PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI ...
Transcript of PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI ...
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
MELALUI KELOMPOK WANITA TANI CEMPAKA
DI RW 02 KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
ARINI MAYANFA’UNI
NIM: 1111054100023
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
ABSTRAK
Arini Mayanfa’uni
1111054100023
Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani Cempaka di RW
02 Kelurahan Petukangan Selatan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka merupakan wadah untuk para
perempuan yang ada di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan yang memberikan
akses serta kesempatan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
didampingi oleh Penyuluh dari Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini
merupakan salah satu kegiatan strategis dalam rangka ikut berpartisipasi untuk
pembangunan dalam upaya pemberdayaan perempuan dalam bidang pertanian
dengan memanfaatkan lahan pekarangan dan mengolah hasil pasca panen menjadi
suatu produk makanan dan minuman yang diharapkan dapat meningkatkan nilai
jual dan berdampak pula pada peningkatan pendapatan. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka dalam upaya menyediakan sumber daya, menyediakan
kesempatan, meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan keterampilan para
perempuan dalam kelompok untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
menentukan arah langkah mereka sendiri (self determination) ke arah yang lebih
baik.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
memiliki ciri khas penyajian data dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau lebih
rinci dari para informan berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari penyuluh dan anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka.
Hasil dari penelitian ini, yaitu eksistensi Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka memberikan pengaruh yang positif bagi para perempuan yang berada di
RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan. dan pemberdayaan Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka memberikan kontribusi pada pendapatan usaha tani
melalui penyediaan sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mengenai budidaya pertanian dan produk dari pengolahan hasil pasca panen.
selain itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka juga menyediakan
kesempatan kepada para anggotanya untuk mendapatkan pendidikan baik di
dalam kelompok maupun dari pihak luar untuk menambah wawasannya.
Key words: Pemberdayaan, Kelompok Wanita Tani
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan Melalui
Kelompok Wanita Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan.” Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
untuk memenuhi gelar Sarjana Sosial Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik, Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
iii
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan dosen pembimbing skripsi, serta Ibu Nunung
Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak
memberikan Ilmu dan pengalamannya kepada peneliti, Semoga apa yang
diberikan akan bermanfaat di masa yang akan datang.
4. Bapak Amirudin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih
nasehat dan bimbingannya.
5. Seluruh staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi,
dan lain-lain.
6. Kedua orang tua tercinta Mama (Almh) Masni Ariyani dan
Ayah Ir. Imbriyadi, terima kasih karena tak pernah hentinya memanjatkan
doa serta memberi dukungan kepada peneliti, sehingga peneliti selalu
termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
7. Abang Reza, abang Umam, dan dek Dinda yang tersayang terima kasih
selalu memberikan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.
8. Mba Sri Suryati selaku pembina dan penyuluh di Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka yang sudah memberikan dukungan dan informasi terkait
penelitian.
9. Ibu Hj. Sunarti Satimin selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka yang telah memberikan izin serta dukungan dan bantuannya
iv
untuk melaksanakan penelitian di Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka, Petukangan Selatan.
10. Pengurus dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang
telah membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Kakak ku Bungong, Wiwi, dan Febria terima kasih selalu memberikan
dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
12. Sahabatku Ranny, Rena, Puspita, Ita, Mira, dan Dini yang selalu berjuang
bersama. Terima kasih atas waktu, semangat, motivasi, kritik dan saran
positifnya selama ini.
13. Teman-teman seperjuangan KESSOS angkatan 2011 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih doa dan dukungannya.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah
memberikan dukungan, saran, do’a dan semangat di setiap perbincangan,
peneliti mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi langkah awal peneliti untuk
meraih kesuksesan kedepannya. Aamiin ya Rabbal alamin.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
Jakarta, 21 Maret 2016
Peneliti
Arini Mayanfa’uni
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6
1. Pembatasan Masalah .............................................................. 6
2. Perumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ....................................................... 8
1. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
2. Manfaat penelitian ................................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
E. Metodologi Penelitian ................................................................. 12
1. Pendekatan Penelitian ........................................................... 12
2. Jenis Penelitian ..................................................................... 13
3. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 13
4. Teknik Pemilihan Informan .................................................. 14
5. Sumber Data .......................................................................... 15
vi
6. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 16
7. Analisis Data ......................................................................... 18
8. Keabsahan Data ..................................................................... 19
9. Teknik Penulisan ................................................................... 20
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 21
BAB II KERANGKA TEORITIS ................................................................. 23
A. Pemberdayaan .............................................................................. 23
1. Pengertian Pemberdayaan .................................................... 23
2. Tujuan Pemberdayaan ........................................................... 35
3. Indikator Pemberdayaan ........................................................ 36
4. Strategi Pemberdayaan .......................................................... 37
5. Tahapan Pemberdayaan ......................................................... 40
B. Aset Komunitas dalam Proses Assesment Kebutuhan dan Potensi
Masyarakat ................................................................................... 44
1. Modal Fisik ........................................................................... 44
2. Modal Finansial ..................................................................... 44
3. Modal Lingkungan ................................................................ 45
4. Modal Teknologi ................................................................... 46
5. Modal Manusia ...................................................................... 46
6. Modal Sosial .......................................................................... 47
7. Modal Spiritual ...................................................................... 47
C. Petani ............................................................................................ 48
1. Pengertian Petani ................................................................... 48
2. Pengertian Kelompok Tani .................................................... 48
3. Karakteristik Kelompok Tani ................................................ 49
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN ......... 53
A. Sejarah Singkat KWT Cempaka ................................................... 53
vii
B. Visi dan Misi ................................................................................ 55
C. Tujuan ........................................................................................... 55
D. Administrasi ................................................................................. 56
E. Kepengurusan ............................................................................... 56
F. Kegiatan yang dilakukan KWT Cempaka .................................... 59
G. Kemitraan dengan Pihak Luar ...................................................... 61
H. Permodalan ................................................................................... 61
I. Bentuk dan Jenis Usaha ................................................................ 62
J. Sertifikasi ...................................................................................... 62
K. Produksi ........................................................................................ 63
BAB IV ANALISA HASIL TEMUAN PENELITIAN ................................. 65
A. Profil Informan ............................................................................. 66
B. Penyediaan Sumber Daya ............................................................. 68
C. Penyediaan Kesempatan ............................................................... 74
D. Peningkatan Pengetahuan ............................................................. 82
E. Peningkatan Keterampilan ........................................................... 89
F. Indikator Keberdayaan ................................................................. 97
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 101
A. Kesimpulan ................................................................................. 101
B. Saran ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 105
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kebun Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ......................... 70
Gambar 2 Kegiatan Panen Sayur dan Buah ................................................... 74
Gambar 3 Pertemuan Kelompok ..................................................................... 84
Gambar 4 Praktik Pengolahan Produk ............................................................ 93
Gambar 5 Praktik Pengolahan Produk ............................................................ 93
Gambar 6 Praktik Keterampilan ..................................................................... 93
Gambar 7 Hasil Praktik ................................................................................... 93
Gambar 8 Produk Hasil Pengolahan Pasca Panen .......................................... 94
Gambar 9 Produk Hasil Pengolahan Pasca Panen .......................................... 94
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Melakukan Penelitian dari Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Pedoman Observasi
Lampiran 8 Hasil Observasi
Lampiran 9 Pedoman Studi Dokumentasi
Lampiran 10 Hasil Studi Dokumentasi
Lampiran 11 Struktur Kepengurusan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
Lampiran 12 Sertifikasi dan Piagam Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2015 mencapai 28,59 juta orang
(11,22 persen), bertambah 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi pada
bulan September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Dari
jumlah tersebut ternyata lebih banyak penduduk perempuan dibanding laki-
laki, dan jumlahnya makin bertambah dari tahun ke tahun.1 Dari uraian di atas
dapat dikatakan bahwa kemiskinan sangat dekat dengan perempuan.
Perempuan merupakan potensi keluarga yang memiliki semangat.
Namun, masih banyak perempuan yang kurang berdaya karena disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu tingkat ekonomi yang rendah, tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang rendah serta kurangnya akses untuk
menambah pengetahuan dan keterampilannya. Faktor tersebutlah yang
mendorong perempuan untuk ikut serta mengambil alih tanggung jawab
ekonomi keluarga dengan bekerja di luar rumah.
Adapun beberapa alasan bagi perempuan yang bekerja di luar rumah,
antara lain: Pertama, menambah pendapatan keluarga (family income) terutama
jika pendapatan suami relatif kecil, Kedua, memanfaatkan berbagai keunggulan
(pendidikan dan keterampilan) yang dimilikinya yang diharapkan oleh
1 Data Presentase Penduduk Miskin, diakses pada 25 April 2016 dari
bps.go.id/brs/view/1158/
2
keluarganya, Ketiga, menunjukkan eksistensinya sebagai manusia (aktualisasi
diri) bahwa ia mampu berprestasi dalam kehidupan masyarakat, Keempat,
untuk memperoleh status atau kekuasaan yang lebih besar di dalam kehidupan
keluarga.
Memberikan motivasi, pengetahuan mengenai pola pendampingan
usaha, pelatihan keterampilan dan penyuluhan kewirausahaan merupakan
beberapa cara pemberdayaan untuk membekali para perempuan agar bisa
bekerja dan memiliki penghasilan dengan usahanya dalam membuat dirinya
berdaya.2
Peranan perempuan dalam ikut serta menanggulangi kesulitan ekonomi
keluarga telah diupayakan melalui peraturan perundang-undangan yang intinya
ingin mengangkat sosok perempuan agar sejajar dengan sosok pria dalam hal-
hal tertentu. Salah satu peraturan yang mengatur pemberdayaan perempuan
adalah UU No. 25 Tahun 2005 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) Tahun 2000-2004 yang mencakup: (1) program peningkatan
kualitas hidup perempuan, (2) program pengembangan dan keserasian
kebijakan pemberdayaan perempuan, dan (3) program peningkatan peran
masyarakat dan pemampuan kelembagaan pengurustamaan gender.3
Melihat banyaknya wanita yang berusaha memperbaiki dirinya dalam
upaya membuat dirinya berdaya seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani
2Bambang Susilo, “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Tani Berbasis Kelembagaan,”
diakses pada 22 September 2014 dari http://www.e-jounal.stain-pekalongan.ac.id
3 Fransisca Yaningwati dan Siti Hadidjah, “Pemberdayaan SDM Perempuan Pada Sektor
Agribisnis,” Universitas Brawijaya, diakses pada 22 September 2014 dari
http://www.ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/viewFile/221/271
3
(KWT) Cempaka ini memiliki tujuan untuk merubah keadaan hidup mereka
menjadi lebih baik. Ini sejalan dengan surah Ar-Ra’d/13:11 berikut:4
Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri...” (Q.S Ar-Ra’d/13:11).
Pelaksanaan pertanian perkotaan di latar belakangi oleh adanya
permasalahan kemiskinan perkotaan. Kemiskinan tidak lagi merupakan
masalah yang menjadi dominasi di pedasaan, tetapi juga akan semakin
meningkat di daerah perkotaan (urban) dan pinggiran kota (peri-urban).
Pemerintah telah melakukan berbagai program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah perkotaan, selain
berupa bantuan langsung, programnya juga dilaksanakan melalui berbagai
macam kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya dengan membentuk
kelompok tani binaan.
Menurut Mosher, salah satu syarat untuk memperlancar pembangunan
pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani sehingga perlu adanya
pengorganisasian wadah petani yang berupa kelompok tani. Adanya kelompok
tani diharapkan petani bisa saling bertemu dan bermusyawarah secara bersama-
sama untuk merencanakan suatu kegiatan.5
4 Al Qur’an Indonesia, “Surah Al-Rad (Ayat 11),” diakses pada 9 Oktober 2014 dari
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/13/10
5 Thomas Widodo, “Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian,” (Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Magelang, 2007), diakses pada 22 September 2014 dari
http://stppyogyakarta.ac.id/wp-content/uploads/2011/11/IIP_0302_07_Sukadi.pdf
4
Melihat banyaknya perempuan atau ibu rumah tangga di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan yang mayoritas masih di usia produktif dan
hanya menjadi ibu rumah tangga biasa serta penghasilan suaminya yang tidak
pasti di setiap harinya menjadikan tingkat pendapatan sebuah keluarga menjadi
rendah menjadi rendah, dan tingkat kesejahteraanya pun menjadi kurang
sejahtera. Maka dari itu perlu diadakannya pemberdayaan melalui Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka untuk memberikan akses serta mengembangkan
pengetahuandan keterampilan untuk membuat perempuan yang ada di RW 02
ini menjadi berdaya dan diharapkan bisa membantu meningkatkan pendapatan
keluarganya.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam rangka
ikut berpartisipasi untuk pembangunan di bidang pertanian dan turut
menciptakan kondisi masyarakat yang berdaya dalam upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang kreatif.
Selain mempunyai manfaat ekonomi, pemberdayaan melalui Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka juga mempunyai manfaat sosial dan lingkungan
serta menjadi salah satu solusi karena mereka menggunakan lahan kosong
menjadi berguna selain itu juga memberikan solusi murah dan fleksibel bagi
masyarakat yang kesulitan finansial dengan menggunakan lahan
pekarangannya menggunakan metode tambulampot (tanaman buah dalam pot).
Selain budidaya pertanian, kelompok ini mengolah hasil panen menjadi
suatu produk makanan dan minuman, produk yang dihasilkan diantaranya bir
pletok, instan jahe, dan keripik pisang. Pengolahan hasil panen ini bertujuan
5
untuk meningkatkan nilai jual yang diharapkan dapat membantu peningkatan
pendapatan yang berdampak pada kesejahteraan keluarga.
Namun, kurangnya pengetahuan mengenai budidaya pertanian dan
pengolahan hasil pertanian ini menjadi hambatan bagi kelompok dalam
melakukan kegiatannya. Sehingga perlu adanya pendampingan oleh pekerja
masyarakat yang berkompeten dibidangnya.
Dengan diadakannya pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka ini diharapkan dapat membantu para perempuan ataupun ibu
rumah tangga yang berada di RW 02 Keluharan Petukangan Selatan yang
sebelumnya hanya menjadi ibu rumah tangga biasa dengan adanya akses
mengikuti kegiatan di kelompok ini bisa membantu meningkatnya pendapatan
keluarga yang rendah serta menjadi keluarga yang lebih sejahtera dimana
terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan, dikarenakan yang menjadi saaran pelaksanaan pemberdayaan tersebut
adalah perempuan atau ibu rumah tangga yang di usia produktif dan kondisi
ekonominya yang terbilang rendah.
Sama halnya dengan penelitian sebelumnya pernah membahas tentang
pemberdayaan perempuan akan tetapi letak perbedaannya penelitian terdahulu
melalui pengembangan kewirausahaan keluarga. Adapula beberapa penelitian
sebelumnya yang membahas tentang pemberdayaan melalui pemberian
pelatihan dan keterampilan dengan pembuatan anyaman di bidang furniture
dan di bidang kuliner dengan pembuatan abon lele.
6
Namun, di penelitian ini perbedaannya pemberdayaan yang dilakukan
dibidang pertanian yang letaknya di Kelurahan Petukangan Selatan, Kota
Jakarta Selatan. Dimana mayoritas orang masih banyak yang berpikir bahwa
pertanian pertanian sebagai salah satu kegiatan yang terjadi hampir di daerah
pedasaan. Namun ternyata, terdapat pula kegiatan pertanian yang
dikembangkan di perkotaan seperti yang dilakukan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka. Menarik untuk diteliti karena di daerah perkotaan yang
sudah sangat jarang terlihat lahan untuk pertanian, Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka ini menggunakan lahan tidur dan lahan pekarangan rumah
untuk menjadi sarana pertaniannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut dengan judul “PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA TANI CEMPAKA DI
RW 02 KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dengan melihat latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka
masalah yang akan peneliti kaji pada tulisan ini hanya dibatasi pada
masalah terkait dengan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok
Wanita Tani Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
7
2. Perumusan Masalah
Dengan melihat pembatasan masalah tersebut di atas, maka
rumusan umum dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan
pemberdayaan perempuan di RW 02 Petukangan Selatan, Jakarta
Selatan?”
Dari rumusan umum tersebut, peneliti turunkan menjadi beberapa
sub pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
menyediakan sumber daya perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
b. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
menyediakan kesempatan perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
c. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
meningkatkan pengetahuan perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
d. Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
meningkatkan keterampilan perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah:
Untuk menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam memberdayakan perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
Adapun tujuan penelitian ini secara khusus yaitu untuk:
a. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam menyediakan sumber daya perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan.
b. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam menyediakan kesempatan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan.
c. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam meningkatkan pengetahuan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan.
d. Menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam meningkatkan keterampilan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan.
2. Manfaat yang diambil dari penelitian ini
a. Manfaat Akademis
1) Sebagai sarana bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan
dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.
9
2) Agar dapat dijadikan bahan kajian bagi pembaca yang akan
menyusun skripsi khususnya mengenai pemberdayaan
perempuan.
b. Manfaat Praktis
1) Agar dapat dijadikan bahan evaluasi bagi Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka dalam kegiatannya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan perempuan.
2) Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya
tentang pemberdayaan perempuan serta upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok tani.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang
berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian
skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan
mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk skripsi ini,
peneliti menggunakan literatur berupa skripsi dan jurnal, yaitu:
1. Nama : Irfan Aziz
NIM : 10905400016
Judul : “Strategi Pemberdayan Masyarakat Melalui Kegiatan Kelompok
Wanita Tani Mina Maju Bersama Dalam Pembuatan Abon Lele di Parung
Poncol RW 02 Kelurahan Duren Mekar”
10
Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini berisi tentang implementasi strategi
pemberdayaan masyarakat melalui kelompok wanita tani dalam pembuatan
abon lele dan juga hasil dari implementasi tersebut.
2. Nama : Siti Noor Havidah
NIM : 03054028807
Judul : “Upaya Pemberdayaan Petani Yang Dilakukan Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih di Kec. Cigombong Kab. Bogor”
Skripsi S.1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007. Dalam skripsi ini menggambarkan tentang upaya
pemberdayaan petani dalam meningkatkan pendapatan petani dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.
3. Nama : Sri Marwanti dan Ismi Dwi Astuti
Judul : Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Melalui Pengembangan
Kewirausahaan Keluarga Menuju Ekonomi Kreatif di Kabupaten
Karanganyar.
Jurnal ini berisi tentang analisia potensi serta peluang perempuan
miskin dalam mengembangkan kewirausahan keluarga, analisa kebijakan
penanggulangan kemiskinan serta perumusan model pemberdayaan perempuan
miskin melalui pengembangan kewirausahaan keluarga menuju ekonomi
kreatif.
11
4. Nama : Imanuel Agung Pramuji
Judul : “Pemberdayaan Perempuan Indonesia Maju Mandiri di Desa
Rantau Layung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser”
eJournal Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Mulawarman, 2013.
Dalam jurnal ini membahas tentang mengembangkan keterampilan dalam
membuat anyaman-anyaman dalam pelatihan kerja dan mengembangkan
keterampilan dalam menggali potensi sumber daya alam dan manusianya di
desa Rantau Layung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser.
5. Nama : Shita Anggun Lowisada
Judul : “Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Pendapatan
Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus di Kelurahan Sukomoro
Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk)”
eJournal Universitas Brawijaya, 2014. Isi jurnal ini berisi tentang
pemberdayaan kelompok tani dan meningkatkan pendapatan usahatani bawang
merah. Kesimpulan penelitian ini, pemberdayaan kelompok tani mampu
memberikan kontribusi pada pendapatan usaha tani anggota kelompok
termasuk harga pupuk yang lebih terjangkau bagi anggota kelompok.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di atas, kesimpulannya adalah
penelitian pemberdayaan tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan anggota kelompok tani dengan menggali potensi serta
sumber daya yang ada.
12
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti dalam mengadakan penelitian
adalah metodologi kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll,
secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.6
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana
dalam Imam Gunawan adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu
secara holistik (utuh).7
Dalam pendapat lain, Creswell sebagaimana dalam Imam Gunawan
mengemukakan pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk
membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif
(misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-
nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola
pengetahuan tertentu), atau berdasarkan perspektif partisipatori (misalnya,
6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007) Cet. Ke-23, h.6.
7 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: PT. BUMI
Aksara, 2013), h.82.
13
orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi, atau perubahan), atau
keduanya).8
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini akan mendeskripsikan secara akurat pemberdayaan
perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan. Untuk mendeskripsikan informasi dan
fakta yang ditemukan maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.9
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan yang beralamat di Jl.
Damai Kapling PDK Nomor 7 RT 11/RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Telp: (021) 7350148.
Adapun penelitian dilakukan terhitung mulai bulan Februari sampai bulan
Oktober 2015.
8 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.83.
9 Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 201.
14
4. Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive
sampling (bertujuan) yang merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Kita memilih orang yang benar-benar mengetahui
atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.10
Informan dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang
tepat dalam memberikan informasi tentang pemberdayaan perempuan
melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan.
Tabel 1.1
Rancangan Informan
No Informan Informasi yang Dicari Jumlah
1 Pembina (penyuluh) Mengetahui bagaimana
pemberdayaan yang
dilakukan.
2 orang
2 Pengurus Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
Mengetahui gambaran
umum Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka
3 orang
3 Anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
Mengetahui bagaimana
hasil pemberdayaan yang
dilakukan.
5 orang
10 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.79.
15
5. Sumber Data
Menurut Lofland Husaini sebagaimana dalam Lexy J. Moleong,
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan
tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau
film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar, dan bertanya.11
Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari
segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.12
Sumber yang digunakan peneliti adalah
sebagai berikut:
a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari para
informan yang ada di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di
RW 02 Petukangan Selatan pada waktu penelitian. Peneliti akan
mewawancarai 2 orang pembina atau penyuluh, 3 orang pengurus
yang terdiri dari ketua, bendahara, dan sekretaris serta 5 anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang berbeda. Hal ini
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), Cet ke-13, h.112.
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-13, h.113.
16
dilakukan karena karakteristik petani di Kelompok Wanita
Cempaka (KWT) Cempaka sangat heterogen.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui
sumber-sumber informasi tidak langsung peneliti peroleh melalui
observasi di lapangan, data-data dan dokumentasi dari Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan ini dilakukan dengan
cara:
a. Observasi
Metode observasi (pengamatan), merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan
mengamati hal-hal, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan,
dan perasaan.13
Peneliti mengadakan pengamatan langsung tentang
upaya Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam melaksanakan
pemberdayaan perempuan melalui program dan kegiatannya.
Peneliti menggunakan observasi tak berstruktur, yaitu observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat
13
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h.165.
17
apa yang menarik, melakukan analisis, dan kemudian dibuat
kesimpulan.14
b. Wawancara
Metode wawancara, merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.15
sedangkan dalam pendapat lain Stewart dan Cash mengartikan
wawancara sebagai sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat
pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan,
kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu
kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan atau memulai
pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.16
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti
dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.17
Dalam
pendapat lain, studi dokumentasi diartikan sebagai suatu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
14 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.174.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-23, h.186.
16
Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012) Cet. Ke-3, h.131.
17
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h.70.
18
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang
lain tentang subjek.18
Dalam pendapat lain, Bungin sebagaimana dalam Imam Gunawan
mengemukakan teknik dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk
menelusuri data dan historis.19
Untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti juga mencari data
tertulis seperti profil umum Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka,
panduan program kegiatan serta foto-foto kegiatan yang dilakukan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
7. Analisis Data
Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan
mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data. Nazir
mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan
makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.20
Pendapat lain mengemukakan analisis data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
18 Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, h.143.
19
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.177
20 Moh Nazir D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h.405.
19
dicari, dan memutuskan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.21
Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:22
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang
relevan dengan pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
b. Penyajian data, setelah data mengenai pemberdayaan perempuan yang
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka diperoleh,
maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual
gambar, matrik, bagan, tabel, dan lain sebagainya.
c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan
dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.
8. Keabsahan Data
Untuk mengukur keabsahan data pada penelitian ini peneliti
menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Peneliti menggunakan triangulasi sumber, berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu
dapat dicapai dengan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan
21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-23, h. 248
22 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 91.
20
data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah, atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi atau suatu dokumen yang
berkaitan.23
9. Teknik Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
Yang disusun oleh Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M.
Syairozi Dimiyati, Netty Hartati dan Syopiansyah Jaya Putra yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development an Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun
2007.24
23
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-13, h.178. 24
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
(Jakarta: CeQDa (Center for Quality Development and Assurance), 2007).
21
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, termasuk Pendahuluan, Isi dan
Penutup. Berikut uraiannya secara ringkas:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti mengemukakan latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas pemberdayaan
meliputi, pengertian pemberdayaan, tujuan
pemberdayaan, indikator pemberdayaan, strategi
pemberdayaan, tahapan pemberdayaan.
Petani meliputi, pengertian petani, pengertian kelompok
tani, serta karakteristik kelompok tani.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang Gambaran
Umum tentang Obyek Penelitian, latar belakang
berdirinya Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka, visi
dan misi, tujuan, struktur kelompok, permodalan dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka.
22
BAB IV ANALISA HASIL TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas analisa hasil
penelitian meliputi pemberdayaan perempuan yang
dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
dalam menyediakan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan, serta keterampilan pada perempuan di RW
02 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari
penelitian tentang pemberdayaan perempuan melalui
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka di RW 02
Petukangan Selatan dan saran-saran untuk perbaikan
bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka serta
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
23
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan menurut Edi Suharto berasal dari
kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).1 Perspektif sebelum
pemberdayaan yaitu pembangunan sosial. Pembangunan sosial menurut
James Midgley adalah suatu pendekatan yang mengangkat kesejahteraan
masyarakat. Cara pembangunan sosial mengangkat kesejahteraan yaitu
seperti philantropi, pekerjaan sosial dan administrasi sosial.2
Menurut Payne sebagaimana dalam Isbandi, pemberdayaan
(empowerment) adalah membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan
yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya
yang ia miliki antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.3
Sedangkan menurut Gunawan, pembangunan adalah proses
mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat
1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h.57. 2 James Midgley, Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2005), h. 1. 3 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian FE-UI, 2002), h.162.
24
sejahtera ditandai adanya dengan kemakmuran berupa meningkatnya
konsumsi masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Peningkatan
pendapatan sendiri merupakan hasil produksi yang meningkat. Proses
demikian dapat berlangsung baik bila asumsi-asumsi pembangunan, yakni
adanya kesempatan kerja secara penuh (full employment), tiap orang
memiliki kemampuan yang sama (equal produvtivity) dan semua pelaku
ekonomi bertindak rasional (efficient) terpenuhi.4
Dalam pendapat lain, Soetomo mendefinisikan Community
Development sebagai suatu proses yang merupakan usaha masyarakat
sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki
kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan
komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi
komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional.5
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan menekankan kepada perubahan dan pengembangan yang
lebih baik. Artinya mendorong mereka berkesempatan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki dengan upayanya sehingga mereka
mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depannya.
Pemberdayaan sebagai tujuan adalah suatu keadaan yang ingin
dicapai, yakni yang memiliki kekuasaan atau keberdayaan yang mengarah
pada kemandirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan.6 Sedangkan
4 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial (Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2007), h. 18. 5 Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), h. 79.
6Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008), h.240.
