belum terdapat display exhibition.
6
Material Material berupa sistem cor atau beton dan berbentuk seperti pendopo dimana penggunaa n material ini mempunyai ketahanan lebih terhadap kondisi cuaca outdoor. Penggunaan material yang baik tidak didukung dengan bentukuan yang bisa membangun suasan.
Penyampaian Informasi
Penggunaan display disini bertujuan untuk mendukung informasi koleksi dan pembetukan suasana. Tetapi display pada museum sepuluh nopember belum mencakup fungsi-fungsi tersebut.
System grafis pada bentukan display
Tidak ada
Information board setiap benda koleksi
Peletakan information
board yang tidak strategis, sehingga tidak sesuai dengan standar tinggi badan manusia Indonesia, hal ini mempersulit para pengunjung untuk membaca informasi pada Information board.
Material Material menggunakan akrilik yang di cat pada beberapa koleksi, namun pada koleksi lain hanya terdapat informasi diatas kertas yang dicetak menggunakan printer inkjet, sehingga sangat tidak tahan terhadap iklim yang lembab pada area museum dalam
7
Penyampaian Informasi
Informasi yang disampaikan berupa penjelasan umum tentang benda koleksi. Tetapi pnejeasan umum tersebut Tidak didukung penjelasan detail tentang sejarah benda-benda koleksi. Sehingga pengunjung yang datang pada museum tidak mendapatkan makna sejarah dari benda-benda tersebut.
keterbacaan Dikarenakan penempatan papamn informasi yang kurang strategis dimana para pengunjung harus menunduk atau mendongak untuk dapat membaca informasi. Serta terdapat permasalahan dimana display pada benda koleksi menutupi papan informasi koleksi sehingga keterbacaan papan informasi menjadi sanagt tidak efektif. Pada beberapa koleksi
System grafis pada bentukan display
Tidak terdapat system grafis.
Pembagian area/Zoning
Tidak ada
Tabel 1.1.1Branding Fisik Museum Areal Luar Museum Sepuluh Nopember
Dari banyaknya pengunjung yang mengunjungi monument tugu pahlawan,
banyak pengunjung yang kurang mengetahui keberadaan area museum dalam,
yang dimana pada area museum dalam terdapat barang barang peninggalan
peristiwa sepuluh nopember yang dipamerka, sebagian mereka yang mengetahui
keberadaan museum tersebut adalah mereka yang sedang melakukan study tour,
sementara kebanyakan dari mereka mengunjungi monumen tugu pahlawan hanya
untuk bersantai bersama teman, beristirahat setelah berbelanja di sekitar area tugu
8
pahlawan, mencari tempat yang tenang untuk mengerjakan sesuatu, bahkan ada
yang cuma ingin sekedar berfoto.5
Berikut merupakan hasil analisa kuesioner riset pasar pada responden yang
pernah mengunjungi Museum Sepuluh Nopember Surabaya6 :
Apakah informasi yang dijelaskan papan informasi pada koleksi
mudah dipahami? Sebanyak 38% responden menjawab cukup
mudah dipahami, 28% menjawab kurang mudah dipahami,
sementara 24% menjawab mudah dipahami
Sebanyak 84% responden membutuhkan infomasi yang lebih detail
dari koleksi, dan hanya 16% yang menjawab tidak
Dalam perubahan suasana museum yang diinginkan, sebanyak
44% menginginkan suasana modern, 36% suasana kepahlawanan,
12% nasionalisme, dan 8% suasana kolonial
1.2 Identifikasi Masalah
Mendukung Tujuan dari Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yaitu
bertujuan untuk menaikkan jumlah pengunjung serta meningkatkan
kesadaran, apresiasi dan kepedulian terutama generasi muda pada warisan
budaya bangsa yang dipelajari di museum.7
Banyak pengunjung yang menikmati monumen tugu pahlawan, namun
tidak banyak yang mengetahui museumnya, pengunjung baru mengetahui
bahwa terdapat museum setelah para penjaga museum mengumumkan
informasi tentang museum melalui mikrophon.8Adapun faktor lain yaitu
karena posisi museum yang terletak 10 meter di bawah permukaan tanah9.
Maka pengunjung akan mengalami kesulitan menemukan tempat yang
dicari tanpa adanya petunjuk environmental graphic yang ada.
5 Hasil wawancara dengan para pengunjung Museum Sepuluh Nopember Surabaya, 30 oktober 2011
6 Hasil kuesioner terhadap 100 responden pengunjung Museum Sepuluh Nopember pada 11 September2011 7 Sabtu, 06 Februari 2010 , Jawa Pos
8 Hasil wawancara, Moch. Sutopo, SE, Kepala Museum Sepuluh Nopember Surabaya, 7 maret 2011, Surabaya
9 Buku panduan Monumen tugu pahlawan dan museum sepuluh nopember
9
Dalam rencana kerja dinas kebudayaan dan pariwisata pemerintah
Surabaya tahun 2011, Yang menyebutkan bahwa upaya mengoptimalkan
beberapa obyek wisata di kawasan tersebut perlu ditingkatkan terutama
infrastruktur, penambahan sarana prasarana (papan informasi, koleksi
museum terutama di Museum Sepuluh Nopember Surabaya). 10
Meningkatnya jumlah pengunjung museum, khususnya dari tahun 2006,
membuat peremajaan branding museum dibutuhkan untuk meningkatkan
pelayanan museum Sistem grafis lingkungan dapat memberi solusi yang
menjaga elemen-elemen grafis lingkungan dalam Museum sepuluh
nopember tetap terpadu, dan efektif bagi pengunjung.
Adanya kerusakan dan tidak terawatnya interior museum, secara umum
menjadikan bangunan yang dibangun pada masa reformasi ini mengurangi
suasana modern yang ingin dibangun oleh Museum Sepuluh Nopember.
Efektivitas sistem informasi dan sistem wayfinding dan Information
Graphic Museum sepuluh nopember belum maksimal. Secara umum, Hal
ini juga dapat mengurangi suasana yang ingin dibangun oleh Museum
sepuluh nopember sebagai museum pendidikan yang modern.
Kurangnya public service informasi mendalam tentang museum, sehingga
banyak pengunjung tidak mengetahui tentang keberadaan Museum
Sepuluh Nopember Surabaya tetapi mengetahui monument tugu
pahlawan.11
Pengunjung menginginkan perubahan, baik dari segi tampilan,12 maupun
dari koleksinya dengan sebuah roh yang baru, sehingga para pengunjung
tidak bosan untuk datang berkali-kali ke museum sepuluh nopember.13
1.3 Batasan Masalah
Perancangan membatasi hal – hal yang tidak dikerjakan oleh penulis
dalam penelitian ini. Batasan – batasan ini berkaitan dengan fokus penelitian dan
latar belakang bidang keahlian penulis. 10 Renja dinas kebudayaan dan pariwisata tahun 2011 11 Hasil kuisioner dari pengunjung Museum Sepuluh Nopember Surabaya. 12
Ibid 13 Hasil wawancara, Moch. Sutopo, SE, Kepala Museum Sepuluh Nopember Surabaya, 7 maret
2011, Surabaya
10
Batasan – batasan tersebut adalah sebagai berikut
• Dalam perancangan ini tidak akan dibahas mengenai perancangan
branding selain perancangan Environmental graphic design Museum
Sepuluh Nopember Surabaya area museum dalam.
• Perancangan hanya membahas informasi berupa pengenalan koleksi yang
ada pada museum, tidak termasuk diantaranya informasi yang bersifat
mempromosikan museum
• Aspek Environmental graphic design berupa Information graphic design
museum, wayfinding system dan exhebition design
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
merancang Environmental graphic design pada area museum dalam, Museum
Sepuluh Nopember Surabaya supaya dapat memberikan kembali suasana
peristiwa heroik perang sepuluh nopember tanpa merubah bentukan modern yang
ingin diciptakan museum sepuluh nopember?”
1.5 Tujuan Penelitian
Memberikan tampilan museum yang lebih modern namun tetap
memberikan nuansa kepahlawanan, sehingga dapat memiliki keunikan
sendiri dan dapat menarik minat para pengunjung untuk lebih dalam lagi
mempelajari sejarah tentang sepuluh nopember
Menanamkan kepada masyarakat akan pentingnya sebuah museum melalui
Informasi yang diberikan akan koleksi Museum Sepuluh Nopember
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Kota Surabaya
a. Dapat mempertahankan kelestarian sejarah kota Surabaya khususnya
mengenai peristiwa sepuluh nopember, dari konten yang ada pada
Information graphic design yang ditampilkan pada Museum Sepuluh
Nopember Surabaya
11
b. Memberikan suatu desain lingkungan yang terpadu, sistematis, dan estetis,
sehingga dapat menjadikan alternatif wisata kota yang layak untuk
dikonsumsi masyarakat umum
1. Bagi Wisatawan/ Pengunjung
a. Dapat memberikan ilmu pengetahuan berupa pendidikan sejarah mengenai
peristiwa sepuluh nopember Surabaya
b. Dapat memberikan pengalaman baru dalam berwisata museum, khususnya
pengalaman mengenai pertempuran sepuluh nopember yang diciptakan
pada Museum Sepuluh Nopember Surabaya
2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menjadi masukan sebagai bidang akademis desain grafis
b. Sebagai bahan masukan atau pun data untuk pembahasan sejenis
1.7 Ruang Lingkup
Penulis mengkaji fokus permasalah ini dari dua aspek, yaitu aspek ruang
(spasial), dan aspek akademis (lingkup pengerjaan)
• Dari sudut pandang keruangan (Spasial), termasuk didalamnya adalah area
museum dalam yang berupa koleksi peninggalan sejarah,
• Desain informasi, yaitu perancangan informasi untuk koleksi, ruangan,
atau bangunan museum. Sehingga dapat mengedukasi pengunjung melalui
informasi yang disampaikan
• Ruang Lingkup Studi pada perancangan ini penelitian dilakukan dengan
cara pendekatan ilmu komunikasi, desain komunikasi visual, serta ilmu
seni dan budaya.
1.8 Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk dijadikan acuan dasar penelitian antara lain
adalah:
1. Metode kualitatif.
12
Berupa pengamatan langsung, wawancara dengan pihak yang
bersangkutan yaitu pengelola Museum Sepuluh Nopember, dan
pengunjung museum.
2. Tinjauan pustaka. Sebagai landasan teori dan data untuk memperkuat
data penyusun.
3. Internet. Untuk mendapatkan data pendukung.
1.9 Sistematika Penulisan
Penyususunan laporan berdasarkan suatu sistematika yang mengarah
kepada konsep dasar, dengan penjelasan sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab 1, penulis menguraikan permasalahan berdasarkan fenomena-
fenomena yang melatarbelakangi perancangan environmental graphic design area
museum dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Kemudian diuraikan pula
ruang lingkup pengerjaan, tujuan, manfaat, serta metode penelitian yang akan
digunakan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 merupakan tinjauan penulis terhadap sumber-sumber akademis yang
berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada Museum Sepuluh Nopember
Surabaya . Dalam bagian ini, penulis akan mulai mengaitkan permasalahan
dengan solusi yang mungkin digunakan, yakni branding fisik berupa
environmental graphic desgin. Setelah itu, penulis akan meninjau pihak ke tiga
yang dapat dibandingkan yakni museum house of sampoerna sebagai kompetitor
dan World war museum north london dan museum mpu tantular sebagai
komparator dengan subyek studi dengan acuan studi pustaka
.
BAB III. METODE PENELITIAN
13
Bab 3 ini berisi uraian mengenai definisi judul, dan Metode penelitian
yang dilakukan untuk menyelesaikan perancangan ini, serta semua aspek yang
akan mempengaruhi solusi yang akan dirumuskan penulis, disertai dengan
kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam rangka sebagai penentuan
konsep desain.
BAB IV. KONSEP DESAIN
Dalam bab 4 ini, penulis merumuskan hasil penelitian dalam sebuah bagan
konsep yang kemudian diturunkan menjadi kriteria desain yang nantinya akan
digunakan sebagai Environmental graphic design area museum dalam Museum
Sepuluh Nopember Surabaya. Kriteria desain tersebut akan menjadi pedoman
dalam implementasi desain.
BAB V. IMPLEMENTASI DESAIN
Implementasi desain yang menjadi solusi permasalahan akan diuraikan
pada bab ini, dengan proses yang dilalui. Tahapan dalam implementasi ini akan
mengikuti tahapan yang diuraikan dalam kerangka berpikir (bab 3).
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kajian Environment Graphic Design
Environment graphic design secara bahasa memiliki arti sebagai desain
grafis lingkungan, secara bahasa, mungkin masih terkesan luas, namun menurut
alina wheeler, dalam karyanya yang berjudul Designing Brand Identity14
menjelaskan seperti halnya MC Donalds, sebuah hal yang tidak biasa untuk desain
dan suasana restauran menjadikan daya tarik dan menjadikan restaurant tersebut
menjadi sebuah seni kuliner. Pada dasarnya untuk menghidupkan Environmental
design, atau design suasana, dapat diciptakan melalui interior maupun exterior
dari bangunan tersebut, sehingga dapat memberikan kesan akan sesuatu yang
baru. Untuk menciptakannya, dibutuhkan kerjasama antara Arsitek, Desainer
grafis, industrial designer, dan dikolaborasikan bersama dengan kontraktor untuk
bertukar pikiran menciptakan warna, tekstur, pencahayaan, suara, gerakan,
kenyamanan, aroma, sehingga dapat bekerjasama dalam penciptaan suatu
lingkungan desain.
Gambar 2.1.1 Contoh Gambar EGD sumber www.segd.org
14 Wheeler, Alina, Designing Brand Identity pg. 164 (2009)
16
Bisa disimpulkan bahwa untuk menciptakan environmental design,
diperlukan beberapa disiplin ilmu yang berhubungan dengan desain untuk
mewujudkannya. Environmental graphic design juga memusatkan perhatian pada
aspek – aspek visual dari sebuah tempat, dengan pengertian bahwa tidak semua
tempat memerlukan sebuah sistem grafis lingkungan. Sebuah museum tentu
termasuk didalam kategori tempat yang membutuhkan Environtmen graphic
design, karena didalamnya terdapat suatu objek dimana tidak hanya informasi
yang diperlukan untuk menjelaskan apa yang ada disana, melainkan suasana
seperti apa objek tersebut bisa bertahan, dan memberikan kesan pada audiens
bagaimana objek tersebut dapat hidup pada jamannya.
Dalam penerapannya tentu Environmental Graphic Design tidak memiliki
tujuan untuk menarik keuntungan atau bersifat mengiklankan, namun
Environmental Graphic Design lebih bersifat untuk memberikan informasi dan
membangunkan suasana kepada para audiens untuk memudahkan penyampaian
pesan kepada mereka. Dengan kata lain suatu Environmental Graphic Design
akan dikatakan tercapai apabila informasi yang dimaksud dapat diterima dengan
baik ooleh para audiens, sehingga tidak terjadi miskomunikasi.
Menurut alina wheeler, dalam karyanya yang berjudul Designing Brand
Identity juga disebutkan beberapa komponen penting dalam penerapan
Environmental Graphic Design, diantaranya adalah
Memahami kebutuhan, preferensi, kebiasaan, dan aspirasi kelompok sasaran.
Membuat pengalaman unik yang sejalan dengan brand positioning.
Pengalaman dan mempelajari kompetisi, dan belajar dari keberhasilan dan
kegagalan.
Buat pengalaman dan lingkungan yang memudahkan pelanggan untuk
membeli, dan yang mengilhami mereka untuk kembali lagi
Meluruskan kualitas dan kecepatan pelayanan dengan pengalaman
lingkungan.
Menciptakan lingkungan yang membantu tenaga penjualan menjual dan
membuatnya mudah untuk menyelesaikan transaksi.
Pertimbangkan dimensi ruang: visual, pendengaran, penciuman, taktil, dan
panas.
17
Memahami efek psikologis dari sumber cahaya dan pencahayaan, dan
mempertimbangkan efisiensi energi bila memungkinkan.
Pertimbangkan semua kebutuhan operasional sehingga klien dapat memenuhi
brand
Memahami arus lalu lintas, volume bisnis, dan pertimbangan ekonomi.
Sejajarkan merchandising strategi dengan menampilkan, iklan, dan strategi
penjualan.
Desain ruang yang berkelanjutan, tahan lama, dan mudah untuk
mempertahankan dan bersih.15
2.1.2 Kajian mengenai Exhibition Design
Sehubungan dengan perancangan ini, penulis tidak terlalu mengupas
terlalu dalam tentang desain eksebisi. Pada umumnya, desain eksebsi lebih kepada
penataan ruang atau peletakan – peletakan yang dilakukan untuk menciptakan
suatu kesatuan, dan dapat menjadikan interaksi antara pengunjung dan kurator
atau pun atara pengunjung dan pengunjung lainnya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perancangan sebuah desain eksebisi adalah
Menggunakan ruang untuk menambah impact obyek pameran.
Cara ini merupakan cara klasik yang paling sering ditemui di sebuah
museum. Tergantung dari alur pengunjung, penempatan spasial yang berbeda
dapat menciptakan efek visual tertentu, serta menyiratkan hubungan tambahan di
antara koleksi, menjelaskan hubungan-hubungan tertentu antar-koleksi, atau
memungkinkan referensi silang.
Menggunakan obyek untuk menciptakan ruang.
Berlawanan dengan pola pertama, pola ini memanfaatkan obyek yang ada
untuk meningkatkan kualitas arsitektural. Pola ini dapat menetukan kecepatan dan
ritme pengunjung di museum. Misalnya, sebuah patung koleksi yang diletakkan
sedemikian hingga pengunjung harus melambat, dan berputar terlebih dahulu agar
bisa melihatnya. Dapat dikatakan di sini bahwa keputusan layout tidak selalu
datang dari pertimbangan fungsional, melainkan dapat juga muncul dari integrasi
obyek dalam susunan spasial yang aktual dan unik.
15 Ibid pg.165
18
Ruang dan obyek memiliki otonomi dalam layout.
Pola ketiga ini, obyek dan ruang tidak saling berkaitan dalam arti
fungsional. Ruang pamer tidak memiliki kegunaan yang spesifik terhadap obyek
koleksi, dan obyek koleksi pun memiliki layout yang tidak bergantung pada
ruang. Contoh pola seperti ini dapat ditemui misalnya pada beberapa museum seni
atau teknologi, seperti Tate Modern di Inggris, atau Pompidou di Prancis. 16
Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor terpenting dari desain eksebisi dari
sebuah museum adalah pendekatan yang dilakukan oleh perancang untuk
membangun relasi antara pengunjung dan obyek, atau dalam hal ini bisa berupa
koleksi museum yang ada, sehingga pada umumnya, sebuah museum memberi
informasi berdasarkan pada kurator. Museum akan menjadi tempat yang dipenuhi
artefak yang dilengkapi dengan dokumentasi (label) yang berisi bahasa teknis
untuk setiap objek. Biasanya dokumentasi ini berguna untuk pengunjung tertentu
yang memang membutuhkan keterangan teknis. Ada tiga konsep pameran untuk
menyelesaikan masalah ini, yaitu:
1. Immersion (Pencelupan atau penyatuan), eksibisi sebuah museum harus dapat
menyatukan pengunjung dalam rangkaian koleksinya. Caranya adalah dengan
menjadikan museum sebuah panggung teater, di mana pengunjung
mengalami cerita yang dikisahkan dalam museum, hanya saja obyeknya di
sini adalah nyata.
2. Themes (Tema), konsep kedua ini dilakukan dengan membagi topik-topik
yang rumit menjadi beberapa tema. Karena topik sebuah eksibisi terkadang
luas dan jumlah fakta yang disampaikan melebihi apa yang dapat diproses
oleh pengunjung dalam waktu kunjungan yang singkat, desainer harus
mencoba mengidentifikasi sejumlah titik-titik penting, dan membangun
eksibisi berdasarkan tema-tema tersebut.
3. Layering (Informasi bertingkat), konsep yang ketiga adalah dengan membuat
informasi yang bertingkat. Pameran dalam sebuah museum bukan “sebuah
buku di tembok”. Dengan kata lain, pengunjung tidak harus membaca semua
label untuk mengetahui topik yang dibicarakan. Namun, pengunjung diberi
16 Suryapto, Edward, Perancangan Environmental Graphic Design Museum Keraton Sumenep, 2010
19
kebebasan untuk menggali sendiri informasi sedetail yang diinginkan.
Adapun tingkatan label dalam layering biasanya dibagi menjadi tiga tingkat,
yaitu:
Pengenalan pada galeri. Label ini menyediakan nama galeri dan kalimat
penjelasan singkat. Label ini berukuran cukup besar sehingga pengunjung
bisa mengidentifikasi dengan mudah dari jarak jauh.
Label tema. Label ini memberikan informasi mengenai tema-tema penting
dalam sebuah pameran. Label ini terdiri dari judul, teks dalam jumlah terbatas
(tidak lebih dari 12 baris) dan biasanya sebuah gambar atau foto. Tulisan pada
label ini cukup besar untuk bisa dibaca dalam jarak kurang lebih 60-100 cm.
Label Obyek. Label ini paling sering ditemui dalam sebuah pameran,
menjelaskan karakteristik dari setiap obyek, seperti ukuran, kegunaan, dan
material pembuatnya. Tidak semua obyek dilengkapi dengan label. Tulisan
pada label ini biasanya merupakan yang paling panjang, namun jarang lebih
dari 12 baris. Tulisannya lebih kecil dari label lainnya, sehingga pengunjung
harus lebih dekat agar bisa membacanya. Beberapa label obyek dapat pula
dilengkapi dengan gambar untuk menjelaskan lebih 17
2.1.3 Kajian mengenai Wayfinding System
Gambar 2.1.2 Contoh Signage. Sumber: www.segd.org
17 Ibid
20
Dalam penyederhanaannya, wayfinding memiliki arti sebagai pencari jalan
untuk sampai ke tempat yang di inginkan, yang dimana tujuan dari wayfinding itu
sendiri adalah untuk membantu audiens mencari jalannya. Wayfinding
ditempatkan kepada setiap sudut jalan agar dapat memudahkan audiens untuk
menentukan jalannya, terutama bagi para penyandang cacat mungkin akan sedikit
lebih susah jika tanpa dipandu dengan adanya wayfinding. Jadi, tujuan utama dari
wayfinding adalah untuk membantu orang dengan gangguan sensorik dan orang
yang susah untuk beradaptasi dengan lingkungan, yang dimana orang tersebut
tidak muda untuk menghafal sebuah jalan untuk menuju ke suatu tempat.
