PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH DR. AHMAD LUTFI...
-
Upload
truongmien -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH DR. AHMAD LUTFI...
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
HIDAYATI NUR FAJRINA
NIM: 109051000120
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
i
ABSTRAK
Hidayati Nur Fajrina
Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA merupakan generasi penerus Guru
Mughni, ulama besar asli Betawi ternama di akhir era 1800 dan awal 1900-an. Beliau adalah seorang muballigh yang semangat dalam menyiarkan ajaran Islam.
Berdakwah, meneruskan tugas Rasulullah SAW sudah menjadi kewajiban untuk
dirinya, karena beliau memiliki modal keilmuan agama yang cukup luas. Kegiatan
dakwah yang dilakukannya cukup dikenal masyarakat dan terbilang sukses. Sosok
Ahmad Lutfi Fathullah mengamalkan ilmu yang diperolehnya dengan mengisi
kajian di TV, radio, beberapa universitas dan majlis Ta’lim. Dalam menyebarkan
ajaran Islam, beliau menerapkan praktik dakwah dengan berbagai pendekatan,
metode, dan media yang modern. Karenanya dalam dakwah haruslah dibutuhkan
kontribusi pemikiran yang tepat, cara yang stategis, agar aktivitas dakwah Islam
dapat tetap berjalan kapan dan di mana pun.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemikiran
dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut paradigma dakwah. Dan bagaimana
aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut paradigma dakwah. Metode
yang digunakan penulis adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan metode pengumpulan data tringulasi.
Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, sumber informan
(wawancara), dan observasi langsung. Kemudian penulis melakukan analisis yaitu
dengan membandingan temuan dengan teori yang telah ada sebelumnya.
Pemikiran dakwah Ahmad Lutfi Fathullah adalah mengajak manusia agar
menyembah Allah SWT dengan melaksanakan segala ajaran-Nya yang
terkandung dalam Kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Dalam
menyampaikan ajaran Islam, Beliau menggunakan media yang modern dan
canggih. Tujuannya agar mad’u dapat menerima pesan dakwah yang
disampaikannya dengan mudah. Aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah adalah
berbentuk tabligh dan pengembangan masyarakat. Dalam tablighnya, Beliau
menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari Quran dan Hadis
Nabi SAW, di sejumlah majlis ta’lim. Beliau menggunakan metode dan media
yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Dakwah dalam pengembangan
masyarakat yang dilakukannya, yaitu dengan membangun Sekolah Perguruan
Islam Al-Mughni di Jakarta, mendirikan Pusat Kajian Hadis, dan mendirikan
Pesantren Hadis Untuk Keluarga di Bogor.
Keywords: pemikiran, aktivitas, tabligh, Ahmad Lutfi Fathullah.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Alhamdulillaahirobbil ‘alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, atas nikmat, hidayah, inayah, dan rahmat yang dilimpahkan kepada
hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya
Berkat kekuatan yang diberikan oleh Zat Yang Maha Kuat, Allah SWT.
skripsi ini bisa terselesaikan. Usaha yang maksimal telah penulis lakukan untuk
menyelesaikan tugas akhir di Program Strata1 Universitas Islam Negri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta ini dengan segala kekurangan.
Penyelesaian penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan para
pembimbing; baik formal maupun informal, serta bantuan, kemudahan, dan
kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Karena itu, sudah sepantasnyalah pada
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya,
kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memperkenankan penulis menimba ilmu di kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Wakil Dekan I, Drs. Wahidin Saputra, MA, Wakil Dekan II, Drs.
H. Mahmud Jalal, MA, dan Wakil Dekan III, Drs. Study Rizal LK, MA.
3. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
iii
4. Umi Musyarrofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
dan sekaligus sebagai Pembimbing skripsi penulis, yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu, fikiran dan tenaga dalam memberikan
arahan, bimbingan, dan semangat di sela-sela kesibukan beliau.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak ternilai
harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus.
6. Segenap staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga para staff
perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah memberikan pelayanan
kepada penulis selama menjalani studi di kampus.
7. Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA selaku narasumber dalam penulisan ini. Tiada
kata yang pantas terucap selain terima kasih atas kesediaan meluangkan waktu
untuk wawancara dan membantu penulis dalam rangka pengumpulan data-
data. Beliau telah memberikan pengalaman yang berharga kepada penulis.
8. Jehan Azhari, Dr. Sunandar, MA, Lidya, Restu, Tarsim, dan seluruh karyawan
Pusat Kajian Hadis, selaku narasumber, terima kasih atas kesediaan waktu dan
bantuannya dalam melengkapi data-data skripsi penulis.
9. Abiku Bapak H. Kamari serta Umiku tercinta Ibu Hj. Cholilah, yang dengan
kasih sayangnya tak pernah kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan
anak-anaknya dan selalu memberikan motivasi, semangat, doa, dan seluruh
pengorbanannya baik moril maupun materil Sehingga penulis bisa seperti
sekarang ini. Jasa kalian tidak dapat terbayar oleh apapun.
Terima kasih umi, abi…
iv
10. Untuk semua saudara-saudaraku, Mamasku Suharyadi, Mamas Hendro
Setiawan, Mba Reni, Mba Heni. dan keponakanku yang lucu, Najwa dan
Azzam yang telah menemani hari-hari penulis menjadi lebih semangat. Dan
teruntuk Mamas Ali Imron, yang telah memberikan bantuannya, waktu dan
tenaga demi penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua dukungan
kalian selama ini. Do’a dan motivasi dari kalian, adalah asupan energi untuk
diriku.
11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2009, khususnya KPI D yang telah
bersama-sama berjuang dan menimba ilmu di kampus kita tercinta ini. Terima
kasih untuk Dina, Yuli, Rina, Mega, Lulu, Nisa, Eko, Noval, Yudid, Oim,
Ana, Kiki, Okta, Bintang, Fajrin, Tika, Tari, Devi, Rizki, Yusuf, Lefi, Angga.
Terima Kasih juga untuk sahabatku Muflihatul Maghfirah, Riyadhotul
Mas’udah, dan semua teman-temanku tercinta. Terima kasih atas motivasi,
semangat, dan do’a yang kalian berikan untuk penulis. Semoga jalan hidup
yang kita ambil, tidak akan memutuskan ikatan silaturrahim kita selama ini
dan selalu akan tetap baik selamanya. Amin Allahumma Amin…
12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, yang
telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini. Terima kasih atas
dukungannya.
Terima kasih atas semua yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
berdiskusi bersama, berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan
skripsi ini selesai pada waktunya. Semoga Allah Yang Maha Pemberi, membalas
kebaikan kalian semua. Aamiin Aamiin ya Rabbal Alamiin…
v
Dan Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2013
Hidayati Nur Fajrina
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dakwah .................................................................... 12
B. Pemikiran Dakwah ............................................................... 26
C. Aktivitas Dakwah .................................................................. 32
BAB III BIOGRAFI DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
A. Latar Belakang Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah................. 35
B. Latar Belakang Pendidikan Ahmad Lutfi Fathullah ............. 38
C. Pengalaman Karir Ahmad Lutfi Fathullah ............................ 41
D. Karya Ahmad Lutfi Fathullah ............................................... 43
vii
BAB IV PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH AHMAD LUTFI
FATHULLAH, MA
A. Pemikiran Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah .......................... 45
B. Aktivitas Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah ........................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 59
B. Saran ..................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW, untuk membina umat manusia agar bepegang
teguh kepada ajaran-ajaran yang benar dan diridhai, serta mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Keberadaan Islam tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas dakwah. Tanpa dakwah, maka tidak akan terealisir nilai-nilai
ajaran Islam kepada masyarakat sebagai rahmatan lil’alamin.1
Maka dakwah mutlak diperlukan sebagai suatu ikhtiar untuk
menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat, agar tercipta individu
(khairul bariyyah), keluarga (usroh), dan masyarakat (jama’ah) yang
menjadikannya sebagai pola pikir (way of thinking), dan pola hidup (way of
life) agar tercipta kehidupan bahagia dunia dan akhirat.2
Dakwah Islam bukan sebuah propaganda, baik dalam niat, cara,
maupun tujuannya. Niat dakwah adalah ikhlas, tulus karena Allah SWT, serta
bebas dari unsur-unsur subjektivitas. Dakwah tidak boleh dikotori oleh
kepentingan-kepentingan tertanam (vested interest). Demikian itu didasarkan
atas pemikiran One God for all, satu Tuhan untuk semua manusia, sehingga
1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 22
2 Umi Musyarrofah, Dakwah K.H. Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan, ( Jakarta:
UIN Press, 2009). hlm 1
2
niat dakwah yang bukan didasari oeh watak keuniversalan Tuhan, menjadi
tidak relevan.3
Visi seorang juru dakwah adalah sebagai pembangun dan pengembang
masyarakat Islam, seperti dapat dilihat dan dibaca dalam pandangan para
pemikir dan pelaku dakwah (rijal al Fikr wa al-da’wah). A. Ilyas Ismail
dalam bukunya mengutip pendapat Abdullah Nasih Ulwan, seorang da’i harus
memerankan enam tugas atau misi, diantaranya sebagai tutor (muhaddits),
edukator (mudarris), orator (khathib), mentor (muhadhir), pembuka dialog
(munaqisy wa muhawwir), budayawan (adib), dan penulis (katib).4
Melihat kenyataan yang dihadapi saat ini yaitu banyak para aktivis
dakwah yang muncul dan diidolakan masyarakat, umumnya tidak memiliki
basis keilmuan dakwah yang kuat (tsaqofah, knowledge, skill, dan hard
competence). Sosok da’i haruslah menjadi penyemangat (motivator) yang
dapat mengajak masyarakat menuju tatanan hidup yang sejahtera.
Kegiatan para juru dakwah bukan hanya dengan sosok muballigh
dengan muka berapi-api di depan ribuan orang. Dakwah verbal seperti pidato
dan ceramah terkadang tidak efektif karena tidak langsung menyentuh
masyarakat. Maka, dengan kehadiran media massa yang semakin canggih,
patutlah para aktivis dakwah memanfaatkannya dalam menyebarkan ajaran
Islam.
3 Ahmad lyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana Media Group, 2011), hlm. 13 4 Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, hlm. 75
3
Seiring dengan problematika dakwah saat ini, maka seorang da’i
haruslah pandai menyelesaikan segala persolan yang ada. Da’i harus
menggunakan pemikiran yang tepat dalam mencari metode alternatif,
sehingga proses dakwahnya dapat terus berjalan di mana dan kapan saja.
Selepas meninggalnya Guru Mughni, yang merupakan ulama betawi
ternama di era akhir 1800 dan awal 1900-an, sempat terjadi beberapa
kefakuman dalam aktivitas keagamaan. Sehingga Ahmad Lutfi Fathullah yang
merupakan cucu dari Ulama yang mempunyai nama lengkap Abdul Mughni
bin Sanusi bin Ayyub bin Qais, meneruskan perjuangan Sang Kakek dalam
menegakkan kalimatullah di muka bumi.
Ahmad Lutfi Fathullah terlahir dari pasangan H. Fathullah dan Hj.
Nafisah, pada tanggal 25 Maret 1964, di Kuningan, Jakarta Selatan. Beliau
mengawali jenjang pendidikannya di SDN 01 Kuningan Timur Jakarta Selatan
yang lulus pada tahun 1977. Sebagai pasangan orangtua, H. Fathullah dan Hj.
Nafisah mempersiapkan diri Ahmad Lutfi Fathullah dengan mendaftarkan
sekolah ke Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo untuk belajar ilmu
agama. Selama tujuh tahun (1977-1984), masa pendidikan SMP dan SMA
beliau habiskan di sana.
Belajar di luar kota dan jauh dari tempat kelahirannya, merupakan hal
yang biasa dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah. Setelah lulus dari Pondok
Gontor, beliau mendapat kesempatan beasiswa S1 di Damascus University,
jurusan Ilmu Fiqih dan Ushul. Selanjutnya beliau mendaftar S2 di Jordan dan
4
kuliah di jurusan Ilmu Hadist dan Tafsir. Gelar doktor beliau dapatkan di
Universitas Kebangsaan Malaysia dan berijazah remi pada tahun 2000.5
Ahmad Lutfi Fathullah adalah seorang muballigh yang semangat
dalam menyiarkan ajaran Islam. Berdakwah, meneruskan tugas Rasulullah
SAW sudah menjadi kewajiban untuk dirinya, karena beliau memiliki modal
keilmuan agama yang cukup luas. Kegiatan dakwah yang dilakukannya cukup
dikenal masyarakat dan terbilang sukses. Sosok Ahmad Lutfi Fathullah
mengamalkan ilmu yang diperolehnya dengan mengisi kajian di TV, radio,
beberapa universitas dan majlis Ta’lim. Beliau menerapkan praktik dakwah
dengan berbagai pendekatan, metode, dan media yang modern. Semuanya
Beliau lakukan agar umat muslim di muka bumi ini dapat berbuat kebaikan
dan meninggalkan kemunkaran, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam penyampaian dakwahnya (tabligh) Ahmad Lutfi Fathullah tidak
hanya berkhutbah di atas mimbar. Beliau juga memanfaatkan hadirnya media
massa, baik media cetak ataupun elektronik. Dalam dakwahnya beliau
mengajak kaum muslim untuk tidak melupakan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
SAW. Ada sebagian orang berpikir bahwa mempelajari Hadis begitu rumit
dan sulit. Kitab yang jumlahnya tidak sedikit juga menjadi masalah ketika
seseorang ingin mencari sebuah Hadis. Banyak dalil yang telah mendorong
kita untuk berpegang teguh pada landasan Hadist Nabi SAW. Sebagaimana
Allah telah berfirman:
5 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013
5
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah” (QS. Al-Ahzab: 21).6
Ayat tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada panutan kecuali diri
Rasulullah SAW, tidak ada pengikutan keuali kepada beliau, dan tidak ada
keselamatan kecuali dengan mengikuti jalannya. Maka tidak shahih
pengakuan cinta seorang muslim, jika ia tidak mengikuti dan berkonsisten
terhadap Sunnah Nabi SAW.
Beberapara problematika diatas membuat Ahmad Lutfi Fathullah
untuk mengemas dakwahnya dalam bentuk digitalisasi. Beliau memanfaatkan
kecanggihan teknologi saat ini, dalam menciptakan media dakwah yang
memudahkan umat Islam untuk mempelajari ajaran Allah.7 Pesan-pesan
dakwah yang disampaikannya diterima masyarakat yang tidak terjangkau
dengan media lisan. Beliau mendapatkan respon positif dari masyarakat
karena penyampaian ajaran dakwahnya dengan berbagai media dakwah
tersebut.
Melihat dari berbagai pemikiran dan aktivitas yang dilakukan oleh
Ahmad Lutfi Fathullah, penulis tertarik untuk mengakaji lebih mendalam.
Oleh karena itu, peneliti menulis judul tentang “PEMIKIRAN DAN
AKTIVITAS DAKWAH DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA”
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 670
7 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pemikir dakwah adalah yang sesuai dengan Rijalul Fikr wa
Da’wah. Penulis membatasi penulisan ini hanya mengenai pemikiran
tentang da’i, mad’u, dan media dakwah. Aktivitas dakwah yang dimaksud
adalah aktivitas dakwah dalam berbagai bentuk. Peneliti membatasi
bentuk aktivitas dakwah sesuai dengan paradigma dakwah dan memuat
konten materi pesan dakwah.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana konsep dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut paradigma
dakwah?
b. Bagaiamana aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menurut
paradigma dakwah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui konsep dakwah Ahmad Lutfi Fathullah yang sesuai
dengan paradigma dakwah
b. Untuk mengetahui aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah. yang
sesuai dengan paradigma dakwah
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan dakwah saat ini. Hasil penelitian dapat memberikan
gambaran tentang penerapan dakwah yang akan dilakukan. Penelitian
7
ini juga dapat memberikan tambahan referensi dan perbandingan,
khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan
melakukan penelitian lanjutan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menambah ilmu dan memperluas wawasan
dalam berdakwah tentang bagaimana umat menerapkan ajaran-ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian juga dapat memberikan
sumbangan dan masukan bagi pelaku komunikasi khususnya bagi
Ahmad Lutfi Fathullah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang
bersifat deskriptif analisis, yakni metode prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.8
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode tringulasi.
Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, informan
(wawancara), dan observasi langsung. Kemudian melakukan analisis
yaitu perbandingan antara temuan dengan teori yang ada.
8 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007),
hlm. 9
8
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Ahmad Lutfi Fathullah, dan
obyek penelitiannya adalah pemikiran dan aktivitas dakwah Ahmad Lutfi
Fathullah.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yakni dari bulan
Februari sampai Mei 2013. Penelitian berlangsung di kantor Pusat Kajian
Hadis (PKH), Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, ada tiga teknik yang dilakukan untuk
mengumpulkan data, diantaranya :
a. Kepustakaan
Penulis menggunakan buku sebagai sumber informasi utama.
Dilakukan dengan membaca dan menelaah mengenai artikel dakwah di
media massa, dan dokumentasi sebagai bahan informasi pelengkap
tentang Amhad Lutfi Fathullah.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab langsung kepada narasumber dengan
menggunakan wawancara terstruktur yang disiapkan oleh penulis.9
Wawancara dilakukan secara langsung dengan Ahmad Lutfi Fathullah,
Ibu Jehan Azhari (istri Ahmad Lutfi Fathullah), Tarsim, Ibu Lidya, Ibu
Restu (murid Ahmad Lutfi Fathullah), dan Bapak Sunandar (teman
9 M. Nasir, Metodologi Penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 182
9
Ahmad Lutfi Fathullah). Peneliti mewawancarai mereka karena adanya
hubungan keakraban dan kedekatan dengan Ahmad Lutfi Fathullah.
c. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan secara
langsung oleh peneliti, yakni dengan cara mengumpulkan data, di
mana peneliti mengadakan pengamatan langsung atau berhadapan
dengan subyek yang akan diteliti. Peneliti mengadakan observasi di
tempat berbeda dengan mengikuti kegiatan dakwah yang dilakukan
oleh Ahmad Lutfi Fathullah, seperti di PKH, TVRI, Sekolah Al-
Mughni, dan Masjid Baitul Mughni Jakarta.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk
yang lebih mudah dan diinterpretasikan.10
Dalam penelitian ini penulis
melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan pemikiran dan
aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah. Kemudian menganalisnya,
dengan membuat perbandingan antara data temuan dengan teori yang telah
ada sebelumnya. Dan terakhir disajikan dalam bentuk laporan hasil
penelitian.
Teknik penulisan penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA
(Center for quality Development and Assurance), tahun 2007, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3S,
1989) cet ke 1, hlm. 263
10
E. Tinjauan Pustaka
Penulis menggunakan beberapa rujukan skripsi terdahulu dalam
mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang ditulis, hal tersebut bertujuan agar tidak adanya kesalahan dalam
mengolah data dan menganalisisnya. Beberapa judul skripsi yang berkaitan,
diantaranya :
Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Ustadz Nur Maulana, disusun oleh
Ambo Illang, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam. Penelitian ini dibatasi
pada pemikiran dan aktivitas dakwah di acara Islam Itu Indah Trans Tv.
Perbedaan dengan penulis yakni terletak pada subyek yang diteliti.
Pemikiran Dakwah Prof DR H Mohammad Ardani. disusun oleh Sipa
Fauziah, mahasiswa KPI, tahun 2012. Penelitian ini dibatasi hanya pada
pemikiran Prof DR Mohammad Ardani saja. Perbedaannya dengan penulis,
yakni penulis meneliti tentang pemikiran dan aktivitas dakwah.
