DAKWAH PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: TELAAH PEMIKIRAN QASIM AMIN …
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH RAHMAH EL YUNUSIYAH
Transcript of PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH RAHMAH EL YUNUSIYAH
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
RAHMAH EL YUNUSIYAH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
oleh
Fennazhra NIM: 107051002537
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432H / 2011M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh sarjana (strata 1/S1) di Universitas
Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti secara hukum bahwa karya ini bukan karya
asli saya atau merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Mei 2011
Fennazhra
i
ABSTRAK
Fennazhra Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah
Rahmah El Yunusiyah adalah pendiri sekolah khusus puteri Perguruan Diniyah Puteri di Padang Panjang pada 1 November 1923. Beliau hadir ke tengah masyarakat melalui kegiatan dakwah dengan merespon kondisi masyarakat yang dihadapinya melalui sarana pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan pada masa itu. Melalui lembaga pendidikan berbasis agama sangat menarik perhatian, oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk menelitinya dalam skripsi ini.
Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana pemikiran dan aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif menggunakan metode historis dan teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi. Tenik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interpretatif.
Pemikiran dakwah menurut Rahmah El Yunusiyah ialah berdakwah bukan hanya sekedar dari mimbar ke mimbar tetapi dengan mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-kader (wanita-wanita yang akan menjadi calon ibu) dan penerus generasi Islam (anak yang akan dilahirkannya). Maka dari itu Rahmah El Yunusiyah mendirikan sekolah khusus puteri berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, dan bangsanya. Metode dakwah yang dilakukan oleh Rahmah El Yunusiyah dengan Al-Hikmah, Al-Mauidzatul Hasanah, Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan. Media dakwahnya dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan khusus puteri yaitu Pondok Pesantren Modern Khusus Puteri Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang. Guna mencetak kader-kader yaitu wanita-wanita berjiwa Islam yang tangguh yang mempunyai modal pendidikan yang layak seperti yang dicita-citakan Rahmah El Yunusiyah. Tujuan dakwahnya membentuk puteri-puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah tidak hanya dengan bentuk tertentu, dakwah itu harus meresap dalam seluruh bentuk kegiatan tetap dalam motovasi yang sama ibtidaa il mardhatillah semua itu karena Allah. Seperti mendirikan sekolah khusus puteri Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang, mendirikan Sekolah Manyasa untuk para wanita yang sudah berumah tangga karena di waktu mudanya belum sempat bersekolah, mendirikan Khuttub Khannah (taman bacaan) untuk masyarakat. Mendirikan Perserikatan Guru-Guru Poetri Islam di Bukittinggi, ikut dalam pergerakan Permi (Persatuan Muslimin Indosesia).
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skirpsi ini. Berkat pertolongan serta nikmat Allah,
penulis mampu melalui rintangan dan cobaan saat mengerjakan skripsi ini.
Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada yang tercinta
baginda, penyeru jalan kebenaran Rasulullah SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya karena berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan indahnya
iman dan Islam sampai sekarang ini.
Waktu terus berjalan, seiring itu ada sebuah aktivitas yang penuh dan
semangat dalam diri, semoga hasil yang dicapai menjadi buah manfaat bagi yang
membaca skripsi ini.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selesainya
penulisan skripsi yang berjudul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El
Yunusiyah”. Dalam skripsi ini penulis ingin menyampaikan bahwa ada seorang
tokoh wanita yang lebih dalam perjungannya dalam mencerdaskan anak bangsa
dan generasi penerus anak bangsa.
Proses penulisan skripsi ini tidaklah semudah yang dibayangkan penulis
sebelumnya, tetapi hal itu dapat diatasi berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
2. Bapak Drs. Mahmud Djalal,MA., selaku Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum sekaligus Pembimbing dalam penulisan skripsi ini,
iii
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Jumroni MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Ibu Umi Musyarofah MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah memberikan arahan pengembangan intelektualitas
penulis selama belajar di kelas, yang satu persatunya tidak sempat penulis
sebutkan namanya.
6. Seluruh staff di FDK dan pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah, terimakasih atas layanannya semoga pelayanannya
kepada mahasiswa menjadi amal ibadah dimata Allah.
7. Ayahanda H. Fuad El Hulum dan Ibunda Hj. Nurhasni atas seluruh
pengorbanan, dorongan semangat serta kepercayaannya, penulis ucapkan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat dan keberkahan-Nya, dan hanya Allah SWT yang
mampu membalas jasa besar ayahanda dan ibunda.
8. Pimpinan, Guru, Staff, dan Kakak Senior Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang serta Pak Fauzan yang telah bersedia meluangkan
waktunya.
9. Tuoku (kakek) tercinta Drs.H. Muchtar Salhy atas doa dan penjagaannya.
Uda Nofal Syam.S.kom, Uni Nofita.SE, serta sepupu-sepupu semua yang
sudah bersedia mendengarkan segala keluh kesah penulis.
10. Kawan-kawan Melisa Rezi dan Ria Adrian dan yang lain di Padang
Panjang dan Mardhatillah di Jakarta yang telah bersedia menjadi sahabat,
tempat bertukar fikiran dan pengalaman serta berkeluh kesah. Susah
senang telah kita lalui bersama.
11. Teman-teman kelas KPI C angkatan 2007 yang selama lebih kurang empat
tahun bersama mengalami susah, senang, emosi dan marah bersama,
Melia, Leha, Suci, Iin, Farah, Hani, Zizi, Arin, Irna, Ayu, Fitri, Lini, Dara,
iv
Eva, Enah, Hikmah, Hasan, Ucup, Bom-Bom, Ega, Ubay, Sofyan, Rif’at,
Oi, Reza, Angga, Arip, dan Ari.
12. Teman-teman di organisasi KMM Ciputat dan Fosma 165 UIN Jakarta.
13. Teman-teman KKS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 di
Kanagarian Sungai Batang, Maninjau, Sumatra Barat, Bang Ferli, Yana,
Ishag, Puput, Yudi, Nadra, Ahda, Helda, Bedul, Dewi, Wandi, Hamim,
Ridwan, dan Rizki.
Penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian
yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah swt disertai limpahan rahmat, hidayah serta berkah-Nya amin ya
rabbal alamin.
Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat menambah referensi
atau khasanah keilmuan dan pengetahuan tentang salah satu tokoh da’iah di
Indonesia yang berasal dari Padang Panjang, Sumatera Barat.
Jakarta, 19 Jumadil Akhir 1432H
23 Mei 2011 M
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................5
E. Metodologi Penelitian ...............................................................6
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................9
G. Sistematika Penulisan ..............................................................10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Dakwah ...................................................................................11
1. Pengertian Dakwah ...........................................................11
2. Unsur-Unsur Dakwah .......................................................15
3. Tujuan Dakwah ................................................................28
B. Pemikiran Dakwah ..................................................................30
1. Pengertian Pemikiran Dakwah .........................................30
2. Sumber Pemikiran Dakwah ..............................................32
C. Aktivitas Dakwah ....................................................................34
1. Pengertian Aktivitas Dakwah ...........................................34
2. Bentuk-Bentuk Aktifitas Dakwah ....................................35
BAB III PROFIL RAHMAH EL YUNUSIYAH
A. Riwayat Hidup Rahmah El Yunusiyah ...................................38
1. Masa kanak-kanak Rahmah El Yunusiyah .......................39
2. Kepribadian Rahmah El Yunusiyah ..................................40
3. Sifat Rahmah yang pengasih dan panyayang ....................41
B. Pendidikan Rahmah El Yunusiyah ..........................................45
vi
C. Kiprah Rahmah El Yunusiyah di Bidang Pergerakan Sosial,
Keagamaan, dan Politik ..........................................................49
D. Cita-cita, Dasar, Tujuan dan Sistem Pendidikan Rahmah El
Yunusiyah dengan Diniyyah Puterinya ...................................52
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
RAHMAH EL YUNUSIYAH
A. Identifikasi Informan ...............................................................59
B. Pemikiran Dakwah Rahmah El Yunusiyah .............................61
C. Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah ..............................75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................86
B. Saran - Saran ............................................................................88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk
menyiarkan Islam pada seluruh manusia sebagai rahmatan lil a’alamin. Dakwah
merupakan aktivitas yang begitu lekat dengan kehidupan kaum muslimin. Begitu
dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat didalamnya.
Dakwah juga merupakan kewajiban bagi seluruh manusia yaitu mengajak ke jalan
yang ma’ruf dan mencegah segala kemungkaran. Sebab hakikat dakwah adalah
membina umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan Dunia
dan Akhirat. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
Artinya :“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S.Ali Imran:110)
Dari dakwah itu sendiri meskipun tidak ada yang baku didalamnya akan tetapi
ini tidak akan menghilangkan makna dan tujuan yang pokok dakwah yaitu
mengajak kepada sesuatu yang lebih baik. Artinya setiap muslimin bertugas dan
2
berkewajiban menjadi pengajak, penyeru atau pemanggil kepada umat untuk
melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Mengajak kepada kebaikan dan
meningalkan kemungkaran.
Upaya untuk mensyiarkan dan mengembangkan agama Islam adalah
merupakan amanah dan tugas yang mulia. Sebab hal ini pada dasarnya sebagai
realisasi dari kandungan Al-Qur`an dan Hadits, dengan menyiarkan dan
mengembangkan dakwah tidak cukup hanya dengan kelengkapan konsep saja,
tetapi dengan menggunakan metode yang bisa diterima oleh mad’unya.
Banyak metode-metode dakwah yang digunakan para da’i untuk mengajak
umat manusia khususnya muslimin dan muslimat menuju jalan keridhoan Allah
SWT. Salah satu cara dalam dakwah adalah dengan mendirikan sebuah lembaga
pendidikan. Dimana dapat mencetak kader-kader yang sesuai dengan tujuan
didirikannya lembaga pendidikan itu sendiri.
Tujuan didirikannya lembaga pendidikan itu tak lepas dari pemikiran yang
dibawa oleh pendirinya. Pemikiran akan berkembang dalam masyarakat bila
didukung oleh beberapa faktor : Pertama, ketokohan orang yang membawa ide;
kedua, kekuatan ide yang dikembangkan bersifat rasional dan argumentative;
ketiga, momentum sejarah yang memberi peluang bagi berkembangnya ide
tersebut, atau dengan kata lain ide tersebut sesuai dengan kebutuhan zaman;
keempat, literatur yang memuat ide–ide yang dipasarkan secara meluas; kelima,
para pengikut atau murid si pembawa ide yang banyak berguru dengannya, yang
secara langsung atau tidak langsung turut mengembangkan ide tersebut; keenam,
ide yang dimunculkan bersifat baru dan aktual sehingga menarik untuk dijadikan
bahan kajian; ketujuh, berkembangnya sebuah ide tidak lepas dari forum-forum
3
ilmiah seperti forum-forum seminar, kajian-kajian, dan studi ilmiah lainnya. Juga
yang paling berpengaruh pada abad informasi sekarang ini adanya media
publikasi dan media massa yang turut memperluas jaringan transformasi ide.1
Rahmah El Yunusiyah merupakan salah seorang pelopor dan pendiri sekolah
khusus puteri pertama di Indonesia yang didirikannya pada 1 November 1923.
Awal mulanya berdiri sekolah ini adalah untuk mengangkat harkat dan martabat
perempuan dalam memperoleh pendidikan yang layak dan tak kalah dengan laki-
laki pada zaman itu. 2
Dalam pandangan Rahmah El Yunusiyah, perempuan mempunyai peran
penting dalam kehidupan. Perempuan adalah pendidik anak yang akan
mengendalikan jalur kehidupan mereka selanjutnya. Atas dasar itu, untuk
meningkatkan kualitas dan memperbaiki kedudukan perempuan diperlukan
pendidikan khusus kaum perempuan yang diajarkan oleh kaum perempuan
sendiri. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan kaum
perempuan, baik di bidang intelektual, kepribadian ataupun keterampilan.
Pembahasan tentang konsep Rahmah El Yunusiyah mengenai pembaharuan
pendidikan yang dirintisnya tidak lepas dari situasi pendidikan Islam di
Minangkabau pada masa itu yang masih tertutup dalam masalah perempuan, serta
pandangan umum masyarakat Minangkabau terhadap marginalisasi peran
perempuan. Dalam hal ini Rahmah El Yunusiyah melihat adanya ketidaksetaraan
perempuan dengan laki-laki yang disebabkan karena mereka tidak mendapatkan
kesempatan belajar yang sama.
1 Buya Masoed Abidin, “Madrasah, Pendidikan, Perempuan Minangkabau”, artikel dikses
pada 6 Desember 2010 dari http://ajisetiawan.blogspot.com/2006/03/sebagian-ulama-muslimah-indonesia.html
2ibid
4
Tampaknya pikiran Rahmah El Yunusiyah setengah abad yang lalu sejalan
dengan pendapat kaum wanita dewasa ini yaitu: “membangun masyarakat tanpa
mengikutsertakan kaum wanita adalah sebagai seekor burung yang ingin terbang
dengan satu sayap saja. Mendidik seorang wanita berarti mendidik seluruh
manusia ”.
Pada masa penjajahan Jepang populer dengan nama “Sekolah Diniyah Puteri”,
sedang pada masa sekarang dikenal dengan “Perguruan Diniyah Putri ” Padang
Panjang. Nama ini juga sekaligus sebagai perlambang pembaharuan pendidikan
agama Islam untuk wanita, sehingga semua pihak dan golongan masyarakat yang
ingin maju pendidikan anak gadisnya di sekolahkan ke Perguruan ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, sekolah ini menerapkan sistem pendidikan
modern yang mengintegrasikan pengajaran ilmu–ilmu agama dan ilmu–ilmu
umum secara klasikal, serta memberi pelajaran ketrampilan. Meskipun demikian,
ilmu–ilmu agama tetap menjadi pelajaran pokok dan merupakan kekhususan
sekolah ini.
Rahmah El Yunusiyah memadukan pendidikan yang diperoleh dari rumah
tangga, pendidikan yang diterima sekolah dan pendidikan yang diperoleh dari
masyarakat di dalam pendidikan asrama. Dengan sistem terpadu ini, teori ilmu
pengetahuan dan agama serta pengalaman yang dibawa oleh masing–masing
murid dipraktekkan dan disempurnakan dalam pendidikan asrama di bawah
asuhan guru–guru asrama.3
Dengan berbagai macam metode dakwah yang luas itu penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam lagi jalan dakwah yang dipilih oleh Rahmah El Yunusiyah,
3 Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri,Peringatan 55 tahun Diniyyah
Puteri Padang Panjang ,(Jakarta: CV Ghalia Indonesia,1978)h.102
5
dari kehidupan kebangsaan kita sekaligus menjadi objek skripsi yang berjudul;
“PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH RAHMAH EL YUNUSIYAH”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi penulisan skripsi ini pada bahasan pemikiran dakwah dan
aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah yang banyak menghasilkan bentuk
perubahan dalam kehidupan masyarakat minang khususnya.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan tersebut penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana pemikiran dakwah Rahmah El Yunusiyah ?
b. Bagaimana aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pemikiran dakwah Rahmah El Yunusiyah.
2. Mengetahui aktivitas dakwah Rahma El Yunusiyah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan akan membawa manfaat yang luas, baik secara
akademis maupun praktis.
6
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengetahuan tentang
dakwah Islamiyah khususnya bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi
pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para mubaligh
dalam mengembangkan dakwah Islam dan memotivasi para mubaligh
untuk lebih semangat dalam melakukan kegiatan dakwah di tengah
masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode histories adalah studi tentang masa lalu dengan menggunakan
kerangka berbagai tahap generalisasi untuk memaparkan, menafsirkan dan
menjelaskan data. Metode histories bertujuan merekonstruksi masa lalu secara
sistematis dan objektif dengan menggumpulkan, menilai memverivikasi dan
menyintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat
dipertahankan.4 Dengan metode historis, penulis mencoba menjawab masalah-
masalah yang dihadapinya.
Penulis mengambil sumber data dari hasil penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan adalah cara pengumpulan data dengan
berusaha mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan, dipakai, digunakan,
4 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999),
h. 21-23
7
dan diperhitungkan dalam penelitian. Sedangkan penelitian lapangan adalah
penelitian langsung ke lapangan yaitu dengan mendatangi secara langsung
sekolah yang didirikan oleh Rahmah El Yunusiyah.
Data diambil dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan
mengandalkan bacaan baik dari buku maupun tulisan yang mempunyai relevansi
dengan judul penelitian ini, dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
dan bukan dengan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap yang sudah diteliti. Dengan demikian,
laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran
penyajian laporan tersebut. Data-data mungkin dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, vidio tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen
resmi lainnya. Peneliti menganalisis data tersebut dan sejauh mungkin dalam
bentuk aslinya.5
Dalam pelaksanannya penulis melakukan wawancara mendalam tentang
Rahmah El Yunusiyah kepada keluarga dan orang yang pernah beriteraksi
langsung dengan beliau.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah tokoh Rahmah El Yunusiyah, sedangkan
objek penelitiannya adalah pemikiran dan aktivitas dakwah Rahmah El
Yunusiyah.
5 Dr.Lexy J. Moeleong,M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000)
8
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Diniyyah Putri jalan Abdul
Hamid Hakim No 30 Padang Panjang Sumatra Barat. Penelitian ini dilaksanakan
pada Maret 2011.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama
data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara
detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat
pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah
atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-
lain.6
b. Wawancara
Interview atau wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan juga.7
Pengumpulan data melalui wawancara secara mendalam dengan keluarga,
karib kerabat dan murid yang bertemu langsung dengan Rahmah El Yunusiyah.
Dan juga mengumpulkan berbagai informasi yang dapat menunjang data yang
diperlukan. Mereka adalah Prof. Dr. Fauzan.MA (Menantu Rahman El
Yunusiyah), Faridah Saleh (Keponakan Rahmah El Yunusiyah), Fauziah Fauzan
6 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group,2007), 7 S. Margono, Metodologi Research, jilid 1 (Yogyakarta: Gajah Mada Universit y, 1993),
h. 159
9
El M (Pimpinan Diniyyah Puteri dan cucu Rahmah El Yunusiah), Dahniar Ali
dan Nurjannah Ali (murid yang bertemu langsung dengan Rahmah El
Yunusiyah).
c. Observasi
Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pencatatan secara
sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Pengamatan
dilakukan secara langsung di lapangan untuk memperoleh data berkenaan
denga fokus penelitian. Penulis melakukan observasi di Pesantren Modern
Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang selama satu bulan penuh (Maret
2011).
5. Teknik Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis. Metode yang penulis pakai
dalam menganalisis data adalah menggunakan metode analisis deskriptif
interpretatif, maksudnya adalah melaporkan data dengan cara menerangkan,
memberi gambaran dan mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya dan
kemudian data tersebut disimpulkan.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis berpedoman kepada
“Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh
CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Tinjauan Pustaka ( Penelitian Terdahulu )
Peneliti juga mengadakan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan di
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas
8 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h.83
10
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Pondok Pesantren Modren
Dinyyah Puteri Padang Panjang serta Perpustakaan Utama IAIN Imam Bonjol
Padang. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah ada judul atau tema yang
sama dengan skripsi ini. Setelah dilakukan penelitian, tidak terdapat judul atau
tema yang sama dengan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan uraian di atas, dalam menulis penelitian ini penulis menyusunnya
secara sistematis. Agar penjabaran (deskripsi) penelitian ilmiah ini mudah
dipahami, penulis membaginya kedalam beberapa bab dan sub bab, diantaranya:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, terdiri dari konsep dakwah, pemikian dakwah, dan
aktivitas dakwah.
BAB III Profil Rahmah El Yunusiyah meliputi : riwayat hidup, latar belakang
pendidikan, kiprah Rahmah El Yunusiyah di Bidang Politik, Sosial dan
Keagamaan, dan Cita-cita, Dasar, Tujuan dan Sistem Pendidikan
Rahmah El Yunusiyah dengan Diniyyah Puterinya .
BAB IV Analisis Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah,
bagian ini terdiri dari, pemikiran dakwah menurut Rahmah El
Yunusiyah, aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah.
BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan, saran serta diakhiri oleh daftar pustaka
dan lampiran-lampiran.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “dakwah” berarti : panggilan, seruan atau ajakan.
Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar. Sadang bentuk kata
kerja atau fi’ilnya adalah yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak, دعى–
دعوة - و یدع . Sedangkan orang yang berdakwah biasa disebut dai’i ( داعى ).1 Dan
orang yang menerima dakwah disebut mad’u ( مدعو ).2
Menurut Sayyid Quthub yang dikutip oleh A. Ilyas Ismail, Kata dakwah
berasal dari bahasa arab da’wah, merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’a
(madhi), yad’u (mudhari’), yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Kata
dakwah juga berarti doa (ad-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah Swt
atau seruan ( al-nid‘a).3
Menurut Amirullah Ahmad juga mengatakan kata dakwah berasal dari
kata kerja da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung makna mengajak,
menyeru, memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan, pangggilan.4 Orang
yang melakukan kegiatan dakwah disebut da’i. Dakwah merupakan proses untuk
mendorong orang lain agar memahami dan mengamalkan keyakinan tertentu.
1 Ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 406
2 Ibid., h. 407 3 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, cet.ke-2, (Jakarta: Penamadani, 2008), h.144. 4 Amirullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu; Sebuah Kajian Epistimologi dan
Struktur Keilmuan Dakwah, (Medan: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan, vol.I, No.1,199), h.5
12
Dalam Al-Qur`an kata dakwah digunakan untuk merujuk pada berbagai
aktivitas, antara lain5:
a. Proses untuk mengajak manusia kepada Al-Khoir (Al-Islam)
Terdapat dalam surat Ali Imran ayat 104:
Artinya:“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S.Ali Imran:104)
b. Usaha untuk mengajak manusia kepada jalan Allah
Terdapat dalam surat An Nahl ayat 125:
Artinya:“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An-Nahl:125)
c. Usaha untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan (sistem batil) kepada
cahaya (sistem Islam)
Terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 257
5 Tim Penyusun, Pengantar Dakwah Dan Tarbiyah,(Bogor : Yayasan Tadzjirah, 2002)
13
Artinya: “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S. Al-Baqarah: 257)
d. Menyeru kepada manusia untuk masuk kedalam darul Islam di Dunia dan
darul salam (Surga) di Akhirat.
Terdapat dalam Surat Yunus ayat:25:
Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus”. (Q.S. Yunus:25)
Ditinjau dari segi istilah menurut Sayyid Quthub sebagaimana yang dikutip
A. Ilyas Ismail, mendevinsikan dakwah sebagai usaha orang beriman untuk
mewujudkan sistem ajaran Islam dalam realitas kehidupan atau usaha orang
beriman untuk mengkokohkan sistem Allah dalam kehidupan manusia, baik pada
tataran individu, keluarga, masyarakat, dan umat demi kebahagian Dunia dan
Akhirat.6
Sedangkan Quraish Shihab mengatakan dakwah adalah seruan ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik
6 Ailyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h. 147
14
(dari awalnya berperilaku buruk sampai kepada arah keadaan yang lebih baik) dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat, dan dakwah seharusnya
berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek kehidupan.7
Prof. Toha Yahya Oemar MA., Dekan Fakultas Usuluddin IAIN dalam
bukunya Ilmu Dakwah mengemukakan pengertian tentang dakwah dari dua segi:
1. Pengertian dakwah secara umum:
Ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara tuntunan-tuntunan,
bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu idiologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu.
2. Pengertian dakwah menurut ajaran agama Islam
Ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
di Dunia dan Akhirat.8
Dakwah adalah merupakan suatu proses penyelenggaraan suatu usaha atau
aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan dengan sengaja, berdasarkan Al-
Qur`an dan As-Sunnah. Usah yang diselenggarakannya itu berupa:
a. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk
agama Islam serta menjalankan segala perintahnya.
7 Qiraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan 1998), Cet. Ke-17, h. 194. 8 A. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya :
Usaha Nasional, 1982), cet. Ke-1, h. 34
15
b. Amar ma’ruf, mencegah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Proses
penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu,
yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi-Nya.9
Dari sejumlah pengertian di atas, dapat dipahami bahwa dakwah artinya,
mengajak, mengimbau dan memerintahkan. Dengan demikian maka makna
dakwah secara syari’at adalah seruan atau himbauan untuk menjalankan perintah
Allah, baik ucapan maupun perbuatan dan meninggalkan apa yang dilarang oleh
Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Dakwah sebagai sebuah kajian dan gerakan, tentu saja terdiri dari
sejumlah unsur yang membentuk menjadi sebuah tatanan atau sistem. Unsur-
unsur dimaksud yaitu: da’i (subjek dakwah), mad’u (objek dakwah), materi
dakwah, metode dakwah, dan media dakwah. Sejalan dengan rumusan proses
komunikasi sederhana dimana ada komunikator, komunikan, pesan, dan media.
