Pembahasan Kasus Skizofrenia CIA II (1)
description
Transcript of Pembahasan Kasus Skizofrenia CIA II (1)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan tinggi, tidak selesai.
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 Mei 2013, pukul
10.30 WIB di Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan untuk kontrol rutin dan
obat yang dikonsumsi sudah habis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri Persahabatan untuk kontrol rutin dan
karena obat yang dikonsumsi sudah habis. Pasien sudah tidak minum obat selama 2
bulan. Saat ini pasien mengeluh isi pikirannya masih terasa kacau dan perasaanya
terasa tidak karuan terutama sejak 2 bulan terakhir. Pasien mengaku kadang masih
mendengar suara-suara atau bisikan yang terasa menghantam ke kepala dan dadanya.
Suara-suara bisikan tersebut yang menyuruh pasien untuk berbuat jahat, dan
menyuruh melakukan hal durhaka terhadap Allah. Suara-suara tersebut muncul tiba-
tiba dan menghilang sendiri bila pasien tidak melawan atau menantang. Suara juga
makin jelas terdengar bila pasien merasa kesal dan marah terhadap suara tersebut.
Awalnya pasien sering menantang suara-suara tersebut, namun ketika dilawan suara
tersebut semakin jelas dan makin mengganggu. Bila pasien sedang bengong atau
diam, suara-suara itu tiba-tiba datang dan terdengar dari segala arah baik dari depan,
belakang, samping, atas, dan bawah. Keluhan pertama kali dirasakan sekitar 6 tahun
lalu, yaitu saat pasien sedang duduk menonton TV, tiba-tiba terdengar suara-suara
atau bisikan pada telinganya.
1
Pasien juga mengaku sekitar 3 bulan lalu, saat pasien sedang mandi terdengar
suara tetesan air di ember seperti mengejek dan menyindir pasien yaitu mengatakan
pasien goblok dan bego. Suara-suara itu membuat pasien merasa diperintah dan bila
tidak dituruti, pasien merasa akan disakiti. Suara-suara kadang juga terdengar saat
pasien sedang tidur. Suara-suara tersebut dapat menyerupai suara teman, saudara, dan
tetangga sehingga pasien merasa dirinya sedang dipantau atau diawasi oleh mereka.
Pasien juga sering melihat bayangan-bayangan hitam yang tidak jelas
Selain mendengarkan suara-suara, pasien juga mengeluh seperti ada orang
yang berniat jahat terhadap dirinya. Dan bila pasien berada di tempat ramai, pasien
merasa dilihat oleh orang-orang dan orang-orang mengetahui isi pikiran dan
perasaannya. Pasien juga kadang merasa perasaanya dikontrol dan dipengaruhi oleh
orang lain dan pikirannya terasa ada yang menutup bial berpikir lama. Pasien
menyangkal bahwa pikirannya dikendalikan orang lain dan juga menyangkal
pikirannya diserap atau diambil orang sehingga pasien merasa pikirannya kosong.
Pasien juga mengaku saat menonton televisi, tidak merasa pembawa acara tv
mengejek dirinya. Selain itu pasien juga mengeluh kadang suka marah-marah dengan
emosi yang sulit dikendalikan. Pasien pernah mengamuk dan menghancurkan barang-
barang di dalam rumah. Pasien juga sering merasa bahwa dirinya seperti bukan
dirinya sendiri namun pasien tidak pernah merasa saat bercermin melihat sosok diri
bukan dirinya sendiri. Pasien juga mengaku tidak pernah merasa lingkungan berubah
menjadi lebih senpit, luas atau berbeda dari biasanya.
Pasien juga mengungkapkan bahwa masih merasakan di tubuhnya seperti
dirayapi semut. Namun pasien mengaku tidak pernah merasakan rasa makanan yang
berbeda dari biasanya pada indera pengecapannya. Pasien mengatakan tidak pernah
merasakan menghidu bau-bauan yang hanya dihidu oleh dirinya sendiri sedangkan
lingkungan sekitarnya tidak menghidu bau yang dikeluhkan pasien. Pasien mengaku
tidak memiliki keluhan sulit tidur.
Pasien mulai berobat di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan sejak 5 tahun
yang lalu dan mendapat obat yang rutin diminum. Namun pasien pernah pindah
berobat beberapa kali di RSCM dan juga di RS Grogol. Saat ini pasien merasa obat
yang diberikan sudah cocok.
Sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala, Pasien juga
mengungkapkan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan yang sama
seperti pasien. Pasien juga mengaku tidak pernah mengkonsumsi alcohol dan
2
memiliki riwayat mencoba menggunakan zat psikotropik (NAPZA). Namun pasien
memiliki riwayat pernah merokok.
Saat ini suasana perasaan pasien biasa-biasa saja tetapi ada rasa tak menentu,
ingin marah, dan kebingungan. Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari
untuk menjaga higienitas dirinya sendiri seperti mandi sendiri Pasien juga melakukan
beberapa pekerjaan rumah di antaranya mencuci, mengepel, juga kadang-kadang
memasak membantu ibunya di rumah. Sehari-hari pasien hanya tinggal di rumah.
Tidak ada masalah dalam nafsu makan pasien. Saat ini pasien tidak bekerja.
Sebelumnya pasien pernah bekerja di perusahaan penerbitan 7 tahun yang lalu, namun
pasien berhenti bekerja karena pada waktu resesi ekonomi, perusahaan ditutup.
Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien belum menikah. Saat
ini pasien tinggal di rumahnya bersama ibunya. Rumah tinggal adalah rumah milik
pribadi. Ayah pasien telah meninggal sejak tahun 1996. Setelah ayah meninggal,
pasien masih sehat dan masih bekerja. Kedua adik pasien juga sudah meninggal saat
berusia 5 tahun dan 13 tahun. Menurut pasien, ia dilahirkan secara normal dan tidak
ada penyulit selama masa kandungan maupun proses persalinan. Pasien juga tidak
memiliki kelainan bawaan atau cacat bawaan lahir. Pasien menjalani pendidikan
sampai tingkat akhir perguruan tinggi jurusan hukum, tetapi tidak menyelesaikan
skripsinya.
Hubungan pasien dengan anggota keluarga terutama ibu pasien dan beberapa
keluarga dekat terjalin baik. Namun pasien tidak dapat mencurahkan perasaanya
tentang penyakitnya dengan ibunya karena ibunya keberatan untuk mendengarkan dan
menyarankan untuk ke dokter saja. Sedangkan pasien juga tidak bisa mencurahkan
perasaanya kepada teman atau tetangga karena takut dianggap berbeda dari orang
normal. Pasien nasih dapat bersosialisasi dengan tetangganya dan kadang masih
berkontak dengan teman-teman lewat telepon atau sekedar sms. Pasien juga pernah
mengikuti kegiatan di masyarakat seperti kerja bakti. Sebelum sakit, pasien mengaku
pergaulan dengan lingkungan sekitar juga baik dan pasien punya banyak teman.
Untuk biaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari didapatkan dari uang pensiunan
ibunya. Pasien seorang pemeluk agama Islam dan sholat 5 waktu. Pasien juga
mengatakan dia rutin Sholat jumat di masjid bila rasa sakit sedang tidak kambuh.
Namun bila kambuh, pasien langsung pulang ke rumah.
Pada saat anamnesa terlihat intelektual pasien cukup baik yaitu saat ditanya
siapa gubernur DKI Jakarta, pasien dapat menjawab dengan benar, begitu juga saat
3
ditanya siapa presiden RI, saat ditanya peribahasa yaitu air susu dibalas dengan air
tuba, pasien dapat menjawab dengan benar. Penilaian terhadap waktu, tempat, situasi
dan personal juga baik. Penilaian terhadap ingatan jangka panjang, pendek, dan segera
juga baik, terbukti dengan pasien masih dapat bercerita tentang sekolahnya, dan
pasien datang ke rumah sakit dengan kendaraan umum, dan dapat mengingat dan
mengulang nama lima benda yang dicontohkan oleh pemeriksa. Saat ditanyakan tiga
keinginan atau cita-cita yang ingin dipenuhi pasien saat ini adalah ingin segera
sembuh dan suara-suara bisikan itu segera hilang, bekerja kembali dan membantu
ibunya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
2. Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol, ada riwayat
merokok.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Pranatal
Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal dan tidak ditemukan adanya
penyulit selama masa dalam kandungan maupun saat proses persalinan.
2. Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia sebagaimana anak seusianya
sehingga pasien tidak terdapat gangguan dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya.
