Pencemaran Udara Gto Feb
-
Upload
ariella-inca-amanda -
Category
Documents
-
view
107 -
download
1
Transcript of Pencemaran Udara Gto Feb
DAMPAK PADA KUALITAS UDARAoleh : Ambo Upe
PENDAHULUANUdara merupakan kebutuhan primer bagi ummat manusia dan semua benda hidup di
bumi ini. Apabila tercemar, maka yang lainnya akan terikut pula menerima dampaknya.Untuk itu pencemaran udara akan dibahas dalam makalah ini, termasuk baku mutu
yang diterapkan untuk mengetahui apa kondisi lingkungan yang diharapkan sudah memenuhi persyaratan.
Berbagai dampak telah timbul akibat perkembangan bidang sains dan teknologi baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Seperti halnya Bangsa Indonesia, untuk mengejar ketinggalannya dari pembangunan di masa lampau, maka berbagai jenis industri telah didirikan. Selain dampak positif yang dapat diharapkan dari pembangunan tersebut, tentu akan muncul pula dampak-dampak yang tidak diharapkan. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan pemakaian mesin-mesin berat untuk industri, pembangunan kompleks pemukiman, pembangunan kompleks perkantoran, dsb yang walaupun akan meningkatkan keaktifan dan pendapatan bagi penduduk, namun dampak lain yang tak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan tersebut adalah dampak pada kualitas udara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dikatakan bahwa :
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi mahluk hidup lainnya.
Agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian lingkungan hidup, maka perlu dipelihara, dijaga dan dijamin mutunya melalui pengendalian pencemaran udara.
Ini berarti bahwa walaupun ada aktifitas pembangunan, dampaknya pada kualitas udara tetap harus ditekan seminimal mungkin, sehingga apa yang diharapkan dari PP No. 41 Tahun 1999 tetap terwujud.
BEBEPARA PENGERTIAN BERKAITAN DENGAN KUALITAS UDARA Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan pencemar yang
masuk ke dalam udara atmosfir oleh suatu sumber, baik melalui aktifitas manusia maupun alamiah yang dapat menimbulkan ketimpangan susunan udara atmosfir secara ekologis. Bahan pencemar ini dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada kesehatan manusia, tanaman dan binatang atau pada benda-benda, dapat pula mengganggu pandangan mata, kenyamanan hidup dari manusia dan penggunaan benda-benda. Bahan-bahan pencemar udara tersebut dapat berupa debu, asap, uap, gas, kabut, atau bau.
Pengertian pencemaran udara berdasarkan aturan di PP 41 Tahun 1999 adalah dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pengendalian pencemaran udara adalah upaya upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
Sumber pencemar udara adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridis Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas.
Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.
Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima indra penciuman. Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan
yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Indeks standar pencemar udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang
menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.
Emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
Baku mutu emisi adalah batas maksimum emisi yang diperbolehkan dimasukkan ke dalam lingkungan hidup.
Mutu emisi adalah emisi yang dibuang oleh suatu kegiatan ke udara ambien. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor adalah batas maksimum zat
atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor.
PENCEMAR DAN SUMBERNYA Untuk sendi-sendi kehidupan, udara sangat menentukan bagi hidup matinya mahluk hidup di bumi. Kalau seandainya tidak ada udara, maka dapat dibayangkan bahwa mungkin tidak akan ada kehidupan di bumi. Manusia dapat hidup sampai 5 minggu tanpa makan, 5 hari tanpa minum, akan tetapi tanpa udara, manusia hanya mampu bertahan sampai beberapa menit. Jadi dari sini kita sudah dapat mengetahui betapa pentingnya udara itu. Untuk itu diperlukan pengetahuan untuk menentukan secara cepat sumber-sumber pencemar udara dan cara-cara mengatasinya. Untuk memudahkan menentukan sumber pencemaran udara, maka bahan pencemar udara tersebut kita bagi atas dua kelompok berdasarkan sumbernya (asal mulanya) dan kelanjutan perkembangannya di udara sebagai berikut :a. Pencemar Primer Pencemar primer yaitu semua pencemar yang berada di udara dalam bentuk yang
hampir tidak berubah. Pencemar ini sifat dan komposisi kimianya sama seperti saat ia dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar
primer umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktifitas manusia (karena perbuatan tangan manusia), antara lain yang diakibatkan pada proses pembakaran batubara di Industri.
