pemicu 4, blok 10, kenapa ya kok susah makan
-
Upload
isnarizkia -
Category
Documents
-
view
233 -
download
36
description
Transcript of pemicu 4, blok 10, kenapa ya kok susah makan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Rongga mulut merupakan anggota tubuh yang memiliki peran cukup penting dan
terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak. Jaringan lunak di rongga mulut terdiri dari
mukosa bukal, mukosa labial, lidah, palatum, gingiva dan juga kelenjar saliva. Rongga mulut
yang sehat dan dapat berfungsi secara normal sangat tergantung pada jumlah saliva yang
dihasilkan oleh kelenjar saliva baik mayor maupun minor.
Berkurangnya atau gagalnya sekresi saliva dapat menyebabkan beberapa gangguan.
Salah satu gangguan tersebut adalah keluhan mulut kering atau xerostomia. Keadaan ini
umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran saliva.
Keluhan mulut kering dapat terjadi akut atau kronis, sementara atau permanen. Dalam
bentuk apa keluhan mulut kering timbul, tergantung dari penyebabnya. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan mulut kering, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, Sjogren
sindrom, penyakit-penyakit sistemik, efek samping obat-obatan, stress dan juga usia.
1.2. Deskripsi Topik
Seorang pasien perempuan berumur 33 tahun datang ke klinik gigi dan mulut untuk
menambal giginya yang banyak berlubang. Hasil pemeriksaan menunjukkan karies servikal
pada gigi 14, 15, 16, 17, dan 24, 25, 26, 27, lidah berfisur. Dari hasil anamnesis pasien
mengatakan pernah mengalami operasi di leher kanan dengan diagnosis tumor ganas kelenjar
parotis dan dilanjutkan dengan radiasi sebanyak 31 kali. Setelah itu, pasien merasakan mulut
kering dan gigi banyak yang berlubang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mulut Kering
Mulut kering merupakan kondisi atau keadaan dimana saliva yang diproduksi berkurang
atau tidak ada. Mulut kering ini menimbulkan keluhan berupa rasa tidak nyaman di mulut,
kesulitan menelan, rasa terbakar di mulut, bau mulut dan masalah-masalah lain yang timbul
akibat peningkatan jumlah mikroorganisme di mulut.1
Faktor penyebab dari kasus di atas adalah pasien mengalami operasi di leher kanan
dengan diagnosis tumor ganas kelenjar parotis dan dilanjutkan dengan radiasi sebanyak 31
kali.
Gambar 1: dua lidah pada pasien Sjogren syndrom menunjukkan epitel kering dengan
fissur disebabkan keparahan hiposlivasi
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Mulut Kering
Sejumlah faktor dapat berperan dalam menyebabkan mulut kering (xerostomia)
seperti:
a. Berasal dari perkembangan : Aplasia kelenjar ludah
b. Kehilangan air/metabolit : Gangguan intake cairan, perdarahan, muntah/diare
c. Berasal dari iatrogenic : Obat-obatan, terapi radiasi pada kepala dan leher.
d. Penyakit-penyakit sistemik : Sindroma Sjogren, diabetes mellitus, sarcoidosis, infeksi
HIV, infeksi hepatitis C, graft versus host disease (GVHD), gangguan psikogenik
e. Faktor-faktor lokal : Pengunyahan yang berkurang, merokok, bernafas melalui mulut.