3. Riwayat Masa Akhir Anak – Anak
Pasien tumbuh dengan baik dan tidak terdapat masalah dalam kehidupan
sosial.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien mengaku pernah mengenyam pendidikan sampai tingkat akhir
perguruan tinggi namun tidak menyelesaikan skripsi
4
5. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah bekerja di perusahaan penerbitan kurang lebih 7 tahun yang lalu
namun berhenti karena resesi dan perusahaan ditutup
6. Riwayat agama
Pasien seorang pemeluk agam Islam dan menjalankan sholat 5 waktu bila
pasien sedang tidak kambuh sakitnya.
7. Aktivitas sosial
Pasien melakukan aktivitas sehari-hari seperti mencuci, mengepel, makan,
tidur, dan kadang-kadang memasak. Pasien pernah menjalankan aktivitas
sosial di luar rumah seperti mengikuti kerja bakti. Dan pasien masih dapat
bersosialisasi dengan tetangga.
E. Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dengan keluarganya terjalin baik, Keluarga pasien juga
mendukung pasien untuk sembuh. Tetapi ibu pasien keberatan untuk mendengar
keluh kesah pasien tentang penyakitnya.
F. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien
G. Riwayat Situasi Sosial Sekarang
Pasien seorang laki-laki, berusia 40 tahun, berstatus belum menikah, anak pertama
dari tiga bersaudara, kedua adik dan ayahnya sudah meninggal. Saat ini tinggal
bersama ibu pasien. Rumah tinggal adalah rumah pribadi milik sendiri. Untuk
biaya hidup sehari-hari dan biaya pengobatan pasien diperoleh dari pensiunan
ibunya.
H. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Pasien saat ini memiliki keinginan untuk cepat sembuh dari penyakitnya, bekerja
kembali dan membantu ibunya.
5
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien laki-laki usia 40 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian rapi,
ekspresi tenang, perawatan diri baik, proporsi tubuh normal, rambut ikal
berwarna hitam, dan warna kulit sawo matang.
2. Kesadaran
Kesadaran umum : Compos Mentis.
Kontak psikis : Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Cara berjalan : Baik.
Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata cukup baik,
tidak ada gerakan involunter dan pasien dapat fokus dan menjawab
pertanyaan dengan baik.
4. Pembicaraan
Kuantitas : Baik, pasien mampu mengungkapkan isi
hatinya dengan cukup jelas.
Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal,
artikulasi jelas, pembicaraan terarah dan dapat
dimengerti.
5. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif.
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood : Alam perasaan biasa saja
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi.
4. Empati : Pemeriksa tidak dapat meraba rasakan perasaan pasien
saat ini.
6
C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien mengaku sekolah sampai Perguruan Tinggi jurusan hukum tetapi
tidak melanjutkan skripsi.
Pengetahuan umum
Baik, karena pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya tentang
siapa presiden RI saat ini dan gubernur DKI Jakarta saat ini
2. Daya konsentrasi
Kurang baik. Pasien mampu menjawab dengan benar pertanyaan 100-7 = 93,
namun saat ditanya 93-7 pasien tidak dapat menjawab karena merasa
pikirannya tertutup oleh sesuatu.
3. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat yaitu pagi hari.
Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berada di
poliklinik psikiatri RS. Persahabatan.
Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berobat dan
diperiksa oleh dokter.
4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana dia sekolah.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien datang ke RS. Persahabatan menggunakan kendaraan umum
ditemani oleh ibunya
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengulang kembali lima benda yang disebutkan oleh
pemeriksa secara berurutan.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini.
5. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengerti makna dari Pribahasa “air susu dibalas dengan air
tuba” yang diberikan oleh pemeriksa.
7
6. Bakat kreatif
Pasien tidak memiliki bakat kreatif
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien masih dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu
mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi :
1. Halusinasi auditorik, pasien mengaku sering
mendengar suara-suara yang menyuruh pasien berbuat
jahat dan suara-suara mengejek
2. Halusinasi visual, pasien pernah melihat bayangan
bayangan hitam yang tidak jelas
3. Halusinasi taktil, pasien merasa tubuhnya seperti
dirayapi semut
Ilusi : tidak terdapat ilusi pada pasien.
