PEMIKIRAN PENDIDIKAN ERICH FROMM TENTANG …
Transcript of PEMIKIRAN PENDIDIKAN ERICH FROMM TENTANG …
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ERICH FROMM
TENTANG PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
MAKALAH
Dipresentasikan pada DiskusiPeriodik
Yangdiselenggarakanoleh
LembagaPenjaminanMutu (LPM) IAIN Jember
Oleh
Nino Indrianto
Dosen PGMI FTIK IAIN JEMBER
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
2018
A. Biografi Erich Fromm
Erich Fromm adalah seorang psikoanalisis1 dan filosuf sosial, dilahirkan di
Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900dalam sebuah keluarga Yahudi
ortodoks. Ayahnya seorang bussinessman dan ibunya seorang ibu rumah tangga,
Erich Fromm adalah anak tunggal sejak kecil ia tertarik dengan cerita-cerita
penyelamatan seperti adam dan hawa, Abraham dan sebagainya.
Pemikirannya banyak didasarkan pada subjek psikologi dan sosiologi.
Latar belakang akademiknya dimulai dari Universitas Frankfurt dengan major
yurisprudensi. Hanya bertahan setahun di sana, Erich Fromm memutuskan untuk
belajar sosiologi di Universitas Heidelberg. Selama di Heidelberg, ia juga belajar
psikoanalisis di bawah bimbingan Frieda Richmann. Di tahun 1930, ia bergabung
dengan Frankfurt Institute for Social Research, sebuah institut yang melahirkan
Mazhab Frankfurt.2 Saat itu, ia juga mengembangkan ilmunya dengan belajar
psikoanalisis di Munich dan di Institut Psikoanalisis Berlin. Di tahun 1934, ketika
Nazi mengambil alih Jerman, ia pindah ke Amerika Serikat. Kehidupannya di
Amerika diisi dengan di Institut Psikoanalisis Chicago dan melakukan praktik
privat di New York City. Sebelum pensiun, ia membangun psikoanalisis di
Meksiko dan menjadi profesor di sana. Terakhir, Erich Fromm tinggal di Swiss
dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980.
B. Latar Belakang Pemikiran Erich Fromm
Pandangan Erich Fromm tentang kehidupan banyak dipengaruhi oleh
pengalaman masa mudanya.Karakter Erich Fromm terbentuk dari keadaan
1Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Lihat Moore dan Fine. a
Glossary of Psychoanalytic Terms and Concepts, 1968,78 2ialah sebuah nama yang diberikan kepada kelompok filsuf yang memiliki afiliasi dengan
Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, Jerman, dan pemikir-pemikir lainnya yang dipengaruhi oleh
mereka. Mazhab inimengawinkan Marxisme dengan psikoanalisis, studi tentang otoritarianisme
dan kritik budaya massa.
keluarganya yang neurotis. Ayahnya seorang yang pemarah, penyendiri, emosinya
cenderung tidak stabil, dan ibunya adalah seorang menderita depresi hebat. Hidup
dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan, Erich Fromm tidak dikelilingi
pribadi-pribadi yang sehat. Dia menggambarkan dirinya sebagai seorang yang
‘unberable, neurotic child’. Ketika di umur 12 tahun ia menyaksikan seorang
wanita cantik dan berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diriagar dapat bersama
dengan ayahnya dalam satu liang kubur.Erich Fromm sangat terguncang karena
kejadian itu, tidak ada seorang pun memahami mengapa wanita tersebut memilih
untuk bersama dengan pria yang sama sekali tidak menarik.
Selanjutnya, ketikaberumur 14 tahun, Erich Fromm melihat irasionalitas
melanda Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia pertama. Dia menyaksikan
bahwa orang Jerman menjadi ultranasionalis, terperosok ke dalam suatu fanatisme
sempit, histeris dan tergila-gila.Orang-orang dekatnya menjadi terpengaruh;
saudaranya, teman-teman dan kenalannya, sampai seorang guru yang sangat ia
kagumi. Akhirnya, banyak dari mereka meninggal di parit-parit perlindungan. Ia
heran mengapa orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi gila.
Karena berbagai peristiwa itulah, kehidupan muda Erich Fromm
merupakan laboratorium hidup bagi observasinya terhadap tingkah laku neurotis.
Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini, Erich Fromm
mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat manusia dan sumber tingkah
laku irasional. Dia menduga hal itu adalah akibat kekuatan sosio-ekonomis,
politis, dan historis yang secara masif mempengaruhi kodrat kepribadian manusia.
