PEMBUATAN ALAT SCREW CONVEYOR TROWEL (SCT) …lib.unnes.ac.id/36118/1/5101415009_Optimized.pdf ·...
Transcript of PEMBUATAN ALAT SCREW CONVEYOR TROWEL (SCT) …lib.unnes.ac.id/36118/1/5101415009_Optimized.pdf ·...
PEMBUATAN ALAT SCREW CONVEYOR TROWEL
(SCT) PEMASANGAN MORTAR SIAR TEGAK DAN
SIAR DATAR PADA BATA RINGAN
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan
Oleh:
Nama : Dina Dwi Aprilia
Nim:5101415009
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Bermimpilah seakan kau akan hidup selamanya. Beribadahlah
seakan kau akan mati hari ini
Kesempatan hanya ada satu kali, maka kau harus memanfaatkan
sebaik mungkin.
"Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena
mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena
mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu
untuk menunggu inspirasi." (Ernest Newman)
"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka
melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus
dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)
"Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki,
tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai."
(Schopenhauer)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Ibu ku tercinta Prihyatini , Bapak ku Yudianto dan Kakak perempuanku
satu-satunya Atur Dian Pramesti terimakasih atas doa, motivasi, semangat,
cinta dan kasih sayang dalam pengorbanan yang telah di berikan.
2. Kakek dan Nenek serta seluruh keluarga ku terimakasih atas doa dan
semangat serta masukan selama ini.
3. Drs.Lashari,M.T terimakasih atas segala bantuan, bimbingan dan motivasi.
4. Adam Firnanda pemilik NIM 5101416030 yang terus menyeangati dan
mengarahkan saya selama ini.
5. Seluruh dosen teknik sipil UNNES yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan skipsi dan perkuliahan ini.
6. Eki ,Ponco, Farkhan, Septian D, Septian W, Vikar, Adi, Budi, Mustajib,
Suara, dan iin atas semangat yang terus menerus diberikan kepada saya.
7. Riska, Rifa yang selalu memberikan motivasi dan teguran ketika saya
mulai lalai .
8. Annisa zulfa, Rahita dan Tika yang selalu menemani mengerjakan skripsi
ketika di kos, dan terimakasih atas motivasi yang diberikan.
9. Seluruh rekan-rekan PTB UNNES angkatan 2015
10. Seluruh siswa SMK 1 (XII BB , XII BC, dan XI BA) yang pernah saya
ampu terimakasih batas masukan dan doanya.
11. Adit, Fadli, Abiyu,Ali, Ahmad Vajar, Sekar, Sindi, Ida, Adif, Adam,
Rimbang, dan seluruh rekan-rekan dirumah yang selalu memberi semangat
.
viii
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan ridhlo,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Pembuatan Screw
Conveyor Trowel Pemasangan Mortar Bata Ringan Siar Datar dan Siar Tegak
Pada Bata Ringan” ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan lancar. Shalawat
serta Salam tetap tercurah untuk sang revolusioner sejati, Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang-
benderang yaitu Dienul Islam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
Semoga hasil penelitian ini dapat berguna, khususnya bagi dunia pendidikan.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
Prof. Dr. Fathur Rokhman,M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang.
Dr. Nur Qudus,M.T. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
Aris Widodo,S.Pd.,M.T Ketua Program S1 Studi Pendidikan Teknik
Bangunan , Universitas Negeri Semarang, serta Dosen penguji 1.
Drs. Tugino,M.T Dosen Penguji skripsi 2.
Drs. Lashari,M.T Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu serta
dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
Skripsi.
Segenap Ibu dan Bapak Dosen Program S1 PTB serta Staff Tata Usaha FT
UNNES atas didikan dan bimbingannya selama ini.
ix
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan penuh kesabaran dan
pengorbanannya selalu memberikan dorongan, bantuan material maupun
non material agar penulis dapat menyelesaikan studi.
Kepala Proyek dan Tukang Bangunan CV Branjangan Tipe A, Kabupaten
Demak yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian dan telah banyak membantu dalam rangka penyusunan Skripsi
ini.
Terimakasih kepada teman-teman Progran Studi SI PTB angkatan ’15
yang banyak memberikan saran dan motivasi, terima kasih atas
dukungannya selama ini. Dan kebersamaan yang telah digapai selama 4
tahun ini semoga menjadi kenangan terindah yang tidak terlupakan.
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas bantuan dan dukungannya. Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh
dari sempurna, karena hal tersebut tidak lepas dari kelemahan dan
keterbatasan penulis. Akhirnya penulis berharap agar Skripsi ini berguna
sebagai tambahan ilmu pengetahuan serta dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak dan dijadikan implikasi selanjutnya bagi mahasiswa. Billahi
Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat
Semarang, Agustus 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv
ABSTRAK ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah ........................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 5
1.6 Batasan Masalah ............................................................. 5
1.7 Sistematika Penulisan ...................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 9
2.1 Trowel Bata Ringan ....................................................... 9
2.2 Screw Conveyor............................................................. 10
2.3 Mortar ............................................................................ 15
2.4 Jenis Mortar ................................................................... 16
2.5 Sifat-Sifat Mortar ........................................................... 18
xi
2.6 Kuat Tekan Mortar ......................................................... 18
2.7 Kuat Tarik Mortar .......................................................... 20
2.8 Penyerapan Air Mortar .................................................. 20
2.9 Tipe Mortar .................................................................... 21
2.10 Pengertian Bata Ringan ................................................ 22
2.11 Karakteristik Beton Ringan .......................................... 24
2.12 Kelebihan dan Kekurangan Bata Ringan ...................... 25
2.13 Kuat Tekan Bata Ringan .............................................. 26
2.14 Pemasangan Bata Ringan ............................................. 27
2.15 Produktifitas Pekerjaan ................................................ 28
Kerangka Berfikir ............................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 32
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ........................................... 32
3.2 Desain Penelitian ........................................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 33
3.4 Variabel Penelitian ......................................................... 34
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 35
3.6 Bagan Alur Penelitian .................................................... 36
3.7 Prosedur Pembuatan Alat ............................................... 43
3.8 Prosedur Pengujian ........................................................ 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 47
4.1 Hasil dan Pembahasan Pembuatab Alat .......................... 47
4.1.1 Pembuatan Kerangka Alat ....................................... 47
4.1.2 Pembuatan Screw Conveyor .................................... 49
4.1.3 Pembuatan Hopper ................................................. 50
4.1.4 Pembuatan Trowel .................................................. 51
4.1.5 Perakitan Alat ......................................................... 52
4.2 Cara Kerja Screw Conveyor Trowel ............................... 57
4.3 Produktivitas Pekerjaan .................................................. 59
xii
BAB V PENUTUP ............................................................................ 64
5.1 Kesimpulan .................................................................... 64
5.2 Saran.............................................................................. 66
5.3 Penutup .......................................................................... 67
DOKUMENTASI .................................................................................. 68
LAMPIRAN .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 71
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kebutuhan Besi Siku ............................................................................. 43
Tabel 3.2 Kebutuhan Plat Besi Hopper .................................................................. 44