Pemikiran dan Aktifitas Dakwah Habib Abu Bakar Assegaf (Pimpinan
Yayasan Tsaqofah Islamiyah, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan), disusun
oleh mahasiswa KPI, Wida Maulida, tahun 2011. Persamaan dengen penulis
yakni dibatasi pada masalah pemikiran dan aktivitas dakwah. Dan
perbedaannya terletak pada subyek yang diteliti.
Pemikiran dan Kiprah Dakwah Ustadz Saiful Islam Al-Payage,
disusun oleh Pathiyatul Wirdiyah, mahasiswa Jurusan KPI, tahun 2012.
Perbedaan dengan penulis, yakni terletak pada subyek yang diteliti.
Penelitian tentang pemikiran dan aktivitas dakwah memang sudah
banyak dan mengangkat tokoh berbeda. Namun, penulis tidak menemukan
11
satupun hasil laporan penelitian yang mengangkat tokoh mengenai Dr. Ahmad
Lutfi Fathullah, MA. sehingga penulis tidak bisa membandingkan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam menganalisa studi ini,
diperlukan sistematika penulisan. Penelitian yang akan dibahas terdiri dari
lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu:
BAB I : Pada bab ini terdiri dari Pendahuluan, yang meliputi Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Pada bab ini membahas Tinjauan Teoritis, yang terdiri dari
Tinjauan Dakwah, meliputi Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah, Pengertian
Pemikiran Dakwah, dan Pengertian Aktivitas Dakwah.
BAB III : Pada bab ini berisi tentang Biografi Dr. Ahmad Lutfi Fathullah,
MA yang meliputi Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Pendidikan,
Pengalaman Karir dan Karya Ahmad Lutfi Fathullah.
BAB IV : Pada bab ini berisi Hasil Penelitian yang meliputi Pemikiran dan
Aktivitas Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah.
BAB V : Pada bab ini sebagai penutup berisi Kesimpulan dan Saran.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da‟a – yad‟u –
da‟watan, artinya memanggil, mengajak, atau menyeru.1 Jadi arti dakwah
menurut kebahasaan yaitu seruan kepada jalan yang benar. Dakwah
merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu
yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi
ajakan tersebut.2
Definisi dakwah secara terminologi menurut Taufik al-Wa’iy
dalam bukunya menyebutkan bahwa dakwah bermakna upaya lewat
perkatan dan perbuatan untuk mengajak manusia untuk berpihak kepada
da’i. Ruang lingkup pemahaman istilah dakwah adalah seputar upaya
lewat ucapan dan perbuatan untuk Islam, menerapkan ajarannya, meyakini
aqidahnya, dan melaksanakan syariatnya.3
Ada beberapa definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya :
1) Toha Yahya Omar, mendefinisikan dakwah sebagai tindakan mengajak
menusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
1Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Da‟wah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
hlm.17 2 Siti Muriah, Metode Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 1
3 Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah; Muatan, Sarana & Tujuan, (Jakarta: Robbani
Pers, 2010), cet. ke-1, hlm. 12
13
perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia
dan akhirat.4
2) Menurut A. Hasjmy, dakwah yaitu mengajak orang lain utuk meyakini
dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah, namun terlebih
dahulu harus diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.5
3) M. Quraish Shihab mengartikan bahwa dakwah adalah seruan atau
ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi menjadi situasi
yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat.6
Allah SWT telah memerintahkan dan memotivasi untuk berdakwah
dalam banyak ayat, sebagaimana FirmanNya :
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang
menyerah diri?" (QS. Al- Fushilat: 33)7
Dalam ayat tersebut, Allah telah menjelaskan, bahwa sebaik-baik
manusia, perkataan, dan perbuatannya adalah orang yang mengajak
manusia lainnya kepada Allah dan menunjukinya, mengajarkan agama
kepada para hamba dan membuat mereka paham. Dengan inilah maka
mereka menjadi sebaik-baik manusia dan bermanfaat bagi manusia
lainnya.8
4 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1979), hlm. 1
5 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur‟an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm.18
6 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Mayarakat, (Bandung: Mizan, 1994), cet ke-6, hlm. 194 7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm.778
8 Fawaaz Hulayyil , Begini Seharsnya Berdakwah, Kunci Sukses Dakwah Salaf, (Jakarta:
Darul Haq, 2008). hlm. 21
14
Dakwah pada hakikatnya adalah usaha orang beriman untuk
mewujudkan Islam dalam semua segi kehidupan, baik pada tataran
individu, keluarga, masyarakat, maupun umat dan bangsa. Usaha
mewujudkan iman dan Islam dapat dilakukan diantaranya melalui kontrol
sosial (al-nahi „an al-munkar), keteladanan perilaku (uswatun khasanah),
pengembangan pendidikan (al-ta‟lim wa al-tarbiyah) yang sesuai dengan
visi dan misi cita-cita Islam.9
Kegiatan dakwah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan
wajib dilakukan di mana, kapan, dan kepada siapa saja, sesuai dengan
situasi dan kondisinya. Upaya pengingatan dan perwujudan kebenaran
oleh para juru dakwah harus dilakukan karena upaya itu akan selalu
bermanfaat, tidak sia-sia, dan Allah akan selalu menghargainya10
. Dalam
hal ini, motivasi yang diisyaratkan Al-Quran yaitu :
Artinya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu
bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat
pelajaran, dan orang-orang yang celaka (kafir) akan
menjauhinya. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar
(neraka). Kemudian Dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak
(pula) hidup” (Al-A’la: 9-13)11
Asep Muhiddin mengutip pendapat Sayyid Quthub dalam
tafsirnya, memberikan penafsiran tentang ayat tersebut dengan
mengomentarinya sebagai berikut :
9 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta : Grafindo, 2005),
hlm. 40 10
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Bandung: Pustaka Setia,
2001), hlm. 77 11
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 1051
15
Selama masih bermanfaat peringatan itu, dan memang upaya
peringatan itu akan selalu bermanfaat, dengan tidak perlu melihat
banyak atau sedikitnya orang yang memanfaatkannya. Kendatipun
sudah rusaknya moral kehidupan manusia ini, dunia tidak akan
pernah sunyi dari generasi yang memperjuangkan, mendengar,
dan memanfaatkan pringatan itu.12
Dari berbagai pengertian definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa dakwah merupakan kegiatan menyampaikan atau menyerukan
ajaran Islam untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran, demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan kegiatan dakwah
yang berlangsung secara terus menerus maka akan menciptakan tatanan
masyarakat yang harmonis sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Rasul-
Nya.
Tujuan dakwah dicapai dengan mangajak manusia ke jalan Allah
dengan sungguh-sungguh dan usaha merealisir ajaran Islam dalam segenap
aspek kehidupan manusia. Maka, diharapkan umat manusia akan memetik
buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.13
Dakwah Islam memiliki tujuan agar timbul dalam diri umat
manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap,
penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas.
Dengan demikian tujuan dakwah Islam yakni memberikan seruan kepada
umat Islam untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, sesuai dengan
ajaran Allah SWT agar menjadi pedoman dalam hidupnya. Adapun tujuan
dakwah menurut Asmuni Syukir, yakni:
1) Mengajak manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.
12
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an, hlm.78 13
Umi Musyarrofah, Dakwah K.H. Hamam Dja‟far dan Pesantren Pabelan, ( Jakarta:
UIN Press, 2009). hlm. 18
16
2) Membina mental orang Islam yang masih Muallaf.14
3) Mengajak umat manusia yang belum beriman, agar beriman kepada
Allah (memeluk agama Islam).
4) Mendidik anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.15
Sukses atau tidaknya dakwah bukanlah diukur lewat gelak tawa
atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka.
Sukses tersebut diukur pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak
pendengarnya ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa, kemudian
tercermin dalam tingkah lakunya. Untuk mencapai sukses tersebut,
tentunya semua unsur dakwah harus mendapat perhatian para da’i.16
2. Unsur-Unsur Dakwah
a. Da’i
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik dengan
lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan secara individu,
kelompok, atau melalui organisasi atau lembaga. Da’i sering disebut
juga dengan muballigh, yakni orang yang menyampaikan ajaran Islam.
Namun sebutan muballigh ini memiliki arti yang sempit untuk
sebagian orang. Mereka cenderung mengartikannya sebagai orang
yang menyampaikan ajaran Islam hanya melalui lisan saja, seperti
penceramah, khatib, dan sebagainya.17
Seorang da’i diibaratkan seperti seorang guide atau pemandu
yakni terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan
14
Muallaf adalah orang muslim yang masih lemah imannya. Lih. Moh Ali Azis, Ilmu
Dakwah. hlm. 265 15
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
hlm.49 16
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), cet. ke- 6, hlm. 194 17
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), hlm. 71
17
hidup di dunia dan akhirat. Ia menjadi petunjuk jalan yang harus
mengerti dan memahami jalan mana yang boleh dan tidak boleh dilalui
oleh seorang muslim. Oleh karena itu, da’i di tengah-tengah
masyarakat memiliki peran penting. Perbuatan dan tingkah lakunya
menjadi tolak ukur. Maka hendaklah seorang da’i menjadi uswatun
hasanah bagi masyarakatnya.18
Visi seorang da’i adalah sebagai pembangun dan pengembang
masyarakat Islam, seperti dapat dilihat dan dibaca dalam pandangan
para pemikir dan pelaku dakwah (rijal al Fikr wa al-da‟wah). A. Ilyas
Ismail dalam bukunya mengutip pendapat Abdullah Nasih Ulwan,
seorang da’i harus memerankan enam tugas atau misi, diantaranya
sebagai tutor (muhaddits), edukator (mudarris), orator (khathib),
mentor (muhadhir), pembuka dialog (munaqisy wa muhawwir),
budayawan (adib), dan penulis (katib).19
Tugas da’i dalam menyiarkan syiar Islam harus mampu
menciptakan jalinan komunikasi yang erat antara dirinya dan
masyarakat. Ia harus mampu bertindak dan bertingkah laku yang
sesuai. Ia harus berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh
masyarakatnya. Maka, penting sekali seorang da’i harus mengetahui
latar belakang dan kondisi masyarakat yang dihadapi.20
Seorang da’i harus mempunyai kemampuan dan kecakapan
agar ia mampu bekerja dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
sebagai pembangun dan pengembang masyarakat. Kompetensi da’i
18
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. ke-1, hlm. 69. 19
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, hlm. 75 20
Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah Metode Membentuk Pribadi Muslim,
(Mesir : Darul Wafa, al- Manshurah, 1992), hlm. 127
18
yang ideal menurut A. Ilyas harus memiliki kekuatan intelektual
(knowledge), keterampilan (skill), sikap dan moral (attitude), dan
kekuatan spiritual (spiritual power).21
Keberadaan seorang da’i dalam masyarakat luas mempunyai
fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da’i diantaranya :
1) Meluruskan aqidah
Aqidah adalah dasar dari segalanya. Semua dakwah Rasul
SAW. bertugas untuk merealisasikannya. Melihat kenyataan saat
ini, masih banyak ritual-ritual perbuatan musyrik yang dilakukan
sebagaian orang Muslim. Maka keberadaan para da’i sangat
dibutuhkan untuk meluruskan kembali akidah mereka. Agar
mereka dapat kembali kepada fitrahnya, yakni percaya kepada
Dzat Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT.
2) Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
Allah SWT menciptakan semua mahkluknya di muka bumi
untuk beribadah menyembah-Nya. Namun, masih banyak
pelaksanaan ibadah yang belum sesuai dengan syariat Islam
sebenarnya. Oleh karena itu, da’i hadir sebagai pembimbing yang
memotivasi umat untuk beribadah dengan benar dan baik.
3) Menegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar
Dalam aktivitasnya sehari-hari, manusia hidup sebagai
mahkluk sosial. Konsep Islam yang luhur menganjurkan umatnya
untuk saling berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.
21
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, hlm. 77
19
Prinsip ini harus ditegakkan karena akan menciptakan umat Islam
yang harmonis, dan erat tali persaudaraannya.
4) Menolak kebudayaan yang menyimpang
Seorang da’i harus pandai menganalisa dan memberikan
alternatif jika terdapat budaya yang bertentangan. Sebagai umat
Islam seharusnya jangan mudah menerima aspek baru tersebut,
harus terlebih dahulu di analisa, apakah itu baik atau tidak.22
b. Mad’u
Mad’u ialah orang yang menerima pesan-pesan dakwah, baik
yang beragama Islam ataupun non Islam. Dakwah yang ditujukan
kepada non muslim bertujuan untuk mengajak mereka agar mengikuti
agama Islam. Sedangkan untuk umat muslim dakwah bertujuan
meningkatkan kualitas iman, islam, dan ihsan.23
Pernyataan ini sesuai
dengan QS. Saba’ ayat 28, yaitu :
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”24
Menurut Prof. Dr. Husul Aqib Suminto dalam bukunya, mad’u
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa lapisan atau tingkatan,
diantaranya :
1) Mayarakat umum yakni kelompok yang biasanya berada di tempat-
tempat umum, seperti masjid, madrasah, lapangan terbuka, dan
22
Samsul Munir Amin, Ilmu dakwah, hlm. 75 23
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-1,
hlm. 21-22. 24
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 688
20
sebagainya. Da’i dapat menyampaikan dakwahnya melalui
ceramah.
2) Masyarakat penguasa yakni orang-orang yang mempunyai
kedudukan tinggi. Pada lapisan ini, para da’i hendaklah
menggunakan cara personal approach, yaitu menggalang
hubungan pribadi. Melalui pendekatan ini diharapkan para da’i
memperoleh dukungan dari pihak penguasa, sehingga dapat
membantu kelancaran pelaksanaan dakwah.
3) Masyarakat terpelajar yaitu masyarakat yang mempunyai
pendidikan tinggi atau biasanya terdapat di perguruan tinggi. Pada
kalangan ini harus dihadapi melalui pendekatan ilmiah. Berdakwah
di kalangan intelektual, cendikiawan dan masyarakat kampus
dituntut keilmuan yang cukup, analisis serta rasional, sehingga
pesan-pesan dakwah yang disampaikan da’i dapat diterima.
4) Masyarakat desa yakni masyarakat yang mempunyai
kesederhanaan, baik dalam pola hidup maupun cara berpikir.
Dalam menghadapi mad’u dari kalangan ini, da’i harus memilih
materi dakwah yang sederhana dengan penyampaian yang mudah
dipahami.25
Mad’u (penerima dakwah) sebagai objek dakwah harus
diklasifikasi oleh da’i dalam aktivitas dakwahnya. Dengan klasifikasi
tersebut, akan memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan-pesan
dakwahnya. Klasifikasi objek dakwah ini penting, agar pesan-pesan
Islam dapat diterima dengan baik oleh mad’u. Kegiatan dakwah juga
akan menjadi lebih terarah.26
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah pesan-pesan dakwah Islam yang
disampaikan da’i kepada mad’unya. Sumber materi dakwah adalah Al-
Qur’an dan Hadis. Secara umum, materi dakwah dapat diklasifikasikan
menjadi tiga pokok, yaitu:
25 H. A. Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Tinta mas, 1973), cet. ke-1, hlm. 114-
115. 26
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008),
hlm. 28
21
1) Masalah keimanan (Aqidah)
Akidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam.
Aqidah diibaratkan sebagai pondasi awal dalam sebuah bangunan.
Akidah Islamiyah itu berkaitan dengan rukun iman. Di luar dari
rukun iman yang enam itu, umat Islam tidak wajib untuk
mempercayainya.
2) Masalah keislaman (Syariat)
Syariat mempunyai dua pengertian yakni mengatur tentang
hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) yang disebut dengan
ibadah, dan mengatur human relation dan human activity di dalam
masyarakat (horizontal), disebut muamalah.27
3) Masalah budi pekerti (Akhlaqul karimah)
Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas
perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi
kejiwaannya. Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik
dengan ukuran yang bersumber dari Allah SWT. Maka seseorang
yang memiliki akidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah
dengan Tuhannya dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan
bermuamalat baik dengan sesamanya.28
Menyampaikan materi dakwah pada dasarnya bukanlah ajaran
yang semata-mata berkaitan dengan wujud eksistensi wujud Allah
SWT namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar
27
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akdah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993),
cet ke-3, hlm. 8 28
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam, (Yogya: LPII,1955), cet. ke-3, hlm. 10
22
mampu memanifestasikan akidah, syariah, dan akhlak dalam amalan
sehari-hari.
d. Metode Dakwah
Kata metode memiliki pengertian suatu cara yang bisa
ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan
menyelesaikan tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia.29
Maka
metode dakwah dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang
da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u.
Al-Qur’an telah meletakkan dasar-dasar metode dakwah dalam
sebuah ayat yang berbunyi :
Artinya : “Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka
menurut cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya, dan lebih
mengetahui siapa orang-orang yang mendapat petunjuk”
(QS. An-Nahl: 125).30
Dalam ayat tersebut, terdapat tiga metode dakwah, diantaranya :
1) Bi Al-Hikmah
Bi Al-Hikmah adalah berdakwah yang dilakukan dengan
benar dan tepat. Kebenaran dan ketepatan yang dicakup harus
mempunyai tiga unsur. Pertama, menyangkut situasi dan kondisi
29
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet. ke-1, hlm. 160 30
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 211
23
mad’u. Kedua, menyangkut kadar materi yang disampaikan. Dan
ketiga, menyangkut metode dan teknik yang digunakan.31
Dalam metode hikmah, seorang juru dakwah tidak
menggunakan satu bentuk metode saja. Mereka harus
menggunakan berbagai metode dakwah yang sesuai dengan realitas
yang dihadapinya.32
Al Hikmah adalah bekal da’i menuju sukses.
Tidak semua orang dapat meraih hikmah, sebab Allah
memberikannya untuk orang-orang yang layak mendapatkannya,
Firman Allah :
Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Al-
Baqoroh: 269).33
2) Mau‟izatul Hasanah
Mau‟izatul Hasanah adalah berdakwah dengan
memberikan nasihat yang baik. Menurut Ali Musthafa Yakub,
metode dakwah ini berisi ucapan nasihat yang baik dan
bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen yang
memuaskan sehingga mereka dapat menerima apa yang
31
Ahmad Ilyas Islmail, Paragdigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2006), hlm.248 32
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-2. hlm. 13 33
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm. 67
24
disampaikan oleh da’i.34
Metode dakwah ini mengandung arti yaitu
kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang
dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak
membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain.35
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Metode ini mempunyai arti berdakwah dengan cara
bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya
dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan
kepada sasaran dakwah.36
Mohammad Natsir mengutip pendapat dari Syekh Muhammad
Abduh dalam menyimpulkan QS. An-Nahl: 125, bahwa umat yang
dihadapi seorang da’i dibagi tiga golongan, yaitu:
1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat
berpikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan.
Mereka ini dapat dipanggil dengan hikmah. Karena dalil yang
disampaikan dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.
2) Golongan awam yaitu orang yang belum dapat berpikir secara
kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang
tinggi. Mereka dipanggil dengan Mauizah Hasanah, dengan
bimbingan yang baik dan ajaran yang mudah dipahami mereka.
3) Golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan
tersebut, belum dapat dicapai dengan hikmah, akan tetapi tidak
akan sesuai pula bila dilayani seperti golongan awam. Mereka suka
membahas sesuatu, tetapi tidak terlalu mendalam.37
Tujuan da’i memilih metode dakwah yang tepat adalah untuk
mempengaruhi objek dakwah. Mempengaruhi untuk menuju pribadi
yang lebih baik dan mampu mengamalkan ajaran Islam dengan benar.