Unsur-unsur dakwah akan dijelaskan satu per satu.
a. Da’i
Secara etimologi da’i adalah orang yang menyeru, mengajak,
mengundang (berdakwah) mad’u (objek dakwah) ke dalam apa yang
disampaikan oleh da’i tersebut. Secara terminologi da’i adalah orang yang
telah melakukan kesaksian (syahadatain) dengan Allah dan nyatalah
stastusnya sebagai muslimin, dengan melakukan aktivitas dakwah untuk
mengajak manusia kepada Islam dan mengingkari thoghut.
9 Ibid, h. 34-35
16
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok atau
berbentuk lembaga atau organisasi.
Nasarudin Lathief mendevinisikan bahwa da’i adalah muslim dan
muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok. Ahli
dakwah adalah wa’ad, muballigh mustama’in (guru penerang) yang
menyeru, mengajak, memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam.10
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah
SWT, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah
untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia, juga
metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan
perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.11 Sebagaimana
ditegasakan dalam Al-Qur`an surat Ali Imran ayat 110 :
Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S. Ali Imran:110)
10 Nasaridin Lathif, Teori dan Praktek dakwah Islamiah, (Jakarta: PT. Firma Dara, tt), h.11 11 Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardawi: Harmoni Antara Kelembutan
dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h.18
17
Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha merubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah
SWT, baik secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai
pemberi informasi dan pembawa misi.12
Da’i adalah seseorang yang harus paham benar tentang kondisi
masyarakat dari berbagai segi mulai dari psikologi, sosial, kultur, etnis,
ekonomi, politik, makhluk Tuhan ahsani taqwim.13 M. Ghozali juga
menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah
yaitu pengetahuan, mendalam tentang Islam dan juru dakwah harus
memiliki jiwa kebenaran (ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan,
kesadaran dan kemajuan). 14
b. Mad’u
Mad’u yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah atau manusia yang
menjadi penerima dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok. Baik
manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia
secara keseluruhan. Mad’u juga diartikan sebagai orang yang menerima
pesan dari da’i. Ini biasanya kita kenal dengan sebutan objek dakwah
(mad’u) yang diajak. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur`an
surat Saba ayat 28:
12 M. Hafi Anshary, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1993),
Cet. Ke-1, h.179. 13 M.Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : Wijaya, 1982), cet. Ke-1, h.106-
107. 14 A. Hasyim, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur`An. (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.167
18
Artinya:“Katakanlah: “Perlihatkanlah kepadaku sembah-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu-Nya, sekali-kali tidak mungkin! sebenarnya Dia-lah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S.Saba:28)
Secara umum Al-Qur`an menjelaskan ada tiga tipe mad’u yaitu mukmin,
kafir dan munafik. Dari ketiga klasifikasi tersebut ini, mad’u kemudian
dikelompokkan lagi dalam berbagai macam pengelompokkan, misalnya,
orang mukmin dibagi menjadi tiga yaitu: dzalim linafsih, muqstashid ( orang
yang sederhana) Dan sabiqun bilkhairat (berlomba dalam kebaikan). Kafir
bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. Mad’u atau mitra dakwah
terdiri dari bebagai macam golongan manusia. Oleh karena itu,
menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri
dari aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya.15
Di dalam melaksanakan aktivitas dakwah baik amamah (berjamaah)
atau fardhiyah (individu) harus dapat memasuki tiap elemen kehidupan,
tidak terpaku pada suatu tempat atau masyarakat tertentu saja.
Menurut Muhammah Fathan Al-Haq, secara garis besar objek dakwah
terbagi menjadi tiga. Pertama, keluarga. Seruan pertama kali dan sudah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam menjalankan amanahnya yakni
berdakwah, dimana yang didahulukan adalah keluarga atau kaum kerabat
yang terdekat (aqrabin). Hal ini merupakan salah satu upaya untuk
membangun tatanan masyarakat Islam yang lebih kokoh dan mendasar.
Serta untuk memberikan suri teladan di masyarakat. Selain itu juga sebagai
langkah antisipasi terhadap penolakan yang terjadi. Dikarenakan sejahat-
jahatnya keluarga tidak akan mengancam hilangnya nyawa.
15 Mustafa Mulaikah, Manhaj Yusuf Al-Qardawi: Harmoni Antara Kelembutan Dan Ketegasan, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,1997),h.23
19
Kedua, kawan atau teman. Teman merupakan cadangan dijadikan mad’u
yang potensial, dikarenakan hubungan pertemanan atau persahabatan
dibangun atas dasar rasa saling percaya dan saling membutuhkan bantuan.
Hingga hubungan pertemanan adalah hubungan yang sudah terikat secara
psikologis serta kebutuhan setiap manusia dalam berinteraksi dengan
masyarakat yang lebih luas.
Ketiga, masyarakat. Masyarakat merupakan objek dakwah yang paling
potensial karena merupakan komunitas terbesar dari kokohnya sebuah
sistem pemerintahan. Masyarakat juga merupakan objek dakwah yang
menantang, karena lebih beragam dan plural baik dari segi agama, suku
bangsa, hingga negara.
c. Materi Dakwah
Materi dakwah yang paling utama adalah bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadits. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung pada tujuan
dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu kelompok
masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang berbeda.
Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk pemuda,
mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu
heterogen, artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah
sejenisnya.16
Pada dasarnya materi dakwah Islam dapat diklasifikasikan menurut
tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global materi dakwah
dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:
16 M.Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, Cet. Ke-1,(Jakarta: Widjya, 1982), h.99
20
1. Masalah keimanan
2. Masalah keislaman (syari’ah)
3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah)17
Sedangkan menurut M. Munir dan Wahyu Illahi dalam bukunya
menegenai dakwah membagi materi dakwah menjadi empat bagian yaitu, :
akidah, syariah, mu’amalah dan akhlak.18
1) Masalah akidah (keimanan)
Aspek akidah ini membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu,
yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah
akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah yang
mempunyai ciri-ciri yang membedakanya dengan kepercayaan agama lain,
yaitu:
a. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Seorang muslim harus
selalu jelas identitasnya.
b. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa
Allah adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau
bangsa tertentu.
c. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal
perbuatan. Dalam ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari
iman yang dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan
kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju
pada kesejahteraan. Karena akidah memiliki keterlibatan soal-soal
kemasyarakatan.
17 Badan Pembina Rohani Pegawai DKI Jakarta, Akhlak,(Jakarta 1989), cet ke-3, h. 5-3 18 M. Munir dan Wahyu Illahi, Manageman Dakwah, (Jakarta,Prenada Media,2004), h. 24
21
2) Masalah syari`ah
Materi dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat
seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari
kehidupan umat Islam di berbagai penjuru Dunia, dan sekaligus
merupakan hal yang patut dibandingkan. Kelebihan dari materi syariah
umat Islam antara lain adalah ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain.
Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan
non-muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi
syariah ini, maka tatanan sistem Dunia akan teratur.
Syariah dan hukum bersifat konferhensif yang meliputi segenap
kehidupan manusia. Kelengkapan ini melahirkan konsepsi Islam tentang
kehidupan manusia yang diciptakan untuk memenuhi ketentuan yang
membentuk kehendak Ilahi. Materi dakwah yang menyajikan unsur
syariah harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang
jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib,
mubah (dibolehkan), mandup (dianjurkan), makruh (dianjurkan untuk
tidak dilakukan), dan haram (dilarang).
3) Masalah muamalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih
besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memerhatikan
aspek kehidupan sosial daripada aspek ritual. Islam adalah agama yang
menjadikan seluruh bumi masjid, tempat pengabdian kepada Allah.
22
4) Masalah akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, peragai, pembahasan akhlak
berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang
memepengaruhi perilaku manusia. Akhlak bagi Alfarabi adalah jalan
keutamaan-keutamaan yang dapat mennyampaikan manusia kepada tujuan
hidupnya yang tertinggi, yaitu kabahagiaan. Mempelajari akhlak berarti
mengetahaui kajahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha
mencapai tujuan tersebut.19
Dalam sumber lain disebutkan bahwa apabila kita melihat materi
dakwah akan mendapat susunan materi dakwah sebagai berikut :
1. Aqidah.
2. Akhlak.
3. Hukum.
4. Ukhuwah.
5. Pendidikan.
6. Sosial.
7. Kebudayaan.
8. Amar ma’ruf.
9. Nahi munkar.20
19 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta:PT. Ichtiar Baru Van
Hoove, 2002), h.190. 20 Barnawi Umari, Azas-Azas Dakwah, (Jakarta: Pendidikan Ramadani, 1996), h. 56.
23
d. Metode Dakwah
Metode dakwah mencakup seluruh aktivitas kehidupan, karena kaum
muslimin dengan kemampuan yang ada pada dirinya bisa menjadikan setiap
amal yang diperbuat dan setiap aktivitas yang dilaksanakan sebagai jalan
untuk berdakwah menunjukkan manusia ke jalan yang lurus.21
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang
da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang. Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yaitu:
1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objek mad’u.
Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut
sebagai frame of reference dan field of experience, yaitu situasi total
yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komnnikan (objek
dakwah).22
Beberapa ilmuan Islam memberi makna bi al hikmah sebagai
berikut:
a. Al-Maraghi memberi makna bi al hikamah dengan lebih luas,
yakni dengan wahyu Allah yang telah diberikan kepada manusia.23
b. M. Abduh berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia
dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga dalam arti ucapan
yang sedikit lafadzh akan tetapi banyak makna. Ataupun diartikan
meletakkan sesuatu pada tempatnya.
21 Sayid Muhammad Nuh, diterjemhakan oleh: Ashfa Afkarina, Dakwah Fardiyah:
Pendekatan Persolan Dalam Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000), h. 26 22 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah(Jakarta: Gaya Media Pratama,1987), h.37 23 Ahmad Mushtafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz 5, h.161
24
c. Al- Zamakhsari memberikan makna bi al hikmah sebagai
perkataan yang pasti benar, yakin dalil yang menjelaskan
kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran.
Kemudian ia juga mengartikan dengan Al-Qur`an yakni “serulah
mereka mengikuti kitab yang memuat al hikmah.”24
d. Wahbah Al Juhali memberikan makna bi al hikmah sebagai
perkataan yang jelas dengan dalil yang terang, yang dapat
mengantarkan pada kebenaran dan menyingkapi keraguan.25
Dakwah bi al hikmah yang berarti dakwah bijak, mempunyai
makna selalu memperhatikan suasana, situasi dan kondisi mad’u
(muqtadha al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan
dan realistis sebagaimana tantangan akan kebutuhan, dengan selalu
memperlihatkan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis
dan situasi sosial cultural mad’u.26
Perkataan Sayyid Quthub. Ia mengatakan bahwa untuk
mewujudkan metode dakwah bi al hikmah harus memperhatikan tiga
faktor:
a. Keadaan dan situsi orang yang didakwahi.
b. Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka
tidak merasakan keberatan dengan baban materi pada saat itu.
24 Asep Muhidin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur`an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan
Wawasan, (Bandung :CV. Pustaka Setia, 2002),h.163 25 Wahbah Al-Juhali, At-Tafsir Al Munir, Juz.13-14, h.267. 26 Asep Muhidin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur`An: Studi Kritis Atas Visi, Misi Dan
Wawasan, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2002),h.163
25
c. Metode panyampaian materi dakwah dengan membuat variasi
sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.27
2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,
peringatan, pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam
kehidupan agar mendapatkan keselamatan Dunia dan Akhirat.
Menurut Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa mauidhah al
hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di
mana dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau
argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat
membenarkan apa yang disampaikan oleh objek dakwah28
3. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan yaitu bertukar pendapat yang
dilakukan oleh kedua belah pihak secara sinergis.29
Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan
kondisi mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan,
ekonomi, dan adat istiadat agar tercapai keberhasilan dakwah.
e. Media Dakwah
Dilihat dari asal kata, media berasal dari kata latin yaitu median yang
artinya alat perantara, sedangkan istilah media berarti segala sesuatu yang
dapat dijadikan alat perantara untuk mencapai sesuatu tujuan.30
27 Sayyid Quthub, Fi Dzila Qal-Qur`An Jilid VII, Beirut, Ihya’ At-Turas Al-Arabi, tt 28 Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Nabi (Jakarta : Pustaka Firdaus, 19970, h. 121. 29 Munzier Saputra dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h.
11-20
26
Dalam kamus istlah komunikasi, adalah sarana yang digunakan oleh
komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada
komunikan apabila komunikan jauh tempatnya dan banyaknya atau
keduanya.31 Media juga berarti alat objektif yang menjadi saluran yang
menghubungkan antara ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan
merupakan urat nadi dalam kegiatan dakwah. Jika dilihat dari segi sifatnya,
media dakwah dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
1. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang
secara tradisional dipetaskan didepan umum terutama untuk hiburan
yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak
humor, dan lain-lain.
2. Media modern yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara
lain seperti; televisi, radio, majalah, surat kabar dan lain sebagainya.32
Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi
dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran islam
kepada umat, dakwah dapat digunakan bebagai wasilah. Hamzah Ya’kub
membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan,
lukisan, audiovisual, dan akhlak.
1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana uang menggunakan
lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, diskusi, dsb.
30 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
163. 31 Ghazali Syahdar bc,TT, Kamus Istilah Komunikasi,(Bandung: Djembatan,1992).h. 227. 32 Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan Dakwah,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.154.
27
2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalan, surat
kabar, surat-menyurat (korespondensi), spanduk dsb.
3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, baik gambar lukis
kanvas, karikatur, komik, dsb.
4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indera
pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film
slide, OHP, internet, dsb.
5. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengar oleh mad’u.
Menurut pakar dakwah media dakwah terbagi menjadi tiga bagian :
1. Dakwah bil lisan
Termasuk dalam kategori ini antara lain pidato khutbah, pengajian,
diskusi, ceramah, dialog. Rasulullah sudah melakukan dakwah bil lisan
secara tatap muka sejak awal.
2. Dakwah bil kitabah
Termasuk dalam kategori ini antara lain adalah melalui tulisan, buku-
buku, artikel, surat kabar cetak maupun audio visual.
3. Dakwah bil hal
Termasuk dakwah dalam kategori ini adalah berdakwah melalui
perbuatan. Mulai dari cara berpakaian, tutur kata, tingkah laku, sampai
pada bentuk kerja nyata. Seperti halnya mendirikan sekolah, rumah sakit,
tempat-tempat ibadah.33
33 Basrah Lubis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: CV. Tursina, 1993), Cet.Ke-1 h. 46
28
Menurut Anwar Mas’ari menyebutkan beberapa media dan sarana yang
diperukan oleh juru dakwah antara lain :
1. Mimbar dalam khitobah.
2. Qalam dan khitobah.
3. Masrah (pementasan) malhamah ( drama).
4. Seni suara dan seni bahasa.
5. Medan dakwah.
6. Alat bantu perlangkapan.34
3. Tujuan Dakwah
Adapun dakwah juga mempunyai tujuan, sebab tidak mungkin dakwah
dilakukan dengan berbagi cara baik itu dengan bil-lisan, bil-qolam maupun bil-
haal dengan tanpa tujuan yang jelas.
Bagi proses dakwah, tujuan merupakan salah satu faktor terpenting dan
sentral karena melandasi segenap tindakan dalam rangka usaha kerja sama
dakwah. Tujuan dakwah seolah-olah sebagai kompas pedoman yang tidak boleh
diabaikan dalam proses penyelenggaraan dakwah.Sebagaimana dalam Al-Qur`an
disebutkan pada surat Al-Fusilat ayat 33:
Artinya:“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?".” (Q.S.Al-fushilat:33)
34 Anwar Mas’ari’i Studi Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1981), h. 86
29
Secara umum tujuan dari dakwah yakni mengubah perilaku sasaran dakwah
agar menerima dan mengamalkan ajaran Islam dalam tataran kehidupan sehari-
hari, baik dengan masalah pribadi, keluarga, maupun masalah sosial
kemasyarakatan agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan.35
Tujuan dakwah juga dapat diartikan yaitu mengaktualisasikan nilai-nilai
ajaran Islam kedalam kehidupan sehai-hari secara pribadi, kekeluargaan,
masyarakat sehingga tercapai umat yang sejahtera lahir dan batin, bahagia dunia
akhirat.36 Tujuan dakwah menurut Ali Mahfudz :
a. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal
perbuatan manusia terutama budi pekerti.
b. Memindahkan hati dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yan baik.
c. Membentuk tali persaudaraan dan menguarkan tali persatuan diantara
umat muslim.
d. Menolak subhat, bid’ah dan khurafat dengan mendalami ilmu usuluddin.37
Ditinjau dari aspek berlangsungnya suatu kegiatan dakwah, makna tujuan
dakwah itu terbagi menjadi dua bagian:
a. Tujuan Jangka Pendek
Dalam jangka pendek itu adalah untuk memberikan pemahaman dakwah
Islam kepada masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan adanya pemahaman
masyarakat tentang Islam maka masyarakat terhindar dari sikap perbuatan
yang munkar dan jahat.
35 Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual,(Jakarta: Gema Insani Press, 1998),cet ke-1, h.78 36 Mahmudin, Menejemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), h.10 37 Hasanuddin, Hukum Dakwah, h.34
30
b. Tujuan Jangka Panjang
Sedangkan tujuan jangka panjang itu adalah untuk mengadakan perubahan
sikap masyarakat dakwah itu. Sikap yang dimaksud adalah perilaku-
perilaku yang tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada
kemaksiatan yang tentunya membawa kepada kemudharatan dan
menganggu masyakat di lingkungannya
Asmuni syukir berpendapat bahwa tujuan dakwah dapat dibagi menjasi empat
macam yaitu:
a. Mengajak orang yang sudah memeluk agama Islam untuk lebih
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.
b. Membina mental agama Islam bagi kaum muallaf.
c. Mengajak umat Islam yang kurang beriman kepada Allah untuk lebih
beriman kepada Allah.
d. Mendidik dan mengajarkan anak-anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.38
B. Pemikiran Dakwah
1. Pengertian Pemikiran Dakwah
Pemikiran ditinjau dari segi etimologi, dalam Kamus Bahasa Indonesia, “
pemikiran” berasal dari kata “pikir” yang mempunyai arti, (1) akal budi, ingatan,
angan-angan; dan (2) kata dalam hati, pendapat (perimbangan). Sedangkan kata
“pemikiran” berarti abstraksi seseorang terhadap sesuatu atau lebih jauh
38 Asmuni syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 50
31
pemikiran diartikan sebagai konsepsi, pandangan, nalar akal seseorang atas suatu
hal.39
Kata “pikir” berasal dari bahasa arab fikr. Dalam Al-Mu’jam Al-Wasith,
fikr barasal dari bentuk fi’il : fakara-yafkiru yang berarti menggunakan akal untuk
sesuatu yang diketahui, untuk mengungkapkan perkara yang tidak diketahui.40
Secara terminologi, terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan para
ahli. Muhammad Imarah mendefinisikan pemikiran sebagai pendayagunaan
pemikiran terhadap sesuatu dan sejumlah aktivitas otak berupa berpikir,
berkehendak, dan perasaan yang bentuk paling tingginya adalah kegiatan
menganalisis, menyusun dan mengkoordinasi.41
Sedangkan menurut Jalaludin Rahmat berpikir mempunyai makna
memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah,
dan menghasilkan sesuatu yang baru. Atau dalam bahasa lain bepikir merupakan
proses penarikan kesimpulan.42
Para ahli psokologi kontemporer sepakat bahwa proses berpikir pada taraf
yang tinggi, pada umumnya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Timbulnya masalah (kesulitan yang harus dipecahkan).
2. Mencari dan menggumpulkan fakta-fakta yang diangap ada sangkut
pautnya dengan pemecahan masalah.
3. Taraf pengolahan dan perencanaan, dalam tahap ini fakta diolah dan
dicernakan.
39 Wjs. Purwondarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1979), h. 57
40 Ibrahim Azaz, dkk., Al-Mu’jam Al-Wasith, (Kairo: Majma’ Al-Lughah Al-Arabiyah, 1976), h.12.
41 Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, (Jakarta: IIT dan Media Dakwah, 1994), h.34
42 Jalaluddin Rakhmat, Psokologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), Cet.Ke-21 h. 68.
32
4. Taraf penemuan atau pemahaman, dalam tahapan ini ditemukan cara
pemecahan masalah.
5. Menilai, menyempurnakan dan mencocokan hasil pemecahan.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pemikiran seseorang
adalah :
1. Kemampuan seseorang dalam melihat dan memahami suatu permasalahan.
2. Situasi yang sedang dialami dan disituasi luar yang dihadapi.
3. Pengalaman-pengalaman.
4. Kecerdasan.43
Dengan demikian, kaitannya dengan dakwah yang sudah dijelaskan di
atas, pemikiran dakwah dapat dipahami sebagai kumpulan ide, konsep atau
abstraksi tentang berbagai unsur dakwah seperti hakikat tujuan, subjek, materi,
metode, media dan organisasi dakwah yang dihasilkan melalui persentuhannya
dengan realitas di sekelilingnya, dan berusaha mencari solusi atas berbagai
problem dakwah yang dihadapinya, sehingga dapat mengubah masyarakat
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2. Sumber Pemikiran Dakwah
Adapun sumber pemikiran dakwah Islam, sebagaimana telah dijadikan
rujukan oleh para ulama, fuqaha, muballihgin adalah sebagai berikut :
a. Al-Qur`an
Al-Qur`An adalah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber ajaran
yang bersifat sempurna. Karenanya pemikiran manusia harus sesuai dengan
43 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004) h.46.
33
pokok-pokok ajaran Islam yang utama yang tertuang dalam Al-Qur’an. Al-
Qur`an menjadi sumber bagi pemikiran dakwah. Menurut Sayyid Quthub,
Al-Qur`an adalah kitab dakwah yang diturunkan untuk membimbing
manusia ke jalan Allah dan menjadi sistem hidup bagi seluruh manusia.44
Dalam Al-Qur`an terkandung aspek pemikiran dakwah yang meliputi
filosofi, metodologi, dan pola-pola dakwah. Di samping itu, Al-Qur`an juga
menjadi sumber utama materi dakwah yang disampaikan seorang da’i.
Kekuatan Al-Qur`an sebagai sumber dakwah dapat dilihat dari empat aspek.
Pertama, Al-Qur`an merupakan kitab dakwah yang bersifat umum, yang
menjadi panduan sekaligus rujukan utama bagi para da’i. Kedua, Al-Qur`an
merupakan undang-undang yang bersifat konferhensif mencakup segala hal.
Ketiga, Al-Qur`an telah menempuh berbagai jalan dan pola dalam
menghadapi problematika kehidupan manusia. Artinya seorang da’i harus
merujuk kepada Al-Qur`an dalam menghadapi berbagai problem yang
dihadapi di tengah masyarakatnya. Keempat, Al-Qur`an harus dijadikan
pemimpin atau iman sepanjang sejarah untuk membimbing umat Islam dari
generasi ke generasi.
b. Hadits
Selain ayat-ayat Al-Qur`an, yang menjadi sumber pemikiran dakwah
ada pula yaitu hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang shahih dan
diriwayatkan oleh orang-orang yang shahih (orang-orang yang dipercaya
dalam menriwayatkan hadits). Dimana menjelaskan akan kewajiban umatnya
44 A.Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h.187
34
untuk bebuat baik dan mencegah dari perbuatan dilarang. Sebagai mana
terdapat dalam hadits riwayat Imam Muslim.
