PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI IMAGINASI...
Transcript of PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI IMAGINASI...
PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI IMAGINASI
TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN NYERI
EPISIOTOMY PADA ASUHAN KEPERAWATAN
NY. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI
BANGSAL KENANGA RSUD
KARANGANYAR
DisusunOleh :
MURTIYAH
NIM. P. 11041
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI IMAGINASI TERBIMBING
TERHADAP PENURUNAN NYERI EPISIOTOMY PADA ASUHAN
KEPERAWATAN NY. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN
DI BANGSAL KENANGA RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiyah
Untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DisusunOleh :
MURTIYAH
NIM. P. 11041
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : MURTIYAH
NIM : P11041
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul : PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI
IMAGINASI TERBIMBING TERHADAP
PENURUNAN NYERI EPISIOTOMY PADA ASUHAN
KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DIBANGSAL KENANGA RSUD
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
bear- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagi tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Mei 2014
Yang Membuat Pernyataan
MURTIYAH
NIM P11 041
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, ramat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TERAPI NON FARMAKOLOGI
IMAGINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN NYERI
EPISIOTOMY PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. W DENGAN POST
PARTUM SPONTAN DIBANGSAL KENAGA RSUD KARANGANYAR”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dan menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dan menimba
ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Nurul Devi Ardiani,S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.
5. Nurul Izzawati, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingann dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermafaat.
7. Kedua orang tuaku, yang telah memberikan kasih sayang, inspirasi,
dorongan, doa, dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Agus.s yang tak henti-henti memberi semangat,kasih sayang,yang memberi
fasilitas demi sempurnanya studi kasus ini.
9. Kakakku, dan sahabat terbaikku yang selalu memberikan cinta dan kasih
sayang untuk menyelesaikan karya tulis ini.
10. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Progrm Studi DIII Keprawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, telah memberikan dukungan moril dan spirial
Semoga laporan studi kasu ini bermanfaat untuk pekembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Aamiin.
Surakarta, Mei 2014
Murtiyah
vii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Post Partum ............................................................................ 6
1. Pengertian ......................................................................... 6
2. Adaptasi Fisiologis pada Masa Nifas ............................... 7
3. Komplikasi ....................................................................... 12
B. Asuhan keperawatan .............................................................. 15
1. Pengertian ......................................................................... 15
2. Pengkajian ........................................................................ 16
3. Diagnosa Keperawatan..................................................... 25
C. Nyeri ....................................................................................... 28
viii
1. Pengetian .......................................................................... 28
2. Etiologi Nyeri Persalinan ................................................. 28
3. Mekanisme Nyeri Persalinan ........................................... 29
D. Distraksi (Imaginasi Terbimbing) .......................................... 29
1. Pengertian ......................................................................... 29
2. Tujuan teknik Imaginasi Terbimbing ............................... 30
BAB III LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ........................................................................ 31
B. Pengkajian .............................................................................. 32
C. Rumusan Masalah .................................................................. 37
D. Intervensi ................................................................................ 38
E. Implementasi Keperawatan .................................................... 39
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 41
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 53
B. Saran ....................................................................................... 55
Daftar Pustaka
Lampiran
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Asuhan Keperawatan
Lampiran II Jurnal
Lampiran III Lembar Konsultasi
Lampiran IV Log Book
Lampiran V Pendelegasian
Lampiran VI Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007).
World Health Organization (2008), melaporkan bahwa jumlah partus
normal di dunia mengalami penurunan sebesar 34% dari 546.000 di tahun
1990 – 2008 menjadi 358.000, presentase ibu melahirkan dengan luka
episiotomy 50%.
Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit
sehingga mengalami derajat nyeri perineum setelah melahirkan (Sumarah,
2009). Epsiotomi (Perineotomi) adalah insisi perineum untuk memperlebar
ruang pada lubang keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak
(Oxorn, 2003).
Nyeri menurut Maslow, merupakan kebutuhan fisiologis. Nyeri
merupakan perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya
orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
perasaan tersebut. Secara umum dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak
nyaman, baik ringan maupun berat (Mubarak,2007).
2
Fisiologis nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan
perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan
membantu dan menjelaskan tiga komponen fisiologis yaitu resepsi,persepsi,
dan reaksi (Potter dan Perry, 2006).
Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan
tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya. Pada
penanganan nyeri ini sebenarnya tidak memerlukan obat, sebagai manajemen
nyeri,namun pasien akan merasa tenang ketika telah mendapatkan analgetik
(Judha, 2012). Rasa nyeri muncul akibat respon psikis dan reflek fisik.
Kualitas rasa nyeri fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa
sakit, denyutan, sensasi tajam, rasa mual, dan kram (Bobak, 2004).
Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologi dan
nonfarmakologi. Salah satu strategi pendekaatan non farmakologi adalah
dengan teknik managemen nyeri (imaginasi terbimbing). Imaginasi
terbimbing adalah penciptaan khayalan dengan tuntunan yang merupakan
suatu bentuk pengalihan fasilitator yang mendorong pasien untuk
memvisualisasikan atau memikirkan pemandangan atau sensasi yang
menyenangkan untuk mengalihkan perhatian menjauhi nyeri (Price, 2005).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andarmoyo
(2006) dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
yang berjudul Pengaruh Terapi Non Farmakologi (Imaginasi Terbimbing)
Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Cesarea pada Ibu
Primipara : Dari hasil penelitian tersebut didapatkanhasil bahwa nyeri
3
berkurang setelah dilakukan Distraksi (imajinasi terbimbing) pada ibu dengan
keluhan nyeri postSectio Cesarea.
Studi kasus yang penulis lakukan pada Ny. W dengan diagnosa nyeri
post partum pada perineum akibat tindakan episotomy didapatkan data
dengan keluhan Ny. W mengatakan nyeri karena luka jahitan jalan lahir
akibat episiotomi, nyeri dirasakan seperti terbakar pada jalan lahir, skala nyeri
6, nyeri pada saat bergerak dan duduk terasa perih, pasien tampak meringis
kesakitan.
Berdasarkan data di atas maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan
lebih lanjut mengenai “Pemberian Terapi non farmakologi Imaginasi
Terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan
Ny. W dengan post partum spontan di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan pemberian terapi non farmakologi imaginasi
terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan
Ny. W dengan post partum spontan di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian nyeri episiotomy pada Asuhan
Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
4
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan nyeri episiotomy
pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan nyeri
episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum
spontan.
d. Penulis mampu melakukan implementasi yang komprehensif nyeri
episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum
spontan.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan nyeri episiotomy pada
Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi non farmakologi
imaginasi terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan
keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan menerapkan asuhan keperawatan
tentang pengaruh pemberian terapi non farmakologi Imaginasi
Terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan
keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi
perkembangan ilmu dan praktik keperwatan maternitas, khususnya dalam
5
pemberian terapi non farmakologi imaginasi terbimbing terhadap
penurunan nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post
partum spontan.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan yang
diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya
pada klien dengan nyeri episiotomy pada Asuhan Keperawatan Ny. W
dengan post partum spontan.
4. Profesi Keperawatan
Untuk melakukan tindakan aktif oleh profesi keperawatan dengan
cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri episiotomy
pada Asuhan Keperawatan Ny. W dengan post partum spontan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Post Partum
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati,2009). Menurut Saleha (2009), periode masa nifas dibagi
menjadi 3, yaitu :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terjadi banyak masalah, misalnya perdarahan karena
atonia uteri.
b. Periode early postpartum
Pada masa ini harus memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum
Pada periode ini harus tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling untuk pemakaian alat
kontrasepsi atau mengikuti program keluarga berencana.