Contoh untuk pencemar-pencemar primer antara lain :- Oksida belerang (SO2) : yang dikeluarkan dari cerobong industri peleburan atau
pemurnian logam dan pada pusat-pusat penyulingan minyak.- CO2, CO, NOx, CH4, SO2 : Bahan/gas buangan dari industri yang menggunakan
bahan bakar batu bara.
b. Pencemar sekunder Pencemar sekunder yaitu pencemar yang di udara sudah berubah sifat-sifat dan
komposisinya karena hasil reaksi antara dua kontaminan/pollutan. Umumnya pencemar sekunder tersebut merupakan hasil antara pencemar primer dengan kontaminan/polutan lain yang ada di dalam udara. Reaksi-reaksi yang dimaksud adalah reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalitis.
Pencemar sekunder yang terjadi melalui reaksi fotokimia umumnya diwakili contohnya oleh pembentukan ozon yang terjadi antara zat-zat hidrokarbon yang ada di udara dengan NOx melalui sinar ultra violet yang dipancarkan matahari. Sebaliknya pencemar sekunder yang terjadi melalui reaksi-reaksi oksida katalitis diwakili oleh pencemar-pencemar berbentuk oksida-oksida gas, yang terjadi karena adanya partikel-partikel logam di udara sebagai katalisator.
Contoh-contoh pencemar sekunder antara lain debu, ozon dan senyawa-senyawa peroksida.
Dengan lajunya industri yang begitu cepat maupun kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya, khususnya di daerah-daerah yang dikembangkan, maka akan muncul berbagai jenis pencemar yang dibebaskan ke udara sebagai hasil buangan industri atau aktifitas manusia. Adanya berbagai jenis bahan pencemar yang di bebaskan ke udara menyebabkan udara yang kita hirup sudah tidak aman lagi.
PENGGOLONGAN SUMBER PENCEMAR UDARA Dalam memperkirakan dan menilai dampak yang timbul terhadap lingkungan udara, sumber pencemar umumnya dikelompokkan sebagai berikut :
1) Sumber titik, yang termasuk di dalam kelompok ini adalah titik cerobong asap industri, misalnya emisi SOx dari cerobong PLTU.
2) Sumber garis, yang merupakan integrasi dari sumber-sumber titik yang tak terhingga banyaknya sehingga dapat dianggap menjadi sumber garis yang seluruhnya memancarkan pencemar udara : contohnya adalah jalan raya di mana kendaraan-kendaraan yang melewatinya mengemisikan CO, HC, NOx, partikulat, SOx.
3) Sumber area, yang sebenarnya merupakan integrasi dari banyak sumber titik dan sumber garis, contohnya adalah aglomerasi industri yang sejenis, daerah penimbunan sampah, dsb nya.
Di samping itu, sumber pencemar udara dapat pula digolongkan ke dalam sumber diam (stationer) dan sumber bergerak (mobil). Pabrik-pabrik adalah sumber pencemar stationer, sedang kendaraan bermotor adalah sumber pencemar yang bergerak.