سمعت رسول االله صلى :عن ابي سعید الخدري رضي االله عنھ قال
مْلَ نْاِفَ, هِدِیَبِ رُیِّغَیُلْفَ ارًكَنْمُ مْكُنْمِ رَاَى مَنْ :االله علیھ وسلم یقول
رواه .انمَیْالاِ فُعَضْاَ كَلِذَوَ, ھِبِلْقَبِفَ عْطِتَسْیَ مْ لَ نْاِفَ, ھِانِسَلِبِفَ عْطِتَسْیَ
مسلم
Artinya:“barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan atau kekuasaan); jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan); maka dengan lidahnya; dan jika (dengan lidahnya) tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatinya, dan dengan demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim).45
Selemah-lemahnya keadaan seseorang, setidak-tidaknya ia masih tetap
berkewajiban menolak kemungkaran dengan hatinya, kalau ia masih
dianggap Allah sebagai orang yang masih memiliki iman, penolakan
kemungkaran dengan hati tempat bertahan manimal benteng penghabisan
tempat berdiri.46
C. Aktivitas Dakwah
1. Pengertian Akvivitas Dakwah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas diartikan sebagai segala
bentuk keaktifan dan kegiatan atau adalah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan
45 Al Imaam Yahya Bin Syafiddiin Annawawi, Kitab Matan Al Arba’iin An Nawawiyyah,
hadist no 34 (Surabaya : PT. Bungkul Indah), h.53 46 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Dewan Akwah Islamiah Indonesia, 1978), h.113
35
dalam tiap bagian di dalam perusahaan atau lembaga.47 Dalam kamus lengkap
psikologi, aktivitas diartikan sebagai bentuk kesibukan, kegiatan dapat dikatakan
gerakan atau tingkah laku organisme.48
Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari bahasa
Inggris activity, dan berasal dari bahasa Latin activitus yang berarti aktif atau
bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap aksistensi atau makhluk yang membuat
atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai bahwa khusus dengan
Dunia.49
Maka aktivitas dakwah dapat dimaknai sebagai sesuatu kegiatan,
kesibukan, kerja, salah satu kegiatan kerja yang dilakukan ditiap bagian atau suatu
proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah
untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT dan
secara bertahap menuju perikehidupan Islami.
2. Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah
Adapun bentuk-bentuk aktivitas dakwah adalah:
a. Dakwah Bi Al Lisan
Di dalam Al-Qur`an menyebutkan dakwah bi al-lisan dengan bentuk
ahsana qaula (perkataan yang baik). Terdapat dalam surat Fusilat ayat 33:
47 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia,(jakarta: balai pustaka, 2002), h. 20 48 James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 9. 49 Save M. Dadun, Kamus Besar Ilmu Pengatahuan, , (Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1 h. 25.
36
Artinya: “siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?".” (Q.S.Fusilat:33)
Lisan memang menjadi alat yang sangat utama karena kekuatan ucapan /
perkataan manusia dapat membuat orang mengikuti suatu perbuatan.
Adapun dakwah yang dimaksud dengan dakwah bil al lisan adalah
memanggil, menyeru, ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan hidup di Dunia dan
Akhirat, tentunya dengan menggunakan bahasa sesuai keadaan mad’u dalam
berdakwah.50
b. Dakwah Bi Al-Qalam
Dalam konteks ini Al-Qur`an mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai
alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya berupa ilmu
pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya
berupa karya seni.51
c. Dakwah Bi Al-Hal
Dakwah Bil Al-Hal merupakan sebuah metode dakwah yakni metode
dakwah dengan mengunakan metode nyata. Islam memerintahkan manusia
mengambil teladan dari orang-orang yang berfikir. Ahli kebenaran dan
mereka yang berakidah lurus.52 Hal ini terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat
21:
50 Musthofa Mansur, Teladan di Media Dakwah, ( Solo: Era Intermedia, 2000), h.42 51 Suff Kasman , Jurnalisme Universal Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qalam
Dalam Al-qur`an, (Jakarta: Teraju, 2004) h. 219. 52 Ibid., h. 120
37
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.Al-Ahzab:21)
38
BAB III
PROFIL RAHMAH EL YUNUSIYAH
A. Riwayat Hidup Rahmah El Yunusiyah
Rahmah El Yunusiyah lahir di sebuah rumah gadang jalan Lubuk Mata
Kucing, Kanagarian Bukit Surungan, Padang Panjang, pada hari Jum’at tanggal
29 Desember 1900 M, bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1318 H. Ayahnya
bernama Syekh Muhammad Yunus dan ibunya Rafi’ah. Lahir sebagai anak
terakhir dari lima bersaudara yaitu Zainuddin Labay, Mariah, Muhammad Rasyad,
dan Rihanah. Selain itu Rahmah masih mempunyai saudara lain dari ibu, yaitu
Abdus Samad, Hamidah, Pakih Bandaro, Liah, Aminuddin, Safiah, Samihah dan
Kamsiah.1
Ayah Rahmah El Yunusiyah, Syekh Muhammad Yunus adalah seorang ulama
besar di zamannya. Syekh Muhammad Yunus menjabat sebagai seorang Qadli di
negeri Pandai Sikat dan Pimpinan Tarekat Naqsabandiyah al-Khalidiyah. Selain
itu Syekh Muhammad Yunus juga ahli ilmu falak dan hisab. Ia pernah menuntut
ilmu di tanah suci Mekkah selama 4 tahun. Ulama yang masih ada darah
keturunan dengan pembaharu Islam yang juga seorang tokoh Paderi Tuanku Nan
Pulang di Rao.2
Adapun ibunda Rahmah El Yunusiyah yang biasa disebut Ummi Rafi’ah,
nenek moyangnya berasal dari negeri Langkat atau Ampek Angkek, Bukittinggi
Kabupaten Agam dan pindah ke bukit Surungan Padang Panjang pada abad XVIII
1 Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.37
2 Ibid.h.35
39
M yang lalu. Ummi Rafi’ah masih berdarah keturunan ulama, empat tingkat
diatasnya masih ada hubungan dengan mamak Haji Miskin, sang pembaharu
gerakan Paderi. Ummi Rafi’ah yang bersuku Sikumbang adalah anak keempat
dari lima bersaudara. Ia menikah dengan Syekh Muhammad Yunus saat berusia
16 tahun, sedangkan Syekh Muhammad Yunus berusia 42 tahun. 3
1. Masa Kanak-Kanak Rahmah El Yunusiyah
Dari silsilah keturunan Rahmah El Yunusiyah nampak bahwa ia berasal
dari keturunan ulama. Pada masa kecil Rahmah terkenal sebagai anak yang
keras hati, berkemauan kuat dan bercita-cita tinggi. Kehendaknya pantang
dihalangi. Dia sanggup menangis berjam-jam apabila keinginannya tidak
terpenuhi. Sejak kecil kepribadiannya yang kuat dan jiwa besarnya sudah
tampak menonjol.
Dari kecil Rahmah El Yunusiyah sudah menyayangi pekerjaan masak
memasak, berbagai macam kerajinan tangan dan menggunting serta menjahit
pakaiannya sendiri. Waktu kecilnya itu dia sering sakitan, yang menyebabkan
badannya kurus dengan kulit kering kahitam-hitaman, sehingga sampai umur
lima tahun masih suka menyusu kapada ibunya dan minta di gendong oleh
kakaknya mariah.
Kelahiran Rahmah El Yunusiyah dan lima saudaranya dibidani oleh kakak
ibu mereka yang bernama Kudi Kurai (Hajjah Khadijah) yang memang
mempunyai profesi sebagai dukun beranak. Konon kelahiran
pemimpin/perintis kemerdekaan mantan Perdana Mentri Republik Indonesia
alm. Bapak Sutan Syahrir yang lahir di Padang Panjang pada tahun 1909 dan
3 Ibid.h.36
40
rumah orang tuanya berdekatan dengan rumah orang tua Rahmah, juga
dibidani oleh Ibu Hajjah Khadijah (Kudi Urai).4
2. Kepribadian Rahmah El Yunusiyah
Rahmah El Yunusiyah yang dari hari ke hari tumbuh menjadi gadis
remaja, mempunyai sifat sangat pemalu. Sifatnya inilah yang membawa
dirinya jarang bergaul sesama kawan-kawannya. Tapi rupanya sifat
pemalunya ini pulalah yang membawanya menjadi insan yang berwibawa di
kemudian hari dan dapat menguasai berbagai masalah yang ditanganinya,
sehingga ia berlapang hati dalam kerumitan dan kesukaran yang menimpa
dirinya.
Tempaan pengalaman hidup telah membentuk kepribadian Rahmah El
Yunusiyah menjadi seorang yang tabah, penuh toleransi dan teguh pendirian,
serta berkeimanan yang kuat, akidah yang tanguh dan ketakwaan yang kokoh.
Untuk mewujudkan cita-citanya dan bila menghadapi kesulitan, dia
mungkin ber-taqarrub dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan
salat tahajjud dan bermunajad di kesunyian malam.
Sifat penyayang yang dimiliki Rahmah El Yunusiyah tidak terbatas hanya
sesama manusia saja, akan tetapi juga kepada berbagai macam hewan.
Pekerjaan apapun yang dihadapinya, dilakukannya dengan rasa tanggung
jawab, tanpa mengenal mundur dan putus asa.
4 Ibid.h.37
41
3. Sifat Rahmah El Yunusiyah yang Pengasih dan Penyayang
Ada pribahasa Inggris mengatakan : “what is in a name?” akan tetapi
“RAHMAH” yang berarti “kasih sayang” benar-benar merupakan cermin yang
menlantunkan sifat dan kepribadian beliau yang penuh dengan rasa kasih, hiba
dan sayang. Kepada apa sajakah tertumpah cinta dan rasa kasih sayang beliau?
a. Kasih Sayang Kepada Sesama Umat
1) Ketika rakyat kelaparan dan kekurangan bahan makanan pada masa
penjajahan Jepang (1942–1945), beliau bangun menggerakkan
pengumpulan beras gengaman yang dibebankan kapada setiap keluarga
agar memisahkan dan mengumpulkan segenggam beras tiap kali mereka
akan masak nasi, yang kemudian beras-beras yang terkumpul ini dibagi-
bagikan kepada fakir miskin yang menderita kelaparan.5
2) Untuk mengatasi dan meringankan penderitaan orang-orang yang tidak
punya pakaian lagi, dan tidak mampu membeli, ibu Rahmah El
Yunusiyah bertindak : kain-kain putih taplak meja makan asrama, kain-
kain rak buku yang berderet sepanjang asrama dan kain layar belacu
yang dipergunakan setiap Jum’at subuh pendinding kolam besar di
hadapan asrama waktu pelajar-pelajar Diniyyah mandi berenang:
semuanya disuruh gunting menjadi baju dan celana, dan kemudian
dibagi-bagikan kepada mereka yang sudah hampir separuh telanjang,
bahkan ada yang sudah membajukan kulit kayu tarok.6
3) Merasakan betapa perasaan anak-anak yang jauh dari orang tuanya, dan
pada liburan puasa tidak dapat pulang ke kampungnya, maka pada pagi
5 Ibid.h.91 6 Ibid.h.91
42
Idul Fitri 1 Syawal yang penuh berkah itu, pemuda-pemuda pelajar
S.Thawalib dan Diniyyah School bahkan dari madrasah-madrasah yang
lain juga, adalah merupakan tamu-tamu yang pertama yang dipersilahkan
menikmati hidangan ‘Idul Fitri’ di rumah beliau.7
b. Kasih Sayang Kepada Binatang
1) Seseorang yang pernah berkunjung ke Diniyyah Puteri sekitar tahun 30-
an barangkali tidak akan lupa bahwa di rumah Rahmah El Yunusiyah
pada masa itu terdapat bermacam piaraan, mainan dan kesayangan
beliau. Tiga ekor Burung Nuri merah dan hijau, seekor Beo dan Kakak
Tua, sudah pandai berbicara dan sering menegur orang yang liwat, ada
Kera Siamang dan Simpai, tiga bangsa Monyet dengan tiga macam
warna bukunya. Itik dan Angsa serta Ayam Kalkun pun beliau pelihara.8
2) Lima ekor Kucing yang siang malam tidur bersama-sama di tempat tidur,
setelah Rahmah El Yunusiyah meninggal dunia, beberapa hari lamanya
berbuat seolah mencari sesuatu yang hilang, sebentar masuk, lalu keluar,
kemudian masuk dan keluar lagi sambil mengeong terus seolah
menanyakan : . . . . . “kemana . . . . . kemana beliau ibu yang selalu
memanjakan kami itu . . . ?” dan seekor dari kucing-kucing itu beberapa
hari lamanya dilihat oleh orang-orang yang di atas makam ibu Rahmah.
Meloncat ke sana, meloncat ke mari, seolah-olah dia bermain dan
melompat-lompat di atas tempat tidur almarhumah dimana beliau sedang
berbaring.
7 Ibid.h 92 8 Ibid.h.92
43
Hewan yang tak berakalpun dianugerahi Tuhan naluri untuk
mengingat jasa orang yang pernah berbuat baik kepadanya.9
c. Rahmah El Yunusiyah adalah seorang guru dan pendidik, di samping itu
beliau juga seorang “bidan”. Banyak sudah ibu-ibu yang mendapat
pertolongan beliau ketika melahirkan anaknya. Ketika ada seekor sapi akan
melahirkan “bayi”nya, karena posisi anak yang kurang baik, maka akan
terjadi kelahiran sungsang yang amat menyulitkan sang induk.
Melihat keadaan yang cukup gawat bagi induk sapi itu, Rahmah El
Yunusiyah tidak dapat menahan rasa hiba dan kekasihnya, naluri
kebidanannya bergerak cepat dalam jiwanya, maka tanpa ragu-ragu dan
dengan hati-hati sekali beliau tampil membidani sapi yang sudah kesakitan
dan keletihan itu, sebagai “bidan hewan”. Dan alhamdulillah akhirnya
lahirlah “bayi” sapi itu dengan selamat dan induknyapun selamat. 10
d. Cinta Kasihnya Kepada Alam Semesta
Alam semesta dengan segala isinya adalah rahmat Allah untuk hamba-
Nya, oleh karena itu seyogyanya umat manusia itu memikirkan dan
memperhatikan alam ciptaan Tuhan itu, serta memelihara dan menjaga
kelestarian alam itu. Dengan demikian manusia dapat mengenal dan
mencintai Tuhan. Untuk menanamkan pendidikan mencintai alam ini
Rahmah El Yunusiyah sering mengajak murid-muridnya bertamasya ke luar
kota, mendaki bukit, menyeruak semak dan belukar, berdarmawisata ke tepi
Danau Maninjau dan Singkarak, Panorama dan Ngarai Sianok yang terkenal,
serta ke tempat-tempat bersejarah di daerah Sumatra Barat.
9 Ibid.h.92 10 Ibid.h.92
44
Bila sesekali beliau mengajak murid-miridnya mendaki Gunung
Singgalang atau Bukit Tui, beliau mengatakan kepada murid-muridnya:
“Bertapapun tingginya gunung, akan dapat kita capai puncaknya yang tertinggi asal kita mau mendakinya dengan tekun dan tabah, dan akhirnya puncak gunung itu akan berada di bawah telapak kaki kita. Demikian pula cita-cita yang tinggi, akan dapat dicapai dengan kamauan keras dan usaha yang sungguh-sungguh”.11
Rahmah El Yunusiyah berasal dari keluarga taat dalam masalah keagamaan.
Kondisi inilah yang mempengaruhi pada pembentukan pribadi Rahmah El
Yunusiyah. Ia menjadi orang yang cinta mendalami ajaran-ajaran agama serta
memiliki perhatian sangat besar terhadap kondisi masyarakat pada masanya
khususnya kalangan kaum wanita. Karena itu pendidikan yang diperoleh Rahmah
El Yunusiyah pada prinsipnya banyak dari keluarganya sendiri yang memang
sangat menaruh perhatian pada masalah-masalah keagamaan.
Dalam usia enam belas tahun ia menikah dengan seorang alim dan mubaligh
bernama Haji Bahauddin Lathif dari Sumpur Padang Panjang. Perkawinan ini
tidak berlangsung lama, hanya enam tahun, pada tahun 1922 keduanya bercerai
atas kehendak kedua belah pihak dan selanjutnya menganggap sebagai dua orang
bersaudara. 12
Dari perkawinan ini Rahmah El Yunusiyah tidak mempunyai anak. Sejak
perceraian tersebut, ia tidak bersuami lagi. Rupanya hal ini memberi faedah
kepadanya sendiri, sehingga ia dapat menempatkan seluruh hidupnya kepada
perguruan yang didirikannya.
11 Ibid.h.93 12 Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.39
45
B. Pendidikan Rahmah El Yunusiyah
Ayah Rahmah El Yunusiyah, Syekh Haji Muhammad Yunus meninggal dunia
pada tahun 1906M, ketika itu Rahmah El Yunusiyah masih kanak–kanak sehingga
ia tidak banyak mendapatkan pendidikan dari ayahnya. Ia dibesarkan oleh ibu dan
diasuh oleh kakaknya yang telah berumah tangga. Sejak kecil, Rahmah El
Yunusiyah tidak pernah bersekolah di Sekolah Dasar (Sekolah Desa, Sekolah
Gubernemen) yang memang telah ada juga di Minangkabau pada masa kanak-
kanaknya dulu. Meskipun begitu, ia banyak belajar dari lingkungannya. Pada usia
enam tahun beliau mulai belajar membaca Al-Qur’an kepada Engku Uzair gelar
Malim Batuah, salah seorang dari murid Syekh Haji Muhammad Yunus.13
Rahmah El Yunusiyah dituntun tulis–baca huruf latin oleh kakaknya
Zainuddin Labay dan Muhammad Rasyad yang pernah belajar di Sekolah Desa.
Umi Rafi’ah, ibunya juga ikut mengajari Rahmah El Yunusiyah berhitung dengan
angka–angka Arab (angka Melayu). Kepandaian membaca dan menulis ini,
kemudian hari sangat menolongnya dalam menambah ilmu pengetahuannya,
karena ia termasuk salah seorang anak yang senang membaca.
Sejak 10 tahun Rahmah El Yunusiyah aktif mengunjungi pengajian–pengajian
yang sangat banyak diadakan di lingkungan masyarakat sekitarnya. Pada saat itu
telah ada di lingkungan masyarakat Minangkabau sekitar delapan surau yang
melakukan kegiatan pengajian secara bergiliran dari satu surau ke surau yang lain.
Dengan cara demikian ia banyak memperoleh pengetahuan agama dan memilih
guru-guru yang dapat memuaskan hatinya. Walaupun usianya masih sangat muda
untuk mengikuti pengajian tersebut, namun bagi Rahmah El Yunusiyah
13 Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri,Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri Padang Panjang ,(Jakarta: CV Ghalia Indonesia,1978)h.177
46
mengunjungi pengajian ini nampaknya merupakan kesenangan tersendiri pula
bagi dirinya.14
Setelah Diniyah School yang didirikan kakaknya pada tanggal 10 Oktober
1915 berdiri, ia ikut belajar di Perguruan ini. Ia banyak memperoleh pengetahuan
praktis yang berkenaan dengan pergaulan, terutama pergaulan antara murid-murid
perempuan dan laki-laki serta watak manusia yang berbagai ragam. Dahulunya ia
jarang atau tidak diperkenankan bergaul dengan anak laki-laki, tapi setelah ia
bersekolah di Perguruan ini, ia dapat bergaul dengan murid laki-laki. Ia dapat
bertukar fikiran dengan mereka baik mengenai hukum Islam, sosial, budaya dan
pergaulan (muamalah). Dari pengenalan berbagai macam watak manusia ini ia
mulai menyadari dirinya dan keadaan masyarakat lingkungannya, terutama
masyarakat wanita, yaitu mereka yang tidak memperoleh kesempatan menuntut
ilmu sebagaimana yang dialaminya.15
Selama ia menjadi siswa Diniyah School, ia dapat menuntut ilmu dengan baik
dan dengan kecerdasannya Rahmah El Yunusiyah mendorong dirinya untuk
bersikap kritis, tidak puas dengan sistem koedukasi pada Diniyah School yang
kurang memberikan penjelasan terbuka kepada siswa puteri mengenai persoalan
khusus perempuan. Rasa ketidak-puasannya ini dibicarakan dengan tiga temannya
sesama wanita, yaitu Rasuna Said dari Maninjau, yang kemudian hari namanya
diabadikan sebagai Pahlawan Nasional, Nanisah dari Bulaan Gadang Banuhampu,
dan Jawana Basyir (Upik Japang) dari Lubuk Alung. Mereka berempat bersepakat
untuk membentuk kelompok belajar. Rahmah El Yunusiyah mengajak ketiga
14 Ibid.h.177 15 Ibid.h.177
47
temannya ini untuk menambah ilmu agama secara mendalam di luar perguruan di
antaranya di Surau Jembatan Besi.
Bagi Rahmah El Yunusiyah pengajian dan pelajaran yang diterimanya di
surau ini pun, juga belum memuaskan hatinya, karena banyak masalah-masalah
yang berkaitan dengan wanita yang ditanyakannya tidak memperoleh jawaban
yang memuaskan sebagaimana yang dialaminya di Diniyah School. Karena itu
Rahmah El Yunusiyah akhirnya meminta kepada Syekh Abdul Karim Amrullah
untuk berkenan memberikan pengajian secara privat di rumahnya di Gatangan. Di
sini ia memperdalam pengajian mengenai masalah agama dan wanita, di samping
itu juga ia mempelajari bahasa Arab, fiqih dan ushul fiqih. Ia baru merasakan
adanya kepuasan dan telah menemukan apa yang dicarinya selama ini. 16
Semangat Rahmah El Yunusiyah dalam mempelajari ilmu selain agama dan
bahasa Arab, terus berkobar. Sekitar tahun 1931-1935, ia mengikuti kursus ilmu
kebidanan di RSU Kayu Tanam dan mendapat izin praktek/ijazah bidan dari
dokter. Dalam bidang kebidanan ini ia juga mendapat bimbingan yang mula-mula
diberikan dari kakak ibunya Kudi Urai, seorang bidan yang menolong kelahiran
dirinya dan Sutan Syahrir (Mantan Perdana Menteri RI). Selain itu, ia belajar ilmu
kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dari enam orang
dokter yang juga gurunya dalam kebidanan: dokter Sofyan Rasyad dan dokter
Tazar di Rumah Sakit Umum Kayu Tanam (mendapat izin praktek dan ijazah
dengan kedua dokter ini), dokter A. Saleh di RSU Bukittinggi, dokter Arifin dari
Payakumbuh, dan dokter Rasjidin dan dokter A. Sani di Padang Panjang. Untuk
16 Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.38
48
mendalami praktek kebidanan dan ilmu kesehatan ini ia belajar sambil praktek di
RSU Kayu Tanam.17
Rahmah El Yunusiyah juga belajar gymnastik (olahraga dan senam) dari
seorang guru pada Meisjes Normal School (sebuah pendidikan guru) di Guguk
Malintang yaitu Mej. Oliver (nona Olvier). Kemudian ia juga mempelajari cara
bertenun tradisional, yakni: bertenun dengan menggunakan alat tenun bukan
mesin yang pada masa itu banyak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Ia
mendatangi beberapa pusat pertenunan rakyat seperti Pandai Sikat, Bukittinggi
dan Silungkang. Ilmu bertenun ini ia lengkapi dengan belajar jahit-menjahit.
Kedua ilmu ini yakni: bertenun dan jahit-menjahit dimasukkannya kedalam
kurikulum perguruannya. Mengenai ilmu–ilmu umum seperti ilmu hayat, ilmu
alam, ilmu bumi dan lainnya, ia pelajari sendiri dari buku. Kemudian semua ilmu
yang ia peroleh dengan kursus atau belajar sendiri ini ia ajarkan kepada murid–
muridnya, kelak setelah ia mendirikan sekolah Diniyah Puteri tahun 1923.18
Tempaan pengalaman kehidupan telah membentuk kepribadian Rahmah El
Yunusiyah menjadi seorang yang tabah, penuh toleransi dan teguh pendirian, serta
berkeimanan yang kuat, akidah yang tangguh dan ketakwaan yang kokoh. Untuk
mewujudkan cita–citanya dan bila menghadapi kesulitan, dia semakin ber-
taqarrub dan meningkatkan diri kepada Allah dengan melakukan Sholat Tahajjud
dan bermunajat di kesunyian malam.
Demikianlah dilihat dari usaha Rahmah El Yunusiyah menuntut ilmu, nampak
bahwa hal tersebut merupakan menifestasi dari ketidakpuasannya terhadap
pengetahuan yang diperolehnya dalam masalah kewanitaan. Ia juga merasa
17 Ibid.h.39 18 Ibid.h.39
49
kecewa melihat kaumnya tidak bisa memperoleh pendidikan yang memadai
sebagaimana yang dialaminya. Padahal Rahmah El Yunusiyah meyakini
pentingnya peranan pendidikan sebagai salah satu jalan untuk mengangkat derajat
kaum perempuan.
Hampir seluruh hidupnya ia berikan untuk mengembangkan dan membesarkan
perguruan ini. Pada tanggal 26 februari 1969, Rahmah El Yunusiyah menemui
Gubernur Sumatra Barat Harun Zain untuk membicarakan usaha memajukan
perguruannya khususnya dan Sumatra Barat umumnya. Hari itu gubernur
mengantarkannya hingga halaman kantornya, melepas Rahmah El Yunusiyah
menaiki mobil yang akan membawanya kembali ke Padang Panjang.