25
pemberdayaan sebagai suatu proses adalah proses yang berkesinambungan
(on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan
perbaikan dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.7
Sebagai suatu proses, Hogan sebagaimana dalam Isbandi
menggambarkan siklus pemberdayaan yang berkesinambungan melalui
lima tahapan utama yaitu:8
Bagan 2.1
(Sumber: Isbandi Rukminto Adi, 2002, h.174)
Menurut Jim Ife pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan
kemampuan mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan
untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya.9
7 Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan, h.241.
8 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, h.174.
9 Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan
Masyarakat di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.510.
Menghadirkan kembali pengalaman
yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan
Mendiskusikan alasan mengapa
terjadi pemberdayaan dan
pentidak pemberdayaan
Mengembangkan aksi dan
mengimplementasikannya
Mengidentifikasikan basis
daya yang bermakna
Mengidentifikasi suatu masalah
ataupun proyek.
26
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud
dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan.
a. Sumber Daya
Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan yang
diperlukan untuk menciptakan daya, gerakan, aktifitas, kegiatan, dan
tindakan. Sumber daya manusia sebagaimana dalam Sonny mengandung
dua pengertian, yang pertama usaha kerja atau jasa dapat diberikan dalam
proses produksi dan pengertian kedua seseorang yang mampu bekerja
memberikan usaha kerja atau jasa tersebut. Mampu bekerja disini diartikan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yang menghasilkan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan sumber daya
manusia sebagaimana dalam Hasibuan adalah kemampuan dari daya pikir
dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap individu.10
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan
yang baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Hal ini
dikarenakan dengan adanya tingkat pengetahuan yang tinggi maka
wawasannya pun luas, selain itu kemampuan dalam mengantisipasi
masalah lebih tinggi.
Disamping pendidikan, kualitas sumber daya manusia juga dapat
dipengaruhi oleh tingkat kesehatan dan juga nilai gizinya. Berdasarkan
asumsi bahwa tingkat produktivitas mencerminkan tingkat pendapatan
10 “Pengertian Sumber Daya Manusia Menurut Para Ahli,” diakses pada 19 April 2015
dari http://humancapitaljournal.com/pengertian-sumber-daya-manusia/
27
maka akan ada pengaruhnya pula dari produktivitas yang rendah terhadap
kemiskinan.11
Banyak orang memiliki akses yang relatif kecil kepada sumber daya,
dan relatif sedikit keleluasaan atas bagaimana sumber daya tersebut akan
dimanfaatkan. Hal ini berlaku baik untuk sumber daya keuangan maupun
sumber daya non-keuangan seperti pendidikan, kesempatan untuk
pertumbuhan pribadi, rekreasi, dan pekerjaan.
Dalam menyediakan sumber daya, peran pekerja masyarakat sebagai
broker (perantara) dalam intervensi komunitas erat kaitannya dengan
upaya menghubungkan individu atau kelompok dalam masyarakat yang
membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat tetapi tidak tahu dimana
dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut dengan lembaga yang
menyediakan layanan masyarakat.12
Dapat disimpulkan bahwa sumber daya merupakan sumber energi,
kekuatan yang digunakan utuk menghasilkan gerakan, kegiatan dan
tindakan yang menghasilkan barang ataupun jasa. Kurangnya akses untuk
memperoleh dan memanfaatkan sumber daya ini yang menjadikan pekerja
masyarakat memainkan perannya sebagai broker (perantara) untuk
memudahkan individu atau kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan.
11 Soetomo, Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), h.193-197. 12
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h.101.
28
b. Kesempatan
Kesempatan adalah dimana seseorang memiliki waktu dan peluang
untuk melakukan suatu kegiatan. Salah satu peran pekerja masyarakat
dalam menyediakan kesempatan yaitu dengan meningkatkan kesadaran
kelompok, salah satu karakteristik peningkatan kesadaran adalah bahwa ia
sebaiknya dimaksudkan untuk memberikan kesadaran terhadap berbagai
struktur dan strategi perubahan sosial sehingga orang-orang dapat
berpartisipasi dan mengambil tindakan yang efektif. Banyak orang yang
pasif bukan karena keinginan mereka, namun karena mereka tidak
diperkenalkan pada berbagai struktur dan strategi yang disitu mereka bisa
dengan mudah menjadi aktivis. Oleh karena itu, membantu masyarakat
untuk menjadi partisipan yang aktif adalah sangat penting pagi pekerja
sosial.13
Disinilah peran pekerja masyarakat sebagai fasilitator, dalam peran
ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan
masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses perubahan
individu atau kelompok. menolong proses pengembangan dengan
menyediakan waktu, pemikiran, sarana-sarana dan informasi yang
dibutuhkan dalam proses perubahan.
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat, hal
ini bisa termasuk informasi mengenai adanya berbagai pelayanan,
informasi pengembangan pengetahuan, informasi mengenai bagaimana
mengerjakan berbagai tugas khusus, dan lain sebagainya. Pekerja
13
Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi, h.583.
29
masyarakat memainkan sebuah peran penting sebagai makelar informasi
dengan mengetahui bagaimana memperoleh jalan masuk pada informasi
ini, membantu kelompok melakukan hal serupa dengan begitu membantu
mereka menggunakan informasi itu secara efektif.14
Dalam pemberdayaan ekonomi, salah satu strategi peningkatan
kesempatannya dalam berusaha diberikan dengan penyediaan kemudahan
dalam pembinaan teknis manajemen memulai usaha, perlindungan usaha,
tempat berusaha wirausaha baru merupakan salah satu strategi dalam
pemberdayaan di bidang ekonomi.
Dapat disimpulkan bahwa dalam menyediakan kesempatan, peran
pekerja masyarakat sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. Hal ini untuk
membantu proses pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran,
sarana-sarana dan juga informasi penting bagi individu atau kelompok.
Dengan begitu, individu ataupun kelompok yang tadinya pasif bisa lebih
menjadi aktif sebagai partisipan.
c. Pengetahuan
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik (educator), pekerja
masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi
dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang
menjadi sasaran perubahan. Disamping itu, ia harus mempunyai
pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan.
14
Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi, h.592.
30
Dalam hal ini, tidak jarang pekerja masyarakat harus menghubungi rekan
dari profesi lain yang menguasai materi tertentu.15
Misalnya ketika pekerja masyarakat harus menyampaikan tentang
perilaku hidup sehat, dalam hal ini pekerja masyarakat mungkin harus
menghubungi dokter di puskesmas atau ahli kesehatan masyarakat lainnya
agar informasi yang diberikan lebih tepat.
Dalam hal ini peran pekerja masyarakat dalam mendidik juga dalam
memberikan Informasi, informasi ini merupakan hal yang sangat penting
bagi sebuah masyarakat dalam merencanakan bagaimana cara yang paling
baik untuk memenuhi kebutuhannya dan bagaimana melibatkan
masyarakat sebanyak mungkin dalam berbagai proses pengembangan
masyarakat.
Seorang pekerja masyarakat juga akan berada di dalam suatu posisi
yang baik untuk memberikan informasi mengenai berbagai program dalam
kelompok masyarakat lainnya, ia pun harus berhati-hati dalam mentransfer
sebuah program yang sukses dari satu tempat ke tempat lain karena
beragam sosial dan budaya, namun hal tersebut penting bagi orang-orang
yang memiliki ide mengenai bagaimana berbagai hal dikerjakan ditempat
lain, dengan begitu mereka dapat belajar dari kesuksesan dan kegagalan
kelompok lain.16
Dapat disimpulkan bahwa, untuk meningkatkan pengetahuan
kelompok, peran pekerja masyarakat sebagai educator (pendidik)
15
Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, h.102. 16
Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi, h.585.
31
sangatlah penting. Sebagai pendidik harus mempunyai pengetahuan yang
luas serta kemampuan dalam penyampaian informasi yang baik dan jelas
agar informasi yang diberikan mudah untuk dipahami oleh sasaran
perubahan. Selain itu pendidik melakukan kolaborasi dengan profesi lain
yang menguasi materi tertentu untuk diberikan kepada kelompok sasaran
perubahan.
d. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan untuk meyelesaikan tugas. Arti
keterampilan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat. Keterampilan sangat erat kaitannya dengan
sumber daya manusia, The Liang Gie sebagaimana dalam Syarif Makmur
mengatakan bahwa keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu
keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus
dibarengi dengan kegiatan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu
kerja. Seseorang yang memahami semua azas, metode, pengetahuan, dan
teori serta mampu melaksanakan secara praktis adalah orang yang
memiliki keterampilan.17
Menurut Littre dalam Maurice Duvenger, keterampilan adalah
sebagai proses kolektif dari suatu kemahiran atau manufaktur khusus.18
Maksudnya keterampilan dengan berbagai penemuan yang direncanakan
17 Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas Organisasi:
Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h.70.
18
Maurice Duvenger, Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007). h.79.
32
manusia dengan menggunakan alat-alat, mesin dan sebagainya yang
memberikan peserta penguasaan terhadap materi yang diberikan.
Peran penting bagi seorang pekerja masyarakat adalah
mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber
daya yang ada bersama masyarakat atau kelompok.19
misalnya ada
kelompok warga yang terampil dalam membatik, ada pula yang terampil
membuat makanan ataupun kerajinan tangan. Berbagai kelompok warga
ini harus mendapat perhatian dari pelaku perubahan sehingga dalam
pengembangannya mereka bisa mengoptimalisasikan keterampilan
mereka.
Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling spesifik, karena hal
tersebut melibatkan bagaimana mengajarkan penduduk untuk melakukan
sesuatu. Pelatihan akan sangat efektif bila hal itu memang diberikan untuk
merespon permintaan masyarakat itu sendiri.
Pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan kelompok itu sendiri,
dalam perkembangan ekonomi misalnya dengan memberikan pelatihan
kerajinan tangan, keterampilan yang mereka dapatkan itu mereka gunakan
untuk memperoleh sebuah pekerjaan dan bekerja secara produktif dalam
sebuah lapangan kerja atau berbagai keterampilan yang dapat mereka
gunakan untuk memulai sebuah proyek ekonomi masyarakat lokal.
Namun dalam melakukan pelatihan ini, tidak mungkin dilakukan
secara individu oleh pekerja masyarakat, pekerja masyarakat juga
19
Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi, h.574.
33
memainkan perannya untuk menemukan berbagai sumber daya dan para
ahli yang berkompeten dibidangnya.20
Dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kegiatan
mempelajari sesuatu yang dibarengi dengan praktik, berlatih, dan
mengulang-ulang suatu kerja. Peran yang juga penting bagi pekerja
masyarakat adalah mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya yang
ada. Dalam hal ini pelatihanlah yang paling spesifik, karena mengajarkan
individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu. Pelatihan ini juga
disesuaikan dengan kebutuhan serta sumber daya yang ada dalam
kelompok tersebut.
Pemberdayaan bertujuan meningkatkan kekuasaan dari mereka yang
dirugikan, pemberdayaan ini berupaya untuk memperbaiki keadaan untuk
menguntungkan kelompok yang dirugikan dengan berbagai cara
diantaranya melalui kebijakan dan perencanaan, aksi sosial, sebagaimana
digambarkan dalam bagan berikut:21
20
Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi, h.590. 21
Ibid, h.149.
34
Bagan 2.2
(Sumber: Jim Ife dan Frank Tesoriero, 2008.h.149)
Suatu perspektif pemberdayaan akan membutuhkan pemberian
kekuasaan kepada masyarakat untuk mendefinisikan kebutuhan mereka
sendiri. Dalam pengembangan masyarakat, menurut Ife ada dua kebutuhan
mendasar pertama, suatu keyakinan bahwa kebutuhan manusia harus
terpenuhi, dan kedua, masyarakat mampu mengetahui kebutuhan mereka
sendiri. Pendefinisian kebutuhan juga mensyaratkan pengetahuan dan
keahlian yang relevan. Oleh karena itu, proses pemberdayaan
Atas:
Pilihan pribadi, kesempatan,
kebutuhan, sumber daya,
pengetahuan, kegiatan
ekonomi, reproduksi.
Melalui:
Kebijakan dan perencanaan,
Aksi sosial, Politik
pendidikan dan
penyadartahuan.
Kelompok-kelompok
primer yang dirugikan
secara struktural:
1. Kelas
Kaum miskin,
pengangguran,
berpenghasilan
rendah, penerima
jaminan sosial.
2. Gender
Perempuan.
3. Ras atau Etnis
Masyarakat
pribumi, minoritas,
etnis, kultural
Kelompok lain yang
dirugikan:
Manula, anak-anak, dan
kaum muda penyandang
cacat (fisik, mental,
intelektual), homo dan
lesbian terisolasi (secara
geografis dan sosial),
dsb.
Pribadi yang dirugikan:
Duka cita, kehilangan,
masalah-masalah pribadi
dan keluarga.
Meningkatkan
kekuasaan dari:
Pemberdayaan
35
mensyaratkan bahwa masyarakat harus memiliki akses yang lebih mudah
mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan dan informasi.22
Adapun cara yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan yaitu
dengan memberikan motivasi atau dukungan berupa penyediaan sumber
daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas mereka, meningkatkan kesadaran tentang potensi
yang dimilikinya, kemudian berupaya untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki mereka tersebut.
2. Tujuan Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan masyarakat dapat berbeda dengan kelompok
sasaran dan tujuan pemberdayaan sesuai dengan bidang pembangunan
yang digarap. Tujuan pemberdayaan bidang ekonomi belum tentu sama
dengan tujuan pemberdayaan di bidang pendidikan ataupun bidang sosial.
Tujuan pemberdayaan bidang ekonomi adalah agar kelompok sasaran yang
berada digaris bawah kemiskinan dapat mengelola usahanya, kemudian
memasarkan dan membentuk siklus pemasaran. Sedangkan pemberdayaan
bidang pendidikan agar kelompok sasaran dapat menggali potensi yang
ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk
mengatasi permasalahannya.23
Menurut Ife sebagaimana dalam Edi Suharto, tujuan pemberdayaan
yaitu untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak
22 Ibid., h.142.
23 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, h.207.
36
beruntung.24
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, serta mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.25
3. Indikator Pemberdayaan
Parsons sebagaimana dalam Edi Suharto mengajukan tiga dimensi
pemberdayaan yang merujuk pada:26
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar.
b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri orang lain.
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan
kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang
lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah
struktur-struktur yang masih menekan.
24 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.58.
25
Ibid., h.60.
26 Ibid, h.63.
37
4. Strategi Pemberdayaan
Sebagaimana dalam Jim Ife, terdapat tiga strategi dalam mencapai
pemberdayaan yaitu pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan
dicapai dengan mengembangkan struktur-struktur dan lembaga untuk
mewujudkan akses yang lebih adil kepada sumber daya atau berbagai
layanan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Menggunakan kebijakan ekonomi untuk mengurangi pengangguran
dapat dilihat sebagai pemberdayaan dalam konteks bahwa hal ini
meningkatkan sumber daya, akses dan kesempatan bagi masyarakat.
Memberikan sumber daya yang cukup dan aman kepada rakyat juga
merupakan strategi pemberdayaan yang penting dan oleh karena itu,
kebijakan untuk menjamin pendapatan cukup dapat disebut sebagai
memberdayakan.
Kemudian, pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik
menekankan pentingnya perjuangan dan perubahan politik dalam
meningkatkan kekuasaan yang efektif. Tetapi ia menekankan pendekatan
aktivis dan berupaya untuk memungkinkan masyarakat meningkatkan
kekuasaannya melalui bentuk aksi langsung atau dengan memperlengkapi
mereka agar lebih efektif dalam arena politik.
Dan yang terakhir pemberdayaan melalui pendidikan dan
penyadartahuan menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam
melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Ini
memasukkan gagasan-gagasan peningkatan kesadaran, membantu
masyarakat memahami masyarakat dan struktur opresi, memberikan
38
masyarakat kosakata dan keterampilan untuk bekerja menuju perubahan
yang efektif dan seterusnya.27
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan
makro. Untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:
a. Aras Mikro: Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervetion.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang berpusat pasa tugas (task centered
approach).
b. Aras Mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan sekelompok media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro: Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem
Besar (lare-system stategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
27
Ife dan Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi, h.147.
39
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam
pendekatan ini.28
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa strategi yang
digunakan dalam pemberdayaan telah terbagi menjadi tiga aras dimana
tiap aras memiliki caranya sendiri. Strategi dalam pemberdayaan di level
komunitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni dengan
pendekatan direktif (instruktif) dan pendekatan non-direktif (partisipatif).
Untuk memberi gambaran singkat mengenai kedua pendekatan tersebut,
berikut merupakan gambaran singkat mengenai pendekatan direktif dan
non-direktif.
1) Pendekatan direktif (instruktif)
Pendekatan direktif (directive approach) dilakukan
berlandaskan asumsi bahwa community worker tahu apa yang
dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan
ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena
prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak
berasal dari community worker. Community worker-lah yang
menetapkan apa yang baik dan apa yang buruk bagi masyarakat.
Cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan
selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan
tersebut. Dan pendekatan seperti ini, prakarsa dan pengambilan
keputusan berada di tangan community worker.
28
Ibid, h.66-67
40
2) Pendekatan Non-Direktif (partisipatif)
Pendekatan non-direktif dilakukan dengan berlandaskan
asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka
butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini
community worker tidak menetapkan diri sebagai orang yang
menetapkan apa yang baik atau buruk bagi suatu masyarakat.
Pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarakat itu
sendiri, community worker lebih bersifat memanggil dan
mengembangkan potensi masyarakat.
Pemercepat perubahan (enabler) yang membantu mempercepat
terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat. Dengan
menggunakan pendekatan ini, community worker berusaha untuk
merangsang tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk menentukan
arah langkahnya sendiri (self-determination) dan kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri (self-help).29
5. Tahapan Pemberdayaan
Tahapan pemberdayaan yang baik menurut Isbandi yaitu:30
a. Tahapan Persiapan (engagment)
Pada tahap ini ada dua tahap yang harus dikerjakan yaitu,
Pertama, menyiapkan petugas atau tenaga pemberdaya masyarakat
yang bisa juga dilakukan oleh Community Worker hal ini diperlukan
untuk menyamakan persepsi antar anggota tim mengenai pendekatan
29 Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, h.166-167.
30
Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h.182.
41
apa yang akan dipilih, penyiapan petugas lebih diperlukan lagi bila
dalam proses pemberdayaan masyarakat tenaga yang dipilih
memiliki latar belakang antara satu sama lain seperti pendidikan,
agama, suku, dan strata. Kedua, menyiapkan lapangan yang pada
dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.
b. Tahap Pengkajian (Assesment)
Proses pengkajian dapat dilakukan secara individu melalui
tokoh-tokoh masyarakat, tetapi juga dapat melalui kelompok-
kelompok dan masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan dan juga
sumber daya yang dimiliki klien.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Tahap ini petugas sebagai agen perubahan secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan cara menghadapinya. Dalam konteks ini
masyarakat mengharapkan dapat memikirkan alternatif program dan
kegiatan yang dilakukan.
d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi
Tahap dimana menuangkan gagasan yang telah dirumuskan
dalam tahap perencanaan alternatif program ke dalam pernyataan
kegiatan (proposal) secara tertulis. Peran agen perubah dalam tahap
ini adalah membantu sasaran menuliskan rumusan program mereka
dalam format yang layak untuk diajukan kepada penyandang dana.
Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan
42
community worker dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan
menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Yakni tahap menuangkan
gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan alternatif
program ke dalam pernyataan kegiatan (proposal) secara tertulis.
Peran agen perubah dalam tahap ini adalah membantu sasaran
menuliskan rumusan program mereka dalam format yang layak
untuk diajukan kepada penyandang dana. Dalam tahap
pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan community worker dan
masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan
jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut.
e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling
krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat,
keberhasilan dari tahap ini tergantung dari kerjasama yang baik
antara agen perubah dengan warga masyarakat serta tokoh
masyarakat setempat. Adanya konflik diantara tiga komponen ini
akan sangat mengganggu tahap pelaksanaan program atau kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
Dalam upaya melaksanakan program pengembangan
masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader
ini biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang
43
masih memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan
tersebut.
f. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan
masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Karena
dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk
suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara
internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat
membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih „mandiri‟
dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Akan tetapi,
kadangkala dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata hasil yang
dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini terjadi
maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan umpan
baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan.
g. Tahap Terminasi
Yakni tahap “pemutusan” atau pemberhentian program.
Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat atau komunitas
sasaran benar-benar sudah “berdaya”. Pemutusan hubungan dengan
komunitas sasaran ini sebaiknya dilakukan secara pelan-pelan,
bertahap, tidak secara langsung ditinggalkan begitu saja oleh agen
perubah, sehingga dapat dipastikan ketika agen perubah keluar dari
komunitas tersebut, keadaan sudah jauh berubah dan komunitas
sasaran sudah kreatif mandiri.
44
B. Aset Komunitas dalam Proses Assesment kebutuhan dan potensi
masyarakat
1. Modal Fisik
Modal fisik merupakan salah satu modal dasar yang terdapat dalam
setiap masyarakat, baik itu masyarakat yang hidup secara tradisional
maupun masyarakat modern. Green dan Haines sebagaimana dalam
Isbandi melihat dua kelompok utama dari modal fisik adalah bangunan
dan infrastruktur. Bangunan yang dimaksud berupa rumah, perkantoran,
pertokoan dan sebagainya. Sementara yang dimaksud infrastruktur berupa
jalan raya, jembatan, jalan kereta api, sarana air bersih, jaringan telepon
dan sebagainya.
Modal fisik yang dimiliki suatu masyarakat akan terkait dengan
kualitas manusia yang dimiliki suatu komunitas, misalnya keterkaitan
layanan kesehatan yang dapat diakses masyarakat, dengan kondisi
infrastruktur yang buruk, akses masyarakat terhadap layanan kesehatan
pun menjadi sulit. Keberadaan modal fisik yang memadai juga akan
membantu masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraan ataupun
kualitas kehidupan masyarakat. Tanpa modal fisik yang memadai
masyarakat akan semakin sulit untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
2. Modal Finansial
Selain modal fisik, modal lain yang cukup banyak diperhitungkan
dalam menentukan kesejahteraan suatu komunitas adalah modal finansial
(keuangan) yang dimiliki ataupun diakses oleh konumitas tersebut. Salah
satu indikator yang yang menggambarkan modal keuangan masyarakat
45
adalah dengan melihat banyaknya penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan.
Dengan banyaknya jumlah anggota populasi yang berada di bawah
garis kemiskinan, modal keuangan masysrakat masih tetap merupakan
hambatan tersendiri dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat, misalnya suatu komunitas ingin mengembangkan program di
bidang pendidikan, kebutuhan akan modal keuangan menjadi hal yang
mutlak dan bukan sekedar bersandar pada modal fisik ataupun sumber
daya manusianya. Tanpa kecukupan modal keuangan, laju jalannya suatu
program dapat terhambat. Oleh karena itu, pertimbangan akan kecukupan
modal dalam menjalankan suatu program dan kegiatan sangat perlu
diperhatikan.
3. Modal Lingkungan
Modal lain yang juga mempunyai nilai penting dalam suatu
perencanann partisipatif adalah adanya modal lingkungan yang dapat
diakses dan dimanfaatkan masyarakat. Modal lingkungan ini dapat juga
berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi serta mempunyai nilai yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan
juga kenyamanan hidup dari manusia dan makhluk lainnya.
Terkait dengan modal lingkungan, setiap masyarakat sekurang-
kurangnya ada berbagai aspek lingkungan yang harus dipertimbangkan.
Misalnya bumi, udara, tumbuhan dan juga binatang. Dalam kaitan dengan
lingkungan hidup sebagai aset masyarakat, tidak jarang suatu komunitas
46
mengeksploitasi lingkungan mereka secara berlebihan dan tidak terencana
sehingga meraka tidak peduli lagi akan kelestarian lingkungan tersebut.
4. Modal Teknologi
Modal lain yang juga mempunyai nilai penting dalam suatu
prencanaan partisipatif adalah modal teknologi yang dimiliki ataupun
dapat dimanfaatkan oleh suatu komunitas. Keberadaan teknologi dalam
suatu komunitas tidaklah selalu teknologi yang canggih dan kompleks
sepeti melibatkan berbagai perangkat komputer dan mesin yang modern.
Teknologi yang dimaksud di sini tidak jarang lebih berarti suatu teknologi
tepat guna yang dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sebagai contoh dalam bidang pertanian, anda bisa meliat bagaimana tanah
digarap dengan bajak. Dimana sebelumnya harus dicangkul. Pencangkulan
lahan dinilai terlalu lama kemudian muncul bajak yang memanfaatkan
kerbau atau sapi sebagai penggeraknya.
5. Modal manusia
Modal manusia adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
pekerja yang berpengaruh terhadap produktivitas mereka. Dapat dipahami
bahwa keberadaan tenaga yang mempunyai pengetahuan, keterampilan
dan mampu mengendalikan teknologi dengan baik merupakan hal yang
lebih utama daripada teknologi itu sendiri. Misalnya dengan mempunyai
modal lingkungan yang besar seperti Indonesia yang memiliki kekayaan
tambang yang luar biasa, tetapi karena sumber daya manusianya belum
menguasai teknologi pertambangan dengan baik maka yang terjadi adalah
pengeksploitasian sumber daya alam.
47
Disinilah letak modal manusia memainkan peranan penting dalam
proses pembangunan. Tanpa adanya unsur manusia yang memiliki
kemampuan yang memadai, mesin ataupun teknologi yang ada menjadi
tidak berguna. Dalam kaitan upaya menyiapkan manusia yang berdaya dan
mempunyai kemampuan untuk mengendalikan teknologi yang ada,
pendidikan memerankan peranan penting dalam menyiapkan modal
manusia yang ada di suatu komunitas.
6. Modal Sosial
Modal lainnya yang juga bernilai penting dalam proses
pengembangan masyarakat adalah adanya modal sosial dalam suatu
msyarakat yang menjadi perekat antara kelompok masyarakat yang satu
dengan lainnya. Modal sosial yang dimaksud di sini adalah norma dan
aturan yang mengikat warga masyarakat yang berada di dalamnya dan
mengatur pola perilaku warganya juga unsur kepercayaan dan jaringan
antar warga ataupun kelompok masyarakat.
7. Modal Spiritual
Dalam kasus pembangunan ditingkat komunitas, hal yang perlu
diidentifikasikan dari komunitas sasaran antara lain adalah, adakah modal
spriritual yang terdapat dalam komunitas tersebut yang dapat membantu
proses perubahan berencana yang akan dilakukan oleh community worker.
Disamping itu, perlu juga diidentifikasikan „aliran‟ yang dianut oleh para
elite dikomunitas agar pembangunan yang dilakukan mempunyai tolak
48
ukur nilai tertentu dari aliran tersebut agar upaya intervensi yang
direncanakan dapat berjalan lancar.31
C. Petani
1. Pengertian Petani
Petani adalah sumber daya manusia yang mencintai pertanian,
berminat dan terlibat dalam kegiatan pertanian. Petani adalah sumber daya
manusia yang memiliki usaha tani nelayan sendiri, telah menentukan
bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian dan hidup dari hasil
tani nelayan.32
2. Pengertian Kelompok Tani
Iver dan Page mengemukakan bahwa kelompok adalah himpunan
atau kesatuan manusia yang hidup bersama, sehingga terdapat hubungan
timbal balik, sedangkan Gerungan mengemukakan bahwa kelompok
merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang mengadakan interaksi secara intensif dan teratur.33
Menurut Mardikanto pengertian kelompok tani adalah sekumpulan
orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita)
maupun petani-taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah
kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di
lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani, sedangkan
31
Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, h.240. 32
Pedoman Pembinaan Pemudatani-Nelayan dan Wanita Tani-Nelayan, (Departemen
Pertanian, 1995).
