Pemicu 1 Indera - Kelompok 3
-
Upload
meida-astriani-gozazi -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of Pemicu 1 Indera - Kelompok 3
Lagi – lagi Merah
Pemicu 1 Blok PenginderaanFalkutas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 2010
Tutor : dr.Hendra
KELOMPOK 3
Kelompok 3405070038 REINECIA SEKRETARIS
405070056 RIODIAN S. PENULIS
405070062 FORSALINA T. ANGGOTA
405070063 ALINE C. ANGGOTA
405070066 MAILAN J. ANGGOTA
405070128 SUSANTI L. ANGGOTA
405070129 ANDRUW T. ANGGOTA
405070134 GRISELDA T. ANGGOTA
405070137 CHRISTIE CINDY ANGGOTA
405070148 HOSANA T. ANGGOTA
405070153 DANIEL Z. KETUA
405070163 EMELIA W. ANGGOTA
Skenario
Seorang laki-laki berusia 27 tahun, bekerja sebagain tukang sapu
jalanan, datang ke poliklinik dengan keluhan utama kedua mata
merah sejak 1 minggu yang lalu. Selain merah, pada kelopak atas
mata kiri ditemukan benjolan kecil yang nyeri. Dari kedua mata
didapatkan sekret mukopurulen. Keluhan tambahan yang dirasakan
pada kedua mata adalah silau, gatal, dan sensasi benda asing.
Dalam 1 tahun ini, ia sudah tiga kali mengalami mata merah
terutama setelah bekerja. Riwayat memakai kacamata sebelumnya
tidak ada. Riwayat penyakit sistemik dan alergi tidak ada.
• Pada pemeriksaan fisik diperoleh:
Kesadaran compos mentis, tanda vital dalam batas normal.
• Pada pemeriksaan visus dengan Snellen Chart, diperoleh:
– VOD: 6/6
– VOS: 6/30, tidak dikoreksi
– PD: 60/-
• Pada pemeriksaan segmen anterior diperoleh:
– Palpebra superior OS: benjolan berwarna merah, nyeri tekan (+)
– Konjungtiva bulbi:
• OD: tampak kemerahan di bagian nasal berupa penebalan konjungtiva
berbentuk segitiga dengan apex yang melewati limbus kornea.
• OS: hiperemis
– Konjungtiva tarsal superior dan inferior ODS: tampak papil
dan folikel
– Kornea ODS: jernih
– Lain-lain: dalam batas normal
• Pada pemeriksaan tonometri digital TIO ODS = N
• Pemeriksaan funduskopi tidak dilakukan.
Apa yang dapat Saudara pelajari dari kasus ini?
Anatomi & Histologi Mata
Orbita
• Ruang berbentuk piramid bersisi empat (superior, medial, inferior,
lateral) dengan basis dan apex.
• Dibentuk dari 7 bagian tulang, yaitu os frontale, maxilla, sphenoid,
zygomaticum, ethmoid, dan palatina.
• Batas anterior rongga orbita adalah septum orbitae sebagai
pemisah antara palpebra dan orbita.
• Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus maksilaris
di bawah, sinus ethmoidalis dan sphenoidalis di medial.
Bola Mata
• Bola mata orang dewasa hampir mendekati bulat, dengan
diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.
• Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai
kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk
dengan 2 kelengkungan berbeda.
3 lapisan bola mata:
• Lapisan fibrosa (lapisan luar)
– Terdiri dari sklera dan kornea
• Lapisan vaskular (lapisan tengah)
– Terdiri dari choroid, corpus ciliaris, dan iris
• Lapisan dalam
– Terdiri dari retina yang mempunyai bagian optik dan non-
visual
Anatomi Sklera
• Pembungkus jaringan penyambung padat yang terdiri dari serat-
serat kolagen dan sedikit elastin yang bersamaan dengan tekanan
intraokuler memelihara bentuk bola mata membungkus 5/6
bagian posterior bola mata.
• Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan
yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Histologi SkleraJaringan ikat fibrosa sklera Ciri-ciri
Episcleral (luar) •Jaringan ikat fibroelastik jarang•Vaskularisasi banyak•Dihubungkan dengan stroma conjunctiva oleh capsula tenon.
Sclera propius (intermedia) •Jaringan ikat kolagen dengan sedikit serat elastin
Lamina fusca/suprachoroid (dalam) •Mengandung sel pigmen•Banyak serat elastin
Sklera relatif tidak mengandung pembuluh darah.
Anatomi Kornea
• Bagian transparan dari lapisan fibrosa.
• Tidak mengandung pembuluh darah atau limfe.
• Membungkus 1/6 bagian anterior bola mata.
• Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skleralis.
Histologi KorneaLapisan Kornea Ciri-ciri
Epitel kornea •Epitel berlapis gepeng, 4-5 lapis•Melekat pada membran basalis
Membran bowman •MC: homogen•Serat kolagen +++, elastin +
Stroma kornea •Tebal 90%•Jaringan ikat kolagen •Anyaman serat serat elastin halus•Wandering cell
Membran descemeti •Homogen, elastik•Diduga membentuk membran basalis endotel
Corneal mesenchymal epithelium / endotel •Sel gepeng melapisi permukaan dalam membran descemeti
Anatomi Koroid
• Lapisan berwarna coklat tua kemerahan di antara sklera dan
retina, terbentuk sebagian besar dari lapisan vaskuler bola
mata dan berbatasan dengan sklera.
• Di sebelah depan, dilanjutkan menjadi corpus ciliaris.
• Melekat erat dengan lapisan pigmen retina, tetapi mudah
dipisahkan dari sklera.
Histologi Koroid
• Merupakan lapisan yang sangat vaskular, dengan jaringan
ikat longgar di antara pembuluh darahnya, yang banyak
mengandung fibroblas, makrofag, limfosit, sel plasma, sel
mast, serat kolagen, dan serat elastin.
• Banyak melanosit ciri warna hitam yang khas.
• Lapisan dalam koroid lebih banyak mengandung pembuluh
darah kecil daripada lapisan luar lapisan koriokapiler
(untuk nutrisi retina).
