PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT · PDF file(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi...
Transcript of PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT · PDF file(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo
Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Biologi
Oleh :
Sumiati
S830809222
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo
Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Sumiati
S830809222
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ____________ ______ NIP. 195201161980031001
Pembimbing II : Prof. Drs.Sutarno, M.Sc., Ph.D ____________ ______ NIP. 196008091986121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo
Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
Sumiati
S830809222
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal, ……………………….
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Ashadi ………………………
Sekretaris Dra. Suparmi , MA.Ph.D .……………………...
Anggota Penguji 1.Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M .Pd. ………………………
2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D ……………………....
Surakarta,…………………. Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains
Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195708201985031004 NIP. 19520116198003100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Sumiati
NIM : S830809222
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments) MenggunakanPermainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Sumiati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN BOLOGI
DENGAN METODE TGT (Teams Games Tournaments) MENGGUNAKAN
PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI
MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Sistem koordinasi pada manusia,
Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2010/2011)
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada
Program Pascasarjana.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah
memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
4. Pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian
ini.
5. Pembimbing kedua Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing
kedua yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan
laporan penelitian ini.
6. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
8. Kepala Sekolah SMPN 2 Tambakrejo yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Kepala Sekolah SMPN 2 Purwosari yang telah memberi kesempatan penulis
untuk mengadakan try out penelitian.
10. Siswa Kelas IX-B dan IX-C SMP N 2 Tambakrejo atas kerjasama yang telah
diberikan saat pengambilan data.
11. Suamiku dan putriku tersayang Qirania Zhafira, yang telah memberikan
dorongan, kasih sayang yang tulus dan doanya selama proses penyusunan tesis.
12. Bu Sri Rahayu, Bu Agin. serta Bu Puji yang talah menjadi semangat
seperjuangan dalam menempuh program pasca sarjana dan senasip
sepenanggungan dalam menyelesaikan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
13. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana atas kerja
sama dan kekompakannya.
14. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih
baik di sisi Allah SWT.
Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya,
semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya
pendidikan Biologi.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL............................................................................................................... i
PERSETUJUAN .............................................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
ABSTRAK ........................................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 11
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian.......................................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 14
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 16
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran .............................................................. 16
2. Pembelajaran Kooperatif.......................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
3. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT ................................... 35
4. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Ular Tangga ............ 41
5. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Teka-Teki Silang.... 42
6. Media Pembelajaran ................................................................. 45
7. Memori ...................................................................................... 46
8. Kreatifitas .................................................................................. 53
9. Prestasi Belajar ......................................................................... 55
10. Karakteristik Materi ............................................................... 57
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 74
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 79
D. Hipotesis ....................................................................................... 88
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 89
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 89
B. Metode Penelitian ........................................................................ 89
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 91
D. Variabel Penelitian....................................................................... 92
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 94
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 95
G. Uji Coba Instrumen.................................................................. . 95
H. Teknik Analisis Data ................................................................... 106
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................... 111
A. Deskripsi Data ............................................................................... 111
B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
C. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 128
D. Pembahasan ................................................................................... 133
E. Keterbatasan Penelitian.............................................................. 149
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 150
A. Kesimpulan.................................................................................... 150
B. Implikasi ........................................................................................ 153
C. Saran .............................................................................................. 153
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 155
LAMPIRAN ..................................................................................................... 158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
halaman
1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian dan Mid Semester II Mata Pelajaran IPA
SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010..............................5
2. Sembilan Fase Belajar.............................................................................. 27
3. Hubungan Media dengan Tujuan Pembelajaran .................................... 46
4 Macam-macam Syaraf ............................................................................. 68
5. Fungsi Syaraf Simpatik dan Syaraf Parasimpatik ................................. 70
6. Kelainan Pada Mata ................................................................................. 71
7. Tahap Penelitian ....................................................................................... 89
8. Rancangan Penelitian ............................................................................... 90
9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif ............. 97
10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ......... 98
11. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif ........ 99
12. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian Kognitif . 100
13. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas ......................... 102
14. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreatifitas ...................... 103
15. Skor Penilaian Afektif.......................................................................... 104
16. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif ............... 105
17. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen penilaian Afektif ........... 106
18. Deskripsi data nilai prestasi belajar Biologi. .......................................... 112
19. Distribisi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Ular Tangga dan
Teka-Teki Silang ...................................................................................... 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
20. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan
Teka-Teki Silang ...................................................................................... 114
21. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Memori tinggi dan Rendah ............... 116
22. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Kreatifitas tinggi dan Rendah........... 117
23. Rangkuman Anava tiga jalan................................................................... 129
24. Rangkuman Hasil Komputasi Anova General linear model ................. 129
25. Rangkuman Hasil Uji Komparsi ganda (Uji Scheffe’) .......................... 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
halaman
1. Tahapan proses mengingat ...................................................................... 47
2. Sel syaraf................................................................................................... 60
3. Otak pada manusia ................................................................................... 64
8. Mata pada manusia ................................................................................... 70
9. Telinga pada manusia.......................................................................... 71
10. Kulit pada manusia............................................................................. 72
11. Lidah pada manusia............................................................................. 73
12. Diagram batang Prestasi Belajar kelas Ular Tangga ............................ 113
13. Diagram batang Prestasi Belajar kelas Teka-teki Silang..................... 113
14. Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Ular Tangga................ 115
15. Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Teka-teki Silang......... 115
16. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi................................................ 118
17. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Ular Tangga.................. 119
18. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Teka-teki Silang............ 120
19. Uji Normalitas nilai afektif kelas Ular Tangga..................................... 121
20. Uji Normalitas nilai afektif kelas Teka-teki Silang............................... 121
21. Uji Normalitas nilai Memori Tinggi..................................................... 122
22. Uji Normalitas nilai Memori Rendah.................................................... 123
23. Uji Normalitas Kreativitas Tinggi......................................................... 124
24. Uji Normalitas Kreativitas Rendah....................................................... 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
25. Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Metode............................... 126
26. Uji Homoginitas nilai Afektif menurrut Metode.................................... 126
27. Uji Homoginitas Prestasi Belajar Biologi menurut Memori.................. 127
28. Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Kreatifitas............................ 128
29. Diagram ANOM pengaruh permainan terhadap Prestasi Belajar........... 132
30. Diagram ANOM pengaruh memori terhadap Prestasi Belajar................. 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1. Silabus ....................................................................................................... 158
2. Skenario Pembelajaran............................................................................. 160
3. Hubungan Indikator, Nomor Soal dan Tingkat Kemampuan Kognitif
pada Tes Obyektif sistem Koordinasi pada manusia ........................... 174
4. Instrumen Penilaian Kognitif .................................................................. 176
5. Kunci Jawaban Soal-Soal Kognitif ........................................................ 185
6. Lembar Jawaban ...................................................................................... 186
7. Indikator penilaian angket Afektif ......................................................... 187
8. Instrumen penilaian Afektif sistem koordinasi pada manusia ............. 189
9. Instrumen Memori ................................................................................... 192
10. Lembar Jawaban Memori ....................................................................... 193
11. Indikator Penilaian tes Kreatifitas verbal ............................................. 194
12. Instrumen Penilaian tes Kreatifitas ......................................................... 195
13. Aturan Permainan Ular Tangga .............................................................. 206
14. Lembar Pertanyaaan Ular Tangga ........................................................... 208
15. Aturan Permainan Teka-teki Silang ....................................................... 221
16. Lembar Pertanyaaan Teka-teki Silang ................................................... 222
17. Lembar Kegiatan Diskusi ........................................................................ 233
18. Daftar Nilai Ulangan Harian dan Mid Semester 2 Siswa Kelas IXB
SMP Negeri 2 TambakrejoTahun Pelajaran 2009/2010 ........................ 266
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
19. Daftar Nilai Ulangan Harian dan Mid Semester 2 Siswa Kelas IXC
SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010 ...................... 267
20. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda danTaraf Kesukaran
Soal Kognitif............................................................................................. 268
21. Uji Validitas dan Reliabilitas Afektif...................................................... 276
22. Uji Validitas dan Reliabilitas Memori ................................................... 279
23. Uji Reliabilitas Kemampuan kreatifitas .................................................. 286
24. Data Induk Penelitian .............................................................................. 289
25. Deskriptif Data ......................................................................................... 291
26. Grafik perbandingan nilai ........................................................................ 292
27. Uji Normalitas .......................................................................................... 293
28. Uji Homogenitas ...................................................................................... 298
29. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ............................. 304
30. Uji Lanjut Pasca Anava ........................................................................... 307
31. Perijinan .................................................................................................... 309
32. Gambar Proses Pembelajaran .................................................................. 310
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
Sumiati. “Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments) Menggunakan Permainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa”. (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2010. Pembimbing 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi. (2) Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (3) Pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 3 kelas. Sampel diambil dengan teknik claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel memori, kreativitas dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif digunakan metode angket. Pengujian hipotesis dengan ANOVA dengan desain faktorial 2x2x2 dengan sel yang tidak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi baik kogninitif maupun afektif. (2) Terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, akan tetapi tidak terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar biologi. (3) Tidak terdapat pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Tidak ada interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan Kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi.
Kata kunci: TGT, Teka-teki silang, Ular Tangga, memori, kreativitas, prestasi belajar, sistem koordinasi pada manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
Sumiati. “Biology Learning by applying Team Games Tournaments (TGT) Method through Ladder Games and Crossword Puzzle Overviewed from The Memory and Creativity students. (A Case study on Human Coordination System for 9 th grade student, SMPN 2 Tambakrejo, academic year 2010/2011. Thesis, science education program, post graduate program,sebelas maret University, Surakarta: 2010. Advisor 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd. 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.
The objectives of the research were to know: (1) the effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the student’s achievement in biology. (2) the effect of high and low memory toword the student’s achievement in biology. (3) the effect of high and low creativity toword the student’s achievement in biology . (4) interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) interaction between learning method and student’s creativity to the student’s achievement in biology. (6) interaction between student’s memory and creativity ability to the student’s achievement in biology. (7) interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology.
The research used experimental method. The population was all students in grade IX, SMP Negeri 2 Tambakrejo in the academic year 2010/2011, consisted of 3 classes. Sample was taken by claster random sampling technique, consisted 2 classes. The 1 st experiment class was treated ladder games and the 2nd one was treated using Crosswords. The data was collected using test for student academic, student’s memory and creativity, and questioner for affective student academic. The hypothesis were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design with unequal cell number, and continued GLM test.
Based on the analysis result can be concluded that: (1) there was an effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the cognitive and affective student’s achievement in biology. (2) there was an effect of high and low memory toword the cognitive student’s achievement but there word no effect of high and low memory toword the affective student’s achievement in biology. (3) There was no effect of high and low creativity to the student’s achievement in biology. (4) There was no interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) There was no interaction between learning method and creativity toword the student’s achievement in biology. (6) There was no interaction between creativity and memory to the student’s achievement in biology. (7)There was no interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology.
Key word: TGT, Crossword, ladder games, memory, creativity, achievement, Human coordination system.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Untuk mengemban tugas tersebut, guru profesional
saat mengajar harus pandai memilih model pembelajaran. Model pembelajaran
yang sesuai dengan materi pembelajaran dan karakter siswa dapat mendukung
tercapainya tujuan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan kreativitas para
pendidik dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Sehingga tercipta
sumber daya manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan
berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelajaran IPA
biologi (sains) diserap bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut: 1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, 2.
Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan
prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3.
Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tehnologi dan
masyarakat, 4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5. Meningkatkan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam, 6. meningkatkan kesadaran untuk menghargai
alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7.
Meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidika kejenjang selanjutnya (Depdiknas:2003).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
saat ini dikembangkan oleh pemerintah, dimana kurikulum ini merupakan
pengembangan kurikulum 2004. Departemen Pendidikan Nasional telah
menetapkan karangka dasar, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi dan
kompetensi dasar setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan, dalam
rangka pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini.
Sedangkan pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem
penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. Kurikulum baru ini tetap
memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa. Prinsip
pengembangan KTSP adalah 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; 2. Beragam dan terpadu; 3.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan; 5. Menyeluruh dan berkesinambungan; 6.
Belajar sepanjang hayat; 7. Dan seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah.
Dengan berlakunya kurikulum ini, guru sebagai pengajar dituntut untuk
mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai untuk peserta didiknya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
juga materi yang diajarkannya. Akan tetapi, belum semua guru mampu merancang
skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan
menerapkan metode yang berorientasi pada student centered.
Model pembelajaran yang selama ini diaplikasikan di SMPN 2
Tambakrejo adalah model pembelajaran konvensional, seperti ceramah, open
book, penugasan, bahkan tidak jarang guru menyuruh siswa untuk mencatat.
Banyak guru di SMPN 2 Tambakrejo yang belum menggunakan variasi model
pembelajaran, mereka terbiasa menggunakan model konvensional, Belum adanya
penerapan pembelajaran kooperatif pada SMPN 2 Tambakrejo terutama dengan
metode TGT (Team Game Tournament) pada jenjang pendidikan akan
membangun pribadi-pribadi siswa yang suka bekerja sama, menghormati
perbedaan, menjunjung tinggi nilai gotong royong yang menjadi jati diri bangsa
Indonesia.
Guru di SMPN 2 Tambakrejo sebelum melakukan proses pembelajaran,
belum melakukan penggalian memori awal terlebih dahulu yang berkaitan
tentang tujuan dan materi pelajaran, dalam silabus pelajaran biologi kurikulum
KTSP pada kompetensi dasar 1.3 mengenai sistem koordinasi, terdapat empat
indikator mengenai sistem koordinasi pada manusia yaitu a) Membandingkan
bentuk/ bangun bagian organ dan/ atau organ penyusun sistem koordinasi pada
manusia, b) Mendeskripsikan fungsi otak, fungsi sumsum tulang belakang, dan sel
syaraf dalam dalam sistem koordinasi, c) Menunjukkan bagian-bagian alat indera
dan fungsinya, d) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang
biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sistem koordinasi pada manusia yang diberikan pada siswa kelas IX semester satu
perlu disignifikasi dengan suatu metode yang menarik dan sesuai. Materi sistem
koordinasi pada manusia menuntut siswa untuk mengetahui berbagai hal tentang
sistem koordinasi pada manusia, pada materi ini bersifat abstrak yang berarti tidak
dapat dilihat langsung oleh siswa, sulit dan sangat penting bagi kehidupan sehari-
hari, serta banyak konsep-konsep yang penting, sehingga membutuhkan
pemahaman dan hafalan yang cukup. Kendalanya adalah terkadang siswa kurang
bisa memahami materi sistem koordinasi pada manusia. Oleh sebab itu, materi ini
perlu diajarkan dengan metode yang sesuai dengan karakteristik materi . Metode
yang diharapkan siswa mampu mengingat terus dalam memorinya, metode yang
sesuai adalah metode TGT melalui ular tangga dan teka-teki silang, disini siswa
belajar sambil bermain.
Kondisi siswa belajar merupakan masukan mentah (raw input)yang
berpengaruh dalam proses belajar, kemampuan memori siswa merupakan salah
satu faktor raw input yang akan berinteraksi dengan masukan
instrumen(instrumen input) dan masukan lingkungan (environmental input) yang
pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar. Kemampuan memori berkaitan dengan
kemampuan menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan
menimbulkan kembali (remembering). Untuk mengetahui apa kemampuan
memori lebih lanjut, harus memahami mengapa hanya sedikit orang yang
mempunyai kemampuan memori baik. Menurut Mahesh kapadia (2003: 5) daya
ingat akan bekerja pada empat tahap: 1. Daya ingat mengenali sesuatu, 2. Kesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang tinggal didaya ingat, 3. Daya ingat yang dapat menyimpan kesan, 4. Daya
ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan.
Dengan banyaknya istilah latin dalam materi biologi, kemungkinan
diperlukan kemampuan memori siswa yang tinggi, untuk mendapat prestasi
belajar yang tinggi,serta mendapat prestasi belajar biologi yang optimal.
Selain itu pelajaran IPA juga memerlukan kreativitas untuk mengukur
pemikiran divergen, yaitu mencari macam-macam alternatif jawaban berdasarkan
informasi yang diketahui. Selama ini guru di SMPN 2 Tambakrejo juga belum
menggali kreativitas anak dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar
mengajar belum maksimal untuk menggali potensi dari siswa.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa prestasi belajar IPA untuk
siswa SMPN 2 Tambakrejo masih memprihatinkan, terbukti nilai rata-rata kelas
ulangan harian dan mid semester kurang dari KKM yaitu 58. Hal ini menunjukkan
bahwa prestasi belajarnya perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari data
nilai rata-rata ulangan harian dan tengah semester untuk mata pelajaran IPA
Biologi pada tahun 2009/2010, diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata ulangan harian dan mid semester SMPN 2 Tambakrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010.
No Kelas UH Mid SMT
UH < KKM
UH> KKM
Mid< KKM
Mid >KKM
KKM
1. 7A 52 50 80% 20% 85% 15% 58 2. 7B 45 48 90% 10% 75% 25% 58 3 7C 42 44 60% 40% 65% 35% 58 4. 8A 55 52 92% 8% 88% 12% 58 5. 8B 54 56 85% 15% 77% 23% 58 6. 9A 50 55 69% 21% 86% 14% 58 7. 9B 48 50 87% 13% 90% 10% 58 8. 9C 49 55 93% 7% 70% 30% 58
Sumber : dokumen nilai guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dari data didalam tabel dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai IPA
biologi masih dibawah KKM. Kemungkinan lain prestasi belajar siswa tidak dapat
optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode pembelajaran biologi,
selain itu rendahnya prestasi belajar dapat disebabkan oleh faktor intern dan
ekstern. Faktor intern antara lain: motivasi, kesehatan, dan kemampuan awal.
Motivasi belajar merupakan faktor yang sangat berpengaruh di SMPN 2
Tambakrejo, berdasarkan hasil observasi yang saya peroleh siswa cenderung
malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, ini dapat dilihat dari kegiatan
siswa pada waktu KBM (kegiatan belajar mengajar) ada yang mengantuk, ramai
sendiri, bergurau dengan teman, bahkan ada yang tidur pada saat guru
menerangkan. Menurut Dawson R. Hancock dalam jurnalnya yang berjudul
Effects of performance assessment on the achievement and motivation of graduate
students (2007: 220): “In academic environments, motivation to learn is
oftenviewed as a student’s tendency to find academic activities meaningful and
worthwhile deriving the intended benefits of those activities”. Di lingkungan
pelajar, motivasi sering dipandang sebagai kecenderungan siswa yang
menemukan aktifitas pelajar yang berguna dan bermanfaat dikarenakan motivasi
dan pembelajaran saling berhubungan.
Siswa SMPN 2 Tambakrejo cenderung pasif dalam pembelajaran, ini
dapat terlihat bahwa siswa tidak antusias terhadap pelajaran IPA. Incame yang
rendah dari SMPN 2 Tambakrejo juga sangat berpengaruh, kemungkinan faktor
ekstern yang berpengaruh dapat berasal dari guru, media pembelajaran, model
pembelajaran, sarana prasarana, dan lingkungan hal ini menyebabkan prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
belajar siswa tidak dapat optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode
pembelajaran IPA. Pada umumnya pembelajaran IPA di SMP masih didominasi
pendekatan konvensional dengan metode ceramah. Untuk membangkitkan
semangat belajar siswa diperlukan metode pembelajaran yang baru. Bermain
didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai
perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan
emosional (Andang Ismail, 2006 : 15-16). Fungsi utama bermain adalah untuk
relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang
berada diambang ketegangan. Bermain sambil belajar dapat dijadikan metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi.
Ada beberapa pendekatan metode pembelajaran biologi seperti pendekatan
kooperatif, kontekstual, PBL,CTL dan lain sebagainya. Menurut Kemal Doymus
dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Effects of Two Cooperative Learning
Strategis on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry (2009: 34) .
“These methods and structures can be categirizet into the following models a)Student Teams and Achievement Divisions (STAD), b) Teams –Tournaments (TGT), c) Learning Together(LT), d) Jigsaw Technique(JT), e) Group Investigation Technique (GIT), f) Team Accelerated Instruction (TAI) and g) Cooperative Integrated Reading and composition (CIRC).
Pembelajaran kooperative ini ada beberapa metode dan struktur antara
lain STAD, TGT, LT, JT, GIT, TAI, CIRC. Model pembelajaran yang baik adalah
model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan,
kondisi siswa, sarana yang tersedia serta penguasaan kompetensi. Oleh karena itu,
diperlukan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja
tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal dan membangkitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
motivasi siswa supaya senang dengan pelajaran IPA, sehingga selain diharapkan
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, diharapkan juga model pembelajaran
yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar
mengajar semaksimal mungkin yaitu dengan cara siswa menerapkan
pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan
teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan
mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Selama ini, dalam kegiatan
belajar individual masih cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan tidak
memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan salah satu model
pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Disini, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahua yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Model pembelajaran kooperatif merupakan
contoh model pembelajaran yang dapat membantu peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran yang ada, hal inidikarenakan adanya interaksisiswa
didalam kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Selain itu, pembelajaran
kooperatif juga menghasilkan akibat-akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas
yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tema belajar sambil
bermain adalah metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments). Salah
satu contoh pembelajaran kooperatif yang tepat untuk materi sistem koordinasi
pada manusia adalah metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)
merupakan contoh model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang mempunyai
tema belajar sambil bermain. Metode pembelajaran TGT kemungkinan tepat
diterapkan untuk materi biologi, karena TGT lebih tepat diterapkan untuk
mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti
konsep dan fakta ilmu pengetahuan. Yang membedakan TGT dengan metode dari
model cooperatif learning yang lain adalah, metode TGT menambah dimensi
kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan maslah-masalah satu sama lain,
tetapi sewaktu-waktu siswa bermain dalam game, temannya tidak boleh
membantu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti Ular
tangga, Scrambel, Roda impian, TTS dan Piramid, tetapi sistem permainan yang
dipakai pada penelitian ini adalah Teka-teki silang (Cross Word) dan Ular tangga.