MEKANISME PENCEMARAN UDARA Perlu kita ketahui bahwa kehadiran zat pencemar di udara kebanyakan berasal dari aktifitas manusia dan jarang terjadi secara alamiah. Aktifitas-aktifitas manusia yang paling berpengaruh dalam mengubah kondisi lingkungan karena adanya penggunaan teknologi serta pola konsumtif yang berlebihan. Hal ini akan menimbulkan banyak ekses terhadap "domestic and human waste". Pencemaran yang terjadi di atmosfir sangat ditentukan pula oleh jenis bahan pencemar yang dibebaskan ke udara, misalnya :
a. Oksida karbon (CO dan CO2 ) b. Oksida nitrogen (NO, NO2 dan NOx ) c. Oksida belerang (SO2 dan SO3 ) d. Hidrokarbon (CH4 , C4H10, C6H6) e. Gas air mata f. Fotokimia oksidan (O3 , peroksida, aldehida) g. partikel (debu, asap, jelaga, asbestos, logam, dan minyak) h. Senyawa anorganik (SOCl2 , AsCl3 , PCl3 , Cl2 , NH3 , H2S, HNO3) i. Senyawa organik/anorganik lain (raksa, pestisida, herbisida, alkohol, asam-asam dan
zat kimia lainnya). j. Zat radioaktif k. Panas l. Bising/Kenyamanan m. faktor-faktor difusi n bau
DAMPAK PADA KUALITAS UDARA Pengaruh yang sangat penting dari adanya pencemaran udara pada manusia adalah dalam aspek kesehatan, kenyamanan, keselamatan, estetika dan perekonomian. Bahaya terhadap kesehatan dapat ditimbulkan oleh udara yang telah tercemar, misalnya pengaruh dari debu dan gas-gas beracun (CO, SO2, H2S). Telah banyak pula tercatat adanya penyakit yang acute sampai kepada kematian yang disebabkan oleh udara yang tercemar. Kenyamanan yang berkurang atau hilang dari manusia dapat ditimbulkan oleh adanya oksidan atau bahan pencemar lainnya seperti asap, gas formalin, klor, ammoniak, HCl, dsb yang menyebabkan terjadinya iritasi pada mata. Adanya pencemaran udara yang mengganggu mata atau pandangan mata dapat membahayakan keselamatan manusia, misalnya menyebabkan terjadinya kecelakaan lalulintas udara, air maupun darat. Gangguan perekonomian dapat pula terjadi akibat tercemarnya udara, misalnya sulfur dioksida dan nitrogen oksida merupakan penyebab berkurangnya hasil produksi. Benda-benda dapat menjadi rusak atau hancur karena adanya polutan yang bersifat asam (Lihat tabel pengaruh pencemar udara pada benda-benda). Estetikapun dapat terganggu akibat adanya pencemar udara yang mengganggu kecerahan atmosfir. Misalnya asap dan bau yang tidak enak. Adanya dampak kualitas udara pada lingkungan, maka diperlukan suatu batas yang aman mengenai suatu kontaminan untuk melindungi kualitas udara. Batas yang aman itu disebut Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu kadar tertinggi suatu zat/kontaminan di mana seseorang dalam suatu lingkungan masih sanggup berada tanpa menunjukkan suatu respons berupa penyakit atau gangguan terhadap kesehatannya sehari-hari untuk jangka waktu 8 jam/hari atau 40 jam perminggunya. Sehingga NAB dalam pencemaran udara berguna untuk mengetahui sedini mungkin adanya pencemaran di
suatu lingkungan. Nilai ambang batas tersebut umumnya dinyatakan dalam satuan bds atau ppm. Satuan ini dapat pula dikonversikan ke satuan mg/l sebagai berikut :
mg/dm3 (273 + t) K 760 ppm = x 22400 x x M 273 K p
M = bobot molekul senyawa t = suhu pengamatan p = tekanan udara dalam mmHg
Tabel berikut menunjukkan faktor konversi beberapa zat pencemar udara.