33
Margono Slamet dan Sumarjo, Kelompok, Organisasi, dan Kepemimpinan, h.3.
49
menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan anggota/petani
dalam mengembangkan usahanya.34
3. Karakteristik Kelompok Tani
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di
pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh, dan untuk petani”,
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Ciri Kelompok Tani
1) Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama
anggota.
2) Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
berusaha tani.
3) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman,
hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial,
bahasa, pendidikan dan ekologi.
4) Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama.
b. Unsur Pengikat Kelompok Tani
1) Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.
34
Ibid, h.4.
50
2) Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab
bersama diantara para anggotanya.
3) Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan
para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama
petani lainnya.
4) Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya.
5) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat
setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.
c. Fungsi Kelompok Tani
1) Kelas belajar: kelompok tani merupakan wadah belajar
mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh
dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani
sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya
bertambah serta kehidupannya yang lebih sejahtera.
2) Wahana kerjasama: kelompok tani merupakan tempat untuk
memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam
kelompok tani dan antar kelompok tani serta pihak lain.
Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih
efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan.
51
3) Unit produksi: usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-
masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus
dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat
dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas, maupun
kontinuitas.35
Dari teori-teori yang telah dipaparkan, peneliti membuat alur atau
kerangka berpikir dengan mengambil teori yang peneliti anggap relevan
untuk membahas pemberdayaan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka. Berikut ini adalah kerangka berpikir tersebut:
35
Peraturan Menteri Pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani (Departemen Pertanian, 2007), h.5-7.
52
Bagan 2.3
Pemberdayaan
Merupakan upaya
menyediakan sumber
daya, kesempatan,
pengetahuan, dan
keterampilan untuk
meningkatkan
kemampuan mereka untuk
menentukan masa depan
mereka sendiri dan untuk
berpartisipasi serta
mempengaruhi kehidupan
masyarakatnya.
(Jim Ife)
Sumber daya merupakan sumber
energi, tenaga, kekuatan serta
kemampuan dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki oleh setiap individu
untuk menciptakan daya, gerakan,
aktivitas, kegiatan dan tindakan.
Kesempatan dalam konsep
pemberdayaan dilakukan dengan
penyediaan kemudahan dan
pembinaan teknis manajemen dalam
memulai usaha, perlindungan usaha,
tempat berwirausaha.
Pengetahuan merupakan sesuatu
yang diketahui dan dipahami atas
dasar kemampuan berpikir, merasa,
maupun mengindera baik disengaja
ataupun tidak disengaja untuk
membentuk model mental yang
menggambarkan obyek dengan tepat
dan mempresentasikannya dalam aksi.
Keterampilan merupakan kegiatan
menguasai sesuatu yang dibarengi
dengan kegiatan praktik, berlatih, dan
mengulang-ulang suatu kerja.
Indikator pemberdayaan menurut Edi
Suharto:
1. Sebuah proses pembangunan yang
bermula dari pertumbuhan individual
yang kemudian berkembang menjadi
sebuah perubahan sosial yang lebih besar.
2. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai
oleh rasa percaya diri, berguna dan
mampu mengendalikan diri orang lain.
3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah
gerakan sosial, yang dimulai dari
pendidikan dan politisasi orang-orang
lemah dan kemudian melibatkan upaya-
upaya kolektif dari orang-orang lemah
tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan
mengubah struktur-struktur yang masih
menekan.
53
BAB III
GAMBARAN UMUM
KELOMPOK WANITA TANI (KWT) CEMPAKA
Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai gambaran umum
objek penelitian yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang berada di
Jl. Damai Kapling PDK Nomor 7 RT 11/RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Telp: (021) 7350148.
A. Sejarah Singkat Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka berdiri pada tahun 1992.
Didirikan oleh Hj. Sunarti yang sekaligus menjadi ketua dari kelompok ini.
Beliau merupakan lulusan dari Sekolah Kepandaian Keluarga Putri. Sekarang
beliau memiliki anggota sebanyak 20 orang yang masih aktif membantu dalam
usahanya. Menurut pengakuan beliau awalnya ia hanya coba-coba tetapi lama-
kelamaan menjadi keterusan ungkapnya. Ibu Hj. Sunarti Satimin ini merupakan
ibu rumah tangga yang sangat gemar mengkonsumsi minuman tradisional,
beliau biasa mengolah rempah-rempah seperti jahe dengan cara yang
sederhana, hanya dengan di rebus bersama air dan menambahkan gula sedikit
kedalamnya. Kecintaannya terhadap minuman tradisional membuatnya ingin
mengembangkan produk minuman tradisional. Dari sinilah beliau memulai
usahanya, Usaha ini di mulai dengan modal yang sangat kecil yaitu 1 juta
rupiah. Dalam 3 tahun pertama mereka hanya memproduksi dalam jumlah
kecil, selain karena modal yang terbatas hal ini juga dikarenakan belum
54
banyaknya yang mengetahui produk yang dihasilkan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka ini.1
Dalam menjalankan usahanya ini beliau ingin memanfaatkan sumber
daya masyarakat yang ada agar lebih produktif, terutama ibu-ibu rumah tangga
yang tidak memiliki pekerjaan dan ingin menambah penghasilan. Setelah 3
tahun berjalan usaha kelompok ini menarik perhatian pemerintah setempat dan
karena dirasa dapat berkembang dengan baik maka pemerintah memberikan
mereka penyuluhan dan kursus oleh petugas lapangan Suku Dinas Pertanian
DKI Jakarta. Diharapkan dengan adanya bantuan berupa penyuluhan dan
kursus yang diberikan dapat mengembangkan usaha ini dan benar saja usaha
ini semakin berkembang dengan berhasilnya produk ini masuk ke pasar
swalayan pada tahun 2000 karena usaha yang sungguh-sungguh dan kegigihan
semua anggota kelompok ini.2
Hal ini membuat Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini
kebanjiran tawaran dan pesanan. Salah satunya tawaran untuk mengikuti
pameran-pameran makanan dan minuman di dalam dan di luar negeri. Dan
juga pesanan untuk produk dalam jumlah sangat banyak. Usaha Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka ini bergerak di bidang home industry yang
mengolah hasil pasca panen menjadi suatu produk minuman dan makanan,
seperti bir pletok, instan jahe, keripik pisang dan lainnya.
1 Wawancara pribadi dengan Sunarti Satimin, Petukangan Selatan, 9 Maret 2015.
2 Wawancara pribadi dengan Sunarti Satimin, Petukangan Selatan, 9 Maret 2015.
55
B. Visi dan Misi
Dalam membentuk kelompok, para pengurus Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka membuat visi dan misi kelompok. Hal ini agar Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka mempunyai arahan dalam melakukan kegiatan.
Visi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yaitu “Semua Keluarga Ikut
Berperan Dalam Kegiatan yang Menyangkut Hal-hal Pertanian.”
Adapun misi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini
diantaranya ingin mewujudkan kemandirian petani binaan di Kelurahan
Petukangan Selatan, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
meningkatkan kemampuan daya fikir serta meningkatkan pendapatan
keluarga.3
C. Tujuan
Tujuan umum Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini yaitu
meningkatkan kemampuan dan kualitas kelompok dari sisi pembinaan,
pengelolaan, permodalan, dan pengembangan usaha dalam pemberdayaan
ekonomi keluarga sebagai upaya meningkatnya pendapatan keluarga untuk
mewujudkan Keluarga Sejahtera. Adapun tujuan khusus yang dibuat oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka diantaranya:4
a. Meningkatnya kesetaraan keluarga agar aktif menjadi peserta KB.
b. Mengembangkan kegiatan usaha kelompok ekonomi keluarga.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pembinaan akseptor KB
melalui kegiatan usaha peningkatan pendapatan keluarga.
3 Buku Profil Kelompok UPPKS Cempaka.
4 Buku Profil Kelompok UPPKS Cempaka.
56
d. Meningkatkan kualitas kelompok UPPKS secara bertahap.
e. Meningkatkan tahapan keluarga anggota kelompok UPPKS secara
bertahap ke tahapan keluarga yang lebih baik.
D. Administrasi
Dalam rangka tertibnya administrasi kegiatan, Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka memiliki buku-buku administrasi yang menyangkut semua
pencatatan pelaksanaan kegiatan antara lain:
1. Buku anggota
2. Buku kas jurnal harian
3. Buku produksi
4. Buku pengiriman barang/produksi
5. Buku setoran hasil penjualan
6. Buku inventarisasi
E. Kepengurusan
Struktur kepengurusan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini
seluruhnya dipegang oleh kaum perempuan, karena kelompok ini hanya
ditujukan untuk para perempuan saja yang berdomisili di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Administrasi Jakarta
Selatan, struktur kepengurusannya sebagai berikut:5
5 Wawancara pribadi dengan Sri Hartati, 14 April 2015.
57
Ketua : Ibu Hj. Sunarti Satimin
Wakil ketua : Ibu Nani Lukito
Sekretaris : Ibu Sri Hartati Hadi
Bendahara : Ibu Juwarsih
a) Seksi Produksi
Seksi produksi ini bertugas untuk merencanakan jumlah produk yang akan di
produksi setiap bulannya, mengkoordinasikan jenis produk yang akan di
produksi pada setiap anggota kelompok, menghitung kebutuhan bahan dan alat
yang digunakan dalam mengolah produk yang akan dipasarkan. Seksi produksi
ini di pimpin oleh Ibu Iriyani yang beranggotakan:
1. Ibu Puji Lestari
2. Ibu Yanizar
3. Ibu Nuraini
4. Ibu Sugiarti
5. Ibu Yuana
6. Ibu Pratiawanti
b) Seksi Mutu
Seksi mutu ini betugas untuk mengecek kebersihan dan kehigienisan produk
yang dihasilkan, kemudian mengecek jenis kemasan produk. Serta mengecek
tempat penyimpanan sebelum dipasarkan dan ketika dipasarkan. Selain itu,
secara periodik seksi mutu ini bertugas untuk memperpanjang P2RT dan
58
sertifikat halal. Seksi mutu ini dipimpin oleh Ibu Murniyati yang
beranggotakan:
1. Ibu Sabtinah
2. Ibu Warsiah
3. Ibu Sunarti
4. Ibu Hj. Chodijah
5. Ibu Siti Aisyah
6. Ibu Sri Kustiyasih
7. Ibu Nur Asiah
8. Ibu Rohana
c) Seksi Pemasaran
Seksi pemasaran ini bertugas untuk mencari konsumen tempat pemasaran,
menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain yang mau membantu
memasarkan produk. Mendatangi pusat-pusat promosi (bazar-bazar) yang
diadakan oleh instansi terkait seperti dari Dinas Pariwisata, UKM, Dinas
Pertanian dan lain-lainnya. Seksi pemasaran ini dipimpin oleh Ibu Hj. Amroh
yang beranggotakan:
1. Ibu Sri Yuliani
2. Ibu Masenun
3. Ibu Rodiyah
4. Ibu Sumarti
5. Ibu Sartinah
6. Ibu Ermi
59
F. Kegiatan yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
Adapun kegiatan yang dilakukan di dalam Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka ini melalui penyuluhan yang diberikan oleh tenaga penyuluh
dari Suku Dinas Pertanian dan Peternakan, diantaranya ada budidaya sayuran,
budidaya tanaman hias, tambulampot (tanaman buah dalam pot), penyuluhan
KB dan bina keluarga remaja, olahan hasil pasca panen, dan pemasaran.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai kegiatan tersebut.6
1. Budidaya Sayuran
Budidaya sayuran ini diberikan mulai dari cara-cara pengolahan lahan.
Untuk budidaya sayuran dilahan kegiatan dimulai dari penyiapan dan
pengolahan lahan. Kemudian penyiapan atau pembelian benih unggul
lalu penyemaian, pemupukan awal lalu dilanjut lagi cara penanaman,
pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama penyakit tanaman, dan diakhiri dengan panen.
2. Budidaya Tanaman Hias
Budidaya tanaman hias dilakukan dengan sistem penanaman dalam
pot dan dilakukan dimasing-masing rumah setiap anggota. Kegiatan
yang dilaksanakan meliputi pemilihan jenis tanaman, penentuan
ukuran pot, pembuatan media tanam, cara penanaman dan
perbanyakan tanaman. Jenis tanaman hias yang ditanaman seperti
aglonema dan euphorbia.
6 Wawancara pribadi dengan Juwarsih, 14 April 2015.
60
3. Tabulampot (tanaman buah dalam pot)
Dikarenakan lahan pekarangan yang terbatas dan tidak
memungkinkan untuk ditanam di tanah langsung, maka penanaman
tanaman buah sebagian ditanam melalui pot atau dikenal juga dengan
istilah tabulampot (tanaman buah dalam pot). Jenis tanaman yang
ditanam umumnya mangga, belimbing, sawo, rambutan, dan jeruk.
4. Penyuluhan KB dan Bina Keluarga Remaja
Penyuluhan ini diberikan pada saat pertemuan kelompok, penyuluhan
ini merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain dalam membina
tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui
komunikasi efektif antara orang tua dan anak. Bina keluarga
5. Olahan Hasil Pasca Panen
Untuk mempertahankan kualitas hasil serta menghindari kerusakan
pada hasil panen, maka dilakukan pasca panen yang diantaranya
pengemasan, pendinginan, dan pengolahan hasil. Sebagai contoh jenis
jahe diolah menjadi instan jahe, buah pisang diolah menjadi keripik
pisang, wortel dan nanas diolah menajadi minumam segar. Tujuan
pengolahan hasil pasca panen diantaranya adalah untuk meningkatkan
nilai jual agar bisa meningkatkan pendapatan ekonomi.
61
6. Pemasaran
Pemasaran hasil dilaksanakan setelah pengolahan hasil pasca panen.
Dijual pada masyarakat sekitar dan juga melalui kerjasama dengan
mitra luar, serta melalui pameran dan bazar yang dilakukan oleh
instansi pemerintah dan swasta pada event-event tertentu seperti
pameran hari pangan sedunia, pameran flona (flora dna fauna), dan
masih banyak lagi.
G. Kemitraan dengan Pihak Luar
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak luar untuk memajukan usaha kelompok dan memasarkan hasil
produknya, dengan begitu hasil produk ini bisa berkembang secara
berkelanjutan. Berikut pihak-pihak yang bermitra dengan Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka:7
1. Koperasi Pegawai Perum Percetakan Uang RI (KOPETRI)
2. Rumah Makan Betawi
3. Keperasi TVRI Senayan–Jakarta Pusat
4. Koperasi PDK, Jl. Jendral Sudirman–Jakarta Pusat
H. Permodalan
Dalam merintis usahanya, kelompok wanita tani (KWT) Cempaka
memperoleh modal usahanya dari anggota kelompok serta modal pinjaman dari
berbagai sumber yang terdiri dari:8
7 Buku Profil UPPKS Cempaka.
8 Buku Profil UPPKS Cempaka.
62
1) Modal dari anggota kelompok Rp. 500.000,-
2) Modal pinjaman dari:
a. BKKBN PUSAT Rp. 10.000.000,-
b. BUMN (PLN) Rp. 3.000.000,-
c. LSM (Karya Mandiri) Rp. 10.000.000,-
d. KUKESRA Rp. 800.000,-
e. PKK DKI Rp. 5.000.000,-
f. PPMK Rp. 5.000.000,-
g. JPS Rp. 1.000.000,-
I. Bentuk dan Jenis Usaha
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka bergerak dibidang usaha
home industry, memulai produksi pada bulan April 1996, dengan produksi
minuman khas betawi bir pletok dan jahe instan. Sampai saat ini jenis
produksinya sudah bertambah dengan adanya produksi keripik pisang
kepok dan aneka sari buah-buahan namun tergantung pada pemesanan
juga ketika ada pesanan.9
J. Sertifikasi
Selama berdirinya kelompok dalam menjalankan usahanya kelompok
telah mendapatkan berbagai sertifikat dari berbagai instansi seperti Sertifikat
Kelayakan Usaha, Sertifikat merk dari Departemen Kehakiman & HAM, dan
Sertifikat Halal dari MUI ini membuktikan keseriusannya dalam menjalankan
9 Wawancara pribadi dengan Sri Hartati, 14 April 2015.
63
usaha kelompok dan juga diperuntukkan untuk melindungi usaha kelompok,
secara periodik sertifikat ini selalu diperbaharui. Kemudian Kelompok
mendapatkan sertifikat hasil analisa AP4 (Agricultural Product Processing
Pilot Plant) dari IPB yang menyatakan bahwa produk bir pletok yang di
produksi oleh Kelompok Wanita Tani Cempaka bebas dari mikroba yang
berarti aman untuk dikonsumsi. Selain itu selama menjalankan usahanya
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka sering mendapatkan Sertifikat
maupun piagam juara hasil dari lomba-lomba yang diadakan dari berbagai
pihak.10
K. Produksi
Dalam setiap produksi, Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dapat
menghasilkan sebanyak:11
1) Bir Pletok Cair : 75 botol per minggu
2) Jahe Instan Pasca Panen : 250 pcs per minggu
3) Kripik Pisang Kepok : 100 kg per 2 minggu
4) Keripik Aneka Buah : sesuai pesanan
Kegiatan usaha (produksi) dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam sebulan,
dengan hasil:
1) Bir Pletok Cair : 300 botol
2) Jahe Instan : 500 pcs
3) Kripik Pisang : sesuai pesanan
10 Buku Profil UPPKS Cempaka.
11
Buku Profil UPPKS Cempaka.
64
Namun pada saat ini produk yang diproduksi tidak selalu diproduksi
setiap bulannya, karena banyak kegiatan lainnya maka produksi dilakukan
dengan disesuaikan oleh kondisi dan pemesanan. Dan produk yang diproduksi
sekarang tidak hanya terpaku dengan jenis produk di atas saja, ketika ada bazar
atau event-event tertentu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
memproduksi beberapa hasil olahan pasca panen lainnya seperti minuman sari
wortel dan nanas, puding wortel dan kangkung, selain itu ada pula bapao dan
donat yang berbahan dasar dari ubi.
65
BAB IV
ANALISA HASIL TEMUAN PENELITIAN
Upaya pemberdayaan yang bertujuan untuk membangun pertanian
kearah perekonomian yang lebih baik dilakukan oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka yang terletak di RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka melakukan kolaborasi
pendampingan dengan berberapa pihak diantaranya penyuluh dari Suku
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta Selatan, dan juga
pembimbing atau pelatih yang berkompeten di bidangnya.
Seperti dalam BAB II hal 37, strategi yang dipakai dilakukan dalam
pemberdayaan ini adalah melalui kebijakan dan perencanaan dengan
mengembangkan struktur-struktur dan lembaga seperti yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang menjadi wadah berguna
sebagai sarana informasi akan inovasi mengenai budidaya dan pengolahan
hasil pasca panen.
Pemberberdayaan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang
bertujuan agar para petani dan keluarganya khususnya perempuan yang ada
di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan mampu secara mandiri
mengorganisasikan dirinya dan masyarakatnya agar bisa hidup lebih
sejahtera. Masyarakat harus diajak belajar bagaimana memelihara dan
memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungannya untuk kesejahteraan
yang lebih baik dan berkelanjutan.
66
Sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti kepada penyuluh dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka maka peneliti akan menggambarkan hasil dari pemberdayaan
seperti menurut Jim Ife, pada BAB II hal 25 dalam berupaya meningkatkan
sumber daya, menyediakan kesempatan, meningkatkan pengetahuan, dan
juga mengingkatkan keterampilan anggota yang ada di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan. BAB IV ini terbagi menjadi 6 (enam) bagian yaitu
pertama, profil informan, kedua, penyediaan sumber daya, ketiga,
penyediaan kesempatan, keempat, peningkatan pengetahuan, kelima,
peningkatan keterampilan, dan keenam indikator keberdayaan.
A. Profil Informan
Berikut ini adalah daftar profil informan, yaitu:
Tabel 4.1
Tabel Informan Penelitian
No Nama Umur Jabatan
1.
Ibu Sri Suryati
36 th
Penyuluh
2.
Bapak Ghausal Akbar
31 th
Penyuluh
3.
Ibu Yanizar
53 th
Anggota Kelompok
4.
Ibu Sugiarti
53 th
Anggota Kelompok
5.
Ibu Sunarti
48 th
Anggota Kelompok
6.
Ibu Sabtinah
59 th
Anggota Kelompok
7.
Ibu Hj. Amroh
54 th
Anggota Kelompok
67
Ibu Sri Suryati merupakan THL-TBPP (Tenaga Harian
Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian) begitu pula dengan Bapak
Ghausal Akbar yang bertugas sebagai penyuluh yang bertugas di
Kecamatan Pesanggrahan Kota Administrasi Jakarta Selatan
Propinsi DKI Jakarta sejak tahun 2008 sampai sekarang. Misi
penyuluhan ini adalah mewujudkan kemandirian petani binaan di
Kecamatan Pesanggarahan. Salah satu programnya adalah
pembentukan kelompok tani sebagai wadah petani untuk belajar dan
mengekspresikan kemampuannya seperti yang beliau lakukan di
dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka.
Mereka berdua membantu membina dan mendampingi serta
memberikan kemudahan-kemudahan kelompok dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya. Informan selanjutnya yaitu Ibu
Yanizar, Ibu Sugiarti, Ibu Sunarti, Ibu Sabtinah, dan Ibu Hj. Amroh.
Mereka merupakan ibu rumah tangga yang tinggal di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan. Ibu Sabtinah berstatus sebagai
anggota kelompok, sedangkan Ibu Hj. Amroh berstatus sebagai
koordinator seksi pemasaran. Mereka berdua sudah bergabung di
dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka sejak awal
pembentukan kelompok. berbeda dengan sebelumnya, Ibu Yanizar
awalnya sudah aktif di kegiatan PKK terlebih dahulu, lalu beliau
diajak untuk bergabung ke dalam kelompok dan sekarang beliau
berstatus sebagai anggota kelompok. selanjutnya Ibu Sugiarti dan
Ibu Sunarti mereka hanya ibu rumah tangga biasa dan tidak
68
mengikuti kegiatan lainnya selain kegiatan di dalam Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka mereka berdua berstatus sebagai
anggota kelompok.
B. Penyediaan Sumber Daya
Dalam penyedian sumber daya, seperti menurut Hasibuan
dalam BAB II hal 26 untuk meningkatkan kemampuan daya fikir
para anggota kelompok, pendamping mengadakan pertemuan rutin
secara berkala yang didalamnya terdapat pemberian motivasi kepada
anggota, menggali potensi yang ada di dalam dirinya lalu
mengembangkan potensinya. Berikut merupakan hasil wawancara
dengan Ibu Isur:
”Kalau dari penyuluh, ya kita mengadakan pembinaan rutin,
ya intinya sih secara continue dan kasih semangat dan
motivasi lah. Karena kan penyuluh itu tugasnya mengubah
perilaku dan juga sebagai motivator, jadi kita melakukan
pembinaan yang berkelanjutan aja, awalnya kan kita
menggali potensi yang ada lalu kita mengembangkan potensi
yang ada di dalam dirinya.”1
Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Ghausal:
“Dengan cara mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang
agribisnis dari penanaman sampai pengolahan hasil
produksi pertanian secara luas selain itu penyuluhan ini
bersifat pembinaan yang rutin dilakukan dalam pertemuan
kelompok. Tujuannya agar para kualitas sumber daya para
anggota disini meningkat, kemampuan berfikirnya
meningkat, serta mereka sendiri mengetahui potensi yang
ada di dirinya lalu mengembangkan potensi tersebut agar
bisa bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi
juga untuk kelompok dan masyarakat sekitar.”2
1Wawancara pribadi dengan Sri Suryati, Petukangan Selatan, 18 Mei 2015.
2 Wawancara Pribadi dengan Ghausal Akbar, Petukangan Selatan, 16 September 2015.
69
Pemberdayaan ini dilakukan sesuai dengan tahapan
pemberdayaan, dalam tahap pengkajian (Assesment) pada BAB II
hal 41, dimana pendamping mengidentifikasi apa yang dibutuhkan
dan masalah apa yang dimiliki oleh kelompok dengan menggunakan
teknik diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok tersebut, anggota
kelompok mengutarakan apa kebutuhan serta permasalahan yang
dihadapi. Pendamping menggunakan pendekatan direktif instruktif
seperti pada BAB II hal 39, dimana dalam praktiknya pendamping
menanyakan apa yang menjadi kebutuhan kelompok dan cara apa
yang dilakukan untuk menangani suatu permasalahan, tapi pada
akhirnya jawaban yang muncul selalu diukur dari segi baik dan
buruk menurut para pendamping.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini menggunakan
lahan dalam menyediakan sumber daya untuk membantu berjalannya
keberlangsungan kegiatan. Sebagaimana diketahui dalam
pembangunan pertanian yang berkelanjutan, lahan merupakan
sumber daya dalam usaha tani, karena usaha yang dikembangkan
bersifat land base agricultural. Kurangnya atau sempitnya lahan
juga menghambat keberlangsungan pemberdayaan ini. Untuk
menangani permasalahan yang dihadapi, pendamping memberikan
materi sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut mengenai:
a. Alih fungsi lahan
b. Tambulampot (Tanaman buah dalam pot)
c. Pembuatan pupuk organik
70
Gambar 1
Sumber: Foto Peneliti
(Kebun Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka yang
menggunakan lahan tidak terpakai di RW 02, Kelurahan
Petukangan Selatan)
Lahan yang digunakan sebagai kebun kelompok ini
sebenarnya bukanlah milik kelompok itu sendiri, melainkan lahan
yang tidak terpakai oleh pemiliknya dan dengan hasil negosiasi dari
pendamping dan perwakilan kelompok kepada pemilik lahan maka
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka boleh memakainya.
Namun kesepakatan ini hanya terucap di mulut saja, belum ada
perjanjian yang resmi di atas kertas sampai kapan batas waktu
pemakaian lahannya tersebut.
Beberapa materi mengenai alih fungsi lahan dan yang lainnya
ditunjukan untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan para
anggota dalam melihat kebutuhan serta permasalahan yang mereka
hadapi sehingga para anggota dapat mencari pemecahan masalah
yang tepat.
Dalam menyediakan sumber daya, pendamping memberikan
pengetahuannya melalui pendidikan non-formal ini bertujuan untuk
71
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam
kelompok. Disamping pendidikan, untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia tingkat kesehatan dan gizi juga harus
diperhatikan, karena jika tingkat kesehatan rendah maka tingkat
produktivitas seseorang juga akan tidak maksimal dan ini pun
berdampak pada tingkat pendapatan seseorang yang akan rendah
pula.