Tabel 4.1 Ukuran Besi Siku ................................................................................... 48
Tabel 4.2 Kebutuhan Plat Besi ............................................................................... 50
Tabel 4.3 Hasil Observasi menggunakan cetok ...................................................... 61
Tabel 4.4 Hasil Observasi menggunakan SCT ........................................................ 62
Tabel 4.5 Produktivitas waktu mernggunakan cetok ............................................... 62
Tabel 4.6 Produktivitas waktu menggunakan SCT .................................................. 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Trowel Pemasang Spesi ..................................................................... 9
Gambar 2.2 Mesin Screw Conveyor Garam ........................................................... 15
Gambar 2.3 Screw Conveyor ................................................................................. 15
Gambar 2.4 Ukuran Bata Ringan............................................................................ 24
Gambar 2.5 Pemasangan Bata Ringan .................................................................... 29
Gambar 3.1 Design Screw Conveyor...................................................................... 37
Gambar 3.2 Design Hopper .................................................................................... 38
Gambar 3.3 Design Screw Conveyor Trowel ......................................................... 38
Gambar 3.4 Pipa Ukuran 4 inchi ............................................................................ 39
Gambar 3.5 Dinamo ............................................................................................... 39
Gambar 3.6 Besi Siku ............................................................................................ 39
Gambar 3.7 Plat Besi ............................................................................................. 40
Gambar 3.8 Besi Diameter 6 .................................................................................. 40
Gambar 3.9 Sock 4” ke 2” ...................................................................................... 40
Gambar 3.10 Panbel .............................................................................................. 41
Gambar 3.11 Pulley ............................................................................................... 41
Gambar 3.12 Stop Kran ......................................................................................... 41
Gambar 3.13 Roda Mesin ...................................................................................... 42
Gambar 3.14 Selang 2 in ........................................................................................ 42
Gambar 4.1 Potongan Besi Siku ............................................................................ 42
Gambar 4.2 Design Kerangka Alat ......................................................................... 49
Gambar 4.3 Screw Conveyor ................................................................................. 49
Gambar 4.4 Pemotongan Plat Besi Untuk Hopper .................................................. 50
Gambar 4.5 Design dan Ukuran Trowel ................................................................. 50
Gambar 4.6 Design Screw Conveyor Trowel ......................................................... 51
Gambar 4.7 Trowel ................................................................................................ 51
Gambar 4.8 Pemasangan Pipa Ke Rangka ............................................................. 52
Gambar 4.9 Pemasangan Hopper ........................................................................... 52
Gambar 4.10 Pemasangan Screw Conveyor ........................................................... 53
Gambar 4.11 Pemasangan Dop Pada Pipa .............................................................. 53
xv
Gambar 4.12 Pemasangan Pulley ........................................................................... 54
Gambar 4.13 Peletakan Dinamo ............................................................................. 54
Gambar 4.14 Pemasangan Panbel .......................................................................... 55
Gambar 4.15 Pemasangan sock 4” ke 2’’ ............................................................... 55
Gambar 4.16 Pemasangan Selang........................................................................... 56
Gambar 4.17 Design Pemasangan Trowel .............................................................. 56
Gambar 4.18 Screw Conveyor Trowel ................................................................... 57
Gambar 4.19 Kabel Dinamo ke Stop Kontak .......................................................... 57
Gambar 4.20 Dinamo menggerakan pulley ............................................................ 58
Gambar 4.21 Pulley menggerakkan screw .............................................................. 58
xvi
ABSTRAK
Screw Conveyor Trowel merupakan alat pengganti cetok berupa mesin
yang digerakkan oleh dinamo dan beberapa alat penunjang yang lain sehingga
mempermudah dan mempercepat tukang dalam pemasangan bata ringan di
lapangan. Screw Conveyor Trowel digunakan untuk memasang mortar pada bata
ringan dengan ukuran 10 x 20 x 60. Ketebalan mortar pada screw conveyor trowel
ini adalah 1 cm.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
screw conveyor trowel , cara kerja alat tersebut serta menghitung produktivitas
kecepatan antara pemasangan bata ringan menggunakan alat berupa cetok dan
pemasangan bata ringan menggunakan alat screw conveyor trowel serta melihat
kerapihan pasangan dinding bata ringan.
Metode yang digunakan untuk membandingkan antara screw conveyor
trowel dan alat manual berupa cetok adalah dengan menggunakan metode
eksperimen dengan model the static group comparation yang didapat dari survey
dan observasi dilapangan, sedangkan dalam membuat alat tersebut melalui
beberapa tahapan yakni mendesign alat yang dibutuhkan, menganalisis kebutuhan
alat tersebut, serta merancang dan membuat alat screw conveyor trowel.
Pemasangan bata ringan dilapangan ternyata dapat dilaksanakan lebih
cepat 72% menggunakan alat berupa screw conveyor trowel dari pada alat manual
berupa cetok, selain produktivitas kecepatan, alat screw conveyor trowel juga
dapat memasang bata ringan lebih rapi di bandingkan dengan alat manual.
Kata kunci :Screw Conveyor Trowel, Produktivitas ,Kecepatan, eksperimen.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki sifat
kuat, tahan air dan api, awet (durable). Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki
tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan
beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta
meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding
berlangsung.Menurut Kristanti dan Tansajaya (2008), pada dasarnya pembuatan
beton ringan dilakukan dengan cara menyertakan udara dalam komposisinya,
dengan cara No-Fines Concrete, Lightweight Aggregate Concrete (beton agregat
ringan) dan Aerated Concrete. (beton ringan)
Bata Ringan adalah suatu jenis bahan bangunan yang fungsinya sama
dengan batu bata merah untuk membuat dinding. Dari luar, material bahan
bakubata ringan menyerupai beton pada umumnya tetapi bobotnya lebih ringan.
Permukaanya pun lebih halus dan bentuknya serupa (uniform) dengan kawan-
kawan sejenisnya. Bata ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated
Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Keduanya didasarkan
pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke dalam mortar
akan mengurangi berat beton yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan bata
ringan AAC dengan CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami
pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan jenis
2
CLC yang mengalami proses pengeringan alami. CLC sering disebut juga sebagai
Non-Autoclaved Aerated Concrete (NAAC).
Bata ringan memiliki sifat yang tahan api. Tidak hanya api, bata ringan
juga bersifat tahan terhadap cuaca ekstrim. entah itu badai, panas menyengat,
angin kencang, hingga cuaca di bawah nol derajat, untuk penggunaan rumah,
dinding bata ringan juga bebas lumut, jamur, ngengat, dan tentunya bebas
pengeroposan., dinding yang terbuat dari bata ringan juga kedap suara, sehingga
cocok untuk yang memiliki rumah di daerah perkotaan yang cenderung lebih
bising, dinding beton terbilang berukuran besar, namun membuat bangunan lebih
cepat selesai didirikan, tanpa terasa bangunan Anda pun sudah setengah jadi.
