Pen at Alak Sana Ann

6
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan tetanus neonatorum pada dasarnya sama dengan tetanus lainnya, yaitu meliputi terapi suportif (sedasi, pelemas otot, dsb) selama tubuh berusaha memtabolisme neurotoxin, mencegah bertambahnya toxin yang mencapai CNS dan berusaha membunuh kuman yang masih dalam bentuk vegetatif untuk mencegah produksi tetanospasmin yang berkelanjutan. Perawatan di NICU mutlak diperlukan. Eliminasi kuman dalam bentuk vegetatif dilakukan dengan membersihkan situs luka; debridement merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk membersihkan luka, diharpakan dengan tindakan tersebut, suasana anaerobik yang dibutuhkan kuman untuk germinasi dapat dihilangkan. Pemberian antibiotik diperlukan untuk membunuh kuman bukan untuk netralisasi toksin. Penicillin G (100.000 U/kg/24 jam IV dibagi menjadi 4-6 kali pemberian selama 10-14 hari) merupakan salah satu antibiotik pilihan, namun studi terbaru menemukan bahwa penicillin merupakan suatu antagonis GABA sehingga dapat meningkatkan efek dari tetanospasmin, oleh karenanya saat ini antibiotik pilihan adalah Metronidazole IV (30 mg/kg/hari, dengan dosis maksimal 4 g/hari selama 10-14 hari). Netralisasi toksin dalam sirkulasi dilakukan dengan pemberian Tetanus Immunoglobulin (TIG) 3000-6000 unit dosis tunggal intramuskular. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa dosis sebesar 500 unit memiliki efektifitas yang sama dengan pemberian dosis yang lebih besar, namun hingga saat ini pemberian dosis TIG 3000-6000 unit (IM) masih menjadi rekomendasi resmi WHO. Jika sediaan TIG tidak tersedia,

description

penatalaksanaan

Transcript of Pen at Alak Sana Ann

Page 1: Pen at Alak Sana Ann

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tetanus neonatorum pada dasarnya sama dengan tetanus lainnya,

yaitu meliputi terapi suportif (sedasi, pelemas otot, dsb) selama tubuh berusaha

memtabolisme neurotoxin, mencegah bertambahnya toxin yang mencapai CNS dan berusaha

membunuh kuman yang masih dalam bentuk vegetatif untuk mencegah produksi

tetanospasmin yang berkelanjutan. Perawatan di NICU mutlak diperlukan.

Eliminasi kuman dalam bentuk vegetatif dilakukan dengan membersihkan situs luka;

debridement merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk membersihkan luka,

diharpakan dengan tindakan tersebut, suasana anaerobik yang dibutuhkan kuman untuk

germinasi dapat dihilangkan. Pemberian antibiotik diperlukan untuk membunuh kuman

bukan untuk netralisasi toksin. Penicillin G (100.000 U/kg/24 jam IV dibagi menjadi 4-6 kali

pemberian selama 10-14 hari) merupakan salah satu antibiotik pilihan, namun studi terbaru

menemukan bahwa penicillin merupakan suatu antagonis GABA sehingga dapat

meningkatkan efek dari tetanospasmin, oleh karenanya saat ini antibiotik pilihan adalah

Metronidazole IV (30 mg/kg/hari, dengan dosis maksimal 4 g/hari selama 10-14 hari).

Netralisasi toksin dalam sirkulasi dilakukan dengan pemberian Tetanus

Immunoglobulin (TIG) 3000-6000 unit dosis tunggal intramuskular. Pada suatu penelitian

ditemukan bahwa dosis sebesar 500 unit memiliki efektifitas yang sama dengan pemberian

dosis yang lebih besar, namun hingga saat ini pemberian dosis TIG 3000-6000 unit (IM)

masih menjadi rekomendasi resmi WHO. Jika sediaan TIG tidak tersedia, pemberian anti-

tetanus serum (ATS) dapat menjadi pilihan alternatif. ATS dapat diberikan dengan dosis

10.000 unit dan pemberiannya dibagi menjadi 2 dosis ( ½ IM, ½ IV). Di negara-negara

miskin dan berkembang, TIG masih sulit didapatkan karena harganya yang mahal, sedangkan

ATS karena harganya yang lebih murah lebih banyak digunakan. Penggunaan ATS harus

didahului dengan uji desensitisasi terhadap antigen serum yang terkandung di dalamnya

karena sering menimbulkan reaksi alergi pada penderita. Pemberian TIG ataupun ATS harus

dilakukan secepatnya (maksimal 24 jam setelah didiagnosis), karena toksin tidak dapat lagi

dinetralisir oleh TIG atau ATS apabila sudah mencapai medula spinalis.

Terapi Suportif

Terapi suportif mutlak diperlukan dan memegang peranan penting dalam menentukan

tingkat mortalitas yang terjadi.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah penanganan jalan napas. Penggunaan

ventilator merupakan pilihan utama. Selain itu pemberian muscle-relaxant atau sedative

dengan tujuan mengurangi spasme otot sekaligus melebarkan jalan napas. Obat yang terbukti

Page 2: Pen at Alak Sana Ann

cukup efektif adalah benzodiazepine (cth: diazepam, midazolam). Diazepam memiliki efek

pelemas otot, anti anxietas dan sedasi. Hal itu menyebabkan diazepam efektif digunakan

dalam penanganan tetanus neonatorum. Pemberian diazepam bervariasi untuk tiap individu,

0,1-0,8 mg/kg/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis untuk spasme ringan, dan 0,1-0,3 mg/kg IV

dalam 4-8 jam untuk spasme sedang-berat. Diazepam kemudian dititrasi untuk maintenance

dose dengan dosis yang bervariasi dan belum memiliki suatu standard resmi. Pada suatu

laporan kasus, maintenance dose diberikan 0,08 mg/kg IV setiap 4 jam dan midazolam 0,1

mg/kg/jam.

