pembangunan ketahanan pangan - Directory UMMdirectory.umm.ac.id/Laporan/Laporan_WS/Materi Ketahanan...
Transcript of pembangunan ketahanan pangan - Directory UMMdirectory.umm.ac.id/Laporan/Laporan_WS/Materi Ketahanan...
MASA DEPAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA
MASA DEPAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA
NUHFIL HANANI ARNUHFIL HANANI AR
Peningkatan
ketersediaan pangan,
akses pangan, dan
Pelarangan ImporPeningkatan daya saing
(promosi ekspor)
Substitusi imporStrategi
ManusiaPetaniKomoditas panganKomoditas panganSasaran
Rumah tangga dan
individu
NasionalNasionalNasionalLingkup
Ketahanan PanganKedaulatan PanganKemandirian PanganSwasembada PanganIndikator
Fokus sasaranFokus sasaran
Manusia sehat dan
produktif (angka
harapan hidup tinggi)
Kesejahteraan petaniKetersediaan pangan
oleh produk domestik
(impor hanya
pelengkap)
Ketersediaan pangan
oleh produk domestik
(tidak impor)
Outcome
Status gizi (penurunan :
kelaparan, gizi kurang
dan gizi buruk)
Peningkatan produksi
pangan(dengan
perlindungan pada
petani)
Peningkatan produksi
pangan yang berdaya
saing
Peningkatan produksi
pangan (dengan
perlindungan pada
petani)
output
akses pangan, dan
penyerapan pangan
PANGAN ADALAH HAK AZASI MANUSIAPANGAN ADALAH HAK AZASI MANUSIA
1.1. Universal Declaration of Human RightUniversal Declaration of Human Right (1948) dan The International (1948) dan The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (1966) yang Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (1966) yang menyebutkan bahwa “menyebutkan bahwa “everyone should have an adequate standard of everyone should have an adequate standard of living, including adequate food, cloothing, and housing and that the living, including adequate food, cloothing, and housing and that the fundamental right to freedom from hunger and malnutritionfundamental right to freedom from hunger and malnutrition”. ”.
2.2. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 19961996 yang ditanda tangani oleh 112 kepala negara atau penjabat tinggi yang ditanda tangani oleh 112 kepala negara atau penjabat tinggi dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara penandatangannya. Isinya adalah pemberian tekanan pada penandatangannya. Isinya adalah pemberian tekanan pada human human right to adequate food (hak atas pemenuhan kebutuhan pangan secara right to adequate food (hak atas pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup)cukup), dan perlunya aksi bersama antar negara untuk mengurangi , dan perlunya aksi bersama antar negara untuk mengurangi kelaparankelaparan
3.3. Millenium Development GoalsMillenium Development Goals (MDGs) menegaskan bahwa tahun 2015 (MDGs) menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara terasuk Indonesia menyepakati menurunkan kemiskinan setiap negara terasuk Indonesia menyepakati menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuhnya dan kelaparan separuhnya
4.4. Hari Pangan Sedunia tahun 2007 memakai tema Hak Atas Pangan. Hari Pangan Sedunia tahun 2007 memakai tema Hak Atas Pangan.
1.1. UU NO. 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGANUU NO. 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN
2.2. PP NO 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGANPP NO 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN
3.3. PP 28 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PP 28 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI
PANGANPANGAN
4.4. PP NOMOR 3 TAHUN 2007 Pasal 3 ayat 2 butir mPP NOMOR 3 TAHUN 2007 Pasal 3 ayat 2 butir m
LANDASAN HUKUMLANDASAN HUKUM
4.4. PP NOMOR 3 TAHUN 2007 Pasal 3 ayat 2 butir mPP NOMOR 3 TAHUN 2007 Pasal 3 ayat 2 butir m
((Pemerintahan Derah Propinsi, Kabupaten/kotaPemerintahan Derah Propinsi, Kabupaten/kota wajibwajib
mempertanggung jawabkan urusan Ketahanan panganmempertanggung jawabkan urusan Ketahanan pangan
5.5. PP NOMOR 38 TAHUN 2007 Pasal 7 ayat 2 butir mPP NOMOR 38 TAHUN 2007 Pasal 7 ayat 2 butir m
((Ketahanan Pangan masuk urusan wajib pada Ketahanan Pangan masuk urusan wajib pada
Pemerintahan Derah Propinsi, Kabupaten/kotaPemerintahan Derah Propinsi, Kabupaten/kota))
Ekonomi MeningkatEkonomi Meningkat
Kemiskinan kurangKemiskinan kurang
Akses pangan, gizi dan kesehatan Akses pangan, gizi dan kesehatan meningkatmeningkat
PERANAN KETAHANAN PANGAN DALAM PEMBANGUNANPERANAN KETAHANAN PANGAN DALAM PEMBANGUNAN
Investasi sektor sosial Investasi sektor sosial (Gizi, Kes, Pendidikan)(Gizi, Kes, Pendidikan)
Peningkatan KualitasPeningkatan KualitasSDMSDM
Ketahanan pangan Ketahanan pangan rumah tanggarumah tangga
PeningkatanPeningkatanProduktivitasProduktivitas
Investasi sektor Investasi sektor ekonomiekonomi
y = 0,6568x + 38,88R2 = 0,5734
60
80
100
120H
DI
0
20
40
0 20 40 60 80 100 120
% penduduk tahan pangan
Pengaruh Ketahanan Pangan Thd Kualitas Sumberdaya Manusia (Data seluruh negara di dunia )
KETAHANAN PANGANKETAHANAN PANGAN
Kemampuan akses fisik dan Kemampuan akses fisik dan ekonomi terhadap sumber ekonomi terhadap sumber
Ketersediaan pangan yang Ketersediaan pangan yang cukup, aman, bergizi, berasal cukup, aman, bergizi, berasal dari pangan lokal, impor dan dari pangan lokal, impor dan stok masyarakatstok masyarakat
Sta
bilit
as P
anga
n
S
tabi
litas
Pan
gan
Foo
d S
tabi
lity
Foo
d S
tabi
lity
KetKetersediaersediaanan panganpangan((Food Availability)
ekonomi terhadap sumber ekonomi terhadap sumber pangan secara sosial dan pangan secara sosial dan demografisdemografis sepanjang waktu sepanjang waktu dan di mana sajadan di mana saja
PePemenuhan gizi dan menuhan gizi dan kesehatankesehatan untuk hidup prodktifuntuk hidup prodktif
Sta
bilit
as P
anga
n
S
tabi
litas
Pan
gan
Foo
d S
tabi
lity
Foo
d S
tabi
lity
Akses Pangan Akses Pangan ((Food Access)
Penyerapan pangan Penyerapan pangan ((Food Utilization)
KETERSEDIAAN PANGAN
PER KAPITA
Produksi
Pasokan pangan dari luar (Impor )
Cadangan pangan
Bantuan panganLuas panen
Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers. 2003 (dimodifikasi
Luas panenProduktifitas Diversifikasi
produkSarana dan prasarana pemasaran
Irigasi, teknologi, kredit,Sarana produksi
Jumlah Penduduk
Iklim, hama penyakit, bencana,dll.
AKSES PANGAN
Akses Ekonomi
Pendapatan
Kesempatan kerja
Harga Pangan
Akses Fisik (isolasi daerah)
Infrastruktur pedesaan
Sarana dan prasarana perhubungan
Akses sosial
Tidak adanya konflik. Perang. Bencana. dll Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers. 2003
(dimodifikasi)
Preferensi thd jenis pangan dan Pendidikan
Falilitas dan Layanan Kesehatan1. Fasilitas Kesehatan2. Layanan kesehatan
Sanitasi dan Ketersediaan air1. Kecukupan air bersih 2. Sanitasi
Konsumsi 1. Kecukupan Energi2. Kecukupan Gizi3. Diversifikasi pangan4. Keamanan pangan
Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers. 2003 (dimodifikasi)
PENYERAPAN PANGAN Pengetahuan ibu RT
1. Pola makan2. Pola asuh kesehatan
Outcome Nutrisi dan kesehatan1. Harapan hidup2. Gizi balita3. Kematian bayi
Gangguan iklim
Hama dan penyakit tanaman
KERENTANANPANGAN
Bencana alam
Konflik, Perang. dll
MASYARAKAT (NASIONAL, PROPINSI, KAB/KOTA) RUMAHTANGGA INDIVIDU
SOSIAL EKONOMI, POLITIK,
LINGKUNGAN BUDAYASITUASI PANGAN
Pertumbuhan Penduduk
Tingkat Pendidikan
Makro Ekonomuiy
Perdagangan Internasional
Kebijakan dan Perundangan
Sumberdaya Alam
Pelayanan Dasar
KETERSEDIAAN PANGAN
Produksi
Import-Eksport
Penggunaan dimestik
(pangan, benih/bibit, stok)
KONDISI SOSIAL EKONOM
PEMILIKAN ASET DAN
AKTIVITAS EKONOMI
AKSES PANGAN
RUMAHTANGGA
KONSUMSI PANGAN
Intake energi dan
zat gizi memnuhi
Gizi seimbang
RANAH KEGIATAN/PROGRAMRANAH KEGIATAN/PROGRAM KETAHANAN PANGANKETAHANAN PANGAN
Pelayanan Dasar
Pasar Domestik
Teknologi
Kondisi Iklim
Infrastruktur
Konflik Sosial
Trend Kesehatan
Karakteristik rumahtangga
Kelangsungan hidup/
livelihood
Kelembagaan Sosial
Budaya
Gender
STABILITAS KETERSEDIAAN
Kestabilan Pasar,
Cadangan Pangan
AKSES TERHADAP PANGAN
Produksi Pangan
Daya Beli
Akses terhadap pasar
Kemampuan ocial entitlements
POLA PENGASUHAN
Pola Asuh Anak
Pola Asuh Makan
Pengetahuan Gizi
Pengolahan Pangan
Kebiasaan Makan
Distribusi Pangan dlm RT
SANITASI DAN KESLING
Praktek hidup sehat
Higiene
Air Bersih
Sanitasi
Keamanan Pangan
PEMANFAATAN
PANGAN OLEH
TUBUH
Status Kesehatan
STATUS
GIZI
INDIKATOR KUANTITATIF
INDIKATOR CAPAIAN KETERANGAN
PRODUKSI PANGAN MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK
�Swasembada beras,jagung,
daging sapi, daging unggas,
telur, ikan, gula, sayuran,
buah, minyak goreng,
�Impor kedele < 20 %
Tingkat ketergantungan impor pangan secara keseluruhan < 5 %
KETERSEDIAAN ENERGI MEMENUHI KEBUTUHAN
> 2200 kkal/kap/hr Tersedia sepanjang waktuMEMENUHI KEBUTUHAN
KONSUMSI ENERGI MEMENUHI AKG
2000 kkal/kap/hr Akses sepanjang waktu
KEAMANAN PANGAN
TERJAMIN
Tidak ditemukan kasus keracunan pangan dan bahan berbahaya pada makanan
MUTU GIZI SEIMBANG SKOR PPH 100 Merata semua kelompok pendapatan
GIZI KURANG BUKAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
KEP < 10 %, Gizi Buruk < 1%
GAKI <10 %
SITUASI PANGAN DI SITUASI PANGAN DI DUNIADUNIA
UkraineViet NamArgentina
TurkiMexico
AustraliaPakistanPolandiaThailand
Myanmar
20 Negara Produsen padi-padian terbesar di dunia ( % thd dunia )
0 5 10 15 20
China Amerika
IndiaRusia Prancis
IndonesiaBrazil
CanadaGerman
BangladeshUkraine
20 Negara Produsen daging terbesar dunia ( % thd dunia)
ArgentinaItaly
AustraliaPolandiaEngland
JapanViet Nam
IndonesiaPhilippineNetherlan
0 5 10 15 20 25 30
China Amerika
BrazilGermanPrancis
IndiaSpain
MexicoRusia
CanadaArgentina
20 Negara Produsen sayur dan buah terbesar di dunia (% thd dunia)
PrancisRusia
PhilippinNigeriaJapanKorea
Viet NamThailandUganda
0 5 10 15 20 25 30 35 40
China India
AmerikaBrazil
TurkeyItaly
SpanyolIran
MexicoMesir
IndonesiaPrancisRusia
91,79Mexico91,91Rusia 92,25German