Setiap sistem Wayfinding visual lebih dari sekedar signage, yang meliputi
arsitektur, pencahayaan, landmark, dan titik orientasi. Rancangan ruang harus
membantu pengguna dalam pemecahan masalah dengan memberikan petunjuk
yang konsisten. Wayfinding sering digunakan untuk hubungan dengan hal – hal
yang menyangkut tentang navigasi. Salah satu penunjang Wayfinding yang biasa
digunakan adalah peta. Meskipun bagi beberapa orang tertentu peta belum bisa
digunakan secara maksimal, namun peta berguna untuk mempercepat para
audiens untuk mendapatkan informasi spasial yang tentunya menjadi alat bantu
navigasi yang cukup kuat. Kesimpulannya, informasi ini harus fleksibel, untuk
penerapannya pada peta.
Wayfinding biasanya dibagi menjadi dua kategori, yakni:
Orientasi :
Orientasi merupakan kemampuan untuk memonitor posisi audiens dalam
hubungannya dengan sekitar.
Mobilitas :
Mobilitas mengacu pada kemampuan seseorang untuk melakukan
perjalanan dengan aman, mendeteksi dan menghindari rintangan dan
bahaya potensial lainnya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan kembali bahwa wayfinding
adalah kemampuan untuk mengetahui dimana letak audiens berada, demana
audiens menuju, dan bagaimana cara terbaik untuk sampai ketujuan,
memperhitungkan kapan audiens akan mencapai tujuan, dan menentukan jalan
21
keluar. Disamping itu juga terdapat aspek – aspek penting yang menentukan
sistem dari wayfinding
Aspek-aspek penting dalam menentukan wayfinding System dalam sebuah
museum adalah:
Pesan dan signage yang jelas pada pengunjung.
Kapan, di mana, dan bagaimana pengunjung menerima pesan merupakan
hal yang kritis, terutama karena sistem harus dapat dikomunikasikan pada
pengunjung yang berasal dari berbagai kelompok, seperti staff, pelajar,
tamu, pengunjung umum, wisatawan religi, dan turis asing.
Fleksibilitas.
Sistem harus memberi ruang bagi perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi, seperti perubahan program donatur (kalau ada, mengingat Museum
Keraton Sumenep dikelola langsung oleh Departemen Pariwisata),
renovasi, dan penambahan area baru. Meskipun tidak mungkin
menciptakan sistem dengan fleksibilitas yang sempurna, namun
perancangan dengan fleksibilitas yang tinggi memberikan nilai tambah
yang besar bagi museum.
Interaksi dengan guide/host.
Interaksi merupakan alat wayfinding tambahan yang sangat berguna di
tempat yang tidak terjangkau oleh sistem. Kombinasi antara sistem dengan
interaksi guide memberikan sisi kemanusiaan pada sistem, di mana dapat
mengisi kebutuhan pengunjunga secara optimal.
Problem-solving. Sistem dalam museum harus berurusan dengan bagian
interior maupun eksterior, serta banyaknya kemungkinan yang dapat
dipilih pengunjung. Dengan mengetahui sirkulasi pengunjung dan keadaan
museum, peneliti dapat mengembangkan sistem yang sesuai, termasuk:
o Menentukan standar grafis dan hirarki pesan untuk tingkatan
perbaikan saat ini dan masa depan.
o Menangani informasi yang mungkin berubah.
o Bagian-bagian yang terpisah bangunan induk.
o Hubungan antara bagian dalam dan bagian luar museum.
22
o Dan sebagainya.
2.1.3.1 Klasifikasi Sign System
Menurut GSA (Graphic Sign Association), berdasarkan peletakannya dan
tingkat kekhususan informasinya, sign System diklasifikasikan atas 4 kategori :
a. Temporary atau Urgent Need Sign
Sign yang terletak di lingkungan paling luar dan biasanya sangat penting
keberadaannya. Fungsinya untuk mengatur arus kendaraan dan pejalan kaki.
Meliputi Welcome Messages Sign dan Security Sign.
b. Exterior Approach Sign
Sign yang terletak di luar ruangan. Sign ini berfungsi sebagai identifikasi
gedung dan untuk mengarahkan manusia baik pejalan kaki maupun pengendara
menuju ke pintu gerbang masuk yang bersangkutan. Meliputi Building dan Entry
Identification Sign.
c. Main Lobby
Sign yang berada di lobi utama, daerah penghubung atau tempat awal
percabangan menuju ke tempat lain. Meliputi Branding Elements, Directory Sign,
dan Lobby Service.
d. Upper Floor Sign
Biasanya berlokasi di lobi dan mengacu ke tempat-tempat dalam lingkup suatu
unit atau departemen secara spesifik. Meliputi Corridor Directional, Identification
Sign dan Tenant.18
2.1.4 Kajian mengenai Information Graphic Design
Information Graphic Design memiliki andil yang besar dalam
penyampaian informasi kepada audiens. Mereka dapat memberikan suplemen
konten tulisan supaya menjadikannya lebih bermutu dan membangun informasi,
data, atau bahkan pengetahuan kepada para audiens. Elemen grafis pada
18 Hutajulu, Rina, “Concept”, Jakarta : PT. Concept Media, 2008, edisi 23, halaman 23
23
Information Graphic memiliki informasi yang kompleks yang diperlukan untuk
disampaikan secara singkat padat, namun tidak membingungkan para audiens.
Pada masa kini, Information Graphic telah memenuhi seluruh media, baik
itu informasi yang disampaikan pada media massa, pada penunjuk jalan, atau
bahkan pada buku yang biasa kita baca. Tujuan utama dari Information Graphic
adalah untuk membantu para audiens untuk memberikan pilihan yang terbaik
dalam mencari informasi tentang suatu objek. Pada suatu daerah, konten yang
terkandung dalam Information Graphic bisa jadi sangat luas, seperti pada museum
yang menggunakan sumber informasi dari beberapa saksi sejarah yang ada. Ada
pula informasi yang terkandung pada sebuah peta, jika peta tersebut tidak
memiliki legenda, maka dapat dipastikan peta tersebut tidak dapat memberikan
informasi yang diperlukan bagi audiens.
2.1.4.1 Faktor dan Strategi pembuatan Wayfinding System dan Information
Graphic
1. Unsur Kedalaman
Signage didesain untuk ditampilkan secara fisik di sebuah bangunan atau
tempat ruang publik. Mempunyai ketebalan atau kedalaman yang bisa
dilihat dari berbagai sisi. Tidak seperti media dua dimensi yang cukup di
cetak di atas kertas.
2. Skala atau Ukuran
Ukuran berpengaruh terhadap unsur kejelasan dan visibility sebuah objek
terutama untuk penempatan di luar ruangan. Signage di dalam ruangan
biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil. Ukuran idealnya tidak merusak
keindahan sebuah bangunan atau menganggu kenyamanan mata.
24
Gambar 2.1.3 ukuran signage ideal
3. Konteks
Penempatan signage harus disesuaikan dengan kebutuhan, faktor
ergonomi, kenyamanan, dan kesesuaiannya dengan lingkungan sekitar
seperti landscape background, arah datangnya cahaya matahari, jenis
material yang digunakan, arsitektur bangunan, dan faktor demografi.
4. Complexity
Projek, proses, dan elemen-elemen dari signage punya tingkat kesulitan
yang cukup tinggi. Selain melibatkan kolaborasi antara desainer dan
arsitek, dasar-dasar pengetahuan tentang material atau bahan sangat
diperlukan.
5. Tipografi
Penggunaan jenis huruf untuk teks signage sangat dibatasi. Pemilihan font
untuk bangunan atau gedung di kota tentu akan berbeda untuk di museum
atau tempat-tempat bersejarah. Cara penulisan huruf juga harus mudah
dibaca dalam jarak tertentu.
6. Tingkat Ketahanan
Sebagai unsur penunjang bagi sebuah tempat atau bangunan, signage
system harus mampu bertahan dalam jangka waktu cukup lama dan tahan
25
di segala kondisi cuaca. Kelembaban, hujan dan cahaya matahari adalah
faktor-faktor yang harus diperhitungkan.
7. Warna
Penggunaan kombinasi warna yang kontras untuk teks dan background
dapat membantu kejelasan signage dan visibility tulisan atau gambar.
Penggunaan warna sebagai elemen visual sign juga berfungsi untuk
memberikan penekanan atau identitas tempat yang bersangkutan. Warna
sebaiknya digunakan secara berulang untuk mempermudah identifikasi
sign atau kesamaan identitas tempat.19
Dari faktor dan strategi pembuatan wayfinding system dan information
design tersebut, dapat diperjelas lagi komponen komponen yang ada di dalamnya
menjadi sebagai berikut.
2.1.4.2 Prinsip Komunikasi
2.1.4.2.1 Organisasi
model pengorganisasian yang luas dikenal adalah model LATCH (Location,
Alphabet, Time, Category, Hierarchy). Model ini dikembangkan pertama kali oleh
Richard Saul Wurman. Wurman mengemukakan bahwa segala informasi dapat
dikategorikan berdasarkan lima kategori LATCH, yaitu: 20
4. Location atau lokasi membentuk struktur informasi berdasarkan letak
geografis fisik.
5. Alphabet atau alfabet menyusun informasi berdasarkan urutan huruf dalam
alfabet.
6. Time atau waktu dibutuhkan ketika audiens perlu mengetahui urut-urutan
kejadian.
7. Category atau kategori menyusun sekumpulan informasi berdasarkan
fitur-fitur atau atribut-atribut yang hampir sama.
19 Ardya W, Okky, “Concept”, Jakarta : PT. Concept Media, 2008, edisi 23, halaman 18 20 O’Grady, Ken Visocky & Jenn, 2008, The Information Design Handbook, RotoVision, Switzerland
26
8. Hierarchy atau Hierarki menggolongkan informasi berdasarkan ukuran
stratifikasi (besar hingga kecil, gelap ke terang) atau berdasarkan tingkat
kepentingannya (level, status, tingkat jabatan, dan sebagainya).
2.1.4.2.2 Familiarity
Kajian tentang familiarity atau kemudahan untuk diingat dibutuhkan
karena kapasitas atau daya serap ingatan seseorang sangat tergantung dari keadaan
emosionalnya ketika menerima informasi.
Principle of Least Effort mengemukakan bahwa apabila pengalaman
pribadi dan keahlian dapat dikesampingkan, seorang pengguna informasi
memiliki ketertarikan yang lebih besar untuk menggunakan cara atau alat yang
paling mudah atau familiar, meskipun informasi yang akan diperoleh lebih sedikit.
Akses terhadap informasi dengan demikian mengikutsertakan aspek-aspek seperti
kemudahan, kenyamanan, ketersediaan, serta kesederhanaan.
Meskipun studi ini berkaitan dengan aksesibilitas informasi dalam sebuah
perpustakaan, namun hubungan analogis dapat pula digunakan dalam bidang
komunikasi visual. Artinya, dalam hal memberikan informasi, tujuan akhir dari
pengguna harus menjadi pertimbangan utama. Dengan demikian, terlebih dahulu
harus diketahui kemampuan (ability) audiens, pilihan alat, wawasan teknologi
audiens, akses media audiens, dan sebagainya. Apabila dipadukan dengan estetika
yang baik, pesan yang disampaikan bukan hanya akan sampai pada audiens,
namun juga menjadi mudah diingat.
Uncertainty Reduction Theory merupakan teori yang lebih fokus pada
komunikasi interpersonal. 21 Menurut teori ini, ketika seseorang berinteraksi
dengan orang atau sekelompok orang baru yang belum pernah dikenal, orang
tersebut akan melalui tiga tahapan, yaitu: pengenalan, personal, dan kesimpulan.
Tahap pengenalan merupakan tahap di mana seseorang merasa
ketidaknyamanan karena tidak mengetahui lawan bicaranya. Biasanya, orang akan
melakukan perkenalan sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku. Pada
tahap personal, orang tersebut akan bertukar informasi yang lebih mendalam
dengan lawan bicaranya, di mana pembicaraan akan mengalir dengan lebih
21 Ibid
27
mudah. Tahap ketiga merupakan tahap di mana setiap orang menyimpulkan lawan
bicaranya untuk menentukan apakah hubungan tersebut akan dilanjutkan atau
tidak.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan dalam bidang komunikasi visual dari
teori ini, yaitu:
Ketika seseorang ragu-ragu atau tidak pasti, orang tersebut akan mencari
informasi.
Kepastian sejalan dengan kesamaan, sebaliknya, diminalisir oleh
perbedaan
Hal-hal yang dianggap tidak pasti akan cenderung kurang disukai.
Dengan demikian, kesukaan atau kecenderungan seseorang terhadap
sesuatu akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan latar belakang seseorang.
Usaha untuk menyampaikan informasi yang belum dikenal pada audiens
pertimbangan harus difokuskan pada faktor-faktor yang dapat membantu audiens
mengurangi ketidakpastian.
Kedua prinsip ini menjadi pertimbangan ketika merumuskan konteks
visual yang akan digunakan. Struktur informasi, warna, tipografi, bentuk, ataupun
alur membaca, dapat mempertimbangkan kedua prinsip ini untuk memaksimalkan
penyampaian informasi pada audiens, dan menjadikannya mudah diingat.
2.1.4.2.3 Literacy
Dalam hal penyajian Informasi, keterbacaan akan informasi yang
disampaikan, dalam hal ini sesuatu yang berupa tulisan, adalah hal yang
terpenting dalam perancangan informasi grafis, karena secara langsung akan
mempengaruhi kemampuan audiens untuk menerima informasi. Beberapa hal
yang perlu di perhatikan dalam kaitannya dengan informasi grafis terbagi dalam
tiga konteks, yaitu :
Keterbacaan Informasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menyadari
adanya kebutuhan informasi, dan kemampuannya untuk menemukan,
menyeleksi, menganalisa, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan
dengan efektif. Dalam hal ini, penggunaan tata bahasa yang tepat sangat
diperlukan, agar audiens dapat menyerap informasi dengan baik.
28
Keterbacaan visual, yaitu komponen keterbacaan informasi. Keterbacaan
visual menyangkut kemampuan untuk menginterpretasi, mengapresiasi,
mencari, atau menciptakan gambar, sehingga audiens dapat membaca
informasi tanpa harus membaca tulisan yang ada.
Semiotika, Pada jurnal karya Sumbo Tinarbuko yang berjudul Semiotika
Analisis Tanda Pada Karya Desain Komunikasi Visual, menjelaskan
bahwa “Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-
tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat
komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain,
dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula berkembang
dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang desain
dan seni rupa.”22
Dalam pengaplikasiannya, semiotika dapat dikategorikan lebih jauh menjadi tiga
bagian, yaitu :
Ikon, Adalah representasi visual yang memiliki detail dari sebuah
penyederhanaan gambar
Simbol, Memiliki bentukan visual yang lebih sederhana, dalam hal ini bisa
berupa wujud yang sebenarnya atau dari sesuatu yang tidak memiliki
bentuk fisik.
Indeks, yaitu simbol yang dapat menjelaskan akan makna yang diberikan
dari objek tertentu. Misalnya, gambar payung untuk menjelaskan hujan
(cuaca).
Dalam penafsiran suatu tanda, tiap daerah tentu memiliki pengertian
tersendiri dalam menerjemahkan tanda tersebut, karena aspek budaya, informasi,
dan pengalaman pribadi tiap individu mempengaruhi pola pikir masyarakat
tertentu pada sebuah tanda. Namun pengaruh tersebut bukanlah suatu hal yang
tetap dan kekal untuk selamanya, karena komunikasi adalah hal yang fleksibel dan
selalu berubah – ubah.
22 Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Analisis Tanda Pada Karya Desain Komunikasi Visual
29
2.1.4.3 Typography
Typografi adalah salah satu elemen paling penting dalam penyampaian
information graphic system, karena teks digunakan untuk membantu
mengkomunikasikan antara pengunjung dengan informasi yang disampaikan. hal
tersebut menjadi bagian yang vital, karena desainer eksebisi harus menguasai
typografi dan harus dapat menyampaikannya kepada para pengunjung.
Terdapat banyak jenis tipografi dalam dunia desain grafis, namun jika di
pisahkan berdasarkan sejarah pengembangannya, terdapat tujuh macam kelompok
huruf utama, diantaranya adalah Humanist, Old style, transitional, modern, slab
serif, san serif, dan postmodern23
Gambar 2.1.4 Tujuh kelompok huruf mnurut Pam Locker
Dalam buku The Ultimate of Graphic Design, karya Nik Rawlinson 24 Tipografi
dibagi menjadi 2 kategori, yakni serif dan san serif.
Tipe Font Serif memiliki ciri garis kecil pada ujung fonts, seperti pada font
Baskerville, Times new roman, dan Garamond. Font jenis ini sudah ada pada
23 Locker, Pam, Basic Interior design 02 Exhibition design pg. 113 (2011) 24 Rawlinson, Nik, The Ultimate Guide to Graphic Design pg. 172 – 173 (2010)
30
zaman romawi kuno, oleh sebab itu font ini lebih memberikan kesan klasik,
romantis, dan kaku. Kelemahan dari tipe font ini adalah, terlalu memakan
banyak space, sehingga menjadikan font jenis ini menjadi terlihat lebih kecil
dari font – font san serif.
Tipe Font San Serif memiliki kata “San” yang berarti “tanpa” pada bahasa
perancis, font jenis ini memberikan solusi dari font jenis serif yang terlalu
memakan tempat, sehingga menjadikan font jenis ini terlihat lebih besar, dan
lebih muda untuk dibaca pada jarak yang cukup jauh. Pada saat ini font jenis
san serif lebih sering dijumpai daripada font jenis san serif karena
memudahkan keterbacaannya
Disamping memiliki dua jenis tipografi, ada beberapa komponen penting
lainnya dalam tipografi, diantaranya adalah Legibility, Readibility, Visibility dan
Clarity.
Legibility atau Legibilitas adalah keterbacaan suatu tulisan pada media,
legibilitas muncul dari kenyataan bahwa ketika membaca, manusia tidak
memproses tulisan secara satu demi satu, namun mengenali dengan cepat
bentukan huruf. Legibilitas dapat dianalisa menurut bentuk, skalam dan style
dari huruf tersebut.
Readibility adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya
dengan huruf lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan
huruf baik untuk membentuk suatu kata,kalimat atau tidak harus
memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain.
Khususnya spasi antar huruf. Jarak antar huruf tersebut tidak dapat diukur
secara matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidaktepatan
menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan
yang membuat informasi yang disampaikan pada suatu deain komunikasi
visual terkesan kurang jelas.
Prinsip yang ketiga adalah Visibility. Yang dimaksud visibility adalah
kemampuan suatu huruf, kata atau kalimat dalam suatu karya desain
komunikasi visual dapat terbaca dalam jarak tertentu. Fonts yang kita
gunakan untuk headline dalam brodur tentunya berbeda dengan yang kita
gunakan pada papan iklan. Information graphic harus menggunakan fonts
31
yang cukup besar sehingga dapat terbaca dari jarak yang tertentu. Setiap
karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang
digunakan dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tertentu
sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik.
Prinsip pokok yang terakhir adalah Clarity, yaitu kemampuan huruf yang
digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target
pengamat yang dituju. Untuk suatu karya desain yang berkomunikasi dengan
pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapt dimengerti oleh
pengamat yang dituju. Beberapa unsur desain dapat mempengaruhi clarity
adalah , visual hierarchy, warna, pemilihan type dan lain-lain.
Gambar 2.1.5 Ergonomi visual pada penyampaian information graphic
Gambar diatas menjelaskan seberapa penting target segment dari pengunjung,
sehingga pengunjung dapat dengan mudah membaca informasi yang akan
disampaikan. Jika tulisan terlalu tinggi pelerakannya, tentu akan mengakibatkan
pengunjung kurang nyaman dalam membaca informasi yang di berikan. Untuk
itulah ergonomic visual dalam penempatan letak informasi sangat diperlukan.
Huruf-huruf yang digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila
pembaca merasa cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan
lancar, maka tekstersebut dapat dikatakan tidak readible. Pada papan iklan,
32
penggunaan spasi yang kurangtepat sehingga mengurangi kemudahan pengamat
dalam membaca informasi dapat mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak
seluruhnya ditangkap oleh pengamat. Apabila hal in terjadi, maka dapat dikatakan
bahwa karya desain komunikasi visual tersebut gagal karena kurang komunikatif.
Kerapatan dan kerenggangan teks dalam suatu desain juga dapat mempengaruhi
keseimbangan desain. Teks yang spasinya sangat rapat akan terasa mengurangi
bidang void dalam suatu bentuk, sedangkan teks yang berjarak sangat jauh akan
terasa lebih seperti tekstur.Ukuran atau size menurut graphic design basic karya
amy e. arntson25 ukuran standart fonts diperkenalkan pertama kali pada abad ke
18, pada umumnya, ukuran normal untuk sebuah huruf
Disamping itu, perlu diperhatikan juga susunan yang akan ditulis pada
information graphic, Penggunaan grid diperlukan untuk mengatur tata letak
gambar dan teks untuk mendukung struktur informasi secara vertikal, horisontal
dan diagonal dari tipografi. Tingkatan informasi ditentukan dalam tiga atau empat
tingkat informasi dalam grid, sehingga dapat membantu pengunjung cepat
memutuskan berapa banyak kata yang mereka ingin mbaca. Penggunaan teks
yang baik agar informasi yang disampaikan dapat dibaca dengan baik adalah an
tidak lebih dari 150 kata.26
Hirarki dalam penulisan Informasi27
Main Title
Judul utama merupakan bagian pertama dari penyampaian informasi. judul
utama diperlukan untuk membuat tampilan visual, serta sebagai
pernyataan harafiah
Sub Title
Merupakan ringkasan pendek dari poin utama cerita, dan bertindak seperti
halnya paragraf utama yang biasa dicetak tebal dalam artikel surat kabar.