Untuk proses pembelajaran biologi pada materi perkembangbiakan pada
tumbuhan, dimana dengan permainan teka-teki silang siswa dapat belajar
memecahkan suatu permasalahan dengan cara serta usahanya sendiri, sedangkan
dengan permainan ular tangga dapat meningkatkan motivasi siswa karena untuk
mencapai finish (mencapai kemenangan) dapat diperoleh dengan keberuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mengocok dadu. Kedua permainan ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing. Perbedaan jenis permainan pada metode TGT kemungkinan akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam metode pembelajaran ini
siswa diharapkan dapat bermain sambil belajar dalam suasana kerja sama,
sehingga siswa tertarik dan tidak bosan dalam belajar materi sistem koordinasi
pada manusia, yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Berdasarkan pada uraian diatas, penulis memperoleh pemikiran bahwa,
prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model, metode dan media
pembelajaran ditinjau dari memori dan kreativitas siswa. Oleh karena itu, penulis
ingin melakukan penelitian tentang pembelajaran biologi dengan metode TGT
(Teams Games Tournaments) menggunakan permainan ular tangga dan teka-teki
silang ditinjau dari memori dan kreativitas siswa yang melibatkan peran aktif
siswa dalam belajar sambil bermain.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah:
1. Rata-rata prestasi belajar siswa di SMPN 2 Tambakrejo belum memadai
karena guru melaksanakan proses pembelajaran secara monoton;
2. Adanya beberapa model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran biologi (standar kompetensi Pada materi sistem koordinasi pada
manusia) seperti : TGT, GI, STAD, TPS dan lain sebagainya, namun guru
cenderung mengajar dengan ceramah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Adanya beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
pembelajaran biologi seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, PBL, dan
lain sebagainya, namun guru mengajar selalu dengan monoton;
4. Karakteristik siswa adalah selalu aktif dan suka bermain, namun dalam proses
pembelajaran selalu berorientasi teacher centered;
5. Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti ular tangga,
TTS, Scrambel, Roda Impian, Wordsquare dan lain sebagainya, namun belum
banyak guru yang mengaplikasikannya;
6. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal siswa seperti motivasi,
kreatifitas, sikap ilmiah, keterampilan proses, memory dan lain sebagainya,
dalam proses pembelajarannya;
7. Penyampaian materi biologi di kelas IX sangat padat seperti: sistem Ekskresi,
sistem Reproduksi, kelangsungan hidup organisme, hereditas dan sistem
koordinasi pada manusia namun guru belum mampu menunjukkan saling
keterkaiatan konsep tersebut;
8. Guru hanya cenderung menitik beratkan penilaian pada aspek kognitif saja,
padahal penilaian biologi terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar penelitian mempunyai arah yang jelas dan
terfokus pada masalah yang diteliti. Pembatasan masalah penelitian ini dititik
beratkan pada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya
model TGT menggunakan permainan Teka-teki silang dan ular tangga.
2. Materi Pembelajaran
Materi Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi
sistem koordinasi pada manusia.
3. Memori
Memori siswa dibatasi hanya pada tinggi dan rendah. Memori yang diukur
merupakan memori spesial.
4. Kreativitas
Kreativitas siswa dibatasi untuk kategori tinggi dan rendah
5. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek
kognitif dan afektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dalam
penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan
permainan teka-teki silang dan permainan ular tangga terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
2. Apakah ada pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
4. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
5. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
6. Apakah ada interaksi antara memori dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?
7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada
manusia?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-
teki silang dan Ular Tangga terhadap prestasi belajar biologi materi sistem
koordinasi pada manusia.
2. Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi
sistem koordinasi pada manusia.
3. Pengaruh kreativitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
6. Interaksi antara memori dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi
belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
7. Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
F. Manfaat Penelitian
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan atau sebagai bahan pemikiran kepada guru maupun
tenaga-tenaga kependidikan lainnya agar lebih cermat dalam menentukan
model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
baik.
b. Memberikan masukan bagi para pendidik dalam pemilihan strategi
pembelajaran, bahwa perlu adanya inovasi metode dalam pembelajaran
yang diharapkan dapat memberikan efektifitas dala pembelajaran.
c. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan cara memilih metode pembelajaran yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Hasil penelitian diharapkan dapat menumbuh kembangkan kreativitas dan
apresiasi guru dalam pembelajaran yang berkualitas , yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran Biologi, khususnya pada materi pokok sistem koordinasi
pada manusia.
2. Manfaat Teoris
a. Menambah wawasan bagi para pendidik dalam menggunakan model TGT
dengan menggunakan permainan teka-teki silang dan ular tangga.
b. Informasi sumbangan tentang memori terhadap prestasi belajar siswa.
c. Informasi sumbangan tentang kreativitas belajar terhadap prestasi siswa.
d. Menambah khasanah teori dalam bidang penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran
Belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi manusia, Belajar
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, apakah belajar itu?. Menurut Ratna wilis
Dahar (1989: 21), belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman. Ada lima macam perilaku perubahan pengalaman
dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Pertama, pada
tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan prilaku akibat dari
perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus yang terkondisi.
Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu
memperoleh untuk mengeluarkan respon terkondisi. Belajar seperti ini disebut
belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa
menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua,
belajar kontinuitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang
lain pada suatu waktu, hal ini sering kita alami dan kita kenal sebagai belajar
“drill”. Ketiga, belajar adalah konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan beberapa besar pengulangan itu,
belajar ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil
observasi manusia dan kejadian-kejadian, kita belajar dari model-model, dan
masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi yang lain dalam belajar
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi bila kita melihat dan memahami
peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami
pengertian.
Sedangkan pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada
seseorang dengan cara paling singkat dan tepat (Slameto, 2003: 30). Sehingga
model pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa struktur cara
menanamkan pengetahuan pada seseorang. Dapat juga diartikan pula sebagai pola
yang yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk guru dikelas. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran ini sebagai kerangka koseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran membuat para pengembang pembelajaran memahami dan
merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan
masalah pembelajaran (Agus Supriyono 2009: 46)
Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang dapat kita jadikan acuan
pada penelitian ini antara lain:
a. Teori Belajar Konstruktivistik
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. (Asri Budiningsih, 2005: 58). Siswa harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai
suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia
dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu
melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin banyak seseorang
berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya
akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Menurut
Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul “Between Constructivism
and Connectedness ”(2008: 325):
“Thus, constructivist teacher education programs typically agree on the following four principles formulated: a). Constructivist learning is about constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist learning is about understanding and applying, not recall.; c). Constructivist learning is about thinking and analyzing, not accumulating and memorizing; d). Constructivist learning is about being active, not passive. Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe
pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a).
Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun
pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis
berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c).
Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan
menganalisis bukan untuk mengumpulkan dan menghafalkan pengetahuan, d).
Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan
pembelajaran yang bersifat pasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Paul suparno (2001: 122-130), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang
adalah bentukan (kontruksi) orang itu sendiri. Piaget menyatakan secara ekstrim
bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang dianggap tahu bila
murid tidak mengolah dan membentuknya sendiri. Pembentukan pengetahuan ini
itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan orang itu sendiri dalam
berhadapan dengan persoalan, bahan atau lingkungan baru. Orang itu sendiri yang
membentuk pengetahuannya. Namun, ini bukan tidak berarti bahwa orang lain
atau lingkungan sosial lain tidak mempunyai peranan. Orang-orang atau
lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan
tersebut, sebagai yang memacu, mengkritik dan menantang, sehingga proses
pembentukan pengetahuan lebih lancar. Dengan berhadapan dan berkontak
dengan orang lain, gagasan seseorang ditantang, diluruskan serta diyakinkan.
Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan (Asri Budiningsih, 2005: 57), yaitu: 1) kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan
mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk
lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar
konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran
utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,
kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
1) Piaget
Jean Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat
konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses
pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari
konkrit ke abstrak. Menurut Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan
spontan namun umur kronologis yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama
selama masa transisi dari periode yang satu ke periode berikutnya. Umur
kronologis itu dapat saling tindih tergantung kepada individu. Skema adalah suatu
struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi
dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut Piaget, adaptasi adalah
proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema
atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah proses
pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak
langsung.
Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkontruksi pengetahuan secara terus-
menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru.
Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif,
adalah pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara
individu dan secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan
perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang
masalah-masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing. Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat
mereka mengerjakan tugas.
Paul Suparno (2007: 10-11) menyatakan kontruktivisme psikologis
diawali oleh penelitian Piaget yang meneliti bagaimana seorang anak membangun
kognitifnya. Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu pelan-pelan
membentik pengetahuannya sendirian. Penelitian ini menyoroti bagaimana
seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema, dan
mengubah skema. Piaget menekankan bagaimana individu secara mandiri
mengkonstruksikan pengetahuannya dari interaksinya dengan pengalaman dan
objek yang dihadapi. Dalam pembentukan pengetahuan lewat skema-skema itu,
seorang anak mengerjakan sendiri tanpa orang lain. Jelas pendekatan Piaget ini
lebih personal dan individual, kontruktivisme personal inilah yang dalam banyak
tempat dan negara memunculkan adanya sekolah individual.
Piaget juga mengungkapkan tata perkembangan siswa melalui teori-teori
perkembangan berpikir, Piaget membedakan antara dua aspek berpikir yang saling
melengkapi: aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan tiruan
(imitasi)keadaan sesaat dan statis. Aspek operatif berkaitan dengan transformasi
dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat
dimengerti sebagai akibat transformasi tertentu atau sebagai titik tolak
transformasi lain. Dengan kata lain, aspek pemikiran yang lebih esensial adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
aspek operatif, aspek inilah yang sangat berperan dalam pembentukan
pengetahuan seseorang. Aspek berfikir figuratif memunculkan pengetahuan yang
figuratif, yaitu pengetahuan hafalan atau pengetahuan representasi , misalnya
pengetahuan seorang anak akan nama-nama barang dan kota merupakan
pengetahuan figuratif, disini anak dapat menyebutkan nama-nama akan tetapi
dapat terjadi bahwa anak tidak memahami konsep nama-nama itu. Berfikir
operatif memunculkan pengetahuan operatif, yang merupakan pengetahuan yang
sesungguhnya. Ciri pengetahuan ini adalah anak mengerti konsep-konsep dan
strukturnya yang lebih umum sehingga dapat digunakan untuk memahami
pengalaman-pengalaman lain yang senada. Pengetahuan figuratif adalah
pengetahuan yang pasif, sedangkan pengetahuan yang operatif adalah
pengetahuan yang aktif di mana seorang anak sungguh-sungguh mengolah dan
membentuk pengetahuan.
Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan manusia itu pada dasarnya
adalah aktif, mengetahui adalah mengasimilasikan realitas dan sistem-sistem
transformasi. Mengetahui adalah mentransformasi realitas agar dapat dimengerti
bagaimana satu realitas tertentu terbentuk, dengan kata lain mengetahui sesuatu
adalah membentuk sistem transformasi yang dapat menjelaskan sistem tersebut.
2) Vygotsky
Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran,
yaitu: (a) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the
sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi
sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran, (b) Zona perkembangan
terdekat (zone of proximal development). Dalam proses perkembangan
kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan
proksimal (zone of proximal development) yang didefinisikan sebagai jarak atau
selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat
perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia
mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih
berkompeten, (c) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses
dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian
dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau
orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya,
(d) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan satu ide
kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. . Vygotsky
sangat yakin bahwa ”kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam
dialog atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi
itu diserap ke dalam individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang
ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni :
”(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori
Vygotsky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan
pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanan perancahan dalam
pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggungjawab terhadap belajar.
b. Teori Belajar Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar
bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur
kognisi siswa. Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar ( 1989: 117)
teori belajar bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur
awal ( Advance organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan
Belajar superordinat”. a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang
akan dipelajari siswa dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi -
informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan
siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa
yang akan disampaikan guru. Contoh: handout sebelum perkuliahan, b)
Diferensiasi progresif: Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan konsep – konsep yang umum dulu,
kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh,
sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada materi hidrokarbon terlebih
dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan menunjukan mengapa senyawa itu
disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan ada dua macam senyawa karbon
yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini dijelaskan berdasarkan
perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan menjadi beberapa golongan
yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation. Kemudian hidrokarbon
diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna berdasarkan sifat –
sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh – contoh yang terdapat
dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif: Penjelasan yang diberikan
oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka
ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, d) Belajar superdinat: terjadi bila
konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur
dari suatu konsep yang lebih luas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori
belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur
kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi
sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS
dan TGT-UT adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam
belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi
baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta,
konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam
mempelajari materi baru.
c. Teori Belajar menurut Gagne
Definisi belajar menurut Gagne (1984) yang dikutip oleh Ratna Wilis
(1989:11), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalamam. Oleh karena itu dalam proses belajar
mengajar biologi yang penting adalah pengalaman yang dapat membuat
perubahan tingkah laku, bentuk tingkah laku yang diamati (observabel) dan dapat
diukur. Masukan atau input yang berupa stimulus merupakan bentuk pengalaman
yang diperoleh siswa, sedangkan keluaran atau output yang berupa respon
merupakan bentuk tingkah laku hasil belajar, yang dapat dilihat dari prestasi
belajar biologi. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa seperti
metode pembelajaran untuk membantu siswa dalam menyerap apa yang diberikan
oleh guru, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan sisswa terhadap
stimulus. Bentuk stimulus berupa pengalaman yang diperoleh siswa akan
mempengaruhi tingkat perubahan perilaku. Semakin menarik pengalaman yang
diberikanguru seperti metode pembelajaran yang inovatif akan memberikan
respon yang tinggi pula, sehingga akan membantu siswa memperoleh prestasi
yang tinggi.
Fase belajar menurut Gagne (1983)dalam Margaret E. Bell Gleder (1994:
199) ditunjukkan tabel 2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 2.1. Sembilan Fase Belajar
Perincian Fase Fungsi
1. Persiapan untuk belajar
1. Mengarahkan perhatian (attending)
2. Penghargaan (expectancy) 3. Mendapatkan kembali/
retrieval dari memori kerja
Belajar peka terhadap stimulus
Membawa si belajar tahu tujuan belajar.
Mengingat kembali.
2. Pemerolehan dan untuk pembuatan (performansi)
4. Persepsi seleksi atas sifat stimulus
5. Sandi semantik(semantic enconding)
6. Retrival dan respon 7. Penguatan (reinforcement)
Penyimpan sementara dalam memori kerja.
Pengalihan sifat stimulus dan informasi ke memori jangka panjang.
Mengembalikan informasi yang disimpan ke pembangkit respon.
Konfismasi tujuan belajar.
3. Alih belajar 8. Pengisyaratan untuk retrieval
9. Pemberlakuan secara umum (generalizability)
Mengingat kembali
Alih belajar ke situasi baru
Berdasarkan teori Gagne diatas proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar ditunjukkkan dengan prestasi hasil belajar yang diperoleh melalui
fase-fase belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pengarahan perhatian
(attending) sebagai stimulus yang akan diseleksi untuk disimpan dalam memori
kerja. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
yang dapat ditangkap melalui alat indera. Seleksi didasarkan atas sifat stimulus,
semakin kuat sifat perhatian/ stimulus, semakin kuat informasi yang dibawa ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
penyimpan sementara dalam memori kerja, yang selanjutnya akan dibawa ke
memori jangka panjang. Yang akan muncul atau retrieval bila dipanggil atau yang
disebut mengingat kembali. Dalam proses belajar biologi dapat diartikan bahwa
peranan guru sangat penting dalam hal pengarahan perhatian, misalnya penentuan
jenis metode pembelajaran yang mempunyai stimulus tinggi yang mampu
memberikan kekuatan besar penyimpanan dalam memori kerja dan memori
jangka panjang untuk disimpan sebagai bentuk respon ingatan. Sehingga dengan
metode pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan kepekaan stimulus akan
mempermudah siswa
d. Teori Motivasi
Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja
(Slavin, 2005: 34). Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif
menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa
meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh
karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang
lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan
tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok
berdasarkan pada pencapaian kelompok (penjumlahan pencapaian individu)
menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota
kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers (seperti dorongan dan
pujian) sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Teori Belajar Sosial
Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27),
menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi
psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari
determinan - determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan.
Pernyataan ini didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh
Bandura yang menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku
pro sosial dan juga tingkah laku anti sosial.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar secara
global dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
(Muhibbin Syah, 2006: 132), faktor internal meliputi dua aspek, yaitu aspek
fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat
rokhaniah): (1) Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat tubuh
(tonus jasmani, mata dan telinga), (2) Faktor psikologis, meliputi: inteligensi,
sikap, minat, bakat, dan motivasi. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa), yakni
kondisi lingkungan di sekitar, sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan
disekitar siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
(1) Faktor keluarga, berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan
latar belakang kebudayaan; (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah; (3) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Renante P.Manlunas menyatakan bahwa “ICT and Cooperative
Learning : Renventing the Classroom: (2006:4) “Cooperative learning (CL) is
The instructional use of small groups through which students work together to
maximize their own and each others learning” In this type of classroom, the
students interact with their groups and perform task-oriented activities designed
by the teacher”. Pembelajaran kooperatif (CL) adalah penggunaan pembelajaran
melalui kelompok-kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk
memaksimalkan mereka sendiri dan masing-masing orang lain belajar. Dalam hal
ini jenis kelas ,siswa berinteraksi dengan kelompok mereka dan melakukan
kegiatan berorientasi tugas yang dirancang oleh guru.
Menurut Slavin (2005: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang terdiri
dari kelompok kecil, masing-masing terdiri dari siswa yang tingkat
kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran jenis ini dapat meningkatkan
pemahaman mereka akan setiap pelajaran. Setiap anggota kelompok tidak hanya
bertanggungjawab terhadap pengajaran yang diajarkan, tetapi mereka juga ikut
membantu belajar teman kelompoknya. Selain itu juga, untuk menciptakan
pencapaian dari sebuah suasana yang diharapkan, para siswa mengerjakan semua
tugas-tugas sampai semua anggota kelompok benar-benar memahami secara
lengkap dengan baik. Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul
“The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviour
Discourse and Learning During a Science-Based Learning Activity” (2008: 332) :
“This includes ensuring that the group task is established so that all members realize that they are required to contribute and to assist others to do likewise. It also includes ensuring that students are taught the interpersonal and small-group skills that are required to help students communicate effectively with their peers, manage conflict, allocate resources fairly and make decisions democratically. When these elements have been embedded into the small group structure, students are more likely to feel included and accepted as part of the ‘group’, and this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to achieve and contribute to both their own and the group’s goals”.
Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa
menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir dan
saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga
berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi
perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah
ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima
sebagai bagian dari ‘group’ itu. Untuk Selanjutnya, siswa akan terdorong untuk
merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai tujuan belajar dari dalam diri
siswa maupun dari kelompoknya.
Usaha kerjasama tersebut menghasilkan keuntungan bagi para peserta
sehingga semua anggota kelompok: a. meraih dari setiap usahanya masing-masing
(keberhasilannmu menguntungkanku dan keberhasilanku menguntungkanmu), b.
mencatat bahwa semua anggota kelompok berbagi keyakinan pada umumnya (ikut
tenggelam atau berenang bersama-sama), c. mengetahui kualitas penampilan
setiap orang karena dirinya sendiri dan anggota kelompoknya (kita tidak bisa
melakukan itu tanpa kamu), d. merasakan kebanggaan dan merayakan bersama-
sama ketika sebuah anggota kelompok berhasil dalam pencapaian (selamat buat
keberhasilanmu).
Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan dalam jurnalnya yang
berjudul “Promoting Cooperatif Learning in Scince and Mathematic Education :
A Malaysian Perspectif”(2006:2)
“Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both an instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.” Pembelajaran kooperatif berdasarkan atas kepercayaan bahwa
pembelajaran yang paling efektif ketika siswa terlibat aktif dalam mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran
kooperatif menggunakan perpaduan antara metode pembelajaran dan alat atau
media pembelajaran. Pembelajaran kooperatif hanya berdasarkan keadaan yang
meyakinkan bahwa usaha bekerjasama diharapkan menjadi lebih produktif
daripada persaingan dan usaha individual. Kondisi tersebut antara lain: a.
ketergantungan yang positif, (tenggelam/ berenang bersama-sama): 1) setiap
usaha anggota kelompok diharapkan dan sangat diperlukan untuk keberhasilan
kelompoknya, 2) masing-masing anggota kelompok memiliki kontribusi yang
unik untuk membuat usaha bersama, karena sumbernya atau aturannya dan
bertugas untuk bertanggung jawab; b. Interaksi secara langsung (meningkatkan
keberhasilan satu sama lain): 1) penjelasan secara lisan tentang cara mengatasi
masalah-masalah, 2) mengajari pengetahuan satu sama lain, 3) menguji
pemahaman, 4) membahas konsep yang diajarkan, 5) menghubungkan pelajaran
sekarang dengan masa lalu; c. individu dan kelompok yang dapat
dipertanggungjawabkan (tidak tergantung, tidak bermalas-malasan): 1) menjaga
ukuran kelompok kecil. Kelompok yang lebih kecil merupakan kelompok yang
dapat dipertanggungjawabkan lebih besar, 2) memberikan tes secara individu
untuk setiap siswa, 3) menguji siswa dalam ucapan dengan memanggil satu siswa
untuk mempresentasikan pekerjaan sendiri/kelompoknya kepada guru. (presentasi
dalam kelompok / untuk segala kelas), 4) observasi masing-masing kelompok dan
merekam frekuensi dari kontribusi setiap anggota terhadap tugas kelompok, 5)
menetapkan satu siswa dalam setiap aturan kelompok dari pengecek. Pengecek
meminta anggota kelompok lain untuk menjelaskan sebab-sebab dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
perbandingan jawaban kelompok, 6) Beberapa siswa mengajarkan apa yang telah
mereka pelajari terhadap orang lain; d. keahlian kelompok kecil dan perseorangan:
1) Kehalian sosial harus diajari, 2) Kepemimpinan, 3) Membuat keputusan, 4)
Membangun kepercayaan, 5) Komunikasi, 6) Keahlian mengatur konflik; e.
proses kelompok: 1) Anggota kelompok membahas bagaimana mereka mencapai
tujuannnya dan menjaga hubungan kerja yang efektif, 2) Menggambarkan
tindakan anggota yang membantu dan tidak membantu, 3) Membuat keputusan
tentang perilaku yg berkelanjutan atau yang harus dirubah.
Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul “The Effects of
Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviour Discourse and
Learning During a Science-Based Learning Activity” (2008: 332) :
“This includes ensuring that the group task is established so that all members realize that they are required to contribute and to assist others to do likewise. It also includes ensuring that students are taught the interpersonal and small-group skills that are required to help students communicate effectively with their peers, manage conflict, allocate resources fairly and make decisions democratically. When these elements have been embedded into the small group structure, students are more likely to feel included and accepted as part of the ‘group’, and this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to achieve and contribute to both their own and the group’s goals”.
Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa
menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir dan
saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga
berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu,
dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi
perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah
ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sebagai bagian dari ‘group’ itu. Untuk Selanjutnya, siswa akan terdorong untuk
merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai tujuan belajar dari dalam diri
siswa maupun dari kelompoknya.
3. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT
Ada beberapa pendekatan metode pembelajaran biologi seperti pendekatan
kooperatif, kontekstual, PBL,CTL dan lain sebagainya. Menurut Kemal Doymus
dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Effects of Two Cooperative Learning
Strategis on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry (2009: 34) .
“These methods and structures can be categirizet into the following models a)Student Teams and Achievement Divisions (STAD), b) Teams –Tournaments (TGT), c) Learning Together(LT), d) Jigsaw Technique(JT), e) Group Investigation Technique (GIT), f) Team Accelerated Instruction (TAI) and g) Cooperative Integrated Reading and composition (CIRC).