81,93Iran 81,94Mexico82,32Canada
72,12Spanyol72,13Spain72,81Brazil
62,48Italy62,32India62,88Indonesia
52,61Turkey52,40Prancis53,11Prancis
43,16Brazil42,61German43,36Rusia
35,01Amerika37,66Brazil310,23India
29,22India214,95Amerika217,14Amerika
136,62China 128,57China 118,20China
Pering kat
% dunia
NegaraPering kat
% dunia
NegaraPering kat
% dunia
Negara
Sayur dan BuahDagingPadi-padian
200,80Uganda200,90Netherlands201,09Myanmar
190,82Thailand190,91Philippine191,25Thailand
180,96Viet Nam180,92Indonesia181,31Polandia
171,05Korea171,02Viet Nam171,34Pakistan
161,06Japan161,16Japan161,39Australia
151,26Nigeria151,26England151,44Mexico
141,29Philippine141,26Polandia141,50Turki
131,41Rusia 131,45Australia131,51Argentina
121,43Prancis121,57Italy121,73Viet Nam
111,62Indonesia111,61Argentina111,81Ukraine
101,74Mesir101,77Canada101,81Bangladesh
91,79Mexico91,91Rusia 92,25German
Produksi Padi (MT)
United States of AmericaPakistan
Korea, Republic ofEgy pt
Cambodia
NepalNigeria
Iran, Islamic Rep ofSri Lanka
Madagascar
Produksi Jagung (MT)
RomaniaHungaryCanadaUkraine
EgyptSerbia and Montenegro
PhilippinesNigeria
ThailandSpain
0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000
China
IndiaIndonesia
BangladeshViet Nam
Thailand
My anmarPhilippines
BrazilJapan
United States of America
0 50,000,0
00
100,000,
000
150,000,
000
200,000,
000
250,000,
000
300,000,
000
United States of AmericaChinaBrazil
Mex icoArgentina
IndiaFrance
IndonesiaSouth Africa
ItalyRomania
Produksi Ubi kayu (MT)
MozambiquViet Nam
UgandaParaguay
ChinaBenin
Malaw iMadagascar
ColombiaPhilippines
Côte
Produksi Ubi Jalar (MT)
Mex ico
Colombia
Philippines
Congo, Dem
Guinea-Bissau
Japan
Thailand
Sw aziland
Malay sia
Timor-Leste
0 5,000,
000
10,000
,000
15,000
,000
20,000
,000
25,000
,000
30,000
,000
35,000
,000
40,000
,000
45,000
,000
UgandaBrazil
IndonesiaThailandCongo GhanaAngola
Tanzania India
Mozambiqu
0 500,00
0
1,000,0
00
1,500,0
00
2,000,0
00
2,500,0
00
3,000,0
00
3,500,0
00
4,000,0
00
Ethiopia
Pakistan
Indonesia
Papua New
Namibia
Peru
Nepal
Boliv ia
Botsw ana
Eritrea
Mex ico
Produksi Kedelai(MT)
Italy
Russian Federation
Nigeria
Uruguay
Korea, Dem People's
Serbia and Montenegro
Ukraine
South Africa
Romania
Viet Nam
Thailand
Produksi Tebu (MT)
United
Indonesia
South
ArgentinaGuatemala
Egypt
Viet Nam
Cuba
Venezuela
Peru
Iran,
0 10,00
0,000
20,00
0,000
30,00
0,000
40,00
0,000
50,00
0,000
60,00
0,000
70,00
0,000
80,00
0,000
90,00
0,000
United States of America
Brazil
Argentina
China
India
Paraguay
Canada
Boliv ia
Indonesia
Italy
0 50,000,
000
100,000
,000
150,000
,000
200,000
,000
250,000
,000
300,000
,000
350,000
,000
400,000
,000
450,000
,000
Brazil
India
China
Thailand
Pakistan
Mexico
ColombiaAustralia
Philippines
United
Produksi Susu (MT)
Ukraine
Poland
Netherlands
Italy
Australia
Mexico
Turkey
Pakistan
Japan
Canada
Argentina
Produksi Telur (MT)
Myanmar
Russian Federation
Malaysia
Ukraine
Pakistan
Madagascar
Slovakia
Hungary
Cambodia
New Zealand
Bulgaria
0 10,00
0,000
20,00
0,000
30,00
0,000
40,00
0,000
50,00
0,000
60,00
0,000
70,00
0,000
80,00
0,000
90,00
0,000
United States of America
India
Russian Federation
Germany
France
China
Brazil
New Zealand
United Kingdom
Ukraine
0 500,00
0
1,000,
000
1,500,
000
2,000,
000
2,500,
000
3,000,
000
3,500,
000
4,000,
000
4,500,
000
5,000,
000
China
Thailand
Indonesia
Philippines
Brazil
Romania
Korea, Republic of
Bangladesh
United Kingdom
Myanmar
Produksi Daging ayam (MT)
Russian Federation
Canada
Thailand
Turkey
Poland
South Africa
Malaysia
Iran, Islamic Rep of
Argentina
Australia
Germany
Produksi Daging sapi (MT)
Italy
Colombia
United Kingdom
New Zealand
South Africa
Ireland
Spain
Ukraine
Uruguay
Japan
0 2,000,
000
4,000,
000
6,000,
000
8,000,
000
10,00
0,000
12,00
0,000
14,00
0,000
16,00
0,000
18,00
0,000
United States of America
Brazil
Mex ico
India
United Kingdom
Spain
Indonesia
Japan
France
Russian Federation
0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000
United States of America
Brazil
Argentina
Australia
Russian Federation
France
Mexico
Canada
India
Germany
Italy
Italy
Korea, Dem People's Rep
Brazil
Cuba
Nepal
Iran, Islamic Rep of
Poland
Pakistan
Thailand
Uzbekistan
Produksi Sayuran (MT)
Sudan
Cuba
Egypt
Mexico
Pakistan
Azerbaijan, Republic of
Thailand
Ecuador
Tanzania, United Rep of
Costa Rica
Produksi Buah (MT)
0 50.000.000 100.000.000 150.000.000
China
India
Viet Nam
Philippines
Nigeria
Korea, Republic of
Russian Federation
Myanmar
France
Japan
Italy
0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000
India
Viet Nam
China
Indonesia
Nigeria
Iran, Islamic Rep of
Myanmar
Papua New Guinea
Nepal
Korea, Dem People's Rep
Sudan
PROYEKSI KECUKUPAN PANGAN DUNIA 2025PROYEKSI KECUKUPAN PANGAN DUNIA 2025
Region Population 2025
Consumption/Capita
Demand 2025
Production 2025
Balance 2025
South Asia 2021 237 549.7 524.6 -25.1
East and Southeast Southeast Asia 2387 338 1040.9 914.0 -126.9
Latin America 690 265 217.9 171.2 -46.7
Europe 799 634 506.5 619.4 112.9
North America 410 780 319.5 558.2 238.7
World 8039 363 3046.5 2977.7 -68.8
SOURCE: www.worldbank.org
200
250
300
350
400
Source: Commodity Market Review of the World Bank, June 11 2008
0
50
100
150
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gandum Beras Gula (raw) Gula (refined)
Kacang2an Daging sapi Daging ayam Susu bubuk
Land Availability
CountryLand for Food (1000 ha)
Population (2002)
Land/Capita (m2)
Argentina 33.700 37.074 9089.9
Australia 50.304 19.153 26264.3
Bangladesh 8.085 123.406 655.2
Brazil 58.865 171.796 3426.4
27
Canada 45.740 30.769 14865.6
China 143.625 1282.172 1120.2
India 161.750 1016.938 1590.6
Indonesia 1) 7.780 217.000 358.5
Thailand 31.839 60.925 5225.9
USA 175.209 285.003 6147.6
Vietnam 7.500 78.137 959.9
Indonesia 2) 9.788 217.000 451.1
100
120
140
160
Million
World Ending Stocks
2005/6
STOK PANGAN DUNIASTOK PANGAN DUNIA
0
20
40
60
80Million Metric Tons
Wheat Corn Rice Soybean
2005/6
2006/7
2007/8
RINGKASAN RINGKASAN
1.1. Produsen Pangan dikuasai tiga negara besar : (Amerika, Produsen Pangan dikuasai tiga negara besar : (Amerika, China dan India)China dan India)
2.2. Harga pangan internasional mengalami lonjakan drastisHarga pangan internasional mengalami lonjakan drastis
3.3. Kompetisi penggunaan komoditas pertanian: pangan vs pakan Kompetisi penggunaan komoditas pertanian: pangan vs pakan vs energivs energi
4.4. Negara produsen pangan negara asing cenderung Negara produsen pangan negara asing cenderung 4.4. Negara produsen pangan negara asing cenderung Negara produsen pangan negara asing cenderung mementingkan dirinya sendiri dan melindungi produsennyamementingkan dirinya sendiri dan melindungi produsennya
5.5. Diramalkan pada masadatang jika tidak ada intervensi, maka Diramalkan pada masadatang jika tidak ada intervensi, maka pangan di dunia akan defisitpangan di dunia akan defisit
PERUBAHAN KONDISI GLOBAL PERUBAHAN KONDISI GLOBAL YANG TIDAK YANG TIDAK MENENTU MENENTU MENUNTUT KEMANDIRIAN MENUNTUT KEMANDIRIAN INDONESIAINDONESIA
SENTRA PRODUKSI SENTRA PRODUKSI PANGAN INDONESIA DAN PANGAN INDONESIA DAN
PERKEMBANGANNYAPERKEMBANGANNYAPERKEMBANGANNYAPERKEMBANGANNYA
�� INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR –– NO. 2 DI DUNIA NO. 2 DI DUNIA SETELAH BRAZILSETELAH BRAZIL
�� 800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN�� ++ 1000 SPESIES TUMBUHAN MEDISINAL1000 SPESIES TUMBUHAN MEDISINAL�� RIBUAN SPESIES MICRO ALGAERIBUAN SPESIES MICRO ALGAE
77 Jenis Sumber Karbohidrat77 Jenis Sumber Karbohidrat
nuhfil hanani
77 Jenis Sumber Karbohidrat77 Jenis Sumber Karbohidrat
75 Jenis Sumber Lemak/Minyak75 Jenis Sumber Lemak/Minyak
26 Jenis Kacang26 Jenis Kacang--kacangankacangan
389 Jenis Buah389 Jenis Buah--buahanbuahan
228228 Jenis SayuranJenis Sayuran
40 Jenis Bahan Minuman40 Jenis Bahan Minuman
110110 Jenis RempahJenis Rempah--rempah rempah
dan Bumbudan Bumbu--bumbuanbumbuan
Intensitas Penggunaan Tanah Pada Setiap Pulau 2002
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
Per
sen
Pen
ggun
aan
Indonesia memiliki luas daratan lebih kurang 190,.923 Juta Ha, seluas 70,8 Juta atau 37,1 Persen telah
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan budidaya seperti Sawah, pertanian lahan kering, perkebunan, budidaya
non pertanian(permukimam, industri,tambang dll) serta penggunaan-penggunaan tanah lainnya (ladang,
semak,padang rumput dll). Seluas 120,2 juta Ha atau 62,9 persen masih berupa hutan (hutan lebat, sejenis,
belukar dll).
Berdasarkan intensitas penggunaan tanah untuk
kegiatan budidaya, Pulau Jawa telah mencapai 79,9 %
,disusul oleh Sumatera 46,7 %. Sedangkan Papua
mempunyai intensitas penggunaan tanah terkecil yakni
20 %
Kondisi Penggunaan Tanah
nuhfil hanani
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
Sumatera Jawa dan
Bali
Kalimantan Sulawesi NT dan
Maluku
Papua
Per
sen
Pen
ggun
aan
2% 4% 8%9%
63%
14%
Non PertanianSawahLahan KeringPerkebunanHutanLain-lain
Persentase masing-masing penggunaan tanah
Bila dilihat berdasarkan kelompok penggunaan tanah,
maka penggunaan tanah semak, padang rumput, alang-
alang, tanah tandus, rusak dan perairan tambak
(dikelompokkan dalam penggunaan lain) menempati
urutan terluas kedua (13,9%) setelah Hutan, kemudian
disusul oleh perkebunan ( 8,5 %) pertanian Lahan Kering
(7,8 % )dan Sawah (4,9%)
Grafik Persentase Perubahan Penggunaan Tanah Perta nian Menjadi Industri dan Pemukiman berdasarkan Penggun aan
Tanah awal di Pulau Jawa (1994 s/d 1999)Perkebunan
0,2%Kebun campuran
17,5%
Pertanian tanah kering 16,6%
sawah 65,7%
PERUBAHAN
PENGGUNAAN TANAH
PERTANIAN MENJADI
PEMUKIMAM DAN
INDUSTRI DI PULAU
JAWA (1994 - 1999)
33
65,7%
• Dalam tahun 1994-1999 perubahan tanah pertanian (sawah maupun pertanian tanaman kering) menjadi kegiatan Industri dan Permukiman adalah lebih kurang 73.922 ribu hektar.
