Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

10
1 Pembentukan dan Differensiasi Kuning Telur Ikan Adi Sucipto I. PENDAHULUAN Kuning telur atau yolk atau disebut juga deutoplasma merupakan bahan makanan cadangan telur. Bahan makanan ini dilindungi oleh membran yang disebut yolk sac. Pembentukan kuning telur merupakan salah satu bagian penting dalam proses pematangan gonad dan ovulasi pada ikan betina. Oleh karenanya, maka tulisan ini diawali dengan kupasan secara singkat proses tersebut dan perbedaan mendasar antar keduanya. Dengan gambaran tersebut, akan terlihat posisi vitelogenesis secara lugas. Vitellogenesis, dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari luar sel, yakni kuning telur atau vitelogenin, oleh karena itu maka kualitas telur sangat ditentukan selama proses tersebut berlangsung. Beberapa faktor seperti kualitas pakan, lingkungan dan aktifitas hormon sangat berperan untuk menunjang keberhasilan proses tersebut (Fujaya, 2004). Penelitian pada ikan medaka (Oryzias latipes) menunjukkan bahwa cahaya dan suhu berpengaruh terhadap http://www.adisucipto.com/aquatika/pembentukan-dan- diferensiasi-kuning-telur-ikan.html

description

Artikel tentang pembentukan dan differensiasi kuning telur ikan. See more at http://www.adisucipto.com

Transcript of Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

Page 1: Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

1

Pembentukan dan Differensiasi

Kuning Telur Ikan

Adi Sucipto

I. PENDAHULUAN

Kuning telur atau yolk atau disebut juga deutoplasma merupakan bahan

makanan cadangan telur. Bahan makanan ini dilindungi oleh membran yang

disebut yolk sac. Pembentukan kuning telur merupakan salah satu bagian penting

dalam proses pematangan gonad dan ovulasi pada ikan betina. Oleh karenanya,

maka tulisan ini diawali dengan kupasan secara singkat proses tersebut dan

perbedaan mendasar antar keduanya. Dengan gambaran tersebut, akan terlihat

posisi vitelogenesis secara lugas.

Vitellogenesis, dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma

yang berasal dari luar sel, yakni kuning telur atau vitelogenin, oleh karena itu

maka kualitas telur sangat ditentukan selama proses tersebut

berlangsung. Beberapa faktor seperti kualitas pakan, lingkungan dan aktifitas

hormon sangat berperan untuk menunjang keberhasilan proses tersebut (Fujaya,

2004). Penelitian pada ikan medaka (Oryzias latipes) menunjukkan bahwa cahaya

dan suhu berpengaruh terhadap kualitas telur dan interval pemijahan (Kogera et

al., 1999).

II. VITELLOGENESIS

Selama proses vitelogenesis akan terjadi penambahan ketebalan pada zona

radiata, sel-sel granulosa dan teka. Sel-sel teka inilah yang nanti bertanggung

jawab dalam sintesis 17α-Hidroksiprogesteron dan testosteron. Oleh sel-sel

granulosa, hormon tersebut diubah menjadi 17α, 20β-dihidroksi-4-pregnen-3-one

(17,20-P) dan estradiol-17β. Sirkulasi estradiol-17β mengatur pengembangan

beberapa gen vitelogenin (Vg) (Fujaya, 2004).

Vitelogenesis dan diferensiasi oosit diawali dengan adanya sinyal

lingkungan seperti hujan, perubahan suhu atau katersedian substrat untuk

http://www.adisucipto.com/aquatika/pembentukan-dan-diferensiasi-kuning-telur-ikan.html

Page 2: Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

2

penempelan telur yang diterima oleh sistem syaraf pusat dan diteruskan ke

hipotalamus.  Hipotalamus akan merespon sinyal tersebut dengan melepaskan

GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang bekerja di kelenjar

hipofisis. Selanjutnya kelenjar hipofisis akan melepaskan hormon gonadotropin I

yang bekerja di lapisan teka pada oosit (Zairin, 2003). Penulis lain menamakan

hormon tersebut dengan GTH I (Tang dan affandi, 2006) atau Yaron dan Siva

(2006) menyebutnya sebagai follicle stimulating hormone (FSH).  Bahkan secara

spesifik, Tang dan Affandi (2006) menjelaskan bahwa penamaan GTH berlaku

untuk ikan, sedangkan FSH berlaku untuk tetrapoda. Bagi penulis, keduanya tidak

berbeda; GTH I dapat disebut juga FSH. Dan dalam perkembangan telur

berikutnya, GTH II dapat disebut juga luteinizing hormone (LH). Yang diperlukan

adalah konsistensi dalam memberikan nama dan dalam penggunaannya.

