Pen Gerti An
Click here to load reader
-
Upload
riinda-suicalioxta-iii -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
Transcript of Pen Gerti An
![Page 1: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/1.jpg)
A. PENGERTIAN
1. Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
2. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
3. Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
4. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat
difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
5. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari
limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
6. Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.
Penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
B. ETIOLOGI
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh
demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono,
dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,
S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997). Ada dua sumber
![Page 2: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/2.jpg)
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C. TANDA DAN GEJALA
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari.
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi
dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak
lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih,
terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu
pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya
seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu
badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa
demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa
disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak
kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih
kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001).
Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan
gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi
bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
![Page 3: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/3.jpg)
Gambaran klinik tifus abdominalis
a. Keluhan:
Nyeri kepala (frontal) .
Kurang enak di perut.
Nyeri tulang, persendian, dan Otot
Berak-berak
Muntah
b. Gejala:
Demam
Nyeri tekan perut
Bronkitis
Toksik
Letargik
Lidah tifus (“kotor”)
(Sjamsuhidayat,1998)
D. PATOFISIOLOGI
2.1.1 Patofisiologi Thypoid.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.Masa inkubasi
demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita
tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke
makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak
sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang
sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi)
yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
![Page 4: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/4.jpg)
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
![Page 5: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/5.jpg)
E. PATHWAY
Makanan tercemar masuk kemulut dilambung sebagian basil
Salmonella typhosa musnah oleh asam lambun Ragaden, coated tongue melalui pembuluh Sebagian masuk ke usus limfe halus halus dan basil diserap anoreksia
Bakteriemia masuk ke dalam peredaran melepaskan endotoksin darah menstimulasi sintesis Basil menyebar sampai di organ-organ utama keseluruh tubuh (Hati dan Limfa)
Terjadi pelepasan Terutama kedalam basil berkembang biak zat pirogen kelenjer limfoid usus halus organ-organ membesar inflamasi lokal disertai nyeri pada perabaanmenimbulkan tukak Jaringan meradang Berbentuk lonjong pada Nyeri Resti komplikasi mukosa diatas plak (cedera) Histamin Peyeri Mengakibatkan perdarahan hipotalamus Nyeri saat makan dan perforasi usus Peningkatan panas anoreksia melena
gangguan thermoregulasigangguan pemenuhan intake berkurang Nutrisi malaise resti intoleransi aktivitas
![Page 6: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/6.jpg)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Di dalam
beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu
pada saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
![Page 7: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/7.jpg)
3. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai
demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
![Page 8: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/8.jpg)
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya
menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H
menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H
pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan
ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer
yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan
typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen
O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji
widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain
salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
![Page 9: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/9.jpg)
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3. Pengobatan.
1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat
diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim).
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2
minggu.
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc,
diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari.
6. Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu
seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena
telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur
darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).
![Page 10: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/10.jpg)
H. PENCEGAHAN
A. Usaha Terhadap Lingkungan hidup.
1. Penyediaan air bersih terpenuhi
2. Pembuangan kotoran manusia baik BAK maupun BAB yang hygiene.
3. Pemberantasan lalat
4. Pengawasan terhadap rumah – rumah penjual makanan
B. Usaha Terhadap Manusia
1. Dengan menjaga kebersihan makanan/minuman dan mencuci tangan
sebelum makan
2. Tidak makan dan jajan di sembarang tempat. Pilihlah rumah makan dan
tempat jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan karena
penyebaran demam typhoid melalui makanan dan tangan yang tercemar
oleh bakteri ini.
3. Vaksinasi demam Thypoid.
4. Pendidikan kesehatan pada masyarakat berupa personal hygiene.
I. KOMPLIKASI
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati,
bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000).Perforasi usus
terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid.
Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya
didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut
jantung. Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali
sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis,
endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes
normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita
hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)
Komplikasi Thypoid antara lain terdiri dari :
A. Komplikasi intestinal.
1. Perdarahan usus
2. Perporasi usus.
3. Ilius paralitik.
B. Komplikasi extra intestinal
![Page 11: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/11.jpg)
1. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2. Komplikasi darah.
Anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3. Komplikasi paru .
Pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu.
Hepatitis, kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal.
Glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang.
Osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik.
Delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma
Guillain bare dan sidroma katatonia.
![Page 12: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/12.jpg)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam,
nyeri dan pusing
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing,
berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien
merasa sakit diperut dan diare, klien mengeluh nyeri otot.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).
3. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian umum
a. Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma
b. Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat
c. Tanda-tanda vital, normalnya:
Tekanan darah : 95 mmHg
Nadi : 60-120 x/menit
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 15-26 x/menit
Pengkajian sistem tubuh
a. Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien
b. Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera.
![Page 13: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/13.jpg)
c. Pemeriksaan dada
1) Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)
2) Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
e. Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
4. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a. Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu
tidak naik, pemantauan kehamilan secara berkala. Kehamilan dengan resiko
yang tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu tumbang anak
b. Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus
lamadan anak yang lahir dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu
tumbang anak
c. Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar
kepala (49-50cm), LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
d. Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal untuk
pada lengan atas, pantat dan paha mengetahui lemak subkutan), keadaan
lemak (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis
dan mudah / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem,
anemia dan gangguan lainnya.
e. Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) ,
kemampuan anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh,
memanjat, melompat, menaiki tangga, menendang bola dengan seimbang,
egosentris dan menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti
![Page 14: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/14.jpg)
dengan kata kata, bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan,
menyusun jembatan dengan kotak –kotak.
f. Riwayat imunisasi
5. Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan
dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.
Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai
mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan pada aspek
diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain
alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak
awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
![Page 15: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/15.jpg)
6. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan,
pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan
tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan
keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang manajemen
kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
b. Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan,
pilihan makan.
c. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat
bantu, penggunaan obat-obatan.
d. Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan
untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon
kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.
e. Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,
bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan
penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
f. Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi
klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal
diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan
emosional seperti takut, cemas karena dirawat di RS.
h. Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
kemampuan dalam menjalankan perannya.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
![Page 16: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/16.jpg)
j. Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai
stress dan adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi
stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama orang tua
untuk selalu mendukung anak.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu
mengerti tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari
orang tua.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
a. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan hipertermi dan muntah.
b. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi.
3. INTERVENSI
NANDA NOC NIC
Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Indikator: Suhu 36,5 – 37,5oC Bibir lembab Kulit tidak teraba panas Aktifitas sesuai
kemampuan
Identifikasi penyebab / factor yang dapat menyebabkan hipertermi
Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan
Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak bila kontraindikasi
Berikan kompres air hangat.
Anjurkan pasien untuk mengurangi aktifitas yang berlebihan saat suhu naik / bedrest total
Anjurkan pasien
![Page 17: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/17.jpg)
menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat
Ciptakan lingkungan yang nyamanKolaborasi :
Pemberian antipiretik Pemberian antibiotic
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntahDefenisi : penurunan cairan intravaskuler intestinal dan atau intraseluler, contohnya dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan sodium.
Batasan karakteristik :Kelelahan, kehilangan berat badan.
Keseimbangan cairanIndikator:
Keseimbangan intake dan output 24 jam
Berat badan stabil Tidak ada rasa haus yang
berlebihan Elektrolit serum dalam
batas normal Hidrasi kulit tidak ada
Pengelolaan cairanAktifitas:
Pantau berat badan biasanya dan kecendrungannya
Mempertahankan intake dan output pasien
Pantau ststus hidrasi Memonitor status
hemodynamic termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
Pantau tanda-tanda vital pasien
Pantau status nutrisi pasien
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
Defenisi: ketidak cukupan intake nutrisi untuk kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik Berat badan 20%
berkurang dari ideal
Status nutrisiIndikator:
Intake nutrisi Intake makanan dan
cairan Energi Berat tubuh
Mengontrol Nutrisi
Aktivitas: Menimbang berat badan
pasien pada jarak yang ditentukan
Memantau gejala kekurangan dan penambahan berat badan
Memantau respon emosional pasien ketika ditempatkan pada situasi yang melibatkan makanan
![Page 18: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/18.jpg)
Lemahnya kesehatan otot Tidak nafsu makan
dan makan Memantau interaksi orang
tua/anak selama makan, jika diperlukan
Mengontrol keadaan lingkungan ketika makan
Mengontrol turgor kulit, jika diperlukan
Memantau kekeringan, tipisnya rambut sehingga mudah rontok
Memantau gusi saat menelan, karang gigi, dan penambahan luka
Mengontrol mual dan muntah
Memantau tingkat energy, rasa tidak nyaman, kelelahan, dan kelemahan
Memantau jaringan yang pucat, memerah, dan kering
Memantau kemerahan, bengkak, dan retak pada mulut/bibir
![Page 19: Pen Gerti An](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100407/55cf99b3550346d0339ec021/html5/thumbnails/19.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHANKEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN TYPHOID FEVER
Disusun Oleh :
FINA WARDANI
PO 62 20 1 10 054
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PALANGKARAYA
2012