Pendamping melakukan kolaborasi dengan profesi lainnya
yang lebih berkompeten di bidangnya, untuk memberikan materi
seputar kesehatan yang tidak hanya didapatkan di dalam kelompok,
namun dari kegiatan lainnya. Berikut hasil wawancara dengan Bapak
Ghausal:
“Ngga, kalo untuk sarana jaminan kesehatan sih kita tidak
memberikan, kalo penyuluhan dari kita kan sebenernya lebih
fokus ke pemberdayaan di bidang pertanian, tapi anggota
kelompok ini pernah juga diberikan tentang penyuluhan
kesehatan karena kelompok tani cempaka ini juga kita
kerjasama dan bersinergi juga dengan kegiatan lain,
contohnya dari PKK dan PLKB.”3
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Yanizar sebagai berikut:
“Kalo untuk jaminan kesehatan sih disini kita gak dapet ya
mbak, jadi kalo jaminan kesehatan sih urusan masing-
masing. Tapi kalo penyuluhan tentang kesehatan disini
pernah diadakan.”4
3
Wawancara Pribadi dengan Ghausal Akbar, Petukangan Selatan, 16 September 2015.
4Wawancara pribadi dengan Yanizar, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
72
Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sugiarti dan Ibu Sunarti
sebagai berikut:
”Emmm sejauh ini saya belum tahu mbak, sepertinya nggak
ada. Cuman penyuluhan tentang KB, sama kesehatan yang
lain gitu mbak.”5
“Sarana kesehatan ya paling tuh kayak penyuluhan tentang
KB dan kesehatan lainnya, kalo jaminan kesehatannya ngga
ada mba.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa sarana jaminan kesehatan untuk para anggota tidak tersedia di
dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka. Namun,
penyuluhan mengenai seputar kesehatan pernah diberikan kepada
para anggota baik itu dalam pertemuan kelompok maupun dari
kegiatan lain seperti PKK dan penyuluhan PLKB.
Pendamping melakukan pelatihan mengenai pengolahan hasil
pasca panen seperti sayuran dan buah. Tujuan ini salah satunya
adalah mengajak para masyarakat untuk mengkonsumsi makanan
sesuai dengan B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan aman).
Ketika seseorang sudah mengkonsumsi makanan sesuai dengan
kategori tersebut, maka diharapkan tingkat kesehatannya pun akan
meningkat dan jika tingkat kesehatan meningkat, maka tingkat
produksi dan pendapatan pun akan meningkat pula. Berikut hasil
wawancara peneliti dengan Ibu Isur:
“Kalau dalam meningkatkan sumber daya selain dari tingkat
pendidikan ya, tapi juga dari faktor kesehatan, nah kami
selaku penyuluh juga berusaha mengajarkan kepada
perempuan disini khususnya ibu-ibu anggota untuk
mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kategori B2SA
5Wawancara pribadi dengan Sugiarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
73
(beragam, bergizi, seimbang, dan aman). Contohnya kami
mengajarkan ibu-ibu membuat mie, tapi bukan seperti mie
biasa karena bahan-bahan yang digunakan bisa
menggunakan sayuran hijau seperti sawi dan bayam.
Penyuluhan ini bertujuan agar konsumsi sayuran dan buah
meningkat, makanan yang dimakan juga sangat dijamin
sehat karena diolah sendiri dengan bahan dan cara yang
aman.”6
Dalam pengamatan observasi peneliti mengamati
pendamping mengatakan bahwa teknik yang digunakan dalam
pemberdayaan ini melalui metode sosialisasi dan demontrasi.
Dimana metode sosialisasi dilakukan untuk mentransfer kebiasaan
atau nilai yang dianggap baik dan perlu ke dalam kelompok.
Sedangkan demonstrasi ini terbagi lagi menjadi tiga bagian pertama,
demonstrasi cara dimana pendamping memperlihatkan secara
singkat kepada kelompok bagaimana melakukan suatu cara kerja
baru ataupun cara kerja yang lama yang disempurnakan seperti
pemupukan dan pengolahan tanah, kedua demontrasi hasil dimana
pendamping menunjukkan kepada kelompok hasil dari suatu cara
kerja baru seperti pengolahan hasil pasca panen dengan
menggunakan alat dan inovasi yang kreatif. Ketiga gabungan dari
demonstrasi cara dan hasil dimana kegiatannya langsung
dipraktikkan dilapangan.
6
Wawancara pribadi dengan Sri Suryati, Petukangan Selatan, 18 Mei 2015.
74
Gambar 2
Sumber: Foto Peneliti
(Anggota kelompok sedang melakukan panen sayur dan buah yang
ditanam di kebun kelompok)
Selain itu, dalam pengamatan observasi peneliti mengamati
bahwa pendamping memberikan penyuluhan yang berbeda-beda di
setiap pertemuan kelompok, ini bertujuan agar apa yang disampaikan
tidak membosankan. Berdasarkan hasil studi dokumentasi, peneliti
melihat bahwa terdapat pula buku jadwal kegiatan serta buku
panduan yang dipakai oleh para pendamping dalam melakukan
pemberdayaan. Ini menunjukkan bahwa kegiatan sudah terjadwal
dengan baik dan dilakukan dengan benar karena pendamping
memiliki panduan dalam melakukan pemberdayaan tersebut.
3. Penyediaan Kesempatan
Setiap perempuan mempunyai kesempatan, hak, dan
kewajiban yang sama dengan pria di segala bidang dan kegiatan
dalam pembangunan. Seperti yang dinyatakan dalam GBHN (garis-
75
garis besar haluan negara), perempuan mempunyai tangung jawab
yang sama terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara demi majunya pembangunan negara ini termasuk
didalamnya peran dalam bidang pembangunan pertanian.
Salah satu tujuan dibentuknya Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka ini adalah menyediakan wadah untuk para
perempuan memiliki akses dan kesempatan seperti yang dijelaskan
pada BAB II hal 36 pemberdayaan melalui kebijakan dan
perencanaan dapat dicapai dengan mengembangkan struktur-
struktur dan lembaga untuk mewujudkan akses yang lebih adil
kepada sumber daya atau berbagai layanan dan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka menyediakan kesempatan perempuan di RW 02
untuk berpartisipasi dalam menambah pengetahuan, wawasan,
melatih keterampilan para anggotanya mempunyai motivasi di dalam
dirinya untuk berkembang. Dengan ikut berpartispasi dalam
kelompok ini diharapkan agar perempuan juga memiliki kesempatan
untuk membantu meningkatkan pendapatannya. Berikut hasil
wawancara dengan Ibu Sugiarti:
“KWT cempaka ini tempat kita untuk meningkatkan produksi
dan untuk mengembangkan pertanian yang mana kita tuh
harus tahu, sebenernya kita nggak tahu tapi kita belajar
supaya KWT ini bisa maju dan kita anggotanya bisa lebih
maju untuk mengembangkan pengetahuan kita yang lebih
baik lagi. Kan disini KWT ini wadahnya ibu-ibu untuk
belajar bagaimana produksi, mengembangkan pengetahuan
76
dan keterampilan kita lah untuk bisa meningkatkan
pendapatan juga.”7
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sunarti dan Ibu Hj. Amroh:
“Eeeh ini merupakan kelompok yang menyediakan
kesempatan kita supaya dapat pengetahuan tentang toga,
tanaman buah dalam pot, dan produksi olahan hasil panen.
Intinya tuh pemberdayaan buat ibu-ibu di sini biar bisa
bantu pendapatan keluarga juga.”8
“Saya mengetahui kelompok ini sebagai tempat mendapat
ilmu. Dari mulai ilmu pertanian, cara menanam, macam-
macam tanaman sayur, obat, dan juga keterampilan. Selain
itu kelompok ini juga memanfaatkan lahan kosong sebagai
sarananya. Kita bisa nambah penghasilan juga dari
kelompok ini.”9
Hal serupa juga dikatakan oleh para anggota lainnya Ibu Sabtinah
dan Ibu Yanizar:
“Kelompok tani ini ya.. itu suatu kumpulan ibu-ibu
didalamnya terdapat struktur organisasi yang jelas, ada
ketua, wakil, sekretaris sama bendahara dan anggota gitu
ya.Dimana didalam kelompok ini kita dikasih kesempatan
untuk bisa belajar mengenai peternakan, pertanian, hasil
pasca panen, produksi sampai pemasarannya.”10
“Kelompok wanita tani cempaka merupakan kelompok atau
komunitas yang didalamnya menyediakan wadah untuk kita
khususnya kaum perempuan nih ibu-ibu rumah tangga di RW
02 bisa dapet penyuluhan serta pembinaan mengenai
pertanian, pelatian, dan pengolahan hasil pasca panen.”11
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan
bahwa Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka memberikan
kesempatan kepada perempuan yang ada di RW 02 Kelurahan
Petuangan Selatan untuk mendapatkan dan mengembangkan
7Wawancara pribadi dengan Sugiarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
8Wawancara pribadi dengan Sunarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
9Wawancara pribadi dengan Amroh, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
10
Wawancara pribadi dengan Sabtinah, Petukangan selatan, 8 Oktober 2015.
` 11
Wawancara pribadi dengan Yanizar, Petukangan selatan, 8 Oktober 2015.
77
pengetahuan serta potensi yang ada baik di dalam dirinya maupun
dilingkungannya.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka juga menyediakan
kesempatan kepada anggotanya untuk mendapat pengetahuan dari
berbagai instansi lain. Apabila ada undangan pelatihan dari luar,
pendamping sebagai fasilitator selalu memberikan informasi kepada
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cemapaka untuk ikut berpartisipasi
dalam membantu mengembangkan dirinya dan juga untuk
kelompoknya. Biasanya ketua kelompok mengajak para anggotanya
untuk bermusyawarah dan menunjuk siapa saja yang akan mengikuti
pelatihan tersebut. Semua anggota mempunyai kesempatan yang
sama untuk mengikuti kegiatan tersebut, jadi ketua kelompok
memilihnya secara bergantian. Setelah mengikuti pelatihan dari luar,
anggota yang mengikuti pelatihan tesebut berkewajiban untuk
membagi pengalamannya selama ikut pelatihan kepada anggota
lainnya di pertemuan kelompok mengenai materi dan keterampilan
yang diberikan. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak
Ghausal:
”....setiap ada informasi dari dinas, kementan atau dari balai
pengkajian teknologi pertanian itu kita selalu
mengikutsertakan, setiap ada peluang untuk mengikuti
pelatihan ataupun seminar-seminar selalu kita sampaikan
kepada kelompok. Kemudian disitu ketua kelompoknya
membagi atau memberikan kesempatan kepada anggota yang
belum pernah mengikuti, jadi secara bergantian, masing-
masing anggota kelompok itu akan mendapat kesempatan
tersendiri.”12
12Wawancara Pribadi dengan Ghausal Akbar, Petukangan Selatan, 16 September 2015.
78
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sunarti dan Ibu Yanizar:
“Kesempatannya begini, kita diajak untuk memasarkan
produksi, terus juga kita ganti-gantian untuk menghadiri
pelatihan dan praktek-praktek gitu mbak, ya walaupun saya
belum pernah sih ikut pelatihan dari luar. Waktu itu saya
mau dikirim tapi sayangya ngga bisa jadi diganti sama yang
bisa ikut hehehe..”13
“Kita diberikan kesempatan untuk ikut dan pelatihan dari
luar, ya memang gak langsung semuanya jadi ganti-gantian
mbak, setelah kita dapat pelatihan tersebut kita diberi
kesempatan juga untuk berbagi sama anggota yang lain pada
saat pertemuan kelompok jadinya semua anggota tau juga
apa yang kita dapat dari hasil pendidikan dan pelatihan
itu.”14
Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sabtinah dan Ibu Amroh:
“Oh kesempatan untuk mengembangkan wawasannya itu ya
kita dikasih kesempatan untuk ikut pelatihan yang ada di
kawasan sini maupun diluar juga. Misalnya waktu itu kita
pernah studi banding ke jogja, terus belajar packaging ke
cianjur, nah terus yang dikirim itu diberi kesempatan lagi
untuk menyampaikan ke yang lainnya apa yang sudah
dipelajari dalam pelatihannya yang diikutin sama dia.”15
“Oh itu.. jadi ya kita untuk mengembangkan wawasan dan
potensi kita jika ada pelatihan dari luar kelompok iniya suka
ikut serta gitu, misalnya dikirim beberapa orang, terus
setelah itu jika ada pelatihan lagi gantian orangnya yang
dikirim, selain itu juga kita belajar sama kelompok lainnya
agar pengetahuan dan wawasan kita lebih banyak.”16
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa para perempuan yang ada di RW 02 Kelurahan Petukangan
selatan mendapatkan berbagai kesempatan dengan adanya Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka. Mereka berkesempatan untuk
memiliki akses di bidang pertanian ini dalam mengolah hasil pasca
13
Wawancara Pribadi dengan Sunarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
14
Wawancara Pribadi dengan Yanizar, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
15
Wawancara Pribadi dengan Sabtinah, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
16Wawancara Pribadi dengan Amroh, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
79
panen yang nantinya dapat membantu mereka dalam membantu
meningkatkan pendapatan mereka. Tidak hanya itu, mereka disini
juga banyak sekali mendapatkan kesempatan untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan pengalamannya.
Dalam hasil observasi, peneliti melihat juga bagaimana
pendamping memberikan kesempatan kepada anggota ketika
penyampaian materi, salah satu anggota dipilih sebagai kader dan
dilatih untuk menyampaikan materi kepada anggota lain, pada
pengamatan peneliti salah satu anggota kelompok ini menyampaikan
materi mengenai bina keluarga remaja, dimana materi ini
sebelumnya sudah diberikan kepada anggota yang menjadi pemateri
tersebut untuk dipelajari dahulu, dan ketika dalam penjelasannya
masih ada yang kurang maka pendamping akan menambahkan
materi yang dirasa kurang tersebut.
Dalam menyediakan kesempatan ini semua anggota
mendapatkan kesempatannya untuk bisa menjadi kader, ini
dilakukan agar anggota kelompok nantinya bisa lebih mandiri namun
pendamping tetap mendampinginya. Selain itu, peneliti melihat dan
mengamati pada saat pertemuan kelompok disaat ketua yang
biasanya memimpin pertemuan tersebut berhalangan hadir, maka
wakil dan sekretaris yang bergantian untuk menggantikan posisi
beliau. Hal ini juga sesuai pada tahap pelaksanaan program pada
BAB II hal 42 dimana peran masyarakat atau anggota di dalam suatu
80
kelompok sebagai kader sangat penting untuk keberlangsungan suatu
program.
Pada BAB II hal 29, meningkatkan kesempatan dalam
berusaha dengan penyediaan kemudahan dan pembinaan teknis
manajemen dalam memulai usaha, perlindungan usaha, tempat
berusaha wirausaha baru merupakan salah satu strategi dalam
pemberdayaan di bidang ekonomi. Di dalam Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka pendamping juga memberikan pembinaan teknis
manajemen berwirausaha. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Isur:
”Jadi mereka awalnya itu kalo kita bikin kelompok jadi
diajarkan tentang POAC (planning, organizing, actuating,
and controlling), lalu kami ajarkan bagaimana dinamika
kelompok tani, bagaimana dia membentuk kelompok, gimana
mereka menyatukan tujuan, kan kelompok itu mereka yang
mempunya tujuan yang sama. Terus disitu kita ngajarin
bagaimana menejemen usahanya, bagaimana mereka
memanage anggotanya.”17
Berikut hasil wawancara dengan Bapak Ghausal:
“Iya.. iya.. apalagi anggota kelompok yang sudah memulai
usaha sendiri, jadi kita berikan istilahnya itu analisa
usahanya gitu.Manajemen usahanya itu mulai dari analisa
ekonominya sampai gambaran istulahnya keuntungan, kiat-
kiat pemasaran, kemudian apa itu.. emmm, bagaimana cara
meningkatkan nilai jual, seumpama dengan cara perbaikan
kemasan misalnya selama ini mereka hanya menggunakan
plastik secara sederhana, ya kita berusaha untuk
memberitahu bagaimana membuat kemasan yang menarik
ditambah juga dengan memberikan label kemasannya seperti
itu.”18
17 Wawancara pribadi dengan Sri Suryati, Petukangan Selatan, 18 Mei 2015.
18Wawancara Pribadi dengan Ghausal Akbar, Petukangan Selatan, 16 September 2015.
81
Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan Ibu Yanizar dan Ibu
Sunarti dalam hasil wawancara:
“Iya, pernah kita dapat itu materi tentang gimana memulai
usaha, dikasih tau tuh teknisnya bagaimana mengolah usaha,
produksi, sampai pemasarannya.”19
”Oh itu iya pernah kita diajarkan bagaimana manajemen
mulai usaha, ya abis itu kita bareng-bareng terapin di
kelompok biar usaha kita di kelompok ini berjalan dengan
baik.”20
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan
bahwa benar adanya pendamping memberikan pembinaan mengenai
teknis manajemen seperti materi POAC (planing, organizing,
actuating, dan controlling), membuat packaging yang menarik untuk
meningkatkan nilai jual produk, sampai dengan bagaimana
memasarkan hasil produksi. Selain teknis manajemen, dalam
pemberdayaan di bidang ekonomi seperti yang dilakukan Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka, perlindungan usaha juga sangat
penting.
Perlindungan usaha yang diberikan pendamping tidak ada,
namun peneliti melihat dan mengamati dalam hasil studi
dokumentasi bahwa Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka sudah
mempunyai sertifikat kelayakan usaha, sertifikat halal serta sertifikat
keamanan pangan. Dengan adanya sertifikat tersebut maka usaha
bisa terlindungi bahwa produk olahan yang diproduksi ini tidak
sembarangan dan terjamin kehalalan dan keamanannya.
19Wawancara pribadi dengan Yanizar, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
20
Wawancara pribadi dengan Sunarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
82
Untuk tempat berwirausaha, Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka ini belum mempunyai tempat yang paten, akan tetapi
kelompok ini memasarkan hasil produk olahannya kepada
masyarakat sekitar dan juga melalui kerja sama dengan mitra luar
seperti rumah makan betawi, Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka juga sering ikut serta dalam kegiatan event-event,
pameran, dan bazar yang dilakukan oleh instansi pemerintah dan
swasta untuk memasarkan produknya.
4. Peningkatan Pengetahuan
Meningkatkan pengetahuan perempuan yang ada dalam
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka merupakan salah satu
tujuan dari pemberdayaan yang dilakukan. Pada BAB II hal 30
pendamping sebagai pendidik, melakukan perannya sebagai pemberi
informasi, pengetahuan dan pelatihan. Dimana yang memberikan
pengetahuan ini adalah para pendamping dari Penyuluh Suku Dinas
Pertanian dan Peternakan Kota Administrasi Jakarta Selatan, selain
itu juga ada POPT (pengamat organisme pengganggu tumbuhan)
serta pemateri dari luar yang berkompeten dibidangnya seperti
pemateri yang memberikan pengetahuan mengenai membuat
keterampilan kerajinan tangan dari daur ulang sampah.
Pemberian pengetahuan ini dilaksanakan setiap satu bulan
sekali dalam pertemuan kelompok setiap bulannya, namun jika
anjangsana atau diperlukan oleh kelompok, pendamping akan selalu
83
menyempatkan hadir jika itu di luar jadwal pertemuan kelompok.
Berikut pernyataan Ibu Sunarti dalam hasil wawancara:
“Kegiatannya dilaksanakan kalo kita lagi pertemuan
kelompok, kadang kala juga tidak pas pertemuan kelompok
sih ya tergantung kondisi juga mbak. Isi materi pertemuan
kelompok juga tidak hanya praktek keterampilan terus tapi
ada materi lainnya.”21
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Yanizar:
”Keterampilan ini biasanya sih dilaksanakan ketika kita
pertemuan kelompok satu bulan sekali, tapi terkadang jika
ada waktu luang kita tidak menunggu pas pertemuan baru
kegiatan ini dilaksanakan.”22
Berdasarkan hasil pengamatan observasi, Peneliti melihat dan
mengamati Ibu Hj. Satimin menyampaikan bahwa Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka ini melakukan pertemuan rutin dalam waktu
satu bulan sekali namun terkadang sering juga melihat situasi dan
kondisi. Apabila kelompok ingin konsultasi atas permasalahan atau
kebutuhan kelompok namun pertemuan rutin sudah terlaksana di
satu bulan tersebut, maka Ibu Hj. Satimin mengatur waktu untuk
pertemuan kembali bersama pendamping.
21 Wawancara pribadi dengan Sunarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
22Wawancara pribadi dengan Yanizar, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
84
Gambar 3
Sumber: Hasil Penelitian
(Penyuluh memberikan materi penyuluhan mengenai bina keluarga
remaja pada saat pertemuan kelompok di pondok kebun kelompok
pada tanggal 17 Februari 2016)
Pemberian materi ini dilakukan dengan beberapa metode dan
media, seperti halnya pendamping sebagai educator harus
mempunyai kemampuan menyampaikan materi dengan baik dan
jelas agar para anggota kelompok mudah menerima dan menangkap
materi yang diberikan. Selain itu pada umumnya masih banyak
orang yang menganggap bahwa pemberian pengetahuan dan
pendidikan ini selalu berorientasi subjek (guru)–objek (murid) jelas
tidak akan mampu membuat para anggota kelompok untuk mau
bersuara terlebih di depan umum. Jangankan menceritakan
pengalaman-pengalaman hidupnya, untuk sekedar mengutarakan
pendapatnya pun mereka masih banyak yang segan dan tidak
percaya diri namun banyak juga yang sudah mau dan mampu
berbicara di depan umum dengan percaya diri. Berikut adalah hasil
wawancara dengan Ibu Sugiarti:
85
“...namanya ngga biasa ngomong di depan umum ya
walaupun itu juga temen-temen sendiri ya ada rasa kurang
PD mbak nanti takut salah ngomong atau dibilangnya sok
tahu gitu.”23
Berikut hasil wawancara serupa juga dikatakan oleh Ibu Sunarti:
“Lagi pula ya mbak saya tuh kalo untuk ngomong di depan
ibu-ibu yang lain gitu untuk sampein materi apa yang kita
dapet masih gerogi gitu loh, karena ngga terbiasa juga kali
ya mbak jadi saya tuh rasanya ah udah mending yang lain
aja yang sampein.”24
Ini sesuai dengan apa yang peneliti amati dalam pengamatan
observasi pada pertemuan rutin kelompok. Peneliti melihat ada
beberapa anggota yang masih diam dan pasif ketika pendamping
menyampaikan materi namun ada juga yang langsung mengeluarkan
pendapatnya ketika diminta maupun tidak.
Pada hal ini peran pendamping dalam peningkatan kesadaran
sangat diperlukan, banyak orang yang pasif bukan karena keinginan
mereka, namun karena mereka tidak diperkenalkan pada berbagai
struktur dan strategi yang disitu mereka dengan mudah menjadi
partisipan yang aktif.
Dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan
anggota kelompok, tentu saja dibutuhkan metode dan media untuk
memudahkan langkah-langkah pencapaian tujuan tersebut. Dalam
hal ini metode dan media yang digunakan adalah dengan
menggunakan kreatifitas dan membuat manipulasi dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada tugas.
23 Wawancara pribadi dengan Sugiarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
24
Wawancara pribadi dengan Sunarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015
86
Dalam pengamatan observasi, saat materi mengenai bina
keluarga remaja peneliti melihat dalam kelompok-kelompok kecil
dibentuk untuk membuat kreatifitas para anggota dengan manipulasi
adegan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Dengan
begitu, diantara anggota kelompok-kelompok kecil itu akhirnya
terbangun kerjasama dan saling mengutarakan pendapatnya.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasannya,
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka mengikuti kegiatan diklat,
kursus, serta seminar lokakarya yang diselenggarakan baik dari
pihak dalam maupun dari instansi-instansi luar.
Dalam hasil studi dokumentasi, peneliti melihat dan
mengamati kegiatan diklat dan seminar yang pernah diikuti oleh
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka diantaranya yaitu kursus
teknologi kerumah tanggaan, kursus pendidikan usaha kerja
produktif, program pembinaan pendidikan kejuruan masyarakat,
program pendidikan luar sekolah tata masakan Indonesia tingkat
mahir, seminar nasional memasyarakatkan dan membudayakan
tabulampot dan tambulakan menuju swadaya, pelatihan achievment
motivation training (AMT), latihan manejerial pengurus LSM lokal,
penataan tenaga pendidik kursus PUKP, bimbingan dan peningkatan
mutu hasil pertanian, dan seminar kewirausahaan.
Selain itu juga pendamping sering menggunakan metode
demonstrasi praktik karena pendamping percaya bahwa jika dalam
87
menyampaikan materi hanya teori saja yang diberikan maka para
anggota pun akan mudah bosan.
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Isur dan Bapak Ghausal:
“Demonstrasi cara dan praktek, itu kan yang paling mereka
bisa tangkap, kalau kita cuman ngomong orang bosen, jadi
langsung praktek aja.”25
“Mereka lebih cenderung kalau langsung praktek
dilapangan, demonstrasi cara gitu kemudian membuat petak
percontohan gitu.”26
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Amroh dan Ibu Sabtinah:
“Enaknya tuh ya mbak, disini itu kita belajar tapi senang
mbak tidak menjadi beban, karena kita belajarnya santai,
nggak Cuma teori aja yang dikasih tapi kita banyak juga
langsung prakteknya.”27
“Ya kalo dibilang paham ya insyaAllah saya paham mbak,
apalagi kalo praktik jadi cepet kita nangkepnya, tapi wajar
kalo ada yang lupa sedikit-sedikit mah ya karena fator umur
juga kali hehe..”28
Pada pengamatan observasi peneliti melihat dan mengamati
hal serupa disampaikan oleh Ibu Surip selaku pemateri tamu dari
luar yang mengatakan dengan adanya praktik langsung ini
memudahkan para anggota ataupun peserta lain dalam menangkap
apa yang diberikan. Karena kebanyakan juga yang beliau beri
pelatihan ini adalah ibu-ibu walaupun ada ibu-ibu muda yang daya
tangkapnya cepat namun banyak juga yang ibu-ibu yang sudah
dikatakan berumur. Dari hasil wawancara dan observasi diatas dapat
25 Wawancara pribadi dengan Sri Suryati, Petukangan Selatan, 18 Mei 2015.
26
Wawancara pribadi dengan Ghausal Akbar, Petukangan Selatan, 16 September 2015.
27
Wawancara pribadi dengan Amroh, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015
28
Wawancara pribadi dengan Sabtinah, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015
88
disimpulkan bahwa praktik sangat membantu anggota cepat dalam
menangkap materi yang diberikan.
Materi yang diberikan juga beragam, di bidang budidaya
materi yang diberikan mulai dari pengolahan lahan, pembibitan
dimana para anggota juga harus terampil dalam memilih bibit yang
bagus, penanaman, pemupukan termasuk cara membuat pupuk
organik ataupun pupuk kandang, pengendalian organisme
pengganggu tanaman, lalu panen dan cara memanen yang baik.
Adapula materi mengenai bina keluarga remaja, dan
penyuluhan keluarga berencana. Selain itu materi mengenai
keterampilan disini juga bermacam-macam dari keterampilan
memilih bibit, terampil dalam mengolah hasil produk, terampil
dalam memasarkan produk, sampai terampil dalam membuat
kerajinan tangan yang bisa menghasilkan pendapatan. Dalam hasil
studi dokumentasi, peneliti melihat bahwa pada saat pemberian
materi, pendamping memberikan materinya berupa hand out dimana
tujuannya adalah agar anggota bisa mempelajarinya lagi dirumah.
Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dalam meningkatkan
pengetahuan anggota menggunakan beberapa media dan metode,
dalam meningkatkan pengetahuan anggota, materi ini sampaikan
oleh pendamping dari Penyuluh Suku Dinas Pertanian dan
Peternakan yang dilaksanakan satu bulan sekali setiap bulannya,
89
materi yang diberikan juga sangat beragam sehingga tidak akan
membuat anggota mudah bosan dengan materi yang diberikan.
5. Peningkatan Keterampilan
Salah satu tujuan dilakukannya pemberian keterampilan ini
adalah untuk membuat para anggota kelompok mempunyai
keterampilan yang membuat dirinya berdaya dan bisa menggunakan
daya tersebut untuk meningkatkan pendapatannya. Pendamping
memberikan keterampilan dalam mengolah hasil panen pertanian ini
menjadi suatu produk minuman seperti jahe instan dan bir pletok.
Pengolahan hasil panen tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai
jual yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Produk
yang dihasilkan oleh kelompok ini juga sudah terjamin sehat dan
bebas dari mikroba. Hal ini didukung dengan pengamatan peneliti
terhadap hasil studi dokumentasi dimana peneliti melihat adanya
sertifikat kelayakan usaha serta sertifikat halal yang selalu di
perbaharui.
Peningkatan pendapatan ini juga dikarenakan kelompok
sering mengikuti lomba-lomba hasil panen, setelah sering mendapat
juara, maka banyak pula tawaran untuk mengikuti pameran serta
bazar. Dengan banyak mengikuti pameran serta bazar dan juga
banyaknya permintaan, maka produksi kelompok meningkat. Ketika
produksi meningkat maka penghasilan yang didapatkan akan
meningkat pula.
90
Setelah mengikuti kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka, peningkatan pendapatan ini dirasakan oleh anggota
kelompok, berikut hasil wawancara dengan Ibu Sugiarti dan Ibu
Sunarti:
“Alhamdulillah seperti yang sudah saya bilang mbak, yang
tadinya saya tidak tahu setalah ikut kelompok ini sedikit demi
sedikit ya saya jadi tahu. Sebelum ikut kelompok ini saya gak
ada usaha mbak, setelah ikut kelompok ini kan banyak
pelajaran buat makanan dari sayur gitu, ya coba saya
praktekin terus titip di warung dan hasilnya lumayan juga
mbak.”29
“Oh iya mbak saya bisa cicil beli mesin cuci tuh pas awal
produksi kita lagi banyak orderanya. pengetahuan saya juga
meningkat setelah saya ikut gabung sama kelompok ini. Jadi
banyak hal-hal baru yang saya tahu.”30
Selain itu, dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah,
ibu-ibu rumah tangga ini menggunakan lahannya untuk ditanami
sayur seperti terong, cabai, bayam dan sayur lainnya. Dari hasil
pemanfaatan lahan yang ditanami sayur ini, maka uang yang
harusnya membeli sayur bisa disimpan untuk kebutuhan lainnya.
Dalam upaya meningkatkan keterampilan perempuan atau
anggota kelompok, pendamping selalu memberikan motivasi dan
dorongan untuk anggota agar mereka berkeinginan dalam mengikuti
berbagai macam kegiatan yang ada, karena dengan adanya
pemberian pelatihan keterampilan ini sangat bermanfaat bagi diri
anggota kelompok. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Ghausal:
29
Wawancara pribadi dengan Sugiarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015. 30
Wawancara pribadi dengan Sunarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
91
“Pertama tentunya kita memotivasi mereka agar mereka mau
kemudian mampu dalam menerapkan apa yang dianjurkan
penyuluh.”31
Dengan adanya pemberian pelatihan keterampilan seperti
budidaya tanaman, keterampilan pengolahan hasil pasca panen dan
kerajinan tangan melalui daur ulang sampah ini bertujuan agar
anggota kelompok dapat mengembangkan potensi dan mengasah
kemampuan yang mereka miliki serta dapat merubah perilaku
anggota kearah yang bermanfaat. Pemberian keterampilan ini
merupakan suatu daya tarik untuk anggota dalam mengembangkan
usahanya sendiri dan bisa menambah peningkatan pendapatan
keluarganya.
Dalam pemberian keterampilan ini terdiri pemberian teori,
praktik dan dilanjutkan dengan hasil dari penyuluhan tersebut.
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Isur:
“Keterampilan ini diberikan awalnya dengan pemberian
teori dulu supaya kita tahu apa yang mau kita kerjakan,
setelah teori kita ke praktek dimana kita langsung
mencontohkan, mendemonstrasikan bagaimana teori
tersebut, contohnya pada pengolahan hasil pasca panen
membuat makanan. setelah praktek selesai baru lihat
bagaimana hasil prakteknya. Jika dirasa prakteknya
berhasil, lalu keterampilan ini bisa dilanjutkan lagi dan
ditingkatkan lagi. Jika tidak berhasil maka selanjutnya kita
coba lagi dan cari tahu kenapa bisa tidak berhasil. Tapi
pada saat ini sih biasanya langsung berhasil paling kalau
kurang ya dikit-dikit.”32
31Wawancara Pribadi dengan Ghausal Akbar, Petukangan Selatan, 16 September 2015.
32
Wawancara pribadi dengan Sri Suryati, Petukangan Selatan, 18 Mei 2015.
92
1. Pemberian Teori
Tahapan pemberian teori ini dilakukan sebelum
melaksanakan praktik, hal ini diharapkan dapat membantu
anggota kelompok dalam proses praktik langsung di lapangan
dan juga sebagai langkah awal untuk kita memberikan gambaran
tentang apa yang ingin dipraktikkan nantinya.
2. Praktik
Setelah memberikan teori kepada anggota tentang
keterampilan pembuatan puding sayur misalnya, anggota akan
memulai praktik di lapangan. Dalam tahapan ini anggota
diajarkan bagaimana cara memilah hasil pasca panen yang baik
serta bahan-bahan yang aman lainnya. Proses ini biasanya
langsung dilaksanakan pada hari dimana pemberian teori
dilaksanakan, ini bertujuan agar suasana pembelajaran ini tidak
membosankan dan lebih mudah untuk langsung dipahami.
3. Hasil Praktik
Pada hasil praktik ini, pendamping dan anggota kelompok
melihat dan mengamati apakah hasil praktik yang sudah
dilakukan berhasil atau tidak. Sebagai contoh, jika dalam praktik
pembuatan bapao ubi ungu berhasil, maka selanjutnya produk
makanan dari hasil pasca panen ini bisa diproduksi baik bagi
anggota masing-masing maupun di dalam kelompoknya.
93
Gambar 4 Gambar 5
Sumber: Foto Peneliti
(Penyuluh mendampingi praktik pengolahan hasil pasca panen
menjadi makanan, yang dilakukan di pondok kebun kelompok)
Gambar 6 Gambar 7
Sumber: Foto Peneliti
(Pemberian keterampilan kerajinan tangan dari koran bekas
menjadi tempat tissue, nampan, dan lainnya, yang dilakukan di
pondok kebun kelompok)
Selain itu dalam hasil studi dokumentasi peneliti melihat
untuk menambah keterampilan, Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka juga mengikuti pelatihan dari berbagai instansi, pelatihan
tersebut diantaranya lokakarya kursus memasak, pelatihan
pembuatan manisan kulit jeruk, kursus tata masakan Indonesia
94
tingkat terampil, pelatihan teknis pelepasan biji dan pengolahan buah
rambutan, dan pelatihan teknologi tepat guna pengolahan makanan
dan pengawetan mutu/kualitas makanan.
Kemudian keterampilan yang diberikan yaitu hasil
pengolahan pasca panen, dimana buah ataupun sayur diolah menjadi
sebuah produk makanan dan minuman untuk meningkatkan nilai jual
serta meningkatkan pendapatan para anggota. Contohnya kangkung
dan wortel bisa dibuat menjadi olahan puding, ubi ungu bisa diolah
menjadi bapao ubi, jahe bisa diolah menjadi bir pletok dan instan
jahe.
Gambar 8 Gambar 9
Sumber: Foto Peneliti
(Produk olahan pasil pasca panen: jahe instan dan bir pletok)
Adapun sarana yang disediakan untuk meningkatkan
keterampilan anggota yaitu materi selalu di print dan dibagikan
kepada semua anggota kelompok, ketika dalam praktik keterampilan
membuat produk olahan makanan dan minuman instan, biasanya
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka lah yang menyediakan
segala bahan-bahannya, namun terkadang juga dari penyuluh yang
menyediakan bahan-bahannya dan ketika ada yang kurang maka
kelompoklah yang menyediakannya. Untuk sarana yang diberikan
95
pemerintah pun ada namun tidak bisa dipastikan kapan waktunya.
Berikut hasil wawancara dengan Bapak Ghausal dan Ibu Isur:
”Kalau sarana itu biasanya swadaya sifatnya, kalau umpama
mau praktek gitu kan membuat olahan, maka dari kelompok
itulah yang menyediakan bahan-bahannya, namun terkadang
juga kami sebagai penyuluh menyediakan juga. Kemudian
jika sifatnya bantuan dari pemerintah sendiri ada, tapi tidak
ditentukan waktunya satu tahun sekali. Seperti peralatan
masak-memasak gitu ada bantuan semacam itu tapi tidak
rutin.”33
“Kalau sarana yang disediakan sih paling hanya materi yah,
seperti hand out gitu, kalau bahan-bahan pembuatan olahan
makanan kadang kita sediakan juga tapi jika ada yang
kurang kelompok menyediakan sendiri bahannya.”34
Hal serupa disampaikan dalam hasil wawancara dengan Ibu Yanizar,
Ibu Sugarti, Ibu Sunarti, dan Ibu Amroh:
“Sarana yang di dapat ya lumayan ada mbak, kalo ita mau
belajar keterampilan membuat kue atau olahan hasil panen
ya bahannya disediakan, kita juga pernah mendapat bantuan
sarana seperti alat-alat untuk produksi.”35
“Sarana disini tuh keterampilannya seperti segala sesuatu
sudah disiapkan disini tapi misalnya ada kekurangan
bahannya atau apa ya kita harus nyiapin sendiri tapi itu sih
jarang karena sering kali itu sudah tersedia disini seperti
alat-alatnya juga sudah diberikan dikelompok.”36
“Sarana yang diberikan itu kalo penyuluhan tentang
parenting skill atau praktek produksi olahan kita dikasih
hasil print-annya, kalo praktek juga bahannya sudah
disediakan kelompok, ya kalo kurang-kurang ya kita yang
nambahin sendiri lagi, dan terkadang alat-alatnya
disediakan oleh penyuluh.”37
“Sarananya yah.. kita pernah itu dapet alat untuk
mengeringkan dalam pembuatan instan jahe, terus alat-alat
33 Wawancara pribadi dengan Ghausal Akbar, Petukangan Selatan, 16 September 2015.
34
Wawancara pribadi dengan Sri Suryati, Petukangan Selatan, 18 Mei 2015.
35
Wawancara pribadi dengan Yanizar, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
36Wawancara pribadi dengan Sugiarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
37
Wawancara pribadi dengan Sunarti, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
96
produksi juga kadang suka dikasih dari penyuluh tapi kalo
bahan-bahannya sih kebanyakan selalu dari kelompok yang
sediain.”38
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa sarana yang diberikan dalam peningkatan keterampilan ini
berupa hand out materi yang diberikan kepada setiap anggota ketika
pemberian materi keterampilan, selain itu juga terkadang
pendamping memberikan sarana seperti alat ataupun bahan-bahan
dalam peningkatan keterampilan tersebut.
Dalam pengamatan observasi, peneliti mengamati dan
melihat ketika dalam pertemuan kelompok, para anggota kelompok
terlebih dahulu mempersiapkan bahan-bahan dan alat-alat untuk
melakukan praktik pengolahan hasil pasca panen sebelum mereka
melakukan kegiatan keterampilan tersebut. Peneliti juga menemukan
hasil studi dokumentasi pada saat penelitian berupa buku resep
inovasi yang menjadi panduan untuk anggota mempraktikkan
bagaimana mengolah hasil pasca panen. Selain itu juga ada buku
jadwal praktik yang berisikan tentang jadwal kapan saja melakukan
praktik tersebut, namun terkadang praktik dilakukan tidak sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan karena suatu kondisi tertentu.
38 Wawancara pribadi dengan Amroh, Petukangan Selatan, 8 Oktober 2015.
97
6. Indikator Keberdayaan
Berdasarkan Indikator pemberdayaan menurut Parsons
sebagaimana dalam Edi Suharto pada BAB II hal 36 yaitu:
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah
perubahan sosial yang lebih besar.Pada dimensi ini, Ibu Hj.
Satimin selaku pendiri Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
memulai usahanya ini secara individu, seiring berjalannya waktu
beliau mengajak beberapa ibu-ibu lainnya untuk menjalankan
usahanya bersama sampai pada sekarang ini.
Selain itu beliau juga ingin memanfaatkan sumber daya
masyarakat yang ada agar lebih produktif, terutama ibu-ibu
rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan dan ingin
menambah penghasilan. Selain itu, status Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka yang tadinya hanya kelompok binaan,
sekarang berkat keaktifan dan keikutsertaannya dalam ikut
berpartisipasi untuk pembangunan dan menciptakan masyarakat
yang berdaya, maka Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka
ini mendapat pengakuan peningkatan kelompok kelas lanjut
dimana piagam pengukuhan tersebut ditandatangani oleh Camat.
b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri orang lain. Pada
dimensi ini, pendamping selaku agen perubah melakukan
tugasnya untuk selalu memotivasi anggota Kelompok Wanita
98
Tani (KWT) Cempaka agar mempunyai motivasi yang kuat,
mengenali potensi yang ada didirinya dan memanfaatkan potensi
tersebut untuk mengembangkan dirinya. Peneliti melihat
seorang anggota kelompok yang dilatih menjadi kader untuk
keberlangsungan kegiatan kelompok ini menyampaikan materi
kepada anggota lainnya dengan penuh rasa percaya diri. Selain
itu, apabila Ketua kelompok tidak bisa hadir dan memimpin
pertemuan kelompok, peneliti melihat kegiatan pertemuan
kelompok ini tetap berjalan dengan baik, ini dikarenakan para
anggota kelompok khususnya wakil ketua dan sekretaris
kelompok dilatih untuk menjadi kader bagi kelompoknya.
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan
kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang
lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah
struktur-struktur yang masih menekan.Pada dimensi ini, melalui
keikutsertaannya di dalam Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka ibu-ibu rumah tangga yang berada di RW 02 yang
sebelumnya hanya mengurus urusan rumah tangga sekarang
mempunyai akses dan kesempatan dalam mendapatkan
pendidikan non-formal dari berbagai pihak terutama penyuluh
pertanian. Sehingga terjadilah perubahan-perubahan dalam
aktvitas sehari-harinya yang lebih mengarah kepada
penambahan pendapatan keluarga melaluipemanfaatan lahan
99
pekarangan dengan tanaman produktif dan mampu mengolah
hasil pertanian tersebut sehingga nilai jualnya lebih tinggi dan
menguntungkan. Selain itu, karena prestasinya memimpin
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dan setelah sekian
lama mendapat binaan dari penyuluh dari Suku Dinas Pertanian
dan Peternakan, Ibu Hj. Satimin dipilih dan dipercayai untuk
menjadi Ketua RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan.
100
Berdasarkan hasil temuan dan analisis dapat dijabarkan kembali sebagai berikut:
Bagan 4.1
Indikator Keberdayaan
1. Ibu Hj. Satimin yang awalnya
memulai usahanya secara individu,
seiring berjalannya waktu beliau
mengajak para Ibu rumah tangga
untuk berpartisipasi dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada
untuk membuat perubahan sosial yang
lebih baik.
2. KWT Cempaka mendapatkan
pengakuan peningkatan kelas
kelompok yang awalnya hanya
kelompok binaan, lalu meningkat
menjadi kelompok kelas lanjut,
dengan piagam pengukuhan yang di
tandatangani oleh Camat.
3. Meningkatnya rasa percaya diri dalam
memberikan materi di khalayak
umum, lalu mampu
mengornanisasikan kelompoknya
sebagai kader agar kegiatan bisa terus
berjalan.
4. Perubahan sosial yang sebelumnya
hanya ibu rumah tangga biasa setelah
mengikuti penyuluhan dan kegiatan
lainnya, maka para anggota bisa
membuat usaha sendiri dan mendapat
peningkatan pendapatan ditandai dgn
terpenuhinya kebutuhan tersier.
5. Atas prestasi yang diraih oleh
kelompok, Ketua kelompok dipercayai
sebagai ketua RW 02 dan tampil
menjadi pemimpin dimasyarakat.
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka merupakan wadah
untuk para perempuan atau ibu
rumah tangga yang tidak
bekerja dan memiliki
pendapatan rendah yang ada di
RW 02 kelurahan Petukangan
Selatan yang memberikan akses
serta kesempatan dalam
menambah pengetahuan serta
keterampilan yang didampingi
oleh Penyuluh dari SUDIN
Pertanian dan Peternakan.
KWT Cempaka ini bergerak
dibidang home industri yang
mengolah hasil pasca panen
menjadi produk makanan dan
minuman.
Penyediaan Sumber Daya 1. Penyuluh membantu mempercepat perubahan dengan cara pemberian
motivasi kepada anggota agar mereka mau kemudian mampu menentukan
arah langkahnya sendiri (self-determination).
2. Dilaksanakannya pertemuan rutin setiap satu bulan sekali yang
didalamnya terdapat berbagai kegiatan dan materi penyuluhan.
3. Untuk meningkatkan kualitas SDM, pendamping memberikan materi
untuk meningkatka kemampuan daya fikir kelompok, serta melakukan
kolaborasi dgn profesi lain utk memberikan materi yang lebih paham
dengan bidangnya.
Produk yang dihasilkan
oleh Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka,
diantaranya:
1. Bir Pletok
2. Instan Jahe
3. Keripik Pisang
Penyediaan Kesempatan 1. KWT Cempaka menyediakan kesempatan untuk perempuan di RW 02
mendapat akses agar bisa menambah pengetahuan dan wawasannya.
2. Memberikan kesempatan kepada kader untuk tampil menyampaikan
materi agar keberlangsungan program berjalan dengan baik.
3. Memberikan kesempatan secara bergantian untuk mendapatkan
pendidikan dan pelatihan dari berbagai pihak instansi luar.
Peningkatan Pengetahuan
1. Peningkatan pengetahuan diberikan oleh penyuluh dari SUDIN Pertanian
dan Peternakan. 2. Ada beberapa media dan metode yang dilakukan dalam pemberian
pengetahuan salah satunya demonstrasi praktik.
3. Materi yang diberikan juga beragam seperti budidaya sayur dan buah,
pengolahan hasil pasca panen, dan bina keluarga remaja.
Peningkatan Keterampilan 1. Pelatihan keterampilan dalam membuat olahan panen yang diproduksi
meningkat dan juga pemanfaatan lahan pekarangan membuahkan hasil
pada pengingkatan pendapatan, yang tadinya harus membeli sayur, karena
sayur tsb ditanam dilahan pekarangan, maka uangnya bisa disimpan dan
digunakan untuk kebutuhan lainnya.
2. Sarana dalam praktik keterampilan ini disediakan oleh KWT Cempaka,
namun terkadang penyuluh memberikan sarana seperti alat-alatnya.
101
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian “Pemberdayaan
Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani di RW 02 Kelurahan Petukangan
Selatan” melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, dapat peneliti
simpulkan sebagai berikut:
1. Dalam meningkatkan sumber daya perempuan yang ada di RW 02
Kelurahan Petukangan selatan, pendamping melakukan tugasnya sebagai
agen perubah dan motivator, pendamping memotivasi para anggota
kelompok agar selalu mau untuk mengembangkan pengetahuan dan
potensi yang ada di dirinya menjadi lebih baik. Pendamping memberikan
beberapa materi seperti alih fungsi lahan agar para anggota bisa
mengetahui bagaimana cara memanfaatkan lahan pekarangan menjadi
produktif dan tambulampot (tanaman buah dalam pot) ini tujukan untuk
merangsang para anggota agar bisa terampil dalam melihat kebutuhan
serta permasalahan yang mereka hadapi sehingga para anggota dapat
mencari pemecahan masalah yang tepat.
2. Dengan adanya Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka, ini membuat
perempuan yang ada di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan memiliki
akses dan kesempatan dalam menambah ilmu pengetahuan serta
keterampilan. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini juga
102
memberikan berbagai kesempatan kepada anggotanya untuk
mendapatkan pengetahuan serta pelatihan yang diadakan dari berbagai
pihak luar.
3. Dalam meningkatkan pengetahuan anggota, pendamping memberikan
pengetahuan dengan berbagai media dan metode dan juga pendamping
harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan materi dengan baik
dan jelas agar anggota kelompok tidak bosan dan mudah menerima serta
menangkap materi apa saja yang diberikan. Salah satu metode yang
digunakan yaitu dengan cara demonstrasi praktik langsung karena
menurut pendamping cara ini lebih mudah diserap oleh para anggota
kelompok.
4. Dalam upaya meningkatkan keterampilan perempuan atau anggota
kelompok, pendamping selalu memberikan motivasi dan dorongan untuk
anggota agar mereka berkeinginan dalam mengikuti kegiatan yang sudah
direncanakan. Pemberian keterampilan ini dimulai dengan pemberian
teori terlebih dahulu agar pada saat praktek mereka mengetahui apa yang
harus dilakukan. Setelah pemberian teori lalu mereka melakukan praktek
langsung untuk lebih mudah memahaminya, setelah praktek selesai maka
dilihat bagaimana hasil dari praktek tersebut, jika berhasil maka praktek
tersebut bisa dikembangkan dan dilanjutkan lagi untuk kedepannya.
5. Berdasarkan indikator pemberdayaan, Ibu Hj. Satimin yang awalnya
memulai usahanya secara individu, seiring berjalannya waktu beliau
mengajak para ibu rumah tangga untuk berpartisipasi dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk membuat perubahan sosial
103
yang lebih baik. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka mendapat
pengakuan peningkatan kelas kelompok yang awalnya hanya kelompok
binaan, lalu meningkat menjadi kelompok kelas lanjut, dengan piagam
pengukuhan yang ditanda tangani oleh Camat. Meningkatnya rasa
percaya diri dalam memberikan materi di khalayak umum, lalu mampu
mengorganisasikan kelompoknya sebagai kader agar kegiatan bisa terus
berjalan. Atas prestasi yang diraih oleh kelompok, Ketua kelompok Ibu
Hj. Satimin dipercayai untuk menjadi ketua RW 02 dan menjadi
pemimpin di masyarakat.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini saran untuk pengurus Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka dan peneliti selanjutnya:
1. Dikarenakan lahan kebun kelompok bukanlah milik sendiri, melainkan
lahan yang tidak terpakai oleh pemiliknya dan belum adanya perjanjian
resmi sampai kapan batas waktu pemakaian lahan tersebut, maka
disarankan agar dilakukan perjanjian ulang dengan pemilik lahannya
secara resmi sehingga nantinya kelompok bisa mencari alternatif lain
untuk lahan yang digunakan ketika lahan yang sekarang akan dipakai oleh
pemiliknya.
2. Peneliti melihat dan mengamati bahwa struktur kepengurusan masih sama
sejak awal dibentuknya kelompok ini maka peneliti menyarankan kepada
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka agar merevitalisasi pengurus dan
melatih para anggota lainnya untuk mau menjadi kader agar menjaga
104
keberlangsungan program serta memberikan kesempatan kepada anggota
lain untuk bisa berlatih mengemban tugas serta tanggung jawab.
3. Peneliti mengamati masih kurangnya partisipasi masyarakat khususnya
perempuan di RW 02 dalam kegiatan yang dilakukan Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka maka disarankan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka bisa mensosialisasikan lagi adanya kelompok ini untuk
mengajak lebih banyak para perempuan yang ada di RW 02 agar kualitas
sumber daya manusia dan sumber daya alam di sekitarnya bisa
dikembangkan dan dimanfaatkan ke arah yang lebih baik lagi.
4. Peneliti menyarankan agar penyuluh bisa selalu memberikan kesempatan
dan akses kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menambah
ilmu pengetahuan serta pendapatan keluarga tidak hanya di dalam
kelompok namun juga dari berbagai pihak dari instansi luar.
5. Bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai
pemberdayaan kelompok tani, diharapkan dapat membahas mengenai
perilaku komunikasi penyuluh pertanian khususnya yang berhubungan
dengan keberhasilan penyuluhan kelompok tani serta membahas peran
serta Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini di dalam GAPOKTAN
(Gabungan kelompok tani) di Kecamatan Pesanggrahan.
105
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian FE-UI, 2002.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Pemberdayaan
Kelompok Tani dan GAPOKTAN. Departemen Pertanian, 2008.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Cahya, Darmawan Listya. Kajian Peran Pertanian Dalam Pembangunan
Perkotaan Berkelanjutan, 2014.
D, Moh Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.
Departemen Pertanian. Pedoman Pembinaan Pemudatani–Nelayan dan Wanita
Tani-Nelayan. Jawa Barat, 1995.
Duvenger, Maurice. Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007.
Ghony , M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: PT.
BUMI Aksara, 2013.
Hardiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Ife, Jim dan Tesoriero, Frank.Community Development:Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Luhulima, Achie S. Pengembangan Studi Wanita dan Pembangunan. Proyek
Studi Gender dan Pembangunan FISIP UI, 1991.
Makmur, Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektifitas
Organisasi: Kajian Penyelenggara Pemerintah Desa. Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2008.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
106
Midgley, James. Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam,
2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet, ke-13, 2000.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. Ke-23, 2007.
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Jakarta, UIN Jakarta Press: 2007.
Peraturan Menteri Pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani. Departemen Pertanian, 2007.
Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Salam, Syamsir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008.
Slamet, Margono dan Sumarjo, Kelompok, Organisasi, dan Kepemimpinan.
Bogor: Sekolah Pasca Sarjana-IPB, 2002.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.
Soetomo. Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012.
Soetomo. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006.
Soyomukti, Nuraini.Pengantar Filsafat Umum. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005.
Sumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Sosial. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2007.
Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis,
dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.
Tim Pustaka Setia.Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.
107
SUMBER ELEKTRONIK
Al Qur’an Indonesia. “Surah Al-Rad (Ayat 11).” diakses pada 9 Oktober 2014
dari http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/13/10
Kusrini. “Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi.” diakses pada 8 Maret 2015 dari
http://books.google.co.id/books?id=MocuEV7C96YC&pg=PA23&f
Priyana, Nanang. “Kembali pada Khittah Pemberdayaan ekonomi,” diakses pada
1 Mei 2015 dari
http://www.p2kp.org/wartadetail.asp/mid=7280&catid=2&
“Pengertian Sumber Daya Manusia Menurut Para Ahli,” diakses pada 19 April
2015 dari http://humancapitaljournal.com/pengertian-sumber-daya-
manusia/
Ramadhan, Hasan. ”Kesetaraan Gender.” diakses pada 24 September 2014 dari
https://www.jurnalperempuan.org/kesetaraan-gender.html
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang. “Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.”