• 48.573 hektar atau lebih dari 65,7% perubahan tersebut berasal dari tanah-tanah sawah.
• Penyusutan tanah-tanah sawah di P. Jawa menjadi tanah indutri sangat fenomenal yakni seluas 39.239 Ha(81%).
• rata-rata perubahan tanah sawah menjadi non-pertanian adalah 9.714 Hektar per tahun
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
KONVERSI LAHAN SAWAH DI INDONESIA TAHUN 1999 –2003 (HA)
Pulau
luas sawah (ha) % terhadap
luas baku 1999 Pengurangan Penambahan
Netkonversi
lahan baku sawah
Sumatera 2173117 235384 59650 -175734 -0,89
Bali dan NTT 597873 13789 8057 -5732 -0,96
Kalimantan 1066011 105030 30860 -74170 -6,96
Sulawesi 893974 35803 20237 -15566 -1,74
Maluku & papua 6005 2476 -3529
Luar Jawa 4730975 396010 121278 -274732 -5,81
Jawa 3375381 167150 18024 -149126 -4,42
Indonesia 8106356 563159 139302 -423857 -5,23
Sumber: Profil Sektor Pertanian Indonesia. BPS. 2003
Produksi padi (000 ton), 2006
0,3326,19716,50627,07342,93849,83359,21568,319192,583301,616349,429378,377454,902491,712511,911541,171544,597
708,163739,777840,891
1107,6611502,7481552,6271636,841751,4681889,489
2129,9142456,251
3007,6363365,509
8729,2919346,9479418,572
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
Riau KepulauanDKI
Bangka BelitungIrian Jaya Barat
RiauMaluku
Maluku UtaraPapua
GorontaloSulawesi Barat
Sulawesi TenggaraBengkulu
Sulawesi UtaraKalimantan Tengah
Nusa Tenggara TimurKalimantan Timur
JambiDaerah IstimewaSulawesi Tengah
BaliKalimantan Barat
Nanggroe AcehNusa Tenggara Barat
Kalimantan SelatanBanten
Sumatera BaratLampung
Sumatera SelatanSumatera Utara
Sulawesi SelatanJawa Tengah
Jawa TimurJawa Barat
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
y = 1E+06ln(x) + 6E+06R² = 0,817
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Padi
Produksi jagung 000 ton, 2006
0133771114151824293558667475788297104137202224243
416573583
682696
1.1841.856
4.011
- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500
DKI JakartaRiau Kepulauan
Bangka BelitungIrian Jaya Barat
PapuaKalimantan Tengah
Maluku UtaraKalimantan Timur
MalukuSulawesi Barat
BantenJambi
RiauKalimantan Selatan
Sulawesi TengahSumatera Selatan
Sulawesi TenggaraBali
BengkuluNanggroe Aceh
Nusa Tenggara BaratKalimantan Barat
Sumatera BaratDI Yogyakarta
Sulawesi UtaraGorontalo
Jawa BaratNusa Tenggara
Sumatera UtaraSulawesi Selatan
LampungJawa Tengah
Jawa Timur
- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500
y = 81254ln(x) + 43754R² = 0,680
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Jagung
Produksi kedelai 000 ton 2006
000,6821,0491,1641,3411,4331,4381,7281,8871,9192,1382,6512,7832,7862,9823,4433,5943,7884,2054,2224,8756,7347,04210,84410,864
22,24224,49525,495
39,545132,261
320,205
0 50 100 150 200 250 300 350
Bangka BelitungRiau Kepulauan
Kalimantan TengahSulawesi Barat
Maluku UtaraBengkulu
MalukuSumatera Barat
Kalimantan BaratIrian Jaya Barat
BantenKalimantan Selatan
Sulawesi TengahKalimantan Timur
Nusa Tenggara TimurSulawesi Tenggara
JambiLampung
Sumatera SelatanRiau
PapuaSulawesi Utara
GorontaloSumatera Utara
BaliNusa Tenggara Barat
Sulawesi SelatanJawa Barat
Nanggroe Aceh DarussalamDaerah Istimewa
Jawa TengahJawa Timur
0 50 100 150 200 250 300 350
y = -2089,x2 + 85065x + 29677R² = 0,506
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1.800.000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Kedele
Produksi Ubikayu (000 ton), 2006
0,8040,9416,89910,32617,26421,83837,82540,41340,77945,24546,50447,58652,79165,66182,38982,41687,04193,801101,249113,488123,833133,095143,561159,058228,321238,039250,173
567,7491016,27
2044,6743553,823680,567
5499,403
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Daerah Khusus Ibukota JakartaGorontalo
Riau KepulauanMaluku
Bangka BelitungIrian Jaya Barat
PapuaSulawesi Barat
JambiSumatera Utara
Nanggroe Aceh DarussalamRiau
Sulawesi TengahKalimantan TengahKalimantan Selatan
Sulawesi UtaraNusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur
Kalimantan TimurBengkulu
Maluku UtaraSumatera Barat
BantenBali
Sumatera SelatanSulawesi Tenggara
Kalimantan BaratSulawesi Selatan
Daerah Istimewa YogyakartaJawa Barat
Jawa TengahJawa Timur
Lampung
y = -4789x + 1E+06R² = 0,408
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Ketela pohon
Produksi Ubijalar, 2006 (Ton)
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Riau Kepulauan
Gorontalo Bangka Belitung
Sulawesi Barat Daerah Istimewa Yogyakarta
Kalimantan Tengah Riau
Kalimantan Barat Nanggroe Aceh Darussalam
Nusa Tenggara Barat Maluku
Sumatera Selatan Irian Jaya Barat
Sulawesi Tenggara Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah
Jambi Maluku Utara
Banten Sulawesi Utara
Lampung Bengkulu
Sumatera Barat Sulawesi Selatan
Bali Sumatera Utara
Nusa Tenggara Timur Jawa Tengah
Jawa Timur Papua
Jawa Barat
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000
y = -5034,x + 34496R² = 0,894
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Ubi jalar
Produksi Kacang Tanah, 2006 (000 Ton)
0 50000 100000 150000 200000 250000
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Riau Kepulauan
Bangka Belitung Sulawesi Barat Irian Jaya Barat
Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Barat
Jambi Papua
Gorontalo Maluku
Riau Maluku Utara
Sulawesi Tenggara Bengkulu
Sulawesi Utara Sumatera Barat
Sulawesi Tengah Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Selatan Lampung
Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur
Bali Banten
Sumatera Utara Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat Daerah Istimewa Yogyakarta
Jawa Barat Jawa Tengah
Jawa Timur
0 50000 100000 150000 200000 250000
y = 11646ln(x) + 25694R² = 0,817
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Kacang tanah
Produksi Kacang Hijau, 2006 (Ton)
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
Bangka Belitung Daerah Khusus
Riau Kepulauan Kalimantan Tengah
Maluku Utara Daerah Istimewa
Maluku Jambi
Gorontalo Sulawesi Barat
Kalimantan Timur Irian Jaya Barat
Kalimantan Selatan Bali
Sulawesi Tengah Kalimantan Barat
Papua Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara Bengkulu
Banten Sulawesi Utara
Riau Nanggroe Aceh
Sumatera Selatan Lampung
Sumatera Utara Jawa Barat
Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat Jawa Timur
Jawa Tengah
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
Produksi Telur Ayam, 2006 (000 Ton)
0 50 100 150 200 250 300
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Maluku Utara
Maluku Kalimantan Tengah
Irian Jaya Barat Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tenggara Bengkulu
Nusa Tenggara Barat Gorontalo
Papua Nanggroe Aceh Darussalam
Sulawesi Barat Bangka Belitung
Riau Riau Kepulauan
Jambi Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan Lampung
Kalimantan Barat Daerah Istimewa Yogyakarta
Sulawesi Selatan Bali
Banten Sumatera Selatan
Sumatera Barat Sumatera Utara
Jawa Barat Jawa Tengah
Jawa Timur
y = 29,91x - 82,44R² = 0,929
-200
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Telur(000 ton)
Produksi susu ( ton), 2006
00000000000000000394390959617719740193011846365878311063
130896211889
244300
0 50000 100000 150000 200000 250000
RiauJambi
Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur
Kalimantan TengahKalimantan Timur
Sulawesi UtaraSulawesi Tengah
Sulawesi TenggaraMaluku
Bangka BelitungBanten
GorontaloMaluku Utara
Kepulauan RiauIrian Jaya BaratSulawesi Barat
Kalimantan BaratNanggroe Aceh Darussalam
BengkuluBali
PapuaKalimantan Selatan
LampungSumatera Selatan
Sumatera BaratSulawesi Selatan
DKI JakartaSumatera Utara
DI YogyakartaJawa Tengah
Jawa BaratJawa Timur
y = 17,28x - 54,41R² = 0,965
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
susu(000 ton)
Produksi Daging Ayam ras (ton), 2006
53642472995736936997178649481001151320262440268229744244556756589117128081633519057
289252927235683374714324148820
95143125221
282478
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000
Maluku UtaraMaluku
Kalimantan TengahIrian Jaya Barat
Nusa Tenggara TimurSulawesi Tenggara
BengkuluNusa Tenggara Barat
GorontaloPapua
Nanggroe Aceh DarussalamSulawesi Barat
Bangka BelitungRiau
Kepulauan RiauJambi
Sulawesi TengahSulawesi Utara
Kalimantan TimurKalimantan Selatan
LampungKalimantan Barat
DI YogyakartaSulawesi Selatan
BaliBanten
Sumatera SelatanSumatera BaratSumatera Utara
Jawa BaratJawa Tengah
Jawa Timur
Produksi Daging sapi ( ton), 2006
75990695410321127115116132005264927412956300132184371
6368684968617264726972697346739475178505101321135911601
1537215562
2351550326
7775979091
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
Irian Jaya BaratGorontalo
Kepulauan RiauSulawesi Barat
BengkuluMaluku Utara
MalukuPapua
Sulawesi TenggaraBangka Belitung
JambiKalimantan Tengah
Sulawesi TengahSulawesi Utara
Kalimantan SelatanLampung
RiauDI Yogyakarta
Nusa Tenggara BaratKalimantan BaratKalimantan Timur
BaliNusa Tenggara Timur
DKI JakartaSumatera Utara
Sumatera SelatanNanggroe Aceh Darussalam
BantenSumatera Barat
Sulawesi SelatanJawa Tengah
Jawa BaratJawa Timur
1500
2000
2500
Daging
y = 51,08x + 75,46R² = 0,967
0
500
1000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Produksi Tebu, 2006 (000 Ton)
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Barat
Riau Jambi
Bengkulu Bangka Belitung Riau Kepulauan
Daerah Khusus IbukotaBanten
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat Maluku Papua