7
2. Adaptasi Fisiologis pada Masa Nifas
a. Uterus
1) Involusi
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil, dengan involusi uterus ini lapisan luar
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan terjadi
neurotic (layu/ mati)(Sulistyawati, 2009).
2) Lockea
Lockea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lockea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dalam uterus. Lockea mempunyai reaksi basa atau alkalis
yang dapat membuat organisme yang berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Macam-macam
lockea yaitu :
(1) Lockea Rubra/ Merah
Lockea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke empat
masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi lanugo ( rambut bayi ) dan mekonium.
(2) Lockea Sanguinoleta
Lockea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir
serta berlangsung pada hari ke empat sampai ke tujuh
postpartum.
8
(3) Lockea serosa
Lockea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke tujuh sampai hari ke empat
belas.
(4) Lockea alba/Putih
Lockea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
b. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi,sedangkan serviks tidakberkontraksi sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpusdan serviks berbentuk semacam
cincin(Sulistyawati, 2009).
c. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari pertama
sesuai proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas
9
biasanya terdapat luka-luka jalan lahir.Luka pada vagina umumnya
tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perprimen (sembuh
dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin
menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.
d. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.pada post
natal hari ke 5,perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus
nya,sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil.
e. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan.Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan
makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Buang air besar kembali normal, dapat diatasidengandiet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak
berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberi obat laksansia.
f. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema heler kandung
10
kemih sesudah bagian ini mengami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urin dalam junlah besar hasilkan dalam 12-36 jam post partum.
Kadar esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
Ureter yang akan berdilaktasi akankembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odema hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari
uretra sehingga menjadi retensio urine.Kandung kemih dalam masa
nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap
kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15
cc).Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih
sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.
g. Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Penbuluh-
pembuluh darah yang berada di antara nyaman otot-ototuterus akan
terjepit.Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Tidak jarang
juga wanita mengeluh “kandunganya turun” setelah melahirkan
11
karena legimen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi
kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 setelah
persalinan.
h. Perubahan sistem endokrin
1) Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3
post partum.
2) Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu.
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone) akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler
(minggu ke-3) dan LH (Luteinizing Hormone)tetap rendah
hingga evolusi terjadi.
3) Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui.Seringkali menstruasi pertama
ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan
progesteron.
12
4) Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.(Sulistyawati, 2009).
3. Komplikasi
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan postpartum paling sering diartikan sebagai keadaan
kehilangan darah lebih dari 500ml selama 24 jam pertama sesudah
kelahiran bayi. Perdarahan postpartum adalah merupakan penyebab
penting kehilangan darah serius yang paling sering dijumpai
dibagian ostretik.
b. Infeksi Masa nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan.
Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI (Angka
Kematian Ibu). Infeksi alat genetalial merupakan komplikasi masa
nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan
pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI (Angka Kematian
Ibu) tertinggi.
c. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik dan Penglihatan Kabur
Wanita yang beru melahirkan sering mengeluh sakit kepala
hebat atau penglihan kabur.
13
d. Pembengkakan di Wajah atau Ekstremitas
1) Periksa adanya varises
2) Periksa kemerahan pada betis
3) Periksa adanya tulang kering pergelangan kaki, kaki oedema.
e. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal
dari flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa
beberapa galur Escherichia Collimemiliki pili yang meningkatkan
virulensia.
f. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungki juga lemas
karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman
hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki
makanan berikalah makanan yang bersifat ringan walaupun dalam
persalinan lambung dan alat pencernaan tidak berlangsung turut
mengadakan proses persalinan tetapi sedikit atau banyak pasti
dipengaruhi proses persalinannya tersebut. Sehingga alat
pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.
g. Rasa Sakit, Merah, Lunak dan pembengkakan dikaki
(Thrombopeblitis)
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada
vena-vena maupun di pelvis yang mengalami dilaktasi dan mungkin
lebih sering mengalaminya.
14
1. Episiotomy
a. Pengertian
Episiotomy adalah suatu tindakan untuk mencegah
kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya
regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elatisitas jaringan
tersebut (Prawirohardjo, 2006).
b. Indikasi untuk melakukan episiotomy menurut Asrinah dkk
(2010) . Episiotom ybisa dipertimbangkan hanya pada kasus-
kasus:
1) Gawat janin
2) Persalinan pervaginmdengan penyulit (sunsang, distosia
bahu, extrasiforcep, ekstasi vakum)
3) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang mengalangi
kemajuan persalinan.
c. Macam- macam episiotomy menurut Asrinah dkk (2010)
1) Episiotomy medialis: arah guntingan dibuat di buat di garis
tengah.
2) Episiotomy mediolateralis: dari garis tengah ke samping
menjauhi anus.
3) Episiotomy lateralis: 1-2cmdi atas komisura posterior ke
samping.
4) Episiotomy sekunder: jika ruptur perineum yang spontan,
atau episiotomy medialis yang melebar sehingga mungkin
15
menjadi rupture perineum totalis. Dilakukan pengguntingan
ke samping.
d. Komplikasi Episiotomy
1) Episiotomy dapat memanjang sampai kesaluran rektum
biasanya komplikasi terjadi karena adanya infeksi, memar
atau bengkak.
2) Nyeri post partum
3) Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada
pasien bekas episiotomy, garis jahitan (satura) episiotomy
lebih menyebabkan rasa sakit.jaringan parut yang terjadi pada
bekas luka episiotomy dapat menyebabkan dyspaerunia
apabila jahitan terlalu erat.
4) Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomy dan
terabanya massa.
5) Trauma perineum posterior berat.
6) Infeks bekas episiotomy, infeksi lokal sekitar kulit dan fasia
superfisial akan mudah timbulpada bekas insisi episiotomy.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat
dinamis, membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan
keadaan. Adapun tahap dalam melakukan keperawatan itu yaitu
16
:pengkajian, diagnosekeperawatan, rencanan, implementasi, evaluasi.
(Ernawati, 2010).
2. Pengkajian
Menurut Ernawati (2010),pengkajian atau pengkumpulan data
adalah pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan pasien.
a. Data subyektif
1) Biodata yang mencangkup identitas pasien:
a) Nama
Nama jelas, lengkap,bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penangganan.
b) Umur
Dicacat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang,mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35tahun rentan sekali untuk terjadiperdarahan
dalam masa nifas.
c) Agama
untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,sehingga
17
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
e) Suku / bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gisi
pasien tersebut.
g) Alamat
Ditanya untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,
Asma yang dapat memprngaruhi pada masa nifas ini.
18
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada
hubungannya denga masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga pada gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertai.
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status nikah
syah tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi
proses nifas.
5) Riwayat obstetri
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.berapa
kali ibu hamil,apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang
lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB,BB,penolong persalinan.hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
19
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa.
7) Keluhan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang
makan.
8) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhsdsp
bayinya. Wanita banyak perubahan emoisi/psikologis selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang
ibu.Cukup sering menunjukkan depresi ringan berapa hari setelah
kelahiran.Depresi tersebut sringdisebut sebagai postpartum blues.