Histologi Koroid
Ke depan sampai ora serata terdiri dari:
• Lamina suprachoroid
– Transparan
– Daerah dimana koroid terikat pada sclera
– Jaringan ikat jarang, berlamella tipis
– Tiap lamel disusun oleh membran yang mengandung
melanoblas +++, fibroblas +, serat elastin +, PD -
• Stratum vasculosum pembuluh darah, melanoblas, dan
melanosit
– Luar: Haller’s layer (A & V besar)
– Dalam: Sattler layer (A & V sedang)
• Lapisan choriocapillary
– Menyuplai makanan & O2 ke lapisan luar retina
– Stroma: fibroblas +, sel pigmen –
• Membran Bruch / Lamina Vitrea
– Membran basalis non seluler
– Memisahkan lapisan koriokapiler dari retina
– Disusun oleh 2 lamella:
• Luar jaringan ikat padat elastin
• Dalam homogen, lebih tebal, dan berkutikula
Anatomi Korpus Siliaris
• Merupakan otot polos sirkuler dan radial yang dipersarafi serabut
parasimpatis dari ganglion ciliaris melalui N.oculomotorius.
• Menghubungkan koroid dengan sekeliling iris.
• Tempat perlekatan lensa kontraksi dan relaksasi otot polos
korpus siliaris mengatur ketebalan lensa.
• Lipatan pada permukaan dalam korpus siliaris (processus ciliaris)
mengeluarkan aqueous humor yang mengisi camera oculi anterior
dan posterior.
Histologi Korpus Siliaris
• Merupakan bagian tertebal tunica uvea sebagai jaringan fibromuskular.
• Jaringan ikat longgar (yang kaya akan serat elastin, pembuluh darah, dan
melanosit) yang mengelilingi muskulus siliaris.
• Terdiri dari:
– Muskulus siliaris
– Lapisan vaskular siliaris
– Pars siliaris retinae
Anatomi Iris
• Suatu diafragma tipis yang kontraktil dengan lubang bulat di
tengahnya yaitu pupil yang merupakan tempat lewatnya cahaya.
• Terletak pada permukaan anterior lensa.
• Ada 2 otot polos yang mengatur pupil:
– M.sphinchter pupillae
– M.dilator pupillae
Histologi Iris
• Perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa dan
menyisakan lubang bundar di pusat yaitu pupil.
• Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar, dengan
rabung (ridge) dan alur (groove).
• Permukaan posterior iris hitam seragam dan memiliki alur
yang dangkal.
Dari anterior ke posterior, lapisan-lapisan iris:
• Mesenchymal epithelium melanjut ke posterior kornea
• Stroma
• Lapisan vaskulosa
• Lapisan otot polos
• Epitel permukaan posterior lapisan rangkap epitel torak
berpigmen
Sudut Iris
• Lokasi : Iridocorneal junction
• Terdapat ligamentum pectinatum iridis, bentuk seperti kipas.
• Celah fontana humour aqueous dari COA ke canalis Schlemm
• Canalis Schlemm:
– Letak: corneoscleral junction
– Dilapisi endotel
– Dikelilingi jaringan ikat jarang
Anatomi Retina
• Merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.
• Berbatasan dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina.
• Terdiri atas 2 bagian fungsional:
– Bagian optik (pars optica retinae) lapisan neural &
lapisan sel pigmen
– Bagian non visual (pars ceca retinae)
• Permukaan dalam pars optica retinae ini tampak homogen kecuali 2
area di bagian posterior bola mata (fundus oculi) optic disc dan
macula lutea.
• Vaskularisasi retina:
– Mendapat darah dari A.centralis retinae, cabang dari
A.opthalmica, kecuali untuk kerucut dan batang pada bagian
luar lapisan neural mendapat makanan dari kapiler lamina
koroid atau choriocapillaris.
– V.centralis retinae biasanya langsung masuk ke dalam sinus
cavernosus, tetapi bisa juga bersamaan dengan dengan
V.ophtalmica.
Histologi Retina• 10 lapisan retina:– Epitel pigmen– Rod & conus – Membran limitans externa– Lapisan nuclear luar– Lapisan plexiform luar– Lapisan nuclear dalam– Lapisan plexiform dalam– Lapisan sel ganglion– Lapisan serat saraf optik– Membran limitans interna
Anatomi Palpebra
• Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.
• Struktur palpebra:
– Lapisan kulit
– M.orbicularis occuli
– Jaringan areolar
– Tarsus
– Konjungtiva palpebra
• Di dalam tarsus terdapat glandula tarsales (Meibom)
modifikasi kelenjar sebaceae.
• Pada bulu mata yang berada di tepi bebas palpebra ada
glandula ciliares (Moll) yang merupakan modifikasi glandula
sudoriferae (kelenjar keringat), dan modifikasi glandula
sebacea (Zeis) yang bermuara di folikel rambut.
• Palpebrae superior dan inferior bertemu di sudut mata dan
tiap mata mempunyai:
– Angulus oculi medialis (canthus medialis/canthus
interna)
– Angulus oculi lateralis (canthus lateralis/canthus externa)
• Di angulus oculi medialis: antara rima palpebrae dan bola
mata ada ruang sempit (lacus lacrimalis) berisi tonjolan
merah kekuningan (caruncula lacrimalis).
• Sebelah lateral caruncula lacrimalis plica semilunaris
conjunctivae.
• Di pinggir palpebrae superior dan inferior, lateral dari
caruncula lacrimalis terdapat suatu penonjolan (papilla
lacrimalis) punya lubang kecil (punctum lacrimale).