Maluku Utara Irian Jaya Barat
Sulawesi Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta
Gorontalo Sumatera Utara
Sumatera Selatan Jawa Barat
Jawa Tengah Lampung
Jawa Timur
Tebu
0,00
500.000,00
1.000.000,00
1.500.000,00
2.000.000,00
2.500.000,00
3.000.000,00
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tebu
Provinsi sentra Pertanian Di Indonesia
Jabar (36,6%), Sumut (19,6%), Jateng (15,1%), Jatim (9,6%), dan Sumbar, Bengkulu, Bali, Sulsel (masing-masing >3%)
Sayuran5
Jatim (24,4%), Jateng (21,7%), Jabar (14,8%), Sulsel (6,5%), dan Sumut, NTB (masing-masing >3%)
Kacang Tanah4
Jatim 37,9%), Jateng (20,1%), NAD 7,0%), Jabar (5,4%), Sulsel (4,2%), dan Lampung (2,2%)
Kedelai3
Jatim (36,0%), Jateng (17,7%), Lampung (11,6%), Sumut (6,9%), Sulsel (6,5%), dan Jabar, NTT (masing-masing >4%)
Jagung2
Jabar+Banten (20,7%), Jatim (17,8%), Jateng (16,3%), Sulsel (7,1%), Sumut (6,7), dan Sumbar, Sulsel, Lampung (masing-masing > 3%)
Padi1
Wilayah Sentra ProduksiKomoditas
Sumatera (27%), Jawa (25%), Sulawesi (18%)Hasil Perikanan11
Jabar (20,8%), Jatim (15,3%), Jateng (14,2%), Sumut (15,0%), Sumbar, Sumsel-Babel, Lampung Sulsel (masing-masing >4%)
Telur10
Jabar (21,1%), Jatim (15,6%), Jateng (12,0%), Bali (8,1%), Jakarta (7,7%), Sumut (6,3%)
Daging9
Jatim (44,1%), Lampung (33,3%), Jateng (7,5%), Jabar (4,2%), dan Sumut (3,9%)
Gula Tebu8
Sumut (39,9%), Riau (21%), Kalbar (6,1%), NAD (6,1%) dan Sumbar (5,4%)Minyak Sawit7
Jabar (26,9%), Jatim (21,1%), Jateng (12,6%), Sumut (5,9%), Sulsel (5,5%), dan Sumsel+Babel, Lampung, NTT (masing-masing >3%)
Buah-buahan6
Sumbar, Bengkulu, Bali, Sulsel (masing-masing >3%)
KETERSEDIAA PANGAN KETERSEDIAA PANGAN PER KAPITADAN PER KAPITADAN
KEMANDIRIAN PANGANKEMANDIRIAN PANGAN
Ketersediaan 2000 2001 2002 2003 2004
Energi (Kal/kapita/hari) 2966 2958 2962 3083 3031
Protein Total (gram/kap/hari) 76,72 71,36 74,85 75,52 76,28
Ketersediaan Pangan Per Kapita
Nabati (gram/kap/hari) 65,14 59,52 62,68 63,32 62,78
Hewani (gram/kap/hari) 11,58 11,85 12,17 12,20 13,57
Komoditas Ketersediaan domestik (000 ton)
Penyediaan domestik per kapita (Kal/kapita/hari)
Beras 53985 1407,43Jagung 12014 481,76Kedelai 797 88,26Kc. Tanah 835 51,62Ubi Kayu 19459 324,34
Ketersediaan pangan menurut Komoditasnya (Kal/kapita/hari), 2004
Ubi Kayu 19459 324,34Ubi Jalar 1840 29,52Sayuran 9200 41,95Buah-buahan 15104 91,81Minyak goreng 3545 272,00Gula 2196 118,23Daging sapi & kerbau 505 7,58Daging ayam 1244 24,45Telur 1149 21,33Susu 342 16,50Ikan 6809 54,12
(Kal/kapita/hari)
2200Kebutuhan
Energi
3031
0 1000 2000 3000 4000
KetersediaanEnergi
(Gram/kapita/hari)
Kebutuhanprotein
0 20 40 60 80 100
KetersediaanProtein
29,52
41,95
91,81
272
118,23
7,58
24,45
21,33
16,5
54,12
Ubi Jalar
Sayuran
Buah-buahan
Minyak goreng
Gula
Daging sapi
Daging ayam
Telur
Susu
Ikan
1407,43
481,76
88,26
51,62
324,34
29,52
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400
Beras
Jagung
Kedelai
Kc. Tanah
Ubi Kayu
Ketersediaan panganmenurut Komoditasnya (Kal/kapita/hari), 2004)
100
99,79
99,53
99,23
97,65
95,93
93,05
92,13
90,86
78,21
39,02
7,62
Telur
Daging ayam
Buah-buahan
Beras
Ikan
Daging sapi
Sayuran
Kc. Tanah
Jagung
Gula
Kedelai
Susu
100
100
100
100
0 20 40 60 80 100
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Minyak goreng
Telur
Persen
. Kemandirian Komoditas Pangan Indonesia 2006
IMPOR PANGANIMPOR PANGAN INDONESIAINDONESIA
URAIAN 2005 2006 2007
BERAS VOLUME IMPOR (JUTA TON) * 0.19 0.44 1.41
PRODUKSI (JUTA TON) a 34.12 34.60 36.97
NILAI IMPOR (JUTA US$) * 51.50 132.62 467.72
JAGUNG IMPOR (JUTA TON) * 0.19 1.78 0.70
PRODUKSI (JUTA TON) * 12.01 12.14 12.38
NILAI IMPOR (JUTA US$) * 30.85 277.50 151.61
KEDELAI IMPOR (JUTA TON) * 1.09 1.13 1.41
PRODUKSI (JUTA TON) *** 0.81 0.75 0.61
NILAI IMPOR (JUTA US$) * 308.00 299.58 479.43
GULA IMPOR (JUTA TON) * 2.00 1.51 2.97
PRODUKSI (JUTA TON) ** 2.21 2.26 2.56
NILAI IMPOR (JUTA US$) * 589.13 576.86 1,040.19
Sumber data: * BPS, ** CEIC, ***Deptan
PENDUDUK MISKIN PADA SEKTOR PERTANIANPENDUDUK MISKIN PADA SEKTOR PERTANIAN/PANGAN/PANGAN
41.2Non Pertanian
53.71
46.29 Non Gurem
Gurem
Petani > 0.5 Ha
Petani < 0.5 Ha
58.8Pertanian
74.4
25.6
Pangan
Non pangan
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA
Produktifitas TK sektorpertanian rendah
Penyerapan sektorpertanian
Penyerapan tenaga kerja sektor
non pertanian rendah
Angkatan kerja
Kemiskinan
Pengangguran tak kentara
Urbanisasi dan migrasi
Distribusi Tenaga Kerja Menurut Sektor (2005)
Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia
11.14
12.27
19.90
44.04
Komunikasi
Industri
Perdagangan
Pertanian
0.20
0.85
1.10
4.65
5.85
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
Energi
Pertambangan
Keuangan
Bangunan
Transportasi
Jumlah Unit Usaha Kecil, Menengah, dan BesarMenurut Sektor
Jumlah Unit Usaha Kecil, Menengah, dan BesarMenurut Sektor
1,791
1.326
7,845
1,791
1.326
7,845
UMUM
24,735,693
379,141
2,560,846
24,735,693
379,141
2,560,846
UKUK
24,737,550
380,601
2,569,209
24,737,550
380,601
2,569,209
66
134
518
66
134
518
Pertanian, Peternakan, Kehutana
n, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pertanian, Peternakan, Kehutana
n, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
1.
2.
3.
1.
2.
3.
JUMLAHJUMLAHUBUBSEKTORSEKTORNoNo
61,98661,986
7,845
953
9,847
21,269
3,616
6,502
8,837
7,845
953
9,847
21,269
3,616
6,502
8,837
42,326,51942,326,519
2,560,846
9,185
170,359
8,456,064
2,963,768
29,508
3,021,955
2,560,846
9,185
170,359
8,456,064
2,963,768
29,508
3,021,955
42,390,74842,390,7482,2432,243Total PDBTotal PDB
2,569,209
10,227
180,420
8,477,738
2,967,558
36,327
3,031,118
2,569,209
10,227
180,420
8,477,738
2,967,558
36,327
3,031,118
518
89
214
405
174
317
326
518
89
214
405
174
317
326
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sumber data : BPS (2003)Sumber data : BPS (2003)
Rata-rata Produktivitas Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Tahun 1999-2002 (000 Rp)
9.378
5.779
4.431
5.603
9.378
5.779
4.431
5.603
1.601
14.361
2.834
6.155
1.601
14.361
2.834
6.155
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Usaha Menengah
Usaha Menengah
Usaha Kecil
Usaha Kecil
SektorSektorNoNo
8.6668.6662.5722.572Total PDBTotal PDB
5.603
25.733
9.788
31.266
48.571
2.341
5.603
25.733
9.788
31.266
48.571
2.341
6.155
28.692
3.218
4.441
42.547
3.178
6.155
28.692
3.218
4.441
42.547
3.178
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
4.
5.
6.
7.
8.
9.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sumber : BPS (Diolah)Sumber : BPS (Diolah)
RANGKUMAN DAN BEBERAPA CATATANRANGKUMAN DAN BEBERAPA CATATAN
a. Ketersedian pangan secara makro setara energi dan protein Indonesia telah melebihi kebutuhan
b. Kemandirian pangan untuk beberapa komoditas cukup tinggi ketergantungan impor kurang dari 10 persen, namun beberapa komoditas memiliki ketergantungan impor yang tinggi (kedelai 60,98 % dan susu 92, 38 % dan gula)
c. Dalam jangka panjang, laju peningkatan produksi pangan cenderung c. Dalam jangka panjang, laju peningkatan produksi pangan cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan kurang satu persen sedangkan pertambahan penduduk sebesar 1,2% setiap tahun
d. Petani umumnya skala kecil (kurang dari 0,5 hektar) dan berpendidikan rendah menyebabkan aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktifitasnya tanpa difasilitasi oleh pemerintah.
e. Semakin berkurangnya prasarana pertanian
f. Kondisi sumber air memperihatinkan, daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali. Defisit air di Jawa sudah terjadi sejak tahun 1995 dan terus bertambah hingga tahun 2000 telah mencapai 52,8 milyar m3 per tahun
g. Alih fungsí lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran dll) di Indonesia diperkirakan 106.000 ha/5 th dan cenderung meningkat
h. Di Jawa dan banyak daerah lainnya luas hutan tinggal 15% dari luas daratan (untuk kelestarian minimal 30 %), seta banakna dijumai lahan kritis. Sejak 10 (untuk kelestarian minimal 30 %), seta banakna dijumai lahan kritis. Sejak 10 tahun terakhir terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi terus berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai 14,1 miliar m³ per tahun
KONSUMSI PANGAN KONSUMSI PANGAN INDONESIA DIBANDINGAN INDONESIA DIBANDINGAN
NEGARA LAINNEGARA LAIN
Konsumsi Beras (gram/kapita/hari)
IndiaSenegal
Korea, Dem People's
SurinameCuba
Solomon IslandsCôte d'Ivoire
Brunei Darussalam
MauritiusVanuatu
Japan
Costa RicaComoros
Liberia
PeruUnited Arab Emirates
KuwaitMaldivesEcuador
GabonZambiaMalawi
ComorosSierra LeoneTimor-Leste
IndonesiaBrazilChad
ColombiaSao Tome and Principe
PhilippinesKenya
MalaysiaLaos
Venezuela, Boliv Rep ofDominican Republic
SenegalFrench Polynesia
Thailand
Konsumsi Ketela (gram/kapita/hari)
0 100 200 300 400 500 600
MyanmarLaos
Viet Nam
BangladeshCambodia
IndonesiaPhilippines
Thailand
Timor-LesteMadagascar
Sri Lanka
NepalGuinea-Bissau
China
Korea, Republic ofSierra Leone
GuyanaGuinea
Malaysia
India
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Congo, Dem Republic ofAngola
Congo, Republic ofMozambique
GhanaBenin
Tanzania, United Rep ofLiberia
Central African RepublicMadagascar
ParaguayTogo
GuineaNigeria
RwandaUgandaBurundi
CameroonCôte d'Ivoire
Gabon
Konsumsi Sayuran (gram/kapita/hari)
Korea, Republic of
Japan
Malaysia
Philippines
Thailand
Viet Nam
Konsumsi Buah (gram/kapita/hari)