Pemikiran Erich Fromm sangat dipengaruhi oleh herberdt Spencer, Karl
Max, dan Max Webe, Darwin dan Frued. Tema dasar tulisan Erich Fromm adalah
orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan dari alam dan
orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. seorang pribadi merupakan bagian
tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus manusia.
Sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus
dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya
khayal.
C. Pandangan Erich Fromm tentang Manusia
Pandangan Erich Fromm tentang manusia adalah optimistik. Erich Fromm
melihat kepribadian sebagai suatu produk kebudayaan. Kepribadian itu sehat atau
tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif.Karena itu dia percaya
bahwa kesehatan jiwa harus didefenisikan menurut bagaimana baiknya
masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dasar semua individu, bukan
menurut bagaimana baiknya individu–individu menyesuaikan diri dengan
masyarakat.Karakter seseorang dipengaruhi oleh karakter-karakter sosial, politik,
dan ekonomi masyarakat kita, namun tidak menentukan karakter kita karena
setiap orang memiliki kemampuan untuk membentuk karakter kepribadian dan
sosialnya sendiri.
Erich Fromm menyatakan bahwa masyarakat yang ideal merupakan
keadaan manusia yang tergantung pada manusia lainnya. Hal itu ditandai dengan
adanya cinta, persaudaraan, dan solidaritas setiap manusia dalam lingkungan
sosial. Fromm mengusulkan suatu nama untuk masyarakat yang sempurna
tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian Humanistik. Dalam masyarakat semacam
itu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi mansiawi
sepenuhnya.
D. Kebutuhan Manusia dan Gangguan Kepribadian Anak
Dalam The SaneSociety, Fromm manunjuk lima macam kebutuhan
manusia yang menjadi dasar perkembangan kepribadian anak, yangdi
dalamnya terdapat kontradiksi-kontradiksi, yaitu: (1) Kebutuhanketerhubungan
dan narsisme, (2) Transendensi : kekreatifan dankehancuran, (3) Keterikatan
persaudaraan dan incest, (4) Rasaidentitas: individualitas dan kecocokan
kelompok, (5) Kebutuhankerangka orientasi: rasional dan irrasional.
Pertama,Kebutuhan keterhubungan dan narsisme. Keterhubungan
adalah Kebutuhan terhadap dengan yang lain yang mengakibatkan adanya
ketergantungan, interaksi, adaptasi dan ketertundukan pada seseorang,
kelompok, institusiatau pada Tuhan. Apabila dalam hubungan dengan dunia
sekitarnya seorangmenyadari keterpisahan, maka pada kebalikannya, dapat
disebutnarsisme. 3
Kedua, Transendensi: kekreatifan dan kehancuran. Kebutuhan
transendental , mengandung dua unsur dalamdiri manusia. Manusia
menunjukkan dirinya sebagai penciptakehidupan, namun ia juga mampu untuk
menghancurkan.Menurut Fromm, manusia yang dapat menunjukkan
dirinyasebagai pencipta, pada sisi lain ia disadarkan pada posisinyasebagai
makhluk yang diciptakan. Permasalahannyakemudian adalah bagaimana
manusia mengatasi masalahtransendensi jika ia tidak mampu untuk mencipta.
Terdapat satujawaban bagi transendensi ini seperti dikemukakan oleh
Freud.There is another answer to this for trancendence: if I can not createlife, I
can destroy it. To destroy life makes me also transcend it. 4Disatu sisi manusia
mempunyai potensi untuk mencinta,rasional. Di sisi yang lain, yang merupakan
potensi sekunder iamempunyai kecenderungan menghancurkan. Bagi Fromm,
3Erich Fromm, 1965, The Sane Society, Fawcet Premier, New York, 35-36
4Ibid, 42
kreasidan penghancuran, cinta dan benci, bukanlah dua insting yangberada
secara mandiri akan tetapi ia adalah jawaban bagikebutuhan pada taraf yang
sama, transendensi. Kehendak untukmenghancurkan muncul pada saat
keinginan untuk mencipta tidakdapat dipuaskan. 5
Ketiga,Keterikatan persaudaraan dan incest. Ikatan paling elementer
secara alami adalah ikatan antaraibu dan anak. Seseorang dilahirkan
mendapatkan cinta, makanandan perawatan dari seorang ibu. Di sanalah ia
menemukan keterikatan.Dalam pandangan Freud keterikatan antara seorang
anak dan ibu,merupakan masalah yang sangat penting bagi
perkembanganmanusia. Fromm, seperti Freud, mengemukakan bahwa hal
Ketergantungan rasa aman dan perawatan yang diperoleh dari ibu,setelah ia
memutuskan ikatan itu, maka ia mulai mencari keterikatan baru; atau
sebaliknya ia tetap akan mencaribentuk ikatan yang diberikan ibunya. Pada
ikatan yang baru, iamulai mencari ikatan persaudaraan manusia dengan
membebaskandiri dari masa lampau. Sedang pada bentuk yang lain, ia
tetapmencari akar ikatan simbolis seperti diberikan oleh ibunya; atauikatan
pada tanah air, alam, negara, atau Tuhan.Keterikatan yang berakar pada masa
lalu memberikan kenanganrasa aman, kebahagiaan, dan rasa memiliki. Dalam
skalayang lebih luas, di dunia, keterikatan ‟persaudaraan universal‟diperlukan.