• Dari sini air mata mengalir melalui canaliculus lacrimalis
saccus lacrimalis ductus nasolacrimalis meatus nasi
inferior
Fisiologi Mata
Struktur Letak Fungsi
Aqueous humor Rongga anterior antara kornea dan lensa, mengandung zat gizi untuk kornea dan lensa
Cairan encer jernih yang terus menerus dibentuk
Korpus siliaris Turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior; membentuk suatu cincin mengelilingi tepi luar lensa
Membentuk aqueous humor dan mengandung otot siliaris
Bintik buta / diskus optikus Titik yang sedikit di luar pusat di retina dan tidak mengandung fotoreseptor
Rute untuk berjalannya saraf optikus dan pembuluh darah
Fovea Tepat di bagian tengah retina Daerah dengan ketajaman yang paling tinggi
Iris Cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor
Mengubah-ubah ukuran pupil dengan berkontraksi; menentukan warna mata
Struktur Letak Fungsi
Kornea Lapisan paling luar mata yang jernih di anterior
Berperan sangat penting dalam kemampuan refraktif mata
Koroid Lapisan tengah mata Berpigmen untuk mencegah berhamburannya berkas cahaya di mata; mengandung pembuluh darah yang memberi makan retina; di bagian anterior membentuk badan siliaris dan iris
Lensa Antara aqueous humor dan vitreous humor; melekat ke otot-otot siliaris melalui ligamentum suspensorium
Menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama akomodasi
Ligamentum suspensorium Tergantung di antara otot siliaris dan lensa
Penting dalam akomodasi
Makula lutea Daerah tepat di sekitar fovea Memiliki ketajaman yang tinggi karena mengandung sel kerucut
Struktur Letak Fungsi
Neuron bipolar Lapisan tengah sel-sel saraf di retina
Penting dalam pengolahan rangsang cahaya
Otot siliaris Komponen otot sirkuler dari badan siliaris; melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium
Penting untuk akomodasi
Pupil Lubang bundar anterior di bagian tengah iris
Memungkinkan jumlah cahaya yang masuk mata bervariasi
Retina Lapisan mata yang paling dalam
Mengandung fotoreseptor (sel batang & sel kerucut)
Saraf optikus Keluar dari setiap mata di diskus optik (bintik buta)
Bagian pertama jalur penglihatan ke otak
Sel batang Fotoreseptor di lapisan paling luar retina
Struktur Letak Fungsi
Sel ganglion Lapisan bagian dalam retina Penting dalam pengolahan rangsangan cahaya oleh retina; membentuk saraf optikus
Sel kerucut Fotoreseptor di bagian paling luar retina
Bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan, penglihatan warna, dan penglihatan siang hari
Sklera Lapisan luar mata yang kuat Lapisan jaringan ikat protektif; membentuk bagian putih mata yang nampak; di bagian anterior membentuk kornea
Vitreous humor Antara lensa & retina Zat semi-cair mirip gel yang membantu mempertahankan bentuk mata yang bulat
Fotoreseptor di mata hanya peka terhadap panjang gelombang 400-700 nm
• Jumlah cahaya yang masuk mata dikontrol oleh iris
– Cahaya banyak pupil mengecil
– Cahaya sedikit pupil membesar
• Membesar dan mengecilnya pupil diatur oleh otot sirkuler
dan radialis iris.
Gelombang cahaya mengalami divergensi ke semua arah dari titik sumber cahaya.
Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium kepadatan tertentu ke kepadatan yang berbeda.
• Struktur yang berperan dalam kemampuan refraktif mata :
– Kornea :
• Berperan paling besar karena perbedaan densitas
udara/kornea jauh lebih besar daripada antara lensa
dan cairan yang mengelilinginya.
• Kelengkungan kornea tetap sehingga kemampuan
refraksi kornea tetap konstan
– Lensa :
• Dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya
(daya akomodasi)
Lensa konveks konvergensiLensa konkaf divergensi
Pada lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa
Korpus siliaris memiliki :– Otot siliaris adalah otot polos melingkar yang melekat ke
lensa melalui ligamentum suspensorium
Saraf simpatis relaksasi otot siliaris penglihatan jauh
Saraf parasimpatis kontraksi otot penglihatan dekat
Cahaya harus melewati beberapa lapisan retina
Fotoreseptor :- Segmen luar : mengandung fotopigmen- Segmen dalam : mengandung perangkat metabolik sel- Terminal sinaps : menyalurkan sinyal
Sel Batang Sel Kerucut
100 juta per retina 3 juta per retina
Penglihatan dalam rona abu2 Penglihatan warna
Kepekaan tinggi Kepekaan rendah
Ketajaman rendah Ketajaman tinggi
Banyak konvergensi di jalur retina
Sedikit konvergensi di jalur retina
Lebih banyak di perifer Terkonsentrasi di fovea
Gelap
Konsentrasi GMP siklik tinggi
Saluran Na di segmen luar terbuka
Depolarisasi membran
Membuka saluran Ca di terminal sinaps
Pengeluaran zat perantara inhibitorik
Neuron bipolar dihambatTidak terjadi potensial aksi
di sel ganglion
Tidak terjadi perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan
Respon Terhadap Keadaan Gelap
Cahaya
Fotopigmen (retinen : opsin)
Disosiasi retinen dan opsin
Penurunan GMP siklik
Penutupan saluran Na
Hiperpolarisasi membran
Menutup saluran Ca di terminal sinaps
Pengeluaran zat perantara inhibitorik menurun
Neuron bipolar tidak mengalami inhibisi (eksitasi)
Perubahan potensial berjenjang di sel bipolar
Potensial aksi di sel ganglion
Perambatan potensial aksi ke lobus oksipitalis
Lintasan Jalan Rangsang Penglihatan
Rangsang cahaya Reseptor cahaya
(batang & kerucut)
N.opticus Chiasma opticum Tract opticus
Corpus genilatum laterale
Radiatio optica
Cortex visual di lobus occipitale
Aqueous Humor• Dibentuk dengan kecepatan sekitar 5 ml/hari oleh
jaringan kapiler di dalam korpus siliaris.
• Memiliki komposisi ion anorganik yang serupa dengan
plasma tetapi kadar proteinnya kurang dari 0,1%
• Melalui celah antara iris dan lensa mengalir ke lensa
mancapai camera oculi anterior ke sudut antara
kornea dan bagian basal iris menerobos limbus
dalam jalinan trabekula kanal Schlemm vena
Apabila kelebihan cairan tertimbun di
rongga anterior TIO meningkat
mendorong lensa ke belakang
menekan lapisan saraf dalam retina
kerusakan retina dan saraf optikus
kebutaan
Blefaritis
BlefaritisRadang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan
tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis
• Etiologi:
– Infeksi bakteri, virus, jamur
– Alergi debu, asap, bahan kimia iritatif, bahan kosmetik
• Gejala umum: kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket, dan epiforia
• Sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
• Penyulit blefaritis yang timbul adalah konjungtivitis, keratitis,
hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
Gambaran Klinik
1. Terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada
kelopak mata.