34
Ali Mustafa Yakub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1997), hlm. 21 35
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-2. hlm. 17 36
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),
hlm. 244 37
Mohammad Natsir, Fiqhud Da‟wah, (Jakarta: Media Da’wah, 2000), cet. ke-11,
hlm.162
25
e. Media Dakwah
Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yakni medion,
yang berarti alat perantara. Secara istilah media berarti segala sesuatu
yang dapat digunakan utuk mencapai tujuan tertentu. Maka media
dakwah dapat diartikan dengan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan dakwah yang telah direncanakan.38
Menurut Zaini Muhtarom, media yang dapat dijadikan sebagai
media dakwah, diantaranya:
1) Media lisan
Media ini merupakan media yang sering digunakan karena
sifatnya yang praktis dan ekonomis. Termasuk di dalamnya media
lisan adalah diskusi, khutbah, ramah tamah, dan sebagainya.
2) Media cetak
Ide-ide pemikiran tentang Islam dituangkan dalam bentuk
tulisan seperti surat kabar, bulletin, spanduk, majalah, dan
sebagainya.
3) Media elektronik
Media ini merupakan media yang lahir karena pemikiran
manusia dalam bidang teknologi modern. Segala perbuatan,
perkataan, dan tingkah laku dapat dimunculkan pada media ini.
Media elektronik dapat berupa radio, televisi, film, dan sebagainya.
4) Media organisasi
Organisasi dakwah merupakan alat pelaksanaan dakwah
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui
organisasi, dakwah dapat dilaksanakan dalam kegiatan intern dan
ekstern.
5) Media seni dan budaya
Dakwah lewat seni dan budaya dilakukan oleh para guru
dan da’i terdahulu sampai sekarang, seperti gamelan, wayang,
sastra, dan sebagainya.39
Seiring dengan kemajuan zaman saat ini, dakwah tidaklah
cukup jika disampaikan dengan lisan tanpa bantuan berbagai alat
modern canggih. Dengan menggunakan media massa tersebut maka
38
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
hlm.163 39
Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1996), hlm. 115
26
jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Untuk
berdakwah pada masyarakat yang majemuk tidak lagi membutuhkan
waktu lama, pesan-pesan ajaran agama Islam yang disampaikan dapat
diterima secara serempak dan bersama-sama. Tentu sarana ini dapat
memudahkan tugas para aktivis dakwah.
Dengan demikian, keahlian dan kepandaian seorang da’i sangat
dituntut dalam melihat peluang media dakwah yang benar-benar dapat
dimanfaatkan keberadaannya untuk menunjang keberhasilan dakwah
yang dilakukan hingga mencapai hasil yang maksimal.
B. Pemikiran Dakwah
1. Pengertian Pemikiran Dakwah
Pemikiran berasal dari kata dasar “pikir” yang berarti proses, cara,
atau perbuatan memikir.40
Pemikiran menurut Samsul Nizar dapat
diartikan sebagai upaya cerdas (ijtihadiy) dari proses kerja akal dan kalbu
untuk melihat fenomena dan berusaha untuk mencari penyelesaiannya
secara bijaksana.41
Definisi pemikiran dapat disimpulkan sebagai proses
pendayagunaan kerja akal dan otak seseorang untuk memecahkan
persoalan demi melahirkan sesuatu yang baru.
Jadi pengertian pemikiran dakwah ialah proses memfungsikan akal
yang merupakan kemampuan rasional manusia untuk mentelaah apa itu
dakwah sebenarnya dan sebagai upaya asimilasi nilai-nilai Islam dalam
40
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke-4. hlm. 872 41
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya
Media Pratama, 2001), cet ke-1, hlm. 6
27
kehidupan sehari-hari kaum muslimin baik yang bersifat individual
maupun kolektif guna membentuk konsepsi masyarakat yang Islami.42
Pemikiran dakwah Islam adalah suatu keaktifan pribadi manusia
untuk menemukan pemahaman dan pengertian tentang konsep dakwah dan
berdasarkan fenomena yang terjadi, serta berusaha untuk memberikan
solusi dari problematika dakwah yang ada secara nyata dan bijaksana.43
2. Aliran-aliran Pemikiran dan Gerakan Dakwah
a. Dakwah Paradigma Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan yakni menyampaikan ajaran
Allah dan Rasul kepada orang lain yang penyajiannya menurut apa
adanya (objektif), mengemukakan fakta-fakta, tanpa adanya unsur
paksaan untuk diterima atau diikuti. Orang-orang yang menyampaikan
disebut muballigh.44
Tabligh dari segi pendekatannya apabila mengacu
pada definisi dan contoh yang telah dilakukan oleh Rasullah SAW
dapat dibedakan menjadi dua yaitu tabligh yang melalui tulisan
(Tabligh bi al-Kitaabah) dan tabligh melalui khutbah atau ceramah
(Tabligh al-Khithaabah).45
Pendekatan dakwah yang dilakukan menurut paradigma ini
adalah mengajak melalui nasihat-nasihat (al-mawa‟izh) dan membujuk
mereka untuk berhijrah dari lingkungan yang melalaikan kepada
lingkungan masjid, mengembalikan mereka dari lembah maksiat
42
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2011),cet
ke-1, hlm. 185 43
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), cet-
1, hlm. 58 44
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hlm. 8 45
Tata Sukayat, Quantum Dakwah, hlm. 8
28
kepada ketaatan Allah dan menjalani kehidupan sesuai dengan syariat
Allah dan sunah Rasul-Nya. Dalam hubungan mereka dengan Allah
maupun dengan sesama makhluknya. Pendekatan seperti ini dikenal
dengan sebutan bayan/ penjelasan.46
Para muballigh dalam paradigma tabligh harus mengenal
pokok-pokok dakwah yang enam (usul al da‟wah al-sittah) yang
disarikan dari enam karakter mulia para sahabat. Enam sifat tersebut
diantaranya kembali kepada komitmen tauhid, sholat dengan khusyu
dan khudhu‟, ilmu beserta zikir, memuliakan muslim, meluruskan niat,
dan dakwah tabligh khuruj fii sabilillah. Para pendukung dakwah
tabligh meyakini bahwa dengan mengingat keenam sifat tersebut, dan
berusaha mempraktikannya untuk diri sendiri dan orang lain,
merupakan jalan untuk membuka pintu agama dan menyebarkannya ke
seluruh pejuru manusia.47
b. Dakwah Paradigma Pengembangan Masyarakat
Dakwah paradigma pengembangan masyarakat lebih
mengutamakan aksi ketimbang wacana atau retorika. Kegiatannya
biasanya beraksi dalam bidang-bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan
seperti pengembangan SDM dan pendidikan madrasah atau pesantren.
Dari segi metode dakwah, paradigm dakwah pengembangan
masyarakat berusaha mewujudkan Islam dengan cara atau jalan
menjadikan Islam sebagai pijakan pengembangan dan perubahan sosial
yang bersifat transformative-emansipatoris.48
46
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, hlm. 218-219 47
Ibid. 219 48
Ibid. hlm. 226
29
Menurut A. Ilyas Ismail dalam bukunya bahwa sasaran utama
dakwah paradigma ini adalah perbaikan kehidupan masyarakat dalam
segala lini kehidupan, dengan memanfaatkan pengembangan potensi
yang ada pada masyarakat itu sendiri.49
c. Dakwah Paradigma Harakah
Kata harakah secara harfiah berarti gerak atau gerakan.
dikatakan gerak apabila seseorang berpindah atau mengambil posisi
baru. Jadi, dakwah harakah adalah dakwah pergerakan. Dakwah ini
lebih menekankan pada aspek tindakan atau aksi ketimbang wacana
dan teori.50
Menurut Al-Qathani, dakwah Harakah adalah sebuah gerakan
dakwah yang berorientasi pada pembangunan masyarakat Islam yang
sejatinya Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur, dengan
melakukan reformasi dan perbaikan sendi-sendi kehidupan manusia,
mulai perbaikan individu, keluarga, masyarakat atau lingkungan
sekitar, dan pemerintahan dan Negara.51
Dari aspek metodologi, dakwah paradigma harakah
meniscayakan adanya organisasi yang berfungsi sebagai intuisi atau
wadah yang akan menghimpun dan menyatukan potensi-potensi dan
kekuatan umat untuk dimanfaatkan dan diberdayakan bagi kepentngan
dakwah. Ini berarti dakwah dalam paradigma ini, tidak lagi dipandang
49
Ibid. hlm. 232 50
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, hlm. 12 51
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, hlm. 233
30
sebagai tugas dan kewajiban individual, tetapi merupakan tugas dan
kewajiban kolektif seluruh kaum mukmin.52
Dilihat dari segi da’i, dakwah paradigma harakah
meniscayakan adanya pelaku dakwah atau da’i yang berkualifikasi
sebagai pejuang dakwah (mujahid al-da‟wah). Da’i haruslah
merupakan seorang Muslim pejuang (mujahid) dan aktivis pergerakan
Islam. Dengan demikian, dalam pengertian ini, tidak semua orang
memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai da’i. Sebagai pejuang dan
aktivis pergerakan Islam, da’i harus membekali diri dengan imu dan
wawasan Islam yang memadai, mempersenjatai diri dengan bekal
ibadah, keluhuran budi pekerti (akhlak al-karimah), dan ketauladanan
perilaku (uswah hasanah). Da’i juga harus memiliki komitmen dan
ghiroh keislaman yang kuat, sehingga mampu melaksanakan tugas-
tugas dakwah dengan baik dalam menghadapi hinaan dan ejekan
(takdzib), siksaan fisik (al-adza), maupun tekanan hidup menyangkut
soal politik, ekonomi, dan keamanan.53
d. Dakwah Paradigma Kultural
Paradigma dakwah ini menempuh jalur lebih lunak dalam
berdakwah yakni dengan dialog antara Islam dan budaya-budaya lokal.
Sebab menurut mazhab ini, dakwah tidak boleh didakwahkan, kecuali
sesuai dengan karakter mad’unya. Artinya, berdakwah harus
menggunakan pendekatan-pendekatan yang familiar melalui kultur
setempat seperti adat istiadat dan bahasanya.54
52
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, hlm. 14 53
Ibid. 54
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, hlm.245
31
Mazhab dakwah kultural berpendapat, sejarah dakwah Islam
dari pertama kelahirannya hingga saat ini selalu diwarnai dengan
proses akulturasi timbal balik.55
Dakwah semua Rasul tidak pernah
lepas dari proses dialog dengan kultur setempat di mana mereka di
utus. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Ibrahim ayat 4, yaitu :
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan
bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan
dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan
siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ibrahim: 4).56
Dakwah yang dilakukan dengan dialog antara Islam dan
budaya memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan dakwah
harakah. Pertama, kehadiran dakwah Islam tidak akan dipandang
sebagai ancaman terhadap eksistensi budaya lokal. Kedua, dengan
menerima dakwah Islam tidak berarti suatu kaum terputus dari tradisi
masa lampaunya. Dan ketiga, universalisme Islam tidak hanya
dianggap sebagai wacana, karena kehadiran Islam tidak dirasakan
sebagai yang lain, tetapi bagian yang integral dengan budaya lokal.57
e. Dakwah Paradigma Multikulturalisme
Dakwah dalam paradigma multikulturalisme ialah sebuah
pemikiran dakwah yang fokus pada penyampaian pesan-pesan Islam
dalam konteks masyarakat umum dengan berdialog untuk mencari titik
55
Nurcholis Majdid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2008), hlm.537 56
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, hlm 379 57
Ahmad Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, hlm 247
32
temu dan kesepakatan terhadap suatu keyakinan, nilai kelompok, dan
agama.58
Dakwah multikulturalisme melakukan pendekatan dakwah
diantaranya, pertama, menekankan agar target dakwah lebih diarahkan
pada pemberdayaan kualitas umat dalam ranah internal, dan kerja
sama, serta dialog antar agama dan budaya dalam ranah eksternal.
Kedua, dalam ranah kebijakan public dan politik, dakwah ini
menggagas ide tentang kesetaraan hak-hak kelompok minoritas.
Ketiga, dalam ranah sosial, dakwah ini mengambil pendekatan kultural
dibandingkan harakah. Keempat, dalam pergaulan global, dakwah
multikulturalisme merespon feomena globalisasi yang sedikit demi
sedikit menghapus sekat antarbudaya dan agama sekarang ini. Dan
kelima, para penggagas dakwah harus menyegarkan kembali tentang
doktrin Islam klasik, dengan melakukan reinterpretasi dan rekonstruksi
paham Islam.59
C. Aktivitas Dakwah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata aktivitas mempunyai
makna keaktifan, kegiatan, kesibukan atau kerja yang dilaksanakan dalam
setiap bagian.60
Aktivitas merupakan suatu kegiatan aktif untuk menghasilkan
sesuatu. Jadi pengertian aktivitas dakwah adalah segala kegiatan subyek
dakwah yang berhubungan dengan dakwah Islam demi terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia.
58
Ibid. hlm. 263 59
Ibid. 280 60
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), cet-3, hlm. 699
33
Samsul Munir Amin dalam bukunya, mengkatagorikan secara umum
dakwah Islam menjadi tiga bentuk, diantaranya:
1. Dakwah bi Al-Lisan
Dakwah bi Al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan dengan lisan,
seperti ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan sebagainya. Metode
dakwah ini memang sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah.
Dakwah ini mengutamakan kemampuan retorika yang baik didepan
mad’u. Sehingga mad’u dapat mencerna isi dakwah dengan seksama.
2. Dakwah bi Al-Qolam
Dakwah bi Al-Qolam yaitu berdakwah dengan mengunakan
keterampilan tulis menulis, berupa artikel atau naskah yang dimuat dalam
majalah, surat kabar, brosur, buletin, buku, blog, dan sebagianya. Dakwah
seperti ini mempunyai kelebihan yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu
yang lebih lama. Jangkauan dakwah ini juga lebih luas jika dibandingkan
dengan media lisan. Kapan saja dan di mana saja, mad’u atau objek
dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-qolam ini.
Para aktivis dakwah haruslah menyiapkan dirinya tidak saja
dengan kemampuan retorika yang baik, tetapi juga dengan kependaian
menulis. Mad’u dapat mempelajari isi pesan dakwah secara berulang-
ulang, sehingga pengetahuan mereka akan bertambah.
3. Dakwah bi Al-Hal
Dakwah bi Al-Hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang
melipuiti keteladanan. Dakwah ini dilakukan dengan berbagai kegiatan
yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah
34
dengan karya nyata. Misalnya dengan amal yang hasilnya langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat (mad’u).61
Bentuk dakwah bi Al-Hal ini dilakukan sebagai solusi kebutuhan
masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah Islam,
perguruan tinggi Islam, membangun pesantren, rumah sakit, dan
kebutuhan masyarakat lainnya.62
Aktivitas dakwah harus terlebih dahulu mengetahui problematika yang
dihadapi oleh penerima dakwah. Maka hal yang harus diperhatikan
diantaranya :
a. Aktivitas dakwah harus mengetahui adat dan tradisi penerima dakwah
b. Aktivitas dakwah harus mampu menyesuaikan materi dakwah dengan
masalah kontemporer yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat.
c. Aktivitas dakwah harus meninggalkan materi yang bersifat emosional
d. Aktivitas dakwah harus mampu menghayati ajaran Islam dengan seluruh
pesannya serta menguasai masalah-masalah yang berkembang dalam
masyarakat agar antara ajaran agama dan masalah-masalah yang aktual
dapat dikaitkan.
e. Aktivitas dakwah harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan materi
dakwah yang disampaikannya.63
Dakwah adalah suatu aktivitas yang mulia di mata Allah SWT. Di
dalamnya mengandung suatu seruan atau ajakan keinsafan atau usaha
mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik, yakni terhadap pribadi dan
masyarakat disekitarnya.
Aktivitas dakwah akan menghasilkan tujuan yang diharapkan jika
dilakukan oleh para da’i yang memiliki kearifan. Ia harus tetap sabar, tabah,
lapang dada menghadapi semua tanggapan dari para mad’u.
61
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hlm. 11 62
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, hlm. 12 63
Kusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat,
(Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2010), cet. ke-1, hlm.27
35
BAB III
BIOGRAFI DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
A. Latar Belakang Keluarga Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Ahmad Lutfi Fathullah adalah putra Betawi asli yang lahir pada
tanggal 25 Maret 1964 di Kuningan, Jakarta Selatan. Beliau terlahir dari
pasangan H. Fathullah dan Hj. Nafisah. Kediaman beliau sejak dilahirkan
sampai saat ini masih berdomisili di tempat yang sama, yakni di Komplek
Masjid Baitul Mughni, Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan, Jakarta Selatan.1
Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah tergolong sebagai keluarga yang
berkecukupan. Dari keadaan ekonomi sampai pendidikan dapat dikatakan
sukses. H. Fathullah adalah keturunan Guru Mughni. Beliau merupakan ulama
besar asli Betawi ternama di era akhir 1800 dan awal 1900-an. Guru Mughni
mempunyai nama lengkap Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais,
yang lahir sekitar tahun 1860. Sedangkan Ibu Hj, Nafisah adalah anak dari
seorang ketua rombongan haji, meskipun pada zaman itu belum banyak jasa
travel seperti sekarang. Sehingga sejak umurnya mencapai 14 tahun, Ibu Hj.
Nafisah sudah dapat merasakan pergi ke Masjidil Haram. Pertemuan antara H.
Fathullah (16 tahun) dan Hj, Nafisah terjadi di dalam pesawat, meskipun
mereka bukan satu rombongan haji.2
Ahmad Lutfi Fathullah tumbuh dan berkembang dari keluarga yang
religiusnya tinggi. Sejak kecil beliau sudah sering diajarkan ilmu agama oleh
keluarganya. Paman dan sepupu beliau banyak yang menjadi Kyai.
1Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
2ibid.
36
Suasana di kampung Kuningan masih kondusif dan sangat Islami.
Belum banyak pembangunan gedung dan perbedaan budaya, sehingga
kebudayaan Betawi asli masih kental dirasakan oleh masyarakat di sana. Pada
zaman itu orang yang belajar agama akan dihormati oleh masyarakat. Masing-
masing keluarga menginginkan anak-anak mereka untuk belajar di pesantren
atau bahkan di Timur Tengah. Hampir semua orang di kampung beliau setiap
hari selepas ba’da Maghrib mengaji di masjid.3
Anak-anak di sekolahkan di dua tempat yaitu Sekolah Dasar (SD) dan
madrasah. SD adalah tempat untuk menuntut ilmu yang berhubungan dengan
pengetahuan alam. Sedangkan Madrasah sebagai tempat untuk mengenal,
mempelajari, dan memperdalam ilmu agama. Semua ini dilakukan oleh
orangtua mereka yang mengetahui betul tentang hakikat ilmu pengetahuan
dunia, dan akhirat agar kehidupan dapat berjalan seimbang.
Sang Kakek, Guru Mughni, memiliki visi agar anak dan keturunannya
mengikuti jejaknya untuk menjadi ulama. Sehingga hal ini membuat kedua
orangtua Ahmad Lutfi Fathullah bertekad kelak anak-anaknya menjadi pribadi
yang mandiri namun tetap berakhlak mulia dan memiliki ilmu yang mumpuni.
Mereka tidak segan-segan mengirim putranya untuk bermukim dan menuntut
ilmu agama di luar negeri, walau usia mereka masih muda belia.
Ahmad Lutfi Fathullah adalah sosok seorang anak penurut kepada
kedua orangtuanya. Beliau berbakti dan mematuhi apa yang diperintahkan
kepadanya. Beliau sangat termotivasi dengan kakeknya sehingga menjadikan
beliau seseorang yang tidak akan puas untuk menuntut ilmu.
3 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
37
Beliau dikenal sebagai sosok anak yang pemberani, ulet, dan tekun.
Beliau sudah terbiasa jauh dari asuhan orangtua. Setelah lulus dari SDN 01
Kuningan Timur Jakarta, beliau melanjutkan sekolah di Pondok Pesatren
Modern Gontor Ponorogo. Selama tujuh tahun masa sekolah beliau habiskan
di sana.