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : Terdapat depersonalisasi pada pasien. Pasien mengaku
sering merasa bawa dirinya bukanlah dirinya yang
sebenarnya
Derealisasi : Tidak terdapat derealisasi pada pasien.
E. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
Produktivitas : Baik, pasien cukup cepat respon dalam menjawab
pertanyaan,
Kontinuitas : Baik, koheren.
Hendaya : Tidak terdapat hendaya berbahasa pada pasien ini.
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada preokupasi.
Gangguan pikiran :
1. Waham kejar, pasien merasa ada yang berniat
jahat terhadap dirinya
8
2. Thought of broadcasting, pasien merasa orang
lain dapat mendengar isi pikirannya
3. delusion of control, pasien merasa suara-suara
tersebut berusaha mengendalikan dirinya
4. delusion of influence, pasien merasa suara-suara
tersebut mempengaruhi dirinya
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara
dengan baik.
G. DAYA NILAI
1. Norma Sosial
Pasien masih dapat besosialisasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya
bila sedang tidak kacau pikirannya.
2. Uji Daya Nilai
Baik, pasien dapat menjawab ketika diberi suatu perumpamaan, yaitu jika ada
anak kecil di pinggir jalan ingin menyeberang, pasien menjawab akan
mebantu.
3. Penilaian realitas
Terdapat gangguan dalam menilai realita, karena pasien memiliki waham
kejar, thought of broadcasting, delusion of control, delusion of influence,
halusinasi auditorik, visual, dan taktil
H. PERSEPSI PASIEN TERHADAP DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Berdasarkan penilaian pemeriksa terhadap pasien yaitu pasien menyadari bahwa
dirinya sedang sakit dan ingin sembuh
I. TILIKAN / INSIGHT
Tilikan derajat 6, pasien menyadari sepenuhnya dia sakit dan pasien ingin sembuh
J. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat
dipercaya, dan konsisten terhadap setiap pertanyaan yang diberikan.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
9
1. Keadaan umum : Baik, Compos Mentis
2. Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : Kesan dalam batas normal
- Frekuensi napas : Kesan dalam batas normal
- Suhu : Afebris
3. Bentuk badan : Kesan dalam batas normal
4. Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
5. Sistem muskuloskeletasl : Tidak ada kelainan
6. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan
7. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
8. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan
b. Status Neurologis
1. Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal
2. Saraf motorik : Kesan dalam batas normal
3. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal
4. Susunan saraf vegetatif : Tidak ada kelainan
5. Fungsi luhur : Tidak ada kelainan
6. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki berumur 40 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RS.
Persahabatan untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obatnya habis.
Pasien mengeluhkan pikirannya terasa kacau dan perasaan tidak menentu.
Pasien juga masih mendengar suara-suara yang didengar menghantam kepala
dan dadanya. Suara-suara tersebut menyuruh berbuat jahat, berbuat durhaka
terhadap Allah, dan mengejek.
Dari status mentalis, pasien memiliki riwayat halusinasi auditorik, taktil dan
visual. Pasien juga memiliki waham kejar, thought of broadcasting, delusion
of control dan delusion of influence.
Keluhan ini sudah berlangsung sejak 6 tahun yang lalu.
10
Fungsi kognitif pada pasien masih baik, begitu pula dengan pengendalian
impuls masih baik. Pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala. Orientasi
waktu, tempat, orang, dan situasional masih baik. Daya ingat jangka pendek,
panjang, dan sewaktu masih baik.
Pikiran abstrak pasien masih baik
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa dengan
pasien.
Pasien pernah mengkonsumsi zat psikotropika (NAPZA), minum alkohol,
namun tidak sampai ketagihan dan merokok 1 bungkus per hari
Pasien lahir secara normal dan tidak terdapat penyulit selama masa kandungan
dan saat proses persalinan. Masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa pasien
memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik.
Pasien mengenyam pendidikan sampai tingkat akhir perguruan tinggi jurusan
hukum namun tidak melanjutkan skripsi
Keadaan umum pasien baik dan pada pemeriksaan fisik kesan dalam batas
normal
Pasien seorang laki-laki, berusia 40 tahun, berstatus belum menikah, anak
pertama dari tiga bersaudara, ayah dan kedua adiknya sudah meninggal, saat
ini tinggal bersama ibu pasien. Untuk biaya hidup sehari-hari dan biaya
pengobatan pasien diperoleh dari uang pensiunan ibunya.