Diakses pada 22 September 2014 dari
http://stppyogyakarta.ac.id/wpcontent/uploads/2011/11/IIP_0302_07_Suka
di.pdf
Susilo, Bambang. “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Tani Berbasis
Kelembagaan.” diakses pada 22 September 2014 darihttp://www.e-
jounal.stain-pekalongan.ac.id
Yaningwati, Fransisca dan Hadidjah, Siti. “Pemberdayaan SDM Perempuan Pada
Sektor Agribisnis.”Universitas Brawijaya, diakses pada 22 September
2014 dari
http://www.ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/viewFile/221/271
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Usia :
Jabatan :
Tempat :
Pertanyaan Informan (Penyuluh/Pembina KWT Cempaka)
No. Pertanyaan Jawaban
A.
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka meningkatkan sumber daya pada
perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
Bagaimana Ibu meningkatkan kemampuan
daya fikir kepada anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka?
Apakah Ibu memberikan pendidikan formal
ataupun nonformal kepada Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka?
Pendidikan apa saja yang diberikan?
Kapan pendidikan tersebut dilaksanakan?
Selain pendidikan, apakah Ibu menyediakan
sarana agar anggota Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka mendapat jaminan
kesehatan?
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka menyediakan kesempatan pada
perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
Bagaimana Ibu menyediakan kesempatan
kepada anggota agar mereka bisa
mengembangkan wawasan mapun potensi
dirinya?
Apakah Ibu menyediakan pembinaan teknis
manajemen dalam memulai usaha?
Apakah Ibu telah menyediakan perlindungan
usaha kepada anggota?
Apakah Ibu akan membuat inovasi terbaru
untuk meningkatkan nilai jual produk yang ada
saat ini?
Apakah Ibu menyediakan sarana dan prasarana
untuk anggota kelompok dalam berwirausaha?
C.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka meningkatkan pengetahuan pada
perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
1.
2.
3.
4.
Pengetahuan apa yang Ibu berikan untuk
diketahui oleh anggota Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka?
Materi seperti apa yang Ibu berikan agar
pengetahuan anggota kelompok meningkat?
Siapa saja yang memberikan pengetahuan
kepada anggota Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka?
Metode apa yang Ibu gunakan agar
pengetahuan yang diberikan mudah dimengerti
dan dipahami oleh anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka?
D.
1.
2.
3.
4.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka meningkatkan keterampilan pada
perempuan di RW 02 Kelurahan
Petukangan Selatan?
Sarana apa saja yang Ibu sediakan dalam
meningkatkan keterampilan anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Keterampilan apa saja yang diberikan di dalam
KWT Cempaka ini?
Bagaimana keterampilan tersebut diberikan?
Apakah ada pelatihan terkait pemberian
keterampilan?
5.
6.
Kapan pelatihan keterampilan ini diberikan
kepada anggota Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka?
Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan kepada anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Usia :
Jabatan :
Tempat :
Pertanyaan Informan (Anggota KWT Cempaka)
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang Ibu ketahui tentang KWT Cempaka?
2.
Bagaimana awal mula Ibu bergabung dengan
KWT Cempaka?
3. Sudah berapa lama Ibu ikut berpartisipasi
dalam KWT Cempaka?
4. Kegiatan apa saja yang Ibu dapatkan di dalam
KWT Cempaka?
5. Apakah Ibu mendapatkan pendidikan formal
maupun nonformal dari penyuluh/pembina?
6. Pendidikan apa saja yang Ibu dapatkan di
dalam KWT Cempaka?
7. Apakah Ibu juga mendapatkan sarana jaminan
kesehatan?
8. Bagaimana KWT Cempaka menyediakan
kesempatan kepada Ibu untuk
mengembangkan wawasan maupun potensi di
dalam diri Ibu?
9. Apa yang Ibu dapatkan dari pengembangan
wawasan yang telah diberikan oleh KWT
Cempaka?
10 Apakah Ibu mendapat pembinanan teknis
manajemen dalam memulai usaha?
11. Apakah Ibu mendapatkan perlindungan usaha?
12. Apakah Ibu mendapatkan tempat untuk
berwirausaha?
13. Apakah penyuluh / pembina memberikan
pengetahuan kepada Ibu?
14. Apakah Ibu memahami tentang pengetahuan
yang telah diberikan?
15. Setelah mendapat pengetahuan atau ilmu, apa
yang Ibu lakukan selanjutnya?
16. Sarana apa saja yang Ibu dapatkan dalam
pemberian keterampilan?
17. Keterampilan apa saja yang sudah Ibu dapat?
18. Kapan kegiatan keterampilan tersebut
dilaksanakan?
19. Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan?
20. Menurut Ibu apakah ada peningkatan
pengetahuan dan keterampilan selama
berpartisipasi dalam KWT Cempaka ini?
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Usia :
Jabatan :
Tempat :
Pertanyaan Informan (Pengurus KWT Cempaka)
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah berdirinya
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
2.
Siapa yang memiliki ide untuk
mendirikan KWT Cempaka?
3. Mengapa memilih untuk mendirikan
KWT Cempaka?
4. Mengapa dinamakan KWT Cempaka?
5. Bagaimana Ibu mensosialisasikan
KWT Cempaka kepada masyarakat?
6. Apa visi dan misi dari KWT
Cempaka?
7. Apa tujuan dibentuknya KWT
Cempaka?
8. Apakah ada penjalinan relasi dengan
pihak luar?
9. Berapa jumlah anggota yang
berpartispasi di dalam KWT Cempaka
dari awal terbentuk hingga sekarang?
10. Produk apa saja yang diproduksi oleh
KWT Cempaka?
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Sri Suryati
Usia : 36 tahun
Jabatan : Penyuluh
Tempat : Kebun KWT Cempaka
Pertanyaan Informan (Penyuluh/Pembina KWT Cempaka)
No. Pertanyaan Jawaban
A.
1.
2.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka meningkatkan
sumber daya perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Bagaimana Ibu meningkatkan
kemampuan daya fikir kepada anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Apakah Ibu memberikan pendidikan
formal ataupun nonformal kepada
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Kalau dari penyuluh, ya kita
mengadakan pembinaan rutin, ya
intinya sih secara continue dan kasih
semangat dan motivasi lah.
Karena kan penyuluh itu tugasnya
mengubah perilaku, sebagai motivator,
jadi kita melakukan pembinaan yang
berkelanjutan aja, awalnya kan kita
menggali potensi yang ada lalu kita
mengembangkan potensi yang ada di
dalam dirinya.
Kegiatan kita juga salah satunya
membantu agar mereka bisa
mengembangkan kemampuan berfikir
dalam melihat kebutuhan, masalah
yang dhadapi serta pemecahan
masalahnya tersebut, dengan begitu
kita bisa membuat mereka menjadi
lebih mandiri.
Disini kita memberikan pendidikannya
non-formal.
3.
4.
5.
Pendidikan apa saja yang diberikan?
Kapan pendidikan tersebut
dilaksanakan?
Selain pendidikan, apakah Ibu
menyediakan sarana agar anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka mendapat jaminan kesehatan?
Emm macam-macam, mulai dari
keterampilan, keterampilan juga
macam-macam kan ya, dari
keterampilan memilih benih yang
bagus, memilih pupuk yang baik,
keterampilan pengolahan hasil pasca
panen menjadi suatu produk makanan
dan minuman yang ditujukan agar bisa
meningkatkan nilai jual dan
pendapatan para anggota dan juga
disini ada tuh pelatihan keterampilan
membuat kerajinan tangan tapi yang
memberikan pelatihan tersebut bukan
dari penyuluh pertanian dan
peternakan. Biasanya ketua kelompok
bermusyawarah untuk menghadirkan
pelatih dari luar untuk mengajarkan
mengenai hal tersebut.
Disini kan biasanya pertemuan
sebulan sekali ya rutinnya tapi kita ada
kegiatan anjangsana itu insidentil kalo
ada kebutuhan diperluin kita dateng.
Kalau dalam meningkatkan sumber
daya selain dari tingkat pendidikan
ya, tapi juga dari faktor kesehatan, nah
kami selaku penyuluh juga berusaha
mengajarkan kepada perempuan disini
khususnya ibu-ibu anggota untuk
mengkonsumsi makanan yang sesuai
dengan kategori B2SA (beragam,
bergizi, seimbang, dan aman).
Contohnya membuat kami
mengajarkan ibu-ibu membuat mie,
tapi bukan seperti mie biasa karena
bahan-bahan yang digunakan bisa
menggunakan sayuran hijau seperti
sawi dan bayam. Penyuluhan ini
bertujuan agar konsumsi sayuran dan
buah meningkat, makanan yang
dimakan juga sangat dijamin sehat
karena diolah sendiri dengan bahan
dan cara yang aman.
B.
1.
2.
3.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka menyediakan
kesempatan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Bagaimana Ibu menyediakan
kesempatan kepada anggota agar
mereka bisa mengembangkan wawasan
mapun potensi dirinya?
Apakah Ibu menyediakan pembinaan
teknis manajemen dalam memulai
usaha?
Apakah Ibu telah menyediakan
perlindungan usaha kepada anggota?
Emmm.. biasanya gini kita lewat
kegiatan lain, misalnya dia sudah
mempunyai kemampuan bikin kue
kering dari olahan hasil panen, lalu
kita meningkatkan kemampuan dia
juga dengan mengajak dia ikut
pelatihan. Mau itu pelatihan yang
diadakan oleh instansi kita maupun
dari luar, biasanya di lembang, kita
kerjasama dengan kementrian
pertanian juga dengan menjalin relasi
dengan kelompok lain, agar mereka
belajar juga dari kelompok tersebut
misalnya kelompok lain usahanya
sudah bagus, nah ayo kita ajak mereka
kesana jadi kita melakukan studi
banding lah gitu secara bergantian.
Seperti contohnya lagi kita pernah
studi banding ke Cilangkap untuk
masalah hidroponik.
Iyah menyediakan, jadi mereka
awalnya itu kalo kita bikin kelompok
jadi diajarkan tentang POAC
(Planning, Organizing, Actuating, and
Controlling), lalu kami ajarkan
bagaimana dinamika kelompok tani,
bagaimana dia membentuk kelompok,
gimana mereka menyatukan tujuan,
kan kelompok itu mereka yang
mempunya tujuan yang sama. Terus
disitu kita ngajarin bagaimana
menejemen usahanya, bagaimana
mereka memanage anggotanya.
Perlindungan usaha sih belum ada yah.
Tapi kelompok sudah punya surat
sertifikasi tentang halal, kelayakan
usaha, dan lain lainnya.
4.
5.
Apakah Ibu akan membuat inovasi
terbaru untuk meningkatkan nilai jual
produk yang ada saat ini?
Apakah Ibu menyediakan sarana dan
prasarana untuk anggota kelompok
dalam berwirausaha?
Iyah, kita sih udah sempet bikin apa
sih.. emmm pengembangan seperti
kemarin itu kita bikin inovasi olahan
ubi, kalau biasanya bapao yang dijual
biasa aja kan, jadi kita bikin inovasi
baru bkin bapao dari ubi jalar, tepung
singkong gitu jadi nilai jualnya lebih
baik dan punya nilai tambah.
Kalo nyediain sarana prasarana
mungkin ngga ya, tapi kadang-kadang
ada kegiatan yang ada sisi bantuannya,
seperti contoh kemarin ada pelatihan
yang bantuannya bisa dapat vacuum
drying alat untuk peras jahe ya kaya
gitulah.
C.
1.
2.
3.
4.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka meningkatkan
pengetahuan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Pengetahuan apa yang Ibu berikan
untuk diketahui oleh anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Materi seperti apa yang Ibu berikan agar
pengetahuan anggota kelompok
meningkat?
Siapa saja yang memberikan
pengetahuan kepada anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Metode apa yang Ibu gunakan agar
pengetahuan yang diberikan mudah
dimengerti dan dipahami oleh anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Pengetahuan yang berhubungan
dengan pertanian dan peternakan,
emm.. budidaya, olahan hasil,
pengemasan sampai pemasaran.
Materi banyak, terutama teknologi ya,
mungkin kalau cuman mengolah-olah
aja mereka bisa tapi kita sisipkan dari
sisi tekhnologinya bagaimana juga
mereka menerapkan pengolahan yang
baik dan benar, gnp nya, asapnya, jadi
kita kasih ke mereka semua.
Selama ini sih kita yang rutinitas
penyuluh tapi kan mereka juga ada
pelatihan-pelatihan dari dinas dan
orang yang ahli dibidang lainnya.
Demonstrasi cara dan praktek, itu kan
yang paling mereka bisa tangkap,
kalau kita cuman ngomong orang
bosen, jadi langsung praktek aja.
D.
1.
2.
3.
4.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka meningkatkan
keterampilan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Sarana apa saja yang Ibu sediakan
dalam meningkatkan keterampilan
anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Keterampilan apa saja yang diberikan?
Bagaimana keterampilan tersebut
diberikan?
Apakah ada pelatihan terkait pemberian
keterampilan?
Kalau sarana yang disediakan sih
paling hanya materi yah, seperti hand
out gitu, kalau bahan-bahan
pembuatan olahan makanan kadang
kita sediakan juga tapi jika ada yang
kurang kelompok menyediakan sendiri
bahannya.
Selain pengolahan hasil ya kita
berikan keterampilan budidaya, kita
sih sebatas pertanian dan peternakan
aja, selain itu keterampilan kerajinan
tangan atau daur ulang sampah itu
diberikan bukan dari penyuluh tapi
dari luar yang bidangnya lebih
memahami.
Keterampilan ini diberikan awalnya
dengan pemberian teori dulu supaya
kita tahu apa yang mau kita kerjakan,
setelah teori kita ke praktek dimana
kita langsung mencontohkan,
mendemonstrasikan bagaimana teori
tersebut, contohnya pada pengolahan
hasil pasca panen membuat makanan.
setelah praktek selesai baru lihat
bagaimana hasil prakteknya. Jika
dirasa prakteknya berhasil, lalu
keterampilan ini bisa dilanjutkan lagi
dan ditingkatkan lagi. Jika tidak
berhasil maka selanjutnya kita coba
lagi dan cari tahu kenapa bisa tidak
berhasil. Tapi pada saat ini sih
biasanya langsung berhasil paling
kalau kurang ya dikit-dikit.
Kita pernah mengadakan pelatihan
kaya waktu itu pengembangan bahan
pangan lokal, kita pake ubi jalar, jadi
5.
6.
Kapan pelatihan keterampilan ini
diberikan kepada anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan kepada anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
kita bikin bapao, donat gitu.
Kalau masalah pelatihan keterampilan
kan lewat pembinaan rutin itu ya
sebulan sekali, Cuma kadang suka ada
kegiatan dari sudin gitu bisa setahun
sekali atau di gapoktan (gabungan
kelompok tani) kita juga bisa sebulan
sekali
Selama ini penyuluh pertanian dan
peternakan yang memberikan
keterampilan tersebut selain itu juga
ada instansi dari luar yang
memberikan materi keterampilan
lainnya.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Bapak Ghausal Akbar
Usia : 31 tahun
Jabatan : Penyuluh
Tempat : Kebun KWT Cempaka
Pertanyaan Informan (Penyuluh/Pembina KWT Cempaka)
No. Pertanyaan Jawaban
A.
1.
2.
3.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka meningkatkan
sumber daya perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Bagaimana Bapak meningkatkan
kemampuan daya fikir kepada anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Apakah Bapak memberikan pendidikan
formal ataupun nonformal kepada
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Pendidikan apa saja yang diberikan?
Dengan cara mengadakan penyuluhan-
penyuluhan tentang agribisnis dari
penanaman sampai pengolahan hasil
produksi pertanian secara luas selain
itu penyuluhan ini bersifat pembinaan
yang rutin dilakukan dalam pertemuan
kelompok. Tujuannya agar para
kualitas sumber daya para anggota
disini meningkat, kemampuan
berfikirnya meningkat, serta mereka
sendiri mengetahui potensi yang ada di
dirinya lalu mengembangkan potensi
tersebut agar bisa bermanfaat bukan
hanya untuk dirinya sendiri, tepai juga
untuk kelompok dan masyarakat
sekitar.
Iya hanya memberikan pendidikan
yang bersifat non-formal.
Budidaya tanaman mulai dari
pengolahan lahan, pembibitan,
penanaman, pemupukan, pengendalian
4.
5.
Kapan pendidikan tersebut
dilaksanakan?
Selain pendidikan, apakah Bapak
menyediakan sarana agar anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka mendapat jaminan kesehatan?
organisme pengganggu tanaman,
panen dan cara panen, pengolahan
hasil, dan pemasaran.
Dibidang olahan hasil mulai dari
penentuan waktu panen, cara dan
waktu panen, kemudian seleksi
grading pengepakan, pengangkutan,
penyimpanan, pemasaran.
Kegiatannya dilaksanakan setiap bulan
sekali pada pertemuan kelompok.
Ngga, kalo untuk sarana jaminan
kesehatan sih kita tidak memberikan,
kalo penyuluhan dari kita kan
sebenernya lebih fokus ke
pemberdayaan di bidang pertanian,
tapi anggota kelompok ini pernah juga
diberikan tentang penyuluhan
kesehatan karena kelompok tani
cempaka ini juga kita kerjasama dan
bersinergi juga dengan kegiatan lain,
contohnya dari PKK dan PLKB.
B.
1.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka menyediakan
kesempatan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Bagaimana Bapak menyediakan
kesempatan kepada anggota agar
mereka bisa mengembangkan wawasan
mapun potensi dirinya?
Dengan mempersilahkan kepada
masyarakat khususnya perempuan
yang ada di RW 02 untuk mau
bergabung dengan KWT ini dan jika
yang sudah bergabung kita tingkatkan
lagi rasa kemauan dalam dirinya,
sebagi contohnya perangsang agar
mereka mau memanfaatkan
pekarangan, kita berikan bantuan
berupa bibit-bibit kemudian sarana
produksi agar mereka bisa
menerapkan masing-masing untuk
menanam sayur-sayuran maupun buah
di pekarangan rumahnya.
Selain itu juga, setiap ada informasi
dari dinas, kementan atau dari balai
pengkajian teknologi pertanian itu kita
selalu mengikutsertakan, setiap ada
2.
3.
4.
Apakah Bapak Anda menyediakan
pembinaan teknis manajemen dalam
memulai usaha?
Apakah Bapak telah menyediakan
perlindungan usaha kepada anggota?
Apakah Bapak akan membuat inovasi
terbaru untuk meningkatkan nilai jual
produk yang ada saat ini?
peluang untuk mengikuti pelatihan
ataupun seminar-seminar selalu kita
sampaikan kepada kelompok.
Kemudian disitu ketua kelompoknya
membagi atau memberikan
kesempatan kepada anggota yang
belum pernah mengikuti, jadi secara
bergantian, masing-masing anggota
kelompok itu akan mendapat
kesempatan tersendiri.
Iyah.. iyah.. apalagi anggota kelompok
yang sudah memulai usaha sendiri,
jadi kita berikan istilahnya itu analisa
usahanya gitu.
Mananejemen usahanya itu mulai dari
analisa ekonominya sampai gambaran
istulahnya keuntungan, kiat-kiat
pemasaran, kemudian apa itu.. emmm,
bagaimana cara meningkatkan nilai
jual, seumpama dengan cara perbaikan
kemasan misalnya selama ini mereka
hanya menggunakan plastik secara
sederhana, ya kita berusaha untuk
memberitahu bagaimana membuat
kemasan yang menarik ditambah juga
dengan memberikan label kemasannya
seperti itu.
Kalau dari penyuluh tidak ada
perlindungan usaha yang diberikan,
namun kami sebagai penyuluh
menganjurkan kepada mereka untuk
membuat sertifikat halal dan lainnya.
rata-rata kelompok ini sudah membuat
sertifikatnya.
Seperti misalnya setiap produk sudah
diurus sertifikat dari sudinkes (suku
dinas kesehatan) juga bahkan dari
MUI untuk label halalnya yang selalu
diperbaharui.
Ya sementara ini yaitu tadi dengan
cara seperti perbaikan kemasan,
kemudian selalu menganjurkan untuk
5.
Apakah Bapak menyediakan sarana dan
prasarana untuk anggota kelompok
dalam berwirausaha?
mengikuti bazar atau promosi dan
event lainnya dalam rangka
memperkenalkan produksinya.
Emm.. itu secara langsung tidak tapi
kita selalu memberikan apa manakala
baik itu ada informasi dari instansi
bukan hanya terbatas dari pertanian
tapi umpama dari perindustrian,
perdagangan, kemudian dari koperasi
kita selalu apa ya.. berkoordinasi
untuk membantu mereka dalam usaha
mereka.
C.
1.
2.
3.
4.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka meningkatkan
pengetahuan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Pengetahuan apa yang Bapak berikan
untuk diketahui oleh anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Materi seperti apa yang Bapak berikan
agar pengetahuan anggota kelompok
meningkat?
Siapa saja yang memberikan
pengetahuan kepada anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Metode apa yang Bapak gunakan agar
pengetahuan yang diberikan mudah
dimengerti dan dipahami oleh anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Disamping budidaya pertanian dalam
arti luas, kemudian olahan hasil
pertanian itu, dan menejemen
usahanya juga.
Ya kalau dari budidaya ya mulai dari
persiapan, pemilihan benih,
pemupukan, penyiraman, cara panen,
menentukan waktu yang tepat saat
panen, dan utamanya dalam produksi
pengolahan hasil pasca panen ya
Selain penyuluh disitu juga ada kasi
(kepala seksi pertanian, ada juga dari
POPT (pengamat organisme
pengganggu tumbuhan) selain itu juga
ada pemateri dari luar untuk bidang
keterampilan daur ulang sampah
menjadi kerajinan tangan.
Mereka lebih cenderung kalau
langsung praktek dilapangan,
demonstrasi cara gitu kemudian
membuat petak percontohan gitu
D.
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka meningkatkan
keterampilan perempuan di RW 02
Kelurahan Petukangan Selatan?
Sarana apa saja yang Bapak sediakan
dalam meningkatkan keterampilan
anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka?
Keterampilan apa saja yang diberikan?
Bagaimana keterampilan tersebut
diberikan?
Apakah ada pelatihan terkait pemberian
keterampilan?
Kapan pelatihan keterampilan ini
diberikan kepada anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Pertama tentunya kita memotivasi
mereka agar mereka mau kemudian
mampu dalam menerapkan apa yang
dianjurkan penyuluh.
Kalau sarana itu biasanya swadaya
sifatnya, kalau umpama mau praktek
gitu kan membuat olahan, maka dari
kelompok itulah yang menyediakan
bahan-bahannya, namun terkadang
juga kami sebagai penyuluh
menyediakan juga. Kemudian jika
sifatnya bantuan dari pemerintah
sendiri ada, tapi tidak ditentukan
waktunya satu tahun sekali. Seperti
peralatan masak-memasak gitu ada
bantuan semacam itu tapi tidak rutin.
Ya keterampilan dalam bercocok
tanam, pengolahan hasil, dan juga ada
keterampilan daur ulang sampah.
Keterampilan itu diberikan saat
praktek, karena lebih mudah untuk
mencontohkannya seperti pemilihan
bibit unggul, lalu pada saat
keterampilan dalam pengolahan hasil
pasca panen itu kita ajarkan
keterampilan untuk membuat produk
makanan yang bervariasi seperti donat
ubi, donat kentang, puding sayuran,
dan lain-lainnya.
Kalau pelatihan rutin sih tidak, namun
secara berkala ada.
Hampir setiap pertemuan kelompok
yang diadakan sebulan sekali minimal
itu selalu ada dengan materi baru.
6.
Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan kepada anggota Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka?
Banyak dari penyuluhan pertanian,
peternakan, perindustrian, koperasi
dan dari instansi lainnya.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Yanizar
Usia : 53 tahun
Jabatan : Anggota
Tempat : Kebun Kelompok
Pertanyaan Informan (Anggota KWT Cempaka)
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang Ibu ketahui tentang KWT
Cempaka?
Kelompok wanita tani cempaka
merupakan kelompok atau komunitas
yang didalamnya menyediakan wadah
untuk kita khususnya kaum
perempuan nih ibu-ibu rumah tangga
di RW 02 bisa dapet penyuluhan serta
pembinaan mengenai pertanian,
pelatian, dan pengolahan hasil pasca
panen.
2.
Bagaimana awal mula bergabung
dengan KWT Cempaka?
Awal mulanya saya masuk PKK, dan
saya kan sebagai guru di PAUD juga
terus saya mulai bergabung dengan
KWT Cempaka dan sekarang menjadi
kader.
3. Sudah berapa lama Ibu ikut
berpartisipasi dalam KWT Cempaka?
Saya ini ikut partisipasi dalam KWT
Cempaka kurang lebih sudah 3 tahun
mbak.
4. Kegiatan apa saja yang Ibu dapatkan di
dalam KWT Cempaka?
Waah.. kegiatannya lumayan banyak
mbak, salah satunya itu membuat
olahan hasil pasca panen menjadi
produk makanan dan minuman.
5. Apakah Ibu mendapatkan pendidikan
formal maupun nonformal dari
penyuluh/pembina?
Iya dong.. disini dapat pendidikannya
non-formal karena yang kita dapatkan
itu seperti penyuluhan¸ pendidikan dan
pelatihan jadi bukan pendidikan
formal kaya di sekolah gitu mbak.
6. Pendidikan apa saja yang Ibu dapatkan
di dalam KWT Cempaka?
Pendidikan yang didapat itu
diantaranya mulai dari mengolah
tanaman dari benih dan bibit, cara
menanam, pemupukan, panen,
pengolahan hasil panen dan juga kita
diberikan pendidikan menjadi
orangtua yang baik untuk anak-anak
kita.
7. Apakah Ibu juga mendapatkan sarana
jaminan kesehatan?
Kalo untuk jaminan kesehatan sih
disini kita gak dapet ya mbak, jadi
kalo jaminan kesehatan sih urusan
masing-masing. Tapi kalo penyuluhan
tentang kesehatan disini pernah
diadakan.
8. Bagaimana KWT Cempaka
menyediakan kesempatan kepada Ibu
untuk mengembangkan wawasan
maupun potensi di dalam diri Anda ?
Kita diberikan kesempatan untuk ikut
dan pelatihan dari luar, ya memang
gak langsung semuanya jadi ganti-
gantian mbak, setelah kita dapat
pelatihan tersebut kita diberi
kesempatan juga untuk berbagi sama
anggota yang lain pada saat pertemuan
kelompok jadinya semua anggota tau
juga apa yang kita dapat dari hasil
pendidikan dan pelatihan itu.
9. Apa yang Ibu dapatkan dari
pengembangan wawasan yang telah
diberikan oleh KWT Cempaka?
Banyak juga ya mbak wawasan kita
semakin luas, kita dapat banyak
pengetahuan mengenai usaha, olahan
produk dan juga pastinya cara
bercocok tanam.
10 Apakah Ibu mendapat pembinanan
teknis manajemen dalam memulai
usaha?
Iya, pernah kita dapat itu materi
tentang gimana memulai usaha,
dikasih tau tuh teknisnya bagaimana
mengolah usaha, produksi, sampai
pemasarannya.
11. Apakah Ibu mendapatkan perlindungan
usaha?
Perlindungan usaha sih ngga ada
mbak.
12. Apakah Ibu mendapatkan tempat untuk
berwirausaha?
