Pence Mar An Air Oleh Logam Berat Cu, Ag, Hg, Pt, Au, Pb Dan Pence Mar An Udara Oleh Gas Sox
-
Upload
paper2paper -
Category
Documents
-
view
888 -
download
2
Transcript of Pence Mar An Air Oleh Logam Berat Cu, Ag, Hg, Pt, Au, Pb Dan Pence Mar An Udara Oleh Gas Sox
MAKALAH
PENCEMARAN AIR OLEH LOGAM BERAT Cu, Ag,
Hg, Pt, Au, Pb dan PENCEMARAN UDARA OLEH
GAS SOx
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kulliah Paktikum Pemeriksaan
Parameter Air dan Udara
OLEH
KELOMPOK IV
DESI TRI HANDAYANI E2A006020
FITRA AYU MINARTI E2A006036
LUTHFIATUL IZA E2A006059
KOMANG ARYAWATI. W E2A006053
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2009
2
BAB I
PENDAHULUAN
Air sering tercemar oleh komponen – komponen anorganik,
diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat
tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan, oleh karena itu
diproduksi secara rutin dalam skala industri. Industri – industri logam berat
tersebut seharusnya mendapatkan pengawasan yang ketat sehingga tidak
membahayakan bagi pekerja – pekerjanya maupun lingkungan di
sekitarnya. Penggunaan logam – logam berat tersebut dalam berbagai
keperluan sehari – hari berarti telah mencemari lingkungan. Beberapa
logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas
yang batas yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama
adalah merkuri (Hg), timbal ( Pb), Arsenik ( As), Kadmium ( Cd), khormium
(Cr), dan nikel ( Ni). Logam - logam tersebut diketahui dapat mengumpul
di dalam tubuh suatu organism , dan tetap tinggal dalam tubuh dalam
jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai logam logam berat yang sering mencemari air
yaitu : Cu, Ag, Hg, Pt, Au, Pb. Begitu pula dengan udara yang juga tidak
luput oleh pencemaran, salah satu pencemar udara yaitu gas SOx.
BAB II
ISI
3
A. Logam Cu ( Tembaga)
a. Parameter
Air yang terkontaminasi logam tembaga akan berwarna kemerah-
merahan.
b. Senyawa kimia
Senyawaan biner tembaga misalnya Cu2O dan Cu2S dan komplek
tembaga misalnya K2CuCl3.
c. Bentuk di Alam
Tembaga tersebar luas dialam sebagai logam, dalam bentuk
sulfida, arsenida, klorida dan karbonat. Mineral yang paling umum
adalah Chalcopyrite(CuFeS2).
d. Metode Pemeriksaan
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Cu dalam air
adalah metode Dietil Dithiokarbamat. Ion Cu dengan Dinatrium
Diethil Dithiokarbonat membentuk persenyawaan kompleks
koloidal berwarna coklat kekuningan. Tetapi bila kadar Cu tinggi
koloid akan menjadi kekeruhan (warna yang terjadi dibaca dengan
secara visual).
Pembacaan setelah 5 menit tetapi kurang dari satu jam, warna
yang terjadi sama dalam suasana sedikit asam, netral ataupun
alkalis. Dalam tabung Nessler dapat terdeteksi minimum 0,005
mg/l.
Reaksi : 2 Na (C2 H5)2 NCS2N + Cn2+ → 2 Na + {(C2H5)2 NCS2}2
Cn berbentuk kompleks.
1. CARA KERJA
Membuat standar Cu dengan berbagai konsentrasi (0; 0,
05; 0,1; 1; 1,5) dalam 100 ml aquades.
2. Disiapkan 7 buah tabung Nessler masing-masing 5 buah
untuk standar, 1 buah untuk pemeriksaan dan 1 buah
untuk blanko.
Sampel Standar Blanko
Sampel 100 ml - -
4
Aquades 100 ml 100 ml
Na Diethil Dithiokarbonat 5 ml 5 ml 5 ml
Standar Cu - 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 ml – NH 4OH5N 5 ml 5
ml 5 ml
3. Dicampur sampai homogen dan ditunggu 5 menit agar
reaksi yang terjadi sempurna.
4. Bandingkan sampel dengan standar hingga derajad
warnanya sama.