Setelah lulus, beliau langsung melanjutkan ke Universitas Damaskus,
Syiriah. Sosok semangat belajar dapat ditemukan dalam dirinya. Menjadi
seperti Sang Kakek adalah impian terbesar dalam hidupnya. Tidak ada kata
lelah untuk menuntut ilmu. Beliau tidak pernah mengambil cuti atau
beristirahat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Di Syiria, Damaskus, itulah tempat pertemuan antara Ahmad Lutfi
Fathullah dan Jehan Azhari, yaitu seorang wanita keturunan asli Syiria-
Indonesia. Ahmad Lutfi Fathullah mempersunting wanita berparas cantik itu
pada tahun 1993, tepatnya saat beliau berusia 29 tahun. Saat ini mereka sudah
dikaruniai tiga orang anak yaitu Hanin Fathullah, Muhammad Hadi Fathullah,
dan Rahaf Fathullah.4
Kesibukan untuk belajar di luar negeri, membuat Ahmad Lutfi
Fathullah berpisah beberapa kali dengan keluarganya. Hal itu telah menjadi
kebiasaan yang dianggap sebagai bagian dari jalan dakwah. Anak-anak pun
sudah harus terbiasa dengan keadaan seperti itu, yang jarang untuk bertemu
dengan ayahnya. Namun dengan perkembangan teknologi yang canggih saat
ini, semua itu bukan menadi masalah. Terdapat banyak sarana komunikasi
yang memadai, yang dapat digunakan untuk menghubungi satu sama lainnya.
4 ibid.
38
Selain itu, pendampingan dari seorang ibu yang maksimal harus selalu dijaga.
Agar sosok seorang ayah selalu hadir meskipun sedang jauh.
Ahmad Lutfi Fathullah dikenal sebagai seorang sosok yang bijak di
dalam keluarga. Menurut beliau peran istri sangat banyak dalam hal mendidik
anak. Beliau percaya kepada sang istri, Jehan Azhari, agar dapat membesarkan
anak-anak yang dititipkan oleh Allah SWT itu tumbuh menjadi orang yang
sukses. Salah satu langkahnya yakni dengan mencari sekolah yang dipercaya,
yang mempunyai visi dan misi sama dengan konsep pendidikan anak shaleh.
Karena menurut beliau keluarga dan sekolah adalah dua hal yang dapat
membentuk karakter dan pola pikir anak.
Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah mencoba menerapkan model
keluarga dengan pendidikan agama yang lengkap, baik di rumah maupun di
sekolah. Selama di rumah, anak-anak dibatasi dalam menonton televisi,
sehingga waktu mereka tidak terbuang hanya dengan menonton tayangan yang
kebanyakan kurang bermanfaat. Di sekolah, mereka dapat menuntut ilmu yang
seimbang antara dunia dan akhirat.5
B. Latar Belakang Pendidikan Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Ahmad Lutfi Fathullah mengawali jenjang pendidikannya di SDN 01
Kuningan Timur Jakarta Selatan. Masa pendidikan beliau di tempat ini selama
6 tahun (1971-1977). Aktivitas menggali ilmu di SD tersebut beliau jalankan
setiap pagi. Sedangkan pada sore harinya beliau mengikuti Sekolah Diniyah
untuk mengenal dan memperdalam ilmu agama.
5 Wawancara pribadi dengan Jehan Azhari, 28 April 2013.
39
Setelah lulus pada tahun 1977, beliau melanjutkan pendidikannya di
luar kota Jakarta. Beliau mendaftarkan diri untuk menjadi santri di Pondok
Modern Darussalam Gontor. Pendidikan di sana lebih ditekankan kepada
pendidikan karakter dan pembentukan jati diri, sehingga pribadi mudah
bergaul, pandai berorganisasi didapatkan di sana.
Ahmad Lutfi Fathullah gemar bermain sepak bola. Beliau bergabung
dalam Club Sepak Bola Darmajaya pada saat di Gontor. Organisasi yang
beliau pilih saat di sana yaitu menjadi anggota Pramuka. Menjadi seorang
Pramuka dan anggota club sepakbola membuatnya memperoleh banyak teman
dan pengalaman. Beliau dikenal sebagai santri yang patuh dan disiplin.
Namun dari sisi prestasi beliau tidak terlalu menonjol.6
Pada saat di Gontor, berjauhan dari keluarga, terlebih saat Ramadhan
dan Lebaran tiba, ternyata sudah biasa dijalani oleh anak keturunan asli
Betawi ini. Keluarga Ahmad Lutfi Fathullah memang mempunyai tujuan
mulia, meskipun harus hidup berjauhan. Beliau menyelesaikan pendidikan di
Pondok Darussalam selama tujuh tahun (1977-1984).7
Setelah lulus, beliau sempat bersekolah di Assyafi’iyah, namun hanya
dalam beberapa bulan. Beliau mendapat kesempatan beasiswa S1 di Damascus
University, Syiria. Fiqih dan Ushul menjadi kajian yang dipilihnya saat itu.
Proses pendaftaran memakan waktu cukup lama, sehingga sesampainya di
sana ujian semester sedang dilakukan. Hanya tersisa tiga mata kuliah dan
beliau terpaksa harus mengikutinya. Alhasil beliau tidak lulus di semester
6Wawancara pribadi dengan Sunandar, 9 Mei 2013.
7 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
40
pertama. Tetapi pada semester berikutnya, beliau berhasil lulus ujian dengan
hasil yang memuaskan.8
Pengetahuan keagamaan Ahmad Lutfi Fathullah menjadi lebih
mendalam. Selepas ba’da Shubuh setiap pagi selalu mengaji langsung kepada
guru. Beliau aktif bertemu guru untuk mengaji dan menghafal Al-Qur’an.
Setiap ba’da Ashar, beliau bekerja menjadi cleaning service di Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI). Tidak setiap hari pekerjaan itu
dilakukannya, karena semua mahasiswa Indonesia yang belajar di sana
mengambil pekerjaan itu sehingga ada jadwal tertentu. KBRI tidak
memberikan beasiswa, tetapi mereka gantikan dengan memberikan pekerjaan
ringan, namun upahnya besar. Aktivitasnya yang padat selama di sana ternyata
tidak membuat beliau lelah. Beliau juga mengajar les pelajaran agama untuk
anak-anak di sana.
Membaca hasil kuliah jarang dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah.
Beliau lebih senang untuk belajar agama langsung kepada guru-guru di sana.
Sehingga pengetahuan beliau tentang agama menjadi lebih bertambah ketika
berada di Syiria.
Tingkat kelulusan di sana masih rendah yaitu sekitar 25-30 persen
untuk semua orang, baik asing maupun lokal. Dari angkatan beliau yang
masuk sekitar 1500 orang, sedangkan yang lulus hanya 100 orang dan Beliau
peringkat 10 dari 100 orang. Masa pendidikan beliau habiskan selama kurang
lebih empat tahun setengah tahun (1985-1989).9
8 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
9 ibid.
41
Kemudian Ahmad Lutfi Fathullah melanjutkan pendidikan masternya
(S2) di Jordan University, Jordania. Beliau kuliah di jurusan Hadis dan Tafsir
walaupun belum mendapat ijazah S1 dari Damascus University, tetapi Beliau
langsung di terima di sana. Karena melihat peringkat Beliau ke 10 dari 100
orang.10
Perkuliahan di Jordan agak terlalu lama karena adanya Perang Teluk.
Karena berbahaya, maka semua mahasiswa asing dipulangkan. Meskipun
perang bukan tepat di wilayah Jordan, namun kondisi sekitar menjadi tidak
kondusif. Sehingga pendidikan di Damascus University, beliau tempuh selama
empat tahun (1990-1994).
Pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh Ahmad Lutfi Fathullah
adalah di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Jurusan Ilmu Hadis. Pada
tahun 1998, beliau telah menyelesaikan disertasinya yang berjudul Kitab
Hadis Kitab Durrotun Nasihin. Namun ujian sidang disertasi beliau lakukan
pada tahun 1999, dan secara resmi mendapatkan ijazah pada tahun 2000.
Selama tiga tahun (1995-1998) di sana beliau diwajibkan untuk mengajar. Di
mulai sejak semester kedua, beliau sudah menjadi asisten dosen dan dosen
tidak tetap selama di UKM.11
C. Pengalaman Karir Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Ahmad Lutfi Fathullah sudah mulai mengajar sejak kelas 2 SMA di
Pondok Pesantren Gontor. Di sana beliau membantu para guru dan Kyai untuk
mengajar murid-murid. Meskipun belum terlalu mendalam ilmu beliau, namun
10
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013. 11
ibid.
42
inilah langkah awal yang beliau tekuni untuk menjadi seperti Sang Kakek.
Kemudian di Syiria beliau juga mengajar les untuk anak-anak. Ketika di
Malaysia, beliau sudah mengajar pelajaran formal, yakni menjadi asisten
dosen.
Sepulang ke Indonesia, Ahmad Lutfi Fathullah tak ingin berlama-lama
berdiam diri. Aktivitas beliau sehari-harinya diisi dengan kegiatan mengajar di
berbagai Universitas. Beliau langsung mengamalkan ilmu yang didapatnya,
dengan mengajar di UIN Jakarta, Fakultas Ushuludin pada tahun 1999.
Setahun berikutnya, setelah mendapat ijazah resmi dari UKM, beliau
mengajar di Pasca Sarjana UIN Jakarta, Fakultas Ushuludin (2000-sekarang).
Aktivitas mengajar ilmu Hadis juga beliau sempatkan di Universitas Islam
Ibnu Khaldun, Bogor, (2000-2001), tetapi hanya dua semester beliau mengajar
di sana, karena jarak yang jauh.12
Pada tahun 2001, Ahmad Lutfi Fathullah diterima menjadi Pegawai
Negeri di Bandung. Beliau juga menyempatkan diri untuk mengajar di UIN
Bandung, Fakultas Ushuludin. Kemudian pada tahun 2002 sampai sekarang,
beliau juga mengisi pelajaran hadis di Universitas Al-Azhar Jakarta. Beliau
juga mengajar di Pasca Sarjana Universitas Indonesia dari tahun 2003 sampai
sekarang. Beliau juga menjadi dosen di Pendidikan Kader Muballigh al-
Azhar, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Sosok Ahmad Lutfi Fathullah adalah sosok seorang ulama Betawi
yang berkontribusi besar dalam meminimalisir kebodohan, khususnya di
Indonesia. Beliau sangat mengingikan agar anak-anak tumbuh menjadi anak
yang hebat dan tetap menjaga keimanan kepada Sang Khalik. Pada tahun
12
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
43
1999, sepulang dari Malaysia, beliau mendirikan Sekolah Perguruan Islam Al-
Mugni, tepat di sebelah rumahnya. Sampai saat ini beliau menyempatkan diri
untuk mengajar di sana. Menjadi guru tetap di SMP Islam Terpadu Al-Mughni
Jakarta, dalam mata pelajaran Analisa Data.13
Karena kecintaan Beliau pada ilmu Tafsir dan Hadis, sekarang beliau
menjadi seorang pakar hadis. Beliau mendirikan Pusat Kajian Hadis (PKH),
yakni wadah dan media untuk mengkaji dan menyebarluaskan hadis-hadis
Rasulullah SAW. Tepat pada 17 Mei 2008, PKH diresmikan oleh puluhan
ulama dan pejabat Pemprov DKI Jakarta. Ahmad Lutfi Fathullah menjabat
sebagai Direktur utama di PKH.14
Ahmad Lutfi Fathullah juga menjadi narasumber tetap di acara Hikmah
Pagi TVRI dalam Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari (2011-sekarang).
Beliau di kenal sebagai sosok yang tidak mengenal kata lelah untuk berbagi
ilmu. Setiap pagi sampai terbit pagi lagi, beliau habiskan waktu hanya untuk
berdakwah.15
D. Karya Dr. Ahmad Lutfi Fathullhah, MA
Ahmad Lutfi Fathullah merupakan sosok seorang da’i yang ulet dan
tekun. Beliau dikenal aktif ceramah rutin di beberapa majlis ta’lim. Beliau
juga aktif menulis buku-buku, guna melebarkan sayap dakwahnya. Agar
dakwah dapat diterima oleh masyarakat yang tak terjangkau dengan media
lisannya. Beberapa karya Ahmad Lutfi Fathullah melalui buku-buku,
diantaranya:
13 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, 9 April 2013.
14 ibid.
15 Wawancara pribadi dengan Tarsim, 26 April 2013
44
1. Seri Hadis Untuk Anak :
a. Sayangi Kami Sayangi Sesama, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2005)
b. Aku Anak Muslim, (Jakarta, Al-Mughni Press, 2005)
c. Aku Bisa Karena Belajar, (Jakarta, Al-Mughni Press, 2005)
d. Menuju Generasi Qur’ani, (Jakarta, Al-Mughni Press, 2005)
e. Hadis Untuk Anak, Rasulullah Teladanku, (Jakarta: Gema Insani,
2012)
2. Hadits-hadits Lemah & Palsu dalam Kitab Durratun Nashihin, (Jakarta:
Darus Sunnah Press, 2004).
3. Menguak Kesesatan Aliran Ahmadiyah, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2005).
4. Pribadi Rasulullah SAW: Telaah Kitab Tauhid Al-Dala'il fi Tarjamat
Hadits Al-Syama'il karya Guru Mughni Kuningan, 1860-1935, (Jakarta:
Al-Mughni Press, 2005)
5. Pahala dan Keutamaan Haji, Umrah, Ziarah dalam hadis-hadis
Rasulullah SAW, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006)
6. Fiqh Khitan Perempuan, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006)
7. Fiqh Nakerwan Hongkong, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006)
8. Memulai Perubahan Menggapai Kesuksesan: Tips Mengatur Gaji
Nakerwan, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2006).
9. Jalan Santri menjadi Ulama : Kiat & Tips, (Jakarta: Al-Mughni Press,
2005)
10. Selangkah lagi Mahasiswa UIN Jadi Kiyai, (Jakarta: Al-Mughni Press,
2007)
11. Ketika Ulama Jakarta Harus Memilih Gubernur DKI, (Jakarta: Al-
Mughni Press, 2007)
45
12. Membuka Pintu Rezeki melalui Wirid Pagi dan Petang, (Jakarta:Al-
Mughni Press, 2009)
13. 40 Hadis Keutamaan Dzikir & Berdzikir, (Jakarta: Al-Mughni Press,
2009)
14. Membaca Pesan-pesan Nabi dalam Pantun Betawi. (Jakarta: Al-Mughni
Press, 2008).
15. Mencerdaskan Otak, Menjaga Hati Mahasiswa-Mahasiswi Melalui Wirid,
Zikir, dan Doa, (Jakarta: Al-Mughni Press, 2009)
Ahmad Lutfi Fathullah juga berkarya dalam bentuk multimedia.
Pengerjaan karya beliau ini dibantu oleh asisten dan karyawannya,
diantaranya:
1. DVD Metode Belajar Interaktif Hadis dan Ilmu Hadis
2. CD Potret Pribadi dan Kehidupan Rasulullah SAW.
3. DVD Interaktif: Hadis-hadis Keutamaan Al-Qur'an
4. DVD Interaktif: Hadis Sahih Al-Bukhari, Terjemah dan Takhrij interaktif.
5. DVD Interaktif: Indeks Tematik Al-Quran
6. CD Al-Qur’an Al-Hadi
7. Perpustakaan Digital
8. Website Warung Ustad
46
BAB IV
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
DR. AHMAD LUTFI FATHULLAH, MA
A. Pemikiran Dakwah Ahmad Lutfi Fathullah
Dakwah adalah kegiatan mengajak umat manusia untuk amar ma’ruf
nahi munkar, demi mencapai Ridho Allah SWT. Kegiatan dakwah yang
dilakukan oleh Ahmad Lutfi Fathullah adalah untuk mengajak manusia agar
menyembah Allah SWT dengan melaksanakan segala ajaran-Nya yang
terkandung dalam Kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.1
Menurut penulis, panggilan dakwah pada dasarnya diarahkan agar
masyarakat dapat mengetahui secara tepat akan tujuan hidup sebenarnya yaitu
menyembah Allah SWT. Menyembah Allah SWT adalah tujuan hidup seorang
muslim. Sebagaimana ayat Al-Quran menjelaskan :
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).2
Menyembah Allah SWT memiliki pengertian memusatkan
penyembahan hanya kepada Allah SWT semata-mata, dengan menjalani dan
mengatur segala segi dan aspek kehidupan, sesuai dengan kehendak-Nya.3
Menyembah Allah SWT bukan berarti meninggalkan hidup duniawi. Pesan
dakwah dalam posisi ini harus menyadarkan betapa pentingnya hari kehidupan
sesudah mati. Memberikan motivasi untuk manusia dalam mengejar
kesejahteraan dunia tanpa melupakan kebahagiaan hari akhir, atau sebaliknya.
1 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013.
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 862
3 Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, (Jakarta: Capita Selecta, 2000), hlm. 24
47
Hal tersebut sesuai dengan konsep bahagia seimbang, sebagaimana yang telah
diajarkan Al Quran:
Artinya : ”Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan
Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka" (QS. Al-
Baqoroh: 201).4
Maka menurut penulis, dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi
Fathullah adalah sebuah usaha dan motivasi dalam mensyiarkan Islam
(tabligh) untuk meningkatkan kualitas hidup umat melalui perkataan, tulisan,
dan perbuatan. Agar kehidupan di dunia dan akhirat tidak menjadi sia-sia.
Bagi Ahmad Lutfi Fathullah, berdakwah yang paling pertama yaitu
pada diri sendiri. Mengajak diri sendiri untuk melaksanakan kebaikan sesuai
ajaran Islam, agar menjadi panutan bagi orang-orang di sekitar. Kemudian
berdakwah untuk keluarga, masyarakat dan lingkungan. Mengajak mereka
untuk ikut menjalankan syariat Islam.5
Da’i merupakan orang yang berkewajiban menyampaikan ajaran
Islam. Menurut Ahmad Lutfi, seorang da’i yang ideal harus mempunyai
persiapan yang matang. Agar dakwah berhasil, maka keilmuan agama yang
mendalam sangat diperlukan. Harus digali yang luas sebelum ia
menyampaikan materi dakwahnya. Kemudian seorang da’i juga harus
mempunyai akhlak yang baik, yang dapat menjadi panutan bagi
masyarakatnya. Ahmad Lutfi melihat kenyataan sekarang ini memang
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 49
5 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013.
48
semakin banyak da’i yang bermunculan, tetapi dengan modal keilmuan
mereka yang masih minim.6
Kepribadian seorang da’i terutama menyangkut akhlak karimahnya
akan sangat membantu keberhasilan dakwah. Ketika menyampaikan dakwah,
seorang da’i harus mampu membina hubungan akrab dengan objek dakwah
dan saling menghormati. Ketulusan atau kejernihan hati juga harus melekat
pada diri sang da’i, agar pesan tersebut dapat menyentuh perasaan objek
dakwah. Sehingga pelajaran yang diterima akan mudah diterima.
Dalam mengemban tugas dakwah, haruslah memiliki niat yang lurus
hanya kepada Allah SWT. Tegakkan keyakinan yang teguh bahwa dakwah
adalah Lillahi Ta’ala, sehingga Allah SWT yang akan membalasnya dengan
yang tidak terkira.7 Allah SWT telah menjelaskan dalam Firman-Nya, yang
berbunyi :
Artinya: “Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu
dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan
kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan
nya” (QS. Furqon:57).8
Ayat ini berisi perintah Allah SWT tentang kesediaan seseorang untuk
menempuh jalan kepada apa yang diridhai oleh Allah SWT. Adapun harapan
yang diinginkan oleh pembawa risalah yaitu agar mereka dapat mematuhi
perintah Allah SWT.
Seorang da’i juga memiliki kemampuan untuk mengamalkan nilai
pesan-pesan dakwah yaitu untuk diri dan keluarga. Sebenarnya
6 ibid.
7 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013
8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 567
49
menyampaikan dakwah untuk orang lain, mengandung pengertian untuk
mendidik diri sendiri dan keluarga. Hal tersebut harus menyatu pada diri
pribadi da’i, karena ia akan dilihat dan menjadi pusat perhatian oleh
masyarakat.9 Al-Quran juga mengajarkan untuk mengamalkan apa yang
dikatakan dalam surat As-Shaff ayat 2-3 yang berbunyi :
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”
(As-Shaff: 2-3).10
Ayat Al-Quran tersebut mengajarkan kepada setiap manusia yang
beriman kepada Allah SWT untuk selalu berkomitmen dan konsisten atas
setiap perkataan yang disampaikannya itu. Dengan demikian antara
masyarakat dan da’i dapat terjadi saling mendidik dan mengamalkan ilmu
yang didengar maupun yang disampaikan.
Ahmad Lutfi memandang mad’u sebagai saudara-saudara muslim.
Beliau mengatakan :
Mereka adalah saudara-saudara kita yang akan kita ajak jalan bersama
untuk menuju surganya Allah Ta’ala. Jadi berikan mereka ilmu
pengetahuan agama yang tidak setengah-setengah. Karena mereka
membutuhkan kebenaran yang hakiki.11
Dari pengertian di atas, penulis mengungkapkan bahwa seorang da’i
haruslah mengenal, mencintai, dan menyayangi mad’unya seperti saudaranya
sendiri. Jika rasa tersebut telah muncul, maka secara alamiah seorang da’i
akan ikhlas memberikan ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya. Karena
9 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013.
10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, hlm. 928
11 Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013.
50
mereka membutuhkan kebenaran yang hakiki yang sesuai dengan Al-Qur’an
dan Hadis Rasulullah SAW.
Tugas utama para da’i yaitu menyampaikan atau menyerukan ajaran
(tabligh) yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Namun bukan sekedar
menyampaikan, tetapi lebih kepada usaha menumbuhkan kesadaran agar
mampu memperbaiki akidah, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah, dan
amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bertabligh, kemampuan retorika sangat dibutuhkan. Namun,
tidak hanya itu, bertabligh dengan bertatapan langsung kepada mad’u juga
memiliki kekurangan. Tidak semua mad’u dapat menerima pesan dakwah,
karena posisi mereka yang tersebar di beberapa tempat. Sehingga dengan
hadirnya media massa tentu menjadi angin segar bagi pelaku dakwah.
Dengan menggunakan media massa, baik cetak ataupun elektronik,
maka jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Untuk
berdakwah pada masyarakat yang majemuk tidak lagi membutuhkan waktu
lama, pesan-pesan ajaran agama Islam yang disampaikan dapat diterima
secara serempak dan bersama-sama. Tentu sarana ini memudahkan tugas para
aktivis dakwah.
Penyampaian dakwah Ahmad Lutfi Fathullah menggunakan media
elektronik dan cetak. Beliau sudah memanfaatkan kecanggihan dan
perkembangan teknologi. Media digitalisasi dan internet sudah menjadi
kewajiban digunakan ketika dakwahnya berlangsung. Penyampaian terkesan
tidak kaku dan terlihat lebih interaktif. Media dakwah yang sering beliau
gunakan meliputi buku, CD, slide, website, dan sebagainya.12
12
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013.
51
Menurut penulis, seorang da’i yang kompeten adalah da’i yang mampu
menyelaraskan antara materi yang disampaikan dengan media yang digunakan
dalam berdakwah. Da’i haruslah mengenal situasi dan kondisi mad’unya.
Pemilihan bahasa (retorika) yang tepat juga harus dilakukan seorang da’i.
Sehingga, mad’u akan merasakan betapa pentingnya pesan dakwah yang
disampaikan oleh para juru dakwah. Sehingga mereka dapat mengamalkan
pesan-pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
B. Aktivitas Dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
Berbagai aktivitas dakwah tentunya akan dilaksanakan oleh para juru
dakwah, agar dapat menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia
di muka bumi ini. Aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah dapat
dikatagorikan ke dalam bentuk paradigma tabligh. Selain berbagai
aktivitasnya di dalam dunia retorika, beliau juga telah banyak berkontribusi
dalam bidang pendidikan. Sehingga dakwah beliau juga dikategorikan dalam
paradigma pengembangan masyarakat.
1. Aktivitas Dakwah dalam Paradigma Tabligh Ahmad Lutfi Fathullah
Aktivitas dakwah tabligh yang dilakukan oleh Ahmad Lutfi
Fathullah kepada masyarakat adalah upaya menyampaikan pengetahuan
keagamaan berdasarkan pada tuntutan yang ada, yakni Al-Qur’an dan Al-
Hadis. Dalam kegiatan tablighnya, beliau mengunjungi beberapa tempat
yang dijadikan pusat penyebaran ajaran dakwah.
52
a. Aktivitas tabligh bi Al-lisan Ahmad Lutfi Fathullah diantaranya:
1) Pengajian
Pengajian yang diisi oleh Ahmad Lutfi Fathullah
membahas tentang kajian Hadis, Shirah Nabi yang dilakukan di
beberapa tempat berbeda. Biasanya beliau menggunakan media
dakwah digitalisasi dalam menyampaikan dakwah ini. Tempat
yang beliau kunjungi secara rutin adalah : Masjid Istiqlal, Jakarta,
Majlis Taklim Scupindo, Pancoran, Masjid Gedung KPK,
Kuningan, Masjid Gedung Wisma Antara, Jakarta, Majlis Ta'lim
Al-Bahtsi wa Al-Tahqiq Al-Salam, Jakarta, Masjid Baitul Mughni,
Jakarta, Masjid Al-Tin, Jakarta, Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta,
Majlis Ta’lim Al-Sa’adah, Ciputat, Masjid Al-Hijrah, Jakarta,
Masjid Shalahuddin, Gedung Pajak Kalibata, Jakarta, Masjid Al-
Musyawarah, Kelapa Gading, Jakarta. Dan menjadi pembicara
tetap dalam acara Hikmah Pagi TVRI dengan judul Kajian Kitab
Kuning Shahih Bukhari, yang ditayangkan setiap Minggu, pukul
04.00 WIB.
2) Menjadi pembicara atau pemateri dalam kegiatan dakwahnya,
antara lain:
a) Pembicara dalam Seminar yang bertema “Regenerasi Ulama
Betawi sebagai Pewaris Nabi SAW. dan Pemimpin Etnik”.
Jakarta Islamic Center, 1 Maret 2011.
b) Pembicara “Workshop Nasional Pembelajaran dan
Penggunaan DVD Al-Qur’an”, di Palangkaraya, 12 Desember
2012.
53
c) Pembicara Workshop Al-Qur’an Digital dengan Tema
“Berinteraksi Dengan Al-Qur’an di Era Digitalisasi”, di IAIN
Banten, 19 Desember 2012.
d) Pembicara dalam “Sarahseran Muballigh”, di Cisarua, 12
Maret 2012.
e) Pembicara dalam “Sosialisasi Al-Hadi”, di IAIN Solo, 14
Desember 2012
f) Pembicara dalam “Sosialisasi Al-Hadi”, di UIN Bandung, 20
Februari 2013
g) Pembicara dalam “Pelatihan Software Hadis dan Ilmu Hadis”,
di UIN Bandung, 1 April 2013.
h) Pembicara dalam Pelatihan Takhrij Hadis, dengan Tema
“Signifikasi Takhrij Hadis di Era Kontemporer”, di Darus
Sunah, Ciputat, 20-21 April 2013
Dari berbagai tempat yang pernah beliau kunjungi dalam
aktivitas dakwahnya, beliau menyampaikan kajian tentang Hadis,
dengan menggunakan media dakwah yang modern. Kajian Hadis
menjadi lebih mudah diterima pendengar, agar mereka dapat
mengamalkan materi Hadis yang disampaikan oleh Ahmad Lutfi
Fathullah dalam kehidupan sehari-hari.
Tema materi dakwah yang pernah dibawakan oleh Ahmad
Lutfi Fathullah yang berkaitan dengan aqidah, diantaranya berjudul:
1. “Mengintip Indahnya Surga”
Dalam kehidupan, setiap manusia pasti menyimpan rasa
takut dan harap dalam lubuk hatinya. Manusia takut akan
54
kesengsaraan dan ketidakenakan. Manusia berharap akan
kenikmatan dan kebahagiaan. Namun, kenikmatan semu dunia
sering membuat orang lupa akan kenikmatan yang hakiki di
akhirat.
Padahal Allah telah menciptakan surga dengan segala
keindahannya. Keindahan surga digambarkan dalam al-Qur’an
dalam banyak ayat, diantaranya : Surga itu begitu luas dan besar
(Ali Imron:133), Ada sungai yang mengalir di bawahnya (Ali
Imron:15), Tersedia makanan dan minuman yang lezat (Al-
Insan:17), dan masih banyak lagi ayat Al-Quran yang
menggambarkan betapa indahnya surga Allah SWT.
Menurut penulis, dengan mendengarkan khutbah ini, maka
keimanan seseorang mengenai Hari Akhir akan bertambah. Allah
SWT telah menciptakan surga untuk orang-orang yang beriman
kepadaNya. Terlebih lagi memahami makna kenikmatan hidup di
dunia ini yaitu tidak seberapa bila dibandingkan dengan
kenikmatan di akhirat yang kekal abadi. Sehingga, ketaatan
seorang hamba menjadi lebih kuat dalam ibadah sehari-hari.
2. “Mengintip Seramnya Neraka”
Manusia merupakan mahluk Allah yang diberi kelebihan
akal dan hawa nafsu. Sifat dasar manusia adalah senang dengan
kenikmatan, keindahan dan kenyamanan. Dan tidak senang
kesengsaraan, kepedihan dan kesakitan dan segala bentuk ketidak
nyamanan. Demi mengejar kenikmatan, manusia rela
mengorbankan apa saja. demi menghindari kesengsaraan, manusia
55
rela mengorbankan apa saja. Orang yang beriman mengatakan:
Nikmat yang hakiki adalah surga, dan kesengsaraan yang hakiki
adalah neraka.
Allah menciptakan neraka untuk orang-orang yang lalai
dalam hidupnya. Siksaan di dalam neraka banyak dijelaskan Al-
Quran diantaranya Mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah
(2:174), Dikelilingi Air mendidih ( 55:44 ), Azab yang membakar
(85:10), dalam masih banyak lagi ayat Al-Quran tentang siksaan
yang pedih di dalam neraka jahanam.
Hemat penulis, materi dakwah yang disampaikan oleh
Ahmad Lutfi Fathullah adalah mengajak umat untuk mengimani
Allah SWT dan semua ciptaanya. Keyakinan umat muslim
mengenai hari akhir menjadi bertambah jika mereka mau membuka
Al-Qur’an dan Al-Hadis, sehingga hidup mereka menjadi
bermanfaat di dunia dan penuh berkah di akhirat.
b. Aktivitas Tabligh Bi Al-Qalam Ahmad Lutfi Fathullah
Dakwah bi Al-Qolam yakni mengajak manusia untuk berbuat
kebaikan dan meninggalkan keburukan melalui media tulisan.
Jangkauan yang dapat dicapai pada media tulisan ini lebih luas, namun
harus memerlukan kemampuan khusus. Kepandaian menulis untuk
menghasilkan kata-kata yang bermakna sangat diperlukan.
Berikut ini aktivitas dakwah tabligh bi Al-Qolam yang
dilakukan Ahmad Lutfi Fathullah yang dipublikasikan melalui buku
cetak, diantaranya:
56
a. Memuat pesan dakwah aqidah, diantaranya :
1) Hadis Untuk Anak, Rasulullah Teladnku. Dalam buku ini
mengajarkan anak-anak untuk mencintai Rasulullah, iman kepada
Rasul akan melekat pada diri anak. Sehingga dalam kehidupannya
sehari-hari mereka dapat hidup dengan meneladani sifat baginda
Rasul SAW.
2) Membuka Pintu Rezeki melalui Wirid Pagi dan Petang. Buku ini
menjelaskan tentang keistimewaan wirid dan zikir. Konten dakwah
dalam buku ini diisyaratkan dengan penanaman aqidah yaitu
melalui ibadah dzikir dan wirid akan membuka pintu rezeki.
3) 40 Hadis Keutamaan Dzikir & Berdzikir. Buku ini berisi materi
yang dapat memupuk aqidah para pembaca, bahwa betapa
pentingnya mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun. Hadis-
hadis yang shahih dapat memperkuat keyakinan pembaca sehingga
mereka dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Membaca Pesan-pesan Nabi dalam Pantun Betawi. Buku ini berisi
tentang sejarah Nabi SAW yang diceritakan lewat pantun betawi.
Melalui pantun yang berirama dan mudah dibaca membuat
pembaca semakin mengenal Nabi SAW. Keyakinan (tauhid) untuk
mencintai Baginda Rasul SAW semakin teguh.
5) Mencerdaskan Otak, Menjaga Hati Mahasiswa-Mahasiswi Melalui
Wirid, Zikir, dan Doa. Buku ini mengajak para mahasiswa untuk
tetap menjaga imannya, meskipun sibuk dalam aktivitas
perkuliahannya. Ahmad Lutfi Fathullah mengajak mereka untuk
menjaga ketauhidan mahasiswa dengan wirid, zikir, dan doa, agar
57
kreatifitas yang muncul seimbang dengan ketaqwaan dan keimanan
mereka.
b. Memuat pesan dakwah syariah, diantaranya:
1) Fiqh Khitan Perempuan. Buku ini mencoba untuk menggali
hukum khitan perempuan dalam pandangan Islam, dengan melihat
kembali dalil-dalil yang digunakan sebagai landasan hukumnya,
serta pandangan para Ulama klasik dan kontemporer dalam
permasalahan ini. Pesan syariah yang diajarkan melalui buku ini
agar masyarakat mengetahui ajaran Islam yang sebenarnya.
2) Fiqh Nakerwan Hongkong. Buku ini akan memandu para
nakerwan (tenaga kerja wanita) agar tetap menjadi seorang
muslimah, meskipun sedang berada di Negara yang mempunyai
perbedaan kebudayaan dengan Indonesia. Karenanya beribadah
kepada Allah SWT harus dilakukan di mana saja. Pesan syariah
dalam buku ini berisi panduan fiqh, agar mereka tetap berpegang
teguh pada ajaran Islam.
c. Memuat pesan dakwah akhlak, diantaranya:
Ketika Ulama Jakarta Harus Memilih Gubernur DKI. Buku ini
berisi tentang beberapa pesan dan harapan dari para ulama mengenai
pembelajaran politik. Tujuan buku ini diterbitkan yakni untuk
memberikan pelajaran kepada calon pemilih, bahwa memilih itu
merupakan kewajiban. Akhlak seseorang kepada sesama merupakan
hal yang wajib dijaga. Karena manusia merupakan makhluk sosial.
Termasuk akhlak dalam memilih pemimpiN, seseorang yang berilmu
tentunya akan memilih berdasarkan akal yang sehat.
58
Ahmad Lutfi Fathullah merupakan sosok seorang da’i yang ulet
dan tekun. Beliau mengatakan bahwa siapapun bisa menjadi penulis. Jika
orang tersebut memiliki tekad (azzam) yang kuat untuk mempublikasikan
karyanya dalam bentuk tulisan. Hasil tulisan kita dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi orang lain dan menjadi salah satu amal yang tak akan
putus meski telah meninggal, selama ilmu yang terkandung dalam tulisan
kita mencerahkan dan diamalkan banyak orang.13
Dari berbagai
aktivitasnya tersebut, maka dapat dikatakanlah bahwa Ahmad Lutfi
Fathullah merupakan sosok da’i yang dengan istiqomah menyebarkan
ajaran Islam di muka bumi ini.
2. Aktivitas Dakwah dalam Paradigma Pengembangan Masyarakat Ahmad
Lutfi Fathullah
Dakwah dalam pengembangan masyarakat juga dilakukan oleh
da’i keturunan Betawi ini. Ahmad Lutfi Fathullah melakukan dakwah
dalam tindakan nyata sebagai solusi kebutuhan masyarakat. Upaya yang
dilakukan oleh beliau yaitu berkonsentrasi dalam bidang pendidikan.
Mengembangkan pengetahuan umat adalah langkah perbaikan menuju
kehidupan manusia yang berpendidikan.
Aktivitas dakwah dalam pengembangan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Ahmad Lutfi Fathullah, diantaranya :
1) Mendirikan Pusat Kajian Hadis
PKH merupakan wadah dan media untuk mengkaji dan
menyebarluaskan hadis-hadis Rasulullah SAW. Didirikan dalam
rangka ikut menjaga kemurnian ajaran Islam terutama yang bersumber
13
Wawancara pribadi dengan Ahmad Lutfi Fathullah, Jakarta, 9 April 2013
59
dari hadis Rasulullah SAW. Tempat ini memfasilitasi kebutuhan
penelitian Hadis dengan menyediakan sarana perpustakaan dan media
penunjang. Kegiatan lain yaitu menyebarluaskan ilmu-ilmu yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis melalui media cetak dan
elektronik.
2) Mendirikan Sekolah Perguruan Islam Al-Mugni Jakarta
Sekolah ini terdiri dari TK, SD, dan SMP. Sekolah yang
didirikan oleh Ahmad Lutfi Fathullah ini, merupakan sekolah yang
bercirikan khas Islam. Berbeda dengan sekolah umum lainnya.
Pelajaran agama juga menjadi prioritas dalam sekolah ini. Bertempat
di jalan Gatot Subroto, Komp. Masjid Baitul Mughni, Jakarta Selatan.
3) Mendirikan Pesantren Hadis Untuk Keluarga
Pusat pendidikan Hadis ini dikhususkan untuk keluarga.
Mereka akan diberi pelajaran tentang Hadis. Mereka diwajibkan untuk
memahami dan menghafalnya, sehingga pengetahuan tentang Hadis
dapat bertambah. Pesantren ini bertempat di desa Cinegara, Caringin,
Bogor.
Menurut penulis, berbagai aktivitas dakwah yang dilakukan oleh
Ahmad Lutfi Fathullah adalah dakwah yang menuju pengembangan dan
pembangunan masyarakat. Langkah berdakwah melalui pendirian sekolah
dan pesantren tersebut adalah dalam rangka pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) generasi Islam saat ini. Agar mereka dapat berguna bagi
agama, bangsa, dan Negara.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemikiran dan aktivitas dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.,
ternyata sudah sejalan dengan teori yang tertera dalam dalil Al-Qur’an dan
As-Sunah. Maka, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemikiran dakwah Ahmad Lutfi Fathullah bertujuan untuk mengajak
manusia agar menyembah Allah SWT dengan melaksanakan segala
ajaran-Nya yang terkandung dalam Kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
SAW. Dalam menyampaikan ajaran Islam, Beliau menggunakan media
yang modern dan canggih. Tujuannya agar mad’u dapat menerima pesan
dakwah yang disampaikannya dengan mudah.
2. Aktivitas dakwah Ahmad Lutfi Fathullah adalah berbentuk tabligh dan
pengembangan masyarakat. Dalam tablighnya, Beliau menyampaikan
pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari Quran dan Hadis Nabi
SAW, di sejumlah majlis ta’lim. Beliau menggunakan metode dan media
yang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Dakwah dalam
pengembangan masyarakat yang dilakukannya, yaitu dengan membangun
Sekolah Perguruan Islam Al-Mughni di Jakarta, mendirikan Pusat Kajian
Hadis, dan mendirikan Pesantren Hadis Untuk Keluarga di Bogor.