Gambar 1. Aktifitas hormon dalam vitelogenesis, pematangan akhir dan ovulasi pada proses reproduksi ikan (Saya gambar ulang dari Yaron dan Sivan, 2006)

Akibat kerja hormon gonadotropin I, lapisan teka akan mensintesis

testosteron dan di lapisan granulosa, testosteron akan diubah menjadi estradiol-

17β oleh enzim aromatase. Estradiol-17β akan merangsang hati untuk mensintesis

vitelogenin yang merupakan bakal kuning telur.  Melalui aliran darah, vitelogenin

akan diserap secara selektif oleh lapisan folikel oosit (Zairin, 2003; Yaron dan

Sivan, 2006). Proses inilah yang dikenal dengan vitelogenesis, sedangkan proses

selanjutnya adalah pematangan akhir yang di dalamnya terjadi pergerakan inti

telur ke tepi, peleburan inti atau germinal vesicle break down (GVGD) dan

http://www.adisucipto.com/aquatika/pembentukan-dan-diferensiasi-kuning-telur-ikan.html

Page 3: Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

3

ovulasi yang ditandai dengan pecahnya lapisan folikel dan keluarnya telur ke

dalam rongga ovari (Zairin, 2003; Santos, et al., 2005; Yaron dan Sivan, 2006)

(Gambar 1). Pada udang, prosesnya tersaji dalam Gambar 2 (Zairin, 2006).

Gambar 2.   Aktifitas hormon dalam vitelogenesis pada udang (Zairin, 2006)

Perkembangan telur dapat ditelusuri melalui analisis histology karena dapat

mengetahui tahapan vitelogenesisnya, seperti yang telah dilakukan oleh Santos et

al. (2005)pada ikan Characiform, oligosarcus hepsetus yang berasal dari waduk di

Brazil. Oogenesis atau perkembangan telur dimulai dengan berkembangnya oosit

sebagai hasil dari perkembangan karakter-karakter pada sel-sel

germinatif. Terdapat delapan fase perkembangan oosit yang diamati pada betina

O. hepsetus (Gambar 3). Gambaran lainnya juga telah diteliti oleh peneliti lain,

seperti pada ikan lele (Clarias gariepinus) (Graaf dan Janssen, 1996).

Fase I: oogonia (Gambar 3A). Sel-selnya berbentuk oval dan berukuran kecil (7.5-

10 μm). Pada saat ini terlihat adanya nucleolus kromatin (cn) dan tahap

awal perinukleolus (ep). 

Fase II: oosit nucleolus kromatin (Gambar 3A).  Pada fase ini terdapat sedikit

sitoplasma, dan posisi inti sudah mulai nampak. Oosit sudah berukuran 20-

30 μm.

http://www.adisucipto.com/aquatika/pembentukan-dan-diferensiasi-kuning-telur-ikan.html

Page 4: Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

4

Fase III: tahap awal oosit perinukleolus (Gambar 3A).  Pada fase ini, ukurannya

sudah bertambah menjadi 38-48 μm dan sudah mempunyai sitoplasma

basofil dan membrane sel yang disebut karioteka.

Fase IV: tahap akhir oosit perinukleolus. Oosit berukuran 69-85 μm.

Gambar 3. Analisa jaringan ovari O. hepsetus untuk menunjukkan perkembangan oosit dan folikel post-ovulatori. (A) Oogonia (panah), tahap nukleolus kromatin (cn), tahap awal perinukleolus (ep), skala bar = 30 μm. (B) Tahap vesikel oosit, menunjukkan adanya vesikel kuning telur (panah), nukleolus (n), skala bar = 30 μm. (C) Oosit vitellogenik, kortical alveoli (ca), nukleus (n), skala bar = 250 μm. (D) Folikel post-ovulatory (pof), sel follikel (f), zona radiata (z), globula kuning telur (yg), skala bar = 30 µm. (E) Oosit matang , sel follikel (f), zona radiata (z), globula kuning telur (yg), skala bar = 30 μm. (F) Follikel menunjukkan atresia dengan permulaan zona radiata hingga deteriorat (panah), skala bar = 250 µm.

http://www.adisucipto.com/aquatika/pembentukan-dan-diferensiasi-kuning-telur-ikan.html

Page 5: Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

5

Fase V: vesikel kuning telur (Gambar 3B).  Oosit berukuran 195-210 μm, bentuk

nucleus tidak beraturan dan posisi nukleoli berada di zona

peripheral. Zona radiata atau korion, berada antara oosit dan sel folikel.

Fase VI: vitelogenesis (Gambar 3C). Oosit berukuran antara 570-750 μm dan

menunjukkan adanya deposisi ekstra-vesikular kuning telur didalam zona

radiate. Nukleus mempunyai garis tepi yang tidak beraturan dan

mengandung beberapa nucleolus periferikal.