Keesokan harinya, Harun Zain menerima kabar bahwa Syeikhah Rahmah El
Yunusiyah meninggal dunia. Rahmah El Yunusiyah meninggal pada hari Rabu
tanggal 9 Zulhijjah 1388H atau tanggal 26 Februari 1969M pada pukul 19.30 di
rumahnya sendiri di Padang Panjang, dalam usia 68 tahun lewat 2 bulan. 19
Jenazahnya dikuburkan di perkuburan keluarga disamping rumahnya yang
juga di samping Perguruan yang ia dirikan. Setiap orang yang melewati rumah
dan perguruannya akan dapat melihat nisan kuburannya di pinggir jalan Lubuk
Mata Kucing.
C. Kiprah Rahmah El Yunusiyah di Bidang Pergerakan Sosial, Keagamaan,
dan Politik
Selain mengasuh Diniyyah Puteri, Rahmah El Yunusiyah juga aktif di bidang
pergerakan sosial, keagamaan, dan politik yang ada pada tahun 1930-an di Padang
Panjang. Rahmah El Yunusiyah ikut dalam pergerakan Permi (Persatuan
19 Ibid.h.429
50
Muslimin Indosesia) yang berdiri pada tahun 1930-an. Ia juga dekat dengan
kalangan Muhammadiyyah, serta bekerjasama dengan tokoh wanita Rasuna Said
yang juga mengajar di Perguruannya.20
Rahmah El Yunusiyah juga aktif dalam pergerakan menentang praktik-praktik
penindasan ataupun pergerakan oleh penjajah Belanda. Hal itu Etek lakukan
antara lain dengan mendirikan Perserikatan Guru-Guru Poetri Islam di
Bukittinggi, menjadi ketua panitia penolakan Kawin Bercatat, dan ketua
Penolakan Organisasi Sekolah Liar. Pada tahun 1933 Rahmah El Yunusiyah
memimpin rapat umum kaum ibu di Padang Panjang, hal ini menyababkan dia
didenda pemerintah Belanda 100 gulden karena dituduh membicarakan politik.21
Rahmah El Yunusiyah juga pernah menjadi anggota pergurus Serikat Kaum
Ibu Sumatra (GKIS) Padang Panjang, organisasi yang itu berjuang menegakkan
harkat kaum wanita dengan menerbitkan majalah bulanan. Aktivitasnya yang lain
adalah mendirikan Khuttub Khannah ( taman bacaan) untuk masyarakat.
Pada tahun 1935 Rahmah El Yunusiyah mewakili kaum ibu Sumatra Tengah
ke kongres perempuan di Jakarta. Dalam kongres ini Rahmah El Yunusiyah
bersama Ratna Sari memperjuangkan kaum wanita Indonesia memakai selendang.
Sehabis kongres ia agak lama tinggal di Jakarta untuk mendirikan pendidikan
untuk kaum putri di Gang Nangka, Kwitang, Kebon Kacang, Tanah Abang,
Jatinegara, dan jalan Johar di Rawasari.22
20 Hasil wawancara dengan Faridah Saleh Keponakan Rahmah El Yunusiyah. Sabtu 12
Maret 2011. 21 Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.59.
22 Hasril Chaniago.101 Orang Minang di Pentas Sejarah,(Padang:Citra Budaya Indonesia, 2010) h.427.
51
Pada zaman Jepang, selain menjalankan sekolahnya yang sudah maju, Bunda
juga aktif dalam berbagai organisasi dan gerakan sosial maupun politik. Salah
satunya melalui organisasi Anggota Daerah Ibu (ADI) yang bertujuan menetang
Jepang menggunakan wanita-wanita Indonesia, khusunya Sumatra Tengah,
sebagai penghibur untuk melayani tentara Jepang. ADI juga menuntut pemerintah
militer Jepang menutup semua rumah kuning (rumah bordil) karena bertentangan
dengan kebudayaan Indonesia dan agama yang dipeluk penduduknya. Gerakan
ADI boleh dikatakan berhasil, sehingga Jepang terpaksa mendatangkan wanita-
wanita penghibur dari Korea dan Singapura.23
Waktu itu Bunda Rahmah juga pernah menjadi ketua Haha Nokai (Organisasi
Kaum Ibu) di Padang Panjang dan menjadi pengurus organisasi yang sama untuk
tingkat Sumatra Tengah. Menjelang akhir pendudukan Jepang, Bunda Rahmah
juga menjadi anggota peninjau yang dipimpin Mohammad Sjafei. Di samping itu
Etek juga menjadi anggota Mahkamah Syari’at Bukittinggi dan anggota Majelis
Islam Tinggi Sumatra Tengah.24
Karena Bunda orangnya aktif, nama Bunda Rahmah cepat dikenal secara luas
dikalangan pergerakan di Jawa. Sampai-sampai setelah proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memasukkan nama Bunda sebagai Anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Namun Bunda Rahmah batal pergi ke
Jakarta karena tak bisa meninggalkan ibunya yang sedang sakit di Padang
Panjang.25
23 Hasil wawancara dengan Faridah Saleh Keponakan Rahmah El Yunusiyah. Sabtu 12
Maret 2011. 24 Ibid 25 ibid
52
Bunda Rahmah juga tercatat sebagai salah seorang pendiri partai Masyumi di
Minangkabau. Bunda juga akif mengembangkan Masyumi. Sampai-sampai
pemilu tahun 1955, Bunda Rahmah dicalonkan partainya dan terpilih menjadi
anggota Parlemen (DPR) mewakili Sumatra Tengah (1955-1958).26
Walaupun aktivitas politik Bunda menonjol juga, tetapi nama Bunda Rahmah
lebih diidentikkan dengan Perguruan Diniyyah Puteri. Kaharuman namanya
sebagai tokoh pendidikan malampaui batas negaranya. Pada tahun 1955, Diniyyah
Puteri mendapat kunjungan Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, yang amat
mengagumi sistem pendidikan yang dikembangkan Bunda Rahmah. Bahkan
kemudian menginspirasi Universitas Al-Azhar membuka pula fakultas khusus
untuk wanita yang diberi nama Kuliyyatul Banat.27
Pada tahun 1956 Universitas Al-Azhar mengundang Bunda Rahmah
berkunjung ke Kairo. Dalam kunjungannya itu, oleh rapat Senat Guru Besar
Universitas Al-Azhar, Bunda dianugrahi gelar Syeikhah. Menurut Buya Hamka,
gelar yang diberikan kepada Bunda Rahmah ini adalah gelar tertinggi yang
sebelumnya belum pernah diberikan kepada seorang wanita”.28
D. Cita-Cita, Dasar, Tujuan dan Sistem Pendidikan Rahmah El Yunusiyah
dengan Diniyyah Puterinya
1. Cita-Cita Rahmah dengan Didirikan Diniyyah Puteri
Rahmah adalah orang yang sangat idealist, cita-citanya tinggi, cakrawala
pandangannya jauh ke depan. Beliau menginginkan kedudukan kaum wanita
dalam masyarakat tidak hanya sebagai istri yang akan melahirkan anak-anak
26 ibid 27 Ibid 28 Ibid
53
dan keturunan semata, akan tetapi lebih dari itu dia menginginkan
terangkatnya derajat kaum wanita ke tempat yang lebih wajar dan pantas.
Merekapun harus mengerti hak dan kewajibannya sebagai istri, sebagai ibu
dan sebagai anggota masyarakat. Kaum wanita harus dapat menjalankan
perananya sebagaimana yang telah digariskan oleh agama Islam.
Semua yang harus diketahui oleh kaum wanita itu tidak bisa terjadi secara
serta-merta. Semuanya harus melalui pendidikan dan pengajaran, dituntut dan
dipelajari, serta harus dipahamkan dan dirasa-rasakan kepada kaum wanita itu.
Selama mereka berselimutkan kebodohan dan kejahilan, maka nasib kaum
wanita itu tidak akan berubah. Oleh karena itu Rahmah berpendapat bahwan
wanita itu harus bersekolah, sebagaimana kaum pria bersekolah. Hak untuk
mempunyai ilmu pengetahuan dan pendidikan antara pria dan wanita adalah
sama.
Bertahun-tahun perasaan seperti ini terpendam di dalam jiwa Rahmah,
sejak ia mulai menjadi murid dari Diniyyah School yang didirikan abangnya
Zainuddin Labay El Yunusy. Meskipun sekolah itu menerima pelajar puteri,
namun Rahmah El Yunusiyah tidak puas dengan belajar secara ko-edukasi itu,
sebab menurutnya banyak masalah-masalah kewanitaan yang tidak dapat
dipecahkan dalam belajar secara bersama itu.
Di dalam lubuk hatinya terpendam cita-cita ingin mendirikan sekolah
sendiri khusus untuk anak-anak puteri, meskipun belum terpikirkan olehnya
apakah sudah tepat waktu pada masa itu (1923). Sudah bersediakah mayarakat
menerima himbauan agar mau menyekolahkan anaknya yang perempuan.
54
Sudah maukah para orang tua melepaskan kungkungan anak-anak gadisnya
dari pingitan untuk segera dikawinkan dalam usia yang muda ?.
Apapun yang terjadi, hambatan apapun yang akan dihadapinya tampaknya
tidak dapat menggeser dan tidak bisa menghambat munculnya cita-cita itu
kepermukaan. Maka pada suatu hari beliau sampaikanlah niat dan cita-cita ini
kepada abangnya Zainuddin Labay El Yunusy, yang ternyata mendapat
tanggapan positif dan dorongan dari beliau, dan mendapat sambutan dan
sokongan moril pula dari teman-teman puteri sesama pengurus dan anggota
PMDS (Persatuan Murid-Murid Dinyiyyah School), suatu organisasi pelajar
yang didirikan pada tanggal 22 Februari 1922, dan beliau sendiri adalah ketua
bagian puterinya.
Dengan langkah pasti dan motivasi yang kuat seraya membaca Bismillahir
Rahmanir Rahhim pada tanggal 1 November 1923 diremikanlah berdirinya
sekolah puteri yang diidam-idamkan Rahmah dengan diberi nama : “Al
madrasatut diniyyah”.
Rahmah tidak menginginkan puteri-puteri Indonesia itu hanya
mendapatkan pendidikan sekolah rendah saja, akan tetapi dia mengharapkan
agar kaum wanita juga diberi kesempatan melanjutkan studinya ke tingkat
yang lebih tinggi, semua dengan jenjang pendidikan yang ada. Oleh karena
itulah dari tahun ke tahun Rahmah selalu memikirkan peningkatan dan
penyempurnaan mutu Perguruannya.
Bermula dari mendirikan pendidikan Al-qur’an, sekolah Diniyyah untuk
anak-anak puteri, sekolah menyesal untuk ibu-ibu rumah tangga yang belum
sempat mengenyam pendidikan sekolah, Freubel School (taman kanak-
55
kanak), Junior Institut (setingkat HIS), Diniyyah Puteri yang masa belajarnya
selama 7 tahun (Ibtidaiyyah 4 tahun, Tsanawiyyah 3 tahun) kemudian
berkembang dengan didirikannya tingkat pendidikan guru yang diberi nama
Kuliyyatul Mu’alimat Al-Islamiyyah dengan masa belajar 3 tahun (1937).
Pada tahun 1964 Rahmah mulai merintis terwujudnya cita-cita mendirikan
Univesitas Islam Wanita, maka pada tahun 1967 diresmikanlah berdirinya
Fakultas Tarbiyyah dan Dakwah dari Perguruan Tinggi Diniyyah Puteri oleh
Bapak Harun Zein, Gubernur Sumtera Barat pada waktu itu. Dengan penuh
keyakinan akan janji Allah yang berbunyi :
“in tanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum.”
Rahmah melangkah terus tanpa akan pernah mengeluhkan : “maksud hati
memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai”.
Senjata perjuangannya menuju cita-cita adalah kekerasan hati, kekuatan
iman, bahwa Allah akan menolong siapa yang menolong-Nya (menegakkan
agama Islam).
Semuanya sudah dibuktikannya sampai ke akhir hanyatnya.29
2. Landasan Ideal dari Cita-Cita Rahmah
Landasan ideal dari pelaksanaa cita-cita Rahmah itu adalah Al-Qur`an dan
As-sunnah.
Untuk menjadikan seorang berimankan Islam, berakidahkan akidah Islam
dan berbudi pekerti akhlak Islam, haruslah mendidik dan mengajarkan semua
29 Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.99-100
56
itu kepadanya melalui pendidikan kitab suci Al-Qu`anul Karim dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW.
Untuk mencapai cita-citanya itu Rahmah berjuang melalui pendidikan dan
dakwah. Pendidikan diberikan melalui lembaga Pendidikan Diniyyah Puteri
yang beliau dirikan dan pimpin sejak 1 November 1923. Disamping itu,
dakwah pelajar-pelajar yang telah mengikuti latihan-latihan pidato dan
dakwah di Perguruan tersebut.30
3. Tujuan Pendidikan Diniyyah Puteri
Memperhatikan landasan ideal dari cita-cita almarhumah dapatlah kita
simpulkan, bahwa tujuan pendidikan Diniyyah Puteri adalah sebagai berikut :
“membentuk puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif
serta betanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas
dasar pengabdian Allah subhanahu wata’ala”.
Membentuk puteri menjadi pribadi yang berjiwa Islam, ini dilaksanakan
dalam masa pendidikan 3 tahun pertama.
Setelah jiwa mereka ditempa untuk menjadikan seorang muslimah yang
berkahlak mulia, berkepribadian Islam, pada 3 tahun berikutnya kepada
mereka lalu diberikan pendidikan untuk membentuk mereka menjadi ibu
pendidik yang mencakup tiga pengertian, yaitu :
a. Pengertian primer, adalah ibu pendidik dalam rumah tangga (sesuai
dengan fitrah wanita itu menjadi ibu rumah tangga).
b. Pengertian sekunder, ialah ibu pendidik bagi murid-muridnya di sekolah
(bagi mereka yang berbakat menjadi guru)
30 Ibid.h101
57
c. Pengertian tersier, ialah ibu pendidik dalam masyarakat, yaitu menjadi
pemimpin wanita (dalam organisasi atau lembaga-lembaga sosial) dan
menjadi mubalighat atau da’iyyat.
Sebagai melengkapi ketiga macam pengetian tujuan pendidikan
Diniyyah Puteri ini, kepada murid-murid juga diberikan pendidikan
keterampilan dan ilmu keasyarakatan serta ilmu-ilmu pengetahuan yang
dapat menunjang keikutsertaan mereka bertanggung jawab terhadap tanah
airnya selaku warga negara yang baik.
Semua harus dengan motivasi yang didasarkan kepada pengabdiannya
kepada Allah SWT, bukan karena mengharapkan apa-apa dari sesama
manusia, melainkan karena Allah semata.
Puteri-puteri yang berkepribadian demikianlah yang dicita-citakan oleh
almarhumah Rahmah El Yunusiyah.31
4. Sistem Pendidikan Diniyyah Puteri
Adapun sistem pendidikan ini adalah sistem tri tunggal, yaitu kerjasama
yang erat antara lingkungan sekolah, asrama dan rumah tangga atau
masyarakat.32
Terjadinya kerjasama yang erat antara ketiga unsur dari sistem pendidikan
pada perguruan ini akan sangat membantu membentuk anak didik yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ada di Perguruan ini.
Ini berarti bahwa pendidikan formal yang diberikan di Perguruan pada
pagi hari, secara informal dipraktekkan di asrama di bawah asuhan dan
31 Ibid.h.102 32 Ibid.h.102
58
bimbingan ibu asrama dan guru-guru pengasuh yang seluruhnya adalah
wanita.
Apabila pelajar-pelajar pulang kerumah orang tua atau kampung
halamannya, maka semua materi pendidikan yang diterima oleh pelajar selama
mereka berada di Perguruan ini, akan dipraktekkan di lingkungan keluarga
masing-masing, sehingga dapat dilihat apakah cita-cita pendidikan di
Perguruan ini dapat direalisasi dan dipraktekkan oleh para pelajar dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebelum meninggalkan anak-anak mereka di Asrama Diniyyah Puteri
kepada para wali murid tersebut telah diberikan pengarahan mengenai
pentingnya kerja sama Perguruan dengan orang tua murid dalam memberikan
pendidikan kepada anak-anak, supaya sistem yang ditargetkan untuk
memenuhi keinginan tidak hanya sekedar tertulis di atas kertas saja.
59
BAB IV
ANALISIS PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
RAHMAH EL YUNUSIYAH
A. Identifikasi Informan
1. Prof.Dr. Fauzan.MA., dilahirkan di Pitalah Kabupaten Tanah Datar
Sumatra Barat pada tanggal 6 Juli tahun 1939. Ia adalah menantu dari
Rahmah El Yunusiyah. Setelah menamatkan pendidikan di Thawalib Putra
Padang Panjang lalu beliau melanjutkan S1, S2 di Cairo, Mesir dan S3 di
UIN Jakarta. Beliau pernah bertugas sebagai staf ahli Menag, Kakanwil
Depag Sumatra Barat. Dan sekarang beliau bertugas menjadi Guru Besar
Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Jakarta dan Dosen di STIT Diniyah
Puteri Padang Panjang.
2. Hj. Farida Saleh, lahir pada tanggal 10 Desember 1935, ia adalah
keponakan dari Rahmah El Yunusiyah. Setelah menamatkan pendidikannya
di TK Diniyah Puteri Padang Panjang, SD Diniyah Puteri Padang Panjang,
DMP Diniyah Puteri Padang Panjang tamat tahun 1952, KMI Diniyah
Puteri Padang Panjang tamat tahun 1955 lalu kuliah di Muhammadiyah. Ia
bertugas sebagai guru di Diniyah Puteri selama 11 tahun, tugas terakhirnya
yang beliau emban adalah guru Diniyah Puteri Padang Panjang sampai
tahun 1968.
3. Fauziah Fauzan El M, SE.Akt., M.Si, dilahirkan di Padang 5 Januari 1971.
Ia adalah cucu dari Rahmah El Yunusiyah. Setelah menamatkan
pendidikannya di DMP Diniyah Puteri Padang Panjang, SMA 2 Padang, S1
Universitas Padjadjaran Bandung/Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, S2
60
Magister Akuntansi dan Sistem Informasi (MAKSI) Universitas Indonesia
Konsentrasi Auditing, S2 Magister Akuntansi dan Sistem Informasi
(MAKSI) Universitas Indonesia Konsentrasi Sistem Informasi. Sekarang
beliau bertugas sebagai Pimpinan Perguruan Diniyah Puteri Padang
Panjang, Ketua STIT Diniyyah Puteri Rahmah El Yunusiyah, Direktur
Diniyyah Training Centre, Direktur Diniyyah Research Centre.
4. Hj. Dahniar Ali, dilahirkan di Sungai Talang Padang Panjang sekitar tahun
1935, beliau adalah murid Rahmah El Yunusiyah. Setelah menamatkan
pendidiknnya di DMP Diniyyah Puteri Padang Panjang tahun 1952, dan
melanjutkan ke KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang tamat tahun 1955,
beliau kuliah di Muhammadiyah tamat tahun 1959. Setelah itu beliau
mengabdikan dirinya sebagai guru di KMI dan dosen di PGTK dan PGSD
di Diniyah Puteri Padang Panjang dari tahun 1959 sampai tahun 2008.
5. Hj. Nurjannah Ali, dilahirkan di Sungai Talang Padang Panjang pada
tanggal 10 Mei 1938, beliau adalah murid Rahmah El Yunusiyah. Setelah
menamatkan pendidiknnya di DMP Diniyyah Puteri Padang Panjang tahun
1957, lalu melanjutkannya di KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang tamat
tahun 1960, PGAP Negri tamat tahun 1960, PGAA Negri tamat tahun 1960
dan kuliah di IAIN tamat tahun 1986, setelah itu beliau mengabdikan
dirinya sebagai pengajar/guru di Diniyah Puteri Padang Panjang dari tahun
1962 sampai tahun 2008.
61
B. Pemikiran Dakwah Rahmah El Yunusiyah
1. Pengertian Dakwah Dalam Pemikiran Rahmah El Yunusiyah
Pemikiran dakwah adalah suatu keaktifan pribadi manusia untuk
menemukan pemahaman atau pengertian tentang unsur-unsur dakwah
meliputi subjek dakwah, objek dakwah, materi dakwah, , metode dakwah,
media dakwah, dan tujuan dakwah. Berdasarkan fenomena yang terjadi serta
berusaha untuk dapat memberikan solusi dari problematika dakwah secara
bijaksana dan nyata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Prof.Dr. Fauzan M.A sekaligus
menantu Rahmah El Yunusiyah, pemikiran dakwah Rahmah El Yunisiyah
adalah :
“Ibu Rahmah itu sebenarnya kalau menurut dalam pandangan saya, dia itu multidimensi kegiatan dan dia itu kegiatan dia itu semuanya dalam rangka dakwah, jadi pengertian dakwah dalam Rahmah El Yunusiyah itu bukan hanya ceramah, tetapi seluruh kegiatan yang dilakukan dalam rangka melaksanakan amalan Islam itu sudah termasuk dakwah. Dia berpegang kepada hadist yang mana mengatakan ballughu ‘anni walau aayah, bukan hanya berpidato saja tetapi Rahmah mengatakan apa saja yang bisa kamu lakukan dalam rangka menampakkan ajaran Islam itu dakwah. Baik dakwah terhadap arti aktiv ataupun dalam arti pasif (kita tidak berbuat apa-apa tetapi perbuatan kita menjadi suri teladan bagi yang lain), jadi apa saja yang kita lakukan, dalam melaksanakan tuntutan agama itu dakwah. Yang dilakukan Rahmah adalah mencakup itu semua. Meningkatkan kualitas wanita, mendidik wanita adalah dakwah”.1
Hal ini juga senada dengan yang diutarakan oleh Pimpinan Perguruan
Diniyah Puteri Padang Panjang. Bahwa pemikiran dakwah Rahmah El
Yunusiyah adalah:
“Bunda Rahmah berdakwah bukan hanya sekedar dari mimbar ke mimbar tetapi dengan mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-
1 Hasil wawancara dengan Prof.Dr. Fauzan M.A selaku menantu Rahmah El Yunusiyah.
Rabu, 11 Mei 2011.
62
kader (wanita-wanita yang akan manjadi calon ibu) dan penerus generasi Islam (anak yang akan dilahirkannya). Maka dari itu Bunda Rahmah mendirikan sekolah khusus puteri berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, dan bangsanya”.2
Pemikiran dakwah Rahmah El Yunusiah bisa dilihat juga dari arti lambang
sekolah yang beliau buat sendiri, yang berdiri pada tahun 1923 sebagai jalan
dakwah yang beliau pilih. Arti dari lambang Diniyyah Putri :
a. Bulan Sabit
Melambangkan perkembangan Perguruan Diniyah Putri yang wajar
dan memberikan sinar yang lembut di dalam kehidupan, serta
mendapatkan dukungan dari masyarakat Islam.
b. Tiga Garis
Melambangkan tiga masa yang telah dilalui oleh usia Perguruan
Diniyah Puteri:
1) Masa penjajahan Belanda
2) Masa penjajahan Jepang
3) Masa Indonesia merdeka
2 Hasil wawancara dengan Fauzian Fauzan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sekaligus cucu Rahmah El Yunusiyah. Rabu, 23 Maret 2011.