Menurut pengamatan pada pelaksanaan penggunaan bata ringan di
lapangan saat ini dilakukan dengan alat tradisional berupa cetok. Namun, pada
pelaksanaanya pekerjaan menggunakan cetok memiliki kekurangan antara lain:
1. Kepadatan atau ketebalan pada pemasangan Mortar tidak sama antara
spesi bata ringan yang satu dengan yang lain
2. Pada pemasangan bata ringan, mortar pada tepi bata ringan tidak rapi
karna mortar banyak yang runtuh.
3. Perlunya membuat permukaan kasar secara manual agar bata ringan
merekat dengan mortar.
4. Banyak nya mortar yang terbuang karena berjatuhan saat diratakan.
5. Pengambilan mortar membutuhkan waktu, sehingga memperlambat
pekerjaan.
3
Oleh sebab itu, maka pada penelitian ini akan membantu permasalahan
yang ada dengan membuat alat bantu pemasangan mortar siar datar dan siar
tegak,dengan nama alat yakni Screw Conveyor Trowel, serta menghilangkan
cetok sebagai alat pemasanganya diharapkan dapat lebih efektivitas dan lebih
mudah.
1.2 Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat masalah-masalah
yang berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut diidentifikasikan sebagai
berikut:
Penggunaan alat cetok pada pemasangan mortar siar datar dan siar tegak
dapat menyebabkan:
1. Membutuhkan waktu untuk mengambil mortar dan meratakanya
sehingga memperlambat pekerjaan.
2. Tepi pada bata ringan tidak rapi karna mortar banyak yang runtuh.
3. Perlunya membuat permukaan kasar secara manual untuk merekat
dengan mortar.
4. Banyaknya nya mortar yang terbuang karena berjatuhan saat
diratakan.
5. Pengambilan mortar membutuhkan waktu, sehingga memperlambat
pekerjaan.
4
1.3 Rumusan Masalah
Bedasarkan Identifikasi masalah yang ada, maka dapat ditarik beberapa
rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana cara membuadent alat screw convyaneyor trowel untuk
pemasangan mortar pada bata ringan?
2. Bagaimana cara kerja alat screw conveyor trowel pada pemasangan
mortar pada bata ringan ?
3. Bagaimana kelancaran pemasangan mortar siar datar dan siar tegak
menggunakan alat screw conveyor trowel yang mengakibatkan
peningkatan produktifitas pekerjaan?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Membuat alat screw conveyor trowel untuk pemasangan mortar pada
bata ringan.
2. Mengetahui cara kerja alat screw conveyor trowel pada pemasangan
mortar pada bata ringan .
3. Mengetahui kelancaran pemasangan mortar siar datar dan siar tegak
menggunakan alat screw conveyor trowel yang mengakibatkan
peningkatan produktifitas pekerjaan.
5
1.5 Manfaat Penelitian
Pengembangan alat bantu pemasangan mortar ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi mahasiswa, tukang bangunan, dan industri. Adapun manfaat yang
diharapkan dari pengembangan alat mal spesi geser ini antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah
dan menerapkan ilmunya secara nyata.
b. Dapat digunakan sebagai salah satu referensi mempercepat
praktikum pemasangan bata ringan pada mata kuliah praktik
bangunan
2. Bagi tukang bangunan ataupun proyek
a. Dapat mempercepat pekerjaan pada pemasangan dinding
khususnya pemasangan bata ringan.
b. Bagi pemula, tidak meragukan lagi dalam masalah tebal dan tipis
mortar karna langsung menyesuakian cetakan yan telh dibuat.
3. Bagi Industri
a. Dapat digunakan sebagai pengembangan produk kontruksi
yang dapat diaplikasikan sebagai alat perataan dengan
permukaan kasar pada pemasangan mortar bata ringan atau
hable.`
6
1.6 Batasan Masalah
Pembatasan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mortar yang telah dijual dipasaran dengan cap Aplus 220 ALC
Adhesive
2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni alat yang telah saya
design sendiri dengan ketebalan spesi yakni 1 CM
3. Bata ringan dengan merk Focon dengan ukuran 10 x 20 x 60
4. Pekerja atau tukang bangunan adalah orang awam dengan pendidikan
maksimal yakni SMA
5. Tempat penelitian ini yakni di Proyek pembuatan gudang, dan
pembuatan bengkel las, Kabupaten Demak.
6. Menghitung efektifitas dan produktivitas volume bata ringan
terpasang.
7. Menggunakan mortar dengan campuran air dan semen yakni 2:1
1.7 Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu; bagian awal skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi.
a. Bagian Awal
Bagian awal skripsi meliputi: judul, abstrak, lembar pengesahan, motto,
dan bagian persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
7
b. Bagian Isi
Bagian isi skripsi disajikan dalam lima bab, dengan beberapa sub bab pada
tiap babnya.
BAB I : Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung
penelitian dan dijadikan acuan peneliti untuk mengadakan
penelitian, alur penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang langkah-langkah penelitian, metode
penelitian, dan teknik pengumpulan data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang penjelasan analisis data penelitian,
hasil penelitian, dan pembahasannya.
BAB V : Penutup
8
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan
saran-saran yang akan diberikan berdasarkan penelitian.
c. Bagian Akhir
Bagian akhir ini berisikan daftar pustaka dan lamiran-lampiran yang
mendukung hasil penelitian.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Trowel Bata Ringan
Trowel (roskam) adalah alat untuk meratakan acian/ mortar halus di
permukaan beton. Trowel (roskam) juga berfungsi untuk aplikasi perekat ubin
pada berbagai macam jenis dan ukuran ubin. Dapat digunakan untuk membuat
profil pada dinding (pola minimalis), meratakan s creed dan aplikasi Pelapis Anti
Bocor. Trowel (roskam) digunakan untuk mencegah adanya udara yang terjebak
dalam aplikasi pemasangan keramik yang dapat menyebabkan popping. Dengan
trowel pemakaian perekat keramik lebih hemat, karena ketebalan lebih
konsisten. Ubin/keramik pun akan merekat sempurna.
Penyebab popping adalah:
Udara yang terjebak yang disebabkan pada saat pemasangan ubin adukan
kurang penuh / merata.
Perbedaan muai susut keramik dan substrat dibawahnya.
Perbedaan daya serap air pada keramik dan substrat dibawahnya.
Pergerakan bangunan yang disebabkan struktur, gempa bumi, dsb.
Gambar 2.1 Trowel pemasang spesi bata ringan
10
Keuntungan memakai Trowel:
Mencegah terjadinya rongga udara pada pemasangan ubin.
Aplikasi merata sehingga pemakaian bahan lebih hemat / terkontrol.
Multiguna; dapat digunakan untuk membuat profil pada dinding.
Meratakan screed / plaster.
Concrete trowel machine atau concrete power trowel adalah alat atau mesin
yang digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan beton yang masih
dalam proses pengerasan.