61
B. Saran
1. Untuk Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA., agar terus melanjutkan kegiatan
dakwah. Karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan bimbingan
untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Sang Khalik. Usaha
penyebarluasan media digitalisasi seperti VCD, website, dan sebagainya,
masih kurang popular di telinga masyarakat. Memperbaiki retorika ketika
berada di mimbar, agar penyampaian dakwah terasa tidak monoton.
Belajar dari para da’i yang telah tenar terlebih dahulu, seperti Muhammad
Arifin Ilham, Sholeh Mahmud (Solmed), dan yang lainnya, melalui media
televisi. Semoga Ustad Lutfi juga mempuyai program kajian di acara-acara
Tv lainnya, agar dakwah yang disampaikan, dapat dirsakan semua lapisan
masyarakat.
2. Untuk para praktisi dakwah dan mahasiswa, agar menerapkan konsep-
konsep dakwah yang telah diuraikan oleh Beliau. Berbagai aktivitas
dakwahnya dapat menjadi inspirasi bagi kita. Ambillah contoh yang baik,
dan tinggalkanlah yang buruk.
3. Untuk para peneliti selanjutnya dengan tema yang sama, agar lebih
komperhensip lagi. Banyak hal yang belum terungkap dalam berbagai hal
tentang Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Wa’iy, Taufik, Dakwah ke Jalan Allah; Muatan, Sarana & Tujuan, Jakarta:
Robbani Pers, 2010.
Amin, Samsul Munir, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah,
2008.
---------------------------, Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Arifin, Muzayyin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi
Aksara, 1993.
Azis, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada, 2009.
Badrutamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta : Grafindo,
2005.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Al Hidayah
Surabaya, 2000.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, cet.ke 7,
ed. 2, 1995.
Faizah dan Lalu Muhsin Effrndi, Psikologi Dakwah, Jakarta : Prenada Media,
2006
Habib, M. Syafaat, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992.
Hasjmy, A, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Hulayyil, Fawaaz, Begini Seharsnya Berdakwah, Kunci Sukses Dakwah Salaf,
Jakarta: Darul Haq, 2008.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akidah Islam, Yogya: LPII, 1955.
Ismail, Ahmad Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harakah, Jakarta : Penamadani, 2006.
63
Ismail, Ahmad Ilyas dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011.
Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2005.
Mahmud, Ali Abdul Halim, Dakwah Fardiyah Metode Membentuk Pribadi
Muslim, Mesir : Darul Wafa, al- Manshurah, 1992.
Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,
2007.
Muhiddin, Asep, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia,
2001.
Mulkham, Abdul Munir, Idiologi Gerakan Dakwah, Yogyakarta, Sipprees, 1996.
Munir, Muhammad, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006.
Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana,
2006.
Muriah, Siti, Metode Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.
Musyarrofah, Umi, Dakwah K.H. Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan,
Jakarta: UIN Press, 2009.
Natsir, Mohammad, Fiqhud Da’wah, Jakarta: Media Da’wah, 2000.
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam,
Jakarta:Gaya Media Pratama, 2001.
Rahmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT
Remajarosdakarya, 2002.
Rofiah, Khusniati, Dakwah Jamaah Tabligh & Eksistensinya di Mata
Masyarakat, Ponorogo: STAIN Press Ponorogo, 2010.
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
64
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Mayarakat, Bandung: Mizan, 1994.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3S,
1989.
Sukayat, Tata, Quantum Dakwah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Suminto, Aqib, Problematika Dakwah, Jakarta: Tinta mas, 1973.
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Da’wah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1979.
Yakub, Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1997.
Zaidan, Karim Abdul, Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2, Jakarta, Media Dakwah,
1984
Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam Jilid 1 : Akidah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1993.
LAMPIRAN
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : Hidayati Nur Fajrina
NIM : 109051000120
Pendidikan : Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Pada tanggal 9 April 2013 telah melakukan penelitian/wawancara untuk bahan
penulisan skripsi yang berjudul Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Dr. Ahmad Lutfi
Fathullah, MA.
Demikianlah surat ini kami buat, agar dapat diketahui dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, April 2013
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
LAPORAN WAWANCARA
Nama : Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
Jabatan : Direktur Perguruan Islam Al-Mughni Jakarta dan Da’i
Waktu Wawancara : Selasa, 9 April 2013, pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Pusat Kajian Hadis, Jl. Gatot Subroto Kav. 26,
Kuningan, Jakarta Selatan.
1. Siapa nama orangtua Ustad?
Jawaban :
Ayah saya bernama H. Fathullah dan Ibu saya Hj. Nafisah
2. Ustad anak ke berapa dari berapa saudara ?
Jawaban :
Saya anak ke lima dari sebelas bersaudara. Namun saat ini tinggal delapan
bersaudara.
3. Ustad tolong diceritakan, bagaimana latar belakang keluarga Ustad?
Jawaban :
Saya lahir di Kuningan, 25 Maret 1964. Saya dari lingkungan keluarga yang
bernafaskan Islam. Kakek saya seorang Kyai Besar, Guru Mugni. Dibuktikan
dengan sepak terjangnya yang luas. Paman saya banyak yang menjadi Kyai.
Alhasil saya ikut terbawa oleh lingkungan.
Pada zaman itu orang yang belajar agama akan dihormati oleh orang-orang.
Masing-masing keluarga, ingin anaknya belajar di pesantren atau bahkan di
Timur Tengah. Hampir semua orang di kampung saya ba’da magrib mengaji
di masjid. Anak-anak sebesar saya pasti disekolahkan di dua tempat. sekolah
biasa dan madrasah.
Suasana di Kuningan masih kondusif dan Islami sekali. Belum banyak
pembangunan gedung dan perbedaan budaya yang berbeda. yang kental
adalah budaya Betawi yang masih sangat kental.
4. Apakah keluarga sudah mengira bahwa Ustad akan menjadi orang yang
sukses?
Jawaban :
Iya, keluarga sudah mempersiapkan. Karena acuannya ingin seperti Kakek.
Dari sisi ekonomi sukses. Dari segi keilmuan juga sukses.
5. Bagaimana latar belakang pendidikan Ustad?
Jawaban :
SDN 01 Kuningan Timur Jakarta, lulus pada tahun 1977. karena saya lulus
pada bulan Januari, saya menunggu waktu sampai bulan Juli. Pergantian
sistem membuat saya sekolah di Diniyah. Kemudian saya masuk di Pondok
Modern Gontor Ponorogo dari bulan Juli tahun 1977 sampai 1984. Di sana
lebih kepada pendidikan karakter, pembentukan jati diri, kepercayaan diri
menjadi lebih matang, dan pandai bergaul.
Setelah lulus saya sempat sekolah di Assyafi’iyah, namun hanya beberapa
minggu, karena saya mendapatkan kesempatan beasiswa S1 di Damascus
University dari NU. saya dapatkan dari link Paman. beliau salah satu ketua
NU.
Karena proses pendaftaran yang lama, sesampainya di sana, ujian semester
sedang dilaksanakan. tersisa tiga mata kuliah, dan saya terpaksa harus
mengikutinya. Alhasil saya tidak lulus di semester pertama. Tapi semester
berikutnya saya lancar. Saya mengambil kuliah di Jurusan Fiqih dan Ushul.
Saya di sana selama kurang lebih empat setengah tahun. Di sana pengetahuan
keagamaan saya menjadi lebih mendalam. Ba’da subuh setiap pagi selalu
mengaji langsung kepada guru. Jadi saya aktif bertemu guru untuk mengaji,
menghafal Qur’an. Setiap ba’da ashar saya kerja menjadi cleaning service di
Kedutaan. tidak setiap hari karena digilir. Semua mahasiswa Indonesia
mengambil pekerjaan itu. karena mendapatkan gaji yang cukup besar. KBRI
tidak memberikan beasiswa tapi memberikan pekerjaan ringan yang upahnya
besar. Saya juga mengajar les pelajaran agama untuk anak-anak di sana.
Setiap malam saya juga mengaji dengan guru. Jadi setiap waktunya saya isi
dengan mengaji. Karena mambaca hasil kuliah tidak terlalu aktif saya
kerjakan maka saya perkuat diri dengan mengaji.
Tingkat kelulusan di sana masih rendah yakni sekitar 25-30 persen untuk
semua orang, baik asing maupun lokal. Dari angkatan saya masuk sekitar
1500 orang. yang lulus hanya 100 orang. Dan saya peringkat ke 10 dari 100
orang.
Ketika saya mendaftar S2 di Jordan walau belum mendapatkan ijazah S1 saya
langsung di terima di sana. karena peringkat saya tadi. Perkuliahan di sana
agak terlalu lama karena ada Perang Teluk. Semua mahasiswa asing di
pulangkan, karena berbahaya walau perang bukan tepat di sana. namun
kondisi sekitar terkana imbas, kondisi sosial menjadi berubah. Jadi pendidikan
di sana selama empat tahun karena perang. saya kuliah di jurusan Hadist dan
Tafsir.
Saya juga mendapatkan beasiswa S3 di Malaysia, saya juga diwajibkan
mengajar selama masa pendidikan saya, 3 tahun. Mulai semester kedua saya
sudah menjadi asisten dosen dan dosen tidak tetap.
6. Bagaimana perjalanan karir Ustad?
Jawaban :
Saya sudah mulai mengajar sejak kelas 2 SMA di Pondok Gontor. Kemudian
di Jordan saya mengajar les untuk anak-anak. Dan di Malaysia saya sudah
mengajar formal. Sepulang ke Indonesia (1999), saya langsung mengajar di
UIN Jakarta Fakultas Ushuludin. Kemudian tahun 2000 saya mengajar di
Pasca Sarjana UIN Jakarta. Saya juga mengajar di Ibnu Khaldun namun hanya
2 semester karena jarak yang jauh. Namun di Pasca Sarjana Ibnu Khaldun
saya mengajar selama 3 tahun.
Tahun 2001 saya diterima menjadi Pegawai Negeri di Bandung. Kemudian
saya mengajar di UIN Bandung.
Tahun 2003 sampai saat ini saya mengajar di Pasca UI.
Tahun 1999 saya juga mendirikan sekolah Al-Mugni dan sampai saat ini saya
mengajar di sana.
7. Apa arti dakwah bagi Ustad?
Jawaban :
Dakwah bagi saya adalah berbagi, mengajarkan dan mempersiapkan. Berbagi
yaitu berbeda dengan menerima. Berbagi berarti harus memberikan sesuatu
kepada orang lain. Kemudian mengajarkan yaitu proses memberikan atau
transfer ilmu kepada orang lain. Saya juga mengajarkan mereka lewat tulisan
untuk menghadapi masa depan. ketika kita sudah meninggal, berbagi sudah
tidak dapat dilakukan, maka tulisanlah yang berbicara. Mempersiapkan yaitu
menyiapkan generasi atau kader baru untuk masa depan yang cemerlang. Saya
tidak meninggalkan kampus, karena itu salah satu tahap dakwah saya, yakni
menyiapkan mereka untuk bisa menghadapi tuntuntan zaman.
8. Bagaimana hukum dakwah menurut Ustad?
Jawaban :
Hukumnya menjadi wajib jika seperti saya. Berbeda dengan orang-orang yang
latar belakangnya bukan pendidikan agama.
9. Tujuan dakwah menurut Ustad bagaimana?
Jawaban :
Untuk mendapatkan kebahagiaan yakni dengan ridho Allah Ta’ala. Mengajak
yang lain untuk ikut berbagi kepada sesama. Namun tidak meninggalkan Al-
Qur’an dan Hadits.
10. Bagaimana dakwah di Indonesia saat ini?
Jawaban :
Di Indonesia ada problem besar, yakni banyak da’i yang belum
berpengetahuan agama luas, namun mereka lah yang banyak pengikutnya. Ini
sangat disayangkan karena akan berdampak kepada apa yang mereka
sampaikan masih seputar hal itu-itu saja. Belum ada perubahan signifikan.
11. Dai harus mempunyai kemampuan khusus, menurut Ustad, apa sajakah
kemampuan khusus untuk para da’i?
Jawaban :
Dai yaitu orang yang bisa mengajak dirinya sendiri dan orang disekitarnya
(keluarga dan lingkungan) untuk berbuat kebaikan. Jika seseorang ingin
berdakwah harus mempunyai keilmuan agama yang mendalam. Harus digali
yang luas. Kemudian akhlak yang baik, yang bisa menjadi panutan bagi
masyarakatnya.
12. Apa saran Ustad untuk para dai agar tidak mudah menyerah?
Jawaban :
Pertama, harus luruskan niat kepada Allah Ta’ala. jangan memandang materi
sebagai yang utama. Yakinkanlah bahwa materi akan datang tepat pada
waktunya. Dan dakwah itu harus Lillahi Ta’ala karena Allah yang akan
membalasnya dengan yang tidak terkira. Kedua, ilmu agama yang mendalam.
Jika para Kyai Besar sudah tidak ada lagi maka generasi mudalah yang akan
menggantikan karena ilmunya yang luas itu.
13. Apa arti mad’u bagi Ustad?
Jawaban :
Mereka adalah saudara-saudara kita yang akan kita ajak jalan bersama untuk
menuju surganya Allah Ta’ala. Jadi berikan mereka ilmu pengetahuan agama
yang tidak setengah-setengah. Karena mereka membutuhkan kebenaran yang
hakiki.
14. Ustad, perlukah adanya pengklasifikasian mad’u dalam berdakwah?
Jawaban :
Perlu namun jangan dijadikan patokan. Karena itu yang akan menentukan
sukses atau tidaknya dakwah dilakukan.
15. Bagaimana mengemas materi dakwah yang baik menurut Ustad?
Jawaban :
Orang-orang harus diberi solusi yang bisa menyelesaikan masalah hidupnya.
Jangan memberikan materi yang hanya konsep saja namun harus ada
penyelesaiannya.
16. Apakah materi dakwah saat ini sudah sesuai dengan kondisi masyarakat?
Jawaban :
Belum sesuai, karena materi yang disampaikan oleh kebanyakan da’i yang
tenar masih seputar hal itu saja. Dikarenakan pengetahuan agamanya yang
kurang.
17. Apa arti metode dakwah bagi Ustad?
Jawaban :
Cara yang disampaikan dalam berdakwah. Apakah itu interaktif atau monoton,
lucu atau serius. Namun yang disayangkan saat ini masyarakat lebih menyukai
yang lucu. Padahal jika kita berkaca dengan dakwahnya ulama-ulama besar di
Mesir, jarang sekali melihat mereka tertawa. Saya menggunakan semua
metode tersebut, namun palin sering yaitu metode wa ja dilhum billati hiyya
ahsan.
18. Media dakwah apa saja yang Ustad gunakan?
Jawaban :
Saya menggunakan buku dan membuat CD Potret Pribadi dan Kehidupan
Rasulullah saw, DVD interaktif Indeks Al-Quran dan Hadits, website, dll,
guna memudahkan orang-orang untuk mempelajari Islam.
19. Menurut Ustad, pentingkah media dakwah digunakan dalam penyampaian
materi?
Jawaban :
Penting sekali dan harus mengikuti perkembangan zaman. Dahulu orang-
orang menggunakan tinta dan kertas untuk menulis. Saat ini harus dibarengi
dengan teknologi yang canggih. Karena kesibukan orang-orang yang beragam,
maka mereka bisa langsung mengaksesnya lewat internet secara gratis.
20. Apa saja tantangan dan hambatan yang Ustad alami dalam berdakwah?
Jawaban :
Hambatannya adalah SDM yang masih minim untuk membantu saya dalam
berdakwah.
21. Apa yang membedakan dakwah Ustad dengan ustad lainnya?
Jawaban :
Saya lebih konsentrasi kepada Hadist dan Shirah
22. Bisa tolong diceritakan bagaimana dakwah bil lisan yang Ustad jalankan?
Jawaban :
Saya mempunyai jadwal rutin yang setiap harinya diisi di beberapa majlis
Ta’lim.
23. Bagaimana dengan dakwah bil qolam Ustad?
Jawaban :
Saya membuat beberapa buku, digital, website, bulletin.
24. Dakwah Bil hal yang Ustad kerjakan?
Jawaban :
Saya mendirikan sekolah Perguruan Islam Al-Mugni Jakarta, tepatnya di
Kuningan. Dan saat ini masih dalam proses penyelesaian yaitu Pesantren
Hadist Untuk Keluarga di Desa Cinegara, Caringin, Bogor.
25. Faktor penghambat dan pendukung yang Ustad rasakan dalam berdakwah?
Jawaban :
Faktor pendukung diantaranya keluarga yang siap ditinggalkan karena
kesibukan saya yang cukup padat. Kemudian kampus tempat saya mengajar
juga mendukung. Dan dukungan dari TV.
Faktor penghambat yakni susahnya membebaskan lahan di pusat kota seperti
Kuningan. Dana yang cukup besar dibutuhkan untuk pelebaran lahan. Dan
sampai saat ini saya masih sulit dalam mencari kader yang akan mambantu
saya dalam berdakwah.
Jakarta, April 2013
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA.
LAPORAN WAWANCARA
Nama : Tarsim
Jabatan : Mahasiswa dan Karyawan Pusat Kajian Hadis
Waktu Wawancara : Jum’at, 26 April 2013, pukul 16.00 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Pusat Kajian Hadits, Jl. Gatot Subroto Kav. 26,
Kuningan, Jakarta Selatan.
1. Siapa nama lengkap Anda?
Jawaban :
Tarsim
2. Sejak kapan Anda mengenal Ustad Lutfi?
Jawaban:
Saya mengenal Ustad sudah dari kelas 2 SMP, kurang lebih sudah 5 tahunan.
3. Apa saja yang Anda ketahui tentang Ustad Lutfi?
Jawaban :
Ustad adalah seorang da’i yang tak pernah kenal lelah. Beliau banyak
mengajar kajian Hadis di berbagai tempat. Rasa lelah beliau tidak pernah
ditampakkan. Beliau sangat antusias dan semangat menyebarkan ajaran Islam.
Saya sering sekali mengikuti jadwal kajian Ustad Lutfi. Beliau menginginkan
agar karyawannya juga berpengetahuan luas.
4. Materi dakwah apa saja yang Ustad Lutfi sampaikan?
Jawban:
Ustad menyampaikan dakwahnya disesuaikan dengan pengetahuan para
pendengarnya. Biasanya ustad menyampaikan kajian tentang Hadis, Shirah
Nabi. Biasanya merujuk pada Kitab Shahih Bukhari.
5. Apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif?
Jawaban:
Sudah efektif. Saat ini perkembangan teknologi sudah maju, jadi dengan
diciptakannya media tersebut, maka memudahkan Ustad Lutfi dalam
menyampaikan Kajian-Kajiannya.
6. Menurut Anda, apakah hambatan bagi masyarakat untuk menggunakan
teknologi (media dakwah) tersebut?
Jawaban:
Karena kurangnya pengetahuan, maka itu yang membuat masyarakatnya
sendiri kurang mengenal kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi saat ini
tidak diimbangi dengan kemajuan pengetahuan masyarakat.
7. Menurut Anda bagaimana cara menyebarluaskan dakwah Ustad ini yang
menggunakan media digital tersebut?
Jawaban:
Kita mulai dari diri kita sendiri. Kita sampaikan, berbagi info dan pengetahuan
kepada orang-orang terdekat, keluarga, sahabat, dan teman-teman. Dengan
langkah itu, tidak mustahil lambat laun akan tersebar. Sehingga dakwah Ustad
Lutfi dapat dirasakan oleh semua pihak.
8. Manfaat apa yang dapat Anda peroleh setelah mengikuti kajian dari Ustad
Lutfi?
Jawaban:
Manfaat yang saya peroleh dalam kehidupan saya cukup banyak. Pengetahuan
tentang Hadis saya menjadi bertambah. Dahulu membaca Hadis saja, agak
susah saya lakukan, namun saat ini karena bimbingan beliau, membaca,
mempelajari dan mengamalkan Hadis Rasulullah saw. dalam kehidupan ini
Insya Allah sedang saya jalankan, semoga selalu istiqomah.
Jakarta, April 2013
Tarsim
LAPORAN WAWANCARA
Nama : Restu
Jabatan : Jamaah Kajian Hadis
Waktu Wawancara : Minggu, 28 April 2013, pukul 18.25 WIB
Tempat Wawancara : Masjid Baitul Mughni Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan,
Jakarta Selatan.
1. Siapa nama lengkap Ibu?
Jawaban :
Ibu Restu
2. Sejak kapan Ibu mengenal Ustad Lutfi?
Jawaban:
Saya mengenal Ustad kurang lebih sudah 2 tahun
3. Apa saja yang Ibu ketahui tentang pemikiran dakwah Ustad Lutfi?
Jawaban :
Ustad menyampaikan dakwah tentang ilmu Hadis. Beliau mengajak umat
Islam untuk mengamalkan Hadis, yang merupakan salahsatu perintah Allah.
Beliau menemperkenalkan ilmu Hadis dengan cara yang unik. Hal ini
mempermudah saya khususnya, dan umumnya untuk semua masyarakat yang
mendengarkan dakwah beliau.
4. Menurut Ibu, apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif?
Jawaban:
Saya pikir ini semua sudah efektif. Media dakwah Ustad Lutfi sudah modern.
Ini langkah yang tepat, karena jangkauannya lebih luas.
5. Apakah ada hambatan yang Ibu rasakan selama mengikuti kajian Hadis dari
Ustad Lutfi?
Jawaban:
Karena saya masih awam, pengetahuan saya juga masih terbatas. Jika Ustad
memberikan kajian yang terlalu mendetail, saya mencoba dengan perlahan
untuk memahaminya. Namun Ustad Lutfi pun berkenan menjawab pertanyaan
yang saya ajukan. Beliau memberikan arahan dan bimbingannya dengan bijak.
6. Manfaat apa yang sudah Ibu peroleh setelah mengikuti kajian dari Ustad
Lutfi?
Jawaban:
Pengetahuan keagamaan saya menjadi bertambah, terutama tentang Hadis.
Saya bisa lebih mengenal sosok Rasulullah dengan lebih dekat lagi.
Jakarta, April 2013
Restu
LAPORAN WAWANCARA
Nama : Lidya
Jabatan : Jamaah Kajian Hadis
Waktu Wawancara : Minggu, 28 April 2013, pukul 19.00 WIB
Tempat Wawancara : Masjid Baitul Mughni Jl. Gatot Subroto Kav. 26, Kuningan,
Jakarta Selatan.
1. Siapa nama lengkap Ibu?
Jawaban :
Ibu Lidya
2. Sejak kapan Ibu mengenal Ustad Lutfi?
Jawaban:
Saya mengenal Ustad Lutfi sejak bulan Desember 2011. Jadi sudah sekitar
satu setengah tahun.
3. Apa saja yang Ibu ketahui tentang pemikiran dakwah Ustad Lutfi?
Jawaban :
Ustad Lutfi menyampaikan dakwahnya tentang ilmu Hadis. Pemikiran Beliau,
bahwa ilmu Hadis harus diperkenalkan kepada masyarakat, yang selama ini
masih kurang populer untuk sebagian masyarakat.
4. Menurut Ibu, apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif?
Jawaban:
Sudah efektif sekali. Ustad menggunakan teknologi yang canggih. Ini
mempermudah saya, yang masih sulit sekali untuk belajar tentang Hadis.
5. Apakah ada hambatan yang Ibu rasakan selama mengikuti kajian Hadis dari
Ustad Lutfi?
Jawaban:
Hambatan pribadi yaitu karena basic pendidikan saya yang bukan dari
pendidikan agama. Saya tidak mengerti bahasa Arab, sehingga untuk cepat
tanggap agak terlalu sulit. Tempat tinggal saya juga di daerah tangerang, agak
jauh dari Kuningan ini. Tetapi di usia saya yang sudah tidak muda lagi, saya
masih termotivasi dan semangat untuk belajar Hadis.
6. Manfaat apa yang sudah Ibu peroleh setelah mengikuti kajian dari Ustad
Lutfi?
Jawaban:
Tentu segi kehidupan saya menjadi lebih berubah, yakni perubahan ke arah
yang lebih baik. Saya dahulu bingung, ingin belajar ilmu agama di mana.
Namun setelah menemukan Taklim ini, pengetahuan saya menjadi bertambah.
Saya bisa mengenal sosok pribadi Rasulullah saw. dengan lebih dekat lagi.
Mencintai Rasul dan menjadikan panutan dalam hidup kita. Dengan
mengetahui ajaran-ajaran tersebut, menjadikan hidup saya lebih berarti.
Otomatis dengan mengenal Rasul, feeling kita menjadi lebih dekat dengan
Rasul. Seperti kita dekat kepada Ibu kita. jika Ibu kita diam, diibaratkan
bahwa beliau sedang marah. Begitu pula dengan mengenal Rasulullah, berarti
kita akan mengikuti sunnah dan anjuran beliau.
Jakarta, April 2013
Lidya
LAPORAN WAWANCARA
Nama : Jehan Azhari
Jabatan : Ibu Rumah Tangga dan Da’iah
Waktu Wawancara : Minggu, 28 April 2013, pukul 19.45 WIB
Tempat Wawancara : Kantor Pusat Kajian Hadis, Jl. Gatot Subroto Kav. 26,
Kuningan, Jakarta Selatan.
1. Siapa nama lengkap Ibu?
Jawaban :
Ibu Jehan Azhari
2. Pada tahun berapa Ibu menikah dengan Ustad Lutfi?
Jawaban:
Pada tahun 1993 saya dinikahi oleh Ustad Lutfi, ketika itu beliau berumur 29
tahun. Pertemuan saya dengan beliau terjadi di Syiria.
3. Menurut Ibu, bagaimana sosok Ustad Lutfi di dalam keluarga?
Jawaban:
Beliau adalah seorang kepala rumah tangga, dan sekaligus orang yang
mempunyai amanat untuk meneruskan dakwahnya Rasulullah saw. Beliau
sangat antusias agar anak-anaknya kelak menjadi orang-orang yang sukses.
Sukses di dunia dan di akhirat, dengan tetap menjaga utuh ketauhidannya
kepada Sang Pencipta. Keluarga kita menerapkan model keluarga dengan
pendidikan agama yang lengkap, baik di rumah ataupun di sekolah.
4. Menurut Ibu, apakah media dakwah Ustad Lutfi sudah efektif?
Jawaban:
Sudah sangat efektif karena menghemat banyak waktu dan tenaga. Saat ini
mencari buku di perpustakaan bukan menjadi alasan bagi seseorang untuk
mempelajari Hadis. Dengan memasukkannya ke dalam CD dan software tentu
dapat mempermudah penyampaian dakwah Ustad.
5. Menurut Ibu, seberapa besar penerapan pembahasan yang Ustad Lutfi
sampaiakan di dalam kehidupan terutama di keluarga?
Jawaban:
Tentu sebagai seorang muslim, sudah menjadi kewajiban kita untuk
mengamalkan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis. Beliau
secara maksimal menerapkan di dalam keluarga.
6. Apakah Ibu sering mengikuti kajian Ustad Lutfi?
Jawaban:
Jarang, karena saya juga memiliki kesibukan tersendiri.
Jakarta, April 2013
Jehan Azhari
LAPORAN WAWANCARA
Via Facebook
Nama : Dr. Sunandar, MA
Jabatan : Dosen UIN Jakarta
Waktu Wawancara : 7-11 Mei 2013
Ririn Fajrina
Monday 2:00 pm
Asslamualaikum...
Bapak saya Hidayati Nur Fajrina, mahasiswa smt 8 yg sedang menyusun skripsi
yang berjudul "PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH USTAD LUTFI"
mohon bantuan jawabannya ya pa..
1. Sejak kapan Bapak mengenal Ustad Lutfi Fathullah?
2. Bisa diceritakan, bagaimana hubungan Bapak dengan Ustad Lutfi pada
saat itu?
3. Apakah sampai saat ini Bapak masih berhubungan baik dengan Ustad
Lutfi?
4. Apa saja yang Bapak ketahui tentang Ustad Lutfi, mengenai sosok dan
sifat pribadinya?
5. Menurut Bapak, apakah dakwah Ustad Lutfi dengan menggunakan media
digitalisasi sudah efektif? dapatkah menjangkau seluruh lapisan
masyarakat?
Sudah pa, 5 pertanyaan saja. Terima Kasih Pa atas kesediaan waktunya untuk
membantu saya. Jazakallah... Semoga kebaikan Bapak dibalas oleh Yang Maha
Pemberi. Aamiin. Wassalamualaikum...
Saturday 3:32pm
Sunandar Ibnoe Nur
1. Saya mengenal Ust DR.H.Lutfi Fathullah sejak sama2 mondok di
pesantren Darussalam Gontor.
2. Hubungan saya dengan ustadz Lutfi pada saat itu cukup baik dan saling
mengenal dengan baik walau kami berbeda angkatan, beliau lebih muda
satu tahun dari saya. Kami juga berbeda kamar, beda rayon dan beda
konsulat, karena saya dari konsulat Bogor sedang beliau dari konsulat
DKI. Sungguhpun begitu, kami saling ketemu di kegiatan pramuka dan di
lapangan sepak bola. Karena kami sama-sama hobi main sepak bola. Saya
di Club Sepak Bola DARUSSALAM, sedang Ustadz Lutfi di club sepak
bola DARMAJAYA. Hanya saja, dari segi popularitas dan prestasi, sejauh
yang tahu....bahwa beliau biasa-biasa saja, artinya tidak terlalu menonjol
dan belumbegitu populer. Beliau dikenal sebagai santri yang biasa
saja,namun patuh dan disiplin. Pada saat di Gontor, beliau belum ketahuan
kalau nantinya akan menjadi orang besar atau sukses menjadi pakar di
bidang hadits dan produktif dalam pembuatan buku-buku dengan
pendekatan I.T. dan cetak.
Saturday 3:51pm
Sunandar Ibnoe Nur
3. Yaa, sampai saat ini saya masih berhubungan dengan beliau; Pertama
karena kami sama-sama menjadi dosen di Pendidikan Kader Muballigh al-
Azhar, Kebayoran Baru Jakarta selatan. Kami menjadi pengajar selama
beberapa tahun terakhir hingga sekarang. Kedua, kami sama-sama sering
mengisi acara dakwah di televisi, seperti TVRI, MNC TV.
Saturday 4:05pm
Sunandar Ibnoe Nur
4. Yang saya ketahui ttg sosok ust Lutfi, bahwa beliau orangnya bersa haja,
pintar dan menjadi doktor tapi tidak sombong, rajin menulis buku, baik
cetak maupun buku2 digital, sebagai seorang anak tokoh betawi yang
memiliki keilmuan khusus di bidang hadits mau mengamalkan ilmunya
dan tidak komersial. Penampilannya low profile. Suka menolong teman
yang sedang kesulitan. Suka menjalin silaturahim baik dengan kalangan
muda maupun kalangan tua. Memiliki hubungan baik dengan pejabat
pemerintahan, seperti dengan gubernur namun tidak aji mumpung.
Saturday 4:21pm
Sunandar Ibnoe Nur
5. Ustadz lutfi berdakwah dengan berbagai media dan metode. Beliau
memiliki pola dakwah yang tidak dimiliki akademisi dan muballigh lain.
Beliau sering berdakwah secara konvensional atau off air, berdakwah
dengan media televisi dan radio, berdakwah bil-qalam dengan menulis
buku-buku
dan yang menjadi kelebihan beliau yang tidak dimiliki kebanyakan
muballigh lain adalah berdakwah dengan menggunakan media digital.
Karena itu, beliau adalah akademisi dan muballigh multi talenta.
Jadi,dakwahnya sangat efektif terutama untuk kalangan educated people,
atau kalangan yang berpendidikan. Hanya saja, sebagai sahabat, saya
menyarankan kepada ustadz DR. H. Lutfi Fathullah, MA agar
meningkatkan kualitad retorikanya apabila berdakwah secara konvensional
di atas mimbar dan juga saat berdakwah di media telebisi dan radio. Agar
tampak dinamis dan greget dalam penyampaian dakwahnya. Demikian,
afwanwa syukron.
Kegiatan Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA menjadi narasumber
Hikmah Pagi TVRI Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari
Kegiatan dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
di Majid Al-Azhar Jakarta
Kajian Hadis oleh Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
di Masjid Istiqlal Jakarta
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA bersama penulis
Sekolah Perguruan Islam Al-Mughni Jakarta
Pesantren Hadis Untuk Keluarga di Bogor
Karya Multimedia Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
Mengintip Indahnya Surga
LewatJendela Hadis-hadis Rasulullah saw
Kajian Hadis Usai Shalat Jum’at
Masjid Istiqlal – Jakarta
Rabi’ul Awwal 1434
DR Ahmad Lutfi Fathullah, MA
PROlog
Survey Perilaku
Seks di Sintang:
60 Persen ABG
Lakukan Aborsi
Tribunnews.com - Jumat, 12
Oktober 2012
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA
. Pada 2012, Polda Jatim merilis
ada 1357 kasus pembunuhan
yang ditangani jajarannya.
Angka tersebut jauh melonjak
dari 2011 yang hanya 69 kasus.
KOMPAS.com-
Indonesia menjadi negara
paling korups dari 16
negara di kawasan Asia
Pasifik menurut survei
persepsi korupsi 2011
terhadap pelaku bisnis.
Survei dilakukan oleh
Political & Economic Risk
Consultancy yang berbasis
di Hongkong.Berita KPAI Mai 18-2012
32 Persen
Remaja
Indonesia
Pernah
Berhubungan
Seks
Polda Metro Jayamengeluarkan
data bahwa di Jakarta setiap
9-10 menit terjadi 1 tindakan
kriminal baik itu kriminal berat
maupun kriminal kategori
ringan yang antara lain:
pembunuhan,
pemerkosaan,pencurian,
penipuan, narkotika dan lain-
lain
(TVOne, 1/11/2011),
Survey Seks Remaja
Surabaya
Sebanyak 44 persen dari
450 pelajar ini memiliki
pandangan bahwa pacaran
itu sah melakukan hubungan
intim. Dan 16 persen pelajar
dari jumlah di atas mengaku
sudah pernah
mempraktekkan hubungan
suami-istri.
http://komunitas.embunpagi
hari.com
POTRET KITA HARI INI
CSIS :
77 % Pejabat
Pemerintah
“Koruptor”Hasil survei yang
dilakukan Centre for
Strategic and
International Studies
(CSIS) pada 6 hingga
19 Juli 2012,
menyimpulkan 77
persen Pejabat
Negara Korupsi.
OPINI | 08 August
2012
.kompasiana.com
Hasil Survei Komnas PA, 62% Remaja
SMP Tidak Perawan. Survei 2008
Tempo Jum'at,
28 September 2012
Empat Hari, Tiga Tawuran
Pelajar di Jakarta
Pengantar
Alhamdulillah wa al-shalat wa al-salam ‘ala Rasulillah. Wa ba’du
Dalam lubuk setiap manusia pasti ada rasa rasa takut dan rasa harap.
Manusia takut akan kesengsaraan dan ketidak enakan.
Manusia berharap akan kenikmatan dan kebahagiaan.
Karena itu Manusia rela berkorban untuk menghindar dari
kesengsaraan dan mendapatkan kenikmatan.
Kenikmatan semu dunia sering membuat orang lupa akan
kenikmatan haqiqi di akhirat.
Godaan dan cobaan sering menjadi tabir penghalang orang melihat
kehidupan haqiqi setelah kematian.
Silahkan Pilih
Mana yang anda pilih :
Hadiah yang bisa dan boleh diambil hari ini, nominalnya
Rp10 jt rupiah.
Hadiah yang baru bisa diambil sebulan lagi dengan
nominal Rp1 M
Survei di komonitas orang waras, 99 % memilih 1 milyar.
Survei di komonitas orang bodoh, 99 % memilih 10 juta.
Mengapa orang bodoh memilih yang 10 jt ?
Mengapa orang cerdas memilih yang 1 M ?
Kosep Janji
Janji bisa diberikan oleh orang yang bisa
dipercaya, bisa juga diucapkan oleh
pendusta.
Jika janji diucapkan oleh pendusta, maka
jangan dipercaya.
Jika janji diucapkan oleh si Jujur, maka
silahkan percaya.
Realitas Pelaksanaan Janji
Orang jujur belum tentu dapat merealisasikan janjinya.
Orang mampu bisa melakukan sesuatu tapi belum tentu
mau.
Orang mampu dan jujur lah yang dapat merealisasikan
janjinya.
Kemampuan orang dapat dilihat dari kapasitas dan
kapabelitas
Orang yang hanya memiliki uang 1 juta jangan diharap
mampu membayar 10 juta, sekalipun dia jujur.
Allah dan JanjiNya
Allah swt banyak sekali menyebutkan janji-janjiNya
Allah juga menyatakan dengan tegas bahwa:
◦ Allah jujur
◦ Allah akan melaksanakan janjiNya
◦ Allah tidak akan mengingkari janjiNya
◦ Allah mampu untuk melaksankan janjiNya
◦ Allah menjanjikan Surga buat mereka yang menta’atiNya.
◦ Allah juga menjanjikan Nereka buat yang melanggar aturanNya.
Contoh janji Allah
ب أجشا عظ غفشح يا اىصبىحبد ع ا آ اىز (29اىفزح )عذ اىي
ط غبم ب ف بس خبىذ ب اىأ رحز بد جبد رجشي إ اى إ ف جخعذ اهلل اى ص اىعظ اىف اهلل أمجش رىل ا سض (72اىزثخ )جبد عذ
أمثش اىبط ىب عي ىن عذ ىب خيف اىي ( 6اىش )عذ اىي
ب رعذ ذ سثل مأىف عخ ب ع ئ عذ خيف اىي ى غزعجيل ثبىعزاة (47اىحج )
Keindahan Surga dalam al-Qur’an
Keindahan surga digambarkan dalam al-Qur’an dalam banyak sekali ayatdan dalam banyak surah.
Diantara gambaran keindahan surga adalah:
Surga itu begitu luas dan besar (3:133; 57:21)
Ada sungai yang mengalir di bawahnya (3:15)
Tersedia makanan dan minuman yang lezat (76:17)
Tersedia beraneka buah (2:25)
Dipakaikan emas dan mutiara (22:23)
Ditemani oleh bidadari dan bidadara (4:47; 55:70)
Di bantu oleh banyak pembantu (76:19)
Apa saja yang dikehendaki akan tersedia (16:31; 25:16)
Kenikmatan itu selalu ada (9:21)
Mereka kekal di dalamnya (2:82)
Mereka bersyukur dengan pemberian Allah ini.
-------
Lihat indek surga pada program al-Qur’an al-Hadi
Keindahan Surga dalam gambaran Hadis
Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah saw yang menggambarkan indahnya surga.
Perbedaan antara keduanya adalah, al-Qur’an menggambarkannya secara global, sedangkan Hadis mayoritasnya menggambarkannya secara lebih rinci.