Thailand
Philippines
Viet Nam
Korea, Republic of
0 100 200 300 400 500 600 700
Brunei Darussalam
China
Indonesia
Japan
Korea, Republic of
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Brunei Darussalam
Japan
Indonesia
Malaysia
Konsumsi Ikan laut (gram/kapita/hari)
Viet Nam
Indonesia
Korea, Dem People's Rep
Myanmar
Brunei Darussalam
Viet Nam
Japan
Thailand
Philippines
Indonesia
Konsumsi daging (gram/kapita/hari)
0 10 20 30 40 50 60
Malaysia
Brunei Darussalam
Japan
0 50 100 150 200 250
Israel
United Arab Emirates
United States of America
China
Malaysia
Konsumsi Telur (gram/kapita/hari)
Israel
Thailand
Brazil
Philippines
Saudi Arabia
Indonesia
Philippines
Brunei Darussalam
China
Viet Nam
Konsumsi Susu (gram/kapita/hari)
0 10 20 30 40 50 60
Japan
China
Brunei Darussalam
America
Malaysia
Israel
0 20 40 60 80 100 120 140
Japan
Thailand
Malaysia
Indonesia
ColombiaCuba
NigeriaCosta Rica
MyanmarThailand
BelizeBrunei Darussalam
RwandaPeru
Viet Nam
Konsumsi Kedelai (gram/kapita/hari)
0 5 10 15 20 25 30
Korea, Dem People's RepIndonesia
SeychellesJapan
Korea, Republic ofUganda
ChinaBrazil
YemenColombia
KUALITAS KONSUMSI KUALITAS KONSUMSI PANGAN INDONESIAPANGAN INDONESIA
No. Uraian 1996 1999 2002 2003 2004 2005
1. Energi (Kal/kap/hari)
Kota 1.983 1.802 1.945 1.951 1.941 1.923
Desa 2.040 1.879 2.011 2.018 2.018 2.060
Kota+Desa 2.019 1.849 1.986 1.991 1.986 1.996
2 Protein(Gram/kap/hari)
Kota 55,9 49,3 56,0 56,7 55,9 55,3
Desa 53,7 48,2 53,2 54,4 53,7 55,3
Kota+Desa 54,5 48,7 54,4 55,4 54,7 55,23
Sumber: Susenas berbagai tahun (diolah)
Perkembangan Kualitas Konsumsi Pangan Berdasarkan PPH
Wilayah 1999 2002 2003 2004 2005
Kota 68,5 80,1 81,9 80,0 81,0
Desa 64,4 72,5 75,1 74,0 77,6
Kota+Desa 66,3 72,6 77,5 76,9 79,1
Sumber : Susenas berbagai tahun (diolah)
No Kelompok Pangan AnjuranKonsumsi Aktual
1999 2002 203 2004 2005
1 Padi-padian 1000 1240 1253 1252 1248 1241
2 Umbi-umbian 120 69 70 66 77 73
3 Pangan hewani 240 88 117 138 134 139
4 Minyak+Lemak 200 171 205 195 195 199
5 Buah/biji berminyak 60 41 52 56 47 51
Perbandingan Konsumsi Pangan Anjuran dan Aktual Tahun 1999-2005
6 Kacang2an 100 54 62 62 64 67
7 Gula 100 92 96 101 101 99
8 Sayur+buah 120 70 78 90 87 93
9 Lain-lain 60 26 53 32 33 35
TOTAL 2000 1851 1986 1992 1986 1997Skor PPH 100 66,3 72,6 77,5 76,9 79,1
Sumber: Susenas (diolah)
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
180.0
200.0
% A
KE
% AKE Indonesia
% AKE Desa
73
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
<60.000 60.000-79.999
80.000-99.999
100.000-149.999
150.000-199.999
200.000-299.999
300.000-499.999
>500.000
Pengeluaran/kapita/bln
% AKE Kota
% AKEDesa+kota
Tingkat Konsumsi Energi Penduduk Indonesia Tahun 2005
40
50
60
70
80
90
100S
kor
PP
H
Skor PPH Indonesia
Skor PPH Desa
Skor PPH Kota
74Skor PPH Penduduk Indonesia Tahun 2005
0
10
20
30
Sko
r P
PH
<60.000 60.000-79.999
80.000-99.999
100.000-149.999
150.000-199.999
200.000-299.999
300.000-499.999
>500.000
Pengeluaran/kapita/bln
Skor PPH Kota
Skor PPHDesa+Kota
No. Golongan Pengeluaran
Pola Konsumsi
Pedesaan & Perkotaan Pedesaan Perkotaan
1. < 60.000 B,J,UK,T B,J,UK,T B,T
2. 60.000-79.999 B,J,UK,T B,J,UK,T B,T
POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER KARBOHIDRATPOLA KONSUMSI PANGAN SUMBER KARBOHIDRATPENDUDUK INDONESIAPENDUDUK INDONESIA TAHUN 2005TAHUN 2005
3. 80.000-99.999 B,J,UK,T B,J,UK,T B,T
4. 100.000-149.999 B,T B,T B,T
5. 150.000-199.999 B,T B,T B,T
6. 200.000-299.999 B,T B,T B,T
7. 300.000-499.999 B,T B,T B,T
8. > 500.000 B,T B,T,UK B,T
Keterangan :Keterangan :
B = BerasB = Beras J = JagungJ = Jagung UK = Ubi kayuUK = Ubi kayu T = Tepung TeriguT = Tepung Terigu
KUALITAS KONSUMSI PANGAN PENDUDUK INDONESIA (KOTA+DESA) TAHUN 2005 DAN 2007
15,57,815590,813.97.013987.424,012,0240150,0Pangan Hewani
1,63,16253,01.83.67360.02,56,0120100,0Umbi-umbian
25,062,21244316,625.062.11241319,125,050,01000275,0Padi-padian
SkorPPH% AKGEnergiGram
SkorPPH% AKGEnergiGram
SkorPPH% AKGEnergiGram
20072005PPH Nasional
Kelompok Pangan
76 82,879.1100Skor PPH
100,7201599.81997100,02000Total
0,01,83550,70.01.83548.80,03,060-Lain-lain
25,15,0100251,723.34.793223.430,06,0120250,0Sayur dan Buah
2,44,89626,22.55.09929.02,55,010030,0Gula
7,33,67327,76.73.46725.510,05,010035,0Kacang-kacangan
1,02,3478,81.02.6518.11,03,06010,0Buah/Biji Berminyak
5,010,120323,05.09.919922.45,010,020020,0Minyak dan Lemak
TINGKAT KERAWANAN TINGKAT KERAWANAN PANGANPANGAN
NEGARA FAKTOR PENYEBAB MASALAH PANGAN
Lesotho Kekeringan
Somalia Kekeringan
Swaziland Kekeringan
Zimbabwe Krisis ekonomi, kekeringan
Eritrea Krisis ekonomi
Liberia Recovery pasca konflik
Mauritania Kekeringan
Sierra Leone Recovery pasca konflik
NEGARA-NEGARA YANG MENGALAMI MASALAH PANGAN
Burundi Konflik sosial
Central African Republic Konflik sosial
Chad Konflik sosial
Congo, Democratic Republic of Konflik sosial
Congo, Republic of Krisis ekonomi
Côte d'Ivoire Konflik sosial
Ethiopia Keamanan dan gagal panen
Ghana Banjit dan Kekeringan
Guinea Pengungsian
Guinea-Bissau Keamanan
NEGARA FAKTOR PENYEBAB MASALAH PANGAN
Kenya Konflik sosial
Sudan Konflik sosial
Uganda Konflik sosial
Iraq Konflik social dan keamanan
Afghanistan Konflik social dan keamanan
Korea, Dem. People's Rep. of Krisis ekonomi dan ban jir
Bangladesh Banjir dan Topan
Indonesia Banjir, longsor dan gempa
Nepal Konflik social dan banjir
Pakistan Keamanan dan banjirPakistan Keamanan dan banjir
Sri Lanka Conflict
Timor-Leste Banjir dan kekeringan
Bolivia Banjir
Dominican Republic Banjir
Haiti Banjir
Nicaragua Banjir
Moldova Kekeringan
Kenya Kekeringan
Somalia Kekeringan
Russian Federation (Chechnya) Konflik sosial
• Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta jiwa atau 16,58 % (Maret 2007). Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2006 yaitu 39,30 juta jiwa atau 17,75 % dari total penduduk (Maret 2006).
• Jumlah Penduduk miskin pada Maret 2008 tercatat sebesar 34,96 Juta orang (BPS)
34,01
49,5047,97
38,70 37,90 38,40 37,3036,15 35,10
39,3037,17
40,00
50,00
60,00
Jumlah Penduduk Miskin
( % )
80
17,47
24,23
23,43
19,1418,41 18,20 17,42
16,66 15,97
17,7516,58
0,00
10,00
20,00
30,00
1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
JUMLAH DAN TINGKAT PENGANGGURAN 2004 JUMLAH DAN TINGKAT PENGANGGURAN 2004 -- 2008 2008
8181
Balita Gizi gurang
Tingkat kelaparan
Prevalensi gizi Kurang Dan ”Rawan Pangan”Prevalensi gizi Kurang Dan ”Rawan Pangan”(Kons Energi < 1700 kkal/hr) (Kons Energi < 1700 kkal/hr)
0 5 10 15 20
%
Balita gizi buruk
Balita Gizi gurang
Wilayah 2002 2003 2004 2005
Kota
-Sangat rawan* 5,5 3,3 2,7 1,7
-Rawan** 40,0 34,2 32,0 24,5
Desa
-Sangat rawan* 9,4 6,0 6,7 3,8
-Rawan** 14,5 10,8 12,3 37,0
Penduduk Rawan pangan (%)
10
15
20
25
0
5
NAD
Sum
atera Utara
Sum
atera Barat
Riau
Jambi
Sum
atera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. B
angka Belitung
DKI Jakarta
Jawa B
arat
Jawa T
engah
DI.Y
ogyakarta
Jawa T
imur
Banten
Bali
Nusa T
enggara Barat
Nusa T
enggara Tim
ur
Kalim
antan Barat
Kalim
antan Tengah
Kalim
antan Selatan
Kalim
antan Tim
ur
Sulaw
esi Utara
Sulaw
esi Tengah
Sulaw
esi Selatan
Sulaw
esi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku U
tara
Papua
Sumber : Gizi dalam Angka (2005) dan Nutrition Map of Indonesia, 2006
Balita gizi buruk
10
15
20
25
0
5
NAD
Sum
atera Utara
Sum
atera Barat
Riau
Jambi
Sum
atera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. B
angka Belitung
DKI Jakarta
Jawa B
arat
Jawa T
engah
DI.Y
ogyakarta
Jawa T
imur
Banten
Bali
Nusa T
enggara Barat
Nusa T
enggara Tim
ur
Kalim
antan Barat
Kalim
antan Tengah
Kalim
antan Selatan
Kalim
antan Tim
ur
Sulaw
esi Utara
Sulaw
esi Tengah
Sulaw
esi Selatan
Sulaw
esi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku U
tara
Papua
Balita Kurang Gizi
15
20
25
30
35
40
0
5
10
NAD
Sum
atera Utara
Sum
atera Barat
Riau
Jambi
Sum
atera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. B
angka Belitung
DKI Jakarta
Jawa B
arat
Jawa T
engah
DI.Y
ogyakarta
Jawa T
imur
Banten
Bali
Nusa T
enggara Barat
Nusa T
enggara Tim
ur
Kalim
antan Barat
Kalim
antan Tengah
Kalim
antan Selatan
Kalim
antan Tim
ur
Sulaw
esi Utara
Sulaw
esi Tengah
Sulaw
esi Selatan
Sulaw
esi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku U
tara
Papua
JUMLAH DESA:
72.000
JUMLAH KECAMATAN:
5.117
JUMLAH KABUPATEN:
440
MARASMUS/KWASHIORKOR
(BUSUNG LAPAR?)
(<-3.5 SD BB/U + INFEKSI)
GIZI BURUK TK BERAT
(<-3.5 SD Berat Badan/Umur):
GIZI BURUK:
75,946
683,511
PERKIRAAN JUMLAH BALITA DAN PERKIRAAN JUMLAH BALITA DAN YANG MENDERITA GIZI KURANGYANG MENDERITA GIZI KURANG
440
JUMLAH PROVINSI:
34
GIZI BURUK:
(-3.5 SD �-3SD BB/U)
GIZI KURANG
-3SD �-2SD BB/U:
NORMAL:
>-2SD BB/U
DATA BALITA 2005
772,217
3,711,156
14,279,582
(Sumber: Depkes 2005, Fasli Jalal, 2008)
Prevalensi “underweight” Balita (BB/U) Indonesia 1989-2005
19,219,1919,317,1318,25
1920,02
28,3431,7
38
24,6628
8,8
19,2
8,3187,538,1110,5111,567,236,3
17,1318,2531,7
1989 1992 1995 1998 1999 2000 2002 2003 2005
G Buruk G Kurang
30
40
50
60
70
% a
nak
Persentase ibu memberikan ASI eksklusif
Hasil penelitian MP-ASI pada 4,200 anak di 5 Propinsi memperlihatkan pada anak 6 bulan hanya 6% yang menyusui secara eksklusif. Anak seharusnya diberikan ASI eksklusif setidaknya sampai umur 4 bulan dan bila memungkinkan sampai 6 bulan.
45%
63%
30%
0
10
20
30
1 2 3 4 5 6
% a
nak
Sumber: Studi MP-ASI, UNICEF, 1997.