Pembelajaran kooperative ini ada beberapa metode dan struktur antara lain
STAD, TGT, LT, JT, GIT, TAI, CIRC. Dalam penelitian ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode TGT. Metode TGT dikembangkan pertama kali
oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode TGT merupakan metode
pembelajaran pertama dari John Hopkins (Slavin, 2005: 13). Perbedaan metode
TGT dengan metode lain dari model pembelajaran kooperatif yaitu, dalam metode
TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan
Terdapat lima komponen dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif
metode TGT, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Presentasi Kelas/ Pengamatan Langsung
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran
dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun presentasi audiovisual. Guru
membagi kelompok sesuai dengan nilai ujian SMP siswa serta menyebutkan
konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat untuk
pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi
tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para
siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh
selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka
mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
b. Belajar Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Menurut
Renante P.Manlunas dalam jurnalnya yang berjudul “ICT and Cooperative
Learning : Renventing the Classroom: (2006:4): “In TGT, students are assigned
to three or four–member teams that are mixed in performance and gender”.
Dalam TGT, siswa ditugaskan untuk tiga atau empat anggota tim yang dicampur
dalam kinerja dan gender. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah
guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-
kegiatan atau meteri lainnya. Pembelajaran tim sering melibatkan pembahasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Pada metode TGT
ini, poin penting yang perlu ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan
yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan
kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah
untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat
yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan
terhadap siswa-siswa mainstream.
c. Permainan/Game
Permainan disusun untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan
biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam
presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dalam pembelajaran koopertaif
metode TGT dapat berupa permainan yang mudah dan banyak dikenal. Dalam
penelitian ini permainan yang digunakan adalah Teka-Teki Silang (Cross Word)
dan Ular tangga.
d. Tournament/ Pertandingan
Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan dilaksanakan
setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah melaksanakan
kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Menurut Renante P.Manlunas dalam
jurnalnya yang berjudul “ICT and Cooperative Learning : Renventing the
Classroom: (2006:4)
“The teacher presents the lesson and then students work with their teams to ensure that all the members have mastered the lesson. The students then play academic games and tournaments either weekly or at the end of the unit. Here, the students play games at three to four–person
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tournament tables with members from the other teams who have comparable past performances and have contributed tournament points to their team total.”
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian karya siswangan tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota sudah menguasai pelajaran. Para siswa
kemudian bermain game akademis dan turnamen baik mingguan atau pada akhir
unit. Disini para siswa bermain game di meja turnamen tiga sampai empat orang
dengan anggota dari tim-tim lain yang memiliki kinerja masa lalu sebanding dan
telah memberikan kontribusi total poin turnamen untuk tim mereka. Dalam
tournament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda. Kompetisi yang
seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya
berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka, jika mereka
melakukan yang terbaik. Dalam tournament mengilustrasikan hubungan antara
tim heterogen dan meja turnamen homogen. Setelah tournament selesai maka
dilakukan penilaian.
e. Penghargaan Tim
Tim yang mendapat nilai tertinggi pada permainan teka-teki silang dan
mencapai finish pada permainan ular tangga adalah sebagai pemenang dan akan
diberikan reinforcement atau penghargaan. Penghargaan atau pengakuan
kelompok diberikan oleh guru dengan menggunakan laporan berkala, majalah
dinding atau bentuk lain untuk pengakuan umum dan hadiah untuk tim yang
mempunyai prestasi tinggi individu mingguan tinggi atau kedudukan kumulatif
tinggi. Penghargaan ini tidak hanya sekedar memberikan hadiah besar, tapi yang
lebih penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
lakukan (Slavin, 2005: 160). Menurut Fengfeng ke dalam jurnalnya yang berjudul
“Alternative Gool Structures for Computer game-based learning ”(2008:432).
“Although cooperative learning theory suggests individuals, regardless of gender and ability, should experience enhancements in learning and attitudes toward a subject: 1) Learners perceive that they will be rewaded based on comparison with other individual learners and their sense of self-determination decreases.2) Learners perceive that they are working together with other students to gain rewards or perceive themselves as working for their own rewards;their sense of self-determination increases”.
Meskipun teori pembelajaran kooperative dipercaya secara individu,
dengan mengabaikan jenis kelamin dan kemampuan. 1) pelajar akan melihat
mereka akan memberikan penghargaan berdasarkan perbandingan dengan
individu lain dan mereka rasa hak menentukan itu menurun.2). pelajar akan
melihat mereka bekerja sama dengan pelajar lain untuk menperoleh penghargaan,
dan mengamati mereka belajar untuk mendapatkan penghargaan diri sendiri
memberikan penghargaan berdasarkan perbandingan dengan individu lain dan
mereka rasa hak menentukan itu meningkat.
Menurut Yolanda Sarason dan Catherine Banbury dalam jurnalnya yang
berjudul “Active Learning Facilitate by Using a Game-Show Format or Who
Doesn’t Want to be a Millionaire Malaysian Perspective”(2004:513) :
“The use of the game show in the classroom is consistent with the underlying assumption of active learning that porrtray students as actively engagad in their learning and their world. this simple tool can help facilitate learning that draws on the higher cognitive skills that are involved with the analysis, synthesis, and evaluation of material. The use of games is particularly effective if the intellectual engagement high and if students are more motivated to learn”.
Dalam menggunakan permainan pertunjukan di kelas tetap dengan
mendasari pengambil-alihan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Permainan dapat membantu memudahkan dalam belajar dan menggambarkan
pengetahuan yang lebih tinggi bagi orang yang bersangkutan dengan adanya
analisis, perpaduan, dan evaluasi bahan. Penggunakan permainan akan efektif jika
perikatan berkenaan dengan akal budi yang tinggi dan jika pelajar lebih
termotivasi mempelajarinya. Jika kita dapat dengan mudah belajar di permainan
itu maka akan menyenangkan dan menarik. Dalam pembelajaran kooperatif
metode TGT, meskipun belajar mengajar secara berkelompok namun prestasi
belajar yang diukur merupakan prestasi belajar individu. Dengan metode ini
diharapkan siswa akan terpacu untuk lebih siap belajar khususnya belajar ilmu
kimia, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya. Selain itu, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok,
sehingga diharapkan setiap siswa dalam kelompok dapat belajar dengan sungguh-
sungguh.
Dalam pembelajaran kooperatif metode TGT, meskipun proses belajar
mengajar dilakukan secara berkelompok, akan tetapi prestasi belajar yang diukur
adalah prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat
belajar dengan sungguh-sungguh karena terpacu untuk lebih siap belajar
khususnya belajar ilmu biologi sistem syaraf, tanpa ada rasa takut untuk
mempelajarinya. Peran guru dalam metode TGT ini hanya bertindak sebagai
fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4. Pembelajaran Kooperatif Metode Ular tangga
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan
oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di
beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya
dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870
(http://id.wikipedia.org).
Setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah
kotak, ular dan tangga yang berlainan. Kotak yang terdapat dalam ular tangga
yang digunakan dalam pembelajaran ini berjumlah 80. Setiap pemain mulai
dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara
bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu
yang muncul. Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu,
mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain
selanjutnya. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat
langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular,
mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain
pertama yang mencapai kotak terakhir.
Permainan ular tangga merupakan salah satu teknik pembelajaran yang
akan digunakan dalam penelitian ini. Ular tangga yang digunakan dalam
pembelajaran ini dinamakan ular tangga SS (Sistem saraf), yaitu modifikasi dari
permainan ular tangga tetapi pada kotak-kotak angka diubah dengan pertanyaan
atau tugas yang berkaitan dengan konsep sistem saraf. Dengan penerapan teknik
pembelajaran seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
belajar siswa di kelas. Ular tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
permainan yang digunakan sebagai media pembelajaran metode TGT berbentuk
papan yang dibagi dalam kotak-kotak kecil dan digambar sejumlah "tangga" atau
"ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain, dimana setiap kotak berisi
pertanyaan yang berhubungan dengan konsep struktur atom.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari permainan ular tangga ini adalah:
a. Kelebihan permainan Ular tangga: 1) kerjasama kelompok dalam mencapai
finish sangat ditekankan; 2) anak tidak selalu dituntut untuk berpikir, sehingga
suasana turnamen cenderung lebih menyenangkan; 3) dengan keberuntungan
mengocok dadu, memberikan motivasi lebih besar pada siswa untuk mencapi
finish (mencapai kemenangan); 4) memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi,
karena siswa dituntut untuk aktif dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat; 5)
dapat memuat pertanyaan dengan berbagai jenis jawaban (tidak hanya sebuah
konsep hafalan, tetapi juga konsep hitungan); b. Kelemahan permainan Ular
tangga: kurang dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena kemenangan
dipengaruhi oleh adanya keberuntungan (adanya ular dan tangga).
5. Pembelajaran Kooperatif Metode Teka-teki silang (Cross word)
Teka Teki Silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita
harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan huruf-huruf
yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya
biasanya dibagi ke dalam kategori 'Mendatar' dan 'Menurun' tergantung posisi
kata-kata yang harus diisi. (http://id.wikipedia.org)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
TTS alias teka-teki silang bukan hanya membuat anak meningkat
memfokuskan pikiran dan bersikap sabar dan teliti dalam mengerjakan apapun.
Mengisi TTS dapat menjadi pilihan bermain bagi anak, jika dilakukan dalam
keadaan menyenangkan. Anak diajak memainkan imajinasinya untuk
menghasilkan sebuah kata yang tepat sesuai pertanyaan melalui stimulus satu
huruf baik di awal, tengah maupun akhir. Mengisi TTS ini memerlukan
kesabaran, fokus serta pengetahuan umum yang memadai sesuai tingkatan usia
dan kemampuan anak. Saat anak mulai mencocokan urutan pertanyaan dengan
letak kotak secara mendatar atau menurun sesungguhnya hal tersebut pun dapat
mengasah kecekatan, dimana kegiatan ini memerlukan koordinasi mata dan
tangan. Pada saat itulah anak membiasakan diri untuk fokus serta berkonsentrasi
agar menuliskan jawaban pada kotak yang tepat.
Dalam mengerjakan TTS, tentu anak tidak selalu mulus dalam
menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada. Ada kalanya anak menemukan
pertanyaan yang sangat mudah namun bukan tak mungkin dia terhadang kesulitan.
Hal ini tentu dapat dijadikan keuntungan jika mereka jeli melihatnya. Karena di
tengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi ke dalam deretan kotak
tersebut, sesungguhnya tanpa disadari anak tengah belajar mengendalikan emosi
dan bersabar dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Dalam hal ini adalah
jawaban dari TTS yang sedang dia kerjakan. Seiring waktu berjalan, perlahan
anak akan mengerti bahwa tak selalu yang diinginkan bisa didapat dengan mudah
bahkan terkadang harus didapatkan dengan usaha yang keras. Di sini pun anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dapat belajar memecahkan suatu permasalahan dengan cara serta usahanya
sendiri.
Permainan teka-teki silang merupakan salah satu teknik pembelajaran
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, teka-teki silang
digunakan sebagai media pembelajaran metode TGT, jelasnya digunakan sebagai
alat pertandingan siswa sebagai sebuah permainan. Teka-teki silang yang
digunakan dalam pembelajaran ini dinamakan teka-teki silang SS (Sistem saraf) ,
yaitu modifikasi dari permainan teka-teki silang tetapi pada ruang-ruang kosong
(kotak putih) diubah dengan pertanyaan atau tugas yang berkaitan dengan konsep
sistem saraf. Dengan penerapan teknik pembelajaran seperti ini, diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa di kelas. Jadi, teka-teki silang
yang dimaksud disini adalah permainan yang digunakan sebagai media
pembelajaran metode TGT, dimana siswa harus mengisi ruang-ruang kosong
(berbentuk kotak putih) yang dibagi dalam kategori mendatar dan menurun
dengan huruf-huruf yang membentuk jawaban dari soal sistem saraf.
Adapun kelebihan dan kelemahan permainan teka-teki silang yang
digunakan ini, antara lain: a. Kelebihan: 1) Dapat mengukur kemampuan suatu
kelompok, karena tidak ada faktor keberuntungan dalam mencapai kemenangan;
2) Diperlukan pengetahuan yang cukup, karena siswa harus aktif mencari jawaban
sendiri dengan tepat; b. Kekurangan : 1) Tidak dapat memuat pertanyaan hitungan
dengan jenis jawaban yang komplek; 2) Jawaban lebih mudah ditebak, karena ada
huruf-huruf yang menghubungkan sebuah kata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
6. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung
keberhasilan proses belajar mengajar. Beberapa definisi mengenai media
pembelajaran: 1) Schramm (1977), mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran, 2) Briggs (1977), berpendapat bahwa media pembelajaran adalah
sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti: buku, film,
video dan sebagainya, 3) National Education Associaton (1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya: a. Media pembelajaran
dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang
menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan
melancong, dan sebagainya.
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya: 1) Media Visual :
grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, 2) Media Audial : radio, tape
recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya, 3) Projected still media : slide;
over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya, 4) Projected motion media :
film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya
(http://akhmadsudrajat. wordpress.com).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 2.2. Hubungan Media dengan Tujuan pembelajaran
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Telivisi S S T S R S
Obyek tiga dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S
Keterangan :
R = Rendah, S = Sedang, T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual, 2 = Belajar pengenalan visual, 3 = Belajar prinsip,
konsep dan aturan, 4 = Prosedur belajar, 5= Penyampaian keterampilan persepsi
motorik, 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin
dicapai(http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
7. Memori
a. Pengertian Memori
Memori atau ingatan adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan
otak dalam pengambilan informasi (http://id.wikipedia.org). Menurut Wood
Worth dan Marquis (1957) dalam Bimo walgito (2003: 145), memori atau ingatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan yang berkaitan
dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan
(retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.
Istilah lain yang sering digunakan dalam materi pelajaran biologi adalah
memasukkan (encoding), menyimpan (storage) dan menimbulkan kembali
(retrieval). Tahapan proses mengingat menurut Atkinson dan Shiffrin (1968),
morgan dkk (1984) dalam Bimo Walgito (2003: 147) ditunjukkan pada skema
gambar 2.1 berikut:
Memory output
sensori attention retrieval
input storage
short term store long term store
(hold only a few items ) (hold atremendous amount
Of information in organized
Categories)
Gambar 2.1 Tahapan proses mengingat (Atkinson dan Shiffrin, 1968) dan Morgan (1984).
Stimulus sebagai sensory input dipersepsi melalui alat indera (sensory
register), untuk mengadakan persepsi perlu adanya perhatian misal dalam proses
pembelajaran dengan pemberian metode yang menarik dan inovatif. Dalam waktu
Sensori register
Rehearsal buffer
A,A’,A” etc B,B’,B” etc Etc Etc Etc
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang singkat apa yang dipersepsi itu dapat ditimbulkan kembali memory output,
yang disebut short term memory atau disebut juga short term store.
Apabila persepsi tidak segera ditimbulkan dalam alam kesadaran sebagai
memory output, tetapi disimpan dalam ingatan melalui encoding, apabila
diperlukan melalui retrieval apa yang ada dalam gudang atau ingatan itu
ditimbulkan kembali sebagai memory output. Retrieval kebalikan dari encoding
yaitu mencari informasi yang ada dalam gudang ingatan. Apa yang dipersepsi atau
dipelajari itu disimpan dalam ingatan dalam waktu yang lama, apabila dibutuhkan
dapat ditimbulkan kembali, inilah yang disebut long term memory atau disebut
juga long terms store.
Ada banyak klasifikasi ingatan berdasarkan durasi, alam, dan pengambilan
sesuatu yang diinginkan. Tahapan utama dalam pembentuk dan pengambilan
memori adalah: 1) Encoding: proses dan penggabungan informasi yang diterima;
2) Penyimpanan: penciptaan catatan permanen dari informasi yang telah diencode;
3) Pengambilan: memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk
digunakan dalam suatu proses atau aktivitas.
Memori atau daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat pengalaman
terdahulu yang kemudian bisa menggunakannya kembali pada situasi yang
berikutnya atau disebut (merecall). memori berkaitan dengan konsentrasi dan
sebaliknya, karena anak membutuhkan daya konsentrasi yang cukup agar
informasi tersebut dapat tertanam dalam diri anak. Saat anak menerima informasi
baru, harus disertai kemampuan menyimpan informasi tersebut. Agar ketika
berhadapan dengan kondisi yang mirip dengan pengalaman sebelumnya maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
anak dapat merecall memori tersebut. Pengalaman – pengalaman itu tak hanya
berupa akademis, namun juga berisi norma-norma. Dengan pengalaman yang
kaya akan mempengaruhi pola pengembangan daya pikirnya saat memecahkan
permasalahan yang dihadapinya. Memori menjadi salah satu hal yang
mempengaruhi pembentukan intelegensi anak. Kemampuan memori yang baik
mempengaruhi aspek intelegensi tapi juga pengelolaan emosi dan interaksi sosial.
Memori setiap orang ternyata bukanlah semata-mata hasil genetika, tetapi
juga karena adanya rangsangan dan pembentukan yang dimulai sejak dini. Seperti
diketahui, kemampuan memori memegang peranan yang krusial dalam proses
pembelajaran dan bagi banyak orang menjadi salah satu tolak ukur dalam
intelektualitas. Bahkan, hal ini merupakan aset berharga sepanjang hidup. Tidak
heran bila banyak orang pun berusaha terus untuk meningkatkan daya ingat dan
mengasah ketajamannya. Dengan melakukan pengulangan, lama-lama anak pun
akan terbiasa untuk mendengarkan dan merekamnnya dalam memori mereka.
Dalam belajar hal yang menentukan adalah kemampuan ingatan dari
peserta didik, karena sebagian besar pelajaran di sekolah adalah mengingat.
Mengingat juga memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun
yang lebih penting dalam peranan proses belajar adalah kemampuan peserta didik
untuk mereproduksi kembali pengetahuan yang sudah diterimanya, misalnya pada
waktu ujian para peserta didik harus mereproduksi kembali pengetahuan dan
pemahaman yang diperoleh selama mengikuti pelajaran. Dalam menghafal peserta
didik mempelajari sesuatu dengan tujuan mereproduksi kembali kelak dalam
bentuk harfiah, sesuai dengan perumusan dan kata-kata yang terdapat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
materi asli. Dengan demikian peserta didik dapat belajar bagaimana cara-cara
menghafal yang baik sehingga materi cepat dihafal dan tersimpan dalam keadaan
siap direproduksi secara harafiah pada saat dibutuhkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa memori adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang, untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan
kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya.
b. Tiga Bagian Memori
Tehnik mengingat yang banyak dilakukan orang adalah dengan mengulang
informasi yang masuk. Pengulangan informasi akan tersimpan lebih lama dan
lebih mudah untuk diingat kembali. Proses pengulangan tersebut berkaitan erat
dengan sistem ingatan yang ada pada manusia. Sistem ingatan manusia dibagi 3
bagian yaitu, sensori memori (sensory memory), ingatan jangka pendek (short
term memory) dan ingatan jangka panjang (long term memori).
Sensori memori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah
satu atau kombinasi panca indra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran
melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit.
Bila informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan,
namun bila diperhatikan maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan
jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan infromasi atau stimuli
selama kurang lebih 30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi dapat
dipelihara dan dapat disimpan di sistem ingatan jangka pendek dalam suatu saat.
Setelah berada di sistem ingatan jangka pendek, informasi tersebut dapat
ditransfer lagi melalui proses rehearsal ke sistem ingatan jangka panjang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan karena
tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi yang baru.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori
Menurut Bimo Walgito (1990: 107-115), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi memori, diantaranya sebagai berikut: 1) sesuatu yang mempunyai
makna akan lebih mudah diingat daripada yang tidak bermakna, 2) lama interval,
yaitu jarak waktu antara memasukkan informasi sampai ditimbulkannya kembali
informasi itu. Semakin lama interval akan semakin berkurang kemampuan
memori seseorang, 3) isi interval, yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi interval.
Jika mempelajari suatu materi kemudian mempelajari materi lain, maka materi-
materi itu akan saling mengganggu dalam proses memori, 4) situasi sesorang,
istirahat akan memperkuat daya retensi, 5) perulangan, makin sering informasi
diulang akan makin baik diingat, 6) emosi dapat memberikan blocking dalam
mengeluarkan kembali informasi yang telah dimasukkan dalam memori, 7)
amnesia, yaitu gangguan pada otak sebagai pusat kesadaran.
b. Metode Pengukuran Kemampuan Memori
Menurut Bimo Walgito (2004: 161-165), pengukuran memori atau ingatan
seseorang dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu: 1) Metode Dengan
Melihat Waktu Belajar. Metode ini untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan
cara melihat berapa lama waktu yang diperlukan oleh subyek untuk dapat
menguasai materi yang dipelajari dengan baik; misalnya dapat menimbulkan
kembali materi tersebut tanpa kesalahan, 2) Metode Mempelajari Kembali.
Metode ini merupakan metode yang berbentuk di mana subyek disuruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu kriteria
tertentu seperti pada saat mempelajari materi tersebut yang pertama kali, 3)
Metode Rekonstruksi. Dalam metode ini subyek diminta mengkonstruksikan
kembali materi yang telah diberikan, setelah itu dinilai hasilnya berdasarkan
waktu yang telah digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada
kriteria tertentu, 4) Metode Mengenal Kembali. Metode ini menggunakan cara
pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari sesuatu materi, kemudian
diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat
dengan bentuk pilihan benar salah atau pilihan ganda, 5) Metode Mengingat
Kembali. Metode ini menggunakan cara pengingatan kembali. Subyek disuruh
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misal ujian yang berbentuk
essay, 6) Metode Asosiasi Berpasangan. Dalam metode ini subyek disuruh
mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai
stimulus, dan subyek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali
pasangannya.
c. Pelatihan-pelatihan yang dapat Meningkatkan Memori
Para ahli masih memperdebatkan apakah memori merupakan suatu trait
(sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak
dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan
ditingkatkan.
Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan Memori, antara lain: 1) Mnemonic: menciptakan asosiasi antar hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang harus diingat; 2) Method of loci: berusaha menciptakan gambaran seperti
peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal
yang ingin diingat; 3) Peg word/ irama: mengasosiasikan kata yang ingin diingat
dengan kata lain yang berirama; 4) menggunakan bayangan visual, misalnya John
Conrad menggunakan bayangan visual untuk mengingat pesanan makanan dari
para tamu; 5) memahami hal yang harus diingat, dan tidak hanya menghafalkan di
luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih lama daripada hafalan luar
kepala; 6) konteks ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika
hal tersebut harus diingat kembali (encoding specificity); 7) memori akan baik
ketika individu merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional
tidak terlalu tinggi; 8) menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha
mengingat sesuatu; 9) memori akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali
walaupun masing-masing sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam
satu sesi yang panjang. Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah
yang masing-masing lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam. 10)
memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara,
misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan lebih
baik daripada hanya salah satu saja (http://rumahbelajarpsikologi.com).