Berikut ini penjelasan beberapa faktor penyebab mulut kering:
3
a. Penyinaran Daerah Kepala dan Leher(Terapi Radiasi pada Kanker)
Gangguan fungsi kelenjar saliva setelah radiasi dengan sinar ionisasi pada kepala dan
leher sudah banyak diketahui. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva
tergantung dosis dan lamanya radiasi. Radiasi menyebabkan perubahan di dalam sel sekresi
serous, mengakibatkan pengurangan pengeluaran saliva dan peningkatan kepekatan
saliva.Apabila jumlah dosis radiasi yang diterima melebihi 5,2 Gy, aliran saliva akan
berkurang dan sedikit atau tidak ada saliva yang dikeluarkan dari kelenjar saliva. Beberapa
obat kemoterapi kanker juga dapat mengubah komposisi dan aliran saliva, mengakibatkan
xerostomia, tetapi perubahan ini biasanya sementara.2,3
b. Penggunaan Obat-Obatan
Obat-Obatan yang memblokade sistem sistem saraf akan menghambat sekresi saliva.
Oleh karena sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem saraf parasimpatis, obat-
obatan dengan pengaruh antikolinergik akan menghambat paling kuat pengeluaran saliva.
Obat-obatan pengaruh anti β-adrenergik (yang disebut β-bloker) terutama akan menghambat
sekresi saliva mukus.2
Berikut daftar obat yang menyebabkan xerostomia3
Obat yang secara langsung merusak kelenjar saliva
Obat sitotoksik
Obat dengan aktivitas antikolinergik
Agen Antikolinergik : Atropin dan Hiosin
Agen Antireflux : Omeprazole
Agen Psikoaktif : Amitriptyline, Dothiepin
Serotonin selektif inhibitor re-uptake fluoxetine
Lainnya : Fenotiazin, Benzodiazepin, Opioid, Antihistamin.
Obat pada Sistem Simpatis
Obat dengan aktivitas simpatomimetik
Efedrin
Antihipersensitif :
Alfa 1 antagonis : Terazosin, Prazosin
Alfa 2 agonis : Klonidin
Beta Bloker : Atenolol, Propanolol
Obat yang menguras cairan : Diuretik
Tabel 1. Obat yang berhubungan dengan mulut kering
4
c. Usia
Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan ini disebabkan oleh
adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan
menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya. Seiring dengan meningkatnya
usia, dengan terjadinya proses aging, terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar
saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak, lining sel
duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah
aliran saliva. Selain itu, penyakit-penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-
obatan yang digunakan untuk perawatan penyakit sistemik dapat memberikan pengaruh
mulut kering pada usia lanjut.4
d. Gangguan Kelenjar Saliva
Gambaran penyakit dengan sel-sel asinar dan sel-sel duktus kelenjar saliva yang
berkurang atau mengecil, mengakibatkan penurunan sekresi saliva seperti aplasi atau
hipoplasi kelenjar saliva mayor pembawaan, atrofi kelenjar saliva karena usia yang
meningkat atau penyinaran, penyumbatan muara pembuangan oleh tumor, penyakit auto-
imun seperti sindorma Sjogren, radang kelenjar saliva, dan lain-lain.2
e. Keadaan Fisiologis
Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan fisiologis. Pada saat
berolahraga dan kurangnya minum menyebabkan dehidrasi, berbicara yang lama dapat
menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas melalui
mulut juga akan memberikan pengaruh mulut kering. Gangguan emosionil, seperti stress,
putus asa dan rasa takut dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan keadaan
emosionil tersebut merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem saraf autonom dan
menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.4
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan mulut kering, yaitu3
a. AIDS
b. LUPUS
c. Disfungsi Tiroid
d. Penyakit Parkinson
e. Depresi
f. Kekhawatiran yang berlebihan
g. Dehidrasi
h. Trauma kelenjar saliva
5
i. Gangguan stres pasca-trauma
j. Sindroma Sjogren
3. Faktor-Faktor yang Diakibatkan Mulut Kering
Faktor akibat dari mulut kering, yaitu
a. Rasa sakit
b. Sukar bicara
c. Sukar mengunyah dan menelan
d. Persoalan dengan protesa
e. Rasa tidak enak di mulut
f. Penimbunan lendir
g. Rasa seperti terbakar pada mulut
h. Gangguan pengecapan
i. Proses karies yang meningkat
j. Radang periodonsium