Postpartum blues sebagai besar merupakan perwujudan
pfenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari
keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan
oleh sejumlahfaktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah:.
20
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa pouas dan takut
yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan
persalinan.
b) Rasa sakit masa nifas awal.
c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan
postpartum.
d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya
setelah meninggalkan rumah sakit.
e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
9) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.
10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi,banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
21
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya
mendengarkan musik, membaca, kebiasaan mengkonsumsi
obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu
luang.Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena
dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat
penyembuhan.
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakak ibu selal;u menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola
ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatanya.
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan
ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.
b. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan
harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan stabil.
22
Yang terasuh dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif
ini adalah:
1. Vital sign
Ditunjukkan umtuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialami.
a) Temperatur/suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh
dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada
waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal
persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang
mencapai > 38 C adalah pengaruh ke tanda-tanda infeksi.
b) Nadi dan Pernafasan
1) Nadi sekitar antara 60-80x/ menit.denyut nadi di atas
100x/ menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan.
2) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan
disebabkan adanya vitium kordis.
23
3) Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai
serendah-rendahnya 40 sampai 50x/ menit, beberapa
alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin,
tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa
hal itu adalah suatu kelainan.
4) Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/ menit.
c) Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum,tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Menjelaskan pemeriksaan fisik
a) Keadaan buah dada dan puting susu
1) Simetris atau tidak
2) Konsistensi, ada pembebgkakan/tidak
3) Puting menonjol/tidak,lecet/tidak
b) Keadaan abdomen
1) Uterus:
Normal :
24
(a) Kokoh, berkontraksi baik
(b) Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa
nifas segera
Abnormal :
(a) Lembek
(b) Di atas ketinggian fundal saat masa post partum
segera
2) Kandung kemih : bisa buang air besar/ tak bisa buang
air
c) Keadaan genetalia
1) Lochea :
Normal :
(a) Merah hitam (lochea / rubra)
(b) Bau biasa
(c) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil)
(d) Jumlah perdarahan yang ringgan atau sedikit (hanya
perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal :
(a) Merah terang
(b) Bau busuk
(c) Mengeluarkan darah beku
25
(d) Perdarahan berat (memerlukan penggantian
pembalut setiap 0-2 jam)
2) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka
episiotomi/robekan, hecting
3) Keadaan anus : hemorrhoid
4) Keadaan ekstremitas
(a) Varices
(b) Oedema
(c) Refleks patella
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penyebutan sekelompok
petunjukyang didapat selama fase pengkajian. Istilah diagnosis
keperawatan yang diakui oleh North American Nursing
Diagnosis Association’s (NANDA’S) saat ini adalah “suatu
penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan menjadi dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
menjadi tanggung gugat perawat.
1. Nyeri akut b.d agen edera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
4. Intervensi Menurut Wilkinson (2006)
26
Setelah diagnosis keperawatan teridentifikasi, suatu
rencana asuhan dibuat dari hasil atau tujuannya ditetapkan.
Sasaran akhir dari asuhan keperawatan adalah mengubah
diagnosis keperawatan menjadi status kesehatan yang
diinginkan
a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurangKriteria Hasil :
1. Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri
3-4
2. Klien tanpak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien
bisa tidur nyaman
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37 C,
Nadi 60-100x/ menit, R 16-24X/menit, TD 120/80
mmHg.
Intervensi :
a. Mengkaji nyeri klien dengan PQRST (P : faktor
penambah dan pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis
nyeri, R : regio ataudaerah yang mengalami nyeri, S :
skala nyeri, T : waktu dan frekuensi)
Rasional : untuk menentukan jenis, skala, dan tempat
terasa nyeri
27
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien
terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan
asuhan keperawan sesuai dengan respon klien.
c. Memberikan posisi yang nyaman, tenang, tidak bising.
Rasional :membantu klien rilex dan mengurangi nyeri
b. Hambatan mobilitas fisik b.d kelamahan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam klien dapat beraktivitas dengan mandiri.
Kriteria hasil :
1. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik
2. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan da kemanpuan berpindah
Intervensi:
a. Kaji mobilitas fisik
Rasional : untuk mengetahui mobilitas fisik klien
b. Beri posisi nyaman
Rasional : agar klien nyaman
c. Anjurkan keluarga untuk membantu ADL
Rasional : agar ADL klien lebih mandiri
d. Kolaborasi bersama keluarga untuk membantu toileting
klien
28
Rasional : agar klien bisa mandiri dalam toileting.
C. Nyeri
1. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensorik yang dicetuskan oleh
rangsangan yang merupakan ancaman untuk menghancurkan jaringan
disebut sebagai sesuatu yang menyakitkan (Mountcastle dalam Mander,
2004).
2. Etiologi Nyeri Persalinan menurut Bonica & Mc. Donald dalam Asrinah
dkk (2010)
Nyeri pada kala satu persalinan adalah akibat adanya dilatasi
serviks, segmen bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan
serta perlukaan pada jaringan otot maupun ligamen-ligamen yang
menopang struktur di atasnya. Semua ini dapat dijelaskan melalui faktor-
faktor berikut:
a. Regangan dari otot- otot halus memberikan rangsangan pada nyeri
visceral.
b. Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya
tekanan intrauterin, yang berpengaruh pada dilatasi dari struktur
tersebut.
c. Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak
bersalin, misalnya pada saat dilakukan tindakan digital atau kuret,
mereka mengalami nyeri seperti yang dialami oleh ibu bersalin.
29
3. Mekanisme Nyeri post Episiotomy
Nyeri perineum sebagai manisfestasi dari luka bekas jahitan yang
dirasakan klien akibat rupture perineum pada ala pengeluaran, yaitu
bagian terdepan dari anak telah berada didasar panggul. Rupture
perineum tidak selalu di hindarkan, tetapi dengan pertolongan yang baik
pada waktu lahirnya anak robekan itu dapat dikurangi. Kalau terjadi
robekan perineum, harus diperiksa di,mana robekan itu,bagaimana
panjangnya, bagaimana dalamnya dan rata atau tidak. Rupture perineum
harus segera dijahit, sebab jika terlalu lama luka baru itu akan menjadi
lika lama yang mempunyai potensi terkena infeksi. Dalam menjahit
harus dijaga kerapian dan kerapatan, sehingga perineum dapat rata
kembali seperti sebelum terjadi robekan.adanya cidera jaringan lunak
yang direkontruksi degan benar dengan cara menjahit robekan perineum
mempunyai resiko perdarahan dan infeksi luka.untuk itu dibutuhkan
teknik perawatan yang benar dan hati-hati untuk mencegah terjadinya
infeksi dan luka jahitan perineum (Asrinah dkk, 2010).
D. Distraksi (Imaginasi Terbimbing)
1. Pengertian
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain nyeri, atau dapt diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu
tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri
(Andarmoyo, 2013).
30
Imaginasi Terbimbing adalah penciptaan khayalan dengan
tuntunan yang merupakan suatu bentuk pengalihan fasilitator yang
mendorong pasien utuk memvisualisasikan atau memikirkan
pemandangan atau sensasi yang menyenangkan untuk mengalihkan
perhatian menjauhi nyeri (Price, 2005).
Teknikimaginasi terbimbing, klien menciptakan kesan dalam
pikiran, perkonsentrasi pada kesan tersebut, sehingga secara bertahap
klien kurang merasakan nyeri (Perry, 2005).
Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup.