8. Kreatifitas Siswa
Kreativitas artinya daya cipta. Daya cipta sebagai kemampuan untuk menciptakan
hal-hal yang sama sekali baru adalah hal yang hampir tidak mungkin, oleh karena
itu kreativitas merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sebelumnya. Menurut Munandar (1999:47-50), menyatakan bahwa kreativitas
sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi,
atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas adalah kemampuan yang berdasarkan pada
data atau informasi yang tersedia, untuk menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Dari pendapat ini makin banyak
kemungkinan jawaban yang diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah
seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi
tidak semata-mata banyaknya jawaban yang diberikan untuk menentukan
kreativitas seseorang, tetapi juga mutu atau kualitas jawabannya. Kreatifitas dapat
dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek-aspek kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), dan orisinalitas dalam berpikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci)
suatu gagasan. Kreativitas verbal Rhode (dalam Akbar, dkk., 2001:4)
mendefinisikan kreativitas ke dalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s of
Creativity, yaitu dimensi Person, Process, Press dan Product. Guilford (dalam
Akbar, dkk.,2001) menyatakan bahwa Creativityrefer to the abilities that are
charactheristic of creative people. Definisikan kreativitas yang menekankan
dimensi proses. Kreativitas verbal menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan,
yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan atau
menjawab masalah dan cerminkan kemampuan operasiaonal anak kreatif. Ketiga
tekanan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Kemampuan untuk
membuat kombinasi atau unsur-unsur yang ada,b. Kemampuan berdasarkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan
keragaman jawaban, c.Kemampuan yang secara operasional mencerminkan
kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi( mengembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan.
Kesimpulan kreativitas verbal merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya
baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya dalam berbicara, menyimak,
membaca, dan menulis tentang hal-hal yang konkrit ditemui di sekitar lingkungan
individu.
9. Prestasi Belajar
Belajar menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlain-lainan,
seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai.
Berbagai macam tingkah laku yang dihasilkan dari belajar ini disebut sebagai
hasil belajar. Hasil belajar dinilai atau dinyatakan dengan angka yang disebut
sebagi prestasi belajar.
. Prestasi belajar merupakan fungsi yang penting dalam suatu
pembelajaran. Kemampuan hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar,
pada proses ini siswa menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dalam belajarnya.
Menurut Eliyas tri Bagyo dalam Nicolaus Dolly simon K (2008: 49),
prestasi belajar adalah tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
usaha belajar. Tanda atau simbol tersebut biasanya dinyatakan dalam bidang
pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengetahui siswa berprestasi perlu adanya
suatu evaluasi, yaitu suatu pengukuran dan penilaian yang dilaksanakan oleh
pengajar secara berkesinambungan.
Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai : a. indikator kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa, b. lambang pemuasan hasrat ingin tahu, c.
bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan
sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan, d.
indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, karena prestasi belajar
dapat dijadikan sebagai tingkat produktivitas dan sebagai kesuksesan siswa, e.
untuk mengetahui daya serap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang
diprogramkan kurikulum.
Menurut Nana Syaodih (2005: 102), “Hasil belajar merupakan realisasi
atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang”. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan hasil belajar merupakan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa yang berbentuk kognitif, afektif,
dan psikomotor. Dari ketiga bentuk ini, bentuk kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pelajaran. Aspek psikomotor biasanya digunakan
untuk materi yang menggunakan praktikum, sedangkan materi yang berupa teori
saja tanpa ada praktikum tidak diwajibkan menilai aspek psikomotor siswa.
Hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu
kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar tersebut selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja). Hasil
belajar atau pembelajaran sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai
dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ada hasil nyata dan
diinginkan. Hasil belajar biasa disebut juga sebagai prestasi belajar. Sehingga
prestasi belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dapat berbentuk kognitif, afektif dan
psikomotor. Bloom dalam Suharsimi Arikunto (2009: 117) ”prestasi belajar dibagi
tiga kategori yaitu : kognitif, afektif, psikomotorik”. Prestasi belajar diperoleh
setelah seseorang melakukan aktivitas baik secara individu maupun kelompok.
Dengan belajar siswa yang dapat diamati atau pencerminan proses belajar yang
telah berlangsung.
10. Karakteristik Materi
Pelajaran IPA atau (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan ilmu yang
mempelajari alam semesta beserta isinya, berbagai cabang ilmu ipa telah kita
ketahui seperti:fisika, biologi dan kimia. Pelajaran IPA biologi (sains) diserap
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.
Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, 2. Mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3.
Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tehnologi dan
masyarakat, 4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
berfikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5. Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam 6. meningkatkan kesadaran untuk menghargai
alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7.
Meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya.
Kompetensi dasar 1.3 mengenai sistem koordinasi pada manusia , terdapat
empat indikator mengenai sistem koordinasi pada manusia yaitu a)
Membandingkan bentuk/ bangun bagian organ dan/atau organ penyusun sistem
koordinasi pada manusia, b) Mendeskripsikan fungsi otak, fungsi sumsum tulang
belakang, dan sel syaraf dalam dalam sistem koordinasi, c) Menunjukkan bagian-
bagian alat indera dan fungsinya, d) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada
alat indera yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya
mengatasinya. Materi sistem koordinasi pada manusia yang diberikan pada siswa
kelas IX semester satu perlu disignifikasi dengan suatu metode yang menarik dan
sesuai. Materi sistem koordinasi pada manusia menuntut siswa untuk mengetahui
berbagai hal tentang sistem koordinasi pada manusia, pada materi ini bersifat
abstrak yang berarti tidak dapat dilihat langsung oleh siswa, sulit dan sangat
penting bagi pengetahuan siswa, dimana sistem koordinasi mengkoordinasikan
seluruh bagian organ tubuh, sehingga membutuhkan pemahaman dan hafalan
yang cukup.
a. Sistem Koordinasi Pada Manusia
Menurut Istamar syamsuri (174: 183), sistem saraf sangat berperan dalam
iritabilitas tubuh (kemampuan tubuh untuk menanggapi rangsang). Kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
ini memungkinkan manusia beradaptasi dan menanggapi berbagai perubahan yang
terjadi di sekitarnya.
Secara umum sistem saraf berfungsi :
1) Mengatur semua alat-alat tubuh agar dapat bekerja dengan serasi.
2) Menerima dan menanggapi rangsang yang ada disekitar tubuh.
Perubahan lingkungan dapat merupakan rangsangan atau stimulus bagi
organisme. Untuk dapat bereaksi terhadap perubahan lingkungannya, organisme
memerlukan tiga komponen utama yaitu reseptor, sistem saraf, dan efektor.
1) Reseptor
Reseptor atau penerima merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh.
2) Sistem saraf
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan tepi, berfungsi menerima,
mengolah dan meneruskan rangsangan ke efektor.
3) Efektor
Efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban
terhadap impuls yang datang padanya.
1) Sel Saraf (neuron)
Sel saraf adalah sel-sel yang memiliki kepekaan terhadap rangsang dan
mampu menghantarkannya. Sebuah sel saraf memiliki satu badan sel yang
lengkap dengan inti sel dan sitoplasmanya, dendrit dan neurit (akson), didalam
sitoplasmanya terdapat butir-butir Nissl yang berfungsi mensintesis protein. Sel
syaraf atau neuron adalah sel yang peka terhadap rangsang dan mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menghantarkan rangsang. Bentuk dan ukuran sel syaraf bermacam-macam
tergantung pada letak dan fungsinya didalam tubuh. Untuk mengenal bentuk dan
bagian-bagian sel saraf. Perhatikan gambar sel syaraf dibawah ini:
Sel syaraf disebut juga neuron. Sel syaraf memiliki bagian-bagian sebagai
berikut:
a. Badan sel syaraf , merupakan pengendali kerja sel syaraf, mempunyai inti sel
dan sitoplasma yang banyak mengandung mitokondria.
b. Dendrit, tonjolan Protoplasma pada badan sel dan bercabang-cabang,
berfungsi untuk menerima dan menghantarkan impuls saraf dari luar ke sel
syaraf .
c. Neurit, disebut juga akson, merupakan juluran yang panjang dari badan sel.
Neurit berfungsi menghantarkan rangsang dari badan sel ke sel saraf lainnya.
Neurit disebut pula serabut syaraf. Neurit dibungkus oleh selubung meilin.
Selubung meilin tersusun dari lemak dan dekat permukaan luarnya terdapat sel-sel
Schwann. Selubung meilin tidak membungkus sepanjang neurit.Ada bagian-
bagian tertentu yang tidak terselubungi dan terjadi suatu penyempitan yang
Gambar 2.2. Gambar Sel Saraf Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
disebut nodus Ranvier. Selubung meilin juga tidak menyelubungi bagian ujung
neurit. Ujung neurit sel syaraf lain akan bersambung dengan ujung dendrit
persambungan tersebut disebut sinapsis.
2) Macam-macam sel saraf
Berdasarkan pada struktur dan fungsinya terdapat tiga macam sel saraf,
yaitu sel saraf sensori, motor dan konektor (interneuron).
a) Sel saraf sensori
Sel saraf sensori merupakan sel saraf yang berfungsi untuk menghantarkan
impuls saraf dari alat indera menuju ke otak atau kesumsum tulang belakang.
b) Sel saraf motor
Berfungsi untuk menyampaikan perintah dari otak atau sum-sum tulang
belakang menuju ke otak atau sum-sum tulang belakang menuju ke otot atau
kelenjar tubuh.
c) Sel saraf konektor (interneuron)
Berfungsi untuk meneruskan rangsangan dari neuron sensori ke neuron
motor.
3) Mekanisme jalannya impuls Saraf
Impuls dapat dikatakan sebagai ”aliran listrik” yang merambat pada
serabut saraf.
(a) Impuls melalui Sel saraf
Impuls dapat mengalirkan melalui serabut saraf karena adanya perbedaan
potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf yaitu selaput mielin dan diameter
serabut serabut saraf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(b) Impuls melalui sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit atau akson dari suatu
neuron dengan ujung dendrit dari neuron lainnya. Pada bonggol sinapsis terdapat
mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis yang berisi zat kimia
neurotransmitter yang berperan merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain.
4) Terjadinya gerak Biasa dan Gerak Refleks
Pada gerak biasa impuls yang diterima oleh reseptor berjalan kesaraf
sensori, selanjutnya dibawa ke otak untuk diolah. Hasilnya olahan diotak berupa
tanggapan akan dibawa oleh saraf motor menuju ke efektor.
Gerak refleks melalui jalan pendek yaitu dari reseptor sebagai penerima
rangsang dibawa oleh saraf sensori ke pusat saraf. Impuls tersebut selanjutnya
diterima sel saraf penghubung (neuron perantara) tanpa diolah otak.
5) Sistem saraf pusat
Sistem syaraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak
dilindungi tengkorak. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang. Sistem syaraf pusat tersebut dilindungi oleh selaput meningia. Meningia
terdiri dari tiga lapisan (dari dalam keluar), yaitu piameter, arakhnoid, dan
durameter.
(a) Piameter
Merupakan selaput paling dalam yang menyelubungi permukaan otak dan
sumsum tulang belakang. Lapisan Piameter banyak mengandung prmbuluh darah.
Piameter berperan memberi oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan sisa
metabolisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(b) Arakhnoid
Berupa selaput jaringan yang lembut. Arkhnoid terletak diantara piameter
dan durameter.
(c) Durameter
Merupakan lapisan terluar yang padat dan keras serta menyatu dengan
tengkorak.
Rongga antara lapisan arakhnoid dan piameter berisi cairan serebrospinal.
Cairan ini berfungsi sebagai bantalan bagi otak untuk melindungi otak terhadap
benturan pada tengkorak.
(a) Otak
Menurut Kimmbal (1996:673-676) Otak merupakan pusat saraf yang
paling utama, terletak didalam rongga tengkorak. Berat otak orang dewasa sekitar
1,4 kg. Otak manusia terdiri atas dua belahan (hemisfer) yang besar. Belahan otak
kiri mengendalikan sisi kanan tubuh dan sebaliknya belahan otak kanan
mengendalikan sisi kiri tubuh. Volume otak orang dewasa sekitar 1.500 cm3. Pada
waktu embrio, otak manusia dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu otak depan,
otak tengah, dan otak belakang. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
manusia, otak pun berkembang. Otak depan berkembang dan membentuk otak
besar (serebrum). Otak tengah berukuran kecil dan merupakan penghubung antara
otak depan dengan otak belakang. Otak belakang terdiri dari otak kecil
(serebelum) dan sumsum lanjutan. Pada orang dewasa, yang tampak adalah
bagian otak besar, otak kecil, dan sumsum lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(b) Otak depan atau otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak manusia. Otak besar tersusun atas
dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) dan lapisan dalam. Lapisan Luar (korteks)
merupakan lapisan tipis berwarna abu-abu. Lapisan ini berisi badan sel saraf.
Permukaan lapisan korteks berlipat-lipat, sehingga permukaannya menjadi lebih
luas. Pada lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf. Lapisan Dalam
merupakan lapisan yang berwarna putih.lapisan dalam banyak mengandung
serabut saraf, yaitu dendrit dan neurit.
Fungsi Otak Besar
Otak besar merupakan pusat saraf utama yang mengendalikan kegiatan
tubuh. Otak besar berfungsi untuk:
Berpikir, pusat kesadaran dan kemauan kita, Pusat ingatan, Pengendalian
kesadaran kita misalnya untuk bergerak, mendengar, membau, dan bereaksi.
Berikut ini adalah gambar otak :
Gambar 2.3. Gambar otak pada manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Otak besar (cerebrum) yang disebut juga otak depan. Terdiri dari 2
belahan besar yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mengatur dan melayani
tubuh yang berlawanan. Masing-masing belahan otak besar dibagi menjadi empat
lobus yaitu frontal, parietal, oksipital dan temporal. Antara lobus frontal dan
lobus parietal dipisahkan oleh sulkus sentralis (celah tengah) atau celah roalndo.
Otak depan memiliki fungsi yang penting dalam pengaturan semuaaktifitas
tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memory),
kesadaran dan pertimbangan. Didepan lekuk tengah (sulkus sentralis) terdapat
daerah motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada
korteks motor tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah
anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berfikir.
Dibelakang (posterior) sulkus sentralis merupakan daerah sensori. Pada daerah ini
berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan. Daerah pendengaran
(auditori) terletak pada lobus okispital yang menerima bayangan dan selanjutnya
bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat penecapan dan pembau terletak dilobus
temporal bagian ujung enterior.
(c) Otak tengah
Otak tengah (dienselafon) manusia cukup kecil dan tidak menyolok,
terletak didepan. Otak kecil dan jembatan varol. Bagian terbesar dari otak tengah
sebagian vertebrata adalah lobus obticus yang ukurannya berbeda-beda. Selain itu
otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan
serabut saraf yang menghubungkan bagian otak belakang dan bagian otak depan
juga antara otak depan dengan mata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(d) Otak Belakang
Otak belakang meliputi jembatan varol (pons varolli), sumsum lanjutan
(medulla oblongata) dan otak kecil (serebelum). Jembatan varol ( Pons varolli ).
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan
otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan korteks otak besar. Sumsum
lanjutan (Medulla oblongata). Sumsum lanjutan atau medulla oblongata
membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan pons varolli dengan
sumsum tulang belakang (medulla spinalis) berperan sebagai pusat pengatur
pernapasan dengan cara meneruskan impuls saraf yang merangsang otot antara
tulang rusuk dan diafragma, sebagai pusat pengatur refleks fisiologi seperti detak
jantung, tekanan darah, suhu tubuh, pelebaran/penyempitan pembuluh darah,
gerak alat pencernaan dan sekresi kelenjar pencernaan. Fungsi lainnya yaitu
mengatur gerak refleks seperti batuk, bersin dan berkedip. Otak kecil (Serebelum)
Otak kecil terdiri atas dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Belahan kanan
dan belahan kiri dihubungkan oleh jembatan Varol yang terletak dibagian depan
otak kecil.
Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan
mengkoordinasikan otot-oto sebagai alat gerak. Benturan pada otak kecil dapat
mengganggu keseimbangan seseorang. Jika otak kecil terpukul, keseimbangan
seseorang akan terganngu.
1. Sumsum Lanjutan
Sumsum lanjutan merupakan penghubung antara otak kecil dengan
sumsum tulang belakang. Oleh karena itu sumsum lanjutan disebut juga sumsum
penghbung. Sumsum lanjutan terletak dibagian bawah otak besar, didepan otak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kecil. Bagian luar sumsum lanjutan berwarna putih yang berisi dendrit dan neurit.
Bagian dalam berwarna abu-abu dan mengandung sel saraf. Fungsi Sumsum
lanjutan adalah mengatur denyut jantung, kecepatan pernafasan, suhu tubuh,
tekanan darah dan kegiatan tubuh lain yang tidak disadari.
2. Sumsum Tulang Belakang (Sumsum Spinal)
Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang
belakang. Sumsum tulang belakang memanjang mulai dari ruas tulang leher
sampai dengan tulang pinggang yang kedua. Susunan sumsum tulang belakang
sama seperti susunan sumsum lanjutan, yakni tersusun atas dua lapisan. Lapisan
luar berwarna putih berisi dendrit dan neurit, sedangkan lapisan dalam berwarna
abu-abu dan mengandung banyak sel syaraf. Dibagian dalam sumsum tulang
belakang terdapat bagian yang berbentuk seperti sayap kupu-kupu mengarah ke
depan dan kebelakang. Bagian sayap depan disebut akar ventral, dan bagian sayap
belakang disebut akar dorsal. Akar ventral banyak mengandung sel syaraf motor.
Sedangkan akar dorsal banyak mengandung sel saraf sensori. Sel saraf sensori dan
sel saraf motor dihubungkan oleh sel saraf konektor. Sumsum tulang belakang
berfungsi sebagai pusat gerak reflek, penghantar impuls sensori dari indera ke
otak, penghantar impuls motor dari otak ke otot tubuh.
6) Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi merupakan saraf penghubung antara sistem saraf pusat
(yaitu otak dan sumsum tulang belakang) dengan organ-organ tubuh. Sistem saraf
tepi terdiri atas urat saraf dan ganglion. Sistem saraf tepi meliputi alur saraf
sensori dan saraf motor. Alur saraf motor dibagi menjadi sistem saraf sadar
(somatik) dan sistem saraf tak sadar (autonom).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(a) Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar menghantarkan impuls berdasarkan perintah kesadaran
dan kemauan kita. Sistem saraf sadar terdiri atas sistem saraf kepala (kranial) dan
sistem saraf tulang belakang (spinal). Sistem saraf kranial terdiri atas 12 pasang
saraf otak yang keluar dari otak dan menuju ke alat tubuh atau otot tertentu,
misalnya menuju ke indera pendengar, penglihatan, pembau, pengecap, dan kulit.
Sistem saraf spinal terdiri atas 31 pasang saraf sumsum tulang belakang yang
keluar secara berpasangan dari sela-sela ruas tulang belakang. Saraf sumsum
tulang belakang merupakan gabungan saraf sensori dan saraf motor yang menjadi
satu berkas saraf. Tiap saraf menghubungkan sumsum tulang belakang dengan
alat tubuh, misalnya tangan dan kaki.
Menurut Istamar Samsuri (2005: 69), berdasarkan asal saraf tersebut
dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang sarang
pinggang, 5 saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor, yang ditunjukkan tabel 2.3.
Tabel 2.3. Macam-Macam Saraf
No
Saraf Nama Saraf Jenis Saraf Dari saraf sensory Dari saraf motorik
I Olfaktori Sensori Selaput lendir hidung
Tidak ada
II Optik Sensori Retina mata Tidak ada III Okulomotori Motor otot penggerak bola
mata Otot penggerak bola mata, pupuil mata, lensa mata
IV Troklear/ phetenik Motor otot penggerak bola mata
Otot lain penggerak bola mata
V Trigeminal Gabungan Gigi dan kulit muka Otot pengunyah VI Abdusen Motor otot penggerak bola
mata Otot lain penggerak bola mata
VII Rasial Sensori Lidah bagian ujung Otot muka, kelenjar ludah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
VIII Auditori (vertibulokoklear)
Sensori Koklea dan saluran setengah lingkaran
Tidak ada
IX Glossofaringeal Gabungan Lidah bagian belakang tonsil
Kelenjar ludah, otot penelan di faring
X Vagus Gabungan Laring, paru-paru, jantung, lambung, pankreas, hati
Saraf simpatetik ke faring, esofagus, paru-paru, jantung, lambung, pankreas
XI Spinal / asesori Motor otot dibelikat, laring, faring, dan langit-langit halus
Otot laring, faring dan langit-langit halus
XII Hipoglosal Motor Otot lidah Otot lidah
(b) Sistem saraf tak sadar (Saraf autonom)
Saraf tak sadar (autonom) bekerja secara otomatis dan tidak dibawah
kehendak saraf pusat. Saraf tak sadar terletak disumsum tulang belakang. Sistem
saraf autonom terdiri atas sitem saraf simpatetik dan sistem saraf parasimpatetik.
1. Saraf Simpatetik
Sistem saraf simpatetik terdiri atas 25 pasang simpul saraf (ganglion).
Ganglion terletak disepanjang tulang belakang sebelah depan, mulai dari ruas
tulang leher sampai dengan tulang ekor. Ganglion-ganglion itu bersambungan
membentuk dua deretan, yaitu deretan kiri dan deretan kanan. Pada sistem saraf
simpatetik ini, tiap-tiap ganglion mempunyai urat saraf yang keluar menuju ke
paru-paru, ginjal, jantung, pembuluh darah, dan alat pencernaan.
Fungsi sistem saraf simpatetik antara lain: mempercepat denyut jantung,
memperkecil diameter, memperlebar pupil mata, menghambat kerja lambung,
memperbesar bronkus, menghambat pankreas.
2. Saraf parasimpatetik
Menurut Istamar Samsuri (2005: 69), susunan saraf parasimpatetik berupa
jaringan susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion-ganglion yang tersebar
diseluruh tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 2.4. Fungsi Saraf Simpatetik dan Saraf Parasimpatetik
Bagian tubuh
yang
dipengaruhi
Saraf Simpatetik Saraf Parasimpatetik
iris (pupil) Memperbesar pupil Mengecilkan pupil
Bronkus Memperbesar bronkus Mengecilkan bronkus
Jantung Mempercepat detak jantung Memperlambat detak jantung
Arteri kontriksi (memperkecil
diameter)
Dilatasi (memperbesar
diameter)
Kantung seni Menghambat kontraksi
kantung seni (relaksasi
kandung kemih)
Mengerutkan kandung kemih
Lambung Menghambat kerja lambung Memacu kerja lambung
Penis Mengontrol ejakulasi Merangsang ereksi
7) Indera
(a) Indera Pengl ihatan (mata)
Error!