Konsentrasi standar yang derajat warnanya sama dengan
sampel :
PERHITUNGAN
Kadar Cu x vol standar x konsentrasi standar x 1 mg/L
e. Standard Baku Mutu Air
Batas maksimum yang diperbolehkan untuk air minum menurut
SK MenKes 907 Tahun 2002 untuk Cu adalah maksimal 2 mg/l.
f. Dampak Terhadap Lingkungan
Unsur renik pokok, tidak terlalu toksin terhadap hewan, toksin
terhadap tanaman dan ganggang dalam konsentrasi sedang.
g. Dampak Terhadap Kesehatan
Tembaga ( Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh
manusia. Tetapi, pada dosis tinggi dapat menyebabkan gejala
ginjal, GI, SSA, hati: Muntaber, pusing, lemah, anemia, kram
shock, coma ,dan dapat meninggal.
B. Logam Ag ( Perak)
a. Senyawa kimia
Berikut adalah beberapa senyawa perak: Silver fulminate
senyawa perak yang digunakan untuk bahan peledak yang kuat,
kadang-kadang terbentuk saat pembentukan perak. Silver iodide
digunakan untuk membuat hujan buatan. Silver chloride memiliki
sifat-sifat optikal yang unik karena bisa dibuat transparan. Silver
5
nitrate, atau lunar caustic, yang merupakan senyawa perak yang
penting banyak digunakan di bidang fotografi.
b. Bentuk di Alam
Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S)
dan horn silver (AgCl). Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga,
emas dan perunggu-nikel merupakan sumber-sumber penting
untuk menambang perak. Di dunia belahan barat Meksiko,
Kanada, Peru dan Amerika Serikat merupakan negara-negara
penghasil perak.
c. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah spektrofotometrik
serapan atom dengan alat SSA (Spektrofotometer Serapan Atom)
d. Standard Baku Mutu Air
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut Permenkes 416
Tahun1990 untuk Ag adalah maksimal 0,05 mg / L untuk air
minum.
e. Dampak Terhadap Kesehatan
Bila masuk ke dalam tubuh, Ag akan terakumulasi di berbagai
organ dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria.
Pigmentasi ini bersifat ini bersifat permanen, karena tubuh tidak
dapat mengeksresikannya. Sebagai debu, senyawa Ag dapat
menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit ( Argyria). Bila
terikat pada nitrat, Ag akan menjadi sangat korosif. Argyria
sistemik dapat juga terjadi, kareana perak diakumulasi di dalam
selaput lender dan kulit.
Menyebabkan kulit berwarna biru abu-abu, merusak membran
mocous dan mata.
C. Logam Hg
a. Parameter
Elemen Hg berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu
kamar dan mudah menguap bila dipanaskan.
b. Bentuk di Alam
Merkuri di alam terdapat dalam berbagai bentuk sebagai berikut :
6
1. Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg++) dan
garam – garamnya seperti merkuri klorida ( HgCl2) dan
merkuri okside (HgO).
2. Komponen merkuri organic atau organomerkuri terdiri dari :
a. Aril merkuri, mengandung hidrokarbon aromatic
seperti fenilmerkuri asetat.
b. Alkil merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan
merupakan merkuri yang paling beracun, misalnya
metil merkuri, etil merkuri,dsb.
c. Alkoksialkil merkuri ( R-O-Hg)
c. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah spektrofotometrik
serapan atom dengan alat SSA (Spektrofotometer Serapan Atom)
d. Standard Baku Mutu Air
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut SK MenKes 907
Tahun 2002 untuk Hg adalah maksimal 0,001 mg / L untuk air
minum.
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut Permenkes 416
Tahun 1990 untuk hg adalah 0,001 mg / L air minum maupun air
bersih.
e. Dampak Terhadap Lingkungan
Penggunaan merkuri dalam industry – industry sering
menyebabkan pencemaran lingkungan, baik melalui air buangan
maupun ventilasi udara. Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai,
atau badan air di sektar industry – industry tersebut kemudian
mengkontaminasi ikan – ikan dan makhluk air lainnya termasuk
gangang dan tanaman air. Selanjutnya ikan – ikan kecil dan
makhluk air lainnya mungkin akan dimakan olah ikan – ikan atau
hewan air yang lebih besar atau masuk ke dalam tubuh melalui
insang. Kerang juga dapat mengumpulkan merkuri di dalam
rumahnya. Ikan–ikan dan hewan tersebut kemudian dikonsumsi
oleh manusia sehingga manusia dapat mengumpulkan merkuri di
dalam tubuhnya.