Mengupayakan kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan
ini. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang sangat
terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien untuk
berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan cara menutup
matanya (Prasetyo, 2010)
2. Tujuan teknik Imaginasi Terbimbing
Tujuan dari teknik imaginasi terbimbing adalah untuk mencapai
relaksasi dan kontrol (Carpenito, 2000).
Imaginasi seseorang yang dirancang secara khusus untuk
mencapai efek positif tertentu untuk relaksasi dan meredakan nyeri
yang dapat dilakukan dengan menggabungkan napas berirama lambat
dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan (Suddarth,
2001)
31
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menyajikan resume kasus atau ringkasan tentang
“Pemberian Terapi Non Farmakologi Imaginasi Terbimbing Terhadap penurunan
Nyeri episiotomy pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post partum spontan di
bangsal Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar” yang telah dilakukan
pada tanggal 11-12 April 2014 meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan sesuai
dengan masalah keperawatan pada pasien, intervensi, implementasi yang sudah
dilaksanakan,dan evaluasi. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 April 2014
pukul 08.00 WIB, diakukan dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa.
A. Identitas Pasien
Pasien bernama Ny. W, berjenis kelamin perempuan, Alamat Supan
Kulon RT 05/RW III, Bejen, Karanganyar. Saat ini berusia 23 tahun,
beragama Islam, dengan status perkawinan telah menikah. Pasien dari suku
Jawa, pendidikan terakhir lulusan SMP, dan pekerjaannya sebagai ibu rumah
tangga. Pasien masuk RSUD Karanganyar pada tanggal 10 April 2014 pukul
21.00 WIB. Diagnosa medis Ny. W G2P0A1 hamil 40 minggu inpartu dengan
kala I lama. Penanggung jawab Ny. W adalah Tn. P, berjenis kelmin laki-laki,
alamat Supan Kulon Rt05/III, Bejen, Karanganyar. Pendidikan terakhir SMK
dan pekerjaannya swasta, berumur 28 tahun, hubungan dengan pasien adalah
suami.
32
B. Pengkajian
1. Riwayat Persalinan
Pada pukul 21.00 WIB tanggal 10 April 2014 pasien datang ke
RSUD Karanganyar dirujuk dari bidan dengan G2P0A1 hamil 40 minggu
inpartu dengan kala I lama terpasang infus D5 % 20 tetes/ menit, HPHT 3
Juli 2013, HPL 10 April 2014, bayi lahir normal tanggal 11 April 2014
pukul 04.30 WIB, menangis keras, BB= 2900 gram, PB= 50 cm, LK= 34
cm, LD= 33 cm. TFU 3 jari di bawah pusat, perdarahan kala IV ± 50 cc
status obstreti P1A1.
Setelah dilakukan pengkajian dengan keluhan utama pasien
mengatakan nyeri karena luka jahitan jalan lahir, nyeri dirasakan seperti
terbakar pada jalan lahir (perineum), skala nyeri 6, nyeri pada saat
bergerak dan duduk terasa perih, pasien tampak meringis kesakitan.
Riwayat kesehatan pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
alergi makanan, maupun obat-obatan, dan tidak mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, tuberculosis paru, asma. Pasien
mengatakan belum pernah melakukan program keluarga berencana.
2. Riwayat Kehamilan
Pasien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya ke
bidan setiap bulan sekali, pada saat hamil mengalami mual –mual pada
usia kehamilan 2 bulan dan tidak ada keluhan lain saat hamil, berat badan
Ibu selama hamil 57 kg. Riwayat persalinan pasien mempunyai riwayat
abortus pada kehamilan pertama diusia kehamilan 8 minggu berharap
33
setelah dilakukan perawatan di rumah sakit berharap cepat sembuh dan
bisa pulang ke rumah.
Pola nutrisi dan metabolisme selama hamil, pasien makan 3 kali
sehari dengan menu nasi, sayur, lauk,dan buah,pasien makan 1 porsi
penuh, dan minum ± 7-8 gelas perhari dengan jenis minuman air putih,
teh, dan susu.setelah melahirkan pasien makan 3 kali sehari dengan menu
yang disediakan dari rumah sakit dan minum ± 5-6 gelas perhari dengan
jenis minuman air putih, teh dan susu.
Pola eliminasi, pasien mengatakan selama hamil buang air besar 1
kali sehari warna kuning konsisitensi lembek, bau khas. Pasien buang air
kecil ± 4 kali sehari warna kuning jernih.setelah melahirkan pasien
mengatakan belum buang air besar, pasien buang air kecil ± 3 kali sehari
warna kuning jernih, namun saat buang air kecil terasa nyeri, perih, tidak
terpasang kateter, saat dilakukan pengkajian pasien belum buang air
besar, pasien merasa takut dan khawatir untuk mengejan saat buang air
besar karena ada bekas jahitan jalan lahir.
Pola akivitas dan latihan,selama hamil klien mengatakan semua
aktivitas seperti makan/ minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat
tidur, berpindah, ambulasi/ ROM secara mandiri (skor 0). Setelah
melahirkan klien mengatakan semua aktivitas seperti makan/ minum,
toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ ROM
dibantu orang lain/ keluarga (skor 2).
34
Pola isirahat tidur, pasien mengatakan sebelum melahirkan tidur
siang 1-2 jam, tidur malam 6-8 jam per hari, tidak mengalami gangguan
saaat tidur, kebutuhan tidur tercukupi, pasien tidak menggunakan obat
tidur, serta lingkungan rumah nyaman. Selama di rumah sakit pasien
mengatakan lama tidur 6-8 jam per hari dan istirahat tercukupi.
Pada pola sensori dan kognitif,pasien mengatakan nyeri saat
bergerak dan duduk, nyeri dirasakan seperti terbakar ,nyeri pada perineum
bekas jahitan, skala nyei 6, nyeri berlangsung selama 2 menit.
Pada pola konsep diri selama hamil pasien menerima keadaannya,
setelah melahirkan ada banyak perubahan pada badan, tubuh dan wajah,
tetapi pasien tetap bersyukur dan menerima dengan ikhlas. Identitas diri,
pasien seorang perempuan, berumur 23 tahun. Ideal diri. Pasien berharap
cepat pulang agar bisa berkumpul dengan keluarganya. Harga diri, pasien
merasa dihargai oleh keluarganya serta masyarakat sekitar.
Pola hubungan peran selama hamil dan setelah melahirkan pasien
tidak ada perubahan hubungan dan peran dengan keluarga maupun
suaminya. Gambaran diri, pasien setelah melahirkan tetap mensyukuri
perubahan yang terjadi pada dirinya.
Pola seksual dan reproduksi pasien mengatakan haid pertama kali
pada usia 13 tahun, lama haid ± 6-7 hari dengan siklus haid 28 hari, pasien
ganti pembalut 2 kali sehari dan pasien kadang mengalami nyeri tapi tidak
sampai mengganggu aktivitas. Pasien mengatakan tidak mempunyai
penyakit menular seksual. Hari pertama menstruasi terakhir pada tanggal 3
35
Juli 2013. Hari perkiraan lahir pada tanggal 10 April 2014, status obstetri
P1A1.
Pola nilai dan kepercayaan, pasien mengatakan beragama Islam,
rutin menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Setelah melahirkan pasien tidak
menjalankan sholat 5 waktu karena masa nifas dan pasien hanya berdo’a
agar diberi kesehatan dan keselamatan untuk keluarganya.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaaan umumpasien
baik, kesadaran pasien composmentis (sadar penuh), GCS 15 E4V5M6.