Gambar 2.4. Mata pada manusia
1) Lapisan Bola mata: Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu, sklera, koroid,
dan retina.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2) Reseptor Mata :pada retina terdapat dua macam sel reseptor (fotoreseptor)
yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus).
Tabel 2.5. Kelainan pada Mata
Jenis kelainan Penyebab Ditolong dengan Hipermetrop (rabun dekat)
Lensa mata tidak dapat mencembung atau bola mata terlalu pendek sehingga bayangan jatuh dibelakang retina
Lensa cembung (konvergen/positif)
Miop (rabun jauh)
Lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayangan jatuh didepan retina
Lensa cekung (divergen / Negatif)
Presbiop Elastisitas lensa mata berkurang karena usia tua
Dibantu dengan lensa rangkap (dua macam lensa)
Astigmatisma Permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokusnya tidak sama dan bayangan benda yang terbentuk tidak sama
Lensa silindris (silinder)
Katarak Lensa mata buram, tidak elastis akibat pengapuran sehingga daya akomodasi berkurang
Operasi
(b) Indera Pendengaran (Telinga)
Perhatikan gambar telinga dibawah ini
Gambar 2.5. Telinga pada manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Telinga merupakan alat pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri
atas 3 bagian yaitu, telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Proses
mendengar, gelombang suara masuk :
1) Telinga luar: saluran telinga, gendang telinga; bergetar
2) Telinga tengah:Tiga tulang kecil:martil,Landasan,dan sanggurdi, Tingkat oval
3) Telinga dalam : Kohlea (rumah siput) : berisi perlimfa, Organ Corti : berisi
selaput basilar penuh sel saraf, PONSO tak samping (temporal lobe).
(c) Indera Peraba (kulit)
Kulit memiliki daya reseptor yang berbeda-beda, berikut ini gambar kulit:
1) Ujung saraf bebas (permukaan kulit) à rasa sakit dan panas
2) Korpuskula pacini à rasa tekanan,3). Ujung ruffini à panas dan tekanan
3) Ujung kraose à Rasa dingin,5). Korpus kulameissner à peka sentuhan
(d) Indera Pengecap (lidah)
Pada permukaan lidah terdapat reseptor pengecap berupa kuncup
pengecap. Kuncup rasa manis terdapat diujung lidah, kuncup rasa asam ditepi
Gambar 2.6. Kulit pada Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
belakang lidah, kuncup rasa asin ditepi depan kiri kanan lidah dan kuncup rasa
pahit dipangkal lidah.
Gambar 2.7. lidah pada manusia
(e) Indera Pembau (hidung)
Sel-sel sensori penerima rangsang gas kimia (kemoreseptor) terdapat pada
lapisan epitel yang terletak disebelah dorsal rongga dan terlindung oleh lendir.
Molekul-molekul yang larut dalam air dan lemak yang ada diudara akan larut
dalam lapisan lendir tersebut dan menimbulkan sensasi bau.
(f) Hormon
Hormon merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin (kelenjar buntu).
1) Hipotalamus
Hipotalamus mempunyai sel-sel khusus yang memproduksi neuro hormon.
Neurohormon berfungsi sebagai hormon penggiat dan ada pula yang berfungsi
sebagai penghambat. Hormon penggiat yang dihasilkan diangkut melalui
pembuluh kapiler menuju hipofisis. Kemudian hipofisis mengeluarkan hormon
hormon yang sesuai. Neurohormon yang bekerja sebagai faktor penghambat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
misalnya prolaktin inhibiting faktor yang berfungsi menghambat pengeluaran
prolaktin.
2) Hipofisis atau Pitvitari
3) Kelenjar tiroid
Berfungsi mengatur reaksi metabolisme karbohidrat, mengatur
penggunaan O2 dan CO2 mempengaruhi perkembangan tubuh dan mental.
4) Kelenjar anak gondok ( Paratiroid)
Kelenjar ini menghasilkan hormon paratiroid yang berfungsi mengatur
kandungan ion fosfat (PO4) dan ion kalsium (Ca) dalam darah dan tulang.
5) Kelenjar anak ginjal (adrenal)
Kelenjar ini terdiri atas dua bagian yaitu sebelah luar berwarna kekuning-
kuningan yang disebut korteks dan disebelah dalam disebut medula.
6) Pankreas
Berfungsi sebagai kelenjar endoktrin yang menghasilkan hormon insulin,
hormon yang mengubah gula menjadi glikogen pada hati dan otot lurik.
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Murni (2007) dengan judul “Pengaruh
pembelajaran Kimia dengan Metode TGT Menggunakan Permainan Ular
tangga dan Pyramid terhadap Prestasi Belajar Sistem Koloid dengan
Memperhatikan Kemampuan Awal Siswa”. Dalam penelitian ini, sebagai
populasi adalah siswa kelas XI SMA Negeri Mojolaban tahun pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2006/2007, pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik random
sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk variabel prestasi
belajar dan kemampuan awal serta metode angket untuk mengukur aspek
afektif. Teknik analisis data menggunakan analisis variasi 2 jalan dengan
frekuensi sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi rerata pasca analisis variansi
dengan metode scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) penggunaan
metode TGT menggunakan permainan ular tangga lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan permainan pyramid terhadap prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan sistem koloid, b) kemampuan awal berpengaruh terhadap
peningkatan prestasi belajar kimia pada pokok bahasan sistem koloid. Siswa
yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah, c)
tidak ada interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan
ular tangga dan menggunakan permainan pyramid dengan kemampuan awal
terhadap prestasi belajar kimia pada pokok bahasan sistem koloid.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Erlika setyaningsih (2009) dengan Judul
“Pembelajaran kooperatif metode TGT (Teams Games Tournament)
menggunakan permainan ular tangga dan teka-teki silang dalam bentuk media
flash dengan memperhatikan memori dan EQ (Emotional Quotient) Materi
Pokok struktur atom”. Metode penelitian ini adalah metode eksperimen
menggunakan anava 2 jalan dengan desain faktorial 2 x 2. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa klas X SMA Negeri 2
Karanganyar. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Teknik pengumpulan data dengan metode tes untuk prestasi belajar, metode
angket untuk memori dan EQ. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
metode belajar TGT dengan ular tangga dan teka-teki silang dapat
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada materi pokok struktur
atom. Siswa yang memiliki EQ tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih
tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki EQ rendah pada materi pokok
struktur atom.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Gillies Roby M. Dengan judul “ The Effects of
Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviours:
Disccourse and Learning During a science based learning activity“.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan membandingkan
antara kelompok belajar kooperatif tersruktur dan tidak terstruktur serta
bertujuan untuk mengetahui efek pembelajaran kooperatif terstruktur dan tidak
terstruktur pada perilaku siswa dan hasil belajar selama proses pembelajaran
berbasis pengetahuan di SMP, sampel yang diambil dari 9 kelas dan berjumlah
164 0rang. Pada saat penelitian tersebut siswa belajar secara kooperatif dengan
3-4 orang dengan memperhatikan perbedaan gender dan kemampuan awal
yang dimiliki sebelum mengikuti pelajaran tersebut. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif terstruktur memberikan efek
yang lebih baik terhadap perilaku dan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan
padakelompok belajar kooperatif terstruktur siswa yang menguasai konsep
lebih cepat bisa membantu rekan-rekannya dalam menyelasaikan masalah dan
penugasan kosep dibanding pada kelompok belajar tidak terstruktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
4. Penelitian yang dilakukan oleh Feng-feng Kee (2008) yang berjudul
“Alternatif Goals Struktur For Computer Based Learning”. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dan tujuan penelitian ini adalah meneliti
tentang penerapan struktur kelas kooperatif, kompetitif dan individual pada
pembelajaran matematika berbasis permainan komputer terhadap performa
dan sikap siswa pada pelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan
sampel 160 orang di 8 kelas. Sampel adalah siswa kelas 5 SD Negeri di
Pensylvania dan masing-masing diberikan pembelajaran berbasis permainan
komputer dengan struktur kelas kooperatif, kompetitif dan individualis serta
kelompok kontrol tidak diberikan pembelajaran berbasis permainan komputer.
Penelitian ini menggunakan perbedaan gender dan status sosial ekonomi siswa
sebagai variabel moderator. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh signifikan penggunaan struktur kelas pada pembelajaran
berbasis permainan komputer terhadap performa matematika, tetapi
pembelajaran kooperatif pada pembelajaran berbasis permainan komputer.
Memberikan hasil paling positif terhadap sikap siswa pada pembelajaran
matematika, perbedaan gender tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap performa dan sikap siswa pada pembelajaran matematika sedangkan
perbedaan sosial ekonomi siswa memberikan perbedaan pengaruh pada
struktur kelas pembelajaran matematika berbasis permainan komputer.
5. Muhammad Irianto Mewal, S8311071 (2009) dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran STAD (Student Achievement Divisions) dan Model
Pembelajaran TGT (Team Game Tournament) Terhadap Sikap Ilmiah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
ditinjau dari Kemampuan Interpersonal Siswa (Studi kasus Pembelajaran
Memahami Wujud zat dan Perubahannya pada Kompetensi Dasar Massa Jenis
dalam Kehidupan sehari-hari pada siswa SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010)”. Tujuan penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terhadap sikap
ilmiah siswa, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan
interpersonal siswa tinggi atau rendah terhadap sikap ilmiah siswa, 3) untuk
mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan
kemampuan interpersonal dan pengaruhnya terhadap sikap ilmiah siswa.
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2009/2010.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII sebanyak 182 siswa yang
terbagi dalam 6 kelas. Dengan menggunakan teknik cluster random sampling
dipilih dua kelas sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen yang melibatkan dua kelas, satu kelas dalam pembelajarannya
menggunakan model STAD dan kelas lain menggunakan model TGT. Data
kemampuan interpersonal diambil dengan menggunakan angket tertutup
sedangkan data sikap ilmiah diambil dengan lembar observasi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) ada perbedaan sikap ilmiah antara
siswa kelompok STAD dan TGT, untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa
model pembelajaran TGT masih lebih baik dari model pembelajaran STAD;
2) ada perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang kemampuan interpersonalnya
tinggi dengan siswa yang kemampuan interpersonalnya rendah. Sikap ilmiah
siswa yang kemampuan interpersonalnya tinggi masih lebih baik dari siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
yang kemampuan interpersonalnya rendah; 3) antara model pembelajaran
dengan kemampuan interpersonal tidak ada interaksi.
C. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga
dan metode pembelajaran TGT menggunakan Teka-Teki Silang terhadap
prestasi belajar Biologi
Materi sistem koordinasi pada manusia merupakan salah satu materi
pokok dalam pelajaran Biologi siswa kelas IX SMP yang diberikan pada semester
pertama. Materi ini memerlukan daya pemahaman dan daya hafalan yang cukup,
dari karakteristik materi sistem koordinasi sulit dan bersifat abstrak dan dapat
dirasakan oleh siswa maka metode yang tepat untuk karakteristik materi tersebut
adalah metode TGT (Team Game Tuornament) bermain sambil belajar melalui
kelompok-kelompok kecil dan diskusi, dengan belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil dan diskusi diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami
materi, selain itu materi yang sulit juga memerlukan pemahaman yang lebih
diperlukan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran materi sistem koordinasi pada manusia adalah ular tangga dan teka
teki silang, adapun keunggulan dan kelebihan permainan Ular tangga: 1)
kerjasama kelompok dalam mencapai finish sangat ditekankan; 2) anak tidak
selalu dituntut untuk berpikir, sehingga suasana turnamen cenderung lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menyenangkan; 3) dengan keberuntungan mengocok dadu, memberikan motivasi
lebih besar pada siswa untuk mencapi finish (mencapai kemenangan); 4)
memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi, karena siswa dituntut untuk aktif
dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat; 5) dapat memuat pertanyaan dengan
berbagai jenis jawaban (tidak hanya sebuah konsep hafalan, tetapi juga konsep
hitungan); b. Kelemahan permainan Ular tangga: kurang dapat mengukur
kemampuan suatu kelompok, karena kemenangan dipengaruhi oleh adanya
keberuntungan (adanya ular dan tangga). Adapun kelebihan dan kelemahan
permainan teka-teki silang yang digunakan ini, antara lain: a. Kelebihan: 1) Dapat
mengukur kemampuan suatu kelompok, karena tidak ada faktor keberuntungan
dalam mencapai kemenangan; 2) Diperlukan pengetahuan yang cukup, karena
siswa harus aktif mencari jawaban sendiri dengan tepat; b. Kekurangan : 1) Tidak
dapat memuat pertanyaan hitungan dengan jenis jawaban yang komplek; 2)
Jawaban lebih mudah ditebak, karena ada huruf-huruf yang menghubungkan
sebuah kata.
Penggunaan metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Ini sesuai dengan teori-teori
ausebel yaitu belajar bermakna, belajar bermakna adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil atau makna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada
dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan
materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-
TTS dan TGT-UT adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dalam belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu,
sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi –
informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu
fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama
dalam mempelajari materi baru.
Dengan pembelajaran kooperatif metode TGT (Teams Game
Tournaments) dengan menggunakan permainan Teka-teki silang dan Ular tangga
yang dapat membantu mempermudah cara belajar siswa. Belajar tim yang kompak
dapat menjadikan pemahaman materi lebih mudah, siswa lebih mudah menerima
informasi dari teman sebaya dibandingkan dengan menbaca sendiri. dengan TGT
siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya dan
siswa dituntut untuk aktif dalam bermain dan belajar.
Penggunaan permainan Teka-teki silang dan Ular tangga dalam penelitian
ini dipilih, karena permainan tersebut memiliki daya tarik tersendiri dalam teknik
menjawab pertanyaan. Suasana turnament dalam permainan ular tangga lebih
menyenangkan dari pada permainan teka-teki silang, karena pada permainan ular
tangga tidak selalu dituntut untuk berfikir, selain itu motivasi siswa juga lebih
besar, karena untuk mencapai finish dapat diperoleh dengan keberuntungan
mengocok dadu. Sedangkan teka-teki silang merupakan permainan yang sudah
umum dimasyarakat sehingga siswa diasumsikan akan merespons yang biasa saja.
Berdasarkan pemikiran diatas diduga metode pembelajaran TGT dengan
menggunakan permainan ular tangga dapat lebih meningkatkan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia dari pada siswa yang diajar
dengan menggunakan permainan teka-teki silang.
2. Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi
Karakteristik materi sistem koordinasi pada manusia adalah sulit, bersifat
abstrak dan dapat dirasakan, selain itu banyak konsep-konsep penting yang
memerlukan ingatan lebih untuk mengingatnya, karena banyak istilah latin pada
sistem koordinasi pada manusia. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah memori. Memori merupakan kemampuan yang ada dalam
diri seseorang untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali
informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. Materi yang banyak istilah latin dan
konsep-konsep penting diperlukan memori. Memori jangka pendek
memungkinkan mengingat selama beberapa detik sampai satu menit tanpa latihan,
memori jangka pendek tergantung pada daerah lobus frontal (terutama korteks
prefrontal dorsolateral) dan lobus parietalis yang juga merupakan konsep dari
sistem koordinasi pada manusia, sedangkan memori jangka panjang dapat
menyimpan jumlah yang jauh lebih besar dari informasi potensial jangka waktu
terbatas sebagai contoh diberikan nomor tujuh angka random kita mungkin
mengingatnya hanya beberapa detik saja mengingatnya hanya beberapa detik
sebelum lupa, menunjukkan hal itu tersimpan dalam memori jangka pendek kita.
Disisi lain, kita dapat mengingat nomor telepon selama bertahun-tahun melalui
pengulangan, informasi ini dikatakan disimpan dalam memori jangka panjang.
Dalam proses mengajar terjadi transfer informasi baik dari guru ke siswa
ataupun dari siswa ke siswa lain. Oleh karena itu memori diperlukan oleh siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dalam proses belajar mengajar. Semakin tinggi memori siswa terhadap suatu
informasi, akan semakin mudah dalam belajarnya. Dimungkinkan siswa yang
memiliki tingkat memori tinggi memiliki prestasi belajar biologi yang lebih baik
dari pada siswa yang memiliki tingkat memori rendah sehingga diduga akan
terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi
Materi sistem koordinasi pada Manusia.
3. Pengaruh Kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi
Materi sistem koordinasi pada manusia adalah sulit, bersifat abstrak dan
dapat dirasakan, selain itu banyak istilah latin dalam bentuk kata maupun kalimat
yang sulit dipahami. Materi yang memiliki karakteristik tersebut memerlukan
kreativitas siswa. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk menghubungkan dan
mengkaitkan kadang-kadang dengan cara yang ganjil namun mengesankan
kreatifitas merupakan dasar pendayagunaan kreatif dan daya rohani manusia
dalam bidang manapun. Jadi kreatifitas merupakan proses proses mental dari
berbagai jenis ketrampilan keras manusia yang dapat melahirkan pengungkapan
yang unik, berbeda dan orisinil. Kreativitas adalah kemampuan yang berdasarkan
pada data atau informasi yang tersedia, untuk menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Dari pendapat ini makin banyak
kemungkinan jawaban yang diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah
seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi
tidak semata-mata banyaknya jawaban yang diberikan untuk menentukan
kreativitas seseorang, tetapi juga mutu atau kualitas jawabannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Dari uraian di atas diduga kreatifitas siswa yang tinggi dan rendah
diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar Biologi Materi Sistem
Koordinasi pada Manusia.
4. Interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan ular tangga dan
menggunakan permainan Teka-Teki silang dengan memori siswa terhadap
prestasi belajar Biologi
Siswa yang memiliki memori tinggi apabila dikenai pengajaran dengan
metode TGT menggunakan permainan ular tangga akan mempunyai perbedaan
prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai memori tinggi tetapi dikenai
pengajaran dengan metode TGT menggunakan teka-teki silang. Sebaliknya siswa
yang mempunyai memori rendah yang diajar dengan metode TGT menggunakan
permainan ular tangga akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang dikenai pengajaran dengan metode TGT
menggunakan permainan teka-teki silang karena suasana turnamen dalam
permainan ular tangga lebih menyenangkan dan dalam bermain ular tangga
motivasi siswa lebih besar. Dilihat juga dari karakteristik permainannya, pada
permainan teka-teki silang siswa dituntut untuk memiliki daya ingat yang tinggi,
hal ini dikarenakan dalam permainan teka-teki silang, siswa harus bisa
menghubungkan antara huruf-huruf yang tersedia membentuk kata yang di
inginkan yang jumlah hurufnya sudah ditentukan, jika ada kesalahan sedikit saja
dalam penulisan jawaban, maka jawabannya dianggap salah. Berbeda halnya
dengan permainan ular tangga, dimana dalam permainan ini, siswa tidak dituntut
untuk memberikan jawaban yang jumlah hurufnya sudah ditentukan seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
jawaban yang ditentukan seperti jawaban yang diinginkan dalam teka-teki silang.
Hal ini juga dapat dilihat, bahwa materi sistem koordinasi pada manusia
merupakan materi yang perlu dihafalkan dan ingatan, materi sistem koordinasi
pada manusia terdiri dari konsep - konsep misalnya sel syaraf (neuron), dimana
dalam neuron terdiri dari bagian-bagian neurit, dendrite, badan sel, dan ujung
syaraf . Misalkan saja diinginkan jawaban dari salah satu bagian neuron, maka
dalam permainan teka-teki silang siswa harus benar-benar bisa menulis jawaban
yang tersusun dari huruf-huruf yang diinginkan sedangkan dalam permainan ular
tangga, meskipun jawabannya tidak lengkap tapi jawaban yang dimaksud benar,
maka jawaban tersebut akan dianggap benar. Dari uraian pemikiran diatas, diduga
terdapat interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan teka-
teki silang dan ular tangga dengan memori siswa terhadap prestasi belajar
pada materi sistem koordinasi pada manusia.
5. Interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular
tangga dan menggunakan permainan Teka-teki silang dengan kreatifitas siswa
terhadap prestasi belajar Biologi
Siswa yang memiliki kreatifitas tinggi apabila dikenai pengajaran dengan
metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang akan mempunyai
perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi tetapi
dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan ular tangga. Sebaliknya
siswa yang memiliki kreatifitas rendah yang diajar dengan metode TGT
menggunakan ular tanggaakan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang dikenai pengajaran dengan metode TGT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
menggunakan permainan teka-teki silang. Interaksi penggunaan model
pembelajaran kooperatif metode TGT dengan kreatifitas siswa terlihat pada saat
diskusi permainan. Dalam mengisi teka-teki silang ini, siswa memerlukan
kemampuan untuk menghubungkan dan mengkaitkan kata-kata. Saat siswa mulai
mencocokkan urutan pertanyaan dengan letak kotak secara mendatar atau
menurun sesungguhnya hal tersebut mengasah kecekatan, dimana kegiatan ini
memerlukan koordinasi tangan dan mata. Pada saat itulah siswa membiasakan diri
untuk berkonsentrasi agar menuliskan jawaban pada kotak yang tepat. Adakalanya
siswa menemukan pertanyaan yang sangat mudah namun bukan tak mungkin dia
terhadang kesulitan. Hal ini tentu dapat dijadikan keuntungan jika mereka jeli
melihatnya. Karena ditengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi
kedalam deretan kotak tersebut sesungguhnya tanpa disadari siswa tengah belajar
memacu kreatifitas dalam dirinya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Jadi siswa yang memiliki kreatifitas tinggi ini lebih cocok menggunakan metode
pembelajaran TGT teka-teki silang dibandingkan dengan metode pembelajaran
TGT menggunakan ular tangga, sedangkan siswa yang memiliki kreatifitas rendah
kemungkinan tepat diterapkan dengan metode pembelajaran TGT menggunakan
ular tangga, karena dalam permainannya sangat menarik.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diduga kemungkinan terdapat
interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular tangga
dan teka-teki silang dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi
materi sistem koordinasi pada manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
6. Interaksi antara memori dan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi
Pada materi sistem koordinasi pada manusia dengan memperhatikan
memori dan kreatifitas siswa, dimungkinkan terdapat interaksi antara memori
dengan kreatifitas siswa. Karena siswa dengan kreatifitas yang tinggi,
dimungkinkan juga akan memiliki memori yang tinggi, karena dengan kreatifitas
tinggi, siswa dapat lebih kreatif membuat kata atau kalimat. Jadi diduga terdapat
interaksi antara tingkat memori dan tingkat kreatifitas terhadap prestasi belajar
Biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
7. Interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan ular
tangga dan menggunakan permainan Teka-teki silang, memori serta
kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
Siswa yang menerima pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT
menggunakan permainan ular tangga memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih
baik dari pada siswa yang diajar dengan metode TGT menggunakan permainan
teka-teki silang dan siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi memiliki
prestasi belajar Biologi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki
kemampuan memori rendah, serta dilihat dari karakteristik kedua metode
pembelajaran yang mana faktor memori dan kreatifitas memiliki peran yang sama
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga dimungkinkan apapun metode
pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT menggunakan permainan ular
tangga atau metode TGT menggunakan teka-teki silang, siswa yang memiliki
memori tinggi akan memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik dari pada
siswa yang memiliki memori rendah. Sebaliknya berapapun tingkat memori, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
tinggi maupun rendah, siswa yng menerima pembelajaran dengan metode
pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga akan memiliki prestasi
belajar Biologi yang lebih baik dari pada model pembelajaran TGT menggunakan
permainan teka-teki silang. Begitu pula dengan kreatifitas siswa, apapun metode
pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT menggunakan permainan ular
tangga atau metode TGT menggunakan teka-teki silang, siswa yang memiliki
kreatifitas tinggi akan memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki kreatifitas rendah. Sebaliknya berapapun tingkat kreatifitas
baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga
akan memiliki prestasi belajar Biologi yang lebih baik daripada metode
pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang. Sehingga dapat
diduga bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran, memori dan
kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada
manusia.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan
permainan teka-teki silang dengan ular tangga terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2. Ada pengaruh memori siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
3. Ada pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi
materi sistem koordinasi pada manusia;
4. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap
prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
5. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
6. Ada interaksi antara memori dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia;
7. Ada interaksi anatar metode pembelajaran dengan memori serta kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar Biologi materi sistem koordinasi pada
manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di kelas 1X semester 1 SMP Negeri 2
Tambakrejo pada tahun pelajaran 2010/ 2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 – Januari 2011. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Tahap Penelitian
Kegiatan B u l a n
5 6 7 8 9 10 11 12 1
Proposal penelitian √
Permohonan ijin √ √
Pembuatan dan uji instrumen
√
Pengambilan data penelitian
√ √
Penyusunan laporan & konsultasi
√ √ √ √ √ √ √ √ √
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dengan menggunakan anava tiga jalan dengan rancangan faktorial 2x2x2. Faktor
pertama adalah model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif dengan
metode TGT menggunakan permaianan ular tangga dan TGT menggunakan
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
permainan teka-teki silang. Faktor kedua adalah memori yang dikategorikan
kedalam memori tinggi dan rendah. Faktor ketiga kreativitas siswa yang dibagi
menjadi kreativitas tinggi dan rendah. Rancangan Penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Rancangan Penelitian
B
B (Memori)
Metode Pembelajaran
B1 B2
(A) Kreativitas
(C) C1 C2 C1 C2
A
A1 A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2
A2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
Keterangan :
A1 : Metode TGT menggunakan permainan Ular Tangga
A2 : Metode TGT menggunakan permainan Teka-Teki Silang
B1 : Memori tinggi
B2 : Memori rendah
C1 : kreativitas tinggi
C2 : kreativitas rendah
A1B1C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori
Siswa Tinggi dan kreativitas tinggi
A1B1C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori
Siswa Tinggi dan kreativitas Rendah
A1B2C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori
Siswa Rendah dan kreativitas Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
A1B2C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Ular Tangga pada Memori
Siswa Rendah dan kreativitas Rendah
A2B1C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada
Memori Siswa Tinggi dan kreativitas Tinggi
A2B1C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada
Memori Siswa Tinggi dan kreativitas Rendah
A2B2C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada
Memori Siswa Rendah dan kreativitas Tinggi
A2B2C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada
Memori Siswa Rendah dan kreativitas Rendah
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1X SMP Negeri 2
Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah claster random
sampling atau sampel acak dengan cara undian kelas (Saifudin azwar, 2001: 81).
Dalam penenlitian ini sebagai sampel diambil 2 kelas dari 4 kelas 1X yang ada di
SMP Negeri 2 Tambakrejo. Dengan cara ini diperoleh sampel penelitian yaitu
kelas 1X-A sebagai kelompok eksperimen pertama, dikenai metode pembelajaran
TGT menggunakan permainan ular tangga dan kelas 1X-B sebagai kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
eksperimen kedua, dikenai metode pembelajaran TGT menggunakan teka-teki
silang.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu metode pembelajaran,
memori dan kreativitas siswa. Kemudian sebagai variabel terikat yaitu prestasi
belajar.
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
1) Metode pembelajaran
Metode TGT menggunakan ular tangga adalah metode belajar-mengajar
yang menekankan kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam mencari
jawaban yang dipengaruhi pengetahuan dan keberuntungan adanya ular dan
tangga. Metode TGT menggunakan teka-teki silang adalah metode belajar-
mengajar yang menekankan kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa
dalam mencari jawaban dalam permainan teka-teki silang yang dipengaruhi
pengetahuan semata
2) Memori
Memori adalah kemampuan menghafal seseorang yang terdiri dari proses
memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang pernah
diperoleh sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
3) Kreativitas.
Kreativitas adalah suatu proses menciptakan gagasan yang baru dari
angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang telah dimiliki. Kreatifitas
merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengkaitkan, kadang-kadang
dengan cara yang ganjil namun mengesankan merupakan dasar pendayagunaan
kreatif dan daya rohani manusia dalam bidang manapun. Jadi kreatifitas
merupakan proses mental dari berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang
dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda dan orisinil.
Kreatifitas yang dimaksudkan didalam penelitian ini adalah kreatifitas
verbal, yaitu kemampuan siswa dalam berfikir secara divergen dengan
menggunakan kata-kata verbal sebagai aktualisasi pemikirannya. Kemampuan ini
tergambar setelah siswa mampu menyelesaikan tes kreatifitas yang diujikan oleh
peneliti dengan indikator (1) mampu menyusun permulaan kata, (2) menyusun
kata, (3) membentuk kalimat tiga angka, (4) sifat-sifat yang sama, (5) macam-
macam penggunaan, (6) apa akibatnya.
b. Variabel terikat
Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai
akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran biologi materi struktur atom yang
mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk
nilai. Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi dua aspek,
yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2. Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel metode pembelajaran berupa metode pembelajaran TGT
menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki
silang berskala pengukuran nominal. Variabel memori dan kreativitas siswa
berskala pengukuran ordinal yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah.
Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan
perolehan skor sama dan diatas skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi,
sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah skor rata-rata dimasukkan dalam
kategori rendah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes, angket, dan dokumentasi.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data skor memori, kreativitas
dan nilai prestasi belajar kognitif pada kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun
pelajaran 2010 / 2011.
2. Metode Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan
jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data dan nilai prestasi
belajar afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
3. Metode Dokumentasi
Dokumen dalam penelitian ini adalah data nilai mata pelajaran IPA
kelas VIII pada semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Instrumen dalam pelaksanaan penelitian yang berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran.
2. Instrumen dalam pengambilan data pokok, yaitu tes memori, tes kreatifitas,
pedoman pensekoran tes kreatifitas, tes prestasi belajar ranah kognitif dan
angket prestasi belajar ranah afektif.
3. Instrumen dalam pengambilan data pendukung, yaitu tugas kelompok proses
diskusi, kuis dalam permainan teka-teki silang dan ular tangga.
G. Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes
prestasi belajar ranah kognitif, tes memori, tes kreatifitas dan angket prestasi
belajar afektif diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen
tersebut telah memenuhi persyaratan instrumen yang baik, diantaranya instrumen
yang valid dan reliabel, serta untuk mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan
pula analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran dan daya pembeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Pada penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif, terdiri dari 55
butir soal yang berupa pilihan ganda dengan empat pilihan. Skala penilaian
menggunakan skala 100, dengan penilaian jumlah jawaban benar dikalikan empat.
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penilaian kognitif diujicobakan
terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya
pembeda soal.
a. Uji Validitas
Sebuah instrumen tes dikatakan valid, apabila dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas
item. Validitas item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item.
Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dari Karl Pearson sebagai berikut :
{ }{ }å åå åå å å=
2222xyY)(- YNX)(- XN
Y)X)(( - XYN r
Keterangan :
X: skor butir item nomor tertentu, Y : skor total, rxy: koefisien validitas, N:
jumlah subjek.
Kemudian diuji t pada taraf signifikan 5% dengan derajat bebas n – 2.
Rumusnya adalah:
t = 2-n21 xy
xy
r
r
-
Item dikatakan valid bila harga t > ttabel. (Nana Sudjana, 2005: 146)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Hasil uji validitas instrument penilaian kognitif yang dilakukan
terangkum dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Kriteria Valid Drop
Soal Materi Sistem koordinasi pada
manusia
55 48 7
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 18.
b. Uji Reliabilitas
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut:
rtt = úû
ùêë
é å-úûù
êëé
- 2t
2t
S
pqS
1nn
Keterangan :
rtt : koefisien reliabilitas, n : jumlah item, St : standar deviasi, p : proporsi subyek
yang menjawab item dengan benar, q: proporsi subyek yang menjawab item
dengan salah, Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrumen tersebut
adalah reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas
digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel
(Anas Sudijono, 2005: 254)
Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal Materi Sistem koordinasi pada
manusia
55 0,954 Reliabel
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat
pada Lampiran 18.
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Indeks kesukaran item digunakan untuk menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Untuk menentukan indeks kesukaran item digunakan rumus
sebagai berikut :
P = N
N p
Keterangan :
P : indeks kesukaran item
Np : banyaknya siswa yang menjawab benar dari suatu item
N : jumlah siswa yang mengikuti tes
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut : 1) Kurang dari 0,30: terlalu
sukar, 2) 0,30 – 0,70: cukup (sedang), 3) lebih dari 0,70 : terlalu mudah
(Anas Sudijono, 2009: 372)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Hasil uji taraf kesukaran soal instrument penilaian kognitif yang
dilakukan terangkum dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif
Jumlah soal Taraf kesukaran soal
Terlalu sukar Cukup (sedang) Teralalu mudah
55 21 25 9
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 18.
d. Daya Pembeda Soal
Taraf pembeda item adalah kemampuan suatu item untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang
berkemampuan rendah (kurang pandai), (Anas Sudijono, 2005:385). Bilangan
yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi
dengan rumus:
D = PA – PB
Di mana:
D : indek diskriminasi item
PA : proporsi siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar dari suatu item
PB : proporsi siswa kelompok bawah yang dapat menjawab benar dari suatu item
Adapun klasifikasinya sebagai berikut: 1) Bertanda negatif: jelek sekali, 2)
kurang dari 0,20 : jelek, 3) 0,20– 0,40 : sedang, 4) 0,40 – 0,70 : baik, 5) 0,70 –
1,00 : baik sekali
(Anas Sudijono, 2005: 389)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Hasil uji daya beda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan
terangkum dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian Kognitif
Jumlah
soal
Daya pembeda soal
Jelek sekali Jelek Sedang Baik Baik sekali
55 0 2 23 21 9
Hasil uji daya beda soal instrument penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 18.
2. Tes Memori
Tes memori menggunakan metode asosiasi berpasangan. Dalam
prakteknya siswa diminta untuk mengingat materi selama beberapa saat, berupa
kata yang berpasangan dengan kode. Kemudian materi ditarik dan siswa diminta
untuk mengungkapkan kembali materi yang telah diingat, dengan cara memilih
kode yang sesuai pasangannya dengan disertai pengecoh dalam waktu yang telah
ditentukan. Jumlah soal tes kemampuan memori sebanyak 50 butir, dengan teknik
penskoran jumlah jawaban benar sama dengan skor yang diperoleh siswa.
Standarisasi tes dilakukan dengan uji reliabilitas.
a. Uji Reliabilitas
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan formula Spearman-Brown, dengan membelah
dua menjadi bagian yang sama berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Waktu
yang digunakan dalam uji ini dibagi menjadi empat bagian, skor waktu pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
dan keempat dikorelasikan dengan skor waktu kedua dan ketiga. Adapun
rumusnya sebagai berikut :
rtt = úûù
êëé+ hh
hh
rr
12
Keterangan :
rtt : koefesien reliabilitas tes
rhh : koefesien korelasi product moment antara skor waktu ke-1 dan 4 dengan
waktu ke-2 dan 3 dari tes memori.
1 & 2 : Bilangan konstan.
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas
digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel
(Anas Sudijono, 2005: 216)
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 21, diperoleh koefesien
reliabilitas sebesar 0,804. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal kemampuan
memori reliabel.
3. Tes Kreatifitas Siswa
a. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas butir tes kreaivitas dicari dengan menghitung
indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut :
rxy = ( ) ( )( )( )( ) ( )( )[ ]2222 YYNXXN
YXXYN
S-SS-S
SS-S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan, X = skor butir item nomor tertentu, Y = skor total, N = jumlah
subyek
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria
validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan
dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Item dikatakan valid bila
harga rhitung > rtabel.
Hasil uji validitas instrument kreativitas yang dilakukan terangkum
dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas
Variabel Jumlah Soal Kriteria Valid Drop
Kreativitas verbal 24 18 6
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 18.
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan
untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut:
11r = úû
ùêë
é S-úû
ùêëé
- 2
2
11 t
i
nn
ss
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Keterangan :
11r = reliabilitas yang dicari
n = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
åσ2
i = jumlah varians skor tiap-tiap item
σ2
i =
( )
NN
XX
2
i2iåå -
σ2
t = varians total
σ2
t =
2
t2t
N
X
N
X÷÷ø
öççè
æ- åå
(Suharsimi Arikunto, 2006: 108-112)
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas
digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel
(Anas Sudijono, 2005: 254)
Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen kreativitas
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Kreativitas verbal 24 0,852 Reliabel
4. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Skala penskoran digunakan skala likert, adapun ketentuannya dapat dilihat
pada Tabel 3.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Tabel 3. 3. Skor Penilaian Afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai
(+) (-)
SS (Sangat setuju)
S (Setuju)
TS (Tidak setuju)
STS (Sangat tidak setuju)
4
3
2
1
1
2
3
4
(Depdiknas, 2003: 14)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen penilian
afektif diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket,
dengan menguji validitas dan realibilitas.
a. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung
indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut :
rxy = ( ) ( )( )( )( ) ( )( )[ ]2222 YYNXXN
YXXYN
S-SS-S
SS-S
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan
X = skor butir item nomor tertentu
Y = skor total
N = jumlah subyek
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria
validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Item dikatakan valid bila
harga rhitung > rtabel.
Tabel 3.10. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Drop
Angket Afektif 20 17 3
Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 19.
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan untuk
mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut:
11r = úû
ùêë
é S-úû
ùêëé
- 2
2
11 t
i
nn
ss
Keterangan :
11r = reliabilitas yang dicari
n = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
åσ2
i = jumlah varians skor tiap-tiap item
σ2
i =
( )
NN
XX
2
i2iåå -
σ2
t = varians total
σ2
t =
2
t2t
N
X
N
X÷÷ø
öççè
æ- åå
(Suharsimi Arikunto, 2006: 108-112)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Selanjutnya pemberian interprestasi terhadap koefesien reliabilitas
digunakan patokan sebagai berikut: 1) r ≥ 0.70; reliabel, 2) r < 0.70; tidak reliabel
(Anas Sudijono, 2005: 254)
Tabel 3.11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Penilaian Afektif 20 0,751 Reliabel
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 19.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji, normalitas, dan homogensitas.
Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung
menggunakan software minitab.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 : data tidak terdistribusi normal
H1 : data terdistribusi normal
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika P-Value < 0,1 selain
itu H1 akan ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi – variansi
dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji normalitas ini dihitung menggunakan
software minitab.
1) Prosedur Penentuan Hipotesis:
H0 : data tidak homogen
H1: data homogen
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika P-Value < 0,05 selain itu H1
akan ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Anava
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel
bebas terhadap variabel terikat.
1) Uji Hipotesis:
a) H0A : Tidak ada pengaruh penggunaan metode TGT menggunakan Ular
Tangga dengan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi materi sistem
syaraf pada manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
b) H1A : Ada pengaruh penggunaan metode TGT menggunakan Ular Tangga
dengan teka-teki silang terhadap prestasi belajar siswa.
c) H0B : Tidak ada pengaruh memori tinggi dengan kemampuan memori rendah
terhadap prestasi belajar siswa.
H1B : Ada pengaruh memori tinggi dengan kemampuan memori rendah
terhadap prestasi belajar siswa.
d) H0C : Tidak ada pengaruh kreativitas tinggi dengan kreativitas rendah
terhadap prestasi belajar siswa.
H1C : Ada pengaruh kreativitas tinggi dengan kreativitas rendah terhadap
prestasi belajar siswa.
e) H0AB : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan
memori siswa terhadap prestasi belajar siswa
H1AB : Ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan memori
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
f) H0AC : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa
H1AC : Ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
g) H0BC : Tidak ada interaksi antara penggunaan memori dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa
H1BC : Ada interaksi antara penggunaan memori dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
h) H0ABC : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode, memori serta
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa
H1ABC : Ada interaksi antara penggunaan metode, memori dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika P-Value < 0,05 selain itu H1 akan
diterima. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil
analisis menunjukkan bahwa pengecekan hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji
lanjut anava adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan
kolom, baris, dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana saja terdapat
rerata yang berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode Komparasi Ganda
dengan uji Scheffe dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan hipotesis
yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
b) Menentukan tingkat signifikansi a
c) Mencari nilai statistik uji F dan menentukan daerah kritik dengan
menggunakan formula berikut:
Uji scheffe untuk komparasi rataan antar baris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
( )
úúû
ù
êêë
é+
-=-
..
2
....
11
ji
jiji
nnRKG
XXF
dengan:
Fi.-j.= Nilai F pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
.iX = Rataan pada baris ke-i
.jX = Rataan pada baris ke-j
RKG= Rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
ni. = Ukuran sampel baris ke-i
nj. = Ukuran sampel baris ke-j
Dk = {F / F > (p – 1) Fa ;p-1, N-pq}
d) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.
e) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
Semua persamaan sebagaimana tertera di atas digunakan untuk
menganalisa data secara manual. Untuk menghemat waktu dan meminimalisir
kesalahan hitung, memudahkan membuat interval distribusi frekuensi data dan
histogram, serta meningkatkan akurasi hasil perhitungan, maka pada penelitian ini
pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsof Excel dan Minitab
15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi skor memori, skor
kreativitas dan nilai prestasi belajar siswa materi sistem koordinasi pada manusia.
Data diperoleh dari kelas IX-B sebagai kelas eksperimen dengan metode
pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan IX-C sebagai kelas
eksperimen dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki
silang.
1. Data Prestasi Belajar Biologi
1) Prestasi Belajar Kognitif
Data prestasi belajar biologi siswa pada aspek kognitif diperoleh dari tes
prestasi belajar pada materi pokok system koordinasi pada manusia yang diberikan
kepada masing-masing kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan penerapan
model pembelajaran TGT menggunakan teka-teki silang dan ular tangga yang
berbeda. Kelas eksperimen I dengan menerapkan model pembelajaran TGT
menggunakan ular tangga dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran
TGT menggunakan teka-teki silang. Rangkuman data prestasi belajar biologi pada
materi pokok system koordinasi pada manusia yang diperoleh siswa pada masing-
masing kelas disajikan dalam tabel berikut :
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 4.1. Diskripsi data nilai prestasi belajar Biologi.
Kelas Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
Ular tangga 40 70 38 52,13 7,57 Teka-teki silang 40 83 40 64,40 10,23
Total 80 83 38 58,27 8,90
Selanjutnya nilai tes prestasi belajar Biologi dari masing-masing kelas dapat
dibuat daftar distribusi frekwensi sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Biologi
Interval
Kelas Ular Tangga Kelas Teka-Teki Silang
Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Frekuensi Relatif
36,0-42,0 4 10% 1 2,5%
43,0-49,0 9 22,5% 2 5%
50,0-56,0 16 40% 5 12,5%
57,0-63,0 8 20% 7 17,5%
64,0-70,0 3 7,5% 14 35%
71,0-77,0 0 0% 7 17,5%
78,0-84,0 0 0% 4 10%
Jumlah 40 100 40 100
Perbandingan prestasi belajar Biologi antara kelas eksperimen I yang
menerapkan model pembelajaran TGT menggunakan ular tangga dan kelas
eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran TGT menggunakan teka-teki
silang dapat dilihat pada gambar berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Gambar 4.1 Diagram Batang Prestasi Belajar Biologi Kelas Ular tangga
Gambar 4.2 Diagram Batang Prestasi Belajar Biologi Kelas Teka-teki silang
Dari tabel maupun gambar perbandingan prestasi belajar Biologi kelas Ular tangga
dan Teka-teki silang dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas teka-teki silang pada
nilai kognitif kelas interval tinggi yaitu 64-70, 71-77 dan 78-84 lebih besar dari
pada kelas Ular tangga. Berdasarkan rata-rata nilai tes prestasi belajar Biologi juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
terlihat bahwa rata-rata nilai kelas Teka-teki silang (64,40) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas ular tangga (52,13). Data selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran.
2) Prestasi Belajar Afektif
Perbandingan prestasi belajar afektif antara kelas eksperimen
menggunakan metode pembelaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan
metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang dapat dilihat pada Gambar
4.3. Berdasarkan data dari masing-masing kelas dibuat daftar distribusi frekuensi
sebagai berikut.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan Teki-Teki Silang
Interval
Kelas Ular Tangga Kelas Teka-Teki Silang
Frekuensi Frekuensi
Relatif Frekuensi Frekuensi Relatif
54-57 1 2,5% 0 0%
58-61 9 22,5% 7 17,5%
62-65 10 25% 13 32,5%
66-69 10 25% 9 22,5%
70-73 7 17,5% 7 17,5%
74-77 3 7,5% 2 5%
78-80 0 0% 2 5%
Jumlah 40 100 40 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
GRAFIK NILAI AFEKTIF KELAS ULAR TANGGA
0
2
4
6
8
10
12
54-57 58-61 62-65 66-69 70-73 74-77 78-81
INTERVAL
FR
EK
WE
NS
I
GRAFIK NILAI AFEKTIF KELAS TEKA-TEKI SILANG
0
2
4
6
8
10
12
14
54-57 58-61 62-65 66-69 70-73 74-77 78-81
INTERVAL
FR
EK
WE
NS
I
Gambar 4.3. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan Teka-teki silang.
Dari tabel maupun gambar perbandingan prestasi belajar afektif kelas ular tangga
dan teka-teki silang dapat dilihat jumlah siswa kelas teka-teki silang pada nilai
afektif kelas interval tertinggi yaitu 62-65 dan 78-81 lebih besar daripada kelas ular
tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
2. Data Skor Memori
Data penelitian mengenai memori siswa diperoleh dari tes memori.
Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori ini berdasarkan pada skor rata-
rata kedua kelas. Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata-rata atau di
atasnya dikelompokkan dalam kategori tinggi, dan siswa yang mempunyai skor di
bawah skor rata-rata dikelompokkan dalam kategori rendah. Dengan menggunakan
kriteria tersebut dari 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas eksperimen
menggunakan metode TGT dengan permainan ular tangga dan 40 siswa kelas
eksperimen menggunakan metode TGT dengan permainan teka-teki silang, terdapat
42 siswa mempunyai memori tinggi dan 38 siswa mempunyai memori rendah.