7
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semua ikan yang tidak
terkontaminasi langsung dengan merkuri selama
pertumbuhannya masih mengandung merkuri di dalam tubuhnya
pada konsentrasi rendah, yaitu 0.005 – 0.075 ppm.
f. Dampak Terhadap Kesehatan
Mercury termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan
keseluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg terutama
terkonsentrasi dalam darah dan otak. 90 % ditemukan dalam
darah merah.
Efek Fisiologis :
Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat (SSP)
dan ginjal, dimana mercury terakumulasi yang dapat
menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor,
kehilangan daya ingat.
Efek pada pertumbuhan :
MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap
pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir
dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan. Bayi
yang dilahirkan dari ibu yang terpajan MeHg bisa menderita
kerusakan otakdengan manifestasi :
• Retardasi mental
• Tuli
• Penciutan lapangan pandang
• Buta
• Microchephaly
• Cerebral Palsy
• Gangguan menelan
Efek yang lain :
Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan makanan dapat
terjadi pada keracunan akut. Inhalasi dari elemental Mercury
dapat mengakibatkan kerusakan berat dari jaringan paru.
Sedangkan keracunan makanan yang mengandung Mercury
dapat menyebabkan kerusakan liver.
8
D. Logam Pt
a. Senyawa kimia
Kebanyakan senyawa Pt adalah kompleks platinum (II) atau
platinum (IV).
b. Bentuk di Alam
Platinum terdapat di alam, dengan sejumlah kecil iridium,
osmium, palladium, ruthenium dan rhodium, yang
merupakan grup logam yang sama. Semuanya ditemukan
pada tanah alluvial di pegunungan Ural Kolumbia, dan di
negara bagian Amerika sebelah barat. Sperrilit, merupakan
mineral platinum dengan kandungan nikel yang terdapat di
Sudbury, Ontario, yang merupakan sumber latina dengan
jumlah yang cukup.
c. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah spektrofotometrik
serapan atom dengan alat SSA (Spektrofotometer Serapan Atom)
E. Logam Au
a. Senyawa kimia
Senyawa dari emas dengan bilangan oksida tinggi (+3), misalnya
aurat klorida ialah emas (III) klorida (AuCl3).
b. Bentuk di Alam
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai
urat (vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan
urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan atau placer deposit, dimana
emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai
dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas native
terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisma, bergerak
berdasarkan adanya thermal atau adanya panas di dalam bumi,
tempat tembentukan emas primer, sedangkan sekudernya
merupakan hasil transportasi dari endapan primer umum disebut
dengan emas endapan flaser, sedangkan asosiasi emas atau
9
emas bersamaan hadir dengan mineral silikat, perak, platina, pirit
dan lainnya
c. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah spektrofotometrik
serapan atom dengan alat SSA (Spektrofotometer Serapan Atom)
F. Logam Pb
a. Parameter
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-
biruan atau abu-abu keperakan, begitu pula air yang
terkontaminasi Pb akan berwarna kurang lebih sama.
b. Senyawa kimia
Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
c. Bentuk di Alam
Timbal dalam keseharian biasa dikenal dengan nama Timah
Hitam. Dalam timbal terdiri dari 4 (empat) macam :
1. Timbal 204 diperkirakan berjumlah sebesar 1,48 % dari
seluruh isotop timbale
2. Timbal 206 ditemukan dalam jumlah 23,06 %
3. Timbal 207 sebanyak 22,60 % dari semua isotop timbal
yang terdapat di alam
4. Timbal 208 adalah hasil akhir dari peluruhan radioaktif
thorium (Th)
d. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode
spektrofotometrik dengan alat SSA (Spektrofotometer Serapan
Atom).
e. Standard Baku Mutu Air
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut SK MenKes 907
Tahun 2002 untuk tembaga adalah maksimal 2 mg / L .
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut Permenkes 416
Tahun 1990 untukPb adalah 0,05 mg / L.
10
f. Dampak Terhadap Lingkungan
Timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan
perairan secara alamiah dan sebagai dampak aktivitas manusia.
Secara alamiah Pb dapat masuk ke badan perairan melalui
pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu
proses korofikasi dari bantuan mineral akibat hempasan
gelombang dan angin.
Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb
akan menyebabkan jumlah Pb yang ada melebihi konsentrasi
yang dapat menyebabkan kematian bagi biota perairan tersebut.
Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh ikan-
ikan diperairan.
g. Dampak Terhadap Kesehatan
Keracunan yang ditimbulkan oleh logam Pb dapat terjadi karena
masuknya persenyawaan logam tersebut kedalam tubuh yang
dapat melalui makanan, minuman, udara dan perembesan atau
penetrasi pada selaput atau lapisan kulit. Sebagian Pb yang
terhirup akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Tingkat
penyerapan itu sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel senyawa
Pb yang ada dan volume udara yang mampu dihirup pada saat
bernapas. Makin kecil ukuran partikel debu dan semakin besarnya
volume udara yang dihirup akan semakin besar pula konsentrasi
Pb yang diserap tubuh. Logam Pb yang masuk ke paru-paru
melalui proses pernapasan akan terserap dan berikatan dengan
darah di apru-paru kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan
organ tubuh. Lebih dari 90 % logam Pb yang terserap oleh darah
berikatan dengan sel-sel darah merah.
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akn terakumulasi pada
tulang. Karena dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu
menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada
jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam Pb dapat
dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam
sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb
akan dikeluarkan bersama air susu. Meskipun jumlah Pb yang
11
diserap oleh tubuh hanya sedikit ternyata logam Pb ini sangat
berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat
memberikan efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ
tubuh.
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat
yang dibentuk oleh laogam Fe dengan gugus haeme dan globin.
Sintesis dari kompleks tersebut melibatkan dua macam enzim
ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat
dehidrase dan enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi
secara aktif pada tahap awal sintesis dan selama sirkulasi sel
darah merah berlangsung. Adapun enzim ferrokhelatase termasuk
pada golongan enzim mitokondria. Enzim ferrokhelatase ini akan
berfungsi pada akhir proses sintesis.
Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan
berbagai macam hal :
Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine
Meningkatkan kadar protopporhin dlam sel darah merah
Memperpendek umum sel darah merah
Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel
darah merah yang masih muda
Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah
Keracunan yang disebabkan oleh logam Pb dalam tubuh dapat
mempengaruhi organ-organ tubuh antara lain sistem saraf, ginjal,
sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung. Logam Pb dapat
menyebabkan gangguan pada otak, sehingga anak mengalami
gangguan kecerdasan dan mental.
G. METODE SPEKTROMETRI
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan
12
pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan
sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi
radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang
khas untuk komponen yang berbeda.
Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
A = log ( Io / It ) = a b c
Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
Spektrofotometri merupakan bagian dari fotometri dan dapat dibedakan
dari filter fotometri sebagai berikut :
1. Daerah jangkauan spektrum
Filter fotometri hanya dapat digunakan untuk mengukur serapan
sinar tampak (400-750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat
mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun
IR (> 750 nm).
Sumber sinar
Sesuai dengan daerah jangkauan spektrumnya maka
spektrofotometer menggunakan sumber sinar yang berbeda pada
masing-masing daerah (sinar tampak, UV, IR). Sedangkan
sumber sinar filter fotometer hanya untuk daerah tampak.
2. Monokromator
Filter fotometere menggunakan filter sebagai monokrmator. Tetapi
pada spektro digunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya
lebih baik.
3. Detektor
Filter fotometer menggunakan detektor fotosel
13
Spektrofotometer menggunakan tabung penggandaan foton atau
fototube.
1. Komponen utama dari spektrofotometer yaitu :
Sumber cahaya
Untuk radisi kontinu :
Untuk daerah UV dan daerah tampak :
Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum
kontiniu pada gelombang 320-2500 nm.
Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm)
Lampu gas xenon (250-600 nm)
Untuk daerah IR
Ada tiga macam sumber sinar yang dapat digunakan :
Lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%)
Itrium oxida (38%) dan erbiumoxida (3%)
Lampu globar dibuat dari silisium Carbida (SiC).
Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang
gelombang 0,4 – 20 nm
Spektrum radiasi garis UV atau tampak :
Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)
Lampu katoda cekung/lampu katoda berongga
Lampu pembawa muatan dan elektroda (elektrodeless
dhischarge lamp)
Laser
2. Pengatur Intensitas
Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh
sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan.
3. Monokromator
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar
monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran
Macam-macam monokromator :
Prisma
Kaca untuk daerah sinar tampak
14
Kuarsa untuk daerah UV
Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
Kisi difraksi
Keuntungan menggunakan kisi :
Dispersi sinar merata
Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum
4. Kuvet
Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet
kaca dan daerah UV digunakan kuvet kuarsa serta kristal
garam untuk daerah IR.
5. Detektor
Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang
sebanding dengan besaran yang dapat diukur.
Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
Kepekan yang tinggi
Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan
tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
Detektor foto (Photo detector)
Photocell
Phototube
Hantaran foto
Dioda foto
Detektor panas
6. Penguat (amplifier)
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh
detektor agar dapat dibaca oleh indikator.
Indikator
15
Dapat berupa :
Recorder
Komputer
H. Sox
a. Parameter
Keberadaan gas Sox bisa dideteksi dari baunya yang sangat
tajam atau menyengat.
b. Senyawa kimia
Pencemaran udara oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh
dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur
dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut
sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik
bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan
sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan
H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak daripada
yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa
produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya.
c. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah pararosanilin
dengan alat spektrofotometer.
Peralatan
1. peralatan pengambilan contoh uji SO2 sesuai gambar 1 dan 2
(setiap unit peralatan disambung dengan selang silikon dan
tidak mengalami kebocoran)
16
a. gambar 2 untuk pengambilan contoh uji 1 jam;
b. gambar 3 untuk pengambilan contoh uji 24 jam.
2. labu ukur 50 mL; 100 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL;
3. pipet volumetrik 1 mL; 2 mL; 5 mL dan 50 mL;
4. gelas ukur 100 mL;
5. gelas piala 100 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL;
6. tabung uji 25 mL;
7. spektrofotometer UV-Vis dilengkapi kuvet;
8. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
9. buret 50 mL;
10. labu erlenmeyer asah bertutup 250 mL;
11. oven;
12. kaca arloji;
13. termometer;
14. barometer.
15. pengaduk; dan
16. botol pereaksi
Gambar 2.Rangkaian peralatan pengambil contoh uji SO2 selama
24 jam
Keterangan gambar:
A adalah tabung penjerap;
B adalah larutan penjerap
C adalah perangkap uap ;
17
D adalah glasswool
E adalah filter membran;
F adalah flowmeter yg mampu mengukur laju alir 0,2 L/menit;
G adalah kran pengatur;
H adalah rubber septum;
I adalah jarum hipodermik;
J adalah pompa udara.
Pengambilan contoh uji
Pengambilan contoh uji selama 1 jam
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada
gambar 2.
2. Masukkan larutan penjerap SO2 sebanyak 10 mL ke
masing-masing botol penjerap. Atur botol penjerap
agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan
alir 0,5 L/menit sampai 1 L/menit, setelah stabil catat
laju alir awal F1 (L/menit).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan
catat temperatur dan tekanan udara.
5. Setelah 1 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan
kemudian matikan pompa penghisap.
6. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh
uji untuk menghilangkan pengganggu.
Catatan: Contoh uji dapat stabil selama 24 jam, jika
disimpan pada suhu 5oC dan terhindar dari sinar
matahari.
Pengambilan contoh uji selama 24 jam
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada
gambar 3.
2. Masukkan larutan penjerap SO2 sebanyak 50 mL ke
masing-masing botol penjerap. Atur botol penjerap
agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.
18
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan
alir 0,2 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1
(L/menit).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam dan
catat temperatur dan tekanan udara.
5. Setelah 24 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan
kemudian matikan pompa penghisap.
6. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh
uji untuk menghilangkan pengganggu.
Persiapan pengujian
Standardisasi larutan natrium tiosulfat 0,01 N
1. Panaskan kalium iodat (KIO3) pada suhu 180oC
selama 2 jam dan didinginkan dalam desikator.
2. Larutkan 0,09 g kalium iodat (KIO3) ke dalam labu ukur
250 mL dan tambahkan air suling sampai tanda tera,
lalu homogenkan.
3. Pipet 25 mL larutan kalium iodat ke dalam labu
erlenmeyer asah 250 mL.
4. Tambahkan 1 g KI dan 10 mL HCl (1+10) ke dalam
labu erlenmeyer tersebut.
5. Tutup labu erlemeyer dan tunggu 5 menit, titrasi larutan
dalam erlenmeyer dengan larutan natrium tiosulfat 0,1
N sampai warna larutan kuning muda.
6. Tambahkan 5 mL indikator kanji, dan lanjutkan titrasi
sampai titik akhir (warna biru tepat hilang), catat volum
larutan penitar yang diperlukan.