Pada pemeriksaan Tanda- tanda Vital (TTV) didapat hasil, Tekanan darah
: 110/70 mmHg, Nadi : 80 kali/ menit, Suhu : 362°
C, Respirasi : 24
kali/menit. Bentuk kepala pasien mesochepal, kulit kepala bersih, tidak
ada bekas luka. Pemeriksaan rambut pasien lurus dan berwarna hitam.
Pemeriksaan mata pasien konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik,penglihatan normal. Pada hidung tampak bersih, tidak ada
pembengkakan maupun benjolan. Pada mulut pasien simetris, mukosa
bibir lembab, tidak ada karies, tidak ada peradangan, dan bersih. Pada
bagian leher pasien tidaka ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
Pada pemeriksaan bagian dada didapatkan paru-paru pasien,
inspeksi : bentuk simetris, tdak menggunakan otot bantu. Palpasi : vocal
Fremitus kanandan kiri sama. Perkusi : sonor. Auskultasi : vasikuler, tidak
ada wheezing. Pada jantung, inspeksi : ictus cordis tidak tampak, palpasi :
36
ictus cordis teraba ICS 4, perkusi : pekak, auskkultasi: BJ I dan BJ II
murni tidak ada bising. Pada bagian payudara simetris kanan dan kiri,
payudara kencang, putting menonjol, areola dan putting menghitam, ASI
sudah keluar dengan lancar, tidak ada nyeri, colostum sudah keluar.
Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi: tidak ada luka, tidak ada
striae maupun linea. Auskultasi : bising usus 12 kali/menit. Perkusi :
tympni. Palpasi : ada nyeri tekan pada perut, involusio uterus 2 jari di
bawah pusat.
Pada pemeriksaan ekstremitas kekuatan otot pasien adalah 5, ekstremitas
atas dan bawah berfungsi dengan baik, tidak ada oedema dan varices,
tangan kiri terpasang infus D5 % 20 tetes/menit pada tanggal 10 April
2014.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium
pada tanggal 10 April 2014 dengan hasil Hemoglobin 13.3 gr/ dl (N :
12.00-16.00 gr/ dl), Hematokrit 40.9 % (N : 37.00-47.00 %), Leukosit 10.0
x10^3µL (N : 5-10 x10
^3µL), Trombosit 222 10
^6/µL (N : 150-300
10^6/µL), Eritrosit 4.29 10
^6/µL (N : 4.00-5.00 10
^6/µL), MPV 7.8 fl (N :
6.5-12.00 fl), PDW 17.8 % (N : 9.0-17.0%), MCV 95.5 fl (N : 82.0-92.0
fl), MCH 31.0 Pg (N : 27.0-31.0 Pg), MCHC 32.5 gr/dl (N : 32.0-7.0 gr/
dl), Limfosit 17.0 % (N : 25.0-40.0 %), Monosit 1.1 % (N : 3.0-9.0 %),
Limfosit # 2.7 10^3/µL (N : 25-40 10
^3/µL), Monosit # 0.2 10
^3/µL (N :
0.30-1.00 10^6/µL), Gran % 81.9 % (N : 50.0-70.0 %), Gran # 13.1
37
10^3/µL (N : 2.50-7.00 10
^3/µL ), RDW 13.4 % (N : 11.5-14.7 %), dan
HBSAG negative (-).
5. Terapi
Program terapi yang diberikan tanggal 11 April 2014 antara lain:
Cairan IV Infus D5% 20 tpm, obat oral Amoxilin 3x500 mg (kaplet), dan
Asam Mefenamat 3x500 mg .Pada tanggal 12 April 2014 antara lain : obat
oral Amoxilin 3x500 mg (kaplet), dan Asam Mefenamat 3x500 mg
(kaplet).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien didapatkan masalah dengan
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas
jahitan jalan lahir). Data Subyektif: P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak
dan duduk, Q : nyeri dirasakan seperti terbakar ,R : nyeri pada perineum bekas
jahitan,S : skala nyei 6, T : nyeri berlangsung selama 2 menit. Data Obyektif :
Tanda- tanda Vital didapat hasil: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/
menit, suhu 362°C, respirasi 24 kali/ menit, pasien tampak meringis kesakitan,
ada luka jahitan diperineum.
Masalah diagnosa keperawatan yang kedua yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Data Subyektif: pasien
mengatakan lemas, takut untuk bergerak, miring kanan, miring kiri,dan duduk.
Data Obyektif: pasien tampak lemas, pasien takut bergerak aktifitas pasien
dibantu orang lain.
38
D. Intervensi
Sesuai masalah keperawatan pada pasien maka penulis melakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri dapat berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil: skala nyeri berkurang/ hilang dengan skala 2, klien
tampak rileks, TTV dalam batas normal ( TD: 120/80 mmHg, N : 60-80 kali/
menit, Rr: 16-24 kali/ menit, S: 36-37° C).
Intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan yaitu Kaji
karakteristik nyeri (P, Q, R. S, T) secara komprehensif, rasional untuk
mengetahui skala nyeri. Berikan posisi yang nyaman semi fowler untuk
memberikan kenyamanan pada pasien, rasional mengurangi nyeri yang
dirasakan. Observasi Tanda-tanda Vital dengan rasional untuk mengetahui
keadaan umum pasen. Ajarkan tentang teknik non farmakologi imaginasi
terbimbing untuk mengurangi nyeri, pasien dapat rileks/ perasaaan tenang.
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
oleh pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam, diharapkan
masalah hambatan mobilitas fisik klien dapat beraktivitas dengan mandiri
dengan kriteria hasil klien dapat mandiri dalam aktivitas, aktivitas klien dapat
meningkat secara mandiri, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah.
Intervensi untuk masalah hambatan mobilitas fisik adalah kaji
mobilitas fisik klien rasionalnya untuk mengetahui mobilitas fisik klien, beri
posisi yang nyaman rasionalnya agar klien nyaman, anjurkan keluarga untuk
39
membantu ADL rasionalnya agar ADL klien lebih mandiri, kolaborasi
bersama keluarga untuk membantu toileting pasien rasionalnya agar klien bisa
mandiri dalam toileting, makan, berpakaian, berpindah.
E. Implementasi Keperawatan
Tindakan yang dilakukan pada hari Jumat, 11 April 2014 yaitu pada
pukul 10.00 WIB mengkaji PQRST, dengan respon subyektif : P : pasien
mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk,Q : seperti terbakar R : pada jalan
lahir, S : skala nyeri 6, T : nyeri berlangsung selama 2 menit, respon obyektif :
pasien tampak meringis kesakitan, ada luka episiotomy.
Pukul 10.10 WIB memonitor tanda- tanda vital, respon subyektif :
pasien bersedia diperiksa, respon obyektif : tekanan darah : 110/70 mmHg,
nadi: 82 kali/ menit, respirasi : 24 kali/menit, suhu : 36,2° C.
Pukul 10.20 WIB mengajarkan teknik distraksi untuk merileksasikan
dengan imaginasi terbimbing, respon subyektif : pasien mengatakan nyeri
berkurang setelah distraksi imaginasi terimbing dari skala nyeri 6 menjadi 4,
respon obyektif : pasien tampak rileks.