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih dari saliva berkurang,
sehingga terjadi radang yang kronis dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa
seperti terbakar. Akibat dari mulut kering maka fungsi dari saliva yaitu safe cleansing akan
menurun atau tidak ada sehingga mikroorganisme/bakteri berkembang dengan baik di dalam
mulut dan bakteri-bakteri tersebut akan menyebabkan karies gigi.2
Mudahnya terkena infeksi dan terserangnya elemen gigi-geligi terutama adalah akibat
perubahan yang terjadi di dalam sususnan mikroflora mulut. Penggeseran yang paling
mencolok di sini ialah penambahan mikroorganisme kariogenik Streptococcus mutans,
laktobasilus, dan Candida.2
Pada pasien yang menggunakan protesa, akan timbul masalah dalam hal toleransi gigi
palsu. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi palsu tidak menyenangkan, karena
gagal untuk membentuk selapis tipis mukus untuk tempat gigi palsu.2
6
Gambar 2. Karies akibat xerostomia
4. Klasifikasi Kelenjar Saliva Berdasarkan Ukuran dan Tipe Sekresinya
Kelenjar saliva diklasifikasikan dua hal:
a. Ukuran
Kelihatan perbedaan diantara kelenjar mayor seperti kelenjar parotid, submandibular
dan sublingual, dengan kelenjar minor yang bertaburan dalam kebanyakan mukosa mulut.5
1) Kelenjar Saliva Mayor
Kelenjar saliva mayor terdiri dari tiga pasang bilateral.
a) Kelenjar Parotid
Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar, kelenjar ini menghasilkan hanya 25%
dari total saliva. Kelenjar parotis terletak pada permukaan otot masseter yang berada di
belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Kelenjar ini meluas ke lengkung
zygomatikum di depan telinga.6
Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen.
Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan anatara
mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas. Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul
yang sangat fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena
retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.
b) Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibula adalah kelenjar kedua terbesar,
kelenjar ini menghasilkan 60% dari total saliva. Terletak di
bawah ramus mandibula, bagian superfisialnya yang besar berada diantara pinggir bawah
mandibula yang menutupinya dan muskulus digastrikus. Bagian dalam kelenjar ini meluas
kedepan di bawah membrana mukosa dasar mulut sampai mencapai ujung posterior
kel.sublingualis.6
7
c) Kelenjar Sublingual
Kelenjar sublingual adalah kelenjar
saliva terkecil dari tiga kelenjar saliva mayor dan
terletak di bawah selaput lendir di bagian
anterior dari dasar mulut. Kelenjar ini menghasilkan hanya sekitar 5% dari total saliva.
Kelenjar saliva sublingualis dari lobus minor, menyalurkan sekresinya melalui 8–20 duktus
kecil yang membuka secara langsung kebagian dasar mulut meskipun sebahagian membuka
ke duktus submandibularis duktus Rivinus5,6
2) Kelenjar Saliva Minor
Nama Lokasi Tipe Sekresi
Labial Bibir Campuran
Bukal Pipi Campuran
Palatine Durum dan
molle
Murni
mukur
Lingual Anterior
Tengah
Campuran
Serus
8
Posterior Murni
mukur
Kelenjar saliva minor diklasifikasikan sebagai serous, mucus, campuran, sama seperti
kelenjar mayor. Kelenjar ini tersebar di seluruh rongga mulut dan diberi nama untuk lokasi
mereka.6
Kelenjar saliva minor lebih kecil dari kelenjar saliva mayor, namun jumlahnya lebih
banyak. Kelenjar saliva minor termasuk kelenjar eksokrin, namun duktus mereka lebih
pendek daripada duktus kelenjar saliva mayor. Ada juga kelenjar saliva minor yang bernama
Von Ebner’s salivary glands, terhubung dengan papilla lingual circumvallata, dibagian
posterior permukaan dorsal lidah. Kebanyakan kelenjar saliva minor memiliki sel mucus
yang banyak, kecuali kelenjar Von Ebner yang hanya terdiri dari sel serous.7
a) Kelenjar Glossopalatinal
Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat
meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle.8
b) Kelenjar Labial
Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki
banyak duktus.8
c) Kelenjar Bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labial.