Tabel Faktor konversi beberapa pencemar udara
Jenis Pencemar Suhu / Tekanan Faktor konversi untuk1 ppm dalam mg/m3
CO 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,450 mg/m3
NO 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,230 mg/m3
NO2 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,880 mg/m3
Ozon (O3) 25 C/760 mmHg 1 ppm = 1,962 mg/m3
SO2 25 C/760 mmHg 1 ppm = 2,620 mg/m3
Tabel Pengaruh Pencemar Udara
Benda (material) Akibat-akibat yang ditimbulkan
Pencemar
Logam Pengkaratan pada permukaan, serta penyusutan berat
SO2 dan asam dalam bentuk gas
Bahan-bahan bangunan Perubahan warna, menjadi rapuh SO2, dan gas yang bersifat asam
Lukisan-lukisan/ Gambar-gambar
Perubahan warna, menjadi rapuh SO2, H2S
Kulit Permukaan bertepung, mudah lunak/nyonyot
SO2, dan gas yang yang bersifat asam
Kertas Termakan/getas SO2, dan gas yang yang bersifat asam
Tekstil Berkurang kekuatan lentur dari benang-benangnya, getas
SO2, dan gas yang yang bersifat asam
Zat warna pucat/hilang warnanya NO2, SO2, dan pencemar yang bersifat oksidator
Karet Pecah/retak, lunak O3, dan lain-lain oksidanKeramik Perubahan permukaan Gas-gas yang bersifat asam
Sumber : Emil T. Chanlett "Environmental Protection", Mc GrawHill, Kogagusha, hal. 249.
Untuk menentukan sedini mungkin dampak yang mungkin terjadi maka sebagai acuan perlu kita membaca buku yang diterjemahkan oleh Surna T. Djajadiningrat dan Harry Harsono Amir yang berkaitan dengan "Penilaian Secara Cepat Sumber-sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara", Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-35/MENLH/10/1993 tentang Nilai Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Nomor : Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Nomor : Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan serta Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA Komponen-komponen yang terkait dalam sistem pencemaran udara adalah : a. Sumber-sumber emisi, yang akan merupakan suatu sub sistem tersendiri pada
peroses penanggulangannya. b. Dunia udara kita (atmosfir) sebagai suatu sub sistem dari sistem ekologi. c. Reseptor sebagai pihak-pihak yang nantinya akan mengalami akibat peristiwa
pencemaran. Reseptor tersebut adalah unsur biotis dan abiotis dalam sistem ekologi.
Beberapa tindakan yang dapat ditempuh antara lain : a. Tindakan tehnologis
- Menggunaan kendaraan umum yang menggunakan bahan bakar yang relatif sedikit emisi pencemarannya.
- mengharuskan industri-industri besar melakukan inplant treatment.- melengkapi industri-industri dengan "Dust Exhauser" dan “Air Exhauser”
seperti cyclon, settling chamber, absorber gas dan bau, condenser, scrubber, fabric filter, presipitator termal atau presipitator elektrostatik, serta incinerator.
b. Tindakan Planologis Tindakan planologis harus sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan
oleh pemerintah, jangan sampai volume pembangunan di suatu daerah "overloaded".
c. Tindakan administratif Perlu adanya bimbingan kepada masyarakat, dan bukan sebaliknya menyalah
gunakan ketentuan-ketentuan hukum yang ada (seperti dalam masalah perijinan). d. Tindakan "Community Educatif"
Perlu adanya pendekatan edukatif untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, karena banyak dari pencemaran-pencemaran yang muncul diakibatkan oleh sikap dan perbuatan masyarakat yang tidak menyadari dan atau belum pernah diberitahu oleh yang berwajib akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.
PUSTAKA1. F.Gunawan Suratmo, 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada
University Press,.2. Dr.AL.Slamet Ryadi Skm, 1982, Pencemaran Udara, Usaha Nasional, Surabaya.3. Surna T.Djajadiningrat dan Harry Harsono Amir, Penilaian cepat sumber-sumber
pencemaran air, tanah dan udara, Gajah Mada University Press, 1989.4. Chafid Fandeli, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Pemapanannya dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta,.5. Ir. Perdana Ginting, 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.6. Albert Palker, 1977. Industrial Air Pollution Handbook. McGraw-Hill Book
Company (UK) Limited, London.7. Robert A. Corbitt, 1989. Standard Handbook of Environmental Engineering.