Pukul 10.30 WIB mengkaji mobilitas fisik pasien, respon subyektif :
pasien mengatakan lemas dan takut untuk bergerak, respon obyektif : pasien
tampak berbaring di tempat tidur.
Pukul 11.30 WIB mengkolaborasi pemberian injeksi, respon subyektif
: pasien mengatakan mau disuntik, respon obyektif : injeksi sudah masuk
lewat IV Amoxilin 125 mg/ 8 jam.
40
Pukul 11.35 WIB menganjurkan keluarga untuk membantu ADL,
respon subyektif : keluarga pasien bersedia membantu pasien dalam ADL,
respon obyektif : keluarga tampak membantu ADL pasien.
Pukul 11.40 WIB memonitor tanda-tanda vital pasien, respon subyektif
: pasien bersedia diperiksa, respon obyektif : tekanan darah : 110/70 mmHg,
nadi 80 kali/ menit, suhu : 362° C, respirasi : 24 kali/ menit.
Pukul 12.00 WIB mengkaji PQRST, respon subyektif: : P : pasien
mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk,Q : seperti terbakar, R : pada jalan
lahir, S : skala nyeri 4, T : nyeri berlangsung selama 2 menit, respon obyektif :
pasien tampak meringis kesakitan, ada luka episiotomy.
Tindakan keperawatan tanggal 12 April 2014 pukul 09.40 WIB
memonitor tanda- tanda vital, respon subyektif : pasien bersedia diperiksa
tanda- tanda vital, respon obyektif : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84
kali/ menit, suhu : 365° C, respirasi : 22 kali/ menit.
Pukul 09.50 WIB mengkaji skala nyeri PQRST, respon subyektif : : P :
pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk,Q : seperti terbakar, R :
pada perineum bekas jahitan, S : skala nyeri 3, T : nyeri berlangsung selama 2
menit , respon obyektif : pasien tampak segar dan rileks.
Pukul 10.00 WIB mengajarkan teknik distraksi imaginasi terbimbing,
respon subyektif : pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diajarkan teknik
distraksi imaginasi terbimbing, respon obyektif : pasien tampak rileks.
Pukul 10.10 WIB mengkolaborasi bersama keluarga untuk membantu
toileting, respon subyektif: keluarga pasien mengatakn mau dan bersedia
41
untuk membantu klien dalam melakukan toileting, resppon obyektif : keluarga
tampak membantu pasien saat toileting.
Pukul 10.30 WIB mengkolaborasikan pemberian obat analgetik (Asam
mefenamat 3x500mg), respon subyektif : pasien bersedia minum obat, respon
obyektif : Asam Mefenamat 500 mg sudah diminum pasien.
F. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (bekas jahitan jalan lahir) hasil evaluasi dari tindakan
yang dilakukan dengan metode SOAP. Hari Jumat, 11 April 2014 pukul 13.00
WIB dengan hasil Subyektif : P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan
duduk, Q : nyeri seperti terbakar, R : nyeri pada perineum,S : skala nyeri 6, T :
nyeri terasa selama 2 menit, Obyekif : pasien tampak menahan sakit,ada luka
jahitan diperineum, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/ menit, suhu :
365° C, respirasi : 22 kali/ menit, Analisis : masalah nyeri akut belum teratasi,
Planning : intervensi dilanjutkan, kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik
imaginsi terbimbing, kolaborasi pemberian analgetik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan fisik hasil evaluasi dari tindakan yang
dilakukan pada hari Jumat,11 April 2014 pukul 15.00 WIB dengan hasil
Subyektif : pasien mengatakan takut untuk bergerak miring kanan mirimg
kiri,badan terasa lemas,aktivitas dibantu keluarga, Obyektif : pasien terlihat
lemas dan hanya tiduran di tempat tidur, Analisis : masalah hambatan
42
mobilisasi fisik belum teratasi, Planning : intervensi dilanjukan, kaji mobilitas
fisik, anjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien, kolaborasi keluarga
dalam ADL pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (bekas jahitan jalan lahir) hasil evaluasi dari tindakan
yang dilakukan pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 13.00 WIB dengan hasil
Subyektif : P : pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan duduk, Q : nyeri
seperti terbakar, R : nyeri pada perineum,S : skala nyeri 2, T : nyeri terasa
selama 2 menit,, Obyektif : pasien tampak rileks, Analisis : masalah nyeri akut
teratasi, Planning : pertahankan intervensi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan otot hasil evaluasi dari tindakan yang
dilakukan pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 15.00 WIB dengan hasil
Subyektif : pasien mengatakan sudah berlatih untuk bergerak, berpindah, ke
kamar sendiri, Obyektif : pasien terliat berjalan ke kamar mandi, Analisis :
masalah teratasi, Planning : pertahankan intervensi.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini penulis akan membahas “Pemberian Terapi Non
Farmakologi Imaginasi Terbimbing terhadap penurunan Nyeri Episiotomy pada
Asuhan Keperawatan Ny. W dengan Post Partum spontan di bangsal Kenanga
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar” yang telah dilakukan pada tanggal 11-
12 April 2014.
Pengkajian kasus ini dilakukan tanggal 11 April 2014 pukul 08.30 WIB.
Dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan
metode autoanamnesa yaitu pengkajian yang dilakukan secara langsung kepada
pasien.alloanamnesa yaitu pengkajian yang melihat berdasarkan data dalam status
pasien dan wawancara dari keluarga.
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien (Potter & Perry, 2005). Pengkajian
keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yaitu suatu
usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien
meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010).
Hasil pengkajian riwayat persalinan pada Ny. W dilakukan tindakan
jahitan pada jalan lahir. Saat dilakukan pengkajian di dapatkan keluhan utama
nyeri dirasakan seperti terbakar pada jalan lahir, skala nyeri 6, nyeri dirasakan saat
44
bergerak dan duduk terasa perih, pasien tampak meringis kesakitaan sehingga
muncul masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada
persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu antaranya:
After pains atau kram perut, pembengkakan payudara, nyeri perineum, konstipasi,
hemorroid (Bahiyatun, 2009)
Data selanjutnya yang didapatkan saat pengkajian pukul 09.30 WIB
didapatkan data subjektif pasien mengatakan bergerak dengan hati-hati,sulit
miring kanan kiri, dan duduk, pasien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga.
Data objektif pasien tanpak lemah, pasien tampak sangat berhati-hati untuk
bergerak, aktivitas pasien dibantu orang lain, sehingga penulis menegakan
diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik.
Mobilitas hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan
miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari
ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat
dan kelima, ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung
pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka (Marmi, 2012).
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti,
tentang masalah pasen serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2012).
Diagnosa yang muncul pada masalah Ny. W berdasarkan priorias adalah
nyeri akut berhubungan denagan agen- agen yang menyebabkan cidera fisik
45
(bekas jahitan jalan lahir). Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung tidak lebih
dari enam bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi
nyeri sudah diketahui (Mubarak, 2007).
Batasan karakeristik mengekspresikan perilaku (misalnya menangis,
gelisah, waspada, iritabilitas, mendesah), indikasi nyeri yang dapat diamati,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, melaporkan nyeri secara verbal,
perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi pernafasan (NANDA 2009-2011).
Pada diagnosa ke dua penulis merumuskan masalah keperawatan
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Hambatan
mobilitas fisik yaitu keterbatasan pada pergerakan fisik atau tubuh atau satu atau
lebih ektremitas (NANDA, 2003).