Secara rinci disajikan dalam Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Jumlah Siswa yang Mempunyai Memori Tinggi dan Rendah.
Memori Kelas IX-B (Ular tangga) Kelas IX-C (TTS)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Rendah 14 35,00 24 60,00
Tinggi 26 65,00 16 40,00
Jumlah 40 100,00 40 100,00
3. Data Skor Kreatifitas
Data Kreatifitas siswa diperoleh dari angket Kreatifitas. Berdasarkan data
yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan
rendah. Pengelompokan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya
dikelompokkan dalam kategori tinggi, dan siswa yang mempunyai skor di bawah
rata-rata dikeelompokkan dalam kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria
tersebut dari 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas eksperimen menggunakan
metode TGT dengan permainan ular tangga dan 40 siswa kelas eksperimen
menggunakan metode TGT dengan permainan teka-teki silang, terdapat 42 siswa
mempunyai Kreatifitas tinggi dan 38 siswa mempunyai Kreatifitas rendah. Secara
rinci disajikan dalam Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kreatifitas Tinggi dan Rendah.
Kreatifitas Kelas IX-B (Ular tangga) Kelas IX-C (TTS)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Rendah 20 50,00 18 45,00
Tinggi 20 50,00 22 55,00
Jumlah 40 100,00 40 100,00
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan
beberapa uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut :
1. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka harus
normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah
dipenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal
atau tidak (Sudjana, 1996: 291-292).
1) Uji normalitas Prestasi Belajar kognitif
Uji normalitas data prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan
Anderson Darling normality test perhitungannya dengan bantuan software Minitab
15. Jika nilai P atau p-value lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05) maka data
mengikuti distribusi normal. Hasil uji normalitas yang telah dilakukan dapat dilihat
pada gambar berikut:
1009080706050403020
99,9
99
95
90
80706050403020
10
5
1
0,1
prestasi
Pe
rce
nt
Mean 58,26StDev 10,87N 80AD 0,590P-Value 0,120
Probability Plot of prestasiNormal
Gambar 4.3. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai AD = 0,590 dengan p =0,120 yang lebih besar dari nilai α = 0,05.
Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar Biologi terdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Hasil tersebut dipertegas dengan pengujian normalitas data prestasi belajar
pada masing-masing kelompok eksperimen, kelas eksperimen I (kelas ular tangga t)
dan Kelas eksperimen II (kelas teka-teki silang) yang hasilnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
8070605040
Median
Mean
56555453525150
1st Q uartile 45,000Median 53,0003rd Quartile 58,000Maximum 70,000
49,703 54,547
50,000 56,000
6,203 9,723
A-S quared 0,39P-V alue 0,357
Mean 52,125StDev 7,573Variance 57,343Skewness 0,041787Kurtosis -0,298393N 40
Minimum 38,000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interval for Mean
95% C onfidence Interval for Median
95% C onfidence Interval for StDev9 5 % Confidence Intervals
Summary for prestasimetode = Ular Tangga
Gambar 4.4. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi Kelas Ular tangga
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,357 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data prestasi belajar Biologi kelas Ular tangga terdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
8070605040
Median
Mean
706866646260
1st Q uartile 58,000Median 65,0003rd Quartile 73,000Maximum 83,000
61,127 67,673
61,232 70,000
8,382 13,139
A-S quared 0,52P-V alue 0,178
Mean 64,400StDev 10,233Variance 104,708Skewness -0,486610Kurtosis -0,311803N 40
Minimum 40,000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interval for Mean
95% C onfidence Interval for Median
95% C onfidence Interval for StDev9 5 % Confidence Intervals
Summary for prestasimetode = Teka Teki Silang
Gambar 4.5. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi Kelas Teka-teki silang
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,178 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data prestasi belajar biologi kelas Teka-Teki silang terdistribusi
normal.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas
diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2) Uji normalitas nilai Afektif
Pengujian normalitas data prestasi belajar afektif pada masing-masing
kelompok eksperimen, kelas eksperimen I (kelas ular tangga) dan Kelas eksperimen
II (kelas teka-teki silang) yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
:
7570656055
Median
Mean
686766656463
1st Quartile 61,250Median 65,5003rd Quartile 69,750Maximum 77,000
64,255 67,545
63,411 68,000
4,213 6,604
A -Squared 0,26P-V alue 0,694
Mean 65,900StD ev 5,143Variance 26,451Skewness 0,198702Kurtosis -0,369619N 40
Minimum 55,000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for Median
95% Confidence Interv al for S tD ev95 % Confidence Interva ls
Summary for Nilai Afektifmetode = Ular Tangga
Gambar 4.6. Uji Normalitas nilai afektif Kelas Ular tangga
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,694 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data nilai Afektif biologi kelas Ular tangga terdistribusi normal.
7570656055
Median
Mean
696867666564
1st Q uartile 62,250Median 66,0003rd Quartile 70,000Maximum 78,000
64,977 68,373
64,000 68,000
4,348 6,816
A -S quared 0,46P-V alue 0,252
Mean 66,675StD ev 5,308Variance 28,174Skewness 0,385101Kurtosis -0,548728N 40
Minimum 58,000
Anderson-D arling Normality Test
95% Confidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for M edian
95% Confidence Interv al for StD ev95 % Confidence Interv als
Summary for Nilai Afektifmetode = Teka Teki Silang
Gambar 4.7. Uji Normalitas nilai afektif Kelas Teka-teki silang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,252 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data nilai afektif kelas Teka-Teki Silang terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas
diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
3) Uji normalitas nilai memori
Pengujian normalitas nilai memori pada masing-masing kelompok
eksperimen, kelas eksperimen I (kelas ular tangga) dan Kelas eksperimen II (kelas
teka-teki silang) yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:
8070605040
Median
Mean
64626058565452
1st Q uartile 53,000Median 58,0003rd Q uartile 70,000Maximum 83,000
55,626 62,612
53,000 63,841
9,224 14,295
A-Squared 0,52P-Value 0,177
Mean 59,119StDev 11,210Variance 125,668Skew ness 0,051388Kurtosis -0,721806N 42
M inimum 38,000
A nderson-Darling Normality Test
95% Confidence Interval for Mean
95% Confidence Interval for Median
95% C onfidence Interval for S tDev95 % C onfidence Intervals
Summary for prestasimemori = tinggi
Gambar 4.8. Uji Normalitas nilai memori tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,177 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data nilai memori tinggi terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas
diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
8070605040
Median
Mean
65,062,560,057,555,052,550,0
1st Q uartile 49,500Median 57,0003rd Q uartile 65,000Maximum 78,000
53,849 60,783
51,739 63,841
8,599 13,646
A -Squared 0,48P-Value 0,226
Mean 57,316StDev 10,547V ariance 111,249Skew ness 0,267374Kurtosis -0,605430N 38
M inimum 38,000
Anderson-Darling N ormality Test
95% Confidence Interv al for Mean
95% Confidence Interv al for Median
95% Confidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for prestasimemori = rendah
Gambar 4.9. Uji Normalitas nilai memori rendah
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,226 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data nilai memori rendah terdistribusi normal
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas diperoleh
nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
4) Uji normalitas data kreatifitas
Pengujian normalitas nilai kreatifitas pada masing-masing kelompok eksperimen,
kelas eksperimen I (kelas ular tangga) dan Kelas eksperimen II (kelas teka-teki
silang) yang hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:
8070605040
Median
Mean
65,062,560,057,555,0
1st Q uartile 53,000Median 58,0003rd Q uartile 70,000Maximum 83,000
56,846 63,868
53,695 65,000
9,271 14,369
A-Squared 0,47P-Va lue 0,232
Mean 60,357StDev 11,268Variance 126,967Skew ness 0,132279Kurtosis -0,800735N 42
M inimum 38,000
A nderson-Darling Normality Test
95% Confidence Interval for Mean
95% Confidence Interval for Median
95% C onfidence Interval for S tDev95 % C onfidence Interva ls
Summary for prestasikreativitas = tinggi
Gambar 4.10. Uji Normalitas nilai kreativitas tinggi
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,232 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data nilai kreativitas tinggi terdistribusi normal
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas
diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
8070605040
Median
Mean
605856545250
1st Q uartile 49,500Median 56,0003rd Quartile 65,000Maximum 73,000
52,643 59,252
50,000 60,000
8,196 13,007
A -S quared 0,38
P-V alue 0,380
Mean 55,947StD ev 10,054V ariance 101,078Skewness 0,037240Kurtosis -0,915764N 38
Minimum 38,000
A nderson-Darling Normality Test
95% Confidence Interv al for M ean
95% Confidence Interv al for Median
95% Confidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for prestasikreativitas = rendah
Gambar 4.11. Uji Normalitas nilai kreativitas rendah
Dari grafik terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p = 0,380 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data nilai kreativitas rendah terdistribusi normal
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas
diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Syarat berikutnya yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis varians
adalah varians populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada
penelitian ini menggunakan perhitungan Minitab 15. Hasil uji homogenitas telah
terangkum dalam gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Ular Tangga
Teka Teki Silang
14121086
met
ode
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
Ular Tangga
Teka Teki Silang
8070605040
met
ode
prestasi
Test Statistic 1,83P-Value 0,064
Test Statistic 2,63P-Value 0,109
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for prestasi
Gambar 4.8. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Biologi menurut Metode
Dari grafik ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai
p (p-value) untuk F-test 0,064 dan Levene’s test 0,109 yang lebih besar dari nilai α
= 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelas ular tangga dan teka-teki silang
homogen.
Ular Tangga
Teka Teki Silang
7,06,56,05,55,04,54,0
met
ode
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
Ular Tangga
Teka Teki Silang
807570656055
met
ode
Nilai A fek tif
Test Statistic 1,07P-Value 0,845
Test Statistic 0,16P-Value 0,686
F -Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Nilai Afektif
Gambar 4.9. Uji Homogenitas nilai Afektif menurut Metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Dari grafik ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai
p (p-value) untuk F-test 0,845 dan Levene’s test 0,686 yang lebih besar dari nilai α
= 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelas ular tangga dan teka-teki silang
homogen
.
tinggi
rendah
15141312111098
mem
ori
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
tinggi
rendah
8070605040
mem
ori
prestasi
Test Statistic 0,89P-Value 0,710
Test Statistic 0,03P-Value 0,864
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for prestasi
Gambar 4.10. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Biologi menurut Memori
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai p
untuk F-test 0,710 dan Levene’s test 0,864 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi
dapat diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai memori tinggi
dan rendah homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
tinggi
rendah
15141312111098
kre
ativ
itas
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
tinggi
rendah
8070605040
kre
ativ
itas
prestasi
Test Statistic 0,80P-Value 0,485
Test Statistic 0,38P-Value 0,541
F -Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for prestasi
Gambar 4.11. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut kreatifitas
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai p
untuk F-test 0,485 dan Levene’s test 0,562 yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi
dapat diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi
dan rendah homogen.
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji homogenitas atau uji
perbandingan dua varians diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α =
0,05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
sampel penelitian ini mempunyai varians yang sama.
C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Hipotesis
Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama dan komputasinya dapat dilihat pada lampiran. Adapun rangkuman hasil
analisis variansi tiga jalan disajikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Tabel 4.6. Rangkuman Anava Tiga Jalan
Sumber JK dk RK Fobs Fα p keputusan
Efek Utama A 3264.8650 1 3264.8650 43.5561 3.9200 < 0.05 ditolak B 445.9878 1 445.9878 5.9499 3.9200 < 0.05 ditolak C 96.7974 1 96.7974 1.2914 3.9200 > 0.05 diterima
Efek Interaksi AB 92.9294 1 92.9294 1.2398 3.9200 > 0.05 diterima AC 6.6589 1 6.6589 0.0888 3.9200 > 0.05 diterima BC 0.4240 1 0.4240 0.0057 3.9200 > 0.05 diterima
ABC 119.3295 1 119.3295 1.5920 3.9200 > 0.05 diterima Galat 5396.9558 72 74.9577 Total 9423.9479 79
Berdasarkan sajian data tersebut dapat diambil keputusan hipotesis 1 dan 2 tidak
ditolak (Ho ditolak) karena dilihat dari harga Fobs yang lebih besar dari harga F
tabel pada taraf signifikansi α = 0,05, yaitu F α = 3,92.
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linier Model
No. Terhadap Prestasi Belajar Fobs P Keputusan
1. Media 43,6 0,000 Ho ditolak 2. Memori 5,95 0,017 Ho ditolak 3. Kreatifitas 1,29 0,260 Ho diterima 4. Media*Memori 1,24 0,269 Ho diterima 5. Media * Kreatifitas 0,09 0,767 Ho diterima 6. Memori *Kreatifitas 0,00 0,940 Ho diterima 7. Media *Memori *Kreatifitas 1,59 0,211 Ho diterima
Kesimpulan :
1. P-value media 0,000 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang diberi pembelajaran model TGT menggunakan media ular
tangga dan teka-teki silang ) ditolak (P > 0,05 tidak ditolak) berarti ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran model TGT
menggunakan ular tangga dan teka-teki silang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
2. P-value memori 0,017 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang mempunyai memori tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,05 tidak
ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai
memori tinggi dan rendah.
3. P-value kreatifitas 0,260 > 0,05, maka Ho ( tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi dan rendah) diterima ( P < 0,05
ditolak) berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai kreatifitas tinggi dan rendah
4. P-value interaksi antara media dan memori siswa 0,269 > 0,05, maka Ho ( tidak
terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan
teka-teki silang dengan memori siswa) diterima (P < 0,05 ditolak) berarti tidak
ada interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga dan
teka-teki silang dengan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi.
5. P-value interaksi antara media dan kreatifitas 0,767 > 0,05, maka Ho ( tidak
terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular tangga
dan teka-teki silang dengan kreatifitas siswa) diterima (P < 0,05 ditolak) berarti
tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular
tangga dan teka-teki silang dengan kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar
biologi.
6. P-value interaksi antara memori dan kreatifitas 0,940 > 0,05, maka Ho ( tidak
terdapat interaksi antara memori siswa dengan kreatifitas siswa) diterima (P <
0,05 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara memori siswa dengan
kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
7. P-value interaksi antara media, memori dan kreatifitas 0,211 > 0,05, maka Ho
(tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT menggunakan ular
tangga dan teka-teki silang dengan memori dan kreatifitas siswa) diterima (P <
0,05 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model TGT
menggunakan ular tangga dan teka-teki silang dengan memori dan kreatifitas
siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji
komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama, ketiga dan keempat. Pada
hipotesis kedua, kelima, keenam dan ketujuh tidak diperlukan uji komparasi ganda
karena keputusan Ho tidak ditolak atau diterima.
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda (Uji Scheffe’)
Ho F obs v1 v2 F tabel DK p Keputusan
Komparasi Antar Kolom Permainan (A1 Vs A2)
µ1 = µ2 782.5302 1 76 3.9100 3.9100 < 0.05 ditolak
Komparasi Antar Kolom Memori (B1 Vs B2)
µ1 = µ2 106.6281 1 76 3.9100 3.9100 < 0.05 ditolak
Komparasi Antar Baris Kreativitas (C1 Vs C2)
µ1 = µ2 1.4464 1 76 3.9100 3.9100 > 0.05 diterima
Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda dengan menggunakan uji
Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa permainan, dan memori keduanya
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fobs
yang masih lebih besar dari daerah kritik DK = 3,91 pada taraf signifikansi α = 0,05,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
sehingga Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara kelas
yang diajar dengan model pembelajaran TGT menggunakan ular tangga dan teka-
teki silang ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa dengan memori tinggi dan rendah juga ditolak. Tetapi Ho yang
menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreatifitas
tinggi dan rendah diterima.
Kesimpulan di atas dipertegas dengan paparan diagram analysis of means
(ANOM) pada program Minitab 15 berikut :
Ular TanggaTeka Teki Silang
66
64
62
60
58
56
54
52
50
metode
Me
an
56,26
60,27
58,26
One-Way Normal ANOM for prestasiAlpha = 0,05
Gambar 4.12. Diagram ANOM pengaruh permainan terhadap prestasi belajar
Pada diagram di atas, garis vertikal biru untuk teka-teki silang mengarah ke
atas melewati garis merah, berarti permainan teka-teki silang berpengaruh lebih
besar terhadap prestasi belajar biologi dibandingkan dengan permainan ular tangga.
Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh memori terhadap prestasi belajar
terlihat ada garis biru yang mendekati garis merah. Ini menunjukkan bahwa memori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi. memori tinggi berpengaruh lebih
besar terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan memori rendah.
tinggirendah
62
61
60
59
58
57
56
55
54
memori
Mea
n
55,619
60,906
58,262
One-Way Normal ANOM for prestasiAlpha = 0,05
Gambar 4.13. Diagram ANOM pengaruh memori terhadap prestasi belajar
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode TGT
dengan ular tangga dan teke-teki silang, ada atau tidaknya perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang mempunyai memori tinggi dan memori rendah, ada atau
tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
dan kreativitas rendah. Ada atau tidaknya interaksi motode pembelajaran TGT
menggunakan ular tangga dan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi
belajar ditinjau dari memori dan kreativitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Pengukuran memori dan kreativitas siswa dilakukan sebelum
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan tes memori dan tes kreatifitas
siswa. Setelah selesai pembelajaran materi pokok system koordinasi pada manusia
dilakukan tes untuk mengukur prestasi belajar biologi dan angket untuk penilaian
afektif. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran TGT dengan
menggunakan ular tangga dan teka-teki silang , suatu metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga
siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan mengaktifkan siswa, agar siswa lebih aktif tidak pasif.
1. Hipotesis Pertama
Kesimpulan yang diperoleh dari hipotesis pertama yaitu, ada pengaru
prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode TGT menggunakan
ular tangga dan teka-teki silang.
Dari anava tiga jalan dengan sel tidak sama prestasi belajar biologi aspek
kognitif diperoleh harga F = 43,56 > Fα untuk faktor metode atau P-value 0,00 <
0,05, maka Ho (tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran metode TGT menggunakan Ular tangga dan Teka-Teki Silang ditolak,
(P > 0,005 tidak ditolak). Berarti ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang
diberi pembelajaran model TGT menggunakan Ular tangga dan Teka-Teki Silang.
Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran TGT menggunakan Ular Tangga
dan Teki-Teki Silang memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar Biologi
pada materi pokok sistem koordinasi pada manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran
TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode pembelajaran TGT
menggunakan permaianan teka-teki silang berpengaruh terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
Metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang lebih
baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga, hal
ini dikarenakan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki
silang mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode pembelajaran
TGT menggunakan permainan ular tangga, yaitu permainan teka-teki silang yang
digunakan ini, antara lain: 1) Dapat mengukur kemampuan suatu kelompok, karena
tidak ada faktor keberuntungan dalam mencapai kemenangan; 2) Diperlukan
pengetahuan yang cukup, karena siswa harus aktif mencari jawaban sendiri dengan
tepat; b. Kekurangan : 1) Tidak dapat memuat pertanyaan hitungan dengan jenis
jawaban yang komplek; 2) Jawaban lebih mudah ditebak, karena ada huruf-huruf
yang menghubungkan sebuah kata. Pada permainan teka-teki silang berbeda dengan
ular tangga dimana dalam kolom jawaban sudah tersedia beberapa huruf sebagai
bantuan jawaban, sehingga siswa termotivasi untuk berpikir mencari jawaban yang
tepat , karena daya pikir siswa sudah terarah untuk mencari satu jawaban yang
benar.
Sedangkan pada ular tangga suasana pembelajaran cenderung lebih ke
permainan untuk mencapai finish dapat diperoleh dengan keberuntungan mengocok
dadu. Selain itu, permainan ular tangga juga menuntut siswa lebih aktif dan dituntut
lebih berfikir menggunakan kemampuan ingatannya dalam berdiskusi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
menjawab pertanyaan yang ada, karena tidak terdapat bantuan jawaban dalam
permainan ini,
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran TGT
menggunakan permainan teka-teki silang lebih baik dari pada metode pembelajaran
TGT menggunakan permainan ular tangga untuk siswa SMPN 2 Tambakrejo pada
materi sistem koordinasi pada manusia terhadap prestasi belajar siswa aspek
kognitif dan afektif materi sistem koordinasi pada manusia.
Ular tangga dan teka-teki silang merupakan metode TGT yang mempunyai
kelemahan dan keunggulan berbeda. Keunggulan menggunakan ular tangga adalah
:1) kerjasama kelompok dalam mencapai finish sangat ditekankan; 2) anak tidak
selalu dituntut untuk berpikir, sehingga suasana turnamen cenderung lebih
menyenangkan; 3) dengan keberuntungan mengocok dadu, memberikan motivasi
lebih besar pada siswa untuk mencapi finish (mencapai kemenangan); 4)
memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi, karena siswa dituntut untuk aktif
dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat; 5) dapat memuat pertanyaan dengan
berbagai jenis jawaban (tidak hanya sebuah konsep hafalan, tetapi juga konsep
hitungan); b. Kelemahan permainan Ular tangga: kurang dapat mengukur
kemampuan suatu kelompok, karena kemenangan dipengaruhi oleh adanya
keberuntungan (adanya ular dan tangga).
Dua metode pembelajaran yang karakteristiknya berbeda akan memberikan
perbedaan pula terhadap prestasi belajar. Teka-teki silang memberikan pengaruh
lebih baik terhadap prestasi belajar Biologi materi pokok sistem koordinasi pada
manusia, karena dengan teka-teki silang siswa termotivasi untuk lebih kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
mempelajari materi sistem koordinasi dengan mencari jawaban dan mencocokkan
dengan kotak-kotak yang telah tersedia. Meskipun selama proses pembelajaran
kedua metode TGT ini terlihat sama-sama menarik dan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa, tetapi dalam hal pencapaian hasil metode TGT
menggunakan Teki-teki Silang lebih baik. Data penelitian juga menunjukkan
bahwa rata-rata prestasi belajar biologi kelas Teka-teki silang (64,40) lebih tinggi
jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas ular tangga (52,13). Demikian pula
rata-rata prestasi belajar aspek afektif kelas Teka –teki silang (66,67) dan kelas ular
tangga (65,90).