McGraw-Hill Publishing Company, New York.
LAMPIRAN :
BAKU MUTU UDARA AMBIEN
No. Parameter WaktuPemaparan
Baku mutu Metode Analisis
Peralatan
1. SO2 (Sulfur Dioksida)
1 Jam 24 Jam 1 Thn
900g/Nm3
365 g/Nm3
60 g/Nm3
Perarosanilin Spektrofotometer
2. CO (Karbon Monoksida)
1 Jam 24 Jam
1 Thn
30.000g/Nm3
10.000 g/Nm3NDIR NDIR Analyzer
3. NO2 1 Jam 24 Jam 1 Thn
400 g/Nm3
150 g/Nm3
100 g/Nm3
Saltzman Spektrofotometri
4. O3 (Oksidan) 1 Jam
1 Thn235 g/Nm3
50 (g/Nm3Chemiluminesce
ntSpektrofotometri
5. HC(Hidro Karbon)
3 Jam 160 (g/Nm3 Flame Ionization GasChromatografi
6. PM 10 (Partikel ( 10 (m)
PM 2,5 (Partikel ( 2,5(m)
24 Jam
24 Jam1 Thn
150 (g/Nm3
65 (g/Nm315 (g/Nm3
Gravimetric
GravimetricGravimetric
Hi – Vol
Hi – Vol Hi – Vol
7. TSP(Debu)
24 Jam1 Thn
230 g/Nm3
90 g/Nm3Gravimetric Hi – Vol
8. Pb(Timah Hitam)
24 Jam1 Thn
2 g/Nm3
1 g/Nm3GravimetricEkstraktifPengabuan
Hi – Vol
AAS9. Dustfall
(Debu Jatuh)30 Hari 10 Ton/Km2/Bulan
(Pemukiman)20 Ton/Km2/Bulan (Industri)
Gravimetric Conister
10. Total Fluorides (as F)
24 Jam90 Hari
3 g/Nm3
0,5 g/Nm3Spesific ionEkectrode
Impinger atauContinousAnalyzer
11. Fluor Indeks 30 Hari 40 g/100 cm2
dari kertas limed filter
Colourimetric Limed Filter Paper
12. Khlorin &Khlorin Dioksida
24 Jam 150 g/Nm3 Spesific ionElectrode
Impinger atauContinousAnalyzer
13. Sulphat Indeks 30 Hari 1mg SO3/100 cm3
Dari LeadPeroksida
Colourimetric LeadPeroxida Candle
Catatan : - (*) PM 2,5 mulai diberlakukan tahun 2003 - Nomor 10 s/d 13 hanya diberikan untuk daerah/Kawasan Industri Kimia Dasar Contoh : Industri Petro Kimia
Industri Pembuatan Asam Sulfat
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI BESI DAN BAJA
No. Sumber Parameter Batas Maksimummg/m3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Penanganan Bahan baku(Raw Material Handling)
Tanur Oksigen Basa(Basic Oxygen Furnace)
Tanur Busur Listrik(Electric Arc Furnace)
Dapur Pemanas(Reheating Furnace)
Dapur proses Pelunakan Baja(Annealing Furnace)
Proses Celup Lapis Metal(Acid Pickling & Regeneration)
Tenaga Ketel Uap(Power Boiler)
Semua Sumber
Total Partikel
Total Partikel
Total Partikel
Total Partikel
Total Partikel
Total Partikel Hydrochloric Acid Fumes (HCl)
Total Partikel Sulfur Dioxide (SO2)Nitrogen Oxide (NO2)
Opasitas
150
150
150
150
150
1505
200750900
20 %
Catatan :- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)- Untuk sumber pembakaran, partikulat di koreksi sebesar 10% Oksigen- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.- Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI PULP DAN KERTAS
No. Sumber Parameter Batas Maksimummg/m3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tungku Recovery
Tanur Putar Pembakaran Kapur(Lime Kiln)
Tangki Pelarutan Lelehan(Smelt Dissolving Tank)
Digester
Unit Pemutihan(Bleach Plant)
Tenaga Ketel Uap(Power Boiler)
Semua Sumber
Total Partikel Total Sulfur Tereduksi(Total Reduced Sulphur – TRS)
Total Partikel Total Sulfur Tereduksi(Total Reduced Sulphur – TRS)
Total Partikel Total Sulfur Tereduksi(Total Reduced Sulphur – TRS)
Total Sulfur Tereduksi(Total Reduced Sulphur – TRS)
Klorin (Cl2) Klorin Dioksida (ClO2)
Total Partikel Sulfur Dioxide (SO2)Nitrogen Oxide (NO2)
Opasitas
20010
30028
25028
10
10125
200750900
30 %
Catatan :- TRS ditentukan sebagai H2S, TRS meliputi senyawa Hidrogen Sulfida, Metil
Merkaptan, Dimetil Sulfida, Dimetil Disulfida.- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2.