Batasan karakteristiknya adalah poster tubuh ketidakstabilan posisi tubuh
saat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, keterbatasan kemampuan untuk
melakukan ketrampilan motorik halus, melambatnya pergerakan, perubahan cara
berjalan (misalnya, penurunan aktivitas dan kecepatan berjalan, kesulitan untuk
memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan menyeret kaki, pada saat
berjalan badan mengayun ke samping.kesulitan bergerak, melambatnya
pergerakan (NANDA, 2012).
Penulis memprioritaskan masalah keperawatan sesuai dengan teori
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Dari data diatas penulis
memprioritaskan masalah keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cedera
fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
46
Kebutuhan dasar manusia menurut Hierarki Maslow merupakan sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memenuhi hubungan antara kebutuhan
dasar manusia pada saat memberi perawatan. Kebutuhan fisiologis memiliki
prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow. Kebutuan fisiologi kebutuhan yang
penting mendasar dan paling penting untuk bertahan hidup diantaranya kebutuhan
udara, air, makan, tidur, dll. Maslow percaya bahwa kebutuhan fisiologi sangat
penting dan naluria di dalam Hierarki karena kebutuhan yang lain menjadi
sekunder dinamakan juga basicneeds yang jika terpenuhi dalam keadaan untuk
sangat ekstrim maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas
perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan di
pusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. (Mubarak dan Chayatin,
2008).
Proses tejadinya nyeri dan bagaimana status psikologis pasien sangat
penting untuk diketahui, karena pemahaman ini akan berdampak pada pengkajian
dan intervensi nyeri, juga akan memberikan keuntungan dan membatasi kerugian
dan keterbatasan dari setiap intervensi nyeri yang dilakukan (Judha 2012).
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan keperawatan adalah terpenuhinya
kebutuhan pasien (Suarli & Bahtiar, 2012).
Pada diagnosa utama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(bekas jahitan jalan lahir), tujuan adalah : setelah dilakukan tindakan keperawatan
2 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: skala
47
nyeri berkurang/ hilang 1-3, klien tampak rileks, tanda- tanda vital dalam batas
normal (tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 60-100 kali/ menit, pernafasan : 18-
24 kali/ menit, suhu : 36-37°C).
Intervensi nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas jahitan
jalan lahir) yaitu kaji nyeri P,Q,R,S,T secara komprehensif dengan rasional
mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan pasien, beri posisi nyaman pada pasien
dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, memantau
tanda-tanda vital pasien dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum pasien,
ajarkan teknik distraksi imajinasi terbimbing dengan rasional untuk mengurangi
nyeri pasien dan menciptakan perasaan tenang, kolaborasi pemberian analgetik
(Amoxilin 500 mg dan asam Mefamanat 500 mg dengan rasional untuk
mengurangi rasa nyeri pasca bersalin (NANDA,2012).
Intervensi selanjutnya, berdasarkan prioritas diagnosa yang kedua yaitu
Mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot. Tujuannya setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 gangguan mobilitas fisik bisa diminimalkan
dengan Kriteria hasil, pasien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan
meningkatnya aktifitas, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah.
Intervensinya adalah kaji mobilitas fisik, dengan rasional untuk
mengetahui mobilitas fisik pasien, beri posisi aman, dengan rasional agar pasien
nyaman, anjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien, dengan rasional, agar
ADL pasien lebih mandiri, kolaborasi bersama keluarga untuk membantu toileting
pasien, dengan rasional agar klien bisa mandiri dalam toiteting.
48
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan,
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Suliarli &
Bahtiar, 2012).
Penulis melakukan implementasi pada tanggal 11-12 April 2014.
Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik adalah pada pukul 10.00 WIB melakukan tindakan
keperawatan nyeri dengan mengkaji P,Q,R,S,T dengan tujuan untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri yang dirasakan pasien.nyeri
perineum dapat disebabkan oleh episiotomy, laserasi atau jahitan (Bahiyatun
2009).
Pada pukul 10.05 WIB memberi posisi nyaman, disesuaikan dengan posisi
yang dianggap paling nyaman menurut klien.Kemampuan klien untuk melakukan
posisi tersebut terantung pada kekuatan fisik, mobilitas, usia,dan kesejahteraan
(Potter & Perry, 2005).
Pada pukul 10.10 WIB penulis mengobservasi tanda- tanda vital. Tindakan
mengobservasi TTV, berdasarkan teori klien yang mengalami nyeri atau efek sakit
dapat menyebabkan peningkatan dalam hasil pengukuran tanda- tanda vital yaitu:
tekanan darah, denyut jantung, respirasi, dan suhu tubuh (Potter & Perry, 2005).
Pada pukul 10.20 WIB penulis mengajarkan teknik non farmakologi
imaginasi terbimbing.Tujuan untuk mencapai relaksasi dan kontrol.Pemberian
teknik non farmakologi imajinasi terbimbing pada pasien dengan keluhan nyeri ini
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andarmoyo (2006) dengan
judul “pengaruh terapi non farmakologi imajinasi terbimbing terhadap tingkat
49
nyeri pasien cesarea post operasi sectio pada ibu primipara hari 1-2 “.
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dimana teknik imajinasi
terbimbing berpengaruh terhadap penurunan nyeri.
Imaginasi Terbimbing adalah penciptaan khayalan dengan tuntunan yang
merupakan suatu bentuk pengalihan fasilitator yang mendorong pasien utuk
memvisualisasikan atau memikirkan pemandangan atau sensasi yang
menyenangkan untuk mengalihkan perhatian menjauhi nyeri (Price, 2005).
Imaginasi seseorang yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek
positif tertentu untuk relaksasi dan meredakan nyeri yang dapat dilakukan dengan
menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi
dan kenyamanan. Dengan mata terpejam individu diinstruksikan untuk
membayangkan bahwa dengan setiap napas yang diekshalasi secara lambat,
ketegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan. Banyak pasien mulai
mengalami efek rileks dari imaginasi terbimbing setelah imaginasi digunakan
(Suddarth, 2001).
Imaginasi terbimbing merupakan suatu teknik yang menuntut seseorang
untuk membentuk sebuah bayangan/imaginasi tentang hal-hal yang disukai.
Imaginasi yang terbentuk tersebut akan diterima sebagai rangsang oleh berbagai
indra, kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke batang otak menuju
sensor thalamus. Dithalamus rangsang diformat sesuai bahasa otak, sebagian kecil
rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya dan
sebagai besar lagi dikirim korteks serebri, dikorteks serebri terjadi proses asosiasi
pengindraan dimana rangsangan dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu
50
yang nyata sehingga otak mengenali objek dan arti kehadiran tersebut.
Hipokampus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau tidak
sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka
sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai dianggap
sebagai sinyal penting oleh hipokampus sehingga proses menjadi memori. Ketika
terdapat rangsangan berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai tersebut
(Price, 2005).
Di dalam penelitian Andarmoyo (2006), dengan nyeri yang mereda, ibu
bisa ambulasi dini sehingga bisa melakukan perawatan diri dan bayinya dengan
efektif tanpa ada perasaan nyeri yang mengganggu. Tingkat seorang klien
memfokuskan perhatian kepada nyeri dapat mempengaruhi persepi nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Pada pukul 11.30 WIB adalah kolaborasi dalam pemberian terapi obat oral
Asam Mefenamat 3x500 mg, asam mefenamat golongan obat analgesik, indikasi :
sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi,
nyeri setelah melahirkan.