Penyelesaian akhir permukaan beton dapat dilakukan dengan cara manual
atau masinal.Penyelesaian secara manual menggunakan raskam/sendok dan
dilakukan dengan tangan, sedangkan secara masinal menggunakan mesin trowel.
Mesin trowel mempunyai dasar yang terdiri dari beberapa daun pelat baja
yang dapat berputar dan menghaluskan permukaan beton. Permukaan yang
diselesaikan dengan mesin trowel lebih kuat dan awet dibandingkan dengan
pekerjaan tangan. Mesin trowel ini juga digunakan untuk meratakan/
mengamplas/ menghaluskan permukaan lantai andhesit atau batuan keras lainnya.
2.2 Screw Conveyor
Teknologi screw conveyor sangat di butuhkan untuk perindustrian karena
akan meningkatkan produksi pencampuran yang homogen, efisiensi, keefektifan
dan mengurangi beban kerja karyawan. Alat atau permesinan yang digunakan di
industry garam di Indonesia kebanyakan masih manual untuk mencampur garam
11
dan iodium. Hal tersebut sangat penting untuk pencampuran, karena dengan
permesinan screw diharapkan mampu tercampur secara homogen.
Metodologi penelitian ini dimualai dari kajian pustaka , perancangan proses
manufaktur yang meliputi : analisa kebutuhan, pemilihan urutan proses
pengerjaan screw, perancangan urutan proses assembly, dan perancangan urutan
proses finishing, Proses pengerjaan screw conveyor yang meliputi : pengerjaan
rangka, pengerjaan poros, pengerjaan screw, pengerjaan hopper dan pengerjaan
corong keluar, Perakitan komponen mesin screw conveyor yang meliputi,
perakitan rangka, perakitan screw conveyor, perakitan bearing screw, perakitan
tabung rumah screw, perakitan bearing poros, perakitan hopper, perakitan corong
keluar, perkaitan motor listrik, Proses finishing yang meliputi : menggerinda,
mengamplas, dan mengecat. Desain untuk proses manufaktur dimulai selama
tahapan dalam pembuatan alat, sewaktu fungsi-fungsi dan spesifikasi alat
ditentukan,. Desain untuk proses manufaktur menggunakan beberapa tipe yang
diantaranya adalah sketsa, gambar, spesifikasi alat dan alternatif-alternatif
rancangan alat tersebut . Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan
perakitan alat dan perkiraan biaya manufaktur.
Penggunaan screw conveyor pada mesin pendaur ulang pasir cetakan ini
sangat efisien dan efektif, dimana proses pendaur ulang pasir cetakan ini menjadi
lebih sederhana dan dapat dilakukan oleh sedikit tenaga kerja dengan hasil olahan
yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan tenaga manusia yang dilakukan
secara manual. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk merencanakan screw
12
conveyor pada mesin pendaur ulang pasir cetakan ini dalam bentuk
prototype (miniatur). Karena tidak efisiensi dan tidak maksimalnya pengerjaan
yang dilakukan oleh industri besi tuang dalam daur ulang limbah pasir cetakan
membuat hasil dan kwalitas daur ulang pasir cetakan menurun. Hal ini disebabkan
karena sistem daur ulang masih dilakukan secara manual yang akibatnya banyak
memakan waktu sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi. Dari permasalahan
di atas, penulis akan mencoba untuk merencanakan mesin daur ulang pasir cetak
menggunakan screw conveyor agar dapat membantu dunia industri besi tuang
dalam pendaur ulang limbah pasir cetakan secara efektif dan efisien.
Adapun tujuan dari perencanaan screw conveyor ini adalah :
1. Untuk dapat merencanakan screw conveyor alat pendaur ulang pasir
cetak dalam bentuk prototype ( miniatur ).
2. Untuk membantu industri dalam membuat produksi alat pendaur ulang
pasir cetak.
3. Dengan adanya pembuatan prototype (miniatur) dapat dijadikan bahan
perbandingan untuk membuat produk yang asli.
Screw conveyor merupakan salah satu jenis alat pemindah bahan yang
berbentuk ulir dan berfungsi untuk memindahkan material curah serta dapat pula
untuk mencampurkan, memampatkan material yang dipindahkan dengan merubah
tipe ulir. Bagian utamanya adalah poros yang dilengkapi screw yang berputar
dalam casing, poros tersebut diputar oleh motor yang terletak pada sisi luar
casing. Alat ini pada dasarnya berbentuk mirip sekrup. Pisau berpilin ini desebut
flight. Kelebihan dari conveyor jenis ini dibandingkan dengan conveyor jenis lain
13
adalah bentuknya yang sederhana, bebas celah dan tidak ada buka-bukaan, anti
debu, serta mudah dibongkar pasang, dan sering digunakan sebagai unit
pencampur bahanbahan olahan industri (Anonim,2011). Screw conveyor
merupakan salah satu jenis alat pemindah bahan yang berbentuk ulir dan
berfungsi untuk memindahkan material curah serta dapat pula untuk
mencampurkan, memampatkan material yang dipindahkan dengan merubah tipe
ulir..
Screw conveyor bagian dari mesin pengolah pendaur ulang pasir cetak yang
berfungsi untuk menggiling dan membawa pasir ketempat penimbunan. Bentuk
screw conveyor
Screw Conveyor Screw conveyor terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1.Plat screw conveyor Bagian ini terbuat dari plat yang dibentuk lingkaran
yang kemudian salah satu sisinya dipotong, lalu direnggangkan dan disamping
satu sama lain dengan proses pengelasan dengan ukuran pitch yang telah
ditentukan, bagian inilah yang membawa sekaligus menggiling pasir. Menurut
Shingley, (1999) .
2. Rumah Screw Conveyor Bagian ini berfungsi sebagai tempat dudukan
screw conveyor dan sekaligus sebagai laluan jalan pasir yang digiling. Rumah
screw conveyor ini terbuat dari besi pipa yang dibentuk sedemikian rupa sesuai
dengan ukuran yang telah di perhitungkan.
3. Poros screw conveyor Poros ini merupakan tempat melekatnya plat
screw, yang mana pelekatnya dilakukan dengan proses pengelasan. Seminar
14
Nasional Sains dan Teknologi 2017 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Jakarta , 1-2 November 2017 3 Website
4. Bantalan adalah suatu elemen mesin yang menumpu beban diantara
bagian yang berputar terutama terhadap poros agar gerakannya berlangsung secara
halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik
Dalam perencanaan ini bantalan yang dipergunakan adalah bantalan
gelinding, karena bantalan ini berfungsi menahan poros screw conveyor yang
berputar pada sambungan, sehingga putaran menjadi lebih stabil dan aus yang
ditimbulkan dapat diperkecil.
5. Poros merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan
daya dan putaran selama mesin beroperasi, sehingga dapat dikatakan bahwa poros
merupakan peran utama dalam sistem transmisi. Pembebanan pada poros
tergantung besarnya daya dan putaran mesin yang diteruskan, serta pengaruh daya
yang ditimbulkan oleh bagian-bagian mesin yang berputar bersama poros.
Penggunaan mesin perkakas untuk mendesain elemen mesin seperti poros saat ini
masih dinilai efektif.