- Koreksi 8 % Oksigen untuk Tungku Recovery.- Koreksi 7 % Oksigen untuk Boiler.- Koreksi 10 % untuk Sumber Lain (selain Tungku Recovery dan Boiler).- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)- Untuk sumber pembakaran, partikulat di koreksi sebesar 10% Oksigen- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.- Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan
BAKU MUTU EMISI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR BATU BARA
No. Parameter Batas Maksimummg/m3
1.
2.
3.
4.
Total Partikel
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Oksida (NO2)
Opasitas
150
700
850
20 %
Catatan :- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Konsentrasi Partikulat dikoreksi sebesar 3 % O2.- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)- Untuk sumber pembakaran, partikulat di koreksi sebesar 10% Oksigen- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.- Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN
No. Sumber Parameter Batas Maksimummg/m3
1.
2.
3.
4.
Tanur Putar(Kiln)
Pendingin Terak(Clinker Cooler)
MillingGrindingAlat Pengangkut (Conveying)Pengepakan (Bagging)
Tenaga Ketel Uap(Power Boiler)
Total Partikel Sulfur Dioxide (SO2)Nitrogen Oxide (NO2)Opasitas
Total Partikel
Total Partikel
Total Partikel Sulfur Dioxide (SO2)Nitrogen Oxide (NO2)
80750900
20 %
80
80
200750900
Catatan :- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)- Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal Kiln) harus dikoreksi sampai 10% Oksigen.- Batas maksimum total partikel untuk :
(1) Proses basah = 250 mg/m3.(2) Shalt Kiln = 500 mg/m3.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
- Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan
BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN
No. Parameter Batas Maksimummg/m3
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
II.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bukan Logam
Ammonia (NH3)
Gas Klorin (Cl2)
Hidrogen Klorida (HCl)
Hidrogen Fluorida (HF)
Sulfur Dioksida (SO2)
Total Sulfur Tereduksi (H2S)(Total Reduced Sulphur)
Nitrogen Oksida (NO2)
Total Partikel
Opasitas
Logam
Air Raksa (Hg)
Arsen (As)
Antimon (Sb)
Kadmium (Cd)
Seng (Zn)
Timah Hitam (Pb)
0,5
10
5
10
750
35
900
300
30
5
8
8
8
50
12
Catatan : - Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
BAKU MUTU EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR
No. Jenis Kendaraan Bermotor
Jenis Bahan BakarBaku Mutu Udara Emisi
CO % volume
NOx ppm
HCppm
Asap%
1 Mobil Penumpang
- Bensin/ Premix
- Solar- BBM 2
Tak- Gas
4,504,004,503,00
1.2001.2001.200
-
1.2001.2001.200
-
-4020-
2 Mobil Barang - Bensin/ Premix
- Solar- Gas
4,504,003,00
1.2001.200
-
1.2001.200
-
-40-
3 Mobil Bus - Bensin/ Premix
- Solar- Gas
4,504,003,00
1.2001.200
-
1.2001.200
-
-40-
4 Sepeda Motor - Bensin/ Premix
- BBM 2 Tak
4,504,50
2.5003.000
2.3002.800
--
Catatan :Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin ( 87 )Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar/diesel ( 45 )
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
KATEGORI RENTANG PENJELASAN
Baik 0 - 50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika.