Tindakan keperawatan untuk diagnosa yang kedua yaitu hambatan
mobilitas fisik dilakukan tindakan mangkaji mobilitas fisik pasien, mengobservasi
pergerakan pasien dan mengajarkan mobilisasi secara bertahap.
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan.tujuan evaluasi yaitu menentukan kemampuan pasien dalam
51
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai aktivitas rencana keperawatan
dan strategi asuhan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2012).
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis disesuaikan kondisi pasien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP,
subjective, objective, analisa, planning. (Deden, 2012).
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas
jahitan jalan lahir, setelah dilakukan tindakankeperwatan hasil evaluasi yang
dilakukan pada hari sabtu, tanggal 12 April 2014 masalah keperawatan nyeri akut
teratasi, didukung dengan data, pasien mengatakan nyeri bekas jahitan berkurang,
skala nyeri 3, nyeri saat bergerak, ekspresi wajah tampak rilek dan segar, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/ menit, suhu 365°
C, pernafasan 22 kali/menit.
Data di atas sudah sesuai dengan kriteria hasil penulis tegakkan, berdasarkan
advis dokter yang mengijinkan pasien pulang telah diambil keputusan untuk
persiapan pulang dengan pendidikan kesehatan yaitu menganjurkan untuk minum
obat oral Amoxilin 3x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg, menjaga keebersihan
perineum, nutrisi yang tepat untuk kesembuhan bekas jahitan dan menganjurkan
untuk melakukan teknik distraksi imaginasi terbimbing jika timbul nyeri.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan fisik hasil evaluasi dari tindakan yang dilakukan
pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 15.00 WIB dengan hasil Subyektif : pasien
mengatakan takut untuk bergerak, Obyektif : pasien terlihat lemah dan hanya
tiduran di tempat tidur, Analisis : masalah hambatan mobilisasi fisik belum
52
teratasi, Planning : intervensi dilanjukan, kaji mobilitas fisik, anjurkan keluarga
untuk membantu ADL pasien, kolaborasi keluarga dalam ADL pasien.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pemberian terapi non farmakologi
imaginasi terbimbing terhadap penurunan nyeri episiotomy pada asuhan
keperawatan Ny.W dengan post partum spontan diruang kenanga RSUD
Karanganyar, maka penulis dapat menarik kesimpulan:
1. Pengkajian pada Ny. W didapatkan data keluhan utama yang dirasakan
pasien mengatakan nyeri P : nyeri dirasakan saat bergerak dan duduk, Q :
nyeri seperti terbakar, R : nyeri pada perineum, S : skala nyeri 6, T : nyeri
terasa selama 2 menit. Pasien mengatakan lemas, bergerak dengan hati-
hati, sulit miring kanan miring kiri, dan duduk, pasien mengatakan
aktivitasnya dibantu keluarga.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. W yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (bekas jahitan jalan lahir). Diagnosa
yang kedua Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik.
3. Intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji skala nyeri (P,
Q, R, S, T) secara komprehensif dengan rasional mengetahui kualitas nyeri
yang dirasakan pasien, beri posisi nyaman pada pasien dengan rasional
untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, memantau tanda-
tanda vital pasien dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum
54
pasien, ajarkan teknik distraksi imajinasi terbimbing dengan rasional untuk
mengurangi nyeri pasien dan menciptakan perasaan tenang, kolaborasi
pemberian analgetik dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri pasca
bersalin. Pada diagnosa kedua hambatan mobilitas intervensi yang
dilakukan adalah kaji mobilitas fisik, dengan rasional untuk mengetahui
mobilitas fisik pasien, beri posisi aman, dengan rasional agar pasien
nyaman, anjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien, dengan rasional,
agar ADL pasien lebih mandiri, kolaborasi bersama keluarga untuk
membantu toileting berpakaian, makan, berpandah pasien, dengan rasional
agar klien bisa mandiri dalam mandiri dalam beraktivitas.
4. Implementasi atau tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
intervensi yang sudah dibuat oleh penulis dan memprioritaskan tindakan
imaginasi terbimbing. Terapi imaginasi terbimbing merupakan salah satu
teknik distraksi yang efektif menurunkan nyeri.
5. Hasil evaluasi dalam waktu 2x24 jam masalah nyeri akut teratasi didukung
dengan data, pasien mengatakan nyeri pada bekas jahitan berkurang, skala
2, nyeri saat bergerak, ekspresi wajah tampak rileks dan segar, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan: 24x/menit, suhu :
36,2oC. Planning : pertahankan intervensi. Diagnosa kedua hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi didukung
dengan data Subjektif : pasien mengatakan sudah berlatih untuk bergerak,
berpindah, kekamar mandi sendiri, Objektif : pasien terlihat berjalan
55
kekamar mandi, Analisis : masalah teratasi, Planning :intervensi
dipertahankan.
6. Analisa hasil : pelaksanaan imajinasi terbimbing pada Ny .W dengan nyeri
perineum akibat tindakan episiotomy mampu menurunkan intensitas nyeri
pada Ny. W dengan post partum pada waktu sebelum dilakukan tindakan
skala nyeri 6 setelah diberikan tindakan nyeri berkurang menjadi 3.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan
beberapa saran antara lain:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana
dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui praktik klinik dan pembuatan
laporan.
2. Bagi Rumah Sakit
Mampu meningkatkan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas,
memberikan pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan etika
yang sedang berkembang dengan memodifikasi tindakan keperawatan
tanpa meninggalkan konsep dan etika keperawatan.
3. Profesi Keperawatan
Untuk melakukan tidakan aktif oleh profesi keperawatan dengan cara
pemberian terapi imaginasi terbimbing terhadap penurunan nyeri
episiotomy, sehingga dapat mencegah dan mengurangi angka kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. (2010). Askeb Nifas . Yogyakarta: Nuha Medika.
Andarmoyo, Sulistyo. (2006). Pengaruh Terapi non Farmakologi (Imaginasi
Terbimbing) terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Cesarea
pada Ibu Primipara Hari 1-2 di ruang Melati RSUD Prof.Dr Hardjono
Ponorogo. Fakultas Imu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ponorogo:
Ar-ruzz Media.
Asrinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Askeb Nifas Normal. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Bobak. Loudemik. Jensen. (2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Ernawati. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Harry Oxorn dan William forte (2010), Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan,Yogyakarta
Judha, Mohamad. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kriebs & Carolyn. Ed. (2009). Buku Saku Asuhan Kebidanan VARNEY. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Mander, Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Maritalia, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pusaka Pelajar.
Marmi. (2012). Askeb pada Masa Nifas” Peurperium Care”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. (2011). Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso.
Bandung: Prima Medika.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Volume 4, Edisi 3. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Potter and Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Jakarta: Buku Kedokeran EGC.
Potter and Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
Praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Price, A. Syivia. (2005). Patofisioogi. Volume 2, EDSI 6. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Saifudin, dkk. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Suarli & Bahtiar. (2012). Manajemen Keperawatan. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Askeb pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Sumarah (2009). Perawatan Ibu Beralin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin),
Yogyakarta : Fitramaya
Wiknjosastro. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wilkinson, Judith. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahas widyawati. Jakarta: EGC.
WHO. (2008). Jurnal kebidanan. http://kuesioner.site90.net/tag/rumah-sakit/.
Diakses 4 mei 2008.