6
Keempat, Rasa Identitas : Individualitas dan kecocokan
kelompok.Kebutuhan rasa identitas bermula pada manusia sebagaientitas yang
terpisah. Ia dibedakan dengan manusia lain. Identitas adalah kemampuan untuk
menyadari diri kita sebagai entitas yang terpisah dan berbeda dengan yang
lainnya. Perasaan bahwa ada perbedaan diri dengan lingkungan, maka
5Ibid, 42
6Ibid 45
seseorang perlu membentuk konsep diri kita, untuk dapat berkata, “Aku adalah
aku,” atau “Aku adalah subjek dari tindakan saya.”7
Kelima, Kebutuhan kerangka orientasi. Kebutuhan bagi kerangka
orientasi ada dalam dua taraf.Pertama, secara fundamental membutuhkan
kerangka orientasitanpa memperhatikan apakah hal itu benar atau salah,
rasional atau irasional. Kedua, manusia telahmenyentuh realitas dengan
akalnya untuk menggenggam duniasecara objektif. Setelah memisahkan diri
dari lingkungan dan memiliki identitas sendiri, maka manusia membutuhkan
peta jalan, kerangka orientasi, untuk menjalani hidup. Tanpa peta seperti itu,
manusia tidak akan mencapai tujuan hidupnya.
Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan mengalami
gangguan kepribadian diantaranya gangguan-necrophilia, narsisme ganas, dan
simbiosis incest.
Pertama, Nekrofilia.Istilah “necrophilia” berarti cinta akan kematian
dan biasanya mengacu pada penyimpangan seksual di mana seseorang
menginginkan kontak seksual dengan mayat. Namun, Frommdigunakan
necrophilia dalam arti yang lebih umum untuk menunjukkan daya tarik apapun
untuk kematian. Necrophilia adalah orientasi karakter alternatif untuk
Biophilia. Secara alami, manusia mencintai kehidupan, tetapi ketika kondisi
sosial aksi menghambat Biophilia, mereka dapat mengadopsi orientasi
necrophilic.
Kepribadian Necrophilic membenci umat manusia; mereka adalah
rasis, penghasut perang, dan pengganggu; mereka mencintai pertumpahan
darah, kehancuran, teror, dan penyiksaan; dan mereka senang dalam hidup
untuk menghancurkan kehidupan. Mereka adalah pendukung kuat dari hukum
dan ketertiban; senang berbicara tentang penyakit, kematian, dan
7Ibid 50
pengerusakan. Gaya hidup orang necrophilous berkisar kematian, kehancuran,
dan teror.
Kedua, Narsisme. Yaitu mementingkan kepentingan di dalam tubuh
mereka sendiri. Sesuatu milik orang narsis sangat dihargai dan semuanya milik
lain mendevaluasi.Individu narsis sangat sibuk dengan dirinya sendiri dan
mengabaikan kepentingan dan kebutuhan orang lain. Orang narsis memiliki
anggapan bahwa mereka memiliki keunggulan atas orang lain. keunggulan
yang mereka miliki baik penampilan, fisik, kekayaan yang begitu indah,
bergantung pada citra diri mereka dan bukan pada prestasi mereka. Ketika
keunggulan mereka dikritik oleh orang lain, mereka bereaksi dengan marah
dan tidak segan untuk berbuat anarkis. Namun jika mereka tidak mampu
meluapkannya mereka menjadi depresi dan meras tidak berharga.