63
c. Bola Dunia
Melambangkan tekad dari Perguruan Diniyah Putri untuk
menyempurnakan seruan Ilahi guna kesejahteraan masyarakat dan
tanah air, bahkan kesejahteraan seluruh ummat di mayapada ini. Juga
melambangkan bahwa ajaran dan pendidikan Islam itu bersifat
universal.
d. Tangan Memegang Lilin
Melambangkan kepemimpinan kepengurusan yang penuh disiplin dan
tangung jawab untuk terlaksananya pendidikan dan pengajaran pada
Diniyah Putri.
e. Lembaran Al-Qur`an
Melambangkan Perguruan Diniyah Putri mendasarkan pendidikannya
kepada ajaran Al-Qur`an dan Sunnah.
f. Ka`batullah
Melambangkan pendidikan Perguruan Diniyah Putri ditujukan untuk
memperoleh hidup dan kehidupan tentram, penuh keridhaan Ilahi di
dalam Negara Republik Indonesia yang berpancasila.
g. Puncak Menara Masjid
Melambangkan medan da’wah dan tabligh, menyampaikan yang hak
dan mengahapus yang batil. Amar ma’ruf dan nahi munkar.
h. Puncak Bangunan Asrama
64
Melambangkan cita-cita Perguruan Diniyah Putri yang menjulang
tinggi dan selalu memanggil untuk berbuat amal kebajikan di dalam
masyarakat.3
Menurut murid Rahmah El Yunusiyah, dakwah dalam pandangan Rahmah
El Yunusiyah adalah mencontohkan ibda` bi nafsik (memberi suri teladan yang
baik) dan mengamalkan ajaran Islam yang diperolehnya, baik pada dirinya juga
pada keluarganya dan masyarakat sekitar.4
Adapun yang melatarbelakangi Rahmah El Yunusiyah untuk berdakwah
adalah :
“Beliau adalah keturunan ulama besar Syekh Yunus, Syekh Yunus itu muridnya bertebaran di seluruh Indonesia. beliau anak seorang ulama dan darah ulama itulah yang mengalir dalam dirinya. Kemudian dilihat lagi dia keturunan berdarah biru kemanakan dari Penghulu dan Datuk Bagindo Maha Rajo suku Sikumbang makanya dulu orang menamakan Rahmah El Yunusiyah itu dengan Orangkayo Rahmah El Yunusiyah. Karena dia mendapat turunan seorang ulama makanya itu dia juga mempunyai rasa tanggung jawab. Selain itu melihat keterpurukan wanita di waktu dia masih muda betapa sulitnya bagi seorang wanita untuk mencari ilmu sehingga untuk mengajar Rahmah El Yunusiyah kakaknya terpaksa mendatangkan guru dari luar seperti Dr. Abdul Karim Amrullah, Dr. Amrullah Ahmad, Abdul Hamid Hakim, Syekh Rauf Rasidi begitu berganti terus itu dengan cara mencari waktu-waktu yang senggang dengan beliau-beliau yang sibuk untuk bisa mengajar adiknya itu juga tidak dipersoalkan malam, siang dan pagi, bahkan dimana waktu Rahmah tersedia dimana ada waktu senggang bagi para ulama besar itu, jadi dia memikirkan bagaimana sulitnya mencari ilmu dan di waktu itu. Belum ada lembaga pendidikan khusus untuk wanita, karena belum ada lembaga pendidikan khusus untuk wanita maka setelah dia dianggap mampu dengan ilmu yang di ambilnya baik dengan kakak sendiri, baik dengan ulama-ulama besar maupun juga dengan mendatangkan guru-guru yang mengajarkan keterampilan. Dia tahun 1923 melapor kepada kakanya Zainuddin Labay El Yunusy ingin mendirikan sekolah maka disetujui oleh kakaknya maka berdirilah Diniyyah Puteri Padang Panjang untuk muda-muda”.5
3 Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri,Peringatan 55 tahun
Diniyyah Puteri Padang Panjang ,(Jakarta: CV Ghalia Indonesia,1978)h.33. 4 Hasil wawancara dengan Nurjannah Ali murid Rahmah El Yunusiyah. Senin, 8 Maret
2011. 5 Hasil wawancara dengan Prof.Dr. Fauzan M.A selaku menantu Rahmah El Yunusiyah.
Rabu, 11 Mei 2011.
65
Motivasi Rahmah El Yunusiyah dalam Berdakwah menurut Bu Fauziah
Fauzan adalah “wanita adalah tiang negara”, bagaimana negara mau berubah dan
maju jika wanitanya masih dalam keterpurukan, karena wanita itu akan
melahirkan generasi-generasi pejuang Islam. Maka dari itu sangat diperlukannya
suatu lembaga pendidikan khusus kaum wanita untuk mempersiapkan wanita-
wanita tangguh yang dapat menghadapi tuntutan dan tantangan zaman, dan juga
wanita-wanita tersebut akan melahikan generasi penerus tangguh, maka
diperlukan calon-calon ibu yang tangguh pula. Hal inilah yang menjadi motivasi
Beliau dalam berdakwah melalui sekolah khusus puteri yang didirikannya
berdasarkan Al-Qur`an dan sunnah.6
2. Tujuan Dakwah Menurut Rahmah El Yunusiyah
Adapun tujuan dakwah Rahmah El Yunusiyah dapat terlihat dari tujuan
berdirinya Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sebagai berikut :
Tujuan Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang.
Didirikannya Perguruan Diniyyah Putri ini adalah untuk kepentingan hidup
manusia itu sendiri, di antaranya adalah wanita. Dalam ajaran Islam dikatakan
bahwa surga berada ditelapak kaki kaum wanita. Maka untuk tercapai dan
terwujudnya surga yang dijanjikan Tuhan itu, wanita ini harus baik dalam
masyarakat, baik dalam rumah tangga dan baik di mana saja ia berada. Untuk
terwujudnya kesemuanya itu ia harus dididik. Atas dasar inilah didirikan
Perguruan ini, yaitu: “membentuk putri yang jiwa Islam”. Dengan rumusan ini
diartikan membentuk putri yang berpandangan luas dalam kehidupan, yang
dalam hidupnya dapat bersikap sesuai dengan yang diajarkan oleh agama Islam,
6 Hasil wawancara dengan Fauzian Fauzan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sekaligus cucu Rahmah El Yunusiyah. Rabu, 23 Maret 2011.
66
ia harus dapat mengusahakan kebaikan dan kesejahteraan lahir dan batin, baik
bagi dirinya sendiri, maupun bagi masyarakat yang lebih luas dengan jalan
mentaati perintah Tuhan atas kesadaran diri untuk mengabdi kepadaNya.
Dengan kalimat yang sederhana maka tujuan pendidikan Perguruan ini
adalah “membentuk putri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan
aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air
atas pengabdian kepada Allah Subhanahu Wata’alaa”, artinya “membentuk putri
yang berjiwa Islam” ialah perguruan ini berusaha membentuk pribadi gadis
remaja untuk memiliki jiwa Islam, dengan pengertian bahwa semua tingkah
laku, cara berpikir, amal ibadat dan pergaulannya harus sesuai dengan yang
dikehendaki dan diajarkan oleh Islam.
Selama anak didik berada dalam Perguruan ini ia diarahkan untuk dapat
menjadi “ibu pendidik”. Ibu pendidik dalam tujuan pendidikan Perguruan ini
mempunyai tiga pengertian yaitu:
a. Ibu pendidik yang baik dalam rumah tangga. Menurut fitrahnya wanita
adalah menjadi ibu rumah tangga dan pendidik utama bagi anak-anaknya.
Rumah tangga akan tercermin dalam tingkah laku sehari-hari dari anggota
keluarga.
b. Ibu pendidik yang baik di sekolah. Perguruan berkeyakinan bahwa setiap
wanita mempunyai bakat untuk menjadi pendidik atau pengajar. Sifat lemah
lembut adalah sifat utama bagi pendidik yang baik, dan ini dimilliki terutama
oleh wanita.
c. Ibu pendidik yang baik dalam masyarakat, yaitu jadi pemimpin wanita dan
sebagai pengajar dalam masyarakat atau mubalihgat.
67
Kepada calon ibu pendidik yang baik ini diberikan bekal ilmu pengetahuan,
kecakapan, didorong aktif mengembangkan ilmu pengetahuan yang dilimikinya.
Di samping itu, kepada mereka diberikan bekal yang sangat penting ialah ilmu
cara mendidik, supaya mereka mempunyai rasa tanggung jawab terlaksananya
kesejahteraan di dalam masyarakat dan bertanggung jawab terhadap tanah airnya
sebagai warga negara yang baik. Semua rasa tanggung jawab dan amal ini harus
didasarkan kepada pengabdian kepada Allah subhanahu wata’ala. Kepada anak
didik Perguruan ini ditanamkan agar jangan beramal atau berbuat sesuatu
kebajikan karna mengharapkan balasan dari sesama manusia. Hanya kepada
Allahlah kita menyerahkan segala amal perbuatan kita. Inilah pribadi yang hendak
dibentuk oleh Perguruan ini selama mereka berada di bawah tangung jawab
perguruan dan menjadi cita-cita dari pendirinya semula yaitu Rahmah El
Yunusiyah.7
Menurut Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Bu Fauziah Fauzan tujuan
perguruan diniyyah puteri adalah:
“Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas pengajaran Islam dengan tujuan Membentuk puteri-puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah subhanahu wata’ala. Artinya setiap alumni Diniyyah Puteri ini disamping bisa mensejahterakan dirinya, harus bisa mensejahterakan orang lain ini adalah mental seorang Entrepreneur bukan menciptakan seorang mental pegawai, artinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan, karena kemiskinan dapat menjerumuskan kamu kapada kekufuran. Dan tanah air artinya kamu akan mengendalikan bangsa ini ketika posisi jabatan ditanganmu yang kamu utamakan adalah kesejahteraan masyarakat, setelah sejahtera masyarakat, baru gampang mengatur masyarakat. Dan kamu harus ikhlas apapun resikonya karena semua itu semata-mata atas pengabdian kepada Allah. Cakap dan aktif, cakap berarti kompeten sesuai dengan kompetensinya, diakui kemampunannya lalu aktif bergerak aktif tidak menunggu, proaktif. Berjiwa
7 Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri, Peringatan 55 tahun
Diniyyah Puteri Padang Panjang ,(Jakarta: CV Ghalia Indonesia,1978)h.37.
68
Islam, ibu pendidik, ibu pendidik beda artinya dengan mengajar, kalau mengajar hanya memindahkan dari buku ke papan tulis dan dari papan tulis ke pada anak murid, tapi mendidik adalah bagaimana orang dapat mengalami perubahan sikap dan perilaku, maka orang yang berpendidikan akan terllihat beda dengan orang yang tak berpendidikan dari segi perilakunya, karena perilakunya mencerminkan pendidikannya”. 8
Berdasarkan hal di atas, menurut penulis pemikiran dakwah Rahmah El
Yunusiyah merupakan suatu ide atau gagasan dalam berdakwah yang bercermin
kepada kepribadian Rasulullah saw, dengan selalu berlandaskan kepada Al-
Qur`an dan Al- Hadist yang ditujukan kepada kalangan wanita Sebagaimana kata
mutiara menyebutkan Al ummu madrasatil uula yang artinya ibu adalah sekolah
yang pertama, maksudnya anak mendapatkan pendidikan pertama dari ibunya
terlebih dahulu ibulah yang mengajarkan anaknya baik buruk anaknya tergantung
bagaimana seoang ibu mengajarkan anaknya.
3. Subjek dakwah Rahmah Menurut El Yunusiyah
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok atau berbentuk
lembaga atau organisasi. Menurut Rahmah El Yunusiyah sifat-sifat yang
menjadi penting bagi seorang Pemimpin dalam masyarakat:
a. Berpengetahuan luas dan berpengalaman banyak.
b. Ber-akhlak tinggi dan mulia.
c. Bermatabat tinggi, terutama sebagai seorang suggestor yang ulung yang
bisa berhasil.
d. Bermental kuat, tak mudah gugup/panik dalam kegoncangan fisik yang
menimpa masyarakat pimpinannya.
8 Hasil wawancara dengan Fauzian Fauzan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sekaligus cucu Rahmah El Yunusiyah. Rabu, 23 Maret 2011.
69
e. Berkemauan kuat dan tak mudah bosan serta putus asa.
f. Tegas, tidak ragu-ragu dalam keputusan dan tindakan-tindakannya,
tetapi juga harus mempunyai sifat-sifat yang demokratis.
g. Sabar, tabah, rendah hati (bukan rendah diri), cinta dan tanggung jawab
terhadap rakyat pimpinannya. 9
Menurut Rahmah El Yunusiyah seorang Muballigh Islam karena lingkungan
bergeraknya adalah lain dan lebih luas maka syarat-syarat bagi seorang
Mubaligh Islam di tambah lagi dengan :
a. Mangetahui dan menguasai pengetahuan yang akan diajarkan.
b. Bersifat tenang, sabar, simpatik dalam tingkah dan kata. Tidak gegabah
dan tidak terburu-buru.
c. Mengerti akan asas-asas politik yang dilaksanakannya dan yakin akan
benarnya asas-asas yang diturut itu.
d. Mempunyai akhlak yang luhur mulia, serta semuanya itu hendaknya dapat
diperlihatkannya dalam tindak sikapnya sehari-hari.
e. Mempunyai rasa tanggung jawab dan cinta yang merata.
f. Mempunyai pengetahuan umum yang luas, baik mengenai pengetahuan
alam, atau ilmu politik, sosiologi dan sebagainya.
g. Mengerti tentang berbagai macam ilmu jiwa, seperti : ilmu jiwa sosial,
ilmu jiwa etik, ilmu jiwa kriminil dan sebagainya.10
Mubaligh Islam adalah “kader Islam” yang memperjuangkan kejayaan
Islam, maka sifat-sifat dan syarat-syarat bagi seorang kader haruslah juga
diliriknya.
9 Ibid.h.403. 10 Ibid.h.404
70
Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha merubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT,
baik secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi
informasi dan pembawa misi.11 Adapun Landasan Rahmah El Yunusiah dalam
berdakwah adalah :
a. Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Memperjuangkan terciptanya suatu masyarakat Islam yang berakhlak mulia
dengan mengangkat derajat kaum wanita ketempat yang sewajarnya sesuai
dengan ajaran Islam.
c. Cara beliau berjuang untuk mencapai cita-cita ialah dengan melalui
pendidikan dan dakwah.
d. Untuk pedoman dalam melaksanakan pendidikan, beliau telah mengariskan
tujuan pendidikan pada Diniyyah Puteri , sebagai berikut :
Tujuan pendidikan Perguruan “membentuk puteri-puteri yang berjiwa
Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif, serta bertanggung jawab
tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian
kapada Allah subhanahu wata’ala”. 12
4. Objek Dakwah Menurut Rahmah El Yunusiyah
Objek dakwah yang menjadi sasaran Rahmah El Yunusiyah adalah seluruh
mayarakat, terutama para wanita-wanita yang nantinya akan melahirkan
11 M. Hafi Anshary, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1993),
Cet. Ke-1, h.179. 12 Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.73.
71
generasi-generasi pembaharu Islam maka dari itu haruslah mempunyai modal
pendidikan yang cukup dan layak guna terwujudnya kader-kader tangguh yang
berjiwa Islam.
5. Metode Dakwah Rahmah El Yunusiyah
Metode dakwah Rahmah El Yunusiyah adalah Al-Hikmah hal ini terlihat dari
macam-macam mata pelajaran yang dipilih oleh Rahmah El Yunusiyah untuk
murid-muridnya agar siap dan mempunyai modal untuk menghadapi kehidupan
yang sebenarnya selepas mengenyam pendidikan di Diniyyah Puteri Padang
Panjang. Al-Mauidzatul Hasanah terlihat dari bagaimana standar guru pendidik
yang diberikan Rahmah El Yunusiyah untuk mengajarkan mata pelajaran kepada
santriwatinya. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan pada saat proses belajar dan
mengajar banyak sekali pertukaran pemikiriran antara guru dengan murid yang
dapat membangun jiwa kritis terhadap pelajaran serta pengembangan intelektual
santriwatinya.
6. Materi Dakwah Rahmah El Yunusiyah
Dalam pemberian materi dapat terlihat dari macam pelajaran dan hikmah dari
pelajaran tersebut mengapa di ajarkan atau kurikulum Diniyyah Putri yang dipakai
di lingkungan sendiri yang seperti :
a. Pelajaran Tenun
1) Menanamkan rasa cinta kepada hasil karya sendiri.
2) Melatih sikap teliti, lapang dada dan sabar dalam menyelesaikan suatu
persoalan betapapun rumitnya, serumit menyelesaikan benang kusut.
3) “kusut benang cari pangkalnya, keruh air periksa ka hilirnya” demikian
bunyi peribahasa.
72
Memutuskan suatu pemasalahan tidak boleh terburu-buru. Periksa dulu
asal mula dan pokok pangkalnya.
4) Pandai menyambung benang putus, memberikan pendidikan agar
seseorang itu harus selalu berusaha dan sanggup menguhubungkan
kembali silahturrahmi yang telah putus dengan kebijaksanaan dan
kecekatannya.
5) “kusut menyelesai, keruh memperjenih, putus menyambung”, itulah
pendidikan yang ditanamkan dengan pelajaran tenun kapada pelajar
Diniyyah Puteri.
b. Pelajaran Anyam – Menganyam
1) Menanamkan rasa cinta kapada hasil karya sendiri.
2) Dijadikan kaca pembanding dan ibarat, bahwa seorang yang telah cukup
berilmu dan berpengetahuan, haruslah mengamalkannya terutama untuk
diri sendiri, kemudian mengajarkan dan menyampaikannya kepada orang
lain, tidak dipendam saja, bahkan janganlah sampai ilmu itu diduduki
“seperti menganyam tikar, mana yang sudah selesai di duduki sendiri”.
c. Pejaran Masak – Memasak
Daya tarik seorang wanita bukan hanya terletak pada pandainya bersolek
mempercantik diri, akan tetapi terutama pada kepandaiannya memasak,
mengolah berbagai macam bahan makanan menjadi bahan hidangan yang
lezat yang bisa mengikat hati suami untuk betah tinggal di rumah, tidak suka
jajan di luar, makan di restoran. Tentu saja penyuguhannya harus disertai
dengan tutur kata yang menyenangkan dan air muka yang jernih.
73
d. Pelajaran Jahit – Menjahit
1) Menimbulkan jiwa kreasi dan kemauan menciptakan keindahan dalam
menata warna, bentuk dan susunan.
2) Menimbulkan gairah menggunting dan menjahit pakaian sendiri, serta
menisik, manambal, dan mereparasi pakaian yang robek dan usang, jangan
membiasakan membuang atau tidak mau memakai pakaian yang sudah
robek atau lusuh.
e. Pelajaran PPPK / Ilmu Perawatan / Kebidanan
Untuk menanamkan jiwa sosial, tabah, berani dan sopan santun. Suka
menolong sesama manusia di masa kesusahan/kesulitan, tanpa membedakan
bangsa dan agama, terutama dalam menghadapi suatu peristiwa mendadak
atau kecelakaan.
f. Pelajaran Kesenian
Diberikan untuk membentuk jiwa dan pribadi supaya berbudi, lembut dan
menyenangkan. Seni adalah indah. Mempelajari seni berarti mempelajari dan
mengenali keindahan. Dan dengan menghayati hal-hal yang indah, orang
dapat terhindar dari sifat-sifat dan kerja kasar, keras dan buruk.
g. Pelajaran – pelajaran kereampilan yang diberikan sebagai mata pelajaran
ektra kurikuler, kelak dikemudian hari akan sangat berguna sebagai alat
penunjang yang tidak kecil artinya bagi para alumni Perguruan Diniyyah
Puteri dalam menghadapi tantangan hidup dunia ini.13
13 Ibid.h.160
74
Itu semua pelajaran tambahan keterampilan yang diperlukan bagi seorang
wanita yang berguna dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti yang dikatakan oleh
Pak Fauzan,
“Memberikan kepada mereka keterampilan, bukan saja di bidang agama, misalnya jahit menjahit, bordir dan segalanya juga menjadi program di Diniyah, itu juga sudah termasuk dakwah. Melatih anak-anak untuk mampu melakukan bantuan pertolongan (P3K) kepada masyarakat melalui palang merah asal itu semua di lakukan atas dasar karena Allah itu juga dakwah. Jadi kegiatan dakwah juga termasuk membela negara, sebenarnya dia itu juga pejuang itu dakwah, jadi dakwah itu bagi Rahmah bukan hanya duduk di kursi dengan menceramahi orang, lakukanlah kegiatan apa saja dan sampaikan ke orang itu bisa berbentuk suri teladan yang sukses, bisa dengan melakukan perbuatan yang baik itu sudah dakwah juga. Membikin lembaga-lembaga pendidikan, membikin usaha, membikin keterampilan semua itu dakwah, jadi kalau dikatakan dakwah yang dilakukan Diniyah dan Rahmah, itu mencakup seluruh aspek kehidupan yang bisa dilakukannya yang semua didasarkan karena Allah itu sudah termasuk dakwah bagi Rahmah. Menjaga diri dari perbuatan tercela, berbuat baik sesuai agama itu dakwah. Gambaran Rahmah terhadap dakwah itu sangat besar. Dakwah yang dilakukan Rahmah itu tujuannya bagaimana Islam itu benar-benar rahmatan lil’alamin itu benar-benar dinikmati orang itu adalah dakwah Islam yang sebenarnya. Menjadikan Islam rahmatan lil’alamin itu bisa dengan perbuatan bisa dengan sikap. Bisa juga dengan kita berbicara, bisa juga dengan kita tidak berbicara tetapi berbuat sesuatu yang bisa menenangkan hati orang”.14
Nampaklah dengan jelas bahwa materi dakwah Rahmah El Yunusiyah
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dimana semua itu dilakukan
berdasarkan karena Allah semata.
7. Media Dakwah Menurut Rahmah El Yunusiyah
Menurut Pak Fauzan, “Dakwahnya tidak terbatas, dia menjadikan seluruh
anak didiknya menjadi da’iyah yang bukan hanya di atas mimbar, dai’yah itu
bisa di pasar, bisa di rumah tangga, bisa juga di tempat kerja untuk bisa menjadi
14 Hasil wawancara dengan Prof.Dr. Fauzan M.A selaku menantu Rahmah El Yunusiyah.
Rabu, 11 Mei 2011.
75
yang demikian dapat terwujud melalui jalur pendidikan, tanpa dididik tidak akan
bisa”. 15
Jadi media dakwah yang digunakan Rahmah El Yunusiyah nampak jelas dan
nyata dengan berdirinya sebuah lembaga pendidikan khusus puteri yaitu Pondok
Pesantren Modern Khusus Puteri Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang.
Guna mencetak kader-kader yaitu wanita-wanita berjiwa Islam yang tangguh
yang mempunyai modal pendidikan yang layak seperti yang dicita-citakan
Rahmah El Yunusiyah.
Landasan ideal dari pelaksanaa cita-cita Rahmah El Yunusiyah itu adalah
Al-Qur`an dan As-sunnah. Untuk menjadikan seorang berimankan Islam,
berakidahkan akidah Islam dan berbudi pekerti akhlak Islam, haruslah mendidik
dan mengajarkan semua itu kepadanya melalui pendidikan kitab suci Al-Qu`anul
Karim dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Untuk mencapai cita-citanya itu Rahmah El Yunusiah berjuang melalui
pendidikan dan dakwah. Pendidikan diberikan melalui lembaga Pendidikan
Diniyyah Piteri yang beliau dirikan dan pimpin sejak 1 November 1923.
Disamping itu, dakwah pelajar-pelajar yang telah mengikuti latihan-latihan
pidato dan dakwah di Perguruan tersebut.16
C. Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah
Segala sesuatu yang berhubungan dengan segala kegiatan manusia disebut
aktivitas, aktivitas juga tidak terlepas dari organ-organ tubuh secara keseluruhan.
15ibid 16Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.101.
76
Aktivitas dakwah merupakan suatu kegiatan juru dakwah dalam mengemban
misi dakwahnya untuk mengubah mad’unya ke jalan Allah swt secara bertahap
menuju kehidupan yang Islami.
Bentuk–bentuk aktivitas dakwah yang dilakukan Rahmah El Yunusiyah
seperti apa yang dikatakan oleh Pak Fauzan, “Tidak hanya dengan bentuk
tertentu, dakwah itu harus meresap dengan dalam seluruh bentuk kegiatan tetap
dalam motovasi yang sama ibtidaa il mardhatillah semua itu karena Allah”.17
Setelah berdirinya Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang pada tanggal
1 Nobember 1923, ada beberapa ibu-ibu yang sudah berumahtanga datang
kepada Rahmah El Yunusiyah supaya mereka bisa belajar juga seperti yang di
ajarkan pada murud-muruinya di Diniyah Puteri, karena mereka belum
mendapatkan kesempatan bersekolah waktu mudanya, lalu Rahmah El
Yunusiyah mendirikan Sekolah Manyasa untuk mereka dengan kurikulum yang
sama dan dengan guru yang sama dengan sekolah Diniyyah Puteri cuman
waktunya saja yang berbeda, Diniyyah Puteri sekolah di pagi hari sedangkan
Sekolah Manyasa di sore hari. Sebagaimana wawancara dengan Pak Fauzan,
“Maka untuk yang sudah menikah dan yang sudah janda mereka datang kepada bu Rahmah, “kak kalau mereka yang muda-muda sudah mendapatkan sekolah lalu bagaimana dengan kami yang ingin bersekolah juga belajar?”, lalu bu Rahmah mendirikan sore hari sekolah yang bernama sekolah Manyasa (sama dengan sekolah paket A,B,C sekarang) tetapi kurikulumnya sama dengan pagi, gurunya juga sama tetapi hanya waktunya saja yang sore. Jadi kalau sekarang kita mengenal paket A,B,C Rahmah telah mendahuluinya pada tahun 1923. Pagi formal, sore sekolah Manyasa. Dinamakan sekolah Manyasa karena orang itu belum sempat sekolah sebelumnya makanya dikejarkan”.18
17 Ibid. 18 Hasil wawancara dengan Fauzian Fauzan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang
Panjang sekaligus cucu Rahmah El Yunusiyah. Rabu, 23 Maret 2011
77
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang sekaligus cucu Rahmah El Yunusiyah, aktivitas dakwah Rahmah
El Yunisiyah dapat dilihat dengan berdirinya Pondok Pesantren Modern Khusus
Puteri Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang, Rahmah El Yunusiyah
berdakwah bukan hanya sekedar dari mimbar ke mimbar tetapi dengan
mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-kader (wanita-wanita yang akan
manjadi calon ibu) dan penerus generasi Islam (anak yang akan dilahirkannya).