Fase VII: oosit vitellogenik (matang) (Gambar 3E).  Ukuran sel ovari menjadi

(850-1020 μm) dan mempunyai granula protein kuning telur (protein

vitellus) dan vesikel kortikal (lipid vitellus).  Ukuran vesikel kuning telur

bertambah, demikian juga dengan granula kuning telur.

Fase VIII: folikel post-ovulatory (Gambar 3D).  Setelah matang, folikel pecah dan

oosit dilepaskan. Peneliti lain menyebutkan tahap ini dengan istilah GVBD

(germinal vesicle break down) (Zairin, 2003).

Setelah itu, folikel mengalami atresia (Gambar 3 F). Bentuknya tidak

beraturan akibat dari pecahnya zona radiate atau korion yang diakhiri dengan

proses fagositosis.

III. SINTESIS DAN TRANSPORTASI VITELOGENIN

Selama perkembangan oosit, vitelogenin (Vg) disintesis di hati dibawah

rangsangan hormon estrogen.  Sekresi vitelogenin diairkan melalui aliran darah

dalam bentuk persenyawaan dengan Ca2+ (Yaron dan Sivan, 2006). Pada beberapa

spesies, rangsangan hormon estrogen (seperti estradiol-17β) dapat menyebabkan

peningkatan konsentrasi plasma dari vitelogenin (prekursor protein kuning telur

yang diproduksi oleh hati), tetapi tidak menyebabkan bergabungnya vitelogenin

ke dalam butiran kuning telur dengan oosit (Davy dan Chouinard dalam Tang dan

Affandi, 2006). 

Vitelogenin adalah bakal kuning telur yang merupakan komponen utama

dari oosit yang sudah tumbuh dan dihasilkan di hati.  Vitelogenin ini berupa

glikoposfoprotein yang mengandung kira-kira 20% lemak, terutama posfolipid,

trigliserida dan kolesterol.  Bobot molekul vitelogenin berkisar antara 200 kDa

pada ikan salmon (Tang dan Affandi, 2006).

http://www.adisucipto.com/aquatika/pembentukan-dan-diferensiasi-kuning-telur-ikan.html

Page 6: Pembentukan Dan Differensiasi Kuning Telur Ikan

6

Vitelogenin ikan mengandung sejumlah gugus fosfat, beberapa

diantaranya berupa fosfor protein yang diendapkan sebagao posvitin.  Berbeda

dengan kandungan fosfat, kandungan lipid pada ikan biasanya sekitar dua kali

lebih banyak dibanding kelompok hewan vertebrata lainnya.  Kandungan lipid

sekitar 20% berdasar bobot ikan, tergantung pola hidup dan kebiasaan makannya.

Ikan mas koki mempunyai kandungan lipid 21%, sedangkan pada rainbow trout

dan sea trout masing-masing 21% dan 19% (Tang dan Affandi, 2006).

Material lipida yang kemudian membentuk lipovitelin kuning telur ini

dapat digolongkan sebagai polar lipid/lipida kutub. Pada vitelogenin rainbow

trout, lipida kutub menyusun sampai 82% dari total vitelogenin (Tang dan

Affandi, 2006).

PUSTAKA

de Graaf, G and Janssen, H. Artificial Reproduction and Pond Rearing of the African Catfish Clarias Gariepinus in Sub-Saharan Africa - A Handbook. Fisheries technical paper. FAO.  Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

Ding, J.L. 2005. Vitellogenesis and vitellogenin uptake into oocytes (molecular aspects of fish and marine biology-vol. 4). P: 254-276. In: Hormones and their receptors in fish reproduction, Melamed, P., and Sherwood, N., (Eds.). World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. Singapore.

Hadadi, A., Mundayana, Y., Pogram, Supriatna, T., Ridwan, E., dan Setyorini. 2004. Rekayasa formulasi pakan induk dan benih ikan mas (cyprinus carpio). Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi

Kogera, C.S., Teha, S.J., and Hinton, D.E. 1999.  Biology of Reproduction, 61: 1287-1293. Society for the Study of Reproduction, Inc.

Santos, R. N., Andrade, C. C., Santos, A. F. G. N., Santos, l. N. and Araújo, F. G. 2005. Hystological analysis of ovarian development of the characiform Oligosarcus hepsetus (cuvier, 1829) in a brazilian reservoir. Braz. J. Biol., 65(1): 169-177

Zairin, M., Jr. 2003. Endokrinologi dan peranannya bagi masa depan perikanan Indonesia. Orasi ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.  Institut Pertanian Bogor. 71 halaman.

http://www.adisucipto.com/aquatika/pembentukan-dan-diferensiasi-kuning-telur-ikan.html