2. Penderita merasa ada sesuatu di matanya.
3. Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.
4. Pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
5. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
6. Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
7. Sekresi Meibom keruh
8. Injeksi pada tepi kelopak
Blepharitis Anterior
• Radang bilateral menahun umum tepian palpebra.
• Gejala utama : iritasi, perasaan seperti terbakar dan gatal
pada tepian palpebra.
• Mata bertepi merah, banyak sisik (granulasi) tampak lengket
pada bulu mata palpebra superior maupun inferior.
• Jenis utamanya: blefaritis stafilokok & seborrheik
Blefaritis Stafilokok Blefaritis Seborrheik Campuran• Infeksi oleh S.aureus (ulseratif), S.epidermidis, atau stafilokok koagulase-negatif• Sisik kering• Palpebra merah• Ulkus-ulkus kecil di sepanjang tepian palpebra• Bulu mata cenderung rontok
• Non-ulseratif• Sisiknya berminyak• Tepian palpebra tidak begitu merah
• Kedua jenis sisik ada• Tepian palpebra merah• Mungkin berulkus
Jenis Blefaritis Anterior
Penatalaksanaan Blepharitis Anterior
• Kulit kepala, alis, tepian palpebra harus selalu di bersihkan
terutama pada jenis seborrheik dengan memakai sabun
dan shampo
• Sisik2 harus dibersihkan dari tepian palpebra dengan kain
basah dan shampo bayi setiap hari
• Jenis stafilokok diobati dengan antibiotika antistafilokok
atau salep mata sulfonamide dengan aplikator kapas sekali
sehari pada tepian palpebra
Prognosis Blefaritis Anterior
• Tipe seborrheik dan stafilokok umumnya bercampur dan
menjadi menahun selang beberapa bulan atau tahun jika
tidak diobati dengan memadai.
• Konjungtivitis atau keratitis stafilokok umumnya cepat hilang
setelah pengobatan antistafilokok lokal.
Blepharitis Posterior
• Peradangan palpebra karena disfungsi kelenjar meibom.
• Kondisi menahun bilateral.
• Dapat timbul bersamaan blepharitis anterior.
• Etiologi :
– Dermatitis seborrheik
– Kolonisasi dan infeksi sebaran strain stafilokok
– Lipase bakteri
Blepharitis Posterior
• Perubahan kelenjar meibom:
– Peradangan muara meibom (meibomianitis)
– Sumbatan muara kelenjar oleh sekret kental
– Pelebaran kelenjar meibom dalam tarsus
– Timbulnya sekret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar dipencet
• Tepian palpebra hiperemis dan telangiektasia
• Palpebra membulat dan menggulung ke dalam akibat parut pada konjungtiva tarsal
• Air mata berbusa atau sangat berlemak
• Kornea mengalami vaskularisasi perifer dan menipis, terutama bagian inferior,
kadang2 dengan infiltrat marginal nyata
Blepharitis Posterior
• Penatalaksanaan:
– Antibiotika sistemik dosis rendah jangka panjang
tetracycline (250 mg dua kali sehari) atau erythromycin
(250 mg tiga kali sehari) berdasarkan hasil biakan bakteri
dari tepian palpebra.
– Pengobatan jangka pendek dengan steroid topikal lemah
prednisolone 0,125% dua kali sehari.
Blefaritis BakteriBlefaritis superfisial
Blefaritis sebore
Blefaritis skuamosa
Blefaritis ulseratif
Blefaritis angularis
Infeksi pada kelopak superfisial
Sekret keluar dr kel. Meibom, air mata berbusa, hiperemia dan hipertrofi papil pd konjunctiva
blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata.
Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum lakrimal.
Blefaritis BakteriMeiobomianitis Hordeolum Kalazion
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.eksternum : infeksi kel Zeissinternum : infeksi kel meibom
Peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat.
Blefaritis VirusHerpes zoster Herpes simpleks
Biasa mengenai orang dengan usia lanjut.
Bila terkena gangglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala herpes zozter pada mata dan kelopak mata atas.
Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena.
Rasa sakit dan demam.
Vesikel kecil dikelilingi eritema
Blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pd tepi bulu mata.
Hordeolum
HORDEOLUM• Merupakan peradangan supuratif (akut) kelenjar kelopak
mata, paling umum disebabkan oleh staphylococcus .
• Dapat mengenai kelenjar zeis, moll, dan meibom
• Hordeolum ini merupakan suatu abses di dalam kelenjar tersebut.
• Terbagi menjadi dua yaitu :
– Hordeolum internum
– Hordeolum externum
• Hordeolum internum
– Infeksi kelenjar meibom yang terletak di dalam tarsus dan
penonjolannya mengarah ke arah konjungtiva tarsal dan
pembengkakannya lebih besar dari hordeolum externum
• Hordeolum externum
– Infeksi yang mengenai kelenjar zeis dan moll serta
penonjolannya ke arah kulit kelopak mata dan nanah dapat
keluar dari pangkal rambut
HORDEOLUM INTERNUM
HORDEOLUM EXTERNUM
MANISFESTASI KLINIS
• Rasa sakit pada kelopak mata
• Terlihat suatu benjolan setempat, warna kemerahan,
mengkilap
• Adanya nyeri tekan
• Pseudoptosis atau ptosis akibat bertambah beratnya
kelopak mata sehingga sukar diangkat
• Kelenjar preaurikel biasanya turut membesar
PENATALAKSANAAN
NON-FARMAKOLOGI
• Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4x sehari sampai nanah keluar
• Pengangkatan bulu mata untuk drainase nanah
• Insisi jika nanah tidak dapat dikeluarkan
FARMAKOLOGI
• Beri antibiotik lokal jika rekuren atau terjadi pembesaran kelenjar
preurikel
• Antibiotik sistemik eritromisin 250 mg atau 125-250 mg 4x sehari,
dapat juga diberi tetrasiklin
• PENYULIT
– Selulitis palpebra
• Merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita
– Abses palpebra
• DIAGNOSIS BANDING
– Selulitis preseptal
– Konjungtivitis virus
– Granuloma pyogenik
• PENCEGAHAN
– Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di
sekitar mata
Kalazion
Kalazion
• Kalazion peradangan granulomatosa kelenjar
Meibom yg tersumbat.
• Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom
dengan infeksi ringan yg mengakibatkan peradangan
kronis kelenjar tsb.
Gejala
• Adanya benjolan pada kelopak mata
• Tidak hiperemi
• Tidak ada nyeri tekan
• Adanya pseudoptosis
• Kelenjar preurikel tidak membesar
• Kadang terjadi perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga
terjadi kelainan refraksi pada mata tsb
• Bisa hilang dgn sendirinya karena diabsorbsi
Pengobatan
• Pengobatan untuk kalazion dapat memberikan kompres
hangat, antibiotik setempat dan sistemik.
• Untuk mengurangkan gejala ekskokleasi isi abses dari
dalamnya / dilakukan ekstirpasi kalazion tsb.
• Bila terjadi kalazion berulang pemeriksaan histopatologik
untuk memeriksa apakah ada tidaknya keganasan.
• Pada abses palpebra insisi dan pemasangan drain, kalau
perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik.
Konjungtivitis
Konjungtivitis
• Definisi:
– Radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata.
• Gejala:
– Sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau panas,
sensasi penuh disekitra mata, gatal, dan fotofobia.
Etiologi
1. Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur,
parasit)
2. Imunologis (alergi)
3. Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi, misalnya akibat
sinar ultraviolet)
4. Berhubungan dengan penyakit sistemik
Klasifikasi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
1. Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis gonore,
konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral.
2. Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam
faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.
3. Konjungtivitis akut jamur
4. Konjungtivitis akut alergik
5. Konjungtivitis kronis, mis: trakoma
6. Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi kurang
vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet
Tanda & Gejala Hiperemia Epiphora Eksudasi Pseudoptosis Hipertrofi papila Kemosis Folikel Pseudomembran dan membran Konjungtivitis ligneosa Granuloma Phlyctenula Limfadenopati preaurikuler
Patofisiologi
Penyebab: Mikroorganisme, imunologis, iritatif,
dan penyakit sistemik
Menginvasi/mencederai mata
Terjadi reaksi antigen antibodi
Reaksi inflamasi pada mata
Dolor rubor kalor tumor laesa functio
Konjungtivitis Bakterial
• Konjungtivitis bakterial akut ( dan subakut)
• Konjungtivitis menahun
• Konjungtivitis bakterial akut ( dan subakut)
Konjunctivitis purulen ( N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis)
–Ditandai banyak eksudat purulen
Konjungtivitis mukopurulen ( catarrhal) akut
–Ditandai timbulnya hiperemia konjungtiva secara akut, dan jumlah
eksudat mukupurulen sedang.
–Penyebab paling umum Streptococus pneumoniae dan Haemophilus
aegyptius.
Konjungtivitis subakut
–Paling sering disebabkan H influenza dan kadang-kadang oleh E coli.
• Konjungtivitis Bakterial menahun
– Konjungtivitis Bakterial Menahun
• Terjadi pd pasien dg obstruksi duktus nasolakrimalis
dan dakriosititis menahun, yg biasanya unilateral.
– Konjungtivitis Bakterial Jarang
• Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae dan
Streptococcus pyogenes. Pseudomembran dan
membran yg dihasilkan organisme ini dapat terbentuk
pada kojungtiva palpebra.
Pemeriksaan
• Organisme dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik
terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan
Gram atau Giemsa.
Komplikasi
• Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis
pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasus
tertentu diikuti ulserasi kornea dan perforasi.
Terapi
• Terapi spesifik tergantung temuan agen mikrobiologiknya.
• Sambil menunggu hasil lab terapi topikal antimikroba.
• Pada konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yg cocok
untuk mengobati infeksi N. gonorrhoeae dan N.meningitidis.
Prognosis
• Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri.
• Tanpa diobati berlangsung 10-14 hari, dr pengobatan
memadai 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus dan
konjungtivitis gonokokus.
• Konjungtiva menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, menjadi septikemia dan
meningitis.
Konjungtivitis Klamidia
1. Trachoma
– Mulanya adalah konjungtivitis folikuler menahun
pada masa kanak-kanak yg berkembang sampai
pembentukan parut konjungtiva.
• Tanda Trachoma menurut WHO :
– TF : 5 atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal atas.
– TI : infiltrasil difus dan hipertrofi papiler konjungtiva atas, yg
sekurangnya menutupi 50% pembuluh profunda normal.
– TS : parut konjungtiva trachomatosa.
– TT : Trikiasis / entropion ( bulu mata terbalik).
– CO : kekeruhan kornea.
Pemeriksaan
• Inklusi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva
yang dipulas dengan giemsa, namun tidak selalu ada.
• Pulasan antibodi fluorescein dan tes immuno-assay enzim
tersedia di pasaran dan banyak digunakan di Lab klinik.
Komplikasi
• Parut di konjungtiva merusak duktuli kelenjar lakrimal
tambahan dan menutupi muara kelenjar lakrimal
mengurangi komponen air dalam film air mata pre kornea,
dan komponen mukus film mungkin berkurang karena
hilangnya sebagian sel goblet.
Terapi
• Tetracycline 1-1,5 g/hari, dalam 4 dosis selama 3-4 minggu.
• Doxycycline, 100 mg per os 2x sehari selama 3 minggu.
• Erythromycin, 1 g/hari per os dibagi 4 dosis selama 3-4
minggu.
• Tetracycline sistemik, KI: anak < 7th, wanita hamil.
Konjungtivitis Klamidia
2. Konjungtivitis Inklusi
– sering bilateral dan biasanya terjadi pada orang muda
yang seksual aktif.
– Agen klamidia menginfeksi uretra pria dan serviks wanita.
– Pada neonatus, agen ditularkan sewaktu proses
melahirkan.
Tanda dan gejala
• Mata merah
• Pseudoptosis
• Bertahi mata, terutama pagi hari
• Pada neonatus, dapat menimbulkan faringitis, otitis media,
dan pneumonitis interstisial.
• Pada orang dewasa, konjungtiva kedua tarsus, terutama
inferior memiliki papila dan folikel.
Pemeriksaan
• Pulasan giemsa memperlihatkan banyak inklusi.
• Konjungtivitis inklusi disebabkan oleh C trachomatis
serotipe D-K.
• Pengukuran kadar antibodi IgM sangat penting
dalam mendiagnosis pneumonitis klamidia pada bayi.
Terapi
• Bayi
– Erythromycin 40 mg/kg/hari dalam 14 dosis sekurang-
kurangnya 14 hari.
• Dewasa
– Tertracycline oral 1-1,5 g/h selama 3 minggu
– Doxyxycline 100 mg oral 2x sehari
– Erythromycin 1g/h.
Konjungtivitis Virus
• Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
• Konjungtivitis Virus Menahun
Konjungtivitis Folikuler Virus AkutDemam faringokonjuntival
Keratokonjungtivitis epidemika
Konjungtivitis virus herpes simpleks
Konjungtivitis penyakit newcastle
Konjungtivitis hemoragika akut
Demam 38,3-400C.Sakit tenggorokan.Konjungtivitis folikuler pd 1 atau 2 mata.Limfadenopati preauurikuler.Adenovirus tipe 3, 4,7.Sembuh sendiri dalam 10 hari.
Pasien merasa ada infeksi dg nyeri sedang dan berair mata.Fotofobia, keratitis epitel, kekeruhan subepitel.Nodus preaurikuler dan nyeri tekan khas.Adenovirus tipe 8,19,29, 37
Ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, fotofobia ringan.Nodus preaurikuler dan nyeri tekan khas.Virus herpes tipe 1 penyebab kebanyakan penyakit mata.
Jarang didapat, rasa terbakar, gatal, sakit, merah, berair mata, dan penglihatan kabur.Epidemi antara pekerja peternakan dg unggas yg sakit.Sembuh sendiri.
Disebabkan enterovirus tipe 70 dan coxsackievirus A24.Inkubasi pendek ( 8-48 jam) dan berlangsung singka (5-7 hari).Sakit, fotofobia, sensasi benda asing, merah, edem palpebra, hemoragi subkonjungtival.
Konjungtivitis Virus Menahun
• Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagosum
– Sebuah nodul molluscum pd tepian palpebra dan alis mata.
– Reaksi radang terutama mononuklear, dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non radang dengan bagian pusat
adalah khas Molluscum Contagosum
– Biopsi menunjukkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yg memenuhi
seluruh sitoplasma sel yg membesar dan mendesak inti ke satu
sisi.
Konjungtivitis Virus Menahun
• Blefarokonungtivitis Varicella-Zoster
– Hiperemia dan konjungtivitis infiltratif, disertai dengan erupsi
vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom nervus
trigeminus cabang oftalmika adalah khas herpes zoster.
– Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra
mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear.
– Kerokan dari konjungtiva pada varicella dan vesikel konjungtiva
pd zoster mengandung sel raksasa dan monosit.
Konjungtivitis Virus Menahun
• Keratokonjungtivitis Morbili
– Pada awal konjungtiva tampak mirik kaca yg aneh, yg
dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan
semilunar.
– Kerokan konjungtiva menunjukkan reaksi mononuklear.
Konjungtivitis Jamur
• Konjungtivitis Candida
– Disebabkan oleh Candida spp ( biasanya Candida albicans).
– Jarang terjadi, umumnya tampak sebagai bercak putih.
– Kerokan menunjukkan reaksi radang polimorfonuklear.
– Infeksi berespon terhadap amfotericin B (3-8 mg/mL)
dalam larutan air atau pemakaian krim nystatin kulit
(100.000 unit/g) 4-6x sehari.
Konjungtivitis Alergi
• Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bahan-
bahan alergen (debu, serbuk sari, bulu hewan, dll).
• Epidemiologi:
• Pria > wanita
• Umur : dekade 1-2, mencapai puncak sebelum pubertas,
kemudian menurun
• Ras : kulit hitam seperti Afrika dan India
Klasifikasi
Berdasarkan reaksi imun
• Immediate Hypersensitivity Reactions (Type I)
– Seasonal and Perennial Allergic Conjunctivitis / hay fever conjunctivitis (SAC & PAC)
– Vernal Keratoconjunctivitis (VKC)
– Atopic Keratoconjunctivitis (AKC)
– Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)
• Delayed Hypersensitivity Reactions(Type IV)
– Phlyctenulosis
– Mild conjunctivitis secondary to Blepharitis
Seasonal and Perennial Allergic Conjunctivitis / hay fever conjunctivitis (SAC & PAC)
• Etiologi : sama dengan alergen Rhinitis, umumnya airborne antigens,
– Serbuk sari
– Rumput, gulma
– Kecoak, tungau debu
– Bulu binatang
• Epidemiologi : 50% penyebab allergic conjunctivitis ; SAC dan PAC
berbeda pada waktu timbulnya gejala,
– SAC : musim semi, panas, gugur
– PAC : seluruh musim/sepanjang tahun
• Patofisiologi : Alergen mensensitisasi Ab IgE pada
permukaan sel Mast dan Basofil degranulasi sel
mast dan basofil pelepasan mediator inflamasi
(histamin, prostaglandin, leukotrien, dan kinin)
• Faktor Risiko :
– Rhinitis allergic
– Asthma bronchial
– Atopic dermatitis
Tanda dan gejala pada mata :
• Gatal, berair
• Panas, merah
• Konjungtiva tampak berwarna susu
• Terkadang terdapat mukus
• Edema konjungtiva dan kelopak mata
Pemeriksaan Penunjang :
• Pewarnaan usapan/kerokan konjungtiva : ditemukan eosinofil
• Skin test
Penatalaksanaan :
• Non-farmakologi :
– Menghindari alergen
– Mengkompres mata dengan air dingin
– Artificial tears, untuk membilas mata
• Farmakologi :
– Antihistamin (sistemik/topikal) + vasoconstrictors
– Mast Cell Stabilizers
– NSAIDs
– Corticosteroid (jangka pendek)
Vernal Keratoconjunctivitis (VKC)
• Faktor risiko :
– Asthma
– Eczema
– Rhinitis allergic
• Terdapat 2 bentuk :
– Bentuk palpebra : mengenai konjungtiva tarsal superior, terdapat
pertumbuhan papil yang besar (cobblestone papillae)
– Bentuk limbal : mengenai limbus superior, dan terdapat “Trantas dots”
Trantas’ dotsCobblestone papillae
Tanda dan Gejala pada mata :
• Keluhan utama gatal
• Air mata
• Produksi mukus
• Fotofobia
• Rasa terbakar
• Sensasi benda asing
• Nyeri
• Blepharospasm
• “Cobblestone Papillae” “Trantas Dots”
Pemeriksaan penunjang :
– Kerokan/biopsi konjungtiva
– Pemeriksaan kadar antibodi
Penatalaksanaan :
• Farmakologi :
– Mast cell stabilizers
– Topical Corticosteroid
– NSAIDs
– Topical Cyclosporin
– Mucolytic agents
• Non-farmakologi :
– Keratectomy Shield ulcer
– PTK (Phototherapeutic Keratectomy) Shield ulcer
– Cryoablation Cobblestone papillae
• Komplikasi : Shield Ulcer
• Prognosis : kembali normal dengan sendirinya (Self Limited
Disease)
Atopic Keratoconjunctivitis (AKC)
• Definisi : peradangan bilateral pada
konjungtiva dan kelopak mata
• Faktor risiko :
–Atopic dermatitis
• Tanda dan gejala pada mata :
– Gatal pada kelopak mata
– Produksi air mata yang jernih dan cair
– Kemerahan
– Fotofobia
– Nyeri
– Eksim pada kulit kelopak mata : kering, bersisik, peradangan kulit
– Neovaskularisasi pada kornea
– Keratoconus
• Penatalaksanaan :
– Topical mast cell stabilizers
– Topical corticosteroids
Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)
• Definisi : peradangan pada konjungtiva tarsal superior
• Etiologi :
– Kontak lens
– Operasi katarak
– Ocular prosthesis
– Pengangkatan benda asing
• Tanda dan gejala :
– Gatal pada mata
– Pandangan yang kabur
– Produksi mukus
– Terdapatnya cobblestone papillae
• Penatalaksanaan :
– Mast cell stabilizers
– Topical corticosteroids
– Antihistamin
Komplikasi• Corneal ulcers dan keratoconus
Prognosis• Baik, jarang terjadi kebutaan
Keratitis
Keratitis
• Radang kornea biasanya diklasifikasi dalam lapis
kornea yang terkena, seperti kornea superfisial dan
interstisial atau profunda.
• Keratitis Pungtata• Keratitis Marginal• Keratitis Interstisial• Keratitis Bakterial• Keratitis Jamur• Keratitis Virus• Keratokonjungtivitis Epidemi• Keratitis Dimeer atau Keratitis Numularis• Keratitis filamentosa• Keratitis Alergi• Keratitis Lagoftalmos• Keratitis Neuroparalitik• Keratokonjungtivitis Sika
Keratitis Pungtata
• Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman, dengan infiltrat
berbentuk bercak halus.
• Disebabkan oleh moluskum kontagiosum, akne rosasea,
herpes simpleks, herper zoster, blefaritis neuropalitik, infeksi
virus, trakoma dan trauma radiasi, dry eyes, trauma,
lagoftalmos, keracunan obat sperti neomisin, tobramisin dan
bahan pengawet.
• Keratitis pungtata superfisial
memberikan gambaran infiltrat halus bertitik pada
permukaan kornea.
pasien mengeluh sakit, sialu, mata merah dan rasa kelilipan.
• Keratitis pungtata subepitel
keratitis yang terkumpul didaerah Bowman.
Keratitis Marginal
• Infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus
• Bila tidak diobati, akan berakibat tukak kornea.
• Penderita mengeluh sakit, seperti kelilipan, lakrimasi disertai
fotophobia berat
• Pengobatan dapat diberikan antibiotik yang sesuai penyebab
infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan. Dapat pula diberikan
vitamin B dan C dosis tinggi.
Keratitis Interstisial• Ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam.
• Terlihat pada usia 5 – 20 tahun
• Keluhan: fotofobia, lakrimasi dan menurunnya visus.
• Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar terlihat.
• Terdapat injeksi siliar disertai serbukan pembuluh ke dalam yang
nampak kusam disebut “salmon patch”
• Disebabkan oleh sifilis kongenital dan tuberkulosis
• Pengobatan tergantung penyebabnya sulfas atropin tetes mata
dan kortikosteroid
Keratitis Bakterial
• Biasanya disebabkan oleh Staphylokokus, Pseudomonas,
Enterobacteria
• Pengobatan
Gram ( - ) Gram ( + )
Tobramisin Cefazolin
Gentamisin Vancomyxin
Polimisin Basitrasin
Keratitis Jamur
• Jamur penyebab: Fusarium, Cephalocepharium, Curvularia
• Sakit mata, berair, silau, pada mata akan terlihat hifa & satelit nila terletak di
dalam stroma.
• Diagnosis pasti pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% terhadap
kerokan kornea adanya hifa.
• Penatalaksanaan:
• Natamisin 5% setiap 1-2 jam , antijamur lain (miconazole, amfoterisin B,
nistatin)
• Siklopegik disertai obat oral antiglaukoma bila TIO ↑
• Keratoplasti
Keratitis virus
• Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti
infiltrat halus bertitik-titik pada dataran depan kornea yang
dapat terjadi pada penyakit seperti herpes simpleks, herpes
zoster, infeksi virus, vaksinia, dan trakoma.
• Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman
bilateral, berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan
konjungtiva ataupun tanda akut.
• Keratitis herpetik
– Disebabkan oleh herpes simpleks dan herpes zoster.
– Herpes simpleks ada 2 bentuk:
• Epitelial : pembelahan virus di dalam sel epitel kerusakan sel &
membentuk tukak kornea superfisial
• Stromal : reaksi imunologik tubuh pasien sendiri terhadap virus
yang menyerang
– Pengobatan : IDU menghambat sintesis DNA virus dan manusia
sehingga bersifat toksik untuk epitel normal, tidak boleh digunakan >
2 minggu; Vibrabin; Trifluorotimidin (TFT); Acyclovir
Keratokonjungtivitis Epidemi
• Peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh
reaksi alergi adenovirus tipe 8.
• Pasien demam, merasa seperti benda asing, nyeri pada
periorbita, penglihatan menurun
• Ditemukan edema kelopak dan folikel konjungtiva,
pseudomembran pada konjungtiatarsal yang membentuk
jaringan parut.
• Pengobatan Steroid tetes mata 3-kali sehari
Keratitis Dimer atau Keratitis Numularis• Bentuk keratitis dengan ditemukanya infiltrat yang bundar
berkelompok dan tepinya berbatas tegas sehingga memberi
gambaran halo.
Keratitis filamentosa
• Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi
sel epitel pada permukaan kornea,
• Kelainan ini ditemukan pada mata kering, DM, pasca bedah
katarak, keracunan obat tertentufilamen terdiri atas sisa
mukoid, dengan dasar bentuk segitiga yang menarik epitel.
• Gejala mata kelilipan, sakit, silau
• Pengobatan dengan larutan Hipertoniik NaCl 5%, air mata
hipertonik
Keratitis alergi
• Keratokonjungtivitis flikten
– Radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi imun.
– Pada benjolan terjadi penimbunan sel limfoid
– Secara histopatologi:
• Sel eosinofil
• Tidak ditemukan basil TB
• Terdapat daerah keputihan (degenerasi hialin)
• Pengelupasan sel tanduk epitel kornea
Keratitis Lagoftalmos
• Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmos dimana
kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna
sehingga terdapat kekeringan kornea.
• Lagoftalmos akibat tarikan jaringan parut pda tepi kelopak,
eksoftalmos,paralise saraf fasiall, atoni orbikularis okuli
• Pengobatan dapat diberikan air mata buatan
Pterigium
Definisi
• Kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
yang bersifat degeneratif dan invasif.
• Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea, berbentuk
segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea.
• Mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan
berwarna merah.
• Sering mengenai kedua mata.
ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui pasti. Teori yang dikemukakan :
1. Paparan sinar matahari (UV)
2. Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu), alergen,
bahan kimia berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu,
polutan).
Gejala Klinis
• Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan
memberikan keluhan mata iritatif, gatal, merah, sensasi
benda asing dan mungkin menimbulkan astigmat atau
obstruksi aksis visual yang akan memberikan keluhan
gangguan penglihatan.
• Berdasarkan luas perkembangannya diklasifikasikan menjadi:
Stadium I : pterigium belum mencapai limbus
Stadium II : sudah mencapai atau melewati limbus tapi belum
mencapai
daerah pupil
Stadium III : sudah mencapai daerah pupil
• Berdasarkan progresifitas tumbuhnya :
1.Stasioner : relatif tidak berkembang lagi (tipis, pucat, atrofi)
2.Progresif : berkembang lebih besar dalam waktu singkat
• DIAGNOSIS BANDING
-Pinguekula
Merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa
konjungtiva
-Pseudopterigium
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea
yang cacat. Sering terjadi pada proses penyembuhan
tukak kornea
KOMPLIKASI
• Gangguan penglihatan
• Kemerahan
• Iritasi
• Gangguan pergerakan bola mata.
PROGNOSIS
• Eksisi pada pterigium pada penglihatan dan kosmetik adalah baik.
Prosedur yang baik dapat ditolerir pasien dan disamping itu pada
beberapa hari post operasi pasien akan merasa tidak nyaman,
kebanyakan setelah 48 jam pasca operasi pasien bisa memulai
aktivitasnya. Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus terdapat rekurensi
dan risiko ini biasanya karena pasien yang terus terpapar radiasi sinar
matahari, juga beratnya atau derajat pterigium. Pasien dengan pterygia
yang kambuh lagi dapat mengulangi pembedahan eksisi dan grafting.
PENATALAKSANAAN
• Kacamata anti UV & pemberian air mata buatan/topical
lubricating drops.
• Menghindari daerah yang berasap atau berdebu.
• Pterigium dengan inflamasi atau iritasi kombinasi
dekongestan/antihistamin (seperti Naphcon-A) dan/atau
kortikosteroid topikal potensi sedang (seperti FML, Vexol) 4 kali
sehari pada mata yang terkena.
• Operasi eksisi pterigium
Penyakit mata yang termasuk kegawatdaruratan:
• Glaukoma
• Keratitis
• Hematom subkonjungtiva
Kesimpulan
• Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan,
kemungkinan pasien ini mengalami konjungtivitis
bakteri, hordeolum, dan pterigium.
Saran
• Melakukan pengobatan yang adekuat
• Menjaga kebersihan mata
• Menyarankan kepada pasien untuk menggunakan
kacamata saat bekerja untuk melindungi mata dari
debu dan kotoran.
Daftar Pustaka• Louisa M dan Setiabudy R. Antivirus. Dalam Gan S, editors. Farmakologi
dan Terapi. ed 5. Jakarta: Gaya Baru, 2007; • Eva, Paul Riordan ; 2008 ; Lange Vaughan & Asbury’s GENERAL
OPHTHALMOLOGY International Edition; New York : Mc Graw Hill• Ilyas, Sidarta ; 2010 ; Ilmu Penyakit Mata ; Jakarta : FKUI• James, Bruce ; 2008 ; Lecture Notes Oftalmologi ; Jakarta : Erlangga• Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
E/11. Jakarta: EGC.• Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem, E/2.
Jakarta: EGC.• Baehr M, Frotscher M. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. 4th ed. New
York: Thieme; 2005. p. 130-60.• Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s Anatomy for Students.
Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2005.• Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22nd ed. Singapore:
McGrawHill; 2005. p. 148-70.• Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1, 22nd ed; alih
bahasa, Y. Joko Suyono; editor edisi bahasa Indonesia, Liliana Sugiharto. Jakarta: EGC; 2006.
• www.emedicine.medscape.com• www.nlm.nih.gov• www.uveitis.org/medical/articles/case/Allergy.html• www.webmd.com• www.wrongdiagnosis.com
TERIMA KASIH