Maka dari itu Rahmah El Yunusiyah mendirikan sekolah khusus puteri
berdasarkan Al-Qur`an dan hadist yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat,
dan bangsanya.19
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang adalah lembaga pendidikan agama
yang berdasarkan Islam yang berepedoman kepada Al-Qur`an dan Sunnah Nabi
Muhammad saw. Hal ini berarati bahwa segala kegiatan pendidikan yang dalam
lingkungan pergurun ini seluruhnya didasarkan atas hikmah ajaran Islam yang
pokok-pokoknya telah termaktub dalam Al-Qur`an dan Sunnah.
Kehidupan ini penuh dengan pendidikan, baik dalam arti sempit ampun dalam
arti luas. Manusia sejak dilahirkan telah mengalami pendidikan, bahkan lebih
awal daripada itu yaitu sejak dari dalam perut ibunya, dengan pendidikan ibunya
sendiri.
Demikian juga halnya dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan kepada umat
yang menyakini kebenarannya, bahwa ia dijadikan oleh Allah adalah untuk
menyembah dan mengabdi kepdaNya. Manusia diciptakan Allah dimuka bumi ini
dengan tujuan tertentu. Kehadiran manusia dimuka bumi ini adalah sebagai
19ibid
78
khalifah Allah yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dijadikan
Allah. Manusia turun ke bumi ini adalah unttuk menunaikan amanah Allah, yaitu
berbuat kebajikan di dunia ini, mencari kesejahteraan lahir dan batin atas
ridhaNya dan saling memberikan nasihat kepada sesamanya agar dapat kembali
dengan selamat kepada Allah yang menciptakannya.
Pada masa penjajahan jepang, selain lebih menekuni kesempurnaan
pendidikan di sekolahnya, Rahmah El Yunusiyah sangat memperhatikan
keadaan sosial dan kehidupan masyarakat yang dari hari ke hari semakin
menderita akibat dari peperangan dan tekanan penjajahan. Dalam suasana kritis
seperti ini Rahmah El Yunusiyah tidak mau berdiam diri. Dari dapur keluarga
dan dapur asrama setiap memasak nasi harus dipisahkan beras genggaman yang
seminggu sekali di kumpulkan. Begitu pula kepada masyarakat di daerah-daerah
dianjurakan agar menggalakkan pengumpulan beras jumputan untuk membantu
fakir miskin yang setiap hari berdatangan ke rumah kediaman Rahmah El
Yunusiyah di kompleks Diniyyah Puteri.20
Untuk membantu rakyat yang banyak tidak mempunyai pakaian lagi, bahkan
sudah memakai baju goni dan kulit tarok, tanpa berpikir panjang Rahmah El
Yunusiyah lalu mengunting celana dan baju dari kain taplak meja makan
asrama, kain-kain tutup rak buku dan dari layar belacu pelingkari kolam di
hadapan sekolah yang digunakan murid-murid sekali seminggu untuk berenang
pagi hari. Murid-murid disuruh memotong baju mereka sepanjang sejengkal,
20 Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.60.
79
kemudian disambung-sambungkan dan digunting untuk dijadikan baju dan
celana yang akan disumbangkan kepada fakir miskin yang membutuhkannya.21
Rahmah El Yunusiyah juga seorang bidan. Dan beliau tidak jarang
membantu proses persalinan secara cuma-cuma seperti yang terjadi pada seorang
laki-laki keturunan Cina datang kepada Rahmah El Yunusiyah meminta tolong
dipinjami uang karena istrinya sedang sakit akan melahirkan, sedangkan biaya
persalinan dirumah sakit belum ada. Rahmah El Yunusiyah menawarkan jasa
baiknya untuk menolong persalinan istrinya itu, dan soal biaya tidak usah
difikirkan. Orang itu mulanya kurang percaya kalau Rahmah Rahmah El
Yunusiyah bisa menolong wanita yang akan melahirkan anak, tapi setelah
diyakinkan oleh Rahmah El Yunusiyah diapun pulang ke rumahnya.
Setelah laki-laki itu pergi, Rahmah El Yunusiyahpun segera menyiapkan
alat-alat yang diperlukan guna menolong kelahiran bayi, lalu berangkatlah ke
rumah keluarga tersebut. Pukul 11.00 siang itu lahirlah bayi dari perempuan
Cina itu dengan selamat, yaitu seorang anak laki-laki. Sejak masa kanak-kanak
dia sudah mengetahui bahwa kelahirannya ke dunia ini ditolong oleh seorang ibu
berjiwa sosial, guru dan pemimpin dari sekolah Diniyah Puteri yang terkenal itu.
Setelah dewasa dengan keinsyafan dan kesadarannya sendiri, dia tinggalkan
agama nenek moyangnya dan memilih Islam sebagai agamanya yang langsung
dipelajarinya secara sungguh-sungguh, sehingga akhirnya di samping
pekerjaannya menjual obat-obatan untuk penghidupannya, dia selalu berdakwah
dan bertabligh ke mana saja dia pergi di berbagai daerah di Sumatra Barat.
21 Ibid
80
Dalam dakwah itu selalu dia ceritakan, bahwa dia adalah seorang keturunan
Cina dari Padang Panjang yang ketika lahirnya ke dunia telah disambut oleh
kedua tangan Ibu Rahmah El Yunusiyah, guru dan pemimpin agama Islam itu,
sebagai bidannya. Terkesan oleh keadaan dan peristiwa kelahirannya itu, Allah
SWT telah memberi hidayah dan membukakan hatinya untuk menerima Islam
sebagai agamanya yang dia anut bukan dengan paksaan siapapun.22
Selain mengasuh Diniyyah Puteri, Rahmah juga aktif di bidang pergerakan
sosial, keagamaan, dan politik yang pada tahun 1930-an tumbuh subur di
Padang Panjang. Ia ikut dalam pergerakan Permi (Persatuan Muslimin
Indosesia) yang berdiri pada tahun 1930-an. Ia juga dekat dengan kalangan
Muhammadiyyah, serta bekerjasama dengan tokoh wanita Rasuna Said yang
juga mengajar di Perguruannya.
Rahmah juga aktif dalam pergerakan menentang praktik-praktik
penindasan ataupun pergerakan oleh penjajah Belanda. Hal itu ia lakukan
antara lain dengan mendirikan Perserikatan Guru-Guru Poetri Islam di
Bukittinggi, menjadi ketua panitia penolakan Kawin Bercatat, dan ketua
Penolakan Organisasi Sekolah Liar. Pada tahun 1933 Rahmah memimpin
rapat umum kaum ibu di Padang Panjang, hal ini menyababkan dia didenda
pemerintah Belanda 100 gulden karena dituduh membicarakan politik.23
Dia juga menjadi anggota pergurus Serikat Kaum Ibu Sumatra (GKIS)
Padang Panjang, organisasi yang berjuang menegakkan harkat kaum wanita
22 Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri,Peringatan 55 tahun
Diniyyah Puteri Padang Panjang ,(Jakarta: CV Ghalia Indonesia,1978)h.249 23Hasril Chaniago.101 Orang Minang di Pentas Sejarah,(Padang:Citra Budaya
Indonesia,2010) h.426.
81
dengan menerbitkan majalah bulanan. Aktivitasnya yang lain adalah
mendirikan Khuttub Khannah (taman bacaan) untuk masyarakat.
Pada tahun 1935 Rahmah mewakili kaum ibu Sumatra Tengah ke kongres
perempuan di Jakarta. Dalam kongres ini ia bersama Ratna Sari
memperjuangkan kaum wanita Indonesia memakai selendang. Sehabis
kongres ia agak lama tinggal di Jakarta untuk mendirikan pendidikan untuk
kaum putri di Gang Nangka, Kwitang, Kebon Kacang, Tanah Abang,
Jatinegara, dan jalan Johar di Rawasari.24
Pada zaman Jepang, selain menjalankan sekolahnya yang sudah maju, ia
juga aktif dalam berbagai organisasi dan gerakan sosial maupun politik. Salah
satunya melalui organisasi Anggota Daerah Ibu (ADI) yang bertujuan
menetang Jepang menggunakan wanita-wanita Indonesia, khusunya Sumatra
Tengah, sebagai penghibur untuk melayani tentara Jepang. ADI juga menuntut
pemerintah militer Jepang menutup semua rumah kuning (rumah bordil)
karena bertentangan dengan kebudayaan Indonesia dan agama yang dipeluk
penduduknya. Gerakan ADI boleh dikatakan berhasil, sehingga Jepang
terpaksa mendatangkan wanita-wanita penghibur dari Korea dan Singapura.25
Pada masa itu Rahmah El Yunusiyah juga menjadi ketua Haha Nokai
(Organisasi Kaum Ibu) di Padang Panjang dan menjadi pengurus organisasi
yang sama untuk tingkat Sumatra Tengah. Menjelang akhir pendudukan
Jepang, Rahmah juga menjadi anggota peninjau yang dipimpin Mohammad
24 ibid.h.247. 25 Ibid.h.427.
82
Sjafei. Di samping itu ia juga menjadi anggota Mahkamah Syari’at
Bukittinggi dan anggota Majelis Islam Tinggi Sumatra Tengah.26
Aktivitasnya yang beragam ini membuat nama Rahmah El Yunusiyah
dikenal secara luas dikalangan pergerakan di Jawa. Sehingga setelah
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memasukkan
namanya sebagai Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Namun
Rahmah El Yunusiyah batal pergi ke Jakarta karena tak bisa meninggalkan
ibunya yang sedang sakit di Padang Panjang.27
Gagal menjadi anggota KNIP, Rahmah El Yunusiyah duduk sebagai
anggota KNI daerah Sumatra Tengah dan memprakarsai pembentukan KNI
kota Padang Panjang. Ia juga menjadi salah seorang pelopor pembentukan
BKR (Badan Keamanan Rakyat) di Padang Panjang, tanggal 2 Oktober 1945.
Dalam hal ini, sekolah Diniyyah Puteri yang dipimpin Rahmah El Yunusiyah
mempunyai andil besar. Sebelum TKR mempunyai markas tetap, kesekolah
inilah para tentara Republik datang bergiliran untuk makan tiga kali sehari
karena di sini Rahmah El Yunusiyah beserta para guru dan murid-muridnya
menyelenggrakan dapur umum.28
Rahmah El Yunusiyah adalah orang pertama mengibarkan bendera merah
putih di Kota Padang Panjang beberapa saat setelah kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan Soekarno-Hatta pada 17 agustus 1945.29
Selama perang kemerdekaan, Rahmah El Yunusiyah juga ikut berjuang
dalam arti fisik walau tidak memanggul senjata. Setelah kota Padang kembali
26 Ibid.h.427. 27 Ibid.h.428. 28 Ibid.h.428. 29Koran Singgalang 28 April 2009 (3 Jumadil Awal 1430 H). Dimbil dari Kumpulan
Kliping Rahmah El Yunusiah Disusun Oleh Humas Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
83
diduduki Belanda, bayak para pemuda mengungsi ke Padang Panjang.
Rahmah El Yunusiyah mengumpulkan mereka dan mambentuk pasukan yang
tujuannya melakukan penyusupan ke kota Padang sambil melakukan
pengacauan dan mencari senjata.
Setelah kota Padang Panjang, diduduki Belanda pada agresi II (Desember
1948), Rahmah El Yunusiyah memindahkan basis gerakannya ke lereng
Gunung Singgalang. Tapi sebelum itu ia mengubah sekolah Diniyyah menjadi
Rumah Sakit. Tindakan itu selain bertujuan sosial juga bertujuan politik. Yaitu
agar komplek perguruan ini tidak diduduki tentara Belanda untuk dijadikan
benteng ataupun tangsi militer.30
Pada tanggal 7 Januari 1949 Rahmah El Yunusiyah ditangkap tentara
Belanda di persembunyiannya di lereng Gunung Singgalang. Ia dibawa ke
Padang Panjang selanjutnya ditahan di Padang di rumah seorang penjabat
polisi Belanda dengan penjagaan ketat dan dilarang menerima tamu. Selama
ditahan ia tidak pernah diintrogasi atau dibuat proses verbalnya. Tujuan
penahanan Rahmah El Yunusiyah hanya untuk memisahkan dia dari kaum
pejuang karena diangap besar pengaruhnya.31
Rahmah El Yunusiyah baru dibebaskan sembilan bulan kemudian, yakni
bulan September 1949 dan diberikan izin mengikuti Konferensi Pendidikan di
Yogyakarta. Setelah konferensi, ia tinggal di Jakarta karena akan menggikuti
pula Kongres Kaum Muslimin Indonesia. Ia baru kembali ke Padang Panjang
setelah penyerahan kedaulatan akhir tahun 1949.32
30 Hasril Chaniago.101 Orang Minang di Pentas Sejarah,(Padang:Citra Budaya
Indonesia,2010) .h.428. 31 Ibid.h.428. 32 Ibid.h.429.
84
Rahmah El Yunusiyah juga tercatat sebagai salah seorang pendiri partai
Masyumi di Minangkabau. Makanya, pulang dari Jakarta, di samping
membenahi kembali perguruannya, ia juga akif mengembangkan Masyumi.
Pada pemilu 1955, Rahmah dicalonkan partainya dan terpilih menjadi anggota
Parlemen (DPR) mewakili Sumatra Tengah (1955-1958).33
Meskipun aktivitas politiknya juga menonjol, tetapi nama Rahmah El
Yunusiyah lebih diidentikkan dengan Perguruan Diniyyah Puteri. Kaharuman
namanya sebagai tokoh pendidikan malampaui batas negaranya. Pada tahun
1955, Diniyyah Puteri mendapat kunjungan Rektor Universitas Al-Azhar
Kairo, Mesir, yang amat mengagumi sistem pendidikan yang dikembangkan
Rahmah El Yunusiyah. Bahkan kemudian menginspirasi Universitas Al-Azhar
membuka pula fakultas khusus untuk wanita yang diberi nama Kuliyyatul
Banat.34
Pada tahun 1956 Universitas Al-Azhar mengundang Rahmah El
Yunusiyah berkunjung ke Kairo. Dalam kunjungannya itu, oleh rapat Senat
Guru Besar Universitas Al-Azhar, ia dianugrahi gelar Syeikhah. Menurut
Buya Hamka, (majalah Aneka Minang No.18 tahun 1/1972), gelar yang
diberikan kepada Rahmah El Yunusiyah ini adalah gelar tertinggi yang
sebelumnya belum pernah diberikan kepada seorang wanita.35 Penghargaan itu
adalah buah bakti Rahmah El Yunusiyah bagi pendidikan. Dalam wawancara
dengan Pak Fauzan beliau menambahakan bahwa,
“Keistimewaan Ibu Rahmah ini pertama, dia menggagas, merencanakan, melaksanakan dan membina anak didiknya, dan dia merasa bahagia karena dia berhasil mendidik anak didiknya seperti dia. Dia melihat anak didiknya
33 Ibid.h.429. 34 Ibid.h.429. 35 Ibid.h.429.
85
menjadi mentri, dia menjadikan anak didiknya menjadi patnernya di DPR, MPR di waktu itu majelis konstituante. Anak-anak yang menjadi tokoh sebelumnya dididik sekarang menjadi patnernya, sehingga dulu waktu dia menjadi anggota DPR konstituante, anak didiknya juga terpilih diwaktu itu Syamsidar Yahya, Ratna Sari menjadi anggota konstituante sama-sama dengan dia. Jadi apa yang dia lakukan, dia tanam, dapat dia lihat, dan dia tuai akhirnya semasa hidupnya. Kalau kita lihat RA. Kartini, dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang, tetapi waktu kemerdekaan beliau sudah tidak ada lagi. Kalau Rahmah, berjuang dengan tiga masa, zaman Belanda, Jepang, Rahmah juga ikut berjuang di masa agresi malah beliau juga sempat masuk penjara karena membagi-bagikan senjata kepada tentara untuk melawan Belanda terutama batalion merapi (batalion pertama di Sumatra) beliau ikut mempersenjatainya, dan setelah kemerdekaan beliau pula yang pertama menegakkan bendera merah putih di Panjang Panjang, sebelum orang berani beliau telah lebih hadulu menegakkan bendera, ini keistimewaan Rahmah, jadi dia dapat menikmati hasil jerih payahnya melihat anak didiknya menjadi orang”. 36
Berdasarkan hal di atas, aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Rahmah El
Yunusiyah menggunakan metode dakwah Bil Al-Hal. Bil Al-Hal merupakan
metode dakwah dengan mengunakan metode nyata. Menurut penulis aktivitas
dakwah Rahmah El Yunusiah, telah memberikan kontribusi yang cukup luar biasa
bagi agama, negara, dan bangsa.
36 Hasil wawancara dengan Prof.Dr. Fauzan M.A selaku menantu Rahmah El Yunusiyah.
Rabu, 12 Mei 2011.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap pemikiran dan aktivitas dakwah
Rahmah El Yunusiyah, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pemikiran dakwah Rahmah El Yunsiyah adalah, Rahmah El Yunusiyah
berdakwah bukan hanya sekedar dari mimbar ke mimbar tetapi dengan
mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-kader (wanita-wanita yang
akan manjadi calon ibu) dan penerus generasi Islam (anak yang akan
dilahirkannya). Maka dari itu Rahmah El Yunusiyah mendirikan sekolah
khusus puteri berdasarkan Al-Qur`an dan Hadist yang dapat berguna bagi
dirinya, masyarakat, dan bangsanya. Seseorang yang dilandaskan Al-Qur`an
dan Al-Hadits serta bercermin kepada kepribadian Rasulullah saw, untuk
mengajak dan merubah manusia ke jalan Allah tanpa adanya paksaan.
Meliputi subjek dakwahnya adalah Rahmah El Yunusiyah. Objek dakwah
seluruh para wanita-wanita yang nantinya akan melahirkan generasi-generasi
pembaharu Islam maka dari itu haruslah mempunyai modal pendidikan yang
cukup dan layak guna terwujudnya kader-kader tangguh yang berjiwa Islam.
Materi dakwahnya segala sesuatu yang meliputi modal yang diperlukan
untuk mencetak kader-kader wanita tangguh yang berjiwa Islam. Metode
dakwahnya Al-Hikmah, Al-Mauidzatul Hasanah, Al-Mujadalah Bi Al-Lati
Hiya Ahsan. Media dakwahnya dengan mendirikan sebuah lembaga
87
pendidikan khusus puteri yaitu Pondok Pesantren Modern Khusus Puteri
Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang. Guna mencetak kader-kader
yaitu wanita-wanita berjiwa Islam yang tangguh yang mempunyai modal
pendidikan yang layak seperti yang dicita-citakan Rahmah El Yunusiyah.
Tujuan dakwahnya membentuk puteri-puteri yang berjiwa Islam dan ibu
pendidik yang cakap dan aktif, serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kapada Allah
Subhanahu Wata’ala.
2. Aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah yang dilakukan oleh Rahmah El
Yunusiyah menggunakan metode dakwah Bil Al-Hal. Bil Al-Hal merupakan
metode dakwah dengan mengunakan metode nyata. Tidak hanya dengan
bentuk tertentu, dakwah itu harus meresap dengan dalam seluruh bentuk
kegiatan tetap dalam motovasi yang sama ibtidaa il mardhatillah semua itu
karena Allah. Rahmah El Yunusiyah mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang pada tanggal 1 November 1923, mendirikan Sekolah
Manyasa untuk para wanita yang sudah berumah tangga karena di waktu
mudanya belum sempat bersekolah. Rahmah El Yunusiah aktiv diberbagai
organisasi kemayarakatan seperti menjadi Ketua Panitia Penolakan Kawin
Bercatat, ketua Penolakan Organisasi Sekolah Liar, anggota pergurus Serikat
Kaum Ibu Sumatra (GKIS) Padang Panjang dan lain-lain. Rahmah El
Yunusiyah ikut dalam pergerakan Permi (Persatuan Muslimin Indosesia),
mendirikan Perserikatan Guru-Guru Poetri Islam di Bukittinggi, menjadi
88
ketua Haha Nokai (Organisasi Kaum Ibu), anggota KNI daerah Sumatra
Tengah dan lain-lain.
B. Saran
1. Kepada para pelaku dakwah, da’i, dai’yah dan juga tokoh agama
setidaknya menempuh jalan baru dalam hal berdakwah. Era sekarang
bukan lagi era ceramah. Akan tetapi tidak harus menghilangkan budaya
dakwah ceramah. Sebagaimana yanng telah dilakukan oleh Rahmah El
Yunusiyah melakukan dakwah dengan cara pendidikan pesantren,
memiliki perencanaan pembimbingan terhadap umat, dan melakukan
evaluasi terhadap dakwah yang telah dilakukan.
2. Kepada para akademisi, baik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun
di Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang semoga kajian penelitian ini
sebagaimana langkah awal untuk adanya penelitian lanjutan mengenai hal
yang serupa, sehingga para penyebar agama Islam termudahkan dalam
menjalani dakwah di era modern seperti ini.
89
DAFTAR PUSTAKA
Deperteman Agama RI. Al-Qur’anul Karim. 2005. Depok: Al-Huda.
Ahmad, Amirullah. Dakwah Islam Sebagai Ilmu; Sebuah Kajian Epistimologi dan Struktur Keilmuan Dakwah. 1999. Medan: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan, vol.I.
Anshary, M. Hafi. 1993. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.
Azaz, Ibrahim dkk., 1976. Al-Mu’jam Al-Wasith. Kairo: Majma’ Al-Lughah Al-
Arabiyah. Badan Pembina Rohani Pegawai DKI Jakarta, 1989. Akhlak.Jakarta.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif,Jakarta: Prenada Media Group.
Chaniago, Hasril. 2010. 101 Orang Minang di Pentas Sejarah. Padang: Citra Budaya Indonesia.
Chaplin,James P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Dadun,Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengatahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Dahlan, Abdul Aziz. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. ichtiar Baru Van Hoove.
Didin Hafifuddin, 1998. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.
Habib, M.Syafaat. 1982. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Wijaya.
Hasanuddin, Hukum Dakwah
Hasanuddin, A. 1982. Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan. Surabaya : Usaha Nasional.
Hasyim, A. 1994. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur`An. Jakarta: Bulan Bintang.
Imarah, Muhammad. 1994. Karakteristik Metode Islam. Jakarta: IIT dan Media Dakwah.
Ismail, A.Ilyas. 2008. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah. Jakarta: Penamadani.
90
Al-Juhali, Wahbah. At-Tafsir Al Munir. Juz.13-14.
Lathif, Nasaridin. Teori dan Praktek dakwah Islamiah. Jakarta: PT. Firma Dara.
Lubis, Basrah. 1993 Ilmu Dakwah. Jakarta: CV. Tursina.
Mahmudin. 2004. Menejemen Dakwah Rasulullah. Jakarta: Restu Ilahi.
Malaikah, Mustafa. 1997. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardawi: Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mansur, Musthofa. 2000. Teladan di Media Dakwah. Solo: Era Intermedia.
Al-Maraghi, Ahmad Mushtafa. Tafsir Al-Maraghi. juz 5.
Margono S. 1993. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Gajah Mada University.
Mas’ari, Anwar. 1981. Studi Tentang Ilmu Dakwah. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Muhidin, Asep. 2002. Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur`an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Munawir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al Munawir, Surabaya: Pustaka
Progresif. Munir, M. dan Wahyu Illahi. 2004 Manageman Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Natsir, M. 1978. Fiqhud Dakwah. Jakarta: Dewan Akwah Islamiah Indonesia.
Nuh, Sayid Muhammad diterjemhakan oleh: Ashfa Afkarina, 2000 Dakwah Fardiyah: Pendekatan Persolan Dalam Dakwah. Solo: Era Intermedia.
Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri. 1978. Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri Padang Panjang . Jakarta: CV Ghalia Indonesia.
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwondarminta, Wjs. 1979, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Quthub, Sayyid. Fi Dzila Qal-Qur`An. Jilid VII, Beirut : Ihya’ At-Turas Al-Arabi.