Body text
Bagian ini merupakan bagian utama dari informasi yang akan
disampaikan, sehingga informasi dijelaskan lebih rinci. dalam body teks
harus menggunakan bahasa yang singkat, diselingi dengan gambar atau 25
Arntson, Amy e, Graphic design basics fifth edition pg. 105 (2006) 26 Locker, Pam, Basic Interior design 02 Exhibition design pg. 119-120 (2011) 27 ibid
33
contoh, teks dapat menggunakan rata kiri atau kanan, sehingga mudah
untuk dibaca, atau dapat juga menggunakan rata lurus. paragraf juga harus
tidak lebih dari dua atau tiga kalimat, dengan spasi untuk alinea
berikutnya. perlu diperhatikan juga untuk margin tiap kata, agar tidak
terlalu renggang
Image Title
Bagian ini merupakan ringkasan singkat yang digunakan untuk menyertai
dan menjelaskan gambar.
Gambar 2.1.6 Contoh Layout dalam Hirarki penulisan
Dari penjelasan diatas, tujuan utama dari tipografi sangatlah sederhana, yakni
untuk memudahkan audiens untuk membaca informasi yang diberikan, sehingga
audiens dapat memahami apa yang disampaikan. Jika bentuk visual kurang dapat
menjelaskan informasi yang disampaikan, maka jalan yang paling tepat adalah
penggunaan tipografi
34
2.1.4.4 Warna
Warna adalah salah satu komponen paling penting bagi seorang desainer
informasi, karena warna adalah salah satu jalan untuk memberikan differensiasi.
(seperti halnya ketika manusia mengerti bahwa warna merah memiliki arti
berhenti, dan hijau untuk jalan terus pada lampu lalu lintas) Warna Juga dapat
memberikan sensasi tersendiri pada sistem Wayfinding dan Informaton graphic,
sehingga informasi yang disampaikan dapat dengan cepat diterima oleh audiens28
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan warna yang efisien akan membuat
audiens untuk menerima pesan dengan cepat sehingga audiens tidak perlu untuk
memahami informasi dengan membacanya, namun cukup dengan melihatnya,
maka audiens diharapkan langsung mengerti makna dari warna tersebut.
Gambar 2.1.7 Contoh desain informasi dengan rentang warna yang panjang
Dalam mendesain informasi, terkadang dibutuhkan sejumlah warna dalam
rentang hue yang bermacam-macam. Pada gambar di atas, misalnya, warna yang
digunakan menggunakan rentang warna yang panjang (mulai dari hijau, kuning,
merah, biru, dan warna-warna di antaranya). Penggunaan warna seperti ini
berkaitan dengan hierarki yang telah dijelaskan di atas
28 Baer, Kim, Information design workbook pg 90 (2008)
35
Warna kontras merupakan salah satu lingkup yang paling sederhana dan
paling efektif untuk meningkatkan keterbacaan. Kebanyakan studi penelitian dan
peraturan mengharuskan warna latar depan tanda memiliki kontras setidaknya 60
persen dari warna latar belakang dari tanda. Misalnya warna latar depan putih
dengan warna latar belakang biru, merah, atau hijau
2.1.4.4.1 Teori Warna Modern
Warna yang mencerminkan modern adalah warna-warna yang
mencerminkan kesejukan achromatic dan lainnya, termasuk kombinasi yang
dipisahkan dengan hitam dan putih dan combinatoins dengan kontras. Dapat
dilihat dibawah ini bagaimana tehnik mencampur kombinasi warna. Secara
rasional atau contoh sederhana dari warna ini adalah seperti warna-warna pada
benda-bendas moderat seperti perak teroksidasi atau kacamata buram, Bahan
seperti pola logam, yang mem membentuk warna-warna modern.29
Gambar 2.1.9 Contoh Warna Modern
Dalam penerapan warna pada museum sepuluh nopember adalah warna
utama yang berwarna putih cromatik yang dimana mempresentasikan warna putih 29 Kobayashi, Shigenobu, Color Image Scale pg. 51 (2005)
Gambar 2.1.8 Kombinasi Warna
36
dari bendera Indonesia, namun lebih memiliki kesan yang lebih modern. Warna
merah maroon digunakan karena warna ini masih dalam satu komplementer dari
warna putih chromatic, sehingga perpaduan warna tersebut dapat menyerupai
warna bendera Merah Putih
2.1.4.5 Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang berspesialisasi dalam
penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi
(nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi yang
dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan secara manual.30
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi tren dalam Desain Komunikasi
Visual. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa ilustrasi dapat juga
menjadi elemen yang sangat kreatif dan fleksibel, dalam arti ilustrasi dapat
menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi,
contohnya untuk untuk menjelaskan informasi detil seperti cara kerja fotosintesis.
Seorang ilustrator seringkali mengalami kesulitan dalam usahanya untuk
mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan ilustrasi, tetapi jika ia berhasil,
maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat besar. Karena itu suatu ilustrasi
harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang diharapkan dari pengamat yang
dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan dapat bercerita banyak
dibandingkan dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat ilustrasi yang lebih
hidup, sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk “merekam” momen sesaat.
Ilustrasi bisa juga berarti sebuah gambar yang dikerjakan khusus untuk
menyertai teks tercetak, seperti yang ada pada buku dan iklan, agar dapat
memperkuat arti atau menambah efek dari suatu kalimat. Sedangkan corak atau
bentuk ilustrasi terbagi atas 6 macam
1. Corak Ilustrasi realistis, yaitu corak ilustrasi yang menggambarkan secara
nyata wujud obyek yang ditangkap oleh indera penglihatan, serta
menggambarkan secara nyata cerita isi suatu naskah yang disertainya.
30 Bing Bedjo Tanundjaja. 2002. Bentuk-bentuk Kartunal Sebagai Medium Penyampaian Pesan dalam Iklan. Nirmana. Jurnal Deskomvis, Vol. 4, No. 2, Juli 2002. h. 169-178.
37
Gambar 2.1.10 Contoh Ilustrasi Realistis
2. Corak ilustrasi dekoratif, yaitu ilustrasi yang bentuk-bentuk visualnya
terletak pada permainan unsur-unsur garis, bidang, warna, dan komposisi
yang dalam hasil keseluruhannya tetap bersifat datar (flat).
Gambar 2.1.11 Contoh Ilustrasi Dekoratif
3. Corak ilustrasi kartunal, adalah ilustrasi yang menggunakan bentuk-bentuk
jenaka atau bentuk realis yang mengalami perubahan atau distorsi.
38
Gambar 2.1.12 Contoh Ilustrasi Kartunal
4. Corak ilusttrasi ekspresionistis, yaitu jenis ilustrasi yang mengutamakan
kebebasan berekspresi dalam membuat karya ilustrasi, dari sifat bebas
tersebut menimbulkan obyek-obyek yang bebas pula.
Gambar 2.1.13 Contoh Ilustrasi Expresionistis
5. Corak ilustrasi surealistis, yaitu corak ilustrasi yang menggambarkan
khayalan atau mimpi, tidak jelas antara kenyataan dan angan-angan.
39
Gambar 2.1.14 Contoh Ilustrasi Surealistis
6. Corak ilustrasi absurd, yaitu corak ilustrasi yang menggambarkan wujud-
wujud yang tidak masuk akal atau absurd untuk kepentingan naskah yang
disertainya.
Gambar 2.1.15 Contoh Ilustrasi Absurd
2.1.4.6 Material31
Material adalah salah satu penunnjang dalam usia yang bisa dipertahankan
pada Environmental graphic design, setiap material juga tentu memiliki
31 “Concept”, Jakarta : PT. Concept Media, 2008
40
karakternya sendiri – seniri. Bahan yang digunakan untuk sign system cukup
beragam. Untuk itu perlu diketahui jenis sign system-nya, lokasi penempatannya,
karakternya, dan budget yang disiapkan.
Gambar 2.1.16 Contoh material pada wayfinding.
2.1.4.6.1 Kayu.
Kayu termasuk jenis material favorit untuk pembuatan sign system.
Selain permukaannya yang bertekstur, kayu tumbuh dari pohon (artinya
bisa ditanam dan diambil kayunya) serta tidak memerlukan teknologi
tinggi untuk pengerjaannya. Kayu juga bisa digunakan sebagai bagian dari
sign structures yang mampu menopang dengan kuat meskipun bobot
material kayu cukup ringan. Kurang cocok untuk penempatan di outdoor
karena mudah lapuk akibat cuaca.
Sifat-sifat utama kayu dan bahan perkayuan sebagai bahan
bangunan dapat disusun sebagai berikut :
Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-
habisnya, apabila dikelola/diusahakan dengan baik. Artinya :
apabila pohon-pohon ditebang (di hutan) untuk diambil kayunya,
segera ditanami kembali pohon pengganti, supaya sumber kayu
tidak habis. Kayu dikatakan juga sebagai renewable resources
(sumber kekayaan alam yang dapat diperbarui/diadakan lagi).
Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk
dijadikan barang lain. Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai
bahan mentah mudah diproses menjadi barang-barang seperti
kertas, tekstill dan sebagainya dibuat dari kayu.
41
Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh
bahan lain yang dibuat oleh manusia. Misalnya, kayu mempunyai
sifat elastis, ulet, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan
yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan masih
ada sifat-sifat lain lagi.
Kayu merupakan bahan alami yang sering digunakan, sehingga
memiliki kekurangan pada faktor alam yang sering berubah. Selain itu
faktor lainnya seperti faktor biologis seperti hama dan jamur menjadi
faktor yang dapat memperpendek usia kayu.
2.1.4.6.2 Gelas / kaca
Gelas yang mempunyai sifat meneruskan cahaya juga memiliki
permukaan yang bisa memantulkan. Material jenis ini juga populer untuk
signage design dan kerap digunakan sebagai dekorasi. Dengan ketebalan
tertentu, multilayer, permukaannya yang transparan dan efek-efek yang
dihasilkan, material jenis ini sangat menarik jika digunakan sebagai bahan
dasar signage. Biasanya digunakan untuk penamaan gedung atau papan
pengumuman atau tanda penunjuk di dalam sebuah gedung.
Fiber Glass
Fiberglass telah digunakan untuk kebutuhan manufaktir dan pada
penggunaan lainnya sejak pada abat 19. dalam tahap awal, komposisi
mineral alami seperti basalt dan kerak dari sisa sisa besi peleburan
dicairkan di fiberasi dengan mengarahkan udara uap panas atau udara
lurus yang di jatuhi cairan gelas cair.
42
Gambar 2.1.17Proses peniupan cairan cair fiberglass
pergeseran yang terjadi akibat tiupan udara uap panas yang meniup
tetesan fiberglass cair tersebut membuat tetesan tersebut menjadi serat
serat fiber. kualitas ketebalan dan kekuatan fiber tergantung sepenuhnya
pada arah tiupan uap panas yang diterima cairan fiber.
2.1.4.6.3 Aluminium dan Besi.
Sekitar tahun 1950-an , aluminium adalah bahan alternatif selain
besi. Sering digunakan untuk permukaan signage berukuran besar. Ringan,
kokoh dan tidak memerlukan perawatan serta mudah dibuat. Di satu sisi,
material dari besi dijadikan bahan baku untuk signage. Tingkat kekuatan
jauh melebihi bahan aluminium. Sering digunakan sebagai bahan untuk
struktur internal.
Ringan, namun kokoh, alumunium adalah pilihan yang cocok
untuk tanda-tanda di luar ruangan. Itu datang dalam berbagai warna, dan
dengan enamel panggang selesai, sangat tahan lama, cuaca unsur-unsur
tanpa berkarat. Aluminium terbuat dari 66% bauksit dan 33% tanah liat
(aluminium oksida dari pulau Bintan) dengan proses elektrolisa pada suhu
950-970 derajat celcius dibagi atasaluminium dan oksigen. Aluminium
termasuk golongan logam ringan yang dapat ditarik, ditekan, dan dilas.
Aluminium akan rusak oleh kapur, gips, adukan semen dan beton. Oleh
43
karena itu, elemen konstruksi bangunan aluminium harus dilindungi pada
tempat pembangunan.
Karakteristik besi :
Struktur materialnya kuat
Mudah dibentuk
Memiliki ukuran yang beragam
Tahan terhadap karat
Harga jauh lebih mahal dari Stainless Steel
Karakteristik Aluminium :
Material yang cukup kuat
Mudah dibentuk dengan proses cor atau CNC
Mudah didapat dan tahan terhadap karat
Mudah retak dan patah karena fleksibilitasnya kurang
2.1.4.6.4 Akrilik.
Jenis akrilik dikenal sebagai material yang tahan terhadap sinar ultraviolet
sehingga cocok untuk penempatan sign di luar ruangan. Tersedia dalam
berbagai pilihan warna, warna putih atau tembus pandang sehingga bisa
digunakan sebagai backround signage. Material jenis ini bisa dibentuk
dengan cetak panas dan bisa memancarkan cahaya lebih baik. Bahan
akrilik terkenal relatif kuat karena tingkat kepadatannya tetap meskipun
mengalami banyak tempaan pada saat produksi.
Karakteristik Akrilik :
o Mudah dikerjakan (easily worked);
o Mudah dicetak (easily moulded) dan mudah terbentuk dengan
panas (easily thermoformed);
o Memiliki sifat transparan yang setara dengan kaca, namun punya
kekuatan jauh lebih baik. Tahan panas (baru meleleh sampai 2000
derajat celcius);
o Sangat ringan, per m2 bobotnya hanya 1,2 kg (Densitas (ρ)
polikarbonat = 1200-1220 kg/m3);
44
o Tersedia dalam berbagai warna, mulai dari yang bening, abu-abu,
hijau, biru, merah muda, sampai warna keperakan dan keemasan.
BAHAN TAMBAHAN UNTUK MATERIAL PLASTIK OLAHAN
1. Stabilizer
Berfungsi untuk mempertahankan produk plastik dari kerusakan, baik
selama proses, dalam penyimpanan, maupun aplikasi produk. Ada 3 jenis
bahan penstabil panas (heat stabilizer) penstabil terhadap sinar ultraviolet
(UV Stabilizer) dan antioksidan.
2. Antioksidan
Antioksidan berfungsi mencegah atau mengurangi kerusakan produk
plastik karena pengaruh oksidasi yang dapat menyebabkan pemutusan
rantai polimer. Tanda-tanda yang terlihat apabila produk plastik rusak
adalah :
o Polimer menjadi rapuh
o Kecepatan alir polimer tidak stabil dan cenderung menjadi lebih
tinggi
o Sifat kuat tariknya berkurang
o Terjadi retak-retak pada permukaan produk
o Terjadi perubahan warna
3. Bahan pewarna
Berfungsi untuk meningkatkan penampilan dan memperbaiki sifat tertentu
dari bahan plastik. Pertimbangan yang perlu diambil dalam memilih warna
yang sesuai meliputi :
1) Aspek yang berkaitan dengan penampilan bahan plastik selama
pembuatan produk warna, meliputi daya gabung, pengaruh sifat alir
pada system dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
2) Aspek yang berkaitan dengan produk akhir, antara lain meliputi
ketahanan terhadap cuaca, bahan kimia dan solvent. Colorant dapat
diklasifikasikan dalam 2 jenis, yaitu :
1) Dyes
Bahan ini larut dalam bahan plastik sehingga menjadi satu
system dan terdispersi secara merata setelah melalui proses
45
pencampuran. Dyses mempunyai light fastness dan ketahanan
panas kurang baik dan dapat mengalami migrasi (bergerak ke
permukaan) sehingga mengurangi daya tarik dan kadang-kadang
dapat meracuni kulit. Penggunaan dyes dalam plastik jumlahnya
terbatas.
2) Pigment
Bahan ini tidak larut dalam bahan plastik tetapi hanya
terdispersi diantara rantai molekul bahan plastik tersebut.
Pencampuran bahan tersebut dengan bahan plastic kadang-kadang
memerlukan teknologi dan peralatan khusus. Derajat disperse
pigmen dalam bahan plastik tergantung pada suhu, waktu
pencampuran dan alat pencampur serta ukuran partikel pigmen dan
berat molekul bahan plastik. Pigmen dapat dikelompokkan menjadi
2 tipe yaitu pigmen anorganik dan pigmen organik. Pigmen
anorganik mempunyai molekul molekul yang lebih besar dan luas
permukaannya lebih kecil, permukaannya buram karena
menyebarkan sinar. Contoh pigmen anorganik :
titanium dioksida yang memberi warna putih, besi oksida
memberi warna kuning, coklat, merah, dan hitam, cadmium yang
memberi warna kuning terang dan merah, dll. Pigmen organik
ukuran partikelnya lebih kecil, warna lebih kuat, dan dispersinya
lebih mudah namun harganya lebih mahal. (Sumber : Traksi. Vol.
3. No. 2, Desember 2005 65)
4. Uv stabilizer
Berfungsi mencegah kerusakan barang plastik akibat pengaruh sinar
matahari. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultra violet
dengan panjang gelombang 3000-4000A yang mampu memecah sebagian
besar senyawa kimia terutama senyawa organik.
2.1.4.6.5 Vinyl.
Teks pada signage aluminium bisa memakai huruf berbahan
enamel dan vinyl yang dibubuhkan dengan menggunakan teknik cetak
46
panas. Huruf pada signage sebaiknya tidak menggunakan bahan scotlight
(memantulkan cahaya) karena menyilaukan di siang hari sehingga signage
menjadi tidak terbaca. Penggunaan cat putih pada teks cukup efektif untuk
dibaca di siang dan malam hari. Tapi kalau cuaca mendung atau sore hari,
teks pada signage berbahan scootlight pada rambu lalu lintas akan sangat
bermanfaat untuk memperjelas petunjuk arah saat dibaca.
2.1.4.6.6 Kain.
Signage dalam Environment Graphic Design tidak harus
meninggalkan rigid materials. Bahan baku dari kain juga bisa digunakan
sebagai bahan signage. Banner atau bendera sering digunakan sebagai
material signage dan biasanya memanfaatkan besi atau aluminium sebagai
strukturnya.
2.1.4.6.7 Batu.
Batu adalah material pertama dan bahan utama yang digunakan
yang digunakan sejak zaman kuno. Sign system dari batu lebih awet
hingga kurun waktu beberapa puluh tahun. Dalam pengaplikasiannya,
pembuatan material batu kurang dapat dieksplor bentukannya karena sifat
meterial ini yang kaku.
Batu marmer
Batu yang paling umum dan sering digunakan adalah material yang
menggunakan batu marmer, Bahan keramik sebagai ubin keramik adalah
unsur bangunan yang dipergunakan untuk melapisi lantai ataupun dinding,
biasanya berbentuk pelat persegi dan tipis yang dibuat dari tanah liat atau
campuran tanah liat dan bahan mentah keramik lainnya, dibakar sampai
suhu sedemikian tinggi, sehingga mempunyai sifat-sifat fisik khusus.
Selain untuk ubin keramik, keramik juga digunakan dalam pembangunan
sebagai perlengkapan sanifer (wastafel, kloset, urinoir, dan sebagainya)
dan pada rumah tangga sebagai barang pecah belah. Bahan keramik dapat
digolongkan atas keramik kasar, keramik halus, keramik pelapis dinding
(feyence), serta porselen (tembikar putih).
47
2.1.5 Branding fisik
Gambar 2.1.18Diagram branding fisik
Pada Gambar diatas memberi pengertian bahwa Branding fisik
menekankan pada penggalian persepsi mengenai keberadaan pasar melalui aset-
aset fisik yang dimiliki baik yang berhubungan dengan arsitektural maupun
elemen2 di dalamnya untuk menunjukkan eksistensinya.32 Identifikasi Faktor-
Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang akan dijadikan variabel dalam pengukuran pada
penelitian ini meliputi:
1. Faktor Internal, terdiri dari:
a) Identitas Visual
b) Nama Pasar
c) Petunjuk Utama (Main Sign)
d) Keunikan Fisik (Facade)
e) Sistem Grafis (Stand)
f) Pembagian Area (Zoning)
g) Suasana Luar- Dalam
h) Layout
i) Communication Space
2. Faktor Eksternal, terdiri dari:
a) Petunjuk jalan / wayfinding 32 Wicaksono, Deryl Tri, “Perancangan Environmental Graphic Design
Pasar Kapasan Baru” , halaman 40 (2009)
48
b) Outdoor
c) Environment
d) Akses/ Kemudahan
Interior museum sepuluh nopember, seperti juga eksterior bangunannya
merupakan media fisik untuk menerapkan branding yang koheren sebagai bagian
dari strategi pengembangan branding fisik museum di benak konsumen. zona area
dalam museum banyak yang tidak dioptimalkan dengan baik sehingga membuat
para pengunjung kurang nyaman. Berikut adalah gambar zona area yang tidak
dioptimalkan dengan baik :
2.2 Study Existing
2.2.1 Profil Museum Sepuluh Nopember
Museum Sepuluh Nopember merupakan museum khusus perjuangan sepuluh
Nopember 1945 yang merupakan Unit Pelaksana Tekhnis dalam lingkungan
Dinas Pariwisata Kota Surabaya. Museum Sepuluh Nopember 1945 Surabaya
mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penyajian,
penelitian koleksi dan penerbitan hasilnya serta memberikan Bimbingan Edukatif
Kultural dan penyajian rekreatif benda benda peninggalan sejarah
Gambar 2.1.19Zona area yang kurang dioptimalkan
49
2.2.1.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Sepuluh Nopember
Untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan dan untuk melengkapi fasilitas
sejarahnya, maka didirikanlah Museum Perjuangan Sepuluh Nopember 1945.
Bangunannya berbentuk piramid yang „ditenggelarnkan' sedemikian rupa tujuh meter
dibawah permukaan areal dan sepuluh meter diatas permukaan areal, dengan
maksud agar keberadaan bangunan tersebut tidak mendominasi keberadaan Tugu
Pahlawan.
Didalam museum terdapat koleksi persenjataan, balk dari pihak sekutu maupun dad
pihak Jepang, yang d igunakan pada pertempuran 10 Nopember 1945. Selain itu juga
terdapat hall of fame/ruang hening, gugus patung, koleksi foto, koleksi bersejarah
dari Bung Tomo, beberapa sating peristivva panting yang dirangkum dalam delapan
diorama statis, dan penayangan film pertempuran 10 Nopember 1945 dalam
diorama elektronik.