Ketiga, Simbiosis inses. Orientasi patologis ketiga adalah simbiosis incest,
atau ketergantungan ekstrim pada ibu. Simbiosis incest adalah bentuk berlebihan
terhadap peran ibu yang dianggap lebih baik dan segala-galanya. Pria dengan
ketergantungan terhadap ibu membutuhkan seorang wanita untuk merawat
mereka, menyayangi mereka, dan mengagumi mereka; mereka merasa agak cemas
dan tertekan ketika kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Simbiosis incest berasal
dari masa bayi sebagai keterkaitan alami dengan keibuan. Masyarakat yang
tinggal dalam hubungan simbiosis incest merasa sangat cemas dan takut jika
hubungan itu terancam. Mereka percaya bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa
pengganti ibu mereka.8
E. Perkembangan Kepribadian Menurut Erich Fromm
Erick Fromm berpendapat bahwa kepribadian adalah produk kebudayaan.
Kesehatan jiwa adalah bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan
8Ibid, 99
kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan sebaliknya. Faktor kuncinya
adalah bagaimana masyarakat memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Dikatakan oleh Erich Fromm, bukan menurut kodratnya manusia muncul
sebagai akibat evolusi dari binatang. Hakikat eksistensi manusia adalah kenyataan
bahwa ia muncul dari kerajaan binatang, dari adaptasi naluri, bahwa ia telah
mengatasi alam, meskipun ia tidak pernah meninggalkannya. Akan tetapi, ada
perbedaan antara manusia dan binatang. Ini terletak pada kemampuan manusia
akan kesadaran diri,pikiran,dan daya khayalnya.
Sadar akan dirinya berarti sadar akan kesepian dan keterasingan (alienasi)
dan ketidakberdayaannya di hadapan alam masyarakat. Kebutuhan manusia yang
paling dalam adalah mengatasi keterasingannya dan bagaimana mencari
kesatuan,mengatasi hidup baik secara individual maupun menemukan
kebersatuan.
Suatu masyarakat dikatakan sehat bila membiarkan anggotanya
mengembangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif dan kreatif,
mempertajam dan memperluas tenaga dan pikiran objektifitasnya. sebaliknya
masyarakat tidak sehat bila menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidak
percayaan dalam anggotanya. Erich Fromm yakin bahwa manusia memiliki suatu
perjuangan yang melekat pada dirinya sendiri untuk kesatuan dan kesejahteraan
emosional, suatu kecenderungan bawaan hidup produktif untuk keharmonisan dan
cinta.9
Dalam pandangan Erich Fromm, individu akan mencapai hakikat
manusiawi seutuhnya di dalam lingkungan masyarakat yang memberi ruang bagi
individu untuk mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya
sebagai subjek dari potensinya, bukan dengan bertindak sesuai
9
http://indahoktavianti.ngeblogs.com/2009/11/01/kepribadian-sehat-menurut-erich-fromm/
diakses tanggal 2 Desember 2013
konformitas.10
Dalam masyarakat tersebut orang-orang bergaul dengan cinta, yang
berakar dalam hubungan persaudaraan dan solidaritas.Erich Fromm mengusulkan
suatu nama untuk masyarakat yang sempurna tersebut, yaitu Sosialisme
Komunitarian Humanistik.11
F. Relevansi Penerapannya dalam Pendidikan
Menurut fromm Pendidikan adalah sarana untuk memanusiakan manusia
yang kemudian disebut dengan aliran humanistik.12
Menurutnya proses belajar
harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Sehingga
nantinya dalam melaksanakan pendidikan, praktik pembelajaran yang dilakukan
harus berorientasi pada kepentingan peserta didik. Pendekatan humanistik dalam
pendidikan menekankan pada ranah kognitf, afektif, dan psikomotorik pada diri
peserta didik. Dalam proses belajar mereka diakui, diterima, dan dimanusiakan.13
Pendidikan merupakan salah satu upaya pembentukan kepribadian.
Pendidikan dalam pandangan Erich Fromm cenderung kepada pendidikan
pembentukan karakter pribadi yang produktif pada anak.