30%
19%
12%6%
Umur (bulan)
ANEMIA, SKRT 1995 DAN 2001ANEMIA, SKRT 1995 DAN 2001
90
ANEMIA WUS DAN BALITAANEMIA WUS DAN BALITAHKI 1999HKI 1999--20002000
Lokasi Wanita Usia Subur Anak balita 1999 2000 1999 2000 Sumbar 29.2 34.0 46.9 53.9 Lombok 32.3 25.3 65.8 66.1 Lampung 24.1 56.8
91
Lampung 24.1 56.8 Makassar 27.9 37.1 58.6 63.5 Sulsel 27.8 53.6 Surabaya 34.0 27.1 65.5 58.8 Jatim 28.7 26.5 62.6 68.1 Jabar 28.9 26.5 64.6 57.9 Semarang 21.9 27.5 44.7 51.0 Jateng 23.4 25.8 54.7 51.8 Jakarta 42.5 33.3 71.9 63.5
KABUPATEN MENURUT KONSUMSI GARAM YODIUM TK RUMAH TANGGA 1998-2003
92
KESEHATAN LINGKUNGAN
40.0
50.0
60.0
70.0A : RT - punya akses airB : RT - dengan lantai tanahC : RT - tanpa sanitasi
PROPORSI RUMAH TANGGA DENGAN KRITERIA KESEHATAN LINGKUNGAN1996, 2000, 2003
93
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0% RT
1996 46.1 9.6 24.4 58.5 10.8 19.7 53.4 31.5 29.7 49.3 32.4 38.5 40.3 2.8 31.6 47.9 8.1 40.3
1999 46.9 6.8 22.5 61.5 7.6 16.1 50.5 25.2 28.3 49.9 27.7 37.4 41.7 2.0 24.1 49.2 6.3 37.9
2003 60.2 9.2 20.0 58.0 7.3 11.1 56.9 22.1 25.0 26.6 29.6 35.4 38.4 3.6 26.0 43.7 8.2 36.6
A B C A B C A B C A B C A B C A B C
Sumatera Jkt, Jogja, Bali Jabar, Banten, Jateng, Jatim
NTB,NTT,Maluku, Papua
Kalimantan Sulawesi
1. Merebaknya penyalahgunaan bahan kimia berbahaya unt uk bahan tambahan pangan (formalin, boraks dan zat pewarna yang dilara ng)
2. Kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap UKM Pan gan3. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terh adap keamanan
pangan
…KEAMANAN PANGANKEAMANAN PANGAN
100
83
38
380
Penyebab produk makanan jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat (Tahun 2002 - 2005)
5
5
Data Temuan Bahan Berbahaya**) dalam Produk Pangan (Tahun 2002-2005)
94
39
12
19
19
59
33
24
77
40
28
7
38
35870
1286
2002 2003 2004 2005
Tahun
Pemanis Buatan Pengawet Formalin
Pewarna yang dilarang Boraks Cemaran mikroba
2 23
0
1
2
3
4
5
% T
emua
n B
ahan
B
erba
haya
dal
am
Pro
duk
Pan
gan
2002 2003 2004 2005*)
Tahun
Keterangan : *) Data sampai Bulan November 2005**) Bahan Berbahaya yang ditemukan
meliputi Formalin, Boraks, Rhodamin B dan Methanyl Yellow
MASALAH STRATEGIS KETAHANAN MASALAH STRATEGIS KETAHANAN PANGANPANGAN
1. Masalah Kemiskinan dan Kerwanan pangan2. Ketersediaan dan kemandirian pangan .3. Kelestarian sumberdaya lahan dan air.4. Distribusi dan Akses pangan5. Stabilitas Harga Pangan6. Cadangan pangan
MASALAH STRATEGIS KETAHANAN MASALAH STRATEGIS KETAHANAN PANGANPANGAN
6. Cadangan pangan7. Penganeka ragaman pangan .8. Masalah keamanan pangan9. Masalah Ganda Status Gizi Masyarakat10.Kelembagaan Ketahanan pangan dan Gizi .
1. Masalah Kemiskinan dan Kerwanan pangan• Angka kelaparan di Indonesia diperkirakan sebesar
13,88 persen (Susenas, 2006)
• Jumlah anak balita dengan status gizi buruk diperkirakan sebesar 8.81 persen dan gizi kurang sebesar 19,0 persen
• Tingkat kemiskinan penduduk di Indonesia sekitar 16,58• Tingkat kemiskinan penduduk di Indonesia sekitar 16,58persen atau sekitar 37,17 juta jiwa pada tahun 2007
• Belum efektifnya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
• Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduksehingga menyebabkan kemiskinan baru
• Belum tumbuhnya perekonomi pedesaan,sehingga munculnya urbanisasi dan kemiskinan di pedesaan
2. Ketersediaan dan kemandirian pangan
1. Ketersedian pangan Indonesia telah melebihi standar yakni sebesar 3031 kilo kalori dan protein 76,28 gram per kapita per hari.
2. Kemandirian pangan yang iukur dengan ketergantungan impor , tampak bahwa umumnya kurang dari 10 persen (padi 0,77 %, jagung 9,14 %, kacang tanah 7,87 %, ubi kayu 0%, ubi jalar 0 %, sayuran 6,95 %, buah-buahan 0,47 % , minyak goreng 0 %, dan daging 4,07 %, sedangkan yang melebihi dari 10 persen terjadi pada komoditas kedelai 60,98 % dan susu 92, 38 %.92, 38 %.
3. Laju peningkatan produksi pangan cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan kurang satu persen sedangkan pertambahan penduduk sebesar 1,2% setiap tahun
4. Petani umumnya skala kecil (kurang dari 0,5 hektar) yang berjumlah 13,7 juta KK menyebabkan aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktifitasnya tanpa difasilitasi oleh pemerintah.
5. Rusaknya prasarana pengairan sekitar 30 persen
3. Kelestarian sumberdaya lahan dan air.
1. Saat ini tingkat alih fungsí lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran dll) di Indonesia diperkirakan 106.000 ha/5 th
2. Analisis RTRW oleh BPN tahun 2004 memperoleh indikasi bahwa di masa darang akan terjadi perubahan lahan sawah beririgasi 3,1 juta hektar untuk penggunaan non pertanian, dimana perubahan terbesar di pulau Jawa-Bali seluas 1,6 juta hektar atau 49,2 % dari luas lahan sawah beririgasi.
3. Kondisi sumber air di Indonesia cukup memperihatinkan, daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali. Defisit air di Jawa sudah terjadi sejak tahun 1995 dan terus bertambah hingga tahun 2000 telah mencapai 52,8 milyar m3 per tahun
4. Di Jawa dan banyak daerah lainnya luas hutan tinggal 15% dari luas daratan (untuk kelestarian minimal 30 %), seta banakna dijumai lahan kritis.Sejak 10 tahun terakhir terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi terus berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai 14,1 miliar m³ per tahun
4. Distribusi dan Akses pangan.
1. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar waktu merupakan tantangan dalam menjamin distribusi pangan agar tetap lancar sampai ke seluruh wilayah konsumen sepanjang waktu.
2. Terbatasnya prasarana dan sarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah terpencil
3. Prasarana dan sarana pemasaran seperi jalan usaha tani, pasar desa, fasilitas penampungan produksi,
4. Sarana dan prasarana pasca panen,
5. Penguatan kelembagaan pemasaran ,
6. Permasalahan standard kualitas,
7. Jaringan pemasaran dan distribusi antar dan keluar daerah,
8. Sistem informasi produksi ,konsumsi,, dan stok dan sistem informasi pasar
9. Banyaknya hambatan distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi,
10. Banyaknya kasus penimbunan komoditas pangan oleh spekulan,
11. Banyaknya masyaraat rawan akses pangan karena tergolong kelompok masyarakat miskin dan rawan terkena bencana
5. Stabilitas Harga Pangan .
1. Masa panen yan tidak merata sepanjang bulan, sehigga harga tinggi pada masa panen dan rendah pada waktu musim panen.
2. Harga pangan dunia semakin tidak menentu,dan indonesa sangat rentang terhadap pengaruh pasar dunia
3. Dijumpainya beberapa kasus impor dan/ ekspor illegal komoditas pangan
4. Rendahnya sosial ekonomi petani, sehingga nderung menjual hasil produksinya pada waktu panen (harga renda), sehingga peranan Lembaga usaha ekonomi pedesaan dalam melakkan atifitas sabilisasi haga dan tundajal
6. Cadangan pangan .
1. Sifat komoditas pangan yang bersifat musiman sementara pendapatan masyarakat umumnya sangat rendah menuntut perlunya ada cadangan pangan.
2. Adanya kondisi iklim yang tidak menentu sehingga sering terjadi pergeseran penanaman, masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun,
3. Sering timbulnya bencana yang tidak terduga (banjir, longsor, kekeringan, gempa) memerlukan sistem pencadangan pangan yang baik.
4. Pasar pangan Internasional yang semakin tidak menentu
5. Belum berkembangnya sisem cadangan pangan masyarakat
7. Penganeka ragaman pangan . 1. Konsumsi beras masih cukup tinggi yaitu sebesar 105,2 kg/kap/thn
(Susenas 2005), sedangkan konsumsi protein dan lemak masih belum sesuai dengan harapan. walaupun
2. Kualitas konsumsi terus meningkat dan pada tahun 2005 mencapai 79,1 yang berarti terjadi peningkatan sebesar 9,0 persen selama 4 tahun, namun konsumsi pangan sumber protein, sumber lemak dan vitamin/mineral masih jauh dari harapan.
3. Ada kecenderungan berubahnya pola konsumsi pangan pokok kelompok masyarakat berpendapatan rendah, terutama di pedesaan, yang mengarah masyarakat berpendapatan rendah, terutama di pedesaan, yang mengarah kepada beras dan bahan pangan berbasis tepung terigu, termasuk mie kering, mie basah, mie instan.
4. Konsumsi pangan dengan bahan baku terigu justru mengalami peningkatan yang sangat tajam yakni sebesar sebesar 19,2 persen untuk makanan mie dan makan lain berbahan terigu 7.9 persen pada periode 1999-2004.
5. Konsumsi pangan hewani penduduk Indonesia baru mencapai 6,6 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ini lebih rendah dibanding Malaysia dan Filipina yang masing-masing mencapai 48 kg/kap/tahun dan 18 kg/kapita/tahun.
9. Masalah Ganda Status Gizi Masyarakat.
1. Pada tahun 2005 di Indonesia diperkirakan balita gizi kurang cukup tinggi yakni sekitar 18 % yang hampir terjadi pada semua propinsi, sekitar 25 persen dari penduduk perkotaan dan sebesar 37,0 persen dari penduduk perdesaan yang mengalami rawan pangan.
2. konsumsi garam beryodium baru mencapai 72,8 persen.
3. Masalah gizi kurang juga dapat terjadi pada kelompok usia produktifdiperikirakan 16,7 persen pada 2003.
4. Pada umumnya WUS kelompok usia muda memiliki prevalensi KEK lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lebih tua.
5. Kelompok usia produktif juga terdapat masalah kegemukan dan obesitas.Kedua masalah gizi ini juga terjadi di wilayah kumuh perkotaan maupun perdesaan. Hasil survey NSS-HKI menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan pada wanita usia produktif daerah kumuh perkotaan berkisar antara 18-25 persen, yang justru lebih besar daripada prevalensi kurus (11-14 persen), sedankan di wilayah perdesaan prevalensi kegemukan 10-21 persen, sementara prevalensi kurus antara 10-14 persen.
1. Belum mantapnya kelembagaan fungsional ketahanan pangan dan Gizi di tingkat kabpaten dan kota (Dewan ketahanan pangan Kabupaten/kota)
2. Belum mantapnya kinerja kelembagaan Ketahanan pangan (BKP) di kab/kota
3. Belum mantapnya kelembagaan transfer tenologi pertanian di tingkat Kabupaten /kota
10. Kelembagaan pangan dan gizi
tingkat Kabupaten /kota
4. Belum mantap dan berfungsinya kelembagaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani
5. Belum optimalnya peran kelembagaan lokal dan masyarakat pedesaan dalam penyuluhan pangan dan gizi , serta kelembagaan pedesaan (Posyandu, PKK, dll) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan gizi
RENCANA AKSI INDONESIA TAHAN PANGAN
Mewujudkan keadaan gizi masyarakat yang baik sebagai dasar untuk mencapai masyarakat yang
TUJUAN UMUMTUJUAN UMUM
sebagai dasar untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas, dan produktif melalui pemantapan ketahanan pangan dan gizi nasional dan daerah
1. Menurunkan kemiskinan dan kelaparan melalui penin gkatan akses rumahtangga terhadap pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya dan a kses pelayanan gizi khusus kepada masyarakat miskin sehingga diwujudkan perbaikan giz i masyarakat
2. Meningkatkan produksi pangan karbohidrat, protei n, dan lemak secara berkelanjutan dengan menjaga kelestarian sumberdaya lahan dan air dan me nyediakan pangan berbasis sumberdaya lokal secara mandiri dengan mengurangi k etergantungan pada pangan impor.