Didalam museum ini pengunjung juga dapat mei dengarkan pidato Bung Torno
yang herapi – api untuk membangkitkan semangat juang rakyat dalam menghadapi
ultimatum sekutu.
Semangat juang serta persatuan dan kesatuan yang tinggi dalam pertempuran 10
Nopember 1945 inilah yang kemudian diabadikan dalam predikat Surabaya
sebagai Kota Pahlawan.
Gambar 2.9. Gambar 2.2.1 Denah lokasi area museum dalam Museum Sepuluh
Nopember Surabaya
50
Museum sepuluh Nopember diresmikan mula-mula secara soft opening tanggal
10 Nopember 1988 oleh Walikota Surabaya, Bapak Sunarto Sumoprawiro,
sedangkan grand opening tanggal 19 Februari 2000 oleh Presiden Abdurrahman
Wahid.
2.2.1.2 Koleksi Yang Dipamerkan pada area museum dalam
Ruang bawah I
a. Bidang dinding yang diisi nama-nama tokoh dan organisasi yang terlibat
dalam pertempuran Sepuluh Nopember 1945.
b. Maket Tugu Pahlawan
Ruang bawah II
1. Hall Of Fame
Sekelompok gugus patung berjumlah sepuluh yang menggambarkan peristiwa
kepahlawanan yang mengerahkan semangat kejuangan dan nilai patriotisme
yang berjuang tanpa pamrih untuk mencapai kemerdekaan bangsa.
2. Sosio drama Bung Tomo
Gambaran pada saat mendengar pidato bung Tomo yang berapi-api di salah
satu markas kecil yang terdiri dari berbagai pemuda antara lain pemuda
sakera, PMI, BKR, PETA, PRI, dapur umum.
3. Koleksi Gambar Surabaya Tempo Dulu
Gambar Pejuang (Semangat Mengabdi)
Simpang Straat Soerabaia 1930 Rs. Simpang/CBZ/ Centrale Borgerlijke
Zickenin Richting (Surabaya Plaza)
Jembatan Merah Soerabia 1930
Lindeteves Stokvis Soerabaia 1930 (Perempatan Kebonrojo) Peresmian
Tugu Pahlawan Dan Kongres Pemuda.
Profil Seorang Pemuda Kampung Siap Siaga Menghadapi Segala
Kemungkinan (Sungkem Ibunda).
Simpang Societit Soerabaia 1940 (Balai Pemuda)
1. Ruang Auditorium
Ruang auditorium dalam bangunan pendukung sayap timur difungsikan untuk
51
mengadakan pemutaran film-film dokumenter, film-film penerangan dan ceramah-
ceramah tentang peristiwa sejarah perjuangan. Bagi siswa dan mahasiswa diberikan
bimbingan khusus di dalam ruangan ini.
2. Ruang Diorama Elektronik
Dalam diorama ini disajikan peristiwa pertempuran Surabaya tahun 1945 yang
diawali dengan proklamasi, selanjutnya ultimatum I Sekutu yang mengakibatkan
terjadinya pertempuran 3 hari dan kekalahan Sekutu, dan terjadinya insiden
Jembatan Merah dengan peristiwa terbunuhnya Mallaby sehingga pihak Sekutu
mengeluarkan ultimatum II yang dilanjutkan dengan pertempuran sengit pada tanggal
10 Nopember 1945 dan diakhiri dengan penayangan perang puputan di Gunungsari.
Diorama ini dilengkapi dengan peta maket Surabaya tahun1945, sound system,
narasi dan sistem lighting.33
Ruang atas I / ruang pamer atas :
1. Koleksi Foto :
VITRIN I (Surabaya Tempo Dulu ) berjumlah 10 foto
VITRIN II berjumlah 11 foto
VITRIN III berjumlah 13 foto
VITRIN IV berjumlah 7 foto
2. Senjata
33 Buku panduan Monumen tugu pahlawan dan museum sepuluh nopember
Gambar 2.2.2 Vitrin koleksi senjata
52
Terdapat sekitar 59 senjata yang digunakan para pejuang Indonesia yang
merampas senjata dari penjajah, dari 59 senjata tersebut, terdari dari berbagai jenis
senjata, baik pistol, senjata laras panjang, sub – machine gun, bahkan mortar yang
memiliki daya hancur yang begitu besar juga di pamerkan dalam museum ini
3. Radio
Radio yang terdapat di Lt. II museum ini merupakan sumbangan dari
keluarga Bung Tomo. Adapun radio tersebut pada mulanya merupakan pemberian
dari rakyat Tanah Abang Jakarta pada Bung Tomo.
4. Lukisan
Kedatangan Bung Karno Dan Bung Hatta di Depan Gedung Kantor
Gubernur sewaktu Gencatan Senjata Pertempuran 30 Okt 1945
Gambaran pertempuran di Jembatan Merah Soerabaia 1939.
4. Ruang Diorama Statis I
Gambar 2.2.3 Ruang dalam diorama statis
Pembentukan KNI Daerah Surabaya (25-27 Agustus '45)
Pembentukan BKR dan Laskar – laskar Perjuangan (4 September '45)
Insiden Bendera di Hotel Yamato (19 September „45)
Penyerbuan Markas Kempetai (Polisi Militer Jepang) 1 Oktober '45
53
6. Ruang Diorama Statis II
Ekspedisi ke Pulau Nyamukan (14 Oktober '45)
Pertempuran Tiga Hari (27, 28, 290ktober '45)
Perundingan Soekarno-Hawthorn (30 Oktober '45)
Penolakan Arek -arek Suroboyo terhadap Ultimatum Sekutu
2.2.2 Eksisting Environmental Graphic Design Museum Sepuluh Nopember
2.2.2.1 Aspek Non-teknis
Koleksi terbesar dan paling berharga dari Museum Sepuluh Nopember ini
adalah diorama statis. Dimana diorama statis itu sendiri memiliki ruangan yang
paling banyak jumlahnya di bandingkan dengan ruangan yang lain. Sementara
untuk diorama sendiri telah disediakan informasi berupa keterangan papan
informasi dan suara audio yang menceritakan tentang kejadian-kejadian
bersejarah yang terdapat pada dorama tersebut. Ketika pengunjung yang datang
adalah group study tour atau wisata maka guide akan mengalami kesulitan untuk
mengatur mereka di karenakan pengunjung merupakan siswa SD ataupun TK
yang susah untuk di tertibkan.
Koleksi yang di pamerkan oleh museum miliki tempat pameran outdoor
dan indoor dimana keterangan informasi untuk setiap benda koleksi yang di
tampilkan hanya beberapa saja yang terdapat label informasinya. Seperti diorama
statis pada lantai 2 museum dan sosio drama bung tomo.
Menurut keterangan Bpk. Moch.Sutopo.SE, kepala museum Sepuluh
Nopember bahwa Visi misi dari museum ini adalah agar para pengunjung atau
generasi muda lebih mencintai museum maupun sejarah-sejarah yang terdapat di
dalamnya. Sehingga mereka tidak melupakan jasa – jasa pahlawan yang telah
gugur.
2.2.2.2 Aspek Wayfinding Museum Sepuluh Nopember
Museum Sepuluh Nopember terletak di bagian utara Monumen Tugu
Pahlawan. Untuk sampai ke museum, pengunjung harus melewati halaman
upacara di areal Tugu Pahlawan, terus ke arah barat laut, hingga sampai ke pintu
masuk museum di mana pengunjung dapat membeli karcis seharga Rp 2000,-
54
Permasalahnnya adalah sistem tanda Museum Sepuluh Nopember
mencakup areal museum, yang luas arealnya tidak lebih dari 1/5 luas areal
Monumen Tugu Pahlawan dan dengan pintu masuk yang tidak terlihat dari area
Tugu Pahlawan. Penunjuk arah pada yang menandakan letak museum hanya
terdapat pada gerbang masuk monument Sepuluh Nopember. Tetapi setelah
pengunjung masuk masuk pada areal monument sepuluh nopember maka tidak
akan tampak penunjuk arah yang mengarah kepada museum itu sendiri. Sehingga
sangat mungkin pengunjung tidak mengetahui letak museum Sepuluh Nopember .
Gambar 2.2.4 Penunjuk arah pada pintu masuk UPTD Monument Tugu
Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember
Pada bagian dalam museum, terdapat sign system yang cukup memadai.
Directional sign menuju dan keluar dari museum, juga yang menuju ke lantai 2.
Identity sign termasuk overhead sign yang menginformasikan mengenai ruangan
yang akan dikunjungi, serta di bagian atas setiap ruangan tersebut sehingga ketika
pengunjung memasuki ruangan lantai 1 pada museum pengunjung akan ragu
untuk masuk kedalam ruangan tersebut ketika pengunjung tersebut merupakan
pengunjung yang datang perorangan karena ruangan tersebut teradapat pintu yang
dibuka ketika pengunjung ingin masuk untuk melihat Ruang Auditorium dan
Ruang Diorama Elektronik , serta tidak ditambahi keterangan mengenai ruangan
55
yang tidak boleh dimasuki oleh pengunjung. Signage system tidak menggunakan
pictogram. Beberapa foto yang diambil dari Museum Tugu Pahlawan adalah
sebagai berikut.
2.2.2.3 Aspek Information Museum Sepuluh Nopember
Untuk Aspek informasi, Museum Sepuluh Nopember memiliki
keunggulan dalam menyampaikan cerita lewat koleksinya. Sebelum memasuki
ruang pameran lantai dasar, pengunjung akan melihat sejumlah nama di salah satu
bagian tembok yang menuliskan nama-nama tokoh yang berjasa dalam
pertempuran Sepuluh Nopember 1945 tetapi penempatan informasi itu kurang di
dukung dengan penempatan label informasi di setiap koleksi museum tersebut.
Pada lantai 2 Kebanyakan koleksi di Museum Sepuluh Nopember
dipamerkan dengan cara dimasukkan ke dalam vitrin yang terbuat dari kaca
setinggi pandangan manusia dewasa (1-2 meter) seperti pada Ruang Diorama
Statis serta display foto pada lantai 1 serta display ultimatum sekutu yang terdapat
pada lantai 2 museum, hal ini mengakibatkan ketika pengunjung merupakan
siswa SD atau TK maka informasi yang telah di tampilkan pada enda-benda di
museum akan mengalami keterbacaan yang rendah yang mengakibatkan
penyampaian informasi kurang efektif.
Gambar 2.2.5 Penunjuk arah pada Ruang bawah Sepuluh Nopember
56
2.2.2.4 Aspek Exhibition Museum Sepuluh Nopember
Museum Sepuluh Nopember memiliki konsep storytelling yang baik
tentang nasionalisme tetapi untuk suasana modern yang sedang di bangun oleh
museum masih belum terasa suasananya. Tetapi dari segi arsitektur museum
Sepuluh Nopember sudah dapat mendukung suasana dari konsep modern itu
sendiri. Dimana layout pameran Museum ini membentuk grid pada bagian tengah
museum, dimana pengunjung dapat memilih topik yang diinginkan.
Meskipun label tidak berisi keterangan yang sangat detail (untuk
pengunjung yang mungkin membutuhkan), namun hal itu dapat dibantu dengan
variasi artifak yang disediakan, antara lain diorama statis, dan pemutaran film
dokumenter. Hal yang mana justru menjadikan kekuatan apabila dikaitkan dengan
efisiensi media. Tetapi banyaknya koleksi yang bermacam-macam masih belum
didukung dengan penempatan yang strategis untuk label keterangan informasi
setiap benda koleksi museum Sepuluh Nopember.
Gambar 2.2.6 Eksisting Information Design
57
2.3 Study Komparator
2.3.1 Profil Imperial War Museum North 34
Imperial War Museum adalah sebuah museum yang unik dalam hal museum
perang, terutama yang meliputi negara Inggris dan persemakmurannya. Dari perang
dunia pertama hingga saat ini. Museum Imperial War Museum selalu berusaha untuk
menyediakan media penunjang pendidikan sejarah perang modern dan pengalaman
pengunjung tentang arti dari sebuah peperangan.
Imperial War Museum adalah salah satu dari lima museum utama Imperial
War Museum, yang meliputi : IWM London, IWM north di Trafford Manchaster,
IWM Duxford di Cambridge, Churchill War Museum di Whitehall London, dan
museum kapal bersejarah HMS Belfast, yang terletak di sungai Thames.
Disamping itu Imperial War Museum adalah museum yang didirikan oleh
pemerintah Inggris, meskipun banyak juga sponsor yang turut mensuport keberadaan
museum ini
2.3.1.1 Latar Belakang Berdirinya Imperial War Museum North
Gambar 2.3.1Logo Imperial War Museum North
34 www.iwm.org.uk
58
Museum Imperial War North diresmikan pada tahun 2002 dikota
manchester, museum ini merupakan museum pertama yang didirikan dikawasan
utara Inggris, desainer arsitektur museum ini adalah Daniel Libeskind. Dilihat
dari keseluruhan bentuk gedung museum yang di desain oleh Libeskind
menyerupai kapal milik Manchester yang berada di dermaga Salford. Konsep
bentuk Museum ini melambangkan sebuah usaha menggabungkan lagi bentuk
bulatan yang terpecah menjadi puing-puing dalam konflik perang yang pernah
terjadi. Dana pembuatan museum ini sebesar 40 juta Poundsterling, pada lantai
satu museum ini terdapat sebuah ruang pameran yang permanen, sedangkan
lantai dua dijadikan sebagai galeri seni, musik, teater dan segala jenis acara.
Imperial War Museum North merupakan salah satu museum eropa yang
memiliki keunikan, selain dari segi koleksi perjuangan beserta sejarahnya namun
museum ini banyak menawarkan keunikan wisata serta menawarkan jasa
tempatnya secara modern, mulai dari segi pendidikan, wisata, seni budaya, acara
pernikahan, hingga mengarah ke komersial advertising. Museum IWM North ini
merupakan salah satu museum yang dimiliki Imperial War Museum, berikut
beberapa museum IWM :
Gambar 2.3.2 Gambar lima logo Imperial War Museum
Dari keseluruhan Imperial War Museum diantaranya adalah :
1. Imperial War Museum London ( Museum IWM yang pertama berdiri )
2. Imperial War Museum Duxford ( Pesawat Tempur )
3. Imperial War Museum HMS Belfast ( Kapal Tempur )
4. Imperial War Museum Cabinet War Rooms ( Ruang kabinet perang )
5. Imperial War Museum North ( Berdiri pada tahun 2002 )
Imperial war museum yang pertama kali berdiri adalah IWM London,
pada tanggal 27 februari 1917, Sir Alferd Mond mendirikan National War
Museum dan pada bulan desember 1927 nama museum ini berubah menjadi
Imperial war Museum London, dan pada tahun 1970 IWM mulai merencanakan
59
mendirikan beberapa museum perang dan perjuangan yang lain, hingga museum
yang terbaru diresmikan IWM adalah IWM North, IWM North didirikan dengan
sebuah konsep yang modern secara keseluruhan, baik fungsi, program, maupun
tujuannya.
2.3.1.2 Koleksi Yang Dipamerkan
Gambar 2.3.3 Interior dan Koleksi Imperial war Museum north
Interior IWM North terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama
merupakan ruang pameran koleksi permanen yang berada di lantai satu,
sedangkan yang berada di lantai dua merupakan hall bagi berbagai macam acara,
baik pameran seni, meeting, wedding, dan berbagai macam acara, lantai dua ini
bertujuan untuk tujuan bisnis karena bagi yang menyewanya akan dikenakan
biaya terkecuali acara IWM itu sendiri. signage yang termasuk didalamnya
display pameran sudah sangat baik, mengikuti sistem grafis dari IWM North,
serta penataan cahaya yang baik menambah kesan menarik dan tidak
membosankan ketika pengunjung berada dalam area museum ini. Interior,
koleksi beserta display yang ada dapat diakses oleh range usia anak-anak hingga
lanjut usia, koleksi-koleksi didalamnya merupakan benda bersejarah namun
dikemas dengan nuansa modern, hall dilantai dua juga fleksibel untuk digunakan
bagi segala acara. Nuansa IWM North disini sangat berbeda dengan IWM yang
60
lainnya segala konsep serta visual terkecuali koleksinya ditampilkan dengan
sangat modern, sedangkan pada IWM yang lainnya sangat kental dengan
sejarahnya dikarenakan gedung IWM yang lainnya merupakan peninggalan
sejarah dan termasuk cagar budaya di Inggris. Dengan demikian Imperial War
Museum North menyuguhkan sesuatu yang berbeda namun tidak meninggalkan
fungsinya sebagai tempat wisata edukasi yang bertema sejarah.
2.3.1.3 Eksisting Environmental Imperial War Museum North
2.3.1.3.1 Aspek Information Imperial War Museum North
Imperial War Museum North memiliki bentukan information display yang
sangat terstruktur dan memiliki sistem grafis yang sama pada tiap tiap sub koleksi
yang ada. Meskipun pada beberapa koleksi masih dijumpai beberapa informasi grafis
yang tidak tersistem grafis. Penggunaan sistem grafis pada sebuah Information
Graphic sangat diperlukan karena hal tersebut akan terlihat bahwa informasi tersebut
dapat saling berkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya, sehingga dapat
memudahkan pengunjung untuk dapat membaca atau mengetahui informasi yang
disampaikan.
Display Informasi pada Information Graphic Imperial War Museum North
juga dapat diakses untuk beberapa target usia audiens, dari mulai mereka yang anak
anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Sehingga audiens tidak merasakan peletakan
informasi yang terlalu tinggi ataupunn terlalu rendah, karena pada range usia tertentu
tinggi badan seseorang yang berbeda beda.
Penggunaan Information display yang terstruktur dan menggunakan sistem
grafis yang sama ini menjadikan suasana dalam museum sangat terasa modern nya,
dimana suasana modern yang memang ingin dimunculkan oleh museum ini sendiri,
sehingga dimulai dari eksterior bentukan post-moderern museum, penggunaan
teknologi yang modern, tata letak koleks, dan juga penataan informasi yang dibuat
sedemikian simple dan clean design, sehingga semakin menampakkan suasana
modern Imperial War Museum North
61
2.3.1.3.2 Aspek Wayfinding Imperial War Museum North
Sama halnya dengan informasi Grafis pada Imperial War Museum North,
penggunaan wayfinding pada museum ini juga telah terstuktur dan memiliki satuan
sistem grafis, sehingga dapat memudahkan pengunjung untuk menentukan arah akan
dibawa kemana audiens. Peletakan wayfinding yang sesuai dengan tinggi dan usia
audiens juga membuat para pengunjung dapat dengan nyaman untuk membaca dan
memahami wayfinding yang ada.
Beberapa material logam digunakan sebagai material dari penggunaan
wayfinding system dari Imperial War Museum North, penggunaan material tersebut
memberikan suasana yang lebih modern dan tahan lama, karena logam memiliki
karakter yang tahan lama dan tidak gampang rusak, sehingga penggunaan material
tersebut menjadi sangat efektif untuk penggunaan material wayfinding
2.3.1.3.3 Aspek Exhibition Imperial War Museum North
Dilihat dari keseluruhan bentuk gedung museum yang di desain oleh
Libeskind menyerupai kapal milik Manchester yang berada di dermaga Salford.
Konsep bentuk Museum ini melambangkan sebuah usaha menggabungkan lagi
bentuk bulatan yang terpecah menjadi puing-puing dalam konflik perang yang
pernah terjadi. Dana pembuatan museum ini sebesar 40 juta Poundsterling, pada
lantai satu museum ini terdapat sebuah ruang pameran yang permanen,
sedangkan lantai dua dijadikan sebagai galeri seni, musik, teater dan segala jenis
acara.
62
Gambar 2.3.4 Eksterior Imperial war Museum north
Dengan lapisan metalik diseluruh gedung memberikan kesan modern dan
bentuknya yang dinamis juga menambah daya tarik dari gedung IWM North ini,
Penerapan logo utama pada Eksteriornya terletak di signage utama yang berada
didepan gerbang pintu masuk area museum, bentukan papan gedung, signage,
serta sambungan gerbang membentuk garis yang miring. Selain berfungsi sebagai
museum gedung ini tersedia untuk acara-acara seperti pernikahan, hingga
komersial advertising. Dapat dilihat dari gambar eksterior IWM North sudah
menerapkan sistem signagenya dengan sangat baik, dan juga didukung koleksi
museum yang berada diluar gedung, seprti tank, maupun foto-foto profile
masyarakat yang hidup dalam masa peperangan, nuansa terlihat modern namun
dipadukan dengan koleksi-koleksi bersejarah.
63
2.3.2 Profil Museum Mpu Tantular
Gambar 2.3.5 Dispay koleksi Museum Mpu Tantular
Museum Mpu Tantular terletak di di Jalan Raya Buduran, Kecamatan
Buduran, Kabupaten Sidoarjo, yang sebelumnya berada di di Jalan Taman
Mayangkara No.6 Surabaya. Museum ini merupakan Museum Negeri provinsi
jawa timur yang dimana koleksinya berupa segala kebudayaan yang ada di
Indonesia, dan jumlahnya mencapai sekitar 15.000 koleksi, sehingga membuat
museum ini membagi sub koleksinya menjadi lima jaman, yakni jaman
prasejarah, klasik (hindu-budha), jaman islam, Kolonial, dan Jaman Modern agar
lebih mudah untuk membedakannya.
Di gedung yang baru ditempati sejak 2008 silam ini memiliki kesan magis
karena koleksi – koleksinya yang berasal dari zaman lampau, dimana pada zaman
tersebut hal – hal yang berbau mistis sangat lekat dalam budaya kita. Namun
pengemasan Museum secara modern membuatnya terlihat lebih enak dipandang
mata dan mengurangi unsur magis yang diciptakan. Terlihat dari display koleksi
yang memiliki bentukan yang modern.
64
2.3.2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Mpu Tantular
Museum Negeri Mpu Tantular Propinsi Jawa Timur merupakan kelanjutan
dari Stedelijh Historisch Museum Surabaya, yang didirikan oleh Godfried
Hariowald Von Faber tahun 1933
Awalnya lembaga ini hanya memamerkan koleksinya, dalam suatu ruang
kecil di Readhuis Ketabang. Atas kemurahan hati seorang janda bernama Han
Tjong King, museum dipindahkan ke Jalan Tegal Sari yang memiliki bangunan
lebih luas. Seiring perjalanan waktu, masyarakat pemerhati museum berinisiatif
untuk memindahkan museum ke lokasi yang lebih memadai, bertempat di Jalan
Pemuda No.3 Surabaya. Diresmikan pada tanggal 25 Juni 1937.
Sepeninggal Von Faber, museum dikelola oleh Yayasan Pendidikan
Umum didukung Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Museum dibuka
untuk umum pada tanggal 23 Mei 1972 dengan nama Museum Jawa Timur. 13
Februari 1974 museum berubah status menjadi museum negeri, yang diresmikan
pada tanggal 1 November 1974 dengan nama Museum Negeri Propinsi Jawa
Timur “Mpu Tantular”. Dengan bertambahnya koleksi, museum membutuhkan
area yang lebih luas, hingga akhirnya pada tanggal 12 Agustus 1977, secara resmi
museum menempati lokasi baru, di Jalan Taman Mayangkara No.6 Surabaya.35
Nama Mpu Tantular diambil untuk menghormati seorang pujangga besar
pada zaman kerajaan Majapahit yang bernama Mpu Tantular. Beliau adalah
pengarang kitab Arjunawijaya dan Sutasoma yang didalamnya mengandung
falsafah Bhineka Tunggal Ika yang dijadikan semboyan bagi bangsa indonesia
Semakin bertambahnya usia, koleksi museum semakin bertambah,
demikian juga banyaknya kegiatan edukatif kultural yang di laksanakan di
museum. Sehingga membutuhkan lokasi yang lebih luas, akhirnya tanggal 14 Mei
2004 museum kembali diresmikan menempati lahan baru di Sidoarjo, di Jalan
Raya Buduran, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.
35 http://www.museum-mputantular.com
65
2.3.2.2 Koleksi Yang Dipamerkan
Gambar 2.3.6 koleksi yang di pamerkan Museum Mpu Tantular
Selain memamerkan koleksi di pameran tetap, museum juga melaksanakan
berbagai kegiatan yang bersifat edukatif kultural, diantaranya Pameran keliling,
Program museum masuk sekolah, Ceramah/Seminar, Lomba, Peragaan/pagelaran
koleksi, Pemutaran slide/video serta bimbingan khusus karya tulis bagi pelajar
dan mahasiswa.
Sampai dengan ttahun anggaran 2008 koleksi museum Mpu Tantular
berjumlah sekitar 15.000 buah yang digolongkan menjadi 10 jenis koleksi, yaitu
koleksi Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika,
dan Heraldika, Filologika, Keramik, Seni Rupa, dan Teknologika. Karena
keterbatasan ruang pamer, maka baru sebagian kecil saja koleksi museum yang
bisa dipamerkan, sedang yamg lainnya masih disimpan di storage.
Koleksi – koleksi yang dipamerkan di ruang pameran tetap museum terdiri
dari jaman prasejarah, klasik (hindu-budha), jaman islam, Kolonial, dan Jaman
Modern, termasuk didalamnya koleksi IPTEK.
66
Ditempat yang baru, Museum Mpu tantular mempunyai fasilitas – fasilitas
antara lain :
1. Pameran Tetap
2. Perpustakaan
3. Galeri Von Faber, yang dapat digunakan pameran temporer, seminar, dan
lainnya.
4. Kegiatan outbond
5. Gedung Pameran Tunanetra
6. Jasa pemanduan
2.3.2.3 Eksisting Environmental Imperial War Museum North
2.3.2.3.1 Aspek Wayfinding Museum Mpu Tantular
Pertama kali ketika masuk melalui gerbang utama ke museum Negeri Mpu
Tantular maka pengunjung akan langsung di arahkan menuju tempat-tempat yang
terdapat di wilayah museum. Hal itu di karenakan ketika pengunjung langsung
bisa melihat system wayfinding yang terdapat pada pintu masuk sehingga
mempermudah para pengunjung menemukan tempat yang di cari.
Gambar 2.3.7 Wayfinding pada Museum Mpu Tantular
67
Secara umum, Museum Negeri Mpu Tantular telah memiliki penataan
pameran yang baik. Hal ini terlihat dari pembagian ruang pamer serta penempatan
obyek yang sangat memperhatikan kebutuhan pengunjung. Setiap obyek atau
golongan obyek pameran juga diberikan deksripsi yang singkat namun jelas.
Benda-benda koleksi yang tidak perlu disimpan dalam lemari pajang juga ditata
secara terbuka, sehingga memungkinkan pengunjung untuk langsung melakukan
pengamatan dari dekat.
Dimana ketika pengunjung museum masuk kedalam museum maka
pengunjung tidak akan mengalami kesulitan untuk mencari pintu keluar atau
memilih lantai atau ruangan mana yang tidak boleh di masuki. Dikarenakan
penunjuk arah pada museum Negeri Mpu Tantular sudah terlihat jelas dari
keterangan wayfinding ,penataan font dan pemakaian warna.
2.3.2.3.2 Aspek Information Museum Mpu Tantular
Aspek Information Pada Museum Negeri Mpu Tantular sudah dapat
dikatakan lengkap di tandakan dengan adanya dena peta lokasi Museum Negeri
Mpu Tantular yang terdapat pada pintu gerbang museum. Hal ini memberikan
informasi tentang keberadaan tempat-tempat yang terdapat pada museum kepada
pengunjung yang pertamakali melihatnya. Tetapi kekurangan dena adalah gambar
serta material yang digunakan tampat mempertimbangkan penempatan luar ruang
yang terpengaruh kondisi cuaca.
Beberapa gambar diatas merupakan benda koleksi yang diekpos secara
terbuka. Display seperti ini juga mempermudah perubahan tempat benda koleksi
apabila suatu saat dibutuhkan. Namun demikian, label sebagai penyedia informasi
di beberapa benda koleksi agak sulit untuk dibaca, karena posisinya yang terlalu
rendah. Pengunjung dengan tinggi badan kira-kira 160 cm akan mengalami
kesulitan untuk membaca, dan karena itu pengunjung harus membungkukkan
tubuhnya agar dapat membaca keterangan yang ada.
Sedangkan untuk benda-benda koleksi yang tidak boleh disentuh, Museum
ini menyediakan lemari pajang dari kaca dengan tinggi kira-kira 100 cm dari
lantai. Keterangan mengenai benda-benda yang dipajang diletakkan pada begian
belakang lemari pajang dan dapat terbaca dengan jarak pandang kira-kira 60 cm,
68
setinggi mata orang Indonesia dewasa (kira-kira 160 cm). Baik koleksi yang
dipajang terbuka maupun tertutup, pencahayaan tambahan selalu tersedia pada
tiap koleksi. Hal ini sangat membantu pengunjung dalam mengamati koleksi.
Sebagaimana label pada koleksi yang terbuka, label pada koleksi yang
tertutup ditulis dengan terdiri dari bagian judul yang menjelaskan nama benda,
penjelasan singkat mengenai obyek atau sejarahnya, kemudian penjelasan
mengenai jenis-jenis atau varian obyek apabila ada. Setiap keterangan ditulis
dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Label
menggunakan font berjenis serif dengan ukuran kira-kira 24pt. Bagian judul
dipertebal, dan menggunakan huruf capital
2.3.2.3.3 Aspek Exhibition Museum Mpu Tantular
Yang menarik dari Koleksi Museum Negeri Mpu Tantular ini adalah
penyediaan ilustrasi (dalam bentuk gambar atau fotografi) untuk menggambarkan
benda-benda yang dipamerkan. Penjelasan seperti ini terlihat pada koleksi seperti
bendi, kehidupan masa prasejarah, proses pembuatan gerabah, naskah kuno,
kompleks candi, dan mata uang kuno. Bentuk ilustrasi seperti ini sangat
membantu pengunjung dalam melihat lebih jauh benda koleksi di masa lampau.
Dimana setiap koleksi yang terdapat pada display museum khususnya
benda-benda koleksi yang tidak boleh disentuh terdapat background gambar-
gambar yang mendukung suasana dari display benda tersebut. Seperti pada
koleksi mata uang zaman dahulu yang dipamerkan pada background display
tersebut di berikan background gambar-gambar matauang lainnya serta detail-
detail seperti gambar tokoh pahlawan yang terdapat didalamnnya.
Sehingga susasana yang dibangun oleh museum sangat terasa untuk
pengunjung yang melihat benda-benda koleksi tersebut. Adapun display
berbentuk joglo bangunan jawa yang di dalamnya menampilkan baju adat daerah
sehingga display bukan hanya sekedar aquarium yang monoton yang
menampilkan benda-benda bersejarah.
Serta pengunjung dapat pula membayangkan cara pembuatan benda,
penggunaan, atau suasana kehidupan yang berhubungan dengan koleksi.
69
Meskipun demikian, penggunaan media di luar ilustrasi akan dapat sangat
membantu penyampaian informasi. Bentuk lain seperti audio-visual, animasi,
virtual reality, visualisasi tiga dimensi, atau media interaktif dapat memberikan
lebih banyak informasi sekaligus dapat menjadi daya terik tersendiri bagi
museum.
2.4 Study Kompetitor
2.4.1 Profil Museum House Of Sampoerna
Gambar 2.4.1 Tampak depan Museum House of Sampoerna
Museum House Of Sampoerna Terletak di daerah kawasan “Surabaya
lama” di Surabaya utara, disebut “Surabaya lama” karena di daerah ini terdapat
banyak bangunan – bangunan gaya kolonial bekas penjajahan belanda.
Museum House Of Sampoerna menawarkan banyak kisah menarik seputar
sejarah berdirinya pabrik rokok yang terbesar di Indonesia ini. Dalam museum ini
diceritakan tentang keluarga pendiri, hingga pengunjung dapat melihat dari dekat
peralatan yang digunakan untuk proses produksi pada pembuatan rokok produk
sampoerna. Tak hanya melihat peralatannya saja, dari museum ini juga
70
pengunjung dapat melihat proses produksi rokok Dji Sam Soe yang dikerjakan
oleh 3500 wanita di dalam pabrik ini yang melintingnya dengan alat tradisional.
Mereka melakukannya dengan kecepatan lebih dari 325 batang per jam.
Jika pengunjung menginginkan Souvenir untuk oleh oleh, Museum Shop
menawarkan berbagai macam marchendise dan souvenir. Diantaranya adalah
barang – barang seperti miniatur rokok, peralatan tradisional rolling, paket
cengkeh, buku, t-shirt, polo shirt, dan sebagainya.36
2.4.1.1 Latar Belakang Berdirinya Museum House Of Sampoerna
Gambar 2.4.2 Interior pada Museum House of Sampoerna
Bangunan dengan gaya arsitektur kolonial Belanda ini di bangun pada
tahun 1862 sebagai panti asuhan yang dikelolah oleh pemerintah belanda. Pada
tahun 1932, bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee, yang merupakan bapak
pendiri Sampoerna, dengan maksud menjadikannya sebagai rumah produksi dari
prodk rokok yang dibuatnya.
Bangunan ini terdiri dari ruang auditorium yang luas pada bagian tengah
dan dua bangunan kecil yang berada pada sisi timur dan barat, juga ada lahan
terbuka yang nyaman pada bagian belakan ruang auditorium tengah. Pada
bangunan samping, digunakan sebagai tempat tinggal keluarga, pada bangunan
samping juga terdapat struktur bangunan gudang yang digunakan sebagai tempat
36 http://houseofsampoerna.museum
71
penampungan tembakau dan pengolahan cengkeh, blending, hand rolling dan
packaging, percetakan, dan finishing
Pada saat ini, bangunan bangunan tersebut tidak jauh beda fungsinya
dengan jaman dulu, yakni sebagai produsen rokok paling bergengsi di Indonesia,
Dji Sam Soe. Pada peringatan ulang tahunnya ke – 90 Sampoerna di tahun 2003,
kompleks pusat telah susa payah di pulihkan dan pada saat ini terbuka untuk
umum.
Auditorium Pusat berfungsi sebagai museum, bangunan sisi timur berubah
menjadi sebuah kafe, kios marchendise, dan galeri seni. Dan bangunan sisi barat
masih merupakan kediaman keluarga resmi.37
2.4.1.2 Koleksi Yang Dipamerkan
Sebuah museum tentu memiliki benda – benda ataupun koleksi yang
dipamerkan. Dalam museum House of Sampoerna ini terdapat beberapa koloksi
sebagai berikut :
Beberapa Koleksi :
2. Replika warung perintis Sampoerna
3. Sepeda motor perintis Sampoerna
4. Alat cetak kemasan rokok
5. Bermacam-macam jenis tembakau
6. Koleksi kemasan korek api kuno
7. Koleksi kemasan rokok Sampoerna
8. Cengkeh
9. Buku
10. Seragam drumband
11. Foto
12. Meja kerja perintis
Fasilitas Publik :
13. Ruang Auditorium
14. Ruang Audiovisual
15. Ruang pameran tetap
37 Ibid
72
16. Ruang pameran temporer
17. Pos jaga
18. Toilet
19. Penunjuk arah (sinage)
20. Parkir
21. Sarana ibadah
22. Cinderamata
Fasilitas Museum :
23. Ruang administrasi (kantor)
24. Ruang pengendalian pengamanan
25. Ruang Penyimpanan Koleksi
26. Bus Wisata SHT (Surabaya Heritage Track)
2.4.2 Aspek Environmental graphic design Museum HOS
2.4.2.1 Aspek Wayfinding Museum House of Sampoerna
Ketika pengunjung melewati jalanan di sekitar Surabaya utara, maka akan
terlihat papan penunjuk arah yang cukup menarik, sehingga pengunjung dapat
diarahkan secara langsung ke lokasi museum, namun sayangnya penunjuk arah
tersebut tidak memiliki kelanjutan pada arah yang dituju. Ketika mulai memasuki
halaman museum house of sampoerna, maka pengunjung akan langsung
diarahkan oleh penunjuk arah berupa anak panah, tanda ini bermaksud untuk
mengarahkan pengunjung untuk kedalam areal parkir.
Secara umum, Museum House of Sampoerna telah menyediakan sarana
wayfinding agar pengunjung dapat dengan mudah menuju ke arah yang di
inginkan, namun tidak adanya kelanjutan dalam sistem wayfinding tersebut
mengakibatkan pengunjung akan kembali kebingungan karena tidak tahu arah
yang akan di tuju selanjutnya.
Ketika memasuki areal museum dalam juga tidak begitu terlihat sistem
wayfinding yang memudahkan pengunjung untuk mencapai tujuannya, hanya
sekedar pemberian tanda untuk tempat tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa Museum House of Sampoerna telah memiliki
sistem wayfinding yang telah dibuat sedemikian rupa menarik, namun kelanjutan
73
akan informasi yang diberikan tidak memiliki kelanjutan yang tepat, sehingga
mengakibatkan pengunjung kurang dapat mengetahui posisi mereka
2.4.2.2 Aspek Information Museum House of Sampoerna
Gambar 2.4.3 Information Graphic pada museum House of Sampoerna
Berbeda dengan sistem wayfinding pada museum house of sampoerna,
sistem informasi yang ditampilkan dalam museum ini memberikan penjelasan
yang sangat memadai bagi pengunjungnya. Terdapat informasi tentang gedung
museum, sehingga pengunjung dengan mudah mengetahuiya. Penulisan informasi
juga menggunakan dua jenis bahasa, yakni bahasa indonesia dan inggris, bahasa
inggris digunakan karena banyak wisatawan asing yang datang untuk
mengunjungi museum house of sampoerna.
Ketika pengunjung berada di dalam museum dan mulai memperhatikan
koleksi, maka pengunjung dapat langsung mengetahui koleksi apa yang
dipamerkan melalui papan informasi yang ada di sebelah koleksi. Informasi grafis
yang di sediakan museum house of sampoerna juga menggunakan material yang
dapat digunakan dalam jangka waktu panjang.
74
Pada Informasi grafis dari Museum House of Sampoerna, terdapat
beberapa jenis papan informasi yang dipajang sebagai penjelas koleksi,
diantaranya adalah :
Standing board, yaitu papan informasi yang menggunakan kaki pada
bagian bawah papan informasi, sehingga pengunjung dapat berdiri sambil
membacanya. Kekurangan dari standing board adalah terlalu banyak
memakan tempat
Hanging board, yakni papan yang ditempelkan pada tembok,
menggunakan paku sebagai perekat papan. Kekurangan hanging board
membuat audiens membacanya dengan mendongakkan kepalanya,
sehingga akan mengurangi kenyamanan untuk membaca informasi yang
cukup banyak
Desk board, yakni papan yang diletakkan pada media tertentu, namun
pada umumnya berada di atas meja. Desk board memiliki ukuran yang
lebih kecil, sehingga tidak memerlukan space yang banyak, namun jika
koleksi berada di atas lantai, maka audiens akan kesulitan untuk membaca
informasi yang disampaikan
Secara keseluruhan, museum House of Sampoerna telah memiliki
Information Graphic yang sangat memadai dengan penggunaan materi yang tahan
lama, dan penyampaian informasi yang lengkap. Information graphic tersebut
juga telah memiliki nilai estetis yang baik karena menggunakan sistem grafis
dengan bentukan garis sebagai framenya.
75
2.4.2.3 Aspek Exhibition Museum House of Sampoerna
Gambar 2.4.4Sepeda koleksi museum House of Sampoerna
Museum House of Sampoerna yang berada di kawasan Surabaya lama ini
masih menjaga keaslian bangunannya seperti pada masa kolonial Belanda. Pada
tampilan dalam museum pun menggunakan tema de stijl sehingga pembangunan
suasana sebagai masa kolonial penjajahan Belanda benar – benar terasa ketika
memasuki ruang museum.
Untuk memberikan kesan alami, penataan koleksi juga diletakkan dengan
rapi. Pada spot spot tertentu, seperti pada gambar diatas, terlihat bahwa sepeda
diberi pita merah sebagai batas pengunjung untuk menikmati koleksi tersebut.
Penggunaan pita merah tentu bukan hanya sekedar sebagai pembatas jarak, namun
agar koleksi dapat membaur dengan suasana ruang yang diciptakan oleh museum
ini.
Jika diamati lebih dalam, pada lantai pertama museum ini terbagi menjadi
tiga area pameran, diantaranya adalah sebagai berikut :
Ruang depan, berisi barang – barang pribadi milik pendiri. Diantaranya
terdapat sepeda, pakaian, lukisan, dan barang barang lainnya
76
Ruang tengah, berisi penghargaan - penghargaan yang pernah di terima
Sampoerna, selain itu juga terdapat susunan pimpinan perusahaan
Ruang belakang, sebagai ruang pamer produksi. Pada area ini terdapat
barang – barang yang digunakan untuk proses produksi pembuatan rokok
sampoerna, seperti alat cetak, alat linting rokok, bahkan kios penjual rokok
jaman kolonial juga berada pada ruang belakang ini
Dapat disimpulkan bahwa museum House of sampoerna telah memiliki
tema yang menunjang suasana dari museum ini, yang dalam hal ini museum
house of sampoerna menggunakan tema de stijl pada setiap sudut ruangannya.
Dalam segi penataan, museum House of Sampoerna juga telah melakukan
penataan yang membaginya menjadi beberapa ruang, sehingga pengunjung dapat
dengan urut dalam menikmati koleksi yang ada
77
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Subyek Desain
3.1.1 Judul
“Perancangan Environmental graphic design Museum Sepuluh Nopember
Surabaya Area Museum Dalam “
Perancangan dapat diartikan usaha untuk merencanakan sesuatu obyek
atau sistem sebelum direalisasikan. Sedangkan environmental graphic design atau
grafis lingkungan merupakan penataan sebuah lingkungan dengan tujuan
menyediakan informasi yang dibutuhkan pengunjung, mengenalkan identitas
lokasi kepada pengunjung, membangun suasana lokasi, dan mempermudah
pengunjung melakukan aktivitas di sebuah lokasi.
Lebih spesifik lagi, perancangan ini diarahkan pada perancangan grafis
lingkungan sebuah museum, khususnya area dalam Museum Sepuluh Nopember
Surabaya. Dalam hal ini, fokus penelitian diarahkan pada desain yang mempunyai
konsep modern pada sebuah museum, dan dengan penggunaan konten yang dapat
memberikan edukasi tentang sejarah kepada para pengunjung. Dengan demikian,
perancangan dalam hal ini ditujukan untuk mencari solusi mengenai grafis
lingkungan modern yang sesuai bagi Museum Sepuluh Nopember.
3.1.2 Area museum dalam museum Sepuluh Nopember sebagai Subyek Desain
Museum sepuluh Nopember diresmikan mula-mula secara soft opening tanggal
10 Nopember 1998 oleh Walikota Surabaya, Bapak Sunarto Sumoprawiro pada saat
itu, dan grand opening tanggal 19 Februari 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Museum yang di bangun untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan dan untuk
melengkapi fasilitas sejarahnya, maka didirikanlah Museum Perjuangan Sepuluh
Nopember 1945. Bangunannya berbentuk piramid yang „ditenggelarnkan' sedalam
tujuh meter dibawah permukaan tanah dan sepuluh meter diatas permukaan area
78
tugu pahlawan, dengan maksud agar keberadaan bangunan tersebut tidak
mendominasi keberadaan Tugu Pahlawan. 38
Museum Sepuluh Nopember Surabaya dibagi menjadi 2 area yang dikelolah oleh
UPTD Monumen tugu pahlawan dan museum sepuluh nopember. Sesuai dengan
namanya, area monumen tugu pahlawan disebut sebagai museum luar yang
didalamnya terdapat monumen tugu pahlawan itu sendiri, dan beberapa koleksi
duplikat berupa patung, relief, dan koleksi alat militer lainnya. Sementara dalam
perancangan ini yang menjadi subyek perancangan adalah area museum dalam
Museum Sepuluh Nopember Surabaya yang didalamnya lebih pada koleksi
peninggalan para pahlawan peristiwa sepuluh nopember 1945.
Perancangan ini mencakup areal museum dalam yang secara teknis meliputi
tiga aspek:
Wayfinding. yaitu aspek yang berhubungan dengan identifikasi area museum
agar pengunjung tidak mengalami kesulitan dalam menemukan tempat atau
koleksi yang dicari.
Information Design. Merupakan aspek penyajian informasi maupun
presentasi koleksi museum kepada pengunjung.
Exhibition Design. Mengenai pembangunan suasana dan unsur emosional
museum mulai dari tiap koleksi, ruangan, dan bangunan.
3.1.3 Pengertian Environmental Graphic Design
Setiap hari saat berpergian ke mal, museum, gedung-gedung perkantoran,
rumah sakit, kampus, sekolahan atau airpot maka akan selalu terdapat tanda-tanda
petunjuk atau sign, papan informasi, banner dan lain-lain. Elemen-elemen grafis
ini ada ilmunya , yaitu Environmental graphic design
Environmental graphic design atau istilahnya „grafik lingkungan „ adalah
segala bentuk grafik yang ada di lingkungan. Termasuk di dalamnya berupa
tanda-tanda petunjuk arah, papan pengumuman, ornament grafis pada sebuah
38 Buku panduan Monumen tugu pahlawan dan museum sepuluh nopember
79
bangunan, pelat nama di gedung-gedung , juga segala bentuk tulisan pada objek
dua maupun tiga dimensi. 39
EGD merupakan trend multi-disiplin yang meyakini bahwa dalam
merancang sebuah sistem navigasi ruang (wayfinding) yang baik, dibutuhkan
kolaborasi antardisiplin yang meliputi disiplin ilmu-disiplin ilmu seperti
planologi, desainer lanskap, arsitektur, desainer interior, dan desainer grafis
lingkungan sendiri.
3.1.3.1 Pengunjung
Pengunjung Museum Sepuluh Nopember berasal kalangan yang
bervariasi tetapi dengan Sebagian besar pengunjung adalah siswa yang mungkin
jumlahnya 80 % sisanya pengunjung biasa (umum), hal itu dikarenakan museum
sepuluh nopember melakukan sosialisasi kesekolah – sekolah dari tingkat Tk,
SD, SMP dan SMA dari Ponorogo,Jawa Barat,Jawa Tengah,Sulawesi dll. Namun
ada rata – rata 5 – 7 % tiap tahun,kebanyakan dari Inggris,Jepang,Belanda,India
beliau-beliau mengunjungi museum dikarenakan ada kaitannya karena nenek
moyang mereka pernah mati ,mereka mungkin cucu dari pejuang yang
meninggal.Bahkan kerangka masih tertanam di sebagian tempat dari museum ini
ada yang sudah digali ditemukan 20 kerangka yang ditanam di museum tak
dikenal bertempat di sebelah utara monument.40
Maka dari itu harus ada informasi yang menarik, informasi harus bisa
dinikmati oleh siapapun dari anak kecil sampai orang dewasa dan mudah
dipahami oleh masyarakat luas
Sebuah rancangan environmental graphic design tidak diperuntukkan bagi
segolongan orang, karena harus dapat dikomunikasikan pada setiap pengunjung
museum. Hal ini menjadi pertimbangan penting, di mana pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan konsep dan implementasi akan mengarah pada suatu
rancangan yang umum dan universal tetapi dengan sebuah landasan konsep. 39 Majalah Concept, vol 04, edisis 23, 2008 40
Hasil wawancara, Moch. Sutopo, SE, Kepala Museum Sepuluh Nopember Surabaya, 10 maret 2011,Surabaya
80
Selain itu, pengunjung ada yang berasal dari luar negeri. Penyediaan
informasi dengan dua bahasa dapat membantu menyelesaikan permasalahan ini.
3.2 Teknik Sampling
Untuk mendapatkan sample data perilaku pengunjung yang berhubungan
dengan environmental graphic design yang telah ada di Museum Sepuluh
Nopember, peneliti akan melakukan observasi serta menyebarkan kuisioner pada
pengunjung Museum Sepuluh Nopember, dan melakukan wawancara kepada
kepala museum sepuluh Nopember dan kepala dinas pariwisata. Wawancara dan
observasi tersebut dilakukan dengan cara:
Pengunjung yang dimaksud adalah pengunjung Museum Sepuluh Nopember.
Wawancara akan menanyakan jumlah kunjungan ke museum, tanggapan
pengunjung mengenai aspek-aspek informasi (variabel non-teknis) Museum
Sepuluh Nopember, dan opini pengunjung tentang apa informasi yang
dibutuhkan dan bagaimana seharusnya informasi tersebut disajikan.
Penyebaran kuisioner dilakukan pada hari minggu Alasan mengapa
wawancara dilakukan pada hari minggu adalah karena pada hari minggu
merupakan akhir pekan dan hari libur di mana para pengunjung yang
berprofesi sebagai pegawai kantoran ,pelajar dan anak muda juga memiliki
kesempatan untuk berkunjung ke museum.
Wawancara Kepala UPTD Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh
November.
Wawancara Ibu Wiwiek selaku Kepala Dinas Pariwisata, dengan
menggunakan teknik pengambilan data depth interview,
Pengunjung dan target audiens Museum sepuluh November dengan
menggunakan teknik pengambilan data kuisioner.
Observasi dilakukan dengan sasaran: melihat alur kunjungan pengunjung
(terutama yang tidak ditemani oleh guide), melihat perilaku pengunjung di
museum, dan melihat bagian museum mana yang paling lama dikunjungi.
Apabila pengunjung datang dalam bentuk kelompok atau rombongan, peneliti
hanya meminta kesediaan satu orang saja dari kelompok atau rombongan
tersebut untuk diwawancarai.
81
3.2.1 Populasi
a. Demografis target segment
Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
Usia : 15 -25 tahun
Pengeluaran per bulan :
a. < Rp.150.000
Pendidikan : SMA dan S1 sederajat
Profesi : a. Pelajar/mahasiswa
b. Pegawai Swasta
c. Pegawai Negeri
d. Wiraswasta
b. Geografis
Surabaya, karena museum sepuluh nopember berada di kota Surabaya
c. Psikografis
Kelas Sosial : Menengah, karema umumnya audiens pada kelas
itu membutuhkan biaya yang lebih banyak dari pemasukan yang mereka terima
Gaya Hidup : Cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
konsumtif dan keinginan berkumpul dengan teman, mencintai sejarah
3.2.2 Sampel
Dalam penggalian data, maka dilakukan sebuah wawancara terhadap
narasumber yang terkait langsung terhadap topik bahasan, untuk itu sesuai dengan
pendelegasian kewenangan dan penentuan sumber informasi yang telah
ditentukan oleh Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Surabaya, dilakukan
pengambilan sampel sebagai sumber penggalian data diantaranya :
82
1. Kepala UPTD Museum Sepuluh November, Bapak Moch. Soetopo SE, selaku
pengelola monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November.
2. Kepala Dinas Priwisata Pemerintah Kota Surabaya, Ibu Wiwiek.
3. Target Audiens Museum Sepuluh Nopember
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
3.3.1.1 Data primer :
1. Wawancara dengan Moch. Sutopo, SE, Kepala Museum Sepuluh Nopember
Surabaya dan Dra. Wiwiek Widayati, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Surabaya.
2. Kuesioner kepada pengunjung museum.
3.3.1.1.1 Wawancara
Wawancara (Depth interview) dilakukan untuk mengetahui detail dari UPTD
Monumern tugu pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya, seperti
profil, management, arsitektur bangunan, anggaran dan pemasukan, rencana
pengembangan, dan sebagainya
3.3.1.1.2 Kuesioner
Kuesioner disebar untuk mendapatkan data secara langsung dari
masyarakat umu yang pernah mengunjungi Museum Sepuluh Nopember
Surabaya untuk dapat mengetahui nilai kuantitatif dari pengalaman mereka
terhadap penerapan Information graphic design pada Environment graphic
design Museum Sepuluh Nopember Surabaya
Dibawah ini adalah hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada
pengunjung museum sebanyak 100 responden :
Sebanyak 54% responden jarang mengunjungi museum, dan
sebanyak 20% menjawab sangat jarang untuk mengunjungi
83
museum sementara 22% cukup sering ke museum dan hanya 4%
yang menjawab sering ke museum
Respoden yang bertujuan ke monumen tugu pahlawan menjawab
Sebanyak 38% responden ingin mengetahui sejarah yang ada pada
koleksi museum, 22% dalam rangka study wisata, dan 14%
Rekreasi atau berwisata dan masing masing 13% untuk diajak
orangtua atau teman, dan sisanya menjawab karena alasan lain
Sebanyak 55% masyarakat yang mengetahui keberadaan Museum
Sepuluh Nopember Surabaya pernah memasuki Museum Sepuluh
Nopember Surabaya, sebanyak 30% jarang memasuki museum,
dan 15% menjawab tidak pernah
Sebanyak 60% pengunjung tidak pernah mendapat informasi
tentang museum sepuluh nopember, dan 40% menjawab pernah
Apakah informasi yang dijelaskan papan informasi pada koleksi
mudah dipahami? Sebanyak 38% responden menjawab cukup
mudah dipahami, 28% menjawab kurang mudah dipahami,
sementara 24% menjawab mudah dipahami
Sebanyak 84% responden membutuhkan infomasi yang lebih detail
dari koleksi, dan hanya 16% yang menjawab tidak
Dalam perubahan suasana museum yang diinginkan, sebanyak
44% menginginkan suasana modern, 36% suasana kepahlawanan,
12% nasionalisme, dan 8% suasana kolonial
3.3.1.2 Data sekunder :
Selain dari data primer, maka data yang didapatkan juga diperoleh dari
data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak yang tidak
berkaitan langsung. Data sekunder tersebut didapatkan dari:
1. Literatur-literatur yang sesuai.
Digunakan buku – buku pyang bisa menjadi landasan teori dari penelitian –
penelitian yang berhubungan dengan perancangan ini.
84
2. Informasi atau artikel di internet sebagai tambahan studi eksisting,
kompetitor, dan sebagainya.
3. Studi Eksisting
Studi eksisting adalah metode untuk mendapatkan data dari studi kompetitor
dan komparator museum yang ada
3.4 Metode Penelitian
Secara garis besar, peneliti mengadaptasi metode yang di tulis oleh Prof.
Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metoe Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif Dan R&D. Prof. Dr. Sugiyono menggambarkan dalam melakukan
penelitian yang khususnya penelitian kuantitatif, bahwa masalah yang di bawa
oleh peneliti harus sudah jelas. Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi,
maka selanjutnya masalah tersebut di rumuskan. Rumusan masalah tersebut pada
umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka
akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut , maka peneliti menggunakan
berbagai teori untuk menjawabnya. Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru
menggunakan teori dinamakan hipotSesis. Hipotesis yang masih mrupakan
jawaban sementara tersebut, selanjutnya akan di buktikan kebenarannya secara
empiris/nyata. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data, pengumpulan
data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Meneliti adalah mencari data yang teliti / akurat. Untuk itu peneliti perlu
menggunakan instrument penelitian. Untuk instrument yang berbentuk notest,
dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan
demikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat
berupa kuesioner, observasi dan wawancara. Setelah hasil penelitian diberikan
pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan.41
41 Prof. Dr. Sugiyono, 2008, Metoe Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, h.30
85
Tabel 3.4.1 Variabel Proses penelitian menurut Prof. Dr. Sugiyono
3.4.1 Tahap Analisa
Tahap Penelitian dimulai sejak peneliti mulai mengamati fenomena yang
berhubungan dengan permasalahan grafis lingkungan Museum Sepuluh
Nopember hingga tahap perencanaan perancangan dan perumusan konsep. Tahap
ini merupakan tahap di mana peneliti merumuskan kebutuhan subyek penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan merumuskan goal yang ingin dicapai. Tahap
selanjutnya adalah perumusan konsep, di mana peneliti merumuskan cara untuk
mencapai goal yang telah ditentukan.
Ada tiga pihak/aspek yang penting dalam tahap ini, yaitu: pihak stakeholder
utama (dalam hal ini Dinas Pariwisata Surabaya dan pengelola Museum Sepuluh
Nopember serta pengunjung), aspek ilmiah (kepustakaan atau ilmu serta pakar
yang berhubungan dengan environmental graphic design), dan aspek studi
eksisting (Studi yang didapatkan dengan melakukan pengamatan pada Museum
Museum Sepuluh Nopember, dan Museum House of Smpoerna).
Hasil analisa stakeholder dan studi eksisting akan menentukan goal yang
ingin dicapai, sedangkan analisa aspek ilmiah dan studi eksisting akan
menentukan cara menyelesaikan masalah, atau solusi dan mencapai goal. Dengan
86
menyilangkan apa yang hendak dicapai (goal) dengan cara pencapaian (solusi) ini,
akan ditemukan apa yang disebutkan peneliti sebagai konsep desain.
Baik goal, solusi, maupun konsep dipusatkan pada variabel-variabel
penelitian yang telah digunakan untuk menganalisa latar belakang permasalahan
pada Bab 1 dan studi eksisting pada Bab 2. Variabel-variabel permasalahan
tersebut adalah:
3.4.1.1 Variabel teknis.
Variabel teknis merupakan kriteria-kriteria yang akan langsung
berhubungan dan menentukan output yang akan dihasilakan peneliti nantinya.
Variabel ini merupakan cara pandang yang berbeda-beda mengenai aspek grafis
lingkungan sebuah museum agar ketika dipadukan, hasil penelitian akan dapat
dilihat secara keseluruhan, maupun dianalisa bagian per bagian. Aspek-aspek
teknis yang digunakan peneliti adalah:
1. Wayfinding. yaitu permasalahan grafis lingkungan dilihat dari keadaan areal
museum, termasuk di dalam aspek ini adalah alur pengunjung, dan peta/denah
dan signage system.
2. Information. yaitu permasalahan grafis lingkungan dilihat dari penyediaan
informasi di museum. Dalam sebuah museum, aspek informasi merupakan
aspek yang dominan dan paling penting. Berbeda dengan grafis lingkungan
sebuah kota, di mana aspek wayfinding lebih dominan. Yang dipermasalahkan
dalam aspek ini adalah: display koleksi, dan labelnya.
3. Exhibition. yaitu aspek grafis lingkungan yang melihat kesesuaian sebuah
museum dengan suasana yang ingin dimunculkan. Usaha untuk memunculkan
suasana, kesan, atau brand image dari museum ini bisa mencakup sistem grafis,
supergrafis, dan modifikasi terhadap aspek wayfinding dan information design.
87
3.4.2 Tahap Perancangan
Tabel 3.4.2 Diagram perancangan
Fenomena Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
kuisinoner
Deep Interview
Stakeholder & Pengunjung
Bab II
Kriteria Desain
Kriteria Wayfinding
Kriteria Information Graphic
sketsa
Sketsa
FINAL DESAIN
89
BAB IV
KONSEP DESAIN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Deskripsi Perancangan
Environmental graphic design adalah penataan sebuah lingkungan dengan
tujuan menyediakan informasi yang dibutuhkan pengunjung, memberikan
informasi koleksi kepada pengunjung, membangun suasana lokasi, dan
mempermudah pengunjung melakukan aktivitas di sebuah lokasi. Pemerintah
kota Surabaya memiliki beberapa program dalam menangani Museum
Sepuluh Nopember, jika diperjelas lebih rinci maka dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Program Pembelajaran
Museum merupakan media pembelajaran informal selain
menuntut ilmu disekolah
Peristiwa sepuluh nopember 1945 yang terjadi di Surabaya
merupakan peristiwa penting yang menjadikan kota Surabaya
memiliki sebutan sebagai kota pahlawan, dan memiliki nilai
historis yang tinggi karena merupakan saksi dari peristiwa
tersebut
2. Program Pariwisata
Menurut kepala dinas pariwisata dan kebudayaan kota Surabaya,
Museum Sepuluh Nopember merupakan salah satu tujuan wisata
yang paling diutamakan di kota Surabaya karena potensi wisata di
kota Surabaya bukanlah dari sektor wisata alamnya, namun
wisata budayanya
3. Program pengenalan dan promosi
Dalam Surabaya Heritage Museum House of Sampoerna,
Museum Sepuluh Nopember Surabaya juga termasuk bagian dari
90
tur wisata yang dilakukan HOS tersebut, museum HOS juga
melakukan pengenalan terhadap museum museum yang ada di
Indonesia dengan pembuatan brosur brosur yang di letakkan pada
tiap tiap museum yang telah dipilih
4. Program pengembangan
Museum Sepuluh Nopember Surabaya merupakan salah satu
museum yang ditunjuk oleh Kementrian Budaya dan Pariwisata
(Kemenbudpar) Republik Indonesia sebagai salah satu museum
yang tercatat dalam Gerakan Nasional Cinta Museum, dengan
harapan kunjungan museum nasional dapat terangkat
4.2 Penelusuran Masalah
Sejak diresmikan pada tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid,
Museum Sepuluh Nopember Surabaya menjadi salah satu museum bersejarah
yang menjadi saksi peristiwa pertempuran yang terjadi pada 10 nopember 1945.
Sehingga menjadikan museum ini menjadi museum yang eksklusif, karena koleksi
yang ditampilkan hanya seputar peristiwa 10 nopember tersebut.
Dalam perjalanannya, museum ini mengalami pasang surut dalam hal
pengolahan, maupun jumlah pengunjung yang mengunjungi museum ini, baik itu
dari mereka yang sekedar rekreasi ataupun yang bersifat study. Banyak faktor
yang menyebabkan museum ini mengalami pasang surut, diantaranya adalah
banyaknya pengunjung yang tidak mengetahui akan letak Museum Sepuluh
Nopember yang berada pada bagian dalam monumen tugu pahlawan, ada pula
anggapan dari masyarakat bahwa pembangunan pagar pada areal museum luar
menjadikan Museum Sepuluh Nopember seakan terkurung dari dunia luar,
sehingga membuat masyarakat enggan untuk mengunjungi museum tersebut.
Namun anggapan ini dibantah oleh pihak pengelola karena pengelola tidak
menginginkan oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab yang dapat
merusak areal luar dan dalam dari Museum Sepuluh Nopember, karena museum
91
ini adalah satu – satunya saksi sejarah akan pertempuran 10 nopember yang
terjadi di Surabaya.42
Dengan adanya Gerakan Nasional Cinta Museum tahun 2010-2014, maka
Dinas Pariwisata Kota Surabaya dan UPTD Museum Sepuluh Nopember
Surabaya berupaya melakukan pembenahan, baik dari segi koleksi, service,
program dan juga upaya Branding dan Identitas Visual untuk Museum Sepuluh
Nopember Surabaya.43 Selain untuk meningkatkan jumlah pengunjung, juga untuk
menambah kecintaan masyarakat terhadap sejarah Bangsa Indonesia. Selain itu,
Dinas Pariwisata dan UPTD Museum Sepuluh Nopember juga akan lebih
meningkatkan kualitas museum sebagai sarana wisata yang beredukasi sehingga
dapat memberikan kontribusi lebih bagi Pemerintah Kota Surabaya maupun
Masyarakat dan juga Negara sebagai pelestarian Sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia.
Dalam kasus Museum Sepuluh Nopember Surabaya ini terdapat beberapa hal
mendasar yang mendorong diperlukannya sebuah perubahan seuasana dan
pembuatan informasi grafis yaitu :
Jumlah pengunjung museum dari tahun ke tahun terus mengalami
penurunan. Berdasarkan data tersebut di bawah, pada tahun 2006 terdapat
4,56 juta pengunjung, turun menjadi 4,20 juta pengunjung pada tahun
2007, dan turun lagi padatahun 2008 menjadi 4,17 juta pengunjung44.
Mendukung Tujuan dari Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yaitu
bertujuan untuk menaikkan jumlah pengunjung serta meningkatkan
kesadaran, apresiasi dan kepedulian terutama generasi muda pada warisan
budaya bangsa yang dipelajari di museum.45
Banyak pengunjung yang menikmati monumen tugu pahlawan, namun
tidak banyak yang mengetahui museumnya, pengunjung baru mengetahui
bahwa terdapat museum setelah para penjaga museum mengumumkan 42
Hasil wawancara, Moch. Sutopo, SE, Kepala Museum Sepuluh Nopember Surabaya, 7 maret 2011, Surabaya
43 Kepala UPTD Museum Sepuluh Nopember Surabaya, kamis 18 November 2010 Surabaya, Museum
Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya : Jawa Pos 44 Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan, Depbudpar 2009 45 Sabtu, 06 Februari 2010 , Jawa Pos
92
informasi tentang museum melalui mikrophon.46Adapun factor lain yaitu
karena posisi museum yang terletak 10 meter di bawah permukaan tanah47.
Dalam rencana kerja dinas kebudayaan dan pariwisata pemerintah
Surabaya tahun 2011, Yang menyebutkan bahwa upaya mengoptimalkan
beberapa obyek wisata di kawasan tersebut perlu ditingkatkan terutama
infrastruktur, penambahan sarana prasarana (papan informasi, koleksi
museum terutama di Museum Sepuluh Nopember Surabaya)48
4.3 Target Audiens
4.3.1 Populasi Target Segment
Dalam perancangan ini, target audiens yang dituju adalah sebagai berikut :
a. Demografis
Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
Usia : 15 – 35 tahun
Pengeluaran per bulan : < Rp.150.000 - >Rp 2.000.000
Pendidikan : SMA dan S1 sederajat
Profesi :
a. Pelajar/mahasiswa
b. Pegawai Swasta
c. Pegawai Negeri
d. Wiraswasta
Karakteristik target Segment :
Kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara
efisien mencapapai puncaknya
Pengembangan Kemampuan penalaran, meningkatnya pertimbangan
Moral dan kesadaran sosial. 46 Hasil wawancara, Moch. Sutopo, SE, Kepala Museum Sepuluh Nopember Surabaya, 7 maret
2011, Surabaya 47 Buku panduan Monumen tugu pahlawan dan museum sepuluh nopember 48 Renja dinas kebudayaan dan pariwisata tahun 2011
93
Mampu memahami konsep konsep abstrak dan berpikir secara
hipotesis
Mampu berpikir secara sistematis dan mencari solusi dari berbagai
kemungkinan.