Sedang 51 – 100 Tingkat kualitas udara yang tidak
berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai stetika
Tidak sehat 101 – 199 Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat tidak sehat 200 – 299 Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Berbahaya 300 – lebih Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
I = ISPU terhitung Xa = Ambien batas atas Ia = ISPU batas atas Xb = Ambien batas bawah Ib = ISPU batas bawah Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
BATAS INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA DALAM SATUAN SI
Dalam bentuk Tabel :
ISPU 24 jam PM10µg/m3
24 jam SO2
µg/m38 jam CO
µg/m31 jam O3
µg/m31 jam NO2
µg/m3
50100200300400
50150350420500
8036580016002100
510173446
1202354008001000
(2)(2)
113022603000
Ia - Ib I = -------------- (Xx - Xb) + Ib Xa - Xb
500 600 2620 57,5 1200 3750
1. Pada 25 ºC dan 760 mmHg2. Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka
pemaparan pendek
CONTOH PERHITUNGAN ISPU untuk SO2
Diketahui konsentrasi udara ambien untuk jenis parameter SO2 = 322 µg/m3
I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas = 100 Ib = ISPU batas bawah = 50 Xa = Ambien batas atas = 365 Xb = Ambien batas bawah = 80 Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran = 322 322 µg/m3
100 - 50 I = ----------------- (322 - 80) + 50 = 92,45 365 - 80
= 92 (pembulatan)
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU)
Hari/Tanggal : / (n)Berlaku : Pk 15.00 (tanggal n) s/d Pk 15.00 (tanggal n + 1)Lokasi : .....................................
Parameter PM 10 SO2 CO O3 NO2
ISPU
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA MAKSIMUM : ............PARAMETER PENCEMAR KRITIS : .............
KATEGORI ISPU :
0 50 51 100 102 199 200 299 300 500
BAKU TINGKAT KEBISINGAN UNTUK KENYAMANAN DAN KESEHATAN
Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan dBA
a. Peruntukan Kawasan1. Perumahan dan Pemukiman2. Perdagangan dan Jasa3. Perkantoran dan Perdagangan4. Ruangan Terbuka Hijau5. Industri
5570655070
BAIK SEDANG TIDAK SEHAT
SANGAT TIDAK SEHAT
BERBAHAYA
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum7. Rekreasi8. Khusus :
Bandar Udara *) Pelabuhan Laut *) Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit dan Sejenisnya2. Sekolah dan Sejenisnya3. Tempat Ibadah dan Sejenisnya
6065
757060
555555
Keterangan : *) atau disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
BAKU TINGKAT KEBAUANKEP-50/MENLH/11/1996
A. Bau dari odoran tunggal
No. PARAMETER SATUAN NILAI BATAS
METODE PENGUKURAN
PERALATAN
1
2
Amoniak (NH3)
Metil Merkaptan(CH3SH)
ppm
ppm
2,0
0,002
Metode Indofenol
Absorpsi gas
Spektrofotometer
Gas Khromatograf
3
4
5
Hidrogen Sulfida(H2S)
Metil Sulfida(CH3)2S)
Stirena(C6H5CHCH2)
ppm
ppm
ppm
0,2
0,01
0,1
a. Merkuri tiosianat
b. absorpsi gas
Absorpsi gas
Absorpsi gas
SpektrofotometerGas Khromatograf
Gas Khromatograf
Gas Khromatograf
B. Bau dari odoran campuran
Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50 % anggota penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan) orang.