91
Rahmat, Jalaluddin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rasyad, Aminuddin.dkk. 1991. H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN
ZAINUDDIN LABAY EL YUNUSY Dua tokoh bersaudara yokoh pembaharu sistem pendidikan di indonesia Riwayat hidup, cita2, dan perjuangannya. Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta.
Saputra, Munzier dan Harjani Hefni, 2003. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada
Media. Sasono, Adi. 1998. Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan
Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press.
Shihab ,Qiraish. 1998. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.
Suff, Kasman. 2004. Jurnalisme Universal Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qalam Dalam Al-qur`an. Jakarta: Teraju.
Syahdar, Ghazali. 1992. Kamus Istilah Komunikasi, Bandung: Djembatan.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Tasmara, Toto. 1987. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Tim Penyusun, 2002. Pengantar Dakwah Dan Tarbiyah,Bogor:Yayasan Tadzjirah.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Umari, Barnawi. 1996. Azas-Azas Dakwah. Jakarta: Pendidikan Ramadani.
Yahya, Al Imaam Bin Syafiddiin Annawawi. Kitab Matan Al Arba’iin An Nawawiyyah, hadist no 34,Surabaya: PT. Bungkul Indah.
Yaqub, Ali Mustafa. 1970. Sejarah dan Metode Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Hasil Wawancara
Nama : Prof.Dr. Fauzan M.A
Hari/ Tanggal : Rabu dan Kamis, 11 dan 12 May 2011
Waktu : 13.00 - selesai WIB
Tempat : Fakultas Dirasat dan Fakultas Usuluddin UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta
1. Menurut Bapak, dalam pandangan Rahmah El Yunisiyah dakwah itu seperti
apa?
“Ibu Rahmah itu sebenarnya kalau menurut dalam pandangan saya, dia itu
multidimensi kegiatan dan dia itu kegiatan dia itu semuanya dalam rangka
dakwah, jadi pengertian dakwah dalam Rahmah El Yunusiyah itu bukan
hanya ceramah, tetapi seluruh kegiatan yang dilakukan dalam rangka
melaksanakan amalan Islam itu sudah termasuk dakwah. Dia berpegang
kepada hadist yang mana mengatakan ballughu ‘anni walau aayah, bukan
hanya berpidato saja tetapi Rahmah mengatakan apa saja yang bisa kamu
lakukan dalam rangka menampakkan ajaran Islam itu dakwah. Baik
dakwah terhadap arti aktiv ataupun dalam arti pasif (kita tidak berbuat apa-
apa tetapi perbuatan kita menjadi suri teladan bagi yang lain), jadi apa saja
yang kita lakukan, dalam melaksanakan tuntutan agama itu dakwah. Yang
dilakukan Rahmah adalah mencakup itu semua. Meningkatkan kualitas
wanita, mendidik wanita adalah dakwah. Memberikan kepada mereka
keterampilan, bukan saja di bidang agama, misalnya jahit menjahit, bordir
dan segalanya juga menjadi program di Diniyah, itu juga sudah termasuk
dakwah. Melatih anak-anak untuk mampu melakukan bantuan pertolongan
(P3K) kepada masyarakat melalui palang merah asal itu semua di lakukan
atas dasar karena Allah itu juga dakwah. Jadi kegiatan dakwah juga
termasuk membela negara, sebenarnya dia itu juga pejuang itu dakwah,
jadi dakwah itu bagi Rahmah bukan hanya duduk di kursi dengan
menceramahi orang, lakukanlah kegiatan apa saja dan sampaikan ke orang
itu bisa berbentuk suri teladan yang sukses, bisa dengan melakukan
perbuatan yang baik itu sudah dakwah juga. Membikin lembaga-lembaga
pendidikan, membikin usaha, membikin keterampilan semua itu dakwah,
jadi kalau dikatakan dakwah yang dilakukan Diniyah dan Rahmah, itu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang bisa dilakukannya yang semua
didasarka karena Allah itu sudah termasuk dakwah bagi Rahmah. Menjaga
diri dari perbuatan tercela, berbuat baik sesuai agama itu dakwah.
Gambaran Rahmah terhadap dakwah itu sangat besar. Dakwah yang
dilakukan Rahmah itu tujuannya bagaimana Islam itu benar-benar
rahmatan lil’alamin itu benar-benar dinikmati orang itu adalah dakwah
Islam yang sebenarnya. Menjadikan Islam rahmatan lil’alamin itu bisa
dengan perbuatan bisa dengan sikap. Bisa juga dengan kita berbicara, bisa
juga dengan kita tidak berbicara tetapi berbuat sesuatu yang bisa
menenangkan hati orang.
Sangat banyak yang dilakukan oleh Rahmah, bagaimana cara
Rahmah itu berdakwah, Rahmah akan berdakwah yang akan berpegang
kepada prinsip ibda’ bi nafsik mulai dari diri sendiri. Seperti
memperlihatkan contoh, bukan hanya sekedar perkataan tapi
memperlihatkan contoh. Memperlihatkan contoh itu bisa dengan perbuatan
bisa dengan sikap, itu yang dilakukan oleh Rahmah. Sikap yang tidak bisa
ditawar dalam bu Rahmah adalah sikap tegas, istiqamah dalam pendirian.
Jika dikatakan hitam dia hitam, jika di katakan putih dia putih. Tidak bisa
sekarang hitam terus besok putih itu tidak ditemukan dalam bunda
Rahmah. Dalam segala kegiatannya bagaimana dia berusaha benar-benar
yang diharapkannya Islam itu menjadi rahmatan lil’alamin dan dia juga
berharap anak didiknya juga harus begitu. Sehinga Rahmah ingin
bagaimana orang tahu itu anak didik Rahmah bukan hanya karena dia
mengaku, tetapi terlihat/tercermin dari perbuatannya, bisa juga dari
bagaimana cara berpakaiannya yang menandakan dia anak Diniyyah, dari
segi dia berfikir waktu dia berpidato, berpidato yang menyejukkan,
perbuatan yang menyenangkan, sikap yang tegas seperti istilah orang
minang, “kapai tampek batanyo ka pulang tampek ba barito” itulah yang
diinginkan oleh Rahmah terhadap wanita-wanita di Sumatra Barat. Dan
dalam bertindak tanpa pamrih, karena tujuan utama karena untuk
mendapatkan redha Allah bukan karena manusia”.
2. Bentuk dakwah yang dilakukan Rahmah El Yunusiyah dengan cara?
“Tidak hanya dengan bentuk tertentu, dakwah itu harus meresap dengan
dalam seluruh bentuk kegiatan tetap dalam motovasi yang sama ibtidaa il
mardhatillah semua itu karena Allah. Kalau dia melihat orang itu salah
maka dia sampaikan itu salah, itu juga bukan karena mengharapkan pujian
dari manusia. Kalau dipuji karena perbuatannya itu benar karena
keredhaan kepada Allah, kalau dia dicela itu karena perbuatannya yang
salah. Tetapi dalam mengatakan yang benar dan salah itu disini dia
mempunyai cara, mencari waktu yang tepat dan tempat yang tepat dan
juga dalam mempergunakan bahasa”.
3. Latar belakang Rahmah El Yunusiyah dalam melakukan dakwah?
“Beliau adalah keturunan ulama besar Syekh Yunus, Syekh Yunus itu
muridnya bertebaran di seluruh Indonesia. beliau anak seorang ulama dan
darah ulama itulah yang mengalir dalam dirinya. Kemudian dilihat lagi dia
keturunan berdarah biru kemanakan dari Penghulu dan Datuk Bagindo Maha
Rajo suku Sikumbang makanya dulu orang menamakan Rahmah El
Yunusiyah itu dengan Orangkayo Rahmah El Yunusiyah. Karena dia
mendapat turunan seorang ulama makanya itu dia juga mempunyai rasa
tanggung jawab. Selain itu melihat keterpurukan wanita di waktu dia masih
muda betapa sulitnya bagi seorang wanita untuk mencari ilmu sehingga
untuk mengajar Rahmah El Yunusiyah kakaknya terpaksa mendatangkan
guru dari luar seperti Dr. Abdul Karim Amrullah, Dr. Amrullah Ahmad,
Abdul Hamid Hakim, Syekh Rauf Rasidi begitu berganti terus itu dengan
cara mencari waktu-waktu yang segangang dengan beliau-beliau yang sibuk
untuk bisa mengajar adiknya itu juga tidak dipersoalkan malam, siang dan
pagi, bahkan dimana waktu Rahmah tersedia dimana ada waktu segang bagi
para ulama besar itu, jadi dia memikirkan bagaimana sulitnya mencari ilmu
dan di waktu itu. Belum ada lembaga pendidikan khusus untuk wanita,
karena belum ada lembaga pendidikan khusus untuk wanita maka setelah dia
dianggap mampu dengan ilmu yang di ambilnya baik dengan kakak sendiri,
baik dengan ulama-ulama besar maupun juga dengan mendatangkan guru-
guru yang mengajarkan keterampilan. Dia tahun 1923 melapor kepada
kakanya Zainuddin Labay El Yunusy ingin mendirikan sekolah maka
disetujui oleh kakaknya maka berdirilah Diniyyah Puteri Padang Panjang
untuk muda-muda. Maka untuk yang sudah menikah dan yang sudah janda
mereka datang kepada bu Rahmah, “kak kalau mereka yang muda-muda
sudah mendapatkan sekolah lalu bagaimana dengan kami yang ingin
bersekolah juga belajar?”, lalu bu Rahmah mendirikan sore hari sekkolah
yang bernama sekolah Manyasa (sama dengan sekolah paket A,B,C
sekarang) tetapi kurikulumnya sama dengan pagi, gurunya juga sama tetapi
hanya waktunya saja yang sore. Jadi kalau sekarang kita mengenal paket
A,B,C Rahmah telah mendahuluinya pada tahun 1923. Pagi formal, sore
sekolah Manyasa. Dinamakan sekolah Manyasa karena orang itu belum
sempat sekolah sebelumnya makanya dikejarkan. Dalam melakukan hal itu
Rahmah melihat bagaimana wanita-wanita itu dalam melakukan berperan
karena anak didiknya ini supaya dikatakan orang ini anak didikan Rahmah.
Contohnya kalau kita pergi ke rumah orang ada melihat sulaman atau jahitan
yang dipajang di dinding tanpa orang itu bertanya dia sudah menebak bahwa
ini rumah anak yang pernah sekolah di diniyyah puteri . “tahun berapa tamat
diniyah? Ho ini bukan saya tetapi punya ibu saya”, tidak bercerita tetapi
orang itu tahu dengan sendirinya ini tamatan Diniyyah. Itu juga berdakwah.
Beliau berdakwah perbuatan anak didiknya menunjukkan ini tamatan
Diniyyah. Keterampilan dalam masyarakat menjadi contoh, karena itu
banyak orang yang mengirim anaknya ke Diniyyah, karena kalau anaknya
sekolah ke Diniyyah maka pointnya bertambah. Jadi dengan masuk ke
Diniyah, anak didiknya mendapatkan keterampilan, pidato, mengatur
organisasi, pintar masak memasak, lincah dirumah tangga, pintar merawat
anak dan suami itu adalah dakwah. Itulah dakwah yang dilakukan oleh
Rahmah. Untuk mengajarkan bagaimana anak yang baru lahir itu
diperlakukan bagaiman sesuai dengan tuntutaan agama maka dia belajar
bidan, dengan belajar bidan bagaimana menjawek anak, mengajarkan
bagaimana mengazankan dan mengiqomatkan anak juga dilatih itulah yang
dilakukan Rahmah. Bagaimana waktu dalam penjajahan kita ingin terbebas
dari penjajah apa yang harus dilakukan, tentu menyampaikan hati nurani
rakyat menggalang persatuan, maka anak-anak didiknya diajar menjadi
orator mampu pidato dan segala. Dan dalam peperangan dibutuhkan
merawat orang sakit maka diadakan latihan palang merah (P3K), Rahmah
juga belajar ilmu kedokteran itu semua dilakukannya dalam rangka
mensukseskan. Dia menginginkan seluruh muridnya menjadi dai’yah yang
sukses dalam segala tingkah perbuatan, tingkah laku dan sikapnya dirumah
tangga di masyarakat dan dalam melaksanakan tugas tersebut itulah yang
dilakukannya. Dakwahnya tidak terbatas, dia menjadikan seluruh anak
didiknya menjadi da’iyah yang bukan hanya di atas mimbar, dai’yah itu bisa
di pasar, bisa di rumah tangga, bisa juga di tempat kerja untuk bisa menjadi
yang demikian dapat terwujud melalui jalur pendidikan, tanpa dididik tidak
akan bisa”.
“Keistimewaan Ibu Rahmah ini pertama, dia menggagas, merencanakan,
melaksanakan dan membina anak didiknya, dan dia merasa bahagia karena
dia berhasil mendidik anak didiknya seperti dia. Dia melihat anak didiknya
menjadi mentri, dia menjadikan anak didiknya menjadi patnernya di DPR,
MPR di waktu itu majelis konstituante. Anak-anak yang menjadi tokoh
sebelumnya dididik sekarang menjadi patnernya, sehingga dulu waktu dia
menjadi anggota DPR konstituante, anak didiknya juga terpilih diwaktu itu
Syamsidar Yahya, Ratna Sari menjadi anggota konstituante sama-sama
dengan dia. Jadi apa yang dia lakukan, dia tanam, dapat dia lihat, dan dia
tuai akhirnya semasa hidupnya. Kalau kita lihat RA. Kartini, dengan buku
Habis Gelap Terbitlah Terang, tetapi waktu kemerdekaan beliau sudah tidak
ada lagi. Kalau Rahmah, berjuang dengan tiga masa, zaman Belanda, Jepang,
Rahmah juga ikut berjuang di masa agresi malah beliau juga sempat masuk
Hasil Wawancara
Nama : Fauziah Fauzan SE,Akt, Msi
Hari/ Tanggal : Rabu, 23 Maret 2011
Waktu : 18.00 - selesai WIB
Tempat : Kantor Perguruan Diniyyah Puteri Jln. Abdul Hamid Hakim No:
30 Padang Panjang
1. Dalam pandangan Bunda Rahmah dakwah itu seperti apa?
“Bunda Rahmah berdakwah bukan hanya sekedar dari mimbar ke mimbar
tetapi dengan mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-kader ( wanita-
wanita yang akan manjadi calon ibu) dan penerus generasi Islam ( anak yang
akan dilahirkannya ). Maka dari itu Bunda Rahmah mendirikan sekolah khusus
puteri berdasarkan Al-Qur`an dan hadist yang dapat berguna bagi dirinya,
masyarakat, dan bangsanya. Di sekolah yang didirikan Bunda Rahmah, Beliau
menyiapkan barbagai keahlian yang harus dimiliki oleh setiap murid-murid
beliau yang menempuh pendidikan di Diniyyah Puteri Padang Panjang,
keahlan tersebut adalah bekal utama bagi lulusan Diniyyah Puteri dalam
berdakwah, yaitu:
a. Pimpinan dan Kader
Kita mengenal pengertian-pengertian pemimpin partai ( golongan
masyarakat yang menganut idiologi tertentu dan memperjuangkannya),
pemimpin-pemimpin (orang-orang besar) masyarakat, pemimpin comunity (
daerah masyarakat), pemimpin besar, pemimpin golongan tengah dan
seterusnya.
Sifat-sifat yang menjadi penting bagi seorang pemimpin suatu masyarakat
ialah :
1) Berpengetahuan luas dan berpengalaman banyak.
2) Ber-akhlak tinggi dan mulia.
3) Bermatabat tinggi, terutama sebagai seorang suggestor yang ulung
yang bisa berhasil.
4) Bermental kuat, tak mudah gugup/panik dalam kegoncangan fisik yang
menimpa masyarakat pimpinannya.
5) Berkemauan kuat dan tak mudah bosan serta putus asa.
6) Tegas, tidak ragu-ragu dalam keputusan dan tindakan-tindakannya,
tetapi juga harus mempunyai sifat-sifat yang demokratis.
7) Sabar, tabah, rendah hati ( bukan rendah diri ), cinta dan tanggung
jawab terhadap rakyat mimpinannya.
Modal utama seorang kader adalah:
1) Yakin bahwa idiologi yang dianut dan yang diperjuangkannya itu,
adalah kuat.
2) Berpengetahuan dasar yang cukup kuat pula.
3) Bercita-cita, bertangung jawab dan tabah.
4) Sabar dan simpatik dalam mempengaruhi anggota masyarakat.
5) Patuh kepada atasan dan bersemangat dalam melakukan tugas.
Seorang kader harus mempersiapkan dirinya guna menjadi pemimpin
kelak di kemudian hari. Oleh karena itu seorang kader harus selalu
menambahi ilmunya dari literatur-literatur yang pantas baginya, dan
pengalaman-pengalamannya sendiri dalam masyarakat itu.
b. Pengajar, Pendidik dan Guru
Syarat-syarat utama bagi seorang pengajar, ialah :
1) Mangetahui dan menguasai pengetahuan yang akan diajarkan.
2) Berpengetahuan tentang cara-cara mengajar ( metodik dan alam ilmu
pendidikan ).
3) Berpengetahuan tentang sifat-sifat mental dan kesanggupan dari
murid-murid yang akan diajar ( ilmu jiwa pendidikan, ilmu jiwa
individu dan kelompok).
4) Bersifat tenang, sabar, simpatik dalam tingkah dan kata. Tidak
gegabah dan tidak terburu-buru.
Untuk menjadi pendidik, maka syarat-syarat di atas tadi harus ditambahi
lagi dengan :
5) Mengerti akan asas-asas politik yang dilaksanakannya dan yakin akan
benarnya asas-asas yang diturut itu.
6) Mengerti tentang cara-cara untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
oleh politik pendidikan yang dilaksanakannya itu.
7) Betul-betul sanggup menempatkan dirinya sebagai pemimpin dari
murid-mirinya, dan sadar bahwa diriya adalah wakil mutlak,
pengembangan amanah dari orang-orang tua murid tersebut.
8) Mempunyai akhlak yang luhur mulia, serta semuanya itu hendaknya
dapat diperlihatkannya dalam tindak sikapnya sehari-hari dihadapan
murid-muridnya.
9) Mempunyai rasa tanggung jawab dan cinta yang merata terhadap
murid-muridnya.
10) Menjadi pengawas dari kesejahteraan mental dan fisik dari murid-
muridnya, dan karena ia adalah pengemban amanat dari orang-orang
tua murid-murid, maka ia harus pula dapat mengetehui latar belakang
dari pendidikan mereka sebelumnya, yaitu selebum mereka jadi murid-
muridnya.
Dalam pengertian sehari-hari yang lazim kita pergunakan sekarang,
maka istilah guru itu, dapat diartikan sebagai seorang pengaja dan
pendidik.
c. Muballigh Islam
Karena lingkungan bergeraknya adalah lain dan bebih luas daripada
lingkungan bergerak para pengajar/pendidik (guru) yang biasa, maka syarat-
syarat bagi seorang mubaligh Islam, selain dari syarat-syarar bagi seorang
pengajar/pendidikan di atas, harus ditambah lagi dengan :
1) Mempunyai pengetahuan umum yang luas, baik mengenai pengetahuan
alam, atau ilmu politik, sosiologi dan sebagainya.
2) Mengerti tentang berbagai macam ilmu jiwa, seperti : ilmu jiwa sosial,
ilmu jiwa etik, ilmu jiwa kriminil dan sebagainya.
Mubaligh islam adalah “kader Islam” yang memperjuangkan kejayaan
Islam, maka sifat-sifat dan syarat-syarat bagi seorang kader haruslah juga
diliriknya.
Indikator-indikator ini di tulis langsung oleh Bunda Rahmah sebagai
pedoman dalam lingkungan Diniyyah Puteri”.
2. Apa yang motovasi baliau dalam berdakwah? Dan apa tujuan dari dakwah
beliau?
“Yang menjadi landasan dan sekaligus motivasi Beliau dalam berdakwah
adalah “wanita adalah tiang negara”, bagaimana negara mau berubah dan maju
jika wanitanya masih dalam keterpurukan, karena wanita itu akan melahirkan
generasi-generasi pejuang Islam. Maka dari itu sangat diperlukannya suatu
lembaga pendidikan khusus kaum wanita untuk mempersiapkan wanita-wanita
tangguh yang dapat menghadapi tuntutan dan tantangan zaman, dan juga
wanita-wanita tersebut akan melahikan generasi penerus tangguh, maka
diperlukan calon-calon ibu yang tangguh pula. Hal inilah yang menjadi
motivasi Beliau dalam berdakwah melalui sekolah khusus puteri yang
didirikannya berdasarkan Al-Qur`an dan sunnah”.
3. Apa tujuan Perguruan Diniyyah Puteri?
“Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas pengajaran Islam
dengan tujuan Membentuk puteri-puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik
yang cakap dan aktif, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah subhanahu
wata’ala. Artinya setiap alumni Diniyyah Puteri ini disamping bisa
mensejahterakan dirinya, harus bisa mensejahterakan orang lain ini adalah
mental seorang Entrepreneur bukan menciptakan seorang mental pegawai,
artinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan, karena kemiskinan dapat
menjerumuskan kamu kapada kekufuran. Dan tanah air artinya kamu akan
mengendalikan bangsa ini ketika posisi jabatan ditanganmu yang kamu
utamakan adalah kesejahteraan masyarakat, setelah sejahtera masyarakat, baru
gampang mengatur masyarakat. Dan kamu harus ikhlas apapun resikonya
karena semua itu semata-mata atas pengabdian kepada Allah.
Hasil Wawancara
Nama : Farida Saleh
Hari/ Tanggal : Sabtu, 12 Maret 2011
Waktu : 14.30 - selesai WIB
Tempat : Jln. Abdul Hamid Hakim No: 38 Padang Panjang
4. Bisakah ummi sebutkan latar belakang keluarga Rahmah?
“Rahmah el-Yunusiyah lahir di rumah gadang jalan Lubuk Mata Kucing,
Kanagarian Bukit Surungan, Padang Panjang pada hari Jum’at tanggal 29
Desember 1900 M, bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1318 H, yang biasa
kami memparingatinya dengan 1 Rajab. Ayahnya bernama Syekh
Muhammad Yunus dan Ibunya Rafi’ah. Lahir sebagai anak terakhir dari lima
bersaudara yaitu Zainuddin Labay, Mariah, Muhammad Rasyad, dan
Rihanah. Tapi Rahmah masih punya saudara lain ibu, yaitu Abdus Samad,
Hamidah, Pakih Bandaro, Liah, Aminuddin, Safiah, Samihah dan Kamsiah.
Ayah Rahmah el-Yunusiyah, Syekh Muhammad Yunus adalah seorang
ulama besar di zamannya. Syekh Muhammad Yunus menjabat sebagai
seorang Qadli di Negeri Pandai Sikat dan Pimpinan Tarekat Naqsabandiyah
al-Khalidiyah. Selain itu Syekh Muhammad Yunus juga ahli ilmu falak dan
hisab. Ia pernah menuntut ilmu di tanah suci Mekkah selama 4 tahun. Ulama
yang masih ada darah keturunan dengan pembaharu Islam yang juga seorang
tokoh Paderi Tuanku Nan Pulang di Rao. Kakeknya yang bernama Imaduddin
juga seorang ulama pemimpin tarekat Naqsabandiyah di Minangkabau.
Kakeknya telah berhasil memberantas khufarat dan tempat-tempat maksiat.
Etek Rahmah bersuku Sikumbang. Ibunda Etek Rahmah el-Yunusiyah biasa
kami Panggil dengan Ummi Rafi’ah yang berasal dari negeri Langkat,
Bukittinggi Kabupaten Agam dan pindah ke bukit Surungan Padang Panjang.
Ummi Rafi’ah masih berdarah keturunan ulama, dan masih ada hubungan
dengan mamak Haji Miskin, sang pembaharu gerakan Paderi. Ummi Rafi’ah
yang bersuku Sikumbang adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ia
menikah dengan Syekh Muhammad Yunus saat berusia 16 tahun,
sedangkan Syekh Muhammad Yunus berusia 42 tahun. Dari silsilah
keturunan Rahmah el-Yunusiyah nampak bahwa ia berasal dari keturunan
ulama”.
5. Siapakah yang banyak berperan dalam pembentukan karakter Bunda Rahmah?
“Yang banyak berperan dalam pembentukan karakter Etek Rahmah adalah
kakaknya sendiri Zainuddin Labay El Yunusy”.