d) Kelenjar Palatinal
Kelenjar ini ditemui di sepertiga posterior palatal dan di palatum molle. Kelenjar ini
dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat.
e) Kelenjar Lingual
Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe, yaitu
a) Kelenjar Anterior Lingual
Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah.
b) Kelenjar Lingual Van Ebner
Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata
c) Kelenjar Posterior Lingual
Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil.8
9
Gambar 4. Kelenjar saliva minor
b. Tipe Sekresi
Terdapat perbedaan diantara kelenjar yang menghasilkan sekresi serus (cair & tipis,
kaya akan non-enzimatik dan protein enzimatik mengandung beberapa polisakarida) dengan
sekresi mukus (kental & tebal, kaya dengan polisakarida dan mengandung beberapa protein
non-enzimatik) dan kelenjar yang memproduksi cairan campuran (seromukus).5
Berdasarkan stimulasi mekanis atau rasa,
1) Kelenjar parotid berguna untuk mensekresi cairan encer yang kaya bikarbonat. Unsur
protein utama dari saliva parotid adalah amilase (20%), phosfoprotein, seperti
straterin (7%) dan protein kaya prolin (60%). Fosforprotein dan protein-kaya prolin:
unsur utama dari pellicle protein pada permukaan gigi, juga berperan dalam menjaga
saliva penuh dengan kalsium. saliva parotis penting: pencucian, neutralisasi asam &
membentuk pellicle.
2) Kel. Submandibular & sublingual aktif, bersama dengan banyak kelenjar saliva minor
sumber utama dari mucin saliva.
5. Kontribusi Masing-Masing Kelenjar Saliva dan Cairan Krevikuler.5
Kelenjar Kontribusi
(Stimulasi)
Kontribusi
(Tidak
Distimulasi)
Kelenjar Parotis 50% 20%
10
Kelenjar
Submandibulari
s
30% 65%
Kelenjar
Sublingualis
10% 7-8%
Kelenjar Saliva
Minor
10% 7-8%
Cairan
Krevikuler : 10-
100 µL
6. Nilai Normal Volume Saliva, Kapan dikatakan mulut kering, dan Nilai Aliran
Saliva di Rongga Mulut
Nilai normal saliva : 500-1000 mL/hari (tanpa waktu tidur 600-700 mL)
Rata-rata aliran saliva
Keadaan Istirahat : 0,3 ± 0,22 mL/menit
Stimulasi : 1,7 ± 2,1 mL/menit
Dikatakan mulut kering saat aliran saliva yang distimulasi hanya <0,7 ml/menit dan
aliran saliva yang tidak distimulasi hanya <0,1 ml/menit.10
7. Mekanisme Terjadinya Sekresi Saliva Mayor dan Minor
Sekresi saliva sebagian besar adalah proses aktif, yang menunjukkan bahwa proses
tersebut menghabiskan energi. Dalam proses ini dibedakan dua fase:
a. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel-sel sekretori
Pada stimulasi kelenjar saliva, sel melalui eksostosis dapat memberikan cairan
sekresinya kepada lumen. Rangsangan dapat adrenergik ( α dan β ) maupun kolinergik,
karena sel-sel diinervasi baik simpatis maupun parasimpatis. Pada rangsangan β adrenergik
11
melalui neurotransmiter noradrenalin di dalam sel dibentuk cyclic adenosin monophosphate
untuk meneruskan rangsangan di dalam sel.2
Karena rangsangan membran sel, di dalam sel dibentu cAMP, yang menggiatkan
protein kinase dan pada gilirannya menggiatkan fosforilase-kinase. Hal ini akan
menyebabkan fosforilasi mikrofilamen, yaitu elemen dari cytoskelet. Proses ini
mengakibatkan kontraksi filamen, sehingga granula sekresi diangkut ke membran plasma
luminal.2
Kemudian membran granula melebur dengan membran plasma dan setelah itu isi
granula (saliva primer) diteruskan kepada lumen untuk angkutan melalui muara
pembangunan. Rangsangan β-adrenergik biasanya menghasilkan sekresi saliva pekat, kaya
protein dan berbusa dari sel-sel asinar.2
b. Perubahan pada saluran Pembuangan, yaitu pada duktrus striata
Setelah saliva primer disekresi di dalam lumen, kemudian diangkut melalui saluran
pembuangan yang melibatkan kontraksi oleh sel-sel mio-epitel. Selama pengangkutan ke
rongga mulut ini susunan saliva diubah.