6. Sabuk Sabuk merupakan suatu elemen mesin yang dipakai untuk
memindahkan daya anara dua poros yang sejajar. Poros harus berpisah pada jarak
minimum tertentu yang tergantung pada jenis pemakaian sabuk agar bekerja
efesien. Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan dilakukan
transmisi langsung dengan roda gigi. Dalam hal ini salah satu cara
metransmisikan putaran adalah dengan menggunakan sabuk.
15
Gambar 2.2 Mesin Screw Conveyor
Gambar 2.3 Screw Conveyor
2.3 Mortar
Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah bahan bangunan
terdiri dari agregat halus, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen.
Adukan mortar dibuat kelecekannya cukup baik sehingga mudah dikerjakan
(diaduk, dibawa ke tempat pembuatan dengan “uji sebar” dengan alat berupa
“meja sebar”. Mortar sebagai bahan bangunan, biasa diukur sifat-sifatnya,
misalnya kuat tekan, berat jenis, kuat tarik, daya serap air, kuat rekat dengan bata
merah, susutan, dan sebagainya. (Tjokrodimuljo, K 2012).
16
2.4 Jenis mortar
Tjokrodimuljo, K (2012) membagi mortar berdasarkan jenis
bahanikatnya menjadi empat jenis, yaitu mortar lumpur, mortar kapur, mortar
semen dan mortar khusus.
a. Mortar lumpur
Mortar lumpur dibuat dari campuran air, tanah liat/lumpur, dan agregat
halus. Perbandingan campuran bahan-bahan tersebut harus tepat untuk
memperoleh adukan yang kelecakannya baik dan mendapatkan mortar (setelah
keras) yang baik pula. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak-retak
setelah mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak
pasir menyebabkan adukan kurang dapat melekat dengan baik. Mortar lumpur ini
dipakai untuk bahan dinding tembok atau bahan tungku api di pedesaan.
b. Mortar kapur
Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur, semen merah dan air.
Kapur dan pasir mula-mula dicampur dalam keadaan kering kemudian
ditambahkan air. Air diberikan secukupnya untuk memperoleh adukan dengan
kelecakan yang baik. Selama proses pelekatan kapur mengalami susutan sehingga
jumlah pasir yang umum digunakan adalah tiga kali volume kapur. Mortar ini
biasa dipakai untuk perekat bata merah pada dinding tembok bata, atau perekat
antar batu pada pasangan batu.
c. Mortar semen
17
Mortar semen dibuat dari campuran air, semen Portland, dan agregat
halus dalam per-bandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume
semen dan volume agregat halus berkisar antara 1 : 2 dan 1 : 8. Mortar ini lebih
besar daripada mortar lumpur atau mortar kapur, oleh karena itu biasa dipakai
untuk tembok, pilar, kolom, atau bagian bangunan lain yang menahan beban.
Karena mortar semen ini lebih rapat air (dibandingkan dengan mortar lain
sebelumnya) maka juga dipakai untuk bagian luar bangunan dan atau bagian
bangunan yang berad dibawah tanah (terkena air).
d. Mortar khusus
Mortar khusus ini dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada
mortar 1.2) dan 1.3) di atas dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh
dengan menambahkan asbestos fibres, jutes fibres (serat alami), butir – butir kayu,
serbuk gergaji kayu, serbuk kaca dan lain sebagainya. Mortar khusus digunakan
dengan tujuan dan maksud tertentu, contohnya mortar tahan api diperoleh dengan
penambahan serbuk bata merah dengan aluminous cement, dengan perbandingan
satu aluminous cement dan dua serbuk batu api. Mortar ini biasanya di pakai
untuk tungku api dan sebagainya.
2.5 Sifat-sifat mortar
Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) mortar yang baik harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
18
a. Murah.
b. Tahan lama.
c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan).
d. Melekat dengan baik dengan bata, batu dan sebagainya.
e. Cepat kering dan mengeras.
f. Tahan terhadap rembesan air.
g. Tidak timbul retak-retak setelah dipasang.
Pemakaian mortar pada kondisi bangunan tertentu disyaratkan untuk
memenuhi mutu adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk
bangunan gedung bertingkat banyak diisyaratkan menggunakan mortar
yang kuat tekan minimumnya 3,0 MPa.
2.6 Kuat Tekan Mortar
Kekuatan tekan adalah kemampuan pasta dan mortar menerima gaya tekan
persatuan luas. Seperti pada beton, kekuatan pasta dan mortar ditentukan oleh
kandungan semen dan faktor air semen dari campuran.Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kuat tekan pasta dan mortar diantaranya adalah faktor air semen,
jumlah semen, umur mortar, dan sifat agregat. (Asia, N.2014)
a. Faktor air semen (f a s)
Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air dan berat
semen dalam campuran pasta atau mortar. Secara umum diketahui bahwa semakin
19
tinggi nilai f.a.s maka semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian,
nilai f.a.s. yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton
semakin tinggi. Nilai f.a.s. yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya
akan menyebabkan mutu beton menurun.(Asia,N.2014)
b. Jumlah Semen
Pada mortar dengan f.a.s sama, mortar dengan kandungan semen lebih
banyak belum tentu mempunyai kekuatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
jumlah air yang banyak, demikian pula pastanya, menyebabkan kandungan pori
lebih banyak daripada mortar dengan kandungan semen yang lebih sedikit.
Kandungan pori inilah yang mengurangi kekuatan mortar. Jumlah semen dalam
mortar mempunyai nilai optimum tertentu yang memberikankuat tekan tinggi.
(Asia, N.2014)
c. Umur Mortar
Kekuatan mortar akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur
dimana pada umur 28 hari pasta dan mortar akan memperoleh kekuatan yang
diinginkan. (Asia, N.2014)
d. Sifat Agregat
Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan ialah bentuk kekasaran
permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir agregat. Bentuk dari agregat
akan berpengaruh terhadap interlocking antar agregat. (Asia, N.2014)
2.7 Kuat tarik belah mortar
20
Kuat tarik belah adalah ukuran kuat tarik belah mortar yang diakibatkan
oleh suatu gaya untuk mengetahui batas kuat tarik belah dari benda uji. Benda uji
mortar ini setelah keras kemudian diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan
meja penekan mesin uji ditekan. Nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung dari
besar beban tarik maksimum (N) dikalikan dua dibagi dengan panjang dan
diameter benda uji (mm2). (Tjokrodimuljo, K. 2012)
2.8 Penyerapan air mortar
Daya serap air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu
agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat mempunyai ukuran
dengan variasi cukup besar. Pori-pori tersebar di seluruh butiran, beberapa
merupakan pori-pori yang tertutup dalam materi, beberapa yang lain terbuka
terhadap permukaan butiran. Beberapa jenis agragat yang sering dipakai
mempunyai volume pori tertutup sekitar 0 % sampai 20 % dari volume butirnya.