Menurut Fromm pribadi yang produktif adalah pribadi yang dapat menggunakan
secara penuh potensi dirinya untuk memenuhi kebutuhan jiwanya.Erich Fromm
memandang manusia pada hakekatnya baik. Lingkungan Kebudayaan dan
10
Konformitasberarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan
norma dan nilai masyarakat. Lihat SoerjonoSoekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000), 34 11
Nur Iman Subono,Erich Fromm: Psikologi Sosial Materialis yang Humanis. (Jakarta:
Kepik Ungu, 2010), 15 12
Aliran humanistik berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi
yang baik, minimal lebih banyak dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-
kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan
abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas
dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang
otoritas atas kehidupannya sendiri. Asumsi ini menunjukan bahwa manusia makhluk yang sadar
dan mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hampir segalanya. 13
Paulo Fraire, Ivan Illich, Erich Fromm, Pendekatan Humanisme dan Pendidikan
pembebasan, penerjemah: Omi Intan Naomi, (Yogyakarta: Pustaka pelajar,1994), 434
perubahan sosial serta faktor hereditas berpengaruh terhadap kepribadian.
Kalbu/insting sebagai struktur tertinggi yang mampu mengendalikan semua
sistem kepribadian. Tujuan pendidikan menurut Erich Fromm adalah
Menciptakan komunitas masyarakat sehat.
Pendidikan adalah usaha sistematis dengan penuh kasih untuk membangun
peradaban bangsa. Pendidikan yang sehat adalah pendidikan yang secara sadar
membantu anak didik bisa merasakan, menghayati, dan menghargai jenjang
makna hidup dari yang bersifat fisikal sampai yang moral, estetikal, dan spiritual.
Pendidikan yang hanya mengejar sukses materi, tetapi tidak disertai dengan
pemaknaan hidup yang dalam akan mengakibatkan orang menitipkan harga
dirinya pada jabatan, kekuasaan dan materi yang menempel, dan potensial
membunuh nalar sehat dan nurani. Seseorang merasa dirinya hebat dan berharga
bukan karena kualitas pribadinya, tetapi jabatan dan kekayaan, meski diraih
dengan cara tidak terhormat dan melanggar aturan. Pribadi semacam ini oleh
Erich Fromm disebut having oriented, bukan being oriented, pribadi yang obsesif
untuk selalu mengejar harta dan status, tetapi tidak peduli pada pengembangan
kualitas moral.14
. Pendidikan seperti ini oleh Erich Fromm disebutkan sebagai
penyebab terjadinya „ nekrofili‟.15
Erich fromm berpendapat bahwa pendidikan perlu sekiranya
mengedapankan nilai-nilai kemanusaiaan dalam proses transformasi pendidikan
(Humanism Education). Proses menjadikan manusia berfikir kritis merupakan
keharusan untuk mengungkap sebuah kebenaran tentang segala sesuatu yang ada
di alam ini.Pesrta didik harus diberi kebebasan dalam mengembangkan
14
Jalaludin, Membangun SDM Bangsa, Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol. 13 No. 2
Oktober 2012 Universitas Pendidikan Indonesia, 5 15
Istilah ini berasal dari ahli psikoanalisa kontemporer Erich Fromm. “Nekrofili” adalah
rasa kecintaan pada segala yang tidak memiliki jiwa kehidupan. “Biofili” sebaliknya adalah
kecintaan pada segala yang memiliki jiwa kehidupan, yang maknawiah (Lihat Erich Fromm, The
Heart of Man, Routledge & Keegan, New York, 1996).
potensinya. Menurut Erich Fromm jika kecenderungan untuk tumbuh dan
berkembang dihalangi, energi yang terhalang itu mengalami proses perubahan dan
beralih menjadi energi yang bersifat merusah (destruktif). Sifat merusak
merupakan akibat dari tidak dihidupinya kehidupan. Jadi, kondisi-kondisi
individual dan sosial yang mengahalangi energi yang memajukan hidup itulah
yang menghasilkan sifat perusakan yang pada gilirannya merupakan sumber yang
daripadanya memancar berbagai bentuk kekerasan.16
Erich Fromm sendiri menyarankan cinta sebagai solusi permasalahan
eksistensi manusia. Karena dalam cintamewujudkan kebebasan untuk menjadi diri
sendiri, untuk mencintai sesama, dan alam. Sehingga, manusia tidakterjebak
dalam kecenderungan eksploitatif; pragmatis, dan konformis, yang mengarah
padamengkomoditikan pribadi atau alam. Cinta bagi Erich Fromm adalah
'melebur' dan membuat sesuatu yang hiduptumbuh dalam pribadi manusia. Hal ini
terwujud dalam aktivitas memberi (giving). Sebab memberi adalahekspresi
tertinggi manusia untuk mengeluarkan segala potensi kemanusiaannya demi
penemuan 'rahasia'manusia melalui sikap care, respect, responsibility, dan
knowledge. Keempat elemen tersebut akan terwujuddalam ekspresi tertinggi
manusia yaitu memberi, termasuk memberi kebebasan. Kebebasan
palingeksistensial yang dimaksud Erich Fromm yaitu 'kebebasan' yang
berlandaskan cinta.