Diantara gambaran surga dalam hadis adalah :
o Surga itu keindahan dan kemewahan serta fasilitasnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.
o Memiliki pintu-pintu gerbang yang begitu luas
o Hijau dikelilingi pepohonan yang rindang dan tinggi-tinggi
o Dikelilingi kebun-kebun dengan beraneka buah yang selalu berbuah dan mudah untukdipetik
o Bangunan rumah-rumah di surga yang begitu luas, indah, terbuat dari emas dan perak, dihiasi pernik-pernik mutiara.
o Setiap bangunan memiki banyak kamar dan banyak pembantu.
o Ada juga bidadari dan bidadari yang siap melayani
o Tersedia makanan yang beraneka ragam, mulai dari ikan hiu, sampai daging burung.
o Buahnya juga enak dan beraneka macamnya. Semua tersedia atau tinggal memetiknya.
o Minumannya juga sangat beragam, mulai dari Jahe hangat, susu, madu sampai khamar
o Tersedia makanan yang beraneka ragam, mulai dari ikan hiu, sampai dagingburung.
o Buahnya juga enak dan beraneka macamnya. Semua tersedia atau tinggalmemetiknya.
o Minumannya juga sangat beragam, mulai dari Jahe hangat, sampai khamar
o Makanan dan minuman yang disediakan tidak berdampak negatif: Tidak adamencret, tidak ada kolestrol, tidak asam urat, tidak ada darah tinggi, tidak adajuga yang membahayakan jantung atau organ tubuh lainnya.
o Jika ingin ditemani bidadari/bidadara, mereka siap kapan saja dibutuhkan. Wajah mereka tidak ada yang jelek. Jumlahnya juga bukan satu, tapi banyak. Bidadarinya juga masih perawan. Mereka tidak kenal WP
o Penghuni surga tidak ada yang terkena gangguan lemah syahwat, Ejakulasidini,. Semua diberi kekuatan seksual yang fantastis.
o Di surga tidak nenek-nenek dan kakek-kakek, semua dalam usia muda, 33 tahunan.
o Ada pasar, ada kunjungan, ada sahabat, ada kerabat.
o Bisa bertemu Rasulullah saw
o Bisa bertemu dan melihat Allah swt.
-------
Lihat kitab al-Buzur al-Safirah karya Imam al-Suyuti
Keindahan Surga
عي عي صيى اىي قبه قبه سعه اىي ع اىي شح سض ش أث :ع
ىب خطش عيى قيت : قبه اىي عذ ع ىب أر سأد ب ىب ع أعذدد ىعجبدي اىصبىح
. ثشش شئز : فبقشءا ئ قشح أع ى ب أخف فظ .فيب رعي
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw brsabda: Allah swtberfirman:
Aku siapkan untuk hamba-hambaKu yang soleh, apa-apa yang belumpernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah
tersirat di dalam hati.
Jika kalian inginkan maka bacalah :
قشح أع ى ب أخف فظ فيب رعي
Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untukmereka yaitu (bermacam-macam nikmat)
------------- Sahih al-Bukhari, hadis no. 3005; Sahih Muslim, hadis no. 5050.
Dapat Melihat Allah
قبه عي عي صيى اىي اىج ت ع ص :ع
فقى ئب أصذم ش رعبىى رشذ رجبسك و اىجخ اىجخ قبه قه اىي ئرا دخو أ ب أى ج رج أى ئب أحت ئى ب أعطا ش اىبس قبه فنشف اىحجبة ف جب ر عض اىرذخيب اىجخ ظش ئىى سث
جو
Dari Suhaib ra, Rasulullah saw bersabda:
Jika para penghuni surga sudah memasuki surga maka Allah swt akan berfirman: Kalian ingin sesuatu yang Aku tambahkan untuk kalian ? Maka merekapun
menjawab: Bukankah Engkau sudah memutihkan wajah kami, bukankah Engkausudah memasukkan kami ke surga dan menyelamatkan kami dari neraka ?.
Rasulullah saw melanjutkan ceritanya:
Maka dibukakanlah tabir. Sungguh tidak ada sesuatu yang telah diberikan kepadamereka lebih mereka cintai dari dapat melihat Tuhan mereka.
ش ى ظش ئىى اىق ف عي عي صيى اىي ذ اىج قبه مب ع عجذ اىي جشش ث :خ ع اىجذس فقبهيع
ىب ر أ اعزطعز فا ف سؤز ش ىب رضب زا اىق ب رش م سثن عزش يجا عيى صيبح قجو غئنقجو ا ظ ذ سثل قجو طيع اىش عجح ثح قشأ ب فبفعيا ث قجو غشث ظ شةىغطيع اىش
------------
Sahih Muslim, hadis no 266; al-Tirmizi, hadis no. 2475.
Sahih al-Bukhari, hadis no. 521 Sahih Muslim, hadis no. 1002.
Keabadian surga
عي عي صيى اىي ش قبه قبه سعه اىي ع اث :ع
اىج د حزى جعو ث و اىبس ئىى اىبس جء ثبى أ و اىجخ ئىى اىجخ خ ئرا صبس أ
د فضداد و اىبس ىب ب أ د و اىجخ ىب بد ب أ بدي زثح ث و أاىبس ث
و اىبس حضب ئىى حض ضداد أ .اىجخ فشحب ئىى فشح
Dari Ibn Umar ra, Rasulullah saw bersabda:
Jika semua penghuni surga sudah memasuki surga, dan penghuni
neraka sudah memasuki neraka, maka dipanggillah kematian, lalu
diletakkan antara surga dan neraka kemudia disembelih. Lalu ada
suara yang berseru: Wahai penghuni surga, tidak ada lagi kematian.
Wahai penghuni neraka, tidak ada lagi kematian.
Maka bertambah gembiralah para penghuni surga dan bertambah
sedihlah para penghuni neraka.
-------------------------------
Sahih al-Bukhari, hadis no. 6066; Sahih Muslim, hadis no. 5089.
MINGGU KE- HARI TEMPAT KETERANGAN
1 Masjid Scuoindo, Pancoran Ba'da Dhuhur
2 Masjid Gedung KPK, Kuningan Ba'da Dhuha
3 Masjid Gedung Wisma Antara, Merdeka Selatan Ba'da Dhuhur
4 Tidak rutin
1 Masjid Gedung SCTV, Senayan Ba'da Dhuhur
2 MT. Perumahan Khusnul Khatimah, Cipete Ba'da Dhuha
3 Tidak rutin
4 UIN Bandung Pagi
SENIN
SELASA
RABU
1 Masjid Al-Azhar, Blok M Sore
2 Masjid Prabu, Cilandak Ba'da Dhuhur
3 Tidak rutin
4 MT. Andalusia, Sentul City Ba'da Dhuha
RABU
KAMIS
1 Tidak rutin
2 Masjid Solahudin, Gedung Pajak Kalibata Ba'da Dhuhur
3 Masjid As-Sa'adah, Ciputat Ba'da Dhuhur
4 Tidak rutin
KAMIS
JUM'AT
1 Masjid Tangkuban Perahu, Manggarai Pagi
2 Tidak rutin Khutbah Jum'at
3 Masjid Istiqlal Ba'da Jum'at
4 Masjid Al-Azhar, Blok M Sore
SABTU
JUM'AT
1 Masjid Al Bahtsi Wattahqiq "As-Salam" Pagi
2 Kuliah umum Trisakti Siang
3 Tidak rutin
4 Tidak rutin
SABTU
MINGGU
1 Masjid Al Musyawaroh, Kelapa Gading Subuh
2 Tidak rutin
3 Masjid Al Musyawaroh, Kelapa Gading Subuh
4 Tidak rutin
5 Masjid Al Musyawaroh, Kelapa Gading subuh
1 Tidak rutin Menjelang dhuhur
2 Walisongo, Senen Menjelang dhuhur
3 Masjid At-Tin, Jakarta Timur Menjelang dhuhur
4 Masjid Al-Azhar, Blok M Menjelang dhuhur
5 MT. Perkumpulan Orang-orang Minang Menjelang dhuhur
Setiap Minggu Pusat Kajian Hadis Ba'da Asar
MINGGU
Mengintip Seramnya NerakaLewat Jendela Hadis-hadis Rasululah saw
Masjid Istiqlal, Jum’at, 4 Rabiul Akhir 1434 H
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Prolog
• Manusia merupakan mahluk Allah yang diberi kelebihan mempunyai akaldan juga hawa nafsu.
• Akal dan nafsu manusia dipertemukan pada titik rasa.
• Manusia punya sifat dasar : Senang dengan kenikmatan, keindahan dankenyamanan.
• Manusia juga punya sifat dasar : Tidak mau dan tidak senangkesengsaraan, kepedihan dan kesakitan dan segala bentuk ketidaknyamanan.
• Demi mengejar kenikmatan manusia rela mengorbankan apa saja.
• Dan demi menghindari kesengsaraan, manusia rela mengorbankan apasaja.
• Atas dasar itu, ayo kita kejar kenikmatan dan kita hindari kesengsaraan.
• Orang yang beriman akan berkata: Nikmat yang hakiki adalah SURGA, dankesengsaraan yang hakiki adalah NERAKA.
Neraka Itu Dekat
• صي عي صي اىي قبه قبه اىج ع اىي عجذ اهلل ث ضعد سض :ع
ثو رىل اىبس ششاك عي .اىجخ أقشة إى أحذم
Surga itu lebih dekat dengan kalian dari pasangan sandalnya. Dan neraka demikian juga halnya.
•---------
• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6007
Potret Neraka Yang Sering Tertutupi
قبه • صي عي صي اىي سصه اىي شح أ ش أث :ع
• نبس حججذ اىجخ ثبى اد .حججذ اىبس ثبىش
Neraka itu tertutupi dengan syahwat dan surga itu tertutupidengan yang tidak disenangi.
• ----------
• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6006; Muslim, hadis no.
Sebuah Pertanyaanش• إى سجو قبرو اى صي عي صي اىي قبه ظش اىج صعذ اىضبعذ و ث ص غبء شع ضي اى أعظ مب م
فقبه :ع
زا • ظش إى و اىبس في أ ظش إى سجو أحت أ .
ث• ضع ف ف د فقبه ثزثبثخ ص زه عي رىل حز جشح فبصزعجو اى سجو في فزجع ش حز و عي ب فز ذ
صي عي صي اىي فقبه اىج مزف :ث
ب و ف ع و اىبس أ ى إ و اىجخ و أ ب ش اىبس ع و ف ع اىعجذ ى و اىجخ إ أ و اىبس و أ ش اىبس ع
ب ار به ثخ ب اىأع .إ
Sahal bin Sa'd As Sa'idi bercerita bahwa suatu hari Nabi saw mengarahkan pandangannya kepadaseseorang yang memerangi kaum musyrikin dan ia merupakan salah seorang prajuritmuslimin yang gagah berani, namun anehnya beliau malah berujar;
Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silahkan lihat orang ini.
Seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ingin disegerakankematiannya. Serta merta ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas iahunjamkan hingga menembus diantara kedua lengannya. Selanjutnya Nabi saw bersabda:
Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalanpenghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka, sebaliknya ada seorang hamba
yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namunberakhir dengan menjadi penghuni surga, sungguh amalan itu dihitung dengan
penutupannya.
Sahih al-Bukhari, hadis no. 6012.
Semua Manusia Diperlihatkan Tempatnyadi Neraka dan Surga
• صي عي صي اىي شح قبه اىج ش أث :ع
و اىبس ىب ذ زداد شنشا أصبء ى اىبس ى قعذ و أحذ اىجخ إىب أس أحذ ىب ذ حضشح عي ن ى أحض اىجخ ى قعذ .إىب أس
Tidaklah seseorang itu akan masuk kesurga kecuali akandiperlihatkan terlebih dahulu tempatnya dineraka kalau dia
berperilaku buruk, agar bertambahlah rasa syukurnya.
Dan tidaklah seseorang yang sudah masuk neraka kecuali akandiperlihatkan tempatnya disurga kalau dia dahulu berbuat
baik, agar dia merasa rugi.
• -----------------
• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6081
Neraka itu Seram, Hindarilah
سض اهلل ع • حبر ث عذ :ع
رمش اى ب ر فزع ج رمش اىبس فأشبح ث صي عي صي اىي اىج بأ ج س فأشبح ثخ طجخ جذ فجني ى شح ف ثشق ر ى قبه ارقا اىبس ب ر فزع
• Suatu ketika Rasulullah saw berceritakan tentang neraka, .. Denganwajahnya, lalu baginda berta’awuz meminta dihindari dari hal itu. Kemudian bercerita lagi tentang neraka dan baginda .. Wajahnyalalu berta’awuz meminta memohon dihindari dari neraka itu. Beliaulalu berpesan:
Hindarilah neraka walau hanya hanya dengan kemampuan bersedekahdengan sepotong kurma. Barang siapa yang belum mampu, maka
dengan kata-kata yang baik.
•----------
• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6078; Sahih Muslim, hadis no. 1687.
Bentuk Siksaan Neraka dalam Al-Qur’an
Bahan bakar Neraka• Manusia ( 2:24 | 3:10 )• Batu-batuaan ( 2:24 )
Bentuk siksaan• Mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah ( 2:174 )• Dikelilingi Air mendidih ( 55:44 )• Azab yang membakar ( 85:10 )• Muka mereka ditampar api ( 23:104 )• Muka mereka dibolak balik di api ( 33:66 )• Atas bawah api ( 39:16 )• Api yang sangat panas ( 101:11 )• Azab yang pedih ( 6:70 | 10:4 )• Mereka menjerit-jerit kesakitan ( 21:100 )• Api yang bergejolak (70:15 | 70:16 )• Mereka tidak bisa mendengar ( 21:100 )• Perut dan kulitnya dihancurluluhkan ( 22:20 )• Mereka dicambuk dengan cemeti besi ( 22:21 )• Api yang menjilat-jilat sampai ke hati ( 104:6 | 104:7 | 104:8 )• Mereka diikat pada tiang ( 104:9 )
Siksaan Terendah
ب سض اهلل ع قبه• قه : ع اىع صي عي صي اىي عذ اىج :ص
ب شح غي ج ص قذ خ ىشجو رضع ف أ ب اىق و اىبس عزاثب أ أ د إ بغ
Penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah, seseorang yang kedua telapak kakinya dipakaikan sandal, kemudian otaknya
mendidih."
قه• صي عي صي اىي عذ اىج ثشش قبه ص ث ب اىع :ع
ب د غي شرب ج ص قذ خ سجو عي أ ب اىق و اىبس عزاثب أ أ إ بغ ق اىق شجو ب غي اى م
Penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat adalahseseorang yang telapak kakinya dialasi sandal, sehingga otaknya
mendidih, sebagai mendidihnya ketel dan periuk.
• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6076-6077; Sahih Muslim, hadis no. 312
Penyesalan Orang Yang Teringan Disiksa
قبه • صي عي صي اىي اىج ع ع اىي بىل سض أش ث :ع
خ اىقب و اىبس عزاثب أ رعبى ىأ ذ : قه اىي ء أم ش ب ف اىأسض ىل أ ى ىب رششك ث أ ذ ف صيت آد أ زا ل أ فقه أسدد فقه ع رفزذ ث
رششك ث ذ إىب أ ئب فأث .ش
Pada hari kiamat, Allah bertanya kepada penghuni neraka yang paling ringan siksanya; 'kalaulah kamu mempunyai semua yang ada di
bumi, akankah kau jadikan untuk menebus dirimu? ' 'Tentu' Jawabnya. Maka Allah berfirman: 'Dahulu aku hanya ingin sesuatu
yang lebih sepele daripada ini ketika kamu masih dalam sulbi Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan-KU dengan sesuatu apapun, namun engkau enggan bahkan menyekutukan-KU dengan sesuatu.
• ----
• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6072
Pindah Kontrakan قبه• صي عي صي اىي اىج أ ع اىي سض أث صعذ اىخذس :ع
ثقبه حجخ ف قيج مب و اىبس اىبس قه اىي أ و اىجخ اىجخ و أ شده إرا د جز بح ف ش اى ف يق ب ف عبدا ح شا ز قذ ا شج فخشج فأ ب إ
ص عي صي اىي قبه اىج و خ اىض قبه ح و أ و اىض جخ ف ح جذ اى ب ر يم أىخ يز جذ صفشاء ب ر ا أ رش
• Jika penghuni surga telah memasuki surga, dan penghuni nerakamemasuki neraka, Allah berfirman; 'siapa saja yang dalam hatinya
masih terdapat sebiji sawi keimanan, keluarkanlah dia dari neraka, ' maka mereka pun keluar setelah mereka terbakar dan menjadi abu, selanjutnya mereka dilempar ke sungai kehidupan sehingga merekatumbuh sebagaimana biji-bijian tumbuh di tepi aliran sungai" atauia mengatakan dengan redaksi; "dalam permukaan aliran sungai",
dan Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidakkah kalian melihat bahwa biji-bijian itu tumbuh kuning melingkar?
• ----• Sahih al-Bukhari 6075
Mantan Penghuni Neraka
قبه • صي عي صي اىي اىج بىل ع أش ث :ع
و اىجخ أ اىجخ فض ي ذ ب صفع ف ض ب اىبس ثعذ ق خش اىج
• Akan keluar dari neraka sekelompok orang setelah merekamerasakannya selama waktu tertentu dengan satu tanda.
Kelompok ini dinamakan oleh para penghuni surga denganistilah Jahannamiyyun (mantan penghuni neraka).
• --------
• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6074
Cerita Orang Yang Terakhir keluar dari Neraka صي عي صي اىي قبه اىج ع اىي سض عجذ اىي :ع
اىبس مج ىب سجو خش و اىجخ د ش أ آ ب شجب و اىبس ش أ آ و اىجخ إ ىأعي ت فبد ار ا فقه اىيت فبد يأ فقه ار ب جذر يأ فشجع فقه ب سة ب أ ب فخو إى يأ وفأر ب أ ب فخو إى أر اىجخ ف
ع ب ثو اىذ ىل و اىجخ فإ ت فبد يأ فقه ار ب جذر ثو عششح ششفشجع فقه ب سة ىل إ ب أ ثبى ح أيل ذ اى أ ل رض أ ب فقه رضخش ثبه اىذ .أ
قه مب ، اجز ل حز ثذد ض صي عي صي اىي ذ سصه اىي :فيقذ سأ
زىخ و اىجخ راك أد أ
Sungguh aku tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar dan penghuni surga yang terakhir kali masuk, yaitu seseorang yang keluar dari neraka dengan cara merayap, Allah tabarakawata'ala berfirman; 'Pergilah kamu dan masuklah ke dalam surga! ' maka orangtersebut mendatanginya dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Orang
kembali kembali dan berujar; 'Wahai Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak'. Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga.' Maka ia kembali dan terbayang baginya
bahwa surga telah membeludak. Lalu ia kembali dan mengatakan; 'Ya Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak.' Allah berfirman lagi; 'pergi dan masuklah surga,
dan bagimu surga seluas dunia dan bahkan sepuluh kali sepertinya -atau- bagimuseperti sepuluh kali dunia.' Hamba tadi lantas mengatakan; 'Engkau menghinaku
ataukah menertawaiku, sedang Engkau adalah raja diraja?" Dan kulihat RasulullahShallallahu'alaihiwasallam tertawa hingga gigi gerahamnya kelihatan seraya
berkomentar: "Itulah penghuni surga yang tingkatannya paling rendah.• ------------• Sahih al-Bukhari, hadis no. 6086.
Penutup:Keluar Neraka Berkat Syafa’at
قبه • صي عي صي اىي اىج ب ع ع اىي سض حص ث شا ع :ع
اىجخ ض ي ذ ، ف صي عي ذ صي اىي اىبس ثشفبعخ ق خش .اىج
• Akan keluar sekelompok orang dari neraka berkat syafaat NabiMuhammad saw, lalu mereka dimasukkan ke surga. Mereka
dikenali dengan kelompok Jahannamiyyun.
• ----------
• Sahih al-Bukhari 6081