Iya mbak, kita dapat tempat untuk
berwirausaha. Ketika ada bazar atau
event yang diadakan dari sudin
pertanian, kita disediakan tempat
untuk berwirausaha.
13. Apakah penyuluh/pembina memberikan
pengetahuan kepada Ibu?
Iya mbak kami ini diberikan banyak
pengetahuan.
14. Apakah Ibu memahami tentang
pengetahuan yang telah diberikan?
Insya allah memahami apa yang sudah
diberikan.
15. Setelah mendapat pengetahuan atau
ilmu, apa yang Ibu lakukan selanjutnya?
Setelah dapat pengetahuan, tentunya
kita terapkan lagi dalam kehidupan
sehari-hari misalnya kita dapat
pengetahun bagaimana cara untuk
menanam cabe, nah selanjutnya kita
terapkan dirumah, nah jadi nanti ilmu
yang sudah didapat ngga cepat lupa
lagi. Gitu mbak..
16. Sarana apa saja yang Ibu dapatkan
dalam pemberian keterampilan?
Sarana yang di dapat ya lumayan ada
mbak, kalo ita mau belajar
keterampilan membuat kue atau
olahan hasil panen ya bahannya
disediakan, kita juga pernah mendapat
bantuan sarana seperti alat-alat untuk
produksi.
17. Keterampilan apa saja yang sudah
didapat?
Keterampilan yang sudah di dapat itu
mengolah hasil-hasil panen, misalnya
wortel setelah dioleh dengan nanas
bisa menjadi minuman sari wornas
yaitu minuman yang terbuat dari
wortel dan nanas. Ada juga olahan dari
kangkung dibuat menjadi puding
kangkung. Jahe kita buat jadi instan
jahe. Selain itu kita juga diberikan
keterampilan kejaninan tangan, seperti
mengolah koran bekas menjadi tempat
tisu dan nampan.
18. Kapan kegiatan keterampilan tersebut
dilaksanakan?
Keterampilan ini biasanya sih
dilaksanakan ketika kita pertemuan
kelompok satu bulan sekali, tapi
terkadang jika ada waktu luang kita
tidak menunggu pas pertemuan baru
kegiatan ini dilaksanakan.
19. Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan?
Yang memberikan keterampilan ini
yaitu penyuluh dan juga kadang kita
suka panggil orang dari luar yang bisa
mengajarkan kita keterampilan-
keterampilan lain untuk diajarkan ke
kita.
20. Menurut Ibu, apakah ada peningkatan
pengetahuan, keterampilan, serta
pendapatan selama berpartisipasi dalam
KWT Cempaka ini?
Meningkat sekali ya mbak, dari mulai
kita tidak tau sekarang setelah ikut di
dalam KWT Cempaka ini menjadi
banyak taunya dan dengan ikut
berpartisipai sangat banyak
manfaatnya saya juga bisa nambah
penghasilan keluarga,
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Sugiarti
Usia : 53 tahun
Jabatan : Anggota
Tempat : Kebun KWT Cempaka
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang Anda ketahui tentang KWT
Cempaka?
KWT cempaka ini tempat kita untuk
meningkatkan produksi dan untuk
mengembangkan pertanian yang mana
kita tuh harus tahu, sebenernya kita
nggak tahu tapi kita belajar supaya
KWT ini bisa maju dan kita
anggotanya bisa lebih maju untuk
mengembangkan pengetahuan kita
yang lebih baik lagi.
Kan disini KWT ini wadahnya ibu-ibu
untuk belajar bagaimana produksi,
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan kita lah untuk bisa
meningkatkan pendapatan juga.
2.
Bagaimana awal mula bergabung
dengan KWT Cempaka?
Sebenernya saya ngga tahu apa-apa,
saya tuh aslinya dari kampung dan
untuk hal-hal seperti ini buta
sekali.dan untuk bergabung ini saya
pikir dari pada saya diam dirumah,
mendingan saya ikut gabung
kelompok ini, dan salah satunya
memotivasi kita untuk ingin tahu lebih
banyak hal-hal yang tadinya tidak
tahu jadi tahu.
3. Sudah berapa lama Anda ikut
berpartisipasi dalam KWT Cempaka?
Eee.. Kalo saya kurang lebih tiga
tahun, termasuk baru sih karena belum
lama seperti yang lainnya mbak.
4. Kegiatan apa saja yang Anda dapatkan
di dalam KWT Cempaka?
eemm.. kalo itu banyak juga ya
kegiatannya disini banyak ilmu yang
bisa di dapat. Seperti penyuluhan
pertanian, kesehatan, dapet
keterampilan buat kerajinan tangan,
produksi dan pengelolaan selalu di
praktekkan disini. Utamanya kita
produksi bir pletok terus ubi, pokonya
kita produks hasil pasca panen.
5. Apakah Anda mendapatkan pendidikan
formal maupun nonformal dari
penyuluh/pembina?
Oh itu iya kita dapet pengetahuan non-
formal aja itu mbak.
6. Pendidikan apa saja yang Anda
dapatkan di dalam KWT Cempaka?
Banyak yah mbak, cara tanam
menanam, cara memanen, cara
produksi, bagaimana memasarkan
hasil produk, wah banyak lagi deh
mbak.
7. Apakah Anda juga mendapatkan sarana
jaminan kesehatan?
Emmm sejauh ini saya belum tahu
mbak, sepertinya nggak ada. Cuman
penyuluhan tentang KB, sama
kesehatan yang lain gitu mbak.
8. Bagaimana KWT Cempaka
menyediakan kesempatan kepada Anda
untuk mengembangkan wawasan
maupun potensi di dalam diri Anda ?
Yang jelas kalo untuk
mengembangkan jelas ada ya,
kesempatan yang dikasih ke kita itu
misalnya diluar ada pelatihan atau
praktek apa beberapa orang dikirim
kesana untuk ikut kegiatan tersebut,
Kaya kemarin juga dikecamatan ada
pemberian praktek kue egg roll itu
kebetulan saya yang dikirim kesana.
Jadi ganti-gantian kita dikirim untuk
ikut kegiatan itu.
Terus juga setelah kita ikut pelatihan
atau praktek tersebut kita diberikan
kesempatan juga untuk bagi informasi
yang sudah di dapat dari praktek ke
anggota yang lain kalo kita ada
pertemuan seperti ini.
Tapi ya namanya ngga biasa ngomong
di depan umum ya walaupun itu juga
temen-temen sendiri ya ada rasa
kurang PD mbak nanti akut salah
ngomong atau dibilangnya sok tahu
gitu.
9. Apa yang anda dapatkan dari
pengembangan wawasan yang telah
diberikan oleh KWT Cempaka?
Eehhh.. itu yang tadinya saya tidak
tahu setelah diberi kesempatan untuk
hadir dalam pelatihan jadi kita tahu,
dan juga belajar untuk bicara depan
orang banyak juga sih.
10 Apakah Anda mendapat pembinanan
teknis manajemen dalam memulai
usaha?
Oh iya mbak suda pernah dikasih
penyuluhan juga tentang teknis
manajemen dalam usaha gitu..
11. Apakah Anda mendapatkan
perlindungan usaha?
Kalo disini kan memang anggotanya
rata-rata memiliki usaha sendiri, kalau
perlindungan usaha ya ngga ada jadi
itu mah masing-masing. Kalo
dikelompok ini perlindungan usahanya
apa ya.. eeem paling sih itu mbak kita
udah punya sertifikat kelayakan usaha.
Jadi kita dalam usaha produksi ini
tidak main-main.
12. Apakah Anda mendapatkan tempat
untuk berwirausaha?
Kalo tempat kita tidak dapat ya mbak.
Paling tuh kalo ada bazar dari
kecamatan, atau event gitu kita suka
disediakan untuk mengisi tempatnya
untuk berwirausaha tapi kalo untuk
tempat yang tetap ya belum ada.
13. Apakah penyuluh/pembina memberikan
pengetahuan kepada Anda?
Oh ya jelas.. penyuluhan itu pasti ada
pengetahuannya sedikit demi sedikit
kita dikasih pengetahuan pada saat
pertemuan rutin dan juga kalau ada
penyuluhan lain diluar pertemuan rutin
pasti dikasih mbak.
14. Apakah Anda memahami tentang
pengetahuan yang telah diberikan?
Ya sedikit demi sedikit insyaAllah
saya memahami semua pengetahuan
yang sudah diberikan.
Lagi juga gini mbak, disni ibu-ibunya
kalo lagi ngobrol masalah kelompok
kan suka bahas kegiatan sebelumnya
tuh ya, jadi kalo kita lupa terus ada
yang ingetin lagi jadi kita keingetan
lagi apa yang sudah diberikan.
15. Setelah mendapat pengetahuan atau
ilmu, apa yang Anda lakukan
selanjutnya?
Ya kalo saya itu susahnya gini mbak,
disini kan penyuluhan tentang
pengetahuan pertanian, tanaman,
produksi, olahan, pemasaran itu kan
sudah baik untuk dikembangkan tapi
ya memang dari sayanya sendiri belum
niat untuk mulai usaha sendiri, jadi
saya itu ikutin kegiatan di kelompok
aja, misalnya dikasih keterampilan
untuk buat kue kering, nah pas lebaran
kelompok ini coba produksi yang
sudah dipelajari untuk dipasarkan ya
saya ikutin gitu mbak..
16. Sarana apa saja yang Anda dapatkan
dalam pemberian keterampilan?
Sarana disini tuh keterampilannya
seperti segala sesuatu sudah disiapkan
disini tapi misalnya ada kekurangan
bahannya atau apa ya kita harus
nyiapin sendiri tapi itu sih jarang
karena sering kali itu sudah tersedia
disini seperti alat-alatnya juga sudah
diberikan dikelompok.
17. Keterampilan apa saja yang sudah
didapat?
Ya keterampilannya itu sih praktek
mbak. Keterampilannya disini kaya
kerajinan tangan, kita juga bisa daur
ulang sampah dibikin kerajinan yang
bida meningkatkan nilai jual, dan
keterampilan masak juga mbak.
18. Kapan kegiatan keterampilan tersebut
dilaksanakan?
Itu sering mbak tapi tidak setiap bulan
sekali, jadi gantian misalnya ulan ini
penyuluhan tentang KB, bulan
berikutnya tentang teori apa gitu, lalu
bulan berikutnya lagi keterampilan
gitu, jadi setiap bulan kegiatannya
bergilir gantian gitu.
19. Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan?
Kalo disini yang ngash pelatihan
keterampilan ya dari penyuluh
pertanian, itu seperti mbak Isur, pak
Ghausal, tapi terkadang juga kita
hadirkan orang dari luar yang
menguasai bidangnya.
20. Menurut Ibu, apakah ada peningkatan
pengetahuan, keterampilan, serta
pendapatan selama berpartisipasi dalam
KWT Cempaka ini?
Alhamdulillah seperti yang sudah
saya bilang mbak, yang tadinya saya
tidak tahu setalah ikut kelompok ini
sedikit demi sedikit ya saya jadi tahu.
Sebelum ikut kelompok ini saya gak
ada usaha mbak, setelah ikut
kelompok ini kan banyak pelajaran
buat makanan dari sayur gitu, ya coba
saya praktekin terus titip di warung
dan hasilnya lumayan juga mbak.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Sunarti
Usia : 48 tahun
Jabatan : Anggota
Tempat : Kebun KWT Cempaka
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang Anda ketahui tentang KWT
Cempaka?
Eeeh ini merupakan kelompok yang
menyediakan kesempatan kita supaya
dapat pengetahuan tentang toga,
tanaman buah dalam pot, dan produksi
olahan hasil panen. Intinya tuh
pemberdayaan buat ibu-ibu di sini biar
bisa bantu pendapatan keluarga juga.
2.
Bagaimana awal mula bergabung
dengan KWT Cempaka?
Awalnya saya diajak oleh ketua yaitu
Ibu Sunarti satimin, dan saya pikir
kok menarik sekali untuk ikut
kelompok ini, kita bisa belajar dan
nambah pengetahuan lagi walaupun
kita udah tua begini.
3. Sudah berapa lama Anda ikut
berpartisipasi dalam KWT Cempaka?
Udah berapa tahun ya.. udah lama
juga sih mbak lebih dari lima tahun
saya ikut gabung sama kelompok ini.
4. Kegiatan apa saja yang Anda dapatkan
di dalam KWT Cempaka?
Kegiatan ya satu itu apa.. eeeemm..
bikin-bikin olahan hasl panen, kaya
donat ubi, bapao, keripik, minumam
instan terutama ya bir pletok. Selain
itu juga kegiatan lainnya ya pertemuan
rutin kelompok, terus ada kegiatan
keterampilan kerajinan tangan juga
kita pernah dikasih materinya.
5. Apakah Anda mendapatkan pendidikan
formal maupun nonformal dari
penyuluh/pembina?
Oh ini pendidikan non-formal aja
mbak ngga ada pendidikan formalnya.
Kita belajar disini ya sambil kaya
main aja sama ibu-ibu yang lain, tapi
main juga ada manfaatnya gak cuma
ngerumpi yang gak ada manfaatnya
hehehe...
6. Pendidikan apa saja yang Anda
dapatkan di dalam KWT Cempaka?
Pendidikannya banyak, di kelompok
ini para penyuluh kasih kita
penyuluhan mengenai pertanian,
bercocok tanam, terus pengolahan
hasilnya seperti jahe dibuat minuman
instan, pisang dijakan keripik, terus
penyuluhan tentang KB, keterampilan
kita sebagai orangtua dalam
berkomunikasi sama anak. Kerajinan
tangan gitu mbak.
7. Apakah Anda juga mendapatkan sarana
jaminan kesehatan?
Sarana kesehatan ya paling tuh kayak
penyuluhan tentang KB dan kesehatan
lainnya, kalo jaminan kesehatannya
ngga ada mba.
8. Bagaimana KWT Cempaka
menyediakan kesempatan kepada Anda
untuk mengembangkan wawasan
maupun potensi di dalam diri Anda ?
Kesempatannya begini, kita diajak
untuk memasarkan produksi, terus
juga kita ganti-gantian untuk
menghadiri pelatihan dan praktek-
praktek gitu mbak, ya walaupun saya
belum pernah sih ikut pelatihan dari
luar. Waktu itu saya mau dikirim tapi
sayangnya ngga bisa jadi diganti sama
yang bisa ikut hehehe..
Lagi pula ya mbak saya tuh kalo untuk
ngomong di depan ibu-ibu yang lain
gitu untuk sampein materi apa yang
kita dapet masih gerogi gitu loh,
karena ngga terbiasa juga kali ya mbak
jadi saya tuh rasanya ah udah mending
yang lain aja yang sampein.
9. Apa yang anda dapatkan dari
pengembangan wawasan yang telah
diberikan oleh KWT Cempaka?
Ya banyak pengetahuan yang saya
dapatkan, informasi dari ibu-ibu yang
ikut pelatihan dari luar kan harus bagi
informasi juga apa yang dia dapat
sama anggot a lainnya, pengetahuan
tentang olahan produksi dan
pemasarannya.
10 Apakah Anda mendapat pembinanan
teknis manajemen dalam memulai
usaha?
Oh itu iya pernah kita diajarkan
bagaimana manajemen mulai usaha,
ya abis itu kita bareng-bareng terapin
di kelompok biar usaha kita di
kelompok ini berjalan dengan baik.
11. Apakah Anda mendapatkan
perlindungan usaha?
Perlindungan usahanya kita pake
sertifikat kelayakan usaha mbak.
12. Apakah Anda mendapatkan tempat
untuk berwirausaha?
Oh belum, kelompok ngga dapet
tempat untuk berwirausaha, kita
pemasarannya lewat ini aja.. apa itu
namanya.. relasi sama rumah makan
betawi, terus ya lewat masing-masing
anggota yang menawarkan ke orang
lain, terus juga kalo bazar kita sering
ikut, sama itu paling nitip di warung-
warung mbak.
13. Apakah penyuluh/pembina memberikan
pengetahuan kepada Anda?
Oh iya mbak diberikan.
14. Apakah Anda memahami tentang
pengetahuan yang telah diberikan?
Harus dong kalo memahami, ngapain
ikut kelompok ini kalo ngga dipahami,
namanya juga buat belajar ya kan
mbak..
15. Setelah mendapat pengetahuan atau
ilmu, apa yang Anda lakukan
selanjutnya?
Setelah dapat ilmunya ya sebisa
mungkin kita terapin lagi setelahnya
dipraktekkan lagi jadi kita ilmunya
gak sia-sia.
16. Sarana apa saja yang Anda dapatkan
dalam pemberian keterampilan?
Sarana yang diberikan itu kalo
penyuluhan tentang parenting skill
atau praktek produksi olahan kita
dikasih hasil print-annya, kalo praktek
juga bahannya sudah disediakan
kelompok, ya kalo kurang-kurang ya
kita yang nambahin sendiri lagi, dan
terkadang alat-alatnya disediakan oleh
penyuluh.
17. Keterampilan apa saja yang sudah
didapat?
Keterampilan buat kue-kue dari hasil
panen kita, dan juga keterampilan dari
sampah-sampah yang bisa di daur
ulang, ya kerajinan tangan gitu juga
mbak.
18. Kapan kegiatan keterampilan tersebut
dilaksanakan?
Kegiatannya dilaksanakan kalo kita
lagi pertemuan kelompok, kadang kala
juga tidak pas pertemuan kelompok
sih ya tergantung kondisi juga mbak.
Isi materi pertemuan kelompok juga
tidak hanya keterampilan terus tapi
ada materi lainnya.
19. Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan?
Para penyuluhnya itu yang kasih sama
beberapa orang dari luar juga suka
diundang untuk kash kita
keterampilan.
20. Menurut Ibu, apakah ada peningkatan
pengetahuan, keterampilan, serta
pendapatan selama berpartisipasi dalam
KWT Cempaka ini?
Oh iya mbak saya bisa cicil beli mesin
cuci tuh pas awal produksi kita lagi
banyak orderansaya. pengetahuan
saya juga meningkat setelah saya ikut
gabung sama kelompok ini. Jadi
banyak hal-hal baru yang saya tahu.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Sabtinah
Usia : 59 tahun
Jabatan : Anggota
Tempat : Kebun KWT Cempaka
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang Anda ketahui tentang KWT
Cempaka?
Kelompok tani ini ya.. itu suatu
kumpulan ibu-ibu didalamnya terdapat
struktur organisasi yang jelas, ada
ketua, wakil, sekretaris sama
bendahara dan anggota gitu ya.
Dimana didalam kelompok ini kita
dikasih kesempatan untuk bisa belajar
mengenai peternakan, pertanian, hasil
pasca panen, produksi sampai
pemasarannya.
2.
Bagaimana awal mula bergabung
dengan KWT Cempaka?
Ya awalnya ini kan kita ibu-ibu
ikutnya PKK ya terus dibentuknya
kelompok tani ini ya dijakarta
istilahnya di kota kok ada kelompok
tani ya kan, penasaran juga. Setalah
dikasih tahu ya kelompok tani ini
bukannya yang harus bertani
menanam sawah tapi hasil pertanian
yang lainnya juga kaya menanam
pisang, jahe, ubi, banyak lah nah hasil
dari panen itu kita produksi jadi
produkolahan makanan. Jadi makin
tertarik untuk ikut tuh mulai awalnya
bergabung sama kelompok ini.
3. Sudah berapa lama Anda ikut
berpartisipasi dalam KWT Cempaka?
Dari mulai sejak dibukanya kelompok
ini saya udah mulai ikut.
4. Kegiatan apa saja yang Anda dapatkan
di dalam KWT Cempaka?
Banyak yah.. cara menanam ya nanam
juga kan dari segala pupuknya juga ini
dan itu, bisa buat bibit, cara melihara
ikan, dapat penyuluhan kesehatan, ya
ikut lomba juga, produksi olahan
panen juga, belajar kerajinan tangan
juga, banyak mbak.
5. Apakah Anda mendapatkan pendidikan
formal maupun nonformal dari
penyuluh/pembina?
Iya dapetnya pendidikan non-formal
aja
6. Pendidikan apa saja yang Anda
dapatkan di dalam KWT Cempaka?
Ya seperti di awal tadi ya mbak,
pendidikan disini tuh banyak sekali,
penyuluhan pertanian darimulai bibit,
menanam, pemberian pupuk,
pemeliharaan, pasca panen,
pendidikan tentang kesehatan, KB,
komunikas sama anak.. apa itu
istilahnya emm.. parenting skill,
pendidikan membangun kepercayaan
diri juga, banyak lagi deh.
7. Apakah Anda juga mendapatkan sarana
jaminan kesehatan?
Ngga, ngga ada jaminan kesehatan
yang dikasih sih di kelompok ini.
8. Bagaimana KWT Cempaka
menyediakan kesempatan kepada Anda
untuk mengembangkan wawasan
maupun potensi di dalam diri Anda ?
Oh kesempatan untuk
mengembangkan wawasannya itu ya
kita dikasih kesempatan untuk ikut
pelatihan yang ada di kawasan sini
maupun diluar juga. Misalnya waktu
itu kita pernah studi banding ke jogja,
terus belajar packaging ke cianjur, nah
terus yang dikirim itu diberi
kesempatan lagi untuk menyampaikan
ke yang lainnya apa yang sudah
dipelajari dalam pelatihannya yang
diikutin sama dia.
9. Apa yang anda dapatkan dari
pengembangan wawasan yang telah
diberikan oleh KWT Cempaka?
Yang di dapetin ya banyak
pengetahuan baru ya.. istilahnya kita
jadi makin pinter gitu kan.
10 Apakah Anda mendapat pembinanan
teknis manajemen dalam memulai
usaha?
Iya dapet waktu itu, kita diajarkan
manajemen memulai usaha mbak.
11. Apakah Anda mendapatkan
perlindungan usaha?
Kalo saya sendiri sih ngga dapet ya
mbak, tapi kelompok ini ya
perlindungannya kita pegang sertifikat
kelayakan usaha sama sertifikan apa
itu namanya ya saya lupa, itu sertifikat
yang menyatakan bahwa produksi bir
pletok kita aman gitu mbak.
12. Apakah Anda mendapatkan tempat
untuk berwirausaha?
Kalo diri sendiri sih belum dapat ya
mbak, dikelompok pun juga belum ada
tempat usaha yang paten gitu. Jadi kita
memasarkan produksi kita dengan kita
titip diwarung sama rumah makan
betawi, gitu mbak.
13. Apakah penyuluh/pembina memberikan
pengetahuan kepada Anda?
Iya penyuluh disini ngasih kita banyak
pengetahuan.
14. Apakah Anda memahami tentang
pengetahuan yang telah diberikan?
Ya kalo dibilang paham ya insyaAllah
saya paham mbak, apalagi kalo praktik
jadi cepet kita nangkepnya, tapi wajar
kalo ada yang lupa sedikit-sedikit mah
ya karena fator umur juga kali hehe..
15. Setelah mendapat pengetahuan atau
ilmu, apa yang Anda lakukan
selanjutnya?
Setelah dapat pengetahuan, kita
pelajari lagi apa yang sudah di dapat,
diulangin lagi pengetahuannya gitu,
kaya cara produksi jahe instan itu
harus gini, ya biar gak lupa kita
praktekin terus.
16. Sarana apa saja yang Anda dapatkan
dalam pemberian keterampilan?
Dalam pemberian keterampilan disini
kita dapat sarana alat-alat produksi,
bahan-bahannya juga kita dapat. Ngga
Cuma diketerampilan aja waktu itu
saya pernah dapat sarana bantuan
ayam untuk kita ternak gitu mbak.
17. Keterampilan apa saja yang sudah
didapat?
Kita sudah pernah dapat keterampilan
membuat kerajinan tangan dari
mendaur ulang sampah. Keterampilan
kita sebagai orangtua agar bisa
berkomunikasi yang baik dengan anak
yang mulai beranjak remaja,
keterampilan membuat aneka kue-kue
dari hasil pasca panen.
18. Kapan kegiatan keterampilan tersebut
dilaksanakan?
Dilaksanakannya tergantung kondisi,
kalo misalkan dari penyuluh ada
materi buat keterampilan ya pas
pertemuan kita praktek buat
keterampilan, tapi kadangkala kita
juga yang minta sama penyuluh untuk
memberikan keterampilan apa gitu
loh.
19. Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan?
Yang memberikan pelatihan
keterampilan ini ada yang dari
penyuluh ada juga yang dari orang
luar.
20. Menurut Ibu, apakah ada peningkatan
pengetahuan, keterampilan, serta
pendapatan selama berpartisipasi dalam
KWT Cempaka ini?
Alhamdulillah saya rasa ada
peningkatannya setelah ikut kelompok
KWT ini dari mulai pengetahuan
tentang budidaya sayur, terus dapet
tambahan pemasukan juga dari
produksi kelompok.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Amroh
Usia : 54 tahun
Jabatan : Anggota
Tempat : Kebun KWT Cempaka
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang Anda ketahui tentang KWT
Cempaka?
Saya mengetahui kelompok ini
sebagai tempat mendapat ilmu. Dari
mulai ilmu pertanian, cara menanam,
macam-macam tanaman sayur, obat,
dan juga keterampilan. Selain itu
kelompok ini juga memanfaatkan
lahan kosong sebagai sarananya.
Kita bisa nambah penghasilan juga
dari kelompok ini.
2.
Bagaimana awal mula bergabung
dengan KWT Cempaka?
Awal mulanya saya aktif di PKK, lalu
saya ikut bergabung di kelompok ini
karena saya tertarik di bidang
pertanian seperti bercocok tanam, dan
ternyata kegiatan disini tidak hanya
sebatas bercocok tanam saja tapi ada
kegiatan lainnya.
3. Sudah berapa lama Anda ikut
berpartisipasi dalam KWT Cempaka?
Wah itu saya sudah lama mbak ikut
berpartisipasi dengan kelompok ini.
Awal kelompok ini baru dibentuk
saya sudah mulai ikutan.
4. Kegiatan apa saja yang Anda dapatkan
di dalam KWT Cempaka?
Oh banyak, Kegiatannya macem-
macem mbak. Ada penyuluhan, ada
pelatihannya, praktek, produksi juga
terus ikut serta kalau ada lomba-
lomba dan banyak pengetahuan yang
di dapat di kelompok ini.
5. Apakah Anda mendapatkan pendidikan Pendidikan non-formal saja yang di
formal maupun nonformal dari
penyuluh/pembina?
dapat.
6. Pendidikan apa saja yang Anda
dapatkan di dalam KWT Cempaka?
Hmm apa ya..ya satu bercocok tanam,
terus keterampilan membuat olahan
hasil panen, lalu kerajinan tangan,
penyuluhan kesehatan juga.
7. Apakah Anda juga mendapatkan sarana
jaminan kesehatan?
Jaminan kesehatan mah si ngga ada
yah..
8. Bagaimana KWT Cempaka
menyediakan kesempatan kepada Anda
untuk mengembangkan wawasan
maupun potensi di dalam diri Anda ?
Oh itu .. jadi ya kita untuk
mengembangkan wawasan dan potensi
kita jika ada pelatihan dari luar
kelompok iniya suka ikut serta gitu,
misalnya dikirim beberapa orang, terus
setelah itu jika ada pelatihan lagi
gantian orangnya yang dikirim, selain
itu juga kita belajar sama kelompok
lainnya agar pengetahuan dan
wawasan kita lebih banyak.