(Tjokrodimulyo, K 2012) .Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) menyatakan bahwa
dalam adukan beton atau mortar, air, dan semen membentuk pasta yang disebut
pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butir-butir agregat
halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan,
sehingga butir-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu
massa yang kompak atau padat.
2.9 Tipe mortar
Berdasarkan ASTM C270, Standard Specification for Mortar for Unit
Masonry, mortar untuk adukan pasangan dapat dibedakan atas 5 tipe, yaitu :
21
a. Mortar Tipe M
Mortar tipe M merupakan campuran dengan kuat tekan yang tinggi yang
direkomendasikan untuk pasangan bertulang maupun pasangan tidak bertulang
yang akan memikul beban tekan yang besar.
b. Mortar Tipe S
Mortar tipe ini direkomendasikan untuk struktur yang akan memikul beban
tekan normal tetapi dengan kuat lekat lentur yang diperlukan untuk menahan
beban lateral besar yang berasal dari tekanan tanah, angin dan beban gempa.
Karena keawetannya yang tinggi, mortar tipe S juga direkomendasikan untuk
struktur pada atau di bawah tanah, serta yang selalu berhubungan dengan tanah,
seperti pondasi,dinding penahan tanah, perkerasan, saluran pembuangan dan
mainhole.
c. Mortar Tipe N
Tipe N merupakan mortar yang umum digunakan untuk konstruksi pasangan di
atas tanah. Mortar ini direkomendasikan untuk dinding penahan beban interior
maupun eksterior. Mortar dengan kekuatan sedang ini memberikan kesesuaian
yang paling baik antara kuat tekan dan kuat lentur, workabilitas, dan dari segi
ekonomi yang direkomendasikan untuk aplikasi konstruksi pasangan umumnya.
d. Mortar Tipe O
Mortar tipe O merupakan mortar dengan kandungan kapur tinggi dan kuat
tekan yang rendah. Mortar tipe ini direkomendasikan untuk dinding interior dan
eksterior yang tidak menahan beban struktur, yang tidak menjadi beku dalam
22
keadaan lembab atau jenuh. Mortar tipe ini sering digunakan untuk pekerjaan
setempat, memiliki workabilitas yang baik dan biaya yang ekonomis.
e. Mortar Tipe K
Mortar tipe K memiliki kuat tekan dan kuat lekat lentur yang sangat rendah.
Mortar tipe ini jarang digunakan untuk konstruksi baru, dan direkomendasikan
dalam ASTM C270 hanya untuk konstruksi bangunan lama yang umumnya
menggunakan mortar kapur.
2.10 Pengertian Bata Ringan
Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki sifat
kuat, tahan air dan api, awet (durable). Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki
tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan
beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta
meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding
berlangsung.Menurut Kristanti dan Tansajaya (2008), pada dasarnya pembuatan
beton ringan dilakukan dengan cara menyertakan udara dalam komposisinya,
dengan cara No-Fines Concrete,Lightweight Aggregate Concrete, Aerated
Concrete.
Bata beton ringan merupakan bata yang memiliki berat yang jauh lebih
kecil jika dibandingkan dengan batu bata pada umumnya. Bata beton ringan
diciptakan dengan tujuan untuk memperingan beban struktur dari sebuah
bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa
material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding. Menurut SNI 033449-
23
1994 beton ringan adalah beton yang memakai agregat ringan atau campuran
agregat kasar ringan dan pasir alam sebagai pengganti agregat halus ringan
dengan ketentuan tidak boleh melampaui berat isi maksimum beton 1850 kg/m3.
Akibat dari berat yang cukup ringan tersebut, maka bata jenis ini saat ini mulai
banyak digunakan dalam pembangunan konstruksi gedung bertingkat dan
konstruksi bangunan tahan gempa sebab dalam perhitungan gempa menurut SNI-
1726-2002 besarnya beban gempa antara lain tergantung dari berat bangunan,
jenis tanah, dan lokasi bangunan.
Ada 2 jenis bata ringan yang sering digunakan pada dinding bangunan,
yaitu Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete
(CLC). Kedua jenis bata ringan ini terbuat dari bahan dasar semen, pasir dan
kapur, yang berbeda adalah cara pembuatannya. Dikutip dari Lee, Abe. (2005)
bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada
disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu ketika bubuk aluminium atau aluminium pasta
mengembang seperti pada prosess pembuatan roti saat penambahan ragi untuk
mengembangkan adonan.Sedangkan menurut Kristanti, N., Tansajaya, A.
(2008)bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara
alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil)
digantikan oleh udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang sangat
stabil dan tidak ada reaksi kimia.
Kondisi Lapangan
24
Gambar 2.4 Ukuran bata ringan
2.11 Karakteristik Beton Ringan
Menurut Sentosa Limanto,dkk dalam jurnal nasioal yang berjudul
produktivitas material beton ringan dalam pemakaian sebagai kontruksi dinding
beton ringan mempunyai karakteristik, kelebihan dan kekurangan sebagai berikut,
a. Presisi, karena dibuat oleh pabrik dan menggunakan mesin, maka
ukuran dan bentuk dari beton ringan ini lebih presisi daripada bata konvensional
yang dibuat dengan menggunakan tenaga manusia.
b. Sudut siku, sudut yang dimilik beton ringan benar – benar tegak lurus
membentuk 90o. Permukaan halus dan pori – pori lebih rapat.
c. Permukaan pada beton ringan umumnya rata dan halus, serta memiliki
pori yang lebih rapat, hal ini menyebabkan beton ringan lebih kedap air.
25
d. Ringan dan kuat, beton ringan sesuai namanya memiliki berat yang
lebih ringan dari bata konvensional, hampir 1/3 berat dari bata konvensional.
Tetapi walaupun memiliki berat yang ringan, beton ringan tetap kuat.
2.12 Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan
Kelebihan :
a. Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan
air.
b. AAC Block atau singkatan dari Autoclaved Aerated Concrete Block
memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat dengan
mudah menghasilkan pasangan dinding yang rapi.
c. Pemasangan lebih cepat dan rapi.
d. Ringan, tahan api, dan mempunyai kekedapan suara yang baik (tahan
bising).
e. Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.
f. Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 1
cm saja. Mudah didapat dan dapat diperoleh dalam jumlah yang
besar.
g. Karena ukurannya yang lebih besar dari bata biasa maka
pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa. Lebih
ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.
Selain itu karena ringan, pengangkutannya dapat lebih mudah
dilakukan.
26
Kekurangan :
a. Harga relatif lebih mahal daripada bata.
b. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan
memakan waste yang cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan
untuk tukang yang akan memasangnya, karena dampaknya berakibat
pada waste dan mutu pemasangan.
c. Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan
produsennya, umumnya adalah semen instan.
2.13 Kuat Tekan Bata Ringan
Menurut Edwin (2014), yang telah melakukan penelitian bata beton
ringan dengan perbandingan 1 Pc : 0,5 Psr : 0,55 Fas dengan 1 ml Foam agent : 25
ml air. Didapatkan kuat tekan 17,422 kg/cm2 tidak memenuhi standar bata beton
berdasarkan SNI 03-0349-1989 tingkat mutu IV sebesar 25 kg/cm2.