Pada proses pembelajaran model TGT menggunakan Teka-Teki Silang
siswa tertarik untuk mencoba menjawab pertanyaan dan mencocokkannya dengan
kotak-kotak yang tersedia agar siswa lebih kreatif karena siswa selama ini
cenderung kurang kreatif dan cenderung pasif mempelajari materi sistem
koordinasi. Kesimpulan yang diperoleh dari hipotesis pertama yaitu, metode
pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia, baik prestasi belajar
kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai dengan teori yang telah diungkapkan bahwa
metode pembelajaran merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar. Dua model pembelajaran yang karakteristiknya berbeda akan mempunyai
pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Menurut Renante P.Manlunas
menyatakan bahwa “ICT and Cooperative Learning : Renventing the Classroom:
(2006:4) “Cooperative learning (CL) is The instructional use of small groups
through which students work together to maximize their own and each others
learning” In this type of classroom, the students interact with their groups and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
perform task-oriented activities designed by the teacher”. Pembelajaran kooperatif
(CL) adalah penggunaan pembelajaran melalui kelompok-kelompok kecil dimana
siswa bekerja sama untuk memaksimalkan mereka sendiri dan masing-masing orang
lain belajar. Dalam hal ini jenis kelas ,siswa berinteraksi dengan kelompok mereka
dan melakukan kegiatan berorientasi tugas yang dirancang oleh guru. Dengan kerja
sama antar kelompok didapatkan pemahaman belajar yang lebih. Meskipun model
pembelajaran yang digunakan sama, yaitu cooperative learning dan metode
pembelajaran yang digunakan juga sama, yaitu metode pembelajaran TGT, akan
tetapi jenis permainan yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap
hasil presatsi belajar siswa.
2. Hipotesis kedua
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama untuk hipotesis kedua diperoleh
harga F = 5,95 > Fα untuk memori siswa atau P-value = 0,017< 0,05, maka Ho
(tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang mempunyai memori tnggi
rendah) ditolak, (P > 0,005 tidak ditolak) berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar
antara siswa yang mempunyai memori tinggi dan rendah. Berarti ada pengaruh
memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Dari hipotesis kedua,
disimpulkan bahwa ada pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar kognitif. Dari hasil anava tiga jalan dengan sel tak sama memori
berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada
manusia sebaiknya sebelum pembelajaran guru harus memperhatikan memori siswa
terlebih dahulu sebelum pembelajaran dengan lakukan tes memori siswa termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
tinggi atau rendah. Siswa yang memiliki memori rendah sebelum pembelajaran
dapat diberikan latihan-latian yang sesuai dengan materi, setelah itu bisa
mendapatkan pengembangan materi lebih lanjut.
Dari uji lanjut pasca anava dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara memori siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia, (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28). Untuk aspek afektif diperoleh P-
Value > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara memori
siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi
sistem koordinasi pada manusia. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada
Tabel 4.16. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada kelompok
memori kategori tinggi dan kelompok memori kategori rendah terhadap prestasi
belajar siswa aspek kognitif akan tetapi tidak terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan pada kelompok memori kategori tinggi dan kelompok memori kategori
rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif.
Memori atau daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat pengalaman
terdahulu yang kemudian bisa menggunakannya kembali pada situasi yang
berikutnya atau disebut (merecall). memori berkaitan dengan konsentrasi dan
sebaliknya, karena siswa membutuhkan daya konsentrasi yang cukup agar informasi
tersebut dapat tertanam dalam diri siswa. Memori menjadi salah satu hal yang
mempengaruhi pembentukan intelegensi siswa. Memori yang baik mempengaruhi
aspek intelegensi tapi juga pengelolaan emosi dan interaksi sosial. Semakin tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
tingkat memori siswa akan semakin banyak informasi yang dapat diingat dan pada
akhirnya akan semakin banyak pula konsep yang dipahami. Sehingga siswa yang
memiliki memori tinggi akan lebih mudah menjawab soal kognitif dibanding siswa
yang memiliki memori rendah. Menurut Ungerleider dan Desimone (1986) dalam
Larry R. Squire (1987:119) ringkasan hubungan dalam area visual cortex
dinyatakan sebagai berikut:
“There are two major routes from striate cortex (V1): One follows a
ventral route into the temporal lobe via area V4, and the other follows a
dorsal route into the parietal lobe via MT. Heave arrowheads indicate
“forward” projections, light arrowheads indicate”backward” projections.
“intermediate”projections are indicated by two heavy arrowheads. ‘d’
indicates that the projection is limited to the dorsal portion of the area,
‘m’ that is limited to the medical portion. Other potential pathways into
the parietal lobe include those carrying input from the peripheral visual
field (dotted lines)”.
Penerimaan rangsang visual dapat disimpan dalam memori melalui dua jalur
yaitu langsung ke otak dan melalui jalur yang tidak langsung ke otak. Jaur tidak
langsung lebih lambat dalam merespon dan kurang dapat terekam dalam memori,
sedangkan yang langsung lebih cepat dalam respon dan dapat langsung terekam
dalam memori. Menurut Ericsson, Chase dan Faloon (1980) dalam Larry R.Squire
(1987:133):
“ Aquisition of a memory skill.During 20 months involving about 230 hours
of practice (1 hour a day, 3 to 5 days a week, a college student increased his
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
digit span from 7 to 79 digits. Random digits were read to him at the rate of
1 per second. If a sequence was recalled correctly, I digit as added to the
next sequence”.
Perulangan berkali-kali dari stimulus, yang ditangkap oleh indera pertama
kali adalah stimulus yang berupa media visual, semakin cepat perulangan dan lama
perulangan semakin cepat diterima oleh reseptor atau indera dan terekam baik
dalam ingatan.
Akan tetapi memori tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar afektif,
karena dalam prestasi belajar afektif yang dinilai hanyalah sikap siswa. Disini siswa
tidak dituntut memiliki daya konsentrasi yang cukup dalam mengingat untuk
menjawab pertanyaan angket afektif.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis pengaruh kreativitas terhadap
prestasi belajar biologi menunjukkan F = 1,29 > Fα atau P-value kreativitas, 0,260
> 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti
tidak ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
dan rendah. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar
biologi siswa yang memiliki kreativitas tinggi (60,36) lebih baik jika dibandingkan
dengan rata-rata nilai siswa yang memiliki kreativitas rendah (55,95).
Menurut Matthijs Bass, dkk dalam jurnalnya “ A Meta- Analysis of 25 Year
of Mood-Creativity Research: Hedonic Tone, Activation, or Regulatory Focus? ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
(2008:781),“Creative Performance as a Multicomponent Construct Creativity is
generally conceived of as the generation of ideas, insights, or problem solutions
that are both novel and potentially useful ”. Kreativitas umumnya dipahami sebagai
gagasan, wawasan atau solusi masalah yang baru baik dan berpotensi berguna.
Menurut Matthijs Bass, dkk dalam jurnalnya “ A Meta- Analysis of 25 Year of
Mood-Creativity Research: Hedonic Tone, Activation, or Regulatory Focus? ”
(2008:780):
“People in a positive mood are more likely to have richer associations
within existing knowledge structures, and thus are likely to be more flexible
and original. Those in a good mood will excel when the task is complex and
past learning can be used in a heuristic way to more efficiently solve the
task or when creativity and flexibility are re- quired”.
Orang-orang dalam suasana hati yang positif lebih cenderung lebih
memiliki asosiasi yang lebih kaya dalam struktur pengetahuan yang sudah ada dan
lebih cenderung fleksibel . mereka yang unggul dalam mood yang baik akan unggul
ketika tugas belajar kompleks, fleksibelitas mengacu hasil ide-ide yang muncul.
Orang yang memiliki mood tinggi menghasilkan kreativitas tinggi ide-ide yang
baru dan lebih banyak.
Berbagai penelitian pada berbagai murid sekolah dasar dan menengah
menunjukan bahwa seperti halnya pada mereka dengan intelegensi tinggi, kelompok
yang kreatifitasnya tinggi juga menonjol prestasi belajarnya. Ini menunjukkan
bahwa seperti intelegensi, kreatifitas juga berperan terhadap prestasi sekolah.
Munandar (1999:47-50), menyatakan bahwa kreativitas sebagai kemampuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang
ada.kreativitas adalah kemampuan yang berdasarkan pada data atau informasi yang
tersedia, untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman
jawaban. Dari pendapat ini makin banyak kemungkinan jawaban yang diberikan
terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu
harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang
diberikan untuk menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga mutu atau kualitas
jawabannya. Kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang
mencerminkan aspek-aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan Ia juga
mengemukakan bahwa ciri orang kreatif adalah bersifat ingin tahu dan mencari
pengalaman baru, mempunyai daya imajinasi, inisiatif, dan minat luas, serta merasa
bebas dalam bepikir dan berpendapat.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi metode dengan
memori menunjukkan bahwa interaksi antara faktor metode dan memori siswa
diperoleh harga F = 1,24 > Fα atau P-value 0,269 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran motode TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki
silang belajar siswa) tidak ditolak (P > 0,005 diterima) berarti tidak ada interaksi
antara pembelajaran metode TGT menggunakan ular tangga dan teka-teki silang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
dengan memori siswa. Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga
jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh P-Value > 0,05, sehingga Ho
tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara penggunaan metode
pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi
sistem koordinasi pada manusia. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada
Tabel 4.14. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28). Untuk
aspek afektif diperoleh P-Value > 0,05, sehingga Ho tidak ditolak. Hal ini berarti
tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan memori
terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia.
Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada Tabel 4.16. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan tingkat memori
siswa terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif.
Dari hipotesis keempat, disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara
metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar Biologi, baik
prestasi belajar kognitif maupun afektif. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Berdasarkan hipotesis pertama, metode pembelajaran TGT menggunakan
permainan ular tangga lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan
teka-teki silang, baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. Sedangkan
pada hipotesis kedua peran memori sangat dibutuhkan oleh siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar kognitif, pada proses pembelajaran dengan metode
TGT menggunakan permainan ular tangga maupun TGT menggunakan teka-teki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
silang, semakin tinggi tingkat memori, akan semakin tinggi pula prestasi belajar
kognitif siswa. Sehingga apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik
metode TGT menggunakan permainan ular tangga atau metode TGT menggunakan
teka-teki silang, siswa yang memiliki memori tinggi akan memiliki prestasi belajar
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki memori rendah. Sebaliknya
berapapun tingkat memori, baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima
pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki
silang akan memiliki prestasi belajar biologi yang lebih baik daripada metode
pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan
memori. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
proses pencapaian prestasi belajar baik dalam maupun luar diri siswa diluar faktor
metode pembelajaran dan memori siswa yang digunakan dalam penelitian ini, serta
masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat
mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode
dengan kereativitas siswa menunjukkan harga F = 0,09 > Fα atau P-value interaksi
antara metode dan kreativitas 0,769 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi
antara pembelajaran metode TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT
menggunakan permainan teka-teki silang dengan kreativitas siswa) diterima (P <
0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara pembelajaran metode TGT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki
silang dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hipotesis kelima, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran metode TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT
menggunakan permainan teka-teki silang dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar siswa. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran dengan metode TGT menggunakan
permainan teka-teki silang lebih baik dari pada metode pembelajaran TGT
menggunakan permainan ular tangga untuk siswa SMPN 2 Tambakrejo pada materi
sistem koordinasi pada manusia terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan
afektif materi sistem koordinasi pada manusia. Guilford (Prabu, 1999) menyatakan
bahwa faktor kreativitas verbal dapat berperan kuat, karena dengan kemampuan
secara lancar dan luwes dalam bentuk yang asli yang diikuti dengan kemampuan
mengurai dan merumuskan kembali secara benar dapat membuat seseorang cekatan,
terampil, dan mampu menyesuaikan tugas pekerjaannya dengan lebih baik dan lebih
cepat. Charles (Puspo, 2003)menyatakan bahwa dari segi intelegensi, dapat
dijelaskan bahwa terlepas dari faktor kreativitas dan atau faktor psikologi lainnya,
kadar intelegensi merupakan faktor yang berperan kuat. Dalam kadar intelegensi
tertentu dalam pengertian tingkat kemampuan potensial seseorang untuk dapat
menggunakan pemikirannya dalam mempelajari, menyesuaikan diri dalam
pemecahan suatu masalah baru secara cepat dan berhasil, maka seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaan tugasnya secara tepat dan cepat. Dari dua pendekatan
bahwa kedua-duanya baik kreativitas maupun intelegensi dapat menjadi faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
menyebabkan seseorang dapat atau tidak dapat mengerjakan tugas dan pekerjaannya
dengan baik, cepat dan tepat. Itu semua tergantung dari sejauh mana seseorang
memiliki tingkat kreativitas dan intelegensi tertentu, yang setiap orang berbeda
secara individual.
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara memori dan
kreativitas siswa menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi antara
memori dan kreativitas siswa 0,940 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi
antara memori dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi) diterima (P <
0,05 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara memori dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi.
Dari hipotesis kedua didapatkan ada pengaruh yang signifikan pada
kelompok memori kategori tinggi dan kelompok memori kategori rendah terhadap
prestasi belajar siswa materi sistem koordinasi pada manusia. Tetapi tidak ada
pengaruh kreativitas tinggi ataupun kreativitas rendah terhadap prestasi belajar
siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi interaksi antara memori dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses
pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang
berasal dari luar diri siswa, selain faktor memori dan kreativitas siswa yang
digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar
kegiatan pembelajaran.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode,
memori, dan kreativitas siswa menunjukkan harga F = 1,59 > Fα atau P-value
interaksi antara metode, memori, dan kreativitas siswa 0,211 > 0,05, maka Ho
(tidak terdapat interaksi antara metode, memori, dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar biologi) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi
antara metode, memori, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi.
Dari hipotesis pertama dan kedua diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang
diberi pembelajaran dengan motode TGT menggunakan permainan teka-teki silang
memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa menggunakan permainan ular
tangga dan siswa yang memiliki memori tinggi memiliki prestasi belajar biologi
lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki memori rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode,
memori, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi. Hal ini
dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian
prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar
diri siswa, selain faktor metode, memori dan kreativitas siswa yang digunakan
dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini
sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
E. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu terkendala dengan waktu
Dalam model pembelajaran kooperatif seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup
panjang untuk menuntaskan dari langkah awal sampai langkah akhir. Sehingga
jalannya proses pembelajaran yang seharusnya menyesuaikan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran, namun kenyataannya justru berjalan menyesuaikan waktu.
Selain itu kendala yang di temukan adalah fasilitas ruang media yang terbatas atau
sangat sempit, padahal dalam permainan TGT diperlukan pembentukan kelompok-
kelompok dan menyita tempat,sehingga menyita tempat. Media pembelajaran yang
terbatas seperti LCD yang hanya satu buah dan dalam pemakaiannya harus
bergiliran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pembelajaran biologi menggunakan metode pembelajaran TGT (Team
Games Tournament) melalui permainan ular tangga dan metode TGT
menggunakan permainan teka-teki silang terdapat pengaruh terhadap prestasi
belajar biologi siswa pada materi sistem koordinasi pada manusia kelas IX
semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011, yaitu prestasi
belajar kognitif yang diperoleh dengan metode TGT menggunakan permainan
teka-teki silang lebih baik dari pada prestasi belajar kognitif yang diperoleh
dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga dengan nilai rataan
prestasi kognitif berturut-turut 64,40 dan 58,27 sedangkan untuk prestasi belajar
afektif yang diperoleh dengan metode TGT menggunakan teka-teki silang lebih
baik daripada prestasi belajar afektif yang diperoleh dengan metode TGT
menggunakan permainan ular tangga dengan nilai rataan prestasi afektif berturut-
turut 66,68 dan 65,90. Hal ini berarti guru harus menyiapkan pembelajaran
dengan membuat LKS dan mencoba LKS tersebut sebelum pembelajaran, guru
harus benar-benar lihai dalam pembelajaran . Guru membagi sisa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
kelompok-kelompok siswa, selain itu penggunaan konsep-konsep yang akan
digunakan dalam teka-teki silang harus lebih lengkap.
Terdapat pengaruh memori kategori tinggi dan memori kategori rendah
pada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode
TGT dengan permainan teka-teki silang terhadap prestasi kognitif, akan tetapi
tidak terdapat pengaruh memori kategori tinggi dan memori kategori rendah pada
metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode TGT
dengan permainan teka-teki silang terhadap prestasi afektif pada materi sistem
koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo
tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang memiliki memori tinggi mempunyai
prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki memori
rendah. Nilai memori kelas TGT dengan permainan ular tangga dan kelas TGT
dengan permainan teka-teki silang secara berurutan adalah 59,12 dan 57,32.
Tidak Terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan kreativitas rendah pada
metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan metode TGT
dengan permainan teka-teki silang terhadap prestasi belajar kognitif maupun
afektif pada materi sistem koordinasi pada manusia kelas IX SMP Negeri 2
Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dan rendah mempunyai prestasi belajar kognitif maupun afektif.
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan
permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang serta
tinggi rendahnya memori siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem
koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
tahun pelajaran 2010/2011. Artinya tingkat memori dan penggunaan metode
pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan
permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang serta
tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem
koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo
tahun pelajaran 2010/2011. Artinya kreativitas tinggi maupun rendah dan
penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap
prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.
Tidak ada interaksi antara tinggi rendahnya memori serta tinggi rendahnya
kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada
manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran
2010/2011. Artinya tingkat memori dan tingkat kreativitas siswa mempunyai
pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi
pada manusia.Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan
permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang, tinggi
rendahnya memori dan tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar
biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP
Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/20119. Artinya tingkat memori,
tingkat kreativitas dan penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh
sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada
manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan
adalah :
1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, metode pembelajaran TGT dapat
diterapkan pada pembelajaran biologi, materi sistem koordinasi pada manusia.
2. Pada pembelajaran biologi materi sistem koordinasi pada manusia sebaiknya
disajikan dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan
metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang lebih baik
dibandingkan dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga pada
pembelajaran biologi materi sistem koordinasi pada manusia
3. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari faktor memori
siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada semua tingkatan
memori, baik tinggi maupun rendah.
4. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari faktor
kreativitas siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada semua
tingkatan kreativitas, baik tinggi maupun rendah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam penggunaan metode pembelajaran TGT, hendaknya dilakukan dengan
persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
dengan rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam penggunaan metode
pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga antara lain: a.
Siapkan semua media pembelajaran yang akan digunakan, seperti LKS, LKS
dibuat oleh guru, sebelum digunakan di uju cobakan terlebih dahulu dan
digunakan oleh siswa dan semua guru mata pelajaran IPA, b. Kuasai materi
yang akan disampaikan, c. Bagi kelompok secara heterogen mungkin sehingga
terjadi interaksi siswa diantara kelompoknya.
2. Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
memori dan kreativitas siswa dalam menyampaikan materi pelajaran,
khususnya materi sistem koordinasi pada manusia.
3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kreatifitas siswa,
hendaknya tidak hanya dengan tes, tapi juga dapat dilakukan dengan
pengamatan langsung.
4. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam
upaya meningkakan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Andang Ismail. 2006. Education Game. Yogyakarta: Pilar Media Akbar, R, Hawadi, R.S.D.W, dan Mardi W.2001. Kreativitas. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia. Anonim. 2008. http://massofa.wordpress.com. Diakses tanggal 15 Januari 2009 Anonim. 2008. Media Pembelajaran. http: //akhmadsudrajat.wordpress.com. Anonim. 2008. Teka-Teki Silang. http://id.wikipedia.org. Anonim. 2008. Ular tangga. http: // id.wikipedia.org/wiki Anonim. 2008. Memori. http: // id.wikipedia.org/wiki Anonim. 2008. Memori. http: //rumahbelajarpsikologi.com Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Asdi Mahasatya Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum Revisi ketiga. Yogyakarta:
Andi Offset. . 1990. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Dahar, Ratna wilis . 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta. Effandi Zakarria and Zanaton Iksan 2006. Promoting Cooperative Learning in
Science and Matematis Education: A Malaysian Perspective. Malaysia : Universiti Kebangsaan.
Erlika Setyaningsih. 2009. Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TGT
(Teams Games Tournament) Menggunakan peramainan Ular Tangga dan Teka-teki silang dalam bentuk media flash dengan memperhatikan memori dan EQ (Emotional Quotion) materi pokok struktur atom . Tesis UNS Tidak Diterbitkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Feng Feng Kee 2008. Alternatif goal Struktures For Computer Game-Based
Learning : International Society of the learning Science. University of New Mexico. (dikases tanggal 6 september 2008)
Gillies M. Robbin. 2008. The Effects of Cooperative Learning on Junior High
School Students Behaviours, Discourse and Learning During a Science Based Learning Activity : Journal international School Psychology Association. Vol 29 Hal 332 (dikases tanggal 3 Februari 2010). .
Gredler, Margaret E.Bell.1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada. Gordon, Mordechai.2008. Between Contructivisme and Connectednes. Journal of
teacher education. Vol 59.no 4 Hal 325:AACTE (diakses tanggal 14 Januari 2010)
Hancock, Dawson R. 2007. Effec of performance assessment on the
achievement and motivation of graduate students. Journal active learning assessment on the achievement and motivation of graduate students. Vol 8 no 3 Hal 220 (diakses tanggal 12 Desember 2009).
Istamar Syamsuri. Biologi untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga. Kapida, Mahesh.2003. Daya Ingat: Bagaimana Mendapatkan yang Terbaik.
Jakarta: Obor. Kemal Doymus, Umit Simsek, Ataman Karacop and Sukru Ada, 2009. Effec of
Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry”. Journal world Applied Sciences.vol 1 hal3 4 (diakses 2009).
Kimmball, John W 1996. Biologi : Edi Kelima: Jilid 2.Bogor: Erlangga. Matthijs Bass, Carsten K.W. De Dreu, and Bernard A. 2008. A Meta- Analysis of
25 Year of Mood-Creativity Research: Hedonic Tone, Activation, or Regulatory Focus?”.journal Americane Psychological Association vol 134, No. 6,779-806 (diakses 2008)
Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung : Remaja Rosdakarya Munandar, S.C.U (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah . Jakarta.PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Nana Sudjana.2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo.2008. Pengaruh Pembelajaran Físika
Dengan Media Power Point Disertai Animasi Dan Modul Dilengkapi Alat Peraga Terhadap Prestasi Relajar Física Ditinjau Dari Kreativitas Siswa.Tesis . Surakarta:Universitas Sebelas Maret.
Paul Suparno.2001. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius Prabu, C. 1999. Perkembangan Taraf Intelegensi Anak. Bandung : Angkasa. Puspo, G.2003. Motivasi dan Kreativitas dalam Pembelajaran. Surabaya:
Usaha Nasional. Renante P. Manlunas. 2006. ICT and Cooperative Learning : Renventing the
Classroom . University of the Philippines in the Visayas Cebu College profesional Education Division.
Saifuddin Azwar. 2001. Metode Penelitian . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Slavin, R.E. 2004. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa Media. , R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa Media. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara. Squire, Larry R. 1986. Memory and Brain. New York:Oxford University Press. Yolanda Sarason, Catherine Banbury. 2004. Active Learning Facilitated by
Using a Game-Show Format or Who Doesn’t Want to be a Millionaire?. Journal of Management Education . Vol 28 Hal 513 (dikases tanggal 30 April 2009).