9. Apa yang anda dapatkan dari
pengembangan wawasan yang telah
diberikan oleh KWT Cempaka?
Ya memang itu seperti cara-cara untuk
pengemasan produk yang menarik
10 Apakah Anda mendapat pembinanan
teknis manajemen dalam memulai
usaha?
Oh iya dapet sudah pernah, tapi karena
udah lama juga ya lupa-lupa inget sih
hehe
11. Apakah Anda mendapatkan
perlindungan usaha?
Belum kalo perlindungan usaha tapi
kita di kelompok ini sudah punya
sertifikat kelayakan usaha gitu mbak
12. Apakah Anda mendapatkan tempat
untuk berwirausaha?
Kalo kelompok sih belum ada tempat,
tapi karena saya juga seksi pemasaran,
jadi kita memasarkannya dengan
sesama aja gitu disini mah, seperti
ikut bazar juga kita ikutin gitu
13. Apakah penyuluh/pembina memberikan
pengetahuan kepada Anda?
Iya dikasih kok disini mah hehe
14. Apakah Anda memahami tentang
pengetahuan yang telah diberikan?
Insya Allah paham mbak, kan disini
kita belajar sedikit demi sedikit kita
harus paham apa yang kita pelajari.
Enaknya tuh ya mbak, disini itu kita
belajar tapi senang mbak tidak
menjadi beban, karena kita belajarnya
santai, nggak Cuma teoti aja yang
dikasih tapi kita banyak juga langsung
prakteknya.
15. Setelah mendapat pengetahuan atau
ilmu, apa yang Anda lakukan
selanjutnya?
Selanjutnya yah.. ya kita lanjutin apa
yang sudah di dapat supaya ngga lupa
terus biar kita juga ada kegiatan ngga
diem aja.
16. Sarana apa saja yang Anda dapatkan
dalam pemberian keterampilan?
Sarananya yah.. kita pernah itu dapet
alat untuk mengeringkan dalam
pembuatan instan jahe, terus alat-alat
produksi juga kadang suka dikasih dari
penyuluh tapi kalo bahan-bahannya sh
kebanyakan selalu dari kelompok yang
sediain.
17. Keterampilan apa saja yang sudah
didapat?
Oh banyak, keterampilan membuat
kue-kue dari olahan sayur dama buah,
kita juga bikin kerajinan tangan dari
koran bekas yang dijadikan tempat
tissue, jadi toples banyak mbak.
18. Kapan kegiatan keterampilan tersebut
dilaksanakan?
Ya biasa yah setiap pertemuan aja
setiap sebulan sekali kita pertemuan
kelompok.
19. Siapa saja yang memberikan pelatihan
keterampilan?
Oh itu yah.. itu ibu dan bapak
penyuluh yang kash pelatihan ke kita
disini.
20. Menurut Ibu, apakah ada peningkatan
pengetahuan, keterampilan, serta
pendapatan selama berpartisipasi dalam
KWT Cempaka ini?
Ada sekali mbak. Alhamdulillah udah
tua begini mah masih mau saya
belajar pokonya, pendapatan juga ada
aja semenjak kita produksi
PEDOMAN OBSERVASI
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI KELOMPOK WANITA
TANI (KWT) CEMPAKA DI RW 02 KELURAHAN PETUKANGAN
SELATAN
NO SUBYEK OBSERVASI HASIL
A. Melihat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka meningkatkan sumber daya
pada anggota
B. Melihat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka menyediakan kesempatan
pada anggota
C. Melihat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka meningkatkan pengetahuan
pada anggota
D. Melihat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka memberikan keterampilan
pada anggota
E. Melihat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka melakukan kegiatan produksi
F. Melihat sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka
HASIL OBSERVASI
Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT)
Cempaka di RW 02 Kelurahan Petukangan Selatan
WAKTU HASIL
Senin, 16 Februari 2015 Peneliti datang ke kebun Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka pada pukul 13.40 untuk memberikan
surat izin penelitian kepada Ketua Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka yaitu Ibu Hj. Satimin. Sesampainya
dikebun, peneliti melihat pagar kebun terkunci dan tidak
ada orang maka dari itu peneliti mencoba menghubungi
kembali Ibu Hj. Satimin yang ternyata beliau sudah
berangkat menuju ke sekretariat RW 02 yang kebetulan
pula ternyata beliau merangkap sebagai ketua RW 02,
Kelurahan Petukangan Selatan. Sebelum berangkat peneliti
mengamati kebun Wanita Tani (KWT) Cempaka yang
didalamnya ada berbagai jenis tanaman sayuran dan buah-
buahan, selain itu juga peneliti melihat didalam kebun ada
dua jalan yang menuju rumah pondok yang dominan
berwarna hijau dan tidak terlalu besar dengan dua pintu
yang tertutup.
Setelah diberitahu dan dibimbing melalui telepon
saya menuju ke sekretariat RW 02 yang jaraknya kira-kira
sekitar 500 meter dari kebun Wanita Tani (KWT)
Cempaka. Sesampainya disana peneliti bertemu dengan Ibu
Hj. Satimin dan juga ada pembina atau penyuluh yang
bernama Sri Suryati yang akrab disapa Mba Isur. Peneliti
berkenalan dan menyampaikan maksud dan tujuan untuk
melakukan penelitian skripsi, setelah saya menyampaikan
maksud dan tujuan saya, Ibu Hj. Satimin menerima peneliti
untuk penelitian di KWT Cempaka.
Peneliti mendengar Ibu Hj. Satimin menyampaikan
bahwa Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini
melakukan pertemuan rutin dalam waktu satu bulan sekali
namun terkadang sering juga melihat situasi dan kondisi.
Apabila kelompok ingin konsultasi atas permasalahan atau
kebutuhan kelompok namun pertemuan rutin sudah
terlaksana di satu bulan tersebut, maka Ibu Hj. Satimin
mengatur waktu untuk pertemuan kembali bersama
penyuluh. Hal serupa juga ditembahkan oleh Mba Isur
selaku penyuluh, peneliti mendengar beliau menyampaikan
bahwa penyuluh akan selalu siap apabila kelompok
membutuhkan.
Selasa, 17 Februari 2015 Peneliti datang ke Kebun Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka pada pukul 14.00 WIB, peneliti
menghadiri pertemuan rutin Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka yang dilaksanakan setiap satu bulan
sekali pada pertengahan bulan. Ketika peneliti sampai di
kebun kelompok, peneliti masuk ke dalam rumah pondok
dan melihat sudah ada 10 anggota yang sudah hadir dan
satu penyuluh bernama ibu Emil sedang memperhatikan
demo alat masak. Peneliti mengamati ada satu meja bulat,
dua meja persegi panjang, kursi lipat, bangku kayu, lemari
etalase yang didalamnya terdapat jahe instan serta beberapa
kerajinan tangan, tempat tidur pemeriksaan yang sudah
tidak terpakai, dan beberapa alat masak.
Beberapa saat kemudian ada dua penyuluh datang
yang bernama Ibu Sri Suryati yang suka dipanggil mba Isur
dan Pak Ghausal diikuti 5 anggota kelompok lainnya yang
baru hadir pula. Kegiatan dimulai dengan sambutan-
sambutan dari mulai ketua kelompok dan penyuluh.
Setelah sambutan dari penyuluh selesai peneliti diberi
kesempatan untuk menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian kepada para penyuluh, pengurus, serta anggota
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka, Alhamdulillah
peneliti diterima dan disambut baik oleh para penyuluh,
pengurus dan anggota untuk melaksanakan penelitian
disini. Kegiatan selanjutnya yaitu Ibu Emil selaku
penyuluh memberikan gambaran materi seputar Bina
Keluarga Remaja kepada anggota kelompok yang
semuanya ibu-ibu rumah tangga, materi lengkapnya akan
diberikan di pertemuan berikutnya. Kemudian kegiatan
selanjutnya yaitu mempraktekkan membuat keterampilan
memasak makanan atau puding dari bahan dasar kangkung
hasil panen di kebun dan wortel. Peneliti melihat anggota
begitu antusias untuk mempraktekkan pembuatan puding
tersebut.
Peneliti melihat dan mengamati tahapan pemberian
keterampilan ini dimulai dari tahap persiapan, dimana
tahap ini para anggota kelompok menyiapakan alat dan
bahan, setelah alat dan bahan sudah siap maka tahap
selanjutnya penyuluh memberikan gambaran teori terlebih
dahulu mengenai kangkung dan wortel termasuk juga cara
agar puding tidak bau langu maka wortel dicampurkan
dengan jus apel sedikit kemudian setelah pemberian teori
tersebut maka selanjutnya tahap praktek, tahap ini anggota
melakukan pembuatan puding kangkung dan wortel itu
dengan mengikuti cara yang ada di hand out yang sudah
diberikan sebelumnya. Ketika puding tersebut sudah
matang dan didinginkan lalu puding tersebut dikemas
dengan menggunakan cup pelastik yang ada tutupnya.
Peneliti mendengar ketua kelompok membicarakan
bahwa puding ini sebagai contoh untuk kedepannya di
produksi. Peneliti melihat ketua menyuruh seksi produksi
untuk menghitung anggaran dasar sampai hasil akhir
pembuatan untuk bisa dinilai berapa harga jualnya untuk
kedepannya anggota bisa menjual puding ini dan hasilnya
bisa meningkatkan pendapatan anggota. Setelah selesai
dihitung, kegiatan selanjutnya yaitu makan bersama,
peneliti mendengar bahwa makanan tersebut telah
dipersiapkan oleh anggota yang sengaja dipersiapkan setiap
pertemuan kelompok. Setelah semua selesai makan, maka
kegiatan ditutup dengan pembacaan doa.
Senin, 9 Maret 2015 Hari ini peneliti berangkat menuju kebun Kelompok
Wanita (KWT) Cempaka dan peneliti tiba disana pada
pukul 10.00 WIB. Setelah sesampainya disana, ternyata
kebunnya ditutup dan tidak terlihat ada orang disana, maka
dari itu peneliti menghubungi Ibu Hj. Satimin yang
ternyata memang beliau tidak berada dikebun, beliau
berkata bahwa ia sedang di sekretariat RW 02 dan
kemudian peneliti berangkat menuju sekretariat untuk
bertemu beliau.
Pada hari ini peneliti ingin bertanya-tanya mengenai
awal pembentukan Kelompok Wanita (KWT) Cempaka,
peneliti mendengarkan penuturan beliau pada awal
mulanya Ibu Hj. Sunarti Satimin ini merupakan ibu rumah
tangga yang sangat gemar mengkonsumsi minuman
tradisional, beliau biasa mengolah rempah-rempah seperti
jahe dengan cara yang sederhana, hanya dengan di rebus
bersama air dan menambahkan gula sedikit kedalamnya.
Kecintaannya terhadap minuman tradisional membuatnya
ingin mengembangkan produk minuman tradisional ini.
Dari sinilah beliau memulai usahanya, karena beliau
merasa minuman tradisional sangat baik bagi tubuh dan
banyak manfaat yang ada dalam kandungannya. Beliau
ingin membuat minuman tradisional yang lezat untuk
dikonsumsi dan akhirnya beliau memutuskan untuk
menggeluti usaha dalam bidang minuman tradisional
seperti sekarang ini seperti bir pletok dan jahe instan.
Beliau memutuskan untuk mengajak anggota
kelompoknya untuk membantu dalam usaha ini. Kelompok
Wanita Tani (KWT) Cempaka ini memang sudah terbentuk
sebelumnya, berawal dari himbauan Suku Dinas Pertanian
Jakarta Selatan yang mengharuskan agar setiap kelurahan
harus membentuk kelompok tani. Sehingga terbentuklah
kelompok tani petukangan selatan yang dinamakan
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka dengan anggota
awal sebanyak 15 orang dan diketuai oleh Hj. Sunarti
Satimin.
Memutuskan mendirikan usaha ini pun dikarenakan
beliau merasa usaha ini tidak membutuhkan modal yang
besar, beliau memulai usaha ini dengan modal satu juta
rupiah tetapi hasil produksinya memiliki nilai jual yang
tinggi sehingga bisa menambah pemasukan. Bahan-bahan
yang digunakan juga mudah didapat dan tidak memerlukan
alat-alat yang canggih hanya memerlukan alat yang
sederhana. Selain itu beliau juga ingin memanfaatkan
sumber daya masyarakat yang ada agar lebih produktif,
terutama ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki
pekerjaan dan ingin menambah penghasilan. Seperi inilah
hasil yang peneliti dapatkan pada hari ini.
Rabu, 18 Maret 2015
Peneliti tiba di kebun KWT Cempaka pada pukul
8.20 WIB, kegiatan yang dilakukan pada hari ini yaitu
melatih keterampilan dalam pembuatan kue pastel mini
kering. Sebelum praktek dimulai peneliti berbincang
dengan salah satu anggota kelompok bernama Ibu Yani,
dalam pembicaraan kami peneliti mendengar Ibu Yani
menyampaikan kegiatan praktek seperti ini tidak hanya
dilaksanakan ketika saat pertemuan rutin saja, akan tetapi
jika kondisinya tepat dan sesuai dengan keputusan dalam
musyawarah jika kita ingin melaksanakan praktek
pembuatan hasil olahan makanan atau minuman maka
kegiatan praktek ini dilaksanakan.
Karena menjelang datangnya bulan Ramadhan,
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka ini berinisiatif
untuk memasarkan produk olahan hasil panennya maupun
bukan hasil panen. Beliau juga mengatakan jika menjelang
bulan puasa pasti pesanan produk olahan kami meningkat
seperti keripik dan kue-kue kering lainnya selain itu
minuman bir pletok dan instan jahe juga tidak kalah
diminati.
Pada pukul 09.00 WIB kegiatan ini baru dimulai,
peneliti melihat Ibu Yani diberi kesempatan untuk
memimpin praktrek hari ini, beliau menjelaskan kepada
anggota lain apa saja yang diperlukan dari mulai bahan-
bahan, berapa takaran masing-masing bahan serta
bagimana langkah-langkahnya pembuatannya. Setelah Ibu
Yani menjelaskan lalu anggota kelompok
mempraktekkannya. Disini juga partisipasi ibu-ibu anggota
kelompok sangat dperlukan, peneliti melihat ibu-ibu
anggota kelompok ini cukup partisipatif dalam mengikuti
praktek ini. Masing-masng ibu-ibu disni belajar melipat
agar agar kue pastel ini tidak terbuka saat digoreng.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat dan
mengamati bagaimana seksi produksi mengambil alih
untuk menghitung mulai dari budget awal sampai
kemudian harga yang pantas untuk dipasarkan. Kemudian
setelah dibagi dan dihitung hasil praktek kali ini
mendapatkan sebelas bungkus dan setiap bungkusnya
tersebut dihargai sepuluh ribu rupiah. Hasil praktek ini
langsung dipasarkan melalui warung-warung disekitar, jika
memang laku maka praktek ini bisa menjadi salah satu
bentuk usaha baru lagi dalam meningkatkan hasil
pendapatan ibu-ibu anggota kelompok.
Selasa, 14 April 2015 Kegiatan hari ini peneliti menghadiri pertemuan
kelompok yang di laksanakan di rumah Ibu Yono, karena
peneliti tidak mengetahui tepat dimana rumah ibu Yono
maka peneliti janjian untuk berangkat bersama dengan ibu
Hj. Satimin. Pada pukul 13.00 peneliti tiba dirumah ibu Hj.
Satimin, sesampainya dirumah beliau peneliti dipersilahkan
masuk dan menunggu ibu Hj. Satimin untuk bersiap-siap.
Setalah ibu Hj. Satimin siap, maka peneliti bersama
dengan beliau langsung berangkat menuju rumah ibu Yono
untuk pertemuan kelompok. Setibanya dirumah ibu Yono
peneliti disambut baik oleh ibu-ibu yang telah terlebih
dahulu hadir. Sebelum acara dimulai peneliti mengambil
kesempatan untuk mewawancarai sebentar pengurus
Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka. Peneliti
mewawancarai ibu Juwarsih dan Ibu Hartati Hadi selaku
pengurus mengenai gambaran umum Kelompok Wanita
Tani (KWT) Cempaka.
Setelah wawancara selesai kemudian acara dimulai
dengan diawali sambutan dari perwakilan divisi, ketua
kelompok dan juga penyuluh yaitu ibu Emil. Setelah
sambutan selesai dilanjutkan lagi dengan pemberian
pengetahuan mengenai bina keluarga remaja, peneliti
mendengar dimana materi ini menyampaikan tentang
parenting skill untuk menjadi pendengar yang baik bagi
anak-anaknya. Pada materi kali ini, penyuluh memberikan
kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan materi
yang sebelumnya sudah diberi oleh Ibu Emil untuk
dipelajari lalu diinformasikan kembali kepada anggota
yang lain. Peneliti mendengar Ibu Emil menyatakan ini
bertujuan agar para perempuan atau ibu-ibu ini bisa
mengembangkan daya fikirnya dan membangun
kepercayaan diri dalam berbicara didepan khalayak umum.
Pemateri memberikan contoh sebagai berikut,
ketika anak bercerita kepada orangtua mengenai ia dijauhi
oleh teman-temannya, maka orangtua tidak boleh langsung
menjudge anak tersebut salah, melainkan orangtua harus
mendengarkan dan menggali apa yang menjadi sebab si
anak dijauhi oleh temannya, orang tua harus memberikan
saran apabila si anak melakukan A maka hasilnya begini,
dan jika anak melakukan B maka hasilnya pun begini. Pada
akhirnya si anaklah yang harus menentukan apa yang harus
ia lakukan pada hal ini disebut dengan self determination.
Selasa, 21 April 2015 Pada hari ini peneliti tiba di kebun Kelompok
Wanita Tani Cempaka pada pukul 10.00 untuk menghadiri
pertemuan kelompok. Namun, ada yang berbeda pada
pertemuan kali ini, karena hari ini bertepatan dengan Hari
Kartini, semua anggota diharuskan memakai baju kebaya
dan nanti di akhir pertemuan akan ada pemilihan juara satu,
dua, dan tiga yang dipilih karena total dalam memakai
kebaya beserta kain sebagai roknya dan Ibu Satimin selaku
ketua kelompok sudah menyiapkan hadiah untuk hal
tersebut.
Kegiatan yang dilakukan hari ini adalah
memberikan ketrampilan kerajinan tangan dari bahan dasar
koran bekas menjadi sesuatu yang berguna. Yang
memberikan keterampilan ini adalah Ibu Surip. Beliau
merupakan pelatih dari luar yang di undang untuk
mengajarkan keterampilan ini kepada para anggota
kelompok. peneliti mendengar Ibu Surip mengatakan
bahwa kegiatan praktek langsung seperti ini sangat
memudahkan para anggota bisa cepat tangkap. Karena
kebanyakan juga yang diberikan keterampilan ini ibu-ibu
yang sudah berumur sehingga kalau praktek lebih cepat
diserap dari pada kita memberikan teori dulu.
Bahan yang diperlukan dalam membuat kerajinan
tangan ini adalah koran bekas yang di potong beberapa
bagian, lem fox, paralon kecil, dan juga bambu panjang
yang sudah diserut untuk melilit koran. Kerajinan tangan
ini akhirnya bisa dibentuk menjadi tempat tissue, nampan,
tempat buah, tempat menaruh air mineral kemasan gelas,
dan juga bisa dibuat menjadi meja kecil. Peneliti melihat
para anggota kelompok sangat aktif dalam praktek
keterampilan ini, dimana semua anggota ikut partisipasi
membuatnya.
Rabu, 16 September 2015 Pada hari ini peneliti mengahadiri pertemuan
kelompok pada pukul 13.00. pertemuan kelompok hari ini
diisi dengan pemberian materi mengenai bina keluarga
remaja dimana Ibu Rohana selaku kader memberikan
materinya. Acara ini dimulai dengan sambutan oleh ketua
kelompok yang langsung dilanjutkan dengan pemberian
materi. Peneliti mendengar Ibu Rohana menjelaskan
tentang peran keluarga (orang tua) dalam membina akhlak
remaja dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, dalam hal ini orang tua harus menjadi contoh yang
baik dengan memberikan bimbingan serta pengawasan
sehingga para remaja terbiasa berakhlak baik, selain itu
meningkatkan interaksi komunikasi dua arah . dimana
orang tua dituntut untuk berperan sebagai motivator dalam
mengembangkan kondisi-kondis yang positif untuk
dimiliki oleh remaja sehingga perilaku mereka tidak
menyimpang dari norma-norma agama, hukum, maupun
kesusilaan.
Selain itu materi yang disampaikan juga mengenai
aspek yang perlu diperhatikan dalam membina hubungan
baik dengan keluarga terutama orang tua dengan remaja
sebagai anak dalam keluarga. Beberapa aspek tersebut
adalah adanya sikap saling menghargai dan menghormati
hak dan kewajiban antar anggota keluarga, adanya toleransi
anak terhadap orangtua maupun sebaliknya, adanya
keterbukaan dan komunikasi yang baik antara anak dan
orang tua sehingga orang tua memliki kepercayaan penuh
terhadap apa yang dilakukan anak di luar sepengetahuan
mereka.
Peneliti melihat dalam pemberian materi ini para
anggota benar-benar mendengarkan dan memahami apa
yang disampaikan. Hal tersebut juga dikarenakan para
anggota ini semuanya adalah ibu-ibu. Peneliti pun melihat
keaktifan para anggota dengan banyaknya pertanyaan yang
diajukan selama penyampaian materi. Peneliti mendengar
salah satu anggota mengatakan bahwa ia sangat senang
dengan adanya penyuluhan bina keluarga remaja ini karena
kita belajar karena ini sangat membantunya dalam
mendidik anaknya dengan cara yang baik.
PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI
NO DOKUMEN YANG
DIKAJI
DOKUMEN
TERLAMPIR
DOKUMEN
HANYA DILIHAT
(TIDAK
DILAMPIRKAN)
KESIMPULAN
TERHADAP
DOKUMEN
A. Meningkatkan sumber
daya perempuan
melalui Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
1. Buku jadwal kegiatan
kelompok.
2. Buku panduan
pemberdayaan.
B. Menyediakan
kesempatan perempuan
melalui Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka.
1. Sertifikat kelayakan
usaha.
2. Sertifikat Merk.
3. Hasil analisa AP4,
(Agricultural Product
Processing Pilot Plants)
4. Sertifikat halal.
5. Sertifikat juara lomba
C. Meningkatkan
pengetahuan
perempuan melalui
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka.
1. Hand Out materi.
2. Laporan kehadiran
penyuluh.
D. Meningkatkan
keterampilan
perempuan melalui
Kelompok Wanita Tani
(KWT) Cempaka.
1. Jadwal kegiatan
praktek.
2. Buku inovasi olahan
hasil pasca panen.
E. Profil Kelompok.
CATATAN HASIL STUDI DOKUMENTASI
NO DOKUMEN YANG
DIKAJI
DOKUMEN
TERLAMPIR
DOKUMEN
HANYA DILIHAT
(TIDAK
DILAMPIRKAN)
KESIMPULAN
TERHADAP
DOKUMEN
A. Meningkatkan
sumber daya
perempuan melalui
Kelompok Wanita
Tani (KWT)
Cempaka.
1. Buku jadwal
kegiatan kelompok.
2. Buku panduan
pemberdayaan.
√
√
Buku jadwal
kegiatan ini dibuat
agar kagiatan yang
dilakukan terjadwal
dan sudah tersusun,
namun kadang kala
kegiatan yang
dilakukan tidak
sesuai dengan apa
yang sudah terjadwal
ini dikarenakan
kondidi tertentu.
Penyuluh
menggunakan buku
panduan
pemberdayaan dalam
melakukan
penyuluhannya di
KWT Cempaka ini,
buku ini berisikan
mengenai tujuan,
strategi, tahapan
pemberdayaan yang
harus dilakukan.
B. Menyediakan
kesempatan
perempuan melalui
Kelompok Wanita
Tani (KWT)
Cempaka.
1. Sertifikat
kelayakan usaha.
2. Sertifikat Merk.
3. Hasil analisa AP4,
(Agricultural
Product Processing
Pilot Plants).
4. Sertifikat halal.
5. Sertifikat juara
lomba
√
√
√
(beberapa saja)
√
√
Menunjukkan bahwa
usaha kelompok
dalam pengolahan
hasil pasca panen ini
layak menjadi usaha
yang menghasilkan
pendapatan.
Sertifikat merk ini
sangat penting,
karena ini bentuk
dari mematenkan
nama merk untuk
produk yang di
produksi oleh KWT
Cempaka.
Hasil analisa ini
menunjukkan bahwa
kandungan yang
terdapat dalam
produk bir pletok ini
tidak terdapat
mikroba sehingga
aman untuk
dikonsumsi dan di
pasarkan.
Sertifikat halal ini
juga sangat penting,
karena konsumennya
pun beragam,
sehingga untuk para
muslim dan
muslimah tidak
khawatir untuk
mengkonsumsi
produk hasil olahan
KWT Cempaka
karena sudah
terbukti halal, dan
sertifikat halal ini
selalu diperbaharui
secara periodik.
Kelompok Wanita
Tani (KWT)
Cempaka sudah
sering memgikuti
berbagai lomba yang
diadakan oleh
berbagai pihak, dan
sering kali
Kelompok ini
mendapatkan juara.
Ini membuktikan
eksistensi dan
kualitas yang
dimiliki Kelompok
Wanita Tani (KWT)
Cempaka baik.
C. Meningkatkan
pengetahuan
perempuan melalui
Kelompok Wanita
Tani (KWT)
Cempaka.
1. Hand Out materi.
2. Laporan kehadiran
penyuluh.
√
√
Hand out materi ini
selalu dipersiapkan
oleh penyuluh dalam
pemberian materi
untuk anggota, dan
hand out ini selalu
diberikan kepada
anggota agar
anggota bisa
mempelajarinya lagi
dirumah.
Laporan kehadiran
penyuluh ini selalu
ada dan
ditandatangani oleh
ketua kelompok, ini
agar menjadi bukti
bahwa penyuluh
melakukan
penyuluhan kepada
anggota KWT
Cempaka.
D. Meningkatkan
keterampilan
perempuan melalui
Kelompok Wanita
Tani (KWT)
Cempaka.
1. Jadwal kegiatan
praktik.
2. Buku inovasi
olahan hasil pasca
panen.
-
-
√
Peneliti tidak
menemukan buku
atau catatan jadwal
kegiatan praktik
yang dilakukan oleh
Kelompok Wanita
Tani (KWT)
Cempaka.
Penyuluh
mempunyai buku
inovasi resep-resep
olahan hasil pasca
panen, dimana buku
ini untuk menjadi
panduan para
penyuluh dalam
mengajarkan
anggota bagaimana
mengolah hasil
pasca panen menajdi
suatu produk olahan
makanan dan
minuman yang
mempunyai nilai jual
lebih tinggi.
E. Buku profil
Kelompok.
√ Peneliti melihat
buku profil KWT
Cempaka untuk
membandingkan
data kelompok dan
mengecek suatu
informasi mengenai
kelompok untuk
mengetahui
kebenarannya.
Peneliti menemukan
informasi bahwa
pengurus KWT
Cempaka tidak
pernah ada
pergantian pengurus,
sehingga anggota
yang lain pengurus
KWT Cempaka
tidak pernah ada
pergantian pengurus.