Pada muara pembuangan glandula parotis dan glandula submandibularis air dan
elektrolit-elektrolit (ion-ion seperti Na+, K+, Ca2+, Cl-, dan HCO3-) disekresi atau diresorpsi
oleh sel-sel epitel. Sekresi elektrolit adalah suatu proses aktif, yang melibatkan antara lain
enzim-enzim Na+, K+, ATP-ase di dalam membran plasma. Natrium dan klorida sangat
diresopsi, sedangkan untuk kalium, kalsium, dan bikarbonat proses sekresi merupakan
kelompok yang terbesar. Seluruh proses sekresi dikontrol oleh sistem saraf autonom.
Sebagai akibat perubahan sekunder, di dalam saliva menjadi sangat hipotonik
terhadap plasma darah. Sifat rangsangan menentukan juga kepekatan produk akhir. Ini dapat
bervariasi dari cair sampai sangat pekat. Yang menentukan dalam hal ini adalah sekresi air
dan sekresi musin yang diatur oleh masing-masing sistem saraf kolinergik dan adrenergik.
Neurotransmiter asetilkolin dan parasimpatomimetika merangsnag sekresi air.2
8. Persarafan yang Menginervasi Kelenjar Saliva Mayor dan Minor
Sekresi kelenjar saliva merupakan suatu reflek yang dimediasi oleh saraf. Volume dan
jenis saliva yang disekresikan dikontrol oleh sistem saraf otonom yang mana kelenjar tersebut
menerima kedua pasokan saraf yaitu parasimpatik dan simpatik. Proses reflek melibatkan
reseptor aferent dan saraf yang membawa impuls stimulan, pusat salivatory, dan komponen
eferen yang terdiri dari bundel saraf parasimpatis dan simpatis yang menginervasi kelenjar
saliva secara terpisah.9
12
A. Kelenjar Saliva Mayor
A.1 Parotis
Nervus glossopharingeus (CN IX) mensarafi kelenjar parotis sebagai saraf sekretorik
viseralnya. Dari inti salivatory inferior di medula, saraf ini keluar melalui foramen jugurasi
lalu membentuk serabut parasimpatis preganglionik. Di bagian distal ganglion inferior,
sebuah cabang kecil dari CN IX masuk kembali ke kranium melalui canaliculus timpani
inferior dan ke telinga tengah untuk membentuk pleksus timpani. Serat preganglionik lalu
keluar bersama saraf petrosus inferior ke dalam fossa kranial medial dan keluar melalui
foramen ovale lalu bersinaps di ganglion otic. Serabut parasimpatis postganglionik keluar
dari ganglion otic menuju bawah saraf mandibular dan bergabung bersama saraf
auriculotemporal di fossa infratemporal. Serat ini menginervasi kelenjar parotis untuk sekresi
saliva.9
A.2 Submandibula dan Sublingual
A.2.1 Persarafan Parasimpatik
Inervasi secremotor kelenjar submandibular muncul dari ganglion submandibular
yang merupakan ganglion kecil yang terdapat di bagian atas otot hypoglossus. Serabut
parasimpatis secremotor kelenjar submandibular berasal dari pusat salivatory superior dan
serabut preganglionik, kemudian menjalar bersama chorda tympani, dan nervus lingualis
sebagai nervus fasialis dan membentuk ganglion. Sinaps antara saraf-saraf tersebut, serta