3. Meningkatkan dan memantapkan sistem cadangan pa ngan pemerintah dan masyarakat yang lebih baik
4. Memantapkan pola distribusi pangan yang mampu men jamin akses pangan masyarakat secara fisik dan ekonomi serta menjamin stabilitas harga pangan untuk memenuhi ketersediaan pangan yang cukup, baik dalam jumlah m aupun mutu gizinya, aman, merata dan
TUJUAN KHUSUS
ketersediaan pangan yang cukup, baik dalam jumlah m aupun mutu gizinya, aman, merata dan terjangkau
5. Meningkatkan keanekaragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat, serta meningkatkan akses keluarga terhadap informasi tent ang pangan dan gizi seimbang untuk membentuk perilaku sadar pangan dan gizi serta hid up sehat
6. Mengembangkan sistim kelembagaan pangan dan gizi masyarakat yang partisipatif dalam memantapkan ketahanan pangan
7. Meningkatkan keamanan pangan melalui peningkatan partisipasi produsen pangan, pengawasan peredaran pangan, dan penyadar an pada konsumen.
8. Meningkatkan kemampuan dalam mengenali, mengantis ipasi dan menangani secara dini serta melakukan tanggap darurat terhadap masalah kerawana n pangan dan gizi
KEBIJAKAN
1. Menurunkan kemiskinan dan kelaparan2. Memantapkan ketersediaan dan kemandirian
pangan3. Pelestarian sumberdaya lahan dan air4. Distribusi dan Akses pangan4. Distribusi dan Akses pangan5. Stabilitas Harga Pangan6. Cadangan pangan7. Penganeka ragaman pangan8. Peningkatan status gizi masyarakat9. Keamanan Pangan
Menurunkan kemiskinan dan kelaparan .
Arah kebijakan :
1. meningkatkan koordinasi penanganan kelaparan dan kemiskinan,
2. memantapkan sistem informasi daerah rangan pangan sampai tingkat desa dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG),
3. memprioritaskan pembangunan infrastur (jalan, listrik, air bersih) pada daerah miskin/rawan pangan,daerah miskin/rawan pangan,
4. meningkatkan layanan kesehatan dan pendidikan pada masyarakat miskin,
5. mengembangkan usaha ekonomi pada masyarakat miskin,
6. melakukan Intervensi Gizi dan Kesehatan bagi anak BALITA gizi buruk dan gizi kurang, dan
7. mengendalikan jumlah penduduk
Memantapkan ketersediaan dan kemandirian pangan :
Arah kebijakan :
1. mengembangkan produksi pangan sesuai dengan potensi daerah,
2. meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pangan dengan teknologi spesifik lokasi,
3. mengembangkan dan menyediakan benih/bibit unggul dan jasa alsintan,
4. meningkatkan pelayanan dan pengawasan pengadaan sarana produksi,
5. meningkatkan layanan kredit yang mudah diakses petani
Pelestarian sumberdaya lahan dan air. Arah kebijakan :
1. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian untuk mewujudkan lahan abadi,
2. sertifikasi lahan petani,
3. konservasi dan rehabilitasi sumberdaya lahan dan air pada daerah aliran sungai (DAS),
4. mengembangkan sistem pertanian ramah lingkungan (agroforestry dan pertanian organik), dan pertanian organik),
5. Memantapapkan kelompok pemakai air untuk meningkatkan pemeliharaan saluran irigasi,
6. memperbaiki penataan penggunaan air untuk pertanian, pemukiman dan industri,
7. membentuk sistem informasi bencana alam dalam rangka Early Warning System (EWS),
8. melakukan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam,
9. melakukan perbaikan dan meningkatkan jaringan pengairan
Distribusi dan Akses pangan . Arah kebijakan :
1. meningkatkan kualitas stadar produk pangan,
2. memperbaiki dan mengembangkan infrastruktur distribusi,
3. meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pasca panen,
4. mengembangkan Jaringan pemasaran dan distribusi antar dan keluar daerah, daerah,
5. mengembangkan sistem informasi pasar,
6. Penguatan Lembaga pemasaran daerah,
7. mengurangi hambatan distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi,
8. mencegah kasus penimbunan komoditas pangan oleh spekulan,
9. Memberikan bantuan pangan pada kelompok masyarakat miskin dan yang terkena bencana
Stabilitas Harga Pangan .Arah kebijakan :
1. pemberlakuan Harga Pembelian Pemerintah pada komoditas pangan strategis ,
2. perlindungan harga domestik dari pengaruh harga dunia melalui kebijakan tarif, kuota impor, dan/ pajak ekspor, kuota ekspor pada komoditas pangan strategis,
3. mengembangan Buffer stock Management (pembelian oleh pemerintah pada waktu panen dan operasi pasar pada waktu paceklik) pada komoditas pangan strategis, pada komoditas pangan strategis,
4. pencegahan impor dan/ ekspor illegal komoditas pangan,
5. meningkatkan dana talangan pemerintah (propinsi dan kabupaten/kota) dalam menstabilkan harga komoditas pangan strategis,
6. meningkatkan peranan Lembaga pembeli gabah dan Lembaga usaha ekonomi pedesaan,
7. mengembangkan sistem tunda jual ,
8. mengembangkan sistem informasi dan monitoring produksi, konsumsi, harga dan stok minimal bulanan
Cadangan pangan .
Arah kebijakan :
1. mengembangkan sistem cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi kondisi darurat bencana alam minimal 3 (tiga) bulan ,
2. mengembangkan cadangan pangan hidup (pekarangan, lahan desa, lahan tidur, tanaman bawah tegakan perkebunan),
3. menguatkan kelembagaan lumbung pangan masyarakat,
4. mengembangkan sistem cadangan pangan melalui Lembaga Usaha 4. mengembangkan sistem cadangan pangan melalui Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan dan LPG ataupun lembaga usaha lainnya.
Penganeka ragaman pangan. Arah kebijakan :
1. mengembangkan dan menyediakan paket-paket teknologi agroindustri pangan skala pedesaan (
2. meningkatkan ketrampilan masyarakat dengan melakukan penyuluhan, pembinaan dan pengembangan agroindustri pedesaan,
3. mengembangkan agroindustri skala rumah tangga untuk produksi pangan pokok karbohidrat non-beras, non-terigu dan sumber protein hewani, serta sayur dan buah,
4. meningkatkan peran kelembagaan lokal dalam penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi, pangan dan gizi,
5. meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya diversidikasi pangan dengan melakukan kampanye/ promosi pangan beragam dan bergizi seimbang,
6. melakukan sosialisasi penganekaragaman pangan pada keluarga,
7. meningkatkan pengetahuan pada anak sejak dini melalui muatan materi penganekaragaman pangan pada pendidikan formal,
8. mengembangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) yang tepat berbasis sumber daya lokal,
9. mengembangkan pangan lokal secara terarah di daerah melalui Road mappangan lokal
Peningkatan status gizi masyarakat . Arah kebijakan : 1. mengutamakan upaya preventif, promotif dan pelayanan gizi dan kesehatan kepada
masyarakat miskin dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk kurang gizi mikro (kurang vitamin dan mineral),
2. memprioritaskan pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa mengabaikan kelompok usia lainnya;
3. meningkatkan upaya preventif, promotif dan pelayanan gizi dan kesehatan pada kelompok masyarakat dewasa dan usia lanjut dalam rangka mengurangi laju peningkatan (tren) prevalensi penyakit bukan infeksi yang terkait dengan gizi yaitu kegemukan, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kanker; serta penyakit degenaratif lain
4. meningkatkan kemampuan riset di bidang pangan dan gizi untuk menunjang upaya penyusunan kebijakan dan program, monitoring, surveilan gizi, dan evaluasi program pangan dan gizi, berdasarkan bukti (evidence-based);
5. meningkatkan profesionalisme tenaga gizi dari berbagai tingkatan melalui pendidikan dan pelatihan yang teratur dan berkelanjutan dan memperbaiki distribusi penempatan tenaga gizi tersebut;
6. meningkatkan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan swasta di pusat dan daerah, dibidang pangan dan gizi sehingga terjamin adanya keterpaduan kebijakan, program dan kegiatan antar sektor di pusat dan daeah, khususnya dengan sektor kesehatan, pertanian dan ketahanan pangan, industri, perdagangan, pendidikan, agama, pengentasan kemiskinan, serta pemerintahan daerah
Keamanan Pangan . Arah kebij akan
1. mengatur distribusi bahan kimia berbahaya,
2. meningkatkan pengendalian, pengawasan dan monitoring peredaran bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk pangan,
3. melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap produsen dan pedagang, importir, distributor dan ritel terhadap keamanan pangan
4. melakukan penyadaran melalui penyuluhan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap keamanan pangan, pemahaman masyarakat terhadap keamanan pangan,
5. meningkatkan ketersediaan dan sosialisasi standar dan peraturan di bidang mutu dan keamanan pangan,
6. meningkatkan kemampuan institusi pengawas keamanan pangan,
7. meningkatkan pengawasan terhadap jajanan anak sekolah,
8. melakukan sertifikasi (binaan) keamanan pangan untuk penjaja makanan,
9. mengembangkan teknologi pengawet dan pewarna makanan yang aman dan tidak memenuhi syarat kesehatan serta terjangkau oleh usaha kecil dan menengah produsen makanan dan jajanan
1. Turunnya jumlah penduduk miskin/ lapar minimal 1 persen per tahun dan berkurang 50 persen pada tahuan 2015
2. Meningkatnya kemandirian pangan untuk pangan strategis dengan laju peningkatan 1 persen per tahun, dan ketergantungan impor pangan maksimal 10 persen pada tahun 2015
3. Mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200 Kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gram/hari, terutama protein hewani serta meningkatkan konsumsi vitamin
SASARAN
gram/hari, terutama protein hewani serta meningkatkan konsumsi vitamin dan mineral dari sayur dan buah.
4. Tersedianya cadangan pangan pemerintah untuk kondisi darurat karena bencana alam dengan cadangan minimal 3 bulan dan berkembangnya cadangan pangan masyarakat
5. Meningkatkan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kebutuhan zat gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.000 kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta meningkatkan keragaman konsumsi pangan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) minimal 80.
6. Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai rendahnya perbedaan harga antara musim panen dan non panen dengan perbedaan maksimum 10 persen
7. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi masyarakat dengan menekan pelanggaran terhadap ketentuan keamanan pangan sampai 90persen dan meningkatkan penelitian untuk menemukan zat pengawet yang aman dan terjangkau masyarakat miskin
SASARAN (lanjutan)
8. Berkembangannya kelembagaan pangan di pedesaan seperti PKK dengan laju peningkatan kelompok yang aktif 5 persen per tahun
9. Berkembangnya kesadaran masyarakat akan pangan dan gizi yang ditandai dengan meningkatnya kelompok masyarakat sadar gizi (kadaezi) dengan laju peningkatan 5 persen per tahun
10. Berkembangnya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi pada setiap kabupaten
1. Pogram Penurunan Tingkat Kelaparan & Kemiskinan
2. Program Pemantapan Ketersediaan Pangan dan Kemand irian Pangan
3. Program Pelestarian sumberdaya lahan dan air
4. Program Distribusi dan Akses pangan
RENCANA AKSIRENCANA AKSI
5. Program Stabilisasi Harga
6. Program Cadangan pangan
7. Program Pengembangan dan Penganekaragaman Pangan Menuju Gizi Seimbang
8. Peningkatan status gizi masyarakat
9. Program Keamanan Pangan
10. Program Kelembagaan Pangan dan Gizi
RENCANA AKSI INDIKATOR KEBERHASILANSatuan
1. Meningkatkan koordinasi penanganan kelaparan dan kemiskinan
melalui program-program pengentasan kemiskinan dan kelaparan
Jumlah kabupaten yang telah membuat road map
pengentasan kemiskinan dan kelaparan Persen (%)
2. Memantapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Pokja SKPG kabupaten/kota yang aktif Persen
3. Mengembangkan peta kerawanan pangan sampai tingkat desa Adanya peta kerawanan pangan tingkat desa % Kab yang
melakukan
4. Mengentaskan desa miskin / rawan pangan Jumlah Desa yang tidak rawan pangan Desa
5. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat miskin
pedesaan
Jumlah masyarakat miskin yang menerima dana perguliran Persen (%)
6. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin 1. Jumlah Poskesdes jumlah
Indikator Ouput :Pogram Penurunan Tingkat Kelapara n & Kemiskinan
6. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin 1. Jumlah Poskesdes
2. Rasio jumlah Posyandu/ 100 balita
3. Rasio Σ Nakes (bidan)/ Σ Penduduk
jumlah
Rasio
Rasio
7. Meningkatkan pelayanan pendidikan dasar bagi keluarga miskin 1. Angka Partisipasi Murni (APM)
2. Angka Putus Sekolah
Persen
( % )
8. Meningkatkan dalam fasilitasi pengembangan UKM bagi
keluarga miskin
Jumlah usaha kecil menengah yang dibina Buah
9. Mengembangkan kelompok usaha ekonomi pada keluarga
miskin
Jumlah kelompok usaha ekonomi masyarakat (POKMAS
dan UPK (Unit Pengelola Keuangan)
Jumlah
10. Melakukan Intervensi Gizi dan Kesehatan bagi anak BALITA gizi
buruk dan gizi kurang
Jumlah balita yang pulih setelah mendapatkan PMT
Pemulihan
Persen (%)
11. Pengendalian jumlah penduduk Laju pertumbuhan penduduk %/tahun
12. Memperbaiki dan mengembangkan infrastruktur jalan pedesaan Jumlah desa yang tidak bisa dilalui roda empat desa
13. Mengembangkan infrastruktur lisrik pedesaan Jumlah rumah tangga yang tidak akses listrik Rumah
14. Mengembangkan infrastruktur air bersih Jumlah rumah tangga yang terlayani air bersih persen
Indikator Ouput : Program Pemantapan Ketersediaan Pangan dan Kemandirian Pangan
RENCANA AKSI INDIKATOR KEBERHASILANSatuan
1. Melakukan perwilayahan komoditas pangan Persentase kabupaten yang menyusun perwilayahan Komoditas
Pangan
Persen
Kabkota
2. Mengintensifkan produksi Luas areal tanam ( Padi, Jagung, Kedele, Kacang tanah, Ubi kayu,
Ubi jalar. Tebu/gula, dll)
Hektar
3. Meningkatkan produksi hasil ternak (daging , telur, susu) Produksi : Daging , Telur , Susu ton
4. Meningkatkan produksi perikanan Produksi Ton
5. Mengembangkan tanaman pangan diantara Produksi Ha5. Mengembangkan tanaman pangan diantara tanaman kehutanan dan perkebunan
Produksi Ha
Ton
6. Mengembangkan dan menyediakan benih unggul Jumlah penangkar benih/bibit (padi, palawija, ikan, sapi) buah
7. Mengembangkan sistem usahatani melalui pola kemitraan • Jumlah petani yang melaksanakan pola kemitraan orang
• Jml peternak melaksanaan pola kemitraan Orang
8. Mengembangkan dan menyediakan UPJA /Unit pelayanan jasa
alsintan
Terbentuknya UPJA Mandiri buah
9. Penggalakan penggunaan pupuk organik Areal yang menggunakan pupuk organik Hektar
10 . Peningkatan kelembagaan Layanan sarana produksi Jumlah lembaga usaha saprodi buah
11. Pengawasan mutu sarana produksi Jumlah kasus pemalsuan saprodi Kali/
tahun
12. Pengembangan sistem kredit yang mudah diakses petani Jumlah kredit yang tersalurkan Juta
rupiah
RENCANA AKSI INDIKATOR KEBERHASILANSatuan
1. Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian Laju konversi lahan per tahun Persen
2. Melakukan sertifikasi lahan petani Jumlah lahan petani yg bersertifikat Persen
3. Melakukan konservasi /rehabilitasi sumberdaya lahan dan air
pada daerah aliran sungai (DAS)
Hutan yang direhabilitasi Persen
4. Mengembangkan sistem pertanian Agroforestry pada daerah Bertambahanya luas hutan masyarakat Hektar
Indikator Ouput : Program Pelestarian sumberdaya lahan dan air
4. Mengembangkan sistem pertanian Agroforestry pada daerah
aliran sungai
Bertambahanya luas hutan masyarakat Hektar
5. Mengembangkan pertanian ramah lingkungan Jumlah kelompok tani yang menerapkan
teknologi ramah lingkungan
Kelompok
6. Melakukan pembinaan kelompok pemakai Air Jumlah Kelompok petani pemakai air (P3A)
aktif
elompok
7. Melakukan sistem informasi bencana alam dalam rangka early
warning system (EWS)
Persentase Kabupaten/kota yang mempunyai
Sistem
Persen
8. Melakukan perbaikan dan meningkatkan jaringan pengairan Persentase panjang Jaringan irigasi dalam
kondisi baik
Persen
Indikator Ouput : Program Distribusi dan Akses pan gan
RENCANA AKSIINDIKATOR KEBERHASILAN
Satuan
1. Melakukan pembinaan standard kualitas Persen kualitas produk standard SNI Persen
2. Memperbaiki dan mengembangkan infrastruktur
distribusi
Jumlah desa yang tidak bisa dilalui roda empat desa
3. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan
prasarana pasca panen
Rasio produksi terhadap jumlah kapasitas
sarana dan parasarana pasca panen
rasio
4. Mengembangkan Jaringan pemasaran dan distribusi
antar dan keluar daerah
Frekuensi kontak bisnis Kali/tahun
5. Mengembangkan sistem informasi pasar Tersedianya data Informasi Pasar % Kab 5. Mengembangkan sistem informasi pasar Tersedianya data Informasi Pasar % Kab
6. Penguatan Lembaga pemasaran daerah lembaga pemasaran yang memanfaatkan Resi
gudang
Persen
7. Mengurangi hambatan distribusi karena pungutan
resmi dan tidak resmi
Tidak adanya Perda pungutan distribusi % Kab
8. Mencegah kasus penimbunan komoditas pangan oleh
spekulan
Berkurangnya kasus penimbunan komoditas
pangan oleh spekulan
% kasus
9. Memberikan bantuan pangan pada kelompok
masyarakat miskin
Jumlah kelompok masyarakat miskin yang
mendapatan bantuan pangan
Persen
10. Memberikan bantuan pangan pada kelompok
masyarakat yang terkena bencana
Jumlah kelompok masyarakat yang
mendapatan bantuan pangan
Persen
Indikator Ouput : Program Distribusi dan Akses pan gan
RENCANA AKSIINDIKATOR KEBERHASILAN
Satuan
1. Pemberlakuan Harga Pembelian Pemerintah pada
komoditas pangan strategis
Adanya Peraturan pemerintah tentang Harga
Pembelian Pemerintah pada komoditas
pangan strategis
Peraturan
2. Perlindungan harga domestik dari pengaruh harga
dunia melalui kebijakan tarif, kuota impor, dan/ pajak
ekspor, kuota ekspor pada komoditas pangan strategis
Adanya pemberlakuan tarif, kuota impor,
dan/ pajak ekspor, kuota ekspor pada
komoditas pangan strategis
Peraturan
3. Mengembangan Buffer stock Management (pembelian
oleh pemerintah pada waktu panen dan operasi pasar
pada waktu paceklik) pada komoditas pangan strategis
Stabilasi harga pangan bulanan Koefisien
variasi
pada waktu paceklik) pada komoditas pangan strategis
4. Pencegahan impor dan/ ekspor illegal komoditas
pangan
Menurunnya kasus illegal impor dan/ ekspor
komoditas pangan
persen
5. Meningkatkan dana talangan pemerintah (propinsi dan
kabupaten/kota) dalam menstabilkan harga komoditas
pangan strategis
Persen dana talangan terhadap APBD persen
6. Meningkatkan peranan Lembaga pembeli gabah dan
Lembaga usaha ekonomi pedesaan
Persen jumlah produksi yang dibeli persen
7. Mengembangkan sistem tunda jual Kelompok tunda jual yang aktif Persen
8. Mengembangkan sistem informasi dan monitoring
produksi, konsumsi, harga dan stok minimal bulanan
Tersedianya data Informasi produksi,
konsumsi, harga dan stok pada level
kabupaten
% Kab
Indikator Ouput : Program Cadangan pangan
RENCANA AKSI INDIKATOR KEBERHASILAN Satuan
1. Mengembangkan sistem cadangan pangan pemerintah
tingkat kabupaten/kota untuk antisipasi kondisi darurat
Jumlah cadangan pemerintah setahun Ton
2. Mengembangkan cadangan pangan hidup melalui
intensifikasi pekarangan
Jumlah pekarangan intensif Hektar
intensifikasi pekarangan
3. Menguatkan kelembagaan lumbung pangan masyarakat Jumlah lumbung Kelompok
4. Mengembangkan cadangan pangan melalui LUEP/LPG,
Bank Padi
Jumlah cadangan pangan yang berasal
dari LPG/LUEP dan Bank Padi ton
Indikator Ouput : Program Pengembangan dan Pengane karagaman Pangan Menuju Gizi Seimbang
1. Mengembangkan dan menyediakan paket-paket
teknologi agroindustri pangan skala pedesaan
Jumlah paket teknologi pangan Unit
2. Melakukan penyuluhan, pembinaan dan
pengembangan agroindustri pedesaan
Frekuensi penyuluhan/pembinaan Kali/tahun
3. Mengembangkan agroindustri skala rumah tangga
untuk produksi pangan pokok karbohidrat non-beras,
non-terigu dan sumber protein hewani, serta sayur dan
buah.
Jumlah UKM agroindustri pangan buah
4. Meningkatkan peran kelembagaan lokal PKK dalam
penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi
Jumlah PKK pedesaan yang aktif kelompok
penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi
5. Melakukan Kampanye promosi pangan beragam dan
bergizi seimbang
Jumlah frekuensi kampanye melalui media cetak
dan elektronik kali
6. Melakukan sosialisasi penganekaragaman pangan
pada keluarga
Jml kelompok BKB (bina keluarga balita) kelompok
7. Memberi/memasukkan muatan materi
penganekaragaman pangan pada pendidikan formal
Jumlah sekolah penerima yang telah penyuluhan sekolah
8. Memberi makanan pendamping ASI (MP-ASI)
berbasis sumber daya lokal
Jumlah anak yang mendapatkan (MP-ASI) anak
9. Memberi makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS)
yang tepat berbasis sumber daya lokal
Jumlah anak yang mendapatkan (PMT--AS) anak
10. Mengembangkan pangan lokal secara terarah melalui
Road map pangan lokal
Kabupaten yang telah membuat Road map pangan
lokal
Persen
Indikator Ouput : Program Keamanan Pangan
RENCANA AKSIINDIKATOR KEBERHASILAN
Satuan
1. Mengatur distribusi bahan kimia berbahaya Frekuenasi kasus keracunan pangan Kali/tahun
2. Meningkatkan pengendalian, pengawasan dan
monitoring peredaran bahan kimia berbahaya
yang disalahgunakan untuk pangan
Jumlah Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masy (LPKSM)
Buah
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap UMKM Pangan
Jumlah UMKM yang mendapat Izin SP-IRT buah
4. Melakukan penyuluhan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terhadap keamanan
- Frequensi penyuluhan Kali/tahun
pemahaman masyarakat terhadap keamanan
pangan d isekolah
5. Meningkatkan ketersediaan dan sosialisasi
standar dan peraturan di bidang mutu dan
keamanan pangan
Jumlah industri pangan yang menerapkan
CPMB (cara produksi makanan yang baik)
Persen
6. Meningkatkan kemampuan institusi pengawas
keamanan pangan.
Jumlah pengawas bersertifikasi
.
Persen
7. Meningkatkan pengawasan terhadap jajanan
anak sekolah.
Jml sekolah yang mendapatkan penyuluhan Sekolah
8. Melakukan sertifikasi (Binaan) keamanan pangan
untuk penjaja makanan
Jumlah penjaja makanan yang tersertifikasi Persen
RENCANA AKSI INDIKATOR KEBERHASILANSatuan
1. Memantapkan Dewan ketahanan pangan
Kabupaten/kota
Jumlah DKP kab/kota aktif Persen
2. Memantapkan institusi ketahanan pangan (BKP) di
kab/kota
Jumlah BKP kabupaten/kota yang
eselon II
Persen
Indikator Ouput : Program Kelembagaan Pangan dan Gizi
kab/kota eselon II
3. Memantapkan kelembagaan penyuluhan Jumlah BPP aktif Buah
4. Mengefektifkan penyuluhan Rasio petani dengan penyuluh rasio
5. Melakukan revitalisasi kelompok tani Jumlah kelompok tani aktif kelompok
6. Memberdayakan kelembagaan gabungan kelompok
tani
Jumlah Gapoktan aktif jumlah
7. Meningkatkan peran kelembagaan lokal dan
masyarakat pedesaan dalam penyuluhan pangan
dan gizi
Jumlah kelembagaan lokal
Kadarzi yang aktif
kelompok
8. Merevitalisasi kelembagaan pedesaan (Posyandu,
PKK, dll) untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dan gizi
• Jumlah PKK dan/ Posyandu yang aktif
• Jumlah Desa Siaga
Persen (%)