Menurut Krisno, dkk (2013), melakukan penelitian bata beton dengan
perbandingan 60% pasir : 40 % lumpur sidoarjo dan Na2SiO3 : NaOH yaitu 1 : 2
dengan 1 ml Foam agent : 30 ml air. Didapat kuat tekan pada umur 7 hari sebesar
19,2 kg/m2. Menurut Joko (2006), yang telah melakukan penelitian bata beton
berlubang dengan perbandingan 1 Pc : 1,6 Fa : 8 pasir menghasilkan kuat tekan
optimum, yakni 42,5 kg/cm2 pada umur 30 hari.
Bata ringan hebel yang diproduksi Tb. Saudara Kita (2014) memenuhi
spesifikasi bata beton berdasarkan SNI 03-0349-1989 yang mempunyai kuat tekan
sebesar 40 kg/m2 dengan berat jenis 650 kg/m3.
27
2.14 Pemasangan bata ringan
Menurut (M. Asad Nur Abdurahman,dkk) dalam jurnal nasional nya alat
dan cara yang digunakan dalam memasang bata ringan sebagai berikut:
Sebelum pekerjaan pemasangan bata ringan dimulai, terlebih dahulu para
tukang menyiapkan semua keperluan pekerjaan seperti:
a. bata ringan
b. material spesi
c. meteran
d. waterpass
e. selang air
f. benang
g. unting-unting
h. sendok semen
i. gerobak sorong
j. ember plastik
k. cangkul
l. palu
m. paku.
Cara memasang:
a. Tukang memasang benang pemandu dan unting-unting agar bata
ringan terpasang rapi
28
b. buruh melakukan pengadukan campuran spesi terdiri dari: semen,
air, dengan perbandingan 1 zak semen mortar, dan air disesuaikan
dengan kebutuhan.
c. Setelah selesai pengadukan spesi maka diangkut dengan
menggunakan ember oleh buruh kepada tukang dan pemasangan
bata ringan dimulai.
d. Pemasangan bata ringan dimulai dengan menabur spesi arah
horizontal dan diratakan dengan sendok semen.
e. selanjutnya diletakkan bata ringan diatasnya dan diketuk-ketuk
dengan sendok semen. Perlakuan yang sama terus dilakukan untuk
bata ringan arah horizontal yang lain yang diatur dengan
jaraktertentu. Lubang diantara bata ringan diisi dengan spesi vertikal.
Gambar 2.5 Pemasangan bata ringan di lapangan
2.15 Produktivitas Pekerjaan
Winanda (2010) mengemukakan bahwa dalam konstruksi, pengertian
produktivitas tersebut biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan
dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja.
29
Pengukuran produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
alat, bahan, metode pelaksanaan pekerjaan, dan lokasi, Menurut M.Sinungan
(2003:3). Hal ini menyebabkan sulit dilakukannya pengukuran produktivitas
secara detail pada proyek-proyek konstruksi. Kontraktor seringkali tidak
memperhitungkan produktivitas dalam merencanakan proyek karena
membutuhkan tenaga dan biaya yang besar. Selain itu, pengukuran produktivitas
tidak bisa dilakukan secara akurat sehingga pengukuran produktivitas dilakukan
dengan cara pendekatan. Secara umum, Produktivitas dinyatakan dengan rumus (
Thomas, 1999)
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik
perorangan / per orang atau per jam kerja sering diterima secara luas, namun dari
sudut pandang pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada
umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang
berbeda. Oleh karena itu, digunakan pengukuran waktu dalam unit-unit kerja
(jam, hari, tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya
diartikan s`ebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam suatu jam oleh
pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Produktivitas
tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai berikut , (Muchdarsyah, 1992 : Hal. 25)
`
Produktivitas pekerjaan m/jam = Hasil Kerja m2 /Jam (durasi
Kerja)
Produktivitas tenaga kerja = hasil kerja dalam waktu tertentu/waktu kerja
30
Semua faktor yang mempengaruhi produktivitas dipandang sebagai sub
sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya
disimpan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah
(Sinungan, 2000) :
a. `Kualitas atau jumlah tenaga kerja yang digunakan pada suatu proyek
konstruksi
b. Tingkat keahlian tenaga kerja
c. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan termasuk pengaruh faktor
lingkungan dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil oleh
tenaga kerja
d. Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang sedang terjadi
dalam lingkup pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada kondisi
tersebut
e. Minat tenaga kerja yang tinggi terhadap jenis pekerjaan yang ditekuni
f. Struktur pekerjaan, keahlian dan umur dari angkatan kerja.
65
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilaksanakan , maka dapat kita tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuatan alat screw conveyor trowel melewati beberapa tahapan,
diantaranya sebagai berikut:
a. Mendesign alat screw conveyor trowel
b. Analisis kebutuhan bahan untuk membuat alat screw conveyor
trowel, seperti plat besi, besi siku, selang, mesin dinamo, pipa pvc ,
kabel, besi diameter 6, pulley, panbel dan sock.
c. Merancang bahan yang akan digunakan untuk selanjutnya yakni
tahap pembuatan.
2. Cara kerja alat screw conveyor trowel yakni :
a. Kabel dinamo di pasang ke stop kontak agar mesin menyala terlebih
dahulu.
b. Dinamo akan berputar menggerakkan panbel pada pulley dinamo
dan pulley screw.
c. Pulley berputar untuk menggerakkan screw agar screw bergerak
secara konsisten
d. Adonan mortar dimasukkan kedalam hopper untuk selanjutnya
dibawa kedalam pipa.
66
e. Ketika adonan berada didalam pipa adonan tersebut terdorong keluar
karena adanya gerakan dan dorongan dari screw conveyor.
f. Selanjutnya adonan mortar terbawa keluar melalu selang, menuju ke
trowel sehingga adonan mortar dapat diratakan pada bata ringan
dengan trowel tersebut.
g. Ketika dalam pemasangan bata ringan panjang selang sudah tidak
menyukupi maka dorong mesin karena terdapat roda agar mudah
memindahkan mesin tersebut.
h. Cabut kabel pada stop kontak ketika pekerjaan akan dihentikan.
i. Setelah selesai pemakaian alat harus dibersihkan dengan cara
1. Biarkan mesin dengan keadaaan menyala,kemuadian tuangkan
air sebanyak mungkin yang berguna membersikan adonan
masih tertinggal di rongga- rongga mesin supaya mesin
menjadi bersih apabila di gunakan kembali mesin tersebut tidak
tersumbat oleh adonan yang masih tertinggal di dalam mesin
tersebut.
2. Melepas bagian belakang crew conveyor dengan posissi mesin
mati,kemudian lepas panbel dari pulley yg terhubung ke crew
conveyor,selanjutnya tarik bagian tersebut sampai terlepas dari
pipa,lalu bersihkan bagian crew dari sisa mortar. Kemudian
bagian ronggga pipa di semprot menggunakan air sampai
rongga pipa tersebut benar benar bersih dari mortal dan apa bila
mortar tersebut tertinggal akan mengakibatkan kerja mesin
67
menjadi tidak optimal dan cara pembersian pun sulit di
karnakan adoanan mortar mengeras.
3. Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik
(barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Artinya perbandingan
antara hasil keluaran dengan hasil yang masuk atau output-input. Alat
tradisional berupa cetok mempunyai rata-rata produktivitas pekerjaan sebesar
13,8348 m2/jam, sedangkan alat screw conveyor trowel mempunyai rata-rata
pekerjaan yakni 19,1784 m2/jam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
alat screw conveyor trowel lebih mempercepat pekerjaan dibandingkan
dengan alat tradisional berupa cetok.
5.2 Saran
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diantara lain adalah :
1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
pengetahuan terkait dengan kemajuan alat dibidang kontruksi serta cara
pembuatanya, khusunya yang berminat untuk mengetahui lebih jauh
tentang kemajuan alat dibidang kontruksi (melakukan penelitian) maka
perlu modifikasi variabel atau menambah time series datanya. Sehingga
akan lebih objektif dan bervariasi dalam melakukan penelitian .
2. Bagi tukang bangunan, sebagai alat dalam pemasangan spesi pada bata
ringan karna dapat mempercepat pekerjaan serta mempermudah dalam
proses pemasangan .
68
3. Dalam upaya mempercepat proses pekerjaan pemasangan spesi pada bata
ringan, diharapkan alat screw conveyor trowel untuk terus diteliti oleh
peneliti yang lain agar lebih baik dan lebih modern.
4. Selain itu alat screw conveyor trowel dapat diperbarui oleh para peneliti
yang lain sehingga alat screw conveyor trowel dapat menjadi alat yang
dijual dipasaran untuk dipakai dalam pemasangan spesi pada bata ringan.
71
DAFTAR PUSTAKA
Selwyn,Jin.2018.Analisis Perbandingan Durasi Plester Dengan Plester
Konvensional Pada Dinding Bata Ringan. Sutarno. Jurnal Muara Sains,
Teknologi,Kedokteran,Ilmu Kesehatan. 2(1)
Rahman Abdul,2017.Prototype Screw Conveyor Mesin Pendaur Ulang Pasir
Cetak 10 Ton/Jam.Jurnal Universitas Muhamaddiyah Jakarta.
Tjokrodimuljo,K.2012.Sifat Fisik dan Mekanik Beton Ringan.Yogyakarta:Biro
Penerbit KMTS FT
Kristanti dan Tansajaya.2008.Studi Pembuatan Cellular Lightweight Concrete
(CLC) dengan Beberapa Foam Agent.
Sentosa Limanto dkk.2011.Produktivitas Material Bata Ringan.7(1)
L,Rahmadianty.2017.Komposisi Campura Beton Dengan Menggunakan
Perbandingan volume.Jurnal Teknik Sipil 6(2).
E,Yuntafa.2012.Perbandingan Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Ringan Dengan
Bata Merah 7(2).
S,Limanto.2017.Evaluasi Produktifitas Pemasangan Bata Ringan Pada
Dinding.Journal of Construction Engineering and Management.295-303
Sabardiyanto,2016.Analisis Mekanik Screw Conveyor Tibular 200 mm Dengan
Autodesk.Jurnal Teknik Mesin.
Anonim. 2011. Conveyor. http://repository.usu.ac.idl
Shingley.J.E, 1999. Perencanaan Teknik Mesin. Jilid I.
Erlangga. Jakarta. Sularso, and Suga K, 1991. Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, Pradnya Paramita Jakarta.
Sear, Zemansky, 1982. Fisika Untuk Universitas. Bina Cipta. Bandung.
Bohm, D. (1991). "The Mason's elevator handling machine." 8th Int. Symp. On
Automation and Robotics in Constr., International Association for
Automation and Robotics in Construction, Garston, Wafford, England.
Borg, W. R. and Gall, M. D. (1983). Educational Research An Introduction.
Longman, New York.
Fukuda, S., Takasu, M., & Kojima, S. (1991). "Development of an interior finish
work robot." 8th Int. Symp. on Automation and Robotics in Constr.,
International Association for Automation and Robotics in Construction,
Garston, Watford, England.
Kodama, Y. et al. (1989). "A robotized wall erection system with solid
components." 6th Int. Symp. on Automation and Robotics in Constr.,
International Association for Automation and Robotics in Construction,
Garston, Wafford, England.
72
Kumita, Y., Takimoto, T., Nozue, A., and Murakoshi, K. (1992). "Development of
a desk/chair arrangement robot." 9th Int. Symp. on Automation and
Robotics in Constr., International Association for Automation and Robotics
in Construction, Garston, Watford, England.
Lehtinen, H., Sainio, H., Matikainen, M., Seren, K. J., & Koskela, L. (1991).
"Development of mobile tile cladding robot system." 8th Int. Symp. on
Automation and Robotics in Constr., International Association for
Automation and Robotics in Construction, Garston, Watford, England.
Lehtinen, H., Salo, E., & Aalto, H. (1989). "Outlines of two masonry robot
systems." 6th Int. Symp. on Automation and Robotics in Constr.,
International Association for Automation and Robotics in Construction,
Garston, Watford, England.
Malinovsky, E., Borschevsky, A. A., Eler, E. A., and Pogodin, V. M. (1990). "A
robotic complex of bricklaying applications." 7th Int. Symp. on Automation
and Robotics in Constr., International Association for Automation and
Robotics in Construction, Garston, Watford, England.
Anonim. 2011. Conveyor. http://repository.usu.ac.id
Sularso, and Suga K, 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
Pradnya Paramita Jakarta.
Oglesby, C.H., Parker, H.W., & Howell, G.A. (1989). Productivity Improvement
in Construction. Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Salagnac, J. L. (1988). "Soffito--a mobile robot for finishing works in buildings."
5th Int. Symp. on Automation and Robotics in Constr., International
Association for Automation and Robotics in Construction, Garston,
Watford, England.
Slocum, A. H., and Schena, B. (1988). Blockbot--a robot to automate construction
of cement block walls. Robotica, 4.
Slocum, A. H., Demsetz, L., Levy, D., Schena, B., and Ziegler, A. (1987).
"Construction automation research at the Massachusetts Institute of
Technology." 4th Int. Symp. on Robotics and Artificial Intelligence in
Building.
Ueno, T. (1988). "Research and development of robotic systems for assembly and
finishing works." 5th Int. Symp. on Automation and Robotics in Constr.,
International Association for Automation and Robotics in Construction,
Garston, Wafford, England.
Warszawski A. & Rosenfeld Y. (1994). “Robot for Interior-Finishing Works in
Building: Feasibility Analysis” Journal of Construction Engineering
Management, 120(1). 132-151.
73
Yoshida, T. (1984). "Development of spray robot for fireproof work." Proc.
Workshop Conf. Robotics in Constr., Carnegie Mellon Univ., Pittsburgh,
Pa.