6. Bagaimana Latar belakang pendidikan Bunda Rahmah ?
“Etek Rahmah berasal dari keluarga taat dalam masalah keagamaan. Keadaan
inilah yang berpengaruh pada pembentukan pribadi Etek Rahmah. Etek
menjadi orang yang cinta mendalami ajaran-ajaran agama sudah punya
perhatian yang sangat besar terhadap kondisi masyarakat pada masanya
khususnya kalangan kaum wanita. Karena itu pendidikan yang didapatkan
oleh Etek Rahmah pada dasarnya banyak dari keluarganya sendiri yang
memang sangat menaruh perhatian pada masalah-masalah keagamaan.
Syekh Haji Muhammad Yunus, ayah Etek Rahmah meninggal pada tahun
1906 M., waktu itu Etek Rahmah masih kecil jadi Etek tidak banyak dapat
pendidikan dari ayahnya. Etek dibesarkan oleh ibu dan diasuh oleh kakaknya
yang sudah menikah. Dari kecil, Etek Rahmah tidak pernah bersekolah di
Sekolah Dasar (Sekolah Desa, Sekolah Gubernemen) yang memang sudah
ada di Minangkabau pada waktu etek kanak-kanak dulu. Walaupun begitu,
Etek banyak belajar dari lingkungannya. Pada umur enam tahun Etek
Rahmah mulai belajar membaca Qur’an kepada Engku Uzair gelar Malim
Batuah, salah seorang dari murid Syekh Haji Muhammad Yunus. Pada
usianya delapan tahun, Etek Rahmah ajarkan tulis–baca huruf latin oleh
kakaknya Zainuddin Labay dan Muhammad Rasyad yang pernah belajar di
Sekolah Desa. Umi Rafi’ah, ibunya juga ikut mengajari Etek Rahmah
berhitung dengan angka–angka Arab (angka Melayu). Kepandaian membaca
dan menulis ini, sangat menolong Etek Rahmah dalam menambah ilmu
pengetahuan, karena Etek termasuk salah seorang yang senang membaca.
Dari kecil Etek Rahmah rajin datang ke pengajian–pengajian yang sangat
banyak diadakan di lingkungan masyarakat sekitarnya. Waktu itu sudah ada di
lingkungan masyarakat Minangkabau sekitar delapan surau yang melakukan
kegiatan pengajian secara bergiliran dari satu surau ke surau yang lain.
Dengan cara demikian Etek banyak memperoleh pengetahuan agama dan
memilih guru-guru yang dapat memuaskan hatinya. Walaupun umur Etek
masih kecil untuk ikut pengajian itu, tapi bagi Etek datang ke pengajian itu
nampaknya punya kesenangan tersendiri pula bagi Etek itu.
Sesudah Diniyah School yang didirikan oleh kakak Etek pada tanggal 10
Oktober 1915 berdiri, Etek ikut belajar di Perguruan itu. Etek banyak
mendapatkan pengetahuan praktis yang berkenaan dengan pergaulan, terutama
pergaulan antara murid-murid perempuan dan laki-laki serta watak manusia
yang berbagai ragam. Dahulunya Etek jarang atau tidak diperkenankan
bergaul dengan anak laki-laki, tapi setelah Etek bersekolah di Perguruan
itu, Etek dapat bergaul dengan murid laki-laki. Etek dapat bertukar fikiran
dengan mereka baik tentang hukum Islam, sosial, budaya dan pergaulan
(muamalah). Dari pengenalan berbagai macam watak orang ini Etek mulai
sadar dengan keadaan masyarakat lingkungannya, terutama masyarakat
wanita, yaitu mereka yang tidak memperoleh kesempatan menuntut ilmu
sebagaimana yang dialami Etek.
Selama Etek menjadi siswa Diniyah School, Etek dapat menuntut ilmu
dengan baik dan dengan kecerdasan Etek Rahmah mendorong dirinya untuk
bersikap kritis, tidak puas dengan sistem koedukasi pada Diniyah School
yang kurang memberikan penjelasan terbuka kepada siswa puteri mengenai
persoalan khusus perempuan. Rasa ketidak-puasannya ini dibicarakan
dengan tiga temannya sesama wanita, yaitu Rasuna Said dari Maninjau,
yang kemudian hari namanya diabadikan sebagai Pahlawan Nasional, Nanisah
dari Bulaan Gadang Banuhampu, dan Jawana Basyir (Upik Japang) dari
Lubuk Agung. Mereka berempat bersepakat untuk membentuk kelompok
belajar. Etek Rahmah mengajak ketiga temannya ini untuk menambah ilmu
agama secara mendalam di luar perguruan di antaranya di Surau Jembatan
Besi.
Bagi Etek Rahmah pengajian dan pelajaran yang diterimanya di surau ini
pun, juga belum memuaskan hati Etek, karena banyak masalah-masalah yang
berkaitan dengan wanita yang ditanyakannya tidak mendapat jawaban yang
memuaskan seperti di Diniyah School. Karena itu tek Rahmah akhirnya
meminta kepada Syekh Abdul Karim Amrullah untuk berkenan
memberikan pengajian secara privat di rumahnya di Gatangan. Di sini Etek
memperdalam pengajian mengenai masalah agama dan wanita, di samping
itu juga Etek mempelajari bahasa Arab, fiqih dan ushul fiqih. setelah itu
Etek baru rasakan adanya kepuasan dan telah menemukan apa yang dicarinya
selama ini.
Semangat Etek Rahmah dalam mempelajari ilmu selain agama dan bahasa
Arab, terus berkobar. Sekitar tahun 1931-1935an, Etek mengikuti kursus ilmu
kebidanan di RSU Kayu Tanam dan mendapat izin praktek / ijazah bidan
dari dokter. Dalam bidang kebidanan ini Etek juga dapat bimbingan yang
mula-mula diberikan dari kakak ibunya Kudi Urai, seorang bidan yang
menolong kelahiran dirinya dan Sutan Syahrir (Mantan Perdana Menteri
RI). Selain itu, Etek belajar ilmu kesehatan dan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) dari enam orang dokter yang juga gurunya dalam
kebidanan: dokter Sofyan Rasyad dan dokter Tazar di rumah sakit umum
Kayu Tanam (mendapat izin praktek dan ijazah dengan kedua dokter ini),
dokter A. Saleh di RSU Bukittinggi, dokter Arifin dari Payakumbuh, dan
dokter Rasjidin dan dokter A. Sani di Padang Panjang. Untuk mendalami
praktek kebidanan dan ilmu kesehatan ini Etek belajar sambil praktek di
RSU Kayu Tanam.
Etek Rahmah juga belajar tentang gimnastik (olahraga dan senam) dari
salah seorang guru pada Meisjes Normal School (sebuah pendidikan guru)
di Guguk Malintang yaitu Mej. Oliver (nona Olvier). Terus Etek juga
mempelajari cara bertenun tradisional, yakni: bertenun dengan memakai alat
tenun bukan pakai mesin. Etek datang ke beberapa pusat pertenunan rakyat
namanya dulu seperti Pandai Sikat, Bukittinggi dan Silungkang. Ilmu bertenun
ini Etek lengkapi juga dengan belajar jahit-menjahit. Kedua ilmu ini yakni:
bertenun dan jahit-menjahit dimasukkannya kedalam kurikulum
perguruannya. Tentang ilmu–ilmu umum seperti ilmu hayat, ilmu alam, ilmu
bumi dan lainnya, Etek pelajari sendiri dari buku-buku. Kemudian semua
ilmu yang Etek peroleh dengan kursus atau belajar sendiri ini Etek
ajarkan kepada murid–muridnya, kelak setelah Etek mendirikan sekolah
Diniyah Puteri tahun 1923”.
7. Dalam pandangan Bunda Rahmah dakwah itu seperti apa?
“Dalam pandangan Etek Rahmah dakwah itu adalah bagaimana beliau dapat
menyelamatkan/mengangkat derajat terutama kaum wanita dalam memperoleh
pendidikan agama Islam dan umum yang layak, sama seperti laki-laki. Karena
wanita akan menjadi ibu bagi anak-anaknya atau penerus generasi selanjutnya,
generasi yang benar, akan benar jika dididik dengan benar pula, maka dari itu
Etek Rahmah merasa diperlukannya sekali pendidikan agama Islam yang
layak dan cukup untuk bekal bagi calon ibu-ibu yang akan melahirkan
generasi-generasi selanjutnya dengan akhlak yang sesuai ajaran Islam.”.
8. Apa yang motovasi baliau dalam berdakwah? Dan apa tujuan dari dakwah
beliau?
“Yang memotivasi beliau dalam berdakwah adalah supaya kaum perempuan
mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk maju dan dapat menimba ilmu
penngetahuan agama Islam yang lebih banyak secara mendalam dan lebih
intensif. Dan diharapkan dapat diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat berguna selain bagi dirinya dan juga masyarakat sekitarnya. Dan
tujuannnya adalah mencerdaskan kaum wanita (calon ibu-ibu kelak) yang
dapat pula melairhan generasi-generasi yang cerdas dan berguna terutama bagi
agamanya. Karena pendidikan sang anak tergantunag bagaimana orang tua
(ibu) mendidik anaknya. Baik-buruk anaknya tertelak pada bagaimana orang
tuanya mendidik anaknya. Dan karena permasalah ini jugalah Rahmah ingin
mendirikan sekolah khusu puteri. Dan juga karena alasan inilah Rahmah
remotivasi untuk dakwah melalui jalur pendidikan, karena aspek yang
tercakup didalam pendidikan sangatlah luas dan mendalam dibandingkan
dengan hanya berceramah dari satu mimbar kemimbar yang lain”.
9. Bagaimana keadaan sosial keagamaan masyarakat pada masa itu ( pada saat
Bunda Rahmah berdakwah ) ?
“Keadaan pada waktu itu belum banyak masyarakat yang memperoleh
pendidikan secara formal dengan layak, kebanyakan mereka belajar agama
dari surau-surau dan langgar yang ada di sekirat rumah mereka saja”.
10. Apa tujuan Perguruan Diniyyah Puteri?
“Membentuk puteri-puteri yang berjiwa islam dan ibu pendidik yang cakap
dan aktif, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah subhanahu wata’ala”.
11. Tanah awal berdirinya sekolah Diniyyah Puteri itu dari mana?
“Tanah awal berdirinya sekolah ini berasal dari tanah Etek sendiri lalu
perkembangannya dengan membeli”
12. Mengapa awal didirikan Diniyyah Puteri secara independent?
“ Karena Rahmah menginginkan tidak ada kepentingan-kepentingan lain di
dalam Perguruannya, dalam mencetak kader-kader penerus generasi Islam.
Rahmah hanya ingin perguruannya berjalan sesuai dengan cita-cita dan tujuan
berdirinya Perguruan Diniyyah Puteri. Tetapi rahmah juga tidak menolak jika
ada bantuan yang datang”.
13. Bagaimana sistem pembelajaran di Diniyyah Puteri?
“Adapun sistem pendidikan ini adalah sistem tri tunggal, yaitu kerjasama yang
erat antara lingkungan sekolah, asrama dan rumah tangga atau masyarakat.
Terjadinya kerjasama yang erat antara ketiga unsur dari sistem pendidikan
pada perguruan ini akan sangat membantu membentuk anak didik yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ada di Perguruan ini.
Pendidikan formal yang diberikan dia padi hari, secara informal dipraktekkan
di asrama di bawah asuhan dan bimbingan ibu asrama dan guru-guru
pengasuh yang seluruhnya adalah wanita.
Apabila pelajar-pelajar pulang ke rumah orang tua atau kampung halamannya,
maka semua materi pendidikan yang diterima oleh pelajar selama mereka
berada di Perguruan ini, akan dipraktekkan di lingkungan keluarga masing-
masing, sehingga dapat dilihat apakah cita-cita pendidikan di Perguruan ini
dapat direalisasi dan dipraktekkan oleh para pelajar dalam kehidupan sehari-
hari.
Sebelum meninggalkan anak-anak mereka di Asrama Diniyyah Puteri kepada
para wali murid tersebut telah diberikan pengarahan mengenai pentingnya
kerja sama perguruan dengan orang tua murid dalam memberikan pandidikan
kepada anak-anak, supaya sistem yang ditargetkan untuk memenuhi keinginan
tidak hanya sekedar tertulis di atas kertas saja”.
14. Selain mendirikan pesantren apa lagi kegiatan Rahmah selain itu?
“Selain mengasuh Diniyyah Puteri, Etek Rahmah juga aktif di bidang
pergerakan sosial, keagamaan, dan politik yang ada pada tahun 1930-an di
Padang Panjang. Etek Rahmah ikut dalam pergerakan Permi ( Persatuan
Muslimin Indosesia ) yang berdiri pada tahun 1930-an. Ia juga dekat dengan
kalangan Muhammadiyyah, serta bekerjasama dengan tokoh wanita Rasuna
Said yang juga mengajar di Perguruannya.
Etek Rahmah juga aktif dalam pergerakan menentang praktik-praktik
penindasan ataupun pergerakan oleh penjajah Belanda. Hal itu Etek lakukan
antara lain dengan mendirikan Perserikatan Guru-Guru Poetri Islam di
Bukittinggi, menjadi ketua panitia penolakan Kawin Bercatat, dan ketua
Penolakan Organisasi Sekolah Liar. Pada tahun 1933 Etek Rahmah memimpin
rapat umum kaum ibu di Padang Panjang, hal ini menyababkan dia didenda
pemerintah Belanda 100 gulden karena dituduh membicarakan politik.
Etek juga pernah menjadi anggota pergurus Serikat Kaum Ibu Sumatra
(GKIS) Padang Panjang, organisasi yang itu berjuang menegakkan harkat
kaum wanita dengan menerbitkan majalah bulanan. Aktivitasnya yang lain
adalah mendirikan Khuttub Khannah ( taman bacaan) untuk masyarakat.
Pada tahun 1935 Etek Rahmah mewakili kaum ibu Sumatra Tengah ke
kongres perempuan di Jakarta. Dalam kongres ini Etek bersama Ratna Sari
memperjuangkan kaum wanita Indonesia memakai selendang. Sehabis
kongres ia agak lama tinggal di Jakarta untuk mendirikan pendidikan untuk
kaum putri di Gang Nangka, Kwitang, Kebon Kacang, Tanah Abang,
Jatinegara, dan jalan Johar di Rawasari.
Pada zaman Jepang, selain menjalankan sekolahnya yang sudah maju, Etek
juga aktif dalam berbagai organisasi dan gerakan sosial maupun politik. Salah
satunya melalui organisasi Anggota Daerah Ibu (ADI) yang bertujuan
menetang Jepang menggunakan wanita-wanita Indonesia, khusunya Sumatra
Tengah, sebagai penghibur untuk melayani tentara Jepang. ADI juga menuntut
pemerintah militer Jepang menutup semua rumah kuning (rumah bordil)
karena bertentangan dengan kebudayaan Indonesia dan agama yang dipeluk
penduduknya. Gerakan ADI boleh dikatakan berhasil, sehingga Jepang
terpaksa mendatangkan wanita-wanita penghibur dari Korea dan Singapura.
Waktu itu Etek Rahmah juga pernah menjadi ketua Haha Nokai (Organisasi
Kaum Ibu) di Padang Panjang dan menjadi pengurus organisasi yang sama
untuk tingkat Sumatra Tengah. Menjelang akhir pendudukan Jepang, Etek
Rahmah juga menjadi anggota peninjau yang dipimpin Mohammad Sjafei. Di
samping itu Etek juga menjadi anggota Mahkamah Syari’at Bukittinggi dan
anggota Majelis Islam Tinggi Sumatra Tengah.
Karena Etek orangnya aktif, nama Etek Rahmah cepat dikenal secara luas
dikalangan pergerakan di Jawa. Sampai-sampai setelah proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memasukkan nama Etek sebagai Anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Namun Etek
Hasil Wawancara
Nama : Dahniar Ali
Hari/ Tanggal : Senin, 8 Maret 2011
Waktu : 13.30 - selesai WIB
Tempat : Kediaman Beliau, Sungai Talang, Padang Panjang
15. Apa yang motovasi beliau dalam berdakwah? Dan apa tujuan dari dakwah
beliau?
“Yang memotivasi beliau dalam berdakwah adalah karena kasihan melihat
pendidikan wanita pada saat itu kurang layak, sehingga Bunda merasa perlu
mendirikan sebuah sekolah yang dimana nanti akan diajarkan berbagai macam
ilmu, seperi agama Islam, pengetahuan umum, dan keterampilan wanita, yang
dapat berguna bagi wanita dan juga memberikan bekal untuk berumah tangga
kelak, supaya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah dan warrahmah.
Maka dari itu Bunda memilih berdakwah melalui mendirikan sebuah
perguruan khusus puteri guna para putri tersebut kelak dapat melahirkan
generasi yang islami”.
16. Apa tujuan Perguruan Diniyyah Puteri?
“Membentuk puteri-puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap
dan aktif, sehingga dapat memlahirkan generasi yang pondasikan ajaran
agama Islam dan dapat membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah
dan warrahmah”.
17. Tanah awal berdirinya sekolah Diniyyah Puteri itu dari mana?
“Tanah awal berdirinya sekolah ini berasal dari tanah bunda itu sendiri dan
lalu perkembengannya dengan membeli”.
18. Bagaimana sistem pembelajaran di Diniyyah Puteri?
“Adanya kerjasama yang antara lingkungan sekolah, asrama dan rumah tangga
atau masyarakat. Gunanya agar dapat membantu membentuk anak didik yang
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada di Perguruan ini. Pendidikan formal
Hasil Wawancara
Nama : Nurjannah Ali
Hari/ Tanggal : Senin, 8 Maret 2011
Waktu : 9.30 – selesai WIB
Tempat : Kediaman beliau, Sungai Talang, Padang Panjang
19. Bisakah Ibu sebutkan latar belakang keluarga Rahmah?
“Bunda Rahmah lahir di jalan Lubuk Mata Kucing, Bukit Surungan, Padang
Panjang hari Jum’at tanggal 29 Desember 1900 M, bertepatan dengan
tanggal 1 Rajab 1318 H, yang biasa kami muridnya memparingatinya dengan
1 Rajab. Ayahnya bernama Syekh Muhammad Yunus dan Ibunya Rafi’ah.
Anak terakhir dari lima bersaudara yaitu Zainuddin Labay, Mariah,
Muhammad Rasyad, dan Rihanah.
Ayah dari Bunda Rahmah, Syekh Muhammad Yunus adalah seorang ulama
yang masyhur di zamannya. Syekh Muhammad Yunus adalah seorang Qadli
di Negeri Pandai Sikat dan Pimpinan Tarekat Naqsabandiyah al-Khalidiyah,
dan juga ahli ilmu falak dan hisab. Ayah Bunda Rahmah itu pernah menuntut
ilmu di tanah suci Mekkah 4 tahun lamanya. Kakeknya yang bernama
Imaduddin juga seorang ulama pemimpin tarekat Naqsabandiyah di
Minangkabau. Kakeknya sudah berhasil memberantas khufarat dan tempat-
tempat maksiat.
Bunda Rahmah sukunya Sikumbang. Ibunda dari Bunda Rahmah biasa kami
Panggil dengan Ummi Rafi’ah yang asalnya dari negeri Langkat, Bukittinggi
lalu pindah ke bukit Surungan Padang Panjang. Ummi Rafi’ah masih berdarah
keturunan ulama, dan masih ada hubungan dengan mamak Haji Miskin, sang
pembaharu gerakan Paderi. Ummi Rafi’ah yang bersuku Sikumbang adalah
anak keempat dari lima bersaudara. Ummi menikah dengan Syekh
Muhammad Yunus saat berusia 16 tahun, dan Syekh Muhammad Yunus
berusia 42 tahun. Dari silsilah keturunan Bunda Rahmah nampak kalau dari
keturunan ulama”.
20. Siapakah yang banyak berperan dalam pembentukan karakter Bunda Rahmah?
“kakaknya sendiri Zainuddin Labay El Yunusy.”
21. Bagaimana Latar belakang pendidikan Bunda Rahmah ?
“Bunda Rahmah berada di keluarga yang taat dalam masalah keagamaan.
Keadaan keluarganya itulah yang berpengaruh dalam membentuk
pribadi Bunda Rahmah. Bunda menjadi orang yang cinta mendalami ajaran-
ajaran agama, dan punya perhatian yang sangat besar kepada kondisi
masyarakat di masanya khususnya kalangan kaum wanita. Karena itu
pendidikan yang didapatkan oleh Bunda Rahmah banyak dari keluarganya
sendiri
Syekh Haji Muhammad Yunus, ayah Bunda Rahmah meninggal pada tahun
1906 M., waktu itu Bunda Rahmah masih kecil, jadi Bunda tidak begitu
banyak dapat pendidikan dari ayahnya. Bunda dibesarkan oleh ibu dan diasuh
oleh kakaknya yang sudah menikah. Dari kecil, Bunda Rahmah tidak pernah
bersekolah di Sekolah formal sudah ada di Minangkabau pada waktu itu.
Walaupun begitu, Bunda banyak belajar dari lingkungannya. Pada umur
enam tahun Bunda Rahmah mulai belajar membaca Al-Qur’an kepada Engku
Uzair gelar Malim Batuah, salah seorang dari murid Syekh Haji
Muhammad Yunus. Pada umur delapan tahun, Bunda Rahmah diajarkan
tulis–baca huruf latin oleh kakaknya Zainuddin Labay dan Muhammad
Rasyad yang pernah belajar di Sekolah Desa. Ummi Rafi’ah, ibunya juga ikut
mengajari Bunda Rahmah berhitung dengan angka–angka Arab (angka
Melayu). Bunda termasuk salah seorang yang senang membaca.
Dari kecil Bunda Rahmah rajin datang ke pengajian–pengajian yang
diadakan di surau-surau. Dengan cara itulah Bunda banyak dapat pengetahuan
agama dan memilih guru-guru yang dapat memuaskan hatinya.
Lalu bunda masuk ke Diniyah School yang didirikan oleh kakaknya pada
tanggal 10 Oktober 1915. Bunda banyak mendapatkan pengetahuan tentang
pergaualan, psikologi manusia, ilmu jiwa dan yang lainnya. Dan bunda juga
sering bertukar fikiran dengan teman laki-lakinya tentang berbagai
pengetahuan yang didapatinya di sekolah.
Sewaktu Bunda menjadi siswa Diniyah School, Bunda tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang cerdas dan berfikir kritis. Tidak puas dengan
sistem yang berlaku di sekolahnya terutama jika sedang membahas tentang
masalah perempuan, lalu bunda dan teman-temanya mengikuti pengajian-
pengajian yang diadakan di surau Jembatan Besi guna menambah
pengetahuan selain yang didapatinya disekolah.
Setelah mengikuti pengajian itupun Bunda belum juga merasakan puas atas
jawaba-jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Maka dari itu Bunda
akhirnya meminta kepada Syekh Abdul Karim Amrullah untuk
memberikan pengajian secara privat di rumahnya di Gatangan. Di sini
Bunda memperdalam pengajian mengenai masalah agama dan wanita, di
samping itu juga Bunda mempelajari bahasa Arab, fiqih dan ushul fiqih.
setelah itu Bunda baru rasakan adanya kepuasan dan telah menemukan apa
yang dicarinya selama ini.
Bunda juga pernah belajar tentang ilmu kebidanan, ilmu kesehatan dan
pertolongan pertama pada keselakaan (P3K), olahraga dan senam, serta
menenun dan menjahit serta menyulam”.
22. Bagaimana karakter Bunda Rahmah menurut Ibu?
“Bunda Rahmah itu orang yang mempunyai karakter sangat kuat, beliau orangnya
keras hati bila ada kemauan, dan terus berusaha dan berdoa dalam mewujudkan
cita-citanya. Kerena beliau mempunyai keyakinan yang penuh akan janji Allah
yang berbunyi : “in tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum”. Dan
juga mempunyai ilmu jiwa yang kuat sehingga apabila ada salah seorang
muridnya yang salah beliau dapat mengetahuinya hanya dengan melihat dari mata
dan raut wajahnya saja. Bunda juga seorang pendidik yang sangat bijaksana dalam
mengambil kebijakan dan memberikan suri teladan yang sangat baik kepada anak
didiknya dan sifat ini yang
DOKUMENTASI
RAHMAH EL YUNUSIYAH
RAHMAH EL YUNUSIYAH
Bapak Prof.Dr.Fauzan.MA. Menantu Rahmah El Yunusiyah
Foto Faridah Saleh Keponakan Rahmah El Yunusiyah dan Penulis
Foto Ibu Fauziah Fauzan SE,Akt, Msi Cucu Rahmah El Yunusiyah dan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri sekarang
Ibu Hj. Dahniah Ali murid Rahmah El Yunusiyah
Ibu Hj. Nurjannah Ali murid Rahmah El Yunusiyah
Lambang Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
Gedung Asrama Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
Kantor Utama Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
Gedung sekolah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
Gedung sekolah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
Gedung sekolah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang