PEMBUATAN PEREAKSI DAN PEMBUATAN KURVA KALIBRASI SULFADIAZIN DAN FUROSEMIDA OLEH : ANGGI ARFAH...
-
Upload
anggiopple -
Category
Documents
-
view
380 -
download
11
description
Transcript of PEMBUATAN PEREAKSI DAN PEMBUATAN KURVA KALIBRASI SULFADIAZIN DAN FUROSEMIDA OLEH : ANGGI ARFAH...
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA
PEMBUATAN PEREAKSI DAN PEMBUATAN KURVA KALIBRASI
SULFADIAZIN DAN FUROSEMIDA
OLEH :
ANGGI ARFAH NURSAHADA
NIM 111501016
LABORATORIUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pereaksi merupakan suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi,
terbentuk dari beberapa zat aslinya. Reaksi kimia dikatakan atau berlangsung
apabila salah satu hal berikut harus teramati yaitu reaksi tersebut menghasilkan
gas, endapan, perubahan suhu dan perubahan warna. dan reaksi kimia juga
merupakan proses perubahan zat pereaksi menjadi produk (Basset., dkk, 1994).
Normalitas dari solusi adalah 'molaritas' dikalikan dengan jumlah setara
per mol (mol jumlah ion hidroksida atau hidronium per mol) untuk molekul.
Untuk NaOH ada satu ekuivalen per mol (satu mol ion hidroksida rilis per mol
NaOH dilarutkan dalam air) sehingga 'normalitas' adalah 'Molaritas' kali 1 eq/mol
(Basset., dkk, 1994).
Pereaksi pembatas adalah zat yang jumlah partikelnya habis terlebih
dahulu sehingga mengakibatkan reaksi terhenti. Pereaksi pembatas jumlahnya
membatasi jumlah pereaksi lain yang dapat bereaksi. Pereaksi pembatas dapat
ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tuliskan persamaan reaksi yang telah disertakan,
2. Tentukan jumlah mol setiap pereaksi,
3. Bagi mol setiap pereaksi dengan koefisien reaksinya, hasil bagi mol
perkoefisien terkecil merupakan pereaksi pembatas,
4. Gunakan mol pereaksi pembatas sebagai patokan untuk menghitung jumlah
pereaksi yang habis (pereaksi pembatas), jumlah pereaksi yang yang bersisa
dan jumlah zat hasil reaksi yang terbentuk (Muchtaridi & Justiana, 2007).
2
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara pembuatan aquadest bebas CO2
Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan pereaksi NaOH 1N
Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan pereaksi NaOH
0,2N
Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan cairan lambung
buatan
Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan NaCI 0,9% yang
isotonis dengan cairan tubuh
Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan dapar fosfat pH 7,4
Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan kurva absorpsi dan kurva
kalibrasi Sulfadiazin dalam medium lambung buatan pH 1,2
Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan kurva absorpsi dan kurva
kalibrasi Furosemid
1.3 Manfaat Percobaan
Agar praktikan mengetahui cara pembutan pereaksi untuk ekperimen pada uji
invitro
Agar praktikan mengetahui guna pereaksi untuk eksperimen pada uji invitro
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Proses perubahan kimia disebut dengan reaksi kimia yang ditandai dengan
terbentuknya zat baru. Zat yang berubah pada suatu reaksi kimia disebut pereaksi
(reaktan) sedangkan zat baru yang dihasilkan melalui suatu reaksi kimia disebut
dengan hasil reaksi (produk). Reaksi kimia biasanya ditandai dengan terjadinya
perubahan warna, terbentuknya endapan, terbentuknya gas dan terjadi perubahan
suhu. Perubahan suhu pada reaksi kimia terjadi karena pada reaksi tersebut terlibat
sejumlah energi dalam bentuk panas (kalor) (Astuti, 2009).
Jenis – Jenis Reaksi Kimia
1. Pembakaran.
Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung
dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
2. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks
terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun
senyawa).
3. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-
zat yang lebih sederhana
4. Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah
unsur pindahan unsur lain dalam suatu senyawa
5. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi
pertukaran antara dua reaksi (Petrucci & Hill, 2005).
Kebenaran hasil pengujian dan penetapan kadar, antara lain tergantung
pada mutu pereaksi yang digunakan. Kecuali dinyatakan lain, semua pereaksi
yang digunakan dalam pengujian dan penetapan kadar harus mempunyai mutu
4
untuk analisis, pereaksi dalam pereaksi indikator dan larutan tidak boleh
digunakan dalam terapi (Depkes, 1995).
Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan pelarut.
Tidak semua zat padat dapat larut dalam air. Bila pasir dicanpurkan ke dalam air,
setelah beberapa saat pasir akan terpisah dari air. Pasir akan mengendap di bagian
bawah, sedangkan air di bagian atas. Campuran seperti ini disebut campuran
heterogen, biasanya disingkat campuran. Larutan dapat berwujud padat, cair,
ataupun gas. Contoh larutan yang berwujud padat adalah kuningan yang
merupakan campuran homogen dari seng dengan tembaga. Contoh larutan yang
berwujud cair adalah air gula, air garam, dan sebagainya. Contoh larutan yang
berwujud gas adalah udara yang merupakan campuran dari berbagai jenis gas,
terutama gas nitrogen dan gas oksigen (Astuti, 2009).
Pembuatan aquadest bebas CO2
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
perlakuan menggunakan penukar ion osmosis balik atau proses yang sesuai.
Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat
tambahan lain. Pemerian cairan jernih,tidak berwarna dan tidak berbau dengan pH
antara 5,0 dan 7,0 dilakukan penetapan secara potensiometrik pada larutan yang
ditambahkan 0,30 ml larutan kalium klorida (p) pada jenuh 100 ml zat uji (Depkes
RI, 1995).
Pembawa air merupakan pembawa umum yang dipilih karena tidak
mengiritasi, tidak toksik, air menimbulkan efek melarutkan pada sebagian terbesar
zat-zat yang berhubungan dengan adanya dan tidak menjadi murni serta
mengandung garam-garam anorganik dalam jumlah yang berbeda, biasanya
5
natrium, kalium, kalsium, magnesium dan besi. Air murni biasanya mengandung
kurang dari 0,1% jumlah zat-zat padat, yang ditentukan dengan menguapkan 100
ml. Pembuatan aquadest bebas CO2 agar tidak membentuk komplek kelat sehingga
harus ditutup setelah pemanasan (Petrucci & Ralph, 1989).
Karbondioksida merupakan sumber karbon utama dalam proses
fotosintesis. Karbondioksida ini merupakan senyawa sisa metabolisme, yaitu
respirasi seluler yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Karbon dioksida (rumus
kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari
dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia
berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer
bumi (Petrucci & Ralph, 1989).
Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas yang terdapat dalam air.
Berdasarkan bentuk dari gas Karbondioksida (CO2) di dalam air, CO2 dibedakan
menjadi: CO2 bebas yaitu CO2 yang larut dalam air, CO2 dalam kesetimbangan,
CO2 agresif. Dari ketiga bentuk Karbondioksida (CO2) yang terdapat dalam air,
CO2 agresiflah yang paling berbahaya karena kadar CO2 agresif lebih tinggi dan
dapat menyebabkan terjadinya korosi sehingga berakibat kerusakan pada logam –
logam dan beton. Menurut Powell CO2 bebas yang asam akan merusak logam
apabila CO2 tersebut bereaksi dengan air.karena akan merusak logam (Harun F.R
1996).
Natrium Hidroksida (NaOH)
Mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 100,5% alkali
jumlah,dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%.
Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur berbentuk pellet, serpihan atau
6
batang atau bentuk lain, keras rapuh dan menunjukkan perpecahan hablur. Bila
dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Kelarutan
mudah larut dalam air dan dalam etanol.(Depkes RI,1994)
NaOH hanya berisi satu fungsi kimia yang signifikan, yang merupakan
hidroksida dasar, OH-. Jadi, untuk NaOH solusi, molaritas dan normalitas akan
hal yang sama. Jadi, solusi 1,0 N NaOH dalam air juga merupakan 1,0 M larutan
NaOH dalam air, dan 0,1 N larutan NaOH dalam air adalah 0,1 M larutan NaOH
dalam air. untuk membuat M 1.0 (= 1,0 N) larutan NaOH dalam air, timbang 40,0
gram NaOH, larutkan di sekitar 0,8 liter air, dan kemudian menambahkan air
untuk solusi untuk mengambil volume total hingga 1,0 liter persis. dan lakukan
hal yang sama untuk membuat 0,1 M (= 0,1 N) solusi: menimbang 0,1 mol NaOH
(= 4.0 g), larutkan dalam air, dan tambahkan air yang cukup untuk membuat total
volume setara dengan tepat 1 liter (Ansel, 2005).
Natrium klorida,
Mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,0% NaCI
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, tidak mengandung zat tambahan.
Pemerian: hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,rasa asin.
Kelarutan mudah larut dalam air mendidih, larut dalm gliserin,sukar larut dalam
etanol (Depkes RI, 1994).
Natrium Klorida juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang
paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme
multiselular. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering
digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan (Ansel, 2005).
7
Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai
garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses
perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor
yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan
pada benih recalsitran dapat terhambat (Ansel, 2005).
Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl
terlarut di dalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat
konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi
rendah)/low concentrate yang terdapat di dalam tubuh benih sehingga akan
diperoleh keseimbangan kadar air pada benih tersebut. Hal ini dapat terjadi karena
H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki
konsentrasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi
benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran yaitu benih
yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka terhadap penurunan
kadar air yang rendah. Kadar air yang tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu
mengalami perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau
pengiriman ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi sodium
chlorida (NaCl) maka hal ini dapat teratasi (Ansel, 2005).
Konsentrasi suatu larutan dalam hubungannya dengan tekanan osmosis di
pengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut dalam larutan hal ini terjadi apabila zat
terlarut bukan elektrolit (seperti gula) sehingga konsentrasi larutan sepenuhnya
tergantung pada jumlah molekul yanga ada.tapi apabila zat terlarut adalah
elektrolit seperti natrium klorida maka jumlah partikel yang menunjang larutan ini
tidak hanya pada konsentrasi molekul yang ada tapi juga pada tingkat ionisasi.
8
Cairan tubuh, termasuk darah dan cairan mata mempunyai tekanan
osmosis yang sebanding dengan larutan natrium klorida dalam air 0,9%. Jadi
suatu larutan NaCl dengan konsentrasi tersebut dikatakan isoosmotik, atau
memiliki suatu tekanan osmosis yang seimbang dengan fisiologis (Ansel, 2005).
Cairan Lambung
Proses pencernaan dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi.
Proses mekanik adalah proses pengubahan makanan yang berukuran besar sampai
ukurannya lebih kecil.Proses ini dibantu dengan gigi, lambung dan usus selain itu
juga dibantu dengan adanya gerakan peristaltik. Sedangkan pencernaan kimiawi
adalah pengubahan secara kimia dilakukan dengan bantuan enzim (Poedjiadi,
1994).
Pepsin adalah enzim pencernaan yang dilepaskan dalam perut sebagai
pepsinogen. Asam klorida merangsang pelepasan pepsinogen.Ketika pepsinogen
terkena asam klorida dalam lambung, pepsinogen berubah menjadi pepsin.
Dengan fungsi utama pepsin adalah untuk memecah protein yang ditemukan
dalam berbagai makanan seperti daging dan telur menjadi fragmen yang lebih
kecil (polipeptida) (Poedjiadi, 1994).
Cairan lambung adalah merupakan cairan yang ada di dalam lambung.
Komponen getah lambung terdari dari air, asam klorida dan enzim. Sekresi dari
getah lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls parasimpatis
yang terdapat pada medula dihantarkan melalui syaraf vagus dan merangsang
gastrik glands untuk mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus, dan
hormon gastrin. Ada tiga faktor yang merangsang sekresi lambung, yaitu : fase
sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal (Poedjiadi, 1994).
9
Asam lambung mempunyai pH sekitar 1,00 sampai 2,00. Fungsi utamanya
adalah pemecahan molekul protein dengan mengaktivasi pepsin. Fungsi lainnya
adalah kerja pendahuluan terhadap protein sebelum dipecah pepsin, yaitu berupa
denaturasi dan hidrolisis, aktivasi pepsinogen menjadi pepsin, mempermudah
penyerapan Fe, sedikit menghidrolisis suatu disakarida, merangsang pengeluaran
sekretin, suatu hormon yang terdapat dalam duodenum, dan mencegah terjadinya
fermentasi dalam lambung oleh mikroorganisme (Poedjiadi, 1994).
. Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi
orang dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin
memecah ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai
protein yang terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil
yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di
perut (pH=2) dan menjadi inaktif di lingkungan yang basa (Syukri, 2002).
Pepsin disekresikan menjadi bentuk inakatif yang disebut pepsinogen,
sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel zymogenic yang
memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia
melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal.
Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin
diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus
dengan getah lambung (Syukri, 2002).
Pepsin adalah suatu komponen yang besar yang memiliki berat molekul
35.000 daltons dan pH optimum kira-kira 1.0 untuk subrat kasein dan
hemoglobin jika substrat adalah protein asli. Pepsin akan memotong grup karbolik
dari asam amino seperti fenilalanin dan tirosin. Pepsin tidak memotong ikatan
10
yang ada di valin, alanin, atau glisin. Pepsin tidak bekerja pada pH 6.0 (Syukri,
2002).
Dapar Fosfat
Kalium dihidrogen fosfat, atau kalium fosfat monobasa, (MKP) -K H 2P O 4-
adalah larut garam yang digunakan sebagai pupuk, sebuah aditif makanan dan
fungisida. Ini adalah sumber fosfor dan kalium. Ini juga merupakan agen
penyangga.
Pembuatan dapar fosfat untuk mempertahankan PH sediaan pH yang baik
adalah kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan
darah dapat menyesuaikan diri serta pH ideal = 7,4 sesuai pH darah. Bila pH > 9
terjadi nekrosis pada jaringan dan bila pH < 3 sangat sakit waktu disuntikkan
(Keenan & Pudjaatmaja, 1992).
Furosemid merupakan obat diuretic kuat, terutama diberikan pada
penderita hipertensi. Pada pemberian secara oral, obat ini hanya sekitar 60 % yang
dapat terabsorpsi. Sangat rendahnya fraksi obat yang terabsorpsi tersebut
merupakan akibat dari kelarutannya yang sangat kecil, karena furosemid sangat
sukar larut dalam air (Tianti., dkk, 2005).
Furosemid merupakan obat golongan diuretika kuat, yang efektif untuk
pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal dan hipertensi.
Pengobatan dengan furosemid sering menimbulkan permasalahan bioavaibilitas
per oral. Permasalahan bioavailabilitas yang timbul sering dikaitkan dengan laju
disolusi furosemid yang rendah (Sutriyo., dkk, 2005).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
11
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca analitik, labu tentukur 10 ml, labu tentukur 100 ml, labu tentukur
1000 ml, bekerglass 250 ml, bekerglass 1000 ml, batang pengaduk, maat pipet 10
ml, bola karet, pH universal, botol aquadest.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Natrium hidroksida (NaOH), kalium hidrogen fosfat (K H 2P O 4), natrium
klorida (NaCl), asam klorida (HCl), Aquadest bebas CO2, sulfadiazine serbuk,
furosemid serbuk, pepsin,aquadest.
3.3 Hewan Percobaan
-----
3.4 Prosedur
1. Pembuatan aquadest bebas CO2
Nama bahan: Aquadest 10 L
Cara kerja:
didihkan 5 liter aquadest kuat –kuat
dibuka tutupnya setelah mendidih dan biarkan tetap mendidih
selama 5 menit
Dinginkan
Di masukkan ke dalam wadah
2. Pembuatan NaOH 1 N
Nama bahan: NaOH
Aquadest bebas CO
Cara kerja:
dilarutkan 44 g NaOH
12
dicukupkan hingga 1000 ml aquadest bebas CO2
dimasukkan kedalam wadah
3. Pembuatan NaOH 0,2 N
Nama bahan: NaOH
Aquadest bebas CO2
Cara kerja:
dilarutkan 13,2 g NaOH
dicukupkan dengan aquadest bebas CO2 hingga 1,5 L
dimasukkan kedalam wadah
4. Pembuatan NaCl 0.9 %
Nama bahan: NaCL 0.9%, aquadest
Cara kerja:
dilarutkan 27 g NaCl dengan aquadest
dicukupkan dengan air hingga 3000 ml
dimasukkan dalam wadah
5. Pembuatan Cairan Lambung Buatan
Nama bahan: Natrium klorida
HCl(p)
Aquadest
Cara kerja
ditimbang sebanyak 12 g natrium klorida
dilarutkan dalam 42 ml asam klorida pekat
dicukupkan dengan air hingga 6 liter
dimasukkan dalam wadah
6. Pembuatan dapar fosfat PH 7,4
13
Bahan: kalium hydrogen fosfat
NaOH 0,2 N
Aquadest
Cara kerja:
dicampurkan 1,25 liter KH2PO4 0,2 M dengan NaOH 0,2 N
sebanyak 977,5 ml
dilarutkan sampai larut
dicukupkan dengan aquadest bebas CO2 hingga volume 5 liter
dimasukkan dalam wadah
3.3.2. Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Sulfadiazin
Timbang seksama 250 mg SD, larutkan dalam medium dan
encerkan sampai 1000 ml (C = 250 mcg/ml). Pipet 4 ml dari LIB I
encerkan sampai 100 ml (C = 10 ppm). Kemudian pipet 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10 ml dari larutan LIB II (C= 10 ppm) encerkan sampai 10 ml
hingga diperoleh konsentrasi 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 mcg/ml. Ukur
absorbansinya dengan spektrofotometer UV.
3.3.3. Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Furosemida
Timbang seksama 50 mg Furosemida yang dikeringkan pada suhu
104oC selama 3 jam, larutkan dalam medium dan encerkan sampai
100 ml (C = 500 mcg/ml). Pipet 2 ml dari LIB I encerkan sampai
100 ml (C = 10 ppm). Kemudian pipet 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 ml dari
larutan LIB II (C= 10 ppm) encerkan sampai 10 ml hingga
diperoleh konsentrasi 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 mcg/ml. Ukur
absorbansinya dengan spektrofotometer UV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
14
Aquadest bebas CO2 sebanyak 10 L
NaOH 0,1 N ditimbang sebanyak 44.011 g
NaOH 0, 2 N ditimbang sebanyak 13,20 g
NaCl 0,9% di timbang sebanyak 27 g
Cairan lambung buatan di timbang NaCl senbanyak 12 g dan HCl sebanyak
42 ml
KH2PO4 ditimbang sebanyak 1,25 L dan dilarutkan dengan NaOH 977,5 ml
Kurva kalibrasi Sulfadizin:
Terlampir
Kurva Kalibrasi Furosemid:
Terlampir
4.2 Grafik
Terlampir
4.3 Pembahasan
Dari hasil percobaan maka pembuatan aquadest bebas CO2 dengan 10 liter
aquadest yang didihkan selama 5 menit dan ditutup kembali dilakukan pembuatan
aquadest bebas CO2 supaya tidak membentuk kompleks khelat dalam air.
Pembuatan NaOH dengan konsentrasi 0,2 N ditimbang sebanyak 12 gram dan
dilebihkan 10% untuk menhindari faktor penyimpangan dan NaOH 1N ditimbang
sebanyak 44,01 gram yang keduanya sama-sama dilarutkan dalam 1000 ml
aquadest bebas CO2. Pembuatan cairan lambung sebanyak 6 liter dengan
menimbang 12 gram natrium klorida yang dilarutkan dalam asam klorida pekat
sebanyak 42 ml dan di encerkan dengan aquadest hingga 6 liter dan pembuatan
NaCl 0,9%.
15
Pembuatan dapar fosfat untuk mempertahankan pH, yang dibuat dengan
menimbang kalium hidrogem fosfat yang dilarutkan dalam natrium hidroksida
sebanyak 977,5 ml. Sediaan pH yang baik adalah kapasitas dapar yang
dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan darah dapat menyesuaikan
diri serta pH ideal = 7,4 sesuai pH darah. Bila pH > 9 terjadi nekrosis pada
jaringan dan bila pH < 3 sangat sakit waktu disuntikkan (Ansel, 2005).
4.4 Perhitungan
4.4.1 Pembuatan Pereaksi
1. pembuatan aquadest bebas CO2
aquadest sebanyak 5 liter
2. pembuatan NaOH 1 N
Jumlah NaOH 1 N yang dibuat 1 L
N = x
1 = x
gr = 40 gram
dilebihkan 10% = 40 + (10% x 40)
= 44 gram
3. pembuatan NaOH 0,2 N
Jumlah NaOH 0,2 N yang dibuat 1,5 L
N = x
16
0,2 = x
gr = 12 gram
dilebihkan 10% = 12 + (10% x 12)
= 13,2 gram
4.Pembuatan NaCl 0,9%
Jumlah NaCl 0,9 % yang akan dibuat 3 L
=
=
gr2 = 27 gram
5.Pembuatan Medium Lambung Buatan pH 1,2
Jumlah medium lambung buatan yang dibuat 5 L
Nacl = 2 gram x 5 L = 10 gram
HCl (p) = 7 ml x 5 = 35 ml
Aquadest hingga = 1 x 5 = 5 ml
6. pembuatan dapar fosfat
Kalium hydrogen fosfat = 50 × 5000/200 = 1250 ml = 1,25 L
Kalium hydrogen fosfat yang ditimbang:
×
17
g KH2PO4 = 34,02 gram
NaOH 0,2 N = 39,1 × 5000/200 = 977,5 ml
Aquadest bebas CO2 ad 5000 ml
Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Sulfadiazin
LIB I
C = x 1000 mcg/ml = 250 ppm
LIB II
C = x 250 ppm = 10 ppm
LIB III
1. V1. C1 = V2. C2
4ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 4 ppm
2. V1. C1 = V2. C2
5ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 5 ppm
3. V1. C1 = V2. C2
6ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 6 ppm
4. V1. C1 = V2. C2
7ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 7 ppm
5. V1. C1 = V2. C2
8ml. 10 = 10ml. C2
18
C2 = 8 ppm
6. V1. C1 = V2. C2
9ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 9 ppm
7. V1. C1 = V2. C2
10ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 10 ppm
Tabel 1. Data Kurva Absorpsi Sulfadiazin dalam medium lambung buatan
pH 1,2
No. Konsentrasi
(X)
Absorbansi
(Y)
XY X2 Y2
1. 0,0000 0 0 0 0
2. 4,0000 0,469 1,876 16 0,2199
3. 5,0000 0,426 2,13 25 0,1814
4. 6,0000 0,481 2,886 36 0,2313
5. 7,0000 0,530 3,71 49 0,2809
6. 8,0000 0,592 4,736 64 0,3504
7. 9,0000 0,652 5,868 81 0,4251
8. 10,0000 0,703 7,03 100 0,4942
∑X=49
X=6,125
∑Y=3,853
Y=0,481∑XY=28,236 ∑X2=371 ∑Y2=2,1832
Persamaan Regresi:
19
= =0,0654
b=Y-aX=0,481-(0,0654.6,125)=0,080
=0,962
Persamaan garis regresi: Y=0,0654 x+0,080
Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Furosemid
LIB I
C = = 500 ppm
LIB II
C = = 10 ppm
LIB III
1. V1. C1 = V2. C2
4ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 4 ppm
2. V1. C1 = V2. C2
5ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 5 ppm
3. V1. C1 = V2. C2
6ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 6 ppm
4. V1. C1 = V2. C2
7ml. 10 = 10ml. C2
20
C2 = 7 ppm
5. V1. C1 = V2. C2
8ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 8 ppm
6. V1. C1 = V2. C2
9ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 9 ppm
7. V1. C1 = V2. C2
10ml. 10 = 10ml. C2
C2 = 10 ppm
Tabel 2. Data Kurva Absorpsi Furosemida dalam medium Dapar Fosfat pH
7,4
No
.
Konsentrasi(X) Absorbansi(Y) XY X2 Y2
1. 0,0000 0 0 0 0
2. 4,0000 0,457 1,828 16 0,2088
3. 5,0000 0,475 2,375 25 0,2256
4. 6,0000 0,524 3,144 36 0,2745
5. 7,0000 0,597 4,179 49 0,3564
6. 8,0000 0,682 5,456 64 0,4651
7. 9,0000 0,743 6,687 81 0,5520
8. 10,0000 0,787 7,87 100 0,619
∑X=49
X=6,125
∑Y=4,265
Y=0,533∑XY=31,539 ∑X2=371 ∑Y2=2,7014
Persamaan Regresi:
21
= =0,0764
b=Y-aX=0,533-(0,0764.6,125)=0,0650
=0,9845
Persamaan garis regresi: Y= 0,0764x + 0,0650
Kurva absorbsi sulfadiazine :
NO. Panjang gelombang Absorbansi
1 370,5 0,0011
2 304,5 0,0917
3 242,5 0,03977
Kurva absorbsi furosemida :
NO. Panjang gelombang Absorbansi
1 327,5 0,1163
2 276,5 0,4951
3 228,0 0,7731
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pembuatan aquadest bebas CO2 sebanyak 5 liter
Pembuatan pereaksi NaOH 1 N ditimbang sebanyak 44 gram yang
dilarutkan dalam 1 liter air bebas CO2 dan dilebihkan sebanyak 10% untuk
menghindari persen kesalahan
Pembuatan pereaksi NaOH 0,2 N ditimbang sebanyak 13,20 g yang
dilarutkan dalam 1,5 liter air bebas CO2 dan dilebihkan sebanyak 10%
untuk menghindari persen kesalahan
Pembuatan NaCl 0,9% ditimbang sebanyak 27 g yang dilarutkan dalam
3000 ml air
Pembuatan cairan lambung buatan dengan 12 g NaCl dan HCl sebanyak
42 g yang dicukupkan hingga 6 liter
Pembuatan dapar fosfat pH 7,4 dalam 5 liter aquadest bebas CO2 yang
ditimbang kalium hydrogen fosfat 34,02 yang dilarutkan dengan 977,5 ml
NaOH 0,2 N
4.5 Saran
23
Diharapkan praktikan lebih teliti dalam pembutan pereaksi agar terhindari
dari persentase kesalahan dalam pelarutan.
Untuk kedepan praktikan harus lebih mengetahui prinsip pembuatan
pereaksi
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1985). Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Georgia: Lea
& Febiger
Astuti, D.W. (2009). Cepat Tuntas Kuasai Kimia. Jakarta: Indonesia Cerdas
Basset, J., dkk. (1994). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analiysis
Including Elementary Instrumental Analysis.London: Longman Group UK
Limited
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Depkes RI
Petrucci, R.H & Hill. J.W. (1989). General Chemistry. London: Pearson Prentice
Hall
Poedjiadi, A. (1994). Daftar Biokimia. Jakarta: UI Press
Rustamadji & Danu, S.S. (2005). Evaluasi Kebijakan Pengendalian Mutu Obat
Dengan Uji Ketersediaan Hayati. JMPK. Vol.8(4).
Sutriyo., dkk. (2005). Pengaruh Polivinil Pirolidon Terhadap Laju Disolusi
Furosemid dalam Sistem Dispersi Padat. Majalah Ilmu Kefarmasian.
Vol.2(1).
Syukri, Y. (2002). Biofarmasetika. Jakarta: UI Press
24
Tianti., dkk. (2005). Ketersediaan Hayati Dispersi Padat Furosemid dengan
Polietilenglikol 4000 (Peg 4000) pada Kelinci Jantan. Majalah Farmasi
Indonesia. Vol.16(2).
FLOWSHEET
Pembuatan 3 L Aquadest Bebas CO2
dikalibrasi dirigen 5 L
dimasukkan aquadest ke ceret penangas air
listik
didihkan
dibuka tutup ceret selama 5-15 menit tetapi
masih dalam keadaan dipanaskan
ditutup tutup ceretnya
dicukupkan sampai batas kalibrasi
Pembuatan 1 L larutan NaOH 1 N
25
5 L Aquadest
Hasil
44 g NaOH
dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 hingga 1000 ml
Pembuatan 1,5 L larutan NaOH 0,2 N
dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 hingga 1,5 L
Pembuatan 6 L Dapar Fosfat (pH = 7,4)
diencerkan dengan Aquadest hingga 1,5 L
ditambahkan 1,173 L larutan NaOH 0,2 N
diencerkan dengan Aquadest hingga 6 L
Pembuatan 3 L larutan NaCl 0,9 %
dilarutkan dalam Aquadest hingga 3L
Pembuatan 6 L cairan lambung buatan
ditambahkan 19,2 pepsin
dilarutkan dalam 42 ml HCl pekat
26
Hasil
13,2 g NaOH
hasil
300 ml Kalium Dihidrogen Fosfat
Hasil
45 g NaCl
Hasil
12 g NaCl
ditambahkan Aquadest secukupnya hingga
5 L
Pembuatan Kurva Kalibrasi Furosemid
Ditimbang 50 mg
Dilarutkan dengan medium dapar fosfat
pH 7,4
Diencerkan sampai 100 ml
Dipipet 2 ml dari larutan LIB I
Diencerkan sampai 100 ml
Dipipet 4; 5; 6; 7; 8; dan 9 ml dari larutan
Diencerkan sampai 10 ml dengan
konsentrasi pengukuran 4; 5; 6; 7; 8; dan
9 mcg/ml
Diukur absorbansi dengan spektrofotometer
27
Hasil
Furosemid
Hasil
Pembuatan Kurva Kalibrasi Sulfadiazin
Ditimbang 250 mg
Dilarutkan dengan medium lambung
buatan pH 1,2
Diencerkan sampai 1000 ml
Dipipet 4 ml dari larutan LIB I
Diencerkan sampai 100 ml
Dipipet 4; 5; 6; 7; 8; 9 dan 10 ml dari
larutan
Diencerkan sampai 10 ml dengan
konsentrasi pengukuran 4; 5; 6; 7; 8; 9
dan 10 mcg/ml
Diukur absorbansi dengan
spektrofotometer
28
Hasil
Sulfadiazin
Lampiran 4. Daftar alat
Gambar 1. Gelas ukur Gambar 2. Spektofotometer
Gambar 3. Beaker glass Gambar 4. Erlenmeyer
29
Gambar 5.Labu Ukur Gambar 6. Pipet Tetes
Gambar 7. Termometer Gambar 8. Neraca Analitik
30