Mulai member perhatian pada orientasi masa depan
Mulai mengenal konsep-konsep moralitas seperti kejujuran keadilan
kesopanan dan juga kedisiplinan
Kesadaran akan identitas jadi semakin kuat
Sebagian besar waktu dihabiskan untuk bergaul dengan teman teman
sebaya
Pengaruh dari teman teman sebaya mempengaruhi perkembangan
social psikologis remaja
Dari hasil kuesioner AIO, Faktor yang mempengaruhi audiens dalam
mengambil keputusan sebanyak 66% responden menjawab orang tua
Orang tua tidak lagi diopandang sebgai otoritas yang serba tahu, orang
tuia adalah orang yang harus dihormati, tapi dipahami sebagai orang
yang mungkin melakukan kesalahan
Pada usia keluarga 25 – 35 audiens cenderung memiliki anak antara
umur 1 – 10 tahun, sehingga masih diperlukan arahan dari orang tua
untuk dapat memahami konsep-konsep moralitas seperti kejujuran
keadilan kesopanan dan juga kedisiplinan
Dari hasil deep interview penugunjung, untuk usia 35 tahun keatas,
audiens memiliki kecenderungan untuk mendatangi museum sepuluh
nopember karena ditemani oleh anak mereka.
Orang tua merupakan sumber penting bagi anak anak dan remaja yang
mengarahkan dan meyetujui dalam pembentukan tata nilai dan tujuan
masa depan mereka
b. Geografis
Surabaya, sekitar area museum.
c. Psikografis
Kelas Sosial : Menengah
94
Gaya Hidup : Cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, konsumtif dan keinginan berkumpul dengan teman .
4.4 Penentuan Konsep Desain
4.4.1 Kuesioner Visual
Hasil kuesioner yang menanyakan kepada pasar mengenai gaya visual dan :
Jumlah responden : 100 orang
Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
Usia : 15 tahun ke atas
Pendidikan : SMA dan S1/sederajat
Pengeluaran /bulan : Rp.150.000 - >Rp. 2.000.000,-
Kesimpulan hasil kuesioner :
1. informasi yang ada pada Museum Sepuluh Nopember belum memenuhi
informasi yang di butuhkan (68%)
2. urutan informasi koleksi yang paling dibutuhkan adalah koleksi pada
ruang diorama statis (23%), Koleksi barang peninggalan (20%), koleksi
senjata pada vitrin (13%) (tiga suara terbesar)
3. urutan papan petunjuk yang paling dibutuhkan adalah papan petunjuk
berupa peta museum dalam (24%), arah petunjuk ke koleksi museum
dalam (23%), arah petunjuk ke public service (21%)
4. bahasa penulisan informasi pada papan petunjuk yang mampu membantu
memberikan informasi secara tepat serta dapat mengedukasi dan
memberikan wawasan adalah yang mudah dipahami (41%)
5. penggunaan huruf pada papan informasi yang mampu membantu
memberikan informasi secara tepat serta dapat mengedukasi dan
memberikan wawasan adalah huruf dengan ukuran yang sesuai agar
mudah dibaca (53%)
95
6. desain/bentuk papan informasi yang mampu membantu memberikan
informasi yang dapat mengedukasi dan dapat menciptakan suasana
modern adalah bentukan segitiga khas modern eksterior museum (56%)
7. Menurut anda, perlukah penggunaan ilustrasi pada papan informasi
koleksi museum adalah perlu (76%)
8. bagaimana jenis ilustrasi pada papan informasi koleksi museum yang
mampu memberikan informasi yang dapat mengedukasi dan memberikan
wawasan adalah informasi berupa gambar (42%)
9. perlukah penggunaan pictogram pada papan petunjuk arah museum adalah
perlu (76%)
10. Penempatan posisi penunjuk arah yang terbaik adalah posisi tergantung
pada tempat yang tinggi (42%)
11. bahan yang paling penting digunakan pada papan informasi dan papan
penunjuk arah adalah yang tidak mudah rusak dan tahan lama (43%)
4.4.2 AIO (Activity, Interest, Opinion)
Berdasarkan pengalaman berhubungan langsung dengan target audiens
diperoleh kesimpulan mengenai activity, interest dan opinion yang
dimiliki target audiens.
A. Activity
Suka jalan jalan dengan teman
Menghabiskan waktu dengan teman sebaya
B. Interest
Tertarik dengan konsep konsep yang abstrak
Remaja tertarik untuk mengetahui tentang kepribadian dirinya dan
orang lain, serta memberikan penilaian subjektif terhadap suatu
permasalahan
Tertarik pada sesosok tokoh idola yang popular
Interest terhadap seksualitas dan cinta
C. Opinion
96
Orang Tua Merupakan Sumber yang penting dalam pembentukan
nilai nilai dan tujuan
Mempertanyakan kebenaran dan akar akar moral.
Mudah menolak dan mempertanyakan nilai nilai nasehat dari kedua
orang tuanya.
4.4.3 Produk atau Jasa
Berupa desain lingkungan Museum Sepuluh Nopember Surabaya areal
museum dalam dengan bentukan modern dan pesan yang edukatif
4.4.3.1 Segmentasi
Segmentasi akan dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok homogen
konsumen yang berbeda-beda. Berikut merupakan pengelompokkan segmentasi
pada Museum Sepuluh Nopember Surabaya
Penyuka tempat wisata budaya, terutama wisata sejarah
Para siswa yang sering melaksanakan study tour
Gemar mengisi waktu dengan mempelajari sejarah
4.4.3.2 Positioning
Dengan adanya environmental graphic design ini diharapkan mampu
memberikan informasi yang tepat mengenai Museum Sepuluh Nopember
sehingga dapat mengedukasi audiens tentang latar belakang peristiwa 10
nopember serta menciptakan suasana modern yang nantinya dapat menjadi daya
tarik pengunjung terhadap Museum sepuluh nopember ini. Selain itu,
environmental graphic design ini juga merupakan salah satu bentuk pendidikan
non formal bagi masyarakat Surabaya, dan Indonesia pada umumnya.
Positioning terhadap atribut
Peristiwa sepuluh nopember adalah suatu peristiwa peperangan yang sangat
penting yang menjadikan kota Surabaya sebagai ikon kota pahlawan di
Indonesia, karena dari pertempuran yang merenggut banyak korban dari arek –
arek Surabaya tersebut akhirnya kota Surabaya mendapat julukan kota
97
pahlawan. Museum sepuluh nopember menyimpan berbagai peninggalan dan
artefak – artefak sejarah tentang peperangan tersebut, sehingga dibutuhkannya
informasi dalam Environmental graphic design pada areal museum dalam ini.
Karena museum ini memiliki bentukan modern yang khas, maka sistem
Environtmenral Graphic Design nya pun harus disesuaikan dengan bentukan
fisik museum, sehingga akan memberikan kesatuan dalam bentukan
environmental nya.
Positioning terhadap masyarakat
Keunikan tersebut akan memberikan kesan tersendiri kepada masyarakat
terhadap areal Museum Sepuluh Nopember Surabaya sesuai dengan Harapan
pihak pengelola supaya museum menjadi alternatif pilihan pariwisata dan
edukasi non formal. Sehingga, selain sebagai alternatif pariwisata masyarakat,
masyarakat juga akan teredukasi dari peristiwa sejarah tentang peperangan
sepuluh nopember yang terjadi di Surabaya.
Positioning menurut kategori produk
Sebagai salah satu kategori wisata budaya di kota Surabaya, menjadi salah
satu tujuan wisatawan yang sedang berada di Surabaya untuk dapat
mengetahui lebih lanjut mengenai asal usul Surabaya sebagai kota pahlawan,
selain berwisata juga masyarakat akan dapat mempelajari tentang sejarah
Positioning dari harga atau kualitas
Tidak banyak museum di Indonesia yang memiliki tema museum perang,
apalagi museum yang telah melakukan branding fisik terhadap museumnya.
Dengan melakukan branding fisik inilah maka Museum Sepuluh Nopember
Surabaya akan memiliki diferensiasi yang khas dari museum lainnya karena
memiliki branding fisik berupa environtmenral graphic design pada areal
museum dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya.
4.4.3.3 Karakteristik
Bersifat Informatif
Environmental graphic desgin areal museum dalam Museum Sepuluh
Nopember Surabaya memiliki karakteristik yang bersifat informatif, karena
Environmental graphic design pada museum ini memberikan pengetahuan
98
serta wawasan kepada masyarakat akan peristiwa sejarah dan seputar peristiwa
sepuluh nopember, sehingga dapat menjadikannya sebagai salah satu media
pendidikan non formal
Memeberikan daya tarik terhadap masyarakat
Environmental graphic design areal museum dalam Museum Sepuluh
Nopember Surabaya mampu memberikan daya tarik lebih sebagai museum
pendidikan yang modern
Sebagai wadah untuk pendidikan sejarah
Museum Sepuluh Nopember Surabaya merupakan museum pendidikan yang
dimana didalamnya terdapat artefak tentang peristiwa sejarah yang terjadi di
Surabaya.
4.4.3.4 USP ( Unique Selling Point)
Museum sepuluh nopember merupakan salah satu museum perjuangan
yang membahas seputar peristiwa sepuluh nopember saja, sehingga koleksi yang
ada pada museum tersebut harus berhubungan dengan peristiwa sepuluh
nopember, koleksi yang menjadi andalan utama adalah adanya diorama statis,
dimana dengan memencet tombol, maka akan muncul suara yang mengingatkan
pada peristiwa masa lampau. Dengan melakukan peracangan Environmental
graphic design pada areal dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya, maka
akan semakin menjadikan museum ini menjadi museum yang memiliki
diferensiasi atau keunikan tersendiri dari pada museum museum lain yang ada di
Indonesia.
4.4.4 VISI DAN MISI
Visi
Merancang Environment Graphic Design areal museum dalam Museum Sepuluh
Nopember Surabaya yang mampu memberikan informasi tentang koleksi museum
yang memiliki nilai sejarah, sehingga pengunjung dapat teredukasi tentang sejarah
yang ada pada peristiwa sepuluh nopember dengan suasana yang modern namun
masih bertemakan kepahlawanan, sehingga masyarakat dapat merasakan suasana
99
yang baru dan menimbulkan daya tarik pengunjung terhadap museum sepuluh
nopember.
Misi
Merancang sistem penunjuk arah pada area museum dalam, sehingga
masyarakat dapat dengan mudah menuju titik tertentu
Merancang Information graphic yang sesuai dengan fakta tentang koleksi
museum sepuluh nopember
Meningkatkan minat para pengunjung untuk mendalami peristiwa sejarah
yang ada pada masa lalu
Memperkenalkan kepada para pengunjung bahwa perjuangan rakyat
Surabaya saat itu merupakan perjuangan yang sangat berani demi
membela tanah air
Menjadikan Museum Sepuluh Nopember Surabaya sebagai wadah
pelestarian sejarah dan budaya yang dimana juga sebagai tempat wisata
yang tidak kalah menarik dengan wisata lainya
4.4.5 KEYWORD
a. Playback
Balik ke tempat atau ke keadaan semula, berjalana ke masa lalu, memutar
kembali.49
b. History
Asal-usul (keturunan) silsilah; 2 kejadian dan peristiwa yg benar-benar
terjadi pd masa lampau; riwayat; tambo: cerita --; 3 pengetahuan atau uraian
tentang peristiwa dan kejadian yg benar-benar terjadi dl masa lampau; ilmu
sejarah50
c. Battle
Berkelahi; berjuang; berperang.
49 Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia pg. 367 (1996) 50 Ibid
100
4.4.6 Makna Konotasi
Menghadirkan sebuah edukasi akan sejarah yang disampaikan melalui
EGD dengan materi yang ada sesuai data sejarah dan dikemas dengan media baru
yang lebih modern, serta tampilan visual yang lebih menarik tetapi tetap
menonjolkan suasana perjuangan kepahlawanan pada masa lampau, sehingga
pengunjung dapat merasakan sebuah pengalaman mengenai peperangan dalam
peristiwa sejarah tersebut . Penggunaan konsep modern dapat diartikan sebagai
acuan penentuan desain EGD yang mengadopsi bangunan Museum tugu
pahlawan yang memiliki bentukan bangunan yang modern desain dan juga
berdasarkan pada konten koleksi yang yang dipamerkan pada museum luar
museum sepuluh nopember.. Teori communicative pada pembuatan IGD
digunakan sebagai acuan penggunaan warna serta visual yang berfungsi sebagai
petanda di museum sepuluh nopember yang mempermudah pengunjung untuk
menyerap informasi dan menemukan tempat yang akan dituju.
102
Ruang Lingkup Kerja
Identifikasi masalah Upaya mengoptimalkan beberapa obyek wisata di kawasan museum sepuluh nopember
perlu ditingkatkan terutama infrastruktur, penambahan sarana prasarana (papan informasi dan penunjuk arah , koleksi museum terutama di museum 10 nopember)
Pengertian bahwa Branding Fisik menekankan pada penggalian persepsi mengenai keberadaan museum melalui aset-aset fisik yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan arsitektural maupun elemen-elemen di dalamnya untuk menunjukkan eksistensinya. Museum sepuluh nopember sudah melalui tahap revitalisasi yang mana belum dioptimalkan dengan baik sehingga memerlukan eksistensi pendayagunaan fungsi bangunan untuk memberikan kenyamanan dalam mengunjungi Museum sepuluh nopember
Dari hasil Hasil wawancara dengan Moch. Sutopo, SE, Kepala Museum Sepuluh Nopember Surabaya beliau menginginkan perubahan suasana museum dengan konsep yang lebih modern dari konsep awal yaitu pendidikan
JudulPerancangan Environtmental Graphic Design Museum
Sepuluh Nopember Surabaya Area Museum Dalam
KonsepModern and educatif
OutputEnvirontmental Graphic Design
E-KioskInformation Media
War Spirit Board Information Graphic Board
Information Photo Board Graphic Timeline
Tabel 4.4.2 Ruang Lingkup Kerja
103
Tabel 4.4.3 Ruang Lingkup Kerja EGD
4.5 KRITERIA DESAIN
4.5.1 Ringkasan Teori
Information Graphic Design
1. Definisi Information Graphic
Information graphic design memiliki andil yang besar dalam penyampaian
informasi kepada audiens. Mereka dapat memberikan suplemen konten
tulisan supaya menjadikannya lebih bermutu dan membangun informasi,
data, atau bahkan pengetahuan kepada para audiens. Elemen grafis pada
Information graphic memiliki informasi yang kompleks yang diperlukan
untuk disampaikan secara singkat padat, namun tidak membingungkan
para audiens.
2. Definisi Signage
Signage diambil dari kata sign yang berarti sistem tanda tidak ubahnya
seperti symbol, yaitu bahasa universal yang dapat dipahami melalui
sebuah gambar (dan tulisan) sebagai petunjuk (informasi).
Faktor dan Strategi Pembuatan Information Graphic & Signage
Unsur Kedalaman, Skala atau Ukuran, Konteks, Complexity, Tipografi,
Tingkat Ketahanan, Warna
104
Bahan atau Material
Batu, Kayu, Gelas, Aluminium dan Besi, Akrilik, Vinyl, Kain, Digital
Media
Aspek-aspek Pembuatan
o Memahami institusi dan lingkungannya
o Mengidentifikasi fasilitas yang akan dipresentasikan dan fasilitas
apa saja yang ada di institusi atau lingkungan atau bangunan
tersebut
o Menentukan lokasi penempatan
o Implementasi Information graphic design dan menentukan ekspresi
yang akan digunakan, baik dari segi warna, bentuk dan tekstur saat
mendesain elemen-elemen dari Information graphic design
tersebut.
o Tingkat Ketahanan, Warna
Hirarki dalam penulisan informasi
o Main Title
Judul utama merupakan bagian pertama dari penyampaian
informasi. judul utama diperlukan untuk membuat tampilan visual,
serta sebagai pernyataan harafiah
o Sub Title
Merupakan ringkasan pendek dari poin utama cerita, dan bertindak
seperti halnya paragraf utama yang biasa dicetak tebal dalam
artikel surat kabar.
o Body text
Bagian ini merupakan bagian utama dari informasi yang akan
disampaikan, sehingga informasi dijelaskan lebih rinci. dalam body
teks harus menggunakan bahasa yang singkat, diselingi dengan
gambar atau contoh, teks dapat menggunakan rata kiri atau kanan,
sehingga mudah untuk dibaca, atau dapat juga menggunakan rata
lurus. paragraf juga harus tidak lebih dari dua atau tiga kalimat,
dengan spasi untuk alinea berikutnya. perlu diperhatikan juga
untuk margin tiap kata, agar tidak terlalu renggang
105
o Image Title
Bagian ini merupakan ringkasan singkat yang digunakan untuk
menyertai dan menjelaskan gambar.
4.5.2 Proses
4.5.2.1 Strategi Media
Media Environmental Graphic Design areal museum dalam Museum
Sepuluh Nopember Surabaya
Environmental Graphic Design mempunyai cakupan cakupan yang
sangat luas mengingat ini adalah multidisiplin ilmu. Beberapa media
dipilih dengan tujuan untuk memberikan informasi secara tepat mengenai
areal museum dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya serta dapat
menciptakan suasana khas modern Museum Sepuluh Nopember Surabaya.
Strategi media disusun secara terintegrasi, yang bertujuan untuk
memaksimalkan branding fisik areal museum dalam Museum Sepuluh
Nopember Surabaya. Penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting
dalam pengaplikasian Environmental Graphic Design. Untuk itu disusun
system navigasi penentuan media berdasarkan pemetaan wilayahnya.
107
Sistem Navigasi Penentuan Media EGD
Sistem Informasi Penentuan Media IGD
Lorong koleksi foto Signage Arah
Lobby Museum Dalam Signage Arah Name board
Ruang Bung Tomo Signage arah
Tangga / elevator Signage Lokasi
Diorama Statis information photo board
War Spirit boardSignage ArahName Board
Diorama Statis 1information photo board
Ruang Auditorium Signage arah
Military Conditionname board
Information Board Projector set
Information Board Projector set
Pothographic spot Sosio diorama bung
tomo E-Kiosk
Information Board
E-kioskinformation display
bambu runcinginformation board
Tabel 4.5.1 Sistem Navigasi dan Sistem Informasi penentuan media EGD
108
Gambar 4.5.2Peta Area Museum Sepuluh Nopember Surabaya
Klasifikasi Information graphic Museum Sepuluh Nopember Surabaya
1. Map Sign, meliputi :
Sign Peta area museum dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya
lantai 1& lantai 2
2. Wayfinding, meliputi :
Signage Lokasi, menuju ke tiap ruangan area museum dalam
Signage Arah, menuju ke tiap koleksi museum dalam
Signage Fasilitas umum
3. Information graphic, meliputi :
Informasi pada area museum dalam yang meliputi :
o Hall of fame
109
o Sosio drama bung tomo
o Replika bambu runcing
o Koleksi foto perjuangan
o Koleksi peninggalan pahlawan
o Koleksi persenjataan
Sasaran adalah audiens umum, mulai dari penduduk Surabaya sendiri,
wisatawan lokal, maupun wisatawan mancanegara. Karena audiens yang berbeda-
beda tersebut maka perlu dilakukan pengelompokkan karakteristik media,
menurut konsumsi media berdasarkan waktu, yaitu :
1. Signage (Papan Petunjuk) :
Map Sign : Dilihat dari dekat dalam waktu yang lama
Signage Lokasi : Dilihat dari dekat dalam waktu yang cepat
Signage Arah : Dilihat dari jauh dalam waktu yang cepat
Signage Fasilitas umum : Dilihat dari jauh dalam waktu yang cepat
2. Information graphic :
Information board : Dilihat dari dekat dalam waktu yang lama
Information display : Dilihat dari dekat dalam waktu yang lama
Warning information : Dilihat dari dekat dalam waktu yang lama
Graphic Timeline: Dilihat dari dekat dalam waktu yang lama
4.5.3 Aspek Visual
4.5.3.1 Kriteria Aspek Bentuk
Pada dasarnya bentukan dasar Environmental Graphic Design yang
modern dapat berupa bentuk-bentuk dasar geometris, seperti lingkaran, elips,
persegi, persegi panjang. Bentuk-bentuk geometris memberikan kesan yang
simpel dan mudah diterima oleh masyarakat luas. Disamping itu bentukan khas
exterior museum adalah berbentuk segitiga, yang juga merupakan bentuk
110
geometris, sehingga perpaduan bentuk tersebut akan dapat memperkental suasana
modern yang akan dibangun
Bentuk Environmental Graphic Design juga memiliki dimensi atau ukuran
yang berbeda-beda, bisa bergantung dari aspek kebutuhan, fungsional, dan tempat
Gambar 4.5.3 Penarikan ciri khas bangunan menjadi Wayfinding System
4.5.3.1.1 Modern Environmental Graphic Design
Sesuai dengan keyword, Environmental Graphic Design dirancang dengan
tampilan visualisasi yang modern yang dalam arti denotasinya berarti hal yang
terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan
tuntutan zaman51. Kategori sebuah desain dapat dinilai sebagai bentuk yang
modern dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
51 Kamus Besar Bahasa Indonesia
111
Gambar 4.5.4 Signage peta Washington, D.C
Peta bawah tanah London yang dirancang oleh Harry Beck pada tahun
1933 ini mengubah segalanya. Desainer telah menggunakan peta untuk
menyampaikan informasi secara modern yakni sederhana dan efektif di
lingkungan52
52 Berger, Craig M, Wayfinding : Designing and Implementing Graphic Navigational Systems, Page One, Halaman 28
Gambar 4.5.5 Information graphic design pada Churchill War Rooms
museum
112
4.5.3.2 Kriteria Aspek Warna
Penggunaan warna lebih mengarahkan pada warna yang mampu
menciptakan kesan modern bagi para pengunjung. Dalam hal ini diperlukan warna
yang bersifat elegant serta profesional yang dapat mempengaruhi pola pikir
pengunjung dengan kesan kekinian.
pengalaman seseorang dalam merasakan suasana dalyang di bentuk oleh
susunan warna suatu ruangan berbeda-beda , keharmonisan warna adalah sesuatu
yang menyenangkan mata. Ini melibatkan penampil dan itu menciptakan rasa
batin ketertiban, keseimbangan dalam pengalaman visual.. Ketika sesuatu tidak
harmonis, baik itu membosankan atau kacau.