Pasien masih dapat bersosialisasi baik dengan lingkungan sekitar, namun
pasien tidak bekerja lagi
Pasien ini didapatkan gejala sedang dan disabilitas sedang (moderate).
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pasien terdapat kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna
sehingga dapat menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-
hari maka pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Pasien ini tidak memiliki riwayat trauma kepala ataupun penyakit yang dapat
mengakibatkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran,
daya konsentrasi, orientasi, serta fungsi kognitif pasien yang masih baik
sehingga pasien ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0).
11
Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan riwayat mencoba obat psikoaktif
(NAPZA) sehingga pasien ini bukan menderita gangguan mental dan
perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol (F.1).
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, yang
ditandai dengan adanya halusinasi dan waham sehingga pasien ini dapat
dikatakan menderita gangguan psikotik (F.2).
Gangguan berupa halusinasi dan waham ini sudah berlangsung selama kurang
lebih 6 tahun, sehingga pasien dapat dikatakan penderita Skizofrenia (F.20).
Pada pasien ini terdapat halusinasi auditorik, visual, dan waham. Keluhan ini
sudah berlangsung selama 6 tahun, maka pasien ini menderita Skizofrenia
Paranoid (F.20.0).
Diagnosis Aksis II
Tumbuh kembang pasien normal, pasien mampu bersosialisasi dan
berinteraksi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya. Maka pada pasien
ini tidak didapatkan gangguan kepribadian. Pasien dapat menjalani pendidikan sampai
perguruan tinggi (hukum) tingkat akhir, fungsi kognitif baik & tidak terdapat
retardasi mental maka pada pasien ini tidak ada gangguan retardasi mental. Oleh
karena tidak ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan retardasi mental maka
pada pasien ini aksis II tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Pemeriksaan fisik pada pasien ini tidak ditemukan kelainan, maka pada pasien
ini aksis III tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
Pasien masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar namun pasien
sudah 7 tahun tidak bekerja. Maka pada aksis IV pasien ini dapat diambil
kesimpulan adanya masalah psikososial
Diagnosis Aksis V
Pada pasien ini didapatkan beberapa gejala sedang (moderate) serta disabilitas
sedang. Maka pada aksis V didapatkan GAF Scale 60-51.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
12
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Terdapat masalah psikososial. Pasien sudah tidak bekerja sejak 7
tahun yang lalu
Aksis V : GAF Scale 60-51.
VIII. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : Tidak ada
Psikologis :Terdapat gangguan dalam menilai realita, yaitu
halusinasi auditorik, taktil, visual, waham kejar, thought
of broadcasting, delusion of control dan delusion of
influence
Sosioekonomi : Tidak terdapat masalah ekonomi
IX. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit serupa dengan
pasien.
Tidak ada cacat bawaan atau kelainan genetik
Mendapat dukungan dari keluarga terhadap kesembuhan pasien
Pasien menyadari bahwa dia sakit dan ingin segera sembuh
Prognosis ke arah buruk
Perjalanan penyakit sudah berlangsung cukup lama sejak 6 tahun yang lalu.
Tingkat kepatuhan berobat rutin masih kurang
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah:
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
X. TERAPI
Psikofarmaka :
Trihexyphenidil 2 x 1 mg
13
Chlorpromazine 3 x 100 mg
Psikoterapi :
a. Pada pasien
- Berusaha untuk beradaptasi dan mengabaikan jika ada suara-suara yang
terdengar.
- Edukasi pada pasien pentingnya untuk kontrol rutin setiap bulan dan minum
obat secara teratur.
- Menyarankan agar pasien lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada
Tuhan YME agar dirinya diberi ketenangan dalam menghadapi masalah yang
ada.
- Pasien harus memperbanyak aktivitas
b. Pada keluarga
- Edukasi tentang keadaan penyakit pasien dan kondisi pasien, mengingatkan
pasien untuk minum obat teratur, mengingatkan pasien untuk menjaga dan
merawat diri dengan baik.
- Memberikan perhatian, dukungan, serta semangat penuh terhadap pasien.
- Mendampingi pasien untuk kontrol berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri . FK UI. Jakarta. 2003.
2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama.
PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
3. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT.
Nuh Jaya. Jakarta. 2007.
15