Pemberian cairan harus diberikan untuk menggantikan cairan dan elektrolit.

Pemberian makanan secara oral dilarang, karena dapat menyebabkan aspirasi, oleh karena itu,

nutrisi diberikan secara parenteral atau via nasogastric tube (NGT). Pada kasus neonatus

dengan jalan napas yang tidak berhasil distabilkan atau intubasi yang melebihi 10 hari,

trakeostomi dapat dilakukan.

Pencegahan/Profilaksis

1. Proses persalinan yang steril yang didukung tenaga medis dan peralatan medis

yang mendukung

2. Pendidikan dan pengarahan tentang pentingnya persalinan yang steril dan

sosialisasi vaksinasi tetanus pada ibu hamil khususnya yang belum mendapat

vaksinasi atau dengan riwayat vaksinasi yang belum jelas.

3. Imunisasi pada ibu hamil merupakan fokus primer dalam pencegahan tetanus

neonatorum

( Behrmann, dkk. 2007)

VAKSINASI TETANUS

Vaksin terdiri dari mikroorganisme atau komponen seluler yang bertindak sebagai

antigen. Pemberian vaksin menstimulasi produksi antibodi dengan protein spesifik.

Pemberian vaksin tetanus toksoid dilakukan untuk profilaksis jika riwayat vaksin tidak

diketahui atau kurang dari 3 kali imunisasi TT.

Imunisasi tetanus pada wanita masa subur (12 atau 15 tahun sampai 45 tahun) atau

sedang mengandung merupakan cara pencegahan tetanus neonatorum yang paling mudah dan

Page 3: Pen at Alak Sana Ann

efektif.7 Melalui imunisasi tetanus lengkap, proteksi terhadap infeksi tetanus mencapai lebih

dari 90%.

Wanita tanpa adanya riwayat imunisasi tetanus harus diberikan dua dosis tetanus

toxoid (TT) atau difteri tetanus toxoid (Td) atau DPT (difteri pertusis tetanus) dengan jarak

antar dosis minimal 4 minggu. Dosis ke 3 diberikan 6-12 bulan kemudian, dosis ke 4 satu

tahun sesudah pemberian dosis ke 3, dan dosis ke 5, 1 tahun setelah pemberian dosis ke 4.

Pada wanita yang sudah pernah diimunisasi 1 kali baik dengan TT, Td, atau DPT,

dapat diberikan booster setiap 10 tahun.

Pada wanita hamil dengan riwayat imunisasi yang jelas, harus diberikan vaksin

pertama secepatnya dan disusuli oleh dosis ke 2 maksimal 3 minggu sebelum melahirkan.

Wanita yang sudah mendapat 2 dosis vaksin pada kehamilan sebelumnya harus

diberikan dosis ke 3 pada kehamilan berikutnya. Dosis ke 3 ini dapat memberikan

perlindungan hingga 5 tahun.

Tabel 2 Rekomendasi jadwal imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tetanus dan difteri toxoid (Td) untuk wanita pada masa subur yang belum divaksinasi

Dosis Jadwal Pemberian

TT1 atau Td1 Pada kontak pertama atau sedini mungkin saat kehamilan

TT2 atau Td2 Paling sedikit 4 minggu setelah dosis pertama

TT3 atau Td3 6-12 bulan setelah dosis kedua atau pada kehamilan berikutnya

TT4 atau Td4 1-5 tahun setelah dosis ketiga atau saat kehamilan berikutnya

TT5 atau Td5 1-10 tahun setelah dosis keempat atau saat kehamilan berikutnya

Tabel 3 Efikasi vaksin tetanus toxoid berdasarkan dosis

Dosis Interval minimum antar dosis

Percent protected Durasi proteksi

TT1 - - -

TT2 4 minggu 80% 3 tahun

TT3 6 bulan 95% 5 tahun

TT4 1 tahun 99% 10 tahun

Page 4: Pen at Alak Sana Ann

TT5 1 tahun 99% Mungkin seumur hidup

PERAWATAN PERSALINAN DAN PASCA PERSALINAN

Perawatan persalinan dan pasca persalinan yang bersih dan steril secara signifikan

dapat menurunkan jumlah infeksi perinatal, termasuk di dalamnya tetanus neonatorum.

Persalinan yang bersih didefinisikan sebagai suatu persalinan yang dibantu oleh tenaga medis

di dalam suatu institusi medis atau dilakukan di rumah dengan bantuan bidan dengan

prosedur persalinan yang higienis (memastikan kebersihan tangan, tali pusat, perineum, dan

semua substans yang digunakan).

( Garna, 2005)

Behrman, R.E. dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke 18. Jakarta. EGC

Garna, H. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke 3. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran