pendahuluan Kekeringan
description
Transcript of pendahuluan Kekeringan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oeh factor alam maupun
factor non alam atau factor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana
merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan
kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.
Air sebagai sumberdaya alam sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup
untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Pada beberapa
wilayah, ketersediaan air dapat mencukupi dan pada saat tertentu dapat juga
menjadi kritis karena jauh berkurang (Nasution dan Syaifullah, 2005).
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting peranannya
untuk mahluk hidup terutama manusia. Air tidak hanya berperan penting dalam
metabolisme tubuh manusia saja tetapi juga digunakan untuk aktifitas sehari-hari
seperti untuk irigasi pertanian, perikanan, pembangkit tenaga listrik, serta
penyediaan air bersih untuk minum maupun mandi. Oleh karena itu dibutuhkan
pemanfaatan, pengolahan, dan pengendalian yang tepat agar dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan.
Walaupun air adalah salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui,
namun terkadang air tidak selalu tersedia sesuai dengan kuantitas yang memadai
sehingga sering terjadi kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan air
terutama ketika musim kemarau tiba. Kekeringan merupakan salah satu fenomena
yang terjadi sebagai dampak sirkulasi musiman yang selalu terjadi setiap tahun.
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun).
Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami
curah hujan dibawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang menyebabkan
kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Masalah kekeringan menjadi hal rutin yang terjadi di Indonesia, tetapi
penanganan untuk pencegahan dan penanggulangan sangat lamban sehingga
menjadi masalah berkepanjangan yang tidak terselesaikan. Bahkan terus berulang
dan semakin menyebar ke daerah-daerah yang tadinya tidak berpotensi terjadi
kekeringan. Terjadinya pergeseran musim dapat mengakibatkan kemarau panjang
sehingga terjadi kekeringan. Pada tahun 1997 pada saat fenomena El-Nino kuat
sekali mengakibatkan kekeringan hampir di seluruh wilayah Indonesia (BMKG,
2011).
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai meneybabkan
suatu wilayah kehilngan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan
ekosistem yang ditimbulkan. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan
merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat
berbeda – beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif
dapat pula menyebabkan keruskan yang signifikan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) telah mengeluarkan
peta indeks resiko bencana kekeringan (drought disaster risk index map) di Riau.
Peta tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah di Riau memiliki
tingkat resiko kekeringan yang sedang dan tinggi.
Di Jawa Tengah, Khususnya Kabupaten Karanganyar Kecamatan
gondangrejo Desa Dayu rentang terhadap kekeringan, maka dari itu dalam
makalah ini akan diulas bencana kekeringan secara umum dan kerentanan
bencana di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Kecamatan Gondangrejo mulai memetakan sejumlah wilayah yang rawan
kekurangan air bersih. Menurut Camat Gondangrejo, Suhardi, wilayah yang
terancam kekeringan di Gondangrejo mencapai 80%. Total desa di Kecamatan
Gondangrejo sebanyak 13 Desa, yang masuk dalam daftar rawan kekeringan
antara lain Desa Dayu, Turisan, Kragan, Tuban, Plesungan dan Wonorejo. Hal ini
dilihat dari kontur wilayah Gondangrejo bisa dikatakan menjadi langganan daerah
kekeringan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor penyebab kekeringan?
2. Bagaimana Potensi Kekeringan di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karanganyar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui faktor penyebab kekeringan.
2. Mengetahui potensi bencana kekeringan di Desa Dayu Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tanda-tanda Umum Kekeringan
Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut
Shelia B. Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan
air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal
atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan
muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara
permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak
tata kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan
Bencana.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan
jenisnya yaitu: kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan
pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan
didasarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan
normal atau rata–rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini
haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim
harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan.
Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya
kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–
sumber air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air.
Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan
yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem
domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu
dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem–sistem
penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan
hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini
terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan
hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman,
bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan
dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa
diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya
faktor–faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang–alang,
tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah.
Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang
ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga
sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan
biasanya mempunyai penyebab–penyebab yang kompleks sering kali
mencangkup perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan
faktor utama dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai
akibat dari pengaruh–pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau
kurangnya akses dan jasa-jasa lainnya.
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan
permintaan akan barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang
disebutkan diatas. Ketika persediaan barang–barang seperti air, jerami atau
jasa seperti energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa
menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi mengenali
hubungan antara kekeringan dan aktivitas–aktivitas manusia. Sebagai
contoh, praktek–praktek penggunaan lahan yang jelek semakin
memperburuk dampak–dampak dan kerentanan terhadap kekeringan di
masa mendatang.
Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah
normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan
indikasi pertama adanya bencana kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka
air sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan
merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang
menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.
B. Faktor Penyebab Kekeringan
Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1. Jenis tanah
Pada lokasi penelitian, Jenis tanhnya adalah tanah Grumosol dan tanah
mediterian. Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam
tanah tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat
mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering
terjadi di daerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki lapisan tanah
atas yang tipis.
Pada Desa Dayu jenis tanah yang ada yaitu tanah Grumosol dan tanah
mediteran. Jenis tanah Grumosol terdapat pada wilayah bagian barat wilayah desa
Dayu, sedangkan wilayah timur Desa dayu Jenis tanahnya adalah tanah
Mediteran.
2. Kedalaman Air tanah
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke
dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air
dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan
jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah
tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu
menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu
menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air
mengalami kekeringan di musim kemarau,karena air yang terdapat jauh di bawah
lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang
tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3. Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka
waktu yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam,
karena tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung
dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif
lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung
terjadinya proses penguapan.
4. Iklim dan curah hujan
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan.
Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang
terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Akibat perubahan kondisi
iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama daripada musim
penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan
memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang
terpenuhi di musim kemarau.
Curah hujan pada wilayah tersebut sangat rendah hanya sekitar 25
mm/tahun. Data tersebut didapat dari data monografi desa Dayu selama 3 tahun
terakhir. Dari ketiga data yang didapat semua curah hujan rata-rata pertahun
dituliskan 25 mm/tahun. Berdasarkan data
5. Tutupan Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis
vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas
yang lebih banyak, daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras
kandungan air dalam tanah.
Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah
pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat
memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat
rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu
tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan
demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau
terbatas jumlahnya.
6. Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap
kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki
kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini
disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap
oleh tanah di dataran yang lebih rendah.
Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana
kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak
mampu menyimpan air lebih lama.
C. Perhitungan penentuan daerah tingkat kekeringan
D. Penduduk yang terpapar
E. Dampak yang terjadi
1. Fisik
a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan,
berkurangnya daya pandang).
f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak,
sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau
menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari
suhu udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara
cepat antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan
batuan lebih cepat.
2. Non fisik
a. Ekonomi
1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan
perikanan.
2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara
langsung.
4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya
energy.
6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait
dengan kekeringan.
9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya
kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan.
b. Sosial Budaya
1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau
debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana,
sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan
dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-
kondisi yang terkait dengan kekeringan.
4) Konflik di antara penggunan air.
5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan
bantuan pemulihan.
7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9) Kekacauan social, perselisihan sipil.
10) Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan
mata pencaharian.
11) Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan
pemulihan, banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih
keluar negeri.
c. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan
penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan
bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia
yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
F. Arahan mitigasi