Gambar 4.5.6 Map Sign pada museum gorge & Museum Shenzhen
113
C : 13 ; M : 100 ; Y : 95 ; K : 3 C : 25; M : 100 ; Y : 100 ; K : 27 C : 6 ; M : 91 ; Y : 100 ; K : 0
C : 0 ; M : 0 ; Y : 0 ; K : 10
Gambar 4.5.7 Warna warna pada Information Board
Pembagian warna ini diterapkan pada Sign Map sehingga pengunjung
dapat mengetahui warna dari tiap koleksi tersebut,. Tiap warna memiliki arti
sendiri diantaranya adalah
Putih Tulang : Sebagai warna yang telah diterapkan oleh pihak pengelola
sebagai warna khas museum sepuluh nopember
Merah : sebagai warna komplementer putih tulang, sehingga warna
tersebut menjadi warna negara merah putih. Warna ini juga
digunakan pada elemen elemen grafis lainnya
4.5.3.2.1 Zoning Area
4.5.3.2.1.1 Zona 1
Gambar 4.5.8 Denah zona 1
Pada Zona ini, terdapat :
10 war Spirit board
3 Signage
1 Name Board
114
Koleksi yang ditampilkan
War Spirit Board
Merdeka Atau Mati
Demi Iboe Pertiwi
Allied Forces Go Away
Freedom Forever
Maju Tak Gentar
Bung Ajo Bung!
Allahuakbar
Rawe Rawe Rantas Malang Malang Putung
Maju Serentak
Berontak oentoek Keadilan
Zona 1 merupakan zona dimana berisikan slogan slogan yang biasa
digunakan pada perang sepuluh nopember. Slogan slogan ini bertujuan supaya
pengunjung yang datang dapat mulai terbakar semangatnya ketika membaca
slogan slogan tersebut, sehingga ketika memasuki area museum dalam,
pengunjung memiliki mood untuk mempelajari sejarah yang ada didalamnya.
115
4.5.3.2.1.2 Zona 2
Gambar 4.5.9 Denah zona 2
Historical Timeline
Pada Zona ini, terdapat :
1 E-Kiosk
6 Info Board
2 Signage
2 Name board
Koleksi yang ditampilkan
1 Gugus patung Hall of Fame
1 World War Historical Timeline
Information Board
116
Mendaratnya Malaby
Peristiwa 28 – 29 Oktober 1945
Terbunuhnya Malaby
Pertempuran 10 nopember 1945
Pertempuran Sektor barat
Pertempuran gunung sari
Zona 2 merupakan zona dimana berisikan fenomena fenomena yang terjadi
ketika perang perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan, di zona ini
terdapat fakta fakta tentang perang pada masa itu, sehingga masyarakat dapat
mulai membuka wawasannya mengenai pertempuran seperti apa yang terjadi,
sebelum memasuki ruang bung tomo dan auditorium yang mulai menjelaskan
tokoh dan peristiwa sejarah lebih detail
4.5.3.2.1.3 Zona 3
Gambar 4.5.10 Denah zona 3
Ruang Bung Tomo
Pada Zona ini, terdapat :
1 Projector set
117
3 Info Board
1 Signage
1 Pothographic Spot
Koleksi yang ditampilkan
1 Sosio Diorama Bung Tomo
1 foto mobil peninggalan bung tomo
1 Artefak Radio peninggalan bung tomo
1 Screen LCD untuk pemutaran film yang dokumenter bung tomo
1 micro phone untuk Pothographic Spot
Information Board
1. Biografi Bung Tomo
2. Perjuangan Bung Tomo
3. Tentang radio pemberontakan bung tomo
Zona 3 merupakan zona dimana berisikan barang barang yang berhubungan
dengan peninggalan bung tomo. Didalam ruang ini diharapkan para pengujung
dapat merasakan semangat yang di luap kan oleh bung tomo, sehingga masyarakat
dapat meneladani semangat juang bung tomo yang berapi api. Di dalam ruang ini
juga terdapat pothographic spot yang bertujuan untuk memberikan kenang
kenangan terhadap pengunjung untuk berpose sebagai orator layaknya bung tomo
118
4.5.3.2.1.4 Zona 4
Gambar 4.5.11 Denah zona 4
Ruang Auditorium
Pada Zona ini terdapat:
1 projector set
3 Information board
1 Signage
1 Backddrop old Surabaya
Information Board
The major
Profile Grahadi
Simpang districh
Koleksi yang ditampilkan
119
Lukisan Surabaya Tempo Doeloe
1 Diorama peta Surabaya tempo doeloe
Zona 4 merupakan zona dimana pengunjung dapat menikmati film yang
ditampilkan dengan suasana ruangan yang dihiasi lukisan dan foto kota Surabaya
tempoe doeloe. Tujuan dari ruangan ini adalah agar pengunjung dapat rileks
sejenak dan menikmati film pendek yang diputar.
4.5.3.2.1.5 Zona 5
Gambar 4.5.12 Denah zona 5
Military cindition
Pada zona ini terdapat :
1 E - kiosk
4 Info board
2 Name Board
Koleksi yang ditampilkan
1 artefak ultimatum sekutu
5 vitrin berisikan senjata
1 pothograpic spot
120
1 replika bambu runcing
Zona 5 merupakan zona dimana berisikan koleksi koleksi senjata yang digunakan
pada masa perang 10 nopember. Di area ini terdapat juga pothograpic spot, supaya
pengunjung dapat berpose bagaikan pejuang. Pada info board terdapat perbedaan antara
produk senjata sekutu, jepang, jerman dan sebagainya.
4.5.3.2.1.6 Zona 6
Gambar 4.5.13 Denah zona 6
Before the war
3 photo info board
Press and play audio
Koleksi yang ditampilkan
Diorama Pembentukan KNI Daerah Surabaya (25-27 Agustus '45)
Diorama Pembentukan BKR dan Laskar – laskar Perjuangan (4 September
'45)
Diorama Insiden Bendera di Hotel Yamato (19 September „45)
Diorama Penyerbuan Markas Kempetai (Polisi Militer Jepang) 1 Oktober
'45
121
Zona 6 merupakan zona favorit pengunjung menurut pengelola, karena
dioramaini dapat berinteraksi langsung kepada pengunjung. Photo info board
berfungsi sebagai pemberi informasi siapaa saja dan bagaimana peristiwa tersebut
terjadi, sehingga pengunjung dapat mengetahui bagaimana kondisi dan siapa saja
yang berpengaruh pada saat itu. Dalam zona ini akan diceritakan masa sebelum
perang sepuluh nopember terjadi
4.5.3.2.1.7 Zona 7
r.diorama statis
Gambar 4.5.14 Denah zona 7
When the war begin
3 photo info board
Press and play audio
Koleksi yang ditampilkan
Diorama Ekspedisi ke Pulau Nyamukan (14 Oktober '45)
Diorama Pertempuran Tiga Hari (27, 28, 290ktober '45)
Diorama Perundingan Soekarno-Hawthorn (30 Oktober '45)
Diorama Penolakan Arek -arek Suroboyo terhadap Ultimatum Sekutu
122
Zona 7 juga merupakan zona favorit pengunjung menurut pengelola, karena
dioramaini dapat berinteraksi langsung kepada pengunjung. Photo info board
berfungsi sebagai pemberi informasi siapaa saja dan bagaimana peristiwa tersebut
terjadi, sehingga pengunjung dapat mengetahui bagaimana kondisi dan siapa saja
yang berpengaruh pada saat itu. Dalam zona ini akan diceritakan masa ketika
peperangan terjadi
4.5.3.3 Kriteria Ilustrasi
Dari hasil kuesoner visual terhadap pengunjung, bagaimana jenis ilustrasi pada papan informasi koleksi museum yang mampu memberikan informasi yang dapat mengedukasi dan memberikan wawasan adalah ilustrasi dengan menggunakan ilustrasi berupa gambar
Namun, karena penyampaian informasi koleksi museum harus sangat mendekati fakta yang ada, maka kriteria ilustrasi untuk koleksi menggunakan ilustrasi fotografi, sehingga memiliki kesan yang lebih faktual, dan aktual.
Gambar 4.5.15 Kriteria gambar ilustrasi fotografi pada Information Display
123
4.5.3.4 Kriteria Aspek Typografi
Fonts adalah salah satu komponen paling penting dalam penyampaian
informasi terhadap audiens, karena dari fonts lah informasi dapat disampaikan.
Setiap orang, memiliki bentukan font favorit sendiri sendiri, namun karena
bersifat generalisasi dan bersifat modern maka bentukan fonts yang digunakan
adalah font jenis san serif. Disamping bentukan dari font itu sendiri, komponen
yang paling penting lainnya adalah penempatan fotnt itu sendiri, sehingga
menghasilkan gaya tipografi tersendiri. Font minimalis dengan penggunaan white
space atau ruang kosong yang lebih banyak dapat memberikan keterbacaan yang
lebih muda bagi audiens.
Futura Md BT :
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
, . < > ? / \ ; ' : “ [ ] { } | ` ~ - = + _ ( ) ! @ # $ % ^ & *
Futura adalah rupa huruf tanpa kait (sans-serif) dengan gaya geometris yang
dirancang dan dikembangkan oleh Paul Renner pada tahun 1927. Pada rupa huruf
ini, Paul Renner bereksperimen dengan bentuk-bentuk dasar geometris seperti
lingkaran, kotak dan segitiga, yang menjadi visual elements dari Bauhaus, sekitar
tahun 1920-an.
Rupa huruf ini selain memiliki ciri geometris, juga memiliki sifat anggun dan
clear. Bentuk kontruksi geometris dari rupa huruf ini sering kali memberi makna
mekanik.
124
Gambar 4.5.16 Kriteria peletakn layout informasi pada informtion design
4.5.3.5 Kriteria Aspek Material
Pada sebuah Environmental graphic design sebuah kota, faktor material
mempunyai peranan penting dalam mencegah kerusakan ,terutama kerusakan
yang disebabkan oleh alam berkaitan dengan suhu dan kelembaban.
Berdasar hasil kuesioner pengunjung, materi yang dipilih adalah yang
memiliki sifat tidak mudah rusak dan tahan lama. Material yang cocok dengan
sifat tersebut adalah bahan berdasar logam, seperti besi, baja, dan alumunium.
Aluminium
Sekitar tahun 1950-an , aluminium adalah bahan alternatif selain besi.
Sering digunakan untuk permukaan signage berukuran besar. Ringan, kokoh dan
tidak memerlukan perawatan serta mudah dibuat. Di satu sisi, material dari besi
dijadikan bahan baku untuk signage. Tingkat kekuatan jauh melebihi bahan
aluminium. Sering digunakan sebagai bahan untuk struktur internal.
Ringan, namun kokoh, alumunium adalah pilihan yang cocok untuk
tanda-tanda di luar ruangan. Itu datang dalam berbagai warna, dan dengan enamel
panggang selesai, sangat tahan lama, cuaca unsur-unsur tanpa berkarat.
Aluminium terbuat dari 66% bauksit dan 33% tanah liat (aluminium oksida dari
pulau Bintan) dengan proses elektrolisa pada suhu 950-970 derajat celcius dibagi
atasaluminium dan oksigen. Aluminium termasuk golongan logam ringan yang
dapat ditarik, ditekan, dan dilas. Aluminium akan rusak oleh kapur, gips, adukan
125
semen dan beton. Oleh karena itu, elemen konstruksi bangunan aluminium harus
dilindungi pada tempat pembangunan.
Karakteristik besi :
Struktur materialnya kuat
Mudah dibentuk
Memiliki ukuran yang beragam
Tahan terhadap karat
Harga jauh lebih mahal dari Stainless Steel
Karakteristik Aluminium :
Material yang cukup kuat
Mudah dibentuk dengan proses cor atau CNC
Mudah didapat dan tahan terhadap karat
Mudah retak dan patah karena fleksibilitasnya kurang
Gambar 4.5.17 Aplikasi material aluminium
4.5.3.6 Kriteria Aspek Cetak
Teknik cetak yang digunakan pada pembuatan Environmental graphic
design area museum dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya ini adalah
menggunakan teknik cutting sticker yang ditempelkan pada mediawayfinding,
sementara pada beberapa media yang membutuhkan gambar yang memiliki
kompleksitas warna yang lebih banyak digunakan teknik digital printing indor
pada selembar kertas bontax sticker dan di tempelkan pada media. Penggunaan
126
media sticker digunakan karena lokasi subject penelitian adalah indoor, sehingga
media warna sticker tidak mudah pudar.
4.5.3.7 Kriteria Klien
Klien adalah UPTD Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh
Nopember Surabaya yang di kepalai oleh Bpk Moch. Soetopo,SE dinamai
Monumen Tugu pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya karena
areal museum dibagi menjadi dua, namun masih dalam satu pengeloloh. UPTD
Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya berada
dibawah binaan dari dinas pariwisata pemerintah kota Surabaya yang diketuai
oleh ibu Dra. Wiwiek Widayati.
UPTD Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember
Surabaya berada di tengah-tengah kota di Jalan Pahlawan Surabaya, dan di dekat
Kantor Gubernur Jawa Timur. Tugu ini merupakan titik 0 (nol) kilometer untuk
kota Surabaya.
127
BAB V
IMPLEMENTASI DESAIN
5.1 Warna
Warna-warna yang digunakan pada Environmental Graphic Design area museum
dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya adalah sebagai berikut :
C : 13 ; M : 100 ; Y : 95 ; K : 3 C : 25; M : 100 ; Y : 100 ; K : 27 C : 6 ; M : 91 ; Y : 100 ; K : 0
C : 0 ; M : 0 ; Y : 0 ; K : 10
Gambar 5.1.1 Tone Warna Environmental graphic design Museum Sepuluh
Nopember Surabaya
5.2 Typografi
Typografi yang digunakan pada perancangan Environmental graphic design
area Museum dalam Museum Sepuluh Nopember Surabaya adalah :
Gambar 5.2.1 Contoh Font Futura
128
Penulisan menggunakan font ini digunakan pada penulisan informasi yang
ada pada seluruh aspek environment graphic design area museum dalam
Museum Sepuluh Nopember Surabaya.
5.3 Environmental graphic design
5.3.1 Information Graphic
5.3.1.1 War Spirit Zone
Alternatif Desain
Gambar 5.3.1 Alternatif Desain pada War Spirit
Final Desain
Gambar 5.3.2 Contoh Implementasi desain
129
Material
Information Board : Akrilik
Tambahan : Frame Aluminium
Finishing : Cat Duco
Gambar 5.3.3 Ukuran War Spirit Board
5.3.1.2 Fact of War
Alternatif Desain
Gambar 5.3.4 Alternatif Desain pada Historical Timeline
130
Final Desain
Gambar 5.3.5 Implementasi Desain pada Historical Timeline
Material
Information Board : Aluminium
Tambahan : tidak ada
Finishing : Cutting Sticker, dan Bantex Print Sticker
Gambar 5.3.6 Ukuran pada Fact of war board
131
5.3.1.3 Oration Room
Alternatif Desain
Gambar 5.3.7 Alternatif Desain pada Oration Room
Final Desain
Gambar 5.3.8 Implementasi Desain pada Oration Room
132
Material
Information Board : Triplek
Tambahan : tidak ada
Finishing : Cetak digital Indoor & Cutting Sticker
Gambar 5.3.9 Ukuran pada Oration Room
5.3.1.4 Old Surabaya Room
Final Desain
Gambar 5.3.10 Implementasi Desain pada Old Surabaya Room
133
Material
Information Board : Triplek
Tambahan : tidak ada
Finishing : Cetak digital Indoor & Cutting Sticker
Gambar 5.3.11 Ukuran pada Old Surabaya Board
5.3.1.5 Military Condition
Alternatif Desain
Gambar 5.3.12 Alternatif Desain pada Military Condition Board
134
Final Desain
Gambar 5.3.13 Implementasi Desain pada Military Condition Zone
Material
Information Board : Acrilik (bidang depan), Triplek (bidang belakang)
Tambahan : Paku penjepit akrilik
Finishing : Cetak digital Indoor & Cutting Sticker
Gambar 5.3.14 Ukuran pada Military Condition Board
135
5.3.1.6 When The War Begin
Alternatif Desain
Gambar 5.3.15 Alternatif Desain pada When The War Begin
Final Desain
Gambar 5.3.16 Implementasi Desain pada When The War Begin
Material
Information Board : Triplek diberi lapisan Akrilik
Tambahan : Kaki Roda
Finishing : Bantex Print Sticker & Cutting Sticker
136
Gambar 5.3.17 Ukuran pada When The War Begin Board
5.3.1.7 When The War Begin
Implementasi Desain
Gambar 5.3.18 Implementasi desain pada War Heroes
Material
Figure Board : Triplek diberi lapisan Cetak outdoor
Ukuran : skala 1 : 1, antara ukuran 170cm
138
Gambar 5.3.20 Desain Interaktif pada Main Menu
5.3.3 Wayfinding
5.3.3.1 Floor Sign
Gambar 5.3.21 Desain Signage Floor Sign
Material Signage : Akriliik dan Triplek
Tambahan : Paku Penjepit akrilik
Finishing : Cutting Sticker
139
5.3.3.2 Wayfinding
Gambar 5.3.22 Desain Signage pada wayfinding
Material
Signage : Akriliik dan Triplek
Tambahan : Paku Penjepit akrilik
Finishing : Cutting Sticker
5.3.3.3 Name Board
Gambar 5.3.23 Desain Signage pada Name Board
140
5.3.4 Remember the War
Remember the war adalah sebuah pengalaman audio dimana pengunjung
akan dibawa pada suasana peperangan pada masa perang sepuluh nopember.
Tujuan dari adanya audio ini adalah agar masyarakat dapat terhanyut dan terbawa
pada suasana kala peristiwa sepuluh nopember terjadi.
Dalam audio ini, terdiri dari 3 tahap peristiwa, pertama adalah tahap
pengenalan suasana, dimana terdapat suara jangkrik, yang dimana binatang
tersebut bersuara di malam hari dan pada suasana yang sunyi, kemudian ada
seseorang yang sedang mendengarkan radio perjuangan bung tomo.
Pada tahap kedua, dimana serdadu inggris yang memasuki rumah tersebut,
dan memulai pertempuran yang sengit, dan diakhiri oleh ledakan bom dari
pesawat. Dan pada tahap ketiga, merupakan tahap perenungan, dimana
peperangan yang terjadi pada masa itu bukanlah sebuah jalan yang harus
ditempuh jika pada akhirnya hanya untuk saling menghancurkan.
141
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
6.1 Kesimpulan
Environmental Graphic Desgin area museum dalam Museum Sepuluh
Nopember Surabaya sangatlah dibutuhkan, sehingga koleksi yang ada pada
museum tersebut dapat memiliki nyawa, sehingga masyarakat akan mendapatkan
informasi dimana informasi tersebut dapat diterima dengan masyarakat.
Museum yang memuat peninggalan seputar peristiwa sepuluh nopember ini
memiliki diferensiasi yang sangat kuat dibanding museum lain, karena museum
ini banyak menceritakan tentang kisah heroik para pahlawan yang berperang pada
masa itu. Kisah heroic pahlawan tersebut memiliki nilai yang sangat penting
untuk dipelajari oleh masyarakat, sehingga masyarakat akan menjadi saksi
peristiwa yang menjadi ikon kota Surabaya sebagai kota pahlawan. Kurangya
informasi yang menjelaskan tentang koleksi tersebut serta suasana yang kurang
mendukung sebagai museum perjuangan, maka penulis berusaha untuk
mengembangkan Environmental graphic design yang mampu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Setelah perancangan Environmental graphic design ini selesai, diharapkan
dapat membantu pihak Museum Sepuluh Nopember Surabaya untuk dapat
membuat media informasi mengenai koleksi museum yang lebih terperinci dan
dapat menghidupkan suasana heroik yang akan dibangun oleh Museum Sepuluh
Nopember Surabaya, sehingga museum ini dapat memberikan wawasan dan
pengalaman berkunjung yang dapat tertanam dalam benak masyarakat.
142
6.2 Saran
Museum yang berdiri pada tahun 2000 ini tidak banyak mengalami
pengembangan berarti dalam segi informasi dan suasana, sehingga banyak
diantaranya yang mengalami kerusakan, sehingga dilakukan pergantian, namun
penggantian informasi yang baru justru menyebabkan ketidakseragaman dengan
information board sebelumnya, jika hal ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin
system informasi pada information board akan semakin tidak beraturan, sehingga
sangat diperlukan peremajaan information graphic desain secara menyeluruh,
sehingga bukan hanya aspek – aspek informasi saja yang terpenuhi, maka akan
terpenuhi juga aspek estetika yang ada.
143
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arntson, Amy e, Graphic design basics fifth edition pg. 105 (2006)
Baer, Kim, Information design workbook pg 90 (2008)
Berger, Craig M, Wayfinding : Designing and Implementing Graphic
Navigational Systems, Page One, pg. 28
Kobayashi, Shigenobu, Color Image Scale pg. 51 (2005)
Locker, Pam, Basic Interior design 02 Exhibition design pg. 119-120 (2011)
O‟Grady, Ken Visocky & Jenn, 2008, The Information Design Handbook,
RotoVision, Switzerland
Prof. Dr. Sugiyono, 2008, Metoe Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D,
Alfabeta, h.30
Rawlinson, Nik, The Ultimate Guide to Graphic Design pg. 172 – 173 (2010)
Website:
http://www.budpar.go.id/search.php?site=2&l=id&q=museum, diakses pada 12
mei 2011
http://www.budpar.go.id/search.php?site=2&l=id&q=museum
8180-promosi-museum-lewat-media-online-wisatamuseumcom-.htm,
diakses pada 12 mei 2011
http://www.houseofsampoerna.museum, diakses pada 23 agustus 2011
http://www.iwm.org.uk, diakses pada 23 agustus 2011
http://www.kompas.com/optimistis/dengan/tahun/kunjung/museum/2010/htm
http://www.museum-mputantular.com, diakses pada 26 juni 2011
http://www.surya.co.id/v2/?author&paged=50, diakses pada 12 september 2011