Erich Fromm juga berpendapat bahwa pembetukan kepribadian tergantung
dari dua faktor lingkungan, yakni asimilasi dan sosialiasi. Asimilasi menyangkut
hubungan manusia dengan lingkungan bendawi, sedangkan sosialisasi
menyangkut hubungan dengan lingkungan manusiawi. Kedua faktor ini ikut
berpengaruh dalam pembentukan watak atau karakter sebagai bagian dari unsur
16
Erich Fromm, Akar Kekerasan Analisis sosio-Psikologis atas watak Manusia terj; Imam
Muttaqin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000)
kepribadian. Watak atau karakter adalah ungsur kepribadian yang terbentuk oleh
pengaruh luar (lingkungan). Berbeda dengan temparamen sebagai unsur
kepribadian yang diperoleh dari bawaan. Oleh karena itu, untuk membentuk
kepribadian kedua faktor lingkungan tersebut harus sinkron.
Pembentukan kepribadian dimulai dari penanaman sistem nilai pada diri
anak. Sistem nilai realitas yang abstrak yang dirasakan dalam diri sebagai
pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitanya,
nilai terlihat dalam pola bertingkah laku, pola pikir, dan sikap-sikap seseorang
pribadi atau kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sistem nilai merupakan unsur
kepribadian yang tercermin dalam sikap dan prilaku, yang diyakini sebagai
sesuatu yang benar dan perlu dipertahankan.
Dengan demikian, pembentukan kepribadian anak harus dimulai dari
pembentukan sitem nilaidalam diri anak. Adapun pembentukan system nilai ini
tergantungdari perlakuan yang diberikan oleh orang tua dan kesediaan lingkungan
yang mendukung.
G. Karakteristik Pemikiran Erich From
Dari pokokok-pokok pemikirannya di atas dapat dikatakan bahwa Erich
Frommadalah seorang filsuf humanis yang beraliran eksistensialisme karena
menitikberatkan pada eksistensi manusia dalam kehidupan. Adapun corak
pemikiran Erich Fromm adalah politic-social. Hal ini disebabkan karena
pemikirannya berawal dari kegelisan Erich Fromm terhadap situasi politik dan
merupakan kritik budaya masyarakat saat itu yang menjdi korban FasismeNazi.
Daftar Pustaka
a Glossary of Psychoanalytic Terms and Concepts, 1968.
Fromm, Erich. 1965, The Sane Society, Fawcet Premier, New York.
Fromm, Erich. 2000. Akar Kekerasan Analisis sosio-Psikologis atas watak
Manusia,terj; Imam Muttaqin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,)
Fromm, Erich.1996. The Heart of Man, Routledge & Keegan, New York)
http://indahoktavianti.ngeblogs.com/2009/11/01/kepribadian-sehat-menurut-erich-
fromm/ diakses tanggal 2 Desember 2013
http://ranah-berbagi.blogspot.com/2010/08/teori-kepribadian-erich-fromm.html
diakses tanggal 2 Desember 2013
Jalaludin, Membangun SDM Bangsa, Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol. 13 No. 2
Oktober 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Subono, Nur Iman. 2010. Erich Fromm: Psikologi Sosial Materialis yang
Humanis. (Jakarta: Kepik Ungu)
Fraire, Paulo. Ivan Illich, 1994. Erich Fromm, Pendekatan Humanisme dan
PendidikanPembebasan, penerjemah: Omi Intan Naomi, (Yogyakarta:
Pustaka pelajar)
Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada)
Masyarakat
Kebutuhan Manusia
(1) Kebutuhanketerhubungan dan narsisme, (2) Transendensi : kekreatifan dankehancuran,
(3) Keterikatan persaudaraan dan incest,
(4) Rasaidentitas: individualitas dan kecocokan kelompok,
(5) Kebutuhankerangka orientasi: rasional dan irrasional.
Ganggunan Kepribadian
Nekrofilia
Narsisme
Simbiosis inses
CINTA KEBEBASAN
Mencegah