7. Hitung normalitas larutan natrium tio sulfat tersebut
dengan rumus sebagai berikut:
dengan pengertian:
N adalah konsentrasi larutan natrium tio sulfat
dalam grek/L (N);
19
b adalah bobot KIO3 dalam 250 mL air suling (g);
V 1 adalah volum KIO3 yang digunakan dalam titrasi
(mL);
V 2 adalah volum larutan natrium tio sulfat hasil
titrasi (mL);
35,67 adalah bobot ekivalen KIO3 (BM KIO3 /6);
250 adalah volum larutan KIO3 yang dibuat dalam
labu ukur 250 mL;
1000 adalah konversi liter (L) ke mL.
Penentuan konsentrasi SO2 dalam larutan induk
Na2S2O5
1. Pipet 25 mL larutan induk Na2S2O5 ke dalam labu
erlenmeyer asah dan pipet 50 mL larutan iod 0,01 N ke
dalam labu dan simpan dalam ruang tertutup selama 5
menit.
2. Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan tio
0,01 N sampai warna larutan kuning muda.
3. Tambahkan 5 mL indikator kanji, dan lanjutkan titrasi
sampai titik akhir (warna biru tepat hilang), catat volum
larutan penitar yang diperlukan (Vc).
4. Pipet 25 mL air suling sebagai blanko ke dalam
erlenmeyer asah dan lakukan langkah-langkah di atas
(Vb).
5. Hitung konsentrasi SO2 dalam larutan induk tersebut
dengan rumus sebagai berikut:
dengan pengertian:
C adalah konsentrasi SO2 dalam larutan induk
Na2S2O5 (µg/mL);
vb adalah volum natrium tio sulfat hasil titrasi blanko
(mL);
vc adalah volum natrium tio sulfat hasil titrasi larutan
induk Na2S2O5 (mL);
20
N adalah normalitas larutan natrium tio sulfat 0,01 N
(N);
va adalah volum larutan induk Na2S2O5 yang dipipet
(mL);
1000 alah konversi gram ke µg;
32,03 adalah berat ekivalen SO2 (BM SO2/2).
Catatan: Melalui rumus di atas dapat diketahui jumlah
(µ g) SO2 tiap mL larutan induk Na2S2O5, sedangkan
jumlah (µg) SO2 untuk tiap mL larutan standar
dihitung dengan memperhatikan faktor pengenceran.
Pembuatan kurva kalibrasi
1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk
penggunaan alat.
2. Masukkan masing-masing 0,0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL;
3,0 mL dan 4,0 mL larutan standar Na2S2O5 pada
langkah 4.2.3 ke dalam tabung uji 25mL dengan
menggunakan pipet volum atau buret mikro.
3. Tambahkan larutan penjerap sampai volum 10 mL.
4. Tambahkan 1 mL larutan asam sulfamat 0,6% dan
tunggu sampai 10 menit.
5. Tambahkan 2,0 mL larutan formaldehida 0,2%.
6. Tambahkan 5,0 mL larutan pararosanilin.
7. Tepatkan dengan air suling sampai volum 25 mL, lalu
homogenkan dan tunggu sampai 30 - 60 menit.
8. Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.
9. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah
SO2 (µg).
Pengujian contoh uji
Pengujian contoh uji untuk pengambilan contoh uji
selama 1 jam
21
1. Pindahkan larutan contoh uji ke dalam tabung uji 25
mL dan tambahkan 5 mL air suling untuk membilas.
2. Lakukan langkah-langkah pada pembuatan kurva
kalibrasi butir 4 sampai 8.
3. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi
dengan menggunakan kurva kalibrasi.
4. Lakukan langkah-langkah diatas untuk pengujian
blanko dengan menggunakan 10 mL larutan penjerap.
Pengujian contoh uji untuk pengambilan contoh uji
selama 24 jam
1. Pindahkan larutan contoh uji ke dalam labu ukur 50
mL, bilas dan tepatkan dengan larutan penjerap lalu
homogenkan.
2. Pipet 5 mL larutan diatas masukkan ke dalam tabung
uji 25 mL dan tambahkan 5 mL larutan penjerap.
3. Lakukan langkah-langkah pada pembuatan kurva
kalibrasi butir 4 sampai 8.
4. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi
dengan menggunakan kurva kalibrasi.
5. Lakukan langkah-langkah diatas untuk pengujian
blanko dengan menggunakan 10 mL larutan penjerap.
Perhitungan
Volum contoh uji udara yang diambil
Volum contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi
normal (25oC, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
dengan pengertian:
V adalah volum udara yang dihisap (L);
F1 adalah laju alir awal (L/menit);
F2 adalah laju alir akhir (L/menit);
22
t adalah durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan
contoh uji (mmHg);
Ta adalah temperatur rata-rata selama pengambilan contoh
uji (K);
298 adalah temperatur pada kondisi normal 25oC (K);
760 adalah tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg).
Konsentrasi sulfur dioksida (SO2) di udara ambien
Konsentrasi SO2 dalam contoh uji untuk pengambilan
contoh uji selama 1 jam dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
dengan pengertian:
C adalah konsentrasi SO2 di udara (µg/Nm3);
a adalah jumlah SO2 dari contoh uji dengan melihat kurva
kalibrasi (µg);
V adalah volum udara pada kondisi normal (L);
1000 adalah konversi liter (L) ke m3.
Konsentrasi SO2 dalam contoh uji untuk pengambilan
contoh uji selama 24 jam dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
dengan pengertian:
C adalah konsentrasi SO2 di udara (µg/Nm3);
a adalah jumlah SO2 dari contoh uji dengan melihat kurva
kalibrasi (µg);
V adalah volum udara pada kondisi normal (L);
50 adalah jumlah total larutan penjerap yang dipakai untuk
pengambilan contoh uji 24 jam;
5 adalah volum yang dipipet untuk dianalisis dengan
spektrofotometer.
Jaminan mutu dan pengendalian mutu
23
Jaminan mutu
1. Gunakan termometer dan berometer yang
terkalibrasi.
2. Gunakan alat ukur laju alir (flow meter) yang
terkalibrasi .
3. Hindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari
larutan penjerap dalam botol penjerap, gunakan
aluminium foil atau box pendingin sebagai pelindung
terhadap matahari.
4. Pertahankan suhu larutan penjerap dibawah 25oC
selama pengangkutan ke laboratorium dan
penyimpanan sebelum analisa, untuk menghindari
kehilangan SO2.
5. Hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan.
Pengendalian mutu
Uji blanko
1. Uji blanko laboratorium
Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji
(blanko) dan dikerjakan sesuai dengan penentuan
contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik
terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap
tahap-tahap selama penentuan di laboratorium.
2. Uji blanko lapangan
Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji
(blanko) dan dikerjakan sesuai dengan penentuan
contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik
terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap
tahap-tahap selama penentuan di lapangan.
Linieritas kurva kalibrasi
Koefisian korelasi (r) lebih besar atau sama dengan
0,998 (atau sesuai dengan kemampuan laboratorium
24
yang bersangkutan) dengan intersepsi lebih kecil atau
sama dengan batas deteksi.
Catatan: Jaminan dan pengendalian mutu dilakukan
sesuai dengan kebijaksanaan laboratorium yang
bersangkutan.
Hal-hal yang perlu dicatat pada lembar kerja
Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar
kerja :
1. Parameter yang dianalisis.
2. Nama dan tanda tangan analis.
3. Tanggal analisis.
4. Rekaman kurva kalibrasi.
5. Batas deteksi.
6. Perhitungan.
7. Data pengambilan contoh uji.
8. Hasil pengukuran blanko.
9. Hasil pengukuran contoh uji.
10. Kadar SO2 dalam contoh uji.
c. Standard Baku Mutu Udara
Berdasarkan Kepmen KLH No.3 tahun 1991 baku mutu SOx pada
udara ambien adalah 0,1 ppm.
d. Dampak Terhadap Lingkungan
Kerusakan tanaman oleh SO2 dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan tiba –
tiba ( akut ) terjadi jika terjadi kontak dengan SO2 pada
konsentrasi tinggi dalam waktu sebentar, dengan gejala
beberapa bagian daun menjadi kering dan mati, dan
biasanya warnanya memucat. Kontak dengan so2 pada
konsentrasi rendah dalam waktu yang lama menyebabkan
kerusakan kronis, yang ditandai dengan menguningnya
warna daun karena terhambatnya mekanisme pembantukan
krorofil.
25
Kerusakan akut pada tanaman disebabkan kemampuan
tanaman untuk mengubah so2 yang diabsorbsi menjadi
H2SO4 kemudian menjadi sulfat. Garam – garam tersebut
terkumpul pada ujung atau tepi daun dengan sulfat yang
diabsorbsi melalui akar, dan jika akumulasi cukup tinggi,
terjadi gejala kronisyang disertai gugurnya daun.
Tanaman bervariasi dari spesies ke spesies sensitivitasnya
terhadap kerusakan SO2. Meskipun dalam saru spesies
terjadi perbedaan sensitivitas yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan seperti, suhu,air tanah, konsentrasi nutrient,dsb.
So2 mungkin hanya dapat memnyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dan yield tanaman tanpa menyebabkan
kerusakan yang terlihat oleh mata. Uap asam sulfat, yang
merupakan bentuk lain dari polusi Sox,juga dapat merusak
tanaman, bintik pada daun dapat terjadi jika droplet asam
kontak dengan daun yang telah basah oleh embun.
e. Dampak Terhadap Kesehatan
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia
dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadasr
sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap
manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi
pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada
beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2
ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi
kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang
mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular.
26
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif
terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang
relatif
rendah. Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan
kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentrasi (ppm) Pengaruh
3-5 Jumlah terkecil yang dapat
dideteksi dari baunya
8-12 Jumlah terkecil yang segera
mengakibatkan iritasi
tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang akan
mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang akan
mengakibatkan batuk
20 Maksimum yang
diperbolehkan untuk
konsentrasi dalam waktu
lama
50-100 Maksimum yang
diperbolehkan untuk kontrak
singkat ( 30 menit )
400-500 Berbahaya meskipun kontak
secara singkat
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Logam Cu
Pemeriksaan keberadaan logam Cu dalam air
menggunakan metode Dietil Dithiokarbamat
Batas maksimum yang diperbolehkan untuk air minum
menurut SK MenKes 907 Tahun 2002 untuk Cu adalah
maksimal 2 mg/l.
2. Logam Ag
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah
spektrofotometrik serapan atom dengan alat SSA
(Spektrofotometer Serapan Atom).
28
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut Permenkes
416 Tahun1990 untuk Ag adalah maksimal 0,05 mg / L
untuk air minum.
3. Logam Hg
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah
spektrofotometrik serapan atom dengan alat SSA
(Spektrofotometer Serapan Atom).
Batas maksimum Hg yang diperbolehkan menurut
Permenkes 416 Tahun 1990 adalah 0,001 mg / L untuk air
minum maupun air bersih.
4. Logam Pt
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah
spektrofotometrik serapan atom dengan alat SSA
(Spektrofotometer Serapan Atom).
5. Logam Au
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah
spektrofotometrik serapan atom dengan alat SSA
(Spektrofotometer Serapan Atom).
6. Logam Pb
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah
spektrofotometrik serapan atom dengan alat SSA
(Spektrofotometer Serapan Atom).
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut SK MenKes
907 Tahun 2002 untuk tembaga adalah maksimal 2 mg / L
.
Batas maksimum yang diperbolehkan menurut Permenkes
416 Tahun 1990 untukPb adalah 0,05 mg / L.
7. Sox
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah pararosanilin
dengan alat spektrofotometer.
Berdasarkan Kepmen KLH No.3 tahun 1991 baku mutu
SOx pada udara ambien adalah 0,1 ppm.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Daintith, John. 1999. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga :
Jakarta
2. Fardiaz, Srikandi . 1992 . Polusi Air dan Udara. Kanisius :
Bogor
3. Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. 1996. Gadjah
Mada University Press : Jogjakarta
4. Anonim.2007.http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/file.php/32/materi/
trans/per_1/tembg.html. Diakses tanggal 1 Oktober 2009
5. Hartanto.2009.http://aaghien.wordpress.com/2009/06/25/pencema
ran-air/. Diakses 29 September 2009
6. Yulianto Mohsin. 2006. Perak. http://www.chem-is-
try.org/tabel_periodik/perak/. Diakses tanggal 1 Oktober 2009
7. Adi. 2009. Emas. http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/emas/.
Diakses tanggal 1 Oktober 2009
30
8. Anonim.2007.http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=8
80&tbl=kesling. Diakses tanggal 1 Oktober 2009
9. Anonim.2007.http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/20050
4121503-LIMBAH%20B-3.pdf. Diakses tanggal 1 Oktober 2009
10. http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/dokumen-
publikasi/doc_download/128-sni-19-71197-2005-so2-
pararosanilin-ambien. Diakses tanggal 1 Oktober 2009
11. Saputra, Yoky Edy. 2009. Spektrofotometri.
http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/. Diakses
tenggal 1 Oktober 2009
12. Sumber: Anonim. 2005. Udara ambient-bagian 7: cara uji kadar
sulfur dioksida (SO2) dengan metoda pararosanilin menggunakan
spektrofotometer.