serabut postganglionik yang menginervasi kelenjar submandibula dan sublingual. Beberapa
serabut bahkan diperkirakan mencapai bagian inferior dari kelenjar parotis.9
A.2.2 Persarafan Simpatis
Persarafan simpatis yang mensarafi kelenjar submandibula berasal dari pleksus pada
arteri wajah. Serabut postganglionik muncul dari ganglion sevikal superior dan melewati
ganglion submandibula tanpa bersinaps bersamanya. Persarafan ini berperan sebagai
vasomotor arteri yang menyuplai kelenjar submandibula dan sublingual. Beberapa dari
cabang ganglion berfungsi sebagai vasomotor kelenjar submandibular dan duktusnya, dan
sisanya menjalar lagi menuju persarafan di bagian lingual untuk menginervasi kelenjar
sublingual dan kelenjar saliva minor lainnya di regio sekitarnya.9
A.2.3. Persarafan Sensorik
13
Serabut saraf sensorik berasal dari persarafan di kelenjar submandibula dan sublingual
yang melewati ganglion tanpa bersinaps dan bergabung dengan nervus lingualis, yang sama
merupakan cabang dari nervus trigeminal.9
Gambar 5. Persarafan yang menginervasi kelenjar saliva
B. Kelenjar Saliva Minor
Sebagian besar kelenjar saliva minor menerima persarafan parasimpatis dari nervus
lingual, kecuali kelenjar saliva minor di palatum, yang menerima serabut saraf parasimpatis
mereka dari nervus-nervus di palatum yang berasal dari ganglion sphenopalatina dengan
pusat saraf yang sama dengan yang mensarafi kelenjar submandibular dan sublingual.9
9. Bakteri yang Berperan pada Permulaan Terjadinya Karies dan yang Terdapat
pada Perkembangan Karies
a. Bakteri yang berperan pada permulaan terjadinya karies : Streptococcus Mutans dan
Streptococcus Sobrinus.11
Karakteristik streptooccus mutans :
1. Bersifat gram postif
2. Bersifat nonmotil (tidak bergerak)
3. Bersifat anaerob fakultatif
4. Berbentuk kokus
5. Tumbuh optimal pada suhu sekitar 180 – 400 C
14
6. Biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang
paling kondusif menyebabkan karies untuk enamel gigi
7. Bersifat asidogenik, yaitu menghasilkan asam dan asidodurik, yaitu mampu tinggal
pada lingkungan asam dan menghasilkan polisakarida yang lengket disebut dextran.
Karakteristik Streptococcus sobrinus :
1. Bakteri gram postif
2. Berbentuk kokus
3. Bersifat anaerob
4. Pertumbuhan optimal pada suhu 370 C dan berusaha dalam lingkungan PH rendah
(6,3)
5. Tinggal dilingkungan asam dan juga menghasilkan asam sebagai produk sampingan
dari metabolisme anaerobik dari glukosa.
b. Bakteri yang berperan pada perkembangan terjadinya karies : Lactobacillus sp
Karakteristik Lactobacillus sp :
1. Bakteri gram postif
2. Bersifat anaerob fakultatif atau mikrofilik
3. Membentuk sebagian besar asam laktat
4. Kebanyakan anggotanya dapat mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam
laktat.
10. Mikroorganisme yang Dapat Berkembang di Rongga Mulut pada Keadaan
Hiposalivasi
Bakteri: Streptococcus, Lactobacillus, Candida albicans
Streptococcus menjadi banyak karna fungsi saliva berkurang. Fungsi saliva sebagai
antimikroba. Jika antimikroba berkurang, maka bakteri streptococcus jadi mudah
berkembang akhirnya membentuk kolonisasi. Fungsi saliva yang kedua sebagai IgA. Jika
15
hiposalivasi, maka IgA berkurang yang seharusnya IgA mencegah perlekatan bakteri di
permukaan gigi tetapi karena hiposalivasi IgA berkurang, maka terjadi perlekatan bakteri
yang banyak di gigi sehingga bakteri berkolonisasi
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks, yang disekresikan dari kelenjar saliva
yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Dalam keadaan normal, saliva
16
diproduksi kurang lebih 500-1500 ml/hari yang mempunyai fungsi penting di rongga mulut
seperti fungsi pengunyahan dan penelanan, fungsi safe cleansing dan fungsi pelindung.
Bila sekresi saliva mengalami pengurangan akan terjadi keluhan mulut kering atau
xerostomia. Berbagai faktor dapat meneybabkan berkurangnya sekresi saliva, seperti radiasi
pada daerah leher dan kepala, demam, diabetes, gagal ginjal, Sjogren sindrom, bernafas
melalui mulut, stress, dan usia.
Akibat dari mulut kering, yaitu sulit mengunyah dan berbicara, gangguan pengecapan,
masalah dengan protesa (gigi palsu), perubahan dalam susunan mikroorganisme rongga
mulut, peningkatan karies gigi dan penyakit periodonsium.
1.2. Saran
Pada kasus xerostomia (mulut kering) harus ada penanggulangan dan perawatan yang
tepat agak tidak terjadi keluhan-keluhan lain seperti yang sudah disebutkan pada bab
sebelumnya.
REFERENSI
1. Chandu GS, Hombesh MN. Management of Xerostomia and Hyposalivation in
Complete Denture Patients. Indian J Stomatol 2011; 2 (4): 263.
2. Amerongan, A.V.N. Ludah dan Kelenjar Ludah. Arti Bagi Kesehatan Gigi. Alih
bahasa Prof.drg.Raflah Abyono. Ed. Ke-1. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 1991: 8-14, 197-201.
17
3. Sultana N, Sham M.E. Xerostomia. International journal of dental clinics 2011; 3(2):
58-61.
4. Fatia BM, Novia J, Yunitasari R, dkk. Xerostomia (Mulut Kering). 18 Agustus 2011.
http://dentacrab.blogspot.co.id/2011/08/xerostomia-mulut-kering.html. 06 November
2015.
5. Rensburg V, Jansen B.G. Oral Biology. Germany: Quintessence Publishing Co, Inc,
1995: 459-460.
6. Avery JK, Chiego DJ. Essential of Oral Histology and Embryology. America: Mosby
Elsevier, 2006: 195-99.
7. Zakirah CP. Anatomi dan Histologi Kelenjar Saliva. 02 Februari 2014.
http://ilmucutzp.blogspot.co.id/2014/02/anatomi-dan-histologi-kelenjar-saliva.html.
06 November 2015.
8. Akbarisyah T, Permata DT, Astuti DS, dkk. Makalah Oral Biology 5 Anatomi,
Histologi, dan Fisiologi dari kelenjar Saliva.
https://www.academia.edu/8070702/ANATOMI_HISTOLOGI_DAN_FISIOLOGI_D
ARI_KELENJAR_SALIVA. 07 November 2015.
9. Arifin J T. Inervasi Kelenjar Ludah. https://www.scribd.com/doc/244892281/Inervasi-
kelenjar-ludah. 07 November 2015.
10. Vigna de Almeida PD, Trindade Gregio AM, dkk. Saliva Composition and Functions:
A Comprehensive Review. The journal of contemporary dental practice 2008 ; 9 (3) :
2.
11. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan
Kestabilan PH Saliva pada Proses Pencegahan Karies. Dent J 2005; 38 (1): 26.